Dari Redaksi Pembaca Fokuss yang berbahagia, setelah sebelumnya kami hadir dengan edisi khusus 10 tahun KSEI, kami hadir kembali dengan edisi reguler. Kali ini, Fokuss tampil dengan wajah baru, menyesuaikan dengan logo dan spirit baru KSEI. Pada edisi pertama tahun 2008, kami menampilkan target KSEI tahun ini. Kami sajikan pula komentar dari para tokoh yang terlibat dalam proses konversi saham di era sebelum dan sesudah scripless trading, dan mereka yang mengantarkan KSEI tumbuh dan berkembang hingga saat ini. Kami uraikan pula informasi dari para pengelola instrumen baru Exchange Traded Fund (ETF) yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, plus tanggapan dari Bapepam-LK sebagai otoritas pasar modal. Tak lupa kami sertakan berbagai aktivitas terbaru yang diadakan KSEI, dan informasi terkini seputar Efek yang tercatat di KSEI. 2008, KSEI akan Lebih Kreatif Di tahun 2008, KSEI akan terus berupaya menyempurnakan layanan jasanya dengan menyediakan produk-produk layanan baru secara kreatif untuk memenuhi kebutuhan pemakai jasa dan kebutuhan industri pasar modal. Selamat Membaca Redaksi ������������� �������������� ��������������� ����������������� ������������������ S emangat dan optimisme pelaku pasar modal mewarnai awal 2008. Meski di awal tahun ini Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia terlihat berfluktuasi, tak berarti optimisme lantas mere­dup. Masih ada harapan, pertumbuhan transaksi di Bursa Efek Indonesia yang tinggi daftar isi 1 3 6 8 2008, KSEI akan Lebih Kreatif Kisah Menempuh Ujian Bernama ‘Scripless’ ETF, Cara Mudah Mengelola Risiko aktivitas & Statistik pada 2007 diyakini bakal kembali diraih tahun ini. KSEI, sebagai bagian dari fasilitator perdagangan di pasar modal Indonesia pun dengan semangat baru, terus berupaya meningkatkan dan menciptakan layanan-laya­nan baru. Tahun ini, KSEI berencana meningkatkan jumlah penatausahaan surat berharga dan 01 Edisi Tahun 2008 ������������� ���������� Edisi 01, 2008 Fokuss jumlah nasabah. Ada beberapa rencana pengembangan dan implementasi fasilitas yang berkaitan dengan kegiatan penatausahaan surat berharga, diantara­nya adalah Real Time Straight Through Process­ ing (STP ) Connection. Saat ini KSEI sedang mengembangkan infrastructure berupa Real Time STP Connection antara Pemegang Rekening dan KSEI. Dengan adanya Real Time STP Connection, sistem C-BEST akan berkomunikasi secara host to host connection de­ngan sistem back office Pemegang Rekening KSEI. Sehingga diharapkan dapat mengurangi keterlibatan manusia dalam pengiriman dan penerimaan messages. Sebagai kelanjutan dari pengembang­ an fasilitas realtime interface yang pe­ngem­ bangan­nya sudah dilakukan di tahun 2007, maka pada tahun 2008 akan dibuat pilot project fasilitas tersebut dan ditar­getkan akan dapat dilakukan terhadap lima Pemegang Rekening. Target berikutnya adalah pengembangan modul Pre Matching untuk menghindari tertundanya settlement. Melalui modul Pre Matching, dimungkinkan Pemegang Rekening KSEI yang bertransaksi dapat memonitor status instruksi yang dibuatnya atau yang dibuat oleh pihak “Agar pasar modal Indonesia mempu­nyai daya saing di pasar global, dibutuhkan upaya untuk mengembangkan industri ini baik dari sisi sistem, institusi, produk, maupun teknologi pendukung, sehingga dapat meminimalisasi risiko pasar terha­dap perkembangan teknologi.” lawan. Proses monitoring status ini dapat dimulai saat satu pihak telah memasukkan instruksi ke dalam C-BEST hingga proses matching, positioning dan settlement ber­ akhir. Dalam modul Pre Matching, sistem C-BEST akan melakukan proses matching secara otomatis atas instruksi yang telah di-input oleh Pemegang Rekening tanpa menunggu instruksi tersebut masuk ke dalam proses settlement. Pengembangan berikutnya adalah Post Trade Processing (PTP). Sejak 2004 KSEI te­lah mengimplementasi­kan laya­nan PTP yang memungkinkan Ma­na­jer Investasi ber­komunikasi dengan Anggota Bursa dan Bank Kustodian mengguna­kan satu plat­ form tunggal yaitu: C-BEST dalam menyam­ paikan Trade Confirmation dan Settlement Instruction. Hingga saat ini penggunaannya masih jauh dari yang diharapkan. Untuk mengoptimalisasikan penggunaannya, KSEI akan memberikan berbagai sosi­alisasi terpadu penggunaan layanan PTP dalam