8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1) Nilai Karakter

advertisement
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1) Nilai Karakter Bangsa
a) Pengertian Karakter
Karakter dalam kamus besar bahasa indonesia (2008) merupakan
sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan
seseorang dengan yang lain. Sedangkan menurut Samani (2011: 42)
Karakter adalah perilaku yang tampak dalam kehidupan sehari-hari baik
dalam bersikap atau bertindak. Adapun menurut Fitri (2012: 20) secara
etimologi istilah karakter berasal dari bahasa latin character yang berarti
watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti kepribadian dan akhlak,
sedangkan menurut terminologi karakter diartikan sebagai sifat manusia
pada umumnya yang bergantung pada faktor kehidupan sendiri.
Dijelaskan lebih lanjut bahwa karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau
budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang.
Sedangkan
menurut
Allport
dalam
Sulistio
(2012:20)
mendefinisikan karakter sebagai kumpulan atau kristalisasi dari kebiasaan
kebiasaan indevidu, sedangkan menurut Chaplin dalam Sulistio (2012:
20) mendefinisikan sebagai kualitas kepribadian yang berulang secara
tetap dalam seorang indevidu, sedangkan menurut peneliti sendiri
karakter adalah sifat atau watak yang melekat pada seseorang watak atau
sifat itu terbentuk karena proses yang terjadi secara terus menerus.
8
Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab..., Slamet Ikhwanudin, FKIP UMP, 2014
9
(1) Pendidikan karakter
Menurut Winton (2010) dalam Samani (2011: 43) Pendidikan
karakter adalah upaya sadar dan sungguh-sungguh dari seorang guru
untuk mengajarkan nilai-nilai kepada para siswanya. Sedangkan
menurut Burke (2011) dalam dalam Samani (2011: 43) pendikan
karakter semata-mata merupakan bagian dari pembelajaran yang baik
dan merupakan bagian yang fundamental dari pendidikan yang baik.
Sedangkan menurut Samani (2011: 43) sendiri Pendidikan karakter
telah menjadi sebuah pergerakan pendidikan yang mendukung
pengembangan sosial, pengembangan emosional dan pengembangan
etik para siswa.
Sedangkan menurut Aunillah (2011: 18-19) Pendidikan karakter
adalah sebuah sistem yang menanamkan nilai-nilai karakter pada
peserta didik, yang mengandung komponen pengetahuan, kesadaran
indevidu, tekad serta adanya kemauan dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan yang Maha Esa, diri
sendiri, sesama manusia, lingkungan, maupun bangsa sehingga akan
terwujud insan kamil, sedangkan menurut peneliti sendiri pendidikan
karakter adalah upaya menanamkan konsep dan nilai pada peserta
didik lewat sebuah sistem yang terjadi berulang-ulang yang akan
membentuk kebiasaan.
Karakter merupakan sikap yang dimiliki seseorang, Skinner
(2004:326) mengatakan bahwa:
Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab..., Slamet Ikhwanudin, FKIP UMP, 2014
10
Attitudes have been defined as ideas with emotional content,
important beliefs, prejudices, biases, predisposition,
appreciations, and as states of readiness or set. attitudes have
intellectual, biological, social, and emotional components that
are derived from experience and exercise a determining
influence upon behavior. Attitude as a mental and neural state
of readiness, organized through experience, exerting a
directive or dynamic influence upon the individual's response
to all objects with which it is related.
Berdasarkan kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa suatu
sikap
timbul
karena
emosi,
kepercayaan,
penyimpangan,
kecenderungan, penghargaan, dan kesediaan yang diperoleh dari
pengalaman dan latihan. Sikap sebagai suatu mental dan kesediaan
yang dipengaruhi oleh direktif atau dinamis pada saat perorangan
tanggap terhadap suatu hal atau keadaan. Untuk itu seorang guru
haruslah mampu mendidik siswa dalam rangka membentuk sikap
siswa yang positif.
Sedangkan menurut Elkind dkk (2004) dalam Aunillah (2011:
19) yang dimaksud pendidikan karakter adalah segala sesuaatu yang
dilaksanakan oleh guru yang mampu mempengarui karakter peserta
didik. Adapun menurut T. Ramli (2003) dalam Aunillah (2011: 22)
menyatakan bahwasanya pendidikan karakter memiliki esensi yang
sama denagan pendidikan moral dan akhlak.
Adapun Menurut Fitri (2012: 22) pendidikan karakter adalah
usaha sadar yang dilakukan untuk membentuk peserta didik menjadi
pribadi positif dan berakhlakul karimah sesuai dengan Standar
Kopetensi Lulusan (SKL) sehingga dapat diimplementasikan dalam
Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab..., Slamet Ikhwanudin, FKIP UMP, 2014
11
kehidupan sehari-hari. Sedangkan menurut peneliti sendiri pendidikan
karakter adalah sebuah sistem yang ada di lembaga pendidikan yang
berupaya untuk membentuk karakter peserta didiknya. Sedangkan
menurut peneliti sendiri pendidikan karakter adalah upaya yang
dilakukan guru untuk membentuk dan menanamkan sikap/ karakter
kepada peserta didik melalui sebuah sistem pendidikan.
b) Proses terbentuknya Karakter
Menurut Djahiri (1985: 15) proses terbentuknya karakter meliputi
5 tahapan yaitu :
(a) Tahapan Penerimaan (Recelving)
(b) Tahapan Respon (Responding)
(c) Tahapan Menilai (Valueing)
(d) Tahapan Merorganisir (Organizing)
(e) Karakterisasi/mempribadikan (Characterizing)
Kemudian dari 5 tahapan proses tersebut di jabarkan lewat
taksonominya sebagai berikut :
Tabel 2.1. Kawasan domain Afektif dan taksonomiknya
No
1
Lingkup
Urutan
Penerimaan
(Recelving)
Pertelaan Tujuan
Kata kunci Tujuan
Maumemusatkan
perhatian, tumbuh
minat, menyadari
keperluan/pentingnya
sesuatu, peka,
mengikuti dengan
penuh perhatian,
terbuka hati
nuraninya, dll
Dapat menangkap,
mau mendengarkan,
mampu
mengemukakan,
dapat menyebutkan,
mengidentifikasi,
menanyakan.
Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab..., Slamet Ikhwanudin, FKIP UMP, 2014
12
2
Respon
(Responding)
3
Menilai
(Valueing)
4
5
Agar terlibat,
tersentuh nuraninya,
timbul dialog dirinya,
menjawab sendiri,
menyatakan posisi
awalnya, berpartisi
aktif dalam kegiatan
berekspresi.
