01 cover - Perpustakaan UNISBA

advertisement
PERINGATAN !!!
Bismillaahirrahmaanirraahiim
Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh
1. Skripsi digital ini hanya digunakan sebagai bahan
referensi
2. Cantumkanlah sumber referensi secara lengkap bila
Anda mengutip dari Dokumen ini
3. Plagiarisme dalam bentuk apapun merupakan
pelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan
karya ilmiah
4. Patuhilah etika penulisan karya ilmiah
Selamat membaca !!!
Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh
UPT PERPUSTAKAAN UNISBA
STUDI DESKRIPTIF MENGENAI
PROFIL KEPRIBADIAN WIRAUSAHA PADA SISWA-SISWI
JURUSAN RESTORAN (FOOD & BEVERAGE) DI SEKOLAH
MENENGAH KEJURUAN ICB CINTA WISATA BANDUNG
SKRIPSI
Diajukan Dalam Rangka Melengkapi Salah Satu Persyaratan Menempuh Ujian Sidang
Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung
Oleh :
Arini Wulandari
NPM: 10050005013
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
FAKULTAS PSIKOLOGI
2010
LEMBAR PENGESAHAN
STUDI DESKRIPTIF MENGENAI
PROFIL KEPRIBADIAN WIRAUSAHA PADA SISWA-SISWI
JURUSAN RESTORAN (FOOD & BEVERAGE) DI SEKOLAH
MENENGAH KEJURUAN ICB CINTA WISATA BANDUNG
Nama
: Arini Wulandari
NPM
: 10050005013
Bandung, Februari 2010
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
Menyetujui,
Sita Rositawati, Dra. M.Si.
Hendro Prakoso, Drs.
Pembimbing I
Pembimbing II
Mengetahui,
DR. Umar Yusuf, Drs., M.Si., Psikolog
Dekan Fakultas Psikologi
i
!"#
"#!
$ %! $
!
&'
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmaanirrohiim,
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya atas
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu berjudul
“STUDI
DESKRIPTIF
MENGENAI
PROFIL
KEPRIBADIAN
WIRAUSAHA PADA SISWA-SISWI JURUSAN RESTORAN (FOOD &
BEVERAGE) DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN ICB CINTA
WISATA BANDUNG”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan
pada program pendidikan strata satu (S1) Fakultas Psikologi Universitas Islam
Bandung.
Dalam penyusunan skripsi ini, segala upaya telah penulis lakukan untuk
tercapainya kesempurnaan tulisan ini. Namun penulis menyadari sepenuhnya
bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang
membangun sangat penulis harapkan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :
1.
Kedua orang tua, Bapak H.M. Burhanul Arifin dan Ibu Hj. Margi Hastuti
Rahayu atas doa dan dukungan yang selalu diberikan pada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2.
Ibu Sita Rositawati, Dra. M.Si. selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan dukungan kepada penulis dalam penyusunan
skripsi ini dengan penuh kesabaran.
iii
3.
Bapak Hendro Prakoso, Drs. selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan masukan-masukan kepada penulis yang membantu terwujudnya
skripsi ini.
4.
Bapak Drs. Agus Sofyandi Kahfi, M.Si, selaku dosen wali atas saran dan
masukan yang diberikan serta mendukung kemajuan akademik penulis.
5.
Kakak-kakakku atas diskusi, bantuan dan masukan yang diberikan pada
penulis.
6.
Bapak Sugiyo, S.Sos. selaku Guru Mata Pelajaran Kewirausahaan yang
selalu meluangkan waktunya bagi penulis.
7.
Seluruh
siswa-siswi
SMK
ICB
Cinta
Wisata
Jurusan
Restoran
(Food&Beverage) atas partisipasi dan kerjasama yang diberikan selama
penelitian ini berlangsung.
8.
Sahabat-sahabat SMP dan SMA yang selalu setia memberi dukungan dan
semangat pada penulis dari dulu hingga saat ini.
9.
Seluruh dosen dan pihak Fakultas Psikologi Unisba yang telah banyak
memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang berharga pada penulis.
10.
Seluruh staff kemahasiswaan Unisba yang telah membantu penulis selama
berkegiatan di Unisba.
11.
Kakak angkatan, teman-teman angkatan 2005 dan sahabat-sahabat dekat
yang telah mengisi kehidupan penulis selama berkuliah di Fakultas
Psikologi sehingga lebih berwarna dan bermakna.
iv
Beserta semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat
disebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala bagi
semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini.
Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik
yang membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Bandung, Maret 2010
Arini Wulandari
v
ABSTRAK
ARINI WULANDARI. Studi Deskriptif Mengenai Profil Kepribadian
Wirausaha Pada Siswa-Siswi Jurusan Restoran (Food&Beverage) Di Sekolah
Menengah Kejuruan ICB Cinta Wisata Bandung.
Bertambahnya jumlah SMK untuk menanggulangi pengangguran di
Indonesia sebenarnya dapat menjadi bumerang bagi SMK itu sendiri jika lulusan
yang ada hanya mengandalkan dirinya sebagai pencari kerja di tengah sempitnya
lapangan pekerjaan saat ini. Di SMK ICB Cinta Wisata Bandung Jurusan
Restoran (Food&Beverage) hanya terdapat 12% saja lulusan yang berwirausaha.
Jumlah tersebut dapat dikatakan sedikit jika melihat keterampilan dan bekal yang
mereka dapatkan dan harapan dari pihak sekolah sesuai dengan tuntutan
Pemerintah melalui Depdiknas yang terus mendorong SMK untuk dapat
menciptakan lulusan yang dapat membuka lapangan kerja dengan berwirausaha.
Untuk mencetak lulusan yang dapat berwirausaha, tidak cukup hanya
dengan mengandalkan proses belajar mengajar di sekolah saja, tetapi hal yang
paling penting adalah memperhatikan aspek kepribadian yang dimiliki siswa.
Lambing & Kuehl (2003) mengungkapkan sebenarnya ada trait kepribadian
tertentu yang melekat pada seorang wirausahawan. Jika siswa-siswi SMK dituntut
untuk menjadi wirausaha dan sukses berwirausaha, maka kepribadian mereka pun
harus sejalan dengan kepribadian wirausaha. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk memberikan gambaran secara empiris mengenai profil kepribadian
wirausaha yang dimiliki oleh siswa-siswi Jurusan Restoran (Food and Beverage)
di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ICB Cinta Wisata Bandung.
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan jumlah sampel
sebanyak 40 orang melalui teknik random. Pengumpulan data dilakukan dengan
alat tes kepribadian yang dapat digunakan untuk menggambarkan kepribadian
wirausaha, yaitu DISC Personality System. Adapun profil kepribadian wirausaha
tergambar dalam tipe DI dan ID.
Berdasarkan pengolahan data dengan menggunakan analisis deskriptif
dengan metode statistik presentasi diperoleh data yang menunjukkan bahwa hanya
5.5% responden yang memiliki tipe kepribadian wirausaha, yaitu ID. Sisanya
sebanyak 94.5% siswa tidak memiliki profil kepribadian wirausaha. Tipe
kepribadian yang mendominasi responden justru adalah tipe kepribadian IS, yaitu
sebanyak 33.3 %. Dalam penelitian ini juga diperoleh data bahwa siswa-siswi
dengan tipe kepribadian wirausaha memiliki latar belakang keluarga yang
berwirausaha dan memiliki tujuan yang mantap serta cita-cita yang mengarah
pada wirausaha. Sedangkan 71.43% siswa tidak berkepribadian wirausaha dan
tidak berlatar belakang keluarga wirausaha memilih untuk bekerja setelah lulus
dan bercita-cita diluar bidang wirausaha.
key word: profil kepribadian wirausaha
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
i
MOTTO
ii
KATA PENGANTAR
iii
ABSTRAK
vi
DAFTAR ISI
vii
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
BAB I PENDAHULUAN
1
1.1. Latar Belakang Masalah
1
1.2. Identifikasi Masalah
9
1.3. Tujuan Penelitian
11
1.4. Kegunaan Penelitian
11
BAB II TINJAUAN TEORITIS
13
2.1. Definisi Kewirausahaan
13
2.1.1. Definisi Wirausaha
14
2.1.2. Kepribadian Wirausaha
17
2.1.3. Wirausaha dan Wiraswasta
27
2.1.4. Faktor-faktor dan Kondisi Yang Membentuk
Seseorang Menjadi Wirausaha
2.1.5. Peran Wirausaha Bagi Lingkungannya
28
33
vii
2.1.6. Keuntungan dan Kelemahan Menjadi Wirausaha
33
2.2. Tahapan Perkembangan Karier Remaja
35
2.3. DISC Personality System
36
2.3.1. Sejarah DISC
37
2.3.2. Profil Kepribadian DISC
41
2.3.3. Behavioral Tools
50
2.4. Profil SMK ICB Cinta Wisata
51
2.4.1. Sejarah SMK ICB
51
2.4.2. Visi dan Misi SMK ICB Cinta Wisata
55
2.4.2.1. Visi
55
2.4.2.2. Misi
56
2.4.3. Tujuan SMK ICB Cinta Wisata
57
2.4.4. Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan
SMK ICB Cinta Wisata Bandung
58
2.4.4.1. Pendidikan Kecakapan Hidup
59
2.4.5. Tujuan Kompetensi Keahlian Restoran (Food&Beverage)
60
2.4.6. Standar Kompetensi Kejuruan
Program Keahlian Restoran (Food&Beverage)
2.4.7. Mata Pelajaran Kewirausahaan
61
63
2.5. Kerangka Pikir
65
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
74
3.1. Rancangan Penelitian
74
3.2. Identifikasi Variabel
75
viii
3.3. Operasionalisasi Variabel
76
3.4. Subjek Penelitian
76
3.5. Alat Ukur
77
3.5.1. Kategori Penghayatan
78
3.5.2. Teknik Skoring
80
3.5.3. Teknik Interpretasi
81
3.6. Teknik Analisis Data
82
3.7. Prosedur Penelitian
83
3.7.1. Tahap Persiapan
83
3.7.2. Tahap Pengumulan Data
84
3.7.3. Tahap Pengolahan Data
84
3.7.4. Tahap Pembahasan
85
3.7.5. Tahap Akhir
85
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
86
4.1. Hasil
86
4.1.1. Deskripsi Profil Kepribadian Subjek
Secara Keseluruhan
86
4.1.2. Deskripsi Profil Kepribadian Wirausaha
Pada Responden
87
4.1.3. Deskripsi Profil Kepribadian dan Pekerjaan
Orang Tua Responden
88
4.1.4. Deskripsi Profil Kepribadian dan Tujuan
Setelah Lulus Pada Responden
90
ix
4.1.5. Deskripsi Profil Kepribadian, Pekerjaaan Orang Tua,
Tujuan Setelah Lulus dan Cita-cita Pada Responden
4.1.6. Deskripsi Demografi Subjek Penelitian
92
93
4.2. Rangkuman Hasil Tabulasi
95
4.3. Pembahasan
97
4.3.1. Telaah Mengenai Profil Kepribadian Responden
97
4.3.2. Telaah Mengenai Tipe Kepribadian, Kondisi Keluarga
dan Tujuan Setelah Lulus
100
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
103
5.1. Kesimpulan
103
5.2. Saran
104
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
4.1 Profil Kepribadian Subjek
86
4.2 Profil Kepribadian Siswa Berdasarkan
Pekerjaan Orang Tua Yang Berwirausaha
90
4.3 Profil Kepribadian Siswa dan Tujuannya
Setelah lulus Sekolah
91
4.4. Deskripsi Mengenai Tipe Kepribadian, Pekerjaan Orang Tua,
Tujuan Setelah Lulus dan Cita-cita Pada Responden
92
4.5
Demografi Subjek Penelitian
93
4.6
Langkah Berwirausaha
94
4.7 Rangkuman Hasil Tabulasi
96
xi
DAFTAR GAMBAR
4.1. Diagram Batang Profil Kepribadian Subjek
Berdasarkan DISC Personality System
87
4.2. Diagram Lingkaran Profil Kepribadian Wirausaha
Pada Responden Berdasarkan DISC Personality System
88
4.3. Diagram Lingkaran Pekerjaan Orang Tua Responden
89
4.4 Diagram Lingkaran Tujuan Siswa Setelah Lulus Sekolah
95
xii
Bab I Pendahuluan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Ketenagakerjaan menjadi salah satu persoalan paling krusial di Indonesia.
Bahkan, masalah itu telah menjadi salah satu faktor yang menentukan dalam
penciptaan stabilitas nasional. Salah satu aspek yang menjadi pemicu adanya
masalah ketenagakerjaan adalah masih tingginya laju pertumbuhan angkatan kerja
yang tidak terakomodasi lapangan kerja. Kurang adanya daya tarik investasi
menyebabkan kondisi perindustrian di Indonesia tengah memasuki usia senja
(sunset industry) sehingga kesempatan kerja kian menyempit dan melonjaknya
angka pengangguran di Indonesia.
Pada tahun 2008, Indonesia mendapat ranking 1 di Asia dalam jumlah
pengangguran tertinggi. Angka pengangguran di Indonesia per Agustus 2008
mencapai 9,39 juta jiwa atau 8,39 persen dari total angkatan kerja (Data BPS
2008). Lulusan Sekolah Menengah Umum (SMU) adalah penyumbang terbesar
pengangguran di Indonesia, yakni 3,37 juta orang atau 35,6 % dari 9,43 juta
penganggur. Mereka tidak lolos seleksi dalam penerimaan kerja karena tidak
memenuhi kualifikasi sebagai tenaga kerja. Selama ini memang lulusan SMU
tidak punya banyak pilihan, artinya mereka harus meneruskan ke perguruan tinggi
atau harus berusaha untuk mendapatkan pekerjaan dengan ijazah SMU yang
mereka miliki.
1
Bab I Pendahuluan
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Depdiknas tahun 2007/2008 angka
melanjutkan dari SMU ke Perguruan Tinggi hanya 45,22%. Hal ini berarti banyak
lulusan SMU yang tidak dapat melanjutkan ke perguruan tinggi dan mereka harus
mendapatkan pekerjaan agar tidak tergolong ke dalam pengangguran. Melihat
tingginya jumlah penganggur lulusan SMU, Pemerintah berusaha memberikan
solusi salah satunya adalah dengan memberikan perhatian lebih kepada Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK). Berbeda dengan lulusan SMU, lulusan SMK sudah
dibekali dengan keterampilan yang dapat mereka manfaatkan setelah lulus sekolah
sehingga memiliki kualitas dari segi keterampilan kerja. Mereka juga dituntut
untuk menguasai skills (keterampilan) serta diharapkan dapat menciptakan
lapangan pekerjaan sendiri.
Saat ini Pemerintah menetapkan ratio SMU : SMK pada tahun 2015 akan
menjadi 30:70 baik untuk jumlah sekolah maupun jumlah siswa. Menurut
Sekretaris Musyawarah Kerja Kepala Sekolah SMK se-Bandung Agus Rusdiana,
setiap tahunnya jumlah siswa SMK meningkat 25% (dari jumlah siswa SMK saat
ini 18.603 orang menjadi 24.184 orang). Hal ini berarti menyebabkan angkatan
kerja bertambah jika mereka lulus nantinya. Lulusan SMK yang melimpah akan
membawa persoalan terhadap kesempatan kerja sebab ditengarai bahwa jumlah
lapangan kerja tidak sebanding dengan jumlah lulusan, apalagi Indonesia
bukanlah negara industri yang membutuhkan banyak tenaga kerja siap pakai.
Di tengah perekonomian yang sulit saat ini, lulusan SMK yang telah
dibekali oleh keterampilan siap pakai dituntut untuk dapat berwirausaha. Dalam
dua tahun terakhir ini Depdiknas terus mendorong SMK untuk dapat memberikan
2
Bab I Pendahuluan
program pembelajaran kewirausahaan secara memadai untuk dapat memberikan
bekal kewirausahaan bagi lulusannya. Tuntutan lulusan SMK untuk berwirausaha
juga terlihat dari pelaksanaan pelatihan kewirausahaan yang diselenggarakan oleh
Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat yang diikuti oleh 1000 siswa SMA dan
SMK se-Jawa Barat. Selain pada siswa, para guru SMK diberi pelatihan
pengajaran kewirausahaan se-Jawa Barat. Kegiatan pelatihan tersebut dilakukan
pada bulan Oktober, Nopember dan Desember 2009.
Salah satu bidang keterampilan dalam SMK yang diperhatikan oleh
Pemerintah adalah bidang pariwisata yang terdapat di SMK ICB Cinta Wisata
Bandung juga mendapat dampak positif dari promosi yang dilakukan oleh
Pemerintah. Secara umum jumlah siswa yang mendaftar di SMK ICB Cinta
Wisata Bandung meningkat. Sampai tahun 2006, SMK ICB Cinta Wisata
Bandung menyediakan 4 kelas untuk penerimaan siswa baru, kemudian di tahun
2007 terjadi peningkatan peminat sehingga SMK ICB Cinta Wisata Bandung
menambahkan 3 kelas untuk siswa. Namun di tahun 2008 hingga sekarang SMK
ICB Cinta Wisata Bandung hanya menyediakan 6 kelas untuk penerimaan siswa
baru. Pengurangan kelas ini dilakukan dengan pertimbangan untuk tetap
mempertahankan kualitas sekolah dan kegiatan belajar mengajar yang efektif,
walaupun sebenarnya peminat secara umum meningkat sehingga persaingan
menjadi lebih ketat.
Di SMK ICB Cinta Wisata Bandung terdapat tiga jurusan pendidikan, yaitu
Jurusan Usaha Jasa Pariwisata, Jurusan Akomodasi Perhotelan, dan Jurusan
Restoran/Food & Beverage atau yang lebih sering disebut dengan Jurusan FB.
3
Bab I Pendahuluan
Penjurusan dilakukan pada saat proses penerimaan siswa baru. Setelah calon
siswa mendaftar dan memilih jurusan yang ada, calon siswa mengikuti seleksi
penerimaan yang terdiri dari tes tertulis (Matematika, Bahasa Inggris dan
Pengetahuan Kejuruan), tes fisik dan kesehatan. Calon siswa yang memenuhi
kriteria diterima sebagai siswa di SMK ICB Cinta Wisata Bandung dan mengikuti
kegiatan kunjungan industri untuk memilih kembali jurusan yang dikehendaki.
Dibandingkan dengan dua jurusan lainnya, jurusan FB merupakan jurusan yang
paling diminati oleh para murid sehingga jurusan FB merupakan jurusan dengan
murid terbanyak.
Di Jurusan FB, siswa mempelajari teknik dasar memasak, mengolah
makanan, menyajikan makanan baik kontinental maupun Indonesia, tata hidang
makanan serta keterampilan mengolah dan menyajikan makanan lainnya. Selain
mata pelajaran keahlian, siswa juga diberikan pendidikan yang berorientasi pada
kecakapan untuk hidup (life skills) yang dapat menjadi bekal untuk memasuki
dunia industri maupun untuk usaha mandiri dengan berwirausaha. Mata pelajaran
wirausaha didapat siswa sejak duduk di kelas X sampai kelas XII, baik secara
teori maupun praktek. Di kelas X siswa mempelajari kewirausahaan secara teoritis
agar mendapatkan pemahaman mengenai kewirausahaan dan karakter mental
wirausaha. Di kelas XI siswa diberi tugas untuk membuat kafe di lingkungan
masyarakat. Tugas tersebut dilakukan secara berkelompok, yang setiap
kelompoknya terdiri dari 10-15 orang. Mereka harus merancang kafe tersebut
secara mandiri, termasuk dalam hal modal usaha. Kegiatan tersebut mendapatkan
pantauan dan pengamatan langsung dari guru. Pada ujian akhir kelas XII, siswa
4
Bab I Pendahuluan
diberi tugas untuk membuat proposal rancangan wirausaha secara individual.
Metode belajar yang digunakan pada kegiatan belajar mengajar Mata Pelajaran
Kewirausahaan adalah ceramah dan tugas yang diberikan meliputi tugas mandiri
maupun tugas kelompok dan pada umumnya siswa memiliki nilai yang tinggi
untuk Mata Pelajaran Kewirausahaan.
Siswa-siswi jurusan FB mendapatkan giliran piket secara berkelompok
untuk mengelola salah satu bagian dari Koperasi Sekolah. Manager Koperasi
Sekolah adalah siswa kelas XI yang dipilih secara demokratis oleh siswa dengan
arahan dari Guru. Siswa diberi kesempatan untuk berkreasi dalam menjual
makanan di koperasi tersebut, dari mulai menentukan jenis makanan yang dijual,
mengolah makanan dan kemasan produk yang dijual.
Pembekalan yang sudah diberikan mengenai kewirausahaan tersebut
diharapkan dapat membantu siswa dalam menghadapi tantangan global saat ini,
yang juga sejalan dengan salah satu indikator dalam Visi SMK ICB Cinta Wisata
Bandung, yaitu unggul dalam mewujudkan kemandirian melalui wirausaha.
Pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka peroleh diharapkan dapat
diaplikasikan dalam dunia wirausaha, salah satunya dengan membuka usaha
kuliner. Dalam era ekonomi yang cukup sulit seperti ini, usaha bidang kuliner
masih menjanjikan peluang usaha yang cukup besar. Selain terkenal dengan
fashion, saat ini Kota Bandung juga terkenal dengan keragaman kuliner yang ada,
sehingga banyak wisatawan dari luar kota yang senang “berburu makanan” di
Bandung. Usaha kuliner memiliki keunggulan tersendiri, yang saat ini kegiatan
makan tidak hanya sekedar menjadi kebutuhan pokok saja, tetapi lebih dari itu
5
Bab I Pendahuluan
makan sudah menjadi kegiatan rekreasi yang cukup menyenangkan bagi sebagian
orang.
Berdasarkan data alumni dua tahun terakhir ini, tercatat bahwa di tahun 2007
Jurusan Restoran (Food & Beverage) SMK ICB Cinta Wisata Bandung telah
meluluskan 136 orang. Sebanyak 18 orang melanjutkan pendidikan ke Perguruan
Tinggi, 85 orang bekerja di hotel maupun di restoran, 15 orang menjadi
wirausaha, dan sisanya tidak dapat ditelusuri (menikah atau menganggur).
