Wibowo, Anemia Ibu Hamil Trimester II Mandala of Health. Volume 7, Nomor 1, Januari 2014 ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER II SEBAGAI FAKTOR RISIKO BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR), LAHIR PREMATUR DAN LAHIR MATI DI KABUPATEN SUKOHARJO JANUARI-OKTOBER 2011 Wibowo Y1, Rahayujati TB2, Wisnuwijoyo AP3 1 Field Epidemiology & Training Program (FETP), GMU. Email:[email protected] Field Epidemiology & Training Program (FETP), GMU. Email: [email protected] 3 Sukoharjo District of Health Office, Central Java. Email: [email protected] 2 ABSTRACT Sukoharjo, in 2010, the Infant Mortality Rate (IMR) 66.7 % occurred in the neonatal period with the largest direct cause of LBW was 26% , others 22 % , 17 % asphyxia , 12% congenital anomalies and pneumonia 9% . In 2010, prevalence of maternal anemia was 3.92 %, but the number of Low Birth Weight (LBW) and infant mortality actually increased . This research is to prove that maternal anemia in the second trimester as risk factors of LBW , premature birth and stillbirth . Analytic observational study with a retrospective cohort study design . Subjects were all pregnant women who have given birth in the month of January to October 2011 and had no history of anemia in Trimester I. The chi-square test to examine the association of maternal anemia in the second trimester with outcomes . Binary logistic regression was used to control potential confounding variables . There are 236 women giving birth who meet the inclusion and exclusion criteria , 72 (30.5 %) were exposed group (anemic trimester 2) and 164 (69.5 %) including the unexposed group (non-anemic trimester 2). Maternal anemia in the second trimester who delivered LBW (61.9 %) , premature birth (91.2 %) and stillbirths (75 %) . Maternal anemia in the second trimester was 3.7 times increased risk for LBW (p < 0.01 , RR = 3.7 ( 2.73 to 4.99 ) , increased the risk more than 23 times for the incidence of preterm birth (p < 0,01 , RR = 23.5 (7.44 to 74.50) , but not statistically significant (p=0.08 ) and RR = 6.83 (0.72 to 64.58) for the incidence of stillbirth . After controlling for potential variable modifier is a history of LBW , preterm birth and history of the ANC , maternal anemia in the second trimester increase more than 4 times the risk for LBW with Adjusted RR = 4.43 (2.73 to 7.18) and p < 0.01 . LBW and preterm birth is more common in pregnant women with anemia TM2 so important to have checks Haemoglobine in pregnant women according to gestational age and follow-up. Maternal anemia in the second trimester, LBW , premature birth , stillbirth, Key Words: PENDAHULUAN Pada wanita hamil dengan anemia meningkatkan frekuensi komplikasi kehamilan dan persalinan. Risiko kematian kematian pada kelompok umur <1 tahun sebesar 9,0% dan kelompok 1-4 tahun sebesar 2,6%. maternal, angka prematuritas, BBLR, dan Tahun 2002, WHO memperkirakan angka kematian perinatal meningkat pada bahwa anemia gizi besi (AGB) adalah satu ibu hamil dengan anemia. Hasil Riset dari Kesehatan berdasarkan Dasar (Riskesdas kelompok umur, 10 faktor paling penting yang 2007)(1), berkontribusi proporsi global dan meningkatkan morbiditas dan terhadap beban penyakit 484 Mandala of Health. Volume 7, Nomor 1, Januari 2014 Wibowo, Anemia Ibu Hamil Trimester II mortalitas pada anak kelompok prasekolah Penderita AGB terbanyak pada kelompok dan wanita hamil.