PEMBUATAN KOMPOS DARI AMPAS KEMPAAN DAUN GAMBIR

advertisement
Petunjuk Teknis
PEMBUATAN KOMPOS DARI AMPAS
KEMPAAN DAUN GAMBIR
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SUMATERA BARAT
BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI
PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2016
1
PETUNJUK TEKNIS
PEMBUATAN KOMPOS DARI AMPAS
KEMPAAN DAUN GAMBIR
Penanggung jawab :
Dr.Ir. Hardiyanto, M.Sc
(Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat)
Penyusun:
Ir. Elya Rosa, MSi
Ir. Kasma Iswari, MSi
Ir. Burbey, MS
Diterbitkan Oleh:
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat
Jalan Raya Padang-Solok, Km 40 Sukarami
Telp (0755) 31122, 31564, Fax (0755) 31138
e-mail : [email protected]
website: http://sumbar.litbang.pertanian.go.id
2016
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
Halaman
i
ii
PENDAHULUAN
MANFAAT PUPUK KOMPOS UNTUK TANAMAN
Pengertian Kompos atau Pupuk Kompos
Manfaat pupuk kompos untuk tanaman
Manfaat Kompos Bagi Tanah
JENIS-JENIS KOMPOS
KHARAKTERISTIK PUPUK KOMPOS
PEMBUATAN KOMPOS DARI AMPAS KEMPAAN DAUN GAMBIR
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
3
KATA PENGANTAR
Tanaman gambir ( Uncaria gambir Hunte Roxb) adalah komoditas spesifik
Lokasi Sumatera Barat. Artinya komoditas ini tumbuh dan berkembang secara baik
di daerah ini dan merupakan mata pencaharian pokok serta memegang peranan
penting dalam pendapatan masyarakat. Jumlah petani yang mengusahakan gambir
sekitar 125.000 rumah tangga petani (RTP) dengan luas garapan 1-2,0 ha/RTP.
Budidaya gambir umumnya secara monokultur pada kawasan perbukitan dan di luar
pemukiman penduduk.
Dalam budidaya gambir saat ini tidak termanfaatkan secara optimal limbah
kempaan daun gambir. Dalam satu hektar lahan gambir berumur < 3 tahun
dihasilkan 4-5 ton ampas kempaan daun gambir dan jumlah ini meningkat dengan
meningkatnya umur tanaman. Pada tanaman yang berumur > dari 3 tahun produksi
daun ini bisa mencapai 6-7 ton/ha. Biasanya ampas kempaan ini ditaburkan saja
dipermukaan tanah tanpa diolah sama sekali sehingga manfaatnya untuk tanaman
berkurang. Ampas kempaan ini perlu diolah menjadi pupuk organik dengan adanya
masukan pupuk kandang, sehingga kandungan unsur hara didalam pupuk organik ini
dapat ditingkatkan
Buku Petunjuk Teknis Pembuatan Kompos
Dari
Ampas Kempaan Daun
Gambir disusun untuk dapat dijadikan pedoman dalam pemanfaatan ampas
kempaan daun gambir menjadi produk yang bernilai tinggi yaitu pupuk organik
(kompos). Diharapkan teknologi ini dapat meningkatkan produksi gambir dan usaha
dalam rangka peningkatan ekonomi petani gambir ataupun pengguna teknologi.
Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan Buku
Petunjuk Teknis ini, diucapkan banyak terima kasih. Disadari bahwa materi dan
format penyusunan masih belum sempurna.Oleh sebab itu, koreksi dan kritik untuk
perbaikan ke depan sangat kami harapkan.
Sukarami, September 2016
Kepala Balai,
Dr.Ir. Hardiyanto, M.Sc
NIP. 196005031986031001
4
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Gambir termasuk dalam sepuluh komoditas ekspor utama provinsi.
