BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN, TEMUAN, INTERPRETASI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Bab ini terdiri atas 5 (lima) bagian yang menggambarkan tahapan dalam pelaksanaan penelitian. Bagian kesatu adalah pelaksanaan penelitian, yang mencakup langkah-langkah: a), persiapan teknis dan administratif; b), ujicoba instrumen studi pendahuluan; c), pengumpulan data studi pendahuluan; d), pengembangan model pembelajaran program produktif SMK program keahlian Teknik Mekanik Otomotif; e), ujicoba terbatas dan lebih luas; f), pelaksanaan uji validasi model; dan g), analisis dan kesimpulan hasil Bagian kedua adalah uraian tentang temuan hasil penelitian/studi pendahuluan, mencakup: a), gambaran umum tentang bentuk penyelenggaraan pembelajaran program produktif dalam rangka implementasi kurikulum SMK saat ini; b), prosedur penyusunan rencana pembelajaran; c), bentuk penyelenggaraan diklat Program Produktif: d), pelaksanaan tugas guru program produktif; e), bentuk dukungan stakeholders terkait; dan f)- dukungan alat dan fasilitas diklat Program Produktif; dan g), gambaran tentang hasil pembelajaran produktif (kompetensi) siswa. Bagian ketiga adalah uraian tentang pelaksanaan dan hasil pengembangan desain model, yang mencakup: a), pengembangan desain model pembelajaran program produktif SMK program keahlian Teknik Mekanik Otomotif; b), pelaksanaan dan hasil ujicoba terbatas; c), pelaksanaan dan hasil ujicoba lebih luas. Bagian keempat adalah uraian tentang pelaksanaan dan hasil uji validasi model, yang UI 112 mencakup paparan tentang penerapan model dan dampaknya terhadap: a), peningkatan prestasi siswa hasil belajar diklat produktif; dan b), pelaksanaan tugas guru program produktif. Bagian kelima adalah interpretasi dan pembahasan hasil penelitian, yang memaparkan tentang kajian kritis terhadap hasil penelitian berdasarkan rujukan teoretis dan empiris, untuk berikutnya menjadi dasar dalam pengambilan kesimpulan dan rekomendasi hasil penelitian. A. Tahap Pelaksanaan Penelitian Dalam penelitian ini dilaksanakan tahap-tahap sebagai berikut: l). persiapan teknis dan administratif, 2). pengembangan dan uji coba instrumen studi pendahuluan; 3). pengumpulan data studi pendahuluan; 4). pengembangan model pembelajaran program produktif SMK program keahlian teknik Mekanik Otomotif; 5). pelaksanaan dan hasil uji validasi model; dan 6). analisis dan kesimpulan hasil. 1. Persiapan Teknis dan Adminsitratif Persiapan teknis dan administratif ini ditempuh dengan telah disetujuinya desain penelitian, dan telah ditetapkannya Tim Komisi Pembimbing, berdasarkan Surat Keputusan Direktur Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia No.0599/J33.07/PP.04.01/ 2004 tanggal 4 April 2004. Penulis melakukan persiapan antara lain: (a), melakukan penjajagan ke kantor Dinas Pendidikan Kota Semarang, untuk memperoleh gambaran tentang SMK yang membuka program studi Teknik 113 Mekanik Otomotif; (b) melakukan penjajagan terhadap SMK-SMK yang akan menjadi lokasi penelitian. Langkah berikutnya, penulis mengurus ijin penelitian, hingga dikeluarkan ijin penelitian No. 1772/J33.7/PL.03.06/2004, tertanggal 17 Juni 2004, yang ditandatangani Asisten Direktur H atas nama Direktur Program Pascasarjana UPL 2. Pengembangan dan Ujicoba Instrumen Studi Pendahuluan Sebagai bagian penting dalam pelaksanan studi penduhuluan adalah instrumen pengumpulan data. Untuk itu segera setelah dilakukan persiapan, berikutnya penulis mengembangkan instrumen pengumpulan data untuk studi pendahuluan. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian/studi pendahuluan ada dua macam, yaitu; (a) angket untuk Ka Prodi, Guru Program Produktif, Instruktur industri, dan untuk siswa; (b) daftar centang (check list) untuk mengamati dan mengidentifikasi kondisi yang dijelaskan dalam angket Ada dua tahap dalam melakukan ujicoba instrumen, yaitu penilaian para pakar (expert judgement), dan uji keterbacaan, baik untuk angket maupun daftar centang Penilaian pakar dilakukan untuk menilai struktur dan isi (content) pada tiap-tiap sub pertanyaan/observasi. Sedangkan uji keterbacaan dilakukan untuk menilai apakah redaksi dan rumusan kalimat dalam instrumen dapat dipahami oleh responden. Dengan demikian instrumen ini mendasarkan kepada kesahihan (validitas) isi (content validity), dan validasinya menggunakan expert judgement. Berdasarkan uji coba instrumen studi pendahuluan dapat dijelaskan hasil sebagai berikut: 114 a. Hasil penilaian struktur dan isi instrumen memberikan koreksi terhadap beberapa hal, yaitu: 1). perlu penataan terhadap sistematika angket, dalam sub pertanyaan II. 1 (strategi umum pelaksanaan pembelajaran program produktif) sehingga menjadi lebih fokus; 2). perlu keterangan tambahan siapa yang dimaksud pelaksana kurikulum program produktif; karena pelaksana langsung di lapangan adalah Ka Prodi, Guru program produktif dan instruktur lapangan. b. Hasil uji keterbacaan memberikan masukan sebagai berikut 1). Pertanyaan pada sub I butir 3 dan yang sejenisnya, perlu ditegaskan batasan bertanggung jawab; sebab ada yang bertindak sebagai pelaksana dan penanggung jawab; 2). Pertanyaan sub II butir 4, yang dimaksud penyusun apakah berarti juga menghimpun, karena modul tertentu sebagian sudah disediakan oleh Direktorat. 3. Pengumpulan Data Studi Pendahuluan Setelah instrumen pengumpulan data dilakukan perbaikan berdasarkan masukan dan koreksi dalam pelaksanaan uji coba, berikutnya digunakan dalam studi pendahuluan. Pendekatan yang diterapkan dalam studi pendahuluan bersifat deskriptif, yaitu mendeskripsikan bentuk penyelenggaraan pembelajaran program produktif, khususnya pada program keahlian Teknik Mekanik Otomotif, beserta aspek-aspek pendukung dalam pelaksanaan pembelajaran produktif. Pengumpulan data dalam studi pendahuluan secara kronologis dilakukan dengan memberikan angket kepada responden (Ka Prodi, Guru Program Produktif, Instruktur dan Siswa). 115 Setelah jawaban angket dikumpulkan, berikutnya penulis melakukan pengamatan terhadap kondisi/lingkungan bengkel/workshop, sebagai langkah pengecekan silang (cross check) terhadap apa yang telah diinformasikan responden dalam jawaban angket Jawaban hasil angket dengan temuan hasil pengamatan selanjutnya menjadi sumber utama dalam melakukan analisis temuan terhadap aspek-aspek yang menjadi fokus dalam studi pendahuluan. Hasil analisis temuan tersebut pada dasarnya menjadi acuan dalam langkah berikutnya, yaitu pengembangan desain model pembelajaran program produktif dalam rangka implementasi kurikulum produktif. 4. Pengembangan Model Pembelajaran Program Produktif Kegiatan utama dalam tahap pengembangan penelitian ini adalah pengembangan model pembelajaran program produktif SMK program keahlian teknik Mekanik Otomotif yang mencakup kegiatan: pengembangan draft desain model; uji coba terbatas; serta uji coba lebih luas. 4.1. Pengembangan Desain Mode) Pengembangan draft desain model dilakukan secara bertahap berdasarkan analisis dan kesimpulan hasil studi pendahuluan, terutama yang secara spesifik berkaitan dengan bentuk penyelenggaraan pembelajaran program produktif. Karena fokus pengembangan desain model ini berkaitan dengan model pembelajaran program produktif pada program keahlian Teknik Mekani Otomotif, maka analisis temuan juga secara spesifik dilakukan terhadap penyelenggaraan pembelajaran produktif pada program keahlian Teknik Mekanik 116 Otomotif. Dalam pengembangan desain model ini bersifat mikro dalam lingkup pembelajaran; dengan demikian dipilih satu mata diklat yaitu Perbaikan Motor Otomotif, yang diselenggarakan pada kelas dua SMK, semester tiga dan empat Tahap-tahap pengembangan desain model serta hasil yang diperoleh, diuraikan dalam pembahasan selanjutnya. 4.2. Ujicoba Terbatas dan Lebih Luas Draft desain model yang telah dirancang bersama antara penulis dengan guru mata diklat Perbaikan Motor Otomotif, tahap selanjutnya memasuki uji coba terbatas. Tujuan pelaksanaan uji coba terbatas adalah untuk memperoleh gambaran tentang kelayakan desain model yang dikembangkan, serta melakukan, perbaikan desain model berdasarkan masukan/koreksi dalam lingkup terbatas. Berdasarkan masukan dan koreksi dalam uji coba terbatas, berikutnya desain model dilakukan perbaikan untuk selanjutnya memasuki uji coba lebih luas. Secara kronologis, tahapan pelaksanaan dan hasil uji coba terbatas dan lebih luas diuraikan dalam pembahasan tentang pengembangan model. 5. Uji Validasi Model Sebagai langkah untuk menilai keterterapan model yang telah melalui uji coba terbatas dan lebih luas, maka berikutnya desain model yang dikembangkan memasuki tahap uji validasi. Tahap ini merupakan fase penerapan model dalam kancah yang sebenarnya (dalam proses pembelajaran program produktif), tanpa kehadiran penulis baik secara personal, maupun dalam bentuk arahan/bimbingan. 117 Penulis dalam konteks mi bersifat memantau pelaksanaan uji validasi, agar tahap uji validasi berjalan dalam kondisi wajar {real setting), sesuai dengan lingkungan SMK yang menjadi subyek uji validasi. Tahapan pelaksanaan dan hasil uji validasi model, dijelaskan dalam pembahasan tentang uji validasi. 6. Analisis dan Kesimpulan Hasil Penelitian Analisis dan kesimpulan hasil penelitian yang dilakukan pada dasarnya berkaitan dengan tujuan penelitian, baik secara umum maupun khusus. Dalam tujuan khusus penelitian telah dirumuskan hasil-hasil yang diharapkan dapat dicapai, sejalan dengan tahap-tahap penelitian yang dirancang. Dalam konteks hasil final, maka tujuan penelitian tersebut dirumuskan untuk menemukan dampak pelaksanaan model pembelajaran program produktif terhadap peningkatan kompetensi siswa, serta dukungan terhadap pelaksanaan tugas guru program produktif. Dengan demikian analisis yang diterapkan berdasarkan pendekatan tertentu, serta kesimpulan hasil penelitian yang dirumuskan, akan bermuara kepada tujuan final tersebut B. Temuan Hasil Studi Lapangan Studi lapangan dalam penelitian ini dilaksanakan di empat SMK, yaitu SMKN A Semarang, SMKN b Semarang, SMK C, dan SMK D Semarang. Sesuai dengan rancangan penelitian, terdapat tujuh aspek (komponen) yang diungkap dalam studi lapangan, pembelajaran yang program menggambarkan produktif, yaitu: bentuk (1) penyelenggaraan gambaran umum (faktual) tentang penyelenggaraan pembelajaran program produktif SMK saat ini, (2) prosedur 118 penyusunan rencana pembelajaran program produktif; (3) bentuk pelaksanaan pembelajaran program produktif, (4) pelaksanaan tugas-tugas guru program produktif; (5) bentuk dukungan stakeholders terkait; dan (6) dukungan alat dan fasilitas pembelajaran program produktif; serta (7) gambaran hasil diklat produktif (kompetensi) siswa. 1. Pola Penyelenggaraan Pembelajaran Program Produktif SMK Saat Ini Berdasarkan hasil survei yang dilakukan pada empat SMK yang menjadi subyek dalam penelitian ini, diperoleh gambaran umum tentang bentuk penyelenggaraan pembelajaran program produktif dalam rangka implementasi kurikulum sebagai berikut: a. Penyelenggaraan pembelajaran program produktif SMK, masih banyak menemui hambatan, di samping mencirikan keberagaman tertentu, yang cenderung mengarah kepada kondisi tidak optimal. Beberapa temuan spesifik yang berkaitan dengan penerapan kurikulum program produktif adalah: (a) peran guru program produktif dalam pengembangan GBPP program produktif pada seluruh SMK yang diteliti belum berjalan optimal, sehingga terdapat beberapa mata diklat program produktif belum dilakukan sinkronisasi (penyelarasan) GBPP; (b) pola penyelenggaraan pembelajaran program produktif memiliki kecenderungan berbeda antara satu SMK dengan SMK yang lain, baik dalam perancangan, proses pelaksanaan, pola pembagian/alokasi waktu, maupun tempat pelaksanaannya; 119 (c) pelaksanaan evaluasi hasil belajar terdapat perbedaan antara SMKN A, SMKN B dan SMK C, khususnya dalam pelaksanaan uji kompetensi dan sertifikasi; sedangkan dalam pelaksanaan evaluasi formatif dan sumatif, memiliki pola yang cenderung sama; (d) dukungan stakeholders pada masing-masing SMK memiliki kecenderungan bervariasi, sesuai dengan pertimbangan subyektif masingmasing stakeholders. Pada SMK negeri dukungan stakeholders cenderung lebih intensif mulai dari penyelarasan GBPP program produktif sampai dengan pelaksanaan uji kompetensi dan sertifikasi; sedangkan pada SMK C, dukungan stakeholders terbatas H ^ m penempatan siswa prakerin; (e) dukungan dan ketersediaan alat/fasilitas dalam penyelenggaraan diklat produktif terdapat perbedaan, sesuai dengan kondisi SMK dan akses kerjasama dengan Du/Di. Alat dan fasilitas di SMKN A tergolong lengkap dan memiliki akses kerjasama dengan institusi pasangan lebih luas, dibandingkan dengan SMKN B; demikian juga alat dan fasilitas di SMKN B tergolong lebih lengkap dan memiliki akses lebih luas dibandingkan dengan SMK C; (f) hasil pembelajaran dalam bentuk kompetensi siswa menunjukkan kecenderungan perbedaan dalam mutu; salah satu indikatornya adalah pada SMK negeri mampu mengirimkan siswa untuk melaksanakan uji kompetensi dengan prosentase kelulusan 50% - 60%, sedangkan SMK C belum mampu mengirimkan siswa untuk melakukan uji kompetensi. 120 Dalam konteks yang lebih spesifik ditemukan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran program produktif pada seluruh SMK yang diteliti, guru program produktif belum mengembangkan strategi pembelajaran yang mengarah kepada prinsip highly effective éducation and training program, guna menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi tinggi. Dalam hemat penulis, pembelajaran program produktif perlu mengembangkan metoda/strategi yang berisi seperangkat preskripsi pembelajaran bagi siswa dan guru untuk mencapai standar kompetensi (hasil pembelajaran) yang dirumuskan. Untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran, guru belum mengembangkan modul-modul pembelajaran dan instructional sheets secara baik, sebagai suatu paket pembelajaran (learning package) yang utuh sebagai salah satu perangkat pembelajaran program produktif. Pembelajaran program produktif adalah berbasis kompetensi, namun guru program produktif belum menyiapkan perangkat pembelajaran secara terstrukutr untuk tiap-tiap kompetenst/sub kompetensi yang akan dipelajari siswa. Dari empat SMK yang disurvei, hanya sebagian yang menerapkan penggunaan job sheet, itupun dalam format yang tidak lengkap; sementara beberapa SMK yang tidak menggunakan job sheet. Keadaan ini dimungkinkan karena beberapa alasan, yaitu: (a) pengguaan job sheet dianggap sudah biasa, sehingga guru menganggap sudah hafal di luar kepala; (b) ada kebimbangan bagi para guru, format mana yang akan dipakai dalam membuat job sheet, karena ternyata versinya juga berbeda-beda. 121 d. Sebagian besar guru program produktif, dalam melaksanakan evaluasi basil belajar diklat produktif siswa lebih menekankan sedikit aspek pengetahuan, dan lebih banyak aspek keterampilan kerja; sementara sebagian besar aspek pengetahuan (kognitif) dan sikap kerja (disiplin, ketelitian, kecermatan kerja dsb), belum diungkap. Dalam hemat penulis, faktor utama hai ini adalah belum adanya perangkat pembelajaran program produktif yang mengungkap prestasi (kecakapan) siswa hasil belajar diklat produktif secara komprehensif, mencakup aspek pengetahuan, keterampilan kerja, dan sikap kerja Dalam perkembangannya saat ini, untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran berbasis kompetensi dan produksi, penggunaan job sheet saja tidak cukup, sehingga dibutuhkan model pembelajaran dengan pendekatan tertentu yang dapat mengoptimalkan penyelenggaraan pembelajaran produktif sehingga meningkatkan prestasi siswa hasil belajar diklat produktif. Model pembelajaran yang dikembangkan juga memungkinkan fleksibilitas dalam penyusunan kegiatan belajar secara individual atau kegiatan belajar remedial, karena ada kemungkinan sesorang anak didik belum mencapai kompetensi hanya dalam unit-unit belajar tertentu saja, sehingga dengan menambah atau mengulangi unit yang kurang tersebut secara individual masalah tersebut dapat diatasi. 2. Mekanisme Penyelenggaraan Pembelajaran Program Produktif Seperti diketahui, dalam struktur kurikulum program produktif, terdapat dua kelompok mata diklat yang memiliki ciri/sifat berbeda, yaitu: (1) kelompok mata diklat produktif yang bersifat teoretik atau yang pembelajarannya lebih banyak 122 dilaksanakan di dalam kelas, seperti Perhitungan Dasar Konstruksi Mesin; dan Menggambar Teknik Dasar, dan (2) kelompok mata diklat produktif yang bersifat praktik atau yang bengkel/workshop/unit pembelajarannya produksi/Du/Di, lebih seperti: banyak Perbaikan dilaksanakan Motor di Otomotif, Perbaikan Chasis dan Pemindah Tenaga, Perbaikan Sistem Kelistrikan Otomotif, Perbaikan Bodi Otomotif Dasar dsb. Dengan dua ciri/sifat kelompok mata diklat seperti tersebut, sangat memungkinkan masing-masing SMK memilih pola yang tidak sama dalam penyelenggaraannya. Secara prinsip, dalam suatu mata diklat produktif tidak dipisahkan antara pembelajaran praktik dan teori; artinya tidak dikenal istilah teori atau praktik pada satu mata diklat produktif Kedua hal tersebut (teori dan praktik) pada dasarnya menyatu dalam kegiatan pembelajaran suatu mata diklat, hanya proporsinya yang ditentukan secara berbeda. Dalam GBPP dan pedoman penyelenggaraan diklat produktif kurikulum SMK edisi 1999, secara eksplisit disebutkan beberapa hal: (1) alokasi waktu pembelajaran praktik dalam program produktif minimum 70%, yang berani teori maksimum 30%; (2) pengaturan waktu pembelajaran dalam bentuk jadwal mingguan dalam 1 (satu) tahun dilakukan masing-masing sekolah dengan memperhatikan : keutuhan dan ketuntasan penguasaan kompetensi; kesinambungan proses pembelajaran; dan efisiensi penggunaan sumber daya pendidikan; (3) paket keahlian produktif dilaksanakan di industri atau sebagian di sekolah. Prinsip yang sama pada dasarnya juga berlaku bagi pola pembelajaran program produktif yang tertuang dalam kurikulum SMK 2004. 123 Mekanisme penyelenggaraan pembelajaran program produktif, secara spesifik dapat dikelompokkan dalam tiga kegiatan utama, yaitu: (a) penyusunan rencana pembelajaran; (b) pelaksanaan pembelajaran; dan (c) evaluasi hasil pembelajaran. Berdasarkan studi pendahuluan terhadap tiga kegiatan tersebut, dapat dijelaskan sebagai berikut: 2.1 Penyusunan Rencana Pembelajaran Langkah awal yang harus dilakukan pelaksana kurikulum program produktif (Ka Prodi dan guru program produktif) di lapangan untuk melaksanakan pembelajaran berbasis menyiapkan/menyusun kompetensi program dan pembelajaran berbasis sehingga produksi adalah menjadi rencana pembelajaran yang siap diterapkan dan sejalan dengan kondisi institusi pasangan serta sesuai dengan standar kompetensi lulusan yang dirumuskan. Untuk mencapai hal tersebut, maka tugas yang semestinya dilakukan oleh pelaksana kurikulum, terutama Ka Prodi dan Guru Program Produktif, adalah; (a) mengkaji dan menganalisis standar kompetensi lulusan suatu program keahlian; (b) mengkaji GBPP program produktif, dan (c) mengidentifikasi dan menganalisis kebutuhan dan perkembangan Du/Di atau institusi pasangan. Tujuan dilaksanakannya tiga hal di atas adalah agar rencana program pembelajaran yang disusun dapat dirancang dengan tepat serta sesuai dengan rumusan tujuan pembelajaran program produktif. Langkah menyiapkan rencana pembelajaran tersebut menjadi sangat penting terutama pada kelompok mata diklat yang menitikberatkan pada penguasaan keahlian dan kompetensi produktif, serta dalam penyelenggaraan pembelajarannya perlu memperoleh dukungan sarana bea^el/workshop atau pihak institusi pasangan. 124 Berdasarkan survei yang dilakukan di SMKN A, produktif telah membuat rencana pembelajaran Ka Prodi dan guru program produktif dengan mendasarkan kepada tiga hal di atas; sedangkan di SMKN B dan SMK C, rencana pembelajaran produktif dirancang hanya mendasarkan kepada dua hal, yaitu GBPP Produktif dan kondisi institusi pasangan. Secara ideal, penyusunan rencana pembelajaran produktif semestinya mendasarkan kepada tiga hal seperti diuraikan di atas; di samping untuk menyelaraskan isi rencana pembelajaran dengan kondisi riel di lapangan, juga untuk mengarahkan bahwa rumusan tujuan pembelajaran dirancang sesuai dengan tuntutan kompetensi dan kondisi Du/Di. Secara spesifik, dijumpai bahwa dalam penyusunan rencana pembelajaran program produktif yang dilakukan oleh guru dapat dideskripsikan hasilnya dalam empat hal pokok sebagai berikut: (l) materi pembelajaran, kurang memuat bahan pembelajaran yang mendukung kompetensi yang akan dicapai; kemudian penyusunannya menekankan pokok bahasan; serta tidak dihimpun dalam bentuk modul-modul pembelajaran; (2) metoda/strategi pembelajaran, sebagian besar meriskankan perlakukan klasikal dengan metoda utama ceramah dan tanya jawab; dan tidak menerapkan pembelajaran modular, (3) bahan dan alat pembelajaran yang ada, kurang sejalan dengan tujuan serta kompetensi yang akan dicapai; dan (d) rencana evaluasi, direncanakan program pengayaan (enrichment) tetapi tidak mengintegrasikan tes tertulis dan tes tindakan. 2.2 Pelaksanaan Pembelajaran Dari survei yang dilakukan ditemukan bahwa penyelenggaraan pembelajaran program produktif, khususnya pada program Teknik Mekanik Otomotif dapat 125 dideskripsikan dalam tiga hal, yaitu: (1) dalam pelaksanaan pembelajaran program produktif dan pemberian tugas pembelajaran kepada siswa, para guru tidak mengembangkan model preskriptif dan tidak mengembangkan instructional sheets sebagai suatu paket pembelajaran {learning package); (2) pemberian tugas pembelajaran dan pembimbingan bersifat klasikal; dan (3) bentuk operasional pembelajaran di lapangan ada tiga pola yaitu: (a) pola day-release; (b) semi blockrelease atau pola on-off, dan (c) pola block-release. Pola day-release dan semi-block release, lebih banyak diterapkan pada penyelenggaraan pembelajaran program produktif di sekolah (SMK); sedangkan block-release diterapkan pada diklat praktik kerja industri (prakerin). Dalam pembelajaran program produktif di SMKN B dan SMK D, para guru program produktif masih menggunakan lembar-lembar pembelajaran {instructional sheets), dalam bentuk job sheet, namun dalam versi yang berbeda. Sedangkan di SMKN A dan SMK C para guru dan instruktur tidak menggunakan job sheet, dengan alasan diklat yang dilaksanakan sudah sangat diketahui urutan dan prosedurnya, sehingga lebih mudah mengajar tanpa menggunakan job sheet. Tabel: 4.1 Deskripsi Pemanfaatan Instructional Sheets dalam Pembelajaran Program Produktif Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotif No. 1. 2. 3. 4. SMK SMKN B SMK D SMKN A SMK C Bentuk Instructional Sheets Job sheet Lainnya ada tidak ada ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada 126 Dari tabel 4.1 di atas tergambar bahwa perangkat pendukung pelaksanaan diklat produktif, sebagian besar tidak dikembangkan oleh guru, hanya sebagian kecil yang mengembangkan dan menggunakan, itupun hanya dalam bentuk job sheet. Padahal, idealnya dengan pendasarkan kepada model pembelajaran tertentu, perlu dikembangkan instructional sheets sebagai suatu paket pembelajaran (learning package). Hal ini terlebih dalam pembelajaran program produktif, sebab di samping bahan-bahan instruksional yang konvensional seperti buku, manual atau media cetak dan non cetak; perlu dikembangkan instructional sheets, yang mencakup learning guide, job sheet, deskripsi leraning steps, sel/ check, dan perangkat tes. Dengan demikian untuk memperoleh peningkatan prestasi siswa hasil belajar diklat produktif, dalam pembelajaran program produktif tidak cukup hanya menggunakan job sheet namun juga perlu perlu dikembangkan instructional sheets dengan mendasarkan kepada model pembelajaran preskriptif. Penyelenggaraan pembelajaran program produktif di SMKN B dan SMK C menggunakan pola day-release, yaitu pelaksanaan pembelajaran kelompok mata diklat produktif yang bersifat praktik dilaksanakan selama 1 (satu) atau 2 (dua) hari berturut-turut di bengkel/work shop atau di unit produksi (UP) sekolah, sedangkan pembelajaran mata diklat produktif yang bersifat teori dilaksanakan selama 4 (empat) atau 5 (lima) hari di kelas. Sedangkan di SMKN A Semarang menggunakan pola semi-block atau biasa disebut pola on-off, yaitu pembelajaran kelompok mata diklat produktif yang bersifat praktik dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan berturutturut atau setara 13-15 minggu yang dilaksanakan di bengkel/workshop/unit produksi sekolah; kemudian 15-17 minggu berikutnya pembelajaran kelompok mata diklat 127 produktif yang bersifat teori, yang dilaksanakan di kelas. Bentuk pelaksanaan pembelajaran program produktif di tiga SMK yang diteliti, sebagai berikut: Tabel: 4.2 Pola Pelaksanaan Pembelajaran Program Produktif SMK Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotif Pola Diklat Lama waktu Prakerin Kelompok Praktik 4-5 hr/minggu 6 bki/Block-release No SMK 1. SMKN B Day-release Kelompok Teori 1-2 nr/minggu 2. SMKNA Semi-block/ On-off 3 bin-13-15 minggu 15-17 minggu 6 bln/Block-release 3. SMK C Day-release 1-2 hr/ming&u 4-5 hr/minggu 3 bln/Block-release Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat dijelaskan bahwa pelaksanaan praktik kerja industri (prakerin), ketiga SMK yang diteliti menerapkan pola block-release, hanya lama waktunya berbeda sesuai dengan kesediaan/kesepakatan dengan EP. Untuk siswa SMKN B dan SMKN A lama waktu prakrein selama 6 (enam) bulan; sedangkan siswa SMK C selama 3 (tiga) bulan. Fokus diklat yang dilaksanakan selama pelaksanaan prakerin pada dasarnya adalah pembekalan keahlian (kompetensi) kerja melalui pelibatan siswa dalam aktivitas produktif, baik dalam produksi komponen otomotif maupun pengadaan jasa perbaikan otomotif. Dari pengumpulan data yang dilakukan diperoleh gambaran tentang komponen penyelenggaraan diklat program produktif sebagai berikut: (1) pendekatan pembelajaran; (2) tingkat kemampuan guru program produktif; (3) strategi pelaksanaan diklat produktif; dan (4) peran guru program produktif. Dalam pendekatan pembelajaran, ditemukan bahwa pembelajaran berbasis kompetensi belum dapat dilaksanakan secara maksimal, salah satunya karena untuk seluruh mata 128 diklat program produktif dalam pembelajarannya tidak menerapkan modul pembelajaran dan instructional sheets kompetensi/sub kompetensi yang dirumuskan. Sebagian besar guru program produktif, khususnya pengampu diklat Teknik Mekanik Otomotif, telah memperoleh pembekalan atau penataran yang berkaitan dengan diklat produktif. Dengan demikian kualifikasi kemampuan guru produktif sebagian besar telah ditingkatkan. Sedangkan strategi pelaksanaan sebagian besar telah disosialisasikan sebelum pembelajaran program produktif dilaksanakan. 23 Evaluasi Hasil Pembelajaran Dalam pengumpulan data tentang bentuk evaluasi hasil pembelajaran program produktif, diperoleh gambaran dalam beberapa hal, yaitu: (1) pelaksanaan evaluasi hasil pembelajaran; (2) uji kompetensi dan sertifikasi; (3) peran guru program produktif; dan (4) bentuk dukungan stakeholders. Dalam hal pelaksanaan evaluasi hasil pembelajaran, dideskripsikan bahwa: (a) sebagian besar guru program, produktif SMK melaksanakan evaluasi sumatif, artinya sebagian kecil yang menerapkan evaluasi formatif dan sumatif, (b) sebagian, guru menerapkan pendekatan PAN dan sebagian lagi menerapkan pendekatan PAP; dan (c) dilaksanakan tes tertulis, namun tes tindakan tidak diterapkan secara optimaL Evaluasi hasil pembelajaran ini bersifat internal, sehingga dilaksanakan oleh guru pengampu mata diklat progran produktif. Untuk evaluasi kompetensi siswa, kalangan SMK saat ini menyebut uji kompetensi. Pada tiga SMK yang menjadi subyek penelitian, yang melaksanakan uji kompetensi adalah SMKN A dan SMKN B, itupun tidak seluruh siswa diikutkan dalam uji kompetensi. Hal ini berkaitan 129 dengan penyelenggaraan uji kompetensi saat ini, di samping melibatkan guru/penguji internal juga melibatkan pihak luar/Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) serta penguji eksternal (external assessor), sehingga membutuhkan biaya cukup besar. Atas dasar hal tersebut, maka pada tahap ini sekolah mengirimkan siswa-siswa yang prestasinya baik untuk mengikuti uji kompetensi dan sertifikasi. Dalam evaluasi dan uji kompetensi, peran pelaksana kurikulum program produktif cukup signifikan, terutama dalam pelaksanaan evaluasi formatif dan sumatif, serta dalam penyiapan guru program produktif yang ditunjuk sebagai penguji internal. Dalam hal dukungan stakeholders (Du/Di dan asosiasi profesi) terkait, antara lain berupa dukungan penguji eksternal (exsternal assessor), serta penyediaan tempat uji kompetensi, jika di SMK tertentu tidak tersedia alat/mesin untuk melaksanakan uji kompetensi keahlian tertentu. Sebagai penyelenggaraan uji kompetensi, maka LSP menyusun materi uji kompetensi, serta menerbitkan sertifikat kompetensi bagi siswa yang lulus. Gambaran pelaksanaan evaluasi dan uji kompetensi yang berlangsung saat ini sebagai berikut: Tabel 4.3 Pola Pelaksanaan Evaluasi dan Uji Kompetensi Pembelajaran Program Produktif SMK No SMK Evaluasi Uji Kompetensi Assessor Sertifikasi 1. SMKNB Sumatif Uji Kompetensi *) Internal & Eksternal Profesi/LSP 2. SMKNA Formatif & Sumatif Uji Kompetensi *) Internal & Eksternal Profesi/LSP j. SMK C Sumatif Internal Prakerin Keteranga * ) : siswa terpilih — 130 Evaluasi proses dan hasil pembelajaran yang dilaksanakan sebagian besar guru program produktif, bersifat sumatif melalui tes yang dilaksanakan setiap selesai pembelajaran. Sebagian guru juga program produktif belum menerapkan tes tindakan (performance test) sebagai salah satu alat untuk mengukur prestasi hasil belajar diklat produktif. Dari enam guru program produktif yang menjadi responden, hanya tiga guru yang dalam evaluasi pembelajaran menggunakan teknik tes tindakan sebagai salah satu teknik evaluasi hasil pembelajaran. 