Laporan Praktikum Fisiologi Hewan/2014/Kelompok2/ Hematologi : koagulasi darah dan perhitungan sel darah 1 Hematologi : Koagulasi Darah dan Perhitungan Sel Darah Nur Humaidah (1512100019) Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail: [email protected] Abstrak—Darah merupakan jaringan yang tersusun atas kumpulan sel serupa yang terspesialisasi untuk melakukan fungsi tertentu dalam tubuh. Darah terdiri atas dua komponen yaitu plasma darah dan sel-sel darah. Plasma darah merupakan cairan di dalam darah, sedangkan sel-sel darah adalah darah dalam bentuk padat yang terdiri dari trombosit (keping darah), eritrosit (sel darah merah) dan leukosit (sel darah putih). Sel darah merah berfungsi mentranspor oksigen melalui pengikatan oksihemoglobin dan mentranspor karbondioksida melalui pengikatan karbominohemoglobin serta mengatur pH darah sedangkan sel darah putih berfungsi melindungi tubuh dari infeksi. Tubuh manusia mempunyai kemampuan untuk mempertahankan sistem hemostasis yaitu mempertahankan komponen darah tetap dalam keadaan cair (Fluid state) sehingga tubuh dalam keadaan fisiologi mampu mempertahankan aliran darah dari/dalam pembuluh darah. Bilamana terjadi kerusakan pembuluh darah maka sistem hemostasis tubuh akan mengontrol perdarahan melalui mekanisme pembekuan darah. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menetukan lama waktu darah yang dibutuhkan untuk koagulasi, untuk mengetahui faktor-faktor terjadinya koagulasi serta untuk menghitung jumlah eritrosit dan leukosit dengan menggunakan bilik hitung. Hasil dari praktikum ini adalah waktu yang dibutuhkan darah untuk koagulasi yang paling sedikit yaitu 2 menit 5 detik dari probandus perempuan yang paling rendah berat badannya. Sedangkan jumlah eritrosit dan leukosit dari probandus lakilaki sebanyak 2.470.000 dan 11.000. Sedangkan dari probandus perempuan yaitu 355.000 dan 15.500. Adanya perbedaan dari data tersebut dikarenakan adanya faktor-faktor tertentu yang mempengaruhinya. Kata Kunci— Darah, Eritrosit, Haemocytometer, Koagulasi, Leukosit. I. DPENDAHULUAN ARAH merupakan jaringan yang tersusun atas kumpulan sel serupa yang terspesialisasi untuk melakukan fungsi tertentu dalam tubuh. Namun tidak seperti jaringan lainnya, darah adalah sejenis jaringan ikat khusus dengan cairan matriks yang disebut plasma yang memiliki korpuskula yang tersuspensi didalamnya. Darah terdiri atas dua komponen yaitu plasma darah dan sel-sel darah.Plasma darah merupakan cairan di dalam darah, sedangkan sel-sel darah adalah darah dalam bentuk padat yang terdiri dari trombosit (keping darah), eritrosit (sel darah merah) dan leukosit (sel darah putih). Darah mempunyai banyak peranan di dalam tubuh antara lain sebagai alat pengangkut bermacam-macam substansi seperti nutrisi dan gas–gas yang terlibat dalam respirasi, ekskresi dan hormone, mengatur keseimbangan cairan antara darah dengan cairan jaringan, mengatur keseimbangan asam-basa (pH), mencegah pendarahan, sebagai alat pertahanan dan pengatur suhu tubuh [1]. Eritrosit atau sel darah merah nampak sebagai lempengan bikonkaf dengan rata- rata diameternya 8,1 μm, ketebalan maksimum 2.7 μm dan ketebalan minimum di bagian tengah lempengan kira-kira 1.0 μm. Sel darah merah tidak berinti dan tidak dapat berproduksi atau melakukan metabolisme ekstensif. Air menempati 70% dari volume sel, dan hemoglobin (Hb) menempati 25% volume, sementara kandungan lain seperti protein dan lipid, termasuk kolesterol menempati