Peningkatan Keefektifan...... (Alkusaeri) PENINGKATAN KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN REALISTIK SISWA KELAS V MI NW 02 KEMBANG KERANG KEC. AIKMEL LOTIM Alkusaeri, M.Pd (Jurusan Pendidikan Matematika FITK IAIN Mataram) ABSTRACT This research is aimed to increase the effectiveness of mathematics learning which is indicated by the development of (1) students’ involvement in teaching learning process, and (2) students’ achievement in mathematics lesson. This research is classroom action research. Subjects of this research were 13 fifth grade students at MI NW 02 Kembang Kerang Kec. Aikmel Lotim consisting of 6 male and 7 female students. This research is a Classroom Action Research which consists of six meetings in three cycles. This research utilizes four steps of actions: planning, action, observation, and reflection. The result of this research indicated that there was an increase from one cycle to the next cycles, particularly in the students’ participation in teaching learning process and students’ achievement in learning mathematics lesson. Data from the implementation of realistic mathematics approach suggest that there was an increase in the students’ active participation and students’ achievement in mathematics learning. Key words : learning achievement of mathematics, involvement of in teaching learning process, realistic mathematics education Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran matematika yang ditunjukkan oleh meningkatnya (1) keterlibatan aktif siswa dalam pembelajaran, dan (2) prestasi belajar matematika siswa. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas. Subjek penelitian adalah siswa kelas V MI NW 02 Kembang Kerang Kec. Aikmel Lotim yang berjumlah 13 orang, 6 orang siswa laki-laki dan 7 orang siswa perempuan. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas enam pertemuan dalam tiga siklus. Penelitian ini menggunakan empat tahap tindakan, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan suatu peningkatan dari satu siklus ke siklus selanjutnya baik dari segi keterlibatan atau keaktifan maupun prestasi belajar siswa sehingga dapat meningkatkan keefektifan pembelajaran. Setelah dianalisis data mengenai penerapan pembelajaran menggunakan pendekatan realistik yang dilakukan guru melalui proses pengamatan terhadap proses pembelajaran ternyata mengalami peningkatan dari siklus I hingga siklus III sehingga keterlibatan aktif dan prestasi belajara siswa meningkat pula. Kata kunci : Prestasi Belajar, Keterlibatan Aktif, Pendekatan Realistik. 28 Peningkatan Keefektifan...... (Alkusaeri) PENDAHULUAN Untuk mencapai suatu tujuan pendidikan yang diharapkan dalam proses belajar mengajar, seorang guru dituntut untuk menguasai materi pelajaran dengan baik dan sesuai dengan rencana serta kurikulum yang berlaku. Penguasaan materi yang baik terhadap matematika tentu saja erat kaitannya dengan bagaimana daya upaya komponen yang berpengaruh dalam pendidikan untuk memahami matematika maka peningkatan mutu pengajaran matematika harus selalu diupayakan sehingga mampu mengatasi tuntutan jaman. Mempelajari matematika tidak terlepas dari sejauhmana pendekatan pembelajaran itu di gunakan seefektif mungkin. Banyak siswa gagal mempelajari matematika hanya karena adanya kesalahan konsep awal dalam menyampaikan isi materi pembelajaran, maka hal tersebut erat kaitannya dengan daya upaya seorang guru matematika menggunakan pendekatan atau metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa SD/MI. Namun demikian, berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran matematika di kelas V MI NW 02 Kembang Kerang Kec. Aikmel Lotim pada umumnya hanya menekankan pada pencapaian kurikulum dan penyampaian tekstual semata, kurang mengembangkan kemampuan belajar dan membangun individu. Guru meminimalkan keterlibatan siswa secara aktif, karena guru berceramah dari awal hingga pembelajaran berakhir. Guru jarang mengaitkan pembelajaran dengan hal-hal nyata di sekitar siswa. Siswa lebih banyak mendengar dan menunggu sajian guru daripada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan serta keterampilan yang mereka butuhkan. Hal inilah yang menyebabkan pemahaman prestasil belajar matematika siswa menjadi rendah. Berdasarkan fenomena di atas, perlu adanya perubahan pola pikir bagi pengelola pendidikan, terutama guru, sebagai ujung tombak pelaksana kurikulum yang