PERINGATAN !!! Bismillaahirrahmaanirraahiim Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh 1. Skripsi digital ini hanya digunakan sebagai bahan referensi 2. Cantumkanlah sumber referensi secara lengkap bila Anda mengutip dari Dokumen ini 3. Plagiarisme dalam bentuk apapun merupakan pelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. Patuhilah etika penulisan karya ilmiah Selamat membaca !!! Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh UPT PERPUSTAKAAN UNISBA STUDI DESKRIPTIF MENGENAI PROFIL KEPRIBADIAN WIRAUSAHA PADA SISWA-SISWI JURUSAN RESTORAN (FOOD & BEVERAGE) DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN ICB CINTA WISATA BANDUNG SKRIPSI Diajukan Dalam Rangka Melengkapi Salah Satu Persyaratan Menempuh Ujian Sidang Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung Oleh : Arini Wulandari NPM: 10050005013 UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG FAKULTAS PSIKOLOGI 2010 LEMBAR PENGESAHAN STUDI DESKRIPTIF MENGENAI PROFIL KEPRIBADIAN WIRAUSAHA PADA SISWA-SISWI JURUSAN RESTORAN (FOOD & BEVERAGE) DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN ICB CINTA WISATA BANDUNG Nama : Arini Wulandari NPM : 10050005013 Bandung, Februari 2010 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG Menyetujui, Sita Rositawati, Dra. M.Si. Hendro Prakoso, Drs. Pembimbing I Pembimbing II Mengetahui, DR. Umar Yusuf, Drs., M.Si., Psikolog Dekan Fakultas Psikologi i !"# "#! $ %! $ ! &' ii KATA PENGANTAR Bismillahirrohmaanirrohiim, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya atas karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu berjudul “STUDI DESKRIPTIF MENGENAI PROFIL KEPRIBADIAN WIRAUSAHA PADA SISWA-SISWI JURUSAN RESTORAN (FOOD & BEVERAGE) DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN ICB CINTA WISATA BANDUNG”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan pada program pendidikan strata satu (S1) Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung. Dalam penyusunan skripsi ini, segala upaya telah penulis lakukan untuk tercapainya kesempurnaan tulisan ini. Namun penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada : 1. Kedua orang tua, Bapak H.M. Burhanul Arifin dan Ibu Hj. Margi Hastuti Rahayu atas doa dan dukungan yang selalu diberikan pada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Ibu Sita Rositawati, Dra. M.Si. selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan dukungan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini dengan penuh kesabaran. iii 3. Bapak Hendro Prakoso, Drs. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan masukan-masukan kepada penulis yang membantu terwujudnya skripsi ini. 4. Bapak Drs. Agus Sofyandi Kahfi, M.Si, selaku dosen wali atas saran dan masukan yang diberikan serta mendukung kemajuan akademik penulis. 5. Kakak-kakakku atas diskusi, bantuan dan masukan yang diberikan pada penulis. 6. Bapak Sugiyo, S.Sos. selaku Guru Mata Pelajaran Kewirausahaan yang selalu meluangkan waktunya bagi penulis. 7. Seluruh siswa-siswi SMK ICB Cinta Wisata Jurusan Restoran (Food&Beverage) atas partisipasi dan kerjasama yang diberikan selama penelitian ini berlangsung. 8. Sahabat-sahabat SMP dan SMA yang selalu setia memberi dukungan dan semangat pada penulis dari dulu hingga saat ini. 9. Seluruh dosen dan pihak Fakultas Psikologi Unisba yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang berharga pada penulis. 10. Seluruh staff kemahasiswaan Unisba yang telah membantu penulis selama berkegiatan di Unisba. 11. Kakak angkatan, teman-teman angkatan 2005 dan sahabat-sahabat dekat yang telah mengisi kehidupan penulis selama berkuliah di Fakultas Psikologi sehingga lebih berwarna dan bermakna. iv Beserta semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala bagi semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini. Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Bandung, Maret 2010 Arini Wulandari v ABSTRAK ARINI WULANDARI. Studi Deskriptif Mengenai Profil Kepribadian Wirausaha Pada Siswa-Siswi Jurusan Restoran (Food&Beverage) Di Sekolah Menengah Kejuruan ICB Cinta Wisata Bandung. Bertambahnya jumlah SMK untuk menanggulangi pengangguran di Indonesia sebenarnya dapat menjadi bumerang bagi SMK itu sendiri jika lulusan yang ada hanya mengandalkan dirinya sebagai pencari kerja di tengah sempitnya lapangan pekerjaan saat ini. Di SMK ICB Cinta Wisata Bandung Jurusan Restoran (Food&Beverage) hanya terdapat 12% saja lulusan yang berwirausaha. Jumlah tersebut dapat dikatakan sedikit jika melihat keterampilan dan bekal yang mereka dapatkan dan harapan dari pihak sekolah sesuai dengan tuntutan Pemerintah melalui Depdiknas yang terus mendorong SMK untuk dapat menciptakan lulusan yang dapat membuka lapangan kerja dengan berwirausaha. Untuk mencetak lulusan yang dapat berwirausaha, tidak cukup hanya dengan mengandalkan proses belajar mengajar di sekolah saja, tetapi hal yang paling penting adalah memperhatikan aspek kepribadian yang dimiliki siswa. Lambing & Kuehl (2003) mengungkapkan sebenarnya ada trait kepribadian tertentu yang melekat pada seorang wirausahawan. Jika siswa-siswi SMK dituntut untuk menjadi wirausaha dan sukses berwirausaha, maka kepribadian mereka pun harus sejalan dengan kepribadian wirausaha. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran secara empiris mengenai profil kepribadian wirausaha yang dimiliki oleh siswa-siswi Jurusan Restoran (Food and Beverage) di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ICB Cinta Wisata Bandung. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan jumlah sampel sebanyak 40 orang melalui teknik random. Pengumpulan data dilakukan dengan alat tes kepribadian yang dapat digunakan untuk menggambarkan kepribadian wirausaha, yaitu DISC Personality System. Adapun profil kepribadian wirausaha tergambar dalam tipe DI dan ID. Berdasarkan pengolahan data dengan menggunakan analisis deskriptif dengan metode statistik presentasi diperoleh data yang menunjukkan bahwa hanya 5.5% responden yang memiliki tipe kepribadian wirausaha, yaitu ID. Sisanya sebanyak 94.5% siswa tidak memiliki profil kepribadian wirausaha. Tipe kepribadian yang mendominasi responden justru adalah tipe kepribadian IS, yaitu sebanyak 33.3 %. Dalam penelitian ini juga diperoleh data bahwa siswa-siswi dengan tipe kepribadian wirausaha memiliki latar belakang keluarga yang berwirausaha dan memiliki tujuan yang mantap serta cita-cita yang mengarah pada wirausaha. Sedangkan 71.43% siswa tidak berkepribadian wirausaha dan tidak berlatar belakang keluarga wirausaha memilih untuk bekerja setelah lulus dan bercita-cita diluar bidang wirausaha. key word: profil kepribadian wirausaha vi DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN i MOTTO ii KATA PENGANTAR iii ABSTRAK vi DAFTAR ISI vii DAFTAR TABEL xi DAFTAR GAMBAR xii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang Masalah 1 1.2. Identifikasi Masalah 9 1.3. Tujuan Penelitian 11 1.4. Kegunaan Penelitian 11 BAB II TINJAUAN TEORITIS 13 2.1. Definisi Kewirausahaan 13 2.1.1. Definisi Wirausaha 14 2.1.2. Kepribadian Wirausaha 17 2.1.3. Wirausaha dan Wiraswasta 27 2.1.4. Faktor-faktor dan Kondisi Yang Membentuk Seseorang Menjadi Wirausaha 2.1.5. Peran Wirausaha Bagi Lingkungannya 28 33 vii 2.1.6. Keuntungan dan Kelemahan Menjadi Wirausaha 33 2.2. Tahapan Perkembangan Karier Remaja 35 2.3. DISC Personality System 36 2.3.1. Sejarah DISC 37 2.3.2. Profil Kepribadian DISC 41 2.3.3. Behavioral Tools 50 2.4. Profil SMK ICB Cinta Wisata 51 2.4.1. Sejarah SMK ICB 51 2.4.2. Visi dan Misi SMK ICB Cinta Wisata 55 2.4.2.1. Visi 55 2.4.2.2. Misi 56 2.4.3. Tujuan SMK ICB Cinta Wisata 57 2.4.4. Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan SMK ICB Cinta Wisata Bandung 58 2.4.4.1. Pendidikan Kecakapan Hidup 59 2.4.5. Tujuan Kompetensi Keahlian Restoran (Food&Beverage) 60 2.4.6. Standar Kompetensi Kejuruan Program Keahlian Restoran (Food&Beverage) 2.4.7. Mata Pelajaran Kewirausahaan 61 63 2.5. Kerangka Pikir 65 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 74 3.1. Rancangan Penelitian 74 3.2. Identifikasi Variabel 75 viii 3.3. Operasionalisasi Variabel 76 3.4. Subjek Penelitian 76 3.5. Alat Ukur 77 3.5.1. Kategori Penghayatan 78 3.5.2. Teknik Skoring 80 3.5.3. Teknik Interpretasi 81 3.6. Teknik Analisis Data 82 3.7. Prosedur Penelitian 83 3.7.1. Tahap Persiapan 83 3.7.2. Tahap Pengumulan Data 84 3.7.3. Tahap Pengolahan Data 84 3.7.4. Tahap Pembahasan 85 3.7.5. Tahap Akhir 85 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 86 4.1. Hasil 86 4.1.1. Deskripsi Profil Kepribadian Subjek Secara Keseluruhan 86 4.1.2. Deskripsi Profil Kepribadian Wirausaha Pada Responden 87 4.1.3. Deskripsi Profil Kepribadian dan Pekerjaan Orang Tua Responden 88 4.1.4. Deskripsi Profil Kepribadian dan Tujuan Setelah Lulus Pada Responden 90 ix 4.1.5. Deskripsi Profil Kepribadian, Pekerjaaan Orang Tua, Tujuan Setelah Lulus dan Cita-cita Pada Responden 4.1.6. Deskripsi Demografi Subjek Penelitian 92 93 4.2. Rangkuman Hasil Tabulasi 95 4.3. Pembahasan 97 4.3.1. Telaah Mengenai Profil Kepribadian Responden 97 4.3.2. Telaah Mengenai Tipe Kepribadian, Kondisi Keluarga dan Tujuan Setelah Lulus 100 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 103 5.1. Kesimpulan 103 5.2. Saran 104 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN x DAFTAR TABEL 4.1 Profil Kepribadian Subjek 86 4.2 Profil Kepribadian Siswa Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua Yang Berwirausaha 90 4.3 Profil Kepribadian Siswa dan Tujuannya Setelah lulus Sekolah 91 4.4. Deskripsi Mengenai Tipe Kepribadian, Pekerjaan Orang Tua, Tujuan Setelah Lulus dan Cita-cita Pada Responden 92 4.5 Demografi Subjek Penelitian 93 4.6 Langkah Berwirausaha 94 4.7 Rangkuman Hasil Tabulasi 96 xi DAFTAR GAMBAR 4.1. Diagram Batang Profil Kepribadian Subjek Berdasarkan DISC Personality System 87 4.2. Diagram Lingkaran Profil Kepribadian Wirausaha Pada Responden Berdasarkan DISC Personality System 88 4.3. Diagram Lingkaran Pekerjaan Orang Tua Responden 89 4.4 Diagram Lingkaran Tujuan Siswa Setelah Lulus Sekolah 95 xii Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ketenagakerjaan menjadi salah satu persoalan paling krusial di Indonesia. Bahkan, masalah itu telah menjadi salah satu faktor yang menentukan dalam penciptaan stabilitas nasional. Salah satu aspek yang menjadi pemicu adanya masalah ketenagakerjaan adalah masih tingginya laju pertumbuhan angkatan kerja yang tidak terakomodasi lapangan kerja. Kurang adanya daya tarik investasi menyebabkan kondisi perindustrian di Indonesia tengah memasuki usia senja (sunset industry) sehingga kesempatan kerja kian menyempit dan melonjaknya angka pengangguran di Indonesia. Pada tahun 2008, Indonesia mendapat ranking 1 di Asia dalam jumlah pengangguran tertinggi. Angka pengangguran di Indonesia per Agustus 2008 mencapai 9,39 juta jiwa atau 8,39 persen dari total angkatan kerja (Data BPS 2008). Lulusan Sekolah Menengah Umum (SMU) adalah penyumbang terbesar pengangguran di Indonesia, yakni 3,37 juta orang atau 35,6 % dari 9,43 juta penganggur. Mereka tidak lolos seleksi dalam penerimaan kerja karena tidak memenuhi kualifikasi sebagai tenaga kerja. Selama ini memang lulusan SMU tidak punya banyak pilihan, artinya mereka harus meneruskan ke perguruan tinggi atau harus berusaha untuk mendapatkan pekerjaan dengan ijazah SMU yang mereka miliki. 1 Bab I Pendahuluan Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Depdiknas tahun 2007/2008 angka melanjutkan dari SMU ke Perguruan Tinggi hanya 45,22%. Hal ini berarti banyak lulusan SMU yang tidak dapat melanjutkan ke perguruan tinggi dan mereka harus mendapatkan pekerjaan agar tidak tergolong ke dalam pengangguran. Melihat tingginya jumlah penganggur lulusan SMU, Pemerintah berusaha memberikan solusi salah satunya adalah dengan memberikan perhatian lebih kepada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Berbeda dengan lulusan SMU, lulusan SMK sudah dibekali dengan keterampilan yang dapat mereka manfaatkan setelah lulus sekolah sehingga memiliki kualitas dari segi keterampilan kerja. Mereka juga dituntut untuk menguasai skills (keterampilan) serta diharapkan dapat menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Saat ini Pemerintah menetapkan ratio SMU : SMK pada tahun 2015 akan menjadi 30:70 baik untuk jumlah sekolah maupun jumlah siswa. Menurut Sekretaris Musyawarah Kerja Kepala Sekolah SMK se-Bandung Agus Rusdiana, setiap tahunnya jumlah siswa SMK meningkat 25% (dari jumlah siswa SMK saat ini 18.603 orang menjadi 24.184 orang). Hal ini berarti menyebabkan angkatan kerja bertambah jika mereka lulus nantinya. Lulusan SMK yang melimpah akan membawa persoalan terhadap kesempatan kerja sebab ditengarai bahwa jumlah lapangan kerja tidak sebanding dengan jumlah lulusan, apalagi Indonesia bukanlah negara industri yang membutuhkan banyak tenaga kerja siap pakai. Di tengah perekonomian yang sulit saat ini, lulusan SMK yang telah dibekali oleh keterampilan siap pakai dituntut untuk dapat berwirausaha. Dalam dua tahun terakhir ini Depdiknas terus mendorong SMK untuk dapat memberikan 2 Bab I Pendahuluan program pembelajaran kewirausahaan secara memadai untuk dapat memberikan bekal kewirausahaan bagi lulusannya. Tuntutan lulusan SMK untuk berwirausaha juga terlihat dari pelaksanaan pelatihan kewirausahaan yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat yang diikuti oleh 1000 siswa SMA dan SMK se-Jawa Barat. Selain pada siswa, para guru SMK diberi pelatihan pengajaran kewirausahaan se-Jawa Barat. Kegiatan pelatihan tersebut dilakukan pada bulan Oktober, Nopember dan Desember 2009. Salah satu bidang keterampilan dalam SMK yang diperhatikan oleh Pemerintah adalah bidang pariwisata yang terdapat di SMK ICB Cinta Wisata Bandung juga mendapat dampak positif dari promosi yang dilakukan oleh Pemerintah. Secara umum jumlah siswa yang mendaftar di SMK ICB Cinta Wisata Bandung meningkat. Sampai tahun 2006, SMK ICB Cinta Wisata Bandung menyediakan 4 kelas untuk penerimaan siswa baru, kemudian di tahun 2007 terjadi peningkatan peminat sehingga SMK ICB Cinta Wisata Bandung menambahkan 3 kelas untuk siswa. Namun di tahun 2008 hingga sekarang SMK ICB Cinta Wisata Bandung hanya menyediakan 6 kelas untuk penerimaan siswa baru. Pengurangan kelas ini dilakukan dengan pertimbangan untuk tetap mempertahankan kualitas sekolah dan kegiatan belajar mengajar yang efektif, walaupun sebenarnya peminat secara umum meningkat sehingga persaingan menjadi lebih ketat. Di SMK ICB Cinta Wisata Bandung terdapat tiga jurusan pendidikan, yaitu Jurusan Usaha Jasa Pariwisata, Jurusan Akomodasi Perhotelan, dan Jurusan Restoran/Food & Beverage atau yang lebih sering disebut dengan Jurusan FB. 3 Bab I Pendahuluan Penjurusan dilakukan pada saat proses penerimaan siswa baru. Setelah calon siswa mendaftar dan memilih jurusan yang ada, calon siswa mengikuti seleksi penerimaan yang terdiri dari tes tertulis (Matematika, Bahasa Inggris dan Pengetahuan Kejuruan), tes fisik dan kesehatan. Calon siswa yang memenuhi kriteria diterima sebagai siswa di SMK ICB Cinta Wisata Bandung dan mengikuti kegiatan kunjungan industri untuk memilih kembali jurusan yang dikehendaki. Dibandingkan dengan dua jurusan lainnya, jurusan FB merupakan jurusan yang paling diminati oleh para murid sehingga jurusan FB merupakan jurusan dengan murid terbanyak. Di Jurusan FB, siswa mempelajari teknik dasar memasak, mengolah makanan, menyajikan makanan baik kontinental maupun Indonesia, tata hidang makanan serta keterampilan mengolah dan menyajikan makanan lainnya. Selain mata pelajaran keahlian, siswa juga diberikan