ISBN : 978-602-73865-4-9 PENGARUH PENGETAHUAN IBU BERSALIN TERHADAP PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DI RUMAH BERSALIN SANG TIMUR KLATEN Tri Yuniarti 1, Isnani Nurhayati2 AKPER Mamba’ul ‘Ulum Surakarta, [email protected] 2 AKPER Mamba’ul ‘Ulum Surakarta, [email protected] 1 ABSTRAK Latar Belakang Inisiasi menyusu dini (IMD) bukan program ibu menyusui bayi tetapi bayi yang harus aktif menemukan sendiri puting susu ibu. Agar program IMD dapat berjalan dengan baik ibu melahirkan/calon perlu diberikan pengetahuan tentang IMD. Tujuan: Penelitian ini meneliti Pengaruh Pengetahuan ibu bersalin Terhadap Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Di Rumah Bersalin Sang Timur Klaten. Metode: Desain penelitian menggunakan survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan Total sampling pada ibu yang melahirkan di Rumah Bersalin Sang Timur Klaten yaitu sebanyak 42 sampel. Analisa data menggunakan Kendall Tau. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner data primer dan skunder. Hasil: ada pengaruh yang singnifikan pengetahuan ibu melahirkan dengan implementasi Inisiasi Menyusu Dini di Rumah Bersalin Sang Timur Klaten sebesar 0,327 dan nilai signifikan (p) adalah sebesar 0,030 artinya semakin tinggi pengetahuan ibu bersalin tentang IMD maka semakin tinggi ibu bersalin akan melakukan IMD. Karena dari korelasi didapatkan hasil signifikan dengan p = 0,03 (p<0,05). Simpulan: ada hubungan antara pengetahuan ibu bersalin tentang IMD terhadap pelaksanaan IMD di Rumah Bersalin Sang Timur Kabupaten Klaten. Kata kunci: Inisiasi menyusu dini (IMD), Pengetahuan Ibu Bersalin ABSTRACT Background Early breastfeeding initiation The program is not breastfeeding infants but the baby should be actively find themselves the mother's nipple. So that the program Early breastfeeding initiation can run properly maternal / candidate should be given the knowledge of the Early breastfeeding initiation. Objective: This study investigated the effect of maternal knowledge of Implementation Early Initiation of Breastfeeding In the Sang Timur maternity home Klaten. Methods: The study design using analytic survey with cross sectional approach. The sampling technique using total sampling of mothers who gave birth in the Sang Timur maternity home Klaten of 42 samples. Analysis of data using Kendall Tau. The instrument used in this study is a questionnaire, primary and secondary data. Results: There were significant effects of maternal knowledge with the implementation of Early Initiation of Breastfeeding in the maternity home in Klaten and the significant value of 0.327 (p) is equal to 0,030 meaning that the higher maternal knowledge about the Early Initiation of Breastfeeding, the higher maternal Early Initiation of Breastfeeding will do. Because of the correlation result is significant with p = 0.03 (p <0.05). Conclusion: there is a relationship between the knowledge of the mother conceives of early initiation of breastfeeding of implementation of early initiation breastfeeding in the Sang Timur maternal home Klaten. Keywords: early breastfeeding initiation (IMD), Knowledge of Maternal PENDAHULUAN Pemberian ASI yang dianjurkan World Health Organization (WHO) dan United Nation of Children Fund (UNICEF) ialah pemberian ASI segera atau 30 menit hingga satu jam setelah melahirkan, selanjutnya pemberian ASI saja atau menyusu secara ekslusif hingga bayi usia enam bulan dan pemberian makanan tambahan setelah umur enam bulan serta tetap memberi ASI diteruskan sampai umur dua tahun (WHO, 2009) Angka Kematian Neonatus (AKN) pada tahun 2012 sebesar 19 per 1000 kelahiran hidup menurun dari 20 per 1000 kelahiran hidup di tahun 2007 dan 23 per 1000 kelahiran hidup berdasarkan hasil SDKI 