peranan suami dalam mempengaruhi keputusan ibu

advertisement
PERANAN SUAMI DALAM MEMPENGARUHI KEPUTUSAN IBU HAMIL UNTUK
MENGKONSUMSI TABLET BESI
HUSBAND'S ROLE IN THE INFLUENCE OF PREGNANT WOMEN TO CONSUME TABLETS
IRON
Sudjatmiko Setyobudihono1, Ermina Istiqomah2
Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKES Cahaya Bangsa, Banjarmasin, Indonesia
2
Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung Mangkurat, Indonesia
[email protected]
1
Abstrak
Tujuan dari studi kualitatif ini adalah untuk memahami peran suami terhadap pembuatan keputusan seorang ibu hamil
dalam mengkonsumsi tablet besi berdasarkan kearifan budaya lokal. Adanya bukti bahwa tingginya klaim pemberian
tablet besi pada ibu hamil tidak diikuti dengan konsumsi tablet besi yang tinggi. Adanya bukti bahwa terdapat
hubungan antara pembuatan keputusan seorang ibu hamil dipengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya serta kearifan
lokal. Dalam studi ini, atribut kunci dalam peran suami terhadap pembuatan keputusan di ekplorasi menggunakan
metode verbal yang diikuti dengan wawancara mendalam. Wawancara dilakukan di Banjarmasin dengan sampel
sejumlah 40 orang, masing-masing 20 orang menghabiskan seluruh tablet besi dan 20 orang tidak menghabiskan tablet
besi. Ibu hamil dengan usia kehamilan diatas 25 minggu serta telah mengikuti program tablet besi minimal 90 hari.
Peran suami berpengaruh terutama dalam memberi izin, patuh pada ajaran agama, kompromi keputusan, kedudukan
istimewa suami merupakan atribut kunci yang diketahui berdasarkan analisis hasil wawancara. Studi ini menghasilkan
pemahaman akan pentingnya peran suami dalam mempengaruhi keputusan yang diambil oleh seorang ibu hamil dalam
menjalani program konsumsi suplemnatasi besi.
Kata kunci: ibu hamil, tablet besi, kearifan lokal, peran suami
Abstract
The purpose of this qualitative study was to understand the role of the husband of the decision-making of a pregnant
woman to consume iron tablets based on local cultural wisdom. The high claims of giving iron tablets are not followed
by a high consumption of iron tablets. There is a relationship between a pregnant woman's decision-making is
influenced by the surrounding environment and local wisdom. In this study, the key attributes in the role of husband to
decision making in exploration using verbal methods followed by in-depth interviews. Interviews were conducted in
Banjarmasin with a sample of 40 people, each of 20 people spend all iron tablets and 20 people do not spend all iron
tablets. Pregnant women with gestational age above 25 weeks and has attended programs iron tablets at least 90 days.
Husband influential role especially in giving permission, obedient to the teachings of religion, a compromise decision,
the special position of the husband is the key attribute that is known based on the analysis of the results of the interview.
This study resulted in an understanding of the important role of the husband in influencing the decisions taken by a
pregnant woman to undergo iron suplemnatasi consumption program.
Keyword: pregnant women, iron tablets, local wisdom, the role of the husband
Kurangnya motivasi merupakan salah satu
penyebab dari terjadinya masalah ketidakpatuhan
(Hugtenburg et al., 2013). Kurangnya motivasi juga
menjadi penyebab ketidakpatuhan proses pengobatan
anemia gizi besi pada ibu hamil dengan mengkonsumsi
tablet besi (Banhidy et al., 2011). Kegagalan program
pengobatan anemia dengan tablet besi terindikasi
akibat rendahnya motivasi dan kurangnya kesadaran
akan kegunaannya (Goonewardene et al., 2012).
Lebih dari 80% negara-negara di dunia
memiliki prevalensi anemia pada ibu hamil di atas
20%, hal ini merupakan permasalahan dalam kesehatan
masyarakat (Goonewardene et al., 2012). Angka
kejadian anemia gizi besi pada ibu hamil di Indonesia
adalah 51%. Dengan demikian, berarti terdapat lebih
dari 2,4 juta ibu hamil di Indonesia menderita anemia
dari 4.809.860 kehamilan selama tahun 2010 (WHO,
2011; DepKes RI, 2011).