pendidikan yang berorientasi pada kecakapan untuk hidup (life skills) yang dapat menjadi bekal untuk memasuki dunia industri maupun untuk usaha mandiri dengan berwirausaha. Mata pelajaran wirausaha didapat siswa sejak duduk di kelas X sampai kelas XII, baik secara teori maupun praktek. Di kelas X siswa mempelajari kewirausahaan secara teoritis agar mendapatkan pemahaman mengenai kewirausahaan dan karakter mental wirausaha. Di kelas XI siswa diberi tugas untuk membuat kafe di lingkungan masyarakat. Tugas tersebut dilakukan secara berkelompok, yang setiap kelompoknya terdiri dari 10-15 orang. Mereka harus merancang kafe tersebut secara mandiri, termasuk dalam hal modal usaha. Kegiatan tersebut mendapatkan pantauan dan pengamatan langsung dari guru. Pada ujian akhir kelas XII, siswa 4 Bab I Pendahuluan diberi tugas untuk membuat proposal rancangan wirausaha secara individual. Metode belajar yang digunakan pada kegiatan belajar mengajar Mata Pelajaran Kewirausahaan adalah ceramah dan tugas yang diberikan meliputi tugas mandiri maupun tugas kelompok dan pada umumnya siswa memiliki nilai yang tinggi untuk Mata Pelajaran Kewirausahaan. Siswa-siswi jurusan FB mendapatkan giliran piket secara berkelompok untuk mengelola salah satu bagian dari Koperasi Sekolah. Manager Koperasi Sekolah adalah siswa kelas XI yang dipilih secara demokratis oleh siswa dengan arahan dari Guru. Siswa diberi kesempatan untuk berkreasi dalam menjual makanan di koperasi tersebut, dari mulai menentukan jenis makanan yang dijual, mengolah makanan dan kemasan produk yang dijual. Pembekalan yang sudah diberikan mengenai kewirausahaan tersebut diharapkan dapat membantu siswa dalam menghadapi tantangan global saat ini, yang juga sejalan dengan salah satu indikator dalam Visi SMK ICB Cinta Wisata Bandung, yaitu unggul dalam mewujudkan kemandirian melalui wirausaha. Pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka peroleh diharapkan dapat diaplikasikan dalam dunia wirausaha, salah satunya dengan membuka usaha kuliner. Dalam era ekonomi yang cukup sulit seperti ini, usaha bidang kuliner masih menjanjikan peluang usaha yang cukup besar. Selain terkenal dengan fashion, saat ini Kota Bandung juga terkenal dengan keragaman kuliner yang ada, sehingga banyak wisatawan dari luar kota yang senang “berburu makanan” di Bandung. Usaha kuliner memiliki keunggulan tersendiri, yang saat ini kegiatan makan tidak hanya sekedar menjadi kebutuhan pokok saja, tetapi lebih dari itu 5 Bab I Pendahuluan makan sudah menjadi kegiatan rekreasi yang cukup menyenangkan bagi sebagian orang. Berdasarkan data alumni dua tahun terakhir ini, tercatat bahwa di tahun 2007 Jurusan Restoran (Food & Beverage) SMK ICB Cinta Wisata Bandung telah meluluskan 136 orang. Sebanyak 18 orang melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi, 85 orang bekerja di hotel maupun di restoran, 15 orang menjadi wirausaha, dan sisanya tidak dapat ditelusuri (menikah atau menganggur). Sedangkan di tahun 2008 sebanyak 126 siswa tercatat sebagai alumni dari Jurusan Food & Beverage, di antaranya sebanyak 25 orang melanjutkan ke Perguruan Tinggi, 70 orang bekerja, 16 orang berwirausaha, dan sisanya tidak dapat ditelusuri. Dari jumlah alumni yang tercatat menjadi wirausaha, ada yang membuka warung makan, pencucian motor, kafe, counter handphone, usaha catering, usaha cireng isi dan lain-lain. Perkembangan usaha mereka memang masih belum berkembang secara optimal, tetapi ada juga beberapa alumni yang sudah membuka usaha lebih dari 4 tahun dan berkembang di Bandung, seperti Pak Chi Met di Jalan Sukajadi, Warung Tutug Oncom di Jalan Cibadak, juga Cafe I Love You di Lembang. Berdasarkan data di atas, hanya sekitar 12 % saja lulusan yang menjadi wirausaha. Jumlah tersebut dapat dikatakan sebagai jumlah yang sedikit jika melihat keterampilan dan bekal yang mereka dapatkan dan harapan dari pihak sekolah sesuai dengan tuntutan Pemerintah. Alumni yang menjadi wirausaha merintis usaha tersebut dari dasar dan dengan modal yang terbatas. Seiring berjalannya waktu, usaha mereka terus berkembang. 6 Bab I Pendahuluan Pihak sekolah sudah berupaya untuk mencetak lulusannya menjadi job creator agar tidak bergantung pada lowongan kerja yang semakin terbatas saat ini dengan berbagai pengajaran yang telah dilakukan di sekolah. Pada kenyataannya hanya sedikit lulusan yang berkecimpung di dunia wirausaha. Selama bersekolah, siswa-siswi mendapatkan pelajaran dan pembekalan pengalaman yang sama mengenai kewirausahaan yang diberikan oleh pihak sekolah. Di antara mereka ada yang menjadi wirausaha dan ada pula yang tidak. Jika ditinjau dari sudut pandang psikologi, perbedaan individu satu sama lain terletak pada kepribadiannya yang akan menentukan gaya pribadi seseorang dan interaksinya dengan lingkungan. Kepribadian juga akan mendorong seseorang mencari stimulus yang sesuai sehingga dapat menampung ekspresi kepribadian tersebut, menentukan lingkungan yang sesuai bagi individu, termasuk dalam hal pemilihan karakteristik pekerjaan. Demikian pula untuk menjadi wirausaha dibutuhkan kepribadian yang dapat mendukung dalam pelaksanaan kegiatan wirausaha. Para pakar wirausaha berpendapat bahwa aspek sifat dan kepribadian merupakan faktor penting dalam berwirausaha, misalnya wirausaha adalah orang yang suka mengambil resiko (Zimmerer & Schorborough, 1998; Schumpeter, dalam Meng&Liang, 1996), atau orang yang ingin berprestasi tinggi (Mc Clelland & Brockhaus). Lambing & Kuehl (2003) berpendapat bahwa ada trait kepribadian tertentu yang melekat pada seorang wirausahawan. Analisis teoritis terhadap aspek-aspek sifat pada wirausaha dilakukan oleh Sukardi (1991) dalam disertasinya yang mencatat sifat-sifat yang berkaitan dengan keberhasilan usaha dan Miner (1996 dalam Benedicta, 2003) yang mengajukan sebuah pandangan 7 Bab I Pendahuluan tentang tipe kepribadian wirausaha yang dikaitkan dengan keberhasilan mengelola usaha. Hal ini didukung pula oleh Cunningham (dalam Meng & Liang, 1996) bahwa aspek kepribadian merupakan hal yang paling penting dalam menentukan kesuksesan seseorang dalam berwirausaha, yaitu sebesar 49%. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ada faktor kepribadian tertentu yang mendukung mereka untuk menjadi wirausahawan dan pada akhirnya menjadikan mereka wirausahawan yang sukses. Persaingan kerja yang akan semakin ketat di antara lulusan SMK yang melimpah membuat dibutuhkannya suatu kepribadian wirausaha untuk dapat bertahan dalam menghadapi sempitnya lapangan kerja yang tersedia. Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa jika siswa-siswi SMK dituntut untuk menjadi wirausahawan, maka kepribadian mereka pun harus sejalan dengan kepribadian wirausaha. Hal ini menimbulkan pertanyaan, seperti apakah profil kepribadian wirausaha yang dimiliki oleh siswa-siswi Jurusan Restoran (Food & Beverage) di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ICB Cinta Wisata Bandung? Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Studi Deskriptif Mengenai Profil Kepribadian Wirausaha Pada Siswa-siswi Jurusan Restoran (Food & Beverage) di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ICB Cinta Wisata Bandung”. 