PEMBELAJARAN DI SMP/MTs

advertisement
DARI RAKYAT AMERIKA
USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan
bagi Guru,Tenaga Kependidikan, dan Siswa
Praktik yang Baik - Edisi II
PEMBELAJARAN DI SMP/MTs
Buku praktik yang baik Pembelajaran di SMP dan MTs ini dikembangkan dengan dukungan penuh rakyat
Amerika melalui United States Agency for International Development (USAID) melalui Program USAID
Prioritizing Reform, Innovation, and Opportunities for Reaching Indonesia's Teachers,Administrators, and Students
(PRIORITAS). USAID PRIORITAS adalah program kemitraan antara Pemerintah Amerika dan Pemerintah
Indonesia untuk meningkatkan akses pendidikan dasar yang berkualitas di Indonesia.
Pengantar
Sambutan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Salah satu fungsi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Perpres No 14 Tahun 2015) adalah “perumusan kebijakan
di bidang kurikulum, peserta didik, sarana dan prasarana, pendanaan, dan tata kelola Dikdasmen”. Untuk menjalankan
fungsi tersebut, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah telah menetapkan Kebijakan Program
Pendidikan Dasar antara lain: (1) pemenuhan hak terhadap pelayanan pendidikan dasar yang berkualitas,
(2) peningkatan kualitas pembelajaran dan (3) peningkatan tata kelola pendidikan dasar.
Implementasi kebijakan peningkatan kualitas pembelajaran dan peningkatan tata kelola pendidikan dasar tersebut
telah didukung oleh USAID PRIORITAS melalui beberapa program dan kegiatan antara lain pelatihan dan
pendampingan guru, kepala sekolah, pengawas serta kegiatan kelompok kerja di tingkat sekolah dan tingkat gugus.
Kegiatan pendampingan ini menggunakan pendekatan pembelajaran aktif dan kreatif, manajemen berbasis sekolah
(MBS), program budaya baca dan literasi dengan memberi hibah buku pengayaan, buku fiksi, dan buku bacaan
berjenjang kepada sekolah dasar.
Pengalaman pembelajaran dan manajemen di sekolah SD, MI, SMP, dan MTs telah dirangkum dalam buku praktik yang
baik sejak tahun 2015 (edisi 1), dan buku ini merupakan buku praktik yang baik edisi II.
Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada USAID PRIORITAS yang telah membantu pendidikan di Indonesia
khususnya untuk Pendidikan Dasar dan Menengah di kabupaten dan kota mitra USAID PRIORITAS. Semoga buku
praktik yang baik ini dapat memberikan motivasi dan inspirasi bagi pengelola pendidikan di kabupaten dan kota
lainnya di seluruh Indonesia, bagi guru dan praktisi dalam rangka memeratakan pendidikan yang bermutu.
Jakarta, April 2017
Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Hamid Muhammad, Ph.D
NIP. 195905121983111001
DAFTAR ISI
Ilmu Pengetahuan Alam
28 Media Sederhana untuk Memahami Konsep
Gelombang
2
Mengamati Gelembung Oksigen pada
Percobaan Fotosintesis Ingenhouz
30 Menghitung Tekanan pada Tanah
4
Uji Makanan Karbohidrat Tertinggi
31 Belajar Aktivitas Pemantauan Gunung Berapi
6
Percobaan Temukan Bahan Tape Terbaik
32 Kolaborasikan Pembelajaran Aktif
8
Belajar Adaptasi dan Seleksi Alam dari KupuKupu yang Punah
34 Uji Kandungan Amilum di Selembar Daun
10 Praktik Pemisahan Campuran Kromatografi
Kertas
12 Tidak Sekadar Nikotin Kandungan Rokok
14 Apa saja Komponen Darah? Ayo Buat Darah
Tiruan
16 Buat Alat Pendeteksi Kebakaran
18 Kunyit untuk Mendeteksi Air yang
Terkontaminasi
20 Penemuan Kulit Jeruk Sebagai Aroma Terapi
Penangkal Nyamuk, Bawa Aanisah Rahman
Raih Juara Remach CSC 2016
22 Media Puzzle Menentukan Rumus Kimia
Secara Praktis
24 Menentukan Besaran dan Satuannya
25 Pelajari Gerak dan Perubahan Tumbuhan dari
Putri Malu
26 Bedakan Kualitas Gelombang Bunyi
ii
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
dan Literasi Sains
36 Ciptakan Gaya Belajar 5M Agar Siswa Punya
Keterampilan Informasi
38 Belajar Ekosistem Rumput di Lingkungan
Sekolah
40 Jadi Peneliti dengan Mengamati Pertumbuhan
Tanaman Kacang Hijau
42 Menguji Kadar Vitamin C dari Buah-buahan
44 Belajar dari Rayap
46 Kembangkan Alat Pengubah Sampah Plastik
Menjadi Bahan Bakar Cair
48 Membuat Proyek Percobaan Pemisahan
Campuran
Matematika
Bahasa Indonesia
52 Buat Matematika Jadi Favorit
74 Belajar Talkshow dalam Pembelajaran Bahasa
55 Media untuk Menemukan Rumus Volume
Kerucut
56 Mengamati Alam Sambil Belajar Pola Barisan
Bilangan
58 Kartu Domino untuk Berlatih Bilangan
Berpangkat dan Bentuk akar
60 Asyik Berlatih Aljabar dengan Bermain
Domino
61 Gunakan Brosur Mini Market untuk Belajar
Himpunan
62 Serunya Buktikan Rumus Kesebangunan
64 Menghitung Biaya Pengecatan Ruang Kelas
66 Asyiknya Belajar “Sumbu Simetri“ Melalui
Tumbuh-Tumbuhan
68 Membuktikan Nilai  (phi) = 3,14
Indonesia
76 Menyajikan Teks Prosedur Berdasarkan Hasil
Pengamatan Lingkungan Sekolah
78 “Pemodelan Fasilitator” Atasi Permasalahan
Guru dalam Mengajar Materi Menceritakan
Kembali Cerita Anak
80 Melakukan Eksperimen untuk Menulis
Laporan Teks Rekaman Percobaan
82 Situs Sejarah Poteu Meureuhom, Inspirasi
dalam Menulis
84 Inspirasi Puisi dari Pohon Kata: Sulit Memulai
Lebih Sulit Mengakhiri
86 Siswa Wajo Juara I Nasional Menulis Cerpen
dan Ini Kiat-Kiatnya
87 Pahami Teks Eksemplum Melalui Cerita
Bergambar
69 Senangnya Belajar Statistika
88 Belajar Jadi Penulis Berita
70 Ayo Temukan Rumus Luas Lingkaran
90 Ciptakan Siswa Kreatif melalui Bahasa
72 Belajar Faktorisasi Bentuk Aljabar dengan
Slide Board Factor (SBF)
Indonesia
92 Meresensi Buku Melalui Matriks Analisis
94 Permudah Siswa Menulis Puisi dengan Variasi
Media
96 Asyiknya Menyusun Bahasa Petunjuk
Daftar Isi
iii
DAFTAR ISI
98 Tingkatkan Percaya Diri melalui Bercerita
Estafet
100 Amati Bendanya dan Tulis Iklannya
102 Berbalas Surat Pembaca dengan Kepala
Madrasah
114 Memberikan Kritik dan Pujian Terhadap Hasil
Karya Seni Buatan Siswa Sendiri
126 “Words In The Stars” Mengidentifikasi Adjective
atau Non Adjective
128 Story Telling Gugah Minat Belajar Bahasa
Inggris
130 Plural Form Bertema Snake and Ladder
132 Tingkatkan Kemampuan Speaking Siswa
dengan Permainan Rakyat Toraja Ma'kossi
134 Tingkatkan Minat Siswa Menulis Descriptive
Bahasa Inggris
106 Buat Bahasa Inggris Menjadi Menyenangkan
Melalui NET dan MST
110 Penggunaan Plastik Kemasan Cemilan Pada
Pembelajaran Teks Prosedur
113 Buat Komik Berbahasa Inggris
114 Pahami Label Obat Hindari Bahaya Kimia
116 “Sekarang Saya Jadi Ngerti Notice!”
118 Tongkat berbicara untuk Tingkatkan Minat
Text Melalui Metode Blusukan
136 Menulis Teks Report dengan Mind Mapping
138 Barang Bekas jadi Narrative Text
140 Belajar Bahasa Inggris dari Sebungkus Mie
Instan
142 Menulis Surat Kepada Tokoh Utama Cerita
untuk Tingkatkan Pemahaman Teks Narratives
144 I Love People Around Me – Family Tree
146 Interview Mudahkan Menulis Teks Deskriptif
Speaking Siswa
120 Merangkai Kata Bahasa Inggris Lewat Metode
Discovery Learning
122 Wayang Kertas Buat Siswa Mahir Story Telling
124 Memperkaya Kosakata Siswa dengan
Membuat Kamus Pribadi
iv
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
Ilmu Pengetahuan Sosial
148 Membedakan Peta dan Globe Menggunakan
Bola Plastik
151 Amati Lingkungan Tanamkan Rasa Cinta Siswa
pada Alam
152 Membuat Puzzle untuk Belajar
Mengidentifikasi Peta
154 Kembangkan Keterampilan Informasi IPS
Waspadai Penyimpangan dan Penyakit Sosial
156 Smart IPS dengan Anjungan Kuis Mandiri
158 Mengungkap Potensi Lokal dari Sekantong
Tanah
160 Memahami Persebaran Fauna di Indonesia
dengan Model Picture and Picture
162 Creative Productive dalam Pembelajaran IPS
164 Pasir Modelkan Bentuk Muka Bumi Dasar
Laut
166 Menggambar Piramida Penduduk
168 Manfaatkan Internet untuk Belajar
Peninggalan Sejarah Kebudayaan Islam di
Indonesia
170 "Serasa di Pasar Beneran" Belajar Permintaan,
Penawaran, dan Harga Pasar
171 Belajar Pajak dengan Kertas Bekas Bukti Pajak
172 Bentuk Muka Bumi dan Aktivitas Penduduk
pada Kartu Berpasangan
173 Lebih Paham Karena Gambar
Daftar Isi
v
PEMBELAJARAN
ILMU PENGETAHUAN
ALAM
SMPN 3 Kota Cimahi, Jawa Barat
Mengamati Gelembung Oksigen
pada Percobaan Fotosintesis
Ingenhouz
Tabung reaksi berisi air dan tanaman
Hydrilla Verticillata untuk menguji
terjadinya proses fotosintesis.
Oleh Lien Karlina SPd
Guru SMPN 3 Kota Cimahi
Siswa Kelas VIII SMPN 3 Cimahi akan
melakukan percobaan tentang fotosintesis tanaman Hydrilla Verticillata.
Tujuan kegiatan ini adalah siswa
mampu melakukan untuk membuktikan bahwa dalam fotosintesis
menghasilkan oksigen.
Kegiatan pertama, siswa menganalisis
bahan bacaan tentang tanaman
Tradescantia berusia 40 tahun yang
tumbuh dalam botol isolasi. Selama
kurun waktu tersebut tanaman itu
hanya sekali disiram air. Meski tak
2
memiliki asupan air tetapi tanaman itu
tetap bisa tumbuh berkat cahaya
matahari. Proses fotosintesisnya
diubah menjadi energi untuk
mengembangkan diri. Peristiwa
fotosintesis ini menghasilkan oksigen
dan butiran air yang kemudian
berfungsi sebagai "hujan" di dalam
botol.
Setelah siswa membaca bahan bacaan
tentang oksigen, muncul pertanyaan
“faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi fotosintesis?”.
Hipotesis yang dituliskan oleh siswa
diantaranya “fotosintesis menghasilkan
oksigen jika terkena sinar matahari”.
Dengan adanya permasalahan yang
diajukan guru yaitu, bagaimana
pengaruh cahaya terhadap kecepatan
fotosintesis tanaman Hydrilla Verticillata?
Diharapkan siswa aktif mengemukakan pendapatnya serta membuktikan
hipotesisnya melalui percobaan.
Secara berkelompok siswa melakukan
percobaan fotosintesis Ingenhouz
yang bertujuan untuk membuktikan
bahwa fotosintesis menghasilkan
oksigen. Sebelum melakukan
percobaan, siswa terlebih dahulu
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
merakit alat seperti pada gambar
berikut ini.
Rangkailah alat dan bahan seperti
gambar di atas. Pada permulaan
percobaan tabung reaksi penuh berisi
air (jangan ada rongga udara).
Letakkan satu rakitan di bawah sinar
matahari langsung sekitar jam 8 pagi
sampai siang hari dan rakitan lainnya
di dalam yang tidak terkena cahaya.
Pengamatan ada tidaknya gelembung
pada tabung reaksi selama 20 menit.
Jika di sekolah tidak tersedia alat
praktikum, kita bisa menggunakan alat
sederhana dari barang bekas seperti
botol air mineral bekas, tabung reaksi
bisa diganti dengan selang plastik kecil
bekas untuk menampung oksigen yang
dihasilkan.
Siswa bertepuk tangan dan terlihat
gembira saat melihat gelembung udara
yang muncul pada tabung reaksi.
Dengan senangnya, mereka mencatat
jumlah gelembung udara, hal ini
terlihat pada kelompok 6. Sekitar 5
menit pertama sudah terlihat 15
gelembung udara sampai 20 menit
terakhir gelembung udara bertambah
banyak. Ternyata percobaan berhasil
dengan terlihatnya gelembung udara.
Gelembung-gelembung ini terkumpul
pada dasar tabung reaksi yang dalam
keadaan terbalik sehingga membentuk
rongga udara.
Untuk membuktikan apakah
gelembung udara yang terkumpul
tersebut mengandung oksigen, maka
siswa memasukkan bara api dari lidi ke
mulut tabung reaksi. Ketika bara api
dari lidi dimasukkan, ternyata bara api
tersebut menyala (mengeluarkan api),
hal tersebut membuktikan bahwa
dalam proses fotosintesis gas yang
dihasilkan adalah oksigen.
“Saya sungguh senang karena siswa
sudah belajar menjadi peneliti. Semoga
mereka akan menjadi pengembang
ilmu pengetahuan dan teknologi,”
harap Ibu Lien untuk siswanya.
Laporan percobaan terjadinya proses fotosintesis yang dibuat siswa.
Ilmu Pengetahuan Alam
3
SMP Al Azhar Medan,
Sumatera Utara
Uji Makanan
Karbohidrat
Tertinggi
Oleh Muhammad Sahnan
Guru SMP Al Azhar
Kandungan nutrisi dalam bahan
makanan bisa diketahui dengan
menggunakan indikator uji makanan
atau reagen. Inilah yang dilakukan
dalam pembelajaran kelas VII kali ini.
Reagen yang digunakan untuk menguji
kadar karbohidrat adalah benedict.
Reagen ini berwarna oranye. Setelah
sampel yang diuji ditetesi benedict
akan terjadi perubahan warna.
Tujuan pembelajaran adalah agar siswa
dapat melakukan uji karbohidrat dan
menemukan kadar karbohidrat dalam
makanan. Alat yang digunakan untuk
uji karbohidrat ini adalah bunsen,
tusuk gigi, sendok, pisau/cutter, mortar,
tabung reaksi dan pipet tetas.
Laporan hasil percobaan siswa menemukan makanan
dengan karbohidrat tertinggi.
4
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
Bahan-bahan yang diperlukan adalah
larutan benedict, sayuran segar, umbiumbian, dan buah-buahan. Dalam
percobaan ini setiap kelompok
menguji bahan-bahan yang berbeda,
misalnya kelompok sereal yang
melakukan percobaan pada kismis,
kurma, dan sereal. Kelompok sayuran
hijau melakukan percobaan pada
jamur, brokoli, dan bunga kol. Guru
lalu menjelaskan apa itu uji
karbohidrat, dan langkah-langkah
pengujian yang harus dilakukan.
"Silakan kalian temukan, makanan apa
yang karbohidratnya paling tinggi?"
katanya lagi.
Langkah-langkah uji karbohidrat
diuraikan pada lembar kerja.
"Haluskan bahan-bahan yang ada
dengan mortar dan beri sedikit air.
Masukkan beberapa tetes dari dari
bahan tersebut ke dalam tabung reaksi
lalu teteskan benedict dengan
perbandingan 1:1 ke dalam tabung
reaksi. Lihat perubahan warnanya,"
kata salah seorang siswa membaca
langkah-langkah uji karbohidrat.
Teman kelompoknya melakukan
sesuai instruksinya.
karbohidrat yang tinggi. Kismis yang
berwarna cokelat muda, setelah
ditetesi benedict menjadi hijau tua
dan setelah dibakar menjadi warna
cokelat kekuningan, menunjukkan
kadar karbohidratnya sedang.
Begitupun kelompok sayuran yang
menguji dengan jamur, brokoli, dan
bunga kol. Jamur memiliki kadar
karbohidrat yang lebih rendah, brokoli
memiliki kandungan sedang, dan bunga
kol tinggi.
Sereal yang berwarna putih susu
setelah ditetesi benedict berubah
warna menjadi biru muda dan setelah
dibakar menjadi biru kehijauan yang
menunjukkan kadar karbohidratnya
yang rendah. Kelompok ini
menyimpulkan bahwa kurma memiliki
kadar karbohidrat lebih tinggi
ketimbang kismis dan sereal.
Percobaan kelompok sayuran ini
mematahkan dugaan awal mereka yang
mengatakan bahwa sayuran berdaun
hijau memiliki kadar karbohidrat yang
rendah. Setiap kelompok membuat
laporan kemudian presentasi di depan
kelas dan kelompok lain
menanggapinya.
Percobaan belum selesai, bahan yang
sudah bercampur di dalam tabung
reaksi tersebut kemudian dibakar
dengan bunsen.
Hasil dari percobaan kelompok sereal,
kurma yang berwarna kuning
kecoklatan setelah ditetesi benedict
menjadi berwarna hijau toska dan
setelah dibakar menjadi berwarna
merah bata menunjukkan kadar
Siswa sedang praktik menguji bahan makanan yang mengandung
karbohidrat paling tinggi.
Ilmu Pengetahuan Alam
5
Salah satu kelompok sedang
melakukan percobaan membuat
tape dari bahan pisang.
SMPN 2 Takalar, Sulawesi Selatan
Percobaan Temukan Bahan Tape Terbaik
Oleh Mukhlis SPd
Guru SMPN 2 Takalar
Tidak cuma singkong atau beras
ketan yang bisa diolah menjadi tape.
Jagung, pisang, hingga sukun pun bisa
dibuat menjadi tape. Bahan itu yang
ditemukan siswa SMPN 2 Takalar saat
melakukan percobaan bioteknologi.
bahan tersebut lantaran merupakan
hasil bumi yang ada di Kabupaten
Takalar. “Saya mencoba mengarahkan
siswa dengan pembelajaran aktif untuk
membuat percobaan bioteknologi
menghasilkan tape dari berbagai
macam bahan makanan seperti sukun,
pisang dan talas dan ternyata berhasil
dengan baik,” ujar Pak Mukhlis.
Guru IPA kelas IX SMPN 2 Takalar,
Bapak Mukhlis SPd mengatakan,
siswanya sengaja menggunakan bahan-
Sebagai langkah awal, para siswa dalam
pembelajaran IPA diminta mengamati
tekstur dan mencoba rasa masing-
6
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
masing produk bioteknologi
sederhana tape yang sudah umum di
masyarakat yaitu dari bahan singkong
dan beras ketan. Setelah itu, mereka
diminta membuat tape dari bahanbahan makanan yang mereka pilih
sendiri seperti jagung, kentang, sukun,
talas, pisang tua, dan ubi jalar.
Prosedur pembuatannya adalah
sebagai berikut: setiap kelompok siswa
memilih masing-masing bahan yang
akan dijadikan tape, yaitu pisang tua,
jagung, sukun, talas, kentang dan ubi
jalar. Bahan makanan tersebut dicuci
sampai bersih dan kemudian dikukus
menggunakan panci.
Setelah dikukus, bahan makanan
dikupas dan dipotong sesuai selera
sambil diamati tekstur dan rasanya.
Bahan kemudian ditaburi ragi yang
sudah dihaluskan dan dibungkus daun
pisang dengan rapat. Setelah itu disimpan dalam plastik atau wadah lain yang
tertutup rapat di laboratorium selama
tiga hari untuk proses fermentasi.
kecut-kecut manis dan enak. “Hasil
percobaan untuk ketiga bahan ini,
kami simpulkan bisa menjadi alternatif
makanan yang bisa dijual,” tegas Pak
Mukhlis. Keberhasilan percobaan ini
membuat beberapa siswa beranganangan memasarkannya suatu saat.
“Agar jadi produk alternatif yang lebih
menjual, seperti kue dan sebagainya,
kita bisa campur dengan bahan-bahan
lainnya,” ujar Fatriasi sambil mencicipi
bahan makanan baru itu.
Sebelumnya Pak Mukhlis juga berhasil
membimbing siswa-siswinya untuk
menghasilkan energi baterai dari buah
pare. Sebuah penemuan yang
mendapatkan apresiasi luar biasa dari
Pemda Takalar.
“Pembelajaran aktif yang kita lakukan
memang merangsang siswa untuk
banyak berkreasi,” ujarnya.
“Bahan harus tertutup rapat agar
tidak ada bakteri lain yang bisa
mencampuri proses-proses fermentasi
dan menghasilkan rasa berbeda,” ujar
Mukhlis, salah seorang fasilitator
daerah USAID PRIORITAS Takalar
yang konsisten menerapkan
pembelajaran aktif di sekolahnya.
Setelah hari ketiga, ternyata semua
bahan berhasil berubah menjadi tape.
“Namun setelah kami amati dan kami
rasakan, rasanya berbeda-beda,” ujar
Fatriasi Amiruddin, salah seorang siswa
kelas IX yang melakukan percobaan.
Kentang setelah menjadi tape ternyata
rasanya menjadi hambar dan talas
menjadi sama sekali tidak enak, dengan
bau yang sangat menyengat. “Strukturnya menjadi gembur berair dengan
warna kecoklatan dan tidak cocok jadi
makanan,” ujar Buya Ibnu Fulqan, siswa
lainnya.
Sementara sukun, pisang tua dan
jagung rasanya berubah jadi unik,
Salah satu kelompok lainnya sedang melakukan percobaan membuat tape dari
bahan jagung.
Ilmu Pengetahuan Alam
7
Siswa melakukan pengamatan
di halaman sekolah.
SMPN 1 Bendahara, Aceh Tamiang
Belajar Adaptasi dan Seleksi Alam dari
Kupu-Kupu yang Punah
Oleh Tina Mardiana SPd
Guru SMPN 1 Bendahara
Banyak siswa mengaku senang belajar
Biologi karena apa yang dipelajari
dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Tetapi Biologi yang faktual tidak cukup
hanya teori saja, karena belajar Biologi
perlu pemahaman mendalam, terutama
dalam mengajarkan siswa untuk
mengaplikasikan ilmu Biologi dalam
kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu, kami membuat media
sederhana untuk memberi pemahaman
materi Adaptasi dan Seleksi Alam yaitu
menggunakan media Kupu-Kupu
“Biston betularia”.
8
Bahan yang digunakan adalah papan
triplek, paku kecil, kain berwarna
hitam, gunting, kertas warna (putih,
kuning, hijau, biru, merah, hitam), peniti
kecil dan selotip perekat. Papan
triplek dipotong dengan ukuran 30 X
40 cm sebanyak 4 lembar. Selanjutnya
papan triplek yang sudah dibentuk dan
ditutup dengan kain hitam yang
dianalogikan sebagai jelaga/asap hitam
akibat pencemaran udara.
Potong kertas menjadi bentuk kupukupu masing-masing warna beberapa
buah. Gunakan peniti sebagai badan
kupu-kupu. Bungkus peniti dengan
kertas yang warnanya sama dengan
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
sayap kupu-kupu. Kemudian badan
kupu-kupu yang terbuat dari peniti
dipasang di papan triplek yang sudah
dilapisi kain hitam.
Selanjutnya, siswa dibagi menjadi 5
kelompok kecil (sesuai jumlah media).
Di setiap kelompok, seorang siswa
bertugas memegang papan triplek
yang berisi kupu-kupu Biston betularia.
Siswa lain bertindak sebagai predator
dengan cara menghitung jumlah kupukupu dari jarak yang semakin jauh.
Siswa yang menjadi predator
menggunakan lembar pengamatan.
Jumlah kupu-kupu yang terlihat adalah
kupu-kupu yang akan dimangsa oleh
mereka (predator). Kupu-kupu yang
tidak terlihat adalah kupu-kupu yang
selamat dan akan meneruskan
generasi Biston betularia.
Media
Biston
Betularia.
Proses berikutnya adalah menganalisis
lembar pengamatan siswa. Hasilnya
kupu-kupu yang berwarna cerah lebih
banyak yang menjadi mangsa predator,
sedangkan yang berwarna gelap hanya
sedikit menjadi mangsa. Hal tersebut
terjadi karena kupu-kupu yang
berwarna gelap lebih sulit terlihat oleh
predator karena lingkungan tertutup
oleh jelaga atau asap polusi.
Kesimpulannya, kupu-kupu Biston
betularia yang berwarna cerah punah
akibat tidak mampu beradaptasi
terhadap lingkungan yang berubah
menjadi gelap dan kotor pada masa
revolusi industri di Inggris. Sebelum
revolusi industri, Biston betularia yang
berwarna hitam banyak dimangsa oleh
predator. Tetapi saat revolusi industri
terjadi dan asap hitam mencemari
udara, Biston betularia yang berwarna
gelap lebih adaptif dibanding dengan
yang berwarna cerah. Peristiwa ini
terjadi karena adanya proses adaptasi
dan seleksi alam.
Dengan menggunakan media ini, siswa
memahami keterkaitan antara adaptasi
dengan seleksi alam. Siswa dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan
agar tetap lestari dan terhindar dari
kepunahan. “Saya jadi mengerti
mengapa ada hewan yang mengalami
kepunahan, sedangkan hewan lainnya
ada yang masih bertahan hidup dan
tetap lestari.” kata Winda, salah
seorang siswa kelas IX.
Lembar pengamatan
warna kupu-kupu.
Ilmu Pengetahuan Alam
9
Siswa sedang melakukan percobaan pemisahan campuran dengan metode kromatografi kertas.
MTsN 1 Serang, Banten
Praktik Pemisahan Campuran Kromatografi Kertas
Metode pemisahan campuran banyak
digunakan dalam kehidupan sehari-hari
seperti untuk penjernihan air,
pemisahan garam, analisis logam berat
dan sebagainya. Beberapa metode
pemisahan campuran yang sering
digunakan antara lain penyaringan
(filtrasi), sentrifugasi, sublimasi,
kromatografi dan distilasi.
Ibu Lailatul Lidia, guru IPA Kelas VIII
MTsN 1 mengajak siswanya melakukan
praktik pemisahan campuran dengan
kromatografi kertas. Tujuan
10
pembelajarannya adalah siswa mampu
mengolah informasi tentang metode
pemisahan campuran dengan cara
kromatografi. Dalam pembelajaran ini
guru menerapkan pendekatan
saintifik.
ini diharapkan siswa dapat
memperoleh informasi tentang
metode pemisahan campuran dengan
cara filtrasi. Siswa diminta membuat
tiga pertanyaan berkaitan dengan
tayangan video tersebut.
Di awal, siswa yang sudah dibagi
menjadi enam kelompok ditugasi
melakukan pengamatan melalui video.
Guru sudah menyiapkan video tentang
metode pemisahan campuran cara
filtrasi melalui proses penjernihan air
dengan alat sederhana. Melalui video
Di tahap menanya, siswa mengajukan
tiga pertanyaan dan dijawab oleh siswa
lainnya. Pertanyaan yang muncul
diantaranya apa yang dimaksud dengan
campuran, bagaimana cara
memisahkan campuran dan sebutkan
prinsip dasar metode pemisahan
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
campuran. Untuk tahap
mengumpulkan informasi, guru
meminta perwakilan dari masingmasing kelompok mengambil bahan
percobaan. Secara berkelompok, siswa
melakukan percobaan dengan cara
kromatografi.
Alat dan bahan yang disiapkan
kelompok yakni: gelas kimia ukuran
100 ml, gunting, penggaris, kertas
saring, spidol warna biru, merah dan
hijauh, alkohol dan penjepit kertas.
diminta mencatat hasil percobaan
dalam lembar kerja yang saya berikan.
Mereka diminta berdiskusi dalam
kelompok untuk menyimpulkan hasil
percobaan.
Pada saat kegiatan mengkomunikasikan, siswa menyajikan data percobaan
ke dalam laporan tertulis. Lalu
perwakilan siswa mempresentasikan
hasilnya di depan kelas. “Dengan
kertas saring yang dicelupkan cairan
alkohol menjadi warna-warni. Misal
nya sampel tinta merah bila dicelup
pelarut akuades seperti alkohol maka
terbentuk komponen warna ungu,
merah muda dan kucing. Komponenkomponen warna akan terpisah satu
sama lain berdasarkan perbedaan daya
serapnya pada kertas,” kata salah satu
kelompok dalam presentasinya.
Untuk kelompok yang membuat
laporan tertulis yang runtut dan jelas
berhak mendapatkan coklat dari guru
yang sudah disiapkan sebelumnya.
Langkah pertama, kertas saring
digunting membentuk menjadi persegi
dengan ukuran 1cm x 10cm. Kedua,
buatlah noda tinta pada kertas saring
dengan spidol (biru, merah dan hijau)
berjarak + 2 cm dari ujung bagian
bawah.
Langkah selanjutnya, jepitlah ujung
kertas saring bagian atas dengan
menggunakan penjepit kertas. Lalu
masukkan alkohol ke dalam gelas
kimia sebanyak 20 ml. Masukkan ujung
bawah kertas saring ke dalam gelas
kimia yang sudah berisi alkohol,
usahakan noda tinta tidak ikut
terendam.
Kemudian, tunggulah beberapa saat
sehingga alkohol mengalir ke atas
membasahi noda tinta, amati dan catat
apa yang terjadi. Terakhir, ulangi percobaan di atas dengan menggunakan
warna tinta spidol yang lain, kemudian
buatlah kesimpulan dari hasil
percobaan tersebut!
Sebagai kegiatan mengasosiasi, siswa
Hasil laporan percobaan siswa yang ditulis pada lembar kerja.
Ilmu Pengetahuan Alam
11
Laporan hasil percobaan siswa menguji
kandungan yang ada pada rokok.
SMPN 5 Banjarnegara, Jawa Tengah
Tidak Sekadar Nikotin
Kandungan Rokok
Oleh Yayuk Sugiyarti MSi
Guru SMPN 5 Banjarnegara
Ibu Puji Astuti mengajak siswa kelas
VIII-A untuk belajar tentang materi
yang dikaitkan dengan praktik kehidupan sehari – hari. KD yang akan dicapai
adalah mendeskripsikan sifat/pengaruh
zat adiktif dan psikotropika. Siswa akan
belajar menguji kandungan yang ada di
dalam rokok.
Pertanyaan awal yang dimunculkan
oleh ibu Puji kepada siswa yaitu,
“Apakah asap yang dihasilkan oleh
rokok kemudian dihisap hanya
berpengaruh pada kesehatan paruparu? Jika tidak hanya mempengaruhi
kesehatan paru-paru, lalu organ apa
lagi yang mengalami gangguan?”
Pertanyaan tersebut memotivasi siswa
untuk melanjutkannya dalam kegiatan
percobaan.
Pembelajaran ini bertujuan untuk
12
meningkatkan keterampilan siswa
dalam mengidentifikasi pengaruh
rokok terhadap kesehatan, mendeteksi apa saja kandungan racun yang
terdapat pada asap rokok hubungannya dengan kesehatan manusia, dan
siswa menyadari pentingnya menjaga
kesehatan dengan pola hidup sehat.
Langkah pembelajaran yang dilakukan
sebagai berikut:
 Secara berkelompok siswa
mengamati guru yang mendemontrasikan merokok dengan alat
peraga simulasi merokok. Setelah
itu guru menuangkan sedikit air
dalam alat peraga ke beker glass
dan menggunakan indikator pH
untuk mengetahui tingkat
keasambasaan air dalam alat
peraga.

Siswa mengidentifikasi informasi
yang dapat digali dari alat peraga
simulasi merokok dan
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
penggunaan indikator pH. Masingmasing kelompok diminta
mengajukan pertanyaan.

Tiap kelompok diminta mengambil alat percobaan untuk mengetahui tingkat ke asambasaan air
yang dipengaruhi oleh asap rokok.
Alat yang digunakan:
1. Indikator pH
2. Beker glass
3. 1 botol air mineral 300 ml
4. 1 tutup botol tidak berlubang
5. 2 tutup botol berlubang
6. Isolasi dan gunting
7. Balon karet
8. Karet gelang
Bahan:
1. Rokok
2. Korek Api
3. Air mineral
4. Masker
5. Kertas folio
Sebelum bekerja pastikan siswa
menggunakan masker pelindung asap
rokok. Prosedur Percobaannya adalah
sebagai berikut :
1. Siswa diminta untuk membaca
prosedur kerja dalam lembar
kerja dengan teliti.
2. Tiap kelompok harus memastikan
kelengkapan alat yang tersedia
serta menyusun alat peraga
dengan benar, pastikan balon
terikat kuat, dan memakai
masker untuk keselamatan kerja.
3. Siapkan air mineral sebagai
variabel kontrol, ukurlah pH nya,
dan berilah identitas pada alat
yang digunakan.
4. Menuangkan air mineral pada
beker glass sebanyak 100 ml
sebagai variabel yang dipengaruhi
lalu masukkan dengan hati-hati ke
dalam botol peraga, amati warna
air, lalu tutup kembali botol alat
peraga.
5. Siapkan dua batang rokok sebagai
variabel bebas dan letakkan pada
tutup botol yang sudah berlubang,
putar tutup dengan benar.
Pakailah masker dengan benar
kemudian nyalakan dua batang
rokok dengan korek api.
6. Tariklah dengan hati-hati balon di
bagian bawah botol hingga rokok
akan terbakar sampai habis.
7. Amati gejala yang terjadi dalam
botol dan warna air dengan
cermat.
8. Tuangkan sedikit air dari alat
peraga ke beker glass segera
tutup kembali tutupnya kemudian
ukurlah pHnya, catat hasil
pengamatan di tabel hasil
pengamatan.
9. Lakukan langkah seperti nomor
6,7,8,9 dengan dua rokok
berikutnya hingga jumlah rokok
yang digunakan sampai 10 batang
10. Amati dengan cermat semua
gejala yang tampak pada alat
peraga, keadaan warna air,
keasambasaan/pH bandingkan
dengan botol berisi air sebagai
pembanding. Catat semua hasil
pengamatan pada tabel hasil
pengamatan
11. Diskusikan hasil pengamatan
bersama anggota kelompok
dengan menulis tujuan, hipotesis
dan variabel percobaan yang
telah disusun bersama anggota
kelompok.
12. Buatlah laporan hasil praktikum
sebagaimana format laporan yang
tersedia. Gunakan informasi
tambahan yang ada atau dari
buku di perpustakaan.
mengandung basa terlihat dari
pengamatan siswa pada air. Asap
rokok yang diberi indikator pH,
menunjukan hasil pengukuran lebih
dari 7. Basa bersifat kaustik atau
merusak kulit sehingga asap rokok
selain mengandung nikotin juga
bersifat basa yang dapat merusak kulit
Di akhir pelajaran siswa diminta
menulis laporan individu mulai dari
persiapan, pelaksanaan percobaan dan
kesimpulan.
Bentuk laporan setidaknya memuat :
Latarbelakang bahaya merokok
Pembuktian bahaya asap rokok
Cara menanggulangi bahaya asap
rokok.



