DARI RAKYAT AMERIKA USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru,Tenaga Kependidikan, dan Siswa Praktik yang Baik - Edisi II PEMBELAJARAN DI SMP/MTs Buku praktik yang baik Pembelajaran di SMP dan MTs ini dikembangkan dengan dukungan penuh rakyat Amerika melalui United States Agency for International Development (USAID) melalui Program USAID Prioritizing Reform, Innovation, and Opportunities for Reaching Indonesia's Teachers,Administrators, and Students (PRIORITAS). USAID PRIORITAS adalah program kemitraan antara Pemerintah Amerika dan Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan akses pendidikan dasar yang berkualitas di Indonesia. Pengantar Sambutan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Salah satu fungsi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Perpres No 14 Tahun 2015) adalah “perumusan kebijakan di bidang kurikulum, peserta didik, sarana dan prasarana, pendanaan, dan tata kelola Dikdasmen”. Untuk menjalankan fungsi tersebut, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah telah menetapkan Kebijakan Program Pendidikan Dasar antara lain: (1) pemenuhan hak terhadap pelayanan pendidikan dasar yang berkualitas, (2) peningkatan kualitas pembelajaran dan (3) peningkatan tata kelola pendidikan dasar. Implementasi kebijakan peningkatan kualitas pembelajaran dan peningkatan tata kelola pendidikan dasar tersebut telah didukung oleh USAID PRIORITAS melalui beberapa program dan kegiatan antara lain pelatihan dan pendampingan guru, kepala sekolah, pengawas serta kegiatan kelompok kerja di tingkat sekolah dan tingkat gugus. Kegiatan pendampingan ini menggunakan pendekatan pembelajaran aktif dan kreatif, manajemen berbasis sekolah (MBS), program budaya baca dan literasi dengan memberi hibah buku pengayaan, buku fiksi, dan buku bacaan berjenjang kepada sekolah dasar. Pengalaman pembelajaran dan manajemen di sekolah SD, MI, SMP, dan MTs telah dirangkum dalam buku praktik yang baik sejak tahun 2015 (edisi 1), dan buku ini merupakan buku praktik yang baik edisi II. Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada USAID PRIORITAS yang telah membantu pendidikan di Indonesia khususnya untuk Pendidikan Dasar dan Menengah di kabupaten dan kota mitra USAID PRIORITAS. Semoga buku praktik yang baik ini dapat memberikan motivasi dan inspirasi bagi pengelola pendidikan di kabupaten dan kota lainnya di seluruh Indonesia, bagi guru dan praktisi dalam rangka memeratakan pendidikan yang bermutu. Jakarta, April 2017 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Hamid Muhammad, Ph.D NIP. 195905121983111001 DAFTAR ISI Ilmu Pengetahuan Alam 28 Media Sederhana untuk Memahami Konsep Gelombang 2 Mengamati Gelembung Oksigen pada Percobaan Fotosintesis Ingenhouz 30 Menghitung Tekanan pada Tanah 4 Uji Makanan Karbohidrat Tertinggi 31 Belajar Aktivitas Pemantauan Gunung Berapi 6 Percobaan Temukan Bahan Tape Terbaik 32 Kolaborasikan Pembelajaran Aktif 8 Belajar Adaptasi dan Seleksi Alam dari KupuKupu yang Punah 34 Uji Kandungan Amilum di Selembar Daun 10 Praktik Pemisahan Campuran Kromatografi Kertas 12 Tidak Sekadar Nikotin Kandungan Rokok 14 Apa saja Komponen Darah? Ayo Buat Darah Tiruan 16 Buat Alat Pendeteksi Kebakaran 18 Kunyit untuk Mendeteksi Air yang Terkontaminasi 20 Penemuan Kulit Jeruk Sebagai Aroma Terapi Penangkal Nyamuk, Bawa Aanisah Rahman Raih Juara Remach CSC 2016 22 Media Puzzle Menentukan Rumus Kimia Secara Praktis 24 Menentukan Besaran dan Satuannya 25 Pelajari Gerak dan Perubahan Tumbuhan dari Putri Malu 26 Bedakan Kualitas Gelombang Bunyi ii Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs dan Literasi Sains 36 Ciptakan Gaya Belajar 5M Agar Siswa Punya Keterampilan Informasi 38 Belajar Ekosistem Rumput di Lingkungan Sekolah 40 Jadi Peneliti dengan Mengamati Pertumbuhan Tanaman Kacang Hijau 42 Menguji Kadar Vitamin C dari Buah-buahan 44 Belajar dari Rayap 46 Kembangkan Alat Pengubah Sampah Plastik Menjadi Bahan Bakar Cair 48 Membuat Proyek Percobaan Pemisahan Campuran Matematika Bahasa Indonesia 52 Buat Matematika Jadi Favorit 74 Belajar Talkshow dalam Pembelajaran Bahasa 55 Media untuk Menemukan Rumus Volume Kerucut 56 Mengamati Alam Sambil Belajar Pola Barisan Bilangan 58 Kartu Domino untuk Berlatih Bilangan Berpangkat dan Bentuk akar 60 Asyik Berlatih Aljabar dengan Bermain Domino 61 Gunakan Brosur Mini Market untuk Belajar Himpunan 62 Serunya Buktikan Rumus Kesebangunan 64 Menghitung Biaya Pengecatan Ruang Kelas 66 Asyiknya Belajar “Sumbu Simetri“ Melalui Tumbuh-Tumbuhan 68 Membuktikan Nilai (phi) = 3,14 Indonesia 76 Menyajikan Teks Prosedur Berdasarkan Hasil Pengamatan Lingkungan Sekolah 78 “Pemodelan Fasilitator” Atasi Permasalahan Guru dalam Mengajar Materi Menceritakan Kembali Cerita Anak 80 Melakukan Eksperimen untuk Menulis Laporan Teks Rekaman Percobaan 82 Situs Sejarah Poteu Meureuhom, Inspirasi dalam Menulis 84 Inspirasi Puisi dari Pohon Kata: Sulit Memulai Lebih Sulit Mengakhiri 86 Siswa Wajo Juara I Nasional Menulis Cerpen dan Ini Kiat-Kiatnya 87 Pahami Teks Eksemplum Melalui Cerita Bergambar 69 Senangnya Belajar Statistika 88 Belajar Jadi Penulis Berita 70 Ayo Temukan Rumus Luas Lingkaran 90 Ciptakan Siswa Kreatif melalui Bahasa 72 Belajar Faktorisasi Bentuk Aljabar dengan Slide Board Factor (SBF) Indonesia 92 Meresensi Buku Melalui Matriks Analisis 94 Permudah Siswa Menulis Puisi dengan Variasi Media 96 Asyiknya Menyusun Bahasa Petunjuk Daftar Isi iii DAFTAR ISI 98 Tingkatkan Percaya Diri melalui Bercerita Estafet 100 Amati Bendanya dan Tulis Iklannya 102 Berbalas Surat Pembaca dengan Kepala Madrasah 114 Memberikan Kritik dan Pujian Terhadap Hasil Karya Seni Buatan Siswa Sendiri 126 “Words In The Stars” Mengidentifikasi Adjective atau Non Adjective 128 Story Telling Gugah Minat Belajar Bahasa Inggris 130 Plural Form Bertema Snake and Ladder 132 Tingkatkan Kemampuan Speaking Siswa dengan Permainan Rakyat Toraja Ma'kossi 134 Tingkatkan Minat Siswa Menulis Descriptive Bahasa Inggris 106 Buat Bahasa Inggris Menjadi Menyenangkan Melalui NET dan MST 110 Penggunaan Plastik Kemasan Cemilan Pada Pembelajaran Teks Prosedur 113 Buat Komik Berbahasa Inggris 114 Pahami Label Obat Hindari Bahaya Kimia 116 “Sekarang Saya Jadi Ngerti Notice!” 118 Tongkat berbicara untuk Tingkatkan Minat Text Melalui Metode Blusukan 136 Menulis Teks Report dengan Mind Mapping 138 Barang Bekas jadi Narrative Text 140 Belajar Bahasa Inggris dari Sebungkus Mie Instan 142 Menulis Surat Kepada Tokoh Utama Cerita untuk Tingkatkan Pemahaman Teks Narratives 144 I Love People Around Me – Family Tree 146 Interview Mudahkan Menulis Teks Deskriptif Speaking Siswa 120 Merangkai Kata Bahasa Inggris Lewat Metode Discovery Learning 122 Wayang Kertas Buat Siswa Mahir Story Telling 124 Memperkaya Kosakata Siswa dengan Membuat Kamus Pribadi iv Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs Ilmu Pengetahuan Sosial 148 Membedakan Peta dan Globe Menggunakan Bola Plastik 151 Amati Lingkungan Tanamkan Rasa Cinta Siswa pada Alam 152 Membuat Puzzle untuk Belajar Mengidentifikasi Peta 154 Kembangkan Keterampilan Informasi IPS Waspadai Penyimpangan dan Penyakit Sosial 156 Smart IPS dengan Anjungan Kuis Mandiri 158 Mengungkap Potensi Lokal dari Sekantong Tanah 160 Memahami Persebaran Fauna di Indonesia dengan Model Picture and Picture 162 Creative Productive dalam Pembelajaran IPS 164 Pasir Modelkan Bentuk Muka Bumi Dasar Laut 166 Menggambar Piramida Penduduk 168 Manfaatkan Internet untuk Belajar Peninggalan Sejarah Kebudayaan Islam di Indonesia 170 "Serasa di Pasar Beneran" Belajar Permintaan, Penawaran, dan Harga Pasar 171 Belajar Pajak dengan Kertas Bekas Bukti Pajak 172 Bentuk Muka Bumi dan Aktivitas Penduduk pada Kartu Berpasangan 173 Lebih Paham Karena Gambar Daftar Isi v PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM SMPN 3 Kota Cimahi, Jawa Barat Mengamati Gelembung Oksigen pada Percobaan Fotosintesis Ingenhouz Tabung reaksi berisi air dan tanaman Hydrilla Verticillata untuk menguji terjadinya proses fotosintesis. Oleh Lien Karlina SPd Guru SMPN 3 Kota Cimahi Siswa Kelas VIII SMPN 3 Cimahi akan melakukan percobaan tentang fotosintesis tanaman Hydrilla Verticillata. Tujuan kegiatan ini adalah siswa mampu melakukan untuk membuktikan bahwa dalam fotosintesis menghasilkan oksigen. Kegiatan pertama, siswa menganalisis bahan bacaan tentang tanaman Tradescantia berusia 40 tahun yang tumbuh dalam botol isolasi. Selama kurun waktu tersebut tanaman itu hanya sekali disiram air. Meski tak 2 memiliki asupan air tetapi tanaman itu tetap bisa tumbuh berkat cahaya matahari. Proses fotosintesisnya diubah menjadi energi untuk mengembangkan diri. Peristiwa fotosintesis ini menghasilkan oksigen dan butiran air yang kemudian berfungsi sebagai "hujan" di dalam botol. Setelah siswa membaca bahan bacaan tentang oksigen, muncul pertanyaan “faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi fotosintesis?”. Hipotesis yang dituliskan oleh siswa diantaranya “fotosintesis menghasilkan oksigen jika terkena sinar matahari”. Dengan adanya permasalahan yang diajukan guru yaitu, bagaimana pengaruh cahaya terhadap kecepatan fotosintesis tanaman Hydrilla Verticillata? Diharapkan siswa aktif mengemukakan pendapatnya serta membuktikan hipotesisnya melalui percobaan. Secara berkelompok siswa melakukan percobaan fotosintesis Ingenhouz yang bertujuan untuk membuktikan bahwa fotosintesis menghasilkan oksigen. Sebelum melakukan percobaan, siswa terlebih dahulu Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs merakit alat seperti pada gambar berikut ini. Rangkailah alat dan bahan seperti gambar di atas. Pada permulaan percobaan tabung reaksi penuh berisi air (jangan ada rongga udara). Letakkan satu rakitan di bawah sinar matahari langsung sekitar jam 8 pagi sampai siang hari dan rakitan lainnya di dalam yang tidak terkena cahaya. Pengamatan ada tidaknya gelembung pada tabung reaksi selama 20 menit. Jika di sekolah tidak tersedia alat praktikum, kita bisa menggunakan alat sederhana dari barang bekas seperti botol air mineral bekas, tabung reaksi bisa diganti dengan selang plastik kecil bekas untuk menampung oksigen yang dihasilkan. Siswa bertepuk tangan dan terlihat gembira saat melihat gelembung udara yang muncul pada tabung reaksi. Dengan senangnya, mereka mencatat jumlah gelembung udara, hal ini terlihat pada kelompok 6. Sekitar 5 menit pertama sudah terlihat 15 gelembung udara sampai 20 menit terakhir gelembung udara bertambah banyak. Ternyata percobaan berhasil dengan terlihatnya gelembung udara. Gelembung-gelembung ini terkumpul pada dasar tabung reaksi yang dalam keadaan terbalik sehingga membentuk rongga udara. Untuk membuktikan apakah gelembung udara yang terkumpul tersebut mengandung oksigen, maka siswa memasukkan bara api dari lidi ke mulut tabung reaksi. Ketika bara api dari lidi dimasukkan, ternyata bara api tersebut menyala (mengeluarkan api), hal tersebut membuktikan bahwa dalam proses fotosintesis gas yang dihasilkan adalah oksigen. “Saya sungguh senang karena siswa sudah belajar menjadi peneliti. Semoga mereka akan menjadi pengembang ilmu pengetahuan dan teknologi,” harap Ibu Lien untuk siswanya. Laporan percobaan terjadinya proses fotosintesis yang dibuat siswa. Ilmu Pengetahuan Alam 3 SMP Al Azhar Medan, Sumatera Utara Uji Makanan Karbohidrat Tertinggi Oleh Muhammad Sahnan Guru SMP Al Azhar Kandungan nutrisi dalam bahan makanan bisa diketahui dengan menggunakan indikator uji makanan atau reagen. Inilah yang dilakukan dalam pembelajaran kelas VII kali ini. Reagen yang digunakan untuk menguji kadar karbohidrat adalah benedict. Reagen ini berwarna oranye. Setelah sampel yang diuji ditetesi benedict akan terjadi perubahan warna. Tujuan pembelajaran adalah agar siswa dapat melakukan uji karbohidrat dan menemukan kadar karbohidrat dalam makanan. Alat yang digunakan untuk uji karbohidrat ini adalah bunsen, tusuk gigi, sendok, pisau/cutter, mortar, tabung reaksi dan pipet tetas. Laporan hasil percobaan siswa menemukan makanan dengan karbohidrat tertinggi. 4 Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs Bahan-bahan yang diperlukan adalah larutan benedict, sayuran segar, umbiumbian, dan buah-buahan. Dalam percobaan ini setiap kelompok menguji bahan-bahan yang berbeda, misalnya kelompok sereal yang melakukan percobaan pada kismis, kurma, dan sereal. Kelompok sayuran hijau melakukan percobaan pada jamur, brokoli, dan bunga kol. Guru lalu menjelaskan apa itu uji karbohidrat, dan langkah-langkah pengujian yang harus dilakukan. "Silakan kalian temukan, makanan apa yang karbohidratnya paling tinggi?" katanya lagi. Langkah-langkah uji karbohidrat diuraikan pada lembar kerja. "Haluskan bahan-bahan yang ada dengan mortar dan beri sedikit air. Masukkan beberapa tetes dari dari bahan tersebut ke dalam tabung reaksi lalu teteskan benedict dengan perbandingan 1:1 ke dalam tabung reaksi. Lihat perubahan warnanya," kata salah seorang siswa membaca langkah-langkah uji karbohidrat. Teman kelompoknya melakukan sesuai instruksinya. karbohidrat yang tinggi. Kismis yang berwarna cokelat muda, setelah ditetesi benedict menjadi hijau tua dan setelah dibakar menjadi warna cokelat kekuningan, menunjukkan kadar karbohidratnya sedang. Begitupun kelompok sayuran yang menguji dengan jamur, brokoli, dan bunga kol. Jamur memiliki kadar karbohidrat yang lebih rendah, brokoli memiliki kandungan sedang, dan bunga kol tinggi. Sereal yang berwarna putih susu setelah ditetesi benedict berubah warna menjadi biru muda dan setelah dibakar menjadi biru kehijauan yang menunjukkan kadar karbohidratnya yang rendah. Kelompok ini menyimpulkan bahwa kurma memiliki kadar karbohidrat lebih tinggi ketimbang kismis dan sereal. Percobaan kelompok sayuran ini mematahkan dugaan awal mereka yang mengatakan bahwa sayuran berdaun hijau memiliki kadar karbohidrat yang rendah. Setiap kelompok membuat laporan kemudian presentasi di depan kelas dan kelompok lain menanggapinya. Percobaan belum selesai, bahan yang sudah bercampur di dalam tabung reaksi tersebut kemudian dibakar dengan bunsen. Hasil dari percobaan kelompok sereal, kurma yang berwarna kuning kecoklatan setelah ditetesi benedict menjadi berwarna hijau toska dan setelah dibakar menjadi berwarna merah bata menunjukkan kadar Siswa sedang praktik menguji bahan makanan yang mengandung karbohidrat paling tinggi. Ilmu Pengetahuan Alam 5 Salah satu kelompok sedang melakukan percobaan membuat tape dari bahan pisang. SMPN 2 Takalar, Sulawesi Selatan Percobaan Temukan Bahan Tape Terbaik Oleh Mukhlis SPd Guru SMPN 2 Takalar Tidak cuma singkong atau beras ketan yang bisa diolah menjadi tape. Jagung, pisang, hingga sukun pun bisa dibuat menjadi tape. Bahan itu yang ditemukan siswa SMPN 2 Takalar saat melakukan percobaan bioteknologi. bahan tersebut lantaran merupakan hasil bumi yang ada di Kabupaten Takalar. “Saya mencoba mengarahkan siswa dengan pembelajaran aktif untuk membuat percobaan bioteknologi menghasilkan tape dari berbagai macam bahan makanan seperti sukun, pisang dan talas dan ternyata berhasil dengan baik,” ujar Pak Mukhlis. Guru IPA kelas IX SMPN 2 Takalar, Bapak Mukhlis SPd mengatakan, siswanya sengaja menggunakan bahan- Sebagai langkah awal, para siswa dalam pembelajaran IPA diminta mengamati tekstur dan mencoba rasa masing- 6 Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs masing produk bioteknologi sederhana tape yang sudah umum di masyarakat yaitu dari bahan singkong dan beras ketan. Setelah itu, mereka diminta membuat tape dari bahanbahan makanan yang mereka pilih sendiri seperti jagung, kentang, sukun, talas, pisang tua, dan ubi jalar. Prosedur pembuatannya adalah sebagai berikut: setiap kelompok siswa memilih masing-masing bahan yang akan dijadikan tape, yaitu pisang tua, jagung, sukun, talas, kentang dan ubi jalar. Bahan makanan tersebut dicuci sampai bersih dan kemudian dikukus menggunakan panci. Setelah dikukus, bahan makanan dikupas dan dipotong sesuai selera sambil diamati tekstur dan rasanya. Bahan kemudian ditaburi ragi yang sudah dihaluskan dan dibungkus daun pisang dengan rapat. Setelah itu disimpan dalam plastik atau wadah lain yang tertutup rapat di laboratorium selama tiga hari untuk proses fermentasi. kecut-kecut manis dan enak. “Hasil percobaan untuk ketiga bahan ini, kami simpulkan bisa menjadi alternatif makanan yang bisa dijual,” tegas Pak Mukhlis. Keberhasilan percobaan ini membuat beberapa siswa beranganangan memasarkannya suatu saat. “Agar jadi produk alternatif yang lebih menjual, seperti kue dan sebagainya, kita bisa campur dengan bahan-bahan lainnya,” ujar Fatriasi sambil mencicipi bahan makanan baru itu. Sebelumnya Pak Mukhlis juga berhasil membimbing siswa-siswinya untuk menghasilkan energi baterai dari buah pare. Sebuah penemuan yang mendapatkan apresiasi luar biasa dari Pemda Takalar. “Pembelajaran aktif yang kita lakukan memang merangsang siswa untuk banyak berkreasi,” ujarnya. “Bahan harus tertutup rapat agar tidak ada bakteri lain yang bisa mencampuri proses-proses fermentasi dan menghasilkan rasa berbeda,” ujar Mukhlis, salah seorang fasilitator daerah USAID PRIORITAS Takalar yang konsisten menerapkan pembelajaran aktif di sekolahnya. Setelah hari ketiga, ternyata semua bahan berhasil berubah menjadi tape. “Namun setelah kami amati dan kami rasakan, rasanya berbeda-beda,” ujar Fatriasi Amiruddin, salah seorang siswa kelas IX yang melakukan percobaan. Kentang setelah menjadi tape ternyata rasanya menjadi hambar dan talas menjadi sama sekali tidak enak, dengan bau yang sangat menyengat. “Strukturnya menjadi gembur berair dengan warna kecoklatan dan tidak cocok jadi makanan,” ujar Buya Ibnu Fulqan, siswa lainnya. Sementara sukun, pisang tua dan jagung rasanya berubah jadi unik, Salah satu kelompok lainnya sedang melakukan percobaan membuat tape dari bahan jagung. Ilmu Pengetahuan Alam 7 Siswa melakukan pengamatan di halaman sekolah. SMPN 1 Bendahara, Aceh Tamiang Belajar Adaptasi dan Seleksi Alam dari Kupu-Kupu yang Punah Oleh Tina Mardiana SPd Guru SMPN 1 Bendahara Banyak siswa mengaku senang belajar Biologi karena apa yang dipelajari dekat dengan kehidupan sehari-hari. Tetapi Biologi yang faktual tidak cukup hanya teori saja, karena belajar Biologi perlu pemahaman mendalam, terutama dalam mengajarkan siswa untuk mengaplikasikan ilmu Biologi dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, kami membuat media sederhana untuk memberi pemahaman materi Adaptasi dan Seleksi Alam yaitu menggunakan media Kupu-Kupu “Biston betularia”. 8 Bahan yang digunakan adalah papan triplek, paku kecil, kain berwarna hitam, gunting, kertas warna (putih, kuning, hijau, biru, merah, hitam), peniti kecil dan selotip perekat. Papan triplek dipotong dengan ukuran 30 X 40 cm sebanyak 4 lembar. Selanjutnya papan triplek yang sudah dibentuk dan ditutup dengan kain hitam yang dianalogikan sebagai jelaga/asap hitam akibat pencemaran udara. Potong kertas menjadi bentuk kupukupu masing-masing warna beberapa buah. Gunakan peniti sebagai badan kupu-kupu. Bungkus peniti dengan kertas yang warnanya sama dengan Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs sayap kupu-kupu. Kemudian badan kupu-kupu yang terbuat dari peniti dipasang di papan triplek yang sudah dilapisi kain hitam. Selanjutnya, siswa dibagi menjadi 5 kelompok kecil (sesuai jumlah media). Di setiap kelompok, seorang siswa bertugas memegang papan triplek yang berisi kupu-kupu Biston betularia. Siswa lain bertindak sebagai predator dengan cara menghitung jumlah kupukupu dari jarak yang semakin jauh. Siswa yang menjadi predator menggunakan lembar pengamatan. Jumlah kupu-kupu yang terlihat adalah kupu-kupu yang akan dimangsa oleh mereka (predator). Kupu-kupu yang tidak terlihat adalah kupu-kupu yang selamat dan akan meneruskan generasi Biston betularia. Media Biston Betularia. Proses berikutnya adalah menganalisis lembar pengamatan siswa. Hasilnya kupu-kupu yang berwarna cerah lebih banyak yang menjadi mangsa predator, sedangkan yang berwarna gelap hanya sedikit menjadi mangsa. Hal tersebut terjadi karena kupu-kupu yang berwarna gelap lebih sulit terlihat oleh predator karena lingkungan tertutup oleh jelaga atau asap polusi. Kesimpulannya, kupu-kupu Biston betularia yang berwarna cerah punah akibat tidak mampu beradaptasi terhadap lingkungan yang berubah menjadi gelap dan kotor pada masa revolusi industri di Inggris. Sebelum revolusi industri, Biston betularia yang berwarna hitam banyak dimangsa oleh predator. Tetapi saat revolusi industri terjadi dan asap hitam mencemari udara, Biston betularia yang berwarna gelap lebih adaptif dibanding dengan yang berwarna cerah. Peristiwa ini terjadi karena adanya proses adaptasi dan seleksi alam. Dengan menggunakan media ini, siswa memahami keterkaitan antara adaptasi dengan seleksi alam. Siswa dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan agar tetap lestari dan terhindar dari kepunahan. “Saya jadi mengerti mengapa ada hewan yang mengalami kepunahan, sedangkan hewan lainnya ada yang masih bertahan hidup dan tetap lestari.” kata Winda, salah seorang siswa kelas IX. Lembar pengamatan warna kupu-kupu. Ilmu Pengetahuan Alam 9 Siswa sedang melakukan percobaan pemisahan campuran dengan metode kromatografi kertas. MTsN 1 Serang, Banten Praktik Pemisahan Campuran Kromatografi Kertas Metode pemisahan campuran banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti untuk penjernihan air, pemisahan garam, analisis logam berat dan sebagainya. Beberapa metode pemisahan campuran yang sering digunakan antara lain penyaringan (filtrasi), sentrifugasi, sublimasi, kromatografi dan distilasi. Ibu Lailatul Lidia, guru IPA Kelas VIII MTsN 1 mengajak siswanya melakukan praktik pemisahan campuran dengan kromatografi kertas. Tujuan 10 pembelajarannya adalah siswa mampu mengolah informasi tentang metode pemisahan campuran dengan cara kromatografi. Dalam pembelajaran ini guru menerapkan pendekatan saintifik. ini diharapkan siswa dapat memperoleh informasi tentang metode pemisahan campuran dengan cara filtrasi. Siswa diminta membuat tiga pertanyaan berkaitan dengan tayangan video tersebut. Di awal, siswa yang sudah dibagi menjadi enam kelompok ditugasi melakukan pengamatan melalui video. Guru sudah menyiapkan video tentang metode pemisahan campuran cara filtrasi melalui proses penjernihan air dengan alat sederhana. Melalui video Di tahap menanya, siswa mengajukan tiga pertanyaan dan dijawab oleh siswa lainnya. Pertanyaan yang muncul diantaranya apa yang dimaksud dengan campuran, bagaimana cara memisahkan campuran dan sebutkan prinsip dasar metode pemisahan Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs campuran. Untuk tahap mengumpulkan informasi, guru meminta perwakilan dari masingmasing kelompok mengambil bahan percobaan. Secara berkelompok, siswa melakukan percobaan dengan cara kromatografi. Alat dan bahan yang disiapkan kelompok yakni: gelas kimia ukuran 100 ml, gunting, penggaris, kertas saring, spidol warna biru, merah dan hijauh, alkohol dan penjepit kertas. diminta mencatat hasil percobaan dalam lembar kerja yang saya berikan. Mereka diminta berdiskusi dalam kelompok untuk menyimpulkan hasil percobaan. Pada saat kegiatan mengkomunikasikan, siswa menyajikan data percobaan ke dalam laporan tertulis. Lalu perwakilan siswa mempresentasikan hasilnya di depan kelas. “Dengan kertas saring yang dicelupkan cairan alkohol menjadi warna-warni. Misal nya sampel tinta merah bila dicelup pelarut akuades seperti alkohol maka terbentuk komponen warna ungu, merah muda dan kucing. Komponenkomponen warna akan terpisah satu sama lain berdasarkan perbedaan daya serapnya pada kertas,” kata salah satu kelompok dalam presentasinya. Untuk kelompok yang membuat laporan tertulis yang runtut dan jelas berhak mendapatkan coklat dari guru yang sudah disiapkan sebelumnya. Langkah pertama, kertas saring digunting membentuk menjadi persegi dengan ukuran 1cm x 10cm. Kedua, buatlah noda tinta pada kertas saring dengan spidol (biru, merah dan hijau) berjarak + 2 cm dari ujung bagian bawah. Langkah selanjutnya, jepitlah ujung kertas saring bagian atas dengan menggunakan penjepit kertas. Lalu masukkan alkohol ke dalam gelas kimia sebanyak 20 ml. Masukkan ujung bawah kertas saring ke dalam gelas kimia yang sudah berisi alkohol, usahakan noda tinta tidak ikut terendam. Kemudian, tunggulah beberapa saat sehingga alkohol mengalir ke atas membasahi noda tinta, amati dan catat apa yang terjadi. Terakhir, ulangi percobaan di atas dengan menggunakan warna tinta spidol yang lain, kemudian buatlah kesimpulan dari hasil percobaan tersebut! Sebagai kegiatan mengasosiasi, siswa Hasil laporan percobaan siswa yang ditulis pada lembar kerja. Ilmu Pengetahuan Alam 11 Laporan hasil percobaan siswa menguji kandungan yang ada pada rokok. SMPN 5 Banjarnegara, Jawa Tengah Tidak Sekadar Nikotin Kandungan Rokok Oleh Yayuk Sugiyarti MSi Guru SMPN 5 Banjarnegara Ibu Puji Astuti mengajak siswa kelas VIII-A untuk belajar tentang materi yang dikaitkan dengan praktik kehidupan sehari – hari. KD yang akan dicapai adalah mendeskripsikan sifat/pengaruh zat adiktif dan psikotropika. Siswa akan belajar menguji kandungan yang ada di dalam rokok. Pertanyaan awal yang dimunculkan oleh ibu Puji kepada siswa yaitu, “Apakah asap yang dihasilkan oleh rokok kemudian dihisap hanya berpengaruh pada kesehatan paruparu? Jika tidak hanya mempengaruhi kesehatan paru-paru, lalu organ apa lagi yang mengalami gangguan?” Pertanyaan tersebut memotivasi siswa untuk melanjutkannya dalam kegiatan percobaan. Pembelajaran ini bertujuan untuk 12 meningkatkan keterampilan siswa dalam mengidentifikasi pengaruh rokok terhadap kesehatan, mendeteksi apa saja kandungan racun yang terdapat pada asap rokok hubungannya dengan kesehatan manusia, dan siswa menyadari pentingnya menjaga kesehatan dengan pola hidup sehat. Langkah pembelajaran yang dilakukan sebagai berikut: Secara berkelompok siswa mengamati guru yang mendemontrasikan merokok dengan alat peraga simulasi merokok. Setelah itu guru menuangkan sedikit air dalam alat peraga ke beker glass dan menggunakan indikator pH untuk mengetahui tingkat keasambasaan air dalam alat peraga. Siswa mengidentifikasi informasi yang dapat digali dari alat peraga simulasi merokok dan Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs penggunaan indikator pH. Masingmasing kelompok diminta mengajukan pertanyaan. Tiap kelompok diminta mengambil alat percobaan untuk mengetahui tingkat ke asambasaan air yang dipengaruhi oleh asap rokok. Alat yang digunakan: 1. Indikator pH 2. Beker glass 3. 1 botol air mineral 300 ml 4. 1 tutup botol tidak berlubang 5. 2 tutup botol berlubang 6. Isolasi dan gunting 7. Balon karet 8. Karet gelang Bahan: 1. Rokok 2. Korek Api 3. Air mineral 4. Masker 5. Kertas folio Sebelum bekerja pastikan siswa menggunakan masker pelindung asap rokok. Prosedur Percobaannya adalah sebagai berikut : 1. Siswa diminta untuk membaca prosedur kerja dalam lembar kerja dengan teliti. 2. Tiap kelompok harus memastikan kelengkapan alat yang tersedia serta menyusun alat peraga dengan benar, pastikan balon terikat kuat, dan memakai masker untuk keselamatan kerja. 3. Siapkan air mineral sebagai variabel kontrol, ukurlah pH nya, dan berilah identitas pada alat yang digunakan. 4. Menuangkan air mineral pada beker glass sebanyak 100 ml sebagai variabel yang dipengaruhi lalu masukkan dengan hati-hati ke dalam botol peraga, amati warna air, lalu tutup kembali botol alat peraga. 5. Siapkan dua batang rokok sebagai variabel bebas dan letakkan pada tutup botol yang sudah berlubang, putar tutup dengan benar. Pakailah masker dengan benar kemudian nyalakan dua batang rokok dengan korek api. 6. Tariklah dengan hati-hati balon di bagian bawah botol hingga rokok akan terbakar sampai habis. 7. Amati gejala yang terjadi dalam botol dan warna air dengan cermat. 8. Tuangkan sedikit air dari alat peraga ke beker glass segera tutup kembali tutupnya kemudian ukurlah pHnya, catat hasil pengamatan di tabel hasil pengamatan. 9. Lakukan langkah seperti nomor 6,7,8,9 dengan dua rokok berikutnya hingga jumlah rokok yang digunakan sampai 10 batang 10. Amati dengan cermat semua gejala yang tampak pada alat peraga, keadaan warna air, keasambasaan/pH bandingkan dengan botol berisi air sebagai pembanding. Catat semua hasil pengamatan pada tabel hasil pengamatan 11. Diskusikan hasil pengamatan bersama anggota kelompok dengan menulis tujuan, hipotesis dan variabel percobaan yang telah disusun bersama anggota kelompok. 12. Buatlah laporan hasil praktikum sebagaimana format laporan yang tersedia. Gunakan informasi tambahan yang ada atau dari buku di perpustakaan. mengandung basa terlihat dari pengamatan siswa pada air. Asap rokok yang diberi indikator pH, menunjukan hasil pengukuran lebih dari 7. Basa bersifat kaustik atau merusak kulit sehingga asap rokok selain mengandung nikotin juga bersifat basa yang dapat merusak kulit Di akhir pelajaran siswa diminta menulis laporan individu mulai dari persiapan, pelaksanaan percobaan dan kesimpulan. Bentuk laporan setidaknya memuat : Latarbelakang bahaya merokok Pembuktian bahaya asap rokok Cara menanggulangi bahaya asap rokok. Tulisan dibuat sederhana teliti dan sistematis. Beberapa siswa diminta untuk membacakan hasil laporannya untuk mendapatkan masukan dari teman lain. Dari hasil percobaan, siswa menemukan kandungan asap rokok tidak hanya nikotin tetapi juga Laporan hasil percobaan siswa menguji kandungan yang ada pada rokok. Ilmu Pengetahuan Alam 13 Guru sedang menjelaskan hasil pembuatan darah tiruan oleh siswa. SMPN 28 Surabaya, Jawa Timur Apa saja Komponen Darah? Ayo Buat Darah Tiruan Darah yang mengalir dalam tubuh manusia sangat mudah dikenali dari warnanya yaitu merah. Namun, warna merah tersebut hanya bagian kecil dari pembentuk darah secara keseluruhan. Ada beberapa komponen pembentuk darah yang belum diketahui siswa. disusun Hesty dari berbagai sumber tersebut. Setelah itu, pada kegiatan apersepsi, Hesty menerangkan bahwa darah merupakan cairan yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh. Untuk itu, Ibu Hesty Widirahayu, guru IPA kelas VII SMPN 28 Surabaya, mengajak siswa bereksperimen membuat darah tiruan. Tepatnya ketika mempelajari sistem transportasi dalam tubuh. Peran darah juga penting untuk mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisma serta sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Maka, untuk mengetahui komponen dalam darah saat mempelajari sistem transportasi dalam tubuh. Pertanyaan seputar darah pun dilontarkan guru. Sebelumnya, materi bacaan sudah disiapkan Ibu Hesty untuk menjadi informasi awal bagi siswa di kelasnya selain buku literatur. Siswa diberi waktu untuk membaca informasi yang 14 “Ada berapa jenis komponen darah yang keluar dari tubuh manusia?” Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs tanya guru. “Satuuu!” semua siswa memberikan jawaban yang sama. Jawaban itu didasarkan pada satu warna yang tampak oleh mata yaitu merah. Namun, apakah benar demikian? Ibu Hesty kemudian menegaskan bahwa darah dibentuk tidak dari satu komponen saja, melainkan empat komponen. Apa saja itu? Untuk mencari jawabannya, siswa diajak bereksperimen membuat darah tiruan. Dia membagi 38 siswa di kelasnya menjadi tujuh kelompok. Berikutnya, masing-masing kelompok menyiapkan bahan dan alat yaitu minyak goreng, air, pewarna makanan (warna merah), tabung reaksi, pipet tetes, dan gelas ukur. Langkah-langkah pembuatannya: 1. Siswa menuangkan 5 ml minyak goreng ke dalam tabung reaksi menggunakan gelas ukur untuk mengukur volume minyak goreng. 2. Siswa menambahkan 5 ml air ke dalam tabung reaksi yang sama. 3. Siswa menambahkan beberapa tetes pewarna makanan ke dalam tabung reaksi. 4. Kemudian mulut tabung reaksi ditutup memakai ibu jari dan dikocok sebentar hingga seluruh bahan tercampur. empat komponen darah. Adapun urutannya dari atas sendiri adalah plasma darah, sel darah putih (leukosit), keping darah (trombosit), dan sel darah merah (eritrosit). Eksperimen ini sepenuhnya dilakukan sendiri oleh siswa, guru berperan sebagai fasilitator. Praktik sederhana ini diharapkan mendorong siswa agar mau melakukan sesuatu untuk mencari jawaban atas hal-hal yang ingin diketahuinya. Setelah berdiskusi dengan teman sekelompok dan mengisi lembar kerja, siswa mempresentasikan hasil eksperimennya. Setiap kelompok kemudian mendapat respon dari kelompok lain yang ditulis pada lembaran kertas tempel. Kertas itu kemudian dilekatkan pada kertas lembar kerja, termasuk reward karakter berupa gambar bintang yang dibuat untuk tiga tingkatan hasil yaitu kurang, cukup, dan baik. “Kegiatan ini terinspirasi dari modul USAID PRIORITAS. Kegiatan ini juga melatih keterampilan proses dalam IPA. Mereka juga semakin kreatif, inovatif, dan menumbuhkan rasa ingin tahu akan ilmu pengetahuan,” papar Ibu Hesty. 5. Tabung reaksi dibiarkan beberapa saat hingga tiga bahan yang dicampur terlihat terpisah. 6. Siswa membuat gambar lapisan yang terbentuk pada tabung reaksi. Analogikan setiap lapisan yang terbentuk dengan bagian-bagian darah pada manusia. Analisa hasil eksperimen di atas menunjukkan ada empat lapisan berbeda yang tampak pada tabung reaksi. Lapisan teratas adalah minyak goreng, kemudian air, air bercampur pewarna makanan merah, dan paling bawah berwarna merah pekat yang tak lain merupakan pewarna makanan. Empat lapisan itu dianalogikan sebagai Siswa sedang bekerja sama membuat darah tiruan untuk belajar komponen darah. Ilmu Pengetahuan Alam 15 Siswa SMPN 1 Indra Jaya sedang merakit alat pendeteksi kebakaran. SMPN 1 Indra Jaya, Aceh Jaya Buat Alat Pendeteksi Kebakaran Oleh Muhammad Azwir SPdI Guru SMPN 1 Indra Jaya Kebakaran seringkali terjadi berasal dari api yang kecil dan tidak terduga. Kebakaran ini sering terlambat ditangani, Karena itu kita perlu menyediakan media peringatan dini kebakaran seperti alarm pendeteksi yang dapat berguna untuk mencegah terjadinya kebakaran dan meluasnya jangkauan kebakaran. Fenomena ini memberikan pembelajaran secara langsung kepada siswa tentang contoh sederhana perubahan energi listrik menjadi energi bunyi dan konsep pemuaian. Selain itu, pembelajaran ini membiasakan siswa 16 untuk kreatif merancang media pembelajaran sendiri dan menumbuhkan minat dalam melakukan percobaan. Pembelajaran ini juga dapat melatih kesiapan siswa dalam mengurangi resiko bencana kebakaran. Media ini dirakit oleh siswa dalam kelompok yang menggunakan bahanbahan antara lain triplek bekas, papan penyangga, baterai berukuran AAA sebanyak tiga buah, sandal bekas, kabel penghubung, stater lampu neon, buzzer, selotip, lilin dan timah tipis. Papan penyangga dilubangi sebesar stater lampu neon dan ditaruh dalam posisi berdiri di atas triplek bekas dengan cara dipaku atau dijepit. Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs Selanjutnya, sandal bekas dipotong menjadi dua bagian dan dilubangi sebesar baterei, bahan ini kemudian direkatkan di atas triplek dengan selotip. Tiga baterai kemudian dimasukkan ke dalam sandal yang sudah di lubangi ini dan pada masing-masing ujung baterai diletakkan timah tipis. Langkah berikutnya, stater lampu neon dimasukkan ke dalam lubang penyangga dan dihubungkan dengan kabel dari salah satu ujung timah ke stater lampu neon dan ujung timah lainnya ke buzzer. Buzzer dihubungkan dengan kabel ke stater lampu neon. Rangkaian ini dapat dilihat pada diagram berikut: buzzer papan penyangga starter lilin sandal sebagai tempat baterai Cara menguji media tersebut adalah sebagi berikut: lilin di bawah stater lampu neon dinyalakan dan ditunggu lebih kurang satu menit. Selanjutnya, buzzer akan mengeluarkan bunyi alarm. Bunyi inilah sebagai tanda telah terjadi kebakaran. Alat dan bahan media pendeteksi kebakaran yang terdiri dari triplek bekas, papan penyangga, baterai berukuran AAA sebanyak tiga buah, sandal bekas, kabel penghubung, stater lampu neon, buzzer, selotip, lilin dan timah tipis. Dampak dari pembelajaran ini, siswa memahami cara merakit alat pendeteksi kebajaran sederhana dan siswa lebih memahami konsep pengurangan resiko bencana serta siap kesiagaan menghadapi bencana. Dalam uji coba, beberapa kali kami gagal dalam merakit media, terutama saat kami hubungkan antar kabel. Pada saat uji coba pertama mengalami kegagalan karena suara buzzer hanya sebentar dan buzzer langsung rusak, ternyata permasalahnnya adalah posisi lilin yang terlalu dekat. Model Alarm kebakaran siap di uji coba, setelah di nyalakan lilin tunggu lebih kurang satu menit alarm akan berbunyi. Ilmu Pengetahuan Alam 17 Siswa sedang menyiapkan bahan-bahan yang akan digunakan untuk percoabaan menguji air yang terkontaminasi dengan kunyit. SMPN 1 Calang, Aceh Jaya Kunyit untuk Mendeteksi Air yang Terkontaminasi Oleh Rasyidah Guru SMPN 1 Calang Irma siswa kelas VIII sedang memegang kunyit di kelas, bukan untuk keperluan bahan dapur tetapi untuk memanfaat-kan kunyit dalam mendeteksi bahan kimia berbahaya. Pada pembelajaran IPA kali ini, saya mengajak siswa untuk menemukan air yang terkontaminasi dengan menggunakan kunyit. Adapun bahan yang harus dipersiapkan adalah pisau, papan/alas untuk memotong, gelas ukur, spatula/ sendok, kunyit, air mineral, air sumur, gula, garam, air sungai, dan deterjen. Secara berkelompok, siswa diminta 18 untuk mengambil 5-6 batang kunyit, dikupas, kemudian setiap batang kunyit dibelah menjadi tiga bagian dengan menggunakan pisau. Air yang sudah diambil siswa dari beberapa sumber, seperti air sungai, air sumur, air comberan, air mineral, air deterjen, dan air gula, dimasukkan ke dalam gelas plastik bekas air kemasan. Langkah selanjutnya, masukkan dua potongan kunyit yang telah dibelah ke dalam masing-masing gelas. Kemudian sisakan masing-masing satu potongan kunyit sebagai perbandingan. Diamkan kunyit yang ada di dalam gelas selama tiga menit. Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs Amati perubahan kunyit di dalam air yang ada di semua gelas. Bandingkan kunyit yang sudah dicelupkan pada semua gelas dengan kunyit yang tidak dicelupkan ke air. Siswa menuliskan hasil temuan perubahan kunyit untuk menguji air. Hasil percobaan menunjukkan warna kunyit berubah kuning pekat kehitaman yang dicelupkan ke dalam air deterjen, air comberan, air sungai, dan air sumur 1 yang diambil dari salah satu rumah siswa. “Ternyata air yang terkontaminasi berubah warna menjadi kuning pekat. Semakin terkontaminasi warnanya semakin kuning pekat kehitaman,” kata salah seorang siswa menceritakan hasil temuannya. Salah satu air sumur yang juga diuji ternyata kunyitnya juga berubah warna kuning pekat. “Air sumur di rumah saya, sepertinya terkontaminasi limbah yang dekat rumah,” kata siswa yang membawa air sumur tersebut. Selanjutnya, secara berkelompok siswa membuat laporan tentang apa yang telah dilakukan dan hasil yang diperoleh. “Dari hasil percobaan kami, kunyit yang warnanya paling pekat yaitu yang dimasukkan ke dalam air deterjen, air comberan, air sumur 1, dan air sungai. Sedangkan yang dimasukkan ke dalam air mineral, air gula, dan air garam warnanya hampir tidak berubah. Kesimpulan kami semakin air terkontaminasi, maka warna kunyit semakin cepat berubah dan warnanya semakin pekat,” demikian presentasi salah satu kelompok. Dari kegiatan percobaan ini, saya melihat siswa mampu mengembangkan kreativitasnya dan mampu mengembangkan sikap ilmiahnya.Yang terpenting adalah ciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan berikan kebebasan kepada siswa untuk mengekplorasi kemampuan dirinya melalui percobaan-percobaan ilmiah seperti ini. “Saya senang belajar seperti ini. Kami merasa seperti ilmuwan yang sedang menguji air yang layak minum,” kata Irma setelah melakukan percobaan. Siswa menunjukkan laporan hasil percobaannya menggunakan kunyit. untuk menemukan air yang terkontaminasi. Ilmu Pengetahuan Alam 19 Kulit jeruk yang dipasang sebagai tempat lampu. SMPN 6 Sengkang, Sulawesi Selatan Penemuan Kulit Jeruk Sebagai Aroma Terapi Penangkal Nyamuk, Bawa Aanisah Rahman Raih Juara Remach CSC 2016 Pengharum ruangan buatan banyak yang ditemukan oleh para peneliti sebelumnya mengandung Phthalateks yang dapat mengganggu sistem reproduksi pada hewan. Seperti hasil uji coba penelitian pada hewan menunjukkan dampak terkena phthalates menyebabkan penurunan testeron, organ genital tidak berfungsi baik dan kurangnya produksi sperma. Sedangkan bahan pewangi alami dibuat dari ekstrak bunga atau rempah rempah dan sebagainya. Untuk bahan pewangi buatan dengan menggunakan senyawa ester tertentu. Ester adalah senyawa hidrokarbon berupa zat cair pada suhu kamar dengan aroma yang sedap, contohnya isopentil asetat untuk aroma pisang, n-oktil asetat untuk aroma jeruk manis, dan metil 20 butirat untuk aroma apel dan sebagainya. Jeruk merupakan komoditas buahbuahan yang sangat populer setelah pisang dan mangga di Indonesia. Pada saat ini, kulit jeruk dibuang begitu saja oleh masyarakat, merupakan sampah yang tidak ada manfaat dan tidak mempunyai nilai ekonomisnya. Namun siswa SMPN 6 Sengkang, justru mengubah kulit jeruk menjadi aroma terapi penangkal nyamuk. Praktik ini diawali dari pembelajaran tentang bahan kimia rumah tangga yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Aanisah Rahman dan kawan-kawannya kelas VIII terinspirasi untuk memanfaatkan kulit jeruk alami dari pada bahan buatan yang sebelumnya dipelajari. Bapak Muhammad Arifai, Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs guru IPA membantu para siswanya menggali potensi lain dari buah jeruk, yaitu pemanfaatan kulit jeruk menjadi pengharum ruangan. Karya ilmiah ini diberi judul Aroma Terapi dari Kulit Jeruk Sebagai Penangkal Nyamuk. Pembelajaran dengan KD 5.1 Bahan Kimia dalam kehidupan melalui pendekatan saintifik yang berbasis laboratorium. Tujuan pembelajaran adalah memanfaatkan bahan kimia alami dalam kehidupan sehari-hari, siswa diarahkan guru melakukan percobaan dengan menyiapkan satu buah jeruk segar yang dibelah lalu dipisahkan dengan pasinya. Kemudian dilubangi bagian tengah dengan diameter + 1 cm atau disesuaikan dengan stand lampu yang berkapasitas 5 watt. Untuk memperindah tampilan karya ini, diberi Carp (penutup) yang terbuat dari balon yang dililit benang woll, agar melengket dan menjadi kuat balon dibalut dengan lem. Pada saat bola lampu dihubungkan dengan listrik bertegangan 220 Volt, maka bola lampu akan panas yang suhunya berkisar 40 derajat Celsius. Hal ini akan memanaskan kulit jeruk sehingga terjadinya penguapan kandungan bahan-bahan yang ada dalam kulit jeruk, terutama terpinen 4-ol sangat tidak disukai serangga seperti nyamuk, sehingga diduga kulit jeruk dapat menjadi obat anti nyamuk. Dalam penelitian ini dicoba waktu satu sampai empat hari, ternyata hari pertama aroma jeruk terasa di ruangan dan nyamuk hampir tidak ada, yang biasanya pada malam hari banyak sekali. Pada hari kedua masih sangat signifikan terasa aroma terapi yang keluar membuat ruangan harum aroma jeruk dan nyamuk pun tidak ada. Setelah hari ketiga reaksi aroma terasa mulai menurun, ini mungkin karena kandungan citrum hampir habis menguap oleh panas lampu yang mengeluarkan suhu kurang lebih 40oC. Hari keempat kulit jeruk terlihat mengerut. Kulit Jeruk sebagai anti nyamuk memiliki potensi basar, karena kandungan citrumnya yang khas sangat tidak disukai oleh nyamuk. Kandungan tersebut apabila diberi suhu panas akan menguap sehingga ruangan dapat beraroma citrum dan nyamuk pun pergi. Namun penelitian ini belum dapat membuktikan bahwa nyamuk yang mencium bau citrum akan mati. Walaupun demikian paling tidak aroma jeruk ini tidak mengganggu pernafasan dan ruangan terhindar dari nyamuk. Hasil pembelajaran siswa ini diikutkan dalam lomba CSC (Chemistry Smart Challenge) tingkat Sulawesi Selatan dan Barat di Universitas Hasanudin Makassar dan berhasil meraih juara III dari 120 peserta SMP. Siswa membuat bola penutup dari benang wol yang dililitkan pada sebuah balon yang diberi lem untuk tempat lampu kulit jeruk. Kemudian lampu jeruk ditutup dengan dengan balon dan diletakkan di ruangan sehingga menjadi lebih indah. Ilmu Pengetahuan Alam 21 Media puzzle untuk belajar rumus kimia sederhana. MTsN 3 Medan, Sumatera Utara Media Puzzle Menentukan Rumus Kimia Secara Praktis Oleh Khalida Agustina Guru IPA MTsN 3 Medan Setelah saya mengajarkan IPA kelas VII dengan materi unsur dan rumus kimia dengan metode ceramah, saya melihat siswa sulit memahami materi rumus kimia yang merupakan konsep bersifat abstrak. Untuk itu saya mengembangkan media berupa puzzle pembelajaran untuk memudahkan siswa memahami konsep penulisan rumus kimia sederhana. Puzzle adalah sejenis permainan yang dibuat dari kertas kardus bekas seperti pada gambar. Keuntungan dari penggunaaan media puzzle dalam pembelajaran penulisan rumus kimia adalah 1) siswa dapat menemukan cara yang relatif mudah dalam menuliskan rumus kimia, 2) siswa lebih cepat mengerti konsepkonsep kimia dalam penulisan rumus kimia karena melakukan peragaan langsung dan rumus yang diperoleh merupakan hasil temuan sendiri dari kombinasi media puzzle, 3) penggunaan waktu lebih efektif dan efisien dalam 22 membimbing siswa untuk memahami konsep-konsep penting dalam penulisan rumus kimia, 4) pembelajaran kimia terasa lebih rekreatif dan menyenangkan. Media puzzle dalam pembelajaran penulisan rumus kimia terdiri dari dua model yaitu model kation yang terdiri dari kation positif satu, positif dua, positif tiga, dan model anion yang terdiri dari anion negatif satu, negatif dua, dan negatif tiga. Media dapat dibuat menggunakan bahan yang murah dan mudah didapat seperti kardus, sandal bekas, gabus, triplek dan lain-lain. Masing-masing model kation dan anion dapat dibedakan dengan warna misalnya warna merah untuk model kation dan hijau untuk model anion. Model kation memiliki tonjolan satu untuk kation positif satu, tonjolan dua untuk kation positif dua, dan tonjolan tiga untuk kation positif tiga, masingmasing disebut model jantan. Model anion memiliki lekukan satu Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs untuk anion negatif satu, lekukan dua untuk anion negatif dua, dan lekukan tiga untuk anion negatif tiga, masingmasing disebut model betina. Kombinasi antara model kation dengan model anion, seperti yang diperlihatkan pada gambar. Rumus kimia suatu zat menggambarkan komposisi dari partikel yang menyusun zat tersebut dan dinyatakan dengan lambang unsur-unsur atau jumlah atom relatif unsur dari suatu senyawa. Rumus senyawa molekul (kovalen) biner merupakan rumus senyawa yang dibentuk melalui ikatan kovalen yang hanya terdiri dari dua jenis unsur. Untuk memudahkan menuliskan rumus senyawa molekul biner unsur yang terdapat lebih dahulu dalam urutan berikut ditulis di depan: B – Si – C – S – As – P – N – S – I – Br – Cl – O – F. Contoh rumus kimia Amonia ditulis NH3 bukan H3N, H2O bukan OH2 dan sebagainya. Rumus senyawa ion adalah senyawa yang dibentuk melalui ikatan ion antara kation (ion positif) dan anion (ion negatif) dan ditentukan oleh perbandingan muatan ion dan anionnya. Cara Menggunakan Media Puzzle 1. Lakukan kombinasi antara molekul kation dengan model anion seperti yang diperlihatkan pada gambar di bawah ini : K+ A- 2+ A 2- 3+ A 3- K K Na Na+ Na+ 2+ 2. Hasil kombinasi antara kation dan anion seperti yang terlihat pada tabel berikut : A KA KA2 KA3 A K2 A KA K2 A 3 3- A K3 A KA3 KA 3. Kesimpulan dari kombinasi pada tabel sebagai berikut : n Km+ + m An- 4. Contoh penggunaan puzzle membentuk senyawa: Cl - Dalam waktu singkat siswa mampu menuliskan 100 rumus kimia dengan menggunakan media puzzle tersebut. Dalam kelompoknya siswa berbagi menuliskan 100 rumus kimia tersebut dengan jumlah anggota yang ada. Siswa juga terlihat menikmati permainan menyusun puzzle. NaCl KnAm NO43- PO43- SO42- AsO43- 1 2 3 S2- OH- Br- CrO4- CN- ClO4- 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 3+ 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Ag+ 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 Ca 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 K+ 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 Mg Al 2+ Kation/Anion K+ K2K3- + laporan kegiatan siswa berupa rumus kimia sesuai tabel. NaCl 5. Lengkapilah kombinasi kation dengan anion no 1 s/d 100 Pada tabel di bawah dengan rumus kimia dan beri nama senyawanya, dalam hal ini gunakan media puzzle! Hasil pembelajaran dengan menggunakan media puzzle dapat dilihat dari produk K+ Satu set alat media pembelajaran rumus kimia berjumlah 18 buah model yang terdiri dari 9 buah model kation (jantan) dan 9 buah model anion (betina). 2- Cl A- Model Kombinasi Kation dan Anion - + 3- Cr + 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 Ba2+ 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 3+ 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 NH4 Fe Hasil pembelajaran dengan menggunakan media puzzle dapat dilihat dari produk laporan kegiatan siswa berupa rumus kimia sesuai table. Dalam waktu singkat siswa mampu menuliskan 100 rumus kimia dengan menggunakan media puzzle tersebut. Dalam kelompoknya siswa berbagi menuliskan 100 rumus kimia dengan jumlah anggota yang ada. Siswa juga terlihat menikmati permainan menyusun puzzle sehingga pembelajaran tidak monoton tetapi menyenangkan. Ilmu Pengetahuan Alam 23 SMP Al Azhar Medan, Sumatera Utara Menentukan Besaran dan Satuannya Siswa menyiapkan laporan hasil percobaan. Oleh Mevi Utami Nst, Guru IPA SMP Al Azhar Pembelajaran IPA kelas VII ini bertujuan mengidentifikasi dan mengelompokkan besaran pokok dan besaran turunan dengan menggunakan satuan internasional dalam pengukurannya, kemudian mengonversikan satuan panjang, massa, dan waktu secara sederhana. Agar siswa lebih mudah memahaminya, siswa dibagi dalam kelompok, dan diminta mengerjakan lembar kerja yang berisi beberapa tugas, yang tujuannya menentukan besaran turunan. Adapun bahan yang harus dipersiapkan adalah daun, millimeter blok, air kemasan dalam 3 macam ukuran, penggaris, gelas ukur, gula pasir, pengaduk, dan pengukur waktu. Tugas pertama adalah mengukur luas daun. Daun diletakkan di bawah kertas millimeterblok, siswa mengamati posisi daun pada kertas milimeterblok 24 tersebut, dan menghitung jumlah kotak yang berada di atas daun. Hasilnya dicatat pada tabel. Tugas kedua adalah mengubah satuan volume ke dalam satuan lain. Mereka mengamati label pada kemasan air minum dan mencatat isi bersih air pada masing-masing botol. Lalu siswa menjumlahkan isi bersih ketiga botol lengkap dengan satuannya. Satuannya kemudian diubah menjadi liter. Tugas ketiga adalah mengukur kelarutan gula. Air dimasukkan pada gelas ukur, pastikan air menunjukkan ukuran 1 liter. Siswa mengukur gula pasir sebanyak 30 gram, dimasukkan ke dalam air, dan diaduk hingga larut. Ulangi kegiatan yang sama dengan menggunakan gula pasir sebanyak 40 gram. Siswa mencatat semua data pengamatan dalam tabel data. Tugas keempat adalah mengukur denyut nadi teman. Salah seorang siswa memegang tangan salah satu Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs teman kelompok untuk merasakan denyut nadinya. Mereka menghitung jumlah denyut nadi teman dalam waktu 60 detik. Hasilnya dicatat dalam tabel pengamatan, lalu siswa menghitung frekuensi denyut nadinya. Semua hasil pengamatan tersebut ditulis dalam tabel di kertas karton yang kemudian dipresentasikan ke depan kelas. Kelompok lain memberi tanggapan dan masukan. Melalui keempat pengamatan yang sudah dilakukan, siswa bisa mengenal berbagai besaran yang ada dalam kehidupan sehari-hari berikut dengan satuannya. Siswa juga belajar tentang mengonversikan volume air dengan satuan lain, mengukur konsentrasi larutan gula dengan mengubah satuan liter dan gram menjadi kilogram per meter kubik, dan mengukur denyut nadi siswa dalam satu menit lalu menghitungnya sebagai frekuensi dalam satuan hertz. Siswa memberi perlakuan pada tumbuhan putr i malu. Hasilnya mereka presentasikan di kelas. MTsN Lamno, Aceh Jaya Pelajari Gerak dan Perubahan Tumbuhan dari Putri Malu Oleh Nita Heriyati SPd Guru IPA MTsN Lamno Kami memanfaatkan lingkungan sekolah yang luas dan terdapat banyak tumbuhan putri malu sebagai media pembelajaran IPA untuk melihat gerak dan perubahan tumbuhan. Setelah menjelaskan tujuan percobaan, siswa diberikan bahan bacaan tentang gerak pada tumbuhan agar siswa mendapatkan pemahaman awal. Setiap kelompok mendapatkan lembar kerja, lilin, korek api, es batu, dan pengukur waktu. Kemudian siswa mencari tumbuhan putri malu yang terdapat di halaman sekolah, Setiap anggota kelompok diberi tanggung jawab dan tugas masing-masing. Ada siswa yang memegang pengukur waktu dan menghitung reaksi sentuhan, ada siswa yang bertugas menyentuh putri malu dengan menggunakan tangan, menggunakan lilin dan es batu, serta ada siswa yang bertugas mencatat hasil percobaan. dengan menggunakan lilin. Semua tahapan perlakuan ini dilakukan sebanyak tiga kali. Mereka mengamati dan mencatat kecepatan respons tumbuhan putri malu terhadap rangsangan dengan pengukur waktu dan proses kembalinya putri malu pada posisi awal. Setiap kelompok memberi perlakuan pada putri malu dengan menyentuh menggunakan ujung jari tangan pada bagian atas daun, menyentuh menggunakan ujung jari tangan pada tangkai daun putri malu, memberikan suhu dingin dengan cara mendekatkan es batu di bawah permukaan daun, dan memberikan rangsangan suhu panas di bawah permukaan daun Setiap kelompok mempresentasikan hasil eksperimen yang dilanjutkan dengan membuat laporan secara individu. “Dari berbagai perlakuan yang diberikan, bagian yang paling sensitif adalah bagian daun,” kata salah seorang siswa dalam presentasinya. Ilmu Pengetahuan Alam 25 Siswa bermain menggunakan telepon kabel yang terbuat dari gelas plastik bekas air mineral untuk menemukan bahan kabel telepon terbaik yang mengantarkan bunyi. SMPN 2 Cihampelas Bandung, Jawa Barat Bedakan Kualitas Gelombang Bunyi Oleh Ading Rosidi Fasilitator Daerah Bandung Barat peralatan praktikum, seperti gelas plastik bekas air mineral, benang kasur, benang layangan, tali kawat, paku kecil, batang korek api, dan gunting. Proses perambatan gelombang bunyi merupakan sebuah konsep abstrak walaupun merupakan fenomena yang kerap ditemui dalam kehidupan seharihari. Konsep ini perlu dibelajarkan dengan strategi dan model pembelajaran yang berbasis praktik, menarik, dan mudah dipahami siswa. Atas dasar itulah Ibu N. Reni SPd, guru IPA SMPN 2 Cihampelas Bandung Barat, membelajarkan konsep gelombang bunyi dengan mengajak siswa bermain menggunakan telepon kabel yang terbuat dari gelas plastik bekas air mineral. Mengawali pembelajaran, siswa diajak mengamati suara ramai di sekitarnya melalui pancaidra telinga sebagai alat pendengar dan menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Selanjutnya siswa mengamati demontrasi guru dengan mendengarkan bunyi kelereng yang digoyang-goyangkan pada gelas yang berisi udara dan gelas yang berisi air. Siswa diminta untuk membandingkan bunyi yang didengar. Siswa sebelumnya sudah dibagi dalam beberapa kelompok yang beranggotakan empat orang perkelompok. Setiap kelompok diberi tugas membawa 26 Guru membagikan sebuah artikel tentang jenis-jenis telepon untuk dibaca dan meminta siswa untuk merumuskan beberapa pertanyaan berkaitan dengan artikel yang dibacanya. Dari beberapa pertanyaan yang berhasil dituliskan siswa, guru Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs menggiring siswa memilih satu pertanyaan untuk merumuskan masalah. Caranya, guru mengajak siswa memilih salah satu pertanyaan hasil rumusannya, diambil satu pertanyaan yang paling berkaitan dengan cepatrambat gelombang bunyi pada zat padat. Siswa kemudian merumuskan hipotesis, yaitu semakin rapat media rambatan semakin baik kualitas bunyi. Pada kegiatan inti, siswa bekerja dalam kelompok untuk membuat telepon mainan dari bahan-bahan yang telah disiapkan. Setiap kelompok menyediakan enam buah gelas plastik bekas air mineral. Gelas plastik lantas dilubangi bagian bawahnya. Satu pasang gelas dihubungkan dengan benang kasur, sepasang lain dihubungkan dengan benang layangan, dan dua buah lagi dihubungkan dengan tali kawat. Setiap tali penghubung yang digunakan berukuran panjang empat meter. Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan pengamatan untuk membuktikan apakah gelombang bunyi dapat merambat pada berbagai jenis zat padat. Kegiatan tersebut dilakukan melalui permainan di lapangan sekolah. kejelasan kalimat berantai yang mereka dengar melalui telepon mainan. Pada kelompok lain ada beberapa pertanyaan berkaitan dengan tali telpon mainan mana yang paling jelas dalam mengantarkan bunyi. Permainan ini diawali dengan pembagian peran setiap siswa dalam kelompok. Satu orang bertugas menjadi pengirim pesan sementara siswa yang lainnya bertugas sebagai penerima pesan. Pengirim pesan menyampaikan beberapa kalimat melalui gelas plastik yang berfungsi sebagai pemancar gelombang bunyi, sementara siswa penerima pesan menempelkan telinganya pada pesawat penerima gelombang bunyi pada gelas plastik yang lainnya, untuk mendengarkan kalimat yang disampaikan oleh pengirim pesan. Berdasarkan hasil presentasi kelompok, siswa berkesimpulan bahwa makin tinggi kerapatan media perambatan (zat padat) yang digunakan, makin besar pula cepat rambatnya. Dari tiga media perambatan bunyi yang dugunakan pada telepon mainan menghasilkan kualitas bunyi yang berbeda, telepon mainan dengan tali kawat menghasilkan bunyi yang paling keras diikuti benang layangan dan benang kasur. Hanya saja bunyi yang dihasilkan pada telepon mainan yang menggunakan kawat, masih menyisakan pertanyaan pada siswa, sebab walaupun bunyi yang terdengar paling keras, bunyinya kurang begitu jelas karena berdengung. Siswa yang bertugas sebagai penerima pesan mencatat kalimat yang disampaikan oleh pengirim pesan. Permainan ini berlanjut sampai semua jenis tali telepon mainan dicoba dan semua anggota kelompok berbagi peran baik sebagai pengirim maupun sebagai penerima pesan. Setelah selesai melakukan permainan, pembelajaran kembali dilanjutkan di dalam kelas. Siswa bekerja dalam kelompok untuk mencatat data yang diperoleh hasil pengamatan melalui lembar kerja (LK) dan membahasnya pada diskusi kelompok. Dalam diskusi tersebut terlontar pertanyaan dari beberapa siswa berkaitan dengan membuktikan pendapat salah satu siswa tadi. “Coba nanti bekerja kelompok di rumah. Buatlah telepon mainan dengan tali dari kawat yang terbungkus isolatif dan bandingkan kualitas bunyinya dengan kawat tanpa isolatif,” kata Bu Reni. Proses pembelajaran gelombang bunyi ini ternyata dapat mengaktifkan seluruh siswa. Ketika guru menanyakan kepada siswa melalui refleksi di akhir pembelajaran, hanya satu orang yang menyatakan bahwa pembelajaran hari ini membuat cape. 37 siswa lain menyatakan menikmati, senang, dan dapat memahami materi pembelajaran. Guru kemudian melemparkan masalah tersebut ke seluruh anggota kelas. Salah seorang siswa kemudian berpendapat, karena kawat sangat sensitif, udara dapat memengaruhi kualitas bunyi yang terdengar. Menurut siswa tersebut, bila kawat dibungkus isolatif, diperkirakan dengung itu akan hilang. Di akhir diskusi, Ibu Reni memberi tantangan berupa tugas untuk Perwakilan kelompok mempresentasikan hasil laporannya. Ilmu Pengetahuan Alam 27 Memanfaatkan lingkungan sekolah dan barang bekas untuk melakukan percobaan tentang gelombang. SMPN 3 Warungasem, Batang Jawa Tengah Media Sederhana untuk Memahami Konsep Gelombang Oleh Aziz Chakim SPd Guru IPA SMPN 3 Pembelajaran IPA tentang gelombang oleh sebagian besar siswa masih dianggap sebagai materi yang sulit. Untuk itu diperlukan kreativitas guru agar siswa termotivasi dan mudah memahami meskipun kondisi sarana laboratorium masih kurang. Sama halnya kondisi sarana laboratorium IPA di SMPN 3 Warungasem yang masih minim. Dalam pembelajaran tentang 28 gelombang, saya mencoba menggunakan barang bekas seperti koran dan botol air mineral bekas untuk membelajarkan siswa memahami dan menentukan besaran-besaran pada gelombang transversal, seperti menentukan amplitudo, periode, frekuensi, panjang gelombang, dan cepat rambat gelombang. 1. Koran bekas yang disambung memanjang dengan menggunakan lem 2. Botol air mineral bekas yang dilubangi pada ujung-ujungnya 3. Air yang diberi pewarna 4. Tali rafia 5. Tonggkat 6. Penggaris 7. Stopwatch Dengan bimbingan guru, siswa mempersiapkan alat dan bahan secara kelompok sebelum kegiatan percobaan. Adapun alat dan bahan yang diperlukan sebagai berikut. Setelah kegiatan pendahuluan selesai, siswa secara bergantian dan berkelompok melakukan percobaan gelombang transversal di luar kelas. Pada tahap ini diperlukan karakter Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs sikap kerja sama antar individu dalam kelompok masing-masing. Ada siswa yang bertugas menarik kertas koran, ada yang mengayunkan botol air mineral, ada yang memegang tongkat, ada yang mengukur waktu perambatan gelombang dengan stopwatch, serta ada yang mengamati dan mencatat data pengamatan. Percobaan ini dilakukan dengan cara menarik kertas koran yang telah diletakkan di bawah botol air mineral yang telah diisi air warna. Arah tarikan kertas koran dengan arah ayunan botol secara tegak lurus. Kemudian waktu dari awal rambatan gelombang sampai selesai diukur menggunakan stopwatch. Pola gelombang transversal yang terbentuk di kertas koran, kemudian dikeringkan atau diangin-anginkan terlebih dahulu. Setelah itu dianalisis untuk menentukan amplitudo, periode, frekuensi, panjang gelombang, dan cepat rambat gelombangnya. Kegiatan percobaan dan analisis dilakukan di luar kelas agar suasana belajar menjadi lebih leluasa dan menyenangkan. Sebelum menganalisis pola gelombang di masing-masing kelompok, guru memberikan contoh terlebih dahulu agar tidak terjadi miskonsepsi. Dari hasil analisis itu digunakan sebagai dasar menjawab beberapa pertanyaan yang ada pada lembar kerja siswa. Kemudian siswa mempresentasikan hasil percobaan dan membuat laporan secara individu. Dari hasil refleksi siswa, siswa merasa sangat senang melakukan percobaan gelombang transversal dengan memanfaatkan koran dan botol air mineral bekas yang dilakukan di luar kelas. Siswa mudah memahami dalam menentukan amplitudo, periode, frekuensi, panjang gelombang, dan cepat rambat gelombang. Siswa menarik kertas koran yang telah diletakkan di bawah botol air mineral yang telah diisi air warna. Arah tarikan kertas koran dengan arah ayunan botol secara tegak lurus. Pola gelombang transversal yang terbentuk di kertas koran dianalisis untuk menentukan amplitudo, periode, frekuensi, panjang gelombang, dan cepat rambat gelombangnya. Ilmu Pengetahuan Alam 29 Siswa menggunakan batu bata untuk membuktikan implementasi rumus tekanan dalam kehidupan sehari-hari. SMP Lab STKIP Muhammadiyah, Aceh Menghitung Tekanan pada Tanah Oleh Nurhazizah, Guru IPA SMP Lab STKIP Muhammadiyah Pada materi menentukan hubungan antara gaya, tekanan, dan luas bidang percobaan, saya mengajak siswa kelas VIII untuk melakukan percobaan yang mempermudah pemahaman mereka tentang materi tersebut. Awalnya, saya menjelaskan pengaruh tekanan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya sepatu siswa kebanyakan cepat robek di bagian bawah tumit dari pada di depan karena adanya tekanan dari kaki. Lalu saya memberi perbandingan antara pisau tajam dengan pisau yang tumpul, serta mengajak untuk mengamati pijakan kaki ayam dan perbedaannya dengan pijakan kaki itik. 30 Selanjutnya siswa dibagi dalam beberapa kelompok untuk melakukan percobaan. Bahan yang disiapkan antara lain, tiga buah batu bata, penggaris, dan pensil. Selanjutnya siswa mencari media tanah gembur di halaman sekolah dan membasahinya sehingga menjadi lumpur. Setelah itu letakkan batu bata dengan posisi yang berbeda di atas tanah lumpur. Hitung besar tekanan masing-masing batu bata dalam posisi yang berbeda dengan menggunakan penggaris. Hitung pula dalam dan luasnya bidang yang mengalami tekanan. Percobaan ini membuktikan bahwa besarnya tekanan tergantung pada luas permukaan bidang yang terkena tanah. Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs Rumusan tekanan batu bata merupakan besarnya gaya tekan dibagi luas bidang tekan batu bata, dengan rumus P = F/A yaitu P adalah tekanan, F yaitu gaya tekan, dan A merupakan luas bidang. Contoh lainnya adalah saat menancapkan paku runcing lebih mudah daripada paku yang tumpul. “Hari ini kami dapat membuktikan bahwa faktor yang mempengaruhi tekanan adalah besarnya gaya tekan dan luas bidang tekan. Makin luas permukaan bidang tekan batu bata, makin kecil tekanan yang dihasilkan. Makin kecil luas permukaan bidang tekan batu bata maka makin besar tekanan yang dihasilkan bata bata tersebut,” jelas Kamelia siswa kelas VIII. Siswa mewancarai petugas kantor pemantau gunung berapi dan mengamati Seismometer, alat pemantau aktivitas gunung berapi. MTsN Janarata, Bener Meriah, Aceh Belajar Aktivitas Pemantauan Gunung Berapi Oleh Lasma Farida SAg Guru IPA MTsN Janarata Gunung Bumi Telong yang berjarak sekitar 10 Km dari sekolah merupakan salah satu gunung api aktif di Provinsi Aceh. Untuk mengurangi resiko bencana terhadap masyarakat, pemerintah mendirikan kantor pemantauan gunung berapi. Dalam materi tata surya sub bab gejala penampakan alam pada siswa kelas IX semester 2, saya membawa siswa mengunjungi kantor pemantau gunung berapi ini. Saya membentuk siswa menjadi empat kelompok kecil. Setiap kelompok mendapat lembar kerja yang memandu data yang perlu diambil, seperti potensi bencana, penanggulangan bencana, dan dampak dari adanya gunung berapi. Di lokasi, siswa mengumpulkan data dengan metode wawancara, pengamatan serta membaca buku, dan data yang dipajangkan di kantor pemantau gunung tersebut. Siswa dapat memperoleh langsung informasi untuk persiapan menghadapi letusan gunung berapi (siaga bencana) sebagai upaya untuk menghindari atau memper-kecil jumlah korban jiwa. Siswa juga mengetahui proses yang dilakukan untuk pengawasan atau pemantauan gunung berapi serta peralatan untuk pengawasan gunung. Siswa juga mendapatkan penjelasan dan dapat mengambil kesimpulan tentang keterkaitan sumber air panas dengan kesuburan tanah di sekitar gunung. Siswa juga belajar tentang bagian-bagian gunung berapi seperti saluran magma di permukaan bumi sehingga siswa dapat menjelaskan pengaruh proses-proses yang terjadi di lapisan litosfer terhadap perubahan zat dan kalor. “Kami jadi paham kesuburan tanah pertanian kopi juga dampak dari adanya gunung berapi di daerah ini. Kami juga dapat mengetahui sumber air panas yang membuktikan gunung berapi tersebut masih aktif dan kewajiban pemerintah memantau gunung tersebut selama 24 jam,” kata Deddy, salah seorang siswa. Siswa lainnya mengakui lebih paham bagaimana tanda-tanda gunung akan meletus, bahayanya, dan upaya yang harus dilakukan jika terjadi bencana. Siswa juga bangga dapat memperoleh pembelajaran tentang peralatan pencatat gempa Seismometer dan melihat cara kerjanya secara langsung. Dari kunjungan ini, siswa menjadi lebih terampil dalam melakukan pengamatan dan menulis laporannya. Ilmu Pengetahuan Alam 31 pencurian listrik dan setiap kelompok membawa nota pembayaran listrik. Mereka diminta mengamati dan menjelaskan, apakah ada hubungan pencurian listrik dengan pembayaran listrik setiap bulan. Siswa melakukan percobaan membuktikan hukum Archimedes dengan membuat plastisin menjadi perahu dan diberi beban dengan kelereng. SMPN 4 Lumajang, Jawa Timur Kolaborasikan Pembelajaran Aktif dan Literasi Sains Oleh Rr Suindah Wijayanti SPd MM Guru IPA SMPN 4 Lumajang Saya berkomitmen menerapkan pembelajaran aktif. Membuat siswa belajar dengan aktif saya upayakan dilakukan setiap hari. Saya juga sering dibantu oleh paguyuban maupun siswa untuk memenuhi kebutuhan alat dan bahan dalam pembelajaran. Misalnya, saat belajar tentang kelistrikan, siswa kelas VIII saya ajak untuk belajar menemukan kegiatan pencurian listrik yang tanpa sengaja dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Saya mengaitkan pembelajaran IPA 32 dengan konteks kehidupan sehari-hari agar lebih bermakna. Kegiatan pembelajaran juga saya kolaborasikan dengan literasi sains sehingga sejalan dengan gerakan budaya baca yang diselenggarakan sekolah. Pada pertemuan sebelumnya, setiap kelompok diminta mencatat pemakaian peralatan listrik di rumah mereka secara umum seperti kulkas, penanak nasi, mesin cuci, lampu, dan charge ponsel. Mereka juga diminta mencatat berapa jam pemakaian alatalat tersebut setiap harinya. Diawali dengan menyajikan artikel koran yang membahas tentang Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs Pembelajaran dilanjutkan dengan menyajikan gambar meteran listrik yang mengundang siswa untuk mengajukan pertanyaan terkait permasalahan pada meteran dan rekening listrik tersebut. Beberapa pertanyaan yang muncul antara lain mengapa setiap rumah harus memiliki meteran listrik? Apa sajakah yang tertera pada meteran listrik? Apakah sesuai penggunaan listrik dengan biaya yang tertera pada rekening listrik? Siswa kemudian merancang kegiatan tersebut, yaitu: (1) membaca daya listrik yang dipakai pada alat-alat listrik di rumah, (2) menentukan harga per kWh rekening listrik, (3) memasukkan data pengamatan yang terdiri dari nama alat-alat listrik, daya yang digunakan pada alat-alat listrik, dan waktu pemakaian alat-alat listrik dalam satu hari, (4) setelah data dikumpulkan dan harga per kwh dapat ditentukan, menghitung biaya yang harus dibayarkan dalam satu bulan, (W= P watt x t jam x 30 hari x harga per kwh Rp ... ,-) (5) dilanjutkan mengolah data hasil kegiatan dengan membandingkan hasil perhitungan rekening listrik yang di bayar dengan biaya sesungguhnya. Siswa juga diminta mencari informasi sebagai pendukung hasil percobaan dari buku, internet dan narasumber petugas PLN yang didatangkan sebagai rujukan untuk menanyakan atau mengkonfirmasi masalah tersebut. Ternyata dari hasil perhitu-ngan siswa tentang pemakaian listrik di rumah masing-masing, sebagian besar pemakaian listrik jauh lebih besar dari pembayaran. “Saya menemukan selisih pembayaran listrik sebesar dua puluh enam ribu,” kata Irma, siswa kelas VIII. Bahkan ada siswa yang menemukan selisih lebih dari Rp 200.000 dari yang harus dibayar. Siswa lalu ditugaskan untuk menanyakan kepada petugas PLN terdekat mengenai hasil temuan siswa. Ternyata selisih perhitungan tersebut karena ada subsidi dari pemerintah, tetapi ada juga beberapa siswa yang mengakui karena di rumahnya melakukan pencurian listrik. Guru lalu memberi siswa bahan bacaan tentang dampak pencurian listrik dan subsidi listrik dari pemerintah yang sangat besar. Dengan bacaan tersebut siswa diminta untuk merumuskan penyebab, dampak, dan solusinya untuk memecahkan permasalahan tersebut. Implementasi Hukum Archimides Kegiatan pembelajaran IPA lainnya yang saya ajarkan adalah penerapan hukum Archimides. Saya mengajak siswa melihat fenomena banyaknya kapal yang tenggelam. Dengan menggunakan mainan plastisin sebagai kapalnya dan kelereng sebagai penumpang, guru meminta siswa membuktikan dan memecahkan permasalahan adakah hubungan antara volume kapal dan gaya apung pada hukum Archimedes. Kegiatan diawali dengan tugas siswa yang diminta mencari informasi di koran, internet, atau perpustakaan terkait kejadian tenggelamnya kapal. Dari informasi yang didapatkan oleh siswa, kemudian siswa diminta membuat pertanyaan tingkat tinggi, misalnya: Apakah semakin banyak penumpang menyebabkan kapal tenggelam? Apakah yang menyebabkan kapal tenggelam? Berapa seharusnya berat beban penumpang agar kapal tidak tenggelam? di atas plastisin yang berbentuk kapal tadi diletakkan kelereng satu persatu hingga kapal dalam kondisi mengapung, melayang, hingga tenggelam. Banyaknya kelereng tadi kemudian dicatat oleh siswa mulai kondisi mengapung, melayang, hingga tenggelam. Dari kegiatan terse-but, siswa berhasil melakukan pengujian hukum Archimides bahwa makin kecil berat benda (pengurangan plastisin), makin kecil pula tekanan benda tersebut terhadap air, sehingga kapal plastisin ter-sebut menjadi terapung. Ketika 'kapal' tersebut ditambahi kelereng (analog bertambah penumpang), maka tekanan kapal terhadap air bertambah pula sehingga lama-lama tenggelam. Langkah lanjutan adalah siswa mulai membuat kapal dengan plastisin. Sebelum dibuat kapal, plastisin ditimbang dulu, lalu dimasukkan ke dalam ember berisi air. Awal mula plastisin berbentuk kapal tersebut tenggelam karena terlalu berat. Siswa kemudian mengurangi berat plastisin, begitu seterusnya hingga plastisin tersebut bisa mengapung. Selanjutnya Laporan siswa menghitung biaya selisih rekening listrik. Ilmu Pengetahuan Alam 33 Ibu Nurhidayati mendampingi siswa melakukan uji amilum. SMPN 1 Kemlagi, Mojokerto, Jawa Timur Uji Kandungan Amilum di Selembar Daun Daun merupakan bagian tumbuhan yang mengandung klorofil atau zat hijau. Fungsi utamanya menangkap energi cahaya matahari untuk fotosintesis yang menghasilkan amilum atau tepung. Siswa kelas VIII SMPN 1 Kemlagi, Mojokerto, mengetahui hal tersebut dari paparan di buku pelajaran pada pelajaran tentang Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan serta Pemanfaatannya dalam Teknologi, subtema Struktur dan Fungsi Jaringan Daun. Nurhidayati, guru IPA, mempunyai cara lain agar siswa bertambah wawasannya dengan mengajak mereka melakukan percobaan untuk mengetahui hasil fotosintesis secara kasat mata. Guru bertanya kepada siswa dari mana manusia memperoleh makanan pada kegiatan pendahuluan. “Tumbuhan dan 34 hewan, Bu,” jawab siswa. cadangan makanan,” imbuhnya. “Nah, begitu pula dengan tumbuhan, mereka juga memerlukan makanan. Bagaimana tumbuhan memperoleh makanannya?” tanya guru kembali. Sebagian siswa menjawab dari hasil fotosintesis. Dari jawaban ini, Ibu Nurhidayati kemudian menerangkan apa sebenarnya fotosintesis itu. Bu Nurhidayati membagi siswa yang berjumlah 32 orang menjadi delapan kelompok. Setiap kelompok terdiri dari empat siswa. Percobaan IPA ini dilaksanakan di laboratorium. Bahan dan peralatan yang dibutuhkan antara lain daun, alkohol, larutan lugol atau iodium, kertas tisu, korek api, dan alat laboratorium (pembakar bunsen, pipet, tabung reaksi, cawan petri, penjepit). Fotosintesis adalah suatu proses pembuatan energi atau zat makanan yang berlangsung dengan adanya cahaya matahari pada tumbuhan yang mengandung klorofil. Percobaan Sachs yang ditemukan ilmuwan asal Jerman, Julius von Sachs, diterapkan oleh Ibu Nurhidayati untuk membuktikan bahwa daun yang berfotosintesis menghasilkan amilum atau tepung. “Amilum ini disimpan oleh tumbuhan hijau dan akan digunakan sebagai zat Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs Daun yang digunakan ini telah disiapkan oleh para siswa sendiri sesuai dengan tugas yang diberikan oleh guru pada pertemuan sebelumnya. Setiap siswa untuk membawa daun berwarna hijau yang diperlakukan dalam dua cara. Pertama, separo bagian daun ditutup dengan aluminium foil dan dibiarkan selama 6- 12 jam. Kedua, daun dibiarkan tanpa dibungkus apapun. bertujuan untuk melarutkan klorofil sehingga warna daun agak pucat. Setelah menerima lembar kerja siswa dan urutan langkah percobaan dari guru, siswa melakukan percobaan bersama kelompoknya. Guru mendampingi dan memberikan arahan jika ada siswa yang merasa kesulitan. Daun yang ditutup dengan aluminium foil dan yang tidak dibungkus apapun dimasukkan ke dalam air yang sudah mendidih. Daun direbus hingga layu selama 13 menit untuk mematikan selsel daun. Setelah itu, daun diambil dan ditiriskan lalu dimasukkan ke dalam cairan alkohol pada tabung reaksi. Pencelupan ke dalam alkohol Selanjutnya, tabung reaksi berisi alkohol dan daun dimasukkan ke dalam air panas hingga warna alkohol menjadi hijau tua dan warna daun menjadi hijau muda. Lalu, daun diambil dan dicuci dengan air bersih. Daun kemudian diletakkan di cawan petri dan ditetesi lugol atau iodium. Siswa ditugasi mengamati perubahan yang terjadi pada bagian daun yang tidak ditutup dan ditutup aluminium foil. “Coba amati bagaimana warnanya sebelum dan sesudah diuji memakai larutan lugol,” seru Bu Nurhidayati. “Wah, berubah bu. Ada yang warnanya berubah menjadi kehitaman,” jawab Rossa Ahmelia, salah seorang siswi. Daun yang mana yang berubah warnanya setelah ditetesi iodium? “Daun yang tidak ditutup aluminium foil. Warna kehitaman adalah tanda adanya kandungan amilum. Ini menandakan bahwa proses fotosintesis membutuhkan cahaya matahari,” terang Firma Nuril Lailiyah. Kegiatan ini mendorong siswa menjadi lebih aktif dengan melakukan percobaan langsung bersama teman sekelas untuk membuktikan hasil fotosintesis adalah amilum dan bahwa proses fotosintesis memerlukan cahaya matahari. Uji amilum daun: Daun dibungkus alumunium foil dan dibiarkan minimal enam jam, daun direbus dengan air, daun ditetesi iodium untuk membuktikan perbedaan daun yang dibungkus dan tidak. Ilmu Pengetahuan Alam 35 Laporan siswa hasil pengamatan gerak pada hewan. SMPN 2 Cilegon, Banten Ciptakan Gaya Belajar 5M Agar Siswa Punya Keterampilan Informasi Usai mendapatkan pelatihan modul 3 USAID PRIORITAS, saya langsung menerapkannya di kelas VIIIH SMPN 2 Cilegon. Salah satu yang saya terapkan adalah ketrampilan informasi yang diperlukan oleh siswa agar siswa mampu menuliskan pengalaman praktik pembelajaran yang diperolehnya. Meski implementasi ketrampilan informasi serupa seperti yang disampaikan dalam kurikulum 2013 namun faktanya tidak semua siswa terampil dalam menulis. Melalui metode 5M yakni mengamati, menanya, menggali informasi, mengasosiasi dan mengkomunikasi, siswa diharapkan 36 memiliki ketrampilan informasi. Menurut saya, keterampilan informasi perlu bagi siswa terutama dalam mata pelajaran IPA yang saya ampu. Siswa yang saya ajar terbiasa menuliskan laporan percobaan dengan dua hingga tiga kalimat. Padahal jika setiap siswa mampu mendeskripsikan dengan lengkap sesuai pemahamannya maka saya akan mendapatkan varian laporan tertulis individual yang menarik dibaca. Laporan tertulis ini juga membantu saya sebagai guru untuk mengukur pemahaman siswa terkait topik pembelajaran yang saya ajarkan. Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs Saya membagi siswa menjadi enam kelompok untuk mengamati gerak hewan yakni kuda, lumba-lumba, elang, rusa, gajah dan kera. Setiap kelompok membaca dokumen tentang hewan di internet dan buku siswa. Selain itu, saya menyiapkan video yang diunduh dari youtube tentang gerak hewan sehingga siswa juga bisa menonton di laptop yang sudah disediakan. Agar diskusi berjalan optimal di setiap kelompok siswa, saya meminta mereka memilih satu yang menjadi pemimpin diskusi yang disebut ketua kelompok. Siswa pun memulai diskusi berdasarkan lembar kerja yang saya berikan. Ada beberapa pertanyaan untuk memandu diskusi tersebut, seperti: 1. Apa hewan yang diamati dalam kelompok? 2. Mengapa hewan tersebut bergerak? 3. Gerak apa saja yang dilakukan hewan tersebut? 4. Bagaimana cara hewan tersebut bergerak? Melalui diskusi siswa diharapkan dapat mengolah informasi yang diperoleh dari dokumen internet, video youtube dan buku siswa. Jawaban kelompok ditulis dalam karya kreativitas kelompok. Setelah waktu diskusi dalam kelompok cukup, saya meminta siswa berperan sebagai “tamu” untuk mencari informasi dari kelompok lain sebagai sedangkan ketua kelompok tetap diam karena berperan sebagai “tuan rumah”. Seluruh “tamu” menuliskan hasil kunjungannya sedangkan “tuan rumah” bertugas menjelaskan setiap tamu yang datang dan bertanya. Usai berkunjung antar kelompok, siswa yang berperan sebagai “tamu” menyampaikan hasil kunjungan kepada ketua kelompok. Hasil akhir kelompok berupa laporan tertulis yang menarik. Dari berbagai sumber seperti internet, buku bacaan dan kunjungan kelompok maka siswa menuliskan pemahamannya mengenai gerak hewan yang berbeda-beda di setiap kelompok. Ternyata meski semua siswa mengamati gerak hewan tetapi setiap siswa memiliki keunikan dalam menyampaikan informasi seperti penyusunan kalimat, teknik pengolahan informasi, kedalaman isi materi gerak hewan hingga ketrampilan relevansi temuan dengan hasil yang ditulis. Sebagai contoh, satu siswa menceritakan gerak hewan ular karena bentuk tulangnya sedangkan siswa lain menceritakan berbagai gerak hewan lumba-lumba dan cara melakukannya di laut. Kedalaman informasi juga terlihat bahwa siswa tidak hanya menceritakan hewan yang bergerak tetapi siswa dapat menyebutkan berbagai istilah yang ditemukan. Laporan kelompok ini menjadi dokumen penilaian bagi saya sebagai guru. Akhirnya saya menemukan satu kemampuan lagi bagi siswa untuk mengolah informasi menjadi 6 M, yakni Mengkreasi. Mengkreasi dimaksudkan bahwa siswa mampu menciptakan gaya belajar sendiri untuk memahami pembelajaran. Siswa didampingi guru menunjukkan laporan mengamati gerak hewan melalui video. Ilmu Pengetahuan Alam 37 Siswa melakukan pengamatan pada area 1x1m, di antaranya untuk mendapatkan data jumlah tumbuhan dan serangga yang ada dalam area pengamatan. SMPN 1 Susoh, Aceh Barat Daya Belajar Ekosistem Rumput di Lingkungan Sekolah Oleh Najjar Elisaputra SPd Guru IPA SMPN 1 Susoh Lingkungan sekitar sekolah merupakan media dan sumber belajar yang bagus bagi siswa untuk mengamati sebuah ekosistem. Kali ini siswa kelas VII akan mengamati ekosistem rumput. Setelah guru menjelaskan tujuan dan materi pembelajaran, guru memandu siswa tentang tugas yang akan dikerjakan pada saat nanti di lapangan. Tujuan pembelajaran ini yaitu siswa mampu mengelompokkan produsen dan konsumen dalam satu ekosistem, termasuk rantai makanannya. 38 Ekosistem padang rumput digolongkan sebagai salah satu kelompok ekosistem daratan yang terbentuk secara alamiah dan memiliki beberapa ciri-ciri khas di antaranya curah hujan yang sangat terbatas dan juga tidak merata. Dalam kegiatan pengamatan ekosistem di padang rumput ini siswa melakukan tahapan berikut: 1. Siswa bekerja dalam kelompok yang berjumlah 4-5 orang. 2. Menyiapkan tali plastik, kayu pancang sebanyak 4 batang dengan ukuran 20 cm, gunting, Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs meteran, dan alat tulis 3. Siswa melakukan pengamatan pada lapangan rumput pada lingkungan sekitar sekolah dengan membatasi lingkungan pengamatan sebesar 1x1 meter dengan memberi batasan tali platik beserta tiang pancang. 4. Pengamatan awal dilakukan untuk melihat padang rumput yang juga dihuni beberapa jenis tumbuhan, hanya saja oleh karena keberadaan rumput yang paling dominan sehingga ia disebut Padang Rumput. 5. Siswa juga mengukur panjang rumput dan mengamati binatang apa saja yang ada pada area pengamatan. Pengamatan lanjutan dilakukan sebulan setelah pengamatan awal. Pada akhir pengamatan kedua, hasil pengamatan awal dan akhir dipresentasikan di kelas. Siswa memaparkan hasil pengamatan mereka dan perubahan area amatan. Siswa mendiskusikan hasil amatanya, antara lain jumlah populasi tumbuhan dan hewan (serangga) yang ada dalam area amatan, rantai makanan, kondisi tanah, dll. Sebagian besar siswa menemukan bahwa tumbuhan sukar untuk mengambil dan mengolah air sehingga menyulitkan untuk tumbuh menjadi pohon. Tanaman yang tumbuh di wilayah padang rumput juga terbatas. “Sangat seru dan menyenangkan dapat belajar di luar kelas, Kami dapat belajar langsung apa saja yang terdapat di dalam ekosistem padang rumput secara berkala,” kata Afrilia, siswa kelas VII SMPN 1 Susoh usai pembelajaran. Setelah melakukan pengamatan, siswa mendiskusikan hasil pengamatan mereka di kelas dan membuat laporannya. Ilmu Pengetahuan Alam 39 Siswa sedang mengamati pertumbuhan tanaman kacang hijau dan menuliskan hasilnya pada lembar pengamatan. MTsN Janarata, Bener Meriah, Aceh Jadi Peneliti dengan Mengamati Pertumbuhan Tanaman Kacang Hijau Oleh Lasma Farida SAg Guru IPA MTsN Janarata Untuk membangkitkan minat siswa menjadi seorang peneliti, hal ini dapat dilakukan melalui pembelajaran. Misalnya, melalui pembelajaran IPA yang saya asuh dengan materi perkembangbiakan generatif. Saya mengajak siswa melakukan penelitian dengan judul “Mengamati Panjang Akar dan Batang Kacang Hijau Selama 4 Hari”. Tujuan pembelajarannya yaitu siswa dapat mendeskripsikan hubungan pertambahan panjang akar dan batang tanaman kacang hijau 40 selama 4 hari, sehingga memudahkan siswa mengetahui perkembangbiakan generatif secara cepat. Harapannya, siswa dapat memahami keberlangsungan hidup suatu tanaman dengan cara mengintentifikasi melalui adaptasi, seleksi alam, dan perkembangbiakan. Siswa secara langsung dapat melihat pengaruh cahaya matahari dalam proses pertumbuhan dan perkembangan kacang hijau. Mereka juga dapat mengetahui manfaat barang bekas sebagai media pembelajaran dan sekaligus membentuk karakter siswa yang bertanggung jawab, sabar, teliti, serta bekerja sama. Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs Pada langkah awal, siswa menanam biji kacang hijau dalam gelas air minum kemasan bekas yang sekelilingnya diberi lubang kecil dengan label nama peneliti (kelompok), jumlah bibit, nama bibit, media, tanggal pembibitan. Lalu diberi tanda dengan menggunakan penggaris untuk mengetahui ukurannya. Lima gelas bibit yang ditanam per kelompok ditempatkan pada ruang terbuka sehingga memperoleh cahaya matahari dan terlindungi. Selanjutnya, siswa menyiapkan lembar tabel pengamatan dengan menyantumkan nomor dan tanggal, pengamatan panjang akar (mm/cm), pengamatan panjang batang (mm/cm), perkembangan akar, perkembangan batang, dan perkembangan daun. Selama 4 hari tabel pengamatan diisi sesuai dengan apa yang diamati dari tanaman tersebut. Banyak hal yang positif dari penelitian ini. Di antaranya, salah seorang siswa mengungkapkan rasa keingintahuannya. “Setiap pagi hari setiba di sekolah, kami sangat bersemangat untuk melihat pertumbuhan tanaman kami. Hasilnya kami tulis pada tabel pengamatan dan melakukan penyiraman,” kata Safriani. mencintai tanaman dan sadar akan lingkungan sekitar,” kata Adi, salah seorang siswa. Sebagai daerah pertanian dan salah satu penghasil kopi terbaik di dunia, saya berharap siswa akan melanjutkan tradisi menjadi peneliti ini, sehingga mereka dapat menciptakan perkembangbiakan generatif kopi yang menjadi andalan daerah kami. Sebagai langkah awal, setiap kelompok diberi tugas menanam bibit kopi dan melihat perkembangannya selama satu tahun. Keingintahuan siswa dalam proses perkembangbiakan generatif ini terjawab langsung dengan hasil riset mereka, bukan hanya membaca dan melihat pada buku teks saja. Siswa dapat melihat dan menjawab langsung mengapa gelas bibit harus diberi lubang, bagaimana hubungan akar, batang dan daun, berapa hari tumbuhan membutuhkan waktu untuk tumbuh, ketika tumbuh bagaimana posisi akar, dalam waktu berapa hari akar dan daun mulai terlihat, berapa hari akar dan batang sama panjang, kapan akar lebih panjang dan sebaliknya. Semua hasil temuan siswa ini, dipresentasikan di depan kelas. Mereka sadari ternyata terjadi kompetisi dalam perkembangbiakan sebuat tanaman dalam satu wadah. “Ternyata tidak semua bibit yang disemai akan hidup. Kami jadi Siswa juga merawat tanaman kacang hijau yang mereka tanam dengan menyiraminya. Ilmu Pengetahuan Alam 41 Bahan uji sari buah-buahan yang sudah ditetesi iodine, ternyata hasilnya sari buah jambu biji yang paling jernih. Hal ini menunjukkan jambu biji adalah buah yang memiliki kandungan vitamin c paling tinggi, bahkan dibandingkan dengan minuman yang mengandung vitamin c sekalipun. SMPN 2 Stabat, Langkat, Sumatera Utara Menguji Kadar Vitamin C dari Buah-buahan Oleh Sari Khairati SPd MPd Fasilitator Daerah Stabat Asam askorbat atau yang dikenal dengan nama vitamin C sangat penting dalam komposisi makanan manusia. Vitamin ini membantu tubuh membentuk jaringan ikat, tulang, gigi, dinding pembuluh darah, dan membantu tubuh dalam asimilasi zat besi dan asam amino. Anak-anak dan orang dewasa harus mengetahui mengapa mereka harus memilih makanan yang kaya vitamin C, bukan "makanan sampah" yang harus mereka nikmati. Namun sayangnya, banyak di antara kita tidak mengetahui makanan atau buah apa yang memiliki kandungan vitamin C yang tinggi. Di pagi yang cerah itu, Bapak Rahim, guru IPA SMPN 1 Padang Tualang, 42 mengajak siswa kelas VII melakukan percobaan untuk menyelidiki kandungan vitamin C pada bahan makanan. Biasanya pembelajaran ini tidak dilakukan dengan praktikum, namun muncul ide untuk menguji vitamin C pada buah-buahan agar siswa mengetahui buah-buahan yang memiliki kadar vitamin C yang paling tinggi dan manfaatnya bagi kesehatan. Dalam pembelajaran ini diperlukan berbagai alat yaitu tabung reaksi (wadah), rak tabung reaksi untuk tempat untuk meletakkan wadah, pipet tetes, blender, dan gelas ukur. Sedangkan bahan percobaannya yaitu jeruk, belimbing wuluh, nenas, jambu biji, apel, minuman yang mengandung vitamin C, dan obat anti septik yang mengandung iodine. Sebelumnya, guru sudah menugaskan Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs kepada siswa untuk memblender buah-buahan tersebut kemudian disaring dan dimasukkan ke dalam plastik-plastik kecil untuk dibawa ke sekolah. Cara kerjanya sebagai berikut: 1. Masukkan ekstrak buah ke dalam masing-masing wadah. 2. Campurkan air 10 ml dan 10 tetes iodine dalam 6 wadah dan beri label masing-masing sesuai dengan jenis sari buah yang akan dimasukkannya. 3. Dengan menggunakan pipet tetes, teteskan minuman bervitamin C ke dalam tabung reaksi (wadah) larutan iodine yang sudah disiapkan sebelumnya sampai warna iodine hilang (jernih) dan catat berapa tetes larutan vitamin C yang diperlukan untuk menetralkan larutan iodine tersebut. 4. Dengan menggunakan cara yang sama, ujilah berbagai ekstrak sari buah yang telah dibuat, misalnya ekstrak jambu biji diteteskan pada larutan betadine hingga warna larutan betadine hilang (jernih). Catat berapa tetes larutan ekstrak jambu biji diteteskan. 5. Kemudian catat hasil pengamatan pada tabel. mempresentasikannya. “Dari hasil praktikum kami, jambu biji yang memiliki kadar vitamin C yang paling tinggi dibanding buah-buahan lain yang diuji. Hanya sedikit jumlah tetesan ekstrak jambu biji pada larutan iodine agar warna larutan iodone menjadi jernih. Ini menunjukkan bahwa jambu biji memiliki kadar vitamin C yang paling tinggi dibandingkan dengan buah-buahan yang lain,” kata salah satu kelompok dalam presentasinya. Setelah selesai melakukan percobaan siswa membuat laporan dan Siswa di kelompok yang didampingi guru, sedang menguji kandungan vitamin c dalam buah-buahan dan mempresentasikan hasil laporannya. Ilmu Pengetahuan Alam 43 Siswa sedang mengamati rayap yang hidup di sekitar sekolah. SMPN 1 Watang Pulu Sidrap, Sulawesi Selatan Belajar dari Rayap Oleh Ida Herlina HS Pd Guru SMPN 1 Watang Pulu Rayap adalah sejenis serangga yang masih berkerabat dengan semut sehingga biasa juga disebut semut putih. Rayap biasa juga disebut serangga sosial, Mengapa dan bagaimana kehidupan rayap yang sesungguhnya? Agar siswa lebih tertarik lagi mempelajari rayap maka siswa dibawa langsung ke media riilnya yaitu ke kehidupan rayap yang ada di lingkungan sekolah. Kompetensi dasar yang akan dicapai pada siswa khususnya siswa kelas IX dalam mata pelajaran IPA materi semester ganjil adalah siswa mampu mendeskripsikan bentuk-bentuk 44 adaptasi makhluk hidup untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Untuk mencapai kompetensi tersebut saya menggunakan media alam khususnya rayap yang banyak hidup di lingkungan sekolah sebagai bahan pengamatan dan penyelidikan secara langsung. Guru terlebih dulu menyiapkan lembar kegiatan (LK) yang berisi apa saja tujuan yang akan dicapai oleh siswa selama pengamatan seperti bagaimana rayap itu berkembang biak, bagaimana cara rayap hidup berkelompok, bagaimana rayap makan, bagaimana rayap membangun sarangnya, bagaimana rayap menghindar dari pemangsanya dan lain-lain yang mungkin didapatkan dari Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs hasil pengamatan siswa. Siswa kemudian dibagi dalam beberapa kelompok dan selanjutnya siswa dibawa langsung ke lapangan. Setiap kelompok menempati tempattempat pengamatan yang berbeda, ada yang mengamati kehidupan rayap di pohon, di tumpukan kayu yang ada di gudang, di bangunan di belakang kelas, dan lain-lain. Setelah itu siswa kembali ke kelas untuk mendiskusikan secara bersama hasil pengamatannya. Setelah setiap kelompok mempresentasikan laporan hasil pengamatannya disimpulkan beberapa fakta unik yang menyangkut kehidupan rayap: 1. Rayap hampir sama dengan semut tapi tubuh rayap lebih lunak dan pinggangnya agak lebar serta warnanya agak keputihan. 2. Rayap membangun rumahnya dengan menggunakan lumpur atau tanah dengan bantuan air liurnya, selain itu rayap menbuat terowongan untuk mencapai sarangnya agar dia tak terlihat dan terlindung dari pemangsanya. 3. Rayap walaupun tubuhnya sangat kecil tapi dapat menghancurkan bangunan terutama kayu dan bukubuku dengan menggunakan enzim sellulosa 4. Rayap dewasa memdapatkan enzim sellulosa dengan cara memakan kembali kulitnya yang mengelupas yang mengandung flagellata yang menjadi sumber enzim sellulosa dan bagi bayi rayap cara mendapatkan enzim sellulosa dengan menjilati dubur induknya. Dengan kegiatan pembelajaran langsung ini siswa nampak senang dan bersemangat apalagi belajarnya di lingkungan terbuka di halaman sekolah karena terkadang belajar di kelas dapat menimbulkan rasa bosan kepada siswa. Di akhir pembelajaran guru memberi penghargaan kepada kelompok siswa yang kinerjanya bagus dan dilakukan refleksi ternyata semua siswa meminta untuk untuk mengulang cara belajar ini pada pertemuan selanjutnya dengan menyelidiki kehidupan semut ranrang, bunga kamboja dan lainlain. 5. Rayap berkembang biak dengan cara bertelur yang dihasilkan oleh ratu rayap dengan menghasilkan puluhan ribu telur dalam sehari 6. Rayap hidup secara berkelompok dengan jumlah bisa mencapai ribuan dalam satu kelompok, dan memiliki kerjasama yang tinggi dan patut ditiru oleh manusia. 7. Karena kelakuan rayap yang sering merusak maka rayap dianggap hama oleh manusia. Hasil pengamatan siswa yang ditulis oada lembar kerja. Ilmu Pengetahuan Alam 45 Siswa memeragakan cara kerja alat pengubah sampah plastik menjadi bahan bakar cair. SMPN 2 Singaparna, Tasikmalaya, Jawa Barat Kembangkan Alat Pengubah Sampah Plastik Menjadi Bahan Bakar Cair Horee…… seru anak-anak sambil membawa satu alat yang mereka hasilkan selepas mengikuti pembelajaran IPA. Teriakan siswa meluapkan kegembiraannya karena berhasil menciptakan alat berharga yang berfungsi membuat bahan bakar cair dari sampah plastik. Alat tersebut terbuat dari barang-barang bekas. Ide itu terlahir saat guru mengajak anak-anak brainstorming tentang masalah sampah yang terjadi di Tasikmalaya. “Anak-anak, Tasik adalah kota resik dan bersih. Tetapi hari ini, kota kita tercinta ini sudah tidak menandakan slogan tersebut gara-gara sampah yang berserakan. Coba kalian 46 amati, sepanjang perjalanan kalian dari rumah menuju sekolah. Adakah sampah-sampah yang berserakan?” Serempak anak-anak menjawab, “Adaa…” “Apa ide kalian untuk mengatasi persoalan sampah?” Itulah dialog guru dan siswa saat melakukan apersepsi pada awal pembelajaran IPA kali itu. Siswa lalu mengidentifikasi sampah basah dan kering, sampah berjenis plastik dan bukan plastik. Dari dialog yang singkat tapi mengena tersebut, siswa tertantang melahirkan ide kreatif untuk mengolah sampah plastik menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan. Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs Disepakati mereka akan membuat sampah plastik menjadi bahan bakar cair. Alat tersebut dapat membantu mengurangi jumlah sampah plastik dan akan mendatangkan manfaat besar. Guru memberikan bimbingan kepada siswa dalam proses pembuatannya. “Ayo anak-anak, kita mulai identifikasi bahan yang diperlukan ya,” ujar guru. Bahan-bahan yang diperlukan antara lain kaleng bertutup (1 buah), botol bekas air mineral ukuran 2 liter (2 buah ), pipa alumunium diameter 1 cm (1m), selang plastik diameter 1 cm (1m), sumbat karet, kawat (1 m), dan lem plastik baja. Siswa dibagi beberapa kelompok. Setiap kelompok bekerja sama melakukan tahapan sebagai berikut: Siapkan semua alat dan bahan. Perhatikan gambar di bawah; gambar. Rekatkan dengan lem plastik baja; Sambungkan selang (6) pada pipa alumunium, dihubungkan dengan sumbat karet yang dilubangi (5); Lubangi bagian pinggir kaleng (1) seukuran diameter pipa (2); Lubangi botol bekas air mineral (3) di kedua ujung (tutup dan alas) seukuran diameter pipa. Botol ini akan difungsikan sebagai pendingin; Lubangi botol bekas air mineral (3) di satu sisi dengan diameter seukuran leher botol (4); Lubangi sisi lain dengan diameter 0,5 cm (8); Belah botol bekas air mineral kedua menjadi 2 bagian. Bagian 1 sebagai corong (4), bagian 2 sebagai penampung bahan bakar yang dihasilkan (7); Rakit semua bagian seperti pada Wadah pendingin yang berisi air dingin berfungsi mempercepat terjadinya proses pengembunan uap plastik tersebut. Setelah proses penguapan dan pengembunan pada plastik selesai, akan dihasilkan tetesan bahan bakar cair yang dialirkan melalui selang. Tabung yang dipakai berdiameter 15 cm (jari-jari 7,5 cm) dengan tinggi 15 cm, sehingga volumenya dihitung dengan rumus πr2 t = 3,14 x (7,5 )2 x 15 cm3= 2.649,375 cm3 = 2,69375.10-3 m3. Lilitkan kawat pada selang (6) agar selang tidak terlipat; Hubungkan selang dengan wadah penampung (7). Setelaha selesai, perwakilan kelompok menyajikan karyanya. Berikut kutipan presentasi kelompok Ajeng: Plastik dapat diubah menjadi bahan bakar cair dengan prinsip kerja alat sebagai berikut: Plastik yang dipanaskan akan mendidih dan uap plastik akan bergerak menuju pipa; Pada pipa yang dilengkapi pendingin, uap plastik akan kehilangan kalor dan mengalami pengembunan; Gambar alat pengubah sampah plastik menjadi bahan bakar cair yang dibuat oleh siswa. Ilmu Pengetahuan Alam 47 Kelompok kromatografi sedang mempresentasikan hasil percobaannya. MTsN Turikale Maros, Sulawesi Selatan Membuat Proyek Percobaan Pemisahan Campuran Melaksanakan pembelajaran IPA dengan kegiatan percobaan, sudah menjadi ciri khas Ibu Kasmiatang Kadir. Dia juga kerap menerapkan model pembelajaran berbasis proyek. Seperti pembelajaran berikut ini. Oleh Kasmiatang Kadir SPd Guru IPA MTsN Turikale Salah satu kompetensi dasar (KD) pembelajaran IPA yang ingin dicapai untuk siswa kelas VII adalah memahami karakteristik, serta perubahan fisik dan kimia pada zat yang dapat dimanfaatkan untuk kehidupan seharihari. Saya membuat indikator pencapaian KD siswa yaitu memahami 48 prinsip dan terampil melakukan pemisahan campuran dengan metode filtrasi, kristalisasi, sublimasi, destilasi, dan kromatografi. Pembelajarannya didesain berlangsung dua kali pertemuan dengan menerapkan model pembelajaran berbasis proyek. buku paketnya yang terkait dengan materi pembelajaran selama 10 menit. Setelah itu siswa mengungkapkan jawabannya berdasar hasil bacaannya. Saya sampaikan jawaban-jawaban tersebut akan dibuktikan melalui kegiatan percobaan. Pada kegiatan apersepsi, saya mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa. Pernahkah kalian pikirkan, (1) Bagaimana mengubah air keruh menjadi air jernih? Bagaimana air laut menjadi garam? Bagaimana pengharum ruangan yang padat menghasilkan bau? (2) Apa yang harus kalian lakukan untuk mengubahnya? (3) Apa yang terjadi jika baju putihmu terkena tinta hitam? Kegiatan inti pembelajaran pada pertemuan pertama adalah menyusun perencanaan proyek pemisahan campuran. Siswa saya bagi menjadi lima kelompok heterogen yang setiap kelompok mendapat tugas berbeda, yaitu melakukan pemisahan secara sublimasi, destilasi, kromatografi, filtrasi, atau kristalisasi. Saya mempersilakan siswa membaca Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs Setiap kelompok mendapatkan lembar kerja, serta alat dan bahan yang digunakan. Semua kelompok mendiskusikan jadwal kegiatan percobaan, tempat pelaksanaan, cara membuat laporan mulai dari judul, tujuan, alat dan bahan, langkah kerja, simpulan, berdasar contoh-contoh laporan yang sudah dibuat sebelumnya. Saya juga memberikan rubrik penilaian kepada setiap ketua kelompok untuk memonitor anggota kelompoknya. Pertemuan pertama di akhiri dengan presentasi rencana desain proyek percobaan yang akan dipraktikkan di rumah. Pada pertemuan kedua, kegiatan intinya berupa presentasi hasil percobaan yang sebelumnya telah dilakukan di rumah. Kelompok sublimasi (pemisahan campuran dari padat ke gas tanpa mencair terlebih dulu) menunjukkan laporan hasil percobaan, serta alat dan bahan yang digunakan seperti botol air mineral 600 ml 1 buah, paku, sabun, gunting, dan isolasi bening. Cara kerjanya, botol aqua dilubangi dengan menggunakan paku, kemudian botol dipotong pada bagian bawah, dan sabun dimasukkan ke dalam botol tersebut. Botol yang telah dipotong disatukan kembali dengan menggunakan isolasi bening. Produk pun jadi. Berdasarkan penuturan siswa, sabun disebut mengalami sublimasi karena sabunnya perlahan menguap atau perubahan dari benda padat menjadi uap. Penguapan juga dipengaruhi oleh lingkungan sekitar seperti pengaruh udara. Hasil simpulan yang dibuat siswa setelah melakukan percobaan kromatografi. Pada kelompok destilasi (pemisahan campuran dengan menggunakan pemanasan sampai titik didih sehingga terpisah filtrate aslinya) bahan yang dipersiapkan adalah kompor, panci, air sumur, dan garam. Proses yang mereka lakukan adalah air sumur dicampurkan dengan garam sebagai pengganti air laut. Air tersebut dipanaskan di atas kompor, uap yang dihasilkan ditampung dan dikumpulkan pada penutup. Secara bergantian setiap kelompok melaporkan hasil percobaannya. Guru juga memberikan penguatan tentang prinsip metode pemisahan campuran, manfaatnya, serta penerapan prinsip- prinsip pemisahan campuran dalam kehidupan sehari-hari. Terakhir, hasil laporan kelompok dikumpulkan. Aquarium Mini untuk Belajar Ekosistem Buatan Agar materi ekosistem buatan dapat dipelajari siswa kelas VII lebih bermakna, saya mengajak siswa belajar dari akuarium mini yang dibuat sendiri di sekolah. Pada pertemuan sebelumnya, siswa sudah diajak belajar pengamatan langsung ke lingkungan sekitar sekolah untuk belajar ekosistem alami. Pada pembelajaran kali ini, siswa diharapkan dapat menentukan bentuk-bentuk interaksi yang terjadi pada ekosistem Ilmu Pengetahuan Alam 49 buatan dan menganalisis peran komponen biotik dan abiotik berdasarkan pengamatan ekosistem buatan yang telah dibuat. Guru memberikan lembar kerja dan penjelasan singkat tentang cara membuat akuarium mini, dan tugas pengamatannya. Adapun alat dan bahan yang digunakan setiap kelompok antara lain: 1. Botol bekas air kemasan plastik 1500 ml yang telah dipotong 2. Pinset 3. Air bersih 4. Ikan betok berukuran kecil 1 ekor 5. Ikan betok ukuran sedang 1 ekor 7. Siput sawah ukuran sedang 1 ekor 8. Hidrylla sp sebanyak 1/2 gr 9. Batu kerikil 30 butir Setelah akuarium mini selesai dibuat, siswa mengamati ekosistem dalam akuarium tersebut, yaitu interaksi yang terjadi antara biotik dan biotik, biotik dan abiotik, serta abiotik dan abiotik. Dalam ekosistem buatan di akuarium mini tersebut, siswa mendapatkan data bahwa komponen biotik dan abiotik selalu berinteraksi membentuk hubungan yang saling ketergantungan. Contohnya ikan memerlukan udara untuk bernapas, tumbuhan hydrilla memerlukan cahaya untuk berfotosintesis. Selain itu ada juga ketergantungan komponen abiotik terhadap komponen biotik, misalnya kerikil dan kotoran ikan dapat memberikan pupuk 50 Guru mendampingi siswa yang sedang melakukan pengamatan interaksi yang terjadi dalam ekosistem buatan di akuarium mini. bagi tumbuhan yang membuatnya menjadi lebih subur. Pada saat presentasi hasil pengamatan, ada juga salah satu kelompok yang menemukan adanya kompetisi pada interaksi biotik dengan biotik yaitu untuk mendapatkan makanan antara ikan besar dan ikan kecil. Mereka menyimpulkan dalam ekosistem Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs terjadi interaksi baik antara komponen abiotik dengan komponen biotik, interaksi antara sesama komponen biotik, atau interaksi antara sesama komponen abiotik. ”Karena itu penting bagi kita menjaga kelestarian ekosistem lingkungan sekitar kita,” kata salah seorang siswa dalam presentasinya. PEMBELAJARAN MATEMATIKA MTsN 2 Tangerang, Banten Buat Matematika Jadi Favorit Bapak Akidin MPd, guru matematika MTsN Tigaraksa, membuat matematika menjadi mata pelajaran yang menjadi pavorit siswa. Proyek Membuat Miniatur Madrasah Bapak Akidin mengajak siswa kelas IX membuat miniatur madrasah untuk menerapkan konsep kesebangunan dalam pemecahan masalah. Siswa dibentuk dalam empat kelompok yang berjumlah 8-9 siswa. Kemudian setiap kelompok mendapat lembar kerja yang berisi panduan membuat miniatur gedung MTsN Tigaraksa, serta meteran untuk mengukur. “Kalian akan membuat tugas proyek membuat miniatur sekolah. Tugas ini dikerjakan dalam empat kali pertemuan. Hari ini kalian akan mengukur luas madrasah untuk menjadi dasar dalam membuat miniatur madrasah,” terang Pak Akidin kepada siswanya. Dalam proses pengukuran siswa berbagi wilayah, ada yang mengukur bagian gedung, lapangan, halaman depan, dan luas seluruh sekolah. Semua siswa tampak asyik menikmati 52 Setelah melakukan pengukuran dan menggambar madrasah, siswa dalam kelompok kecil bekerja sama membuat maket miniatur madrasah dalam bentuk tiga dimensi. mengukur. Setelah selesai mengukur, setiap kelompok menyampaikan data hasil pengukurannya, dan setiap kelompok saling melengkapi. Pada pertemuan kedua, guru menugaskan siswa untuk membuat gambar miniatur madrasah. ”Setelah kalian mendapatkan ukuran madrasah, sekarang setiap siswa akan menerapkan konsep kesebangunan dengan menggambar miniatur madrasah. Kita akan menggunakan skala 1:100,” kata Pak Akidin lagi. Setelah gambar miniatur madrasah selesai dibuat, pada pertemuan ketiga dan keempat siswa membuat miniatur Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs madrasah dalam bentuk tiga dimensi. Setiap kelompok sebelumnya telah patungan untuk membeli alat dan bahan yang diperlukan, seperti triplek, karpet, lem, gunting, kayu seukuran korek api, dan kertas karton dengan ketebalan 3 mm. Berdasar gambar dan ukuran yang sudah dibuat, siswa mulai berbagi tugas membuat miniatur madrasah. Ada yang mengukur kertas, ada yang menggunting, dan ada yang menempelkannya pada triplek yang sudah dilapisi karpet. “Dengan pembelajaran ini, para siswa mempraktikkan konsep kesebangunan, perbandingan senilai, pengukuran, dan bangun ruang sisi datar,” kata Pak Akidin. Setelah selesai membuat miniatur madrasah, setiap kelompok secara bergantian berpresentasi di depan kelas. Gunakan Rumus Luas Permukaan Balok untuk Tentukan Harga Modal Lemari Pada pembelajaran lainnya, Pak Akidin mengajak siswa kelas VIII menemukan rumus luas permukaan balok untuk diterapkan dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari. Dia membuka sesi pembelajaran dengan menunjukkan sebuah gambar kepada para siswa dan menanyakan gambar apakah yang ditampilkan. “Kotak obat,” jawab seorang siswa. “Bentuknya apa?” tanya Pak Akidin. “Ada yang kubus, ada yang balok,” jawab siswa. penyederhanaan rumus dan menarik kesimpulan bahwa ru-mus luas permukaan balok 2 (pl + lt + pt). ditemukan bersama, para siswa melakukan penghitungan luas permukaan balok sebagai berikut: Kemudian guru mengundang dua siswa perwakilan dari salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasilnya. Ternyata kelompok lainnya memiliki jawaban yang sama, sehingga guru melanjutkan ke tahapan selanjutnya, yaitu menugas-kan siswa untuk mencari luas permukaan sebuah balok dengan panjang 12 cm, lebar 8 cm dan tinggi 6 cm. Dengan menggunakan rumus yang sudah = 2 (pl + pt + lt) = 2 (96 + 72 + 48)= 432 cm2 Guru lalu memberi dua soal yang menggunakan masalah yang dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Soal pertama adalah “Nesti ingin membungkus kotak kado menggunakan sampul kertas kado yang berbentuk balok dengan panjang 25 cm, lebar 12 cm dan tinggi 10 cm. Berapa luas kertas kado minimal yang Guru membagikan lembar kerja (LK) dan model balok dari kotak kemasan ke setiap kelompok siswa. Siswa membuka kotak kemasan tersebut sehingga tampak jaring-jaringnya dan ditempelkan di kertas karton. Lalu siswa memberi nomor pada setiap bidang kotak dan menuliskan bagianbagian panjang, lebar, dan tinggi pada jaring-jaring seperti gambar di bawah. Setiap kotak dari jaring-jaring yang berbentuk persegi panjang dituliskan rumus luasnya. Setelah menemukan rumus setiap bidang dan menggabungkan semua rumus tersebut, siswa melakukan Pak Akidin sedang mendampingi siswa di kelompok kecil menemukan luas balok dari jaring-jaring model balok dari kotak bekas kemasan. Matematika 53 dibutuhkan Nesti untuk membungkus kotak tersebut?” Soal kedua adalah, “Seorang tukang kayu akan membuat lemari berbentuk balok pesanan pelanggannya. Panjang, lebar dan tinggi masing-masing 1m, 0,5 m dan 2 m. jika harga kayu Rp 200.000 / m2, harga politur (pewarna) Rp 150.000/m2. Harga asesorisnya Rp.100.000 dan biaya jasa pembuatannya Rp 500.000, berapa harga modal lemari tersebut?” Guru berkeliling kelas untuk mendampingi proses kerja kelompok dan bertanya jawab dengan para siswa. “Kebutuhan kayu dapat dicari berdasarkan luas permukaannya. Berapa luas permukaannya? Apakah sudah ada yang tahu?” tanya guru. “Luas permukaannya 7m2,” jawab salah seorang siswa. “Harga kayu permeter Rp 200.000. Jadi berapa biaya kayunya?” tanya guru. “7 x Rp 200.000 Pak,” jawab siswa. “Lemari akan dilapisi dengan plitur. Harga politur Rp150.000 /m2.Yang mau diplitur berapa luasnya? 7 m2. Berarti 7 dikalikan harga plitur, lalu dijumlahkan dengan biaya lain. Kita bisa menemukan harga lemari itu,” jelas guru lagi. Selanjutnya perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka. Untuk soal pertama, siswa menemukan bahwa luas permukaan balok adalah 1.340 cm2. 54 Jaring-jaring balok yang sudah diberi label oleh siswa untuk memudahkan menghitung luas permukaan balok dan menemukan harga jual lemari. Berikut adalah hasil perhitungannya: = 2 (pl + pt + lt) = 2 {(25 x 12) + (25 x 10) + (12x10)} = 2 (300+250+120) = 600 + 500 + 240 = 1340 cm2 = 2 (0,5 + 2 + 1) = 7 m2 Harga jual lemari = (harga kayu x luas permukaan) + (politur x luas permukaan) + asesoris + jasa = (200.000x7)+(150.000x7)+100.000+ 500000 = Rp 3.050.000,- Sementara untuk soal kedua, siswa menemukan bahwa harga jual lemari adalah Rp 3.050.000. Berikut adalah hasil perhitungan siswa untuk mendapatkan harga lemari: 2 (pl+pt+lt) = 2 {(1x1/2) + (1x2) + (2.1/2)} Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs “Jadi kalian sudah mampu menghitung harga modal lemari. Bukan hanya untuk buat lemari, tapi banyak hal yang dapat menggunakan rumus permukaan balok,” kata Pak Akidin. Pembelajaran ditutup dengan kegiatan refleksi. 3. Isilah kerucut dengan pasir atau jagung sampai penuh dan tuangkan isinya ke dalam tabung tersebut. 4. Berapa kerucut pasir/jagung yang dibutuhkan untuk mengisi sampai penuh tabung tersebut ? Siswa memasukkan pasir dengan ukuran kerucut yang dimasukkan ke dalam tabung. SMPN 1 Sei Rampah, Serdang Bedagai, Sumatera Utara Media untuk Menemukan Rumus Volume Kerucut Oleh Saor Pasaribu Guru SMPN 1 Sei Rampah Pada kompetensi dasar menghitung luas dan volume tabung, kerucut dan bola. saya membuat salah satu indikator ketercapaian menentukan rumus volume kerucut siswa kelas IX5 tampak jenuh. Hal itu disebabkan saya (guru) menyampaikan materi ini dalam bentuk imajinasi (khayalan). Lalu guru menulis rumus tersebut dan siswa mencatat dan menghafalnya. Saya mengubah dengan menerapkan pembelajaran kontekstual dengan kegiatan praktik “Menemukan Rumus Volume Kerucut.” Kemudian siswa diberi tugas mengerjakan lembar kerja (LK). Untuk kegiatan tersebut setiap kelompok menyediakan bahan-bahan sebagai berikut (1) kertas karton, (2) gunting, (3) penggaris, (4) jangka dan busur derajat, (5) lem dan isolatip, (6) pasir/jagung giling. Langkah - langkah: 1. Buat sebuah tabung dari karton dengan panjang jari-jari alas = r dan tinggi = t 2. Buat juga sebuah kerucut dari karton dengan panjang jari-jari alas kerucut sama dengan jari-jari tabung dan tinggi kerucut sama dengan tinggi tabung seperti gambar di bawah ini. t r t r Ternyata dengan menggunakan media serta mengikuti langkah-langkah yang di persiapkan guru, animo dan pemahaman para siswa makin meningkat. Hal itu terlihat saat para siswa membuat tabung dan membuat bangun kerucut, semua siswa bekerja sama. Percobaan dilakukan, kerucut diisi dengan jagung/pasir sampai penuh, kemudian dituangkan ke dalam tabung. Kemudian siswa diberi pertanyaan “Berapa kali isi kerucut dituang supaya tabung penuh?” Ternyata hasilnya sama, semua kelom-pok memperoleh tabung diisi penuh setelah tiga kali isi kerucut dituangkan. Hal ini menunjukkan bahwa Volume Tabung = 3 x Volume Kerucut. Karena pada pelajaran sebelumnya tentang volume tabung sudah diketahui oleh siswa yaitu V tabung = r2 t. Kemudian dengan bantuan LK yang dibagikan guru, siswa dipandu untuk menemukan sendiri volume kerucut. Dengan mengikuti alur pada LK siswa dapat menemukan volume kerucut: 2 V kerucut = 1 r t 3 Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran kontekstual membuat siswa asyik bekerja sama praktik dengan bendanya langsung. Matematika 55 Siswa saat mengamati pohon di sekitar kelas untuk melihat barisan bilangan. Setelah itu mereka menyelesaikan LK yang diberikan oleh guru secara kelompok. lima menit siswa saya minta mengamati fenomena tersebut dan menyimpulkan hasil pengamatan secara berkelompok. SMPN 4 Lumajang, Jawa Timur Mengamati Alam Sambil Belajar Pola Barisan Bilangan Abdul Kadi Jaelani SPd Guru SMPN 4 Lumajang Dalam pembelajaran matematika tentang menemukan barisan bilangan untuk kelas IX, saya mengajak siswa untuk mengamati alam sekitar. Tanpa kita sadari, sebenarnya alam dunia dan seisinya ini merupakan barisan dan deret bilangan. Apabila kita mengamati lingkungan sekitar, di sekeliling kita tentulah banyak terjadi hal-hal yang bersifat rutin. Kejadian rutin adalah kejadian yang mempunyai pola atau keteraturan tertentu. Amati pola susunan biji pada bunga matahari. Amati pola pertumbuhan populasi makhluk hidup tertentu. Kedua contoh itu sebenarnya membentuk pola keteraturan tertentu berupa barisan. Kita dapat memperkirakan suku pada waktu 56 tertentu. Salah satunya adalah keteraturan populasi makhluk hidup. Untuk menghitung dan memperkirakannya, diperlukan suatu cara tertentu agar lebih mudah menyelesaikannya, yaitu dengan konsep barisan dan deret. Untuk belajar tentang pola barisan matematika, saya meminta siswa membentuk kelompok dan terbentuklah 6 kelompok dimana masing-masing kelompok terdiri dari 5-6 siswa. Selanjutnya saya menayangkan video tentang fenomena alam terkait barisan aritmatik. Misalnya, kelopak bunga mawar yang berderet dan tersusun atas barisan bilangan, nomor rumah di kompleks perumahan di mana nomor rumah dengan nomor ganjil berderet di sebelah kiri dan nomor genap berderet di sebelah kanan. Selama Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs Kelompok 1 yang diketuai oleh Arfat menyampaikan bahwa ternyata banyak sekali barisan bilangan yang bisa ditemui di sekitar kita. “Tadi dalam gambar video bunga mawar itu susunan barisan bilangan terdiri dari yang paling dalam adalah tiga kelopak, kemudian lima kelopak dan seterusnya hingga yang paling luar terdiri dari sembilan kelopak,” terangnya. Kegiatan dilanjutkan dengan pengamatan diluar kelas. Siswa saya minta untuk keluar ruangan dan mengamati tanaman yang ada di sekitar sekolah, benarkah tanaman-tanaman tersebut membentuk barisan bilangan? Mereka saya beri waktu 15 menit untuk mengamati dan mengisi lembar kerja yang sudah saya bagikan. Siswa antusias keluar ruangan dan mengamati pepohonan di sekitar kelas. Kelompok 2 yang diketuai oleh Ermita misalnya, mengamati pohon jambu yang berada di depan kelas mereka. “Setiap ranting pohon jambu, yang paling atas terdiri dari satu lembar daun, kemudian dibawahnya dua lembar daun, dan di bawahnya lagi ada tiga lembar daun,” ungkap Ermita sebagai juru bicara kelompok 2. Siswa kemudian kembali ke kelas dan menuliskan hasil pengamatan mereka. Dari hasil pengamatan tersebut, siswa menemukan bahwa setiap pohon telah membentuk barisan bilangan. Daun jambu yang diamati kelompok 1 misal menghasilkan deretan bilangan: 1, 2, 3, 4, dan 5 pada setiap rantingnya. Anugerah Tuhan tersebut patut kita syukuri bahwa alam semesta di dunia ini telah disediakan oleh Tuhan sebagai media belajar untuk siswa. Selanjutnya siswa saya minta mengelompokkan bilangan-bilangan yang sudah ditemukan ke dalam bilangan asli, bilangan genap, dan bilangan ganjil. Bilangan asli dari pohon jambu terdiri dari: 1, 2, 3, 4, dan 5. Sedangkan bilangan genapnya terdiri dari 2 dan 4. Sementara itu bilangan ganjil terdiri dari 1, 3, dan 5. bahwa secara matematis, barisan bilangan merupakan nilai fungsi dengan daerah definisinya adalah bilangan asli. Misalkan barisan bilangan ditulis lambang U untuk menyatakan urutan suku-sukunya maka bilangan pertama ditulis U(1) atau U1, bilangan kedua ditulis U(2) atau U2, dan seterusnya. Jika kita buat korespondensi, akan terlihat seperti berikut: 1 2 3 4 ... n U1 U2 U3 U4 ... Un Jadi, bentuk umum barisan bilangan adalah U1, U2, U3, ..., Un, ......... Dalam hal ini, Un = f(n) disebut rumus umum suku ke-n dari barisan bilangan. Pembelajaran hari itu benar-benar tidak terasa berat dan menyenangkan siswa. Indah Rahayu salah satu siswa mengungkapkan, bahwa alam sekitar ini terdiri dari barisan bilangan dan sangat mudah dijumpai di sekitar kita serta dapat menjadi bahan pembelajaran matematika yang menyenangkan. Pada pertemuan selanjutnya kegiatan ini saya kembangkan lagi untuk menemukan rumus suku ke-n dari barisan bilangan dan membahas soal cerita. Dengan menggunakan daun-daun kering, siswa dengan lancar dapat membuat pengelompokan bilangan. Di kegiatan akhir, saya menunjukkan buah nanas dan salak kepada siswa. Mereka saya minta mengamati secara berkelompok, ternyata kulit buah nanas dan salak juga membentuk susunan barisan bilangan dari atas hingga kebawah. Dari seluruh kegiatan tersebut saya kemudian menyampaikan kepada siswa bahwa seluruh barisan bilangan yang dimiliki oleh alam dapat disimpulkan Siswa melakukan presentasi dengan model jigsaw. Matematika 57 Asyiknya siswa memainkan kartu domino bilangan berpangkat dan bentuk akar. SMPN 4 Percontohan, Karang Baru, Aceh Tamiang, Aceh Kartu Domino untuk Berlatih Bilangan Berpangkat dan Bentuk akar Oleh Maimunah SPd Guru SMPN 4 Percontohan Bilangan berpangkat dan bentuk akar adalah salah satu materi yang dianggap sulit dan kurang menarik bagi siswasiswi SMP kelas IX. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan praktik pembelajaran yang menarik agar dapat meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari materi ini, terlebih lagi karena materi ini merupakan materi yang akan berkelanjutan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Hal tersebut dapat diminimalkan dengan melibatkan siswa untuk membuat sendiri media pembelajaran yang menarik dan menyenangkan salah 58 satunya dengan permainan Kartu Domino. Siswa juga dapat membuat soal-soal tentang materi tersebut. Kegiatan ini dilaksanakan setelah materi tentang bilangan berpangkat dan bentuk akar selesai diajarkan pada siswa Proses pembuatan kartu domino dilakukan oleh siswa dalam kelompoknya. Kelompok diminta untuk membuat seperangkat kartu domino sebanyak 28 kartu. Bahan –bahan yang dipergunakan antara lain kardus bekas, lem, dan kertas origami/manila. Cara membuatnya sangat sederhana yaitu dengan membuat kartu-kartu dari kardus bekas berukuran 4 cm x 8 cm. Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs Kemudian dilapisi dengan kertas origami atau manila agar lebih menarik. Kartu yang sudah dilapisi origami dibagi dua bagian yang akan digunakan untuk menulis soal dan jawaban yang dirancang sendiri oleh kelompok. Cara bermainnya cukup mudah yaitu dengan memasangkan setiap kartu dengan mencari pasangan kartu yang sesuai. Hasil yang diperoleh dari permainan ini adalah siswa sangat antusias dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran bilangan berpangkat dan bentuk akar karena dengan bermain mereka merasa asyik dan tidak bosan. Konsep-konsep tentang bilangan berpangkat dan bentuk akar pun Kartu domino bilangan berpangkat dan bentuk akar yang siap dimainkan. dengan sendirinya mudah untuk mereka ingat karena soal-soal yang mereka buat pada kartu domino merupakan soal yang mereka rancang sendiri. Salah seorang siswa, Reiga Fandhesa, mengatakan bahwa setelah belajar bilangan berpangkat dan bentuk akar dengan kartu domino, ia menjadi lebih mahir dan lebih cepat mengingat konsep pada bilangan berpangkat dan bentuk akar, apalagi permainannya dapat ditambahkan dengan memberi hukuman bagi yang kalah dengan mencoret wajah temannya menggunakan bedak. “Matematika ternyata asyik dan menyenangkan” katanya. Matematika 59 Setelah kartunya sudah siap kemudian siswa diarahkan untuk duduk secara berkelompok dan setiap kelompok terdiri dari 4 – 5 orang. Kemudian guru membagi kartu pada setiap kelompok dan permainan dimulai. Setiap siswa pada masing-masing kelompok memasangkan bentukbentuk aljabar yang senilai atau jika diselesaikan memiliki nilai yang sama. Semua pemain harus ikut menentukan kebenaran dari dari kartu yang dibuka. Mulailah dengan kartu yang kedua bagiannya bernilai sama. Jika ada pemain yang tidak mempunyai kartu bernilai sama dengan kedua ujung kartu yang sudah dibuka, maka giliran dilanjutkan dengan pemain berikutnya. Pemenangnya adalah pemain yang mempunyai sisa kartu paling sedikit. Siswa sedang bermain domino aljabar dalam pembelajaran matematika. SMPN 1 Duapitue, Sulawesi Selatan Asyik Berlatih Aljabar dengan Bermain Domino Oleh Sumitro SPd MPd Guru SMPN 1 Duapitue Saya merancang pembelajaran aljabar dengan bermain domino, agar siswa tidak jenuh dengan pembelajaran matematika. Saya mempersiapkan bahan-bahan pembelajaran berupa kartu semacam kartu domino yang terbagi menjadi dua bagian dan dipisahkan dengan garis terdiri dari 28 kartu. Kedua bagian itu yang biasanya berupa bundaran-bundaran untuk permainan domino diganti dengan bentuk-bentuk aljabar seperti suku, variabel, koefisien, konstanta, penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, dan perpangkatan. 60 Contoh kartu dapat dilihat pada gambar berikut: 2x - 4=6 3(x + 2) = 3x - 21 3 2=1 2x = 12 Nilai dari x pada 3(x + 2) =21 ⇔ 3x + 6 = 21 ⇔3x=15⇔x=5 nilai dari 3x – 2 = 13 ⇔3x=15⇔x =5Jadi3(x + 2) =21 sama dengan 3x – 2 = 13 Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs Setelah semua kelompok menyelesaikan permainan, maka kartu diletakkan di masing-masing meja dan guru mendatangi setiap meja dan mencatat hasil permainan dari setiap kelompok. Guru mengecek kebenaran pasangan setiap kartu. Selanjutnya guru mengumumkan pemenang pada setiap kelompok dan memberikan reward. Dengan kegiatan pembelajaran seperti ini, rasa jenuh dan bosan yang selama ini dialami siswa menjadi hilang dan berganti dengan rasa senang dan gembira. Pada saat refeksi, siswa meminta untuk melakukan pembelajaran seperti ini lagi pada materi yang lain. Siswa sedang presentasi himpunan dan bukan himpunan hasil karya kelompoknya. SMPN 2 Lintong Nihuta, Humbang Hasundutan, Sumatera Utara Gunakan Brosur Mini Market untuk Belajar Himpunan Oleh Mega Sonata Parhusip S. Guru SMPN 2 Lintong Nihuta Pada pembelajaran matematika kelas VII dengan KD menjelaskan dan menyatakan himpunan bagian, himpunan semesta, himpunan kosong, komplemen himpunan, menggunakan masalah kontekstual khususnya materi membedakan himpunan dan bukan himpunan. Biasanya pada materi ini hanya menjelaskan perbedaannya saja. Saya juga pernah mencoba dengan meminta siswa mengelompokkan hewan dan tumbuh-tumbuhan tetapi tanpa gambar dan siswa hanya membayangkan bendanya tanpa gambar. Hasilnya masih kurang memuaskan. Pada pendampingan pertama di MTsN Dolok Sanggul dengan terdamping Ibu Rice Ardona kami menyepakati untuk menggunakan gambar langsung dan berinisiatif menggunakan brosur minimarket. Ibu Rice pada pendampingan kedua mengambil brosur dari minimarket dan membagikannnya pada setiap siswa. Sebelumnya siswa diminta untuk mengamati buku teks tentang materi himpunan mengenai membedakan himpunan dan bukan himpunan. Ibu Rice meminta siswa mengamati brosur kemudian setiap kelompok bekerja untuk mengelompokkan benda-benda yang ada pada brosur ke dalam dua kelompok yaitu kelompok himpunan dan bukan himpunan. Pada kerja kelompok ada beberapa kelompok yang berdebat dengan teman sekelompoknya. Ada yang menyatakan kelompok minuman segar masuk ke dalam himpunan, tapi ada juga yang tidak. Ada juga yang mendebatkan tentang susu yang murah, makanan ringan yang enak. Sehingga akhirnya muncul pertanyaan dari siswa tentang kebingungan mereka tersebut. Ibu Rice menjawab dengan bijak, dan memberi pertanyaan balik untuk dijawab siswa. “Kelompok hewan berkaki empat coba berikan contohnya.” Beberapa siswa menjawab ada yang bilang kambing kerbau, dll. “Adakah yang tidak setuju kalau kambing itu hewan berkaki empat? Apa ada yang berpendapat lain?” Semua sepakat kalau kambing dan kerbau adalah hewan berkaki empat. Kemudian guru meminta siswa mengamati lagi buku teks dan membaca apa itu pengertian himpunan. Beliau menegaskan bahwa himpunan itu anggotanya harus dapat disebutkan dengan pasti, tidak ada keraguan dalam menyebutkannya. Akhirnya setiap kelompok menyimpulkan sendiri kerja kelompok mereka; dan dapat mengelompokkan bendabenda yang ada di brosur kedalam kelompok himpunan dan bukan himpunan. Di akhir pembelajaran tiap kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Mereka dapat membuat sendiri kesimpulan tentang pembelajaran dengan kalimat mereka sendiri. Mereka juga menyatakan bahwa sangat senang dengan pembelajaran ini. Matematika 61 Siswa belajar di halaman sekolah untuk membuktikan penerapan rumus kesebangunan. SMPN 1 Susoh, Aceh Barat Daya, Aceh Serunya Buktikan Rumus Kesebangunan Oleh Rosina Amrah SMPN 1 Susoh Siap grakk..!, Beberapa siswa mulai mengukur tinggi badan siswa sebagai percobaan awal pengukuran kesebangunan di luar kelas. Pembelajaran matematika kelas IX tersebut untuk membuktikan bangun datar itu sebangun jika mempunyai sudut yang bersesuaian sama besar dan perbandingan sisi-sisi yang bersesuaian sama. Mengapa pembelajarannya harus di luar kelas? Materi kesebangunan merupakan ma- 62 teri yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari sehingga dalam mempelajarinya dapat dilakukan dengan pendekatan kontekstual, seperti menentukan tinggi tiang bendera dan tinggi pohon mahoni yang ada di sekolah. Nah untuk tinggi badan, merupakan kegiatan awal untuk membuktikan konsep kesebangunan. Tentu tujuannya untuk menghasilkan pemahaman siswa secara nyata tentang materi keseba-ngunan, dari pada menghitungnya dari lembaran buku teks. Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs Setelah menjelaskan tujuan pembelajaran, guru membagikan LK yang berbeda pada tiap-tiap kelompok siswa. Pada LK itu, ada yang bertugas menentukan tinggi tiang berdera, menentukan tinggi pohon di beberapa tempat yang berbeda-beda. Sebagai kegiatan awal, masing-masing kelompok mengukur tinggi badan dan panjang bayangan salah seorang temannya. Setiap kelompok telah memiliki tongkat sepanjang 2 m. Sambil melihat banyangan objek yang akan dihitung, maka letakkan tongkat secara berdiri di dalam bayangan pohon. Tandai panjang bayangan pohon tersebut, selanjutnya ukur panjang bayangan yang dimulai dari tepi pohon sampai batas tanda bayangan. Langkah terakhir, hitung tinggi dengan konsep kesebangunan. Misalnya, tinggi tongkat 2 m, panjang bayangan tongkat (a) 4 m, dan panjang bayangan pohon (a+b)= 16 m. Rumusnya: T tongkat/ T pohon = a / (a+b) 2/T pohon = 4/16 T pohon = 2X16/4 Tinggi pohon = 8 m Siswa sedang mengukur tinggi bayangan pohon untuk menemukan tinggi pohon tersebut dengan menerapkan rumus kesebangunan. Hasilnya, setelah pembelajaran siswa dapat menentukan tinggi tiang bendera dan tinggi pohon tanpa harus mengukur tinggi tiang bendera dan tinggi pohon secara langsung. Kegiatan ini dapat dilakukan pada benda-benda lainnya dan membuktikan rumus kesebangunan secara langsung. “Dengan pembelajaran seperti ini, guru memberi kesempatan kepada kami untuk membuktikan pentingnya matematika dalam kehidupan keseharian kita. Mungkin jika kita hanya melihat buku dan menghafal rumus, kita tidak tahu penerapan ilmu ini dan tentunya cara ini sangat menyenangkan,” tutur Shifa, salah seorang siswa dengan bangga. Konsep kesebangunan yang diperkenalkan guru kepada siswa, untuk diterapkan dalam menghitung tinggi pohon tanpa harus memanjatnya. Matematika 63 Pak Dudung Rukmana, guru matematika SMPN 1 Kota Cilegon sedang mendampingi kelompok siswa yang berdiskusi. SMPN 1 Cilegon, Banten Menghitung Biaya Pengecatan Ruang Kelas Jika dulu belajar matematika hanya soal rumus berhitung, kini matematika menjadi solusi bagi kehidupan seharihari. Bapak Dudung Rukmana SPd, guru matematika SMPN 1 Cilegon menerapkannya di kelas dengan tujuan siswa mampu memahami keliling dan luas daerah segi empat. empat. “Setelah kalian memahami benda-benda yang tergolong segi empat, sekarang siapa yang dapat menjelaskan apa rumus keliling dan luas segi empat itu?” tanya Dudung kepada seluruh siswa. Dua orang siswa menjawab pertanyaannya dengan benar dan tepat. Sebelum memasuki kegiatan inti, Pak Dudung meminta siswa mengamati seisi ruang kelas dan menyebutkan benda-benda yang tergolong segi “Sekarang, bapak mengajak kalian ikut dalam lomba mengecat dinding kelas. Setiap kelompok diminta untuk merencanakan besaran biaya yang 64 Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs diperlukan sesuai dengan ukuran ruang kelas yang tertera dalam lembar kerja ini. Di lembar kerja kalian akan menemukan detail informasi yang bisa dijadikan acuan untuk mengikuti lomba ini. Bapak beri waktu yang cukup buat kalian berdiskusi kemudian memaparkan hasil diskusi melalui kunjung karya,” kata guru sambil membagikan lembar kerja ke setiap kelompok siswa. Dalam lembar kerja tertulis informasi seperti ruang kelas berukuran panjang 9 meter, lebar 8 meter dan tinggi 4 meter. Selain itu ada pula informasi tambahan mengenai harga satu kuas, rol kecil, rol besar, tempat cat, transportasi belanja, upah tukang, dll. Pada lembar selanjutnya terdapat tabel harga warna dan jenis cat, termasuk juga keterangan kualitas cat per satu kilogram. Per kelompok siswa diminta untuk menuliskan langkah-langkah rencana untuk mengecat kelas. Selain itu, mereka juga diminta untuk menuliskan besaran biaya yang diperlukan, termasuk kebutuhan biaya tambahan jika menambahkan bungabunga sebagai hiasan kelas. Usai diskusi kelompok, siswa mengkomunikasikan hasil kerja dengan melakukan kunjung karya. Tiap kelompok diminta untuk mengunjungi dua kelompok dan memberikan komentar terhadap kelompok yang dikunjungi. Selanjutnya, Pak Dudung meminta perwakilan dua kelompok siswa untuk menyampaikan temuan dari hasil kerja kelompok yang dikunjungi. Di akhir pembelajaran, guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Laporan salah satu kelompok menghitung kebutuhan biaya untuk mengecat ruang kelas. Matematika 65 Siswa sedang mendiskusikan hasil pengamatan daun tumbuhan untuk di luar kelas. SMPN 1 Turikale Maros, Sulawesi Selatan Asyiknya Belajar “Sumbu Simetri“ Melalui Tumbuh-Tumbuhan Oleh Drs Sariman MPd Guru SMPN 1 Turikale Minggu ini, pembelajaran akan masuk tentang kompetensi dasar (KD) mengidentifikasi sifat-sifat persegi panjang, persegi, trapesium, jajar genjang, belah ketupat dan layanglayang. Untuk mempelajari sifat-sifat bangun datar tersebut siswa memerlukan pengetahuan prasyarat tentang sumbu simetri, yaitu garis yang tepat membelah bangun datar menjadi 66 dua bagian yang sama luasnya. siswa menjadi enam kelompok. Setiap kelompok beranggotakan 4-5 orang. Tiap-tiap kelompok diberi tugas keluar kelas selama 10 menit untuk mengamati berbagai jenis tumbuhan yang ada di sekitar lingkungan kelas. Agar siswa lebih tertarik dengan pembelajaran, maka saya mengajak mereka belajar sumbu simetri melalui tumbuh-tumbuhan. Kebetulan di lingkungan sekolah tersedia berbagai jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai sumber belajar sehingga mereka bisa belajar secara kontekstual sambil bermain, dan lebih mencintai lingkungan. Tugas mereka adalah menggambar sketsa daun tumbuhan yang mereka amati dan menggambar sumbu simetrinya. Mereka juga menuliskan nama jenis tumbuhan tersebut. Sebagai langkah awal guru membagi Setelah selesai mengamati, siswa Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs masuk kembali ke kelas dan secara bergantian mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Kelompok lain memberikan tanggapan. Hasil presentasi kelompok menunjukkan hampir semua daun seperti kopasanda, mangga, ketapang, cocor bebek, jambu air, sirsak, palem, papaya, kamboja, pisang, jamblang, dan semua daun yang lain, memperlihatkan adanya sketsa sumbu simetri. Dengan kata lain hampir semua daun tumbuhan memiliki sketsa garis yang bisa ditarik membelah bangun datar menjadi dua bagian yang sama luasnya. Kesimpulan ini diperoleh setelah siswa berusaha menarik garis tengah dari daun-daun tersebut, dan membelah menjadi dua. Selanjutnya, secara klasikal guru mengajak siswa untuk mengamati lalu menyebutkan berbagai benda yang ada di dalam kelas yang memiliki sumbu simetri misalnya, papan tulis, keramik lantai, daun pintu, plafon atap kelas, jam dinding, buku tulis dan lain-lain. Ternyata dengan pembelajaran seperti ini, konsep sumbu simetri lebih bisa melekat pada siswa. Siswa juga aktif dalam kegiatan matematis yang kita lakukan. Belajar matematika terasa lebih menyenangkan. Karya dari kelompok yang sudah dipresentasikan di pajang di dinding kelas untuk dijadikan sumber belajar. Gambar daun tumbuhan yang memiliki sketsa garis yang bisa ditarik membelah bangun datar menjadi dua bagian yang sama luasnya. Matematika 67 No Keliling Lingkaran (cm) Garis Tengah Lingkaran (cm) Siswa sedang mengukur pot yang berbentuk lingkaran dengan melilitkan tali kur pada keliling pot. SMPN 1 Stabat, Langkat, Sumatera Utara Membuktikan Nilai (phi) = 3,14 Oleh Marliah Spd Guru Matematika SMPN 1 Stabat Salah satu pengalaman menarik yang saya alami dalam melaksanakan pembelajaran matematika adalah saat siswa melakukan pengamatan langsung dan memanfaatkan benda-benda di sekitar sebagai sumber belajar yang berkaitan dengan materi pembelajaran pada semester genap tentang lingkaran untuk membuktikan bahwa nilai phi (π) = 3,14. Siswa menggunakan tali kur atau benang wol dan diberi lembar kerja (LK) sebagai petunjuk dalam melakukan kegiatan. Adapun langkah-langkah petunjuk di LK antara lain: 1. Ukurlah keliling beberapa benda yang ada di sekitarmu yang berbentuk lingkaran. (Dalam hal ini 68 siswa melakukan pengukuran salah satu benda berbentuk lingkaran yang ada di sekitarnya dengan melilitkan tali kur pada keliling benda tersebut sampai ujung tali bertemu pada pangkal tali tersebut), kemudian catat hasil pengukuran di dalam tabel seperti di atas. 2. Lakukan percobaan kembali dengan mengukur garis tengah lingkaran tersebut dari benda-benda yang sedang diamati. (setelah melakukan pengukuran keliling lingkaran, lakukanlah pengukuran garis tengahnya, kemudian catat hasilnya di dalam tabel). 3. Lakukan percobaan pengukuran ini beberapa kali pada benda-benda di sekitar yang berbentuk lingkaran. (Semakin banyak pengukuran dilakukan akan semakin baik) 4. Tentukan nilai perbandingan antara Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs Perbandingan antara Keliling dengan Diameter (= K D ) Keliling Lingkaran dengan Diameter pada masing-masing percobaan tiap-tiap lingkaran di kolom yang tersedia. Setelah melakukan percobaan pengukuran keliling dan diameter suatu lingkaran yang berbeda pada benda-benda sekitar, diharapkan siswa dapat menemukan nilai-nilai perbandingan antara Keliling Lingkaran dengan Diameternya atau yang biasa disimbolkan dengan π. Hasilnya, nilai–nilai yang diperoleh siswa baik secara sendiri atau kelompok dari setiap kali percobaan atau pengukuran bentuk lingkaran yang terdapat pada benda-benda yang ada di sekitar siswa, berada pada kisaran antara 3,12 hingga 3,16. Siswa dapat menjumlahkan nilai-nilai yang diperoleh ini kemudian dibagi banyaknya percobaan, maka siswa akan memperoleh angka yang mendekati 3,14. Dari kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan tersebut, siswa dapat menyimpulkan atau membuktikan bahwa nilai perbandingan antara Keliling Lingkaran dengan Diameternya sama dengan 3,14 yang dilambangkan dengan π. Setelah mendata dan menyatakannya ke dalam tabel, siswa dengan bangga memamerkan hasil pekerjaannya kepada guru dan rekan-rekannya. SMPN 1 Cibarusah, Kabupaten Bekasi Jawa Barat Senangnya Belajar Statistika Oleh Tedy Mulyanan MPd Guru SMPN 1 Cibarusah Statistika merupakan satu di antara beberapa pokok bahasan di semester ganjil dalam matematika yang sering dikeluhkan siswa karena banyak rumus dan rumitnya penghitungan. Namun dibalik itu kebermanfaatan materi statistika ternyata dipergunakandi berbagai kalangan, dari data secara nasional, regional, bahkan di kelas. Selain itu belajar melalui berbuat dan bermain dapat membuat siswa senang dan berakibat pada tingginya daya serap siswa akan materi yang dipelajari. Hal itulah yang menjadi latar belakang saya untuk melakukan pembelajaran statistika pada kelas IX SMPN 1 Cibarusah melalui praktik lapangan. Siswa dibentuk beberapa kelompok dan diberikan tugas untuk mencari data yang dibutuhkan pada sebuah lingkungan RT yang berlokasi tepat di belakang sekolah. Data yang diambil di antaranya adalah mencari data banyaknya anak di sebuah keluarga, nomor sepatu anak, tahun lahir anak, dan tahun lahir kepala keluarga. Setelah kembali ke kelas, kondisi langsung ramai dan kondusif dalam belajar, siswa yang biasa diam dalam belajar matematika terlihat begitu antusias dalam melakukan tugas yang diberikan. Setelah data terkumpul siswa langsung membuat tabel frekuensi dan berbagi tugas untuk membuat diagram gambar, diagram batang, dan diagram garis sesuai dengan yang ditugaskan. Sebelumnya mereka menyiapkan alat dan bahan untuk menyelesaikan tugasnya, di antaranya kertas karton warna, spidol, gunting dan lem. Kelompok yang telah selesai berteriak, “Senangnya Belajar Statistika” kegirangan, dengan bangganya mereka memamerkan hasil kerja kelompoknya kepada kelompok yang lain. Begitu seluruh kelompok selesai mengerjakan tugasnya, secara bergantian mereka dengan antusias dan bangganya mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan. Diselingi dengan candaan dan tertawaan dari teman-temannya, seluruh kelompok berhasil mempresentasikan tugas yang diberikan dengan baik. Setelah itu secara bersama-sama seluruh kelompok menempelkan hasil karyanya di dinding kelas. Hasil pekerjaan siswa seluruhnya tidak ada yang keliru, semuanya mengerjakan sesuai dengan yang diinstruksikan. Siswa senang karena mendapat nilai baik dan gurupun senang karena target kurikulum. Matematika 69 Siswa menyusun bentuk persegi panjang. MTsN Cisaat, Cirebon, Jawa Barat Ayo Temukan Rumus Luas Lingkaran Oleh Agus Sudjono MPd Guru MTsN Cisaat Siswa terbiasa menggunakan rumusrumus matematika tanpa mengetahui dari mana rumus itu diperoleh. Sepertinya siswapun tidak peduli tentang hal tersebut. Karena itu pembelajaran yang difasilitasi oleh Bapak Mahmud MPd, guru kelas VIII, menguraikan cara menurunkan rumus luas lingkaran dengan cara yang sederhana. Mengawali pembelajaran, guru memberi pertanyaan kepada siswa: “Siapa yang pergi ke sekolah naik sepeda ?”Seorang siswa menjawab : “Saya, pak.” Guru melanjutkan, “Pernahkan kamu menghitung berapa kali kamu harus mengayuh sepeda untuk sampai ke sekolah?” Jawab siswa, “Tidak pernah menghitung pak.” Pada saat kalian mengayuh sepeda, roda sepeda akan berputar. Setiap satu 70 kali mengayuh sepada, roda berputar satu putaran dan sepeda bergerak sejauh putaran roda sepeda tersebut. Menghitung jarak yang ditempuh sepeda itu tidak lain adalah menghitung keliling roda sepeda tersebut. “Karena roda sepeda berbentuk lingkaran, ada yang masih ingat rumus keliling lingkaran?” Seorang siswa menjawab rumus keliling lingkaran adalah 2r. “Nah, rumus keliling lingkaran ini yang akan kita gunakan pada penurunan rumus luas lingkaran.” Selain itu, luas bangun datar lainnya, seperti berikut ini: 1. 2. 3. BANGUN DATAR Persegi panjang Jajaran genjang Segitiga 4. Trapesium NO Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs Selanjutnya siswa dibagi dalam kelompok dengan tugas menyiapkan bahan-bahan beserta kelengkapannya. Setiap kelompok diberi tugas yang berbeda yaitu membuat lingkaran pada kertas yang tersedia, kemudian dipotong menjadi juring-juring kecil sebanyak 16 bagian dengan ukuran dan bentuk yang sama. Kemudian yang semula berbentuk lingkaran diubah menjadi bentuk bidang datar lain sesuai tugas yaitu berbentuk persegi panjang, jajaran genjang, segitiga atau trapesium. Setelah terbentuk dilanjutkan menghitung luas daerah bidang datar yang baru RUMUS tersebut. Hasil Pxl rangkuman perhitungan axt siswa dapat dilihat 1 sebagai berikut: axt 2 1 2 (alas+atas)xt Beberapa jaring-jaring lingkaran dalam berbagai bentuk. Matematika 71 Pak Purnomo menjelaskan cara penggunaan SBF. Dengan SBF siswa menjadi terbantu belajar faktorisasi aljabar. SMPN 1 Banjarnegara, Jawa Tengah Belajar Faktorisasi Bentuk Aljabar dengan Slide Board Factor (SBF) Faktorisasi bentuk aljabar merupakan materi esensi di kelas VIII. Dalam standar kompetensi lulusan untuk ujian nasional materi ini senantiasa muncul. Khususnya, pemfaktoran bentuk ax2 + bx + c, dengan a = 1 atau a≠1. dan c = -24, maka, p x q = -24 dan p + q =2. Ternyata diperoleh p = 6 dan q = -4 , sehingga: x² + 2x -24 = (x - 4) (x + 6) Karena itu, perlu cara khusus untuk menambah gairah siswa dalam belajar. Salah satunya dilakukan oleh guru Sebagai contoh pemfaktoran ax2 + bx SMPN 1 Banjarnegara, Bapak + c, dengan a = 1. Faktorkanlah bentuk Purnomo dengan menggunakan slide x² + 2x - 24. Penyelesaian: dari bentuk board factor (SBF). SBF merupakan x² + 2x - 24, diperoleh: a =1, b = 2 , papan yang dapat digeser-geser untuk dapat menentukan nilai dari a x c = p x q, dan b = p + q. Alat peraga ini Papan SBF. mempunyai banyak keunggulan. Misalnya, dapat dibuat dengan +- 1 +- 2 +- 3 - 4 mudah dari papan/tripleks -24 bekas, karton, atau yang lainnya. + 24 + 12 + 8 6 - - - 2 72 Untuk memberikan pengetahuan tentang cara Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs memfaktorkan bentuk ax2 + bx + c, dengan a = 1 atau a≠1, terlebih dulu siswa membentuk menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri atas 4 -5 siswa. Kemudian guru mendemonstrasikan cara penggunaan media SBF. Terlihat semua siswa memperhatikan dengan seksama. Selanjutnya siswa diberi kesempatan untuk mencoba dan berdiskusi mempraktikkan media SBF sesuai dengan kelompoknya sampai bisa dan benar. ”Saya mendampingi siswa dengan seksama. Setelah siswa dianggap mahir menggunakan media tersebut di kelompoknya. Kemudian saya memberikan soal untuk dikerjakan tanpa menggunakan media tersebut,” jelasnya. Langkah terakhir adalah siswa secara individu mengerjakan soal tanpa menggunakan media SBF karena sudah memahami cara kerja SBF di pikirannya. “Saya sangat senang belajar matematika dengan cara seperti ini. Lebih mudah mengerti dan paham. Selama ini saya sudah takut duluan kalau belajar matematika. Tapi, dengan cara Pak Guru mengajar, saya lebih senang, jarang marah, dan selalu gembira,” kata Melliliani Febriat HS, siswa kelas VIIIA. PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA Salah satu kelompok melakukan talkshow, dan yang lain melakukan penilaian. SMPN 4 Tanasitolo Wajo, Sulawesi Selatan Belajar Talkshow dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Oleh Amkayus Guru SMPN 4 Tanasitolo Wajo Saya merancang materi wawancara dalam pembelajaran bahasa Indonesia kelas VIII dengan mereplikasi model talkshow. Tujuan dari pembelajaran ini adalah memberi keterampilan kepada siswa untuk wawancara narasumber dengan memperhatikan etika berwawancara. Saya membentuk siswa menjadi 4 kelom-pok, yang jumlah anggotanya sama. Setiap kelompok memiliki peran berbeda. Misal, kelompok I berperan sebagai pewawancara, kelompok 2 berperan sebagai narasumber dari tim SAR, kelompok 3 sebagai anak buah kapal (ABK) Marina Baru, dan kelompok 4 dari keluarga korban. Setelah kelompok terbentuk, siswa diajak menonton video talkshow dari Youtube. Siswa mengamati dan 74 mengidentifikasi ciri-ciri talkshow, seperti sikap pewawancara, gestur tubuh dan model pertanyaan yang diajukan, dan cara narasumber menjawab. Tujuannya agar siswa mengetahui cara membawakan talkshow yang profesional. Kemudian setiap kelompok mempresen-tasikan hasil identifikasi di depan kelas, yang lain menanggapi. Hasil identifikasi ini dirangkum guru dan menjadi alat menilai kualitas talkshow yang dipraktikkan siswa. Untuk menggiring siswa memahami topik wawancara yang akan diadakan, masing-masing kelompok mendapat bahan bacaan dengan topik “Tenggelamnya KM Marina Baru”. Mereka diberi kesempatan membaca senyap selama beberapa menit, dan berdiskusi di kelompok masing-masing agar mereka menguasai isinya. Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs Fokus diskusi kelompok I (pewawancara) adalah menyusun daftar pertanyaan yang akan diajukan ke masing-masing kelompok narasumber. Kelompok tersebut juga memprediksi jawaban yang akan diberikan dan tanggapan balik terhadap jawaban tersebut. Demikian juga kelompok 2, 3, dan 4 berdiskusi dengan fokus menyusun/ menyiapkan daftar jawaban atas pertanyaan yang kemungkinan diajukan oleh kelompok I. Mereka juga mempersiapkan model gestur yang sesuai dengan pertanyaan. Selesai berdiskusi, siswa membentuk talkshow yang terdiri atas 4 orang dengan rincian 1 orang perwakilan dari kelompok I dan 3 orang narasumber (perwakilan kelompok 2, 3, dan 4 masing-masing 1 orang). Secara bergiliran, selama 15 menit Ringkasan hasil wawancara kelompok siswa. setiap kelompok talkshow tampil mempraktikan proses wawancara. Talkshow tampak riuh dan menyenangkan. Semua berupaya menunjukkan kemampuannya. “Bagaimana KM Marina Baru bisa tenggelam padahal cuaca di laut saat itu sedang cerah?” tanya pewancara kepada ABK Marina Baru. “Kami sudah melakukan perawatan kapal sesuai prosedur. Kondisi kapal sebenarnya baik-baik saja, kami juga tidak tahu mengapa tiba-tiba terjadi kebocoran di lambung kapal sehingga membuat kapal tenggelam,” kilah ABK Marina Baru. Demikian proses talkshow yang dilakukan siswa. Anggota kelompok yang tidak tampil memberikan penilaian kepada kelompok yang tampil sesuai identifikasi talkshow yang sudah disepakati para siswa. Usai talkshow, pewawancara dan narasumber menyusun ringkasan. Hasilnya dipresentasikan di kelas, dipajang di dinding kelas. Siswa tampak aktif mengikuti pembelajaran. Siswa membaca, menulis, dan berbicara secara terintegrasi dalam suasana yang menyenangkan. Siswa juga mampu mencari dan mengolah informasi melalui kegiatan membaca, mampu mengeskpresikan ide dan gagasannya secara lisan (wawancara) dan tertulis (ringkasan). Selain itu, siswa juga belajar tentang pentingnya etika dan kesantunan berbahasa berdasarkan konteks. Bahasa Indonesia 75 Siswa wawancara tentang pembuatan bakwan., berdiskusi, dan presentasi di depan kelas. MTsN 2 Tangerang, Banten Menyajikan Teks Prosedur Berdasarkan Hasil Pengamatan Lingkungan Sekolah Memberikan pemahaman yang abstrak kepada siswa akan lebih mudah jika dimulai dari hal yang konkret. Itulah yang mendasari saya melakukan pembelajaran menulis teks prosedur membuat atau melakukan sesuatu dengan meminta siswa kelas VII MTsN 2 Tangerang Banten untuk mengamati proses atau keadaan di lingkungan sekolah secara langsung. Pada pertemuan pembelajaran sebelumnya, siswa saling curah pendapat tentang manfaat teks prosedur. Lalu mereka membaca model teks prose- 76 dur secara individu dan mendiskusikan dalam kelompok tentang struktur teks dan ciri kebahasaan. Pada pertemuan kedua ini, siswa dalam kelompok mendiskusikan objek pengamatan. Siswa diminta untuk merumuskan pertanyaan dan fokus objek pengamatan. Ada yang menentukan kantin, perpustakaan, UKS, ruang BK, lab IPA, dan lab komputer. Mereka menentukan pokok-pokok pengamatan dan bahan pertanyaan serta berbagi tugas anggota kelompok. Para siswa diberi kesempatan sekitar Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs 15 menit untuk mengamati objek masing-masing. Kelompok perpustakaan mengamati dan tanya jawab tentang cara penataan buku, kelompok UKS tentang cara pengobatan luka, hingga kelompok kantin tentang cara membuat makanan. Mereka kembali ke kelas lalu memeriksa catatan pengamatan setiap anggota secara berpasangan dalam kelompok. Setelah itu, setiap kelompok menyusunnya menjadi teks prosedur yang terstruktur dan lengkap. Saat penyusunan, saya mendampingi setiap kelompok untuk meminta mereka memeriksa urutan logis setiap langkah prosedur. Selesai menyusun teks, antarkelompok saling bertukar karya dan memberikan komentar berdasarkan kelengkapan struktur, kebahasaan, dan kelogisan langkah prosedur. Karya siswa dipajang sebagai apresiasi. Selesai berdiskusi, siswa diberikan kesempatan untuk bertanya tentang hal yang kurang paham dan saya memberikan penjelasan penguatan materi. Lalu, saya memberikan pertanyaan penguatan: Mengapa kalian harus dapat menyusun teks prosedur? Bagaimana pemanfaatan teks prosedur itu dalam kehidupan sehari-hari? Selesai evaluasi, siswa diminta menyimpulkan materi pembelajaran. Dari refleksi siswa, dapat diketahui bahwa mereka senang dan lebih paham cara menyajikan teks prosedur berdasarkan pengamatan langsung. Sebagai rencana tindak lanjut, para siswa diberikan tugas individu menyusun teks prosedur berdasarkan hasil pengamatan di lingkungan sekitar rumah mereka. Laporan tertulis siswa hasil wawancara tentang pembuatan bakwan atau bala-bala. Bahasa Indonesia 77 SMPN 36 Medan, Sumatera Utara “Pemodelan Fasilitator” Atasi Permasalahan Guru dalam Mengajar Materi Menceritakan Kembali Cerita Anak Siswa secara berpasangan dan bergantian menceritakan cerita yang telah dibaca. Oleh Jamal Husein Harahap MPd Guru SMPN 36 Medan Satu hal yang paling penting dari penerapan modul USAID PRIORITAS adalah pendampingan fasilitator kepada guru. Melakukan pemodelan oleh fasilitator di sekolah tempat guru mengajar bukan hanya dapat membuat guru memahami strategi mengajar, tetapi juga dapat menumbuhkan kepercayaan diri dalam melakukan inovasi pembelajaran. “Modeling Fasilitator” ini merupakan satu fakta yang penulis lakukan dalam mengatasi persoalan pembelajaran guru terdamping. Hal ini, berawal dari membaca tulisan refleksi guru yang di dalamnya tertulis “Perlu pemodelan oleh pendamping sebagai wujud 78 alternatif pendampingan terkait strategi mengajar pada materi Menceritakan Kembali Cerita Anak Kelas VII semester satu.” Guru menerangkan konsep dongeng, lalu siswa diminta membaca dongeng. Lalu siswa menulis kembali dongeng dan menceritakan di depan kelas. Hasilnya, dari 36 orang siswa hanya satu yang tampil. Itupun menceritanya tidak mempunyai alur cerita. Berdasar fenomena ini, dilakukan refleksi pembelajaran dan merancang pembelajaran lanjutan yang akan diterapkan di kelas yang berbeda dengan pemodelan langsung oleh fasilitator. Ternyata hasilnya sangat luar biasa. Semua siswa sebanyak 36 orang bisa bercerita. Apa saja punya orang semua mau sama dia. Dia mati karena dia berlari ke jalan. Dia ditabrak motor. Itulah dia orang yang suka mencuri. mengintip-intip punya orang. Kalau silap langsung diambilnya. Makanya dia ketabrak motor. Pernah waktu itu dia juga ketabrak gara-gara mengambil barang orang di kedai. Yang punya kedai itu marah dan dia berlari. Tiba tiba dia menabrak tiang listrik.Tapi nggak mati dia. Untung masih bisa ia berlari. Kalau nggak bakalan mati dia dibuat sama tukang jualan kedai itu. Terus diapun mencuri kayak yang tadi sampai dia mati.” Bagaiamana keberhasilan itu bisa terjadi? Berikut ini kutipan bahasa lisan seorang siswa yang tampil di depan kelas dari 36 siswa yang tidak mampu menceritakan cerita anak. Ada dua jawaban dari keberhasilan tersebut yaitu (1) pembelajaran dilakukan dengan menggunakan LK yang dilakukan secara kooperatif/ berpasangan (2) pemodelan oleh fasilitator. “Cerita ini berjudul Si Kucing yang Nakal. Dia suka sekali mencuri makanan temannya. Dia juga pelitnya sangat banyak. Strategi pembelajaran yang dilakukan dalam pemodelan fasilitator tersebut sebagai berikut: Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs 1. Siswa membaca dongeng yang disiapkan guru 2. Guru memodelkan cerita ulang dari dongeng yang dibaca 3. Guru menjelaskan secara singkat hal penting tentang unsur cerita dan cara menceritakan ulang sebuah cerita 4. Membagikan LK yang dikerjakan berpasangan 5. Membawa siswa ke luar kelas dan memosisikannya saling berhadapan. 6. Siswa masuk ke dalam kelas dan kembali ke kelompok. 7. Siswa melakukan refleksi mengenai pembelajaran yang telah berlangsung dengan panduan pertanyaan yang diberikan guru yakni : 1) Apa kesulitan yang kamu rasakan dalam menceritakan ulang cerita anak yang sudah kamu baca? 2) Apa saja yang sudah baik kamu lakukan dalam menceritakan ulang cerita anak? Kegiatan bercerita ini dilakukan secara serentak yang diawali dengan siswa yang berdiri, lalu yang duduk mendengarkan. Kemudian berganti. Ternyata keberanian siswa sangat kuat dan mampu mengeluarkan ekspresi berceritanya secara alami. Keadaan ini dirasakan siswa sangat rileks dan bersahabat. Dari 2x40 menit waktu yang tersedia, semua siswa bisa bercerita meski dalam kualitas yang berbeda-beda. Namun, kegiatan bercerita berlangsung relatif sukses. Berikut ini kutipan bahasa lisan seorang siswa yang tampil terbaik dari 36 siswa yang mampu menceritakan cerita anak. “Si Kuncing yang Nakal. Ini adalah cerita anak yang kubaca. Cerita Si Kucing yang Nakal ini meceritakan tentang prilakunya yang suka mencuri. Ketika pagi menje-lang siang si Kucing dan teman-temannya sedang bermain di halaman. Mereka menaruh makanannya di dekat pintu pagar. Recananya makanan itu akan dimakan bersama setelah selesai bermain. Si kucing yang sudah kalah di awal permainan, ia harus isitrahat menunggu temannya selesai. Pada saat itulak si kucing memakani makanan temannya.Yang lain ia sembunyikan di rimbunan bunga yang ada di halaman. Ia akan membawanya pulang ke Rumahnya. juga berlari. Saat berlari si Kucing menabrak tiang listrik yang ada pinggir jalan besar itu.Tapi, Kucing masih bisa berdiri dan menyelamatkan dirinya dari kejaran pemilik kedai yang ada di sebelah rumahnya. Pemilik rumah itu sangat marah dan akan menghukumnya kalua nanti ketemu dengan kucing” Hal penting dari refleksi pembelajaran dan kegiatan pendampingan dengan”model fasilitator” ini adalah adanya jalan keluar mengatasi masalah yang diselesaikan secara bersama. Untuk pendampingan dengan “model fasilitator” tidak hanya dapat dilakukan oleh fasilitator tetapi dapat juga dengan teman sejawat. Setelah selesai mereka bermain, temantemannya mengajak untuk makan bersama di bawah pohon rambutan yang ada di halaman rumah. Namun, makanan itu sudah tidak ada lagi. Karena semua teman kucing marah tak tentu, si Kucing pucat.Teman-temannya melihat ke arah si Kucing. Karena merasa bersalah ia lari dari halaman tempat bermain. Saat menyebarang jalan kucing yang sangat ketakutan, tidak melihat ke kiri dan ke kanan. Kucing tergilas motor. Si Kucing mati di tempat. Si Kucing sebelum ketabrak sama motor, pernah juga ia mencuri di kedai yang ada di dekat rumahnya. Si Kucing dimarahi pemiliknya. Ketika itu, Kucing Catatan refleksi siswa setelah pembelajaran modeling oleh fasilitator. Bahasa Indonesia 79 Berdasarkan kegiatan eksperimen, siswa belajar menulis laporan teks rekaman percobaan. SMPN 1 Blangpidie, Aceh Barat Daya Melakukan Eksperimen untuk Menulis Laporan Teks Rekaman Percobaan Oleh Nurul Mulyani SPd Guru SMPN 1 Blangpidie Menulis itu penting. Akan tetapi, secara umum masih ada kendala untuk keterampilan ini, di antaranya minat siswa yang kurang terhadap kegiatan menulis khususnya menulis laporan teks rekaman percobaan, pun siswa menganggap sulit saat memulai kegiatan menulis tersebut. Hal itu mendorong saya untuk mengajak para siswa IXA melakukan eksperimen. Eksperimen diharapkan dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam menulis laporan. Juga, siswa dapat dengan mudah menulis laporan teks rekaman percobaan karena 80 mereka langsung membuat percobaan tersebut sehingga hasil laporannya sesuai dengan percobaan yang ia lakukan bukan hasil rekayasa. Dengan pembelajaran ini juga dapat membantu guru IPA dalam memberi tugas siswa membuat laporan praktikum. Strategi yang dilakukan, guru menggunakan Model Discovery atau penemuan untuk materi teks rekaman percobaan. Dengan model ini diharapkan siswa akan belajar memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan. Tahapan pembelajaran dilakukan sebagai berikut: Guru memilih percobaan Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs yang akan dilakukan dan menyiapkan alat serta bahan percobaan. Untuk memberi kesempatan berpikir tingkat tinggi, siswa membuat hipotesis tentang percobaan yang akan mereka lakukan. Dalam pembelajaran ini, siswa melakukan percobaan sampai percobaan tersebut berhasil. Hasilnya, siswa dapat menemukan jawaban dari hipotesis yang mereka buat, sehingga dengan mudah mereka dapat menulis laporan teks rekaman percobaan sesuai dengan struktur teks. “Kami senang dapat melakukan percobaan-percobaan dan kami dapat dengan mudah menuliskan laporan Hasil laporan teks rekaman percobaan yang dibuat oleh salah seorang siswa. Teks Rekaman Percobaan karena percobaan itu langsung kami lakukan,” jelas Nura Qamara siswa kelas IXA. Dampaknya, kegiatan eksperimen ini siswa menemukan cara untuk percobaan-percobaan yang dilakukannya dan menuliskan laporan percobaan. ”Siswa lebih aktif ketika melakukan ekspe-rimen dan mereka dapat menuangkan ide-ide kreatif yang mereka untuk menemukan solusi pada percobaan tersebut sehingga mereka dapat membuat laporan secara terperinci. Bahasa Indonesia 81 Siswa mengamati guci tua peninggalan masa kerajaan Daya. MTsN Lamno, Aceh Jaya Situs Sejarah Poteu Meureuhom, Inspirasi dalam Menulis Oleh Asnida Guru MTsN Lamno Situs sejarah Kerajaan Daya di Lamno, Aceh Jaya, memiliki kisah sejarah yang tidak terpisahkan dengan cerita kegemilangan Kerajaan Aceh masa lalu. Sultan Salathin Alaiddin Ri'ayat Syah, merupakan raja yang memerintah Negeri Daya antara tahun 1480-1508. Beliau, setelah mangkatnya diberi gelar Meureuhom Daya atau Poteu Meureuhom. Saat ini, situs sejarah itu masih terawat 82 rapi, bahkan setiap tahunnya dilakukan kegiatan adat yang digelar setiap Idul Adha. Nah, mengingat megahnya situs sejarah tersebut bagi masyarakat, kami berinisiatif untuk menjadikan objek tersebut sebagai media pembelajaran bahasa Indonesia terutama dalam menulis cerita. Selama ini ada anggapan siswa bahwa menulis cerita sangat sulit sehinga mereka takut dan tidak percaya diri untuk menulis. Dengan memanfaatkan situs sejarah, kami berharap siswa Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs dapat belajar menuangkan sesuatu yang dilihatnya menjadi sebuah tulisan. Selain itu, mengajak siswa untuk menceritakan kembali sejarah sehingga orang yang membacanya lebih paham pada sejarah tersebut. Proses ini juga akan menjadikan pelajaran Bahasa Indonesia, khususnya menulis lebih menarik dan menyenangkan, sembari memperdalam rasa cinta sejarah dan budaya daerahnya. Strateginya, guru terlebih dahulu menjelaskan tujuan pembelajaran dan memberikan materi tentang menulis cerita. Selanjunya, siswa bersama guru menuju lokasi situs sejarah secara bersama. Setibanya di lokasi, siswa mendapatkan informasi awal dari petugas situs sejarah sebelum melakukan observasi. Lalu, observasi dilakukan oleh siswa selama 30 menit. Sambil mengamati, siswa juga membuat tulisan yang berkaitan dengan objek sejarah tersebut. Sekembalinya ke sekolah, siswa merapikan tulisan dan guru bertindak sebagai fasilitator untuk menyempurnakan hasil karya tulisan cerita siswa. Diakhir sesi, beberapa siswa menceritakan hasil tulisan mereka di depan kelas dan guru memberi penguatan tulisan cerita dari hasil kunjungan tersebut. “Sebenarnya kami sering ke tempat ini saat kegiatan adat, namun tidak terpikirkan oleh kami bahwa sebenarnya tempat ini bisa dijadikan media pembelajaran untuk menulis cerita. Dari hasil amatan dan informasi dari petugas situs, kami dengan mudah dapat menulis dan membandingkan antara sejarah awal Kerajaan Kuala Daya dengan keadaan sekarang.” cerita Putri Humaira siswi kelas VIII MTsN Lamno. terlihat dan siswa lebih bersemangat menulis jika ada suatu objek yang dapat mereka tulis, daripada harus mengarang di dalam kelas. Lainnya, perbendaharaan kata-kata dalam tulisan siswa lebih meningkat. Semoga dengan menulis cerita yang dilakukan sembari mengamati langsung objek peninggalan sejarah ini, bukan saja menambah keterampilan menulis siswa tetapi juga menambah rasa cinta mereka kepada peninggalan sejarah sebagai jati diri bangsa. Dampak dari kegiatan ini, rasa percaya diri siswa untuk menulis sudah mulai Siswa mengamati dan memperoleh informasi silsilah kerajaan Daya. Bahasa Indonesia 83 Pohon kata buatan guru untuk media siswa membuat puisi. Media ini membantu siswa memperkaya kosa kata dalam membuat puisi. MTsN Garut, Jawa Barat Inspirasi Puisi dari Pohon Kata: Sulit Memulai Lebih Sulit Mengakhiri Oleh Rina Rosmayana Guru MTsN Garut Setiap tahun, saat menjelaskan pembelajaran “menulis puisi” pada siswa kelas VII semester 2, siswa spontan mengeluh kesulitan. Kali ini saya mengajarkan puisi menggunakan pohon kata untuk mengatasi permasalahan kesulitan dan keengganan siswa menulis puisi. Langkah pembelajarannya sebagai berikut: motivasi siswa dengan bermain kata melalui larik berantai. Saya mengatakan satu larik tentang puisi bertema keindahan alam sesuai kompetensi dasar yang akan dipelajari. Lariknya sebagai berikut “Rembulan penuh// .......//Merenda kisah. Mentari tersenyum//..........//Dalam dekap//....... Kunci jawabannya: “Rembulan penuh// Malam bertabur bintang// Merenda kisah” Puisi kedua kuncinya “Mentari tersenyum// Bersanding awan// Dalam dekap// Menghangat. 1. Dalam apersepsi saya membangun 84 Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs Dari kegiatan memotivasi siswa hasil dibahas tentang pola puisi Haiku (5-75 suku kata per barisnya), Sonian(6-54-3 suku kata tiap barisnya) dan siswa akan mempelajari puisi bebas yang tidak terikat pola tertentu. 2. Siswa dibagi menjadi 7 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 6 orang siswa. 3. Selanjutnya siswa mengamati gambar yang berhubungan dengan keindahan alam dalam LK 1 lalu mengisi matrik yang disediakan dengan pilihan kata yang terinspirasi dari gambar dalam LK 1. Dalam hal ini siswa sudah memiliki pemahaman kata abstrak dan kata konkret. 4. Setiap anggota kelompok adu cepat menyebutkan satu kata dilanjutkan searah jarum jam, dan siswa selanjutnya tidak boleh menyebutkan kata yang sama. Masing-masing anggota minimal mengumpulkan 10 kata untuk satu objek gambar yang diamati. 5. Kelompok yang tercepat menyelesaikan mengerjakan LK 1 diberi tanda bintang se-suai rangking. LK 1 diisi dalam matrik yang diperbesar menggunakan kertas plano. 6. Sebelumnya siswa ditugaskan membuat daun-daun kecil yang sesuai kreasinya. Langkah berikutnya siswa diminta menuliskan kata-kata yang ada di matrik ke daun. Kata-kata konkret yang ditulis dapat membangun imajinasi siswa sehingga memiliki nilai rasa tertentu yang dapat dinikmati oleh panca indra baik penglihatan, pendengaran, perabaan, ataupun perasaan. Siswa juga diperbolehkan mencantumkan turunan katanya. Misalnya “desir, desiran, berdesir, mendesir. Diharapkan dengan ini siswa memiliki kosa kata yang lebih kaya. 7. Selesai menuangkan kata-kata dalam daun, siswa adu cepat kembali merangkai daun tersebut dalam pohon yang disusun di kertas plano. Masing- masing siswa dalam kelompok memiliki jenis daun dan warna daun yang berbeda sehingga mereka mengenali pilihan kata yang dimilikinya. 8. Selanjutnya window shopping atau belanja hasil karya. Dalam searah jarum jam, siswa diminta berbelanja pilihan kata yang tidak dimiliki untuk menambah koleksinya. 9. Tugas kelompok selesai, tibalah pada tugas yang sesungguhnya, yakni menulis puisi bertema keindahan alam dan pengalaman yang pernah dialami. Siswa mengerjakan LK 2 yang di dalamnya ada informasi tentang Haiku (bentuk puisi baru sepanjang empat larik dengan pola 5-7-5 suku kata perlarik), Sonian (jenis puisi baru puisi), dan puisi bebas beserta tiga contohnya. Dengan berbekal pilihan kata yang ada dalam pohon kata siswa diminta menulis puisi minimal tiga buah. 10. Terakhir, menyimpulkan pembelajaran yang telah dilaksanakan, refleksi siswa, dan memberikan tugas terstruktur mandiri berlatih menulis puisi lalu dikirim kepada guru melalui sms untuk dikomentari. Hal yang berharga dari pengalaman pembelajaran ini, menulis puisi memerlukan pilihan kata yang tepat dan memiliki nilai keindahan. Dengan pohon kata tersebut secara tidak langsung anak belajar diksi dan kosa kata yang sangat berguna saat menulis sebuah puisi. Melalui kegiatan ini siswa sampai tidak menyadari bahwa kegiatan yang dilakukannya ujung-ujungnya harus menulis puisi. Salah satu siswa bertanya, “Bu, bagaimana lagi permainannya?” Dari pertanyaan itu saya sadar bahwa pada pertemuan ini siswa benar benar terhanyut sedang bermain bukan sedang belajar. Tetapi ada hal yang perlu diperbaiki, terutama dalam pengelolaan waktunya. Pembelajaran ini dilakukan dalam dua kali pertemuan. Sebaiknya dibuat dalam tiga kali pertemuan karena harus ada proses perenungan saat menuangkan dari pohon kata ke dalam puisi. Dampak perubahan dari menulis puisi melalui “Pohon Kata” siswa aktif mengumpulkan kosa kata dengan pilihan kata yang tepat, siswa juga menganggap bahwa menulis puisi tidak sulit terbukti dengan hasil refleksi mereka banyak yang menulis, “Saya senang menulis puisi melalui pohon kata.” Ketuntasan untuk kompetensi dasar ini pun 90 persen di atas kriteria ketuntasan minimal (KKM). Alhamdulillah, sampai saat ini untuk mewadahi minat menulis puisi, saya membuat grup di Facebook ‘Sonian MTsN Garut’ yang beranggotakan guru bahasa Indonesia yang memberi komentar dan apresiasi terhadap postingan siswa. Bahasa Indonesia 85 Muhammad Isrul, siswa SMPN 4 Tanasitolo, menerima penghargaan dari Bupati Wajo, Andi Burhanuddin Unru, karena prestasinya menjuarai penulisan cerpen tingkat nasional. SMPN 4 Tanasitolo, Wajo, Sulawesi Selatan Siswa Wajo Juara I Nasional Menulis Cerpen dan Ini Kiat-Kiatnya Siswa kelas VIII SMPN 4 Tanasitolo Wajo, Muhammad Isrul, menjadi juara pertama lomba menulis cerita (LMC) tingkat SMP se-Indonesia yang diselenggarakan oleh Ditjen Dikdasmen, Kemendikbud pada November 2015 lalu. Cerpennya berhasil menyisihkan 2.043 naskah cerpen dari seluruh Indonesia. Cerpen yang berjudul “Piala di atas Dangau” juga dimuat di majalah sastra bergengsi Horison. Rajin membaca merupakan salah satu kiat Isrul. “Saya selalu menjadwalkan waktu untuk membaca buku. Dengan sering membaca, kita bisa lebih banyak ide dan kosa kata,” kata penyuka buku sejarah dan inspiratif ini.Yang juga penting, lanjutnya, harus sering berlatih menulis. Menurut Amkayus, guru bahasa Indonesia yang menjadi pembimbing 86 Isrul, program budaya baca yang dikenalkan USAID PRIORITAS di SMPN 4 Tanasitolo telah mendorong siswa untuk rajin membaca. “Di setiap kelas kita membuat sudut baca. Sekolah juga memiliki taman baca yang membuat siswa nyaman dan mudah mendapatkan buku bacaan. Sekolah juga membuat buku kontrol membaca. Dalam buku tersebut, siswa harus menceritakan kembali secara singkat isi buku yang dibacanya. Siswa yang paling banyak membaca dan paling bagus ringkasannya diangkat jadi raja dan ratu baca setiap bulannya,” jelas Amkayus. Menurutnya, kebiasaan membaca dan menulis membuat siswa lebih mudah menuangkan gagasannya dalam tulisan, termasuk membuat cerpen. Untuk bisa juara sampai tingkat nasional, ada beberapa kiat yang dia terapkan dalam membimbing siswa. Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs Pertama, siswa diajak membaca bersama-sama cerpen-cerpen yang pernah juara sebelumnya. “Cerpen yang juara adalah yang menginspirasi, yang kadang terbit dari pengalaman pribadi,” ujarnya. Kedua, cerpen dibuat rancangannya terlebih dahulu. Ketiga, rancangan diturunkan dalam tulisan secara bertahap paragraf per paragraf. “Setiap selesai satu paragraf, saya bimbing siswa baik dari segi kosa kata, pengembangan ceritanya, dan lainlain,” katanya. Keempat, mengatur konflik dalam cerita. “Agar cerita menarik, konflikkonflik dalam cerita harus dimunculkan namun diatur penempatannya dengan baik,” katanya lagi. Hasilnya, siswanya berhasil menjadi juara 1 tingkat nasional membuat cerpen. Mts Al Fauzan, Lumajang, Jawa Timur Pahami Teks Eksemplum Melalui Cerita Bergambar Siswa Kelas IX MTs Al Fauzan Lumajang belajar memahami Teks Eksemplum, yakni membuat cerita bergambar asal usul desa mereka masing-masing. Sekolah mitra yang menjadi satu dengan Pondok Pesantren Al Fauzan Lumajang ini mewajibkan seluruh siswanya untuk tinggal di pondok pesantren. Asal usul desa para siswa pun berbeda-beda dan menarik untuk dituangkan ke dalam cerita bergambar. Inilah yang dilakukan oleh Ita Winarti guru bahasa Indonesia di MTs Al Fauzan. “Pembelajaran kali ini saya buat berbeda agar siswa tidak hanya sekadar menemukan pengertian Teks Eksemplum, namun mereka bisa membuat Teks Eksemplum melalui cerita bergambar buatan mereka sendiri,” terangnya. Kegiatan diawali dengan pencarian informasi terkait pengertian Teks Eksemplum. Siswa di kelas dibagi dalam tugas kelompok dan diminta mencari informasi di luar kelas, yakni di perpustakaan, internet, buku, dan museum Al Fauzan. Sambil membawa lembar kerja (LK) mereka mulai mencari pengertian Teks Eksemplum melalui 4 pusat informasi. Setelah mendapatkannya, seluruh kelompok kembali ke kelas dan merangkum hasil yang mereka peroleh di LK. Hasil kelompok tadi kemudian dipresentasikan oleh setiap kelompok. Langkah selanjutnya, tugas individu di mana setiap siswa membuat cerita bergambar asal usul desa mereka masing-masing sesuai dengan struktur penulisan yang lengkap yang terdiri dari orientasi, insiden, dan interpretasi. Orientasi merupakan pusat cerita berasal, yakni asal desa siswa masingmasing. Dilanjutkan dengan insiden atau peristiwa yang pernah terjadi sehingga kejadian tersebut menjadikan nama desa. Ditutup dengan interpretasi atau pesan moral yang didapatkan dari cerita. Hampir semua siswa mampu menceritakan asal usul desa mereka masingmasing dalam bentuk cerita bergambar yang menarik. Akmal siswa kelas IX merasa lebih mudah memahami Teks Eksemplum dan ciri-cirinya melalui cerita bergambar yang ia buat. Siang itu, Ahmad menceritakan tentang Desa Bangsal Sari Jember, asal usul tempat tinggalnya. Masuk dalam ciri Orientasi, Ahmad menceritakan asal usul desanya Bangsal Sari diawali Teks eksemplum asal usul desa yang dibuat oleh siswa. dengan keberadaan dua tokoh cerita Kakek dan Nenek Nambi yang hidup di sebuah hutan tak bernama. “Nenek Nambi senang menanam bunga, namun Kakek selalu meremehkannya. Suatu hari bunga tersebut merekah semua dan nenek menjualnya ke pasar. Ternyata banyak sekali peminat bunga nenek. Kakek tak menyangka bunga tersebut laku dijual dan disukai orang. Tempat tinggal sang nenek menjadi terkenal. Melihat kenyataannya tersebut kakek minta maaf dengan membuatkan rumah-rumahan atau bangsal di tengah taman bunga. Sejak itu tempat itu dikenal sebagai Bangsal Sari,” cerita Ahmad disambut tepuk tangan seluruh temannya. Di akhir kegiatan, hasil karya setiap siswa ditempelkan di dinding. Beberapa siswa saat istirahat enggan meninggalkan kelas dan lebih memilih menghabiskan waktu dengan membaca cerita asal usul desa teman-temannya yang ditempel di dinding. Bahasa Indonesia 87 Siswa sedang wawancara pedagang sekitar sekolah sebagai sumber informasi. SMPN 4 Tigaraksa, Banten Belajar Jadi Penulis Berita Bapak Yusuf Sajidin, guru bahasa Indonesia SMPN 4 Tigaraksa, berpendapat siswa di kelas VII perlu mendapatkan pemahaman tentang nilai sebuah berita. “Mungkin siswa tidak pernah menulis berita sehingga siswa tidak paham nilai berita,” katanya. yang berasal dari remaja. “Anak-anak, siapa yang pernah melihat kecelakaan di jalan raya lalu melaporkan kejadian tersebut kepada orang lain seperti orangtua, guru, teman atau saudaranya?” tanya Pak Yusuf kepada seluruh siswa di kelas. Pak Yusuf berharap pembelajarannya kali ini dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk membuat sebuah berita tertulis. Selain itu, dia juga ingin siswa dapat peka terhadap kejadian yang berada di sekitarnya sehingga memunculkan minat jurnalisme warga Beberapa siswa mengacungkan jari berpendapat bahwa mereka pernah melakukannya. Lalu dia menjelaskan, “Tidak hanya peristiwa kecelakaan di jalan raya, tetapi kejadian apa saja yang berada di sekitar kita ternyata bisa menjadi sebuah berita.” 88 Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs Guru membentuk kelompok kecil siswa dengan memberi nama sesuai nama media cetak. Setiap perwakilan kelompok mengambil undian tentang topik berita yang sudah ditentukan. Topik tersebut antara lain, pedagang kaki lima di sekitar sekolah, prestasi SMPN 4 Tigaraksa, siswa berprestasi menurut kepala sekolah, manfaat makanan sehat yang dijual di kantin sekolah dan pengalaman mengajar di SMPN 4 Tigaraksa. Sebelum wawancara dengan narasumber dilakukan, setiap kelompok menyusun pertanyaan yang menjadi panduan untuk menggali informasi. Kegiatan wawancara dilakukan selama 30 menit di luar kelas sesuai topik berita yang sudah ditentukan. Pak Yusuf memantau aktivitas siswa di luar kelas tersebut. Setelah siswa selesai melakukan wawancara, mereka kembali ke kelas dan mulai menyusun informasi wawancara sehingga menjadi sebuah berita yang menarik. Setiap siswa dalam kelompok bisa saling melengkapi satu sama lain berdasar hasil wawancara. Kemudian siswa memajangkan berita di lembar kertas buffalo yang sudah disediakan. Usai memajangkan berita, tiap kelompok dilakukan kunjung karya dan saling memberi penilaian antar kelompok. Penilaian dilakukan berdasarkan bobot berita, 5W+1H. Kendala dalam pembelajaran ini adalah waktu yang kurang lama untuk menghasilkan sebuah berita yang maksimal. Walaupun demikian, dengan waktu yang sangat singkat ternyata mampu menciptakan pembelajaran yang bermakna bagi siswa. Terbukti atas pengakuan seorang siswa, dia ingin menjadi reporter berita di kemudian hari karena profesi penulis berita ternyata memberikan banyak informasi yang baik. Laporan tertulis siswa hasil wawancara dengan pedagang. Bahasa Indonesia 89 MTsN 2 Tangerang, Banten Ciptakan Siswa Kreatif melalui Bahasa Indonesia Gunakan Foto Agar Siswa Menulis Cerpen Menulis cerita pendek berdasarkan foto dapat membantu siswa kelas IX yang kesulitan dalam mencari ide penulisan. Pembelajaran ini bertujuan agar siswa dapat menulis cerita pendek berdasarkan peristiwa nyata yang dialami siswa. Peristiwa dan pengalaman siswa itu terdapat dalam foto yang dibawa siswa. Cerpen halaman satu dari tiga halaman karya siswa yang ide ceritanya diambil dari foto yang dibawa siswa. Bapak Ahmad Hanapiyah, guru MTsN 2 Tangerang, membuat siswa yang belajar bahasa Indonesia tidak hanya mampu berbahasa Indonesia yang baik, tetapi berhasil membuat siswanya kreatif. Berikut adalah beberapa pembelajaran di kelas VII dan IX yang dia fasilitasi. Sebelum pembelajaran siswa diminta untuk membawa foto dirinya bersama keluarga atau teman dalam suatu peristiwa atau kegiatan. Untuk menemukan inspirasi menulis, siswa diberi kesempatan untuk meng-amati orang-orang dalam foto, mengingat kejadian bahkan mungkin konflik yang muncul. Kemudian hasil pengamatan dan pengalaman siswa tersebut dituangkan dalam lembar kerja yang menyangkut kata kunci 'apa, mengapa, bagaimana, siapa, di mana dan kapan'. Setelah itu siswa membuat garis besar ide cerita yang akan ditulisnya. Langkah selanjutnya, siswa diminta berpasangan dengan teman yang duduk di sebelahnya. Teknik curhat (curah pendapat) dilakukan dengan tujuan melatih dan menggali kedalaman dan kelancaran ide penu- 90 Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs lisan cerpen. Berdasar curhat tersebut, siswa mengembangkan garis besar cerita menjadi tulisan cerita pendek. Usai menulis, cerpen karya siswa saling ditukar dengan teman. Kemudian secara berkelompok siswa menyatukan lembaran cerpennya ke dalam satu kumpulan cerpen. Siswa berbagi peran, ada yang menjadi ilustrator sampul, penulis kata pengantar, penyusun cerpen secara alfabetis, dan penjilid. Hasilnya, ada empat kumpulan cerpen dalam satu kelas. Siswa merasa senang dengan pembelajaran ini dan merasa tidak kesulitan untuk menulis. Menceritakan Fabel dengan Peta Konsep dan Cerita Berpasangan Fabel menjadi salah satu materi pembelajaran di kelas VII.6 yang saya bimbing di semester dua. Fabel ini dapat dipelajari secara teks maupun lisan. Kemampuan membaca teks fabel berupa memahami fungsi, struktur, dan ciri kebahasaan fabel. Kemampuan tersebut menjadi dasar dalam kemampuan lisan yaitu menceritakan fabel. Saya menerapkan teknik pembuatan peta konsep garis besar cerita dan cerita berpasangan. Pada pertemuan sebelumnya, siswa diberi tugas untuk mencari teks fabel dari buku cerita, majalah, atau internet. Mereka boleh mencatat ulang teks, membawa buku atau majalahnya, serta mencetak dari internet. Guru memastikan bahwa yang dibawa siswa benar merupakan fabel. Di awal pembelajaran, siswa mencurahkan pendapat tentang manfaat menceritakan fabel dan pengalaman mereka bercerita. Siswa lalu menyimak cerita fabel yang disampaikan oleh guru. Guru lalu bertanya kepada siswa tentang hal-hal apa saja yang harus dikuasai saat seorang bercerita seperti yang guru contohkan. Siswa lalu menyimpulkan hal-hal yang harus dikuasai dalm bercerita yaitu struktur cerita atau garis besar cerita, volume suara, intonasi, ekspresi, dan interaksi. Kegiatan berikutnya, siswa secara individu membaca fabel dari teks masing-masing. Selanjutnya, mereka menuliskan garis besar cerita atau struktur fabel ke dalam peta konsep. Struktur peta konsep itu terdiri dari orientasi (pengenalan tokoh, latar), komplikasi (masalah), resolusi (penyele-saian), dan koda (perubahan nasib tokoh dan pesan cerita). Tujuan pembuatan peta konsep ini agar siswa memahami garis besar cerita sehingga memudahkan mereka untuk menceritakan kembali isi fabel. Untuk menarik minat, guru mempersilakan siswa membuat gambar peta konsep yang beragam sesuai keinginan siswa. Ada yang Siswa sedang saling menceritakan karya fabel buatannya secara bergiliran di kelompok. berupa kotak, segitiga, awan, bahkan kepala binatang sesuai tokoh cerita seperti kancil, gajah, dan kura-kura. Dalam menentukan struktur ini, siswa tidak menemukan masalah karena sudah pernah membuat analisis struktur fabel dalam materi pertemuan sebelumnya. Setelah itu, siswa berpasangan dengan teman di sebelahnya untuk berlatih bercerita secara bergantian. Mereka saling bertukar peta konsep dan memberi tahu temannya jika ada garis besar cerita yang terlewatkan. Siswa bercerita garis besar cerita menggunakan kalimat sendiri dan tidak harus sama dengan kalimat teks sehingga tidak terpaku pada teks atau hapalan. Pada saat bercerita, tampak siswa ada yang tersendat-sendat, ada yang tertawa, ada yang saling mengingatkan, terlihat akrab dan antusias. Mereka diminta untuk mengomentari kejelasan volume suara, kelancaran bercerita, variasi intonasi, serta kontak mata. Selanjutnya, siswa berkelompok dan ditugaskan untuk bercerita secara bergiliran di dalam kelompok masingmasing. Sebagai panduan penilaian bercerita teman, siswa berpandu pada lembar pengamatan penilaian bercerita yang merupakan kesepakatan pada awal pembelajaran yaitu pengua-saan struktur fabel, volume suara, intonasi, ekspresi, dan interaksi. Secara bergiliran siswa menyampaikan cerita fabel seperti Kelinci yang Sombong, Monyet yang Angkuh, Rubah dan Kambing, Kancil dan Gajah, dan lainnya. Selesai bercerita, siswa diminta untuk menentukan satu karya siswa terbaik. Tiga siswa terbaik mendapat nominasi calon peserta lomba bercerita di perpustakaan daerah. Bahasa Indonesia 91 Siswa sedang meresensi buku dengan menggunakan matrik analisis. MTsN Bobotsari, Purbalingga, Jawa Tengah Meresensi Buku Melalui Matriks Analisis Oleh Agung Wisnu Aji MPd MTsN Bobotsari, Purbalingga, Fasilitator USAID PRIORITAS. Pada materi meresensi buku pengetahuan di kelas IXG MTsN Bobotsari, dilaksanakan dua kali pertemuan atau empat jam pelajaran. Pertemuan pertama dilaksanakan pada Senin jam 1-2, dan pertemuan kedua Sabtu Jam 3-4. Pertemuan pertama dan kedua kehadiran siswa 100%. Jumlah siswa 36 terdiri atas 18 laki-laki dan 18 perempuan. Guru melaksanakan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan skenario pembelajaran. Adapun 92 urutan proses pembelajarannya sebagai berikut: Sebelum pembelajaran guru perlu menyiapkan bacaan yang akan diresensi oleh siswa. Bacaan yang dipilih seyogyanya disesuaikan dengan kondisi siswa, baik dari tebal buku, maupun isinya. Guru membuat matriks analisis berupa kalimat yang berisi sub tema dalam bacaan serta petanyaan yang akan dijawab oleh siswa. Langkah kegiatan : Pertemuan pertama Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs Kegiatan Pendahuluan diisi dengan pengondisian siswa (salam, mengecek kehadiran siswa, dll), apersepsi, motivasi, penyampaian tujuan pembelajaran, dan ruang lingkup materi pembelajaran. Pada kegiatan inti, guru mengaitkan materi meresensi buku dengan kegiatan bazar buku yang telah dilakukan di sekolah. Siswa akan diminta untuk menganalisis contoh resensi buku. Guru membagikan bahan pengamatan berupa contoh resensi buku, kemu- dian meminta siswa membaca secara individu. Guru bersama siswa menyimpulkan bagian-bagian (struktur) resensi buku. Siswa dipersilakan untuk memilih salah satu judul buku yang telah disiapkan guru dan membaca membaca senyap selama 20 menit. Siswa membentuk kelompok sesuai dengan judul buku yang dibacanya maksimal 5 anak/kelompok. Siswa menemukan identitas buku yang dibaca bersama kelompoknya. Perwakilan kelompok menyampaikan hasil diskusinya kelompok lain menanggapi. Kegiatan penutup pada pertemuan pertama adalah guru bersama siswa menyimpulkan tentang bagian-bagaian resensi buku dan identitas buku. Guru memberi tugas agar siswa menyelesaikan membaca buku tersebut di rumah. Pada pertemuan kedua, siswa berkelompok sesuai dengan kelompok pada pertemuan pertama. Guru meminta siswa agar membaca sekilas buku yang telah dibacanya. Hal ini penting untuk membangkitkan memori siswa. Guru membagikan matriks analisis yang harus dikerjakan siswa. Perwakilan kelompok menyampaikan hasil analisisnya kelompok lain menanggapi. LK yang dibagikan guru dijadikan panduan bekerja siswa secara individu. Guru meminta kepada siswa untuk menulis resensi buku yang dibacanya dengan mengembangkan matrik analisis menjadi beberapa paragraf. Pada awal paragraf siswa dapat mengambil paragraf pertama pada prakata atau kata pengantar buku. Hal ini untuk memudah-kan siswa mengawali tulisannya. Paragraf selanjutnya siswa mengembangkan matrik analisis. Pada bagian akhir siswa diminta menulis penilaian buku tersebut. Perwakilan siswa menyampaikan hasil pekerjaannya. Karya siswa kemudian dipajang ditempat yang disediakan. Pada kegiatan penutup, guru bersama siswa menyimpulkan dan merefleksi apa yang telah dilakukan pada pertemuan tersebut. Salah seorang siswa menyampaikan kesan, ”Ia senang dan bisa menulis resensi dengan tepat.” Sebagai pengayaan, guru memberikan tugas membaca buku-buku cerita kemudian berlatih membuat resensi. Hasil resensi buku yang dibuat siswa. Bahasa Indonesia 93 Kiri: kutipan puisi yang dipilih sebagai media pertama untuk menentukan unsur-unsur puisi. Kanan: tanaman hias yang akan diidentifikasi siswa untuk mementukan kata kunci puisi sebagai media kedua. SMPN 1 Purwareja Klampok, Banjarnegara, Jawa Tengah Permudah Siswa Menulis Puisi dengan Variasi Media Oleh Dwi Widiyastuti SPd Fasilitator Bahasa Indonesia Materi menulis puisi gampanggampang susah. Bagi yang sudah akrab dengan puisi, ia dengan mudahnya menggoreskan pena menuangkan ide dalam kertas. Bagi yang tidak terbiasa sangat sulit menulis apalagi menuangkan kalimat yang puitis. Puisi lahir dari hati sehingga siapa yang bisa menafsirkan lebih dalam kalimat puisi berarti dia paham betul apa makna yang terkandung dalam puisi. Sebaliknya bila tidak bisa menafsirkan kalimat puisi berarti makna yang terkandung dalam 94 puisi hanya sebatas pemahaman yang makro. “Apa manfaat puisi dalam kehidupan kita” tanya Ibu Leksana Dewi Utami mengawali pembelajaran menulis puisi berkenaan dengan keindahan alam di SMPN 1 Purwareja Klampok Banjarnegara. “Menghilangkan rasa galau di hati,” begitu jawaban Putri salah seorang siswa yang mungkin perasaannya sedang galau. Banyak jawaban dari siswa-siswa tentang puisi yang bervariasi sehingga memang benar bahwa puisi luapan hati bagi orang yang merasakan sesuatu kejadian Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs dalam kehidupan ini. Materi puisi selama ini memang dianggap cukup sulit bagi yang tidak senang dengan sastra terutama menulis puisi. Metode yang digunakan memudahkan siswa untuk bisa menulis puisi dengan mudah dan menyenangkan. Menulis puisi dengan media pembelajaran yang tepat membawa siswa mencapai indikator yang diharapkan. Media yang bervariasi ternyata mampu menguak ide siswa untuk menulis kata demi kata, kalimat demi kalimat sehingga menjadi puisi yang indah. Cara pembelajaran yang dilakukan yaitu dengan saintifik inkuiri, peta pikiran, bekerja secara kelompok, dan mengujungi hasil kerja kelompok sebagai hasil akhir penilaian. Siswa dibagi menjadi tujuh kelompok secara heterogen (tiap kelompok 4-5 siswa) agar terjadi saling interaksi antar siswa dalam menuangkan idenya. Menumbuhkan pertanyaan tentang materi yang berkaitan dengan puisi. Siswa mengamati dan membaca puisi yang ditempel di papan tulis sebagai media klasikal. Media ini digunakan untuk mengenalkan para siswa puisi dengan tema keindahan alam. Siswa mengidentifikasi unsur intrinsik puisi. Media kedua yang digunakan yaitu bunga hidup dalam pot. Media ini membimbing siswa berpikir riil terhadap benda yang akan dijadikan puisi. Diambil pot bunga untuk mengambil salah satu benda yang ada dalam pemandangan yaitu tanaman hias (bunga hidup). Siswa kemudian mengidentifikasi pot bunga yang berisi tanaman hias untuk mencari kata kunci dalam puisi. Siswa mencoba membuat kalimat puisi sesuai dengan kata kunci yang ditemukan. Media yang ketiga berupa siswa diajak melihat media gambar pemandangan hasil karya siswa untuk membuat puisi. Hasil karya yang digunakan adalah milik Radhika Mahar Dini kelas IXC tahun 2014. Siswa berdiskusi dan menemukan kata kunci yang ada dalam gambar pemandangan. Siswa diberikan lembar kerja I untuk dikerjakan secara kelompok. Siswa mendapat gambar pemandangan sebagai media dan mencari kata kunci serta membuat kalimat puisi bedasarkan kata kunci. Setelah selesai mengerjakan lembar kerja. Kemudian siswa menyampaikan hasil kerja secara kelompok dengan perwakilan salah satu dari kelompok. Usai presentasi dan mendapatkan tanggapan dari siswa yang lain, siswa diberikan lembar kerja II untuk dikerjakan secara individu. Masingmasing siswa mendapat gambar pemandangan yang berbeda. Siswa mengidentifikasi kata kunci dan membuat puisi secara utuh. Waktu setiap pengerjaan sekitar 20 menit. menempel hasil kerja individu dan kelompok ke dalam lembar kerja kelompok. Siswa lalu mengunjungi hasil karya kelompok lain. Terakhir kegiatan pembelajaran siswa menulis refleksi. Setiap kelompok mewakilkan anggota kelompoknya untuk menilai hasil kerja kelompok lain dengan memberi tanda bintang. Hasil akhir pembelajaran ini mengagumkan semua siswa mampu menulis puisi dengan baik. Jadi tunggu apalagi ternyata menulis puisi itu mudah dan menyenangkan. Tampak mereka fokus dan seperti menerawang melihat gambar yang mereka dapatkan. Suasana menjadi sangat sunyi. Larut dalam imajinasi siswa. Kegiatan membuat puisi selesai dan guru meminta siswa menilai hasil kerja individu secara berpasangan. “1,2,3.. silakan berpasangan dengan pasangan terdekat,” kata guru. Suasana menjadi ramai, karena banyak yang senyumsenyum sendiri membaca dan menilai hasil puisi temannya berdasarkan pedoman penilaian yang telah diberikan oleh guru. Kegiatan penilaian diakhiri dengan Guru mendampingi siswa menata pemajangan hasil karyanya di kelas. Bahasa Indonesia 95 Siswa sedang menyusun bahasa petunjuk di kelompok. SMPN 2 Wonokerto, Jawa Tengah Asyiknya Menyusun Bahasa Petunjuk Pembelajaran menulis bahasa petunjuk sering terasa membosankan apabila guru kurang kreatif dalam mengelola pembelajaran. Ibu Wiji Lestari SPd, guru bahasa Indonesia SMPN 2 Wonokerto menggunakan metode permainan sehingga pembelajaran menulis petunjuk kali ini menjadi menyenangkan dan mudah dipahami oleh siswa. Guru memulai pembelajaran dengan memperlihatkan bubuk kopi. “Ada yang tahu bagaimana cara memanfaatkan kopi untuk menghilangkan bau sepatu?” siswa spontan tertawa dan mengangkat tangan ingin menjawab. “Caranya, ambil satu sendok bubuk kopi. Lalu bubuk kopi ditaburkan di sekitar sepatu sehingga bau sepatu 96 akan berganti dengan bau kopi,” jawab salah seorang siswa menceritakan runtut cara menghilangkan bau sepatu dengan kopi. Siswa yang lain menyambut dengan tepuk tangan dan riuh tawa. “Nah, anak-anak, baru saja temanmu tadi membuat bahasa petunjuk. Sekarang, siapa yang tahu apa itu bahasa petunjuk?” Guru memberi kesempatan dua siswa menjawab dengan kata-katanya sendiri. Sesi berikutnya tidak kalah seru. Guru memberikan sebuah kaleng kepada siswa. Siswa memutarkan kaleng sambil menyanyikan lagu “Oh Ibu dan Ayah”. Kaleng berakhir di salah satu siswa seiring dengan berakhirnya lagu. Siswa yang mendapat kaleng diminta mengambil amplop dalam toples. Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs Amplop dibuka dan di dalamnya terdapat bahasa petunjuk yang dibacakan siswa. Siswa melakukan kegiatan sesuai petunjuk dalam amplop tersebut. Ternyata dalam petunjuk itu terdapat kuis tentang ciri bahasa petunjuk. Ketika siswa mampu menjawab, guru memberi apresiasi kepada siswa dengan mengalungkan medali berupa permen yang disambut riuh tepuk tangan siswa. Kemudian siswa dibentuk kelompok, yang dilakukan berdasar warna bungkus permen yang diterima. Untuk menambah semangat, setiap kelompok membuat yel-yel kelompok. Selanjutnya guru membagi bungkusan untuk setiap kelompok. Isinya aneka ragam bahan mentah. Ada yang mendapatkan mentimun, wortel, jahe, pisang, jambu dan lain-lain “Anak-anak, coba tunjukkan apa yang kalian peroleh untuk masing-masing kelompok!” Siswa beramai-ramai mengangkat bahan yang diperoleh kelompoknya dengan penuh semangat. “Sekarang, bersama dengan kelompok kalian, coba susunlah sebuah bahasa petunjuk untuk memanfaatkan benda atau buah yang kalian peroleh itu! Jangan lupa, kalian juga akan memeragakan bahasa petunjuk yang kalian buat nanti bersama kelompok kalian, ya!” Ibu Wiji memberi instruksi kepada siswa. Pada tahap berikutnya, bersama dengan kelompok, siswa berdiskusi untuk menyusun bahasa petunjuk memanfaatkan bahan mentah yang diterima setiap kelompok. Mula-mula mereka bingung dalam menemukan ide pemanfaatan bahan. Namun, guru berkeliling dan memberikan arahan dalam menyusun bahasa petunjuk, sehingga siswa kembali asyik bekerja dalam kelompok. Setelah waktu yang ditentukan sudah habis, siswa mengakhiri tugas kelompoknya. Ternyata mereka mampu menyusun bahasa petunjuk yang runtut dan memenuhi syarat-syarat penulisan bahasa petunjuk yang baik melalui inovasi pemanfaatan bahan mentah yang disediakan guru. Selanjutnya semua kelompok mempresentasikan bahasa petunjuk yang sudah dibuat, sekaligus memeraga- kannya di depan teman-temannya. Kelompok lain memberi komentar terhadap hasil karya kelompok lain. “Petunjuk Membuat Pedoyo. Pertamatama, siapkan beberapa mentimun. Cuci mentimun sampai bersih, lalu buanglah ujung mentimun tersebut dan siapkan air dalam panci. Kemudian masukkan mentimun sampai terendam. Nyalakan api, tunggu hingga air mendidih dan tunggu mentimun sampai lunak. Bila sudah matang, matikan kompor dan bersihkan mentimun. Selanjutnya, cara membuat sambel pedoyo yaitu, pertama-tama siapkan cobek lalu cabe merah, cabe rawit, kencur garam, terasi yang telah dipanggang dihaluskan. Setelah halus, maka sambel pedoyo siap untuk dihidangkan,” papar Ela Setiyawati siswa kelas VIII-E saat mempresentasikan hasil pekerjaannya. dengan baik. Nilai karakter yang ditanamkan adalah sikap kerja sama dan saling menghargai dengan orang lain. Setelah semua kelompok presentasi dan dikomentari kelompok lain, mereka merevisi hasil karyanya, lalu menempel hasilnya di papan pajang. Pada refleksi pembelajaran, siswa menyampaikan sudah mampu menyusun bahasa petunjuk dengan baik sesuai dengan syarat-syarat bahasa petunjuk yang baik. Pembelajaran terasa tidak membosankan dan mengaktifkan semua siswa. Guru tidak perlu banyak berteori tentang apa itu bahasa petunjuk, tetapi siswa mampu menemukan sendiri cara menyusun bahasa petunjuk Siswa menunjukkan bahasa petunjuk yang dibuatnya. Bahasa Indonesia 97 Caption Siswa sedang bercerita secara estafet. Cara ini berhasil meningkatkan kepercayaan diri siswa untuk mau bercerita. SMPN 1 Doloksanggul, Humbang Hasundutan, Sumatera Utara Tingkatkan Percaya Diri melalui Bercerita Estafet Oleh Kristina SPd Guru SMPN 1 Doloksanggul Bercerita menjadi salah satu momok bagi siswa. Mengapa? Karena tidak setiap siswa memiliki keterampilan tersebut. Bercerita membutuhkan keterampilan berbicara. Walaupun sejak kecil, kita sudah memiliki keterampilan berbicara yang diajarkan orang tua, 98 tapi berbicara yang bagaimana? Materi bercerita merupakan materi pelajaran bahasa Indonesia kelas IX semester ganjil, pada Kompetensi Dasar 6.1 Menceritakan Kembali Secara Lisan Isi Cerpen. Adapun tujuan pembelajaran ini ada dua, yang pertama adalah sebelum bercerita siswa dapat menemukan unsur-unsur Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs intrinsik cerpen yang disertai dengan bukti-bukti pendukung, dan yang kedua adalah siswa dapat menceritakan kembali isi cerpen dengan menggunakan kalimat sendiri. Selama ini dalam membawakan materi ini saya hanya ceramah, selanjutnya siswa membaca teks cerpen dan menemukan unsur-unsur intrinsik cerpen yang akan diceritakan. Pada tahap berikutnya, setiap individu tampil di depan kelas untuk menceritakan kembali cerita yang baru dibacanya. Pada praktiknya, secara umum siswa tidak ingin tampil sesuai dengan waktu yang sudah ditetapkan, siswa selalu menyampaikan ketidaksiapannya dan mengulur waktu untuk bercerita. Saat ditanya, mereka menyampaikan berbagai alasan. Dari 36 siswa, yang siap tampil bercerita hanya 10-15 siswa. Sejujurnya, cara yang saya gunakan selama ini tidak efektif dan maksimal, selain membutuhkan waktu yang lumayan banyak, juga ketika ada sebagian siswa yang tidak ingin tampil bercerita dengan segala upaya, akhirnya siswa tersebut dibiarkan begitu saja, karena tuntutan waktu yang sangat terbatas. Untuk mengatasi itulah saya mencoba mengubah cara saya dalam membawakan materi ini, yang tadinya bercerita secara individu, saya ubah menjadi bercerita secara estafet. Adapun langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut: (1) Siswa diberi teks cerpen (2) siswa diberi kesempatan untuk membaca teks cerita yang sudah dibagi (sesuai waktu yang tersedia). (3) Siswa mendiskusikan unsur-unsur intrinsik teks cerpen yang sudah dibaca. (4) Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya tentang unsur-unsur intrinsik cerpen mulai dari tokoh, penokohan, setting, plot, tema, amanat, alur sebagai pedoman saat bercerita nanti. (5) Tanya jawab seputar hal-hal yang harus diperhatikan saat bercerita. (6) Membagikan rubrik penilaian yang akan digunakan saat bercerita. Sebelum bercerita, siswa dipastikan sudah mengetahui aspek-aspek apa yang akan dinilai saat bercerita. (7) Secara berkelompok siswa berlatih untuk bercerita secara estafet tanpa menentukan bagian cerita yang akan diceritakan dengan tujuan agar semua siswa menguasai semua isi cerita secara utuh. Untuk menciptakan suasana rileks, latihan boleh dilakukan di luar kelas. (8) Setiap kelompok tampil di depan kelas untuk bercerita dengan kalimat sendiri. bahkan ketiga kalinya hingga cerita selesai. Semua siswa benar-benar berkonsentrasi dari awal sampai akhir. Artinya kelompok yang tampil bercerita tidak boleh lepas tanggung jawab sebelum usai cerita disampaikan. Pada dasarnya alasan yang melatarbelakangi pembuatan pembelajaran seperti ini, sebelumnya ada beberapa siswa enggan bercerita di depan teman-temannya. Bahkan, ada siswa tidak mau beranjak dari tempat duduknya. Setelah dibuat dengan cara bercerita estafet ini, semua siswa mau tampil bercerita. Berdasarkan pengamatan saya ternyata pengaruh teman untuk sama-sama berdiri di depan memberi kekuatan tersendiri bagi siswa yang tadinya tidak ingin tampil sama sekali. Di samping itu, dengan bercerita estafet, guru sudah dapat menilai siswa secara keseluruhan dalam waktu yang sangat singkat. Selama ini, jika semua siswa harus tampil satu persatu, akan membutuhkan waktu dua sampai tiga kali lipat dari waktu yang sudah diprogramkan. Dalam hal ini gurulah yang menentukan siapa yang memulai cerita, dilanjutkan oleh siapa, dan seterusnya hingga selesai cerita tersebut. Hal ini bertujuan agar semua siswa selalu konsentrasi mana kala guru menunjuk siswa lain melanjutkan cerita tersebut. Bahkan siswa yang sudah dapat giliran bisa mendapat giliran kedua kalinya, Bahasa Indonesia 99 Hasil karya siswa dalam membuat iklan pendek dipajangkan di mading kelas. SMPN 4 Tanasitolo, Sulawesi Selatan Amati Bendanya dan Tulis Iklannya Oleh Amkayus SMPN 4 Tanasitolo Tulisan ini merupakan pengalaman saya saat mengajarkan materi menulis iklan baris dengan bahasa yang singkat, padat dan jelas di kelas IX. Tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran ini adalah siswa mampu mengekspresikan pikiran dan gagasannya dalam bentuk iklan baris. Berdasarkan tujuan tersebut, indikator pencapaian dari aspek pengetahuan, siswa mampu mengidentifikasi (1) kekhasan cara pengungkapan (struktur retorika) iklan baris dan (2) kekhasan unsur kebahasaan iklan baris. Sedangkan dari aspek keterampilan, peserta didik mampu (1) menulis iklan 100 baris dengan bahasa yang sigkat, padat dan jelas dan (2) menyunting iklan baris. Berdasar tujuan dan indikator tersebut, kegiatan pembelajaran dirancang dalam dua kali pertemuan. Pertemuan pertama fokus pada aspek kompetensi pengetahuan dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut: Siswa dibagi menjadi lima kelompok, tiap kelompok terdiri atas empat orang. Masing-masing anggota kelompok menyiapkan koran yang berisi iklan. Koran tersebut dibawa dari rumah sesuai dengan kesepakatan pertemuan sebelumnya. Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs Siswa mengamati model iklan baris yang terdapat dalam koran, kelmpok I mengamati iklan motor. Kelompok II, iklan mobil. Kelompok III, notebook (laptop). Kelompok IV, iklan rumah. Kelompok V iklan tanah. Masing –masing kelompok mendiskusikan model-model penyingkatan yang ditemukan dalam iklan baris kemudian menuliskan dalam lembar kerja. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Melalui kegiatan pembelajaran pada pertemuan pertama ini, siswa telah memiliki pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural tentang teks iklan baris. Pengetahuan tersebut diaplikasikan menjadi sebuah keterampilan menulis dan menghasilkan karya nyata berupa teks iklan baris. Kegiatan pembelajaran pada pertemuan kedua, fokus pada aspek kompetensi keterampilan, yaitu praktik menulis teks iklan baris. Pada pertemuan kedua ini, kegiatan pembelajaran berlangsung di luar kelas. Langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut: Sebelum keluar dari ruang kelas, siswa bergabung dengan kelompoknya (sesuai dengan pertemuan pertama). Guru menyiapkan lima kartu undian, kartu I (motor), kartu 2 (mobil), kartu 3 (tanah), kartu 4 (laptop), kartu 5 (rumah). Masingmasing perwakilan kelompok mengambil satu kartu undian Siswa keluar dari ruang kelas dan mencari benda sesuai dengan undian yang telah dicabut. Secara berkelompok siswa mencermati benda yang telah ditemukan, kemudian mengumpulkan data spesimen objek (benda). Siswa kembali ke ruang kelas. Masing-masing kelompok mengidentifikasi data spesimen objek yang dianggap penting dan layak dimunculkan dalam iklan. Selanjutnya dibuat bentuk singkatannya. Secara individu, siswa menyusun teks iklan sesuai dengan data spesimen obyek. Secara berkelompok, siswa menyunting hasil kerja (iklan) buatannya. Siswa memilih iklan yang terbaik untuk dipresentasikan. Setelah mengidentifikasi ciri iklan jual motor bekas, dan mengamati langsung spesimen motor di luar kelas, salah satu kelompok membuat iklan menjual motor sebagai berikut: Motor: Jual mtr GT Soul, wrn putih. Tahun 2015 DW 4315 BU. 15 Jt. Lgkp dg BPKB/STNK. Hub: 0812 4320 1363. Refleksi dari pembelajaran ini menunjukkan bahwa pembelajaran menulis teks iklan dengan mengamati langsung objek (benda) sangat efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dari aspek proses pembelajaran, terlihat pada antuitas siswa dalam mengikuti pelajaran, motivasi kerja siswa baik secara individu maupun kelompok. Dari aspek hasil pembelajaran, siswa mampu mencapai nilai KKM, baik secara individu maupun klasikal. Siswa melakukan observasi motor yang akan dibikinkan iklan penjualan. Bahasa Indonesia 101 Siswa menunjukkan surat yang dibuatnya untuk kepala sekolah. MTsN 3 Kuningan, Jawa Barat Berbalas Surat Pembaca dengan Kepala Madrasah Oleh Nita Hernawati SPd MTsN 3 Kuningan Salah satu aktivitas pembelajaran menulis surat pembaca yang pernah saya lakukan adalah berbalas surat. Seperti halnya pembelajaran pada materi lain, saya mengelompokkan siswa dalam kelas menjadi enam kelompok kecil. Di awal pembelajaran, siswa diberi contoh surat pembaca untuk dianalisis sehingga mereka paham tentang menulis surat pembaca yang mengikuti kaidah kebahasaan yang baik dan benar. Setelah itu, masing-masing kelompok mengambil undian yang disediakan untuk menentukan objek yang akan 102 mereka amati dan dijadikan objek penulisan. Objek yang diambil disesuaikan dengan kompetensi dasar yaitu tentang lingkungan sekolah, misalnya UKS, masjid sekolah, perpustakaan, kantin sekolah, lab. MIPA, dan lab. Bahasa. Masing-masing kelompok akan mengamati objek yang berbeda. Pada menit berikutnya, seluruh siswa dalam kelompok mengamati secara langsung objek yang terpilih untuk menuliskan hasil pengamatannya serta komentar yang ingin mereka sampaikan kepada pihak sekolah. Waktu pengamatan dibatasi hingga 15 menit saja. Selesai pengamatan siswa kembali Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs masuk ke kelas dan masing-masing anggota kelompok menyampaikan hasil pengamatan mereka di dalam kelompok. Selanjutnya ketua kelompok memimpin diskusi untuk menyusun surat pembaca yang utuh berdasarkan masukan dari semua anggota kelompok. Setelah tersusun, masing-masing kelompok mempresentasikan hasilnya di depan kelompok lain untuk diberi komentar. Surat pembaca yang telah disepakati kelompok berdasarkan komentar dari kelompok lain, disunting dan dituliskan kembali pada kertas folio bergaris atau kertas surat yang telah disediakan. Apresiasi yang baik dibutuhkan pada karya siswa manapun. Itu menjadi bahan pertimbangan bagi saya untuk memotivasi dan menghargai sekecil apapun karya siswa. Maka dari itu, setelah surat pembaca yang ditulis masing-masing kelompok terselesaikan dengan baik, saya persilakan setiap kelompok untuk mengirimkannya kepada Kepala MTsN 3 Kuningan via POS terdekat. Mengapa mengirim surat via POS menjadi bagian penting dari pembelajaran ini? Karena saya meyakini bahwa anak-anak di zaman sekarang tidak mengenal lebih jauh tentang fungsi kantor POS dan bahkan mungkin banyak dari mereka yang tidak paham bagaimana cara berkirim surat via POS. Langkah selanjutnya yang saya lakukan adalah bekerja sama dengan kepala madrasah untuk turut serta mengapresiasi dengan cara membalas surat pembaca yang ditulis siswa, dan kembali mengirimkan surat balasan tersebut via POS melalui alamat rumah siswa masing-masing. Sungguh aktivitas belajar yang menyenangkan dan membanggakan bagi siswa, karena mereka bisa berbalas surat dengan kepala madrasahnya sendiri. Metode ini cocok dilakukan bagi sekolah yang tidak mempunyai media jurnalistik tulis seperti buletin, majalah, dan surat kabar sekolah. Surat pembaca yang ditulis oleh siswa. Bahasa Indonesia 103 Siswa sedang memberi kririk dan pujian terhadap hasil kasrya seni buatan temannya. SMPN 2 Doloksanggul, Humbang Hasundutan, Sumatera Utara Memberikan Kritik dan Pujian Terhadap Hasil Karya Seni Buatan Siswa Sendiri Oleh Seventina Purba Guru SMPN 2 Doloksanggul Materi mengkritik dan memuji berbagai karya (seni/ produk) dengan bahasa yang lugas dan santun merupakan materi untuk siswa kelas IX. memberikan kritikan atau pujian terhadap karya seni karena pemahaman siswa tidak sama dengan pemahaman pelukis terkenal. Lalu saya mencoba menyuruh siswa untuk membuat karya seni sendiri. Selama ini dalam membawakan materi ini saya hanya berfokus pada ceramah tentang bagaimana cara menyampaikan kritik dan pujian terhadap karya seni yang ada di buku teks atau mencari karya seni milik pelukis terkenal, lalu mereka menuliskannya pada buku tugas masing-masing. Adapun langkah-langkah yang saya buat dalam kegiatan ini adalah, yang pertama saya memberikan kertas HVS kepada setiap siswa. Lalu siswa diminta untuk membuat karya seni sendiri-sendiri. Dalam hal ini saya memberikan kebebasan kepada siswa untuk menuangkan ide tentang gambar apa yang mereka buat. Setelah saya lihat hasilnya, ternyata hasil kritikan yang mereka buat tidak sesuai dengan yang diharapkan. Kalau saya perhatikan siswa kesulitan untuk Setelah selesai menggambar saya meminta siswa unyuk mengumpulkan hasil karya masing-masing di tengah meja kelompok.Yang berikutnya 104 Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs adalah setiap kelompok berdiskusi untuk menentukan satu karya terbaik yang akan ditukarkan ke kelompok lain untuk dikomentari. Setelah ditukar setiap kelompok memberikan kritikan dan pujian terhadap karya kelompok lain. Ternyata siswa menjadi lebih aktif dan senang karena mereka lebih leluasa untuk mengkritik dan memuji karya teman sendiri. Setelah selesai mengkritik dan memuji setiap kelompok secara bergiliran mempresentasikan hasil diskusinya. Saya perhatikan dengan menggunakan cara seperti ini siswa lebih semangat dan lebih mudah untuk memberikan kritikan dan pujian terhadap karya temannya sendiri. Disamping itu siswa juga lebih kreatif dalam membuat karya seni. PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS Salah satu hasil karya menulis pengalaman imajinatif siswa yang dibuat dalam bentuk komik. SMPN 1 Bukateja, Purbalingga, Jawa Tengah Buat Bahasa Inggris Menjadi Menyenangkan Melalui NET dan MST Membuat pembelajaran bahasa Inggris menjadi menyenangkan, merupakan strategi Bapak Soderi, guru kelas VIII SMPN 1 Bukateja untuk membuat siswanya mampu menggunakan bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari. Dua pembelajaran berikut menjadi buktinya. 106 Oleh Soderi, Guru SMPN 1 Bukateja Pada pembelajaran menulis teks recount tidak hanya pada pemahaman penggunaan kata kerja terutama irregular verb, tetapi juga pada gagasan cerita. Siswa masih kesulitan untuk merangkai suatu peristiwa dengan peristiwa yang lain menjadi suatu cerita. Ketika siswa diminta menulis pengalaman pribadi selama liburan Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs misalnya, mereka mengalami kesulitan mengembangkan tulisan karena sebagian dari mereka tidak mempunyai pengalaman liburan yang bervariasi. Hal ini menjadikan siswa merasa tidak nyaman di awal proses penulisan dan tidak tertarik untuk meneruskan tugas menulisnya. Dengan menggunakan never ending timelines (NET), pembelajaran menulis teks recount dapat meningkatkan kemampuan siswa menulis teks mono- log pendek berbentuk teks recount dengan lebih panjang dan teliti. Kegiatan guru difokuskan pada upaya meningkatkan penggunaan kata kerja past tense sebanyak mungkin dalam teks recount dengan cara menyenangkan. Setelah kegiatan pendahuluan, kegiatan dilanjutkan dengan mendengarkan sebuah teks recount pendek tidak lebih dari lima kalimat, yang berisi pengalaman guru pergi ke sawah. Siswa diminta untuk menuliskan kata kerja dari cerita yang diperdengarkan. Selanjutnya guru mengajak siswa untuk bersama-sama menceritakan kembali cerita tersebut dengan bantuan kata kunci yang mereka tulis. Beberapa siswa juga diminta menceritakan kembali cerita tersebut sendiri dengan bantuan kata kunci secara lisan. Guru juga memberi kesempatan siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami. Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan merangkai NET, yaitu suatu draf cerita yang berupa rangkaian kata kerja sebagai kata kunci yang merupakan kontribusi dari seluruh siswa dalam kelas. Hal pertama yang dilakukan guru adalah membuat bagan timeline berupa rangkaian kotak atau bentuk lain di papan tulis. Jumlah kotak yang dibuat selanjutnya tergantung dari berapa banyak sumbangan ide cerita yang diberikan siswa. Guru menentukan giliran siswa dan membuat kesepakatan berapa kali satu kata kunci boleh berulang. Para siswa saling berebut untuk mendapat giliran menyumbang kata kunci. Di akhir sesi ini, papan tulis penuh dengan timeline yang terisi kata kerja bentuk past tense. Kata kerja past tense ini dipilih yang sesuai dengan konteks cerita, yaitu peristiwa yang terjadi dalam satu pekan. Upaya guru untuk mengeksplorasi kemampuan siswa dalam menyebutkan kata kerja past tense ini diharapkan bisa maksimal di sesi ini. Guru dapat membantu siswa yang kesulitan menemukan ide dengan mengajaknya berimaginasi tentang peristiwa apa yang menarik yang mungkin terjadi pada tokoh cerita. Selanjutnya, guru mengajak siswa membaca rangkaian kata kunci dengan nyaring, mempersilahkan siswa menanyakan kata kunci yang belum dipahami dan memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk menjawab. Kegiatan berikutnya, berdasarkan kata kunci di NET setiap siswa diminta menulis satu kalimat pada kertas post it, dan menempelkannya pada kotak NET. Siswa bersama-sama mengklarifikasi jawaban temannya dengan cara membacanya secara nyaring, serta memperbaiki kalimat yang dinilai kurang tepat. Sesi pembacaan nyaring diwarnai gelak tawa siswa karena alur cerita mengalir ke sana kemari menjadi cerita yang lucu, menyenangkan, kemudian berbalik menyedihkan atau bahkan cerita menjadi tidak masuk akal. Kegiatan dilanjutkan dengan free writing. Siswa diminta menulis pengalaman imaginatifnya selama sepekan. Siswa dibebaskan mengungkapkan tulisannya dalam berbagai bentuk, misalnya komik. Di akhir kegiatan, siswa saling mengunjungi karya temannya. Karya siswa terbaik digantung di bawah jendela depan kelas. Timeline berupa rangkaian kotak atau bentuk lain. Bahasa Inggris 107 Setelah kegiatan pendahuluan, kegiatan dilanjutkan dengan membaca senyap sebuah MST. Teks yang dibaca terdiri dari dua kalimat. Guru membaca teks dan siswa menirukan untuk membaca nyaring. Guru mengajak siswa untuk bersama-sama memahami cerita dengan menggunakan mind map. Siswa berdiskusi untuk mengerjakan tugas kelompok tersebut di LK. Hasil karya individu salah seorang siswa berupa komik dalam penggunaan mini story text dalam pembelajaran menulis kreatif. Pembelajaran berikutnya mengenai penggunaan Mini Story Text dalam pembelajaran menulis kreatif. Dalam pembelajaran bahasa Inggris di SMP, upaya meningkatkan kemampuan literasi informasi seringkali berbenturan dengan budaya baca dan tulis siswa yang masih rendah, apalagi untuk membaca dan menulis dalam bahasa Inggris. Pada pembelajaran teks narrative, bacaan yang digunakan biasanya merupakan teks yang panjang dengan struktur kalimat yang kompleks. Teks bacaan yang panjang ini seringkali membuat siswa malas untuk membacanya dan mereka mengalami 108 Beberapa siswa selanjutnya diminta mengisi mind map di papan tulis. Guru kemudian mengajukan beberapa pertanyaan secara lisan berdasarkan mind map tesebut, misalnya dengan pertanyaan “Who rode the tricyle?”