8 Bab I Pendahuluan 1.2. Identifikasi Masalah Di tengah perekonomian yang sulit saat ini, lulusan SMK yang telah dibekali oleh keterampilan siap pakai dituntut untuk dapat berwirausaha. Dalam dua tahun terakhir ini Depdiknas terus mendorong SMK untuk dapat memberikan program pembelajaran kewirausahaan secara memadai untuk dapat memberikan bekal kewirausahaan bagi lulusannya. Lahirnya para wirausahawan berarti semakin banyak pula terciptanya lapangan kerja. Terciptanya lapangan kerja akan memiliki kontribusi positif bagi pengentasan pengangguran dan kemiskinan. Begitu juga keberhasilan pembangunan ekonomi suatu Negara sebenarnya sangat ditentukan oleh keberadaan wirausahawan (Schumpeter: 2000). Lahirnya para wirausahawan juga diharapkan dari siswa-siswi Jurusan Restoran (Food & Beverage) di SMK ICB Cinta Wisata Bandung sesuai dengan salah satu indikator dalam Visi SMK ICB Cinta Wisata Bandung, yaitu unggul dalam mewujudkan kemandirian melalui wirausaha. Menurut Joseph Schumpeter (1934), seorang wirausahawan adalah seorang inovator yang mengimplementasikan perubahan-perubahan di dalam pasar melalui kombinasi-kombinasi baru. Kombinasi baru tersebut dapat terlihat dalam bentuk memperkenalkan produk baru atau dengan kualitas baru, memperkenalkan metoda produksi baru, membuka pasar yang baru (new market), memperoleh sumber pasokan baru dari bahan atau komponen baru atau menjalankan organisasi baru pada suatu industri. Dari berbagai aspek yang mempengaruhi seseorang untuk berwirausaha, kepribadian ternyata memegang peranan yang paling penting. Berdasarkan 9 Bab I Pendahuluan pendapat dari Lambing & Kuehl (2003) sebenarnya ada trait kepribadian tertentu yang melekat pada seorang wirausahawan. Hal ini didukung pula oleh Cunningham (dalam Meng & Liang, 1996) bahwa aspek kepribadian merupakan hal yang paling penting dalam menentukan kesuksesan seseorang dalam berwirausaha, yaitu sebesar 49%. Temuan serupa juga dicatat oleh peneliti lain, seperti Plotkin (1991, dalam Meng & Liang, 1996), dan Mc Ber & Co di AS (dalam Zimmerer & Scarborough, 1998) yang menemukan adanya keterkaitan sifat-sifat pribadi seseorang untuk menjadi seorang wirausahawan yang sukses. Penelitian Meng & Liang (1996) juga menemukan bahwa kepribadian merupakan faktor yang menentukan keberhasilan usaha skala kecil. Jadi ada faktor kepribadian tertentu yang mendukung mereka untuk menjadi wirausahawan dan pada akhirnya menjadikan mereka wirausahawan yang sukses. Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa jika siswa-siswi SMK dituntut untuk menjadi wirausahawan, maka kepribadian merekapun harus sejalan dengan kepribadian wirausaha Menurut Meredith et.al. (1987), seorang wirausahawan memiliki sifat percaya diri, berorientasi pada tugas dan hasil, pengambil resiko, kepemimpinan, keorisinilan, dan berorientasi ke masa depan. Seorang wirausahawan memiliki growth oriented owner, yaitu orientasi untuk memiliki suatu usaha yang didirikannya dan dijalankannya secara inovatif. SMK ICB Cinta Wisata Bandung khususnya di Jurusan Restoran (FB) berupaya untuk mencetak lulusannya menjadi job creator agar tidak bergantung pada lowongan kerja yang semakin terbatas saat ini dengan berbagai pengajaran 10 Bab I Pendahuluan yang telah dilakukan di sekolah yang meliputi kegiatan teori, praktek dan koperasi sekolah. Pada umumnya siswa-siswi telah memiliki nilai yang tinggi untuk Mata Pelajaran Kewirausahaan di Sekolah. Minimnya lulusan SMK ICB Cinta Wisata Bandung Jurusan Food & Beverage yang menjadi wirausaha menimbulkan pertanyaan tersendiri mengenai profil kepribadian yang dimiliki oleh siswa-siswi tersebut, mengingat bahwa faktor kepribadian merupakan faktor utama untuk menjadikan seseorang sebagai wirausahawan dan sukses berwirausaha. Adapun perumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimanakah Profil Kepribadian Wirausaha yang dimiliki oleh Siswa-siswi Jurusan Restoran (Food & Beverage) di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ICB Cinta Wisata Bandung?”. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran secara empiris mengenai profil kepribadian wirausaha yang dimiliki oleh siswa-siswi Jurusan Restoran (Food & Beverage) di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ICB Cinta Wisata Bandung”. 1.4. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan-kegunaan sebagai berikut: a. Kegunaan teoretis: • Memberikan sumbangan kajian yang mendalam mengenai gambaran profil kepribadian wirausaha yang dimiliki oleh siswa-siswi Jurusan 11 Bab I Pendahuluan Restoran (Food & Beverage) di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ICB Cinta Wisata Bandung. b. Kegunaan Praktis: • Sebagai bahan masukan bagi pihak Sekolah agar dapat berkontribusi dalam meminimalisir jumlah pengangguran di Indonesia. • Sebagai bahan masukan bagi pihak Sekolah dalam menciptakan lulusan-lulusan yang berkualitas yang dapat berperan sebagai job creator. 12 Bab II Tinjauan Teoritis BAB II TINJAUAN TEORITIS Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa aspek yang menjadi fokus pembahasan dalam penelitian ini, yaitu mengenai profil kepribadian wirausaha. Berikut ini akan dijabarkan konsep kewirausahaan yang berkaitan dengan penelitian ini beserta konsep mengenai kepribadian wirausaha yang digunakan dalam penelitian ini. 2.1. Definisi Kewirausahaan Terdapat beberapa ahli yang memberikan definisi mengenai kewirausahaan, di antaranya adalah sebagai berikut: • Definisi kewirausahaan menurut Hisrich Peters (1995:10): Entrepreneurship is the process of creating something different with value by devoting the necessary time and effort, assuming the accompanying financial, physic, and social risk, and receiving the resulting rewards of monetary and personal satisfaction and independence. Kewirausahaan adalah proses menciptakan sesuatu yang berbeda dengan menggunakan waktu dan kegiatan disertai modal dan resiko serta menerima balas jasa dan kepuasan serta kebebasan pribadi • Definisi kewirausahaan menurut Drucker (1959): Entrepreneurship is ability to create the new and different. Kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. 13 Bab II Tinjauan Teoritis • Definisi kewirausahaan menurut Zimmerer (1996): Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan • Definisi kewirausahaan menurut Soeharto Prawiro (1997): Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (start-up phase) dan perkembangan usaha (venture growth) Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan adalah proses penciptaan sesuatu yang baru (kreasi baru) atau mengadakan suatu perubahan atas yang lama (inovasi) dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan individu dan masyarakat. 2.1.1 Definisi Wirausaha Istilah wirausaha atau entrepreneur berasal dari bahasa Perancis, entreprendre yang berarti berusaha. Istilah entrepreneur pertama kali diperkenalkan pada awal abad ke-18 oleh ekonom Perancis, Richard Cantillon. Menurut Richard Cantillon yang mengutarakan dalam bukunya yang berjudul “Essai sur la Nature du Commerceen General” tahun 1755, entrepreneur adalah “agent who buys means of production at certain prices in order to combine them”. Entrepreneur ini membeli barang dan jasa 14 Bab II Tinjauan Teoritis dengan harga “tertentu”, dengan maksud untuk dijual hasilnya dengan harga yang “tidak pasti” di masa yang akan datang. Oleh karena itu Menurut Richard Cantillon entrepreneur dinyatakan memiliki fungsi pokok yang unik, yaitu penanggung resiko tanpa jaminan. Jadi, entrepreneur mengerjakan sebuah proyek dan menanggung resiko dalam pelaksanaannya, terutama dalam resiko keuangan. Beberapa tahun kemudian, ekonom Perancis lainnya Jean Baptista Say (1816) menambahkan definisi Cantillon dengan konsep entrepreneur sebagai pemimpin. Jean Baptista Say mendefinisikan seorang wirausahawan adalah agen yang menyatukan berbagai alat-alat produksi dan menemukan nilai dari produksinya. Say juga menambahkan bahwa entrepreneur adalah seseorang yang membawa orang lain bersama-sama untuk membangun sebuah organisasi produktif. Adapun definisi wirausaha menurut para ahli lainnya adalah sebagai berikut: • Definisi wirausaha menurut Kao & Russel Knight (1987:13): An entrepreneur is an independent, growth-oriented owner– operator. Dalam definisi ini Kao & Russel Knight menekankan aspek kebebasan berusaha yang dimiliki oleh seorang wirausaha. • Definisi wirausaha menurut Stephen Robbins (2000): Entrepreneur is a process by which individuals pursue opportunities, fulfilling needs, and wants through innovation, without regard to the resources they currently control. 