sisa volume ( 5% ). Fungsi eritrosit adalah mengangkut oksigen yang terikat pada hemoglobin. Walaupun fungsi Hb yang utama adalah membawa oksigen dan karbokdioksida, Hb juga memerankan bagian penting dalam pengaturan keseimbangan asam-basa dalam tubuh [2]. Leukosit adalah sel darah yang mengandung inti, disebut juga sel darah putih. Didalam darah manusia, darah normal didapati jumlah leukosit rata-rata 4000-11000 sel/mm3, dilihat dalam mikroskop cahaya, maka sel darah putih mempunyai granula spesifik (granulosit), yang dalam keadaan hidup berupa tetesan setengah cair, dalam sitoplasmanya dan mempunyai bentuk inti yang bervariasi, yang tidak mempunyai granula, sitoplasmanya homogeny dengan inti bentuk bulat. Leukosit tidak memiliki hemoglobin sehingga tidak berwarna (putih), kecuali jika diwarnai secara khusus agar dapat terlihat dibawah mikroskop. Tidak seperti eritrosit, yang strukturnya uniform, berfungsi identik dan jumlahnya konstan.tetapi leukosit bervariasi dalam struktur, fungsi dan jumlah. Terdapat lima jenis leukosit yang bersirkulasi, yaitu: neutrofil, eosinofil, basofil, monosit dan limfosit, dan masing-masing dengan struktur serta fungsi yang khas. Mereka semua berukuran lebih besar dari pada eritrosit [2]. Hemostatis dan pembekuan adalah serangkaian kompleks reaksi yang mengakibatkan pengendalian perdarahan melalui pembentukan bekuan trombosit dan fibrin pada tempat cedera. Pembekuan disusul oleh resolusi atau lisis bekuan dan regenerasi endotel. Pada keadaan hemeostatis, hemostatis dan pembekuan melindungi individu dari perdarahan massif sekunder akibat trauma. Koagulasi adalah proses yang kompleks, dimana didalam sistem koloid darah yang memicu partikel koloid terdispersi untuk memulai proses pembekuan dan membentuk thrombus [3]. Laporan Praktikum Fisiologi Hewan/2014/Kelompok2/ Hematologi : koagulasi darah dan perhitungan sel darah Proses Koagulasi diawali dengan pembentukan trombosiplastin. Dengan adanya ion kalium dan substansi tambahan faktor platelet bereaksi dengan faktor anti hemofilik membentuk tromboplastin. Sel-sel jaringan tetangganya yang luka kena pisau juga akan melepaskan substansi tromboplastin. Fase ke dua dari pembekuan darah melibatkan perubahan protrombin menjadi trombin. Protrombin ialah salah satu protein plasma biasa, dibentuk di dalam hati membentuk vitamin K. Protrombin dibentuk di dalam fase untuk membantu memulai merubah protrombin. Fase ketiga proses pembekuan darah melibatkan aksi trombin di dalam merubah Fibrinogen yang dapat larut menjadi fibrin yang tidak dapat larut. Fibrinogen adalah plasma lain yang dihasilkan oleh hati dan ditemukan di dalam sirkulasi plasma. Mula-mula fibrin keluar sebagai jaringan-jaringan dari benang yang cepat menjadi padat, membentuk bekuan eritrosit. Eritrosit terperangkap di dalam perangkap fibrin, tetapi sel-sel darah ini tidak tahu apa yang dilakukannya dengan pembekuan itu. Selama bekuan menyusut, tampak cairan berwarna kuning bening keluar, cairan ini disebut serum, sama dengan plasma kecuali tanpa fibrinogen dan unsur pembeku lainnya yang telah digunakan di dalam proses pembekuan darah [4]. Prosesnya adalah sebagai berikut : Gambar 1. Mekanisme pembekuan darah [4]. Praktikum ini bertujuan untuk menetukan lama waktu darah yang dibutuhkan untuk koagulasi, untuk mengetahui faktor-faktor terjadinya koagulasi serta untuk menghitung jumlah eritrosit dan leukosit dengan menggunakan bilik hitung. II.METODOLOGI A. Waktu dan Tempat Praktikum ini dilakukan pada hari Senin, 20 Oktober 2014 pukul 07.00-09.00 WIB dan bertempat di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. B. Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini meliputi jarum franke, kaca benda, tusuk gigi, stopwatch/arloji, haemacytometer, kertas tissue, mikroskop, dan alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum ini meliputi darah probandus, alcohol 70%, larutan pembilas (NaCl 0,9%), larutan hayem, dan larutan turk. C.Prosedur Kerja 1. Koagulasi Darah Sebelum praktikum ini dimulai, disiapkan alat dan bahan yang digunakan terlebh dahulu. Langkah pertama, dibersihkan permukaan ujung jari ke-3 atau ke-4 dengan alcohol 70%. Setelah kering, ujung jari tersebut ditusuk dengan jarum franke. Dengan posisi ujung jari dihadapkan 2 vertical ke bawah dihapus 2 tetes darah yang keluar pertama kali. Satu tetes berikutnya diteteskan pada kaca benda dan dicatat waktu pada saat darah tersebut tepat keluar setelah ditusuk. Kemudian setiap 15 detik tetesan pertama diangkat dan ditarik-tarik dengan ujung tusuk gigi. Selanjutnya dicatat waktu pertama kali terjadi tarikantarikan benang-benang fibri pada ujung tusuk gigi. Waktu koagulasi ialah saat sejak pencatatan keluarnya tetesan darah pertama samapai tepat mulai terlihat benang-benang fibrin pada tetesan tersebut. 2. Perhitungan sel Eritrosit Sebelum praktikum ini dimulai, disiapkan alat dan bahan yang digunakan terlebh dahulu. Perhitungan sel eritrosit ini dapat dilakukan dengan alat haematocytometer yang terdiri dari counting chamber dan pipet pengencer yang mempunyai skala hingga 101 serta mempunyai inti gelas berwarna merah. Langkah pertama setelah mikroskop disiapkan, mikroskop ditutup bagian diafragma dan bagian stage diturunkan. Selanjtunya, counting chamber disterilkan dengan alcohol 70% dan dlap dengan kertas tissue. Selain counting chamber pipet pengencer juga dibilas dengan menggunakan laruatn Na Cl 0,9 %. Kemudian diletakkan counting chamber pada bagian stage dan dinaikkan secara perlahan-lahan dengan makrometer agar dapat dilihat daerah kotak perhitungan dengan digunakan perbesaran lensa objektif 5x atau 10x. Selanjutnya, ujung jari ke-3 atau ke-4 diolesi denagn alcohol 70% kemudain ditusuk dengan jarum franke steril dan dibiarkan darah terus keluar. Kemudian darah yang keluar dihisap dengan pipet pengencer skala 1,0 lalu dibersihkan ujung pipet dan dihindarkan agar tidak ada gelembung udara di dalam pipet tersebut. Jika ada gelembung udara, maka segera dikeluarkan kembali dan diulangi perlakuan seperti semula. Setelah ujung pipet dibersihkan selanjutnya dihisap larutan hayem hingga tepat skala 101. Kemudian pipet dipegang kedua ujungnya dengan jari dan di kocok selama ±2 menit. Selanjutnya, 3-4 tetes pertama larutan tersebut dibuang kemudian diletakkan ujung pipet pada counting chamber dan ditutp dengan kaca penutup. Kemudian didiamkan selama 1-2 menit supaya sel-sel darah mengendap. Selanjutnya, dibawah mikroskop dihitung jumlah sel eritrosit dalam kotak R pada counting chamber. Selanjutnya ditentukan jumlah eritrositnya (SDM) dalam tiap mm 3, selanjutnya ditentukan jumlah eritrositnya (SDM) dalam tiap mm 3 dengan rumus : Jumlah SDM = n e x p x 50 3. Perhitungan sel Leukosit Sebelum praktikum ini dimulai, disiapkan alat dan bahan yang digunakan terlebh dahulu. Perhitungan sel leukosit ini dapat dilakukan dengan alat haematocytometer yang terdiri dari counting chamber dan pipet