BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Menurut Belkaoui (2006) laporan keuangan merupakan suatu sumber informasi yang berperan penting dalam pengambilan keputusan dan bertujuan sebagai media bagi perusahaan untuk mengkomunikasikan berbagai informasi dan pengukuran secara ekonomis mengenai kinerja keuangan, perubahan posisi keuangan, arus kas, serta sumber daya yang dimiliki perusahaan kepada berbagai pihak yang mempunyai kepentingan atas informasi tersebut. Ketepatan waktu penyusunan atau pelaporan suatu laporan audit atas laporan keuangan perusahaan bisa mempengaruhi pada nilai laporan keuangan tersebut. Keterlambatan informasi akan menimbulkan reaksi negatif dari perilaku pasar modal, karena laporan keuangan auditan yang di dalamnya memuat informasi penting, seperti laba yang dihasilkan perusahaan bersangkutan dijadikan sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan untuk membeli atau menjual kepemilikan yang dimiliki oleh investor, artinya informasi laba dari laporan keuangan yang dipublikasikan akan menyebabkan kenaikan atau penurunan harga saham. Ketepatan pelaporan laporan keuangan mencermintkan kualitas laporan keuangan perusahaan tersebut. Kualitas pelaporan laporan keuangan perusahaan dapat direfleksikan oleh audit delay. Menurut Yuliyanti (2011) Audit delay adalah lamanya waktu dalam mengaudit atau adanya perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal diterbitkannya laporan keuangan auditan mengindikasikan tentang lamanya waktu penyelesaian audit. Lamanya waktu ini dalam audit sering disebut dengan audit delay.. Keterlambatan publikasi laporan keuangan tersebut dapat mengindikasikan adanya masalah dalam laporan keuangan emiten, sehingga memerlukan waktu yang lebih lama dalam penyelesaian audit. Daftar keterlambatan penyampaian laporan keuangan oleh emiten tahun 20102014 ke Bursa Efek Indonesia disajikan di tabel 1 berikut: 1 Tabel 1. Jumlah Emiten Yang Terlambat Menyampaikan Laporan Keuangan Auditan Tahun Jumlah Emiten 2010 40 2011 54 2012 52 2013 49 2014 52 Sumber data: http://www.idx.co.id , (2015) Kinerja keuangan perusahaan dapat dilihat dari besarnya ukuran perusahaan. Besar kecilnya suatu perusahaan dapat dilihat dari besarnya total asset atau kekayaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Mas’ud Machfoedz (1994) menyatakan ukuran perusahaan dikategorikan menjadi tiga yaitu: 1) Perusahaan Besar, 2) Perusahaan Menengah, 3) Perusahaan Kecil. Hasil penelitian Yulianasari (2012), menunjukan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh signifkan terhadap audit delay. Artinya bahwa semakin besar ukuran perusahaan maka semakin pendek audit aelay dan sebaliknya semakin kecil ukuran perusahaan makan semakin panjang audit delay. Hal ini disebabkan karena perusahaan besar biasanya memilki sistem pengendalian internal yang baik, sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan yang memudahkan auditor dalam melakukan audit laporan keuangan. Namun, hal ini berbeda dengan pendapat Boynton dan Kel dalam Yulianasari (2012) yang berpendapat bahwa, ”audit delay akan semakin lama apabila ukuran perusahaan yang akan di audit semakin bepsar”. Ini berkaitan dengan semakin besar perusahaan maka semakin banyak jumlah sampel (anak perusahaan) yang harus diambil maka semakin luas juga prosedur audit yang dilakukan. Kinerja keuangan perusahaan dapat dilihat dari Opini auditor, yaitu pendapat yang diberikan oleh auditor independen atas laporan keuangan perusahaan. Hasil penelitian Saputri (2012) pada perusahaan yang listing di tahun 2004 menemukan adanya hubungan positif antara opini auditor dengan audit delay. Pada perusahaan yang tidak menerima pendapat unqualified opinion akan menunjukan audit delay yang lebih panjang dibandingkan dengan perusahaan yang menerima pendapat unqualified opinion. 