i PENINGKATAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI IPA SISWA KELAS

advertisement
PENINGKATAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI IPA SISWA
KELAS III MELALUI METODE GUIDED DISCOVERY
DI SDN KEJAMBON 1 SLEMAN
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Alfiani Utami
NIM 11108244099
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
FEBRUARI 2016
i
ii
iii
iv
MOTTO
“Ilmu itu dimiliki dengan lidah yang banyak bertanya dan akal yang gemar
berfikir”
(Abdullah Ibnu Abbas)
v
PERSEMBAHAN
Skripsiinidipersembahkan untuk
1. Keduaorang tuatercintabesertakeluargayang telah mendoakan,memberikan
semangat, nasihat, cinta, dan kasih sayang.
2. AlmamaterPGSD Universitas Negeri Yogyakarta.
3. Agama, Nusa, dan Bangsa.
vi
PENINGKATAN KETERAMPILANKOMUNIKASI IPA SISWA
KELAS III MELALUI METODE GUIDED DISCOVERY
DI SDN KEJAMBON 1 SLEMAN
Oleh
Alfiani Utami
NIM 11108244099
ABSTRAK
Penelitian ini dilatar belakangi oleh keterampilan komunikasi IPA siswa
kelas III yang kurang seperti (1) mengidentifikasi objek dan peristiwa dengan
akurat, (2) mendeskripsikan objek dan peristiwa dengan akurat, (3) membantu
mendeskripsikan sehingga yang lain dapat mengidentifikasi objek yang tidak
diketahui, (4) menyusun alasan yang logis untuk menjelaskan dan memberi
kesimpulan, (5) membagikan informasi secara akurat kepada yang lain dengan
lisan maupun tulisan, (6) verbalisasi pemikiran.. Penelitian ini bertujuan
meningkatkan keterampilan komunikasi IPAsiswa kelas III menggunakan metode
guided discovery di SDN Kejambon 1, Sleman.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan bentuk
kolaborasi. Desain penelitian dalam penelitian ini menggunakan model Kemmis
dan Mc Taggart yang terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan,
pengematan, dan refleksi. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas
III SDN Kejambon 1, Sleman yang berjumlah 28 siswa.Objek penelitian ini adalah
peningkatan keterampilan komunikasi IPA siswa. Metode pengumpulan data
dalam penelitian ini menggunakan metode: observasi dan dokumentasi. Teknik
analisis digunakan yaitu teknik deskriptif kualitatif dan kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode guided
discoverymelalui langkah-langkah (1) pemberian pertanyaan, (2) menyediakan alat
dan bahan, (3) kegiatan peemuan, (4) kegiatan diskusi, (5) menyimpulkan.Dapat
meningkatkan keterampilan komunikasi IPA siswa kelas III SDN Kejambon
1.Peningkatan keterampilan komunikasi IPA siswa ditunjukkan dengan
peningkatan presentase keterampilan komunikasi IPA siswa. Pada kondisi awal
sebesar 59,91% yang berada pada kategori kurang. Pada siklus I meningkat
menjadi 70,44% berada pada kategori cukup. Dan pada siklus II meningkat
menjadi 90,17% berada pada kategori baik. Penelitian ini dihentikan sampai
siklus II karena persentase keterampilan komunikasi IPA telah memnuhi kriteria
yang ditentukan yaitu sudah mencapai kategori baik.
Kata kunci: keterampilan komunikasi IPA, metode guided discovery
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan rasa syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah swt, karena taufik, hidayah, karunia serta rahmat-Nya penulis
dapat
menyelesaikan
skripsi
yang
berjudul
“Peningkatan
Keterampilan
Komunikasi IPA Siswa Kelas III Melalui Metode Guided Discovery di SDN
Kejambon 1, Sleman”.Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar, Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas Negeri Yogyakarta.
Selama mengerjakan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan berupa
petunjuk, bimbingan maupun pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis
tidak lupa menyampaikan ucapan terima kasi kepada:
1. Bapak Dr. Haryanto, M.Pd. selaku Dekan FIP yang telah memberikan
kemudahan dalam terlaksananya penelitian ini.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar yang telah membantu kelancaran
dalam proses penyusunan skripsi ini.
3. Ibu Woro Sri Hastuti, M.Pd. selaku dosen pembimbing I yang telah
meluangkan waktu untuk membimbing, membantu, memberikan semangat,
motivasi, saran dan nasihat selama menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu Supartinah, M.Hum. selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan
waktu untuk membimbing, membantu, memberikan semangat, motivasi, saran
dan nasihat selama menyelesaikan sekripsi ini.
5. Bapak H. Sujati, M.Pd. selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah
viii
memberikan nasihat dan motivasi selama menempuh studi.
6. Seluruh dosen dan karyawan jurusan PGSD UNY yang telah membantu
selama kuliah dan penelitian berlangsung.
7. Ibu Sumiyati, S.Pd.SD. selaku kepala sekolah yang telah memberikan izin
kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di sekolah.
8. Ibu Jumini Lestari, selaku Guru kelas III SDN Kejambon 1, yang telah
memberikan bantuan kepada penulis dalam melaksanakan penelitian di
sekolah tersebut.
9. Siswa-siswi kelas III SDN Kejambon 1, yang telah membantu dan
berpartisipasi dalam penelitian ini.
10. Teman-teman PGSD UNY angkatan 2011 yang telah memberikan dukungan.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
memberikan bantuan dan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan
kelemahan,
sehingga
penulis
mengharapkan
saran
dan
kritik
yang
membanggun.Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga
dengan rahmat dan izin-Nya mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pihak-pihak yang bersangkutan.
Yogyakarta, Januari 2016
Penulis,
ix
DAFTAR ISI
hal
HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ii
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................iv
MOTTO...............................................................................................................v
PERSEMBAHAN ...............................................................................................vi
ABSTRAK ..........................................................................................................vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................x
DAFTAR TABEL ...............................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................................... 6
C. Pembatasan Masalah ...................................................................................... 6
D. Rumusan Masalah .......................................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian............................................................................................ 6
F. Manfaat Penelitian .......................................................................................... 7
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kajian tentang Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ...................................... 9
1. Pembelajaran IPA ....................................................................................9
2. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ........................................................11
3. Tujuan Pembelajaran IPA ........................................................................12
4. Ruang Lingkup IPA..................................................................................13
5. Prinsip Pembelajaran IPA ........................................................................13
B. Kajian tentang Keterampilan Komunikasi IPA ..............................................15
1. Jenis-jenis Keterampilan Komunikasi IPA .............................................. 17
x
2. Indikator Keterampilan Komunikasi IPA ................................................. 18
3. Unsur-unsur Komunikasi IPA .................................................................. 19
4. Pengembangan Keterampilan Komunikasi IPA ....................................... 22
C. Kajian tentang Karakteristik Siswa Kelas III Sekolah Dasar ......................... 22
D. Kajian tentang Metode-metode Pembelajaran IPA ........................................ 26
E. Kajian tentang Metode Guided Discovery ..................................................... 31
1. Pengertian Metode Discovery .................................................................. 31
2. Metode Guided Discovery ........................................................................34
3. Rencana dan Langkah-langkah Pembelajaran dengan Menerapkan
Metode Guided Discovery ........................................................................ 36
4. Keuntungan dan Kelemahan Metode Guided Discovery ......................... 40
5. Peran Guru dan Siswa dalamMetode Guided Discovery ......................... 42
6. Metode Guided Discovery dan Keterampilan Komunikasi IPA .............. 43
F. Kerangka Pikir ................................................................................................ 44
G. Hipotesis Tindakan ......................................................................................... 46
H. Definisi Operasional ....................................................................................... 46
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ............................................................................................... 48
B. Subjek dan Objek Penelitian .......................................................................... 48
C. Setting Penelitian ............................................................................................ 49
D. Desain Penelitian ............................................................................................ 49
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................. 53
F. Instrumen Penelitian ....................................................................................... 53
G. Teknik Analisis Data Penelitian ..................................................................... 55
H. Kriteria Keberhasilan Tindakan ..................................................................... 56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian............................................................................................... 57
1. Deskripsi Lokasi Penlitian........................................................................ 57
2. Deskripsi Data Awal Siswa Pra Siklus..................................................... 58
3. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus I ................................................ 59
4. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus II ............................................... 80
xi
B. Pembahasan Hasil Penelitian.......................................................................... 103
C. Keterbatasan Penelitian .................................................................................. 109
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan......................................................................................................... 110
B. Saran ............................................................................................................... 110
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 112
LAMPIRAN ........................................................................................................ 116
xii
DAFTAR TABEL
hal
Tabel 1. Perbedaan Metode Pembelajaran Konvensional, Guided Discovery,
danInquiry........................................................................................... 34
Tabel 2. Kisi-kisi Lembar Observasi AktivitasGuru dalamMenerapkan
Metode Guided Discovery .................................................................. 54
Tabel 3. Kisi-kisi Lembar Observasi Keterampilan Komunikasi IPA Siswa ... 55
Tabel 4. Kriteria Penilaian Hasil Observasi Aktivitas Guru dan Siswa ........... 56
Tabel 5. PeningkatanPresentase
Keterampilan Komuikasi IPA
Menggunakan Metode Guided Discovery pada Siklus I .................... 76
Tabel 6. Peningkatan Keterampilan Komunikasi IPA pada Pra Siklus dan
Siklus I ................................................................................................ 77
Tabel 7. Peningkatan Presentase
Keterampilan
Komunikasi
IPA
Menggunakan Metode Guided Discovery pada Siklus II ................... 97
Tabel 8. Peningkatan Keterampilan Komunikasi IPA Siswa pada Pra Siklus
dan Siklus II ........................................................................................ 97
Tabel 9. Peningkatan Presentase
Keterampilan Komunikasi
IPA
Menggunakan Metode Guided Discovery .......................................... 100
Tabel 10. Peningkatan Keterampilan Komunikasi IPA Siswa pada Pra Siklus,
Siklus I, dan Siklus II ......................................................................... 101
Tabel 11.Kriteria KeterampilanKomunikasi IPA Siswa pada Pra Siklus,
Siklus I, dan Siklus II ......................................................................... 102
xiii
DAFTAR GAMBAR
hal
Gambar 1.
Model Penelitaian Tindakan Kelas ................................................ 50
Gambar 2.
Siswa Masih Kurang Bertanya ...................................................... 62
Gambar 3.
Sebagian Siswa Masih Terlihat Kurang Antusias dalam Kegiatan
Percobaan ....................................................................................... 64
Gambar 4.
Sebagian Siswa Masih Kurang Bersemangat, Malu dan Takut ..... 66
Gambar 5.
Siswa MasihKurang Antusias dalam Menanggapi Hasil
Percobaan Kelompok Lain ............................................................. 67
Gambar 6.
Guru Belum Menggunakan Papan Tulis ........................................ 68
Gambar 7.
Siswa Mencontek dalam Mengerjakan Soal Evaluasi ................... 68
Gambar 8.
Diagram Peningkatan Ketrampilan Komunikasi IPA pada Pra
Siklus dan Siklus I ......................................................................... 78
Gambar 9.
Siswa Terlihat Antusias saat Melakukan Percobaan ..................... 83
Gambar 10. Siswa Terlihat Antusias saat Melakukan Percobaan dan Guru
Membimbing Siswa ketika Menemui Kesulitan............................ 86
Gambar 11. Guru Memberikan Reward kepada Siswa .................................... 88
Gambar 12. Siswa Mulai Tertib Mengerjakan Soal Evaluasi............................ 89
Gambar 13. Diagram Peningkatan Keterampilan Komunikasi IPA pada Pra
Siklus dan Siklus II ........................................................................ 98
Gambar 14. Diagram Peningkatan Keterampilan Komunikasi IPA pada Pra
Siklus, Siklus I, dan Siklus II ......................................................... 102
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
hal
Lampiran 1. Pedoman Observasi Siswa dan Guru ............................................. 117
Lampiran 2. Pedoman Observasi Keterampilan Komunikasi IPA Siswa .......... 118
Lampiran 3. Rubrik Penilaian Keterampilan Komunikasi IPA Siswa ............... 120
Lampiran 4. Pedoman Observasi Aktivitas Guru dalam Menerapkan Metode
Guided Discovery .......................................................................... 127
Lampiran 5. Hasil Observasi Siswa ................................................................... 129
Lampiran 3. Hasil Observasi Guru ..................................................................... 135
Lampiran 4. Data Keterampilan Komunikasi IPA Siswa ................................... 141
Lampiran 5. Silabus Pembelajaran .................................................................... 146
Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran .............................................. 158
Lampiran 7. Hasil Keterampilan Komunikasi IPA Siswa .................................. 203
Lampiran 8. Surat Izin Penelitian ...................................................................... 212
Lampiran 8. Foto Pembelajaran ......................................................................... 216
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Terdapat beragam keterampilan yang harus dimiliki siswa untuk
memaksimalkan
pemahaman
terhadap
pembelajaran
IPA
seperti
yang
disampaikan oleh Harlen (Patta Bundu, 2006: 24) bahwa lima jenis keterampilan
proses yang harus dikuasai khusus untuk pembelajaran di sekolah dasar, yaitu:
observasing (colleting data, measuring), planning (raising questioning,
predicting,
devising
enquiries),
hypothesizing
(suggesting
explanation),
interpreting (considering evidence, evaluating), communicating (presenting
report, using secondary sources). Salah satu keterampilan yang sangat penting
namun susah untuk dikuasai siswa III adalah keterampilan komunikasi.
Keterampilan komunikasi merupakan salah satu proses pembelajaran IPA
yang harus dikuasai siswa kelas III di SDN Kejambon 1. Keterampilan ini harus
mendapatkan perhatian lebih dari para pengajar karena melalui keterampilan
komunikasi,siswa kelas III dapat menggali dan
menyampaikan informasi
sebanyak-banyaknya kepada masyarakat baik secara lisan maupun tulisan.
Keterampilan
komunikasi pembelajaran IPA sering digunakan dalam
menyampaikan hasil pengamatan dan penyelidikan.
diperlukanuntuk
membimbing
siswa
dalam
Peran guru sangat
mengajarkan
keterampilan
berkomunikasi. Guru melatih siswa dalam keterampilan berkomunikasi seperti
yang diungkap Rustaman (2005: 84) bahwa berkomunikasi dapat dilakukan
melalui tulisan, gambar (grafik, bagan), membaca dan berbicara (diskusi,
1
presentasi), maka hendaknya guru merencanakan agar kegiatan belajar
mengajarnya terdapat kesempatan untuk itu. Guru dapat memilih gambar, bagan,
grafik dan tabel untuk memulai kegiatan yang dapat mengembangkan
keterampilan berkomunikasi, dan mendorog mereka untuk menjawab pertanyaan
yang disertakan bersamanya. Dengan kata lain guru sebaiknya menyiapkan
pertanyaan-pertanyaan yang mendorong siswa untuk membaca data dalam gambar
atau tabel dan mengemukakannya kembali. Selain itu guru memberikan tugas
kepada siswa untuk menyajikan data hasil pengamatan ke dalam bentuk tabel atau
grafik.
Kemampuan berkomunikasi dengan orang lain merupakan salah satu
modal dasar untuk segala yang dikerjakan siswa. Grafik, bagan, peta, lambanglambang, diagram, dan demontrasi, sama baiknya dengan kata-kata yang ditulis
dan dibicarakan, yang semuanya adalah cara-cara komunikasi yang seringkali
digunakan dalam ilmu pengetahuan. Komunikasi yang jelas, hendaknya dilatih
dan dikembangkan pada diri siswa. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa
semua orang mempunyai kebutuhan untuk mengemukakan ide, perasaan, dan
kebutuhan lain. Manusia mulai belajar pada kehidupan bahwa komunikasi
merupakan dasar untuk memecahkan masalah. Komunikasi antar manusia itu
menggunakan alat penghubung berupa lambang-lambang dalam bentuk bahasa
lisan, bahasa tulisan, bahasa tubuh dan lain-lainnya, sehingga pesan mudah
dimengerti dan dipahami oleh penerima pesan (Poniran, 2000: 2). Oleh karena itu,
mengkomunikasikan diartikan sebagai menyampaikan dan memperoleh fakta,
2
konsep dan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk suara, visual, atau
suara visual.
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 3 Juni 4, 5 dan 11 Agustus di
kelas III SDN Kejambon 1, Sleman diperoleh informasih bahwa dalam proses
pembelajaran siswa kelas III kurang aktif. Hal tersebut disebabkan karena
penggunaan metode ceramah pada kegiatan belajar mengajar masih mendominasi
guru, menunjukkan pola pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered). Hal
ini mengakibatkan kurang interaksi antara guru dengan siswa, dan antara siswa
dengan siswa lainnya yang disebabkan kurangnya kemampuan siswa dalam
berkomunikasi.
Kurangnya kemampuankomunikasi IPA yang dimiliki siswa. Komunikasi
IPA yang kurangdikuasai siswa seperti mengidentifikasi objek dan peristiwa,
selama proses pembalajaran sebagian siswajuga merasa kesulitan saat melakukan
identifikasi objek dan peristiwa yang dipelajarainya.Mendeskripsikan objek dan
peristiwa, ketika siswa diminta untuk mendeskripsikan objek dan peristiwa saat
pembelajaran, siswa mengalami kesukaran dalam mendeskripsikan objek dan
peristiwa yang di pelajarinya. Membantu mendeskripsikan sehingga yang lain
dapat mengidentifikasi objek yang tidak diketahui, siswa merasa kegiatan
mendeskripsikan objek dan peristiwa secara berkelompok merupakan hal yang
sulit dan membosankan, akibatnya siswa lain yang tidak mengerti tidak dapat
mengidentifikasi objek dan peristiwa yang dipelajarinya. Membagikan informasi
secara akurat kepada yang lain dengan lisan maupun tulisan, siswa seringkali
mengeluh ketika diminta untuk membagikan informasi kepada yang lain dengan
3
lisan maupun tulisan hasil yang dipelajarinya. Pemikiran verbal, selama
pembelajaran berlangsung sebagian siswa masih malu dan kurang aktif dalam
menyampaikan pemikiran verbal yang diketahuinya. Kurangnya kemampuan
komunikasi IPA yang dimiliki siswa disebabkan karena kurangnya bimbingan
dari guru selama proses pembelajaran.Kurangnya bimbingan dari guru menjadi
salah satu alasan kemampuan komunikasi IPA siswa kurang.
Selain itu, kemampuan siswa dalam menemukan konsep masih kurang.
Hal tersebut disebabkan karena guru terkadang lupa bahwa perannnya sebagai
pembimbing, misalnya guru tidak membimbing siswa dalam menemukan suatu
konsep tetapi langsung memberi penjelasan secara lengkap tanpa memberi
kesempatan siswa untuk menemukan sendiri. Dalam proses pembelajaran guru di
kelas, guru telah mengenal metode lain selain metode ceramah yakni metode
guided discovery. Tetapi, dalam
penggunaan metode guided discovery, guru
belum menerapkannya dengan optimal. Kurang optimalnya penggunaan langkahlangkah metode guided discoveryseperti saat guru menetapkan standar perilaku
siswa, gurubelum menetapkan standar perilaku siswa dengan tepat. Pemberian
pertanyaan, saat proses pembelajaran berlangsung guru kurang memancing
pemahaman siswa. Memberikan motivasi atau penguatan, selama proses
pembelajaran
kurangnya
motivasi
dan
penguatan
yang
diberikan
guru.Pembentukan kelompok kerja, dalam membentuk kelompok kerja, guru tidak
memperhatikan kemampuan siswa dalam satu kelompok. pembentukkan
kelompok
diskusi
yang
tidak
sesuai,
mengakibatkan
siswa
kurang
memaksimalkan keterampilan komunikasi lisan saat bertukar pendapat
4
dan
menjelaskan hasil penemuan serta tertulis pada saat menuliskan laporan hasil
penemuan yang telah dilakukan. Ketika memastikan alat dan bahan yang perlu
disediakan sesuai kebutuhan siswa, guru belum memastikan alat dan bahan yang
akan digunakan sudah sesuai atau tidak dengan kebutuhan siswa. Memberikan
penilaian. Membimbing siswa menyimpulkan materi dan memberikan tindak
lanjut, selama proses pembelajaran siswa hanya menyimak materi yang
disampaikan
dan tidak memberikan tindak lanjut
seperti mengerjakan
evaluasi.Peggunaan metode guided discovery yang kurang optimal menyebabkan
proses pembelajaran kurang maksimal.
Salah satu upaya untuk meningkatkan keterampilan komunikasi IPA
dengan meningkatkan kegiatan komunikasi siswa, yakni membentuk kelompok
diskusi yang heterogen. Dalam kelompok diskusi yang baik seharusnya terdiri
dari siswa dengan kemampuan heterogen. Karena, keterampilan komunikasi IPA
bagi siswa kelas III sekolah dasar memiliki pengaruh penting. Dengan
menggunakan keterampilan komunikasi IPA siswa dapat mengkomunikasikan
segala hal yang diketahuinya kepada guru dan teman-temannya. Meningkatkan
kegiatan komunikasi siswa dapat dilakukan dengan melakukan tanya jawab antara
guru dan siswa, diskusi kelompok, dan presentasi saat kegiatan pembelajaran.
Selain itu, perlunya pengoptimalan penggunaan metode guided discovery.
Melalui metode guided discovery, tidak menutup kemungkinan dapat membantu
siswa dalam mengkomunikasikan hasil penemuannya. Hal tersebut senada dengan
pendapat Oemar Hamalik (2005: 188) yang mengemukakan metode guided
5
discovery, siswa melakukan discovery sedangkan guru membimbing mereka ke
arah yang tepat atau benar.
Oleh karena itu, peneliti merasa tertarik untuk meningkatkan keterampilan
komunikasi IPA melalui metode guided discovery pada siswa kelas III SD Negeri
Kejambon 1, Sleman. Penggunaan metode ini diharapkan dapat meningkatkan
keterampilan komunikasi IPA siswa baik secara lisan maupun tertulis apa yang
mereka ketahui atau kerjakan.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang diatas, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut.
1. Siswa kurang aktif dalam pembelajaran.
2. Siswa kelas III SD Negeri Kejambon 1 memiliki kemampuan komunikasi IPA
yang masih kurang.
3. Kurangnya kemampuan siswa dalam menemukan konsep.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi pada
peningkatkan keterampilan komunikasi IPA melalui metode guided discovery di
SDN Kejambon 1, Sleman.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Bagaimanakah meningkatkan keterampilan komunikasi IPA
dengan penerapan guided discovery di kelas III SDN Kejambon 1 ?”.
E. Tujuan Penelitian
6
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan komunikasi
IPA siswa kelas III SDN Kejambon 1 melalui metode guided discovery.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam rangka
meningkatkan kualitas pembelajaran di Indonesia bagi guru, siswa, sekolah dan
peneliti sendiri.Secara umum manfaat penelitian tindaka kelas dapat dilihat dari
dua segi yaitu manfaat praktis dan manfaat teoritis.
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pijakan dan pedoman untuk
mengembangkan penelitian-penelitian yang menerapkan metode guided
discovery dalam pembelajaran.
b. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan informasi
mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan metode guided discovery
untuk meningkatkan keterampilan komunikasi IPA siswa kelas III sekolah
dasar.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
1) untuk memberikan pengalaman, menambah wawasan, pengetahuan
dan keterampilan dalam merangcang metode yang tepat dan
mempermudah proses pembelajaran melalui metode guided discovery,
dan
7
2) memotivasi kreativitas dan aktivitas guru dalam melaksanakan tugas
pembelajaran.
b. Bagi Siswa
1) memperoleh pengalaman langsung, dan
2) siswa lebih menguasai keterampilan komunikasi IPA.
c. Bagi Sekolah
1) dapat memberikan masukan dalam mengefektifkan pembinaan dan
pengelolaan proses belajar mengajar dalam pelaksanaan pendidikan,
dan
2) memberikan sumbangan yag positif terhadap kemajun sekolah,
khususnya pembelajaran IPA dan umumnya seluruh mata pelajaran
yang ada di sekolah.
d. Bagi peneliti, merupakan suatu masukan pengetahuan sehingga dapat
mempersiapkan diri untuk mengajar lebih baik.
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian tentang Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
1. Pembelajaran IPA
Menurut Trianto (2010: 136), IPA merupakan bagian dari Ilmu
Pengetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa Inggris “science” diambil
dari kata latin “scientia” yang arti harfiahnya adalah pengetahuan, tetapi
kemudian berkembang menjadi khusus pengetahuan alam atau IPA. Menurut
Hendro Darmojodan Deny Kaligis (1992: 3) mengatakan bahwa, IPA atau Ilmu
Pengetahuan Alam adalah “ilmu” tentang “pengetahuan alam”. Ilmu artinya suatu
pengetahuan yang benar, dan masuk akal atau logis. Sedangkan pengetahuan
artinya segala sesuatu yang di ketahui manusia.IPA adalah pengetahuaan atau
ilmu tentang alam yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam
semesta dengan segala isinya. Senada dengan hal tersebut, Carin and Sund (Patta
Bundu, 2006: 4) menyatakan bahwa sains merupakan suatu pengetahuan tentang
alam semesta yang bertumpu pada data yang dikumpulkan melalui pengamatan
dan percobaan, sehingga di dalamnya memuat produk, proses dan sikap manusia.
a. IPA sebagai produk
9
IPA sebagai produk merupakan akumulasi hasil upaya para perintis IPA
tedahulu
dan
umumnya
telah
tersusun
secara
lengkap
dan
sistematis.Produk IPA berupa fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori.
b. IPA sebagai proses
IPA sebagai proses adalah proses mendapatkan IPA atau yang dikenal
dengan metode ilmiah. Metode ilmiah untuk anak sekolah dasar
dikembangkan secara bertahap dan berkesinambungan dengan harapan
bahwa pada akhirnya akan terbentuk paduan yang lebih utuh sehingga
anak sekolah dasar dapat melakukan penelitian sederhana. Pentahapan
pengembangannya disesuaikan dengan tahapan dari suatu proses penelitian
atau eksperimen yang meliputi observasi, klasifikasi, interpretasi, prediksi,
hipotesis,
mengendalikan
variabel, merencanakan
dan
melakukan
penelitian, inferensi, aplikasi, dan komunikasi.
c. IPA sebagai pemupuk sikap
Sikap pada pengajaran IPA dibatasi pada sikap ilmiah terhadap alam
sekitar. Ada sembilan aspek sikap dari ilmiah yang dapat dikembangkan
pada anak usia sekolah dasar. Kesembilan sikap tersebut yaitu sikap ingin
tahu, ingin mendapatkan sesuatu yang baru, kerja sama, tidak putus asa,
tidak berprasangka, mawas diri, bertanggung jawab, berpikir bebas,
kedisiplinan diri. Sikap ilmiah dapat dikembangkan ketika siswa
10
melakukan diskusi, percobaan, simulasi atau kegiatan lapangan. 10
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan
Patta Bundu (2006: 9) mengartikan sains sebagai sejumlah proses kegiatan
untuk mengumpulkan informasi secara sistematik tentang apa yang ada di dunia
sekitar, sains merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui proses kegiatan
tertentu, sains dapat dicirikan oleh nilai-nilai dan sikap para ilmuwan
menggunakan proses ilmiah dalam memperoleh pengetahuan. Sains didasarkan
pula pada pendekatan empirik dengan asumsi bahwa dunia ini dapat dipelajari,
dipahami, dan dijelaskan tanpa bergantung metode kausalitas, melainkan melalui
proses tertentu, misalnya observasi, eksperimen, dan analisis rasional.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa IPA tidak hanya
terdiri atas kumpulan pengetahuan.IPA merupakan ilmu yang mempelajari gejala
alam, mencakup semua aspek pengetahuan yang dihasilkan oleh metode saintifik,
serta memuat produk, proses, dan sikap manusia. Peneliti juga menyimpulkan IPA
diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar dengan cara
yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi,
penyimpulan, penyusunan teori dan demikian seterusnya kait-mengait antara cara
yang satu dengan cara yang lainnya.
2. Pembelajaran IPA di Sekolah dasar
Hergenhahn (Usman Samatowa, 2011: 104) mengemukakan bahwa belajar
merupakan perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai hasil dari proses
pembelajaran. De Vito et al. (Usman Samatowa, 2011: 104) mengemukakan
11
bahwa pembelajaran IPA yang baik harus mengaitkan IPA dengan kehidupan
sehari-hari siswa.Siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan,
membangkitkan ide-ide siswa, membangun rasa ingin tahu tentang segala sesuatu
yang ada di lingkungannya, membangun keterampilan yang diperlukan dan
menimbulkan kesadaran kepada siswa bahwa belajar IPA sangat diperlukan untuk
dipelajari. Maslichah Asy’ari (2006: 22) mengemukakan bahwa pembelajaran IPA
harus faktual (tidak hanya secara verbal) dan tidak hanya mementingkan produk
saja, akan tetapi proses untuk mendapatkan pengetahuan.
Oleh karena itu, dalam pembelajaran IPA siswa perlu diberi kesempatan
untuk berlatih keterampilan proses IPA. Nur dan Wikandri (Trianto 2010: 143)
juga mengemukakan bahwa pembelajaran IPA di sekolah dasar menekankan pada
keterampilan proses di mana siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun
konsep-konsep, teori-teori dan sikap ilmiah itu sendiri yang dapat berpengaruh
positif terhadap proses pendidikan maupun produk pendidikan.
