Skripsi WACHYU WULANDARI Farmasix

advertisement
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengobatan Sendiri
Menurut Tan dan Rahardja tahun 2002, pengobatan sendiri atau
swamedikasi berarti mengobati segala keluhan pada diri sendiri dengan obatobat yang dibeli bebas di apotek atau toko obat atas inisiatif sendiri dan tanpa
nasehat dokter.
Keuntungan pengobatan sendiri menggunakan obat bebas dan obat
bebas terbatas antara lain aman bila digunakan sesuai aturan, efektif untuk
menghilangkan keluhan (karena 80% keluhan sakit bersifat self-limiting),
efisiensi biaya, dan efisiensi waktu. Bila digunakan secara benar obat bebas
dan obat bebas terbatas sangat membantu dalam pengobatan sendiri secara
aman dan efektif, namun jika penggunaannya tidak sesuai aturan pemakaian
menyebabkan terjadinya kegagalan terapi (Susi et al, 2008).
Kegagalan terapi dalam pengobatan sendiri terjadi jika resiko yang
diperoleh tidak sama dengan manfaat yang didapat dari penggunaan obat atau
dengan kata lain tidak rasional. Ketidakrasionalan terjadi dikarenakan (Depkes
RI, 2008):
a. Pemilihan obat tidak tepat, artinya obat yang dipilih bukan obat yang
terbukti paling bermanfaat, paling aman, paling sesuai dan paling
ekonomis.
b. Cara penggunaan obat yang tidak tepat, meliputi besarnya dosis, cara
pemberian obat, frekuensi pemberian dan cara pemberian.
c. Pemberian obat tidak disertai dengan penjelasan yang sesuai, kepada
pasien atau keluarga.
d. Pengaruh pemberian obat, baik yang tidak diinginkan atau tidak
diperkirakan sebelumnya dan tidak dilakukan pemantauan secara langsung
maupun tidak langsung.
4
Peningkatan Pengetahuan Ibu – Ibu…, Wachyu Wulandari, Fakultas Farmasi UMP, 2011
5
Penggunaan pengobatan sendiri yang sesuai aturan dan kondisi
penderita akan mendukung upaya penggunaan obat yang rasional. Akan tetapi
di masyarakat tidak semua pengguna obat mematuhi aturan penggunaan obat
yang benar. Ketidakpatuhan konsumen dalam menggunakan obat akan
mengakibatkan kesalahan-kesalahan seperti kelebihan dosis (Overdose) yaitu
menggunakan obat lebih dari dosis yang dianjurkan untuk satu kali pakai, dan
kurangnya dosis (Underdose) yaitu menggunakan obat kurang dari jumlah
yang dianjurkan untuk sekali pakai (Widodo,2006).
Menurut Widodo tahun 2006, akibat dari ketidakpatuhan penggunaan
obat dalam menggunakan obat dapat mengakibatkan kegagalan pengobatan
dimana obat menjadi sama sekali atau kurang berarti bagi penanganan
penyakit. Resiko terhadap keracunan obat terutama bila takaran obatnya
berlebihan akan memerlukan perawatan tambahan dan meningkatnya biaya
perawatan, hal ini dikarenakan tidak efektifnya obat sehingga penyakit tidak
membaik atau justru semakin bertambah parahnya penyakit yang diderita.
B. Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas
Obat bebas dan obat bebas terbatas merupakan jenis obat yang dijual
bebas dipasaran dengan berbagai merek dagang yang dapat diperoleh dengan
mudah oleh masyarakat.
1. Obat Bebas
Obat bebas merupakan golongan obat yang penggunaannya tidak
membahayakan, sehingga pemakaiannya tidak memerlukan pengawasan
tenaga medis selama diminum sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan
obat. Obat bebas dapat diperoleh tanpa resep dokter dan bisa diperoleh di
apotek, toko obat, toko dan pedagang eceran. Obat bebas dalam kemasan
asli dari pabrik ditandai adanya lingkaran hitam dengan latar berwarna
hijau sebagai tanda obat bebas dan disertai brosur yang berisi nama obat,
nama dan isi zat barkhasiat, indikasi,dosis, atau aturan pakai, no batch dan
nomor registrasi, nama pabrik dan alamatnya, serta cara menyimpannya.