Agar pada diri siswa
terlibat: pertanyaan
benar atau
salah/layaktidak/dialog yang
mempertanyakan,
kemauan untuk
menggunakan
pengetahuan/perbekal
an dirinya, mengkaji
dan membandingkan
sertaa menilai
keberanian/kemauan
mengekspresikan /atau
menyatakan/
mengambil keputusan
Merorganisir Supaya: lahir
(Organizing) kebutuhan untuk
menyerap,
mempelajari,
menerima, menolak,
mengoreksi diri dan
menginternalisasi,
memahami keadaan
diri, menyadari akan
perlunya/pentingnya
sesuatu.
Mempribadi Agar hasil sub.4
kan (Charac dimantapkan(dipribadi
terizing)
kan/disatu
ragakan/personalized
menjadi
keyakinan/prinsip/pen
dirinya serta
diterapkan (acting)
Menghayati,
mengantisipasi,
melibatkan diri,
menyatakan,
mengadakan reaksi,
menjawab,
menyangkal,
membenarkan dan
mengakui
Memperatanyaka,
mengkaji,
memperbandingkan,
memperhitungkan,
menyatakan
penilaian/pendapat,
memilih,
memutuskan,
mempertmbangkan,
dan menanggapi.
Mengklarifikasi,
menggambarkan,
mendemonstrasikan,
memerankan,
menyatakan posisi/
tanggapannya.
Mencintai, meyakini,
mempertahankan,
menginginkan,
meragukan, menolak
tegas, dll
Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab..., Slamet Ikhwanudin, FKIP UMP, 2014
13
c) Ruang lingkup Karakter
(a) Moral
Moral menurut Piaget dalam Djahiri (1985: 20) Semua yang
memuat hal yang dianggap baik/positif/berharga yang bersifat
tuntutan dari luar (masyarakat/kehidupan) karena kiprah umum atau
praktik nyata.
Sedangkan menurut (Benigna, J. S., 1991: 4) Moral education
is conscious effort shared by parent, society, and professional
educators to help "shape the character of less well educated people"
Pendidikan moral adalah upaya sadar dari orang tua, masyarakat, dan
pendidik profesional untuk membantu
"membentuk karakter dari
orang-orang pendidikannya kurang baik"
Sedangkan menurut Usman (2008: 51) moral adalah bahasa
yang berasal dari bahasa latin yaitu mores artinya tentang kesusilaan
atau ajaran tentang baik dan buruk yang diterima secara umum. Dari
beberapa kutipan di atas dapat peneliti simpulkan moral adalah baik
atau buruk mengenai suatu nilai yang disandarkan pada aturan yang
berlaku pada suatu masyarakat.
(b) Norma
Menurut peneliti sendiri norma adalah suatu aturan yang
disepakati bersama oleh suatu masyarakat tetentu atau suatu pranata
tertentu yang bermaksud demi kebaikan bersama.
Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab..., Slamet Ikhwanudin, FKIP UMP, 2014
14
(c) Nilai
Fraenkel (1977) dalam Djahiri (1985: 20) mengemukakan
bahwa nilai/Value adalah idea atau konsep yang bersifat abstrak
tentang apa yang dipikirkan seseoang atau dianggap penting oleh
seseorang. Sedangkan menurut Milton Rokeah menyatakan bahwa
nilai adalah suatu kepercayaan/keyakinan (belief) yang bersumber
pada sistem nilai seseorang, mengenai apa yang patut dan yang tidak
patut dilakukan seseorang mengenai apa yang berharga dan yang
tidak berharga.
Sedangkan menurut Mustari (2012) menemukakan nilai adalah
satu prinsip umum yang menyediakan anggota masyarakat dengan
satu ukuran atau standar untuk membuat penilaian dan pemilihan
mengenai tindakan dan cita-cita tertentu.Berbeda dengan itu menurut
Kluckhohn (1953) dalam Mustari menjelaskan nilai adalah standar
yang waktunya agak langgeng, dalam hal ini standar yang mengatur
sistem tindakan.
Berdasarkan pengertian di atas, menurut peneliti sendiri nilai adalah
sesutu yang diyakini dan dianggap penting dan nilai ini dianggap
sesuatu yang berharga, sedangkan menurut peneliti sendiri nilai
adalah ukuran yang diyakini oleh seseorang mengenai sesuatu yang
dianggap berharga dan dijadikan acuan dalam bertindak.
(d) Akhlaq
Menurut Usman (2011: 50) secara bahasa akhlak berasal dari
bahasa arab yaitu al akhlaq yang bentuk jamak dari kata Khuluq yang
Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab..., Slamet Ikhwanudin, FKIP UMP, 2014
15
berarti tabiat, budi pekerti, kebiasaan atau adat sedangkan menurut
istilah akhlaq adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia
yang dari padanya lahir perbuatan-perbuatan yang mudah tanpa
melalui proses pemikiran, petimbangan atau penelitian.
(e) Etika
Menurut Usman (2011: 51) secara bahasa etika berasal dari
bahasa Yunani yaitu ethos yang artinya karakter, kebiasaan-kebiasan,
watak dan sifat, sedangkan menurut istilah etika adalah pengetahuan
yang menetapkan ukuran-ukuran atau kaidah-kaidah yang mendasari
pemberian tanggapan atau penilaian terhadap perbuatan-perbuatan.
Berdasarkan pengertian di atas, etika menurut peneliti sendiri adalah
karakter yang melekat pada seseorang yang berkaitan dengan watak
atau sifat yang bisa dilihat dalam perbuatan sehari hari.
2) Tanggung Jawab
Menurut Mustari (2011: 21) bertanggung jawab adalah sikap dan
perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana
yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan,
(alam, sosial, budaya). Negara dan Tuhan.
Menurut Sukanto (1985) dalam mustari (2011: 22-23) menyatakan
bahwa diantara tanggung jawab yang mesti ada pada manusia adalah:
1) Tanggung jawab kepada Tuhan yang maha Esa yang telah memberikan
kehidupan dengan cara takut kepada-Nya, bersyukur, dan memohon
petunjuk. Semua manusia bertanggung jawab kepada Tuhan Pencipta
Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab..., Slamet Ikhwanudin, FKIP UMP, 2014
16
Alam Semesta. Tak ada seorangpun manusia yang lepas bebas dari
tanggung jawab, kecuali orang itu gila atau anak-anak.
2) Tanggung jawab untuk membela diri dari ancaman, siksaan, penindasan,
dan perlakuan kejam dari manapun datangnya.
3) Tanggung jawab diri dari kerakusan ekonomi yang berlebihan dalam
mencari nafkah, ataupun sebaliknya, dan bersifat kekurangan ekonomi.