Risiko ibu hamil untuk mendapat anemia gizi
besi lebih besar dibandingkan dengan keadaan lain
(Ramakrishnan, 2001). Ibu hamil mendapat tablet
tambah darah minimal selama 90 hari selama
kehamilan, minum 1 (satu) tablet besi setiap hari paling
sedikit selama 90 hari masa kehamilan dan 40 hari
setelah melahirkan, baik tanpa atau dengan
dikombinasi dengan folat dalam bentuk tablet ataupun
vitamin kehamilan (Galloway et al., 2002; Stoltzfus,
2011).
Tablet besi untuk suplementasi penanggulangan
anemia gizi setiap butirnya mengandung Fero sulfat
200 mg atau setara 60 mg besi elemental dan 0,25 mg
asam folat. Tablet besi generik dikemas dalam bungkus
warna putih, berisi 30 tablet per bungkus. Harga tablet
besi generik tidak boleh melebihi harga eceran tertinggi
(HET) obat generik (DepKes RI, 2003).
Penggunaan bentuk tablet dalam program
penanggulangan anemia gizi besi masih dipandang
sebagai salah satu cara terbaik dan efektif dalam
program ini (Zhou et al., 2006). Pemberian terbaik
tablet besi adalah sedini mungkin saat kehamilan,
walaupun peningkatan asupan mikronutrien kumulatif
(Cumulative Micronutrient Intake/CMI) lebih tinggi
terjadi pada akhir kehamilan dibandingkan dengan
pada awal kehamilan (Roberfroid et al., 2011).
Praktik pemberian tablet suplementasi zat besi
sebagai langkah penanggulangan anemia hamil
terindikasi tidak dikonsumsi (Johnson dan Graham,
2011). Di Kalimantan Selatan menurut data Profil
Kesehatan Indonesia menunjukkan klaim pemberian
tablet besi kepada ibu hamil pada tahun 2011 tercatat
85,4%, besar persentase ibu yang melaporkan minum
tablet besi adalah sebagai berikut: lebih dari 90 hari
hanya 21,2%, sehingga masih ada cukup besar ibu
hamil yang menelan tablet besi secara tidak teratur,
yaitu sebesar 64,2% (Riskesdas, 2010).
Pendapat utama dalam perilaku saat ini adalah
bahwa manusia merupakan makhluk yang rasional dan
menggunakan informasi yang mungkin baginya, secara
sistematis. Orang memikirkan implikasi dari tindakan
mereka sebelum mereka memutuskan untuk melakukan
atau tidak melakukan perilaku tertentu (Ost, 2014).
Wanita memiliki kekuasaan lebih lemah di
bandingkan dengan pria bahkan bila ia memiliki
sumber daya yang lebih besar (West dan Zimmerman,
1987) Perilaku ibu hamil dengan anemia tidak terlepas
dari pengaruh lingkungan sosial. Suami merupakan
individu yang memiliki peran cukup penting sebagai
penentu perilaku ibu hamil dengan anemia dalam
keputusannya meminum obat supelemen besi
(Galloway et al., 2002).
Setiap pemberian regimen pengobatan jangka
panjang dapat memunculkan terjadinya permasalahan
dalam tingkat kepatuhan pengobatan (Mathes, et al.,
2014). Memahami perilaku kepatuhan terkait dengan
pengobatan dapat memberikan informasi tentang
berbagai hal yang menimbulkan motivasi seseorang
(Wroe, 2002).
Terdapat bukti adanya hambatan dalam
masyarakat dalam menerima suatu pengobatan terkait
dengan perbedaan pemahaman di antara pasien dan
penyedia jasa kesehatan dalam mendefinisikan keadaan
sakit dan adanya perilaku ketaatan pasif akibat
perbedaan budaya diantara keduanya, keadaan tersebut
tampaknya membuat pasien menjadi tidak patuh dan
menerangkan penyebab pasien mengabaikan jadwal
pemeriksaan dan sistem perawatan kesehatan yang ada
(Chang et al., 2009).
Saat ini pemahaman atas pengaruh sosial pada
seseorang untuk mengubah perilaku agar tetap
menjalankan suatu proses pengobatan semakin
mendapat perhatian (Wild et al., 2006). Pengaruh
merupakan kemampuan yang dapat menyebabkan
perubahan sikap dan perilaku seseorang (Lunenburg,
2012). Orang yang mempunyai status yang lebih
tinggi, biasanya akan lebih berpengaruh dari pada
status mereka yang lebih rendah (Cialdini dan
Goldstein, 2004). Teori kekuasaan sosial (French dan
Raven, 1959) dapat memberikan gambaran atribut yang
mempengaruhi
perilaku
seseorang.