Tulisan dibuat sederhana teliti dan
sistematis. Beberapa siswa diminta
untuk membacakan hasil laporannya
untuk mendapatkan masukan dari
teman lain.
Dari hasil percobaan, siswa
menemukan kandungan asap rokok
tidak hanya nikotin tetapi juga
Laporan hasil percobaan siswa menguji
kandungan yang ada pada rokok.
Ilmu Pengetahuan Alam
13
Guru sedang menjelaskan
hasil pembuatan darah tiruan
oleh siswa.
SMPN 28 Surabaya, Jawa Timur
Apa saja Komponen Darah? Ayo Buat Darah Tiruan
Darah yang mengalir dalam tubuh
manusia sangat mudah dikenali dari
warnanya yaitu merah. Namun, warna
merah tersebut hanya bagian kecil dari
pembentuk darah secara keseluruhan.
Ada beberapa komponen pembentuk
darah yang belum diketahui siswa.
disusun Hesty dari berbagai sumber
tersebut. Setelah itu, pada kegiatan
apersepsi, Hesty menerangkan bahwa
darah merupakan cairan yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan
tubuh.
Untuk itu, Ibu Hesty Widirahayu, guru
IPA kelas VII SMPN 28 Surabaya, mengajak siswa bereksperimen membuat
darah tiruan. Tepatnya ketika mempelajari sistem transportasi dalam tubuh.
Peran darah juga penting untuk
mengangkut bahan-bahan kimia hasil
metabolisma serta sebagai pertahanan
tubuh terhadap virus atau bakteri.
Maka, untuk mengetahui komponen
dalam darah saat mempelajari sistem
transportasi dalam tubuh. Pertanyaan
seputar darah pun dilontarkan guru.
Sebelumnya, materi bacaan sudah
disiapkan Ibu Hesty untuk menjadi
informasi awal bagi siswa di kelasnya
selain buku literatur. Siswa diberi
waktu untuk membaca informasi yang
14
“Ada berapa jenis komponen darah
yang keluar dari tubuh manusia?”
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
tanya guru.
“Satuuu!” semua siswa memberikan
jawaban yang sama. Jawaban itu
didasarkan pada satu warna yang
tampak oleh mata yaitu merah.
Namun, apakah benar demikian? Ibu
Hesty kemudian menegaskan bahwa
darah dibentuk tidak dari satu
komponen saja, melainkan empat
komponen. Apa saja itu? Untuk
mencari jawabannya, siswa diajak
bereksperimen membuat darah tiruan.
Dia membagi 38 siswa di kelasnya
menjadi tujuh kelompok. Berikutnya,
masing-masing kelompok menyiapkan
bahan dan alat yaitu minyak goreng, air,
pewarna makanan (warna merah),
tabung reaksi, pipet tetes, dan gelas
ukur.
Langkah-langkah pembuatannya:
1. Siswa menuangkan 5 ml minyak
goreng ke dalam tabung reaksi
menggunakan gelas ukur untuk
mengukur volume minyak goreng.
2. Siswa menambahkan 5 ml air ke
dalam tabung reaksi yang sama.
3. Siswa menambahkan beberapa tetes
pewarna makanan ke dalam tabung
reaksi.
4. Kemudian mulut tabung reaksi
ditutup memakai ibu jari dan
dikocok sebentar hingga seluruh
bahan tercampur.
empat komponen darah. Adapun
urutannya dari atas sendiri adalah
plasma darah, sel darah putih
(leukosit), keping darah (trombosit),
dan sel darah merah (eritrosit).
Eksperimen ini sepenuhnya dilakukan
sendiri oleh siswa, guru berperan
sebagai fasilitator. Praktik sederhana
ini diharapkan mendorong siswa agar
mau melakukan sesuatu untuk
mencari jawaban atas hal-hal yang
ingin diketahuinya. Setelah berdiskusi
dengan teman sekelompok dan
mengisi lembar kerja, siswa
mempresentasikan hasil
eksperimennya. Setiap kelompok
kemudian mendapat respon dari
kelompok lain yang ditulis pada
lembaran kertas tempel.
Kertas itu kemudian dilekatkan pada
kertas lembar kerja, termasuk reward
karakter berupa gambar bintang yang
dibuat untuk tiga tingkatan hasil yaitu
kurang, cukup, dan baik.
“Kegiatan ini terinspirasi dari modul
USAID PRIORITAS. Kegiatan ini juga
melatih keterampilan proses dalam
IPA. Mereka juga semakin kreatif,
inovatif, dan menumbuhkan rasa ingin
tahu akan ilmu pengetahuan,” papar
Ibu Hesty.
5. Tabung reaksi dibiarkan beberapa
saat hingga tiga bahan yang
dicampur terlihat terpisah.
6. Siswa membuat gambar lapisan yang
terbentuk pada tabung reaksi.
Analogikan setiap lapisan yang
terbentuk dengan bagian-bagian
darah pada manusia.
Analisa hasil eksperimen di atas
menunjukkan ada empat lapisan
berbeda yang tampak pada tabung
reaksi. Lapisan teratas adalah minyak
goreng, kemudian air, air bercampur
pewarna makanan merah, dan paling
bawah berwarna merah pekat yang
tak lain merupakan pewarna makanan.
Empat lapisan itu dianalogikan sebagai
Siswa sedang bekerja sama membuat darah tiruan untuk belajar komponen darah.
Ilmu Pengetahuan Alam
15
Siswa SMPN 1 Indra
Jaya sedang merakit
alat pendeteksi
kebakaran.
SMPN 1 Indra Jaya, Aceh Jaya
Buat Alat Pendeteksi Kebakaran
Oleh Muhammad Azwir SPdI
Guru SMPN 1 Indra Jaya
Kebakaran seringkali terjadi berasal
dari api yang kecil dan tidak terduga.
Kebakaran ini sering terlambat
ditangani, Karena itu kita perlu
menyediakan media peringatan dini
kebakaran seperti alarm pendeteksi
yang dapat berguna untuk mencegah
terjadinya kebakaran dan meluasnya
jangkauan kebakaran.
Fenomena ini memberikan pembelajaran secara langsung kepada siswa
tentang contoh sederhana perubahan
energi listrik menjadi energi bunyi dan
konsep pemuaian. Selain itu,
pembelajaran ini membiasakan siswa
16
untuk kreatif merancang media
pembelajaran sendiri dan menumbuhkan minat dalam melakukan percobaan. Pembelajaran ini juga dapat
melatih kesiapan siswa dalam
mengurangi resiko bencana kebakaran.
Media ini dirakit oleh siswa dalam
kelompok yang menggunakan bahanbahan antara lain triplek bekas, papan
penyangga, baterai berukuran AAA
sebanyak tiga buah, sandal bekas, kabel
penghubung, stater lampu neon,
buzzer, selotip, lilin dan timah tipis.
Papan penyangga dilubangi sebesar
stater lampu neon dan ditaruh dalam
posisi berdiri di atas triplek bekas
dengan cara dipaku atau dijepit.
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
Selanjutnya, sandal bekas dipotong
menjadi dua bagian dan dilubangi
sebesar baterei, bahan ini kemudian
direkatkan di atas triplek dengan
selotip.
Tiga baterai kemudian dimasukkan ke
dalam sandal yang sudah di lubangi ini
dan pada masing-masing ujung baterai
diletakkan timah tipis. Langkah
berikutnya, stater lampu neon
dimasukkan ke dalam lubang
penyangga dan dihubungkan dengan
kabel dari salah satu ujung timah ke
stater lampu neon dan ujung timah
lainnya ke buzzer. Buzzer dihubungkan
dengan kabel ke stater lampu neon.
Rangkaian ini dapat dilihat pada
diagram berikut:
buzzer
papan
penyangga
starter
lilin
sandal sebagai
tempat baterai
Cara menguji media tersebut adalah
sebagi berikut: lilin di bawah stater
lampu neon dinyalakan dan ditunggu
lebih kurang satu menit. Selanjutnya,
buzzer akan mengeluarkan bunyi
alarm. Bunyi inilah sebagai tanda telah
terjadi kebakaran.
Alat dan bahan media pendeteksi kebakaran yang terdiri dari triplek bekas, papan
penyangga, baterai berukuran AAA sebanyak tiga buah, sandal bekas, kabel
penghubung, stater lampu neon, buzzer, selotip, lilin dan timah tipis.
Dampak dari pembelajaran ini, siswa
memahami cara merakit alat pendeteksi kebajaran sederhana dan siswa
lebih memahami konsep pengurangan
resiko bencana serta siap kesiagaan
menghadapi bencana.
Dalam uji coba, beberapa kali kami
gagal dalam merakit media, terutama
saat kami hubungkan antar kabel. Pada
saat uji coba pertama mengalami
kegagalan karena suara buzzer hanya
sebentar dan buzzer langsung rusak,
ternyata permasalahnnya adalah posisi
lilin yang terlalu dekat.
Model Alarm kebakaran siap di uji coba, setelah di nyalakan lilin
tunggu lebih kurang satu menit alarm akan berbunyi.
Ilmu Pengetahuan Alam
17
Siswa sedang menyiapkan
bahan-bahan yang akan
digunakan untuk percoabaan
menguji air yang terkontaminasi
dengan kunyit.
SMPN 1 Calang, Aceh Jaya
Kunyit untuk Mendeteksi Air yang Terkontaminasi
Oleh Rasyidah
Guru SMPN 1 Calang
Irma siswa kelas VIII sedang
memegang kunyit di kelas, bukan untuk
keperluan bahan dapur tetapi untuk
memanfaat-kan kunyit dalam
mendeteksi bahan kimia berbahaya.
Pada pembelajaran IPA kali ini, saya
mengajak siswa untuk menemukan air
yang terkontaminasi dengan
menggunakan kunyit.
Adapun bahan yang harus dipersiapkan
adalah pisau, papan/alas untuk
memotong, gelas ukur, spatula/ sendok,
kunyit, air mineral, air sumur, gula,
garam, air sungai, dan deterjen.
Secara berkelompok, siswa diminta
18
untuk mengambil 5-6 batang kunyit,
dikupas, kemudian setiap batang
kunyit dibelah menjadi tiga bagian
dengan menggunakan pisau.
Air yang sudah diambil siswa dari
beberapa sumber, seperti air sungai,
air sumur, air comberan, air mineral,
air deterjen, dan air gula, dimasukkan
ke dalam gelas plastik bekas air
kemasan.
Langkah selanjutnya, masukkan dua
potongan kunyit yang telah dibelah ke
dalam masing-masing gelas. Kemudian
sisakan masing-masing satu potongan
kunyit sebagai perbandingan. Diamkan
kunyit yang ada di dalam gelas selama
tiga menit.
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
Amati perubahan kunyit di dalam air
yang ada di semua gelas. Bandingkan
kunyit yang sudah dicelupkan pada
semua gelas dengan kunyit yang tidak
dicelupkan ke air. Siswa menuliskan
hasil temuan perubahan kunyit untuk
menguji air.
Hasil percobaan menunjukkan warna
kunyit berubah kuning pekat kehitaman yang dicelupkan ke dalam air
deterjen, air comberan, air sungai, dan
air sumur 1 yang diambil dari salah
satu rumah siswa.
“Ternyata air yang terkontaminasi
berubah warna menjadi kuning pekat.
Semakin terkontaminasi warnanya
semakin kuning pekat kehitaman,” kata
salah seorang siswa menceritakan
hasil temuannya.
Salah satu air sumur yang juga diuji
ternyata kunyitnya juga berubah
warna kuning pekat. “Air sumur di
rumah saya, sepertinya terkontaminasi
limbah yang dekat rumah,” kata siswa
yang membawa air sumur tersebut.
Selanjutnya, secara berkelompok siswa
membuat laporan tentang apa yang
telah dilakukan dan hasil yang
diperoleh. “Dari hasil percobaan kami,
kunyit yang warnanya paling pekat
yaitu yang dimasukkan ke dalam air
deterjen, air comberan, air sumur 1,
dan air sungai. Sedangkan yang
dimasukkan ke dalam air mineral, air
gula, dan air garam warnanya hampir
tidak berubah. Kesimpulan kami
semakin air terkontaminasi, maka
warna kunyit semakin cepat berubah
dan warnanya semakin pekat,”
demikian presentasi salah satu
kelompok.
Dari kegiatan percobaan ini, saya
melihat siswa mampu mengembangkan kreativitasnya dan mampu
mengembangkan sikap ilmiahnya.Yang
terpenting adalah ciptakan suasana
belajar yang menyenangkan dan
berikan kebebasan kepada siswa untuk
mengekplorasi kemampuan dirinya
melalui percobaan-percobaan ilmiah
seperti ini.
“Saya senang belajar seperti ini. Kami
merasa seperti ilmuwan yang sedang
menguji air yang layak minum,” kata
Irma setelah melakukan percobaan.
Siswa menunjukkan laporan hasil percobaannya menggunakan kunyit. untuk menemukan air yang terkontaminasi.
Ilmu Pengetahuan Alam
19
Kulit jeruk yang dipasang sebagai tempat lampu.
SMPN 6 Sengkang, Sulawesi Selatan
Penemuan Kulit Jeruk
Sebagai Aroma Terapi
Penangkal Nyamuk,
Bawa Aanisah
Rahman Raih Juara
Remach CSC 2016
Pengharum ruangan buatan banyak
yang ditemukan oleh para peneliti
sebelumnya mengandung Phthalateks
yang dapat mengganggu sistem
reproduksi pada hewan. Seperti hasil
uji coba penelitian pada hewan
menunjukkan dampak terkena
phthalates menyebabkan penurunan
testeron, organ genital tidak berfungsi
baik dan kurangnya produksi sperma.
Sedangkan bahan pewangi alami dibuat
dari ekstrak bunga atau rempah
rempah dan sebagainya. Untuk bahan
pewangi buatan dengan menggunakan
senyawa ester tertentu. Ester adalah
senyawa hidrokarbon berupa zat cair
pada suhu kamar dengan aroma yang
sedap, contohnya isopentil asetat
untuk aroma pisang, n-oktil asetat
untuk aroma jeruk manis, dan metil
20
butirat untuk aroma apel dan
sebagainya.
Jeruk merupakan komoditas buahbuahan yang sangat populer setelah
pisang dan mangga di Indonesia. Pada
saat ini, kulit jeruk dibuang begitu saja
oleh masyarakat, merupakan sampah
yang tidak ada manfaat dan tidak
mempunyai nilai ekonomisnya. Namun
siswa SMPN 6 Sengkang, justru mengubah kulit jeruk menjadi aroma terapi
penangkal nyamuk. Praktik ini diawali
dari pembelajaran tentang bahan kimia
rumah tangga yang digunakan dalam
kehidupan sehari-hari.
Aanisah Rahman dan kawan-kawannya
kelas VIII terinspirasi untuk
memanfaatkan kulit jeruk alami dari
pada bahan buatan yang sebelumnya
dipelajari. Bapak Muhammad Arifai,
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
guru IPA membantu para siswanya
menggali potensi lain dari buah jeruk,
yaitu pemanfaatan kulit jeruk menjadi
pengharum ruangan. Karya ilmiah ini
diberi judul Aroma Terapi dari Kulit
Jeruk Sebagai Penangkal Nyamuk.
Pembelajaran dengan KD 5.1 Bahan
Kimia dalam kehidupan melalui
pendekatan saintifik yang berbasis
laboratorium. Tujuan pembelajaran
adalah memanfaatkan bahan kimia
alami dalam kehidupan sehari-hari,
siswa diarahkan guru melakukan
percobaan dengan menyiapkan satu
buah jeruk segar yang dibelah lalu
dipisahkan dengan pasinya.
Kemudian dilubangi bagian tengah
dengan diameter + 1 cm atau
disesuaikan dengan stand lampu yang
berkapasitas 5 watt. Untuk
memperindah tampilan karya ini,
diberi Carp (penutup) yang terbuat
dari balon yang dililit benang woll, agar
melengket dan menjadi kuat balon
dibalut dengan lem.
Pada saat bola lampu dihubungkan
dengan listrik bertegangan 220 Volt,
maka bola lampu akan panas yang
suhunya berkisar 40 derajat Celsius.
Hal ini akan memanaskan kulit jeruk
sehingga terjadinya penguapan
kandungan bahan-bahan yang ada
dalam kulit jeruk, terutama terpinen
4-ol sangat tidak disukai serangga
seperti nyamuk, sehingga diduga kulit
jeruk dapat menjadi obat anti nyamuk.
Dalam penelitian ini dicoba waktu satu
sampai empat hari, ternyata hari
pertama aroma jeruk terasa di
ruangan dan nyamuk hampir tidak ada,
yang biasanya pada malam hari banyak
sekali.
Pada hari kedua masih sangat signifikan terasa aroma terapi yang keluar
membuat ruangan harum aroma jeruk
dan nyamuk pun tidak ada.
Setelah hari ketiga reaksi aroma terasa mulai menurun, ini mungkin karena
kandungan citrum hampir habis menguap oleh panas lampu yang
mengeluarkan suhu kurang lebih 40oC.
Hari keempat kulit jeruk terlihat
mengerut. Kulit Jeruk sebagai anti
nyamuk memiliki potensi basar, karena
kandungan citrumnya yang khas sangat
tidak disukai oleh nyamuk. Kandungan
tersebut apabila diberi suhu panas
akan menguap sehingga ruangan dapat
beraroma citrum dan nyamuk pun
pergi. Namun penelitian ini belum
dapat membuktikan bahwa nyamuk
yang mencium bau citrum akan mati.
Walaupun demikian paling tidak aroma
jeruk ini tidak mengganggu pernafasan
dan ruangan terhindar dari nyamuk.
Hasil pembelajaran siswa ini diikutkan
dalam lomba CSC (Chemistry Smart
Challenge) tingkat Sulawesi Selatan dan
Barat di Universitas Hasanudin
Makassar dan berhasil meraih juara III
dari 120 peserta SMP.
Siswa membuat bola penutup dari benang wol yang dililitkan pada sebuah balon yang diberi lem untuk tempat lampu kulit jeruk.
Kemudian lampu jeruk ditutup dengan dengan balon dan diletakkan di ruangan sehingga menjadi lebih indah.
Ilmu Pengetahuan Alam
21
Media puzzle untuk belajar rumus
kimia sederhana.
MTsN 3 Medan, Sumatera Utara
Media Puzzle Menentukan
Rumus Kimia Secara Praktis
Oleh Khalida Agustina
Guru IPA MTsN 3 Medan
Setelah saya mengajarkan IPA kelas
VII dengan materi unsur dan rumus
kimia dengan metode ceramah, saya
melihat siswa sulit memahami materi
rumus kimia yang merupakan konsep
bersifat abstrak. Untuk itu saya
mengembangkan media berupa puzzle
pembelajaran untuk memudahkan
siswa memahami konsep penulisan
rumus kimia sederhana. Puzzle adalah
sejenis permainan yang dibuat dari
kertas kardus bekas seperti pada
gambar.
Keuntungan dari penggunaaan media
puzzle dalam pembelajaran penulisan
rumus kimia adalah 1) siswa dapat
menemukan cara yang relatif mudah
dalam menuliskan rumus kimia, 2)
siswa lebih cepat mengerti konsepkonsep kimia dalam penulisan rumus
kimia karena melakukan peragaan
langsung dan rumus yang diperoleh
merupakan hasil temuan sendiri dari
kombinasi media puzzle, 3) penggunaan
waktu lebih efektif dan efisien dalam
22
membimbing siswa untuk memahami
konsep-konsep penting dalam
penulisan rumus kimia, 4)
pembelajaran kimia terasa lebih
rekreatif dan menyenangkan.
Media puzzle dalam pembelajaran
penulisan rumus kimia terdiri dari dua
model yaitu model kation yang terdiri
dari kation positif satu, positif dua,
positif tiga, dan model anion yang
terdiri dari anion negatif satu, negatif
dua, dan negatif tiga. Media dapat
dibuat menggunakan bahan yang
murah dan mudah didapat seperti
kardus, sandal bekas, gabus, triplek dan
lain-lain.
Masing-masing model kation dan
anion dapat dibedakan dengan warna
misalnya warna merah untuk model
kation dan hijau untuk model anion.
Model kation memiliki tonjolan satu
untuk kation positif satu, tonjolan dua
untuk kation positif dua, dan tonjolan
tiga untuk kation positif tiga, masingmasing disebut model jantan.
Model anion memiliki lekukan satu
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
untuk anion negatif satu, lekukan dua
untuk anion negatif dua, dan lekukan
tiga untuk anion negatif tiga, masingmasing disebut model betina. Kombinasi antara model kation dengan
model anion, seperti yang diperlihatkan pada gambar.
Rumus kimia suatu zat menggambarkan komposisi dari partikel yang
menyusun zat tersebut dan dinyatakan
dengan lambang unsur-unsur atau
jumlah atom relatif unsur dari suatu
senyawa.
Rumus senyawa molekul (kovalen)
biner merupakan rumus senyawa yang
dibentuk melalui ikatan kovalen yang
hanya terdiri dari dua jenis unsur.
Untuk memudahkan menuliskan
rumus senyawa molekul biner unsur
yang terdapat lebih dahulu dalam
urutan berikut ditulis di depan: B – Si
– C – S – As – P – N – S – I – Br – Cl
– O – F.
Contoh rumus kimia Amonia ditulis
NH3 bukan H3N, H2O bukan OH2 dan
sebagainya. Rumus senyawa ion
adalah senyawa yang dibentuk melalui
ikatan ion antara kation (ion positif)
dan anion (ion negatif) dan ditentukan
oleh perbandingan muatan ion dan
anionnya.
Cara Menggunakan Media Puzzle
1. Lakukan kombinasi antara molekul
kation dengan model anion
seperti yang diperlihatkan pada
gambar di bawah ini :
K+
A-
2+
A
2-
3+
A
3-
K
K
Na
Na+
Na+
2+
2. Hasil kombinasi antara kation dan
anion seperti yang terlihat pada tabel
berikut :
A
KA
KA2
KA3
A
K2 A
KA
K2 A 3
3-
A
K3 A
KA3
KA
3. Kesimpulan dari kombinasi pada
tabel sebagai berikut :
n
Km+
+
m
An-
4. Contoh penggunaan puzzle
membentuk senyawa:
Cl
-
Dalam waktu singkat
siswa mampu menuliskan
100 rumus kimia dengan
menggunakan media puzzle tersebut.
Dalam kelompoknya siswa berbagi
menuliskan 100 rumus kimia tersebut
dengan jumlah anggota yang ada. Siswa
juga terlihat menikmati permainan
menyusun puzzle.
NaCl
KnAm
NO43-
PO43-
SO42- AsO43-
1
2
3
S2-
OH-
Br-
CrO4-
CN-
ClO4-
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
3+
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Ag+
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
Ca
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
K+
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
Mg
Al
2+
Kation/Anion
K+
K2K3-
+
laporan kegiatan siswa
berupa rumus kimia
sesuai tabel.
NaCl
5. Lengkapilah kombinasi kation
dengan anion no 1 s/d 100 Pada tabel
di bawah dengan rumus kimia dan beri
nama senyawanya, dalam hal ini
gunakan media puzzle! Hasil
pembelajaran dengan menggunakan
media puzzle dapat dilihat dari produk
K+
Satu set alat media pembelajaran
rumus kimia berjumlah 18 buah model
yang terdiri dari 9 buah model kation
(jantan) dan 9 buah model anion
(betina).
2-
Cl
A-
Model Kombinasi Kation dan Anion
-
+
3-
Cr
+
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
Ba2+
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
3+
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
NH4
Fe
Hasil pembelajaran dengan menggunakan media puzzle dapat dilihat dari produk
laporan kegiatan siswa berupa rumus kimia sesuai table. Dalam waktu singkat
siswa mampu menuliskan 100 rumus kimia dengan menggunakan media puzzle
tersebut. Dalam kelompoknya siswa berbagi menuliskan 100 rumus kimia dengan
jumlah anggota yang ada. Siswa juga terlihat menikmati permainan menyusun
puzzle sehingga pembelajaran tidak monoton tetapi menyenangkan.
Ilmu Pengetahuan Alam
23
SMP Al Azhar Medan, Sumatera Utara
Menentukan Besaran
dan Satuannya
Siswa menyiapkan laporan hasil percobaan.
Oleh Mevi Utami Nst,
Guru IPA SMP Al Azhar
Pembelajaran IPA kelas VII ini bertujuan mengidentifikasi dan mengelompokkan besaran pokok dan besaran
turunan dengan menggunakan satuan
internasional dalam pengukurannya,
kemudian mengonversikan satuan
panjang, massa, dan waktu secara
sederhana.
Agar siswa lebih mudah memahaminya,
siswa dibagi dalam kelompok, dan
diminta mengerjakan lembar kerja
yang berisi beberapa tugas, yang
tujuannya menentukan besaran
turunan. Adapun bahan yang harus
dipersiapkan adalah daun, millimeter
blok, air kemasan dalam 3 macam
ukuran, penggaris, gelas ukur, gula pasir,
pengaduk, dan pengukur waktu.
Tugas pertama adalah mengukur luas
daun. Daun diletakkan di bawah kertas
millimeterblok, siswa mengamati posisi
daun pada kertas milimeterblok
24
tersebut, dan menghitung jumlah
kotak yang berada di atas daun.
Hasilnya dicatat pada tabel.
Tugas kedua adalah mengubah satuan
volume ke dalam satuan lain. Mereka
mengamati label pada kemasan air
minum dan mencatat isi bersih air
pada masing-masing botol. Lalu siswa
menjumlahkan isi bersih ketiga botol
lengkap dengan satuannya. Satuannya
kemudian diubah menjadi liter.
Tugas ketiga adalah mengukur
kelarutan gula. Air dimasukkan pada
gelas ukur, pastikan air menunjukkan
ukuran 1 liter. Siswa mengukur gula
pasir sebanyak 30 gram, dimasukkan
ke dalam air, dan diaduk hingga larut.
Ulangi kegiatan yang sama dengan
menggunakan gula pasir sebanyak 40
gram. Siswa mencatat semua data
pengamatan dalam tabel data.
Tugas keempat adalah mengukur
denyut nadi teman. Salah seorang
siswa memegang tangan salah satu
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
teman kelompok untuk merasakan
denyut nadinya. Mereka menghitung
jumlah denyut nadi teman dalam
waktu 60 detik. Hasilnya dicatat dalam
tabel pengamatan, lalu siswa
menghitung frekuensi denyut nadinya.
Semua hasil pengamatan tersebut
ditulis dalam tabel di kertas karton
yang kemudian dipresentasikan ke
depan kelas. Kelompok lain memberi
tanggapan dan masukan.
Melalui keempat pengamatan yang
sudah dilakukan, siswa bisa mengenal
berbagai besaran yang ada dalam
kehidupan sehari-hari berikut dengan
satuannya. Siswa juga belajar tentang
mengonversikan volume air dengan
satuan lain, mengukur konsentrasi
larutan gula dengan mengubah satuan
liter dan gram menjadi kilogram per
meter kubik, dan mengukur denyut
nadi siswa dalam satu menit lalu
menghitungnya sebagai frekuensi
dalam satuan hertz.
Siswa memberi perlakuan pada tumbuhan putr i malu. Hasilnya mereka presentasikan di kelas.
MTsN Lamno, Aceh Jaya
Pelajari Gerak dan Perubahan
Tumbuhan dari Putri Malu
Oleh Nita Heriyati SPd
Guru IPA MTsN Lamno
Kami memanfaatkan lingkungan
sekolah yang luas dan terdapat banyak
tumbuhan putri malu sebagai media
pembelajaran IPA untuk melihat gerak
dan perubahan tumbuhan. Setelah
menjelaskan tujuan percobaan, siswa
diberikan bahan bacaan tentang gerak
pada tumbuhan agar siswa
mendapatkan pemahaman awal.
Setiap kelompok mendapatkan lembar
kerja, lilin, korek api, es batu, dan
pengukur waktu. Kemudian siswa
mencari tumbuhan putri malu yang
terdapat di halaman sekolah, Setiap
anggota kelompok diberi tanggung
jawab dan tugas masing-masing. Ada
siswa yang memegang pengukur
waktu dan menghitung reaksi
sentuhan, ada siswa yang bertugas
menyentuh putri malu dengan
menggunakan tangan, menggunakan
lilin dan es batu, serta ada siswa yang
bertugas mencatat hasil percobaan.
dengan menggunakan lilin. Semua
tahapan perlakuan ini dilakukan
sebanyak tiga kali. Mereka mengamati
dan mencatat kecepatan respons
tumbuhan putri malu terhadap rangsangan dengan pengukur waktu dan
proses kembalinya putri malu pada
posisi awal.
Setiap kelompok memberi perlakuan
pada putri malu dengan menyentuh
menggunakan ujung jari tangan pada
bagian atas daun, menyentuh
menggunakan ujung jari tangan pada
tangkai daun putri malu, memberikan
suhu dingin dengan cara mendekatkan
es batu di bawah permukaan daun,
dan memberikan rangsangan suhu
panas di bawah permukaan daun
Setiap kelompok mempresentasikan
hasil eksperimen yang dilanjutkan
dengan membuat laporan secara
individu. “Dari berbagai perlakuan yang
diberikan, bagian yang paling sensitif
adalah bagian daun,” kata salah seorang
siswa dalam presentasinya.
Ilmu Pengetahuan Alam
25
Siswa bermain menggunakan
telepon kabel yang terbuat dari
gelas plastik bekas air mineral
untuk menemukan bahan kabel
telepon terbaik yang mengantarkan
bunyi.
SMPN 2 Cihampelas Bandung, Jawa Barat
Bedakan Kualitas Gelombang Bunyi
Oleh Ading Rosidi
Fasilitator Daerah Bandung
Barat
peralatan praktikum, seperti gelas
plastik bekas air mineral, benang kasur,
benang layangan, tali kawat, paku kecil,
batang korek api, dan gunting.
Proses perambatan gelombang bunyi
merupakan sebuah konsep abstrak
walaupun merupakan fenomena yang
kerap ditemui dalam kehidupan seharihari. Konsep ini perlu dibelajarkan
dengan strategi dan model pembelajaran yang berbasis praktik, menarik,
dan mudah dipahami siswa. Atas dasar
itulah Ibu N. Reni SPd, guru IPA SMPN
2 Cihampelas Bandung Barat, membelajarkan konsep gelombang bunyi dengan mengajak siswa bermain menggunakan telepon kabel yang terbuat
dari gelas plastik bekas air mineral.
Mengawali pembelajaran, siswa diajak
mengamati suara ramai di sekitarnya
melalui pancaidra telinga sebagai alat
pendengar dan menghubungkannya
dengan kehidupan sehari-hari. Selanjutnya siswa mengamati demontrasi
guru dengan mendengarkan bunyi
kelereng yang digoyang-goyangkan
pada gelas yang berisi udara dan gelas
yang berisi air. Siswa diminta untuk
membandingkan bunyi yang didengar.
Siswa sebelumnya sudah dibagi dalam
beberapa kelompok yang beranggotakan empat orang perkelompok. Setiap
kelompok diberi tugas membawa
26
Guru membagikan sebuah artikel
tentang jenis-jenis telepon untuk
dibaca dan meminta siswa untuk
merumuskan beberapa pertanyaan
berkaitan dengan artikel yang
dibacanya. Dari beberapa pertanyaan
yang berhasil dituliskan siswa, guru
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
menggiring siswa memilih satu
pertanyaan untuk merumuskan
masalah. Caranya, guru mengajak siswa
memilih salah satu pertanyaan hasil
rumusannya, diambil satu pertanyaan
yang paling berkaitan dengan cepatrambat gelombang bunyi pada zat
padat. Siswa kemudian merumuskan
hipotesis, yaitu semakin rapat media
rambatan semakin baik kualitas bunyi.
Pada kegiatan inti, siswa bekerja dalam
kelompok untuk membuat telepon
mainan dari bahan-bahan yang telah
disiapkan. Setiap kelompok menyediakan enam buah gelas plastik bekas air
mineral. Gelas plastik lantas dilubangi
bagian bawahnya. Satu pasang gelas
dihubungkan dengan benang kasur,
sepasang lain dihubungkan dengan
benang layangan, dan dua buah lagi
dihubungkan dengan tali kawat. Setiap
tali penghubung yang digunakan
berukuran panjang empat meter.
Kegiatan pembelajaran dilanjutkan
dengan pengamatan untuk membuktikan apakah gelombang bunyi dapat
merambat pada berbagai jenis zat
padat. Kegiatan tersebut dilakukan
melalui permainan di lapangan sekolah.
kejelasan kalimat berantai yang
mereka dengar melalui telepon
mainan. Pada kelompok lain ada
beberapa pertanyaan berkaitan
dengan tali telpon mainan mana yang
paling jelas dalam mengantarkan bunyi.
Permainan ini diawali dengan pembagian peran setiap siswa dalam kelompok. Satu orang bertugas menjadi
pengirim pesan sementara siswa yang
lainnya bertugas sebagai penerima
pesan. Pengirim pesan menyampaikan
beberapa kalimat melalui gelas plastik
yang berfungsi sebagai pemancar
gelombang bunyi, sementara siswa
penerima pesan menempelkan
telinganya pada pesawat penerima
gelombang bunyi pada gelas plastik
yang lainnya, untuk mendengarkan
kalimat yang disampaikan oleh
pengirim pesan.
Berdasarkan hasil presentasi kelompok, siswa berkesimpulan bahwa
makin tinggi kerapatan media perambatan (zat padat) yang digunakan,
makin besar pula cepat rambatnya.
Dari tiga media perambatan bunyi
yang dugunakan pada telepon mainan
menghasilkan kualitas bunyi yang
berbeda, telepon mainan dengan tali
kawat menghasilkan bunyi yang paling
keras diikuti benang layangan dan
benang kasur. Hanya saja bunyi yang
dihasilkan pada telepon mainan
yang menggunakan kawat,
masih menyisakan pertanyaan
pada siswa, sebab walaupun
bunyi yang terdengar paling
keras, bunyinya kurang begitu
jelas karena berdengung.
Siswa yang bertugas sebagai penerima
pesan mencatat kalimat yang
disampaikan oleh pengirim pesan.
Permainan ini berlanjut sampai semua
jenis tali telepon mainan dicoba dan
semua anggota kelompok berbagi
peran baik sebagai pengirim maupun
sebagai penerima pesan.
Setelah selesai melakukan permainan,
pembelajaran kembali dilanjutkan di
dalam kelas. Siswa bekerja dalam
kelompok untuk mencatat data yang
diperoleh hasil pengamatan melalui
lembar kerja (LK) dan membahasnya
pada diskusi kelompok. Dalam diskusi
tersebut terlontar pertanyaan dari
beberapa siswa berkaitan dengan
membuktikan pendapat salah satu
siswa tadi. “Coba nanti bekerja
kelompok di rumah. Buatlah telepon
mainan dengan tali dari kawat yang
terbungkus isolatif dan bandingkan
kualitas bunyinya dengan kawat tanpa
isolatif,” kata Bu Reni.
Proses pembelajaran gelombang bunyi
ini ternyata dapat mengaktifkan
seluruh siswa. Ketika guru menanyakan
kepada siswa melalui refleksi di akhir
pembelajaran, hanya satu orang yang
menyatakan bahwa pembelajaran hari
ini membuat cape. 37 siswa lain
menyatakan menikmati, senang, dan
dapat memahami materi pembelajaran.
Guru kemudian melemparkan
masalah tersebut ke seluruh
anggota kelas. Salah seorang
siswa kemudian berpendapat,
karena kawat sangat sensitif,
udara dapat memengaruhi
kualitas bunyi yang terdengar.
Menurut siswa tersebut, bila
kawat dibungkus isolatif,
diperkirakan dengung itu akan
hilang.
Di akhir diskusi, Ibu Reni memberi
tantangan berupa tugas untuk
Perwakilan kelompok mempresentasikan
hasil laporannya.
Ilmu Pengetahuan Alam
27
Memanfaatkan lingkungan
sekolah dan barang bekas untuk
melakukan percobaan tentang
gelombang.
SMPN 3 Warungasem, Batang Jawa Tengah
Media Sederhana untuk
Memahami Konsep Gelombang
Oleh Aziz Chakim SPd
Guru IPA SMPN 3
Pembelajaran IPA tentang
gelombang oleh sebagian besar siswa
masih dianggap sebagai materi yang
sulit. Untuk itu diperlukan kreativitas
guru agar siswa termotivasi dan mudah
memahami meskipun kondisi sarana
laboratorium masih kurang. Sama
halnya kondisi sarana laboratorium IPA
di SMPN 3 Warungasem yang masih
minim.
Dalam pembelajaran tentang
28
gelombang, saya mencoba menggunakan barang bekas seperti koran dan
botol air mineral bekas untuk
membelajarkan siswa memahami dan
menentukan besaran-besaran pada
gelombang transversal, seperti
menentukan amplitudo, periode,
frekuensi, panjang gelombang, dan
cepat rambat gelombang.
1. Koran bekas yang disambung memanjang dengan menggunakan lem
2. Botol air mineral bekas yang
dilubangi pada ujung-ujungnya
3. Air yang diberi pewarna
4. Tali rafia
5. Tonggkat
6. Penggaris
7. Stopwatch
Dengan bimbingan guru, siswa
mempersiapkan alat dan bahan secara
kelompok sebelum kegiatan
percobaan. Adapun alat dan bahan
yang diperlukan sebagai berikut.
Setelah kegiatan pendahuluan selesai,
siswa secara bergantian dan
berkelompok melakukan percobaan
gelombang transversal di luar kelas.
Pada tahap ini diperlukan karakter
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
sikap kerja sama antar individu dalam
kelompok masing-masing. Ada siswa
yang bertugas menarik kertas koran,
ada yang mengayunkan botol air
mineral, ada yang memegang tongkat,
ada yang mengukur waktu perambatan
gelombang dengan stopwatch, serta
ada yang mengamati dan mencatat
data pengamatan.
Percobaan ini dilakukan dengan cara
menarik kertas koran yang telah
diletakkan di bawah botol air mineral
yang telah diisi air warna. Arah tarikan
kertas koran dengan arah ayunan
botol secara tegak lurus. Kemudian
waktu dari awal rambatan gelombang
sampai selesai diukur menggunakan
stopwatch.
Pola gelombang transversal yang
terbentuk di kertas koran, kemudian
dikeringkan atau diangin-anginkan
terlebih dahulu. Setelah itu dianalisis
untuk menentukan amplitudo,
periode, frekuensi, panjang gelombang,
dan cepat rambat gelombangnya.
Kegiatan percobaan dan analisis
dilakukan di luar kelas agar suasana
belajar menjadi lebih leluasa dan
menyenangkan. Sebelum menganalisis
pola gelombang di masing-masing
kelompok, guru memberikan contoh
terlebih dahulu agar tidak terjadi
miskonsepsi. Dari hasil analisis itu
digunakan sebagai dasar menjawab
beberapa pertanyaan yang ada pada
lembar kerja siswa.
Kemudian siswa mempresentasikan
hasil percobaan dan membuat laporan
secara individu. Dari hasil refleksi
siswa, siswa merasa sangat senang
melakukan percobaan gelombang
transversal dengan memanfaatkan
koran dan botol air mineral bekas yang
dilakukan di luar kelas. Siswa mudah
memahami dalam menentukan
amplitudo, periode, frekuensi, panjang
gelombang, dan cepat rambat
gelombang.
Siswa menarik kertas koran yang telah diletakkan di bawah botol air mineral yang telah diisi air warna. Arah tarikan kertas koran
dengan arah ayunan botol secara tegak lurus. Pola gelombang transversal yang terbentuk di kertas koran dianalisis untuk menentukan
amplitudo, periode, frekuensi, panjang gelombang, dan cepat rambat gelombangnya.
Ilmu Pengetahuan Alam
29
Siswa menggunakan batu bata untuk
membuktikan implementasi rumus
tekanan dalam kehidupan sehari-hari.
SMP Lab STKIP Muhammadiyah, Aceh
Menghitung Tekanan pada Tanah
Oleh Nurhazizah,
Guru IPA SMP Lab STKIP
Muhammadiyah
Pada materi menentukan hubungan
antara gaya, tekanan, dan luas bidang
percobaan, saya mengajak siswa kelas
VIII untuk melakukan percobaan
yang mempermudah pemahaman
mereka tentang materi tersebut.
Awalnya, saya menjelaskan pengaruh
tekanan dalam kehidupan sehari-hari,
misalnya sepatu siswa kebanyakan
cepat robek di bagian bawah tumit
dari pada di depan karena adanya
tekanan dari kaki. Lalu saya memberi
perbandingan antara pisau tajam
dengan pisau yang tumpul, serta
mengajak untuk mengamati pijakan
kaki ayam dan perbedaannya dengan
pijakan kaki itik.
30
Selanjutnya siswa dibagi dalam
beberapa kelompok untuk melakukan percobaan. Bahan yang disiapkan antara lain, tiga buah batu bata,
penggaris, dan pensil. Selanjutnya
siswa mencari media tanah gembur
di halaman sekolah dan membasahinya sehingga menjadi lumpur.
Setelah itu letakkan batu bata
dengan posisi yang berbeda di atas
tanah lumpur. Hitung besar tekanan
masing-masing batu bata dalam posisi yang berbeda dengan menggunakan penggaris. Hitung pula dalam
dan luasnya bidang yang mengalami
tekanan. Percobaan ini membuktikan bahwa besarnya tekanan
tergantung pada luas permukaan
bidang yang terkena tanah.
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
Rumusan tekanan batu bata
merupakan besarnya gaya tekan
dibagi luas bidang tekan batu bata,
dengan rumus P = F/A yaitu P
adalah tekanan, F yaitu gaya tekan,
dan A merupakan luas bidang.
Contoh lainnya adalah saat
menancapkan paku runcing lebih
mudah daripada paku yang tumpul.
“Hari ini kami dapat membuktikan
bahwa faktor yang mempengaruhi
tekanan adalah besarnya gaya tekan
dan luas bidang tekan. Makin luas
permukaan bidang tekan batu bata,
makin kecil tekanan yang dihasilkan.
Makin kecil luas permukaan bidang
tekan batu bata maka makin besar
tekanan yang dihasilkan bata bata
tersebut,” jelas Kamelia siswa kelas
VIII.
Siswa mewancarai petugas kantor pemantau gunung berapi dan mengamati Seismometer, alat pemantau aktivitas gunung berapi.
MTsN Janarata, Bener Meriah, Aceh
Belajar Aktivitas Pemantauan Gunung Berapi
Oleh Lasma Farida SAg
Guru IPA MTsN Janarata
Gunung Bumi Telong yang berjarak
sekitar 10 Km dari sekolah merupakan salah satu gunung api aktif di
Provinsi Aceh. Untuk mengurangi
resiko bencana terhadap masyarakat,
pemerintah mendirikan kantor
pemantauan gunung berapi. Dalam
materi tata surya sub bab gejala
penampakan alam pada siswa kelas IX
semester 2, saya membawa siswa
mengunjungi kantor pemantau gunung
berapi ini.
Saya membentuk siswa menjadi empat
kelompok kecil. Setiap kelompok
mendapat lembar kerja yang
memandu data yang perlu diambil,
seperti potensi bencana, penanggulangan bencana, dan dampak dari
adanya gunung berapi. Di lokasi, siswa
mengumpulkan data dengan metode
wawancara, pengamatan serta
membaca buku, dan data yang
dipajangkan di kantor pemantau
gunung tersebut.
Siswa dapat memperoleh langsung
informasi untuk persiapan menghadapi
letusan gunung berapi (siaga bencana)
sebagai upaya untuk menghindari atau
memper-kecil jumlah korban jiwa.
Siswa juga mengetahui proses yang
dilakukan untuk pengawasan atau
pemantauan gunung berapi serta
peralatan untuk pengawasan gunung.
Siswa juga mendapatkan penjelasan
dan dapat mengambil kesimpulan
tentang keterkaitan sumber air panas
dengan kesuburan tanah di sekitar
gunung. Siswa juga belajar tentang
bagian-bagian gunung berapi seperti
saluran magma di permukaan bumi
sehingga siswa dapat menjelaskan
pengaruh proses-proses yang terjadi
di lapisan litosfer terhadap perubahan
zat dan kalor.
“Kami jadi paham kesuburan tanah
pertanian kopi juga dampak dari
adanya gunung berapi di daerah ini.
Kami juga dapat mengetahui sumber
air panas yang membuktikan gunung
berapi tersebut masih aktif dan
kewajiban pemerintah memantau
gunung tersebut selama 24 jam,” kata
Deddy, salah seorang siswa.
Siswa lainnya mengakui lebih paham
bagaimana tanda-tanda gunung akan
meletus, bahayanya, dan upaya yang
harus dilakukan jika terjadi bencana.
Siswa juga bangga dapat memperoleh
pembelajaran tentang peralatan
pencatat gempa Seismometer dan
melihat cara kerjanya secara langsung.
Dari kunjungan ini, siswa menjadi lebih
terampil dalam melakukan
pengamatan dan menulis laporannya.
Ilmu Pengetahuan Alam
31
pencurian listrik dan setiap kelompok
membawa nota pembayaran listrik.
Mereka diminta mengamati dan
menjelaskan, apakah ada hubungan
pencurian listrik dengan pembayaran
listrik setiap bulan.
Siswa melakukan percobaan membuktikan hukum Archimedes dengan membuat
plastisin menjadi perahu dan diberi beban dengan kelereng.
SMPN 4 Lumajang, Jawa Timur
Kolaborasikan Pembelajaran Aktif
dan Literasi Sains
Oleh Rr Suindah Wijayanti SPd
MM Guru IPA SMPN 4 Lumajang
Saya berkomitmen menerapkan
pembelajaran aktif. Membuat siswa
belajar dengan aktif saya upayakan
dilakukan setiap hari. Saya juga sering
dibantu oleh paguyuban maupun siswa
untuk memenuhi kebutuhan alat dan
bahan dalam pembelajaran. Misalnya,
saat belajar tentang kelistrikan, siswa
kelas VIII saya ajak untuk belajar
menemukan kegiatan pencurian listrik
yang tanpa sengaja dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari.
Saya mengaitkan pembelajaran IPA
32
dengan konteks kehidupan sehari-hari
agar lebih bermakna. Kegiatan
pembelajaran juga saya kolaborasikan
dengan literasi sains sehingga sejalan
dengan gerakan budaya baca yang
diselenggarakan sekolah. Pada
pertemuan sebelumnya, setiap
kelompok diminta mencatat
pemakaian peralatan listrik di rumah
mereka secara umum seperti kulkas,
penanak nasi, mesin cuci, lampu, dan
charge ponsel. Mereka juga diminta
mencatat berapa jam pemakaian alatalat tersebut setiap harinya.
Diawali dengan menyajikan artikel
koran yang membahas tentang
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
Pembelajaran dilanjutkan dengan
menyajikan gambar meteran listrik
yang mengundang siswa untuk
mengajukan pertanyaan terkait
permasalahan pada meteran dan
rekening listrik tersebut. Beberapa
pertanyaan yang muncul antara lain
mengapa setiap rumah harus memiliki
meteran listrik? Apa sajakah yang
tertera pada meteran listrik? Apakah
sesuai penggunaan listrik dengan biaya
yang tertera pada rekening listrik?
Siswa kemudian merancang kegiatan
tersebut, yaitu:
(1) membaca daya listrik yang dipakai
pada alat-alat listrik di rumah,
(2) menentukan harga per kWh
rekening listrik,
(3) memasukkan data pengamatan
yang terdiri dari nama alat-alat
listrik, daya yang digunakan pada
alat-alat listrik, dan waktu
pemakaian alat-alat listrik dalam
satu hari,
(4) setelah data dikumpulkan dan
harga per kwh dapat ditentukan,
menghitung biaya yang harus
dibayarkan dalam satu bulan, (W=
P watt x t jam x 30 hari x harga
per kwh Rp ... ,-)
(5) dilanjutkan mengolah data hasil
kegiatan dengan membandingkan
hasil perhitungan rekening listrik
yang di bayar dengan biaya
sesungguhnya.
Siswa juga diminta mencari informasi
sebagai pendukung hasil percobaan
dari buku, internet dan narasumber
petugas PLN yang didatangkan sebagai
rujukan untuk menanyakan atau
mengkonfirmasi masalah tersebut.
Ternyata dari hasil perhitu-ngan siswa
tentang pemakaian listrik di rumah
masing-masing, sebagian besar
pemakaian listrik jauh lebih besar dari
pembayaran. “Saya menemukan selisih
pembayaran listrik sebesar dua puluh
enam ribu,” kata Irma, siswa kelas VIII.
Bahkan ada siswa yang menemukan
selisih lebih dari Rp 200.000 dari yang
harus dibayar.
Siswa lalu ditugaskan untuk menanyakan kepada petugas PLN terdekat
mengenai hasil temuan siswa. Ternyata
selisih perhitungan tersebut karena
ada subsidi dari pemerintah, tetapi ada
juga beberapa siswa yang mengakui
karena di rumahnya melakukan
pencurian listrik. Guru lalu memberi
siswa bahan bacaan tentang dampak
pencurian listrik dan subsidi listrik
dari pemerintah yang sangat besar.
Dengan bacaan tersebut siswa diminta
untuk merumuskan penyebab, dampak,
dan solusinya untuk memecahkan
permasalahan tersebut.
Implementasi Hukum
Archimides
Kegiatan pembelajaran IPA lainnya
yang saya ajarkan adalah penerapan
hukum Archimides. Saya mengajak
siswa melihat fenomena banyaknya
kapal yang tenggelam. Dengan
menggunakan mainan plastisin sebagai
kapalnya dan kelereng sebagai
penumpang, guru meminta siswa
membuktikan dan memecahkan
permasalahan adakah hubungan antara
volume kapal dan gaya apung pada
hukum Archimedes.
Kegiatan diawali dengan tugas siswa
yang diminta mencari informasi di
koran, internet, atau perpustakaan
terkait kejadian tenggelamnya kapal.
Dari informasi yang didapatkan oleh
siswa, kemudian siswa diminta
membuat pertanyaan tingkat tinggi,
misalnya: Apakah semakin banyak
penumpang menyebabkan kapal
tenggelam? Apakah yang menyebabkan
kapal tenggelam? Berapa seharusnya
berat beban penumpang agar kapal
tidak tenggelam?
di atas plastisin yang berbentuk kapal
tadi diletakkan kelereng satu persatu
hingga kapal dalam kondisi mengapung,
melayang, hingga tenggelam.
Banyaknya kelereng tadi kemudian
dicatat oleh siswa mulai kondisi
mengapung, melayang, hingga
tenggelam. Dari kegiatan terse-but,
siswa berhasil melakukan pengujian
hukum Archimides bahwa makin kecil
berat benda (pengurangan plastisin),
makin kecil pula tekanan benda
tersebut terhadap air, sehingga kapal
plastisin ter-sebut menjadi terapung.
Ketika 'kapal' tersebut ditambahi kelereng (analog bertambah penumpang),
maka tekanan kapal terhadap air
bertambah pula sehingga lama-lama
tenggelam.
Langkah lanjutan adalah siswa mulai
membuat kapal dengan plastisin.
Sebelum dibuat kapal, plastisin
ditimbang dulu, lalu dimasukkan ke
dalam ember berisi air. Awal mula
plastisin berbentuk kapal tersebut
tenggelam karena terlalu berat. Siswa
kemudian mengurangi berat plastisin,
begitu seterusnya hingga plastisin
tersebut bisa mengapung. Selanjutnya
Laporan siswa menghitung biaya selisih
rekening listrik.
Ilmu Pengetahuan Alam
33
Ibu Nurhidayati mendampingi
siswa melakukan uji amilum.
SMPN 1 Kemlagi, Mojokerto, Jawa Timur
Uji Kandungan Amilum di Selembar Daun
Daun merupakan bagian tumbuhan
yang mengandung klorofil atau zat
hijau. Fungsi utamanya menangkap
energi cahaya matahari untuk
fotosintesis yang menghasilkan amilum
atau tepung.
Siswa kelas VIII SMPN 1 Kemlagi,
Mojokerto, mengetahui hal tersebut
dari paparan di buku pelajaran pada
pelajaran tentang Struktur dan Fungsi
Jaringan Tumbuhan serta Pemanfaatannya dalam Teknologi, subtema
Struktur dan Fungsi Jaringan Daun.
Nurhidayati, guru IPA, mempunyai cara
lain agar siswa bertambah wawasannya
dengan mengajak mereka melakukan
percobaan untuk mengetahui hasil
fotosintesis secara kasat mata.
Guru bertanya kepada siswa dari mana
manusia memperoleh makanan pada
kegiatan pendahuluan. “Tumbuhan dan
34
hewan, Bu,” jawab siswa.
cadangan makanan,” imbuhnya.
“Nah, begitu pula dengan tumbuhan,
mereka juga memerlukan makanan.
Bagaimana tumbuhan memperoleh
makanannya?” tanya guru kembali.
Sebagian siswa menjawab dari hasil
fotosintesis. Dari jawaban ini, Ibu
Nurhidayati kemudian menerangkan
apa sebenarnya fotosintesis itu.
Bu Nurhidayati membagi siswa yang
berjumlah 32 orang menjadi delapan
kelompok. Setiap kelompok terdiri
dari empat siswa. Percobaan IPA ini
dilaksanakan di laboratorium. Bahan
dan peralatan yang dibutuhkan antara
lain daun, alkohol, larutan lugol atau
iodium, kertas tisu, korek api, dan alat
laboratorium (pembakar bunsen,
pipet, tabung reaksi, cawan petri,
penjepit).
Fotosintesis adalah suatu proses
pembuatan energi atau zat makanan
yang berlangsung dengan adanya
cahaya matahari pada tumbuhan yang
mengandung klorofil. Percobaan Sachs
yang ditemukan ilmuwan asal Jerman,
Julius von Sachs, diterapkan oleh Ibu
Nurhidayati untuk membuktikan
bahwa daun yang berfotosintesis
menghasilkan amilum atau tepung.
“Amilum ini disimpan oleh tumbuhan
hijau dan akan digunakan sebagai zat
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
Daun yang digunakan ini telah
disiapkan oleh para siswa sendiri
sesuai dengan tugas yang diberikan
oleh guru pada pertemuan
sebelumnya. Setiap siswa untuk
membawa daun berwarna hijau yang
diperlakukan dalam dua cara. Pertama,
separo bagian daun ditutup dengan
aluminium foil dan dibiarkan selama 6-
12 jam. Kedua, daun dibiarkan tanpa
dibungkus apapun.
bertujuan untuk melarutkan klorofil
sehingga warna daun agak pucat.
Setelah menerima lembar kerja siswa
dan urutan langkah percobaan dari
guru, siswa melakukan percobaan
bersama kelompoknya. Guru
mendampingi dan memberikan arahan
jika ada siswa yang merasa kesulitan.
Daun yang ditutup dengan aluminium
foil dan yang tidak dibungkus apapun
dimasukkan ke dalam air yang sudah
mendidih. Daun direbus hingga layu
selama 13 menit untuk mematikan selsel daun. Setelah itu, daun diambil dan
ditiriskan lalu dimasukkan ke dalam
cairan alkohol pada tabung reaksi.
Pencelupan ke dalam alkohol
Selanjutnya, tabung reaksi berisi
alkohol dan daun dimasukkan ke
dalam air panas hingga warna alkohol
menjadi hijau tua dan warna daun
menjadi hijau muda. Lalu, daun diambil
dan dicuci dengan air bersih. Daun
kemudian diletakkan di cawan petri
dan ditetesi lugol atau iodium. Siswa
ditugasi mengamati perubahan yang
terjadi pada bagian daun yang tidak
ditutup dan ditutup aluminium foil.
“Coba amati bagaimana warnanya
sebelum dan sesudah diuji memakai
larutan lugol,” seru Bu Nurhidayati.
“Wah, berubah bu. Ada yang warnanya
berubah menjadi kehitaman,” jawab
Rossa Ahmelia, salah seorang siswi.
Daun yang mana yang berubah
warnanya setelah ditetesi iodium?
“Daun yang tidak ditutup aluminium
foil. Warna kehitaman adalah tanda
adanya kandungan amilum. Ini
menandakan bahwa proses fotosintesis
membutuhkan cahaya matahari,”
terang Firma Nuril Lailiyah.
Kegiatan ini mendorong siswa menjadi
lebih aktif dengan melakukan
percobaan langsung bersama teman
sekelas untuk membuktikan hasil
fotosintesis adalah amilum dan bahwa
proses fotosintesis memerlukan
cahaya matahari.
Uji amilum daun: Daun dibungkus alumunium foil dan dibiarkan minimal enam jam, daun direbus dengan air, daun ditetesi iodium
untuk membuktikan perbedaan daun yang dibungkus dan tidak.
Ilmu Pengetahuan Alam
35
Laporan siswa hasil
pengamatan gerak pada
hewan.
SMPN 2 Cilegon, Banten
Ciptakan Gaya Belajar
5M Agar Siswa Punya
Keterampilan
Informasi
Usai mendapatkan pelatihan modul 3
USAID PRIORITAS, saya langsung
menerapkannya di kelas VIIIH SMPN 2
Cilegon. Salah satu yang saya terapkan
adalah ketrampilan informasi yang
diperlukan oleh siswa agar siswa
mampu menuliskan pengalaman
praktik pembelajaran yang
diperolehnya. Meski implementasi
ketrampilan informasi serupa seperti
yang disampaikan dalam kurikulum
2013 namun faktanya tidak semua
siswa terampil dalam menulis. Melalui
metode 5M yakni mengamati, menanya,
menggali informasi, mengasosiasi dan
mengkomunikasi, siswa diharapkan
36
memiliki ketrampilan informasi.
Menurut saya, keterampilan informasi
perlu bagi siswa terutama dalam mata
pelajaran IPA yang saya ampu. Siswa
yang saya ajar terbiasa menuliskan
laporan percobaan dengan dua hingga
tiga kalimat. Padahal jika setiap siswa
mampu mendeskripsikan dengan
lengkap sesuai pemahamannya maka
saya akan mendapatkan varian laporan
tertulis individual yang menarik dibaca.
Laporan tertulis ini juga membantu
saya sebagai guru untuk mengukur
pemahaman siswa terkait topik
pembelajaran yang saya ajarkan.
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
Saya membagi siswa menjadi enam
kelompok untuk mengamati gerak
hewan yakni kuda, lumba-lumba, elang,
rusa, gajah dan kera. Setiap kelompok
membaca dokumen tentang hewan di
internet dan buku siswa. Selain itu,
saya menyiapkan video yang diunduh
dari youtube tentang gerak hewan
sehingga siswa juga bisa menonton di
laptop yang sudah disediakan.
Agar diskusi berjalan optimal di setiap
kelompok siswa, saya meminta mereka
memilih satu yang menjadi pemimpin
diskusi yang disebut ketua kelompok.
Siswa pun memulai diskusi
berdasarkan lembar kerja yang saya
berikan. Ada beberapa pertanyaan
untuk memandu diskusi tersebut,
seperti:
1. Apa hewan yang diamati dalam
kelompok?
2. Mengapa hewan tersebut
bergerak?
3. Gerak apa saja yang dilakukan
hewan tersebut?
4. Bagaimana cara hewan tersebut
bergerak?
Melalui diskusi siswa diharapkan dapat
mengolah informasi yang diperoleh
dari dokumen internet, video youtube
dan buku siswa. Jawaban kelompok
ditulis dalam karya kreativitas
kelompok. Setelah waktu diskusi
dalam kelompok cukup, saya meminta
siswa berperan sebagai “tamu” untuk
mencari informasi dari kelompok lain
sebagai sedangkan ketua kelompok
tetap diam karena berperan sebagai
“tuan rumah”.
Seluruh “tamu” menuliskan hasil
kunjungannya sedangkan “tuan rumah”
bertugas menjelaskan setiap tamu
yang datang dan bertanya. Usai
berkunjung antar kelompok, siswa
yang berperan sebagai “tamu”
menyampaikan hasil kunjungan kepada
ketua kelompok. Hasil akhir kelompok
berupa laporan tertulis yang menarik.
Dari berbagai sumber seperti internet,
buku bacaan dan kunjungan kelompok
maka siswa menuliskan
pemahamannya mengenai gerak
hewan yang berbeda-beda di setiap
kelompok.
Ternyata meski semua siswa
mengamati gerak hewan tetapi setiap
siswa memiliki keunikan dalam
menyampaikan informasi seperti
penyusunan kalimat, teknik
pengolahan informasi, kedalaman isi
materi gerak hewan hingga
ketrampilan relevansi temuan dengan
hasil yang ditulis.
Sebagai contoh, satu siswa
menceritakan gerak hewan ular
karena bentuk tulangnya sedangkan
siswa lain menceritakan berbagai
gerak hewan lumba-lumba dan cara
melakukannya di laut. Kedalaman
informasi juga terlihat bahwa siswa
tidak hanya menceritakan hewan yang
bergerak tetapi siswa dapat
menyebutkan berbagai istilah yang
ditemukan.
Laporan kelompok ini menjadi
dokumen penilaian bagi saya sebagai
guru. Akhirnya saya menemukan satu
kemampuan lagi bagi siswa untuk
mengolah informasi menjadi 6 M, yakni
Mengkreasi. Mengkreasi dimaksudkan
bahwa siswa mampu menciptakan gaya
belajar sendiri untuk memahami
pembelajaran.
Siswa didampingi guru menunjukkan laporan mengamati gerak hewan melalui video.
Ilmu Pengetahuan Alam
37
Siswa melakukan pengamatan
pada area 1x1m, di antaranya
untuk mendapatkan data
jumlah tumbuhan dan serangga
yang ada dalam area
pengamatan.
SMPN 1 Susoh, Aceh Barat Daya
Belajar Ekosistem Rumput di Lingkungan Sekolah
Oleh Najjar Elisaputra SPd
Guru IPA SMPN 1 Susoh
Lingkungan sekitar sekolah
merupakan media dan sumber belajar
yang bagus bagi siswa untuk
mengamati sebuah ekosistem. Kali ini
siswa kelas VII akan mengamati
ekosistem rumput. Setelah guru
menjelaskan tujuan dan materi
pembelajaran, guru memandu siswa
tentang tugas yang akan dikerjakan
pada saat nanti di lapangan.
Tujuan pembelajaran ini yaitu siswa
mampu mengelompokkan produsen
dan konsumen dalam satu ekosistem,
termasuk rantai makanannya.
38
Ekosistem padang rumput digolongkan sebagai salah satu kelompok
ekosistem daratan yang terbentuk
secara alamiah dan memiliki beberapa
ciri-ciri khas di antaranya curah hujan
yang sangat terbatas dan juga tidak
merata.
Dalam kegiatan pengamatan
ekosistem di padang rumput ini siswa
melakukan tahapan berikut:
1.
Siswa bekerja dalam kelompok
yang berjumlah 4-5 orang.
2.
Menyiapkan tali plastik, kayu
pancang sebanyak 4 batang
dengan ukuran 20 cm, gunting,
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
meteran, dan alat tulis
3.
Siswa melakukan pengamatan
pada lapangan rumput pada
lingkungan sekitar sekolah
dengan membatasi lingkungan
pengamatan sebesar 1x1 meter
dengan memberi batasan tali
platik beserta tiang pancang.
4.
Pengamatan awal dilakukan untuk
melihat padang rumput yang juga
dihuni beberapa jenis tumbuhan,
hanya saja oleh karena
keberadaan rumput yang paling
dominan sehingga ia disebut
Padang Rumput.
5.
Siswa juga mengukur panjang
rumput dan mengamati binatang
apa saja yang ada pada area
pengamatan. Pengamatan lanjutan
dilakukan sebulan setelah
pengamatan awal.
Pada akhir pengamatan kedua, hasil
pengamatan awal dan akhir dipresentasikan di kelas. Siswa memaparkan
hasil pengamatan mereka dan perubahan area amatan. Siswa mendiskusikan hasil amatanya, antara lain jumlah
populasi tumbuhan dan hewan
(serangga) yang ada dalam area amatan, rantai makanan, kondisi tanah, dll.
Sebagian besar siswa menemukan
bahwa tumbuhan sukar untuk
mengambil dan mengolah air sehingga
menyulitkan untuk tumbuh menjadi
pohon. Tanaman yang tumbuh di
wilayah padang rumput juga terbatas.
“Sangat seru dan menyenangkan dapat
belajar di luar kelas, Kami dapat
belajar langsung apa saja yang terdapat
di dalam ekosistem padang rumput
secara berkala,” kata Afrilia, siswa
kelas VII SMPN 1 Susoh usai
pembelajaran.
Setelah melakukan pengamatan, siswa mendiskusikan hasil pengamatan
mereka di kelas dan membuat laporannya.
Ilmu Pengetahuan Alam
39
Siswa sedang mengamati
pertumbuhan tanaman kacang
hijau dan menuliskan hasilnya
pada lembar pengamatan.
MTsN Janarata, Bener Meriah, Aceh
Jadi Peneliti dengan Mengamati
Pertumbuhan Tanaman Kacang Hijau
Oleh Lasma Farida SAg
Guru IPA MTsN Janarata
Untuk membangkitkan minat siswa
menjadi seorang peneliti, hal ini dapat
dilakukan melalui pembelajaran.
Misalnya, melalui pembelajaran IPA
yang saya asuh dengan materi
perkembangbiakan generatif.
Saya mengajak siswa melakukan
penelitian dengan judul “Mengamati
Panjang Akar dan Batang Kacang Hijau
Selama 4 Hari”. Tujuan pembelajarannya yaitu siswa dapat mendeskripsikan
hubungan pertambahan panjang akar
dan batang tanaman kacang hijau
40
selama 4 hari, sehingga memudahkan
siswa mengetahui perkembangbiakan
generatif secara cepat. Harapannya,
siswa dapat memahami keberlangsungan hidup suatu tanaman dengan
cara mengintentifikasi melalui adaptasi,
seleksi alam, dan perkembangbiakan.
Siswa secara langsung dapat melihat
pengaruh cahaya matahari dalam
proses pertumbuhan dan perkembangan kacang hijau. Mereka juga
dapat mengetahui manfaat barang
bekas sebagai media pembelajaran dan
sekaligus membentuk karakter siswa
yang bertanggung jawab, sabar, teliti,
serta bekerja sama.
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
Pada langkah awal, siswa menanam biji
kacang hijau dalam gelas air minum
kemasan bekas yang sekelilingnya
diberi lubang kecil dengan label nama
peneliti (kelompok), jumlah bibit, nama
bibit, media, tanggal pembibitan. Lalu
diberi tanda dengan menggunakan
penggaris untuk mengetahui
ukurannya. Lima gelas bibit yang
ditanam per kelompok ditempatkan
pada ruang terbuka sehingga
memperoleh cahaya matahari dan
terlindungi.
Selanjutnya, siswa menyiapkan lembar
tabel pengamatan dengan
menyantumkan nomor dan tanggal,
pengamatan panjang akar (mm/cm),
pengamatan panjang batang (mm/cm),
perkembangan akar, perkembangan
batang, dan perkembangan daun.
Selama 4 hari tabel pengamatan diisi
sesuai dengan apa yang diamati dari
tanaman tersebut. Banyak hal yang
positif dari penelitian ini. Di antaranya,
salah seorang siswa mengungkapkan
rasa keingintahuannya. “Setiap pagi hari
setiba di sekolah, kami sangat bersemangat untuk melihat pertumbuhan
tanaman kami. Hasilnya kami tulis pada
tabel pengamatan dan melakukan
penyiraman,” kata Safriani.
mencintai tanaman dan sadar akan
lingkungan sekitar,” kata Adi, salah
seorang siswa.
Sebagai daerah pertanian dan salah
satu penghasil kopi terbaik di dunia,
saya berharap siswa akan melanjutkan
tradisi menjadi peneliti ini, sehingga
mereka dapat menciptakan
perkembangbiakan generatif kopi yang
menjadi andalan daerah kami. Sebagai
langkah awal, setiap kelompok diberi
tugas menanam bibit kopi dan melihat
perkembangannya selama satu tahun.
Keingintahuan siswa dalam proses
perkembangbiakan generatif ini
terjawab langsung dengan hasil riset
mereka, bukan hanya membaca dan
melihat pada buku teks saja. Siswa
dapat melihat dan menjawab langsung
mengapa gelas bibit harus diberi
lubang, bagaimana hubungan akar,
batang dan daun, berapa hari
tumbuhan membutuhkan waktu untuk
tumbuh, ketika tumbuh bagaimana
posisi akar, dalam waktu berapa hari
akar dan daun mulai terlihat, berapa
hari akar dan batang sama panjang,
kapan akar lebih panjang dan
sebaliknya.
Semua hasil temuan siswa ini,
dipresentasikan di depan kelas.
Mereka sadari ternyata terjadi
kompetisi dalam perkembangbiakan
sebuat tanaman dalam satu wadah.
“Ternyata tidak semua bibit yang
disemai akan hidup. Kami jadi
Siswa juga merawat tanaman kacang hijau yang mereka tanam dengan menyiraminya.
Ilmu Pengetahuan Alam
41
Bahan uji sari buah-buahan yang sudah
ditetesi iodine, ternyata hasilnya sari
buah jambu biji yang paling jernih. Hal ini
menunjukkan jambu biji adalah buah
yang memiliki kandungan vitamin c
paling tinggi, bahkan dibandingkan
dengan minuman yang mengandung
vitamin c sekalipun.
SMPN 2 Stabat, Langkat, Sumatera Utara
Menguji Kadar Vitamin C dari Buah-buahan
Oleh Sari Khairati SPd MPd
Fasilitator Daerah Stabat
Asam askorbat atau yang dikenal
dengan nama vitamin C sangat penting
dalam komposisi makanan manusia.
Vitamin ini membantu tubuh
membentuk jaringan ikat, tulang, gigi,
dinding pembuluh darah, dan
membantu tubuh dalam asimilasi zat
besi dan asam amino.
Anak-anak dan orang dewasa harus
mengetahui mengapa mereka harus
memilih makanan yang kaya vitamin C,
bukan "makanan sampah" yang harus
mereka nikmati. Namun sayangnya,
banyak di antara kita tidak mengetahui
makanan atau buah apa yang memiliki
kandungan vitamin C yang tinggi.
Di pagi yang cerah itu, Bapak Rahim,
guru IPA SMPN 1 Padang Tualang,
42
mengajak siswa kelas VII melakukan
percobaan untuk menyelidiki
kandungan vitamin C pada bahan
makanan. Biasanya pembelajaran ini
tidak dilakukan dengan praktikum,
namun muncul ide untuk menguji
vitamin C pada buah-buahan agar
siswa mengetahui buah-buahan yang
memiliki kadar vitamin C yang paling
tinggi dan manfaatnya bagi kesehatan.
Dalam pembelajaran ini diperlukan
berbagai alat yaitu tabung reaksi
(wadah), rak tabung reaksi untuk
tempat untuk meletakkan wadah,
pipet tetes, blender, dan gelas ukur.
Sedangkan bahan percobaannya yaitu
jeruk, belimbing wuluh, nenas, jambu
biji, apel, minuman yang mengandung
vitamin C, dan obat anti septik yang
mengandung iodine.
Sebelumnya, guru sudah menugaskan
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
kepada siswa untuk memblender
buah-buahan tersebut kemudian
disaring dan dimasukkan ke dalam
plastik-plastik kecil untuk dibawa ke
sekolah.
Cara kerjanya sebagai berikut:
1. Masukkan ekstrak buah ke dalam
masing-masing wadah.
2. Campurkan air 10 ml dan 10 tetes
iodine dalam 6 wadah dan beri label
masing-masing sesuai dengan jenis sari
buah yang akan dimasukkannya.
3. Dengan menggunakan pipet tetes,
teteskan minuman bervitamin C ke
dalam tabung reaksi (wadah) larutan
iodine yang sudah disiapkan
sebelumnya sampai warna iodine
hilang (jernih) dan catat berapa tetes
larutan vitamin C yang diperlukan
untuk menetralkan larutan iodine
tersebut.
4. Dengan menggunakan cara yang
sama, ujilah berbagai ekstrak sari buah
yang telah dibuat, misalnya ekstrak
jambu biji diteteskan pada larutan
betadine hingga warna larutan
betadine hilang (jernih). Catat berapa
tetes larutan ekstrak jambu biji
diteteskan.
5. Kemudian catat hasil pengamatan
pada tabel.
mempresentasikannya. “Dari hasil
praktikum kami, jambu biji yang
memiliki kadar vitamin C yang paling
tinggi dibanding buah-buahan lain yang
diuji. Hanya sedikit jumlah tetesan
ekstrak jambu biji pada larutan iodine
agar warna larutan iodone menjadi
jernih. Ini menunjukkan bahwa jambu
biji memiliki kadar vitamin C yang
paling tinggi dibandingkan dengan
buah-buahan yang lain,” kata salah satu
kelompok dalam presentasinya.
Setelah selesai melakukan percobaan
siswa membuat laporan dan
Siswa di kelompok yang didampingi guru, sedang menguji kandungan vitamin c dalam buah-buahan dan
mempresentasikan hasil laporannya.
Ilmu Pengetahuan Alam
43
Siswa sedang mengamati rayap yang
hidup di sekitar sekolah.
SMPN 1 Watang Pulu Sidrap, Sulawesi Selatan
Belajar dari Rayap
Oleh Ida Herlina HS Pd
Guru SMPN 1 Watang Pulu
Rayap adalah sejenis serangga yang
masih berkerabat dengan semut sehingga biasa juga disebut semut putih.
Rayap biasa juga disebut serangga
sosial, Mengapa dan bagaimana
kehidupan rayap yang sesungguhnya?
Agar siswa lebih tertarik lagi
mempelajari rayap maka siswa dibawa
langsung ke media riilnya yaitu ke
kehidupan rayap yang ada di lingkungan
sekolah.
Kompetensi dasar yang akan dicapai
pada siswa khususnya siswa kelas IX
dalam mata pelajaran IPA materi
semester ganjil adalah siswa mampu
mendeskripsikan bentuk-bentuk
44
adaptasi makhluk hidup untuk
mempertahankan kelangsungan
hidupnya. Untuk mencapai kompetensi
tersebut saya menggunakan media
alam khususnya rayap yang banyak
hidup di lingkungan sekolah sebagai
bahan pengamatan dan penyelidikan
secara langsung.
Guru terlebih dulu menyiapkan
lembar kegiatan (LK) yang berisi apa
saja tujuan yang akan dicapai oleh
siswa selama pengamatan seperti
bagaimana rayap itu berkembang biak,
bagaimana cara rayap hidup
berkelompok, bagaimana rayap makan,
bagaimana rayap membangun
sarangnya, bagaimana rayap
menghindar dari pemangsanya dan
lain-lain yang mungkin didapatkan dari
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
hasil pengamatan siswa. Siswa
kemudian dibagi dalam beberapa
kelompok dan selanjutnya siswa
dibawa langsung ke lapangan.
Setiap kelompok menempati tempattempat pengamatan yang berbeda, ada
yang mengamati kehidupan rayap di
pohon, di tumpukan kayu yang ada di
gudang, di bangunan di belakang kelas,
dan lain-lain.
Setelah itu siswa kembali ke kelas
untuk mendiskusikan secara bersama
hasil pengamatannya. Setelah setiap
kelompok mempresentasikan laporan
hasil pengamatannya disimpulkan
beberapa fakta unik yang menyangkut
kehidupan rayap:
1. Rayap hampir sama dengan semut
tapi tubuh rayap lebih lunak dan
pinggangnya agak lebar serta
warnanya agak keputihan.
2. Rayap membangun rumahnya
dengan menggunakan lumpur atau
tanah dengan bantuan air liurnya,
selain itu rayap menbuat
terowongan untuk mencapai
sarangnya agar dia tak terlihat dan
terlindung dari pemangsanya.
3. Rayap walaupun tubuhnya sangat
kecil tapi dapat menghancurkan
bangunan terutama kayu dan bukubuku dengan menggunakan enzim
sellulosa
4. Rayap dewasa memdapatkan enzim
sellulosa dengan cara memakan
kembali kulitnya yang mengelupas
yang mengandung flagellata yang
menjadi sumber enzim sellulosa
dan bagi bayi rayap cara
mendapatkan enzim sellulosa
dengan menjilati dubur induknya.
Dengan kegiatan
pembelajaran langsung ini
siswa nampak senang dan
bersemangat apalagi
belajarnya di lingkungan
terbuka di halaman sekolah
karena terkadang belajar di
kelas dapat menimbulkan
rasa bosan kepada siswa.
Di akhir pembelajaran guru
memberi penghargaan
kepada kelompok siswa
yang kinerjanya bagus dan
dilakukan refleksi ternyata
semua siswa meminta
untuk untuk mengulang
cara belajar ini pada
pertemuan selanjutnya
dengan menyelidiki
kehidupan semut ranrang,
bunga kamboja dan lainlain.
5. Rayap berkembang biak dengan
cara bertelur yang dihasilkan oleh
ratu rayap dengan menghasilkan
puluhan ribu telur dalam sehari
6. Rayap hidup secara berkelompok
dengan jumlah bisa mencapai ribuan
dalam satu kelompok, dan memiliki
kerjasama yang tinggi dan patut
ditiru oleh manusia.
7. Karena kelakuan rayap yang sering
merusak maka rayap dianggap hama
oleh manusia.
Hasil pengamatan siswa
yang ditulis oada lembar
kerja.
Ilmu Pengetahuan Alam
45
Siswa memeragakan cara
kerja alat pengubah
sampah plastik menjadi
bahan bakar cair.
SMPN 2 Singaparna, Tasikmalaya, Jawa Barat
Kembangkan Alat Pengubah Sampah Plastik
Menjadi Bahan Bakar Cair
Horee…… seru anak-anak sambil
membawa satu alat yang mereka
hasilkan selepas mengikuti pembelajaran IPA. Teriakan siswa meluapkan
kegembiraannya karena berhasil
menciptakan alat berharga yang
berfungsi membuat bahan bakar cair
dari sampah plastik. Alat tersebut
terbuat dari barang-barang bekas.
Ide itu terlahir saat guru mengajak
anak-anak brainstorming tentang
masalah sampah yang terjadi di
Tasikmalaya. “Anak-anak, Tasik adalah
kota resik dan bersih. Tetapi hari ini,
kota kita tercinta ini sudah tidak
menandakan slogan tersebut gara-gara
sampah yang berserakan. Coba kalian
46
amati, sepanjang perjalanan kalian dari
rumah menuju sekolah. Adakah
sampah-sampah yang berserakan?”
Serempak anak-anak menjawab,
“Adaa…” “Apa ide kalian untuk
mengatasi persoalan sampah?”
Itulah dialog guru dan siswa saat
melakukan apersepsi pada awal
pembelajaran IPA kali itu. Siswa lalu
mengidentifikasi sampah basah dan
kering, sampah berjenis plastik dan
bukan plastik. Dari dialog yang singkat
tapi mengena tersebut, siswa
tertantang melahirkan ide kreatif
untuk mengolah sampah plastik
menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi
kehidupan.
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
Disepakati mereka akan membuat
sampah plastik menjadi bahan bakar
cair. Alat tersebut dapat membantu
mengurangi jumlah sampah plastik dan
akan mendatangkan manfaat besar.
Guru memberikan bimbingan kepada
siswa dalam proses pembuatannya.
“Ayo anak-anak, kita mulai identifikasi
bahan yang diperlukan ya,” ujar guru.
Bahan-bahan yang diperlukan antara
lain kaleng bertutup (1 buah), botol
bekas air mineral ukuran 2 liter (2
buah ), pipa alumunium diameter 1 cm
(1m), selang plastik diameter 1 cm
(1m), sumbat karet, kawat (1 m), dan
lem plastik baja.
Siswa dibagi beberapa kelompok.
Setiap kelompok bekerja sama
melakukan tahapan sebagai berikut:
 Siapkan semua alat dan bahan.
Perhatikan gambar di bawah;

