Ekhokardiografi penyakit katup mitral

advertisement
TINJAUAN PUSTAKA
Anjing
Anjing adalah mammalia karnivora yang telah mengalami domestikasi
dari serigala sejak 15 000 tahun yang lalu atau mungkin lebih, berdasarkan bukti
genetik berupa penemuan fosil dan tes DNA. Istilah anjing mengacu pada anjing
hasil domestikasi Canis lupus familiaris. Pada tahun 1993, Lembaga Smithsonian
dan Asosiasi Ahli Mammalia Amerika menetapkan anjing sebagai subspesies
serigala abu-abu Canis lupus. Taksonomi anjing menurut Linnaeus (1778) dalam
Anonim (2009) :
dunia
: Animalia
filum
: Chordata
subfilum
: Vertebrata
kelas
: Mammalia
ordo
: Canidae
genus
: Canis
spesies
: Canis lupus
subspesies
: Canis lupus familiaris
Anjing adalah hewan pemburu yang hidup dalam suatu lingkungan,
dimana mereka harus bisa mengenali dan membedakan antara mana yang teman
dan musuh. Sistem indera pada anjing berkembang sangat baik. Anjing memiliki
indera penciuman yang sangat tajam, yang lebih baik dari manusia. Mereka hidup
pada dunia yang berorientasi pada indera penciuman, sehingga mampu
membedakan setiap bau yang khas dari setiap benda.
Mereka memperoleh
informasi dari mengendus udara atau sebuah objek, seperti bau suatu wilayah.
Bahkan anjing dapat mengetahui kondisi emosional pada hewan lain dan
mendeteksi perubahan kimiawi tubuh seseorang. Sistem pendengarannya yang
sangat baik membuat anjing dapat mendengar suara jarak jauh. Anjing sudah
lama terkenal akan kesetiaannya. Anjing memiliki kemampuan untuk merespon
sesuatu dengan cepat dan teliti pada situasi gawat darurat. Bahkan anjing sering
kali memperingatkan pemiliknya akan datangnya bahaya atau kecelakaan fisik,
5
sehingga anjing menjadi hewan pendamping yang baik bagi manusia (Fogle
2006).
Anjing yang diberi kesempatan untuk hidup liar dalam kelompok, maka
seperindukan anak anjing akan mengembangkan struktur sosial. Hubungan erat
antara dua individu akan tumbuh, dan seluruh anggota kelompok akan bersikap
loyal dan tunduk kepada hewan yang dominan. Anak anjing seperindukan apabila
dipisahkan cukup dini, kemudian anak-anak anjing tersebut diperkenalkan kepada
manusia, maka kesetiaan ini akan beralih kepada manusia (Beer & Morris 2004).
Anjing Pomeranian
Anjing Pomeranian merupakan anjing dari keturunan spitz (Rees 1993),
yang paling terkecil dari lima ukuran ras German Spitz. Anjing Pomeranian
(Gambar 1) memiliki ukuran tubuh yang sangat kecil, yaitu dengan panjang 22-28
cm dan beratnya hanya sampai 2 kg, dengan betina yang sedikit lebih berat
(Larkin & Stockman 2001).
Gambar 1 Anjing Pomeranian (Cunliffe 2003).
Kepalanya bulat, tengkorak pendek, dengan dilapisi rambut-rambut
pendek yang halus di kepala dan wajahnya (Miller 1964). Anjing ini mempunyai
ekspresi wajah yang terlihat cerdas dan sangat percaya diri (Larkin & Stockman
2001). Matanya berukuran sedang atau medium, yang bentuknya sedikit oval,
dengan warna mata yang gelap (Miller 1964), yang memiliki ciri khas “mata
singa”, sehingga membuat Pomeranian terlihat sangat berani (Larkin & Stockman
2001).
6
Daun telinganya kecil dan tegak sempurna seperti rubah.
Leher
Pomeranian agak pendek. Anjing ini memiliki dua lapis rambut, yaitu rambut
bagian dalam yang lebih lembut, halus, dan pendek serta rambut bagian luar yang
panjang dan lurus dengan tekstur yang kasar dan menutupi seluruh tubuh,
terutama yang paling lebat pada bagian bahu dan dada serta di sepanjang leher.
Pomeranian memiliki fitur ekor yang khas, yaitu ekor ditutupi dengan rambut
yang panjang yang sangat lebat, makin menyebar hingga ke ujung, dari ujung
ekornya ada rambut yang lebat juga (Miller 1964).
Secara keseluruhan rambut anjing Pomeranian tebal, dengan warna antara
lain coklat, hitam, atau krem hingga putih ataupun campuran beberapa warna.
Perawatan rutin diperlukan untuk membuat tampilan keseluruhan dari anjing ini
terlihat cantik, khususnya perawatan pada rambut. Pomeranian memiliki karakter
hanya mau kawin dengan satu pasangan saja, sehingga sulit mencari pasangan
yang sesuai agar dapat menghasilkan keturunan yang baik. Pomeranian sangat
aktif, periang dan bersifat lincah, berani memimpin, protektif, dan loyal kepada
pemiliknya. Anjing ini sering menggonggong dengan sangat keras dan berisik
sehingga dapat mencegah pencuri datang tetapi efek buruknya, terdengar sangat
mengganggu lingkungan tempat tinggal pemiliknya.
Anjing ini memang
merupakan salah satu jenis yang hiperaktif, berisik, bahkan terlebih bila
mencurigai sesuatu. Salah satu kelebihan dari anjing ini adalah kemampuannya
menyesuaikan diri dengan lingkungan, baik secara mental maupun fisik (Larkin &
Stockman 2001).