Dalam
mempengaruhi seseorang maka kekuasaan sosial dapat
dikelompokan ke dalam lima kelompok kekuasaan,
yaitu: 1) hadiah/reward, mereka memandang sebagai
sumber hadiah atau pujian; 2) pemaksaan/coercive,
mereka memandang sebagai sumber hukuman atau
pemaksaan; 3) pengesahan/legitimate, mereka percaya
bahwa seseorang memiliki hak yang mengesahkan
mereka melakukan perilaku tertentu; 4) acuan/referent,
mereka mengidentifikasikan dengan atau seperti
seseorang, 5) pengetahuan atau pengalaman/expert,
mereka memiliki persepsi bahwa orang tersebut
memiliki pengetahuan atau pengalaman spesial bagi
mereka (French dan Raven, 1959; Raven, 2008).
Pelaksanaan perintah langsung pada masyarakat
dengan budaya yang bersifat kolektivistik akan
menimbulkan
suatu
pengaruh
yang
akan
mempengaruhi perilaku seseorang (Chang et al., 2009),
hal tersebut dikarenakan dalam masyarakat Indonesia
yang bersifat kolektivistik setiap perilaku individu
diatur berdasarkan norma atau aturan yang disepakati
bersama (Widiastuti, 2012). Masyarakat berusaha
menghindari konfrontasi. Di Indonesia seorang ibu
akan mendahulukan pendapat suami dan ayahnya
sebelum pendapat mereka sendiri (Prasilowati, 2000).
Pendekatan berbasis budaya setempat harus
menjadi perhatian karena budaya lazimnya dapat
menjadi pengontrol sosial (O’Reilly dan Chatman,
1996) dan budaya kolektivistik yang tinggi pada
masyarakat dapat memunculkan suatu bentuk tekanan
sosial (Berry, Segall dan Kagitcibasi, 1980; Chiou,
1998) yang harus dipertimbangkan agar promosi
kesehatan mendapatkan perubahan perilaku yang
menetap dalam jangka panjang (Demaio, 2011).
Dalam sebuah penelitian tentang partisipasi ibu
dalam perawatan kehamilan, terlihat bahwa rasa
hormat dan taat pada sosok berwenang serta percaya
pada kebijakan dan perlindungannya masih cukup
tinggi di budaya masyarakat Asia (Chunuan et al.,
2007). Di Indonesia seorang ibu akan mendahulukan
pendapat suami sebelum pendapat mereka sendiri
(Prasilowati, 2000). Harmonis, gotong-royong dan
religius merupakan nilai-nilai budaya yang diajarkan
kepada setiap penduduk Indonesia sejak dini
(Sihombing dan Pongtuluran, 2011).
Terdapat
kesenjangan
dalam
program
penanggulangan anemia ibu hamil yaitu masih
rendahnya tingkat kepatuhan dalam mengkonsumsi
tablet besi (Stoltzfus, 2011). Terdapat bukti bahwa
suami merupakan individu yang memiliki peran cukup
penting sebagai penentu perilaku ibu hamil dengan
anemia dalam keputusannya meminum obat supelemen
besi (Galloway et al., 2002). Suami merupakan
individu yang memiliki peran cukup penting sebagai
penentu perilaku ibu hamil dengan anemia dalam
keputusannya meminum obat supelemen besi. Dengan
demikian perlu pemahaman lebih mendalam terkait
besar peran suami dalam sebuah proses pengobatan
anemia dengan menggunakan tablet besi pada ibu
hamil.
METODE PENELITIAN
Sebagai dasar berbagai hal yang perlu digali
dalam wawancara maka studi ini mendasarkan pada
konsep kekuasaan sosial (French dan Raven, 1959) dan
konsep budaya Indonesia (Sihombing dan Pongtuluran,
2011).
Responden penelitian diambil berdasarkan
kriteria inklusi yaitu ibu hamil dengan usia kehamilan
minimal 25 minggu, telah tinggal di Banjarmasin
minimal 10 tahun, merupakan peserta program
konsumsi tablet besi di puskesmas, telah
mengkonsumsi tablet besi selama minimal 2 minggu.
Data diambil di Kota Banjarmasin dan Kabupaten
Banjar.
Jumlah keseluruhan responden adalah 40 orang,
masing-masing 20 orang menghabiskan seluruh tablet
besi dan 20 orang tidak menghabiskan tablet besi.
Berdasar penelitian terdahulu, tentang riset kualitatif
yang berbasis pada kepatuhan, maka rentang partisipan
antara 20 sampai 30 merupakan jumlah yang cukup
untuk mendapatkan respon yang memenuhi (Pound et
al., 2005). Untuk kepentingan studi ini, wawancara
dengan 10 responden telah dilakukan guna
mendapatkan data pendahuluan.