3. Tujuan Pembelajaran IPA
Usman Samatowa (2006: 3) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran IPA
di Sekolah Dasar adalah sebagai berikut.
a. IPA berfaedah bagi suatu bangsa, kesejahteraan materil suatu bangsa
banyak sekali tergantung pada kemampuan bangsa itu dalam bidang
IPA.Sebab IPA merupakan dasar teknologi, sering disebut-sebut sebagai
tulang punggung pembangunan, pengetahuan dasar untuk teknologi ialah
IPA.
12
b. Bila IPA diajarkan meurut cara yang tepat maka IPA merupakan suatu
mata pelajaran yang memberikan kesempatan berpikirkritis.
c. Bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilaksanakan
sendiri oleh anak, maka IPA tidaklah merupakan pelajaran yang bersifat
hafalan belaka.
d. Mata pelajaran ini mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu mempunyai
potensi yang dapat membentuk kepribadian secara keseluruhan.
Tujuan utama IPA di SD adalah membantu siswa memperoleh ide,
pemahaman, dan keterampilan esensial sabagai warga negara. Life skill esensial
yang perlu dimiliki siswa adalah kemampuan menggunakan alat tertentu,
kemampuan
mengamati
bendadan
lingkungan
sekitarnya,
kemampuan
mendengarkan, kemampuan mengkomunikasi secara efektif, menanggapi dan
memecahkan masalah secara efektif.
4. Ruang Lingkup IPA
Ruang lingkup bahan kajian mata pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
(Maslihah Asy’ri, 2006: 24) adalah sebagai berikut.
a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yang meliputi Manusia, hewan,
tumbuhn dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan.
b. Benda atau Materi, sifat-sifat dan kegunaannya, yang meliputi : cair, padat
dan gas.
c. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,
cahaya dan pesawat sederhana.
13
d. Bumi dan Alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan bendabenda langit lainnya.
5. Prinsip Pembelajaran IPA
Prinsip yang dapat diterapkan dalam pembelajaran IPA (Maslichah
Asy’ari, 2006: 25) adalah sebagai berikut.
a. Empat Pilar Pendidikan Global.
b. Inkuiri.
c. Kontruktivisme.
d. Salingtemas (Sain- Teknologi- Teknologi dan Masyarakat).
e. Pemecahan Masalah.
f. Pembelajaran bermuatan nilai.
g. Pakem (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan).
Prinsip-prinsip di atas tersebut nampak bahwa semuanya dalam rangka
menciptakan suasana pembelajaran yang membuat siswa senang sehingga siswa
akan terlibat aktif dalam pembelajaran. Untuk menunjang penerapan prinsipprinsip di atas dalam mengelola pembelajaran perlu:
a) menyajikan kegiatan yang beragam sehingga tidak membuat siswa jenuh,
b) menggunakan sumber belajar yang bervariasi,
c) sesekali dapat bekerjasama dengan masyarakat, kantor-kantor, bank, dan
lain-lain sebagai sumber informasi yang terkait dengan praktek kehidupan
sehari-hari,
14
d) memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, karena belajar
akan bermakna apabila berhubungan langsung pada permasalahan di
sekitar siswa,
e) kreatif menghadirkan alat bantu pembelajaran, dan
f) menciptakan suasana kelas yang menarik, misalnya pajangan hasil karya
siswa
atau
benda-benda
lain,
peraga
yang
mendukung
proses
pembelajaran.
B. Kajian tentang Keterampilan Komunikasi IPA
Keterampilan komunikasi IPA adalah salah satu dari keteremapilan proses
yang perlu dikuasai oleh siswa. Komunikasi adalah hubungan kontak antara
manusia baik individu maupun kelompok. Abizar (1988: 2) mengemukakan
komunikasi adalah kegiatan pertukaran atau berbagi informasi (sharing
information), dan berbagi pengalaman antara seseorang dengan orang lain dalam
mengembangkan daya pikir. Menurut
Poniran (2000: 2) komunikasi antar
manusia itu menggunakan alat penghubung berupa lambing-lambang dalam
bentuk bahasa lisan, bahasa tulisan, bahasa tubuh dan lain-lainnya, sehingga pesan
mudah dimengerti dan dipahami oleh penerima pesan.
Dari definisi beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi
tidak sekedar media penyampain pesan belaka yang mungkin menguntamakan
salah satu pihak saja melainkan lebih kepada jalinan antara pribadi dengan pihak-
15
pihak di dalamnya.Oleh karena itu, agar komunikasi berjalan dengan baik dan
lancar serta memberi manfaat baik bagi pihak penyampain pesan maupun bagi
pihak penerima pesan, maka diperlukan adanya keterampilan mengkomunikasi.
Menurut
Hafied
Changara
(2007:85)
keterampilan
komunikasi
adalah
kemampuan seseorang untuk menyampaikan atau mengirim pesan kepada
khalayak (penerima pesan). Selanjutnya menurut Anwar Arifin (2008:58)
kemampuan komunikasi adalah keterampilan sesorang dalam menyampaikan
pesan yang jelas dan mudah dipahami oleh penerima pesan.
Menurut Indrawati (1999: 16) keterampilan berkomunkiasi adalah salah
satu keterampilan proses yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam
menyampaikan gagasan atau ide agarlebih efektif,baik melalui lisan atau tulisan.
Menurut Abruscato (Nasution, 2007: 144 ) mengkomunikasikan adalah
menyampaikan hasil pengamatan yang berhasil dikumpulkan atau menyampaikan
hasil penyelidikan. Menurut Esler dan Esler (Nasution, 2007: 144) dapat
dikembangkan dengan menghimpun informasi dari grafik atau gambar yang
menjelaskan benda- benda serta kejadain- kejadian secara rinci.
Keterampilan komunikasi ini sebaiknya dimiliki oleh siswa karena,
dengan adanya keterampilan komunikasi siswa dapat menyampaikan semua
pengetahuanya kepada orang lain melalui pesan lisan maupun tertulis. Hal ini
dipertegas oleh Hendro Darmojo dan Deny Kaligis (1991: 51) yang mengatakan
bahwa, keterampilan komunikasi adalah kemampuan siswa untuk dapat
mengkomunikasikan
pengetahuannya,
hasil
pengamatan,
maupun
hasil
penelitiannya kepada orang lain baik secara tertulis maupun lisan. Komunikasi
16
yang sering digunkan dalam pembelajaran IPA yaitu grafik, diagram, peta, table,
symbol, demontrasi visual, dan presentasi.
Berdasarkan pendapat
di
atas, maka
dapat
disimpulkan bahwa
keterampilan mengkomunikasi IPA adalah kemampuan sesorang atau siswa untuk
menyampaikan pengetahuannya, hasil pengamatan, maupun hasil penelitiannya
kepada orang lain dengan jelas dan mudah dipahami baik secara lisan maupun
tertulis. Untuk itu, agar mampu melakukan komunikasi yang baik, maka
seseorang harus memiliki ide dan penuh daya kreativitas yang tentunya dapat
dikembangkan melalui berbagai latihan dengan berbagai macam cara, salah
satunya membiasakan diri dengan berdiskusi. Dalam penelitian yang akan
dilakukan keterampilan komunikasi IPA dilihat melalui kebiasaan siswa dalam
melakukan tanya jawab,berdiskusi secara kelompok, dan presentasi pada saat
pembelajaran IPA berlangsung.
1. Jenis-jenis Keterampilan Komunikasi IPA
Berdasarkan jenis penyampaiannya keterampilan komunikasi dibagi
menjadi tiga jenis, yaitu:
a) keterampilan komunikasi lisan
Komunikasi lisan secara langsung adalah komunikasi yang di lakukan oleh
dua orang atau lebih yang saling bertatap muka secara langsung dan tidak
ada jarak atau peralatan yang membatasi mereka,
b) keterampilan komunikasi tertulis
17
Komunikasi tetulis adalah komunikasi yang di lakukan dengan perantara
tulisan tanpa adanya pembicaraan secara langsung dengan menggunkan
bahasa yang singkat, jelas, dan dapat dimengerti oleh penerima, dan
c) keterampilan komunikasi non-verbal
Komunikasi
nonverbal
adalah
proses
komunikasi
dimana
pesan
disampaikan tidak menggunakan kata-kata. Contohnya ialah menggunakan
gerak isyarat, simbol-simbol, dan lain sebagainya (Gus Asta Iswara:
2014).
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa jenis
penyampaian keterampilan komunikasi sesuai dengan keterampilan komunikasi
IPA di dalam penelitian yang akan dilakukan. Keterampilan komunikasi lisan IPA
pada penelitian yang akan dilakukan dilihat pada saat siswa melakukan tanya
jawab dengan guru, berdiskusi dengan kelompok, dan presentasi hasil penemuan
mereka. Keterampilan komunikasi tertulis IPA pada penelitian yang akan
dilakukan dilihat pada saat siswa mampu menuliskan laporan hasil penemuan
yang sudah dilakukan.
2. Indikator Keterampilan Komunikasi IPA
David Jerner Martin (2009: 101) mengemukakan indikator keterampilan
komunikasi, yaitu:
a) identifies objects and events accurately (mengidentifikasi objek dan
peristiwa dengan akurat),
b) describes objects and events accurately (mendeskripsikan objek dan
peristiwa dengan akurat),
18
c) provides
description
objects(membantu
such
that
mendeskripsikan
others
can
sehingga
identify
yang
unknown
lain
dapat
mengidentifikasi objek yang tidak diketahui),
d) formulates reasonable and logical arguments to justify explanations and
conclusions(menyusun alasan yang logis untuk menjelaskan dan memberi
kesimpulan),
e) transmits information to others accurately in oral and written
formats,and(membagikan informasi secara akurat kepada yang lain dengan
lisan maupun tulisan), dan
f) verbalizes thinking
Usman Samatowa (2011: 102) mengemukakan indikator keterampilan
komunikasi adalah sebagai berikut.
a. Menyampaikan dan mengidentifikasikan idea atau gagasan dengan lisan
maupun tulisan.
b. Membuat catatan hasil observasi dalam percobaan.
c. Menyampaikan informasi dalam bentuk grafis, chart, atau tabel.
d. Memilih alat komunikasi yang cocok agar mudah dipahami orang lain.
Berdasarkan indikator yang telah disampaikan oleh para ahli, maka
indikator yang diterapkan dalam penelitian ini adalah.
1. Mengidentifikasi objek dan peristiwa dengan akurat.
2. Mendeskripsikan objek dan peristiwa dengan akurat.
19
3. Membantu mendeskripsikan sehingga yang lain dapat mengidentifikasi
objek yang tidak diketahui.
4. Menyusun alasan yang logis untuk menjelaskan dan memberi kesimpulan.
5. Membagikan informasi secara akurat kepada yang lain dengan lisan
maupun tulisan.
6. Verbalisasi pemikiran.
3. Unsur-unsur Komunikasi
Lima unsur-unsur komunikasi (Arni Muhammad, 2000: 17) adalah sebagai
berikut.
a. Pengirim pesan
Pengirim pesan adalah individu atau orang yang mengirim pesan-pesan
atau informasi yang akan dikirimkan berasal dari otak si pengirim pesan.
b. Pesan
Pesan adalah informasi yang akan dikirimkan kepada si penerima pesan.
Ini dapat berupa verbal maupun non verbal.
c. Saluran
Saluran adalah jalan yang dilalui pesan dari si pengirim dengan si
penerima.
Penerima
pesan
adalah
yang
menganalisis
dan
menginterpretasikan isi pesan yang diterimanya. Balikan adalah respons
terhadap pesan yang diterima yang dikirimkan kepada si pengirim pesan.
Diinterpretasikan sama oleh si penerima berarti komunikasi tersebut
efektif.
20
Berdasarkan pendapat di atas, keterampilan komunikasi IPA memiliki
kelima unsur tersebut. Pengirim pesan yang dimaksud dalam keterampilan
komunikasi IPA adalah siswa yang sedang menyampaikan pendapatnya mengenai
hasil temuannya. Pesan yang dimaksud dalam keterampilan komunikasi IPA
adalah hasil temuan yang sudah dilakukan. Saluran yang dimaksud dalam
keterampilan komunikasi IPA adalah pada saat kegiatan belajar mengajar
berlangsung. Penerima pesan yang dimaksud dalam keterampilan komunikasi IPA
adalah siswa lain di dalam kelompok masing-masing. Balikan yang dimaksud
dalam keterampilan komunikasi IPA adalah antusias siswa lain menanggapi
pendapat temannya.
Menurut Rini Darmastuti (2006: 3) menyatakan bahwa komunikasi yang
terjadi dalam kehidupan manusia terjadi dalam berbagai bentuk, yaitu:
1) komunikasi personal (personal communication)
Komunikasi Personal merupakan komunikasi yang terjadi dalam diri
individu maupun antar individu. Komunikasi personal terdiri dari:
a) komunikasi Intrapersonal merupakan komunikasi yang terjadi dalam diri
individu itu sendiri. Misalnya ketika dia sedang merenung, mengevaluasi
diri, dan sebagainya, dan
b) komunikasi Antarpersonal merupakan komunikasi yang terjadi antara
individu yang satu dengan individu yang lainnya.
2) Komunikasi Kelompok (Group Communication)
21
a) komunikasi kelompok kecil misalnya ceramah, diskusi panel, forum,
seminar, dll,
b) komunikasi kelompok besar misalnya pidato lapangan, kampanye di
lapangan, dan sebagainya, dan
c) komunikasi Massa (Mass Communication) merupakan komunikasi yang
ditujukan kepada khalayak besar, dengan khalayak yang heterogen dan
tersebar dalam lokasi geografis yang tidak dapat ditentukan. Komunikasi
massa ini biasanya menggunakan media, baik media cetak maupun media
elektronik. Bentuk-bentuk komunikasi massa ini adalah pers, radio,
televisi, film.
3) Komunikasi Media (Media Communication)
Merupakan media komunikasi yang terjadi dengan menggunakan media
seperti : surat, telepon, poster, spanduk, dll.
Berdasarkan pendapat di atas, bentuk ketarampilan komunikasi personal
yang dimaksud dalam keterampilan komunikasi IPA adalah komunikasi
antarpersonal karena komunikasi yang terjadi antara individu yang satu dengan
individu yang lainnya. Komunikasi kelompok yang dimaksud dalam keterampilan
komunikasi IPA adalah komunikasi kelompok kecil yang berupa diskusi
kelompok. Komunikasi kelompok kecil dalam IPA adalah sebuah kelompok, yang
terdapat interaksi antar anggota kelompok. Untuk itu, komunikasi kelompok lahir
sebagai bentuk komunikasi. Komunikasi kelompok mengatur bagaimana
komunikasi berjalan dengan anggota kelompok satu dengan yang lainnya,
bagaimana interaksi yang terjadi di dalam kelompok itu sendiri.
22
4. Pengembangan Keterampilan Komunikasi IPA
Potensi
siswa
dalam
kegiatan
sains
banyak
yang
dapat
dikembangkanuntuk mengkomunikasikan hasil kegiatan mereka yang meliputi
bentuk penyajian, peserta, dan tujuan penyajian. Bentuk penyajian misalnya,
tulisan, ceramah, gambar, atau pajangan. Peserta misalnya, diri sendiri, siswa
yang lain, guru atau orangtua. Tujuan misalnya, pengembangan ide/pemikiran,
laporan kegiatan yang telah dilaksanakan, menyajikan hasil observasi, temuan
atau kesimpulan.
C. Kajian tentang Karakteristik Siswa Kelas III Sekolah Dasar
Jean Piaget (Elida Prayitno,1992: 66) mengemukakan bahwa tahap-tahap
perkembangan anak terdiri dari empat tahap, yaitu: 1) tahap sensori motorik, 2)
tahap pra operasional, 3) tahap operasional konkret, dan 4) tahap operasional
formal.
1) tahap sensori motorik (usia 0-2 tahun), pada tahap ini anak belum
mempunyai konsepsi tentang objek yang tetap. Anak hanya dapat
mengetahui hal-hal yang ditangkap dengan inderanya,
2) tahap pra operasional (usia 2-6 tahun), pada tahap ini anak mulai tumbuh
perkembangan kognitifnya, tetapi masih terbatas pada hal-hal yang
dijumpai di lingkungan sekitar saja,
3) tahap operasional konkret (usia 7-11 tahun), pada tahap ini anak mampu
berpikir dengan logika jika memecahkan persoalan-persoalan yang
sifatnya konkret atau nyata. Anak belum mampu berfikir secara abstrak,
4) tahap operasional formal (usia 12 tahun ke atas), pada tahap ini anak, dan
23
5) sudah mempunyai pemikiran yang abstrak.
Berdasarkan tahap-tahap perkembangan anak tersebut, dapat diketahui
bahwa anak usia sekolah dasar (usia 7-11 tahun) berada pada tahap operasional
konkret. Pada tahap tersebut, anak mampu berpikir dengan logika jika
memecahkan persoalan-persoalan yang sifatnya konkret atau nyata, yaitu dengan
cara mengamati atau melakukan sesuatu yang berkaitan dengan pemecahan
persoalan tersebut. Demikian juga dalam memahami suatu konsep, anak sangat
terikat pada proses mengalami sendiri, artinya anak mudah memahami konsep jika
anak mengamati pengertian konsep tersebut atau anak melakukan sesuatu yang
berkaitan dengan konsep tersebut. Anak mampu menyelesaikan masalah-masalah
yang divisualkan dan sangat sulit memahami masalah-masalah yang sifatnya
verbal.Anak pada tahap operasional konkret tidak dapat menerima sesuatu jika
tidak sesuai dengan kenyataan yang mereka alami.Segala sesuatu dipahami
sebagaimana yang tampak saja atau sebagaimana kenyataan yang mereka alami.
Basset, Jacka, dan Logan (Mulyani Sumantri dan Johar Permana, 1999:12)
mengemukakan karakteristik anak sekolah dasar secara umum adalah sebagai
berikut.
1. Secara alamiah memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik akan dunia
sekitar yang mengelilingi diri mereka sendiri.
2. Senang bermain dan lebih suka bergembira/ riang.
3. Suka
mengatur
dirinya
sendiri
untuk
menangani
berbagai
mengeksplorasi suatu situasi dan mencobakan usaha-usaha baru.
24
hal,
4. Biasanya tergetar perasaanya dan terdorong untuk berprestasi sebagaimana
mereka
tidak
suka
mengalami
ketidakpuasan
dan
menolak
kegagalankegagalan.
5. Belajar secara efektif ketika mereka merasa puas dengan situasi yang
terjadi.
6. Belajar dengan cara berkerja, mengobservasi, berinisiatif, dan mengajar
anak-anak lainnya.
Maslichah Asy’ari (2006: 38) mengemukakan masa perkembangan
intelektual anak sekolah dasar dibedakan menjadi 2 fase.Fase tersebut dijelaskan
sebagai berikut.
1. Siswa kelas rendah (6-9 tahun) atau kelas 1 sampai 3
Siswa kelas rendah memiliki kekhasan antara lain:
a) penalarannya bersifat trasduktif artinya bukan induktif dan bukan
deduktif, melainkan bergerak dari sesuatu yg khusus ke hal yg khusus
lagi,
b) tidak dapat berpikir reversibel atau bolak-balik, artinya tidak bisa
berfikir ke titik awal,
c) bersifat egossentris artinya memandang sesuatu dari sudut pandang
dirinya sendiri,
d) belum memiliki pengertian kekekalan materi, dan
e) belum bisa berfikir secara abstrak.
2. Siswa kelas atas (9-12 tahun) atau kelas 4 sampai 6
Siswa kelas tinggi memiliki kekhasan antara lain:
25
a) dapat berfkir reversibel atau bolak-balik,
b) dapat melakukan pengelompokan dan menentukan urutan, dan
c) telah mampu melakukan operasi logis, tetapi pengalaman yang
dipunyai masih terbatas.
Dengan demikian kelas III sekolah dasar termasuk dalam kelas rendah dan
masih dalam tahap operasional konkret dimana pembelajaran di kelas rendah
dilaksanakan berdasarkan rencana pelajaran yang telah dikembangkan oleh guru.
Hal ini sesuai dengan pendapat Sri Sulistyorini (2007: 40), karakteristik anak usia
sekolah dasar pada tahap operasional konkret perlu dijadikan landasan dalam
menyiapkan dan melaksanakan pembelajaran bagi mereka.
Berdasarkan karaketristik siswa kelas III di SD Negeri Kejambon 1 proses
pembelajaran harus dirancang guru sehingga kemampuan siswa, bahan ajar,
proses belajar, dan metode belajar sesuai dengan tahapan perkembangan siswa.
Dalam hal ini, guru memegang peranan penting dalam menciptakan stimulus
respon agar siswa menyadari kejadian di sekitar lingkungannya. Siswa kelas
rendah di SD Negeri Kejambon 1 masih banyak membutuhkan perhatian karena
fokus konsentrasinya masih kurang, perhatian terhadap kecepatan dan aktivitas
belajar juga masih kurang karena siswa kelas III SD Negeri Kejambon 1 masih
dalam tahap operasional konkret. Hal ini memerlukan kegigihan guru dalam
membimbing siswa selama proses belajar mengajar berlangsung sehingga
memungkinkan siswa untuk melihat (seeing), berbuat sesuatu (doing), melibatkan
diri dalam proses belajar (undergoing), dan mengalami langsung (experiencing)
hal-hal yang dipelajari.
26
Untuk itu, diperulukan metode belajar yang sesuai dengan tahap
perkembangan
siswa
kelas
rendah.yaitu
dengan
menggunakan
metode
pembelajaran penemuan terbimbing (guided discovery). Metode pembelajaran
terbimbing merupakan metode yang digunakan untuk membangun konsep di
bawah pengawasan guru (Sani, 2013:221). Tanpa bimbingan guru, siswa sekolah
dasar masih mengalami kesulitan dalam mengorganisasikan,dan merancang
kegiatannya.
D. Kajian tentang Metode-metode Pembelajaran IPA
Guru sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban menyedikan
lingkungan belajar yang kreatif bagi kegiatan belajar anak didik di kelas. Hal ini
akan menyebabkan adanya tuntutan kepada setiap guru untuk dapat mengajar
dengan baik. Dengan kata lain, setiap guru dituntut untuk memiliki kompetensi
mengajar. Guru akan memiliki kompetensi mengajar, memiliki pemahaman dan
penerapan berbagai metode pembelajaran di samping kemampuan-kemampuan
lainnya. Pemahaman dan penerapan metode pembelajaran yang tepat akan
memudahkan siswa dalam menerima dan memahami materi yang disampaikan.
Dengan metode yang tepat pun, kesulitan guru dalam menyampaikan materi bisa
diminimaliskan.
Nana Sudjana (2010: 76) mengungkapkan metode mengajar ialah cara
yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat
berlangsungnya pengajaran.Menurut M. Sobri Sutikno (2009: 88) menegaskan
bahwa metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang
dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses pembelajaran pada diri siswa dalam
27
upaya untuk mencapai tujuan. Jadi jelas bahwa metode adalah cara yang dalam
fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan (Zainal Aqib, 2014: 70). Dalam
pembelajaran metode pembelajaran adalah suatu cara yang fungsinya adalah
sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan.
Menurut Wina Sanjaya (2010: 147) metode adalah cara yang digunakan
untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata
agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.
Bagi guru ataupun calon guru pengetahuan mengenai metode-metode
pembelajaran inisangatlah penting. Metedologi pembelajaran pada hakikatnya
merupakan penerapan prinsip – prinsip psikologi dan prinsip – prinsip pendidikan
bagi perkembangan peserta didik. Metedologi pembelajaran ini bersifat interaktif
edukatif selalu bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan
pemebelajaran yang ada di sekolah.
Beberapa metode dalam pemebelajaran IPA yang bisa digunakan dalam
proses belajar mengajar, sebagai berikut.
a. Metode ceramah
Menurut Wina Sanjaya (2006: 147) mengemukakan bahwa metode
ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui penuturan
secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa.
Kelebihan metode cermah diantaranya adalah:
1) guru dapat menguasai seluruh kelas,
2) mudah mengorganisasikan kelas, dan
3) mudah mempersiapkan dan melaksanakannnya.
28
Kelemahan metode cermah diantaranya adalah:
1) bila terlalu lama digunakan, cenderung membosankan,
2) peran serta siswa dalam pembelajaran rendah,
3) perhatian dan motivasi siswa sulit diukur, dan
4) keberhasilan siswa tidak terukur.
b. Metode Diskusi
Menurut Zainal Aqib (2014: 107) diskusi adalah interaksi antara siswa
dengan siswa atau siswa dengan guru untuk menganalisis, memecahkan masalah,
menggali, memperdebatkan topic atau permasalahan tertentu.
Kelebihan metode diskusi diantaranya adalah:
1) memperluas wawasan,
2) merangsang kreativitas peserta didik, dan
3) mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain.
Kekurangan metode diskusi diantaranya adalah:
1) menyita waktu dan jumah siswa harus sedikit,
2) apatis bagi siswa yang tidak terbiasa berbicara dalam forum, dan
3) siswa mendapat informasi yang terbatas.
c. Metode Demontrasi
Menurut Muhibbin Syah (2006: 208) demonstrasi adalah metode mengajar
dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan dan urutan melakukan
kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran
yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. Dengan
29
metode demontrasi , proses penerimaan materi yang didapatkan oleh siswa akan
terkesan mendalam sehingga memebentuk pengertian dengan baik dan sempurna.
Kelebihan metode demontrasi diantaranya adalah:
1) dapat membuat pelajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret,
2) siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari,
3) proses pengajaran lebih menarik, dan
4) siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori
dengan kenyataan, dan mencoba melakukannya sendiri.
Kekurangan metode demontrasi diantaranya adalah:
1) metode ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, karena tanpa
ditunjang denganhal itu, pelaksanaan demontrasi akan tidak efektif,
2) fasilitasi seperti peralatan, tempat,dan biaya yang memadai tidak selalu
tersedia dengan baik, dan
3) demontrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang di
samping memerlukan waktu yang cukup panjang, yang mungkin terpaksa
mengambil waktu satu jam pelajaran lain.
d. Metode Eksperimen
Menurut Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain (2002: 95) eksperimen
(percobaan) adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa melakukan percobaa
dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam
proses belajar mengajar dengan metode eksperimen ini siswa diberi kesempatan
untuk mengalami sendiriatau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses,
30
mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan
sendiri mengenai suatu objek, keadaan, atau proses sesuatu.
Kelebihan metode eksperimen diantaranya adalah:
1) membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan
percobaan,
2) dapat membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru dengan
penemuan dari hasil percobaannya dan bermanfaat bagii kehidupan
manusia, dan
3) hasil-hasil
percobaan
yang
berharga
dapat
dimanfaatkan
untuk
kemakmuran umat manusia.
Kekurangan metode eksperimen diantaranya adalah:
1) metode ini lebih sesuai dengan bidang-bidang sains dan teknologi,
2) metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak
selalu mudah diperoleh dan mahal,
3) metode ini menutut ketelitian, keuletan dan ketabahan, dan
4) setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena
mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan
kemampuan.
e. Metode Discovery
Metode discovery merupakan komponen dari praktek pendidikan yang
meliputi, metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif, berorientasi pada
proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri, dan reflktif. Menurut Sund dalam
(Zainal Aqib, 2014: 118) menyatakan discovery adalah proses mental dimana
31
siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip. Yang dimaksud
proses mental tersebut yaitu mengamati, mencerna, mengerti, mengolongkan,
membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, memuat kesimpulan, dan sebagainya.
E. Kajian tentang Metode Guided Discovery
1. Pengertian MetodeDiscovery
Metode discovery merupakan komponen dari praktik pendidikan yang
meliputi metode mengajar yang mengajukan cara belajar aktif, berorientasi pada
proses, mengarahkan sendiri, dan mencari sendiri. Dalam pembelajaran IPA, IPA
berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematik, sehinga IPA
bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsepkonsep, prinsip-prinsip saja. IPA juga merupakan proses penemuan (discovery).
Untuk itu, pendidikan IPA di Sekolah Dasar diharapkan menjadi wahan bagi
siswa sekolah untuk mempelajari dirinya sendiri dan kaitannya dengan alam
sekitar.
Suryosubroto (2009: 178) menyatakan bahwa metode discovery diartikan
sebagai suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran, perseorangan,
manipulasi objek dan lain-lain percobaan, sebelum sampai pada generalisasi.
Sebelum siswa sadar akan pengertian, guru tidak menjelaskan dengan kata-kata.
Penggunaan metode discovery dalam proses belajar mengajar, memperkenankan
siswa-siswanya menemukan sendiri informasi yang secara tradisional biasa
diberitahukan atau diceramahkan saja.
Sementara itu, Ridwan Abdullah Sani (2013: 220) menyatakan bahwa,
discovery adalah menemukan konsep melalui serangkaian data atau informasi
32
yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan. Pembelajaran discovery
merupakan metode pembelajaran kognitif yang menuntut guru untuk lebih kreatif
menciptakan situasi yang dapat membuat peserta didik belajar aktif menemukan
pengetahuan sendiri.