(2,3) WHO umur 20-44 tahun termasuk kelompok diperkirakan ada 2 milyar orang di seluruh wanita usia subur (WUS) dan pasangan usia dunia 50% subur (PUS). Terdapat peningkatan kasus Hasil Riskesdas 2007, baru AGB pada kelompok umur tersebut dari 278 ibu hamil yang diperiksa darahnya yaitu dari 366 kasus (2009) menjadi 426 sebesar 24,5% menderita anemia menurut kasus (November 2010). Jika diproyeksikan acuan nilai SK Menkes No.736a tahun sampai tahun 2010, terdapat 802 kasus baru 1989. AGB menderita merupakan AGB. (4) Menurut anemia dan di Kabupaten Sukoharjo yang Di Kabupaten Sukoharjo telah terjadi berkunjung ke rawat jalan puskesmas. kematian neonatal dan bayi sebesar 138 Penelitian ini untuk membuktikan bahwa kasus atau AKB sebesar 10,0 per 1.000 anemia ibu hamil Trimester II sebagai Kelahiran Hidup (KH) dan kematian balita faktor risiko kejadian BBLR, lahir prematur sebesar 19 kasus sehingga Angka Kematian dan lahir mati di Kabupaten Sukoharjo Balita (AKABA) 11,39 per 1.000 KH. Januari-Oktober 2011. Trend AKB dan AKABA dari tahun 20052009 mengalami peningkatan dan menurun pada tahun 2010, meskipun terjadi trend peningkatan jumlah lahir mati. Sebesar 66,7% dari AKB terjadi pada periode neonatal. Penyebab langsung kematian bayi (0-11 bulan) terbesar adalah BBLR yaitu 26%, diikuti oleh lain-lain 22%, asfiksia 17 % dan kelainan kongenital 12% serta Terdapat kecenderungan peningkatan kasus KEK pada ibu hamil yaitu 2,46% (2009) menjadi 3,39% (2010). Anemia pada ibu hamil tahun 2010 sebesar 3,92% akan jumlah Penelitian merupakan observasional analitik dengan rancangan retrospective cohort study. Faktor risiko dan efek telah terjadi pada masa lalu (anemia ibu hamil Trimester II dan BBLR, lahir mati dan lahir prematur), yang sebelumnya dipastikan tidak menderita anemia pada trimester I dengan melihat buku KIA ibu hamil atau pneumonia 9%. tetapi METODE PENELITIAN kematian ibu dengan penyebab perdarahan nomor 2 dan jumlah BBLR serta angka kematian bayi justru meningkat. Hasil survei cepat diperoleh prevalensi anemia ibu hamil sebesar 51,3% atau 123 dari 240 ibu hamil dan prevalensi ibu hamil dengan KEK sebesar 24,6%. register kohort ibu hamil.(5) Rancangan penelitian ini sebagaimana terlihat pada Gambar 1 Penelitian menggunakan tingkat kemaknaan 95% dengan α = 5%, β = 20%, RR = 1,5, proporsi pada kelompok tidak terpapar sebesar 43,3% (8) dan hipotesis satu arah diperoleh besar sampel masing-masing kelompok 64 sehingga total besar sampel minimal adalah 128 subyek. Kelompok terpapar adalah ibu hamil Trimester II yang 485 Wibowo, Anemia Ibu Hamil Trimester II Mandala of Health. Volume 7, Nomor 1, Januari 2014 menderita anemia dan kelompok tidak yaitu terpapar adalah ibu hamil Trimester II yang Polokarto, Mojolaban dan Grogol; (2) tidak Sedangkan Catatan register kohort ibu/buku KIA outcome adalah BBLR, lahir prematur dan lengkap; (3) Ibu hamil Trimester II dengan lahir mati. Pemilihan subyek berdasarkan atau tanpa anemia dan telah melahirkan kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi pada bulan Januari-Oktober 2011 dan tanpa yaitu: (1) Subyek tinggal di 6 kecamatan riwayat menderita anemia pada Trimester I. menderita anemia. Kecamatan Weru, Sukoharjo, 486 Mandala of Health. Volume 7, Nomor 1, Januari 2014 Wibowo, Anemia Ibu Hamil Trimester II Status anemia ditentukan dengan alat dengan analisis stratifikasi dan Binary HemoCue atau pemeriksaan