66 PERANAN METODE MENGAJAR TERHADAP - e

advertisement
66
PERANAN METODE MENGAJAR TERHADAP
PENGUASAAN BAHASA INGGRIS SISWA
Samsu Armadi
Dosen FKIP Universitas Kutai Kartanegara
Abstract: This study gives expression to the correlation of
teaching-method to English achievement of the students. Product
Moment was used to analyze the data. The findings of the study
were revealed that a significant correlation was proven by the
teaching-method (X) to the English achievement (Y) with the
correlation coefficient r = 0.647 that was greater (>) than r-table
0.213 at the significance level 0.05 and N = 83. The correlation
coefficient indicated the high correlation. It meant that the more
teaching-method was increased the English achievement became
more and more raising, too.
Keywords: correlation, teaching-method, achievement.
PENYELENGGARAAN pengajaran bahasa, sebagai bagian dari penyelenggaraan
pendidikan, merupakan usaha yang persiapan dan pelaksanaannya meliputi berbagai bagian
dan tahapan. Penyelenggaraan pengajaran tidak semata-mata terbatas pada interaksi belajar
mengajar antara siswa dan guru di ruang kelas, meskipun kegiatan itu merupakan bagian
terbesar dan memerlukan waktu terbanyak. Selain kajian dan identifikasi terhadap
kebutuhan yang harus dipenuhi dan tujuan yang harus dicapai, penyelenggaraan pengajaran
menyangkut pula pemilihan bahan-bahan pelajaran yang sesuai dengan tujuan, disamping
metode dan teknik mengajar serta latihan yang sesuai.
Berdasarkan Kurikulum Bahasa Inggris tahun 1994, dalam pengajaran bahasa, selain
pendekatan komunikatif dan keterampilan proses, pendekatan lain yang digunakan adalah
pendekatan integratif. Dalam konsep komunikatif mengacu pada kemampuan yang
berpengaruh dengan penggunaan bahasa dalam komunikasi nyata sehari-hari. Kemampuan
berbahasa tersebut memungkinkan orang untuk melakukan komunikasi dengan orang lain,
terlepas dari ada tidaknya pengetahuan tentang teori dan seluk beluk bahasa yang
digunakan untuk berkomunikasi (Djiwandono, 1996:1). Sedangkan konsep integratif
mengacu pada pengertian penyajian materi bahasa secara utuh. Artinya, materi pengajaran
bahasa baik yang berupa unsur-unsur bahasa maupun keterampilan berbahasa disajikan
dalam kesatuan sesuai dengan kenyataan pemakaian bahasa secara alamiah dalam
masyarakat bahasa (Syafi’i, 1994). Dengan demikian, pembelajaran bahasa dilaksanakan
secara utuh dan padu.
Pentingnya pendidikan bahasa Inggris ini semakin dirasakan dengan semakin
tingginya persaingan untuk memperoleh lowongan kerja dengan masuknya tenaga-tenaga
kerja dari luar negeri yang pada umumnya mempunyai kemampuan berbahasa Inggris
dengan baik. Namun karena keberadaannya sebagai bahasa asing, pembelajaran bahasa
Inggris ini kurang menunjukkan hasil yang menggembirakan. Meskipun merupakan mata
pelajaran wajib yang diebtanaskan sehingga menurut Zamroni (Murtadlo & Syarief,
2002:43) keberhasilan programnya pada umumnya menjadi tujuan utama sekolah,
Jurnal Intelegensia, Volume I, Nomor 1, April 2016
67
pembelajaran bahasa Inggris tidak memberikan hasil yang memuaskan dalam pemerolehan
Nilai Ebtanas Murni (NEM) maupun dari segi kompetensi lulusan.
Selanjutnya, dalam salah satu butir rambu-rambu kurikulum dijelaskan bahwa
pembelajaran bahasa mencakup aspek mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis
dimana keempat unsur tersebut mendapatkan porsi yang seimbang dan pelaksanaannya
dilakukan secara terpadu (Depdikbud, 1994), misalnya:
mendengarkan