15 Bab II Tinjauan Teoritis Dalam definisi ini menitikberatkan pada pemanfaatan peluang tanpa harus mengandalkan sumber daya yang dimiliki, dengan kata lain tidak harus mempunyai fasilitas dahulu untuk memulai usaha. • Definisi wirausaha menurut Joseph Scumpeter (Bygrave, 1994:1): Entrepreneur as the person who destroys the existing economic order by introducing new products and services, by creating new forms of organization, or by exploiting new raw materials. Wirausaha adalah orang yang mendobrak sistem ekonomi yang ada dengan memperkenalkan barang dan jasa yang baru, dengan menciptakan bentuk organisasi baru atau mengolah bahan baku baru. Orang tersebut melakukan kegiatannya melalui organisasi bisnis yang baru ataupun bisa pula dilakukan dalam organisasi bisnis yang sudah ada. Joseph Scumpeter menambahkan bahwa seorang wirausaha adalah orang yang melihat adanya peluang kemudian menciptakan sebuah organisasi untuk memanfaatkan peluang tersebut. Joseph Scumpeter (1934) juga mengkaitkan wirausaha dengan konsep inovasi yang diterapkan dalam konteks bisnis serta mengkaitkannya dengan kombinasi sumber daya. Scumpeter menambahkan bahwa wirausahawan adalah seorang inovator yang mengimplementasikan perubahan-perubahan di dalam pasar melalui kombinasi-kombinasi baru. Kombinasi baru tersebut dapat terlihat dalam bentuk: 1. Memperkenalkan produk baru 2. Memperkenalkan metoda produksi baru 16 Bab II Tinjauan Teoritis 3. Membuka pasar yang baru (new market) 4. Memperoleh sumber pasokan baru dari bahan atau komponen baru 5. Menjalankan organisasi baru pada suatu industri. Schumpeter (dalam Amabile, 1997, Benedicta, 2003) menyatakan bahwa wirausaha memberikan keuntungan bagi masyarakat melalui creative destruction, yaitu mengubah produk-produk, proses-proses, gagasangagasan, dan bisnis yang ada dengan produk, proses, gagasan, dan bisnis baru yang lebih baik. Oleh karena itu bisnis-bisnis kecil menjadi kekuatan pendorong dalam perkembangan teknologi baru. Berdasarkan definisi wirausaha di atas, maka dapat disimpulkan adanya perbedaan istilah kewirausahaan dengan wirausaha. Pengertian wirausaha menekankan pada setiap orang yang memulai sesuatu bisnis yang baru, sedangkan kewirausahaan menekankan pada proses yang dilakukan oleh seorang wirausaha, yang meliputi semua kegiatan fungsi dan tindakan untuk mengejar dan memanfaatkan peluang dengan menciptakan suatu organisasi. 2.1.2. Kepribadian Wirausaha Banyak ahli yang sepakat bahwa seorang wirausahawan mempunyai kepribadian khusus yang membedakan mereka dengan orang lain yang memilih untuk tidak menjadi wirausahawan. Menurut Lambing & Kuehl (2003) ada trait kepribadian tertentu yang melekat pada seorang 17 Bab II Tinjauan Teoritis wirausahawan. Penelitian yang dilakukan oleh Cunningham (dalam Meng & Liang, 1996) menunjukkan bahwa keberhasilan seorang wirausaha berkaitan dengan sifat-sifat kepribadian yang dimilikinya dan merupakan hal yang paling penting dalam menentukan kesuksesan seseorang dalam berwirausaha, yaitu sebesar 49%. Temuan serupa juga dicatat oleh peneliti lain, seperti Plotkin (1991, dalam Meng & Liang, 1996), juga penelitian Mc Ber & Co di AS (dalam Benedicta, 2003) yang menemukan adanya keterkaitan sifat-sifat pribadi seseorang untuk menjadi seorang wirausahawan yang sukses. Dengan demikian faktor kepribadian merupakan faktor utama untuk menjadikan seseorang sebagai wirausahawan dan sukses berwirausaha. Ada kepribadian tertentu yang menjadikan mereka memilih untuk menjadi seorang wirausahawan. Para pakar wirausaha berpendapat bahwa aspek sifat dan kepribadian merupakan faktor penting dalam berwirausaha dan keberhasilan usaha. Misalnya, wirausaha adalah orang yang suka mengambil resiko (Zimmerer & Schorboroudh, 1998; Schumpeter dalam Meng & Liang, 1996), atau orang yang ingin berprestasi tinggi (Mc Clelland & Brockhaus dalam Meng & Liang, 1996). Management System International menyebutkan karakteristik pribadi wirausaha (personal entrepreneurial characteristics) sebagai berikut: 1. Mencari peluang 2. Keuletan 3. Tanggung jawab terhadap pekerjaan 18 Bab II Tinjauan Teoritis 4. Tuntutan atas kualitas dan efisiensi 5. Pengambilan resiko 6. Menetapkan sasaran 7. Mencari informasi 8. Perencanaan yang sistematis dan pengawasannya 9. Persuasi dan jejaring / koneksi 10. Percaya diri Meredith et.al. (1987) membuat suatu perumusan bahwa untuk menjadi seorang wirausahawan, seseorang harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut Ciri-ciri a. Percaya diri b. Berorientasikan tugas dan hasil Watak • Kepercayaan (keteguhan) • Ketidaktergantungan (independent) • Individualis • Optimis • Kebutuhan akan prestasi • Berorientasi laba atau hasil • Tekun dan tabah • Tekad, kerja keras, motivasi • Energik • Penuh inisiatif 19 Bab II Tinjauan Teoritis b. Pengambil resiko c. Kepemimpinan d. Keorisinilan f. Berorientasi ke masa depan • Mampu mengambil resiko • Suka terhadap tantangan • Mampu memimpin • Dapat bergaul dengan orang lain • Inovatif (pembaharu) • Kreatif • Fleksibel • Memiliki banyak sumber • Serba bisa • Mengetahui banyak • Pandangan ke depan • Perseptif Tidak semua wirausaha memiliki nilai yang baik dalam kedua puluh dua watak di atas, dan mustahil ada seorang wirausaha yang mendapat angka tinggi untuk semua sifat-sifat tersebut. Namun banyak para wirausaha memiliki angka yang tinggi untuk kebanyakan sifat-sifat itu, terutama kepercayaan pada diri sendiri, kemampuan mengambil resiko, fleksibilitas, keinginan yang tinggi untuk mencapai sesuatu, dan keinginan untuk tidak tergantung pada orang lain. Kebanyakan orang sanggup berlaku seperti ciriciri pribadi wirausaha ini, namun hanya orang yang bersifat wirausahalah yang mampu bertindak menggunakan ciri-ciri ini dalam pekerjaannya guna mencapai bisnis yang sukses. 20 Bab II Tinjauan Teoritis Menjadi wirausaha berarti memiliki kemampuan menemukan dan mengevaluasi peluang-peluang, mengumpulkan sumber-sumber daya yang diperlukan dan bertindak untuk memperoleh keuntungan dari peluangpeluang itu. Para wirausaha merupakan pemimpin dan mereka haruslah menunjukkan sifat kepemimpinan dalam pelaksanaan sebagian besar kegiatan-kegiatan mereka. Mereka mengambil resiko yang telah diperhitungkan dan menyukai tantangan dengan resiko moderat. Para wirausaha percaya teguh pada dirinya dan kemampuannya mengambil keputusan yang tepat. Kemampuan mengambil keputusan inilah yang merupakan ciri khas para wirausaha. Adapun penjelasan dari sifat-sifat seorang wirausaha (Meredith et.al. 1987) adalah sebagai berikut: 1. Percaya Diri Sifat-sifat utama di atas dimuai dari pribadi yang mantap, tidak mudah terombang-ambing oleh pendapat dan saran orang lain. Akan tetapi bukan berarti saran yang diberikan oleh orang lain ditolak mentah-mentah, namun digunakan sebagai masukan dalam mempertimbangkan sesuatu. Individu yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi adalah individu yang sudah mencapai kematangan jasmani dan rohani. Pribadi seperti ini adalah pribadi yang independen dan sudah mencapai tingkat maturity. Karakteristik kematangan seseorang adalah tidak tergantung 21 Bab II Tinjauan Teoritis pada orang lain, memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi, objektif, kritis, dan memiliki stabilitas emosi. 2. Berorientasi pada Tugas dan Hasil Seseorang yang berorientasi pada tugas dan hasil adalah seseorang yang mendahulukan prestasi dibandingkan dengan prestise. Berbagai motivasi akan muncul dalam bisnis jika kita berusaha menyingkirkan prestise sehingga kita akan mampu bekerja keras, enerjik, dan tidak merasa gengsi dalam berusaha. 