Hamdani (2011: 184) berpendapat bahwa discovery (penemuan) adalah
proses mental ketika siswa mengasimilasikan suatu konsep atau suatu prinsip.
Adapun proses mental misalnya mengamati, menjelaskan, mengelompokkan,
membuat kesimpulan. Guru melibatkan siswa dalam proses mental melalui tukar
pendapat yang berwujud diskusi, seminar, dan sebagainya.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, peneiliti menyimpulkan bahwa
metode discovery merupakan proses belajar dimana siswa berperan aktif untuk
menemukan dan memperoleh pengetahuannya sendiri dengan pengamatan atau
diskusi dalam rangka mendapatkan pembelajaran yang lebih bermakna.
Menurut Sapriati (2009: 1.28) ada dua macam atau jenis pembelajaran
penemuan sebagai berikut.
a. Pembelajaran penemuan murni (free discovery)
Pembelajaran penemuan murni (free discovery) merupakan pembelajaran
penemuan tanpa adanya petunjuk atau arahan.
b. Pembelajaran penemuan terarah atau penemuan terbimbing (Guided
Discovery).
Pembelajaran
penemuan
terarah/terbimbing
(Guided
Discovery)
merupakan pembelajaran yang membutuhkan peran guru sebagai fasilitator dalam
proses pembelajarannya.
33
Demikian juga menurut Suwangsih dan Tiurlina (2006: 204-205), metode
penemuan atau pengajaran penemuan dibagi menjadi dua jenis, yaitu: penemuan
murni, pada pembelajaran dengan penemuan murni pembelajaran terpusat pada
siswa dan tidak terpusat pada guru, kegiatan penemuan ini hampir tidak
mendapatkan bimbingan guru; dan penemuan terbimbing, pada pengajaran dengan
penemuan terbimbing guru mengarahkan tentang materi pelajaran, berupa;
petunjuk, arahan, 14 pertanyaan atau dialog, sehingga diharapkan siswa dapat
menyimpulkan (menggeneralisasikan) sesuai dengan rancangan guru.
Berdasarkan pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa terdapat dua
jenis metode discovery yaitu: metode penemuan murni (free discovery) dan
metode penemuan terbimbing (guided discovery).
2. Metode Guided Discovery
Ditinjau dari penempatan guru dan siswa dalam pembelajaran terdapat tiga
macam metode pembelajaran IPA yaitu exposition (konvensional), guided
discovery dan inquiry.Pada metode exposition (konvensional) guru lebih
mendominasi sedangkan siswa pasif, lain halnya dengan metode inquiry di mana
siswa bersikap lebih aktif dan guru bertugas sebagai fasilitator. Pembelajaran
melalui metode guided discovery mengkombinasikan dari dua metode tersebut,
selain sebagai fasilitator guru juga aktif dalam membimbing siswa dalam
memperoleh pengetahuan dan menempatkan siswa untuk aktif (Carin & Sund,
1989: 91). Perbedaan tersebut dapat dilihat dari tabel pada halaman berikut ini.
Tabel 1 : Perbedaan Metode Pembelajaran Konvensional, Guided Discovery,
dan Inquiry
34
Metode
Pembelajaran
Guru
Expositon
(Konvensional)
Aktif
dan
mendominasi
Siswa
lebih
Pasif
Guided Discovery
Inquiry
Aktif dan sebagai
fasilitator
Fasilitator
Aktif
Aktif
Dari table diatas, metode guided discovery atau penemuan terbimbing
merupakan metode pembelajaran yang menciptakan situasi belajar yang
melibatkan siswa belajar secara aktif dan mandiri dalam menemukan suatu konsep
atau teori, pemahaman, dan pemecahan masalah. Proses penemuan tersebut
membutuhkan guru sebagai fasilitator dan pembimbing.
Sejalan dengan uraian diatas, metode guided discovery mengkombinasikan
dari dua cara pengajaran yaitu teacher centered dan student centered (Carin &
Sund, 1989: 93). Tugas guru dalam metode guided discovery yaitu selain sebagai
fasilitator juga aktif dalam membimbing siswa memperoleh pengetahuan dan
menempatkan murid untuk bersikap aktif.
Hendro Darmodjo dan Jenny Kaligis (1991: 37) menyatakan bahwa tujuan
dari guided discovery adalah mendapatkan efektivitas yang optimal dari proses
pembelajaran yang dilakukan, khususnya bagi anak usia SD. Hal tersebut
didukung dengan pendapat Cagne (Oemar Hamalik, 2010: 188) yang
mengungkapkan bahwa guided discovery terjadi dengan sistem dua arah
melibatkan siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan guru. Siswa melakukan
discovery, sedangkan guru membimbing mereka kearah yang tepat atau benar.
Collete & Chiapetta (Eka Gunawan: 2010) menyatakan di dalam guided
discovery,
guru
mengidentifikasi
sebuah
35
permasalahan
dan
menyusun
pembelajaran dengan berbagai aktivitas yang akan mengarahkan siswa untuk
menemukan pengetahuan baru. Sehingga, guru harus mempunyai keterampilan
dalam menyusun pertanyaan-pertanyaan dan kemampuan untuk meminta jawaban
pada saat yang tepat untuk membimbing siswa menemukan pemecahan masalah
tanpa menganggu pemikiran siswa.
Pembelajaran guided discovery dapat dilakukan dengan membagi siswa
dalam kelompok-kelompok kecil. Hal ini dilakukan agar setiap siswa
berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran.Selain itu, dengan proses kooperatif
siswa dapat bertukar ide dan belajar bersama dengan siswa lainnya (Howe, 1993:
197).
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa metode
guided discovery merupakan metode pembelajaran yang mengarahkan siswa
untuk menemukan konsep dan prinsip dengan bimbingan dari guru yang bertujuan
untuk mendapatkan efektifitas yang optimal dari proses pembelajaran yang
diikuti. Kegiatan pembelajaran guided discovery tepat untuk anak SD karena
dengan metode ini siswa dapat membangun pengetahuan mereka sendiri dengan
mengembangkan sikap ingin tahu yang mereka miliki.. Di dalam penelitian yang
akan dilakukan guided discovery digunakan untuk mengamati peningkatan
keterampilan komunikasi IPA siswa.
3. Rencana dan Langkah-langkah Pembelajaran dengan Menerapkan
Metode Guided Discovery
Howe (1993: 179) menjelaskan bahwa dalam guided discovery terdapat
bagian rencana pelajaran yang hampir sama dengan metode intruksi langsung,
tetapi ada bagian dari rencana pelajaran dalam guided discovery yang
36
menunjukkan karakteristik khusus. Pada metode intruksi langsung, isi pelajaran
disajikan secara langsung, seperti menunjukkan, guided discovery lebih
mementingkan kontruksi mental peserta didik. Alasan yang paling penting untuk
melakukan penemuan adalah proses kognitif, afektif, dan sosial lebih penting
daripada hanya sekedar pemerolehan pengetahuan secara kognitif saja.
Setiap rencana pembelajaran memerlukan tujuan, bahan, dan penilaian.
Setiap rencana pembelajaran juga memerlukan kegiatan belajar, tetapi jenis dan
urutannya bergantung pada metode yang akan digunakan dan tujuan yang akan
dicapai. Howe (1993: 185) mengemukakan rencana pembelajaran dengan
menerapkan metode guided discovery adalah sebagai berikut.
a. Performance objective (tujuan kinerja)
b. Materials (bahan-bahan yang dibutuhkan)
c. Learning activities (kegiatan pembelajaran)
1. Motivation (pemberian motivasi) Motivasi diberikan agar siswa
merasa yakin dapat memecahkan masalah yang akan mereka hadapi.
2. Data collecting (pengumpulan data) Siswa diberi kebebasan untuk
melakukan kegiatan penemuan sesuai dengan prosedur yang telah
ditentukan sebelumnya. Guru hendaknya jangan terlalu ikut campur
dalam kegiatan pengumpulan data agar siswa benar-benar merasa puas
akan kerja keras mereka sendiri.
3. Data
processing
(pengolahan
data)
Idealnya,
waktu
antara
pengumpulan data dengan pengolahan data haruslah pendek. Hal ini
agar apa yang mereka peroleh masih segar dalam ingatan mereka.
37
4. Closure (penutupan) Penutupan dapat dilakukan dengan meminta anak
untuk membuat rangkuman atau kesimpulan atas apa yang telah
mereka peroleh. Selain itu, guru juga dapat memberikan ide-ide
terbuka yang menggugah rasa ingin tahu anak agar mereka terus
berpikir atas apa yang mereka lakukan setelah jam pelajaran berakhir.
Hal ini bisa dilakukan dengan memberikan sebuah pertanyaan kepada
semua siswa untuk dipikirkan.
5. Appraisal (penilaian) Penilaian dilakukan untuk mengetahui apakah
tujuan pembelajaran sudah terpenuhi atau belum. Selain dengan tes,
penilaian dapat dilakukan dengan observasi atas apa yang telah
dilakukan oleh siswa. Proses kognitif lebih penting daripada hanya
sekedar domain kognitif saja.
Howe (1993: 196) mengemukakan langkah-langkah pembelajaran guided
discovery adalah sebagai berikut.
a. Mengatur dan menetapkan standar perilaku siswa.
b. Jangan mengatakan tujuan pembelajaran atau konsep yang ingin dicapai.
Hal tersebut akan mengacaukan apa yang seharusnya mereka temukan
sendiri dan menghancurkan pemikiran penemuan mereka.
c. Prosedur diberikan secara singkat dan jelas. Siswa harus dikondisikan
untuk mengikuti prosedur yang telah ditentukan. Guru harus membimbing
siswa untuk tidak menciptakan prosedur kegiatan sendiri.
d. Memperkenalkan kosakata baru hanya jika diperlukan dalam konteks
pembelajaran.
38
e. Siswa melakukan kegiatan pengumpulan data tanpa gangguan.
f. Guru dapat berbicara lembut kepada anak sesuai dengan kebutuhan. Hal
ini dilakukan untuk mencegah kebosanan.
g. Pisahkan siswa dari bahan-bahan sebelum mereka berdiskusi.
h. Selama pemrosesan data, tanyakan kepada siswa laporan tentang apa yang
telah mereka peroleh agar mereka menggambarkan pengamatan yang telah
mereka lakukan.
i. Bila mungkin, melanjutkan diskusi melampaui deskripsi dengan meminta
anak untuk berpikir tingkat tinggi seperti inferensi, pembenaran,
generalisasi, dan spekulasi tentang sistem terkait yang belum dicoba.
j. Jangan meringkas pelajaran untuk siswa, biarkan mereka melakukannya
sendiri. Hal ini dilakukan agar siswa memahami atas apa yang mereka
peroleh selama proses pembelajaran.
Menurut J. Richard Scuhman (Suryosubroto, 2002: 194), langkah-langkah
pembelajaran dalam metode guided discovery adalah sebagai berikut.
a. Adanya problema yang akan dipecahkan. Problema ini dapat dinyatakan
sebagai pertanyaan atau pernyataan.
b. Jelas tingkat/kelasnya, dinyatakan dengan jelas tingkat siswa yang akan
diberi pelajaran. Pada penelitian ini adalah siswa kelas III.
c. Konsep atau prinsip yang harus ditemukan oleh siswa melalui kegiatan
tersebut perlu ditulis dengan jelas.
d. Alat dan bahan perlu disiapkan sesuai dengan kebutuhan peserta didik
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.
39
e. Proses berpikir kritis perlu dijelaskan untuk menunjukkan adanya “mental
operation” siswa yang diharapkan dalam kegiatan.
f. Catatan guru, meliputi penjelasan tentang bagian-bagian yang sulit dari
pembelajaran.
Berdasarkan uraian langkah-langkah pembelajaran di atas, terdapat
perbedaan pendapat yang cukup mencolok antara yang dikemukakan oleh Howe
dengan J. Richard Scuhman.Howe menyatakan bahwa konsep atau prinsip yang
ingin dicapai tidak diberitahukan terlebih dahulu kepada siswa agar tidak
mengacaukan pemikiran penemuan mereka.Adapun menurut J. Richard Scuhman,
konsep atau prinsip yang harus ditemukan oleh siswa melalui kegiatan tersebut
perlu ditulis dengan jelas. Pada penelitian ini, hal yang akan dilakukan adalah
konsep atau prinsip yang ingin dicapai tidak diberitahukan terlebih dahulu agar
siswa tetap bersemangat untuk menemukan sendiri konsep-konsep tersebut.
Berdasarkan rencana dan langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran yang
telah disampaikan oleh para ahli, maka peneliti merangkum langkah-langkah
pokok metode guided discovery yang akan diterapkan adalah sebagai berikut.
1. Pemberian pertanyaan.
2. Alat dan bahan yang perlu disediakan sesuai kebutuhan siswa.
3. Kegiatan penemuan berupa kegiatan pengumpulan dan pemrosesan data.
4. Kegiatan diskusi untuk membahas hasil temuan siswa.
5. Menyimpulkan materi pelajaran.
4. Keuntungan dan Kelemahan Metode Guided Discovery
40
Metode guided discovery mempunyai beberapa keuntungan
dan
kekurangan sehingga perlu adanya pemahaman dalam melaksanakan metode
tersebut. Menurut Jamil Suparihatiningrum
(2013: 244-245) menyatakan
keuntungan belajar menggunakan metode penemuan terbimbing, sebagai berikut.
a. Mengembangkan potensi intelaktual.
b. Mengubah siswa dari memiliki motivasi dari luar menjadi motivasi dalam
diri.
c. Siswa akan belajar bagaimana belajar.
d. Mempertahankan memori.
Menurut Suryosubroto (Eka Gunawan, 2010) menyatakan metode Guided
Discovery memiliki kekurangan, sebagai berikut.
a. Dipersyaratkan keharusan adanya persiapan mental untuk cara belajar ini.
Misalnya siswa yang lamban bingung dalam usaha mengembangkan
pikirannya jika berhadapan dengan hl-hal yang abstrak.
b. Metode ini kurang berhasil untukmengajarkelas besar. Misalanya sebagian
waktu dapat hilang karena membantu siswa menemukan teori-teori.
c. Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan guru
dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran secara
tradisional.
d. Mengajar
dengan
penemuan
mungkin
akan
dipandang
terlalu
mementingkan memperoleh pengertian dan kurang memperhatikan
diperolehnya sikap keterampilan.
41
e. Dalam beberapa ilmu, fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba ide-ide,
tidak mungkin ada.
f. Metode ini mungkin tidak akan memberi kesempatan untuk berpikir
kreatif apabila pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi
terlebih daulu oleh guru, demikian proses-proses di bawah pembinaannya.
Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa metode
guided discovery tidak hanya memiliki banyak kelebihan, tetapi juga beberapa
kelemahan. Oleh karena itu perlu adanya pemahaman yang mendalam mengenai
metode ini supaya dalam penerapannya dapat terlaksana dengan efektif.
5. Peran Guru dan Siswa dalam Metode Guided Discovery
Guru memiliki peran penting dalam metode guided discovery. Hendro
Darmodjo dan Jenny R.E Kaligis (1993: 37) mengemukakan peran guru dalam
metode guided discovery: (a) memberikan bimbingan dan pengarahan agar siswa
dapat mencapai tujuan atau dapat menemukan konsep-konsep IPA, (b)
melontarkan masalah serta memberikan alternatif pemecahannya, (c) memonitor
proses belajar, (d) menolong siswa yang mengalami hambatan melalui
pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan, dan (e) memberikan penilaian.
Menurut Oemar Hamalik (2010: 188) dalam menerapkan metode
terbimbing guru perlu memiliki keterampilan memberikan bimbingan yaitu
mendiagnosis kesulitan-kesulitan siswa dan memberikan bantuan dalam
memecahkan masalah yang dihadapi siswa. Guru berperan sebagai fasilitator yang
42
membimbing siswa dalam proses pembelajaran dan memberikan informasiinformasi yang dibutuhkan oleh siswa.
Selain guru, siswa juga memiliki peran penting dalam metode guided
discovery. Menurut Suprihadi Saputro, dkk (2000: 198) menyatakan bahwa
peranan siswa dalam metode guided discovery antara lain:
a) terjadinya proses mental yang tinggi dari siswa, sebab dengan kreatifitas
ini siswa dapat mengasimilasi konsep dan prinsip,
b) problem sloving,
c) self learning activity,dan
d) tanggung jawab sendiri.
Berdasarkan pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa peran guru
dan siswa mendukung untuk keberhasilan penerapan metode guided discovery
(penemuan terbimbing). Masing-masing peran tersebut harus dimaksimalkan agar
proses pembelajaran berjalan lancar dan tujuan pembelajaran tercapai dengan baik
dan optimal.
6. Metode Guided Discovery dan Keterampilan Komunikasi IPA
Pengaruh penerapan metode guided discovery dalam pembelajaran IPA
terhadap peningkatkan keterampilan komunikasi siswa adalah dengan adanya
pemberian kesempatan kepada siswa untuk menemukan sendiri konsep-konsep
atau prinsip IPA, dapat membuat siswa merasa tertantang untuk menyelesaikan
masalah yang ada dihadapannya dengan cara melakukan penemuan secara
berdiskusi.
43
Dengan
melakukan
diskusi
kelompok
terdapat
langkah-langakah
keterampilan komunikasi yang dapat siswa lakukan, yaitu: 1) identifies objects
and events accurately, 2) describes objects and events accurately, 3) provides
description such that others can identify unknown objects, 4) formulates
reasonable and logical arguments to justify explanations and conclusions, 5)
transmits information to others accurately in oral and written formats,and 6)
verbalizes thinking.
Langkah-langkah tersebut dapat membantu siswa dalam
menyampaikan keterampilan komunikasinya. Sesuai dengan alasan yang
dikemukakan Indrawati (1999: 16) keterampilan berkomunkiasi adalah salah satu
keterampilan
proses
yang
berkaitan
dengan
kemampuan
siswa
dalam
menyampaikan gagasan atau ide agar lebih efektif, baik melalui lisan atau tulisan.
Tetapi, hal tersebut tidak akan berjalan tanpa bimbingan dari seorang guru.
Hal ini sejalan dengan alasan yang di kemukan Howe (1993:172), penerapan
metode penemuan dalam dimungkinkan gagal karena tidak adanya bimbingan dari
guru.Apa yang dilakukan siswa menjadi tidak terkontrol. Hal ini sangat
berpengaruh terhadapat peningkatan keterampilan komunikasi IPA dalam sebuah
kelompok diskusi. Siswa dimungkinkan akan mendapatkan jawaban dan perhatian
yang sangat jauh berbeda dengan yang semestinya mereka peroleh jika tidak
adanya bimbingan. Carin dan Sund mengungkapkan bahwa anak usia SD paling
tepat menggunakan metode pembelajaran guided discovery. Maksudnya ialah
anak usia SD masih memerlukan bimbingan dari guru untuk menemukan konsepkonsep IPA (Hendro Darmodjo dan Jenny Kaligis, 1991: 35).
44
Hendro Darmodjo dan Jenny Kaligis (1991: 37) mengungkapkan bahwa
metode guided discovery dalam proses belajar mengajar akan menjadikan siswa
aktif dalam melakukan eksplorasi, observasi, investigasi dengan bimbingan guru.
Kegiatan ini berdampak positif terhadap proses kognitif, afektif, dan sosial peserta
didik. Dengan menerapkan metode guided discovery peneliti akan melaksanakan
peningkatan keterampilan komunikasi IPA siswa kelas III.
Dalam pelaksanaanya, peneliti menerapkan metode guided discovery,
dengan alasan siswa kelas III masih membutuhkan bimbingan dari guru dalam
pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
F. KerangkaPikir
Keterampilan mengkomunikasi IPA adalah kemampuan sesorang atau
siswa untuk menyampaikan pengetahuannya, hasil pengamatan, maupun hasil
penelitiannya kepada orang lain dengan jelas dan mudah dipahami baik secara
lisan maupun tertulis. Keterampilan komunikasi IPA juga merupakan salah satu
keterampilan yang perlu dikuasai oleh siswa. Bentuk keterampilan komunikasi
IPA yang dipakai dalam penelitian ini adalah anatrpersonal yakni komunikasi
kelompok kecil. Agar keterampilan ini dikuasai dengan baik oleh siswa
dibutuhkan metode yang tepat. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk
meningkatkan keterampilan komunikasi IPA adalah metode guided discovery.
Metode guided discovery yang diterapkan sesuai dengan langkah-langkah
dapat mendorong siswa aktif dan bekerjasama selama proses pembelajaran di
dalam diskusi kelompok kecil. Langkah-langkah metode guided discovery
meliputi pemberian pertanyaan, alat dan bahan yang perlu disediakan sesuai
45
kebutuhan siswa, kegiatan penemuan berupa kegiatan pengumpulan dan
pemrosesan data, kegiatan diskusi untuk membahas hasil temuan siswa, dan
menyimpulkan materi pelajaran.
Pada pembelajaran IPA dengan metode guided discovery kelas dibagi ke
dalam beberapa kelompok.Siswa diberikan pertanyaan yang memancing
pengetahuan siswa. Proses interaksi dalam kelompok dimaksudkan agar siswa
dapat mengidentifikasi konsep IPA yang muncul dalam kegiatan. Kemudian siswa
disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk penemuan, setelah
melakaukan penemuan siswa mengumpulkan dan memproses data hasil penemuan
yang dilakukan bersama-sama teman kelompok.
Setelah itu, setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya secara
bergantian di depan kelas jika kegiatan penemuan telah selesai. Kelompok yang
tidak maju menanggapi hasil penemuan kelompok lain. Guru mendorong siswa
untuk menarik kesimpulan dari kegiatan penemuan yang baru saja mereka
lakukan setelah semua kelompok selsai presentasi.
Metode guided discovery yang diterapkan dalam diskusi kelompok
bertujuan mendapatkan efektifitas yang optimal khususnya bagi anak usia SD.
Metode ini sangat tepat digunaka untuk anak SD karena mempunyai manfaat
antara lain: membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan,
penguasaan keterampilan, dan proses kognitif, afektif dan psikomotorik siswa.
Dengan metode guided discovery siswa akan lebih aktif dalam pembelajaran IPA.
Jadi dapat disimpulkan bahwa metode guided discovery sangat tepat apabila
digunakan untuk meningkatkan keterampilan mengkomunikasi.
46
G. Hipotesis Tindakan
Penerapan metode guided discovery dapat meningkatkan keterampilan
komunikasi IPA siswa kelas III SD Negeri Kejambon 1 Sleman.
H. Definisi Operasional
1. Keterampilan Komunikasi IPA
Keterampilan mengkomunikasi IPA adalah kemampuan sesorang atau
siswa untuk menyampaikan pengetahuannya, hasil pengamatan, maupun hasil
penelitiannya kepada orang lain dengan jelas dan mudah dipahami baik secara
lisan maupun tertulis.
2. Metode Guided Discovery
Metode guided discovery merupakan metode pembelajaran yang
melibatkan siswa secara aktif untuk mencoba menemukan sendiri pengetahuan
yang diharapkan dengan bimbingan dan petunjuk yang diberikan guru.
47
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini dikemas dalam penelitian tindakan kelas (PTK). Suharsimi
Arikunto,dkk. (1996: 3) mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas
merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan,
yang
sengaja
dimunculkan
dan
terjadi
dalam
sebuah
kelas
secara
bersama.Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang
dilakukan oleh siswa.
Berdasarkan jenis-jenis penelitian tindakan kelas di dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan jenis penelitian tindakan kolaborasi. Kasihani Kasbolah
(1999: 123) mengemukakan penelitian tindakan kolaborasi adalah bentuk
48
penelitian yang melibatkan beberapa pihak yaitu peneliti dan guru kelas untuk
bekerja sama menjadi suatu tim peneliti mulai dari perencanaan, pelaksanaan
tindakan, pengamatan sampai dengan refleksi. Peneliti dan guru kelas secara
bersama-sama melakukan penelitian dengan tujuan untuk meningkatkan
keterampilan komunikasi IPA siswa dengan menerapkan metode guided
discovery.
B. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas III SD Negeri Kejambon
1 Sleman Yogyakarta tahun ajaran 2015 yang terdiri atas 28 Orang.Siswa
berjenis kelamin laki-laki berjumlah 13 siswa sedangkan siswa berjenis
kelamin perempuan berjumlah 15 siswa.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah meningkatkan keterampilan komunikasi IPA pada
siswa kelas III SDN Kejambon 1, Sleman dengan menggunakan metode
guided discovery.
C. Setting Penelitian
Setting yang digunakan dalam penelitian iniadalah ruang kelas III SDN
Kejambon 1. Sekolah Dasar ini terletak di Sorobayan, Sindumartani,Ngemplak,
Sleman. Sekolah dasar tersebut dipilih sebagai tempat penelitian karena
berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada siswa kelas III,
ditemukan adanya permasalahan dalam pembelajaran IPA yaitu kurangnya
49
penggunaan keterampilan komunikasi IPA dalam kegiatan pembelajaran saat
tanya jawab, presentasi maupun diskusi kelompok.
D. Desain Penelitian
Pada penelitian tindakan kelas, peneliti menggunakan model spiral
Kemmis dan Taggart (Wijaya Kusumah, 2010: 21). Alur penelitian tindakan kelas
yang didasarkan pada model spiral ini dapat dilihat pada gambar berikut.
3
1
2
6
4
5
50
Gambar 1. Proses Penelitian Tindakan
Keterangan:
Siklus I
Siklus II
: 1. Perencanaan I
2. Tindakan dan Observasi I
3. Refleksi
: 1. Perencanaan I
2. Tindakan dan Observasi II
3.Refleksi
Penelitian tindakan kelas ini merupakan penelitian yang dilaksanakan
dalam bentuk siklus. Setiap siklus terdiri dari: 1) perencanaan, 2) tindakan, 3)
observasi, dan 4) refleksi.
1. Perencanaan
Penyusunan
perencanaan
tindakan
dilakukan
untuk
memecahkan
permasalahan yang ditemukan berdasarkan hasil observasi.Permasalahan yang
ditemukan oleh peneliti adalah rendahnya keterampilan komunikasi IPA
siswa.Pada tahap ini peneliti dan kolaborator merancang tindakan yang akan
dilakukan untuk meningkatkan keterampilan komunikasi IPA siswa kelas III SDN
Kejambon 1, Sleman. Hasil dari perencanaan adalah sebagai berikut.
a. Peneliti menemukan masalah penelitian yang ditemukan berdasarkan hasil
observasi awal. Masalah yang dipilih adalah meningkatkan keterampilan
komunikasi IPA siswa.
b.
Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan instrumen
penelitian.
c. Membuat LKS
51
d. Peneliti dan guru menetapkan waktu pelaksanaan penelitian tindakan
kelas.
e.
Melakukan tes untuk mengukur keterampilan komunikasi IPA siswa. Tes
dilakukan pada setiap akhir pertemuan.
2. Melaksanakan Pembelajaran/ Pelaksanaan Tindakan
Peneliti melaksanakan tindakan pembelajaran sesuai Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat. Namun, perencanaan yang dibuat bersifat
fleksibel dan terbuka terhadap perubahan-perubahan dalam pelaksanaannya. Oleh
karena itu, penelitian bersifat tidak tetap dan dinamis, yang memerlukan
keputusan cepat tentang apa yang perlu dilakukan. Peneliti melaksanakan
tindakan dalam dua siklus yaitu siklus I dan siklus II.Setiap siklus terdiri dari dua
kali pertemuan dengan alokasi waktu 4 x 35 menit.
3. Observasi
Tahap observasi dilakukan dengan mengamati kegiatan guru dan siswa
dalam kegiatan belajar mengajar. Pengamatan difokuskan pada keaktifan siswa
pada saat melakukan tanya jawab, presentasi maupun diskusi kelompok, kegiatan
yang dilakukan oleh guru, dan situasi pada saat pelaksanaan pembelajaran.
Pengamatan dilakukan terhadap siswa baik sebelum maupun sesudah pelaksanaan
tindakan dalam pembelajaran. Observasi terhadap
pelaksanaan tindakan
dilakukan untuk mendokumentasikan keterampilan komunikasi IPA
siswa
sebagai dasar untuk kegiatan refleksi untuk memperbaiki pelaksanaan tindakan
52
pada kegiatan selanjutnya (revisi). Dalam kegiatan ini, peneliti bertindak sebagai
observer yang melakukan pengamatan dengan pedoman lembar observasi.Peneliti
juga mengambil beberapa foto sebagai dokumentasi.Peneliti dan guru berdiskusi
mengenai hasil akhir tindakan serta menyusun rancangan tindakan berikutnya.
