PENINGKATAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI IPA SISWA KELAS III MELALUI METODE GUIDED DISCOVERY DI SDN KEJAMBON 1 SLEMAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Alfiani Utami NIM 11108244099 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FEBRUARI 2016 i ii iii iv MOTTO “Ilmu itu dimiliki dengan lidah yang banyak bertanya dan akal yang gemar berfikir” (Abdullah Ibnu Abbas) v PERSEMBAHAN Skripsiinidipersembahkan untuk 1. Keduaorang tuatercintabesertakeluargayang telah mendoakan,memberikan semangat, nasihat, cinta, dan kasih sayang. 2. AlmamaterPGSD Universitas Negeri Yogyakarta. 3. Agama, Nusa, dan Bangsa. vi PENINGKATAN KETERAMPILANKOMUNIKASI IPA SISWA KELAS III MELALUI METODE GUIDED DISCOVERY DI SDN KEJAMBON 1 SLEMAN Oleh Alfiani Utami NIM 11108244099 ABSTRAK Penelitian ini dilatar belakangi oleh keterampilan komunikasi IPA siswa kelas III yang kurang seperti (1) mengidentifikasi objek dan peristiwa dengan akurat, (2) mendeskripsikan objek dan peristiwa dengan akurat, (3) membantu mendeskripsikan sehingga yang lain dapat mengidentifikasi objek yang tidak diketahui, (4) menyusun alasan yang logis untuk menjelaskan dan memberi kesimpulan, (5) membagikan informasi secara akurat kepada yang lain dengan lisan maupun tulisan, (6) verbalisasi pemikiran.. Penelitian ini bertujuan meningkatkan keterampilan komunikasi IPAsiswa kelas III menggunakan metode guided discovery di SDN Kejambon 1, Sleman. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan bentuk kolaborasi. Desain penelitian dalam penelitian ini menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart yang terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengematan, dan refleksi. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SDN Kejambon 1, Sleman yang berjumlah 28 siswa.Objek penelitian ini adalah peningkatan keterampilan komunikasi IPA siswa. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode: observasi dan dokumentasi. Teknik analisis digunakan yaitu teknik deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode guided discoverymelalui langkah-langkah (1) pemberian pertanyaan, (2) menyediakan alat dan bahan, (3) kegiatan peemuan, (4) kegiatan diskusi, (5) menyimpulkan.Dapat meningkatkan keterampilan komunikasi IPA siswa kelas III SDN Kejambon 1.Peningkatan keterampilan komunikasi IPA siswa ditunjukkan dengan peningkatan presentase keterampilan komunikasi IPA siswa. Pada kondisi awal sebesar 59,91% yang berada pada kategori kurang. Pada siklus I meningkat menjadi 70,44% berada pada kategori cukup. Dan pada siklus II meningkat menjadi 90,17% berada pada kategori baik. Penelitian ini dihentikan sampai siklus II karena persentase keterampilan komunikasi IPA telah memnuhi kriteria yang ditentukan yaitu sudah mencapai kategori baik. Kata kunci: keterampilan komunikasi IPA, metode guided discovery vii KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt, karena taufik, hidayah, karunia serta rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Komunikasi IPA Siswa Kelas III Melalui Metode Guided Discovery di SDN Kejambon 1, Sleman”.Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta. Selama mengerjakan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan berupa petunjuk, bimbingan maupun pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis tidak lupa menyampaikan ucapan terima kasi kepada: 1. Bapak Dr. Haryanto, M.Pd. selaku Dekan FIP yang telah memberikan kemudahan dalam terlaksananya penelitian ini. 2. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar yang telah membantu kelancaran dalam proses penyusunan skripsi ini. 3. Ibu Woro Sri Hastuti, M.Pd. selaku dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktu untuk membimbing, membantu, memberikan semangat, motivasi, saran dan nasihat selama menyelesaikan skripsi ini. 4. Ibu Supartinah, M.Hum. selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk membimbing, membantu, memberikan semangat, motivasi, saran dan nasihat selama menyelesaikan sekripsi ini. 5. Bapak H. Sujati, M.Pd. selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah viii memberikan nasihat dan motivasi selama menempuh studi. 6. Seluruh dosen dan karyawan jurusan PGSD UNY yang telah membantu selama kuliah dan penelitian berlangsung. 7. Ibu Sumiyati, S.Pd.SD. selaku kepala sekolah yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di sekolah. 8. Ibu Jumini Lestari, selaku Guru kelas III SDN Kejambon 1, yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam melaksanakan penelitian di sekolah tersebut. 9. Siswa-siswi kelas III SDN Kejambon 1, yang telah membantu dan berpartisipasi dalam penelitian ini. 10. Teman-teman PGSD UNY angkatan 2011 yang telah memberikan dukungan. 11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang membanggun.Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga dengan rahmat dan izin-Nya mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pihak-pihak yang bersangkutan. Yogyakarta, Januari 2016 Penulis, ix DAFTAR ISI hal HALAMAN JUDUL...........................................................................................i HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ii HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................iii HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................iv MOTTO...............................................................................................................v PERSEMBAHAN ...............................................................................................vi ABSTRAK ..........................................................................................................vii KATA PENGANTAR ........................................................................................viii DAFTAR ISI .......................................................................................................x DAFTAR TABEL ...............................................................................................xiii DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................xiv DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ....................................................................................... 6 C. Pembatasan Masalah ...................................................................................... 6 D. Rumusan Masalah .......................................................................................... 6 E. Tujuan Penelitian............................................................................................ 6 F. Manfaat Penelitian .......................................................................................... 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian tentang Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ...................................... 9 1. Pembelajaran IPA ....................................................................................9 2. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ........................................................11 3. Tujuan Pembelajaran IPA ........................................................................12 4. Ruang Lingkup IPA..................................................................................13 5. Prinsip Pembelajaran IPA ........................................................................13 B. Kajian tentang Keterampilan Komunikasi IPA ..............................................15 1. Jenis-jenis Keterampilan Komunikasi IPA .............................................. 17 x 2. Indikator Keterampilan Komunikasi IPA ................................................. 18 3. Unsur-unsur Komunikasi IPA .................................................................. 19 4. Pengembangan Keterampilan Komunikasi IPA ....................................... 22 C. Kajian tentang Karakteristik Siswa Kelas III Sekolah Dasar ......................... 22 D. Kajian tentang Metode-metode Pembelajaran IPA ........................................ 26 E. Kajian tentang Metode Guided Discovery ..................................................... 31 1. Pengertian Metode Discovery .................................................................. 31 2. Metode Guided Discovery ........................................................................34 3. Rencana dan Langkah-langkah Pembelajaran dengan Menerapkan Metode Guided Discovery ........................................................................ 36 4. Keuntungan dan Kelemahan Metode Guided Discovery ......................... 40 5. Peran Guru dan Siswa dalamMetode Guided Discovery ......................... 42 6. Metode Guided Discovery dan Keterampilan Komunikasi IPA .............. 43 F. Kerangka Pikir ................................................................................................ 44 G. Hipotesis Tindakan ......................................................................................... 46 H. Definisi Operasional ....................................................................................... 46 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ............................................................................................... 48 B. Subjek dan Objek Penelitian .......................................................................... 48 C. Setting Penelitian ............................................................................................ 49 D. Desain Penelitian ............................................................................................ 49 E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................. 53 F. Instrumen Penelitian ....................................................................................... 53 G. Teknik Analisis Data Penelitian ..................................................................... 55 H. Kriteria Keberhasilan Tindakan ..................................................................... 56 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian............................................................................................... 57 1. Deskripsi Lokasi Penlitian........................................................................ 57 2. Deskripsi Data Awal Siswa Pra Siklus..................................................... 58 3. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus I ................................................ 59 4. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus II ............................................... 80 xi B. Pembahasan Hasil Penelitian.......................................................................... 103 C. Keterbatasan Penelitian .................................................................................. 109 BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan......................................................................................................... 110 B. Saran ............................................................................................................... 110 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 112 LAMPIRAN ........................................................................................................ 116 xii DAFTAR TABEL hal Tabel 1. Perbedaan Metode Pembelajaran Konvensional, Guided Discovery, danInquiry........................................................................................... 34 Tabel 2. Kisi-kisi Lembar Observasi AktivitasGuru dalamMenerapkan Metode Guided Discovery .................................................................. 54 Tabel 3. Kisi-kisi Lembar Observasi Keterampilan Komunikasi IPA Siswa ... 55 Tabel 4. Kriteria Penilaian Hasil Observasi Aktivitas Guru dan Siswa ........... 56 Tabel 5. PeningkatanPresentase Keterampilan Komuikasi IPA Menggunakan Metode Guided Discovery pada Siklus I .................... 76 Tabel 6. Peningkatan Keterampilan Komunikasi IPA pada Pra Siklus dan Siklus I ................................................................................................ 77 Tabel 7. Peningkatan Presentase Keterampilan Komunikasi IPA Menggunakan Metode Guided Discovery pada Siklus II ................... 97 Tabel 8. Peningkatan Keterampilan Komunikasi IPA Siswa pada Pra Siklus dan Siklus II ........................................................................................ 97 Tabel 9. Peningkatan Presentase Keterampilan Komunikasi IPA Menggunakan Metode Guided Discovery .......................................... 100 Tabel 10. Peningkatan Keterampilan Komunikasi IPA Siswa pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II ......................................................................... 101 Tabel 11.Kriteria KeterampilanKomunikasi IPA Siswa pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II ......................................................................... 102 xiii DAFTAR GAMBAR hal Gambar 1. Model Penelitaian Tindakan Kelas ................................................ 50 Gambar 2. Siswa Masih Kurang Bertanya ...................................................... 62 Gambar 3. Sebagian Siswa Masih Terlihat Kurang Antusias dalam Kegiatan Percobaan ....................................................................................... 64 Gambar 4. Sebagian Siswa Masih Kurang Bersemangat, Malu dan Takut ..... 66 Gambar 5. Siswa MasihKurang Antusias dalam Menanggapi Hasil Percobaan Kelompok Lain ............................................................. 67 Gambar 6. Guru Belum Menggunakan Papan Tulis ........................................ 68 Gambar 7. Siswa Mencontek dalam Mengerjakan Soal Evaluasi ................... 68 Gambar 8. Diagram Peningkatan Ketrampilan Komunikasi IPA pada Pra Siklus dan Siklus I ......................................................................... 78 Gambar 9. Siswa Terlihat Antusias saat Melakukan Percobaan ..................... 83 Gambar 10. Siswa Terlihat Antusias saat Melakukan Percobaan dan Guru Membimbing Siswa ketika Menemui Kesulitan............................ 86 Gambar 11. Guru Memberikan Reward kepada Siswa .................................... 88 Gambar 12. Siswa Mulai Tertib Mengerjakan Soal Evaluasi............................ 89 Gambar 13. Diagram Peningkatan Keterampilan Komunikasi IPA pada Pra Siklus dan Siklus II ........................................................................ 98 Gambar 14. Diagram Peningkatan Keterampilan Komunikasi IPA pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II ......................................................... 102 xiv DAFTAR LAMPIRAN hal Lampiran 1. Pedoman Observasi Siswa dan Guru ............................................. 117 Lampiran 2. Pedoman Observasi Keterampilan Komunikasi IPA Siswa .......... 118 Lampiran 3. Rubrik Penilaian Keterampilan Komunikasi IPA Siswa ............... 120 Lampiran 4. Pedoman Observasi Aktivitas Guru dalam Menerapkan Metode Guided Discovery .......................................................................... 127 Lampiran 5. Hasil Observasi Siswa ................................................................... 129 Lampiran 3. Hasil Observasi Guru ..................................................................... 135 Lampiran 4. Data Keterampilan Komunikasi IPA Siswa ................................... 141 Lampiran 5. Silabus Pembelajaran .................................................................... 146 Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran .............................................. 158 Lampiran 7. Hasil Keterampilan Komunikasi IPA Siswa .................................. 203 Lampiran 8. Surat Izin Penelitian ...................................................................... 212 Lampiran 8. Foto Pembelajaran ......................................................................... 216 xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terdapat beragam keterampilan yang harus dimiliki siswa untuk memaksimalkan pemahaman terhadap pembelajaran IPA seperti yang disampaikan oleh Harlen (Patta Bundu, 2006: 24) bahwa lima jenis keterampilan proses yang harus dikuasai khusus untuk pembelajaran di sekolah dasar, yaitu: observasing (colleting data, measuring), planning (raising questioning, predicting, devising enquiries), hypothesizing (suggesting explanation), interpreting (considering evidence, evaluating), communicating (presenting report, using secondary sources). Salah satu keterampilan yang sangat penting namun susah untuk dikuasai siswa III adalah keterampilan komunikasi. Keterampilan komunikasi merupakan salah satu proses pembelajaran IPA yang harus dikuasai siswa kelas III di SDN Kejambon 1. Keterampilan ini harus mendapatkan perhatian lebih dari para pengajar karena melalui keterampilan komunikasi,siswa kelas III dapat menggali dan menyampaikan informasi sebanyak-banyaknya kepada masyarakat baik secara lisan maupun tulisan. Keterampilan komunikasi pembelajaran IPA sering digunakan dalam menyampaikan hasil pengamatan dan penyelidikan. diperlukanuntuk membimbing siswa dalam Peran guru sangat mengajarkan keterampilan berkomunikasi. Guru melatih siswa dalam keterampilan berkomunikasi seperti yang diungkap Rustaman (2005: 84) bahwa berkomunikasi dapat dilakukan melalui tulisan, gambar (grafik, bagan), membaca dan berbicara (diskusi, 1 presentasi), maka hendaknya guru merencanakan agar kegiatan belajar mengajarnya terdapat kesempatan untuk itu. Guru dapat memilih gambar, bagan, grafik dan tabel untuk memulai kegiatan yang dapat mengembangkan keterampilan berkomunikasi, dan mendorog mereka untuk menjawab pertanyaan yang disertakan bersamanya. Dengan kata lain guru sebaiknya menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang mendorong siswa untuk membaca data dalam gambar atau tabel dan mengemukakannya kembali. Selain itu guru memberikan tugas kepada siswa untuk menyajikan data hasil pengamatan ke dalam bentuk tabel atau grafik. Kemampuan berkomunikasi dengan orang lain merupakan salah satu modal dasar untuk segala yang dikerjakan siswa. Grafik, bagan, peta, lambanglambang, diagram, dan demontrasi, sama baiknya dengan kata-kata yang ditulis dan dibicarakan, yang semuanya adalah cara-cara komunikasi yang seringkali digunakan dalam ilmu pengetahuan. Komunikasi yang jelas, hendaknya dilatih dan dikembangkan pada diri siswa. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa semua orang mempunyai kebutuhan untuk mengemukakan ide, perasaan, dan kebutuhan lain. Manusia mulai belajar pada kehidupan bahwa komunikasi merupakan dasar untuk memecahkan masalah. Komunikasi antar manusia itu menggunakan alat penghubung berupa lambang-lambang dalam bentuk bahasa lisan, bahasa tulisan, bahasa tubuh dan lain-lainnya, sehingga pesan mudah dimengerti dan dipahami oleh penerima pesan (Poniran, 2000: 2). Oleh karena itu, mengkomunikasikan diartikan sebagai menyampaikan dan memperoleh fakta, 2 konsep dan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk suara, visual, atau suara visual. Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 3 Juni 4, 5 dan 11 Agustus di kelas III SDN Kejambon 1, Sleman diperoleh informasih bahwa dalam proses pembelajaran siswa kelas III kurang aktif. Hal tersebut disebabkan karena penggunaan metode ceramah pada kegiatan belajar mengajar masih mendominasi guru, menunjukkan pola pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered). Hal ini mengakibatkan kurang interaksi antara guru dengan siswa, dan antara siswa dengan siswa lainnya yang disebabkan kurangnya kemampuan siswa dalam berkomunikasi. Kurangnya kemampuankomunikasi IPA yang dimiliki siswa. Komunikasi IPA yang kurangdikuasai siswa seperti mengidentifikasi objek dan peristiwa, selama proses pembalajaran sebagian siswajuga merasa kesulitan saat melakukan identifikasi objek dan peristiwa yang dipelajarainya.Mendeskripsikan objek dan peristiwa, ketika siswa diminta untuk mendeskripsikan objek dan peristiwa saat pembelajaran, siswa mengalami kesukaran dalam mendeskripsikan objek dan peristiwa yang di pelajarinya. Membantu mendeskripsikan sehingga yang lain dapat mengidentifikasi objek yang tidak diketahui, siswa merasa kegiatan mendeskripsikan objek dan peristiwa secara berkelompok merupakan hal yang sulit dan membosankan, akibatnya siswa lain yang tidak mengerti tidak dapat mengidentifikasi objek dan peristiwa yang dipelajarinya. Membagikan informasi secara akurat kepada yang lain dengan lisan maupun tulisan, siswa seringkali mengeluh ketika diminta untuk membagikan informasi kepada yang lain dengan 3 lisan maupun tulisan hasil yang dipelajarinya. Pemikiran verbal, selama pembelajaran berlangsung sebagian siswa masih malu dan kurang aktif dalam menyampaikan pemikiran verbal yang diketahuinya. Kurangnya kemampuan komunikasi IPA yang dimiliki siswa disebabkan karena kurangnya bimbingan dari guru selama proses pembelajaran.Kurangnya bimbingan dari guru menjadi salah satu alasan kemampuan komunikasi IPA siswa kurang. Selain itu, kemampuan siswa dalam menemukan konsep masih kurang. Hal tersebut disebabkan karena guru terkadang lupa bahwa perannnya sebagai pembimbing, misalnya guru tidak membimbing siswa dalam menemukan suatu konsep tetapi langsung memberi penjelasan secara lengkap tanpa memberi kesempatan siswa untuk menemukan sendiri. Dalam proses pembelajaran guru di kelas, guru telah mengenal metode lain selain metode ceramah yakni metode guided discovery. Tetapi, dalam penggunaan metode guided discovery, guru belum menerapkannya dengan optimal. Kurang optimalnya penggunaan langkahlangkah metode guided discoveryseperti saat guru menetapkan standar perilaku siswa, gurubelum menetapkan standar perilaku siswa dengan tepat. Pemberian pertanyaan, saat proses pembelajaran berlangsung guru kurang memancing pemahaman siswa. Memberikan motivasi atau penguatan, selama proses pembelajaran kurangnya motivasi dan penguatan yang diberikan guru.Pembentukan kelompok kerja, dalam membentuk kelompok kerja, guru tidak memperhatikan kemampuan siswa dalam satu kelompok. pembentukkan kelompok diskusi yang tidak sesuai, mengakibatkan siswa kurang memaksimalkan keterampilan komunikasi lisan saat bertukar pendapat 4 dan menjelaskan hasil penemuan serta tertulis pada saat menuliskan laporan hasil penemuan yang telah dilakukan. Ketika memastikan alat dan bahan yang perlu disediakan sesuai kebutuhan siswa, guru belum memastikan alat dan bahan yang akan digunakan sudah sesuai atau tidak dengan kebutuhan siswa. Memberikan penilaian. Membimbing siswa menyimpulkan materi dan memberikan tindak lanjut, selama proses pembelajaran siswa hanya menyimak materi yang disampaikan dan tidak memberikan tindak lanjut seperti mengerjakan evaluasi.Peggunaan metode guided discovery yang kurang optimal menyebabkan proses pembelajaran kurang maksimal. Salah satu upaya untuk meningkatkan keterampilan komunikasi IPA dengan meningkatkan kegiatan komunikasi siswa, yakni membentuk kelompok diskusi yang heterogen. Dalam kelompok diskusi yang baik seharusnya terdiri dari siswa dengan kemampuan heterogen. Karena, keterampilan komunikasi IPA bagi siswa kelas III sekolah dasar memiliki pengaruh penting. Dengan menggunakan keterampilan komunikasi IPA siswa dapat mengkomunikasikan segala hal yang diketahuinya kepada guru dan teman-temannya. Meningkatkan kegiatan komunikasi siswa dapat dilakukan dengan melakukan tanya jawab antara guru dan siswa, diskusi kelompok, dan presentasi saat kegiatan pembelajaran. Selain itu, perlunya pengoptimalan penggunaan metode guided discovery. Melalui metode guided discovery, tidak menutup kemungkinan dapat membantu siswa dalam mengkomunikasikan hasil penemuannya. Hal tersebut senada dengan pendapat Oemar Hamalik (2005: 188) yang mengemukakan metode guided 5 discovery, siswa melakukan discovery sedangkan guru membimbing mereka ke arah yang tepat atau benar. Oleh karena itu, peneliti merasa tertarik untuk meningkatkan keterampilan komunikasi IPA melalui metode guided discovery pada siswa kelas III SD Negeri Kejambon 1, Sleman. Penggunaan metode ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan komunikasi IPA siswa baik secara lisan maupun tertulis apa yang mereka ketahui atau kerjakan. B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang diatas, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut. 1. Siswa kurang aktif dalam pembelajaran. 2. Siswa kelas III SD Negeri Kejambon 1 memiliki kemampuan komunikasi IPA yang masih kurang. 3. Kurangnya kemampuan siswa dalam menemukan konsep. C. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi pada peningkatkan keterampilan komunikasi IPA melalui metode guided discovery di SDN Kejambon 1, Sleman. D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah meningkatkan keterampilan komunikasi IPA dengan penerapan guided discovery di kelas III SDN Kejambon 1 ?”. E. Tujuan Penelitian 6 Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan komunikasi IPA siswa kelas III SDN Kejambon 1 melalui metode guided discovery. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran di Indonesia bagi guru, siswa, sekolah dan peneliti sendiri.Secara umum manfaat penelitian tindaka kelas dapat dilihat dari dua segi yaitu manfaat praktis dan manfaat teoritis. 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pijakan dan pedoman untuk mengembangkan penelitian-penelitian yang menerapkan metode guided discovery dalam pembelajaran. b. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan informasi mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan metode guided discovery untuk meningkatkan keterampilan komunikasi IPA siswa kelas III sekolah dasar. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru 1) untuk memberikan pengalaman, menambah wawasan, pengetahuan dan keterampilan dalam merangcang metode yang tepat dan mempermudah proses pembelajaran melalui metode guided discovery, dan 7 2) memotivasi kreativitas dan aktivitas guru dalam melaksanakan tugas pembelajaran. b. Bagi Siswa 1) memperoleh pengalaman langsung, dan 2) siswa lebih menguasai keterampilan komunikasi IPA. c. Bagi Sekolah 1) dapat memberikan masukan dalam mengefektifkan pembinaan dan pengelolaan proses belajar mengajar dalam pelaksanaan pendidikan, dan 2) memberikan sumbangan yag positif terhadap kemajun sekolah, khususnya pembelajaran IPA dan umumnya seluruh mata pelajaran yang ada di sekolah. d. Bagi peneliti, merupakan suatu masukan pengetahuan sehingga dapat mempersiapkan diri untuk mengajar lebih baik. 