Sahli oleh logostic regression tenaga kesehatan; (4) Persalinan ditolong mengkontrol pengaruh variabel potensial oleh tenaga kesehatan dan (5) Kehamilan perancu secara bersama-sama. Variabel dengan janin tunggal. Kriteria eksklusi yaitu potensial perancu yang dimasukan ke dalam ibu hamil yang menderita dan atau memiliki analisis jika hasil analis mempunyai nilai riwayat penyakit kronik (TB Paru, Kelainan p<0,25 dan pada uji stratifikasi terbukti Jantung, ginjal dan hati, Astma Bronkhiale, sebagai variabel perancu.(5,6,9,10) digunakan untuk Keganasan), Penyakit Menular Seksual HASIL DAN PEMBAHASAN (PMS) dan KEK. Berdasarkan kohort ibu hamil, jumlah Analisis data meliputi: (1) Analisis univariabel dilakukan mendiskripsikan karateristik untuk responden menurut kelompok terpapar dan tidak terpapar; (2) Analisis bivariabel dengan uji chi-square. dan (3) Analisis multivariabel ibu bersalin di wilayah Puskesmas Weru, Sukoharjo, Grogol Polokarto, periode Mojolaban Januari-Oktober sebanyak 6.336 orang. Distribusi dan 2011 ibu bersalin menurut puskesmas tersaji pada Tabel 1. Tabel 1 menunjukkan bahwa responden termasuk kelompok usia 20- jumlah BBLR sebanyak 226 bayi, 35 tahun, 98,6% memilik paritas ≤4 jumlah bayi dengan lahir prematur kali, sebanyak 68 sedangkan lahir mati mendapatkan ≥90 tablet tambah darah sebanyak 13 jiwa. Distribusi karateristik (TTD) dan ANC ≥4 kali serta 88,1% responden antara kelompok terpapar dan memiliki jarak kelahiran dengan anak kelompok tidak terpapar terakhir ≥2 tahun. Analisis hubungan tersaji pada Tabel 2. responden telah antara anemia TM 2 dengan BBLR, Berdasar Tabel 2 diketahui bahwa pada 94,4% kelompok terpapar, 55,6% memiliki pendapatan kurang, 87,5% Lahir Prematur menggunakan uji dan Lahir Mati Chi-Square (X2). Hasil analisis tersaji pada Tabel 3. 487 Mandala of Health. Volume 7, Nomor 1, Januari 2014 Wibowo, Anemia Ibu Hamil Trimester II Tabel 3 menunjukkan bahwa ibu lebih besar daripada ibu hamil tanpa anemia hamil dengan anemia TM 2 berhubungan TM 2. Ibu hamil dengan anemia TM 2 tidak dengan kejadian BBLR (p<0,01) dengan berhubungan dengan kejadian lahir mati besar risiko 3,70(2,73-4,99) kali lebih besar (p=0,08) daripada ibu hamil tanpa anemia TM 2. Ibu Komparibilitas antara kelompok terpapar hamil dengan anemia TM 2 berhubungan dengan kelompok tidak terpapar menurut dengan kejadian lahir prematur (p<0,01) variabel potensial perancu dan variabel luar dengan besar risiko 23,54(7,44-74,50) kali tersaji pada Tabel 4. dan RR= 6,83(0,72-64,58). 488 Wibowo, Anemia Ibu Hamil Trimester II Mandala of Health. Volume 7, Nomor 1, Januari 2014 Karateristik variabel potensial kali secara statistik bermakna untuk perancu yaitu variabel pendapatan keluarga, kejadian BBLR (p=0,01) dengan besar kelompok usia, paritas, TTD, ANC dan risiko 2,22 (1,63-3,01) kali lebih besar jarak tidak dibandingkan ibu hamil dengan ANC ≥4 menunjukkan perbedaan di antara kelompok kali. Variabel luar yaitu riwayat pernah terpapar maupun kelompok tidak terpapar melahirkan BBLR secara statistik bermakna (p>0,05), berarti bahwa variabel potensial untuk kejadian BBLR (p=0,01) dengan perancu sebanding besar risiko 2,67 (2,12-3,36) kali lebih besar terpapar dibandingkan dengan ibu hamil tanpa kelahiran secara statistik terdistribusi (comparable) pada kelompok maupun kelompok tidak terpapar. Riwayat riwayat melahirkan BBLR dan prematur, hubungan secara melahirkan