Ekspor gambir Indonesia lebih dari 80 persen berasal dari Sumatera Barat,
dengan
negara tujuan ekspor meliputi Australia, Bangladesh, Hongkong,
India, Malaysia, Nepal, Pakistan, Taiwan, Jepang, Saudi Arabia, Filipina,
Thailand dan Singapura (Gumbira, 2009).Gambir sebagai komoditas ekspor
mampu memberikan sumbangan cukup berarti pada Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) daerah dan devisa Negara (Gumbira S., 2008, dan
BPS, 2013).Prospek pasar dan potensi pengembangan gambir cukup baik
karena produk olahannya digunakan sebagai bahan baku dalam berbagai
industri. Gambir umumnya diusahakan oleh masyarakat secara konvensional.
Jumlah petani yang mengusahakan gambir sekitar 125.000 rumahtangga
petani (RTP) dengan luas garapan 1-2,0 ha/RTP. Budidaya gambir umumnya
secara monokultur pada kawasan perbukitan dan di luar pemukiman
penduduk. Penanaman dengan sistem pembukaan lahan terbuka tanpa
memperhatikan aspek konservasi. Luas tanam gambir cenderung meningkat
dari tahun ke tahun (BPS, 2013). Pengembangan gambir dalam jangka
panjang akan berdampak pada pelestarian lingkungan. Oleh karena itu,
aspek ramah lingkungan dan berwawasan bioindustri perlu diperhatikan,
sehingga tidak mengganggu keberlanjutan usaha dan kelestarian lingkungan
dalam jangka panjang.
Pada tahun 2012 luas pertanaman gambir 21.412 ha dengan jumlah
produksi 14.220 ton dan produktifitas rata-rata 0,72 t/ha (BPS, 2013). Laju
pertumbuhan luas pertanaman relatif rendah yaitu 1,73% per tahun dan laju
pertumbuhan produksi sekitar 2,21%.Sentra penghasil gambir di Sumatera
Barat terbagi atas 2 kawasan yaitu kawasan bagian utara meliputi Kabupaten
5
50 Kota antara lain Kecamatan Mahat, Sungai Sembilan, Pangkalan Kotobaru
dan Kapur IX. Sedangkan kawasan bagian selatan adalah wilayah Kabupat en
Pesisir Selatan antara lain Kecamatan Koto XI Tarusan dan Kabupaten
Sawahlunto (Nazir, 2000, dan Denian, 2004). Disamping dua kawasan sentra
yang disebutkan di atas beberapa kabupaten di Sumatera Barat yang juga
tengah mengembangkan gambir di antaranya
kabupaten Pasaman.
Kabupaten Agam dan
Potensi pengembagan gambir cukup besar karena
gambir 100% ditanam pada lahan marjinal kawasan perbukitan Bukit Barisan
dan termasuk kawasan hutan. Status penguasaan lahan adalah tanah ulayat,
sehingga berpeluang diolah oleh anak
nagari. Bila gambir semakin
menguntungkan bagi petani ke depan, pengembangan gambir akan
mengganngu kelestarian hutan, tanpa diantasipasi dari sekarang dengan
budidaya sistem usahatani ramah lingkungan. Kerusakan hutan bukan saja
membuka lahan untuk budidaya gambir akan tetapi untuk prosesing getah
gambir membutuhkan kayu bakar yang banyak dalam proses perebusan daun
gambir sebelum dikempa.
Tanaman gambir (Uncaria gambir HunteRoxb) adalah komoditas spesifik
Lokasi Sumatera Barat. Artinya komoditas ini tumbuh dan berkembang secara
baik di daerah ini dan merupakan matapencaharian pokok serta memegang
peranan penting dalam pendapatan masyarakat. Hasil panenan gambir
berupa getah gambir yang diperas melalui daun gambir menggunakan alat
kempa.
Setiap kali kempa menggunakan 20-25 kg daun dan menghasilkan getah
gambir kering sebanyak 4-5 kg dan ampas kempaan sebanyak 15-20 kg.
Untuk satu hektar lahan gambir dengan hasil 800 kg/ha diperlukan 200-160
kali kempa dan menghasilkan 3-4 t/ha ampas kempaan. Ampas kempaan ini
oleh petani hanya ditaburkan dipermukaan tanah disekitar rumpun tanaman,
sehingga manfaatnya kepada tanaman tidak seberapa.