3. Pelaksanaan Tugas Guru Program Produktif Secara riel pelaksana kurikulum program produktif di lapangan pada dasarnya terdiri dari Ketua Program Studi (Ka Prodi) dan guru program produktif. Dengan demikian tugas-tugas pengembangan kurikulum, perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, sampai dengan pelaksanaan evaluasi dan uji kompetensi, secara riel dilaksanakan oleh ketua Prodi bersama-sama guru program produktif. Dalam hal tugas pengembangan kurikulum, antara lain mencakup kegiatan melakukan sinkronisasi (penyelarasan) kurikulum (GBPP) produktif agar selaras dengan standar kompetensi (SKKNT) serta sesuai dengan kondisi/perkembangan Du/Di atau institusi pasangan. Dalam tugas perencanaan pembelajaran, antara lain mencakup kegiatan analisis proporsi pembelajaran produktif, penyusunan rencana pembelajaran, dan penyusunan job sheet. Demikian juga tugas pelaksanaan proses pembelajaran sampai dengan evaluasi dan uji kompetensi, merupakan bagian yang melekat dalam kinerja pelaksana kurikulum program produktif. 131 Secara umum tugas-tugas pembelajaran seperti dijelaskan di atas, telah dapat dilaksanakan oleh guru program produktif. Namun demikian hasil yang diperoleh belum selaras dengan harapan dan prinsip pembelajaran program produktif, dengan ciri utama berbasis kompetensi. Guru program produktif sebagian besar masih bersifat rutinitas dalam melaksanakan tugas pembelajaran, yaitu menyusun rencana, melaksaakan, dan melakukan evaluasi hasil pembelajaran. Dari pelaksanaan tugas tersebut belum terlihat adanya pembaharuan atau inovasi yang berkaitan dengan penyelenggaraan program produktif. 4. Bentuk Dukungan Stakeholders Terkait Dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan kejuruan khususnya SMK pada dasarnya sangat diharapkan partisipasi dan dukungan riel dari kalangan institusi pasangan, Du/Di atau asosiasi profesi Secara operasional, partisipasi dan dukungan tersebut diharapkan dapat terjalin sejak perencanaan pendidikan, pengembangan kurikulum, penyelenggaraan pembelajaran, evaluasi, hingga upaya-upaya penyaluran tamatan. Kenyataan yang ada di lapangan menunjukkan bahwa dukungan dan partisipasi tersebut sebagian besar masih berkisar dalam penyelenggaraan diklat, itupun sebagian besar dalam bentuk penyediaan tempat praktik kerja industri (prakerin) atau magang; serta yang sekarang ini mulai baru tumbuh adalah dalam pelaksanan uji kompetensi dan sertifikasi. Secara substansial, sebenarnya partisipasi institusi pasangan (IP), Du/Dt atau asosiasi profesi sangat dibutuhkan dalam proses penyelarasan kurikulum dan rencana pembelajaran, di samping dalam pelaksanaan pembelajaran dan uji kompetensi. 132 Namun pada kenyataannya, dalam proses penyelarasan kurikulum dan rencana pembelajaran, serta dalam pelaksanaan pembelajaran, hampir tidak dijumpai dukungan dan partisipasi IP atau Du/Di secara memadai. Padahal pada dua kegiatan itulah (penyelarasan kurikulum dan pelaksanaan pembelajaran) sangat dibutuhkan dukungan Du/Di atau IP, karena dalam pembelajaran kompetensi dan produksi, dibutuhkan tingkat kesesuaian yang tinggi dengan lapangan yang akan menjadi lapangan kerja lulusan. S. Bentuk Dukungan Alat dan Fasilitas Diklat Salah satu kondisi yang diharapkan sudah siap dan memadai dalam pelaksanaan pembelajaran produktif adalah ketersediaan alat dan fasilitas diklat Namun, berdasarkan studi awal dijumpai bahwa ketersediaan alat/fasilitas pokok dalam pembelajaran produktif masih belum memadai, terutama pada SMK swasta yang berakreditasi sedang. Dari sisi jumlah, alat/fasilitas pokok yang ada tidak seimbang dengan jumlah siswa yang harus dilayani. Demikian juga dari sisi kualitas, alat/fasilitas pokok yang ada sebagian besar mutunya tertinggal jauh dengan kondisi dan perkembangan Du/Di. Satu hal lagi yang banyak menjadi hambatan guru program produktif adalah alat bantu pembelajaran, serta media pembelajaran dirasakan masin sangat kurang. Dengan demikian, pelaksanaan pembelajaran program produktif, khususnya pada program keahlian Teknik Mekanik Otomotif di SMK swasta dengan akreditasi sedang, secara operasional belum berjalan secara maksimal. Keadaan yang lebih baik, terutama dimiliki oleh dua SMK negeri yang menjadi subyek studi pendahuluan. Beberapa sarana/alat dan bahan tergolong masih 133 cukup memadai, walaupun tidak dapat dikatakan mutakhir, namun secara operasional masih memenuhi syarat untuk penyelenggaraan pembelajaran program produktif. 6. Gambaran tentang Hasil Diklat (Kompetensi) Lulusan Studi untuk mengungkap hasil diklat program produktif atau lebih tepat disebut kompetensi lulusan, dilakukan terhadap instruktur lapangan (industri), tim penguji (assessor) kompetensi, Ka prodi dan guru produktif, serta siswa. Studi ini dijelaskan secara deskriptif, menyangkut dua aspek yaitu; tingkat kompetensi siswa dan relevansi kompetensi siswa dengan kebutuhan lapangan kerja. Dari sudut pandang pembimbing lapangan (industri) diperoleh gambaran bahwa tingkat kompetensi siswa yang melakukan prakerin/magang, sebagian besar belum memenuhi standar kerja di industri, terutama berkaitan dengan keterampilan kerja yang dimiliki. Oleh karena itu, siswa perlu berlatih lebih maksimal, baik sebelum prakerin di industri maupun selama prakerin, agar ke depan dapat memiliki peluang yang besar untuk memperoleh sertifikasi kompetensi Namun demikian, dari sisi sikap, perilaku, etos kerja siswa, sebatas yang dapat diamati, selama ini cukup terjadi peningkatan. Hal ini diindikasikan bahwa siswa-siswa yang melakukan prakerin di tempatnya, telihat semakin dewasa dan memiliki semangat kerja yang semakin tinggi. Dari sisi kesesuaiannya dengan lapangan kerja, dijelakan bahwa hal itu relatif, terutama jika dihubungkan dengan di mana siswa tersebut melakukan prakerin. Namun diakui, memang ada beberapa siswa yang masuk prakerin terlihat 134 belum siap untuk melakukan kegiatan kerja sesuai dengan standar yang ada di industri; sehingga dibutuhkan penyesuaian. Dari sudut pandang tim penguji (assessor) kompetensi, terutama external assessor, dijelaskan bahwa dalam tahap-tahap awal penyelenggaran uji kompetensi seperti sekarang, memang belum begitu terlihat kualitas kompetensi siswa secara signifikan terhadap standar kompetensi maupun tuntutan lapangan kerja. Dapat diambil contoh, dari sekitar sepuluh siswa yang mengikuti uji kompetensi di bidang keahlian otomotif, baru sekitar empat sampai lima siswa yang lulus sesuai standar ITO (Ikatan Teknisi Otomotif). ITO merupakan lembaga sertifikasi profesi bidang otomotif yang saat mi menjadi mitra Direktorat Dikmenjur untuk melakukan uji kompetensi dan sertifikasi. Dari sudut pandang Ka prodi dan guru program produktif, diperoleh keterangan senada dengan penguji eksternal; bahwa untuk mencapai kompetensi siswa sesuai standar ITO, guru produktif beserta siswa masih harus berjuang lebih keras, dalam arti meningkatkan kualitas pembelajaran, khususnya pembelajaran produktif Diakui oleh guru-guru program produktif, bahwa berbagai kendala dan hambatan yang saat ini masih ada dalam pelaksanaan pembelajaran program produktif sangat diharapkan segera dapat diatasi, baik melalui upaya-upaya internal para guru maupun dukungan eksternal, terutama Du/Di. Secara internal, guru program produktif berusaha memperbaiki penyelenggaraan pembelajaran mulai dari penyusunan rencana pembelajaran, pelaksanaan sampai dengan evaluasinya Untuk itu, menurut keterangan guru, upaya maupun inovasi apapun yang berkaitan dengan 135 peningkatan pelaksanaan pembelajaran, khususnya program produktif, akan diterima secara positif. Dari sisi siswa, berbagai informasi seputar pelaksanaan uji kompetensi, baik hambatan yang ada maupun prospek keberhasilannya, diyakini itu justru menjadi pemacu dalam melaksanakan pembelajaran. Siswa memang merasa ada hambatan dalam mengikuti uji kompetensi, khususnya dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan kecermatan dan disiplin tinggi sesuai standar industri, siswa masih memerlukan pendidikan dan pelatihan yang lebih maksimal. 136 C. Pengembangan Model Pembelajaran Preskriptif dengan Penerapan Learning Guide dalam Rangka Implementasi Kurikulum SMK Berdasarkan temuan/hasil survei terhadap model pembelajaran program produktif SMK, secara umum telah digambarkan bahwa enam komponen pembelajaran dalam rangka implementasi kurikulum program produktif ternyata tidak berjalan secara optimal; bahkan mengarah kepada ketidak-efektifan pembelajaran program produktif yang selama ini berlangsung dalam meningkatkan kompetensi produktif siswa. Dari enam komponen tersebut yang menjadi pokok pengembangan adalah proses penyelenggaraan pembelajaran program produktif. Dengan demikian, tindak lanjut penelitian ini adalah merumuskan pengembangan desain model pembelajaran preskriptif program produktif, menjadi suatu model operasional yang teruji efektif dalam meningkatkan kompetensi lulusan. Sebagaimana telah disebutkan bahwa sebagai suatu desain model pembelajaran, secara operasional pembelajaran preskriptif memerlukan suatu pendekatan dalam penerapannya. Pendekatan tersebut, di samping merupakan ciri desain model yang dikembangkan, juga berfungsi untuk mengelaborasi aspek-aspek pada komponen kondisi pembelajaran, dan komponen metoda/strategi pembelajaran. Perangkat yang digunakan dalam penerapan model pembelajaran preskriptif adalah 'The Learning Guide". Dengan demikian secara eksplisit rumusan pengembangan model disebut sebagai: model pembelajaran preskriptif program produktif dengan penerapan learning guide. Pelaksanaan pengembangan model pembelajaran preskriptif program produktif SMK dengan penerapan learning guide dalam penelitian ini mencakup dua 137 tahap, yaitu: (1) perumusan dan pengembangan komponen (isi) desain model; dan (2) uji coba desain model, baik secara terbatas dan lebih luas. Kedua tahap tersebut merupakan suatu rangkaian pengembangan dalam rangka menemukan model penyelenggaraan pembelajaran preskriptif program produktif dengan penerapan learning guide yang teruji efektif. 1. Pengembangan Komponen Desain Model Pembelajaran Preskriptif Program Produktif Perumusan dan pengembangan desain model pembelajaran preskriptif yang dirancang dalam penelitian ini difokuskan pada desain model pembelajaran Perbaikan Motor Otomotif pada program keahlian Teknik Mekanik Otomotif. Untuk memperoleh peningkatan prestasi hasil belajar program produktif yang juga mencerminkan kompetensi siswa, maka pembelajaran Perbaikan Motor Otomotif perlu dikembangan dalam tiga aspek secara terintegrasi, yaitu: pengembangan desain rencana pembelajaran, desain pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi hasil pembelajaran. Dengan demikian secara spesifik, desain model pembelajaran preksriptif program produktif dengan penerapan learning guide pada mata diklat Perbaikan Motor Otomotif, mencakup komponen/isi sebagai berikut: (1) desain model rencana pembelajaran; (2) desain model pelaksanaan pembelajaran; dan (3) desain model evaluasi hasil pembelajaran. 138 1.1. Desain Model Rencana Pembelajaran Preskriptif dengan Penerapan Learning Guide Menyusun rencana pembelajaran program produktif adalah langkah awal dalam penyelenggaraan pembelajaran program produktif. Dalam langkah ini unsur utama pelaksana kurikulum yaitu guru pada suatu mata diklat program produktif, merumuskan rencana pembelajaran sesuai dengan rumusan kompetensi atau sub kompetensi yang ada dalam GBPP program produktif Teknik Mekanik Otomotif, serta sejalan dengan kondisi dan kebutuhan institusi pasangan maupun unit produksi (UP) sekolah Prosedur penyusunan rencana pembelajaran produktif, khususnya pada mata diklat Perbaikan Motor Otomotif yang selama ini berlangsung di SMK, seperti ditemukan dalam survei, menggambarkan prosedur yang tidak efektif serta tidak sejalan dengan prinsip pembelajaran berbasis kompetensi {compétence based) dan berbasis produksi {production based). Secara konseptual perencanaan pembelajaran program produktif harus menitikberatkan bentuk paket-paket pembelajaran (learning packages) secara tuntas untuk setiap kompetensi/sub kompetensi yang harus dikuasai siswa. Demikian juga, rumusan rencana pembelajaran harus mencerminkan penekanan pada penguasaan dasar-dasar keahlian yang luas, kuat, serta penguasaan alat dan teknik bekerja yang tepat Dengan demikian, setiap guru program produktif harus mampu membuat rencana pembelajaran yang mencakup aspek/komponen sebagai berikut: (1) tujuan pembelajaran, (2) metoda/strategi pembelajaran, (4) alokasi waktu, evaluasi. materi pembelajaran, (3) (5) alat dan bahan, dan (6) 139 Dari hasil survei menunjukkan bahwa sebagian besar guru program produktif pada dasarnya telah membuat rencana pembelajaran program produktif yang mencakup keseluruhan aspek/komponen di atas; namun demikian setidaknya ada empat aspek yang sebagian besar tidak memiliki keselarasan dengan tujuan pembelajaran yang dirumuskan, baik dari sisi substansi maupun kedalamannya, yaitu aspek materi pembelajaran, metoda/strategi, alat dan bahan, dan evaluasi. Pada keempat aspek tersebut banyak terjadi guru program produktif tidak merumuskan rencana pembelajaran secara benar dan sesuai/selaras dengan tujuan pembalajaran. Misalkan dalam rencana pembelajaran dirumuskan tujuan pembelajaran khusus sebagai berikut siswa dapat menjelaskan fungsi kepala silinder, namun setelah dianalisis pada empat aspek yang disebutkan di atas sebagian besar belum sejalan dengan tujuan yang akan dicapai. Dengan pengembangan mendasarkan kepada dalam perumusan fakta rencana tersebut penulis pembelajaran program melakukan produktif, khususnya pada mata diklat Perbaikan Motor Otomotif Rumusan rencana pembelajaran tersebut dikembangkan bersama antara penulis dengan guru pengampu mata diklat Perbaikan Motor Otomotif, serta menitikberatkan kepada pengembangan prosedur dan isi/substansi materi pembelajaran yang selama ini terlaksana. Dengan demikian secara spesifik dapat dinilai hasil pengembangannya dibandingkan dengan model yang selama ini berlangsung. Secara bagan dapat dideskripsikan hasil pengembangan desain model rencana pembelajaran preskriptif program produktif sebagai berikut: 140 Tabel :4.4 Deskripsi Hasil Pengembangan Desain Model Rencana Pembelajaran Preskriptif Program Produktif Deskripsi Hasil Kondisi Sebelum Aspek No Pengembangan Pengembangan 1) Berisi rumusan tentang 1) Berisi rumusan tentang kompetensi 1. Tujuan Pembelajaran kompetensi yang akan dicapai 2. Materi Pembelajaran 1) Tidak mendukung ru- 1) Bersisi bahan ajar yang mendukung musan kompetensi yang kompetensi yang akan dicapai; akan dicapai; 2) Disusun berhentak penyelesaian 2) Disajikan per pokok tugas pembelajaran per kompetensi; bahasan; 3) Dikemas dalam bentuk modul 3) Tidak dihimpun dalam pembelajaran setiap kompetensi/sub bentuk modul pembekompetensi lajaran 3. Metoda/ Strategi Pembelajaran 1) Lebih menekankan perlakuan klasikal dengan metoda utama ceramah dan tanya jawab; 2) Tidak menerapkan pembelajaran modular 1) Bersifat preskriptif, dengan tahap: a. menjelaskan materi sesuai kompetensi yang akan dicapai; b-memberikan tugas pembelajaran secara bertahap (task-focused) dan diberikan petunjuk pelaksanaan per kompetensi; c. memberikan layanan pembelajaran (individualized instruction); A memberikan layanan pembelajaran tuntas per kompetensi. 2) Menerapkan learning guide, dengan langkah: a. guru menjelaskan materi sesuai kompetensi; b. siswa membaca dan memahami modul pembelajaran; c. siswa membaca dan memahami learning guide; d. siswa membaca dan memahami job sheets; e. siswa menyelesaikan tugas secara bertahap dengan acuan learning steps; f. siswa melakukan self check; g. siswa melakukan tes tertulis dan tindakan; h. guru memfasilitasi kegiatan pembelajaran siswa 141 1 4. 1) Sesuai dengan bobot dan lingkup materi Alokasi waktu 1) Sesuai dengan bobot dan lingkup materi 5. Alat/Bahan 1) Bahan pembelajaran 1) Bahan pembelajaran mendukung kurang sejalan dengan tujuan dan disusun per kompetensi; tujuan dan materi; 2) Alat pembelajaran sesuai rumusan kompetensi yang akan dicapai 6. Evaluasi 1) Tersedia remedial tetapi tidak ada program pengayaan (enrichment); 2) Tidak mengintegrasikan tes tertulis dan tes tindakan ]) Dirancang program pengayaan (enrichment); 2) [ntegrasi antara tes tertulis (written tesi) dengan tes tindakan (performance lesi) Dari tabel 4.4 di atas dapat dilihat deskripsi hasil pengembangan desain model rencana pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide, yang mencakup beberapa komponen/aspek yang mengarah kepada prinsip pembelajaran berbasis kompetensi dan berbasis produksi. Dalam mengembangkan desain model rencana pembelajaran tersebut penulis bersama dengan guru mata diklat Perbaikan Motor Otomotif merumuskan secara intensif sehingga menjadi rencana pembelajaran yang secara konseptual memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan sebelum pengembangan. Empat komponen rumusan rencana pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan tabel 4.4 adalah: (1) materi pembelajaran, berisi bahan ajar yang mendukung kompetensi yang akan dipelajari; disusun berbentuk penyelesaian tugas per kompetensi; dan dikemas dalam bentuk modul pembelajaran setiap kompetensi/sub kompetensi; (2) metoda/strategi pembelajaran, bersifat prescriptive artinya memberikan resep/petunjuk bagi guru dan siswa dalam melaksanakan pembelajaran; (3) alat dan bahan pembelajaran, sesuai mendukung tujuan yang akan dicapai serta sesuai dengan rumusan kompetensi; (4) evaluasi pembelajaran, 142 dirancang program pengayaan serta mengintegrasikan antara tes tertulis (wriiten test) dan tes tindakan (performance test). 1.2. Desain Model Pelaksanaan Pembelajaran Preskriptif dengan dengan Penerapan Learning Guide Pelaksanaan pembelajaran program produktif pada dasarnya merupakan langkah pokok dalam implementasi kurikulum program produktif. Pembelajaran program produktif, dalam pelaksanaannya secara konseptual perlu mendasarkan kepada beberapa pendekatan pembelajaran; dua diantaranya yang berkaitan langsung dengan diklat program produktif adalah: pembelajaran berbasis kompetensi dan berbasis produksi. Berdasarkan temuan studi lapangan dijelaskan bahwa seluruh mata diklat program produktif belum dikembangkan modul pembelajaran beserta panduan pembelajaran (learning guide) sesuai dengan rumusan kompetensi/sub kompetensi. Sebagian besar guru program produktif hanya terfokus rencana pembelajaran yang disusun berdasarkan pada GBPP produktif, sehingga tidak mengembangkan modul pembelajaran dan panduan pembelajaran tuntas untuk setiap kompetensi yang harus dikuasai siswa. Keadaan lain adalah peserta diklat diperlakukan secara klasikal. Pada saat bersamaan guru produktif kurang mendorong siswa terlibat dalam pemanfaatan secara maksimal unit produksi (UP) sekolah sebagai salah satu sarana pembelajaran produktif; walaupun pada dasarnya sekolah memiliki potensi untuk mengembangkan unit produksi (UP). Demikian juga pada sekolah-sekolah yang telah memiliki unit produksi secara baik, kecenderungan guru kurang melibatkan siswa dalam aktivitas UP, khususnya dalam pembelajaran 143 produktif. Dengan fakta tersebut dapat dikatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran program produktif di SMK yang berlangsung selama ini tidak sejalan dengan pendekatan pembelajaran berbasis kompetensi dan berbasis produksi. Secara konseptual prinsip pembelajaran berbasis kompetensi dalam pelaksanaannya antara lain memiliki ciri sebagai berikut: a. Fokus kegiatan pembelajaran mengarah kepada penguasaan kompetensi oleh peserta diklat; b. Kondisi proses belajar peserta, harus memiliki kesepadanan dengan kondisi di mana kompetensi tersebut akan digunakan; c. Aktivitas belajar peserta bersifat perseorangan; antara satu peserta dengan peserta lainnya tidak ada ketergantungan; dengan demikian siswa tidak diperlakukan secara klasikal; d. Harus tersedia program pengayaan (enrichment) bagi peserta yang lebih cepat dan program perbaikan (remedial) bagi peserta yang lebih lamban, sehingga perbedaan irama perkembangan belajar setiap peserta dapat dilayani. Sedangkan prinsip pembelajaran berbasis produksi dalam pelaksanaannya berciri sebagai berikut: a. Dilaksanakan bekerjasama dengan unit produksi atau institusi pasangan; b. Setiap peserta/kelompok peserta dapat dibagi tugas sesuai dengan jenis pekerjaan dan tingkat kompetensi masing-masing, tetapi tetap dalam prosedur dan standar kerja yang menjamin ketepatan waktu dan mutu hasil pekerjaan yang dituntut oleh konsumen; 144 c. Untuk memperoleh hasil maksimal, pembelajaran berbasis produksi harus didukung oleh: (a) fasilitas yang siap pakai dengan kepresisian standar, (b) guru yang memiliki profesionalisme dan dedikasi tinggi; (c) kesiapan bekerja tidak semata-mata bergantung kepada jam kerja sekolah; (d) sikap menghargai kepuasan konsumen; (e) sikap komitmen kepada kualitas; d Hasil pembelajaran merupakan produk jadi yang layak jual atau bagianbagian produk (komponen) yang dapat dirakit menjadi produk yang layak jual. Dengan merujuk kepada konsepsi pendekatan pembelajaran berbasis kompetensi dan produksi serta mendasarkan kepada keadaan lapangan khususnya dalam pelaksanaan pembelajaran Perbaikan Motor Otomotif, maka dikembangkan desain model pelaksanaan pembelajaran preskriptif program produktif dengan penerapan learning guide, dengan memberikan tekanan kepada tiga hal, yaitu: (a) tugas pembelajaran diberikan dengan prinsip prescriptive, menekankan layanan individual (individualized instruction) sesuai tahapan pembelajaran dan dikemas dalam bentuk modul pembelajaran; (b) menerapkan perangkat learning guide mencakup penerapan format learning guide, job sheet, learning steps, dan self check dan perangkat evaluasi secara optimal; (c) menerapkan pembelajaran modular. Dalam model pembelajaran preskriptif program produktif dengan penerapan learning guide memberikan peluang layanan pembelajaran secara individual kepada siswa serta memberikan arahan secara rinci tahapan tugas pembelajaran yang harus dilakukan siswa, bagaimana dan kapan melakukannya. Dengan demikian, menerapkan model ini adalah suatu pendekatan yang memberikan peluang 145 meningkatkan kualitas dan hasil pembelajaran program produktif. Sebagaimana dikemukakan oieh Blank (1982:194) bahwa panduan pembelajaran (learning guide) adalah sarana pembelajaran yang dirancang dengan baik dan dikembangkan secara cermat untuk memberikan arahan secara rinci kepada siswa dalam proses pembelajaran, menyediakan bahan-bahan pembelajaran yang tepat, kapan dan berapa lama bahan tersebut dibutuhkan, sehingga tiap siswa memiliki waktu yang cukup untuk dapat menguasai tugas-tugas yang diberikan. Dengan mendasarkan kepada karakteristik pembelajaran berbasis kompetensi dan produksi, serta pengembangan model preskriptif dengan penerapan panduan pembelajaran (learning guide) seperti dijelaskan di atas, maka berikutnya dirumuskan desain model pelaksanaan pembelajaran preskriptif program produktif. Artinya, prosedur pelaksanaan pembelajaran program produktif merujuk kepada konsep pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide, sedangkan bentuk kegiatan/langkah pembelajaran dirumuskan sesuai dengan karakteristik pembelajaran program produktif, lebih khusus sesuai dengan karakteristik mata diklat Perbaikan Motor Otomotif. Hasil pengembangan desain model pelaksanaan pembelajaran preskriptif program produktif dengan penerapan learning guide digambarkan sebagai berikut: 146 Tabel: 4.5 Deskripsi Hasil Pengembangan Desain Model Pelaksanaan Pembelajaran Preskriptif Program Produktif No 1. Pelaksanaan Pembelajaran Pelaksanaan Pembelajaran Hasil Pengembangan Sebelum Pengembangan 1) Pembelajaran dilaksana- 1) Tugas pembelajaran diberikan menggunakan prinsip preskriptif melalui tahap: kan tanpa menerapkan a. menjelaskan materi sesuai kompetensi yang tahap dan pembimbingan akan dicapai; bersifat klasikal; b. memberikan tugas pembelajaran secara bertahap (task-focused) dan diberikan petunjuk pelaksanaan per kompetensi; c. memberikan layanan pembelajaran individual (individualized instruction); d. memberikan layanan pembelajaran tuntas per kompetensi. 2) Pemanfaatan job sheets hanya diterapkan oleh 2) Kegiatan pembelajaran menerapkan learning guide, dengan langkah: beberapa instruktur pada a guru menjelaskan materi sesuai kompetensi; SMK tertentu dalam b. siswa membaca dan memahami modul bentuk/versi yang berpembelajaran; beda-beda; c. siswa membaca dan memahami learning guide; d. siswa membaca dan memahami job sheets; e. siswa menyelesaikan tugas secara bertahap dengan acuan learning steps; f. siswa melakukan self check, g. siswa melakukan tes tertulis dan tindakan; L guru memfasilitasi dan memotivasi kegiatan pembelajaran siswa. Rumusan desain model pelaksanaan pembelajaran preskriptif program produktif dengan penerapan learning guide yang dikembangkan seperti pada tabel 4.5, secara umum merujuk kepada karakteristik dan prinsip pembelajaran program produktif serta mendasarkan kepada konsep pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide. Namun demikian, secara spesifik desain model ini merujuk kepada keadaan pembelajaran mata diklat Perbaikan Motor Otomotif. 147 Desain model ini pada dasarnya berupaya menegaskan kembali peran guru sebagai fasilitator dan motivator dalam pelaksanaan diklat di dalam/luar kelas. Di luar dua peran tersebut, semaksimal mungkin harus dikurangi, sehingga menciptakan pembelajaran yang berpusat kepada siswa. Siswa juga diberikan tanggung jawab lebih besar dalam melaksanakan pembelajaran produktif, dengan menentukan kapan dia harus mulai, harus melaksanakan, kapan proses dan hasil diklat harus konsultasikan/konfirmasikan kepada guru untuk memperoleh masukan, serta kapan dia merasa siap untuk melakukan tes tertulis maupun tes tindakan. 