2002, sedangkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan indikator dari kemajuan dalam pelayanan kesehatan wanita di suatu negara. Saat ini AKI di Indonesia sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup, dan AKB sebesar 34 per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan Prosiding Nasional APIKES-AKBID Citra Medika Surakarta 142 ISBN : 978-602-73865-4-9 AKB untuk Provinsi Jawa Tengah sebesar 26 per kelahiran hidup ( Kemendiknas RI, 2014). Inisiasi menyusu dini (IMD) bukan program ibu menyusui bayi tetapi bayi yang harus aktif menemukan sendiri puting susu ibu. Program ini dilakukan dengan cara langsung meletakkan bayi yang baru lahir di dada ibunya dan membiarkan bayi ini merayap untuk menemukan puting susu ibu untuk menyusu. IMD harus dilakukan langsung saat lahir, tanpa boleh ditunda dengan kegiatan menimbang atau mengukur bayi. Bayi juga tidak boleh dibersihkan, hanya dikeringkan kecuali tangannya. Proses ini harus berlangsung skin to skin antara bayi dan ibu. IMD akan sangat membantu dalam keberlangsungan pemberian ASI eksklusif (ASI saja) dan lama menyusu. Dengan demikian, bayi akan terpenuhi kebutuhannya hingga usia 2 tahun, dan mencegah anak kurang gizi (Roesli, 2008). Penelitian yang dilakukan Li R (2008) mengungkapkan bahwa bila bayi bisa menyusu dalam 20 -30 menit pertama setelah lahir, akan membangun refleks menghisap pada bayi. Sehingga proses menyusu berikutnya akan menjadi lebih baik. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.450/Menkes/SK/IV/2004 tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif pada bayi di Indonesia sejak bayi lahir sampai dengan bayi berumur 6 bulan dan selanjutnya mulai diberi makanan pendamping ASI dengan pemberian ASI diteruskan sampai anak berusia 2 tahun atau lebih. Meskipun sudah dikeluarkan Kepmenkes tentang ASI Ekslusif namun dalam pelaksanaannya didaerah / Rumah Sakit / Puskesmas sangat dipengaruhi oleh dukungan dari kepala Daerah, Kepala Rumah Sakit / Puskesmas sebagai top manager dan adanya kepatuhan, kerjasama serta kesadaran antara penolong persalinan dengan ibu yang melahirkan. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten menunjukkan bahwa pada tahun 2009, angka kematian bayi (AKB) sebesar 13,8/1000 kelahiran hidup. Angka kematian Ibu (AKI) sebesar 0,98/1000 per kelahiran hidup, Angka kematian balita (AKB) sebesar 1/1000 kelahiran hidup. (Depkes Klaten, 2009). Kabupaten Klaten adalah salah satu Daerah yang mendukung dan melaksanakan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.450/Menkes/SK/IV/2004 tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif pada bayi di Indonesia terbukti dengan dibuatnya Kebijakan/Peraturan Daerah Kabupaten Klaten no. 7 tahun 2008 tentang IMD dan ASI Eksklusif. Pada pasal 4 menyebutkan bahwa: a) setiap tenaga kesehatan yang melakukan pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan dan perawatan kesehatan ibu dan anak wajib memberikan informasi dan anjuran tentang pentingnya IMD dan keluarganya; b) Setiap sarana pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan pertolongan persalinan wajib menyediakan sarana dan prasarana bagi ibu melahirkan untuk melakukan IMD; c) setiap tenaga kesehatan yang melakukan pertolongan persalinan dan perawatan ibu dan anak wajib membantu melakukan IMD kecuali ada alasan medis tertentu. Beberapa hal yang berkaitan dengan rendahnya angka IMD adalah perilaku ibu yang tidak melakukan inisiasi dini. Hal ini disebabkan pengetahuan ibu yang belum mengetahui secara benar arti pentingnya inisiasi menyusu dini. Ketidak pahaman ibu terhadap cara inisiasi menyusu dini dengan benar dapat disebabkan oleh tidak adanya informasi dari petugas kesehatan baik sebelum persalinan maupun setelah persalinan. Keadaan