2 Hal ini disebabkan karena peusahaan yang menerima pendapat selain unqualified opinion dianggap sebagai kabar buruk, sehingga penyampaian laporan keuangannya akan diperlambat. Menurut Wijayanti (2014) menyatakan bahwa variabel opini auditor di Indonesia menunjukan hasil yang kurang memuaskan dimana pendapat akuntan publik tidak berpengaruh terhadap ketepatwaktuan pelaporan keuangan. Penelitian Yulianasari (2012) juga menunjukan bahwa variabel opini auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Kinerja keuangan perusahaan dapat direfleksikan oleh Solvabilitas perusahaan, yaitu kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi semua kewajibannya, baik kewajiban jangka panjang ataupun jangka pendek. Yulianasari (2012) menemukan pengaruh yang signifikan antara Solvabilitas yang diukur dari Total Debt to Total Asset Ratio (TDTA) terhadap audit delay. Proses pengauditan utang relatif membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan pengauditan ekuitas, khususnya apabila jumlah debt holder-nya banyak. Penelitian Wijayanti (2014) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2003-2005 menemukan bahwa variabel solvabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Selain solvabilitas, kinerja keuangan perusahaan dapat dilihat dari profitabilitasnya. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu. Penelitian yang dilakukan Wijayanti (2014) pada perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013 telah membuktikan bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap audit delay Hal ini terjadi karena perusahaan yang mengumumkan profitabilitas yang relatif rendah mengacu pada kemunduran publikasi laporan keuangan yang telah diaudit. Namun, penelitian Saputri (2012) mendapatkan hasil yang berbeda, hasil penelitiannya menunjukan bahwa Profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Dalam penelitiannya banyak perusahaan yang mengalami kenaikan profit namun kenaikan tersebut tidak begitu besar, apalagi ada yang mengalami kerugian. Kinerja perusahaan dapat juga direkleksikan oleh banyaknya usaha yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Penelitian yang dilakukan Owusu-Ansah dalam Sulistiyo (2010) menemukan bukti empiris bahwa tingkat kompleksitas operasi sebuah perusahaan memiliki hubungan positif sehingga akan berpengaruh terhadap audit delay. 3 Perusahaan yang memiliki unit operasi (cabang) lebih banyak akan memerlukan waktu yang lebih lama bagi auditor untuk melakukan pekerjan auditnya. Laba perusahaan bisa menjadi suatu good news bagi perusahaan karena perusahaan telah mampu melakukan proses operasi secara efisien dan efektif sehingga bisa menghasilkan laba, sedangkan rugi bisa dikatakan sebagai bad news bagi perusahaan, karena perusahaan merasa gagal dalam memaksimalkan potensi yang dimilikinya sehingga tidak mampu menghasilkan laba (Asthon, John, Robert, 1987). Perusahaan yang menghasilkan laba, laporan keuangan cenderung ingin dipublikasikan dengan cepat karena perusahaan ingin segera memberikan good news kepada para pihak yang berkepentingan seperti investor, kreditur, dan para pemegang saham, sehingga auditor tidak membutuhkan waktu yang cukup lama untuk melakukan proses audit. Sedangkan untuk perusahaan yang mengungkapkan rugi, mereka cenderung menunda proses publikasi laporan keuangannya karena perusahaan menganggap rugi sebagai bad news untuk para pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan, sehingga auditor memerlukan waktu yang lebih lama untuk melakukan proses audit. Bisnis sektor real estate dan properti merupakan salah satu kebutuhan primer, dan juga karena saat ini sektor tersebut sedang berkembang dengan pesat. Perusahaan real estate dan property memiliki prospek yang cerah di masa yang akan datang dengan melihat potensi jumlah penduduk yang terus bertambah besar, semakin banyaknya pembangunan di sektor perumahan, apartemen, pusat-pusat perbelanjaan, dan gedunggedung perkantoran yang membuat investor tertarik untuk menginvestasikan dananya sehingga prospek perdagangan saham diperkirakan akan terus meningkat. Kinerja keuangan perusahaan merupakan cerminan keberhaasilan pengelolaan perusahaan. Keberhasilan pengelolaan perushaaan tersebut akan mempunyai nilai apabila dapat disajikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Oleh karena menjadi penting dan menarik untuk meneliti tentang pengaruh kinerja keuangan terhadap kualitas pelaporan laporan keuangan pada perusahaan property dan real estate di Bursa Efek Indonesia. 4 1.2.Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui dan menganalisis pengaruh kinerja keuangan terhadap kualitas pelaporan laporan keuangan pada perusahaan property dan real estate di Bursa Efek Indonesia secara parsial. 