Sedangkan di tahun 2008 sebanyak 126 siswa tercatat sebagai alumni dari Jurusan
Food & Beverage, di antaranya sebanyak 25 orang melanjutkan ke Perguruan
Tinggi, 70 orang bekerja, 16 orang berwirausaha, dan sisanya tidak dapat
ditelusuri. Dari jumlah alumni yang tercatat menjadi wirausaha, ada yang
membuka warung makan, pencucian motor, kafe, counter handphone, usaha
catering, usaha cireng isi dan lain-lain. Perkembangan usaha mereka memang
masih belum berkembang secara optimal, tetapi ada juga beberapa alumni yang
sudah membuka usaha lebih dari 4 tahun dan berkembang di Bandung, seperti Pak
Chi Met di Jalan Sukajadi, Warung Tutug Oncom di Jalan Cibadak, juga Cafe I
Love You di Lembang. Berdasarkan data di atas, hanya sekitar 12 % saja lulusan
yang menjadi wirausaha. Jumlah tersebut dapat dikatakan sebagai jumlah yang
sedikit jika melihat keterampilan dan bekal yang mereka dapatkan dan harapan
dari pihak sekolah sesuai dengan tuntutan Pemerintah. Alumni yang menjadi
wirausaha merintis usaha tersebut dari dasar dan dengan modal yang terbatas.
Seiring berjalannya waktu, usaha mereka terus berkembang.
6
Bab I Pendahuluan
Pihak sekolah sudah berupaya untuk mencetak lulusannya menjadi job
creator agar tidak bergantung pada lowongan kerja yang semakin terbatas saat ini
dengan berbagai pengajaran yang telah dilakukan di sekolah. Pada kenyataannya
hanya sedikit lulusan yang berkecimpung di dunia wirausaha. Selama bersekolah,
siswa-siswi mendapatkan pelajaran dan pembekalan pengalaman yang sama
mengenai kewirausahaan yang diberikan oleh pihak sekolah. Di antara mereka ada
yang menjadi wirausaha dan ada pula yang tidak. Jika ditinjau dari sudut pandang
psikologi, perbedaan individu satu sama lain terletak pada kepribadiannya yang
akan menentukan gaya pribadi seseorang dan interaksinya dengan lingkungan.
Kepribadian juga akan mendorong seseorang mencari stimulus yang sesuai
sehingga
dapat
menampung
ekspresi
kepribadian
tersebut,
menentukan
lingkungan yang sesuai bagi individu, termasuk dalam hal pemilihan karakteristik
pekerjaan. Demikian pula untuk menjadi wirausaha dibutuhkan kepribadian yang
dapat mendukung dalam pelaksanaan kegiatan wirausaha.
Para pakar wirausaha berpendapat bahwa aspek sifat dan kepribadian
merupakan faktor penting dalam berwirausaha, misalnya wirausaha adalah orang
yang suka mengambil resiko (Zimmerer & Schorborough, 1998; Schumpeter,
dalam Meng&Liang, 1996), atau orang yang ingin berprestasi tinggi (Mc
Clelland & Brockhaus). Lambing & Kuehl (2003) berpendapat bahwa ada trait
kepribadian tertentu yang melekat pada seorang wirausahawan. Analisis teoritis
terhadap aspek-aspek sifat pada wirausaha dilakukan oleh Sukardi (1991) dalam
disertasinya yang mencatat sifat-sifat yang berkaitan dengan keberhasilan usaha
dan Miner (1996 dalam Benedicta, 2003) yang mengajukan sebuah pandangan
7
Bab I Pendahuluan
tentang tipe kepribadian wirausaha yang dikaitkan dengan keberhasilan mengelola
usaha. Hal ini didukung pula oleh Cunningham (dalam Meng & Liang, 1996)
bahwa aspek kepribadian merupakan hal yang paling penting dalam menentukan
kesuksesan seseorang dalam berwirausaha, yaitu sebesar 49%. Berdasarkan
penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ada faktor kepribadian tertentu yang
mendukung mereka untuk menjadi wirausahawan dan pada akhirnya menjadikan
mereka wirausahawan yang sukses.
Persaingan kerja yang akan semakin ketat di antara lulusan SMK yang
melimpah membuat dibutuhkannya suatu kepribadian wirausaha untuk dapat
bertahan dalam menghadapi sempitnya lapangan kerja yang tersedia. Berdasarkan
penjelasan di atas dapat dipahami bahwa jika siswa-siswi SMK dituntut untuk
menjadi wirausahawan, maka kepribadian mereka pun harus sejalan dengan
kepribadian wirausaha. Hal ini menimbulkan pertanyaan, seperti apakah profil
kepribadian wirausaha yang dimiliki oleh siswa-siswi Jurusan Restoran (Food &
Beverage) di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ICB Cinta Wisata Bandung?
Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Studi Deskriptif Mengenai Profil Kepribadian Wirausaha Pada
Siswa-siswi Jurusan Restoran (Food & Beverage) di Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) ICB Cinta Wisata Bandung”.
8
Bab I Pendahuluan
1.2. Identifikasi Masalah
Di tengah perekonomian yang sulit saat ini, lulusan SMK yang telah
dibekali oleh keterampilan siap pakai dituntut untuk dapat berwirausaha. Dalam
dua tahun terakhir ini Depdiknas terus mendorong SMK untuk dapat memberikan
program pembelajaran kewirausahaan secara memadai untuk dapat memberikan
bekal kewirausahaan bagi lulusannya. Lahirnya para wirausahawan berarti
semakin banyak pula terciptanya lapangan kerja. Terciptanya lapangan kerja akan
memiliki kontribusi positif bagi pengentasan pengangguran dan kemiskinan.
Begitu juga keberhasilan pembangunan ekonomi suatu Negara sebenarnya sangat
ditentukan oleh keberadaan wirausahawan (Schumpeter: 2000). Lahirnya para
wirausahawan juga diharapkan dari siswa-siswi Jurusan Restoran (Food &
Beverage) di SMK ICB Cinta Wisata Bandung sesuai dengan salah satu indikator
dalam Visi SMK ICB Cinta Wisata Bandung, yaitu unggul dalam mewujudkan
kemandirian melalui wirausaha.
Menurut Joseph Schumpeter (1934), seorang wirausahawan adalah seorang
inovator yang mengimplementasikan perubahan-perubahan di dalam pasar melalui
kombinasi-kombinasi baru. Kombinasi baru tersebut dapat terlihat dalam bentuk
memperkenalkan produk baru atau dengan kualitas baru, memperkenalkan metoda
produksi baru, membuka pasar yang baru (new market), memperoleh sumber
pasokan baru dari bahan atau komponen baru atau menjalankan organisasi baru
pada suatu industri.
Dari berbagai aspek yang mempengaruhi seseorang untuk berwirausaha,
kepribadian ternyata memegang peranan yang paling penting. Berdasarkan
9
Bab I Pendahuluan
pendapat dari Lambing & Kuehl (2003) sebenarnya ada trait kepribadian tertentu
yang melekat pada seorang wirausahawan. Hal ini didukung pula oleh
Cunningham (dalam Meng & Liang, 1996) bahwa aspek kepribadian merupakan
hal yang paling penting dalam menentukan kesuksesan seseorang dalam
berwirausaha, yaitu sebesar 49%. Temuan serupa juga dicatat oleh peneliti lain,
seperti Plotkin (1991, dalam Meng & Liang, 1996), dan Mc Ber & Co di AS
(dalam Zimmerer & Scarborough, 1998) yang menemukan adanya keterkaitan
sifat-sifat pribadi seseorang untuk menjadi seorang wirausahawan yang sukses.
Penelitian Meng & Liang (1996) juga menemukan bahwa kepribadian merupakan
faktor yang menentukan keberhasilan usaha skala kecil. Jadi ada faktor
kepribadian tertentu yang mendukung mereka untuk menjadi wirausahawan dan
pada akhirnya menjadikan mereka wirausahawan yang sukses. Berdasarkan
penjelasan di atas dapat dipahami bahwa jika siswa-siswi SMK dituntut untuk
menjadi wirausahawan, maka kepribadian merekapun harus sejalan dengan
kepribadian wirausaha
Menurut Meredith et.al. (1987), seorang wirausahawan memiliki sifat
percaya diri, berorientasi pada tugas dan hasil, pengambil resiko, kepemimpinan,
keorisinilan, dan berorientasi ke masa depan. Seorang wirausahawan memiliki
growth oriented owner, yaitu orientasi untuk memiliki suatu usaha yang
didirikannya dan dijalankannya secara inovatif.
SMK ICB Cinta Wisata Bandung khususnya di Jurusan Restoran (FB)
berupaya untuk mencetak lulusannya menjadi job creator agar tidak bergantung
pada lowongan kerja yang semakin terbatas saat ini dengan berbagai pengajaran
10
Bab I Pendahuluan
yang telah dilakukan di sekolah yang meliputi kegiatan teori, praktek dan koperasi
sekolah. Pada umumnya siswa-siswi telah memiliki nilai yang tinggi untuk Mata
Pelajaran Kewirausahaan di Sekolah. Minimnya lulusan SMK ICB Cinta Wisata
Bandung Jurusan Food & Beverage yang menjadi wirausaha menimbulkan
pertanyaan tersendiri mengenai profil kepribadian yang dimiliki oleh siswa-siswi
tersebut, mengingat bahwa faktor kepribadian merupakan faktor utama untuk
menjadikan seseorang sebagai wirausahawan dan sukses berwirausaha. Adapun
perumusan
masalah
pada penelitian
ini
adalah
“Bagaimanakah
Profil
Kepribadian Wirausaha yang dimiliki oleh Siswa-siswi Jurusan Restoran (Food
& Beverage) di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ICB Cinta Wisata
Bandung?”.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran secara empiris
mengenai profil kepribadian wirausaha yang dimiliki oleh siswa-siswi Jurusan
Restoran (Food & Beverage) di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ICB Cinta
Wisata Bandung”.
1.4. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan-kegunaan sebagai berikut:
a.
Kegunaan teoretis:
•
Memberikan sumbangan kajian yang mendalam mengenai gambaran
profil kepribadian wirausaha yang dimiliki oleh siswa-siswi Jurusan
11
Bab I Pendahuluan
Restoran (Food & Beverage) di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
ICB Cinta Wisata Bandung.
b.
Kegunaan Praktis:
•
Sebagai bahan masukan bagi pihak Sekolah agar dapat berkontribusi
dalam meminimalisir jumlah pengangguran di Indonesia.
•
Sebagai bahan masukan bagi pihak Sekolah dalam menciptakan
lulusan-lulusan yang berkualitas yang dapat berperan sebagai job
creator.
12
Bab II Tinjauan Teoritis
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa aspek yang menjadi
fokus pembahasan dalam penelitian ini, yaitu mengenai profil kepribadian
wirausaha. Berikut ini akan dijabarkan konsep kewirausahaan yang berkaitan
dengan penelitian ini beserta konsep mengenai kepribadian wirausaha yang
digunakan dalam penelitian ini.
2.1. Definisi Kewirausahaan
Terdapat beberapa ahli yang memberikan definisi mengenai kewirausahaan,
di antaranya adalah sebagai berikut:
•
Definisi kewirausahaan menurut Hisrich Peters (1995:10):
Entrepreneurship is the process of creating something different with
value by devoting the necessary time and effort, assuming the accompanying
financial, physic, and social risk, and receiving the resulting rewards of
monetary and personal satisfaction and independence.
Kewirausahaan adalah proses menciptakan sesuatu yang berbeda
dengan menggunakan waktu dan kegiatan disertai modal dan resiko serta
menerima balas jasa dan kepuasan serta kebebasan pribadi
•
Definisi kewirausahaan menurut Drucker (1959):
Entrepreneurship is ability to create the new and different.
Kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang
baru dan berbeda.
13
Bab II Tinjauan Teoritis
•
Definisi kewirausahaan menurut Zimmerer (1996):
Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi
dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki
kehidupan
•
Definisi kewirausahaan menurut Soeharto Prawiro (1997):
Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai
suatu usaha (start-up phase) dan perkembangan usaha (venture growth)
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan
adalah proses penciptaan sesuatu yang baru (kreasi baru) atau mengadakan suatu
perubahan atas yang lama (inovasi) dengan tujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan individu dan masyarakat.
2.1.1 Definisi Wirausaha
Istilah wirausaha atau entrepreneur berasal dari bahasa Perancis,
entreprendre yang berarti berusaha. Istilah entrepreneur pertama kali
diperkenalkan pada awal abad ke-18 oleh ekonom Perancis, Richard
Cantillon.
Menurut Richard Cantillon yang mengutarakan dalam bukunya yang
berjudul “Essai sur la Nature du Commerceen General” tahun 1755,
entrepreneur adalah “agent who buys means of production at certain prices
in order to combine them”. Entrepreneur ini membeli barang dan jasa
14
Bab II Tinjauan Teoritis
dengan harga “tertentu”, dengan maksud untuk dijual hasilnya dengan harga
yang “tidak pasti” di masa yang akan datang.
Oleh karena itu Menurut Richard Cantillon entrepreneur dinyatakan
memiliki fungsi pokok yang unik, yaitu penanggung resiko tanpa jaminan.
Jadi, entrepreneur mengerjakan sebuah proyek dan menanggung resiko
dalam pelaksanaannya, terutama dalam resiko keuangan.
Beberapa tahun kemudian, ekonom Perancis lainnya Jean Baptista
Say (1816) menambahkan definisi Cantillon dengan konsep entrepreneur
sebagai pemimpin. Jean Baptista Say mendefinisikan seorang wirausahawan
adalah agen yang menyatukan berbagai alat-alat produksi dan menemukan
nilai dari produksinya. Say juga menambahkan bahwa entrepreneur adalah
seseorang yang membawa orang lain bersama-sama untuk membangun
sebuah organisasi produktif.
Adapun definisi wirausaha menurut para ahli lainnya adalah sebagai
berikut:
•
Definisi wirausaha menurut Kao & Russel Knight (1987:13):
An entrepreneur is an independent, growth-oriented owner–
operator.
Dalam definisi ini Kao & Russel Knight menekankan aspek
kebebasan berusaha yang dimiliki oleh seorang wirausaha.
•
Definisi wirausaha menurut Stephen Robbins (2000):
Entrepreneur is a process by which individuals pursue
opportunities, fulfilling needs, and wants through innovation, without
regard to the resources they currently control.
15
Bab II Tinjauan Teoritis
Dalam definisi ini menitikberatkan pada pemanfaatan peluang
tanpa harus mengandalkan sumber daya yang dimiliki, dengan kata
lain tidak harus mempunyai fasilitas dahulu untuk memulai usaha.
•
Definisi wirausaha menurut Joseph Scumpeter (Bygrave, 1994:1):
Entrepreneur as the person who destroys the existing economic
order by introducing new products and services, by creating new forms
of organization, or by exploiting new raw materials.
Wirausaha adalah orang yang mendobrak sistem ekonomi yang
ada dengan memperkenalkan barang dan jasa yang baru, dengan
menciptakan bentuk organisasi baru atau mengolah bahan baku baru.
Orang tersebut melakukan kegiatannya melalui organisasi bisnis yang
baru ataupun bisa pula dilakukan dalam organisasi bisnis yang sudah
ada.
Joseph Scumpeter menambahkan bahwa seorang wirausaha adalah
orang yang melihat adanya peluang kemudian menciptakan sebuah
organisasi untuk memanfaatkan peluang tersebut. Joseph Scumpeter (1934)
juga mengkaitkan wirausaha dengan konsep inovasi yang diterapkan dalam
konteks bisnis serta mengkaitkannya dengan kombinasi sumber daya.
Scumpeter menambahkan bahwa wirausahawan adalah seorang inovator
yang mengimplementasikan perubahan-perubahan di dalam pasar melalui
kombinasi-kombinasi baru. Kombinasi baru tersebut dapat terlihat dalam
bentuk:
1.
Memperkenalkan produk baru
2.
Memperkenalkan metoda produksi baru
16
Bab II Tinjauan Teoritis
3.
Membuka pasar yang baru (new market)
4.
Memperoleh sumber pasokan baru dari bahan atau komponen baru
5.
Menjalankan organisasi baru pada suatu industri.
Schumpeter (dalam Amabile, 1997, Benedicta, 2003) menyatakan
bahwa wirausaha memberikan keuntungan bagi masyarakat melalui creative
destruction, yaitu mengubah produk-produk, proses-proses, gagasangagasan, dan bisnis yang ada dengan produk, proses, gagasan, dan bisnis
baru yang lebih baik. Oleh karena itu bisnis-bisnis kecil menjadi kekuatan
pendorong dalam perkembangan teknologi baru.
Berdasarkan definisi wirausaha di atas, maka dapat disimpulkan
adanya perbedaan istilah kewirausahaan dengan wirausaha. Pengertian
wirausaha menekankan pada setiap orang yang memulai sesuatu bisnis yang
baru, sedangkan kewirausahaan menekankan pada proses yang dilakukan
oleh seorang wirausaha, yang meliputi semua kegiatan fungsi dan tindakan
untuk mengejar dan memanfaatkan peluang dengan menciptakan suatu
organisasi.
2.1.2. Kepribadian Wirausaha
Banyak ahli yang sepakat bahwa seorang wirausahawan mempunyai
kepribadian khusus yang membedakan mereka dengan orang lain yang
memilih untuk tidak menjadi wirausahawan. Menurut Lambing & Kuehl
(2003) ada trait kepribadian tertentu yang melekat pada seorang
17
Bab II Tinjauan Teoritis
wirausahawan. Penelitian yang dilakukan oleh Cunningham (dalam Meng
& Liang, 1996) menunjukkan bahwa keberhasilan seorang wirausaha
berkaitan dengan sifat-sifat kepribadian yang dimilikinya dan merupakan hal
yang paling penting dalam menentukan kesuksesan seseorang dalam
berwirausaha, yaitu sebesar 49%. Temuan serupa juga dicatat oleh peneliti
lain, seperti Plotkin (1991, dalam Meng & Liang, 1996), juga penelitian
Mc Ber & Co di AS (dalam Benedicta, 2003) yang menemukan adanya
keterkaitan
sifat-sifat
pribadi
seseorang
untuk
menjadi
seorang
wirausahawan yang sukses. Dengan demikian faktor kepribadian merupakan
faktor utama untuk menjadikan seseorang sebagai wirausahawan dan sukses
berwirausaha. Ada kepribadian tertentu yang menjadikan mereka memilih
untuk menjadi seorang wirausahawan.
Para pakar wirausaha berpendapat bahwa aspek sifat dan kepribadian
merupakan faktor penting dalam berwirausaha dan keberhasilan usaha.
Misalnya, wirausaha adalah orang yang suka mengambil resiko (Zimmerer
& Schorboroudh, 1998; Schumpeter dalam Meng & Liang, 1996), atau
orang yang ingin berprestasi tinggi (Mc Clelland & Brockhaus dalam
Meng & Liang, 1996).
Management System International menyebutkan karakteristik pribadi
wirausaha (personal entrepreneurial characteristics) sebagai berikut:
1.
Mencari peluang
2.
Keuletan
3.
Tanggung jawab terhadap pekerjaan
18
Bab II Tinjauan Teoritis
4.
Tuntutan atas kualitas dan efisiensi
5.
Pengambilan resiko
6.
Menetapkan sasaran
7.
Mencari informasi
8.
Perencanaan yang sistematis dan pengawasannya
9.
Persuasi dan jejaring / koneksi
10.
Percaya diri
Meredith et.al. (1987) membuat suatu perumusan bahwa untuk
menjadi seorang wirausahawan, seseorang harus memiliki ciri-ciri sebagai
berikut
Ciri-ciri
a. Percaya diri
b. Berorientasikan tugas
dan hasil
Watak
•
Kepercayaan (keteguhan)
•
Ketidaktergantungan (independent)
•
Individualis
•
Optimis
•
Kebutuhan akan prestasi
•
Berorientasi laba atau hasil
•
Tekun dan tabah
•
Tekad, kerja keras, motivasi
•
Energik
•
Penuh inisiatif
19
Bab II Tinjauan Teoritis
b. Pengambil resiko
c. Kepemimpinan
d. Keorisinilan
f. Berorientasi ke masa
depan
•
Mampu mengambil resiko
•
Suka terhadap tantangan
•
Mampu memimpin
•
Dapat bergaul dengan orang lain
•
Inovatif (pembaharu)
•
Kreatif
•
Fleksibel
•
Memiliki banyak sumber
•
Serba bisa
•
Mengetahui banyak
•
Pandangan ke depan
•
Perseptif
Tidak semua wirausaha memiliki nilai yang baik dalam kedua puluh
dua watak di atas, dan mustahil ada seorang wirausaha yang mendapat angka
tinggi untuk semua sifat-sifat tersebut. Namun banyak para wirausaha
memiliki angka yang tinggi untuk kebanyakan sifat-sifat itu, terutama
kepercayaan pada diri sendiri, kemampuan mengambil resiko, fleksibilitas,
keinginan yang tinggi untuk mencapai sesuatu, dan keinginan untuk tidak
tergantung pada orang lain. Kebanyakan orang sanggup berlaku seperti ciriciri pribadi wirausaha ini, namun hanya orang yang bersifat wirausahalah
yang mampu bertindak menggunakan ciri-ciri ini dalam pekerjaannya guna
mencapai bisnis yang sukses.
20
Bab II Tinjauan Teoritis
Menjadi wirausaha berarti memiliki kemampuan menemukan dan
mengevaluasi peluang-peluang, mengumpulkan sumber-sumber daya yang
diperlukan dan bertindak untuk memperoleh keuntungan dari peluangpeluang itu. Para wirausaha merupakan pemimpin dan mereka haruslah
menunjukkan sifat kepemimpinan dalam pelaksanaan sebagian besar
kegiatan-kegiatan
mereka.
Mereka
mengambil
resiko
yang
telah
diperhitungkan dan menyukai tantangan dengan resiko moderat. Para
wirausaha percaya teguh pada dirinya dan kemampuannya mengambil
keputusan yang tepat. Kemampuan mengambil keputusan inilah yang
merupakan ciri khas para wirausaha.
Adapun penjelasan dari sifat-sifat seorang wirausaha (Meredith et.al.
1987) adalah sebagai berikut:
1.
Percaya Diri
Sifat-sifat utama di atas dimuai dari pribadi yang mantap, tidak
mudah terombang-ambing oleh pendapat dan saran orang lain. Akan
tetapi bukan berarti saran yang diberikan oleh orang lain ditolak
mentah-mentah,
namun
digunakan
sebagai
masukan
dalam
mempertimbangkan sesuatu.