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian tentang Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar 1. Pembelajaran IPA Menurut Trianto (2010: 136), IPA merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa Inggris “science” diambil dari kata latin “scientia” yang arti harfiahnya adalah pengetahuan, tetapi kemudian berkembang menjadi khusus pengetahuan alam atau IPA. Menurut Hendro Darmojodan Deny Kaligis (1992: 3) mengatakan bahwa, IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam adalah “ilmu” tentang “pengetahuan alam”. Ilmu artinya suatu pengetahuan yang benar, dan masuk akal atau logis. Sedangkan pengetahuan artinya segala sesuatu yang di ketahui manusia.IPA adalah pengetahuaan atau ilmu tentang alam yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam semesta dengan segala isinya. Senada dengan hal tersebut, Carin and Sund (Patta Bundu, 2006: 4) menyatakan bahwa sains merupakan suatu pengetahuan tentang alam semesta yang bertumpu pada data yang dikumpulkan melalui pengamatan dan percobaan, sehingga di dalamnya memuat produk, proses dan sikap manusia. a. IPA sebagai produk 9 IPA sebagai produk merupakan akumulasi hasil upaya para perintis IPA tedahulu dan umumnya telah tersusun secara lengkap dan sistematis.Produk IPA berupa fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori. b. IPA sebagai proses IPA sebagai proses adalah proses mendapatkan IPA atau yang dikenal dengan metode ilmiah. Metode ilmiah untuk anak sekolah dasar dikembangkan secara bertahap dan berkesinambungan dengan harapan bahwa pada akhirnya akan terbentuk paduan yang lebih utuh sehingga anak sekolah dasar dapat melakukan penelitian sederhana. Pentahapan pengembangannya disesuaikan dengan tahapan dari suatu proses penelitian atau eksperimen yang meliputi observasi, klasifikasi, interpretasi, prediksi, hipotesis, mengendalikan variabel, merencanakan dan melakukan penelitian, inferensi, aplikasi, dan komunikasi. c. IPA sebagai pemupuk sikap Sikap pada pengajaran IPA dibatasi pada sikap ilmiah terhadap alam sekitar. Ada sembilan aspek sikap dari ilmiah yang dapat dikembangkan pada anak usia sekolah dasar. Kesembilan sikap tersebut yaitu sikap ingin tahu, ingin mendapatkan sesuatu yang baru, kerja sama, tidak putus asa, tidak berprasangka, mawas diri, bertanggung jawab, berpikir bebas, kedisiplinan diri. Sikap ilmiah dapat dikembangkan ketika siswa 10 melakukan diskusi, percobaan, simulasi atau kegiatan lapangan. 10 Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan Patta Bundu (2006: 9) mengartikan sains sebagai sejumlah proses kegiatan untuk mengumpulkan informasi secara sistematik tentang apa yang ada di dunia sekitar, sains merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui proses kegiatan tertentu, sains dapat dicirikan oleh nilai-nilai dan sikap para ilmuwan menggunakan proses ilmiah dalam memperoleh pengetahuan. Sains didasarkan pula pada pendekatan empirik dengan asumsi bahwa dunia ini dapat dipelajari, dipahami, dan dijelaskan tanpa bergantung metode kausalitas, melainkan melalui proses tertentu, misalnya observasi, eksperimen, dan analisis rasional. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa IPA tidak hanya terdiri atas kumpulan pengetahuan.IPA merupakan ilmu yang mempelajari gejala alam, mencakup semua aspek pengetahuan yang dihasilkan oleh metode saintifik, serta memuat produk, proses, dan sikap manusia. Peneliti juga menyimpulkan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori dan demikian seterusnya kait-mengait antara cara yang satu dengan cara yang lainnya. 2. Pembelajaran IPA di Sekolah dasar Hergenhahn (Usman Samatowa, 2011: 104) mengemukakan bahwa belajar merupakan perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai hasil dari proses pembelajaran. De Vito et al. (Usman Samatowa, 2011: 104) mengemukakan 11 bahwa pembelajaran IPA yang baik harus mengaitkan IPA dengan kehidupan sehari-hari siswa.Siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan, membangkitkan ide-ide siswa, membangun rasa ingin tahu tentang segala sesuatu yang ada di lingkungannya, membangun keterampilan yang diperlukan dan menimbulkan kesadaran kepada siswa bahwa belajar IPA sangat diperlukan untuk dipelajari. Maslichah Asy’ari (2006: 22) mengemukakan bahwa pembelajaran IPA harus faktual (tidak hanya secara verbal) dan tidak hanya mementingkan produk saja, akan tetapi proses untuk mendapatkan pengetahuan. Oleh karena itu, dalam pembelajaran IPA siswa perlu diberi kesempatan untuk berlatih keterampilan proses IPA. Nur dan Wikandri (Trianto 2010: 143) juga mengemukakan bahwa pembelajaran IPA di sekolah dasar menekankan pada keterampilan proses di mana siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori dan sikap ilmiah itu sendiri yang dapat berpengaruh positif terhadap proses pendidikan maupun produk pendidikan. 3. Tujuan Pembelajaran IPA Usman Samatowa (2006: 3) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar adalah sebagai berikut. a. IPA berfaedah bagi suatu bangsa, kesejahteraan materil suatu bangsa banyak sekali tergantung pada kemampuan bangsa itu dalam bidang IPA.Sebab IPA merupakan dasar teknologi, sering disebut-sebut sebagai tulang punggung pembangunan, pengetahuan dasar untuk teknologi ialah IPA. 12 b. Bila IPA diajarkan meurut cara yang tepat maka IPA merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan berpikirkritis. c. Bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilaksanakan sendiri oleh anak, maka IPA tidaklah merupakan pelajaran yang bersifat hafalan belaka. d. Mata pelajaran ini mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi yang dapat membentuk kepribadian secara keseluruhan. Tujuan utama IPA di SD adalah membantu siswa memperoleh ide, pemahaman, dan keterampilan esensial sabagai warga negara. Life skill esensial yang perlu dimiliki siswa adalah kemampuan menggunakan alat tertentu, kemampuan mengamati bendadan lingkungan sekitarnya, kemampuan mendengarkan, kemampuan mengkomunikasi secara efektif, menanggapi dan memecahkan masalah secara efektif. 4. Ruang Lingkup IPA Ruang lingkup bahan kajian mata pembelajaran IPA di Sekolah Dasar (Maslihah Asy’ri, 2006: 24) adalah sebagai berikut. a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yang meliputi Manusia, hewan, tumbuhn dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan. b. Benda atau Materi, sifat-sifat dan kegunaannya, yang meliputi : cair, padat dan gas. c. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana. 13 d. Bumi dan Alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan bendabenda langit lainnya. 5. Prinsip Pembelajaran IPA Prinsip yang dapat diterapkan dalam pembelajaran IPA (Maslichah Asy’ari, 2006: 25) adalah sebagai berikut. a. Empat Pilar Pendidikan Global. b. Inkuiri. c. Kontruktivisme. d. Salingtemas (Sain- Teknologi- Teknologi dan Masyarakat). e. Pemecahan Masalah. f. Pembelajaran bermuatan nilai. g. Pakem (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan). Prinsip-prinsip di atas tersebut nampak bahwa semuanya dalam rangka menciptakan suasana pembelajaran yang membuat siswa senang sehingga siswa akan terlibat aktif dalam pembelajaran. Untuk menunjang penerapan prinsipprinsip di atas dalam mengelola pembelajaran perlu: a) menyajikan kegiatan yang beragam sehingga tidak membuat siswa jenuh, b) menggunakan sumber belajar yang bervariasi, c) sesekali dapat bekerjasama dengan masyarakat, kantor-kantor, bank, dan lain-lain sebagai sumber informasi yang terkait dengan praktek kehidupan sehari-hari, 14 d) memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, karena belajar akan bermakna apabila berhubungan langsung pada permasalahan di sekitar siswa, e) kreatif menghadirkan alat bantu pembelajaran, dan f) menciptakan suasana kelas yang menarik, misalnya pajangan hasil karya siswa atau benda-benda lain, peraga yang mendukung proses pembelajaran. B. Kajian tentang Keterampilan Komunikasi IPA Keterampilan komunikasi IPA adalah salah satu dari keteremapilan proses yang perlu dikuasai oleh siswa. Komunikasi adalah hubungan kontak antara manusia baik individu maupun kelompok. Abizar (1988: 2) mengemukakan komunikasi adalah kegiatan pertukaran atau berbagi informasi (sharing information), dan berbagi pengalaman antara seseorang dengan orang lain dalam mengembangkan daya pikir. Menurut Poniran (2000: 2) komunikasi antar manusia itu menggunakan alat penghubung berupa lambing-lambang dalam bentuk bahasa lisan, bahasa tulisan, bahasa tubuh dan lain-lainnya, sehingga pesan mudah dimengerti dan dipahami oleh penerima pesan. Dari definisi beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi tidak sekedar media penyampain pesan belaka yang mungkin menguntamakan salah satu pihak saja melainkan lebih kepada jalinan antara pribadi dengan pihak- 15 pihak di dalamnya.Oleh karena itu, agar komunikasi berjalan dengan baik dan lancar serta memberi manfaat baik bagi pihak penyampain pesan maupun bagi pihak penerima pesan, maka diperlukan adanya keterampilan mengkomunikasi. Menurut Hafied Changara (2007:85) keterampilan komunikasi adalah kemampuan seseorang untuk menyampaikan atau mengirim pesan kepada khalayak (penerima pesan). Selanjutnya menurut Anwar Arifin (2008:58) kemampuan komunikasi adalah keterampilan sesorang dalam menyampaikan pesan yang jelas dan mudah dipahami oleh penerima pesan. Menurut Indrawati (1999: 16) keterampilan berkomunkiasi adalah salah satu keterampilan proses yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menyampaikan gagasan atau ide agarlebih efektif,baik melalui lisan atau tulisan. Menurut Abruscato (Nasution, 2007: 144 ) mengkomunikasikan adalah menyampaikan hasil pengamatan yang berhasil dikumpulkan atau menyampaikan hasil penyelidikan. Menurut Esler dan Esler (Nasution, 2007: 144) dapat dikembangkan dengan menghimpun informasi dari grafik atau gambar yang menjelaskan benda- benda serta kejadain- kejadian secara rinci. Keterampilan komunikasi ini sebaiknya dimiliki oleh siswa karena, dengan adanya keterampilan komunikasi siswa dapat menyampaikan semua pengetahuanya kepada orang lain melalui pesan lisan maupun tertulis. Hal ini dipertegas oleh Hendro Darmojo dan Deny Kaligis (1991: 51) yang mengatakan bahwa, keterampilan komunikasi adalah kemampuan siswa untuk dapat mengkomunikasikan pengetahuannya, hasil pengamatan, maupun hasil penelitiannya kepada orang lain baik secara tertulis maupun lisan. Komunikasi 16 yang sering digunkan dalam pembelajaran IPA yaitu grafik, diagram, peta, table, symbol, demontrasi visual, dan presentasi. Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan mengkomunikasi IPA adalah kemampuan sesorang atau siswa untuk menyampaikan pengetahuannya, hasil pengamatan, maupun hasil penelitiannya kepada orang lain dengan jelas dan mudah dipahami baik secara lisan maupun tertulis. Untuk itu, agar mampu melakukan komunikasi yang baik, maka seseorang harus memiliki ide dan penuh daya kreativitas yang tentunya dapat dikembangkan melalui berbagai latihan dengan berbagai macam cara, salah satunya membiasakan diri dengan berdiskusi. Dalam penelitian yang akan dilakukan keterampilan komunikasi IPA dilihat melalui kebiasaan siswa dalam melakukan tanya jawab,berdiskusi secara kelompok, dan presentasi pada saat pembelajaran IPA berlangsung. 1. Jenis-jenis Keterampilan Komunikasi IPA Berdasarkan jenis penyampaiannya keterampilan komunikasi dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: a) keterampilan komunikasi lisan Komunikasi lisan secara langsung adalah komunikasi yang di lakukan oleh dua orang atau lebih yang saling bertatap muka secara langsung dan tidak ada jarak atau peralatan yang membatasi mereka, b) keterampilan komunikasi tertulis 17 Komunikasi tetulis adalah komunikasi yang di lakukan dengan perantara tulisan tanpa adanya pembicaraan secara langsung dengan menggunkan bahasa yang singkat, jelas, dan dapat dimengerti oleh penerima, dan c) keterampilan komunikasi non-verbal Komunikasi nonverbal adalah proses komunikasi dimana pesan disampaikan tidak menggunakan kata-kata. Contohnya ialah menggunakan gerak isyarat, simbol-simbol, dan lain sebagainya (Gus Asta Iswara: 2014). Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa jenis penyampaian keterampilan komunikasi sesuai dengan keterampilan komunikasi IPA di dalam penelitian yang akan dilakukan. Keterampilan komunikasi lisan IPA pada penelitian yang akan dilakukan dilihat pada saat siswa melakukan tanya jawab dengan guru, berdiskusi dengan kelompok, dan presentasi hasil penemuan mereka. Keterampilan komunikasi tertulis IPA pada penelitian yang akan dilakukan dilihat pada saat siswa mampu menuliskan laporan hasil penemuan yang sudah dilakukan. 2. Indikator Keterampilan Komunikasi IPA David Jerner Martin (2009: 101) mengemukakan indikator keterampilan komunikasi, yaitu: a) identifies objects and events accurately (mengidentifikasi objek dan peristiwa dengan akurat), b) describes objects and events accurately (mendeskripsikan objek dan peristiwa dengan akurat), 18 c) provides description objects(membantu such that mendeskripsikan others can sehingga identify yang unknown lain dapat mengidentifikasi objek yang tidak diketahui), d) formulates reasonable and logical arguments to justify explanations and conclusions(menyusun alasan yang logis untuk menjelaskan dan memberi kesimpulan), e) transmits information to others accurately in oral and written formats,and(membagikan informasi secara akurat kepada yang lain dengan lisan maupun tulisan), dan f) verbalizes thinking Usman Samatowa (2011: 102) mengemukakan indikator keterampilan komunikasi adalah sebagai berikut. a. Menyampaikan dan mengidentifikasikan idea atau gagasan dengan lisan maupun tulisan. b. Membuat catatan hasil observasi dalam percobaan. c. Menyampaikan informasi dalam bentuk grafis, chart, atau tabel. d. Memilih alat komunikasi yang cocok agar mudah dipahami orang lain. Berdasarkan indikator yang telah disampaikan oleh para ahli, maka indikator yang diterapkan dalam penelitian ini adalah. 1. Mengidentifikasi objek dan peristiwa dengan akurat. 2. Mendeskripsikan objek dan peristiwa dengan akurat. 19 3. Membantu mendeskripsikan sehingga yang lain dapat mengidentifikasi objek yang tidak diketahui. 4. Menyusun alasan yang logis untuk menjelaskan dan memberi kesimpulan. 5. Membagikan informasi secara akurat kepada yang lain dengan lisan maupun tulisan. 6. Verbalisasi pemikiran. 3. Unsur-unsur Komunikasi Lima unsur-unsur komunikasi (Arni Muhammad, 2000: 17) adalah sebagai berikut. a. Pengirim pesan Pengirim pesan adalah individu atau orang yang mengirim pesan-pesan atau informasi yang akan dikirimkan berasal dari otak si pengirim pesan. b. Pesan Pesan adalah informasi yang akan dikirimkan kepada si penerima pesan. Ini dapat berupa verbal maupun non verbal. c. Saluran Saluran adalah jalan yang dilalui pesan dari si pengirim dengan si penerima. Penerima pesan adalah yang menganalisis dan menginterpretasikan isi pesan yang diterimanya. Balikan adalah respons terhadap pesan yang diterima yang dikirimkan kepada si pengirim pesan. Diinterpretasikan sama oleh si penerima berarti komunikasi tersebut efektif. 20 Berdasarkan pendapat di atas, keterampilan komunikasi IPA memiliki kelima unsur tersebut. Pengirim pesan yang dimaksud dalam keterampilan komunikasi IPA adalah siswa yang sedang menyampaikan pendapatnya mengenai hasil temuannya. Pesan yang dimaksud dalam keterampilan komunikasi IPA adalah hasil temuan yang sudah dilakukan. Saluran yang dimaksud dalam keterampilan komunikasi IPA adalah pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Penerima pesan yang dimaksud dalam keterampilan komunikasi IPA adalah siswa lain di dalam kelompok masing-masing. Balikan yang dimaksud dalam keterampilan komunikasi IPA adalah antusias siswa lain menanggapi pendapat temannya. Menurut Rini Darmastuti (2006: 3) menyatakan bahwa komunikasi yang terjadi dalam kehidupan manusia terjadi dalam berbagai bentuk, yaitu: 1) komunikasi personal (personal communication) Komunikasi Personal merupakan komunikasi yang terjadi dalam diri individu maupun antar individu. Komunikasi personal terdiri dari: a) komunikasi Intrapersonal merupakan komunikasi yang terjadi dalam diri individu itu sendiri. Misalnya ketika dia sedang merenung, mengevaluasi diri, dan sebagainya, dan b) komunikasi Antarpersonal merupakan komunikasi yang terjadi antara individu yang satu dengan individu yang lainnya. 2) Komunikasi Kelompok (Group Communication) 21 a) komunikasi kelompok kecil misalnya ceramah, diskusi panel, forum, seminar, dll, b) komunikasi kelompok besar misalnya pidato lapangan, kampanye di lapangan, dan sebagainya, dan c) komunikasi Massa (Mass Communication) merupakan komunikasi yang ditujukan kepada khalayak besar, dengan khalayak yang heterogen dan tersebar dalam lokasi geografis yang tidak dapat ditentukan. Komunikasi massa ini biasanya menggunakan media, baik media cetak maupun media elektronik. Bentuk-bentuk komunikasi massa ini adalah pers, radio, televisi, film. 3) Komunikasi Media (Media Communication) Merupakan media komunikasi yang terjadi dengan menggunakan media seperti : surat, telepon, poster, spanduk, dll. Berdasarkan pendapat di atas, bentuk ketarampilan komunikasi personal yang dimaksud dalam keterampilan komunikasi IPA adalah komunikasi antarpersonal karena komunikasi yang terjadi antara individu yang satu dengan individu yang lainnya. Komunikasi kelompok yang dimaksud dalam keterampilan komunikasi IPA adalah komunikasi kelompok kecil yang berupa diskusi kelompok. Komunikasi kelompok kecil dalam IPA adalah sebuah kelompok, yang terdapat interaksi antar anggota kelompok. Untuk itu, komunikasi kelompok lahir sebagai bentuk komunikasi. Komunikasi kelompok mengatur bagaimana komunikasi berjalan dengan anggota kelompok satu dengan yang lainnya, bagaimana interaksi yang terjadi di dalam kelompok itu sendiri. 22 4. Pengembangan Keterampilan Komunikasi IPA Potensi siswa dalam kegiatan sains banyak yang dapat dikembangkanuntuk mengkomunikasikan hasil kegiatan mereka yang meliputi bentuk penyajian, peserta, dan tujuan penyajian. Bentuk penyajian misalnya, tulisan, ceramah, gambar, atau pajangan. Peserta misalnya, diri sendiri, siswa yang lain, guru atau orangtua. Tujuan misalnya, pengembangan ide/pemikiran, laporan kegiatan yang telah dilaksanakan, menyajikan hasil observasi, temuan atau kesimpulan. C. Kajian tentang Karakteristik Siswa Kelas III Sekolah Dasar Jean Piaget (Elida Prayitno,1992: 66) mengemukakan bahwa tahap-tahap perkembangan anak terdiri dari empat tahap, yaitu: 1) tahap sensori motorik, 2) tahap pra operasional, 3) tahap operasional konkret, dan 4) tahap operasional formal. 1) tahap sensori motorik (usia 0-2 tahun), pada tahap ini anak belum mempunyai konsepsi tentang objek yang tetap. Anak hanya dapat mengetahui hal-hal yang ditangkap dengan inderanya, 2) tahap pra operasional (usia 2-6 tahun), pada tahap ini anak mulai tumbuh perkembangan kognitifnya, tetapi masih terbatas pada hal-hal yang dijumpai di lingkungan sekitar saja, 3) tahap operasional konkret (usia 7-11 tahun), pada tahap ini anak mampu berpikir dengan logika jika memecahkan persoalan-persoalan yang sifatnya konkret atau nyata. Anak belum mampu berfikir secara abstrak, 4) tahap operasional formal (usia 12 tahun ke atas), pada tahap ini anak, dan 23 5) sudah mempunyai pemikiran yang abstrak. Berdasarkan tahap-tahap perkembangan anak tersebut, dapat diketahui bahwa anak usia sekolah dasar (usia 7-11 tahun) berada pada tahap operasional konkret. Pada tahap tersebut, anak mampu berpikir dengan logika jika memecahkan persoalan-persoalan yang sifatnya konkret atau nyata, yaitu dengan cara mengamati atau melakukan sesuatu yang berkaitan dengan pemecahan persoalan tersebut. Demikian juga dalam memahami suatu konsep, anak sangat terikat pada proses mengalami sendiri, artinya anak mudah memahami konsep jika anak mengamati pengertian konsep tersebut atau anak melakukan sesuatu yang berkaitan dengan konsep tersebut. Anak mampu menyelesaikan masalah-masalah yang divisualkan dan sangat sulit memahami masalah-masalah yang sifatnya verbal.Anak pada tahap operasional konkret tidak dapat menerima sesuatu jika tidak sesuai dengan kenyataan yang mereka alami.Segala sesuatu dipahami sebagaimana yang tampak saja atau sebagaimana kenyataan yang mereka alami. Basset, Jacka, dan Logan (Mulyani Sumantri dan Johar Permana, 1999:12) mengemukakan karakteristik anak sekolah dasar secara umum adalah sebagai berikut. 1. Secara alamiah memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik akan dunia sekitar yang mengelilingi diri mereka sendiri. 2. Senang bermain dan lebih suka bergembira/ riang. 3. Suka mengatur dirinya sendiri untuk menangani berbagai mengeksplorasi suatu situasi dan mencobakan usaha-usaha baru. 24 hal, 4. Biasanya tergetar perasaanya dan terdorong untuk berprestasi sebagaimana mereka tidak suka mengalami ketidakpuasan dan menolak kegagalankegagalan. 5. Belajar secara efektif ketika mereka merasa puas dengan situasi yang terjadi. 6. Belajar dengan cara berkerja, mengobservasi, berinisiatif, dan mengajar anak-anak lainnya. Maslichah Asy’ari (2006: 38) mengemukakan masa perkembangan intelektual anak sekolah dasar dibedakan menjadi 2 fase.Fase tersebut dijelaskan sebagai berikut. 1. Siswa kelas rendah (6-9 tahun) atau kelas 1 sampai 3 Siswa kelas rendah memiliki kekhasan antara lain: a) penalarannya bersifat trasduktif artinya bukan induktif dan bukan deduktif, melainkan bergerak dari sesuatu yg khusus ke hal yg khusus lagi, b) tidak dapat berpikir reversibel atau bolak-balik, artinya tidak bisa berfikir ke titik awal, c) bersifat egossentris artinya memandang sesuatu dari sudut pandang dirinya sendiri, d) belum memiliki pengertian kekekalan materi, dan e) belum bisa berfikir secara abstrak. 2. Siswa kelas atas (9-12 tahun) atau kelas 4 sampai 6 Siswa kelas tinggi memiliki kekhasan antara lain: 25 a) dapat berfkir reversibel atau bolak-balik, b) dapat melakukan pengelompokan dan menentukan urutan, dan c) telah mampu melakukan operasi logis, tetapi pengalaman yang dipunyai masih terbatas. Dengan demikian kelas III sekolah dasar termasuk dalam kelas rendah dan masih dalam tahap operasional konkret dimana pembelajaran di kelas rendah dilaksanakan berdasarkan rencana pelajaran yang telah dikembangkan oleh guru. Hal ini sesuai dengan pendapat Sri Sulistyorini (2007: 40), karakteristik anak usia sekolah dasar pada tahap operasional konkret perlu dijadikan landasan dalam menyiapkan dan melaksanakan pembelajaran bagi mereka. Berdasarkan karaketristik siswa kelas III di SD Negeri Kejambon 1 proses pembelajaran harus dirancang guru sehingga kemampuan siswa, bahan ajar, proses belajar, dan metode belajar sesuai dengan tahapan perkembangan siswa. Dalam hal ini, guru memegang peranan penting dalam menciptakan stimulus respon agar siswa menyadari kejadian di sekitar lingkungannya. Siswa kelas rendah di SD Negeri Kejambon 1 masih banyak membutuhkan perhatian karena fokus konsentrasinya masih kurang, perhatian terhadap kecepatan dan aktivitas belajar juga masih kurang karena siswa kelas III SD Negeri Kejambon 1 masih dalam tahap operasional konkret. Hal ini memerlukan kegigihan guru dalam membimbing siswa selama proses belajar mengajar berlangsung sehingga memungkinkan siswa untuk melihat (seeing), berbuat sesuatu (doing), melibatkan diri dalam proses belajar (undergoing), dan mengalami langsung (experiencing) hal-hal yang dipelajari. 26 Untuk itu, diperulukan metode belajar yang sesuai dengan tahap perkembangan siswa kelas rendah.yaitu dengan menggunakan metode pembelajaran penemuan terbimbing (guided discovery). Metode pembelajaran terbimbing merupakan metode yang digunakan untuk membangun konsep di bawah pengawasan guru (Sani, 2013:221). Tanpa bimbingan guru, siswa sekolah dasar masih mengalami kesulitan dalam mengorganisasikan,dan merancang kegiatannya. D. Kajian tentang Metode-metode Pembelajaran IPA Guru sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban menyedikan lingkungan belajar yang kreatif bagi kegiatan belajar anak didik di kelas. Hal ini akan menyebabkan adanya tuntutan kepada setiap guru untuk dapat mengajar dengan baik. Dengan kata lain, setiap guru dituntut untuk memiliki kompetensi mengajar. Guru akan memiliki kompetensi mengajar, memiliki pemahaman dan penerapan berbagai metode pembelajaran di samping kemampuan-kemampuan lainnya. Pemahaman dan penerapan metode pembelajaran yang tepat akan memudahkan siswa dalam menerima dan memahami materi yang disampaikan. Dengan metode yang tepat pun, kesulitan guru dalam menyampaikan materi bisa diminimaliskan. Nana Sudjana (2010: 76) mengungkapkan metode mengajar ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran.Menurut M. Sobri Sutikno (2009: 88) menegaskan bahwa metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses pembelajaran pada diri siswa dalam 27 upaya untuk mencapai tujuan. Jadi jelas bahwa metode adalah cara yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan (Zainal Aqib, 2014: 70). Dalam pembelajaran metode pembelajaran adalah suatu cara yang fungsinya adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Menurut Wina Sanjaya (2010: 147) metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Bagi guru ataupun calon guru pengetahuan mengenai metode-metode pembelajaran inisangatlah penting. Metedologi pembelajaran pada hakikatnya merupakan penerapan prinsip – prinsip psikologi dan prinsip – prinsip pendidikan bagi perkembangan peserta didik. Metedologi pembelajaran ini bersifat interaktif edukatif selalu bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pemebelajaran yang ada di sekolah. Beberapa metode dalam pemebelajaran IPA yang bisa digunakan dalam proses belajar mengajar, sebagai berikut. a. Metode ceramah Menurut Wina Sanjaya (2006: 147) mengemukakan bahwa metode ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa. Kelebihan metode cermah diantaranya adalah: 1) guru dapat menguasai seluruh kelas, 2) mudah mengorganisasikan kelas, dan 3) mudah mempersiapkan dan melaksanakannnya. 