13. Desain Model Evaluasi Hasil Pembelajaran Preskriptif dengan Penerapan Learning Guide Evaluasi hasil pembelajaran program produktif adalah kegiatan penilaian terhadap hasil belajar siswa pada mata diklat produktif, yang meliputi kegiatan pengukuran, analisis dan penafsiran hasil pengukuran, seria pemberian nilai terhadap tingkat penguasaan suatu kompetensi yang dicapai. Dengan penjelasan tersebut, evaluasi hasil pembelajaran program produktif pada dasarnya mempunyai tiga tujuan utama, yaitu: (1) mengetahui sejauhmana siswa telah mencapai kemajuan belajar, sebagai bahan perimbangan dalam menetapkan kegiatan perbaikan selanjutnya; dalam hal ini evaluasi diklat memiliki fungsi formatif (formative evaluation); (2) mengetahui tingkat keberhasilan peserta, sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan apakah yang bersangkutan berhasil (lulus) atau belum baik dalam suatu tingkat kompetensi ataupun dalam menempuh suatu program pembelajaran; dalam hal ini evaluasi berfungsi sumatif (summative evaluation), (3) mengetahui tingkat 148 penguasaan siswa terhadap kompetensi-kompetensi pada keahlian tertentu sesuai dengan yang dipersyaratkan (standardized) dunia kerja, agar yang bersangkutan dapat dinyatakan ahli (mastery) pada keahlian tersebut; dalam hal ini evaluasi berfungsi untuk mengukur penguasaan kompetensi (competence evaluation) yang biasanya berbentuk uji kompetensi dan sertifikasi. Dalam pembelajaran di kelas, guru program produktif dituntut mampu merancang dan melaksanakan evaluasi baik bersifat formatif maupun sumatif. Berdasarkam hasil evaluasi formatif, maka guru akan menetapkan langkah perbaikan dalam suatu pembelajaran kompetensi, baik dalam bentuk remedial (remedial teaching) maupun pengayaan (enrichment). Sedangkan berdasarkan hasil evaluasi sumatif, guru dapat menentukan apakah siswa dapat melanjutkan ke paket kompetensi berikutnya, ataupun berhasil dalam menyelesaikan suatu mata diklat tertentu. Permasalahan mendasar dalam pelaksanaan evaluasi hasil pembelajaran program produktif khususnya pada mata diklat Perbaikan Motor Otomotif, berdasarkan temuan studi lapangan, adalah bahwa guru program produktif beranggapan bahwa tes performansi dalam evaluasi diklat produktif adalah penting, namuo sebagian guru program produktif tidak melaksanakan dengan alasan tes performansi memerlukan pengelolaan yang rumit Tes performansi (tes tindakan) yang dilaksanakan oleh sebagian guru juga tidak dikelola secara efektif melalui penggunaan format-format penilaian secara benar. Dari sisi acuan penilaian yang digunakan, guru produktif sebagian menggunakan penilaian acuan patokan (PAP) sebagai dasar dalam pengambilan keputusan hasil penilaian, sedangkan sebagian 149 yang lain menggunakan pendekatan penilaian acuan norma (PAN). Hal ini ternyata sejalan dengan pendekatan pelaksanaan diklat yang belum menitik beratkan paketpaket kompetensi secara tuntas. Jika menilik prinsip dan karakteristik pembelajaran berbasis kompetensi dan produksi, maka kegiatan evaluasi hasil pembelajaran program produktif seharusnya dilaksanakan dengan prinsip dan prosedur sebagai berikut a. Evaluasi dilakukan dengan menitikberatkan pada penguasaan prosedur kinerja. Oleh karena itu di samping menggunakan tes tertulis (written test), juga harus digunakan tes unjuk kerja (performance test) guna menjamin ketuntasan penguasaan standar minimal kompetensi yang harus dikuasai setiap peserta secara perseorangan; b. Sesuai dengan karekteristik pendekatan PAP, maka evaluasi hasil pembelajaran program produktif perlu dilaksanakan dengan prosedur : 1). Kegiatan evaluasi diawali dengan menetapkan patokan batas lulus, atau standar minimal penguasaan kompetensi yang akan dijadikan acuan dalam menetapkan kelulusan peserta; 2). Jenis kompetensi dan tingkat penguasaan minimal yang dijadikan patokan ditetapkan berdasarkan standar yang berlaku di lapangan kerja yang relevan; 3). Patokan atau standar yang dijadikan acuan bersifat mutlak (tetap) dan berlaku untuk semua peserta diklat; 150 4). Tidak cukup menggunakan teknik tes yang hanya mengungkapkan kemampuan menjelaskan (essay), tetapi harus sampai kepada tes tindakan (action test) yang dapat mengungkap kinerja (performance) peserta; 5). Tingkat atau batas penguasaan minimal yang dijadikan standar atau patokan dalam menetapkan keberhasilan/penguasaan peserta, ditentukan atas dasar urgensi dan tingkat kekritisan kompetensi yang dinilai dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan kerja; 6). Setiap peserta yang dapat mencapai dan atau melampaui patokan atau standar minimal yang ditetapkan, dinyatakan mampu atau berhasil. Sebaliknya mereka yang tidak atau belum mencapai standar minimal dinyatakan belum berhasil; 7). Hasil penilaian mberlakukan secara perseorangan untuk setiap peserta. Jika diperlukan, terhadap mereka yang berhasil dilakukan pengkategorian atau grading nilai-nilai hasil belajat/diklat, sehingga diperoleh gambaran kualitas atau derajat keberhasilan setiap peserta terhadap peserta lain; 8). Perpindahan proses pembelajaran dari satu materi kompetensi ke kompetensi berikutnya ditetapkan atas dasar ketuntasan hasil belajat/diklat (mastery leaming). Dengan demikian harus dilakukan penilaian pada setiap materi kompetensi pembelajaran, untuk menetapkan apakah seorang peserta telah mencapai kompetensi minimal yang harus dikuasai dan dapat direkomendasikan untuk beralih ke satuan kompetensi berikutnya. 151 Dari beberapa prinsip evaluasi hasil pembelajaran program produktif seperti dijelaskan di atas, pada akhirnya dirumuskan desain model evaluasi hasil pembelajaran preskripuf program produktif dengan penerapan learning gucde, dengan mendasarkan kepada tiga prinsip utama, yaitu: (1) dilaksanakan evaluasi formatif dan sumatif; (2) menggunakan pendekatan PAP secara konsisten; dan (3) mengintegrasikan pelaksanaan tes tertulis dan tes tindakan untuk menilai penguasaan setiap kompetensi/sub kompetensi yang dikuasai siswa. Dilaksanakannya evaluasi formatif dan sumatif, mengingat bahwa evaluasi pada dasarnya merupakan bagian integral dari proses pendidikan dan pelatihan, sehingga senantiasa harus mengacu dan sejalan dengan prinsip-prinsip pendidikan dan pelatihan yang berlaku pada kurikulum SMK. Demikian juga keharusan konsisten dengan pendekatan PAP, karena kemampuan dan kompetensi yang dicapai oleh peserta harus dirujuk kesesuaiannya dan kualifikasinya (standarnya) dengan kebutuhan lapangan kerja; sehingga perlu dicapai standar (patokan) minimal kompetensi yang dibutuhkan dunia kerja. Untuk mencapai dua hal tersebut, maka evaluasi hasil pembelajaran program produktif tidak cukup dengan hanya menggunakan teknik tes tertulis, melainkan harus sampai kepada tes tindakan. Hasil pengembangan desain model evaluasi hasil pembelajaran preskriptif program produktif digambarkan dalam tabel di bawah ini. 152 Tabel: 4.6 Deskripsi Hasil Pengembangan Desain Model Evaluasi Hasil Pembelajaran Preskriptif Program Produktif No 1. Evaluasi Pembelajaran Produktif Sebelum Pengembangan 1) Evaluasi pembelajaran: a. Evaluasi pembelajaran cenderung bersifat final (sumatif); b. Sebagian menerapkan pendekatan PAN dan sebagian pendekatan PAP; c. Dilaksanakan tes tertulis, namun tes tindakan tidak dikelola secara efektif. Evaluasi Pembelajaran Produktif Hasil Pengembangan 1) Evaluasi pembelajaran: a Dilaksanakan evaluasi formatif dan sumatif; b. Menggunakan pendekatan PAP secara konsisten; c. Dilaksanakan tes tertulis dan tes tindakan secara terintegrasi untuk setiap kompeteosi/sub kompetensi dengan format spesifik 1.4. Pengembangan Komponen Pembelajaran Preskriptif dengan Penerapan Learning Guide (Fokus pada mata diklat Perbaikan Motor Otomotif) Desain model pembelajaran preskriptif program produktif dengan penerapan learning guide dalam rangka implementasi kurikulum SMK yang telah dikembangkan, mencakup tiga aspek yaitu: (1) desain model rencana pembelajaran; (2) desain model pelaksanaan pembelajaran; dan (3) desain model evaluasi hasil pembelajaran; secara spesifik difokuskan kepada suatu mata diklat dalam program produktif, yaitu Perbaikan Motor Otomotif. Ketiga desain model yang telah dikembangkan tersebut sebelum diimplementasikan, disusun dalam bentuk rencana pembelajaran pada mata diklat Perbaikan Motor Otomotif. Namun demikian, pada mata diklat Perbaikan Motor Otomotif, dengan kompetensi Memperbaiki kerusakan motor otomotif, di dalamnya mencakup sebelas sub kompetensi, yaitu sub kompetensi: (1) menggunakan dan merawat peralatan perbaikan motor otomotif; (2) memperbaiki kerusakan pada sistem pelumasan; (3) memperbaiki kerusakan pada sistem pendinginan, (4) memeriksa dan memperbaiki blok motor dan kepala silinder; 153 (5) memeriksa dan memperbaiki poros engkol dan perlengkapannya; (6) memperbaiki kerusakan mekanisme katup dan kelengkapannya; (7) memperbaiki kerusakan pada sistem bahan bakar bensin konvensional; (8) memperbaiki kerusakan pada sistem bahari bakar diesel; (9) memperbaiki kerusakan pada sistem pemasukan bahan bakar dan pembuangan gas bekas; (10) membongkar, memeriksa, menyetel dan merakit kembali motor bensin; (11) membongkar, memeriksa, menyetel dan merakit kembali motor diesel. Untuk keperluan pengembangan ini dipilih tiga sub kompetensi sebagai subyek atau materi pengembangan desain model, untuk berikutnya memasuki tahapan ujicoba, baik terbatas maupun uji coba lebih luas, serta tahap validasi model. Ketiga sub kompetensi yang dipilih adalah: (l) memperbaiki kerusakan pada sistem pelumasan mesin; (2) memperbaiki kerusakan pada sistem pendinginan mesin; dan (3) memeriksa dan memperbaiki kerusakan pada kepala silinder. Secara keseluruhan mata diklat Perbaikan Motor Otomotif memiliki alokasi waktu 240 jam pembelajaran @ 45 menit, yang tersedia bagi sebelas sub kompetensi seperti di atas. Berdasarkan distribusi alokasi waktu yang dirancang antara instruktur dengan peneliti, alokasi waktu untuk sub kompetensi Memperbaiki kerusakan pada sistem pelumasan mesin sebanyak 9 jam diklat. Dengan proporsi minimum 70% praktik dan maksimum 30% teori, maka minimum 6 jam diklat digunakan untuk kegiatan praktikum (pembelajaran keterampilan) dan maksimum 3 jam diklat untuk pembahasan teorenk (pembelajaran pengetahuan). Kegiatan pembelajaran suatu mata diklat program produktif pada dasarnya tidak mengenal istilah pembelajaran teori 154 atau praktik, kedua aspek tersebut secara ideal terintegrasi dalam suatu kegiatan pembelajaran. Setelah ditetapkan sub kompetensi yang menjadi subyek atau materi pengembangan desain model, berikutnya penulis bersama instruktur program produktif menyusun rancangan pembelajaran program produktif, merujuk kepada desain model yang telah dirumuskan yaitu desain model rencana pembelajaran, pelaksanaan, dan evaluasi hasil, serta menggunakan penerapan learning guide. Secara utuh, pendekatan ini mencakup pengembangan komponen sebagai berikut: (1) menghimpun modul pembelajaran tiap kompetensi/sub kompetensi; (2) penyusunan learning guide; (3) penyusunan job sheet untuk suatu sub kompetensi; (4) penyusunan learning steps, (5) penyusunan self check, untuk masing-masing tujuan khusus pembelajaran; dan (6) penyusunan instrumen tes, meliputi wrilten test dan performance test untuk suatu sub kompetensi yang diajarkan. Hasil penyusunan desain model pembelajaran preksriptif dengan penerapan learning guide pada mata Diklat Perbaikan Motor Otomotif, secara lengkap disajikan dalam lampiran. Desain model pembelajaran preskriprif program produktif dengan penerapan learning guide pada mata diklat Perbaikan Motor Otomotif; kompetensi: Memperbaiki kerusakan motor otomotif; sub kompetensi: Memperbaiki kerusakan pada sistem pelumasan; Memperbaiki kerusakan pada sistem pendinginan; dan Memeriksa dan memperbaiki kerusakan kepala silinder, selanjutnya oleh guru program produktif menjadi acuan dasar dalam pelaksanaan pembelajaraa Secara spesifik rancangan tersebut mengacu kepada pendekatan pembelajaran berbasis kompetensi dan produksi, sehingga strategi/skenario pelaksanaan pembelajaran dan 155 evaluasinya, dilaksanakan dengan menitikberatkan pada pencapaian standar kompetensi minimal, serta pengembangan keterampilan produksi siswa. Rencana pembelajaran tersebut, selanjutnya memasuki tahap ujicoba dalam bentuk pelaksanaan pembelajaran pada sekolah dan kelas yang telah ditetapkan sebagai subyek penelitian. 2. Uji Coba Desain Model Suatu desain model pembelajaran dalam rangka implementasi kurikulum yang telah dirancang secara cermat dan saksama, untuk dapat diterapkan di lapangan perlu dilakukan serangkaian ujicoba untuk mengetahui apakah desain model yang dikembangkan dapat diterapkan dengan benar serta apakah kendala-kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan model di lapangan. Demikian juga dengan desain model pembelajaran preskripaf program produktif dengan penerapan learning guide, khususnya dalam bentuk pelaksanaan pembelajaran Memperbaiki Kerusakan Motor Otomotif yang telah dikembangkan. Untuk mencapai maksud tersebut, maka dalam uji coba ini dilakukan pengamatan dan pencatatan, di samping untuk menilai kekuatan dan kelemahannya, hasil pengamatan dan pencatatan juga merupakan dasar dalam melakukan perbaikan pada uji coba berikutnya. Uji coba desain model ini dilakukan berulang/bertahap, hingga diperoleh model yang siap diimplementasikan. Uji coba desain model dilakukan dalam dua tahap, yaitu ujicoba terbatas {preliminary field testing) dan uji coba lebih luas (main field testing). Ujicoba terbatas dilakukan sebanyak tiga kali, dan ujicoba lebih luas dilakukan sebanyak tiga kali. Setiap uji coba memerlukan waktu sebanyak 9 x 45 menit, sesuai dengan 156 jumlah jam pembelajaran Memperbaiki Kerusakan Motor Otomotif yang berlangsung saat ini. Ada dua aspek utama yang dilakukan penilaian terhadap hasil ujicoba desain model ini, yaitu: (1) Internal, yang mencakup: fleksibilitas struktur dan isi desain model; dukungan terhadap pelaksanaan tugas guru; dan. peningkatan kompetensi siswa; dan (2) Hambatan dan keterbatasan penerapan desain model. Dengan demikian kedua aspek utama tersebut terinci dalam empat aspek yang akan dilakukan penilaian dalam uji coba desain model. Deskripsi desain model pembelajaran preskriptif program produktif siap ujicoba terbatas dapat dideskripsikan sebagai berikut: 2.1. Deskripsi Desain Model Siap Ujicoba Terbatas Model Pembelajaran Preskriptif Program Produktif dengan Penerapan Leaming Guide Siap Ujicoba Terbatas Pclaksaoaan Pembelajaran Rencana Pembelajaran Aspek I l.TujuanPem* belajaran I 2. Materi Pembelajaran i 3. Metoda/ Strategj Pembelajaran Deskripsi 1) Berisi rumusan tentang kompetensi yang skan dicapai 1) Bersisi bahan ajar yang mendukung kompetensi yang akan dicapai; 2} Disusun berbentuk penyelesaian tugas pembelajaran per kompetensi; 3) Dikemas dalam bentuk modul pembelajaran setiap kompetensi/sub kompetensi 1) Dirancang bersifat preskriptif, dengan tahap: a. menjelaskan materi sesuai kompetensi yang akan dicapai; b. memberikan tugas pembelajaran secara bertahap (lask-focused) dan diberikan petunjuk pelaksanaan per kompetensi; c. menerapkan pembela- 1) Tugas pembelajaran diberikan menggunakan prinsip preskriptif, dengan tahap: a menjelaskan materi sesuai kompetensi yang akan dicapai; b. memberikan tugas pembelajaran secara bertahap (taskfocused) dan diberikan petunjuk pelaksanaan per kompetensi; c. menerapkan pembelajaran individual (individualized histniction); d. menerapkan pembelajaran kompetensi. modular, tuntas. berbasis pioduksi. dan dunia kerja Evaluasi Hasil Pembelajaran 1) Evaluasi pembelajaran: a. Dilaksanakan evaluasi formatif dan sumatif; b. Menggunakan pendekatan PAP secara konsisten; c. Dilaksanakan tes tertulis dan tes tindakan secara terintegrasi untuk setiap kompetensi/sub kompetensi dengan format spesifik. 157 jaran individual (individualized instruction); d. menerapkan pembelajaran kompetensi, modular, tuntas, berbasis produksi, dan dunia kerja L t \ 2) Dirancang menerapkan learning guide, dengan langkah: a. guru menjelaskan materi sesuai kompetensi; b. siswa membaca dan memahami modul pembelajaran; c. siswa membaca dan memahami learning guide; d. siswa membaca dan memahami job sheets; e. siswa menyelesaikan tugas secara bertahap dengan acuan learning steps; f. siswa melakukan self check. g. siswa melaksanakan tes tertulis dan tindakan; h. guru memfasilitasi kegiatan pembelajaran siswa. 4.Alokasi waktu I) Sesuai dengan bobot dan lingkup materi 5. AJat/ Bahan Pembelajar an 1) Bahan pembelajaran mendukung tujuan dan disusun per kompetensi; 2) Alat pembelajaran sesuai rumusan kompetensi yang akan dicapai 6. Evaluasi 1) Dirancang program pengayaan (enrichment); 2) Integrasi antara tes tertulis (yvritten test) dengan tes tindakan (performance lest) 2) Kegiatan pembelajaran menerapkan leaming guide, dengan langkah: a. guru menjelaskan materi sesuai kompetensi; b. siswa membaca dan memahami modul pembelajaran; c. siswa membaca dan memahami leaming guide; d. siswa membaca dan memahami job sheets; e. siswa menyelesaikan tugas secara bertahap dengan acuan leaniing steps; f. siswa melakukan self chec/r. g. siswa melaksanakan tes tertulis dan tindakan; h. guru memfasilitasi dan memotivasi kegiatan pembelajaran siswa. Bagan 4.1: Deskripsi Model Pembelajaran Preskriptif Program Produktif dengan Penerapan Learning Guide Siap Ujicoba Terbatas 158 Deskripsi desain model pada bagan 4.1 di atas mencakup tiga sub model, yaitu desain inodel rencana pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Sesuai dengan tahap pengembangan dalam studi ini, maka kerangka desain model tersebut berikutnya memasuki tahap ujicoba terbatas. 2.2. Pelaksanaan dan Hasil Uji Coba Terbatas Uji coba desain model dalam skala terbatas ini mempunyai tujuan untuk mengetahui tingkat keterapan model oleh guru, serta kendala-kendala yang dijumpai dalam penerapan model. Dengan melakukan penilaian terhadap keempat aspek uji coba yang dirumuskan di atas dalam setiap tahap uji coba, selanjutnya desain mode! dilakukan perbaikan dan penyempurnaan. Uji coba terbatas dilakukan sebanyak tiga kali dengan materi (sub kompetensi) berbeda, sehingga pada uji coba pertama, kedua, dan ketiga, guru mengalami uji coba desain model dengan materi/isi pembelajaran yang bervariasi. Diharapkan memasuki uji coba ketiga dapat diperoleh rumusan desain model yang siap diuji coba lebih luas. Lokasi uji coba ini di SMKN D Semarang dengan mengambil subyek kelas dua semester tiga program keahlian Teknik Mekanik Otomotif, dengan jumlah siswa 36 orang dan guru 2 orang. Dari pelaksanaan uji coba terbatas dilakukan penilaian terhadap empat aspek seperti disebutkan di atas, yaitu: fleksibilitas isi dan struktur desain model, dukungan terhadap pelaksanaan tugas guru, hambatan/keterbatasan desain model. peningkatan kompetensi siswa, dan 159 2.2.1. Fleksibilitas Isi dan Struktur Desain Model Sebagaimana dijelaskan di atas, bahwa desain model yang dikembangkan secara spesifik berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran program produktif, yaitu model pembelajaran preskriptif dengan penerapan panduan pembelajaran (the learning guide) pada mata diklat Pebaikan Motor Otomotif. Komponen panduan pembelajaran yang dikembangkan mencakup format learning guide, job sheet, iearning steps, sel/ check, dan instrumen tes kompetensi. Dari format panduan pembelajaran yang dikembangkan tersebut tentu memiliki tata urutan, struktur, maupun sistematika yang telah dikembangkan oleh penulis bersama para guru. Melalui ujicoba terbatas yang diberikan kepada dua orang guru program produktif di SMK D Semarang, diperoleh masukan berkaitan dengan isi dan struktur masingmasing komponen desain model {learning guide, job sheet, learning steps, self check, dan instrumen tesf); serta keterterapan di lapangan. 1). Isi Komponen Desaia Model Desain model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide secara utuh mencakup komponen modul pembelajaran, learning guide, job sheet, learning steps, self check, dan perangkat tes kompetensi. Melalui ujicobc terbatas, masing-masing komponen desain model tersebut diterapkan dan dinilai oleh guru program produktif, untuk diberikan masukan berkaitan dengan isi dan substansi yang terkandung pada masing-masing komponen learning guide. 160 Pada ujicoba kesatu, guru masih mencoba mendalami isi dan substansi desain model serta mengkaji masing-masing komponen learning guide. Ada beberapa pertanyaan dari guru berkaitan dengan isi dan substansi desain model dan komponen learning guide, namun setelah diberikan penjelasan oleh penulis, guru dapat memahami substansi desain model dan isi komponen learning guide. Dengan demikian pada ujicoba kesatu tidak terdapat masukan perbaikan terhadap isi dan substansi komponen learning guide. Demikian juga memasuki ujicoba kedua dan ketiga, secara konseptual, isi dan substansi komponen desain model dapat dipahami dan diterapkan oleh guru program produktif. 2). Struktur/Tata Urutan Desain Model Pada ujicoba kesatu, guru masih mengajukan beberapa pertanyaan berkaitan dengan slruktur/tata urutan learning guide dan komponennya. Pertanyaan yang diajukan adalah apakah penerapan model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide tidak bertentangan dengan kurikulum 2004. Setelah mendapatkan penjelasan bahwa secara substansial, dalam pendekatan dan perencanaan pembelajaran, antara kurikulum SMK 1999 dengan kurikulum SMK 2004 tidak terdapat perbedaan, yaitu mendasarkan pada pendekatan pembelajaran kompetensi preskriptif dan produksi. dengan penerapan Namun demikian learning guide format memiliki struktur/tata urutan yang spesifik antara lain learning guide, learning steps, self schek, dan instrumen tes. Setelah memperoleh penjelasan tentang struktur/tata 161 urutan ini, akhirnya guru dapat memahaminya, dan berikutnya menerapkan dalam uji coba Dengan demikian sejak uji coba pertama hingga ketiga, struktur/tata urutan desain model pembelajaran program produktif secara prinsip dapat dipahami oleh guru subyek uji coba. 3). Keterterapan di lapangan Untuk menilai keterterapan desain model ini di lapangan, peneliti melakukan pengamatan dan diskusi dengan guru subyek uji coba, selama uji coba pertama rangga ke tiga. Pada uji coba pertama memang ada beberapa pertanyaan dari guru yang berkaitan dengan isi/uraian dalam format learning guide, learning steps, self check dan instrumen tes yang dirasa asing bagi mereka. Tetapi hal itu tidak berpengaruh terhadap pemahaman konsep desain model secara keseluruhan, sehingga dengan cepat guru dapat memahami dan menerapkannya, terutama memasuki uji coba kedua dan ketiga. Dengan demikian, secara prinsip desain model pelaksanaan pembelajaran preskriptif program produktif dengan penerapan learning guide memiliki peluang yang besar untuk diterapkan dan dilanjutkan ujicobanya untuk dinilai terhadap komponen lain dalam uji coba Dengan penjelasan hasil ujicoba terbatas yang berkaitan dengan fleksibilitas isi dan struktur desain model di atas, maka diketahui bahwa pada ujicoba terbatas, secara perubahan/penyempurnaan internal desain model tidak mengalami secara spesifik. Masukan dan saran guru masih bersifat umum, belum berhubungan dengan isi dan struktur desain model. 162 2.2.2. Dukungan terhadap Pelaksanaan Tugas Guru Dalam impelementasi suatu kurikulum dalam bentuk pembelajaran, sudah barang tentu memerlukan persyaratan kerja atau tugas dari pelaksana di lapangan, khususnya guru, agar dapat tercapai hasil secara maksimal. Demikian halnya dengan penyelenggaraan pembelajaran program produktif, diperlukan peran dan kinerja guru secara profesional agar hasil pembelajaran dalam bentuk kompetensi siswa dapat tercapai. Namun demikian berdasarkan temuan dalam studi pendahuluan, peran dan kinerja guru program produktif belum sejalan dengan tuntutan dan kriteria pembelajaran berbasis kompetensi dan produksi. Dalam konteks tertentu, peran dan kinerja guru tersebut kadang tidak berhubungan dengan pemahamannya terhadap substansi kurikulum. Artinya, bisa jadi pemahaman guru terhadap substansi kurikulum benar, tetapi kinerja yang ditunjukkan tidak sesuai dengan tuntutan/kriteria yang diharuskan. Sebagai contoh, sebagian besar guru memahami bahwa dalam pembelajaran kompetensi perlu didukung modul pembelajaran dan instructional sheets sesuai dengan kompetensi yang dirumuskan; namun demikian hampir semua guru produktif tidak menyusun dan menerapkan paket pembelajaran tersebut dalam pembelajaran. Uji coba desain model ini, secara spesifik akan dililmt/dinilai dampaknya atau dukungannya terhadap pelaksanaan tugas guru, terutama dalam hal; kemampuan menyusun rencana rjembelajaran; kemampuan melaksanakan proses pembelajaran; dan kemampuan melakukan evaluasi hasil pembelajaran. 163 1). Menyusun rencana pembelajaran Walaupun kegiatan menyusun rencana pembelajaran pada dasarnya adalah salah satu tugas pokok guru, namun dalam beberapa hal guru ternyata memerlukan penyesuaian/sosialisasi dalam menyusun rencana pembelajaran berbasis kompetensi dan produksi. Hal ini tentu juga ada kaitannya dengan keadaan bahwa sebagian besar guru masih beranggapan bahwa secara umum pembelajaran kompetensi tidak berbeda dengan pembelajaran yang menekankan bidang studi, sehingga layanan pembelajarannya masih bersifat klasikal. Desain model yang dikembangkan ini diharapkan dapat mendukung pelaksanaan tugas guru dalam menyusun rencana pembelajaran program produktif. Seperti banyak dijumpai pada pelaksanaan studi pendahuluan, sebagian besar guru program produktif belum menyiapkan rencana pembelajaran secara utuh mencakup materi, strategi, alat dan bahan, serta rencana evaluasi pembelajaran sesuai dengan karakteristik pembelajaran kompetensi dan produksi. Guru program produktif masih bersifat kompilatif dalam menyiapkan rencana pembelajaran, belum dikemas dengan prinsip prescriptive dengan penerapan pedoman pembelajaran (learning guide) per kompetensi atau sub kompetensi. Pada uji coba kesatu ini guru diberikan kesempatan menyusun secara utuh rencana pembelajaran sesuai prinsip model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide tersebut. Namun demikian, guru terlihat belum maksimal dalam menyusun rencana pembelajaran dalam bentuk pedoman pembelajaran secara utuh per kompetensi atau sub kompetensi, yang mencakup learning guide, job skeet. learning steps. 164 sel/ check, dan perangkat tes kompetensi. Ada kesan guru masih kerepotan dalam menyusun rencana pembelajaran, namun demikian dalam pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi hasil pembelajaran tidak dijumpai kendala berarti. Memasuki uji coba kedua guru berusaha menyusun rencana pembelajaran untuk sub kompetensi (Memperbaiki kerusakan pada sistem pendinginan mesin) sesuai model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide, yang pembelajaran, mencakup: penyusunan menghimpun pedoman materi dalam pembelajaran bentuk modul (learning guide), penyusunan job sheet, menyusun learning steps, self check, dan perangkat tes kompetensi. Pada uji coba ketiga, guru mulai dapat secara mandiri menyiapkan rencana pembelajaran sesuai model pembelajaran preskriptif dengan penerapan pedoman pembelajaran (learning guide) untuk sub kompetensi: Perbaikan kerusakan kepala silinder. Hal pokok yang dapat diperoleh dalam ujicoba terbatas ini adalah diperoleh rumusan desain model rencana pembelajaran sesuai model preskriptif dengan pendekatan pedoman pembelajaran (learning guide) yang sesuai/sejalan dengan prinsip pembelajaran berbasis kompetensi dan produksi. 2). Melaksanakan proses pembelajaran Di kalangan guru terdapat pemahaman yang umum, bahwa rangkaian pembelajaran adalah kegiatan belajar di kelas yang diawali pembukaan, dilanjutkan pelaksananaan pembelajaran, dan diakhiri penutup atau evaluasi. 