analisis alokasi dana csr serta pelaporan sustainability report

advertisement
ANALISIS ALOKASI DANA CSR SERTA PELAPORAN SUSTAINABILITY REPORT
BERDASARKAN GLOBAL REPORTING INITIATIVE (GRI G4) PADA PT. TELKOM
INDONESIA TBK PERIODE TAHUN 2014
Eny Sebtri Wulandari
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro
Jalan Nakula 1 No. 5-11 Semarang
E-mail : [email protected]
Telp: (024)3517261, Fax: (024)3569684
ABSTRACT
This study analyzes the allocation of CSR fund and reporting of sustainability report
according to the Global Reporting Initiative (GRI-G4) in PT Telkom Indonesia for the year 2014.
Researcher uses secondary data in the form of sustainability reports, annual reports, financial
statements and global reporting initiative guidelines (GRI-G4). The analysis conducted on the
presentation of economic performance, environmental performance, social performance that is
employment practices and working comfort, human rights, society, and responsibility for the
product. The analysis result shows that the economic performance disclosed 66,67%,
environmental performance disclosed 14,71%, employment practices and working comfort
disclosed 50%, human rights disclosed 16,67%, society disclosed 36,36%, and responsibility for
product disclosed 33,33%. The disclosure GRI G4 in Telkom has decreased, in 2013 revealed
32,97% while 2014 only reveals 30,77%. However, the budget allocated to CSR funds for the
year 2014 have increased so that resulted company's comprehensive income have an increase in
2014 and also an increase in share price of 2013 to 2014. Telkom has made CSR reported in
sustainability report in accordance with the global reporting initiative (GRI-G4), but Telkom
does not reveal overall, because expressed are issues that are considered relevant and material
with the Telkom business field. Nevertheless, the existence of Telkom already helped around with
a consistent CSR programs annually.
Keyword : Global Reporting initiative (GRI-G4); Sustainability report; CSR Budget; CSR
ABSTRAK
Penelitian ini menganalisis alokasi dana CSR dan pelaporan laporan keberlanjutan
menurut Global Reporting Initiative (GRI-G4) pada PT Telkom Indonesia Tbk tahun 2014.
Peneliti menggunakan data sekunder berupa laporan keberlanjutan, laporan tahunan, laporan
keuangan serta panduan global reporting initiative (GRI-G4). Analisis dilakukan terhadap
penyajian kinerja ekonomi, kinerja lingkungan, kinerja sosial yaitu praktik ketenagakerjaan dan
kenyamanan bekerja, hak asasi manusia, masyarakat, dan tanggung jawab atas produk. Hasil
analisisnya bahwa kinerja ekonomi diungkapkan 66,67%, kinerja lingkungan diungkapkan
14,71%, praktik ketenagakerjaan dan kenyamanan bekerja diungkapkan 50%, hak asasi manusia
diungkapkan 16,67%, masyarakat diungkapkan 36,36%, dan tangung jawab atas produk
diungkapkan 33,33%. Pengungkapan GRI G4 Telkom mengalami penurunan, tahun 2013
mengungkapkan 32,97% sedangkan tahun 2014 hanya mengungkapkan 30,77%. Namun,
anggaran yang dialokasikan untuk dana CSR tahun 2014 mengalami peningkatan sehingga
berdampak pada laba komprehensif perusahaan tahun 2014 yang mengalami peningkatan dan
juga peningkatan harga saham dari tahun 2013 ke 2014. Telkom telah melakukan CSR yang
dilaporkan dalam laporan keberlanjutan sesuai dengan global reporting initiative (GRI-G4), akan
1
tetapi Telkom tidak mengungkapkan secara keseluruhan, karena yang diungkapkan merupakan
isu-isu yang dianggap relevan dan material dengan bidang usaha Telkom. Tetapi keberadaan
Telkom sudah membantu masyarakat sekitar dengan konsisten melakukan program CSR setiap
tahunnya.
Kata kunci :Global Reporting Initiative (GRI-G4); Laporan Keberlanjutan; Anggaran CSR; CSR
PENDAHULUAN
Perkembangan yang sangat pesat pada era globalisasi ini menyebabkan banyak
perusahaan untuk saling berkompetisi baik dalam mendapatkan laba ataupun mendapatkan good
value dari masyarakat. Perkembangan dan peningkatan laba yang tinggi merupakan keunggulan
jangka panjang dari perusahaan dalam persaingan bisnis, dan untuk mengembangkan dan
meningkatkan laba tersebut perusahaan seharusnya mendapatkan good value dari masyarakat
sehingga akan meningkatkan konsumsi masyarakat akan produk yang diproduksi perusahaan.
Sekarang perusahaan dituntut masyarakat untuk tidak hanya menyediakan barang dan jasa
yang mereka perlukan, akan tetapi mereka juga meminta hak dari laba perusahaan untuk
membangun masyarakat sekitar sehingga perusahaan yang sudah dikelola dapat berkembang
secara berkelanjutan (sustainability development). Dengan begitu kesadaran akan corporate
social responsibility (CSR) atau tanggung jawab perusahaan lebih meningkat dalam dunia bisnis
karena hal itu merupakan investasi masa depan perusahaan. Corporate social responsibility
(CSR) lebih menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan sekitar dibandingkan dengan
kepentingan pribadi. Sehingga corporate social responsibility (CSR) bukan hanya berfokus pada
sisi keuangannya saja (single bottom line) akan tetapi berfokus pada kinerja keuangan, sosial dan
lingkungan (triple bottom line).
Global reporting initiative (GRI) merupakan sebuah standar panduan sustainability
reporting (SR) dimana dampak positif dan negatif perusahaan kepada aspek ekonomi, sosial dan
lingkungan harus dipertanggungjawabkan. Tujuan global reporting initiative (GRI) adalah
membantu untuk menyiapkan laporan keberlanjutan yang diterima umum sehingga pelaporan
berkelanjutan dapat terarah menjadi lebih baik. Dimana apabila perusahaan sudah menerapkan
laporan berkelanjutan sesuai dengan global reporting initiative (GRI), akan memberikan add
value pada perusahaan sehingga menarik investor supaya berinvestasi di perusahaan tersebut
karena melihat add value yang positif.
Beberapa penelitian terdahulu yang digunakan sebagai referensi adalah penelitian yang
dilakukan oleh Maygarindra dan Maghviroh (2012) mengenai CSR pada PT Pembangkitan Jawa
Bali, hasilnya perusahaan tidak mengungkapkan beberapa item pada tiap standar secara detail
dalam sustainability report, namun perusahaan tersebut menunjukkan konsistensinya dalam
menjalankan program CSR yang tercermin dari anggaran yang dialokasikan setiap tahun
meningkat. Dengan menjalankan program CSR, maka perusahaan berharap bisa mendapatkan
efek positif di mata masyarakat sehingga membentuk citra yang baik tentang perusahaan.
Lenny (2013) pada PT Bukit Asam Tbk, hasilnya yaitu PT Bukit Asam Tbk
menggunakan ISO 26000 Guidance Standard On Social Responsibility sebagai paduan dalam
melaksanakan kegiatan CSR dan standar global reporting initiative dalam melaporkan dan
mengungkapkan kegiatan CSR. Selain itu PT Bukit Asam juga telah menjalankan kegiatan CSR
sesuai dengan visi dan misi perusahaan. Terciptanya hubungan yang bagus antara perusahaan
dengan stakeholder adalah manfaat yang akan diperoleh dari kegiatan CSR, sehingga perusahaan
dapat menjaga kelancaran kegiatan bisnisnya, mereduksi biaya risiko dan meningkatkan citra
2
perusahaan serta berdampak pada kemudahan bagi perusahaan menembus pangsa pasar
internasional. Jonathan (2014) tentang CSR yang dilakukan pada Yayasan Danamon Peduli,
hasilnya Yayasan Danamon Peduli telah memiliki inisiatif dalam pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan namun belum sepenuhnya menerapkan pedoman GRI. Program yang
dijalankan oleh Yayasan Yayasan peduli merupakan salah satu program penanggulangan
kemiskinan seperti bantuan beasiswa, pengelolaan sampah terpadu, program pengembangan dan
juga berkelanjutan. Dampak yang ditimbulkan dari program yang dijalankan yaitu dampak
perubahan sosial dalam masyarakat seperti kemandirian, kepercayaan diri, dan menghilangkan
gaya hidup konsumtif.
Sari (2014) meneliti CSR yang dilakukan oleh perusahaan tambang Batubara Bukit Asam
(Persero) Tbk dan Timah (Persero) Tbk, hasilnya perusahaan sudah mengungkapkan CSR sesuai
dengan GRI G3.1. Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk dan Timah (Persero) Tbk telah
mengungkapkan setiap indikator kinerja dan pengungkapan rata-rata sudah melebihi 75%, namun
pengungkapan indikator dan masing-masing aspeknya masih belum rinci. Sehingga masih
banyak yang harus diungkapkan untuk keberlanjutan perusahaan supaya meningkatkan minat
untuk investor ke perusahaan tersebut. Prabawati (2015) tentang CSR pada PT Holcim, hasilnya
PT Holcim memiliki tingkat kinerja tanggung jawab sosial yang baik dengan peningkatan kinerja
pelaporan tanggung jawab sosial yang meningkat antar periode penelitian. Dengan demikian
dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi stakeholder yang mencakup aspek sosial,
lingkungan, dan ekonomi. Sehingga dapat meningkatkan minat investor untuk berinvestasi ke
perusahaan tersebut.