menulis

berdiskusi
mendengarkan

bercakap-cakap

menulis
bercakap-cakap

menulis

membaca
membaca

berdiskusi

memerankan
menulis

melaporkan

membahas
Dengan demikian, pengajaran Bahasa Inggris sebagai bahasa asing memerlukan
tenaga dan pemikiran ekstra bagi guru Bahasa Inggris itu sendiri, terutama dalam
menerapkan teknik-teknik yang tepat digunakan dalam proses belajar-mengajar. Tidak
sedikit guru Bahasa Inggris menemukan kendala di dalam kelas, karena teknik pengajaran
yang digunakan tidak sesuai dengan atmosfir kelas yang diajarnya. Jika hal ini terjadi,
maka proses belajar mengajarpun akan mengalami hambatan dalam mencapai tujuan
pembelajaran.
Berdasarkan pengalaman penulis, pada saat pembelajaran berlangsung, siswa kurang
bergairah dalam mengikuti pelajaran. Hanya sebagian kecil yang bisa memahami apa yang
telah diterangkan oleh guru. Kalaupun siswa mengerjakan tugas yang diberikan, itu hanya
karena terpaksa atau takut. Nilai yang mereka peroleh juga kurang. Hambatan lain yang
dtemukan adalah pada saat guru selesai menerangkan materi, siswa diberikan waktu untuk
bertanya. Seringkali dijumpai tak seorang pun siswa yang melontarkan pertanyaan. Hal ini
mengindikasikan bahwa siswa kurang memahami apa yang telah dijelaskan oleh guru atau
takut. Bahkan dalam membaca ulang satu paragraf dalam sebuah bacaan, siswa masih
banyak mengalami kesulitan dalam pronunciation atau pengucapan, padahal secara
keseluruhan sudah dibacakan oleh gurunya. Karena kesulitan dalam pronunciation ini,
menyebabkan volume suara siswa begitu kecil pada saat membaca.
METODE PENGAJARAN
Metode pengajaran merupakan suatu sistem atau cara kerja yang teratur untuk
memudahkan pelaksanaan belajar dan mengajar guna mencapai tujuan pengajaran yang
telah ditetapkan. Menurut Slameto (1995:92), menyatakan bahwa tidak ada suatu metode
mengajar yang paling baik, karena baik-tidaknya metode tergantung pada tujuan
pengajaran, materi yang diajarkan, jumlah peserta didik, fasilitas penunjang, kesanggupan
individual, dan lain-lain. Dalam hal ini Slameto memberikan pedoman yang harus
diperhatikan oleh guru dalam menggunakan metode mengajar, bahwa penggunaan metode
hendaknya disesuaikan dengan karakteristik tujuan pengajaran, bahan pengajaran, situasi
pada waktu kegiatan pembelajaran berlangsung, waktu yang tersedia, serta kemampuan
latar belakang kemampuan peserta didik
Metode Grammar Translation
Metode grammar-translation menekankan pengajaran tata bahasa yang disertai
dengan latihan-latihan terjemahan baik dari bahasa siswa ke bahasa asing yang dipelajari
maupun sebaliknya. Metode ini mengombinasikan antara pengajaran grammar dan
Jurnal Intelegensia, Volume I, Nomor 1, April 2016
68
terjemahan ke dalam bahasa sasaran dengan mengutamakan latihan-latihan yang didasarkan
pada pengajaran bahasa melalui usia (Escher, 1928 dalam Kelly, 1969).
Metode ini memandang bahwa bahasa pertama siswa dianggap sebagai referensi
untuk memperoleh bahasa kedua. Pembelajaran bahasa secara implisit dipandang sebagai
kegiatan intelektual yang melibatkan aturan-aturan pembelajaran, aturan-aturan
penghafalan dan fakta-fakta yang berpengaruh dengan bahasa pertama siswa yang
diperbanyak dengan terjemahan-terjemahan ke dalam bahasa kedua. Oleh karena itu,
metode pengajaran grammar-translation tidak menekankan pada cara berkomunikasi,
melainkan berorientasi kepada pekerjaan dan mempelajari sistem bahasa secara gramatikal.