4) Tanggung jawab terhadap anak, suami atau istri, dan kluarga
5) Tanggung jawab sosial kepada masyarakat sekitar.
6) Tanggung jawab berpikir, tidak perlu mesti meniru orang lain dan
menyetujui pendapat umum atau patuh secara membuat terhadap nilainilai tradisi, menyaring segala informasi untuk dipilih, mana yang
berguna dan manah yang merugikan kita.
7) Tanggung jawab dalam memelihara hidup dan kehidupan, termasuk
kelestarian lingkungan hidup dari berbagai bentuk pencemaran.
Menurut mustari (2011: 25) bertanggung jawab personal berarti
melaksanakan
tugas
secara
sungguh-sungguh,
berani
menanggung
konsekuensi dari sikap, perkataan dan tingkah lakunya. Dari sini timbul
indikasi-indikasi yang diharuskan dalam diri seseorang yang bertanggung
jawab. Ciri ciri tersebut di antaranya adalah:
1) Memilih jalan lurus.
2) Selalu memajukan diri sendiri.
3) Menjaga kehormatan diri.
4) Selalu waspada.
5) Memiliki komitmen pada tugas.
Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab..., Slamet Ikhwanudin, FKIP UMP, 2014
17
6) Melakukan tugas dengan standard yang terbaik.
7) Mengakui semua perbuatannya.
8) Menepati janji.
9) Berani menanggung resiko atas tindakan dan ucapannya
Tanggung jawab moral biasanya merujuk pada pemikiran bahwa
seseorang mempunyai kewajiban moral dalam situasi tertentu.
Sedangkan tanggung jawab sosial ini dapat saja bersifat ”negatif” berarti
tiadanya tuduhan yang memberatkan ataupun bisa jadi “positif “ yang berarti
terdapatnya tanggung jawab untuk bertindak baik (sikap Proaktif). Nilai-nilai
yang harus ada apabila berinteraksi dalam masyarakat ataupun dengan orang
lain di antaranya adalah:
1) Senantiasa berbicara benar.
2) Menghindarkan perasaan iri dengki.
3) Tidak bakhil.
4) Bersikap pemaaf.
5) Adil.
6) Amanah.
7) Tidak sombong.
Menurut Wibowo (2012: 44) tanggung jawab adalah sikap dan
perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang
seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan, (alam,
sosial, budaya), Negara, dan Tuhan Yang Maha Esa.
Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab..., Slamet Ikhwanudin, FKIP UMP, 2014
18
Berdasarkan kutipan di atas dapat peneliti simpulkan bahwa tanggung
jawab adalah sikap atau prilaku yang berkaitan dengan tugas dan kewajiban
seseorang atau kelompok yang kalau tidak dilakukan akan menimbulkan
suatu masalah baru.
3) Prestasi Belajar
1) Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan istilah yang tidak asing lagi dalam
dunia pendidikan. Istilah ini sering digunakan untuk sebutan penilaian
dari hasil belajar. Penilaian ini digunakan oleh guru untuk mengukur
seberapa besar siswa mampu menerima materi yang telah dipelajari
sesuai dengan tujuan pembelajaran. Istilah prestasi belajar ini terdiri dari
dua kata yaitu prestasi dan belajar.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “prestasi adalah hasil yang
telah dicapai”. Sedangkan menurut Djamarah (2008: 13), “belajar adalah
suatu kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan dua unsur yaitu jiwa
dan raga”. Dari pengertian prestasi dan belajar, dapat disimpulkan bahwa
prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa dari kegiatan
pembelajaran yang melibatkan jiwa dan raga untuk memperoleh suatu
perubahan. Sedangkan menurut Syah (2004: 150) Prestasi Belajar adalah
pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang
berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa.
Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab..., Slamet Ikhwanudin, FKIP UMP, 2014
19
Berikut definisi prestasi belajar menurut para ahli dalam Hamdani
(2011: 137-138) :
1) W.J.S. Purwadarminta berpendapat bahwa prestasi adalah hasil yang
telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya).
2) Qohar dalam jamarah mengatakan bahwa prestasi sebagai hasil yang
telah di ciptakan , hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang
di peroleh dengan jalan keuletan.
3) Harahap memberikan batasan bahwa prestasi adalah penilain
pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan siswa yang
berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada
mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum.
4) Winkel
(1996:
226)
mengemukakan
bahwa
prestasi
belajar
merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang.
Dengan denikian, prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang
dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.
5) Arif Gunarso (1993: 77 ) mengemukakan bahwa prestasi belajar
adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah
melaksanakan usaha-usaha belajar.
6) Gagne (1985: 40) menyatakan bahwa prestasi belajar di bedakan
menjadi lima aspek, yaitu kemampuan intlektual, strategi kognitif,
informasi verbal, sikap, dan ketrampilan, sedangkan menurut peneliti
prestasi adalah hasil dari proses belajar yang didapat oleh peserta
didik selama mengikuti pelajaran yang dilakukan oleh guru.
Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab..., Slamet Ikhwanudin, FKIP UMP, 2014
20
Berdasarkan pengertian di atas, peneliti memberikan kesimpulan
bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar yang diperoleh dari peserta
didik dalam menempuh proses pembelajaran yang diwujudkan oleh nilai
nilai atau angka.
2) Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar
Belajar yang efektif sangat membantu siswa untuk meningkatkan
kemampuan mereka yang telah ditetapkan dalam tujuan pembelajaran.
Agar dapat meningkatkan prestasi belajar perlu diperhatikan faktor
internal dan eksternal.
(a) Faktor Internal
a) Kecerdasan (inteligensi)
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan
untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya.
Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi-rendahnya inteligensi yang normal selalu menunjukan kecakapan sesuai dengan
tingkat perkembangan sebaya. Adakalanya perkembangan ini
ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang berbeda antara anak yang
satu dengan anak lainya sehingga anak pada usia tertentu sudah
memiliki tingkat kecerdasan lebih tinggi dibandingkan dengan
kawan sebayanya. Oleh karena itu, jelas bahwa faktor inteligensi
merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam kegiatan belajar
mengajar.
Menurut Kartono dalam Hamdani (2011: 139) kecerdasan
merupakan salah satu aspek yang terpenting dan sangat
Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab..., Slamet Ikhwanudin, FKIP UMP, 2014
21
menentukn berhasil-tidaknya studi seseorang. Kalau seorang
murid memiliki tingkat kecerdasan normal atau diatas normal,
secara potensi ia dapat mencapai prestasi yang tinggi. Sedangkan
menurut Slameto (1995) dalam Hamdani (2011: 139) mengatakan
bahwa tingkat inteligensi yang tinggi akan lebih berhasil dari pada
yang mempunyai tingkat inteligensi yang rendah.