3. Pengambil Resiko Para wirausaha merupakan pengambil resiko yang sudah diperhitungkan. Mereka bergairah menghadapi tantangan. Wirausaha menghindari situasi resiko rendah karena tidak ada tantangannya dan menjauhi situasi resiko tinggi karena mereka ingin berhasil. Mereka menyukai tantangan yang dapat dicapai. Para wirausaha menyukai mengambil resiko realistik karena mereka ingin berhasil. Mereka mendapat kepuasan besar dalam melaksanakan tugas-tugas yang sukar tetapi realistik dengan menerapkan keterampilan-keterampilan mereka. Situasi beresiko terjadi jika kita diminta membuat pilihan antara dua alternatif atau lebih, yang hasilnya tidak diketahui dan harus dinilai secara objektif. 22 Bab II Tinjauan Teoritis Situasi ini mengandung potensi kegagalan dan sukses. Semakin besar kemungkinan kerugian, semakin besar resikonya. Kebanyakan dari sifat-sifat kewirausahaan saling berkaitan, terutama dalam hal pengambilan resiko. Adapun beberapa kaitan sifat pengambil resiko dengan sifat lainnya adalah sebagai berikut: • Pengambilan resiko berkaitan dengan kreativitas dan inovasi serta merupakan bagian penting dalam mengubah ide menjadi realitas. • Pengambilan resiko berkaitan dengan kepercayaan pada diri sendiri. Semakin besar keyakinan kita pada diri sendiri maka semakin besar keyakinan kita pada kesanggupan yang kita miliki untuk mempengaruhi hasil dari keputusan-keputusan dan semakin besar ketersediaan untuk mencoba apa yang dilihat orang lain sebagai resiko. • Pengetahuan realistik mengenai kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh diri sendiri juga merupakan hal yang penting. Realisme demikian akan membatasi kegiatan-kegiatan kita pada situasi-situasi yang dapat mempengaruhi hasil. 4. Kepemimpinan Wirausaha yang berhasil merupakan pemimpin yang berhasil, baik yang memimpin beberapa atau beratus-ratus karyawan. Dari hakikat pekerjaannya sebagai seorang wirausahawan, mereka adalah 23 Bab II Tinjauan Teoritis pemimpin, karena mereka harus mencari peluang-peluang, memulai proyek-proyek, mengumpulkan sumber daya manusiawi dan finansial yang diperlukan untuk melaksanakan proyek, menentukan tujuantujuan untuk mereka sendiri dan orang lain dan memimpin serta membimbing orang lain untuk mencapai tujuan. Kepemimpian adalah suatu sikap yang terlihat dalam rancangan para wirausaha terhadap pencapaian tugas-tugasnya. Pemimpin biasanya bersedia menerima tantangan yang mengandung baik resiko maupun peluang yang besar. Seorang pemimpin mengerti tugas keseluruhan yang harus dicapai dan seringkali memutuskan cara-cara baru dan inovatif untuk mencapainya. Suatu aspek penting dari seorang pemimpin adalah kemampuan untuk mencapai hasil melalui kerjasama dengan orang lain. 5. Keorisinilan Sifat orisinil ini tentu tidak selalu ada pada diri seseorang. Yang dimaksud dengan orisinil adalah tidak hanya mengikuti orang lain, tetapi memiliki pendapat sendiri, memiliki ide yang orisinil dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan sesuatu. Orisinil tidak berarti baru sama sekali, tetapi produk tersebut mencerminkan hasil kombinasi baru atau reintegrasi dari komponenkomponen yang sudah ada sehingga melahirkan sesuatu yang baru. 24 Bab II Tinjauan Teoritis Bobot kreativitas orisinil suatu produk akan tampak dari sejauh manakah ia berbeda dari apa yang sudah ada sebelumya. Sifat keorisinilan seorang wirausaha menuntut adanya kreativitas dalam pelaksanaan tugasnya. Menurut Munandar (1977), creativity is a process that manifest itself influency, in flexibility as well in originality of thinking. Holt (1992) menggaris bawahi bahwa agar dapat menjadi wirausaha yang berhasil dua syarat harus dipenuhi, yaitu orang tersebut harus kreatif dan inovatif. Kreativitas berarti menghasilkan sesuatu yang baru. Kreativitas lebih menekankan pada kemampuan, bukan kegiatan, sedangkan inovasi adalah proses melakukan sesuatu yang baru tersebut. Holt menambahkan bahwa kreativitas merupakan prasyarat untuk terwujudnya inovasi. Ciri berfikir kreatif (otak kiri) adalah selalu bertanya apa ada cara yang lebih baik, menantang tradisi, berefleksi, berani bermain mental, melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda, kegagalan dan kesalahan sebagai tangga menuju sukses, inovatif dan memiliki keterampilan bangkit dari rutinitas. Kreativitas entrepreneurial adalah kemampuan untuk menerapkan gagasan kreatif demi kemajuan usaha. Gagasan itu tidak harus baru, yang penting ada solusi baru yang dapat diterapkan dalam proses menciptakan dan menjual barang atau jasa ke pasar (Amabile, 1997). Beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa kreativitas menekankan pada munculnya gagasan baru, sedangkan 25 Bab II Tinjauan Teoritis inovasi lebih terkait dengan penerapan gagasan ke dalam produk yang berguna. Dengan demikian kreativitas adalah syarat untuk inovasi. Para peneliti lain seperti Amabile, Barron, Eysenck, Gough, dan HacKinnon (dalam Benedicta, 2003) sependapat bahwa ada sifat kepribadian tertentu yang menjadi ciri seorang kreatif, seperti membuat penilaian secara independen, rasa percaya diri, suka akan kerumitan, berorientasi estetis dan berani mengambil resiko. Dalam eksperimen lainnya, Molen (dalam Benedicta, 2003) menemukan bahwa individu yang memiliki kemauan yang kuat (self-will) cenderung memperlihatkan perilaku yang eksploratif (inovatif). Baron & Harrington (dalam Benedicta, 2003) menyimpulkan bahwa serangkaian ciri kepribadian yang berkaitan dengan kreativitas adalah intelektualitas, nilai intrinsik, rasa ingin tahu yang luas, ketertarikan akan kompleksitas, energi yang tinggi, menekankan kerja dan prestasi, mandiri dalam penilaian, otonomi, intuisi, percaya diri, kemampuan bertoleransi dan pemecahan masalah, gambaran diri kreatif dan penolakan terhadap aturan. Berdasarkan penjelasan diatas, jelaslah bahwa kreativitas dapat ditinjau dari perspektif kepribadian dan kreativitas dapat dibentuk oleh sifat dan kepribadian. 26 Bab II Tinjauan Teoritis 6. Berorientasi ke Masa Depan Seorang wirausaha haruslah perseptif, mempunyai visi ke depan, merencanakan apa yang hendak ia lakukan dan ingin dicapai. Hal ini dikarenakan sebuah usaha bukan didirikan untuk sementara, tetapi berkelanjutan bahkan untuk selamanya. Oleh sebab itu, faktor kontinuitas harus dijaga dan pandangan harus ditujukan jauh ke depan. Seorang wirausaha akan menyusun perencanaan dan strategi yang matang agar jelas langkah-langkah apa yang akan dilaksanakan. 2.1.3. Wirausaha dan Wiraswasta Penggunaan kata wirausaha dan wiraswasta seringkali tumpang tindih, padahal wiraswasta dan wirausaha memiliki arti yang berbeda. Pada tahun 1970-an istilah wiraswasta sangat populer di Indonesia, dimana pada saat itu program-program pembinaan tentang kepribadian mandiri generasi muda sedang digalakkan. Arti wiraswasta dapat dijabarkan sebagai berikut: Wira: Pejuang, utama, gagah, berani, teladan, jujur Swa : Sendiri Swa: Sendiri Hasta: Tangan Sta : Berdiri Sehingga wiraswasta berarti orang-orang yang memiliki sifat-sifat keberanian, keutamaan, keteladanan dalam mengambil resiko yang bersumber pada kemampuan sendiri. 27 Bab II Tinjauan Teoritis Teori wiraswasta pada saat itu masih mengacu pada teori ekonomi masa neoklasikal. Seorang pengusaha atau disebut juga wiraswasta dianggap sebagai faktor produksi tergolong tetap (fixed factor) dan terpusat pada pengelolaan sumber daya serta mengasumsikan pasar yang sempurna dan tersebar merata. Posisi seorang pengusaha atau yang disebut wirausaha tidak diberikan tempat. Pada teori ekonomi modern, pengusaha dibagi dalam dua kelompok, yaitu wiraswasta dan wirausaha. Wirausaha adalah pelaku utama dalam pembangunan ekonomi dengan fungsinya sebagai pelaku inovasi atau pencipta kreasi-kreasi baru, sehingga seorang wiraswasta tidak dapat disamaartikan dengan seorang wirausaha. Memang seorang wiraswasta berdiri sendiri, tetapi tidak memiliki visi pengembangan usaha, kreativitas dan inovasi. Sebagai contoh: seorang pengusaha bengkel motor, yang usahanya tidak berkembang dari tahun ke tahun maka ia disebut wiraswasta. Tetapi jika ia mampu mengembangkan bengkelnya menjadi bengkel yang lebih besar dan modern, serta jaringan bertambah banyak maka ia disebut seorang wirausaha. 