Dengan demikian, metode ini mudah untuk diterapkan. Namun demikian, kekurangan
metode ini terletak pada penekanannya yang berlebihan terhadap bahasa sebagai sebuah
aturan umum dan membatasi teknik latihan yang tidak mengemansipasi siswa dari bahasa
pertamanya yang dominan.
Dalam metode ini, bahasa ditampilkan dalam pelajaran singkat secara gramatikal
yang berisikan kaidah-kaidah tata bahasa yang diikuti dengan contoh-contoh. Siswa
diharapkan mengkaji dan menghafalkan contoh-contoh dan kaidah-kaidah tata bahasa
tersebut secara khusus, misalnya sebuah paradigma tentang kata kerja atau sebuah daftar
preposisi. Tidak ada pendekatan yang sistematis untuk kosa kata atau aspek lain terhadap
bahasa kedua. Latihan-latihannya berupa kata-kata, dan kalimat-kalimat siswa pada bahasa
pertamanya kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa keduanya.
Metode Langsung (Direct Method)
Metode langsung atau direct method adalah bentuk pengajaran secara langsung yang
berupa bahasa lisan dan teks-teks yang sudah dicetak, menyusun karangan berdasarkan
gambar dan episode-episode yang diajarkan oleh guru. Metode ini memperkenalkan konsep
pengajaran bahasa yaitu apa yang dapat dikerjakan oleh guru secara aktual dan apa yang
sanggup dilakukannya (Stern, 1983:458). Pandangan ini didasarkan pada kenyataan bahwa
pemakaian bahasa sasaran merupakan alat pengajaran dan komunikasi di dalam kelas
bahasa dan sebagai usaha yang sistematis untuk mengikuti keaslian dan pengembangan
bahasa sasaran. Selain itu, pengajaran bahasa juga dipandang sejalan dengan perolehan
bahasa pertama, sehingga dalam metode ini memberikan penekanan pada bunyi, kalimat
singkat, dan asosiasi langsung bahasa dengan obyek dan lingkungan seperti dalam kelas, di
rumah, di kebun, dan di jalan (Ruckler, 1969:19-20).
Hester dalam Diller (1978), menegaskan tentang penggunaan direct method sebagai
suatu pendekatan pengajaran bahasa yang valid, karena metode ini merupakan metode
kognitif atau metode rasionalis yang menekankan pada penggunaan bahasa asing di dalam
kelas tanpa terjemahan. Metode ini bukan hanya memberikan penekanan pada spoken
language tetapi juga pada pengucapan bunyi ujaran yang baik yang menghindari penjelasan
secara gramatikal dan latihan formal.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode langsung merupakan metode
pertama yang berusaha menciptakan situasi pembelajaran bahasa terhadap kegunaan dan
melatih siswa untuk meninggalkan bahasa pertama yang dianggap sebagai kerangka
referensi. Metode ini menggunakan teks sebagai dasar pembelajaran bahasa,
mendemonstrasikan gambar-gambar dan obyek-obyek, penekanan pada tanya-jawab, narasi
pembicaraan, dikte, imitasi, dan bentuk baru latihan-latihan grammar yang dihasilkan dari
the direct method. Namun begitu, ada dua masalah yang muncul dalam metode ini, yaitu:
(1) bagaimana menyampaikan makna tanpa terjemahan, dan (2) bagaimana menjaga
kesalahpahaman tanpa memberikan referensi pada bahasa pertama.
Jurnal Intelegensia, Volume I, Nomor 1, April 2016
69
Metode Reading
Metode reading merupakan sebuah teori pengajaran bahasa yang membatasi tujuan
pengajaran bahasa secara praktis dan mudah diterapkan pada latihan membaca yang sangat
hati-hati. Metode ini memiliki dasar pragmatis yang kuat yang mengaasumsikan pendidikan
sama dengan kurikulum yang berlaku di Amerika pada tahun duapuluhan yang disebut