4. Refleksi
Refleksi adalah kegiatan mengevaluasi hasil yang diperoleh dari
pengamatan.Refleksi dilakukan secara bertahap untuk memperbaiki pelaksanaan
yang telah dilakukan sebelumnya. Kegiatan refleksi dalam penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui hasil tindakan dan kendala-kendala yang muncul
pada saat proses pembelajaran. Data atau hasil perubahan setelah adanya tindakan,
dianalisis kemudian dijadikan acuan perubahan atau perbaikan tindakan untuk
dilakukan pada tindakan selanjutnya. Apabila pada tindakan pertama hasil
penelitian masih belum sesuai dengan tujuan pembelajaran, dapat dilakukan
perbaikan terhadap kekurangan dan kendala yang terjadi pada proses
pembelajaran sebelumnya.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas
ini adalah observasi, dan dokumentasi.Daryanto (2011: 80) menyatakan bahwa
observasi adalah pengamatan dan pencatatan suatu obyek yang difokuskan pada
perilaku tertentu. Observasi dilakukan secara langsung pada saat proses
pembelajaran berlangsung, untuk mengetahui apakah penerapan metode Guided
Discovery dapat meningkatkan keterampilan mengkomunikasi siswa.
53
Suharsimi Arikunto (2002: 206) mengatakan metode dokumentasi
dilakukan dengan cara mencari data mengenai hal-hal variable yang berupa
catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, agenda,hasil
tes dan sebagainya. Studi dokumen dilakukakan dengan cara pengambilan foto
pada proses pembelajaran berlangsung.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data agar memudahkan peneliti dalam mengolah data.Instrumen
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Dokumentasi
2. Lembar Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis atas
fenomena-fenomena yang diteliti.Pada penelitian ini ada dua lembar observasi
yang digunakan.
a. Lembar observasi aktivitas guru dalam menerapkan metode guided
discovery
Lembar observasi ini digunakan untuk memperoleh informasi ketepatan
guru dalam menerapkan metode guided discovery. Adapun kisi-kisi lembar
observasi aktivitas guru adalah sebagai berikut.
Tabel 2. Kisi-Kisi Lembar Observasi Aktivitas Guru dalam Menerapkan
Metode Guided Discovery
Indikator
Butir Soal
Jumlah
Butir
Pemberian pertanyaan
1, 2, 8
3
Memastikan alat dan bahan yang perlu disediakan
sesuai kebutuhan siswa
Membimbing siswa melakukan diskusi
54
3, 4
2
7, 9, 10
3
Kegiatan
penemuan
berupa
pengumpulan dan pemrosesan data
kegiatan
Membimbing siswa menyimpulkan materi dan
memberikan tindak lanjut
Jumlah
5, 6
2
11, 12
2
b. Lembar Observasi Keterampilan Komunikasi IPA Siswa
Lembar observasi digunakan untuk menilai keterampilan komunikasi IPA
siswa selama mengikuti pembelajaran melalui penerapan metode guided
discovery. Adapun kisi-kisi lembar observasi keterampilan komunikasi IPA
siswa adalah sebagai berikut.
Table 3:Kisi-kisi Lembar Observasi Keterampilan Komunikasi IPA Siswa
No.
Indikator
1.
Identifikasi objek dan peristiwa
dengan akurat.
2.
Mendeskripsikan objek dan peristiwa
dengan akurat.
3.
Membantu mendeskripsikan sehingga
yang lain dapat mengidentifikasikan
objek yang tidak diketahui.
4.
Menyusun alasan yang logis untuk
menjelaskan
dan
memberi
kesimpulan.
5.
Membagikan informasi secara akurat
kepada yang lain dengan lisan
maupun tulisan.
6.
Verbalisasai pemikiran
55
Jumlah
5
3
4
6
4
3
25
Jumlah
G. Teknik Analisis Data
1. Analisis Data Aktivitas Siswa dan Guru dalam Proses Pembelajaran
Menurut Wina Sanjaya (2013:106) analisis data merupakan proses
pengolahan dan penginterpretasi data yang bertujuan mendudukan berbagai
informasi hingga memiliki arti dan makna sesuai dengan tujuan penelitian.
Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis data
secara deskriptif, artinya mendeskripsikan data-data yang terkumpul.Teknik
analisis data dilakukan melalui tiga tahap yaitu: (1) tahap pertama mereduksi
data atau menyeleksi data sesuai dengan fokus masalah, (2) tahap kedua
mendeskripsikan data sehingga data yang telah dikumpulkan menjadi
bermakna, dan (3) membuat kesimpulan berdasarkan deskripsi data.
Hasil observasi didapat melalui lembar observasi aktivitas siswa dan
aktivitas guru digunakan untuk melihat keterampilan komunikasi IPA.Data
yang terkumpul diolah dan dianalisis dengan membuat tabel dan persentase.
Rumusan penghitungan analisis persentase aktivitas siswa dan guru dalam
proses pembelajaran yang digunakan adalah rumusan persentase yang
dikemukakan oleh M. Ngalim Purwanto (2010: 102) pada halaman berikut
ini.
Jumlah skor yang diperoleh
Nilai rata-rata (NR) =
100%
Jumlah skor maksimal
56
Dalam menentukan kriteria penilaian tentang hasil observasi aktivitas
siswa dan guru, maka dilakukan pengelompokkan atas 5 kriteria penilaian
yaitu sangat baik, baik, cukup, kurang dan sangat kurang. Adapun kriteria
persentase tersebut menurut Ngalim Purwanto (2010: 103 ) adalah sebagai
berikut.
Tabel 4. Kriteria Penilaian Hasil Observasi Aktivitas Guru dan Siswa
Prenstase (%)
Keterangan
86-100
Sangat Baik
76-85
Baik
60-75
Cukup
55-59
Kurang
≤54
Sangat Kurang
H. Kriteria Keberhasilan Tindakan
Penelitian ini dinyatakan berhasil jika terjadi peningkatan keterampilan
komunikasi IPA siswa yang diperoleh dari hasil observasi. Adapun kriteria
keberhasilan tindakan yang ditentukan adalah keterampilan komunikasi IPA siswa
minimal mencapai kategori baik .
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
SD Negeri Kejambon 1 berada di kecamatan Ngemplak desa Sindumartani
dan jalan kejambon.Sekolah Kejambon 1 terletak diantara sawah, perumahan dan
balai desa. Jarak kepusat kecamatan 6 km, dan jarak kepusat Otoda 18 km.
Bangunan sekolah Kejambon 1 menghadap ke timur. Di kanan bangunan SD
57
bersebelahan dengan Balai Desa, sebelah kiri bersebelahan dengan sawah. Di
depan bangunan terdapat jualan. Dibagian kanan dekat balai desa juga terdapat
banyak penjual yang berjualan. Akses menuju sekolah sangat mudah karena di
depan sekolah merupakan jalan yang cukup besar dan merupakan jalan yang
sering digunakan untuk akses menuju mana saja.
SD Negeri Kejambon 1 memiliki lingkungan fisik yang cukup baik. Hal
itu dapat dilihat dari kondisi bangunan yang masih kokoh, halaman sekolah yang
bersih, dan tata ruang yang cukup rapi. SD Negeri Kejambon 1 memiliki 6 ruang
kelas, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 perpustakaan, 1 gudang, 3 kamar
mandi beserta toilet, 1 ruang UKS, dan 1 musholla.
Penelitian ini dilaksanakan di kelas III SD Negeri Kejambon 1. Subyek
penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas III dengan jumlah 28 siswa yang terdiri
dari 12 siswa perempuan dan 16 siswa laki-laki.Sekitar 75% dari siswa tersebut
tinggal di daerah perkampungan yang berada di sekitar sekolah. Pada kelas III SD
Negeri Kejambon 1 jumlah siswa laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan
jumlah siswa perempuan maka keadaan kelas terkadang mengalami kesulitan
untuk dikondisikan.
2. Deskripsi Data Awal Siswa Pra Siklus
Penelitian ini terdiri dari dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Setiap
siklus masing-masing melakukan 2 kali pertemuan. Banyak pertemuan dalam
setiap siklusnya ditentukan berdasarkan silabus yang digunakan oleh guru kelas
III SD Negeri Kejambon 1. Waktu penelitian dilaksanakan mulai hari rabu,
tanggal 28 Oktober 2015 sampai dengan hari selasa 17 November 2015
58
disesuaikan dengan jadwal jam pembelajaran IPA. Berikut yaitu pemaparan hasil
penelitian pada pra siklus, siklus I dan siklus II.
Sebelum dilakukan tindakan penelitian, peneliti dan guru melakukan
pengamatan mengenai keterampilan komunikasi IPA kelas III SD Negeri
Kejambon 1. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui keterampilan siswa dalam
berkomunikasi pada pembelajaran IPA. Pengamatan dilakukan pada hari selasa
tanggal 28 Oktober 2015 saat pelajaran IPA. Lembar observasi yang digunakan
untuk mengamati keterampilan komunkasi IPA pada kegiatan pra siklus terdapat
25 indikator. Hasil pengamatan pada kegiatan pra siklus digunakan sebagai dasar
untuk mengetahui seberapa besar keterampilan komunikasi pada mata pelajaran
IPA sebelum pelaksanaan tindakan penelitian. Sehingga hasil pengamatan pada
kegiatan pra siklus dapat digunakan sebagai penguat yang menunjukkan bahwa
keterampilan komunkasi IPA pada siswa kelas III SD Negeri Kejambon 1 masih
tergolong rendah yaitu pada kategori kurang.
Hasil pengamatan pra siklus keterampilan komunikasi IPA siswa kelas III
SDN Kejambon 1 dapat dilihat pada halaman. Keterampilan komunikasi
IPAsiswa masih tergolong rendah yaitu pada kategori kurang (59,91%) karena
batas minimalnya adalah kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan
komunikasi siswa kelas III pada pembelajaran IPA belum mencapai kriteria yang
diharapkan, yaitu rata-rata ketrampilan komunikasi IPA
mencapaikategori
baik.Sedangkan hasil pengamatan mengenai kemampuan guru pada kegiatan pra
siklus dapat dilihat pada halaman. Kemampuan guru pada kegiatan sudah
59
tergolong cukup (60,41%). Hal tersebut dikarenakan guru belum mengoptimalkan
penggunaan metode guided discovery sesuai dengan langkah-langkahnya.
Berdasarkan hasil pengamatan pra siklus tersebut maka lebih meyakinkan peneliti
dan guru untuk melaksanakan tindakan dengan subyek penelitian yaitu seluruh
siswa kleas III dan guru kelas III SD Negeri Kejambon 1.
3.
Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus 1
Data yang diperoleh pada tahap pra tindakan dijadikan sebagai pedoman
dalam melaksanakan tindakan siklus I. Hal ini dilakukan guna memperoleh
peningkatan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPA.Adapun tahap-tahap
yang dilaksanakan pada siklus I adalah sebagai berikut.
a. Perencanaan Tindakan Siklus 1
Hal-hal yang akan dilakukan peneliti bersama guru dalam tahap
perencanaan adalah sebagai berikut.
1) Menentukan SK dan KD yang akan digunakan pada saat penelitian.
2) Menyusun RPP berdasarkan SK dan KD yang digunakan dengan
menggunakan motode pembelajaran guided discovery. RPP yang
digunakan disusun oleh peneliti dan guru kelas yang kemudian
dikonsultasikan dengan dosen.
3) Mempersiapkan sumber dan media pembelajaran yang akan digunakan
selama proses pembelajaran.
4) Menyusun instrumen penelitian yaitu lembar observasi aktivitas
belajar siswa, aktivitas guru, dan dokumentasi.
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I
60
Pelaksanaan tindakan pada siklus I terdiri dari 2 kali pertemuan dengan
alokasi waktu 2 x 35menit. Pada tahap pelaksanaan tindakan selama proses
pembelajaran IPA guru menerapkan metode guided discovery dengan
menggunakan RPP sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran. SK yang digunakan pada siklus 1 adalah memahami sifatsifat benda, perubahan sifat benda, dan kegunaannya dalam kehidupan
sehari-hari dan KD yang digunakan adalah mengidentifikasi sifat-sifat
benda berdasarkan pengamatan meliputi benda padat, cair, dan gas.
Deskripsi dari setiap pertemuan yang sudah dilaksanakan adalah sebagai
berikut.
1) Pertemuan Pertama
Pertemuan dalam siklus I dilakasanakan pada hari selasa, 3
November 2015. Materi yang diajarkan pada pertemuan ini adalah
mengelompokkan dan memahami sifat-sifat benda-benda yang telah
dikenal seperti benda padat, cair dan gas. Sebelum memulai pelajaran,
guru menyiapkan media dan LKS yang akan digunakan selama proses
pembelajaran serta mengkondisikan siswa agar siap untuk menerima
pelajaran.
a) Kegiatan Awal
Guru
memulai
pelajaran
dengan
mengucapkan
salam,
kemudian dilanjutkan dengan bercerita dengan judul Hari Pertama
Aku Sekolah. Setelah itu guru melakukan tanya jawab ringan
61
mengenai benda-benda yang dibawa ke sekolah untuk memotivasi
pengetahuan awal siswa.
b) Kegiatan Inti
Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok. Guru kemudian
membagikan LKS serta alat dan bahan yang akan digunakan selama
proses pembelajaran. LKS yang dibagikan kepada siswa berisi tentang
langkah-langkah serta pertanyaan yang terkait dengan percobaan yang
akan dilakukan. Setelah itu siswa mulai untuk melakukan percobaan
tentang memahami sifat-sifat benda padat, cair, dan gas.Sebagian
siswa terlihat antusias dalam kegiatan percobaan.Saat melakukan
percobaan guru juga ikut membimbing siswa ketika menemui
kesulitan.Setelah
melakukan
percobaan
siswa
diminta
untuk
menjawab pertanyaan yang ada ada di dalam LKS.Selama kegiatan
percobaan siswa masih kurang bertanya pada guru terkait hal yang
belum dipahami.
Gambar 2. Siswa masih kurang bertanya
62
Selesai siswa menyampaikan hasil percobaan yang telah
dilakukan di depan kelas, sementara kelompok lain diperbolehkan
untuk memberi tanggapan. Setelah seluruh kelompok menyampaikan
hasil percobaannya, guru mulai membahas terkait percobaan yang
dilakukan serta memberikan penguatan mengenai percobaan yang
telah dilakukan.
Siswa yang belum paham diberikan kesempatan untuk
bertanya mengenai materi yang belum dipahami. Selanjutnya guru
melakukan evaluasi terkait pemahaman siswa dengan memberikan
soal evaluasi untuk dikerjakan siswa secara individu.
c) Kegiatan Akhir
Pada kegiatan akhir, siswa menyimpulkan materi yang telah
dipelajari dengan bimbingan guru.Saat menyimpulkan mayoritas
siswa belum ikut menyimpulkan, namun guru senantiasa membimbing
siswa menyimpulkan materi.Setelah itu guru menyampaikan kepada
siswa bahwa dengan bekerjasama dan saling membantu saat
pembelajaran berlangsung dapat membantu siswa menyelesaikan
tugas. Terakhir guru menutup pembelajaran IPA dengan mengucapkan
salam.
2) Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua siklus I dilaksanakan pada tanggal 4 November 2015.
Materi yang diajarkan pada pertemuan ini adalah membandingkan sifat
benda padat, dan cair . Sebelum memulai pembelajaran, guru menyiapkan
63
media dan LKS yang akan digunakan selama proses pembelajaran serta
mengkondisikan siswa agar siap untuk menerima pelajaran.
a) Kegiatan Awal
Guru membuka kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan
salam, kemudian guru melakukan apersepsi dengan bertanya kepada
siswa “Anak-anak apakah kalian masih ingat materi yang kemarin
diajarkan? Apa saja sifat dari benda padat, cair, dan gas? Tahukah
kalian cara membandingkan benda padat cair? Untuk lebih jelasnya
mari kita lakukan percobaan.
b) Kegiatan Inti
Guru melakukan tanya jawab ringan mengenai sifat benda
padat dan cair. Selanjutnya, guru membagi siswa menjadi 4 kelompok.
Guru kemudian membagikan LKS serta alat dan bahan yang akan
digunakan selama proses pembelajaran. LKS yang dibagikan kepada
siswa berisi tentang langkah-langkah serta pertanyaan yang terkait
dengan percobaan yang akan dilakukan. Setelah itu siswa mulai untuk
melakukan percobaan tentang membandingkan benda padat dan
cair.Sebagian siswa masih terlihat kurang antusias dalam kegiatan
percobaan.Saat melakukan percobaan guru juga ikut membimbing
siswa ketika menemui kesulitan.Setelah melakukan percobaan siswa
diminta untuk menjawab pertanyaan yang ada ada di dalam
LKS.Selama kegiatan percobaan siswa masih kurang bertanya pada
guru terkait hal yang belum dipahami.
64
Gambar 3. Sebagian siswa masih terlihat kurang antusias dalam
kegiatan percobaan
Selesai siswa menyampaikan hasil percobaan yang telah
dilakukan di depan kelas, sementara kelompok lain diperbolehkan
untuk memberi tanggapan. Setelah seluruh kelompok menyampaikan
hasil percobaannya, guru mulai membahas terkait percobaan yang
dilakukan serta memberikan penguatan mengenai percobaan yang
telah dilakukan.
Siswa yang belum paham diberikan kesempatan untuk
bertanya mengenai materi yang belum dipahami. Selanjutnya guru
melakukan evaluasi terkait pemahaman siswa dengan memberikan
soal evaluasi untuk dikerjakan siswa secara individu.
c) Kegiatan Akhir
Pada kegiatan akhir, siswa menyimpulkan materi yang telah
dipelajari dengan bimbingan guru.Saat menyimpulkan mayoritas
siswa belum ikut menyimpulkan, namun guru senantiasa membimbing
siswa menyimpulkan materi.Setelah itu guru menyampaikan kepada
siswa bahwa dengan bekerjasama dan saling membantu saat
65
pembelajaran berlangsung dapat membantu siswa menyelesaikan
tugas. Terakhir guru menutup pembelajaran IPA dengan mengucapkan
salam.
c. Observasi/Pengamatan Tindakan Siklus I
Selama proses pembelajaran berlangsung, peneliti melakukan
kegiatan observasi atau pengematan terhadap siswa dan guru. Kegiatan
observasi ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas yag dilakukan oleh
siswa dan guru selama proses pembelajaran. Kegiatan observasi ini
menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan oleh peneliti.Hasil
observasi dijadikan bahan refleksi untuk tindakan selanjutnya.
Pada siklus I pelaksanaan pembelajaran dengan menggunkan
metode guided discovery secara keseluruhan berjalan dengan baik dan
lancar, meskipun masih ada sedikit kekurangan. Guru telah menjalankan
metode guided discovery secara runtut. Pertama, guru menetapkan standar
perilaku siswa dengan menentukan perilaku yang harus dipatuhi selama
kegiatan pembelajaran.Selanjutnya, adalah pemberian pertanyaan guru
memberikan permasalahan dalam bentuk pertanyaan.Setelah itu, guru
membentuk kelompok dalam pembentukan kelompok guru telah membagi
kelompok secara heterogen pada setiap pertemuan.
Pada siklus I guru masih kurang memotivasi siswa.Pada tahap ini
siswa masih terlihat kurang bersemangat dalam kegiatan pembelajaran,
malu dalam menjawab pertanyaan dari guru, dan siswa juga masih terlihat
66
takut ataupun malu dalam mengungkapkan gagasan atau sanggahannya
dalam kelompok.
Gambar 4.Sebagian siswa masih kurang bersemangat, malu dan takut
mengungkapkan gagasan atau sanggahan dalam kelompok.
Selanjutnya, guru membagikan LKS serta menyiapkan alat dan
bahan yang akan digunakan selama proses pembelajaran. LKS yang
dibagikan kepada siswa berisi tentang langkah-langkah serta pertanyaan
yang terkait dengan percobaan yang akan dilakukan. Setelah itu siswa
mulai untuk melakukan percobaan dengan alat dan bahan yang telah
disediakan.Saat melakukan percobaan guru juga ikut membimbing siswa
ketika menemui kesulitan.Setelah melakukan percobaan siswa diminta
untuk menjawab pertanyaan yang ada ada di dalam LKS.
Setelah itu, guru menuntun melakukan kegiatan penemuan berupa
kegiatan pengumpulan data dan pemerosesan data dalam tahap ini guru
sudah membimbing siswa. Setelah selesai menyampaikan hasil percobaan
yang telah dilakukan di depan kelas, sementara kelompok lain
diperbolehkan untuk memberi tanggapan. Pada siklus I sebagian kelompok
masih kurang antusias dalam memberikan tanggapan kepada kelompok
67
yang
membacakan
hasil
percobaan.Setelah
seluruh
kelompok
menyampaikan hasil percobaannya, guru mulai membahas terkait
percobaan yang dilakukan serta memberikan penguatan mengenai
percobaan yang telah dilakukan. Namun, saat guru memberikan
penguatan, guru tidak mencatatkan di papan tulis sehingga siswa akan
lebih mudah lupa ketika hanya mendengarkan penjelasan secara lisan saja.
Gambar 5. Siswa masih kurang antusias dalam menanggapi hasil
percobaan kelompok lain.
Gambar 6. Guru belum menggunakan papan tulis
Setelah
langkah-langkah
metode
guided
discovery
selesai
dilakukan, siswa yang belum paham diberikan kesempatan untuk bertanya
mengenai materi yang belum dipahami. Selanjutnya guru melakukan
68
evaluasi terkait pemahaman siswa dengan memberikan soal evaluasi untuk
dikerjakan siswa secara individu. Namun, sebagian siswa masih
mencontek saat mngerjakan soal evaluasi.
Gambar 7. Siswa mencontek dalam mengerjakan soal evaluasi
Penggunaan metode guided discovery dalam pembelajaran IPA
berpengaruh terhadap keterampilan komunikasi siswa. Keterampilan
komunikasi siswa antara lain.
1) Mengidentifikasi objek dan peristiwa dengan akurat
Aspek keterampilan komunikasi mengidentifikasi objek dan
peristiwa dengan akurat meliputi siswa dapat mengidentifikasi bendabenda berdasarkan jenisnya (padat, cair, dan gas), mengidentifikasi
sifat-sifat benda padat, mengidentifikasi sifat-sifat benda cair, dan
mengidentifikasi sifat-sifat benda gas.
pertemuan
pertama,
dalam
keterampilan
komunikasi
mengidentifikasi benda-benda berdasarkan jenisnya yang mendapat
skor 1 tidak ada, skor 2 sebanyak 2 siswa, skor 3 sebanyak 16 siswa,
dan yang mendapat skor 4 sebanyak 9 siswa. Selanjutnya pada
69
aktivitas mengidentifikasi sifat-sifat benda padat yang mendapat skor
1 tidak ada, skor 2 sebanyak 5 siswa, skor 3 sebanyak 17 siswa, dan
yang
mendapat
skor
4
sebanyak
5
siswa.
Pada
aktivitas
mengidentifikasi sifat-sifat benda cair yang mendapat skor 1 tidak ada,
skor 2 sebanyak 20 siswa, skor 3 sebanyak 6 siswa, dan yang
mendapat
skor
4
sebanyak
1
siswa.
Dan
pada
aktivitas
mengidentifikasi sifat-sifat benda gas yang mendapat skor 1 tidak
ada, skor 2 sebanyak 4 siswa, skor 3 sebanyak 23 siswa, dan yang
mendapat skor 4 tidak ada.
Pada pertemuan kedua, dalam keterampilan komunikasi
mengidentifikasi benda-benda berdasarkan jenisnya yang mendapat
skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 9 siswa, dan yang mendapat
skor 4 sebanyak 18 siswa. Selanjutnya pada aktivitas mengidentifikasi
sifat-sifat benda padat yang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3
sebanyak 22 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 5 siswa. Pada
aktivitas mengidentifikasi sifat-sifat benda cair yang mendapat skor 1
dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 26 siswa, dan yang mendapat skor 4
sebanyak 1 siswa. Dan pada aktivitas mengidentifikasi sifat-sifat
benda gas yang mendapat skor 1, 2, dan 3 tidak ada, skor 4 sebanyak
27 siswa.
2) Mendeskripsikan objek dan peristiwa dengan akurat
Aspek keterampilan komunikasi mendeskripsikan objek dan
peristiwa dengan akurat meliputi mendeskripsikan sifat benda padat,
70
mendeskripsikan sifat benda cair, mendeskripsikan sifat benda gas,
dan mengemukakan pendapatnya tentang hasil identifikasi dalam
diskusi. Pada pertemuan pertama, dalam aktivitas mendeskripsikan
sifat benda padat yang mendapat skor 1 tidak ada, skor 2 sebanyak 18
siswa, skor 3 sebanyak 7 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 2
siswa. Selanjutnya, untuk aktivitas mengidentifikasi sifat benda cair
yang mendapat skor 1 tidak ada, skor 2 sebanyak 15 siswa, skor 3
sebanyak 11 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 1 siswa.
Aktivitas mendeskripsikan sifat benda gas yang mendapat skor 1 tidak
ada, yang mendapat skor 2 sebanyak 6 siswa, skor 3 sebanyak 21
siswa, dan yang mendapat skor 4 tidak ada. Dan untuk aktivitas
mengemukakan pendapatnya tentang hasil identifikasi dalam diskusi
yang mendapat skor 1 tidak ada, yang mendapat skor 2 sebanyak 15
siswa , skor 3 sebanyak 10 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak
2 siswa.
Pada pertemuan kedua, dalamaktivitas mendeskripsikan sifat
benda padat yang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak
25 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 2 siswa. Selanjutnya,
untuk aktivitas mengidentifikasi sifat benda cair yang mendapat skor 1
dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 26 siswa, dan yang mendapat skor 4
sebanyak 1 siswa. Aktivitas mendeskripsikan sifat benda gas yang
mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 27 siswa, dan yang
mendapat skor 4 tidak ada. Dan untuk aktivitas mengemukakan
71
pendapatnya tentang hasil identifikasi dalam diskusi yang mendapat
skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 25 siswa , dan yang mendapat
skor 4 sebanyak 2 siswa.
3) Membantu mendeskripsikan sehingga yang lain dapat mengidentifikasi
objek yang telah diketahui
Aspek keterampilan komunikasi membantu mendeskripsikan
sehingga yang lain dapat mengidentifikasi objek yang diketahui
meliputi siswa membantu teman kelompoknya yang kesulitan dalam
mengidentifikasi
sifat
benda
padat,
siswa
membantu
teman
kelompoknya yang kesulitan dalam mengidentifikasi sifat benda cair,
dan siswa membantu teman kelompoknya yang kesulitan dalam
mengidentifikasi sifat benda gas. Pertemuan pertama, untuk aktivitas
siswa
membantu teman kelompoknya
yang kesulitan dalam
mngidentifikasi sifat benda padat yang mendapatskor 1 tidak ada, skor
2 sebanyak 16 siswa, skor 3 sebanyak 8 siswa, dan yang mendapat
skor 4 sebanyak 3 siswa. Selanjutnya, untuk aktivitas siswa membantu
teman kelompoknya yang kesulitan dalam mengidentifikasi sifat
benda cair yang mendapat skor 1 tidak ada, skor 2 sebanyak 13 siswa,
skor 3 sebanyak 14 siswa, dan yang mendapat skor 4 tidak ada. Dan
pada aktivitas siswa membantu teman kelompoknya yang kesulitan
dalam mengidentifikasi sifat benda gasyang mendapat skor 1 tidak
ada, skor 2 sebanyak 20 siswa, skor 3 sebanyak 7 siswa, dan yang
mendapat skor 4 tidak ada.
72
Pada pertemuan kedua, untuk aktivitas siswa membantu teman
kelompoknya yang kesulitan dalam mngidentifikasi sifat benda padat
yang mendapatskor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 24 siswa, dan
yang mendapat skor 4 sebanyak 3 siswa. Selanjutnya, untuk aktivitas
siswa
membantu teman kelompoknya
yang kesulitan dalam
mengidentifikasi sifat benda cair yang mendapat skor 1 dan 2 tidak
ada, skor 3 sebanyak 27 siswa, dan yang mendapat skor 4 tidak ada.
Dan pada aktivitas siswa membantu teman kelompoknya yang
kesulitan dalam mengidentifikasi sifat benda gasyang mendapat skor 1
dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 27 siswa, dan yang mendapat skor 4
tidak ada.
4) Menyusun alasan yang logis untuk menjelaskan dan memberi
kesimpulan
Aspek keterampilan komunikasi menyusun alasan yang logis
untuk menjelaskan dan memberi kesimpulan meliputi
siswa
menyimpulkan hasil kegiatan penemuan dalam percobaan tentang
benda padat, siswa menyimpulkan hasil kegiatan penemuan dalam
percobaan tentang benda cair, dan siswa menyimpulkan hasil kegiatan
penemuan dalam percobaan tentang benda gas. Pada pertemuan
pertama, untuk aktivitas menyimpulkan hasil kegiatan penemuan
dalam percobaan tentang benda padat yang mendapat skor 1 tidak ada,
skor 2 sebanyak 3 siswa, skor 3 sebanyak 24 siswa, dan yang
mendapat skor 4 tidak ada. Untuk aktivitas menyimpulkan hasil
kegiatan penemuan dalam percobaan tentang benda cair yang
73
mendapat skor 1 tidak ada, skor 2 sebanyak 13 siswa, skor 3 sebanyak
13 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 1 siswa. Dan untuk
aktivitas menyimpulkan hasil kegiatan penemuan dalam percobaan
tentang benda gas yang mendapat skor 1 tidak ada, skor 2 sebanyak 4
siswa, skor 3 sebanyak 23 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak
1 siswa.