6
Untuk itu, perlu kita melakukan pengomposan terhadap ampas kempaan
ini. Pengomposan ini bertujuan memanfaatkan ampas kempaan untuk
digunakan sebagai pupuk organik. Guna meningkatkan kandungan unsur
hara didalam bahan kompos ini diperlukan penambahan pupuk kandang,
pupuk an organik seperti urea, SP-36 dan KCl serta diberi kapur dolomit.
Manfaat Pupuk
Kompos untuk tanaman
yang
paling
utama adalah
memperbaiki struktur tanah dan menyediakan materi organik bagi tanaman.
II. MANFAAT PUPUK KOMPOS UNTUK TANAMAN
Manfaat Pupuk Kompos untuk tanaman yang paling utama adalah
memperbaiki struktur tanah dan menyediakan materi organik bagi tanaman.
Pupuk kompos merupakan salah satu pupuk organik yang dibuat dengan
cara menguraikan sisa-sisa tanaman dan hewan dengan bantuan organisme
hidup. Untuk membuat pupuk kompos diperlukan bahan baku berupa
material organik dan organisme pengurai.
Teknologi
pengomposan
dikembangkan
dari
proses penguraian
material organik yang terjadi di alam bebas. Terbentuknya humus di hutan
merupakan salah satu contoh pengomposan secara alami. Proses pembuatan
pupuk kompos berjalan sangat lambat, bisa sampai berbulan-bulan hingga
bertahun-tahun. Kemudian umat manusia memodifikasi proses penguraian
material organik tersebut. Sehingga pengomposan yang dikelola manusia bisa
dilakukan dalam tempo yang lebih singkat untuk menjadi pupuk kompos.
Pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami
penguraian
secara
biologis,
khususnya
oleh
mikroba-mikroba
yang
memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat kompos
adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat
7
terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang
seimbang, pemberian air yang cukup, pengaturan aerasi, dan penambahan
aktivator pengomposan.
Manfaat pupuk kompos untuk tanaman adalah:
1. Meningkatkan kesuburan tanah
2. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
3. Meningkatkan kapasitas serap air tanah
4. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
5. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen)
6. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
7. Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman
8. Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah
Terdapat perbedaan yang mendasar antara tanah yang diberi perlakuan
dengan pupuk kompos dengan diberi perlakuan tanpa kompos (pupuk
anorganik). Tanah yang diberi pupuk anorganik secara terus menerus akan
mengalami penurunan mutu unsur hara dan akan meningkatkan kekerasan
struktur tanah.
Pemberian pupuk anorganik harus diselingi dengan pemberian pupuk
organik (kompos). Dengan demikian diharapkan struktur tanah dapat
diperbaiki dan sekaligus tidak mengurangi kesuburan tanah untuk jangka
panjang
Pengertian Kompos atau Pupuk Kompos
Pupuk kompos adalah salah satu pupuk organik buatan manusia yang dibuat
dari proses pembusukan sisa-sisa bahan organik (tanaman maupun hewan).
Proses pengomposan dapat berlangsung secara aerobik dan anaerobik yang
8
saling menunjang pada kondisi lingkungan tertentu. Proses ini disebut juga
dekomposisi atau penguraian.
Proses pembuatan kompos sebenarnya meniru proses terbentuknya
humus di alam. Namun dengan cara merekayasa kondisi lingkungan, Kompos
dapat dipercepat proses pembuatannya, yaitu hanya dalam jangka waktu 3090 hati. Waktu ini melebihi kecepatan terbentuknya humus secara alami.
Oleh karena tu, kompos selalu tersedia sewaktu-waktu diperlukan tanpa
harus menunggu bertahun-tahun lamanya.
Manfaat Kompos Bagi Tanah
Manfaat kompos yang utama pada tanah yaitu untuk memperbaiki
kondisi fisik tanah dibandingkan untuk menyediakan unsur hara, walaupun
dalam kompos unsur hara sudah ada tetapi jumlahnya sedikit. Pupuk kompos
berperan dalam menjaga fungsi tanah agar unsur hara dalam tanah mudah
dimanfaatkan oleh tanaman.