langsung berhadapan dengan siswa. Perubahan pola pikir tersebut antara lain dengan menggunakan pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi belajar dan keterlibatan aktif siswa. Pendekatan realistik merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan pola pikir tersebut. Pendekatan realistik adalah suatu pendekatan yang menggunakan masalah realistik sebagai pangkal tolak pembelajaran. Melalui aktivitas matematisasi horisontal dan vertikal diharapkan siswa dapat 29 Peningkatan Keefektifan...... (Alkusaeri) menemukan dan mengkonstruksi konsep-konsep matematika ( Treffers, 1991: 15). Matematika realistik berkenaan dengan pembelajaran matematika yang merupakan pendekatan dalam pendidikan matematika. Pendekatan ini muncul dengan nama kurikulum matemathics in contex (Fereire 2004: 29). Pembelajaran ini menekankan akan pentingnya konteks nyata yang dikenal murid dan proses konstruksi pengetahuan matematika oleh murid sendiri. Masalah konteks nyata (Gravemeijer,1994: 123) merupakan bagian inti dan dijadikan starting point dalam pembelajaran matematika. Konstruksi pengetahuan matematika oleh siswa dengan memperhatikan konteks itu berlangsung dalam proses yang oleh Freudenthal dinamakan reinvensi terbimbing (guided reinvention). Berbagai permasalahan tersebut di atas, mendorong peneliti untuk menggunakan pendekatan realistik untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas V MI NW 02 Kembang Kerang Kec. Aikmel Lotim. Untuk itu, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: bagaimana meningkatkan prestasi belajar dan keterlibatan aktif siswa pada pembelajaran matematika melalui pendekatan realistik? KAJIAN TEORI 1. Pendidikan Matematika Realistik Realistic Mathematics Education (RME) merupakan teori belajar mengajar dalam pendidikan matematika. Teori RME pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda pada tahun 1970 oleh Institut Freudenthal. Teori ini mengacu pada pendapat Freudenthal yang mengatakan bahwa matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan aktivitas manusia. Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari. Matematika sebagai aktivitas manusia berarti manusia harus diberikan kesempatan untuk menemukan kembali ide dan konsep matematika dengan bimbingan orang dewasa (Gravemeijer, 1994: 179). Upaya ini dilakukan melalui penjelajahan berbagai situasi dan persoalan-persoalan “realistik”. Realistik dalam hal ini dimaksudkan tidak mengacu pada realitas tetapi pada sesuatu yang dapat dibayangkan oleh siswa. Prinsip penemuan kembali dapat diinspirasi oleh prosedur-prosedur pemecahan informal, sedangkan proses penemuan kembali menggunakan konsep matematisasi. 30 Peningkatan Keefektifan...... (Alkusaeri) Matematika realistik berkenaan dengan pembelajaran matematika yang merupakan pendekatan dalam pendidikan matematika. Pendekatan ini muncul dengan nama kurikulum matemathics in contex (Fereire 2004: 29). Pembelajaran ini menekankan akan pentingnya konteks nyata yang dikenal murid dan proses konstruksi pengetahuan matematika oleh murid sendiri. Masalah konteks nyata (Gravemeijer,1994: 123) merupakan bagian inti dan dijadikan starting point dalam pembelajaran matematika. Konstruksi pengetahuan matematika oleh siswa dengan memperhatikan konteks itu berlangsung dalam proses yang oleh Freudenthal dinamakan reinvensi terbimbing (guided reinvention). 2. Pendekatan Realistik Menurut Wina Senjaya (2008: 5) pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang seseorang terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach). Pendekatan realistik adalah suatu pendekatan yang menggunakan masalah realistik sebagai pangkal tolak pembelajaran. Melalui aktivitas matematisasi horisontal dan vertikal diharapkan siswa dapat menemukan dan mengkonstruksi konsep-konsep matematika ( Treffers, 1991: 15). Pendekatan realistik menggunakan masalah dunia nyata (real world) sebagai pangkal tolak pembelajaran maka situasi masalah perlu diusahakan benar-benar kontekstual atau sesuai dengan pengalaman siswa, sehingga siswa dapat memecahkan masalah dengan cara-cara informal melalui matematisasi horisontal. Cara-cara informal yang ditunjukkan oleh siswa digunakan sebagai inspirasi pembentukan konsep atau aspek matematiknya ditingkatkan melalui matematisasi vertikal. Melalui proses matematisasi horisontal-vertikal diharapkan siswa dapat memahami atau menemukan konsep-konsep matematika (pengetahuan matematika formal). 