BBLR. antara riwayat Sedangkan melahirkan statistik menunjukkan perbedaan dengan prematur dengan kejadian BBLR secara kelompok (p<0,05). statistik tidak bermakna (p=0,06) namun Hubungan variabel potensial perancu dan secara biologik bermakna yaitu RR=2,60 variabel luar dengan terjadinya BBLR, lahir (2,07-3,25) kali lebih besar meningkatkan prematur dan lahir mati tersaji pada Tabel 5. risiko kejadian BBLR. Demikian juga Dari tidak Tabel terpapar 5 diketahui bahwa dengan variabel TTD secara statistik tidak variabel potensial perancu yaitu ANC <4 bermakna (p=0,07), namun secara biologik 489 Wibowo, Anemia Ibu Hamil Trimester II Mandala of Health. Volume 7, Nomor 1, Januari 2014 berhubungan bermakna dengan RR=1,88 lahir prematur. Sedangkan variabel (1,22-2,89) dengan kejadian BBLR. Seluruh potensial perancu yaitu TTD dan ANC variabel potensial perancu dan variabel luar berhubungan bermakna secara biologik tidak berhubungan bermakna baik secara dengan kejadian lahir mati 9,5 (1,11-81,60). statistik maupun biologik terhadap kejadian Identifikasi potensial perancu dengan dapat dirancu oleh variabel riwayat menggunakan uji stratifikasi, jika perbedaan melahirkan BBLR, riwayat melahirkan antara crude RR dengan RR Mantel- prematur, TTD dan ANC sehingga perlu Haenszel (M-H) >10% maka variabel dilakukan uji stratifikasi untuk melihat tersebut merupakan variabel perancu.(9,10) apakah Hubungan antara anemia TM 2 pada ibu variabel perancu. Hasil uji stratifikasi tersaji hamil dengan kejadian BBLR kemungkinan pada Tabel 6. variabel tersebut merupakan 490 Wibowo, Anemia Ibu Hamil Trimester II Mandala of Health. Volume 7, Nomor 1, Januari 2014 Perbedaan antara crude RR dengan RR M-H <10% membuktikan bahwa variabel tersebut bukan perancu untuk dengan kejadian BBLR perlu dikontrol menurut variabel tersebut dengan analisis multivariat yaitu binary logistic regression. hubungan antara anemia TM 2 dengan Hubungan antara anemia TM 2 pada kejadian BBLR. Namun demikian terdapat ibu hamil dengan kejadian lahir mati peningkatan RR setelah menambahkan 1 kemungkinan dapat dirancu oleh variabel variabel sebagai variabel stratifikasi, hal ini TTD dan ANC sehingga perlu dilakukan uji menunjukkan stratifikasi menurut variabel tersebut. Hasil kemungkinan adanya interaksi (efek modifikasi). Oleh karena itu, tersaji pada Tabel 7. kekuatan hubungan antara anemia TM 2 Perbedaan antara crude RR dengan Kekuatan Hubungan antara Anemia RR M-H seluruhnya ≥10% membuktikan TM 2 dengan BBLR setelah Mengkontrol bahwa variabel tersebut merupakan perancu Variabel untuk hubungan antara anemia TM 2 logistic regression diperoleh hasil seperti dengan kejadian Lahir Mati. Oleh karena tersaji pada Tabel 8. Setelah mengkontrol itu, hubungan antara anemia TM 2 dengan variabel potensial modifier yaitu riwayat kejadian lahir mati perlu dikontrol menurut BBLR, riwayat lahir preterm dan ANC variabel TTD dan ANC dengan binary diperoleh Adjusted RR (ARR)=4,43 logistic regression. Modifier (2,73-7,18) dengan dengan Uji binary p<0,01 491 Wibowo, Anemia Ibu Hamil Trimester II Mandala of Health. Volume 7, Nomor 1, Januari 2014 et PEMBAHASAN Faktor sosial bahwa wanita rendah primi/multipara lebih mungkin mengalami meningkatkan risiko kejadian anemia. Hal anemia dibandingkan nulipara. Demikian ini sesuai dengan hasil penelitian Balarajan juga derajat anemia meningkat dengan (11) et al. (2011) terpola ekonomi (2010)(17), al. bahwa anemia secara sosial oleh pendidikan, lebih mungkin memiliki anemia derajat 2 kesejahteraan, pekerjaan dan tempat tinggal. dan 3 dibandingkan dengan nulipara. Paritas Anemia adalah petanda kerugian sosial yang tinggi lebih berisiko untuk mengalami ekonomi dengan kemiskinan dan tidak anemia (RR = 2.92; 95% CI 2.02, 4.59).