- Repository Unja

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Menurut Belkaoui (2006) laporan keuangan merupakan suatu sumber informasi
yang berperan penting dalam pengambilan keputusan dan bertujuan sebagai media bagi
perusahaan untuk mengkomunikasikan berbagai informasi dan pengukuran secara
ekonomis mengenai kinerja keuangan, perubahan posisi keuangan, arus kas, serta
sumber daya yang dimiliki perusahaan kepada berbagai pihak yang mempunyai
kepentingan atas informasi tersebut.
Ketepatan waktu penyusunan atau pelaporan suatu laporan audit atas laporan
keuangan perusahaan bisa mempengaruhi pada nilai laporan keuangan tersebut.
Keterlambatan informasi akan menimbulkan reaksi negatif dari perilaku pasar modal,
karena laporan keuangan auditan yang di dalamnya memuat informasi penting, seperti
laba yang dihasilkan perusahaan bersangkutan dijadikan sebagai salah satu dasar
pengambilan keputusan untuk membeli atau menjual kepemilikan yang dimiliki oleh
investor, artinya informasi laba dari laporan keuangan yang dipublikasikan akan
menyebabkan kenaikan atau penurunan harga saham. Ketepatan pelaporan laporan
keuangan mencermintkan kualitas laporan keuangan perusahaan tersebut.
Kualitas
pelaporan laporan keuangan perusahaan dapat direfleksikan oleh audit delay.
Menurut Yuliyanti (2011) Audit delay adalah lamanya waktu dalam mengaudit atau
adanya perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal diterbitkannya
laporan keuangan auditan mengindikasikan tentang lamanya waktu penyelesaian audit.
Lamanya waktu ini dalam audit sering disebut dengan audit delay.. Keterlambatan publikasi
laporan keuangan tersebut dapat mengindikasikan adanya masalah dalam laporan
keuangan emiten, sehingga memerlukan waktu yang lebih lama dalam penyelesaian
audit.
Daftar keterlambatan penyampaian laporan keuangan oleh emiten tahun 20102014 ke Bursa Efek Indonesia disajikan di tabel 1 berikut:
1
Tabel 1.
Jumlah Emiten Yang Terlambat Menyampaikan Laporan Keuangan Auditan
Tahun
Jumlah Emiten
2010
40
2011
54
2012
52
2013
49
2014
52
Sumber data: http://www.idx.co.id , (2015)
Kinerja keuangan perusahaan dapat dilihat dari besarnya ukuran perusahaan.
Besar kecilnya suatu perusahaan dapat dilihat dari besarnya total asset atau kekayaan
yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Mas’ud Machfoedz (1994) menyatakan ukuran
perusahaan dikategorikan menjadi tiga yaitu: 1) Perusahaan Besar, 2) Perusahaan
Menengah, 3) Perusahaan Kecil. Hasil penelitian Yulianasari (2012), menunjukan
bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh signifkan terhadap audit delay. Artinya
bahwa semakin besar ukuran perusahaan maka semakin pendek audit aelay dan
sebaliknya semakin kecil ukuran perusahaan makan semakin panjang audit delay. Hal
ini disebabkan karena perusahaan besar biasanya memilki sistem pengendalian internal
yang baik, sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan dalam penyusunan laporan
keuangan yang memudahkan auditor dalam melakukan audit laporan keuangan. Namun,
hal ini berbeda dengan pendapat Boynton dan Kel dalam Yulianasari (2012) yang
berpendapat bahwa, ”audit delay akan semakin lama apabila ukuran perusahaan yang
akan di audit semakin bepsar”. Ini berkaitan dengan semakin besar perusahaan maka
semakin banyak jumlah sampel (anak perusahaan) yang harus diambil maka semakin
luas juga prosedur audit yang dilakukan.