Individu yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi adalah
individu yang sudah mencapai kematangan jasmani dan rohani. Pribadi
seperti ini adalah pribadi yang independen dan sudah mencapai tingkat
maturity. Karakteristik kematangan seseorang adalah tidak tergantung
21
Bab II Tinjauan Teoritis
pada orang lain, memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi, objektif,
kritis, dan memiliki stabilitas emosi.
2.
Berorientasi pada Tugas dan Hasil
Seseorang yang berorientasi pada tugas dan hasil adalah
seseorang yang mendahulukan prestasi dibandingkan dengan prestise.
Berbagai motivasi akan muncul dalam bisnis jika kita berusaha
menyingkirkan prestise sehingga kita akan mampu bekerja keras,
enerjik, dan tidak merasa gengsi dalam berusaha.
3.
Pengambil Resiko
Para wirausaha merupakan pengambil resiko yang sudah
diperhitungkan. Mereka bergairah menghadapi tantangan. Wirausaha
menghindari situasi resiko rendah karena tidak ada tantangannya dan
menjauhi situasi resiko tinggi karena mereka ingin berhasil. Mereka
menyukai tantangan yang dapat dicapai.
Para wirausaha menyukai mengambil resiko realistik karena
mereka ingin berhasil. Mereka mendapat kepuasan besar dalam
melaksanakan tugas-tugas
yang sukar tetapi realistik dengan
menerapkan keterampilan-keterampilan mereka. Situasi beresiko
terjadi jika kita diminta membuat pilihan antara dua alternatif atau
lebih, yang hasilnya tidak diketahui dan harus dinilai secara objektif.
22
Bab II Tinjauan Teoritis
Situasi ini mengandung potensi kegagalan dan sukses. Semakin besar
kemungkinan kerugian, semakin besar resikonya.
Kebanyakan dari sifat-sifat kewirausahaan saling berkaitan,
terutama dalam hal pengambilan resiko. Adapun beberapa kaitan sifat
pengambil resiko dengan sifat lainnya adalah sebagai berikut:
•
Pengambilan resiko berkaitan dengan kreativitas dan inovasi
serta merupakan bagian penting dalam mengubah ide menjadi
realitas.
•
Pengambilan resiko berkaitan dengan kepercayaan pada diri
sendiri. Semakin besar keyakinan kita pada diri sendiri maka
semakin besar keyakinan kita pada kesanggupan yang kita miliki
untuk mempengaruhi hasil dari keputusan-keputusan dan
semakin besar ketersediaan untuk mencoba apa yang dilihat
orang lain sebagai resiko.
•
Pengetahuan realistik mengenai kemampuan-kemampuan yang
dimiliki oleh diri sendiri juga merupakan hal yang penting.
Realisme demikian akan membatasi kegiatan-kegiatan kita pada
situasi-situasi yang dapat mempengaruhi hasil.
4.
Kepemimpinan
Wirausaha yang berhasil merupakan pemimpin yang berhasil,
baik yang memimpin beberapa atau beratus-ratus karyawan. Dari
hakikat pekerjaannya sebagai seorang wirausahawan, mereka adalah
23
Bab II Tinjauan Teoritis
pemimpin, karena mereka harus mencari peluang-peluang, memulai
proyek-proyek, mengumpulkan sumber daya manusiawi dan finansial
yang diperlukan untuk melaksanakan proyek, menentukan tujuantujuan untuk mereka sendiri dan orang lain dan memimpin serta
membimbing orang lain untuk mencapai tujuan.
Kepemimpian adalah suatu sikap yang terlihat dalam rancangan
para wirausaha terhadap pencapaian tugas-tugasnya. Pemimpin
biasanya bersedia menerima tantangan yang mengandung baik resiko
maupun peluang yang besar. Seorang pemimpin mengerti tugas
keseluruhan yang harus dicapai dan seringkali memutuskan cara-cara
baru dan inovatif untuk mencapainya. Suatu aspek penting dari
seorang pemimpin adalah kemampuan untuk mencapai hasil melalui
kerjasama dengan orang lain.
5.
Keorisinilan
Sifat orisinil ini tentu tidak selalu ada pada diri seseorang. Yang
dimaksud dengan orisinil adalah tidak hanya mengikuti orang lain,
tetapi memiliki pendapat sendiri, memiliki ide yang orisinil dan
memiliki kemampuan untuk melaksanakan sesuatu.
Orisinil tidak berarti baru sama sekali, tetapi produk tersebut
mencerminkan hasil kombinasi baru atau reintegrasi dari komponenkomponen yang sudah ada sehingga melahirkan sesuatu yang baru.
24
Bab II Tinjauan Teoritis
Bobot kreativitas orisinil suatu produk akan tampak dari sejauh
manakah ia berbeda dari apa yang sudah ada sebelumya.
Sifat keorisinilan seorang wirausaha menuntut adanya kreativitas
dalam pelaksanaan tugasnya. Menurut Munandar (1977), creativity is
a process that manifest itself influency, in flexibility as well in
originality of thinking. Holt (1992) menggaris bawahi bahwa agar
dapat menjadi wirausaha yang berhasil dua syarat harus dipenuhi, yaitu
orang tersebut harus kreatif dan inovatif. Kreativitas berarti
menghasilkan sesuatu yang baru. Kreativitas lebih menekankan pada
kemampuan, bukan kegiatan, sedangkan inovasi adalah proses
melakukan sesuatu yang baru tersebut. Holt menambahkan bahwa
kreativitas merupakan prasyarat untuk terwujudnya inovasi. Ciri
berfikir kreatif (otak kiri) adalah selalu bertanya apa ada cara yang
lebih baik, menantang tradisi, berefleksi, berani bermain mental,
melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda, kegagalan dan
kesalahan sebagai tangga menuju sukses, inovatif dan memiliki
keterampilan bangkit dari rutinitas. Kreativitas entrepreneurial adalah
kemampuan untuk menerapkan gagasan kreatif demi kemajuan usaha.
Gagasan itu tidak harus baru, yang penting ada solusi baru yang dapat
diterapkan dalam proses menciptakan dan menjual barang atau jasa ke
pasar (Amabile, 1997).
Beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
kreativitas menekankan pada munculnya gagasan baru, sedangkan
25
Bab II Tinjauan Teoritis
inovasi lebih terkait dengan penerapan gagasan ke dalam produk yang
berguna. Dengan demikian kreativitas adalah syarat untuk inovasi.
Para peneliti lain seperti Amabile, Barron, Eysenck, Gough,
dan HacKinnon (dalam Benedicta, 2003) sependapat bahwa ada sifat
kepribadian tertentu yang menjadi ciri seorang kreatif, seperti
membuat penilaian secara independen, rasa percaya diri, suka akan
kerumitan, berorientasi estetis dan berani mengambil resiko. Dalam
eksperimen lainnya, Molen (dalam Benedicta, 2003) menemukan
bahwa individu yang memiliki kemauan yang kuat (self-will)
cenderung memperlihatkan perilaku yang eksploratif (inovatif).
Baron & Harrington (dalam Benedicta, 2003) menyimpulkan
bahwa serangkaian ciri kepribadian yang berkaitan dengan kreativitas
adalah intelektualitas, nilai intrinsik, rasa ingin tahu yang luas,
ketertarikan akan kompleksitas, energi yang tinggi, menekankan kerja
dan prestasi, mandiri dalam penilaian, otonomi, intuisi, percaya diri,
kemampuan bertoleransi dan pemecahan masalah, gambaran diri
kreatif dan penolakan terhadap aturan.
Berdasarkan penjelasan diatas, jelaslah bahwa kreativitas dapat
ditinjau dari perspektif kepribadian dan kreativitas dapat dibentuk oleh
sifat dan kepribadian.
26
Bab II Tinjauan Teoritis
6.
Berorientasi ke Masa Depan
Seorang wirausaha haruslah perseptif, mempunyai visi ke depan,
merencanakan apa yang hendak ia lakukan dan ingin dicapai. Hal ini
dikarenakan sebuah usaha bukan didirikan untuk sementara, tetapi
berkelanjutan bahkan untuk selamanya. Oleh sebab itu, faktor
kontinuitas harus dijaga dan pandangan harus ditujukan jauh ke depan.
Seorang wirausaha akan menyusun perencanaan dan strategi yang
matang agar jelas langkah-langkah apa yang akan dilaksanakan.
2.1.3. Wirausaha dan Wiraswasta
Penggunaan kata wirausaha dan wiraswasta seringkali tumpang tindih,
padahal wiraswasta dan wirausaha memiliki arti yang berbeda. Pada tahun
1970-an istilah wiraswasta sangat populer di Indonesia, dimana pada saat itu
program-program pembinaan tentang kepribadian mandiri generasi muda
sedang digalakkan. Arti wiraswasta dapat dijabarkan sebagai berikut:
Wira: Pejuang, utama, gagah, berani, teladan, jujur
Swa : Sendiri
Swa: Sendiri
Hasta: Tangan
Sta : Berdiri
Sehingga wiraswasta berarti orang-orang yang memiliki sifat-sifat
keberanian, keutamaan, keteladanan dalam mengambil resiko yang
bersumber pada kemampuan sendiri.
27
Bab II Tinjauan Teoritis
Teori wiraswasta pada saat itu masih mengacu pada teori ekonomi
masa neoklasikal. Seorang pengusaha atau disebut juga wiraswasta dianggap
sebagai faktor produksi tergolong tetap (fixed factor) dan terpusat pada
pengelolaan sumber daya serta mengasumsikan pasar yang sempurna dan
tersebar merata. Posisi seorang pengusaha atau yang disebut wirausaha tidak
diberikan tempat.
Pada teori ekonomi modern, pengusaha dibagi dalam dua kelompok,
yaitu wiraswasta dan wirausaha. Wirausaha adalah pelaku utama dalam
pembangunan ekonomi dengan fungsinya sebagai pelaku inovasi atau
pencipta kreasi-kreasi baru, sehingga seorang wiraswasta tidak dapat
disamaartikan dengan seorang wirausaha. Memang seorang wiraswasta
berdiri sendiri, tetapi tidak memiliki visi pengembangan usaha, kreativitas
dan inovasi. Sebagai contoh: seorang pengusaha bengkel motor, yang
usahanya tidak berkembang dari tahun ke tahun maka ia disebut wiraswasta.
Tetapi jika ia mampu mengembangkan bengkelnya menjadi bengkel yang
lebih besar dan modern, serta jaringan bertambah banyak maka ia disebut
seorang wirausaha.
2.1.4. Faktor-Faktor Dan Kondisi Yang Membentuk Seseorang Menjadi
Wirausaha
Lambing & Kuehl (2003) mengklasifikasikan beberapa faktor yang
menyebabkan seseorang menjadi wirausahawan. Faktor-faktor tersebut
adalah:
28
Bab II Tinjauan Teoritis
1.
Individu
Banyak ahli yang percaya bahwa seorang wirausahawan
mempunyai kepribadian khusus yang membedakan antara mereka
dengan orang lain yang memilih untuk tidak menjadi wirausahawan.
Kepribadian tersebut tidak dapat diajarkan, tetapi keluarga dapat
menstimulasi perkembangan kepribadian tersebut. Lambing & Kuehl
(2003) berpendapat bahwa ada trait kepribadian tertentu yang melekat
pada seorang wirausahawan yang sukses Hal ini didukung pula oleh
Sukardi (1991) dalam disertasinya, Zimmerer & Scarborough
(1998) yang mencatat sifat-sifat yang berkaitan dengan keberhasilan
usaha dan Miner (1996 dalam Riyanti, 2003) yang mengajukan
sebuah pandangan tentang tipe kepribadian wirausaha yang dikaitkan
dengan keberhasilan mengelola usaha.
2.
Budaya
Pengaruh budaya dengan trait kepribadian dapat saling tumpang
tindih antara yang satu dengan yang lainnya. Akan tetapi harus diakui
bahwa kadang kala ada suatu etnis tertentu dengan budaya tertentu
yang lebih unggul dalam hal membangun bisnis daripada anggota
kelompak etnis yang lain (Lambing & Kuehl, 2003).
Faktor budaya dapat terlihat jelas pada nilai dan belief yang
dianut oleh anggota dari kelompok budaya tersebut. Sebagai contoh
belief mengenai locus of control, ada beberapa budaya yang
29
Bab II Tinjauan Teoritis
menekankan pada internal locus of control sedangkan ada juga yang
tidak. Orang-orang yang hidup dengan budaya internal locus of control
mempunyai kemungkinan lebih besar untuk terdorong menjadi
wirausahawan
karena
mereka
percaya
bahwa
mereka
dapat
mempunyai kesempatan untuk sukses apabila mereka berusaha dengan
keras (Lambing & Kuehl, 2003).
Contoh berikutnya mengenai image atau status apabila menjadi
seorang wirausahawan. Pada beberapa budaya menjadi wirausahawan
dapat dipandang sebagai suatu pekerjaan yang positif sedangkan pada
budaya yang lain wirausaha dapat dipandang sebagai sesuatu yang
negatif. Lambing dan Kuehl (2003) memberikan contoh tentang
penelitian terhadap kaum imigran di Kanada. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa imigran asal India memandang wirausaha adalah
sesuatu yang positif sedangkan imigran dari Haiti memandang
wirausaha sebagai pekerjaan untuk orang-orang yang mempunyai self
esteem yang rendah. Dalam penelitian ini faktor budaya tidak diteiti
lebih lanjut.
3.
Keadaan Masyarakat
Pada beberapa masyarakat dapat kita temukan beberapa orang
yang tidak berencana untuk menjadi wirausahawan namun mereka
terpaksa menjadi wirausahawan karena tuntutan keadaan. Keputusan
untuk menjadi wirausahawan dipicu oleh berubahnya keadaan pasar.
30
Bab II Tinjauan Teoritis
Imigran di banyak negara terpacu untuk menjadi wirausahawan
karena tuntutan keadaan dalam masyarakat ini. Mereka terpacu
menjadi wirausahawan karena keterbatasan dalam hal bahasa dan
kemampuan kerja yang menyebabkan tenaga mereka tidak terserap
oleh berbagai lapangan pekerjaan yang tersedia di negara tersebut.
Pola perilaku ini biasa disebut sebagai adaptive-response behavior
(Lambing & Kuehl, 2003). Bahkan apabila para imigran ini tidak
berasal dari negara dengan budaya yang mendukung wirausaha,
mereka akan tetap berusaha untuk menjadi wirausaha sebagai wujud
dari respon adaptif terhadap keadaan dan sebagai salah satu bentuk
integrasi sosial.
4.
Kondisi Keluarga
Seseorang memutuskan untuk menjadi wirausaha karena ketiga
faktor yang sudah disebutkan di atas dan saling mempengaruhi satu
sama lain (Lambing & Kuehl, 2003). Selain faktor-faktor di atas, ada
juga suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk menjadi
wirausahawan. Menurut Ward (1974) kondisi seseorang dibesarkan
dalam lingkungan keluarga dengan tradisi wirausaha dapat menjadi
faktor yang mendorong seseorang untuk menjadi wirausahawan. Ward
(1974) mengasumsikan bahwa seorang anak yang secara turun
temurun menjadi wirausahawan akan berkembang menjadi seorang
wirausahawan juga. Individu dari lingkungan yang mempunyai tradisi
31
Bab II Tinjauan Teoritis
wirausaha, sejak dini sudah mendapatkan stimulus sosial yang
berkaitan dengan wirausaha. Stimulus ini akan mempengaruhi
perkembangan kepribadiannya sehingga setelah dewasa sebenarnya ia
sudah mempunyai benih-benih wirausaha. Selain itu pada individu
dengan
tradisi
wirausaha
kemungkinan
untuk
mendapatkan
kesempatan meneruskan usaha keluarga sangat besar sehingga
kemungkinan ia menjadi seorang wirausahawan juga sangat besar.
Ward (1974) menyebutkan jalur pembentukan wirausahawan seperti
ini sebagai confidence modalities.
Perkembangan individu sebagai wirausaha karena pengaruh
tradisi keluarga yang dikemukakan Ward, tampaknya sejalan dengan
apa yang dikemukakan oleh Mc Cleland (1961). Mc Cleland
menyatakan bahwa berdasarkan penelitian yang dilakukan di Amerika
Serikat, diketahui lebih dari 50% wirausahawan yang menjadi subyek
penelitian berasal dari keluarga wirausaha.
Penelitian yang dilakukan oleh Brockhaus (1982) mencatat
empat studi menyatakan bahwa wirausahawan cenderung memiliki
ayah wirausaha. Cooper & Dunkelberg (1984) mencatat bahwa
47.5% dari 1394 wirausaha mempunyai orang tua yang memiliki bisnis
sendiri. Jacobowitz & Vidler (1983) menemukan bahwa 72%
wirausaha negara Atlantik memiliki orang tua atau saudara wirausaha.
32
Bab II Tinjauan Teoritis
2.1.5. Peran Wirausaha Bagi Lingkungannya
Dalam pandangan Schumpeter (1934), seorang wirausaha adalah
inovator. Hanya seseorang yang sedang melakukan inovasi yang dapat
disebut sebagai wirausaha. Mereka yang tidak lagi melakukan inovasi,
walaupun pernah, tidak dapat lagi dianggap sebagai wirausaha. Wirausaha
bukanlah jabatan, melainkan suatu peran.
Berdasarkan pengertian tentang wirausaha yang telah dibahas
sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa peran wirausaha yang utama bagi
lingkungannya adalah sebagai berikut:
1.
Memperbaharui
dengan
”merusak
secara
kreatif”.
Dengan
keberaniannya melihat dan mengubah apa yang sudah dianggap
mapan, rutin dan memuaskan.
2.
Inovator, menghadirkan hal yang baru di masyarakat.
3.
Mengambil dan memperhitungkan resiko.
4.
Mencari peluang dan memanfaatkannya.
5.
Menciptakan organisasi baru.
2.1.6. Keuntungan dan Kelemahan Menjadi Wirausaha
Setiap profesi yang dijalani oleh manusia memiliki berbagai
keuntungan maupun kelemahan, begitupun juga dengan menjadi wirausaha.
Adapun keuntungan dan kelemahan menjadi seorang wirausaha menurut Dr.
Buchari Alma (1999) adalah sebagai berikut:
33
Bab II Tinjauan Teoritis
a.
Keuntungan menjadi wirausaha
•
Terbukanya peluang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki
sendiri
•
Terbukanya peluang untuk mendemonstrasikan potensi seseorang
secara penuh
•
Terbukanya peluang untuk memperoleh manfaat dan keuntungan
secara maksimal
•
Terbuka peluang untuk membantu masyarakat dengan usahausaha yang konkrit
•
Terbukanya kesempatan untuk menjadi bos, bukanlah anak buah
•
Bebas dari rutinitas, kebosanan dan pekerjaan yang tidak
menantang.
b.
Kelemahan menjadi wirausaha
•
Memperoleh pendapatan yang tidak pasti dan memikul berbagai
resiko
•
Bekerja keras dan waktu kerja yang panjang
•
Kualitas kehidupannya masih rendah hingga usahanya berhasil,
sebab harus berhemat
•
Tanggung jawabnya sangat besar, banyak keputusan yang harus
dibuat
walaupun
kurang
menguasai
permasalahan
yang
dihadapinya.
34
Bab II Tinjauan Teoritis
2.2. Tahapan Perkembangan Karier Remaja
Karier seorang individu sudah dimulai sejak kecil. Papalia & Olds dkk.
(2004) menjabarkan tahapan-tahapan perkembangan karir yang meliputi:
1.
Fantasi (3-9 tahun)
Individu membayangkan karier yang menurutnya akan menguntungkan
dirinya dari segi materi, popularitas dan penghargaan.
2.
Tentatif (11-13 tahun)
Individu mencoba menyesuaikan minat atau bakat dan nilai-nilai sosial
masyarakat dalam memilih karier
3.
Realistik (17-25 tahun)
Individu merencanakan pendidikan sesuai dengan kebutuhan karier mereka.
Mereka telah menyesuaikan diri dengan kemampuan sendiri, sosial,
ekonomi, orang tua dan keadaan sosial masyarakat.
Penelitian ini menggunakan pendekatan trait dalam pelaksanaannya, oleh
karena itu diperlukan suatu alat tes yang berguna untuk memetakan kepribadian,
yang dalam penelitian ini adalah kepribadian wirausaha. Berdasarkan pemaparan
teori di atas, dapat disimpulkan bahwa individu yang memiliki kepribadian
wirausaha adalah orang yang memiliki sifat percaya diri (kepercayaan/keteguhan,
independent, individualis, optimis), berorientasi tugas dan hasil (kebutuhan akan
prestasi, berorientasi laba atau hasil, tekun, tekad, kerja keras, motivasi, energik,
penuh inisiatif),
pengambil resiko (mampu mengambil resiko, suka terhadap
tantangan), kepemimpinan (mampu memimpin, dapat bergaul dengan orang lain),
35
Bab II Tinjauan Teoritis
keorisinilan (inovatif, kreatif, fleksibel, memiliki banyak sumber, serba bisa,
mengetahui banyak) dan berorientasi masa depan (pandangan ke depan). Sifatsifat tersebut dapat terukur dalam tipe-tipe kepribadian yang dirumuskan dalam
DISC. Oleh karena itu untuk memetakan profil kepribadian wirausaha, dalam
penelitian ini digunakan DISC personality system.
2.3. DISC Personality System
DISC adalah sebuah psychometric tools yang konsep dasarnya mengacu
kepada hasil kerja seorang Psikolog Amerika William Moulton Marston, yang
juga menciptakan polygraph/lie detector. D adalah singkatan untuk Dominant, I
adalah singkatan untuk Influence, S adalah singkatan untuk Stable, dan C adalah
singkatan untuk Compliant. DISC dapat digunakan untuk mengukur kepribadian
seseorang, lebih tepatnya perilaku kerja.
DISC merupakan tools prediksi mengenai perilaku, namun bukan
merupakan tes lengkap kepribadian, karena tidak mendeskripsikan secara
kompeks mengenai gambaran psikologis. DISC menjelaskan bagaimana
perbedaan perilaku seseorang dalam beragam setting. Dengan demikian:
1.
DISC tidak mengukur intelegensi seseorang
2.
DISC tidak mengukur value, nilai-nilai yang dianut seseorang
3.