(18) berpendidikan mempunyai risiko terbesar Hasil penelitian ini didapatkan bahwa terkena faktor risiko anemia dan gejala 49,5% BBLR, 47,1% lahir prematur dan sisanya. Kejadian tertinggi BBLR juga 50% lahir mati terjadi pada primi/multipara. terdapat pada kelompok sosial ekonomi Hal rendah.(12) sebanding di antara kelompok terpapar Wanita mengalami tingkat bertambahnya paritas ibu. Ibu primipara usia anemia subur berisiko dengan prevalensi ini karena paritas terdistribusi maupun tidak terpapar dan sebagian besar subyek penelitian (52,1%) merupakan primi/multipara. Sedangkan global sebesar 42% pada ibu hamil dan 30% kelompok pada ibu tidak hamil berusia 15-49 tahun.(11) penelitian Trihardiani & Puruhita (2011)(19) Sebesar 87,5% subyek penelitian yang menemukan hubungan bermakna antara mengalami anemia, 86,6% BBLR, 82,4% paritas ≥4 kali dengan kejadian BBLR lahir prematur dan 75% lahir mati termasuk (RP=5,30; 1,24-22,56). Sementara hasil dalam kelompok usia 20-35 tahun. Hal ini penelitian Ruji karena sebanyak 89,8% subyek penelitian bahwa ibu hamil dengan jumlah kelahiran termasuk dalam kelompok usia 20-35 tahun. <2 dan >4 kali memiliki risiko 3,5 kali lebih Pada wanita hamil dan wanita usia subur besar untuk melahirkan BBLR. Riwayat merupakan sering melahirkan (multiple birth) lebih kelompok berisiko terkena anemia terutama anemia defisiensi besi (2009)(16) mendapatkan berisiko untuk kejadian BBLR.(20) akibat kehilangan besi karena perdarahan Subyek penelitian telah mendapatkan saat melahirkan, menstruasi maupun karena suplemen tambah darah (TTD) sebanyak kebutuhan meningkat akibat kehamilan dan 96,6% melebihi target kabupaten tahun menyusui. (13,14) Risiko kejadian BBLR juga 2011 namun kenyataannya terdapat 94,4% meningkat pada ibu hamil dengan usia <20 subyek penelitian mengalami anemia tahun dan >35 tahun.(15,16) meskipun sudah mendapatkan TTD, 93,8% Anemia lebih banyak ditemukan pada BBLR, 94,1% lahir prematur dan 75% lahir kelompok primi/multipara (55,6%), hal ini mati. Hal ini dapat karena TTD tidak sesuai dengan hasil penelitian Uche-Nwachi diminum atau bioavailabilitas menurun 492 Wibowo, Anemia Ibu Hamil Trimester II Mandala of Health. Volume 7, Nomor 1, Januari 2014 karena pengaruh makanan yang ≥2 tahun, hal ini dapat dikarenakan 91,2% mengandung polyphenol seperti teh, kopi, subyek bumbu rempah dan yang mengandung kelahiran phytates seperti padi-padian serta kalsium sebanyak 92% BBLR, 94,1% lahir prematur (misal produk susu/mentega). Selain itu dan 50% lahir mati terjadi pada subyek juga penelitian yang mempunyai jarak kelahiran dapat karena adanya infeksi Helicobacter pylori.