pengencer yang mempunyai skala hingga 11 serta mempunyai inti gelas berwarna putih. Langkah pertama setelah mikroskop disiapkan, mikroskop ditutup bagian diafragma dan bagian stage diturunkan. Selanjtunya, counting chamber disterilkan dengan alcohol 70% dan dlap dengan kertas tissue. Selain counting chamber pipet pengencer juga dibilas dengan menggunakan laruatn Na Cl 0,9 %. Kemudian diletakkan counting chamber pada bagian stage dan dinaikkan secara perlahan-lahan dengan makrometer Laporan Praktikum Fisiologi Hewan/2014/Kelompok2/ Hematologi : koagulasi darah dan perhitungan sel darah agar dapat dilihat daerah kotak perhitungan dengan digunakan perbesaran lensa objektif 5x atau 10x. Selanjutnya, ujung jari ke-3 atau ke-4 diolesi denagn alcohol 70% kemudain ditusuk dengan jarum franke steril dan dibiarkan darah terus keluar. Kemudian darah yang keluar dihisap dengan pipet pengencer skala 1,0 lalu dibersihkan ujung pipet dan dihindarkan agar tidak ada gelembung udara di dalam pipet tersebut. Jika ada gelembung udara, maka segera dikeluarkan kembali dan diulangi perlakuan seperti semula. Setelah ujung pipet dibersihkan selanjutnya dihisap larutan hayem hingga tepat skala 11. Kemudian pipet dipegang kedua ujungnya dengan jari dan di kocok selama ±2 menit. Selanjutnya, 3-4 tetes pertama larutan tersebut dibuang kemudian diletakkan ujung pipet pada counting chamber dan ditutp dengan kaca penutup. Kemudian didiamkan selama 1-2 menit supaya sel-sel darah mengendap. Selanjutnya, dibawah mikroskop dihitung jumlah sel leukosit dalam kotak W pada counting chamber sebanyak 4 kotak, selanjutnya ditentukan jumlah leukositnya (SPM) dalam tiap mm 3 dengan rumus : 3 Gambar 2. Koagulasi darah Hengky S. Gambar 3. Koagulasi darah Ardhani S. Jumlah SPM = n l x p x 2,5 III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Koagulasi Darah Pada praktikum ini digunakan darah probandus sebanyak 3 probandus yang terdiri dari probandus perempuan yang memiliki berat badan paling ringan, probandus perempuan yang memiliki berat badan paling berat dan probandus laki-laki. Pada praktikum ini digunakan probandus yang bervariasi agar didapatkan data yang beragam sehingga dapat dibandingkan antara data satu dengan data yang lain. Selanjutnya ujung jari probandus dibersihkan dengan alcohol 70% bertujuan untuk sterilisasi. Selain ujung jari probandus, kaca benda juga terlebih dahulu dibersihkan dengan alcohol 70%[5]. Ujung jari ditusuk dengan jarum franke agar darah dapat keluar dan menetes. 2 tetes darah yang keluar pertamakali dihapus kemudian tetesan selanjutnya yang digunakan dalam praktikum ini. Hal ini dilakukan agar didapatkan darah yang benar-benar steril. Selanjtunya setiap 15 detik darah tersebut diangkat dan ditarik-tarik dengan ujung tusuk gigi. Hal ini bertujuan untuk mengetahui pada waktu ke berapa pembekuan darah terjadi. Adapun hasil yang didapatkan pada praktikum koagulasi darah ini sebagai berikut : Tabel 1. Hasil praktikum koagulasi darah. Waktu Koagulasi Awal (s) (s) Hengky S. 19 195 56 Ardhani S. 17 125 68 Farah N. 18 145 40 Pada praktikum ini didapatkan hasil bahwa probandus perempuan dengan berat badan tertinggi memiliki waktu yang paling cepat diantara probandus-probandus yang lain. Probandus Berat Badan (kg) Gambar 4. Koagulasi darah Farah N. Dalam tubuh manusia itu ada 13 faktor pembekuan darah, factor-faktor tersebut antara lain : 1. Fibrinogen: sebuah faktor koagulasi yang tinggi berat molekul protein plasma dan diubah menjadi fibrin melalui aksi trombin. 