mengorganisasi kegiatan pendidikan untuk menentukan pokok-pokok kegunaan praktis.
Pandangan ini menganggap membaca merupakan keterampilan yang sangat bermanfaat
dalam mempelajari bahasa asing karena pembelajaran dengan membaca lancar lebih
penting bagi siswa yang belajar Bahasa Inggris dari pada berbicara (West, 1926).
Metode ini memperkenalkan beberapa elemen-elemen baru yang penting dalam
pengajaran bahasa, yaitu (1) menentukan teknik-teknik pengajaran bahasa pada tujuan
tertentu, dalam hal ini tujuan membaca, (2) aplikasi kontrol vocabulary pada teks bahasa
asing, (3) membuat kelas pembaca, dan (4) berkat kontrol kosakata, pengenalan teknik
membaca cepat pada kelas bahasa asing. Dengan demikian, teknik yang diangkat dari
pengajaran membaca bahasa asing, ditekankan pada kontrol kosa kata dalam membaca
teks, intensive reading dan rapid reading.
Metode Audiolingual
Audiolingual method memandang proses pembelajaran sebagai salah satu pembiasaan
dan pengondisian tanpa interfensi dari anlisis intelektual. Penekanannya terletak pada
latihan yang aktif dan sederahana. Penghafalan, peniruan, pattern drills atau pattern
practice merupakan teknik pembelajaran metode ini. Teknik-teknik ini muncul untuk
menawarkan kemungkinan pembelajaran bahasa tanpa memerlukan latar belakang
akademik dan kemauan yang kuat. Metode audiolingual juga disebut sebagai aural-oral
method yang merupakan alternatif ujaran yang lebih muda (Brooks, 1964:263).
Metode ini memiliki beberapa karakteristik yang berbeda, yakni: (1) pemisahan
bakat-bakat listening, speaking, reading, dan writing serta keutamaan audiolingual atas
bakat-bakat grafik, (2) kegunaan dialog sebagai alat untuk mengemukakan bahasa, (3)
menekankan pada teknik-teknik praktis, mimik, penghafalan, dan pattern drill, (4)
penggunaan laboatorium bahasa, dan (5) menyusun teori psikologi dan linguistik sebagai
dasar metode pengajaran.
Dengan demikian, metode ini juga memberikan kontribusi yang penting terhadap
pembelajaran bahasa. Pertama, merekomendasikan teori pengembangan bahasa pada
pemakaian linguistik dan prinsip-prinsip secara psikologis. Kedua, berusaha menjadikan
pembelajaran bahasa dapat diterima oleh kelompok-kelompok pelajar bahasa yang besar.
Ketiga, menekankan pada kemajuan sintaksis. Keempat, mengembangkan teknik-teknik
pengajaran bahasa yang sederhana, tanpa translation, bervariasi, bertingkat, dan latihanlatihan praktis. Kelima, mengembangkan pemisahan aspek-aspek bahasa .
Metode Audiovisual
Metode audiovisual merupakan metode yang mencari sebuah dasar dalam linguistik.
Isi dari pada gramatikal dan leksikalnya diperoleh dari kajian linguistik deskriptif. Sebuah
skenario yang ditampilkan secara visual memberikan makna yang jelas terhadap
keterlibatan siswa dalam konteks dan ujaran yang bermakna. Dalam metode ini
pembelajaran bahasa divisualisasikan dengan langkah-langkah sebagai berikut; (1) secara
Jurnal Intelegensia, Volume I, Nomor 1, April 2016
70
khusus dapat menerapkan bahasa sehari-hari siswa, (2) melibatkan kapasitas untuk
berbicara yang lebih bertalian dengan topik-topik umum dan membaca fiksi dan koran, dan
(3) melibatkan penggunaan ceramah-ceramah profesional yang sifatnya khusus dan hal-hal
lain yang menarik.
Dalam metode audiovisual ini, sama halnya dengan metode direct, memiliki
kesulitan-kesulian dalam menyampaikan makna karena tampilan gambar strip film tidak