Contohnya parasetamol sebagai pereda nyeri dan demam (Widodo, 2006).
Peningkatan Pengetahuan Ibu – Ibu…, Wachyu Wulandari, Fakultas Farmasi UMP, 2011
6
Suatu obat dimasukkan dalam golongan obat bebas bukan karena
khasiatnya rendah, tapi karena memenuhi syarat-syarat yang ditentukan
Menteri Kesehatan untuk digolongkan menjadi obat bebas, diantaranya
memiliki rasio khasiat yang dapat dipertanggungjawabkan untuk
pengobatan sendiri, tidak menimbulkan kecanduan, penggunaannya, relatif
lebih aman bila digunakan secara tepat dan untuk penyakit yang sering
dialami masyarakat seperti sakit kepala, batuk, demam, influenza,dll (Tan
& Rahardja, 2002).
Kemanjuran dan keamanan obat bebas akan baik hanya jika
digunakan secara tepat sesuai petunjuk penggunaan dan peringatan untuk
obat yang digunakan. Penggunaan yang tidak tepat pada obat bebas dapat
membahayakan penggunanya, minimal tidak efektif untuk pengobatan.
2. Obat Bebas Terbatas
Obat bebas terbatas yaitu obat yang dapat diperoleh tanpa resep
dokter, namun dalam penggunaannya harus memperhatikan peringatanperingatan tertentu karena pada dasarnya obat ini merupakan obat keras
dengan batasan jumlah dan kadar isi berkhasiat. Seharusnya obat jenis ini
hanya bisa dijual bebas ditoko obat yang berizin seperti apotek karena
dipegang oleh tenaga ahlinya yaitu apoteker dan asisten apoteker sehingga
harapannya pasien memperoleh informasi obat tepat. Contoh obat bebas
terbatas adalah obat-obat flu, obat pilek, dan antiseptik. Obat golongan ini
ditandai dengan lingkaran hitam dengan latar berwarna biru, juga disertai
peringatan dalam kemasannya.
Adapun peringatan yang dicantumkan ada 6 macam sesuai dengan
aturan pemakaian masing-masing obatnya :
P1. Awas! Obat keras. Bacalah Aturan Pakainya
P2. Awas! Obat Keras. Hanya Untuk Bagian Luar dari Badan
P3. Awas! Obat Keras. Tidak Boleh Ditelan
P4. Awas! Obat Keras. Hanya Untuk dibakar
P5. Awas! Obat Keras. Obat Wasir, Jangan ditelan
(Puspita, 2010)
Peningkatan Pengetahuan Ibu – Ibu…, Wachyu Wulandari, Fakultas Farmasi UMP, 2011
7
C. Metode CBIA (Cara Belajar Ibu Aktif)
Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap sistem pengobatan
sendiri diantaranya yaitu persepsi masyarakat terhadap penyakit, ketersediaan
obat dilingkungan tersebut, tingkat ekonomi dan tingkat pengetahuan
masyarakat yang kurang (pendidikan), serta pengaruh informasi atau iklan
yang ada (Sartono, 2000).
Salah satu cara untuk meningkatkan pengetahuan mengenai perilaku
pengobatan sendiri adalah dengan memberikan edukasi menggunakan metode
CBIA (Cara Belajar Ibu Aktif).
Metode CBIA merupakan metode penyampaian informasi obat dengan
melibatkan subyek secara aktif yaitu mendengar, melihat, menulis, dan
melakukan evaluasi tentang pengenalan jenis obat dan bahan aktif yang
dikandung serta informasi lain seperti indikasi, kotraindikasi, dosis, efek
samping, cara penyimpanan, dan cara pembuangan obat. Metode ini
merupakan metode pembelajaran untuk para ibu rumah tangga agar lebih aktif
dalam mencari informasi seputar obat yang digunakan oleh keluarga.