28 Kelemahan metode cermah diantaranya adalah: 1) bila terlalu lama digunakan, cenderung membosankan, 2) peran serta siswa dalam pembelajaran rendah, 3) perhatian dan motivasi siswa sulit diukur, dan 4) keberhasilan siswa tidak terukur. b. Metode Diskusi Menurut Zainal Aqib (2014: 107) diskusi adalah interaksi antara siswa dengan siswa atau siswa dengan guru untuk menganalisis, memecahkan masalah, menggali, memperdebatkan topic atau permasalahan tertentu. Kelebihan metode diskusi diantaranya adalah: 1) memperluas wawasan, 2) merangsang kreativitas peserta didik, dan 3) mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain. Kekurangan metode diskusi diantaranya adalah: 1) menyita waktu dan jumah siswa harus sedikit, 2) apatis bagi siswa yang tidak terbiasa berbicara dalam forum, dan 3) siswa mendapat informasi yang terbatas. c. Metode Demontrasi Menurut Muhibbin Syah (2006: 208) demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan dan urutan melakukan kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. Dengan 29 metode demontrasi , proses penerimaan materi yang didapatkan oleh siswa akan terkesan mendalam sehingga memebentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Kelebihan metode demontrasi diantaranya adalah: 1) dapat membuat pelajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret, 2) siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari, 3) proses pengajaran lebih menarik, dan 4) siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan, dan mencoba melakukannya sendiri. Kekurangan metode demontrasi diantaranya adalah: 1) metode ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, karena tanpa ditunjang denganhal itu, pelaksanaan demontrasi akan tidak efektif, 2) fasilitasi seperti peralatan, tempat,dan biaya yang memadai tidak selalu tersedia dengan baik, dan 3) demontrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang di samping memerlukan waktu yang cukup panjang, yang mungkin terpaksa mengambil waktu satu jam pelajaran lain. d. Metode Eksperimen Menurut Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain (2002: 95) eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa melakukan percobaa dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar dengan metode eksperimen ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiriatau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, 30 mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu objek, keadaan, atau proses sesuatu. Kelebihan metode eksperimen diantaranya adalah: 1) membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaan, 2) dapat membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru dengan penemuan dari hasil percobaannya dan bermanfaat bagii kehidupan manusia, dan 3) hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran umat manusia. Kekurangan metode eksperimen diantaranya adalah: 1) metode ini lebih sesuai dengan bidang-bidang sains dan teknologi, 2) metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan mahal, 3) metode ini menutut ketelitian, keuletan dan ketabahan, dan 4) setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan. e. Metode Discovery Metode discovery merupakan komponen dari praktek pendidikan yang meliputi, metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif, berorientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri, dan reflktif. Menurut Sund dalam (Zainal Aqib, 2014: 118) menyatakan discovery adalah proses mental dimana 31 siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip. Yang dimaksud proses mental tersebut yaitu mengamati, mencerna, mengerti, mengolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, memuat kesimpulan, dan sebagainya. E. Kajian tentang Metode Guided Discovery 1. Pengertian MetodeDiscovery Metode discovery merupakan komponen dari praktik pendidikan yang meliputi metode mengajar yang mengajukan cara belajar aktif, berorientasi pada proses, mengarahkan sendiri, dan mencari sendiri. Dalam pembelajaran IPA, IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematik, sehinga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsepkonsep, prinsip-prinsip saja. IPA juga merupakan proses penemuan (discovery). Untuk itu, pendidikan IPA di Sekolah Dasar diharapkan menjadi wahan bagi siswa sekolah untuk mempelajari dirinya sendiri dan kaitannya dengan alam sekitar. Suryosubroto (2009: 178) menyatakan bahwa metode discovery diartikan sebagai suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran, perseorangan, manipulasi objek dan lain-lain percobaan, sebelum sampai pada generalisasi. Sebelum siswa sadar akan pengertian, guru tidak menjelaskan dengan kata-kata. Penggunaan metode discovery dalam proses belajar mengajar, memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi yang secara tradisional biasa diberitahukan atau diceramahkan saja. Sementara itu, Ridwan Abdullah Sani (2013: 220) menyatakan bahwa, discovery adalah menemukan konsep melalui serangkaian data atau informasi 32 yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan. Pembelajaran discovery merupakan metode pembelajaran kognitif yang menuntut guru untuk lebih kreatif menciptakan situasi yang dapat membuat peserta didik belajar aktif menemukan pengetahuan sendiri. Hamdani (2011: 184) berpendapat bahwa discovery (penemuan) adalah proses mental ketika siswa mengasimilasikan suatu konsep atau suatu prinsip. Adapun proses mental misalnya mengamati, menjelaskan, mengelompokkan, membuat kesimpulan. Guru melibatkan siswa dalam proses mental melalui tukar pendapat yang berwujud diskusi, seminar, dan sebagainya. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, peneiliti menyimpulkan bahwa metode discovery merupakan proses belajar dimana siswa berperan aktif untuk menemukan dan memperoleh pengetahuannya sendiri dengan pengamatan atau diskusi dalam rangka mendapatkan pembelajaran yang lebih bermakna. Menurut Sapriati (2009: 1.28) ada dua macam atau jenis pembelajaran penemuan sebagai berikut. a. Pembelajaran penemuan murni (free discovery) Pembelajaran penemuan murni (free discovery) merupakan pembelajaran penemuan tanpa adanya petunjuk atau arahan. b. Pembelajaran penemuan terarah atau penemuan terbimbing (Guided Discovery). Pembelajaran penemuan terarah/terbimbing (Guided Discovery) merupakan pembelajaran yang membutuhkan peran guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajarannya. 33 Demikian juga menurut Suwangsih dan Tiurlina (2006: 204-205), metode penemuan atau pengajaran penemuan dibagi menjadi dua jenis, yaitu: penemuan murni, pada pembelajaran dengan penemuan murni pembelajaran terpusat pada siswa dan tidak terpusat pada guru, kegiatan penemuan ini hampir tidak mendapatkan bimbingan guru; dan penemuan terbimbing, pada pengajaran dengan penemuan terbimbing guru mengarahkan tentang materi pelajaran, berupa; petunjuk, arahan, 14 pertanyaan atau dialog, sehingga diharapkan siswa dapat menyimpulkan (menggeneralisasikan) sesuai dengan rancangan guru. Berdasarkan pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa terdapat dua jenis metode discovery yaitu: metode penemuan murni (free discovery) dan metode penemuan terbimbing (guided discovery). 2. Metode Guided Discovery Ditinjau dari penempatan guru dan siswa dalam pembelajaran terdapat tiga macam metode pembelajaran IPA yaitu exposition (konvensional), guided discovery dan inquiry.Pada metode exposition (konvensional) guru lebih mendominasi sedangkan siswa pasif, lain halnya dengan metode inquiry di mana siswa bersikap lebih aktif dan guru bertugas sebagai fasilitator. Pembelajaran melalui metode guided discovery mengkombinasikan dari dua metode tersebut, selain sebagai fasilitator guru juga aktif dalam membimbing siswa dalam memperoleh pengetahuan dan menempatkan siswa untuk aktif (Carin & Sund, 1989: 91). Perbedaan tersebut dapat dilihat dari tabel pada halaman berikut ini. Tabel 1 : Perbedaan Metode Pembelajaran Konvensional, Guided Discovery, dan Inquiry 34 Metode Pembelajaran Guru Expositon (Konvensional) Aktif dan mendominasi Siswa lebih Pasif Guided Discovery Inquiry Aktif dan sebagai fasilitator Fasilitator Aktif Aktif Dari table diatas, metode guided discovery atau penemuan terbimbing merupakan metode pembelajaran yang menciptakan situasi belajar yang melibatkan siswa belajar secara aktif dan mandiri dalam menemukan suatu konsep atau teori, pemahaman, dan pemecahan masalah. Proses penemuan tersebut membutuhkan guru sebagai fasilitator dan pembimbing. Sejalan dengan uraian diatas, metode guided discovery mengkombinasikan dari dua cara pengajaran yaitu teacher centered dan student centered (Carin & Sund, 1989: 93). Tugas guru dalam metode guided discovery yaitu selain sebagai fasilitator juga aktif dalam membimbing siswa memperoleh pengetahuan dan menempatkan murid untuk bersikap aktif. Hendro Darmodjo dan Jenny Kaligis (1991: 37) menyatakan bahwa tujuan dari guided discovery adalah mendapatkan efektivitas yang optimal dari proses pembelajaran yang dilakukan, khususnya bagi anak usia SD. Hal tersebut didukung dengan pendapat Cagne (Oemar Hamalik, 2010: 188) yang mengungkapkan bahwa guided discovery terjadi dengan sistem dua arah melibatkan siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan guru. Siswa melakukan discovery, sedangkan guru membimbing mereka kearah yang tepat atau benar. Collete & Chiapetta (Eka Gunawan: 2010) menyatakan di dalam guided discovery, guru mengidentifikasi sebuah 35 permasalahan dan menyusun pembelajaran dengan berbagai aktivitas yang akan mengarahkan siswa untuk menemukan pengetahuan baru. Sehingga, guru harus mempunyai keterampilan dalam menyusun pertanyaan-pertanyaan dan kemampuan untuk meminta jawaban pada saat yang tepat untuk membimbing siswa menemukan pemecahan masalah tanpa menganggu pemikiran siswa. Pembelajaran guided discovery dapat dilakukan dengan membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil. Hal ini dilakukan agar setiap siswa berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran.Selain itu, dengan proses kooperatif siswa dapat bertukar ide dan belajar bersama dengan siswa lainnya (Howe, 1993: 197). Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa metode guided discovery merupakan metode pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk menemukan konsep dan prinsip dengan bimbingan dari guru yang bertujuan untuk mendapatkan efektifitas yang optimal dari proses pembelajaran yang diikuti. Kegiatan pembelajaran guided discovery tepat untuk anak SD karena dengan metode ini siswa dapat membangun pengetahuan mereka sendiri dengan mengembangkan sikap ingin tahu yang mereka miliki.. Di dalam penelitian yang akan dilakukan guided discovery digunakan untuk mengamati peningkatan keterampilan komunikasi IPA siswa. 3. Rencana dan Langkah-langkah Pembelajaran dengan Menerapkan Metode Guided Discovery Howe (1993: 179) menjelaskan bahwa dalam guided discovery terdapat bagian rencana pelajaran yang hampir sama dengan metode intruksi langsung, tetapi ada bagian dari rencana pelajaran dalam guided discovery yang 36 menunjukkan karakteristik khusus. Pada metode intruksi langsung, isi pelajaran disajikan secara langsung, seperti menunjukkan, guided discovery lebih mementingkan kontruksi mental peserta didik. Alasan yang paling penting untuk melakukan penemuan adalah proses kognitif, afektif, dan sosial lebih penting daripada hanya sekedar pemerolehan pengetahuan secara kognitif saja. Setiap rencana pembelajaran memerlukan tujuan, bahan, dan penilaian. Setiap rencana pembelajaran juga memerlukan kegiatan belajar, tetapi jenis dan urutannya bergantung pada metode yang akan digunakan dan tujuan yang akan dicapai. Howe (1993: 185) mengemukakan rencana pembelajaran dengan menerapkan metode guided discovery adalah sebagai berikut. a. Performance objective (tujuan kinerja) b. Materials (bahan-bahan yang dibutuhkan) c. Learning activities (kegiatan pembelajaran) 1. Motivation (pemberian motivasi) Motivasi diberikan agar siswa merasa yakin dapat memecahkan masalah yang akan mereka hadapi. 2. Data collecting (pengumpulan data) Siswa diberi kebebasan untuk melakukan kegiatan penemuan sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan sebelumnya. Guru hendaknya jangan terlalu ikut campur dalam kegiatan pengumpulan data agar siswa benar-benar merasa puas akan kerja keras mereka sendiri. 3. Data processing (pengolahan data) Idealnya, waktu antara pengumpulan data dengan pengolahan data haruslah pendek. Hal ini agar apa yang mereka peroleh masih segar dalam ingatan mereka. 37 4. Closure (penutupan) Penutupan dapat dilakukan dengan meminta anak untuk membuat rangkuman atau kesimpulan atas apa yang telah mereka peroleh. Selain itu, guru juga dapat memberikan ide-ide terbuka yang menggugah rasa ingin tahu anak agar mereka terus berpikir atas apa yang mereka lakukan setelah jam pelajaran berakhir. Hal ini bisa dilakukan dengan memberikan sebuah pertanyaan kepada semua siswa untuk dipikirkan. 5. Appraisal (penilaian) Penilaian dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran sudah terpenuhi atau belum. Selain dengan tes, penilaian dapat dilakukan dengan observasi atas apa yang telah dilakukan oleh siswa. Proses kognitif lebih penting daripada hanya sekedar domain kognitif saja. Howe (1993: 196) mengemukakan langkah-langkah pembelajaran guided discovery adalah sebagai berikut. a. Mengatur dan menetapkan standar perilaku siswa. b. Jangan mengatakan tujuan pembelajaran atau konsep yang ingin dicapai. Hal tersebut akan mengacaukan apa yang seharusnya mereka temukan sendiri dan menghancurkan pemikiran penemuan mereka. c. Prosedur diberikan secara singkat dan jelas. Siswa harus dikondisikan untuk mengikuti prosedur yang telah ditentukan. Guru harus membimbing siswa untuk tidak menciptakan prosedur kegiatan sendiri. d. Memperkenalkan kosakata baru hanya jika diperlukan dalam konteks pembelajaran. 38 e. Siswa melakukan kegiatan pengumpulan data tanpa gangguan. f. Guru dapat berbicara lembut kepada anak sesuai dengan kebutuhan. Hal ini dilakukan untuk mencegah kebosanan. g. Pisahkan siswa dari bahan-bahan sebelum mereka berdiskusi. h. Selama pemrosesan data, tanyakan kepada siswa laporan tentang apa yang telah mereka peroleh agar mereka menggambarkan pengamatan yang telah mereka lakukan. i. Bila mungkin, melanjutkan diskusi melampaui deskripsi dengan meminta anak untuk berpikir tingkat tinggi seperti inferensi, pembenaran, generalisasi, dan spekulasi tentang sistem terkait yang belum dicoba. j. Jangan meringkas pelajaran untuk siswa, biarkan mereka melakukannya sendiri. Hal ini dilakukan agar siswa memahami atas apa yang mereka peroleh selama proses pembelajaran. Menurut J. Richard Scuhman (Suryosubroto, 2002: 194), langkah-langkah pembelajaran dalam metode guided discovery adalah sebagai berikut. a. Adanya problema yang akan dipecahkan. Problema ini dapat dinyatakan sebagai pertanyaan atau pernyataan. b. Jelas tingkat/kelasnya, dinyatakan dengan jelas tingkat siswa yang akan diberi pelajaran. Pada penelitian ini adalah siswa kelas III. c. Konsep atau prinsip yang harus ditemukan oleh siswa melalui kegiatan tersebut perlu ditulis dengan jelas. d. Alat dan bahan perlu disiapkan sesuai dengan kebutuhan peserta didik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. 39 e. Proses berpikir kritis perlu dijelaskan untuk menunjukkan adanya “mental operation” siswa yang diharapkan dalam kegiatan. f. Catatan guru, meliputi penjelasan tentang bagian-bagian yang sulit dari pembelajaran. Berdasarkan uraian langkah-langkah pembelajaran di atas, terdapat perbedaan pendapat yang cukup mencolok antara yang dikemukakan oleh Howe dengan J. Richard Scuhman.Howe menyatakan bahwa konsep atau prinsip yang ingin dicapai tidak diberitahukan terlebih dahulu kepada siswa agar tidak mengacaukan pemikiran penemuan mereka.Adapun menurut J. Richard Scuhman, konsep atau prinsip yang harus ditemukan oleh siswa melalui kegiatan tersebut perlu ditulis dengan jelas. Pada penelitian ini, hal yang akan dilakukan adalah konsep atau prinsip yang ingin dicapai tidak diberitahukan terlebih dahulu agar siswa tetap bersemangat untuk menemukan sendiri konsep-konsep tersebut. Berdasarkan rencana dan langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran yang telah disampaikan oleh para ahli, maka peneliti merangkum langkah-langkah pokok metode guided discovery yang akan diterapkan adalah sebagai berikut. 1. Pemberian pertanyaan. 2. Alat dan bahan yang perlu disediakan sesuai kebutuhan siswa. 3. Kegiatan penemuan berupa kegiatan pengumpulan dan pemrosesan data. 4. Kegiatan diskusi untuk membahas hasil temuan siswa. 5. Menyimpulkan materi pelajaran. 4. Keuntungan dan Kelemahan Metode Guided Discovery 40 Metode guided discovery mempunyai beberapa keuntungan dan kekurangan sehingga perlu adanya pemahaman dalam melaksanakan metode tersebut. Menurut Jamil Suparihatiningrum (2013: 244-245) menyatakan keuntungan belajar menggunakan metode penemuan terbimbing, sebagai berikut. a. Mengembangkan potensi intelaktual. b. Mengubah siswa dari memiliki motivasi dari luar menjadi motivasi dalam diri. c. Siswa akan belajar bagaimana belajar. d. Mempertahankan memori. Menurut Suryosubroto (Eka Gunawan, 2010) menyatakan metode Guided Discovery memiliki kekurangan, sebagai berikut. a. Dipersyaratkan keharusan adanya persiapan mental untuk cara belajar ini. Misalnya siswa yang lamban bingung dalam usaha mengembangkan pikirannya jika berhadapan dengan hl-hal yang abstrak. b. Metode ini kurang berhasil untukmengajarkelas besar. Misalanya sebagian waktu dapat hilang karena membantu siswa menemukan teori-teori. c. Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran secara tradisional. d. Mengajar dengan penemuan mungkin akan dipandang terlalu mementingkan memperoleh pengertian dan kurang memperhatikan diperolehnya sikap keterampilan. 41 e. Dalam beberapa ilmu, fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba ide-ide, tidak mungkin ada. f. Metode ini mungkin tidak akan memberi kesempatan untuk berpikir kreatif apabila pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi terlebih daulu oleh guru, demikian proses-proses di bawah pembinaannya. Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa metode guided discovery tidak hanya memiliki banyak kelebihan, tetapi juga beberapa kelemahan. Oleh karena itu perlu adanya pemahaman yang mendalam mengenai metode ini supaya dalam penerapannya dapat terlaksana dengan efektif. 5. Peran Guru dan Siswa dalam Metode Guided Discovery Guru memiliki peran penting dalam metode guided discovery. Hendro Darmodjo dan Jenny R.E Kaligis (1993: 37) mengemukakan peran guru dalam metode guided discovery: (a) memberikan bimbingan dan pengarahan agar siswa dapat mencapai tujuan atau dapat menemukan konsep-konsep IPA, (b) melontarkan masalah serta memberikan alternatif pemecahannya, (c) memonitor proses belajar, (d) menolong siswa yang mengalami hambatan melalui pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan, dan (e) memberikan penilaian. Menurut Oemar Hamalik (2010: 188) dalam menerapkan metode terbimbing guru perlu memiliki keterampilan memberikan bimbingan yaitu mendiagnosis kesulitan-kesulitan siswa dan memberikan bantuan dalam memecahkan masalah yang dihadapi siswa. Guru berperan sebagai fasilitator yang 42 membimbing siswa dalam proses pembelajaran dan memberikan informasiinformasi yang dibutuhkan oleh siswa. Selain guru, siswa juga memiliki peran penting dalam metode guided discovery. Menurut Suprihadi Saputro, dkk (2000: 198) menyatakan bahwa peranan siswa dalam metode guided discovery antara lain: a) terjadinya proses mental yang tinggi dari siswa, sebab dengan kreatifitas ini siswa dapat mengasimilasi konsep dan prinsip, b) problem sloving, c) self learning activity,dan d) tanggung jawab sendiri. Berdasarkan pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa peran guru dan siswa mendukung untuk keberhasilan penerapan metode guided discovery (penemuan terbimbing). Masing-masing peran tersebut harus dimaksimalkan agar proses pembelajaran berjalan lancar dan tujuan pembelajaran tercapai dengan baik dan optimal. 6. Metode Guided Discovery dan Keterampilan Komunikasi IPA Pengaruh penerapan metode guided discovery dalam pembelajaran IPA terhadap peningkatkan keterampilan komunikasi siswa adalah dengan adanya pemberian kesempatan kepada siswa untuk menemukan sendiri konsep-konsep atau prinsip IPA, dapat membuat siswa merasa tertantang untuk menyelesaikan masalah yang ada dihadapannya dengan cara melakukan penemuan secara berdiskusi. 43 Dengan melakukan diskusi kelompok terdapat langkah-langakah keterampilan komunikasi yang dapat siswa lakukan, yaitu: 1) identifies objects and events accurately, 2) describes objects and events accurately, 3) provides description such that others can identify unknown objects, 4) formulates reasonable and logical arguments to justify explanations and conclusions, 5) transmits information to others accurately in oral and written formats,and 6) verbalizes thinking. Langkah-langkah tersebut dapat membantu siswa dalam menyampaikan keterampilan komunikasinya. Sesuai dengan alasan yang dikemukakan Indrawati (1999: 16) keterampilan berkomunkiasi adalah salah satu keterampilan proses yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menyampaikan gagasan atau ide agar lebih efektif, baik melalui lisan atau tulisan. Tetapi, hal tersebut tidak akan berjalan tanpa bimbingan dari seorang guru. Hal ini sejalan dengan alasan yang di kemukan Howe (1993:172), penerapan metode penemuan dalam dimungkinkan gagal karena tidak adanya bimbingan dari guru.Apa yang dilakukan siswa menjadi tidak terkontrol. Hal ini sangat berpengaruh terhadapat peningkatan keterampilan komunikasi IPA dalam sebuah kelompok diskusi. Siswa dimungkinkan akan mendapatkan jawaban dan perhatian yang sangat jauh berbeda dengan yang semestinya mereka peroleh jika tidak adanya bimbingan. Carin dan Sund mengungkapkan bahwa anak usia SD paling tepat menggunakan metode pembelajaran guided discovery. Maksudnya ialah anak usia SD masih memerlukan bimbingan dari guru untuk menemukan konsepkonsep IPA (Hendro Darmodjo dan Jenny Kaligis, 1991: 35). 44 Hendro Darmodjo dan Jenny Kaligis (1991: 37) mengungkapkan bahwa metode guided discovery dalam proses belajar mengajar akan menjadikan siswa aktif dalam melakukan eksplorasi, observasi, investigasi dengan bimbingan guru. Kegiatan ini berdampak positif terhadap proses kognitif, afektif, dan sosial peserta didik. Dengan menerapkan metode guided discovery peneliti akan melaksanakan peningkatan keterampilan komunikasi IPA siswa kelas III. Dalam pelaksanaanya, peneliti menerapkan metode guided discovery, dengan alasan siswa kelas III masih membutuhkan bimbingan dari guru dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. F. KerangkaPikir Keterampilan mengkomunikasi IPA adalah kemampuan sesorang atau siswa untuk menyampaikan pengetahuannya, hasil pengamatan, maupun hasil penelitiannya kepada orang lain dengan jelas dan mudah dipahami baik secara lisan maupun tertulis. Keterampilan komunikasi IPA juga merupakan salah satu keterampilan yang perlu dikuasai oleh siswa. Bentuk keterampilan komunikasi IPA yang dipakai dalam penelitian ini adalah anatrpersonal yakni komunikasi kelompok kecil. Agar keterampilan ini dikuasai dengan baik oleh siswa dibutuhkan metode yang tepat. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan komunikasi IPA adalah metode guided discovery. Metode guided discovery yang diterapkan sesuai dengan langkah-langkah dapat mendorong siswa aktif dan bekerjasama selama proses pembelajaran di dalam diskusi kelompok kecil. Langkah-langkah metode guided discovery meliputi pemberian pertanyaan, alat dan bahan yang perlu disediakan sesuai 45 kebutuhan siswa, kegiatan penemuan berupa kegiatan pengumpulan dan pemrosesan data, kegiatan diskusi untuk membahas hasil temuan siswa, dan menyimpulkan materi pelajaran. Pada pembelajaran IPA dengan metode guided discovery kelas dibagi ke dalam beberapa kelompok.Siswa diberikan pertanyaan yang memancing pengetahuan siswa. Proses interaksi dalam kelompok dimaksudkan agar siswa dapat mengidentifikasi konsep IPA yang muncul dalam kegiatan. Kemudian siswa disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk penemuan, setelah melakaukan penemuan siswa mengumpulkan dan memproses data hasil penemuan yang dilakukan bersama-sama teman kelompok. Setelah itu, setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya secara bergantian di depan kelas jika kegiatan penemuan telah selesai. Kelompok yang tidak maju menanggapi hasil penemuan kelompok lain. Guru mendorong siswa untuk menarik kesimpulan dari kegiatan penemuan yang baru saja mereka lakukan setelah semua kelompok selsai presentasi. Metode guided discovery yang diterapkan dalam diskusi kelompok bertujuan mendapatkan efektifitas yang optimal khususnya bagi anak usia SD. Metode ini sangat tepat digunaka untuk anak SD karena mempunyai manfaat antara lain: membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan, penguasaan keterampilan, dan proses kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. Dengan metode guided discovery siswa akan lebih aktif dalam pembelajaran IPA. Jadi dapat disimpulkan bahwa metode guided discovery sangat tepat apabila digunakan untuk meningkatkan keterampilan mengkomunikasi. 46 G. Hipotesis Tindakan Penerapan metode guided discovery dapat meningkatkan keterampilan komunikasi IPA siswa kelas III SD Negeri Kejambon 1 Sleman. H. Definisi Operasional 1. Keterampilan Komunikasi IPA Keterampilan mengkomunikasi IPA adalah kemampuan sesorang atau siswa untuk menyampaikan pengetahuannya, hasil pengamatan, maupun hasil penelitiannya kepada orang lain dengan jelas dan mudah dipahami baik secara lisan maupun tertulis. 