menjamin siswa untuk tidak salah interpretasi terhadap makna ujaran. Pengaruh antara
ujaran dengan gambar yang ditampilkan secara teoritis masih sering dipertanyakan, dan
menimbulkan kesulitan-kesulitan praktis.
PRESTASI BELAJAR
Prestasi belajar seseorang sering dihubungkan dengan angka hasil pengukuran, yang
dilaksanakan melalui berbagai cara. Angka-angka tersebut merupakan kesimpulan akhir
dari sebuah proses evaluasi yang dikenakan terhadap siswa. Tujuan ini tentu akan menjadi
suatu tolok ukur untuk mengklasifikasikan siswa ke dalam suatu herarki keberhasilan yang
pada umumnya dinyatakan dalam sebutan prestasi belajar. Prestasi hasil belajar adalah hasil
yang dicapai anak didik dalam usaha belajarnya. Hasil belajar tersebut dicantumkan dalam
transkrip, rapor atau kartu hasil studi, baik berupa nilai angka maupun nilai kategori yang
dibagikan dalam periode waktu tertentu (Wirawan, 1976:3).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988:787), “Prestasi belajar adalah
penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran
lazimnya dan ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru. Sedangkan menurut
Djamarah (1994:23), “Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan yang
mengakibatkan perubahan dalam diri indivisu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.”
Selanjutnya Nasution (1972:45) mengemukakan bahwa, “Prestasi belajar adalah suatu hasil
belajar yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar dalam jangka
waktu yang telah ditentukan sebelumnya.”
Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil
yang dicapai setelah siswa melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Untuk mengetahui
prestasi belajar melalui proses belajar dapat dilihat dengan adanya hasil yang dicapai oleh
siswa dalam kurun waktu tertentu, dimana dalam diri siswa telah pula terjadi perubahan
pengetahuan, pemahaman, sikap, tingkah laku, dan keterampilan serta kemampuan dan
kecakapan.
Ukuran yang pasti dari prestasi seseorang atau kelompok, sulit diperoleh karena
penentuan prestasi atau kemampuan seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor yang sangat
kompleks. Menurut Winkel (1984:43), faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa
dapat digolongkan menjadi dua, yakni faktor dari siswa itu sendiri, dan faktor dari luar
siswa. Secara rinci, faktor-faktor tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1. Faktor siswa sendiri, meliputi:
a. Faktor fisik intelektual, yang meliputi taraf inteligensi, kemampuan belajar, sikap,
perasan, minat, kondisi akibat sosio-kultural, dan ekonomi.
b. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, yang terdiri
atas: (1) faktor potensial, yaitu kecerdasan dan bakat, dan (2) faktor kecakapan
nyata, yaitu prestasi yang dimiliki.
c. Faktor kematangan fisik maupun psikis.
2. Faktor dari luar siswa, yang terdiri dari:
a. Faktor pengaturan belajar di sekolah, yang meliputi kurikulum pengajaran, disiplin
sekolah, efektivitas guru, fasilitas belajar, dan pengelompokan siswa.
Jurnal Intelegensia, Volume I, Nomor 1, April 2016
71
b. Faktor di sekolah, yang meliputi system sosial, status sosial serta interaksi guru dan
siswa.
c. Faktor situasional, yang meliputi keadaan politik, ekonomi, keadaan, waktu dan
tempat, serta keadaan musim dan iklim.
Dari keterangan di atas dapat dipahami bahwa faktor-faktor dari siswa dan dari luar