Informasi tersebut berguna bagi para ibu antara lain agar mampu menyikapi
promosi iklan obat pasaran dan mengelola obat di rumah tangga secara benar
karena dari banyak survey diketahui bahwa ibu rumah tangga adalah “key
person” dalam penggunaan obat di rumah tangga. Dengan metode CBIA
(Cara Belajar Ibu Aktif) diharapkan :
a)
Audien mampu menelaah tentang informasi yang disampaikan.
b)
Audien dapat segera memilih obat yang sesuai dengan kebutuhan.
c)
Mampu mencari informasi mengenai kandungan bahan aktif, efek
samping yang dapat timbul, cara pemakaian, dan kontraindikasi.
(Suryawati,2005).
Ada beberapa komponen informasi dalam proses edukasi yaitu:
1. Kandungan bahan aktif
Mungkin sudah sulit dihitung berapa macam obat bebas dan obat
bebas terbatas yang membuat pengguna semakin bingung memilihnya.
Peningkatan Pengetahuan Ibu – Ibu…, Wachyu Wulandari, Fakultas Farmasi UMP, 2011
8
Kebanyakan masyarakat tidak tahu bahwa pada sekian banyak merek obat
tersebut sering kali mengandung bahan aktif yang sama.
Di sini dikenalkan kepada responden bahwa banyak obat dengan
nama dagang yang berbeda tetapi memiliki kandungan bahan aktif yang
sama sehingga khasiat dari obat yang digunakan pun sama. Harapannya
dalam memilih obat responden tidak lagi menghubungkan secara langsung
antara gejala sakit yang dirasakan dengan nama dagang obat.
2. Indikasi
Menurut Widodo tahun 2006, indikasi yaitu kegunaan obat dalam
pengobatan penyakit. Dalam memilih obat bebas dan obat bebas terbatas
informasi mengenai indikasi obat sangat penting. Dengan mencocokkan
gejala sakit yang dirasakan dengan indikasi yang tertera dalam kemasan.
3. Kontraindikasi
Kontraindikasi merupakan penggunaan yang tidak diperbolehkan
untuk mengkonsumsi obat tersebut (Widodo, 2006). Informasi ini penting
untuk dipahami dan dicocokkan dengan kondisi kesehatan orang tersebut.
4. Dosis dan aturan pakai
Dosis merupakan besarnya obat yang boleh digunakan dalam
sekali pakai dan dalam sehari sesuai berat badan, atau umur pengguna.
Untuk dapat menghasilkan efek yang diinginkan, maka jumlah atau dosis
obat haruslah tepat. Karena sesuai dari sifat obat bahwa apabila jumlah
dosisnya kurang (Underdosis) maka obat tersebut tidak akan memberikan
efek, sedangkan bila jumlah dosisnya berlebih (Overdosis) maka obat
menimbulkan efek toksik (efek racun).
Penentuan dosis atau takaran obat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain seperti usia, berat badan, jenis kelamin, luas permukaan
badan, beratnya penyakit dan keadaan penderita. Perbedaan antara
individu membuat perbedaan dosis obatnya, sehingga dengan obat yang
sama kadang dosisnya berbeda antara orang satu dengan lainnya (Widodo,
2006).
Peningkatan Pengetahuan Ibu – Ibu…, Wachyu Wulandari, Fakultas Farmasi UMP, 2011
9
Salah satu cara agar obat dapat diminum sesuai takaran adalah
adanya aturan pakai. Aturan pakai atau aturan minum merupakan hal yang
penting dalam penggunaan obat karena berhubungan dengan konsentrasi
obat di dalam tubuh. Ketepatan dosis berkaitan dengan selang waktu
pamakaian. Seperti diketahui bahwa obat yang masuk tubuh akan
mengalami proses absorpsi (penyerapan), distribusi (peredaran), dan
pengeluaran (eliminasi) dari dalam tubuh. Berapa lamanya obat bereaksi
berbeda-beda untuk setiap obat, sehingga frekuensi atau selang waktu
minum obat perlu diatur dengan benar.