menunjang rencana percepatan proses penyelesaian transaksi bursa. Untuk para investor, KSEI menyediakan fasilitas Investor Area yang dapat diguna­ kan bagi investor, tentunya diberikan melalui Pemegang Rekening KSEI, untuk mengetahui posisi Efek, mutasi Efek dan laporan lainnya. Fasilitas ini dibuat untuk mempersiapkan pasar modal Indonesia dalam menghadapi jumlah investor yang semakin besar. Program utama dari fasilitas ini adalah memberikan perlindungan terhadap investor, keterbukaan informasi bagi investor serta konsolidasi data investor. Dalam waktu dekat KSEI akan meluncurkan fasilitas Investor Area yang memungkinkan investor sebagai end client memonitor data posisi kepemilikan Efek dan mutasi Efek. Nasabah akan memiliki Investor ID yang unik dan terhubung ke Sub Rekening Efek miliknya yang telah dibuka di Pemegang Rekening. Dengan Investor ID tersebut nasabah dapat mengkonsolidasi data kepemilikan Efek yang tercatat dalam Sub Re­ kening Efek di Pemegang Rekening yang berbeda. Namun, penggunaan fasilitas Investor Area bukan suatu keharusan dan menja­ di wewenang Pemegang Rekening un- tuk memberikan layanan fasilitas ini ke nasabahnya. Fasilitas Investor Area juga bukan merupakan beban tambahan bagi Pemegang Rekening. Sebaliknya, fasilitas ini dapat dijadikan pilihan atau jalan keluar bagi Pemegang Rekening dalam memberikan layanan yang lebih maksimal dengan memberikan rasa aman bagi investor yang berinvestasi di pasar modal Indonesia. Sejalan dengan meningkatnya jumlah Efek yang dikelola dalam sistem KSEI dan mempertimbangkan tingkat keamanan yang sangat berisiko tinggi ini, KSEI menilai perlu dilakukan penelaahan terhadap kea­manan sistem informasi (IT Security) oleh pihak independen dan ini telah dilaku­ kan pada tahun 2007. Mengacu hasil rekomendasi pihak independen, tahun ini KSEI akan melaksanakan revitalisasi terhadap IT Security, dengan tujuan selain melindungi sistem jaringan dari ancaman luar juga tetap memberikan kenyamanan kepada pengguna jasanya. Fasilitas lain yang akan dikembangkan adalah fasilitas Repurchase Agreement (REPO). Selama ini karena belum ada la­ yan­an REPO di C-BEST, banyak Pemegang Rekening menggunakan fasilitas Over The Counter (OTC). Hal ini berdampak pada meningkatnya transaksi OTC yang dilakukan Anggota Bursa atas Efek yang ditransaksikan di bursa. Saat ini Bursa sedang dalam melakukan kajian pembatasan OTC yang nantinya hanya diperuntukkan bagi hibah, waris dan transfer aset. Untuk lebih mendefinisikan transak­ si antar Pemegang Rekening, KSEI akan mengembangkan modul REPO di sistem C-BEST yang dapat digunakan untuk semua Efek Bersifat Ekuitas dan Efek Bersifat Utang tercatat di C-BEST. Modul ini nantinya juga dapat digunakan sebagai transaksi REPO SUN (Surat Utang Negara) internal antar Pemegang Rekening KSEI dan transaksi REPO SUN eksternal antara Pemegang Rekening KSEI dengan bank komersial anggota Bank Indonesia yang bukan sebagai Pemegang Rekening KSEI. KSEI juga berupaya mengimplementasikan fasilitas Initial Public Offering (IPO) pa­da sistem C-BEST. Untuk itu, KSEI akan me­lakukan enhancement dalam sistem C-BEST sehingga fasilitas IPO yang sudah Penerbit: PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) • Penasihat: Direksi KSEI • Dewan Redaksi: Zylvia Thirda, Dharma Setyadi, Susiyanti, Astanti P. Mulyani, Novian Harry Wibowo, Rachmat Irfan • Penanggung Jawab: Bagian Komunikasi Perusahaan KSEI • Alamat Redaksi: Gedung Bursa Efek Indonesia, Tower I Lt. 5, Jl. Jend. Sudirman Kav 52-53, Jakarta 12190, Telp. 52991099, Fax. 52991199 • Sirkulasi: Bagian Komunikasi Perusahaan KSEI Kisah Menempuh Ujian Bernama ‘Scripless’ D elapan tahun lalu, setiap sore hari, lobi gedung Bank Mandiri di Jalan Sudirman (dulu Plaza Bapindo) selalu dipenuhi antrian mobil dinas yang silih berganti menurunkan koper-koper berisi lembaran saham. Para petugas perusahaan sekuritas kemudian menarik koper-koper itu dan membawanya ke lantai 23 tempat KSEI menerima saham-saham untuk proses settlement. Tak berhenti sampai di situ, tumpukan saham, entah berapa ribu lembar masih harus didorong ke sana ke mari oleh awak KSEI selama proses penyelesaian. Bayangkan, betapa besar risiko saham-saham itu hilang di perjalanan dari kantor broker ke KSEI, dan tercecer saat dibawa