Riset ini menggunakan metode protokol verbal
retrospektif untuk digunakan dalam wawancara
mendalam (in-depth interview). Protokol verbal
merupakan alat diagnostik dan merupakan metode
yang berguna dalam suatu riset eksplatori (Payne,
1994; Berne, 2004; Kuusela dan Paul, 2000), protokol
retrospektif membuat responden kembali mengingat
dan membicarakan pengalaman-pengalaman masa
lalunya. Masing-masing wawancara memiliki durasi
sekitar satu jam dan di rekam. Semua wawancara
menggunakan Bahasa Indonesia dan Bahasa Banjar.
Prosedur etik sesuai dengan kebijakan komisi etik
Universitas Airlangga bagi suatu riset dengan subyek
manusia.
Hasil wawancara di translasi dalam verbatim.
Hasil wawancara verbal akan di golongkan
berdasarkan tema yang muncul agar dapat dianalisa
kedalam unit yang dapat dikoding dalam sebuah skema
koding (Atman dan Bursic, 1998). Skema koding di
kembangkan dari teori yang ada (Patrick dan James,
2004) tentang keuasaan sosial (French dan Raven,
1959) dan konsep budaya Indonesia (Sihombing dan
Pongtuluran, 2011). Setelah di kodingkan maka hasil
wawancara ditranslasi kedalam Bahasa Indonesia.
Analisa data dengan membandingkan pertanyaan riset
dengan tema yang muncul pada setiap tahap
pengkodingan (Patrick dan james, 2004) tentang
keuasaan sosial (French dan Raven, 1959) dan konsep
budaya Indonesia (Sihombing dan Pongtuluran, 2011).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil wawancara digolongkan dalam dua
jawaban kelompok responden yaitu kelompok
responden yang menghabiskan seluruh tablet besi
(responden 1 sampai responden 20) dan kelompok
responden yang tidak menghabiskan tablet besi
(responden 21 sampai responden 40).
Secara umum, responden mengungkapkan
pemikiran mereka tentang peran pengaruh suami dalam
pembuatan keputusan sesuai hasil penelitian tentang
konsep kekuasaan sosial (French dan raven, 1959).
Masing-masing dari lima dasar kekuasaan sosial
teridentifikasi di ucapkan oleh responden selama
proses wawancara, seperti terlihat dalam Tabel 1
tentang contoh ungkapan dalam rekaman wawancara.
Tabel 1. Kunci atribut umum kekuasaan sosial
French dan Raven (1959)
dimensi pengaruh kekuasaan
sosial
Coercive
Contoh pernyataan

Saya takut bila suami marah jika mengetahui bahwa saya tidak minum obat hamil.
(responden 5, baris 46-48)


Reward


Legitimate


Referent


Expert

Suami saya pernah memarahi saya karena dia melihat saya merasa mual setelah
saya meminum tablet besi. oleh karena itu saat ini saya tidak lagi meminum obat
itu. (responden 25, baris 40-45).
Suami saya akan memberi bunga dan mencium saya setiap kali saya makan obat
tambah darah. (responden 13, baris 55-58).
Setiap pulang kerja, suami selalu bertanya bagaimana kondisi saya saat ini. Jika
kondisi badan terasa tidak sehat maka suami akan segera membelikan jamu untuk
obat saya. (responden 36, baris 47-50)
Isteri harus menghormati suami, dan menuruti apapun perintah suami (responden
4, baris 24-25).
Saya berhenti minum tablet tambah darah atas perintah dari suami saya.
(responden 30, baris 33-36).
Saya akan bertanya terlebih dahulu kepada suami bila ada keluhan setelah
meminum tablet besi. saya percaya bahwa suami pasti akan ada jawabannya.
(responden 1, baris 33-35)
Kata suami saya tidak usah lagi meminum (tablet besi) lagi, nanti ia akan
membelikan jamu dan makanan yang dapat membuat badan saya menjadi segar.
(responden 26, baris 53-55).
Saya sangat percaya pada suami saya karena ia sangat berpengalaman. Suami saya
tahu mana yang terbaik bagi saya. (responden 15, baris 71-74)
Kata suami saya tidak usah lagi meminum obat hamil, karena istri kawannya tidak
meminum obat itu tetapi semua berjalan baik. (responden 39, baris 44-46)
Responden juga mengungkapkan pemikiran
mereka tentang peran pengaruh suami dalam
pembuatan keputusan yang sesuai dengan temuan
dalam penelitian tentang dimensi budaya Indoensia
(Sihombing dan Pongtuluran, 2011). Masing-masing
dari tiga dimensi budaya Indonesia teridentifikasi di
ucapkan oleh responden selama proses wawancara,
seperti terlihat dalam Tabel 2 tentang contoh ungkapan
dalam rekaman wawancara.