Jenis anjing ini sangat disukai karena bentuknya yang lucu, kecil, bulat
dengan rambut lebat. Oleh karena itu, pada abad pertengahan, Ratu Victoria
mendorong pembiakan selektif, yang telah menghasilkan anjing-anjing yang
sangat kecil ini. Salah satu kelemahan perkawinan sedarah telah menjadi faktor
penyebab berbagai penyakit turun-temurun. Pomeranian cepat untuk mempelajari
sesuatu hal dan dia sangat lincah sehingga anjing jenis ini disukai untuk dijadikan
hewan sirkus, dimana mata yang tajam dan ukuran tubuh yang kecil menambah
daya tariknya sebagai seorang penampil di arena sirkus (Rees 1993).
7
Sistem Kardiovaskular Anjing
Sistem
kardiovaskular
merupakan
suatu
sistem
transport
yang
menghantarkan oksigen (O2) dan berbagai zat yang diabsorpsi dari traktus
gastrointestinal menuju ke jaringan, dan mengembalikan karbondioksida (CO2) ke
paru-paru serta hasil metabolisme lainnya ke ginjal. Sistem kardiovaskular terdiri
dari jantung dan pembuluh darah yang mempunyai fungsi memompa dan
membawa darah ke seluruh tubuh (Guyton dan Hall 2008).
Gambar 2 Katup dan ruang jantung pada anjing (Eldredge et al. 2007).
Berdasarkan struktur anatomi, jantung anjing terbagi menjadi 4 ruang
yaitu 2 atrium kiri dan kanan, dan 2 ventrikel kiri dan kanan. Jantung terbagi
menjadi bagian kanan dan kiri oleh pemisah yang dikenal sebagai septum
interatrial yang memisahkan atrium kanan dan kiri dan septum interventrikularis
yang memisahkan ventrikel kanan dan kiri. Jantung anjing memiliki 4 katup yaitu
2 katup atrioventrikular (AV) dan 2 katup semilunar. Katup mitral adalah katup
flap-ganda pada jantung yang terletak di antara atrium kiri (LA) dan ventrikel kiri
(LV).
Katup mitral dan katup trikuspid dikenal secara kolektif sebagai
atrioventrikular katup karena mereka terletak antara atrium dan ventrikel jantung
dan mengontrol aliran darah (Gambar 2).
Katup mitral terbuka saat diastol,
sehingga darah mengalir ke ventrikel kiri, dan katup menutup pada akhir kontraksi
atrium untuk mencegah darah mengalir kembali. Katup mitral biasanya berukuran
4-6 cm dan memiliki dua daun katup, (daun katup anteromedial dan daun katup
posterolateral). Lokasi pembukaan katup mitral dikelilingi oleh cincin fibrosa
8
yang dikenal sebagai anulus katup mitral. Jantung juga memiliki sistem sirkulasi
sistemik yaitu berupa arteri dan arteriol, sedangkan sistem sirkulasi pulmonik
terdiri dari vena dan venula (Cunningham 2002).
Jantung berada dalam rongga thorak pada bagian mediastinum.
Mediastinum adalah ruang tengah yang memisahkan rongga pleural kanan dan
kiri. Mediastinum terbagi menjadi bagian kranial, medial dan kaudal. Trakea,
cabang utama bronkus, esofagus, limfonodus, dan struktur pembuluh darah berada
pada mediastinum medial di atas jantung, dan sternum berada di bawah jantung.
Jantung karnivora berbentuk ovoid, dan pada anjing memanjang kira-kira dari
interkostal ketiga sampai keenam.
Sumbu memanjang jantung biasanya
membentuk sudut 45° dengan sternum. Basis jantung mengarah ke kraniodorsal,
dan bagian apex berada pada garis tengah pertemuan diafragma dan sternum.
Sudut yang terbentuk dapat bervariasi sesuai konformasi thorak. Anjing dengan
dada dalam memiliki sudut yang lebih besar, sedangkan yang berdada silinder
memiliki sudut yang lebih kecil (Colville & Bassert 2002).
Jantung terdiri atas tipe otot jantung yang utama yakni otot atrium, otot
ventrikel, dan serabut otot eksitatorik serta konduksi khusus. Tipe otot atrium,
dan otot ventrikel berkontraksi dengan cara yang sama seperti otot rangka, hanya
saja durasi kontraksi tersebut lebih lama. Sebaliknya, serabut-serabut khusus
eksitatorik dan konduksi berkontraksi dengan lemah sekali sebab serabut-serabut
ini hanya mengandung sedikit serabut kontraktil (Guyton & Hall 2008).
Jantung
perikardium.
dikelilingi
oleh
pembungkus
fibroserous
yang
disebut
Perikardium tipis dan terbagi menjadi perikardium fibrous dan
serous. Perikardium fibrous adalah pembungkus bagian luar, dan perikardium
serous membungkus jantung dan membentuk epikardium. Miokardium adalah
lapisan otot di antara epikardium dan endokardium, yang merupakan membran
tipis yang menutupi seluruh permukaan bagian dalam jantung (Colville & Bassert
2002).
Jantung memompakan darah dalam dua sirkuit, yaitu sirkulasi sistemik
dan sirkulasi pulmonar dalam setiap denyut. Darah yang berasal dari seluruh
tubuh akan melewati dua vena besar yang disebut vena cava yang masuk ke
atrium kanan. Saat ventrikel kanan berelaksasi, darah yang berada di atrium
9
kanan mengalir menuju ventrikel kanan melalui katup trikuspidalis. Saat ventrikel
hampir dipenuhi oleh darah, maka atrium kanan akan berkontraksi mendorong
darah masuk ke dalam ventrikel kanan.
Kemudian ventrikel kanan akan
berkontraksi mendorong darah masuk ke arteri pulmonum menuju paru-paru
melalui katup pulmonar. Darah akan menyerap oksigen dan menukarnya dengan
karbondioksida di dalam paru-paru, kemudian darah mengalir melalui vena
pulmonar menuju atrium kiri. Saat ventrikel kiri berelaksasi, darah dari atrium
kiri mengalir melalui katup mitral menuju ventrikel kiri.