Kinerja keuangan perusahaan dapat dilihat dari Opini auditor, yaitu pendapat
yang diberikan oleh auditor independen atas laporan keuangan perusahaan. Hasil
penelitian Saputri (2012) pada perusahaan yang listing di tahun 2004 menemukan
adanya hubungan positif antara opini auditor dengan audit delay. Pada perusahaan yang
tidak menerima pendapat unqualified opinion akan menunjukan audit delay yang lebih
panjang dibandingkan dengan perusahaan yang menerima pendapat unqualified opinion.
2
Hal ini disebabkan karena peusahaan yang menerima pendapat selain unqualified
opinion dianggap sebagai kabar buruk, sehingga penyampaian laporan keuangannya
akan diperlambat. Menurut Wijayanti (2014) menyatakan bahwa variabel opini auditor
di Indonesia menunjukan hasil yang kurang memuaskan dimana pendapat akuntan
publik tidak berpengaruh terhadap ketepatwaktuan pelaporan keuangan. Penelitian
Yulianasari (2012) juga menunjukan bahwa variabel opini auditor tidak berpengaruh
signifikan terhadap audit delay.
Kinerja keuangan perusahaan dapat direfleksikan oleh Solvabilitas perusahaan,
yaitu kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi semua kewajibannya, baik
kewajiban jangka panjang ataupun jangka pendek. Yulianasari (2012) menemukan
pengaruh yang signifikan antara Solvabilitas yang diukur dari Total Debt to Total Asset
Ratio (TDTA) terhadap audit delay. Proses pengauditan utang relatif membutuhkan
waktu yang lebih lama dibandingkan pengauditan ekuitas, khususnya apabila jumlah
debt holder-nya banyak. Penelitian Wijayanti (2014) pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2003-2005 menemukan bahwa variabel
solvabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay.
Selain
solvabilitas,
kinerja
keuangan
perusahaan
dapat
dilihat
dari
profitabilitasnya. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
selama periode tertentu. Penelitian yang dilakukan Wijayanti (2014) pada perusahaan
go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013 telah membuktikan
bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap audit delay Hal ini
terjadi karena perusahaan yang mengumumkan profitabilitas yang relatif rendah
mengacu pada kemunduran publikasi laporan keuangan yang telah diaudit. Namun,
penelitian Saputri (2012) mendapatkan hasil yang berbeda, hasil penelitiannya
menunjukan bahwa Profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay.
Dalam penelitiannya banyak perusahaan yang mengalami kenaikan profit namun
kenaikan tersebut tidak begitu besar, apalagi ada yang mengalami kerugian.
Kinerja perusahaan dapat juga direkleksikan oleh banyaknya usaha yang
dimiliki oleh perusahaan tersebut. Penelitian yang dilakukan Owusu-Ansah dalam
Sulistiyo (2010) menemukan bukti empiris bahwa tingkat kompleksitas operasi sebuah
perusahaan memiliki hubungan positif sehingga akan berpengaruh terhadap audit delay.
3
Perusahaan yang memiliki unit operasi (cabang) lebih banyak akan memerlukan waktu
yang lebih lama bagi auditor untuk melakukan pekerjan auditnya.
Laba perusahaan bisa menjadi suatu good news bagi perusahaan karena
perusahaan telah mampu melakukan proses operasi secara efisien dan efektif sehingga
bisa menghasilkan laba, sedangkan rugi bisa dikatakan sebagai bad news bagi
perusahaan, karena perusahaan merasa gagal dalam memaksimalkan potensi yang
dimilikinya sehingga tidak mampu menghasilkan laba (Asthon, John, Robert, 1987).
Perusahaan yang menghasilkan laba, laporan keuangan cenderung ingin dipublikasikan
dengan cepat karena perusahaan ingin segera memberikan good news kepada para pihak
yang berkepentingan seperti investor, kreditur, dan para pemegang saham, sehingga
auditor tidak membutuhkan waktu yang cukup lama untuk melakukan proses audit.
Sedangkan untuk perusahaan yang mengungkapkan rugi, mereka cenderung menunda
proses publikasi laporan keuangannya karena perusahaan menganggap rugi sebagai bad
news untuk para pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan, sehingga
auditor memerlukan waktu yang lebih lama untuk melakukan proses audit.