31 Peningkatan Keefektifan...... (Alkusaeri) 3. Pembelajaran Matematika a) Pengertian Pembelajaran Menurut Hudoyo (1988: 6) pembelajaran adalah suatu proses interaksi dua arah antara pengajar dan peserta didik. Dapat dikatakan pembelajaran merupakan dua kegiatan yang saling mempengaruhi yang dapat menentukan hasil belajar. Kemudiaan Hudoyo menjelaskan bahwa pembelajaran sebagai suatu rangkaian kejadian atau (events) yang mempengaruhi pebelajar sehingga proses belajarnya dapat berlangsung dengan mudah. Pembelajaran bukan hanya terbatas pada event-event yang dilakukan oleh guru saja, akan tetapi mencakup semua events yang mungkin mempunyai pengaruh langsung pada proses belajar manusia. Pembelajaran mencakup kejadian – kejadian yang diturunkan oleh bahan – bahan cetak, gambar, program, televisi, film maupun kombinasi dari bahan – bahan tersebut. Dengan demikian fungsi pembelajaran bukan hanya fungsi guru/pengajar, melainkan juga fungsi sumber – sumber belajar lain yang digunakan oleh pebelajar untuk belajar sendiri. b) Pengertian Matematika Matematika adalah hasil pemikiran, yang menunjukkan keutuhan kapasitas pikiran dalam menemukan urutan dan pola peristiwa di dunia, untuk menjelaskan dan memberi arti intelektual tentang dunia, dan untuk menikmati tantangan dan pemecahan masalah yang dimunculkan oleh dirinya sendiri (Mack J, 1994: 264-267). Matematika di sekolah terus berkembang, namun masih sering disajikan sebagai bagian dari pengetahuan semata, bukan sebagai cara untuk memperoleh pengertian. Karena itu, banyak murid memandang matematika sebagai hal yang objektif, tidak fleksibel, datar dan edukatif, terlepas dari budaya, terpisah dari realitas dan merupakan kebenaran mutlak (Australian Association of Mathematic Teachers). Namun, para ahli yang profesional sepakat bahwa matematika merupakan produk dari proses yang intuitif dan kreatif, yang mencerminkan kondisi serta perkembangan historis dan sosial, dan aplikasinya menyajikan model – model realitas, daripada kebenaran universal. Matematika sering dianggap sebagai suatu kumpulan sistem matematika yang setiap sistem itu mempunyai struktur-struktur tersendiri yang bersifat deduktif (Hudoyo, 1988: 95). Suatu sistem deduktif dimulai dari unsur yang tidak didefenisikan yang disebut unsur primitif. Unsur tersebut diperlukan sebagai dasar komunikasi selanjutnya ditentukan aksioma-aksioma yang merupakan asumsi-asumsi dasar tertentu. Aksioma 32 Peningkatan Keefektifan...... (Alkusaeri) tersebut merupakan pernyataan yang menyatakan hubungan dasar dalam unsur-unsur pokok dalam suatu sistem tersebut, dan akhirnya diperoleh teorema-teorema yang dibuktikan dengan serentetan pernyataan. Setiap pernyataan dapat berupa defenisi, aksioma atau teorema-teorema dibuktikan kebenarannya. Menurut Carter (2007: 74) mendefenisikan matematika adalah sebagai berikut: Mathematics is the manipulation of abstract symbols according to spesific as rules. As such mathematics is a language, but it differs from other languages in its universal nature and its applicability to human endeavors. Mathematics is the objective science of pure reason. Some might say that this ability to reason mathematically is a characteristic will be the first language of communication between us and other sentient beings when such communications occur. 4. Pembelajaran Matematika Realistik Pembelajaran matematika realistik merupakan pendekatan yang orientasinya menuju kepada penalaran siswa yang bersifat realistik sesuai dengan tuntutan kurikulum berbasis kompetensi yang ditujukan pada pengembangan pada pikiran praktis, logis, kritis, dan jujur dengan berorientasi pada penalaran matematika dalam menyelesaikan masalah. Utari (2000: 1) mengatakan bahwa proses pembelajaran matematika sebaiknya memenuhi keempat pilar pendidikan masa datang (UNESCO) yang perlu diperdayakan agar siswa nantinya mampu berbuat untuk memperkaya pengalaman belajarnya (learning to do) dengan meningkatkan interaksi dengan lingkungan fisik, sosial maupun budaya, sehingga mampu membantu pemahaman dan pengetahuan dan terhadap dunia sekitarnya (learning to know). Dengan demikian siswa dapat membangun pengetahuan dan kepercayaan dirinya (learning to be) kesempatan untuk berinteraksi dengan individu atau pun kelompok yang bervariasi (lerning to live together). Pembelajaran matematika memiliki 5 karakteristik