Tabel 2. Kunci atribut umum dimensi budaya Indonesia
Sihombing dan Pontuluran (2011)
dimensi budaya Indonesia
Harmoni
Gotong-royong
Religius
Contoh pernyataan
Saya akan berusaha agar selalu diterima di dalam lingkungan pak (responden
7, baris 82).
Saya akan senang sekali jika ada tetangga yang membantu masalah saya
(responden 8, baris 83-85).
Bahkan bila sehabis sholat Magrib saya membiasakan membaca Al-Qur’an,
dan itu baik bagi bayi kami (responden 30, baris 42-44).
Beberapa tema baru muncul yang berbeda
dengan yang didapati dalam penelitian oleh French dan
raven (1959) dan Sihombing dan Pongtuluran (2011).
Tema pertama adalah terkait dengan adanya
ketergantungan pada izin. Para ibu hamil merasa
bahwa persetujuan membolehkan dari suami
merupakan hal yang perlu didapatkan terutama jika
terkait dengan kesehatan dirinya dan kesehatan bayi
yang dikandung. Sesuatu hal yang berbeda dengan
pemaksaan. Ibu secara sadar menginginkan adanya
pesetujuan walaupun ia sebenarnya telah memiliki
keputusan.
Adanya
kesadaran
untuk
selalu
mendapatkan pembolehan dari suami untuk
mengerjakan sesuatu. Hal ini berbeda dengan coercive
yang melakukan sesuatu karena ketakutan akan ada
hukuman jika melanggar. Beberapa respon:
“Dari dahulu saya selalu meminta ijin dahulu.
Bila saya sakit, atau bila saya akan pergi kontrol
kehamilan maka saya pasti meminta izin
dahulu. (responden 2, baris 37-40)”.
“Saya menghargai dan menghormati suami
saya. Suami saya sebenarnya memberikan
kebebasan kepada saya, tetapi tetap saya
berusaha minta izin dahulu sebelum melakukan
sesuatu (responden 3, baris 49-51)”.
“Bila akan pergi ke puskesmas saya pasti akan
meminta izin dahulu kepada suami. (Responden
1, baris 48-50)”.
“Justru suami saya yang mengizinkan saya
hanya meminum susu ibu hamil tidak usah
meminum obat hamil (Responden 29, baris 2728)”.
“Saya sebenarnya memiliki kebebasan di dalam
keluarga, tetapi saya akan mendahulukan izin
dari suami saya. Saya bisa saja membuat
keputusan sendiri, tetapi saya tidak mau, saya
lebih senang jika segala tindakan saya telam
mendapat izin dari suami termasuk ketika saya
ingin berhenti meminum obat tablet besi
(Responden 31, baris 29-32)”.
“Izin dari suami akan menjadi izin bagi saya.
Sehingga saya nyaman ketika tidak lagi
meminum obat tablet tambah darah. (Responden
40, Baris 74-75)”.
Hal kedua adalah terkait dengan keyakinan akan
agama. Tindakan ibu hamil dalam menjaga kesehatan
diri dan bayi yang dikandung adalah merupakan
perwujudan rasa patuh pada agamanya yang menuntun
mereka harus patuh pada suami. Ibu hamil secara sadar
lebih suka menurut pada keyakinan agama demi
keselamatan dirinya dan bayi yang dikandung. Hal ini
berbeda dengan sifat religius yang lebih mementingkan
pada penekanan ritual keagamaan. Mengimani perintah
dan tindakan suami menjadi alasan untuk melakukan
suatu tindakan. Beberapa responden menyatakan hal
ini:
“Suami adalah imam yang seluruh perintah dan
tindakannya harus saya ikuti. Ketika suami
meminta saya menghabiskan tablet tambah
darah maka saya akan mengikutinya (responden
5, baris 44)”.
“Saya sadar bahwa agama saya mengharuskan
saya untuk selalu memahami dan mengikuti
keputusan yang diambil oleh suami, sehinga
saya senang saja ketika harus menghabiskan
tablet itu. (responden 6, baris 47-48)”.
“Suami bagi saya itu seperti imam. Sebagai
isteri maka saya akan mengikuti kemauan
suami. Bila suami meminta untuk tidak lagi
meminum tablet darah, maka akan saya ikutin.