Menurut Muhibbin (1999) dalam Hamdani (2011: 139)
berpendapat bahwa inteligensi adalah semakin tinggi kemampuan
inteligensi seorang siswa, semakin besar peluangnya untuk meraih
sukses
sebaliknya, semakin rendah kemampuan inteligensi
seorang siswa, semakin kecil peluangnya untuk meraih sukses.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
intelegensi adalah kemampuan atau kecerdasan yang dimiliki
seseorang dalam menghadapi kondisi lingkungan yang ada
berkenaan dengan pembelajaran.
b) Faktor jasmaniah atau faktor fisiologis
Kondisi jasmaniah atau fisiologis pada umumnya sangat
berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. uzer dan
Lilis mengatakan bahwa faktor jasmaniah, yaitu pancaindara yang
tidak berfungsi sebagaimana mestinya, seperti mengalami sakit,
cacat tubuh atau perkembangan tang tidak semourna, berfungsinya
kelenjar yang membawa kelainan tingkah laku.
Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab..., Slamet Ikhwanudin, FKIP UMP, 2014
22
c) Sikap
Sikap, yaitu suatu kecenderungan untuk mereaksi terhadap
suatu hal, orang atau benda dengan suka, tidak suka, atau acuh tak
acuh.Sikap seseorang dapat di pengaruhi oleh faktor penge-tahuan,
kebiasaan, dan keyakinan.
d) Minat
Minat menurut para ahli adalah psikologi adalah suatu kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu
secara terus-menerus. Minat ini erat kaitannya dengan perasaan,
terutama perasaan senang. dapat dikatakan minat itu terjadi karena
perasaan senang pada sesuatu minat memiliki pengaruh yang
sangat besar terhadap pembelajaran jika menyukai suatu mata
pelajaran, siswa akan belajar dengan senang hati tanpa rasa beban.
Menurut Winkel (1996) dalam Hamdani (2011: 141) minat
adalah kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa
tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang
berkecimpung dalam bidang itu. Sedangkan menurut Slameto
(1995) dalam hamdani (2011: 141) mengemukakan bahwa minat
adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang
beberapa
kegiatan
yang
diminati
seseorang,
diperhatikan terus yang disertai dengan rasa sayang.
Menurut Sardiman (1992) dalam Hamdani (2011: 141)
mengemukakan bahwa minat adalah suatu kondisi yang terjadi
Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab..., Slamet Ikhwanudin, FKIP UMP, 2014
23
apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi, yang
dihubungkan
dengan
keinginan-keinginan
atau
kebutuhan-
kebutuhannya sendiri, sedangkan menurut peneliti sendiri minat
adalah keinginan yang kuat berdasarkan kebutuhan yang paling
disukai.
e) Bakat
Bakat adalah kemampuan potensi yang dimiliki seseorang
untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Setiap
orang memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai
prestasi sampai tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masingmasing. Sedangkan menurut Ngalim Purwanto (1986) dalam
Hamdani (2011: 141) bahwa bakat dalam hal ini, lebih dekat
pengertiannya dengan kata attitude, yang berarti kecakapan, yaitu
mengenai kesanggupan-kesanggupan tertentu.
Menurut Kartono (1995) dalam Hamdani (2011: 141)
menyatakan bahwa bakat adalah potensi atau kemampuan kalau
diberikan kesempatan untuk dikembangkan melalui belajar akan
menjadi kecakapan yang nyata.
Menurut Syah Muhibbin (1999) dalam Hamdani (2011:
141) bakat diartikan sebagai kemampuan individu untuk
melakukan tugas tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan
dan latihan, sedangkan menurut peneliti bakat adalah adalah
kemampuan yang dimiliki oleh seseorang yang berasal dari lahir
Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab..., Slamet Ikhwanudin, FKIP UMP, 2014
24
dan akan berkembang dengan baik apabila disertai belajar dan
pendampingan.
f) Motivasi
Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang
untuk melakukan sesuatu. Motivasi dapat menentukan baiktidaknya
dalam mencapi tujuan sehingga semakin besar
kesuksesan belajarnya. Kuat lemahnya motivasi belajar turut
mempengaruhi keberhasilan belajar. Oleh karena itu, motivasi
belajar perlu diusahakan, terutama yang berasal dari dalam diri
dengan cara memikirkan masa depan yang penuh tantangan dan
harus di hadapi untuk mencapai cita-cita
Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena
hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa
untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam
belajar adalah cara mengatur agar motivasi dapat di tingkatkan.
Demikian pula, dalam kegiatan belajar mengajar seorang anak
didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar.
2) Faktor eksternal
Faktor eksternal terdiri atas dua macam, yaitu lingkungan
sosial
dan
lingkunagan
nonsosial.yang
termasuk
dalam
lingkungan sosial adalah Guru, Kepala Sekolah, Staf administrasi,
teman-teman sekelas, rumah tempat tinggal siswa, ala-alat belajar,
dan lain-lain. Adapun yang termasuk dalam lingkungan nonsosial
adalah gedung sekolah, tempat tinggal, dan waktu belajar.
Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab..., Slamet Ikhwanudin, FKIP UMP, 2014
25
Pengaruh lingkungan pada umumnya bersifat positif dan
tidak memberikan paksaan kepada individu. Menurut Slameto
(1995) dalam Hamdani (20211: 143) faktor eksternal yang dapat
mempengaruhi belajar adalah keadaan keluarga, keadaan sekolah,
dan lingkungan masyarakat.
a) Keadaan keluarga
Keluarga
merupakan
lingkungan
terkecil
dalam
masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan
sebagaimana yang dijelaskan Slameto, bahwa keluarga adalah
lembaga pendidikan pertama dan utama. Keluarga yang sehat
besar
artinya
untuk
pendidikan
kecil,
tetapi
bersifat
menentukan dalam ukuran besar, yaitu pendidikan bangsa,
negara, dan dunia. Adanya rasa aman dalam keluarga sangat
penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa
aman itu membuat seseorang terdorong untuk belajar secara
aktif karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan
pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar.
Hasbullah (1994) dalam Hamdani (2011:
mengatakan
bahwa
keluarga
merupakan
143)
lingkungan
pendidikan yang pertama karena dalam keluarga inilah anak
pertama-tama mendapatkan pendidikan dan bimbingan,
sedangkan tugas utama dalam keluarga bagi pendidikan anak
adalah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan
Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab..., Slamet Ikhwanudin, FKIP UMP, 2014
26
pandangan hidup keagamaan. Oleh karena itu, orang tua
hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari
keluarga.
b) Keadaan sekolah
Sekolah
merupakan
lembaga
pendidikan
formal
pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan
belajar siswa adalah lingkungan sekolah, lingkungan sekolah
yang baik dapat mendorong siswa untuk belajar lebih giat.
Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran,
hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran, dan
kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa yang kurang baik
akan mempengaruhi hasil-hasil belajarnya
Menurut Kartono (1995) dalam Hamdani (2011: 144)
guru dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang akan
diajarkan dan memiliki tingkah laku yang tepat dalam
mengajar. Oleh sebab itu, guru harus menguasai bahan
pelajaran yang disajikan dan memiliki metode yang tepat
dalam mengajar.
c) Lingkungan masyarakat
Di samping orangtua, lingkungan juga merupakan
salah satu faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar
siswa Dalam proses pelaksanaan pendidikan. Lingkungan
alam sekitar sangat berpengaruh terhadap perkembangan
pribadi anak. Sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan
lebih banyak bergaul dengan lingkungan tempat ia berada.
Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab..., Slamet Ikhwanudin, FKIP UMP, 2014
27
Kartono
berpendapat
(1995)
bahwa
dalam
Hamdani
lingkungan
(2011:
masyarakat
144)
dapat
menimbulkan kesukaran belajar anak, terutama anak-anak
yang sebayanya. Apabila anak-anak yang sebaya merupakan
anak-anak yang rajin belajar, anak akan terangsang untuk
mengikuti jejak mereka.
3( Fungsi Prestasi Belajar
Prestasi belajar semakin terasa penting untuk dipermasalahkan, karena mempunyai beberapa fungsi utama antara lain:
a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas
pengetahuan yang telah dikuasai anak didik
b. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.
Hal ini didasarkan atas asumsi para ahli psikologi biasanya
menyebut hal ini sebagai tendensi keingintahuan (couriosity)
dan merupakan kebutuhan umum pada manusia (Abraham H.
Moslow, 1984), termasuk kegiatan anak didik dalam suatu
pro-gram pendidikan.
c. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi
pendidikan. Asumsinya adalah bahwa prestasi balajar dapat
dijadikan pendorong bagi anak didik dalam meningkatkan
ilmu pengetahuan dan teknologi dan berperan sebagai umpan
balik dalam meningkatkan mutu pendidikan.
d. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu
institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi
Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab..., Slamet Ikhwanudin, FKIP UMP, 2014
28
belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktifitas suatu
institusi pendidikan. Asumsinya adalah bahwa kurikulum yang
digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan anak
didik. Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya
prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan
anak didik dimasyarakat. Asumsinya adalah bahwa kurikulum
yang digunakan relevan pula dengan kebutuhan pembangunan
masyarakat.
e. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap
(kecerdasan) anak didik. Dalam proses belajar mengajar, anak
didik merupakan masalah yang utama dan pertama, karena
anak didiklah yang diharapkan mampu menyerap seluruh
materi pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum
Berdasarkan pengertian di atas, peneliti memberikan
kesimpulan bahwa prestasi belajar dipengaruhi beberapa faktor
Diantaranya internal dan eksternal yang mana keduanya sangat
memiliki peran penting didalam proses pembelajaran untuk
mendapatkan hasil belajar yang baik atau mendapatkan prestasi
belajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
4) Pembelajaran PKn Berdasarkan KTSP
1) Pendidikan Kewarganegaraan
Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan dapat dijelaskan melalui
ringkasan pengertian Pendidikan dan Kewarganegaraan Kewarganegaraan
adalah segala hal yang terkait dengan warga Negara suatu Negara.
Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab..., Slamet Ikhwanudin, FKIP UMP, 2014
29
Adapun pengertian pendidikan adalah proses pendewasaan seseorang atau
sekelompok orang dengan usaha sadar melalui pengajaran dan pelatihan
sehingga terjadi perubahan pada seseorang atau sekelompok orang
tersebut dalam hal pengetahuan, orientasi, dan perilaku yang bersifat
kritis dan emansipatoris. (Sofhian dan Gatara. 2011: 5-6).
Sedangkan menurut Zamroni (2003) dalam Taniredja (2009: 3)
Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang
bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan
bertindak demokratis, melalui aktifitas menanamkan kesadaran kepada
generasi baru bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan bermasyarakat
yang paling menjamin hak-hak warga masyarakat. Demokrasi adalah
suatu learning process yang tidak dapat begitu saja meniru dan
mentransformasikan
nilai-nilai
demokrasi.
Selain itu,
pendidikan
kewarganegaraan adalah suatu proses yang dilakukan oleh lembaga
pendidikan dimana seseorang mempelajari orientasi, sikap dan perilaku
politik sehingga yang bersangkutan memiliki pengetahuan, kesadaran,
sikap, political efficacy dan keikutsertaan, serta kemampuan mengambil
keputusan politik secara rasional dan menguntungkan bagi dirinya juga
bagi masyarakat dan bangsa.
Berdasarkan pengertian di atas, maka pendidikan kewarga
negaraan dapat didefinisikan sebagai proses pendewasaan bagi warga
Negara dengan usaha sadar dan terencana melalui pengajaran dan
pelatihan sehingga terjadi perubahan pada warga Negara tersebut dalam
Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab..., Slamet Ikhwanudin, FKIP UMP, 2014
30
hal pengetahuan, sikap dan perilaku
yang bersifat kritis dan
emansipatoris.
Pendidikan kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali
peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan
dengan hubungan antar warga Negara dengan Negara serta pendidikan
pendahuluan bela Negara menjadi warga Negara yang dapat diandalkan
oleh bangsa dan Negara.
2) Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
Tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk
memberikan kompetensi-kompetensi sebagai berikut:
(1) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan.
(2) Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak
secara cerdas dalam kegiatan bermsyarakat, berbangsa dan bernegara.
(3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat
hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.