menurut Gravemeijer, 1994 (dalam Tarigan, 2006: 6) diantaranya: a. Penggunaan konteks: proses pembelajaran diawali dengan keterlibatan siswa dalam pemecahan masalah kontekstual. b. Instrumen vertikal: Konsep atau ide matematika direkonstruksi oleh siswa melalui model – model instrument vertikal, yang bergerak dari prosedur informal kebentuk formal 33 Peningkatan Keefektifan...... (Alkusaeri) c. Kontribusi siswa: Siswa aktif merekonstruksi sendiri bahan – bahan matematika berdasarkan fasilitas dengan lingkungan belajar yang disediakan guru, secara aktif menyelesaikan soal dengan cara masing – masing d. Kegiatan interaktif: kegiatan belajar bersifat interaktif, yang memungkinkan terjadi komunikasi dan negosiasi antar siswa. e. Keterkaitan topik: Pembelajaran suatu bahan matematika terkait dengan berbagai topik matematika secara terintegrasi. Menurut Suryanto, dalam majalah PMRI vol. V No. 1. Januari 2007; Pendidikan Matematika Realistik (PMR) mempunyai beberapa karakteristik sebagai berikut: a. Pengenalan konsep-konsep matematis baru dilakukan dengan memberikan kepada murid-murid realistic contextual problem ( masalah kontekstual yang realistik). b. Dengan bantuan guru dan bantuan temannya, murid-murid dipersilahkan memecahkan masalah kontekstual yang realistik itu. Dengan demikian diharapkan murid-murid re-invent (menemukan) konsep atau prinsip-prinsip matematis atau menemukan model. c. Setelah menemukan penyelesaian, murid-murid diarahkan untuk mendiskusikan penyelesaian mereka (yang biasanya ada yang berbeda, baik jalannya maupun hasil diskusinya). d. Murid-murid dipersilahkan untuk merefleksi (memikirkan kembali) apa yang telah dikerjakan dan apa yang telah dihasilkan; baik hasil kerja mandiri maupun hasil diskusi. e. Murid juga dibantu agar mengaitkan beberapa isi pelajaran matematika yang memang ada hubungannya. f. Murid-murid diajak mengembangkan, memperluas, atau meningkatkan hasil-hasil dari pekerjaannya agar menemukan konsep atau prinsip matematis yang lebih rumit. g. Menekankan matematika sebagai kegiatan bukan sebagai produk jadi atau hasil siap pakai. Untuk mempelajari matematika sebagai kegiatan, cara yang cocok adalah learning by doing (belajar dengan mengerjakan matematika). 34 Peningkatan Keefektifan...... (Alkusaeri) Model skematis proses pembelajaran yang merupakan proses pengembangan ideide dan konsep-konsep yang dimulai dengan dunia nyata yaitu disebut matematisasi konseptual oleh de Lange (1987: 72) dilukiskan dalam gambar berikut: Real World Mathematizing in Application Mathematizing and Reflections Abstraction and Formalitation Gambar 1: Model skematis matematisasi konseptual de Lange Dalam pembelajaran matematika realistik pengembangan suatu konsep matematika diawali siswa berupa kegiatan eksplorasi pada dunia nyata (real world). Selanjutnya siswa diberi kesempatan untuk berkreasi dan mengembangkan pemikirannya. Untuk menemukan dan mengidentifikasi masalah yang diberikan, siswa melakukan matematisasi dan refleksi (mathematizing and reflection) berdasarkan pada situasi nyata dengan strategi masing-masing. Kemudian pada tahap abstraksi dan formalisasi (abstraction and formalitation), siswa mendapat keteraturan dan mengembangkan konsep. Selanjutnya siswa dilatih untuk menyelesaikan masalahmasalah nyata yang lebih kompleks. Setelah itu siswa dapat mengaplikasikan konsepkonsep matematika (mathematizing in aplication) ke dunia nyata sehingga memperoleh konsep. 5. Alat Peraga dalam Matematika Realistik Salah satu permasalahan yang muncul dalam uji coba dan implementasi Pendidikan Matematika Realistik Inndonesia (PMRI) adalah keterbatasan alat peraga. Beberapa guru mengeluhkan sulitnya mengembangkan alat peraga sebagai penunjang impelementasi PMR. Moerlands (2004) memberikan beberapa contoh alat perga murah tetapi sangat kuat secara pedagogis. Ia menyebutkan beberapa alat peraga murah (low cost materials) yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik antara lain: 35 Peningkatan Keefektifan...... (Alkusaeri) a. Kartu Bilangan Salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa kelas 1 SD adalah mengenal dan menggunakan bilangan dalam pemecahan masalah. Hasil belajar diperlihatkan oleh kemampuan siswa menghitung dan mengurutkan banyak benda. Kemampuan tersebut diperlihatkan oleh kemampuan siswa membilang dan menghitung secara urut, menyebutkan banyak benda, membandingkan dua kumpulan