Bisnis sektor real estate dan properti merupakan salah satu kebutuhan primer,
dan juga karena saat ini sektor tersebut sedang berkembang dengan pesat. Perusahaan
real estate dan property memiliki prospek yang cerah di masa yang akan datang dengan
melihat potensi jumlah penduduk yang terus bertambah besar, semakin banyaknya
pembangunan di sektor perumahan, apartemen, pusat-pusat perbelanjaan, dan gedunggedung perkantoran yang membuat investor tertarik untuk menginvestasikan dananya
sehingga prospek perdagangan saham diperkirakan akan terus meningkat.
Kinerja keuangan perusahaan merupakan cerminan keberhaasilan pengelolaan
perusahaan. Keberhasilan pengelolaan perushaaan tersebut akan mempunyai nilai
apabila dapat disajikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Oleh karena menjadi
penting dan menarik untuk meneliti tentang pengaruh kinerja keuangan terhadap
kualitas pelaporan laporan keuangan pada perusahaan property dan real estate di Bursa
Efek Indonesia.
4
1.2.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1.
Mengetahui dan menganalisis pengaruh kinerja keuangan terhadap kualitas
pelaporan laporan keuangan pada perusahaan property dan real estate di Bursa Efek
Indonesia secara parsial.
2.
Mengetahui dan menganalisis pengaruh kinerja keuangan terhadap kualitas
pelaporan laporan keuangan pada perusahaan property dan real estate di Bursa Efek
Indonesia secara simultan.
1.3.Urgensi Penelitian
Adapun keutamaan penelitian ini diharapkan adalah :
1.
Penelitian ini dapat mengetahui dan menganalisis pengaruh kinerja keuangan
terhadap kualitas pelaporan laporan keuangan pada perusahaan property dan real
estate di Bursa Efek Indonesia secara parsial.
2.
Penelitian ini dapat Mengetahui dan menganalisis pengaruh kinerja keuangan
terhadap kualitas pelaporan laporan keuangan pada perusahaan property dan real
estate di Bursa Efek Indonesia secara simultan.
5
BAB II
STUDI PUSTAKA
2.1. Agency Theory
Agency Theory menjelaskan hubungan antara agen (pihak manajemen suatu
perusahaan) dengan principal (pemilik). Principal merupakan pihak yang memberikan
amanat kepada agen untuk melakukan suatu jasa atas nama principal, sementara agen
adalah pihak yang diberi mandat. Dengan demikian agen bertindak sebagai pihak yang
berkewenangan mengambil keputusan, sedangkan principal ialah pihak yang
mengevaluasi informasi.
Implementasi agency theory dapat berupa kontrak kerja yang mengatur proporsi
hak dan kewajiban masing-masing pihak dengan memaksimumkan utilitas, sehingga
diharapkan agen bertindak menggunakan cara-cara yang sesuai kepentingan principal.
Di sisi lain, principal akan memberikan insentif yang layak pada agen sehingga tercapai
kontrak kerja optimal. Menurut Arifin (2005), inti dari agency theory adalah
pendesainan kontrak yang tepat untuk menyelaraskan kepentingan principal dan agen
dalam hal terjadi konflik kepentingan. Dalam penelitian ini, perusahaan bertindak
sebagai principal, sementara auditor independen merupakan agen.
Konflik kepentingan dapat terjadi karena berbagai sebab, semisal asimetri
informasi. Asimetri informasi dimaknai sebagai ketidakseimbangan informasi akibat
distribusi informasi yang tidak sama antara agen dengan principal. Efek dari asimetri
informasi ini bisa berupa moral hazard, yaitu permasalahan yang timbul jika agen tidak
melaksanakan hal-hal dalam kontrak kerja; bisa pula terjadi adverse selection, ialah
keadaan di mana principal tidak dapat mengetahui apakah keputusan yang diambil agen
benar-benar didasarkan atas informasi yang diperoleh, atau terjadi sebagai sebuah
kelalaian dalam tugas.