gambar. Rekatkan dengan lem
plastik baja;
Sambungkan selang (6) pada pipa
alumunium, dihubungkan dengan
sumbat karet yang dilubangi (5);









Lubangi bagian pinggir kaleng (1)
seukuran diameter pipa (2);
Lubangi botol bekas air mineral
(3) di kedua ujung (tutup dan alas)
seukuran diameter pipa. Botol ini
akan difungsikan sebagai
pendingin;
Lubangi botol bekas air mineral
(3) di satu sisi dengan diameter
seukuran leher botol (4);
Lubangi sisi lain dengan diameter
0,5 cm (8);
Belah botol bekas air mineral
kedua menjadi 2 bagian. Bagian 1
sebagai corong (4), bagian 2
sebagai penampung bahan bakar
yang dihasilkan (7);
Rakit semua bagian seperti pada


Wadah pendingin yang berisi air
dingin berfungsi mempercepat
terjadinya proses pengembunan
uap plastik tersebut.
Setelah proses penguapan dan
pengembunan pada plastik selesai,
akan dihasilkan tetesan bahan
bakar cair yang dialirkan melalui
selang.
Tabung yang dipakai berdiameter
15 cm (jari-jari 7,5 cm) dengan
tinggi 15 cm, sehingga volumenya
dihitung dengan rumus πr2 t =
3,14 x (7,5 )2 x 15 cm3= 2.649,375
cm3 = 2,69375.10-3 m3.
Lilitkan kawat pada selang (6) agar
selang tidak terlipat;
Hubungkan selang dengan wadah
penampung (7).
Setelaha selesai, perwakilan kelompok
menyajikan karyanya. Berikut kutipan
presentasi kelompok Ajeng:
Plastik dapat diubah menjadi bahan
bakar cair dengan prinsip kerja alat
sebagai berikut:
 Plastik yang dipanaskan akan
mendidih dan uap plastik akan
bergerak menuju pipa;
 Pada pipa yang dilengkapi
pendingin, uap plastik akan
kehilangan kalor dan mengalami
pengembunan;
Gambar alat pengubah sampah plastik
menjadi bahan bakar cair yang dibuat
oleh siswa.
Ilmu Pengetahuan Alam
47
Kelompok kromatografi sedang
mempresentasikan hasil
percobaannya.
MTsN Turikale Maros, Sulawesi Selatan
Membuat Proyek Percobaan Pemisahan Campuran
Melaksanakan pembelajaran IPA
dengan kegiatan percobaan,
sudah menjadi ciri khas Ibu
Kasmiatang Kadir. Dia juga kerap
menerapkan model
pembelajaran berbasis proyek.
Seperti pembelajaran berikut ini.
Oleh Kasmiatang Kadir SPd
Guru IPA MTsN Turikale
Salah satu kompetensi dasar (KD)
pembelajaran IPA yang ingin dicapai
untuk siswa kelas VII adalah memahami
karakteristik, serta perubahan fisik dan
kimia pada zat yang dapat
dimanfaatkan untuk kehidupan seharihari. Saya membuat indikator
pencapaian KD siswa yaitu memahami
48
prinsip dan terampil melakukan
pemisahan campuran dengan metode
filtrasi, kristalisasi, sublimasi, destilasi,
dan kromatografi. Pembelajarannya
didesain berlangsung dua kali
pertemuan dengan menerapkan
model pembelajaran berbasis proyek.
buku paketnya yang terkait dengan
materi pembelajaran selama 10 menit.
Setelah itu siswa mengungkapkan
jawabannya berdasar hasil bacaannya.
Saya sampaikan jawaban-jawaban
tersebut akan dibuktikan melalui
kegiatan percobaan.
Pada kegiatan apersepsi, saya
mengajukan beberapa pertanyaan
kepada siswa. Pernahkah kalian
pikirkan, (1) Bagaimana mengubah air
keruh menjadi air jernih? Bagaimana
air laut menjadi garam? Bagaimana
pengharum ruangan yang padat
menghasilkan bau? (2) Apa yang harus
kalian lakukan untuk mengubahnya?
(3) Apa yang terjadi jika baju putihmu
terkena tinta hitam?
Kegiatan inti pembelajaran pada
pertemuan pertama adalah menyusun
perencanaan proyek pemisahan
campuran. Siswa saya bagi menjadi
lima kelompok heterogen yang setiap
kelompok mendapat tugas berbeda,
yaitu melakukan pemisahan secara
sublimasi, destilasi, kromatografi,
filtrasi, atau kristalisasi.
Saya mempersilakan siswa membaca
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
Setiap kelompok mendapatkan lembar
kerja, serta alat dan bahan yang
digunakan. Semua kelompok
mendiskusikan jadwal kegiatan
percobaan, tempat pelaksanaan, cara
membuat laporan mulai dari judul,
tujuan, alat dan bahan, langkah kerja,
simpulan, berdasar contoh-contoh
laporan yang sudah dibuat sebelumnya.
Saya juga memberikan rubrik penilaian
kepada setiap ketua kelompok untuk
memonitor anggota kelompoknya.
Pertemuan pertama di akhiri dengan
presentasi rencana desain proyek
percobaan yang akan dipraktikkan di
rumah.
Pada pertemuan kedua, kegiatan
intinya berupa presentasi hasil
percobaan yang sebelumnya telah
dilakukan di rumah. Kelompok
sublimasi (pemisahan campuran dari
padat ke gas tanpa mencair terlebih
dulu) menunjukkan laporan hasil
percobaan, serta alat dan bahan yang
digunakan seperti botol air mineral
600 ml 1 buah, paku, sabun, gunting,
dan isolasi bening.
Cara kerjanya, botol aqua dilubangi
dengan menggunakan paku, kemudian
botol dipotong pada bagian bawah,
dan sabun dimasukkan ke dalam botol
tersebut. Botol yang telah dipotong
disatukan kembali dengan menggunakan isolasi bening. Produk pun jadi.
Berdasarkan penuturan siswa, sabun
disebut mengalami sublimasi karena
sabunnya perlahan menguap atau perubahan dari benda padat menjadi uap.
Penguapan juga dipengaruhi oleh lingkungan sekitar seperti pengaruh
udara.
Hasil simpulan yang dibuat siswa setelah melakukan percobaan kromatografi.
Pada kelompok destilasi (pemisahan
campuran dengan menggunakan
pemanasan sampai titik didih sehingga
terpisah filtrate aslinya) bahan yang
dipersiapkan adalah kompor, panci, air
sumur, dan garam. Proses yang
mereka lakukan adalah air sumur
dicampurkan dengan garam sebagai
pengganti air laut. Air tersebut
dipanaskan di atas kompor, uap yang
dihasilkan ditampung dan dikumpulkan
pada penutup.
Secara bergantian setiap kelompok
melaporkan hasil percobaannya. Guru
juga memberikan penguatan tentang
prinsip metode pemisahan campuran,
manfaatnya, serta penerapan prinsip-
prinsip pemisahan campuran dalam
kehidupan sehari-hari. Terakhir, hasil
laporan kelompok dikumpulkan.
Aquarium Mini untuk Belajar
Ekosistem Buatan
Agar materi ekosistem buatan dapat
dipelajari siswa kelas VII lebih bermakna, saya mengajak siswa belajar dari
akuarium mini yang dibuat sendiri di
sekolah. Pada pertemuan sebelumnya,
siswa sudah diajak belajar pengamatan
langsung ke lingkungan sekitar sekolah
untuk belajar ekosistem alami. Pada
pembelajaran kali ini, siswa diharapkan
dapat menentukan bentuk-bentuk
interaksi yang terjadi pada ekosistem
Ilmu Pengetahuan Alam
49
buatan dan menganalisis peran
komponen biotik dan abiotik
berdasarkan pengamatan ekosistem
buatan yang telah dibuat.
Guru memberikan lembar kerja dan
penjelasan singkat tentang cara
membuat akuarium mini, dan tugas
pengamatannya. Adapun alat dan bahan
yang digunakan setiap kelompok
antara lain:
1. Botol bekas air kemasan plastik
1500 ml yang telah dipotong
2. Pinset
3. Air bersih
4. Ikan betok berukuran kecil 1 ekor
5. Ikan betok ukuran sedang 1 ekor
7. Siput sawah ukuran sedang 1 ekor
8. Hidrylla sp sebanyak 1/2 gr
9. Batu kerikil 30 butir
Setelah akuarium mini selesai dibuat,
siswa mengamati ekosistem dalam
akuarium tersebut, yaitu interaksi yang
terjadi antara biotik dan biotik, biotik
dan abiotik, serta abiotik dan abiotik.
Dalam ekosistem buatan di akuarium
mini tersebut, siswa mendapatkan data
bahwa komponen biotik dan abiotik
selalu berinteraksi membentuk
hubungan yang saling ketergantungan.
Contohnya ikan memerlukan udara
untuk bernapas, tumbuhan hydrilla
memerlukan cahaya untuk
berfotosintesis.
Selain itu ada juga ketergantungan
komponen abiotik terhadap
komponen biotik, misalnya kerikil dan
kotoran ikan dapat memberikan pupuk
50
Guru mendampingi siswa yang sedang melakukan pengamatan interaksi yang terjadi
dalam ekosistem buatan di akuarium mini.
bagi tumbuhan yang membuatnya
menjadi lebih subur.
Pada saat presentasi hasil pengamatan,
ada juga salah satu kelompok yang
menemukan adanya kompetisi pada
interaksi biotik dengan biotik yaitu
untuk mendapatkan makanan antara
ikan besar dan ikan kecil. Mereka
menyimpulkan dalam ekosistem
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
terjadi interaksi baik antara
komponen abiotik dengan komponen
biotik, interaksi antara sesama
komponen biotik, atau interaksi antara
sesama komponen abiotik.
”Karena itu penting bagi kita menjaga
kelestarian ekosistem lingkungan
sekitar kita,” kata salah seorang siswa
dalam presentasinya.
PEMBELAJARAN
MATEMATIKA
MTsN 2 Tangerang, Banten
Buat Matematika
Jadi Favorit
Bapak Akidin MPd, guru
matematika MTsN Tigaraksa,
membuat matematika menjadi
mata pelajaran yang menjadi
pavorit siswa.
Proyek Membuat Miniatur
Madrasah
Bapak Akidin mengajak siswa kelas IX
membuat miniatur madrasah untuk
menerapkan konsep kesebangunan
dalam pemecahan masalah. Siswa
dibentuk dalam empat kelompok yang
berjumlah 8-9 siswa. Kemudian setiap
kelompok mendapat lembar kerja yang
berisi panduan membuat miniatur
gedung MTsN Tigaraksa, serta
meteran untuk mengukur.
“Kalian akan membuat tugas proyek
membuat miniatur sekolah. Tugas ini
dikerjakan dalam empat kali pertemuan. Hari ini kalian akan mengukur
luas madrasah untuk menjadi dasar
dalam membuat miniatur madrasah,”
terang Pak Akidin kepada siswanya.
Dalam proses pengukuran siswa
berbagi wilayah, ada yang mengukur
bagian gedung, lapangan, halaman
depan, dan luas seluruh sekolah. Semua
siswa tampak asyik menikmati
52
Setelah melakukan pengukuran dan menggambar madrasah, siswa dalam kelompok
kecil bekerja sama membuat maket miniatur madrasah dalam bentuk tiga dimensi.
mengukur. Setelah selesai mengukur,
setiap kelompok menyampaikan data
hasil pengukurannya, dan setiap
kelompok saling melengkapi.
Pada pertemuan kedua, guru menugaskan siswa untuk membuat gambar
miniatur madrasah. ”Setelah kalian
mendapatkan ukuran madrasah, sekarang setiap siswa akan menerapkan
konsep kesebangunan dengan
menggambar miniatur madrasah. Kita
akan menggunakan skala 1:100,” kata
Pak Akidin lagi.
Setelah gambar miniatur madrasah
selesai dibuat, pada pertemuan ketiga
dan keempat siswa membuat miniatur
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
madrasah dalam bentuk tiga dimensi.
Setiap kelompok sebelumnya telah
patungan untuk membeli alat dan
bahan yang diperlukan, seperti triplek,
karpet, lem, gunting, kayu seukuran
korek api, dan kertas karton dengan
ketebalan 3 mm. Berdasar gambar dan
ukuran yang sudah dibuat, siswa mulai
berbagi tugas membuat miniatur
madrasah. Ada yang mengukur kertas,
ada yang menggunting, dan ada yang
menempelkannya pada triplek yang
sudah dilapisi karpet.
“Dengan pembelajaran ini, para siswa
mempraktikkan konsep kesebangunan,
perbandingan senilai, pengukuran, dan
bangun ruang sisi datar,” kata Pak
Akidin. Setelah selesai membuat
miniatur madrasah, setiap kelompok
secara bergantian berpresentasi di
depan kelas.
Gunakan Rumus Luas
Permukaan Balok untuk
Tentukan Harga Modal Lemari
Pada pembelajaran lainnya, Pak Akidin
mengajak siswa kelas VIII menemukan
rumus luas permukaan balok untuk
diterapkan dalam pemecahan masalah
kehidupan sehari-hari.
Dia membuka sesi pembelajaran
dengan menunjukkan sebuah gambar
kepada para siswa dan menanyakan
gambar apakah yang ditampilkan.
“Kotak obat,” jawab seorang siswa.
“Bentuknya apa?” tanya Pak Akidin.
“Ada yang kubus, ada yang balok,”
jawab siswa.
penyederhanaan rumus dan menarik
kesimpulan bahwa ru-mus luas
permukaan balok 2 (pl + lt + pt).
ditemukan bersama, para siswa
melakukan penghitungan luas
permukaan balok sebagai berikut:
Kemudian guru mengundang dua
siswa perwakilan dari salah satu
kelompok untuk mempresentasikan
hasilnya. Ternyata kelompok lainnya
memiliki jawaban yang sama, sehingga
guru melanjutkan ke tahapan
selanjutnya, yaitu menugas-kan siswa
untuk mencari luas permukaan sebuah
balok dengan panjang 12 cm, lebar 8
cm dan tinggi 6 cm. Dengan
menggunakan rumus yang sudah
= 2 (pl + pt + lt)
= 2 (96 + 72 + 48)= 432 cm2
Guru lalu memberi dua soal yang
menggunakan masalah yang dapat
ditemui dalam kehidupan sehari-hari.
Soal pertama adalah “Nesti ingin
membungkus kotak kado
menggunakan sampul kertas kado yang
berbentuk balok dengan panjang 25
cm, lebar 12 cm dan tinggi 10 cm.
Berapa luas kertas kado minimal yang
Guru membagikan lembar kerja (LK)
dan model balok dari kotak kemasan
ke setiap kelompok siswa. Siswa
membuka kotak kemasan tersebut
sehingga tampak jaring-jaringnya dan
ditempelkan di kertas karton. Lalu
siswa memberi nomor pada setiap
bidang kotak dan menuliskan bagianbagian panjang, lebar, dan tinggi pada
jaring-jaring seperti gambar di bawah.
Setiap kotak dari jaring-jaring yang
berbentuk persegi panjang dituliskan
rumus luasnya. Setelah menemukan
rumus setiap bidang dan
menggabungkan semua rumus
tersebut, siswa melakukan
Pak Akidin sedang mendampingi siswa di kelompok kecil menemukan luas balok dari
jaring-jaring model balok dari kotak bekas kemasan.
Matematika
53
dibutuhkan Nesti untuk membungkus
kotak tersebut?”
Soal kedua adalah, “Seorang tukang
kayu akan membuat lemari berbentuk
balok pesanan pelanggannya. Panjang,
lebar dan tinggi masing-masing 1m, 0,5
m dan 2 m. jika harga kayu Rp 200.000
/ m2, harga politur (pewarna) Rp
150.000/m2. Harga asesorisnya
Rp.100.000 dan biaya jasa
pembuatannya Rp 500.000, berapa
harga modal lemari tersebut?”
Guru berkeliling kelas untuk
mendampingi proses kerja kelompok
dan bertanya jawab dengan para siswa.
“Kebutuhan kayu dapat dicari
berdasarkan luas permukaannya.
Berapa luas permukaannya? Apakah
sudah ada yang tahu?” tanya guru.
“Luas permukaannya 7m2,” jawab salah
seorang siswa.
“Harga kayu permeter Rp 200.000.
Jadi berapa biaya kayunya?” tanya guru.
“7 x Rp 200.000 Pak,” jawab siswa.
“Lemari akan dilapisi dengan plitur.
Harga politur Rp150.000 /m2.Yang mau
diplitur berapa luasnya? 7 m2. Berarti 7
dikalikan harga plitur, lalu dijumlahkan
dengan biaya lain. Kita bisa
menemukan harga lemari itu,” jelas
guru lagi.
Selanjutnya perwakilan kelompok
mempresentasikan hasil kerja mereka.
Untuk soal pertama, siswa
menemukan bahwa luas permukaan
balok adalah 1.340 cm2.
54
Jaring-jaring balok yang sudah diberi label oleh siswa untuk memudahkan
menghitung luas permukaan balok dan menemukan harga jual lemari.
Berikut adalah hasil perhitungannya:
= 2 (pl + pt + lt) = 2 {(25 x 12) + (25
x 10) + (12x10)}
= 2 (300+250+120)
= 600 + 500 + 240
= 1340 cm2
= 2 (0,5 + 2 + 1)
= 7 m2
Harga jual lemari = (harga kayu x luas
permukaan) + (politur x luas
permukaan) + asesoris + jasa =
(200.000x7)+(150.000x7)+100.000+
500000
= Rp 3.050.000,-
Sementara untuk soal kedua, siswa
menemukan bahwa harga jual lemari
adalah Rp 3.050.000. Berikut adalah
hasil perhitungan siswa untuk
mendapatkan harga lemari:
2 (pl+pt+lt) = 2 {(1x1/2) + (1x2) +
(2.1/2)}
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
“Jadi kalian sudah mampu menghitung
harga modal lemari. Bukan hanya
untuk buat lemari, tapi banyak hal yang
dapat menggunakan rumus permukaan
balok,” kata Pak Akidin. Pembelajaran
ditutup dengan kegiatan refleksi.
3. Isilah kerucut dengan pasir atau
jagung sampai penuh dan tuangkan
isinya ke dalam tabung tersebut.
4. Berapa kerucut pasir/jagung yang
dibutuhkan untuk mengisi sampai
penuh tabung tersebut ?
Siswa memasukkan pasir dengan ukuran kerucut yang dimasukkan ke dalam tabung.
SMPN 1 Sei Rampah, Serdang Bedagai, Sumatera Utara
Media untuk Menemukan Rumus
Volume Kerucut
Oleh Saor Pasaribu
Guru SMPN 1 Sei Rampah
Pada kompetensi dasar menghitung
luas dan volume tabung, kerucut dan
bola. saya membuat salah satu
indikator ketercapaian menentukan
rumus volume kerucut siswa kelas IX5 tampak jenuh. Hal itu disebabkan
saya (guru) menyampaikan materi ini
dalam bentuk imajinasi (khayalan). Lalu
guru menulis rumus tersebut dan
siswa mencatat dan menghafalnya.
Saya mengubah dengan menerapkan
pembelajaran kontekstual dengan
kegiatan praktik “Menemukan Rumus
Volume Kerucut.” Kemudian siswa
diberi tugas mengerjakan lembar kerja
(LK). Untuk kegiatan tersebut setiap
kelompok menyediakan bahan-bahan
sebagai berikut (1) kertas karton, (2)
gunting, (3) penggaris, (4) jangka dan
busur derajat, (5) lem dan isolatip, (6)
pasir/jagung giling.
Langkah - langkah:
1. Buat sebuah tabung dari karton
dengan panjang jari-jari alas = r
dan tinggi = t
2. Buat juga sebuah kerucut dari
karton dengan panjang jari-jari
alas kerucut sama dengan jari-jari
tabung dan tinggi kerucut sama
dengan tinggi tabung seperti
gambar di bawah ini.
t
r
t
r
Ternyata dengan menggunakan media
serta mengikuti langkah-langkah yang
di persiapkan guru, animo dan pemahaman para siswa makin meningkat.
Hal itu terlihat saat para siswa membuat tabung dan membuat bangun
kerucut, semua siswa bekerja sama.
Percobaan dilakukan, kerucut diisi
dengan jagung/pasir sampai penuh,
kemudian dituangkan ke dalam tabung.
Kemudian siswa diberi pertanyaan
“Berapa kali isi kerucut dituang supaya
tabung penuh?” Ternyata hasilnya
sama, semua kelom-pok memperoleh
tabung diisi penuh setelah tiga kali isi
kerucut dituangkan. Hal ini
menunjukkan bahwa Volume Tabung =
3 x Volume Kerucut.
Karena pada pelajaran sebelumnya
tentang volume tabung sudah diketahui oleh siswa yaitu V tabung =  r2 t.
Kemudian dengan bantuan LK yang
dibagikan guru, siswa dipandu untuk
menemukan sendiri volume kerucut.
Dengan mengikuti alur pada LK siswa
dapat menemukan volume kerucut:
2
V kerucut = 1  r t
3
Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran kontekstual membuat siswa
asyik bekerja sama praktik dengan
bendanya langsung.
Matematika
55
Siswa saat mengamati pohon di
sekitar kelas untuk melihat barisan
bilangan. Setelah itu mereka
menyelesaikan LK yang diberikan
oleh guru secara kelompok.
lima menit siswa saya minta
mengamati fenomena tersebut dan
menyimpulkan hasil pengamatan
secara berkelompok.
SMPN 4 Lumajang, Jawa Timur
Mengamati Alam Sambil Belajar
Pola Barisan Bilangan
Abdul Kadi Jaelani SPd
Guru SMPN 4 Lumajang
Dalam pembelajaran matematika
tentang menemukan barisan bilangan
untuk kelas IX, saya mengajak siswa
untuk mengamati alam sekitar. Tanpa
kita sadari, sebenarnya alam dunia dan
seisinya ini merupakan barisan dan
deret bilangan.
Apabila kita mengamati lingkungan
sekitar, di sekeliling kita tentulah
banyak terjadi hal-hal yang bersifat
rutin. Kejadian rutin adalah kejadian
yang mempunyai pola atau keteraturan
tertentu. Amati pola susunan biji pada
bunga matahari. Amati pola
pertumbuhan populasi makhluk hidup
tertentu. Kedua contoh itu sebenarnya
membentuk pola keteraturan tertentu
berupa barisan. Kita dapat
memperkirakan suku pada waktu
56
tertentu. Salah satunya adalah
keteraturan populasi makhluk hidup.
Untuk menghitung dan memperkirakannya, diperlukan suatu cara tertentu
agar lebih mudah menyelesaikannya,
yaitu dengan konsep barisan dan
deret.
Untuk belajar tentang pola barisan
matematika, saya meminta siswa
membentuk kelompok dan terbentuklah 6 kelompok dimana masing-masing
kelompok terdiri dari 5-6 siswa.
Selanjutnya saya menayangkan video
tentang fenomena alam terkait barisan
aritmatik. Misalnya, kelopak bunga
mawar yang berderet dan tersusun
atas barisan bilangan, nomor rumah di
kompleks perumahan di mana nomor
rumah dengan nomor ganjil berderet
di sebelah kiri dan nomor genap
berderet di sebelah kanan. Selama
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
Kelompok 1 yang diketuai oleh Arfat
menyampaikan bahwa ternyata banyak
sekali barisan bilangan yang bisa
ditemui di sekitar kita. “Tadi dalam
gambar video bunga mawar itu
susunan barisan bilangan terdiri dari
yang paling dalam adalah tiga kelopak,
kemudian lima kelopak dan seterusnya
hingga yang paling luar terdiri dari
sembilan kelopak,” terangnya.
Kegiatan dilanjutkan dengan pengamatan diluar kelas. Siswa saya minta
untuk keluar ruangan dan mengamati
tanaman yang ada di sekitar sekolah,
benarkah tanaman-tanaman tersebut
membentuk barisan bilangan? Mereka
saya beri waktu 15 menit untuk
mengamati dan mengisi lembar kerja
yang sudah saya bagikan.
Siswa antusias keluar ruangan dan
mengamati pepohonan di sekitar kelas.
Kelompok 2 yang diketuai oleh Ermita
misalnya, mengamati pohon jambu
yang berada di depan kelas mereka.
“Setiap ranting pohon jambu, yang
paling atas terdiri dari satu lembar
daun, kemudian dibawahnya dua
lembar daun, dan di bawahnya lagi ada
tiga lembar daun,” ungkap Ermita
sebagai juru bicara kelompok 2.
Siswa kemudian kembali ke kelas dan
menuliskan hasil pengamatan mereka.
Dari hasil pengamatan tersebut, siswa
menemukan bahwa setiap pohon telah
membentuk barisan bilangan. Daun
jambu yang diamati kelompok 1 misal
menghasilkan deretan bilangan: 1, 2, 3,
4, dan 5 pada setiap rantingnya.
Anugerah Tuhan tersebut patut kita
syukuri bahwa alam semesta di dunia
ini telah disediakan oleh Tuhan sebagai
media belajar untuk siswa.
Selanjutnya siswa saya minta mengelompokkan bilangan-bilangan yang
sudah ditemukan ke dalam bilangan
asli, bilangan genap, dan bilangan ganjil.
Bilangan asli dari pohon jambu terdiri
dari: 1, 2, 3, 4, dan 5. Sedangkan bilangan genapnya terdiri dari 2 dan 4.
Sementara itu bilangan ganjil terdiri
dari 1, 3, dan 5.
bahwa secara matematis, barisan
bilangan merupakan nilai fungsi
dengan daerah definisinya adalah
bilangan asli. Misalkan barisan bilangan
ditulis lambang U untuk menyatakan
urutan suku-sukunya maka bilangan
pertama ditulis U(1) atau U1, bilangan
kedua ditulis U(2) atau U2, dan
seterusnya. Jika kita buat korespondensi, akan terlihat seperti berikut:
1
2
3
4
...
n
U1
U2
U3
U4
...
Un
Jadi, bentuk umum barisan bilangan
adalah U1, U2, U3, ..., Un, ......... Dalam
hal ini, Un = f(n) disebut rumus umum
suku ke-n dari barisan bilangan.
Pembelajaran hari itu benar-benar
tidak terasa berat dan menyenangkan
siswa. Indah Rahayu salah satu siswa
mengungkapkan, bahwa alam sekitar
ini terdiri dari barisan bilangan dan
sangat mudah dijumpai di sekitar kita
serta dapat menjadi bahan pembelajaran matematika yang menyenangkan.
Pada pertemuan selanjutnya kegiatan
ini saya kembangkan lagi untuk
menemukan rumus suku ke-n dari
barisan bilangan dan membahas soal
cerita.
Dengan menggunakan daun-daun
kering, siswa dengan lancar dapat
membuat pengelompokan bilangan. Di
kegiatan akhir, saya menunjukkan buah
nanas dan salak kepada siswa. Mereka
saya minta mengamati secara
berkelompok, ternyata kulit buah
nanas dan salak juga membentuk
susunan barisan bilangan dari atas
hingga kebawah.
Dari seluruh kegiatan tersebut saya
kemudian menyampaikan kepada siswa
bahwa seluruh barisan bilangan yang
dimiliki oleh alam dapat disimpulkan
Siswa melakukan presentasi dengan model jigsaw.
Matematika
57
Asyiknya siswa memainkan kartu domino
bilangan berpangkat dan bentuk akar.
SMPN 4 Percontohan, Karang Baru, Aceh Tamiang, Aceh
Kartu Domino untuk Berlatih Bilangan
Berpangkat dan Bentuk akar
Oleh Maimunah SPd
Guru SMPN 4 Percontohan
Bilangan berpangkat dan bentuk akar
adalah salah satu materi yang dianggap
sulit dan kurang menarik bagi siswasiswi SMP kelas IX. Berdasarkan hal
tersebut perlu dilakukan praktik
pembelajaran yang menarik agar dapat
meningkatkan motivasi siswa dalam
mempelajari materi ini, terlebih lagi
karena materi ini merupakan materi
yang akan berkelanjutan pada jenjang
pendidikan yang lebih tinggi.
Hal tersebut dapat diminimalkan
dengan melibatkan siswa untuk
membuat sendiri media pembelajaran
yang menarik dan menyenangkan salah
58
satunya dengan permainan Kartu
Domino. Siswa juga dapat membuat
soal-soal tentang materi tersebut.
Kegiatan ini dilaksanakan setelah
materi tentang bilangan berpangkat
dan bentuk akar selesai diajarkan pada
siswa
Proses pembuatan kartu domino
dilakukan oleh siswa dalam
kelompoknya. Kelompok diminta
untuk membuat seperangkat kartu
domino sebanyak 28 kartu. Bahan
–bahan yang dipergunakan antara lain
kardus bekas, lem, dan kertas
origami/manila. Cara membuatnya
sangat sederhana yaitu dengan
membuat kartu-kartu dari kardus
bekas berukuran 4 cm x 8 cm.
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
Kemudian dilapisi dengan kertas
origami atau manila agar lebih
menarik. Kartu yang sudah dilapisi
origami dibagi dua bagian yang akan
digunakan untuk menulis soal dan
jawaban yang dirancang sendiri oleh
kelompok. Cara bermainnya cukup
mudah yaitu dengan memasangkan
setiap kartu dengan mencari pasangan
kartu yang sesuai.
Hasil yang diperoleh dari permainan
ini adalah siswa sangat antusias dan
bersemangat dalam mengikuti
pembelajaran bilangan berpangkat dan
bentuk akar karena dengan bermain
mereka merasa asyik dan tidak bosan.
Konsep-konsep tentang bilangan
berpangkat dan bentuk akar pun
Kartu domino bilangan
berpangkat dan bentuk akar
yang siap dimainkan.
dengan sendirinya mudah untuk
mereka ingat karena soal-soal yang
mereka buat pada kartu domino
merupakan soal yang mereka rancang
sendiri.
Salah seorang siswa, Reiga Fandhesa,
mengatakan bahwa setelah belajar
bilangan berpangkat dan bentuk akar
dengan kartu domino, ia menjadi lebih
mahir dan lebih cepat mengingat
konsep pada bilangan berpangkat dan
bentuk akar, apalagi permainannya
dapat ditambahkan dengan memberi
hukuman bagi yang kalah dengan
mencoret wajah temannya
menggunakan bedak. “Matematika
ternyata asyik dan menyenangkan”
katanya.
Matematika
59
Setelah kartunya sudah siap kemudian
siswa diarahkan untuk duduk secara
berkelompok dan setiap kelompok
terdiri dari 4 – 5 orang. Kemudian
guru membagi kartu pada setiap
kelompok dan permainan dimulai.
Setiap siswa pada masing-masing
kelompok memasangkan bentukbentuk aljabar yang senilai atau jika
diselesaikan memiliki nilai yang sama.
Semua pemain harus ikut menentukan
kebenaran dari dari kartu yang dibuka.
Mulailah dengan kartu yang kedua
bagiannya bernilai sama. Jika ada
pemain yang tidak mempunyai kartu
bernilai sama dengan kedua ujung
kartu yang sudah dibuka, maka giliran
dilanjutkan dengan pemain berikutnya.
Pemenangnya adalah pemain yang
mempunyai sisa kartu paling sedikit.
Siswa sedang bermain domino aljabar dalam pembelajaran matematika.
SMPN 1 Duapitue, Sulawesi Selatan
Asyik Berlatih Aljabar dengan
Bermain Domino
Oleh Sumitro SPd MPd
Guru SMPN 1 Duapitue
Saya merancang pembelajaran aljabar
dengan bermain domino, agar siswa
tidak jenuh dengan pembelajaran
matematika. Saya mempersiapkan
bahan-bahan pembelajaran berupa
kartu semacam kartu domino yang
terbagi menjadi dua bagian dan
dipisahkan dengan garis terdiri dari 28
kartu. Kedua bagian itu yang biasanya
berupa bundaran-bundaran untuk
permainan domino diganti dengan
bentuk-bentuk aljabar seperti suku,
variabel, koefisien, konstanta,
penjumlahan, pengurangan, perkalian,
pembagian, dan perpangkatan.
60
Contoh kartu dapat dilihat pada
gambar berikut:
2x -
4=6
3(x +
2) =
3x -
21
3
2=1
2x =
12
Nilai dari x pada 3(x + 2) =21 ⇔ 3x +
6 = 21 ⇔3x=15⇔x=5
nilai dari 3x – 2 = 13 ⇔3x=15⇔x
=5Jadi3(x + 2) =21 sama dengan
3x – 2 = 13
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
Setelah semua kelompok menyelesaikan permainan, maka kartu diletakkan di masing-masing meja dan guru
mendatangi setiap meja dan mencatat
hasil permainan dari setiap kelompok.
Guru mengecek kebenaran pasangan
setiap kartu. Selanjutnya guru mengumumkan pemenang pada setiap
kelompok dan memberikan reward.
Dengan kegiatan pembelajaran seperti
ini, rasa jenuh dan bosan yang selama
ini dialami siswa menjadi hilang dan
berganti dengan rasa senang dan
gembira. Pada saat refeksi, siswa
meminta untuk melakukan
pembelajaran seperti ini lagi pada
materi yang lain.
Siswa sedang
presentasi
himpunan dan
bukan
himpunan hasil
karya
kelompoknya.
SMPN 2 Lintong Nihuta, Humbang Hasundutan, Sumatera Utara
Gunakan Brosur Mini Market
untuk Belajar Himpunan
Oleh Mega Sonata Parhusip S.
Guru SMPN 2 Lintong Nihuta
Pada pembelajaran matematika kelas
VII dengan KD menjelaskan dan
menyatakan himpunan bagian, himpunan semesta, himpunan kosong, komplemen himpunan, menggunakan
masalah kontekstual khususnya materi
membedakan himpunan dan bukan
himpunan. Biasanya pada materi ini
hanya menjelaskan perbedaannya saja.
Saya juga pernah mencoba dengan
meminta siswa mengelompokkan
hewan dan tumbuh-tumbuhan tetapi
tanpa gambar dan siswa hanya
membayangkan bendanya tanpa
gambar. Hasilnya masih kurang
memuaskan.
Pada pendampingan pertama di MTsN
Dolok Sanggul dengan terdamping Ibu
Rice Ardona kami menyepakati untuk
menggunakan gambar langsung dan
berinisiatif menggunakan brosur
minimarket.
Ibu Rice pada pendampingan kedua
mengambil brosur dari minimarket
dan membagikannnya pada setiap
siswa. Sebelumnya siswa diminta
untuk mengamati buku teks tentang
materi himpunan mengenai membedakan himpunan dan bukan himpunan.
Ibu Rice meminta siswa mengamati
brosur kemudian setiap kelompok
bekerja untuk mengelompokkan
benda-benda yang ada pada brosur ke
dalam dua kelompok yaitu kelompok
himpunan dan bukan himpunan.
Pada kerja kelompok ada beberapa
kelompok yang berdebat dengan
teman sekelompoknya. Ada yang
menyatakan kelompok minuman segar
masuk ke dalam himpunan, tapi ada
juga yang tidak. Ada juga yang
mendebatkan tentang susu yang
murah, makanan ringan yang enak.
Sehingga akhirnya muncul pertanyaan
dari siswa tentang kebingungan
mereka tersebut.
Ibu Rice menjawab dengan bijak, dan
memberi pertanyaan balik untuk
dijawab siswa. “Kelompok hewan
berkaki empat coba berikan
contohnya.” Beberapa siswa menjawab
ada yang bilang kambing kerbau, dll.
“Adakah yang tidak setuju kalau
kambing itu hewan berkaki empat?
Apa ada yang berpendapat lain?”
Semua sepakat kalau kambing dan
kerbau adalah hewan berkaki empat.
Kemudian guru meminta siswa
mengamati lagi buku teks dan
membaca apa itu pengertian
himpunan. Beliau menegaskan bahwa
himpunan itu anggotanya harus dapat
disebutkan dengan pasti, tidak ada
keraguan dalam menyebutkannya.
Akhirnya setiap kelompok menyimpulkan sendiri kerja kelompok mereka;
dan dapat mengelompokkan bendabenda yang ada di brosur kedalam
kelompok himpunan dan bukan
himpunan.
Di akhir pembelajaran tiap kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya.
Mereka dapat membuat sendiri kesimpulan tentang pembelajaran dengan
kalimat mereka sendiri. Mereka juga
menyatakan bahwa sangat senang
dengan pembelajaran ini.
Matematika
61
Siswa belajar di halaman
sekolah untuk membuktikan
penerapan rumus
kesebangunan.
SMPN 1 Susoh, Aceh Barat Daya, Aceh
Serunya Buktikan Rumus Kesebangunan
Oleh Rosina Amrah
SMPN 1 Susoh
Siap grakk..!, Beberapa siswa mulai
mengukur tinggi badan siswa sebagai
percobaan awal pengukuran kesebangunan di luar kelas. Pembelajaran
matematika kelas IX tersebut untuk
membuktikan bangun datar itu sebangun jika mempunyai sudut yang bersesuaian sama besar dan perbandingan
sisi-sisi yang bersesuaian sama.
Mengapa pembelajarannya harus di
luar kelas?
Materi kesebangunan merupakan ma-
62
teri yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari sehingga dalam
mempelajarinya dapat dilakukan dengan pendekatan kontekstual, seperti
menentukan tinggi tiang bendera dan
tinggi pohon mahoni yang ada di
sekolah.
Nah untuk tinggi badan, merupakan
kegiatan awal untuk membuktikan
konsep kesebangunan. Tentu
tujuannya untuk menghasilkan
pemahaman siswa secara nyata
tentang materi keseba-ngunan, dari
pada menghitungnya dari lembaran
buku teks.
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
Setelah menjelaskan tujuan pembelajaran, guru membagikan LK yang
berbeda pada tiap-tiap kelompok
siswa. Pada LK itu, ada yang bertugas
menentukan tinggi tiang berdera,
menentukan tinggi pohon di beberapa
tempat yang berbeda-beda. Sebagai
kegiatan awal, masing-masing kelompok mengukur tinggi badan dan panjang bayangan salah seorang temannya.
Setiap kelompok telah memiliki
tongkat sepanjang 2 m.
Sambil melihat banyangan objek yang
akan dihitung, maka letakkan tongkat
secara berdiri di dalam bayangan
pohon. Tandai panjang bayangan pohon
tersebut, selanjutnya ukur panjang
bayangan yang dimulai dari tepi pohon
sampai batas tanda bayangan. Langkah
terakhir, hitung tinggi dengan konsep
kesebangunan. Misalnya, tinggi tongkat
2 m, panjang bayangan tongkat (a) 4 m,
dan panjang bayangan pohon (a+b)=
16 m.
Rumusnya:
T tongkat/ T pohon = a / (a+b)
2/T pohon = 4/16
T pohon = 2X16/4
Tinggi pohon = 8 m
Siswa sedang mengukur tinggi
bayangan pohon untuk
menemukan tinggi pohon
tersebut dengan menerapkan
rumus kesebangunan.
Hasilnya, setelah pembelajaran siswa
dapat menentukan tinggi tiang bendera
dan tinggi pohon tanpa harus
mengukur tinggi tiang bendera dan
tinggi pohon secara langsung. Kegiatan
ini dapat dilakukan pada benda-benda
lainnya dan membuktikan rumus
kesebangunan secara langsung.
“Dengan pembelajaran seperti ini, guru
memberi kesempatan kepada kami
untuk membuktikan pentingnya
matematika dalam kehidupan
keseharian kita. Mungkin jika kita
hanya melihat buku dan menghafal
rumus, kita tidak tahu penerapan ilmu
ini dan tentunya cara ini sangat
menyenangkan,” tutur Shifa, salah
seorang siswa dengan bangga.
Konsep kesebangunan yang diperkenalkan guru kepada siswa, untuk diterapkan
dalam menghitung tinggi pohon tanpa harus memanjatnya.
Matematika
63
Pak Dudung Rukmana, guru matematika SMPN 1 Kota Cilegon sedang mendampingi
kelompok siswa yang berdiskusi.
SMPN 1 Cilegon, Banten
Menghitung Biaya Pengecatan Ruang Kelas
Jika dulu belajar matematika hanya
soal rumus berhitung, kini matematika
menjadi solusi bagi kehidupan seharihari. Bapak Dudung Rukmana SPd,
guru matematika SMPN 1 Cilegon
menerapkannya di kelas dengan tujuan
siswa mampu memahami keliling dan
luas daerah segi empat.
empat. “Setelah kalian memahami
benda-benda yang tergolong segi
empat, sekarang siapa yang dapat
menjelaskan apa rumus keliling dan
luas segi empat itu?” tanya Dudung
kepada seluruh siswa. Dua orang
siswa menjawab pertanyaannya
dengan benar dan tepat.
Sebelum memasuki kegiatan inti, Pak
Dudung meminta siswa mengamati
seisi ruang kelas dan menyebutkan
benda-benda yang tergolong segi
“Sekarang, bapak mengajak kalian ikut
dalam lomba mengecat dinding kelas.
Setiap kelompok diminta untuk
merencanakan besaran biaya yang
64
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
diperlukan sesuai dengan ukuran
ruang kelas yang tertera dalam lembar
kerja ini. Di lembar kerja kalian akan
menemukan detail informasi yang bisa
dijadikan acuan untuk mengikuti
lomba ini. Bapak beri waktu yang
cukup buat kalian berdiskusi kemudian
memaparkan hasil diskusi melalui
kunjung karya,” kata guru sambil
membagikan lembar kerja ke setiap
kelompok siswa.
Dalam lembar kerja tertulis informasi
seperti ruang kelas berukuran panjang
9 meter, lebar 8 meter dan tinggi 4
meter. Selain itu ada pula informasi
tambahan mengenai harga satu kuas,
rol kecil, rol besar, tempat cat,
transportasi belanja, upah tukang, dll.
Pada lembar selanjutnya terdapat tabel
harga warna dan jenis cat, termasuk
juga keterangan kualitas cat per satu
kilogram. Per kelompok siswa diminta
untuk menuliskan langkah-langkah
rencana untuk mengecat kelas. Selain
itu, mereka juga diminta untuk
menuliskan besaran biaya yang
diperlukan, termasuk kebutuhan biaya
tambahan jika menambahkan bungabunga sebagai hiasan kelas.
Usai diskusi kelompok, siswa
mengkomunikasikan hasil kerja dengan
melakukan kunjung karya. Tiap
kelompok diminta untuk mengunjungi
dua kelompok dan memberikan
komentar terhadap kelompok yang
dikunjungi.
Selanjutnya, Pak Dudung meminta
perwakilan dua kelompok siswa untuk
menyampaikan temuan dari hasil kerja
kelompok yang dikunjungi. Di akhir
pembelajaran, guru dan siswa
menyimpulkan hasil pembelajaran yang
telah dilakukan.
Laporan salah satu kelompok
menghitung kebutuhan biaya
untuk mengecat ruang kelas.
Matematika
65
Siswa sedang mendiskusikan hasil pengamatan daun tumbuhan untuk di luar kelas.
SMPN 1 Turikale Maros, Sulawesi Selatan
Asyiknya Belajar “Sumbu Simetri“
Melalui Tumbuh-Tumbuhan
Oleh Drs Sariman MPd
Guru SMPN 1 Turikale
Minggu ini, pembelajaran akan masuk
tentang kompetensi dasar (KD)
mengidentifikasi sifat-sifat persegi
panjang, persegi, trapesium, jajar
genjang, belah ketupat dan layanglayang. Untuk mempelajari sifat-sifat
bangun datar tersebut siswa
memerlukan pengetahuan prasyarat
tentang sumbu simetri, yaitu garis yang
tepat membelah bangun datar menjadi
66
dua bagian yang sama luasnya.
siswa menjadi enam kelompok. Setiap
kelompok beranggotakan 4-5 orang.
Tiap-tiap kelompok diberi tugas
keluar kelas selama 10 menit untuk
mengamati berbagai jenis tumbuhan
yang ada di sekitar lingkungan kelas.
Agar siswa lebih tertarik dengan
pembelajaran, maka saya mengajak
mereka belajar sumbu simetri melalui
tumbuh-tumbuhan. Kebetulan di
lingkungan sekolah tersedia berbagai
jenis tanaman yang dapat digunakan
sebagai sumber belajar sehingga mereka bisa belajar secara kontekstual
sambil bermain, dan lebih mencintai
lingkungan.
Tugas mereka adalah menggambar
sketsa daun tumbuhan yang mereka
amati dan menggambar sumbu
simetrinya. Mereka juga menuliskan
nama jenis tumbuhan tersebut.
Sebagai langkah awal guru membagi
Setelah selesai mengamati, siswa
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
masuk kembali ke kelas dan secara
bergantian mempresentasikan hasil
kerja kelompoknya. Kelompok lain
memberikan tanggapan.
Hasil presentasi kelompok
menunjukkan hampir semua daun
seperti kopasanda, mangga, ketapang,
cocor bebek, jambu air, sirsak, palem,
papaya, kamboja, pisang, jamblang, dan
semua daun yang lain, memperlihatkan
adanya sketsa sumbu simetri.
Dengan kata lain hampir semua daun
tumbuhan memiliki sketsa garis yang
bisa ditarik membelah bangun datar
menjadi dua bagian yang sama luasnya.
Kesimpulan ini diperoleh setelah siswa
berusaha menarik garis tengah dari
daun-daun tersebut, dan membelah
menjadi dua.
Selanjutnya, secara klasikal guru
mengajak siswa untuk mengamati lalu
menyebutkan berbagai benda yang ada
di dalam kelas yang memiliki sumbu
simetri misalnya, papan tulis, keramik
lantai, daun pintu, plafon atap kelas,
jam dinding, buku tulis dan lain-lain.
Ternyata dengan pembelajaran seperti
ini, konsep sumbu simetri lebih bisa
melekat pada siswa. Siswa juga aktif
dalam kegiatan matematis yang kita
lakukan. Belajar matematika terasa
lebih menyenangkan.
Karya dari kelompok yang sudah
dipresentasikan di pajang di dinding
kelas untuk dijadikan sumber belajar.
Gambar daun tumbuhan yang memiliki sketsa garis yang bisa ditarik
membelah bangun datar menjadi dua bagian yang sama luasnya.
Matematika
67
No
Keliling Lingkaran
(cm)
Garis Tengah Lingkaran
(cm)
Siswa sedang mengukur pot yang berbentuk lingkaran dengan
melilitkan tali kur pada keliling pot.
SMPN 1 Stabat, Langkat, Sumatera Utara
Membuktikan Nilai  (phi) = 3,14
Oleh Marliah Spd
Guru Matematika SMPN 1
Stabat
Salah satu pengalaman menarik yang
saya alami dalam melaksanakan pembelajaran matematika adalah saat siswa
melakukan pengamatan langsung dan
memanfaatkan benda-benda di sekitar
sebagai sumber belajar yang berkaitan
dengan materi pembelajaran pada
semester genap tentang lingkaran
untuk membuktikan bahwa nilai phi
(π) = 3,14.
Siswa menggunakan tali kur atau
benang wol dan diberi lembar kerja
(LK) sebagai petunjuk dalam melakukan kegiatan. Adapun langkah-langkah
petunjuk di LK antara lain:
1. Ukurlah keliling beberapa benda
yang ada di sekitarmu yang berbentuk lingkaran. (Dalam hal ini
68
siswa melakukan pengukuran salah
satu benda berbentuk lingkaran
yang ada di sekitarnya dengan melilitkan tali kur pada keliling benda
tersebut sampai ujung tali bertemu pada pangkal tali tersebut),
kemudian catat hasil pengukuran
di dalam tabel seperti di atas.
2. Lakukan percobaan kembali dengan mengukur garis tengah lingkaran tersebut dari benda-benda
yang sedang diamati. (setelah melakukan pengukuran keliling lingkaran, lakukanlah pengukuran garis
tengahnya, kemudian catat hasilnya
di dalam tabel).
3. Lakukan percobaan pengukuran ini
beberapa kali pada benda-benda di
sekitar yang berbentuk lingkaran.
(Semakin banyak pengukuran
dilakukan akan semakin baik)
4. Tentukan nilai perbandingan antara
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
Perbandingan antara
Keliling dengan
Diameter
(= K
D )
Keliling Lingkaran dengan
Diameter pada masing-masing
percobaan tiap-tiap lingkaran di
kolom yang tersedia.
Setelah melakukan percobaan
pengukuran keliling dan diameter
suatu lingkaran yang berbeda pada
benda-benda sekitar, diharapkan siswa
dapat menemukan nilai-nilai
perbandingan antara Keliling
Lingkaran dengan Diameternya
atau yang biasa disimbolkan dengan
π.
Hasilnya, nilai–nilai yang diperoleh
siswa baik secara sendiri atau
kelompok dari setiap kali percobaan
atau pengukuran bentuk lingkaran
yang terdapat pada benda-benda yang
ada di sekitar siswa, berada pada
kisaran antara 3,12 hingga 3,16.
Siswa dapat menjumlahkan nilai-nilai
yang diperoleh ini kemudian dibagi
banyaknya percobaan, maka siswa
akan memperoleh angka yang
mendekati 3,14.
Dari kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan tersebut, siswa dapat menyimpulkan atau membuktikan bahwa nilai
perbandingan antara Keliling Lingkaran
dengan Diameternya sama dengan
3,14 yang dilambangkan dengan π.
Setelah mendata dan menyatakannya ke dalam tabel,
siswa dengan bangga memamerkan hasil pekerjaannya
kepada guru dan rekan-rekannya.
SMPN 1 Cibarusah, Kabupaten Bekasi Jawa Barat
Senangnya Belajar Statistika
Oleh Tedy Mulyanan MPd
Guru SMPN 1 Cibarusah
Statistika merupakan satu di antara
beberapa pokok bahasan di semester
ganjil dalam matematika yang sering
dikeluhkan siswa karena banyak rumus
dan rumitnya penghitungan. Namun
dibalik itu kebermanfaatan materi
statistika ternyata dipergunakandi
berbagai kalangan, dari data secara
nasional, regional, bahkan di kelas.
Selain itu belajar melalui berbuat dan
bermain dapat membuat siswa senang
dan berakibat pada tingginya daya
serap siswa akan materi yang dipelajari.
Hal itulah yang menjadi latar belakang
saya untuk melakukan pembelajaran
statistika pada kelas IX SMPN 1
Cibarusah melalui praktik lapangan.
Siswa dibentuk beberapa kelompok
dan diberikan tugas untuk mencari
data yang dibutuhkan pada sebuah
lingkungan RT yang berlokasi tepat di
belakang sekolah. Data yang diambil di
antaranya adalah mencari data
banyaknya anak di sebuah keluarga,
nomor sepatu anak, tahun lahir anak,
dan tahun lahir kepala keluarga.
Setelah kembali ke kelas, kondisi
langsung ramai dan kondusif dalam
belajar, siswa yang biasa diam dalam
belajar matematika terlihat begitu
antusias dalam melakukan tugas yang
diberikan.
Setelah data terkumpul siswa langsung
membuat tabel frekuensi dan berbagi
tugas untuk membuat diagram gambar,
diagram batang, dan diagram garis
sesuai dengan yang ditugaskan.
Sebelumnya mereka menyiapkan alat
dan bahan untuk menyelesaikan
tugasnya, di antaranya kertas karton
warna, spidol, gunting dan lem.
Kelompok yang telah selesai berteriak,
“Senangnya Belajar Statistika”
kegirangan, dengan bangganya mereka
memamerkan hasil kerja kelompoknya
kepada kelompok yang lain.
Begitu seluruh kelompok selesai
mengerjakan tugasnya, secara bergantian mereka dengan antusias dan
bangganya mempresentasikan hasil
kerja kelompoknya di depan.
Diselingi dengan candaan dan tertawaan dari teman-temannya, seluruh
kelompok berhasil mempresentasikan
tugas yang diberikan dengan baik.
Setelah itu secara bersama-sama
seluruh kelompok menempelkan hasil
karyanya di dinding kelas.
Hasil pekerjaan siswa seluruhnya tidak
ada yang keliru, semuanya mengerjakan sesuai dengan yang diinstruksikan.
Siswa senang karena mendapat nilai
baik dan gurupun senang karena
target kurikulum.
Matematika
69
Siswa menyusun bentuk
persegi panjang.
MTsN Cisaat, Cirebon, Jawa Barat
Ayo Temukan Rumus Luas Lingkaran
Oleh Agus Sudjono MPd
Guru MTsN Cisaat
Siswa terbiasa menggunakan rumusrumus matematika tanpa mengetahui
dari mana rumus itu diperoleh. Sepertinya siswapun tidak peduli tentang hal
tersebut. Karena itu pembelajaran yang
difasilitasi oleh Bapak Mahmud MPd,
guru kelas VIII, menguraikan cara
menurunkan rumus luas lingkaran
dengan cara yang sederhana.
Mengawali pembelajaran, guru
memberi pertanyaan kepada siswa:
“Siapa yang pergi ke sekolah naik
sepeda ?”Seorang siswa menjawab :
“Saya, pak.” Guru melanjutkan,
“Pernahkan kamu menghitung berapa
kali kamu harus mengayuh sepeda
untuk sampai ke sekolah?” Jawab siswa,
“Tidak pernah menghitung pak.”
Pada saat kalian mengayuh sepeda,
roda sepeda akan berputar. Setiap satu
70
kali mengayuh sepada, roda berputar
satu putaran dan sepeda bergerak
sejauh putaran roda sepeda tersebut.
Menghitung jarak yang ditempuh
sepeda itu tidak lain adalah menghitung keliling roda sepeda tersebut.
“Karena roda sepeda berbentuk
lingkaran, ada yang masih ingat rumus
keliling lingkaran?” Seorang siswa
menjawab rumus keliling lingkaran
adalah 2r. “Nah, rumus keliling
lingkaran ini yang akan kita gunakan
pada penurunan rumus luas
lingkaran.” Selain itu, luas bangun
datar lainnya, seperti berikut ini:
1.
2.
3.
BANGUN
DATAR
Persegi panjang
Jajaran genjang
Segitiga
4.
Trapesium
NO
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
Selanjutnya siswa dibagi dalam
kelompok dengan tugas menyiapkan
bahan-bahan beserta kelengkapannya.
Setiap kelompok diberi tugas yang
berbeda yaitu membuat lingkaran
pada kertas yang tersedia, kemudian
dipotong menjadi juring-juring kecil
sebanyak 16 bagian dengan ukuran
dan bentuk yang sama. Kemudian yang
semula berbentuk lingkaran diubah
menjadi bentuk bidang datar lain
sesuai tugas yaitu berbentuk persegi
panjang, jajaran genjang, segitiga atau
trapesium.
Setelah terbentuk dilanjutkan
menghitung luas daerah
bidang datar yang baru
RUMUS
tersebut. Hasil
Pxl
rangkuman perhitungan
axt
siswa dapat dilihat
1
sebagai berikut:
axt
2
1
2
(alas+atas)xt
Beberapa jaring-jaring lingkaran
dalam berbagai bentuk.
Matematika
71
Pak Purnomo menjelaskan cara penggunaan SBF. Dengan SBF siswa menjadi terbantu
belajar faktorisasi aljabar.
SMPN 1 Banjarnegara, Jawa Tengah
Belajar Faktorisasi Bentuk Aljabar
dengan Slide Board Factor (SBF)
Faktorisasi bentuk aljabar
merupakan materi esensi di kelas VIII.
Dalam standar kompetensi lulusan
untuk ujian nasional materi ini
senantiasa muncul. Khususnya,
pemfaktoran bentuk ax2 + bx + c,
dengan a = 1 atau a≠1.
dan c = -24, maka, p x q = -24 dan p +
q =2.
Ternyata diperoleh p = 6 dan q = -4 ,
sehingga: x² + 2x -24 = (x - 4) (x + 6)
Karena itu, perlu cara khusus untuk
menambah gairah siswa dalam belajar.
Salah satunya dilakukan oleh guru
Sebagai contoh pemfaktoran ax2 + bx
SMPN
1 Banjarnegara, Bapak
+ c, dengan a = 1. Faktorkanlah bentuk
Purnomo dengan menggunakan slide
x² + 2x - 24. Penyelesaian: dari bentuk
board factor (SBF). SBF merupakan
x² + 2x - 24, diperoleh: a =1, b = 2 ,
papan yang dapat digeser-geser untuk
dapat menentukan nilai dari a x c = p
x q, dan b = p + q. Alat peraga ini
Papan SBF.
mempunyai banyak keunggulan.
Misalnya, dapat dibuat dengan
+- 1 +- 2 +- 3 - 4
mudah dari papan/tripleks
-24
bekas, karton, atau yang lainnya.
+ 24 + 12 + 8
6
-
-
-
2
72
Untuk memberikan
pengetahuan tentang cara
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
memfaktorkan
bentuk ax2 + bx +
c, dengan a = 1
atau a≠1, terlebih
dulu siswa
membentuk
menjadi beberapa
kelompok. Setiap
kelompok terdiri
atas 4 -5 siswa.
Kemudian guru
mendemonstrasikan cara penggunaan
media SBF. Terlihat semua siswa
memperhatikan dengan seksama.
Selanjutnya siswa diberi kesempatan
untuk mencoba dan berdiskusi
mempraktikkan media SBF sesuai
dengan kelompoknya sampai bisa dan
benar. ”Saya mendampingi siswa
dengan seksama. Setelah siswa
dianggap mahir menggunakan media
tersebut di kelompoknya. Kemudian
saya memberikan soal untuk
dikerjakan tanpa menggunakan media
tersebut,” jelasnya.
Langkah terakhir adalah siswa secara
individu mengerjakan soal tanpa
menggunakan media SBF karena sudah
memahami cara kerja SBF di
pikirannya. “Saya sangat senang belajar
matematika dengan cara seperti ini.
Lebih mudah mengerti dan paham.
Selama ini saya sudah takut duluan
kalau belajar matematika. Tapi, dengan
cara Pak Guru mengajar, saya lebih
senang, jarang marah, dan selalu
gembira,” kata Melliliani Febriat HS,
siswa kelas VIIIA.
PEMBELAJARAN
BAHASA INDONESIA
Salah satu kelompok melakukan talkshow, dan yang lain melakukan penilaian.
SMPN 4 Tanasitolo Wajo, Sulawesi Selatan
Belajar Talkshow dalam Pembelajaran
Bahasa Indonesia
Oleh Amkayus
Guru SMPN 4 Tanasitolo Wajo
Saya merancang materi wawancara
dalam pembelajaran bahasa Indonesia
kelas VIII dengan mereplikasi model
talkshow. Tujuan dari pembelajaran ini
adalah memberi keterampilan kepada
siswa untuk wawancara narasumber
dengan memperhatikan etika
berwawancara.
Saya membentuk siswa menjadi 4
kelom-pok, yang jumlah anggotanya
sama. Setiap kelompok memiliki peran
berbeda. Misal, kelompok I berperan
sebagai pewawancara, kelompok 2
berperan sebagai narasumber dari tim
SAR, kelompok 3 sebagai anak buah
kapal (ABK) Marina Baru, dan
kelompok 4 dari keluarga korban.
Setelah kelompok terbentuk, siswa
diajak menonton video talkshow dari
Youtube. Siswa mengamati dan
74
mengidentifikasi ciri-ciri talkshow,
seperti sikap pewawancara, gestur
tubuh dan model pertanyaan yang
diajukan, dan cara narasumber
menjawab. Tujuannya agar siswa
mengetahui cara membawakan
talkshow yang profesional.
Kemudian setiap kelompok
mempresen-tasikan hasil identifikasi di
depan kelas, yang lain menanggapi.
Hasil identifikasi ini dirangkum guru
dan menjadi alat menilai kualitas
talkshow yang dipraktikkan siswa.
Untuk menggiring siswa memahami
topik wawancara yang akan diadakan,
masing-masing kelompok mendapat
bahan bacaan dengan topik
“Tenggelamnya KM Marina Baru”.
Mereka diberi kesempatan membaca
senyap selama beberapa menit, dan
berdiskusi di kelompok masing-masing
agar mereka menguasai isinya.
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
Fokus diskusi kelompok I
(pewawancara) adalah menyusun
daftar pertanyaan yang akan diajukan
ke masing-masing kelompok
narasumber.
Kelompok tersebut juga memprediksi
jawaban yang akan diberikan dan
tanggapan balik terhadap jawaban
tersebut. Demikian juga kelompok 2,
3, dan 4 berdiskusi dengan fokus
menyusun/ menyiapkan daftar jawaban
atas pertanyaan yang kemungkinan
diajukan oleh kelompok I. Mereka juga
mempersiapkan model gestur yang
sesuai dengan pertanyaan.
Selesai berdiskusi, siswa membentuk
talkshow yang terdiri atas 4 orang
dengan rincian 1 orang perwakilan
dari kelompok I dan 3 orang
narasumber (perwakilan kelompok 2,
3, dan 4 masing-masing 1 orang).
Secara bergiliran, selama 15 menit
Ringkasan hasil wawancara kelompok siswa.
setiap kelompok talkshow tampil
mempraktikan proses wawancara.
Talkshow tampak riuh dan
menyenangkan. Semua berupaya
menunjukkan kemampuannya.
“Bagaimana KM Marina Baru bisa
tenggelam padahal cuaca di laut saat
itu sedang cerah?” tanya pewancara
kepada ABK Marina Baru. “Kami sudah
melakukan perawatan kapal sesuai
prosedur. Kondisi kapal sebenarnya
baik-baik saja, kami juga tidak tahu
mengapa tiba-tiba terjadi kebocoran di
lambung kapal sehingga membuat
kapal tenggelam,” kilah ABK Marina
Baru. Demikian proses talkshow yang
dilakukan siswa. Anggota kelompok
yang tidak tampil memberikan
penilaian kepada kelompok yang
tampil sesuai identifikasi talkshow yang
sudah disepakati para siswa.
Usai talkshow, pewawancara dan
narasumber menyusun ringkasan.
Hasilnya dipresentasikan di kelas,
dipajang di dinding kelas. Siswa tampak
aktif mengikuti pembelajaran. Siswa
membaca, menulis, dan berbicara
secara terintegrasi dalam suasana yang
menyenangkan.
Siswa juga mampu mencari dan
mengolah informasi melalui kegiatan
membaca, mampu mengeskpresikan
ide dan gagasannya secara lisan
(wawancara) dan tertulis (ringkasan).
Selain itu, siswa juga belajar tentang
pentingnya etika dan kesantunan
berbahasa berdasarkan konteks.
Bahasa Indonesia
75
Siswa wawancara tentang pembuatan bakwan., berdiskusi, dan presentasi di depan kelas.
MTsN 2 Tangerang, Banten
Menyajikan Teks Prosedur Berdasarkan
Hasil Pengamatan Lingkungan Sekolah
Memberikan pemahaman yang
abstrak kepada siswa akan lebih mudah
jika dimulai dari hal yang konkret.