Cara terbaik memanfaatkan kompos adalah mengembalikan kompos
tersebut pada tanaman yang bersangkutan. Sebagai contoh, daun-daunan
dan ranting pohon mangga yang gugut di tanah dikembalikan lagi ke pohon
mangga dengan cara ditimbun dalam tanah dekat pohon mangga agar
menjadi kompos dan dapat dimanfaatkan. Dengan cara ini saja tidaklah
cukup untuk menyediakan unsur hara bagi pohon mangga. Untuk itu perlu
masukkan lain yang lebih banyak dengan cara memanfaatkan kotoran
hewan, sampah dapur atau pun bahan-bahan organik lainnya dari luar yang
diproses menjadi kompos.
9
Manfaat Kompos Bagi Tanaman
a. Menyediakan unsur hara bagi tanaman
Unsur hara yang diperlukan oleh tanaman dibagi menjadi tiga
golongan. Unsur hara makro primer yaitu unsur hara yang dibutuhkan dalam
jumlah banyak seperti Nitrogen (N), Pospo (P) dan Kalium (K). Unsur hara
makro sekunder yaitu unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah kecil, seperti
belerang (S), kalsium (Ca) dan magnesium (Mg). Unsur hara mikro yaitu
unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit, seperti besi (Fe), tembaga
(Cu), seng (Zn), klor (Cl), boron (B), mangan (Mn) dan molibdenum (Mo).
Kompos yang sudah jadi dapat digunakan untuk memupuk tanaman,
dimana mengandung sebagian besar unsur hara makro primer, makro
sekunder dan unsur hara mikro yang sangat dibutuhkan tanaman.
b. Memperbaiki struktur tanah
Tanah yang remah atau granuler adalah tanah yang baik yang
mempunyai tata ruang udara yang baik sehingga aliran udara dan air dapat
masuk dengan baik. Tanah yang buruk ialah apabila butir-butir tanah tidak
melekat satu sama lain (tanah pasir) atau saling melekat (tanah liat).
Kompos merupakan perekat pada butir-butir tanah dan mampu
menjadi penyeimbang tingkat kerekatan pada tanah. Kehadiran kompos pada
tanah juga menjadi daya tarik bagi mikroorganisme untuk melakukan
aktivitas pada tanah. Dengan demikian tanah yang pada mulanya keras dan
sulit ditembus air maupun udara, kini dapat menjadi gembur kembali akibat
aktivitas mikroorganisme.
10
c. Meningkatkan Kapasitas Tukar Kation
Kapasitas tukar kation (KTK) adalah sifat kimia yang berkaitan erat dengan
kesuburan tanah. Tanah dengan KTK tinggi jauh lebih mampu menyediakan
unsur hara daripada tanah KTK rendah. Pupuk kompos dapat menyediakan
KTK dalam jumlah yang lebih tinggi dibandingkan dengan pupuk organik.
d. Meningkatkan kemampuan tanah untuk menahan air
Tanah yang bercampur dengan bahan organik seperti kompos mempunyai
pori-pori dengan daya rekat yang lebih baik, sehingga kompos mampu
mengikat serta menahan ketersediaan air di dalam tanah. Erosi air secara
langsung dapat ditahan dengan adanya kompos pada tanah.
e. Meningkatkan aktivitas biologi tanah
Pada
kompos
terdapat
mikroorganisme
yang
menguntungkan
tanaman. Dalam tanah, Kompos akan membantu kehidupan mikroorganisme.
Selain berisi bakteri dan jamur pengurai, keberadaan kompos akan membuat
tanah menjadi sejuk tidak terlalu lembab dan tidak terlalu kering.