DISC tidak mengukur skill, keterampilan yang dimiiki seseorang
4.
DISC tidak mengukur tinggi rendahnya pendidikan seseorang
36
Bab II Tinjauan Teoritis
2.3.1. Sejarah DISC
Berikut ini akan dijabarkan sejarah perkembangan DISC mulai dari
para filsuf yang dijadikan landasan dalam DISC sebagai berikut:
•
Empodocles, 44 B.C.
Menurut Empodocles alam semesta beserta isinya ini terdiri atas 4
unsur dasar, yaitu tanah, air, udara dan api. Keempat unsur ini ada pada
segala sesuatu, namun yang membedakannya adalah komposisinya. Tiaptiap unsur tersebut memiliki sifatnya masing-masing, yaitu tanah-kering, airbasah, udara-dingin dan api-panas.
•
Hippocrates, 400 B.C.
Dikenal sebagai Bapak Kedokteran, Hippocrates mengatakan bahwa di
dalam tubuh seseorang terdapat empat cairan yang juga memiliki sifat-sifat
tertentu, yaitu: chole (empedu-kuning), melanchole (empedu hitam),
pleghma (lendir) dan sanguis (darah).
•
Galenus 130 A.D. – 200 A.D.
Menyempurnakan ajaran Hipocrates, Galenus mengelompokkan
manusia menjadi beberapa tipe berdasarkan proporsi cairan-cairan yang
disebut oleh Hippocrates, yaitu:
Empodocles
Unsur
Tanah
Hippocrates – Galenus
Sifat
Kering
Cairan
Keras,
daya Chole
juang besar
Prinsip
Empedu
Tegangan
kuning
37
Bab II Tinjauan Teoritis
Air
Basah
Melanchole
Mudah
Empedu
Rigidity
hitam
kecewa,
pesimistis,
suram
Udara
Dingin
Kalem,
setia, Pleghma
Lendir
Plastisitas
Darah
Ekspansivitas
tidak buru-buru
Api
Panas
Hidup, ramah, Sanguis
mudah berganti
haluan
•
Carl Gustav Jung, 1921
Psychologycal types dipublikasikan oleh Jung pada tahun 1921 di
Jerman. Jung mengidentifikasikan bahwa ada dua cara yang dipergunakan
orang dalam mem-perceive dan men-judge sesuatu, yaitu:
1.
Persepsi dapat dilakukan melalui sensing, dengan menggunakan
kelima indera; penglihatan, suara, raba, penciuman dan rasa, atau
melalui intuition.
2.
Judgement didapatkan melalui thinking atau feeling.
Lebih jauh Jung mengemukakan bahwa seseorang akan diarahkan oleh
energi yang dimilikinya ke salah satu pasang dari keempat pasang tersebut.
Konsekuensinya satu dari keempat pasang tersebut akan lebih sering
digunakan oleh seseorang. Kecenderungan konsistensi seseorang terhadap
satu
pasang
akan
mengarahkan
dan
memudahkan
kita
dalam
38
Bab II Tinjauan Teoritis
mengidenifikasi dan memprediksi pola perilaku seseorang. Adapun 4
quadrant model yang dikemukakan oleh Jung adalah sebagai berikut:
Thinking
Sensing
Intuition
Feeling
Kemudian William Moulton Marston (1983-1947) melakukan
pengembangan terhadap analisis perilaku individu. Marston melakukan
extensive observational reasearch terhadap characteristics, patterns dan
respond dari ribuan orang dengan menggunakan kerangka dari Jung. Dari
hasil observasi yang dilakukannya, Marston mengembangkan suatu tes
perilaku untuk mengukur keempat key behavior factor yang dinamakannya
dengan quadrant sebagai berikut:
39
Bab II Tinjauan Teoritis
Thinking
D Style
C Style
Intuition
Sensing
S Style
I Style
Feeling
Dalam DISC Personality System, setiap individu akan memunculkan
level DISC yang berbeda-beda dengan individu lainnya dan hal ini
merupakan karakter khas yang dimiliki dan sangat membantu dalam
pengembangan pribadi, meliputi area:
1.
Bagaimana saya berhadapan dengan situasi?
2.
Bagaimana saya berhadapan dengan relasi?
3.
Bagaimana saya bereaksi terhadap lingkungan?
4.
Bagaimana saya bereaksi terhadap aturan?
Seseorang bisa saja memiliki lebih dari satu faktor yang menonjol
dalam
kepribadiannya.
Semua
hal
yang
menonjol
itulah
yang
membedakannya dengan orang lain. Analisa profil DISC merupakan suatu
40
Bab II Tinjauan Teoritis
terobosan baru dalam menganalisis kemampuan seseorang untuk memegang
suatu jabatan atau melaksanakan tugas dan pekerjaannya.
2.3.2. Profil Kepribadian DISC
Untuk menjelaskan struktur pribadi manusia, Marston membagi
karakteristik kepribadian manusia ke dalam 4 quadrant, yaitu active,
passive, task dan people. Tipe individu active adalah orang-orang yang
proaktif, dapat menggerakkan dan dapat memimpin. Mereka lebih mampu
memimpin dan menunjukkan diri dalam melakukan segala tugas yang bisa
mereka lakukan. Sebaliknya tipe individu passive adalah orang-orang yang
penuh pertimbangan dan berhati-hati. Mereka lebih memilih untuk tidak
mengambil resiko dan mempertimbangkan segala sesuatunya. Mereka
bersikap tenang dan tidak menyukai perubahan. Tipe individu yang
berorietasi pada orang (people) dapat dijumpai pada orang-orang yang
ramah, penuh percaya dan optimis. Mereka mampu menunjukkan diri secara
ekspresif dan memiliki hubungan yang kuat dengan orang lain. Sebaliknya
dijumpai pula individu yang berorientasi pada tugas (task) yang merupakan
orang-orang yang praktis dan skeptis, mengungkapkan dengan pendapat
yang rasional daripada emosional, mengikuti aturan pribadi daripada
mempertimbangkan orang lain. Dari 4 quadrant tersebut didapat 4 tipe
kepribadian yaitu Dominance, Influence, Steadiness dan Compliance, yang
tergambar dalam bagan di bawah ini:
41
Bab II Tinjauan Teoritis
D
I
Active
Dominant
Driving
Decisive
Demanding
Determined
Inspiring
Impressive
Influence
Interactive
Interested in people
Task
People
Carefull
Correct
Calculating
Consistent
Compliant
C
Stable
Submissive
Supportive
Steady
Status quo
Passive
S
Individu yang menunjukkan tipe Dominance adalah individu yang
aktif dan berorientasi pada tugas, tipe Influence adalah individu yang aktif
berorientasi pada orang, tipe Steadiness adalah individu yang pasif dan
berorientasi pada orang dan tipe Compliance adalah individu yang pasif dan
berorientasi pada tugas. Adapun penjelasan selengkapnya mengenai tipe
kepribadian tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Dominance
Tipe Dominance memiliki karakteristik pribadi sebagai berikut:
a.
Berani, mengambil resiko
b.
Takut kehilangan kekuasaan pribadi atau status
c.
Mengambil posisi sebagai pimpinan
42
Bab II Tinjauan Teoritis
d.
Secara alami mencari pengendalian langsung dan ingin menjalankan
segala hal dengan caranya sendiri
e.
Suka bersaing dan termotivasi menjadi nomor satu
f.
Selalu ingin menang dan ”berada di puncak” apakah orang lain setuju
atau tidak
g.
Fokus pada tugas dan prestasi
h.
Berjuang menyelesaikan pekerjaan, sering mengabaikan perasaan
orang lain
i.
Berkemauan keras
j.
Membulatkan
pikiran,
memegang
teguh
gagasannya,
bahkan
cenderung ngotot dan keras kepala, terutama di bawah tekanan
k.
Tidak sabaran
l.
Mengharapkan orang lain membantu mereka mendapatkan hasil
m.
Sibuk, melibatkan diri dengan banyak proyek secara simultan dan
terkadang kecanduan kerja.
Selain karakter diatas, sifat-sifat Dominance terlihat juga dari tingkah
laku yang dapat diamati, yaitu:
a.
Dalam
berkomunikasi
mengungkapkan
apa
adanya,
tidak
memperdulikan perasaan orang lain
b.
Sering datang terlambat (jika tidak penting)
c.
Sering menginterupsi
d.
Ruang kantor dan meja tidak terorganisir dengan rapi, namun demikian
mengetahui letak semua barang
43
Bab II Tinjauan Teoritis
e.
Tidak sabaran dan tampak resah
f.
Jabatan tangan kuat dan keras
g.
Berani menatap mata lawan bicara
h.
Mencoba untuk mendominasi
i.
Agresif dan berani mengkritik secara langsung
j.
Mudah tertantang
k.
Dalam berpakaian praktis dan tidak begitu memperhatikan kerapihan
Adapun hal-hal yang dapat memotivasi individu yang memiliki tipe D
adalah sebagai berikut:
a.
Tantangan baru dan masalah untuk diselesaikan
b.
Kekuasaan dan wewenang untuk mengambil resiko dan membuat
keputusan
c.
Bebas dari rutinitas
d.
Lingkungan kerja yang berubah-ubah
Dengan demikian lingkungan yang cocok bagi orang-orang yang
memiliki tipe D adalah lingkungan yang bebas dari rutinitas, memusatkan
pada inovasi dan masa depan, bebas dari hal-hal yang mengatur dan
membatasi, evaluasi pribadi didasarkan pada apa yang saya hasilkan, bukan
bagaimana cara saya melakukannya.
44
Bab II Tinjauan Teoritis
2.
Influence
Tipe Influence memiliki karakteristik pribadi sebagai berikut:
a.
Spontan dan ekspresif
b.
Emosional dan mudah dibangkitkan gairahnya
c.
Tidak menyukai perencanaan atau berurusan dengan detil yang harus
dikerjakan sampai tuntas
d.
Senang menghibur dan menjadi pusat perhatian
e.
Memperlihatkan secara terbuka perasaan mereka dan menanggapi
perasaan orang lain, memperlihatkan emosi dan antusias (dalam
keadaan yang terbaik) atau mengoceh (dalam keadaan yang terburuk)
f.
Mencari persetujuan dan penerimaan
g.
Melihat kepada orang lain untuk mendapatkan penerimaan dan
pemberian energi kembali; menginginkan orang lain menyetujui dan
saling menyukai
h.
Menyukai kesenangan
i.
Mencari suasana yang bergairah, positif dan santai
Selain karakter diatas, sifat-sifat Influence terlihat juga dari tingkah
laku yang dapat diamati, yaitu:
a.
Seringkali tampak antusias
b.
Sangat bersahabat, mudah bergaul
c.
Banyak menggerakkan tangan bila berbicara
d.
Senang bercerita, bercanda
e.
Mudah berbagi rasa
45
Bab II Tinjauan Teoritis
f.
Tidak memperdulikan hal-hal yang sifatnya detil
g.
Sangat komunikatif
h.
Meja kerja berantakan dan tidak mengetahui letak barang
i.
Berpakaian mengikuti trend/ mode terkini.
Adapun hal-hal yang dapat memotivasi individu yang memiliki tipe I adalah
sebagai berikut:
a.
Pujian, popularitas
b.
Lingkungan yang ramah dan bersahabat
c.
Bebas dari aturan
d.
Adanya orang lain yang dapat mengurusi detil
Dengan demikian lingkungan yang cocok bagi orang-orang yang
memiliki tipe I adalah lingkungan yang memiliki prosedur yang praktis,
sedikit konflik dan perbedaan pendapat, bebas dari hal-hal yang mengatur
dan membatasi, adanya wadah untuk mengekspresikan ide dan adanya
aktivitas kelompok.
3.
Steadiness
Tipe Steadiness memiliki karakteristik pribadi sebagai berikut:
a.
Santai
b.
Tenang, terkendali, menghargai orang lain secara tulus
c.
Tidak mau mempromosikan diri sendiri, memandang masalah atau
kekhawatiran sebagai hal yang bisa dipecahkan
46
Bab II Tinjauan Teoritis
d.
Menunggu sampai mereka mengetahui langkah-langkah atau petunjuk
sebelum bertindak, kemudian mereka maju ke depan dengan sikap
yang sesuai dengan metode
e.
Bisa diramalkan
f.
Menyukai rutinitas serta keadaan dan praktek yang stabil
g.
Ulet dan gigih
h.
Pendengar yang baik
i.
Senang berelasi sosial
j.
Menyukai hubungan yang ramah dalam pekerjaan
Selain karakter diatas, sifat-sifat Steadiness terlihat juga dari tingkah
laku yang dapat diamati, yaitu:
a.
Meja kantor rapi dan terorganisir dengan baik
b.
Pendengar yang baik
c.
Akan berupaya mempertahankan status quo
d.
Sabar dan tenang
e.
Mengajukan pertanyaan untuk mengklarifikasi
f.
Memajang sertifikat keahlian/kompetensi
g.
Tidak banyak menuntut, mudah puas dengan apa yang dimilikinya
h.
Membuat pernyataan-pernyataan yang tentatif
i.
Dalam berpakaian cenderung memilih busana yang nyaman untuk
dirinya
47
Bab II Tinjauan Teoritis
Adapun hal-hal yang dapat memotivasi individu yang memiliki tipe S
adalah sebagai berikut:
a.
Penghargaan/pengakuan terhadap kesetiaan
b.
Adanya rasa aman dan jaminan
c.
Tidak ada perubahan yang mendadak dalam prosedur
d.
Aktivitas: saya dapat memulai maka saya dapat menyelesaikan
Dengan demikian lingkungan yang cocok bagi orang-orang yang
memiliki tipe S adalah lingkungan yang memiliki sistem yang praktis, stabil
dan dapat diprediksi, adanya tugas yang dapat diselesaikan, sedikit konflik
dan perbedaan pendapat dan suasana lingkungan dalam keompok.
4.
Compliance
Tipe Compliance memiliki karakteristik pribadi sebagai berikut:
a.
Logis
b.
Hati-hati dan Penuh pertimbangan
c.
Suka melihat segala hal dengan cara baru
d.
Berpegang teguh pada metode
e.
Lebih formal, idealis, sesuai yang “seharusnya”
f.
Individual
g.
Menahan
pemikiran
mereka
dalam
hati
dan
tidak
bersedia
mengungkapkan pemikiran dan perasaan mereka sendiri atau orang
lain
h.
Akurat dan perfeksionis
48
Bab II Tinjauan Teoritis
Selain karakter diatas, sifat-sifat Compliance terlihat juga dari tingkah
laku yang dapat diamati, yaitu:
a.
Kantor yang sangat rapih dan terorganisir
b.
Selalu menyiapkan diri dahulu sebelum datang/pergi ke pertemuan
atau rapat
c.
Tepat waktu dan tidak tergesa-gesa
d.
Sopan dan diplomatis
e.
Akurat dan detil
f.
Menghindari konflik
g.
Menghindari tatapan mata langsung
h.
Tidak mudah berbagi rasa, nampak tidak ekspresif
i.
Sangat logis, perfeksionis
j.
Disiplin dalam memanfaatkan waktu
Adapun hal-hal yang dapat memotivasi individu yang memiliki tipe C
adalah sebagai berikut
a.
Standar kualitas yang tinggi
b.
Interaksi sosial yang terbatas
c.
Tugas yang detil
d.
Aturan yang logis
Dengan demikian lingkungan yang cocok bagi orang-orang yang
memiliki tipe C adalah lingkungan dengan karakteristik tugas yang dapat
terus diikuti sampai selesai, tugas khusus atau teknis, pekerjaan dengan
49
Bab II Tinjauan Teoritis
prosedur yang praktis dan rutin, adanya instruksi dan kepastian hati: saya
melakukan apa yang diharapkan pada saya.
2.3.3. Behavioral Tools
Menurut Marston, sistem kepribadian dapat digunakan untuk berbagai
kepentingan sesuai dengan kebutuhan. Adapun beberapa cara yang dapat
digunakan terhadap tingkah laku adalah sebagai berikut:
1.
Modify
Diperlukan waktu yang lama dalam perubahan tingkah laku. Perhatian
diperhatikan di area yang membutuhkan perkembangan kepribadian.
Dibutuhkan 21-28 hari untuk membentuk kebiasaan dan dibutuhkan
reinforcement yang konstan untuk mempertahankan tingkah laku baru.
Adapun beberapa hal yang diperlukan untuk memodifikasi adalah sebagai
berikut:
a.
Choice: Memilih hal untuk diubah
b.
Repetition: Adanya pengulangan, ajaran demi ajaran
c.
Follow through (closure): Pada tahap ini, kita mencapai penyelesaian
dari perubahan tingkah laku. Kita mencapai tujuan dan mendapatkan
keuntungan atau manfaat dari tingkah laku baru.
2.
Capitalize
Setiap tipe tingkah laku mempunyai beberapa kekuatan. Capitalize
adalah
untuk
mengidentifikasi
suatu
kekuatan
tingkah
laku
dan
50
Bab II Tinjauan Teoritis
menggunakan kekuatan tersebut secara berulang-ulang, menonjolkan bagian
yang positif. Proses untuk menegaskan kekuatan digunakan dalam
perencanaan karier.
3.
Augment
Teknik ini digunakan dalam team building. Satu orang yang kuat
digunakan untuk menutupi orang lainnya yang lemah. Contoh: seseorang
dengan tipe DI akan membuat keputusan dan berkomunikasi. Pasangkan
orang tersebut dengan orang bertipe CS untuk mendapatkan fakta maka
kombinasi tersebut akan memberikan pengaruh yang sangat efisien.
4.
Blend
Perpaduan merupakan suatu perubahan pendek dari tingkah laku, yang
dibuat untuk menutup kebutuhan dari orang lain, atau untuk penyesuaian
yang dibuat orang tersebut.
2.4.
Profil SMK ICB Cinta Wisata Bandung
2.4.1. Sejarah SMK ICB
Sejarah perjalanan SMK ICB (Cinta Wisata, Cinta Teknika, Cinta
Niaga) dan SMA Plus Harapan yang didirikan oleh Yayasan Insan Cinta
Bangsa tidak lepas dari keberadaan Lembaga Pendidikan International
College. International College Laboratory of English di Bandung adalah
salah satu lembaga pendidikan bahasa ingris yang berpusat di Yogyakarta.
51
Bab II Tinjauan Teoritis
Kemudian, setelah berganti manajemen lembaga ini pada tahun 1979
menyelenggarakan berbagai pelatihan disamping bahasa inggris dan
sekaligus menetapkan berdirinya International College Bandung yang
disebut ICB (dibaca: Ai, Si, Bi).
Kegiatan pendidikan ICB diawali dengan kursus Mengetik dan Tata
Buku di Jalan Mangga No. 21 Bandung. Tahun 1980 membuka kursus
Akuntansi dan Lembaga Pendidikan Sekretaris (LPS). Tahun 1992 kampus
ICB di Jl. Katamso No. 29 dilengkapi dengan Lembaga Penddikan
Administrasi (LPA). Pada tahun 1983 kampus ICB memperluas kegiatan
hingga di Jl. Pahlawan 19B Bandung dengan menambah program kursus
Bahasa Jepang. Tahun 1984 berkembang menjadi Pendidikan Kejuruan
dengan 3 jurusan, yaitu Humas dan Jurnalistik, Manajemen dan Koperasi,
Bahasa Inggris, serta Pendidikan Industri Pariwisata dan Perhotelan.
Kemudian berkembang lagi menjadi Pendidikan Terapan Program Diploma
(PTPD-ICB) yang membawai Pendidikan Ahli Administrasi Perkantoran
(PAAP) dengan 2 jurusan LPA (Administrasi) dan LPS (Sekretaris).
Pendidikan Ahli Administrasi Niaga (PAAN) dengan jurusan LPP
(Perbankan), LPK (Komputer), LPAK (Akuntansi), Pendidikan Ilmu
Pariwisata
dan
Perotelan
(PIPP)
dengan
Jurusan
Perhotelan
dan
Tours&Travel, serta Pendidikan Ahli Teknologi (PAAT) dengan Jurusan
Teknik Otomotif dan Teknik Elektro. Pada tanggal 26 September 1986
melalui Notaris BM Sri Sugijarti Hartojo, disahkanlah Yayasan Insan Cinta
52
Bab II Tinjauan Teoritis
Bangsa sebagai lembaga yang menyelenggarkan pendidikan dan pelatihan
sejak tanggal 26 Maret 1979.
Tahun 1989 Yayasan Insan Cinta Bangsa (YICB) mulai mendirikan
Sekolah Menengah Kejuruan Insan Cinta Bangsa (SMIP-ICB). Pada awal
berdirinya menerima 3 kelas dengan jumlah siswa 138 orang dengan Jurusan
Perhotelan. Kemudian pada tahun 1990 membuka Jurusan Usaha Perjalanan
Wisata. Kemudian tahun 1991 Yayasan Insan Cinta Bangsa mulai
mendirikan STM ICB (SMK-ICB Cinta Teknika) dengan Jurusan Teknik
Otomotif dan Teknik Elektronika dengan masing-masing 1 kelas. Pada
tahun 1993 didirikan SMEA-ICB (SMK-ICB Cinta Niaga) dengan Jurusan
Administrasi Perkantoran dengan 2 kelas dan Jurusan Perdagangan dengan 1
kelas.
Pada tahun 1998 SMIP-ICB telah berstatus disamakan dengan 2
jurusan, yaitu Perhotelan dan Perjalanan Wisata. Menyusul STM tahun 2000
dan SMEA tahun 2001. Berdasarkan kurikulum edisi 1999 SMIP ICB
dibawah yayasan menetapkan namanya dari SMIP-ICB menjadi SMK ICB
Cinta Wisata dan menambah Jurusan (Program Keahlian) baru, yaitu Tata
Boga (Food&Beverage) yang selama ini menjadi bagian dalam Jurusan
Akomodasi Perhotelan. Kemudian STM ICB menjadi SMK ICB Cinta
Teknika dengan 2 jurusan, dan SMEA ICB menjadi SMK ICB Cinta Niaga
dengan menambah progran keahlian Akuntansi.
Sejak itu program keahlian yang dimiliki SMK ICB Cinta Wisata
adalah Akomodasi Perhotelan, Usaha Jasa Pariwisata, dan Tata Boga/FB.