(11) penelitian ≥2 mempunyai tahun. jarak Demikian juga ≥2 tahun. Hal ini bertentangan dengan hasil upaya penelitian Bao-Ping et al. (2003)(24) bahwa preventif program pelayanan kesehatan jarak kelahiran 18-23 bulan merupakan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal risiko dan neonatal melalui serangkaian kegiatan perinatal yang tidak diinginkan seperti (21) BBLR, lahir preterm dan KMK. Demikian Sebanyak 96,6% subyek penelitian telah juga hasil penelitian Sistiarini (2008)(15) melakukan ANC ≥4 kali, namun 94,4% bahwa risiko BBLR meningkat pada ibu subyek masih mengalami anemia, 92,3% hamil dengan jarak kelahiran <2 tahun. BBLR, 97,1% mengalami lahir prematur Sedangkan dan 75% lahir mati. ANC secara kuantitas Puruhita (2011)(19) dan Ruji (2009)(16) tidak sudah memenuhi, akan tetapi masih perlu menemukan hubungan bermakna antara dilihat bagaimana kualitas pelayanannya. jarak kelahiran dengan kejadian BBLR. Asuhan antenatal adalah pemantauan rutin selama kehamilan. Sedangkan penelitian untuk penelitian kejadian luaran Trihardiani & & Pada kehamilan TM 2, ibu hamil Puruhita (2011)(19) dan Cita et al. (2009)(22) akan mengalami hemodilusi yang terjadi tidak menemukan hubungan bermakna pada akhir TM 2 dan awal TM 3 kehamilan. antara dengan Normalnya, penambahan volum plasma kejadian BBLR. Sementara itu penelitian mendahului peningkatan SDM membuat lainnya menemukan bahwa ANC yang peningkatan disproporsional volum plasma efisien dapat mengurangi risiko kejadian (50%) dibandingkan dengan peningkatan frekuensi BBLR. (23) pemeriksaan Dalam determinan dipengaruhi Trihardiani terkecil anemia, oleh model SDM (30%).(25) Oleh karena itu, kadar Hb satunya mulai menurun pada pertengahan TM 1 dan pelayanan mencapai titik nadir pada akhir TM 2 dan konseptual salah akses ke kesehatan yang berkualitas.(11,15) Menurut hasil penelitian (17) Nwachi et al. (2010) pertengahan awal TM 3. Selama TM 3, Uche- peningkatan plasma tetap, namun SDM , bahwa kejadian terus meningkat mencapai kadar Hb normal jarak pada saat aterm. Jadi pada sebagian besar kelahiran <11 bulan. Hasil penelitian ini ibu hamil, bila konsentrasi Hb di bawah 11 menunjukkan bahwa 88,1% subyek yang gr/dL, terutama pada akhir kehamilan, menderita anemia memiliki jarak kelahiran hendaknya dianggap abnormal dan biasanya anemia lebih mungkin degan 493 Mandala of Health. Volume 7, Nomor 1, Januari 2014 Wibowo, Anemia Ibu Hamil Trimester II disebabkan anemia defisiensi besi.(26) Pada adalah hambatan pertumbuhan janin atau penelitian intra ini menunjukkan perubahan uterine fetal growth restriction kadar Hb selama kehamilan, sehingga (IUGR), sedangkan anemia pada ibu hamil penting untuk mencatat dan melaporkan dapat menyebabkan IUGR akibat adanya anemia ibu hamil dengan menspesifikasikan kerusakan unit pengukuran Hb menurut usia kehamilan. perfusi uteroplasental tidak lancar, suplai Ibu hamil dengan anemia TM 2 secara statistik dan biologik tidak bermakna untuk kejadian lahir mati, hal ini dapat uteroplasental sehingga oksigen dan zat gizi ke janin terhambat dan akhirnya janin pertumbuhan. mengalami hambatan (28,29,30) dikarenakan kasus lahir mati sangat sedikit (4 kasus) dan adanya variabel perancu yaitu TTD dan kontributor ANC. Lahir mayor mati terhadap adalah kematian perinatal dengan >3 juta lahir mati terjadi tiap tahunnya. Di negara dengan pendapatan rendah-menengah, angka lahir mati 5 kali lebih besar dibandingkan negara maju.