Pada PROPER periode 2013-2014, menteri menetapkan peringkat kinerja perusahaan
melalui evaluasi tim teknis dan pertimbangan Dewan Pertimbangan PROPER. Hasilnya dari
1908 perusahaan, terdapat 21 perusahaan yang berada pada peringkat hitam, diantaranya Hotel
Amboina-Piru, PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Ombilin, PT Dactex Indonesia, PT Nutricia
Indonesia Sejahtera, PT Sumatera Trading Tobacco Company (STTC), dll. Peringkat hitam ini
disebabkan karena perusahaan melakukan pelanggaran yaitu tidak memiliki izin lingkungan, data
palsu dan pembuangan langsung ke lingkungan tanpa pengolahan, open dumping limbah B3 atau
limbah B3 diserahkan kepada pihak ketiga yang tidak memiliki ijin, dan menolak pengawasan.
Dengan begitu perusahaan yang berada pada peringkat hitam akan dilakukan penegakan hukum
seperti perusahaan diberi sanksi administrasi paksaan pemerintah, perusahaan dalam proses
pulbaket, dan perusahaan telah taat sehingga akan dikembalikan ke mekanisme PROPER.
Perusahaan dengan peringkat hitam, berdampak pada penurunan minat investor menanamkan
saham ke perusahaan tersebut. (http://proper.menlh.go.id)
Terkait dengan pentingnya pengungkapan CSR dan sustainability report diatas, ternyata
ada perusahaan yang sudah memperhatikan tanggung jawab sosial, sehingga memberi add value
yang tinggi terhadap lingkungan dan ada juga yang belum maksimal sehingga laba yang didapat
juga belum maksimal sehingga minat investor juga berkurang. Dengan demikian memberi
keingintahuan kepada peneliti bagaimana penerapan CSR serta sustainability report pada PT
Telkom Indonesia Tbk tahun 2014. Apakah memberi value added yang maksimal kepada
lingkungan atau belum.
Penelitian ini mengungkapkan lebih dalam mengenai alokasi dana CSR serta
sustainability report berdasarkan global reporting initiative. Apakah penerapan global reporting
initiative pada PT Telkom juga memberikan value added bagi keberlanjutan perusahaan atau
tidak. Objek penelitian ini menggunakan PT Telkom periode tahun 2014, Serta menggunakan
panduan global reporting initiative (GRI G4) karena merupakan panduan global reporting
initiative yang baru. Atas dasar penelitian tersebut, maka peneliti ini berinisiatif mengambil
3
judul “Analisis Alokasi Dana CSR Serta Pelaporan Sustainability Report Berdasarkan
Global Reporting Initiative (GRI G4) pada PT. Telkom Indonesia Tbk Periode Tahun 2014”.
LANDASAN TEORI
Teori Sustainabilitas korporasi
Menurut teori sustainabilitas korporasi yaitu korporasi harus mengintegrasikan tujuan
bisnis dengan tujuan sosial dan ekologi secara utuh agar bisa hidup dan tumbuh secara
berkelanjutan. Tiga pilar utama yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan secara terpadu menjadi
landasan dalam pembangunan bisnis, serta tidak mengorbankan kepentingan generasi-generasi
berikutnya untuk hidup dan memenuhi kebutuhannya. (Lako, 2011)
Corporate Social Responsibility (CSR)
Corporate social responsibility (CSR) disclosure di Indonesia, diatur dalam Undangundang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang perseroan terbatas pada pasal 1 ayat
3, yaitu tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah komitmen perseroan untuk berperan serta
dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan
lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun
masyarakat pada umumnya.
Konsep triple bottom line
Menurut Wibisono (2007) dalam Prabawati (2015), John Elkington memperkenalkan
konsep CSR pada tahun 1998 dalam bukunya “Cannibals with Forks: The Triple Bottom Line of
Twentieth Century Business”. Triple Bottom Line atau yang sering disebut 3P yaitu selain fokus
utama untuk mendapat laba (profit), perusahaan juga mesti memiliki empati terhadap
kesejahteraan manusia (people) dan peduli terhadap lingkungan hidup dan keberlanjutan
keragaman hayati (planet).
Laporan berkelanjutan (Sustainability report)
Menurut global reporting initiative (GRI), Laporan keberlanjutan memberikan
pengungkapan tentang dampak terpenting suatu organisasi baik positif atau negatif terhadap
lingkungan, masyarakat, dan ekonomi. Dengan menggunakan pedoman, organisasi pelapor dapat
menghasilkan informasi andal, relevan, dan terstandardisasi yang dapat digunakan untuk menilai
peluang dan resiko, serta memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih matang baik di
dalam perusahaan maupun di antara para pemangku kepentingan.
Global reporting initiative G4 guidelines
Global reporting initiative (GRI) mendorong penerapan sustainability reporting sebagai
cara bagi perusahaan dan organisasi agar menjadi lebih berkelanjutan dan berkontribusi terhadap
ekonomi global yang berkelanjutan. Pedoman pelaporan keberlanjutan (GRI) menyediakan
prinsip-prinsip pelaporan pengungkapan standar dan panduan untuk penyusunan laporan
keberlanjutan oleh organisasi, apapun ukuran, sektor atau lokasinya. GRI G4 merupakan generasi
keempat pedoman GRI yang diluncurkan pada Mei 2013 . Tujuan G4 yaitu perusahaan dapat
menggunakan pedoman ini untuk menyusun laporan keberlanjutan, dan dalam prosesnya dapat
menghasilkan informasi yang andal, relevan, dan dapat terstandardisasi tentang dampak dan
kinerja keberlanjutan perusahaan. Informasi ini kemudian dapat dipakai untuk menilai peluang
dan resiko, serta memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih efektif, baik didalam
perusahaan maupun diantara para pemangku kepentingan (stakeholder). (GRI G4, 2013).
4
G4 Guidelines mencakup indikator kinerja ekonomi, indikator kinerja lingkungan, dan
indikator kinerja sosial yang masing-masing terdiri dari:
1. Indikator kinerja ekonomi, terdiri dari 9 komponen meliputi: kinerja ekonomi, keberadaan
di pasar, dampak ekonomi tidak langsung, praktik pengadaan
2. Indikator kinerja lingkungan, terdiri dari 34 komponen meliputi: bahan, energi, air,
keanekaragaman hayati, emisi, efluen dan limbah, produk dan jasa, kepatuhan,
transportasi, lain-lain, asesmen pemasok atas lingkungan, mekanisme pengaduan masalah
lingkungan
3. Indikator kinerja sosial, terdiri dari 48 komponen meliputi
a. Aspek praktik ketenagakerjaan dan kenyamanan bekerja, meliputi: kepegawaian,
hubungan industrial, kesehatan dan keselamatan kerja, pelatihan dan pendidikan,
keberagaman dan kesetaraan peluang, kesetaraan remunerasi perempuan dan laki-laki,
asesmen pemasok atas praktik ketenagakerjaan, dan mekanisme pengaduan masalah
ketenagakerjaan.
b. Aspek hak asasi manusia, meliputi: investasi, non-diskriminasi, kebebasan berserikat
dan perjanjian kerja bersama, pekerja anak, pekerja paksa atau wajib kerja, praktik
pengamanan, hak adat, asesmen pemasok atas hak asasi manusia, dan mekanisme
pengaduan masalah hak asasi manusia.
c. Aspek masyarakat, meliputi: masyarakat lokal, anti-korupsi, kebijakan publik, anti
persaingan, kepatuhan, asesmen pemasok atas dampak pada masyarakat, dan
mekanisme pengaduan dampak terhadap masyarakat.
d. Aspek tanggung jawab atas produk, meliputi: kesehatan dan keselamatan pelanggan,
pelabelan produk dan jasa, komunikasi pemasaran, privasi pelanggan, dan kepatuhan.
Kerangka Konseptual
Dalam kerangka konseptual ini, peneliti mempunyai tujuan untuk melihat apakah alokasi
dana CSR serta pelaporan sustainability report yang dilakukan oleh Telkom pada tahun 2014
sudah sesuai dengan global reporting initiative ataukah belum. Dimana objek penelitiannya pada
Telkom.
Kegiatan CSR di PT Telkom
Pelaporan sustainability report PT
Telkom Indonesia Tbk
Pengidentifikasian alokasi dana
CSR di PT Telkom Indonesia Tbk
Global Reporting Initiative G4
Prinsip Isi Laporan
1. Materialitas
Standar Indikator:
1.
2.
3.