Itulah yang mendasari saya melakukan
pembelajaran menulis teks prosedur
membuat atau melakukan sesuatu
dengan meminta siswa kelas VII MTsN
2 Tangerang Banten untuk mengamati
proses atau keadaan di lingkungan
sekolah secara langsung.
Pada pertemuan pembelajaran sebelumnya, siswa saling curah pendapat
tentang manfaat teks prosedur. Lalu
mereka membaca model teks prose-
76
dur secara individu dan mendiskusikan
dalam kelompok tentang struktur teks
dan ciri kebahasaan.
Pada pertemuan kedua ini, siswa
dalam kelompok mendiskusikan objek
pengamatan. Siswa diminta untuk
merumuskan pertanyaan dan fokus
objek pengamatan. Ada yang menentukan kantin, perpustakaan, UKS,
ruang BK, lab IPA, dan lab komputer.
Mereka menentukan pokok-pokok
pengamatan dan bahan pertanyaan
serta berbagi tugas anggota kelompok.
Para siswa diberi kesempatan sekitar
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
15 menit untuk mengamati objek
masing-masing. Kelompok perpustakaan mengamati dan tanya jawab
tentang cara penataan buku, kelompok
UKS tentang cara pengobatan luka,
hingga kelompok kantin tentang cara
membuat makanan.
Mereka kembali ke kelas lalu
memeriksa catatan pengamatan setiap
anggota secara berpasangan dalam
kelompok. Setelah itu, setiap kelompok menyusunnya menjadi teks prosedur yang terstruktur dan lengkap. Saat
penyusunan, saya mendampingi setiap
kelompok untuk meminta mereka
memeriksa urutan logis setiap langkah
prosedur.
Selesai menyusun teks, antarkelompok
saling bertukar karya dan memberikan
komentar berdasarkan kelengkapan
struktur, kebahasaan, dan kelogisan
langkah prosedur. Karya siswa dipajang
sebagai apresiasi.
Selesai berdiskusi, siswa diberikan
kesempatan untuk bertanya tentang
hal yang kurang paham dan saya
memberikan penjelasan penguatan
materi. Lalu, saya memberikan
pertanyaan penguatan: Mengapa kalian
harus dapat menyusun teks prosedur?
Bagaimana pemanfaatan teks prosedur
itu dalam kehidupan sehari-hari?
Selesai evaluasi, siswa diminta
menyimpulkan materi pembelajaran.
Dari refleksi siswa, dapat diketahui
bahwa mereka senang dan lebih
paham cara menyajikan teks prosedur
berdasarkan pengamatan langsung.
Sebagai rencana tindak lanjut, para
siswa diberikan tugas individu
menyusun teks prosedur berdasarkan
hasil pengamatan di lingkungan sekitar
rumah mereka.
Laporan tertulis siswa hasil
wawancara tentang pembuatan
bakwan atau bala-bala.
Bahasa Indonesia
77
SMPN 36 Medan, Sumatera Utara
“Pemodelan Fasilitator”
Atasi Permasalahan Guru dalam
Mengajar Materi Menceritakan
Kembali Cerita Anak
Siswa secara berpasangan dan
bergantian menceritakan cerita yang
telah dibaca.
Oleh Jamal Husein Harahap MPd
Guru SMPN 36 Medan
Satu hal yang paling penting dari
penerapan modul USAID PRIORITAS
adalah pendampingan fasilitator kepada
guru. Melakukan pemodelan oleh
fasilitator di sekolah tempat guru
mengajar bukan hanya dapat membuat
guru memahami strategi mengajar,
tetapi juga dapat menumbuhkan
kepercayaan diri dalam melakukan
inovasi pembelajaran.
“Modeling Fasilitator” ini merupakan
satu fakta yang penulis lakukan dalam
mengatasi persoalan pembelajaran
guru terdamping. Hal ini, berawal dari
membaca tulisan refleksi guru yang di
dalamnya tertulis “Perlu pemodelan
oleh pendamping sebagai wujud
78
alternatif pendampingan terkait
strategi mengajar pada materi
Menceritakan Kembali Cerita Anak
Kelas VII semester satu.”
Guru menerangkan konsep dongeng,
lalu siswa diminta membaca dongeng.
Lalu siswa menulis kembali dongeng
dan menceritakan di depan kelas.
Hasilnya, dari 36 orang siswa hanya
satu yang tampil. Itupun menceritanya
tidak mempunyai alur cerita.
Berdasar fenomena ini, dilakukan
refleksi pembelajaran dan merancang
pembelajaran lanjutan yang akan
diterapkan di kelas yang berbeda
dengan pemodelan langsung oleh
fasilitator. Ternyata hasilnya sangat luar
biasa. Semua siswa sebanyak 36 orang
bisa bercerita.
Apa saja punya orang semua mau sama
dia. Dia mati karena dia berlari ke jalan.
Dia ditabrak motor. Itulah dia orang yang
suka mencuri. mengintip-intip punya
orang. Kalau silap langsung diambilnya.
Makanya dia ketabrak motor. Pernah
waktu itu dia juga ketabrak gara-gara
mengambil barang orang di kedai. Yang
punya kedai itu marah dan dia berlari.
Tiba tiba dia menabrak tiang listrik.Tapi
nggak mati dia. Untung masih bisa ia
berlari. Kalau nggak bakalan mati dia
dibuat sama tukang jualan kedai itu.
Terus diapun mencuri kayak yang tadi
sampai dia mati.”
Bagaiamana keberhasilan itu bisa
terjadi?
Berikut ini kutipan bahasa lisan
seorang siswa yang tampil di
depan kelas dari 36 siswa yang tidak
mampu menceritakan cerita anak.
Ada dua jawaban dari keberhasilan
tersebut yaitu (1) pembelajaran
dilakukan dengan menggunakan LK
yang dilakukan secara kooperatif/
berpasangan (2) pemodelan oleh
fasilitator.
“Cerita ini berjudul Si Kucing yang Nakal.
Dia suka sekali mencuri makanan temannya. Dia juga pelitnya sangat banyak.
Strategi pembelajaran yang dilakukan
dalam pemodelan fasilitator tersebut
sebagai berikut:
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
1. Siswa membaca dongeng yang
disiapkan guru
2. Guru memodelkan cerita ulang
dari dongeng yang dibaca
3. Guru menjelaskan secara singkat
hal penting tentang unsur cerita
dan cara menceritakan ulang
sebuah cerita
4. Membagikan LK yang dikerjakan
berpasangan
5. Membawa siswa ke luar kelas dan
memosisikannya saling berhadapan.
6. Siswa masuk ke dalam kelas dan
kembali ke kelompok.
7. Siswa melakukan refleksi mengenai
pembelajaran yang telah berlangsung dengan panduan pertanyaan
yang diberikan guru yakni :
1) Apa kesulitan yang kamu
rasakan dalam menceritakan
ulang cerita anak yang sudah
kamu baca?
2) Apa saja yang sudah baik kamu
lakukan dalam menceritakan
ulang cerita anak?
Kegiatan bercerita ini dilakukan secara
serentak yang diawali dengan siswa
yang berdiri, lalu yang duduk
mendengarkan. Kemudian berganti.
Ternyata keberanian siswa sangat
kuat dan mampu mengeluarkan ekspresi berceritanya secara alami. Keadaan ini dirasakan siswa sangat rileks
dan bersahabat. Dari 2x40 menit
waktu yang tersedia, semua siswa bisa
bercerita meski dalam kualitas yang
berbeda-beda. Namun, kegiatan
bercerita berlangsung relatif sukses.
Berikut ini kutipan bahasa lisan
seorang siswa yang tampil
terbaik dari 36 siswa yang mampu
menceritakan cerita anak.
“Si Kuncing yang Nakal. Ini adalah cerita
anak yang kubaca. Cerita Si Kucing yang
Nakal ini meceritakan tentang
prilakunya yang suka mencuri. Ketika
pagi menje-lang siang si Kucing dan
teman-temannya sedang bermain di
halaman. Mereka menaruh makanannya
di dekat pintu pagar. Recananya
makanan itu akan dimakan bersama
setelah selesai bermain. Si kucing yang
sudah kalah di awal permainan, ia harus
isitrahat menunggu temannya selesai.
Pada saat itulak si kucing memakani
makanan temannya.Yang lain ia
sembunyikan di rimbunan bunga yang
ada di halaman. Ia akan membawanya
pulang ke Rumahnya.
juga berlari. Saat berlari si Kucing
menabrak tiang listrik yang ada pinggir
jalan besar itu.Tapi, Kucing masih bisa
berdiri dan menyelamatkan dirinya dari
kejaran pemilik kedai yang ada di sebelah
rumahnya. Pemilik rumah itu sangat
marah dan akan menghukumnya kalua
nanti ketemu dengan kucing”
Hal penting dari refleksi pembelajaran
dan kegiatan pendampingan
dengan”model fasilitator” ini adalah
adanya jalan keluar mengatasi masalah
yang diselesaikan secara bersama.
Untuk pendampingan dengan “model
fasilitator” tidak hanya dapat dilakukan
oleh fasilitator tetapi dapat juga
dengan teman sejawat.
Setelah selesai mereka bermain, temantemannya mengajak untuk makan
bersama di bawah pohon rambutan
yang ada di halaman rumah. Namun,
makanan itu sudah tidak ada lagi.
Karena semua teman kucing marah tak
tentu, si Kucing pucat.Teman-temannya
melihat ke arah si Kucing. Karena
merasa bersalah ia lari dari halaman
tempat bermain. Saat menyebarang
jalan kucing yang sangat ketakutan, tidak
melihat ke kiri dan ke kanan. Kucing
tergilas motor. Si Kucing mati di tempat.
Si Kucing sebelum ketabrak sama motor,
pernah juga ia mencuri di kedai yang
ada di dekat rumahnya. Si Kucing
dimarahi pemiliknya. Ketika itu, Kucing
Catatan refleksi siswa setelah
pembelajaran modeling oleh fasilitator.
Bahasa Indonesia
79
Berdasarkan
kegiatan
eksperimen,
siswa belajar
menulis
laporan teks
rekaman
percobaan.
SMPN 1 Blangpidie, Aceh Barat Daya
Melakukan Eksperimen untuk Menulis
Laporan Teks Rekaman Percobaan
Oleh Nurul Mulyani SPd
Guru SMPN 1 Blangpidie
Menulis itu penting. Akan tetapi,
secara umum masih ada kendala untuk
keterampilan ini, di antaranya minat
siswa yang kurang terhadap kegiatan
menulis khususnya menulis laporan
teks rekaman percobaan, pun siswa
menganggap sulit saat memulai
kegiatan menulis tersebut.
Hal itu mendorong saya untuk
mengajak para siswa IXA melakukan
eksperimen. Eksperimen diharapkan
dapat meningkatkan kreativitas siswa
dalam menulis laporan. Juga, siswa
dapat dengan mudah menulis laporan
teks rekaman percobaan karena
80
mereka langsung membuat percobaan
tersebut sehingga hasil laporannya
sesuai dengan percobaan yang ia
lakukan bukan hasil rekayasa. Dengan
pembelajaran ini juga dapat membantu
guru IPA dalam memberi tugas siswa
membuat laporan praktikum.
Strategi yang dilakukan, guru menggunakan Model Discovery atau penemuan
untuk materi teks rekaman percobaan. Dengan model ini diharapkan
siswa akan belajar memahami konsep,
arti, dan hubungan, melalui proses
intuitif untuk akhirnya sampai kepada
suatu kesimpulan.
Tahapan pembelajaran dilakukan sebagai berikut: Guru memilih percobaan
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
yang akan dilakukan dan menyiapkan
alat serta bahan percobaan. Untuk
memberi kesempatan berpikir tingkat
tinggi, siswa membuat hipotesis
tentang percobaan yang akan mereka
lakukan.
Dalam pembelajaran ini, siswa
melakukan percobaan sampai
percobaan tersebut berhasil. Hasilnya,
siswa dapat menemukan jawaban dari
hipotesis yang mereka buat, sehingga
dengan mudah mereka dapat menulis
laporan teks rekaman percobaan
sesuai dengan struktur teks.
“Kami senang dapat melakukan
percobaan-percobaan dan kami dapat
dengan mudah menuliskan laporan
Hasil laporan teks rekaman
percobaan yang dibuat oleh
salah seorang siswa.
Teks Rekaman Percobaan karena
percobaan itu langsung kami lakukan,”
jelas Nura Qamara siswa kelas IXA.
Dampaknya, kegiatan eksperimen ini
siswa menemukan cara untuk percobaan-percobaan yang dilakukannya dan
menuliskan laporan percobaan.
”Siswa lebih aktif ketika melakukan
ekspe-rimen dan mereka dapat
menuangkan ide-ide kreatif yang
mereka untuk menemukan solusi pada
percobaan tersebut sehingga mereka
dapat membuat laporan secara
terperinci.
Bahasa Indonesia
81
Siswa mengamati guci tua peninggalan masa kerajaan Daya.
MTsN Lamno, Aceh Jaya
Situs Sejarah Poteu Meureuhom,
Inspirasi dalam Menulis
Oleh Asnida
Guru MTsN Lamno
Situs sejarah Kerajaan Daya di Lamno,
Aceh Jaya, memiliki kisah sejarah yang
tidak terpisahkan dengan cerita
kegemilangan Kerajaan Aceh masa lalu.
Sultan Salathin Alaiddin Ri'ayat Syah,
merupakan raja yang memerintah
Negeri Daya antara tahun 1480-1508.
Beliau, setelah mangkatnya diberi gelar
Meureuhom Daya atau Poteu
Meureuhom.
Saat ini, situs sejarah itu masih terawat
82
rapi, bahkan setiap tahunnya dilakukan
kegiatan adat yang digelar setiap Idul
Adha. Nah, mengingat megahnya situs
sejarah tersebut bagi masyarakat, kami
berinisiatif untuk menjadikan objek
tersebut sebagai media pembelajaran
bahasa Indonesia terutama dalam
menulis cerita.
Selama ini ada anggapan siswa bahwa
menulis cerita sangat sulit sehinga
mereka takut dan tidak percaya diri
untuk menulis. Dengan memanfaatkan
situs sejarah, kami berharap siswa
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
dapat belajar menuangkan sesuatu
yang dilihatnya menjadi sebuah tulisan.
Selain itu, mengajak siswa untuk
menceritakan kembali sejarah sehingga
orang yang membacanya lebih paham
pada sejarah tersebut. Proses ini juga
akan menjadikan pelajaran Bahasa
Indonesia, khususnya menulis lebih
menarik dan menyenangkan, sembari
memperdalam rasa cinta sejarah dan
budaya daerahnya.
Strateginya, guru terlebih dahulu
menjelaskan tujuan pembelajaran dan
memberikan materi tentang menulis
cerita. Selanjunya, siswa bersama guru
menuju lokasi situs sejarah secara
bersama. Setibanya di lokasi, siswa
mendapatkan informasi awal dari
petugas situs sejarah sebelum melakukan observasi. Lalu, observasi dilakukan oleh siswa selama 30 menit. Sambil mengamati, siswa juga membuat
tulisan yang berkaitan dengan objek
sejarah tersebut. Sekembalinya ke
sekolah, siswa merapikan tulisan dan
guru bertindak sebagai fasilitator
untuk menyempurnakan hasil karya
tulisan cerita siswa. Diakhir sesi,
beberapa siswa menceritakan hasil
tulisan mereka di depan kelas dan
guru memberi penguatan tulisan
cerita dari hasil kunjungan tersebut.
“Sebenarnya kami sering ke tempat ini
saat kegiatan adat, namun tidak terpikirkan oleh kami bahwa sebenarnya
tempat ini bisa dijadikan media pembelajaran untuk menulis cerita. Dari
hasil amatan dan informasi dari petugas situs, kami dengan mudah dapat
menulis dan membandingkan antara
sejarah awal Kerajaan Kuala Daya
dengan keadaan sekarang.” cerita
Putri Humaira siswi kelas VIII MTsN
Lamno.
terlihat dan siswa lebih bersemangat
menulis jika ada suatu objek yang
dapat mereka tulis, daripada harus
mengarang di dalam kelas. Lainnya,
perbendaharaan kata-kata dalam
tulisan siswa lebih meningkat. Semoga
dengan menulis cerita yang dilakukan
sembari mengamati langsung objek
peninggalan sejarah ini, bukan saja
menambah keterampilan menulis siswa
tetapi juga menambah rasa cinta
mereka kepada peninggalan sejarah
sebagai jati diri bangsa.
Dampak dari kegiatan ini, rasa percaya
diri siswa untuk menulis sudah mulai
Siswa mengamati dan
memperoleh
informasi silsilah
kerajaan Daya.
Bahasa Indonesia
83
Pohon kata buatan guru untuk media siswa membuat puisi. Media ini membantu siswa memperkaya
kosa kata dalam membuat puisi.
MTsN Garut, Jawa Barat
Inspirasi Puisi dari Pohon Kata:
Sulit Memulai Lebih Sulit Mengakhiri
Oleh Rina Rosmayana
Guru MTsN Garut
Setiap tahun, saat menjelaskan
pembelajaran “menulis puisi” pada
siswa kelas VII semester 2, siswa
spontan mengeluh kesulitan. Kali ini
saya mengajarkan puisi menggunakan
pohon kata untuk mengatasi
permasalahan kesulitan dan
keengganan siswa menulis puisi.
Langkah pembelajarannya sebagai
berikut:
motivasi siswa dengan bermain kata
melalui larik berantai. Saya
mengatakan satu larik tentang puisi
bertema keindahan alam sesuai
kompetensi dasar yang akan dipelajari.
Lariknya sebagai berikut “Rembulan
penuh// .......//Merenda kisah. Mentari
tersenyum//..........//Dalam dekap//.......
Kunci jawabannya: “Rembulan penuh//
Malam bertabur bintang// Merenda
kisah” Puisi kedua kuncinya “Mentari
tersenyum// Bersanding awan// Dalam
dekap// Menghangat.
1. Dalam apersepsi saya membangun
84
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
Dari kegiatan memotivasi siswa hasil
dibahas tentang pola puisi Haiku (5-75 suku kata per barisnya), Sonian(6-54-3 suku kata tiap barisnya) dan siswa
akan mempelajari puisi bebas yang
tidak terikat pola tertentu.
2. Siswa dibagi menjadi 7 kelompok,
masing-masing kelompok terdiri dari 6
orang siswa.
3. Selanjutnya siswa mengamati
gambar yang berhubungan dengan
keindahan alam dalam LK 1 lalu
mengisi matrik yang disediakan dengan
pilihan kata yang terinspirasi dari
gambar dalam LK 1. Dalam hal ini
siswa sudah memiliki pemahaman kata
abstrak dan kata konkret.
4. Setiap anggota kelompok adu cepat
menyebutkan satu kata dilanjutkan
searah jarum jam, dan siswa
selanjutnya tidak boleh menyebutkan
kata yang sama. Masing-masing
anggota minimal mengumpulkan 10
kata untuk satu objek gambar yang
diamati.
5. Kelompok yang tercepat
menyelesaikan mengerjakan LK 1
diberi tanda bintang se-suai rangking.
LK 1 diisi dalam matrik yang
diperbesar menggunakan kertas plano.
6. Sebelumnya siswa ditugaskan
membuat daun-daun kecil yang sesuai
kreasinya. Langkah berikutnya siswa
diminta menuliskan kata-kata yang ada
di matrik ke daun. Kata-kata konkret
yang ditulis dapat membangun
imajinasi siswa sehingga memiliki nilai
rasa tertentu yang dapat dinikmati
oleh panca indra baik penglihatan,
pendengaran, perabaan, ataupun
perasaan. Siswa juga diperbolehkan
mencantumkan turunan katanya.
Misalnya “desir, desiran, berdesir,
mendesir. Diharapkan dengan ini
siswa memiliki kosa kata yang lebih
kaya.
7. Selesai menuangkan kata-kata dalam
daun, siswa adu cepat kembali
merangkai daun tersebut dalam pohon
yang disusun di kertas plano. Masing-
masing siswa dalam kelompok
memiliki jenis daun dan warna daun
yang berbeda sehingga mereka
mengenali pilihan kata yang
dimilikinya.
8. Selanjutnya window shopping atau
belanja hasil karya. Dalam searah
jarum jam, siswa diminta berbelanja
pilihan kata yang tidak dimiliki untuk
menambah koleksinya.
9. Tugas kelompok selesai, tibalah
pada tugas yang sesungguhnya, yakni
menulis puisi bertema keindahan alam
dan pengalaman yang pernah dialami.
Siswa mengerjakan LK 2 yang di
dalamnya ada informasi tentang Haiku
(bentuk puisi baru sepanjang empat
larik dengan pola 5-7-5 suku kata
perlarik), Sonian (jenis puisi baru
puisi), dan puisi bebas beserta tiga
contohnya. Dengan berbekal pilihan
kata yang ada dalam pohon kata siswa
diminta menulis puisi minimal tiga
buah.
10. Terakhir, menyimpulkan
pembelajaran yang telah dilaksanakan,
refleksi siswa, dan memberikan tugas
terstruktur mandiri berlatih menulis
puisi lalu dikirim kepada guru melalui
sms untuk dikomentari.
Hal yang berharga dari pengalaman
pembelajaran ini, menulis puisi
memerlukan pilihan kata yang tepat
dan memiliki nilai keindahan. Dengan
pohon kata tersebut secara tidak
langsung anak belajar diksi dan kosa
kata yang sangat berguna saat menulis
sebuah puisi.
Melalui kegiatan ini siswa sampai tidak
menyadari bahwa kegiatan yang
dilakukannya ujung-ujungnya harus
menulis puisi. Salah satu siswa
bertanya, “Bu, bagaimana lagi
permainannya?” Dari pertanyaan itu
saya sadar bahwa pada pertemuan ini
siswa benar benar terhanyut sedang
bermain bukan sedang belajar.
Tetapi ada hal yang perlu diperbaiki,
terutama dalam pengelolaan waktunya.
Pembelajaran ini dilakukan dalam dua
kali pertemuan. Sebaiknya dibuat
dalam tiga kali pertemuan karena
harus ada proses perenungan saat
menuangkan dari pohon kata ke dalam
puisi.
Dampak perubahan dari menulis puisi
melalui “Pohon Kata” siswa aktif
mengumpulkan kosa kata dengan pilihan kata yang tepat, siswa juga menganggap bahwa menulis puisi tidak sulit
terbukti dengan hasil refleksi mereka
banyak yang menulis, “Saya senang
menulis puisi melalui pohon kata.”
Ketuntasan untuk kompetensi dasar ini
pun 90 persen di atas kriteria
ketuntasan minimal (KKM).
Alhamdulillah, sampai saat ini untuk
mewadahi minat menulis puisi, saya
membuat grup di Facebook ‘Sonian
MTsN Garut’ yang beranggotakan
guru bahasa Indonesia yang memberi
komentar dan apresiasi terhadap
postingan siswa.
Bahasa Indonesia
85
Muhammad Isrul, siswa SMPN 4
Tanasitolo, menerima penghargaan dari
Bupati Wajo, Andi Burhanuddin Unru,
karena prestasinya menjuarai penulisan
cerpen tingkat nasional.
SMPN 4 Tanasitolo, Wajo, Sulawesi Selatan
Siswa Wajo Juara I Nasional Menulis
Cerpen dan Ini Kiat-Kiatnya
Siswa kelas VIII SMPN 4 Tanasitolo
Wajo, Muhammad Isrul, menjadi juara
pertama lomba menulis cerita (LMC)
tingkat SMP se-Indonesia yang
diselenggarakan oleh Ditjen
Dikdasmen, Kemendikbud pada
November 2015 lalu. Cerpennya
berhasil menyisihkan 2.043 naskah
cerpen dari seluruh Indonesia. Cerpen
yang berjudul “Piala di atas Dangau”
juga dimuat di majalah sastra bergengsi
Horison.
Rajin membaca merupakan salah satu
kiat Isrul. “Saya selalu menjadwalkan
waktu untuk membaca buku. Dengan
sering membaca, kita bisa lebih banyak
ide dan kosa kata,” kata penyuka buku
sejarah dan inspiratif ini.Yang juga
penting, lanjutnya, harus sering berlatih
menulis.
Menurut Amkayus, guru bahasa
Indonesia yang menjadi pembimbing
86
Isrul, program budaya baca yang
dikenalkan USAID PRIORITAS di
SMPN 4 Tanasitolo telah mendorong
siswa untuk rajin membaca. “Di setiap
kelas kita membuat sudut baca.
Sekolah juga memiliki taman baca yang
membuat siswa nyaman dan mudah
mendapatkan buku bacaan. Sekolah
juga membuat buku kontrol membaca.
Dalam buku tersebut, siswa harus
menceritakan kembali secara singkat
isi buku yang dibacanya. Siswa yang
paling banyak membaca dan paling
bagus ringkasannya diangkat jadi raja
dan ratu baca setiap bulannya,” jelas
Amkayus.
Menurutnya, kebiasaan membaca dan
menulis membuat siswa lebih mudah
menuangkan gagasannya dalam tulisan,
termasuk membuat cerpen. Untuk
bisa juara sampai tingkat nasional, ada
beberapa kiat yang dia terapkan dalam
membimbing siswa.
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
Pertama, siswa diajak membaca
bersama-sama cerpen-cerpen yang
pernah juara sebelumnya. “Cerpen
yang juara adalah yang menginspirasi,
yang kadang terbit dari pengalaman
pribadi,” ujarnya.
Kedua, cerpen dibuat rancangannya
terlebih dahulu. Ketiga, rancangan
diturunkan dalam tulisan secara
bertahap paragraf per paragraf.
“Setiap selesai satu paragraf, saya
bimbing siswa baik dari segi kosa kata,
pengembangan ceritanya, dan lainlain,” katanya.
Keempat, mengatur konflik dalam
cerita. “Agar cerita menarik, konflikkonflik dalam cerita harus
dimunculkan namun diatur
penempatannya dengan baik,” katanya
lagi. Hasilnya, siswanya berhasil
menjadi juara 1 tingkat nasional
membuat cerpen.
Mts Al Fauzan, Lumajang, Jawa Timur
Pahami Teks Eksemplum
Melalui Cerita Bergambar
Siswa Kelas IX MTs Al Fauzan
Lumajang belajar memahami Teks
Eksemplum, yakni membuat cerita
bergambar asal usul desa mereka
masing-masing. Sekolah mitra yang
menjadi satu dengan Pondok Pesantren Al Fauzan Lumajang ini mewajibkan seluruh siswanya untuk tinggal di
pondok pesantren. Asal usul desa para
siswa pun berbeda-beda dan menarik
untuk dituangkan ke dalam cerita
bergambar. Inilah yang dilakukan oleh
Ita Winarti guru bahasa Indonesia di
MTs Al Fauzan.
“Pembelajaran kali ini saya buat berbeda agar siswa tidak hanya sekadar
menemukan pengertian Teks Eksemplum, namun mereka bisa membuat
Teks Eksemplum melalui cerita
bergambar buatan mereka sendiri,”
terangnya.
Kegiatan diawali dengan pencarian
informasi terkait pengertian Teks
Eksemplum. Siswa di kelas dibagi
dalam tugas kelompok dan diminta
mencari informasi di luar kelas, yakni
di perpustakaan, internet, buku, dan
museum Al Fauzan. Sambil membawa
lembar kerja (LK) mereka mulai
mencari pengertian Teks Eksemplum
melalui 4 pusat informasi. Setelah
mendapatkannya, seluruh kelompok
kembali ke kelas dan
merangkum hasil
yang mereka
peroleh di LK. Hasil
kelompok tadi kemudian dipresentasikan oleh setiap kelompok.
Langkah selanjutnya, tugas individu di
mana setiap siswa membuat cerita
bergambar asal usul desa mereka
masing-masing sesuai dengan struktur
penulisan yang lengkap yang terdiri
dari orientasi, insiden, dan interpretasi. Orientasi merupakan pusat cerita
berasal, yakni asal desa siswa masingmasing. Dilanjutkan dengan insiden
atau peristiwa yang pernah terjadi
sehingga kejadian tersebut menjadikan nama desa. Ditutup dengan interpretasi atau pesan moral yang
didapatkan dari cerita.
Hampir semua siswa mampu menceritakan asal usul desa mereka masingmasing dalam bentuk cerita bergambar yang menarik. Akmal siswa kelas
IX merasa lebih mudah memahami
Teks Eksemplum dan ciri-cirinya
melalui cerita bergambar yang ia buat.
Siang itu, Ahmad menceritakan
tentang Desa Bangsal Sari Jember, asal
usul tempat tinggalnya. Masuk dalam
ciri Orientasi, Ahmad menceritakan
asal usul desanya Bangsal Sari diawali
Teks eksemplum asal usul desa yang
dibuat oleh siswa.
dengan keberadaan dua tokoh cerita
Kakek dan Nenek Nambi yang hidup
di sebuah hutan tak bernama.
“Nenek Nambi senang menanam bunga, namun Kakek selalu meremehkannya. Suatu hari bunga tersebut
merekah semua dan nenek menjualnya
ke pasar. Ternyata banyak sekali peminat bunga nenek. Kakek tak menyangka bunga tersebut laku dijual dan disukai orang. Tempat tinggal sang nenek
menjadi terkenal. Melihat kenyataannya
tersebut kakek minta maaf dengan
membuatkan rumah-rumahan atau
bangsal di tengah taman bunga. Sejak
itu tempat itu dikenal sebagai Bangsal
Sari,” cerita Ahmad disambut tepuk
tangan seluruh temannya.
Di akhir kegiatan, hasil karya setiap
siswa ditempelkan di dinding. Beberapa
siswa saat istirahat enggan meninggalkan kelas dan lebih memilih menghabiskan waktu dengan membaca cerita
asal usul desa teman-temannya yang
ditempel di dinding.
Bahasa Indonesia
87
Siswa sedang wawancara pedagang sekitar sekolah sebagai sumber informasi.
SMPN 4 Tigaraksa, Banten
Belajar Jadi Penulis Berita
Bapak Yusuf Sajidin, guru bahasa
Indonesia SMPN 4 Tigaraksa,
berpendapat siswa di kelas VII perlu
mendapatkan pemahaman tentang nilai
sebuah berita. “Mungkin siswa tidak
pernah menulis berita sehingga siswa
tidak paham nilai berita,” katanya.
yang berasal dari remaja. “Anak-anak,
siapa yang pernah melihat kecelakaan
di jalan raya lalu melaporkan kejadian
tersebut kepada orang lain seperti
orangtua, guru, teman atau
saudaranya?” tanya Pak Yusuf kepada
seluruh siswa di kelas.
Pak Yusuf berharap pembelajarannya
kali ini dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk membuat sebuah
berita tertulis. Selain itu, dia juga ingin
siswa dapat peka terhadap kejadian
yang berada di sekitarnya sehingga
memunculkan minat jurnalisme warga
Beberapa siswa mengacungkan jari
berpendapat bahwa mereka pernah
melakukannya. Lalu dia menjelaskan,
“Tidak hanya peristiwa kecelakaan di
jalan raya, tetapi kejadian apa saja yang
berada di sekitar kita ternyata bisa
menjadi sebuah berita.”
88
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
Guru membentuk kelompok kecil
siswa dengan memberi nama sesuai
nama media cetak. Setiap perwakilan
kelompok mengambil undian tentang
topik berita yang sudah ditentukan.
Topik tersebut antara lain, pedagang
kaki lima di sekitar sekolah, prestasi
SMPN 4 Tigaraksa, siswa berprestasi
menurut kepala sekolah, manfaat
makanan sehat yang dijual di kantin
sekolah dan pengalaman mengajar di
SMPN 4 Tigaraksa.
Sebelum wawancara dengan narasumber dilakukan, setiap kelompok
menyusun pertanyaan yang menjadi
panduan untuk menggali informasi.
Kegiatan wawancara dilakukan selama
30 menit di luar kelas sesuai topik
berita yang sudah ditentukan. Pak
Yusuf memantau aktivitas siswa di luar
kelas tersebut.
Setelah siswa selesai melakukan
wawancara, mereka kembali ke kelas
dan mulai menyusun informasi
wawancara sehingga menjadi sebuah
berita yang menarik. Setiap siswa
dalam kelompok bisa saling melengkapi satu sama lain berdasar hasil
wawancara. Kemudian siswa
memajangkan berita di lembar kertas
buffalo yang sudah disediakan. Usai
memajangkan berita, tiap kelompok
dilakukan kunjung karya dan saling
memberi penilaian antar kelompok.
Penilaian dilakukan berdasarkan bobot
berita, 5W+1H.
Kendala dalam pembelajaran ini adalah
waktu yang kurang lama untuk
menghasilkan sebuah berita yang
maksimal. Walaupun demikian, dengan
waktu yang sangat singkat ternyata
mampu menciptakan pembelajaran
yang bermakna bagi siswa. Terbukti
atas pengakuan seorang siswa, dia
ingin menjadi reporter berita di
kemudian hari karena profesi penulis
berita ternyata memberikan banyak
informasi yang baik.
Laporan tertulis siswa hasil wawancara dengan pedagang.
Bahasa Indonesia
89
MTsN 2 Tangerang, Banten
Ciptakan Siswa Kreatif melalui
Bahasa Indonesia
Gunakan Foto Agar Siswa
Menulis Cerpen
Menulis cerita pendek berdasarkan
foto dapat membantu siswa kelas IX
yang kesulitan dalam mencari ide
penulisan. Pembelajaran ini bertujuan
agar siswa dapat menulis cerita
pendek berdasarkan peristiwa nyata
yang dialami siswa. Peristiwa dan
pengalaman siswa itu terdapat dalam
foto yang dibawa siswa.
Cerpen halaman satu dari tiga halaman
karya siswa yang ide ceritanya diambil
dari foto yang dibawa siswa.
Bapak Ahmad Hanapiyah, guru
MTsN 2 Tangerang, membuat
siswa yang belajar bahasa
Indonesia tidak hanya mampu
berbahasa Indonesia yang baik,
tetapi berhasil membuat
siswanya kreatif. Berikut adalah
beberapa pembelajaran di kelas
VII dan IX yang dia fasilitasi.
Sebelum pembelajaran siswa diminta
untuk membawa foto dirinya bersama
keluarga atau teman dalam suatu
peristiwa atau kegiatan. Untuk
menemukan inspirasi menulis, siswa
diberi kesempatan untuk meng-amati
orang-orang dalam foto, mengingat
kejadian bahkan mungkin konflik yang
muncul. Kemudian hasil pengamatan
dan pengalaman siswa tersebut
dituangkan dalam lembar kerja yang
menyangkut kata kunci 'apa, mengapa,
bagaimana, siapa, di mana dan kapan'.
Setelah itu siswa membuat garis besar
ide cerita yang akan ditulisnya.
Langkah selanjutnya, siswa diminta
berpasangan dengan teman yang
duduk di sebelahnya. Teknik curhat
(curah pendapat) dilakukan dengan
tujuan melatih dan menggali
kedalaman dan kelancaran ide penu-
90
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
lisan cerpen. Berdasar curhat tersebut,
siswa mengembangkan garis besar
cerita menjadi tulisan cerita pendek.
Usai menulis, cerpen karya siswa
saling ditukar dengan teman.
Kemudian secara berkelompok siswa
menyatukan lembaran cerpennya ke
dalam satu kumpulan cerpen. Siswa
berbagi peran, ada yang menjadi
ilustrator sampul, penulis kata
pengantar, penyusun cerpen secara
alfabetis, dan penjilid. Hasilnya, ada
empat kumpulan cerpen dalam satu
kelas. Siswa merasa senang dengan
pembelajaran ini dan merasa tidak
kesulitan untuk menulis.
Menceritakan Fabel dengan Peta
Konsep dan Cerita Berpasangan
Fabel menjadi salah satu materi
pembelajaran di kelas VII.6 yang saya
bimbing di semester dua. Fabel ini
dapat dipelajari secara teks maupun
lisan. Kemampuan membaca teks fabel
berupa memahami fungsi, struktur, dan
ciri kebahasaan fabel. Kemampuan
tersebut menjadi dasar dalam kemampuan lisan yaitu menceritakan fabel.
Saya menerapkan teknik pembuatan
peta konsep garis besar cerita dan
cerita berpasangan. Pada pertemuan
sebelumnya, siswa diberi tugas untuk
mencari teks fabel dari buku cerita,
majalah, atau internet. Mereka boleh
mencatat ulang teks, membawa buku
atau majalahnya, serta mencetak dari
internet. Guru memastikan bahwa
yang dibawa siswa benar merupakan
fabel.
Di awal pembelajaran, siswa
mencurahkan pendapat tentang
manfaat menceritakan fabel dan
pengalaman mereka bercerita. Siswa
lalu menyimak cerita fabel yang
disampaikan oleh guru. Guru lalu
bertanya kepada siswa tentang hal-hal
apa saja yang harus dikuasai saat
seorang bercerita seperti yang guru
contohkan. Siswa lalu menyimpulkan
hal-hal yang harus dikuasai dalm
bercerita yaitu struktur cerita atau
garis besar cerita, volume suara,
intonasi, ekspresi, dan interaksi.
Kegiatan berikutnya, siswa secara
individu membaca fabel dari teks
masing-masing. Selanjutnya, mereka
menuliskan garis besar cerita atau
struktur fabel ke dalam peta konsep.
Struktur peta konsep itu terdiri dari
orientasi (pengenalan tokoh, latar),
komplikasi (masalah), resolusi
(penyele-saian), dan koda (perubahan
nasib tokoh dan pesan cerita).
Tujuan pembuatan peta konsep ini
agar siswa memahami garis besar
cerita sehingga memudahkan mereka
untuk menceritakan kembali isi fabel.
Untuk menarik minat, guru
mempersilakan siswa membuat
gambar peta konsep yang beragam
sesuai keinginan siswa. Ada yang
Siswa sedang saling menceritakan karya fabel buatannya secara bergiliran di kelompok.
berupa kotak, segitiga, awan, bahkan
kepala binatang sesuai tokoh cerita
seperti kancil, gajah, dan kura-kura.
Dalam menentukan struktur ini, siswa
tidak menemukan masalah karena
sudah pernah membuat analisis
struktur fabel dalam materi
pertemuan sebelumnya. Setelah itu,
siswa berpasangan dengan teman di
sebelahnya untuk berlatih bercerita
secara bergantian. Mereka saling
bertukar peta konsep dan memberi
tahu temannya jika ada garis besar
cerita yang terlewatkan. Siswa bercerita garis besar cerita menggunakan
kalimat sendiri dan tidak harus sama
dengan kalimat teks sehingga tidak
terpaku pada teks atau hapalan.
Pada saat bercerita, tampak siswa ada
yang tersendat-sendat, ada yang
tertawa, ada yang saling mengingatkan,
terlihat akrab dan antusias. Mereka
diminta untuk mengomentari kejelasan
volume suara, kelancaran bercerita,
variasi intonasi, serta kontak mata.
Selanjutnya, siswa berkelompok dan
ditugaskan untuk bercerita secara
bergiliran di dalam kelompok masingmasing. Sebagai panduan penilaian
bercerita teman, siswa berpandu pada
lembar pengamatan penilaian bercerita
yang merupakan kesepakatan pada
awal pembelajaran yaitu pengua-saan
struktur fabel, volume suara, intonasi,
ekspresi, dan interaksi.
Secara bergiliran siswa menyampaikan
cerita fabel seperti Kelinci yang
Sombong, Monyet yang Angkuh, Rubah
dan Kambing, Kancil dan Gajah, dan
lainnya. Selesai bercerita, siswa diminta
untuk menentukan satu karya siswa
terbaik. Tiga siswa terbaik mendapat
nominasi calon peserta lomba
bercerita di perpustakaan daerah.
Bahasa Indonesia
91
Siswa sedang meresensi buku dengan menggunakan matrik analisis.
MTsN Bobotsari, Purbalingga, Jawa Tengah
Meresensi Buku Melalui Matriks Analisis
Oleh Agung Wisnu Aji MPd
MTsN Bobotsari, Purbalingga,
Fasilitator USAID PRIORITAS.
Pada materi meresensi buku pengetahuan di kelas IXG MTsN Bobotsari,
dilaksanakan dua kali pertemuan atau
empat jam pelajaran. Pertemuan pertama dilaksanakan pada Senin jam 1-2,
dan pertemuan kedua Sabtu Jam 3-4.
Pertemuan pertama dan kedua
kehadiran siswa 100%. Jumlah siswa 36
terdiri atas 18 laki-laki dan 18
perempuan. Guru melaksanakan
langkah-langkah pembelajaran sesuai
dengan skenario pembelajaran. Adapun
92
urutan proses pembelajarannya
sebagai berikut:
Sebelum pembelajaran guru perlu
menyiapkan bacaan yang akan
diresensi oleh siswa. Bacaan yang
dipilih seyogyanya disesuaikan dengan
kondisi siswa, baik dari tebal buku,
maupun isinya. Guru membuat
matriks analisis berupa kalimat yang
berisi sub tema dalam bacaan serta
petanyaan yang akan dijawab oleh
siswa.
Langkah kegiatan :
Pertemuan pertama
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
Kegiatan Pendahuluan diisi dengan
pengondisian siswa (salam, mengecek
kehadiran siswa, dll), apersepsi,
motivasi, penyampaian tujuan
pembelajaran, dan ruang lingkup
materi pembelajaran.
Pada kegiatan inti, guru mengaitkan
materi meresensi buku dengan
kegiatan bazar buku yang telah
dilakukan di sekolah. Siswa akan
diminta untuk menganalisis contoh
resensi buku.
Guru membagikan bahan pengamatan
berupa contoh resensi buku, kemu-
dian meminta siswa membaca secara
individu. Guru bersama siswa menyimpulkan bagian-bagian (struktur)
resensi buku.
Siswa dipersilakan untuk memilih salah
satu judul buku yang telah disiapkan
guru dan membaca membaca senyap
selama 20 menit.
Siswa membentuk kelompok sesuai
dengan judul buku yang dibacanya
maksimal 5 anak/kelompok. Siswa
menemukan identitas buku yang
dibaca bersama kelompoknya.
Perwakilan kelompok menyampaikan
hasil diskusinya kelompok lain
menanggapi.
Kegiatan penutup pada pertemuan
pertama adalah guru bersama siswa
menyimpulkan tentang bagian-bagaian
resensi buku dan identitas buku. Guru
memberi tugas agar siswa
menyelesaikan membaca buku
tersebut di rumah.
Pada pertemuan kedua, siswa
berkelompok sesuai dengan kelompok
pada pertemuan pertama. Guru
meminta siswa agar membaca sekilas
buku yang telah dibacanya. Hal ini
penting untuk membangkitkan
memori siswa. Guru membagikan
matriks analisis yang harus dikerjakan
siswa. Perwakilan kelompok
menyampaikan hasil analisisnya
kelompok lain menanggapi.
LK yang dibagikan guru dijadikan
panduan bekerja siswa secara individu.
Guru meminta kepada siswa untuk
menulis resensi buku yang
dibacanya dengan
mengembangkan matrik
analisis menjadi beberapa
paragraf. Pada awal
paragraf siswa dapat
mengambil paragraf
pertama pada prakata atau
kata pengantar buku. Hal
ini untuk memudah-kan
siswa mengawali
tulisannya. Paragraf
selanjutnya siswa
mengembangkan matrik
analisis. Pada bagian akhir
siswa diminta menulis
penilaian buku tersebut.
Perwakilan siswa
menyampaikan hasil
pekerjaannya. Karya siswa
kemudian dipajang
ditempat yang disediakan.
Pada kegiatan penutup,
guru bersama siswa
menyimpulkan dan
merefleksi apa yang telah
dilakukan pada pertemuan
tersebut. Salah seorang
siswa menyampaikan
kesan, ”Ia senang dan bisa
menulis resensi dengan
tepat.” Sebagai pengayaan,
guru memberikan tugas
membaca buku-buku
cerita kemudian berlatih
membuat resensi.
Hasil resensi buku yang dibuat siswa.
Bahasa Indonesia
93
Kiri: kutipan puisi yang dipilih sebagai media pertama untuk menentukan unsur-unsur puisi. Kanan: tanaman hias yang akan
diidentifikasi siswa untuk mementukan kata kunci puisi sebagai media kedua.
SMPN 1 Purwareja Klampok, Banjarnegara, Jawa Tengah
Permudah Siswa Menulis Puisi dengan Variasi Media
Oleh Dwi Widiyastuti SPd
Fasilitator Bahasa Indonesia
Materi menulis puisi gampanggampang susah. Bagi yang sudah akrab
dengan puisi, ia dengan mudahnya
menggoreskan pena menuangkan ide
dalam kertas. Bagi yang tidak terbiasa
sangat sulit menulis apalagi menuangkan kalimat yang puitis. Puisi lahir dari
hati sehingga siapa yang bisa menafsirkan lebih dalam kalimat puisi berarti
dia paham betul apa makna yang
terkandung dalam puisi. Sebaliknya bila
tidak bisa menafsirkan kalimat puisi
berarti makna yang terkandung dalam
94
puisi hanya sebatas pemahaman yang
makro. “Apa manfaat puisi dalam
kehidupan kita” tanya Ibu Leksana
Dewi Utami mengawali pembelajaran
menulis puisi berkenaan dengan
keindahan alam di SMPN 1 Purwareja
Klampok Banjarnegara.
“Menghilangkan rasa galau di hati,”
begitu jawaban Putri salah seorang
siswa yang mungkin perasaannya
sedang galau. Banyak jawaban dari
siswa-siswa tentang puisi yang
bervariasi sehingga memang benar
bahwa puisi luapan hati bagi orang
yang merasakan sesuatu kejadian
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
dalam kehidupan ini.
Materi puisi selama ini memang
dianggap cukup sulit bagi yang tidak
senang dengan sastra terutama
menulis puisi. Metode yang digunakan
memudahkan siswa untuk bisa menulis
puisi dengan mudah dan
menyenangkan. Menulis puisi dengan
media pembelajaran yang tepat
membawa siswa mencapai indikator
yang diharapkan. Media yang bervariasi
ternyata mampu menguak ide siswa
untuk menulis kata demi kata, kalimat
demi kalimat sehingga menjadi puisi
yang indah.
Cara pembelajaran yang dilakukan
yaitu dengan saintifik inkuiri, peta
pikiran, bekerja secara kelompok, dan
mengujungi hasil kerja kelompok
sebagai hasil akhir penilaian.
Siswa dibagi menjadi tujuh kelompok
secara heterogen (tiap kelompok 4-5
siswa) agar terjadi saling interaksi
antar siswa dalam menuangkan idenya.
Menumbuhkan pertanyaan tentang
materi yang berkaitan dengan puisi.
Siswa mengamati dan membaca puisi
yang ditempel di papan tulis sebagai
media klasikal. Media ini digunakan
untuk mengenalkan para siswa puisi
dengan tema keindahan alam. Siswa
mengidentifikasi unsur intrinsik puisi.
Media kedua yang digunakan yaitu
bunga hidup dalam pot. Media ini
membimbing siswa berpikir riil
terhadap benda yang akan dijadikan
puisi. Diambil pot bunga untuk
mengambil salah satu benda yang ada
dalam pemandangan yaitu tanaman
hias (bunga hidup).
Siswa kemudian mengidentifikasi pot
bunga yang berisi tanaman hias untuk
mencari kata kunci dalam puisi. Siswa
mencoba membuat kalimat puisi
sesuai dengan kata kunci yang
ditemukan.
Media yang ketiga berupa siswa diajak
melihat media gambar pemandangan
hasil karya siswa untuk membuat puisi.
Hasil karya yang digunakan adalah
milik Radhika Mahar Dini kelas IXC
tahun 2014. Siswa berdiskusi dan
menemukan kata kunci yang ada
dalam gambar pemandangan. Siswa
diberikan lembar kerja I untuk
dikerjakan secara kelompok. Siswa
mendapat gambar pemandangan
sebagai media dan mencari kata kunci
serta membuat kalimat puisi
bedasarkan kata kunci. Setelah selesai
mengerjakan lembar kerja. Kemudian
siswa menyampaikan hasil kerja secara
kelompok dengan perwakilan salah
satu dari kelompok.
Usai presentasi dan mendapatkan
tanggapan dari siswa yang lain, siswa
diberikan lembar kerja II untuk
dikerjakan secara individu. Masingmasing siswa mendapat gambar
pemandangan yang berbeda. Siswa
mengidentifikasi kata kunci dan
membuat puisi secara utuh. Waktu
setiap pengerjaan sekitar 20 menit.
menempel hasil kerja individu dan
kelompok ke dalam lembar kerja
kelompok. Siswa lalu mengunjungi hasil
karya kelompok lain. Terakhir kegiatan
pembelajaran siswa menulis refleksi.
Setiap kelompok mewakilkan anggota
kelompoknya untuk menilai hasil kerja
kelompok lain dengan memberi tanda
bintang. Hasil akhir pembelajaran ini
mengagumkan semua siswa mampu
menulis puisi dengan baik. Jadi tunggu
apalagi ternyata menulis puisi itu
mudah dan menyenangkan.
Tampak mereka fokus dan seperti
menerawang melihat gambar yang
mereka dapatkan. Suasana menjadi
sangat sunyi. Larut dalam imajinasi
siswa.
Kegiatan membuat puisi selesai dan
guru meminta siswa menilai hasil kerja
individu secara berpasangan. “1,2,3..
silakan berpasangan dengan pasangan
terdekat,” kata guru. Suasana menjadi
ramai, karena banyak yang senyumsenyum sendiri membaca dan menilai
hasil puisi temannya berdasarkan
pedoman penilaian yang telah
diberikan oleh guru.
Kegiatan penilaian diakhiri dengan
Guru mendampingi siswa menata
pemajangan hasil karyanya di kelas.
Bahasa Indonesia
95
Siswa sedang menyusun bahasa
petunjuk di kelompok.
SMPN 2 Wonokerto, Jawa Tengah
Asyiknya Menyusun Bahasa Petunjuk
Pembelajaran menulis bahasa
petunjuk sering terasa membosankan
apabila guru kurang kreatif dalam
mengelola pembelajaran. Ibu Wiji
Lestari SPd, guru bahasa Indonesia
SMPN 2 Wonokerto menggunakan
metode permainan sehingga
pembelajaran menulis petunjuk kali ini
menjadi menyenangkan dan mudah
dipahami oleh siswa.
Guru memulai pembelajaran dengan
memperlihatkan bubuk kopi. “Ada yang
tahu bagaimana cara memanfaatkan
kopi untuk menghilangkan bau
sepatu?” siswa spontan tertawa dan
mengangkat tangan ingin menjawab.
“Caranya, ambil satu sendok bubuk
kopi. Lalu bubuk kopi ditaburkan di
sekitar sepatu sehingga bau sepatu
96
akan berganti dengan bau kopi,” jawab
salah seorang siswa menceritakan
runtut cara menghilangkan bau sepatu
dengan kopi. Siswa yang lain
menyambut dengan tepuk tangan dan
riuh tawa. “Nah, anak-anak, baru saja
temanmu tadi membuat bahasa
petunjuk. Sekarang, siapa yang tahu
apa itu bahasa petunjuk?” Guru
memberi kesempatan dua siswa
menjawab dengan kata-katanya
sendiri.
Sesi berikutnya tidak kalah seru. Guru
memberikan sebuah kaleng kepada
siswa. Siswa memutarkan kaleng
sambil menyanyikan lagu “Oh Ibu dan
Ayah”. Kaleng berakhir di salah satu
siswa seiring dengan berakhirnya lagu.
Siswa yang mendapat kaleng diminta
mengambil amplop dalam toples.
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
Amplop dibuka dan di dalamnya
terdapat bahasa petunjuk yang
dibacakan siswa. Siswa melakukan
kegiatan sesuai petunjuk dalam
amplop tersebut. Ternyata dalam
petunjuk itu terdapat kuis tentang ciri
bahasa petunjuk. Ketika siswa mampu
menjawab, guru memberi apresiasi
kepada siswa dengan mengalungkan
medali berupa permen yang disambut
riuh tepuk tangan siswa.
Kemudian siswa dibentuk kelompok,
yang dilakukan berdasar warna
bungkus permen yang diterima.
Untuk menambah semangat, setiap
kelompok membuat yel-yel kelompok.
Selanjutnya guru membagi bungkusan
untuk setiap kelompok. Isinya aneka
ragam bahan mentah. Ada yang
mendapatkan mentimun, wortel, jahe,
pisang, jambu dan lain-lain
“Anak-anak, coba tunjukkan apa yang
kalian peroleh untuk masing-masing
kelompok!” Siswa beramai-ramai
mengangkat bahan yang diperoleh
kelompoknya dengan penuh semangat.
“Sekarang, bersama dengan kelompok
kalian, coba susunlah sebuah bahasa
petunjuk untuk memanfaatkan benda
atau buah yang kalian peroleh itu!
Jangan lupa, kalian juga akan memeragakan bahasa petunjuk yang kalian
buat nanti bersama kelompok kalian,
ya!” Ibu Wiji memberi instruksi
kepada siswa.
Pada tahap berikutnya, bersama
dengan kelompok, siswa berdiskusi
untuk menyusun bahasa petunjuk
memanfaatkan bahan mentah yang
diterima setiap kelompok. Mula-mula
mereka bingung dalam menemukan
ide pemanfaatan bahan. Namun, guru
berkeliling dan memberikan arahan
dalam menyusun bahasa petunjuk,
sehingga siswa kembali asyik bekerja
dalam kelompok.
Setelah waktu yang ditentukan sudah
habis, siswa mengakhiri tugas kelompoknya. Ternyata mereka mampu
menyusun bahasa petunjuk yang
runtut dan memenuhi syarat-syarat
penulisan bahasa petunjuk yang baik
melalui inovasi pemanfaatan bahan
mentah yang disediakan guru.
Selanjutnya semua kelompok mempresentasikan bahasa petunjuk yang
sudah dibuat, sekaligus memeraga-
kannya di depan teman-temannya.
Kelompok lain memberi komentar
terhadap hasil karya kelompok lain.
“Petunjuk Membuat Pedoyo. Pertamatama, siapkan beberapa mentimun.
Cuci mentimun sampai bersih, lalu
buanglah ujung mentimun tersebut
dan siapkan air dalam panci. Kemudian
masukkan mentimun sampai terendam. Nyalakan api, tunggu hingga air
mendidih dan tunggu mentimun sampai lunak. Bila sudah matang, matikan
kompor dan bersihkan mentimun.
Selanjutnya, cara membuat sambel
pedoyo yaitu, pertama-tama siapkan
cobek lalu cabe merah, cabe rawit,
kencur garam, terasi yang telah
dipanggang dihaluskan. Setelah halus,
maka sambel pedoyo siap untuk
dihidangkan,” papar Ela Setiyawati
siswa kelas VIII-E saat mempresentasikan hasil pekerjaannya.
dengan baik. Nilai karakter yang
ditanamkan adalah sikap kerja sama
dan saling menghargai dengan orang
lain.
Setelah semua kelompok presentasi
dan dikomentari kelompok lain,
mereka merevisi hasil karyanya, lalu
menempel hasilnya di papan pajang.
Pada refleksi pembelajaran, siswa
menyampaikan sudah mampu menyusun bahasa petunjuk dengan baik
sesuai dengan syarat-syarat bahasa
petunjuk yang baik. Pembelajaran
terasa tidak membosankan dan
mengaktifkan semua siswa.
Guru tidak perlu banyak berteori
tentang apa itu bahasa petunjuk, tetapi
siswa mampu menemukan sendiri
cara menyusun bahasa petunjuk
Siswa menunjukkan bahasa petunjuk
yang dibuatnya.
Bahasa Indonesia
97
Caption
Siswa sedang bercerita secara estafet. Cara ini berhasil meningkatkan kepercayaan diri siswa untuk mau bercerita.
SMPN 1 Doloksanggul, Humbang Hasundutan, Sumatera Utara
Tingkatkan Percaya Diri melalui Bercerita Estafet
Oleh Kristina SPd
Guru SMPN 1 Doloksanggul
Bercerita menjadi salah satu momok
bagi siswa. Mengapa? Karena tidak setiap siswa memiliki keterampilan tersebut. Bercerita membutuhkan keterampilan berbicara. Walaupun sejak kecil,
kita sudah memiliki keterampilan
berbicara yang diajarkan orang tua,
98
tapi berbicara yang bagaimana?
Materi bercerita merupakan materi
pelajaran bahasa Indonesia kelas IX
semester ganjil, pada Kompetensi
Dasar 6.1 Menceritakan Kembali
Secara Lisan Isi Cerpen. Adapun
tujuan pembelajaran ini ada dua, yang
pertama adalah sebelum bercerita
siswa dapat menemukan unsur-unsur
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
intrinsik cerpen yang disertai dengan
bukti-bukti pendukung, dan yang
kedua adalah siswa dapat menceritakan kembali isi cerpen dengan
menggunakan kalimat sendiri.
Selama ini dalam membawakan materi
ini saya hanya ceramah, selanjutnya
siswa membaca teks cerpen dan
menemukan unsur-unsur intrinsik
cerpen yang akan diceritakan. Pada
tahap berikutnya, setiap individu
tampil di depan kelas untuk
menceritakan kembali cerita yang baru
dibacanya.
Pada praktiknya, secara umum siswa
tidak ingin tampil sesuai dengan waktu
yang sudah ditetapkan, siswa selalu
menyampaikan ketidaksiapannya dan
mengulur waktu untuk bercerita. Saat
ditanya, mereka menyampaikan berbagai alasan. Dari 36 siswa, yang siap
tampil bercerita hanya 10-15 siswa.
Sejujurnya, cara yang saya gunakan
selama ini tidak efektif dan maksimal,
selain membutuhkan waktu yang
lumayan banyak, juga ketika ada
sebagian siswa yang tidak ingin tampil
bercerita dengan segala upaya,
akhirnya siswa tersebut dibiarkan
begitu saja, karena tuntutan waktu
yang sangat terbatas.
Untuk mengatasi itulah saya mencoba
mengubah cara saya dalam membawakan materi ini, yang tadinya
bercerita secara individu, saya ubah
menjadi bercerita secara estafet.
Adapun langkah-langkah
pembelajarannya adalah sebagai
berikut:
(1) Siswa diberi teks cerpen
(2) siswa diberi kesempatan untuk
membaca teks cerita yang sudah
dibagi (sesuai waktu yang tersedia).
(3) Siswa mendiskusikan unsur-unsur
intrinsik teks cerpen yang sudah
dibaca.
(4) Setiap kelompok
mempresentasikan hasil diskusinya
tentang unsur-unsur intrinsik
cerpen mulai dari tokoh,
penokohan, setting, plot, tema,
amanat, alur sebagai pedoman saat
bercerita nanti.
(5) Tanya jawab seputar hal-hal yang
harus diperhatikan saat bercerita.
(6) Membagikan rubrik penilaian yang
akan digunakan saat bercerita.
Sebelum bercerita, siswa dipastikan
sudah mengetahui aspek-aspek apa
yang akan dinilai saat bercerita.
(7) Secara berkelompok siswa berlatih
untuk bercerita secara estafet
tanpa menentukan bagian cerita
yang akan diceritakan dengan
tujuan agar semua siswa menguasai
semua isi cerita secara utuh. Untuk
menciptakan suasana rileks, latihan
boleh dilakukan di luar kelas.
(8) Setiap kelompok tampil di depan
kelas untuk bercerita dengan
kalimat sendiri.
bahkan ketiga kalinya hingga cerita
selesai. Semua siswa benar-benar
berkonsentrasi dari awal sampai akhir.
Artinya kelompok yang tampil
bercerita tidak boleh lepas tanggung
jawab sebelum usai cerita disampaikan.
Pada dasarnya alasan yang melatarbelakangi pembuatan pembelajaran
seperti ini, sebelumnya ada beberapa
siswa enggan bercerita di depan
teman-temannya. Bahkan, ada siswa
tidak mau beranjak dari tempat
duduknya.
Setelah dibuat dengan cara bercerita
estafet ini, semua siswa mau tampil
bercerita. Berdasarkan pengamatan
saya ternyata pengaruh teman untuk
sama-sama berdiri di depan memberi
kekuatan tersendiri bagi siswa yang
tadinya tidak ingin tampil sama sekali.
Di samping itu, dengan bercerita
estafet, guru sudah dapat menilai siswa
secara keseluruhan dalam waktu yang
sangat singkat. Selama ini, jika semua
siswa harus tampil satu persatu, akan
membutuhkan waktu dua sampai tiga
kali lipat dari waktu yang sudah
diprogramkan.
Dalam hal ini gurulah yang menentukan siapa yang memulai cerita,
dilanjutkan oleh siapa, dan seterusnya
hingga selesai cerita tersebut. Hal ini
bertujuan agar semua siswa selalu
konsentrasi mana kala guru menunjuk
siswa lain melanjutkan cerita tersebut.
Bahkan siswa yang sudah dapat giliran
bisa mendapat giliran kedua kalinya,
Bahasa Indonesia
99
Hasil karya siswa dalam membuat iklan pendek dipajangkan di mading kelas.
SMPN 4 Tanasitolo, Sulawesi Selatan
Amati Bendanya dan Tulis Iklannya
Oleh Amkayus
SMPN 4 Tanasitolo
Tulisan ini merupakan pengalaman
saya saat mengajarkan materi menulis
iklan baris dengan bahasa yang singkat,
padat dan jelas di kelas IX. Tujuan yang
ingin dicapai dalam pembelajaran ini
adalah siswa mampu mengekspresikan
pikiran dan gagasannya dalam bentuk
iklan baris.
Berdasarkan tujuan tersebut, indikator
pencapaian dari aspek pengetahuan,
siswa mampu mengidentifikasi (1)
kekhasan cara pengungkapan (struktur
retorika) iklan baris dan (2) kekhasan
unsur kebahasaan iklan baris.
Sedangkan dari aspek keterampilan,
peserta didik mampu (1) menulis iklan
100
baris dengan bahasa yang sigkat, padat
dan jelas dan (2) menyunting iklan
baris.
Berdasar tujuan dan indikator tersebut, kegiatan pembelajaran dirancang
dalam dua kali pertemuan. Pertemuan
pertama fokus pada aspek kompetensi
pengetahuan dengan langkah-langkah
pembelajaran sebagai berikut:

