BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Klebsiella pneumoniae merupakan bakteri gram negatif kelompok Enterobacteriaceae. Bakteri ini merupakan patogen oportunis yang terutama 2011). dapat pneumonia dan menyebabkan infeksi infeksi saluran nosokomial, kemih (Brooks, Pada manusia yang sehat, prevalensi kolonisasi K. pneumoniae 5-35% di kolon dan 1-5% di orofaring. Biasanya kulit hanya dikolonisasi sementara (Longo et al., 2012). Infeksi oleh K. pneumoniae banyak terjadi pada tempat pelayanan kesehatan. predominan urutan K. kedua pneumoniae (15,3%) merupakan setelah isolat Pseudomonas aeruginosa (26,5%) pada spesimen di Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta (Radji et al., 2011). K. pneumoniae juga merupakan bakteri yang paling banyak ditemukan pada spesimen dari pasien sepsis (Pradipta et al, 2013). Klebsiella menyumbang penyebab bakteremia nosokomial sebesar di 17% rumah pada sakit bakteri penyakit menular Jakarta (Janas et al, 1987). Resistensi terhadap antibiotik paling banyak terjadi karena penggunaan antibiotik yang berlebihan dan penyebaran 1 2 gen resistensi. Tiap tahunnya di Amerika Serikat, dua juta orang terinfeksi bakteri yang resisten satu atau lebih antibiotik yang digunakan untuk terapi infeksi tersebut. Pada sebagian besar kasus, infeksi bakteri yang resisten menimbulkan biaya terapi yang lebih banyak, waktu tinggal di rumah sakit yang lebih lama, jumlah kunjungan dokter dan tenaga kesehatan yang lebih banyak, serta disabilitas dan mortalitas yang lebih tinggi dibandingkan infeksi bakteri yang sensitif (CDC, 2013). Dari studi yang ada, ditemukan bahwa K. pneumoniae resisten terhadap sefalosporin generasi ketiga dan kuinolon karena penggunaan antibiotik yang disebutkan secara ekstensif (Radji, 2011). Studi di Jakarta mengenai pola sensitivitas resisten terhadap gentamisin, terhadap antibiotik mengatakan seftriakson, siprofloksasin, amikasin (Moehario Carbapenem-Resistant bahwa pneumoniae sefotaksim, levofloksasin, et K. al, sefepim, dan 2009). Enterobacteriaceae sensitif Kemunculan (CRE) dan Enterobacteriaceae yang memproduksi Extended Spectrum Beta Lactamase (ESBL) merupakan ancaman yang gawat dan serius. Jika antibiotik pilihan pertama dan pilihan kedua tidak lagi dapat membunuh bakteri karena adanya resistensi, 3 terpaksa digunakan antibiotik yang lebih toksik dan seringkali lebih mahal dan kurang efektif (CDC, 2013). Mengombinasikan antibiotik adalah praktek yang sering dilakukan di klinis, terutama untuk terapi penyakit yang serius. Mengombinasikan berbagai tujuan, meminimalkan yaitu antibiotik menambah toksisitas, dilakukan spektrum meminimalkan dengan antimikrobial, resistensi, serta mencari sinergisme (Eliopoulos & Eliopoulos, 1988). Pada penelitian antibiotik yaitu ini, akan dikombinasikan siprofloksasin dari dua golongan fluorokuinolon dan gentamisin dari golongan aminoglikosida. Kombinasi ini akan dicobakan ke isolat K. pneumoniae secara in vitro dan dicari apakah kombinasi tersebut sinergis, aditif, indiferen, atau antagonis dengan metode checkerboard. I.2 Rumusan Masalah Bagaimana efek kombinasi in vitro siprofloksasin dan gentamisin terhadap metode checkerboard? isolat Klebsiella pneumoniae dengan 4 I.3 Tujuan penelitian Mengetahui efek kombinasi in vitro siprofloksasin dan gentamisin terhadap Klebsiella pneumoniae dengan metode checkerboard. I.4 Keaslian penelitian Sudah ada penelitian in vitro yang mengombinasikan siprofloksasin dan gentamisin terhadap Klebsiella pneumoniae namun bukan dengan metode checkerboard. Selain itu, pola kepekaan dan resistensi bakteri dapat berbeda menurut waktu dan tempatnya. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2015 di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, sehingga isolat yang digunakan berasal dari wilayah Yogyakarta dan sekitarnya. I.5 Manfaat penelitian Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana efek kombinasi in vitro siprofloksasin dan gentamisin terhadap Klebsiella pneumoniae dengan metode checkerboard. Apabila kombinasi kedua antibiotik tersebut sinergis, penelitian ini bisa menjadi dasar jika selanjutnya dilakukan penelitian secara in vivo. Efek kombinasi yang sinergis 5 nantinya dapat digunakan Klebsiella pneumoniae. untuk terapi terhadap infeksi