165 Kegiatan pembelajaran juga masih dipahami sebagai aktivitas transfer of knowtedge, atau transfer of skills dari guru kepada siswa, dengan posisi siswa sebagai subyek pasif yang harus siap menerima. Keadaan seperti inilah yang masih banyak dijumpai, hingga memasuki uji coba pertama dalam uji coba terbatas ini. Memasuki uji coba kesatu, dengan desain model dan pendekatan pembelajaran yang telah disusun bersama antara guru dengan penulis, ternyata guru masih menemui kendala dalam menerapkan skenario/strategi pembelajaran. Pada awal uji coba guru masih terbawa dengan pola lama (konvensional), di mana dia sebagai aktor utama di kelas, dan menempatkan siswa sebagai subyek pasif yang siap menerima transfer pengetahuan dan keterampilan Irama pembelajaranpun masih menggunakan pola pembukaaan, pelaksanaan belajar, dan penutup. Melalui serangkaian diskusi dan masukan dari penulis, pada akhirnya guru dapat memahami bahwa model pembelajaran preskriptif dengan penerapan pedoman pembelajaran {learning guide) yang telah dikembangkan memiliki keunggulan berfokus kepada siswa, memberikan layanan pembelajaran secara individual, mempermudah pelaksanan tugas guru, serta membangkitkan partisipasi dan keaktifan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Pada uji coba kedua, guru mulai memiliki keyakinan dalam menerapkan model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide. Dengan dukungan komponen pedoman pembelajaran seperti modul pembelajaran, learning guide, job sheet, learning steps, self check dan instrumen tes, maka guru lebih siap melaksanakan pembelajaran dengan penerapan learning guide. Namun 166 demikian, terdapat beberapa catatan dari pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan learning guide, yang diterapkan guru dalam uji coba kedua, yaitu: (a) guru masih belum maksimal dalam mengelola pelaksanaan pembelajaran; masih ada kecanggungan guru dalam mamfasilhasi siswa untuk melakukan belajar secara mandiri. Dalam uji coba kedua ini guru masih dominan sebagai sumber informasi dan cenderung masih mendominasi suasana kelas; (b) dalam pelaksanaan pembelajaran guru sudah menunjukkan perannya sebagai pembimbing bagi siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar, guru mengamati prosedur dan unjuk kerja siswa serta memberikan penjelasan berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran; (c) guru menyarankan dibuat panduan/prosedur pelaksanaan pembelajaran bagi guru yang menggambarkan alur interaksi siswa dan guru. Dari uji coba kedua ini dapat dideskripsikan bahwa kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran sesuai desain model yang dirancang, masih perlu perbaikan/penyempurnaan terutama dalam mengelola alur pembelajaran. Hal tersebut diupayakan dapat diperbaiki pada saat uji coba ketiga. Pada ujicoba ketiga, walaupun belum dibuat panduan prosedur pelaksanaan pembelajaran namun secara spesifik telah diperoleh- perbaikan dalam pengelolaan pembelajaran. Ini terlihat dari kemampuannya dalam memberikan penjelasan kepada siswa tentang isi panduan pembelajaran (learning guide). Demikian juga kemampuan guru dalam memberikan layanan dan respon (balikan) terhadap pertanyaan siswa pada tahap-tahap pembelajaran (learning steps), sehingga telah terjalin interaksi yang efektif antara guru dan siswa dalam pembelajaran. Kegiatan evaluasi pembelajaran juga telah terlaksana dengan baik, dengan 167 memberikan kesempatan kepada siswa yang telah siap lebih dahulu untuk melaksanakan tes tertulis dan tes tindakan. Secara garis besar deskripsi pelaksanaan proses pembelajaran Perbaikan Motor Otomotif yang dilaksanakan guru pada ujicoba terbatas kesatu, kedua dan ketiga, digambarkan dalam tabel berikut. Tabel: 4.7 Deskripsi Hasil Ujicoba Terbatas Kesatu Penerapan Model Pembelajaran Preskriptif Dengan Penerapan iearning guide Sub Kompetensi: Memperbaiki Kerusakan pada Sistem Pelumasan Mesin Kegiatan yang ditampilkan Siswa Kegiatan yang ditampilkan Guru 1. Menjelaskan materi tentang sistem 1. Mengkaji buku sumber secara berkelompok karena belum tersedia pelumasan mesin, namun belum dalam modul diklaf, bentuk modul diklaf, 2. Belum memberikan kesempatan siswa untuk 2. Siswa masih ragu-ragu akan mengajukan pertanyaan terhadap mengajukan pertanyaan; penjelasan guru; 3. Langsung menjelaskan Iearning guide, job sheet; deskripsi Iearning steps; dan prosedur 3. Mengkaji secara umum penjelasan menggunakan datar cek (self check) tetapi guru tentang Iearning guide, job bersifat pengantar umum sheet, iearning steps, dan prosedur selfcheck. 4. Menginformasikan tes yang perlu dilakukan 4. Mengkaji prosedur tes tertulis dan tes siswa; tindakan; 5. Memberi kesempatan siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami; 5. Belum timbul pertanyaan dari siswa; melaksanakan tugas/ 6. Memneisilahkan siswa mulai mengerjakan 6. Memulai pekerjaan; tugas; 7. Terkesan belum siap memberikan layanan/ 7. Menanyakan dan memeriksakan tahapan penyelesaian tugas tetapi jawaban terhadap pertanyaan siswa; belum sesuai tujuan khusus; 8. Terkesan belum maksimal dalam memberikan layanan pelaksanaan tes tertulis; 8. Terkesan belum percaya diri melaksanakan tes tertulis; 9. Berusaha melaksanakan tes tindakan bagi 9. Agak kurang percaya diri siswa secara bertahap. melaksanakan tes tindakan Dari tabel 4.7 di atas dapat dijelaskan bahwa pada ujicoba kesatu, guru belum menghimpun modul pembelajaran sesuai sub kompetensi, serta masih memberikan pengantar bersifat, umum terhadap penerapan perangkat Iearning guide. Idealnya, 168 guru dapat secara rinci menjelaskan isi dan cakupan komponen learning guide yang mencakup learning guide, job sheet, learning steps, dan sel/check. Demikian juga secara rinci menjelaskan pelaksanaan tes tertulis dan tes tindakan. Kondisi seperti ini ternyata berdampak kepada kegiatan siswa dalam melaksanakan pembelajaran. Siswa terlihat belum fokus terhadap substansi pembelajaran, serta belum terarah kepada tahap-tahap pembelajaran. Demikian juga sampai dengan pelaksanaan tes tertulis dan tes tindakan, siswa terkesan belum siap dan percaya diri. Berdasarkan hasil ujicoba kesatu tersebut penulis bersama guru melakukan diskusi untuk mengadakan perbaikan dalam pelaksanaan ujicoba berikutnya. Tabel: 4.8 Deskripsi Hasil Ujicoba Terbatas Kedua Penerapan Model Pembelajaran Preskriptif Dengan Penerapan learning guide Sub Kompetensi: Memperbaiki Kerusakan pada Sistem Pedinginan Mesin Kegiatan vang ditampilkan Guru I .Menjelaskan materi tentang sistem pendinginan mesin dan kerusakan yang biasa terjadi, sudah dalam bentuk modul diklar, 2. Memberikan kesempatan siswa untuk mengajukan pertanyaan; 3. Menjelaskan isi dan cakupan learning guide, namun masih berkesan memberikan pengantar pembelajaran 4.Menjelaskan isi dan cakupan job sheet; deskripsi learning steps sesuai tujuan khusus; dan prosedur menggunakan daftar cek {sel/check). 5.Menjelaskan prosedur tes yang perlu dilakukan siswa; 6. Memberi kesempatan siswa untuk mengkaji isi dan cakupan Learning guide secara keseluruhan sebelum melaksanakan tugas; 7.Mempersilahkan siswa mulai mengerjakan tugas; 8. Siap memberikan layanan/jawaban terhadap pertanyaan siswa; 9.Siap memberikan layanan pelaksanaan tes tertulis; 10. Melaksanakan tes tindakan bagi siswa yang siap. Kegiatan yang ditampilkan Siswa 1.Secara individual mengkaji modul pembelajaran tentang sistem pendinginan mesin; 2.Masih terkesan ragu-ragu dalam mengajukan pertanyaan terhadap penjelasan guru; 3.Mengkaji penjelasan guru tentang learning guide, job sheet, learning steps, dan prosedur self check. 4,Mengkaji prosedur tes tertulis dan tes tindakan; S.Mengkaji isi dan cakupan Learning guide secara cermat; 6.Memulai melaksanakan tugas/ pekerjaan; 7. Menanyakan dan memeriksakan tahapan penyelesaian tugas; 8. Siap melaksanakan tes tertulis; 9.Terkesan belum percaya diri dalam melaksanakan tes tindakan 169 Berdasarkan tabel 4.8 di atas dapat dilihat adanya langkah-langkah perbaikan dari guru dalam penerapan learning guide dalam pembelajaran Perbaikan Motor Otomotif pada sub kompetensi Memperbaiki kerusakan sistem pendinginan mesin. Penulis dan Guru sudah menghimpun modul diklat sesuai sub kompetensi. Walaupun masih bersifat pengantar dalam menjelaskan learning guide, namun sudah menjelaskan secara rinci isi dan cakupan job sheet, learning steps, dan self cheek. Demikian juga guru sudah menjelaskan prosedur tes tertulis dan tes tindakan. Hal yang cukup ideal ditunjukkan guru dalam ujicoba ini adalah guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkaji learning guide secara keseluruhan sebelum melaksanakan tugas. Alur kerja seperti ini, memberikan dampak kepada kesiapan siswa untuk melaksanakan pembelajaran baik secara individual maupun secara kelompokSiswa terlihat sejak awal sudah fokus kepada substansi/materi diklat serta konsetrasi kepada tahap-tahap pembelajaran. Walaupun terkesan ragu-ragu dalam mengajukan pertanyaan, tetapi pertanyaan siswa beranjak dari isi learning guide dan learning steps. Dalam tahap ujicoba ini siswa telah terlibat secara inten terutama dalam mengkaji isi dan cakupan learning guide secara cermat. Namun demikian dalam tes tindakan siswa terlihat belum menunjukkan percaya diri secara penuh. Hal ini dapat dimaklumi, mengingat format-format learning guide yang digunakan masih tergolong baru bagi mereka, sehingga membutuhkan waktu untuk penyesesuaian. Berdasarkan ujicoba kedua tersebut, penulis dan guru 170 merumuskan langkah-langkah perbaikan, diharapkan untuk ujicoba berikutnya dapat dicapai hasil lebih optimal. Tabel: 4.9 Deskripsi Hasil Ujicoba Terbatas Ketiga Penerapan Model Pembelajaran Preskriptif Dengan Penerapan leaming guide Sub Kompetensi: Memperbaiki Kerusakan pada Kepala Silinder Mesin Kegjatan yang ditampilkan Guru 1.Menjelaskan modul pembelajaran tentang kepala silinder dan kerusakan yang biasa terjadi; 2.Memberikan kesempatan siswa untuk mengajukan pertanyaan; 3 .Memberi kesempatan siswa untuk mengkaji isi dan cakupan Leaming guide secara keseluruhan sebelum melaksanakan tugas pekerjaan; 4 .Mempersilahkan siswa mulai mengerjakan tugas; 5.Memberikan layanan/jawaban terhadap pertanyaan masing-masing siswa; 6. Memberikan layanan pelaksanaan tes tertulis; 7.MenyeIenggarakan tes tindakan bagi siswa yang siap. Kegiatan yang ditampilkan Siswa l.Secara individual mengkaji modul diklat tentang kepala silinder dan kerusakan yang biasa terjadi; 2. Mengajukan pertanyaan terhadap penjelasan guru; 3.Mengkaji isi dan cakupan Leaming guide (leaming guide, job sheet, leaming steps, dan self check) secara cermat; 4.Memu)ai melaksanakan tugas/pekerjaan; 5.Menanyakan dan memeriksakan kepada guru sesuai tahapan penyelesaian tugas; 6.Siap melaksanakan tes tertulis; 7.Siap melaksanakan tes tindakan Berdasarkan tabel 4.9 di atas, dapat dijelaskan bahwa guru secara bertahap menunjukkan peningkatan kemampuannya dalam melaksanakan pembelajaran Perbaikan Motor Otomotif melalui pembelajaran sub kompetensi Memperbaiki kerusakan pada kepala silinder. Memasuki ujicoba ketiga, guru telah menunjukkan kemampuannya mengelola pembelajaran. Modul diklat telah disiapkan dan menjadi komponen dalam pembelajaran; demikian juga pada tahap pembelajaran berikutnya guru telah menerapkan learning guide secara konsisten sebagai perangkai pembelajaran. Pada ujicoba ketiga, terlihat guru telah 171 menerapkan langkah sistematis serta memberikan layanan secara individual secara benar kepada siswa. Dari langkah secara sistematis tersebut, berdampak kepada kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran dimulai dari mengkaji komponen learning guide secara cermat, membaca modul pembelajaran, menanyakan/mengkosultasikan kepada guru, hingga sampai mengikuti tes tertulis dan tes tindakan. Untuk berikutnya, kegiatan yang dilaksanakan oleh guru maupun siswa dalam desain pembelajaran dengan penerapan learning guide ini, pada dasarnya tidak mengalami perubahan secara berarti; artinya pola pengelolaan kelas dalam desain model ini pada akhirnya berkisar seperti pola yang ditampilkan pada ujicoba terbatas ketiga tersebut. 3). Melakukan evaluasi hasil pembelajaran Evaluasi pembelajaran yang dimaksud dalam tahap ini adalah penilaian hasil pembelajaran untuk setiap kompetensi/sub kompetensi. Secara umum, prosedur dan kriteria yang diterapkan pada langkah evaluasi ini cakupannya meliputi beberapa tujuan pembelajaran dalam suatu kompetensi/sub kompetensi. Dalam konteks ini, dari tiga kali ujicoba secara terbatas, dilakukan tiga kali evaluasi pembelajaran yang dilaksanakan dalam bentuk tes tertulis dan tes tindakan. Sesuai dengan desain model yang dirumuskan, maka evaluasi ini bersifat sumatif, dengan pendekatan penilaian acuan patokan (PAP), dan bersifat layanan individual. Sesuai dengan sub kompetensi yang telah dipilih, berikutnya penulis bersama guru mengembangkan tes tertulis dan tes tindakan untuk tiga sub kompetensi 172 yang diujicobakan. Tes tertulis (written tesi) dikembangkan dalam bentuk pilihan ganda (multipte choise) dengan maksud mengungkap pengetahuan teknis siswa berkaitan dengan kompetensi/sub kompetensi yang diajarkan. Sedangkan tes tindakan {performance test) dilaksanakan setelah siswa mampu menjawab tes tertulis 100 % benar. Tes tindakan pada dasarnya merupakan kegiatan mendemonstrasikan pengetahuan teknis yang dimiliki siswa sesuai jawaban dalam tes tertulis, melalui penyelesaian tugas pekerjaan sesuai kompetensi/sub kompetensi yang dirumuskan. Pada ujicoba kesatu, setelah naskah tes jadi, kemudian dilaksanakan di kelas. Dalam tahap ini guru pada dasarnya sudah mampu memahami substansi tes (tertulis dan tindakan), serta mampu mengelola pelaksanaan tes. Sebab dalam desain ini, siswa yang telah menyelesaikan tahap pembelajaran {iearning steps) secara tuntas dan telah siap, dapat melaksanakan tes. Pada ujicoba kedua guru tidak mengalami kendala; demikian juga memasuki ujicoba ketiga bahkan dua guru yang menjadi subyek ujicoba merasa memiliki kemudahan dalam melaksanakan evaluasi dalam bentuk tes tertulis dan tes tindakan, karena merasa didukung pengalaman melakukan balikan dalam pelaksanaan pembelajaran. Secara khusus, kemampuan evaluasi ini memang tidak diukur kinerjanya, namun dideskripsikan secara kualitatif selama guru melaksanakan dan mengelola tes tertulis dan tes undakan. Deskripsi hasil ujicoba terbatas desain model dilihat dari aspek fleksibilitas isi dan struktur, serta dukungan terhadap pelaksanaan tugas guru, ditampilkan dalam tabel di bawah ini. 173 Tabel 4.10 Deskripsi Perkembangan Hasil Ujicoba Terbatas Pada Aspek Fleksibilitas Desain Model dan Dukungan terhadap Pelaksanaan Tugas Guru Fleksibilitas Desain Model uc Ke 1 2 3 Sub Kompetensi Memperbaiki kerusakan pada sistem pelumasan Memperbaiki kerusakan pada sistem pendinginan Memperbaiki kerusakan kepala silinder Dukungan terhadap Pelaksanaan Tugas Guru Menyusun MelaksaMelakuRencana nakan. kan EvaPembelaPembelaluasi jaran jaran Isi Struktur 75% 75% 75% 75% 100 % 75% 100% 100 % 100% 100% 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % Berdasarkan tabel 4.10 di atas diperoleh gambaran bahwa aspek fleksibilitas isi dan struktur desain model secara bertahap dapat ditingkatkan penerapannya, yaitu ditunjukkan bahwa memasuki ujicoba ke tiga, isi dan struktur desain model dapat dipahami sepenuhnya (100%) oleh guru. Demikian juga pada aspek dukungan terhadap pelaksanaan tugas guru, terlihat bahwa memasuki ujicoba kedua dan ketiga, guru sudah dapat sepenuhnya menyusun rencana pembelajaran, melaksanakan pembelajaran dan evaluasi hasil pembelajaran sesuai dengan penerapan learning guide. Atas dasar tabel 4.10 tersebut diketahui bahwa desain model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide, dalam aspek fleksibilitas isi dan struktur tidak mengalami perubahan/perbaikan; namun demikian diperlukan tahap penyesuaian bagi guru agar desain model dapat dipahami dan diterapkan secara maksimal oleh guru. 174 2.23. Peningkatan Prestasi Siswa Hasil Diklat Produktif Fokus utama pengembangan pembelajaran program produktif pada dasarnya adalah diperolehnya peningkatan prestasi siswa hasil pembelajaran diklat produktif. Melalui perbaikan dan penyempurnaan dalam penyusunan rencana pembelajaran, perbaikan dalam pelaksaan proses pembelajaran, serta penyempurnaan dalam sistem evaluasi hasil pembelajaran, melalui penerapan model pembelajaran preskriptif dengan penerapan Jearning guide, diharapkan akan diperoleh sumbangan secara signifikan terhadap peningkatan prestasi siswa hasil diklat produktif, sesuai dengan karakteristik mata diklat yang diajarkan. Dalam penelitian ini yang dikembangkan model pembelajarannya adalah mata diklat Perbaikan Motor Otomotif, yang memiliki karakteristik pendekatan berbasis kompetensi dan berbasis produksi. Untuk itu ukuran pencapaian hasil pembelajaran pada mata diklat tersebut pada dasarnya mencakup dua ranah yang terintegrasi dalam satu dimensi yaitu peningkatan kompetensi hasil belajar siswa sesuai standar yang dirumuskan. Dalam hubungan ini, peningkatan prestasi siswa hasil diklat produktif dideskripsikan dalam bentuk skor kumulatif hasil tes tertulis dan dan tes tindakan pada masing-masing ujicoba pembelajaran. Hasil peningkatan prestasi siswa hasil diklat produktif disajikan dalam tabel 4.11 berikut ini. 175 Tabel 4.11 Deskripsi Prestasi Siswa Hasil Diklat Produktif Hasil Ujicoba Terbatas Penerapan Model Pembelajaran Preskriptif dengan Penerapan learning guide Kegiatan Ujicoba Ujicoba Ujicoba Ujicoba Ujicoba Ujicoba 1 2 2 3 1 3 N Rata-rata Stand. Dev. Nilai t Df 36 36 36 36 36 36 68,67 71,28 71,28 76,19 68,67 76,19 2,00 1,80 1,80 2,79 2,00 2,79 10,45 70 1-tabel pada a = 0,05 2,000 9,34 70 2,000 14,14 70 2,000 Berdasarkan tabel 4.11 di atas dapat diketahui bahwa hasil pengukuran prestasi siswa yang berbentuk skor rata-rata kumulatif masing-masing ujicoba berbeda (meningkat) secara signifikan. Skor rata-rata kumulatif ujicoba kedua lebih tinggi dari pada ujicoba kesatu; skor hasil ujicoba ketiga lebih tinggi dari ujicoba kedua; dengan demikian hasil ujicoba ketiga lebih tinggi dari ujicoba kesatu. Secara statistik, kenaikan skor rata-rata kumulatif tersebut perbedaannya teruji secara signifikan. Hal ini memiliki arti bahwa ujicoba dalam skala terbatas model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide secara signifikan memberikan peningkatan terhadap kompetensi siswa 2.2.4. Dukungan Alat, Bahan dan Stakeholders Terkait Selama ujicoba terbatas desain model, pada dasarnya dibutuhkan alat dan bahan pembelajaran sesuai dengan sub kompetensi yang dipelajari. Bahan dan alat tersebut sebenarnya juga perlu disediakan guru sebagaimana guru menyelenggarakan pembelajaran pada umumnya Namun demikian, karena desain model yang 176 dikembangkan merupakan hal baru bagi mereka, maka diperlukan tahap-tahap penyesuaian. Tabel 4.12 Deskripsi Perkembangan Hasil Ujicoba Terbatas Desain Model Pada Aspek Dukungan Alat dan Bahan serta Stakeholders uc Sub Kompetensi Keselarasan Dukungan Alat dan Bahan Alat Bahan 75% 75% Potensi Dukungan Stakeholders 75% ke 1 Memperbaiki kerusakan sistem pelumasan 2 Memperbaiki kerusakan sistem pendinginan 75% 100 % 75% 3 Memperbaiki kerusakan kepala silinder 100% 100% 75% Pada tabel 4.12 di atas ditunjukkan keselarasan penerapan desain model dengan dukungan alat dan bahan. Memasuki ujicoba ketiga, guru sudah sepenuhnya dapat menyiapkan alat dan bahan sesuai dengan kebutuhan dalam penerapan desain model. Namun demikian, pada aspek potensi dukungan Du/Di, sampai dengan ujicoba ketiga, masih belum terlihat; artinya penyelenggaraan pembelajaran sampai dengan ujicoba ketiga ini belum melibatkan pihak Du/Di, masih dikelola oleh guru program produktif dan dilaksanakan di laboratorium/bengkel sekolah. 2.2.5. Perkembangan Hasit Ujicoba Terbatas Desain Model Dalam ujicoba terbatas desain model, secara spesifik dilakukan penilaian terhadap lima aspek yaitu: fleksibilitas isi dan struktur, dukungan terhadap pelaksanaan tugas guru, peningkatan kompetensi siswa, keselarasan dengan dukungan alat dan bahan, serta potensi dukungan stakeholders. Sesuai dengan 177 tahap-tahap ujicoba terbatas, kelima aspek tersebut menunjukkan perkembangan tertentu, seperti digambarkan dalam tabel 4.13 di bawah ini. Tabel 4.13 Deskripsi Perkembangan Hasil Ujicoba Terbatas Desain Model Pada Seluruh Aspek Ujicoba No 1 2 Aspek Ujicoba Fleksibilitas Desaui Model: 1). Keselarasan isi dengan tujuan pembelajaran 2). Keselarasan isi dengan topik sah kompetensi yang dipelajari 3). Kemanfaatan masing-masing komponen desaui model dalam pembelajaran 4). Kejelasan tata urutan komponen desaui model Dukungan terhadap Pelaksananan Tugas Guru: 5). Menyusun rencana pembelajaran 6). Melaksanakan pembelajaran 7). Melaksanakan evaluasi R) Pf-ninglrafan prp«;ta<d «iiwa fslrnrrata- 4 5 rata) Keselarasan dukungan Alat dan Bahan: 9). Ketersediaan alat dalam penerapan desain model 10). Ketersediaan bahan dalam penerapan desain model Potensi dukungan Du/Di 11). Jumlah dukungan Du/Di d^lam penerapan desain model 12). Intensitas dukungan Du/Di dalam penerapan desaui model Kategori hasil pada t jicoba ke 1 2 3 75% 75 % 100 % 75% 75 % 100% 75% 100% 100 % 75% 100 % 100 % 75% 75% 100 % 68,67 100 % 100 % 100 % 71,28 100 % 100 % 100 % 76,19 75% 75% 100 % 75% 100 % 100 % 75% 75% 75% 75% 75% 75% Berdasarkan tabel 4.13 di atas, dapat dilihat bahwa perkembangan hasil ujicoba desain model menunjukkan kecenderungan yang meningkat; artinya memasuki ujicoba ketiga sebagian besar aspek desain model menampakkan hasil meningkat, menuju keadaan 100%; kecuali pada aspek potensi dukungan stakeholders yang cenderung tetap. Secara bagan, perkembangan hasil ujicoba 178 terbatas pada seluruh aspek desain model tersebut dapat digambarkan dalam diagram di bawah ini: Z7I • 1 Fleksibilitas Desain Model • 2 Dukungan thd Tugas Guru r •3 Peningkatan Prestasi Diklat Produktif I i! • 4 Dukungan Alat dan Bahan a - 'i • 5 Dukungan Stakeholders U j ¡coba Ke 50 4 1— 1 Ujicoba t Ujcoba II . Ujicoba IH Bagan 4.2 Diagram Perkembangan Aspek-Aspek Desain Model Dalam Ujicoba Terbatas 2.2.6. Hambatan/Keterbatasan Uji Coba Terbatas. 1). Hambatan Hambatan dalam pelaksanan ujicoba terbatas dapat dijelaskan dalam dua konteks, yaitu: (a) hambatan umum, dan (b) hambatan khusus. Hambatan umum, 179 yang dimaksud adalah hambatan yang berkaitan dengan kesulitan non teknis yang diakibatkan oleh faktor eksternal seperti manajemen sekolah (SMK) subyek ujicoba; dan dukungan guru program produktif dalam pelaksanaan ujicoba. Secara umum, faktor-faktor eksternal tersebut tidak termasuk dalam kategori hambatan/kendala, bahkan dapat dikatakan seluruhnya memberikan dukungan dan memperlancar pelaksanaan ujicoba. Hambatan khusus, dimaksudkan adalah kesulitan/kendala teknis yang berkaitan dengan substansi (faktor internal) pelaksanaan ujicoba, antara lain menyangkut: desain model, penyiapan perangkat model, pengelolaan pelaksanaan ujicoba, maupun tingkat keterterapannya. Dari faktor-faktor internal tersebut, dapat dideskripsikan hambatan/kendala teknis yang dijumpai sebagai berikut: (a) kurangnya komitmen guru dalam menyusun/menghimpun bahanbahan diklat menjadi modul diklat untuk tiap kompetensi/sub kompetensi. Selama ini ternyata hanya sebagian kecil guru yang memiliki komitmen tinggi untuk menyusun/menghimpun bahan diklat menjadi modul pembelajaran untuk tiap kompetensi/sub kompetensi. Padahal, modul pembelajaran merupakan pendukung utama dalam penerapan model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide. Berkaitan dengan kendala ini, sangat diharapkan komitmen guru untuk menyusun modul diklat sesuai dengan kompetensi/sub kompetensi yang telah dirumuskan; (b) Pemahaman guru terhadap kerangka dasar desain model ini belum utuh artinya masih sepotong-sepotong, sehingga antara perangkat model (job sheet, learning guide, learning steps, dan self check), penyusunan/ penghimpunan modul diklat, penyusunan instrumen tes, 180 dengan pelaksanaan pembelajaran dan evaluasinya, seolah merupakan tahaptahap yang terspisah. Padahal, tahap-tahap tersebut merupakan kesatuan yang utuh dalam penerapan model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide. Dengan demikian, model ini akan lebih mudah diimplementasikan jika didasari oleh pemahaman guru yang utuh terhadap kerangka dasar desain model ini. Diharapkan pada ujicoba lebih luas sudah dapat diperoleh pemahaman yang utuh dari guru. 2). Keterbatasan Pelaksanaan Ujicoba Terbatas Keterbatasan dalam pelaksanaan ujicoba desain model skala terbatas, dapat dijelaskan sebagai berikut: (a) walaupun keterlibatan guru telah sesuai dengan tahap-tahap pelaksanaan/implementasi seperti yang dirancang dalam desain model, namun dirasakan belum optimal, khususnya dalam komitmen guru menyusun atau menghimpun modul pembelajaran per kompetensi/sub kompetensi, (b) belum disusun/dibuatnya panduan yang tentang prosedur pelaksanaan pembelajaran bagi guru yang menggambarkan alur interaksi siswa dan guru, merupakan salah satu kekurangan/keterbatasn desain model dalam ujicoba terbatas; (c) kekurangan/keterbatasan dalam sosialisasi desain model ini kepada guru subyek ujicoba, sehingga pada tahap awal ujicoba masih dijumpai rasa canggung dari guru. 181 23. Deskripsi Desain Model Siap Ujicoba Lebih Luas Deskripsi Model Pembelajaran Preskriptif Program Produktif dengan Penerapan Learning Guide Siap Ujicoba Lebih Luas Rencana Pembelajaran Aspek I .Tujuan Pembelajaran Deskripsi 1) Berisi rumusan tentang kompetensi yang akan dicapai 2. Materi Pembelajaran 1) Bersisi bahan ajar yang mendukung kompetensi yang akan dicapai; 2) Disusun berbentuk penyelesai an tugas pembelajaran per kompetensi; 3) Dikemas dalam bentuk modul pembelajaran setiap kompetensi/sub kompetensi 3. Metoda/ Strategi Pembelajaran 1) Dirancang bersifat preskriptif; dengan tahap: a. menjelaskan materi sesuai kompetensi yang akan dicapai; b. memberikan tugas pembelajaran secara bertahap (task-focused) dan diberikan petunjuk pelaksanaan per kompetensi; c. memberikan layanan pembelajaran individual {individualized instruction); d memberikan layanan pembelajaran tuntas per kompetensi. 2) Dirancang menerapkan learning guide, dengan langkah: a. guru menjelaskan materi sesuai kompetensi; b. siswa membaca dan memahami modul pembelajaran; c. siswa membaca dan memahami learning guide; d. siswa membaca dan memahami_/o6 sheets; e. siswa menyelesaikan tugas secara bertahap Pelaksanaan Evaluasi Hasil Pembelajaran Pembelajaran 1) Tugas pembelajaran diberikan menggunakan prinsip preskriptif dengan tahap: a. menjelaskan materi sesuai kompetensi yang akan dicapai; b. memberikan tugas pembelajaran secara bertahap {taskfocused) dan diberikan petunjuk pelaksanaan per kompetensi; c. memberikan layanan pembelajaran individual (mdividiialtzed instruction); d. memberikan layanan pembelajaran tuntas per kompetensi. 1) Evaluasi pembelajaran: a. Dilaksanakan evaluasi formatif dan sumatif; b. Menggunakan pendekatan PAP secara konsisten; c. Dilaksanakan tes tertulis dan tes tindakan secara terintegrasi untuk setiap kompetensi/sub kompetensi dengan format spesifik. 2) Kegiatan pembelajaran menerapkan learning guide, dengan langkah; a. guru menjelaskan materi sesuai kompetensi. b. siswa membaca dan memahami modul pembelajaran; c. siswa membaca dan memahami learning guide; A. siswa membaca dan memahami jab sheets; e. siswa menyelesaikan tugas secara bertahap dengan acuan learning stepsr. f siswa melakukan selfcheclc. g. siswa melaksanakan tes tertulis dan tindakan. h guru memfasilitasi 182 dengan acuan leaming sleps; f. siswa melakukan set/ check; g. siswa melaksanakan tes tertulis dan tindakan; h. guru memfasilitasi kegiatan pembelajaran siswa. 4.Alokasi waktu 1) Sesuai dengan bobot dan lingkup materi 5. Alat/ Bahan Pembelajar an 1) Bahan pembelajaran mendukung tujuan dan disusun per kompetensi; 2) Alat pembelajaran sesuai rumusan kompetensi yang akan dicapai 6. Evaluasi 1) Dirancang program pengayaan (enricfimeirt); 2) Integrasi antara tes tertulis (writteri lesi) dengan tes tindakan (performance tesi) dan memotivasi kegiatan pembelajaran siswa Bagan 4.3: Deskripsi Model Pembelajaran Preskriptif Program Produktif dengan Penerapan Learning Guide Siap Ujicoba Lebih Luas 183 Guru: Menjelaskan Materi sesuat Sub Kompetensi Membaca Membaca Membaca dan Memadan Mema dan hami Mo- 1 A* hami Lear- ; ir Memahami dul Pembe i i ning Guide j i Job Sheets i , i , Jajaran \ ' ', ' Guru/ Instruktur Guru/ Instruktur CTLeaming Step£^> Guru/ fastruktui Cek Hasil Penyelesaian Tueas (Self Check) Tidak Ya • Tes Tertulis ¡"100% ; Belum i Betul j Guru/ mstruktur Tes Tindakan Belum -K^^MenguasaT^!) Lanjut ke Sub Kompetensi Berikutnya Bagan 4.4 Panduan Alur Interaksi Siswa dan Guru Dalam Penerapan Model untuk Ujicoba Lebih Luas 184 2.4. Pelaksanaan dan Hasil Uji Coba Lebih Luas Dalam pelaksanaan ujicoba terbatas, guru-guru program produktif mata diklat Perbaikan Motor Otomotif memberikan masukan perlunya dibuat panduan pelaksanaan model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide. Bagi penulis sendiri, belum adanya panduan tersebut juga dirasakan sebagai suatu keterbatasan dalam ujicoba terbatas. Berdasarkan masukan guru dan keterbatasan dalam penerapan desain model khususnya dalam pelaksanaan pembelajaran program produktif, maka telah dibuat panduan tentang urutan dan alur interaksi siswa dan guru. Panduan tersebut menjadi rambu-rambu bagi guru dalam pelaksanaan pembelajaran preskriptif program produktif Desain model yang telah dilakukan ujicoba terbatas, walaupun secara spesifik tidak terdapat revisi, setelah dilakukan penataan dalam aspek redaksional, serta disusun panduan pelaksanaan pembelajaran, berikutnya dilakukan ujicoba lebih luas. Dengan demikian hasil-hasil yang telah dideskripsikan dalam ujicoba terbatas tersebut, berikutnya merupakan pijakan dalam melakukan ujicoba dalam skala lebih luas. Tujuan utama ujicoba lebih luas adalah untuk menilai keterterapan desain model, serta dalam rangka menyempurnakan desain model melalui penerapan ke beberapa subyek ujicoba yang memiliki karakteristik bervariasi. Dalam hal ini subyek ujicoba yang dipilih sebanyak tiga SMK, yaitu SMK A Semarang (akreditasi sangat baik); SMK B Semarang (baik), dan SMK C Semarang (sedang), dengan masing-masing subyek dilakukan ujicoba sebanyak tiga kali, yang secara keseluruhan melibatkan enam orang guru dan 109 siswa. Dengan mengambil subyek 185 ujicoba secara bervariasi, diharapkan dapat diketahui keunggulan dan kelemahannya, untuk berikutnya dilakukan perbaikan/penyempurnaan pada sisi-sisi yang lemah. Aspek-aspek yang dilakukan penilaian sama dengan pada tahap uji coba terbatas, yaitu: substansi isi dan fleksibilitas struktur desain model, dukungan terhadap pelaksanaan tugas, peningkatan kompetensi siswa, dan hambatan/keterbatasan desain model. 