(4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia
secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi. Fathurrohman dan Wuryandari (2011:7)
3) Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan
Dalam BSNP, ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
a) Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam
perbedaan, Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia,
Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab..., Slamet Ikhwanudin, FKIP UMP, 2014
31
Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia,
Partisipasi dalam pembelaan Negara, sikap positif terhadap Negara
Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan.
b) Norma, hokum dan peraturan meliputi: tertib dalam kehidupan
keluarga, tata tertib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat,
peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara, sistim hokum dan peradilan nasional, hukum dan
peradilan internasional.
c) Hak asasi manusia meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan
kewajiban anggota masyarakat, instrument nasional dan internasional
HAM, pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.
d) Kebutuhan warga Negara meliputi: hidup gotong royong, harga diri
sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan
mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri,
persamaan kedudukan warga Negara.
e) Konstitusi Negara meliputi: proklamasi kemerdekaan dan konstitusi
yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di
Indonesia, hubungan dasar Negara dengan konstitusi.
f) Kekuasaan dan politik meliputi: pemerintahan desa dan kecamatan,
pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan
system politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat
madani, system pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi.
g) Pancasila meliputi: kedudukan pancasila, sebagai dasar Negara dan
ideology Negara, proses perumusan pancasila sebagai dasar Negara,
Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab..., Slamet Ikhwanudin, FKIP UMP, 2014
32
pengalaman nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari,
pancasila sebagai ideology terbuka.
h) Globalisasi meliputi: globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri
Indonesia
di
era
globalisasi,
dampak
globalisasi,
hubungan
internasional dan organisasi internasional.
4) Materi PKn Kelas V Memahami Kebebasan Berorganisai
Kebebasan
Berorganisasi
Pengertian
Organisasi
Jenis-Jenis
Organisasi
Menurut Kamus
Administrasi
Di lingkungan
Sekolah
Menurut Kamus
Bahasa
Indonesia
Di Lingkungan
Masyarakat
Kebebasan
Organisasi
Menurut
Sondang P.
Siagian
Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab..., Slamet Ikhwanudin, FKIP UMP, 2014
33
1. Pengertian organisasi
SK :
3. Memaham kebebasan berorgansasi
KD :
3.1.Mendeskripsikan pengertian organisasi
3.1.2. Mengidentifikasi ciri-ciri organasasi
3.1.3. Menyebutkan contoh organisasi dilingkungan sekolah
dan masyarakat
3.1.4
Menampilkan peran serta dalam memilih organisasi
disekolah.
Organisasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
kesatuan yang terdiri atas bagian-bagian atau orang-orang dalam
perkumpulan untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi, organisasi adalah
tempat berkumpulnya orang orang demi tujuan tertentu. Organisasi
terbentuk bila dua orang atau lebih maupun sekelompok orang yang
bekerja sama dan menjalankan suatu pekerjaan atau kegiatan demi
mencapai tujuan yang sama pula. Dalam suatu organisasi terdapat
pembagian tugas. Pembagian tugas yang dilakukan harus disesuaikan
dengan kemampuan setiap individu. Organisasi memiliki beberapa unsur,
antara lain:
a. Adanya tujuan, yaitu sesuatu yang ingin diwujudkan serta dicapai
sehingga memunculkan adanya tugas, wewenang, dan tanggung
jawab.
b. Adanya pembagian tugas sekelompok orang
c. Adanya kerja sama di antara orang-orang yang bekerja.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengertian organisasi adalah suatu
perkumpulan yang anggotanya terdiri atas beberapa orang untuk
melakukan kerja sama dalam upaya mencapai tujuan bersama. Sebuah
Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab..., Slamet Ikhwanudin, FKIP UMP, 2014
34
organisasi memiliki pengurus, anggota, dan tujuan. Tujuan dibentuknya
organisasi adalah agar kegiatan organisasi berjalan dengan lancar, dan
para anggota dapat menjalin kerja sama untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Salah satu contoh sederhana dari organisasi adalah pengurus
kelas, yang bertugas mengurus dan mengatur kelas tempat belajar.
Contoh struktur kepengurusan terdiri dari ketua, wakil ketua, sekretaris,
bendahara, dan seksi-seksi.
2. Manfaat Organisasi
Mengikuti organisasi sangat banyak manfaatnya, diantaranya
dapat menambah wawasan dan pengalaman. Selain menambah wawasan
dan pengalaman, organisasi juga dapat membantu mengetahui dan
mengembangkan bakat: misalnya, lewat kegiatan organisasi bisa
menemukan kelebihan dan bakat yang selama ini terpendam. Jadi dapat
ditarik
kesimpulan
bahwasanya
aktif
dalam
organisasi
mampu
mendatangkan banyak manfaat, seperti:
a. Menambah wawasan dan pengalaman
b. Mengetahui dan mengaembangkan bakat
c. Menambah teman
d. Mudah bergaul
e. Melatih diri mandiri
f. Membagi dan mengisi waktu dengan kegiatan yang bermanfaat
g. Menimbulkan kepercayaan diri dan tidak mudah mengeluh.
3. Tugas-Tugas Pengurus Organisasi
Dalam suatu organisasi terdiri dari beberapa pengurus, dan masingmasing pengurus mempunyai tugas yang berbeda-beda. Pengurus dalam
Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab..., Slamet Ikhwanudin, FKIP UMP, 2014
35
sebuah organisasi terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, dan lain-lain.
Adapun tugas-tugas dari pengurus suatu organisasi, antara lain:
a. Ketua, mempunyai tugas:
1) Mengurus organisasi.
2) Bertanggung jawab ke luar dan ke dalam organisasi.
3) Memimpin rapat.
4) Mengadakan hubungan dengan pihak luar.
5) Membuat rencana kerja.
b. Wakil ketua, mempunyai tugas:
1) Membantu ketua dalam mengurus organisasi.
2) Bertanggung jawab dan menggantikan tugas ketua, apabila ketua
tidak ada.
c. Sekretaris, mempunyai tugas:
1) Membantu ketua dalam mengurus organisasi.
2) Membuat agenda kegiatan organisasi.
3) Membuat surat-surat yang diperlukan/proposal kegiatan.
4) Membuat arsip.
5) Membuat rencana kerja organisasi bersama ketua.
d. Bendahara, mempunyai tugas:
1) Membantu ketua dalam mengurus organisasi.
2) Mengurus masalah keuangan organisasi.
3) Membuat laporan keuangan.
4) Membantu ketua membuat rencana kerja organisasi.
Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab..., Slamet Ikhwanudin, FKIP UMP, 2014
36
B. Organisasi di Lingkungan Sekolah dan Masyarakat
1. Organisasi di Lingkungan Sekolah
a. Koperasi Sekolah
b. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
c. Gugus Depan Pramuka
d. Komite Sekolah
e. OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah)
f. PMR
g. Klub olahraga
2.