(Responden 37, baris 73-76)”.
“Agama saya mengharuskan saya percaya
kepada suami sebagai seorang imam dalam
keluarga. Saya akan percaya apa yang dia
perintahkan adalah yang terbaik bagi keluarga,
pak (Responden 39, Baris 74-77).
Hal ketiga yang ditemui adalah adanya
kompromi dalam pembuatan keputusan. Suatu usaha
dari para ibu hamil untuk terhindar dari keributan, dan
kemarahan. Menurut mereka dengan berkompromi
pada setiap keputusan maka akan tercapai kedamaian.
Seorang ibu hamil akan mencoba mengikuti peran
suami untuk tidak memiliki perbedaan pendapat
dengan mayoritas masyarakat di sekitarnya. Berikut
beberapa pernyataan mengenai hal tersebut:
“Sedapat mungkin saya akan mencari jalan
tengah pak. Saya tidak suka jika terjadi
keributan di dalam keluarga pak. Saya senang
minum obat dengan di campur dengan madu,
oleh karena itu ketika suami meminta saya
menghabiskan obat hamil saya meminta suami
untuk selalu menyediakan madu. (Responden 7,
baris 69-70)”.
“Saya akan cari jalan tengah pak. Saya akan
mencoba untuk tetap menjalankan nasehat
dokter tapi saya juga nggak akan melanggar
keputusan suami. Misalnya saya akan kontrol
secara teratur sesuai nasehat bidan, tapi saya
tidak minum tablet karena larangan suami yang
kasihan melihat saya mual setiap minum
tabletnya. (Responden 28, baris 64-67)”.
Hal keempat adalah isteri secara sadar
menyatakan adanya hak istimewa dari suami atas
isterinya.
Isteri
menyadari
bahwa
dengan
kedudukannya sebagai isteri maka sudah selayaknya
dia menurut pada perintah karena kedudukan istimewa
suami. Berikut ini beberapa pernyataan mengenai hel
tersebut:
“Saya menghabiskan obat hamil karena saya
menghormati kedudukan dia sebagai suami.
Saya sadar sebagai isteri sudah seharusnya
patuh akan nasehat suami walaupun umur
suami lebih muda (Responden 9, baris 6367)”.
“Saya tidak tega bila melanggar perintah
suami karena ia adalah suami. Kedudukan
suami membuat saya, istri, harus menurutinya
termasuk ketika ia meminta saya menyetop
minum obat dari bidan dan mengganti dengan
minum susu ibu hamil. (Responden 23, baris
69-70)”.
“Sebagai isteri maka saya sangat menghormati
suami ulun, walau saya tahu jika minum tablet
itu baik tetapi sudah menjadi kewajiban isteri
untuk patuh pada suami yang melarang
meminum tablet itu dan menggantinya dengan
susu (Responden 27, baris 74-77)”.
KESIMPULAN
Penelitian ini hanya menyoroti hubungan antara
suami dan isteri terutama pada saat isteri sedang hamil
serta kaitannya dengan konsumsi tablet besi dengan
pedekatan riset kekuasaan sosial (French dan Raven,
1959) serta riset dimensi budaya Indonesia (Sihombing
dan Pongtuluran, 2011) dan menggunakan metode
analisis protokol verbal.
Secara umum ibu hamil yang diwawancarai
mengungkapkan pernyataan yang dapat disesuaikan
dengan tema yang ada dalam hasil penelitian French
dan Raven (1959) dan Sihombing dan Pongtuluran
(2011).
Dalam analisis terungkap bahwa ibu hamil juga
mengungkapkan beberapa atribut baru terkait pengaruh
peran suami dalam proses pengambilan keputusan.
Atribut tambahan ini sesuai dengan kearifan budaya
lokal yang ada dan berlaku di kalangan masyarakat
suku Banjar di Indonesia yang patuh pada ajaran Islam,
bertoleransi dan mendahulukan kepentingan bersama,
serta patuh pada izin dari suami (Zulkifli, 2008).
Walaupun riset masih merupakan kesimpulan
awal tetapi atribut tambahan ini akan memperluas
pemahaman tentang besarnya pengaruh suami dalam
proses pengambilan keputusan seorang ibu hamil yang
dilandasi oleh kearifan lokal yang berlaku. Kearifan
budaya lokal mempengaruhi evaluasi ibu hamil untuk
menilai peran suami dalam ikut mempengaruhi proses
pengambilan keputusan.