53
Bab II Tinjauan Teoritis
Program keahlian yang dimiliki SMK ICB Cinta Teknika adalah Teknik
Mekanik Otomotif dan Teknik Elektronika. Sedangkan progran keahlian
yang dimiliki oleh SMK ICB Cinta Niaga adalah Akuntansi, Penjualan dan
Sekretaris. Pada tahun 2002 mulailah dirintis SMA Plus Harapan untuk
meampung lulusan SMP dan Sederajat di Sekolah Menengah Umum dengan
kemampuan plus Otomotif dan Perhotelan. Sampai tahun 2008 ini, SMA
Plus telah meluluskan 4 angkatan.
Tahun 2004 seiring dengan perubahan Kurikulum Tingkat Satuan
Pembelajaran (KTSP) SMK ICB Cinta Wisata memiliki 3 jurusan yaitu
Akomodasi Perhotelan, Usaha Jasa Pariwisata dan Restoran (Food &
Beverage) yang pada awalnya bernama Jurusan Tata Boga. Cinta Teknika
dengan 2 bidang keahlian, yaitu Teknik Elektro dengan program keahlian
Teknik Audio Video dan Teknik Mesin dengan Teknik Mekanik Otomotif.
Tahun 2007 SMK ICB Cinta Teknika membuka program keahlian baru
yaitu Teknik Informatika untuk menampung permintaan pasar akan tenaga
terampil lulusan SMK dan SMK ICB Cinta Niaga dengan 3 program
keahlian, yaitu Akuntansi, Pemasaran dan Sekretaris.
Pada tahun 2004 SMK ICB Cinta Wisata mendapatkan Akreditasi ”A”
untuk setiap program keahlian, tahun 2006 SMK ICB Cinta Teknika
mendapatkan Akreditasi ”A” untuk semua program keahlian, tahun 2007
SMA Plus Harapan juga mendapatkan Akreditasi ”A” dan SMK ICB Cinta
Niaga mendapatkan Akreditasi ”A” pada tahun 2008.
54
Bab II Tinjauan Teoritis
Dengan demikian SMK ICB telah menjadi lembaga pendidikan yang
sudah dikenaloleh masyarakat, pemerintah, maupun dunia usaha/industri dan
juga memiliki kualitas unggul dalam fasilitas, administrasi dan manajemen,
organisasi dan kelembagaan, tenaga pengajar, kerjasama industri, peserta
didik, lingkungan dan budaya sekolah. Untuk mendukung kemampuan
lulusan dalam mencapai kompetensinya SMK ICB (Cinta Wisata, Cinta
Teknika dan Cinta Niaga) maupun SMA Plus Harapan telah membenahi diri
dengan melengkapi fasilitas-fasilitas pendukung dan fasilitas praktek yang
memadai serta didukung oleh guru dan instruktur yang kompeten dalam
bidangnya maupun praktisi dari dunia usaha dan industri disamping guruguru berpengalaman yang sudah dimiliki.
2.4.2. Visi dan Misi SMK ICB Cinta Wisata
2.4.2.1.
Visi
Menghadapi tantangan dimasa depan yang penuh dengan
dinamika, SMK ICB Cinta Wisata sebagai salah satu sekolah bidang
studi keahlian Seni, Kerajinan dan Pariwisata memiliki visi sebagai
berikut:
”Menjadi lembaga pendidikan yang unggul dalam menyiapkan dan
menciptakan sumber daya manusia yang beriman, bertaqwa, mampu
menghadapi tantangan global pada kompeten keahlian pariwisata.”
55
Bab II Tinjauan Teoritis
Indikatornya adalah sebagai berikut:
1.
Unggul dalam mawujudkan kedisiplinan, kejujuran, ketertiban
dan tanggung jawab.
2.
Unggul dalam mencapai prestasi akademik maupun non
akademik
3.
Unggul dalam mewujudkan kemandirian melalui wirausaha
4.
Unggul dalam mengembangkan kecakapan hidup (life skills)
5.
Unggul dalam menerapkan kehidupan yang dilandasi keimanan,
ketaqwaan, moralitas dan budi pekerti yang luhur
6.
Unggul dalam menghasilakn lulusan yang kompeten dan siap
berkompetensi di dunia usaha/industri
7.
Unggul dalam kepedulian terhadap kelestarian terhadap budaya
daerah, lingkungan hidup dan lingkungan sosial.
8.
Unggul dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dan
proses kegiatan pembelajaran di sekolah dan industri.
2.4.2.2.
Misi
Untuk tercapainya visi tersebut, SMK ICB Cinta Wisata
manuangkan visi kedalam bentuk misi yang diemban untuk
tercapainya visi SMK ICB Cinta Wisata Bandung. Adapun misi SMK
ICB Cinta Wisata Bandung adalah sebagai berikut:
1.
Mempersiapkan peserta didik agar menjadi manusia unggul,
produktif, mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan,
56
Bab II Tinjauan Teoritis
yang ada di dunia usaha/industri sebagai tenaga kerja tingkah
menengah sesuai dengan kompetensi keahlian pariwisata
2.
Membekali peserta didik agar mampu memilih karir, ulet dan
gigih dalam berkompetisi, beradaptasi di lingkungan kerja dan
mengembangkan sikap profesional dalam keahlian pariwisata.
3.
Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, teknologi
dan seni agar mampu bersaing di era global.
2.4.3. Tujuan SMK ICB Cinta Wisata
SMK ICB Cinta Wisata sebagai bagian dari Pendidikan Menengah
Kejuruan bertujuan menyiapkan peserta didik/lulusannya untuk:
1.
Memasuki lapangan kerja serta dapat mengembangkan sikap unggul
dan profesional dalam lingkup lompetensi keahlian pariwisata.
2.
Mampu
memilih
karir,
mampu
berkompetensi
dan
mampu
mengembangkan diri dalam lingkup kompetensi keahlian pariwisata.
3.
Menjadi tenaga kerja tingkat menengah untuk megisi kebutuhan dunia
usaha dan industri pada saat ini maupun saat yang akan datang dalam
lingkup kompetensi keahlian pariwisata.
4.
Menjadi warga negara yang produktif, adaptif dan kreatif
5.
Mampu mengembangkan sikap mental dan memiliki keberanian untuk
membuka usaha mandiri untuk berwirausaha
6.
Membekali peserta didik dengan keterampilan, pengetahuan dan sikap
agar memiliki kompeten keahlian pariwisata.
57
Bab II Tinjauan Teoritis
2.4.4. Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan SMK ICB Cinta Wisata
Pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan yang menyiapkan
peserta didik menjadi manusia yang produktif yang dapat langsung bekerja
dibidangnya setelah melalui pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi.
Dengan demikian pembukaan program diklat di SMK ICB Cinta Wisata
Bandung harus responsif terhadap perubahan pasar kerja. Pendidikan
menengah kejuruan harus dijalankan atas dasar prinsip investasi SDM
(capital human investment). Semakin tinggi kualitas pendidikan dan
pelatihan seseorang, akan semakin produktif orang tersebut.
Struktur kurikulum pendidikan kejuruan di SMK ICB Cinta Wisata
Bandung
diarahkan
untuk
meningkatkan
kecerdasan,
pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan peserta didik untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan program
kejuruannya. Kurikulum SMK ICB Cinta Wisata Bandung berisi mata
pelajaran wajib, mata pelajaran kejuruan, muatan lokal dan pengembangan
diri. Mata pelajaran pada SMK ICB Cinta Wisata Bandung khususnya
Program Keahlian Restoran (Food & Beverage) adalah sebagai berikut:
1.
Pendidikan Agama; Islam/Kristen/Protestan/Hindu/Budha
2.
Pendidikan Kewarganegaraan
3.
Bahasa Indonesia
4.
Pendidikan Jasmani, Olah raga dan Kesehatan
5.
Seni dan Budaya
6.
Matematika
58
Bab II Tinjauan Teoritis
7.
Bahasa Inggris
8.
IPA
9.
IPS
10.
Muatan Lokal
a.
Muatan lokal wajib, yaitu Bahasa Sunda (Berdasarkan Surat
Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 423.5/Kep. 674Disdik/2006, tanggal 25 Juli 2006) dan Pendidikan Lingkungan
Hidup (Berdasarkan Peraturan Wali Kota Bandung Nomor 031
Tahun 2007, tanggal 10 Januari 2007).
b.
Muatan lokal berdasarkan keunggulan lokal dan global, yaitu
Bahasa Perancis dan Make Up Room, Mengolah Kue Pastry
Kontinental dan Membuat Hidangan Penutup.
11.
KKPI (Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi)
12.
Kewirausahaan
13.
Dasar Kompetensi Kejuruan
14.
Kompetensi Kejuruan
Selain mata pelajaran di atas, siswa SMK ICB Cinta Wisata Bandung
juga dibekali dengan pendidikan kecakapan hidup.
2.4.4.1. Pendidikan Kecakapan Hidup
Pendidikan kecakapan hidup di SMK ICB Cinta Wisata Bandung
merupakan bagian integral dari pendidikan semua mata pelajaran dan
berupa paket/modul yang direncanakan khusus. Pendidikan kecakapan
59
Bab II Tinjauan Teoritis
hidup dapat diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan yang
bersangkutan dan dari satuan pendidikan formal lain atau nonformal.
Pada SMK ICB Cinta Wisata Bandung Pendidikan Kecakapan
Hidup diarahkan melalui program pembelajaran yang memberikan
bekal kecakapan untuk hidup yang dapat dimanfaatkan untuk usaha
mandiri atau bekerja melalui pembelajaran teori di sekolah, praktek di
sekolah, program Praktek Kerja Industri selama 4 bulan di dunia usaha
pariwisata dan program Praktek Kewirausahaan.
2.4.5. Tujuan Kompetensi Keahlian Restoran (Food & Beverage)
Tujuan kompetensi Keahlian Food & Beverage secara umum mengacu
pada isi Undang-undang Sistim Pendidikan Nasional (UU SPN) Pasal 3
mengenai Tujuan Pendidikan Nasional dan penjelasan Pasal 15 yang
menyebutkan bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah
yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja di bidang
tertentu. Secara khusus tujuan Program Studi Keahlian Food & Beverage
membekali peserta didik dengan keterampilan, pengetahuan dan sikap agar
kompeten dalam:
1.
Mengolah dan menyajikan makanan kontinental yang terdiri dari
makanan pembuka, makanan utama dan makanan penutup.
2.
Mengolah dan menyajikan makanan Indonesia yang terdiri dari
makanan pembuka, makanan pokok, lauk pauk dan makanan penutup.
60
Bab II Tinjauan Teoritis
3.
Melayani makan dan minum baik di restoran maupun di kamar tamu
serta menata meja makan prasmanan.
4.
Mengolah dan menyajikan aneka minuman
5.
Mengorganisir operasi pelayanan makan dan minum di restoran
2.4.6. Standar Kompetensi Kejuruan Program Keahlian Food &
Beverage
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
a. Menjelaskan
prinsip
pengolahan
makanan
kontinental
b. Mengolah stock, soup dan sauce
1. Mengolah
c. Mengolah cold dan hold appetizer atau salad
makanan
d. Mengolah sandwich dan hidangan dari sayuran
kontinental
e. Mengolah hidangan dari telur, unggas, daging dan
seafood
f.
Menggunakan peralatan pengolahan makanan
a. Menjelaskan prinsip pengolahan makanan Indonesia
b. Mengolah salad (gado-gado, urap, rujak)
2. Mengolah
c. Mengolah sup dan soto
makanan
d. Mengolah hidangan nasi dan mie
Indonesia
e. Mengolah hidangan sate atau jenis makanan yang
dipanggang
f. Mengolah hidangan Indonesia dari unggas, daging
61
Bab II Tinjauan Teoritis
dan seafood
g. Mengoperasikan alat pengolahan makanan
a. Menjelaskan ruang lingkup pelayanan makanan dan
minuman
b. Mengoperasikan peralatan layanan makanan dan
3. Melayani makan
dan minum
minuman
c. Menyediakan layanan makanan dan minuman di
restoran
d. Menyediakan room service
e. Membuat minuman non alkohol
4.
Melakukan
a. Menjelaskan aturan makan atau diet
perencanaan
b. Mengidentifikasikan kebutuhan gizi
hidangan harian
untuk
meningkatkan
c. Membuat rencana menu sesuai kebutuhan gizi
d. Menghitung kandungan gizi bahan makanan
e. Mengevaluasi menu dan makanan yang diolah
kesehatan
5.
Melakukan
a. Menjelaskan jenis-jenis kesempatan khusus
pengolahan
b. Merencanakan menu kesempatan khusus
makanan untuk
kesempatan
khusus
6. Melakukan
c. Mengoperasikan peralatan pengolahan makanan
d. Melakukan pengolahan makanan sesuai menu
e. Menyajikan makanan menu khusus
a.
pengolahan usaha b.
Menjelaskan sistem usaha restoran
Merencanakan usaha restoran berdasarkan menu
62
Bab II Tinjauan Teoritis
restoran
c.
Menghitung kalkulasi harga
d.
Menyiapkan makanan untuk buffee
e.
Mengorganisir operasi makanan dalam jumlah besar
f.
Menyediakan penghubung antara dapur dan area
pelayanan
Adapun fasilitas yang disediakan SMK ICB Cinta Wisata Bandung
untuk mendukung proses kegiatan belajar mengajar, khususnya di Jurusan
Food & Beverage antara lain: Lab. Kitchen, Lab. Pastry, Bartender,
Restoran dan Unit Produksi FB.
2.4.7. Mata Pelajaran Kewirausahaan
Sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya, kewirausahaan
merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum
pembelajaran di SMK ICB Cinta Wisata Bandung. Bahkan mata pelajaran
kewirausahaan merupakan mata pelajaran yang termasuk ke dalam Mata
Pelajaran Pendidikan Kecakapan Hidup. Dengan demikian kewirausahaan
merupakan salah satu bagian penting dalam kurikulum pendidikan untuk
mencetak lulusan yang mandiri. Mata Pelajaran Kewirausahaan mulai
dipelajari oleh siswa dari sejak siswa duduk di kelas X berupa teori dan
praktek.
Di kelas X siswa mempelajari kewirausahaan secara teoritis agar
mendapatkan pemahaman mengenai kewirausahaan dan karakter mental
63
Bab II Tinjauan Teoritis
wirausaha. Di kelas XI siswa diberi tugas untuk membuat kafe di
lingkungan masyarakat. Tugas tersebut dilakukan secara berkelompok, yang
setiap kelompoknya terdiri dari 10-15 orang. Mereka harus merancang kafe
tersebut secara mandiri, termasuk dalam hal modal usaha. Kegiatan tersebut
mendapatkan pantauan langsung dari guru. Pada ujian akhir kelas XII, siswa
diberi tugas untuk membuat proposal rancangan wirausaha secara
individual.
Adapun standar kompetensi dan kompetensi dasar dari Mata Pelajaran
Kewirausahaan adalah sebagai berikut:
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
a. Mengidentifikasi
sikap
dan
perilaku
wirausahawan
b. Menerapkan sikap dan perilaku kerja prestatif
1. Mengaktualisasikan c. Merumuskan solusi masalah
sikap dan perilaku
wirausaha
d. Mengembangkan semangat wirausaha
e. Membangun komitmen bagi dirinya dan bagi
orang lain
f. Mengambil resiko usaha
g. Membuat keputusan
a. Menunjukkan sikap pantang menyerah dan
2.
Menerapkan jiwa
kepemimpinan
ulet
b. Mengelola konflik
c. Membangun visi dan misi usaha
64
Bab II Tinjauan Teoritis
a. Menganalisa peluang usaha
3.
Merencanakan
b. Menganalisis aspek-aspek pengelolaan usaha
usaha kecil/mikro
c. Menyusun proposal usaha
a. Mempersiapkan pendirian usaha
4.
Mengelola usaha
kecil/mikro
b. Menghitung resiko menjalankan usaha
c. Menjalankan usaha kecil
d. Mengevaluasi hasil usaha
2.5. Kerangka Pikir
Di tengah perekonomian yang sulit saat ini, lulusan SMK yang telah
dibekali oleh keterampilan siap pakai dituntut untuk dapat berwirausaha. Dalam
dua tahun terakhir ini Depdiknas terus mendorong SMK untuk dapat memberikan
program pembelajaran kewirausahaan secara memadai untuk dapat memberikan
bekal kewirausahaan bagi lulusannya. Hal ini ditambah lagi dengan persaingan
kerja yang akan semakin ketat di antara lulusan SMK yang melimpah membuat
dibutuhkannya suatu kepribadian wirausaha untuk dapat bertahan dalam
menghadapi sempitnya lapangan kerja yang tersedia.
Siswa-siswi yang bersekolah di SMK ICB Cinta Wisata Bandung,
khususnya pada Jurusan Food & Beverage memiliki keterampilan masakmemasak setelah lulus sekolah. Selain bekal keterampilan yang dimiliki, mereka
juga dibekali dengan Mata Pelajaran Kewirausahaan yang sudah didaapt siswa
sejak duduk di kelas X. Bahkan Mata Pelajaran Kewirausahaan termasuk kedalam
65
Bab II Tinjauan Teoritis
Mata Pelajaran Pendidikan Kecakapan Hidup yang direncanakan khusus untuk
dapat mencapai salah satu misi pendirian SMK ICB Cinta Wisata Bandung, yaitu
unggul dalam mewujudkan kemandirian melalui wirausaha. Pada kenyataannya,
hanya sekitar 12% saja lulusan yang berkecimpung di dunia wirausaha.
Siswa-siswi yang memiliki kepribadian wirausaha dapat melengkapi
keterampilan dan pembekalan yang telah diberikan di sekolah. Di tengah
kesempatan kerja yang semakin sempit, siswa-siswi yang mempunyai kepribadian
wirausaha dapat memanfaatkan keahlian yang dimilikinya untuk bekerja secara
mandiri dan berperan sebagai job creator. Berbeda dengan siswa-siswi yang tidak
memiliki kepribadian wirausaha, mereka akan lebih berperan sebagai pencari
kerja.
Melihat fenomena tersebut maka perlu dikaji terlebih dahulu mengenai
faktor-faktor yang menyebabkan seseorang menjadi wirausahawan (Lambing &
Kuehl:2003), yaitu faktor individu, budaya, keadaan masyarakat dan kondisi
keluarga. Faktor individu berkaitan dengan kepribadian yang berada dalam diri
individu, sedangkan fakor budaya berkaitan dengan nilai yang dianut oleh anggota
kelompok dalam budaya tersebut. Faktor budaya juga berupa pandangan image
atau status seseorang di lingkungannya, dalam hal ini pandangan masyarakat
terhadap orang yang menjadi wirausaha. Faktor keadaan masyarakat berkaitan
dengan tuntutan keadaan atau keadaan pasar kesempatan kerja dan tenaga kerja.
Saat ini keadaan pasar kesempatan kerja di Indonesia semakin terbatas dan tidak
sebanding dengan jumlah pencari kerja, apalagi jika ditambah dengan meluapnya
lulusan SMK kelak dapat menambah jumlah pengangguran di Indonesia. Faktor
66
Bab II Tinjauan Teoritis
kondisi keluarga berkaitan dengan perkembangan individu sebagai wirausaha
karena pengaruh tradisi keluarga. Brockhaus (1982) mencatat empat studi
menyatakan bahwa wirausahawan cenderung memiliki ayah wirausaha.
Faktor-faktor di atas saling mempengaruhi satu sama lain. Faktor
kepribadian tersebut dapat tumbuh karena pengaruh faktor budaya dan faktor
kondisi keluarga yang memberi stimulasi. Faktor budaya dapat membentuk
keyakinan dan pandangan seseorang. Keyakinan dan pandangan tersebut dapat
menstimulasi individu dalam pembentukan kepribadiannya. Pengaruh faktor
kondisi keluarga terhadap tumbuhnya kepribadian berkaitan dengan sifat-sifat
yang diturunkan dan pola asuh orang tua yang membentuk karakter individu.
Individu dari lingkungan keluarga yang mempunyai tradisi wirausaha, sejak dini
sudah mendapatkan stimulus sosial yang berkaitan dengan wirausaha. Stimulus ini
akan mempengaruhi perkembangan kepribadiannya sehingga setelah dewasa
sebenarnya ia sudah
mempunyai
benih-benih wirausaha.
Staw (1991)
menambahkan kemandirian dan fleksibilitas yang ditularkan oleh orang tua yang
bekerja mandiri atau berbasis wirausaha melekat dalam diri anak-anaknya sejak
kecil.
Dari keempat faktor tersebut, faktor yang paling mempengaruhi individu
untuk menjadi wirausaha yaitu faktor kepribadian. Kepribadian memegang
peranan utama dalam membentuk seseorang menjadi wirausahawan dan mencapai
keberhasilan dalam berwirausaha. Berdasarkan pendapat dari Lambing & Kuehl
(2003) sebenarnya ada trait kepribadian tertentu yang melekat pada seorang
wirausahawan. Penelitian Cunningham (dalam Meng & Liang, 1996)
67
Bab II Tinjauan Teoritis
menunjukkan bahwa keberhasilan seorang wirausaha berkaitan dengan sifat-sifat
kepribadian yang dimilikinya dan merupakan hal yang paling penting dalam
menentukan kesuksesan seseorang dalam berwirausaha, yaitu sebesar 49%.
Temuan serupa juga dicatat oleh peneliti lain, seperti Plotkin (1991, dalam Meng
& Liang, 1996), dan Mc Ber & Co di AS (dalam Zimmerer & Scarborough,
1998) yang menemukan adanya keterkaitan sifat-sifat pribadi seseorang untuk
menjadi seorang wirausahawan yang sukses. Dengan demikian faktor kepribadian
memiliki
kontribusi
yang
paling
besar
dalam
menentukan
seorang
berwirausahawan atau tidak.
Seorang wirausahawan adalah seorang yang. mendobrak sistem ekonomi
yang ada dengan memperkenalkan barang dan jasa yang baru, dengan
menciptakan bentuk organisasi baru atau mengolah bahan baku baru. Orang
tersebut melakukan kegiatannya melalui organisasi bisnis yang baru ataupun bisa
pula dilakukan dalam organisasi bisnis yang sudah ada. (Joseph Scumpeter
Bygrave, 1994:1). Joseph Scumpeter menambahkan bahwa seorang wirausaha
adalah orang yang melihat adanya peluang kemudian menciptakan sebuah
organisasi untuk memanfaatkan peluang tersebut. Dengan demikian individu
tersebut harus memiliki kepribadian yang mendukung untuk melakukan suatu
kegiatan wirausaha. Individu yang memiliki kepribadian wirausaha adalah
seseorang yang memiliki sifat percaya diri, berorientasi pada tugas dan hasil,
pengambil resiko, kepemimpinan, berorientasi ke masa depan dan keorisinilan
(Meredith et.al. 1987). Menurut Meredith, seseorang dapat menjadi seorang
68
Bab II Tinjauan Teoritis
wirausaha jika mempunyai nilai yang tinggi untuk kebanyakan dari sifat-sifat
tersebut.