kesana kemari di gedung dan dapur KSEI. Eddy Sugito, Direktur PT Bursa Efek Indonesia (BEI) yang menjadi Direktur KSEI sebelum scripless dan setelah era scrip­ less punya pengalaman tak terlupakan ketika ia masih berkarier di PT Bahana Securities. Satu mobil kijang milik perusaha­ annya yang berisi saham-saham senilai Rp 5 mili­ar yang mau diantar ke KSEI dari Graha Niaga yang cuma berjarak sekitar 100 me­ter dicegat sekelompok orang yang me­ngaku sebagai debt collector dari ACC. Mere­ka memaksa mengambil alih kemudi. Orang-orang di dalam kendara­ an diminta turun oleh para perampok itu. Bahkan, satu petugas yang berani me­ ngejar dan menempel di belakang ken­ daraan terja­tuh karena kendaraan dipacu de­ngan kencang. Pengalaman seputar masalah saham fisik juga dialaminya ketika di KSEI. “Saya pernah bareng-bareng harus tidur di kantor dan begadang sampai pagi ketika terjadi lonjakan transaksi saat Gus Dur terpilih menjadi Presiden. Kita pun harus mempekerjakan ratusan tenaga honorer untuk membantu proses penyelesaian transaksi,” paparnya. Berangkat dari pengalaman-penga­la­ man itu, terlihat risiko perdagangan atau penyelesaian transaksi dengan warkat sangat tinggi. Hingga akhirnya, UndangUndang Pasar Modal (UUPM) meng­a­ manatkan proses pemindahbukuan se­ca­ ra elektronik. Arys Ilyas, Komisaris Utama KSEI, keti­ ka proses peralihan Efek warkat menja­di scripless, menjabat sebagai Kepala Biro Transaksi Lembaga Efek (TLE) Bapepam. Ia menuturkan, persiapan konversi Efek dilakukan sejak tahun 1999. Tetapi di­ akuinya, banyak tantangan yang dihadapi. Kendala terutama datang dari Biro Administrasi Efek (BAE) karena fungsinya sebagai pencetak Efek dan pelaksana corporate action hilang. Broker dan Bank Kustodian pun ada yang menyatakan keberatan. “Tetapi karena undang-undang sudah menyatakan seperti itu, harus dilaksanakan,” papar Arys. Untunglah, dengan sosialisasi yang Edisi 01, 2008 Tanpa terasa, sudah tujuh tahun scripless trading dilaksanakan di pasar modal Indonesia. Perjalanan menuju perdagangan tanpa warkat yang penuh tantangan ini berhasil terlalui. Inilah kisah para tokoh di balik suksesnya penyelesaian transaksi secara pemindahbukuan. Fokuss ada da­­pat digunakan oleh pelaku pasar dan da­pat mempermudah proses pengad­ ministra­sian oleh emiten. Didukung dengan telah terhubungnya sistem C-BEST ke semua Anggota Bursa dan Bank Kustodian, diharapkan C-BEST dapat mengintegrasikan keseluruh­ an proses IPO untuk obligasi, mulai dari pendaftaran Efek hingga pengalokasian obligasi ke dalam rekening Efek yang tercatat di C-BEST. Beberapa rencana pengembangan lain­­­nya diantaranya fasilitas pemblokiran balance Efek tertentu, Billateral Securi­ ties Lending and Borrowing antara dua belah pihak (Pemegang Rekening KSEI), pengoptimal­an fungsi research atas datadata yang dimiliki oleh KSEI dan beberapa pengembangan lainnya. Agar pasar modal Indonesia mempu­ nyai daya saing di pasar global, dibutuhkan upaya untuk mengembangkan industri ini baik dari sisi sistem, institusi, produk, maupun teknologi pendukung, sehingga dapat meminimalisasi risiko pasar terha­ dap perkembangan teknologi. Dengan me­ngacu kepada Master Plan Pasar Modal In­donesia 2005 - 2009, KSEI senantiasa ikut mendukung perluasan alternatif investasi dan pembiayaan di pasar modal Indonesia. Sejalan dengan perkembangan pasar modal Indonesia serta komitmen KSEI untuk selalu memberikan kontribusi ter­ha­dap industri baik secara langsung ma­upun tidak langsung, KSEI baik sendi­ ri maupun bersama-sama dengan Self Regulatory Organization (SRO) lainnya dan asosiasi-asosiasi pelaku pasar modal, akan melaksanakan berbagai kegiatan yang memfokuskan pada peningkatan minat investor baik lokal maupun asing melalui penyelenggaraan seminar, workshop, pelatihan, dan sharing session. Rangkaian acara tersebut akan melibatkan para pembicara lokal dan asing, sosialisasi serta road show ke beberapa daerah ini berpotensi untuk menambah jumlah investor. Kegiatan sosialisasi ditujukan kepada berbagai pihak seperti Pemegang Rekening KSEI dan Perusahaan Terdaftar (Emiten atau calon Emiten). Sementara agenda road show dilaksanakan di daerah untuk memberikan penjelasan kepada berbagai lapisan masyarakat seperti dunia usaha, dunia pendidikan (universitas), masyarakat