Keadaan seperti itu sangat disenangi oleh mikroorganisme. Dalam hal
ini misalnya, cacing tanah lebih senang tinggal di tanah dengan kadar organik
tinggi daripada tanah yang keras atau berpasir. Cacing tanah dapat
menyediakan pupuk alami berupa kascing yang bermanfaat bagi tanaman.
f. Meningkatkan pH pada tanah asam
Unsur hara dalam tanah lebih mudah diserap oleh tanaman pada
kondisi pH tanah yang netral, yaitu 7. Pada nilai pH ini, unsur hara menjadi
mudah larut di dalam air. Semakin asam kondisi tanah (semakin rendah pH)
maka jumlah ion Al (alumunium) dan Mn (Mangan) dalam tanah semakin
meningkat. Jumlah Al dan Mn yang terlalu banyak akan bersifat racun bagi
11
tanaman. Kondisi tanah yang asam dapat dinetralkan kembali dengan
pengapuran. Pemberian kompos ternyata membantu peningkatan pH tanah.
g. Menyediakan unsur mikro bagi tanaman
Tidak hanya unsur makro saja yang disediakan oleh kompos untuk
tanaman, tetapi juga unsur mikro. Unsur-unsur itu antara lain Zn, Mn, Cu, Fe
dan Mo.
III.
JENIS-JENIS KOMPOS
Jenis-jenis pupuk kompos dapat dilihat dari tiga aspek. Pertama,
dilihat dari proses pembuatannya, yaitu ada kompos aerob dan anaerob.
Kedua, dilihat dari dekomposernya, ada kompos yang menggunakan
mikroorganisme ada juga yang memanfaatkan aktivitas makroorganisme.
Ketiga, dilihat dari bentuknya ada yang berbentuk padat dan ada juga yang
cair.
1. Pupuk kompos aerob
Pupuk kompos aerob dibuat melalui proses biokimia yang melibatkan
oksigen. Bahan baku utama pembuatan pupuk kompos aerob adalah sisa
tanaman, kotoran hewan atau campuran keduanya. Proses pembuatannya
berlangsung 40-50 hari. Lamanya waktu dekomposisi tergantung dari jenis
dekomposer dan bahan baku pupuk.
12
2. Pupuk kompos anaerob
Contoh pupuk kompos anaerob adalah Pupuk bokashi merupakan
salah satu tipe pupuk kompos anaerob yang paling terkenal. Ciri khas pupuk
bokashi terletak pada jenis inokulan yang digunakan sebagai starter-nya,
yaitu
efektif mikroorganisme (EM4) . Inokulan ini terdiri dari campuran
berbagai macam mikroorganisme pilihan yang bisa mendekomposisi bahan
organik dengan cepat dan efektif.
3. Vermikompos
Vermikompos
merupakan
salah
satu
produk
kompos
yang
memanfaatkan makroorganisme sebagai pengurai. Makroorganisme yang
digunakan adalah cacing tanah dari jenis Lumbricus atau jenis lainnya.
Vermikompos dibuat dengan cara memberikan bahan organik sebagai pakan
kepada cacing tanah. Kotoran yang dihasilkan cacing tanah inilah yang
dinamakan vermikompos. Jenis organisme lain yang bisa digunakan untuk
membuat kompos adalah belatung (maggot black soldier fly).
4. Pupuk organik cair
Pupuk organik cair merupakan pupuk kompos yang dibuat dengan
cara pengomposan basah. Prosesnya bisa berlangsung aerob ataupun
anaerob. Pupuk organik cair dibuat karena lebih mudah diserap oleh
tanaman. Dari beberapa praktek, pupuk organik cair lebih efektif diberikan
pada daun
dibanding
pada akar
(kecuali
pada
sistem
hidroponik).
Penyemprotan pupuk organik cair pada daun harus menggunakan takaran
atau dosis yang tepat. Pemberian dosis yang berlebihan akan menyebabkan
kelayuan daun dengan cepat.
13
IV.
KHARAKTERISTIK PUPUK KOMPOS
Pupuk kompos menyediakan nutrisi bagi tanaman. Selain itu pupuk
kompos bekerja dengan cara memperbaiki struktur fisik, kimia dan biologi
tanah. Secara fisik, kompos meningkatkan kemampuan tanah
untuk
menyimpan air sebagai cadangan di saat kekeringan. Kompos juga membuat
tanah menjadi gembur dan cocok sebagai media tumbuh akar tanaman. Pada
tanah tipe pasir sekalipun, material kompos berguna menjadi perekat
sehingga tanah menjadi lebih solid. Pada tanah liat atau tanah lempung,
kompos berfungsi menggemburkan tanah agar tidak terlalu solid.