Organisasi di Lingkungan Masyaraka
a. RT (rukun tetangga)
b. RW (rukun warga)
c. Karang taruna
d. Desa atau kelurahan
e. BPD (Badan Permusyawaratan Desa)
f. Dewan kelurahan
g. PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga)
5) Pembelajaran Role Playing
a) Pengertian Role Playing
Menurut Sagala (2010:213) Sosiodrama (role playing) berasal dari
kata sosio dan drama. Sosio berarti sosial menunjuk pada objeknya yaitu
masyarakat menunjukan pada kegiatan-kegiatan sosial, dan drama berarti
Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab..., Slamet Ikhwanudin, FKIP UMP, 2014
37
mem-pertunjukan, mempertontonkan atau memperlihatkan. Sosial atau
masyarakat terdiri dari manusia yang satu sama lain terjalin hubungan
yang dikatakan hubungan sosial. Drama dalam pengertian luas adalah
mempertunjukan atau mempertontonkan suatu keadaan atau peristiwaperistiwa yang dialami orang. Orang dan tingkah laku orang. Metode
sosiodrama
berarti
cara
menyajikan
bahan
pelajaran
dengan
mempertunjukan dan mempertontonkan atau mendramatisasikan cara
tingkah laku dalam hubungan sosial. Jadi sosiodrama ialah metode
mengajar yang dalam pelaksaannya peserta didik mendapat tugas dari
guru untuk mendramatisasikan suatu situasi sosial yang mengandung
suatu problem, agar peserta didik dapat memecahkan suatu masalah yang
muncul dari suatu situasi sosial.
Pembelajaran dengan role playing adalah suatu cara penguasaan
bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan
siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatn itu dilakukan siswa
dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Metode ini
banyak melibatkan siswa dan membuat siswa senang belajar serta metode
ini mempunyai nilai tambah yaitu: (a) dapat menjamin seluruh partisipasi
seluruh siswa dan memberi kesempatan yang sama untuk menunjukan
kemampuannya dalam bekerja sama hingga berhasil, dan (b) permainan
merupakan pengalaman yang menyenangkan bagi siswa (Prasetyo, 2001).
Pembelajaran dengan role playing merupakan suatu aktivitas yang
dramatik, biasanya ditampilkan oleh sekelompok kecil siswa, bertujuan
Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab..., Slamet Ikhwanudin, FKIP UMP, 2014
38
mengeksploitasi beberapa masalah yang ditemukan untuk melengkapi
partisipasi dan pengamat dengan pengalaman belajar yang nantinya dapat
meningkatakan pemahaman. (Prasetyo, 2001).
Pembelajaran role playing ada tujuh tahap yaitu pemilihan
masalah, pemilihan peran, menyusun tahap-tahap bermain peran,
menyiapkan pengamat, tahap pemeranan, diskusi dan evaluasi serta
pengambilan
keputusan.
Pada
tahap
pemilihan
masalah,
guru
mengemukakan masalah yang diangkat dari kehidupan peserta didik agar
mereka dapat mersakan masalah itu dan terdorong untuk mencari
penyelesaiannya. Tahap pemilihan peran memilih peran dengan sesui
dengan permasalahan yang akan dibahas, mendeskripsikan karakter dan
yang harus dikerjakan oleh para pemain. Selanjutnya menyusun tahaptahap bermain peran. Dalam hal ini guru telah membuat dialog tetapi
siswa boleh menambah dialog sendiri. Tahap berikutnya adalah
menyiapkan pengamat. Pengamat dari kegiatan ini adalah semua sisiwa
yang tidak menjadi pemain atau pemeran. Setelah semuanya siap maka
dilakukan kegitan pemeranan. Pada tahap ini para peserta didik mulai
bereaksi sesuai dengan peran masing-masing sesuai yang terdapat pada
skenario bermain peran. Dalam hal ini guru menghentikan permainan
pada saat terjadi pertentangan agar memancing permasalahan agar
didiskusikan. Masalah yang muncul dari bermain peran, dibahas pada
tahap diskusi dan evaluasi. Role Playing disebut juga metode sosiodrama.
Sosiodrama pada dasarnya mendramatisasikan tingkah laku dalam
hubungannya dengan masalah sosial (Djamarah dan Zain, 2002).
Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab..., Slamet Ikhwanudin, FKIP UMP, 2014
39
Role playing menurut Djamarah dan Zain (2002) mempuyai
beberapa kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:
b) Kelebihan Role playing
1) Siswa melatih dirinya untuk memahami dan mengingat isi bahan yang
akan diperankan. Pemain harus memahami, menghayati isi cerita
secara keseluruhan, terutama untuk materi yang harus diperankannya.
Dengan demikian daya ingatan siswa harus tajam dan tahan lama.
2) Siswa akan berlatih untuk berinisiatif dan kreatif. Pada waktu bermain
peran para pemain dituntut untuk mengemukakan pendapat sesuai
waktu yang tersedia.
3) Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga di
mungkinkan akan muncul atau tumbuh bibit seni drama dari sekolah
4) Kerjasama antar pemain dapat di tumbuhkan dan di bina dengan
sebaik-baiknya
5) Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi
tanggung jawab dengan sesamanya.
6) Bahasa siswa dapat dibina menjadi bahasa yang lebih baik agar
mudah di pahami orang lain.
c) Kelemahan metode role playing
1) Sebagian anak yang tidak ikut bermain peran menjadi kurang aktif.
2) Banyak memakan waktu.
3) Memerlukan cukup yang cukup luas.
4) Sering kelas lain merasa terganggu oleh suara para pemain dan tepuk
tangan pemain dan tepuk tangan penonton/pengamat.
Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab..., Slamet Ikhwanudin, FKIP UMP, 2014
40
d) Pelaksanaan metode role playing
1) Pemilihan masalah, guru mengemukakan masalah yang diangkat dari
kehidupan peserta didik agar mereka dapat merasakan masalah itu dan
terdorong untuk mencari penyelesaiannya.
2) Pemilihan peran, memilih peran yang sesuai dengan permasalahan
yang akan bahas, mendeskripsikan karakter dan apa yang harus di
kerjakan oleh para pemain.
3) Menyusun tahap-tahap bermain peran, dalam hal ini guru telah
membuat dialog tetapi siswa dapat juga menambahkan dialog sendiri.
4) Menyiapkan pengamat, pengamat dari kegiatan ini adalah semua
siswa yang tidak menjadi pemain atau pemeran.
5) Pemeranan, dalam tahap ini para peserta didik mulai mempersiapkan
diri untuk tampil.
Metode sosiodrama (role playing) oleh Mansyur (1996) dalam
Sagala (2010:213) mempunyai kebaikan-kebaikan antara lain ialah:
1) Murid melatih dirinya untuk melatih, memahami dan mengingat
bahan yang akan di dramakan. Sebagai pemain harus me-meahami,
menghayati isi cerita secara keseluruhan, terutama materi yang harus
di perankannyaa.