Pada pertemuan kedua, untuk aktivitas menyimpulkan hasil
kegiatan penemuan dalam percobaan tentang benda padat yang
mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 27 siswa, dan yang
mendapat skor 4 tidak ada. Untuk aktivitas menyimpulkan hasil
kegiatan penemuan dalam percobaan tentang benda cair yang
mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 26 siswa, dan yang
mendapat
skor
4
sebanyak
1
siswa.
Dan
untuk
aktivitas
menyimpulkan hasil kegiatan penemuan dalam percobaan tentang
benda gas yang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 27
siswa, dan yang mendapat skor 4 tidak ada
5) Membagikan informasi secara akurat kepada yang lain dengan lisan
maupun tulisan
Aspek keterampilan komunikasi membagikan informasi secara
akurat kepada yang lain dengan lisan maupun tulisan meliputi siswa
mengemukakan pendapatnya tentang sifat benda padat dalam diskusi,
siswa mengemukakan pendapatnya tentang sifat benda cair dalam
diskusi, siswa mengemukakan pendapatnya tentang sifat benda gas
dalam diskusi, bekerjasama dengan anggota kelompok dalam
74
mengerjakan LKS, dan mempresentasikan hasil diskusi. Selama
proses pembelajaran, untuk aktivitas mengemukakan pendapatnya
tentang sifat benda padat dalam diskusi yang mendapat skor 1 tidak
ada, skor 2 sebanyak 7 siswa, skor 3 sebanyak 19 siswa, dan yang
mendapat skor 4 sebanyak 2 siswa. Untuk aktivitas mengemukakan
penapatnya tentang sifat benda gas dalam diskusi yang mendapat skor
1 tidak ada, skor 2 sebanyak 11 siswa skor 3 sebanyak 14 siswa, dan
yang mendapat skor 4 sebanyak 2 siswa. Untuk aktivitas
mengemukakan pendapatnya tentang sifat benda gas dalam diskusi
yang mendapatskor1 tidak ada, skor 2 sebanyak 3 siswa, skor 3
sebanyak 21 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 2 siswa.
Untuk aktivitas bekerjasama dengan anggota kelompok dalam
mengerjakan LKS yang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3
sebanyak 19 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 8 siswa. Dan
untuk aktivitas mempresentasikan hasil diskusi yang mendapat skor 1
tidak ada, skor 2 sebanyak 23 siswa, skor 3 sebanyak 2 siswa, dan
skor 4 sebanyak 2 siswa.
Pada
pertemuan
kedua,
untukaktivitas
mengemukakan
pendapatnya tentang sifat benda padat dalam diskusi yang mendapat
skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 25 siswa, dan yang mendapat
skor 2 siswa. Untuk aktivitas mengemukakan penapatnya tentang sifat
benda gas dalam diskusi yang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3
sebanyak 25 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 2 siswa.
75
Untuk aktivitas mengemukakan pendapatnya tentang sifat benda gas
dalam diskusi yang mendapatskor1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak
25 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 2 siswa. Untuk aktivitas
bekerjasama dengan anggota kelompok dalam mengerjakan LKS yang
mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 11 siswa, dan yang
mendapat skor 4 sebanyak 16 siswa. Dan untuk aktivitas
mempresentasikan hasil diskusi yang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada,
skor 3 sebanyak 25 siswa, dan skor 4 sebanyak 2 siswa.
6) Pemikiran Verbal
Aspek keterampilan komunikasi pemikiran verbal meliputi
siswa dapat mengemukakanhasil pemikiran atas pertanyaan yang
diberikan olehguru. Pada pertemuan pertama, untuk aktivitas
mengemukakan hasil pemikiran atas pertanyaan yang diberikan oleh
guru yang mendapat skor 1 tidak ada, skor 2 sebanyak 13 siswa, skor
3 sebanyak 12 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 2 siswa.
Pada pertemuan kedua, untuk aktivitas mengemukakan hasil
pemikiran atas pertanyaan yang diberikan oleh guru yang mendapat
skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 25 siswa, dan yang mendapat
skor 4 sebanyak 2 siswa.
Berdasarkan observasi diatas, diketahui bahwa keterampilan
komunikasi
siswa
yang
masih
rendah
adalah
membantu
mendeskripsikan sehingga yang lain dapat mengidentifikasi objek
yang telah diketahui, membagikan informasi secara akurat kepada
76
yang
lain
dengan
lisan
maupun
tulisan,
dan
pemikiran
verbal.Keterampilan komunikasi IPA diatas masih rendah dikarenakan
sedikit siswa yang melakukan keterampilan komunikasi IPA tersebut,
namun disisi lain keterampilan komunikasi IPA yang lainnya sudah
baik dan sudah mengalami peningkatakan dari pra tindakan.
Data hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I dapat dilihat
pada lampiran halaman 130-131dan hasil observasi aktivitas guru
pada siklus I dapat dilihat pada lampiran halaman 136-137.Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.
Peningkatan PresentaseKeterampilan Komunikasi
IPA Menggunakan Metode Guided Discovery pada
Siklus I
No. Aspek
yang
Perenstase (%)
Rata-rata
dinilai
(%)
Pertemuan I Pertemuan
(%)
II (%)
1.
Aktivitas Siswa
66,57
74,95
70,44
2.
Aktivitas Guru
66,66
75
70,31
Berdasarkan tabel di atas, hasil observasi aktivitas siswa dan
aktivitas guru pada siklus I dalam proses pembelajaran masih rendah.
Hal tersebut dapat ditunjukkan dari hasil rata-rata observasi aktivitas
siswa sebesar 70,44% (berada pada klasifikasi cukup) dan hasil ratarata observasi guru sebesar 70,31% (berada pada klasifikasi cukup).
Peningkatan keterampilan komunikasi IPA dapat dilihat pada
lampiran halaman 144pada siklus I peningakatan keterampilan
komunikasi IPA sebesar 10,53 yang pada pra siklus sebesar 59,91
meningkat menjadi 70,44 pada siklus I. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
77
Tabel 6. Peningkatan Keterampilan Komunikasi IPA pada Pra
Siklus dan Siklus I
No
Hasil Pengamatan
Presentase (%)
Keterangan
1
Pra Siklus
59,91
Kurang
2
Siklus I
70,44
Cukup
Peningkatan keterampilan komunikasi IPA pada siklus I dapat
digambarkan dalam diagram seperti berikut.
90.00%
80.00%
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
Pra Siklus
Siklus I
Cukup
7.14%
21.42%
Kurang
7.14%
75%
Sangat Kurang
82.14%
0
Gambar 8.Diagram Peningkatan Keterampilan Komunikasi IPA
pada Pra Siklus dan Siklus I
Berdasarkan diagram diatas, dapat diketahuibahwa terdapat
peningkatan keterampilan komunikasi IPA pada pra siklus dan siklus
I. Siswa yang mendapat kategori sangat baik (interval nilai 86-100)
dan kategori baik (interval nilai 76-85) tidak ada. Siswa yang
mendapat kategori cukup (intervalnilai 60-75) pada pra siklus
sebanyak 2siswa (7,14) dan siklus I sebanyak 6 siswa (21,42).
Sedangkan siswa yang mendapat kategori kurang (interval nilai 55-59)
78
pada pra siklus sebanyak 2 siswa (7,14) dan siklus I sebanyak 21 (75).
Dan siswa yang mendapat kategori sangat kurang (interval nilai ≤54)
pada pra siklus sebanyak 2 siswa (7,14) dan siklus I tidak ada.
d. Refleksi dan Revisi Tindakan Siklus I
Refleksi dilakukan pada akhir siklus sebagai langkah untuk
melakukan perbaikan terhadap beberapa hal yang perlu diperbaiki dari
siklus I sebagai rencana tindakan baru yang akan diterapkan dalam siklus
selanjutnya. Penerapan metode guided discovery pada siklus I dapat
meningkatkan keterampilan komunikasi IPA siswa, karena
guru
mengarahkan dan membimbing kepada peran aktif siswa dalam berbagai
aktivitas selama proses pembelajaran khususnya dalam keterampilan
komunikasi.
Selama proses pembelajaran IPA dengan menggunakan metode
guided discovery, masih tedapat beberapa kekurangan yang perlu
diperbaiki. Kekurangan tersebut sebagai berikut.
1) Pada saat memberikan tanggapan dan penguatan, guru hanya
menjelaskan secara lisan dan tidak menuliskan catatan di papan tulis,
sehingga membuat siswa mudah lupa apa yang disampaikan oleh guru.
2) Siswa kurang terlibat aktif dalam kegiatan mengungkapkan pendapat,
menyanggah pernyataan, memperbaiki atau menambahkan jawaban
79
teman kelompok, dan menganalisis maupun memecahkan masalah
terkait dengan materi. Siswa yang kurang terlibat aktif dalam kegiatan
ini biasanya malu dan takut salah untuk mengungkapkan pendapatnya..
3) Guru kurang memaksimalkan pemberian reward kepada siswa yang
aktif di kelas. Dalam kegiatan pembelajaran guru bertugas untuk
memotivasi siswa agar terlibat aktif dikelas, salah satunya dengan
pemberian reward. Kurang memaksimalnya pemberian reward,
sehingga kurang termotivasi serta merasa senang untuk terlibat aktif
dalam proses pembelajaran..
Masih adanya kekurangan dalam pelaksanaan metode guided
discovery pada siklus I yang berparuh pada rendahnya keterampilan
komunikasi IPA siswa yang berada pada kriteria (cukup), sehingga perlu
dilakukan tindakan selanjutnya untuk mencapai indikator keberhasilan.
4. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus II
a. Perencanaan Tindakan Siklus II
Tahap perencanaan pada siklus II mengacu pada hasil
observasi dan refleksi pada siklus I. Beberapa kekurangan yang ada
pada siklus I akan diperbaiki pada siklus II. Hal-hal yang akan
dilakukan peneliti bersama guru dalam tahap perencanaan adalah
sebagai berikut.
1) Merencanakan perbaikan yang akan digunakan pada siklus II, halhal yang dilakukan antara lain:
80
a) Guru lebih aktif untuk menuliskan catatan terkait materi pada
saat menjelaskan maupun memberi penguatan kepada siswa.
b) Guru memaksimalkan pemberian reward atau penghargaan
kepada siswa yang aktif di kelas.
2) Menyusun RPP berdasarkan SK dan KD yang digunakan dengan
menggunakan metode guided discovery. RPP yang digunakan
disusun
oleh
peneliti
dan
guru
kelas
yang
kemudian
dikonsultasikan dengan dosen.
3) Mempersiapkan sumber dan media pembelajaran yang akan
digunakan selama proses pembelajaran.
4) Mempersiapkan instrumen penelitian yaitu lembar observasi
aktivitas belajar siswa, aktivitas guru, dan dokumentasi.
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Pada tahap pelaksanaan tindakan selama proses pembelajaran
IPA guru menerapkan metode guided discovery dengan menggunakan
RPP sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.
SK yang digunakan pada siklus II adalah memahami sifat-sifat benda,
perubahan sifat benda, dan kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari,
dan KD yang digunakan adalah mendeskripsikan perubahan sifat
benda (ukuran, bentuk, warna atau rasa) yang dapat diamati akibat
pembakaran, pemanasan, dan diletakkan di udara terbuka. Deskripsi
dari setiap pertemuan yang sudah dilaksanakan adalah sebagai berikut.
1) Pertemuan pertama
81
Pertemuan pertama siklus II dilaksanakan pada tanggal 11
November 2015.Materi yang diajarkan pada pertemuan ini adalah
perubahan sifat benda padat akibat adanya pembakaran,
pemanasan, dan diletakkan di udara terbuka dan membandingkan
benda padat sebelum dan sesudah mengalami perubahan.
Sebelum memulai pembelajaran, guru menyiapkan media dan
LKS yang akan digunakan selama proses pembelajaran serta
mengkondisikan siswa agar siap untuk menerima pelajaran.
a) Kegiatan Awal
Guru
membuka
kegiatan
pembelajaran
dengan
mengucapakan salam, kemudian guru melakukan apersepsi
dengan bertanya kepada siswa “ Anak-aank masih ingatkah
kalian tentang pelajaran kemarin? Termasuk benda apa apel,
pensil, dan es batu? Tahukah kalian benda padat dapat
mengalami
perubahan
jika
dipanaskan,
dibakar,
dan
diletakkan di udara terbuka? Agar lebih jelas lagi mari kita
lakukan pecobaan.
b) Kegiatan Inti
Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok. Guru
kemudian membagikan LKS serta alat dan bahan yang akan
digunakan selama proses pembelajaran. LKS yang dibagikan
kepada siswa berisi tentang langkah-langkah serta pertanyaan
yang terkait dengan percobaan yang akan dilakukan. Setelah
82
itu siswa mulai untuk melakukan percobaan tentang
perubahan benda padat akibat dipanaskan, dibakar, dan
diletakkan di udara terbuka.Siswa sudah terlihat antusias
dalam kegiatan percobaan.Saat melakukan percobaan guru
juga
ikut
membimbing
siswa
ketika
menemui
kesulitan.Setelah melakukan percobaan siswa diminta untuk
menjawab pertanyaan yang ada ada di dalam LKS.Selama
kegiatan percobaan siswa sudah mulai beratanya pada guru
terkait hal yang belum dipahami.
Gambar 9. Siswa terlihat antusias dalam kegiatan percobaan
Setelah selesai siswa menyampaikan hasil percobaan
yang telah dilakukan di depan kelas, sementara kelompok
lain diperbolehkan untuk memberi tanggapan. Setelah seluruh
kelompok menyampaikan hasil percobaannya, guru mulai
membahas
terkait
83
percobaan
yang
dilakukan
serta
memberikan penguatan mengenai percobaan yang telah
dilakukan.
Siswa yang belum paham diberikan kesempatan untuk
bertanya mengenai materi yang belum dipahami. Selanjutnya
guru melakukan evaluasi terkait pemahaman siswa dengan
memberikan soal evaluasi untuk dikerjakan siswa secara
individu.
c) Kegiatan Akhir
Pada kegiatan akhir, siswa menyimpulkan materi
yang
telah
dipelajari
dengan
bimbingan
guru.Saat
menyimpulkan mayoritas siswa sudah ikut menyimpulkan
dan guru senantiasa membimbing siswa menyimpulkan
materi.Setelah itu guru menyampaikan kepada siswa bahwa
dengan bekerjasama dan saling membantu saat pembelajaran
berlangsung dapat membantu siswa menyelesaikan tugas.
Terakhir
guru
menutup
pembelajaran
IPA
dengan
mengucapkan salam.
2) Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua siklus I dilaksanakan pada tanggal 17
November 2015.Materi yang diajarkan pada pertemuan ini adalah
perubhan sifat benda cair akibat adanya pemanasan dan diletakkan
di
udara terbuka. Sebelum
memulai
pembelajaran, guru
menyiapkan media dan LKS yang akan digunakan selama proses
84
pembelajaran serta mengkondisikan siswa agar siap untuk
menerima pelajaran.
a) Kegiatan Awal
Guru
membuka
kegiatan
pembelajaran
dengan
mengucapkan salam, kemudian guru melakukan apersepsi
dengan bertanya kepada siswa “Anak-anak apakah kalian
masih ingat materi yang kemarin diajarkan? Pernahkah kalian
melihat ibu memasak air?Apa yang terjadi saat air tersbut
dipanaskan? Tahukah kalian jika air yang merupakan benda
cair yang dapat berubah sifatnya bila dipanaskan dan
diletakkan diudara terbuka.Untuk lebih jelasnya mari kita
lakukan percobaan.
b) Kegiatan Inti
Guru melakukan tanya jawab ringan mengenai sifat
benda padat dan cair. Selanjutnya, guru membagi siswa
menjadi 4 kelompok. Guru kemudian membagikan LKS serta
alat dan bahan yang akan digunakan selama proses
pembelajaran. LKS yang dibagikan kepada siswa berisi tentang
langkah-langkah
serta
pertanyaan
yang terkait
dengan
percobaan yang akan dilakukan. Setelah itu siswa mulai untuk
melakukan percobaan tentang perubahan sifat benda cair
akibat dipanaskan dan diletakkan diudara terbuka.Siswa sudah
terlihat antusias dalam kegiatan percobaan.Saat melakukan
85
percobaan guru juga ikut membimbing siswa ketika menemui
kesulitan.Setelah melakukan percobaan siswa diminta untuk
menjawab pertanyaan yang ada ada di dalam LKS.Selama
kegiatan percobaan siswa sudah mulai beratanya pada guru
terkait hal yang belum dipahami.
Gambar 10.Siswa terlihat antusias saat melakukan percobaan
dan guru membimbing siswa ketika menemui kesulitan.
Setelah selesai siswa menyampaikan hasil percobaan
yang telah dilakukan di depan kelas, sementara kelompok lain
diperbolehkan untuk memberi tanggapan. Setelah seluruh
kelompok menyampaikan hasil percobaannya, guru mulai
membahas terkait percobaan yang dilakukan serta memberikan
penguatan mengenai percobaan yang telah dilakukan.
Siswa yang belum paham diberikan kesempatan untuk
bertanya mengenai materi yang belum dipahami. Selanjutnya
guru melakukan evaluasi terkait pemahaman siswa dengan
memberikan soal evaluasi untuk dikerjakan siswa secara
individu.
86
c) Kegiatan Akhir
Pada kegiatan akhir, siswa menyimpulkan materi yang
telah dipelajari dengan bimbingan guru.Saat menyimpulkan
mayoritas siswa sudah ikut menyimpulkan dan guru senantiasa
membimbing siswa menyimpulkan materi.Setelah itu guru
menyampaikan kepada siswa bahwa dengan bekerjasama dan
saling membantu saat pembelajaran berlangsung dapat
membantu siswa menyelesaikan tugas. Terakhir guru menutup
pembelajaran IPA dengan mengucapkan salam.
c. Observasi/Pengamatan Tindakan Siklus II
Pada siklus II pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan
metode guided discovery secara keseluruhan berjalan dengan baik dan
lancar. Guru telah menjalankan metode guided discovery secara
runtut. Pertama, guru menetapkan standar perilaku siswa dengan
menentukan
perilaku
yang
pembelajaran.Selanjutnya,
harus
adalah
dipatuhi
pemberian
selama
kegiatan
pertanyaan
guru
memberikan permasalahan dalam bentuk pertanyaan.Selanjutnya,
guru membentuk kelompok dalam pembentukan kelompok guru telah
membagi kelompok secara heterogen pada setiap pertemuan.
Guru membagikan LKS serta menyiapkan alat dan bahan yang
akan digunakan selama proses pembelajaran. LKS yang dibagikan
kepada siswa berisi tentang langkah-langkah serta pertanyaan yang
terkait dengan percobaan yang akan dilakukan. Setelah itu siswa mulai
87
untuk melakukan percobaan dengan alat dan bahan yang telah
disediakan.Saat melakukan percobaan guru juga ikut membimbing
siswa ketika menemui kesulitan.Setelah melakukan percobaan siswa
diminta untuk menjawab pertanyaan yang ada ada di dalam LKS.
Guru menuntun melakukan kegiatan penemuan berupa kegiatan
pengumpulan data dan pemerosesan data dalam tahap ini guru sudah
membimbing siswa. Setelah selesai menyampaikan hasil percobaan
yang telah dilakukan di depan kelas, sementara kelompok lain
diperbolehkan untuk memberi tanggapan.Pada siklus II ini siswa
mulai aktif memberikan tanggapan atau bertanya. Siswa yang berani
memberi tanggapan atau bertanya akan mendapatkan reward dari
guru.
Gambar 11. Guru memberikanreward kepada siswa
Setelah seluruh kelompok menyampaikan hasil percobaannya,
guru mulai membahas terkait percobaan yang dilakukan serta
memberikan penguatan mengenai percobaan yang telah dilakukan.
Saat guru memberikan penguatan, guru mencatatkan hal penting
88
terkait materi di papan tulis yang akan memudahkan siswa untuk
memahami materi. Setelah langkah-langkah metode guided discovery
selesai dilakukan, siswa yang belum paham diberikan kesempatan
untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami. Selanjutnya
guru
melakukan
evaluasi
terkait
pemahaman
siswa
dengan
memberikan soal evaluasi untuk dikerjakan siswa secara individu.
Gambar 12. Siswa mulai tertib mengerjakan soal evaluasi
Penggunaan metode guided discovery dalam pembelajaran IPA
berpengaruh terhadap keterampilan komunikasi siswa. Keterampilan
komunikasi siswa antara lain.
1) Mengidentifikasi objek dan peristiwa dengan akurat
Aspek keterampilan komunikasi mengidentifikasi objek dan
peristiwa dengan akurat meliputi siswa dapat mengidentifikasi bendabenda berdasarkan jenisnya (padat, cair, dan gas), mengidentifikasi
sifat-sifat benda padat, mengidentifikasi sifat-sifat benda cair, dan
mengidentifikasi sifat-sifat benda gas.
89
pertemuan
pertama,
dalam
keterampilan
komunikasi
mengidentifikasi benda-benda berdasarkan jenisnya yang mendapat
skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 1 siswa, dan yang mendapat
skor 4 sebanyak 26 siswa. Selanjutnya pada aktivitas mengidentifikasi
sifat-sifat benda padat yang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3
sebanyak 6 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 21 siswa. Pada
aktivitas mengidentifikasi sifat-sifat benda cair yang mendapat skor 1
dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 5 siswa, dan yang mendapat skor 4
sebanyak 22 siswa. Dan pada aktivitas mengidentifikasi sifat-sifat
benda gas yang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 8
siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 19 siswa.
Pada pertemuan kedua, dalam keterampilan komunikasi
mengidentifikasi benda-benda berdasarkan jenisnya yang mendapat
skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 27 siswa, dan yang mendapat
skor 4 tidak ada. Selanjutnya pada aktivitas mengidentifikasi sifatsifat benda padat yang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3
sebanyak 1 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 26 siswa. Pada
aktivitas mengidentifikasi sifat-sifat benda cair yang mendapat skor 1,
2 dan 3 tidak ada, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 27 siswa. Dan
pada aktivitas mengidentifikasi sifat-sifat benda gas yang mendapat
skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 2 siswa, dan yang mendapat
skor 4 sebanyak 25 siswa.
2) Mendeskripsikan objek dan peristiwa dengan akurat
90
Aspek keterampilan komunikasi mendeskripsikan objek dan
peristiwa dengan akurat meliputi mendeskripsikan sifat benda padat,
mendeskripsikan sifat benda cair, mendeskripsikan sifat benda gas,
dan mengemukakan pendapatnya tentang hasil identifikasi dalam
diskusi. Pada pertemuan pertama, dalam aktivitas mendeskripsikan
sifat benda padat yang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3
sebanyak 27 siswa, dan yang mendapat skor 4 tidak ada. Selanjutnya,
untuk aktivitas mengidentifikasi sifat benda cair yang mendapat skor 1
dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 24 siswa, dan yang mendapat skor 4
sebanyak 3 siswa. Aktivitas mendeskripsikan sifat benda gas yang
mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 7 siswa, dan yang
mendapat skor 4 sebanyak 20 siswa. Dan untuk aktivitas
mengemukakan pendapatnya tentang hasil identifikasi dalam diskusi
yang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 8 siswa, dan
yang mendapat skor 4 sebanyak 19 siswa.
Pada pertemuan kedua, dalamaktivitas mendeskripsikan sifat
benda padat yang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 2
siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 25 siswa. Selanjutnya,
untuk aktivitas mengidentifikasi sifat benda cair yang mendapat skor 1
dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 1 siswa, dan yang mendapat skor 4
sebanyak 26 siswa. Aktivitas mendeskripsikan sifat benda gas yang
mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 6 siswa, dan yang
mendapat skor 4 sebanyak 21 siswa. Dan untuk aktivitas
91
mengemukakan pendapatnya tentang hasil identifikasi dalam diskusi
yang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 2 siswa, dan
yang mendapat skor 4 sebanyak 25 siswa.
3) Membantu mendeskripsikan sehingga yang lain dapat mengidentifikasi
objek yang telah diketahui
Aspek keterampilan komunikasi membantu mendeskripsikan
sehingga yang lain dapat mengidentifikasi objek yang diketahui
meliputi siswa membantu teman kelompoknya yang kesulitan dalam
mengidentifikasi
sifat
benda
padat,
siswa
membantu
teman
kelompoknya yang kesulitan dalam mengidentifikasi sifat benda cair,
dan siswa membantu teman kelompoknya yang kesulitan dalam
mengidentifikasi sifat benda gas. Pertemuan pertama, untuk aktivitas
siswa
membantu teman kelompoknya
yang kesulitan dalam
mngidentifikasi sifat benda padat yang mendapat skor 1 dan 2 tidak
ada, skor 3 sebanyak 26 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 1
siswa.
Selanjutnya,
untuk
aktivitas
siswa
membantu
teman
kelompoknya yang kesulitan dalam mengidentifikasi sifat benda cair
yang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 4 siswa, dan
yang mendapat skor 4 sebanyak 23 siswa. Dan pada aktivitas siswa
membantu teman kelompoknya yang kesulitan dalam mengidentifikasi
sifat benda gasyang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak
15 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 12 siswa.
92
Pada pertemuan kedua, untuk aktivitas siswa membantu teman
kelompoknya yang kesulitan dalam mngidentifikasi sifat benda padat
yang mendapatskor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 4 siswa, dan
yang mendapat skor 4 sebanyak 23 siswa. Selanjutnya, untuk aktivitas
siswa
membantu teman kelompoknya
yang kesulitan dalam
mengidentifikasi sifat benda cair yang mendapat skor 1, 2 dan 3 tidak
ada, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 27 siswa. Dan pada aktivitas
siswa
membantu teman kelompoknya
yang kesulitan dalam
mengidentifikasi sifat benda gasyang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada,
skor 3 sebanyak 9 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 18
siswa.
4) Menyusun alasan yang logis untuk menjelaskan dan memberi
kesimpulan
Aspek keterampilan komunikasi menyusun alasan yang logis
untuk menjelaskan dan memberi kesimpulan meliputi
siswa
menyimpulkan hasil kegiatan penemuan dalam percobaan tentang
benda padat, siswa menyimpulkan hasil kegiatan penemuan dalam
percobaan tentang benda cair, dan siswa menyimpulkan hasil kegiatan
penemuan dalam percobaan tentang benda gas. Pada pertemuan
pertama, untuk aktivitas menyimpulkan hasil kegiatan penemuan
dalam percobaan tentang benda padat yang mendapat skor 1 dan 2
tidak ada, skor 3 sebanyak 25 siswa, dan yang mendapat skor 4
sebanyak 2 siswa. Untuk aktivitas menyimpulkan hasil kegiatan
penemuan dalam percobaan tentang benda cair yang mendapat skor 1
93
dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 7 siswa, dan yang mendapat skor 4
sebanyak 20 siswa. Dan untuk aktivitas menyimpulkan hasil kegiatan
penemuan dalam percobaan tentang benda gas yang mendapat skor 1
dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 2 siswa, dan yang mendapat skor 4
sebanyak 25 siswa.
Pada pertemuan kedua, untuk aktivitas menyimpulkan hasil
kegiatan penemuan dalam percobaan tentang benda padat yang
mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 1 siswa, dan yang
mendapat skor 4 sebanyak 26 siswa. Untuk aktivitas menyimpulkan
hasil kegiatan penemuan dalam percobaan tentang benda cair yang
mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 2 siswa, dan yang
mendapat skor 4 sebanyak 25 siswa. Dan untuk aktivitas
menyimpulkan hasil kegiatan penemuan dalam percobaan tentang
benda gas yang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 1
siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 26 siswa.
5) Membagikan informasi secara akurat kepada yang lain dengan lisan
maupun tulisan
Aspek keterampilan komunikasi membagikan informasi secara
akurat kepada yang lain dengan lisan maupun tulisan meliputi siswa
mengemukakan pendapatnya tentang sifat benda padat dalam diskusi,
siswa mengemukakan pendapatnya tentang sifat benda cair dalam
diskusi, siswa mengemukakan pendapatnya tentang sifat benda gas
dalam diskusi, bekerjasama dengan anggota kelompok dalam
mengerjakan LKS, dan mempresentasikan hasil diskusi. Selama
94
proses pembelajaran, untuk aktivitas mengemukakan pendapatnya
tentang sifat benda padat dalam diskusi yang mendapat skor 1 dan 2
tidak ada, skor 3 sebanyak 7 siswa, dan yang mendapat skor 4
sebanyak 20 siswa. Untuk aktivitas mengemukakan penapatnya
tentang sifat benda gas dalam diskusi yang mendapat skor 1 dan 2
tidak ada, skor 3 sebanyak 6 siswa, dan yang mendapat skor 4
sebanyak 21 siswa. Untuk aktivitas mengemukakan pendapatnya
tentang sifat benda gas dalam diskusi yang mendapatskor1 dan 2 tidak
ada, skor 3 sebanyak 22 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 5
siswa. Untuk aktivitas bekerjasama dengan anggota kelompok dalam
mengerjakan LKS yang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3
sebanyak 7 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 20 siswa. Dan
untuk aktivitas mempresentasikan hasil diskusi yang mendapat skor 1
dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 8 siswa, dan skor 4 sebanyak 19
siswa.