Secara kimiawi, pupuk kompos bisa meningkatkan kapasitas tukar
kation dalam tanah. Karena semakin banyak kandungan organik dalam tanah,
semakin baik kapasitas tukar kationnya. Kapasitas tukar kation berfungsi
melepaskan unsur-unsur penting agar bisa diserap dengan mudah oleh
tanaman.
Secara biologi, pupuk kompos adalah media yang baik bagi organisme
tanah untuk berkembang biak. Baik itu dari jenis mikroorganisme maupun
satwa tanah lainnya. Aktivitas mikroorganisme dan satwa tanah akan
memperkaya tanah dengan zat hara penting bagi tanaman.
Pupuk kompos yang baik memiliki ciri-ciri umum sebagai berikut:
(1) Baunya sama dengan tanah, tidak berbau busuk, (2) Warna coklat
kehitaman, berbentuk butiran gembur seperti tanah, (3) Jika dimasukkan ke
dalam air seluruhnya tenggelam, dan air tetap jernih tidak berubah warna,
(4) Jika diaplikasikan pada tanah tidak memicu tumbuhnya gulma.
14
a. Proses pembentukan kompos
Bahan organik jenis apapun secara alami akan mengalami pelapukan
dan penguraian oleh ratusan jenis mikroorganisme (bakteri, jamur, ragi) dan
satwa tanah lainnya. Proses penguraiannya berjalan dengan reaksi aerob dan
anaerob silih berganti.
Pada proses aerob, selama proses pengomposan tidak timbul bau
busuk dan akan melepaskan energi dalam bentuk panas. Kenaikan suhu
akibat panas yang dilepas sangat menguntungkan bagi lingkungan mikroba
aerob. Namun apabila panas melebihi 65 oC kebanyakan mikroba akan mati
dan proses pengomposan berjalan lambat. Sehingga perlu penurunan suhu
dengan cara diaduk atau dibalik.
Pada proses anaerob reaksi berlangsung secara bertahap. Tahap
pertama, beberapa jenis bakteri fakultatif akan menguraikan bahan organik
menjadi asam lemak. Kemudian diikuti tahap kedua, dimana kelompok
mikroba lain akan mengubah asam lemak menjadi amoniak, metan,
karbondioksida dan hidrogen. Panas yang dihasilkan dalam proses anaerobik
lebih rendah dibanding aerobik.
Tahapan pengomposan dibagi menjadi tiga fase. Fase pertama
merupakan dekomposisi bahan organik yang mudah terurai, menghasilkan
panas yang tinggi dan berlangsung singkat. Kemudian diikuti fase kedua yaitu
penguraian
bahan
organik
yang
sulit terurai.
Kedua fase
tersebut
menghasilkan kompos segar. Kemudian fase ketiga berupa pematangan
kompos menjadi ikatan komplek lempung-humus yang hasilnya berupa
kompos
matang.
Cirinya,
tidak
berbau,
remah,
warna
kehitaman,
mengandung hara dan memiliki kemampuan mengikat air.
15
b. Bahan baku pupuk kompos
Bahan baku kompos bisa diambil dari sisa-sisa tanaman dan atau
kotoran hewan. Masing-masing bahan memiliki kandungan unsur-unsur yang
berbeda. Unsur-unsur tersebut berfungsi sebagai zat hara yang diperlukan
tanaman.
Sebelum membuat pupuk kompos, sebaiknya kita mengetahui tujuan
pemupukan terlebih dahulu. Kita harus tahu zat apa yang paling dibutuhkan
oleh tanaman yang sedang kita rawat. Misalnya, tanaman yang baru tumbuh
membutuhkan unsur nitrogen (N) yang lebih, sedangkan tanaman yang akan
berbuah membutuhkan unsur kalium (K) yang lebih.
