Sosialisasi Peraturan Internasional Ketenaganukliran

advertisement
Sosialisasi Peraturan Internasional Ketenaganukliran
Dikirim oleh prasetya1 pada 15 Maret 2006 | Komentar : 0 | Dilihat : 1842
Badan Tenaga Nuklir Nasional
(BATAN)
Perkembangan peraturan yang pesat mengiringi perkembangan iptek nuklir yang cepat menuntut pemahaman yang
tepat dan obyektif mengenai hal itu. Dalam rangka memperdalam pemahaman tentang peraturan internasional
dalam pemanfaatan iptek nuklir demi kepentingan nasional, Fakultas Hukum Universitas Brawijaya bekerjasama
dengan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Rabu (15/3), mengadakan sosialisasi tentang peraturan
internasional ketenaganukliran.
Hadir sebagai pembicara Dr. Ferhat Azis MSc (Kepala Biro Kerjasama Hukum dan Humas BATAN), Estopet MD
Sormin SH (Kepala Bagian Perjanjian, Biro Kerjasama Hukum dan Humas BATAN), dan Mohammad Ridwan SH
MS (dosen Fakultas Hukum Unibraw).
Dalam makalahnya "Peranan Indonesia dalam Konvensi Ketenaganukliran", Dr. Ferhat Aziz menyatakan
keselamatan dan keamanan teknologi nuklir diatur dan diawasi secara internasional dalam berbagai
konvensi/traktat. Hal ini adalah sebagai upaya masyarakat internasional dalam pemanfaatan iptek nuklir untuk
maksud damai, pembudayaan keselamatan dan keamanan nuklir yang mencakup aspek lingkungan masyarakat dan
pekerja, proteksi dari penyalahgunaan terhadap bahan nuklir dan fasilitas nuklir, pengawasan dan pengelolaan
bahan bakar bekas dan limbah radioaktif, dan asistensi terhadap penanggulangan dampak kecelakaan dan
kedaruratan. Dikatakan pula, Indonesia mendukung upaya peningkatan keselamatan dan keamanan nuklir secara
global melalui ratifikasi berbagai konvensi/traktat internasional ketenaganukliran, termasuk pemisahan yang efektif
antara fungsi badan pengawas (BAPETEN) dan badan pelaksana (BATAN).
Khawatir berlebihan
Sementara itu, Estopet MD Sormin SH, dalam makalah berjudul "Ketentuan Internasional Ketenaganukliran di
bidang Pemanfaatan Nuklir untuk Tujuan Damai", mengatakan kekhawatiran sebagian besar masyarakat tentang
dampak pemanfaatan iptek nuklir seringkali berlebihan, melampaui batas kewajaran ilmu pengetahuan dan logika.
Ditambahkannya, berbagai konvensi dan ketentuan internasional ketenaganukliran yang ada saat ini setidaknya
dapat mencegah atau sama sekali tidak memungkinkan suatu negara untuk mengembangkan dirinya menjadi
negara nuklir. Hal ini, menurut Estopet, dikarenakan teknik pengawasan (safeguard) yang dikembangkan IAEA
(badan tenaga atom internasional) sangat efektif untuk evaluasi pertanggungjawaban pemanfaatan nuklir,
pengawasan terhadap pekerja, masyarakat, dan lingkungan, serta transparansi program dan fasilitas nuklir.
Dinyatakan pula Indonesia yang telah meratifikasi berbagai peraturan internasional ketenaganukliran maupun
melalui peraturan nasionalnya, hanya akan memanfaatkan nuklir untuk tujuan damai.
Acara yang digelar di Ruang Sidang Utama Fakultas Hukum Unibraw ini diikuti oleh mahasiswa dan dosen hukum
dari perguruan tinggi di Malang. [vty]
Download