Diperlukan penelitian lanjutan terkait dengan
variabel spesifik peran suami dalam proses
pengambilan keputusan seorang ibu hamil berdasarkan
kearifan budaya lokal yang berlaku di masyarakat.
Variabel spesifik tersebut adalah ketergantungan atas
izin suami, serta kedudukan istimewa suami atas
keputusan ibu hamil dikaitkan dengan dimensi dalam
kekuasaan sosial dalam French dan Raven (1959), dan
juga variabel patuh pada ajaran agama, serta kompromi
dalam keputusan dikaitkan dengan dimensi budaya
Indonesia dalam riset Sihombing dan Pongtuluran
(2011) atau dengan konsep-konsep lain.
Penelitian ini hanya meneliti para responden
beragama Islam, sehingga hasil yang ada hanya
menggambarkan pengaruh budaya Islam dalam
kearifan budaya lokal yang berlaku di masyarakat.
Perlu ada penelitian lebih lanjut terutama dengan
agama yang lain serta kaitannya dengan kearifan
budaya lokal yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Atman C., J., and Bursic K., M. (1998). Verbal
protocol analysis as a method to document
engineering student design process. Journal of
Engineering Education. 87 (2), 121-132.
Banhidy, F., Acs, N., Puho, E.H., Czeizei, AE. (2011).
Iron deficiency anemia: pregnancy outcomes
with or without iron supplementation.
Nutrition. 27, 65-72.
Berne, J. (2004). Think-aloud protocol and adult
learners. Adult Basic Education. 4 (3), 153173.
Berry, J.W., Segall, M.H., Kagitcibasi, C. (1980).
Handbook of Cross-Cultural Psychology:
Social Behavior and Applications. Vol. 3. 2nd
Ed. Allyn & Bacon. Boston.
Chang, M., Feller, E., Nimmagadda, J. (2009). Barriers
to healthcare access in Southeast Asian
community of Rhode Island. Medicine and
Health. 92 (9), 310-313.
Chiou, J.S. (1998). The effects of attitude, subjective
norm, and perceived behavioral control on
consumers’
purchase
intentions:
the
moderating effects of product knowledge and
attention to social comparison information.
Proceedings of the National Science Council.
9 (2), 298-308.
Chunuan, S., Vanaleesin, S., Morkreuengsai, S.,
Thitimapong, S. (2007). The Thai culture and
women’s participation in their maternity care.
Songkla Medicine Journal. 25 (3), 231-239.
Demaio, A. (2011). Local wisdom and health
promotion: barrier or catalyst? Asia Pacific
Journal of Public Health. 23 (2), 127-132.
Doi: 10.1177/1010539509339607.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2011).
Data dan informasi. Pusat data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.
Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin. (2011-2012).
Profil
kesehatan
kota
Banjarmasin.
Pemerintah Kota Banjarmasin.
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan. (20092011). Laporan dinas kesehatan provinsi
Kalimantan Selatan. Pemerintah Provinsi
Kalimantan Selatan.
French, J.R.P., Raven, B. (1959). The bases of social
power. In Studies in Social Power. D.
Cartwright (ed), Pp. 150-167. Ann Arbor
Mitch: Institute for Social Research for Group
Dynamics. University of Michigan.
Galloway, R., Dusch, E., Achadi, E., Elder, L.,
Grajeda, R., Hurtado, E., Favin, M., Kanani,
S., Marsaben, J., Meda, N., Moore, K.M.,
Morison, Raina, N., Rajaratnam, J.,
Rodriquez, J., Stephen, C. (2002). Women’s
perception of iron deficiency and anemia
prevention and control in eight developing
countries. Social Science and Medicine. 55,
529-244.
Galloway, R., McGuire, J. (1994). Determinant of
compliance with iron supplementation:
supplies, side effects, or psychology? Social
Science and Medicine. 39, 381-390.
Goonewardene, M., Shehata, M., Hamad, A. (2012).
Anaemia in pregnancy. Best Practice and
Research
Clinical
Obstetrics
and
Gynaecology. 26, 3-24.
Hofstede, G. (1983). National cultures in four
dimension: a research-based theory of cultural
differences among nations. International
Studies of Man and Organization. 13 (1-2),
46-74.
Hugtenburg, J.G., Timmers, L., Elders, P.J.M.,
Vervloet, M., van Dijk, L. (2013). Definition,
variants, and causes of nonadherence with
medication: a challenge for tailored
interventions. Patient Preference and
Adherence.
7,
675-682,
doi:
10.2147/PPA.S29549
Johnson, W.T.D., Graham, D.Y. (2011). Diagnosis and
management of iron deficiency anemia in the
21st century. Therapeutic Advances In
Gastroenterology.