Pada
pertemuan
kedua,
untukaktivitas
mengemukakan
pendapatnya tentang sifat benda padat dalam diskusi yang mendapat
skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 3 siswa, dan yang mendapat
skor 4 sebanyak 24 siswa. Untuk aktivitas mengemukakan penapatnya
tentang sifat benda gas dalam diskusi yang mendapat skor 1 dan 2
tidak ada, skor 3 sebanyak 3 siswa, dan yang mendapat skor 4
sebanyak 24 siswa. Untuk aktivitas mengemukakan pendapatnya
tentang sifat benda gas dalam diskusi yang mendapatskor1 dan 2 tidak
95
ada, skor 3 sebanyak 2 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 25
siswa. Untuk aktivitas bekerjasama dengan anggota kelompok dalam
mengerjakan LKS yang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3
sebanyak 2 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 25 siswa. Dan
untuk aktivitas mempresentasikan hasil diskusi yang mendapat skor 1
dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 2 siswa, dan skor 4 sebanyak 25
siswa.
6) Pemikiran Verbal
Aspek keterampilan komunikasi pemikiran verbal meliputi
siswa dapat mengemukakanhasil pemikiran atas pertanyaan yang
diberikan olehguru. Pada pertemuan pertama, untuk aktivitas
mengemukakan hasil pemikiran atas pertanyaan yang diberikan oleh
guru yang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 21 siswa,
dan yang mendapat skor 4 sebanyak 6 siswa.
Pada pertemuan kedua, untuk aktivitas mengemukakan hasil
pemikiran atas pertanyaan yang diberikan oleh guru yang mendapat
skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 9 siswa, dan yang mendapat
skor 4 sebanyak 18 siswa.
Berdasarkan observasi diatas, penggunaan metode guided
discovery dapat meningkatkan aktivitas guru dan aktivitas siswa pada
keterampilan komunikasi IPA. Data hasil observasi aktivitass siswa
pada siklus II dapat dilihat pada lampiran halaman 132-133 hasil
observasi aktivitas guru pada siklus II dapat dilihat pada lampiran
96
halaman138-139.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 7.
No.
1.
2.
Peningkatan Keterampilan Komunikasi IPA
Menggunakan Metode Guided Discovery pada
Siklus II
Aspek
dinilai
yang
Aktivitas
Siswa
Aktivitas Guru
Perenstase (%)
Pertemuan Pertemuan
I (%)
II (%)
85,93
94,10
85,41
Rata-rata
(%)
95,83
90,17
90,62
Berdasarkan tabel diatas, hasil observasi aktivitas siswa dan
aktivitas guru pada siklus II dalam proses pembelajaran
mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat ditunjukkan dari hasil
rata-rata observasi aktivitas siswa sebesar 90,17 % (berada pada
klasifikasi “sangat baik”) dan hasil rata-rata observasi aktivitas
guru sebesar 90,62 % (berada pada klasifikasi “sangat baik”).
Peningkatan keterampilan komunikasi IPAsiswa dapat
dilihat pada lampiran halaman 144.Peningkatan keterampilan
komunikasi IPA siswa pada siklus II sebesar 30,26 yang pada pra
siklus sebesar 59,91 meningkat menjadi 90,17 pada siklus II.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 8.
Peningkatan Keterampilan Komunikasi IPA Siswa
pada Pra Siklus dan Siklus II
97
No
Hasil Pengamatan
Presentase (%)
Keterangan
1
Pra Siklus
59,91
Kurang
2
Siklus II
90,17
Sangat Baik
Peningkatan keterampilan komunikasi IPA siklusII dapat
digambarkan dalam diagram seperti berikut.
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
Pras Siklus
Siklus II
0
50%
Cukup
7.14%
46.42%
Kurang
7.14%
0
Sangat Kurang
82.14%
0
Baik
Gambar 13. Diagram Peningkatan Presentase Keterampilan
Komunikasi IPA pada Pra Siklus dan Siklus II
Berdasarkan diagram diatas, dapat diketahuibahwa terdapat
peningkatan keterampilan komunikasi IPA pada pra siklus dan siklus
II. Siswa yang mendapat kategori sangat baik (interval nilai 86-100)
tidak ada.Siswa yang mendapat kategori baik (interval nilai 76-85)
pada pra siklus tidak ada dan siklus II sebanyak 14 siswa (50). Siswa
yang mendapat kategori cukup (intervalnilai 60-75) pada pra siklus
98
sebanyak 2 siswa (7,14) dan siklus II sebanyak 13 siswa (46,42).
Sedangkan siswa yang mendapat kategori kurang (interval nilai 5559) pada pra siklus sebanyak 2 siswa (7,14) dan siklus IItidak ada.
Dan siswa yang mendapat kategori sangat kurang (interval nilai ≤54)
pada pra siklus sebanyak 2 siswa (7,14) dan siklus II tidak ada.
d. Refleksi Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Pada siklus II, guru telah melakukan langkah perbaikan
terhadap proses pembelajaran yang masih perlu diperbaiki pada siklus
sebelumnya. Penerapan metode guided discovery pada siklus II
melibatkan peran aktif siswa untuk menemukan pengetahuannya dan
terlibat langsung selama proses pembelajaran dengan bimbingan
guru. Langkah perbaikan yang dilakukan guru berjalan dengan baik
dan lancar karena guru melakukan sesuai dengan perencanaan yang
telah disusun sebelumnya. Selain itu, guru telah menerapkan metode
guided discovery dengan baik dan benar. Keterampilan komunikasi
IPA siswa yang terdapatpada kategori cukup mengalami peningkatan
pada siklus II. Pada kegiatan siklus II mendapatkan hasil sebagai
berikut.
1) Pada saat memberikan tanggapan dan penguatan, guru sudah
memberikan catatan mengenai hal-hal yang penting agar
membantu siswa untuk lebih mudah memahami dan mengingat
materi yang disampaikan oleh guru.
99
2) Guru memberikan teguran yang tegas untuk mengontrol siswa
yang ramai dan mendorong mereka untuk lebih aktif dalam hal
positif saat pembelajaran maupun saat melakukan percobaan,
sehingga tidak menganggu teman lain saat kegiatan pembelajaran
berlangsung.
3) Guru memberikan dorongan semangat maupun motivasi kepada
siswa agar berani, tidak malu, dan tidak takut salah dalam
mengungkapkan pendapat, menganalisis maupun memecahkan
masalah terkait dengan materi.
4) Guru lebih banyak pemberian reward atau penghargaan kepada
siswa yang aktif di kelas. Saat siswa berani untuk mengemukakan
pendapatnya, bertanya, mendemonstrasikan hasil percobaan,
menganalisis maupun memecahkan masalah terkait dengan materi
guru memberikan pujian secara verbal maupun tepuk tangan agar
siswa merasa senang dan bersemangat.
Berdasarkan hasil observasi penelitian pada setiap siklus,
dalam tahap ini sudah tidak ditemukan masalah-masalah utama dan
harus
diperbaiki
dalam
siklus
selanjutnya.
Sehingga
dapat
disimpulkan bahwa penelitian ini berhenti pada siklus II dan tidak
perlu dialnjutkan. Oleh karenanya metode guided dicovery dapat
meningkatkan keterampilan komunikasi IPA siswa kelas III SDN
Kejambon 1. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
100
Tabel 9.
Peningkatan
Presentase
Keterampilan
Komunikasi IPA Menggunakan Metode Guided
Discovery
Aspek yang Dinilai
Presentase (%)
Siklus I
Siklus II
Aktivitas Siswa
70,44
90,17
Aktivitas Guru
85,41
95,83
No
1.
2.
Berdasarkan tabel diatas, presentase hasil observasi aktivitas
guru dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran mengalami
peningkatan. Pada siklus I, presentase hasil observasi siswa sebesar
70,44% (berada pada klasifikasi cukup) sedangkan aktivitas guru
ssebesar 85,41% (berada pada klasifikasi baik). Pada siklus II,
presentasi hasil observasi siswa sebesar 90,17% (berada pada
klasifikasi sangat baik) sedangkan aktivitas guru sebesar 95,85%
(berada pada klasifikasi sangat baik).
Data hasil keterampilan komunikasi IPA pada pra siklus, siklus
I, dan siklus II dapat dlihat pada lampiran halama 144. Untuk lebih
jelasnya daat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 10.Peningkatan Keterampilan Komunikasi IPA Siswa pada
Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II
No
1
2
3
Hasil Penelitian
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Presentase (%)
59,91
70,44
90,17
Keterangan
Kurang
Cukup
Sangat Baik
Peningkatan keterampilan komunikasi IPA setiap siklus dapat
digambarkan dalam diagram seperti berikut.
101
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Cukup
7.14%
21.42%
46.42%
Kurang
7.14%
75%
Sangat Kurang
82.14%
Baik
Gambar 14.
50%
DiagramPeningkatan Keterampilan Komunikasi
IPA pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II
Tabel 11. Kriteria Keterampilan Komunikasi IPA Siswa pada Pra
Siklus, Siklus I, dan Siklus II
Kriteria
Kondisi Akhir
Sangat Baik Cukup Kurang Sangat
Baik
Kurang
Sangat Baik
Baik
2
14
13
Cukup
2
6
Kurang
23
21
Sangat
Kurang
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa klasifikasi nilai
keterampilan komunikasi IPA mengalami peningkatan. Pada pra
siklus, siswa yang mendapat nilai sangat baik dan baik tidak ada.
Siswa yang mendapat nilai cukup sebanyak 2 siswa. Siswa yang
mendapat nilai kurang sebanyak 2 siswa. Sedangkan yang mendapat
nilai sangat kurang sebanyak 23 siswa.
102
Pada kondisi akhir, siswa yang mendapat nilai cukup yang
pada kondisi awal meningkat menjadi baik sebanyak 14 siswa.Siswa
yang mendapat nilai kurang meningkat menjadi cukup sebanyak 13
siswa. Siswa yang mendapat nilai sangat kurang meningkat menjadi
kurang sebanyak 21siswa.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil observasi pembelajaran IPA sebelum diberi
tindakan, peran guru terlalu mendominasi dalam proses pembelajaran
meskipun guru sudah mengenal metode lain selain ceramah yaitu metode
guided discovery. Penggunaan metode guided discovery yang kurang maksimal
menyebabkan proses pembelajaran masih bersifat
Dengan
masih
mendominasinya
metode
komunikasi satu arah.
ceramah
selama
kegiatan
pembelajaran, siswa hanya sebagai penerima informasi dan hanya bergantung
pada bahan yang diberikan oleh guru tanpa memperoleh pengalaman langsung.
Menurut Conny R. Semiawan (2008: 104), mengemukakan bahwa sains tidak
bisa diajarkan semata dengan ceramah. Selaras dengan pendapat Sapriati
(2009: 3.10),
penggunaan
metode ceramah tidak dianjurkan dalam
pembelajaran IPA karena dalam belajar IPA siswa dituntut lebih aktif dan
mempelajari tangan pertama (first hand information).
Hasil
observasi
pada
pra
siklus
juga
menunjukkan
bahwa
keterampilan komunikasi IPA menggunakan metode guided discovery siswa
masih kurang. Sedangkan aktivitas guru menggunakan metode guided
discovery terdapat pada kategori cukup. ini menunjukkan bahwa siswa belum
103
banyak melakukan keterampilan komunikasi IPA. Maka dari itu, diperlukan
penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan komunikasi IPA
siswa. Hal ini juga didukung oleh pendapat Dalyono (2009: 49) yang
menyatakan bahwa belajar merupakan suatu usaha atau kegiatan yang
bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup
perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan, dan
sebagainya.
Tindakan
yang
dilakukan
memaksimalkan penerapan metode
peneliti
pada
guided discovery
siklus
I
adalah
dalam kegiatan
pembelajaran IPA. Metode guided discovery bertujuan untuk melibatkan siswa
secara aktif dalam proses mencari pemecahan masalah dengan cara kritis,
analaisis dan ilmiah untuk menuju suatu kesimpulan dengan arahan guru. Pada
pelaksanaan siklus I terjadi peningkatan presentase keterampilan komunikasi
IPA dari (59,91%) pra siklus meningkat menjadi (70,44%) pada siklus I.
Pada siklus I, peneliti menemukan beberapa temuan. Temuan pertama
Pada saat memberikan tanggapan dan penguatan, guru hanya menjelaskan
secara lisan dan siswa hanya menerima penjelasan. Guru tidak menuliskan
catatan di papan tulis, sehingga akan membuat siswa mudah lupa apa yang
disampaikan oleh guru. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Confucius
(Melvin L. Silberman, 2007:1) yang menyatakan bahwa what I hear, I forget
(apa yang saya dengar, saya lupa), sehingga jika siswa hanya pasif menerima
penjelasan dari guru, siswa akan mudah lupa mengenai apa yang telah
disampaikan.
104
Temuan kedua, banyak siswa kurang terlibat aktif dalam kegiatan
mengungkapkan pendapat, menganalisis maupun memecahkan masalah terkait
dengan materi. Siswa yang kurang terlibat aktif dalam kegiatan ini biasanya
malu dan takut salah untuk mengungkapkan pendapatnya. Dalam pelaksanaan
metode pembelajaran guided discovery menuntut siswa untuk terlibat aktif
dalam proses pembelajaran, karena guided discovery merupakan metode
pembelajaran yang mengajarkan siswa untuk menumkan penemuan dengan
arahan dari guru. Maka dari itu guru berperan sebagai pemberi motivasi guna
meningkatkan semangat dan pengembangan kegiatan belajar siswa agar siswa
lebih aktif dalam proses pembelajaran. Sardiman (2011: 145) mengemukakan
bahwa guru harus merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement
untuk mendinamisasikan potensi
siswa, menumbuhkan aktivitas dan
kreativitas, sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar mengajar.
Temuan ketiga, adalah guru kurang memaksimalkan pemberian
reward untuk memotivasi siswa agar terlibat aktif dalam proses pembelajaran
IPA. Dalam kegiatan pembelajaran guru bertugas untuk memotivasi siswa agar
terlibat aktif dikelas, salah satunya dengan pemberian reward. Kurang
memaksimalnya pemberian reward, sehingga kurang termotivasi serta merasa
senang untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Hal tersebut tidak
sesuai dengan pendapat Amir Daien Indrakusuma (1973: 147)menyatakan
penghargaan merupakan hadiah terhadap hasil-hasil yang baik dari anak dalam
proses pendidikan. Penghargaan merupakan hal yang menggembirakan bagi
anak, dan dapat menjadi pendorong bagi belajarnya. Hal ini juga didukung oleh
105
pendapat Ngalim Purwanto (2006: 182) yang menjelaskan penghargaan adalah
alat untuk mendidik anak-anak supaya anak dapat merasa senang karena
perbuatan atau pekerjaannya mendapat penghargaan.
Pada
siklus
II,
terjadi
peningkatan
presentase
keterampilan
komunikasi IPA siswa dari (85,93%) siklus I meningkat menjadi (94,10%)
pada siklus II. Peningkatan tersebut telah memenuhi keberhasilan tindakan.
Peningkatan terjadi karena sudah adanya perbaikan pada proes pembelajaran
IPA pada siklus I di siklus II.
Perbaikan
pertama,
pada
saat
memberikan
tanggapan,
guru
memberikan catatan penting terkait materi di papan tulis dengan menggunakan
bahasa yang mudah dipahami siswa. Hal tersebut akan membuat siswa lebih
mudah memahami materi yang dipelajari. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
James W. Brown (Sardiman, 2011: 144) mengemukakan bahwa tugas dan
peranan guru antara lain: menguasai dan mengembangkan materi pelajaran,
merencana dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol, dan
mengevaluasi kegiatan siswa. Hal tersebut juga sesuai dengan pendapat Moh
Uzer Usman (2001: 9) sebagai pengajar guru harus membantu perkembangan
anak didik untuk dapat menerima, memahami, serta menguasai ilmu
pengetahuan. Untuk itu guru hendaknya mampu memotivasi dan membantu
siswa untuk lebih mudah memahami materi yang dipelajari.
Kedua, guru memberikan dorongan motivasi dan semangat agar siswa
berani
dan
mempunyai
kemauan
untuk
mengungkapkan
pendapat,
menganalisis maupun memecahkan masalah terkait dengan materi. Pemberian
106
dorongan oleh guru tersebut sesuai dengan pendapat Sugihartono, dkk (2007:
85) yang menyatakan bahwa peran guru dalam pembelajaran salah satunya
adalah sebagai motivator. Peran guru sebagai motivator hendaknya dapat
mendorong siswa agar bersemangat dan aktif dalam pembelajaran. Sardiman
(2011: 86) mengemukakan dengan adanya usaha yang tekun dan terutama
didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat
melahirkan prestasi yang baik. Maka dari itu semakin banyak guru
memberikan motivasi ataupun semangat maka siswa akan mempunyai
kemauan untuk terlibat aktif dan juga akan berdampak pada prestasi belajar
siswa.
Ketiga
adalah guru memaksimalkan pemberian reward atau
penghargaan kepada siswa agar termotivasi untuk terlibat aktif dalam kegiatan
pembelajaran. Dengan pemberian reward kepada siswa, akan menjadi motivasi
bagi siswa untuk aktif selama proses pembelajaran. M. Ngalim Purwanto
(2006: 182) menjelaskan bahwa reward diberikan agar anak menjadi lebih giat
lagi usahanya untuk memperbaiki atau mempertinggi kedisiplinannya. Hal ini
sesuai dengan pendapat Syaiful Bahri Djamarah (2005: 193) mengemukakan
bahwa
ganjaran
(reward)
dimaksudkan
sebagai
suatu
cara
untuk
menyenangkan dan menggairahkan belajar anak didik baik di sekolah maupun
di rumah.
Dalam penelitian ini, siswa dinyatakan berhasil apabila siswa telah
mencapai kategori minimal yang di tetapkan yaitu pada kategori baik.. Pada
kondisi awal, siswa yang belum mendapatkan kategori baik sebanyak 27 siswa
107
(96,42%). Pada siklus I, siswa yang sudah mencapai nilai kategori baiktidak
ada. Sebanyak 27 siswa (96,42%) yang mencapai kategori cukup. Pada siklus
II, siswa yang sudah mencapai kategori baik sebanyak 2 siswa (7,14%). Dan
sebanyak 25 siswa (89,28%) yang mencapai kategori sangat baik.
Berdasarkan uraian pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa
penggunaan metode guided discovery dapat meningkatkan keterampilan
komunikasi IPA. Dengan memberikan kesempatan untuk untuk bertukar
gagasan
melalui
kegiatan
diskusi
saat
melakukan
percobaan
dapat
meningkatkan keterampilan komunikasi IPA siswa. Menurut Arends (Trianto,
2011: 117) pembelajaran diskusi mempunyai arti suatu situasi dimana guru
dengan siswa atau siswa dengan siswa yang lain saling bertukar pendapat
secara lisan, saling berbagi gagasan dan pendapat.
Penerapan metode guided discovery yang melibatkan siswa secara
aktif dalam proses mencari pemecahan masalah dengan cara kritis, analisis, dan
ilmiah untuk menuju kesimpulan dengan arahan dari guru melalui kegiatan
praktikum atau penemuan. Peran guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran
turut mendorong siswa untuk aktif. Hal ini sesuai dengan pendapat (Sardiman,
2011: 146) bahwa guru berperan sebagai fasilitator akan memberikan fasilitas
dan kemudahan dalam proses belajar mengajar untuk menciptakan suasana
kegiatan belajar yang sedemikian rupa, serasi dengan perkembangan siswa,
sehingga interaksi belajar mengajar akan berlangsung secara aktif.
108
C. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian iniadalah sebagai berikut.
1. Ada siswa yang tidak masuk pada setiap pertemuan dikarenakan
sedang sakit. Hal ini mengakibatkan data yang terkumpul mengenai
penggunaan
metode
guided
discovery
dapat
meningkatkan
keterampilan komunikasi IPA kurang optimal.
2. Alokasi waktu untuk penelitian terbatas karena harus mengikuti
alokasi waktu yang diberikan oleh sekolah.
3. Penerapan metode guided discovery hanya terbatas pada dua materi
pokok yang diajarkan di kelas III karena keterabatasan waktu dan
dana.
109
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan
dilaksanakan,
maka
kegiatan
penelitian
dapat
dismipulkan
tindakan
bahwa
kelas
terdapat
yang
telah
peningkatan
keterampilan komunikasi IPA dengan menggunakan metode guided discovery
siswa kelas III SDN Kejambon 1, Sleman. Peningkatan keterampilan
komunikasi
IPA
siswa
ditunjukkan
dengan
presentase
keterampilan
komunikasi IPA siswa yang pada kondisi awal sebesar 59,91%yang berada
pada kategori kurang. Pada siklus I meningkat menjadi 70,44% yang berada
pada ketegori cukup namun belum mencapai kategori minimum yaitu pada
kategori baik maka dilanjutkan ke siklus II. Pada siklus II, melalui perbaikan
dalam penerapan metode guided discovery yang dilakukan pada pemberian
penguatan dan pemberian rewardyang membuahkan hasil meningkat menjadi
90,17%. Dengan demikian pada siklus II berada pada kategori sangat baik dan
indikator keberhasilan tindakan sudah tercapai.
B. Saran
1. Bagi Guru
Guru dapat menggunakan metode guided discovery sebagai bahan
pembaharuan terhadap pembelajaran IPA khususnya dalam keterampilan
mengkomunikasikan. Dengan metode guided discovery, keterampilan
komunikasi IPA siswa dapat dikembangkan dengan baik. Dengan adanya
berbagai keterbatasan, maka apa yang dihasilkan dalam penelitian ini
bukanlah hasil akhir. Adanya keterbatasan dan kekurangan pada penelitian
110
ini dapat dijadikan dasar untuk diadakan penelitian yang lebih lanjut,
dengan harapan untuk mengetahui
apakah pembelajaran dengan
menggunakan metode guided discovery dapat diterapkan dan memberikan
hasil yang lebih baik pada mata pelajaran IPA.
2. Bagi Siswa
Untuk menunjang keterampilan komunikasi IPA siswa, sebaiknya siswa
lebih banyak berlatih berani berbicara,
bertanya, mengungkapkan
pendapat, sanggahannya, dan membiasakan diri untuk menulis. Dengan
membiasakan hal tersbut, siswa akan memperoleh.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Metode guided discovery yang digunakan di dalam penelitian ini hanya
sebatas pada melatih siswa untuk mengkomunikasikan secara liasan
maupun tulisan apa yang mereka ketahui. Oleh karena itu, bagi peneliti
selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan menggunakan metode
guided discoveryuntuk mengungkapkan ide atau gagasan yang dimiliki
oleh siswa setelah mendapat bimbingan dari guru.
111
DAFTAR PUSTAKA
Abizar. (1988). Komunikasi Organisasi. Jakarta: Depdikbud Dirjen Pendidikan
Tinggi P2LPTK.
Anas Sudijono. (2010). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.
Ann C. Howe. (1993). Engaging Children in Science. New York: Macmillan
Publishing Company.
Anwar Arifin. (2008). Ilmu Komunikasi. Bandung: Rajawali Pres.
Dahar, R.W. (1988). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Drs. Daryanto. (2011). Penelitian Tindakan Kelas dan PenelitianTindakan
Sekolah.Yogyakarta:Gava Media.
Eka
Gunawan.
(2010).
Metode
Discovery.
Diambil
dari
http://nilaeka.blogspot.com./2010/01/metode-discovery.html akses 15
maret 2015 10.11.
Eka Gunawan. (2010). Metode Discovery dalam Pembelajaran Fisika.Diambil
dari
http://fisika-dan-pembelajaran.blogspot.com./2010/01/metodediscovery.html akses 10 april 2015 16. 45.
Eldi Prayitno. (1992). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Depdiknas.
Fitria Yuliawati, Jamil Suprihatiningrum, dkk. (2012). Penelitian Tindakan Kelas
untuk Tenaga Pendidik Profesional. Yogyakarta: Pedagogia.
Gus
Asta
Iswara.
(2014).
Komunikasi.
Diambil
dari
http://gusasta.blogspot.com/2014/03/komunikasi.html akses 26 mei 2015
21.00.
Hafied Cangara. (2007). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Hamdani. (2011). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Hendro Darmodjo & Jenny R.E. Kaligis. (1991). Pendidikan IPA 2. Jakarta:
Depdiknas.
Hendro Darmodjo & Jenny R.E. Kaligis. (1993). Pendidikan IPA 2. Jakarta:
Depdiknas.
112
Inderawati. (1999). Model-model Pembelajaran IPA. Bandung: Depdikbud.
Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah. P3G IPA Bandung.
Jamil Suparihatiningrum. (2013). Strategi Pembelajaran Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA.
Kasihani Kasbolah. (1999). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Depdikbud.
Kunandar. (2012). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai
Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Maslichah Asy’ari.(2006). Penerapan Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat
dalam pembelajaran sains di sekolah dasar. Yogyakarta: USD.
Maslichah Asy’ari. (2006). Model Pembelajaran Pendekatan Sains Teknologi
Masyarakat dalam Pembelajaran Sains di SD. Yogyakarta: Sanata Darma.
Muhibbin Syah. (2006). Psikologi Belajar. Bandung. Rajawali Press.
Mulyani Sumantri dan Johar Permana. (1999). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Depdikbud.
Nana Sudjana.(2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Nana Sudjana.(2010). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung :PT
Remaja Rosdakarya.
Nasution, Noehi, dkk. (2007). Pendidikan IPA di SD. Universitas Terbuka.
Jakarta.
Ngalim Purwanto. (2010). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Oemar Hamalik. (2001). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Oemar Hamalik. (2005). PerencanaanPengajaran Berdasarkan Pendekatan
Sistem. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Patta Bundu. (2006). Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam
Pembelajaran Sains SD. Jakarta: Depdikbud.
Poniran. (2000). Keterampilan berkomunikasi siswa SMU N 10 Jambi (skripsi).
Padang: UNP.
Ridwan Abdulah Sani. (2013). Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
113
Rostiyah. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Rustaman, N. et al. (2003). Strategi Belajar Mengajar. Jurusan Pendidikan
Biologi FPMIPA UPI Bandung.
Rustaman, N. et al. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang:
Universitas Negeri Malang.
Sri Sulistyorini. (2007). Model Pembelajaran IPA Sekolah Dasar dan
Penerapannya dalam KTSP. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Suharsimi Arikunto. (2002). Prosedur Penlitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi
Revisi V. Jakarta: Rineka Cipta.
Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penlitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Suharsimi Arikunto,dkk. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi
Aksara.
Supraktiknya. (1995). Komunikasi antar pribadi. Yogyakarta: Kanisius.
Suryosubroto. (2002). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: RinekaCipta.
Suryosubroto. (2009).Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Suwangsih dan Tiurlina. (2006). Model Pembelajaran Matematika SD. Bandung:
UPI Press.
Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain. (2002). Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:
Prenada Media.
Usman Samatowa. (2006). Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Usman Samatowa. (2011). Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Indeks.
Wina Sanjaya. (2006). Strategi Pembelajaran BerorientasiStandar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Pernada Media.
Wina Sanjaya. (2010). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
114
Zainal Aqib. (2014). Model-model Media dan Strategi Pembelajaran Kontekstual
(Inovatif). Bandung: Yrama Widya.
115
LAMPIRAN
116
LAMPIRAN
PEDOMAN OBSERVASI
SISWA DAN GURU
117
Contoh Pedoman Observasi Keterampilan Komunikasi IPA Siswa
Nama Siswa :
No. Absen
No.
1.
2.
3.
4.
:
Indikator Komunikasi IPA
Skor
1
2
3
4
Mengidentifikasi objek dan peristiwa dengan akurat
a. Siswa dapat mengidentifikasi bendabenda berdasarkan jenisnya (padat, cair,
dan gas).
b. Siswa mengidentifikasi sifat-sifat benda
padat berdasarkan hasil penemuan dalam
percobaan.
c. Siswa mengidentifikasi sifat-sifat benda
cair berdasarkan hasil penemuan dalam
percobaan.
d. Siswa mengidentifikasi sifat-sifat benda
gas berdasarkanhasil penemuan dalam
percobaan.
Mendeskripsikan objek dan peristiwa dengan akurat
a. Siswa mendeskripsikan sifat benda padat
berdasarkan hasil penemuan dalam
percobaan.
b. Siswa mendeskripsikan sifat benda cair
berdasarkan hasil percobaan.
c. Siswa mendeskripsikan sifat benda gas
berdasarkan hasil percobaan.
d. Siswa
mengemukakan pendapatnya
tentang hasil identifikasi dalam diskusi.
Membantu mendeskripsikan sehingga yang lain dapat mengidentifikasi objek
yang telah diketahui.
a. Siswa membantu teman kelompoknya
yang kesulitan dalam mengidentifikasi
sifat benda padat.
b. Siswa membantu teman kelompoknya
yang kesulitan dalam mengidentifikasi
sifat benda cair.
c. Siswa membantu teman kelompoknya
yang kesulitan dalam mengidentifikasi
sifat benda gas.
Menyusun alasan yang logis untuk menjelaskan dan memberi kesimpulan.
a. Siswa menyimpulkan hasil kegiatan
penemuan dalam percobaantentang benda
padat.