2.4.1. Substansi Isi dan Fleksibilitas Struktur Desain Model Dalam ujicoba lebih luas, permasalahan substansi isi dan fleksibilitas struktur desain model merupakan aspek yang tetap perlu dinilai; bahkan dalam uji coba ini dapat memberikan gambaran lebib lengkap tentang kekuatan dan kelemahan desain model dinilai dari isi dan strukturnya, terutama berkait dengan jumlah subyek ujicoba yang bervariasi, untuk berikutnya secara bertahap dilakukan perbaikan. Masukan perbaikan yang diperoleh selama ujicoba lebih luas dideskripsikan secara rinci untuk berikutnya ditindak-lanjuti sesuai dengan konteks masukan pada masingmasing komponen desain model. 1). Substansi Isi Komponen Desain Model Desain model pembelajaran preskriptif yang mencakup sub model: rencana pembelajaran, pelaksanaan pembalajaran, dan evaluasi hasil pembelajaran, perlu dilakukan penilaian substansi isi yang terkandung dalam masing-masing sub model. 187 kepada guru apabila menghadapi kendala. Uraian dalam learning steps juga melatih kecermatan siswa terhadap penyelasaian pekerjaan sesuai tahapan tugas; (d) Walaupun terkesan merepotkan, namun isi dalam daftar cek {sel/check), dinilai perlu untuk mengembangkan sikap teliti siswa dalam menyelesaikan tugas sesuai tahap pembelajaran. Bagaimanapun siswa adalah subyek pembelajar, sehingga perlu diberikan latihan secara tertib. Dengan demikian daftar cek (sel/ check) sangat perlu dilatihkan kepada siswa dalam pembelajaran produktif. Namun demikian dalam daftar cek perlu disediakan kolom untuk melaporkan hasil-hasil pengecekan/pengukuran; sebab hasil pengukuran yang tepat juga merupakan aspek penilaian. (e) Isi instrumen tes (tertulis dan tindakan) dinilai sangat bermanfaat untuk membantu mengefisienkan dan mengefektifkan tugas guru dalam melaksanakan pembelajaran. Diakui, selama ini guru sering dalam melaksanakan pembelajaran belum menyiapkan perangkat/instrumen evaluasi khususnya perangkat tes sesuai dengan kompetensi yang diajarkan. Namun demikian, untuk beberapa item soal perlu diperjelas, misalnya komponen tertentu hanya tepat untuk kendaraan tertentu, seperti pada materi pelumasan soal nomor enam, delapan dan sembilan. Juga pada beberapa soal pada materi perbaikan kepala silinder. Dengan pengembangan ini diharapkan pembelajaran program produktif menjadi lebih efisien dan efektif. 188 (f) Isi yang terkandung dalam deskripsi evaluasi, dinilai oleh guru pada dasarnya dapat diterapkan untuk melaksanakan evaluasi hasil pembelajaran berbasis kompetensi. Dengan masukan perbaikan seperti yang diuraikan di atas, maka memasuki ujicoba kedua dan ketiga, secara spesifik terdapat perbaikan dalam beberapa hal, menyangkut substansi isi komponen desain model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide. 2). Fleksibilitas Struktur/Tata Urutan Desain Model Penilaian fleksibilitas struktur/tata urutan desain model, lebih fokus kepada struktur dan penerapan learning guide. Sebelum ujicoba lebih luas dilaksanakan, penulis meminta masukan perbaikan dari guru tentang struktur dan tata urutan learning guide yang mencakup modul pembelajaran, learning guide, job sheet, learning steps, self check, dan instrumen tes. Dari enam guru subyek ujicoba, secara umum mereka memberikan tanggapan dan masukan perbaikan sebagai berikut: (a) Mengapa struktur learning guide, job sheet, learning steps dan self check, berbentuk seperti yang ada sekarang ? Terhadap pertanyaan ini penulis memberikan penjelasan sebagai berikut: Bahwa konsep learning guide termasuk struktur yang ada pada masing-masing bagiannya tersebut, pada dasarnya berangkat dari konsep Highly effective éducation and training programs yang dijelaskan oleh William E. Blank (1982:193). Salah satu sarana untuk melaksanakan diklat 189 (éducation and training programs) yang efektif adalah dengan mengembangkan paket-paket pembelajaran (learning packages). Dari tiga pendekatan yang ada dalam paket-paket pembelajaran (learning packages), pendekatan pedoman pembelajaran (The learning guide) seperti yang dikembangkan penulis dalam penelitian ini, memiliki lebih banyak keunggulan di banding dua pendekatan yang lain (The student direction sheet dan The self-contained module). Pendekatan The learning guide yang dikembangkan oleh penulis dalam penelitian ini, telah dilakukan beberapa penyesuaian baik menyangkut isi dan struktur, sehingga desain inilah yang dianggap paling memungkinkan. (b) Dengan penjelasan ini maka dapat diketahui bahwa desain learning guide tersebut dikembangkan di samping untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran program produktif, juga memiliki landasan konseptual yang jelas dan kuat Secara konseptual, desain ini merupakan alternatif dalam pembelajaran program produktif yang berbasis kompetensi dan produksi- Melalui serangkaian uji coba dan uji validasi dapat dinilai keunggulan dan kelemahannya dibandingkan desain yang sudah ada (konvensional); (c) Panduan tentang urutan dan alur interaksi siswa dan guru perlu dipahami oleh guru sebelum pelaksanaan pembelajaran berlangsung. Dengan penjelasan tersebut, maka dapat menambah pemahaman dan kepercayaan guru dalam menyusun rencana pembelajaran menggunakan model 190 pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide sesuai dengan struktur/tata urutan desain model yang dikembangkan. Dengan demikian memasuki ujicoba lebih luas kesatu, kedua hingga ketiga, secara substansial tidak ada perubahan dalam hal tata urutan/sistematika desain model. Secara keseluruhan, masukan perbaikan terhadap desaim model yang berkaitan dengan isi/substansi dan struktur desain model, utamanya terhadap perangkat learning guide, dapat dirangkum dalam tabel 4.14 di bawah ini. Tabe4.14 Deskripsi Masukan Perbaikan terhadap Desain Model Pada Aspek Isi/Substansi dan Struktur/Tata Urutan No. Aspek Desain Model 1 Isi/Substansi 2 Struktur/Tata Urutan Deskripsi Perbaikan * Perlu penambahan kolom untuk melaporkan hasil cek/pengukuran dalam self check; • Beberapa butir instrumen tes perlu secara eksplisit menyebutkan spesifikasi kendaraan • Panduan tentang urutan dan alur interaksi siswa dan guru perlu disosialisasikan kepada guru sebelum pelaksanaan pembelajaran 2.4.2. Dukungan terhadap Pelaksanaan Tugas Gnru Berdasarkan pengalaman yang dijumpai dalam pelaksanaan ujicoba terbatas, penulis melakukan persiapan yang lebih sistematis dalam pelaksanaan ujicoba lebih luas. Persiapan yang dimaksud adalah melakukan sosialisasi kepada guru calon subyek penelitian, terutama dalam menyusun rencana pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan evaluasi hasil pembelajaran, sesuai dengan isi dan tata urutan model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide. Dengan sosialisasi ini diharapkan diperoleh pemahaman secara tepat oleh guru sebelum 191 penyelenggaraan pembelajaran program produktif, untuk selanjutnya diperoleh dukungan terhadap pelaksanaan tugas guru secara maksimal, yaitu tugas guru dalam menyusun rencana pembelajaran, melaksanakan pembelajaran dan melakukan evaluasi hasil belajar. I). Menyusun rencana pembelajaran Sejalan dengan tahap-tahap ujicoba, pada ujicoba lebih luas diperlukan sosialisasi dalam rangka memberikan pemahaman kepada guru sebagai subyek ujicoba lebih luas. Pada ujicoba kesatu, penulis lebih dahulu menjelaskan kepada guru tentang strategi penyusunan rencana pembelajaran menggunakan model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide, yang mencakup: (a) perumusan tujuan pembelajaran; (b) materi pembelajaran yang berisi bahan ajar yang mendukung kompetensi; disusun berbentuk penyelesaian tugas per kompetensi; dikemas dalam bentuk modul pembelajaran per kompetensi/sub kompetensi; (c) metoda/strategi pembelajaran bersifat prescriptive, dengan tahap: menjelaskan materi; memberikan tugas secara bertahap dilengkapi petunjuk pelaksanaan per kompetensi; memberikan layanan pembelajaran individual; dan memberikan layanan pembelajaran tuntas per kompetensi; serta menerapkan learning guide secara utuh ; (d) alokasi waktu sesuai bobot dan lingkup materi; (e) alat/bahan pembelajaran mendukung tujuan dan sesuai rumusan kompetensi; dan (f) evaluasi dirancang program pengayaan, dan integrasi antara tes tertulis dan tes tindakan. Prinsip penyusunan rencana pembelajaran menggunakan model pembelajaran preskriptif 192 dengan penerapan learning guide untuk tiap kompetensi/sub kompetensi tersebut harus sudah tersedia/tersusun sebelum pembelajaran program produktif berlangsung. Sosialisasi dan penjelasan tersebut di atas perlu dilakukan, sebab yang dilakukan oleh guru program produktif selama ini adalah menyiapkan SAP dengan berbagai versi, serta sebagian guru menyiapkan lembar-lembar kerja (job sheets) dengan beberapa versi. Terdapat keraguati/kekhawatiran pada guru mata diklat Perbaikan Motor Otomotif, terutama dalam menyiapkan perangkat learning guide. Beberapa guru membayangkan seolah ada beban tambahan dalam membuat formatformat pembalajaran Perbaikan Motor Otomotif. Hal ini berbeda dengan pelaksanaan penyusunan atau penghimpunan modul diklat, yang dirasakan oleh guru cukup mudah karena selama ini sebagian sudah dilaksanakan walaupun belum dihimpun per kompetensi/sub kompetensi. Dengan demikian, secara prinsip rencana pembelajaran yang perlu disiapkan guru dalam ujicoba kesatu ini adalah modul pembelajaran sesuai rumusan kompetensi dan perangkat learning guide, yang mencakup learning guide, job sheei, learning steps, self check dan perangkat tes. Dengan semangat kebersamaan antara penulis dengan guru, pada ujicoba kesatu dapat disusun modul pembelajaran dan perangkat learning guide untuk sub kompetensi Memperbaiki Kerusakan Sistem Pelumasan Mesin. Demikian juga dalam ujicoba kedua dapat disusun modul pembelajaran dan perangkat learning guide untuk sub kompetensi Memperbaiki Kerusakan Sistem Pendingin Mesin; serta ujicoba ketiga Memperbaiki Kerusakan Kepala Silinder. 193 Kemampuan menyusun rencana pembelajaran ini berkaitan langsung dengan kompetensi guru dalam merancang pembelajaran. Dari pelaksanaan ujicoba kesatu, kedua sampai dengan ketiga, tidak dijumpai perbedaan yang spesifik antara kemampuan guru SMK A, SMK B maupun SMK C. Yang terlihat secara umum adalah semangat dan motivasi kerja yang cukup tinggi dari guru SMK B, dibandingkan dengan dua SMK yang lain, yang memang dari sisi usia guru SMK B relatif lebih muda. 2). Melaksanakan proses pembelajaran Pengalaman dalam melaksanakan ujicoba terbatas, khususnya dalam pelaksanaan proses pembelajaran, kiranya cukup memberikan dasar bagi perencanaan dan pelaksanaan ujicoba lebih luas. Dalam ujicoba terbatas, penulis belum menyusun atau merumuskan alur pelaksanaan pembelajaran model pembelajaran preskriprif dengan penerapan learning guide. Atas dasar pengalaman tersebut, memasuki ujicoba lebih luas penulis bersama guru mengembangkan panduan prosedur pelaksanaan pembelajaran yang menggambarkan alur interaksi antara siswa dan guru dalam pembelajaran program produktif, dan ditetapkan sebagai standar prosedur operasional (SPO). Melalui diskusi dan sosialisasi dengan guru, diharapkan dapat dilaksanakan pembelajaran mata diklat Perbaikan Motor Otomotif sesuai dengan prosedur yang dikembangkan. Pada ujicoba kesatu (sub kompetensi: Memperbaiki Kerusakan pada Sistem Pelumasan Mesin), secara umum dapat dideskripsikan hasil sebagai berikut: (1) guru dan siswa belum sepenuhnya dapat melaksanakan diklat sesuai dengan SPO yang 194 dirancang, terutama kegiatan siswa dalam membaca dan memahami modul diklat, learning guide, dan job sheet yang harus dilakukan secara simultan. Kegiatan ini harus dilakukan siswa sebelum menyelesaikan tugas pekerjaan per tujuan khusus. Siswa masih tergesa-gesa ingin cepat menyelesaikan tugas sebelum memahami learning guide, job sheet dan modul secara tuntas; ( 2 ) guru masih canggung dengan prosedur pembelajaran yang dilaksanakan; namun dengan berpegang pada prinsip pembelajaran preskriptif serta alur pembelajaran seperti digambarkan dalam bagan SPO yang telah dikembangkan, guru sedikit demi sedikit memahami peran dan tanggung jawabnya. Memasuki ujicoba kedua dengan sub kompetensi Memperbaiki Kerusakan Sistem Pendinginan Mesin, guru mulai menerapkan strategi pembelajaran preskriptif serta sesuai dengan SPO yang dirancang. Demikian juga siswa, sudah diberikan arahan tentang tahap-tahap pembelajaran yang perlu dilaksanakan, sehingga tidak harus tergesa-gesa dalam penyelasaian tugas pekerjaan. Pada ujicoba kedua ini, guru mulai dapat mengelola pembelajaran sesuai dengan rancangan SPO. dengan tetap memberikan layanan secara individual kepada siswa. Pada ujicoba keriga dengan sub kompetensi: Memperbaiki Kerusakan Kepala Silinder, siswa dan guru dapat memahami dan melaksanakan kegiatan pembelajaran preskriptif serta menerapkan prosedur sesuai alur SPO. Kegiatan diklat juga telah berjalan secara baik melalui interaksi yang alami antara siswa dan guru. Peran guru dalam ujicoba ketiga ini telah terlihat secara nyata, baik dalam memberikan layanan pembelajaran serta respon terhadap pertanyaan siswa mengenai isi learning guide, job sheet, isi modui, sampai dengan layanan pelaksanaan tes tertulis dan tes tindakan. 195 Secara umum tidak terlihat perbedaan yang spesifik dalam kemampuan melaksanakan proses pembelajaran antara guru sekolah yang menjadi subyek ujicoba. Dalam konteks ujicoba desain model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide, mulai ujicoba kesatu hingga ketiga, pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru secara umum mengalami perbaikan, sehingga interaksi pembelajaran juga berjalan secara efektif dan alami. 3). Melakukan evaluasi pembelajaran Sebagian besar guru diklat program produktif dalam menyiapkan rencana pembelajaran tidak menyiapkan perangkat evaluasi (dalam bentuk naskah tes); sehingga yang banyak terjadi adalah, evaluasi diklat dalam bentuk tes dilaksanakan secara spontan, atau tes dilakukan setelah beberapa kompetensi/sub kompetensi selesai dipelajari. Hal demikian tentu sangat rentan terhadap terjadinya bias; antara yang dipelajari dengan yang diujikan. Bisa jadi apa yang diujikan tidak atau belum dipelajari oleh siswa, atau sebaliknya. Dalam desain model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide, dirancang secara integral suatu pendekatan pembelajaran mulai penyusunan modul pembelajaran, learning guide sampai dengan penyiapan perangkat tes (tertulis dan tindakan), sebelum pembelajaran •dilaksanakan. Dengan demikian, setiap selesai pembelajaran untuk satu kompetensi/sub kompetensi, guru tidak harus mencari-can bahan tes yang akan diujikan, karena sudah disiapkan sebelum pembelajaran dilaksanakan. 196 Sesuat dengan desain model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide yang dirumuskan, maka tes yang dilaksanakan bersifat formatif dan sumatif dengan pendekatan penilaian acuan patokan (PAP), yang dilaksanakan dengan menekankan layanan pembelajaran individual. Tes dirancang dalam bentuk tertulis/tes obyektif (written tesi) dan tes tindakan (performance test). Tes tertulis dikembangkan dalam bentuk pilihan ganda (multiple choise) dengan maksud menungkap pemahaman teknis siswa terhadap kompetensi/sub kompetensi yang telah dipelajari. Sedangkan tes tindakan dilaksanakan jika siswa telah mampu menjawab tes tertulis secara benar. Pada ujicoba kesatu, tes tertulis dan tes tindakan secara umum dapat berjalan dengan baik, walaupun ada beberapa siswa yang terlihat belum terbiasa dengan prosedur tes yang dilaksanakan. Memasuki ujicoba kedua sampai dengan ketiga, pelaksanaan tes yang dikelola guru menjadi semakin terfokus, karena perangkat tes sebelumnya sudah dapat disusun oleh guru bersama penulis. Memasuki ujicoba ketiga, guru telah berperan dalam menilai dan memberikan keputusan tentang kelanjutan kompetensi. 2.43. Peningkatan Prestasi Siswa Hasil Diklat Produktif Peningkatan prestasi siswa hasil diklat produktif pada dasarnya menjadi rujukan utama dalam pengembangan desain model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide. Tahapan-tahapan ujicoba yang dilaksanakan bertujuan mengukur dampak penerapan desain model terhadap peningkatan prestasi siswa hasil diklat produktif, sesuai dengan sub kompetensi yang dipelajari. Dengan demikian 197 perbaikan dan penyempurnaan desain model yang dilakukan selama berlangsungnya ujicoba lebih luas juga dimaksudkan untuk meningkatkan kompetensi siswa setelah melaksanakan pembelajaran. Deskripsi peningkatan kompetensi siswa yang dimaksudkan dalam konteks ini diukur berdasarkan hasil tes tertulis dan tes tindakan yang dilakukan sebelum (pra pembelajaran) dan sesudah (pasca pembelajaran) per sub kompetensi. Dalam mengukur dampak pelaksanaan ujicoba pembelajaran terhadap peningkatan kompetensi siswa ditetapkan dua kategori, yaitu: (1) deskripsi peningkatan kompetensi siswa pra pembelajaran dengan pasca pembelajaran, yang diukur berdasarkan perbandingan skor rata-rata antara hasil tes tertulis (written tesi) pra pembelajaran dengan hasil tes tertulis pasca pembelajaran; (2) deskripsi peningkatan kompetensi hasil pasca pembelajaran diukur berdasarkan perbandingan skor rata-rata gabungan (kumulatif) antara skor tes tertulis dengan tes tindakan, dan dilakukan terhadap ujicoba lebih luas kesatu, kedua, dan ketiga. 1). Deskripsi Peningkatan Prestasi Siswa Berdasarkan Hasil Tes Tertulis Pra dan Pasca Penerapan Desain Model Deskripsi peningkatan prestasu siswa yang diukur berdasarkan hasil tes tertulis pra pembelajaran dengan pasca pembelajaran preskriptif program produktif dengan penerapan learning guide pada mata diklat Perbaikan Motor Otomotif ditampilkan dalam tabel-tabel di bawah ini. 198 Tabel 4.15 Deskripsi Peningkatan Prestasi Siswa Pra dan Pasca Penerapan Desain Model Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK A) Semarang Kegiatan N Rata-rata Ujicoba 4 (Pra) (Pasca) Ujicoba 5 (Pra) (Pasca) Ujicoba 6 (Pra) (Pasca) 36 36 36 36 36 36 57,89 70,42 60,39 73,42 62,83 79,72 Stand. Dev. 4,17 2,93 3,21 2,61 3,30 1,91 Nilai t Df 21,83 70 T-tabel a =0,05 2,000 26,83 70 2,000 33,64 70 2,000 Berdasarkan tabel 4.15 di atas dapat ditunjukkan bahwa terdapat peningkatan prestasi siswa yang diukur berdasarkan hasil tes tertulis tentang pengetahuan dan pemahaman teknis, sebelum dan setelah siswa menerapkan model pembelajaran preksriptif program produktif dengan penerapan iearning guide. Tes tertulis yang dimaksud adalah tes untuk mengungkap pengetahuan dan pemahaman teknis siswa terhadap prosedur penyelesaian tugas (sub kompetensi), sebelum siswa melaksanakan pembelajaran dan sesudah melaksanakan pembelajaran. Dengan demikian, isi pertanyaan dalam tes tersebut sama antara sebelum dengan sesudah pembelajaran. Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa peningkatan kompetensi siswa SMK A yang diukur dalam bentuk pengetahuan dan pemahaman teknis, menujukkan peningkatan secara signifikan (taraf signifikansi 5%) pada kondisi sebelum dengan sesudah pembelajaran program produktif, mata diklat Perbaikan Motor Otomotif. 199 Tabel 4.16 Deskripsi Peningkatan Prestasi Siswa Pra dan Pasca Penerapan Desain Model Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK B) Semarang Kegiatan N Rata-rata Ujicoba 4 (Pra) (Pasca) Ujicoba 5 (Pra) (Pasca) Ujicoba 6 (Pra) (Pasca) 38 38 38 38 38 38 40,79 69,32 43,16 72,26 52,18 76,68 Merujuk tabel 4.16 Stand. Dev. 3,24 3,44 4,86 4,10 7,53 2,63 Nilai t df 34,82 74 t-tabel a =0,05 2,000 24,08 74 2,000 19,63 74 2,000 di atas, dapat dijelaskan bahwa prestasi siswa yang diukur melalui tes pengetahuan dan pemahaman teknis tentang prosedur penyelesaian tugas, mengalami peningkatan secara signifikan diukur dari kondisi sebelum pembelajaran dan sesudah pembelajaran. Tabel 4.17 Deskripsi Peningkatan Prestasi Siswa Pra dan Pasca Penerapan Desain Model Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK C) Semarang Kegiatan N Rata-rata Ujicoba 4 (Pra) (Pasca) Ujicoba 5 (Pra) (Pasca) Ujicoba 6 (Pra) (Pasca) 34 34 34 34 34 34 41,49 68,03 43,63 70,29 46,77 72,37 Stand Dev. 3,81 2,86 4,29 2,35 4,45 2,17 Nilai t df 44,64 68 t-tabel a = 0,05 2,000 36,46 68 2,000 30,28 68 2,000 Berdasarkan tabel 4.17 di atas dapat dijelaskan adanya perbedaan secara signifikan prestasi siswa, pada kondisi sebelum pelaksanaan pembelajaran dan sesudah pembelajaran. Perbedaan yang menunjukkan peningkatan kompetensi terjadi pada masing-masing ujicoba, yang diukur pada taraf kepercayaan 95%. 200 2). Deskripsi Peningkatan Prestasi Siswa Pasca Pembelajaran Dengan Model Pembelajaran Preskriptif-Learning Guide Berdasarkan Skor Hasil Tes Gabungan (Tertulis dan Tindakan) Deskripsi perbedaan yang menunjukkan peningkatan prestasi siswa hasil diklat produktif yang diukur berdasarkan hasil tes tertulis dan tes tindakan pasca pembelajaran Perbaikan Motor Otomotif, pada masingmasing tahap ujicoba ditampilkan dalam tabel-tabel di bawah ini. Pengukuran perbedaan prestasi siswa dilakukan setelah siswa selesai melakukan pembelajaran program produktif dengan model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide. Tabel 4.18 Deskripsi Pemngkatan Prestasi Siswa Pasca Penerapan Desain Model Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK A) Semarang Kegiatan N Rata-rata Stand. Dev. Nilai t Df Ujicoba Ujicoba Ujicoba Ujicoba Ujicoba Ujicoba 36 36 36 36 36 36 71,17 73,28 73,28 76,61 71,17 76,61 1,95 2,13 2,13 2,06 1,95 2,06 6,39 70 t-tabelpada a =0,05 2,000 8,45 70 2,000 13,12 70 2,000 4 5 5 6 4 6 Merujuk pada tabel 4.18 di atas, dapat dijelaskan bahwa rata-rata skor hasil tes gabungan (tertulis dan tindakan) yang menunjukkan prestasi siswa (SMK A), antara tahap ujicoba satu dengan tahap ujicoba berikutnya, berbeda secara signifikan, pada taraf signifikansi 5%. Hasil ini menjelaskan bahwa terjadi peningkatan kompetensi siswa secara signifikan dari satu tahap ujicoba diklat ke tahap berikutnya. 201 Tabel 4.19 Deskripsi Peningkatan Prestasi Siswa Pasca Penerapan Desain Model Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK B) Semarang Kegiatan Ujicoba Ujicoba Ujicoba Ujicoba Ujicoba Ujicoba 4 5 5 6 4 6 N Rata-rata Stand. Dev. Nilai t Df 3S 38 38 38 38 38 67,55 70,39 70,39 73,05 67,55 73,05 2,74 2,10 2,10 2,27 2,74 2,27 7,40 74 t-tabel pada a - 0,05 2,000 9,56 74 2,000 12,42 74 2,000 Berdasarkan tabel 4.19 di atas dapat diketahui bahwa prestasi siswa (SMK B) berbeda secara signifikan, berdasarkan nilai t (hitung) yang lebih besar dari nilai tabel pada taraf signifikansi 5%, pada setiap tahap ujicoba. Perbedaan tersebut secara spesifik menunjukkan peningkatan dari satu tahap ujicoba ke tahap ujicoba berikutnya. Tabel 4.20 Deskripsi Peningkatan Prestasi Siswa Pasca Penerapan Desain Model Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK C) Semarang Kegiatan N Rata-rata Stand Dev. Nilai t Df Ujicoba Ujicoba Ujicoba Ujicoba Ujicoba Ujicoba 35 35 35 35 35 35 63,09 67,91 67,91 70,54 63,09 70,54 2,32 2,48 2,48 2,11 2,32 2,11 11,41 68 t-tabel pada a = 0,05 2,000 9,88 68 2,000 15,08 68 2,000 4 5 5 6 4 6 ; Merujuk pada tabel 4.20 di atas dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan prestasi secara signifikan antara skor rata-rata hasil tes gabungan pada siswa SMK C, pada tahap ujicoba ke 4, 5, dan 6. Dengan demikian, 202 terdapat perbedaan kompetensi antara satu tahap ujicoba ke tahap berikutnya, yang ditunjukkan oleh nilai t (hitung) yang lebih besar dari nilai t (tabel) pada taraf signifikansi 5%. 2.4.4. Perkembangan Hasil Ujicoba Lebih Luas Desain Model Berdasarkan pelaksanaan ujicoba lebih luas yang dilakukan secara bertahap dengan melibatkan tiga SMK, diperoleh hasil dengan menunjukkan perkembangan meningkat. Secara rinci perkembangan hasil tiap tahap ujicoba pada masing-masing SMK ditampilkan pada tabel di bawah ini. Tabel 4.21 Deskripsi Perkembangan Hasil Ujicoba Lebih Luas Desain Model di SMK A Pada Seluruh Aspek Ujicoba No 1 2 3 4. 