Individu
yang
mempunyai
kepercayaan
diri
akan
gigih
dalam
memperjuangkan ide yang diperolehnya untuk menjadi kenyataan. Seseorang
yang memiliki sifat percaya diri akan memiliki sikap yang optimis sehingga dapat
berfikir dan bersikap positif. Kepercayaan diri juga akan melahirkan suatu
kemandirian yang membuat seseorang tidak bergantung kepada orang lain.
Dari sifat personal tersebut, akan melahirkan tabiat yang motivatif
(berorientasi pada tugas dan hasil), berpikiran terbuka dan inovatif sehingga dapat
dengan cepat menemukan cara-cara ataupun hal-hal baru untuk mewujudkan ideide yang dimilikinya. Kreativitas merupakan syarat untuk terjadinya inovasi. Para
peneliti seperti Amabile, Barron, Eysenck, Gough, dan HacKinnon (dalam
Stenberg & Lubart, 1996) sependapat bahwa ada sifat kepribadian tertentu yang
menjadi ciri seorang kreatif, seperti membuat penilaian secara independen, rasa
percaya diri, suka akan kerumitan, berorientasi estetis dan berani mengambil
resiko.
Seorang wirausaha pada hakekatnya adalah seorang pemimpin. Hal ini
dikarenakan mereka harus mencari peluang-peluang, memulai proyek-proyek,
mengumpulkan sumber daya manusiawi dan finansial yang diperlukan untuk
melaksanakan proyek, menentukan tujuan-tujuan untuk mereka sendiri dan orang
lain dan memimpin serta membimbing orang lain untuk mencapai tujuan.
Mengacu pada tipe kepribadian yang dirumuskan oleh para ahli diatas
mengenai sifat-sifat yang dimiliki oleh seorang wirausahawan, maka unsur
69
Bab II Tinjauan Teoritis
kepribadian yang harus dilihat pada siswa-siswi adalah memiliki sifat percaya diri,
berorientasi pada tugas dan hasil, pengambil resiko, kepemimpinan, berorientasi
ke masa depan dan keorisinilan. Sifat-sifat tersebut sejalan dengan tipe
kepribadian yang terdapat dalam DISC Personality System, yaitu tipe kepribadian
DI dan ID. D merupakan singkatan dari tipe kepribadian Dominant, sedangkan I
merupakan singkatan dari tipe kepribadian Influence.
Individu dengan tipe D identik dengan seseorang yang memiliki jiwa
kepemimpinan, berani, menjalankan segala hal dengan caranya sendiri,
mengambil resiko, suka bersaing, independent dan termotivasi untuk menjadi
nomor satu. Sedangkan tipe I identik dengan individu yang sociable, extrovert,
senang bergaul, mobile, tidak menyukai rutinitas dan optimis.
Tipe kepribadian DI dalam diri individu dapat diartikan bahwa individu
memiliki dua tipe yang menonjol dalam dirinya, dengan tipe D yang paling
berperan. Kombinasi tipe DI dalam individu merupakan tipe yang sangat aktif dan
berlangkah cepat. Seseorang yang memiliki tipe DI merupakan seorang yang
berani mengambil keputusan, bersifat visioner, progresif dan bekerja keras untuk
mencapai tujuan. Mereka merupakan individu yang suka memimpin, memiliki
sifat ingin tahu dan memiliki banyak minat. Mereka memiliki orientasi yang
tinggi terhadap tugas dan dapat memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap
orang lain dan memotivasi orang lain untuk mencapai tujuan. Adapun hal-hal
yang dapat menjadi motivator bagi tipe DI adalah: mengambil keputusan,
tantangan, perubahan yang cepat, tantangan baru, kekuasaan, otoritas untuk
70
Bab II Tinjauan Teoritis
mengambil keputusan, bebas dari pekerjaan rutin dan monoton, bebas dari banyak
aturan dan ketentuan, adanya orang lain yang mengurusi hal detil.
Sedangkan tipe kepribadian ID memiliki arti bahwa individu memiliki dua
tipe yang menonjol dalam kepribadiannya, dengan tipe I yang paling berperan.
Individu yang memiliki kombinasi tipe ID memperlihatkan semangat suka
bergaul, minat yang tinggi terhadap orang dan kemampuan mendapatkan rasa
hormat dan kekaguman dari banyak orang. Mereka melakukan usaha dengan cara
yang bersahabat sambil berupaya untuk mempengaruhi orang lain untuk mencapai
tujuan mereka dan mempromosikan sudut pandang mereka. Mereka lebih
menyukai kebebasan daripada rutinitas dan menginginkan otoritas dan juga
prestasi. Mereka bersemangat ketika diberikan tugas yang menuntut mobilitas dan
tantangan. Mereka menginginkan agar orang-orang disekelilingnya berkomunikasi
secara efisien dan efektif.
Untuk menjadi seorang wirausaha, individu yang memiliki keluarga
berwirausaha memiliki kemungkinan yang besar untuk dapat menjadi wirausaha
dengan meneruskan usaha yang sudah ada (Ward:1974). Lain halnya dengan
individu yang tidak memiliki keluarga yang berwirausaha, individu tersebut harus
merintis usaha dari awal. Orang-orang yang ingin merintis suatu usaha
memerlukan relasi yang luas dan baik, serta jaringan yang luas disamping
memiliki keterampilan yang baik. Selain itu dalam bisnis kuliner yang tergolong
dalam usaha jasa, faktor I dalam DISC penting untuk dimiliki agar dapat
berhubungan dengan pelanggan dan memberikan pelayanan dengan baik. Para
peneliti seperti Cunningham, Pekerti, Meng & Liang, Kotter, Huck dan Gosh
71
Bab II Tinjauan Teoritis
(dalam Meng & Liang, 1996) menemukan bahwa 17% dari keberhasilan
ditentukan oleh kemampuan untuk behubungan dengan pelanggan. Kotter (1982)
juga menyatakan bahwa membangun hubungan positif dengan pihak lain, baik di
dalam maupun di luar organisasi sangat diperlukan untuk keberhasilan usaha.
Dengan demikian individu yang memiliki tipe kepribadian DI dan ID dalam DISC
Personality System memiliki potensi untuk dapat berwirausaha dan merupakan
tipe kepribadian yang sesuai untuk dapat berwirausaha.
72
Bab II Tinjauan Teoritis
Bagan Kerangka Pikir:
Tipe Kepribadian
Non DI / ID
Tidak Sesuai
Untuk
Berwirausaha
Tipe Kepribadian
DI / ID
Sesuai Untuk
Berwirausaha
Siswa-siswi Jurusan
Food & Beverage
SMK ICB Cinta
Wisata Bandung
Kepribadian Wirausaha (Meredith):
1. Percaya Diri
2. Berorientasi Pada Tugas dan
Hasil
3. Pengambil Resiko
4. Kepemimpinan
5. Berorientasi ke Masa Depan
6. Keorisinilan
73
Bab III Metodologi Penelitian
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini peneliti menguraikan mengenai metode yang digunakan dalam
penelitian. Peneliti juga akan menjelaskan mengenai rancangan penelitian,
variabel penelitian, operasionalisasi variabel dan subjek penelitian. Pada bab ini
dipaparkan pula alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini, serta peneliti
memaparkan mengenai prosedur yang ditempuh dalam penelitian ini.
3.1. Rancangan Penelitian
Penelitian mengenai profil kepribadian wirausaha pada siswa-siswi SMK
ICB Cinta Wisata Bandung Jurusan Food and Beverage adalah merupakan suatu
penelitian yang bersifat eksploratif, karena akan menangkap permasalahan secara
lebih mendalam dan lebih terperinci. Dalam hal ini peneliti akan membahas
masalah secara deskriptif. Artinya, masalah dibahas secara mandiri tanpa
membuat perbandingan ataupun menghubungkan. (Sedarmayanti, 2002 :41)
Oleh karena itu penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan
studi deskriptif. Penelitian studi deskriptif merupakan
penelitian
yang
dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang
ada yakni gejala pada saat penelitian dilakukan. Penelitian deskriptif tidak
ditujukan untuk menguji hipotesis, tetapi hanya menggambarkan ‘apa adanya’
tentang suatu variabel, gejala atau keadaan (Arikunto, 1995 : 309-310).
74
Bab III Metodologi Penelitian
Metode deskriptif ini merupakan metode penelitian yang berusaha
menggambarkan dan menginterpretasikan objek dengan apa adanya. Tujuan dari
penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual
dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat dari suatu populasi (Sumadi
Suryabrata, 2003:75). Metode deskiptif ini dilakukan melalui 2 langkah, yaitu
langkah deduktif dan langkah induktif.
1.
Langkah Deduktif
Langkah awal dalam penelitian adalah studi kepustakaan. Langkah ini
bertujuan untuk memperoleh kejelasan secara teoritis tentang kewirausahaan dan
mengenai kepribadian orang-orang yang berwirausaha. Setelah itu peneliti dapat
membuat pembahasan masalah serta menentukan metode dan alat ukur yang akan
digunakan.
2.
Langkah Induktif
Langkah ini merupakan langkah lanjutan dalam penelitian dengan
mengambil data-data mengenai masalah yang diteliti terhadap subjek penelitian
yang telah ditentukan. Data-data yang digali dalam penelitian ini berkaitan dengan
sistem pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan terutama pembelajaran
mengenai kewirausahaan.
3.2. Identifikasi Variabel
Dalam penelitian ini variabel yang hendak diukur adalah variabel profil
kepribadian wirausaha pada siswa-siswi Jurusan Restoran (Food&Beverage) di
SMK ICB Cinta Wisata Bandung.
75
Bab III Metodologi Penelitian
3.3. Operasionalisasi Variabel
Profil kepribadian wirausaha yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
individu yang memiliki sifat-sifat percaya diri, berorientasi pada tugas dan hasil,
pengambil resiko, kepemimpinan, keorisinilan dan berorientasi ke masa depan.
3.4. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi Jurusan Food & Beverage di SMK
ICB Cinta Wisata Bandung. Subjek penelitian dari penelitian ini diambil
berdasarkan teknik random sampling. Teknik random sampling disebut juga
sebagai teknik acak atau probability sampling. Dengan teknik random berarti
semua anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dijadikan
anggota sampel. Adapun jumlah populasi adalah 160 orang dan jumlah sampelnya
adalah
40
orang.
Dalam
pengambilan
sampel
penelitian,
peneliti
mempertimbangkan hal-hal berikut:
1.
Subjek secara resmi terdaftar sebagai siswa/siswi Jurusan Food&Beverage
di SMK ICB Cinta Wisata Bandung dan masih menempuh pendidikan
secara aktif.
2.
Subjek merupakan siswa/siswi yang sedang menempuh pendidikan di kelas
X dan XI.
76
Bab III Metodologi Penelitian
3.5. Alat Ukur
Alat ukur yang digunakan untuk mengetahui profil kepribadian wirausaha
pada penelitian ini adalah dengan menggunakan alat tes psikologi DISC. D adalah
singkatan untuk Dominant, I adalah singkatan untuk Influence, S adalah singkatan
untuk Stable dan C adalah singkatan untuk Compliant. DISC merupakan tools
prediksi mengenai perilaku, namun bukan merupakan tes lengkap kepribadian,
karena tidak mendeskripsikan secara kompeks mengenai gambaran psikologis.
DISC menjelaskan bagaimana perbedaan perilaku seseorang dalam beragam
setting, dimana situasi-situasi itu bisa mencerminkan suatu karakter Dominance
(D), Influence (I), Steadiness (S), Compliance (C) dan suatu Inkonsistensi ().
Setting yang digambarkan meliputi area bagaimana seseorang berhadapan dengan
situasi, relasi, lingkungan dan aturan. Dalam DISC Personality System, profil
kepribadian wirausaha tergambar dalam kombinasi D dan I (Dominant dan
Influence) yang lebih menonjol dalam diri individu. Kombinasi tersebut dapat
berupa DI (D yang lebih berperan daripada I) maupun ID (I yang lebih berperan
daripada D).
Dalam DISC, subjek diminta untuk membaca 4 kalimat yang terdapat di
dalam masing-masing kotak. Subjek diharuskan menandai kalimat yang paling
menggambarkan dirinya dan yang kurang menggambarkan diri subjek. Subjek
melingkari simbol  pada kalimat yang paling menggambarkan dirinya dan
melingkari simbol z pada kalimat yang kurang menggambarkan dirinya. Adapun
soal yang terdapat dalam DISC adalah sebanyak 24 buah.
77
Bab III Metodologi Penelitian
3.5.1. Kategori Penghayatan
Kategori penghayatan pada alat ukur ini mengacu pada lembar
skoring yang telah tersedia. Setiap kalimat pada setiap nomor soal akan
diberi simbol angka 1 sampai 4 untuk menandakan jawaban yang
diberikan subjek. Adapun simbol angka dan kategori penghayatan yang
diberikan untuk jawaban subjek pada kolom ”PALING” di setiap nomor
soalnya adalah sebagai berikut:
Nomor Simbol
Soal
Angka
Nomor Simbol
Soal
1=S
1.
2.
3.
4.
5.
2=I
3=
Angka
Nomor Simbol
Soal
1=
1=D
9.
2=C
3=
Angka
17.
2=D
3=S
4=C
4=
4=I
1=C
1=
1=D
2=D
3=
10.
2=D
3=S
18.
2=
3=
4=S
4=I
4=C
1=I
1=S
1=D
2=
3=
11.
2=
3=D
19.
2=S
3=I
4=D
4=C
4=
1=C
1=
1=D
2=S
3=
12.
2=C
3=I
20.
2=S
3=I
4=D
4=D
4=C
1=I
1=D
1=S
2=D
3=S
4=
13.
2=S
3=I
4=
21.
2=D
3=I
4=
78
Bab III Metodologi Penelitian
1=C
2=D
6.
7.
8.
3=I
1=C
14.
2=I
3=S
1=S
22.
2=
3=D
4=S
4=D
4=C
1=S
1=S
1=
2=I
3=
15.
2=C
3=I
23.
2=I
3=S
4=
4=D
4=
1=I
1=
1=
2=S
3=C
16.
4=D
2=C
3=I
24.
4=S
2=I
3=D
4=C
Sedangkan simbol angka dan kategori penghayatan yang diberikan
untuk jawaban subjek pada kolom ”KURANG” di setiap nomor soalnya
adalah sebagai berikut:
Nomor Simbol
Soal
Angka
Nomor Simbol
Soal
1=S
1.
2.
3.
2=I
3=D
Angka
Nomor Simbol
Soal
1=D
9.
2=C
3=I
Angka
1=C
17.
2=D
3=S
4=C
4=S
4=
1=
1=C
1=D
2=D
3=I
10.
2=D
3=S
18.
2=I
3=S
4=S
4=
4=
1=I
1=
1=D
2=C
3=S
4=
11.
2=I
3=D
4=C
19.
2=
3=I
4=C
79
Bab III Metodologi Penelitian
1=C
4.
5.
6.
7.
8.
2=S
3=I
1=
1=S
12.
2=
3=I
20.
2=S
3=I
4=D
4=D
4=
1=
1=D
1=S
2=D
3=S
13.
2=
3=
21.
2=D
3=I
4=C
4=C
4=C
1=
1=C
1=S
2=D
3=I
14.
2=I
3=
22.
2=I
3=D
4=S
4=D
4=C
1=
1=S
1=D
2=I
3=C
15.
2=
3=I
23.
2=
3=S
4=D
4=D
4=C
1=I
1=D
1=S
2=S
3=C
4=D
16.
2=
3=I
4=S
2=I
24.
3=
4=
3.5.2. Teknik Skoring
1.
Periksa kembali bahwa subjek benar-benar mengisi seluruh
kolom dan tidak ada yang terlewati.
2.
Setelah itu cocokkan jawaban subjek pada lembar skoring
3.
Hitunglah total D yang dilingkari dari ketiga kolom “PALING”
(P). tulislah jumlah total tersebut pada kotak “MOST” kolom D
di lembar grafik. Lakukan hal yang sama untuk I, S, C dan .
80
Bab III Metodologi Penelitian
4.
Kemudian hitung total D yang dilingkari dari ketiga kolom
“KURANG” (K). Tulislah jumlah total tersebut pada kotak
“LEAST” kolom D di lembar grafik. Lakukan hal yang sama
untuk I, S, C dan .
5.
Pada kolom ”CHANGE” tulis selisih antara nilai D pada kolom
”MOST” dengan D pada kolom ”LEAST”. Lakukan hal yang
sama pada I, S dan C.
6.
Periksa kembali dan pastikan total skor berjumlah 24.
7.
Kemudian lihatlah tiga grafik yang tersedia dibawahnya.
8.
Isilah grafik 1 dengan angka-angka yang terdapat pada kolom
”MOST”, lingkari angka tersebut dan hubungkan garisnya.
9.
Isilah grafik 2 dengan angka-angka yang terdapat pada kolom
”LEAST”, lingkari angka tersebut dan hubungkan garisnya.
10.
Lakukan hal yang sama pada grrafik 3 dengan angka-angka yang
terdapat pada kolom ”CHANGE”.
3.5.3. Teknik Interpretasi
1.
Lihat garis tengah yang terdapat pada grafik DISC dan
perhatikan faktor apa saja yang berada di atas garis tengah dan di
bawah garis tengah.
2.
Perbedaan posisi keempat faktor yang membedakan style
seseorang dengan orang lain. Faktor-faktor yang terdapat di atas
garis tengahlah yang merupakan tipe kepribadian individu.
81
Bab III Metodologi Penelitian
3.
Hasil tes dinyatakan tidak valid jika:
a.
Semua faktor yang terdapat di grafik 1 merupakan
kebalikan dari faktor-faktor di grafik 2.
b.
Terdapat pula faktor-faktor yang berbeda di setiap
grafiknya secara drastis.
4.
Hasil pemeriksaan yang tidak valid tersebut dapat disebabkan
oleh beberapa hal, seperti:
a.
Subjek masih remaja sehingga belum memiliki identitas
diri yang jelas
b.
Subjek kurang mengerti bahasa yang dipergunakan
c.
Subjek berusaha untuk memanipulasi
3.6. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
deskriptif dengan menggunakan metode statistik presentase (%). Alasan
mempergunakan teknik presentase ini adalah dikarenakan data yang dipergunakan
adalah nominal dan data yang didapat bersifat kuantitatif. Teknik analisis
presentase yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Menentukan profil kepribadian dalam DISC yang dapat menggambarkan
profil kepribadian seorang wirausaha.
2.
Data hasil tes diolah secara statistik, yaitu dengan menghitung presentase
dari siswa-siswi yang memiliki profil kepribadian wirausaha dengan
menggunakan rumus:
82
Bab III Metodologi Penelitian
Presentase (%) =
F x 100 %
N
Keterangan:
F = Frekuensi dari jumlah kategori subjek
N = Ukuran keseluruhan subjek
3.
Hasil perhitungan tersebut kemudian akan dianalisa secara deskriptif,
sehingga secara umum dapat menggambarkan bagaimana profil kepribadian
wirausaha pada subjek penelitian.
3.7. Prosedur Penelitian
3.7.1. Tahap Persiapan
1.
Memilih topik penelitian sesuai dengan permasalahan yang ingin
diteliti
2.
Menentukan variabel yang akan diteliti
3.
Melakukan studi kepustakaan untuk mendapatkan gambaran dan
landasan teoritis mengenai variabel yang ingin diteliti
4.
Menetapkan populasi dan sampel penelitian.
5.
Menyusun
usulan
rancangan
penelitian
sesuai
dengan
permasalahan yang ingin diteliti
6.
Menentukan teknik pengambilan data.
7.
Menentukan alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian.
83
Bab III Metodologi Penelitian
3.7.2. Tahap Pengumpulan Data
1.
Mencari data sampel penelitian yang sesuai dengan kriteria yang
telah ditentukan
2.
Mendatangi subjek penelitian untuk menjelaskan maksud
penelitian dan meminta kesediaan untuk bekerja sama dalam
penelitian
3.
Melaksanakan pengambilan data berupa meminta subjek mengisi
Daftar Riwayat Hidupnya
4.
Melakukan pengambilan data kepada subjek dengan alat tes
DISC.
3.7.3. Tahap Pengolahan Data
1.
Mengumpulkan data-data yang telah diperoleh dari subjek
penelitian
2.
Melakukan skoring DISC yang telah diisi
3.
Membuat grafik dari hasil kuantitatif dari data yang telah
diperoleh
4.
Menetapkan tipe kepribadian masing-masing subjek berdasarkan
DISC Personality System
5.
Melakukan perhitungan dalam presentase (%) mengenai tipe
kepribadian wirausaha yang diperoleh
84
Bab III Metodologi Penelitian
3.7.4. Tahap Pembahasan
1.
Mendeskripsikan hasil tes DISC subjek
2.
Melakukan analisis dan pembahasan berdasarkan teori-teori dan
kerangka pikir yang diajukan
3.
Menarik kesimpulan dari penelitian
4.
Memberi saran-saran
yang diajukan pada
perbaikan atau
kesempurnaan penelitian yang telah dilakukan
5.
Mengkonsultasikan hasil penelitian kepada pembimbing
3.7.5. Tahap Akhir
1.
Menyusun laporan penelitian
2.
Memperbaiki dan menyempurnakan laporan penelitian secara
menyeluruh.
85
Bab IV Hasil dan Pembahasan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini peneliti akan menguraikan hasil perhitungan yang dilakukan
terhadap data yang diperoleh dari tes DISC yang diberikan kepada subjek, yang
memuat data mengenai profil kepribadian subjek beserta latar belakangnya yang
dapat memperkaya analisis mengenai profil kepribadian wirausaha pada subjek.