investor dan lembaga atau institusi investasi lainnya. Kegiatan ini akan dilakukan bersamasama dengan PT Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) serta pelaku pasar lain. l Eddy Sugito Arys Ilyas Erry Firmansyah Benny Haryanto Edisi 01, 2008 Bambang Indiarto Fokuss baik, dan keuletan regulator dan SRO, semua pihak tidak keberatan dengan rencana konversi saham fisik menjadi saham elektronik. “Proses scripless bisa berjalan karena kesadaran semua pihak, dan akhirnya pelaku yang awalnya keberatan justru mengucapkan terima kasih setelah scripless membawa keuntung­ an yang lebih besar, terutama efisiensi dan keamanan,” lanjutnya. Arys juga mengingat, proses scrip­ less berlangsung secara bertahap. Mulai dari pembuatan saham jumbo di sistem MAHAMERU (sistem perantara sebelum C-BEST selesai dikembangkan). Kemudian, berlanjut dengan suksesnya konversi saham empat emiten, dan disusul keberhasilan konversi hingga seluruh Efek tuntas berubah wujud. “Saya melihat tim KSEI sangat kompak dalam menjalankan rencana scripless hingga berhasilnya program ini. Bapepam puas pada keberhasilan KSEI, apalagi sistem penyelesaian dan penyim­pa­ nan transaksi Efek yang digunakan KSEI dibanding lembaga sejenis di negara lain cukup bagus kualitasnya,” puji Arys. Sistem KSEI yang benama C-BEST (The Central and Book Entry Settlement System) memang terbukti keandalannya. Erry Firmansyah, Direktur Utama BEI, ketika proses scripless menjadi Direktur Utama KSEI. Ia menuturkan, setelah melakukan berbagai kunjungan ke vendor system, akhirnya dipilihlah CAPCO sebagai pengembang system utama KSEI. Erry pun membenarkan, terjadi penolakan tinggi dari pelaku pasar ketika itu. Banyak pihak tidak berkenan de­ngan scripless karena berbagai hal. “Pertama mungkin berpengaruh ke bisnisnya, kedua mungkin tidak siap dengan scrip­ less karena akan mengurangi jumlah pe­ ga­wai. Jadi intinya, tidak mudah meng­ implementasikan scripless tersebut. Tapi Alhamdulillah implementasinya lancar, itu yang membuat kita juga lebih te­ nang, lebih aman saat ini,” tandasnya. Setelah scripless berjalan, lanjut Erry, ternyata manfaatnya bisa dirasakan pela­ ku pasar terutama mengurangi cost me­ reka. “Memang pada awalnya ada biaya konversi, tapi setelah itu nggak ada lagi, nggak perlu cetak saham, dan mempercepat penyelesaian transaksi,” lanjutnya. Ketika itu, kenang Erry, tidak mudah mensosialisasikan scripless tapi dukung­ an dari Ketua Bapepam (saat itu dijabat Herwidayatmo) sangat besar. “Beliau men­­canangkan harus segera scripless, dengan cara apapun juga. Setelah itu, pada tahun 2002 saya keluar ke BEJ (sekarang menjadi BEI) dan Pak Eddy ke KPEI sebelum bergabung ke BEI,” ungkapnya. Ketika proses persiapan scripless, Erry menyebutkan, kondisi keuangan pe­ru­sahaan yang dipimpinnya itu dalam kondisi bleeding. Pertama karena transak­ si perdagangan di bursa tipis, akhirnya bagian KSEI jadi kecil bahkan yang terkecil di antara SRO lain. Selain itu KSEI harus mengeluarkan dana untuk investasi sistem. Ditambah lagi, banyak tenaga LOGO BARU Awal tahun ini, KSEI mengubah logo lamanya yang masih bergambar lembaran saham, menjadi bentuk baru yang men­cer­minkan era teknologi. Lebih di­ na­mis, dan bersahabat. Bagi para tokoh yang terlibat dalam perjalanan KSEI, perubah­an logo itu diharapkan memacu semangat KSEI untuk terus berkembang, mengikuti tuntutan dan kebutuhan para pengguna jasa, serta perkembangan global. Diakui Erry, fokus KSEI saat persiap­ an scripless hingga awal pelaksanaannya tidak pada logo. “Yang penting kita kerja dulu bagaimana meningkatkan performance, bagaimana emiten segera mengkonversi sahamnya, jadi logo is not a priority pada waktu itu. Tetapi saat ini memang sudah waktunya KSEI tampil dengan logo yang lebih mencerminkan jati dirinya,” papar Erry. “KSEI mengubah logo lamanya yang masih bergambar lembaran saham, menjadi bentuk baru yang men­cer­minkan era teknologi. Lebih di­na­mis, dan bersahabat. “ “Kita harapkan, dengan perubahan logo itu bisa meningkatkan kinerja mere­ ka, meningkatkan spirit mereka, mening­ katkan efisiensi mereka, itu tentu tercer­ min dalam logo baru. Jangan hanya seka­dar mengubah logo tapi nggak ada perubahan apa-apa pada kinerja dan pelayanan,” pesannya. Ke depan, Erry juga