2.2. Stakeholding Theory
Perusahaan dapat dipandang dari dua teori, yaitu shareholding theory dan
stakeholding theory. Arifin (2005) menyebutkan, shareholding theory atau Teori
Pemegang Saham menyatakan bahwa perusahaan didirikan dan dijalankan untuk
memaksimumkan kesejahteraan pemilik atau pemegang saham sebagai akibat dari
6
investasi yang dilakukannya. shareholding theory ini sering disebut sebagai teori
korporasi klasik yang sudah diperkenalkan oleh Adam Smith pada 1776.
Stakeholding
theory
diperkenalkan
oleh
Freeman,
menyatakan
bahwa
perusahaan adalah organ yang berhubungan dengan pihak lain yang berkepentingan,
baik yang ada di dalam maupun di luar perusahaan. Definisi stakeholder ini termasuk
karyawan, pelanggan, kreditur, supplier, dan masyarakat sekitar di mana perusahaan
tersebut beroperasi.
Penelitian ini lebih mengacu kepada stakeholding theory, yang jika ditilik lebih
lanjut dapat disimpulkan bahwa perusahaan tidak hanya berkepentingan terhadap
pengguna laporan keuangan, namun juga kepada karyawan, masyarakat sekitar,
pemerintah, dan pihak-pihak lain. Salah satu bentuk pertanggungjawaban tersebut dapat
berupa pelaporan keuangan, yang dalam prakteknya memerlukan pihak ketiga guna
menjamin akuntabilitas penyampaiannya.
Pihak ketiga ini diwakili oleh auditor independen yang menjamin agar
akuntabilitas, responsibilitas, fairness (kewajaran), dan transparansi laporan keuangan
terpenuhi. Auditor tersebut akan mengaudit laporan keuangan yang telah dibuat oleh
pihak manajemen perusahaan. Dalam pengauditan ini, penyelesaian proses yang tepat
waktu merupakan salah satu cara untuk mengurangi timbulnya asimetri informasi.
2.3. Laporan Keuangan
Semakin berkembangnya pasar modal di Indonesia menyebabkan semakin
besarnya kebutuhan akan transparansi. Di dalam dunia akuntansi, transparansi dapat
dimaksudkan dengan seberapa jauh pembaca laporan keuangan atau pihak-pihak lain
yang mempunyai kepentingan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan untuk
mengetahui dan menggali kandungan informasi yang terdapat dalam laporan keuangan.
Semakin banyak pihak yang secara aktif menaruh perhatian terhadap kualitas pelaporan
keuangan perusahaan yang telah listing. Di dalam masyarakat yang sudah maju
perekonomiannya, komunikasi data keuangan dan data ekonomi lainnya sangat
diperlukan. Para penanam modal tersebut merasa bahwa modal yang mereka tanamkan
perlu diawasi dan dikendalikan, sehingga mereka sangat memerlukan laporan keuangan
yang dapat dipercaya dari perusahaan tempat mereka menanamkan modalnya. Demikian
7
juga pemerintah dalam menentukan pajak sangat didasarkan pada laporan keuangan
agar diperoleh penentuan pajak yang lebih objektif.
Melihat pentingnya kebutuhan akan laporan keuangan, laporan keuangan
hendaknya dapat memenuhi kebutuhan yaitu dapat memberikan informasi secara
kualitatif, lengkap, dan dapat dipercaya. Selain itu, laporan keuangan harus
menunjukkan keadaan perusahaan secara tepat dan netral sehingga para pengambilan
keputusan menggunakan laporan keuangan sebagai dasar pertimbangan tidak tersesat.