benda melalui istilah lebih sedikit, lebih banyak, atau sama banyak mengurutkan bilangan dari terkecil hingga terbesar dan membilang loncat (2, 10, atau lainnya). (Depdiknas, 2003). Pembelajaran matematika dengan kartu bilangan dapat mendorong interaktivitas di kelas, dan siswa terlibat dalam pembelajaran secara bermakna. Hal ini menunjukkan prinsip penting dalam PMR. b. Manik-manik Pada pokok bahasan tentang geometri dan pengukuran siswa diharapkan memiliki kompetensi dan melakukan pengukuran untuk memecahkan masalah sehari-hari. Salah satu hasil belajar yang diharapkan adalah membandingkan pengukuran npanjang dan berat. Sebelum siswa mengenal pengukuran dengan satuan baku, seperti sentimeter, meter, dst (untuk panjang), dan gram, kilo gram, dst (untuk pengukuran berat), siswa diperkenalkan dengan konsep pengukuran dengan satuan tak baku. Memperkenalkan konsep pengukuran tak baku dapat menggunakan rantai manik-manik. Adapaun alat peraga sederhana lain berdasarkan karakteristik materi yang akan di pelajari. 6. Efektivitas Pembelajaran Sekolah yang memiliki efektivitas pembelajaran yang tinggi ditunjukkan oleh sifat pembelajaran yang menekankan pada pemberdayaan peserta didik. Proses pembelajaran menurut Depdiknas (2000) bukan sekedar memorisasi dan recall, bukan sekedar penekanan pada penguasaan pengetahuan tentang apa yang diajarkan (logos), akan tetapi lebih menekankan pada internalisasi tentang apa yang diajarkan sehingga tertanam dan berfungsi sebagai muatan nurani dan dihayati serta dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik (etos). Bahkan proses belajar juga menekankan pada bagaimana agar supaya peserta didik mampu belajar cara belajar. Oleh karena itu dalam penelitian ini sebagai tolok ukur pembelajaran dikatakan efektif jika upaya tersebut mencapai tujuan yang diharapkan. Untuk mencapai tujuan guru perlu menumbuhkan partisipasi siswa serta keaktifan siswa; yaitu dengan memacu 36 Peningkatan Keefektifan...... (Alkusaeri) keterlibatan intelektual dan emosional siswa dalam pencapaian pengetahuan, perbuatan serta pengalaman langsung terhadap umpan baliknya. Untuk mencapai tujuan diperlukan strategi pembelajaran serta memperhatikan minat, motivasi, cara belajar, dan kesulitan-kesulitan siswa dalam belajar. Menurut Reigeluth & Merrill (dalam Degeng, 1989: 19) ada empat kriteria dalam menentukan efektivitas pembelajaran yaitu: a. Kecermatan penguasaan. Kecermatan penguasaan perilaku yang dipelajari juga sering disebut tingkat kesalahan. Dalam hal ini unjuk kerja dapat dipakai sebagai indikator untuk menetapkan keefektifan pembelajaran. Makin cermat siswa menguasai perilaku yang dipelajari, makin efektif pembelajaran yang telah dijalankan. Tingkat kecermatan dalam penelitian ini dapat ditunjukkan oleh jumlah kesalahan dalam menyelesaikan soal tes pada akhir setiap siklus. b. Kecepatan unjuk kerja. Kecepatan unjuk kerja yang dimaksud adalah jumlah waktu yang diperlukan dalam menyelesaikan soal tertentu, misalnya dalam penelitian ini siswa diminta menyelesaikan soal mencari luas daerah dari sebuah bangun datar oleh siswa dalam waktu 3 menit, lebih efisien dari yang diselesaikan dalam waktu 4 menit. c. Tingkat Alih Belajar. Tingkat alih belajar yaitu kemampuan siswa melakukan alih belajar dari apa yang telah dikuasainya ke hal yang lain serupa. d. Tingkat Retensi. Tingkat retensi adalah tingkat kemampuan dalam menyelesaikan soal yang masih mampu ditampilkan setelah selang periode waktu tertentu. Oleh karena itu kriteria tingkat efektivitas pembelajaran tersebut digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menetapkan tingkat efektivitas pembelajaran geometri dalam penelitian ini. METODE PENELITIAN Penelititan ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang berfokus pada upaya untuk mengubah kondisi riil sekarang ke arah kondisi yang diharapkan. Penelitian ini berkaitan dengan penggunaan pendekatan realistik untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran matematika. Penelitian ini dilakukan secara kolaboratif, artinya dalam penelititan ini peneliti bersama dengan kolaborator sejak 37 Peningkatan Keefektifan...... (Alkusaeri) perenungan untuk menentukan masalah, planning (perencanaan), acting (tindakan), Observing (observasi), serta reflecting (refleksi). Dalam penelitian ini, langkah – langkah penelitian yang akan dilaksanakan mengacu pada model Kemmis dan McTaggart (1990: 11). Setiap siklus/pentahapan tindakan meliputi perencanan, tindakan, observasi dan refleksi. Gambar 2: Model siklus Kemmis & McTaggart Berdasarkan gambar tersebut di atas dapat diuraikan langkah/tahapan penelitian tindakan kelas, yaitu: a) Perencanaan, yaitu dimulai dari penemuan masalah sampai akhirnya ditentukan rencana tindakan kelas, yang memuat rancangan tindakan untuk perbaikan hasil belajar. b) Pelaksanaan tindakan, yaitu implementasi dari perencanaan. c) Observasi, yaitu melakukan pengamatan terhadap efek dari tindakan yang dilakukan dengan menggunakan instrumen dan caattan lapangan yang telah disiapkan. d) Refleksi, di mana hasil observasi kelas, rekaman data, maupun catatan lapangan dan berbagai temuan dibawa ke forum refleksi untuk dianalisis sebagai dasar perencanaan pelaksanaan tindakan pada siklus berikutnya. Penelitian ini dilaksanakan di kelas V MI NW 02 Kembang Kerang Kec. Aikmel Lotim. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V yang berjumlah 13 orang, terdiri dari 7 orang perempuan dan 6 orang laki-laki. Data dalam penelitian ini merupakan data primer yang diperoleh dari guru dan siswa kelas V MI NW 02 Kembang Kerang Kec. Aikmel Lotim. Data dari guru diperoleh melalui observasi dan wawancara awal tidak terstruktur sebelum tindakan 38 Peningkatan Keefektifan...... (Alkusaeri) dilaksanakan untuk mendapatkan permasalahan yang dihadapi. Selanjutnya, peneliti bersama kepala sekolah (selaku Observer II) mengamati kegiatan guru selama proses pembelajaran berlangsung dan selama tindakan dilaksanakan dengan menggunakan lembar observasi dan angket respon siswa. Data dari siswa diperoleh berdasarkan hasil obesrvasi terhadap keterlibatan aktif siswa selama pembelajaran dan juga skor prestasi belajar siswa. Kedua hal ini digunakan untuk melihat keefektifan pembelajaran matematika melalui pendekatan realistik. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1) Hasil Penelitian Tindakan dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kontekstual dan dilakukan dalam tiga kali siklus. Siklus I terdiri dari tiga kali pertemuan, Siklus II berisi dua kali pertemuan, dan Siklus III berisi dua kali pertemuan. a) Pelaksanaan Siklus I Perencanaan Pada siklus I, Materi yang diajarkan adalah memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun, dengan kompetensi dasar yang harus dicapai adalah siswa dapat mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar dengan tepat melalui peragaan. Indikatornya adalah siswa dapat: (1) mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar dan bangu ruang sederhana (2) menggambar berbagai bentuk bangun datar dan bangun ruang sederhana. Perencanaan dalam kegiatan pembelajaran yang dipersiapkan adalah RPP, LKS, alat peraga pembelajaran, serta lembar observasi. Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan yang dilakukan adalah guru membagi siswa atas 4 kelompok. Kemudian guru membagikan berbagai macam bentuk bangun datar dan bangun ruang sederhana kepada masing-masing kelompok dan memberikan LKS. Siswa mengamati dan mendiskusikan dalam kelompok untuk mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang sederhana. Siswa melaporkan hasil kerja kelompok ke depan kelas. Siswa di bawah bimbingan guru menyimpulkan pelajaran. 39 Peningkatan Keefektifan...... (Alkusaeri) Observasi Hasil observasi pelaksanaan tindakan diperoleh kesimpulan bahwa rata-rata hasil analisis pengamatan pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan realistik pada siklus I masuk ke dalam kriteria cukup baik. Demikian juga dengan keterlibatan aktif siswa dalam pembelajaran berada pada kategori cukup baik. Hal ini menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan proses pembelajaran siswa masih mengalami kesulitan untuk mengikuti cara baru yang diterapkan oleh guru karena mereka belum terbiasa. Refleksi Setelah siklus I selesai dilaksanakan, maka dilakukan diskusi antara peneliti dengan praktisi dan kepala sekolah selaku Obesrver II. Disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan realistik pada siklus I baru dalam kategori cukup baik sehingga berdampak pada prestasi belajar yang dicapai siswa dan keterlibatan aktif siswa juga masih dalam kategori cukup aktif. b) Pelaksanaan Siklus II Perencanaan Pada siklus II, materi yang diajarkan adalah memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun dengan kompetensi yang harus dicapai adalah menentukan jaring-jaring berbagai bangun ruang sederhana. Perencanaan dalam kegiatan pembelajaran yang dipersiapkan adalah RPP, LKS, media pembelajaran, serta lembar observasi. Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan yang dilakukan adalah siswa duduk dalam kelompok yang sudah terbentuk sebelumnya. Guru membagikan LKS dan membagikan alat peraga kepada masing-masing kelompok. Siswa di bawah bimbingan guru mengadakan percobaan dan mencatat hasil pengamatan dalam lembar observasi. Siswa melaporkan hasil kerja kelompok ke depan kelas. Siswa di bawah bimbingan guru mendiskusikan hasil kerja kelompok. Guru dan siswa bersama menyimpulkan pelajaran. 40 Peningkatan Keefektifan...... (Alkusaeri) Observasi Hasil observasi pelaksanaan tindakan diperoleh kesimpulan bahwa rata-rata hasil analisis pengamatan pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan realistik pada siklus II masuk ke dalam kriteria baik. Demikian juga dengan pelaksanaan penilaian keterlibatan aktif siswa masuk pada kategori cukup aktif. Sedangkan analisis hasil prestasi belajar siswa pada siklus II ini terjadi peningkatan jika dibanding siklus sebelumnya, di mana pada siklus I jumlah rata-rata kelas sebesar 59,15, dan setelah dilakukan tindakan pada siklus II, jumlah rata-rata kelas meningkat menjadi 65,84. Refleksi Setelah siklus II selesai dilaksanakan, maka dilakukan diskusi antara peneliti dengan praktisi dan Observer II. Disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran matematika realistik pada siklus II berada dalam kategori baik, keterlibatan aktif siswa masuk pada kategori cukup aktif, yang ditandai dengan meningkatnya hasil tes akhir tindakan siswa. Akan tetapi, masih ada beberapa permasalahan yang masih ditemukan dan diperlukan perbaikan pada siklus II, antara lain: (1) masih sedikit terkendala dengan masih adanya siswa yang melontarkan pertanyaan hanya sekedar formalitas atau sekedar memenuhi tuntutan tugas dari guru, belum sepenuhnya bertujuan untuk meningkatkan pemahaman konsep bagi mereka sendiri, dan (2) diskusi yang dilakukan kurang efisien, karena guru masih berperan dalam meminta siswa untuk bertanya dan mempresentasikan hasil kerja mereka ke depan kelas. Selain itu, cara pembentukan kelompok juga harus diperbaharui untuk menghilangkan kejenuhan siswa dengan teman kelompok yang sama sehingga terkesan membosankan bagi siswa. Untuk meningkatkan keefektifannya maka diperlukan peningkatan hal-hal yang belum terlakasana dengan baik. c) Pelaksanaan Siklus III Perencanaan Pada siklus III, materi yang diajarkan adalah menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun datar dan bangun ruang sederhana. Perencanaan dalam kegiatan pembelajaran yang dipersiapkan adalah RPP, LKS, media pembelajaran, serta lembar observasi. 41 Peningkatan Keefektifan...... (Alkusaeri) Pelaksanaan Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan adalah guru membagi kelompok dengan keanggotaannya yang berbeda dengan kelompok sebelumnya. Guru membagikan alat perga yang dibutuhkan. Guru membagikan LKS pada masingmasing siswa dalam kelompok. Siswa mengadakan percobaan berdasarkan panduan dalam LKS. Siswa melaporkan hasil kerja kelompoknya ke depan kelas. Siswa yang tidak presentasi menanggapi hasil kerja kelompok yang presentasi. Siswa di bawah bimbingan guru mendiskusikan hasil kerja kelompok. Observasi Hasil observasi pelaksanaan tindakan diperoleh kesimpulan bahwa rata-rata hasil analisis pengamatan pelaksanaan pembelajaran matematika realistik dalam siklus III masuk ke dalam kriteria sangat baik. Prestasi belajar siswa juga mengalamai peningkatan dengan rata-rata kelas adalah 76,07. Keterlibatan aktif siswa dalam pembelajaran pada siklus III ini masuk kategori aktif. Refleksi Setelah tindakan pada siklus III selesai dilakukan, selanjutnya diadakan diskusi antara peneliti dengan praktisi dan kepala sekolah (Observer II). Hasil diskusi diperoleh kesimpulan bahwa pelaksanaan pembelajaran matematika realistik pada siklus III berada pada kategori sangat baik. Demikian juga dengan prestasi belajar siswa dan keterlibatan aktif siswa dalam pembelajaran mengalami peningkatan. Guru telah melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan realistik secara maksimal dan prestasi belajar matematika serta keterlibatan aktif siswa kelas V MI NW 02 Kembang Kerang Kec. Aikmel Lotim telah berhasil ditingkatkan. 