Setelah kita tahu tujuan pemupukannya, baru ditentukan pupuk
kompos seperti apa yang butuhkan. Pupuk kompos tidak seperti pupuk kimia
sintetis, dimana zat hara yang terkandung dalam pupuk sudah jelas
komposisinya. Pada pupuk kompos zat hara yang dibutuhkan tanaman
tersedia dalam komposisi yang berbeda-beda. Komposisinya tergantung pada
bahan baku yang digunakan.
Kita bisa membuat pupuk kompos dengan komposisi zat hara yang
disesuaikan dengan kebutuhan. Kita bisa membuatnya dengan melakukan
pendekatan
bahan
baku.
Setiap
material
organik memiliki kekhasan
kandungan unsur-unsur. Misalnya, jerami, hijauan dan kotoran ayam memiliki
kandungan N yang besar. Nah, bahan-bahan tersebut bisa kita jadikan
kompos yang kaya akan unsur N.
16
V.
PEMBUATAN KOMPOS
GAMBIR
DARI AMPAS KEMPAAN DAUN
Pada pengolahan gambir untuk menghasilkan getah gambir, setiap kali
kempa menggunakan 20-25 kg daun dan menghasilkan getah gambir kering
sebanyak 4-5 kg dan ampas kempaan sebanyak 15-20 kg. Untuk satu hektar
lahan gambir dengan hasil 800 kg/ha diperlukan 200-160 kali kempa dan
menghasilkan 3-4 t/ha ampas kempaan (Gambar 1). Ampas kempaan ini oleh
petani hanya ditaburkan dipermukaan tanah disekitar rumpun tanaman,
sehingga manfaatnya kepada tanaman tidak seberapa.
Gambar 1. Ampas kempaan daun gambir
Untuk itu, perlu kita melakukan pengomposan terhadap ampas kempaan
ini. Pengomposan ini bertujuan memanfaatkan ampas kempaan untuk
digunakan sebagai pupuk organik. Guna meningkatkan kandungan unsur
hara didalam bahan kompos ini diperlukan penambahan pupuk kandang,
pupuk an organik seperti urea, SP-36 dan KCl serta diberi kapur dolomit.
17
Langkah-langkah penmbuatan kompos kempaan daun gambir:
1. Untuk pembuatan kompos diperlukan bak pengolahan dengan ukuran
lebar 1 m panjang 2-3 m dan tinggi 1 m. Bak ini dapat kita buat dengan
menggunakan ajir bambu yang dibenamkan ke tanah disebut juga
dengan krengkeng bambu (Gambar 1)
Gambar. 1
Pembuatan
krengkeng bambu
2. Sebelum kita masukkan bahan kompos dibak pembuatan kompos dilapisi
dengan plastik yang nantinya akan membungkus bahan kempaan.
Gambar 2. Pemasangan plastic untuk penempatan kompos
3. Peralatan yang diperlukan antara lain : Potongan-potongan bambu
dengan ukuran 1,25 meter sebanyak 30 potong. Bilah bambu sepanjang
ukuran bak yang akan kita buat sebanyak 10-12 potong. Gerobak
dorong, cangkul, sekop, garu, thermometer, timbangan dan lain-lain.
4. Bahan yang dibutuhkan antara lain: Ampas kempaan sebanyak 1 ton,
pupuk kandang sebanyak 250 kg, Stardex 2,5 Kg, Kapur dolomit 2,5 kg
dan Urea 2,5 kg.
18
Proses Pembuatan
1. Ampas kempaan kita tumpuk diatas permukaan plastik setinggi 20 cm,
dan kita padatkan (Gambar 3).
Gambar 3. Ampas kempaan daun gambir
2. Lalu ditaburi dengan bahan- bahan pupuk kandang 50 kg, stardek 500
gram, Urea 500 gram dan kapur dolomite 500 gram (masing – masing
bahan 1/5 bagian setiap lapisan).
Kemudian kita lakukan penyiraman
secukupnya (Gambar 4)
Gambar 4. Penambahan pupuk kandang dan bahan-bahan lainnya
19
3. Selanjutnya diulangi lagi sampai 5 lapis ,sehingga ketebalan kompos
menjadi 1 meter.