118
5.
6.
b. Siswa
menyimpulkan hasil kegiatan
penemuan dalam percobaantentang benda
cair.
c. Siswa
menyimpulkan hasil kegiatan
penemuan dalam percobaantentang benda
gas.
Membagikan informasi secara akurat kepada yang lain dengan lisan maupun
tulisan.
a. Siswa
mengemukakan pendapatnya
tentang sifat benda padat dalam diskusi.
b. Siswa
mengemukakan pendapatnya
tentang sifat benda cair dalam dsikusi.
c. Siswa
mengemukakan pendapatnya
tentang sifat benda gas dalam diskusi.
d. Siswa berkerjasama dengan anggota
kelompok dalam mengerjakan LKS.
e. Siswa mempersentasikan hasil diskusi.
Pemikiran Verbalisasi
a. Siswa dapat mengemukakan hasil
pemikiran atas pertanyaan yang diberikan
oleh guru
Sleman,………..
Observer
Observer II
Alfiani Utami
Vini Viodita
NIM 11108244099
NIM11209244030
119
Observer III
Yuniar Ajeng .P
NIM 1330814108
Rubrik Penilaian Keterampilan Komunikasi IPA Siswa
No
Aspek Pengamatan
1.
Mengidentifikasi objek
peristiwa dengan akurat
Indikator Aktivitas yang
diamati
dan a. Siswa dapat
mengidentifikasi bendabenda berdasarkan jenisnya
(padat, cair, dan gas).
Skor
Deskripsi
4
Siswa dapat mengidentifikasi 3 benda berdasarkan jenisnya
dengan benar.
Siswa hanya dapat mengidentifikasi 2 benda berdasarkan
jenisnya dengan benar.
Siswa hanya dapat mengidentifikasi 1 benda berdasarkan
jenisnya dengan benar.
Siswa tidak dapat mengidentifikasikan benda berdasarkan
jenisnya dengan benar.
Siswa dapat mengidentifikasi 3 sifat benda padat dengan
benar.
Siswa hanya dapat mengidentifikasi 2 sifat benda padat
dengan benar.
Siswa hanya dapat mengidentifikasi 1 sifat benda padat
dengan benar
Siswa tidak dapat mengidentifikasi sifat benda padat dengan
benar .
siswa dapat mengidentifikasi 3 sifat benda cair dengan
benar.
Siswa hanya dapat mengientifikasi 2 sifat benda cair dengan
benar.
Siswa hanya dapat mengidentifikasi 1 sifat benda cair
dengan benar.
Siswa tidapat mengidentifikasi siat benda cair dengan benar.
3
2
1
b. Siswa mengidentifikasi
sifat-sifat benda padat
berdasarkan hasil penemuan
dalam percobaan.
4
3
2
1
c. Siswa mengidentifikasi
sifat-sifat benda cair
berdasarkan hasil penemuan
dalam percobaan.
4
3
2
1
120
d. Siswa mengidentifikasi
sifat-sifat benda gas
berdasarkan hasil penemuan
dalam percobaan.
4
3
2
1
2.
Mendeskripsikan objek
peristiwa dengan akurat
dan a. Siswa mendeskripsikan
sifat benda padat
berdasarkan hasil penemuan
dalam percobaan.
4
3
2
1
b. Siswa mendeskripsikan
sifat benda cair berdasarkan
hasil penemuan dalam
percobaan.
4
3
2
1
c. Siswa mendeskripsikan
sifat benda gas berdasarkan
hasil percobaan.
121
4
3
Siswa dapat mengidentifikasi 3 sifat benda gas dengan
benar.
Siswa hanya dapat mengidentifikasi 2 sifat benda gas dengan
benar.
Siswa hanya dapat mengidentifikasi 1 sifat benda gas dengan
benar.
Siswa tidak dapat mengidentifikasi sifat benda gasdengan
benar.
Siswa dapat mendekripsikan 3 sifat benda padat secara lisan
atau tertulis dengan tepat.
Siswa hanya dapat mendeskripsikan 2 sifat benda padat
secara lisan atau tertulis dengan tepat.
Siswa hanya dapat mendeskripsikan 1 sifat benda padat
secara lisan atau tertulis dengan tepat.
Siswa tidak dapat mendeskripsikan sifat benda padat dengan
tepat.
Siswa dapat mendeskripsikan 3 sifat benda cair secara lisan
atau tetrtulis dengan tepat.
Siswa hanya dapat mendeskripsikan 2 sifat benda cair secara
lisan atau tertulis dengan tepat.
Siswa hanya dapat mendeskripsikan 1 sifat benda cair secara
lisan atau tertulis dengan tepat.
Siswa tidak dapat mendeskripsikan sifat benda cair
secaralisan atau tertulis dengan tepat.
Siswa dapat mendeskripsikan 3 sifat benda gas secara lisan
atau tertulis dengan tepat.
Siswa hanya dapat mendeskripsikan 2 sifat benda gas secara
2
1
d. Siswa mengemukakan
pendapatnya tentang hasil
identifikasi dalam diskusi.
4
3
2
1
3.
Membantumendeskripsikan
a. Siswa membantu teman
sehingga yang lain dapat
kelompoknya yang
mengidentifikasi objek yang
kesulitan dalam
telah diketahui.
mengidentifikasi sifat
benda padat.
4
3
2
1
b. Siswa membantu teman
kelompoknya yang
122
4
lisan atau tertulis dengan tepat.
Siswa hanya dapat mendeskripsikan 1 sifat benda gas secara
lisan atau tertulis dengan tepat.
Siswa tidak dapat mendeskripsikan sifat benda gas dengan
tepat.
Siswa dapat mengemukakan pendapatnya tentang hasil
identifiksi sesuai dengan permasalahan yang sedang dibahas
dengan percaya diri.
Siswa dapat mengemukakan pendapatnya tentang hasil
identifikasi sesuai dengan permasalahan yang sedang
dibahas dengan kurang percaya diri.
Siswa dalam mengemukakan pendapatnya tentang hasil
identifikasi kurang sesuai dengan permasalahan yang sedang
dibahas dan kurang percaya diri.
Siswa tidak dapat mengemukakan pendapatnya tentang hasil
identifikasi dalam diskusi.
Siswa membantu mendeskripsikan 3 sifat benda padat
kepada teman kelompoknya yang mengalami kesulitan.
Siswa membantu mendeskripsikan 2 sifat benda padat
kepada teman kelompoknya yang mengalami kesulitan.
Siswa membantu mendeskripsikan 1 sifat benda padat
kepada teman kelompoknya yang mengalami kesulitan.
Siswa tidak membantu mendeskripkan sifat benda padat
kepada teman kelompoknya yang mengalami kesulitan.
Siswa membantu mendeskripsikan 3 sifat benda cair kepada
teman kelompoknya yang mengalami kesulitan.
kesulitan dalam
mengidentifikasi sifat
benda cair.
3
2
1
c. Siswa membantu teman
kelompoknya yang
kesulitan dalam
mengidentifikasi sifat
benda gas.
4
3
2
1
4.
Menyusun alasan yang logis a. Siswa menyimpulkan hasil
untuk menjelaskan dan memberi
kegiatan penemuan
kesimpulan.
dalampercobaantentang
sifat benda padat.
4
3
2
1
b. Siswa menyimpulkan hasil
kegiatan penemuan
123
4
Siswa membantu mendeskripsikan 2 sifat benda cair kepada
teman kelompoknya yang mengalami kesulitan.
Siswa membantu mendeskripsikan 1 sifat benda cair kepada
teman kelompoknya yang mengalami kesulitan.
Siswa tidak membantu mendeskripsikan sifat benda cair
kepada teman kelompoknya yang mengalami kesulitan.
Siswa membantu mendeskripsikan 3 sifat benda gas kepada
teman kelompoknya yang mengalami kesulitan.
Siswa membantu mendeskripsikan 2 sifat benda gas kepada
teman kelompoknya yang mengalami kesulitan.
Siswa membantu mendeskripsikan 1 sifat benda gas kepada
teman kelomponya yang mengalami kesulitan.
Siswa tidak membantu mendeskripsikan sifat benda gas
kepada teman kelompoknya sifat mengalami kesulitan.
Siswa dapat menyimpulkan hasil penemuan dalam
percobaan tentang sifat benda padat dengan bahasa yang
jelas dan mudah dipahami.
Siswa dapat menyimpulkan hasil penemuan dalam
percobaan tentang sifat benda padat dengan bahasa yang
jelas namun kurang dipahami.
Siswa dapat menyimpulkan hasil penemuan dalam
percobaan tentang sifat benda padat namun dengan bahasa
yang kurang jelas dan kurang dipahami.
Siswa tidak dapat menyimpulkan hasil penemuan dalam
percobaan tentang sifat benda padat.
Siswa dapat menyimpulkan hasil penemuan dalam
percobaan tentang sifat benda cair dengan bahasa yang jelas
dalampercobaantentang
sifat benda cair.
3
2
1
c. Siswa menyimpulkan hasil
kegiatan penemuan dalam
percobaantentang sifat
benda gas.
4
3
2
1
5.
Membagikan informasi secara a. Siswa
mengemukakan
akurat kepada yang lain dengan
pendapatnya tentang sifat
lisan maupun tulisan.
benda padat dalam diskusi.
4
3
124
dan mudah dipahami.
Siswa dapat menyimpulkan hasil penemuan dalam
percobaan tentang sifat benda cair dengan bahasa yang jelas
namun kurang dipahami.
Siswa dapat menyimpulkan hasil penemuan dalam
percobaan tentang sifat benda cair namun dengan bahasa
yang kurang jelas dan kurang dipahami.
Siswa tidak dapat menyimpulkan hasil penemuan dalam
percobaan tentang sifat benda cair.
Siswa dapat menyimpulkan hasil penemuan dalam
percobaan tentang sifat benda cair dengan bahasa yang jelas
dan mudah dipahami.
Siswa dapat menyimpulkan hasil penemuan dalam
percobaan tentang sifat benda cair dengan bahasa yang jelas
namun kurang dipahami.
Siswa dapat menyimpulkan hasil penemuan dalam
percobaan tentang sifat benda cair namun dengan bahasa
yang kurang jelas dan kurang dipahami.
Siswa tidak dapat menyimpulkan hasil penemuan dalam
percobaan tentang sifat benda cair.
Siswa mengemukakan pendapatnya sesuai dengan
permasalah yang sedang dibahas dengan bahasa yang mudah
dipahami.
Siswa mengemukakan pendapatnya sesuai dengan
permasalahan yang sedang dibahas dengan bahasa yang
kurang dipahami.
2
1
b. Siswa mengemukakan
pendapatnya tentang sifat
benda cair dalam dsikusi.
4
3
2
1
c. Siswa mengemukakan
penapatnya tentang sifat
benda gas dalam diskusi.
4
3
2
1
125
Siswa mengemukakan pendapatnya kurang sesuai dengan
permasalahan yang sedang dibahas dengan bahasa yang
kurang dipahami.
Siswa tidak mengemukakan pendapatnya tentang
permasalahan yang sedang dibahas.
Siswa mengemukakan pendapatnya sesuai dengan
permasalah yang sedang dibahas dengan bahasa yang mudah
dipahami.
Siswa mengemukakan pendapatnya sesuai dengan
permasalahan yang sedang dibahas dengan bahasa yang
kurang dipahami.
Siswa mengemukakan pendapatnya kurang sesuai dengan
permasalahan yang sedang dibahas dengan bahasa yang
kurang dipahami.
Siswa tidak mengemukakan pendapatnya tentang
permasalahan yang sedang dibahas.
Siswa mengemukakan pendapatnya sesuai dengan
permasalah yang sedang dibahas dengan bahasa yang mudah
dipahami.
Siswa mengemukakan pendapatnya sesuai dengan
permasalahan yang sedang dibahas dengan bahasa yang
kurang dipahami.
Siswa mengemukakan pendapatnya kurang sesuai dengan
permasalahan yang sedang dibahas dengan bahasa yang
kurang dipahami.
Siswa tidak mengemukakan pendapatnya tentang
permasalahan yang sedang dibahas.
d. Siswa mencatat hasil
identifikasi tentang sifat
benda (padat, cair dan gas)
4
3
2
e. Siswa mempersentasikan
hasil diskusi.
1
4
3
2
1
6.
Pemikiran Verbalisasi
a. Siswa dapat
mengemukakan hasil
pemikiran atas pertanyaan
yang diberikan oleh guru
4
3
2
1
126
Siswa dapat mencatat 3 hasil identifikasi tentang sifat benda
(padat, cair, dan gas).
Siswa hanya dapat mecatat 2 hasil identifikasi tentang sifat
benda.
Siswa hanya dapat mencatat 1 hasil identifikasi tentang sifat
benda.
Siswa tidak mencatat hasil identifikasi tentang sifat benda.
Siswa mempersentasikan hasil diskusinya dengan bahasa
yang mudah dipahami dan suara yang tegas.
Siswa mempersentasikan hasil dikusinya dengan bahasa
kuarang dapat dipahami.
Siswa mempersentasikan hasil diskusinya dengan bahasa
kurang dapat dipahami dan suara yang kurang tegas.
Siswa mempersentasikan hasil diskusinya dengan kurang
percaya diri dan dibimbing secara penuholeh guru
Siswa dapat mengemukakan hasil pemikirannya dengan
tepat tanpa bantuan dari guru.
Siswa dapat mengemukakan hasil pemikirannya dengan
tepat dengan seedikit bantuan dari guru
Siswa dapat mengemukakan hasil pemikiranya dengan tepat
dengan bantuan guru dan teman sekelompoknya
Siswa tidak dapat mengemukakan hasil pemikirannya
dengan tepat.
Pedoman Observasi Aktivitas Guru dalam Menerapkan Metode Guided
Discovery
Mata Pelajaran
:
Kelas/ Semester
:
Hari/ Tanggal
:
Siklus/ Pertemuan
:
A. Berikan penilaian dengan memberi tanda centang (v) sesuai dengan
pengamatan!
No.
Aspek yang dinilai
1
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Guru melakukan apersepsi.
Guru memberikan pertanyaan yang memancing
pengetahuan siswa.
Guru menunjukkan alat dan bahan yang akan
digunakan untuk kegiatan penemuan.
Guru memastikan alat dan bahan yang akan
digunakan siswa lengkap dan benar.
Guru berkeliling memonitor kegiatan penemuan.
Guru memastikan semua siswa membuat laporan
dari kegiatan penemuan yang mereka lakukan.
Guru memastikan siswa berdiskusi dalam
menyusun laporan.
Guru mengajukan pertanyaan untuk memastikan
konsep yang ditemukan siswa sudah benar.
Guru menstimulasi siswa agar menanggapi
presentasi kelompok lain.
Guru memberi kesempatan yang luas pada siswa
untuk mengemukakan gagasan secara leluasa.
Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan hasil
diskusi kelompoknya/kelompok lain.
Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan
pelajaran.
Jumlah Skor
Keterangan Skor:
1 = Sangat Kurang
2 = Kurang
3 = Cukup
4 = Baik
127
Kriteria Skor
2
3
4
Sleman,…………….
Observer,
Alfiani Utami
NIM 11108244099
128
LAMPIRAN
HASIL OBSERVASI SISWA
129
130
131
132
133
134
LAMPIRAN
HASIL OBSERVASI GURU
135
Pedoman Observasi Aktivitas Guru dalam Menerapkan Metode Guided
Discovery Pra Siklus
Mata Pelajaran
Kelas/ Semester
Hari/ Tanggal
Siklus/ Pertemuan
: IPA
: III/ 1
: Rabu, 28 Oktober 2015
: I/I
A. Berikan penilaian dengan memberi tanda centang (v) sesuai dengan
pengamatan!
No.
Aspek yang dinilai
1
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Guru melakukan apersepsi.
Guru memberikan pertanyaan yang memancing
pengetahuan siswa.
Guru menunjukkan alat dan bahan yang akan
digunakan untuk kegiatan penemuan.
Guru memastikan alat dan bahan yang akan
digunakan siswa lengkap dan benar.
Guru berkeliling memonitor kegiatan penemuan.
Guru memastikan semua siswa membuat laporan
dari kegiatan penemuan yang mereka lakukan.
Guru memastikan siswa berdiskusi dalam
menyusun laporan.
Guru mengajukan pertanyaan untuk memastikan
konsep yang ditemukan siswa sudah benar.
Guru menstimulasi siswa agar menanggapi
presentasi kelompok lain.
Guru memberi kesempatan yang luas pada siswa
untuk mengemukakan gagasan secara leluasa.
Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan hasil
diskusi kelompoknya/kelompok lain.
Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan
pelajaran.
Jumlah Skor
Keterangan Skor:
1 = Sangat Kurang
2 = Kurang
3 = Cukup
4 = Baik
136
Kriteria Skor
2
3
4
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
29
Klasifikasi Skor:
= 60,41% (cukup)
Pedoman Observasi Aktivitas Guru dalam Menerapkan Metode Guided
Discovery Siklus I Pertemuan I
Mata Pelajaran
Kelas/ Semester
Hari/ Tanggal
Siklus/ Pertemuan
: IPA
: III/ 1
: Selasa, 3 November 2015
: I/I
A. Berikan penilaian dengan memberi tanda centang (v) sesuai dengan
pengamatan!
No.
Aspek yang dinilai
1.
2.
Kriteria Skor
1
2
3
4
√
√
Guru melakukan apersepsi.
Guru memberikan pertanyaan yang memancing
pengetahuan siswa.
3.
Guru menunjukkan alat dan bahan yang akan
digunakan untuk kegiatan penemuan.
4.
Guru memastikan alat dan bahan yang akan
digunakan siswa lengkap dan benar.
5.
Guru berkeliling memonitor kegiatan penemuan.
6.
Guru memastikan semua siswa membuat laporan
dari kegiatan penemuan yang mereka lakukan.
7.
Guru memastikan siswa berdiskusi dalam
menyusun laporan.
8.
Guru mengajukan pertanyaan untuk memastikan
konsep yang ditemukan siswa sudah benar.
9.
Guru menstimulasi siswa agar menanggapi
presentasi kelompok lain.
10.
Guru memberi kesempatan yang luas pada siswa
untuk mengemukakan gagasan secara leluasa.
11.
Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan hasil
diskusi kelompoknya/kelompok lain.
12.
Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan
pelajaran.
32
Jumlah Skor
Keterangan Skor:
1 = Sangat Kurang
2 = Kurang
3 = Cukup
4 = Baik
Klasifikasi Skor:
= 66,66% (cukup)
137
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Pedoman Observasi Aktivitas Guru dalam Menerapkan Metode Guided
Discovery Siklus I Pertemuan II
Mata Pelajaran
Kelas/ Semester
Hari/ Tanggal
Siklus/ Pertemuan
: IPA
: III/ 1
: 4 November 2015
: I/II
A. Berikan penilaian dengan memberi tanda centang (v) sesuai dengan
pengamatan!
No.
Aspek yang dinilai
1
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Guru melakukan apersepsi.
Guru memberikan pertanyaan yang memancing
pengetahuan siswa.
Guru menunjukkan alat dan bahan yang akan
digunakan untuk kegiatan penemuan.
Guru memastikan alat dan bahan yang akan
digunakan siswa lengkap dan benar.
Guru berkeliling memonitor kegiatan penemuan.
Guru memastikan semua siswa membuat laporan
dari kegiatan penemuan yang mereka lakukan.
Guru memastikan siswa berdiskusi dalam
menyusun laporan.
Guru mengajukan pertanyaan untuk memastikan
konsep yang ditemukan siswa sudah benar.
Guru menstimulasi siswa agar menanggapi
presentasi kelompok lain.
Guru memberi kesempatan yang luas pada siswa
untuk mengemukakan gagasan secara leluasa.
Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan hasil
diskusi kelompoknya/kelompok lain.
Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan
pelajaran.
Jumlah Skor
Keterangan Skor:
1 = Sangat Kurang
2 = Kurang
3 = Cukup
4 = Baik
Klasifikasi Skor:
= 75% (cukup)
138
Kriteria Skor
2
3
4
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
36
Pedoman Observasi Aktivitas Guru dalam Menerapkan Metode Guided
Discovery
Mata Pelajaran
Kelas/ Semester
Hari/ Tanggal
Siklus/ Pertemuan
: IPA
: III/ 1
: Rabu, 11 November 2015
: II/I
A. Berikan penilaian dengan memberi tanda centang (v) sesuai dengan
pengamatan!
No.
Aspek yang dinilai
1
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Guru melakukan apersepsi.
Guru memberikan pertanyaan yang memancing
pengetahuan siswa.
Guru menunjukkan alat dan bahan yang akan
digunakan untuk kegiatan penemuan.
Guru memastikan alat dan bahan yang akan
digunakan siswa lengkap dan benar.
Guru berkeliling memonitor kegiatan penemuan.
Guru memastikan semua siswa membuat laporan
dari kegiatan penemuan yang mereka lakukan.
Guru memastikan siswa berdiskusi dalam
menyusun laporan.
Guru mengajukan pertanyaan untuk memastikan
konsep yang ditemukan siswa sudah benar.
Guru menstimulasi siswa agar menanggapi
presentasi kelompok lain.
Guru memberi kesempatan yang luas pada siswa
untuk mengemukakan gagasan secara leluasa.
Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan hasil
diskusi kelompoknya/kelompok lain.
Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan
pelajaran.
Jumlah Skor
Keterangan Skor:
1 = Sangat Kurang
2 = Kurang
3 = Cukup
4 = Baik
Klasifikasi Skor:
= 85,41% (Baik)
139
Kriteria Skor
2
3
4
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
41
Pedoman Observasi Aktivitas Guru dalam Menerapkan Metode Guided
Discovery
Mata Pelajaran
Kelas/ Semester
Hari/ Tanggal
Siklus/ Pertemuan
: IPA
: III/ 1
: Selasa, 17 November 2015
: II/II
A. Berikan penilaian dengan memberi tanda centang (v) sesuai dengan
pengamatan!
No.
Aspek yang dinilai
1
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Guru melakukan apersepsi.
Guru memberikan pertanyaan yang memancing
pengetahuan siswa.
Guru menunjukkan alat dan bahan yang akan
digunakan untuk kegiatan penemuan.
Guru memastikan alat dan bahan yang akan
digunakan siswa lengkap dan benar.
Guru berkeliling memonitor kegiatan penemuan.
Guru memastikan semua siswa membuat laporan
dari kegiatan penemuan yang mereka lakukan.
Guru memastikan siswa berdiskusi dalam
menyusun laporan.
Guru mengajukan pertanyaan untuk memastikan
konsep yang ditemukan siswa sudah benar.
Guru menstimulasi siswa agar menanggapi
presentasi kelompok lain.
Guru memberi kesempatan yang luas pada siswa
untuk mengemukakan gagasan secara leluasa.
Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan hasil
diskusi kelompoknya/kelompok lain.
Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan
pelajaran.
Jumlah Skor
Keterangan Skor:
1 = Sangat Kurang
2 = Kurang
3 = Cukup
4 = Baik
Klasifikasi Skor:
= 95,83% (Sangat Baik)
140
Kriteria Skor
2
3
4
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
41
LAMPIRAN DATA
KETERAMPILAN KOMUNIKASI
IPA SISWA
141
Pengamatan Keterampilan Komunikasi IPA Siswa Pra Tindakan
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
Subjek
S1
S2
S3
S4
S5
S6
S7
S8
S9
S10
S11
S12
S13
S14
S15
S16
S17
S18
S19
S20
S21
S22
S23
S24
S25
S26
S27
S28
Jumlah
Rata-rata
Jumlah Skor
55
49
40
52
50
48
50
60
40
50
51
60
53
49
48
47
50
48
49
49
48
47
47
49
48
50
55
1342
59,91
Keterangan :
(
)
142
Keterangan
Kurang
Sangat Kurang
Sangat Kurang
Sangat Kurang
Sangat Kurang
Sangat Kurang
Sangat Kurang
Cukup
Sangat Kurang
Sangat Kurang
Sangat Kurang
Cukup
Sangat Kurang
Sangat Kurang
Sangat Kurang
Sangat Kurang
Sangat Kurang
Sangat Kurang
Sangat Kurang
Sangat Kurang
Sangat Kurang
Sangat Kurang
Sangat Kurang
Sangat Kurang
Sangat Kurang
Sangat Kurang
Kurang
Kurang
Peningkatan Keterampilan Komunikasi IPA Siswa pada Siklus I
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
Subjek
S1
S2
S3
S4
S5
S6
S7
S8
S9
S10
S11
S12
S13
S14
S15
S16
S17
S18
S19
S20
S21
S22
S23
S24
S25
S26
S27
S28
Jumlah
Rata-rata
Pertemuan 1
Pertemuan 2
Rata-rata
Keterangan
64
55
48
55
54
51
52
70
49
53
52
70
58
52
54
54
55
53
52
53
53
57
52
51
51
53
56
1487
66,57
65
61
60
62
62
62
62
70
60
62
60
70
62
61
62
62
62
60
61
60
62
63
61
60
60
61
66
1679
74,95
64,5
58
54
58.5
58
56,5
57
70
54,5
57,5
56
70
60
56,5
58
58
58,5
56,5
56,5
56,5
57,5
60
56,5
55,5
55,5
57
61
1578
70,44
Cukup
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang
Cukup
Kurang
Kurang
Kurang
Cukup
Cukup
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang
Cukup
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang
Cukup
Keterangan :
(
)
143
Cukup
Peningkatan Keterampilan Komunikasi IPA Siswa pada Siklus II
No
Subjek
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
S1
S2
S3
S4
S5
S6
S7
S8
S9
S10
S11
S12
S13
S14
S15
S16
S17
S18
S19
S20
S21
S22
S23
S24
S25
S26
S27
S28
Jumlah
Rata-rata
Pertemuan
1
72
70
68
72
70
69
72
78
70
72
70
76
72
72
72
69
69
72
70
72
72
72
71
69
70
70
75
1925
85,93
Pertemuan
2
80
76
74
80
78
75
80
80
76
80
76
80
80
80
80
78
75
80
76
80
80
80
79
76
76
76
77
2108
94,10
Keterangan :
(
)
144
Ratarata
76
73
71
76
74
72
76
79
75
76
73
78
76
76
76
74
72
76
73
76
76
76
75
73
73
73
76
2020
90,17
Kategori
Baik
Cukup
Cukup
Baik
Cukup
Cukup
Baik
Baik
Cukup
Baik
Cukup
Baik
Baik
Baik
Baik
Cukup
Cukup
Baik
Cukup
Baik
Baik
Baik
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Baik
Sangat Baik
Peningkatan Keterampilan Komunikasi IPA Siswa pada Kondisi
Awal, Siklus I, dan Siklus II
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
Subjek
S1
S2
S3
S4
S5
S6
S7
S8
S9
S10
S11
S12
S13
S14
S15
S16
S17
S18
S19
S20
S21
S22
S23
S24
S25
S26
S27
S28
Jumlah
Rata-rata
Nilai Keterampilan Komunikasi IPA
Kondisi Awal
Siklus I
Siklus II
55
49
40
52
50
48
50
60
40
50
51
60
53
49
48
47
50
48
49
49
48
47
47
49
48
50
55
1342
59,91
64,5
58
54
58,5
58
56,5
57
70
54,5
57,5
56
70
60
56,5
58
58
58,5
56,5
56,5
56,5
57,5
60
56,5
55,5
55,5
57
61
1578
70,44
76
73
71
76
74
72
76
79
75
76
73
78
76
76
76
74
72
76
73
76
76
76
75
73
73
73
76
2020
90,17
145
LAMPIRAN
SILABUS
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
LAMPIRAN
RENCANA PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN
(RPP)
158
RENCANAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Sekolah
: SDN Kejambon 1
Tema
: Pengalaman
Subtema
: Mengenal sifat benda
Kelas/Semester
: III / 1
Alokasi Waktu
: 2 x 35 menit
A. Standar Kompetensi
Bahasa Indonesia
1. Memahami penjelasan tentang petunjuk dan cerita anak yang dilisankan.
IPA
3. Memahami sifat-sifat benda, perubahan sifat benda, dan kegunaannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Matematika
2. Menggunakan pengukuran waktu, panjang, dan berat dalam pemecahan
B. Komptensi Dasar
Bahasa Indonesia
1.1 Melakukan sesuatu berdasarkan penjelasan yang disampaikan secara lisan.
IPA
3.1
Mengidentifikasi sifat-sifat benda berdasarkan pengamatan meliputi
benda padat, cair, dan gas.
Matematika
2.1 Memilih alat ukur sesuai dengan fungsinya (meteran, timbangan, atau jam)
C. Indikator
Bahasa Indonesia
1.1.1
Melakukan kegiatan sesuai petunjuk yang didengar.
IPA
3.1.1
Mengelompokkan benda-benda yang telah dikenal seperti benda padat,
cair, dan
gas.
3.1.2 Membuat daftar sifat-sifat benda padat, cair, dan gas.
Matematika
2.1.1 Memilih alat ukur sesuai dengan benda yang diukur.
159
1
Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran selesai diharapkan :
1. Setelah mendengarkan penjelasan dari guru, siswa dapat melakukan kegiatan
sesuai petunjuk yang didengar dengan benar.