Kategori Ekonomi (aspek kinerja ekonomi, keberadaan di pasar, dampak ekonomi
tidak langsung, dan praktik pengadaan)
Kategori Lingkungan (aspek bahan, energi, air, keanekaragaman hayati, emisi, efluen
dan limbah, produk dan jasa, kepatuhan, transportasi, lain-lain, asesmen pemasok atas
lingkungan , mekanisme pengaduan masalah lingkungan)
Kategori Sosial (sub-kategori praktik ketenagakerjaan dan kenyamanan bekerja, hak
asasi manusia, masyarakat, tanggung jawab atas produk)
Keterlibatan Stakeholder
2. Konteks
Keberlanjutan
3. Kelengkapan
Gambar 1 Kerangka Konseptual
5
METODE
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dipakai dalam peneliti ini menggunakan penelitian kuantitatif dan
kualitatif. Menguji atau verifikasi teori, meletakan teori secara deduktif menjadi landasan dalam
penemuan dan pemecahan masalah penelitian merupakan tujuan dari penelitian kuantitatif.
Sedangkan untuk menyusun teori, memandang teori sebagai hasil proses induksi dari pengamatan
terhadap fakta (pengumpulan informasi) merupakan tujuan dari penelitian kualitatif. (Indriantoro
dan Supomo, 2002).
Objek penelitian
Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan perusahaan yang
bergerak dibidang jasa, layanan jasa, dan jaringan telekomunikasi yang ada di Indonesia yaitu PT
Telkom Indonesia, Tbk (Persero) atau yang sering disebut Telkom yang beralamat pada Gedung
Graha Merah Putih, Jalan Japati No.1 Bandung, Indonesia 40133.
Metode Pengumpulan Data
Dalam proses pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik dokumentasi dengan
mengambil data sekunder melalui website resmi Telkom www.telkom.co.id.
Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data kualitatif yang
bersumber dari data sekunder Telkom yaitu laporan keberlanjutan, laporan keuangan, dan laporan
tahunan yang didapat dari laporan historis perusahaan yang telah dipublikasikan melalui website
www.telkom.co.id tahun pengungkapan 2014. Peneliti menggunakan periode tahun 2014 karena
pengungkapan sustainability report yang terdekat dengan tahun penelitian. Selain itu juga
menggunakan paduan global reporting initiative (GRI-G4) yang berlaku sekarang yang
dipublikasikan melalui website www.globalreporting.org.
Metode Analisis
Teknik analisis deskriptif merupakan teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini,
yaitu penelitian terhadap masalah-masalah berupa fakta-fakta saat ini dari suatu populasi.
(Indriantoro dan Supomo, 2002).
Dengan begitu, penelitian ini dilakukan dengan cara:
1. Pengumpulan dan penyusunan hasil telaah dokumen
Peneliti melihat sustainability report Telkom, dari laporan tersebut peneliti akan
mengidentifikasi implementasi CSR disclosure, apa saja indikator-indikator yang sudah
dipenuhi, sehingga akan menjawab rumusan masalah diatas.
2. Melakukan analisis implementasi alokasi dana CSR berdasarkan global reporting
initiative G4 Guidelines
Peneliti menganalisis sustainability report Telkom untuk memperoleh gambaran
mengenai implementasi alokasi dana CSR perusahaan periode tahun 2014. Menganalisis
indikator kinerja yang meliputi indikator kinerja ekonomi, indikator kinerja lingkungan,
dan indikator kinerja sosial yang dilakukan oleh perusahaan sesuai dengan global
reporting initiative G4 Guidelines
6
3. Membuat tabel kerja kemudian membandingkan hasil analisis perusahaan sesuai dengan
global reporting initiative G4 Guidelines, lalu ditarik kesimpulan sesuai fakta yang
diungkapkan, serta memberi saran penelitian.
PEMBAHASAN
Gambaran Umum CSR Telkom
Telkom meyakini keberhasilan menjalankan tanggung jawab sosial atau corporate social
responsibility (CSR) sama pentingnya dengan keberhasilan kinerja keuangan. Ini sejalan dengan
kesadaran bahwa “Telkom ada untuk Indonesia”. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
secara otomatis berimbas pada tumbuh kembangnya bisnis Telkom. Setelah itu, ketangguhan
ekonomi yang dicapai oleh Telkom, akhirnya juga dikembalikan kepada masyarakat dan
pemangku kepentingan lainnya, sehingga Telkom menyadari betul makna dari konsep triple
bottom line.
Keterlibatan Stakeholder
Hubungan yang harmonis dengan stakeholder merupakan aspek yang penting dalam tata
kelola perusahaan. Sehingga Telkom selalu berupaya memahami kebutuhan stakeholder untuk
mewujudkan kesetaraan keadilan bagi para stakeholder. Dalam menentukan materialitas isi
laporan, Telkom juga melibatkan stakeholder dengan menggunakan survei materialitas dalam
pengambilan keputusan. Berbagai kelompok stakeholder yang dilibatkan dalam survei ini yaitu
pemerintah, pelanggan, serikat pekerja, supplier, komunitas dan lembaga sosial masyarakat
(LSM). Kepedulian Telkom terhadap stakeholder pada tahun 2014 dilakukan dalam bidang
pendidikan dan pelatihan sebesar Rp 40.826,9 juta. Bantuan ini dilakukan dalam bentuk
pendirian digital valley di tiga kota yaitu di Yogyakarta, Bandung dan Jakarta; pelatihan guru
“bagiku kupersembahkan” serta broadband learning center di beberapa kota dan program
“sertifikasi untuk bangsa” untuk lulusan SMK.
Alokasi Anggaran dan Sumber Dana CSR Telkom
Dalam pengelolaan kegiatan CSR, sumber dana Telkom CSR berasal dari dua kategori,
pertama sumber dana program kemitraan dan bina lingkungan adalah dari beban operasional
perusahaan atau sumber lain sesuai dengan peraturan-perundangan yang tercatat sebagai
anggaran PK dan BL. Kedua sumber dana CSR PR berasal dari beban operasional perusahaan
yang tercatat sebagai anggaran CSR.
Dana yang paling banyak yaitu pada program kemitraan, dengan total pinjaman kemitraan
pada tahun 2014 sebesar Rp 396,42 miliar dengan dana pembinaan sebesar 15,30 miliar. Jika
dibandingkan dengan tahun sebelumnya, alokasi tersebut mengalami peningkatan dari tahun
2013 yang sebesar Rp 118,19 miliar untuk pinjaman kemitraan dengan dana pembinan sebesar
Rp 6,25 miliar. Peningkatan ini ditunjukkan dalam kegiatan Telkom pada tahun 2014 yaitu
program pendidikan dan pelatihan, hibah pendampingan yang diberikan untuk mitra binaan yang
bekerjasama dengan perguruan tinggi ataupun lembaga lainnya yang mempunyai kemampuan
dalam mengembangkan ilmu kewirausahaan dan semangat berwirausaha, memberikan bantuan
pembinaan berupa pemasaran dan promosi dengan mengikutsertakan mitra binaan di berbagai
kegiatan didalam dan diluar negeri, selain itu juga membantu mempromosikan produk mitra
binaan dengan mengadakan pameran di kantor-kantor Telkom.
Melalui pelaksanaan program kemitraan, Telkom berupaya agar tercipta kegiatan usaha
mikro yang mandiri di lingkungan masyarakat sekitar. Program tersebut juga sejalan dengan
upaya mengurangi tingkat kemiskinan dan kesenjangan ekonomi. Dengan program kemitraan ini,
7
maka akan memberi manfaat kepada usaha mikro dan kecil (UKM) untuk meningkatkan
kemampuan sehingga menjadi UKM yang mandiri dan tangguh yang dapat menyerap tenaga
kerja dari masyarakat sekitar. Sehingga masyarakat yang tidak bekerja di perusahaan tetap dapat
merasakan manfaat dari adanya Telkom.
Beberapa mitra binaan Telkom yang terdapat pada laporan tahunan Telkom (2013) antara
lain Batik Bulan Gemilang yang menjadi mitra binaan Telkom dan menerima bantuan modal
kerja yaitu bantuan untuk memasarkan produk ke pasar domestik secara nasional maupun ke
pasar ekspor, serta bantuan pelatihan di bidang manajemen usaha. Batik Bulan Gemilang
berkontribusi pada perekonomian masyarakat di lokasi sekitarnya dengan mempekerjakan sekitar
300 orang sebagai pengrajin batik tulis dalam proses produksinya. Selanjutnya Arul Jewellery
yang memulai usahanya dibidang kerajinan perhiasan emas dan batu permata. Telkom
menyediakan pinjaman mmodal kerja, bantuan pelatihan yang berhubungan dengan
pengembangan usaha dan produk, maupun bantuan pemasaran melalui keikutsertaan di pameranpameran dagang di daerah maupun di lingkup nasional di Jakarta.
Sektor usaha Telkom selama tahun 2014 terdiri dari sektor jasa, perkebunan, pertanian,
industri, perdagangan, peternakan, perikanan, dan lain-lain yang terdiri dari 12.163 mitra binaan
yang tersebar di 34 Provinsi dengan total dana pinjaman yang sudah disalurkan pada tahun 2014
sebesar Rp 396,42 miliar. Dalam pemenuhan aspek sosial yang berhubungan dengan tanggung
jawab sosial perusahaan, Telkom mempunyai program bina lingkungan yang dilakukan dalam
program peningkatan kualitas hidup dan pemberdayaan kondisi sosial masyarakat. Berbagai
bantuan yang telah diberikan selama tahun 2014, yaitu bantuan korban bencana alam yang
diberikan kepada korban bencana asap di Gunung Kelud dan Propinsi Riau Daratan. Program ini
mempunyai tujuan untuk meringankan beban masyarakat yang menjadi korban bencana alam.