berharap KSEI harus semakin berperan, karena KSEI itu sebenarnya sebagai palang pintu paling akhir di pasar modal, yaitu settle­ ment. “Nah ini yang menjadi kunci bagi tumbuhnya pasar modal Indonesia. Kita berharap mereka mampu menjaga kerahasiaan data-data nasabah, itu yang pa­ ling penting buat industri ini. Kedua, ser­ vice-nya juga makin ditingkatkan karena kebutuhan pasar makin beragam. Kita berharap KSEI bisa memberikan layan­ an-layanan yang lebih bagus, dan meningkatkan kemampuan IT-nya,” tambah Erry. Pria keturunan Sumatera Barat yang sempat berkarier di industri perbankan ini menyebutkan, ketika scripless dimulai, sistem milik KSEI yang paling canggih di dunia karena dibuat paling terakhir sehingga paling komprehensif. “Tetapi dunia makin berkembang, makin dinamis, sehingga makin beragam lagi aktivitas dan kebutuhan dari pasar. Nah ini harus dijawab oleh KSEI ke depan,” tegasnya mengingatkan. Eddy Sugito menyambut baik per­ u­bahan logo perusahaan yang sempat men­jadi tempatnya berkarier. “Seharus­ nya malah sudah diubah sejak lama, kare­ na scripless sudah berlangsung selama tujuh tahun,” ujarnya dengan senyum. Ke depan, Benny Haryanto lebih me­ ne­kankan agar risk management dapat menjadi perhatian utama dalam mendu­ kung kesuksesan scripless trading. “Risk management yang baik akan ikut menentukan langkah KSEI ke depan,” tuturnya. Sementara Bambang Indiarto me­ ngatakan, “Yang penting ke depan sis­tem harus dijaga benar, agar tidak ber­masalah. Kestabilan sistem harus be­nar-benar terjaga. Karena biasanya ka­lau semua sudah berjalan baik, orang su­ka terlena. Tetap waspada, karena KSEI ketitipan amanah, terutama oleh investor yang punya barang di KSEI. Terus membuat inovasi, dan lakukan survei investor untuk mengetahui apa yang dibutuhkan mereka,” ujarnya. Arys Ilyas mengharapkan KSEI terus meningkatkan inovasi. Ia menyebutkan, tidak hanya saham tercatat yang harus difasilitasi KSEI, melainkan juga perusahaan publik yang tidak tercatat di bursa. KSEI menurutnya juga harus memfasilitasi penyelesaian transaksi-transaksi di luar bursa. Dan semua inovasi itu, kata­ nya, harus mendapatkan dukungan pula dari regulator dalam bentuk regulasi untuk memberikan rambu-rambu yang jelas. l Edisi 01, 2008 manfaat scripless. Sehingga pro-kontra dari pelaku dapat berakhir. Semua pihak akhir­nya puas saat memasuki era scrip­ less trading. Fokuss kontrak yang harus dibayar,” urainya. Karena kondisi keuangan yang ber­ darah-darah, menurut Erry, pihaknya ke­mudan memikirkan sumber pendana­ an. Kebetulan ada dana nasabah yang mengendap di bank. “Nah kita ngomong dengan banknya, apakah you bisa bantu kita, you kita tunjuk sebagai payment bank tapi bayar fee ke kita. Kita dapat tiga bank waktu itu, yaitu Bank Lippo, Bank Mandiri dan ABN Amro, nilainya US$ 3 juta. Dia kan tetap floating fund karena dana mengendap dari transaksi pasar ada disana. Nah itu yang dipakai sebagai bagi hasil,” tandas Erry. Benny Haryanto, mantan Direktur Utama KSEI periode 2002-2006, dan juga Direktur yang terlibat saat proses persiap­ an scripless trading mengatakan, jajaran direksi KSEI ketika itu termasuk dirinya meneruskan proses yang telah dilakukan direksi KSEI sebelumnya beserta tim pengembangan. “Kami kemudian melengkapi dan menyempurnakannya,” papar profesional yang kini menjabat sebagai Direktur Utama PT Ciptadana Capital. Pekerjaan rumah yang paling berat saat Benny di KSEI menurutnya adalah menterjemahkan konsep True Delivery Versus Payment (True DVP) ke dalam penyelesaian transaksi di Indonesia. “Pada saat itu sistem pembayaran perbankan masih menggunakan giro (BI Clearing) belum ada Real Time Gross Settlement (RTGS). Terobosan yang dilakukan adalah penunjukan tiga payment bank sehingga implemetasi True DVP dapat berjalan,” paparnya. Seperti disampaikan Erry, Benny pun menyebutkan, saat merancang scripless, KSEI dilanda krisis keuangan yang sa­ngat berat. Setoran modal tidak mencuku­pi untuk membeli sistem penyelesaian dan penyimpanan transaksi yang diperlukan. “Akhirnya dengan dukungan dan kerja sama yang saling menguntungkan, pihak payment bank yang ditunjuk bersedia melakukan pembiayaan sistem de­ ngan barter kontrak selama empat tahun sebagai payment bank,” kenangnya. Bambang Indiarto, mantan Direktur