2. Metode Guided Discovery Metode guided discovery merupakan metode pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif untuk mencoba menemukan sendiri pengetahuan yang diharapkan dengan bimbingan dan petunjuk yang diberikan guru. 47 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini dikemas dalam penelitian tindakan kelas (PTK). Suharsimi Arikunto,dkk. (1996: 3) mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa. Berdasarkan jenis-jenis penelitian tindakan kelas di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian tindakan kolaborasi. Kasihani Kasbolah (1999: 123) mengemukakan penelitian tindakan kolaborasi adalah bentuk 48 penelitian yang melibatkan beberapa pihak yaitu peneliti dan guru kelas untuk bekerja sama menjadi suatu tim peneliti mulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan sampai dengan refleksi. Peneliti dan guru kelas secara bersama-sama melakukan penelitian dengan tujuan untuk meningkatkan keterampilan komunikasi IPA siswa dengan menerapkan metode guided discovery. B. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas III SD Negeri Kejambon 1 Sleman Yogyakarta tahun ajaran 2015 yang terdiri atas 28 Orang.Siswa berjenis kelamin laki-laki berjumlah 13 siswa sedangkan siswa berjenis kelamin perempuan berjumlah 15 siswa. 2. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah meningkatkan keterampilan komunikasi IPA pada siswa kelas III SDN Kejambon 1, Sleman dengan menggunakan metode guided discovery. C. Setting Penelitian Setting yang digunakan dalam penelitian iniadalah ruang kelas III SDN Kejambon 1. Sekolah Dasar ini terletak di Sorobayan, Sindumartani,Ngemplak, Sleman. Sekolah dasar tersebut dipilih sebagai tempat penelitian karena berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada siswa kelas III, ditemukan adanya permasalahan dalam pembelajaran IPA yaitu kurangnya 49 penggunaan keterampilan komunikasi IPA dalam kegiatan pembelajaran saat tanya jawab, presentasi maupun diskusi kelompok. D. Desain Penelitian Pada penelitian tindakan kelas, peneliti menggunakan model spiral Kemmis dan Taggart (Wijaya Kusumah, 2010: 21). Alur penelitian tindakan kelas yang didasarkan pada model spiral ini dapat dilihat pada gambar berikut. 3 1 2 6 4 5 50 Gambar 1. Proses Penelitian Tindakan Keterangan: Siklus I Siklus II : 1. Perencanaan I 2. Tindakan dan Observasi I 3. Refleksi : 1. Perencanaan I 2. Tindakan dan Observasi II 3.Refleksi Penelitian tindakan kelas ini merupakan penelitian yang dilaksanakan dalam bentuk siklus. Setiap siklus terdiri dari: 1) perencanaan, 2) tindakan, 3) observasi, dan 4) refleksi. 1. Perencanaan Penyusunan perencanaan tindakan dilakukan untuk memecahkan permasalahan yang ditemukan berdasarkan hasil observasi.Permasalahan yang ditemukan oleh peneliti adalah rendahnya keterampilan komunikasi IPA siswa.Pada tahap ini peneliti dan kolaborator merancang tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan keterampilan komunikasi IPA siswa kelas III SDN Kejambon 1, Sleman. Hasil dari perencanaan adalah sebagai berikut. a. Peneliti menemukan masalah penelitian yang ditemukan berdasarkan hasil observasi awal. Masalah yang dipilih adalah meningkatkan keterampilan komunikasi IPA siswa. b. Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan instrumen penelitian. c. Membuat LKS 51 d. Peneliti dan guru menetapkan waktu pelaksanaan penelitian tindakan kelas. e. Melakukan tes untuk mengukur keterampilan komunikasi IPA siswa. Tes dilakukan pada setiap akhir pertemuan. 2. Melaksanakan Pembelajaran/ Pelaksanaan Tindakan Peneliti melaksanakan tindakan pembelajaran sesuai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat. Namun, perencanaan yang dibuat bersifat fleksibel dan terbuka terhadap perubahan-perubahan dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu, penelitian bersifat tidak tetap dan dinamis, yang memerlukan keputusan cepat tentang apa yang perlu dilakukan. Peneliti melaksanakan tindakan dalam dua siklus yaitu siklus I dan siklus II.Setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan dengan alokasi waktu 4 x 35 menit. 3. Observasi Tahap observasi dilakukan dengan mengamati kegiatan guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Pengamatan difokuskan pada keaktifan siswa pada saat melakukan tanya jawab, presentasi maupun diskusi kelompok, kegiatan yang dilakukan oleh guru, dan situasi pada saat pelaksanaan pembelajaran. Pengamatan dilakukan terhadap siswa baik sebelum maupun sesudah pelaksanaan tindakan dalam pembelajaran. Observasi terhadap pelaksanaan tindakan dilakukan untuk mendokumentasikan keterampilan komunikasi IPA siswa sebagai dasar untuk kegiatan refleksi untuk memperbaiki pelaksanaan tindakan 52 pada kegiatan selanjutnya (revisi). Dalam kegiatan ini, peneliti bertindak sebagai observer yang melakukan pengamatan dengan pedoman lembar observasi.Peneliti juga mengambil beberapa foto sebagai dokumentasi.Peneliti dan guru berdiskusi mengenai hasil akhir tindakan serta menyusun rancangan tindakan berikutnya. 4. Refleksi Refleksi adalah kegiatan mengevaluasi hasil yang diperoleh dari pengamatan.Refleksi dilakukan secara bertahap untuk memperbaiki pelaksanaan yang telah dilakukan sebelumnya. Kegiatan refleksi dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hasil tindakan dan kendala-kendala yang muncul pada saat proses pembelajaran. Data atau hasil perubahan setelah adanya tindakan, dianalisis kemudian dijadikan acuan perubahan atau perbaikan tindakan untuk dilakukan pada tindakan selanjutnya. Apabila pada tindakan pertama hasil penelitian masih belum sesuai dengan tujuan pembelajaran, dapat dilakukan perbaikan terhadap kekurangan dan kendala yang terjadi pada proses pembelajaran sebelumnya. E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah observasi, dan dokumentasi.Daryanto (2011: 80) menyatakan bahwa observasi adalah pengamatan dan pencatatan suatu obyek yang difokuskan pada perilaku tertentu. Observasi dilakukan secara langsung pada saat proses pembelajaran berlangsung, untuk mengetahui apakah penerapan metode Guided Discovery dapat meningkatkan keterampilan mengkomunikasi siswa. 53 Suharsimi Arikunto (2002: 206) mengatakan metode dokumentasi dilakukan dengan cara mencari data mengenai hal-hal variable yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, agenda,hasil tes dan sebagainya. Studi dokumen dilakukakan dengan cara pengambilan foto pada proses pembelajaran berlangsung. F. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar memudahkan peneliti dalam mengolah data.Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Dokumentasi 2. Lembar Observasi Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis atas fenomena-fenomena yang diteliti.Pada penelitian ini ada dua lembar observasi yang digunakan. a. Lembar observasi aktivitas guru dalam menerapkan metode guided discovery Lembar observasi ini digunakan untuk memperoleh informasi ketepatan guru dalam menerapkan metode guided discovery. Adapun kisi-kisi lembar observasi aktivitas guru adalah sebagai berikut. Tabel 2. Kisi-Kisi Lembar Observasi Aktivitas Guru dalam Menerapkan Metode Guided Discovery Indikator Butir Soal Jumlah Butir Pemberian pertanyaan 1, 2, 8 3 Memastikan alat dan bahan yang perlu disediakan sesuai kebutuhan siswa Membimbing siswa melakukan diskusi 54 3, 4 2 7, 9, 10 3 Kegiatan penemuan berupa pengumpulan dan pemrosesan data kegiatan Membimbing siswa menyimpulkan materi dan memberikan tindak lanjut Jumlah 5, 6 2 11, 12 2 b. Lembar Observasi Keterampilan Komunikasi IPA Siswa Lembar observasi digunakan untuk menilai keterampilan komunikasi IPA siswa selama mengikuti pembelajaran melalui penerapan metode guided discovery. Adapun kisi-kisi lembar observasi keterampilan komunikasi IPA siswa adalah sebagai berikut. Table 3:Kisi-kisi Lembar Observasi Keterampilan Komunikasi IPA Siswa No. Indikator 1. Identifikasi objek dan peristiwa dengan akurat. 2. Mendeskripsikan objek dan peristiwa dengan akurat. 3. Membantu mendeskripsikan sehingga yang lain dapat mengidentifikasikan objek yang tidak diketahui. 4. Menyusun alasan yang logis untuk menjelaskan dan memberi kesimpulan. 5. Membagikan informasi secara akurat kepada yang lain dengan lisan maupun tulisan. 6. Verbalisasai pemikiran 55 Jumlah 5 3 4 6 4 3 25 Jumlah G. Teknik Analisis Data 1. Analisis Data Aktivitas Siswa dan Guru dalam Proses Pembelajaran Menurut Wina Sanjaya (2013:106) analisis data merupakan proses pengolahan dan penginterpretasi data yang bertujuan mendudukan berbagai informasi hingga memiliki arti dan makna sesuai dengan tujuan penelitian. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis data secara deskriptif, artinya mendeskripsikan data-data yang terkumpul.Teknik analisis data dilakukan melalui tiga tahap yaitu: (1) tahap pertama mereduksi data atau menyeleksi data sesuai dengan fokus masalah, (2) tahap kedua mendeskripsikan data sehingga data yang telah dikumpulkan menjadi bermakna, dan (3) membuat kesimpulan berdasarkan deskripsi data. Hasil observasi didapat melalui lembar observasi aktivitas siswa dan aktivitas guru digunakan untuk melihat keterampilan komunikasi IPA.Data yang terkumpul diolah dan dianalisis dengan membuat tabel dan persentase. Rumusan penghitungan analisis persentase aktivitas siswa dan guru dalam proses pembelajaran yang digunakan adalah rumusan persentase yang dikemukakan oleh M. Ngalim Purwanto (2010: 102) pada halaman berikut ini. Jumlah skor yang diperoleh Nilai rata-rata (NR) = 100% Jumlah skor maksimal 56 Dalam menentukan kriteria penilaian tentang hasil observasi aktivitas siswa dan guru, maka dilakukan pengelompokkan atas 5 kriteria penilaian yaitu sangat baik, baik, cukup, kurang dan sangat kurang. Adapun kriteria persentase tersebut menurut Ngalim Purwanto (2010: 103 ) adalah sebagai berikut. Tabel 4. Kriteria Penilaian Hasil Observasi Aktivitas Guru dan Siswa Prenstase (%) Keterangan 86-100 Sangat Baik 76-85 Baik 60-75 Cukup 55-59 Kurang ≤54 Sangat Kurang H. Kriteria Keberhasilan Tindakan Penelitian ini dinyatakan berhasil jika terjadi peningkatan keterampilan komunikasi IPA siswa yang diperoleh dari hasil observasi. Adapun kriteria keberhasilan tindakan yang ditentukan adalah keterampilan komunikasi IPA siswa minimal mencapai kategori baik . BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian SD Negeri Kejambon 1 berada di kecamatan Ngemplak desa Sindumartani dan jalan kejambon.Sekolah Kejambon 1 terletak diantara sawah, perumahan dan balai desa. Jarak kepusat kecamatan 6 km, dan jarak kepusat Otoda 18 km. Bangunan sekolah Kejambon 1 menghadap ke timur. Di kanan bangunan SD 57 bersebelahan dengan Balai Desa, sebelah kiri bersebelahan dengan sawah. Di depan bangunan terdapat jualan. Dibagian kanan dekat balai desa juga terdapat banyak penjual yang berjualan. Akses menuju sekolah sangat mudah karena di depan sekolah merupakan jalan yang cukup besar dan merupakan jalan yang sering digunakan untuk akses menuju mana saja. SD Negeri Kejambon 1 memiliki lingkungan fisik yang cukup baik. Hal itu dapat dilihat dari kondisi bangunan yang masih kokoh, halaman sekolah yang bersih, dan tata ruang yang cukup rapi. SD Negeri Kejambon 1 memiliki 6 ruang kelas, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 perpustakaan, 1 gudang, 3 kamar mandi beserta toilet, 1 ruang UKS, dan 1 musholla. Penelitian ini dilaksanakan di kelas III SD Negeri Kejambon 1. Subyek penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas III dengan jumlah 28 siswa yang terdiri dari 12 siswa perempuan dan 16 siswa laki-laki.Sekitar 75% dari siswa tersebut tinggal di daerah perkampungan yang berada di sekitar sekolah. Pada kelas III SD Negeri Kejambon 1 jumlah siswa laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan jumlah siswa perempuan maka keadaan kelas terkadang mengalami kesulitan untuk dikondisikan. 2. Deskripsi Data Awal Siswa Pra Siklus Penelitian ini terdiri dari dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Setiap siklus masing-masing melakukan 2 kali pertemuan. Banyak pertemuan dalam setiap siklusnya ditentukan berdasarkan silabus yang digunakan oleh guru kelas III SD Negeri Kejambon 1. Waktu penelitian dilaksanakan mulai hari rabu, tanggal 28 Oktober 2015 sampai dengan hari selasa 17 November 2015 58 disesuaikan dengan jadwal jam pembelajaran IPA. Berikut yaitu pemaparan hasil penelitian pada pra siklus, siklus I dan siklus II. Sebelum dilakukan tindakan penelitian, peneliti dan guru melakukan pengamatan mengenai keterampilan komunikasi IPA kelas III SD Negeri Kejambon 1. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui keterampilan siswa dalam berkomunikasi pada pembelajaran IPA. Pengamatan dilakukan pada hari selasa tanggal 28 Oktober 2015 saat pelajaran IPA. Lembar observasi yang digunakan untuk mengamati keterampilan komunkasi IPA pada kegiatan pra siklus terdapat 25 indikator. Hasil pengamatan pada kegiatan pra siklus digunakan sebagai dasar untuk mengetahui seberapa besar keterampilan komunikasi pada mata pelajaran IPA sebelum pelaksanaan tindakan penelitian. Sehingga hasil pengamatan pada kegiatan pra siklus dapat digunakan sebagai penguat yang menunjukkan bahwa keterampilan komunkasi IPA pada siswa kelas III SD Negeri Kejambon 1 masih tergolong rendah yaitu pada kategori kurang. Hasil pengamatan pra siklus keterampilan komunikasi IPA siswa kelas III SDN Kejambon 1 dapat dilihat pada halaman. Keterampilan komunikasi IPAsiswa masih tergolong rendah yaitu pada kategori kurang (59,91%) karena batas minimalnya adalah kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan komunikasi siswa kelas III pada pembelajaran IPA belum mencapai kriteria yang diharapkan, yaitu rata-rata ketrampilan komunikasi IPA mencapaikategori baik.Sedangkan hasil pengamatan mengenai kemampuan guru pada kegiatan pra siklus dapat dilihat pada halaman. Kemampuan guru pada kegiatan sudah 59 tergolong cukup (60,41%). Hal tersebut dikarenakan guru belum mengoptimalkan penggunaan metode guided discovery sesuai dengan langkah-langkahnya. Berdasarkan hasil pengamatan pra siklus tersebut maka lebih meyakinkan peneliti dan guru untuk melaksanakan tindakan dengan subyek penelitian yaitu seluruh siswa kleas III dan guru kelas III SD Negeri Kejambon 1. 3. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus 1 Data yang diperoleh pada tahap pra tindakan dijadikan sebagai pedoman dalam melaksanakan tindakan siklus I. Hal ini dilakukan guna memperoleh peningkatan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPA.Adapun tahap-tahap yang dilaksanakan pada siklus I adalah sebagai berikut. a. Perencanaan Tindakan Siklus 1 Hal-hal yang akan dilakukan peneliti bersama guru dalam tahap perencanaan adalah sebagai berikut. 1) Menentukan SK dan KD yang akan digunakan pada saat penelitian. 2) Menyusun RPP berdasarkan SK dan KD yang digunakan dengan menggunakan motode pembelajaran guided discovery. RPP yang digunakan disusun oleh peneliti dan guru kelas yang kemudian dikonsultasikan dengan dosen. 3) Mempersiapkan sumber dan media pembelajaran yang akan digunakan selama proses pembelajaran. 4) Menyusun instrumen penelitian yaitu lembar observasi aktivitas belajar siswa, aktivitas guru, dan dokumentasi. b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I 60 Pelaksanaan tindakan pada siklus I terdiri dari 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 35menit. Pada tahap pelaksanaan tindakan selama proses pembelajaran IPA guru menerapkan metode guided discovery dengan menggunakan RPP sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. SK yang digunakan pada siklus 1 adalah memahami sifatsifat benda, perubahan sifat benda, dan kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari dan KD yang digunakan adalah mengidentifikasi sifat-sifat benda berdasarkan pengamatan meliputi benda padat, cair, dan gas. Deskripsi dari setiap pertemuan yang sudah dilaksanakan adalah sebagai berikut. 1) Pertemuan Pertama Pertemuan dalam siklus I dilakasanakan pada hari selasa, 3 November 2015. Materi yang diajarkan pada pertemuan ini adalah mengelompokkan dan memahami sifat-sifat benda-benda yang telah dikenal seperti benda padat, cair dan gas. Sebelum memulai pelajaran, guru menyiapkan media dan LKS yang akan digunakan selama proses pembelajaran serta mengkondisikan siswa agar siap untuk menerima pelajaran. a) Kegiatan Awal Guru memulai pelajaran dengan mengucapkan salam, kemudian dilanjutkan dengan bercerita dengan judul Hari Pertama Aku Sekolah. Setelah itu guru melakukan tanya jawab ringan 61 mengenai benda-benda yang dibawa ke sekolah untuk memotivasi pengetahuan awal siswa. b) Kegiatan Inti Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok. Guru kemudian membagikan LKS serta alat dan bahan yang akan digunakan selama proses pembelajaran. LKS yang dibagikan kepada siswa berisi tentang langkah-langkah serta pertanyaan yang terkait dengan percobaan yang akan dilakukan. Setelah itu siswa mulai untuk melakukan percobaan tentang memahami sifat-sifat benda padat, cair, dan gas.Sebagian siswa terlihat antusias dalam kegiatan percobaan.Saat melakukan percobaan guru juga ikut membimbing siswa ketika menemui kesulitan.Setelah melakukan percobaan siswa diminta untuk menjawab pertanyaan yang ada ada di dalam LKS.Selama kegiatan percobaan siswa masih kurang bertanya pada guru terkait hal yang belum dipahami. Gambar 2. Siswa masih kurang bertanya 62 Selesai siswa menyampaikan hasil percobaan yang telah dilakukan di depan kelas, sementara kelompok lain diperbolehkan untuk memberi tanggapan. Setelah seluruh kelompok menyampaikan hasil percobaannya, guru mulai membahas terkait percobaan yang dilakukan serta memberikan penguatan mengenai percobaan yang telah dilakukan. Siswa yang belum paham diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami. Selanjutnya guru melakukan evaluasi terkait pemahaman siswa dengan memberikan soal evaluasi untuk dikerjakan siswa secara individu. c) Kegiatan Akhir Pada kegiatan akhir, siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari dengan bimbingan guru.Saat menyimpulkan mayoritas siswa belum ikut menyimpulkan, namun guru senantiasa membimbing siswa menyimpulkan materi.Setelah itu guru menyampaikan kepada siswa bahwa dengan bekerjasama dan saling membantu saat pembelajaran berlangsung dapat membantu siswa menyelesaikan tugas. Terakhir guru menutup pembelajaran IPA dengan mengucapkan salam. 2) Pertemuan Kedua Pertemuan kedua siklus I dilaksanakan pada tanggal 4 November 2015. Materi yang diajarkan pada pertemuan ini adalah membandingkan sifat benda padat, dan cair . Sebelum memulai pembelajaran, guru menyiapkan 63 media dan LKS yang akan digunakan selama proses pembelajaran serta mengkondisikan siswa agar siap untuk menerima pelajaran. a) Kegiatan Awal Guru membuka kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam, kemudian guru melakukan apersepsi dengan bertanya kepada siswa “Anak-anak apakah kalian masih ingat materi yang kemarin diajarkan? Apa saja sifat dari benda padat, cair, dan gas? Tahukah kalian cara membandingkan benda padat cair? Untuk lebih jelasnya mari kita lakukan percobaan. b) Kegiatan Inti Guru melakukan tanya jawab ringan mengenai sifat benda padat dan cair. Selanjutnya, guru membagi siswa menjadi 4 kelompok. Guru kemudian membagikan LKS serta alat dan bahan yang akan digunakan selama proses pembelajaran. LKS yang dibagikan kepada siswa berisi tentang langkah-langkah serta pertanyaan yang terkait dengan percobaan yang akan dilakukan. Setelah itu siswa mulai untuk melakukan percobaan tentang membandingkan benda padat dan cair.Sebagian siswa masih terlihat kurang antusias dalam kegiatan percobaan.Saat melakukan percobaan guru juga ikut membimbing siswa ketika menemui kesulitan.Setelah melakukan percobaan siswa diminta untuk menjawab pertanyaan yang ada ada di dalam LKS.Selama kegiatan percobaan siswa masih kurang bertanya pada guru terkait hal yang belum dipahami. 64 Gambar 3. Sebagian siswa masih terlihat kurang antusias dalam kegiatan percobaan Selesai siswa menyampaikan hasil percobaan yang telah dilakukan di depan kelas, sementara kelompok lain diperbolehkan untuk memberi tanggapan. Setelah seluruh kelompok menyampaikan hasil percobaannya, guru mulai membahas terkait percobaan yang dilakukan serta memberikan penguatan mengenai percobaan yang telah dilakukan. Siswa yang belum paham diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami. Selanjutnya guru melakukan evaluasi terkait pemahaman siswa dengan memberikan soal evaluasi untuk dikerjakan siswa secara individu. c) Kegiatan Akhir Pada kegiatan akhir, siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari dengan bimbingan guru.Saat menyimpulkan mayoritas siswa belum ikut menyimpulkan, namun guru senantiasa membimbing siswa menyimpulkan materi.Setelah itu guru menyampaikan kepada siswa bahwa dengan bekerjasama dan saling membantu saat 65 pembelajaran berlangsung dapat membantu siswa menyelesaikan tugas. Terakhir guru menutup pembelajaran IPA dengan mengucapkan salam. c. Observasi/Pengamatan Tindakan Siklus I Selama proses pembelajaran berlangsung, peneliti melakukan kegiatan observasi atau pengematan terhadap siswa dan guru. Kegiatan observasi ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas yag dilakukan oleh siswa dan guru selama proses pembelajaran. Kegiatan observasi ini menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan oleh peneliti.Hasil observasi dijadikan bahan refleksi untuk tindakan selanjutnya. Pada siklus I pelaksanaan pembelajaran dengan menggunkan metode guided discovery secara keseluruhan berjalan dengan baik dan lancar, meskipun masih ada sedikit kekurangan. Guru telah menjalankan metode guided discovery secara runtut. Pertama, guru menetapkan standar perilaku siswa dengan menentukan perilaku yang harus dipatuhi selama kegiatan pembelajaran.Selanjutnya, adalah pemberian pertanyaan guru memberikan permasalahan dalam bentuk pertanyaan.Setelah itu, guru membentuk kelompok dalam pembentukan kelompok guru telah membagi kelompok secara heterogen pada setiap pertemuan. Pada siklus I guru masih kurang memotivasi siswa.Pada tahap ini siswa masih terlihat kurang bersemangat dalam kegiatan pembelajaran, malu dalam menjawab pertanyaan dari guru, dan siswa juga masih terlihat 66 takut ataupun malu dalam mengungkapkan gagasan atau sanggahannya dalam kelompok. Gambar 4.Sebagian siswa masih kurang bersemangat, malu dan takut mengungkapkan gagasan atau sanggahan dalam kelompok. Selanjutnya, guru membagikan LKS serta menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan selama proses pembelajaran. LKS yang dibagikan kepada siswa berisi tentang langkah-langkah serta pertanyaan yang terkait dengan percobaan yang akan dilakukan. Setelah itu siswa mulai untuk melakukan percobaan dengan alat dan bahan yang telah disediakan.Saat melakukan percobaan guru juga ikut membimbing siswa ketika menemui kesulitan.Setelah melakukan percobaan siswa diminta untuk menjawab pertanyaan yang ada ada di dalam LKS. Setelah itu, guru menuntun melakukan kegiatan penemuan berupa kegiatan pengumpulan data dan pemerosesan data dalam tahap ini guru sudah membimbing siswa. Setelah selesai menyampaikan hasil percobaan yang telah dilakukan di depan kelas, sementara kelompok lain diperbolehkan untuk memberi tanggapan. Pada siklus I sebagian kelompok masih kurang antusias dalam memberikan tanggapan kepada kelompok 67 yang membacakan hasil percobaan.Setelah seluruh kelompok menyampaikan hasil percobaannya, guru mulai membahas terkait percobaan yang dilakukan serta memberikan penguatan mengenai percobaan yang telah dilakukan. Namun, saat guru memberikan penguatan, guru tidak mencatatkan di papan tulis sehingga siswa akan lebih mudah lupa ketika hanya mendengarkan penjelasan secara lisan saja. Gambar 5. Siswa masih kurang antusias dalam menanggapi hasil percobaan kelompok lain. Gambar 6. Guru belum menggunakan papan tulis Setelah langkah-langkah metode guided discovery selesai dilakukan, siswa yang belum paham diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami. Selanjutnya guru melakukan 68 evaluasi terkait pemahaman siswa dengan memberikan soal evaluasi untuk dikerjakan siswa secara individu. Namun, sebagian siswa masih mencontek saat mngerjakan soal evaluasi. Gambar 7. Siswa mencontek dalam mengerjakan soal evaluasi Penggunaan metode guided discovery dalam pembelajaran IPA berpengaruh terhadap keterampilan komunikasi siswa. Keterampilan komunikasi siswa antara lain. 1) Mengidentifikasi objek dan peristiwa dengan akurat Aspek keterampilan komunikasi mengidentifikasi objek dan peristiwa dengan akurat meliputi siswa dapat mengidentifikasi bendabenda berdasarkan jenisnya (padat, cair, dan gas), mengidentifikasi sifat-sifat benda padat, mengidentifikasi sifat-sifat benda cair, dan mengidentifikasi sifat-sifat benda gas. pertemuan pertama, dalam keterampilan komunikasi mengidentifikasi benda-benda berdasarkan jenisnya yang mendapat skor 1 tidak ada, skor 2 sebanyak 2 siswa, skor 3 sebanyak 16 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 9 siswa. Selanjutnya pada 69 aktivitas mengidentifikasi sifat-sifat benda padat yang mendapat skor 1 tidak ada, skor 2 sebanyak 5 siswa, skor 3 sebanyak 17 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 5 siswa. Pada aktivitas mengidentifikasi sifat-sifat benda cair yang mendapat skor 1 tidak ada, skor 2 sebanyak 20 siswa, skor 3 sebanyak 6 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 1 siswa. Dan pada aktivitas mengidentifikasi sifat-sifat benda gas yang mendapat skor 1 tidak ada, skor 2 sebanyak 4 siswa, skor 3 sebanyak 23 siswa, dan yang mendapat skor 4 tidak ada. Pada pertemuan kedua, dalam keterampilan komunikasi mengidentifikasi benda-benda berdasarkan jenisnya yang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 9 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 18 siswa. Selanjutnya pada aktivitas mengidentifikasi sifat-sifat benda padat yang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 22 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 5 siswa. Pada aktivitas mengidentifikasi sifat-sifat benda cair yang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 26 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 1 siswa. Dan pada aktivitas mengidentifikasi sifat-sifat benda gas yang mendapat skor 1, 2, dan 3 tidak ada, skor 4 sebanyak 27 siswa. 