5 Aspek Ujicoba Substansi Isi dan Fleksibilitas Desain Model Dukungan terhadap Pelaksananan Tugas Guru Peningkatan prestasi siswa f skor rata-rata) Keselarasan dukungan Alat dan Bahan Potensi dukungan Du/Di Kategori rata-rata hasil pada Ujicoba :e 3 1 2 81,25% 87,5% 75% 100% 83,33% 83,33% 76,61 73,28 71,17 87,5% 100% 75% 100% 87,5% 87,5% Berdasarkan tabel 4.21 di atas ditunjukkan bahwa seluruh aspek ujicoba desain model yang dilakukan di SMK A, mengalami perkembangan yang meningkat pada setiap tahap ujicoba. Pada ujicoba kesatu dan kedua, aspek-aspek desain model belum sepenuhnya dapat diterapkan oleh guru progrm produktif Namun demikian, memasuki ujicoba ketiga aspek-aspek desain model pembelajaran preskriptif dengan Penerapan learning guide sepenuhnya dapat diterapkan oleh guru program 203 produktif. Secara bagan, perkembangan hasil ujicoba lebih luas yang dilakukan di SMK A pada seluruh aspek di atas dapat ditampilkan dalam diagram di bawah ini. n 1 Fleksibilitas Desain Model n 2 Dukungan thd Tugas Guru • 3 Peningkatan Prestasi Diklat Produktif D 4 Dukungan Alat dan Bahan • S Dukungan Stakeholders tfìcoba Ke »FDM * - DTG • * — PKS -K DAB -K—DS UjEcoba I Ujcoba 1! Ujicoba III Bagan 4.5 Diagram Perkembangan Hasil Ujicoba Lebih Luas di SMK A Pada Seluruh Aspek Desain Model Berdasarkan bagan 4.5 di atas, terlihat bahwa secara kuantitatif, hasil ujicoba desain model mengalami peningkatan pada seluruh aspek. Dengan demikian, aspekaspek desain model secara bertahap sepenuhnya dapat diterapkan dalam pembelajaran program produktif, khususnya di SMK A. 204 Tabel 4.22 Deskripsi Perkembangan Hasil Ujicoba Lebih Luas di SMK B Pada Seluruh Aspek Ujicoba Aspek Ujicoba No 1 2 3 4 5 Substansi Isi dan Fleksibilitas Desain Model Dukungan terhadap Pelaksananan Tugas Guru Peningkatan prestasi siswa (skor rata-rata) Keselarasan dukungan Alat dan Bahan Potensi dukungan Du/Di Kategori rata-rata hasil pada Ujicoba 1 2 3 83,33% 75% 100% 75% 75% 100% 67,55 70,39 73,05 75% 75% 100% 7 5 % 75% 87.5% Tabel 4.22 di atas memperlihatkan kemajuan hasil ujicoba lebih luas pada seluruh aspek yang dilakukan di SMK B. Pada ujicoba kesatu dan kedua, terlihat aspek-aspek desain model belum sepenuhnya menunjukkan hasil secara maksimal. Namun memasuki ujicoba ketiga sebagian besar aspek menunjukkan hasil maksimal (100%); kecuali potensi dukungan stakeholders dan tingkat kompetensi siswa. Perkembangan hasil ujicoba lebih luas di SMK B ditampilkan pada bagan 4.6 di bawah ini: • 1 Fleksibilitas Desain Model • 2 Dukungan t h d Tugas Guru • 3 Peningkatan Prestasi Diklat Produktif • A Dukungan Alat dan Bahan • 5 Dukungan Stakeholders 1 Ujicoba Ke 2 3 205 50 A 1 Ujicoba [ - T Ujcoba tl — Ujicoba III Bagan 4.6 Diagram Perkembangan Hasil Ujicoba Lebih Luas di SMK B Pada Seluruh Aspek Desain Model Tabel 4.23 Deskripsi Perkembangan Hasil Ujicoba Lebih Luas di SMK C Pada Seluruh Aspek Desain Model No 1 2 3 4 5 Aspek Ujicoba Substansi Isi dan Fleksibilitas Desain Model Dukungan terhadap Pelaksananan Tugas Guru Peningkatan prestasi siswa (skor rata-rata) Keselarasan dukungan Alat dan Bahan Potensi dukungan Du/Di Kategori rata-rata hasil pada Ujicoba X 2 3 1 100 % 75% 83,33% 100% 75% 75% 70,54 63,09 67,91 50% ' 75% 50% 50% 75% 50% Hasil yang ditampilkan pada tabel 4.23 memperlihatkan perkembangan penerapan aspek-aspek desain model pada rangkaian ujicoba lebih luas yang dilaksanakan di SMK C. Sampai dengan ujicoba ketiga, aspek yang belum menunjukkan hasil maksimal adalah keselarasan dukungan alat dan bahan, serta potensi dukungan stakeholders. Pada aspek kompetensi siswa, perkembangannya meningkat secara signifikan; demikian juga pada aspek substansi isi dan fleksibilitas, serta dukungan terhadap pelaksanaan tugas guru, memasuki ujicoba ketiga terjadi 206 peningkatan secara maksimal. Perkembangan hasil ujicoba tersebut ditampilkan pada bagan 4.7 di bawah ini. ¿"2 •,10Ch I • 1 Fleksibilitas Desain Model 3 • 2 Dukungan itid Tugas Guru • 3 Peningkatan Prestasi Diklat Produktif 5 | - r • 4 Dukungan Alat dan Bahan • 5 Dukungan Stakeholders Ujicoba Ke > " ' FDM * - DTG »•—-PKS -K—DAB -*—DS Ujicoba I UjcobaH Ujicoba (H Bagan 4.7 Diagram Perkembangan Hasil Ujicoba Lebih Luas di SMK C Pada Seluruh Aspek Desain Model 2.4.5. Keterterapan Desain Model Setelah memasuki ujicoba lebih luas, desain model yang dikembangkan memiliki peluang keterterapan yang semakin tinggi. Ukuran keterterapan desain model, secara spesifik dilihat dari aspek-aspek yang telah diuraikan di atas, yaitu: (1) 207 substansi isi desain model; (2) fleksibilitas struktur/tata urutan; (3) dukungan terhadap pelaksanaan tugas guru; dan (4) dampak terhadap peningkatan kompetensi siswa. Dilihat dari sisi substansi isi dan fleksibilitas desain model, komponen rencana pembelajaran, pelaksanaan, dan evaluasi hasil pembelajaran secara operasional dapat diterapkan secara efektif oleh guru, khususnya dalam mendukung pelaksanaan tugas guru dan meningkatkan prestasi siswa. Dinilai dari fleksibilitas struktur/tata urutan, utamanya perangkat learning guide yang mencakup learning guide, job sheet, learning sieps, sel/ check, dan perangkat tes, dianggap oleh guru program produktif program keahlian Teknik Mekanik Otomotif sangat sejalan dengan pendekatan pembelajaran program produktif yang bercirikan pembelajaam berbasis kompetensi dan produksi. Tentang kontribusinya terhadap peningkatan kompetensi siswa, sampai dengan ujicoba lebih luas ini, desain model yang dikembangkan teruji secara siginfikan memberikan peningkatan kompetansi siswa. Demikian juga kontribusinya dalam pelaksanaan tugas guru, memasuki ujicoba lebih luas telah terbukti mendukung tugas guru baik dalam penyusunan rencana pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, serta pelaksanaan evaluasi hasil pembelajaran. Dalam hai dukungannya terhadap pelaksanaan pembelajaran, berdasarkan ujicoba lebih luas dapat diperoleh gambaran bahwa guru merasa lebih mudah melaksanakan proses pembelajaran preskriptif program produktif dengan diterapkannya standar prosedur operasional (SPO) dalam penerapan learning guide. Peran guru lebih dioptimalksan sebagai fasilitator terhadap kebutuhan pembelajaran siswa; sedangkan siswa diberikan latihan untuk mengelola penyelesaian tugas secara 208 mandiri, dan jika siswa menjumpai hambatan dalam penyelesaian tugas setiap saat dapat mengkonsultasikannya kepada guru. Berdasarkan uraian yang mencakup keempat aspek tersebut, dapat dikatakan bahwa desain model pembelajaran preskripnf program produktif dengan penerapan learning guide memiliki peluang yang tinggi untuk dapat diterapkan oleh guru di lapangan. Di samping keempat aspek yang diuraikan tersebut, keterterapan desain model pada dasarnya juga dirujuk dari dua aspek yang lain, yaitu: (5) keselarasan dengan dukungan alat dan bahan pembelajaran; dan (6) potensi dukungan stakeholders. Untuk kedua aspek yang disebut terakhir tersebut (5 dan 6), terdapat perbedaan kondisi secara spesifik khususnya antara SMK A dan SMK B dengan SMK C. Secara umum, aspek kelima dan keenam bagi SMK A (berakreditasi sangat baik) dan SMK B (berakreditasi baik) relatif dapat dipenuhi, artinya desain model pembelajaran preskripnf dengan penerapan learning guide yang dikembangkan secara riil dapat diterapkan selaras dengan dukungan alat dan bahan pembelajaran, serta memiliki potensi dukungan oleh institusi pasangan yang ada. Namun bagi SMK C (berakreditasi sedang), untuk memperoleh hasil maksimal dalam penerapan desain model, diperlukan penataan dan penambahan alat/fasilitas mesin maupun jalinan kerjasama yang lebih inten dengan institusi pasangan. Secara umum, indikator keterterapan desain model pada ketiga subyek (sekolah) ujicoba lebih luas digambarkan sebagai berikut 209 Tabel 4.24 Indikator Keterterapan Desain Model Hasil Observasi dalam Ujicoba Lebih Luas Aspek 1. Substansi Isi dan Fleksibilitas Struktur Desain 2. Dukungan md Pelaksanaan Tugas Guru 3. Peningkatan prestasi siswa 4. Potensi ketersediaan alat dan bahan 5.Potensi Dukungan stakeholders Tingkat Keterterapan Tinggi SMKA SMKB SMKC Sumber Data 81,84% 86,84% 85,12% Sedang 13,63 13,05% 14,88% Guni/instruktur Rendah Tinggi Sedang Rendah - - - 4,54% 88,54% 6,58% 4,88% signifikan 82,63% 15,57% 1,89% signifikan 83,72% 6,98% 9,30% signifikan Tinggi 88,45% 82,44% 19% Sedang Rendah. Tinggi Sedang Rendah 11,55% 17,56% Berdasarkan tabel - - 89,16% 10,84% 78,12% 21,88% 78,84 % 2,16% 19,76 % 80,24% - - - Guru/instruktur Tes obyektif dan tindakan Guru dan hasil observasi Guru dan hasil observasi 4.24 di atas dapat dijelaskan bahwa desain model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide, memiliki keterterapan yang tinggi terutama bagi SMK berakreditasi baik dan sangat baik (SMK B dan SMK A). Sedangkan bagi SMK yang tergolong sedang, faktor yang kurang mendukung dalam penerapan desain model terutama berkaitan dengan alat dan bahan pembelajaran program produktif yang tersedia, serta dukungan institusi pasangan dalam penyelenggaraan pembelajaran. Dengan demikian bagi SMK yang tergolong sedang perlu mengupayakan alat/fasilitas dan bahan untuk memenuhi kebutuhan minimal dalam penyelenggaraan pembelajaran program produktif menggunakan model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide. 210 2.4.6. Hambatan/Keterbatasan Uji Coba Lebib Luas 1). Hambatan Hambatan yang dijumpai dalam pelaksanaan ujicoba lebih luas desain model secara spesifik ada dua yaitu: (a) kurangnya komitmen guru dalam menyusun atau menghimpun modul pembelajaran per kompetensi/sub kempetensi; (b) pada SMK yang tergolong (berakreditasi) sedang, keterbatasan alat/sarana pembelajaran program produktif cukup menjadi kendala dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide. Kurangnya komitmen guru dalam menghimpun modul pembelajaran per sub kompetensi agaknya menjadi gejala umum yang perlu dipecahkan. Dalam penjelasannya, beberapa guru mengemukakan seringnya pergantian (gonta-ganti) kurikulum, menjadikan mereka 'malas' dalam menghimpun atau menyusun modul-modul pembelajaran. Namun demikian, melalui beberapa pendekatan penulis dapat mengajak para guru untuk menghimpun modul pembelajaran, khususnya yang berkaitan dengan kompetensi/sub kompetensi yang diujicobakajL Keterbatasan alat/saran pembelajaran, khususnya perangkat pendukung pembelajaran praktik, secara umum dijumpai pada SMK yang berakreditasi sedang. Kondisi ini secara riil memang menjadi kendala untuk menerapkan model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide secara optimal. Hal yang dapat dilakukan adalah guru harus secara ketat dan disiplin dalam mengatur pelaksanaan pembelajaran program produktif, misalnya melakukan 211 rotasi kelompok dengan pembagian waktu secara ketat; atau menambah jam diklat sesuai dengan jumlah kelompok siswa. 2). Keterbatasan Pelaksanaan Ujicoba Lebih Luas Keterbatasan yang dijumpai dalam pelaksanaan ujicoba lebih tuas secara spesifik ada tiga, yaitu: (1) mengukur kompetensi siswa pada kondisi pra pembelajaran dan pasca pembelajaran; (2) keterbatasan dalam koordinasi jadwal pembelajaran; dan (3) ketepatan waktu penyelesaian pembelajaran per korapetensi/sub kompetensi. Pertama, kompetensi siswa pada kondisi pra dan pasca pembelajaran yang diukur hanya berdasarkan hasil tes tertulis yang dilakukan pada pra dan pasca pembelajaran, pada hemat penulis adalah suatu kelemahan; namun demikian menurut pendapat penulis, hal tersebut merupakan satu-satunya jalan dalam mengukur kompetensi siswa pada kondisi pra pembelajaran. Mengingat untuk melakukan tes tindakan kepada siswa sebelum dilaksanakan pembelajaran, di samping membahayakan siswa, juga mengandung resiko kerusakan terutama kerusakan alat dan bahan. Kedua, berkaitan dengan kesulitan melakukan koordinasi secara tepat, khususnya dalam pangaturan urutan sub kompetensi yang akan diujicobakan. Hal ini dialami ketika pelaksanaan ujicoba kedua, dengan sub kompetensi: Memperbaiki Kerusakan Sistem Pendinginan Mesin; sesuai jadwal diklat, ternyata waktunya bersamaan antara SMK A dengan SMK B, sehingga diperlukan pengaturan yang cermat Untuk mengatasi keterbatasan semacam ini, penulis menggunakan bantuan tenaga peneliti sebagai pengumpul data lapangan. 212 Ketiga, beberapa kali dijumpai waktu penyelesaian (jam pembelajaran) mundur dari yang disediakan; artinya sampai dengan jam pelajaran habis, masih ada beberapa siswa yang belum tuntas menyelesaikan tugas pekerjaan, sehingga guru memberikan toleransi untuk menyelesaikan sampai tuntas. Untuk kegiatan berikutnya, guru perlu memberikan arahan secara jelas bahwa penyelesaian pekerjaan harus tepat waktu. D. Validasi Model Pembelajaran Preskriptif dengan Penerapan Learning Guide Berdasarkan hasil ujicoba lebih luas terhadap desain model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide, termasuk beberapa perbaikan dan penyempurnaan pada aspek isi dan struktur desain model, berikutnya dirumuskan model yang siap dilakukan validasi. Model siap validasi secara spesifik mencakup dua bagian utama, yaitu: (1) kerangka dan deskripsi model siap validasi; dan (2) prosedur pelaksanaan/penerapan model. Kerangka model siap validasi adalah paparan model yaang mencakup komponen, isi, dan sasaran model. Kerangka model pada dasarnya dirangkum (dikonstruksi) berdasarkan deskripsi isi model yang telah dilakukan ujicoba terbatas dan lebih luas. Sedangkan deskripsi model adalah penjabaran secara utuh tentang isi model pembelajaran preskriptif, yang mencakup sub model: rencana pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi hasil pembelajaran. Demikian juga sesuai dengan perbaikan yang dilakukan dalam pelaksanaan ujicoba lebih luas, bahwa sebagai rambu-rambu bagi guru dan untuk memperlancar pelaksanaan pembelajaran 213 program produktif, berikutnya dirumuskan standar prosedur operasional (SPO). Standar prosedur operasional tersebut mendeskripsikan bagaimana interaksi siswa dan guru dibangun dalam dan selama pembelajaran program produktif berlangsung. 1. Model Pembelajaran Preskriptif-Learnin^ Guide dan Panduan Penerapan Siap Validasi IX Kerangka dan Deskripsi Model Siap Validasi Model pembelajaran preskripnf program produktif dengan penerapan learning guide siap validasi, secara utuh dirangkum dalam suatu kerangka model dan deskripsi isi model, sebagaimana dicantumkan dalam bagan 4.8 dan bagan 4.9 di bawah ini. 1.2. Prosedur Pelaksanaan/Penerapan Model Kerangka model siap validasi seperti dirumuskan pada bagan 4.8, berikutnya dilakukan validasi dalam bentuk pelaksanaan pembelajaran di kelas pada sekolah (SMK) yang telah ditetapkan sebagai subyek uji validasi. Dalam kaitan pelaksanaan pembelajaran di kelas, sesuai dengan saran perbaikan yang berikan oleh para guru, maka telah dirumuskan standar prosedur operasional (SPO) yang menjadi rambu-rambu bagi guru dan siswa dalam melakukan interaksi pembelajaran. Prosedur pelaksanaan pembelajaran tersebut ditampilkan dalam bagan 4.10 di bawah ini. 214 Rencana Isi/Kompetensi 3 Tujuan D Materi D Metoda / Strategi D Waktu a Alat/Bahan D Evafuasi 1. y Imolementasi Prinsip Preskriptif o Sesuai Kompetensi o Tugas Bertahap o Individualized Instruction o Pembelajaran Tuntas 2. o o o o o \ J\ Evaluasi o Formatif & Sumatrf D Pendekatan PAP o Integrasi Tes Tertulis dan Kinerja dengan Format Spesifik Learning Guide Modul Pembelajaran Learning Guide Job Sheet Learning Steps Self Check Bagan 4.8: Kerangka Model Pembelajaran Preskriptif Program Produktif dengan Penerapan Learning Guide 215 Deskripsi Model Pembelajaran Preskriptif Program Produktif dengan Penerapan Learnine Guide Sian Validasi Rencana Pembelajaran Evaluasi Hasil Pelaksanaan Pembelajaran Pembelajaran 1) Tugas pembelajaran diberikan menggunakan prinsip preskriptif, dengan tahap: a. menjelaskan materi sesuai kompetensi yang akan dicapai; b. memberikan tugas pembelajaran secara bertahap (taskfocused) dan diberikan petunjuk pelaksanaan per kompetensi; c. memberikan layanan pembelajaran individual (individualized instruction); d. memberikan layanan pembelajaran tuntas per kompetensi. 1) Evaluasi pembelajaran: a Dilaksanakan evaluasi formatif dan sumatif; b. Menggunakan pendekatan PAP secara konsisten; c. Dilaksanakan tes tertulis dan tes tindakan secara terinfegrasi untuk setiap kompetensi/sub kompetensi dengan format spesifik. Aspek 1.Tujuan Pembelajaran Deskripsi I) Berisi rumusan tentang kompetensi yang akan dicapai 2. Materi Pembelajaran 1) Bersisi bahan ajar yang mendukung kompetensi yang akan dicapai; 2) Disusun berbentuk penyelesaian tugas pembelajaran per kompetensi; 3) Dikemas dalam bentuk modul pembelajaran setiap kompetensi/sub kompetensi 3. Metoda/ Strategi Pembelajaran 1) Dirancang bersifat preskriptif; dengan tahap: a. menjelaskan materi sesuai kompetensi yang akan dicapai; b. memberikan tugas pembelajaran secara bertahap (task-focused) dan diberikan petunjuk pelaksa- 2) Kegiatan pembelajaran naan per kompetensi; menerapkan learning c. memberikan layanan guide, dengan langkah: pembelajaran individual a. guru menjelaskan {individualized instrucmateri sesuai komtion); petensi; d. memberikan layanan b. siswa membaca dan pembelajaran tuntas per memahami modul kompetensi. pembelajaran; c. siswa membaca dan 2) Dirancang menerapkan memahami learning learning guide, dengan guide; langkah: d. siswa membaca dan a. guru menjelaskan materi memahami job sesuai kompetensi; sheets; b. siswa membaca dan e. siswa menyelesaikan memahami modul pemtugas secara bertahap dengan acuan belajaran; c siswa membaca dan learning steps; memahami /earning f siswa melakukan self check; guide; d. siswa membaca dan g. siswa melaksanakan memahami Job sheets; tes tertulis dan e. siswa menyelesaikan tindakan; lu^as secara bertahap h. guru memfasilitasi 216 dengan acuan leaming steps; f. siswa melakukan self check; g. siswa melaksanakan tes tertulis dan tindakan; h. guru memfasilitasi kegiatan pembelajaran siswa. 4.Alokasi waktu 1) Sesuai dengan bobot dan lingkup materi 5. Alat/ Bahan Pembelajar an 1) Bahan pembelajaran mendukung tujuan dan disusun per kompetensi; 2) A!at pembelajaran sesuai rumusan kompetensi yang akan dicapai 6. Evaluasi 1) Dirancang program pengayaan (enrichmeiit); 2) Integrasi antara tes tertulis (written lesi) dengan tes tindakan (performance tesi) dan memotivasi kegiatan pembelajaran siswa. Bagan 4.9: Deskripsi Model PembelajaranPreskriptif Dengan Penerapan leaming guide Siap Validasi 217 Guru: Menjelaskan Materi sesuai Sub Kompetensi Membaca dan Mema hami Mo- ; ir dul Pembeij lajaran ;I Membaca dan Mema hami Learning Guide Guru/ Instruktur Membaca dan Memahami \ À? \ ' Job Sheets ', \ Guru/ Instruktur Cek Hasil Penyelesaian Tugas (Self Check) Tidak Ya Tes Tertulis j 100% ! i Betul ; Guru/ [nstruktur Belum Tes Tindakan Belum Lanjut ke Sub Kompetensi Berikutnya Bagan 4.10 Standar Prosedur Operasional (SPO) Alur Interaksi Siswa dan Guru Dalam Model Pembelajaran Preskriptif Dengan Penerapan Learning Gv.ide 218 13. Langkah-langkah Penerapan Model Pembelajaran Preskriptif dengan Penerapan Learning Guide Berdasarkan rancangan prosedur operasional pembelajaran program produktif yang telah melalui serangkaian ujicoba, maka untuk melakukan validasi model diperlukan penjelasan tentang langkah-langkah penerapan model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide. 1). Menyusun Rencana Pembelajaran Langkah ini merupakan awal untuk menerapkan model pembelajaran preskriptif program produktif dengan penerapan learning guide. Dalam menyusun rencana pembelajaran guru perlu merujuk enam aspek dalam model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide, yaitu (a) tujuan pembelajaran; (b) materi; (c) metoda/strategi; (d) alokasi waktu; (e) alat dan bahan; serta (f) evaluasi hasii. Sesuai kompetensi/sub kompetensi yang akan diajarkan, maka materi pembelajaran disusun menggunakan format penerapan learning guide, mencakup: menghimpun modul, menyusun learning guide, job sheet, learning steps, sel/check, dan menyusun tes tertulis dan tes tindakan. Dokumen learning guide ini perlu benar-benar dipastikan sudah siap sebelum guru melaksanakan pembelajaran untuk suatu sub kompeten/kompetensi. 2). Melaksanakan Pembelajaran a). Penjelasan materi sesuai sub kompetensi oleh Guru Pelaksanaan pembelajaran dimulai melalui guru menjelaskan materi sesuai sub kompetensi, sebelum siswa melaksanakan pembelajaran 219 program produktif. Secara empirik tidak ada ketentuan berapa lama waktu yang digunakan untuk menjelaskan materi tersebut, mengingat hal ini bergantung kepada luas cakupan dan kedalaman materi pembelajaran. Berdasarkan ujicoba model, guru-guru program produktif memanfaatkan waktu lebih kurang 30% dari keseluruhan waktu pembelajaran per kompetensi/sub kompetensi untuk menjelaskan dan melakukan tanya jawab materi berkaitan dengan sub kompetensi yang akan dipalajari siswa. Selama penjelasan materi guru memberikan kesempatan siswa untuk mengajukan pertanyaan terhadap hal-hal yang belum dipahami. b). Siswa membaca dan memahami modul pembelajaran Tahap berikutnya siswa membaca dan memahami modul pembelajaran. Modul tersebut pada dasarnya merupakan manual book, yang memuat materi pembelajaran beserta langkah-langkah penyelesaian tugas sesuai sub kompetensi yang dipelajari. Sampai dengan langkah memahami modul pembelajaran, siswa diberikan kesempatan mengajukan pertanyaan kepada guru baik berkaitan dengan isi learning guide, job sheet, ataupun modul pembelajaran. c). Siswa-Membaca dan Memahami learning Guide Kegiatan berikutnya siswa membaca dan memahami isi/substansi pembelajaran yang termuat dalam format learning guide, yaitu mencakup: deskripsi tugas, pengantar, tujuan pencapaian kinerja, serta 220 tujuan khusus pembelajaran. Jika siswa merasa ada yang belum jelas diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan kepada guru. d). Siswa membaca dan memahami JobSheet Memasuki tangkan berikutnya, siswa membaca dan memahami job sheet, yang mencakup: kriteria unjuk kerja yang akan dicapai, alat dan bahan yang digunakan, langkah keselamatan kerja, serta langkah kerja pokok. Siswa dapat mengajukan pertanyaan jika belum memahami isi job sheet. e). Siswa menyelesaikan tugas dengan acuan Learning Steps Jika siswa merasa sudah memahami penjelasan materi dari guru, memahami modul, isi learning guide, job sheet, berikutnya siswa melaksanakan penyelesaian tugas secara bertahap sesuai urutan tujuan khusus. Siswa tidak diperkenankan melaksanakan penyelesaian tugas secara acak, tidak sesuai dengan urutan tujuan khusus. Tahap-tahap penyelesaian tugas sesuai urutan tujuan khusus dipandu oleh format learning steps. Jika siswa merasa ada yang kurang memahami pada suatu langkah penyelesaian tugas, dipersilahkan berkonsultasi dengan guru. f). Siswa mengecek hasil penyelesaian tugas dengan acuan Sel/Check Untuk memastikan apakah setiap langkah penyelesaian tugas sudah dikerjakan, serta sudah dilakukan pengecekan atau pengukuran sesuai urutan tujuan khusus, siswa perlu melakukan pengecekan dan memastikan hasil pengukuran menggunakan daftar cek {sel/ check). 221 Penyelesaian tugas dianggap berakhir jika setiap butir pengecekan (self check) telah memiliki jawaban 'ya'. Apabila masih ada salah satu atau lebih butir self check yang belum memiliki jawaban 'ya', siswa harus melakukan penyelesaian ulang terhadap suatu unit (item) tugas tersebut sampai tuntas sehingga memiliki jawaban 'ya'. Jika langkah ini telah selesai siswa memberi informasi kepada guru agar dilalaikan pengecekan oleh guru atas hasil penyelesaian tugas siswa. 3). Melaksanakan Evaluasi a). Siswa melaksanakan tes tertulis Siswa yang telah menyelesaikan tugas pembelajaran sampai dengan pengecekan hasil secara tuntas, berikutnya meminta kepada guru untuk menempuh tes tertulis (written tesi) sesuai dengan materi sub kompetens/kompetensi yang telah dipelajari serta m'praktikkan dalam penyelesaian tugas. Idealnya, tes tertulis yang dikerjakan siswa seluruhnya benar; jika ada jawaban siswa yang belum benar siswa harus mengulang untuk pertanyaan dimaksud, b). Siswa melaksanakan tes tindakan Setelah guru dapat memastikan siswa tertentu dapat menyelesaikan tes tertulis secara tuntas, berikutnya siswa melakukan tes tindakan (performance test) sesuai sub kompetensi yang dipelajari. Selama siswa melaksanakan tes tindakan, guru berperan sebagai evaluator atas unjuk kerja siswa sesuai kompetensi yang dipelajari. 222 c). Guru memfasilitasi pelaksanaan tes Intensitas peran guru dalam pelaksanaan tes tertulis dan tindakan, dalam bentuk pengaturan atau penjadwalan untuk masing-masing siswa, pengawasan pelaksanaan, ffyn pelaksanaan remedial bagi siswa yang belum tuntas, sangat berperan dalam pencapaian kompetensi siswa sesuai standar yang diharapkan. Dalam pengertian ini maka guru benarbenar harus menjadi fasilitator dalam pelaksanaan tes tertulis dan tindakan. d). Guru menilai dan memutuskan keberlanjutan belajar tiap siswa bagi kompetensi/sub kompetensi berikutnya Tahap akhir pelaksanaan pembelajaran suatu sub kompetensi/ kompetensi dengan penerapan learning guide, adalah guru memberikan penilaian atas ketuntasan hasil belajar masing-masing siswa, untuk berikutnya memutuskan siswa-siswa yang berhak meneruskan atau melanjutkan pembelajaran ke sub kompetensi/kompetensi berikutnya. Bagi siswa yang belum tuntas dalam pembelajaran suatu sub kompetensi, guru memberikan pembelajaran remedial, yang hanya dilakukan bagi tujuan pembelajaran khusus yang belum dapat dicapai siswa secara tuntas. 2. Pelaksanan dan Hasil Validasi Model Berdasarkan kerangka model dan rumusan standar prosedur operasional (SPO) siap divalidasi, langkah berikutnya adalah pelaksanaan uji validasi. Uji 223 validasi dilaksanakan di tiga SMK, yaitu SMK A, SMK B dan SMK C, dengan melibatkan (menetapkan) sejumlah dua kelas untuk masing-masing SMK. Dengan demikian terdapat enam kelas dalam uji validasi, masing tiga kelas eksperimen, dan tiga kelas kontrol. Enam kelas dalam uji validasi tersebut merupakan kelas berbeda dengan kelas yang digunakan sebagai ujicoba lebih luas. Pelaksanaan uji validasi pada masing-masing kelas eksperimen dan kontrol dilaksanakan sebanyak tiga kali, dengan sub kompetensi yang berbeda. Sebelum uji validasi dilakukan, penulis melakukan sosialisasi tentang model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide beserta perangkatnya dalam pembelajaran produktif, kepada enam guru kelompok eksperimen. Tujuan sosialisasi ini adalah memberikan pemahaman bagaimana model pembelajaran ini dilaksanakan, serta langkah-langkah dalam pelaksanaan pembelajaran sampai dengan evaluasi. Tujuan utama uji validasi adalah untuk mengetahui keterterapan mode L, tanpa keterlibatan maupun kehadiran penulis dalam sitausi sebenarnya di dalam kelas. Ukuran-ukuran keterterapan model dirujuk pada dua hal, yaitu: (1) dukungan terhadap pelaksannan tugas guru dalam penyelenggaraan pembelajaran program produktif; dan (2) peningkatan kompetensi siswa setelah melaksanakan pembelajaran model preskriptif dengan penerapan learning guide. Dukungan terhadap pelaksanaan tugas guru diantaranya mencakup: (a) kemudahan dalam menyusun rencana pembelajaran; (b) melaksanakan pembelajaran, meliputi: layanan bimbingan pembelajaran kepada siswa; dan pengelolaan kelas; dan (c) kemudahan dalam melaksanakan evaluasi hasil pembelajaran. Sedangkan peningkatan kompetensi 224 siswa, diukur berdasarkan hasil tes tertulis dan tes tindakan pada setiap selesai pembelajaran per kompetensi/sub kompetensi. 2.1. Dukungan terhadap Pelaksanaan Tugas Guru Mulai dari pelaksanaan ujicoba terbatas, ujicoba lebih luas sampai dengan uji validasi, terdapat 14 guru yang telah berpartisipasi. Berdasarkan angket yang diberikan kepada para guru tersebut, dapat dideskripsikan tentang dampak penerapan model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide dalam pembelajaran produktif terhadap pelaksanaan tugas guru, yang mencakup tugas dalam menyusun rencana pembelajaran; melaksanakan proses pembelajaran; dan melaksanakan evaluasi hasil pembelajaran Deskripsi tentang dampak tersebut secara spesifik merujuk (dibandingkan) dengan pola pembelajaran program produktif seperti yang selama ini berlangsung (konvensional). Pada tabel di bawah ini dijelaskan tentang deskripsi darnpak tersebut. 225 Tabel 4.25 Deskripsi Dampak Penerapan Model Pembelajaran Preskriptif Dengan Penerapan Learning Guide Terhadap Pelaksanaan Tugas Guru Deskripsi Hasii Penerapan Model Aspek Tugas 1. Menyusun rencana pembelajaran 2. Melaksanakan pembelajaran/ diklat 3. Melaksanakan evaluasi hasil pembelajaran Lebih mudah • 76,92% pada seluruh komponen • 23,08 % pada modul diklat dan job sheet • 72% pada pengelolaan kelas, layanan/ bimbingan diklat, dan pelaksanaan tes; • 24% layanan dan bimbingan siswa; • 4% pelaksanaan tes * 94,54 % pada penyusunan, pelaksanaan tes, dan remedial; • 5,46% penyusunan tes • • • • • • Ada kesamaan 76,40% tidak; 15,07% pada penyusunan tes; 8,53% pada penyusunan job sheet dan modul 80% tidak; 16% pelaksanaan tes; 4% pada layanan bimbingan Lebih sulit • 14% pada penyusunan tes • 5,66% pada pelaksanaan tes; • 3,77 % pada pembimbingan siswa • 3,71% pada • 78,80% tidak; penyusunan • 8,14% pelaksanaan tes remedial; • 13,06% pelaksanaan tes Secara bagan dampak tersebut digambarkan di bawah ini: 226 MRP MPD MEHP Aspek Tugas Bagan 4.11 Deskripsi Dampak Penerapan Model Pembelajaran Preskriptif dengan Penerapan Learning Guide terhadap Pelaksanaan Tugas Guru Keterangan Bagan: MRP : Menyusun rencana pembelajaran MPD : Melaksanakan petnbelaj aran/diklat MEHP : Melaksanakan evaluasi hasil Pembelajaran LM TP LS Lebih mudah Tidak berbed Lebih sulit Berdasarkan tabel 4.25 dan bagan 4.10 di atas dapat dilihat bahwa penerapan model pembelajaran preskriptif program produktif dengan penerapan learning guide, pada mata diklat Perbaikan Motor Otomotif, secara deskriptif dapat mendukung pelaksanaan tugas guru dilihat dari aspek penyusunan rencana pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan pelaksanaan evaluasi hasil pembelajaran. Dengan demikian penerapan model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide secara deskriptif kualitatif memberikan sumbangan positif terhadap pelaksanaan tugas guru, khususnya dalam penyelenggaraan pembelajaran program produktif 227 2.2. Peningkatan Prestasi Siswa Hasil Diklat Produktif Peningkatan prestasi siswa hasil sebagai dampak dari penerapan modei pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide dalam pembelajaran produktif, diukur berdasarkan prinsip rancangan penelitian eksperimen (quasi experimental), yaitu: (l) mengukur perbedaan prestasi siswa kelompok eksperimen dan kontrol sebelum (pra) pembelajaran, berdasarkan rata-rata skor hasil tes tertulis (written test); (2) mengukur perbedaan prestasi siswa kelompok eksperimen dan kontrol setelah (pasca) pembelajaran, berdasarkan rata-rata skor hasil tes gabungan (tertulis dan tindakan); dan (3) mengukur perbedaan prestasi seluruh siswa (gabungan) subyek validasi kelompok eksperimen dan kontrol, berdasarkan rata-rata skor hasil tes gabungan (tertulis dan tindakan). 1). Perbedaan Prestasi Diklat Produktif Siswa Kelompok Eksperimen dan Kontro Pra Penerapan Model Prestasi d Mat produktif siswa kelompok eksperimen dan kontrol pra penerapan model diukur berdasarkan skor rata-rata hasil tes tertulis, yang menggambarkan pengetahuan dan pemahaman teknis siswa terhadap materi sesuai sub kompetensi yang dipelajari. Pelaksanaan tes awal (pra) pembelajaran ini dilakukan satu kali, dengan asumsi bahwa hasil skor yang diperoleh benar-benar merupakan cermin kemampuan siswa, bukan dipengaruhi oleh pengalaman mengerjakan tes yang berulang-ulang (dua atau tiga kali). Skor rata-rata hasil tes tertulis antara siswa kelompok eksperimen dan kontrol diasumsikan tidak berbeda secara signifikan 228 Tabel 4.26 Deskripsi Prestasi Diklat Produktif Siswa Kelompok Eksperimen dan Kontrol Pra Penerapan Model Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK A) Semarang Kegiatan N Rata-rata Uji Validasi 1 (Eksp) (Kontr) 34 34 65,41 65,38 Stand. Dev. 2,62 2,44 Nilai t Df 0,183 66 t-tabel a =0,05 2,000 Berdasarkan tabel 4.26 di atas dapat dijelaskan bahwa skor rata-rata hasil tes tertulis siswa kelompok eksperimen dan kontrol tidak berbeda secara siginfikan; yang berarti prestasi siswa sebelum melaksanakan pembelajaran antara kelompok eksperimen dan kontrol tidak berbeda secara siginfikan, pada taraf sigimfikansi 5 %. Tabel 4.27 Deskripsi Prestasi Diklat Produktif Siswa Kelompok Eksperimen dan Kontrol Pra Penerapan Model Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK B) Semarang Kegiatan N Rata-rata Uji Validasi 1 (Eksp) (Kontr) 36 36 67,86 67,61 Stand. Dev. 1,99 2,05 Nilai t Df 1,861 70 t-tabel a =0,05 2,000 Tabel 4.27 di atas juga menjelaskan bahwa prestasi awal (pra) pembelajaran siswa SMK B antara kelompok eksperimen dan kontrol tidak berbeda secara signifikan. Tabel 4.28 Deskripsi Prestasi Diklat Produktif Siswa Kelompok Eksperimen dan Kontrol Pra Penerapan Model Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK C) Semarang Kegiatan N Rata-rata Uji Validasi 1 (Eksp) (Kontr) 35 35 63,00 62,91 Stand. Dev. 2,40 2,34 Nilai t Df 0,421 68 t-tabel a =0,05 2,000 229 ' Berdasarkan tabel 4.28 di atas dapat dilihat bahwa prestasi siswa SMK C kelompok eksperimen dan kontrol sebelum melaksanakan pembelajaran tidak berbeda secara signifikan. 