Telkom memberikan bantuan penanggulangan bencana dengan total Rp 4.367,9 juta.
Bantuan pendidikan dan pelatihan menjadi fokus utama Telkom dalam melakukan
program bina lingkungan, hal ini karena pendidikan dan pelatihan menjadi salah satu pondasi
bagi kesejahteraan masyarakat. Hingga tahun 2014, Telkom sudah memberikan bantuan sebesar
Rp 40.826,9 juta yang direalisasikan dalam bentuk pendirian digital valley di tiga kota yaitu
Jakarta, Yogyakarta, dan Bandung; program “sertifikasi untuk bangsa” untuk tamatan SMK dan
pelatihan guru “bagiku kupersembahkan”; broadband learning center di beberapa kota.
Bantuan bidang kesehatan masyarakat pada tahun 2014, Telkom mengeluarkan dana
sebesar Rp 8.488,1 juta yang disalurkan terutama untuk kegiatan yang dapat mendukung
kesehatan masyarakat meningkat, yaitu dalam bentuk bantuan sarana kesehatan, pengobatan
gratis, perbaikan bangunan fisik lembaga kesehatan, khitanan massal, perbaikan sarana umum
untuk kesehatan dan lain-lain. Dalam bantuan fasilitas umum, masyarakat dapat merasakan
langsung atas pembangunan infrastruktur ataupun sarana prasarana yang dilakukan oleh Telkom.
Dana yang direalisasikan untuk program ini sebesar Rp 9.432,3 juta. Bantuan diantaranya dalam
bentuk penyediaan bus pariwisata di kota Bandung (Bandros) Bandung tour on the bus, dan di
Semarang serta penyediaan wifi.id corner di beberapa kota. Telkom juga memberikan bantuan
untuk pembangunan dan perbaikan sarana ibadah yang sudah ada diseluruh wilayah kerja
Telkom. Jumlah biaya yang disediakan untuk kegiatan ini mencapai Rp 16.232,1 juta.
Kepedulian Telkom terhadap lingkungan tercermin pada kegiatan Telkom yang akan
membuat lingkungan yang ramah lingkungan dengan melakukan kegiatan penanaman pohon
yang difokuskan pada lahan kritis yang tandus. Kegiatan penanaman pohon ini membuat
lingkungan disekitar Telkom menjadi lebih hijau dan juga berguna sebagai resapan air sehingga
akan mengurangi terjadinya banjir. Dana yang dikeluarkan untuk kegiatan ini sebesar Rp 795,9
juta.
8
Pada bantuan pengentasan kemiskinan, Telkom memberikan dana sebesar Rp 1.043,7 juta
yang diberikan kepada masyarakat kurang mampu di Kabupaten Bandung dan Kabupaten
Malang, dan juga untuk pemberdayaan perempuan di Jakarta Selatan. Program ini bertujuan
untuk mensejahterakan masyarakat kurang mampu baik di pedesaan maupun di perkotaan. Total
penyaluran dana program bina lingkungan pada tahun 2014 sebesar Rp 82.804,7 juta yang
mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2013 sebesar Rp 55.764,5 juta.
Alokasi Dana CSR Pada Telkom Tahun 2014
Alokasi dana CSR pada tahun 2014 dapat dilihat dalam laporan keberlanjutan
(sustainability report) Telkom tahun 2014 berjudul “Pertumbuhan Kompetitif dan Berkelanjutan
Melalui Bisnis Digital” yang terdiri dari 144 lembar yang berfokus pada kegiatan bisnis sebagai
perseroan yang dilaksanakan fungsi operasional di bidang telecommunications, information,
media, edutainment dan services. Sustainability report ini juga mencakup studi kasus dan
kegiatan operasional Telkom sepanjang tahun 2014. Dalam setiap siklus pelaporan, konten
laporan diselaraskan dengan bisnis Telkom, sekaligus untuk memastikan bahwa laporan
keberlanjutan telah memuat data dan informasi yang relevan berhubungan dengan keberlanjutan
dan kepentingan stakeholder. Sustainability report ini berisi tiga aspek utama, yaitu ekonomi,
lingkungan, dan sosial.
Alokasi dana CSR telkom diimplementasikan dalam global reporting initiative G4 , yaitu
pada kategori ekonomi, aspek ekonomi dengan indikator (EC1) nilai ekonomi yang diterima dan
didistribusikan yaitu nilai ekonomi langsung yang dihasilkan dari penerimaan sebesar Rp 89.696
miliar dan nilai ekonomi yang didistribusikan berjumlah Rp 67.611 miliar dengan rincian biaya
operasional sebesar Rp 33.124 miliar, gaji dan tunjangan pegawai sebesar Rp 9.616 miliar,
pembayaran kepada penyandang dana sebesar Rp 17.339 miliar, pengeluaran untuk pemerintah
sebesar Rp 7.436 miliar, dan pengeluaran untuk masyarakat sebesar Rp 96 miliar. Indikator
(EC2) implikasi finansial, risiko dan peluang akibat perubahan iklim yaitu perubahan iklim yang
berlangsung secara global berpotensi mempengaruhi langsung kegiatan operasional dan bisnis
Telkom, memunculkan risiko kerusakan maupun gangguan pada berbagai perangkat dan
infrastruktur telekomunikasi. Kondisi ini dapat mengurangi kualitas layanan telekomunikasi,
antara lain berupa gangguan terhadap jangkauan transmisi dan buruknya sinyal telekomunikasi
yang mempengaruhi kepuasan pelanggan. Selanjutnya, gangguan tersebut berpotensi
menurunkan jumlah pelanggan dalam jangka panjang yang akhirnya akan mengurangi
pendapatan. Inti mencegahnya, Telkom terus berupaya melakukan inovasi dan investasi dengan
menerapkan teknologi mutakhir dalam proses pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan
perangkat dan infrastruktur telekomunikasi. Hal ini tentu menimbulkan implikasi finansial karena
harus mengeluarkan investasi yang tidak sedikit demi memastikan keberlangsungan bisnis
perusahaan. Indikator (EC3) kecukupan dana pensiun karyawan yaitu dalam program pensiun
Telkom memiliki dua program pensiun, yaitu Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) untuk
karyawan tetap yang direkrut sebelum tanggal 1 Juli 2002 dan Program Pensiun Iuran Pasti
(PPIP) untuk karyawan tetap lainnya. Pada tahun 2014, PPMP nihil, sedangkan PPIP sebesar Rp
6 miliar.
Aspek keberadaan di pasar pada Indikator (EC5) rasio gaji karyawan baru terhadap UMR
yaitu Telkom memberikan paket remunerasi bagi karyawan yang terdiri dari gaji bulanan,
berbagai tunjangan dan fasilitas antara lain fasilitas perumahan, pensiun dan kesehatan sesuai
peraturan yang berlaku dan secara rutin dievaluasi agar pergerakan gaji karyawan kompetitif
dengan pasar. Jumlah remunerasi yang dikeluarkan Telkom pada tahun 2014 sebesar Rp 9.616
miliar. Sedangkan aspek dampak ekonomi tidak langsung pada indikator (EC7) dampak
9
pembangunan prasarana umum dan lainnya yaitu pembinaan Telkom terhadap mitra binaan
dilakukan dalam program pendidikan dan pelatihan, hibah pendampingan yang diberikan untuk
mitra binaan yang bekerjasama dengan perguruan tinggi ataupun lembaga lainnya yang
mempunyai kemampuan dalam mengembangkan ilmu kewirausahaan dan semangat
berwirausaha, memberikan bantuan pembinaan berupa pemasaran dan promosi dengan
mengikutsertakan mitra binaan di berbagai kegiatan didalam dan diluar negeri, selain itu juga
membantu mempromosikan produk mitra binaan dengan mengadakan pameran di kantor-kantor
Telkom. Telkom juga memberikan bantuan-bantuan yaitu bantuan korban bencana alam, bantuan
pengembangan pendidikan dan pelatihan, bantuan pengembangan fasilitas kesehatan masyarakat,
bantuan pengembangan fasilitas umum, bantuan pembangunan dan perbaikan sarana ibadah, dan
bantuan pengentasan kemiskinan. Indikator (EC8) dampak ekonomi tidak langsung yaitu
kemampuan Telkom dalam menyediakan infrastruktur telekomunikasi telah ikut mendorong
pertumbuhan ekonomi nasional. Dari distribusi ekonomi kepada para pemangku kepentingan,
Telkom memiliki pertumbuhan ekonomi yang sehat karena perolehan nilai ekonomi yang
diperoleh murni berasal dari kegiatan operasional maupun investasi Telkom, dan tidak termasuk
bantuan yang diberikan pemerintah.