Saat ventrikel kiri
hampir dipenuhi oleh darah, atrium kiri akan berkontraksi mendorong darah
masuk ke ventrikel kiri. Ventrikel kiri kemudian akan berkontraksi mendorong
darah melalui katup aortikus ke dalam aorta menuju ke seluruh tubuh. Darah
yang didistribusikan mengandung oksigen dan akan disuplai ke seluruh tubuh
kecuali paru-paru. Siklus jantung adalah peristiwa yang berawal dari permulaan
sebuah debar jantung hingga berakhirnya debar jantung berikutnya.
Siklus
jantung terdiri dari dua bagian yaitu sistol dan diastol. Sistol adalah periode
dimana jantung berkontraksi dan meningkatkan tekanan dalam jantung sehingga
darah dapat dikeluarkan menuju sirkulasi sistemik dan pulmonar. Periode dimana
jantung berelaksasi dan terisi darah disebut diastol. Debar jantung yang pertama
(sistol) merupakan suara menutupnya katup mitral dan trikuspidalis.
Debar
jantung yang kedua (diastol) merupakan suara menutupnya katup semilunar aorta
dan pulmonar (Colville & Bassert 2002).
Satu periode diastol, yaitu periode pengisian darah diikuti dengan periode
sistol yaitu periode pengeluaran darah. Suara debar jantung yang pertama (S1)
dan yang kedua (S2) adalah suara "normal", yang bertanggung jawab untuk suara
khas lub-dup, dan suara tambahan yang mengindikasikan suara ikutan atau
murmur jantung, dan suara ekstra. Suara ini untuk mendeteksi gangguan jantung
seperti suara klik pada murmur sistolik. Suara klik tersebut mengindikasikan
adanya katup mitral yang prolaps, yang diperoleh pada pemeriksaan auskultasi
jantung. Suara ketiga dan keempat lebih rendah frekuensi suaranya dibandingkan
S1 dan S2, yang terkait dengan getaran yang menunjukkan adanya penghentian
pengisian ventrikel dengan cepat dan adanya kontraksi atrium.
Suara ini
mengindikasikan disfungsi diastolik ventrikel. Suara ketiga (S3) adalah suara
10
khas yang terdengar dari ventrikel dengan tekanan darah yang tinggi seperti
indikasi adanya dilatasi ventrikel sebagai deteksi penyakit dilatasi kardiomiopati,
regurgitasi katup mitral atau trikuspid, dan juga bersamaan dengan hadirnya gagal
jantung kongestif bagian kiri jantung.
Suara keempat (S4), disebabkan oleh
kontraksi atrium yang berlebihan, memiliki suara khas karena adanya gangguan
relaksasi ventrikel seperti hipertrofik kardiomiopati atau myocardium ischemic.
Suara klik yang bernada tinggi, merupakan suara sementara sistolik. Mid-klik
sistolik terjadi pada anjing dengan penyakit katup mitral atau trikuspid dan
merupakan indikasi katup yang prolaps akibat chordae tendineae yang abnormal
sehingga katup tidak menutup sempurna atau biasa disebut penyakit endokardiosis
(Kudriavtsev et al. 2007).
Ritme jantung harus kuat, stabil, dan teratur. Apabila terdengar sangat
cepat dapat menunjukkan hewan dalam kondisi cemas, demam, anemia, atau
hewan kehilangan banyak darah, dehidrasi, syok, terkena infeksi, kondisi
lingkungan yang panas, hewan terkena stroke, atau terkena penyakit jantung dan
bisa juga penyakit paru-paru. Sebuah ritme jantung yang terdengar lambat dapat
mengindikasikan bahwa hewan terkena penyakit jantung, atau terjadi tekanan
pada otak, atau kondisi patologis pada jantung seperti kelainan sistem sirkulasi
yang menyebabkan kolaps. Ritme jantung yang tidak menentu dan tidak teratur
menunjukkan aritmia jantung. Penurunan tekanan darah yang sangat mendadak
sebagai awal dimulainya kondisi aritmia.
Murmur jantung yang umum
disebabkan oleh turbulensi dalam aliran darah melalui jantung. Murmur yang
terdengar keras disebabkan oleh penyakit jantung atau cacat anatomi dalam
jantung (Eldredge et al. 2007).
Penyebab paling umum dari murmur adalah
terjadi perubahan bentuk ruang jantung atau katup jantung dan terjadi perubahan
viskositas atau kecepatan dari aliran darah melalui jantung (Wotton 1998).
Tidak semua murmur secara klinis signifikan, pada murmur fisiologis
dapat didengar jelas akibat kecepatan darah mengalir dengan normal tanpa terjadi
perubahan morfologi
jantung.
Misalnya, dalam kasus anemia
hipoproteinaemia, hipertiroidisme dan kondisi stres.
berat,
Murmur sistolik adalah
murmur jantung yang terdengar selama sistol, biasanya akibat dari regurgitasi
katup mitral atau katup trikuspid atau murmur yang biasanya berhubungan dengan
11
obstruksi aorta atau pulmonal. Murmur diastolik adalah murmur jantung yang
terdengar selama diastol, biasanya karena regurgitasi katup semilunar atau aliran
darah melalui katup atrioventrikular mengalami perubahan, seperti stenosis
ataupun obstruksi. Hal ini biasanya terkait dengan insufisiensi aorta, sehingga
terjadi regurgitasi aorta atau pulmonal. Murmur diastolik memiliki suara gemuruh
yang khas. Intensitas murmur dapat dinilai dari kelas 1 sampai 6, yaitu sebagai
berikut, kelas 1 = suara sangat lembut hanya dapat terdengar, setelah diperhatikan
beberapa menit, hanya dalam ruangan yang tenang dapat terdengar intens, kelas 2
= suara lembut, tetapi dapat terdengar langsung dengan stetoskop, kelas 3 = suara
murmur terdengar cukup keras dengan intensitas sedang, kelas 4 = suara murmur
keras terdengar dengan stetoskop namun getaran belum bisa dirasakan dengan
palpasi thoraks, intensitas sedang, kelas 5 = murmur keras disertai dengan getaran
prekordial teraba pada saat palpasi thoraks, kelas 6 = murmur sangat keras dengan
getaran prekordial yang terasa, dapat terdeteksi tanpa stetoskop (Tilley et al.