4,
177-184,
doi: 10.1177/1756283X11398736.
Kementerian Kesehatan RI. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan. (2010). Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010. Jakarta
Kuusela, H and Paul, P. (2000). A comparison of
concurrent and retrospective verbal protocol
analysis. The American Journal of Psychology
113 (3), 387-404.
Lunenburg, F.C. (2012). Power and leadership: an
influence process. International Journal of
Management, Business, and Administration.
15 (1), 1-9.
Mathes, T., Antoine, S.L., Pieper, D. (2014). Factors
influencing adherence in hepatitis-C infected
patients: a systematic review. Infectious
Diseases. 14 (203), 1-13, doi: 10.1186/14712334-14-203.
O’Reilly, C.A., Chatman, J.A. (1996). Culture as social
control: corporations, cults, and commitment.
Research In Organizational Behavior. 18,
157-200.
Ost, L.G. (2014). The efficacy of acceptance and
commitment therapy: an updated systematic
review
and
meta-analysis.
Behaviour
Research and Therapy. 61, 105-121,
doi:10.1016/j.brat.2014.07.018
Patrick, J., and James, N. (2004). Process tracing of
complex cognitive work task. Journal of
Occupational and Organizational Psychology.
7 (2), 259-280.
Payne, J.W., (1994). Thinking aloud: Insight into
information
processing.
Psychological
Science 5 241-248.
Pound, P., Britten, N., Morgan, M., Yardley, L., Pope,
C., Daker-White, G., Campbell, R. (2005).
Resisting medicines: a synthesis of qualitative
studies of medicine taking. Social Science And
Medicine.
61,
133-155,
doi:10.1016/j.socscimed.2004.11.063
Prasilowati, S.L. (2000). An Analysis Of Women’s
Education In Indonesia: Empowerment And
Barriers. Thesis. International Development
Studies Saint Mary’s University. HalifaxCanada.
Ramakrishnan, U. (2001). Nutritional Anemias. CRC
Press LLC. Florida.
Raven, B.H. (2008). The bases of power and the
power/interaction model of interpersonal
influence. Analyses of Social Issues and
Public
Policy.
8
(1),
1-22,
doi: 10.1111/j.1530-2415.2008.00159.x
Roberfroid, D., Huybregts, L., Lanou, H., Habicht, JP.,
Henry, MC., Meda, N., Kolsteren, P. (2011).
Prenatal
micronutrient
supplements
cumulatively increase fetal growth. The
Journal of Nutrition. 142, 548-554, doi:
10.3945/jn.111.148015
Sihombing, S.O., Pongtuluran, F.D. (2011).
Pengidentifikasian dimensi-dimensi budaya
Indonesia: pengembangan skala dan validasi.
Paper presented at Seminar Nasional
Sustainable
Competitive
Advantage-1.
Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
Stoltzfus, R.J. (2011). Iron interventions for women
and children in low-income countries. The
Journal of Nutrition. 141, 756-762,
doi: 10.3945/jn.110.128793
West, C., Zimmerman, D.H. (1987). Doing gender.
Gender and Society. 1 (2), 125-151.
Widiastuti, T. (2012). Analisis framing sebuah konflik
antarbudaya
di
media.
Journal
Communication Spectrum. 1 (2), 147-170.
Wild, C.T., Cunningham, J.A., Ryan, R.M. (2006).
Social pressure, coercion, and client
engagement at treatment entry: a selfdetermination theory perspective. Addictive
Behavior.
31,
1858-1872,
doi:
10.1016/j.addbeh.2006.01.002
World
Health Organizatioan (WHO). (2011).
Prevention of iron deficiency anaemia in
adolescents: role of weekly iron and folic acid
supplementation. New Delhi.
Wroe, A.L. (2002). Intentional and unintentional
nonadherence: a study of decision making.
Journal Of Behavioral Medicine. 25 (4), 355372, doi: 10.1023/A:1015866415552.
Zhou, S.J., Gibson, R.A., Crowther, C.A., Baghurst, P.,
Makrides, M. (2006). Effect of iron
supplementation during pregnancy on the
intelligence quotient and behavior of children
at 4 year of age: long-term follow-up of a
randomized controlled trial. The American
Journal of Clinical Nutrition. 83, 1112-1117.
Zulkifli, H. (2008). Nilai budaya Banjar dalam cerita Si
Palui. Disertasi. Program Pascasarjana.
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia.
Universitas Negeri Malang.
Download