2) Mendeskripsikan objek dan peristiwa dengan akurat Aspek keterampilan komunikasi mendeskripsikan objek dan peristiwa dengan akurat meliputi mendeskripsikan sifat benda padat, 70 mendeskripsikan sifat benda cair, mendeskripsikan sifat benda gas, dan mengemukakan pendapatnya tentang hasil identifikasi dalam diskusi. Pada pertemuan pertama, dalam aktivitas mendeskripsikan sifat benda padat yang mendapat skor 1 tidak ada, skor 2 sebanyak 18 siswa, skor 3 sebanyak 7 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 2 siswa. Selanjutnya, untuk aktivitas mengidentifikasi sifat benda cair yang mendapat skor 1 tidak ada, skor 2 sebanyak 15 siswa, skor 3 sebanyak 11 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 1 siswa. Aktivitas mendeskripsikan sifat benda gas yang mendapat skor 1 tidak ada, yang mendapat skor 2 sebanyak 6 siswa, skor 3 sebanyak 21 siswa, dan yang mendapat skor 4 tidak ada. Dan untuk aktivitas mengemukakan pendapatnya tentang hasil identifikasi dalam diskusi yang mendapat skor 1 tidak ada, yang mendapat skor 2 sebanyak 15 siswa , skor 3 sebanyak 10 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 2 siswa. Pada pertemuan kedua, dalamaktivitas mendeskripsikan sifat benda padat yang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 25 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 2 siswa. Selanjutnya, untuk aktivitas mengidentifikasi sifat benda cair yang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 26 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 1 siswa. Aktivitas mendeskripsikan sifat benda gas yang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 27 siswa, dan yang mendapat skor 4 tidak ada. Dan untuk aktivitas mengemukakan 71 pendapatnya tentang hasil identifikasi dalam diskusi yang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 25 siswa , dan yang mendapat skor 4 sebanyak 2 siswa. 3) Membantu mendeskripsikan sehingga yang lain dapat mengidentifikasi objek yang telah diketahui Aspek keterampilan komunikasi membantu mendeskripsikan sehingga yang lain dapat mengidentifikasi objek yang diketahui meliputi siswa membantu teman kelompoknya yang kesulitan dalam mengidentifikasi sifat benda padat, siswa membantu teman kelompoknya yang kesulitan dalam mengidentifikasi sifat benda cair, dan siswa membantu teman kelompoknya yang kesulitan dalam mengidentifikasi sifat benda gas. Pertemuan pertama, untuk aktivitas siswa membantu teman kelompoknya yang kesulitan dalam mngidentifikasi sifat benda padat yang mendapatskor 1 tidak ada, skor 2 sebanyak 16 siswa, skor 3 sebanyak 8 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 3 siswa. Selanjutnya, untuk aktivitas siswa membantu teman kelompoknya yang kesulitan dalam mengidentifikasi sifat benda cair yang mendapat skor 1 tidak ada, skor 2 sebanyak 13 siswa, skor 3 sebanyak 14 siswa, dan yang mendapat skor 4 tidak ada. Dan pada aktivitas siswa membantu teman kelompoknya yang kesulitan dalam mengidentifikasi sifat benda gasyang mendapat skor 1 tidak ada, skor 2 sebanyak 20 siswa, skor 3 sebanyak 7 siswa, dan yang mendapat skor 4 tidak ada. 72 Pada pertemuan kedua, untuk aktivitas siswa membantu teman kelompoknya yang kesulitan dalam mngidentifikasi sifat benda padat yang mendapatskor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 24 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 3 siswa. Selanjutnya, untuk aktivitas siswa membantu teman kelompoknya yang kesulitan dalam mengidentifikasi sifat benda cair yang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 27 siswa, dan yang mendapat skor 4 tidak ada. Dan pada aktivitas siswa membantu teman kelompoknya yang kesulitan dalam mengidentifikasi sifat benda gasyang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 27 siswa, dan yang mendapat skor 4 tidak ada. 4) Menyusun alasan yang logis untuk menjelaskan dan memberi kesimpulan Aspek keterampilan komunikasi menyusun alasan yang logis untuk menjelaskan dan memberi kesimpulan meliputi siswa menyimpulkan hasil kegiatan penemuan dalam percobaan tentang benda padat, siswa menyimpulkan hasil kegiatan penemuan dalam percobaan tentang benda cair, dan siswa menyimpulkan hasil kegiatan penemuan dalam percobaan tentang benda gas. Pada pertemuan pertama, untuk aktivitas menyimpulkan hasil kegiatan penemuan dalam percobaan tentang benda padat yang mendapat skor 1 tidak ada, skor 2 sebanyak 3 siswa, skor 3 sebanyak 24 siswa, dan yang mendapat skor 4 tidak ada. Untuk aktivitas menyimpulkan hasil kegiatan penemuan dalam percobaan tentang benda cair yang 73 mendapat skor 1 tidak ada, skor 2 sebanyak 13 siswa, skor 3 sebanyak 13 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 1 siswa. Dan untuk aktivitas menyimpulkan hasil kegiatan penemuan dalam percobaan tentang benda gas yang mendapat skor 1 tidak ada, skor 2 sebanyak 4 siswa, skor 3 sebanyak 23 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 1 siswa. Pada pertemuan kedua, untuk aktivitas menyimpulkan hasil kegiatan penemuan dalam percobaan tentang benda padat yang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 27 siswa, dan yang mendapat skor 4 tidak ada. Untuk aktivitas menyimpulkan hasil kegiatan penemuan dalam percobaan tentang benda cair yang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 26 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 1 siswa. Dan untuk aktivitas menyimpulkan hasil kegiatan penemuan dalam percobaan tentang benda gas yang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 27 siswa, dan yang mendapat skor 4 tidak ada 5) Membagikan informasi secara akurat kepada yang lain dengan lisan maupun tulisan Aspek keterampilan komunikasi membagikan informasi secara akurat kepada yang lain dengan lisan maupun tulisan meliputi siswa mengemukakan pendapatnya tentang sifat benda padat dalam diskusi, siswa mengemukakan pendapatnya tentang sifat benda cair dalam diskusi, siswa mengemukakan pendapatnya tentang sifat benda gas dalam diskusi, bekerjasama dengan anggota kelompok dalam 74 mengerjakan LKS, dan mempresentasikan hasil diskusi. Selama proses pembelajaran, untuk aktivitas mengemukakan pendapatnya tentang sifat benda padat dalam diskusi yang mendapat skor 1 tidak ada, skor 2 sebanyak 7 siswa, skor 3 sebanyak 19 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 2 siswa. Untuk aktivitas mengemukakan penapatnya tentang sifat benda gas dalam diskusi yang mendapat skor 1 tidak ada, skor 2 sebanyak 11 siswa skor 3 sebanyak 14 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 2 siswa. Untuk aktivitas mengemukakan pendapatnya tentang sifat benda gas dalam diskusi yang mendapatskor1 tidak ada, skor 2 sebanyak 3 siswa, skor 3 sebanyak 21 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 2 siswa. Untuk aktivitas bekerjasama dengan anggota kelompok dalam mengerjakan LKS yang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 19 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 8 siswa. Dan untuk aktivitas mempresentasikan hasil diskusi yang mendapat skor 1 tidak ada, skor 2 sebanyak 23 siswa, skor 3 sebanyak 2 siswa, dan skor 4 sebanyak 2 siswa. Pada pertemuan kedua, untukaktivitas mengemukakan pendapatnya tentang sifat benda padat dalam diskusi yang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 25 siswa, dan yang mendapat skor 2 siswa. Untuk aktivitas mengemukakan penapatnya tentang sifat benda gas dalam diskusi yang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 25 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 2 siswa. 75 Untuk aktivitas mengemukakan pendapatnya tentang sifat benda gas dalam diskusi yang mendapatskor1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 25 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 2 siswa. Untuk aktivitas bekerjasama dengan anggota kelompok dalam mengerjakan LKS yang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 11 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 16 siswa. Dan untuk aktivitas mempresentasikan hasil diskusi yang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 25 siswa, dan skor 4 sebanyak 2 siswa. 6) Pemikiran Verbal Aspek keterampilan komunikasi pemikiran verbal meliputi siswa dapat mengemukakanhasil pemikiran atas pertanyaan yang diberikan olehguru. Pada pertemuan pertama, untuk aktivitas mengemukakan hasil pemikiran atas pertanyaan yang diberikan oleh guru yang mendapat skor 1 tidak ada, skor 2 sebanyak 13 siswa, skor 3 sebanyak 12 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 2 siswa. Pada pertemuan kedua, untuk aktivitas mengemukakan hasil pemikiran atas pertanyaan yang diberikan oleh guru yang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 25 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 2 siswa. Berdasarkan observasi diatas, diketahui bahwa keterampilan komunikasi siswa yang masih rendah adalah membantu mendeskripsikan sehingga yang lain dapat mengidentifikasi objek yang telah diketahui, membagikan informasi secara akurat kepada 76 yang lain dengan lisan maupun tulisan, dan pemikiran verbal.Keterampilan komunikasi IPA diatas masih rendah dikarenakan sedikit siswa yang melakukan keterampilan komunikasi IPA tersebut, namun disisi lain keterampilan komunikasi IPA yang lainnya sudah baik dan sudah mengalami peningkatakan dari pra tindakan. Data hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I dapat dilihat pada lampiran halaman 130-131dan hasil observasi aktivitas guru pada siklus I dapat dilihat pada lampiran halaman 136-137.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 5. Peningkatan PresentaseKeterampilan Komunikasi IPA Menggunakan Metode Guided Discovery pada Siklus I No. Aspek yang Perenstase (%) Rata-rata dinilai (%) Pertemuan I Pertemuan (%) II (%) 1. Aktivitas Siswa 66,57 74,95 70,44 2. Aktivitas Guru 66,66 75 70,31 Berdasarkan tabel di atas, hasil observasi aktivitas siswa dan aktivitas guru pada siklus I dalam proses pembelajaran masih rendah. Hal tersebut dapat ditunjukkan dari hasil rata-rata observasi aktivitas siswa sebesar 70,44% (berada pada klasifikasi cukup) dan hasil ratarata observasi guru sebesar 70,31% (berada pada klasifikasi cukup). Peningkatan keterampilan komunikasi IPA dapat dilihat pada lampiran halaman 144pada siklus I peningakatan keterampilan komunikasi IPA sebesar 10,53 yang pada pra siklus sebesar 59,91 meningkat menjadi 70,44 pada siklus I. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini. 77 Tabel 6. Peningkatan Keterampilan Komunikasi IPA pada Pra Siklus dan Siklus I No Hasil Pengamatan Presentase (%) Keterangan 1 Pra Siklus 59,91 Kurang 2 Siklus I 70,44 Cukup Peningkatan keterampilan komunikasi IPA pada siklus I dapat digambarkan dalam diagram seperti berikut. 90.00% 80.00% 70.00% 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00% Pra Siklus Siklus I Cukup 7.14% 21.42% Kurang 7.14% 75% Sangat Kurang 82.14% 0 Gambar 8.Diagram Peningkatan Keterampilan Komunikasi IPA pada Pra Siklus dan Siklus I Berdasarkan diagram diatas, dapat diketahuibahwa terdapat peningkatan keterampilan komunikasi IPA pada pra siklus dan siklus I. Siswa yang mendapat kategori sangat baik (interval nilai 86-100) dan kategori baik (interval nilai 76-85) tidak ada. Siswa yang mendapat kategori cukup (intervalnilai 60-75) pada pra siklus sebanyak 2siswa (7,14) dan siklus I sebanyak 6 siswa (21,42). Sedangkan siswa yang mendapat kategori kurang (interval nilai 55-59) 78 pada pra siklus sebanyak 2 siswa (7,14) dan siklus I sebanyak 21 (75). Dan siswa yang mendapat kategori sangat kurang (interval nilai ≤54) pada pra siklus sebanyak 2 siswa (7,14) dan siklus I tidak ada. d. Refleksi dan Revisi Tindakan Siklus I Refleksi dilakukan pada akhir siklus sebagai langkah untuk melakukan perbaikan terhadap beberapa hal yang perlu diperbaiki dari siklus I sebagai rencana tindakan baru yang akan diterapkan dalam siklus selanjutnya. Penerapan metode guided discovery pada siklus I dapat meningkatkan keterampilan komunikasi IPA siswa, karena guru mengarahkan dan membimbing kepada peran aktif siswa dalam berbagai aktivitas selama proses pembelajaran khususnya dalam keterampilan komunikasi. Selama proses pembelajaran IPA dengan menggunakan metode guided discovery, masih tedapat beberapa kekurangan yang perlu diperbaiki. Kekurangan tersebut sebagai berikut. 1) Pada saat memberikan tanggapan dan penguatan, guru hanya menjelaskan secara lisan dan tidak menuliskan catatan di papan tulis, sehingga membuat siswa mudah lupa apa yang disampaikan oleh guru. 2) Siswa kurang terlibat aktif dalam kegiatan mengungkapkan pendapat, menyanggah pernyataan, memperbaiki atau menambahkan jawaban 79 teman kelompok, dan menganalisis maupun memecahkan masalah terkait dengan materi. Siswa yang kurang terlibat aktif dalam kegiatan ini biasanya malu dan takut salah untuk mengungkapkan pendapatnya.. 3) Guru kurang memaksimalkan pemberian reward kepada siswa yang aktif di kelas. Dalam kegiatan pembelajaran guru bertugas untuk memotivasi siswa agar terlibat aktif dikelas, salah satunya dengan pemberian reward. Kurang memaksimalnya pemberian reward, sehingga kurang termotivasi serta merasa senang untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran.. Masih adanya kekurangan dalam pelaksanaan metode guided discovery pada siklus I yang berparuh pada rendahnya keterampilan komunikasi IPA siswa yang berada pada kriteria (cukup), sehingga perlu dilakukan tindakan selanjutnya untuk mencapai indikator keberhasilan. 4. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus II a. Perencanaan Tindakan Siklus II Tahap perencanaan pada siklus II mengacu pada hasil observasi dan refleksi pada siklus I. Beberapa kekurangan yang ada pada siklus I akan diperbaiki pada siklus II. Hal-hal yang akan dilakukan peneliti bersama guru dalam tahap perencanaan adalah sebagai berikut. 1) Merencanakan perbaikan yang akan digunakan pada siklus II, halhal yang dilakukan antara lain: 80 a) Guru lebih aktif untuk menuliskan catatan terkait materi pada saat menjelaskan maupun memberi penguatan kepada siswa. b) Guru memaksimalkan pemberian reward atau penghargaan kepada siswa yang aktif di kelas. 2) Menyusun RPP berdasarkan SK dan KD yang digunakan dengan menggunakan metode guided discovery. RPP yang digunakan disusun oleh peneliti dan guru kelas yang kemudian dikonsultasikan dengan dosen. 3) Mempersiapkan sumber dan media pembelajaran yang akan digunakan selama proses pembelajaran. 4) Mempersiapkan instrumen penelitian yaitu lembar observasi aktivitas belajar siswa, aktivitas guru, dan dokumentasi. b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pada tahap pelaksanaan tindakan selama proses pembelajaran IPA guru menerapkan metode guided discovery dengan menggunakan RPP sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. SK yang digunakan pada siklus II adalah memahami sifat-sifat benda, perubahan sifat benda, dan kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari, dan KD yang digunakan adalah mendeskripsikan perubahan sifat benda (ukuran, bentuk, warna atau rasa) yang dapat diamati akibat pembakaran, pemanasan, dan diletakkan di udara terbuka. Deskripsi dari setiap pertemuan yang sudah dilaksanakan adalah sebagai berikut. 1) Pertemuan pertama 81 Pertemuan pertama siklus II dilaksanakan pada tanggal 11 November 2015.Materi yang diajarkan pada pertemuan ini adalah perubahan sifat benda padat akibat adanya pembakaran, pemanasan, dan diletakkan di udara terbuka dan membandingkan benda padat sebelum dan sesudah mengalami perubahan. Sebelum memulai pembelajaran, guru menyiapkan media dan LKS yang akan digunakan selama proses pembelajaran serta mengkondisikan siswa agar siap untuk menerima pelajaran. a) Kegiatan Awal Guru membuka kegiatan pembelajaran dengan mengucapakan salam, kemudian guru melakukan apersepsi dengan bertanya kepada siswa “ Anak-aank masih ingatkah kalian tentang pelajaran kemarin? Termasuk benda apa apel, pensil, dan es batu? Tahukah kalian benda padat dapat mengalami perubahan jika dipanaskan, dibakar, dan diletakkan di udara terbuka? Agar lebih jelas lagi mari kita lakukan pecobaan. b) Kegiatan Inti Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok. Guru kemudian membagikan LKS serta alat dan bahan yang akan digunakan selama proses pembelajaran. LKS yang dibagikan kepada siswa berisi tentang langkah-langkah serta pertanyaan yang terkait dengan percobaan yang akan dilakukan. Setelah 82 itu siswa mulai untuk melakukan percobaan tentang perubahan benda padat akibat dipanaskan, dibakar, dan diletakkan di udara terbuka.Siswa sudah terlihat antusias dalam kegiatan percobaan.Saat melakukan percobaan guru juga ikut membimbing siswa ketika menemui kesulitan.Setelah melakukan percobaan siswa diminta untuk menjawab pertanyaan yang ada ada di dalam LKS.Selama kegiatan percobaan siswa sudah mulai beratanya pada guru terkait hal yang belum dipahami. Gambar 9. Siswa terlihat antusias dalam kegiatan percobaan Setelah selesai siswa menyampaikan hasil percobaan yang telah dilakukan di depan kelas, sementara kelompok lain diperbolehkan untuk memberi tanggapan. Setelah seluruh kelompok menyampaikan hasil percobaannya, guru mulai membahas terkait 83 percobaan yang dilakukan serta memberikan penguatan mengenai percobaan yang telah dilakukan. Siswa yang belum paham diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami. Selanjutnya guru melakukan evaluasi terkait pemahaman siswa dengan memberikan soal evaluasi untuk dikerjakan siswa secara individu. c) Kegiatan Akhir Pada kegiatan akhir, siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari dengan bimbingan guru.Saat menyimpulkan mayoritas siswa sudah ikut menyimpulkan dan guru senantiasa membimbing siswa menyimpulkan materi.Setelah itu guru menyampaikan kepada siswa bahwa dengan bekerjasama dan saling membantu saat pembelajaran berlangsung dapat membantu siswa menyelesaikan tugas. Terakhir guru menutup pembelajaran IPA dengan mengucapkan salam. 2) Pertemuan Kedua Pertemuan kedua siklus I dilaksanakan pada tanggal 17 November 2015.Materi yang diajarkan pada pertemuan ini adalah perubhan sifat benda cair akibat adanya pemanasan dan diletakkan di udara terbuka. Sebelum memulai pembelajaran, guru menyiapkan media dan LKS yang akan digunakan selama proses 84 pembelajaran serta mengkondisikan siswa agar siap untuk menerima pelajaran. a) Kegiatan Awal Guru membuka kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam, kemudian guru melakukan apersepsi dengan bertanya kepada siswa “Anak-anak apakah kalian masih ingat materi yang kemarin diajarkan? Pernahkah kalian melihat ibu memasak air?Apa yang terjadi saat air tersbut dipanaskan? Tahukah kalian jika air yang merupakan benda cair yang dapat berubah sifatnya bila dipanaskan dan diletakkan diudara terbuka.Untuk lebih jelasnya mari kita lakukan percobaan. b) Kegiatan Inti Guru melakukan tanya jawab ringan mengenai sifat benda padat dan cair. Selanjutnya, guru membagi siswa menjadi 4 kelompok. Guru kemudian membagikan LKS serta alat dan bahan yang akan digunakan selama proses pembelajaran. LKS yang dibagikan kepada siswa berisi tentang langkah-langkah serta pertanyaan yang terkait dengan percobaan yang akan dilakukan. Setelah itu siswa mulai untuk melakukan percobaan tentang perubahan sifat benda cair akibat dipanaskan dan diletakkan diudara terbuka.Siswa sudah terlihat antusias dalam kegiatan percobaan.Saat melakukan 85 percobaan guru juga ikut membimbing siswa ketika menemui kesulitan.Setelah melakukan percobaan siswa diminta untuk menjawab pertanyaan yang ada ada di dalam LKS.Selama kegiatan percobaan siswa sudah mulai beratanya pada guru terkait hal yang belum dipahami. Gambar 10.Siswa terlihat antusias saat melakukan percobaan dan guru membimbing siswa ketika menemui kesulitan. Setelah selesai siswa menyampaikan hasil percobaan yang telah dilakukan di depan kelas, sementara kelompok lain diperbolehkan untuk memberi tanggapan. Setelah seluruh kelompok menyampaikan hasil percobaannya, guru mulai membahas terkait percobaan yang dilakukan serta memberikan penguatan mengenai percobaan yang telah dilakukan. Siswa yang belum paham diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami. Selanjutnya guru melakukan evaluasi terkait pemahaman siswa dengan memberikan soal evaluasi untuk dikerjakan siswa secara individu. 86 c) Kegiatan Akhir Pada kegiatan akhir, siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari dengan bimbingan guru.Saat menyimpulkan mayoritas siswa sudah ikut menyimpulkan dan guru senantiasa membimbing siswa menyimpulkan materi.Setelah itu guru menyampaikan kepada siswa bahwa dengan bekerjasama dan saling membantu saat pembelajaran berlangsung dapat membantu siswa menyelesaikan tugas. Terakhir guru menutup pembelajaran IPA dengan mengucapkan salam. c. Observasi/Pengamatan Tindakan Siklus II Pada siklus II pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode guided discovery secara keseluruhan berjalan dengan baik dan lancar. Guru telah menjalankan metode guided discovery secara runtut. Pertama, guru menetapkan standar perilaku siswa dengan menentukan perilaku yang pembelajaran.Selanjutnya, harus adalah dipatuhi pemberian selama kegiatan pertanyaan guru memberikan permasalahan dalam bentuk pertanyaan.Selanjutnya, guru membentuk kelompok dalam pembentukan kelompok guru telah membagi kelompok secara heterogen pada setiap pertemuan. Guru membagikan LKS serta menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan selama proses pembelajaran. LKS yang dibagikan kepada siswa berisi tentang langkah-langkah serta pertanyaan yang terkait dengan percobaan yang akan dilakukan. Setelah itu siswa mulai 87 untuk melakukan percobaan dengan alat dan bahan yang telah disediakan.Saat melakukan percobaan guru juga ikut membimbing siswa ketika menemui kesulitan.Setelah melakukan percobaan siswa diminta untuk menjawab pertanyaan yang ada ada di dalam LKS. Guru menuntun melakukan kegiatan penemuan berupa kegiatan pengumpulan data dan pemerosesan data dalam tahap ini guru sudah membimbing siswa. Setelah selesai menyampaikan hasil percobaan yang telah dilakukan di depan kelas, sementara kelompok lain diperbolehkan untuk memberi tanggapan.Pada siklus II ini siswa mulai aktif memberikan tanggapan atau bertanya. Siswa yang berani memberi tanggapan atau bertanya akan mendapatkan reward dari guru. Gambar 11. Guru memberikanreward kepada siswa Setelah seluruh kelompok menyampaikan hasil percobaannya, guru mulai membahas terkait percobaan yang dilakukan serta memberikan penguatan mengenai percobaan yang telah dilakukan. Saat guru memberikan penguatan, guru mencatatkan hal penting 88 terkait materi di papan tulis yang akan memudahkan siswa untuk memahami materi. Setelah langkah-langkah metode guided discovery selesai dilakukan, siswa yang belum paham diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami. Selanjutnya guru melakukan evaluasi terkait pemahaman siswa dengan memberikan soal evaluasi untuk dikerjakan siswa secara individu. Gambar 12. Siswa mulai tertib mengerjakan soal evaluasi Penggunaan metode guided discovery dalam pembelajaran IPA berpengaruh terhadap keterampilan komunikasi siswa. Keterampilan komunikasi siswa antara lain. 1) Mengidentifikasi objek dan peristiwa dengan akurat Aspek keterampilan komunikasi mengidentifikasi objek dan peristiwa dengan akurat meliputi siswa dapat mengidentifikasi bendabenda berdasarkan jenisnya (padat, cair, dan gas), mengidentifikasi sifat-sifat benda padat, mengidentifikasi sifat-sifat benda cair, dan mengidentifikasi sifat-sifat benda gas. 89 pertemuan pertama, dalam keterampilan komunikasi mengidentifikasi benda-benda berdasarkan jenisnya yang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 1 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 26 siswa. Selanjutnya pada aktivitas mengidentifikasi sifat-sifat benda padat yang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 6 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 21 siswa. Pada aktivitas mengidentifikasi sifat-sifat benda cair yang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 5 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 22 siswa. Dan pada aktivitas mengidentifikasi sifat-sifat benda gas yang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 8 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 19 siswa. Pada pertemuan kedua, dalam keterampilan komunikasi mengidentifikasi benda-benda berdasarkan jenisnya yang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 27 siswa, dan yang mendapat skor 4 tidak ada. Selanjutnya pada aktivitas mengidentifikasi sifatsifat benda padat yang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 1 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 26 siswa. Pada aktivitas mengidentifikasi sifat-sifat benda cair yang mendapat skor 1, 2 dan 3 tidak ada, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 27 siswa. Dan pada aktivitas mengidentifikasi sifat-sifat benda gas yang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 2 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 25 siswa. 2) Mendeskripsikan objek dan peristiwa dengan akurat 90 Aspek keterampilan komunikasi mendeskripsikan objek dan peristiwa dengan akurat meliputi mendeskripsikan sifat benda padat, mendeskripsikan sifat benda cair, mendeskripsikan sifat benda gas, dan mengemukakan pendapatnya tentang hasil identifikasi dalam diskusi. Pada pertemuan pertama, dalam aktivitas mendeskripsikan sifat benda padat yang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 27 siswa, dan yang mendapat skor 4 tidak ada. Selanjutnya, untuk aktivitas mengidentifikasi sifat benda cair yang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 24 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 3 siswa. Aktivitas mendeskripsikan sifat benda gas yang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 7 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 20 siswa. Dan untuk aktivitas mengemukakan pendapatnya tentang hasil identifikasi dalam diskusi yang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 8 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 19 siswa. Pada pertemuan kedua, dalamaktivitas mendeskripsikan sifat benda padat yang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 2 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 25 siswa. Selanjutnya, untuk aktivitas mengidentifikasi sifat benda cair yang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 1 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 26 siswa. Aktivitas mendeskripsikan sifat benda gas yang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 6 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 21 siswa. Dan untuk aktivitas 91 mengemukakan pendapatnya tentang hasil identifikasi dalam diskusi yang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 2 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 25 siswa. 