Kategori Lingkungan pada aspek energi, indikator (EN3) konsumsi energi di dalam
organisasi yaitu mitigasi emisi karbon yang signifikan sudah dijalankan dengan perubahan pola
konsumsi energi yang semula energi tidak terbarukan menjadi energi terbarukan dengan cara
penggunaan energi matahari, air dan angin. Energi terbarukan diimplementasikan untuk lokasilokasi di kepulauan dan perkotaan lain yang masih menggunakan sumber tenaga genset 7x24 jam
dengan memanfaatan pembangkit listrik hybrid yang menggabungkan sel surya (solar cell) dan
tenaga angin (wind power). Indikator (EN6) pengurangan konsumsi energi yaitu Telkom telah
melakukan inisiatif untuk mengurangi pemakaian energi listrik dalam operasionalnya. Sehingga,
Telkom ikut berkontribusi pada upaya mitigasi emisi karbon (CO2), mengingat listrik tersebut
dihasilkan dari pembangkit yang menggunakan bahan bakar fosil konvensional (batu bara dan
BBM) dan merupakan sumber emisi karbon ke atmosfir. Selain mendukung upaya mitigasi
karbon, juga dapat menghemat biaya operasional dan beban pemeliharaan, serta mengurangi
down time perangkat akibat kegagalan sistem pendingin udara.
Pada aspek emisi, indikator (EN15) emisi gas rumah kaca (GRK) langsung (cakupan 1)
yaitu Telkom berpatisipasi dalam upaya melestarikan lingkungan hidup melalui program
lingkungan yang dinamakan Telkom Go Green Action, yang dilakukan dengan upaya mitigasi
emisi karbon, efisiensi energi gedung perkantoran, efisiensi energi BTS, pemakaian energi
terbarukan, konsep kantor tanpa kertas, pengelolaan limbah, pengelolaan dan daur ulang air,
gerakan bersepeda ke kantor dan earth hour. Indikator (EN19) pengurangan emisi gas rumah
kaca (GRK) yaitu upaya pengurangan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) diimplementasikan
peralatan dengan efisiensi tinggi dan teknologi baru yang ramah lingkungan. Pada aspek produk
dan jasa indikator (EN27) tingkat mitigasi dampak terhadap lingkungan produk dan jasa yaitu
Telkom akan membuat lingkungan yang ramah lingkungan dengan melakukan kegiatan
penanaman pohon yang difokuskan pada lahan kritis yang tandus. Kegiatan penanaman pohon ini
membuat lingkungan disekitar Telkom menjadi lebih hijau dan juga berguna sebagai resapan air
sehingga akan mengurangi terjadinya banjir. Dana yang dikeluarkan untuk kegiatan ini sebesar
Rp 795,9 juta.
Kategori sosial dengan sub-kategori praktik perburuhan dan kenyamanan bekerja, aspek
pekerjaan pada indikator (LA1) perputaran karyawan yaitu rekrutmen SDM pada Telkom
dilakukan melalui rekrutmen internal dan eksternal. Rekrutmen internal dilakukan dengan
mengoptimalkan karyawan yang telah dimiliki melalui sinergi dijajaran Telkom Group agar
10
tercapai efisiensi biaya pergantian karyawan dan mendapatkan kandidat terbaik sesuai kebutuhan
serta dapat menjadi fasilitas bagi pengembangan karir karyawan yang sudah ada. Rekrutmen
eksternal diprioritaskan untuk perekrutan karyawan yang profesional untuk mengisi posisi-posisi
yang kompetensi yang belum dimiliki oleh karyawan eksisting, serta merekrut fresh graduate
untuk mengisi posisi yang ditinggal karyawan karena pensiun, memperbaiki komposisi karyawan
dari sisi pendidikan, dan usia. Jumlah rekrutmen sumber daya manusia tahun 2014 sebesar 224
orang. Indikator (LA2) imbalan jasa karyawan yang tetap yang tidak diberikan kepada karyawan
kontrak yaitu dalam program pensiun Telkom mempunyai dua program pensiun, yaitu Program
Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) untuk karyawan tetap yang direkrut sebelum tanggal 1 Juli 2002
dan Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP) yang berlaku untuk karyawan tetap lainnya. Pada tahun
2014, PPMP nihil, sedangkan PPIP sebesar Rp 6 miliar. Secara terus-menerus Telkom
memberikan penghargaan kepada karyawan dan unit yang berprestasi untuk mendukung
pencapaian target bisnis Telkom. Pemberian penghargaan ini bertujuan untuk meningkatkan
motivasi karyawan supaya memberikan kontribusi yang lebih baik lagi di periode selanjutnya.
Aspek kesehatan dan keselamatan kerja, indikator (LA6) tingkat kecelakaan kerja, dan
tingkat ketidakhadiran bekerja karena sakit atau bolos yaitu pengelolaan K3 difokuskan untuk
mencapai tingkat zero accident. Dalam mewujudkan keamanan dan keselamatan di lingkungan
kerja, kebijakan Telkom diatur dalam Keputusan Direksi tentang penetapan kebijakan
pengelolaan keamanan dan keselamatan perusahaan. Indikator (LA8) klausul kesehatan dan
keselamatan kerja dalam PKB (Perjanjian Kerja Bersama) yaitu Telkom menyediakan layanan
kesehatan melalui Yakes bagi karyawan beserta keluarga inti yang menjadi tanggungannya.
Untuk mengetahui kesehatan karyawan, Telkom setiap tahun menyelenggarakan medical check
up yang hasilnya berupa status kesehatan (stakes). Selain itu Telkom juga sudah menerbitkan
kebijakan paradigma hidup sehat. Jaminan kesehatan disediakan untuk semua karyawan yang
sudah pensiun, termasuk keluarga yang menjadi tanggungan dalam dua jenis pendanaan, yaitu:
bagi karyawan yang diangkat sebagai pegawai Telkom sebelum tanggal 1 November 1995 dan
mempunyai masa kerja lebih dari 20 tahun, berhak mengikuti jaminan layanan kesehatan yang
dikelola oleh Yakes Telkom; dan untuk seluruh karyawan tetap lainnya, mendapat layanan
kesehatan yaitu tunjangan asuransi. Untuk karyawan entitas diberikan tunjangan kesehatan
melalui program jaminan kesehatan yang disponsori oleh pemerintah yang dikenal sebagai
Jamsostek (kini bernama BPJS dan BPJK).
Aspek pelatihan dan pendidikan, indikator (LA9) jam pelatihan rata-rata per tahun per
karyawan yaitu Telkom dalam pengembangan keahlian sumber daya manusia dilakukan melalui
pelatihan dan pendidikan yaitu perubahan dan pengembangan keahlian, baik yang terkait
langsung maupun tidak langsung terhadap strategi bisnis dan operasionalnya. Selain itu, Telkom
juga membentuk CorpU yaitu international certification dan GTP yang memberikan peluang
bagi bakat terbaik perusahaan untuk memiliki paparan dan pengalaman global dengan mengirim
mereka ke berbagai negara. Indikator (LA10) program pelatihan bagi pegawai yang akan
memasuki masa pensiun yaitu Telkom memiliki dua program pensiun, yaitu Program Pensiun
Manfaat Pasti (PPMP) untuk karyawan tetap yang direkrut sebelum tanggal 1 Juli 2002 dan
Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP) untuk karyawan tetap lainnya. Pada tahun 2014, PPMP nihil,
sedangkan PPIP sebesar Rp 6 miliar. Indikator (LA11) review terhadap kinerja dan jenjang karir
karyawan yaitu kesempatan kerja di Telkom berlaku untuk semua orang, dimana posisi-posisi
yang ada tidak dicantumkan kualifikasi yang membedakan berdasarkan gender. Kualifikasi yang
ada di posisi (position requirement) hanya mensyaratkan pendidikan dan kompetensi (soft skill
dan hard skill). Hak (kompensasi, manfaat, kesempatan pengembangan karir dan kompetensi,
11
waktu kerja, fasilitas kerja) dan kewajiban berlaku untuk semua karyawan tanpa membedakan
gender.
Aspek remunerasi yang setara antara wanita dan pria pada indikator (LA13) rasio gaji
pokok dan remunerasi antara wanita dan pria yaitu Telkom tidak memiliki kebijakan perusahaan
terkait ketenagakerjaan yang membedakan penerapannya berdasarkan gender. Seluruh peraturan
yang berlaku diterapkan secara konsisten dan setara kepada seluruh karyawan tanpa membedakan
gender. Hak (kompensasi, manfaat, kesempatan pengembangan karir dan kompetensi, waktu
kerja, fasilitas kerja) dan kewajiban berlaku untuk semua karyawan tanpa membedakan gender.
Pada sub-kategori hak asasi manusia, aspek non-diskriminasi dengan indikator (HR3)
jumlah total insiden diskriminasi dan tindakan perbaikan yang diambil yaitu Telkom memiliki
kebijakan yang memastikan bahwa setiap pegawai dan calon pegawai diperlakukan dengan adil
dan penuh rasa hormat tanpa melihat perbedaan usia, ras, agama, keyakinan, jenis kelamin,
hingga kondisi fisik. Telkom juga menentang segala bentuk diskriminasi dan memegang prinsip
kemanusiaan serta menghormati HAM dalam pengelolaan SDM. Aspek kebebasan berserikat dan
perjanjian kerja bersama, Indikator (HR4) pelanggaran hak kebebasan berserikat dalam
organisasi atau pemasok yaitu Undang-undang No.13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan dan
perjanjian kerja bersama (PKB) antara manajemen dan serikat karyawan, menjadi acuan seluruh
kebijakan ketenagakerjaan untuk memastikan kepatuhan terhadap perundang-undangan yang
berlaku dan meminimalkan terjadinya pelanggaran terhadap hak asasi manusia dalam hubungan
kerja.