2. Mengetahui dan menganalisis pengaruh kinerja keuangan terhadap kualitas pelaporan laporan keuangan pada perusahaan property dan real estate di Bursa Efek Indonesia secara simultan. 1.3.Urgensi Penelitian Adapun keutamaan penelitian ini diharapkan adalah : 1. Penelitian ini dapat mengetahui dan menganalisis pengaruh kinerja keuangan terhadap kualitas pelaporan laporan keuangan pada perusahaan property dan real estate di Bursa Efek Indonesia secara parsial. 2. Penelitian ini dapat Mengetahui dan menganalisis pengaruh kinerja keuangan terhadap kualitas pelaporan laporan keuangan pada perusahaan property dan real estate di Bursa Efek Indonesia secara simultan. 5 BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Agency Theory Agency Theory menjelaskan hubungan antara agen (pihak manajemen suatu perusahaan) dengan principal (pemilik). Principal merupakan pihak yang memberikan amanat kepada agen untuk melakukan suatu jasa atas nama principal, sementara agen adalah pihak yang diberi mandat. Dengan demikian agen bertindak sebagai pihak yang berkewenangan mengambil keputusan, sedangkan principal ialah pihak yang mengevaluasi informasi. Implementasi agency theory dapat berupa kontrak kerja yang mengatur proporsi hak dan kewajiban masing-masing pihak dengan memaksimumkan utilitas, sehingga diharapkan agen bertindak menggunakan cara-cara yang sesuai kepentingan principal. Di sisi lain, principal akan memberikan insentif yang layak pada agen sehingga tercapai kontrak kerja optimal. Menurut Arifin (2005), inti dari agency theory adalah pendesainan kontrak yang tepat untuk menyelaraskan kepentingan principal dan agen dalam hal terjadi konflik kepentingan. Dalam penelitian ini, perusahaan bertindak sebagai principal, sementara auditor independen merupakan agen. Konflik kepentingan dapat terjadi karena berbagai sebab, semisal asimetri informasi. Asimetri informasi dimaknai sebagai ketidakseimbangan informasi akibat distribusi informasi yang tidak sama antara agen dengan principal. Efek dari asimetri informasi ini bisa berupa moral hazard, yaitu permasalahan yang timbul jika agen tidak melaksanakan hal-hal dalam kontrak kerja; bisa pula terjadi adverse selection, ialah keadaan di mana principal tidak dapat mengetahui apakah keputusan yang diambil agen benar-benar didasarkan atas informasi yang diperoleh, atau terjadi sebagai sebuah kelalaian dalam tugas. 2.2. Stakeholding Theory Perusahaan dapat dipandang dari dua teori, yaitu shareholding theory dan stakeholding theory. Arifin (2005) menyebutkan, shareholding theory atau Teori Pemegang Saham menyatakan bahwa perusahaan didirikan dan dijalankan untuk memaksimumkan kesejahteraan pemilik atau pemegang saham sebagai akibat dari 6 investasi yang dilakukannya. shareholding theory ini sering disebut sebagai teori korporasi klasik yang sudah diperkenalkan oleh Adam Smith pada 1776. Stakeholding theory diperkenalkan oleh Freeman, menyatakan bahwa perusahaan adalah organ yang berhubungan dengan pihak lain yang berkepentingan, baik yang ada di dalam maupun di luar perusahaan. Definisi stakeholder ini termasuk karyawan, pelanggan, kreditur, supplier, dan masyarakat sekitar di mana perusahaan tersebut beroperasi. Penelitian ini lebih mengacu kepada stakeholding theory, yang jika ditilik lebih lanjut dapat disimpulkan bahwa perusahaan tidak hanya berkepentingan terhadap pengguna laporan keuangan, namun juga kepada karyawan, masyarakat sekitar, pemerintah, dan pihak-pihak lain. Salah satu bentuk pertanggungjawaban tersebut dapat berupa pelaporan keuangan, yang dalam prakteknya memerlukan pihak ketiga guna menjamin akuntabilitas penyampaiannya. Pihak ketiga ini diwakili oleh auditor independen yang menjamin agar akuntabilitas, responsibilitas, fairness (kewajaran), dan transparansi laporan keuangan terpenuhi. Auditor tersebut akan mengaudit laporan keuangan yang telah dibuat oleh pihak manajemen perusahaan. Dalam pengauditan ini, penyelesaian proses yang tepat waktu merupakan salah satu cara untuk mengurangi timbulnya asimetri informasi. 