2008).
Penyakit Jantung pada Anjing Peliharaan
Penyakit jantung ada beberapa jenis, yang terdiri dari penyakit jantung
kongenital, penyakit jantung dapatan, pulmonary hypertension, cor pulmonale,
heartworm disease (dirofilariasis), pericardial disease, cardiac neoplasia, dan
miscellaneous acquired disease.
Penyakit jantung kongenital terdiri dari 1)
penyakit pada katup (valvular disease), seperti aortic stenosis, pulmonic stenosis,
tricuspid dysplasia, dan mitral dysplasia; 2) patent ductus arteriosus; 3)
abnormalities of cardiac septation, seperti atrial septal defect, ventricular septal
defect; 4) miscellaneous and complex congenital disease.
Penyakit jantung
dapatan (acquired heart disease), seperti 1) acquired valvular heart disease (pada
katup jantung) yaitu endokardiosis dan infeksi endokarditis; 2) myocardial disease
(pada
otot
miokardial)
yaitu
dilated
cardiomyopathy,
hypertrophic
cardiomyopathy, dan restrictive cardiomyopathy (Penninck & d’Anjou 2008).
Penyakit jantung kongenital yang menyerang katup adalah 1) stenosis
aorta, adalah penyakit yang ditandai dengan adanya obstruksi pada katup atau
bagian subvalvular atau supravalvular dari ventrikel kiri. Karakteristik yang khas
12
dari penyakit ini adalah penyempitan atau pelebaran saluran ventrikel kiri, dilatasi
aorta setelah stenosis dan penebalan daun katup aorta dan katup mitral anterior; 2)
stenosis paru-paru merupakan penyakit cacat jantung bawaan pada anjing yang
umum terjadi, tetapi jarang pada kucing.
Fitur ekhokardiografinya terlihat
pembesaran atrium kanan, pelebaran batang paru-paru dan hipertrofi konsentris
dari ventrikel kanan dengan penebalan septum dan dinding ventrikel kanan; 3)
displasia dari katup trikuspid, dapat mengakibatkan berbagai kelainan struktural.
Kondisi ini ditularkan secara genetik pada anjing jenis Labrador Retriever.
Temuan ekhokardiografik pada penyakit ini menyebabkan regurgitasi katup
trikuspid dan volume overload pada ventrikel kanan serta dilatasi ventrikel kanan;
4) katup mitral displasia adalah penyakit dimana terjadi kelainan struktural dan
fungsional daerah sekitar katup, antara lain chordae tendineae yang memanjang
atau menebal, dan strukturnya berubah abnormal.
Pada penyakit ini terjadi
stenosis mitral atau obstruksi aorta dan keadaan semakin parah bila pada katup
terjadi ruptur daun katup mitral anterior (Penninck & d’Anjou 2008).
Patent ductus arteriosus merupakan penyakit jantung kongenital yang
mana pada aorta dan batang paru-paru dapat membesar bersamaan akibat dari
aliran darah yang terus-menerus meningkat. Kondisi dari penyakit ini yaitu dapat
terjadi pelebaran ventrikel kiri dan atrium kiri, hipertrofi ventrikel kiri dan stroke
volume meningkat tajam atau overload. Abnormalities of cardiac septation adalah
kegagalan pembentukan septa jantung pada saat masa embriogenesis yang mana
terjadi kerusakan pada septa atrium dan septa ventrikel, atau kombinasi dari
keduanya. Kerusakan septa atrium menyebabkan volume overload dan dilatasi
pada ventrikel kanan. Kerusakan septa ventrikel meningkatkan stroke volume
pada ventrikel kiri. Miscellaneous and complex congenital disease ialah penyakit
cacat bawaan akibat kerusakan jantung parah yang mempengaruhi pembuluh
darah dan ruang jantung, biasanya terjadi penyakit arteri koroner, infark
miokardial dan aritmia secara bersamaan sehingga menjadi penyakit bawaan yang
kompleks (Penninck & d’Anjou 2008).
Salah satu penyakit jantung dapatan adalah valvular heart disease
merupakan penyakit jantung dapatan dengan kelainan pada katup, proses yang
mempengaruhi satu atau lebih katup dari jantung. Ada empat katup utama jantung
13
yang mungkin akan terpengaruh oleh penyakit katup jantung, termasuk trikuspid
dan katup aorta di sisi kanan jantung, serta mitral dan katup aorta di sisi kiri
jantung. Penyakit katup jantung dapatan, antara lain 1) endokardiosis yang mana
terjadi degenerasi katup mitral.
Anjing dengan endokardiosis parah dan
regurgitasi katup mitral dengan derajat yang berat ditandai dengan pembesaran
atrium kiri dan ventrikel kiri, yang mana berada pada resiko tanda-tanda gagal
jantung kongestif; 2) infeksi endokarditis merupakan penyakit jantung akibat
adanya peradangan dari lapisan bagian dalam jantung, yaitu pada endokardium.
Struktur umum yang paling terlibat adalah katup jantung (Morgan 2008).
Penyakit jantung dapatan yang menyerang miokardial ada beberapa jenis.