2. Prothrombin: sebuah faktor koagulasi yang merupakan protein plasma dan diubah menjadi bentuk aktif trombin oleh pembelahan dengan mengaktifkan faktor X (Xa) di jalur umum dari pembekuan. 3. Jaringan Tromboplastin: koagulasi faktor yang berasal dari beberapa sumber yang berbeda dalam tubuh, seperti otak dan paru-paru; Jaringan Tromboplastin penting dalam pembentukan prothrombin ekstrinsik yang mengkonversi prinsip di Jalur koagulasi ekstrinsik. 4. Kalsium: sebuah faktor koagulasi diperlukan dalam berbagai fase pembekuan darah. 5. Proaccelerin: sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif labil dan panas, yang hadir dalam plasma, tetapi tidak dalam serum, dan fungsi baik di intrinsik dan ekstrinsik koagulasi jalur. 6. Sebuah faktor koagulasi sebelumnya dianggap suatu bentuk aktif faktor V, tetapi tidak lagi dianggap dalam skema hemostasis. 7. Proconvertin: sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabildan panas dan berpartisipasi dalam Jalur koagulasi ekstrinsik. 8. Antihemophilic faktor, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif labil dan berpartisipasi dalam jalur intrinsik dari koagulasi, bertindak sebagai Laporan Praktikum Fisiologi Hewan/2014/Kelompok2/ Hematologi : koagulasi darah dan perhitungan sel darah kofaktor dalam aktivasi faktor X. [6]. Selain faktor-faktor diatas, berat badan dari probandus juga dapat mempengaruhi waktu pembekuan darah. Semakin tinggi berat badan probandus maka semakin cepat waktu koagulasi darah [6]. Hal ini sesuai dengan hasil praktikum ini, dimana probandus yang memiliki berat badan tertinggi memiliki waktu yang singkat dalam pembentukkan benang-benang fibrin dibandingkan dengan probandus-probandus lain. Mekanisme pembekuan darah meliputi vaskontriksi, plug trombosit, pembentukan bekuan darah. Jika pembuluh darah terpotong,trombosit pada sisi yang rusak melepas serotonin dan tromboksin A2(prostaglandin) yang menyebabkan otot polos dinding pembuluh darah berkonstriksi.Hal ini pada awalnya akan mengurangi darah yang hilang. Trombosit membengkak,menjadi lengket, dan menempel pada serabut kolagen dinding pembuluh darah yang rusak, membentuk plug trombosit.Jika kerusakan pembuluh darah sedikit,maka plug trombosit mampu menghentikan pendarahan.Jika kerusakannya besar,maka plug trombosit dapat mengurangi pendarahan,sampai proses pembekuan terbentuk. Bekuan mulai terbentuk dalam waktu 15-30 detik bila trauma pembuluh sangat hebat, dan dalam 1-2 menit bila traumanya kecil. Pembekuan darah berlangsung melalui dua mekanisme yaitu mekanisme intrinsik dan mekanisme ekstrinsik [6]. 1. Mekanisme Ekstrinsik Gambar 5. mekanisme ekstrinsik [6]. 2. Mekanisme Intrinsik Melibatkan faktor pembekuan yang hanya ditemukan dalam plasma darah,dimana setiap faktor protein berada dalam kondisi tidak aktif,jika salah satu diaktivasi, maka aktivitas enzimatiknya akan mengaktivasi faktor selanjutnya dalam rangkaian, dengan demikian akan terjadi suatu rangkaian reaksi (casade of reaction) untuk membentuk bekuan[6]. B. Perhitungan Sel Eritrosit Pada praktikum ini digunakan darah probandus sebanyak 2 probandus yang terdiri dari probandus laki-laki dan probandus perempuan. Hal ini bertujuan agar hasil praktikum dapat dibandingkan antara hasil dari probandus perempuan dengan hasil dari probandus laki-laki. Counting chamber terlebih dahulu dibersihkan dengan alcohol 70%. Hal ini berfungsi sterilisasi counting