Siswa dibagi menjadi lima
kelompok, tiap kelompok terdiri
atas empat orang.

Masing-masing anggota kelompok
menyiapkan koran yang berisi
iklan. Koran tersebut dibawa dari
rumah sesuai dengan kesepakatan
pertemuan sebelumnya.
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs

Siswa mengamati model iklan baris
yang terdapat dalam koran,
kelmpok I mengamati iklan motor.
Kelompok II, iklan mobil.
Kelompok III, notebook (laptop).
Kelompok IV, iklan rumah.
Kelompok V iklan tanah.

Masing –masing kelompok
mendiskusikan model-model
penyingkatan yang ditemukan
dalam iklan baris kemudian
menuliskan dalam lembar kerja.

Masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya.
Melalui kegiatan pembelajaran pada
pertemuan pertama ini, siswa telah
memiliki pengetahuan faktual,
konseptual, dan prosedural tentang
teks iklan baris. Pengetahuan tersebut
diaplikasikan menjadi sebuah keterampilan menulis dan menghasilkan karya
nyata berupa teks iklan baris.
Kegiatan pembelajaran pada
pertemuan kedua, fokus pada aspek
kompetensi keterampilan, yaitu
praktik menulis teks iklan baris. Pada
pertemuan kedua ini, kegiatan
pembelajaran berlangsung di luar
kelas. Langkah-langkah pembelajaran
sebagai berikut:

Sebelum keluar dari ruang kelas,
siswa bergabung dengan
kelompoknya (sesuai dengan
pertemuan pertama).

Guru menyiapkan lima kartu
undian, kartu I (motor), kartu 2
(mobil), kartu 3 (tanah), kartu 4
(laptop), kartu 5 (rumah). Masingmasing perwakilan kelompok
mengambil satu kartu undian

Siswa keluar dari ruang kelas dan
mencari benda sesuai dengan
undian yang telah dicabut. Secara
berkelompok siswa mencermati
benda yang telah ditemukan,
kemudian mengumpulkan data
spesimen objek (benda).

Siswa kembali ke ruang kelas.
Masing-masing kelompok
mengidentifikasi data spesimen
objek yang dianggap penting dan
layak dimunculkan dalam iklan.
Selanjutnya dibuat bentuk
singkatannya.

Secara individu, siswa menyusun
teks iklan sesuai dengan data
spesimen obyek.

