PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : MEI 2015 A. Perkembangan Perekonomian Saudi Arabia. 1. Pasar saham Arab telah memperoleh hampir 9 persen tahun 2015 ini, diharapkan dapat lebih meningkatkan kinerjanya pada tahun 2015, kata ekonom regional. "Kami masih mengharapkan indeks Saudi menunjukkan tren positif tahun ini. "Francisco Quintana, kepala penelitian di Asiya Investments, mengatakan kepada Arab News. Ia bereaksi terhadap kerugian 2,4 persen yang diderita Tadawul All-Share Index (TASI) baru-baru ini. Indeks jatuh 221,64 poin sampai 9,080 merupakan penurunan harian terbesar dalam empat bulan. Nilai saham yang diperdagangkan melebihi US$ 1,33 miliar, baru-baru ini. "Perekonomian Saudi adalah diversifikasi dengan standar GCC, namun sebagian besar masih bergantung pada minyak. Harga minyak rendah membebani sentimen investor, "kata Quintana. Basil Al-Ghalayini, CEO dari BMG Financial Group, berkomentar: "Penurunan tajam harga minyak memiliki dampak negatif pada TASI dengan sektor petrokimia (turun 3,63 persen) yang mengambil bagian terbesar dari anjloknya Tadawul. " Heavyweight Saudi Basic Industries Corp (SABIC) anjlok 4,3 persen menjadi US$ 25,26 baru-baru ini, setelah NBK Capital menurunkan saham untuk “hold” dari “buy” dan mengatakan pendapatannya kemungkinan besar memuncak untuk jangka pendek. Reuters melaporkan bahwa Saudi International Petrochemical Co (Sipchem) anjlok 8,9 persen ke US$ 7,78 dalam perdagangan awal Mei 2015, setelah mengumumkan laba kuartalannya jatuh 55 persen menjadi US$ 29,36 juta. Analis yang disurvei Reuters telah memperkirakan US$ 35,54 juta. Saham memecah dukungan teknis di US$ 8,26 terendah sejak pertengahan Mei, memicu yang merujuk ke bawah ke bulan Maret dan April terendah sekitar US$ 6,93. Nasional Industrialisasi Co (Tasnee) turun 3,3 persen, mengakibatkan kerugian untuk kuartal kedua. "Pasar sekarang mengambil isyarat dari harga minyak dan arah pasar global," kata John Sfakianakis, direktur Timur Tengah di Ashmore Group. Berbicara kepada Arab News pada prospek pasar, Sfakianakis menambahkan: "Berlanjutnya kepemimpinan global yang negatif, jatuh dan lemahnya harga minyak, dan China mempengaruhi pasar di wilayah tersebut sebagaimana ditunjukkan oleh TASI, yang mengalami tekanan jual yang sangat besar." Mengomentari lebih lanjut pada saham Saudi, Francisco Quintana dari Asiya Investasi menambahkan: "Harapan tentang kinerja Tadawul telah benar-benar tinggi selama setahun terakhir. Investor mengharapkan arus masuk besar ketika bursa dibuka untuk investor asing, yang dibuka pada bulan Juni, dan mereka mengharapkan dimasukkan dalam klasifikasi MSCI sebagai salah satu pasar yang berkembang. Ditambahkan: "harga minyak yang rendah membebani sentimen investor. Kapasitas belanja pemerintah yang menurun. Harapan kenaikan di AS, dan volatilitas saat ini di China juga mendorong investor kembali ke pasar AS. 2. Nilai ekspor Saudi Arabia bulan Mei 2015 turun 16,71% sebesar US$ 4,057 miliar dibanding periode yang sama tahun 2014, yang mencapai US$ 4,871 miliar. Sedangkan, nilai impor Saudi Arabia bulan Mei 2015 mencapai US$ 13,521 miliar dibandingkan dengan US$ 14,526 miliar, pada bulan Mei 2014, turun sebesar US$ 1,005 miliar, atau turun 6,92% dibanding bulan Mei 2014. 3. Adapun 5 negara terbesar tujuan ekspor Saudi Arabia bulan Mei 2015; yang pertama adalah Cina dengan nilai total mencapai US$ 511 juta (-9,24%); disusul oleh Uni Emirat Arab dengan nilai ekspor mencapai US$ 506 juta (-17,99%). Di posisi ketiga, India dengan nilai US$ 309 juta (+3,69%); kemudian Mesir di urutan keempat dengan nilai ekspor US$ 184 juta (+26,03%), dan kelima adalah Turki dengan nilai total ekspor mencapai US$ 181 juta (+3,43%). 