chamber. Kemudian pipet pengencer dibilas dengan menggunakan larutan NaCl 0,9%. Larutan ini merupakan larutan fisiologis sehingga sel-sel yang diamati masih tetap utuh. Selain itu, larutan ini juga berfungsi sebagai sterilisasi pipet pengencer [7]. Selanjutnya ujung jari disemprot dengan alcohol 70% agar ujung jari tetap steril. Selanjutnya darah probandus yang telah dihisap dengan pipet pengencer kemudian dilanjutkan dengan menghisap larutan hayem hingga tepat skala yang 4 ditentukan. Larutan hayem merupakan larutan isotonis yang dipergunakan sebagai pengencer darah dalam penghitungan sel darah merah. Apabila sampel darah dicampur dengan larutan Hayem maka sel darah putih akan hancur, sehingga yang tinggal hanya sel darah merah saja. Larutan Hayem terdiri dari 5gr Na-sulfat, 1 gr NaCl, 0,5gr HgCl 2 dan 100 ml aquadest [7]. Selanjutnya larutan dikocok selama 3-4 menit agar larutan tersebut homogen. Kemudian dibuang 34 tetes pertama larutan tersebut agar didapatkan pengamatan yang benar-benar bersih dan steril, selanjtunya didiamkan selama 1-2 menit agar sel-sel darah mengendap dan lebih mudah diamati. Tabel 2. Hasil praktikum perhitungan sel eritrosit Probandus Hengky S. Ardhani S. Jenis Kelamin L P Berat Badan (kg) 56 68 Jumlah eritrosit 494 71 Dari hasil praktikum ini, didapatkan hasil dari probandus laki-laki dengan berat badan 56 kg memiliki jumlah sel eritrosit sebanyak 494 sel. Sedangkan hasil dari probandus perempuan dengan berat badan 68 kg memiliki jumlah sel eritrosit sebanyak 71 sel. Setelah dimasukkan rumus perhitungan sel darah merah (SDM) didapatkan hasil bahwa probandus laki-laki memiliki 2.470.000 sel eritrosit dalam setiap mm 3 dan probandus perempuan sebanyak 355.000 sel eritrosit dalam setiap mm 3. Nilai normal eritrosit pada pria berkisar 4,7 juta - 6,1 juta sel/ul darah, sedangkan pada wanita berkisar 4,2 juta - 5,4 juta sel/ul darah.Eritrosit yang tinggi bisa ditemukan pada kasus hemokonsentrasi, PPOK (penyakit paru obstruksif kronik), gagal jantung kongestif, perokok, preeklamsi. Sedangkan eritrosit yang rendah bisa ditemukan pada anemia, leukemia, hipertiroid, penyakit sistemik seperti kanker dan lupus [8]. Berdasarkan literatur tersebut, dapat disimpulkan bahwa sel darah merah probandus laki-laki termasuk oligocythemia. Begitu juga dengan sel darah merah probandus perempuan juga termasuk oligocythemia. Gambar 6. Eritrosit Hengky S. Gambar 7. Eritrosit Ardhani S. Laporan Praktikum Fisiologi Hewan/2014/Kelompok2/ Hematologi : koagulasi darah dan perhitungan sel darah Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah sel darah merah (eritrosit) meliputi jenis kelamin, laki-laki cenderung lebih banyak memiliki sel eritrosit diabandingkan dengan perempuan. Usia, orang dewasa memiliki jumlah eritrosit lebih banyak dibanding anak-anak. Tempat Ketinggian, orang yang hidup di dataran tinggi cenderung memiliki jumlah ertrosit lebih banyak. Dan kondisi Tubuh Seseorang, sakit dan luka yang mengeluarkan banyak darah dapat mengurangi jumlah ertrosit dalam darah [8]. Besarnya berat badan probandus juga dapat mempengaruhi jumlah sel eritrosit. Berdasarkan literatur tersebut, maka praktikum ini sesuai dengan literatur karena hasil yang didapatkan adalah jumlah sel eritrosit pada laki-laki lebih banyak dibandingkan jumlah eritrosit pada perempuan. C.Perhitungan Sel Leukosit Pada praktikum ini digunakan darah probandus sebanyak 2 probandus yang terdiri dari probandus laki-laki dan probandus