2.3. Laporan Keuangan Semakin berkembangnya pasar modal di Indonesia menyebabkan semakin besarnya kebutuhan akan transparansi. Di dalam dunia akuntansi, transparansi dapat dimaksudkan dengan seberapa jauh pembaca laporan keuangan atau pihak-pihak lain yang mempunyai kepentingan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan untuk mengetahui dan menggali kandungan informasi yang terdapat dalam laporan keuangan. Semakin banyak pihak yang secara aktif menaruh perhatian terhadap kualitas pelaporan keuangan perusahaan yang telah listing. Di dalam masyarakat yang sudah maju perekonomiannya, komunikasi data keuangan dan data ekonomi lainnya sangat diperlukan. Para penanam modal tersebut merasa bahwa modal yang mereka tanamkan perlu diawasi dan dikendalikan, sehingga mereka sangat memerlukan laporan keuangan yang dapat dipercaya dari perusahaan tempat mereka menanamkan modalnya. Demikian 7 juga pemerintah dalam menentukan pajak sangat didasarkan pada laporan keuangan agar diperoleh penentuan pajak yang lebih objektif. Melihat pentingnya kebutuhan akan laporan keuangan, laporan keuangan hendaknya dapat memenuhi kebutuhan yaitu dapat memberikan informasi secara kualitatif, lengkap, dan dapat dipercaya. Selain itu, laporan keuangan harus menunjukkan keadaan perusahaan secara tepat dan netral sehingga para pengambilan keputusan menggunakan laporan keuangan sebagai dasar pertimbangan tidak tersesat. Laporan keuangan harus disajikan secara wajar. Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan, dimana pelaporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang mengkomunikasikan keadaan keuangan dari hasil operasi suatu perusahaan dalam periode tertentu kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Penyajian laporan keuangan diatur menurut PSAK (KDPPLK No.7): “Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Di samping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut. Misalnya informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga”. Pelaporan keuangan dilakukan atas tujuan seperti yang dikemukakan dalam PSAK No.1 (2002 par 07): “Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusankeputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggung jawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai perusahaan yang meliputi: (a) aset; (b) kewajiban; (c) ekuitas; (d) pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian; dan (e) arus kas”. 8 2.4. Audit Delay Pelaporan keuangan akan lebih bermanfaat bila disampaikan secara tepat waktu. Informasinya akan relevan bagi pemakai bila tersedia tepat waktu sebelum pemakai kehilangan kesempatan atau kemampuan untuk pengambilan keputusan. Audit delay didefinisikan sebagai lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal diterbitkannya laporan audit (Ashton et al, 1987). Berdasarkan kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan paragraph 24 (Ikatan Akuntan Indonesia, 2002) laporan keuangan harus memenuhi empat karakteristik kualitatif yang merupakan ciri khas dalam membuat informasi laporan keuangan berguna bagi para pengguna. Empat karakteristik itu adalah dapat dipahami, relevan, keandalan dan dapat dibandingkan. Tepat waktu merupakan salah satu kendala informasi yang relevan dan andal. Dalam melaksanakan audit, auditor biasanya melakukan suatu perencanaan dengan membuat anggaran waktu (time budget) yang menetapkan pedoman mengenai jumlah waktu masing-masing kegiatan audit. Anggaran tersebut merupakan suatu pedoman, namun tidak absolut. Apabila auditor menyimpang dari program audit akibat suatu kondisi, auditor juga mungkin terpaksa menyimpang dari anggaran waktu. Terdapat tekanan bagi auditor dalam hal ini, antara memenuhi anggaran waktu untuk menunjukkan efisiensi dan evaluasi kinerjanya atau tetap pada profesionalitasnya sesuai dengan Standard Pemerikasaan Akuntan Publik (SPAP) yang menyatakan bahwa audit harus dilaksanakan dengan penuh kecermatan dan ketelitian serta alat-alat pengumpulan bukti yang cukup memadai. Bila tidak sesuai dengan tujuan pokok audit, maka informasi yang disampaikan juga tidak baik dan dapat merugikan. Proses audit sangat memerlukan waktu sehingga berakibat kepada audit delay yang nantinya berpengaruh pada ketidaktepatan 9 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksplanatoris (explanatory research). Berdasarkan cakupan eksplanasinya, penelitian ini merupakan penelitian kausalitas. Ferdinand (2006) menyatakan bahwa jenis penelitian eksplanatoris merupakan penelitian yang dilakukan dengan maksud penjelasan (explanatory), sedangkan penelitian kausalitas adalah penelitian yang ingin mencari penjelasan dalam bentuk hubungan sebab akibat. 