Secara berkelompok, siswa menyunting hasil kerja (iklan) buatannya. Siswa memilih iklan yang
terbaik untuk dipresentasikan.
Setelah mengidentifikasi ciri iklan
jual motor bekas, dan mengamati
langsung spesimen motor di luar
kelas, salah satu kelompok
membuat iklan menjual motor
sebagai berikut: Motor: Jual mtr
GT Soul, wrn putih. Tahun 2015
DW 4315 BU. 15 Jt. Lgkp dg
BPKB/STNK. Hub: 0812 4320
1363.
Refleksi dari pembelajaran ini
menunjukkan bahwa pembelajaran
menulis teks iklan dengan mengamati
langsung objek (benda) sangat efektif
dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Dari aspek proses pembelajaran,
terlihat pada antuitas siswa dalam
mengikuti pelajaran, motivasi kerja
siswa baik secara individu maupun
kelompok. Dari aspek hasil
pembelajaran, siswa mampu mencapai
nilai KKM, baik secara individu maupun
klasikal.
Siswa melakukan observasi motor yang akan dibikinkan iklan penjualan.
Bahasa Indonesia
101
Siswa menunjukkan surat yang
dibuatnya untuk kepala sekolah.
MTsN 3 Kuningan, Jawa Barat
Berbalas Surat Pembaca dengan Kepala Madrasah
Oleh Nita Hernawati SPd
MTsN 3 Kuningan
Salah satu aktivitas pembelajaran
menulis surat pembaca yang pernah
saya lakukan adalah berbalas surat.
Seperti halnya pembelajaran pada
materi lain, saya mengelompokkan
siswa dalam kelas menjadi enam
kelompok kecil. Di awal pembelajaran,
siswa diberi contoh surat pembaca
untuk dianalisis sehingga mereka
paham tentang menulis surat pembaca
yang mengikuti kaidah kebahasaan yang
baik dan benar.
Setelah itu, masing-masing kelompok
mengambil undian yang disediakan
untuk menentukan objek yang akan
102
mereka amati dan dijadikan objek
penulisan. Objek yang diambil
disesuaikan dengan kompetensi dasar
yaitu tentang lingkungan sekolah,
misalnya UKS, masjid sekolah,
perpustakaan, kantin sekolah, lab.
MIPA, dan lab. Bahasa. Masing-masing
kelompok akan mengamati objek yang
berbeda. Pada menit berikutnya,
seluruh siswa dalam kelompok
mengamati secara langsung objek yang
terpilih untuk menuliskan hasil
pengamatannya serta komentar yang
ingin mereka sampaikan kepada pihak
sekolah. Waktu pengamatan dibatasi
hingga 15 menit saja.
Selesai pengamatan siswa kembali
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
masuk ke kelas dan masing-masing
anggota kelompok menyampaikan
hasil pengamatan mereka di dalam
kelompok. Selanjutnya ketua
kelompok memimpin diskusi untuk
menyusun surat pembaca yang utuh
berdasarkan masukan dari semua
anggota kelompok.
Setelah tersusun, masing-masing
kelompok mempresentasikan hasilnya
di depan kelompok lain untuk diberi
komentar. Surat pembaca yang telah
disepakati kelompok berdasarkan
komentar dari kelompok lain,
disunting dan dituliskan kembali pada
kertas folio bergaris atau kertas surat
yang telah disediakan.
Apresiasi yang baik dibutuhkan pada
karya siswa manapun. Itu menjadi
bahan pertimbangan bagi saya untuk
memotivasi dan menghargai sekecil
apapun karya siswa. Maka dari itu,
setelah surat pembaca yang ditulis
masing-masing kelompok terselesaikan
dengan baik, saya persilakan setiap
kelompok untuk mengirimkannya
kepada Kepala MTsN 3 Kuningan via
POS terdekat.
Mengapa mengirim surat via POS
menjadi bagian penting dari pembelajaran ini? Karena saya meyakini bahwa
anak-anak di zaman sekarang tidak
mengenal lebih jauh tentang fungsi
kantor POS dan bahkan mungkin
banyak dari mereka yang tidak paham
bagaimana cara berkirim surat via
POS.
Langkah selanjutnya yang saya lakukan
adalah bekerja sama dengan kepala
madrasah untuk turut serta
mengapresiasi dengan cara membalas
surat pembaca yang ditulis siswa, dan
kembali mengirimkan surat balasan
tersebut via POS melalui alamat
rumah siswa masing-masing. Sungguh
aktivitas belajar yang menyenangkan
dan membanggakan bagi siswa, karena
mereka bisa berbalas surat dengan
kepala madrasahnya sendiri.
Metode ini cocok dilakukan bagi
sekolah yang tidak mempunyai media
jurnalistik tulis seperti buletin, majalah,
dan surat kabar sekolah.
Surat pembaca yang ditulis oleh siswa.
Bahasa Indonesia
103
Siswa sedang memberi kririk dan pujian terhadap
hasil kasrya seni buatan temannya.
SMPN 2 Doloksanggul, Humbang Hasundutan, Sumatera Utara
Memberikan Kritik dan Pujian Terhadap
Hasil Karya Seni Buatan Siswa Sendiri
Oleh Seventina Purba
Guru SMPN 2 Doloksanggul
Materi mengkritik dan memuji
berbagai karya (seni/ produk) dengan
bahasa yang lugas dan santun merupakan materi untuk siswa kelas IX.
memberikan kritikan atau pujian
terhadap karya seni karena
pemahaman siswa tidak sama dengan
pemahaman pelukis terkenal. Lalu saya
mencoba menyuruh siswa untuk
membuat karya seni sendiri.
Selama ini dalam membawakan materi
ini saya hanya berfokus pada ceramah
tentang bagaimana cara menyampaikan
kritik dan pujian terhadap karya seni
yang ada di buku teks atau mencari
karya seni milik pelukis terkenal, lalu
mereka menuliskannya pada buku
tugas masing-masing.
Adapun langkah-langkah yang saya
buat dalam kegiatan ini adalah, yang
pertama saya memberikan kertas HVS
kepada setiap siswa. Lalu siswa
diminta untuk membuat karya seni
sendiri-sendiri. Dalam hal ini saya
memberikan kebebasan kepada siswa
untuk menuangkan ide tentang
gambar apa yang mereka buat.
Setelah saya lihat hasilnya, ternyata
hasil kritikan yang mereka buat tidak
sesuai dengan yang diharapkan. Kalau
saya perhatikan siswa kesulitan untuk
Setelah selesai menggambar saya
meminta siswa unyuk mengumpulkan
hasil karya masing-masing di tengah
meja kelompok.Yang berikutnya
104
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
adalah setiap kelompok berdiskusi
untuk menentukan satu karya terbaik
yang akan ditukarkan ke kelompok
lain untuk dikomentari. Setelah ditukar
setiap kelompok memberikan kritikan
dan pujian terhadap karya kelompok
lain. Ternyata siswa menjadi lebih aktif
dan senang karena mereka lebih
leluasa untuk mengkritik dan memuji
karya teman sendiri. Setelah selesai
mengkritik dan memuji setiap
kelompok secara bergiliran
mempresentasikan hasil diskusinya.
Saya perhatikan dengan menggunakan
cara seperti ini siswa lebih semangat
dan lebih mudah untuk memberikan
kritikan dan pujian terhadap karya
temannya sendiri. Disamping itu siswa
juga lebih kreatif dalam membuat
karya seni.
PEMBELAJARAN
BAHASA INGGRIS
Salah satu hasil karya menulis pengalaman imajinatif siswa yang
dibuat dalam bentuk komik.
SMPN 1 Bukateja, Purbalingga, Jawa Tengah
Buat Bahasa Inggris Menjadi Menyenangkan Melalui
NET dan MST
Membuat pembelajaran bahasa
Inggris menjadi menyenangkan,
merupakan strategi Bapak
Soderi, guru kelas VIII SMPN 1
Bukateja untuk membuat
siswanya mampu menggunakan
bahasa Inggris dalam kehidupan
sehari-hari. Dua pembelajaran
berikut menjadi buktinya.
106
Oleh Soderi,
Guru SMPN 1 Bukateja
Pada pembelajaran menulis teks
recount tidak hanya pada pemahaman
penggunaan kata kerja terutama
irregular verb, tetapi juga pada gagasan
cerita. Siswa masih kesulitan untuk
merangkai suatu peristiwa dengan
peristiwa yang lain menjadi suatu
cerita. Ketika siswa diminta menulis
pengalaman pribadi selama liburan
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
misalnya, mereka mengalami kesulitan
mengembangkan tulisan karena sebagian dari mereka tidak mempunyai
pengalaman liburan yang bervariasi.
Hal ini menjadikan siswa merasa tidak
nyaman di awal proses penulisan dan
tidak tertarik untuk meneruskan tugas
menulisnya.
Dengan menggunakan never ending
timelines (NET), pembelajaran menulis
teks recount dapat meningkatkan
kemampuan siswa menulis teks mono-
log pendek berbentuk teks recount
dengan lebih panjang dan teliti. Kegiatan guru difokuskan pada upaya meningkatkan penggunaan kata kerja past
tense sebanyak mungkin dalam teks
recount dengan cara menyenangkan.
Setelah kegiatan pendahuluan, kegiatan
dilanjutkan dengan mendengarkan
sebuah teks recount pendek tidak lebih
dari lima kalimat, yang berisi pengalaman guru pergi ke sawah. Siswa
diminta untuk menuliskan kata kerja
dari cerita yang diperdengarkan.
Selanjutnya guru mengajak siswa
untuk bersama-sama menceritakan
kembali cerita tersebut dengan
bantuan kata kunci yang mereka tulis.
Beberapa siswa juga diminta menceritakan kembali cerita tersebut sendiri
dengan bantuan kata kunci secara
lisan. Guru juga memberi kesempatan
siswa untuk menanyakan hal-hal yang
belum dipahami.
Kegiatan pembelajaran dilanjutkan
dengan merangkai NET, yaitu suatu
draf cerita yang berupa rangkaian kata
kerja sebagai kata kunci yang
merupakan kontribusi dari seluruh
siswa dalam kelas. Hal pertama yang
dilakukan guru adalah membuat bagan
timeline berupa rangkaian kotak atau
bentuk lain di papan tulis.
Jumlah kotak yang dibuat selanjutnya
tergantung dari berapa banyak sumbangan ide cerita yang diberikan siswa.
Guru menentukan giliran siswa dan
membuat kesepakatan berapa kali satu
kata kunci boleh berulang. Para siswa
saling berebut untuk
mendapat giliran
menyumbang kata kunci.
Di akhir sesi ini, papan tulis
penuh dengan timeline yang
terisi kata kerja bentuk past
tense. Kata kerja past tense
ini dipilih yang sesuai
dengan konteks cerita,
yaitu peristiwa yang terjadi
dalam satu pekan. Upaya
guru untuk mengeksplorasi
kemampuan siswa dalam
menyebutkan kata kerja
past tense ini diharapkan bisa maksimal
di sesi ini. Guru dapat membantu siswa
yang kesulitan menemukan ide dengan
mengajaknya berimaginasi tentang
peristiwa apa yang menarik yang
mungkin terjadi pada tokoh cerita.
Selanjutnya, guru mengajak siswa
membaca rangkaian kata kunci dengan
nyaring, mempersilahkan siswa
menanyakan kata kunci yang belum
dipahami dan memberikan kesempatan
kepada siswa lain untuk menjawab.
Kegiatan berikutnya, berdasarkan kata
kunci di NET setiap siswa diminta
menulis satu kalimat pada kertas post
it, dan menempelkannya pada kotak
NET. Siswa bersama-sama mengklarifikasi jawaban temannya dengan cara
membacanya secara nyaring, serta
memperbaiki kalimat yang dinilai
kurang tepat. Sesi pembacaan nyaring
diwarnai gelak tawa siswa karena alur
cerita mengalir ke sana kemari menjadi
cerita yang lucu, menyenangkan, kemudian berbalik menyedihkan atau bahkan cerita menjadi tidak masuk akal.
Kegiatan dilanjutkan dengan free
writing. Siswa diminta menulis pengalaman imaginatifnya selama sepekan.
Siswa dibebaskan mengungkapkan
tulisannya dalam berbagai bentuk,
misalnya komik. Di akhir kegiatan,
siswa saling mengunjungi karya
temannya. Karya siswa terbaik digantung di bawah jendela depan kelas.
Timeline berupa rangkaian
kotak atau bentuk lain.
Bahasa Inggris
107
Setelah kegiatan pendahuluan, kegiatan
dilanjutkan dengan membaca senyap
sebuah MST. Teks yang dibaca terdiri
dari dua kalimat. Guru membaca teks
dan siswa menirukan untuk membaca
nyaring. Guru mengajak siswa untuk
bersama-sama memahami cerita
dengan menggunakan mind map. Siswa
berdiskusi untuk mengerjakan tugas
kelompok tersebut di LK.
Hasil karya individu salah seorang siswa berupa komik dalam penggunaan mini story
text dalam pembelajaran menulis kreatif.
Pembelajaran berikutnya mengenai
penggunaan Mini Story Text dalam
pembelajaran menulis kreatif. Dalam
pembelajaran bahasa Inggris di SMP,
upaya meningkatkan kemampuan literasi informasi seringkali berbenturan
dengan budaya baca dan tulis siswa
yang masih rendah, apalagi untuk membaca dan menulis dalam bahasa Inggris.
Pada pembelajaran teks narrative,
bacaan yang digunakan biasanya
merupakan teks yang panjang dengan
struktur kalimat yang kompleks. Teks
bacaan yang panjang ini seringkali
membuat siswa malas untuk
membacanya dan mereka mengalami
108
Beberapa siswa selanjutnya diminta
mengisi mind map di papan tulis. Guru
kemudian mengajukan beberapa
pertanyaan secara lisan berdasarkan
mind map tesebut, misalnya dengan
pertanyaan “Who rode the tricyle?”.
Siswa dalam kelompok menjawab
secara lisan. Jawaban yang diharapkan
dari siswa berupa kalimat lengkap,
misalnya “Jake and Kate rode the
tricycle.” Melalui kegiatan ini diharapkan siswa berlatih struktur kalimat.
kesulitan untuk memahami isi
ceritanya. Tugas menulis cerita menjadi
lebih sulit bagi siswa, ketika teks
model panjang dan kompleks.
Penyediaan teks cerita sangat pendek
(a mini story text - MST) dapat membantu siswa meningkatkan literasi
informasi melalui kegiatan membaca
dan menulis yang menyenangkan.
Penggunaan MST sebagai variasi
materi pembelajaran mampu mengurangi kejenuhan siswa dalam pembelajaran membaca dan menulis. MST
juga efektif sebagai teks model yang
dimanfaatkan dalam pembelajaran
berbicara atau menulis cerita.
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
Contoh mini story text dan lembar kerja
mind map.
Kegiatan pembelajaran dilanjutkan
dengan membuat timelines dari MST
yang telah dibaca. Guru membuat
bagan timelines di papan tulis. Jumlah
kotak pad timelines yang dibuat
berdasarkan jumlah kelompok yang
ada dalam kelas, yakni delapan kotak.
Tugas siswa adalah mengisi kotak
timelines dengan kata kerja bentuk past
tense dengan menjawab pertanyaan
“What happened next?” Setiap
kelompok harus menjawab dengan
kata kerja yang berbeda. Guru terlebih
dahulu menentukan giliran kelompok
untuk menjawab. Kreatifitas siswa
akan menentukan bagaimana cerita
akan berakhir.
Kegiatan pembelajaran dilanjutkan
dengan menulis kalimat berdasarkan
kata kerja yang tertulis di timelines di
papan tulis. Guru memberi waktu
kepada siswa untuk berpikir. Guru
membagikan kertas post it pada
masing-masing siswa untuk
menuliskan kalimat tersebut. Siswa
kemudian diminta membacakan
jawabannya dengan giliran sesuai
dengan urutan kata kerja pada
timelines. Kertas post it yang sudah
bertuliskan kalimat dari siswa
selanjutnya ditempel pada kotak
timelines sesuai dengan kata kuncinya.
diminta untuk melanjutkan cerita
sesuai dengan kreativitas masingmasing. Penulisan cerita dimulai dengan
pembuatan timelines seperti telah
dicontohkan pada kegiatan
sebelumnya.
Guru mempersilakan siswa untuk
membuat cerita dalam bentuk narasi
atau pun komik. Pada kegiatan akhir,
siswa saling bertukar hasil karya untuk
mendapatkan masukan atau saran
sebelum dilakukan finishing hasil karya.
Selanjutnya guru memberikan empat
buah MST pada masing-masing
kelompok, sehingga tiap siswa dalam
satu kelompok memiliki MST yang
berbeda. Dari MST tersebut siswa
Lembar kerja siswa untuk panduan menulis kreatif.
Bahasa Inggris
109
Guru mendampingi siswa yang sedang membuat teks prosedur dari kemasan cemilan.
SMPN 3 Fanayama, Nias Selatan, Sumatera Utara
Penggunaan Plastik Kemasan Cemilan
Pada Pembelajaran Teks Prosedur
Bapak Agustinus Sihura memiliki
banyak cara untuk membuat
siswa lebih terlatih dalam
menerapkan kemampuan bahasa
Inggrisnya.
Oleh Agustinus Sihura
Guru SMPN 3 Fanayama
Menjelaskan bentuk teks prosedur
dengan metode ceramah kurang
menarik minat siswa untuk belajar.
Metode ini juga tidak mengefektifkan
kegiatan siswa dalam mengamati dan
menemukan langsung bentuk-bentuk
sederhana teks prosedur yang ada
dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Maka, saya menggunakan plastik
kemasan berbagai jenis cemilan yang
110
memuat langkah-langkah pembuatan
produk tersebut.
Teks prosedur adalah teks yang
memuat langkah-langkah untuk
membuat sesuatu. Entah itu produk
makanan, produk kerajinan, dan
lainnya. Pembelajaran dengan
mengunakan media yang tak
membutuhkan biaya ini dilaksanakan
dalam durasi 2 x 40 menit. Petunjuk
kegiatan yang dilakukan siswa tertulis
jelas dalam tiga lembar kerja (LK).
Adapun langkah kegiatan yang
dilakukan siswa pada LK 1, yaitu:
1. Temukan plastik kemasan cemilan!
2. Baca dan pahami tulisan yang ada
dalam kemasan cemilan.
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
Seusai siswa melakukan kegiata LK 1,
saya membagikan LK 2 dengan
petunjuk sebagai berikut:
Diskusikan dengan teman sekelompok
anda pertanyaan dalam LK!
1. Tuliskan nama produk kemasan
yang anda baca!
2. Tuliskan apa saja tulisan yang
dimuat dalam kemasan cemilan
yang telah anda baca!
Setelah siswa menyelesaikan kegiatan
LK 2, saya meminta dua perwakilan
kelompok untuk membacakan hasil
diskusi. Siswa mengemukakan bahwa
mereka menemukan tulisan yang
memuat bahan-bahan yang digunakan
(material) dan langkah pembuatan
(step). Lalu, saya memberi penguatan
bahwa tulisan yang anda baca itu
merupakan contoh teks prosedur.
Selanjutnya, saya memberikan tugas
individu melalui LK 3, dengan
petunjuk: Temukanlah cara membuat
sesuatu, misalnya membuat segelas
kopi. Tuliskan materi yang diperlukan
dan langkah pembuatannya.
Setelah menyelesaikan pekerjaan yang
ada di LK 3, saya meminta lima orang
siswa (satu orang/kelompok) untuk
membacakan tulisannya di depan kelas.
Saya senang sekali karena siswa mengikuti pelajaran ini dengan baik.
Mereka sangat aktif mencari sumbersumber tulisan sendiri. “Sangat
menyenangkan, menarik, dan
menantang, Pak,” kata mereka karena
mereka harus aktif mencari sumber
sendiri.
Berdasarkan hasil tulisan siswa “teks
prosedur” yang rata-rata cukup
memuaskan, saya menyimpulkan
bahwa:
1. Siswa memiliki kemudahan untuk
memahami dan menguasai materi
pembelajaran ketika pembelajaran
menggunakan media.
2. Siswa tertarik untuk belajar ketika
mereka ditantang untuk
menemukan sendiri.
3. Pembelajaran dengan model ini
membuat siswa lebih banyak
berperan dan kreatif selama
kegiatan pembelajaran.
Kesimpulan ini berdasarkan refleksi
yang ditulis oleh siswa pada
kegiatan akhir pembelajaran
dan hasil pengamatan serta
hasil kerja siswa.
Contoh pembelajaran lainnya
yang saya fasilitasi yaitu,
menulis teks deskripsi
dengan memanfaatkan
tumbuhan di sekitar
sekolah sebagai media.
Meminta siswa menulis teks
deskripsi dari benda yang
tidak tersedia di lingkungan
sekolah terasa kegiatan yang
abstrak. Karena itu siswa
sering mengalami kesulitan.
Untuk mengatasi kesulitan
ini, saya mencoba
memanfaatkan tumbuhan di
sekitar sekolah sebagai
media untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam
menulis teks deskripsi.
Teks deskripsi adalah teks
yang menggambarkan atau
memaparkan sesuatu benda,
objek atau seseorang secara
detail. Jadi dengan
pembelajaran ini siswa bisa
memberikan gambaran atau
memaparkan sesuatu secara detail.
Teks prosedur yang dibuat siswa yang
bahannya dibuat dari kemasan cemilan.
Pembelajaran menulis teks deskripsi
dengan mengamati tumbuhan yang
ada di sekitar sekolah ini memberikan
kemudahan kepada siswa untuk
mengetahui secara dekat dan akurat
objek yang perlu dideskripsikan.
Bahasa Inggris
111
Siswa sedang mengamati tumbuhan yang ada di sekitar sekolah. Kegiatan ini memberikan kemudahan kepada siswa untuk
mengetahui secara dekat dan akurat objek yang perlu dideskripsikan (kiri). Salah satu hasil karya siswa yang mendeskripsikan
sebuah pohon dalam bahasa Inggris (kanan).
Adapun langkah kegiatan yang
dilakukan siswa dengan mengacu pada
lembar kerja, sebagai berikut:
1. Amati secara dekat salah satu jenis
tumbuhan yang ada di sekitar
sekolah.
2. Berdiskusi dengan teman
sekelompok untuk merampungkan
hasil pengamatan anda!
3. Tuliskan deskripsi tumbuhan yang
sudah diamati dan diskusikan!
(tulisan minimal memuat dua
paragraf).
Setelah siswa menyelesaikan kegiatan
112
LK, saya meminta setiap kelompok
untuk mempresentasikan hasil kerja
mereka secara bergantian dan
memberi masukan terhadap
kelompok lain. Seusai kegiatan
presentasi, saya meminta siswa untuk
memajangkan hasil kerja. Para siswa
mengatakan bahwa mereka menyukai
kegiatan belajar seperti ini karena
mereka terlibat langsung dalam
pembelajaran.
Berdasarkan hasil kerja siswa, saya
menyimpulkan bahwa:
1. Mengamati objek yang dideskripsikan secara langsung, memudah-
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
kan siswa untuk mendapatkan
gambaran yang jelas dan lengkap.
2. Menggunakan tumbuhan di sekitar
sekolah sebagai objek teks
deskripsi memberikan pengetahuan tambahan terhadap siswa
untuk mengetahui gambaran yang
jelas terhadap objek yang diamati.
3. Pembelajaran menjad lebih
konkret dan menarik.
4. Siswa menjadi lebih interaktif.
Kesimpulan ini berdasarkan refleksi
yang ditulis oleh siswa pada kegiatan
akhir pembelajaran dan hasil
pengamatan serta hasil kerja siswa.
Hasil karya siswa membuat
komik aktivitas sehari-hari
dalam bahasa Inggris.
dengan teman yang bisa
menggambar dengan baik.
Meskipun menurut Ibu
Haryati, penilaian bukan
dari gambar melainkan isi
penulisan dalam bahasa
Inggris seperti grammar
dan vocabulary.
MTsN 2 Tangerang, Banten
Buat Komik Berbahasa Inggris
Ibu Haryati, guru bahasa Inggris kelas
VIII MTsN 2 Tangerang mengajak
siswanya untuk lebih terampil
mengungkapkan pendapatnya dengan
bahasa Inggris. Tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai adalah siswa mampu
menyampaikan pendapat secara
tertulis dengan tepat dan baik.
“Good morning class! Today we learn
how to express our opinion through daily
activities. In the beginning, what do you
do usually every morning?” tanya Ibu
Haryati kepada seluruh siswa. Siswa
saling bersahutan tunjuk tangan
menjawab pertanyaan gurunya.
“Okay, thank you for quick response.”
Ibu Haryati menuliskan satu per satu
jawaban siswa di papan tulis seperti
pray, take a bath; have breakfast; go to
school, dll.
Lalu Ibu Haryati bertanya lagi, “What
time do you have breakfast, Rina?” Siswa
yang bernama Rina menjawab, “I have
breakfast at 6 am.”
Kemudian Ibu Haryati membagikan
karton, pensil dan crayon ke setiap
kelompok siswa yang beranggotakan
4-5 siswa. “Class, I'd like to ask all of
you to work in groups. Kalian sekarang
bekerja dalam kelompok. Make one
comic of daily activities for each group!
Buat satu komik secara runut dalam
bahasa Inggris tentang kegiatan seharihari!” seru Ibu Haryati. “Any questions?
Ada pertanyaan?” tanyanya lagi.
Dalam kelompok siswa berbagi tugas
Siswa berdiskusi dalam
kelompok menyusun
rencana gambar dan kalimat untuk tiap
satu kotak komik. Setelah idenya sudah
disepakati, siswa yang ahli menggambar
membuat gambar tiap kotak komik.
Seluruh siswa di kelompok membantu
memberi warna dan menuliskan
kalimat aktivitas per kotak komik.
Selesai membuat komik, komik
dipasang di dinding kelas dan siswa
melakukan kunjung karya untuk
menyimak dan menilai hasil karya
kelompok lain.
Guru tidak menentukan hasil
kelompok dari gambar yang bagus
tetapi dari kalimat berbahasa Inggris
yang baik dan benar dari setiap adegan
komik dalam tiap kelompok.
Hasil kelompok dipajang di dinding
kelas. Kelompok yang memiliki gambar
yang menarik dan sedikit kesalahan
dalam penulisan akan dipamerkan di
mading sekolah.
Bahasa Inggris
113
Label obat yang dipelajari oleh siswa
untuk memahami cara penggunaan obat
yang benar.
SMPN 5 Kota Cimahi, Jawa Barat
Pahami Label Obat Hindari
Bahaya Kimia
Oleh Tita Trisnawati
SMPN 5 Kota Cimahi
Siswa kerap kesulitan memahami label
obat-obatan berbahasa Inggris. Padahal
pemahaman label obat-obatan sangat
penting untuk menghindari kesalahan
penggunaan obat-obatan, terutama
yang dijual bebas (OtC–Over the
Counter medicine). Untuk itu, saya
merancang pembelajaran untuk memfasilitasi siswa melakukan latihan guna
mengasah keterampilan mereka
membaca label obat-obatan.
Saya letakkan kegiatan ini dalam
kerangka pendekatan Contextual
Teaching and Learning (CTL). Dengan
pendekatan ini, saya biarkan siswa
mengaitkan materi yang diajarkan
114
dengan situasi dunia nyata dan
mendorong mereka belajar lebih
bermakna melalui kegiatan mengalami
sendiri dalam lingkungan alamiah.
Selain mengetahui, mengingat, dan
memahami penjelasan guru, siswa
berkesempatan menemukan faktafakta di lapangan.
Sejak awal proses pembelajaran, siswa
sudah duduk dalam kelompok kecil
yang beranggotakan lima hingga enam
orang. Kelompok kecil memungkinkan
siswa bekerjasama lebih intens dan
setiap orang tertantang untuk ambil
bagian secara aktif. Kelompok kecil
tidak memberikan peluang kepada
setiap siswa untuk berleha-leha dalam
proses belajar.
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
Saya jelaskan kepada para siswa apa
yang dimaksuddengan Over the Counter
Medicine, yaitu obat yang dijual bebas,
tanpa resep dokter. Untuk proses
pembelajaran, saya meminta siswa
membawa dua botol bekas obat sirup,
bekas kemasan obat anti sakit (tablet)
dan bekas kemasan obat batuk
(kapsul).
Untuk mendorong siswa memahami
isi label obat, guru melontarkan
pertanyaan pancingan antara
lain,”Temukan direksinya, dan apa
isinya? Di mana letak Warning? Di
mana letak Ingredients?”
Siswa terlibat aktif mengidentifikasi
komponen-komponen yang ada pada
label OtC medicine, menuliskan setiap
istilah yang ada pada label obat-obatan,
dan membuat daftar kosa kata yang
berkaiatan dengan istilah obat-obatan.
Lalu, saya biarkan setiap kelompok
berdiskusi awal mengenai keterangan
setiap komponen itu.
Setelah siswa mendapatkan
pemahaman yang cukup mengenai
OtC, siswa diberi tugas di luar jam
pelajaran untuk pergi ke apotek
terdekat untuk membeli obat-obatan
bebas (OtC medicine). Setiap kelompok
membeli satu jenis obat dengan harga
maksimal Rp.10.000,00 ( per siswa Rp
2.000,00) dan menanyakan lebih jelas
tentang OtC medicine kepada apoteker.
Dengan mendatangi ahlinya secara
langsung di apotek terdekat, siswa
dapat mengkonfirmasi kebenaran
segala informasi tentang obatobatan dari guru. Siswa juga
lebih leluasa mengelaborasi
informasi dari guru dengan
bertanya langsung pada ahlinya.
bahasa Inggris, untuk mendapatkan
kejelasan mengenai bagian-bagian yang
terasa belum jelas.
Proses pembelajaran ini memberikan
tiga dampak penting bagi siswa.
Pertama, siswa mengalami kemajuan
dalam memahami teks bahasa Inggris
singkat berupa label.
Kedua, pemahaman mereka tentang
label obat-obatan meningkat secara
signifikan, khususnya mengenai label
obat-obatan yang dijual bebas (OtC
Medicine). Ketiga, siswa lebih berani
bertanya dan lebih memiliki hasrat
akademik untuk memahami suatu
objek ilmiah.
Kembali ke kelas, setiap
kelompok bekerjasama
membuat laporan field trip.
Setiap kelompok membuat
daftar obat-obatan yang
ditemukan dan menyertakan
labelnya. Mereka membuat
deskripsi singkat dengan
mengacu pada label yang
relevan dan menyusun sebuah
laporan singkat dalam waktu
satu minggu. Laporan tersebut
dapat disajikan dalam bentuk
powerpoint, word, atau ditulis
tangan pada kertas.
Setiap kelompok kemudian
menyajikan laporan itu di
depan kelas. Perwakilan
kelompok membacakan label
setiap obat dan memberikan
penjelasan singkat dalam
bahasa Inggris mengenai
maksud label tersebut. Anggota
kelompok lain diberi
kesempatan bertanya, juga dalam
Salah satu laporan yang dibuat siswa dalam bentuk question (Q) dan answer (A)
tentang informasi dalam label obat berbahasa Inggris.
Bahasa Inggris
115
Siswa secara
berkelompok
mengamati
'NOTICE' yang
diperolehnya,
kemudian
membuat notice
dengan katakatanya sendiri.
MTsN Ciruas Kabupaten Serang, Banten
“Sekarang Saya Jadi Ngerti Notice!”
Bapak Arif Fahrudin, guru bahasa
Inggris MTsN Ciruas Kabupaten
Serang membahas materi pokok
Notice, Caution,Warning. Notice adalah
suatu tulisan/tanda untuk memberi
informasi, instruksi, atau peringatan
kepada publik.
Caution atau Warning adalah peringatan
atau saran yang ditujukan untuk
publik/khalayak umum tentang sebuah
bahaya atau resiko yang mungkin
terjadi. Tujuan dari pembelajaran adalah
siswa memahami dan mengerti notice,
caution/warning pada tempat-tempat
116
tertentu.
Kegiatan pembelajarannya, pertama
adalah kegiatan mengamati grammar
dan menanya. Pak Arif menunjukkan
contoh-contoh tanda/peringatan yang
biasa ditemui di tempat umum. “What
is this, Class?” tanya guru saat
menunjuk di layar papan tulis berupa
tanda gambar rokok dicoret.
Seluruh kelas serempak menjawab,
“No Smoking!” Kemudian guru menunjuk seorang siswa laki-laki yang duduk
di depan kelas, “Ari, could you explain
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
the meaning of this sign, please?”Ari pun
menjawab, “We can not smoke around
this area, Sir.” Kemudian, guru juga
bertanya kepada siswa lain tentang
gambar 'caution/ warning' seperti
gambar dilarang berenang. Siswa pun
menjelaskannya sebagai berikut, “Sir,
this warning says this swimming pool is
dangerous for swimming.” Jawaban
disambut dengan gelak tawa seisi kelas
karena aksen berbahasa Inggris siswa
tersebut.
Kedua adalah kegiatan mengumpulkan
informasi. Guru meminta siswa secara
berpasangan mendiskusikan soal teks
caution/notice yang diberikannya. Siswa
secara berpasangan diminta berdiskusi
hal-hal yang menjadi ciri-ciri notice
atau caution. Setelah lima menit
berdiskusi, guru meminta beberapa
pasang siswa untuk menjelaskan hasil
diskusi. Guru berhasil mencatat
jawaban yang bagus dari sepasang
siswa yang menjelaskan ciri-ciri notice
atau caution.
satu teks caution/notice yang
diperolehnya.
Pembelajaran ditutup dengan
pembagian lembar kerja untuk setiap
siswa yang dikerjakan secara individu.
Mereka diminta membuat teks
caution/notice masing-masing. Sambil
menulis di lembar kerja, seorang siswa
berkata kepada siswa yang lain,
“Sekarang, saya jadi ngerti notice!”
“Menurut kami, notice atau caution
menggunakan tidak banyak kata alias
singkat dan juga agar mudah dipahami
menggunakan gambar,” kata siswa
tersebut.
Ketiga adalah kegiatan mengolah
informasi, guru memberikan tiga
amplop untuk setiap kelompok.
Amplop tersebut berisi guntingan
kertas yang berisi kata acak dari teks
caution/notice. Secara berkelompok
siswa menyusun kata-kata acak
menjadi teks caution/notice yang benar.
Pak Arif sudah menempelkan gambar
peringatan di papan tulis. Kelompok
bertugas mencocokkan kata-kata yang
telah disusun dan meletakkan di
gambar yang sesuai di papan tulis.
Kemudian kegiatan mengomunikasikan
dalam pleno. Guru meminta perwakilan siswa mempresentasikan secara
pleno teks caution/notice yang
diperoleh setiap kelompok.
“Do not park here. It means we can
not park in that area,” kata salah
seorang siswa menyampaikan salah
Pak Arif Fahrudin sedang melakukan kegiatan apersepsi tentang informasi
notice yang biasa ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Bahasa Inggris
117
Siswa mempraktikkan teknik Talking Stick.
MTsN Tanah Jambo Aye, Aceh Utara
Tongkat berbicara untuk
Tingkatkan Minat Speaking Siswa
Oleh Amniwati SPd I
Guru MTsN Tanah Jambo Aye
Speaking adalah salah satu
keterampilan penting yang harus
dikuasai siswa SMP/MTs dalam
pembelajaran bahasa Inggris disamping
3 keterampilan lainnya yaitu reading,
writing dan listening. Melalui speaking,
siswa dapat menyampaikan ide mereka
untuk berkomunikasi dengan orang
lain. Namun kenyataannya, sebagian
siswa menghadapi berbagai masalah
dalam speaking, meskipun mereka telah
belajar bahasa Inggris selama beberapa
tahun. Masalah tersebut juga dihadapi
oleh siswa MTsN Tanah Jambo Aye
118
kelas VIII. Mereka merasa kesulitan
dalam pembelajaran speaking karena
kurangnya vocabulary maupun
kurangnya penguasaan grammar. Siswa
merasa takut salah ketika berbicara
bahasa Inggris. Mereka juga merasa
malu untuk speaking baik dengan
sesama teman maupun untuk tampil di
depan kelas. Siswa juga tidak mempunyai waktu yang cukup untuk speaking
di dalam kelas. Dan masalah yang
sangat penting adalah kurangnya variasi teknik pembelajaran yang digunakan guru ketika mengajar di kelas.
Tujuan pembelajaran ini adalah untuk
meningkatkan minat speaking siswa,
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
meningkatkan motivasi dalam belajar
speaking, memberikan kesempatan
untuk melakukan speaking tanpa rasa
malu dan takut dan menghindari
kejenuhan siswa dengan variasi Talking
Stick atau tongkat bicara ketika proses
pembelajaran.
Dengan teknik pembelajaran ini, siswa
bekerja sama dalam kelompok. Setiap
siswa memiliki kesempatan yang sama
untuk menyampaikan ide mereka
tanpa takut salah dan tanpa adanya
interupsi atau sanggahan dari siswa
lain. Siswa bebas menyampaikan
pendapat mereka. Caranya, siswa yang
memegang tongkat harus menjawab
pertanyaan dari guru dan temannya.
Setiap siswa diberi kesempatan untuk
bertanya sesuai dengan kesepakatan
awal dalam kelompok, artinya terlebih
dahulu mereka mempersiapkan
pertanyaan yang akan dilontarkan
pada kelompok atau siswa lainnya.
Teknik ini dapat memotivasi siswa
meningkatkan kemampuan speaking
siswa dengan cara yang lebih santai
dan menyenangkan. Siswa merasa
senang, santai dan tertarik dengan
pembelajaran sehingga guru lebih
mudah untuk mengajarkan mereka
dalam proses pembelajaran speaking.
Terlihat juga siswa lebih aktif dalam
menjawab pertanyaan, berbicara dan
bekerjasama dengan temannya
sehingga mereka tidak merasa bosan.
Proses pembelajarannya sebagai
berikut: Tongkat diletakkan di atas
meja, siswa duduk melingkar
mengelilingi meja. Setelah menjelaskan
aturan permainannya, guru meminta
siswa untuk membaca sebuah materi
dan mendiskusikannya dengan teman
lain atau secara berpasangan.
Kemudian guru mengangkat tongkat,
lalu memberikan dan menggilirkannya
kepada siswa dengan diiringi musik.
Musik berhenti dan siswa yang
memegang tongkat di tangannya harus
menjawab pertanyaan dari guru atau
guru meminta siswa tersebut untuk
bertanya.
masukan atau komentar kepada
pembicara sampai semua siswa
mendapat giliran.
“Kami merasa waktu berjalan sangat
cepat dan tanpa terasa dua jam
pelajaran sudah berlalu. Kamipun
memahami materi dengan mudah,
teman-teman berani berbicara untuk
mendeskripsikan gambar yang
disajikan oleh guru tanpa takut salah,”
ungkap Raisa salah seorang siswa kelas
VIII.
Dampaknya, Tongkat Bicara dapat
meningkatkan minat siswa dalam
belajar speaking hal itu terbukti dari
pembelajaran menggunakan Talking
Stick Technique score speaking siswa
meningkatkan dari biasanya 60-70,
menjadi 85. Respon siswa dalam
pembelajaran speaking khususnya
materi Describing People menjadi lebih
aktif, lebih tertarik dan termotivasi
serta suasana kelas selama proses
pembelajaran sangat menyenangkan.
Siswa yang mendapatkan tongkat
menjadi lebih termotivasi untuk berani
berbicara dalam bahasa Inggris.
Dalam pembelajaran ini, guru
membangun diskusi di antara mereka
dengan meminta siswa lain memberi
Bahasa Inggris
119
Siswa berada di kantor sekolah dan
berusaha mengidentifikasi benda-benda
di dalamnya untuk disusun dalam
kalimat bahasa Inggris.
MTs Jabal Nur, Parepare, Sulawesi Selatan
Merangkai Kata Bahasa Inggris Lewat
Metode Discovery Learning
Oleh Khairunnisa Hatta
Guru MTs Jabal Nur
Belajar bahasa Inggris sering kali
hanya belajar di ruang kelas saja,
padahal bahasa adalah media
mengungkapkan semua hal yang ada di
sekitar kita. Dengan metode discovery
learning, saya berusaha mengajar siswa
berbahasa Inggris secara praktis
dimulai dari lingkungan sekitar.
Dalam metode discovery learning, bahan
ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir
atau sudah jadi, tetapi siswa dituntut
melakukan berbagai kegiatan menghimpun, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasi
informasi dan membuat kesimpulan.
Guru berfungsi sebagai pemandu.
120
Agar siswa kelas VII MTs yang baru
saja belajar bahasa Inggris ini bisa
mengomunikasikan hal-hal yang terkait lingkungannya, berikut langkahlangkah pembelajaran yang saya
terapkan dengan metode discovery
learning.
Pertama, siswa dibentuk kelompok
kecil yang terdiri dari 4-5 orang;
Kedua, guru menentukan tempat
setiap kelompok: office (kantor),
canteen (kantin), field (lapangan), dan
toilet (WC). Masing-masing kelompok
berpencar dan mencari benda-benda
yang ada di tempat dituju. Misalnya di
kantin: gelas, mangkok, kue dan lainlain. Demikian juga di tempat lainnya.
Mereka langsung mencari kosa kata
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
padanannya dalam bahasa Inggris lewat
kamus yang mereka bawa dan dicatat
di buku kecil.
Bukan sekadar menuliskan nama
benda-benda yang didapatkannya
dalam bahasa Inggris, tapi juga setiap
benda dibuatkan kalimat deskriptif
yang menggambar-kan letaknya.
Misalnya, there are glasses in the cabinet,
the plate is near the window dan lainlain. Oleh karena itu, proses
pembelajarannya mencakup dua hal,
yaitu mencari benda-benda di tempat
tersebut, dan menggambarkan dalam
kalimat yang menunjukkan tem-pat
benda itu berada. Tiap kelompok
kemudian mempresentasikan hasil
menulisnya. Masing-masing kelompok
ditugaskan minimal mencatat tujuh
kosa kata baru yang bisa
dikembangkan dalam kalimat baru.
Salah satu hasil karya kelompok siswa
yang bertugas mengamati kantor,
mereka tulis tujuh kata benda yang
mereka dapatkan disana. Kata tersebut
adalah table, chair, pen, computer, and
lamp. Mereka juga menguraikan
masing-masing menjadi kalimat seperti,
there is a table beside a chair; there is a
pen in the pail dan lain-lain. Beberapa
kalimat yang disusun memang masih
salah dan tugas saya sebagai guru
adalah membimbingnya.
Kegiatan ini tanpa disadari membuat
siswa mampu mengungkapkan bendabenda di lingkungannya dalam bahasa
Inggris dengan cukup baik. Dari awal
mereka dikenalkan bahwa berbahasa
Inggris itu bukan hal yang kompleks,
bisa dimulai dari hal sederhana seperti
mengungkapkan benda-benda di
lingkungan kita sendiri.
“Saya sangat senang dengan
pembelajaran seperti ini. Belajar
bahasa Inggris tidak melulu lewat buku
paket. Lebih cepat menangkap kalau
membahasakan dahulu apa-apa yang
ada di sekitar saya,” ujar Syahrir siswa
kelas VII.
Salah satu hasil karya siswa kelompok.
Bahasa Inggris
121
Nuke ini mengajak 32 siswa di
kelasnya membuat wayang sendiri
selama 30 menit. “Cukup
menggunakan kertas, lidi, dan spidol
warna-warni,” ujar Bu Nuke.
Asyiknya, siswa dapat menggambar
karakter cerita sesuai keinginan
mereka di lembar kertas yang sudah
digunting. Siswa tinggal mewarnai dan
menghias guntingan kertas tersebut
sehingga menunjukkan jenis kelamin,
usia, dan paras wajahnya. Apakah itu
perempuan atau laki-laki, tua atau
muda, berwajah cantik atau buruk
rupa.
Siswa sedang menggunakan wayang kertas untuk mempraktikkan
kemampuan story telling.
SMPN 2 Dlanggu, Mojokerto, Jawa Timur
Wayang Kertas Buat Siswa Mahir
Story Telling
Ibu Lismarini SPd, guru bahasa Inggris
SMPN 2 Dlanggu, Mojokerto,
mempunyai cara tersendiri agar bahasa
Inggris mudah dipelajari dan dipahami
siswa kelas VIII. Dia memilih wayang
sebagai media untuk belajar extensive
reading melalui story telling. Namun,
jangan membayangkan wayang yang
terbuat dari kulit kerbau. Wayang ini
bahannya sederhana dari peralatan
yang mudah diperoleh di sekitar
rumah siswa.
Berbeda dengan pembelajaran lain
122
yang sering menggunakan boneka yang
dibeli di toko untuk mendongeng
karena bentuk wajahnya sudah sesuai
dengan karakter cerita, pembelajaran
di kelas ini menggunakan boneka
buatan siswa sendiri. Hal ini karena
untuk membeli boneka, siswa harus
pergi ke Kota Mojokerto yang
jaraknya cukup jauh dari Kecamatan
Dlanggu yang wilayahnya berada di
lereng gunung.
Tidak ingin mempersulit siswa,
akhirnya guru yang akrab dipanggil Bu
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
Story telling merupakan keterampilan
yang harus dikuasai siswa SMP.
Tujuannya agar siswa mampu
mendongeng dalam Bahasa Inggris.
Hambatannya, siswa mengalami
kesulitan jika disuruh menghapalkan
kosakata bahasa Inggris. Antara
pelafalan dan pemahaman makna kata
serta cara penyampaiannya dalam
bentuk tulisan kurang sesuai. Wayang
kertas merupakan usaha Bu Nuke agar
belajar bahasa Inggris lebih
menyenangkan. Untuk memulai
kegiatan ini, Bu Nuke membentuk
siswa menjadi kelompok-kelompok
kecil. Satu kelompok anggotanya
terdiri dari enam orang.
Tugas mereka berdiskusi menyatukan
pemahaman contoh teks cerita yang
telah diberikan guru. Teks cerita ada
dua judul, siswa perempuan membaca
teks berjudul “A Girl” sedangkan
siswa laki-laki membaca cerita
berjudul “A Boy”.
Pada konsep narrative text, tulisan yang
disampaikan kepada siswa ada yang
dimaksud dengan orientation,
complication, dan re-orientation.
“Sebagai pengantar tulisan, teks yang
saya bagikan di paragraf pertama
masuk dalam orientation, selanjutnya
paragraf kedua hingga akhir cerita
disebut complication dan re-orientation.
Tugas siswa mencari mana yang
termasuk orientation, complication, dan
re-orientation,” papar Bu Nuke.
siswa membuat wayang sesuai dengan
karakter dalam cerita yang sudah
dikembangkan. Terakhir siswa
mendongeng dengan menggunakan
wayang kertas itu di depan temantemannya.
“Saya senang sebab pelajaran
mendongeng ini memudahkan saya
belajar tentang materi story telling,”
ucap Nensi Nadiah Indiyani, salah satu
siswi kelas VIIIA. Nensi dan temantemannya senang belajar bercerita dan
mendongeng dalam bahasa Inggris.
Selanjutnya, teks cerita diubah ke
dalam dialog-dialog antar karakter
sehingga kisahnya terasa lebih hidup.
Ada saja kreasi cerita yang dibuat para
siswa ini. Tokoh gadis dan laki-laki
buruk rupa yang disampaikan Bu
Nuke dikembangkan siswa menjadi
kisah inspiratif. Nur Cahyanti, salah
seorang siswa kelas VIIIA menuturkan
bahwa buruk rupa dan kondisi
ekonomi yang miskin tidak
menghalangi seseorang untuk
berusaha sendiri bangkit dan berhasil.
Sementara Ragil Teduh Trisunu, siswa
laki-laki kelas VIIIA, mengisahkan
tokoh laki-laki yang buruk rupa itu
tidak menemui masalah berarti dalam
kehidupannya. Kerja kerasnya
membuahkan hasil, apalagi dengan
memperoleh warisan keluarga, maka
usahanya berjalan dengan baik dan
lancar.
Begitu alur cerita sudah tersusun,
Beberapa wayang kertas dan tulisan bahan melakukan story telling buatan siswa.
Bahasa Inggris
123
Para siswa membuat kamus sendiri (kiri). Berbagai bentuk kamus karya siswa (kanan).
MTs As'adiyah Puteri I Pusat Sengkang, Sulawesi Selatan
Memperkaya Kosakata Siswa
dengan Membuat Kamus Pribadi
Oleh M Idris Hasanuddin MPdI
Guru MTs As'adiyah Puteri I
Pusat Sengkang
Salah satu pengaruh positif dari
pembelajaran program USAID
PRIORITAS di Kabupaten Wajo adalah
kegiatan pembelajaran dalam kelas
menjadi lebih aktif, guru terinspirasi
untuk mengembangkan memecahkan
permasalahan dalam pembelajaran dan
pada akhirnya siswa menjadi lebih aktif
dan bersemangat untuk belajar. Hal
yang sama juga terjadi di MTs
As'adiyah Puteri I Pusat Sengkang
khususnya pada pembelajaran bahasa
Inggris di kelas VIII.
124
Permasalahan yang dihadapi dalam
pembelajaran bahasa Inggris adalah
keterbatasan penguasaan kosakata
bahasa Inggris siswa sehingga siswa
kesulitan belajar dan kurang
bersemangat belajar bahasa Inggris.
Untuk mengatasi permasalahan
tersebut, diperlukan praktik
pembelajaran yang menekankan pada
penguasaan kosa kata bahasa Inggris
khususnya yang berhubungan dengan
kehidupan sehari-hari siswa. Praktik
tersebut yakni guru menugaskan siswa
secara individu untuk membuat kamus
pribadi yang memuat kosa kata seharihari.
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
Tujuan praktik ini adalah siswa
diharapkan menguasai dan
memperkaya kosa kata bahasa Inggris
yang berhubungan dengan kehidupan
sehari-hari mereka. Selain itu, praktik
ini juga merangsang siswa belajar
secara kreatif dan mandiri karena
siswa membuat sendiri kamus sesuai
dengan kebutuhannya.
Praktiknya dalam kelas, guru
menjelaskan secara umum tujuan
tugas pembelajaran dan langkahlangkah kegiatan. Setelah itu, siswa
dibagi dalam tiga kelompok besar
yakni kelompok Noun (kata benda),
kelompok Adjective (kata sifat) dan
kelompok Verb (kelompok kata kerja).
Langkah selanjutnya adalah
menugaskan siswa dalam kelompok
untuk mencari 30 kosa kata beserta
artinya sesuai dengan kelas kata
kelompoknya yang berhubungan
dengan kegiatan di rumah. Contoh
kelompok Noun mencatatkan kata
room: kamar, wall: tembok, dan
sejenisnya. Kelompok Verb
mencatatkan kata cook: memasak,
sweep: menyapu dan lain-lain.
personal. Siswa ditegaskan agar kamus
pribadi ini akan digunakan pada
pembelajaran-pembelajaran
selanjutnya.
Setelah kelompok mengumpulkan
kosakata, setiap anggota kelompok
diberikan kesempatan untuk saling
mengunjungi kelompok lain untuk
mencatat kosakata yang didapatkan
oleh kelompok tersebut. Langkah
selanjutnya adalah menginstruksikan
siswa untuk kembali ke kelompok
asalnya.
Hal itu juga terlihat dari hasil refleksi
siswa yang mengungkapkan bahwa
mereka bersemangat dan termotivasi
untuk menambah kosa kata baru
Dari kegiatan ini, siswa nampak
antusias dan bersemangat untuk
mengumpulkan kosa kata yang
ditugaskan. Siswa menjadi lebih aktif
membuka kamus dan berdiskusi
dengan teman kelompoknya tentang
kosakata baru yang mereka dapatkan.
bahasa Inggris.
Kegiatan hari-hari berikutnya yang
kami lakukan adalah merangkai kata
yang mereka dapatkan secara individu.
Mereka saya minta membuat lima
kalimat dari berbagai kosa kata yang
mereka dapatkan selama ini. Selain
tentang rumah, mereka juga saya
tugaskan untuk membuat kamus kecil
berdasarkan topik-topik khusus,
seperti tentang komputer, kebun,
piknik, pasar dan sebagainya.
Setelah siswa kembali ke kelompok
asalnya, siswa secara individu
mengumpulkan kosakata yang mereka
dapatkan dari kelompok lain
berdasarkan kelas kata Noun (kata
benda), Adjective (kata sifat), dan Verb
(kata kerja) yang berguna sebagai isi
dari kamus mereka.
Langkah terakhir yakni menugaskan
siswa di rumah untuk
menyempurnakan kamus mereka
sesuai dengan kreativitas mereka
sendiri, baik dari segi sampul dan
medianya. Siswa juga diinstruksikan
untuk memberikan nama untuk kamus
mereka sendiri sehingga kamus pribadi
siswa menjadi lebih menarik dan lebih
Para siswa menunjukkan hasil karya dalam pembelajaran bahasa Inggris.
Bahasa Inggris
125
Siswa bekerja
berpasangan
menuliskan kata-kata
bahasa Inggris secara
bebas di sekeliling
pusat bintang yang
merupakan topik utama.
SMPN 1 Purbalingga, Jawa Tengah
Rekreatif dalam Pembelajaran Bahasa Inggris
“Words In The Stars” Mengidentifikasi
Adjective atau Non Adjective
Oleh Wasis Andri Wibowo SPd
Guru SMPN 1 Purbalingga
Membedakan kata sifat (adjective)
dan bukan kata sifat (non adjective)
sering menjadi hal yang sulit bagi siswa.
Selain itu, siswa kelas VII sangat
membutuh-kan pengayaan kosa kata
bahasa Inggris (English enrichment
vocabulary) sehingga memperkuat
penguasaan komunikasi bahasa mereka.
Siswa harus mampu memproduksi
sendiri kata dan mampu
membedakannya dalam kalimat yang
dipakai keseharian.
Cara berikut dapat menjadi salah satu
alternatif. Dengan kegiatan sederhana
dan rekreatif ini.
Kegiatan pendahuluan, guru melakukan
126
kegiatan awal yaitu scaffolding talk yang
merupakan bagian dari pengkondisian
awal siswa termasuk di dalamnya menyampaikan tujuan pembelajaran dan
ruang lingkup materi pembelajaran.
Kegiatan Inti: Guru memfasilitasi siswa
untuk melakukan pengamatan.
Pengamatan dilakukan melalui spoken
activity (aktivitas lisan) tentang
deskripsi sederhana orang atau benda.
Guru memodelkan aktivitas ini. Siswa
mengamati, menyimak dan menanyakan hal yang sedang dibicarakan serta
hal lain yang berhubungan dengan
kegiatan pengamatan.
Kegiatan pemodelan ini dimaksudkan
untuk memberikan cara membuat
sebuah peta konsep dengan
pendekatan contoh kata yang terkait
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
dengan benda yang disebutkan. Guru
menjelaskan cara ini untuk diterapkan
pada tugas selanjutnya. Setelah sesi ini
selesai, selanjutnya siswa yang telah
berada dalam kelompok (masingmasing 4 orang) diminta untuk
berpasangan, lalu guru membagikan
kertas HVS berwarna kepada setiap
pasangan.
Guru selanjutnya mengintruksikan
pada siswa yang telah berpasangan
untuk menggambar bintang sesuai
contoh yang ada di papan tulis. Ini
merupakan lembar kerja pertama.
Guru lalu memberi instruksi untuk
menuliskan topik utama seperti nama
tokoh favorit atau idola, dapat juga
benda kesayangan, alternatif lain bisa
berupa binatang, bangunan, ataupun
nama tempat. Topik utama tersebut
diletakkan di tengah bintang.
Lalu siswa diminta menuliskan katakata bahasa Inggris secara bebas yang
berkaitan dengan hal yang ditulis di
sekeliling pada pusat bintang yang
terkait topik utama tersebut. Kegiatan
ini dilakukan secara berpasangan.
Setelah semua bagian bintang terisi
dengan kata-kata, guru memberi
kesempatan siswa untuk konfirmasi
kata pada kamus.
Langkah selanjutnya adalah melakukan
pengelompokan dengan lambang
bintang yang telah disediakan. Guru
memberi intruksi untuk menggunakan
kertas HVS yang sudah ada gambar
bintang. Boleh di bawah gambar
bintang atau pada halaman sebaliknya.
Langkah ini disertai juga dengan
instruksi agar siswa membuat tabel
tiga kolom yang berisi nomor, adjective,
dan non adjective. Kegiatan ini sebagai
lembar kerja kedua.
Guru memberi instruksi kepada siswa
untuk mengelompokan mana yang
merupakan adjective mana yang non
adjective. Jika sudah selesai, hasil
pekerjaan siswa akan dibawa ke
kelompok lain untuk dipresentasikan.
Hasil presentasi yang telah benar dan
dikoreksi oleh teman dari kelompok
lain kemudian dituliskan di papan tulis
untuk dibuat simpulan temuan kata
hari itu. Siswa diberikan kesempatan
juga mengkonfirmasikan lagi pada
kamus jika masih ada yang belum
Number
1
2
3
4
5
Lembar Kerja II
Adjective
cute
--
Non Adjective
-eat
benar.
Siklus kegiatan dapat diulang hingga
memperoleh target pembelajaran yang
diharapkan sesuai dengan jumlah kosa
kata yang telah ditemukan dan
pembeda antara kata sifat dan bukan
kata sifat. Guru memainkan peran
penting untuk membuat siklus ini
seperti kompetisi sehingga kegiatan
berjalan menarik.
Kegiatan penutup: Guru memberikan
penguatan tentang jenis kata adjective
dan non adjective. Siswa menuliskan
refleksi tentang pembelajaran yang
telah mereka ikuti.
Hasil presentasi yang telah benar dan
dikoreksi oleh teman dari kelompok lain
kemudian dituliskan di papan tulis untuk
dibuat simpulan temuan kata hari itu.
Bahasa Inggris
127
Guru mendampingi siswa
yang sedang praktik
melakukan story telling.
SMPN 1 Karangtengah Demak, Jawa Tengah
Story Telling Gugah Minat Belajar Bahasa Inggris
Oleh Sri Hari
Guru SMPN 1 Karang Tengah
”Well students, read the text carefully
and answer the questions under the text!
Okay, time is up and now present it in
front of the class....”
Kalimat itu dulu seringkali saya
ucapkan untuk mengajar reading dan
speaking pada jam pelajaran bahasa
Inggris. Tetapi seringkali pula saya harus
kecewa karena sampai dengan waktu
habis tak satupun siswa yang beranjak
berdiri untuk presentasi hasil diskusi.
Keprihatinan lain yang sering saya
resahkan adalah pencapaian prestasi
atau nilai reading comprehension dan
speaking siswa yang cukup rendah.
Selain itu, ada anggapan siswa bahwa
bahasa Inggris is like a monster serta
128
stigma sebagian besar siswa bahwa
text narrative sangat membosankan
dan sulit dipelajari merupakan fokus
utama kami.
Akhinya, ide itu muncul pada pelatihan
USAID PRIORITAS sesi ”Extensive
Reading” yang menginspirasi. Jika
standar isi bahasa Inggris struktur
muatan kurikulum (intra kurikuler)
hanya 4 jam per minggu, sedangkan
kompetensi dasar per semester
dianggap terlalu padat bagi siswa,
maka membaca ekstensif merupakan
solusi jitu untuk membantu siswa
dalam menguasai teks- teks panjang
bahasa Inggris (monologue teks).
Salah satu bentuk membaca ekstensif
yang diterapkan di sekolah saya adalah
melalui kegiatan ekstrakurikuler
English Conversation Club (EEC).
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
Beberapa bentuk kegiatannya antara
lain: Role Play/ bermain peran secara
berkelompok, Story Retelling/
menceritakan kembali dongeng dalam
bahasa Inggris baik dongeng lokal
maupun dongeng asing, serta
menuliskan kembali cerita/ dongeng
dengan bahasa siswa sendiri melalui
gambar kartun berantai (Chained
Picture).
Strategi pelaksanaan ECC sebagai
berikut:

Guru bahasa Inggris, melalui
musyawarah guru mata pelajaran
(MGMP) sekolah menyusun program ECC di awal tahun pelajaran
dan memasukkan program ekstra
ke dalam kurikulum sekolah, rencana kegiatan sekolah, dan menyosialisasikan kepada komite sekolah,
orang tua, siswa, guru, dan warga
sekolah.

ECC dilaksanakan setiap hari
Senin dan Rabu pukul14.00-15.30
dan dipandu guru bahasa Inggris
sesuai jadwal.

Siswa mulai kegiatan secara
kelompok dengan diberi materi
bacaan/ cerita yang sama per
kelompok kemudian diminta
mendiskusikan dan melengkapi
kerangka dalam lembar kerja siswa
tentang isi cerita tersebut.

Masing–masing kelompok
mempresentasikan hasil diskusi
dalam bahasa Inggris dan
kelompok lain menanggapi dalam
bahasa Inggris juga.

Tahap pertemuan berikutnya, siswa
diminta bermain peran dari cerita
yang sudah didiskusikan pada pertemuan terdahulu secara berkelompok menggunakan alat peraga
ramah lingkungan sesuai isi cerita.