2. Melalui kegiatan percobaan kelompok, siswa dapat mengelompokkan bendabenda yang telah dikenal sebagai benda padat, cair, dan gas dengan tepat.
3. Melalui kegiatan mandiri, siswa dapat membuat daftar sifat-sifat benda padat,
cair, dan gas dengan benar.
4. Setelah melihat gambar, siswa dapat memilih alat ukur sesuai dengan benda
yang diukur dengan tepat.
2
Materi Pembelajaran
1. Cerita anak.
2. Sifat-sifat benda padat, cair, dan gas.
3. Alat ukur
3
Metode Pembelajaran
1. Guided Discovery
4
Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan Awal (5 menit)
a. Siswa berdoa dilanjutkan dengan menjawab salam dari guru.
b. Siswa dikondisikan oleh guru.
c. Guru melakukan apersepsi dengan bertanya kepada siswa “Apakah
kalian pernah datang ke ulang tahun teman kalian? Ada apa saja di acara
ulang tahun yang kalian datangi?
d. Guru bercerita tentang acara ulang tahun sambil menempelkan bendabenda di papan tulis.
2. Kegiatan Inti (60 menit)
No
1.
2.
Langkah-langkah
Kegiatan Siswa
Guided Discovery
Penetapan
standar Siswa memperhatikan arahan dari guru
perilaku siswa
tentang perilaku yang harus dipatuhi
siswa selama kegiatan pembelajaran,
yaitu siswa harus tetap berada di dalam
kelompoknya saat melakukan kegiatan
penemuan, siswa tidak melakukan
aktivitas lain selain kegiatan penemuan,
siswa tidak bermain-main dengan alat
dan bahan yang disediakan.
Pemberian pertanyaan
Siswa
mendapatkan
permasalahan
dalam bentuk pertanyaan yang harus
dipecahkan melalui kegiatan penemuan:
Benda apa saya yang kalian temukan?
160
Alokasi
Waktu
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Apa sifat benda tersebut?
Pembentukan kelompok Siswa
dibagi
dalam
kelompokkerja
kelompok kecil (6-7 orang) secara
heterogen.
Pemberian
motivasi Siswa diberi motivasi dari guru yaitu
kepada siswa
siswa akan mendapatkan konsep yang
benar apabila melakukan kegiatan
penemuan dengan benar. Konsep yang
ditemukan
siswa
akan
menjadi
pengetahuan yang bermakna bagi siswa.
Alat dan bahan yang Siswa menyiapkan alat dan bahan yang
perlu disediakan sesuai diperlukan untuk kegiatan penemuan.
kebutuhan siswa
Kegiatan
penemuan - Siswa memperhatikan penjelasan dari berupa
kegiatan
guru mengenai objek yang akan
pengumpulan
dan
diamati kemudian siswa melakukan
pemrosesan data
kegiatan penemuan tentang mengenal
sifat benda dengan berpedoman pada
LKS yang disediakan oleh guru.
- Siswa mengamati sifat benda-benda
padat, cair, dan gas.
- Siswa mencatat hasil penemuan pada
LKS yang sudah disediakan.
Kegiatan diskusi untuk Masing-masing kelompok
memmembahas hasil temuan presentasikan hasil temuannya di depan
siswa
kelas.
Menyimpulkan materi Siswa menyimpulkan materi pelajaran
pelajaran
dengan bimbingan guru.
Penilaian
Siswa mengerjakan soal evaluasi tertulis
untuk materi pelajaran pada pertemuan
pertama.
3. Kegiatan Akhir (5 menit)
a. Siswa melakukan refleksi tentang makna pembelajaran bagi
kehidupan sehari-hari serta kemanfaatannya.
b. Siswa diberi tugas untuk mencari benda-benda yang tergolong
benda padat, cair, dan gas yang ada dirumah mereka.
c. Siswa diberi pesan-pesan moral.
d. Pelajaran ditutup dengan berdoa dan salam.
5
Media dan Sumber
1. Alat :
a. Alat praktikum seperti aqua gelas, air, wadah berbagai bentuk,
penghapus, dan balon berbagai bentuk.
b. Gambar benda padat, cair, dan gas.
c. Lembar LKS.
161
d. Lembar soal evaluasi .
2. Sumber:
a. Silabus kelas III SD.
b. Buku Bahasa Indonesia untuk SD/MI kelas III.
c. Buku IPA untuk SD/MI kelas III.
d. Buku Matematika untuk SD/MI kelas III.
6
Penilaian
1. Kelompok
7
Kriteria Penilaian
Siswa dinyatakan berhasil apabila mendapat nilai minimal 70.
Sleman, 3 November 2015
Guru Kelas III,
Peneliti,
Jumini Lestari
Alfiani Utami
NIP. 197012312006042048
NIM. 11108244099
162
Kelompok
Lembar Kerja Siswa Kelompok
Hari / Tanggal :
Kelas
:
Kelompok
:
Anggota Kelompok
:
Tujuan
:
Untuk mengetahui sifat-sifat benda padat, cair dan gas
Alat dan bahan yang digunakan :
1.
2.
3.
4.
3 wadah berbeda
Penghapus
Air
3 buah balon yang berbeda
KEGIATAN 1
Petunjuk Kerja
:
1. Siapkanlah 3 wadah yang berbeda dan penghapus.
2. Letakkan penghapus ke dalam 3 wadah yang berbeda secara bergantian.
PENGHAPUS
Wadah A
Wadah B
a. Amatilah bentuk penghapus pada wadah A!
Gambar :
Perhatikan apakah pengahpus berubah atau tetap?
163
Wadah C
Jawab
:
b. Pindahkan penghapus ke dalam wadah B !
Gambar :
Perhatiakan kembali apakah bentuk penghapus berubah atau tetap?
Jawab
:
c. Kemudian, pindahkan lagi penghapus ke dalam wadah C !
Gambar
:
Perhatikan kembali apakah bentuk penghapus berubah atau tetap?
Jawab
:
3. Kesimpulan
Bentuk pengahapus ketika diletakkan pada wadah A, B, dan C adalah……..
164
Kegiatan 2
Petunjuk Kerja
:
1. Siapkanlah 3 wadah yang berbeda dan air.
2. Masukkan air ke dalam wadah yang berbeda secara bergantian.
AIR
Wadah A
Wadah B
a. Perhatikan air pada saat dipindahkan ke wadah A, hati-hatilah saat
memindahkan air jangan sampai tumpah !
Perhatikan bentuk air apakah berubah atau tetap!
Gambar
:
Keterangan:
b. Pindahkan air pada wadah A ke wadah B. Perhatikan air pada saat
dipindahkan ke wadah B, hati-hati jangan samapi tumpah !
Perhatikan betuk air apakah berubah atau tetap !
Gambar
:
Keterangan :
165
Wadah C
c. Kemudian, pindahkan lagi air pada wadah B ke wadah C. Perhatikan air pada
saat dipindahkan ke wadah C, hati-hati jangan sampai tumpah!
Perhatikan bentuk air apakah berubah atau tetap!
Gambar
:
Keterangan :
3. Kesimpulan
Bentuk air ketika dipindahkan ke wadah A, B, dan C adalah ……..
166
Kegiatan 3
Petunjuk Kerja
:
1. Siapkanlah 3 balon yang berbeda.
2. Tiuplah ketiga balon tersebut.
a. Perhatikan bentuk balon A apakah berubah atau tetap!
Gambar
:
Keterangan :
b. Perhatikan bentuk balon B apakah berubah atau tetap!
Gambar
:
Keterangan :
c. Perhatikan bentuk balon C apakah berubah atau tetp!
Gambar
:
Keterangan :
167
3. Bandingkan bentuk ketiga balon tersebut.
4. Bentuk udara pada balon A, B, dan C adalah………….
5. Kesimpulan
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan udara pada balon A, B, dan C
menempati….
168
Materi Pembelajaran
A. Bahasa Indonesia
Teks Cerita
Ulang Tahunku
Sekarang
bulan
Oktober.
Bulan
ini
merupakan
bulan
yang
membahagiakan ku. Sepuluh tahun lalu aku lahir, tepatnya tanggal 14 Oktober.
Setiap tanggal kelahiranku, ayah dan ibu selalu merayakannya.
Aku membantu ibu mempersiapkan pesta ulang tahun. Banyak pernak
pernik di pestaku ada kue ulang tahun, balon, pita-pita, lilin, makanan ringan dan
minuman. Aku mengundang banyak teman untuk hadir dalam pesta ulang
tahunku. Undangan aku kirim satu minggu sebelum hari uang tahun tiba.
Saat ulang tahun tiba, banyak teman yang datang. Aku dan keluargaku
menyambut para tamu undangan. Aku memakai baju baru yang dibelikan ibu.
Teman-teman juga memakai pakaian yang bagus-bagus. Tak lupa pula, mereka
membawa kado. Aku bahagia sekali ulang tahunku berjalan dengan meriah.
B. IPA
1. Sifat-sifat benda
a. Wujud Benda
Walaupun jenisnya, sangat banyak, benda tersebut dapat dikelompokkan
menjadi tiga wujud yaitu padat, cair, dan gas.Benda yang berwujud padat
disebut benda padat.Contoh benda padat adalah batu, tanah, dan kayu.Benda
yang berwujud cair disebut benda cair.Contoh benda cair adalah minyak, air
dan madu.Benda berwujud gas disebut benda gas. Contoh benda gas adalah
udara, asap dan uap.
b. Sifat-sifat benda padat, cair, dan gas adalah sebagai berikut.
 Benda padat : Bentuk dan volume tetap meskipun dipindahkan ke
tempat yang berbeda.
 Benda cair : Bentuk benda cair berubah sesuai tempat atau
wadahnya. Volume benda cair tetap meskipun dipindahkan ke
tempat yang berbeda.
 Benda gas : Bentuk benda gas berubah-ubah sesuai bentuk ruang
yang diisi. Volume benda gas tetap.
169
c. Berbagai benda padat dan benda cair memiliki sifat yang berbeda-beda,
contohnya besi bersifat keras sedangkan karet bersifat lentur, madu
bersifat kental sedangkan air bersifat encer.
C. Matematika
Memilih alat Ukur Sesuai dengan Fungsinya
Beberapa alat ukur panjang antara lain penggaris dan rol meter. Apakah
fungsi masing-masing alat ukur panjang tersebut? Meteran pita digunakan untuk
mengukur panjang kain. Meteran saku biasanya digunakan oleh tukang bangunan
atau tukang kayu untuk mengukur bangunan atau kayu. Penggaris dapat
digunakan untuk mengukur panjang garis pada pensil dan pulpen.
170
171
No
4.
Gambar dan Nama Benda
Wujud Benda
SUSU
5.
BONEKA
172
Sifat-sifat Benda
RENCANAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Sekolah
: SDN Kejambon 1
Tema
: Pengalaman
Subtema
: Mengenal sifat benda
Kelas/Semester
: III / 1
Alokasi Waktu
: 2 x 35 menit
A. Standar Kompetensi
Bahasa Indonesia
2. Mengungkapkan pikiran, perasaan, pengalaman dan petunjuk dengan becerita
dan memberikan tanggapan atau saran.
IPA
3. Memahami sifat-sifat benda, perubahan sifat benda, dan kegunaannya dalam
kehidupan sehari-hari.
SBdP
2. Mengekspresikan diri melalui karya seni rupa.
B. Komptensi Dasar
Bahasa Indonesia
2.3 Memberikan tanggapan dan saran sederhana terhadap suatu masalah dengan
menggunakan kalimat yang runtut dan pilihan kata yang tepat.
IPA
3.1 Mengidentifikasi sifat-sifat benda berdasarkan pengamatan meliputi benda
padat, cair, dan gas.
SBdP
2.1 Mengekspresikan diri melalui gambar imajinatif mengenai diri sendiri.
C. Indikator
Bahasa Indonesia
2.3.2
Melakukan kegiatan sesuai petunjuk yang didengar.
IPA
3.1.3
Mengelompokkan benda-benda yang telah dikenal seperti benda
padat, cair, dan
3.1.4
gas.
Membuat daftar sifat-sifat benda padat, cair, dan gas.
Matematika
2.1.1
Membuat gambar imajinatif mengenai diri sendiri.
173
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran selesai diharapkan :
1. Setelah mendengarkan penjelasan dari guru, siswa dapat melakukan kegiatan
sesuai petunjuk yang didengar dengan benar.
2. Melalui kegiatan percobaan kelompok, siswa dapat membandingkan sifatsifat benda padat dan benda cair..
3. Setelah mengamati gambar, siswa dapat menggambar imajinatif
(menggambar benda favorite diri sendiri).
E. Materi Pembelajaran
1. Membandingkan sifat benda
F. Metode Pembelajaran
1. Guided Discovery
G. Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan Awal (5 menit)
a. Siswa berdoa dilanjutkan dengan menjawab salam dari guru.
b. Siswa dikondisikan oleh guru.
c. Guru melakukan apersepsi dengan bertanya kepada siswa “Apakah
kalian masih ingat materi apa yang kemarin diajarkan? Apa sajakah sifat
dari benda padat, cair,dan gas? Tahukah kalian cara membandingkan
benda padat dan cair? Untuk lebih jelasnya mari kita lakukan
percobaansebagai berikut.
2. Kegiatan Inti (60 menit)
No
1.
2.
3.
Langkah-langkah
Kegiatan Siswa
Guided Discovery
Penetapan
standar Siswa memperhatikan arahan dari guru
perilaku siswa
tentang perilaku yang harus dipatuhi
siswa selama kegiatan pembelajaran,
yaitu siswa harus tetap berada di dalam
kelompoknya saat melakukan kegiatan
penemuan, siswa tidak melakukan
aktivitas lain selain kegiatan penemuan,
siswa tidak bermain-main dengan alat
dan bahan yang disediakan.
Pemberian pertanyaan
Siswa
mendapatkan
permasalahan
dalam bentuk pertanyaan yang harus
dipecahkan melalui kegiatan penemuan:
Benda apa saya yang kalian temukan?
Apa sifat benda tersebut?
Pembentukan kelompok Siswa
dibagi
dalam
kelompokkerja
kelompok kecil (6-7 orang) secara
heterogen.
174
Alokasi
Waktu
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Pemberian
kepada siswa
motivasi Siswa diberi motivasi dari guru yaitu
siswa akan mendapatkan konsep yang
benar apabila melakukan kegiatan
penemuan dengan benar. Konsep yang
ditemukan
siswa
akan
menjadi
pengetahuan yang bermakna bagi siswa.
Alat dan bahan yang Siswa menyiapkan alat dan bahan yang
perlu disediakan sesuai diperlukan untuk kegiatan penemuan.
kebutuhan siswa
Kegiatan
penemuan - Siswa memperhatikan penjelasan dari berupa
kegiatan
guru mengenai objek yang akan
pengumpulan
dan
diamati kemudian siswa melakukan
pemrosesan data
kegiatan penemuan tentang mengenal
sifat benda dengan berpedoman pada
LKS yang disediakan oleh guru.
- Siswa mengamati sifat benda-benda
padat, cair, dan gas.
- Siswa mencatat hasil penemuan pada
LKS yang sudah disediakan.
Kegiatan diskusi untuk Masing-masing kelompok
memmembahas hasil temuan presentasikan hasil temuannya di depan
siswa
kelas.
Menyimpulkan materi Siswa menyimpulkan materi pelajaran
pelajaran
dengan bimbingan guru.
Penilaian
Siswa mengerjakan soal evaluasi tertulis
untuk materi pelajaran pada pertemuan
pertama.
3. Kegiatan Akhir (5 menit)
a. Siswa melakukan refleksi tentang makna pembelajaran bagi
kehidupan sehari-hari serta kemanfaatannya.
b. Siswa diberi tugas untuk mencari benda-benda yang tergolong
benda padat, cair, dan gas yang ada dirumah mereka.
c. Siswa diberi pesan-pesan moral.
d. Pelajaran ditutup dengan berdoa dan salam.
H. Media dan Sumber
Alat :
a. Alat praktikum seperti pensil, buku,meja,kursi,.kecap, air putih, minyak
goreng, madu, teres,
b. Gambar benda padat, cair, dan gas.
c. Lembar LKS.
d. Lembar soal evaluasi .
Sumber:
a. Silabus kelas III SD.
b. Bahasa Indonesia untuk SD/MI kelas III.
175
c. Buku IPA untuk SD/MI kelas III.
d. Buku Matematika untuk SD/MI kelas III.
I.
Penilaian
1 .Kelompok
J. Kriteria Penilaian
Siswa dinyatakan berhasil apabila mendapat nilai minimal 70.
Sleman, 4 November 2015
Guru Kelas III,
Peneliti,
Jumini Lestari
Alfiani Utami
NIP. 197012312006042048
NIM. 11108244099
176
Materi Pelajaran
IPA
Membandingkan sifat berbagai benda padat dan cair
1. Membandingkan Sifat Berbagai Benda Padat
Disekitar kita banyak sekali benda berwujud padat. Benda-benda
tersebut memilki sifat yang berbeda-beda. Ada benda padat yangbersifat
keras, lunak, halus, dan lentur. Misalnya, besi bersifat keras sedangkan karet
bersifat lunak dan lentur.
2. Membandingkan Sifat Berbagai Benda Cait
Semua benda cair memiliki bentuk yang berubah-ubah dan volume
yang tetap. Tetapi, tidak semua benda cair memilki kekentalan yang sama.
Ada benda cair yang kental dan ada juga yang encer. Madu, kecap, dan oli
bersifat kental.Sedangkan air, minyak goreng, dan minyak tanah bersifat
encer.
177
Lembar Kerja Siswa
Hari / Tanggal
Kelas
Kelompok
Anggota Kelompok
:
:
:
:
KEGIATAN 1
A. Tujuan :
Membandingkan sifat benda padat
B. Alat dan bahan yang digunakan
1. Alat-alat tulis
2. Berbagai benda padat
:
C. Petunjuk Kerja :
1. Kumpulkan benda-benda berwujud padat yang ada di dalam kelas dan
sekitarmu.
2. Amatilah benda-benda tersebut secara bergantian.
3. Berilah tanfa (v) pada kolom yang telah disediakan sesuai sifat benda
yang kamu amati.
Nama Benda
Tingkat Kekerasan
Keras
Lunak
Sifat Benda
Sifat Permukaan
Benda
Kasar
Halus
Tingkat Kelenturan
Lentur
Tidak
lentur
Pensil
Buku
Kursi
Meja
Botol air minum
D. Jawablah pertanyaan berikut ini!
1. Tingkat kekerasan pensil adalah…………, sifat permukaan pensil
adalah………….., dan tingkat kelenturan pensil adalah……………
2. Tingkat kekerasan buku adalah…………, sifat permukaan buku
adalah………………., dan tingkat kelenturan buku adalah………….
3. Tingkat kekerasan kursi adalah……………, sifat permukaan kursi
adalah……………, dan tingkat kelenturan kursi adalah…………..
4. Tingkat kekerasan meja adalah………., sifat permukaan meja
adalah…………………, dan tingkat kelenturan meja adalah…………
5. Tingkat kekerasan botol air minum adalah……………., sifat permukaan
botol air minum adalah………………..., dan tingkat kelenturan botol air
minum adalah…………
178
6. Apakah pensil, buku, kursi, meja, dan botol air minum memiliki sifat
benda yang berbeda?
7. Kesimpulan :
Benda-benda padat seperti pensil, buku, kursi, meja, dan botol air minum
memiliki sifat yang berbeda yang dapat dilihat pada………….
179
KEGIATAN 2
A. Tujuan :
Membandingkan benda cair
B. Alat dan bahan yang digunakan
1. Kecap
2. Air putih
3. Minyak goreng
4. Madu
5. Sirup
:
C. Petunjuk kerja :
1. Siapkan bahan-bahan yang telah disediakan.
2. Amatilah benda-benda cair tersebut secara bergantian
3. Berilah tanda (v) pada kolom yang telah disediakan sesuai dengan sifat
benda tersebut.
Nama Benda
Sifat Benda
Kental
Cair
Kecap
Air putih
Minyak goreng
Madu
Teres
D. Jawablah pertanyaan berikut ini!
1. Kecap memiliki sifat benda………………….
2. Air putih memiliki sifat benda…………………
3. Minyak goreng memiliki sifat benda………………..
4. Madu memilki sifat benda………………..
5. Teres memiliki sifat benda…………..
6. Apakah kecap, air putih, minyak goreng, madu, dan teres memiliki siftat
yang berbeda ?……………
7. Kesimpulan :
Benda-benda kecap, air putih, minyak goreng, madu, dan teres memiliki
siftat yang berbeda yang dapat dilihat pada………………
180
SOAL EVALUASI
A. Jawablah pertanyaan di bawah ini berdasarkan gambar!
B.
1.
2.
3.
4.
5.
BATU
AIR PUTIH
Susu
TOPI PESTA
Pertanyaan
Manakah benda-benda yang tergolong benda padat?
Manakah benda-benda yang tergolong benda cair?
Bagaimanakah sifat batu?
Sebutkan perbedaan antara batu dan topi pesta?
Sebutkan perbedaan antara susu dan air putih?
181
RENCANAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Sekolah
: SDN Kejambon 1
Tema
: Pengalaman
Subtema
: Mengenal sifat benda
Kelas/Semester
: III / 1
Alokasi Waktu
: 2 x 35 menit
A. Standar Kompetensi
Bahasa Indonesia
2. Mengungkapkan pikiran, perasaan, pengalaman dan petunjuk dengan
becerita dan memberikan tanggapan atau saran.
IPA
3. Memahami sifat-sifat benda, perubahan sifat benda, dan kegunaannya dalam
kehidupan sehari-hari.
SBdP
11. Mengekspresikan diri melalui karya seni musik.
B. Komptensi Dasar
Bahasa Indonesia
2.3 Memberikan tanggapan dan saran sederhana terhadap suatu masalah dengan
menggunakan kalimat yang runtut dan pilihan kata yang tepat.
IPA
3.1 Mengidentifikasi sifat-sifat benda berdasarkan pengamatan meliputi benda
padat, cair, dan gas.
SBdP
11. Menyanyikan lagu daerah dan anak-anak dengan iringan sederhana.
C. Indikator
Bahasa Indonesia
2.3.2 Membahas masalah menggunakan kalimat runtut danpilihan kata yang
tepat.
IPA
3.2.1
Mendemontrasikan adanya perubahan sifat benda padat akibat adanya
pembakaran, pemanasan, dan diletakkan di udara terbuka.
3.2.2
Membandingkan benda sebelum dan sesudah mengalami perubahan.
SBdP
11.2.2
Menyanyikan lagu anak-anak dengan iringan sederhana.
182
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran selesai diharapkan :
1. Dengan mengamati lembar kerja, siswa dapat mendemontrasikan perubhan
sifat benda padat akibatadanya pembakaran, pemanasan dan diletakkan di
udara terbuka.
2. Dengan berdiskusi, siswa dapat membandingkan benda sebelum dan sesudah
perubahan.
E. Materi Pembelajaran
1. Perubahan sifat benda padat akibat pembakaran, pemansan, dan
diletakkan diudara terbuka.
F. Metode Pembelajaran
2. Guided Discovery
G. Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan Awal (5 menit)
a. Siswa berdoa dilanjutkan dengan menjawab salam dari guru.
b. Siswa dikondisikan oleh guru.
c. Guru melakukan apersepsi dengan bertanya kepada siswa “Pernahkah
kalian membakar kertas?apakah bentuknya berubah?benda-benda padat
yang lain juga dapat mengalami perubahan. Untuk lebih jelasnya mari
kita lakukan percobaan.
d. Guru bercerita tentang acara ulang tahun sambil menempelkan bendabenda di papan tulis.
2. Kegiatan Inti (60 menit)
No
1.
2.
3.
4.
Langkah-langkah
Kegiatan Siswa
Guided Discovery
Penetapan
standar Siswa memperhatikan arahan dari guru
perilaku siswa
tentang perilaku yang harus dipatuhi
siswa selama kegiatan pembelajaran,
yaitu siswa harus tetap berada di dalam
kelompoknya saat melakukan kegiatan
penemuan, siswa tidak melakukan
aktivitas lain selain kegiatan penemuan,
siswa tidak bermain-main dengan alat
dan bahan yang disediakan.
Pemberian pertanyaan
Siswa
mendapatkan
permasalahan
dalam bentuk pertanyaan yang harus
dipecahkan melalui kegiatan penemuan:
Apakah benda-benda padat disekitar
kalian dapat berubah sifatnya?
Pembentukan kelompok Siswa
dibagi
dalam
kelompokkerja
kelompok kecil (6-7 orang) secara
heterogen.
Pemberian
motivasi - Siswa diberi motivasi dari guru
kepada siswa
yaitu
siswa
akan
183
Alokasi
Waktu
5.
6.
7.
8.
9.
mendapatkankonsep yang benar
apabila
melakukan
kegiatan
penemuan dengan benar. Konsep
yang ditemukan siswa akan menjadi
pengetahuan yang bermakna bagi
siswa.
- Siswa
yang
aktif
bertanya,
menjawab
pertanyaan
dan
menyanggah pendapat dari guru
atau temanya diberikan reward.
Alat dan bahan yang Siswa menyiapkan alat dan bahan yang
perlu disediakan sesuai diperlukan untuk kegiatan penemuan.
kebutuhan siswa
Kegiatan
penemuan - Siswa memperhatikan penjelasan dari berupa
kegiatan
guru mengenai objek yang akan
pengumpulan
dan
diamati kemudian siswa melakukan
pemrosesan data
kegiatan penemuan tentang mengenal
sifat benda dengan berpedoman pada
LKS yang disediakan oleh guru.
- Siswa mengamati sifat benda-benda
padat, cair, dan gas.
- Siswa mencatat hasil penemuan pada
LKS yang sudah disediakan.
Kegiatan diskusi untuk Masing-masing kelompok
memmembahas hasil temuan presentasikan hasil temuannya di depan
siswa
kelas.
Menyimpulkan materi Siswa menyimpulkan materi pelajaran
pelajaran
dengan bimbingan guru.
Penilaian
Siswa mengerjakan soal evaluasi tertulis
untuk materi pelajaran pada pertemuan
pertama.
3. Akhir (5 menit)
a. Siswa melakukan refleksi tentang makna pembelajaran bagi
kehidupan sehari-hari serta kemanfaatannya.
b. Siswa diberi tugas untuk mencari benda-benda yang tergolong
benda padat, cair, dan gas yang ada dirumah mereka.
c. Siswa diberi pesan-pesan moral.
d. Pelajaran ditutup dengan berdoa dan salam.
H. Media dan Sumber
Alat :
a. Alat praktikum seperti kertas, daun kering, mentega, dan apel.
b. Gambar benda padat, cair, dan gas.
c. Lembar LKS.
d. Lembar soal evaluasi .
184
Sumber:
a. Silabus kelas III SD.
b. Bahasa Indonesia untuk SD/MI kelas III.
c. Buku IPA untuk SD/MI kelas III.
d. Buku Matematika untuk SD/MI kelas III.
I.
Penilaian
1 .Kelompok
J. Kriteria Penilaian
Siswa dinyatakan berhasil apabila mendapat nilai minimal 70.
Sleman, 11 November 2015
Guru Kelas III,
Peneliti,
Jumini Lestari
Alfiani Utami
NIP. 197012312006042048
NIM. 11108244099
185
186
187
188
189
190
191
192
193
194
195
196
197
198
199
200
201
202
KEGIATAN 3
Melihat Perubahan Sifat Benda karena Dibakar
A. Tujuan
Membuktikan bahwa benda padar data berubah sifat jika dibakar.
B. Alat dan Bahan yang Digunakan :
1. Beberapa benda padat seperti kertas, daun kering, lilin
2. Korek api
3. Penjepit
C. Langkah Kerja
1. Nyalakan lilin. Bakar beberapa contoh benda padat yang kamu siapkan
secara bergantian. Jangan lupa memegangnya dengan penjepit agar
tanganmu tidak panas!
2. Amatilah satu persatu benda yang kamu bakar!
3. Tulislah hasil pengamatan kalian pada tabel dibawah ini!
D. Tabel Pengamatan Perubahan Sifat Benda karena Pengaruh Dibakar
Nama Benda
Keadaan
Keadaan Setelah Setelah dingin
Sebelum
Dibakar
Dibakar
(dijawab setelah
percobaan)
Kertas
Daun Kering
Lilin
E. Jawablah Pertanyaan berikut ini!
1. Apa yang terjadi pada kertas yang dibakar?
2. Apa yang terjadi pada daun kering yang dibakar?
3. Apa yang terjadi pada lilin yang dibakar?
4. Apakah kertas, daun kering, dan lilin jika dibakar mengalami perubahan
sifat?
5. Apa yang terjadi pada kertas yang telah dibakar jika didinginkan
kembali?
6. Apa yang terjadi pada daun kering yang telah dibakar jika didinginkan
kembali?
7. Apa yang terjadi pada lilin yang telah dibakar jika didinginkan kembali?
203
HASIL KETERAMPILAN
KOMUNIKASI IPA SISWA
204
205
206
207
208
209
210
211
SURAT IZIN PENELITIAN
212
213
214
215
FOTO PEMBELAJARAN
216
217
218
Gambar. 8
Pemberian Reward
Gambar. 9
Observer Melakukan Pengamatan
219
Download