3.2. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dari penelitian ini adalah seluruh perusahaan property dan real estate yang terdaftar dalam BEI tahun 2012-2014 sebanyak 50 Perusahaan. Metode sampel yang diterapkan adalah metode purposive sampling yaitu pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian. Alasan penggunaan metode purposive sampling didasari pertimbangan agar sampel data yang dipilih memenuhi kriteria untuk diuji (Indriantoro dan Supomo, 1999) dalam Trianto (2006). Perusahaan diseleksi dengan kriteria sebagai berikut (Trianto, 2006): 1. Perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI memiliki total asset lebih dari Rp 5.000.000.000.000,00 2. Perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI menerbitkan laporan keuangan selama tahun 2013 dan 2014. 3. Perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI menerbitkan laporan auditor dan opini auditor atas laporan keuangan perusahaannya. 3.3. Jenis Dan Metode Pengumpulan Data Penelitian ini membutuhkan data sekunder berupa laporan keuangan perusahaanperusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Laporan keuangan tersebut disyaratkan telah diaudit dengan tahun terbit 2013 dan 2014. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Pengertian dari data sekunder menurut Sugiyono 10 (2011) adalah ”Sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen”. Data sekunder antara lain disajikan dalam bentuk data-data, tabel-tabel, diagram-diagram, atau mengenai topik penelitian, data sekunder yang digunakan adalah laporan keuangan dan laporan audit perusahaan Property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2014. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi, yaitu dengan melihat dokumen yang sudah terjadi (laporan keuangan dan laporan audit emiten) di Bursa Efek Indonesia yang dapat di unduh di www.idx.co.id. Dalam penelitian ini data diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory 2012-2014. Penelitian juga dilakukan dengan menggunakan studi kepustakaan yaitu dengan cara membaca, mempelajari literatur dan publikasi yang berhubungan dengan penelitian 3.4. Definisi Operasional Variabel Penelitian Tabel 2. Defini Operasional Variabel Penelitian. Variabel Kinerja Keuangan (KK) Indikator Ukuran Perusahaan (UP) Opini Auditor (OA) Solvabilitas (S) Profitabilitas (P) Pengungkapan Laba/Rugi (PLR) Konsep Jumlah seluruh aset yang dimiliki oleh suatu perusahaan (Yulianasari, 2012) Pendapat yang diberikan auditor atas kewajaran laporan keuangan suatu perusahaan (Yulianasari, 2012) Ukuran Natural Log berdasar total aset (Yulianasari, 2011) Kemampuan suatu perusahaan untuk membayar semua hutang-hutangnya baik jangka pendek maupun jangka panjang (Yulianasari, 2012) Kemampuan suatu perusahaan untuk memperoleh laba (Yulianasari, 2012) Total debt to total assets (Yulianasari, 2011) 0 = opini selain unqualified 1= opini unqialified (Yulianasari, 2011) Net income to total assets (Yulianasari, 2011) Laba atau rugi yang 0 = perusahaan melaporkan laba dilaporkan dalam 1 = perusahaan melaporkan laporan keuangan (Yulianasari, 2012) rugi (Yulianasari, 2011) 11 Variabel Kualitas Pelaporan Laporan Keuangan Indikator Audit Delay (AD) Konsep Ukuran Perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal laporan auditor independen (Yulianasari, 2011) Jumlah hari antara tanggal penutupan tahun buku s.d. diterbitkan laporan audit (Yulianasari, 2011) 3.5. Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini terbagi menjadi 2 jenis analisis, yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial. Adapun penjelasan dari masing-masing jenis analisis tersebut sebagai berikut: 3.5.1. Statistik Deskriptif Analisis statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran atau deskriptif empiris atas data yang dikumpulkan dalam penelitian (Ferdinand, 2006). Penelitian ini menggunakan analisis statistik deskriptif berupa statistik rata-rata. 3.5.2. Statistik Inferensial Statistik inferensial adalah statistik yang digunakan untuk menarik inferensi dari sampel ke populasi (Jogiyanto, 2004). Statistik inferensial dalam penelitian ini menggunakan analisis kausalitas SEM (Structural Equation Modeling) berbasis component atau variance yang terkenal dengan Partial Least Square (PLS). Penelitian ini menggunakan software SmartPLS. 12