perempuan. Hal ini bertujuan agar hasil praktikum dapat dibandingkan antara hasil dari probandus perempuan dengan hasil dari probandus laki-laki. Counting chamber terlebih dahulu dibersihkan dengan alcohol 70%. Hal ini berfungsi sterilisasi counting chamber. Kemudian pipet pengencer dibilas dengan menggunakan larutan NaCl 0,9%. Larutan ini merupakan larutan fisiologis sehingga sel-sel yang diamati masih tetap utuh. Selain itu, larutan ini juga berfungsi sebagai sterilisasi pipet pengencer [7]. Selanjutnya ujung jari disemprot dengan alcohol 70% agar ujung jari tetap steril. Selanjutnya darah probandus yang telah dihisap dengan pipet pengencer kemudian dilanjutkan dengan menghisap larutan turk hingga tepat skala yang ditentukan. Larutan turk selain mencegah penggumpalan darah juga berfungsi sebagai pewarna leukosit. Asam asetat pada larutan turk berfungsi untuk mencegah penggumpalan darah. Komposisi larutan turk terdiri atas 4 ml asam asetat, 10 tetes gentian violet, dan 200 ml akuades [9]. Selanjutnya larutan dikocok selama 3-4 menit agar larutan tersebut homogen. Kemudian dibuang 3-4 tetes pertama larutan tersebut agar didapatkan pengamatan yang benar-benar bersih dan steril, selanjtunya didiamkan selama 1-2 menit agar sel-sel darah mengendap dan lebih mudah diamati. Tabel 3. Hasil praktikum perhitungan sel leukosit Probandus Jenis Berat Jumlah Kelamin Badan (kg) leukosit Hengky S. L 56 44 Ardhani S. P 68 62 Dari hasil praktikum ini, didapatkan hasil dari probandus laki-laki dengan berat badan 56 kg memiliki jumlah sel eritrosit sebanyak 44 sel. Sedangkan hasil dari probandus perempuan dengan berat badan 68 kg memiliki jumlah sel eritrosit sebanyak 62 sel. Setelah dimasukkan rumus perhitungan sel darah merah (SDM) didapatkan hasil bahwa probandus laki-laki memiliki 11.000 sel eritrosit dalam setiap mm 3 dan probandus perempuan sebanyak 15.500 sel eritrosit dalam setiap mm 3. Sel darah putih atau leukosit berwarna bening, ukurannya lebih besar daripada sel darah merah, tetapi jumlahnya lebih kecil. Dalam setiap mm 3 darah terdapat 6.000 sampai 11.000 sel darah putih. Fungsi umum dari sel darah putih yaitu melindungi tubuh dari infeksi [10]. Pada praktikum ini didapatkan hasil bahwa jumlah 5 leukosit perempuan lebih banyak dibandingkan jumlah leukosit laki-laki. Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah sel leukosit kurang lebih sama dengan sel eritrosit. Meliputi jenis kelamin, berat badan, umur, gizi, aktivitas. Jumlah leukosit mempengaruhi imunitas manusia karena sifat fagositosis (memakan kuman-kuman yang masuk dalam tubuh dan menghasilkan antibodi). Jika jumlah leukosit terlalu banyak bisa disebabkan oleh mekanisme pertahanan tubuh akibat adanya benda asing (bakteri/virus) yang masuk pada tubuh. Jika jumlah leukosit terlalu sedikit bisa karena memang jumlah leukositnya sedikit dan hal ini berpengaruh pada imunitas tubuh [10]. Berdasarkan literatur tersebut dapat dikatakan bahwa jumlah leukosit laki-laki lebih banyak dibandingkan jumlah leukosit perempuan. Tapi dari hasil praktikum ini didapatkan bahwa jumlah leukosit perempuan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah leukosit laki-laki. Dimungkinkan dalam hal ini terdapat kesalahan perlakuan dalam pengambilan sampel atau mungkin terjadi kesalahan pada pengamatan perhitungan jumlah sel leukosit. Gambar 8. Sel Leukosit Hengky S. Gambar 9. Sel Leukosit Ardhani S. Untuk menghitung eritrosit dan leukosit dibutuhkan