(27) Hubungan antara anemia TM 2 dengan kejadian BBLR kemungkinan mengalami efek modifikasi oleh variabel riwayat BBLR, riwayat lahir preterm dan ANC. Dengan mengontrol variabel tersebut diperoleh ARR=4,43 (2,73-7,18) dengan p<0,01. Hal ini berarti bahwa dengan mengontrol variabel efek modifikasi, anemia TM 2 dapat meningkatkan risiko 4,4 kali untuk kejadian BBLR dibandingkan dengan ibu hamil tanpa anemia pada TM 2. Sementara hubungan anemia TM 2 dengan lahir mati tidak bermakna baik secara statistik maupun biologik. Akan tetapi hubungan tersebut dipegaruhi oleh KESIMPULAN Anemia TM 2 meningkatkan risiko kejadian BBLR dan lahir prematur, namun tidak meningkatkan risiko kejadian lahir mati. Terdapat variabel modifikasi efek yaitu riwayat BBLR, riwayat preterm dan ANC terhadap hubungan anemia TM 2 dengan BBLR. Adanya variabel perancu yaitu TTD dan ANC untuk hubungan antara anemia TM 2 dengan lahir mati. DKK Sukoharjo khususnya seksi Kesga dalam pelaksanaan program KIA perlu melakukan pemeriksaan Hb ibu hamil menurut usia gestasi dan perbaikan pencatatan dan pelaporan di dalam register kohort ibu, kohort anak dan buku KIA dan melakukan evaluasi terhadap program pemberian tablet tambah darah dan penelusuran faktor risiko/faktor penyebab anemia secara lebih komprehensif serta evaluasi terhadap pelaksanaan ANC ditinjau dari aspek kuantitas maupun kualitas. variabel perancu yaitu TTD dan ANC. Dengan mengontrol variabel tersebut didapatkan ARR=5,47 (0,58-52,04) dengan p=0,14. Salah satu penyebab lahir mati 494 Wibowo, Anemia Ibu Hamil Trimester II Mandala of Health. Volume 7, Nomor 1, Januari 2014 DAFTAR PUSTAKA 1. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Kementerian Kesehatan R.I. (2007) Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional 2007.Jakarta. 2. Erin, Mc.L., Cogswell, M., Egli, I., Daniel Wojdyla, D. & Bruno de Benoist. (2008) Worldwide prevalence of anaemia, WHO Vitamin and Mineral Nutrition Information System, 1993–2005. Public Health Nutrition: doi: 10.1017/S1368980008002401. 3. Stoltzfus, R.J. (2001) Iron-deficiency anaemia: reexamining the nature and magnitude of the public health problem. Summary: implications for research and programs. Journal of Nutrition, 131(Suppl. 2):697S–701S. 4. WHO (2001) Definitions and indicators in family planning maternal & child health and reproductive health. Geneva: WHO Press. 5. Sastroasmoro, S. & Ismail, S.(2010) Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis ed. 3. Cetakan ke-2. Jakarta:CV Sagung Seto. 6. Dahlan, M.S. (2006) Seri Evidence Based Medicine:Besar Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan.Jakarta:Arkans. 7. Lemeshow, S., Hosmers, K.J. & Lwanga, S.K. (1997) Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan (Terjemahan). Pramono, D. & Kusnanto, H. eds.Jogyakarta: UGM Press. 8. Fithri, A. (2009) Pengaruh Anemia pada Ibu Hamil terhadap Kelahiran Bayi Berat Badan Lahir Rendah di Bidan Praktek Swasta Kota Malang. Tesis.Universitas Airlangga. 9. Murti, B. (1997) Prinsip dan metode riset epidemiologi. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press. 10. Dean, A.G., Sullivan, K.M. & Soe, M.M. (2010) Epi Info and OpenEpi in epidemiology ang clinical medicine. Health aplication of free software. California: the Creative Commons Attribution-Share Alike 3.0 US License. 11. Balarajan, Y., Ramakrishnan, U., Ozaltin, E., Shankar, A.H.& Subramanian, S.V. (2011) Anemia in low-income and middleincome countries. The Lancet: DOI:10.1016/S0140-6736(10)62304-5. 12. Proverawati, A. & Ismawati C.S.(2010) BBLR Berat Badan Lahir Rendah:Dilengkapi dengan Asuhan pada 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. BBLR & Pijat Bayi. Yogyakarta:Nuha Medika. Hoffbrand, A.V., Pettit, J.E. & Moss, P.A.H.(2002) Kapita Selekta Hematologi ed.4. Jakarta: EGC. Pavord, S. & Hunt, B.eds.