siswa tersebut saling berinteraksi, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
mencapai prestasi belajar.
Dengan demikian, prestasi belajar dapat diartikan sebagai suatu hasil yang diperoleh
siswa melalui suatu proses yaitu belajar yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri
siswa yang belajar dan dinyatakan dalam bentuk angka. Sedangkan prestasi belajar bahasa
Inggris adalah suatu hasil yang diperoleh melalui proses yang ditandai dengan adanya
perubahan pada diri siswa setelah belajar bahasa Inggris yang dinyatakan dalam bentuk
angka atau nilai.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk jenis penelitian survei, karena penelitian ini dilakukan dengan
mengumpulkan informasi dari suatu sampel melalui penyebaran kuesioner yang nantinya
menggambarkan berbagai aspek dari populasi. Pendekatan yang digunakan adalah
kuantitatif dengan rancangan penelitian diskriptif korelasional.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV dan V SDN 017
Tenggarong tahun pelajaran 2014/15 yang terletak di Jalan Gunung Sentul Tenggarong dan
berjumlah seluruhnya 83 orang. Populasi adalah totalitas semua nilai yang menjadi hasil
penghitungan atau pun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif daripada karakteristik
tertentu mengenai sekumpulan obyek yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifatsifatnya Sudjana (1984:5). Sedangkan sampel merupakan bagian dari populasi yang dapat
mewakili atau mencerminkan karakteristik populasi tersebut (Budiharso, 2004:6). Dalam
penelitian ini penulis menetapkan seluruh populasi untuk dijadikan sampel. Dengan
demikian, penelitian ini merupakan penelitian populasi.
Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan instrumen yang dibuat sendiri
sehingga dapat memenuhi apa yang diinginkan dengan menggunakaan metode angket atau
kuesioner, yaitu suatu daftar yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau
dikerjakan oleh seseorang yang akan diselidiki atau responden (Walgito, 1982:63). Metode
ini digunakan dalam menjaring data tentang variabel bebas (metode pengajaran) dan
variabel terikat (prestasi belajar bahasa Inggris) dengan tujuan untuk mengidentifikasi
pelaksanaan metode pengajaran di sekolah terhadap prestasi belajar bahasa Inggris siswa.
Pengumpulan data dilakukan menggunakan metode angket atau kuesioner dengan
cara membuat daftar pertanyaan yang berhubungan dengan teknik dan cara-cara pengajaran
bahasa Inggris yang dilakukan oleh guru di kelas yang merupakan obyek diteliti, kemudian
daftar pertanyaan tersebut disebarkan kepada responden untuk diisi dengan jawaban sesuai
pilihannya. Instrumen pengumpul data metode pengajaran, terdiri dari 10 daftar pertanyaan
menggunakan skala Likert dengan 5 alternatif jawaban. Sedangkan instrumen pengumpul
data tentang prestasi belajar, berupa catatan nilai dalam bentuk angka yang diperoleh siswa
berdasarkan catatan dalam raport untuk bidang studi bahasa Inggris.
Selanjutnya dilakukan analisis data yaitu proses penyederhanaan data dalam bentuk
yang lebih mudah untuk dipahami dan diinterpretasikan dengan cara menggunakan statistik
Setelah data dianalisis, hasilnya diinterpretasikan untuk mencari makna dan implikasi yang
lebih luas dari hasil penelitian. Jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data
kuantitatif yaitu berupa skor angket yang diperoleh dari hasil jawaban siswa berdasarkan