2.1.4. Faktor-Faktor Dan Kondisi Yang Membentuk Seseorang Menjadi Wirausaha Lambing & Kuehl (2003) mengklasifikasikan beberapa faktor yang menyebabkan seseorang menjadi wirausahawan. Faktor-faktor tersebut adalah: 28 Bab II Tinjauan Teoritis 1. Individu Banyak ahli yang percaya bahwa seorang wirausahawan mempunyai kepribadian khusus yang membedakan antara mereka dengan orang lain yang memilih untuk tidak menjadi wirausahawan. Kepribadian tersebut tidak dapat diajarkan, tetapi keluarga dapat menstimulasi perkembangan kepribadian tersebut. Lambing & Kuehl (2003) berpendapat bahwa ada trait kepribadian tertentu yang melekat pada seorang wirausahawan yang sukses Hal ini didukung pula oleh Sukardi (1991) dalam disertasinya, Zimmerer & Scarborough (1998) yang mencatat sifat-sifat yang berkaitan dengan keberhasilan usaha dan Miner (1996 dalam Riyanti, 2003) yang mengajukan sebuah pandangan tentang tipe kepribadian wirausaha yang dikaitkan dengan keberhasilan mengelola usaha. 2. Budaya Pengaruh budaya dengan trait kepribadian dapat saling tumpang tindih antara yang satu dengan yang lainnya. Akan tetapi harus diakui bahwa kadang kala ada suatu etnis tertentu dengan budaya tertentu yang lebih unggul dalam hal membangun bisnis daripada anggota kelompak etnis yang lain (Lambing & Kuehl, 2003). Faktor budaya dapat terlihat jelas pada nilai dan belief yang dianut oleh anggota dari kelompok budaya tersebut. Sebagai contoh belief mengenai locus of control, ada beberapa budaya yang 29 Bab II Tinjauan Teoritis menekankan pada internal locus of control sedangkan ada juga yang tidak. Orang-orang yang hidup dengan budaya internal locus of control mempunyai kemungkinan lebih besar untuk terdorong menjadi wirausahawan karena mereka percaya bahwa mereka dapat mempunyai kesempatan untuk sukses apabila mereka berusaha dengan keras (Lambing & Kuehl, 2003). Contoh berikutnya mengenai image atau status apabila menjadi seorang wirausahawan. Pada beberapa budaya menjadi wirausahawan dapat dipandang sebagai suatu pekerjaan yang positif sedangkan pada budaya yang lain wirausaha dapat dipandang sebagai sesuatu yang negatif. Lambing dan Kuehl (2003) memberikan contoh tentang penelitian terhadap kaum imigran di Kanada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa imigran asal India memandang wirausaha adalah sesuatu yang positif sedangkan imigran dari Haiti memandang wirausaha sebagai pekerjaan untuk orang-orang yang mempunyai self esteem yang rendah. Dalam penelitian ini faktor budaya tidak diteiti lebih lanjut. 3. Keadaan Masyarakat Pada beberapa masyarakat dapat kita temukan beberapa orang yang tidak berencana untuk menjadi wirausahawan namun mereka terpaksa menjadi wirausahawan karena tuntutan keadaan. Keputusan untuk menjadi wirausahawan dipicu oleh berubahnya keadaan pasar. 30 Bab II Tinjauan Teoritis Imigran di banyak negara terpacu untuk menjadi wirausahawan karena tuntutan keadaan dalam masyarakat ini. Mereka terpacu menjadi wirausahawan karena keterbatasan dalam hal bahasa dan kemampuan kerja yang menyebabkan tenaga mereka tidak terserap oleh berbagai lapangan pekerjaan yang tersedia di negara tersebut. Pola perilaku ini biasa disebut sebagai adaptive-response behavior (Lambing & Kuehl, 2003). Bahkan apabila para imigran ini tidak berasal dari negara dengan budaya yang mendukung wirausaha, mereka akan tetap berusaha untuk menjadi wirausaha sebagai wujud dari respon adaptif terhadap keadaan dan sebagai salah satu bentuk integrasi sosial. 4. Kondisi Keluarga Seseorang memutuskan untuk menjadi wirausaha karena ketiga faktor yang sudah disebutkan di atas dan saling mempengaruhi satu sama lain (Lambing & Kuehl, 2003). Selain faktor-faktor di atas, ada juga suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk menjadi wirausahawan. Menurut Ward (1974) kondisi seseorang dibesarkan dalam lingkungan keluarga dengan tradisi wirausaha dapat menjadi faktor yang mendorong seseorang untuk menjadi wirausahawan. Ward (1974) mengasumsikan bahwa seorang anak yang secara turun temurun menjadi wirausahawan akan berkembang menjadi seorang wirausahawan juga. Individu dari lingkungan yang mempunyai tradisi 31 Bab II Tinjauan Teoritis wirausaha, sejak dini sudah mendapatkan stimulus sosial yang berkaitan dengan wirausaha. Stimulus ini akan mempengaruhi perkembangan kepribadiannya sehingga setelah dewasa sebenarnya ia sudah mempunyai benih-benih wirausaha. Selain itu pada individu dengan tradisi wirausaha kemungkinan untuk mendapatkan kesempatan meneruskan usaha keluarga sangat besar sehingga kemungkinan ia menjadi seorang wirausahawan juga sangat besar. Ward (1974) menyebutkan jalur pembentukan wirausahawan seperti ini sebagai confidence modalities. Perkembangan individu sebagai wirausaha karena pengaruh tradisi keluarga yang dikemukakan Ward, tampaknya sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Mc Cleland (1961). Mc Cleland menyatakan bahwa berdasarkan penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat, diketahui lebih dari 50% wirausahawan yang menjadi subyek penelitian berasal dari keluarga wirausaha. Penelitian yang dilakukan oleh Brockhaus (1982) mencatat empat studi menyatakan bahwa wirausahawan cenderung memiliki ayah wirausaha. Cooper & Dunkelberg (1984) mencatat bahwa 47.5% dari 1394 wirausaha mempunyai orang tua yang memiliki bisnis sendiri. Jacobowitz & Vidler (1983) menemukan bahwa 72% wirausaha negara Atlantik memiliki orang tua atau saudara wirausaha. 32 Bab II Tinjauan Teoritis 2.1.5. Peran Wirausaha Bagi Lingkungannya Dalam pandangan Schumpeter (1934), seorang wirausaha adalah inovator. Hanya seseorang yang sedang melakukan inovasi yang dapat disebut sebagai wirausaha. Mereka yang tidak lagi melakukan inovasi, walaupun pernah, tidak dapat lagi dianggap sebagai wirausaha. Wirausaha bukanlah jabatan, melainkan suatu peran. Berdasarkan pengertian tentang wirausaha yang telah dibahas sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa peran wirausaha yang utama bagi lingkungannya adalah sebagai berikut: 1. Memperbaharui dengan ”merusak secara kreatif”. Dengan keberaniannya melihat dan mengubah apa yang sudah dianggap mapan, rutin dan memuaskan. 2. Inovator, menghadirkan hal yang baru di masyarakat. 3. Mengambil dan memperhitungkan resiko. 4. Mencari peluang dan memanfaatkannya. 5. Menciptakan organisasi baru. 2.1.6. Keuntungan dan Kelemahan Menjadi Wirausaha Setiap profesi yang dijalani oleh manusia memiliki berbagai keuntungan maupun kelemahan, begitupun juga dengan menjadi wirausaha. Adapun keuntungan dan kelemahan menjadi seorang wirausaha menurut Dr. Buchari Alma (1999) adalah sebagai berikut: 33 Bab II Tinjauan Teoritis a. Keuntungan menjadi wirausaha • Terbukanya peluang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki sendiri • Terbukanya peluang untuk mendemonstrasikan potensi seseorang secara penuh • Terbukanya peluang untuk memperoleh manfaat dan keuntungan secara maksimal • Terbuka peluang untuk membantu masyarakat dengan usahausaha yang konkrit • Terbukanya kesempatan untuk menjadi bos, bukanlah anak buah • Bebas dari rutinitas, kebosanan dan pekerjaan yang tidak menantang. b. Kelemahan menjadi wirausaha • Memperoleh pendapatan yang tidak pasti dan memikul berbagai resiko • Bekerja keras dan waktu kerja yang panjang • Kualitas kehidupannya masih rendah hingga usahanya berhasil, sebab harus berhemat • Tanggung jawabnya sangat besar, banyak keputusan yang harus dibuat walaupun kurang menguasai permasalahan yang dihadapinya. 