Jenis yang pertama terjadi peningkatan ukuran ruang jantung yang mana lumen
jantung melebar atau meluas, tetapi otot-otot yang membentuk dinding jantung
menjadi menipis yang disebut dilated cardiomyopathy. Dilated cardiomyopathy
(DCM) ditandai dengan kontraktilitas miokardium yang lemah, dengan atau tanpa
aritmia. Anjing yang mengidap penyakit dilated cardiomyopathy pada jantungnya
dapat berkembang menjadi congestive heart failure (CHF) atau gagal jantung
kongestif. Hal ini umum untuk anjing yang terkena gagal jantung untuk jantung
yang berdilatasi lumennya, sehingga membesar dan tidak lagi mampu memompa
darah yang cukup ke seluruh tubuh (Tilley et al. 2008).
Jenis yang kedua dari penyakit kardiomiopati adalah hypertrophic
cardiomyopathy yang mana terjadi penebalan dinding kamar jantung dan lumen
jantung yang menyempit atau mengecil menyebabkan penurunan efisiensi
pemompaan
(Mannion
2006).
Hypertrophic
cardiomyopathy
(HCM)
didefinisikan sebagai kelainan miokardium primer, yang merupakan penyebab
dari gagal jantung kongestif namun jarang terjadi pada anjing (Tilley et al. 2008).
Anjing yang usianya telah menua umum terjadi kerusakan pada katup yang
mengontrol aliran darah dalam jantung (Mannion 2006). Dinding jantung menjadi
lebih tebal dari biasanya dan kaku, secara signifikan terlihat kurang sesuai dan
membuat ukuran ruang jantung berkurang. Kondisi jantung seperti ini, bersama
dengan efek yang terjadi pada jantung, bertanggung jawab atas penurunan
pemasukan darah ke dalam ruang jantung selama fase diastolik dan untuk
penurunan output darah dari ruang jantung selama fase sistolik. Gejala yang
14
mungkin sama dapat terlihat pada anjing dengan dilated cardiomyopathy atau
congestive heart failure. Hal ini terlihat dengan ukuran jantung yang membesar,
lesu, batuk, sesak nafas, pingsan, intoleransi terhadap aktivitas, kehilangan nafsu
makan dan penurunan berat badan.
Arrhythmogenic right ventricular
cardiomyopathy (ARVC) adalah penyakit yang muncul akibat gangguan listrik
jantung yang mana otot jantung digantikan oleh jaringan parut fibrosa. Ventrikel
kanan yang paling sering terkena dampak pada umumnya (Tilley et al. 2008).
Restrictive cardiomyopathy (RCM) merupakan kardiomiopati dengan dinding
ventrikelnya kaku, tetapi mungkin tidak menebal dan mengalami kelainan dalam
pengisian darah pada ruang jantung (Penninck & d’Anjou 2008).
Gagal jantung kongestif (congestive heart failure atau CHF) adalah suatu
kondisi yang parah dari jantung. Jantung mengalami gangguan secara struktural
atau fungsional, sehingga merusak kemampuan jantung untuk mengisi atau
memompa darah ke seluruh tubuh dan dapat menyebabkan jantung berhenti
bekerja atau mengalami kematian (Tilley et al. 2008). Cor pulmonale, merupakan
penyakit jantung yang mengalami kegagalan fungsional dari sisi kanan jantung
(Penninck & d’Anjou 2008).
Hypertensive heart disease (penyakit jantung hipertensi) adalah penyakit
jantung disebabkan oleh tekanan darah tinggi. Kondisi yang dapat disebabkan
oleh penyakit jantung hipertensi meliputi : left ventricular hypertrophy, coronary
heart disease (penyakit jantung koroner), congestive heart failure, hypertensive
cardiomyopathy dan cardiac arrhythmias (Penninck & d’Anjou 2008).
Endokardiosis
Endokardiosis yang juga dikenal sebagai penyakit katup mitral kronis
merupakan penyakit yang umum pada anjing, yang mana mempengaruhi keadaan
katup mitral. Pada penyakit ini terjadi degenerasi katup mitral jantung, katup
mitral adalah salah satu dari empat set katup dalam jantung anjing. Katup mitral
yang mengalami degenerasi myxomatous yang mengacu pada melemahnya
patologis jaringan ikat menyebabkan katup tidak lagi sepenuhnya menutup
sempurna pada setiap aksi pemompaan, istilah ini sering digunakan dalam konteks
katup mitral yang prolaps, sehingga menyebabkan darah mengalir balik, dari
15
ventrikel kiri kembali ke atrium kiri. Ketika kondisi semakin memburuk, lebih
banyak darah yang terpompa menyebabkan tekanan yang sangat kuat berasal dari
aliran balik melalui katup.
Pada tahap akhir, katup menjadi prolaps, dan
menyebabkan katup ruptur sepenuhnya.
Konsekuensi akhir dari penyakit ini
adalah gagal jantung kongestif. Prevalensi dan keparahan penyakit meningkat
dengan berjalannya usia. Pada pasca mortem, lebih dari separuh populasi anjing
usia tua sudah terdistorsi katup mitral. Sebagai konsekuensi dari degenerasi katup
secara progresif, katup menjadi semakin tidak mampu bekerja dengan baik dan
dalam beberapa kasus, tingkat regurgitasi mitral menjadi begitu parah sehingga
anjing mengalami gagal jantung kongestif. Studi terbaru menunjukkan bahwa
penyakit ini dapat didiagnosis menggunakan ekhokardiografi pada tahap awal,
misalnya dengan mengukur tingkat katup mitral yang prolaps, yaitu derajat
abnormalitas dari daun katup untuk terjadinya penonjolan keluar terhadap atrium
kiri pada saat sistol.
Dengan menggunakan auskultasi jantung saja untuk
pemeriksaan pada tahap awal penyakit katup mitral, dimana tidak adanya
regurgitasi katup mitral, dapat menjadi cara yang sulit untuk mendiagnosisnya
(Pedersen 2000).