Laporan keuangan harus disajikan secara wajar. Laporan keuangan merupakan
bagian dari proses pelaporan keuangan, dimana pelaporan keuangan merupakan salah
satu sumber informasi yang mengkomunikasikan keadaan keuangan dari hasil operasi
suatu perusahaan dalam periode tertentu kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Penyajian laporan keuangan diatur menurut PSAK (KDPPLK No.7):
“Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan
keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan
perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya,
sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta
materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Di
samping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan
dengan laporan tersebut. Misalnya informasi keuangan segmen industri dan
geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga”.
Pelaporan keuangan dilakukan atas tujuan seperti yang dikemukakan dalam PSAK No.1
(2002 par 07):
“Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi
tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi
sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusankeputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggung jawaban (stewardship)
manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada
mereka. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan
menyajikan informasi mengenai perusahaan yang meliputi: (a) aset; (b)
kewajiban; (c) ekuitas; (d) pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan
kerugian; dan (e) arus kas”.
8
2.4. Audit Delay
Pelaporan keuangan akan lebih bermanfaat bila disampaikan secara tepat waktu.
Informasinya akan relevan bagi pemakai bila tersedia tepat waktu sebelum pemakai
kehilangan kesempatan atau kemampuan untuk pengambilan keputusan. Audit delay
didefinisikan sebagai lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal
penutupan tahun buku hingga tanggal diterbitkannya laporan audit (Ashton et al, 1987).
Berdasarkan kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan
paragraph 24 (Ikatan Akuntan Indonesia, 2002) laporan keuangan harus memenuhi
empat karakteristik kualitatif yang merupakan ciri khas dalam membuat informasi
laporan keuangan berguna bagi para pengguna. Empat karakteristik itu adalah dapat
dipahami, relevan, keandalan dan dapat dibandingkan. Tepat waktu merupakan salah
satu kendala informasi yang relevan dan andal.
Dalam melaksanakan audit, auditor biasanya melakukan suatu perencanaan
dengan membuat anggaran waktu (time budget) yang menetapkan pedoman mengenai
jumlah waktu masing-masing kegiatan audit. Anggaran tersebut merupakan suatu
pedoman, namun tidak absolut. Apabila auditor menyimpang dari program audit akibat
suatu kondisi, auditor juga mungkin terpaksa menyimpang dari anggaran waktu.
Terdapat tekanan bagi auditor dalam hal ini, antara memenuhi anggaran waktu
untuk menunjukkan efisiensi dan evaluasi kinerjanya atau tetap pada profesionalitasnya
sesuai dengan Standard Pemerikasaan Akuntan Publik (SPAP) yang menyatakan bahwa
audit harus dilaksanakan dengan penuh kecermatan dan ketelitian serta alat-alat
pengumpulan bukti yang cukup memadai. Bila tidak sesuai dengan tujuan pokok audit,
maka informasi yang disampaikan juga tidak baik dan dapat merugikan. Proses audit
sangat memerlukan waktu sehingga berakibat kepada audit delay yang nantinya
berpengaruh pada ketidaktepatan
9
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
eksplanatoris (explanatory research). Berdasarkan cakupan eksplanasinya, penelitian ini
merupakan penelitian kausalitas. Ferdinand (2006) menyatakan bahwa jenis penelitian
eksplanatoris merupakan penelitian yang dilakukan dengan maksud penjelasan
(explanatory), sedangkan penelitian kausalitas adalah penelitian yang ingin mencari
penjelasan dalam bentuk hubungan sebab akibat.
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh perusahaan property dan real estate
yang terdaftar dalam BEI tahun 2012-2014 sebanyak 50 Perusahaan. Metode sampel
yang diterapkan adalah metode purposive sampling yaitu pemilihan sampel secara tidak
acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu
disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian. Alasan penggunaan metode
purposive sampling didasari pertimbangan agar sampel data yang dipilih memenuhi
kriteria untuk diuji (Indriantoro dan Supomo, 1999) dalam Trianto (2006). Perusahaan
diseleksi dengan kriteria sebagai berikut (Trianto, 2006):
1. Perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI memiliki total asset lebih
dari Rp 5.000.000.000.000,00
2. Perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI menerbitkan laporan
keuangan selama tahun 2013 dan 2014.
3. Perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI menerbitkan laporan
auditor dan opini auditor atas laporan keuangan perusahaannya.
3.3. Jenis Dan Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini membutuhkan data sekunder berupa laporan keuangan perusahaanperusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Laporan keuangan tersebut
disyaratkan telah diaudit dengan tahun terbit 2013 dan 2014. Jenis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data sekunder. Pengertian dari data sekunder menurut Sugiyono
10
(2011) adalah ”Sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data,
misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen”. Data sekunder antara lain disajikan dalam
bentuk data-data, tabel-tabel, diagram-diagram, atau mengenai topik penelitian, data sekunder
yang digunakan adalah laporan keuangan dan laporan audit perusahaan Property dan real estate
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2014.
Teknik pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi, yaitu dengan
melihat dokumen yang sudah terjadi (laporan keuangan dan laporan audit emiten) di
Bursa Efek Indonesia yang dapat di unduh di www.idx.co.id. Dalam penelitian ini data
diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory 2012-2014. Penelitian juga
dilakukan dengan menggunakan studi kepustakaan yaitu dengan cara membaca,
mempelajari literatur dan publikasi yang berhubungan dengan penelitian
3.4. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Tabel 2. Defini Operasional Variabel Penelitian.
Variabel
Kinerja
Keuangan
(KK)
Indikator
Ukuran
Perusahaan (UP)
Opini Auditor
(OA)
Solvabilitas (S)
Profitabilitas (P)
Pengungkapan
Laba/Rugi (PLR)
Konsep
Jumlah seluruh aset
yang dimiliki oleh
suatu perusahaan
(Yulianasari, 2012)
Pendapat yang
diberikan auditor atas
kewajaran laporan
keuangan suatu
perusahaan
(Yulianasari, 2012)
Ukuran
Natural Log berdasar
total aset
(Yulianasari, 2011)
Kemampuan
suatu
perusahaan
untuk
membayar
semua
hutang-hutangnya baik
jangka pendek maupun
jangka panjang
(Yulianasari, 2012)
Kemampuan
suatu
perusahaan
untuk
memperoleh laba
(Yulianasari, 2012)
Total debt to total assets
(Yulianasari, 2011)
0 = opini selain unqualified
1= opini unqialified
(Yulianasari, 2011)
Net income to total assets
(Yulianasari, 2011)
Laba atau rugi yang 0 = perusahaan melaporkan
laba
dilaporkan dalam
1 = perusahaan melaporkan
laporan keuangan
(Yulianasari, 2012)
rugi
(Yulianasari, 2011)
11
Variabel
Kualitas
Pelaporan
Laporan
Keuangan
Indikator
Audit Delay (AD)
Konsep
Ukuran
Perbedaan waktu antara
tanggal
laporan
keuangan
dengan
tanggal laporan auditor
independen
(Yulianasari, 2011)
Jumlah hari antara tanggal
penutupan tahun buku s.d.
diterbitkan laporan audit
(Yulianasari, 2011)
3.5. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini terbagi menjadi 2 jenis analisis, yaitu statistik
deskriptif dan statistik inferensial. Adapun penjelasan dari masing-masing jenis analisis
tersebut sebagai berikut:
3.5.1. Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran atau
deskriptif empiris atas data yang dikumpulkan dalam penelitian (Ferdinand, 2006).
Penelitian ini menggunakan analisis statistik deskriptif berupa statistik rata-rata.
3.5.2. Statistik Inferensial
Statistik inferensial adalah statistik yang digunakan untuk menarik inferensi dari
sampel ke populasi (Jogiyanto, 2004). Statistik inferensial dalam penelitian ini
menggunakan analisis kausalitas SEM (Structural Equation Modeling) berbasis
component atau variance yang terkenal dengan Partial Least Square (PLS). Penelitian
ini menggunakan software SmartPLS.
12
Download