3) Membantu mendeskripsikan sehingga yang lain dapat mengidentifikasi objek yang telah diketahui Aspek keterampilan komunikasi membantu mendeskripsikan sehingga yang lain dapat mengidentifikasi objek yang diketahui meliputi siswa membantu teman kelompoknya yang kesulitan dalam mengidentifikasi sifat benda padat, siswa membantu teman kelompoknya yang kesulitan dalam mengidentifikasi sifat benda cair, dan siswa membantu teman kelompoknya yang kesulitan dalam mengidentifikasi sifat benda gas. Pertemuan pertama, untuk aktivitas siswa membantu teman kelompoknya yang kesulitan dalam mngidentifikasi sifat benda padat yang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 26 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 1 siswa. Selanjutnya, untuk aktivitas siswa membantu teman kelompoknya yang kesulitan dalam mengidentifikasi sifat benda cair yang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 4 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 23 siswa. Dan pada aktivitas siswa membantu teman kelompoknya yang kesulitan dalam mengidentifikasi sifat benda gasyang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 15 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 12 siswa. 92 Pada pertemuan kedua, untuk aktivitas siswa membantu teman kelompoknya yang kesulitan dalam mngidentifikasi sifat benda padat yang mendapatskor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 4 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 23 siswa. Selanjutnya, untuk aktivitas siswa membantu teman kelompoknya yang kesulitan dalam mengidentifikasi sifat benda cair yang mendapat skor 1, 2 dan 3 tidak ada, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 27 siswa. Dan pada aktivitas siswa membantu teman kelompoknya yang kesulitan dalam mengidentifikasi sifat benda gasyang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 9 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 18 siswa. 4) Menyusun alasan yang logis untuk menjelaskan dan memberi kesimpulan Aspek keterampilan komunikasi menyusun alasan yang logis untuk menjelaskan dan memberi kesimpulan meliputi siswa menyimpulkan hasil kegiatan penemuan dalam percobaan tentang benda padat, siswa menyimpulkan hasil kegiatan penemuan dalam percobaan tentang benda cair, dan siswa menyimpulkan hasil kegiatan penemuan dalam percobaan tentang benda gas. Pada pertemuan pertama, untuk aktivitas menyimpulkan hasil kegiatan penemuan dalam percobaan tentang benda padat yang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 25 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 2 siswa. Untuk aktivitas menyimpulkan hasil kegiatan penemuan dalam percobaan tentang benda cair yang mendapat skor 1 93 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 7 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 20 siswa. Dan untuk aktivitas menyimpulkan hasil kegiatan penemuan dalam percobaan tentang benda gas yang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 2 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 25 siswa. Pada pertemuan kedua, untuk aktivitas menyimpulkan hasil kegiatan penemuan dalam percobaan tentang benda padat yang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 1 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 26 siswa. Untuk aktivitas menyimpulkan hasil kegiatan penemuan dalam percobaan tentang benda cair yang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 2 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 25 siswa. Dan untuk aktivitas menyimpulkan hasil kegiatan penemuan dalam percobaan tentang benda gas yang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 1 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 26 siswa. 5) Membagikan informasi secara akurat kepada yang lain dengan lisan maupun tulisan Aspek keterampilan komunikasi membagikan informasi secara akurat kepada yang lain dengan lisan maupun tulisan meliputi siswa mengemukakan pendapatnya tentang sifat benda padat dalam diskusi, siswa mengemukakan pendapatnya tentang sifat benda cair dalam diskusi, siswa mengemukakan pendapatnya tentang sifat benda gas dalam diskusi, bekerjasama dengan anggota kelompok dalam mengerjakan LKS, dan mempresentasikan hasil diskusi. Selama 94 proses pembelajaran, untuk aktivitas mengemukakan pendapatnya tentang sifat benda padat dalam diskusi yang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 7 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 20 siswa. Untuk aktivitas mengemukakan penapatnya tentang sifat benda gas dalam diskusi yang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 6 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 21 siswa. Untuk aktivitas mengemukakan pendapatnya tentang sifat benda gas dalam diskusi yang mendapatskor1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 22 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 5 siswa. Untuk aktivitas bekerjasama dengan anggota kelompok dalam mengerjakan LKS yang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 7 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 20 siswa. Dan untuk aktivitas mempresentasikan hasil diskusi yang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 8 siswa, dan skor 4 sebanyak 19 siswa. Pada pertemuan kedua, untukaktivitas mengemukakan pendapatnya tentang sifat benda padat dalam diskusi yang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 3 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 24 siswa. Untuk aktivitas mengemukakan penapatnya tentang sifat benda gas dalam diskusi yang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 3 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 24 siswa. Untuk aktivitas mengemukakan pendapatnya tentang sifat benda gas dalam diskusi yang mendapatskor1 dan 2 tidak 95 ada, skor 3 sebanyak 2 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 25 siswa. Untuk aktivitas bekerjasama dengan anggota kelompok dalam mengerjakan LKS yang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 2 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 25 siswa. Dan untuk aktivitas mempresentasikan hasil diskusi yang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 2 siswa, dan skor 4 sebanyak 25 siswa. 6) Pemikiran Verbal Aspek keterampilan komunikasi pemikiran verbal meliputi siswa dapat mengemukakanhasil pemikiran atas pertanyaan yang diberikan olehguru. Pada pertemuan pertama, untuk aktivitas mengemukakan hasil pemikiran atas pertanyaan yang diberikan oleh guru yang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 21 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 6 siswa. Pada pertemuan kedua, untuk aktivitas mengemukakan hasil pemikiran atas pertanyaan yang diberikan oleh guru yang mendapat skor 1 dan 2 tidak ada, skor 3 sebanyak 9 siswa, dan yang mendapat skor 4 sebanyak 18 siswa. Berdasarkan observasi diatas, penggunaan metode guided discovery dapat meningkatkan aktivitas guru dan aktivitas siswa pada keterampilan komunikasi IPA. Data hasil observasi aktivitass siswa pada siklus II dapat dilihat pada lampiran halaman 132-133 hasil observasi aktivitas guru pada siklus II dapat dilihat pada lampiran 96 halaman138-139.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 7. No. 1. 2. Peningkatan Keterampilan Komunikasi IPA Menggunakan Metode Guided Discovery pada Siklus II Aspek dinilai yang Aktivitas Siswa Aktivitas Guru Perenstase (%) Pertemuan Pertemuan I (%) II (%) 85,93 94,10 85,41 Rata-rata (%) 95,83 90,17 90,62 Berdasarkan tabel diatas, hasil observasi aktivitas siswa dan aktivitas guru pada siklus II dalam proses pembelajaran mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat ditunjukkan dari hasil rata-rata observasi aktivitas siswa sebesar 90,17 % (berada pada klasifikasi “sangat baik”) dan hasil rata-rata observasi aktivitas guru sebesar 90,62 % (berada pada klasifikasi “sangat baik”). Peningkatan keterampilan komunikasi IPAsiswa dapat dilihat pada lampiran halaman 144.Peningkatan keterampilan komunikasi IPA siswa pada siklus II sebesar 30,26 yang pada pra siklus sebesar 59,91 meningkat menjadi 90,17 pada siklus II. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 8. Peningkatan Keterampilan Komunikasi IPA Siswa pada Pra Siklus dan Siklus II 97 No Hasil Pengamatan Presentase (%) Keterangan 1 Pra Siklus 59,91 Kurang 2 Siklus II 90,17 Sangat Baik Peningkatan keterampilan komunikasi IPA siklusII dapat digambarkan dalam diagram seperti berikut. 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 Pras Siklus Siklus II 0 50% Cukup 7.14% 46.42% Kurang 7.14% 0 Sangat Kurang 82.14% 0 Baik Gambar 13. Diagram Peningkatan Presentase Keterampilan Komunikasi IPA pada Pra Siklus dan Siklus II Berdasarkan diagram diatas, dapat diketahuibahwa terdapat peningkatan keterampilan komunikasi IPA pada pra siklus dan siklus II. Siswa yang mendapat kategori sangat baik (interval nilai 86-100) tidak ada.Siswa yang mendapat kategori baik (interval nilai 76-85) pada pra siklus tidak ada dan siklus II sebanyak 14 siswa (50). Siswa yang mendapat kategori cukup (intervalnilai 60-75) pada pra siklus 98 sebanyak 2 siswa (7,14) dan siklus II sebanyak 13 siswa (46,42). Sedangkan siswa yang mendapat kategori kurang (interval nilai 5559) pada pra siklus sebanyak 2 siswa (7,14) dan siklus IItidak ada. Dan siswa yang mendapat kategori sangat kurang (interval nilai ≤54) pada pra siklus sebanyak 2 siswa (7,14) dan siklus II tidak ada. d. Refleksi Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pada siklus II, guru telah melakukan langkah perbaikan terhadap proses pembelajaran yang masih perlu diperbaiki pada siklus sebelumnya. Penerapan metode guided discovery pada siklus II melibatkan peran aktif siswa untuk menemukan pengetahuannya dan terlibat langsung selama proses pembelajaran dengan bimbingan guru. Langkah perbaikan yang dilakukan guru berjalan dengan baik dan lancar karena guru melakukan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun sebelumnya. Selain itu, guru telah menerapkan metode guided discovery dengan baik dan benar. Keterampilan komunikasi IPA siswa yang terdapatpada kategori cukup mengalami peningkatan pada siklus II. Pada kegiatan siklus II mendapatkan hasil sebagai berikut. 1) Pada saat memberikan tanggapan dan penguatan, guru sudah memberikan catatan mengenai hal-hal yang penting agar membantu siswa untuk lebih mudah memahami dan mengingat materi yang disampaikan oleh guru. 99 2) Guru memberikan teguran yang tegas untuk mengontrol siswa yang ramai dan mendorong mereka untuk lebih aktif dalam hal positif saat pembelajaran maupun saat melakukan percobaan, sehingga tidak menganggu teman lain saat kegiatan pembelajaran berlangsung. 3) Guru memberikan dorongan semangat maupun motivasi kepada siswa agar berani, tidak malu, dan tidak takut salah dalam mengungkapkan pendapat, menganalisis maupun memecahkan masalah terkait dengan materi. 4) Guru lebih banyak pemberian reward atau penghargaan kepada siswa yang aktif di kelas. Saat siswa berani untuk mengemukakan pendapatnya, bertanya, mendemonstrasikan hasil percobaan, menganalisis maupun memecahkan masalah terkait dengan materi guru memberikan pujian secara verbal maupun tepuk tangan agar siswa merasa senang dan bersemangat. Berdasarkan hasil observasi penelitian pada setiap siklus, dalam tahap ini sudah tidak ditemukan masalah-masalah utama dan harus diperbaiki dalam siklus selanjutnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian ini berhenti pada siklus II dan tidak perlu dialnjutkan. Oleh karenanya metode guided dicovery dapat meningkatkan keterampilan komunikasi IPA siswa kelas III SDN Kejambon 1. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. 100 Tabel 9. Peningkatan Presentase Keterampilan Komunikasi IPA Menggunakan Metode Guided Discovery Aspek yang Dinilai Presentase (%) Siklus I Siklus II Aktivitas Siswa 70,44 90,17 Aktivitas Guru 85,41 95,83 No 1. 2. Berdasarkan tabel diatas, presentase hasil observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran mengalami peningkatan. Pada siklus I, presentase hasil observasi siswa sebesar 70,44% (berada pada klasifikasi cukup) sedangkan aktivitas guru ssebesar 85,41% (berada pada klasifikasi baik). Pada siklus II, presentasi hasil observasi siswa sebesar 90,17% (berada pada klasifikasi sangat baik) sedangkan aktivitas guru sebesar 95,85% (berada pada klasifikasi sangat baik). Data hasil keterampilan komunikasi IPA pada pra siklus, siklus I, dan siklus II dapat dlihat pada lampiran halama 144. Untuk lebih jelasnya daat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 10.Peningkatan Keterampilan Komunikasi IPA Siswa pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II No 1 2 3 Hasil Penelitian Pra Siklus Siklus I Siklus II Presentase (%) 59,91 70,44 90,17 Keterangan Kurang Cukup Sangat Baik Peningkatan keterampilan komunikasi IPA setiap siklus dapat digambarkan dalam diagram seperti berikut. 101 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 Pra Siklus Siklus I Siklus II Cukup 7.14% 21.42% 46.42% Kurang 7.14% 75% Sangat Kurang 82.14% Baik Gambar 14. 50% DiagramPeningkatan Keterampilan Komunikasi IPA pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II Tabel 11. Kriteria Keterampilan Komunikasi IPA Siswa pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II Kriteria Kondisi Akhir Sangat Baik Cukup Kurang Sangat Baik Kurang Sangat Baik Baik 2 14 13 Cukup 2 6 Kurang 23 21 Sangat Kurang Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa klasifikasi nilai keterampilan komunikasi IPA mengalami peningkatan. Pada pra siklus, siswa yang mendapat nilai sangat baik dan baik tidak ada. Siswa yang mendapat nilai cukup sebanyak 2 siswa. Siswa yang mendapat nilai kurang sebanyak 2 siswa. Sedangkan yang mendapat nilai sangat kurang sebanyak 23 siswa. 102 Pada kondisi akhir, siswa yang mendapat nilai cukup yang pada kondisi awal meningkat menjadi baik sebanyak 14 siswa.Siswa yang mendapat nilai kurang meningkat menjadi cukup sebanyak 13 siswa. Siswa yang mendapat nilai sangat kurang meningkat menjadi kurang sebanyak 21siswa. B. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil observasi pembelajaran IPA sebelum diberi tindakan, peran guru terlalu mendominasi dalam proses pembelajaran meskipun guru sudah mengenal metode lain selain ceramah yaitu metode guided discovery. Penggunaan metode guided discovery yang kurang maksimal menyebabkan proses pembelajaran masih bersifat Dengan masih mendominasinya metode komunikasi satu arah. ceramah selama kegiatan pembelajaran, siswa hanya sebagai penerima informasi dan hanya bergantung pada bahan yang diberikan oleh guru tanpa memperoleh pengalaman langsung. Menurut Conny R. Semiawan (2008: 104), mengemukakan bahwa sains tidak bisa diajarkan semata dengan ceramah. Selaras dengan pendapat Sapriati (2009: 3.10), penggunaan metode ceramah tidak dianjurkan dalam pembelajaran IPA karena dalam belajar IPA siswa dituntut lebih aktif dan mempelajari tangan pertama (first hand information). Hasil observasi pada pra siklus juga menunjukkan bahwa keterampilan komunikasi IPA menggunakan metode guided discovery siswa masih kurang. Sedangkan aktivitas guru menggunakan metode guided discovery terdapat pada kategori cukup. ini menunjukkan bahwa siswa belum 103 banyak melakukan keterampilan komunikasi IPA. Maka dari itu, diperlukan penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan komunikasi IPA siswa. Hal ini juga didukung oleh pendapat Dalyono (2009: 49) yang menyatakan bahwa belajar merupakan suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sebagainya. Tindakan yang dilakukan memaksimalkan penerapan metode peneliti pada guided discovery siklus I adalah dalam kegiatan pembelajaran IPA. Metode guided discovery bertujuan untuk melibatkan siswa secara aktif dalam proses mencari pemecahan masalah dengan cara kritis, analaisis dan ilmiah untuk menuju suatu kesimpulan dengan arahan guru. Pada pelaksanaan siklus I terjadi peningkatan presentase keterampilan komunikasi IPA dari (59,91%) pra siklus meningkat menjadi (70,44%) pada siklus I. Pada siklus I, peneliti menemukan beberapa temuan. Temuan pertama Pada saat memberikan tanggapan dan penguatan, guru hanya menjelaskan secara lisan dan siswa hanya menerima penjelasan. Guru tidak menuliskan catatan di papan tulis, sehingga akan membuat siswa mudah lupa apa yang disampaikan oleh guru. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Confucius (Melvin L. Silberman, 2007:1) yang menyatakan bahwa what I hear, I forget (apa yang saya dengar, saya lupa), sehingga jika siswa hanya pasif menerima penjelasan dari guru, siswa akan mudah lupa mengenai apa yang telah disampaikan. 104 Temuan kedua, banyak siswa kurang terlibat aktif dalam kegiatan mengungkapkan pendapat, menganalisis maupun memecahkan masalah terkait dengan materi. Siswa yang kurang terlibat aktif dalam kegiatan ini biasanya malu dan takut salah untuk mengungkapkan pendapatnya. Dalam pelaksanaan metode pembelajaran guided discovery menuntut siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran, karena guided discovery merupakan metode pembelajaran yang mengajarkan siswa untuk menumkan penemuan dengan arahan dari guru. Maka dari itu guru berperan sebagai pemberi motivasi guna meningkatkan semangat dan pengembangan kegiatan belajar siswa agar siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Sardiman (2011: 145) mengemukakan bahwa guru harus merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan aktivitas dan kreativitas, sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar mengajar. Temuan ketiga, adalah guru kurang memaksimalkan pemberian reward untuk memotivasi siswa agar terlibat aktif dalam proses pembelajaran IPA. Dalam kegiatan pembelajaran guru bertugas untuk memotivasi siswa agar terlibat aktif dikelas, salah satunya dengan pemberian reward. Kurang memaksimalnya pemberian reward, sehingga kurang termotivasi serta merasa senang untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Hal tersebut tidak sesuai dengan pendapat Amir Daien Indrakusuma (1973: 147)menyatakan penghargaan merupakan hadiah terhadap hasil-hasil yang baik dari anak dalam proses pendidikan. Penghargaan merupakan hal yang menggembirakan bagi anak, dan dapat menjadi pendorong bagi belajarnya. Hal ini juga didukung oleh 105 pendapat Ngalim Purwanto (2006: 182) yang menjelaskan penghargaan adalah alat untuk mendidik anak-anak supaya anak dapat merasa senang karena perbuatan atau pekerjaannya mendapat penghargaan. Pada siklus II, terjadi peningkatan presentase keterampilan komunikasi IPA siswa dari (85,93%) siklus I meningkat menjadi (94,10%) pada siklus II. Peningkatan tersebut telah memenuhi keberhasilan tindakan. Peningkatan terjadi karena sudah adanya perbaikan pada proes pembelajaran IPA pada siklus I di siklus II. Perbaikan pertama, pada saat memberikan tanggapan, guru memberikan catatan penting terkait materi di papan tulis dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami siswa. Hal tersebut akan membuat siswa lebih mudah memahami materi yang dipelajari. Hal tersebut sesuai dengan pendapat James W. Brown (Sardiman, 2011: 144) mengemukakan bahwa tugas dan peranan guru antara lain: menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencana dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol, dan mengevaluasi kegiatan siswa. Hal tersebut juga sesuai dengan pendapat Moh Uzer Usman (2001: 9) sebagai pengajar guru harus membantu perkembangan anak didik untuk dapat menerima, memahami, serta menguasai ilmu pengetahuan. Untuk itu guru hendaknya mampu memotivasi dan membantu siswa untuk lebih mudah memahami materi yang dipelajari. Kedua, guru memberikan dorongan motivasi dan semangat agar siswa berani dan mempunyai kemauan untuk mengungkapkan pendapat, menganalisis maupun memecahkan masalah terkait dengan materi. Pemberian 106 dorongan oleh guru tersebut sesuai dengan pendapat Sugihartono, dkk (2007: 85) yang menyatakan bahwa peran guru dalam pembelajaran salah satunya adalah sebagai motivator. Peran guru sebagai motivator hendaknya dapat mendorong siswa agar bersemangat dan aktif dalam pembelajaran. Sardiman (2011: 86) mengemukakan dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Maka dari itu semakin banyak guru memberikan motivasi ataupun semangat maka siswa akan mempunyai kemauan untuk terlibat aktif dan juga akan berdampak pada prestasi belajar siswa. Ketiga adalah guru memaksimalkan pemberian reward atau penghargaan kepada siswa agar termotivasi untuk terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dengan pemberian reward kepada siswa, akan menjadi motivasi bagi siswa untuk aktif selama proses pembelajaran. M. Ngalim Purwanto (2006: 182) menjelaskan bahwa reward diberikan agar anak menjadi lebih giat lagi usahanya untuk memperbaiki atau mempertinggi kedisiplinannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Syaiful Bahri Djamarah (2005: 193) mengemukakan bahwa ganjaran (reward) dimaksudkan sebagai suatu cara untuk menyenangkan dan menggairahkan belajar anak didik baik di sekolah maupun di rumah. Dalam penelitian ini, siswa dinyatakan berhasil apabila siswa telah mencapai kategori minimal yang di tetapkan yaitu pada kategori baik.. Pada kondisi awal, siswa yang belum mendapatkan kategori baik sebanyak 27 siswa 107 (96,42%). Pada siklus I, siswa yang sudah mencapai nilai kategori baiktidak ada. Sebanyak 27 siswa (96,42%) yang mencapai kategori cukup. Pada siklus II, siswa yang sudah mencapai kategori baik sebanyak 2 siswa (7,14%). Dan sebanyak 25 siswa (89,28%) yang mencapai kategori sangat baik. Berdasarkan uraian pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode guided discovery dapat meningkatkan keterampilan komunikasi IPA. Dengan memberikan kesempatan untuk untuk bertukar gagasan melalui kegiatan diskusi saat melakukan percobaan dapat meningkatkan keterampilan komunikasi IPA siswa. Menurut Arends (Trianto, 2011: 117) pembelajaran diskusi mempunyai arti suatu situasi dimana guru dengan siswa atau siswa dengan siswa yang lain saling bertukar pendapat secara lisan, saling berbagi gagasan dan pendapat. Penerapan metode guided discovery yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses mencari pemecahan masalah dengan cara kritis, analisis, dan ilmiah untuk menuju kesimpulan dengan arahan dari guru melalui kegiatan praktikum atau penemuan. Peran guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran turut mendorong siswa untuk aktif. Hal ini sesuai dengan pendapat (Sardiman, 2011: 146) bahwa guru berperan sebagai fasilitator akan memberikan fasilitas dan kemudahan dalam proses belajar mengajar untuk menciptakan suasana kegiatan belajar yang sedemikian rupa, serasi dengan perkembangan siswa, sehingga interaksi belajar mengajar akan berlangsung secara aktif. 108 C. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan penelitian iniadalah sebagai berikut. 1. Ada siswa yang tidak masuk pada setiap pertemuan dikarenakan sedang sakit. Hal ini mengakibatkan data yang terkumpul mengenai penggunaan metode guided discovery dapat meningkatkan keterampilan komunikasi IPA kurang optimal. 2. Alokasi waktu untuk penelitian terbatas karena harus mengikuti alokasi waktu yang diberikan oleh sekolah. 3. Penerapan metode guided discovery hanya terbatas pada dua materi pokok yang diajarkan di kelas III karena keterabatasan waktu dan dana. 109 BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan dilaksanakan, maka kegiatan penelitian dapat dismipulkan tindakan bahwa kelas terdapat yang telah peningkatan keterampilan komunikasi IPA dengan menggunakan metode guided discovery siswa kelas III SDN Kejambon 1, Sleman. Peningkatan keterampilan komunikasi IPA siswa ditunjukkan dengan presentase keterampilan komunikasi IPA siswa yang pada kondisi awal sebesar 59,91%yang berada pada kategori kurang. Pada siklus I meningkat menjadi 70,44% yang berada pada ketegori cukup namun belum mencapai kategori minimum yaitu pada kategori baik maka dilanjutkan ke siklus II. Pada siklus II, melalui perbaikan dalam penerapan metode guided discovery yang dilakukan pada pemberian penguatan dan pemberian rewardyang membuahkan hasil meningkat menjadi 90,17%. Dengan demikian pada siklus II berada pada kategori sangat baik dan indikator keberhasilan tindakan sudah tercapai. B. Saran 1. Bagi Guru Guru dapat menggunakan metode guided discovery sebagai bahan pembaharuan terhadap pembelajaran IPA khususnya dalam keterampilan mengkomunikasikan. Dengan metode guided discovery, keterampilan komunikasi IPA siswa dapat dikembangkan dengan baik. Dengan adanya berbagai keterbatasan, maka apa yang dihasilkan dalam penelitian ini bukanlah hasil akhir. Adanya keterbatasan dan kekurangan pada penelitian 110 ini dapat dijadikan dasar untuk diadakan penelitian yang lebih lanjut, dengan harapan untuk mengetahui apakah pembelajaran dengan menggunakan metode guided discovery dapat diterapkan dan memberikan hasil yang lebih baik pada mata pelajaran IPA. 2. Bagi Siswa Untuk menunjang keterampilan komunikasi IPA siswa, sebaiknya siswa lebih banyak berlatih berani berbicara, bertanya, mengungkapkan pendapat, sanggahannya, dan membiasakan diri untuk menulis. Dengan membiasakan hal tersbut, siswa akan memperoleh. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Metode guided discovery yang digunakan di dalam penelitian ini hanya sebatas pada melatih siswa untuk mengkomunikasikan secara liasan maupun tulisan apa yang mereka ketahui. Oleh karena itu, bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan menggunakan metode guided discoveryuntuk mengungkapkan ide atau gagasan yang dimiliki oleh siswa setelah mendapat bimbingan dari guru. 111 DAFTAR PUSTAKA Abizar. (1988). Komunikasi Organisasi. Jakarta: Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi P2LPTK. Anas Sudijono. (2010). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press. Ann C. Howe. (1993). Engaging Children in Science. New York: Macmillan Publishing Company. Anwar Arifin. (2008). Ilmu Komunikasi. Bandung: Rajawali Pres. Dahar, R.W. (1988). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Drs. Daryanto. (2011). Penelitian Tindakan Kelas dan PenelitianTindakan Sekolah.Yogyakarta:Gava Media. Eka Gunawan. (2010). Metode Discovery. Diambil dari http://nilaeka.blogspot.com./2010/01/metode-discovery.html akses 15 maret 2015 10.11. Eka Gunawan. (2010). Metode Discovery dalam Pembelajaran Fisika.Diambil dari http://fisika-dan-pembelajaran.blogspot.com./2010/01/metodediscovery.html akses 10 april 2015 16. 45. Eldi Prayitno. (1992). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Depdiknas. Fitria Yuliawati, Jamil Suprihatiningrum, dkk. (2012). Penelitian Tindakan Kelas untuk Tenaga Pendidik Profesional. Yogyakarta: Pedagogia. Gus Asta Iswara. (2014). Komunikasi. Diambil dari http://gusasta.blogspot.com/2014/03/komunikasi.html akses 26 mei 2015 21.00. Hafied Cangara. (2007). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Hamdani. (2011). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV. Pustaka Setia. Hendro Darmodjo & Jenny R.E. Kaligis. (1991). Pendidikan IPA 2. Jakarta: Depdiknas. Hendro Darmodjo & Jenny R.E. Kaligis. (1993). Pendidikan IPA 2. Jakarta: Depdiknas. 112 Inderawati. (1999). Model-model Pembelajaran IPA. Bandung: Depdikbud. Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah. P3G IPA Bandung. Jamil Suparihatiningrum. (2013). Strategi Pembelajaran Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA. Kasihani Kasbolah. (1999). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Depdikbud. Kunandar. (2012). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Maslichah Asy’ari.(2006). Penerapan Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat dalam pembelajaran sains di sekolah dasar. Yogyakarta: USD. Maslichah Asy’ari. (2006). Model Pembelajaran Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dalam Pembelajaran Sains di SD. Yogyakarta: Sanata Darma. Muhibbin Syah. (2006). Psikologi Belajar. Bandung. Rajawali Press. Mulyani Sumantri dan Johar Permana. (1999). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud. Nana Sudjana.(2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nana Sudjana.(2010). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung :PT Remaja Rosdakarya. Nasution, Noehi, dkk. (2007). Pendidikan IPA di SD. Universitas Terbuka. Jakarta. Ngalim Purwanto. (2010). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Oemar Hamalik. (2001). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Oemar Hamalik. (2005). PerencanaanPengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: PT Bumi Aksara. Patta Bundu. (2006). Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Sains SD. Jakarta: Depdikbud. Poniran. (2000). Keterampilan berkomunikasi siswa SMU N 10 Jambi (skripsi). Padang: UNP. Ridwan Abdulah Sani. (2013). Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. 113 Rostiyah. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Rustaman, N. et al. (2003). Strategi Belajar Mengajar. Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Bandung. Rustaman, N. et al. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: Universitas Negeri Malang. Sri Sulistyorini. (2007). Model Pembelajaran IPA Sekolah Dasar dan Penerapannya dalam KTSP. Yogyakarta: Tiara Wacana. Suharsimi Arikunto. (2002). Prosedur Penlitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi V. Jakarta: Rineka Cipta. Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penlitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Suharsimi Arikunto,dkk. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Supraktiknya. (1995). Komunikasi antar pribadi. Yogyakarta: Kanisius. Suryosubroto. (2002). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: RinekaCipta. Suryosubroto. (2009).Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Suwangsih dan Tiurlina. (2006). Model Pembelajaran Matematika SD. Bandung: UPI Press. Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Prenada Media. Usman Samatowa. (2006). Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Usman Samatowa. (2011). Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Indeks. Wina Sanjaya. (2006). Strategi Pembelajaran BerorientasiStandar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Pernada Media. Wina Sanjaya. (2010). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 114 Zainal Aqib. (2014). Model-model Media dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Bandung: Yrama Widya. 115 LAMPIRAN 116 LAMPIRAN PEDOMAN OBSERVASI SISWA DAN GURU 117 Contoh Pedoman Observasi Keterampilan Komunikasi IPA Siswa Nama Siswa : No. Absen No. 1. 2. 3. 4. : Indikator Komunikasi IPA Skor 1 2 3 4 Mengidentifikasi objek dan peristiwa dengan akurat a. Siswa dapat mengidentifikasi bendabenda berdasarkan jenisnya (padat, cair, dan gas). b. Siswa mengidentifikasi sifat-sifat benda padat berdasarkan hasil penemuan dalam percobaan. c. Siswa mengidentifikasi sifat-sifat benda cair berdasarkan hasil penemuan dalam percobaan. d. Siswa mengidentifikasi sifat-sifat benda gas berdasarkanhasil penemuan dalam percobaan. Mendeskripsikan objek dan peristiwa dengan akurat a. Siswa mendeskripsikan sifat benda padat berdasarkan hasil penemuan dalam percobaan. b. Siswa mendeskripsikan sifat benda cair berdasarkan hasil percobaan. c. Siswa mendeskripsikan sifat benda gas berdasarkan hasil percobaan. d. Siswa mengemukakan pendapatnya tentang hasil identifikasi dalam diskusi. Membantu mendeskripsikan sehingga yang lain dapat mengidentifikasi objek yang telah diketahui. a. Siswa membantu teman kelompoknya yang kesulitan dalam mengidentifikasi sifat benda padat. b. Siswa membantu teman kelompoknya yang kesulitan dalam mengidentifikasi sifat benda cair. c. Siswa membantu teman kelompoknya yang kesulitan dalam mengidentifikasi sifat benda gas. Menyusun alasan yang logis untuk menjelaskan dan memberi kesimpulan. a. Siswa menyimpulkan hasil kegiatan penemuan dalam percobaantentang benda padat. 118 5. 6. b. Siswa menyimpulkan hasil kegiatan penemuan dalam percobaantentang benda cair. c. Siswa menyimpulkan hasil kegiatan penemuan dalam percobaantentang benda gas. Membagikan informasi secara akurat kepada yang lain dengan lisan maupun tulisan. a. Siswa mengemukakan pendapatnya tentang sifat benda padat dalam diskusi. b. Siswa mengemukakan pendapatnya tentang sifat benda cair dalam dsikusi. c. Siswa mengemukakan pendapatnya tentang sifat benda gas dalam diskusi. d. Siswa berkerjasama dengan anggota kelompok dalam mengerjakan LKS. e. Siswa mempersentasikan hasil diskusi. Pemikiran Verbalisasi a. Siswa dapat mengemukakan hasil pemikiran atas pertanyaan yang diberikan oleh guru Sleman,……….. Observer Observer II Alfiani Utami Vini Viodita NIM 11108244099 NIM11209244030 119 Observer III Yuniar Ajeng .P NIM 1330814108 Rubrik Penilaian Keterampilan Komunikasi IPA Siswa No Aspek Pengamatan 1. Mengidentifikasi objek peristiwa dengan akurat Indikator Aktivitas yang diamati dan a. Siswa dapat mengidentifikasi bendabenda berdasarkan jenisnya (padat, cair, dan gas). Skor Deskripsi 4 Siswa dapat mengidentifikasi 3 benda berdasarkan jenisnya dengan benar. Siswa hanya dapat mengidentifikasi 2 benda berdasarkan jenisnya dengan benar. Siswa hanya dapat mengidentifikasi 1 benda berdasarkan jenisnya dengan benar. Siswa tidak dapat mengidentifikasikan benda berdasarkan jenisnya dengan benar. Siswa dapat mengidentifikasi 3 sifat benda padat dengan benar. Siswa hanya dapat mengidentifikasi 2 sifat benda padat dengan benar. Siswa hanya dapat mengidentifikasi 1 sifat benda padat dengan benar Siswa tidak dapat mengidentifikasi sifat benda padat dengan benar . siswa dapat mengidentifikasi 3 sifat benda cair dengan benar. Siswa hanya dapat mengientifikasi 2 sifat benda cair dengan benar. Siswa hanya dapat mengidentifikasi 1 sifat benda cair dengan benar. Siswa tidapat mengidentifikasi siat benda cair dengan benar. 3 2 1 b. Siswa mengidentifikasi sifat-sifat benda padat berdasarkan hasil penemuan dalam percobaan. 4 3 2 1 c. Siswa mengidentifikasi sifat-sifat benda cair berdasarkan hasil penemuan dalam percobaan. 4 3 2 1 120 d. Siswa mengidentifikasi sifat-sifat benda gas berdasarkan hasil penemuan dalam percobaan. 4 3 2 1 2. Mendeskripsikan objek peristiwa dengan akurat dan a. Siswa mendeskripsikan sifat benda padat berdasarkan hasil penemuan dalam percobaan. 4 3 2 1 b. Siswa mendeskripsikan sifat benda cair berdasarkan hasil penemuan dalam percobaan. 4 3 2 1 c. Siswa mendeskripsikan sifat benda gas berdasarkan hasil percobaan. 121 4 3 Siswa dapat mengidentifikasi 3 sifat benda gas dengan benar. Siswa hanya dapat mengidentifikasi 2 sifat benda gas dengan benar. Siswa hanya dapat mengidentifikasi 1 sifat benda gas dengan benar. Siswa tidak dapat mengidentifikasi sifat benda gasdengan benar. Siswa dapat mendekripsikan 3 sifat benda padat secara lisan atau tertulis dengan tepat. Siswa hanya dapat mendeskripsikan 2 sifat benda padat secara lisan atau tertulis dengan tepat. Siswa hanya dapat mendeskripsikan 1 sifat benda padat secara lisan atau tertulis dengan tepat. Siswa tidak dapat mendeskripsikan sifat benda padat dengan tepat. Siswa dapat mendeskripsikan 3 sifat benda cair secara lisan atau tetrtulis dengan tepat. Siswa hanya dapat mendeskripsikan 2 sifat benda cair secara lisan atau tertulis dengan tepat. Siswa hanya dapat mendeskripsikan 1 sifat benda cair secara lisan atau tertulis dengan tepat. Siswa tidak dapat mendeskripsikan sifat benda cair secaralisan atau tertulis dengan tepat. Siswa dapat mendeskripsikan 3 sifat benda gas secara lisan atau tertulis dengan tepat. Siswa hanya dapat mendeskripsikan 2 sifat benda gas secara 2 1 d. Siswa mengemukakan pendapatnya tentang hasil identifikasi dalam diskusi. 4 3 2 1 3. Membantumendeskripsikan a. Siswa membantu teman sehingga yang lain dapat kelompoknya yang mengidentifikasi objek yang kesulitan dalam telah diketahui. mengidentifikasi sifat benda padat. 4 3 2 1 b. Siswa membantu teman kelompoknya yang 122 4 lisan atau tertulis dengan tepat. Siswa hanya dapat mendeskripsikan 1 sifat benda gas secara lisan atau tertulis dengan tepat. Siswa tidak dapat mendeskripsikan sifat benda gas dengan tepat. Siswa dapat mengemukakan pendapatnya tentang hasil identifiksi sesuai dengan permasalahan yang sedang dibahas dengan percaya diri. Siswa dapat mengemukakan pendapatnya tentang hasil identifikasi sesuai dengan permasalahan yang sedang dibahas dengan kurang percaya diri. Siswa dalam mengemukakan pendapatnya tentang hasil identifikasi kurang sesuai dengan permasalahan yang sedang dibahas dan kurang percaya diri. Siswa tidak dapat mengemukakan pendapatnya tentang hasil identifikasi dalam diskusi. Siswa membantu mendeskripsikan 3 sifat benda padat kepada teman kelompoknya yang mengalami kesulitan. Siswa membantu mendeskripsikan 2 sifat benda padat kepada teman kelompoknya yang mengalami kesulitan. Siswa membantu mendeskripsikan 1 sifat benda padat kepada teman kelompoknya yang mengalami kesulitan. Siswa tidak membantu mendeskripkan sifat benda padat kepada teman kelompoknya yang mengalami kesulitan. Siswa membantu mendeskripsikan 3 sifat benda cair kepada teman kelompoknya yang mengalami kesulitan. kesulitan dalam mengidentifikasi sifat benda cair. 3 2 1 c. Siswa membantu teman kelompoknya yang kesulitan dalam mengidentifikasi sifat benda gas. 4 3 2 1 4. Menyusun alasan yang logis a. Siswa menyimpulkan hasil untuk menjelaskan dan memberi kegiatan penemuan kesimpulan. dalampercobaantentang sifat benda padat. 4 3 2 1 b. Siswa menyimpulkan hasil kegiatan penemuan 123 4 Siswa membantu mendeskripsikan 2 sifat benda cair kepada teman kelompoknya yang mengalami kesulitan. Siswa membantu mendeskripsikan 1 sifat benda cair kepada teman kelompoknya yang mengalami kesulitan. Siswa tidak membantu mendeskripsikan sifat benda cair kepada teman kelompoknya yang mengalami kesulitan. Siswa membantu mendeskripsikan 3 sifat benda gas kepada teman kelompoknya yang mengalami kesulitan. Siswa membantu mendeskripsikan 2 sifat benda gas kepada teman kelompoknya yang mengalami kesulitan. Siswa membantu mendeskripsikan 1 sifat benda gas kepada teman kelomponya yang mengalami kesulitan. Siswa tidak membantu mendeskripsikan sifat benda gas kepada teman kelompoknya sifat mengalami kesulitan. Siswa dapat menyimpulkan hasil penemuan dalam percobaan tentang sifat benda padat dengan bahasa yang jelas dan mudah dipahami. Siswa dapat menyimpulkan hasil penemuan dalam percobaan tentang sifat benda padat dengan bahasa yang jelas namun kurang dipahami. Siswa dapat menyimpulkan hasil penemuan dalam percobaan tentang sifat benda padat namun dengan bahasa yang kurang jelas dan kurang dipahami. Siswa tidak dapat menyimpulkan hasil penemuan dalam percobaan tentang sifat benda padat. Siswa dapat menyimpulkan hasil penemuan dalam percobaan tentang sifat benda cair dengan bahasa yang jelas dalampercobaantentang sifat benda cair. 3 2 1 c. Siswa menyimpulkan hasil kegiatan penemuan dalam percobaantentang sifat benda gas. 4 3 2 1 5. Membagikan informasi secara a. Siswa mengemukakan akurat kepada yang lain dengan pendapatnya tentang sifat lisan maupun tulisan. benda padat dalam diskusi. 4 3 124 dan mudah dipahami. Siswa dapat menyimpulkan hasil penemuan dalam percobaan tentang sifat benda cair dengan bahasa yang jelas namun kurang dipahami. Siswa dapat menyimpulkan hasil penemuan dalam percobaan tentang sifat benda cair namun dengan bahasa yang kurang jelas dan kurang dipahami. Siswa tidak dapat menyimpulkan hasil penemuan dalam percobaan tentang sifat benda cair. Siswa dapat menyimpulkan hasil penemuan dalam percobaan tentang sifat benda cair dengan bahasa yang jelas dan mudah dipahami. Siswa dapat menyimpulkan hasil penemuan dalam percobaan tentang sifat benda cair dengan bahasa yang jelas namun kurang dipahami. Siswa dapat menyimpulkan hasil penemuan dalam percobaan tentang sifat benda cair namun dengan bahasa yang kurang jelas dan kurang dipahami. Siswa tidak dapat menyimpulkan hasil penemuan dalam percobaan tentang sifat benda cair. Siswa mengemukakan pendapatnya sesuai dengan permasalah yang sedang dibahas dengan bahasa yang mudah dipahami. Siswa mengemukakan pendapatnya sesuai dengan permasalahan yang sedang dibahas dengan bahasa yang kurang dipahami. 2 1 b. Siswa mengemukakan pendapatnya tentang sifat benda cair dalam dsikusi. 4 3 2 1 c. Siswa mengemukakan penapatnya tentang sifat benda gas dalam diskusi. 4 3 2 1 125 Siswa mengemukakan pendapatnya kurang sesuai dengan permasalahan yang sedang dibahas dengan bahasa yang kurang dipahami. Siswa tidak mengemukakan pendapatnya tentang permasalahan yang sedang dibahas. Siswa mengemukakan pendapatnya sesuai dengan permasalah yang sedang dibahas dengan bahasa yang mudah dipahami. Siswa mengemukakan pendapatnya sesuai dengan permasalahan yang sedang dibahas dengan bahasa yang kurang dipahami. Siswa mengemukakan pendapatnya kurang sesuai dengan permasalahan yang sedang dibahas dengan bahasa yang kurang dipahami. Siswa tidak mengemukakan pendapatnya tentang permasalahan yang sedang dibahas. Siswa mengemukakan pendapatnya sesuai dengan permasalah yang sedang dibahas dengan bahasa yang mudah dipahami. Siswa mengemukakan pendapatnya sesuai dengan permasalahan yang sedang dibahas dengan bahasa yang kurang dipahami. Siswa mengemukakan pendapatnya kurang sesuai dengan permasalahan yang sedang dibahas dengan bahasa yang kurang dipahami. Siswa tidak mengemukakan pendapatnya tentang permasalahan yang sedang dibahas. d. Siswa mencatat hasil identifikasi tentang sifat benda (padat, cair dan gas) 4 3 2 e. Siswa mempersentasikan hasil diskusi. 1 4 3 2 1 6. Pemikiran Verbalisasi a. Siswa dapat mengemukakan hasil pemikiran atas pertanyaan yang diberikan oleh guru 4 3 2 1 126 Siswa dapat mencatat 3 hasil identifikasi tentang sifat benda (padat, cair, dan gas). Siswa hanya dapat mecatat 2 hasil identifikasi tentang sifat benda. Siswa hanya dapat mencatat 1 hasil identifikasi tentang sifat benda. Siswa tidak mencatat hasil identifikasi tentang sifat benda. Siswa mempersentasikan hasil diskusinya dengan bahasa yang mudah dipahami dan suara yang tegas. Siswa mempersentasikan hasil dikusinya dengan bahasa kuarang dapat dipahami. Siswa mempersentasikan hasil diskusinya dengan bahasa kurang dapat dipahami dan suara yang kurang tegas. Siswa mempersentasikan hasil diskusinya dengan kurang percaya diri dan dibimbing secara penuholeh guru Siswa dapat mengemukakan hasil pemikirannya dengan tepat tanpa bantuan dari guru. Siswa dapat mengemukakan hasil pemikirannya dengan tepat dengan seedikit bantuan dari guru Siswa dapat mengemukakan hasil pemikiranya dengan tepat dengan bantuan guru dan teman sekelompoknya Siswa tidak dapat mengemukakan hasil pemikirannya dengan tepat. Pedoman Observasi Aktivitas Guru dalam Menerapkan Metode Guided Discovery Mata Pelajaran : Kelas/ Semester : Hari/ Tanggal : Siklus/ Pertemuan : A. Berikan penilaian dengan memberi tanda centang (v) sesuai dengan pengamatan! No. Aspek yang dinilai 1 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Guru melakukan apersepsi. Guru memberikan pertanyaan yang memancing pengetahuan siswa. Guru menunjukkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk kegiatan penemuan. Guru memastikan alat dan bahan yang akan digunakan siswa lengkap dan benar. Guru berkeliling memonitor kegiatan penemuan. Guru memastikan semua siswa membuat laporan dari kegiatan penemuan yang mereka lakukan. Guru memastikan siswa berdiskusi dalam menyusun laporan. Guru mengajukan pertanyaan untuk memastikan konsep yang ditemukan siswa sudah benar. Guru menstimulasi siswa agar menanggapi presentasi kelompok lain. Guru memberi kesempatan yang luas pada siswa untuk mengemukakan gagasan secara leluasa. Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi kelompoknya/kelompok lain. Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan pelajaran. Jumlah Skor Keterangan Skor: 1 = Sangat Kurang 2 = Kurang 3 = Cukup 4 = Baik 127 Kriteria Skor 2 3 4 Sleman,……………. Observer, Alfiani Utami NIM 11108244099 128 LAMPIRAN HASIL OBSERVASI SISWA 129 130 131 132 133 134 LAMPIRAN HASIL OBSERVASI GURU 135 Pedoman Observasi Aktivitas Guru dalam Menerapkan Metode Guided Discovery Pra Siklus Mata Pelajaran Kelas/ Semester Hari/ Tanggal Siklus/ Pertemuan : IPA : III/ 1 : Rabu, 28 Oktober 2015 : I/I A. Berikan penilaian dengan memberi tanda centang (v) sesuai dengan pengamatan! No. Aspek yang dinilai 1 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Guru melakukan apersepsi. Guru memberikan pertanyaan yang memancing pengetahuan siswa. Guru menunjukkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk kegiatan penemuan. Guru memastikan alat dan bahan yang akan digunakan siswa lengkap dan benar. Guru berkeliling memonitor kegiatan penemuan. Guru memastikan semua siswa membuat laporan dari kegiatan penemuan yang mereka lakukan. Guru memastikan siswa berdiskusi dalam menyusun laporan. Guru mengajukan pertanyaan untuk memastikan konsep yang ditemukan siswa sudah benar. Guru menstimulasi siswa agar menanggapi presentasi kelompok lain. Guru memberi kesempatan yang luas pada siswa untuk mengemukakan gagasan secara leluasa. Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi kelompoknya/kelompok lain. Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan pelajaran. Jumlah Skor Keterangan Skor: 1 = Sangat Kurang 2 = Kurang 3 = Cukup 4 = Baik 136 Kriteria Skor 2 3 4 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 29 Klasifikasi Skor: = 60,41% (cukup) Pedoman Observasi Aktivitas Guru dalam Menerapkan Metode Guided Discovery Siklus I Pertemuan I Mata Pelajaran Kelas/ Semester Hari/ Tanggal Siklus/ Pertemuan : IPA : III/ 1 : Selasa, 3 November 2015 : I/I A. Berikan penilaian dengan memberi tanda centang (v) sesuai dengan pengamatan! No. Aspek yang dinilai 1. 2. Kriteria Skor 1 2 3 4 √ √ Guru melakukan apersepsi. Guru memberikan pertanyaan yang memancing pengetahuan siswa. 3. Guru menunjukkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk kegiatan penemuan. 4. Guru memastikan alat dan bahan yang akan digunakan siswa lengkap dan benar. 5. Guru berkeliling memonitor kegiatan penemuan. 6. Guru memastikan semua siswa membuat laporan dari kegiatan penemuan yang mereka lakukan. 7. Guru memastikan siswa berdiskusi dalam menyusun laporan. 8. Guru mengajukan pertanyaan untuk memastikan konsep yang ditemukan siswa sudah benar. 9. Guru menstimulasi siswa agar menanggapi presentasi kelompok lain. 10. Guru memberi kesempatan yang luas pada siswa untuk mengemukakan gagasan secara leluasa. 11. Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi kelompoknya/kelompok lain. 12. Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan pelajaran. 32 Jumlah Skor Keterangan Skor: 1 = Sangat Kurang 2 = Kurang 3 = Cukup 4 = Baik Klasifikasi Skor: = 66,66% (cukup) 137 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Pedoman Observasi Aktivitas Guru dalam Menerapkan Metode Guided Discovery Siklus I Pertemuan II Mata Pelajaran Kelas/ Semester Hari/ Tanggal Siklus/ Pertemuan : IPA : III/ 1 : 4 November 2015 : I/II A. Berikan penilaian dengan memberi tanda centang (v) sesuai dengan pengamatan! No. Aspek yang dinilai 1 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Guru melakukan apersepsi. Guru memberikan pertanyaan yang memancing pengetahuan siswa. Guru menunjukkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk kegiatan penemuan. Guru memastikan alat dan bahan yang akan digunakan siswa lengkap dan benar. Guru berkeliling memonitor kegiatan penemuan. Guru memastikan semua siswa membuat laporan dari kegiatan penemuan yang mereka lakukan. Guru memastikan siswa berdiskusi dalam menyusun laporan. Guru mengajukan pertanyaan untuk memastikan konsep yang ditemukan siswa sudah benar. Guru menstimulasi siswa agar menanggapi presentasi kelompok lain. Guru memberi kesempatan yang luas pada siswa untuk mengemukakan gagasan secara leluasa. Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi kelompoknya/kelompok lain. Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan pelajaran. Jumlah Skor Keterangan Skor: 1 = Sangat Kurang 2 = Kurang 3 = Cukup 4 = Baik Klasifikasi Skor: = 75% (cukup) 138 Kriteria Skor 2 3 4 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 36 Pedoman Observasi Aktivitas Guru dalam Menerapkan Metode Guided Discovery Mata Pelajaran Kelas/ Semester Hari/ Tanggal Siklus/ Pertemuan : IPA : III/ 1 : Rabu, 11 November 2015 : II/I A. Berikan penilaian dengan memberi tanda centang (v) sesuai dengan pengamatan! No. Aspek yang dinilai 1 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Guru melakukan apersepsi. Guru memberikan pertanyaan yang memancing pengetahuan siswa. Guru menunjukkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk kegiatan penemuan. Guru memastikan alat dan bahan yang akan digunakan siswa lengkap dan benar. Guru berkeliling memonitor kegiatan penemuan. Guru memastikan semua siswa membuat laporan dari kegiatan penemuan yang mereka lakukan. Guru memastikan siswa berdiskusi dalam menyusun laporan. Guru mengajukan pertanyaan untuk memastikan konsep yang ditemukan siswa sudah benar. Guru menstimulasi siswa agar menanggapi presentasi kelompok lain. Guru memberi kesempatan yang luas pada siswa untuk mengemukakan gagasan secara leluasa. Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi kelompoknya/kelompok lain. Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan pelajaran. Jumlah Skor Keterangan Skor: 1 = Sangat Kurang 2 = Kurang 3 = Cukup 4 = Baik Klasifikasi Skor: = 85,41% (Baik) 139 Kriteria Skor 2 3 4 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 41 Pedoman Observasi Aktivitas Guru dalam Menerapkan Metode Guided Discovery Mata Pelajaran Kelas/ Semester Hari/ Tanggal Siklus/ Pertemuan : IPA : III/ 1 : Selasa, 17 November 2015 : II/II A. Berikan penilaian dengan memberi tanda centang (v) sesuai dengan pengamatan! No. Aspek yang dinilai 1 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Guru melakukan apersepsi. Guru memberikan pertanyaan yang memancing pengetahuan siswa. Guru menunjukkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk kegiatan penemuan. Guru memastikan alat dan bahan yang akan digunakan siswa lengkap dan benar. Guru berkeliling memonitor kegiatan penemuan. Guru memastikan semua siswa membuat laporan dari kegiatan penemuan yang mereka lakukan. Guru memastikan siswa berdiskusi dalam menyusun laporan. Guru mengajukan pertanyaan untuk memastikan konsep yang ditemukan siswa sudah benar. Guru menstimulasi siswa agar menanggapi presentasi kelompok lain. Guru memberi kesempatan yang luas pada siswa untuk mengemukakan gagasan secara leluasa. Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi kelompoknya/kelompok lain. Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan pelajaran. Jumlah Skor Keterangan Skor: 1 = Sangat Kurang 2 = Kurang 3 = Cukup 4 = Baik Klasifikasi Skor: = 95,83% (Sangat Baik) 140 Kriteria Skor 2 3 4 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 41 LAMPIRAN DATA KETERAMPILAN KOMUNIKASI IPA SISWA 141 Pengamatan Keterampilan Komunikasi IPA Siswa Pra Tindakan No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. Subjek S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 S16 S17 S18 S19 S20 S21 S22 S23 S24 S25 S26 S27 S28 Jumlah Rata-rata Jumlah Skor 55 49 40 52 50 48 50 60 40 50 51 60 53 49 48 47 50 48 49 49 48 47 47 49 48 50 55 1342 59,91 Keterangan : ( ) 142 Keterangan Kurang Sangat Kurang Sangat Kurang Sangat Kurang Sangat Kurang Sangat Kurang Sangat Kurang Cukup Sangat Kurang Sangat Kurang Sangat Kurang Cukup Sangat Kurang Sangat Kurang Sangat Kurang Sangat Kurang Sangat Kurang Sangat Kurang Sangat Kurang Sangat Kurang Sangat Kurang Sangat Kurang Sangat Kurang Sangat Kurang Sangat Kurang Sangat Kurang Kurang Kurang Peningkatan Keterampilan Komunikasi IPA Siswa pada Siklus I No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Subjek S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 S16 S17 S18 S19 S20 S21 S22 S23 S24 S25 S26 S27 S28 Jumlah Rata-rata Pertemuan 1 Pertemuan 2 Rata-rata Keterangan 64 55 48 55 54 51 52 70 49 53 52 70 58 52 54 54 55 53 52 53 53 57 52 51 51 53 56 1487 66,57 65 61 60 62 62 62 62 70 60 62 60 70 62 61 62 62 62 60 61 60 62 63 61 60 60 61 66 1679 74,95 64,5 58 54 58.5 58 56,5 57 70 54,5 57,5 56 70 60 56,5 58 58 58,5 56,5 56,5 56,5 57,5 60 56,5 55,5 55,5 57 61 1578 70,44 Cukup Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Cukup Kurang Kurang Kurang Cukup Cukup Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Cukup Kurang Kurang Kurang Kurang Cukup Keterangan : ( ) 143 Cukup Peningkatan Keterampilan Komunikasi IPA Siswa pada Siklus II No Subjek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 S16 S17 S18 S19 S20 S21 S22 S23 S24 S25 S26 S27 S28 Jumlah Rata-rata Pertemuan 1 72 70 68 72 70 69 72 78 70 72 70 76 72 72 72 69 69 72 70 72 72 72 71 69 70 70 75 1925 85,93 Pertemuan 2 80 76 74 80 78 75 80 80 76 80 76 80 80 80 80 78 75 80 76 80 80 80 79 76 76 76 77 2108 94,10 Keterangan : ( ) 144 Ratarata 76 73 71 76 74 72 76 79 75 76 73 78 76 76 76 74 72 76 73 76 76 76 75 73 73 73 76 2020 90,17 Kategori Baik Cukup Cukup Baik Cukup Cukup Baik Baik Cukup Baik Cukup Baik Baik Baik Baik Cukup Cukup Baik Cukup Baik Baik Baik Cukup Cukup Cukup Cukup Baik Sangat Baik Peningkatan Keterampilan Komunikasi IPA Siswa pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Subjek S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 S16 S17 S18 S19 S20 S21 S22 S23 S24 S25 S26 S27 S28 Jumlah Rata-rata Nilai Keterampilan Komunikasi IPA Kondisi Awal Siklus I Siklus II 55 49 40 52 50 48 50 60 40 50 51 60 53 49 48 47 50 48 49 49 48 47 47 49 48 50 55 1342 59,91 64,5 58 54 58,5 58 56,5 57 70 54,5 57,5 56 70 60 56,5 58 58 58,5 56,5 56,5 56,5 57,5 60 56,5 55,5 55,5 57 61 1578 70,44 76 73 71 76 74 72 76 79 75 76 73 78 76 76 76 74 72 76 73 76 76 76 75 73 73 73 76 2020 90,17 145 LAMPIRAN SILABUS 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 LAMPIRAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 158 RENCANAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah : SDN Kejambon 1 Tema : Pengalaman Subtema : Mengenal sifat benda Kelas/Semester : III / 1 Alokasi Waktu : 2 x 35 menit A. Standar Kompetensi Bahasa Indonesia 1. Memahami penjelasan tentang petunjuk dan cerita anak yang dilisankan. IPA 3. Memahami sifat-sifat benda, perubahan sifat benda, dan kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Matematika 2. Menggunakan pengukuran waktu, panjang, dan berat dalam pemecahan B. Komptensi Dasar Bahasa Indonesia 1.1 Melakukan sesuatu berdasarkan penjelasan yang disampaikan secara lisan. IPA 3.1 Mengidentifikasi sifat-sifat benda berdasarkan pengamatan meliputi benda padat, cair, dan gas. Matematika 2.1 Memilih alat ukur sesuai dengan fungsinya (meteran, timbangan, atau jam) C. Indikator Bahasa Indonesia 1.1.1 Melakukan kegiatan sesuai petunjuk yang didengar. IPA 3.1.1 Mengelompokkan benda-benda yang telah dikenal seperti benda padat, cair, dan gas. 3.1.2 Membuat daftar sifat-sifat benda padat, cair, dan gas. Matematika 2.1.1 Memilih alat ukur sesuai dengan benda yang diukur. 159 1 Tujuan Pembelajaran Setelah pembelajaran selesai diharapkan : 1. Setelah mendengarkan penjelasan dari guru, siswa dapat melakukan kegiatan sesuai petunjuk yang didengar dengan benar. 2. Melalui kegiatan percobaan kelompok, siswa dapat mengelompokkan bendabenda yang telah dikenal sebagai benda padat, cair, dan gas dengan tepat. 3. Melalui kegiatan mandiri, siswa dapat membuat daftar sifat-sifat benda padat, cair, dan gas dengan benar. 4. Setelah melihat gambar, siswa dapat memilih alat ukur sesuai dengan benda yang diukur dengan tepat. 2 Materi Pembelajaran 1. Cerita anak. 2. Sifat-sifat benda padat, cair, dan gas. 3. Alat ukur 3 Metode Pembelajaran 1. Guided Discovery 4 Kegiatan Pembelajaran 1. Kegiatan Awal (5 menit) a. Siswa berdoa dilanjutkan dengan menjawab salam dari guru. b. Siswa dikondisikan oleh guru. c. Guru melakukan apersepsi dengan bertanya kepada siswa “Apakah kalian pernah datang ke ulang tahun teman kalian? Ada apa saja di acara ulang tahun yang kalian datangi? d. Guru bercerita tentang acara ulang tahun sambil menempelkan bendabenda di papan tulis. 2. Kegiatan Inti (60 menit) No 1. 2. Langkah-langkah Kegiatan Siswa Guided Discovery Penetapan standar Siswa memperhatikan arahan dari guru perilaku siswa tentang perilaku yang harus dipatuhi siswa selama kegiatan pembelajaran, yaitu siswa harus tetap berada di dalam kelompoknya saat melakukan kegiatan penemuan, siswa tidak melakukan aktivitas lain selain kegiatan penemuan, siswa tidak bermain-main dengan alat dan bahan yang disediakan. Pemberian pertanyaan Siswa mendapatkan permasalahan dalam bentuk pertanyaan yang harus dipecahkan melalui kegiatan penemuan: Benda apa saya yang kalian temukan? 160 Alokasi Waktu 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Apa sifat benda tersebut? Pembentukan kelompok Siswa dibagi dalam kelompokkerja kelompok kecil (6-7 orang) secara heterogen. Pemberian motivasi Siswa diberi motivasi dari guru yaitu kepada siswa siswa akan mendapatkan konsep yang benar apabila melakukan kegiatan penemuan dengan benar. Konsep yang ditemukan siswa akan menjadi pengetahuan yang bermakna bagi siswa. Alat dan bahan yang Siswa menyiapkan alat dan bahan yang perlu disediakan sesuai diperlukan untuk kegiatan penemuan. kebutuhan siswa Kegiatan penemuan - Siswa memperhatikan penjelasan dari berupa kegiatan guru mengenai objek yang akan pengumpulan dan diamati kemudian siswa melakukan pemrosesan data kegiatan penemuan tentang mengenal sifat benda dengan berpedoman pada LKS yang disediakan oleh guru. - Siswa mengamati sifat benda-benda padat, cair, dan gas. - Siswa mencatat hasil penemuan pada LKS yang sudah disediakan. Kegiatan diskusi untuk Masing-masing kelompok memmembahas hasil temuan presentasikan hasil temuannya di depan siswa kelas. Menyimpulkan materi Siswa menyimpulkan materi pelajaran pelajaran dengan bimbingan guru. Penilaian Siswa mengerjakan soal evaluasi tertulis untuk materi pelajaran pada pertemuan pertama. 3. Kegiatan Akhir (5 menit) a. Siswa melakukan refleksi tentang makna pembelajaran bagi kehidupan sehari-hari serta kemanfaatannya. b. Siswa diberi tugas untuk mencari benda-benda yang tergolong benda padat, cair, dan gas yang ada dirumah mereka. c. Siswa diberi pesan-pesan moral. d. Pelajaran ditutup dengan berdoa dan salam. 5 Media dan Sumber 1. Alat : a. Alat praktikum seperti aqua gelas, air, wadah berbagai bentuk, penghapus, dan balon berbagai bentuk. b. Gambar benda padat, cair, dan gas. c. Lembar LKS. 161 d. Lembar soal evaluasi . 2. Sumber: a. Silabus kelas III SD. b. Buku Bahasa Indonesia untuk SD/MI kelas III. c. Buku IPA untuk SD/MI kelas III. d. Buku Matematika untuk SD/MI kelas III. 6 Penilaian 1. Kelompok 7 Kriteria Penilaian Siswa dinyatakan berhasil apabila mendapat nilai minimal 70. Sleman, 3 November 2015 Guru Kelas III, Peneliti, Jumini Lestari Alfiani Utami NIP. 197012312006042048 NIM. 11108244099 162 Kelompok Lembar Kerja Siswa Kelompok Hari / Tanggal : Kelas : Kelompok : Anggota Kelompok : Tujuan : Untuk mengetahui sifat-sifat benda padat, cair dan gas Alat dan bahan yang digunakan : 1. 2. 3. 4. 3 wadah berbeda Penghapus Air 3 buah balon yang berbeda KEGIATAN 1 Petunjuk Kerja : 1. Siapkanlah 3 wadah yang berbeda dan penghapus. 2. Letakkan penghapus ke dalam 3 wadah yang berbeda secara bergantian. PENGHAPUS Wadah A Wadah B a. Amatilah bentuk penghapus pada wadah A! Gambar : Perhatikan apakah pengahpus berubah atau tetap? 163 Wadah C Jawab : b. Pindahkan penghapus ke dalam wadah B ! Gambar : Perhatiakan kembali apakah bentuk penghapus berubah atau tetap? Jawab : c. Kemudian, pindahkan lagi penghapus ke dalam wadah C ! Gambar : Perhatikan kembali apakah bentuk penghapus berubah atau tetap? Jawab : 3. Kesimpulan Bentuk pengahapus ketika diletakkan pada wadah A, B, dan C adalah…….. 164 Kegiatan 2 Petunjuk Kerja : 1. Siapkanlah 3 wadah yang berbeda dan air. 2. Masukkan air ke dalam wadah yang berbeda secara bergantian. AIR Wadah A Wadah B a. Perhatikan air pada saat dipindahkan ke wadah A, hati-hatilah saat memindahkan air jangan sampai tumpah ! Perhatikan bentuk air apakah berubah atau tetap! Gambar : Keterangan: b. Pindahkan air pada wadah A ke wadah B. Perhatikan air pada saat dipindahkan ke wadah B, hati-hati jangan samapi tumpah ! Perhatikan betuk air apakah berubah atau tetap ! Gambar : Keterangan : 165 Wadah C c. Kemudian, pindahkan lagi air pada wadah B ke wadah C. Perhatikan air pada saat dipindahkan ke wadah C, hati-hati jangan sampai tumpah! Perhatikan bentuk air apakah berubah atau tetap! Gambar : Keterangan : 3. Kesimpulan Bentuk air ketika dipindahkan ke wadah A, B, dan C adalah …….. 166 Kegiatan 3 Petunjuk Kerja : 1. Siapkanlah 3 balon yang berbeda. 2. Tiuplah ketiga balon tersebut. a. Perhatikan bentuk balon A apakah berubah atau tetap! Gambar : Keterangan : b. Perhatikan bentuk balon B apakah berubah atau tetap! Gambar : Keterangan : c. Perhatikan bentuk balon C apakah berubah atau tetp! Gambar : Keterangan : 167 3. Bandingkan bentuk ketiga balon tersebut. 4. Bentuk udara pada balon A, B, dan C adalah…………. 5. Kesimpulan Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan udara pada balon A, B, dan C menempati…. 168 Materi Pembelajaran A. Bahasa Indonesia Teks Cerita Ulang Tahunku Sekarang bulan Oktober. Bulan ini merupakan bulan yang membahagiakan ku. Sepuluh tahun lalu aku lahir, tepatnya tanggal 14 Oktober. Setiap tanggal kelahiranku, ayah dan ibu selalu merayakannya. Aku membantu ibu mempersiapkan pesta ulang tahun. Banyak pernak pernik di pestaku ada kue ulang tahun, balon, pita-pita, lilin, makanan ringan dan minuman. Aku mengundang banyak teman untuk hadir dalam pesta ulang tahunku. Undangan aku kirim satu minggu sebelum hari uang tahun tiba. Saat ulang tahun tiba, banyak teman yang datang. Aku dan keluargaku menyambut para tamu undangan. Aku memakai baju baru yang dibelikan ibu. Teman-teman juga memakai pakaian yang bagus-bagus. Tak lupa pula, mereka membawa kado. Aku bahagia sekali ulang tahunku berjalan dengan meriah. B. IPA 1. Sifat-sifat benda a. Wujud Benda Walaupun jenisnya, sangat banyak, benda tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga wujud yaitu padat, cair, dan gas.Benda yang berwujud padat disebut benda padat.Contoh benda padat adalah batu, tanah, dan kayu.Benda yang berwujud cair disebut benda cair.Contoh benda cair adalah minyak, air dan madu.Benda berwujud gas disebut benda gas. Contoh benda gas adalah udara, asap dan uap. b. Sifat-sifat benda padat, cair, dan gas adalah sebagai berikut. Benda padat : Bentuk dan volume tetap meskipun dipindahkan ke tempat yang berbeda. Benda cair : Bentuk benda cair berubah sesuai tempat atau wadahnya. Volume benda cair tetap meskipun dipindahkan ke tempat yang berbeda. Benda gas : Bentuk benda gas berubah-ubah sesuai bentuk ruang yang diisi. Volume benda gas tetap. 169 c. Berbagai benda padat dan benda cair memiliki sifat yang berbeda-beda, contohnya besi bersifat keras sedangkan karet bersifat lentur, madu bersifat kental sedangkan air bersifat encer. C. Matematika Memilih alat Ukur Sesuai dengan Fungsinya Beberapa alat ukur panjang antara lain penggaris dan rol meter. Apakah fungsi masing-masing alat ukur panjang tersebut? Meteran pita digunakan untuk mengukur panjang kain. Meteran saku biasanya digunakan oleh tukang bangunan atau tukang kayu untuk mengukur bangunan atau kayu. Penggaris dapat digunakan untuk mengukur panjang garis pada pensil dan pulpen. 170 171 No 4. Gambar dan Nama Benda Wujud Benda SUSU 5. BONEKA 172 Sifat-sifat Benda RENCANAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah : SDN Kejambon 1 Tema : Pengalaman Subtema : Mengenal sifat benda Kelas/Semester : III / 1 Alokasi Waktu : 2 x 35 menit A. Standar Kompetensi Bahasa Indonesia 2. Mengungkapkan pikiran, perasaan, pengalaman dan petunjuk dengan becerita dan memberikan tanggapan atau saran. IPA 3. Memahami sifat-sifat benda, perubahan sifat benda, dan kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari. SBdP 2. Mengekspresikan diri melalui karya seni rupa. B. Komptensi Dasar Bahasa Indonesia 2.3 Memberikan tanggapan dan saran sederhana terhadap suatu masalah dengan menggunakan kalimat yang runtut dan pilihan kata yang tepat. IPA 3.1 Mengidentifikasi sifat-sifat benda berdasarkan pengamatan meliputi benda padat, cair, dan gas. SBdP 2.1 Mengekspresikan diri melalui gambar imajinatif mengenai diri sendiri. C. Indikator Bahasa Indonesia 2.3.2 Melakukan kegiatan sesuai petunjuk yang didengar. IPA 3.1.3 Mengelompokkan benda-benda yang telah dikenal seperti benda padat, cair, dan 3.1.4 gas. Membuat daftar sifat-sifat benda padat, cair, dan gas. Matematika 2.1.1 Membuat gambar imajinatif mengenai diri sendiri. 173 D. Tujuan Pembelajaran Setelah pembelajaran selesai diharapkan : 1. Setelah mendengarkan penjelasan dari guru, siswa dapat melakukan kegiatan sesuai petunjuk yang didengar dengan benar. 2. Melalui kegiatan percobaan kelompok, siswa dapat membandingkan sifatsifat benda padat dan benda cair.. 3. Setelah mengamati gambar, siswa dapat menggambar imajinatif (menggambar benda favorite diri sendiri). E. Materi Pembelajaran 1. Membandingkan sifat benda F. Metode Pembelajaran 1. Guided Discovery G. Kegiatan Pembelajaran 1. Kegiatan Awal (5 menit) a. Siswa berdoa dilanjutkan dengan menjawab salam dari guru. b. Siswa dikondisikan oleh guru. c. Guru melakukan apersepsi dengan bertanya kepada siswa “Apakah kalian masih ingat materi apa yang kemarin diajarkan? Apa sajakah sifat dari benda padat, cair,dan gas? Tahukah kalian cara membandingkan benda padat dan cair? Untuk lebih jelasnya mari kita lakukan percobaansebagai berikut. 2. Kegiatan Inti (60 menit) No 1. 2. 3. Langkah-langkah Kegiatan Siswa Guided Discovery Penetapan standar Siswa memperhatikan arahan dari guru perilaku siswa tentang perilaku yang harus dipatuhi siswa selama kegiatan pembelajaran, yaitu siswa harus tetap berada di dalam kelompoknya saat melakukan kegiatan penemuan, siswa tidak melakukan aktivitas lain selain kegiatan penemuan, siswa tidak bermain-main dengan alat dan bahan yang disediakan. Pemberian pertanyaan Siswa mendapatkan permasalahan dalam bentuk pertanyaan yang harus dipecahkan melalui kegiatan penemuan: Benda apa saya yang kalian temukan? Apa sifat benda tersebut? Pembentukan kelompok Siswa dibagi dalam kelompokkerja kelompok kecil (6-7 orang) secara heterogen. 174 Alokasi Waktu 4. 5. 6. 7. 8. 9. Pemberian kepada siswa motivasi Siswa diberi motivasi dari guru yaitu siswa akan mendapatkan konsep yang benar apabila melakukan kegiatan penemuan dengan benar. Konsep yang ditemukan siswa akan menjadi pengetahuan yang bermakna bagi siswa. Alat dan bahan yang Siswa menyiapkan alat dan bahan yang perlu disediakan sesuai diperlukan untuk kegiatan penemuan. kebutuhan siswa Kegiatan penemuan - Siswa memperhatikan penjelasan dari berupa kegiatan guru mengenai objek yang akan pengumpulan dan diamati kemudian siswa melakukan pemrosesan data kegiatan penemuan tentang mengenal sifat benda dengan berpedoman pada LKS yang disediakan oleh guru. - Siswa mengamati sifat benda-benda padat, cair, dan gas. - Siswa mencatat hasil penemuan pada LKS yang sudah disediakan. Kegiatan diskusi untuk Masing-masing kelompok memmembahas hasil temuan presentasikan hasil temuannya di depan siswa kelas. Menyimpulkan materi Siswa menyimpulkan materi pelajaran pelajaran dengan bimbingan guru. Penilaian Siswa mengerjakan soal evaluasi tertulis untuk materi pelajaran pada pertemuan pertama. 3. Kegiatan Akhir (5 menit) a. Siswa melakukan refleksi tentang makna pembelajaran bagi kehidupan sehari-hari serta kemanfaatannya. b. Siswa diberi tugas untuk mencari benda-benda yang tergolong benda padat, cair, dan gas yang ada dirumah mereka. c. Siswa diberi pesan-pesan moral. d. Pelajaran ditutup dengan berdoa dan salam. H. Media dan Sumber Alat : a. Alat praktikum seperti pensil, buku,meja,kursi,.kecap, air putih, minyak goreng, madu, teres, b. Gambar benda padat, cair, dan gas. c. Lembar LKS. d. Lembar soal evaluasi . Sumber: a. Silabus kelas III SD. b. Bahasa Indonesia untuk SD/MI kelas III. 175 c. Buku IPA untuk SD/MI kelas III. d. Buku Matematika untuk SD/MI kelas III. I. Penilaian 1 .Kelompok J. Kriteria Penilaian Siswa dinyatakan berhasil apabila mendapat nilai minimal 70. Sleman, 4 November 2015 Guru Kelas III, Peneliti, Jumini Lestari Alfiani Utami NIP. 197012312006042048 NIM. 11108244099 176 Materi Pelajaran IPA Membandingkan sifat berbagai benda padat dan cair 1. Membandingkan Sifat Berbagai Benda Padat Disekitar kita banyak sekali benda berwujud padat. Benda-benda tersebut memilki sifat yang berbeda-beda. Ada benda padat yangbersifat keras, lunak, halus, dan lentur. Misalnya, besi bersifat keras sedangkan karet bersifat lunak dan lentur. 2. Membandingkan Sifat Berbagai Benda Cait Semua benda cair memiliki bentuk yang berubah-ubah dan volume yang tetap. Tetapi, tidak semua benda cair memilki kekentalan yang sama. Ada benda cair yang kental dan ada juga yang encer. Madu, kecap, dan oli bersifat kental.Sedangkan air, minyak goreng, dan minyak tanah bersifat encer. 177 Lembar Kerja Siswa Hari / Tanggal Kelas Kelompok Anggota Kelompok : : : : KEGIATAN 1 A. Tujuan : Membandingkan sifat benda padat B. Alat dan bahan yang digunakan 1. Alat-alat tulis 2. Berbagai benda padat : C. Petunjuk Kerja : 1. Kumpulkan benda-benda berwujud padat yang ada di dalam kelas dan sekitarmu. 2. Amatilah benda-benda tersebut secara bergantian. 3. Berilah tanfa (v) pada kolom yang telah disediakan sesuai sifat benda yang kamu amati. Nama Benda Tingkat Kekerasan Keras Lunak Sifat Benda Sifat Permukaan Benda Kasar Halus Tingkat Kelenturan Lentur Tidak lentur Pensil Buku Kursi Meja Botol air minum D. Jawablah pertanyaan berikut ini! 1. Tingkat kekerasan pensil adalah…………, sifat permukaan pensil adalah………….., dan tingkat kelenturan pensil adalah…………… 2. Tingkat kekerasan buku adalah…………, sifat permukaan buku adalah………………., dan tingkat kelenturan buku adalah…………. 3. Tingkat kekerasan kursi adalah……………, sifat permukaan kursi adalah……………, dan tingkat kelenturan kursi adalah………….. 4. Tingkat kekerasan meja adalah………., sifat permukaan meja adalah…………………, dan tingkat kelenturan meja adalah………… 5. Tingkat kekerasan botol air minum adalah……………., sifat permukaan botol air minum adalah………………..., dan tingkat kelenturan botol air minum adalah………… 178 6. Apakah pensil, buku, kursi, meja, dan botol air minum memiliki sifat benda yang berbeda? 7. Kesimpulan : Benda-benda padat seperti pensil, buku, kursi, meja, dan botol air minum memiliki sifat yang berbeda yang dapat dilihat pada…………. 179 KEGIATAN 2 A. Tujuan : Membandingkan benda cair B. Alat dan bahan yang digunakan 1. Kecap 2. Air putih 3. Minyak goreng 4. Madu 5. Sirup : C. Petunjuk kerja : 1. Siapkan bahan-bahan yang telah disediakan. 2. Amatilah benda-benda cair tersebut secara bergantian 3. Berilah tanda (v) pada kolom yang telah disediakan sesuai dengan sifat benda tersebut. Nama Benda Sifat Benda Kental Cair Kecap Air putih Minyak goreng Madu Teres D. Jawablah pertanyaan berikut ini! 1. Kecap memiliki sifat benda…………………. 2. Air putih memiliki sifat benda………………… 3. Minyak goreng memiliki sifat benda……………….. 4. Madu memilki sifat benda……………….. 5. Teres memiliki sifat benda………….. 6. Apakah kecap, air putih, minyak goreng, madu, dan teres memiliki siftat yang berbeda ?…………… 7. Kesimpulan : Benda-benda kecap, air putih, minyak goreng, madu, dan teres memiliki siftat yang berbeda yang dapat dilihat pada……………… 180 SOAL EVALUASI A. Jawablah pertanyaan di bawah ini berdasarkan gambar! B. 1. 2. 3. 4. 5. BATU AIR PUTIH Susu TOPI PESTA Pertanyaan Manakah benda-benda yang tergolong benda padat? Manakah benda-benda yang tergolong benda cair? Bagaimanakah sifat batu? Sebutkan perbedaan antara batu dan topi pesta? Sebutkan perbedaan antara susu dan air putih? 181 RENCANAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah : SDN Kejambon 1 Tema : Pengalaman Subtema : Mengenal sifat benda Kelas/Semester : III / 1 Alokasi Waktu : 2 x 35 menit A. Standar Kompetensi Bahasa Indonesia 2. Mengungkapkan pikiran, perasaan, pengalaman dan petunjuk dengan becerita dan memberikan tanggapan atau saran. IPA 3. Memahami sifat-sifat benda, perubahan sifat benda, dan kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari. SBdP 11. Mengekspresikan diri melalui karya seni musik. B. Komptensi Dasar Bahasa Indonesia 2.3 Memberikan tanggapan dan saran sederhana terhadap suatu masalah dengan menggunakan kalimat yang runtut dan pilihan kata yang tepat. IPA 3.1 Mengidentifikasi sifat-sifat benda berdasarkan pengamatan meliputi benda padat, cair, dan gas. SBdP 11. Menyanyikan lagu daerah dan anak-anak dengan iringan sederhana. C. Indikator Bahasa Indonesia 2.3.2 Membahas masalah menggunakan kalimat runtut danpilihan kata yang tepat. IPA 3.2.1 Mendemontrasikan adanya perubahan sifat benda padat akibat adanya pembakaran, pemanasan, dan diletakkan di udara terbuka. 3.2.2 Membandingkan benda sebelum dan sesudah mengalami perubahan. SBdP 11.2.2 Menyanyikan lagu anak-anak dengan iringan sederhana. 182 D. Tujuan Pembelajaran Setelah pembelajaran selesai diharapkan : 1. Dengan mengamati lembar kerja, siswa dapat mendemontrasikan perubhan sifat benda padat akibatadanya pembakaran, pemanasan dan diletakkan di udara terbuka. 2. Dengan berdiskusi, siswa dapat membandingkan benda sebelum dan sesudah perubahan. E. Materi Pembelajaran 1. Perubahan sifat benda padat akibat pembakaran, pemansan, dan diletakkan diudara terbuka. F. Metode Pembelajaran 2. Guided Discovery G. Kegiatan Pembelajaran 1. Kegiatan Awal (5 menit) a. Siswa berdoa dilanjutkan dengan menjawab salam dari guru. b. Siswa dikondisikan oleh guru. c. Guru melakukan apersepsi dengan bertanya kepada siswa “Pernahkah kalian membakar kertas?apakah bentuknya berubah?benda-benda padat yang lain juga dapat mengalami perubahan. Untuk lebih jelasnya mari kita lakukan percobaan. d. Guru bercerita tentang acara ulang tahun sambil menempelkan bendabenda di papan tulis. 2. Kegiatan Inti (60 menit) No 1. 2. 3. 4. Langkah-langkah Kegiatan Siswa Guided Discovery Penetapan standar Siswa memperhatikan arahan dari guru perilaku siswa tentang perilaku yang harus dipatuhi siswa selama kegiatan pembelajaran, yaitu siswa harus tetap berada di dalam kelompoknya saat melakukan kegiatan penemuan, siswa tidak melakukan aktivitas lain selain kegiatan penemuan, siswa tidak bermain-main dengan alat dan bahan yang disediakan. Pemberian pertanyaan Siswa mendapatkan permasalahan dalam bentuk pertanyaan yang harus dipecahkan melalui kegiatan penemuan: Apakah benda-benda padat disekitar kalian dapat berubah sifatnya? Pembentukan kelompok Siswa dibagi dalam kelompokkerja kelompok kecil (6-7 orang) secara heterogen. Pemberian motivasi - Siswa diberi motivasi dari guru kepada siswa yaitu siswa akan 183 Alokasi Waktu 5. 6. 7. 8. 9. mendapatkankonsep yang benar apabila melakukan kegiatan penemuan dengan benar. Konsep yang ditemukan siswa akan menjadi pengetahuan yang bermakna bagi siswa. - Siswa yang aktif bertanya, menjawab pertanyaan dan menyanggah pendapat dari guru atau temanya diberikan reward. Alat dan bahan yang Siswa menyiapkan alat dan bahan yang perlu disediakan sesuai diperlukan untuk kegiatan penemuan. kebutuhan siswa Kegiatan penemuan - Siswa memperhatikan penjelasan dari berupa kegiatan guru mengenai objek yang akan pengumpulan dan diamati kemudian siswa melakukan pemrosesan data kegiatan penemuan tentang mengenal sifat benda dengan berpedoman pada LKS yang disediakan oleh guru. - Siswa mengamati sifat benda-benda padat, cair, dan gas. - Siswa mencatat hasil penemuan pada LKS yang sudah disediakan. Kegiatan diskusi untuk Masing-masing kelompok memmembahas hasil temuan presentasikan hasil temuannya di depan siswa kelas. Menyimpulkan materi Siswa menyimpulkan materi pelajaran pelajaran dengan bimbingan guru. Penilaian Siswa mengerjakan soal evaluasi tertulis untuk materi pelajaran pada pertemuan pertama. 3. Akhir (5 menit) a. Siswa melakukan refleksi tentang makna pembelajaran bagi kehidupan sehari-hari serta kemanfaatannya. b. Siswa diberi tugas untuk mencari benda-benda yang tergolong benda padat, cair, dan gas yang ada dirumah mereka. c. Siswa diberi pesan-pesan moral. d. Pelajaran ditutup dengan berdoa dan salam. H. Media dan Sumber Alat : a. Alat praktikum seperti kertas, daun kering, mentega, dan apel. b. Gambar benda padat, cair, dan gas. c. Lembar LKS. d. Lembar soal evaluasi . 184 Sumber: a. Silabus kelas III SD. b. Bahasa Indonesia untuk SD/MI kelas III. c. Buku IPA untuk SD/MI kelas III. d. Buku Matematika untuk SD/MI kelas III. I. Penilaian 1 .Kelompok J. Kriteria Penilaian Siswa dinyatakan berhasil apabila mendapat nilai minimal 70. Sleman, 11 November 2015 Guru Kelas III, Peneliti, Jumini Lestari Alfiani Utami NIP. 197012312006042048 NIM. 11108244099 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199 200 201 202 KEGIATAN 3 Melihat Perubahan Sifat Benda karena Dibakar A. Tujuan Membuktikan bahwa benda padar data berubah sifat jika dibakar. B. Alat dan Bahan yang Digunakan : 1. Beberapa benda padat seperti kertas, daun kering, lilin 2. Korek api 3. Penjepit C. Langkah Kerja 1. Nyalakan lilin. Bakar beberapa contoh benda padat yang kamu siapkan secara bergantian. Jangan lupa memegangnya dengan penjepit agar tanganmu tidak panas! 2. Amatilah satu persatu benda yang kamu bakar! 3. Tulislah hasil pengamatan kalian pada tabel dibawah ini! D. Tabel Pengamatan Perubahan Sifat Benda karena Pengaruh Dibakar Nama Benda Keadaan Keadaan Setelah Setelah dingin Sebelum Dibakar Dibakar (dijawab setelah percobaan) Kertas Daun Kering Lilin E. Jawablah Pertanyaan berikut ini! 1. Apa yang terjadi pada kertas yang dibakar? 2. Apa yang terjadi pada daun kering yang dibakar? 3. Apa yang terjadi pada lilin yang dibakar? 4. Apakah kertas, daun kering, dan lilin jika dibakar mengalami perubahan sifat? 5. Apa yang terjadi pada kertas yang telah dibakar jika didinginkan kembali? 6. Apa yang terjadi pada daun kering yang telah dibakar jika didinginkan kembali? 7. Apa yang terjadi pada lilin yang telah dibakar jika didinginkan kembali? 203 HASIL KETERAMPILAN KOMUNIKASI IPA SISWA 204 205 206 207 208 209 210 211 SURAT IZIN PENELITIAN 212 213 214 215 FOTO PEMBELAJARAN 216 217 218 Gambar. 8 Pemberian Reward Gambar. 9 Observer Melakukan Pengamatan 219