Ada beberapa temuan khas terlihat yaitu penebalan daun katup mitral pada
tahap akhir, dilatasi ventrikel kiri, anulus mitral dan atrium kiri, dalam banyak
kasus jet lession, ruptur chordae tendineae dan fibrosis sekunder pada daun katup
juga ditemukan. Lesi serupa, meskipun biasanya kecil, sering juga ditemukan
pada katup trikuspid. Secara histologi, penyakit ini ditandai oleh pengendapan
glukosaminoglikan di spongiosa dan lapisan fibrosa pada daun katup dan terjadi
fragmentasi secara bersamaan dan adanya gangguan pada kumpulan jaringan
kolagen dalam fibrosa. Penyakit endokardiosis ini jauh lebih sering terlihat parah
di beberapa bagian katup mitral daripada di bagian katup lainnya. Katup biasanya
tidak dapat bekerja dengan baik karena daun katup yang menyusut dan tidak dapat
menutup sempurna, tetapi terkadang juga karena daun katup mengalami
penebalan, sehingga tidak dapat menutup dengan sempurna akibat adanya
penumpukan pada ujung katup lainnya. Ketika melakukan pemeriksaan lebih
lanjut, kita harus coba bayangkan bagaimana katup pada saat sistol mengerahkan
tekanan tinggi agar darah dapat mengalir dengan baik.
Keadaan katup yang
16
berubah, menyebabkan aliran darah ventrikel kiri menjadi mengalir balik ke
atrium kiri dan bercampur darahnya sehingga menimbulkan regurgitasi katup.
Hal ini cukup membuktikan bahwa bukan hanya karena penebalan otot ventrikel
yang menjadi faktor mendasar, tetapi kondisi katup harus diperhitungkan juga
menjadi penyebab insufisiensi paling tinggi (Pedersen 2000).
Karakteristik penyakit ini adalah dengan periode pre-klinis yang panjang
dan banyak anjing yang mati untuk alasan lain, bukan akibat lanjut dari penyakit
katup ini dan bahkan penyakit tidak berkembang menjadi CHF. Anjing yang
terkena endokardiosis, lalu bertambah parah menjadi CHF, waktu kelangsungan
hidupnya dapat dihubungkan dengan beberapa faktor termasuk kepatuhan dari
pemilik hewan dalam memberikan perawatan yang memadai, pengobatan, adanya
komplikasi kardiovaskular seperti hipertensi paru-paru atau pecahnya chordae
tendineae, dan adanya penyakit bersamaan lainnya yang memperparah kondisi
anjing tersebut (Borgarelli & Haggstrom 2010).
Ekhokardiografi
Ekhokardiografi atau ultrasonografi jantung adalah teknik untuk
menghasilkan citra jantung melalui gelombang ultrasound yang dipantulkan
(echo). Prinsip dari ekhokardiografi adalah gelombang suara berfrekuensi sangat
tinggi dihasilkan dari kristal piezo-electric yang terdapat dalam transduser.
Perubahan bentuk akibat gaya mekanis pada kristal, akan menimbulkan tegangan
listrik. Listrik yang dihasilkan oleh generator diubah menjadi energi akustik, yang
dipancarkan dengan arah tertentu pada bagian tubuh.
Sebagian pulse akan
dipantulkan, diserap dan sebagian lagi akan diteruskan menembus jaringan yang
akan menimbulkan bermacam-macam echo sesuai dengan jaringan yang
dilaluinya (hiperekhoik, hipoekhoik, dan anekhoik). Pencitraan hiperekhoik akan
dihasilkan ketika gelombang suara mengenai tulang, udara, dan jaringan ikat.
Hipoekhoik akan dihasilkan ketika gelombang suara mengenai jaringan lunak.
Serta pencitraan anekhoik akan dihasilkan ketika gelombang suara mengenai
cairan dan darah. Pantulan echo yang berasal dari jaringan-jaringan tersebut akan
membentur transduser, dan kemudian diubah menjadi pulse listrik lalu diperkuat
dan selanjutnya diperlihatkan dalam bentuk cahaya pada layar oscilloscope. Bila
17
transduser digerakkan, seolah-olah kita melakukan irisan-irisan pada bagian
jaringan tubuh yang diinginkan, dan gambaran irisan-irisan tersebut akan dapat
dilihat pada layar monitor (Mannion 2006).
Metode ekhokardiografi berbeda dengan teknik abdominal dimana
penempatan transduser hanya pada window yang terbatas di antara tulang rusuk
dan paru-paru yang terisi udara.
dengan footprint yang kecil.
Keterbatasan ini membutuhkan transduser
Pemeriksaan ekhokardiografi menampilkan
gambaran terbaik dengan transduser sector atau curvelinear. Ekhokardiografi
juga membutuhkan resolusi temporal yang tinggi, yang didapatkan dengan
menurunkan kedalaman dan meminimalkan sudut sektor (sector width).
Frekuensi transduser yang disarankan yaitu 8-12 MHz untuk kucing dan anjing
dengan ukuran kecil, 3-8 MHz untuk anjing dengan bobot berkisar 5-40 kg, dan 24 MHz untuk anjing besar (>40 kg). Axis sentral ventrikel kiri (left ventricular
atau LV) dapat dibayangkan sebagai garis imajiner yang memanjang antara apex
dan basis jantung pada bagian tengah lumen ventrikel kiri.
Saat transduser
diorientasikan pada scan plane atau sejajar garis axis ini, didapatkan gambaran
long-axis. Jika scan plane tegak lurus garis axis, didapatkan gambaran short-axis
(Penninck & d’Anjou 2008).
Impedansi yang tidak sepadan dan atenuasi ultrasound oleh rusuk dan
paru-paru berisi udara, menyebabkan ekhokardiografi trans-thoraks terbatas untuk
akses window yang relatif kecil. Hal ini mengelilingi jantung pada bagian ventral
thoraks kanan dan kiri, dengan kata lain di samping sternum (parasternal). Akses
tambahan dapat diperoleh dengan posisi subkostal (subxiphoid), pengambilan
gambaran jantung melalui hati dan caudal mediastinum, sudut pandang terbatas
melalui arkus aorta bisa diperoleh melalui lekukan thoraks (posisi transduser
suprasternal).