5. Efek samping
Responden harus diperkenalkan secara dini bahwa setiap obat tidak
hanya mempunyai efek terapi tetapi juga efek samping. Efek samping
berarti efek-efek tidak diinginkan yang muncul akibat penggunaan obat.
Efek samping obat merupakan reaksi yang sifatnya merugikan si pemakai.
Resiko efek samping obat dapat diperbesar oleh penggunaan obat yang
tidak rasional. Pemakaian yang berlebihan baik dalam jenis maupun dosis,
jelas akan meningkatkan resiko efek samping. Jika selama mengkonsumsi
obat timbul gejala lain yang dirasakan maka segera menghubungi apoteker
atau dokter (Widodo, 2006).
6. Peringatan dan perhatian
Peringatan yang biasanya terdapat dalam kemasan obat antara lain :
•
Obat dapat menyebabkan rasa kantuk.
Obat yang menyebabkan rasa kantuk dan memperlambat daya reflek
seseorang contohnya seperti obat batuk, flu serta alergi. Biasanya
peringatan ini ditulis “Jangan mengendarai kendaraan bermotor atau
menjalankan mesin setelah minum obat ini”.
•
Peringatan mengenai tempat penyimpanan obat
Obat akan mengalami kerusakan jika tidak disimpan secara baik.
Kerusakan obat mengakibatkan obat menjadi tidak berkhasiat lagi atau
efeknya berkurang. Contoh peringatannya “Simpan ditempat yang
dingin, berarti pada suhu tidak lebih dari 80C, jangan terkena sinar
Peningkatan Pengetahuan Ibu – Ibu…, Wachyu Wulandari, Fakultas Farmasi UMP, 2011
10
matahari”. Sinar panas yang berlebihan akan merusak hampir semua
obat-obatan oleh karena itu lebih baik obat disimpan ditempat yang
sejuk. Sebaiknya obat yang disimpan dibiarkan pada kemasan aslinya,
dan jangan menyimpan obat di lemari es kecuali petunjuknya memang
demikian, dan jangan mencampur obat dalam satu wadah dengan
makanan dan kosmetik. Jika obat disimpan di lemari es jangan
disimpan ditempat yang beku karena pembekuan dapat merusak obatobatan. Jika disimpan pada suhu kamar sebaiknya diantara suhu 150
hingga 300C (Widodo, 2006).
7. Tanggal kadaluwarsa
Yang dimaksud kadaluwarsa merupakan waktu yang menunjukkan
batas akhir obat masih memenuhi persyaratan seperti semula, sehingga
setelah batas waktu tersebut khasiatnya tidak dijamin masih 100%.
Informasi tentang tanggal kadaluwarsa dalam kemasan biasanya ditulis
dengan expired date sering disingkat ED.
Contoh informasi kadaluwarsa dalam kemasan obat untuk
kadaluwarsa tanggal 10 desember 2012 bisa ditulis dengan beberapa cara :
•
ED 6 04 12
•
EXP. DATE 6 April 2012
•
Sebaiknya digunakan sebelum 6 04 12
Terkadang informasi tanggal kadaluwarsa tidak tercantum tanggal,
hanya bulan dan tahun, misalnya ED 04 12 artinya tanggal kadaluwarsa
obat adalah bulan April tahun 2012. Umumnya obat yang dikeluarkan oleh
apotek sudah dicek kadaluwarsanya tetapi jika ingin digunakan kembali
pada waktu lain perlu ditanyakan batas kadaluwarsanya pada apoteker
(Widodo, 2006).