suatu alat yaitu haemocytometer yang terdiri atas counting chamber dan pipet pengencer. Haemocytometer Improved Neubaeur berupa lempeng kokoh yang dirancang untuk mendapatkan suspensi sel dalam lapisan tipis di atas guratan yang digoreskan pada lempeng. Guratan-guratan terdiri dari segiempat-segiempat dan bujur sangkar yag besar yang tersusun dalam baris dan kolom. Satu kelompok yang terdiri dari 25 bujur sangkar di pusatnya dipisahkan lebih jauh menjadi 16 bujur sangkar kecil. Bagian tengah lempeng lebih rendah daripada serambi di bagian luar. Jalur yang mirip dengan parit dalam memisahkan bagian tengah dari bagian luar serambi pada setiap sisi. Lapisan penutupnya tebal sehingga tahan bengkok. Hal ini memungkinkan adanya lapisan tipis suspensi sel dengan ketebalan yang diketahui dan seragam, yang terletak di atas segiempat-segiempat dengan luas yang diketahui. Rapatan sel diperkirakan dengan menghitung sel dalam bujur- Laporan Praktikum Fisiologi Hewan/2014/Kelompok2/ Hematologi : koagulasi darah dan perhitungan sel darah sangkar yang khas. Jenis pengaturan dalam guratan tidak akan mempengaruhi penentuan [10]. IV. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah koagulasi darah merupakan proses pembekuan darah. Proses pembekuan darah dipengaruhi oleh beberapa faktor, saah satunya berat badan. Semakin besar berat badan maka semakin singkat waktu yang dibutuhkan dalam pembekuan darah, dan begitu juga sebaliknya. Darah terdiri dari dua komponen yaitu plasma darah dan sel-sel darah. Plasma darah merupakan cairan di dalam darah, sedangkan sel-sel darah adalah darah dalam bentuk padat yang terdiri dari trombosit (keping darah), eritrosit (sel darah merah) dan leukosit (sel darah putih). Sel darah merah dan sel darah putih dapat dihitung dengan haemacytometer. Prinsip kerja haemacytometer improved neubaver adalah menghitung eritrosit pada kotak R dan leukosit pada waktu W. Dari praktikum ini didapatkan hasil bahwa koagulasi darah yang membutuhkan waktu paling sedikit yaitu 125 detik adalah probandus perempuan dengan berat badan yang paling besar. Sedangkan jumlah eritrosit terbanyak dihasilkan dari probandus laki-laki yaitu sebanyak 2.470.000 dalam setiap mm 3 dan jumlah leukosit terbanyak dihasilkan dari probandus perempuan yaitu sebanyak 15.500 dalam setiap mm 3. Jumlah eritrosit dan leukosit dipengaruhi beberapa faktor meliputi jenis kelamin, berat badan, usia, gizi, aktivitas, tempat ketinggian dan kondisi tubuh. DAFTAR PUSTAKA Campbell, Niel A.et al. Biology.8th Edition. Benjamin Cummings. San Fransisco.(2009). [2] Martini, Frederic H., Nath, Judi L., Bartholomew, Edwin F. Fundamentals of Anatomy and Physiology 9th edition.( 2012). [3] Greer, john p.2009. Wintrobe's clinical hematology vol.1 12th edition. Philadelphia: lippincott williams & wilkins. (2009). [4] Heilmeyer, L., & Begemann, H.Atlas of Clinical Hematology 6th edition.Springer. (2011). [5] Hidayati, Dewi. Modul Ajar Fisiologi Hewan. Program Studi Biologi FMIPA-ITS, Surabaya. (2006). [6] Sloane, Ethel. Anatomi dan Fisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta. (2003). [7] Sadikin,M.Biokimia Darah.Widya Medika :Jakarta. (2001). [8] Price, Sylvia A. Gangguan Sistem Hematologi. Patofisiologi Konsep Klinis dan Proses – Proses Penyakit Edisi 6 Volume 1. Jakarta : EGC. (2005). [9] Suripto. Fisiologi Hewan. ITB : Bandung. (2004). [10] Pearce, Evelyn. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia: Jakarta (2002). [1] 6