Pemeriksaan ekhokardiografi dapat dikelompokkan menurut
penempatan transduser dan sudut pandangnya, yaitu right parasternal view (RPS),
left apical view (LAp), left parasternal view (LPS), serta subcostal dan
suprasternal view (Penninck & d’Anjou 2008).
Terdapat standar dalam pencitraan ekhokardiografi, walaupun mungkin
saja diperoleh jumlah yang tak terhingga dari potongan-potongan citra jantung
18
(Goddard
1995).
Standar
ini
ditetapkan
oleh
American
Society
of
Echocardiography pada tahun 2004 (Penninck & d’Anjou 2008).
1. Right parasternal view (RPS)
Biasanya terdapat dua atau lebih ruang antar rusuk yang memungkinkan
pencitraan RPS, termasuk bagian kranial yang berhubungan dengan ruang
interkostal keempat dan bagian yang lebih kaudal pada interkostal kelima.
Pencitraan yang cocok dengan perhitungan LV, transduser diposisikan pada ruang
interkostal sehingga berkas pusat dari transduser tegak lurus pada LV long-axis di
ujung daun katup bikuspidalis.
Pencitraan short-axis didapatkan dengan
memutarkan transduser sehingga potongan melintang LV sedekat mungkin
dengan potongan sirkuler (Penninck & d’Anjou 2008).
Sudut pandang ini adalah posisi dimana bisa didapatkan pencitraan Mmode untuk pengukuran left ventricular internal dimension at end-diastole
(LVIDd) yaitu dimensi internal ruang ventrikel kiri saat akhir diastol, left
ventricular internal dimension at end-systole (LVIDs) yaitu dimensi internal
ruang ventrikel kiri saat akhir sistol, left ventricular posterior wall thickness at
end-diastole (LVWd) yaitu ketebalan dinding ventrikel kiri bagian posterior saat
akhir diastol, left ventricular posterior wall thickness at end-systole (LVWs) yaitu
ketebalan dinding ventrikel kiri bagian posterior saat akhir sistol, interventricular
septal thickness at end-diastole (IVSd) yaitu ketebalan dinding septa
interventrikular saat akhir diastol, interventricular septal thickness at end- systole
(IVSs) yaitu ketebalan dinding septa interventrikular saat akhir sistol, mitral valve
e-point to ventricular septal separation (EPSS) yaitu jarak pembukaan leaflet
anterior katup aortik dengan septa interventrikular, aortic root dimension at enddiastole (AOD) yaitu dimensi pangkal aorta saat akhir diastol dan left atrial
dimension during ventricular systole (LAD) yaitu dimensi atrium kiri selama fase
sistol ventrikular. Pengukuran LVID, LVW dan IVS dilakukan untuk mengetahui
fungsi miokardial, kemudian didapatkan nilai fractional shortening (FS) dari
perhitungan rumus : FS = (LVIDd – LVIDs)/LVIDd. Nilai ini digunakan untuk
mengetahui daya kerja ventrikel. Diameter aorta (AOD) dan atrium kiri (LAD)
dihitung untuk melihat daya kerja masing-masing, serta dapat dihitung rasio
19
LAD/AOD untuk mengetahui adanya dilatasi pada atrium kiri (Penninck &
d’Anjou 2008).
2. Left apical view (LAp)
Pencitraan left apical position (LAp) terbaik didapatkan dengan posisi
pasien berbaring ke kiri, dengan transduser diposisikan pada bagian kiri ventral
thoraks dari arah bawah. Hasil pencitraan apical yang sebenarnya didapat saat
transduser diposisikan pada lokasi yang kaudal dan sangat ventral, mendekati
posisi subkostal.
Transduser diarahkan ke kranial sehingga pusat berkas
ultrasound mengarah ke basis jantung sepanjang bagian tengah axis LV.
Angulasi transduser ke kranial dari posisi LAp akan menampilkan empat ruang
jantung dan membawa aorta masuk ke dalam scan plane sehingga memungkinkan
visualisasi katup aortik. Scan plane ini memberikan citra apical five-chamber dan
cocok untuk perhitungan kecepatan aliran darah aorta. Dari sudut apical fourchamber, transduser diputar 90o searah jarum jam menghasilkan apical twochamber termasuk atrium dan ventrikel kiri (Penninck & d’Anjou 2008).
3. Left parasternal view (LPS)
Sudut pandang left parasternal view pada jantung, didapatkan dengan
pasien berada dalam posisi berbaring ke kiri. Transduser diposisikan ke arah
kranial jantung, pada ruang interkostal keempat sampai kelima, dan kira-kira pada
pertemuan costochondral dengan arah dorsoventral. Ketika scan plane paralel
dengan aorta ascendens, pemutaran transduser akan memberikan potongan
longitudinal dari struktur tersebut. Bagian dari ventrikel dan atrium kiri, katup
bikuspidalis, dan right ventricular (RV) outflow tract dapat terlihat pada posisi
ini. Sudut ini terutama sekali berguna untuk evaluasi tumor basis jantung dan RV
outflow tract (Penninck & d’Anjou 2008).
4. Suprasternal dan subcostal view
Sudut pandang suprasternal memerlukan posisi transduser pada lekukan
thoraks dengan scan plane yang berorientasi sejajar dengan sumbu sagital pasien.
Sudut pandang ini sangat baik untuk pencitraan arkus aortikus dan berguna untuk
perhitungan insufisiensi aorta.
Sudut pandang subkostal didapatkan dengan
pasien pada posisi right lateral recumbency, dengan menempatkan transduser
20
pada processus xiphoideus dan menekannya ke abdomen sekaligus mengarahkan
transduser hampir secara langsung ke kranial (Penninck & d’Anjou 2008).