ini yang menyebabkan ibu mempunyai perilaku tidak melakukan IMD pada bayinya. (Roesli, 2008). Oleh sebab itu tempat persalinan baik Rumah Sakit Pemerintah / Suasta, puskesmas maupun klinik swasta seharusnya dapat memberikan informasi yang benar mengenai IMD bagi ibu maupun calon ibu. IMD telah terbukti mampu mempertahankan hidup bayi lebih lama dan memberikan kekebalan bayi terhadap penyakit yang mungkin muncul di kehidupannya kelak. Berdasarkan dugaan sementara pada penelitian ini adalah ada hubungan antara pengetahuan ibu bersalin terhadap pelaksanaan IMD di Rumah Bersalin Sang Timur. Masalah dalam penelitian ini adalah: Adakah pengaruh pengetahuan ibu bersalin terhadap pelaksananaan IMD?. Sedangkan tujuan penelitian adalah untuk Mengetahui Pengaruh Pengetahuan Ibu Bersalin Terhadap Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Di Rumah Bersalin Sang Timur Klaten Manfaat penelitian ini adalah 1. Memberikan manfaat Petugas Kesehatan Kabupaten Klaten Khususnya Bidan dan Perawat agar memberlakukan IMD kepada bayi di setiap menolong persalinan. 2. Memberikan masukan dalam perencanaan program kesehatan ibu dan anak di masyarakat dengan promosi dan program lain yang dapat meningkatkan pengetahuan ibu dan calon ibu tentang IMD. Prosiding Nasional APIKES-AKBID Citra Medika Surakarta 143 ISBN : 978-602-73865-4-9 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap penglihatan, pendengaran, penciuman,rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga,pengetahuan atau kognitif tindakan seseorang pengetahuan mencakup ingatan mengenai hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan hal-hal ini diketahui factor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan. (Notoatmodjo, 2012). Tingkatan Pengetahuan menurut Notoadmojo (2012) mengemukakan bahwa ada 6 tingkat pengetahuan yaitu : (1) Mengetahui, (2) Memahami, (3) Aplikasi, (4) Analisis, (5) Sintesis, dan (6) Evaluasi. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan adalah Tingkat pendidikan. (2) Informasi. (3) Budaya. (4) Tingkah laku manusia (5) Pengalaman. (6) Sosial Ekonomi. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2012). Adapun pertanyaan yang dapat dipergunakan untuk pengukuran pengetahuan secara umum dapat dikelompok menjadi 2 jenis yaitu : (1) Pertanyaan subyektif, misalnya jenis pertanyaan essay. (2) Pertanyaan obyektif, misalnya pertanyaan pilihan ganda (multiple choice), betul – salah dan pertanyaan menjodohkan. 2. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) a. Air Susu Ibu (ASI) Air Susu Ibu atau yang dikenal degan ASI adalah makanan yang paling sehat untuk bayi manusia. Kandungan gizi ASI tidak diragukan lagi di kalangan penelitian. ASI berdasarkan kandungan gizi dibagi menjadi 3 macam, meliputi : ASI Kolostrum, ASI transisi dan ASI matur (Suriyasa, 2002). Wanita setelah melahirkan bayi, mengalami perubahan hormon yang signifikan dimana hormon estrogen maupun progesterone yang selama hamil berfungsi menjaga kehamilan mengalami penurunan yang disusul dengan aktifnya hormon oksitosin dan prolaktin yang mengatur produksi ASI. Jam pertama setelah melahirkan sampai dengan hari ketiga melahirkan ibu akan memproduksi ASI jenis kolostrum atau ASI jolong. Komposisi kolostrum banyak mengandung sel aktif imunitas, antibodi, dan protein protektif dan kandungan lain yang sangat berguna bagi bayi baru lahir. Manfaat yang didapatkan pada bayi adalah bayi akan terlindungi dari bahaya infeksi. b. Program Inisiasi Menyusi Dini (IMD) Inisiasi Menyusu Dini adalah proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan, di mana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak disodorkan ke puting susu). Inisiasi Menyusu Dini akan sangat membantu dalam keberlangsungan pemberian ASI eksklusif (ASI saja) dan lama menyusui. Prinsip dalam Inisiasi Menyusu Dini adalah bayi diberi kesempatan untuk mengembangkan instingnya dalam menyusu kepada Ibu. Setiap bayi lahir memiliki insting dan refleks yang sangat kuat pada 1 jam pertama setelah ia lahir. Lebih dari 1 jam, refleks bayi tersebut akan menurun, dan baru akan menguat lagi setelah 40 jam. Inisiasi dilakukan ketika bayi lahir, tali pusat dipotong, setelah di keringkan langsung diberikan pada ibu sehingga terjadi sentuhan skin to skin, untuk menjaga suhu tubuh bayi dipakaikan topi, biarkan bayi di dada ibu minimal 30 menit agar mencari puting susu ibu . Bila bayi kedinginan dada sang ibu akan meningkat hangat sampai 2 kali derajat biasanya, jika bayi kepanasan secara otomatis suhu dada ibu turun 1 derajat. c. Manfaat Inisiasi Menyusui Dini Penerapan IMD dapat memberikan manfaat yang besar sekali baik bagi ibu maupun bagi bayi. Menurut (Utami, 2008) manfaat menyusui segera setelah lahir antara lain; 1. Manfaat bagi Ibu : a). Meningkatkan hubungan khususnya ibu dan bayi, b) Merangsang kontraksi otot rahim sehingga mengurangi resiko perdarahan sesudah melahirkan, c) Memperbesar peluang ibu untuk memantapkan dan melanjutkan kegiatan menyusui selama masa bayi, d) Mengurangi stress Ibu setelah melahirkan 2. Manfaat bagi Bayi : a). Mempertahankan suhu bayi tetap hangat serta menenangkan ibu dan bayi serta meregulasi pernapasan dan detak jantung, b) Kolonisasi bakterial di kulit dan usus bayi dengan bakteri badan ibu yang normal, c) Mengurangi bayi menangis sehingga mengurangi stres dan tenaga yang dipakai bayi, d) Memungkinkan bayi untuk menemukan sendiri payudara Ibu untuk mulai menyusu, e) Mempercepat keluarnya meconium (kotoran bayi berwarna hijau agak kehitaman yang pertama keluar dari bayi karena meminum air Prosiding Nasional APIKES-AKBID Citra Medika Surakarta 144 ISBN : 978-602-73865-4-9 d. ketuban), f) Bayi akan terlatih motoriknya saat menyusu sehingga mengurangi kesulitan menyusu dan membantu perkembangan persyarafan bayi (nervous system), g) Memperoleh kolostrum yang sangat bermanfaat bagi sistem kekebalan bayi, h) Mencegah terlewatnya puncak ‘refleks mengisap’ pada bayi yang terjadi 20-30 menit setelah lahir. Jika bayi tidak disusui, refleks akan berkurang cepat, dan hanya akan muncul kembali dalam kadar secukupnya 40 jam kemudian. Tahapan proses inisiasi menyusu dini (IMD) : 1) Rest Alert, dimana pada tahap ini bayi melakukan adaptasi pasca trauma kelahiran, bayi diam kurang lebih 30 menit. 2) Mulut bayi mulai melakukan gerakan mengecap dan mulai mengisap tangannya sendiri di mana cairan ketuban di tangan tidak dibersihkan. Bau air ketuban sama dengan bau cairan yang keluar dari payudara, ini yang membimbing bayi ke puting susu ibunya. 3) Bayi mengeluarkan air liur, sebagai tanda bayi mulai muncul selera minum. 4) Bayi mulai merayap. Pada saat ini kaki bayi menekan-nekan perut ibu tepat di atas rahim. 5) Bayi menemukan payudara ibunya, kepala mulai dihentak-hentakkan di payudara untuk membantu pengeluaran air susu ibu. Hingga pada akhirnya, bayi menemukan puling susu ibunya. Pertama kali cairan yang dihisap bayi adalah kolostrum. Dada ibu yang melahirkan mengalami kenaikkan suhu sebanyak 1°C, sehingga sang ibu tidak perlu takut bayinya akan kedinginan selama proses inisiasi menyusu dini, karena jika bayi kedinginan, suhu di dada ibu akan naik 2°C, dan jika kepanasan suhunya turun dengan sendirinya. METODE Desain penelitian menggunakan survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua Ibu yang melahirkan di Rumah Bersalin Sang Timur Kabupaten Klaten saat dilakukan penelitian. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan Total sampling pada ibu yang melahirkan di Rumah Bersalin Sang Timur Kabupaten Klaten yaitu sebanyak 42 sampel. Analisa data menggunakan Kendall Tau. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan skunder Populasi dalam Penelitian ini adalah Ibu bersalin sebanyak 42. Sampel pada penelitian ini menggunakan tehnik Total Sampling yaitu tehnik pengambilan sampel dengan mengambil semua total populasi yang sesuai dengan criteria (Hidayat, 2007) Analisis data pada penelitian ini menggunakatistik Analisis Univariat yang bertujuan menjelaskanan uji atau mendiskripsikan karakteristik setiap variable penelitian (Arikunto, 2010). Analisis yang digunakan untuk melihat hubungan dari kedua variable yang meliputi variable bebas yaitu pelaksanaan IMD dan pengetahuan Ibu bersalin. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi Kendall Tau yaitu teknik statistic yang digunakan untuk mencari apakah ada hubungan antara variable dependen dan variable independen dimana kedua variable tersebut termasuk dalam skala data ordinal (Riwidikdo, 2009) HASIL DAN PEMBAHASAN 1. 2. Gambaran Umum Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Bersalin Sang Timur, Kabupaten Klaten yang beralamat di Perum Klaten Kencana Blok H No 2 Kalikotes Klaten. Jenis pelayanan yang diberikan oleh Rumah Bersalin Sang Timur adalah Pelayanan rawat jalan meliputi: Pemeriksaan Umum, kesehatan ibu dan anak (Periksa ibu hamil, imunisasi, KB, persalinan dan nifas) Karakteristik Responden a. Karakteristik berdasarkan umur responden Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik berdasarkan umur responden Umur Ibu Frekuensi (f) Presentase (%) < 28 12 28.6 28-33 19 45.2 > 33 11 26.2 Total 42 100.0 Sumber : Data Primer 2014 Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa sebagian besar responden berusia 28 – 33 tahun sebanyak 19 responden dengan presentase 45,2%, sedangkan sebagian kecil responden berusia > 33 tahun sebanyak 11 responden dengan presentase 26,2%. Prosiding Nasional APIKES-AKBID Citra Medika Surakarta 145 ISBN : 978-602-73865-4-9 b. 3. Karakteristik berdasarkan pendidikan responden Tabel 2. Distribusi Frekuensi Karakteristik berdasarkan pendidikan responden Pendidikan Frekuensi (f) Presentase (%) SMP 2 4.8 SMA/SMEA/SMK 30 71.4 PT 10 23.8 Total 42 100.0 Sumber : Data Primer 2014 Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa sebagian besar responden berpendidikan SMA sederajat (SMA/SMEA/SMK) sebanyak 30 responden dengan presentase sebesar 71,4%, sedangkan sebagian kecil responden dengan tingkat pendidikan SMP sebanyak 2 responden dengan prosentase sebesar 4,8% c. Karakteristik berdasarkan pekerjaan responden Tabel 3. Distribusi Frekuensi Karakteristik berdasarkan pekerjaan responden Pekerjaan Frekuensi (f) Presentase (%) IRT 20 47.6 SWASTA 19 45.2 PNS 3 7.1 Total 42 100.0 Sumber : Data Primer 2014 Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa sebagian besar responden bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga sebanyak 20 responden dengan presentase sebesar 47,6%, sedangkan sebagian kecil responden dengan pekerjaan sebagai PNS sebanyak 3 responden dengan prosentase sebesar 7,1% d. Karakteristik responden berdasarkan umur kehamilan Tabel 4. Distribusi Freskuensi Karakteristik umur kehamilan responden Umur Kehamilan Frekuensi (f) Presentase (%) < 35 MINGGU 9 21.4 35-37 MINGGU 15 35.7 >37 MINGGU 18 42.9 Total 42 100.0 Sumber : Data Primer 2016 Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa sebagian besar umur kehamilan responden > 37 Minggu sebanyak 18 responden dengan presentase sebesar 42,9%, sedangkan sebagian kecil umur kehamilan responden < 35 minggu sebanyak 9 responden dengan prosentase sebesar 21,4% Analisa Univariat a. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Tabel 5. Distribusi Frekuensi IMD No IMD Frekuensi (f) Presentase (%) 1 Dilakukan 37 88.1 2 Tidak dilakukan 5 11.9 Total 42 100.0 Sumber : Data Primer 2014 Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden melakukan IMD sebanyak 37 responden dengan presentase sebesar 88,1%, sedangkan sebagian kecil responden tidak melakukan IMD sebanyak 5 responden dengan presentase sebesar 11,9% b. Pengetahuan Ibu Bersalin Tabel 6. Distribusi Freskuensi Karakteristik pengetahuan responden No Pekerjaan Frekuensi (f) Presentase (%) 1 Kurang 4 9.5 2 Cukup 16 38.1 3 Baik 22 52.4 Total 42 100.0 Sumber : Data Primer 2014 Prosiding Nasional APIKES-AKBID Citra Medika Surakarta 146 ISBN : 978-602-73865-4-9 Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa sebagian besar responden berpengetahuan baik sebanyak 22 responden dengan presentase sebesar 52,4%, sedangkan sebagian kecil responden dengan pengetahuan kurang sebanyak 4 responden dengan prosentase sebesar 9,5% 4. Analisa Bivariat Tabel 7 silang melakukan IMD dengan pengetahuan ibu melahirhan Inisiasi Menyusu Dini X2 P Pengetahuan Dilakukan Tidak Dilakukan Total N % N % N % Baik 17 40,5 5 11,9 22 52,4 0,30 0,327 Cukup 16 38,1 0 0 16 38,1 Kurang 4 9,5 0 0 4 9,5 Total 37 88,1 5 11,9 42 100 Sumber : Data Primer 2014 Tabel dapat diketahui bahwa dari 22 (52,4%) responden yang memberikan IMD sebanyak 17 (40,5%) responden berpengetahuan baik, dan yang tidak memberikan IMD sebanyak 5 (11,9%). Berdasarkan tabel 4.7 diatas dapat diperoleh bahwa koefisien korelasi Kendal Tau antara pengetahuan ibu melahirkan dengan implementasi Inisiasi Menyusu Dini di Rumah Bersalin Sang Timur Kabupaten Klaten sebesar 0,327 dan nilai signifikan (p) adalah sebesar 0,030 artinya semakin tahu ibu bersalin tentang IMD maka semakin tinggi ibu bersalin akan melakukan IMD. Karena dari korelasi didapatkan hasil signifikan dengan p = 0,03 (p<0,05), maka Ha diterima dan Ho di tolak. Ini berarti bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu bersalin tentang IMD terhadap pelaksanaan IMD di Rumah Bersalin Sang Timur Kabupaten Klaten. PEMBAHASAN. 1. 2. Pengetahuan IMD Berdasarkan hasil yang didapat di Rumah Bersalin Sang Timur Kabupat Klaten bahwa sebagian besar responden berpengetahuan baik yaitu 22 responden dengan prosentase 52,4%. Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga, pengetahuan atau kognitif tindakan seseorang pengetahuan mencakup ingatan mengenai hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan hal-hal ini diketahui factorfaktor yang mempengaruhi pengetahuan . misalnya latar belakang pendidikan, social ekonomi dan pekerjaan (Notoatmodjo 2012). Berdasarkan tabel karakteristik responden sebagian besar responden berusia 28 – 35 tahun sebanyak 19 responden dengan presentasi 45,2%, berpendidikan SMA sederajat (SMA/SMEA/SMK) sebanyak 30 responden dengan presentase sebesar 71,4%, bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga sebanyak 20 responden dengan presentase sebesar 47,6%, dan umur kehamilan responden > 37 Minggu. Pengetahuan dan jenjang pendidikan ibu melahirkan memegang peranan yang sangat penting dalam kesehatan anak dan masyarakat. Pendidikan masyarakat yang rendah akan menjadi penyulit memberi tahu tentang pentinganya kesehatan (Notoatmodjo, 2012) Pelaksanaan Inisiasi Menyusi Dini (IMD) Berdasarkan hasil penelitian di Rumah Bersalin Sang Timur Kabupat Klaten menunjukkan bahwa sebagian besar responden melakukan IMD yaitu sebanyak 37 responden dengan presentase 88,1 %. Dari 37 responden yang melakukan IMD, 22 responden berpengetahuan baik dengan presentase 52,4%. Inisiasi Menyusu Dini adalah proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan, di mana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak disodorkan ke puting susu). Inisiasi Menyusu Dini akan sangat membantu