Pada sub-kategori masyarakat, aspek masyarakat setempat dengan indikator (SO1)
pengembangan dan dampak program pemberdayaan masyarakat yaitu Telkom mempunyai
kegiatan yaitu program pendidikan dan pelatihan, hibah pendampingan yang diberikan untuk
mitra binaan yang bekerjasama dengan perguruan tinggi ataupun lembaga lainnya yang
mempunyai kemampuan dalam mengembangkan ilmu kewirausahaan dan semangat
berwirausaha. Dana pendampingan yang disalurkan untuk kegiatan pembinaan hingga tahun 2014
sebesar Rp 7,45 miliar.
Aspek anti-korupsi pada indikator (SO4) komunikasi dan pelatihan anti-korupsi yaitu
untuk menunjukkan kesungguhan Telkom terhadap komitmen pengendalian gratifikasi, dalam
RAPIM Telkom Group telah ditandatangani komitmen Penerapan Pengendalian Gratifikasi
(PPG). Indikator (SO5) kejadian korupsi dan tindakan yang diambil yaitu sebagai bagian dari
entity level control, sejak tahun 2006 Telkom telah menerapkan whistleblower program yang
dirancang untuk menerima, menelaah dan menindaklanjuti pengaduan dari karyawan Telkom
Group dan dari pihak ketiga, dengan tetap menjaga kerahasiaan pelapor. Karyawan maupun
pihak ketiga dapat menyampaikan pengaduan mengenai permasalahan akuntansi dan auditing,
pelanggaran peraturan, dugaan kecurangan dan/atau dugaan korupsi serta pelanggaran kode etik
langsung kepada komisaris utama atau kepada ketua komite audit Telkom. “BUMN bersih” ini
telah dicanangkan oleh menteri BUMN yang merupakan upaya untuk menjadikan seluruh
BUMN yang berada dibawahnya menjadi perusahaan yang tidak hanya mampu menerapkan tata
kelola perusahaan yang baik secara administratif saja, tetapi juga harus “bersih”. Kriteria “bersih”
yang digunakan dalam program “BUMN bersih” secara garis besar meliputi penilaian prinsipprinsip GCG yakni transparency, accountability, responsibility, independency dan fairness.
Kelima prinsip ini merupakan landasan manajemen mulai dari perencanaan sampai dengan
pertanggungjawaban, komitmen untuk tidak melakukan segala bentuk kecurangan, termasuk
didalamnya segala bentuk tindakan korupsi, menerima dan/atau memberikan gratifikasi yang
terkait dengan jabatan. Aspek kebijakan publik dengan indikator (SO7) anti-persaingan, anti12
trust, dan praktik monopoli yaitu orientasi pada kepuasan pelayanan pelanggan melalui TIQA
dengan framework ROSE (Raise on Servise Excellence).
Sub-kategori tanggung jawab produk dengan aspek pemberian label produk dan jasa.
Indikator (PR5) hasil survei pengukuran kepuasan pelanggan yaitu Telkom memberikan banyak
sarana dan prasarana bagi pelanggan untuk menyampaikan keluhan maupun komplain atas
kualitas produk dan layanan yang tidak sesuai dengan kualifikasi yang telah ditawarkan
sebelumnya. Telkom juga melakukan survei kepuasan pelanggan karena menyadari pentingnya
mengetahui tingkat kepuaasan pelanggan terhadap seluruh layanan yang diberikan, dalam rangka
mendapatkan feed-back bagi upaya perbaikan layanan dimasa mendatang. Sehingga, Telkom
bekerja sama dengan sebuah perusahaan survei independen untuk melakukan penelitian. Tujuan
pelaksanaan survei adalah mengetahui indeks kepuasan pelanggan atau Customer Satisfaction
Index (CSI) dan indeks loyalitas pelangganan atau Customer Loyalty Index (CLI).
Aspek komunikasi pemasaran, indikator (PR7) jumlah total peristiwa ketidakpatuhan
terhadap peraturan dan aturan sponsor menurut jenis hasil yaitu Telkom meyakini bahwa
komunikasi yang efisien dan proaktif dengan para pelanggan berperan penting bagi kelangsungan
bisnis, serta bermanfaat untuk memastikan kualitas produk dan layanan jasa agar selalu di atas
standar. Aktivitas komunikasi pemasaran yang efektif berperan penting dalam memastikan bahwa
penawaran produk mencapai segmen maupun potensi pelanggan yang ditargetkan. Oleh karena
itu, Telkom merancang dan menjalankan strategi komunikasi pemasaran dengan memperhatikan
ketentuan dan peraturan perundang-undangan dan standar industri khususnya yang berkaitan
dengan iklan, promosi dan sponsorship. Indikator (PR8) komplain pembocoran data pelanggan
yaitu Telkom menyediakan berbagai sarana dan prasarana yang memungkinkan pelanggan
menyampaikan keluhan maupun komplain atas kualitas produk dan layanan yang tidak sesuai
dengan kualifikasi yang telah ditawarkan sebelumnya. Yang pertama Segmen pelanggan personal
yaitu Telkom menyediakan pusat layanan konsumen yang dapat langsung didatangi di setiap
kantor wilayah maupun kantor cabang, dikenal dengan Plasa Telkom. Selain itu, Telkom juga
menyediakan pusat pengaduan secara online di website perseroan serta call center dengan nomor
147. Bagi pelanggan seluler, Telkomsel memiliki call center dengan merek dagang “Caroline”
singkatan dari customer care online. Telkom juga memberikan nomor ‘500250’ bagi pelanggan
business dan layanan khusus bebas pulsa untuk pelanggan enterprise melalui nomor 08001
Telkom (08001835566). Segmen pelanggan korporat Telkom memiliki tim account management
dalam mengelola hubungan dengan pelanggan korporat yang didukung oleh Telkom Solution
House, SME center dan call center. Yang kedua Telkom juga melakukan survei kepuasan
pelanggan karena menyadari pentingnya mengetahui tingkat kepuasan pelanggan terhadap
seluruh layanan yang diberikan, dalam rangka mendapatkan feed-back bagi upaya perbaikan
layanan dimasa mendatang. Untuk maksud tersebut, Telkom bekerja sama dengan sebuah
perusahaan survei independen melakukan riset. Tujuan pelaksanaan survei adalah mengetahui
indeks kepuasan pelanggan atau customer satisfaction index (CSI) dan indeks loyalitas
pelangganan atau customer loyalty index (CLI).
Pengungkapan Kategori Kinerja CSR Serta Sustainability Report Pada Telkom Tahun 2014
menggunakan GRI G4 Guidelines
Item-item dalam global reporting initiative G4 yang diungkapkan dalam sustainability
report perusahaan tahun 2014 dengan keterangan yaitu jika ada item dalam global reporting
initiative G4 yang diungkapkan dalam sustainability report perusahaan maka diberi tanda
centang, dan jika ada item dalam global reporting initiative G4 yang tidak diungkapkan dalam
13
sustainability report perusahaan maka diberi tanda silang. Setelah itu item yang diungkap
dijumlahkan dan dipresentasekan dengan perhitungan sebagai berikut:
% = Jumlah yang diungkapkan
Jumlah yang diharapkan
Pengungkapan Kategori Kinerja Telkom tahun 2014
Dari diperhitungan tersebut, maka diperoleh persentase implementasi sustainability report
berdasarkan global reporting initiative G4 periode 2014. Berikut ini tabel pengungkapan kategori
kinerja Telkom tahun 2014.
Tabel 1
Pengungkapan kategori kinerja Telkom tahun 2014
Kategori
Ekonomi
Lingkungan
Sosial
Praktik
ketenagakerjaan dan
kenyamanan bekerja
Hak asasi manusia
Masyarakat
Tanggung jawab atas
produk
Jumlah
Indikator yang
Diungkapkan
(a)
6
5
8
Indikator yang
diharapkan
(b)
Persentase
[(a:b)x100%]
9
34
16
66,67 %
14,71 %
50 %
2
4
3
12
11
9
16,67 %
36,36 %
33,33 %
28
91
30,77%
Sumber: Data olahan 2015
Sesuai dengan teori sustainabilitas korporasi, Pembangunan bisnis Telkom sudah sesuai
dengan tiga unsur utama, yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan. Terlihat pada hasil analisis data
pada tabel 1 diatas dapat diketahui bahwa PT Telkom Indonesia Tbk pada tahun 2014
berdasarkan persentase yang diperoleh, kategori ekonomi memperoleh 66,67%, kategori
lingkungan 14,71%, kategori sosial pada sub-kategori praktik ketenagakerjaan dan kenyamanan
bekerja 50%, sub-kategori hak asasi manusia 16,67%, sub-kategori masyarakat 36,36%, dan subkategori tanggung jawab atas produk 33,33%. Dari keseluruhan indikator, Telkom telah
melakukan 28 komponen indikator atau sebesar 30,77% dari 91 komponen indikator yang sudah
ditetapkan dalam GRI G4. Telkom tidak mengungkapkan secara keseluruhan yang di tetapkan
dalam GRI G4, karena yang diungkapkan Telkom dalam sustainability report merupakan isu-isu
yang dianggap material dan relevan dengan bidang usaha Telkom. Sebagian indikator GRI G4
yang tidak material atau tidak relevan dengan bisnis Telkom, tidak diungkapkan dalam
sustainability report.