2) Pembahasan Berdasarkan pelaksanaan tindakan dalam tiga kali siklus di atas, dapat dilihat bahwa telah terjadi peningkatan pada pemahaman konsep dan hasil belajar siswa dari sebelum diadakan tindakan hingga dilakukannya tindakan pada siklus I, II, dan III. Peningkatan tersebut dapat dilihat dalam penjelasan berikut: 42 Peningkatan Keefektifan...... (Alkusaeri) a) Peningkatan keefektifan pembelajaran menggunakan pendekatan realistik selama siklus I hingga siklus III. Peningkatannya dapat dilihat pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Pembelajaran realistik pada siklus I, II, dan III Siklus Rata-rata Hasil Observasi Kriteria I 74, 3 Cukup II 90 Baik III 103,75 Sangat Baik b) Peningkatan keterlibatan atau partisipasi aktif siswa. Pada aspek keterlibatan siswa dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan realistik selama siklus I hingga siklus III dapat dilihat dalam Tabel 2 berikut. Tabel 2. Peningkatan keterlibatan siswa dalam pembelajaran Siklus Persentase Rata-rata hasil Observasi c) Kriteria I 64,8 Cukup II 79,61 Baik III 85,76 Sangat Baik Pada aspek prestasi belajar siswa, peningkatan pemahaman konsep dan skor tes matematika dengan menggunakan pendekatan realistik selama siklus I hingga siklus III dibandingkan dari keadaan siswa sebelum dilakukannya tindakan (melihat pada nilai ujian terakhir siswa pada semester sebelumnya) dapat dilihat dalam Tabel 3 berikut ini. Tabel 3. Prestasi Belajar Siswa Sebelum Tindakan Hingga Setelah Tindakan pada Siklus I, II dan III Siklus Nilai Siswa Siswa Persentase Keterangan RataTuntas Belum Ketuntasan rata Belajar Tuntas Kelas Belajar Sebelum 52,5 2 11 15,38 Belum tuntas tindakan I 59,15 4 9 30,76 Belum tuntas II 65,84 9 4 69,23 Belum tuntas III 76,07 12 1 92,30 Tuntas 43 Peningkatan Keefektifan...... (Alkusaeri) KESIMPULAN 1. Dengan Menerapkan pendekatan realistik dapat meningkakan prestasi belajar matematika siswa kelas V MI NW 02 Kembang Kerang Kec. Aikmel Lotim. Hal ini dapat dilihat pada data yang diperoleh peneliti selama penelitian. Data tentang prestasi belajar siswa pada siklus I nilai rata-rata yang diperoleh 59,15 dengan ketuntasan belajar siswa sebesar 30,76%. Pada siklus II nilai rata-rata prestasi belajar siswa 65,84 dengan ketuntasan belajar sebesar 69,72%. Pada siklus III nilai rata-rata prestasi belajar siswa meningkat menjadi 76, 07 dengan ketuntasan belajar siswa mencapai 92, 30%. 2. Dengan Menerapkan pendekatan realistik dapat meningkatkan keterlibatan aktif siswa kelas V MI NW 02 Kembang Kerang Kec. Aikmel Lotim. Data tentang keterlibatan akif siswa pada siklus I menunjukkan presentasi sebesar 64, 8% masuk pada kategori cukup aktif. Pada siklus II meningkat menjadi 79,61% masuk pada kategori aktif. Pada siklus III mencapai 85, 76% masuk pada kategori sangat aktif. DAFTAR PUSTAKA Carter, J.S. (2007). Mathematics. Diambil pada tanggal 10 Januari 2009, dari http://www.polimetrica/.eu/site/?p=30. University of South Alabama, USA. Daitin Tarigan. (2006). Pembelajaran matematika realistik. Dir. PPTK dan KPT. De Lange, J. (1987). Assessment: No change without problems. The Netherlands: Freudenthal Institute. Gravemeijer, K. P. E (1994). Developing realistic mathematics education. Utrecht: Freudenthal Institute. Hudoyo, Herman. (1988). Mengajar Belajar Matematika. Depdikbud: P2LPTK Kemmis, S & McTaggart, R. (1990). The action research planner. 3rd Victoria: Deakin University. Mack, J. (1994). Mathematics in the context of the total curiculum. Proceedings of the 7th International congress on mathematical education: Québec city Canada, 1723 August 1992. Diterbitkan oleh Presses Université Laval, 1994. ISBN 2763773621, 9782763773629., 495 halaman. http://books.google.com/books?hl=id&lr=&id=PA264&dq=Mack.J.+1994+math diambil pada tanggal 12 Septembar 2008. 44 Peningkatan Keefektifan...... (Alkusaeri) Moerlands, F. (2003). Measuring with strings of beads. Bandung: PMRI Tryout February 2003. Reigeluth, C. M & Merril, M. D. (dalam Degeng, I Nyoman Sudana). ( 1989). Ilmu pengajaran taksonomi variabel. Jakarta: Dikti Proyek pengembangan pendidikan tenaga kependidikan Depdikbud. Suryanto. (2007). “Pendidikan Matematika Realistik Indonesia atau (PMRI)”. Majalah PMRI Vol. V No.1 Januari 2007, halaman 8 – 10. Wina Senjaya. (2008). Pembelajaran dalam implementasi kurikulum berbasis kompetensi. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. 45