4.1. Hasil
4.1.1. Deskripsi Profil Kepribadian Subjek Secara Keseluruhan
Berdasarkan hasil pengukuran subjek penelitian dengan menggunakan DISC
Personality System maka didapat profil kepribadian subjek yang tergambar dalam
tabel berikut:
Tabel 4.1
Profil Kepribadian Subjek
Profil Kepribadian
Jumlah
Persentase
ID
2
5.5 %
IDC
2
5.5 %
ISD
4
11.1 %
IS
12
33.3 %
CS
7
19.4 %
SC
4
11.1 %
CD
2
5.5 %
CDS
1
2.8 %
S
1
2.8 %
86
Bab IV Hasil dan Pembahasan
C
1
2.8 %
Tidak Valid
4
-
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas, deskripsi mengenai profil
kepribadian subjek dapat dilihat dalam bagan di bawah ini:
35,00%
30,00%
25,00%
20,00%
15,00%
10,00%
5,00%
0,00%
ID
IDC
ISD
IS
CS
SC
CD
CDS
SC
C
Gambar 4.1. Diagram Batang Profil Kepribadian Subjek
Berdasarkan DISC Personality System
Berdasarkan tabel dan diagram diatas dapat disimpulkan bahwa profil
kepribadian yang mendominasi diantara subjek penelitian adalah tipe kepribadian
IS yaitu sebanyak 33.3 %.
4.1.2. Deskripsi Profil Kepribadian Wirausaha Pada Responden
Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa profil
kepribadian wirausaha dalam DISC Personality System tergambar pada individu
dengan tipe kepribadian DI dan ID. Berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah
87
Bab IV Hasil dan Pembahasan
dilakukan, maka profil kepribadian wirausaha yang terdapat pada responden
tergambar dalam diagram berikut ini:
ID,
5,5%
Lainnya;
94,5%
Gambar 4.2. Diagram Lingkaran Profil Kepribadian Wirausaha Pada
Responden Berdasarkan DISC Personality System
Berdasarkan diagram diatas terlihat bahwa hanya 5.5% saja subjek yang
memiliki profil kepribadian wirausaha dengan tipe ID. Sisanya sebanyak 94.5%
subjek tidak memiliki profil kepribadian wirausaha.
Dari data pada tabel 4.1, terdapat 6 siswa yang memiliki tipe kepribadian
yang mendekati profil kepribadian wirausaha, diantaranya 2 orang siswa memiliki
tipe kepribadian IDC dan 4 orang siswa memiliki tipe kepribadian ISD. Siswasiswi tersebut dapat dikembangkan kepribadiannya untuk memiliki pribadi
wirausaha. Dua orang siswa yang berkepribadian IDC memiliki orang tua yang
masing-masing berprofesi sebagai wiraswasta (kue dan cake) dan guru.
Sedangkan 4 orang siswa yang memiliki tipe kepribadian ISD masing-masing
88
Bab IV Hasil dan Pembahasan
memiliki orang tua yang berprofesi sebagai wiraswasta (laundry, warung nasi,
warung/toko di sekitar rumahnya) dan supir taxi.
4.1.3. Deskripsi Profil Kepribadian dan Pekerjaan Orang Tua Responden
Data yang didapat mengenai pekerjaan orang tua subjek, yaitu sebanyak
41.66% memiliki orang tua yang bekerja mandiri dan sisanya sebanyak 58.33%
memiliki orang tua yang tidak berwirausaha. Untuk lebih jelasnya, data mengenai
pekerjaan orang tua subjek disajikan dalam diagram di bawah ini:
41,66%
58,33%
Berwirausaha
TidakBerwirausaha
Gambar 4.3. Diagram Lingkaran Pekerjaan Orang Tua Responden
Bidang wirausaha yang digeluti oleh orang tua siswapun beragam, seperti
memiliki usaha catering, warung nasi, pesanan kue & cake, laundry, es buah dan
membuka warung kecil. Umumnya usaha mereka masih berskala kecil menengah.
Sisanya siswa yang memiliki orang tua yang tidak berwirausaha menekuni bidang
yang beragam pula seperti pegawai negeri, guru, pekerja pabrik, supir, dsb.
89
Bab IV Hasil dan Pembahasan
Siswa-siswi yang berasal dari keluarga yang memiliki latar belakang
wirausaha memiliki tipe kepribadian yang beragam. Jika ditinjau mengenai profil
kepribadian siswa yang memiliki orang tua yang bekerja mandiri, didapat data
sebagai berikut:
Tabel 4.2
Profil Kepribadian Siswa Berdasarkan
Pekerjaan Orang Tua Yang Berwirausaha
Tipe Kepribadian
Jumlah
ID
2
IDC
2
ISD
4
IS
2
CS
1
SC
3
CD
1
4.1.4. Deskripsi Profil Kepribadian dan Tujuan Setelah Lulus Pada
Responden
Respon yang diberikan oleh responden mengenai tujuan setelah lulus
bermacam-macam, ada yang akan langsung bekerja (50%), berwirausaha
(16.67%), kuliah (19.44%) dan kuliah sambil bekerja (13.89%). Jika ditinjau juga
dari profil kepribadian mereka, maka akan terlihat data sebagai berikut:
90
Bab IV Hasil dan Pembahasan
Tabel 4.3
Profil Kepribadian Siswa dan Tujuannya Setelah lulus Sekolah
Tujuan Setelah Lulus
Bekerja
Berwirausaha
Kuliah
Kuliah Sambil Kerja
Tipe Kepribadian
Jumlah
SC
3
CS
4
IS
8
CDS
1
C
1
S
1
ISD
2
ID
1
IS
2
SC
1
CS
2
CD
1
IDC
2
ISD
2
IS
2
CS
1
ID
1
CD
1
Persentase
50%
16.67%
19.44%
13.89%
Pada tabel diatas terlihat bahwa tipe kepribadian IS yang merupakan tipe
kepribadian yang paling dominan pada responden sebagian besar (44.44%)
memilih untuk langsung bekerja setelah selesai menempuh pendidikan di Sekolah.
Dari dua orang siswa yang memiliki tipe kepribadian ID, hanya 1 orang memilih
untuk berwirausaha dan 1 siswa lain memilih untuk kuliah sambil bekerja.
Adapun siswa yang memilih untuk berwirausaha memiliki tipe kepribadian ISD,
ID, IS dan SC.
91
Bab IV Hasil dan Pembahasan
4.1.5. Deskripsi Profil Kepribadian, Pekerjaaan Orang Tua, Tujuan Setelah
Lulus, dan Cita-cita Pada Responden
Sebagaimana yang telah dipaparkan diatas mengenai tipe kepribadian,
pekerjaan orang tua, dan tujuan siswa setelah lulus sekolah, didapat bahwa siswa
yang memiliki tipe kepribadian ID memiliki orang tua yang berwirausaha,
memiliki tujuan berwirausaha setelah lulus sekolah dan memiliki cita-cita sebagai
wirausaha. Sedangkan siswa yang tidak memiliki tipe kepribadian wirausaha dan
berasal dari keluarga yang tidak berwirausaha mayoritas memilih untuk bekerja
setelah lulus sekolah. Adapun deskripsi mengenai profil kepribadian, pekerjaan
orang tua, tujuan setelah lulus dan cita-cita pada responden disajikan dalam tabel
berikut ini:
Tabel 4.4.
Deskripsi Mengenai Tipe Kepribadian, Pekerjaan Orang Tua,
Tujuan Setelah Lulus, dan Cita-cita Pada Responden
Tipe
Kepribadian
Pekerjaan
Orang
Tua
J
m
l
ID
Wirausaha
2
Non ID
Non ID
Wirausaha
Tidak
Berwirausaha
13
21
36
Tujuan
Setelah
Lulus
Wirausaha
Kuliah
sambil kerja
J
m
l
1
1
Persentase
(%)
50%
50%
Bekerja
Wirausaha
Kuliah
3
4
6
23.07%
30.77%
46.15%
Bekerja
Wirausaha
Kuliah
Kuliah
sambil kerja
15
1
1
4
36
71.43%
4.76%
4.76%
19.05%
Cita-cita
J
m
l
Persen
-tase
(%)
Wirausaha
2
100%
Wirausaha
9
69.23%
Chef
4
30.77%
Wirausaha
6
28.57%
Chef
10
47.62%
3
14.29%
2
36
9.52%
Manager
hotel
Lainnya
92
Bab IV Hasil dan Pembahasan
4.1.6. Deskripsi Demografi Subjek Penelitian
Mayoritas siswa-siswi SMK ICB Cinta Wisata Bandung memilih jurusan FB
karena mereka menyukai bidang masak-memasak dan bercita-cita untuk menjadi
seorang chef profesional. Jika ditinjau dari pekerjaan orang tua, beberapa siswa
memiliki orang tua yang bekerja mandiri, seperti memiliki usaha catering, warung
nasi, pesanan kue & cake, laundry dan membuka warung kecil. Umumnya usaha
mereka masih berskala kecil menengah. Sisanya lebih dari 50% siswa memiliki
orang tua yang tidak berwiraswasta, seperti pegawai negeri, guru, pekerja pabrik,
supir, dsb. Untuk memberi gambaran yang lebih jelas dalam menginterpretasikan
hasil penelitian, dibawah ini digambarkan data mengenai demografi subjek
penelitian:
Tabel 4.5
Demografi Subjek Penelitian
Kriteria
Jenis Kelamin
Usia
Kelas
Suku Bangsa
Pekerjaan Orang tua
Sub Kriteria
Jumlah
Presentase
Perempuan
18
50 %
Laki-laki
18
50 %
14 tahun
5
13.88 %
15 tahun
8
22.22 %
16 tahun
18
50 %
17 tahun
5
13.88 %
X
19
52.77 %
XI
17
47.22 %
Sunda
30
83.33 %
Jawa
4
11.11 %
Padang
2
5.55 %
Wiraswasta
15
41.66 %
Lainnya
21
58.33 %
93
Bab IV Hasil dan Pembahasan
Pemilik resto/kafe
17
47.22 %
Chef
14
38.88 %
Manager hotel
3
8.33 %
Lainnya
2
5.55 %
Kerja
21
58.33 %
Tujuan Setelah
Membuka usaha
6
16.66 %
Lulus
Kuliah
4
11.11 %
Kuliah sambil kerja
5
13.88 %
Cita-cita
Sumber: Lembar Riwayat Hidup dan Kuesioner
Dari data diatas terlihat bahwa sebanyak 47.22% siswa bercita-cita untuk
menjadi wirausaha dengan memiliki resto/kafe. Dari jumlah responden yang
bercita-cita untuk menjadi wirausaha, beberapa responden sudah memiliki
perencanaan mengenai hal-hal yang akan dilakukannya seperti bekerja terlebih
dahulu untuk mengumpulkan modal, mencari pengalaman kerja terlebih dahulu,
memulai dengan membuka usaha kecil-kecilan dan mengembangkan usaha
keluarga yang sudah dibangun oleh orang tua. Data secara lengkapnya tertera
dalam tabel di bawah ini:
Tabel 4.6
Langkah Berwirausaha
Langkah
Jumlah
Presentase
Bekerja untuk mengumpulkan modal
6
35.29 %
Mencari pengalaman bekerja
1
5.88 %
Mengembangkan usaha keluarga
3
17.64 %
Membuka usaha kecil-kecilan terlebih
3
17.64 %
4
23.53 %
dahulu
Tidak jelas
94
Bab IV Hasil dan Pembahasan
Berkaitan dengan tujuan setelah lulus sekolah, mayoritas responden memilih
untuk bekerja setelah lulus sekolah yaitu sebanyak 50%. Hanya 16.67% saja siswa
yang ingin berwirausaha setelah lulus sekolah. Sisanya sebanyak 19.44% siswa
memilih untuk meneruskan pendidikan ke jenjang Perguruan Tinggi dan 13.89%
siswa memilih untuk kuliah sambil bekerja. Untuk mendapatkan gambaran yang
lebih jelas mengenai tujuan siswa setelah lulus sekolah, dapat dilihat dalam
diagram berikut:
Kuliah Sambil
Kerja
14%
Kuliah
19%
Bekerja
50%
Berwirausaha
17%
Gambar 4.4 Diagram Lingkaran Tujuan Siswa Setelah Lulus Sekolah
4.2. Rangkuman Hasil Tabulasi
Berdasarkan pemaparan hasil perhitungan diatas, didapat 3 kelompok pada
hasil penelitian, yaitu individu yang memiliki tipe kepribadian ID, individu yang
tidak memiliki profil kepribadian wirausaha tetapi memiliki latar belakang yang
mirip dengan orang-orang yang bertipe kepribadian ID dan orang-orang yang
tidak memiliki profil kepribadian wirausaha dan memiliki latar belakang yang
95
Bab IV Hasil dan Pembahasan
berbeda dengan orang-orang yang bertipe kepribadian ID. Adapun data
selengkapnya disajikan dalam tabel yang tertera di bawah ini:
Tabel 4.7
Rangkuman Hasil Tabulasi
Tipe
Pekerjaan
Kepribadian
Orang Tua
ID
Wirausaha
Non ID
Wirausaha
Tidak
Non ID
Jumlah
Berwirausaha
Tujuan Setelah Lulus
Wirausaha = 1
Kuliah sambil kerja = 1
Cita-cita
Wirausaha = 2
Bekerja = 2
Wirausaha = 2
Wirausaha = 4
Wirausaha = 4
Kuliah = 3
Wirausaha = 3
Bekerja = 1
Chef = 1
Kuliah = 3
Chef = 3
Wirausaha = 1
Wirausaha = 1
Bekerja = 5
Wirausaha = 5
Bekerja = 8
Chef = 8
Kuliah sambil kerja = 2
Chef = 2
Kuliah = 1
Manager hotel = 1
Kuliah sambil kerja = 2
Manager hotel = 2
Bekerja = 2
Lainnya = 2
36
36
96
Bab IV Hasil dan Pembahasan
4.3. Pembahasan
4.3.1. Telaah Mengenai Profil Kepribadian Responden
Berdasarkan hasil pengukuran dengan DISC Personality System terhadap
siswa-siswi yang menjadi responden didapat 5.5% siswa yang memiliki profil
kepribadian wirausaha dengan tipe kepribadian ID. Sisanya sebanyak 94.5% siswa
tidak memiliki profil kepribadian wirausaha. Tipe kepribadian yang mendominasi
responden justru adalah tipe kepribadian IS, yaitu sebanyak 33.3 %.
Dari 5.5% subjek yang memiliki profil kepribadian wirausaha tersebut
mereka memiliki tipe kepribadian ID. Hal ini berarti siswa-siswi tersebut
memperlihatkan semangat suka bergaul, minat yang tinggi terhadap orang dan
kemampuan mendapatkan rasa hormat dan kekaguman dari banyak orang. Mereka
melakukan usaha dengan cara yang bersahabat sambil berupaya untuk
mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan mereka dan mempromosikan
sudut pandang mereka. Mereka lebih menyukai kebebasan daripada rutinitas dan
menginginkan otoritas dan juga prestasi. Mereka bersemangat ketika diberikan
tugas yang menuntut mobilitas dan tantangan. Mereka menginginkan agar orangorang disekelilingnya berkomunikasi secara efisien dan efektif. Dalam bisnis
kuliner yang tergolong dalam usaha jasa, faktor I dalam DISC penting untuk
dimiliki agar dapat berhubungan dengan pelanggan dan memberikan pelayanan
dengan baik. Tipe kepribadian ID merupakan tipe kepribadian yang lebih ideal
dalam merintis sebuah usaha baru bila dibandingkan dengan tipe DI.
Mayoritas siswa tidak memiliki profil kepribadian wirausaha, namun ada
beberapa siswa yang memiliki tipe kepribadian yang mendekati profil kepribadian
97
Bab IV Hasil dan Pembahasan
wirausaha, di antaranya tipe kepribadian ISD dan IDC. Responden memiliki tipe
kepribadian yang beragam, diantaranya SC, CS, CD, CDS, S, C dan tipe
kepribadian IS yang lebih mendominasi di antara responden.
Tipe kepribadian IS memiliki tema kepribadian advisor dalam DISC
Personality System. Hal ini berarti sebagian besar siswa-siswi memiliki
kepribadian yang memperlihatkan keramahan, simpati dan pengertian dalam
pendekatan mereka terhadap orang lain. Mereka memiliki sikap tenang dalam
menghadapi situasi sosial yang beragam. Banyak orang akan menghampiri
mereka karena mereka memperlihatkan sikap sebagai seorang pendengar yang
baik. Mereka secara khusus tidak mencoba untuk memaksa pendapat atau ide
mereka pada orang lain dan dalam suatu konflik mereka akan lebih mengalah atau
sangat fleksibel. Jika konflik yang ada menjadi besar mereka akan menarik diri
untuk menghindari konflik yang lebih jauh lagi daripada berusaha untuk mencari
pemecahan masalahnya. Mereka cenderung untuk menerima kritikan terhadap
pekerjaan mereka sebagai suatu penghinaan pribadi. Mereka terkadang dapat
menjadi sangat toleran dan sabar pada pekerjaan non produksi. Mereka lebih suka
untuk berhubungan dengan orang lain secara personal, kedekatan dalam situasi
dengan tekanan yang rendah (low-pressure situation). Atasan mereka sebaiknya
sadar bahwa mereka cenderung berlama-lama dalam menyelesaikan suatu proyek.
Mereka membutuhkan perhatian secara personal dan pujian terhadap tugas yang
mereka kerjakan dengan baik. Mereka dapat melakukan pekerjaan yang terbaik
jika kebanyakan orang-orang menyukai hal tersebut. Mereka secara naluri bekerja
98
Bab IV Hasil dan Pembahasan
dalam kelompok dan melakukan pekerjaan terbaik dalam lingkungan yang penuh
dengan penerimaan, dukungan dan ketentraman.
Merujuk pada definisi wirausaha menurut Joseph Schumpeter (1934)
bahwa
seorang
wirausahawan
adalah
seorang
inovator
yang
mengimplementasikan perubahan-perubahan di dalam pasar melalui kombinasikombinasi baru. Kombinasi baru tersebut dapat terlihat dalam bentuk
memperkenalkan produk baru atau dengan kualitas baru, memperkenalkan metoda
produksi baru, membuka pasar yang baru (new market), memperoleh sumber
pasokan baru dari bahan atau komponen baru, atau menjalankan organisasi baru
pada suatu industri. Dengan demikian diperlukan sifat-sifat yang mendukung
untuk melakukan berbagai hal tersebut, di antaranya percaya diri, berorientasi
pada tugas dan hasil, pengambil resiko, kepemimpinan, keorisinilan dan
berorientasi ke masa depan (Meredith et.al. 1987)
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat dikatakan bahwa tipe
kepribadian IS tidak sejalan dengan sifat-sifat yang dimiliki oleh seorang
wirausaha. Tampaknya mereka yang bertipe kepribadian IS lebih sesuai untuk
menjadi pekerja. Hal ini dikarenakan individu dengan tipe kepribadian IS lebih
menyukai situasi dengan tekanan yang rendah (low pressure situation), lebih
memilih untuk menghindari konflik daripada menyelesaikan suatu konflik yang
dihadapi, tidak terbuka pada kritikan dan dibutuhkan lingkungan yang penuh
penerimaan, dukungan dan ketentraman untuk dapat menghasilkan pekerjaan yang
terbaik. Sifat-sifat tersebut bertolak belakang dengan sifat-sifat seorang
wirausaha, yang justru memerlukan keterampilan dan keberanian dalam
99
Bab IV Hasil dan Pembahasan
menghadapi konflik dan mengambil keputusan untuk menyelesaikan konflik yang
dihadapi. Seorang wirausaha juga kerap kali dihadapkan pada tekanan situasi yang
tinggi, karena dalam pekerjaannya penuh dengan ketidakpastian dan banyaknya
tantangan yang harus dihadapi. Seorang wirausaha juga harus terbuka pada
kritikan sebagai sarana untuk mengembangkan usahanya agar lebih baik lagi.
Wirausahawan adalah orang yang mandiri, tidak mudah terpengaruh orang lain,
bahkan jika apa yang dikerjakannya tidak mendapat dukungan dari orang lain.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tipe kepribadian IS tidak mendukung
untuk menjadi wirausaha.
4.3.2. Telaah Mengenai Tipe Kepribadian, Kondisi Keluarga dan Tujuan
Setelah Lulus
Jika ditinjau dari faktor kondisi keluarga, perkembangan individu sebagai
wirausaha dapat disebabkan karena pengaruh tradisi keluarga. Brockhaus (1982)
mencatat empat studi menyatakan bahwa wirausahawan cenderung memiliki ayah
wirausaha. Pengaruh keluarga berkaitan dengan sifat-sifat yang diturunkan dan
pola asuh orang tua yang membentuk karakter individu. Individu dari lingkungan
keluarga yang mempunyai tradisi wirausaha, sejak dini sudah mendapatkan
stimulus
sosial
mempengaruhi
yang
berkaitan
perkembangan
sebenarnya ia sudah
dengan
wirausaha.
kepribadiannya
mempunyai
Stimulus
sehingga
setelah
benih-benih wirausaha.
ini
akan
dewasa
Staw (1991)
menambahkan kemandirian dan fleksibilitas yang ditularkan oleh orang tua yang
bekerja mandiri atau berbasis wirausaha melekat dalam diri anak-anaknya sejak
100
Bab IV Hasil dan Pembahasan
kecil. Berdasarkan data yang diperoleh terdapat 41.66% siswa yang memiliki
orang tua yang bekerja mandiri.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapat bahwa siswa-siswi yang
dengan tipe kepribadian wirausaha memiliki latar belakang keluarga yang
berwirausaha memiliki tujuan yang mantap dan cita-cita yang mengarah pada
wirausaha. Dari data yang diperoleh, terdapat siswa yang memiliki tujuan
berwirausaha setelah lulus sekolah dan bercita-cita menjadi wirausaha juga. Selain
itu terdapat pula siswa yang bercita-cita menjadi wirausaha tetapi memiliki tujuan
setelah lulus sekolah ingin kuliah sambil bekerja. Hal ini dilakukan dengan tujuan
untuk mengembangkan ilmu dan keterampilan dengan meempuh pendidikan di
Perguruan Tinggi. Hal ini sejalan dengan pendapat Brockhaus (1982) di atas
bahwa individu dari lingkungan keluarga yang mempunyai tradisi wirausaha,
sejak dini sudah mendapatkan stimulus sosial yang berkaitan dengan wirausaha
dan akan mempengaruhi perkembangan kepribadiannya. Tujuan siswa setelah
lulus sekolah dan cita-cita yang diinginkan siswa dapat dipengaruhi oleh stimulus
keluarga yang berwirausaha. Mereka pun memiliki peluang yang lebih terbuka
unuk menjadi wirausaha.