. Siswa dalam kelompok menjawab secara lisan. Jawaban yang diharapkan dari siswa berupa kalimat lengkap, misalnya “Jake and Kate rode the tricycle.” Melalui kegiatan ini diharapkan siswa berlatih struktur kalimat. kesulitan untuk memahami isi ceritanya. Tugas menulis cerita menjadi lebih sulit bagi siswa, ketika teks model panjang dan kompleks. Penyediaan teks cerita sangat pendek (a mini story text - MST) dapat membantu siswa meningkatkan literasi informasi melalui kegiatan membaca dan menulis yang menyenangkan. Penggunaan MST sebagai variasi materi pembelajaran mampu mengurangi kejenuhan siswa dalam pembelajaran membaca dan menulis. MST juga efektif sebagai teks model yang dimanfaatkan dalam pembelajaran berbicara atau menulis cerita. Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs Contoh mini story text dan lembar kerja mind map. Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan membuat timelines dari MST yang telah dibaca. Guru membuat bagan timelines di papan tulis. Jumlah kotak pad timelines yang dibuat berdasarkan jumlah kelompok yang ada dalam kelas, yakni delapan kotak. Tugas siswa adalah mengisi kotak timelines dengan kata kerja bentuk past tense dengan menjawab pertanyaan “What happened next?” Setiap kelompok harus menjawab dengan kata kerja yang berbeda. Guru terlebih dahulu menentukan giliran kelompok untuk menjawab. Kreatifitas siswa akan menentukan bagaimana cerita akan berakhir. Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan menulis kalimat berdasarkan kata kerja yang tertulis di timelines di papan tulis. Guru memberi waktu kepada siswa untuk berpikir. Guru membagikan kertas post it pada masing-masing siswa untuk menuliskan kalimat tersebut. Siswa kemudian diminta membacakan jawabannya dengan giliran sesuai dengan urutan kata kerja pada timelines. Kertas post it yang sudah bertuliskan kalimat dari siswa selanjutnya ditempel pada kotak timelines sesuai dengan kata kuncinya. diminta untuk melanjutkan cerita sesuai dengan kreativitas masingmasing. Penulisan cerita dimulai dengan pembuatan timelines seperti telah dicontohkan pada kegiatan sebelumnya. Guru mempersilakan siswa untuk membuat cerita dalam bentuk narasi atau pun komik. Pada kegiatan akhir, siswa saling bertukar hasil karya untuk mendapatkan masukan atau saran sebelum dilakukan finishing hasil karya. Selanjutnya guru memberikan empat buah MST pada masing-masing kelompok, sehingga tiap siswa dalam satu kelompok memiliki MST yang berbeda. Dari MST tersebut siswa Lembar kerja siswa untuk panduan menulis kreatif. Bahasa Inggris 109 Guru mendampingi siswa yang sedang membuat teks prosedur dari kemasan cemilan. SMPN 3 Fanayama, Nias Selatan, Sumatera Utara Penggunaan Plastik Kemasan Cemilan Pada Pembelajaran Teks Prosedur Bapak Agustinus Sihura memiliki banyak cara untuk membuat siswa lebih terlatih dalam menerapkan kemampuan bahasa Inggrisnya. Oleh Agustinus Sihura Guru SMPN 3 Fanayama Menjelaskan bentuk teks prosedur dengan metode ceramah kurang menarik minat siswa untuk belajar. Metode ini juga tidak mengefektifkan kegiatan siswa dalam mengamati dan menemukan langsung bentuk-bentuk sederhana teks prosedur yang ada dalam kehidupan mereka sehari-hari. Maka, saya menggunakan plastik kemasan berbagai jenis cemilan yang 110 memuat langkah-langkah pembuatan produk tersebut. Teks prosedur adalah teks yang memuat langkah-langkah untuk membuat sesuatu. Entah itu produk makanan, produk kerajinan, dan lainnya. Pembelajaran dengan mengunakan media yang tak membutuhkan biaya ini dilaksanakan dalam durasi 2 x 40 menit. Petunjuk kegiatan yang dilakukan siswa tertulis jelas dalam tiga lembar kerja (LK). Adapun langkah kegiatan yang dilakukan siswa pada LK 1, yaitu: 1. Temukan plastik kemasan cemilan! 2. Baca dan pahami tulisan yang ada dalam kemasan cemilan. Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs Seusai siswa melakukan kegiata LK 1, saya membagikan LK 2 dengan petunjuk sebagai berikut: Diskusikan dengan teman sekelompok anda pertanyaan dalam LK! 1. Tuliskan nama produk kemasan yang anda baca! 2. Tuliskan apa saja tulisan yang dimuat dalam kemasan cemilan yang telah anda baca! Setelah siswa menyelesaikan kegiatan LK 2, saya meminta dua perwakilan kelompok untuk membacakan hasil diskusi. Siswa mengemukakan bahwa mereka menemukan tulisan yang memuat bahan-bahan yang digunakan (material) dan langkah pembuatan (step). Lalu, saya memberi penguatan bahwa tulisan yang anda baca itu merupakan contoh teks prosedur. Selanjutnya, saya memberikan tugas individu melalui LK 3, dengan petunjuk: Temukanlah cara membuat sesuatu, misalnya membuat segelas kopi. Tuliskan materi yang diperlukan dan langkah pembuatannya. Setelah menyelesaikan pekerjaan yang ada di LK 3, saya meminta lima orang siswa (satu orang/kelompok) untuk membacakan tulisannya di depan kelas. Saya senang sekali karena siswa mengikuti pelajaran ini dengan baik. Mereka sangat aktif mencari sumbersumber tulisan sendiri. “Sangat menyenangkan, menarik, dan menantang, Pak,” kata mereka karena mereka harus aktif mencari sumber sendiri. Berdasarkan hasil tulisan siswa “teks prosedur” yang rata-rata cukup memuaskan, saya menyimpulkan bahwa: 1. Siswa memiliki kemudahan untuk memahami dan menguasai materi pembelajaran ketika pembelajaran menggunakan media. 2. Siswa tertarik untuk belajar ketika mereka ditantang untuk menemukan sendiri. 3. Pembelajaran dengan model ini membuat siswa lebih banyak berperan dan kreatif selama kegiatan pembelajaran. Kesimpulan ini berdasarkan refleksi yang ditulis oleh siswa pada kegiatan akhir pembelajaran dan hasil pengamatan serta hasil kerja siswa. Contoh pembelajaran lainnya yang saya fasilitasi yaitu, menulis teks deskripsi dengan memanfaatkan tumbuhan di sekitar sekolah sebagai media. Meminta siswa menulis teks deskripsi dari benda yang tidak tersedia di lingkungan sekolah terasa kegiatan yang abstrak. Karena itu siswa sering mengalami kesulitan. Untuk mengatasi kesulitan ini, saya mencoba memanfaatkan tumbuhan di sekitar sekolah sebagai media untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis teks deskripsi. Teks deskripsi adalah teks yang menggambarkan atau memaparkan sesuatu benda, objek atau seseorang secara detail. Jadi dengan pembelajaran ini siswa bisa memberikan gambaran atau memaparkan sesuatu secara detail. Teks prosedur yang dibuat siswa yang bahannya dibuat dari kemasan cemilan. Pembelajaran menulis teks deskripsi dengan mengamati tumbuhan yang ada di sekitar sekolah ini memberikan kemudahan kepada siswa untuk mengetahui secara dekat dan akurat objek yang perlu dideskripsikan. Bahasa Inggris 111 Siswa sedang mengamati tumbuhan yang ada di sekitar sekolah. Kegiatan ini memberikan kemudahan kepada siswa untuk mengetahui secara dekat dan akurat objek yang perlu dideskripsikan (kiri). Salah satu hasil karya siswa yang mendeskripsikan sebuah pohon dalam bahasa Inggris (kanan). Adapun langkah kegiatan yang dilakukan siswa dengan mengacu pada lembar kerja, sebagai berikut: 1. Amati secara dekat salah satu jenis tumbuhan yang ada di sekitar sekolah. 2. Berdiskusi dengan teman sekelompok untuk merampungkan hasil pengamatan anda! 3. Tuliskan deskripsi tumbuhan yang sudah diamati dan diskusikan! (tulisan minimal memuat dua paragraf). Setelah siswa menyelesaikan kegiatan 112 LK, saya meminta setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja mereka secara bergantian dan memberi masukan terhadap kelompok lain. Seusai kegiatan presentasi, saya meminta siswa untuk memajangkan hasil kerja. Para siswa mengatakan bahwa mereka menyukai kegiatan belajar seperti ini karena mereka terlibat langsung dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil kerja siswa, saya menyimpulkan bahwa: 1. Mengamati objek yang dideskripsikan secara langsung, memudah- Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs kan siswa untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan lengkap. 2. Menggunakan tumbuhan di sekitar sekolah sebagai objek teks deskripsi memberikan pengetahuan tambahan terhadap siswa untuk mengetahui gambaran yang jelas terhadap objek yang diamati. 3. Pembelajaran menjad lebih konkret dan menarik. 4. Siswa menjadi lebih interaktif. Kesimpulan ini berdasarkan refleksi yang ditulis oleh siswa pada kegiatan akhir pembelajaran dan hasil pengamatan serta hasil kerja siswa. Hasil karya siswa membuat komik aktivitas sehari-hari dalam bahasa Inggris. dengan teman yang bisa menggambar dengan baik. Meskipun menurut Ibu Haryati, penilaian bukan dari gambar melainkan isi penulisan dalam bahasa Inggris seperti grammar dan vocabulary. MTsN 2 Tangerang, Banten Buat Komik Berbahasa Inggris Ibu Haryati, guru bahasa Inggris kelas VIII MTsN 2 Tangerang mengajak siswanya untuk lebih terampil mengungkapkan pendapatnya dengan bahasa Inggris. Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai adalah siswa mampu menyampaikan pendapat secara tertulis dengan tepat dan baik. “Good morning class! Today we learn how to express our opinion through daily activities. In the beginning, what do you do usually every morning?” tanya Ibu Haryati kepada seluruh siswa. Siswa saling bersahutan tunjuk tangan menjawab pertanyaan gurunya. “Okay, thank you for quick response.” Ibu Haryati menuliskan satu per satu jawaban siswa di papan tulis seperti pray, take a bath; have breakfast; go to school, dll. Lalu Ibu Haryati bertanya lagi, “What time do you have breakfast, Rina?” Siswa yang bernama Rina menjawab, “I have breakfast at 6 am.” Kemudian Ibu Haryati membagikan karton, pensil dan crayon ke setiap kelompok siswa yang beranggotakan 4-5 siswa. “Class, I'd like to ask all of you to work in groups. Kalian sekarang bekerja dalam kelompok. Make one comic of daily activities for each group! Buat satu komik secara runut dalam bahasa Inggris tentang kegiatan seharihari!” seru Ibu Haryati. “Any questions? Ada pertanyaan?” tanyanya lagi. Dalam kelompok siswa berbagi tugas Siswa berdiskusi dalam kelompok menyusun rencana gambar dan kalimat untuk tiap satu kotak komik. Setelah idenya sudah disepakati, siswa yang ahli menggambar membuat gambar tiap kotak komik. Seluruh siswa di kelompok membantu memberi warna dan menuliskan kalimat aktivitas per kotak komik. Selesai membuat komik, komik dipasang di dinding kelas dan siswa melakukan kunjung karya untuk menyimak dan menilai hasil karya kelompok lain. Guru tidak menentukan hasil kelompok dari gambar yang bagus tetapi dari kalimat berbahasa Inggris yang baik dan benar dari setiap adegan komik dalam tiap kelompok. Hasil kelompok dipajang di dinding kelas. Kelompok yang memiliki gambar yang menarik dan sedikit kesalahan dalam penulisan akan dipamerkan di mading sekolah. Bahasa Inggris 113 Label obat yang dipelajari oleh siswa untuk memahami cara penggunaan obat yang benar. SMPN 5 Kota Cimahi, Jawa Barat Pahami Label Obat Hindari Bahaya Kimia Oleh Tita Trisnawati SMPN 5 Kota Cimahi Siswa kerap kesulitan memahami label obat-obatan berbahasa Inggris. Padahal pemahaman label obat-obatan sangat penting untuk menghindari kesalahan penggunaan obat-obatan, terutama yang dijual bebas (OtC–Over the Counter medicine). Untuk itu, saya merancang pembelajaran untuk memfasilitasi siswa melakukan latihan guna mengasah keterampilan mereka membaca label obat-obatan. Saya letakkan kegiatan ini dalam kerangka pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Dengan pendekatan ini, saya biarkan siswa mengaitkan materi yang diajarkan 114 dengan situasi dunia nyata dan mendorong mereka belajar lebih bermakna melalui kegiatan mengalami sendiri dalam lingkungan alamiah. Selain mengetahui, mengingat, dan memahami penjelasan guru, siswa berkesempatan menemukan faktafakta di lapangan. Sejak awal proses pembelajaran, siswa sudah duduk dalam kelompok kecil yang beranggotakan lima hingga enam orang. Kelompok kecil memungkinkan siswa bekerjasama lebih intens dan setiap orang tertantang untuk ambil bagian secara aktif. Kelompok kecil tidak memberikan peluang kepada setiap siswa untuk berleha-leha dalam proses belajar. Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs Saya jelaskan kepada para siswa apa yang dimaksuddengan Over the Counter Medicine, yaitu obat yang dijual bebas, tanpa resep dokter. Untuk proses pembelajaran, saya meminta siswa membawa dua botol bekas obat sirup, bekas kemasan obat anti sakit (tablet) dan bekas kemasan obat batuk (kapsul). Untuk mendorong siswa memahami isi label obat, guru melontarkan pertanyaan pancingan antara lain,”Temukan direksinya, dan apa isinya? Di mana letak Warning? Di mana letak Ingredients?” Siswa terlibat aktif mengidentifikasi komponen-komponen yang ada pada label OtC medicine, menuliskan setiap istilah yang ada pada label obat-obatan, dan membuat daftar kosa kata yang berkaiatan dengan istilah obat-obatan. Lalu, saya biarkan setiap kelompok berdiskusi awal mengenai keterangan setiap komponen itu. Setelah siswa mendapatkan pemahaman yang cukup mengenai OtC, siswa diberi tugas di luar jam pelajaran untuk pergi ke apotek terdekat untuk membeli obat-obatan bebas (OtC medicine). Setiap kelompok membeli satu jenis obat dengan harga maksimal Rp.10.000,00 ( per siswa Rp 2.000,00) dan menanyakan lebih jelas tentang OtC medicine kepada apoteker. Dengan mendatangi ahlinya secara langsung di apotek terdekat, siswa dapat mengkonfirmasi kebenaran segala informasi tentang obatobatan dari guru. Siswa juga lebih leluasa mengelaborasi informasi dari guru dengan bertanya langsung pada ahlinya. bahasa Inggris, untuk mendapatkan kejelasan mengenai bagian-bagian yang terasa belum jelas. Proses pembelajaran ini memberikan tiga dampak penting bagi siswa. Pertama, siswa mengalami kemajuan dalam memahami teks bahasa Inggris singkat berupa label. Kedua, pemahaman mereka tentang label obat-obatan meningkat secara signifikan, khususnya mengenai label obat-obatan yang dijual bebas (OtC Medicine). Ketiga, siswa lebih berani bertanya dan lebih memiliki hasrat akademik untuk memahami suatu objek ilmiah. Kembali ke kelas, setiap kelompok bekerjasama membuat laporan field trip. Setiap kelompok membuat daftar obat-obatan yang ditemukan dan menyertakan labelnya. Mereka membuat deskripsi singkat dengan mengacu pada label yang relevan dan menyusun sebuah laporan singkat dalam waktu satu minggu. Laporan tersebut dapat disajikan dalam bentuk powerpoint, word, atau ditulis tangan pada kertas. Setiap kelompok kemudian menyajikan laporan itu di depan kelas. Perwakilan kelompok membacakan label setiap obat dan memberikan penjelasan singkat dalam bahasa Inggris mengenai maksud label tersebut. Anggota kelompok lain diberi kesempatan bertanya, juga dalam Salah satu laporan yang dibuat siswa dalam bentuk question (Q) dan answer (A) tentang informasi dalam label obat berbahasa Inggris. Bahasa Inggris 115 Siswa secara berkelompok mengamati 'NOTICE' yang diperolehnya, kemudian membuat notice dengan katakatanya sendiri. MTsN Ciruas Kabupaten Serang, Banten “Sekarang Saya Jadi Ngerti Notice!” Bapak Arif Fahrudin, guru bahasa Inggris MTsN Ciruas Kabupaten Serang membahas materi pokok Notice, Caution,Warning. Notice adalah suatu tulisan/tanda untuk memberi informasi, instruksi, atau peringatan kepada publik. Caution atau Warning adalah peringatan atau saran yang ditujukan untuk publik/khalayak umum tentang sebuah bahaya atau resiko yang mungkin terjadi. Tujuan dari pembelajaran adalah siswa memahami dan mengerti notice, caution/warning pada tempat-tempat 116 tertentu. Kegiatan pembelajarannya, pertama adalah kegiatan mengamati grammar dan menanya. Pak Arif menunjukkan contoh-contoh tanda/peringatan yang biasa ditemui di tempat umum. “What is this, Class?” tanya guru saat menunjuk di layar papan tulis berupa tanda gambar rokok dicoret. Seluruh kelas serempak menjawab, “No Smoking!” Kemudian guru menunjuk seorang siswa laki-laki yang duduk di depan kelas, “Ari, could you explain Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs the meaning of this sign, please?”Ari pun menjawab, “We can not smoke around this area, Sir.” Kemudian, guru juga bertanya kepada siswa lain tentang gambar 'caution/ warning' seperti gambar dilarang berenang. Siswa pun menjelaskannya sebagai berikut, “Sir, this warning says this swimming pool is dangerous for swimming.” Jawaban disambut dengan gelak tawa seisi kelas karena aksen berbahasa Inggris siswa tersebut. Kedua adalah kegiatan mengumpulkan informasi. Guru meminta siswa secara berpasangan mendiskusikan soal teks caution/notice yang diberikannya. Siswa secara berpasangan diminta berdiskusi hal-hal yang menjadi ciri-ciri notice atau caution. Setelah lima menit berdiskusi, guru meminta beberapa pasang siswa untuk menjelaskan hasil diskusi. Guru berhasil mencatat jawaban yang bagus dari sepasang siswa yang menjelaskan ciri-ciri notice atau caution. satu teks caution/notice yang diperolehnya. Pembelajaran ditutup dengan pembagian lembar kerja untuk setiap siswa yang dikerjakan secara individu. Mereka diminta membuat teks caution/notice masing-masing. Sambil menulis di lembar kerja, seorang siswa berkata kepada siswa yang lain, “Sekarang, saya jadi ngerti notice!” “Menurut kami, notice atau caution menggunakan tidak banyak kata alias singkat dan juga agar mudah dipahami menggunakan gambar,” kata siswa tersebut. Ketiga adalah kegiatan mengolah informasi, guru memberikan tiga amplop untuk setiap kelompok. Amplop tersebut berisi guntingan kertas yang berisi kata acak dari teks caution/notice. Secara berkelompok siswa menyusun kata-kata acak menjadi teks caution/notice yang benar. Pak Arif sudah menempelkan gambar peringatan di papan tulis. Kelompok bertugas mencocokkan kata-kata yang telah disusun dan meletakkan di gambar yang sesuai di papan tulis. Kemudian kegiatan mengomunikasikan dalam pleno. Guru meminta perwakilan siswa mempresentasikan secara pleno teks caution/notice yang diperoleh setiap kelompok. “Do not park here. It means we can not park in that area,” kata salah seorang siswa menyampaikan salah Pak Arif Fahrudin sedang melakukan kegiatan apersepsi tentang informasi notice yang biasa ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa Inggris 117 Siswa mempraktikkan teknik Talking Stick. MTsN Tanah Jambo Aye, Aceh Utara Tongkat berbicara untuk Tingkatkan Minat Speaking Siswa Oleh Amniwati SPd I Guru MTsN Tanah Jambo Aye Speaking adalah salah satu keterampilan penting yang harus dikuasai siswa SMP/MTs dalam pembelajaran bahasa Inggris disamping 3 keterampilan lainnya yaitu reading, writing dan listening. Melalui speaking, siswa dapat menyampaikan ide mereka untuk berkomunikasi dengan orang lain. Namun kenyataannya, sebagian siswa menghadapi berbagai masalah dalam speaking, meskipun mereka telah belajar bahasa Inggris selama beberapa tahun. Masalah tersebut juga dihadapi oleh siswa MTsN Tanah Jambo Aye 118 kelas VIII. Mereka merasa kesulitan dalam pembelajaran speaking karena kurangnya vocabulary maupun kurangnya penguasaan grammar. Siswa merasa takut salah ketika berbicara bahasa Inggris. Mereka juga merasa malu untuk speaking baik dengan sesama teman maupun untuk tampil di depan kelas. Siswa juga tidak mempunyai waktu yang cukup untuk speaking di dalam kelas. Dan masalah yang sangat penting adalah kurangnya variasi teknik pembelajaran yang digunakan guru ketika mengajar di kelas. Tujuan pembelajaran ini adalah untuk meningkatkan minat speaking siswa, Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs meningkatkan motivasi dalam belajar speaking, memberikan kesempatan untuk melakukan speaking tanpa rasa malu dan takut dan menghindari kejenuhan siswa dengan variasi Talking Stick atau tongkat bicara ketika proses pembelajaran. Dengan teknik pembelajaran ini, siswa bekerja sama dalam kelompok. Setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk menyampaikan ide mereka tanpa takut salah dan tanpa adanya interupsi atau sanggahan dari siswa lain. Siswa bebas menyampaikan pendapat mereka. Caranya, siswa yang memegang tongkat harus menjawab pertanyaan dari guru dan temannya. Setiap siswa diberi kesempatan untuk bertanya sesuai dengan kesepakatan awal dalam kelompok, artinya terlebih dahulu mereka mempersiapkan pertanyaan yang akan dilontarkan pada kelompok atau siswa lainnya. Teknik ini dapat memotivasi siswa meningkatkan kemampuan speaking siswa dengan cara yang lebih santai dan menyenangkan. Siswa merasa senang, santai dan tertarik dengan pembelajaran sehingga guru lebih mudah untuk mengajarkan mereka dalam proses pembelajaran speaking. Terlihat juga siswa lebih aktif dalam menjawab pertanyaan, berbicara dan bekerjasama dengan temannya sehingga mereka tidak merasa bosan. Proses pembelajarannya sebagai berikut: Tongkat diletakkan di atas meja, siswa duduk melingkar mengelilingi meja. Setelah menjelaskan aturan permainannya, guru meminta siswa untuk membaca sebuah materi dan mendiskusikannya dengan teman lain atau secara berpasangan. Kemudian guru mengangkat tongkat, lalu memberikan dan menggilirkannya kepada siswa dengan diiringi musik. Musik berhenti dan siswa yang memegang tongkat di tangannya harus menjawab pertanyaan dari guru atau guru meminta siswa tersebut untuk bertanya. masukan atau komentar kepada pembicara sampai semua siswa mendapat giliran. “Kami merasa waktu berjalan sangat cepat dan tanpa terasa dua jam pelajaran sudah berlalu. Kamipun memahami materi dengan mudah, teman-teman berani berbicara untuk mendeskripsikan gambar yang disajikan oleh guru tanpa takut salah,” ungkap Raisa salah seorang siswa kelas VIII. Dampaknya, Tongkat Bicara dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar speaking hal itu terbukti dari pembelajaran menggunakan Talking Stick Technique score speaking siswa meningkatkan dari biasanya 60-70, menjadi 85. Respon siswa dalam pembelajaran speaking khususnya materi Describing People menjadi lebih aktif, lebih tertarik dan termotivasi serta suasana kelas selama proses pembelajaran sangat menyenangkan. Siswa yang mendapatkan tongkat menjadi lebih termotivasi untuk berani berbicara dalam bahasa Inggris. Dalam pembelajaran ini, guru membangun diskusi di antara mereka dengan meminta siswa lain memberi Bahasa Inggris 119 Siswa berada di kantor sekolah dan berusaha mengidentifikasi benda-benda di dalamnya untuk disusun dalam kalimat bahasa Inggris. MTs Jabal Nur, Parepare, Sulawesi Selatan Merangkai Kata Bahasa Inggris Lewat Metode Discovery Learning Oleh Khairunnisa Hatta Guru MTs Jabal Nur Belajar bahasa Inggris sering kali hanya belajar di ruang kelas saja, padahal bahasa adalah media mengungkapkan semua hal yang ada di sekitar kita. Dengan metode discovery learning, saya berusaha mengajar siswa berbahasa Inggris secara praktis dimulai dari lingkungan sekitar. Dalam metode discovery learning, bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir atau sudah jadi, tetapi siswa dituntut melakukan berbagai kegiatan menghimpun, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasi informasi dan membuat kesimpulan. Guru berfungsi sebagai pemandu. 120 Agar siswa kelas VII MTs yang baru saja belajar bahasa Inggris ini bisa mengomunikasikan hal-hal yang terkait lingkungannya, berikut langkahlangkah pembelajaran yang saya terapkan dengan metode discovery learning. Pertama, siswa dibentuk kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang; Kedua, guru menentukan tempat setiap kelompok: office (kantor), canteen (kantin), field (lapangan), dan toilet (WC). Masing-masing kelompok berpencar dan mencari benda-benda yang ada di tempat dituju. Misalnya di kantin: gelas, mangkok, kue dan lainlain. Demikian juga di tempat lainnya. Mereka langsung mencari kosa kata Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs padanannya dalam bahasa Inggris lewat kamus yang mereka bawa dan dicatat di buku kecil. Bukan sekadar menuliskan nama benda-benda yang didapatkannya dalam bahasa Inggris, tapi juga setiap benda dibuatkan kalimat deskriptif yang menggambar-kan letaknya. Misalnya, there are glasses in the cabinet, the plate is near the window dan lainlain. Oleh karena itu, proses pembelajarannya mencakup dua hal, yaitu mencari benda-benda di tempat tersebut, dan menggambarkan dalam kalimat yang menunjukkan tem-pat benda itu berada. Tiap kelompok kemudian mempresentasikan hasil menulisnya. Masing-masing kelompok ditugaskan minimal mencatat tujuh kosa kata baru yang bisa dikembangkan dalam kalimat baru. Salah satu hasil karya kelompok siswa yang bertugas mengamati kantor, mereka tulis tujuh kata benda yang mereka dapatkan disana. Kata tersebut adalah table, chair, pen, computer, and lamp. Mereka juga menguraikan masing-masing menjadi kalimat seperti, there is a table beside a chair; there is a pen in the pail dan lain-lain. Beberapa kalimat yang disusun memang masih salah dan tugas saya sebagai guru adalah membimbingnya. Kegiatan ini tanpa disadari membuat siswa mampu mengungkapkan bendabenda di lingkungannya dalam bahasa Inggris dengan cukup baik. Dari awal mereka dikenalkan bahwa berbahasa Inggris itu bukan hal yang kompleks, bisa dimulai dari hal sederhana seperti mengungkapkan benda-benda di lingkungan kita sendiri. “Saya sangat senang dengan pembelajaran seperti ini. Belajar bahasa Inggris tidak melulu lewat buku paket. Lebih cepat menangkap kalau membahasakan dahulu apa-apa yang ada di sekitar saya,” ujar Syahrir siswa kelas VII. Salah satu hasil karya siswa kelompok. Bahasa Inggris 121 Nuke ini mengajak 32 siswa di kelasnya membuat wayang sendiri selama 30 menit. “Cukup menggunakan kertas, lidi, dan spidol warna-warni,” ujar Bu Nuke. Asyiknya, siswa dapat menggambar karakter cerita sesuai keinginan mereka di lembar kertas yang sudah digunting. Siswa tinggal mewarnai dan menghias guntingan kertas tersebut sehingga menunjukkan jenis kelamin, usia, dan paras wajahnya. Apakah itu perempuan atau laki-laki, tua atau muda, berwajah cantik atau buruk rupa. Siswa sedang menggunakan wayang kertas untuk mempraktikkan kemampuan story telling. SMPN 2 Dlanggu, Mojokerto, Jawa Timur Wayang Kertas Buat Siswa Mahir Story Telling Ibu Lismarini SPd, guru bahasa Inggris SMPN 2 Dlanggu, Mojokerto, mempunyai cara tersendiri agar bahasa Inggris mudah dipelajari dan dipahami siswa kelas VIII. Dia memilih wayang sebagai media untuk belajar extensive reading melalui story telling. Namun, jangan membayangkan wayang yang terbuat dari kulit kerbau. Wayang ini bahannya sederhana dari peralatan yang mudah diperoleh di sekitar rumah siswa. Berbeda dengan pembelajaran lain 122 yang sering menggunakan boneka yang dibeli di toko untuk mendongeng karena bentuk wajahnya sudah sesuai dengan karakter cerita, pembelajaran di kelas ini menggunakan boneka buatan siswa sendiri. Hal ini karena untuk membeli boneka, siswa harus pergi ke Kota Mojokerto yang jaraknya cukup jauh dari Kecamatan Dlanggu yang wilayahnya berada di lereng gunung. Tidak ingin mempersulit siswa, akhirnya guru yang akrab dipanggil Bu Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs Story telling merupakan keterampilan yang harus dikuasai siswa SMP. Tujuannya agar siswa mampu mendongeng dalam Bahasa Inggris. Hambatannya, siswa mengalami kesulitan jika disuruh menghapalkan kosakata bahasa Inggris. Antara pelafalan dan pemahaman makna kata serta cara penyampaiannya dalam bentuk tulisan kurang sesuai. Wayang kertas merupakan usaha Bu Nuke agar belajar bahasa Inggris lebih menyenangkan. Untuk memulai kegiatan ini, Bu Nuke membentuk siswa menjadi kelompok-kelompok kecil. Satu kelompok anggotanya terdiri dari enam orang. Tugas mereka berdiskusi menyatukan pemahaman contoh teks cerita yang telah diberikan guru. Teks cerita ada dua judul, siswa perempuan membaca teks berjudul “A Girl” sedangkan siswa laki-laki membaca cerita berjudul “A Boy”. Pada konsep narrative text, tulisan yang disampaikan kepada siswa ada yang dimaksud dengan orientation, complication, dan re-orientation. “Sebagai pengantar tulisan, teks yang saya bagikan di paragraf pertama masuk dalam orientation, selanjutnya paragraf kedua hingga akhir cerita disebut complication dan re-orientation. Tugas siswa mencari mana yang termasuk orientation, complication, dan re-orientation,” papar Bu Nuke. siswa membuat wayang sesuai dengan karakter dalam cerita yang sudah dikembangkan. Terakhir siswa mendongeng dengan menggunakan wayang kertas itu di depan temantemannya. “Saya senang sebab pelajaran mendongeng ini memudahkan saya belajar tentang materi story telling,” ucap Nensi Nadiah Indiyani, salah satu siswi kelas VIIIA. Nensi dan temantemannya senang belajar bercerita dan mendongeng dalam bahasa Inggris. Selanjutnya, teks cerita diubah ke dalam dialog-dialog antar karakter sehingga kisahnya terasa lebih hidup. Ada saja kreasi cerita yang dibuat para siswa ini. Tokoh gadis dan laki-laki buruk rupa yang disampaikan Bu Nuke dikembangkan siswa menjadi kisah inspiratif. Nur Cahyanti, salah seorang siswa kelas VIIIA menuturkan bahwa buruk rupa dan kondisi ekonomi yang miskin tidak menghalangi seseorang untuk berusaha sendiri bangkit dan berhasil. Sementara Ragil Teduh Trisunu, siswa laki-laki kelas VIIIA, mengisahkan tokoh laki-laki yang buruk rupa itu tidak menemui masalah berarti dalam kehidupannya. Kerja kerasnya membuahkan hasil, apalagi dengan memperoleh warisan keluarga, maka usahanya berjalan dengan baik dan lancar. Begitu alur cerita sudah tersusun, Beberapa wayang kertas dan tulisan bahan melakukan story telling buatan siswa. Bahasa Inggris 123 Para siswa membuat kamus sendiri (kiri). Berbagai bentuk kamus karya siswa (kanan). MTs As'adiyah Puteri I Pusat Sengkang, Sulawesi Selatan Memperkaya Kosakata Siswa dengan Membuat Kamus Pribadi Oleh M Idris Hasanuddin MPdI Guru MTs As'adiyah Puteri I Pusat Sengkang Salah satu pengaruh positif dari pembelajaran program USAID PRIORITAS di Kabupaten Wajo adalah kegiatan pembelajaran dalam kelas menjadi lebih aktif, guru terinspirasi untuk mengembangkan memecahkan permasalahan dalam pembelajaran dan pada akhirnya siswa menjadi lebih aktif dan bersemangat untuk belajar. Hal yang sama juga terjadi di MTs As'adiyah Puteri I Pusat Sengkang khususnya pada pembelajaran bahasa Inggris di kelas VIII. 124 Permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran bahasa Inggris adalah keterbatasan penguasaan kosakata bahasa Inggris siswa sehingga siswa kesulitan belajar dan kurang bersemangat belajar bahasa Inggris. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan praktik pembelajaran yang menekankan pada penguasaan kosa kata bahasa Inggris khususnya yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Praktik tersebut yakni guru menugaskan siswa secara individu untuk membuat kamus pribadi yang memuat kosa kata seharihari. Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs Tujuan praktik ini adalah siswa diharapkan menguasai dan memperkaya kosa kata bahasa Inggris yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari mereka. Selain itu, praktik ini juga merangsang siswa belajar secara kreatif dan mandiri karena siswa membuat sendiri kamus sesuai dengan kebutuhannya. Praktiknya dalam kelas, guru menjelaskan secara umum tujuan tugas pembelajaran dan langkahlangkah kegiatan. Setelah itu, siswa dibagi dalam tiga kelompok besar yakni kelompok Noun (kata benda), kelompok Adjective (kata sifat) dan kelompok Verb (kelompok kata kerja). Langkah selanjutnya adalah menugaskan siswa dalam kelompok untuk mencari 30 kosa kata beserta artinya sesuai dengan kelas kata kelompoknya yang berhubungan dengan kegiatan di rumah. Contoh kelompok Noun mencatatkan kata room: kamar, wall: tembok, dan sejenisnya. Kelompok Verb mencatatkan kata cook: memasak, sweep: menyapu dan lain-lain. personal. Siswa ditegaskan agar kamus pribadi ini akan digunakan pada pembelajaran-pembelajaran selanjutnya. Setelah kelompok mengumpulkan kosakata, setiap anggota kelompok diberikan kesempatan untuk saling mengunjungi kelompok lain untuk mencatat kosakata yang didapatkan oleh kelompok tersebut. Langkah selanjutnya adalah menginstruksikan siswa untuk kembali ke kelompok asalnya. Hal itu juga terlihat dari hasil refleksi siswa yang mengungkapkan bahwa mereka bersemangat dan termotivasi untuk menambah kosa kata baru Dari kegiatan ini, siswa nampak antusias dan bersemangat untuk mengumpulkan kosa kata yang ditugaskan. Siswa menjadi lebih aktif membuka kamus dan berdiskusi dengan teman kelompoknya tentang kosakata baru yang mereka dapatkan. bahasa Inggris. Kegiatan hari-hari berikutnya yang kami lakukan adalah merangkai kata yang mereka dapatkan secara individu. Mereka saya minta membuat lima kalimat dari berbagai kosa kata yang mereka dapatkan selama ini. Selain tentang rumah, mereka juga saya tugaskan untuk membuat kamus kecil berdasarkan topik-topik khusus, seperti tentang komputer, kebun, piknik, pasar dan sebagainya. Setelah siswa kembali ke kelompok asalnya, siswa secara individu mengumpulkan kosakata yang mereka dapatkan dari kelompok lain berdasarkan kelas kata Noun (kata benda), Adjective (kata sifat), dan Verb (kata kerja) yang berguna sebagai isi dari kamus mereka. Langkah terakhir yakni menugaskan siswa di rumah untuk menyempurnakan kamus mereka sesuai dengan kreativitas mereka sendiri, baik dari segi sampul dan medianya. Siswa juga diinstruksikan untuk memberikan nama untuk kamus mereka sendiri sehingga kamus pribadi siswa menjadi lebih menarik dan lebih Para siswa menunjukkan hasil karya dalam pembelajaran bahasa Inggris. Bahasa Inggris 125 Siswa bekerja berpasangan menuliskan kata-kata bahasa Inggris secara bebas di sekeliling pusat bintang yang merupakan topik utama. SMPN 1 Purbalingga, Jawa Tengah Rekreatif dalam Pembelajaran Bahasa Inggris “Words In The Stars” Mengidentifikasi Adjective atau Non Adjective Oleh Wasis Andri Wibowo SPd Guru SMPN 1 Purbalingga Membedakan kata sifat (adjective) dan bukan kata sifat (non adjective) sering menjadi hal yang sulit bagi siswa. Selain itu, siswa kelas VII sangat membutuh-kan pengayaan kosa kata bahasa Inggris (English enrichment vocabulary) sehingga memperkuat penguasaan komunikasi bahasa mereka. Siswa harus mampu memproduksi sendiri kata dan mampu membedakannya dalam kalimat yang dipakai keseharian. Cara berikut dapat menjadi salah satu alternatif. Dengan kegiatan sederhana dan rekreatif ini. Kegiatan pendahuluan, guru melakukan 126 kegiatan awal yaitu scaffolding talk yang merupakan bagian dari pengkondisian awal siswa termasuk di dalamnya menyampaikan tujuan pembelajaran dan ruang lingkup materi pembelajaran. Kegiatan Inti: Guru memfasilitasi siswa untuk melakukan pengamatan. Pengamatan dilakukan melalui spoken activity (aktivitas lisan) tentang deskripsi sederhana orang atau benda. Guru memodelkan aktivitas ini. Siswa mengamati, menyimak dan menanyakan hal yang sedang dibicarakan serta hal lain yang berhubungan dengan kegiatan pengamatan. Kegiatan pemodelan ini dimaksudkan untuk memberikan cara membuat sebuah peta konsep dengan pendekatan contoh kata yang terkait Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs dengan benda yang disebutkan. Guru menjelaskan cara ini untuk diterapkan pada tugas selanjutnya. Setelah sesi ini selesai, selanjutnya siswa yang telah berada dalam kelompok (masingmasing 4 orang) diminta untuk berpasangan, lalu guru membagikan kertas HVS berwarna kepada setiap pasangan. Guru selanjutnya mengintruksikan pada siswa yang telah berpasangan untuk menggambar bintang sesuai contoh yang ada di papan tulis. Ini merupakan lembar kerja pertama. Guru lalu memberi instruksi untuk menuliskan topik utama seperti nama tokoh favorit atau idola, dapat juga benda kesayangan, alternatif lain bisa berupa binatang, bangunan, ataupun nama tempat. Topik utama tersebut diletakkan di tengah bintang. Lalu siswa diminta menuliskan katakata bahasa Inggris secara bebas yang berkaitan dengan hal yang ditulis di sekeliling pada pusat bintang yang terkait topik utama tersebut. Kegiatan ini dilakukan secara berpasangan. Setelah semua bagian bintang terisi dengan kata-kata, guru memberi kesempatan siswa untuk konfirmasi kata pada kamus. Langkah selanjutnya adalah melakukan pengelompokan dengan lambang bintang yang telah disediakan. Guru memberi intruksi untuk menggunakan kertas HVS yang sudah ada gambar bintang. Boleh di bawah gambar bintang atau pada halaman sebaliknya. Langkah ini disertai juga dengan instruksi agar siswa membuat tabel tiga kolom yang berisi nomor, adjective, dan non adjective. Kegiatan ini sebagai lembar kerja kedua. Guru memberi instruksi kepada siswa untuk mengelompokan mana yang merupakan adjective mana yang non adjective. Jika sudah selesai, hasil pekerjaan siswa akan dibawa ke kelompok lain untuk dipresentasikan. Hasil presentasi yang telah benar dan dikoreksi oleh teman dari kelompok lain kemudian dituliskan di papan tulis untuk dibuat simpulan temuan kata hari itu. Siswa diberikan kesempatan juga mengkonfirmasikan lagi pada kamus jika masih ada yang belum Number 1 2 3 4 5 Lembar Kerja II Adjective cute -- Non Adjective -eat benar. Siklus kegiatan dapat diulang hingga memperoleh target pembelajaran yang diharapkan sesuai dengan jumlah kosa kata yang telah ditemukan dan pembeda antara kata sifat dan bukan kata sifat. Guru memainkan peran penting untuk membuat siklus ini seperti kompetisi sehingga kegiatan berjalan menarik. Kegiatan penutup: Guru memberikan penguatan tentang jenis kata adjective dan non adjective. Siswa menuliskan refleksi tentang pembelajaran yang telah mereka ikuti. Hasil presentasi yang telah benar dan dikoreksi oleh teman dari kelompok lain kemudian dituliskan di papan tulis untuk dibuat simpulan temuan kata hari itu. Bahasa Inggris 127 Guru mendampingi siswa yang sedang praktik melakukan story telling. SMPN 1 Karangtengah Demak, Jawa Tengah Story Telling Gugah Minat Belajar Bahasa Inggris Oleh Sri Hari Guru SMPN 1 Karang Tengah ”Well students, read the text carefully and answer the questions under the text! Okay, time is up and now present it in front of the class....” Kalimat itu dulu seringkali saya ucapkan untuk mengajar reading dan speaking pada jam pelajaran bahasa Inggris. Tetapi seringkali pula saya harus kecewa karena sampai dengan waktu habis tak satupun siswa yang beranjak berdiri untuk presentasi hasil diskusi. Keprihatinan lain yang sering saya resahkan adalah pencapaian prestasi atau nilai reading comprehension dan speaking siswa yang cukup rendah. Selain itu, ada anggapan siswa bahwa bahasa Inggris is like a monster serta 128 stigma sebagian besar siswa bahwa text narrative sangat membosankan dan sulit dipelajari merupakan fokus utama kami. Akhinya, ide itu muncul pada pelatihan USAID PRIORITAS sesi ”Extensive Reading” yang menginspirasi. Jika standar isi bahasa Inggris struktur muatan kurikulum (intra kurikuler) hanya 4 jam per minggu, sedangkan kompetensi dasar per semester dianggap terlalu padat bagi siswa, maka membaca ekstensif merupakan solusi jitu untuk membantu siswa dalam menguasai teks- teks panjang bahasa Inggris (monologue teks). Salah satu bentuk membaca ekstensif yang diterapkan di sekolah saya adalah melalui kegiatan ekstrakurikuler English Conversation Club (EEC). Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs Beberapa bentuk kegiatannya antara lain: Role Play/ bermain peran secara berkelompok, Story Retelling/ menceritakan kembali dongeng dalam bahasa Inggris baik dongeng lokal maupun dongeng asing, serta menuliskan kembali cerita/ dongeng dengan bahasa siswa sendiri melalui gambar kartun berantai (Chained Picture). Strategi pelaksanaan ECC sebagai berikut: Guru bahasa Inggris, melalui musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) sekolah menyusun program ECC di awal tahun pelajaran dan memasukkan program ekstra ke dalam kurikulum sekolah, rencana kegiatan sekolah, dan menyosialisasikan kepada komite sekolah, orang tua, siswa, guru, dan warga sekolah. ECC dilaksanakan setiap hari Senin dan Rabu pukul14.00-15.30 dan dipandu guru bahasa Inggris sesuai jadwal. Siswa mulai kegiatan secara kelompok dengan diberi materi bacaan/ cerita yang sama per kelompok kemudian diminta mendiskusikan dan melengkapi kerangka dalam lembar kerja siswa tentang isi cerita tersebut. Masing–masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi dalam bahasa Inggris dan kelompok lain menanggapi dalam bahasa Inggris juga. Tahap pertemuan berikutnya, siswa diminta bermain peran dari cerita yang sudah didiskusikan pada pertemuan terdahulu secara berkelompok menggunakan alat peraga ramah lingkungan sesuai isi cerita. Dari latihan secara kelompok, selanjutnya siswa diberi tugas untuk mencari dongeng/ cerita sendiri, memahaminya, mengkreasi skenario percakapan (script) sesuai imajinasi siswa dan tagihannya adalah siswa harus dapat menceritakan sekaligus memeragakan cerita tersebut secara individu dihadapan temantemannya (retelling story) menggunakan property/ alat peraga sesuai isi cerita. Ternyata model pembelajaran di luar jam sekolah (Extensive Reading) bersifat ”Show” yang ditonton banyak orang seperti itu terbukti lebih menarik minat siswa serta memotivasi mereka untuk memahami cerita lebih serius karena ada tanggung jawab moral dan perasaan malu bila tidak siap atau tampil jelek dihadapan teman-temannya. Dari kegiatan extensive reading khususnya lebih fokus ke story telling, hampir tiap tahun SMPN 1 Karangtengah berhasil mengirimkan delegasinya untuk tampil pada lomba story telling tingkat Kabupaten Demak dan beberapa kali menjadi juara 1untuk selanjutnya mewakili kabupaten di tingkat Provinsi Jawa Tengah. “Kegiatan ekstra ini mengasah bakat dan menjadikan saya percaya diri. Pembelajaran bahasa Inggris tidak seram karena dilakukan dengan santai dan menyenangkan,” kata Rika Aprilia siswa kelas VIII B. Senada dengan Rika, Nurlita Indah Maharani siswa kelas VIIIA juga menuturkan pasca ikut ekstra story telling dirinya merasa lebih bebas berekspresi dan menambah wawasan cerita. “Belajar sambil mencari ceritacerita dongeng. Semoga nilai bahasa Inggris saya makin bagus,” ungkapnya. Dengan berbusana tradisional, siswa praktik story telling sesuai dengan tema yang mereka dapat. Bahasa Inggris 129 Siswa menunjukkan hasil karyanya. MTsN Peudada, Bireuen, Aceh Plural Form Bertema Snake and Ladder Oleh Laini Wati SPd Guru MTsN Peudada Saya membuat media pembelajaran bahasa Inggris snake and ladder ini dilatar belakangi oleh kurang pahamnya siswa untuk mengubah bentuk kata benda yaitu dari bentuk tunggal menjadi bentuk jamak. Selain itu untuk menepis pemahaman sebagian siswa kelas VII yang menganggap jika bentuk jamak itu hanya dengan menambahkan huruf “S” saja di belakang kata benda. Hal itu 130 terlihat dari hasil karya tulis mereka selama ini dalam menggunakan kalimat yang mengandung kata benda jamak. Padahal untuk membentuk kata benda bentuk jamak, terdapat beberapa aturan seperti, menambahkan huruf “es” di belakang kata benda berakhiran huruf “ch, sh, ss, x, z” yang harus diikuti. Ditambah lagi aturan lain yaitu dari kata benda yang berakhiran “f” atau “fe” dengan terlebih dahulu mengubah “f” menjadi “v” + es / “fe” menjadi Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs “ve” + s bahkan sampai kata benda yang tidak beraturan perubahan bentuk jamaknya seperti “child” menjadi “children”. Masih ada beberapa aturan lain dalam pembetukan kata benda bentuk tunggal menjadi jamak. Karena itu saya mencoba membuat media pembelajaran yang menarik dan berwarna-warni di sertai gambar dengan bahan mudah dan murah. Salah satunya adalah dengan permainan “snake and ladder” sebagai media pembelajaran. Komponen permainan snake and ladder ini terdiri atas papan permainan berupa 36 bidang kotak yang berisikan kata benda yang bervariasi dalam aturan pembentukan “plural form” nya. Papan ini juga berisi instruksi bahwa pemain harus mengganti singular form untuk menjadi plural form. Bahan lain pendukung permainan ini adalah bidak dan dadu besar dari kertas karton. Adapun bahan yang harus disediakan yaitu: kertas karton putih, spidol, pensil warna, penggaris, dan bidak. Cara bermainnya tidak sulit, permainan ini dapat dimainkan secara individu atau berkelompok. Cara kerjanya mirip permainan ular tangga biasa. Pertama, guru meminta siswa berpasangan dan dimulai dengan mengocok dadu secara bergiliran, siswa melangkahi kotak demi kotak pada papan permainan dengan bidak sesuai jumlah mata yang muncul pada dadu. Siswa yang bidaknya berhenti pada kotak tersebut harus mengubah kata benda tersebut menjadi bentuk plural form secara tertulis dan mengucapkannya dengan tepat permainan di lanjutkan hingga mencapai finish. Pada permainan ini, jika ada pemain yang berhenti dikotak dengan gambar kaki tangga, dia berhak menaiki tangga sampai kekotak di ujung tangga. Sebaliknya jika pemain berhenti di kepala ular, maka harus turun ke kotak bergambar ekor di bawahnya. Bagi siswa yang tidak mampu menggubah bentuk plural form-nya, maka sangsinya adalah bidak pemain kembali lagi ke tempat semula “Metode pembelajaran seperti ini sangat menyenangkan dan kami mudah memahami perubahan bentuk kata benda tunggal menjadi jamak,” jelas Nurul, siswa kelas VII. “Benar, selama ini kami pikir setiap bentuk jamak dalam bahasa inggris cukup hanya menambahkan huruf s saja,” timpal Razi.Yang terpenting dalam permainan ini adalah siswa mengetahui jika ada aturan-aturan tertentu dalam membentuk plural form dari sebuah benda dalam bahasa Inggris. Di samping itu siswa akan memperoleh tambahan kosa kata baru khusunya kata benda melalui media pembelajaran yang menarik tersebut. Media pembelajaran bahasa Inggris Snake and Ladder Bahasa Inggris 131 Siswa melakukan monolog descriptive tentang ciri-ciri fisik seseorang dengan permainan Ma’kossi. SMPN 5 Makale, Tana Toraja Sulawesi Selatan Tingkatkan Kemampuan Speaking Siswa dengan Permainan Rakyat Toraja Ma'kossi Oleh Frengki Dermus Linthin Guru SMPN 5 Makale Salah satu kompetensi yang ingin dicapai dalam pembelajaran bahasa Inggris kelas VIII semester ganjil adalah melakukan monolog descriptive. Tujuan dari pembelajaran ini siswa mampu mendeskripsikan ciri fisik seseorang. Pembelajaran monolog descriptrive ini agar siswa mampu menceritakan secara deskriptif benda-benda yang dijumpainya secara sendiri-sendiri. Berdasarkan pengamatan saya selama beberapa tahun mengajar kompetensi ini, penulis sering mengalami kendala yaitu kurangnya kepercayaan diri siswa melakukan monolog terutama ketika dilakukan di depan kelas. Hanya sebagian kecil siswa yang berani melakukannya. 132 Saya mencoba menganalisis kembali model serta media pembelajaran yang menarik bagi siswa. Saya beranggapan bahwa model dan media pembelajaran yang menarik bagi siswa dapat menimbulkan motivasi serta kepercayaan diri siswa. Saya mencoba menggangkat salah satu permainan Rakyat Toraja sebagai media pembelajaran, yaitu Ma'kossi. Permainan ini dimainkan oleh dua orang secara berlawanan. Bahan yang digunakan adalah batu kecil-kecil sebanyak 20 buah dan potongan bambu sebanyak 10 buah dengan tinggi masing masing 5 cm. Setiap pemain mendapatkan lima potongan bambu, satu bambu berfungsi sebagai bambu utama dan empat tersisa sebagai bambu pembantu. Empat bambu pembantu ditempatkan sejajar Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs dalam satu garis dan berhadapan dengan bambu milik pemain lawan. Kemudian bambu yang berfungsi sebagai bambu utama ditempatkan di samping kanan bambu pembantu dan berhadapan dengan bambu utama pemain lawan. Setiap bambu pembantu diisi batu batu kecil sebanyak lima batu untuk masing masing bambu. Sebelum permainan dimulai, selain sudah dibahas di pembelajaran sebelumnya, guru juga mengadakan tanya jawab tentang kosa kata yang terkait dengan ciri-ciri fisik seseorang. Guru juga menguatkan kembali pengetahuan yang mereka dapat sebelumnya dengan contoh-contoh kalimat ciri-ciri fisik seseorang. Setelah itu guru membagi kelompok dan menerangkan cara permainan Ma’kossi. Setiap kelompok terdiri dari enam orang pemain. Permainan sebenarnya dijalankan secara berpasangan, namun ditambah satu orang untuk mencatat monolog yang mereka hasilkan. Pencatat monolog itu sendiri pada akhirnya juga bermain dengan pasangan yang dipilih. Hasil catatan monolog ini digabung untuk dipresentasikan setelah permainan selesai. menyebutkan satu ciri-ciri fisik dari salah satu teman dalam kelompoknya, misalnya, Ali has long hair atau Joni has pointed nose, dan lain-lain. Siswa yang disebutkan ciri fisiknya adalah siswa yang memiliki nomor yang sama dengan jumlah batu kossi yang diambil. Kegiatan tersebut dilakukan secara terus menerus sampai permainan selesai dan semua kelompok langsung bermain secara bersama-sama. Cara memainkannya yaitu setiap pemain mengambil semua batu yang ada dalam satu bambu secara acak, kemudian memindahkannya ke bambu bambu yang lain, kecuali bambu utama milik lawan. Saat batu terakhir berada di bambu pembantu lawan atau bambu pembantu pemain yang memainkan, sang pemain tetap mengambil batu di bambu tersebut dan memindahkannya ke bambu-bambu yang lain. Setelah selesai permainan, perwakilan kelompok tampil ke depan untuk mempresentasikan beberapa kalimat yang dihasilkan selama permainan tersebut yang telah dicatat sebelumnya oleh yang ditunjuk dalam kelompok. Peserta yang lain diminta menanggapi dan mengoreksi kekurangan dan kesalahan dalam kosa kata, dan grammarnya. Guru juga menguatkan. Sejak menggunakan media, siswa menjadi lebih percaya diri bertutur bahasa Inggris. Siswa bersemangat untuk bisa menjelaskan ciri ciri fisik seseorang di depan teman-temannya. Permainan pindah ke pemain lawan ketika bambu terakhir jatuh di bambu utama. Kegiatan tersebut dilakukan secara terus menerus sampai batu habis dalam bambu pembantu. Pemenang dalam permainan ini adalah pemain yang memperoleh batu paling banyak pada bambu utama. Dalam pembelajaran, siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok belajar yang heterogen dan memungkinkan setiap siswa mendapat pasangan main dalam kelompok. Setiap siswa dalam kelompok diberi nomor yang berbeda. Kemudian setiap siswa pada saat mengambil batu Ma’kossi harus Bambu dan batu menjadi alat permainan efektif untuk meningkatkan kemampuan bahasa Inggris. Bahasa Inggris 133 Siswa yang menemukan tugas yang disembunyikan, langsung membahasnya. SMPN 1 Sengkang Wajo, Sulawesi Selatan Tingkatkan Minat Siswa Menulis Descriptive Text Melalui Metode Blusukan Oleh Mara Rusli Guru SMPN 1 Sengkang Setelah mengikuti diseminasi pelatihan pembelajaran USAID PRIORITAS di Wajo, para guru SMPN I Sengkang telah berusaha melaksanakan pembelajaran aktif secara konsisten di di semua mata pelajaran. Misalnya, yang saya terapkan pada pembelajaran bahasa Inggris kelas VIIIa. Sebelumnya siswa sulit dan kurang bersemangat mempelajari materi terkait dengan menulis teks deskriptif karena harus menghafal kosa kota terkait teks tersebut. Selain itu, siswa harus menguasai struktur teksnya. 134 Karena itu saya mulai merancang pembelajaran dengan menggunakan metode “blusukan”. Tujuannya agar siswa tertarik, senang, dan bersemangat mengikuti pembelajaran karena siswa belajar sambil refreshing menikmati keindahan alam. Guru terlebih dahulu menyiapkan bahan pembelajaran berupa buku sumber, media, dan lembar kerja (LK). Pertama-tama guru menuliskan beberapa benda yang akan dideskripsikan oleh setiap kelompok. Setiap kelompok akan mendapat beberapa lembar kertas sesuai jumlah siswa dalam kelompok siswa yang telah dibentuk. Lembaran kertas Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs tersebut berikut LK yang harus diselesaikan dalam kelompok, disembunyikan oleh guru di luar kelas, seperti di pohon, semak-semak, atau di kendaraan. Siswa secara berkelompok keluar kelas untuk mencari di sekitar sekolah pada tempat atau lokasi yang telah di sembunyikan sebelumnya. Selanjutnya siswa secara berkelompok keluar kelas untuk mencari di tempattempat penyembunyian tersebut dan bagi yang telah menemukan lembaran kertas tersebut, kelompok tersebut duduk berkelompok sambil membuat beberapa kalimat yang berhubungan dengan benda yang tertulis pada kertas temuannya. Misalnya sebuah pohon, kelompok tersebut membagi pekerjaan dalam kelompoknya. Ada yang membuat gambarnya, ada juga yang mencari kata-kata benda dan sifat terkait pohon tersebut. Misalnya kata benda akar (root), daun (leaves), bunga (flower), kayu (woods) dan kata sifatnya misalnya tinggi (tall), kuat (strong) dan sebagainya. Lalu mereka bersama-sama membuat minimal 10 kalimat berdasarkan kosa kata yang telah ditulis anggota kelompok. Misalnya, mereka membuat kalimat, the tree is tall.The root is thick. The leave of the tree is humid because of water. Terakhir mereka berdiskusi untuk menyusun kalimat-kalimat yang mereka telah buat hingga menjadi sebuah paragraf yang sesuai dengan struktur generik pembuatan teks deskriptif. Misalnya kalimat yang telah disusun adalah the tree in front of my class is tall. Its root is thick. Because of water of the rain, the leave of three is humid dan seterusnya. Begitu pula dengan kelompok lain semua melakukannya secara bersama-sama. Bagi kelompok yang sudah selesai, mereka kembali ke kelas sesuai dengan batas waktu yang telah disepakati bersama. Selanjutnya kelompok secara bergiliran presentasi di depan kelas hasil kerja mereka. Kelompok yang tampil mempresentasikan hasil kerja kelompoknya sambil memperlihatkan gambar yang telah dibuat dan dideskripsikan secara bersama. Hal ini dilaksanakan secara bergantian satu persatu sampai semua kelompok mendapat giliran. jawaban, dll. Guru memberikan reward bagi kelompok terbaik. Setelah semua kelompok selesai presentasi, mereka lalu menempelkannya di dinding untuk dipajang. Kemudian diadakan kunjung karya, semua siswa secara berkelompok memberikan koreksi dan masukan kelompok lain agar hasil kerja kelompok bisa lebih baik. Dengan kegiatan pembelajaran ini atau dengan menggunakan gaya blusukan ke tempat-tempat penyembunyian tugas, siswa nampak antusias, senang dan bersemangat. Pada saat dilakukan refleksi pada akhir kegiatan, siswa meminta dilakukan pembelajaran dengan model yang sama di pertemuan selanjutnya. Sesi selanjutnya guru memberikan penilaian kelompok dengan membuat kriteria, termasuk kerja samanya, kreativitas kelompok, kebenaran Siswa dalam kelompok mempresentasikan karya mereka Bahasa Inggris 135 Guru membantu siswa mengerjakan tugas kelompok. SMPN 2 Doloksanggul, Humbang Hasundutan, Sumatera Utara Menulis Report Text dengan Mind Mapping Teks report adalah salah satu teks yang paling sulit dipahami oleh siswa. Selain teks yang biasanya panjang, jumlah kata-kata ilmiah dalam teks yang terlalu banyak membuat mereka kesulitan memahami isi teks Oleh Muliadi Siahaan Guru SMPN 2 Doloksanggul tersebut. Sebagian besar siswa SMP kesulitan ketika dihadapkan pada keterampilan menulis dalam bahasa Inggris. Minimnya perbendaharaan kata dan kemampuan tata bahasa yang terbatas membuat mereka kesulitan menulis kalimat atau paragraf. Apalagi ketika mereka diberikan teks berbentuk report sebagaimana yang tertuang dalam silabus kelas IX semester ganjil. Tulisan ini terinspirasi dari salah seorang guru yang saya dampingi yaitu Ibu Happy Naibaho, guru bahasa Inggris SMPN 3 Lintongnihuta. Pada saat proses pendampingan, saya melihat dia mengajarkan materi menulis teks report dengan menggunakan chart atau mind mapping. Dalam praktik ini terlihat semua siswa aktif dan mampu menghasilkan tulisan 136 Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs dalam beberapa paragraf. Teknik mind mapping adalah teknik meringkas bahan dengan memproyeksikan masalah yang dihadapi ke dalam bentuk peta konsep sehingga lebih mudah memahaminya. Kegiatan ini dapat membantu siswa dalam aplikasinya untuk memahami masalah dengan cepat karena telah terpetakan. Bentuknya biasanya dalam bentuk diagram untuk merepresentasikan kata-kata, ide-ide, ataupun masalah lainnya yang dikaitkan dan disusun mengelilingi kata kunci ide utama. Langkah- langkah kegiatannya dimulai dengan menyiapkan lembar kerja berupa chart berisi kata-kata terkait teks. Sebaiknya kita menyiapkan beberapa mind mapping untuk topik yang berbeda pada setiap kelompok. Boleh tentang animals, natural disaster dan sebagainya. Guru membagikan mind mapping pada setiap kelompok. Dalam kelompok, mereka mendiskusikan isi yang ada dalam chart tersebut. Mereka mencari arti dan mengumpulkan informasi penting terkait kata-kata tersebut. Selanjutnya siswa membuat teks report berdasarkan mind mapping tersebut. Pada tahap ini akan terdapat banyak kesalahan yang mereka perbuat. Biasanya berkaitan dengan tata bahasa, ejaan dan lain lain. Guru sebaiknya mendampingi mereka dalam bekerja untuk memperbaiki atau meminimalisir kesalahan pada penulisan teks. Langkah terakhir adalah mereka mempresentasikan karya mereka di depan kelas. Dari praktik ini terlihat beberapa hal postif. Pertama siswa fokus dan serius dalam menyelesaikan tugasnya. Yang membanggakan dengan teknik mind mapping ini adalah mereka memiliki kemampuan menulis kalimat demi kalimat, paragraf demi paragraf sehingga menjadi teks report utuh yang menggunakan banyak kata-kata ilmiah atau kata yang masih jarang mereka gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Menulis teks report dengan teknik mind mapping juga meningkatkan kemampuan kosa-kata mereka. Salah satu hasil karya siswa berupa teks berbentuk report. Bahasa Inggris 137 Cerita bergambar yang dibuat siswa dari bekas pembungkus makanan. SMP Islam Lumajang, Jawa Timur Barang Bekas jadi Narrative Text Memanfaatkan barang bekas menjadi sesuatu yang lebih bermakna dan bermanfaat sudah lama ada di benak Ibu Luluk Jazila Spd, guru bahasa Inggris SMP Islam Lumajang. Ibu Luluk menginginkan dalam materi pembelajarannya, siswa bisa memanfaatkan barang bekas sambil belajar bahasa Inggris. 138 Pada materi narrative text, Ibu Luluk menginginkan siswa dengan kretivitasnya bisa memanfaatkan barang bekas untuk membuat cerita bergambar. Ide dan barang bekas yang digunakan bebas, asal menjadi satu bingkai cerita bergambar. Dengan antusias siswa kelas XI pun beramai-ramai membawa barang Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs bekas ke sekolah. Ada yang membawa bingkai dari kardus bekas, triplek bekas, koran bekas, botol bekas, dan masih banyak lagi. Pada tahap awal, guru membagikan lembar kerja (LK) kepada setiap kelompok. Dalam LK tersebut, siswa diminta membuat skenario cerita bergambar minimal ke dalam empat frame. Seperti membuat komik, setiap kelompok menuangkan ide mereka dalam bentuk cerita harus mencakup Orientation, Complication, dan Resolution. Pada bagian orientation atau pengenalan berisi tentang pengenalan tokoh dalam cerita serta waktu dan tempat kejadiannya. Complication berisi tentang gambaran munculnya krisis atau masalah yang di alami oleh tokoh pada cerita tersebut yang harus dipecahkan. Sedangkan di bagian resolution berisi tentang bagaiman tokoh dari cerita tersebut memecahkan masalah yang ada pada bagian complication. Menurut Ibu Luluk, biasanya dalam sebuah cerita terdapat lebih dari satu resolution untuk satu complication. Setiap kelompok mulai membuat skenario singkat. Setelah skenario jadi, siswa kemudian mengembangkannya dalam bentuk cerita bergambar, lengkap dengan teks dan gambarnya dengan memanfaatkan barang bekas yang dibawa. Selama satu jam setiap kelompok berlomba-lomba membuat cerita yang menarik. Tak lupa mereka juga memanfaatkan barang bekas yang mereka bawa untuk ditempelkan dalam frame-frame cerita yang mereka buat. tak menyangka siswa kelas XI memiliki ide-ide menarik untuk cerita bergambar dari barang bekas membuat cerita bergambar dalam bahasa Inggris dengan memanfaatkan barang bekas,” terangnya. Dini Prabandari, salah seorang siswa mengungkapkan dirinya senang dengan model pembelajaran bahasa Inggris seperti yang dilakukan Ibu Luluk. “Kami diberi kesempatan untuk mengembangkan ide kreatif kami. Apalagi kami diwajibkan menggunakan barang bekas. Hal tersebut membuat kami berlomba-lomba membuat cerita bergambar sebaik mungkin,” ungkap Dini. Menurut Bu Luluk, cerita bergambar yang dihasilkan siswa kelas XI sangat bagus. Bahkan ide cerita yang mereka buat menurut Bu Luluk sangat orisinil karena dibuat langsung saat itu juga. Nilai terbaik diberikan kepada kelompok dengan cerita bergambar paling menarik dari sisi tema, pemanfaatan barang bekas, dan penggunaan bahasa Inggris yang paling mendekati sempurna. Ada yang bercerita tentang bunga yang arogan, kura-kura pelindung yang bijak, macan si pelari cepat, dan masih banyak lagi. “Hasilnya luar biasa. Saya Bahasa Inggris 139 Ibu Nuke saat memeragakan procedure text kepada siswanya. SMPN 2 Dlanggu, Mojokerto, Jawa Timur Belajar Bahasa Inggris dari Sebungkus Mie Instan Kemasan bekas makanan dan minuman sering terlihat di lingkungan sekitar. Entah di tong sampah, rumah, atau tergeletak begitu saja di tanah. Bu Nuke Lismarini, guru Bahasa Inggris SMPN 2 Dlanggu, Mojokerto, mencoba memanfaatkan 'sampah' tersebut menjadi media pembelajaran. “Sekolah kami termasuk jauh dari kota, tidak ada media yang canggih pula di sini. Jadi, saya berusaha memanfaatkan bungkus makanan sebagai media pembelajaran,” ungkap Bu Nuke. Pada waktu mempelajari Procedure Text untuk siswa kelas VII semester 2, Nuke membawa kantung teh celup, gula, air panas, gelas, dan beberapa kemasan bekas mie instan ke dalam kelas. Kegiatan apersepsi dilaksanakan 140 dengan mengajak siswa memperhatikan proses pembuatan minuman teh. “Do you know what is it?” tanya Bu Nuke. “Tea!” jawab siswa singkat. “Tell me what materials are used to make it?” tanya guru kembali. “Hot water, tea, sugar, and glass,” jawab satu per satu siswa. Selanjutnya, Ibu Nuke membuat teh dan siswa memperhatikan. Lalu, dia menanyakan cara membuat teh pada siswa. Siswa menjawab cara pembuatan teh dimulai dengan menuangkan air panas ke dalam gelas, lalu kantung teh dicelupkan selama beberapa saat. Setelah warna teh cukup pekat, gula ditambahkan dan diaduk. “Today, you will learn how to write procedure text by using these noodle packs,” ujar Ibu Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs Nuke selanjutnya sembari menunjukkan kemasan bekas mi instan kepada siswa. Procedure Text adalah salah satu jenis teks bahasa Inggris yang menunjukkan sebuah proses pembuatan atau pengoperasian sesuatu. Fungsinya untuk menggambarkan bagaimana sesuatu dikerjakan melalui langkahlangkah yang teratur. Bu Nuke kemudian menggambar pola di papan tulis bagaimana menyusun procedure text dalam tiga bagian yaitu goal, materials atau ingredients, dan steps atau how to make it. Ketiga bagian itu dalam procedure text disebut generic structure. Selain itu, siswa juga ditugasi mencari imperative verbs yang ditemukan pada bungkus mi instan. Kegiatan ini bertujuan agar siswa lebih memahami makna teks tulis fungsional berbentuk deskriptif dan prosedur. Melalui bungkus mie instan, siswa dapat mengidentifikasi generic structure dan imperative verbs. Menariknya lagi, di bungkus mi instan terdapat gambar petunjuk sehingga memudahkan siswa mengerti tentang procedure text berbahasa Inggris. Sepanjang kegiatan yang berlangsung selama 80 menit itu siswa begitu antusias bekerja dalam kelompok. Mereka saling berbagi tugas. Ada yang menggunting bungkus mie, ada pula yang menggambar pola generic structure pada kertas manila. Bagian yang digunting adalah yang menunjukkan generic structure (goal, materials, dan steps). Mereka kemudian menyusunnya menjadi teks terstruktur. Satu per satu guntingan bungkus mi instan ditempel pada selembar kertas manila. Siswa juga mencari kata kerja imperatif yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Mereka kemudian menuliskannya di kertas manila bersamaan dengan tempelan bungkus mie. Selanjutnya, satu per satu kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Dilakukan pula kunjung karya ke kelompok lain, tanggapan dapat diberikan antarkelompok memakai kertas post it. Tidak berhenti di sana, siswa kemudian ditugasi membuat kalimat imperative memakai kata kerja imperatif yang ditemukan di bungkus mie instan. Siswa bekerja sama membuat procedure text dari bungkus mie instan. Bahasa Inggris 141 Guru sedang mendampingi siswa menuliskan surat kepada tokoh utama dalam cerita. SMPN 2 Doloksanggul Humbang Hasundutan, Sumatera Utara Menulis Surat Kepada Tokoh Utama Cerita untuk Tingkatkan Pemahaman Narratives Text Oleh Muliadi Siahaan Guru SMPN 2 Doloksanggul Humbang Hasundutan Pada umumnya materi pembelajaran bahasa Inggris adalah berupa teks monolog atau essay. Salah satu Tuntutan kurikulum adalah memampukan siswa memahami isi bacaan. Ada berbagai jenis teks yang diajarkan di kelas IX, salah satu di antaranya adalah teks narratives. Teks narrative adalah teks berupa dongeng-dongeng atau cerita rakyat. Selain untuk menghibur pembaca, teks ini juga bertujuan untuk mendidik pembaca melalui pesan moral yang ada dalam teks. Biasanya teks narrative 142 berbentuk bacaan yang panjang, sehingga siswa bosan dan malas membaca sampai selesai. Mereka langsung mengeluh dan tidak ada minat membaca ketika dihadapkan dengan teks bacaan yang panjang. Siswa lebih senang belajar percakapan yang langsung mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Praktik ini bertujuan untuk mengatasi rendahnya minat baca dan pemahaman isi bacaan teks narrartive siswa kelas IX semester genap. Seperti sudah disampaikan sebelumnya, kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan minat mereka membaca teks dan juga memahami teks dengan baik. Dengan diberi Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs tantangan untuk menulis surat, siswa secara otomatis akan membaca teks sampai selesai dan benar-benar berusaha mengerti isi cerita tersebut. Untuk memulai kegiatan ini, guru menyiapkan enam cerita yang berbeda untuk setiap kelompok. Saya memilih cerita yang populer seperti Cinderella, Snow White, Malin Kundang, Rapunzel, Pinocchio, dan Timun mas. Keenam cerita tersebut dimasukkan dalam sebuah amplop. Masing-masing kelompok menerima satu amplop dan setiap anggota kelompok mendapat satu cerita secara acak. Mereka diberikan waktu kira-kira 30 menit untuk membaca dan memahami cerita tersebut. Setelah itu, siswa diberikan kesempatan untuk menceritakan secara singkat apa intisari atau ringkasan dari cerita yang mereka baca. Untuk menghemat waktu, setiap kelompok hanya diwakili oleh satu orang siswa. Langkah berikutnya, guru memberi instruksi kepada siswa untuk mengerjakan tugas selanjutnya yaitu menuliskan surat berisi perasaan atau ungkapan hati mereka terhadap tokoh utama dalam cerita tersebut. Boleh perasaan suka, benci atau ungkapan kebahagiaan tergantung kepada apa yang mereka rasakan setelah membaca teks cerita tersebut. salah seorang siswa. Tujuan awal praktik ini untuk meningkatkan pemahaman isi bacaan benar-benar tercapai. Hal ini terlihat pada saat mereka menceritakan ringkasan cerita yang mereka baca. Selain itu, tulisan berupa surat kepada tokoh utama dalam cerita yang mereka hasilkan juga membuktikan bahwa mereka paham dengan isi cerita. Hal positif lainnya yang kita temukan melalui praktik ini selain pemahaman isi cerita adalah kemampuan mereka dalam menulis surat berupa ungkapan perasaan mereka semakin meningkat. Pada tahap ini biasanya sebagian siswa menemui kesulitan dalam memilih kata atau ungkapan yang tepat sehingga saya harus memberikan koreksi atau perbaikan pada pemilihan kata, ejaan atau tata bahasa sehingga tulisan tersebut memenuhi kriteria penulisan yang benar. Hasil praktik ini adalah semua siswa terlihat antusias dan serius dalam menyelesaikan tugas masing-masing. Tagihan individu membuat mereka juga memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya. Siswa juga terlihat bersungguh- sungguh untuk memahami cerita yang mereka baca. “Kami tertantang untuk menuangkan pikiran dan perasaan terhadap tokoh yang kami suka atau pun kurang suka. Untuk bisa menuliskannya, kami harus membaca cerita sampai tuntas,” kata Surat yang dibuat siswa untuk ditujukan kepada tokoh cerita. Bahasa Inggris 143 Family Tree, Puzzle dan My Family Book Project yang dikerjakan siswa. SMPN 3 Serang, Banten I Love People Around Me – Family Tree Saya adalah Hani Suryani SPd, guru bahasa Inggris SMPN 3 Serang. Di kelas VII, saya masih mendapati siswa masih sulit untuk mendeskripsikan dengan baik dalam bahasa Inggris. Oleh karena itu, di semester ganjil saya ingin para siswa dapat menyusun teks lisan dan tertulis tentang anggota keluarga mereka. Pada materi pokok tentang Family Tree, tujuan pembelajaran yang akan dicapai adalah siswa dapat memaparkan identitas anggota 144 keluarga dengan benar sesuai unsur kebahasaan, kosa kata dan pronoun (subjective, objective dan possessive) yang tepat. Unsur kebahasaan yang dimaksud menyangkut: 1. Nama status hubungan keluarga, kekerabatan, teman, tetangga 2. Nama profesi pekerjaan 3. Kata tanya Who? Which? How? 4. Article a, an, the… 5. Kata kerja yang menunjukkan tindakan yang sangat lazim dan Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs terkait dalam simple present tense: be, have, work dan sebagainya. 6. Ucapan, tekanan kata, intonasi 7. Ejaan dan tanda baca 8. Tulisan tangan. Untuk pembelajaran ini, saya sudah menyiapkan video durasi tiga menit tentang anggota keluarga, puzzle dan gambar family tree sebelumnya. Apersepsi dilaksanakan lewat tontonan video tentang anggota keluarga agar siswa memahami family tree. Lalu saya bertanya kepada seluruh siswa tentang nama-nama dan istilah anggota keluarga sesuai video yang baru saja disaksikan siswa. “What is the video tell us about?” tanya saya kepada seluruh siswa. Dua orang siswa menjawab hal yang sama, “A family.” Video ini berdurasi 3 menit, berbahasa Inggris dan memiliki sub title bahasa Indonesia. Siswa pun terlihat aktif menjelaskan satu per satu nama dan istilah anggota keluarga yang muncul dalam video. Saya membimbing siswa dalam melafalkan nama-nama keluarga dengan bahasa Inggris. dari teks yang diberikan. Kegiatan berikutnya, siswa membuat mind mapping menggunakan pohon keluarga atau family tree yang berhubungan dengan teks dan mengindentifikasikan setiap anggota keluarga. Setiap siswa dapat melengkapi family tree secara individu. Mind mapping dengan menggunakan pohon keluarga ini berhubungan dengan teks yang sudah saya siapkan. Di akhir, saya meminta siswa membuat produk buku family tree “my family album” yang membuat teks tentang keluarga dengan menggunakan struktur teks dan unsur kebahasaan yang benar. Karena ini dikerjakan di rumah, siswa diperoblehkan menggunakan bantuan kamus. Untuk gambar setiap anggota keluarga, siswa diperbolehkan mengambil gambar dari internet atau majalah. Setiap figur anggota keluarga, siswa diminta menjelaskan peran dan fungsi mereka dalam keluarga dengan menggunakan bahasa Inggris. Buku family tree dikerjakan di rumah masing-masing dan dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya. Kegiatan selanjutnya adalah pengumpulan informasi. Saya meminta siswa mulai menyusun puzzle tentang gambar keluarga. Puzzle dikerjakan sesuai kelompok siswa yang sudah ada. Saya mengamati setiap kelompok dalam menyelesaikan puzzle. Kelompok yang sudah selesai mengerjakan puzzle diminta untuk bertepuk tangan bersama-sama. Ketika satu kelompok sudah bertepuk tangan, dilanjutkan beberapa kelompok lain yang termotivasi untuk menyelesaikan puzzle. Setelah itu, saya meminta dua kelompok untuk menyebutkan nama anggota keluarga sesuai puzzle yang sudah diselesaikannya. Saya memperbaiki komunikasi lisan jika ditemukan terdapat kesalahan dalam pelafalan bahasa Inggris. Puzzle gambar keluarga dimaksudkan agar siswa mampu mengidentifikasikan fungsi sosial, struktur teks dan unsur kebahasaan Siswa sedang bekerja sama menyusun family tree di dalam kelompok. Bahasa Inggris 145 Hasil daftar pertanyaan dan hasil teks deskriptif yang dihasilkan siswa kelas VIII. SMPN 2 Bilah Hulu Labuhanbatu, Sumatera Utara Interview Mudahkan Menulis Teks Deskriptif Oleh Muhammad Hardi SPd Guru SMPN 2 Bilah Hulu Kesulitan siswa terkait kegiatan membaca dan menulis teks dalam bahasa Inggris merupakan masalah yang sering saya hadapi. Untuk memecahkannya, saya menggunakan media interview sederhana yang dirumuskan oleh siswa untuk memudahkan menulis teks deskriptif. Cara Penggunaan Media Interview Media interview yang dimaksud oleh penulis adalah daftar pertanyaan yang akan dirumuskan dan ditanyakan kepada nara sumber yang dipilih oleh siswa untuk membantu mereka menulis teks deskriptif dalam bahasa Inggris. Pada pembelajaran bahasa Inggris kelas VIII semester 1 dengan KD “Mengungkapkan makna dan langkah retorika dalam esay pendek sederhana dengan menggunakan ragam bahasa tulis secara akurat, lancar dan 146 berterima untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar dalam teks berbentuk descriptive dan recount.” Saya melaksanakan proses pembelajaran menulis teks deskriptif dengan tahapan sebagai berikut: a. Guru membagikan teks deskriptif sederhana untuk dibaca siswa b. Guru menstimulasi pemahaman siswa terkait teks dengan memberikan pertanyaan lisan. c. Guru memberikan kesempatan kepada siswa saling mengajukan pertanyaan dan saling menjawab terkait kosa kata sulit yang digunakan dalam teks tersebut. d. Setelah itu, guru meminta siswa untuk mengerjakan LK I yaitu menuliskan 10 pertanyaan yang akan diajukan kepada seseorang yang dia kenal dan ditunjuk sebagai nara sumbernya. Pertanyaannya berkisar tentang Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs data orang yang diwawancara dan pekerjaannya. e. Selesai menulis daftar pertanyaan yang akan diajukan, siswa mengajukan pertanyaan tersebut kepada nara sumber yang mereka sudah pilih dan menuliskan jawaban yang mereka peroleh dan (dilengkapi dengan foto nara sumbernya. f. Kegiatan selanjutnya, siswa diminta untuk menulis teks deskriptif dari orang yang dipilihnya dengan menggunakan jawaban dari daftar pertanyaan yang sudah diperoleh. g. Format penulisan teks deskriptif ini dapat dilihat pada LK 2 yaitu tentang teks yang dilengkapi foto orisinal. h. Siswa diminta mempresentasikan teks deskriptif yang sudah ditulis oleh mereka. i. Siswa bersama guru melakukan refleksi pembelajaran. PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL Mts Al-Wasliyah 27 Firdaus, Serdang Bedagai, Sumatera Utara Membedakan Peta dan Globe Menggunakan Bola Plastik Oleh Erwansyah, Guru MTs Al-Washliyah 27 Firdaus Bola plastik mempunyai manfaat dalam kegiatan pembelajaran IPS di kelas VII Tts Al-Washliyah 27 Firdaus pada kompetensi dasar menggunakan peta, atlas, dan globe untuk mendapatkan informasi keruangan. Indikator pembelajaran adalah mengidentifikasi perbedaan antara peta, atlas, dan globe. Siswa sedang memotong bola plastik yang sudah diberi gambar peta dunia. IPS bila diajarkan dengan lebih banyak praktik, dapat meningkatkan pemahaman siswa dan melatih keterampilan sosialnya. Untuk itu Bapak Erwansyah, lebih banyak mengajar IPS kepada siswanya dengan media sederhana dan mempraktikkannya yang dikaitkan dengan lingkungan sosial siswa. 148 Pada kegiatan pembelajaran ini, guru dan siswa bersamasama mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk kegiatan tersebut, yaitu: 1. Satu buah bola plastik 2. Spidol 3. Pisau kertas (cutter) Langkah-langkah pembelajarannya yaitu: a. Siswa dibagi menjadi tujuh kelompok yang terdiri dari 5-6 orang siswa, kemudian masingmasing kelompok menyiapkan peralatan yang dibutuhkan. Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs b. Secara berkelompok masingmasing menggambari bola plastik dengan kondisi permukaan bumi. Setelah selesai digambar, guru menjelaskan ini adalah “globe” kelompok mengamati dan mempresentasikan hasilnya. Kelompok lain diberi kesempatan untuk memberi tanggapan serta masing masing kelompok membuat pengertian “Globe” dari kondisi bola yang sudah bergambar kondisi permukaan bumi. c. Kemudian masing masing bola yang sudah bergambar kondisi permukaan bumi tadi diletakkan di atas meja. Lalu masing-masing kelompok dengan menggunakan cutter, membelah bola tersebut, dan membentangkannya di atas meja menjadi sebuah bidang datar, dan ini adalah peta. Setiap kelompok mengamati dan mempresentasikan hasilnya, kelompok lain diberi kesempatan untuk memberi tanggapan serta masing masing kelompok membuat pengertian peta dari kondisi bola yang sudah bergambar kondisi permukaan bumi dan dibelah lalu dibentangkan menjadi sebuah bidang datar. d. Selanjutnya guru memberikan beberapa pertanyaan untuk didiskusikan di masing-masing kelompok, yaitu: - Apakah Globe itu ? - Apakah Peta itu ? - Dimanakah letak perbedaan antara Globe dengan Peta? Uraikan! pertanyaan, masing-masing kelompok mendiskusikan untuk menjawab pertanyaan dan menyimpulkan pengertian Globe dan Peta. Mereka juga mengidentifikasi perbedaan antara Globe dan Peta, kemudian mempresentasikannya, sedangkan kelompok lain memberikan tanggapan dan masukan. Berdasarkan pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran, dan beberapa Dari kegiatan praktik ini siswa lebih mudah memahami tentang pengertian Globe dan Peta, serta mencari perbedaan antara Globe dan Peta. Hal ini dapat dilihat dari hasil diskusi dan presentasi, dengan arahan dan panduan guru, siswa dapat menyimpulkan dengan menggunakan bahasanya sendiri. “Globe adalah gambaran (miniatur) bumi dalam bentuk bola, sedangkan Peta adalah gambaran kondisi permukaan bumi pada sebuah bidang datar,” tukas salah seorang siswa. Siswa sangat senang Dari kegiatan ini siswa dapat membedakan peta dan globe. dengan kegiatan praktik pembelajaran ini. Siswa menjadi lebih mudah memahami karena ada benda-benda yang digunakan sebagai model untuk mewakili kondisi yang sebenarnya. Memodelkan Terjadinya Dangkalan Menggunakan Baki dan Batu Pada pembelajaran untuk kompetensi dasar membuat sketsa dan peta wilayah yang menggambarkan objek geografi, dengan indikator mengidentifikasi proses terbentuknya dangkalan/laut dangkal (laut trangresi), siswa saya ajak memanfaatkan baki/ talam, batu, air, dan es batu sebagai media pembelajaran. Pada kegiatan pembelajaran, guru dan siswa secara bersama sama mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan pada kegiatan praktik untuk mengidentifikasi terjadinya dangkalan/laut dangkal akibat kenaikan permukaan air laut yang disebabkan pencairan gletser/gunung es. Bahan-bahan yang dipersiapkan adalah: 1. Satu buah baki/ talam 2. Beberapa buah batu yang berbeda ukuran dan ketebalannya 3. Air 4. Sebongkah es batu 5. Sebuah mistar/ penggaris Langkah-langkah kegiatan pembelajaran sebagai berikut: 1. Siswa dibagi menjadi 7 kelompok yang terdiri dari 5-6 orang siswa, Ilmu Pengetahuan Sosial 149 Kemudian masing masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya, dan kelompok lain diberi kesempatan untuk menanggapi dan memberi masukan. Melalui media baki, batu, air, dan es batu, siswa dapat memahami proses terbentuknya dangkalan/laut dangkal (laut trangresi). kemudian masing-masing kelompok mempersiapkan perlengkapan seperti yang telah disebutkan. 2. Secara berkelompok siswa meletakkan baki/ talam di atas meja, kemudian baki diisi dengan air secukupnya. Setelah cukup, langkah berikutnya adalah meletakkan batu dengan berbagai ukuran dan ketebalan ke dalam baki yang telah diisi air. 3. Kemudian siswa meletakkan bongkahan es ke dalam baki, dan mengukur ketinggian permukaan air pada baki (sebelum dipengaruhi oleh cairan es yang mencair). Baki yang telah terisi dibawa keluar kelas dan diletakkan di tempat yang terkena sinar matahari agar bongkahan es dapat mencair/ meleleh sampai batu batu yang berukuran lebih tipis tenggelam oleh kenaikan permukaan air akibat mencairnya bongkahan es batu. 150 4. Siswa mengamati dan mencatat semua perubahan dan informasi yang didapatkan dari kegiatan tersebut. 5. Siswa mengukur perubahan kenaikan permukaan air (setelah dipengaruhi oleh es yang mencair) dan mencatat perbedaan permukaan air sebelum dan sesudah es mencair. Untuk melengkapi praktik, guru mengajukan pertanyaan sebagai bahan diskusi, yaitu: 1. Apa yang terjadi pada permukaan air saat sebelum dan sesudah es mencair ? 2. Apa yang terjadi pada batu batu yang berukuran lebih tipis ? Hasil pengamatan yang diperoleh selanjutnya didiskusikan oleh kelompok masing-masing, dan hasil diskusinya dituliskan pada kertas HVS yang telah disiapkan kelompoknya. Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs Dari kegiatan praktik ini ternyata siswa lebih mudah memahami proses terbentuknya dangkalan. Hal itu dapat dilihat dari hasil diskusi dan presentasi, dengan arahan dan panduan guru, siswa dapat menyimpulkan proses terbentuknya dangkalan/ laut dangkal sebagai akibat mencairnya gunung es/ gletser yang terjadi di kutub utara dan kutub selatan. Batu batu yang berada pada permukaan baki mewakili pulau pulau atau dataran yang rendah dan tinggi di permukaan bumi. Air di permukaan baki mewakili permukaan lautan dan bongkahan es mewakili gunung es/ gletser yang mencair, yang kemudian menyebabkan kenaikan permukaan air. Akibat kenaikan permukaan air, ada beberapa batu yang berukuran lebih tipis menjadi tenggelam dan tergenang oleh air, dan inilah yang menjadi dangkalan atau laut dangkal (laut transgresi) di permukaan bumi. Berdasarkan refleksi siswa, mereka sangat senang dengan kegiatan praktik pembelajaran ini seperti yang disampaikan oleh Poppy Lisandri, "Pembelajaran dengan cara seperti ini, saya dapat mudah mengerti, karena ada benda benda yang digunakan sebagai model, untuk mewakili kondisi yang sebenarnya." Siswa mengamati kondisi lingkungan yang ada di sekolah. MTsN Unggul Susoh, Aceh Barat Daya Amati Lingkungan Tanamkan Rasa Cinta Siswa pada Alam Oleh Tirta Jannah SPdI Guru MTsN Unggul Susoh Kerusakan lingkungan akibat perilaku manusia yang tidak peduli lingkungan telah menjadi hal biasa. Jika dibiarkan, kerusakan yang terjadi akan semakin parah. Pentingnya memberikan pemahaman kepada siswa tentang kepedulian dan merawat lingkungan mendorong kami mendekatkan siswa terhadap lingkungannya. Sebagai generasi penerus, siswa harus memahami materi ini sebagai bekal keikutsertaan mereka dalam melestarikan lingkungan kelak. Tujuan pembelajaran ini yaitu siswa dapat mengidentifikasikan unsur-unsur yang ada pada lingkungan sekitar, mengidentifikasikan bentuk-bentuk kerusakan lingkungan, faktor penyebab dan solusi penanganannya, serta memberi gambaran penanganan sampah sebagai salah satu penyebab kerusakan lingkungan. Langkah pembelajarannya, guru menjelaskan materi kerusakan lingkungan yang menyebabkan terjadinya berbagai bencana dan pencemaran. Langkah berikutnya guru membagi siswa dalam beberapa kelompok kecil, kemudian membagikan LK tentang pengamatan terhadap lingkungan dan dampak kerusakannya. Guru menjelaskan langkah apa yang harus dilakukan oleh siswa sesuai LK tersebut, selanjutnya, siswa langsung melakukan pengamatan di lingkungan sekitar sekolah selama 30 menit. Lokasi yang diamati adalah lokasi pembuangan sampah dan lokasi saluran air yang tidak lancar. Setelah kegiatan pengamatan selesai dilaksanakan, langkah berikutnya, siswa kembali ke kelas untuk mendiskusikan hasil temuan mereka selama melakukan pengamatan di lapangan. Materi yang didiskusikan adalah identifikasi kerusakan lingkungan, faktor penyebab dan penanggulangannya. Di akhir sesi, hasil pengamatan masingmasing kelompok dipresentasikan di depan kelas. Melalui pembelajaran tersebut siswa lebih memahami unsur-unsur lingkungan, bentuk kerusakan, penyebab dan penanganannya. Langkah berikutnya siswa diminta mencoba menerapkan penanganan masalah lingkungan yang terjadi di dekat sekolah secara berkelompok. “Kami jadi tahu dampak dan penyebab kerusakan lingkungan serta penanganannya, terutama penanganan sampah seperti sampah rumah tangga jika tidak tertangani secara baik maka akan merusak lingkungan,” jelas Syarifah Yuli Wirza, siswa MTs N Unggul Susoh. Ilmu Pengetahuan Sosial 151 Siswa sedang bekerja sama membuat peta puzzle di dalam kelompok. SMPN 22 Bantimurung, Sulawesi Selatan Membuat Puzzle untuk Belajar Mengidentifikasi Peta Oleh Syarifuddin SPd Guru SMPN 22 Bantimurung Salah satu kompetensi yang harus dimiliki siswa dalam pembelajaran IPS khususnya tentang peta adalah mampu mengidentifikasi peta tersebut. Namun, kenyataannya banyak siswa saya di kelas VII yang kurang tertarik belajar mengidentifikasi peta. Untuk itu saya mencoba menerapkan pembelajaran yang melibatkan dan mengaktifkan siswa melalui membuat peta dari kardus bekas yang dapat dibongkar dan dipasang kembali, yaitu peta Puzzle. Saya mengajak setiap kelompok untuk menyiapkan alat dan 152 bahan berupa kardus bekas dengan ketebalan 3-4 mm, kardus tebal sebagai alas, kertas HVS putih, lem, gunting, cutter, spidol, dan peta provinsi. Secara teknis, langkah-langkah pembelajaran yang ditempuh dalam pembuatan peta puzzle yaitu: Siapkan peta dasar yang akan digambar, misalnya Peta Sulawesi Selatan Peta dasar tersebut digambar pada kertas HVS putih. Peta yang sudah digambar selanjutnya ditempel pada gardus 3-4 mm Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs Tiap wilayah dipisahkan dengan pisau silet/cutter gunting mengikuti garis batas wilayah, sehingga antar wilayah terpisah. Supaya menarik, tiap wilayah diberi warna. Bagian pinggir yang tidak termasuk bagian peta selanjutnya dilem. Secara utuh, peta yang sudah terpisah tadi selanjutnya diletakkan di kardus tebal sebagai alas lalu dibuat garis pinggir mengikuti batas tepi peta, jangan lupa membuat garis halus tiap batas wilayah pada alas. Peta puzzle siap dimainkan. Setelah peta selesai dibuat, maka tahap berikutnya adalah melaksanakan permainan memanfaatkan peta puzzle yang telah dibuat oleh siswa, dengan cara: Permainan dilakukan secara berkelompok. Tiap kelompok mengirim karyanya ke kelompok lain dalam keadaan tercabut/tidak terpasang. Kelompok yang menerima selanjutnya menyusun puzzle tersebut tidak dengan melihat atlas/peta melainkan hanya mencocokkan lekukan-lekukan tiap wilayah sampai akhirnya wilayah yang kosong tertutupi. Tiap kelompok mencatat nama provinsi yang diidentifikasi begitu juga dengan batas-batas tiap kota/kabupaten di dalamnya. Pembelajaran ini membuat peserta didik bersemangat. Pada lembar refleksi, banyak siswa mengungkapkan identifikasi peta terutama dalam mengenal batas-batas suatu wilayah ternyata mudah jika digabungkan dengan permainan. Hasil karya siswa peta puzzle. Ilmu Pengetahuan Sosial 153 Setelah bekerja sama dalam kelompok, siswa membuat laporan individu tentang penyebab, dampak, dan cara mengatasi penyimpangan atau penyakit sosial. SMPN 2 Sumber Cirebon, Jawa Barat Kembangkan Keterampilan Informasi IPS Waspadai Penyimpangan dan Penyakit Sosial Oleh Ani Suparti Guru SMPN 2 Sumber Materi IPS kelas VIII tentang penyimpangan dan penyakit sosial yang terjadi dalam masyarakat tidak bisa hanya mengandalkan buku sumber. Informasi pada buku sumber sangat terbatas sehingga membuat siswa hanya mengetahui sedikit informasi tentang materi tersebut. Apalagi jika materi hanya disajikan dalam bentuk diskusi sederhana dan monoton, tentu membuat siswa kurang tertarik mempelajarinya. Keterampilan informasi merupakan 154 solusi tepat untuk menggali lebih mendalam tentang materi penyimpangan dan penyakit sosial. Dalam penerapannya, pembelajaran ini dilaksanakan empat jam pelajaran, dibagi menjadi dua kali pertemuan. Setiap pertemuan menggunakan model pembelajaran jigsaw dan number head together (NHT). Siswa dikelompokkan secara heterogen dan merata sesuai kemampuan dan keterampilan, masing-masing kelompok beranggotakan enam orang dengan nomor kepala 1–6 sebagai kelompok asal. Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs Setiap kelompok asal berbagi tugas untuk membahas penyebab penyimpangan dan penyakit sosial oleh kepala bernomor 1 dan 2, dampak penyimpangan dan penyakit sosial oleh kepala bernomor 3 dan 4, dan bagaimana cara mengatasi penyimpangan dan penyakit sosial oleh kepala bernomor 5 dan 6. Sumber bacaan yang dijadikan referensi adalah buku IPS kelas VIII dan artikel-artikel dibawa setiap siswa sesuai dengan topik pembahasannya, baik dari internet maupun surat kabar. Pada pertemuan pertama, presentasi dilakukan oleh tiga kelompok, yaitu kelompok asal 1 tentang tawuran pelajar, kelompok asal 2 tentang narkoba, dan kelompok asal 3 tentang HIV/Aids. Pada pertemuan kedua, tiga kelompok lain melakukan presentasi, yaitu kelompok asal 4 tentang rokok, kelompok asal 5 tentang minuman keras, dan kelompok asal 6 tentang kenakalan remaja. Setelah kegiatan presentasi kelompok, setiap siswa membuat laporan individual. Setiap laporan memuat aspek penyebab, dampak, dan cara mengatasi penyimpangan atau penyakit sosial. Laporan yang dibuat siswa sesuai dengan bidang tugas setiap kelompok. Pada tahap ini, saya memberi waktu yang cukup leluasa bagi siswa untuk menyusun laporan, karena siswa banyak memerlukan waktu pada saat menuangkan kembali ide dan gagasan bacaan dalam diskusi dan laporan individu. Gagasan para siswa untuk mengatasi penyimpangan sosial juga banyak yang menarik. Misalnya, untuk mencegah terjadinya tawuran pelajar dan mempererat hubungan harmonis siswa antar sekolah, bisa dilaksanakan latihan bersama dalam kegiatan palang merah remaja atau kemah bersama pramuka. Ada juga seorang siswa yang memberikan ide kreatif yaitu rutin saling berkunjung antar sekolah. narkoba, seorang siswa memberikan masukan yang patut diperhatikan oleh sekolah, "Bagaimana kalau temanteman yang nakal digabungkan dan diberikan kegiatan khusus di sekolah, seperti olahraga, kesenian atau ngeband bersama siswa yang pintar.” Kegiatan belajar diakhiri dengan menampilkan presentasi laporan individu terbaik. Siswa lain diberi kesempatan untuk menanggapi laporan individu yang disajikan. Pada tahap refleksi, saya bersama siswa berupaya menarik kesimpulan dan poin-poin yang menjadi pelajaran dari materi pembahasan bagi kehidupan siswa. Meskipun tugas yang diberikan kepada siswa pada pembelajaran relatif banyak, tetapi siswa sangat senang dan antusias pada saat belajar. Terbukti dari refleksi yang dibuat siswa rata-rata senang dan merasakan manfaat dari pembelajaran ini. Laporan individu siswa yang dipajangkan di kelas. Untuk mencegah penyalahgunaan Ilmu Pengetahuan Sosial 155 Dengan penuh semangat siswa secara individu menyelesaikan soal yang ada dalam kartu anjungan quis mandiri SMPN 1 Rakit Banjarnegara, Jawa Tengah Smart IPS dengan Anjungan Kuis Mandiri “Iya… kami semua harus banyak membaca, karena jika tidak membaca kami tidak bisa menjawab quis itu. Saya senang belajar IPS dengan cara ini. Cara yang menyenangkan dan smart banget,” kata Adit siswa kelas IXC SMPN I Rakit Banjarnegara Jawa Tengah dengan senyum yang lebar. Pembelajaran IPS terutama topik sejarah selama ini kurang diminati oleh siswa SMPN I Rakit Banjarnegara Jawa Tengah. Hal ini ditunjukan dengan sikap kurangnya antusias ketika pelajaran berlangsung. Penyebab kurangnya motivasi dan tingkat partisipasi siswa pada pelajaran IPS adalah anggapan bahwa IPS adalah pelajaran hafalan sehingga kurang menarik. Guru terlalu monoton dalam pembelajaran sehingga 156 cenderung membosankan serta sulit dipahami oleh siswa. mengubah model pembelajaran yang digunakan. Selama proses pembelajaran berlangsung masih banyak siswa kurang serius dalam mengikuti pembelajaran, masih terlihat siswa melakukan aktivitas yang tidak terkait dengan pembelajaran, seperti ngobrol, bermain dan mengganggu teman yang lain. Kondisi seperti mendorong guru Model pembelajaran yang digunakan adalah AKM atau Antrian Kuis Mandiri. Langkah kegiatannya sebagai berikut; Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs 1. Sebelum kegiatan dilaksanakan, guru mempersiapkan bahan-bahan yang akan dipakai, yaitu bahan bacaan seputar perang dunia II, kartu soal sejumlah dua kali jumlah siswa dalam satu kelas dan kotak untuk menyimpan kartu soal tersebut. 2. Setelah siswa duduk dalam kelompoknya guru membagikan bahan bacaan seputar PD II dan dibaca oleh seluruh anggota kelompok. 3. Siswa diberi LK yang isinya setiap kelompok membuat deskripsi latar belakang, sebab-sebab terjadinya PD II, negara yang terlibat dalam PD II, front PD II, perjanjian yang mengahiri PD II, kerugian akibat PD II dan pengaruhnya bagi Indonesia. 4. Setelah selesai presentasi kelompok, siswa diajak secara individu untuk lebih memudahkan dan memahami materi pelajaran yang baru saja diikuti dengan cara bermain quis yang sudah disiapkan oleh guru yaitu bermain Anjungan Kuis Mandiri. 5. Teknik atau cara dalam bermain AKM adalah setiap kelompok mengirimkan satu anggotanya untuk menjadi wakil kelompoknya ikut dalam antrian mengambil kartu soal yang terdapat dalam kotak AKM. Setiap kartu soal berisi satu pertanyaan yang berbeda dengan kartu yang lain. 6. Setelah selesai mengambil kartu soal, siswa yang mengantri tersebut secara bergantian menjawab pertanyaan yang ada di dalam kartu dengan cara lisan. 7. Kemudian bergantian setiap kelompok mengirimkan lagi anggotanya untuk antri mengambil quis dan menjawabnya, sampai semua anggota kelompoknya maju mengantri. 8. Semua jawaban benar direkap dan ahirnya akan terdapat kelompok dengan nilai yang tertinggi. 9. Dengan kuis seperti semua siswa secara kelompok dan individu akan termotivasi dan bertanggungjawab untuk dapat menjawab pertanyaan yang terdapat di dalam kartu antrian kuis mandiri. ”Semua anggota kelompok berlomba untuk dapat menjawab pertanyaan yang ada pada kartu. Jadi kami secara individu harus bertanggungjawab menyelesaikan soal yang diberikan bu guru melalui anjungan kuis mandiri itu. Kalau tidak nanti nilai kelompok kami tidak baik dan kami malu,“ kata Nanda dengan bangga karena kelompoknya yang mendapatkan nilai tertinggi. Setelah memodifikasi pembelajaran dengan Anjungan Kuis Mandiri, gurupun merasa lega, ternyata model tersebut bisa memotivasi, mengaktifkan dan memudahkan siswa dalam memahami materi sejarah, khususnya tentang Perang Dunia II. Ilmu Pengetahuan Sosial 157 Guru mendampingi siswa di kelompok yang sedang berdiskusi tentang potensi tanah. SMPN 1 Suboh Situbondo, Jawa Timur Mengungkap Potensi Lokal dari Sekantong Tanah Dari segenggam tanah, manusia dapat mengetahui sumber daya yang terkandung di dalamnya. Berdasarkan tekstur, ciri-ciri, dan proses terbentuknya, maka bisa disimpulkan tanah tersebut bisa dimanfaatkan untuk apa saja dan bagaimana potensinya. Inilah yang coba dibuktikan oleh Bapak Khairul Fauzi, guru IPS di SMPN 1 Suboh Situbondo. Pada mata pelajaran IPS Kelas VII tentang materi Identifikasi Persebaran Tanah dan Upaya Pemanfaatannya dengan submateri Potensi dan Persebaran Sumber Daya Tanah, biasanya siswa hanya diajak membaca buku teks saja tentang jenis tanah dan sumber daya yang terkandung di dalamnya. Kali ini guru ingin memberikan gambaran langsung kepada siswa tentang ciri-ciri tanah dan potensinya, dengan mengajak 158 siswanya mengidentifikasi beragam jenis tanah dan bagaimana potensi sumber dayanya sehingga siswa dapat menyimpulkan sendiri mata pencaharian yang cocok untuk penduduk sekitarnya. Awalnya siswa dibagi dalam kelompok yang beranggotakan 4-5 siswa. Selanjutnya setiap kelompok diminta mencari sekantong tanah dari tempat yang berbeda-beda. Asal tanah kelompok satu dengan yang lain tidak boleh sama sehingga masing-masing kelompok bisa saling bertukar dan berbagi tanah yang mereka dapatkan. Tanah yang diambil harus tanah yang bersih dari kotoran dan sampah serta tidak tercemar. Menurut Pak Khairul, akan lebih bagus bila siswa mendapatkan tanah dengan menggali di kedalaman 2-3 cm sehingga tanah yang didapat masih murni. Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs “Kebetulan di sekolah kami diapit oleh 4 kecamatan yakni Besuki, Suboh, Mlandingan, dan Bungatan. Maka saya menugaskan setiap kelompok mendapatkan sekantong tanah dari setiap kecamatan,” terangnya. Guru membagikan lembar kerja dan menjelaskan langkah kerja yang harus dilakukan siswa. Masing-masing kelompok sudah mendapatkan sekantong tanah dari setiap kecamatan. Mereka kemudian menempatkan tanah tersebut dalam wadah-wadah kecil untuk diamati. Siswa mulai mengamati tekstur, warna, kandungan, dan baunya. Setelah selesai mengamati dan ketua kelompok menjelaskan kembali hasil pengamatan dalam kelompok serta melengkapinya. Guru membagikan bahan bacaan untuk menambah referensi dan pengetahuan siswa lebih lanjut yang berisi identifikasi jenis-jenis tanah dan sumber daya alam yang terkandung di dalamnya. Selanjutnya setiap kelompok mengidentifikasi tanah yang sudah mereka bawa berdasar bahan bacaan yang mereka terima. Para siswa menemukan hal menarik dari pengamatan mereka. Tanah yang berasal dari Kecamatan Bungatan misalnya, masuk dalam jenis tanah humus dan litosol. Tekstur tanahnya kehitaman dan berbatu, baunya seperti bau pupuk dan mengandung banyak bahan organik sehingga tanahnya sangat subur. “Tanah jenis ini cocok untuk pertanian meskipun banyak mengandung batu. Itulah mengapa penduduk Bungatan banyak yang bercocok tanam dan menjadi petani karena memang tanahnya subur,” terang Widodo, salah seorang siswa. Setelah pengamatan pada tanah yang mereka bawa selesai, selama 15 menit guru meminta setiap kelompok untuk berkunjung kekelompok lain dan mengamati jenis tanah dari kelompok yang lain. Demikian seterusnya sehingga setiap kelompok bisa mengamati jenis tanah yang dibawa oleh ketiga kelompok lainnya. Setelah selesai pengamatan, setiap kelompok membuat laporan, namun sebelumnya guru mengulang kembali beberapa pertanyaan kepada siswa, dimana pertanyaan tersebut akan menjadi kerangka laporan hasil pengamatan siswa. Pertanyaan tersebut adalah: 1. Apakah judul kegiatan yang dilakukan tadi? 2. Apa tujuannya siswa melakukan penelitian? 3. Kapan kegiatan tersebut dilakukan? 4. Dimanakah siswa melakukan penelitian? 5. Apa saja alat dan bahan yang diperlukan untuk melakukan penelitian? 6. Bagaimana proses kerjanya? 7. Bagaimana hasil dari penelitian yang dilakukan? 8. Apa manfaat jenis tanah tersebut untuk meningkatkan perekonomian masyarakat setempat? dan masuk dalam golongan tanah regosol karena berada di pesisir pantai sehingga tidak cocok menjadi lahan pertanian. Smentara Kecamatan Bungatan tanahnya sangat subur sehingga penduduknya memilih menjadi petani,” ungkap Izza dari Kelompok 3. Siswa bisa menyimpulkan bahwa kondisi tanah di suatu daerah akan berpengaruh pada mata pencaharian dan sumber daya dari penduduk sekitarnya. Siswa juga bisa mengidentifikasi potensi lokal yang dapat dikembangkan oleh penduduk sekitarnya sehingga memunculkan keinginan dan kepedulian untuk mengembangkan potensi daerahnya. Kemudian siswa melanjutkan kegiatan dengan membuat laporan hasil pengamatan. Masing-masing kelompok kemudian mempresentasikan temuan mereka setelah mereka mengamati empat jenis tanah yang berasal dari empat kecamatan. Dari kegiatan ini, setiap kelompok berhasil mengidentifikasi potensi sumberdaya yang terkandung dari setiap kantong tanah yang mereka amati. “Kelompok kami berhasil menemukan jawaban mengapa di Kecamatan Besuki penduduknya lebih memilih menjadi nelayan, sementara di Kecamatan Bungatan penduduknya banyak yang menjadi petani. Tekstur tanah di Kecamatan Besuki berpasir Siswa menunjukkan laporan kelompoknya. Ilmu Pengetahuan Sosial 159 Siswa sedang menempel gambar persebaran fauna di Indonesia. SMPN 2 Tanjungpura, Langkat, Sumatera Utara Memahami Persebaran Fauna di Indonesia dengan Model Picture and Picture Oleh Hariati Guru SMPN 2 Tanjung Pura Ibu Aisyah, guru IPS MTs N Tanjung Pura kabupaten Langka punya cara membantu siswa memahami materi persebaran fauna di Indonesia Pada pelajaran IPS kelas VII, khususnya pada KD Memahami aspek keruangan dan konektivitas antar ruang dan waktu dalam lingkup regional serta perubahan dan keberlanjutan kehidupan manusia (ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, dan politik) dengan indikator Mendeskripksikan keragaman fauna di Indonesia dan Memahami persebaran fauna di Indonesia. Untuk mengetahui jenis hewan dan persebarannya di Indonesia, 160 ibu Aisyah menggunakan peta dan gambar yang telah dibuat siswa pada pertemuan sebelumnya sebagai media dengan model picture and picture. secara acak kepada setiap siswa 2. Siswa diminta menempelkan gambar hewan pada peta yang telah ditempelkan di papan tulis, sesuai pengetahuan siswa. Untuk melakukan model seperti ini dibutuhkan alat dan bahan sebagai berikut: 3. Guru membagikan LK dalam kelompok yang berisi pertanyaan : 1. Peta Indonesia lengkap dengan garis Wallace dan Weber yang telah disampul plastik a. Apakah ciri-ciri hewan kelompok Asiatis, Australis dan Peralihan? 2. Gambar-gambar hewan yang telah ditempeli double tip pada bagian belakang gambar sejumlah siswa b. Berikan contoh hewan kelompok Asiatis, Australis dan Peralihan? Adapun langkah-langkah yang ditempuh adalah: 1. Setelah pendahuluan guru membagikan gambar-gambar Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs 4. Setelah berdiskusi, Setiap kelompok memajangkang laporan kelompoknya di dinding, selanjutnya pajangan dijaga oleh dua orang perwakilan kelompok karena akan ada kegiatan kunjung karya. 5. Semua anggota kelompok kecuali penjaga pajangan mengujungi kelompok lain yang ditunjuk guru untuk mencari informasi atau memberi masukan kepada karya kelompok yang dikunjungi. 6. Setelah kunjung karya siswa kembali kekelompok masingmasing untuk merefleksi gambar yang mereka tempelkan pada peta pada kegiatan langkah kedua. memperbaiki tempelan yang salah pada posisi yang tepat. Dari hasil tugas individu, siswa sudah memahami, yakni: 1. Fauna kelompok Asiatis berada di Indonesia bagian barat dan memiliki ciri-ciri terdapat mamalia bertubuh besar sepert harimau, gajah,badak dan terdapat ragam fauna kera. 2. Fauna kelompok Australis berada di Indonesia bagian timur dengan ciri-ciri terdapat ragam fauna burung berwarna seperti cendrawasih, kakak tua dan hewan berkantung yaitu walabi. 3. Fauna peralihan terdapat di Indonesia bagian tengah dengan ciri-ciri mamalia bertubuh kecil misalnya anoa, babi rusa dan fauna melata seperti komodo. 4. Indonesia memiliki ragam fauna yang sangat luar biasa dan harus dilestarikan. Pembelajaran ini membuat siswa tetap bersemangat belajar materi persebaranan fauna di Indonesia meskipun cuaca sedang panas. 7. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk memperbaiki tempelan gambarnya. 8. Siswa diminta untuk menyelesaikan tugas individu tentang perbedaan kelompok fauna Asiatis, Australis dan Peralihan, serta bagaimana cara melestarikan hewan langka di Indonesia. Dengan model seperti ini siswa bersemangat karena mereka berlomba-lomba untuk menempelkan gambar dan setelah proses diskusi dan komunikasi terjadi, siswa lebih memahami ciri-ciri dan jenis hewan kelompok Asiatis, Australis dan Peralihan sehingga mereka sadar bahwa gambar hewan di tempelkan pada daerah yang salah. Pada saat guru memberi kesempatan untuk memperbaiki, maka siswa kembali berlomba-lomba untuk Siswa sedang menempel gambar persebaran fauna di Indonesia. Ilmu Pengetahuan Sosial 161 Para guru dari sekolah lainnya, ikut mengamati proses pembelajaran IPS yang menerapkan model creative productive. SMPN 2 Banjarnegara, Jawa Tengah Creative Productive dalam Pembelajaran IPS Saat menyajikan materi lapisan-lapisan atmosfir, Ibu Asri guru IPS kelas VII SMPN 2 Banjarnegara menerapkan model pembelajaran creative productive. Dalam kegiatan inti proses pembelajaran, siswa dibimbing bekerja secara kelompok untuk membuat alat peraga tentang lapisan-lapisan atmosfir. Dengan cara ini ternyata mampu meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Para siswa menjadi lebih termotivasi sehingga lebih mudah dalam memahami materi pelajaran IPS. 162 Langkah-langkah dalam kegiatan inti pembelajaran sebagai berikut: 1. Sebelum kegiatan dilaksanakan, guru mempersiapkan bahan-bahan yang akan dipakai, yaitu bahan bacaan yang memuat tentang lapisan-lapisan atmosfir, kertas asturo warna-warni, kertas origami, spidol, gunting, dan penggaris. 2. Setelah siswa duduk dalam kelompoknya guru membagikan Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs bahan bacaan yang berisi tentang lapisan-lapisan atmosfir. 3. Siswa secara individual, melacak nama-nama lapisan atmosfir, ketinggian dan ketebalan setiap lapisan, serta sifat-sifat setiap lapisan atmosfir. 4. Secara berkelompok, siswa membuat alat peraga lapisanlapisan atmosfir dengan menggunakan kertas asturo warna-warni. 5. Secara berkelompok, siswa mendeskripsikan sifat-sifat setiap lapisan atmosfir dengan menggunakan kertas origami yang telah dipersiapkan oleh guru. 6. Secara berkelompok, siswa membuat laporan panjang yang terdiri atas pendahuluan, isi, dan penutup. Bagian pendahuluan memuat definisi atmosfir bumi, bagian isi memuat tentang gambar lapisan, deskripsi setiap lapisan dan manfaat lapisan atmosfir. Adapun bagian penutup berisi kesimpulan tentang lapisan atmosfir hasil kerja kelompoknya. 8. Guru membimbing siswa menyusun simpulan. 9. Semua kelompok memajangkan hasil kerja kelompoknya. 10. Secara individual, setiap siswa menuliskan refleksi “Senang sekali belajar sambil membuat miniatur lapisan atmosfir. Saya jadi tahu detil lapisan atmosfir dan proses yang terjadi dalam lapisan tersebut,” kata Aurel usai menuliskan refleksi pembelajaran hari itu. 7. Kemudian secara bergantian setiap kelompok melakukan presentasi Siswa mempresentasikan hasil karya kreatifnya tentang lapisan-lapisan atmosfer. Ilmu Pengetahuan Sosial 163 Siswa bekerja sama membuat bentuk muka bumi dasar laut. SMPN 2 Bilah Hulu, Labuhanbatu Sumatera Utara Pasir Modelkan Bentuk Muka Bumi Dasar Laut Oleh Ummiati SPd guru SMPN 2 Bilah Hulu Hamparan pasir di halaman SMPN 2 Bilah Hulu Kabupaten Labuhanbatu menginspirasi saya untuk menjadikannya sebagai media dalam pembelajaran IPS dengan indikator membuat penampang bentuk muka bumi dasar daratan dan bentuk muka bumi dasar lautan. Untuk memahami tentang muka dasar daratan, seperti pegunungan, tanjakan, turunan siswa 164 tidak sulit menemukan kondisi itu karena kebanyakan siswa tinggal di wilayah geografis yang demikian sehingga untuk membuat penampang dasar muka daratan, siswa tidak mengalami kesulitan yang berarti. SMPN 2 Bilah Hulu Kabupaten Labuhan batu terletak jauh dari lepas pantai, sehingga pemahaman siswa tentang bentuk muka bumi dasar lautan sangat kurang. Untuk mengatasi masalah tersebut, saya memanfaatkan Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs kubus transparan bekas yang sudah tidak terpakai di sekolah dan menggunakan pasir yang banyak tersebar di halaman sekolah. Untuk membuat penampang bentuk muka dasar lautan alat dan bahan yang dibutuhkan, yakni: 1. Kubus transparan milik sekolah 2. Pasir 3. Air Dalam melakukan praktik setiap kelompok diminta mengerjakan tugas sesuai langkah yang tertera dalam LK, yakni: 1. Kumpulkan pasir sebanyak setengah ember 2. Jika pasir dalam kondisi kering, tambahkan air secukupnya sampai pasir dapat dibentuk 3. Masukkan pasir kedalam kubus transparan yang telah disediakan, lalu tekan-tekan hingga padat dan memenuhi setengah bagian dari kubus transparan. bawah permukaan laut. 2. Basin, merupakan laut dalam berbentuk cekungan atau lebih dikenal dengan lubuk laut, dengan kedalaman di bawah 4.000 meter di bawah permukaan laut. 3. Punggung laut, adalah undakan di dasar laut yang tidak sampai kepermukaan. 4. Gunung laut, adalah gunung yang terdapat di dasar laut. 5. Laut dangkal, adalah tepi laut yang berbatasan dengan daratan yang sering disebut pantai, dengan kedalaman 0- 200 m di bawah permukaan laut. Siang yang panas itu tidak dirasakan oleh siswa kelas IX SMPN 2 Bilah Hulu karena belajar IPS begitu asyik. Siswa merasa senang karena bisa membuat penampang bentuk penampang dasar laut. 4. Selanjutnya pasir yang telah padat dibentuk menjadi dasar lautan berupa: a. Palung atau trog b. Lubuk laut atau bassin c. Punggung laut d. Gunung laut e. Laut dangkal atau tepi pantai 5. Setelah selesai, setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya dan memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi. 6. Setelah semua kelompok selesai presentasi, setiap siswa membuat gambar penampang bentuk dasar lautan dan penjelasannya. Dari hasil tugas individu tampak bahwa siswa sudah dapat memahami konsep: 1. Palung, adalah laut terdalam berbentuk huruf V dengan kedalaman 4.000 meter lebih ke Bentuk penampang dasar laut buatan siswa yang dibuat berdasar gambar yang mereka dapat. Ilmu Pengetahuan Sosial 165 Siswa bekerja sama di dalam kelompok menggambar piramida penduduk berdasar data penduduk desa. SMPN 3 Lintong Nihuta, Humbang Hasundutan, Sumatera Utara Menggambar Piramida Penduduk Oleh Basaria Silaban, Guru SMPN 3 Lintongnihuta Biasanya, dalam membahas topik piramida penduduk pada pelajaran IPS Kelas VIII dengan Kompetensi Dasar Mengidentifikasi permasalahan kependudukan dan upaya penanggulangannya, saya hanya menampilkan gambar bentuk-bentuk piramida penduduk yang ada pada buku, sementara siswa hanya melihat tanpa pernah menggambar langsung piramida penduduk tersebut. Akibatnya siswa kurang memahami materi tersebut. Untuk mengatasi permasalahan tersebut saya mencoba mengatasi dengan cara memberi kesempatan 166 siswa agar menggambar sendiri bentuk piramida berdasarkan data kependudukan yang mereka dapatkan dari desa masing-masing. Tugas tersebut dilaksanakan secara berkelompok dengan pembagian tugas yang sudah diatur di masing-masing kelompok. Sebagai persiapan, saya minta setiap kelompok menyiapkan alat dan bahan yaitu: - Data penduduk desa masing-masing - Kertas manila/ tripleks - Kardus - Lem. Setelah selesai, saya meminta siswa untuk mengulangi langkah-langkah pembuatan piramida penduduk. Setelah siswa memahami langkah tersebut, kemudian saya minta mereka menggambar piramida dengan data penduduk yang sudah mereka peroleh dengan bahan yang mereka sediakan. Di awal pembelajaran saya memberi contoh menggambar piramida dengan data kependudukan yang diambil dari internet. Berdasar data kependudukan Langkah berikutnya saya memberi instruksi agar siswa menggambar piramida penduduk desa masingmasing sesuai dengan data Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs tersebut saya buat piramida penduduk sambil menerangkan langkah-langkah menggambar piramida penduduk. Pada saat menjelaskan, siswa memperhatikan dengan seksama. kependudukan yang sudah mereka siapkan. Siswa kemudian menggambar piramida penduduk memanfaatkan data kependudukan desa, kertas manila, dan kertas kardus yang telah disiapkan. Kertas manila dimanfaatkan sebagai tempat menggambar, adapun kertas kardus dipotong-potong menyesuaikan bentuk piramida yang digambar. Berdasarkan data kependuduka yang mereka miliki, siswa juga saya minta menghitung Sex Ratio (SR) dan Dependency Ratio (DR). Sex Ratio yaitu angka yang menunjukkan perbandingan antara penduduk lakilaki dengan penduduk perempuan, adapun Dependency Ratio adalah angka yang menunjukkan persentase penduduk nonproduktif yang ditanggung penduduk produktif. Langkah terakhir, setelah siswa selesai menggambar piramida, menghitung Sex Ratio dan Dependency Ratio, saya minta siswa mengadakan karya kunjung antar kelompok, yaitu setiap kelompok mempresentasikan hasil karya kelompok kepada kelompok lain, setelah itu hasilnya di pajangkan. Pada akhir pembelajaran, saya mengadakan refleksi, meminta setiap siswa mengungkapkan bagaimana perasaannya mengikuti pelajaran pada pertemuan ini, hasilnya siswa merasa senang karena sudah dapat memahami cara menggambar piramida penduduk. Siswa sedang mempresentasikan hasil karyanya. Ilmu Pengetahuan Sosial 167 Siswa menggunakan laptop dan internet untuk mencari sejarah kebudayaan MTsN Telukdalam Nias Selatan, Sumatera Utara Manfaatkan Internet untuk Belajar Peninggalan Sejarah Kebudayaan Islam di Indonesia Oleh Sulaiman Waruwu SPd Guru MTsN Telukdalam belajar siswa untuk mengatasi keterbatasan informasi. Nias Selatan merupakan daerah kepulauan serta daerah minoritas penduduk beragama Islam sehingga bukti peninggalan sejarah Islam jumlahnya sedikit. Mengatasi situasi tersebut saya tertarik melaksanakan pembelajaran tentang peninggalan sejarah kebudayaan Islam di Indonesia menggunakan internet sebagai sumber MTsN Telukdalam sudah menyediakan fasilitas internet yang memudahkan saya mencari sumber belajar meskipun di daerah belum ada museum peninggalan sejarah. 168 Fasilitas internet saya manfaatkan pada saat siswa mendapat tugas membuat laporan tentang peninggalan sejarah Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs Kebudayaan Islam di Indonesia. Laporan disusun berdasarkan lembar kerja (LK) yang berisi beberapa petunjuk, yaitu: 1. Cari sumber berita tentang peninggalan sejarah kebudayaan Islam di Indonesia. 2. Deskripsikan pengaruh kebudayaan Islam dalam bidang politik, sosial, pendidikan, sastra dan bahasa, dan bidang arsitektur dan kesenian. 3. Setelah selesai setiap kelompok mempresentasikan hasil kelompoknya dan memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapinya. Dari hasil tugas individu dan kelompok, berikut beberapa materi pembelajaran yang dapat dipahami oleh siswa, yaitu: 1. Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia terdiri kerajaan Perlak, Samudra Pasai, Kerajaan Aceh, Kerajaan Demak, Kerajaan Mataram dan Kerajaan Banten. 2. Pengaruh kebudayaan Islam dalam kehidupan masyarakat Indonesia antara lain: a. Bidang politik, sistem pemerintahan yang bercorak Islam, rajanya bergelar sultan atau sunan seperti halnya para wali. Jika rajanya meninggal, tidak dimakamkan di candi tetapi dimakamkan secara Islam. b. Bidang Sosial, kebudayaan Islam tidak menerapkan aturan kasta seperti kebudayaan Hindu.Nama-nama Arab seperti Muhammad, Abdullah, Umar, Ali, Musa,Ibrahim, Hasan, Hamzah, dan lainnya mulai digunakan. Kosakata bahasa Arab juga banyak digunakan, contohnya rahmat, rezeki, majelis (majlis), mukadimah. Begitu pula dengan sistem penanggalan menggunakan perhitungan peredaran bulan (komariah) seperti tahun Hijriah (Islam). c. Bidang Pendidikan, setelah Islam masuk, mata pelajaran dan proses pendidikan pesantren berubah menjadi pendidikan Islam. Pesantren adalah sebuah asrama tradisional pendidikan Islam. Siswa tinggal bersama untuk belajar ilmu keagamaan di bawah bimbingan guru yang disebut kiai ini. Media yang sering digunakan adalah nisan makam, dinding masjid, mihrab, kain tenunan, kayu, dan kertas sebagai pajangan Pada akhir pembelajaran, saya meminta siswa menuliskan perasaannya dalam mengikuti pelajaran IPS sebagai refleksi. Siswa merasa senang dengan mengunakan media internet karena dapat memperkaya sumber belajar serta memperoleh keterampilan dalam mengoperasikan media TIK. d. Bidang Sastra dan Bahasa, pada mulanya, memang hanya kaum bangsawan yang pandai menulis dan membaca huruf dan bahasa Arab, namun rakyat kecil pun mampu membaca huruf Arab. Penggunaan huruf Arab di Indonesia pertama kali terlihat pada batu nisan, karya sastra yang berkembang pada masa kerajaan-kerajaan Islam di antaranya Hikayat, Babad, Suluk, dan Syair. e. Bidang Arsitektur dan Kesenian, Islam telah memperkenalkan tradisi baru dalam teknologi arsitektur seperti masjid dan istana. Islam juga memperkenalkan seni kaligrafi. Kaligrafi adalah seni menulis aksara indah yang merupakan kata atau kalimat. Teks-teks dari Al-Quran merupakan tema yang sering dituangkan dalam seni kaligrafi Ilmu Pengetahuan Sosial 169 Siswa yang berperan sebagai pembeli sedang menanyakan harga kepada penjual. SMP Pataruman Cihampelas Bandung, Jawa Barat "Serasa di Pasar Beneran" Belajar Permintaan, Penawaran, dan Harga Pasar Oleh Nurlelah Guru SMP Pataruman Pagi itu, di ruang kelas VIII-B SMP Pataruman, siswa sibuk menata makanan yang tersedia di atas meja untuk dijual. Mereka akan belajar materi permintaan, penawaran, dan harga pasar. Siswa bermain peran proses terjadinya transaksi. Begitulah pembelajaran IPS tentang permintaan, penawaran dan harga pasar. Peran-peran sebagaimana layaknya aktivitas di pasar dimainkan oleh siswa. Ada yang berperan sebagai pembeli dan ada juga yang menjadi penjual. Di meja tampak terlihat makanan ringan yang sering mereka konsumsi seperti kue basah, gorengan, dan minuman. Penjual melakukan aktivitas layaknya penjual, misalnya merapikan barang 170 dagangan dan melayani pembeli. Sementara pembeli sibuk memilih barang, kemudian menanyakan harga. Ketika cocok antara barang dan harga, transaksi jual beli terjadi. Ketika toko tutup, penjual merapikan barang yang belum terjual dan menghitung keuntungan yang diperoleh. Tampak ramai suasana kelas saat itu. Ekspresi para siswa sangat riang. Mereka begitu menikmati suasana pembelajaran tersebut. Apa yang menyebabkan suasana seperti itu terjadi? Itu karena saya mencoba membawa dunia nyata ke dalam pembelajaran. Siswa dibawa untuk merasakan langsung menjadi penjual dan pembeli. Kemasan pembelajaranpun dicoba agar sistematis. Mulai mengamati Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs kondisi pasar, termasuk aktvitas jual beli. Kemudian siswa membuat pertanyan-pertanyaan tentang pasar. Mencari informasi tentang pasar juga menjadi aktivitas pembelajaran, termasuk menjawab pertanyaan yang mereka ajukan. Di tahap selanjutnya, siswa mengelaborasi informasi dengan cara diskusi dan bermain peran. Presentasi dilakukan sebagai tahap akhir kegiatan. Mereka saling menyampaikan resume materi dan pengalamannya ketika melaksanakan role play. Itulah sesungguhnya gambaran pembelajaran kontekstual. Pada proses di atas, siswa langsung merasakan dunia sesungguhnya sehingga betulbetul merasakan manfaat belajar IPS untuk kehidupannya. SMPN Kertek 3 Wonosobo, Jawa Tengah Belajar Pajak dengan Kertas Bekas Bukti Pajak Siswa sedang mempresentasikan hasil karyanya tentang jenis-jenis pajak yang mereka pelajari langsung dari bukti pembayaran pajak. Oleh Dra Dyah Laksmi T MPd Fasilitator USAID PRIORITAS Wonosobo Pada saat saya melakukan pendampingan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) di SMPN 3 Kertek Wonosobo, guru IPS kelas VIII yang mengajar yaitu Bapak Puspito Aji SPd, memilih materi pajak, dengan tujuan pembelajaran siswa bisa membedakan jenis-jenis pajak. Guru merencanakan akan membuat kertas bertuliskan berbagai macam pajak, kemudian siswa menggolongkan menurut jenisnya. Saya sebagai pendamping mengusulkan bagaimana kalau tulisan diganti dengan kertas bukti pajak yang nyata, siswa diberi tugas mengumpulkan kertas bukti pajak berupa karcis parkir, karcis nonton, karcis masuk obyek wisata, bea pasar, struk pembelian di mini atau super market, foto copy STNK, foto copy PBB, struk pembayaran di restoran, cukai rokok, cukai kaset atau CD, dan lain-lain. Siswa diberi waktu dua minggu mengumpulkannya. Saat persiapan pembelajaran, guru memasukkan bukti pembayaran pajak pada amplop-amplop yang sudah disediakan. Pembelajaran dimulai dengan kegiatan apersepsi, motivasi, dan dengan tepuk IPS, yaitu I... ingin tahu, P... pasti bisa, S... siapa takut). Lalu dilanjutkan dengan membaca senyap selama 10 menit tentang materi pajak. Siswa juga diberi kesempatan bertanya-jawab tentang pajak. Kemudian siswa dibagi menjadi enam kelompok dengan nama PBB, PPh, PKB, PPn, PPN, PPnBM. Setiap kelompok mendapat amplop yang di dalamnya terdapat bukti pajak, kemudian siswa ditugaskan untuk menempelkan kertas bukti pajak itu pada kolom/bagan sesuai dengan tempatnya seperti tugas pada LK. Siswa menggolongkan beberapa jenis pajak. Misalnya jenis pajak berdasarkan pihak yang menanggung, yaitu: (1) Pajak langsung adalah pajak yang pembayarannya harus ditanggung sendiri oleh wajib pajak. Contohnya pajak penghasilan (Pph) dan pajak bumi bangunan (PBB). (2) Pajak tidak langsung, adalah pajak yang pembayarannya dapat dialihkan kepada pihak lain. Contohnya pajak penjualan, pajak pertambahan nilai (PPN), pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM), Bea Materai (BM) dan Cukai. Siswa begitu antusias menggolongkan kertas bukti pajak tersebut, sambil sesekali berargumentasi dalam menggolongkannya. Setelah selesai menempel, diadakan kunjung karya, siswa yang berkunjung memberikan komentar pada karya yang dikunjungi. Pada saat kunjung karya, ada siswa yang salah memasukkan kertas bukti pajak pada kolom jenis pajaknya dan diberi masukan oleh kelompok lain. “Sekarang saya tahu bahwa dengan membayar pajak dan bukti kertaskertas itu sudah memberi konstribusi bagi pembangunan daerah dan negara,” ungkap Rita Ari Wibowo salah seorang siswa dalam refleksinya. Pesan moral yang disampaikan guru yaitu, “Orang Bijak Taat Bayar Pajak.” Ilmu Pengetahuan Sosial 171 Siswa mempresentasikan hasil karya kelompok. SMPN 5 Duapitue, Sulawesi Selatan Bentuk Muka Bumi dan Aktivitas Penduduk pada Kartu Berpasangan Oleh Jusmiati SPd MSi, Guru SMPN 5 Duapitue Dalam Pembelajaran IPS diharapkan siswa mengembangkan kemampuan dan sikap rasional tentang gejala-gejala sosial serta perkembangan masyarakat Indonesia dan dunia baik pada masa lampau, masa kini maupun masa yang akan datang. SMPN 5 Duapitue berusaha melaksanakan pembelajaran yan menarik di semua mata pelajaran termasuk mata pelajaran IPS di kelas VII.1. Banyak kendala yang dihadapi dalam pembelajaran IPS, misalnya pada materi Bentuk muka bumi dan aktivitas penduduk, karena banyak hal-hal yang harus dihafal oleh siswa. Oleh karena itu saya mencoba merancang 172 pembelajaran menggunakan kartu berpasangan. Tujuannya adalah memotivasi siswa agar lebih tertarik belajar IPS dengan memadukan semangat belajar dan bermain. Guru terlebih dahulu menyiapkan bahan pembelajaran berupa bahan bacaan atau buku sumber, lembar kerja (LK), dan kartu berpasangan. Kartu berpasangan merupakan kartu yang terdiri dari dua hal, yaitu kartu yang berupa gambar bentuk muka bumi (dataran rendah, dataran tinggi, pegunungan, dan daerah pantai) dan kartu yang berisi informasi aktivitas penduduk (dataran rendah, dataran tinggi, pegunungan, dan daerah pantai). Langkah pertama, siswa diarahkan duduk dikelompoknya masing-masing Praktik yang Baik: Pembelajaran di SMP/MTs (terbentuk 5 kelompok), kemudian guru membagikan LK, kartu gambar bentuk muka bumi, dan kartu berisi aktivitas penduduk. Langkah berikutnya, siswa mengamati LK dan kartu berpasangan yang telah dibagikan dan mendiskusikan dengan anggota kelompok masing-masing. Setelah cukup, kemudian siswa bekerja secara berkelompok sesuai petunjuk yang ada di dalam LK. Selesai mengerjakan sesuai petunjuk, siswa diarahkan untuk menempel gambar bentuk muka bumi dan aktivitas penduduk sesuai dengan pasangannya masing-masing. Setelah waktu habis siswa diharapkan berhenti untuk bekerja, kemudian guru memberi apresiasi bagi kelompok yang cepat selesai dan jawabannya tepat. Kemudian guru menunjuk salah satu kelompok yang paling tepat jawabanya untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas, sekali lagi guru memberi apresiasi bagi kelompok yang melakukan presentasi dengan baik dan jawaban yang benar. Pembelajaran menggunakan kartu berpasangan terbukti membantu siswa lebih mudah memahami materi yang diajarkan, yaitu bentuk muka bumi dan aktivitas penduduk, bukan hanya memahami teori semata. Pembelajaran menggunakan kartu berpasangan membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna, materi mudah dipahami oleh siswa, bergairah. Di sisi lain siswa pun akhirnya akan lebih akrab dan lebih berminat belajar IPS. Semua anggota kelompok tampak membagi tugas menempel gambargambar setiap kelompok tipe flora dan fauna. dan mengisi LK yang isinya riil hasil pemikiran siswa dari membaca. SMPN 1 Cihampelas Bandung, Jawa Barat Lebih Paham Karena Gambar Oleh Dian Diana Guru SMPN 1 Cihampelas Media pembelajaran dengan gambar dapat mengkonkretkan objek yang abstrak dan memperjelas suatu masalah. Media gambar akan penuh makna jika penerapannya sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai serta penggunaan model pembelajaran yang tepat. Salah satu model pembelajaran yang banyak menggunakan gambar sebagai media adalah model picture and picture. Model pembelajaran picture and picture merupakan model belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan/ diurutkan menjadi urutan logis. Model Pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambargambar tersebut menjadi faktor penting dalam proses pembelajaran agar mempermudah siswa memahami materi. Sebelum proses pembelajaran berlangsung guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan. Contoh materi yang menggunakan banyak gambar adalah tentang Persebaran Flora Fauna Indonesia. Dilihat dari tema yang diangkat tersebut tidak mungkin seorang guru membawa berpuluh-puluh flora fauna ke dalam kelas, media yang sangat menolong yaitu dapat melalui gambar. Pada saat kegiatan mengumpulkan data dan mengasosiasi dalam diskusi kelompok, setelah membaca senyap selama 10 menit tentang materi flora fauna, setiap kelompok menerima lembar kerja (LK) dan menyiapkan gambar-gambar yang digunakan untuk ditempelkan pada peta buta yang telah disiapkan sebelumnya oleh siswa hasil dari pekerjaan rumah (PR) kelompok. Mulailah semua anggota kelompok sibuk membagi tugas menempel gambar-gambar setiap kelompok tipe flora dan fauna. Mereka juga memberikan penjelasan ciri-ciri dan keterangan penting lainnya pada peta Salah satu kelompok di kelas VIII-3, tampak sedang menempelkan gambargambar flora fauna Indonesia sesuai dengan tipenya. Saya bertanya pada salah seorang siswa, “Aldo, mengapa kamu menempelkan gambar tarsius pada wilayah Indonesia bagian tengah atau peralihan?” “Tarsius merupakan hewan khas yang sifatnya endemik dan hanya ada di wilayah peralihan bu, jadi saya tempel di sini!” ujar Aldo sambil menunjuk wilayah tipe peralihan pada peta. Perwakilan setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi LK kepada satu kelompok yang lain dengan menjaga stan kelompoknya. Kelompok yang berkunjung dipersilakan untuk bertanya, menambah informasi atau menyanggah hasil kelompok tersebut. Setelah selesai presentasi lembar hasil diskusi dinilai oleh kelompok yang berkunjung dengan menggunakan alasan/ memberi tanggapan atas hasil diskusi masing-masing kelompok. Pembelajaran berlangsung aktif dan menyenangkan! Ilmu Pengetahuan Sosial 173 USAID PRIORITAS Ratu Plaza Office Tower Lt. 25. Jl. Jenderal Sudirman Kav 9, Jakarta-10270 Telp: (021) 722 7998 Fax: (021) 722 7978 email: [email protected] www.prioritaspendidikan.org