dalam keberlangsungan pemberian ASI eksklusif (ASI saja) dan lama menyusui. Dengan demikian, bayi akan terpenuhi kebutuhannya hingga usia 2 tahun, dan mencegah anak kurang gizi. (Depkes RI, 2008). Prosiding Nasional APIKES-AKBID Citra Medika Surakarta 147 ISBN : 978-602-73865-4-9 3. Pengararuh Pengetahuan Ibu Melahirkan dengan Pelaksanaan IMD di Rumah Bersalin Sang Timur Klaten. Berdasarkan hasil penelitian di Rumah Bersalin Sang Timur Kabupaten Klaten diketahui bahwa 37 responden dengan presentase 88,1 % melakukan IMD diperoleh bahwa koefisien korelasi Kendal Tau antara pengetahuan ibu melahirkan dengan implementasi Inisiasi Menyusu Dini di Rumah Bersalin Sang Timur Kabupaten Klaten sebesar 0,327 dan nilai signifikan (p) adalah sebesar 0,030 artinya semakin tahu ibu melahirkan tentang IMD maka semakin tinggi ibu bersalin akan melakukan IMD. Karena dari korelasi didapatkan hasil signifikan dengan p = 0,03 (p<0,05), maka Ha diterima dan Ho di tolak. Ini berarti bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu bersalin tentang IMD terhadap pelaksanaan IMD di Rumah Bersalin Sang Timur Kabupaten Klaten. Hasil penelitian yang telah dilakukan dan analisis hubungan antara pengetahuan ibu bersalin dengan pelaksanaan IMD menunjukan hubungan yang bermakna karena sebagian besar atau mayoritas responden melakukan IMD dan yang melakukan IMD mayoritas berpengetahuan baik. Pada pelaksanaan IMD pengetahuan merupakan variable yang dapat mempengarui seseorang untuk mau melakukan sesuatu tindakan. Secara proposional seseorang yang berpengetahuan baik dan berpendidikan akan mudah untuk melakukan sesuatu yang perlu rasional dan pemahaman. Hal ini disebabkan karena Tingkat pendidikan merupakan salah satu factor yang mempengaruhi pengetahuan. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuningsih (2012) Hubungan Pengetahuan Ibu Bersalin dengan Inisiasi Menyusu Dini di Bidan Praktek Swasta Benis Jayanto Ngentak Kujon Ceper Klaten dengan hasil penelitian pengetahuan responden sebagian besar adalah baik sebanyak 22 orang (88%). Pelaksanaan inisiasi menyusu dini sebagian besar adalah melakukan sebanyak 19 orang (76%). Dengan kesimpulan ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu bersalin tentang inisiasi menyusu dini dengan pelaksanaan inisiasi menyusu dini dengan p = 0,009 (p < 0,05), OR : 7,333, c 2 = 10,79 dan IK 95% (2,562-20,99). Sedangkan penelitian Dewantiningrum (2012) tentang Perbandingan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Berdasar Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil dengan Hasil Tingkat pengetahuan memiliki hubungan bermakna dengan pelaksanaan IMD dengan angka signifikansi sebesar p=0.029 dan RR sebesar 1,615 yang berarti bahwa angka pelaksanaan IMD pada kelompok dengan tingkat pengetahuan tinggi lebih tinggi 1,6 kali dibanding kelompok dengan tingkat pengetahuan rendah. Dengan hasil penelitian disimpulkan bahwa Pelaksanaan IMD pada ibu dengan tingkat pengetahuan mengenai IMD yang tinggi lebih besar dibandingkan ibu dengan tingkat pengetahuan mengenai IMD yang rendah. KESIMPULAN 1. 2. Simpulan Ibu bersalin yang mempunyai pengetahuan IMD baik akan melaksanakan IMD yang tinggi dibandingkan ibu dengan tingkat pengetahuan IMD yang rendah Saran a. Pada penelitian yang akan datang perlu dilakukan penelitian IMD dengan metode penelitian kulitatif diharapkan ada wawancara dengan pelaku IMD (Dokter, Perawat, Bidan dan Ibu Bersalin) sehingga akan mendapatkan suatu permasalahan yang dihadipi oleh para pelaku IMD b. Dinas kesehatan perlu mengadakan evaluasi serta menindaklanjuti kinerja yang berhubungan langsung (dokter, Perawat dan Bidan) dalam pelaksanaan IMD dan ASI eksklusif secara rutin. c. Penyuluhan sebaiknya dilakukan kepada ibu dan keluarga, sejak