Ekhokardiografi B-mode
Ekhokardiografi B-mode (brightness mode) (Gambar 3) merupakan teknik
pencitraan yang mana pada tipe B-mode ini gelombang suara yang digunakan
adalah gelombang suara jamak.
Echo yang direfleksikan akan memberikan
gambaran berupa titik atau dot pada layar monitor. Posisi dari yang terlihat pada
layar merupakan posisi dari refleksi struktur organ.
Kekuatan dari echo
ditunjukkan oleh keterangan berupa titik pada layar sehingga gambaran dua
dimensi menunjukkan potongan organ yang ditampilkan pada layar. Saat ini
untuk gambaran B-mode, hanya echo yang kuat yang dapat ditampilkan. Hal ini
berarti tepi dari struktur dari organ yang diperiksa dapat dilihat tetapi hanya
seperti gambaran yang tidak begitu jelas (Mannion 2006).
AML
LV
LA
KMR
PML
Gambar 3 Salah satu pencitraan ekhokardiografi B-mode.
Keterangan : katup mitral terlihat ruptur (KMR), ventrikel kiri
(LV), atrium kiri (LA), daun katup mitral anterior (AML), daun
katup mitral posterior (PML). skala garis putih = 1 cm.
Ekhokardiografi M-mode
Ekhokardiografi M-mode (motion mode) (Gambar 4) merupakan USG
pertama yang dapat menampilkan gambaran echo yang bergerak dari organ
jantung. Dengan demikian gerakan dari fungsi miokardium dan katup jantung
dapat terlihat.
Teknik M-mode dapat langsung memberikan pencitraan tanpa
harus melalui gambaran 2 dimensi (2D) (Stoylen 2006). Gelombang suara yang
digunakan pada tipe ini adalah gelombang suara tunggal yang akan direfleksikan
sebagai echo berupa titik atau dot yang memanjang pada garis vertikal. Posisi
21
dari titik yang memanjang pada garis menunjukkan kedalaman struktur organ
yang direfleksikan. Keterangan dari titik tersebut menunjukkan kekuatan echo.
Garis tersebut terus berjalan horizontal pada layar.
Gambar yang dihasilkan
mewakili pergerakan dari struktur yang diamati sepanjang garis (Barr 1990).
B-mode
M-mode
LVID
LVW
Gambar 4 Salah satu pencitraan ekhokardiografi M-mode.
Keterangan : posisi right parasternal scanning short-axis view.
otot ventrikel kiri (LVW), lumen ventrikel kiri (LVID).
skala garis putih = 1 cm.
Pencitraan melalui M-mode berasal dari echo yang bergerak berupa
gelombang tunggal. Pada saat kursor tepat mengenai jantung dan fungsi dari Mmode diaktifkan maka akan terlihat gelombang yang berkelanjutan, untuk
mengetahui besarnya detak jantung yang teramati, oleh karena itu penghitungan
dilakukan pada satu gelombang (Penninck & d’Anjou 2008).
Ekhokardiografi color flow Doppler
Ekhokardiografi Doppler (Gambar 5) merupakan teknik pencitraan
berdasarkan deteksi perubahan frekuensi suara antara pancaran sinar ultrasound
dan echo yang dipantulkan dari sel darah merah yang bergerak untuk
menggambarkan aliran darah.
Gambaran yang optimal dari perhitungan
kecepatan aliran darah maksimal terjadi jika sinar ultrasound sejajar dengan aliran
darah. Posisi ini berlawanan dengan ekhokardiografi M-mode dan 2D, dimana
orientasi sinar ultrasound tegak lurus terhadap struktur yang menghasilkan
gambar (Nelson & Couto 2008).
Pencitraan dari color flow Doppler (CFD)
menyediakan cara baru untuk pencitraan aliran darah, sehingga dapat mengukur
22
perubahan dengan detail dan akurat dalam sistem sirkulasi. Teknik USG Doppler
membutuhkan pemahaman dari tiga komponen utama yaitu kemampuan dan
keterbatasan USG Doppler, parameter yang berbeda yang berkontribusi ke
tampilan aliran, serta aliran darah dalam arteri dan vena (Nicolaides et al. 2002).
Teknik pencitraan CFD menggunakan gelombang arus berdenyut, dimana
karakteristik kecepatan aliran darah yang dikodekan dengan tampilan warna,
melalui pemetaan yang dipilih kemudian diubah ke dalam gambar dua dimensi
real time. Teknik ini memudahkan untuk memvisualisasikan langsung sumber
kecepatan aliran dalam jantung serta termasuk pembuluh darah, yang mana CFD
hanya sensitif pada diferensiasi antara laminar dan pola aliran turbulen darah
(Penninck & d’Anjou 2008).
Ekhokardiografi CFD dengan aliran dikodekan dalam warna untuk
menunjukkan arah, yaitu warna merah berarti aliran mendekati transduser, dan
warna biru untuk aliran yang menjauhi transduser.
Warna pada Doppler
tergantung pada sudut pancaran sinar ultrasound atau keadaan alirannya.
Transduser yang baik memiliki pola pancaran sinar USG yang dapat
menghasilkan gambar berwarna dengan aliran yang kompleks, tergantung pada
orientasi dari arteri dan vena.
Color flow Doppler digunakan untuk
menggambarkan pola aliran turbulen darah sehingga kebocoran katup dapat
diketahui dengan mendeteksi adanya regurgitasi katup serta kelainan aliran darah
pada sistem sirkulasi. Teknik ini memudahkan untuk mendiagnosis beberapa
penyakit (Nicolaides et al. 2002).
LV
Ao
LA
Gambar 5 Salah satu pencitraan ekhokardiografi color flow Doppler.
Keterangan : regurgitasi katup mitral tidak ada, ventrikel kiri (LV),
atrium kiri (LA), aorta (Ao), darah mendekati transduser (warna merah),
darah menjauhi transduser (warna biru).
Download