Dari latihan secara kelompok,
selanjutnya siswa diberi tugas
untuk mencari dongeng/ cerita
sendiri, memahaminya, mengkreasi
skenario percakapan (script) sesuai
imajinasi siswa dan tagihannya
adalah siswa harus dapat
menceritakan sekaligus
memeragakan cerita tersebut
secara individu dihadapan temantemannya (retelling story)
menggunakan property/ alat peraga
sesuai isi cerita.
Ternyata model pembelajaran di luar
jam sekolah (Extensive Reading)
bersifat ”Show” yang ditonton banyak
orang seperti itu terbukti lebih
menarik minat siswa serta memotivasi
mereka untuk memahami cerita lebih
serius karena ada tanggung jawab
moral dan perasaan malu bila tidak
siap atau tampil jelek dihadapan
teman-temannya.
Dari kegiatan extensive reading
khususnya lebih fokus ke story telling,
hampir tiap tahun SMPN 1
Karangtengah berhasil mengirimkan
delegasinya untuk tampil pada lomba
story telling tingkat Kabupaten
Demak dan beberapa kali
menjadi juara 1untuk selanjutnya
mewakili kabupaten di tingkat
Provinsi Jawa Tengah.
“Kegiatan ekstra ini mengasah
bakat dan menjadikan saya
percaya diri. Pembelajaran
bahasa Inggris tidak seram
karena dilakukan dengan santai
dan menyenangkan,” kata Rika
Aprilia siswa kelas VIII B.
Senada dengan Rika, Nurlita
Indah Maharani siswa kelas VIIIA
juga menuturkan pasca ikut
ekstra story telling dirinya merasa
lebih bebas berekspresi dan
menambah wawasan cerita.
“Belajar sambil mencari ceritacerita dongeng. Semoga nilai
bahasa Inggris saya makin bagus,”
ungkapnya.
Dengan berbusana tradisional, siswa
praktik story telling sesuai dengan tema
yang mereka dapat.
Bahasa Inggris
129
Siswa menunjukkan
hasil karyanya.
MTsN Peudada, Bireuen, Aceh
Plural Form Bertema Snake and Ladder
Oleh Laini Wati SPd
Guru MTsN Peudada
Saya membuat media pembelajaran
bahasa Inggris snake and ladder ini
dilatar belakangi oleh kurang
pahamnya siswa untuk mengubah
bentuk kata benda yaitu dari bentuk
tunggal menjadi bentuk jamak. Selain
itu untuk menepis pemahaman
sebagian siswa kelas VII yang
menganggap jika bentuk jamak itu
hanya dengan menambahkan huruf “S”
saja di belakang kata benda. Hal itu
130
terlihat dari hasil karya tulis mereka
selama ini dalam menggunakan kalimat
yang mengandung kata benda jamak.
Padahal untuk membentuk kata benda
bentuk jamak, terdapat beberapa
aturan seperti, menambahkan huruf
“es” di belakang kata benda
berakhiran huruf “ch, sh, ss, x, z” yang
harus diikuti.
Ditambah lagi aturan lain yaitu dari
kata benda yang berakhiran “f” atau
“fe” dengan terlebih dahulu mengubah
“f” menjadi “v” + es / “fe” menjadi
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
“ve” + s bahkan sampai kata benda
yang tidak beraturan perubahan
bentuk jamaknya seperti “child”
menjadi “children”. Masih ada
beberapa aturan lain dalam
pembetukan kata benda bentuk
tunggal menjadi jamak.
Karena itu saya mencoba membuat
media pembelajaran yang menarik dan
berwarna-warni di sertai gambar
dengan bahan mudah dan murah. Salah
satunya adalah dengan permainan
“snake and ladder” sebagai media
pembelajaran. Komponen permainan
snake and ladder ini terdiri atas papan
permainan berupa 36 bidang kotak
yang berisikan kata benda yang
bervariasi dalam aturan pembentukan
“plural form” nya.
Papan ini juga berisi instruksi bahwa
pemain harus mengganti singular form
untuk menjadi plural form. Bahan lain
pendukung permainan ini adalah bidak
dan dadu besar dari kertas karton.
Adapun bahan yang harus disediakan
yaitu: kertas karton putih, spidol,
pensil warna, penggaris, dan bidak.
Cara bermainnya tidak sulit,
permainan ini dapat dimainkan secara
individu atau berkelompok. Cara
kerjanya mirip permainan ular tangga
biasa. Pertama, guru meminta siswa
berpasangan dan dimulai dengan
mengocok dadu secara bergiliran,
siswa melangkahi kotak demi kotak
pada papan permainan dengan bidak
sesuai jumlah mata yang muncul pada
dadu. Siswa yang bidaknya berhenti
pada kotak tersebut harus mengubah
kata benda tersebut menjadi bentuk
plural form secara tertulis dan
mengucapkannya dengan tepat
permainan di lanjutkan hingga
mencapai finish.
Pada permainan ini, jika ada pemain
yang berhenti dikotak dengan gambar
kaki tangga, dia berhak menaiki tangga
sampai kekotak di ujung tangga.
Sebaliknya jika pemain berhenti di
kepala ular, maka harus turun ke kotak
bergambar ekor di bawahnya. Bagi
siswa yang tidak mampu menggubah
bentuk plural form-nya, maka sangsinya
adalah bidak pemain kembali lagi ke
tempat semula
“Metode pembelajaran seperti ini
sangat menyenangkan dan kami
mudah memahami perubahan bentuk
kata benda tunggal menjadi jamak,”
jelas Nurul, siswa kelas VII. “Benar,
selama ini kami
pikir setiap
bentuk jamak
dalam bahasa
inggris cukup
hanya
menambahkan
huruf s saja,”
timpal Razi.Yang terpenting dalam
permainan ini adalah siswa mengetahui
jika ada aturan-aturan tertentu dalam
membentuk plural form dari sebuah
benda dalam bahasa Inggris. Di
samping itu siswa akan memperoleh
tambahan kosa kata baru khusunya
kata benda melalui media
pembelajaran yang menarik tersebut.
Media
pembelajaran
bahasa Inggris
Snake and Ladder
Bahasa Inggris
131
Siswa melakukan monolog
descriptive tentang ciri-ciri
fisik seseorang dengan
permainan Ma’kossi.
SMPN 5 Makale, Tana Toraja Sulawesi Selatan
Tingkatkan Kemampuan Speaking Siswa dengan
Permainan Rakyat Toraja Ma'kossi
Oleh Frengki Dermus Linthin
Guru SMPN 5 Makale
Salah satu kompetensi yang ingin
dicapai dalam pembelajaran bahasa
Inggris kelas VIII semester ganjil adalah
melakukan monolog descriptive. Tujuan
dari pembelajaran ini siswa mampu
mendeskripsikan ciri fisik seseorang.
Pembelajaran monolog descriptrive ini
agar siswa mampu menceritakan
secara deskriptif benda-benda yang
dijumpainya secara sendiri-sendiri.
Berdasarkan pengamatan saya selama
beberapa tahun mengajar kompetensi
ini, penulis sering mengalami kendala
yaitu kurangnya kepercayaan diri siswa
melakukan monolog terutama ketika
dilakukan di depan kelas. Hanya
sebagian kecil siswa yang berani
melakukannya.
132
Saya mencoba menganalisis kembali
model serta media pembelajaran yang
menarik bagi siswa. Saya beranggapan
bahwa model dan media pembelajaran
yang menarik bagi siswa dapat
menimbulkan motivasi serta
kepercayaan diri siswa. Saya mencoba
menggangkat salah satu permainan
Rakyat Toraja sebagai media
pembelajaran, yaitu Ma'kossi.
Permainan ini dimainkan oleh dua
orang secara berlawanan. Bahan yang
digunakan adalah batu kecil-kecil
sebanyak 20 buah dan potongan
bambu sebanyak 10 buah dengan
tinggi masing masing 5 cm. Setiap
pemain mendapatkan lima potongan
bambu, satu bambu berfungsi sebagai
bambu utama dan empat tersisa
sebagai bambu pembantu. Empat
bambu pembantu ditempatkan sejajar
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
dalam satu garis dan berhadapan
dengan bambu milik pemain lawan.
Kemudian bambu yang berfungsi
sebagai bambu utama ditempatkan di
samping kanan bambu pembantu dan
berhadapan dengan bambu utama
pemain lawan. Setiap bambu pembantu
diisi batu batu kecil sebanyak lima
batu untuk masing masing bambu.
Sebelum permainan dimulai, selain
sudah dibahas di pembelajaran
sebelumnya, guru juga mengadakan
tanya jawab tentang kosa kata yang
terkait dengan ciri-ciri fisik seseorang.
Guru juga menguatkan kembali
pengetahuan yang mereka dapat
sebelumnya dengan contoh-contoh
kalimat ciri-ciri fisik seseorang. Setelah
itu guru membagi kelompok dan
menerangkan cara permainan
Ma’kossi.
Setiap kelompok terdiri dari enam
orang pemain. Permainan sebenarnya
dijalankan secara berpasangan, namun
ditambah satu orang untuk mencatat
monolog yang mereka hasilkan.
Pencatat monolog itu sendiri pada
akhirnya juga bermain dengan
pasangan yang dipilih. Hasil catatan
monolog ini digabung untuk
dipresentasikan setelah permainan
selesai.
menyebutkan satu ciri-ciri fisik dari
salah satu teman dalam kelompoknya,
misalnya, Ali has long hair atau Joni has
pointed nose, dan lain-lain. Siswa yang
disebutkan ciri fisiknya adalah siswa
yang memiliki nomor yang sama
dengan jumlah batu kossi yang diambil.
Kegiatan tersebut dilakukan secara
terus menerus sampai permainan
selesai dan semua kelompok langsung
bermain secara bersama-sama.
Cara memainkannya yaitu setiap
pemain mengambil semua batu yang
ada dalam satu bambu secara acak,
kemudian memindahkannya ke bambu
bambu yang lain, kecuali bambu utama
milik lawan. Saat batu terakhir berada
di bambu pembantu lawan atau bambu
pembantu pemain yang memainkan,
sang pemain tetap mengambil batu di
bambu tersebut dan memindahkannya
ke bambu-bambu yang lain.
Setelah selesai permainan, perwakilan
kelompok tampil ke depan untuk
mempresentasikan beberapa kalimat
yang dihasilkan selama permainan
tersebut yang telah dicatat sebelumnya
oleh yang ditunjuk dalam kelompok.
Peserta yang lain diminta menanggapi
dan mengoreksi kekurangan dan
kesalahan dalam kosa kata, dan
grammarnya. Guru juga menguatkan.
Sejak menggunakan media, siswa
menjadi lebih percaya diri bertutur
bahasa Inggris. Siswa bersemangat
untuk bisa menjelaskan ciri ciri fisik
seseorang di depan teman-temannya.
Permainan pindah ke pemain lawan
ketika bambu terakhir jatuh di bambu
utama. Kegiatan tersebut dilakukan
secara terus menerus sampai batu
habis dalam bambu pembantu.
Pemenang dalam permainan ini adalah
pemain yang memperoleh batu paling
banyak pada bambu utama.
Dalam pembelajaran, siswa dibagi ke
dalam beberapa kelompok belajar
yang heterogen dan memungkinkan
setiap siswa mendapat pasangan main
dalam kelompok. Setiap siswa dalam
kelompok diberi nomor yang
berbeda. Kemudian setiap siswa pada
saat mengambil batu Ma’kossi harus
Bambu dan batu menjadi alat permainan efektif untuk meningkatkan
kemampuan bahasa Inggris.
Bahasa Inggris
133
Siswa yang menemukan tugas yang
disembunyikan, langsung membahasnya.
SMPN 1 Sengkang Wajo, Sulawesi Selatan
Tingkatkan Minat Siswa Menulis Descriptive
Text Melalui Metode Blusukan
Oleh Mara Rusli
Guru SMPN 1 Sengkang
Setelah mengikuti diseminasi
pelatihan pembelajaran USAID
PRIORITAS di Wajo, para guru SMPN I
Sengkang telah berusaha melaksanakan
pembelajaran aktif secara konsisten di
di semua mata pelajaran.
Misalnya, yang saya terapkan pada
pembelajaran bahasa Inggris kelas VIIIa.
Sebelumnya siswa sulit dan kurang
bersemangat mempelajari materi
terkait dengan menulis teks deskriptif
karena harus menghafal kosa kota
terkait teks tersebut. Selain itu, siswa
harus menguasai struktur teksnya.
134
Karena itu saya mulai merancang
pembelajaran dengan menggunakan
metode “blusukan”. Tujuannya agar
siswa tertarik, senang, dan
bersemangat mengikuti pembelajaran
karena siswa belajar sambil refreshing
menikmati keindahan alam.
Guru terlebih dahulu menyiapkan
bahan pembelajaran berupa buku
sumber, media, dan lembar kerja (LK).
Pertama-tama guru menuliskan
beberapa benda yang akan
dideskripsikan oleh setiap kelompok.
Setiap kelompok akan mendapat
beberapa lembar kertas sesuai jumlah
siswa dalam kelompok siswa yang
telah dibentuk. Lembaran kertas
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
tersebut berikut LK yang harus
diselesaikan dalam kelompok,
disembunyikan oleh guru di luar kelas,
seperti di pohon, semak-semak, atau
di kendaraan. Siswa secara
berkelompok keluar kelas untuk
mencari di sekitar sekolah pada
tempat atau lokasi yang telah di
sembunyikan sebelumnya.
Selanjutnya siswa secara berkelompok
keluar kelas untuk mencari di tempattempat penyembunyian tersebut dan
bagi yang telah menemukan lembaran
kertas tersebut, kelompok tersebut
duduk berkelompok sambil membuat
beberapa kalimat yang berhubungan
dengan benda yang tertulis pada
kertas temuannya. Misalnya sebuah
pohon, kelompok tersebut membagi
pekerjaan dalam kelompoknya. Ada
yang membuat gambarnya, ada juga
yang mencari kata-kata benda dan sifat
terkait pohon tersebut. Misalnya kata
benda akar (root), daun (leaves), bunga
(flower), kayu (woods) dan kata
sifatnya misalnya tinggi (tall), kuat
(strong) dan sebagainya.
Lalu mereka bersama-sama membuat
minimal 10 kalimat berdasarkan kosa
kata yang telah ditulis anggota
kelompok. Misalnya, mereka membuat
kalimat, the tree is tall.The root is thick.
The leave of the tree is humid because of
water. Terakhir mereka berdiskusi
untuk menyusun kalimat-kalimat yang
mereka telah buat hingga menjadi
sebuah paragraf yang sesuai dengan
struktur generik pembuatan teks
deskriptif. Misalnya kalimat yang telah
disusun adalah the tree in front of my
class is tall. Its root is thick. Because of
water of the rain, the leave of three is
humid dan seterusnya. Begitu pula
dengan kelompok lain semua
melakukannya secara bersama-sama.
Bagi kelompok yang sudah selesai,
mereka kembali ke kelas sesuai
dengan batas waktu yang telah
disepakati bersama. Selanjutnya
kelompok secara bergiliran presentasi
di depan kelas hasil kerja mereka.
Kelompok yang tampil mempresentasikan hasil kerja kelompoknya sambil
memperlihatkan gambar yang telah
dibuat dan dideskripsikan secara
bersama. Hal ini dilaksanakan secara
bergantian satu persatu sampai semua
kelompok mendapat giliran.
jawaban, dll. Guru memberikan reward
bagi kelompok terbaik.
Setelah semua kelompok selesai
presentasi, mereka lalu
menempelkannya di dinding untuk
dipajang. Kemudian diadakan kunjung
karya, semua siswa secara
berkelompok memberikan koreksi
dan masukan kelompok lain agar hasil
kerja kelompok bisa lebih baik.
Dengan kegiatan pembelajaran ini atau
dengan menggunakan gaya blusukan ke
tempat-tempat penyembunyian tugas,
siswa nampak antusias, senang dan
bersemangat. Pada saat dilakukan
refleksi pada akhir kegiatan, siswa
meminta dilakukan pembelajaran
dengan model yang sama di
pertemuan selanjutnya.
Sesi selanjutnya guru memberikan
penilaian kelompok dengan membuat
kriteria, termasuk kerja samanya,
kreativitas kelompok, kebenaran
Siswa dalam kelompok mempresentasikan karya mereka
Bahasa Inggris
135
Guru membantu siswa
mengerjakan tugas kelompok.
SMPN 2 Doloksanggul, Humbang Hasundutan, Sumatera Utara
Menulis Report Text dengan
Mind Mapping
Teks report adalah salah
satu teks yang paling
sulit dipahami oleh
siswa. Selain teks yang
biasanya panjang, jumlah
kata-kata ilmiah dalam
teks yang terlalu
banyak membuat
mereka kesulitan
memahami isi teks
Oleh Muliadi Siahaan
Guru SMPN 2 Doloksanggul
tersebut.
Sebagian besar siswa SMP kesulitan
ketika dihadapkan pada keterampilan
menulis dalam bahasa Inggris.
Minimnya perbendaharaan kata dan
kemampuan tata bahasa yang terbatas
membuat mereka kesulitan menulis
kalimat atau paragraf. Apalagi ketika
mereka diberikan teks berbentuk
report sebagaimana yang tertuang
dalam silabus kelas IX semester ganjil.
Tulisan ini terinspirasi dari salah
seorang guru yang saya dampingi yaitu
Ibu Happy Naibaho, guru bahasa
Inggris SMPN 3 Lintongnihuta. Pada
saat proses pendampingan, saya
melihat dia mengajarkan materi
menulis teks report dengan
menggunakan chart atau mind mapping.
Dalam praktik ini terlihat semua siswa
aktif dan mampu menghasilkan tulisan
136
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
dalam beberapa paragraf.
Teknik mind mapping adalah teknik
meringkas bahan dengan memproyeksikan masalah yang dihadapi ke dalam
bentuk peta konsep sehingga lebih
mudah memahaminya. Kegiatan ini
dapat membantu siswa dalam
aplikasinya untuk memahami masalah
dengan cepat karena telah terpetakan.
Bentuknya biasanya dalam bentuk
diagram untuk merepresentasikan
kata-kata, ide-ide, ataupun masalah
lainnya yang dikaitkan dan disusun
mengelilingi kata kunci ide utama.
Langkah- langkah kegiatannya dimulai
dengan menyiapkan lembar kerja
berupa chart berisi kata-kata terkait
teks. Sebaiknya kita menyiapkan
beberapa mind mapping untuk topik
yang berbeda pada setiap kelompok.
Boleh tentang animals, natural disaster
dan sebagainya.
Guru membagikan mind mapping pada
setiap kelompok. Dalam kelompok,
mereka mendiskusikan isi yang ada
dalam chart tersebut. Mereka mencari
arti dan mengumpulkan informasi
penting terkait kata-kata tersebut.
Selanjutnya siswa membuat teks report
berdasarkan mind mapping tersebut.
Pada tahap ini akan terdapat banyak
kesalahan yang mereka perbuat.
Biasanya berkaitan dengan tata bahasa,
ejaan dan lain lain. Guru sebaiknya
mendampingi mereka dalam bekerja
untuk memperbaiki atau meminimalisir kesalahan pada penulisan teks.
Langkah terakhir adalah mereka
mempresentasikan karya mereka di
depan kelas.
Dari praktik ini terlihat beberapa hal
postif. Pertama siswa fokus dan serius
dalam menyelesaikan tugasnya. Yang
membanggakan dengan teknik mind
mapping ini adalah mereka memiliki
kemampuan menulis kalimat demi
kalimat, paragraf demi paragraf
sehingga menjadi teks report utuh
yang menggunakan banyak kata-kata
ilmiah atau kata yang masih jarang
mereka gunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Menulis teks report dengan
teknik mind mapping juga
meningkatkan kemampuan kosa-kata
mereka.
Salah satu hasil karya siswa berupa teks berbentuk report.
Bahasa Inggris
137
Cerita bergambar yang dibuat siswa dari bekas pembungkus makanan.
SMP Islam Lumajang, Jawa Timur
Barang Bekas jadi Narrative Text
Memanfaatkan barang bekas
menjadi sesuatu yang lebih bermakna
dan bermanfaat sudah lama ada di
benak Ibu Luluk Jazila Spd, guru bahasa
Inggris SMP Islam Lumajang. Ibu Luluk
menginginkan dalam materi
pembelajarannya, siswa bisa
memanfaatkan barang bekas sambil
belajar bahasa Inggris.
138
Pada materi narrative text, Ibu Luluk
menginginkan siswa dengan
kretivitasnya bisa memanfaatkan
barang bekas untuk membuat cerita
bergambar. Ide dan barang bekas yang
digunakan bebas, asal menjadi satu
bingkai cerita bergambar.
Dengan antusias siswa kelas XI pun
beramai-ramai membawa barang
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
bekas ke sekolah. Ada yang membawa
bingkai dari kardus bekas, triplek
bekas, koran bekas, botol bekas, dan
masih banyak lagi.
Pada tahap awal, guru membagikan
lembar kerja (LK) kepada setiap
kelompok. Dalam LK tersebut, siswa
diminta membuat skenario cerita
bergambar minimal ke dalam empat
frame. Seperti membuat komik, setiap
kelompok menuangkan ide mereka
dalam bentuk cerita harus mencakup
Orientation, Complication, dan Resolution.
Pada bagian orientation atau
pengenalan berisi tentang pengenalan
tokoh dalam cerita serta waktu dan
tempat kejadiannya. Complication berisi
tentang gambaran munculnya krisis
atau masalah yang di alami oleh tokoh
pada cerita tersebut yang harus
dipecahkan. Sedangkan di bagian
resolution berisi tentang bagaiman
tokoh dari cerita tersebut
memecahkan masalah yang ada pada
bagian complication.
Menurut Ibu Luluk, biasanya dalam
sebuah cerita terdapat lebih dari satu
resolution untuk satu complication.
Setiap kelompok mulai membuat
skenario singkat. Setelah skenario jadi,
siswa kemudian mengembangkannya
dalam bentuk cerita bergambar,
lengkap dengan teks dan gambarnya
dengan memanfaatkan barang bekas
yang dibawa.
Selama satu jam setiap kelompok
berlomba-lomba membuat cerita yang
menarik. Tak lupa mereka juga
memanfaatkan barang bekas yang
mereka bawa untuk ditempelkan
dalam frame-frame cerita yang mereka
buat.
tak menyangka siswa kelas XI memiliki
ide-ide menarik untuk cerita
bergambar dari barang bekas
membuat cerita bergambar dalam
bahasa Inggris dengan memanfaatkan
barang bekas,” terangnya.
Dini Prabandari, salah seorang siswa
mengungkapkan dirinya senang
dengan model pembelajaran bahasa
Inggris seperti yang dilakukan Ibu
Luluk.
“Kami diberi kesempatan untuk
mengembangkan ide kreatif kami.
Apalagi kami diwajibkan menggunakan
barang bekas. Hal tersebut membuat
kami berlomba-lomba membuat cerita
bergambar sebaik mungkin,” ungkap
Dini.
Menurut Bu Luluk, cerita bergambar
yang dihasilkan siswa kelas XI sangat
bagus. Bahkan ide cerita yang mereka
buat menurut Bu Luluk sangat orisinil
karena dibuat langsung saat itu juga.
Nilai terbaik diberikan kepada
kelompok dengan cerita bergambar
paling menarik dari sisi tema,
pemanfaatan barang bekas, dan
penggunaan bahasa Inggris yang paling
mendekati sempurna.
Ada yang bercerita tentang bunga
yang arogan, kura-kura pelindung yang
bijak, macan si pelari cepat, dan masih
banyak lagi. “Hasilnya luar biasa. Saya
Bahasa Inggris
139
Ibu Nuke saat memeragakan procedure text kepada siswanya.
SMPN 2 Dlanggu, Mojokerto, Jawa Timur
Belajar Bahasa Inggris dari Sebungkus Mie Instan
Kemasan bekas makanan dan
minuman sering terlihat di lingkungan
sekitar. Entah di tong sampah, rumah,
atau tergeletak begitu saja di tanah. Bu
Nuke Lismarini, guru Bahasa Inggris
SMPN 2 Dlanggu, Mojokerto, mencoba
memanfaatkan 'sampah' tersebut
menjadi media pembelajaran. “Sekolah
kami termasuk jauh dari kota, tidak
ada media yang canggih pula di sini.
Jadi, saya berusaha memanfaatkan
bungkus makanan sebagai media
pembelajaran,” ungkap Bu Nuke.
Pada waktu mempelajari Procedure Text
untuk siswa kelas VII semester 2, Nuke
membawa kantung teh celup, gula, air
panas, gelas, dan beberapa kemasan
bekas mie instan ke dalam kelas.
Kegiatan apersepsi dilaksanakan
140
dengan mengajak siswa memperhatikan proses pembuatan minuman teh.
“Do you know what is it?” tanya Bu
Nuke. “Tea!” jawab siswa singkat.
“Tell me what materials are used to
make it?” tanya guru kembali. “Hot
water, tea, sugar, and glass,” jawab satu
per satu siswa.
Selanjutnya, Ibu Nuke membuat teh
dan siswa memperhatikan. Lalu, dia
menanyakan cara membuat teh pada
siswa. Siswa menjawab cara pembuatan teh dimulai dengan menuangkan
air panas ke dalam gelas, lalu kantung
teh dicelupkan selama beberapa saat.
Setelah warna teh cukup pekat, gula
ditambahkan dan diaduk. “Today, you
will learn how to write procedure text by
using these noodle packs,” ujar Ibu
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
Nuke selanjutnya sembari
menunjukkan kemasan bekas mi instan
kepada siswa.
Procedure Text adalah salah satu jenis
teks bahasa Inggris yang menunjukkan
sebuah proses pembuatan atau
pengoperasian sesuatu. Fungsinya
untuk menggambarkan bagaimana
sesuatu dikerjakan melalui langkahlangkah yang teratur.
Bu Nuke kemudian menggambar pola
di papan tulis bagaimana menyusun
procedure text dalam tiga bagian yaitu
goal, materials atau ingredients, dan
steps atau how to make it. Ketiga bagian
itu dalam procedure text disebut generic
structure. Selain itu, siswa juga ditugasi
mencari imperative verbs yang
ditemukan pada bungkus mi instan.
Kegiatan ini bertujuan agar siswa lebih
memahami makna teks tulis fungsional
berbentuk deskriptif dan prosedur.
Melalui bungkus mie instan, siswa
dapat mengidentifikasi generic structure
dan imperative verbs. Menariknya lagi,
di bungkus mi instan terdapat gambar
petunjuk sehingga memudahkan siswa
mengerti tentang procedure text
berbahasa Inggris.
Sepanjang kegiatan yang berlangsung
selama 80 menit itu siswa begitu
antusias bekerja dalam kelompok.
Mereka saling berbagi tugas. Ada yang
menggunting bungkus mie, ada pula
yang menggambar pola generic
structure pada kertas manila.
Bagian yang digunting adalah yang
menunjukkan generic structure (goal,
materials, dan steps). Mereka kemudian
menyusunnya menjadi teks
terstruktur. Satu per satu guntingan
bungkus mi instan ditempel pada
selembar kertas manila.
Siswa juga mencari kata kerja
imperatif yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Mereka kemudian menuliskannya di
kertas manila bersamaan dengan
tempelan bungkus mie.
Selanjutnya, satu per satu kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya.
Dilakukan pula kunjung karya ke
kelompok lain, tanggapan dapat
diberikan antarkelompok memakai
kertas post it. Tidak berhenti di sana,
siswa kemudian ditugasi membuat
kalimat imperative memakai kata kerja
imperatif yang ditemukan di bungkus
mie instan.
Siswa bekerja sama membuat procedure text dari bungkus mie instan.
Bahasa Inggris
141
Guru sedang mendampingi siswa menuliskan
surat kepada tokoh utama dalam cerita.
SMPN 2 Doloksanggul Humbang Hasundutan, Sumatera Utara
Menulis Surat Kepada Tokoh Utama Cerita untuk
Tingkatkan Pemahaman Narratives Text
Oleh Muliadi Siahaan
Guru SMPN 2 Doloksanggul
Humbang Hasundutan
Pada umumnya materi pembelajaran
bahasa Inggris adalah berupa teks
monolog atau essay. Salah satu
Tuntutan kurikulum adalah
memampukan siswa memahami isi
bacaan. Ada berbagai jenis teks yang
diajarkan di kelas IX, salah satu di
antaranya adalah teks narratives.
Teks narrative adalah teks berupa
dongeng-dongeng atau cerita rakyat.
Selain untuk menghibur pembaca, teks
ini juga bertujuan untuk mendidik
pembaca melalui pesan moral yang ada
dalam teks. Biasanya teks narrative
142
berbentuk bacaan yang panjang,
sehingga siswa bosan dan malas
membaca sampai selesai. Mereka
langsung mengeluh dan tidak ada
minat membaca ketika dihadapkan
dengan teks bacaan yang panjang.
Siswa lebih senang belajar percakapan
yang langsung mereka terapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Praktik ini
bertujuan untuk mengatasi rendahnya
minat baca dan pemahaman isi bacaan
teks narrartive siswa kelas IX
semester genap.
Seperti sudah disampaikan
sebelumnya, kegiatan ini bertujuan
untuk meningkatkan minat mereka
membaca teks dan juga memahami
teks dengan baik. Dengan diberi
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
tantangan untuk menulis surat, siswa
secara otomatis akan membaca teks
sampai selesai dan benar-benar
berusaha mengerti isi cerita tersebut.
Untuk memulai kegiatan ini, guru
menyiapkan enam cerita yang berbeda
untuk setiap kelompok. Saya memilih
cerita yang populer seperti Cinderella,
Snow White, Malin Kundang, Rapunzel,
Pinocchio, dan Timun mas. Keenam
cerita tersebut dimasukkan dalam
sebuah amplop. Masing-masing
kelompok menerima satu amplop dan
setiap anggota kelompok mendapat
satu cerita secara acak. Mereka
diberikan waktu kira-kira 30 menit
untuk membaca dan memahami
cerita tersebut.
Setelah itu, siswa diberikan kesempatan untuk menceritakan secara singkat
apa intisari atau ringkasan dari cerita
yang mereka baca. Untuk menghemat
waktu, setiap kelompok hanya diwakili
oleh satu orang siswa.
Langkah berikutnya, guru memberi
instruksi kepada siswa untuk
mengerjakan tugas selanjutnya yaitu
menuliskan surat berisi perasaan atau
ungkapan hati mereka terhadap tokoh
utama dalam cerita tersebut. Boleh
perasaan suka, benci atau ungkapan
kebahagiaan tergantung kepada apa
yang mereka rasakan setelah
membaca teks cerita tersebut.
salah seorang siswa.
Tujuan awal praktik ini untuk
meningkatkan pemahaman isi bacaan
benar-benar tercapai. Hal ini terlihat
pada saat mereka menceritakan
ringkasan cerita yang mereka baca.
Selain itu, tulisan berupa surat kepada
tokoh utama dalam cerita yang
mereka hasilkan juga membuktikan
bahwa mereka paham dengan isi cerita.
Hal positif lainnya yang kita temukan
melalui praktik ini selain pemahaman
isi cerita adalah kemampuan mereka
dalam menulis surat berupa ungkapan
perasaan mereka semakin meningkat.
Pada tahap ini biasanya sebagian siswa
menemui kesulitan dalam memilih kata
atau ungkapan yang tepat sehingga
saya harus memberikan koreksi atau
perbaikan pada pemilihan kata, ejaan
atau tata bahasa sehingga tulisan
tersebut memenuhi kriteria penulisan
yang benar.
Hasil praktik ini adalah semua siswa
terlihat antusias dan serius dalam
menyelesaikan tugas masing-masing.
Tagihan individu membuat mereka
juga memiliki tanggung jawab untuk
menyelesaikan tugasnya. Siswa juga
terlihat bersungguh- sungguh untuk
memahami cerita yang mereka baca.
“Kami tertantang untuk menuangkan
pikiran dan perasaan terhadap tokoh
yang kami suka atau pun kurang suka.
Untuk bisa menuliskannya, kami harus
membaca cerita sampai tuntas,” kata
Surat yang dibuat siswa untuk ditujukan kepada tokoh cerita.
Bahasa Inggris
143
Family Tree, Puzzle dan My Family Book Project yang dikerjakan siswa.
SMPN 3 Serang, Banten
I Love People Around Me – Family Tree
Saya adalah Hani Suryani SPd, guru
bahasa Inggris SMPN 3 Serang. Di kelas
VII, saya masih mendapati siswa masih
sulit untuk mendeskripsikan dengan
baik dalam bahasa Inggris. Oleh karena
itu, di semester ganjil saya ingin para
siswa dapat menyusun teks lisan dan
tertulis tentang anggota keluarga
mereka. Pada materi pokok tentang
Family Tree, tujuan pembelajaran yang
akan dicapai adalah siswa dapat
memaparkan identitas anggota
144
keluarga dengan benar sesuai unsur
kebahasaan, kosa kata dan pronoun
(subjective, objective dan possessive)
yang tepat. Unsur kebahasaan yang
dimaksud menyangkut:
1. Nama status hubungan keluarga,
kekerabatan, teman, tetangga
2. Nama profesi pekerjaan
3. Kata tanya Who? Which? How?
4. Article a, an, the…
5. Kata kerja yang menunjukkan
tindakan yang sangat lazim dan
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
terkait dalam simple present tense:
be, have, work dan sebagainya.
6. Ucapan, tekanan kata, intonasi
7. Ejaan dan tanda baca
8. Tulisan tangan.
Untuk pembelajaran ini, saya sudah
menyiapkan video durasi tiga menit
tentang anggota keluarga, puzzle dan
gambar family tree sebelumnya.
Apersepsi dilaksanakan lewat
tontonan video tentang anggota
keluarga agar siswa memahami family
tree. Lalu saya bertanya kepada
seluruh siswa tentang nama-nama dan
istilah anggota keluarga sesuai video
yang baru saja disaksikan siswa. “What
is the video tell us about?” tanya saya
kepada seluruh siswa. Dua orang siswa
menjawab hal yang sama, “A family.”
Video ini berdurasi 3 menit, berbahasa
Inggris dan memiliki sub title bahasa
Indonesia. Siswa pun terlihat aktif
menjelaskan satu per satu nama dan
istilah anggota keluarga yang muncul
dalam video. Saya membimbing siswa
dalam melafalkan nama-nama keluarga
dengan bahasa Inggris.
dari teks yang diberikan.
Kegiatan berikutnya, siswa membuat
mind mapping menggunakan pohon
keluarga atau family tree yang
berhubungan dengan teks dan
mengindentifikasikan setiap anggota
keluarga. Setiap siswa dapat
melengkapi family tree secara individu.
Mind mapping dengan menggunakan
pohon keluarga ini berhubungan
dengan teks yang sudah saya siapkan.
Di akhir, saya meminta siswa membuat
produk buku family tree “my family
album” yang membuat teks tentang
keluarga dengan menggunakan
struktur teks dan unsur kebahasaan
yang benar. Karena ini dikerjakan di
rumah, siswa diperoblehkan
menggunakan bantuan kamus. Untuk
gambar setiap anggota keluarga, siswa
diperbolehkan mengambil gambar dari
internet atau majalah. Setiap figur
anggota keluarga, siswa diminta
menjelaskan peran dan fungsi mereka
dalam keluarga dengan menggunakan
bahasa Inggris. Buku family tree
dikerjakan di rumah masing-masing
dan dikumpulkan pada pertemuan
selanjutnya.
Kegiatan selanjutnya adalah pengumpulan informasi. Saya meminta siswa
mulai menyusun puzzle tentang
gambar keluarga. Puzzle dikerjakan
sesuai kelompok siswa yang sudah ada.
Saya mengamati setiap kelompok dalam menyelesaikan puzzle. Kelompok
yang sudah selesai mengerjakan puzzle
diminta untuk bertepuk tangan
bersama-sama. Ketika satu kelompok
sudah bertepuk tangan, dilanjutkan
beberapa kelompok lain yang termotivasi untuk menyelesaikan puzzle.
Setelah itu, saya meminta dua
kelompok untuk menyebutkan nama
anggota keluarga sesuai puzzle yang
sudah diselesaikannya. Saya memperbaiki komunikasi lisan jika ditemukan
terdapat kesalahan dalam pelafalan
bahasa Inggris. Puzzle gambar keluarga
dimaksudkan agar siswa mampu
mengidentifikasikan fungsi sosial,
struktur teks dan unsur kebahasaan
Siswa sedang bekerja sama menyusun family tree di dalam kelompok.
Bahasa Inggris
145
Hasil daftar pertanyaan dan hasil teks deskriptif
yang dihasilkan siswa kelas VIII.
SMPN 2 Bilah Hulu Labuhanbatu, Sumatera Utara
Interview Mudahkan
Menulis Teks Deskriptif
Oleh Muhammad Hardi SPd
Guru SMPN 2 Bilah Hulu
Kesulitan siswa terkait kegiatan
membaca dan menulis teks dalam
bahasa Inggris merupakan masalah
yang sering saya hadapi. Untuk
memecahkannya, saya menggunakan
media interview sederhana yang
dirumuskan oleh siswa untuk
memudahkan menulis teks deskriptif.
Cara Penggunaan Media Interview
Media interview yang dimaksud oleh
penulis adalah daftar pertanyaan yang
akan dirumuskan dan ditanyakan
kepada nara sumber yang dipilih oleh
siswa untuk membantu mereka menulis teks deskriptif dalam bahasa Inggris.
Pada pembelajaran bahasa Inggris kelas
VIII semester 1 dengan KD
“Mengungkapkan makna dan langkah
retorika dalam esay pendek sederhana
dengan menggunakan ragam bahasa
tulis secara akurat, lancar dan
146
berterima untuk berinteraksi dengan
lingkungan sekitar dalam teks
berbentuk descriptive dan recount.”
Saya melaksanakan proses
pembelajaran menulis teks deskriptif
dengan tahapan sebagai berikut:
a. Guru membagikan teks deskriptif
sederhana untuk dibaca siswa
b. Guru menstimulasi pemahaman
siswa terkait teks dengan
memberikan pertanyaan lisan.
c. Guru memberikan kesempatan
kepada siswa saling mengajukan
pertanyaan dan saling menjawab
terkait kosa kata sulit yang
digunakan dalam teks tersebut.
d. Setelah itu, guru meminta siswa
untuk mengerjakan LK I yaitu
menuliskan 10 pertanyaan yang
akan diajukan kepada seseorang
yang dia kenal dan ditunjuk
sebagai nara sumbernya.
Pertanyaannya berkisar tentang
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
data orang yang diwawancara dan
pekerjaannya.
e. Selesai menulis daftar pertanyaan
yang akan diajukan, siswa mengajukan pertanyaan tersebut kepada
nara sumber yang mereka sudah
pilih dan menuliskan jawaban yang
mereka peroleh dan (dilengkapi
dengan foto nara sumbernya.
f. Kegiatan selanjutnya, siswa diminta
untuk menulis teks deskriptif dari
orang yang dipilihnya dengan
menggunakan jawaban dari daftar
pertanyaan yang sudah diperoleh.
g. Format penulisan teks deskriptif
ini dapat dilihat pada LK 2 yaitu
tentang teks yang dilengkapi foto
orisinal.
h. Siswa diminta mempresentasikan
teks deskriptif yang sudah ditulis
oleh mereka.
i. Siswa bersama guru melakukan
refleksi pembelajaran.
PEMBELAJARAN
ILMU PENGETAHUAN
SOSIAL
Mts Al-Wasliyah 27 Firdaus, Serdang Bedagai, Sumatera Utara
Membedakan Peta dan Globe
Menggunakan Bola Plastik
Oleh Erwansyah,
Guru MTs Al-Washliyah
27 Firdaus
Bola plastik mempunyai
manfaat dalam kegiatan
pembelajaran IPS di kelas VII
Tts Al-Washliyah 27 Firdaus
pada kompetensi dasar
menggunakan peta, atlas, dan
globe untuk mendapatkan
informasi keruangan.
Indikator pembelajaran
adalah mengidentifikasi
perbedaan antara peta, atlas,
dan globe.
Siswa sedang memotong bola plastik
yang sudah diberi gambar peta dunia.
IPS bila diajarkan dengan lebih
banyak praktik, dapat
meningkatkan pemahaman siswa
dan melatih keterampilan
sosialnya. Untuk itu Bapak
Erwansyah, lebih banyak
mengajar IPS kepada siswanya
dengan media sederhana dan
mempraktikkannya yang
dikaitkan dengan lingkungan
sosial siswa.
148
Pada kegiatan pembelajaran
ini, guru dan siswa bersamasama mempersiapkan segala sesuatu
yang dibutuhkan untuk kegiatan
tersebut, yaitu:
1. Satu buah bola plastik
2. Spidol
3. Pisau kertas (cutter)
Langkah-langkah pembelajarannya
yaitu:
a. Siswa dibagi menjadi tujuh
kelompok yang terdiri dari 5-6
orang siswa, kemudian masingmasing kelompok menyiapkan
peralatan yang dibutuhkan.
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
b. Secara berkelompok masingmasing menggambari bola plastik
dengan kondisi permukaan bumi.
Setelah selesai digambar, guru
menjelaskan ini adalah “globe”
kelompok mengamati dan
mempresentasikan hasilnya.
Kelompok lain diberi kesempatan
untuk memberi tanggapan serta
masing masing kelompok membuat
pengertian “Globe” dari kondisi bola
yang sudah bergambar kondisi
permukaan bumi.
c. Kemudian masing masing bola yang
sudah bergambar kondisi
permukaan bumi tadi diletakkan di
atas meja. Lalu masing-masing
kelompok dengan menggunakan
cutter, membelah bola tersebut, dan
membentangkannya di atas meja
menjadi sebuah bidang datar, dan ini
adalah peta. Setiap kelompok
mengamati dan mempresentasikan
hasilnya, kelompok lain diberi
kesempatan untuk memberi
tanggapan serta masing masing
kelompok membuat pengertian
peta dari kondisi bola yang sudah
bergambar kondisi permukaan
bumi dan dibelah lalu dibentangkan
menjadi sebuah bidang datar.
d. Selanjutnya guru memberikan
beberapa pertanyaan untuk
didiskusikan di masing-masing
kelompok, yaitu:
- Apakah Globe itu ?
- Apakah Peta itu ?
- Dimanakah letak perbedaan
antara Globe dengan Peta?
Uraikan!
pertanyaan, masing-masing kelompok
mendiskusikan untuk menjawab
pertanyaan dan menyimpulkan
pengertian Globe dan Peta. Mereka
juga mengidentifikasi perbedaan
antara Globe dan Peta, kemudian
mempresentasikannya, sedangkan
kelompok lain memberikan tanggapan
dan masukan.
Berdasarkan pengamatan terhadap
kegiatan pembelajaran, dan beberapa
Dari kegiatan praktik ini siswa lebih
mudah memahami tentang pengertian
Globe dan Peta, serta mencari
perbedaan antara Globe
dan Peta. Hal ini dapat
dilihat dari hasil diskusi
dan presentasi, dengan
arahan dan panduan
guru, siswa dapat
menyimpulkan dengan
menggunakan bahasanya
sendiri. “Globe adalah
gambaran (miniatur)
bumi dalam bentuk bola,
sedangkan Peta adalah
gambaran kondisi
permukaan bumi pada
sebuah bidang datar,”
tukas salah seorang
siswa.
Siswa sangat senang
Dari kegiatan ini siswa
dapat membedakan peta
dan globe.
dengan kegiatan praktik pembelajaran
ini. Siswa menjadi lebih mudah
memahami karena ada benda-benda
yang digunakan sebagai model untuk
mewakili kondisi yang sebenarnya.
Memodelkan Terjadinya
Dangkalan Menggunakan Baki
dan Batu
Pada pembelajaran untuk kompetensi
dasar membuat sketsa dan peta
wilayah yang menggambarkan objek
geografi, dengan indikator
mengidentifikasi proses terbentuknya
dangkalan/laut dangkal (laut trangresi),
siswa saya ajak memanfaatkan baki/
talam, batu, air, dan es batu sebagai
media pembelajaran.
Pada kegiatan pembelajaran, guru dan
siswa secara bersama sama
mempersiapkan segala sesuatu yang
dibutuhkan pada kegiatan praktik
untuk mengidentifikasi terjadinya
dangkalan/laut dangkal akibat kenaikan
permukaan air laut yang disebabkan
pencairan gletser/gunung es.
Bahan-bahan yang dipersiapkan adalah:
1. Satu buah baki/ talam
2. Beberapa buah batu yang berbeda
ukuran dan ketebalannya
3. Air
4. Sebongkah es batu
5. Sebuah mistar/ penggaris
Langkah-langkah kegiatan
pembelajaran sebagai berikut:
1. Siswa dibagi menjadi 7 kelompok
yang terdiri dari 5-6 orang siswa,
Ilmu Pengetahuan Sosial
149
Kemudian masing masing kelompok
mempresentasikan hasil diskusinya,
dan kelompok lain diberi kesempatan
untuk menanggapi dan memberi
masukan.
Melalui media baki, batu, air, dan es batu, siswa dapat memahami proses terbentuknya
dangkalan/laut dangkal (laut trangresi).
kemudian masing-masing kelompok
mempersiapkan perlengkapan
seperti yang telah disebutkan.
2. Secara berkelompok siswa
meletakkan baki/ talam di atas
meja, kemudian baki diisi dengan air
secukupnya. Setelah cukup, langkah
berikutnya adalah meletakkan batu
dengan berbagai ukuran dan
ketebalan ke dalam baki yang telah
diisi air.
3. Kemudian siswa meletakkan
bongkahan es ke dalam baki, dan
mengukur ketinggian permukaan
air pada baki (sebelum dipengaruhi
oleh cairan es yang mencair). Baki
yang telah terisi dibawa keluar
kelas dan diletakkan di tempat yang
terkena sinar matahari agar
bongkahan es dapat mencair/
meleleh sampai batu batu yang
berukuran lebih tipis tenggelam
oleh kenaikan permukaan air akibat
mencairnya bongkahan es batu.
150
4. Siswa mengamati dan mencatat
semua perubahan dan informasi
yang didapatkan dari kegiatan
tersebut.
5. Siswa mengukur perubahan
kenaikan permukaan air (setelah
dipengaruhi oleh es yang mencair)
dan mencatat perbedaan
permukaan air sebelum dan
sesudah es mencair.
Untuk melengkapi praktik, guru
mengajukan pertanyaan sebagai bahan
diskusi, yaitu:
1. Apa yang terjadi pada permukaan
air saat sebelum dan sesudah es
mencair ?
2. Apa yang terjadi pada batu batu
yang berukuran lebih tipis ?
Hasil pengamatan yang diperoleh
selanjutnya didiskusikan oleh
kelompok masing-masing, dan hasil
diskusinya dituliskan pada kertas HVS
yang telah disiapkan kelompoknya.
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
Dari kegiatan praktik ini ternyata
siswa lebih mudah memahami proses
terbentuknya dangkalan. Hal itu dapat
dilihat dari hasil diskusi dan presentasi,
dengan arahan dan panduan guru,
siswa dapat menyimpulkan proses
terbentuknya dangkalan/ laut dangkal
sebagai akibat mencairnya gunung es/
gletser yang terjadi di kutub utara dan
kutub selatan. Batu batu yang berada
pada permukaan baki mewakili pulau
pulau atau dataran yang rendah dan
tinggi di permukaan bumi. Air di
permukaan baki mewakili permukaan
lautan dan bongkahan es mewakili
gunung es/ gletser yang mencair, yang
kemudian menyebabkan kenaikan
permukaan air.
Akibat kenaikan permukaan air, ada
beberapa batu yang berukuran lebih
tipis menjadi tenggelam dan tergenang
oleh air, dan inilah yang menjadi
dangkalan atau laut dangkal (laut
transgresi) di permukaan bumi.
Berdasarkan refleksi siswa, mereka
sangat senang dengan kegiatan praktik
pembelajaran ini seperti yang
disampaikan oleh Poppy Lisandri,
"Pembelajaran dengan cara seperti ini,
saya dapat mudah mengerti, karena
ada benda benda yang digunakan
sebagai model, untuk mewakili kondisi
yang sebenarnya."
Siswa mengamati
kondisi lingkungan
yang ada di sekolah.
MTsN Unggul Susoh, Aceh Barat Daya
Amati Lingkungan Tanamkan Rasa
Cinta Siswa pada Alam
Oleh Tirta Jannah SPdI
Guru MTsN Unggul Susoh
Kerusakan lingkungan akibat perilaku
manusia yang tidak peduli lingkungan
telah menjadi hal biasa. Jika dibiarkan,
kerusakan yang terjadi akan semakin
parah. Pentingnya memberikan
pemahaman kepada siswa tentang
kepedulian dan merawat lingkungan
mendorong kami mendekatkan siswa
terhadap lingkungannya. Sebagai
generasi penerus, siswa harus
memahami materi ini sebagai bekal
keikutsertaan mereka dalam
melestarikan lingkungan kelak.
Tujuan pembelajaran ini yaitu siswa
dapat mengidentifikasikan unsur-unsur
yang ada pada lingkungan sekitar,
mengidentifikasikan bentuk-bentuk
kerusakan lingkungan, faktor penyebab
dan solusi penanganannya, serta
memberi gambaran penanganan
sampah sebagai salah satu penyebab
kerusakan lingkungan.
Langkah pembelajarannya, guru
menjelaskan materi kerusakan
lingkungan yang menyebabkan
terjadinya berbagai bencana dan
pencemaran. Langkah berikutnya guru
membagi siswa dalam beberapa
kelompok kecil, kemudian
membagikan LK tentang pengamatan
terhadap lingkungan dan dampak
kerusakannya.
Guru menjelaskan langkah apa yang
harus dilakukan oleh siswa sesuai LK
tersebut, selanjutnya, siswa langsung
melakukan pengamatan di lingkungan
sekitar sekolah selama 30 menit.
Lokasi yang diamati adalah lokasi
pembuangan sampah dan lokasi
saluran air yang tidak lancar.
Setelah kegiatan pengamatan selesai
dilaksanakan, langkah berikutnya, siswa
kembali ke kelas untuk mendiskusikan
hasil temuan mereka selama
melakukan pengamatan di lapangan.
Materi yang didiskusikan adalah identifikasi kerusakan lingkungan, faktor
penyebab dan penanggulangannya. Di
akhir sesi, hasil pengamatan masingmasing kelompok dipresentasikan di
depan kelas.
Melalui pembelajaran tersebut siswa
lebih memahami unsur-unsur lingkungan, bentuk kerusakan, penyebab dan
penanganannya. Langkah berikutnya
siswa diminta mencoba menerapkan
penanganan masalah lingkungan yang
terjadi di dekat sekolah secara
berkelompok.
“Kami jadi tahu dampak dan penyebab
kerusakan lingkungan serta
penanganannya, terutama penanganan
sampah seperti sampah rumah tangga
jika tidak tertangani secara baik maka
akan merusak lingkungan,” jelas
Syarifah Yuli Wirza, siswa MTs N
Unggul Susoh.
Ilmu Pengetahuan Sosial
151
Siswa sedang bekerja sama membuat peta puzzle di dalam kelompok.
SMPN 22 Bantimurung, Sulawesi Selatan
Membuat Puzzle untuk Belajar Mengidentifikasi Peta
Oleh Syarifuddin SPd
Guru SMPN 22 Bantimurung
Salah satu kompetensi yang harus
dimiliki siswa dalam pembelajaran IPS
khususnya tentang peta adalah mampu
mengidentifikasi peta tersebut. Namun,
kenyataannya banyak siswa saya di
kelas VII yang kurang tertarik belajar
mengidentifikasi peta.
Untuk itu saya mencoba menerapkan
pembelajaran yang melibatkan dan
mengaktifkan siswa melalui membuat
peta dari kardus bekas yang dapat
dibongkar dan dipasang kembali, yaitu
peta Puzzle. Saya mengajak setiap
kelompok untuk menyiapkan alat dan
152
bahan berupa kardus bekas dengan
ketebalan 3-4 mm, kardus tebal
sebagai alas, kertas HVS putih, lem,
gunting, cutter, spidol, dan peta
provinsi.
Secara teknis, langkah-langkah
pembelajaran yang ditempuh dalam
pembuatan peta puzzle yaitu:

Siapkan peta dasar yang akan
digambar, misalnya Peta Sulawesi
Selatan

Peta dasar tersebut digambar pada
kertas HVS putih.