Utama KSEI periode 2006-2007 dan sebelumnya sebagai Direktur KSEI sejak tahun 2001, mengatakan, tujuan utama scripless adalah efisiensi, kemudahan dan perlindungan terhadap investor. Dengan scripless ada beberapa solusi yang bisa dipecahkan seperti pemalsuan saham, dan pencurian. Ia melihat, rekan-rekannya terdahulu yang memimpin KSEI saat proses konversi berhasil melakukan sosialisasi dengan baik mengenai ETF, Cara Mudah Mengelola Risiko Produk anyar yang menghuni papan perdagangan Bursa Efek Indonesia ini bisa menjadi solusi diversifikasi investasi. Cukup satu instrumen, sudah mewakili beberapa jenis Efek. Fredy R. Sumendap Edisi 01, 2008 S Fokuss etelah cukup lama ditunggu kehadirannya, Exchange Traded Fund (ETF) akhirnya tercatat di PT Bursa Efek Indonesia (BEI) akhir tahun lalu. Meski dicatat dan diperdagangkan layaknya saham, ETF merupakan varian Reksa Dana, atau dikelompokkan ke dalam Reksa Dana non-konvensional. Seperti Reksa Dana pada umumnya, ETF merupakan hasil kontrak investasi ko­­­lek­tif antara Manajer Investasi (MI) dan Bank Kustodian (BK). Portofolio ETF dibuat me­ nyerupai indeks tertentu dan dikelola se­ cara pasif. Tujuan penerbitan Reksa Dana ini untuk memperoleh hasil investasi sama de­ ngan indeks acuannya (index tracking fund). Daya tarik produk ini, terletak pada portofolio investasinya, yang berisi sahamsaham atau obligasi yang sama dengan indeks acuannya. Itulah yang membuat per­ ge­rakannya sama dengan indeks acuan. Dengan membeli satu ETF, sudah mencerminkan sejumlah saham atau obligasi karena underlying asset-nya terdiri atas Efek yang sama dengan indeks acuan. Saat ini ada 2 (dua) ETF yang tercatat di BEI sejak 18 Desember 2007. Yang per­tama adalah ETF yang dikelola PT In­do Premier Securities dengan kode perdagang­an R-LQ45X. Premier ETF LQ45 mengambil acuan dari kinerja LQ45 atau indeks 45 saham teraktif yang ada di BEI. Kinerja LQ45 dipilih karena indeks ini menurut sang pengelola mewakili 70% kapitalisasi saham yang tercatat di BEI. Harga ETF menurut Direktur Structured Finance PT Indo Premier Securities, Fredy R. Sumendap, dapat langsung dipan­tau selama jam perdagangan bursa. Pada awal diluncurkan, Premier ETF LQ45 diperdagang­ kan pada harga Rp 600, mengikuti indeks LQ45 akhir hari pada 17 Desember 2007. Karena sama seperti saham, satu lot ETF setara dengan 500 Unit Penyertaan. Menjualnya pun sama mudahnya. Jika di­rasa sudah mendapatkan keuntungan, pemo­dal bisa keluar saat itu juga pada harga pasar saat itu. Proses transaksi yang transparan dan bisa dipantau setiap saat inilah menjadi keunggulan Premier ETF LQ45. Bahkan tiap enam bulan sekali, pemegang Unit Penyertaan Premier ETF LQ45 berhak mendapatkan dividen. Selain diperdagangkan di pasar sekunYunny Welly Edward Lubis der, dalam ETF juga dikenal pasar primer. Di pasar primer, kata Freddy, biasanya hanya pemodal institusi yang masuk karena dana yang dibutuhkan cukup besar. Investor dalam pasar primer ini nantinya disebut Dealer Participant. Pada Premier ETF LQ45, PT Indo Premier Securities dan PT Sinarmas Sekuritas bertindak sebagai Dealer Participant. ETF kedua adalah ETF ABF Indonesia Bond Index Fund (ETF ABF) yang dikelola Bahana TCW Investment Management (BTIM) dengan kode perdagangan R-ABFII juga dicatat di BEI pada 18 Desember tahun lalu. Reksa Dana pendapatan tetap ini, menurut Edward Lubis, Direktur BTIM, berisi 32 produk obligasi dalam portofolionya. Semuanya masih berupa Surat Utang Negara (SUN). “Karena selain ada persyaratan investment grade, jangka waktu saat penerbitan minimal 18 bulan, hanya surat utang dengan nilai nominal minimum Rp 2 triliun yang masuk dalam perhitungan indeks ini,” ujarnya. Indeks acuannya adalah IBOX, indeks obligasi yang biasa dipantau melalui data informasi perdagangan produk keuangan Bloomberg. Edward mengakui, peminat ETF ABF belum terlalu besar saat ini, lanta­ ran belum banyak pemodal mengenal produk ini. Untuk itu perusahaannya, kata Edward, akan mengemas produk ini dengan produk discretionary fund yang dikelolanya. “Kami akan memasukkan ETF ABF ke dalam portofolio discretionary fund,” ungkapnya. Selain itu, Edward juga menuturkan akan bekerjasama dengan salah satu bank untuk menjadikan produk ETF sebagai produk investasi nasabah bank. Pengelola