2). Perbedaan Prestasi Diklat Produktif Siswa Kelompok Eksperimen dan Kontrol Pasca Penerapan Model Kompetensi siswa yang dideskripsikan dalam konteks ini didasarkan kepada skor rata-rata gabungan hasil tes tertulis dan tindakan yang diukur setelah siswa melaksanakan pembelajaran. Dengan demikian, peningkatan prestasi siswa pasca pembelajaran pada kelompok eksperimen pada SMK-SMK subyek uji validasi, pada dasarnya merupakan gambaran dampak dari penerapan model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide dalam pembelajaran produktif. Tabel 4.29 Deskripsi Prestasi Diklat Produktif Siswa Kelompok Eksperimen dan Kontrol Pasca Penerapan Model Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK A) Semarang Kegiatan N Rata-rata Uji Validasi 1 (Eksp) (Kontr) Uji Validasi 2 (Eksp) (Kontr) Uji Validasi 3 (Eksp) (Kontr) 34 34 34 34 34 34 72,74 66,44 74,76 68,21 75,79 69,74 Stand. Dev. 2,68 3,83 1,86 2,16 2,36 1,50 Nilai t Df 8,03 66 t-tabel a =0,05 2,00 13,88 66 2,00 14,42 66 2,00 Hasil perhitungan rata-rata skor tes tertulis dan tindakan yang dicantumkan pada tebal 4.29 di atas menunjukkan bahwa kompetensi siswa SMK A kelompok eksperimen dan kontrol berbeda secara signifikan. Dengan demikian, pelaksanaan pembelajaran program produktif menggunakan model pembelajaran preskriptif 230 dengan penerapan learning guide di SMK A memberikan dampak secara signifikan dalam meningkatkan prestasi siswa. Tabel 4.30 Deskripsi Prestasi Diklat Produktif Siswa Kelompok Eksperimen dan Kontrol Pasca Penerapan Model Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK B) Semarang Kegiatan N Rata-rata Stand. Dev. Nilai t Df Uji Validasi 1 (Eksp) (Kontr) Uji Validasi 2 (Eksp) (Kontr) Uji Validasi 3 (Eksp) (Kontr) 36 36 36 36 36 36 73,78 67,33 74,17 67,28 75,36 68,50 2,62 8,28 70 t-tabel a = 0,05 2,00 13,80 70 2,00 16,48 70 2,00 4,49 2,12 3,28 2,28 2,30 Berdasarkan tabel 4.30 di atas dapat dijelaskan bahwa skor rata-rata siswa SMK B kelompok eksperimen dan kontrol berbeda secara signifikan, pada taraf signifikansi 5 %. Hal ini mengartikan bahwa pelaksanaan pembelajaran program produktif menggunakan model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide yang diterapkan pada kelompok eksperimen, memberikan dampak peningkatan prestasi siswa hasil diklat produktif secara sigmfikan. Tabel 4.31 Deskripsi Prestasi Diklat Produktif Siswa Kelompok Eksperimen dan Kontrol Pasca Penerapan Model Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK C) Semarang Kegiatan N Rata-rata Uji Validasi 1 (Eksp) (Kontr) Uji Validasi 2 (Eksp) (Kontr) Uji Validasi 3 (Eksp) (Kontr) 35 35 35 35 35 35 71,66 64,23 71,74 66,51 73,00 67,57 Stand. Dev. 2,30 2,67 2,59 3,26 1,94 2,52 Nilai t Df 14,26 68 t-tabel a = 0,05 2,00 9,10 68 2,00 11,10 68 2,00 231 Tebal 4.31 di atas menunjukkan skor rata-rata hasil tes tertulis dan tes tindakan siswa SMK C kelompok eksperimen dan kontrol yang berbeda secara signifikan, pada taraf signifikansi 5 %. Hal ini mengartikan bahwa pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide memberikan dampak secara signifikan terhadap peningkatan prestasi siswa kelompok eksperimen. 3). Perbedaan Prestasi Diklat Produktif Siswa Kelompok Eksperimen dan Konntrol Pasca Penerapan Model pada Seluruh SMK Subyek Deskripsi prestasi diklat produktif siswa juga diukur dari keseluruhan subyek uji validasi antara kelompok eksperimen dan kontrol. Melalui penghitungan skor ratarata tes tertulis dan tindakan terhadap keseluruhan siswa pada SMK-SMK subyek uji validasi dapat diketahui perbedaan prestasi siswa sebagai dampak penerapan pembelajaran program produktif menggunakan model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide. Tabel 4.32 Deskripsi Prestasi Diklat Produktif Seluruh Siswa Kelompok Eksperimen dan Kontrol Pasca Pembelajaran Program Produktif Kegiatan N Rata-rata Uji Validasi 1 (Eksp) (Kontr) Uji Validasi 2 (Eksp) (Kontr) Uji Validasi 3 (Eksp) (Kontr) 105 105 105 105 105 105 72,73 66,01 73,55 67,32 74,71 68,59 Stand. Dev. 2,66 3,94 2,55 3,01 2,50 2,32 Nilai t Df 16,55 208 t-tabel a = 0,05 1,98 20,47 208 1,98 23,56 208 1,98 Berdasarkan tebal 4.32 di atas dapat dijelaskan bahwa terdapat perbedaan secara signifikan prestasi siswa hasil diklat produktif kelompok eksperimen dan kontrol, berdasarkan perhitungan skor rata-rata hasil tes tertulis dan tindakan pada seluruh siswa subyek validasi. 232 Q Eksperimen • Kontrol 76 74 72 70 68 66 64 62 60 c> <r 1 V1 - o J V2 V3 -Eksperimen •Kontrol Bagan 4.12 Peningkatan Prestasi Diklat produktif Seluruh Siswa Kelompok Eksperimen dan Kontrol Hasil Validasi Model Dari jumlah keseluruhan 105 siswa kelompok eksperimen dan 105 siswa kelompok kontrol diketahui memiliki prestasi yang berbeda secara signifikan untuk setiap tahap uji validasi. Dengan data tersebut diartikan bahwa penerapan model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide memberikan dampak secara signifikan terhadap peningkatan prestasi siswa hasil diklat produktif 233 E. Interpretasi Hasil Penelitian Uraian dalam interpretasi hasil penelitian ini dimaksudkan memberikan pemaknaan secara deskriptif terhadap berbagai hal/kondisi yang dihasilkan dari pelaksanaan penelitian. Uraian tentang interpretasi hasil penelitian ini disajikan sesuai dengan tahap pelaksanaan penelitian, yang mencakup hasil studi pendahuluan, tahap pengembangan, dan hasil uji validasi, serta potensi dukungan terhadap penerapan model. Hasil studi pendahuluan, pada dasarnya menjadi pijakan terhadap proses pelaksanaan berikutnya Hasil penelitian tahap pengembangan, sesuai dengan cakupannya meliputi: hasil pengembangan draft desain model, ujicoba terbatas, dan ujicoba lebih luas. Sedangkan hasil uji validasi memfokuskan kepada dampak penerapan model terhadap pelaksanaan tugas guru, dan peningkatan kompetesi siswa Bahasan terakhir dalam bagian ini memaknai peluang/potensi dukungan dalam penerapan model yang dikembangkan. 1. Interpretasi terhadap Hasil Studi Pendahuluan Studi pendahuluan dilakukan sesuai dengan tujuan yang dirumuskan, yaitu memperoleh gambaran tentang penyelenggaraan pembelajaran program produktif SMK, yang mencakup: (1) bentuk rencana pembelajaran program produktif; (2) proses pelaksanaan pembelajaran; dan (3) evaluasi hasil pembelajaran. Berdasarkan studi yang dilakukan terhadap tiga hal tersebut, diperoleh gambaran secara spesifik tentang penyelenggaraan pembelajaran program produktif, seperti tercantum dalam tabel 4.1, tabel 4.2, dan tabel 4.3. 234 Secara deskriptif, berdasarkan studi pendahuluan dapat dijelaskan bahwa, dalam menyusun rencana pembelajaran guru program produktif belum mendasarkan sepenuhnya kepada standar kompetensi, namun masih semata-mata mendasarkan kepada GBPP Program produktif yang dirumuskan oleh pusat (Direktorat Dikmenjur). Demikian juga dalam pelaksanaan pembelajaran, dijumpai beragam versi, seperti tercantum pada tabel 4.1, yang semuanya memiliki kecenderungan hasil tidak optimal. Pembelajaran program produktif juga tidak mengembangkan instrvctional sheet secara memadai; yang ada hanya dalam bentuk job sheet dan modul diklat dalam beragam versi, seperti dicantumkan dalam tabel 4.1. Kondisi seperti ini sangat berpotensi menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi tidak optimal. Pada tabel 4.3. juga digambarkan tentang pelaksanaan evaluasi diklat yang dilaksanakan tidak secara fokus mengukur kompetensi yang dicapai siswa setiap kali selesai melakukan pembelajaran per kompetensi/sub kompetensi. Demikian juga pelaksanaan evaluasi dalam bentuk tes yang dikembangkan guru, lebih banyak menekankan pemahaman, belum fokus mengukur sikap dan keterampilan siswa dalam bentuk tes tindakan ( performance tesi). Atas dasar hasil studi pendahuluan tersebut, berikutnya dirumuskan konsepsi pengembangan desain model pembelajaran dalam rangka implementasi kurikulum program produktif, khususnya pada mala diklat Perbaikan Motor Otomotif program keahlian Teknik Mekanik Otomotif. Desain model pengembangan ini disebut sebagai model pembelajaran preskriptjf program produktif dengan penerapan learning guide, yang mencakup format leaming guide, job sheet, leaming steps, self check, dan perangkat tes. Secara spesifik desain model ini dikembangkan pada 235 pembelajaran Perbaikan Motor Otomotif, program keahlian Teknik Mekanik Otomotif. 2. Interpretasi terhadap Hasil Pengembangan Model Pembelajaran Preskriptif Program Produktif dengan Penerapan Learning Guide Sesuai dengan rancangan penelitian ini, berdasarkan hasil studi pendahuluan berikutnya dilakukan pengembangan model sesuai dengan konsepsi yang dirumuskan oleh penulis. Dalam konteks ini, konsepsi yang telah dirumuskan adalah model pembelajaran preskriptif program produktif dengan penerapan 'learning guide'. Dengan demikian pengembangan desain model, yang mencakup beberapa komponen seperti disebutkan di atas, merujuk kepada rumusan konsepsi model tersebut, dalam rangka mengoptimalkan pelaksanaan pembelajaran program produktif, khususnya mata diklat Perbaikan Motor Otomotif. 2.1. Kaitan Hasil Pengembangan Komponen Desain Model dengan Tahapan Pembelajaran Program Produktif Desain model pembelajaran program produktif dengan penerapan 'learning guide' pada dasarnya merupakan desain operasional penyelenggaraan pembelajaran yang perlu dirancang dan dilaksanakan berdasarkan tahapan-tahapan tertentu. Sebagai suatu desain operasional maka secara kronologis langkah yang perlu ditempuh guru adalah: menyusun rencana pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar, yang mendasarkan kepada konsepsi model pembelajaran preskriptif dengan penerapan' learning guide'. 236 2.1.1. Penyusunan Rencana Pembelajaran Program Produktif Salah satu hasil penting dalam pengembangan model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide, adalah rumusan model penyusunan rencana pembelajaran program produktif. Ciri dan kekuatan utama model ini dalam penyusunan rencana pembelajaran adalah: (a) materi pembelajaran bersisi bahan ajar yang mendukung kompetensi, disusun berbentuk penyelesaian tugas pembelajaran per kompetensi, dan dikemas dalam bentuk modul pembelajaran setiap kompetensi/sub kompetensi; (b) strategi/metoda pembelajaran dirancang bersifat prescriptive, yang mencakup empat tahap; (c) evaluasi pembelajaran, dirancang program pengayaan, dan mengintegrasikan secara penuh tes tertulis dan tes tindakan. Penyusunan rencana pembelajaran menggunakan model ini, perlu dilakukan sebelum pembelajaran dilaksanakan, dan mencakup semua aspek, yaitu: tujuan pembelajaran, alat/bahan, dan evaluasi. sebagai perangkat materi, metoda/strategi, alokasi waktu, Demikian juga perlu disusun learning guide operasional pelaksanaan pembelajaran, mencakup komponen: modul pembelajaran, learning guide, job sheet, learning steps, self check, dan perangkat tes (tertulis dan tindakan). Komponen rencana pembelajaran tersebut harus disusun secara lengkap sebagai rencana tertulis, dan merupakan perangkat pembelajaran per kompetensi/sub kompetensi. Dalam satu mata diklat, pada umumnya terdiri dari beberapa kompetensi/sub kompetensi; dengan demikian sejumlah kompetensi/sub kompetensi itulah harus sudah tersusun rencana pembalajaran secara utuh/lengkap. Deskripsi 237 hasil pengembangan model preskriptif dengan penerapan learning guide yang berkaitan dengan penyusunan rencana pembelajaran tertuang dalam tabel 4.4. Secara keseluruhan aspek-aspek yang tercantum dalam rencana pembelajaran tidak berbeda dengan pendekatan yang pembelajaran yang selama ini diterapkan oleh guru; namun beberapa pada aspek yang ada (materi pembelajaran, metoda/strategi pembelajaran, alat/bahan, dan evaluasi) dikembangkan dengan memberikan ciri lebih tegas kepada pendekatan kompetensi dan produksi. 2.1.2. Pelaksanaan Pembelajaran Program Produktif Desain pelaksanaan pembelajaran yang dirumuskan dalam model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide, pada dasarnya merupakan penerapan dari deskripsi materi dan strategi/metoda pembelajaran yang dirumuskan dalam rencana pembelajaran. Desain model pelaksanaan pembelajaran secara spesifik tertuang dalam tabel 4.5; yang secara khusus memberikan penekanan kepada dua hal pokok yaitu: (a) tugas pembelajaran diberikan menggunakan prinsip preskriptif (reserVpetunjuk), yang mencakup empat tahap; dan (b) kegiatan pembelajaran menerapkan learning guide, yang menempuh delapan langkah. Desain pelaksanaan pembelajaran tersebut secara substansial merupakan pengembangan dari pelaksanaan pembelajaran yang selama ini diterapkan oleh para guru program produktif 2.1.3. Evaluasi Hasil Pembelajaran Program Produktif Sebagaimana tertuang dalam tabel 4.6, desain evaluasi hasil pembelajaran yang dikembangkan dalam model pembelajaran preskriptif 238 dengan penerapan learning guide secara spesifik mengarah kepada tiga hal yaitu: (a) dilaksanakan evaluasi formatif dan sumatif; (b) menggunakan pendekatan PAP secara konsisten; dan (c) tes tertulis dan tes tindakan dilaksanakan secara terintegratif. Tiga hal tersebut teruji dapat diterapkan secara efektif serta merupakan desain pengembangan terhadap pelaksanaan evaluasi yang selama ini dilaksanakan oleh para guru program produktif. 2.1.4. Pengembangan Komponen Pembelajaran Program Produktif (Fokus pada Mata Diklat Perbaikan Motor Otomotif) Sebagai suatu desain pembelajaran, untuk dapat diujicoba dan divalidasi sampai dengan diimplementasikan secara riil di lapangan (kelas), maka diperlukan obyek yang menjadi bidang kajian. Untuk ini maka ditetapkan mata diklat Perbaikan Motor Otomotif, kompetensi Perbaikan Kerusakan Motor Otomotif, yang mencakup tiga sub kompetensi yaitu: (a) Perbaikan kerusakan sistem pelumasan mesin; (b) Perbaikan kerusakan sistem pendinginan mesin; dan (c) Perbaikan kerusakan kepala silinder. Merujuk kepada isi yang tertuang dalam GBPP Produktif dan analisis kebutuhan lapangan (institusi pasangan), maka pada ketiga sub kompetensi tersebut berikutnya disusun rencana pembelajarannya dengan penerapan perangkat 'learning guide'', untuk selanjutnya dilaksanakan di kelas dan dilakukan evaluasi hasil pembelajaran. 239 2.2. Interpretasi Hasil Ujicoba Terbatas dan Indikator Keberhasilan Desain Model Ujicoba terbatas yang telah dilakukan terhadap desain model, memberikan gambaran tentang beberapa aspek yang menjadi indikator keberhasilan penerapan desain model. Desain model yang dikembangkan di samping perlu dinilai dampaknya dalam meningkatkan kompetensi siswa dan dukungan terhadap pelaksanaan tugas guru, juga perlu dilakukan penilaian terhadap substansi isi dan struktur desain, serta penilaian keterterapan desain itu sendiri. Penilaian terhadap aspek-aspek tersebut pada dasarnya merupakan penilaian terhadap keberhasilan penerapan desain model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learningguide. 2.2.1. Substansi Isi dan Fleksibilitas Struktur Desain Model Salah satu indikator internal keberhasilan penerapan desain model adalah substansi isi dan fleksibilitas struktur komponen desain. Berdasarkan hasil ujicoba terbatas yang diberikan kepada dua guru dan 36 siswa, diperoleh masukan perbaikan/penyempurnaan khususnya terhadap perlunya dibuat panduan/prosedur penerapan desain model bagi guru. Secara spesifik tidak disarankan perbaikan terhadap substansi isi maupun struktur/tata urutan desain model. Selama ujicoba berlangsung (kesatu, kedua, dan ketiga) guru dan penulis lebih banyak berkonsentrasi terhadap penerapan desain model. Dengan demikian secara umum isi dan struktur desain selama ujicoba terbatas tidak dijumpai kendala berarti. 240 2.2.2. Dukungan terhadap Pelaksanaan Tugas Guru Salah satu aspek yang dinilai dalam ujicoba terbatas adalah dampak penerapan desain model terhadap pelaksanaan tugas guru. Sebagaimana dilaporkan pada hasil pelaksanaan ujicoba terbatas, pelaksananan tugas guru dirujuk pada tiga aspek yaitu: menyusun rencana pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, dan melaksanakan evaluasi hasil pembelajaran. Selama tiga kali ujicoba terbatas, guru pada akhirnya dapat melakukan penyusunan rencana pembelajaran dengan benar sesuai rumusan desain model. Demikian juga dalam pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan learning guide', seperti tercantum dalam tabel 4.7, tabel 4.8, dan tabel 4.9 secara bertahap guru dan siswa dapat berinteraksi secara maksimal, terutama dalam pelaksanaan tahap-tahap pembelajaran mulai dari membaca dan memahami learning guide sampai dengan pelaksanaan evaluasi. Dalam pengelolaan evaluasi hasil pembelajaran, guru secara bertahap mampu mengelola pelaksanaan evaluasi dalam bentuk tes, baik tes tertulis dan tes tindakan dengan pendekatan PAP. Tes yang dilaksanakan juga dapat mengoptimalkan interaksi guru dalam memberikan layanan secara individual. 2.23. Peningkatan Prestasi Siswa Hasil Diklat Produktif Sebagai fokus dalam pengembangan desain model ini adalah peningkatan prestasi siswa; demikian juga dalam pelaksanaan ujicoba terbatas. Sesuai dengan rancangan, ujicoba terbatas ini bersifat 'one shol study* sehingga hanya diterapkan kepada satu kelas ujicoba, kemudian dilakukan penilaian (pengukuran) setelah penerapan desain model. Prestasi 241 siswa yang dimaksud, diukur berdasarkan skor rata-rata hasil tes tertulis dan tes tindakan. Dari tabel 4.10, diperoleh deskripsi skor rata-rata hasil tes yang meningkat dari ujicoba kesatu, kedua, dan ketiga. Perbedaan peningkatan skor rata-rata tersebut signifikan secara statistik; dengan demikian diartikan bahwa berdasarkan ujicoba terbatas kesatu, kedua dan ketiga, penerapan desain model memberikan dampak secara signifikan terhadap peningkatan prestasi siswa. 2.2.4. Keterterapan di Lapangan Berdasarkan hasil penerapan model melalui ujicoba terbatas kesatu, kedua, dan ketiga, secara deskriptif dapat diartikan desain model memiliki peluang untuk diterapkan dan dikembangkan lebih jauh. Keterterapan tersebut dilihat baik dalam konteks keseluruhan komponen, maupun pada masingmasing komponen desain model. Namun demikian secara khusus, untuk ujicoba dan penerapan lebih jauh perlu disusun panduan/prosedur penerapan desain model di kelas, sehingga menggambarkan alur interaksi antara siswa dan guru. 23. Interpretasi Hasil Ujicoba Lebih Luas dan Indikator Keberhasilan Desain Model Desain model yang telah melewati ujicoba terbatas, setelah melalui beberapa perbaikan secara konsepsi siap dilakukan ujicoba lebih luas, dengan cakupan dan jumlah subyek (sekolah, guru dan siswa) lebih besar. Ujicoba lebih luas desain model ini mencakup subyek sekolah yang bervariasi, yaitu satu SMK berakreditasi 242 sangat baik, satu SMK berakreditasi baik, dan satu SMK berakreditasi sedang, sehingga diharapkan dapat diperoleh gambaran spesifik sesuai keadaan masingmasing subyek (sekolah, guru dan siswa). Secara spesifik, fenomena perbedaan kondisi subyek ujicoba tersebut dapat dideskripsikan pada lima aspelc/dimensi, yaitu peningkatan kompetensi siswa, pelaksanaan tugas guru, keselarasan dukungan alat dan bahan, potensi dukungan stakeholders terkait, dan substansi isi dan fleksibilitas struktur desain model. Pada aspek peningkatan kompetensi siswa, dapat dilihat tingkat pencapaian rata-rata skor tes tertulis dan tes tindakan siswa SMK C relatif lebih rendah dibandingkan siswa SMK A maupun SMK B. Jika ditilik dari masukan dasar (raw input), kondisi ini tentu sangat wajar, karena siswa SMK B dan SMK A masukan dasarnya memiliki kualitas relatif lebih tinggi. Dari aspek pelaksanaan tugas guru, secara spesifik tidak terlihat perbedaan dalam kemampuan guru menyusun rencana pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan melakukan avaluasi. Namun dari sisi semangat melaksanakan tugas, terlihat bahwa guru SMK B lebih tinggi semangat dan motivasinya dalam menerima pembaharuan dan inovasi khususnya menyangkut pembelajaran program produktif, dibandingkan guru SMK lain subyek ujicoba. Sedangkan pada aspek keselarasan dengan dukungan alat dan bahan yang ada di sekolah dan dukungan jaringan stakeholders yang dimiliki sekolah, terlihat pada SMK C kurang memiliki peluang dibandingkan SMK lain dalam ujicoba. Pada aspek/dimensi fleksibilitas isi dan struktur desain model, guru memberikan masukan yang hampir sama seperti ditampilkan pada tabel 4.14. Secara rinci interpretasi hasil ujicoba lebih luas desain model dijelaskan di bawah ini. 243 23.1. Peningkatan Prestasi Siswa Hasil Diklat Produktif Pada ujicoba lebih luas, penilaian peningkatan prestasi siswa diukur dalam dua termin (kondisi), yaitu pra pembelajaran dan pasca pembelajaran melalui pelaksaksanaan tes tertulis dan tindakan. Untuk mengukur dan membandingkan prestasi siswa pra pembelajaran dengan pasca pembelajaran, digunakan skor rata-rata hasil tes tertulis, yang dibandingkan antara ujicoba kesatu, kedua dan ketiga. Sedangkan untuk mengukur dan membandingkan prestasi siswa pasca pembalajaran digunakan skor rata-rata gabungan (kumulatif) hasil tes tertulis dan tes tindakan, yang dibandingkan antara ujicoba kesatu, kedua dan ketiga. Langkah ini ditempuh karena menjadi sesuatu yang tidak mungkin melakukan tes tindakan sebelum siswa melaksanakan pembelajaran; di samping berisiko besar terjadinya kerusakan alat dan bahan juga berisiko terjadinya kecelakaan kerja. Berdasarkan data pada tabel 4.15; 4.16; dan tabel 4.17 diketahui bahwa terjadi peningkatan prestasi siswa secara signifikan pada masing- masing sekolah subyek, berdasarkan hasil skor rata-rata tes tertulis pra pembelajaran dan pasca pembelajaran. Berdasarkan tabel-tabel tersebut juga diketahui tingkat rata-rata skor hasil tes siswa pada masing-masing sekolah subyek. Siswa SMK C memiliki kecenderungan rata-rata skor tes relatif lebih rendah dibandingkan siswa dua sekolah yang lain. Kondisi ini dipahami ada kaitannya dengan mutu masukan yang berbeda secara kualitatif. Keadaan yang sama juga dialami pada kondisi hasil tes kompetensi pasca pembelajaran, seperti tertuang pada tabel 4.18; 4.19, dan tabel 4.20. Namun 244 demikian, secara keseluruhan penerapan model ini secara siginfikan memberikan dampak terhadap peningkatan prestasi siswa, baik pada siswa SMK yang berakreditasi sangat baik, baik, maupun sedang. 23.2. Dukungan terhadap Pelaksanaan Tugas Guru Berdasarkan hasil ujicoba lebih luas, aspek pelaksanaan tugas guru yang dilihat melaksanakan dari proses kemampuan pembelajaran, menyusun dan rencana melakukan pembelajaran, evaluasi hasil pembelajaran, secara bertahap dideskripsikan hasilnya meningkat sesuai tahap ujicoba. Melalui pengembangan alur interaksi kegiatan siswa dan guru yang tertuang dalam standar prosedur operasional (SPO), guru mendapat panduan dalam pelaksanaan pembelajaran; sekaligus memperoleh gambaran dimana peran sebagai fasilitator dan motivator harus dijalankan dalam pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan 'learning guide\ Demikian juga masing-masing siswa lebih tahu dan siap, tugas apa yang harus dikerjalan dan kapan mengerjakannya. Dengan hasil ujicoba kesatu, kedua dan ketiga pada ujicoba lebih luas, secara spesifik dapat diketahui bahwa penerapan desain model memberikan dukungan positif terhadap pelaksanaan tugas guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Dampak terhadap dukungan pelaksanaan tugas guru pada dasarnya juga dirasakan intensitasnya oleh siswa, terutama dalam memperoleh layanan bimbingan serta pengelolaan kelas secara baik 245 2.3.3. Substansi Isi dan Fleksibilitas dan Struktur Desain Model Dalam aspek substansi isi dan fleksibilitas struktur desain model, guru memberikan masukan perbaikan/penyempurnaan seperti diringkas dalam tabel 4.14. Masukan perbaikan tersebut beberapa bersifat substansial, terutama dalam bentuk penambahan kolom pada format self check, koreksi pada butir-butir soal tes, serta sosialisasi panduan alur interaksi siswa dan guru dalam pembelajaran. Setelah masukan tersebut analisis kelayakannya, berikutnya dilakukan perbaikan khususnya terhadap isi/substansi dan struktur/tata urutan. Salah satu perbaikan yang cukup berarti adalah disusunnya alur interaksi siswa dan guru, sehingga rumusan tersebut menjadi standar prosedur operasional (SPO) pembelajaran program produktif, sebagai desain hasil pengembangan. Dengan perbaikan tersebut, selanjutnya desain model mengalami penyempurnaan, sampai dengan ujicoba lebih luas ketiga. Desain model yang telah dilakukan perbaikan/penyempurnaan tersebut merupakan model (hipotetis) yang siap divalidasi. 23.4. Keterterapan di Lapangan Pelaksanaan ujicoba lebih luas pada dasarnya telah memberikan gambaran secara lebih lengkap tentang keterterapan desain model, dilihat dari sisi internal desain model (isi/substansi dan struktur) maupun dari sisi eksternal (peningkatan kompetensi siswa, pelaksanaan tugas guru, keselarasan dukungan alat dan bahan, serta potensi dukungan stakeholders). Sampai dengan pelaksanaan ujicoba lebih luas, sejumlah 8 (delapan) instruktur telah berpartisipasi sebagai subyek ujicoba, dan telah dilakukan 246 sebanyak 12 kali ujicoba penerapan model pembelajaran preskriptif dengan penerapan 'learning guide*. Berdasarkan hasil observasi terhadap pelaksanaan ujicoba tersebut, seperti tertuang dalam tabel 4.24, digambarkan bahwa secara umum, pada semua aspek/komponen desain model (fleksibilitas isi dan struktur desain, pelaksanaan tugas guru, peningkatan kompetensi siswa, dukungan alat dan bahan, dan dukungan stakeholders), memiliki peluang keterterapan yang tinggi; hanya pada aspek dukungan alat dan bahan, dan potensi dukungan stakeholders di SMK C yang peluang keterterapannya tergolong sedang. Dengan demikian desain model yang dikembangkan, baik dinilai dari konstruksi desain model, isi dan struktur desain, serta prosedur penerapan, secara spesifik dapat dikonstruksi sebagai model yang siap dilakukan uji validasi. 3. Interpretasi terhadap Hasil Validasi Model Uji validasi model pembelajaran preskriptif dengan penerapan 'learning guide' dilakukan pada tiga SMK dengan masing-masing SMK ditetapkan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Aspek-aspek yang dilakukan penilaian dalam validasi meliputi: peningkatan kompetensi siswa, dan dukungan terhadap pelaksanaan tugas guru. Berdasarkan hasil pelaksanaan ujicoba lebih luas, desain model yang telah dilakukan perbaikan dan penyempurnaan, berikutnya dirumuskan sebagai model yang siap validasi. Model yang siap divalidasi secara deskriptif dirangkum dalam dua dimensi, yaitu: (a) dimensi kerangka model pembelajaran preskriptif, sebagaimana tertuang dalam bagan 4.8.; dan (b) dimensi operasional dalam bentuk 247 standar prosedur operasional (SPO) pembelajaran program produktif dengan penerapan Heaming guide', sebagaimana tertuang dalam bagan 4.9. 3 . 