(2010) The Obstetric Hematology Manual. New York: Cambridge University Press. Sistiarini, C. (2008) Faktor Maternal Dan Kualitas Pelayanan Antenatal Yang Berisiko Terhadap Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (Bblr) Studi Pada Ibu Yang Periksa Hamil Ke Tenaga Kesehatan dan Melahirkan di RSUD Banyumas Tahun 2008. Tesis:Universitas Diponegoro. Ruji, M. (2009) Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian berat badan lahir rendah (BBLR) di Kabupaten Kotawaringin Timur. Tesis:Universitas Gadjah Mada. Uche-Nwachi, E.O., Odekunle, A., Jacinto, S., Burnett, M., Clapperton, M., David, Y., Durga, S., Greene, K., Jarvis, J., Nixon, C., Seereeram, R., Poon-King, C. & singh, R. (2010) Anaemia in pregnancy: association with parity, abortions and child spacing in primary clinic attendees in Trinidad and Tobago. African Health Sciences: Vol 10 No 1. Al-Farsi, Y.M., Brooks, D.R., Werler, M.W., Cabral, H.J., Al-Syafei, M.A. & Wallenburg, H.C. (20111) Effect of high parity on occurrence of anemia in pregnancy: a cohort study. BMC Pregnancy and Childbirth. Available: http://www.biomedcentral.com/14712393/11/7. Trihardiani, I. & Puruhita, N. (2011) Faktor risiko kejadian berat baddan lahir rendah di wilayah kerja Puskesmas Singkawang Timur dan Utara Kota Singkawang. Tesis:Universitas Diponegoro. Nobile, C.G.A., Raffaele, G., Altomare, C. & Pavia, M. (2007) Influence of maternal and social factors as predictors of low birth weight in Italy. BMC Public Health, 7:192 doi:10.1186/1471-2458-7-192. Kementerian Kesehatan R.I. (2010) Pedoman Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan.Jakarta:Kemenkes R.I. Cita, Y.P., Arofi, T.M., Rosalinda & Kartini, W. (2009) Hubungan pemeriksaan kehamilan dengan kelahiran bayi berat badan lahir rendah (BBLR) di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati Jakarta-Timur. Jurnal Keperwatan Soedirman.Vol 4 No 1. 495 Mandala of Health. Volume 7, Nomor 1, Januari 2014 Wibowo, Anemia Ibu Hamil Trimester II 23. Awoleke, J.O. (2011) Maternal risk factors for low birth weight babies in Lagos, Nigeria. Arch Gynecol Obstet. DOI 10.1007/s00404-011-1885-y. 24. Bao-Ping, Z. & Lu, T. (2003) Effect of Interpregnancy Interval on Infant Low Birth Weight: A Retrospective Cohort Study Using the Michigan Maternally Linked Birth Database. Maternal and Child Health Journal, Vol. 7, No. 3. 25. Xiong, X., Buekens, P., Fraser, W.D. & Guo, Z. (2003) Anemia during pregnancy in a Chinese population. International Journal of Gynecology and Obstetrics 83 (2003) 159–164. doi:10.1016/S00207292(03)00214-5. Available:www/elsevier/locate/ijgo. 26. Cunningham, F.G., Leveno, K.J., Bloom, S.L., Hauth, J.C., Rause, D.J. & Spong, J.Y. (2010) Williams Obstetrics. 21ed. New York:Mc Graw Hill. 27. Gravett, M.G., Rubens, C.E., Nunes, T.M. & the GAPPS Review Group. (2010) Global report on preterm and stillbirth (2 of 7): discovery science. BMC Pregnancy and Childbirth, 10(Suppl 1):S2. 28. Allen, L.H. (2001) Biological mechanisms that might underlie iron’s effects on fetal growth and preterm birth. J Nutr;131:581S-589S. 29. Kadyrov, M., Kosanke, G., Kingdom, J., Kaufmann, P. (1998) Increased fetoplacental angiogenesis during first trimester in anaemic women. Lancet;352:1747–9. 30. Singla, P.N., Tyagi, M., Kumar, A., Dash, D., Shankar, R. (1997) Fetal growth in maternal anemia. J Trop Pediatr;43:89–92. 496