Persentase pengungkapan terbesar yaitu pada kategori ekonomi. Sebagai entitas bisnis
Telkom senantiasa menjaga kinerja usaha agar tetap tumbuh secara baik. nilai ekonomi langsung
yang dihasilkan dari penerimaan sebesar Rp 89.696 miliar dan nilai ekonomi yang didistribusikan
berjumlah Rp 67.611 miliar dengan rincian biaya operasional sebesar Rp 33.124 miliar, gaji dan
tunjangan pegawai sebesar Rp 9.616 miliar, pembayaran kepada penyandang dana sebesar Rp
17.339 miliar, pengeluaran untuk pemerintah sebesar Rp 7.436 miliar, dan pengeluaran untuk
masyarakat sebesar Rp 96 miliar. Telkom memiliki pertumbuhan ekonomi yang sehat karena
14
perolehan nilai ekonomi yang diperoleh murni berasal dari kegiatan operasional maupun investasi
Telkom. Untuk nilai ekonomi yang didistribusikan, seluruh besaran pengeluaran digunakan untuk
meningkatkan kesejahteraan stakeholder, termasuk di dalamnya memenuhi semua kewajiban
Telkom sebagai entitas bisnis.
Walaupun tidak mengungkapkan seluruh indikator dari aspek ekonomi, namun sudah
memberi manfaat langsung dalam mendorong pertumbuhan perekonomian di daerah yaitu
Telkom mendistribusikan nilai-nilai ekonomi kepada pemerintah daerah dalam bentuk setoran
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) atas setiap asset tetap tidak bergerak yang dimiliki dan
dioperasikan sebagai kantor pendukung Telkom. Telkom juga menyetorkan pajak kendaraan
operasional. Itu semua merupakan bagian dari kontribusi langsung Telkom terhadap pendapatan
asli daerah setepat. Selama tahun 2014, setoran PBB mencapai Rp 35,92 miliar naik 29,3% dari
Rp 27,78 miliar di tahun sebelumnya. Kontribusi Telkom lainnya adalah melalui penyerapan
tenaga kerja lokal di sekitar wilayah operasional sebagai salah satu langkah strategis dalam
mendukung laju pertumbuhan perekonomian daerah dan juga berupaya mendukung upaya
percepatan peningkatan perekonomian daerah melalui pelaksanaan program kemitraan.
Pada kategori sosial dengan sub-kategori praktik ketenagakerjaan dan kenyaman bekerja
diungkapkan 8 dari 16 indikator dalam GRI G4, sehingga memperoleh persentase 50%. Telkom
meyadari bahwa keberlanjutan usahanya dipengaruhi oleh kemampuan Telkom dalam mengelola
ketenagakerjaan. Sehingga Telkom telah melaksanakan sejumlah program yaitu: memberikan
kebebasan berserikat dalam hubungan industrial; memberikan kesempatan bekerja yang sama
dengan tidak memandang perbedaan suku, ras, agama dan gender; pengembangan kompetensi
karyawan; pelayanan kesehatan; kesehatan, keselamatan dan kesehatan kerja (K3); serta
pemberian penghargaan kepada karyawan.
Pada kategori sosial dengan sub-kategori masyarakat memperoleh persentase 36,36%.
Dalam hal ini Telkom terus melaksanakan berbagai program pengembangan masyarakat, seperti
berpartisipasi aktif dalam upaya pemerintah meningkatkan kondisi kehidupan masyarakat
marjinal, mengurangi kemiskinan, meningkatkan kesehatan masyarakat dan menyediakan
prasarana dan sarana publik yang memadai. Pada tahun 2014, Telkom mengutamakan pemberian
bantuan di bidang pendidikan dan kesehatan dan pengembangan creative camp untuk
menumbuhkan industri kreatif digital. Namun demikian perusahaan tidak mengesampingkan
program bina lingkungan dibidang lainnya.
Kategori sosial pada sub-kategori tanggung jawab produk yang mengungkapkan 3
komponen indikator dari 9 komponen indikator yang sudah ditetapkan GRI G4 sehingga
memperoleh persentase sebesar 33,33%. Telkom memastikan pengembangan produk/layanan
baru dengan hasil yang terbaik dan upaya yang optimal, sementara pelanggan akan memperoleh
manfaat dari sisi kualitas, keandalan, ketersediaan, tagihan dan pembayaran, jangkauan layanan,
kompatibilitas, fitur produk, dan kesiapan faktor pendukung produk. Dalam menangani keluhan
pelanggan, Telkom menyediakan berbagai sarana dan prasarana yang memungkinkan pelanggan
menyampaikan keluhan ataupun complain atas kualitas produk dan layanan yang tidak sesuai
dengan kualitas yang ditawarkan sebelumnya. Telkom juga bekerja sama dengan sebuah
perusahaan survei indipenden melakukan riset dengan tujuan untuk mengetahui indeks kepuasan
pelanggan atau customer satisfaction index (CSI) dan indeks loyalitas pelanggan atau customer
loyality index (CLI). Dengan begitu Telkom sudah memenuhi indikator G4-PR.
Kategori sosial pada sub-kategori hak asasi manusia mengungkapkan 2 komponen
indikator dari 12 komponen indikator yang ditetapkan oleh GRI G4 sehingga memperoleh
persentase 16,67%. Dalam hal ini, Telkom memiliki kebijakan yang memastikan bahwa setiap
15
pegawai dan calon pegawai diperlakukan dengan adil dan penuh rasa hormat tanpa melihat
perbedaan usia, ras, agama, keyakinan, jenis kelamin, hingga kondisi fisik.
Kategori lingkungan mengungkapkan 5 kategori indikator dari 34 kategori indikator yang
sudah ditetapkan GRI G4. Walaupun hanya mengungkapkan 14,71% nya saja, namun Telkom
sudah berpartisipasi pada upaya pelestarian lingkungan yaitu melalui program lingkungan yang
dinamakan Telkom go green action, meliputi upaya mitigasi emisi karbon, efisiensi energi
gedung perkantoran, efisiensi energi BTS, pemakaian energi terbarukan, konsep kantor tanpa
kertas, pengelolaan limbah, pengelolaan dan daur ulang air, gerakan bersepeda ke kantor (bike to
work) dan earth hour.
Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu tahun 2013, maka berikut ini tabel
perbandingan pengungkapan kategori kinerja Telkom tahun 2014 dan tahun 2013
Tabel 2
Perbandingan pengungkapan kategori kinerja Telkom tahun 2014 dan tahun 2013
Kategori
Ekonomi
Lingkungan
Praktik
ketenagakerjaan
dan kenyamanan
bekerja
Sosial
Hak asasi manusia
Masyarakat
Tanggung jawab
atas produk
Jumlah
Indikator
yang
diungkapkan
tahun 2014
(a1)
6
5
8
Indikator
yang
diungkapkan
tahun 2013
(a2)
6
4
10
Indikator
yang
diharapkan
(b)
Persentase
tahun 2014
[(a1:b)x100%]
Persentase
tahun 2013
[(a2:b)x100%]
9
34
16
66,67%
14,71%
50%
66,67 %
11,76 %
62,5 %
2
4
3
2
4
4
12
11
9
16,67%
36,36
33,33
16,67 %
36,36 %
44,44 %
28
30
91
30,77%
32,97%
Sumber: Data olahan 2015
Jika dibandingkan dengan tahun 2013, pengungkapan GRI G4 pada Telkom ini
mengalami penurunan. Pada tahun 2013 Telkom mengungkapkan 30 kategori indikator atau
sebesar 32,97% dari 91 kategori indikator yang sudah ditetapkan dalam GRI G4. Sedangkan
pada tahun 2014, Telkom hanya mengungkapkan 28 kategori indikator atau sebesar 30,77% dari
91 kategori indikator yang sudah di tetapkan dalam GRI G4.
Namun dilihat dari dampak keuangan, kegiatan tanggung jawab Telkom terhadap
pengembangan sosial dan masyarakat yang dilaksanakan pada tahun 2014 sebesar 517,83 miliar.