1 . Hasil Validasi Model Dilihat dari Peningkatan Prestasi Siswa Prestasi siswa yang diukur berdasarkan skor rata-rata hasil tes tertulis dan tindakan yang dilaksanakan selama tahap validasi, pengukurannya dilakukan dalam dua kategori atau kondisi, yaitu: (a) pengukuran sebelum (pra) pembelajaran antara kelompok eksperimen dan kontrol; dan (b) pengukuran sesudah (pasca) pembelajaran antara kelompok eksperimen dan kontrol. Pengukuran sebelum pembelajaran antara kelompok eksperimen dan kontrol, merupakan persyaratan yang harus dipenuhi untuk mengetahui kesetaraan kemampuan siswa kelompok eksperimen dan kontrol, sebelum penerapan model pembelajaran preskriptif dengan penerapan 'learning guide'. Dalam pengukuran kompetensi pra pembelajaran, skor yang digunakan adalah hasil tes tertulis. Sedangkan pengukuran kompetensi pasca pembelajaran, skor yang yang digunakan adalah gabungan antara skor tes tertulis dan tes tindakan. Pada tabel 4.26; 4.27; dan tabel 4.28 disajikan hasil perhitungan perbedaan rata-rata skor prestasi siswa pada masing-masing SMK sebelum (pra) pelaksanaan pembelajaran antara kelompok eksperimen dan kontrol. Berdasarkan hasil analisis uji t, dapat dijelaskan bahwa kompetensi siswa kelompok eksperimen dan kontrol sebelum pelaksanaan pembelajaran tidak berbeda secara signifikan. Hal ini berarti bahwa kompetensi siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah setara atau tidak berbeda secara statitik. Dengan demikian salah satu persyaratan dalam pelaksanaan uji validasi model telah dapat dipenuhi. 248 Pada tabel 4.29; 4.30, dan tabel 4.31 disajikan hasil perhitungan perbedaan rata-rata skor prestasi masing-masing SMK sesudah (pasca) pembelajaran antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Berdasarkan hasil analisis uji - 1 , dapat dijelaskan bahwa terdapat perbedaan secara signifikan antara kelompok eksperimen dan kontrol pada masing-masing tahap uji validasi. Perbedaan tersebut berupa skor rata-rata kelompok eksperimen secara signifikan lebih tinggi dibandingkan skor ratarata kelompok kontrol. Hal ini berarti bahwa model pembelajaran preskriptif dengan penerapan 'learning guide' yang diterapkan kepada kelompok eksperimen memberikan peningkatan secara signifikan terhadap prestasi siswa. Peningkatan prestasi siswa juga diukur berdasarkan skor seluruh (jumlah) siswa subyek ujicoba yang berjumlah 105 siswa kelompok eksperimen dan 105 siswa kelompok kontrol, seperti tertuang dalam tabel 4.32. Berdasarkan hasil analisis uji -1 dapat dijelaskan bahwa prestasi siswa pada seluruh siswa subyek uji validasi, berbeda secara signifikan. Hal ini berarti bahwa penerapan model yang dikembangkan kepada seluruh siswa kelompok eksperimen, memberikan peningkatan prestasi secara signifikan. 3.2. Hasil Validasi Model dari Dilihat Dukungan terhadap Pelaksanaan Tugas Guru Dalam uji validasi model secara deskriptif dilihat dampaknya terhadap pelaksanaan tugas guru, yang penilaiannya meliputi aspek-aspek dukungan terhadap penyusunan rencana pembelajaran, melaksanakaan pembelajaran, dan melaksanakan evaluasi hasil pembelajaran. Berdasarkan data yang ditampilkan pada tabel 4.25, 249 yang dikumpulkan melalui angket kepada guru yang telah melewati ujicoba terbatas, ujicoba lebih luas dan validasi, dapat diartikan bahwa: (a) terdapat 76,92% guru menyatakan model yang dikembangkan lebih mudah dalam hal penyusunan rencana pembelajaran, pada semua komponen (learning guide, job sheet, modul pembelajaran, learning sleps, sel/ check, dan perangkat tes); (b) 72% guru menyatakan lebih mudah dalam hal pelaksanaan pembelajaran, meliputi pengelolaan kelas, layanan/bimbingan pembelajaran, dan pelaksanaan tes; (c) 94,54% guru menyatakan lebih mudah dalam hal pelaksanaan evaluasi, mencakup menyusun perangkat, melaksanakan, dan remedial. Dengan demikian, model yang telah divalidasi dalam penerapannya di lapangan memiliki peluang untuk mendukung pelaksanaan tugas guru, khususnya dalam menyusun rencana pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, serta melakukan evaluasi hasil pembelajaran. 4. Interpretasi Penerapan Model terhadap Potensi Dukungan Alat dan Bahan serta Stakehloders Penerapan model yang dikembangkan di samping perlu dipenuhi persyaratan/kriteria internal (substansi isi dan fleksibilitas struktur model) dan eksternal (pelaksanaan tugas guru dan peningkatan kompetensi siswa), juga dibutuhkan dukungan alat dan bahan serta partisipasi kelembagaan (institusi) terkait Demikian juga pada model yang dikembangkan ini, setidaknya memerlukan dukungan dari dua hal, yaitu: (a) dukungan alat dan bahan (material) pembelajaran; 250 dan (b) dukungan kelembagaan/institusi tertentu atau stakeholders, khususnya dalam tindak lanjut penerapan model di lapangan (sekolah). Merujuk kepada tabel 4.24 tentang indikator keterterapan model, diperoleh gambaran tentang potensi dukungan pada dua hal di atas (alat dan bahan, serta institusi), pada masing-masing SMK subyek ujicoba dan validasi. Berdasarkan indikator keterterapan tersebut, dukungan alat dan bahan sebagian masih menjadi kendala khususnya bagi SMK yang berkreditasi sedang. Begitu juga dukungan kerjasama dalam rangka penerapan model lebih jauh (ke depan), sebagian SMK khususnya SMK dengan akreditasi sedang, belum memiliki secara memadai. Namun demikian bagi SMK yang berakreditasi baik dan sangat baik, potensi dukungan dalam penerapan model dideskripsikan tidak mengalami hambatan, artinya selaras dengan dukungan alat dan bahan serta institusi pasangan. F. Pembahasan Dalam bagian ini akan diuraikan pembahasan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan dan telah uraikan interpretasi, berdasarkan sudut pandang teoretik yang berkaitan dengan penyelenggaraan pembeiajaran program produktif dalam rangka implementasi kurikulum. Dalam pembahasan ini ada empat hal yang menjadi fokus pengembangan model, yaitu: (a) pembelajaran preskriptif program produktif SMK; (b) model pembelajaran preskriptif program produktif sebagai penguatan pembelajaran individual; (c) model pembelajaran preskriptif dan dan pelaksanaan tugas guru dalam pembelajaran program produktif; dan (d) hasil-hasil penerapan 251 model pembelajaran presfcriptif dengan penerapan Uearning guide" dalam pembelajaran program produktif. 1. Pembelajaran Preskriptif Program Produktif SMK Dalam pemaknaan yang bedimensi operasional pembelajaran pada dasarnya merupakan representasi dari penerapan kurikulum sebagai suatu rencana pengalaman belajar peserta didik. Pembelajaran dalam dimensi ini berfungsi sebagai wahana bagi peserta didik untuk mengembangkan potensi dan kemampuan diri ke arah kualitas sesuai yang dirumuskan dalam tujuan pendidikan (nasional, jenjang pendidikan dan lembaga). Memaknai kurikulum sebagai suatu rencana pembelajaran, adalah sangat berguna dalam rangka mengembangkan komponen kurikulum sebagai rencana tertulis, mencakup rumusan tujuan atau kompetensi, materi (isi) pembelajaran, proses (implementasi) pembelajaran, dan pengembangan evaluasi pembelajaran. Sejalan dengan pandangan tersebut, Sukmadinata (1988: 6-7) menjelaskan bahwa sebagai suatu rencana pembelajaran, kurikulum berisi tujuan yang ingin dicapai, bahan/materi yang akan disajikan, kegiatan pembelajaran, alatalat pembelajaran dan jadwal waktu. Dalam konteks pengertian seperti di atas, maka kegiatan pembelajaran pada dasarnya memiliki arti suatu penerapan atau pelaksanaan rencana atau pedoman pembelajaran yang telah dirumuskan sebagai sebuah kurikulum. Kegiatan pembelajaran, baik di dalam kelas maupun di luar kelas, dengan demikian merupakan bentuk implementasi kurikulum. Dalam konteks spesifik, pembelajaran program produktif sejatinya adalah penerapan kurikulum sebagai rencana 252 pembelajaran ke dalam aktivitas belajar-mengajar baik dilaksanakan di dalam kelas maupun di luar kelas. Pendapat di atas sejalan dengan apa yang dikatakan Saylor and Alexander, dalam Miller and Seiler (1986:246): Saylor and Alexander view the teaching process as implementation : "instruction is the implementation of the curriculum plan, usually, but not necessarily, involving teaching in the sense of student-teacher interaction in a school setting". Sebagai suatu rencana, kurikulum program produktif pada dasarnya mencakup seperangkat komponen pembelajaran, seperti tujuan, isi/materi, metoda/strategi, alokasi waktu, alat dan bahan, serta evaluasi, yang kesemuanya harus dikemas secara selaras sebagai wahana dalam interaksi antara siswa dan guru dalam sebuah proses pembelajaran. Berdasarkan temuan dalam studi pendahuluan, penyelenggaraan pembelajaran program produktif SMK, yang di dalamnya mencakup komponen pembelajaran (tujuan, materi, metoda, waktu, alat, dan evaluasi), belum berjalan secara selaras antara satu dengan lainnya sebagai sebuah sistem pembelajaran yang ideal. Kondisi ini menyebabkan hasil pembelajaran program produktif SMK masih mengandung beberapa kelemahan. D (antaranya yang pokok adalah kompetensi siswa setelah mengikuti pembelajaran program produktif, belum sesuai harapan dan standar yang dirumuskan. Dengan keadaan seperti digambarkan tersebut, maka upaya-upaya mengoptimalkan pembelajaran dalam rangka implementasi kurikulum program produktif SMK adalah sebuah pilihan strategis. Salah satu yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengembangkan model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide. Proses yang ditempuh dalam pengembangan pendekatan 253 pembelajaran ini menganut prinsip interaksi, yaitu rumusan-rumusan pengembangan dikomunikasi dan diinteraksikan dengan guru di lapangan melalui tahap-tahap ujicofaa dan validasi. Hasil-hasil pengembangan secara bertahap diperbaiki dan disempurnakan berdasarkan hasil ujicoba dan masukan guru di lapangan. Dalam hubungan ini pendekatan yang diterapkan dalam pengembangan model pembelajaran adalah interaksi antara para (penulis) pengembang dengan para guru. Pengembang merancang pendekatan-pendekatan baru, menganalisis sumbersumber daya baru, atau menggabungkan muatan-muatan baru dalam program yang dikembangkan. Pada saat bersantan para guru diberi kesempatan untuk mengujicoba, kemudian memberikan masukan-masukan perbaikan. Pengembang kemudian menyesuaikan program tersebut berdasarkan hasil-hasil ujicoba di lapangan. Secara konseptual, pembelajaran preksriptif sebagai suatu implementasi desain kurikulum pada dasarnya dapat diarahkan dalam perspektif mutual adaptation atau enactment. Dalam perspektif mutual adaptation, diartikan bahwa pelaksana kurikulum (guru) dapat mengadakan penyesuaian-penyesuaian berdasarkan kondisi riil, kebutuhan, dan tuntutan perkembangan secara kontekstual. Perspektif ini berangkat dari kenyataan empirik, bahwa pada kenyataannya sangat sulit suatu desain kurikulum dapat diimplementasikan sesuai rencana, sehingga perlu diadaptast sesuai kebutuhan setempat Sedangkan perspektif enactment, memiliki ciri bahwa guru sebagai pelaksana kurikulum dapat melakukan upaya-upaya untuk mengoptimalkan implementasi kurikulum, dalam bentuk pengembangan modei pembelajaran. Perspektif ini berangkat dari pemahaman bahwa implementasi kurikulum adalah sebuah proses yang berkembang, sehingga di dalamnya akan 254 berinteraksi berbagai faktor penentu, seperti tujuan, metoda, isi, alat dan bahan, serta siswa itu sendiri. Prinsip yang dilakukan ini sejalan dengan kategori pendekatan implementasi kurikulum yang dikemukakan Miller dan Seiler (1986: 246), dan juga dijelaskan oleh Jackson (1991:428-429). Dengan demikian, prinsip pengembangan model pembelajaran preskriptif dalam rangka implementasi kurikulum program produktif menerapkan pendekatan interaksi antara pengembang kurikulum dengan guru; serta mendasarkan kepada perspektif mutual adaptation dan enactment. 2. Penerapan Model Pembelajaran Preskriptif Program Produktif Sebagai Penguatan Pembelajaran Individual Hastl penelitian ini secara empirik telah memberikan penguatan terhadap prinsip utama dalam pembelajaran program produktif, yaitu pembelajaran individual (individualized instruction). Pembelajaran individual menunjuk pada suatu strategi untuk mengatur kegiatan pembelajaran sedemikian rupa, sehingga setiap siswa mendapat layanan bimbingan lebih banyak daripada yang diberikan dalam pembelajaran klasikal. Berdasarkan fakta lapangan, selama ini banyak terjadi pembelajaran program produktif yang diselenggarakan guru belum menerapkan prinsip pembelajaran individual. Permasalahan utamanya pada dasarnya bukan pada ketiadaan alat/bahan atau sulitnya mengembangkan materi pembelajaran, melainkan belum adanya komitmen guru untuk mengembangkan strategi/metoda pembelajaran dengan mengoptimalkan alat dan materi/bahan yang ada. Strategi/metoda pembelajaran program produktif yang selama ini diterapkan guru cenderung tidak 255 berkembang ke arah perbaikan, sehingga efektivitas pembelajaran belum terjadi dan pada akhirnya kompetensi siswa atau lulusan tidak maksimal. Model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide, secara empirik merupakan pendekatan pengembangan dalam penyelenggaraan pembelajaran program produktif. Karakter utama model ini adalah prescriptive, di samping bersifat task-focused, learner focused, dan menguatkan prinsip individualized intrucstion. Kenyataan di lapangan selama ini menunjukkan bahwa penerapan dan pengembangan pembelajaran dengan ctci-ciri seperti disebutkan di atas masih belum banyak dilakukan, utamanya dalam penerapan layanan bimbingan secara individual. Pada dasarnya semangat perancangan kurikulum program produktif SMK adalah memberikan peluang layanan bimbingan individual, salah satunya dalam bentuk individualized instruction. Ada sejumlah elemen yang perlu dipenuhi agar pembelajaran program produktif dapat secara intens menerapkan prinsip pembelajaran individual {individualized instruction), seperti dikemukakan oleh Calhoun & Finch (1980:277): Basically, a curriculum model for individualized instruction includes the following elements : 1. selection and sequencing of mtructional tasks and objectives; 2. development and/or selection of instructional materials and activities needed for teaching each objective, or for achieving each objective; 3. evaluation for placing each student at the appropriate point in the curriculum; 4. plan for developing individualized programs of study; 5. procedure for evaluating and monitoring individual progress. Satu hal penting lagi yang dikemukakan Calhoun dan Finch (1980:177) adalah: Individualized instruction thus requires that vocational educators make décidons 256 thaï are relevant to each student. Dengan penjelasan tersebut dipahami bahwa untuk dapat merealisisasikan pembelajaran individual, diperlukan beberapa elemen dalam pembelajaran. Demikian juga yang Lebih pokok adalah guru harus memberikan perlakukan yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan masing-masing anak. Prinsip-prinsip yang dikemukan di atas, pada dasarnya menjadi bagian tugas guru dalam pelaksanaan pembelajaran program produktif. Artinya pelaksanaan pembelajaran program produktif pada dasarnya merupakan kondisi yang tepat untuk menerapkan individualized instruction. Hal ini juga ditegaskan oleh Burke(l995:15), bahwa karakteristik yang terkandung dalam pembelajaran berbasis kompetensi, sebagaimana menjadi ciri utama pembelajaran program produktif, mencakup enam hal, yaitu: (1) individualisation of learning; (2)feedback to learners; (3) emphasis on exit rather than admission requirements; (4) systematic programme; (5) modularisation; and (6) student and programme accountability. Individualisasi pembelajaran, pemberian umpan balik kepada siswa, serta sistem modul, seperti dikemukakan Burke di atas, adalah sangat erat kaitannya dengan model pembelajaran preskriptif dengan Penerapan learning guide yang ditembangkan. Hasil-hasil pengembangan model dalam penelitian ini secara tidak langsung memberikan pengayaan dan pembaharuan dalam pendidikan kejuruan, utamanya di SMK Ke depan, prinsip-prinsip penyelenggaraan pendidikan kejuruan sangat perlu dikembangkan ke arah baru (new vocationalism) melalui penyelenggaraan pembelajaran yang berfokus kepada siswa, mengembangkan pengalaman (learning by doing), serta mengoptimalkan pembelajaran di luar sekolah (out-of-school learning). Di samping itu, model pembelajaran preskriptif dengan Penerapan 257 learning guide pada dasarnya mengembangkan pola interaksi siswa dengan guru secara ideal, dengan menempatkan guru dalam posisi pendamping dan pembimbing (conselling and guidance). Penjelasan ini sejalan dengan apa yang dikatakan Wellington (1993:33), bahwa ciri pembelajaran program produktif dilihat dari aspek 'pedagogy' yang dia katakan sebagai "new vocational ism'. Ciri yang terkandung dalam 'new vocationalism' antara Iain; learner autonomy; self-reliance, studentcentred; out-of-school learning; experiential; active learning; and doing. Sedang dilihat dari aspek 'teacher/pupil interaction', new vocationalism memiliki ciri: meeting for profiling and monitoring; counselling and guidance; teacher as fellow learner. 3. Model Pembelajaran Preskriptif dengan Penerapan Learning Guide dan Pelaksanaan Tugas Guru dalam Pembelajaran Program Produktif Sejalan dengan karakteristik utama model yang dikembangkan, penyelenggaraan model pembelajaran preskriptif program produktif menitikberatkan kepada layanan belajar melalui pemberian arahan (guidance) kepada siswa untuk melakukan pembelajaran secara mandiri, terstruktur dan bertahap. Penerapan learning guide yang dikembangkan merupakan salah satu pendekatan dalam penyelenggaraan pembelajaran program produktif, yang memberikan arahan terperinci kepada siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran, menetapkan bahan pembelajaran secara tepat, menentukan kapan dan berapa lama waktu yang dibutuhkan, sehingga setiap siswa memiliki kesempatan yang cukup untuk menguasai tugas-tugas yang diberikan. 258 Melalui penyusunan rencana pembelajaran dengan prinsip preskriptif dan penerapan learning guide, yang mencakup learning guide,job skeet, learning steps, self check, dan perangkat tes; kemudian menerapkannya ke dalam pelaksanaan pembelajaran, secara empirik dapat mengefektifkan pelaksanaan tugas guru program produktif. Demikian juga melalui penerapan komponen learning guide secara maksimal, dapat memperkecil kendala-kendala yang dialami guru dalam pelaksanaan tugas selama ini. Hasil-hasil yang tinggi (dalam aspek fleksibilitas model, dukungan terhadap pelaksanaan tugas guru, peningkatan kompetensi siswa, dan keselarasan dengan dukungan alat dan bahan) dalam penerapan model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide pada dasarnya sejalan dengan deskripsi yang diberikan B lauk (1982:95). Disebutkan bahwa terdapat delapan keuntungan dalam menggunakan learning guide, yaitu: (1) menyediakan berbagai sumber serta aktifitas pembelajaran yang bervariasi, seperti buku-buku, media, manual praktikum, yang cocok dengan tugas yang sedang dipelajari; (2) menyediakan bahan-bahan pembelajaran yang sesuai ketika siswa membutuhkannya, serta dapat digunakan oleh tiap siswa sesuai langkah-langkah yang dirumuskan; (3) urutannya jelas, dan memberikan panduan terinci tentang apa yang harus siswa kerjakan, serta kapan mengerjakannya; (4) menyusun program latihan berdasarkan tugas; (5) merupakan sarana peningkatan kualitas pembelajaran; bahkan ketika instruktur berhalangan, program pelatihan dapat tetap berjalan; (6) menguraikan langkan-langkah pemeriksaan untuk mengecek kemajuan tiap siswa dalam menyelesaikan tugas; (7) dimungkinkan lebih disukai siswa, dan siswa lebih terlibat secara aktif dalam 259 pembelajaran; dan ( 8 ) perangkat, alat dan bahan yang digunakan dalam pembelajaran tidak berubah. Walaupun secara spesifik pengembangan model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning gvide ini tidak mengukur kompetensi guru dalam mengelola pembelajaran, namun setidaknya dapat dideskripsikan sejauhmana peran dan dukungan kualifikasi kompetensi guru dalam penerapan model ini. Pada saat bersamaan penerapan model ini juga memerlukan dukungan minimal alat dan bahan pembelajaran, sehingga dapat mewujudkan peran dan tugas guru sebagai fasilitator pembelajaran 3.1. Peran dan Dukungan Kualifikasi Kompetensi Guru Program Produktif Peranan guru di dalam proses pembelajaran, termasuk pembelajaran program produktif, secara metodologi tidak dapat digantikan oleh perangkat atau media secanggih apapun, karena pembelajaran pada dasarnya juga mengandung proses pembentukan watak dan karakter yang dapat berlangsung melalui interaksi interpersonal antara guru dengan siswa. Untuk itulah, bagi guru program produktif harus memiliki kompetensi teknis-produktif, sesuai kualifikasi dan standar yang ditentukan. Secara umum pihak Dit Dikmenjur telah menetapkan bahwa kualifikasi teknis guru program produktif, minimal harus satu tingkat lebih tinggi dari kualifikasi teknis tamatan pendidikan kejuruan. Sebagai contoh, pada Bidang Operasi dan Perawatan Kendaraan Ringan (OPKR) bidang keahlian mekanik otomotif, pihak Ikatan Teknisi Otomotif (ITO) sebagai asosiasi kehalian otomotif telah menetapkan bahwa kualifikasi terendah dalam bidang tersebut adalah 260 Teknisi Yunior, disusul Teknisi Senior, Supervisor, dan Manajer Bengkel. Teknisi Yunior mempersyaratkan 42 unit kompetensi dan diasumsikan akan dicapai oleh SMK yang melaksanakan program 4 tahun. Dengan demikian guru yang layak mengajar SMK 4 tahun di bidang Mekanik Otomotif, minimal harus memiliki kualifikasi teknis sebagai Teknisi Senior, yang mempersyaratkan penguasaan kompetensi sebanyak 72 unit Untuk mencapai persyaratan kompetensi guru seperti di atas, perlu ditempuh upaya-upaya peningkatan kompetensi guru program produktif secara sistematis dan komprehensif. Dalam konteks penerapan model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide, peran dan dukungan kompetensi guru program produktif sangat penting. Tanpa kualifikasi dan kompetensi guru yang sesuai dengan standar kompetensi, penerapan pembelajaran program produktif dengan model apapun pada akhirnya tidak akan memberikan hasil maksimal. Oleh karena itu, perlu dikembangkan strategi sertifikasi kompetensi guru program produktif dalam bentuk 'guru yang diteknisikan (dikompetensikan)'. Program 'guru yang diteknisikan (dikompetensikan)' dapat diselenggarakan oleh perguruan tinggi/LPTK yang memiliki sumber daya pendidikan yang memadai baik dari aspek keguruan maupun aspek kompetensi produktif, sesuai dengan persyaratan teknis yang ditetapkan. Dalam program ini guru atau calon guru program produktif dididik untuk menguasai kompetensi keguruan sekaligus kompetensi teknis (produktif). Pengakuan kompetensi keguruan dilakukan oleh perguruan tinggi/LPTK yang bersangkutan; sementara pengakuan kompetensi 261 teknis-produktif dilakukan melalui uji kompetensi yang dilaksanakan oleh LSP yang berwenang. 3.2. Dukungan Alat dan Bahan Pembelajaran Produktif Pembelajaran berbasis kompetensi, sebagaimana juga menjadi dasar dalam pengembangan pembelajaran preskriptif, memerlukan dukungan alat dan bahan pembelajaran secara minimal, sehingga pelaksanaan tugas guru dapat berjalan sebagaimana mestinya. Berdasarkan hasil ujicoba desain model, khususnya berkaitan dengan dukungan alat dan bahan pembelajaran, diperoleh temuan bahwa pada level SMK dengan akreditasi baik dan sangat, potensi dukungan alat dan bahan dalam penerapan model ini, berkategori tinggi; sedangkan pada SMK berakreditasi sedang, dukungan alat dan bahan pembelajaran berkategori sedang. Kondisi di atas, tentu berdampak kepada pelaksanaan tugas guru dalam perannya sebagai fasilitator pembelajaran, serta dampak terhadap pencapaian kompetensi siswa sesuai standar yang ditetapkan. Walaupun tidak secara mencolok dampaknya terhadap pelaksanaan tugas guru, namun pada SMK yang berakreditasi sedang, rendahnya dukungan terhadap pelaksanaan tugas guru cukup besar prosentasenya (9,30%). Demikian juga terhadap skor rata-rata kompetensi siswa, pada SMK berkreditasi sedang, masih dibawah SMK berkreditasi baik dan sangat baik. Dengan temuan tersebut, pada dasarnya penerapan model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide, secara operasional membutuhkan dukungan alat dan bahan secara proporsional. 262 Dengan uraian keterterapan model di atas, dapat diketahui bahwa di samping berfokus kepada peserta didik dalam hal meningkatkan kompetensi siswa, mode! pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide pada dasarnya juga memperjelas peran dan tugas guru, sehingga peran sebagai motivator, dan fasilitator dapat dijalankan lebih nyata dan optimal. Guru juga menjadi tertantang untuk lebih kreatif, terutama mengembangau perangkat-perangkat pembelajaran yang akan mendukung kualitas hasil. Sesuai dengan semangat perancangan kurikulum kejuruan bahwa guru pada dasarnya diberikan peluang untuk menjadi pengembang kurikulum, khususnya mengembangkan tujuan-tujuan pembelajaran yang lebih spesifik sesuai dengan kebutuhan lapangan, kemudian merumuskannya sebagai sebuah rancangan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Penerapan model yang dikembangkan ini setidaknya telah memberikan wahana bagi guru program produktif, untuk meningkatkan peran dalam menjalankan tugas profesionalnya sebagai fasilitator dan motivator pembelajaran. Melalui rancangan pembelajaran yang dikemas dengan berpusat kepada siswa, maka guru memiliki kesempatan lebih banyak untuk memberikan layanan bimbingan secara individual, serta melakukan pengelolaan kelas secara maksimal. 4. Hasil Penerapan Model Pembelajaran Preskriptif dengan Penerapan learning guide Penerapan model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide sebagaimana telah dinilai dan diukur dalam analisis hasil, telah teruji memiliki keunggulan dalam beberapa aspek, yaitu: (a) fleksibilitas isi dan struktur, (b) 263 dukungan terhadap pelaksanaan tugas guru; (c) peningkatan prestasi siswa hasil diklat produktif; dan (d) keselarasan dengan dukungan alat dan bahan. Keberhasilan penerapan ini pada dasarnya tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penerapan model, antara lain: (a) karakteristik model; (b) karakteristik penerima (guru dan siswa); dan (c) dukungan pihak eksternal. Karakteristik model yang dikembangkan, antara lain mancakup: (a) need, yaitu bahwa model yang dikembangkan secara empirik sejalan dengan kebutuhan akan pembelajaran berbasis kompetensi seperti yang saat ini menjadi isu pengembangan di SMK; (b) clarity, yaitu kejelasan dalam substansi/isi dan struktur, yang teruji memberikan kejelasan bagi guru dalam pelaksanaan tugas; (c) complexity, yaitu bahwa model yang dikembangkan secara empirik memiliki kemudahan untuk diterapkan oleh guru serta mendukung pelaksanaan tugas guru; dan (d) quality/practicality, yaitu bahwa model yang dikembangkan memiliki nilai kepraktisan dalam penerapan, serta mampu meningkatkan kualitas kompetensi siswa secara signfikan. Keberhasilan dalam penerapan model seperti dijelaskan di atas adalah sejalan dengan faktor-faktor yang dikemukakan Fullan (1991:68) dalam penerapan suatu pembaharuan program. Penerapan model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide adalah suatu pembaharuan (inovasi) dalam pembelajaran program produktif. Hal ini dapat dilihat dari hasil serangkaian ujicoba dan validasi terhadap model yang dikembangkan, utamanya dalam peningkatan kompetensi siswa dan dukungan terhadap pelaksanaan tugas guru. 264 Secara spesifik, hasil pokok dalam penerapan model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide pada dasarnya dinilai dari peningkatan kompetensi siswa sesuai dengan standar kompetensi yang telah dirumuskan. Pada pembelajaran program keahlian Teknik Mekanik Otomotif, standar kompetensi siswa cHrumuskan oleh asosiasi profesi di bidang otomotif, yang di Indonesia dikenal sebagai Ikatan Teknisi Otomotif (ITO). Ukuran-ukuran hasil pembelajaran program produktif dalam bentuk kompetensi siswa, sesuai dengan evaluasi hasil belajar yang dikembangkan, bersifat criterion-referenced artinya mendasarkan kepada acuan standar (patokan) yang telah dirumuskan sebelum pembelajaran dilaksanakan. Penjelasan tersebut sejalan dengan pendapat Spencer and Spencer (1993:9): "A competency is an underlying characteristic of an individual that is causally related to criterionreferenced effective and/or superior performance in a job or situation". Mencermati penjelasan Spencer and Spencer di atas, maka kompetensi yang dihasilkan dari pembelajaran program produktif pada dasarnya merupakan karakteristik dasar siswa yang diukur berdasarkan acuan tertentu (criterion-referenced) serta sesuai dengan situasi atau pekerjaan tertentu. Sejalan dengan penjelasan di atas, Burke (1995:13) menguraikan spesifikasi kompetensi sebagai hasil pendidikan dan pelatihan sebagai berikut: "Competency statements facilitate criterion referenced assessment". Dengan demikian, hasil-hasil pembelajaran dalam bentuk kompetensi melalui penerapan model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide yang diukur menggunakan acuan patokan (criterion-referenced), pada dasarnya selaras dengan konsep pengukuran kompetensi.