dana investasi patungan ini berharap, Reksa Dana saham konvensional juga tergerak untuk mengisi portofolionya dengan instrumen ETF ABF. Saat ini, untuk membeli di pasar sekunder dibutuhkan dana sekitar Rp 6 juta untuk membeli satu lot ETF ABF yang harga per unitnya sebesar Edisi 01, 2008 Amerika pada tahun 1993, dan pada awalnya hanya dana pensiun, hedge funds dan Reksa Dana yang berinvestasi pada produk tersebut. Namun dengan bertambahnya pemahaman masyarakat di Amerika atas produk tersebut, saat ini lebih dari separuh ETF yang beredar di pasar dimiliki oleh inves­tor individu. Di Indonesia, kata Margeret, agar produk ini dapat berkembang, yang terpenting untuk dilakukan adalah edukasi kepada masyarakat. Yunny mengingatkan, produk ETF ini bukan untuk produk ritel dan tidak dapat dibeli langsung melalui Fund Ma­na­­ger, kecuali dalam jumlah tertentu. “Inves­tor juga harus mempunyai underlying berba­ gai jenis Efek (basket of instru­men) untuk mendapatkan Unit Penyertaan ETF. Se­ hingga masih perlu lebih ba­nyak disosiali­ sa­si­kan kepada masya­ rakat yang masih memiliki pengetahuan ter­batas seputar dunia investasi. Namun, saya cukup yakin de­ngan perkembangan pa­sar modal Indonesia yang cukup pesat, maka ETF Margeret Tang berpeluang cukup baik untuk berkembang di pasar modal Indonesia,” paparnya. Kepala Biro Pengelolaan Investasi Bapepam-LK, Djoko Hendratto menuturkan, ETF adalah jawaban yang paling bagus untuk menularkan pengetahuan orang berinvestasi. “jangan simpan telur di satu keranjang. ETF itu jawaban yang paling bagus. Beli satu dapat sekian, seperti di iklan-iklan,” ungkapnya dengan tawa. Ia juga menyebutkan, ETF bagus untuk investor pemula. “Di seluruh dunia, produk ini memang relatif baru dibanding instrumen Reksa Dana konvensional. Di ber­bagai negara seperti Thailand, Filipina, trend produk ETF naik terus. Di Indonesia saya rasa minat pemodal besar, karena saya lihat undangan yang hadir pada peluncuran produk ETF cukup banyak,” ujarnya. l Fokuss an internal operational (resources, system, Rp 13.845 (awal Februari). BTIM juga memprocedures, training, dan sebagainya) dan beri kesempatan pemodal besar untuk transfer of expertise dari kantor regional membeli minimal Rp 25 miliar langsung HSBC di Hong Kong. Menurutnya, HSBC ke Manajer Investasi. Tetapi, pembelian damerupakan leading provider di Asia ter­ lam jumlah besar tersebut hanya dilayani utama di Hong Kong dan Singa­pura, yang setiap hari Selasa. mempunyai keahlian dalam me­na­ngani Bagi Margeret Tang, Director - Securiproduk ETF. “Kami membantu dengan ties Country Manager Indonesia dari Cimengundang pembicara dari luar negeri tibank, yang menjadi Bank Kustodian Preuntuk mengadakan workshop dan diskusi mier ETF LQ45, tercatatnya produk baru ini dalam membagi pengalaman dan pengesangat positif, karena disamping menamtahuan mereka (sharing best practices and bah variasi produk Reksa dana di pasar, knowledge) dengan market participant, Baproduk ini juga sangat menarik. “Keunikan pepam dan SRO. dari ETF, selain diperdagang­kan di bursa, dengan membeli Reksa Dana ETF hanya sebesar 1 lot, investor sudah seperti berinvestasi diberbagai je­­nis saham atau obligasi, karena portofolio dari ETF adalah basket atau kumpulan dari securities,” paparnya. Menurutnya, ada dua tugas utama Bank Kustodian. Pertama, melakukan per­hi­tungan nilai NAB dari ETF setiap hari, dan membuat laporan keuang­an dan laporan lainnya se­­suai dengan ketentuan Bapepam-LK. Kedua, mengadministraDjoko Hendratto sikan dan menyimpan surat-surat ber­­harga (saYunny menginformasikan pula, pihak­ ham, obligasi atau lainnya) yang menjadi nya berdiskusi secara intensif dengan Fund underlying investment dari ETF. Manager serta Bapepam-LK, KSEI dan BEI Sementara, untuk penyelesaian tran­ untuk menemukan proses yang bisa kami saksi ETF, Bank Kustodian hanya terlibat pa­ lakukan baik dari sisi legal maupun operada saat ada unit creation subscription dan sional. “Kami juga menyiapkan proposal ke redemption (primary market) dari unit ETF. Bank Indonesia untuk mendapatkan perSedangkan untuk penyelesaian ETF yang setujuan atas transaksi ‘Free of Payment’ ditransaksikan melalui bursa (secon­dary untuk obligasi pemerintah yang menjadi mar­ket), Bank Kustodian tidak