Jurnal Intelegensia, Volume I, Nomor 1, April 2016
72
pilihan jawaban yang disediakan. Analisis data dilakukan untuk menguji hubungan antara
metode pengajaran dengan prestasi belajar bahasa Inggris dengan menggunakan rumus
Korelasi Product Moment. Pengujian hipotesis dilakukan pada taraf signifikansi 0,05 atau
 = 5%.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Berikutnya, data mengenai metode pengajaran diklasikfikasikan ke dalam tiga
kategori: baik, cukup, dan kurang. Adapun penentuan klasifikasi kategori dilakukan dengan
membandingkan perolehan skor tertinggi dan skor terendah dengan berpedoman pada
rumus interval sebagai berikut:
47  24
3
23
p
3
p = 7,7
p
Skor tersebut di atas menunjukkan besarnya interval pada masing-masing kategori
metode pengajaran, yaitu sebesar 7,7. Dengan demikian, skor hasil pengisian angket
mengenai metode pengajaran dapat dikelompokkan berdasarkan masing-masing kategori
sebagai berikut.
Tabel 1
Kategori Metode Pengajaran
Nomor
1
2
3
Kategori
Baik
Cukup
Kurang
Total
Jumlah
14
25
44
83
Prosentase
17%
30%
53%
100%
Data pada tabel 1 di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: metode pengajaran yang
dilaksanakan terhadap 83 siswa, sebanyak 17% atau 14 siswa menilai pelaksanaan metode
pengajaran pada kategori baik, 30% atau 25 siswa menilai pada kategori cukup, dan 53%
atau 44 siswa yang menilai pada kategori kurang. Rata-rata skor angket sebesar 32,9.
menunjukkan pelaksanaan metode pengajaran pada kategori cukup berdasarkan kriteria
yang telah ditentukan sebelumnya. Namun demikian, dilihat dari hasil prosentase,
mayoritas siswa yaitu sebesar 53% atau 44 siswa menilai bahwa pelaksanaan metode
pengajaran pada kategori kurang. Hal ini menunjukkan pelaksanaan metode pengajaran
terhadap siswa kelas IV dan V SDN 017 Tenggarong kabupaten Kutai Kartanegara perlu
ditingkatkan.
Sedangkan data penelitian tentang prestasi belajar Bahasa Inggris dikelompokkan ke
dalam tiga kategori prestasi, yaitu: tinggi, sedang, dan rendah. Pengelompokkan ketiga
kategori prestasi belajar siswa dapat dilakukan dengan rumus interval seperti di atas sebagai
berikut:
p
8,6  4,5
3
Jurnal Intelegensia, Volume I, Nomor 1, April 2016
73
4,1
3
p = 1,4
p
Dari hasil penghitungan di atas menunjukkan bahwa besarnya interval untuk masingmasing kategori prestasi belajar Bahasa Inggris adalah 1,4. Selanjutnya skor masing-masing
kategori prestasi belajar bahasa Inggris dikelompokkan berdasarkan prosentase masingmasing kategori seperti di bawah ini.
Tabel 2
Kategori Prestasi Belajar Bahasa Inggris
Nomor
1
2
3
Kategori
Tinggi
Sedang
Rendah
Total
Jumlah
22
45
16
83
Prosentase
27%
54%
19%
100%
Data pada tabel 2 di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: prestasi belajar Bahasa
Inggris dari 83 siswa, terdapat 27% atau 22 siswa yang memiliki prestasi belajar Bahasa
Inggris kategori tinggi, 54% atau 45 siswa memiliki prestasi belajar kategori sedang, dan
19% atau 16 siswa yang memiliki prestasi belajar kategori rendah. Sedangkan rata-rata skor
prestasi belajar sebesar 6,8 mengindikasikan prestasi belajar Bahasa Inggris pada kategori
sedang.
Dari hasil penghitungan di atas, selanjutnya skor-skor tersebut dimasukkan ke dalam
rumus korelasi Product Moment Pearson untuk mengetahui hubungan antara metode
pengajaran dan prestasi belajar Bhasa Inggris sebagai berikut:
rXY 