4. Kemudian disiram dengan air sampai kapasitas lapang agar mikroba
dapat menguraikan ampas daun gambir, selanjutnya ditutupi dengan
plastik untuk menjaga percikan hujan dan sinarmatahari (Gambar 5).
Gmbar 5. Penyiraman sampai kapaasitas lapang dan penutupan plastik
5.
Setelah berumur 1 minggu, tumpukan dibuka dan dilakukan pembalikan
dengan mengaduk bagian bawah keatas dan sebaliknya, sehingga
pengadukan merata.
6.
Pengadukan kita lakukan sebanyak 4 kali dalam 1 bulan.
Proses pengomposan berlangsung
Selama empat
minggu yang ditandai dengan meningkatnya temperature
sampai 700celcius. Kemudian temperature akan menurun karena mulai
berkurangnya proses dekomposisi dan akhirnya mencapai titik konstan, hal
ini menunjukkan proses pengomposan sudah selesai.
20
Kompos yang baik dicirikan antaralain :warna coklat kehitaman, tidak
berbau, struktur remah apabila dipegang tidak lengket ditangan. Kompos ini
sudah siap untuk diberikan ke tanaman (Gambar 6). Selanjutnya kompos
dikemas dalam kantong plastik agar kompos tidak mongering (Gambar 7) .
Gambar 6. Kompos ampas kempaan yang sudah siap digunakan
Gambar 7. Pengemasan kompos dalam kantong plastik
21
VI.
Tanaman
PENUTUP
(Uncaria
gambir
gambir
HunteRoxb)
adalah
komoditas spesifik Lokasi Sumatera Barat. Artinya komoditas ini
tumbuh dan berkembang secara baik di daerah ini dan merupakan
matapencaharian pokok
serta memegang peranan penting dalam
pendapatan masyarakat. Hasil panenan gambir berupa getah gambir
yang diperas melalui daun gambir menggunakan alat kempa.
Setiap
kali
kempa
menggunakan
20-25
kg
daun
dan
menghasilkan getah gambir kering sebanyak 4-5 kg dan ampas
kempaan sebanyak 15-20 kg. Untuk satu hektar lahan gambir dengan
hasil 800 kg/ha diperlukan 200-160 kali kempa dan menghasilkan 3-4
t/ha ampas kempaan. Ampas kempaan ini oleh petani hanya
ditaburkan dipermukaan tanah disekitar rumpun tanaman, sehingga
manfaatnya kepada tanaman tidak seberapa.
Untuk itu, perlu kita melakukan pengomposan terhadap ampas
kempaan ini. Pengomposan ini bertujuan memanfaatkan ampas
kempaan untuk digunakan sebagai pupuk organik. Guna meningkatkan
kandungan
unsur
hara didalam
bahan
kompos ini
diperlukan
penambahan pupuk kandang, pupuk an organik seperti urea, SP-36
dan KCl serta diberi kapur dolomit. Manfaat Pupuk Kompos untuk
tanaman yang paling utama adalah memperbaiki struktur tanah dan
menyediakan materi organik bagi tanaman.
22
DAFTAR PUSTAKA
BPS, 2013. Sumatera Barat dalam angka tahun 2012. Badan Pusat Statistik
dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Propinsi Sumatera
Barat. Padang.
Denian, Ahmad. 2004. Status teknologi produksi tanaman gambir. Makalah
Utama pada ekspose Teknologi Gambir, Kayumanis dan Atsiri. Di
Laing Solok, Sumbar, 2 Desember 2004.
Gumbira, Sa’id E, K., Syamsu,E.Mardliyati, A.Herryandie, N. Afni, D.L.
Rahayu, Ratih, P., Aang. A., Aditya, H. 2009. AgroIndustri dan
Bissnis Gambir Indonesia. IPB Press. Bogor.
Gumbira, Sa’id, E.
2008. Review kajian, penelitian dan pengembangan
agroindustristrategis Nasional: kelapa sawit, kakao dan gambir J.
Tek. Ind. Pert. Vol. 9(1), 45-55
Nazir N. 2000. Gambir, budidaya, pengolahan, dan prospek diversifikasinya.
Penerbit Yayasan Hutanku. Padang.
23
Download