terlibat kareunderlying instrument dari ABF ETF. “Sebena sama halnya dengan saham, tran­sak­si lumnya transaksi ETF belum dikenal dan ini diselesaikan melalui KPEI dan KSEI. FOP tidak diperbolehkan. Tetapi akhirnya Namun, diakui pula oleh Margeret, ka­ permintaan kami dapat diterima dengan pitalisasi pasar dan volume transaksi ETF di dikeluarkannya peraturan baru oleh BI. bursa saat ini masih sangat kecil diban­ding HSBC sangat senang sekali karena usaha kebanyakan saham-saham lainnya yang kami dapat membawa perubahan yang tercatat di bursa. “Produk ETF ini masih bepositif bagi pasar modal di Indonesia,” lanlum banyak dikenal oleh masyarakat, jadi jutnya. saya rasa program edukasi masih sa­ngat Setiap produk baru, demikian Yunny, diperlukan,” kata wanita ramah ini. pasti membawa peluang dan tantangan. Yunny Welly, Senior Vice President Insti­ “Kami berusaha sebaik-baiknya untuk tutional Fund Services dari The Hongkong meng­­hadapinya. Untunglah semuanya and Shanghai Banking Corporation Limited sudah berjalan lancar melalui kerja sama (HSBC) yang menjadi Bank Kustodian unyang baik dengan partner kami, Fund tuk ETF ABF menuturkan, sebelum produk Mana­ger serta dukungan dari pihak SRO,” ETF ABF diluncurkan, dilakukan persiapan ujarnya dengan senyum. yang matang oleh berbagai pihak yang Produk ETF pertama dikeluarkan di terkait. Antara lain, disebutkannya, persiap­ aktivitas Program Edukasi Pasar Modal Sejalan dengan semangat memajukan pasar modal Indonesia, KSEI bersama de­ngan BEI, KPEI dan Danareksa kembali membuka sekolah pasar modal kepada anggota masyarakat dari berbagai kalang­ an. Acara ini secara resmi dibuka pada hari Rabu, 6 Februari 2008 di Gedung Bursa Efek Indonesia. Sekolah pasar modal ini memiliki 3 (tiga) program kelas, yaitu: Kelas Basic yang diperuntukkan bagi peserta yang masih awam tentang investasi di pasar modal, kelas Intermediate untuk peserta yang telah mengikuti program Kelas Ba­ sic dan tertarik untuk mendalami tentang inves­tasi di pasar modal lebih lanjut dan Kelas Advance untuk peserta yang ingin mengetahui tentang produk derivatif dan obligasi. Diharapkan melalui program edu­ kasi ini masyarakat dapat lebih mengetahui apa dan bagaimana ber­investasi di pasar modal. l “DRC Live Test” ke-10 Edisi 01, 2008 Uji coba sistem Disaster Recovery Cen­ter (DRC) secara live (DRC Live Test) kem­bali di- Fokuss Pasar Modal ”Peduli Memajukan Pendidikan” Sebagai bentuk kepedulian pada bidang pendidikan, pada pertengahan Januari 2008 Bapepam-LK bersama SRO (BEI, KPEI dan KSEI) melakukan kegiatan sosial de­ ngan memberikan bantu­­ an dana untuk pemba­ ngunan sekolah bagi yaya­san pendidikan AlIs­ti­qomah (YAPAI) yang berlokasi di Desa Cike­ ting, Kelurahan Sumur Ba­tu, Kecamatan Bantar Ge­bang - Bekasi. Dengan adanya pembangunan se­ko­lah ini, diharapkan da­pat membantu memajukan masa depan pendidikan di Indonesia. l laksanakan KSEI untuk yang ke-10 kali­nya sejak beroperasi pada tahun 2001. DRC Live Test yang berlangsung pada tanggal 18-19 Februari 2008 secara umum secara umum berjalan dengan baik dan lancar sesuai skenario yang diharapkan. Sebagai bagian dari pengelolaan risiko operasio­ nal, KSEI akan melakukan pengetesan ke­ siapan sistem DRC secara berkala dengan melakukan persiapan dan koordinasi yang baik dengan pemakai jasa KSEI serta KPEI. Sukses buat Tim DRC KSEI. l statistik ����������������������������������������������� ������������������������������������������������������ Total Distribusi “Corporate Action” Periode Januari - Desember 2007 dan Januari 2008 Jan - Des 2007 Dana Jan 2008 Rp (miliar) USD (juta) Equity (Dividen dan Exercise) 24.615,75 199,67 0,93 0 Debt (Bunga dan Pokok) 45.783,52 9,48 1.807,58 3,80 Total Dana 70.399,27 209,15 1.808,51 3,80 Efek Saham (Jumlah/Unit Efek) (Jumlah/Unit Efek) 50.007.479.971 47.192.820.955 Waran 4.384.472.255 658.238.931 HMETD 39.567.396.199 1.912.489.635 ���������������������������������� ������������������������������������������������������ ������ ������� ������ ������ ������� ������ ������ ������ ������ ��������� ������� ������ ������� ������ ������ ����������������������������������������� ������������������������������������������������������ ��������������������� ��������� ������� Rp (miliar) USD (juta) ������