2) Murid akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. Pada waktu
bermain
drama
para
pemain
dituntut
untuk
mengemukakan
pendapatnya ssesuai dengan waktu yang tersedia.
3) Bakat yang terpendam pada murid dapat dipupuk sehingga di
mungkinkan akan muncul atau timbul bibit seni dari sekolah. Jika seni
drama mereka dibina dengan baik kemungkinan besar mereka akan
jadi pemain yang baik kelak.
Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab..., Slamet Ikhwanudin, FKIP UMP, 2014
41
4) Kerja sama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan
sebaik-baiknya.
5) Murid memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi
tanggung jawab ddengan sesamanya
6) Bahasa lisan murid dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar
mudah dipahami orang lain
Metode sosiodrama (Role playing) mempunyai kelemahakelemahan antara lain:
1) Sebagian besar anak yang tidak ikut bermain drama mereka menjdi
kurang aktif
2) Banyak memakan waktu, baik waktu persiapan dalam rangka
pemahaman
isi
bahan
pelajaran
maupun
pada
pelaksanaan
pertunjukan.
3) Memerlukan tempat yang cukup luas, jika tempat bermain sempit
menyebabkan gerak para pemain kurang bebas.
4) Kelas lain sering terganggu oleh suara pemain dan para penonton
yang kadang-kadang bertepuk tangan dan sebagainya.
Langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut :
1) Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan.
2) Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dalam waktu
beberapa hari sebelum pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar.
3) Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang.
4) Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai.
Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab..., Slamet Ikhwanudin, FKIP UMP, 2014
42
5) Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan
skenario yang sudah dipersiapkan.
6) Masing-masing siswa berada di kelompoknya sambil mengamati
skenario yang sedang diperagakan.
7) Setelah selesai ditampilkan, masing-masing siswa diberikan lembar
kerja untuk membahas/memberi penilaian atas penam-pilan masingmasing kelompok.
8) Guru memberikan kesimpulan secara umum.
9) Evaluasi.
10) Penutup.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh putra subur dengan judul
Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar siswa pada mata pelajaran PKn materi
Keputusan Bersama di kelas SD Negri 2 Bojongsari Purwokerto menggunakan
strategi pembelajaran Role playing. Hasil yang di peroleh dalam penelitian
menggunakan role playing pada mata pelajaran PKn ternyata berpengaruh
terhadap Motivasi dan Prestasi belajar siswa. Dari hasil pengamatan terbukti
untuk Motivasi dan Prestasi belajar pada siklus I di peroleh nilai rata-rata 71,
89% sedangkan pada siklus II di peroleh nilai rata-rata 83, 98%. Dapat diketahui
bahwa dengan menggunakan pembelajaran role playing dapat meninggkatkan
Motivasi dan Prestasi belajar siswa.
C. Kerangka Berfikir
Dalam proses belajar dan mengajar apabila seorang guru menggali Rasa
tanggung Jawab dan menggunakan metode Role Playing, serta dilengkapi dengan
Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab..., Slamet Ikhwanudin, FKIP UMP, 2014
43
media dalam belajar dan mengajar agar dapat berkomunikasi dengan baik pada
saat menyajikan pelajaran, peserta didik akan lebih mudah menerima materi yang
disampaikan oleh guru. Dalam hal ini penggunaan peraga serta metode Role
Playing atau bermain peran yang dapat dilakukan oleh para peserta didik dengan
bimbingan guru diharapkan akan dapat menggugah rasa tanggung Jawab, dan
pola pikir kritis sehingga dapat meningkatakan prestasi belajar bagi peserta didik
kelas V sekolah dasar.
Pemanfaatan bahan sederhana sebagai alat peraga serta membawa dan
mengenalkan lingkungan nyata kepada peserta didik akan menjadikan
pengalaman tersendiri bagi peserta didik sehingga berbagai informasi dan
pengetahuan yang mereka dapat merupakan pengintegrasian pengetahuan yang
pernah didapat sebelumnya dengan kegiatan bermain peran yang dilakukan
sekarang melalui kegiatan eksplirasi, elaborasi dan konfirmasi.
Penerapan Role Playing yang dikemas sedemikian rupa akan menimbulkan
daya tarik tersendiri bagi peserta didik. Sehingga menciptakan suasana belajar
yang menarik, menyenangkan dan materi yang didapat akan terkesan pada diri
peserta didik. Dengan demikian pengetahuan yang mereka dapat akan terpatri
dalam jangka waktu panjang dan konsisten. Alur kerangka pikir tersebut dapat
digambarkan dalam bentuk skema berikut ini :
Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab..., Slamet Ikhwanudin, FKIP UMP, 2014
44
KONDISI
AWAL
TINDAKAN
Guru masih menggunakan
pendekatan konvensional
(berceramah) dalam pembelajaran
PKn materi Memahami Kebebasan
Berorganisasi
Rasa Tanggung jawab dan
Prestasi belajar PKn materi
memahami kebebasan
Berorganisasi rendah
SIKLUS I
Guru menerapkan Rasa Tanggung
Jawabdan metode Role Playing dalam
pembelajaran PKn materi Memahami
Kebebasan Berorganisasi
Guru menerapkan Rasa Tanggung
Jawab dan Metode Role Playing
dalam pembelajaran PKn materi
Memahami Kebebasan
Berorganisasi
SIKLUS II
Guru menerapkan Rasa Tanggung Jawabdan metode Role
Playing dalam pembelajaran PKn materi Memahami
Kebebasan Berorganisasi
HASIL
AKHIR
Diduga melalui penerapan pendekatan pembelajaran
Role Playing dapat meningkatkan prestasi belajar
dan Rasa Tanggung Jawab di kelas V SD N 2 Dukuh
Turi Kab. Brebes Tahun Pelajaran 2011/2012
D. Hipotesis Tindakan
Penggunaan
model
pembelajaran
yang
tepat
pada
pelaksanaan
pembelajaran dan perencanaan pembelajaran disusun dengan matang, maka
tujuan pembelajaran akan tercapai dengan optimal. Berdasarkan hal tersebut,
maka diajukan hipotesis tindakan yaitu:
a) Penggunaan Model Pembelajaran Role Playing pada materi memahami
Kebebasan Berorganisasi di kelas V SD Negeri 2 Dukuh Turi Brebes dapat
meningkatkan Rasa Tanggung Jawab siswa.
b) Penggunaan Model Pembelajaran Role Playing pada materi memahami
Kebebasan Berorganisasi di kelas V SD Negeri 2 Dukuh Turi Brebes dapat
meningkatkan Prestasi Belajar Siswa.
Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab..., Slamet Ikhwanudin, FKIP UMP, 2014
Download