Peta yang sudah digambar
selanjutnya ditempel pada gardus
3-4 mm
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs

Tiap wilayah dipisahkan dengan
pisau silet/cutter gunting
mengikuti garis batas wilayah,
sehingga antar wilayah terpisah.

Supaya menarik, tiap wilayah diberi
warna.

Bagian pinggir yang tidak termasuk
bagian peta selanjutnya dilem.

Secara utuh, peta yang sudah
terpisah tadi selanjutnya
diletakkan di kardus tebal sebagai
alas lalu dibuat garis pinggir
mengikuti batas tepi peta, jangan
lupa membuat garis halus tiap
batas wilayah pada alas.

Peta puzzle siap dimainkan.
Setelah peta selesai dibuat, maka tahap
berikutnya adalah melaksanakan
permainan memanfaatkan peta puzzle
yang telah dibuat oleh siswa, dengan
cara:

Permainan dilakukan secara
berkelompok.

Tiap kelompok mengirim karyanya
ke kelompok lain dalam keadaan
tercabut/tidak terpasang.

Kelompok yang menerima
selanjutnya menyusun puzzle
tersebut tidak dengan melihat
atlas/peta melainkan hanya
mencocokkan lekukan-lekukan
tiap wilayah sampai akhirnya
wilayah yang kosong tertutupi.

Tiap kelompok mencatat nama
provinsi yang diidentifikasi begitu
juga dengan batas-batas tiap
kota/kabupaten di dalamnya.
Pembelajaran ini membuat peserta
didik bersemangat. Pada lembar
refleksi, banyak siswa mengungkapkan
identifikasi peta terutama dalam
mengenal batas-batas suatu wilayah
ternyata mudah jika digabungkan
dengan permainan.
Hasil karya siswa
peta puzzle.
Ilmu Pengetahuan Sosial
153
Setelah bekerja sama dalam kelompok, siswa membuat laporan individu tentang penyebab, dampak, dan cara mengatasi
penyimpangan atau penyakit sosial.
SMPN 2 Sumber Cirebon, Jawa Barat
Kembangkan Keterampilan Informasi IPS
Waspadai Penyimpangan dan Penyakit Sosial
Oleh Ani Suparti
Guru SMPN 2 Sumber
Materi IPS kelas VIII tentang
penyimpangan dan penyakit sosial yang
terjadi dalam masyarakat tidak bisa
hanya mengandalkan buku sumber.
Informasi pada buku sumber sangat
terbatas sehingga membuat siswa
hanya mengetahui sedikit informasi
tentang materi tersebut. Apalagi jika
materi hanya disajikan dalam bentuk
diskusi sederhana dan monoton, tentu
membuat siswa kurang tertarik
mempelajarinya.
Keterampilan informasi merupakan
154
solusi tepat untuk menggali lebih
mendalam tentang materi
penyimpangan dan penyakit sosial.
Dalam penerapannya, pembelajaran ini
dilaksanakan empat jam pelajaran,
dibagi menjadi dua kali pertemuan.
Setiap pertemuan menggunakan
model pembelajaran jigsaw dan
number head together (NHT). Siswa
dikelompokkan secara heterogen dan
merata sesuai kemampuan dan
keterampilan, masing-masing
kelompok beranggotakan enam orang
dengan nomor kepala 1–6 sebagai
kelompok asal.
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
Setiap kelompok asal berbagi tugas
untuk membahas penyebab
penyimpangan dan penyakit sosial oleh
kepala bernomor 1 dan 2, dampak
penyimpangan dan penyakit sosial oleh
kepala bernomor 3 dan 4, dan
bagaimana cara mengatasi
penyimpangan dan penyakit sosial oleh
kepala bernomor 5 dan 6.
Sumber bacaan yang dijadikan
referensi adalah buku IPS kelas VIII dan
artikel-artikel dibawa setiap siswa
sesuai dengan topik pembahasannya,
baik dari internet maupun surat kabar.
Pada pertemuan pertama, presentasi
dilakukan oleh tiga kelompok, yaitu
kelompok asal 1 tentang tawuran
pelajar, kelompok asal 2 tentang
narkoba, dan kelompok asal 3 tentang
HIV/Aids. Pada pertemuan kedua, tiga
kelompok lain melakukan presentasi,
yaitu kelompok asal 4 tentang rokok,
kelompok asal 5 tentang minuman
keras, dan kelompok asal 6 tentang
kenakalan remaja.
Setelah kegiatan presentasi kelompok,
setiap siswa membuat laporan
individual. Setiap laporan memuat
aspek penyebab, dampak, dan cara
mengatasi penyimpangan atau penyakit
sosial. Laporan yang dibuat siswa
sesuai dengan bidang tugas setiap
kelompok.
Pada tahap ini, saya memberi waktu
yang cukup leluasa bagi siswa untuk
menyusun laporan, karena siswa
banyak memerlukan waktu pada saat
menuangkan kembali ide dan gagasan
bacaan dalam diskusi dan laporan
individu.
Gagasan para siswa untuk mengatasi
penyimpangan sosial juga banyak yang
menarik. Misalnya, untuk mencegah
terjadinya tawuran pelajar dan
mempererat hubungan harmonis
siswa antar sekolah, bisa dilaksanakan
latihan bersama dalam kegiatan palang
merah remaja atau kemah bersama
pramuka. Ada juga seorang siswa yang
memberikan ide kreatif yaitu rutin
saling berkunjung antar sekolah.
narkoba, seorang siswa memberikan
masukan yang patut diperhatikan oleh
sekolah, "Bagaimana kalau temanteman yang nakal digabungkan dan
diberikan kegiatan khusus di sekolah,
seperti olahraga, kesenian atau
ngeband bersama siswa yang pintar.”
Kegiatan belajar diakhiri dengan menampilkan presentasi laporan individu
terbaik. Siswa lain diberi kesempatan
untuk menanggapi laporan individu
yang disajikan. Pada tahap refleksi, saya
bersama siswa berupaya menarik
kesimpulan dan poin-poin yang
menjadi pelajaran dari materi
pembahasan bagi kehidupan siswa.
Meskipun tugas yang diberikan kepada
siswa pada pembelajaran relatif
banyak, tetapi siswa sangat senang dan
antusias pada saat belajar. Terbukti dari
refleksi yang dibuat siswa rata-rata
senang dan merasakan manfaat dari
pembelajaran ini.
Laporan individu siswa yang
dipajangkan di kelas.
Untuk mencegah penyalahgunaan
Ilmu Pengetahuan Sosial
155
Dengan penuh semangat siswa secara
individu menyelesaikan soal yang ada
dalam kartu anjungan quis mandiri
SMPN 1 Rakit Banjarnegara, Jawa Tengah
Smart IPS dengan Anjungan Kuis Mandiri
“Iya… kami semua harus banyak membaca, karena jika tidak
membaca kami tidak bisa menjawab quis itu. Saya senang belajar IPS
dengan cara ini. Cara yang menyenangkan dan smart banget,” kata
Adit siswa kelas IXC SMPN I Rakit Banjarnegara Jawa Tengah dengan
senyum yang lebar.
Pembelajaran IPS terutama topik
sejarah selama ini kurang diminati oleh
siswa SMPN I Rakit Banjarnegara Jawa
Tengah. Hal ini ditunjukan dengan sikap
kurangnya antusias ketika pelajaran
berlangsung. Penyebab kurangnya
motivasi dan tingkat partisipasi siswa
pada pelajaran IPS adalah anggapan
bahwa IPS adalah pelajaran hafalan
sehingga kurang menarik. Guru terlalu
monoton dalam pembelajaran sehingga
156
cenderung membosankan serta sulit
dipahami oleh siswa.
mengubah model pembelajaran yang
digunakan.
Selama proses pembelajaran
berlangsung masih banyak siswa
kurang serius dalam mengikuti
pembelajaran, masih terlihat siswa
melakukan aktivitas yang tidak terkait
dengan pembelajaran, seperti ngobrol,
bermain dan mengganggu teman yang
lain. Kondisi seperti mendorong guru
Model pembelajaran yang digunakan
adalah AKM atau Antrian Kuis Mandiri.
Langkah kegiatannya sebagai berikut;
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
1. Sebelum kegiatan dilaksanakan,
guru mempersiapkan bahan-bahan
yang akan dipakai, yaitu bahan
bacaan seputar perang dunia II,
kartu soal sejumlah dua kali
jumlah siswa dalam satu kelas dan
kotak untuk menyimpan kartu soal
tersebut.
2. Setelah siswa duduk dalam
kelompoknya guru membagikan
bahan bacaan seputar PD II dan
dibaca oleh seluruh anggota
kelompok.
3. Siswa diberi LK yang isinya setiap
kelompok membuat deskripsi latar
belakang, sebab-sebab terjadinya
PD II, negara yang terlibat dalam
PD II, front PD II, perjanjian yang
mengahiri PD II, kerugian akibat
PD II dan pengaruhnya bagi
Indonesia.
4. Setelah selesai presentasi
kelompok, siswa diajak secara
individu untuk lebih memudahkan
dan memahami materi pelajaran
yang baru saja diikuti dengan cara
bermain quis yang sudah disiapkan
oleh guru yaitu bermain Anjungan
Kuis Mandiri.
5. Teknik atau cara dalam bermain
AKM adalah setiap kelompok
mengirimkan satu anggotanya
untuk menjadi wakil kelompoknya
ikut dalam antrian mengambil
kartu soal yang terdapat dalam
kotak AKM. Setiap kartu soal
berisi satu pertanyaan yang
berbeda dengan kartu yang lain.
6. Setelah selesai mengambil kartu
soal, siswa yang mengantri
tersebut secara bergantian
menjawab pertanyaan yang ada di
dalam kartu dengan cara lisan.
7. Kemudian bergantian setiap
kelompok mengirimkan lagi
anggotanya untuk antri mengambil
quis dan menjawabnya, sampai
semua anggota kelompoknya maju
mengantri.
8. Semua jawaban benar direkap dan
ahirnya akan terdapat kelompok
dengan nilai yang tertinggi.
9. Dengan kuis seperti semua siswa
secara kelompok dan individu
akan termotivasi dan
bertanggungjawab untuk dapat
menjawab pertanyaan yang
terdapat di dalam kartu antrian
kuis mandiri.
”Semua anggota kelompok berlomba
untuk dapat menjawab pertanyaan
yang ada pada kartu. Jadi kami secara
individu harus bertanggungjawab
menyelesaikan soal yang diberikan bu
guru melalui anjungan kuis mandiri itu.
Kalau tidak nanti nilai kelompok kami
tidak baik dan kami malu,“ kata Nanda
dengan bangga karena kelompoknya
yang mendapatkan nilai tertinggi.
Setelah memodifikasi pembelajaran
dengan Anjungan Kuis Mandiri,
gurupun merasa lega, ternyata model
tersebut bisa memotivasi,
mengaktifkan dan memudahkan siswa
dalam memahami materi sejarah,
khususnya tentang Perang Dunia II.
Ilmu Pengetahuan Sosial
157
Guru mendampingi siswa di
kelompok yang sedang berdiskusi
tentang potensi tanah.
SMPN 1 Suboh Situbondo, Jawa Timur
Mengungkap Potensi Lokal dari Sekantong Tanah
Dari segenggam tanah, manusia dapat
mengetahui sumber daya yang
terkandung di dalamnya. Berdasarkan
tekstur, ciri-ciri, dan proses
terbentuknya, maka bisa disimpulkan
tanah tersebut bisa dimanfaatkan
untuk apa saja dan bagaimana
potensinya. Inilah yang coba dibuktikan
oleh Bapak Khairul Fauzi, guru IPS di
SMPN 1 Suboh Situbondo.
Pada mata pelajaran IPS Kelas VII
tentang materi Identifikasi Persebaran
Tanah dan Upaya Pemanfaatannya
dengan submateri Potensi dan
Persebaran Sumber Daya Tanah,
biasanya siswa hanya diajak membaca
buku teks saja tentang jenis tanah dan
sumber daya yang terkandung di
dalamnya. Kali ini guru ingin
memberikan gambaran langsung
kepada siswa tentang ciri-ciri tanah
dan potensinya, dengan mengajak
158
siswanya mengidentifikasi beragam
jenis tanah dan bagaimana potensi
sumber dayanya sehingga siswa dapat
menyimpulkan sendiri mata
pencaharian yang cocok untuk
penduduk sekitarnya.
Awalnya siswa dibagi dalam kelompok
yang beranggotakan 4-5 siswa.
Selanjutnya setiap kelompok diminta
mencari sekantong tanah dari tempat
yang berbeda-beda. Asal tanah
kelompok satu dengan yang lain tidak
boleh sama sehingga masing-masing
kelompok bisa saling bertukar dan
berbagi tanah yang mereka dapatkan.
Tanah yang diambil harus tanah yang
bersih dari kotoran dan sampah serta
tidak tercemar. Menurut Pak Khairul,
akan lebih bagus bila siswa
mendapatkan tanah dengan menggali
di kedalaman 2-3 cm sehingga tanah
yang didapat masih murni.
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
“Kebetulan di sekolah kami diapit oleh
4 kecamatan yakni Besuki, Suboh,
Mlandingan, dan Bungatan. Maka saya
menugaskan setiap kelompok
mendapatkan sekantong tanah dari
setiap kecamatan,” terangnya.
Guru membagikan lembar kerja dan
menjelaskan langkah kerja yang harus
dilakukan siswa. Masing-masing
kelompok sudah mendapatkan
sekantong tanah dari setiap
kecamatan. Mereka kemudian
menempatkan tanah tersebut dalam
wadah-wadah kecil untuk diamati.
Siswa mulai mengamati tekstur, warna,
kandungan, dan baunya. Setelah selesai
mengamati dan ketua kelompok
menjelaskan kembali hasil pengamatan
dalam kelompok serta melengkapinya.
Guru membagikan bahan bacaan
untuk menambah referensi dan
pengetahuan siswa lebih lanjut yang
berisi identifikasi jenis-jenis tanah dan
sumber daya alam yang terkandung di
dalamnya.
Selanjutnya setiap kelompok
mengidentifikasi tanah yang sudah
mereka bawa berdasar bahan bacaan
yang mereka terima. Para siswa
menemukan hal menarik dari
pengamatan mereka. Tanah yang
berasal dari Kecamatan Bungatan
misalnya, masuk dalam jenis tanah
humus dan litosol. Tekstur tanahnya
kehitaman dan berbatu, baunya seperti
bau pupuk dan mengandung banyak
bahan organik sehingga tanahnya
sangat subur.
“Tanah jenis ini cocok untuk pertanian
meskipun banyak mengandung batu.
Itulah mengapa penduduk Bungatan
banyak yang bercocok tanam dan
menjadi petani karena memang
tanahnya subur,” terang Widodo, salah
seorang siswa.
Setelah pengamatan pada tanah yang
mereka bawa selesai, selama 15 menit
guru meminta setiap kelompok untuk
berkunjung kekelompok lain dan
mengamati jenis tanah dari kelompok
yang lain. Demikian seterusnya
sehingga setiap kelompok bisa
mengamati jenis tanah yang dibawa
oleh ketiga kelompok lainnya.
Setelah selesai pengamatan, setiap
kelompok membuat laporan, namun
sebelumnya guru mengulang kembali
beberapa pertanyaan kepada siswa,
dimana pertanyaan tersebut akan
menjadi kerangka laporan hasil
pengamatan siswa. Pertanyaan
tersebut adalah:
1. Apakah judul kegiatan yang
dilakukan tadi?
2. Apa tujuannya siswa melakukan
penelitian?
3. Kapan kegiatan tersebut
dilakukan?
4. Dimanakah siswa melakukan
penelitian?
5. Apa saja alat dan bahan yang
diperlukan untuk melakukan
penelitian?
6. Bagaimana proses kerjanya?
7. Bagaimana hasil dari penelitian
yang dilakukan?
8. Apa manfaat jenis tanah tersebut
untuk meningkatkan
perekonomian masyarakat
setempat?
dan masuk dalam golongan tanah
regosol karena berada di pesisir pantai
sehingga tidak cocok menjadi lahan
pertanian. Smentara Kecamatan
Bungatan tanahnya sangat subur
sehingga penduduknya memilih
menjadi petani,” ungkap Izza dari
Kelompok 3.
Siswa bisa menyimpulkan bahwa
kondisi tanah di suatu daerah akan
berpengaruh pada mata pencaharian
dan sumber daya dari penduduk
sekitarnya. Siswa juga bisa
mengidentifikasi potensi lokal yang
dapat dikembangkan oleh penduduk
sekitarnya sehingga memunculkan
keinginan dan kepedulian untuk
mengembangkan potensi daerahnya.
Kemudian siswa melanjutkan kegiatan
dengan membuat laporan hasil
pengamatan. Masing-masing kelompok
kemudian mempresentasikan temuan
mereka setelah mereka mengamati
empat jenis tanah yang berasal dari
empat kecamatan. Dari kegiatan ini,
setiap kelompok berhasil
mengidentifikasi potensi sumberdaya
yang terkandung dari setiap kantong
tanah yang mereka amati.
“Kelompok kami berhasil menemukan
jawaban mengapa di Kecamatan
Besuki penduduknya lebih memilih
menjadi nelayan, sementara di
Kecamatan Bungatan penduduknya
banyak yang menjadi petani. Tekstur
tanah di Kecamatan Besuki berpasir
Siswa menunjukkan laporan
kelompoknya.
Ilmu Pengetahuan Sosial
159
Siswa sedang menempel gambar persebaran fauna di Indonesia.
SMPN 2 Tanjungpura, Langkat, Sumatera Utara
Memahami Persebaran Fauna di Indonesia
dengan Model Picture and Picture
Oleh Hariati
Guru SMPN 2 Tanjung Pura
Ibu Aisyah, guru IPS MTs N Tanjung
Pura kabupaten Langka punya cara
membantu siswa memahami materi
persebaran fauna di Indonesia Pada
pelajaran IPS kelas VII, khususnya pada
KD Memahami aspek keruangan dan
konektivitas antar ruang dan waktu
dalam lingkup regional serta
perubahan dan keberlanjutan
kehidupan manusia (ekonomi, sosial,
budaya, pendidikan, dan politik) dengan
indikator Mendeskripksikan
keragaman fauna di Indonesia dan
Memahami persebaran fauna di
Indonesia. Untuk mengetahui jenis
hewan dan persebarannya di Indonesia,
160
ibu Aisyah menggunakan peta dan
gambar yang telah dibuat siswa pada
pertemuan sebelumnya sebagai media
dengan model picture and picture.
secara acak kepada setiap siswa
2. Siswa diminta menempelkan
gambar hewan pada peta yang
telah ditempelkan di papan tulis,
sesuai pengetahuan siswa.
Untuk melakukan model seperti ini
dibutuhkan alat dan bahan sebagai
berikut:
3. Guru membagikan LK dalam
kelompok yang berisi pertanyaan :
1. Peta Indonesia lengkap dengan
garis Wallace dan Weber yang
telah disampul plastik
a. Apakah ciri-ciri hewan
kelompok Asiatis, Australis dan
Peralihan?
2. Gambar-gambar hewan yang telah
ditempeli double tip pada bagian
belakang gambar sejumlah siswa
b. Berikan contoh hewan
kelompok Asiatis, Australis dan
Peralihan?
Adapun langkah-langkah yang
ditempuh adalah:
1. Setelah pendahuluan guru
membagikan gambar-gambar
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
4. Setelah berdiskusi, Setiap
kelompok memajangkang laporan
kelompoknya di dinding,
selanjutnya pajangan dijaga oleh
dua orang perwakilan kelompok
karena akan ada kegiatan kunjung
karya.
5. Semua anggota kelompok kecuali
penjaga pajangan mengujungi
kelompok lain yang ditunjuk guru
untuk mencari informasi atau
memberi masukan kepada karya
kelompok yang dikunjungi.
6. Setelah kunjung karya siswa
kembali kekelompok masingmasing untuk merefleksi gambar
yang mereka tempelkan pada peta
pada kegiatan langkah kedua.
memperbaiki tempelan yang salah
pada posisi yang tepat. Dari hasil tugas
individu, siswa sudah memahami,
yakni:
1. Fauna kelompok Asiatis berada di
Indonesia bagian barat dan
memiliki ciri-ciri terdapat mamalia
bertubuh besar sepert harimau,
gajah,badak dan terdapat ragam
fauna kera.
2. Fauna kelompok Australis berada
di Indonesia bagian timur dengan
ciri-ciri terdapat ragam fauna
burung berwarna seperti
cendrawasih, kakak tua dan hewan
berkantung yaitu walabi.
3. Fauna peralihan terdapat di
Indonesia bagian tengah dengan
ciri-ciri mamalia bertubuh kecil
misalnya anoa, babi rusa dan fauna
melata seperti komodo.
4. Indonesia memiliki ragam fauna
yang sangat luar biasa dan harus
dilestarikan.
Pembelajaran ini membuat siswa tetap
bersemangat belajar materi
persebaranan fauna di Indonesia
meskipun cuaca sedang panas.
7. Guru memberi kesempatan
kepada siswa untuk memperbaiki
tempelan gambarnya.
8. Siswa diminta untuk
menyelesaikan tugas individu
tentang perbedaan kelompok
fauna Asiatis, Australis dan
Peralihan, serta bagaimana cara
melestarikan hewan langka di
Indonesia.
Dengan model seperti ini siswa
bersemangat karena mereka
berlomba-lomba untuk menempelkan
gambar dan setelah proses diskusi dan
komunikasi terjadi, siswa lebih
memahami ciri-ciri dan jenis hewan
kelompok Asiatis, Australis dan
Peralihan sehingga mereka sadar
bahwa gambar hewan di tempelkan
pada daerah yang salah.
Pada saat guru memberi kesempatan
untuk memperbaiki, maka siswa
kembali berlomba-lomba untuk
Siswa sedang menempel gambar persebaran fauna di Indonesia.
Ilmu Pengetahuan Sosial
161
Para guru dari sekolah lainnya, ikut mengamati proses pembelajaran IPS yang menerapkan model creative productive.
SMPN 2 Banjarnegara, Jawa Tengah
Creative Productive dalam Pembelajaran IPS
Saat menyajikan materi lapisan-lapisan
atmosfir, Ibu Asri guru IPS kelas VII
SMPN 2 Banjarnegara menerapkan
model pembelajaran creative productive.
Dalam kegiatan inti proses
pembelajaran, siswa dibimbing bekerja
secara kelompok untuk membuat alat
peraga tentang lapisan-lapisan atmosfir.
Dengan cara ini ternyata mampu
meningkatkan kualitas proses
pembelajaran. Para siswa menjadi lebih
termotivasi sehingga lebih mudah
dalam memahami materi pelajaran IPS.
162
Langkah-langkah dalam kegiatan inti
pembelajaran sebagai berikut:
1. Sebelum kegiatan dilaksanakan,
guru mempersiapkan bahan-bahan
yang akan dipakai, yaitu bahan
bacaan yang memuat tentang
lapisan-lapisan atmosfir, kertas
asturo warna-warni, kertas
origami, spidol, gunting, dan
penggaris.
2. Setelah siswa duduk dalam
kelompoknya guru membagikan
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
bahan bacaan yang berisi tentang
lapisan-lapisan atmosfir.
3. Siswa secara individual, melacak
nama-nama lapisan atmosfir,
ketinggian dan ketebalan setiap
lapisan, serta sifat-sifat setiap
lapisan atmosfir.
4. Secara berkelompok, siswa
membuat alat peraga lapisanlapisan atmosfir dengan
menggunakan kertas asturo
warna-warni.
5. Secara berkelompok, siswa
mendeskripsikan sifat-sifat setiap
lapisan atmosfir dengan
menggunakan kertas origami yang
telah dipersiapkan oleh guru.
6. Secara berkelompok, siswa
membuat laporan panjang yang
terdiri atas pendahuluan, isi, dan
penutup. Bagian pendahuluan
memuat definisi atmosfir bumi,
bagian isi memuat tentang gambar
lapisan, deskripsi setiap lapisan dan
manfaat lapisan atmosfir. Adapun
bagian penutup berisi kesimpulan
tentang lapisan atmosfir
hasil kerja kelompoknya.
8. Guru membimbing siswa
menyusun simpulan.
9. Semua kelompok memajangkan
hasil kerja kelompoknya.
10. Secara individual, setiap siswa
menuliskan refleksi
“Senang sekali belajar sambil
membuat miniatur lapisan atmosfir.
Saya jadi tahu detil lapisan atmosfir
dan proses yang terjadi dalam lapisan
tersebut,” kata Aurel usai menuliskan
refleksi pembelajaran hari itu.
7. Kemudian secara bergantian setiap
kelompok melakukan presentasi
Siswa
mempresentasikan
hasil karya kreatifnya
tentang lapisan-lapisan
atmosfer.
Ilmu Pengetahuan Sosial
163
Siswa bekerja sama membuat bentuk
muka bumi dasar laut.
SMPN 2 Bilah Hulu, Labuhanbatu Sumatera Utara
Pasir Modelkan Bentuk Muka
Bumi Dasar Laut
Oleh Ummiati SPd
guru SMPN 2 Bilah Hulu
Hamparan pasir di halaman SMPN 2
Bilah Hulu Kabupaten Labuhanbatu
menginspirasi saya untuk
menjadikannya sebagai media dalam
pembelajaran IPS dengan indikator
membuat penampang bentuk muka
bumi dasar daratan dan bentuk muka
bumi dasar lautan. Untuk memahami
tentang muka dasar daratan, seperti
pegunungan, tanjakan, turunan siswa
164
tidak sulit menemukan kondisi itu
karena kebanyakan siswa tinggal di
wilayah geografis yang demikian
sehingga untuk membuat penampang
dasar muka daratan, siswa tidak
mengalami kesulitan yang berarti.
SMPN 2 Bilah Hulu Kabupaten
Labuhan batu terletak jauh dari lepas
pantai, sehingga pemahaman siswa
tentang bentuk muka bumi dasar
lautan sangat kurang. Untuk mengatasi
masalah tersebut, saya memanfaatkan
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
kubus transparan bekas yang sudah
tidak terpakai di sekolah dan
menggunakan pasir yang banyak
tersebar di halaman sekolah.
Untuk membuat penampang bentuk
muka dasar lautan alat dan bahan yang
dibutuhkan, yakni:
1. Kubus transparan milik sekolah
2. Pasir
3. Air
Dalam melakukan praktik setiap
kelompok diminta mengerjakan tugas
sesuai langkah yang tertera dalam LK,
yakni:
1. Kumpulkan pasir sebanyak
setengah ember
2. Jika pasir dalam kondisi kering,
tambahkan air secukupnya sampai
pasir dapat dibentuk
3. Masukkan pasir kedalam kubus
transparan yang telah disediakan,
lalu tekan-tekan hingga padat dan
memenuhi setengah bagian dari
kubus transparan.
bawah permukaan laut.
2. Basin, merupakan laut dalam
berbentuk cekungan atau lebih
dikenal dengan lubuk laut, dengan
kedalaman di bawah 4.000 meter di
bawah permukaan laut.
3. Punggung laut, adalah undakan di
dasar laut yang tidak sampai
kepermukaan.
4. Gunung laut, adalah gunung yang
terdapat di dasar laut.
5. Laut dangkal, adalah tepi laut yang
berbatasan dengan daratan yang
sering disebut pantai, dengan
kedalaman 0- 200 m di bawah
permukaan laut.
Siang yang panas itu tidak dirasakan
oleh siswa kelas IX SMPN 2 Bilah Hulu
karena belajar IPS begitu asyik. Siswa
merasa senang karena bisa membuat
penampang bentuk penampang dasar
laut.
4. Selanjutnya pasir yang telah padat
dibentuk menjadi dasar lautan
berupa:
a. Palung atau trog
b. Lubuk laut atau bassin
c. Punggung laut
d. Gunung laut
e. Laut dangkal atau tepi pantai
5. Setelah selesai, setiap kelompok
mempresentasikan hasil kerja
kelompoknya dan memberikan
kesempatan kepada kelompok lain
untuk menanggapi.
6. Setelah semua kelompok selesai
presentasi, setiap siswa membuat
gambar penampang bentuk dasar
lautan dan penjelasannya.
Dari hasil tugas individu tampak
bahwa siswa sudah dapat memahami
konsep:
1. Palung, adalah laut terdalam
berbentuk huruf V dengan
kedalaman 4.000 meter lebih ke
Bentuk penampang dasar
laut buatan siswa yang
dibuat berdasar gambar
yang mereka dapat.
Ilmu Pengetahuan Sosial
165
Siswa bekerja sama
di dalam kelompok
menggambar
piramida penduduk
berdasar data
penduduk desa.
SMPN 3 Lintong Nihuta, Humbang Hasundutan, Sumatera Utara
Menggambar Piramida Penduduk
Oleh Basaria Silaban,
Guru SMPN 3 Lintongnihuta
Biasanya, dalam membahas topik
piramida penduduk pada pelajaran IPS
Kelas VIII dengan Kompetensi Dasar
Mengidentifikasi permasalahan kependudukan dan upaya penanggulangannya,
saya hanya menampilkan gambar
bentuk-bentuk piramida penduduk
yang ada pada buku, sementara siswa
hanya melihat tanpa pernah
menggambar langsung piramida
penduduk tersebut. Akibatnya siswa
kurang memahami materi tersebut.
Untuk mengatasi permasalahan
tersebut saya mencoba mengatasi
dengan cara memberi kesempatan
166
siswa agar menggambar sendiri
bentuk piramida berdasarkan data
kependudukan yang mereka dapatkan
dari desa masing-masing. Tugas
tersebut dilaksanakan secara
berkelompok dengan pembagian tugas
yang sudah diatur di masing-masing
kelompok. Sebagai persiapan, saya
minta setiap kelompok menyiapkan
alat dan bahan yaitu:
- Data penduduk desa masing-masing
- Kertas manila/ tripleks
- Kardus
- Lem.
Setelah selesai, saya meminta siswa
untuk mengulangi langkah-langkah
pembuatan piramida penduduk.
Setelah siswa memahami langkah
tersebut, kemudian saya minta mereka
menggambar piramida dengan data
penduduk yang sudah mereka peroleh
dengan bahan yang mereka sediakan.
Di awal pembelajaran saya memberi
contoh menggambar piramida dengan
data kependudukan yang diambil dari
internet. Berdasar data kependudukan
Langkah berikutnya saya memberi
instruksi agar siswa menggambar
piramida penduduk desa masingmasing sesuai dengan data
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
tersebut saya buat piramida penduduk
sambil menerangkan langkah-langkah
menggambar piramida penduduk. Pada
saat menjelaskan, siswa
memperhatikan dengan seksama.
kependudukan yang sudah mereka
siapkan. Siswa kemudian menggambar
piramida penduduk memanfaatkan
data kependudukan desa, kertas
manila, dan kertas kardus yang telah
disiapkan. Kertas manila dimanfaatkan
sebagai tempat menggambar, adapun
kertas kardus dipotong-potong
menyesuaikan bentuk piramida yang
digambar.
Berdasarkan data kependuduka yang
mereka miliki, siswa juga saya minta
menghitung Sex Ratio (SR) dan
Dependency Ratio (DR). Sex Ratio yaitu
angka yang menunjukkan
perbandingan antara penduduk lakilaki dengan penduduk perempuan,
adapun Dependency Ratio adalah angka
yang menunjukkan persentase
penduduk nonproduktif yang
ditanggung penduduk produktif.
Langkah terakhir, setelah siswa selesai
menggambar piramida, menghitung Sex
Ratio dan Dependency Ratio, saya minta
siswa mengadakan karya kunjung
antar kelompok, yaitu setiap
kelompok mempresentasikan hasil
karya kelompok kepada kelompok
lain, setelah itu hasilnya di pajangkan.
Pada akhir pembelajaran, saya
mengadakan refleksi, meminta setiap
siswa mengungkapkan bagaimana
perasaannya mengikuti pelajaran pada
pertemuan ini, hasilnya siswa merasa
senang karena sudah dapat memahami
cara menggambar piramida penduduk.
Siswa sedang mempresentasikan hasil karyanya.
Ilmu Pengetahuan Sosial
167
Siswa menggunakan laptop dan internet untuk mencari sejarah kebudayaan
MTsN Telukdalam Nias Selatan, Sumatera Utara
Manfaatkan Internet untuk Belajar Peninggalan
Sejarah Kebudayaan Islam di Indonesia
Oleh Sulaiman Waruwu SPd
Guru MTsN Telukdalam
belajar siswa untuk mengatasi
keterbatasan informasi.
Nias Selatan merupakan daerah
kepulauan serta daerah minoritas
penduduk beragama Islam sehingga
bukti peninggalan sejarah Islam
jumlahnya sedikit. Mengatasi situasi
tersebut saya tertarik melaksanakan
pembelajaran tentang peninggalan
sejarah kebudayaan Islam di Indonesia
menggunakan internet sebagai sumber
MTsN Telukdalam sudah menyediakan
fasilitas internet yang memudahkan
saya mencari sumber belajar
meskipun di daerah belum ada
museum peninggalan sejarah.
168
Fasilitas internet saya manfaatkan pada
saat siswa mendapat tugas membuat
laporan tentang peninggalan sejarah
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
Kebudayaan Islam di Indonesia.
Laporan disusun berdasarkan lembar
kerja (LK) yang berisi beberapa
petunjuk, yaitu:
1. Cari sumber berita tentang
peninggalan sejarah kebudayaan
Islam di Indonesia.
2. Deskripsikan pengaruh kebudayaan
Islam dalam bidang politik, sosial,
pendidikan, sastra dan bahasa, dan
bidang arsitektur dan kesenian.
3. Setelah selesai setiap kelompok
mempresentasikan hasil
kelompoknya dan memberikan
kesempatan kepada kelompok lain
untuk menanggapinya.
Dari hasil tugas individu dan
kelompok, berikut beberapa materi
pembelajaran yang dapat dipahami
oleh siswa, yaitu:
1. Kerajaan-kerajaan Islam di
Indonesia terdiri kerajaan Perlak,
Samudra Pasai, Kerajaan Aceh,
Kerajaan Demak, Kerajaan
Mataram dan Kerajaan Banten.
2. Pengaruh kebudayaan Islam dalam
kehidupan masyarakat Indonesia
antara lain:
a. Bidang politik, sistem
pemerintahan yang bercorak
Islam, rajanya bergelar sultan
atau sunan seperti halnya para
wali. Jika rajanya meninggal,
tidak dimakamkan di candi
tetapi dimakamkan secara Islam.
b. Bidang Sosial, kebudayaan Islam
tidak menerapkan aturan kasta
seperti kebudayaan
Hindu.Nama-nama Arab seperti
Muhammad, Abdullah, Umar, Ali,
Musa,Ibrahim, Hasan, Hamzah,
dan lainnya mulai digunakan.
Kosakata bahasa Arab juga
banyak digunakan, contohnya
rahmat, rezeki, majelis (majlis),
mukadimah.
Begitu pula dengan sistem
penanggalan menggunakan
perhitungan peredaran bulan
(komariah) seperti tahun
Hijriah (Islam).
c. Bidang Pendidikan, setelah Islam
masuk, mata pelajaran dan
proses pendidikan pesantren
berubah menjadi pendidikan
Islam. Pesantren adalah sebuah
asrama tradisional pendidikan
Islam. Siswa tinggal bersama
untuk belajar ilmu keagamaan di
bawah bimbingan guru yang
disebut kiai
ini. Media yang sering digunakan
adalah nisan makam, dinding
masjid, mihrab, kain tenunan,
kayu, dan kertas sebagai
pajangan
Pada akhir pembelajaran, saya meminta
siswa menuliskan perasaannya dalam
mengikuti pelajaran IPS sebagai
refleksi. Siswa merasa senang dengan
mengunakan media internet karena
dapat memperkaya sumber belajar
serta memperoleh keterampilan dalam
mengoperasikan media TIK.
d. Bidang Sastra dan Bahasa, pada
mulanya, memang hanya kaum
bangsawan yang pandai menulis
dan membaca huruf dan bahasa
Arab, namun rakyat kecil pun
mampu membaca huruf Arab.
Penggunaan huruf Arab di
Indonesia pertama kali terlihat
pada batu nisan, karya sastra
yang berkembang pada masa
kerajaan-kerajaan Islam di
antaranya Hikayat, Babad, Suluk,
dan Syair.
e. Bidang Arsitektur dan Kesenian,
Islam telah memperkenalkan
tradisi baru dalam teknologi
arsitektur seperti masjid dan
istana. Islam juga
memperkenalkan seni kaligrafi.
Kaligrafi adalah seni menulis
aksara indah yang merupakan
kata atau kalimat.
Teks-teks dari Al-Quran
merupakan tema yang sering
dituangkan dalam seni kaligrafi
Ilmu Pengetahuan Sosial
169
Siswa yang berperan sebagai pembeli
sedang menanyakan harga kepada
penjual.
SMP Pataruman Cihampelas Bandung, Jawa Barat
"Serasa di Pasar Beneran"
Belajar Permintaan, Penawaran, dan Harga Pasar
Oleh Nurlelah
Guru SMP Pataruman
Pagi itu, di ruang kelas VIII-B SMP
Pataruman, siswa sibuk menata
makanan yang tersedia di atas meja
untuk dijual. Mereka akan belajar
materi permintaan, penawaran, dan
harga pasar. Siswa bermain peran
proses terjadinya transaksi. Begitulah
pembelajaran IPS tentang permintaan,
penawaran dan harga pasar.
Peran-peran sebagaimana layaknya
aktivitas di pasar dimainkan oleh siswa.
Ada yang berperan sebagai pembeli
dan ada juga yang menjadi penjual. Di
meja tampak terlihat makanan ringan
yang sering mereka konsumsi seperti
kue basah, gorengan, dan minuman.
Penjual melakukan aktivitas layaknya
penjual, misalnya merapikan barang
170
dagangan dan melayani pembeli.
Sementara pembeli sibuk memilih
barang, kemudian menanyakan harga.
Ketika cocok antara barang dan harga,
transaksi jual beli terjadi. Ketika toko
tutup, penjual merapikan barang yang
belum terjual dan menghitung
keuntungan yang diperoleh.
Tampak ramai suasana kelas saat itu.
Ekspresi para siswa sangat riang.
Mereka begitu menikmati suasana
pembelajaran tersebut. Apa yang
menyebabkan suasana seperti itu
terjadi? Itu karena saya mencoba
membawa dunia nyata ke dalam
pembelajaran. Siswa dibawa untuk
merasakan langsung menjadi penjual
dan pembeli.
Kemasan pembelajaranpun dicoba
agar sistematis. Mulai mengamati
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
kondisi pasar, termasuk aktvitas jual
beli. Kemudian siswa membuat
pertanyan-pertanyaan tentang pasar.
Mencari informasi tentang pasar juga
menjadi aktivitas pembelajaran,
termasuk menjawab pertanyaan yang
mereka ajukan. Di tahap selanjutnya,
siswa mengelaborasi informasi dengan
cara diskusi dan bermain peran.
Presentasi dilakukan sebagai tahap
akhir kegiatan. Mereka saling
menyampaikan resume materi dan
pengalamannya ketika melaksanakan
role play.
Itulah sesungguhnya gambaran
pembelajaran kontekstual. Pada proses
di atas, siswa langsung merasakan
dunia sesungguhnya sehingga betulbetul merasakan manfaat belajar IPS
untuk kehidupannya.
SMPN Kertek 3 Wonosobo, Jawa Tengah
Belajar Pajak dengan
Kertas Bekas Bukti Pajak
Siswa sedang mempresentasikan hasil karyanya tentang jenis-jenis
pajak yang mereka pelajari langsung dari bukti pembayaran pajak.
Oleh Dra Dyah Laksmi T MPd
Fasilitator USAID PRIORITAS
Wonosobo
Pada saat saya melakukan
pendampingan penyusunan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) di
SMPN 3 Kertek Wonosobo, guru IPS
kelas VIII yang mengajar yaitu Bapak
Puspito Aji SPd, memilih materi pajak,
dengan tujuan pembelajaran siswa bisa
membedakan jenis-jenis pajak. Guru
merencanakan akan membuat kertas
bertuliskan berbagai macam pajak,
kemudian siswa menggolongkan
menurut jenisnya.
Saya sebagai pendamping mengusulkan
bagaimana kalau tulisan diganti dengan
kertas bukti pajak yang nyata, siswa
diberi tugas mengumpulkan kertas
bukti pajak berupa karcis parkir, karcis
nonton, karcis masuk obyek wisata,
bea pasar, struk pembelian di mini atau
super market, foto copy STNK, foto
copy PBB, struk pembayaran di
restoran, cukai rokok, cukai kaset atau
CD, dan lain-lain. Siswa diberi waktu
dua minggu mengumpulkannya.
Saat persiapan pembelajaran, guru
memasukkan bukti pembayaran pajak
pada amplop-amplop yang sudah
disediakan.
Pembelajaran dimulai dengan kegiatan
apersepsi, motivasi, dan dengan tepuk
IPS, yaitu I... ingin tahu, P... pasti bisa,
S... siapa takut). Lalu dilanjutkan
dengan membaca senyap selama 10
menit tentang materi pajak. Siswa juga
diberi kesempatan bertanya-jawab
tentang pajak.
Kemudian siswa dibagi menjadi enam
kelompok dengan nama PBB, PPh,
PKB, PPn, PPN, PPnBM. Setiap
kelompok mendapat amplop yang di
dalamnya terdapat bukti pajak,
kemudian siswa ditugaskan untuk
menempelkan kertas bukti pajak itu
pada kolom/bagan sesuai dengan
tempatnya seperti tugas pada LK.
Siswa menggolongkan beberapa jenis
pajak. Misalnya jenis pajak berdasarkan
pihak yang menanggung, yaitu: (1)
Pajak langsung adalah pajak yang
pembayarannya harus ditanggung
sendiri oleh wajib pajak. Contohnya
pajak penghasilan (Pph) dan pajak
bumi bangunan (PBB). (2) Pajak tidak
langsung, adalah pajak yang
pembayarannya dapat dialihkan kepada
pihak lain. Contohnya pajak penjualan,
pajak pertambahan nilai (PPN), pajak
penjualan atas barang mewah (PPnBM), Bea Materai (BM) dan Cukai.
Siswa begitu antusias menggolongkan
kertas bukti pajak tersebut, sambil
sesekali berargumentasi dalam
menggolongkannya. Setelah selesai
menempel, diadakan kunjung karya,
siswa yang berkunjung memberikan
komentar pada karya yang dikunjungi.
Pada saat kunjung karya, ada siswa
yang salah memasukkan kertas bukti
pajak pada kolom jenis pajaknya dan
diberi masukan oleh kelompok lain.
“Sekarang saya tahu bahwa dengan
membayar pajak dan bukti kertaskertas itu sudah memberi konstribusi
bagi pembangunan daerah dan
negara,” ungkap Rita Ari Wibowo
salah seorang siswa dalam refleksinya.
Pesan moral yang disampaikan guru
yaitu, “Orang Bijak Taat Bayar Pajak.”
Ilmu Pengetahuan Sosial
171
Siswa mempresentasikan hasil karya kelompok.
SMPN 5 Duapitue, Sulawesi Selatan
Bentuk Muka Bumi dan Aktivitas
Penduduk pada Kartu Berpasangan
Oleh Jusmiati SPd MSi,
Guru SMPN 5 Duapitue
Dalam Pembelajaran IPS diharapkan
siswa mengembangkan kemampuan
dan sikap rasional tentang gejala-gejala
sosial serta perkembangan masyarakat
Indonesia dan dunia baik pada masa
lampau, masa kini maupun masa yang
akan datang. SMPN 5 Duapitue
berusaha melaksanakan pembelajaran
yan menarik di semua mata pelajaran
termasuk mata pelajaran IPS di kelas
VII.1.
Banyak kendala yang dihadapi dalam
pembelajaran IPS, misalnya pada materi
Bentuk muka bumi dan aktivitas
penduduk, karena banyak hal-hal yang
harus dihafal oleh siswa. Oleh karena
itu saya mencoba merancang
172
pembelajaran menggunakan kartu
berpasangan. Tujuannya adalah
memotivasi siswa agar lebih tertarik
belajar IPS dengan memadukan
semangat belajar dan bermain.
Guru terlebih dahulu menyiapkan
bahan pembelajaran berupa bahan
bacaan atau buku sumber, lembar
kerja (LK), dan kartu berpasangan.
Kartu berpasangan merupakan kartu
yang terdiri dari dua hal, yaitu kartu
yang berupa gambar bentuk muka
bumi (dataran rendah, dataran tinggi,
pegunungan, dan daerah pantai) dan
kartu yang berisi informasi aktivitas
penduduk (dataran rendah, dataran
tinggi, pegunungan, dan daerah pantai).
Langkah pertama, siswa diarahkan
duduk dikelompoknya masing-masing
Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs
(terbentuk 5 kelompok), kemudian
guru membagikan LK, kartu gambar
bentuk muka bumi, dan kartu berisi
aktivitas penduduk. Langkah
berikutnya, siswa mengamati LK dan
kartu berpasangan yang telah
dibagikan dan mendiskusikan dengan
anggota kelompok masing-masing.
Setelah cukup, kemudian siswa bekerja
secara berkelompok sesuai petunjuk
yang ada di dalam LK.
Selesai mengerjakan sesuai petunjuk,
siswa diarahkan untuk menempel
gambar bentuk muka bumi dan
aktivitas penduduk sesuai dengan
pasangannya masing-masing. Setelah
waktu habis siswa diharapkan berhenti
untuk bekerja, kemudian guru
memberi apresiasi bagi kelompok yang
cepat selesai dan jawabannya tepat.
Kemudian guru menunjuk salah satu
kelompok yang paling tepat jawabanya
untuk mempresentasikan hasil kerja
kelompoknya di depan kelas, sekali lagi
guru memberi apresiasi bagi kelompok
yang melakukan presentasi dengan
baik dan jawaban yang benar.
Pembelajaran menggunakan kartu
berpasangan terbukti membantu siswa
lebih mudah memahami materi yang
diajarkan, yaitu bentuk muka bumi dan
aktivitas penduduk, bukan hanya
memahami teori semata. Pembelajaran
menggunakan kartu berpasangan
membuat pembelajaran menjadi lebih
bermakna, materi mudah dipahami
oleh siswa, bergairah. Di sisi lain siswa
pun akhirnya akan lebih akrab dan
lebih berminat belajar IPS.
Semua anggota kelompok tampak
membagi tugas menempel gambargambar setiap kelompok tipe flora
dan fauna.
dan mengisi LK yang isinya riil hasil
pemikiran siswa dari membaca.
SMPN 1 Cihampelas Bandung, Jawa Barat
Lebih Paham Karena Gambar
Oleh Dian Diana
Guru SMPN 1 Cihampelas
Media pembelajaran dengan gambar
dapat mengkonkretkan objek yang
abstrak dan memperjelas suatu
masalah. Media gambar akan penuh
makna jika penerapannya sesuai
dengan kompetensi yang akan dicapai
serta penggunaan model pembelajaran
yang tepat. Salah satu model
pembelajaran yang banyak
menggunakan gambar sebagai media
adalah model picture and picture.
Model pembelajaran picture and picture
merupakan model belajar yang
menggunakan gambar dan
dipasangkan/ diurutkan menjadi urutan
logis. Model Pembelajaran ini
mengandalkan gambar sebagai media
dalam proses pembelajaran. Gambargambar tersebut menjadi faktor
penting dalam proses pembelajaran
agar mempermudah siswa memahami
materi. Sebelum proses pembelajaran
berlangsung guru sudah menyiapkan
gambar yang akan ditampilkan.
Contoh materi yang menggunakan
banyak gambar adalah tentang
Persebaran Flora Fauna Indonesia.
Dilihat dari tema yang diangkat
tersebut tidak mungkin seorang guru
membawa berpuluh-puluh flora fauna
ke dalam kelas, media yang sangat
menolong yaitu dapat melalui gambar.
Pada saat kegiatan mengumpulkan
data dan mengasosiasi dalam diskusi
kelompok, setelah membaca senyap
selama 10 menit tentang materi flora
fauna, setiap kelompok menerima
lembar kerja (LK) dan menyiapkan
gambar-gambar yang digunakan untuk
ditempelkan pada peta buta yang telah
disiapkan sebelumnya oleh siswa hasil
dari pekerjaan rumah (PR) kelompok.
Mulailah semua anggota kelompok
sibuk membagi tugas menempel
gambar-gambar setiap kelompok tipe
flora dan fauna. Mereka juga
memberikan penjelasan ciri-ciri dan
keterangan penting lainnya pada peta
Salah satu kelompok di kelas VIII-3,
tampak sedang menempelkan gambargambar flora fauna Indonesia sesuai
dengan tipenya. Saya bertanya pada
salah seorang siswa, “Aldo, mengapa
kamu menempelkan gambar tarsius
pada wilayah Indonesia bagian tengah
atau peralihan?”
“Tarsius merupakan hewan khas yang
sifatnya endemik dan hanya ada di
wilayah peralihan bu, jadi saya tempel
di sini!” ujar Aldo sambil menunjuk
wilayah tipe peralihan pada peta.
Perwakilan setiap kelompok
mempresentasikan hasil diskusi LK
kepada satu kelompok yang lain
dengan menjaga stan kelompoknya.
Kelompok yang berkunjung
dipersilakan untuk bertanya,
menambah informasi atau menyanggah
hasil kelompok tersebut.
Setelah selesai presentasi lembar hasil
diskusi dinilai oleh kelompok yang
berkunjung dengan menggunakan
alasan/ memberi tanggapan atas hasil
diskusi masing-masing kelompok.
Pembelajaran berlangsung aktif dan
menyenangkan!
Ilmu Pengetahuan Sosial
173
USAID PRIORITAS
Ratu Plaza Office Tower Lt. 25. Jl. Jenderal Sudirman Kav 9, Jakarta-10270
Telp: (021) 722 7998 Fax: (021) 722 7978
email: [email protected]
www.prioritaspendidikan.org
Download