Dana tersebut direalisasikan pada bidang program kemitraan senilai Rp 411,72 miliar, program
bina lingkungan senilai Rp 82,80 miliar dan beban operasional perusahaan yang tercatat sebagai
anggaran CSR senilai Rp 23,31 miliar. Realisasi tersebut mengalami peningkatan yang signifikan
dibandingkan tahun 2013, dengan alokasi anggaran pengembangan sosial dan masyarakat sebesar
Rp 218,44 miliar. Dana tersebut direalisasikan pada bidang program kemitraan sebesar Rp
124,44 miliar, program bina lingkungan senilai Rp 55,76 miliar, dan beban perasional perusahaan
yang tercatat sebagai anggaran CSR senilai 38,24 miliar. Hal ini sesuai dengan laba komprehensif
yang diperoleh Telkom pada tahun 2014 sebesar Rp 21.471 miliar yang mengalami peningkatan
dibanding tahun 2013 yang memperoleh laba komprehensif sebesar Rp 20.402 miliar. Ini karena
16
pelaksanaan PKBL tersebut dengan mempertimbangkan asas manfaat, keadilan, efisiensi, dan
efektivitas serta sumber dana yang tersedia. Kenaikan laba tersebut juga ada hubungannya
dengan harga saham, dalam www.ipotfund.com harga saham PT Telkom pada tahun 2013
mengalami kenaikan pada tahun 2014. Dengan begitu pengungkapan CSR yang baik akan
menambah value added perusahaan sehingga meningkatkan kepercayaan para investor untuk
berinvestasi di Telkom.
Dari data diatas, baik implementasi pengungkapan CSR maupun rekapitulasi
pengungkapan kategori kinerja Telkom, maka dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2014 Telkom
sudah melakukan 28 komponen indikator atau sebesar 30,77% dari 91 komponen indikator yang
sudah ditetapkan dalam GRI G4. Dengan begitu Telkom sudah dikatakan baik karena telah
mengungkapkan lebih dari 20 komponen indikator dalam GRI G4. Jika dilihat dari indikator
kinerja yang sudah ditetapkan GRI G4, memang Telkom tidak memenuhi semua indikator yang
ditetapkan. Hal ini karena sebagian indikator GRI G4 yang tidak material dan tidak relevan
dengan bisnis Telkom tidak diungkapkan dalam sustainability report. Namun keberadaan
Telkom sudah membantu masyarakat sekitar karena Telkom konsisten melakukan program CSR
setiap tahunnya.
Secara sukarela Telkom melakukan berbagai aspek yang dibuat oleh GRI Guidelines.
Adapun aspek yang dilakukan antara lain: Aspek kinerja ekonomi, aspek keberadaan dipasar,
aspek dampak ekonomi tidak langsung, aspek energi, aspek emisi, aspek produk dan jasa, aspek
kepegawaian, aspek kesehatan dan keselamatan kerja, aspek pelatihan dan pendidikan, aspek
kesetaraan remunerasi perempuan dan laki-laki, aspek non-diskriminasi, aspek kebebasan
berserikat dan perjanjian kerja bersama, aspek masyarakat lokal, aspek anti-korupsi, aspek antipersaingan, aspek pelabelan produk dan jasa, aspek komunikasi pemasaran, dan aspek privasi
pelanggan. Sehingga terkait dengan sustainability reporting dan aktivitas CSR pada tahun 2014
Telkom mendapatkan penghargaan untuk sembilan bidang dan program dari Corporate for
Community Development pada anugerah Indonesian CSR award 2014
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan hasil analisis alokasi dana CSR serta pelaporan sustainability
report di atas, maka dapat diperoleh kesimpulan yaitu Telkom telah melakukan CSR yang
dilaporkan dalam sustainability report perusahaan sesuai dengan global reporting initiative
(GRI) versi 4 (G4), namun Telkom tidak mengungkapkan secara keseluruhan yang di tetapkan
dalam GRI G4, karena yang diungkapkan Telkom dalam sustainability report merupakan isu-isu
yang dianggap material dan relevan dengan bidang usaha Telkom.
Sesuai dengan teori sustainabilitas korporasi, Pembangunan bisnis Telkom sudah sesuai
dengan tiga pilar utama, yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan secara terpadu. Hasil analisis
Telkom pada tahun 2014 berdasarkan persentase yang diperoleh, kategori ekonomi memperoleh
66,67% dengan mengungkapkan 6 dari 9 indikator dalam GRI, kategori lingkungan 14,71%
dengan mengungkapkan 5 dari 34 indikator dalam GRI, kategori sosial dalam sub-kategori
praktik ketenagakerjaan dan kenyamanan bekerja memperoleh 50% dengan mengungkapkan 8
dari 16 indikator dalam GRI, kategori sosial dalam sub-kategori hak asasi manusia memperoleh
16,67% dengan mengungkapkan 2 dari 12 indikator dalam GRI, kategori sosial dalam subkategori masyarakat memperoleh 36,36% dengan mengungkapkan 4 dari 11 indikator dalam
GRI, dan kategori sosial dalam sub-kategori tanggung jawab atas produk memperoleh 33,33%
dengan mengungkapkan 3 dari 9 indikator dalam GRI. Dari keseluruhan indikator, Telkom telah
17
melakukan 28 komponen indikator atau sebesar 30,77% dari 91 komponen indikator yang sudah
ditetapkan dalam GRI G4.
Jika dibandingkan dengan tahun 2013, pengungkapan GRI G4 pada Telkom ini
mengalami penurunan. Pada tahun 2013 Telkom mengungkapkan 30 kategori indikator atau
sebesar 32,97% dari 91 kategori indikator yang sudah ditetapkan dalam GRI G4. Sedangkan
pada tahun 2014, Telkom hanya mengungkapkan 28 kategori indikator atau sebesar 30,77% dari
91 kategori indikator yang sudah di tetapkan dalam GRI G4. Namun, anggaran yang dialokasikan
untuk dana CSR pada tahun 2014 mengalami peningkatan sehingga berdampak juga pada laba
komprehensif perusahaan tahun 2014 yang mengalami peningkatan karena pelaksanaan PKBL
tersebut dengan mempertimbangkan asas manfaat, keadilan, efisiensi, dan efektivitas serta
sumber dana yang tersedia. Selain itu juga berdampak pada meningkatnya harga saham Telkom
dari tahun 2013 ke 2014 atas pengungkapan sustainability report Telkom.
Saran
Berdasarkan keseluruhan analisis yang telah penulis lakukan, maka dapat diajukan saran
antara lain Telkom diharapkan dapat meningkatkan pengungkapan kinerja ekonomi, kinerja
lingkungan, dan kinerja sosial yang sesuai dengan GRI G4 termasuk dalam hal pelaporan
sustainability report, sehingga dapat digunakan oleh stakeholder untuk mengukur sejauhmana
pelaksanaan CSR oleh perusahaan. Telkom juga diharapkan dapat mengungkapkan setiap
indikator dalam global reporting initiative (GRI-G4) lebih lengkap, karena dengan
pengungkapan yang lebih lengkap maka akan memberi value added yang tinggi kepada
perusahaan.
Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan bisa meneliti dengan aspek yang lain yang bisa
lebih di disclosure dari tahun sebelumnya dengan topik yang lain diantaranya tingkat harga
saham, minat investor, dan laba perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi &
Manajemen.Yogyakarta: BPFE,2002
Jonathan,Aries.”Analisis Pengungkapan Coroprate Social Responsibility dan Penanggulangan
Kemiskinan Berdasarkan Kerangka Global Reporting Initiative”. Media Bisnis. Vol.6,
No.1 (2014): 42-59
Lako, Andreas. Deskontruksi CSR & Reformasi Paradigma Bisnis & Akuntansi. Semarang:
Erlangga,2011
Lenny.”Analisis Implementasi ISO 26000 Berdasarkan Standar Global Reporting Initiative
(GRI) PT. Bukit Asam Tbk”. Jurnal Ekonomi. Volume XX111,No.1 (2013):49-66
Maygarindra, Putranti Budidan Maghviroh Rovila El.“Analisis Alokasi Dana Corporate Social
Responsibility serta Pelaporan Sustainability Report Berdasarkan Global Reporting
Initiative (GRI G3) di PT. Pembangkitan Jawa Bali”. The Indonesian Accounting Review.
Volume 2, No.2 (2012):173-184
18
Prabawati, Gita Angga Dilla. “Disclosure of Corporate Social Responsibility in the Annual
Sustainability Report based Global based on Global Reporting Initiative Guidelines
(Comparative Study Between Time of PT.Holcim Report Period 2009-2013)”.(2015).
Sari, Nuraini. “Analisis Pengungkapan Corporate Social Responsibility Berdasarkan Global
Reporting Initiative (GRI):Studi Kasus Perusahaan Tambang Batubara Bukit Asam
(Persero) Tbk dan Timah (Persero) Tbk”. Binus Business Review. Vol.5, No.2 (2014):527536
Sekaran, Uma. Research Methods For Business. Jakarta: Salemba Empat, 2006
www.globalreporting.org diakses pada Hari Selasa, 6 Oktober 2015 jam 20.00 WIB
www.hukumonline.com diakses pada Hari Rabu, 7 Oktober 2015 jam 12.00 WIB
www.ipotfund.com diakses pada Hari Rabu, 27 Januari 2016 jam 11.35 WIB
www.proper.menlh.go.id diakses pada Hari Selasa, 19 Januari 2016 jam 14.00 WIB
www.telkom.co.id diakses pada Hari Selasa, 6 Oktober 2015 jam 21.04 WIB
19
Download