Pada responden terdapat juga siswa-siswi dengan latar belakang keluarga
wirausaha tetapi tidak memiliki tipe kepribadian wirausaha mayoritas (69.23%)
memiliki cita-cita yang mengarah pada wirausaha, namun tidak semuanya
memiliki tujuan yang mantap. Berdasarkan data yang diperoleh, siswa-siswi yang
memiliki tujuan yang mantap untuk berwirausaha adalah sebesar 30.77%. Siswa
lainnya memilih untuk bekerja dan kuliah. Jika melihat pada data tersebut, dapat
101
Bab IV Hasil dan Pembahasan
dikatakan bahwa faktor latar belakang keluarga bukanlah faktor penentu dalam
menjadikan seseorang berwirausaha, faktor kepribadian ternyata tetap menjadi
faktor utama. Menurut Ward (1974) faktor latar belakang keluarga memiliki
peluang bagi individu untuk berwirausaha dengan meneruskan usaha keluarga
yang disebut Ward sebagai confidance modalities. Siswa-siswa tersebut memiliki
tipe kepribadian ID, ISD dan SC.
Selain itu pada responden terdapat siswa-siswi dengan latar belakang
keluarga wirausaha dan tidak memiliki tipe kepribadian wirausaha terdapat
28.57% siswa yang bercita-cita menjadi wirausaha dan mayoritas bercita-cita
diluar bidang wirausaha. Siswa yang bertujuan untuk berwirausaha setelah lulus
sekolahpun hanya 4.76%, dan mayoritas siswa 71.43% bertujuan untuk bekerja
setelah lulus. Pada siswa yang bercita-cita menjadi wirausaha terdapat 1 orang
siswa yang bertujuan untuk berwirausaha dan 5 orang siswa bertujuan untuk
bekerja. Namun sebanyak 4 orang dari mereka tidak memiliki arahan apapun
untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa siswasiswi tersebut memiliki peluang yang kecil untuk menjadi wirausaha. Hal ini
dikarenakan pada dasarnya individu tersebut tidak memiliki kepribadian
wirausaha dan tidak memiliki keinginan untuk berwirausaha. Dalam hal pengaruh
keluarga, siswa-siswi disini tidak mendapat pengaruh yang besar dari orang tua
untuk membentuk kepribadian wirausaha, sehingga karakter dan minat mereka
tidak mengarah pada wirausaha.
102
Bab V Kesimpulan dan Saran
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab terakhir ini peneliti akan memaparkan point-point kesimpulan
yang didapatkan dari bab sebelumnya. Peneliti juga akan memberikan beberapa
saran dari hasil penelitian ini.
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pengolahan data pada Bab IV, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1.
Pada siswa-siswi SMK ICB Cinta Wisata Bandung Jurusan Restoran
(Food&Beverage) terdapat 5.5% siswa yang memiliki tipe kepribadian ID,
mereka memiliki tujuan yang mantap dan telah memiliki rencana untuk
menjadi wirausaha dengan berlatar belakang keluarga wirausaha.
2.
30.77% siswa yang berlatar belakang keluarga wirausaha memiliki tujuan
yang mantap untuk menjadi wirausaha tetapi tidak memiliki tipe kepribadian
ID.
3.
71.43% siswa tidak berkepribadian wirausaha dan tidak memiliki latar
belakang keluarga wirausaha lebih memilih untuk bekerja setelah lulus.
103
Bab V Kesimpulan dan Saran
5.2. Saran
Adapun hal yang dapat disarankan guna membentuk, mengembangkan dan
menggugah pribadi siswa yang mendukung untuk berwirausaha adalah sebagai
berikut:
1.
Jika sekolah ingin mencetak lulusan-lulusan yang berwirausaha, pihak
sekolah dapat menyeleksi sejak awal pada saat Penerimaan Siswa Baru
berdasarkan tipe kepribadiannya. Tipe kepribadian yang lebih diprioritaskan
untuk diterima dalam seleksi masuk adalah tipe kepribadian wirausaha (DI
dan ID) atau kepribadian yang pada prinsipnya memiliki unsur I maupun D.
2.
Dalam proses belajar mengajar, diterapkan seuasana pembelajaran yang
dapat membangun karakter wirausaha, misalnya pada setiap mata pelajaran
siswa diberi tugas kelompok dan setiap siswa diberi kesempatan secara
bergiliran untuk menjadi pemimpin dalam kelompoknya. Selain itu juga
ditekankan pada kemampuan problem solving dengan memberikan tugastugas yang menantang.
3.
Siswa-siswi wajib mengikuti ekstrakurikuler di sekolah agar kemampuan
sosialnya berkembang. Dalam setiap ekstrakurikuler siswa juga dtanamkan
karakter wirausaha, seperti pantang menyerah, kepemimpinan dan
kemampuan problem solving.
4.
Mengadakan pelatihan mengenai interpersonal skills pada siswa untuk dapat
mengembangkan kemampuan siswa dalam berhubungan dengan orang lain,
bekerja sama, menggerakkan orang lain, bahkan mempengaruhi orang lain
untuk mencapai tujuan.
104
DAFTAR PUSTAKA
Alma, Buchari. (2002). Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta.
Alwilsol. (2007). Psikologi Kepribadian Edisi Revisi. Malang: UMMPress.
Amabile, T.M. (1983). ”Personality Process and Individual Differencess”. Journal
of Personality and Social Psychology.(45),257-376.
Arief. (25 Mei 2009,5:14am). SMK Bisa Jadi Solusi Permasalahan Lapangan
Kerja. diakses dari www.lks.ditpsmk.net
Arikunto, Suharsimi. (2000). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Atkinson, Rita L., Atkinson, Richard C., Smith, Edward E., Bem, Daryl J.
Pengantar Psikologi Edisi Kesebelas, Jilid II. Batam: Interaksara.
Harmaizar. (2008). Menangkap Peluang Usaha. Bekasi: CV Dian Anugerah
Prakasa.
Hermana, Budi. (5 April 2008,8:13pm). Pengertian dan Teori Kewirausahaan.
diakses dari www.wordpress.com
Kusnandar, Wahyu. (20 Mei 2008,11:02am). Ancaman Akibat Tingginya Tingkat
Pengangguran. diakses dari www.IndonesiaOntime.com
Lambing, P., Kuehl, C.R. (2000). Entrepreneurship. Second Edition. New York:
Prentice Hall.
Longenecker, Justin G., Moore, Carlos W., Petty, J.William. (2000).
Kewirausahaan: Manajemen Usaha Kecil. Jakarta: Salemba Empat.
Meng, L.A, Liang, T.W. (1996) Entrepreneurs, Entrepreneurship, and
Entreprising Culture. Paris: Addison-Wisley Publishing Company.
Meredith, Geoffrey G. (1989). Kewirausahaan: Teori dan Praktek. Jakarta: PT
Pustaka Binaman Pressindo.
Nofiar,Yon. DISC The Leading Behavioral Assessment Tool. Jakarta: Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
Oswari, Tedy. (2005). Membangun Jiwa Kewirausahaan, Menjadi Mahasiswa
Pengusaha (Entrepreneur Student) Sebagai Modal Untuk Menjadi Pelaku
Usaha Baru. Makalah Dalam Seminar Nasional PESAT Universitas
Gunadarma Jakarta.
Riyanti,Benedicta Prihatin Dwi. (2003). Kewirausahaan Dari Sudut Pandang
Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT Grasindo
Santrock, John W. (1995). Life-Span Development, Jilid II. Jakarta: Erlangga
Sintawati,Esin. (16 Mei 2009,3:11pm). Peran Strategis Guru Wirausaha Dalam
Menanamkan Sikap Wirausaha Pada Siswa Di SMK. diakses dari
www.wordpress.com
Suryabrata, Sumadi. (2003). Psikologi Kepribadian. Jakatrta: PT RajaGrafindo
Persada.
________, (2000). The IMLDISC Insight Personality System. The Institute for
Motivational Living, Inc.
_________. (11 April 2009,00:40am). Pemerintah Terus Konversi SMA ke SMK.
diakses dari www.jambitoday.com
________, (2009). Kurikulum SMK ICB Cinta Wisata Kompetensi Keahlian Jasa
Boga. Bandung: Dinas Pendidikan Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
_________, (2009). Personality System With Cosmic Awareness Based DISC.
Bandung: Rumah Motivasi Learning Center.
Yuan. (21 Februari 2009,10:00am). Pendidikan dan Pengangguran. diakses dari
www.detikcom.com
DATA PERHITUNGAN CHANGE
Subjek
D
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
I
-1
4
-6
-2
1
2
5
-3
3
4
-4
-6
-1
-5
5
0
-5
0
-3
-4
2
-1
-2
1
-1
-4
0
0
-1
0
0
2
3
2
3
-4
-1
-2
0
0
S
1
3
-3
4
2
3
-3
3
2
4
2
-3
-2
-3
-3
4
-7
4
-1
3
5
-2
-7
4
3
-4
-1
1
0
2
-1
-4
2
-1
4
-1
5
1
-7
2
C
5
-2
1
1
1
-2
-3
2
1
-4
1
7
7
5
-3
0
5
1
10
5
0
-4
5
1
2
7
2
-6
0
0
3
5
1
-2
-3
0
0
0
5
0
-6
4
5
-4
-6
-2
1
-3
-7
-1
-3
2
0
2
4
-3
1
-6
-4
-4
-7
5
5
-7
-3
2
2
1
-5
-3
2
3
-2
-3
-3
4
-7
-4
2
-4
DATA PERHITUNGAN LEAST
Subjek
D
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
I
7
5
10
6
4
1
4
8
2
2
11
8
5
7
3
4
8
6
8
6
3
4
7
3
5
8
3
5
3
3
6
2
4
5
6
6
3
7
8
4
S
3
1
4
2
3
3
4
2
3
5
2
5
5
6
5
3
8
2
3
2
4
6
7
2
2
6
7
3
5
1
6
6
2
4
2
4
4
2
9
4

C
2
9
4
4
5
9
5
7
4
5
4
1
2
2
7
7
0
5
1
4
6
8
2
4
3
2
4
11
3
5
4
3
4
8
7
7
2
5
3
5
6
5
4
5
7
5
5
6
10
7
6
1
3
4
3
4
5
7
4
6
8
3
3
10
7
1
3
1
9
10
2
4
7
6
6
2
9
6
2
7
E
6
4
2
7
5
6
6
1
5
5
1
9
9
5
6
6
3
4
8
6
3
3
5
5
7
7
7
4
4
5
6
9
7
1
3
5
6
4
2
4
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
DATA PERHITUNGAN MOST
Subjek
D
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
I
6
9
4
8
5
3
9
5
5
6
7
2
4
2
8
4
3
6
5
2
5
3
5
4
4
4
3
5
2
3
6
4
7
7
9
2
2
5
8
4
S
4
4
1
6
5
6
1
5
5
9
4
2
3
3
2
7
1
6
2
5
9
4
0
6
5
2
6
4
5
3
5
2
4
3
6
3
9
3
2
6

C
7
7
5
5
6
7
2
9
5
1
5
8
9
7
4
7
5
6
11
9
6
4
7
5
5
9
6
5
3
5
7
8
5
6
4
7
2
5
8
5
0
1
3
1
1
3
6
3
3
6
3
3
3
6
7
1
6
1
0
2
1
8
8
3
3
3
5
2
4
7
4
7
5
3
3
6
2
2
4
3
E
7
3
5
4
7
5
6
2
6
2
5
9
5
6
3
5
9
5
6
6
3
5
4
6
7
6
4
8
10
6
2
3
3
5
2
6
9
9
2
6
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
DATA TABULASI GRAFIK
Subjek
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
Grafik 1
SI
SDI
CS
IDS
IS
IS
CD
SI
IS
IC
IDS
S
SI
CS
CD
IS
CS
IS
SC
SI
IS
CI
CS
IS
IS
S
ISC
IS
IC
CS
ISC
CS
CIDS
SD
ID
CS
I
S
SDC
IS
Grafik 2
SIC
ICD
CSI
ISC
ISD
DIC
CDS
ICD
DIS
DS
ISC
SC
SCD
SC
CD
ICD
SC
IS
SCI
ISC
DIS
CD
CSI
ISD
SID
CSI
CSD
CID
SD
IDS
CS
DSC
ISD
DIC
IC
CI
SDI
SIC
CS
DSI
Grafik 3
SI
ID
CS
IS
ISD
IDC
CD
IS
ISD
IDC
IS
SC
SC
CS
CD
IS
SC
IS
S
SI
ISD
C
CS
ISD
IS
SC
CS
CI
SI
IS
CS
CS
DISC
D
ID
CS
IS
IS
CS
IS
Keterangan
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Tidak Valid
Tidak Valid
Valid
Valid
Valid
Tidak Valid
Tidak Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
DATA TABULASI LEAST
Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
1
2
1
2
3
2
3
2
3
2
2
3
2
2
2
3
2
3
1
3
3
3
2
2
1
4
2
1
2
3
2
3
2
3
2
1
3
2
2
2
1
2
1
4
2
3
2
4
4
3
1
1
2
2
1
3
1
1
3
3
2
4
4
4
3
1
1
2
1
1
4
4
3
2
1
2
1
4
2
4
2
3
3
2
3
1
4
2
2
3
3
2
2
2
1
1
2
1
3
1
2
1
3
1
1
1
2
2
4
1
3
1
4
1
2
3
1
2
3
2
3
1
2
4
1
4
1
4
2
3
1
2
3
4
1
3
1
3
3
4
1
2
1
1
3
1
1
4
1
4
3
2
1
1
3
1
2
2
2
1
4
4
3
1
5
1
3
4
3
2
3
1
4
2
4
3
1
4
2
1
2
1
4
1
4
4
4
1
4
1
3
4
3
4
4
1
1
4
4
4
3
4
4
4
3
6
2
1
2
4
4
1
2
2
1
1
2
2
4
3
1
1
2
4
1
3
1
4
3
1
2
1
2
1
1
4
1
1
1
2
1
3
1
2
2
3
7
2
3
4
1
3
3
2
4
3
3
4
2
4
3
3
1
2
3
4
4
2
3
2
3
2
4
3
2
3
3
4
2
3
4
4
2
2
3
4
3
8
4
2
2
3
1
2
3
3
3
1
1
4
1
1
3
2
3
3
3
3
3
4
3
3
3
1
2
4
3
3
2
1
2
3
4
1
2
3
1
4
9
1
2
2
2
2
4
4
1
2
3
2
4
4
2
3
2
2
2
1
2
4
4
2
1
1
3
3
4
3
1
2
1
2
4
4
4
2
1
1
2
10
1
3
1
2
1
3
3
3
1
3
1
4
4
2
4
1
1
1
1
3
3
3
4
1
1
4
2
3
1
1
1
1
1
2
3
3
1
1
3
2
11
4
1
2
2
4
4
2
4
3
1
1
3
1
1
3
4
1
3
3
3
4
2
2
4
4
3
1
3
4
3
3
4
2
4
4
3
2
3
3
4
12
2
1
4
4
2
2
4
1
2
2
1
2
3
2
1
1
3
4
3
2
1
1
4
1
4
3
3
4
4
2
4
2
1
1
4
2
2
2
3
2
13
2
4
3
1
3
4
3
4
4
4
1
2
3
3
4
2
4
4
3
3
4
2
3
2
2
3
3
3
4
4
2
2
2
2
4
2
4
4
2
4
14
1
1
4
1
4
3
1
4
1
1
1
4
4
4
3
2
4
4
4
4
1
4
4
2
1
1
4
1
2
1
2
3
1
1
2
4
1
1
1
4
15
1
4
1
4
1
2
3
4
1
3
4
2
2
1
3
4
4
2
3
2
4
3
4
2
2
3
2
1
1
1
1
2
3
3
1
4
2
4
3
3
16
1
1
1
2
4
2
1
4
2
4
1
3
1
2
1
3
3
1
2
4
3
4
1
3
4
1
3
3
3
2
3
2
1
3
1
1
2
4
3
4
17
2
4
2
4
1
3
4
2
1
4
2
4
1
2
4
4
2
2
2
4
1
2
4
1
4
2
1
3
4
1
4
4
2
3
3
4
4
4
4
4
18
4
4
4
3
4
2
4
1
4
2
3
4
4
4
3
3
2
4
4
4
4
4
1
3
3
4
4
1
3
3
4
2
1
3
2
2
1
4
4
3
19
1
4
1
2
2
4
1
4
4
4
1
1
2
4
3
2
3
2
2
4
1
1
3
1
1
1
3
1
3
4
1
3
2
4
1
2
4
1
1
2
20
2
2
3
4
2
2
4
1
2
2
2
4
1
2
2
2
1
4
1
4
2
1
1
2
4
1
4
2
4
1
2
2
4
2
1
1
1
4
3
4
21
4
3
1
4
3
1
1
1
1
2
2
4
3
2
1
1
2
1
2
2
4
3
1
4
1
1
4
1
4
4
1
1
4
4
4
1
1
2
1
3
22
2
3
3
1
3
1
4
4
4
1
4
3
3
3
1
3
3
3
4
3
4
2
3
4
2
2
2
1
4
3
2
1
4
1
4
3
4
2
1
4
23
1
1
1
4
4
2
4
3
3
4
1
1
1
1
3
4
1
3
3
4
3
3
1
4
1
1
3
3
1
3
1
2
2
1
1
4
4
3
1
1
24
4
1
1
4
3
2
3
2
2
1
2
3
3
2
1
1
2
2
3
2
3
1
1
4
4
4
4
4
3
4
4
2
3
1
1
1
2
1
2
1
DATA TABULASI MOST
Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
1
1
3
1
2
1
2
1
2
1
4
2
1
1
1
1
1
4
2
1
1
1
1
4
2
1
1
2
1
4
4
1
1
1
1
2
1
1
4
1
2
2
3
2
1
2
1
2
1
4
2
2
1
1
3
1
2
2
2
2
4
2
3
2
1
4
1
3
4
4
3
1
2
1
4
3
2
2
3
3
4
4
3
4
4
3
1
4
1
2
2
4
3
3
2
3
4
4
2
2
4
2
4
4
4
2
3
4
3
4
2
2
2
4
1
4
4
1
4
3
2
4
3
4
3
2
2
2
3
2
4
4
2
1
2
2
4
2
2
2
2
3
2
2
2
3
2
1
3
1
2
3
4
3
2
2
3
3
1
2
1
3
2
2
5
2
1
2
2
1
4
2
3
4
2
4
4
3
4
4
1
4
1
2
1
2
2
3
2
4
1
1
2
3
1
3
2
2
1
2
4
2
2
2
1
6
4
4
1
2
2
4
1
3
2
3
1
1
1
1
3
2
1
2
4
4
3
1
4
3
1
4
1
3
3
1
3
2
2
3
2
1
3
4
4
4
7
1
1
1
2
1
2
1
1
2
2
1
3
1
1
4
4
3
2
1
3
1
1
1
2
4
1
2
3
4
1
1
1
4
1
1
3
4
4
2
4
8
1
1
3
4
2
3
4
2
1
3
4
2
3
2
2
1
1
2
4
1
1
3
2
2
1
2
1
1
2
2
1
2
1
2
2
2
1
4
2
1
9
3
1
3
4
3
5
3
2
1
2
1
3
3
3
2
3
3
1
3
4
1
2
1
3
3
1
1
3
2
2
3
2
1
1
3
2
4
4
3
3
10
3
2
2
4
4
4
4
2
2
4
3
3
3
4
2
4
3
2
4
1
4
4
2
4
2
1
4
4
4
2
3
2
4
3
4
1
4
3
4
4
11
1
2
4
3
1
1
4
1
4
4
3
1
3
4
4
1
4
1
1
1
1
4
4
2
2
1
4
1
2
4
1
1
4
1
3
1
4
4
4
3
12
1
4
1
1
1
1
2
3
1
3
4
1
1
1
2
3
1
1
1
3
2
2
1
2
2
1
1
2
1
1
2
1
2
2
1
3
1
1
2
1
13
1
1
1
2
4
1
1
1
2
1
3
1
1
4
1
3
1
2
1
4
3
3
1
3
4
1
1
1
2
3
1
1
3
1
3
3
1
1
1
3
14
4
2
1
4
3
1
4
3
2
2
4
2
3
3
4
3
3
2
3
2
2
1
1
4
3
4
3
3
1
4
1
1
2
4
4
1
2
4
4
1
15
3
1
2
2
4
1
2
1
2
4
1
1
3
2
2
1
2
1
4
1
3
1
2
1
1
1
1
2
3
2
2
1
1
2
4
2
3
1
2
2
16
4
3
2
4
3
4
2
3
3
3
2
2
4
4
2
4
4
3
4
2
4
3
4
2
3
2
4
4
1
4
2
4
2
4
4
4
3
3
2
2
17
4
3
4
1
2
4
2
4
3
3
1
1
3
1
3
1
1
3
3
1
4
3
2
4
3
1
1
1
1
3
2
1
3
1
2
1
1
3
3
3
18
2
1
2
1
2
4
2
4
3
3
1
3
3
2
4
2
3
2
2
2
2
2
4
2
1
1
4
2
4
2
1
4
4
4
4
2
3
3
1
1
19
4
2
2
2
4
2
4
2
3
3
2
3
3
2
1
3
4
3
1
3
2
4
4
4
4
2
3
4
4
2
3
2
1
3
3
4
3
4
2
4
20
1
4
1
2
3
3
1
2
4
4
3
1
3
1
1
4
4
3
3
2
1
3
4
1
3
2
4
1
3
4
1
4
1
1
4
2
3
2
1
2
21
2
2
4
2
2
4
2
2
4
3
3
1
2
3
3
2
4
4
1
3
2
4
4
1
2
3
4
4
2
2
3
3
2
2
2
3
4
3
2
4
22
1
2
4
2
1
3
3
5
1
3
3
1
1
4
3
1
4
1
1
1
2
4
4
2
1
4
2
3
2
2
1
4
1
2
1
4
1
3
3
3
23
2
3
3
2
2
3
1
4
4
2
4
4
3
2
4
2
3
4
1
3
2
4
3
3
2
3
3
2
2
2
4
4
4
4
2
3
2
1
2
2
Download