ibu dalam masa antenatal sampai periode pemberian ASI eksklusif selesai secara konsisten. d. Institusi pendidikan hendaknya memberikan pengalaman belajar yang cukup terhadap mahasiswanya (teori, bimbingan praktik dan ujian) untuk materi IMD dan ASI eksklusif. Prosiding Nasional APIKES-AKBID Citra Medika Surakarta 148 ISBN : 978-602-73865-4-9 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta Azwar S. 2010. Sikap Manusia, Teori Dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar; Creedy DK, Cooke M. 2008. Assessing midwivery breastfeeding knowledge: Properties of the newborn feeding ability questionnaire and breastfeeding initiation practices scale. International Breastfeeding Journal. Departemen Kesehatan RI. 2008. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: Jaringan Nasional Pelatihan Klinik-Kesehatan Reproduksi (JNPKKR) Dinas Kesehatan Kota Klaten, 2013, Profil Kesehatan Kota Klaten Edmond KM, Zandoh, Quigley MA, Amenga-Etago S, Owusu-Agyei S, Kirkwood BR. 2006. Delayed breastfeeding initiation increases risk of neonatal mortality. Journal Pediatrics. Fikawati S, Syafiq A. 2010. Kajian Implementasi Dan Kebijakan Air Susu Ibu Eksklusif Dan Inisiasi Menyusu Dini Di Indonesia. Makara, Kesehatan,Vol. 14, No. 1 Dewantiningrum. 2012. Perbandingan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Berdasar Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil. Program Pendidikan Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Hidayat, A.2007. Metode Penelitian Kebidanan & Tehnik Analisis Data, Salemba Medika, Jakarta Josefa GK, Margawati A. 2011. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu. [Tesis]. Program Pendidikan Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Kemenkes RI. 2014, Profil Kesehatan Indonesia 2013, Jakarta Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA. 2013. Pertemuan Percepatan Pencapaian Target MDG’s. Jakarta: Kemenkes RI Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 450/Menkes/SK/IV/2004 tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif pada bayi di Indonesia. Labbok MH, Taylor EC, Nickel NC. 2013. Implementing the ten step to successful breastfeeding in multiple hospitals serving low-wealth patiens in the US: innovative research design and baseline finding. International Breastfeeding Journal. Li R, Fein B, Grummer-Strawn M. 2008. Why mother stop breastfeeding: mothers’ self-reported reasons for stopping during the first year. J Pediatric Moore ER, Anderson GC, Bergman N. 2007. Early skin to skin contact for mothers and their healthy new born infants. The Cochrane Collaboration. John Wiley&Sons. Notoatmodjo Sukidjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Riwidikdo, H. 2009. Statistik Untuk Penelitian Kesehatan dengan Aplikasi Program R dan SPSS. Pustaka Rihana. Yogyakarta Roesli Oetami. 2008. Inisiasi Menyusui Dini Plus ASI Eksklusif, Jakarta: Pustaka Bunda Scott JA, Binns CW, OddyWH, Graham KI. 2008. Predictors of breastfeeding duration: Evidence from a Cohort Study. Pediatrics. 2006. 11. Nakao Y, Moji K, Honda S, Oishi K. Initiation of breastfeeding within 120 minutes after birth is associated with breastfeeding at four months among Japanese women, International Breastfeeding Journal. Prosiding Nasional APIKES-AKBID Citra Medika Surakarta 149 ISBN : 978-602-73865-4-9 Wahyuningsih. 2012. Hubungan Pengetahuan Ibu Bersalin dengan Inisiasi Menyusu Dini di Bidan Praktek Swasta Benis Jayanto Ngentak Kujon Ceper Klaten (Skripsi) World Health Organization (WHO). 2009. Infant and Young Child Feeding, Geneva : WHO Press. Diakses di www.who.int/diakses tanggal 17 Desember 2014Kandungan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo Prosiding Nasional APIKES-AKBID Citra Medika Surakarta 150