4. Sedangkan, 5 besar negara asal impor Saudi Arabia bulan Mei 2015 adalah Cina yang mencapai US$ 1,931 miliar (+0,78%); kemudian Amerika Serikat senilai US$ 1,867 miliar (+4,13%); lalu Jerman sebesar US$ 0,912 miliar (-14,37%); Korea Selatan US$ 0,803 miliar (+26,66%), dan Jepang US$ 0,762 miliar (+2,42%). B. Perkembangan perdagangan bilateral Indonesia dengan Saudi Arabia 1. Total perdagangan Indonesia - Saudi Arabia periode Januari-Mei 2015 mencapai US$ 1.950,89 juta atau turun 16,92% dibanding tahun 2014. Tahun 2015, ekspor Indonesia ke Saudi Arabia sebesar US$ 746,59 juta, sedangkan impornya sebesar US$ 1.204,31 juta, sehingga Indonesia defisit sebesar US$ 457,72 juta. 2. Pada tahun 2015 impor migas Indonesia turun 29,51% dari US$ 1.414,87 juta tahun 2014, menjadi US$ 997,39 juta tahun 2015. Diluar komoditi migas, neraca perdagangan Indonesia dengan Saudi Arabia terlihat cukup baik. Ekspor non migas Indonesia ke Saudi Arabia pada tahun 2015 tercatat US$ 746,59 juta, atau naik 18,92 % dibandingkan tahun 2014. Sedangkan, ekspor non migas Saudi Arabia ke Indonesia tercatat US$ 206,91 juta, sehingga surplus bagi Indonesia US$ 539,68 juta. 3. Produk-produk yang diekspor Indonesia ke Saudi Arabia antara lain: kendaraan bermotor, plywood, palm oil, kertas, suku cadang kendaraan, ban mobil, bumbu2 masakan, makanan olahan, dan lain-lain. Sedangkan produk-produk yang diekspor Saudi Arabia ke Indonesia antara lain: produk petrokimia dan plastik. C. Informasi Lainnya Kebijakan baru tentang ban di Saudi Arabia. Dewan Organisasi Standar, Metrologi dan Kualitas Saudi Arabia mengumumkan aplikasi peraturan tentang ban baru yang diproduksi atau dijual di Saudi Arabia, mulai berlaku November 2015. Dewan menjelaskan bahwa peraturan teknis telah menetapkan batas untuk rolling resistance pada permukaan basah. Ada enam klasifikasi untuk efek ini. Adapun jadwal penerapan peraturan untuk persyaratan rolling resistance akan dimulai dalam dua tahap. Yang pertama, dari Januari 2015 sampai 31 Desember 2019, dan yang kedua dari 1 Januari 2019 dan seterusnya. Dewan menjelaskan bahwa pengendara bisa memperoleh kartu efisiensi ban yang beredar dari produsen atau agen dan importir melalui portal web. Dimana dewan mengadopsi peraturan teknis untuk prosedur pencatatan data dan mengeluarkan kartu efisiensi energi di kendaraan dan ban, sejalan dengan upaya Saudi Program for Energy Efficiency (SPEE)/Program Saudi Arabia untuk Efisiensi Energi. SPEE, dalam kerjasama dengan Departemen Perdagangan dan industri dan Otoritas Bea Cukai Saudi Arabia, telah mengadakan serangkaian lokakarya untuk memperkenalkan persyaratan untuk ban. Sehingga, dapat meningkatkan perannya dalam meningkatkan efisiensi energi kendaraan secara keseluruhan di Saudi Arabia. Lokakarya diselenggarakan di Kamar Dagang dan Industri di Riyadh , Jeddah, Madinah, Qassim, Hail, Province Timur, Skaka, Abha, Jazan, Tabuk dan daerah lain dari Kerajaan. Kebijakan ini telah di sosialiasikan kepada eksportir produk ban yang menjual ban ke Saudi Arabia. Tentunya, kebijakan ini perlu diperhatikan dari awal agar saat pemberlakukan peraturan ini, produsen ban di Indonesia telah membuat produknya sesuai permintaan pasar setempat. (bth) Sumber : Laporan ITPC, Jeddah, Saudi Arabia, Juli 2015