Selain dengan menggunakan metode CBIA pada penelitian ini juga
menggunakan metode ceramah. Metode ceramah digunakan untuk
membandingkan tingkat keefektifan antara metode CBIA dan ceramah
dalam meningkatkan pengetahuan dan perilaku pengobatan sendiri yang
rasional. Metode ceramah merupakan metode yang paling umum
Peningkatan Pengetahuan Ibu – Ibu…, Wachyu Wulandari, Fakultas Farmasi UMP, 2011
11
digunakan. Selain dapat digunakan untuk keluarga besar dengan metode
ceramah waktu yang dibutuhkan relatif lebih singkat.
D. Metode Ceramah
Metode ceramah merupakan suatu metode penyampaian informasi
yang sifatnya satu arah yakni dari penceramah kepada audiens. Metode
ceramah didalam pelaksanaannya memerlukan beberapa faktor penting agar
mencapai hasil yang maksimal, yaitu adanya ruangan yang bisa ditempati
sekelompok orang, pembicara yang menguasai masalah yang akan diberikan,
pembicara yang bisa memikat dan menarik perhatian sasaran, bersifat sabar
dan ramah, serta ahli dalam bidang tersebut. Ceramah sebaiknya dilakukan
dalam waktu yang tidak terlalu lama, cukup 30 menit10 menit pertama untuk
memberi penjelasan singkat tetapi jelas 20 menit berikutnya untuk tanya
jawab. Ceramah jangan diberikan pada responden yang dalam keadaan lemah
atau sakit (Notoatmodjo: 2003).
Kelemahan dari metode ceramah yaitu tidak terjadi timbal balik antara
audien dengan penceramah sehingga hasil yang didapat kurang efektif karena
digunakan pada kelompok dalam jumlah besar. Selain itu pada metode
ceramah dalam penyampaian informasi tergantung dari indera pendengaran
saja sehingga hasilnya kurang efektif jika dibandingkan dengan metode yang
menggunakan indera penglihatan (Notoatmodjo: 2003).
E. Kabupaten Banyumas
Kabupaten Banyumas merupakan salah satu bagian wilayah propinsi
Jawa Tengah. Dalam administrasi pemerintahan Kabupaten Banyumas terbagi
dalam 27 Kecamatan dengan jumlah desa / kelurahan 329 desa / kelurahan.
Berdasarkan hasil pencatatan sensus penduduk 2010, jumlah penduduk
Kabupaten Banyumas adalah 1.553.902 jiwa yang terdiri dari 777.568 lakilaki dan 776.334 perempuan. Dengan jumlah anggota rumah tangga 420.891
jiwa per rumah tangga. Luas wilayah Kabupaten Banyumas sekitar 1.328
kilometer persegi yang didiami oleh 1.553.902 jiwa maka rata-rata tingkat
Peningkatan Pengetahuan Ibu – Ibu…, Wachyu Wulandari, Fakultas Farmasi UMP, 2011
12
kepadatan penduduk Kabupaten Banyumas adalah sebanyak 1.170 jiwa per
kilometer persegi (BPS Banyumas, 2010).
Fasilitas kesehatan yang ada di Kabupaten Banyumas terdiri dari 18
rumah sakit swasta, 4 rumah sakit pemerintahan, 13 puskesmas rawat inap,
dan 26 puskesmas pembantu (Anonim, 2011).
Pada periode tahun 2000-2004, tingkat kesenjangan pendapatan
penduduk Kabupaten Banyumas masih dikategorikan rendah (Anonim, 2005).
Berdasarkan data BPS 2010, tingkat pendidikan terakhir masyarakat
Kabupaten Banyumas yang paling dominan adalah tamat SD atau sederajat
yaitu sebanyak 691.574 orang dan pada posisi kedua adalah tamat SMP atau
sederajat sebanyak 284.251 orang. Dengan tingkat ekonomi dan pendidikan
yang masih minim tersebut mendorong masyarakat untuk melakukan
pengobatan sendiri serta berpengaruh pada pengetahuan masyarakat tentang
pendidikan kesehatan khususnya tentang informasi obat pada pengobatan
sendiri.
Peningkatan Pengetahuan Ibu – Ibu…, Wachyu Wulandari, Fakultas Farmasi UMP, 2011
Download