N  XY   X  Y 
N  X

  X  N  Y 2   Y 
83 x18919  2734 565 
2
2
2

83x93294  2734  83x565  3916  
2
2
1570277  1544437
7743402  7474756 325059  319112 
25840

268646 5947
25840

1597557168
25840

39969 ,453
= 0,647

Dengan demikian diketahui bahwa hasil analisis data menunjukkan nilai r hitung
yang diperoleh sebesar 0,647. Langkah selanjutnya adalah menguji hipotesis yang
Jurnal Intelegensia, Volume I, Nomor 1, April 2016
74
dikemukakan. Untuk mengetahui diterima atau ditolaknya hipotesis penelitian, maka hasil
analisis di atas dikonsultasikan dengan harga r tabel Product Moment pada taraf
signifikansi  = 5% dengan jumlah N = 83.
Hasil analisis data menunjukkan harga r hitung sebesar 0,647. Sedangkan r tabel
dengan N = 83 pada taraf signifikansi  = 5% adalah 0,213. Dari hasil analisis tersebut
dapat diketahui bahwa r hitung 0,647 lebih besar (≥) dari r tabel 0,213. Dengan demikian,
kriteria penerimaan hipotesis adalah hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha)
diterima, atau hipotesis penelitian yang berbunyi: “Terdapat hubungan yang signifikan
antara metode pengajaran dengan prestasi belajar Bahasa Inggris siswa” diterima.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data statistik mengunakan uji korelasi Product Moment,
menunjukkan bahwa metode pengajaran dan prestasi belajar Bahasa Inggris siswa
mempunyai hubungan yang signifikan. Hal tersebut dapat diketahui dari hasil penghitungan
korelasi yang menghasilkan r hitung sebesar 0,647 lebih besar (≥) dari r tabel pada taraf
signifikansi  = 5% dengan N = 83 sebesar 0,213. Hal ini berarti bahwa hipotesis nol (Ho)
ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima atau dapat diartikan bahwa metode pengajaran
dan prestasi belajar bahasa Inggris memiliki hubungan yang signifikan. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa metode pengajaran berhubungan secara signifikan dengan
prestasi belajar Bahasa Inggris siswa. Dengan kata lain, jika metode pengajaran terhadap
siswa ditingkatkan, maka prestasi belajar Bahasa Inggris siswa juga semakin meningkat
atau lebih baik. Sebaliknya, jika metode pengajaran terhadap siswa kurang baik, maka
prestasi belajar Bahasa Inggris siswa juga semakin menurun atau rendah.
DAFTAR RUJUKAN
Abort, Gerry. et. al. 1981. The Teaching of English as An International Language. London:
Collin Glasgow & London P.
Baudion, Margareth, et. al. 1977. Reader’s Choice. Canada: The University Press of
Michigan.
Best, John W. 1981. Research in Education. New Jersey: Englewood Cliffs. Prentice Hall
Inc.
Budiharso, Teguh. 2004. Prinsip dan Strategi Pengajaran Bahasa. Surabaya: Lutfansah
Mediatama.
Cobuild, Collins. 1996. Learner’s Dictionary, Helping Learners with Real English.
London: Harper Collins Publisher.
Djiwandono, Soenardi. 1996. Tes Bahasa dalam Pengajaran. Bandung: Penerbit ITB
Bandung.
Dwyer, Margareth A. 1983. Some Strategies for Improving Reading Efficiency. English
Teaching Forum Vol. XXI.
Grellet. 1984. developing Reading Skills. Cambridge: Cambridge University Press.
Hornby, AS. 1995. Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English. London:
Oxford University Press.
Lado, MJ. 1996. Common Error in English. Jakarta: CV. Tulus Jaya.
Moore, Gary W. 1983. Developing and Evaluating Educational Research. Toronto: Little
Brown Company.
Watson, Owen. 1976. Longman Modern English Dictionary. London: Hazel Watson.
Yerkes, D. 1986. Webster’s Encyclopedia Unbridged Dictionary of English Language.
New York: Portland House.
Jurnal Intelegensia, Volume I, Nomor 1, April 2016
Download