BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ratusan jenis tumbuhan telah diketahui berkhasiat sebagai obat dalam pengobatan tradisional. Bahkan tumbuh-tumbuhan tersebut telah digunakan secara turuntemurun untuk mengobati berbagai macam penyakit mulai dari batuk, penyakit kulit, luka, gangguan pencernaan, ginjal, hepatitis, diabetes, hipertensi, hingga kanker (Hariana,2015). Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa tumbuhan, hewan, mineral, sediaan glenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut, yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, para ilmuan telah mengangkat pengobatan secara tradisional ke forum ilmiah. Dalam pengobatan secara tradisional, sebagian besar ramuan berasal dari tumbuhan baik berupa akar, kulit, batang, kayu, daun, bunga, atau bijinya. Agar pengobatan tradisional dapat dipertanggungjawabkan maka diperlukan penelitian ilmiah seperti penelitian bidang farmakologi, toksikologi, identifikasi dan isolasi zat kimia aktif yang terdapat dalam tumbuhan (Adiastuti, 2007). Pirdot ( Saurauia vulcani Korth) adalah salah satu tumbuhan liar di hutan Sumatera Utara. Berdasarkan data empiris rebusan daunpirdot oleh masyarakat sekitar Tigarunggu, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara dipercaya memiliki khasiat untuk menyembuhkan luka dengan cara diperasdan juga penyakit gula (diabetes militus)dengan cara merebus daun pirdot ini.Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya ( Roking, 2007) telah meneliti daun Saurauia vulcani Korthyang berasal dari daerah Pangaribuan yaitu identifikasi golongan senyawa dan uji aktivitas antioksidan. Diperoleh hasil bahwa ekstrak metanol daun pirdot ini mengandung senyawa polifenol, flavonoid, triterpen, steroid, saponin dan tannin. Sementara itu, uji aktivitas antioksidan daun pirdot dengan menggunakan pelarut methanol dan hasil fraksinasi etil asetat diperoleh IC50 secara berturut- Universitas Sumatera Utara turut yaitu sebesar 10,52µg/mL dan 10,85 µg/mL.Penelitian lain yang dilakukan terhadap spesies yang berbeda yaitu kileho ( Saurauia caulifora ) yang berasal dari gunung salak, Bogor menunjukan bahwa tanaman tersebut mempunyai khasiat antidepresan dan hasil skriningfitokimia yang terkandung dalam ekstrak metanol Saurauia caulifora berupa senyawa polifenol dan steroid (Adiastuti, 2007) Perbedaan letak geografis dari suatu tumbuhan dapat menyebabkan perbedaan jenis dan jumlah dari metabolit sekunder yang terkandung dalam tanaman (Kardono,2003). Perbedaan kelimpahan kandungan senyawa metabolit sekunder juga dipengaruhi oleh usia sampel, meskipun secara kualitatif kandungan metabolit sekundernya sama (Erlyani, 2012). Sine (2012) dalam Putra (2007) menyatakan bahwa perbedaan senyawa metabolit sekunder pada tanaman yang sama sering kali terjadi karena pengaruh lingkungan sekitar. Kandungan metabolit sekunder yang disekresikan oleh tanaman tergantung pada variasi genetik individual dan letak geografis tempat tumbuh. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas senyawa bioaktif yang dihasilkan oleh tanaman antara lain suhu, cahaya, curah hujan, dan ketersediaan air, ketinggian di ataspermukaan air laut, iklim, angin, keadaantanah, kandungan nutrisi termasuk kandungan mineral, jamur, dan bakteri, keberadaan serangga, adanya hewan herbivora, kerapatan tanaman, kompetisi dengan tanaman lain. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti aktivitas antioksidan dengan menggunakan DPPH ( 2,2-diphenyl-1pycril-hydrazil) dan aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Eschericia coli dan Salmonella typhi dengan menggunakan metode difusi agar dari daun pirdot (Saurauia vulcani Korth) yang berasal dari daerah Tigaringgu, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara.Metode DPPH digunakan karena metode ini secara luas telah digunakan untuk meneliti aktivitas senyawa antioksidan yang terdapat dalam tumbuhan serta mikroba. Pemilihan bakteri dilakukan berdasarkan kemampuan ekstrak daun Saurauia vulcani Korth dalam mengobati penyakit yang ditimbulkan bakteri tersebut. Universitas Sumatera Utara 1.2 Perumusan Masalah 1. Jenis senyawa metabolit sekunder apakah yang terdapat didalam ekstrak metanol dan etil asetat daun Saurauia vulcani Korth berdasarkan skrining fitokimia ? 2. Bagaimanakah aktivitas antioksidan ekstrak metanol dan etil asetat daun Saurauia vulcani Korth ? 3. Bagaimanakah aktivitas antibakteri ekstrak metanoldan etil asetat daun Saurauia vulcani Korth terhadap bakteri Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Escherichia coli dan Salmonella thypi? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk menentukanjenis senyawa metabolit sekunder yang terdapat didalam ekstrak metanoldan etil asetat daun Saurauia vucani Korth dengan skrining fitokimia. 2. Untuk menentukan aktivitas antioksidan ekstrak methanol dan etil asetat daun Saurauia vulcani Korth. 3. Untuk menentukan aktivitas antibakteri daun SaurauiavulcaniKorthterhadap bakteri Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Escherichia coli dan Salmonella thypi. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai senyawa metabolit sekunder yang terdapat didalam ekstrak metanoldanetil asetat daun pirdot (SaurauiavulcaniKorth), aktivitas antioksidandan sifat antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Escherichia coli danSalmonella thypi. Universitas Sumatera Utara 1.5 Lokasi Penelitian Untuk skrining fitokimia daun Pirdot (Saurauia vulcani Korth) dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Bahan Alam FMIPA USU Medan, untuk ekstraksi di lakukan di Laboratorium Kimia Organik FMIPA USU, untukuji aktivitas antioksidan di Laboratorium Kimia Departemen Kimia FMIPA USU Medan dan untuk uji aktivitas antibakteri dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi USU Medan. 1.6 Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan secara eksperimen laboratorium dan sebagai objek penelitian adalah daun pirdot (Saurauia vulcani Korth) yang berasal dari daerah Tigarunggu, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Daun pirdot dipisahkan dari batang dan buahnya, lalu dikeringkan dalam ruangan selama ± 5 hari, setelah kering diblender. Kemudian diekstraksi dengan menggunakan pelarut metanoldan etil asetat selama 2 x 24 jam, dilakukan beberapa kali pengulangan hingga larutan berwarna jernih. Ekstrak kering yang dihasilkan diuji skrining fitokimia, aktivitas antioksidan dan antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Escherichia coli dan Salmonella thypi Universitas Sumatera Utara