34 Bab II Tinjauan Teoritis 2.2. Tahapan Perkembangan Karier Remaja Karier seorang individu sudah dimulai sejak kecil. Papalia & Olds dkk. (2004) menjabarkan tahapan-tahapan perkembangan karir yang meliputi: 1. Fantasi (3-9 tahun) Individu membayangkan karier yang menurutnya akan menguntungkan dirinya dari segi materi, popularitas dan penghargaan. 2. Tentatif (11-13 tahun) Individu mencoba menyesuaikan minat atau bakat dan nilai-nilai sosial masyarakat dalam memilih karier 3. Realistik (17-25 tahun) Individu merencanakan pendidikan sesuai dengan kebutuhan karier mereka. Mereka telah menyesuaikan diri dengan kemampuan sendiri, sosial, ekonomi, orang tua dan keadaan sosial masyarakat. Penelitian ini menggunakan pendekatan trait dalam pelaksanaannya, oleh karena itu diperlukan suatu alat tes yang berguna untuk memetakan kepribadian, yang dalam penelitian ini adalah kepribadian wirausaha. Berdasarkan pemaparan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa individu yang memiliki kepribadian wirausaha adalah orang yang memiliki sifat percaya diri (kepercayaan/keteguhan, independent, individualis, optimis), berorientasi tugas dan hasil (kebutuhan akan prestasi, berorientasi laba atau hasil, tekun, tekad, kerja keras, motivasi, energik, penuh inisiatif), pengambil resiko (mampu mengambil resiko, suka terhadap tantangan), kepemimpinan (mampu memimpin, dapat bergaul dengan orang lain), 35 Bab II Tinjauan Teoritis keorisinilan (inovatif, kreatif, fleksibel, memiliki banyak sumber, serba bisa, mengetahui banyak) dan berorientasi masa depan (pandangan ke depan). Sifatsifat tersebut dapat terukur dalam tipe-tipe kepribadian yang dirumuskan dalam DISC. Oleh karena itu untuk memetakan profil kepribadian wirausaha, dalam penelitian ini digunakan DISC personality system. 2.3. DISC Personality System DISC adalah sebuah psychometric tools yang konsep dasarnya mengacu kepada hasil kerja seorang Psikolog Amerika William Moulton Marston, yang juga menciptakan polygraph/lie detector. D adalah singkatan untuk Dominant, I adalah singkatan untuk Influence, S adalah singkatan untuk Stable, dan C adalah singkatan untuk Compliant. DISC dapat digunakan untuk mengukur kepribadian seseorang, lebih tepatnya perilaku kerja. DISC merupakan tools prediksi mengenai perilaku, namun bukan merupakan tes lengkap kepribadian, karena tidak mendeskripsikan secara kompeks mengenai gambaran psikologis. DISC menjelaskan bagaimana perbedaan perilaku seseorang dalam beragam setting. Dengan demikian: 1. DISC tidak mengukur intelegensi seseorang 2. DISC tidak mengukur value, nilai-nilai yang dianut seseorang 3. DISC tidak mengukur skill, keterampilan yang dimiiki seseorang 4. DISC tidak mengukur tinggi rendahnya pendidikan seseorang 36 Bab II Tinjauan Teoritis 2.3.1. Sejarah DISC Berikut ini akan dijabarkan sejarah perkembangan DISC mulai dari para filsuf yang dijadikan landasan dalam DISC sebagai berikut: • Empodocles, 44 B.C. Menurut Empodocles alam semesta beserta isinya ini terdiri atas 4 unsur dasar, yaitu tanah, air, udara dan api. Keempat unsur ini ada pada segala sesuatu, namun yang membedakannya adalah komposisinya. Tiaptiap unsur tersebut memiliki sifatnya masing-masing, yaitu tanah-kering, airbasah, udara-dingin dan api-panas. • Hippocrates, 400 B.C. Dikenal sebagai Bapak Kedokteran, Hippocrates mengatakan bahwa di dalam tubuh seseorang terdapat empat cairan yang juga memiliki sifat-sifat tertentu, yaitu: chole (empedu-kuning), melanchole (empedu hitam), pleghma (lendir) dan sanguis (darah). • Galenus 130 A.D. – 200 A.D. Menyempurnakan ajaran Hipocrates, Galenus mengelompokkan manusia menjadi beberapa tipe berdasarkan proporsi cairan-cairan yang disebut oleh Hippocrates, yaitu: Empodocles Unsur Tanah Hippocrates – Galenus Sifat Kering Cairan Keras, daya Chole juang besar Prinsip Empedu Tegangan kuning 37 Bab II Tinjauan Teoritis Air Basah Melanchole Mudah Empedu Rigidity hitam kecewa, pesimistis, suram Udara Dingin Kalem, setia, Pleghma Lendir Plastisitas Darah Ekspansivitas tidak buru-buru Api Panas Hidup, ramah, Sanguis mudah berganti haluan • Carl Gustav Jung, 1921 Psychologycal types dipublikasikan oleh Jung pada tahun 1921 di Jerman. Jung mengidentifikasikan bahwa ada dua cara yang dipergunakan orang dalam mem-perceive dan men-judge sesuatu, yaitu: 1. Persepsi dapat dilakukan melalui sensing, dengan menggunakan kelima indera; penglihatan, suara, raba, penciuman dan rasa, atau melalui intuition. 2. Judgement didapatkan melalui thinking atau feeling. Lebih jauh Jung mengemukakan bahwa seseorang akan diarahkan oleh energi yang dimilikinya ke salah satu pasang dari keempat pasang tersebut. Konsekuensinya satu dari keempat pasang tersebut akan lebih sering digunakan oleh seseorang. Kecenderungan konsistensi seseorang terhadap satu pasang akan mengarahkan dan memudahkan kita dalam 38 Bab II Tinjauan Teoritis mengidenifikasi dan memprediksi pola perilaku seseorang. Adapun 4 quadrant model yang dikemukakan oleh Jung adalah sebagai berikut: Thinking Sensing Intuition Feeling Kemudian William Moulton Marston (1983-1947) melakukan pengembangan terhadap analisis perilaku individu. Marston melakukan extensive observational reasearch terhadap characteristics, patterns dan respond dari ribuan orang dengan menggunakan kerangka dari Jung. Dari hasil observasi yang dilakukannya, Marston mengembangkan suatu tes perilaku untuk mengukur keempat key behavior factor yang dinamakannya dengan quadrant sebagai berikut: 39 Bab II Tinjauan Teoritis Thinking D Style C Style Intuition Sensing S Style I Style Feeling Dalam DISC Personality System, setiap individu akan memunculkan level DISC yang berbeda-beda dengan individu lainnya dan hal ini merupakan karakter khas yang dimiliki dan sangat membantu dalam pengembangan pribadi, meliputi area: 1. Bagaimana saya berhadapan dengan situasi? 2. Bagaimana saya berhadapan dengan relasi? 3. Bagaimana saya bereaksi terhadap lingkungan? 4. Bagaimana saya bereaksi terhadap aturan? Seseorang bisa saja memiliki lebih dari satu faktor yang menonjol dalam kepribadiannya. Semua hal yang menonjol itulah yang membedakannya dengan orang lain. Analisa profil DISC merupakan suatu 40 Bab II Tinjauan Teoritis terobosan baru dalam menganalisis kemampuan seseorang untuk memegang suatu jabatan atau melaksanakan tugas dan pekerjaannya. 2.3.2. Profil Kepribadian DISC Untuk menjelaskan struktur pribadi manusia, Marston membagi karakteristik kepribadian manusia ke dalam 4 quadrant, yaitu active, passive, task dan people. Tipe individu active adalah orang-orang yang proaktif, dapat menggerakkan dan dapat memimpin. Mereka lebih mampu memimpin dan menunjukkan diri dalam melakukan segala tugas yang bisa mereka lakukan. Sebaliknya tipe individu passive adalah orang-orang yang penuh pertimbangan dan berhati-hati. Mereka lebih memilih untuk tidak mengambil resiko dan mempertimbangkan segala sesuatunya. Mereka bersikap tenang dan tidak menyukai perubahan. Tipe individu yang berorietasi pada orang (people) dapat dijumpai pada orang-orang yang ramah, penuh percaya dan optimis. Mereka mampu menunjukkan diri secara ekspresif dan memiliki hubungan yang kuat dengan orang lain. Sebaliknya dijumpai pula individu yang berorientasi pada tugas (task) yang merupakan orang-orang yang praktis dan skeptis, mengungkapkan dengan pendapat yang rasional daripada emosional, mengikuti aturan pribadi daripada mempertimbangkan orang lain. Dari 4 quadrant tersebut didapat 4 tipe kepribadian yaitu Dominance, Influence, Steadiness dan Compliance, yang tergambar dalam bagan di bawah ini: 41 Bab II Tinjauan Teoritis D I Active Dominant Driving Decisive Demanding Determined Inspiring Impressive Influence Interactive Interested in people Task People Carefull Correct Calculating Consistent Compliant C Stable Submissive Supportive Steady Status quo Passive S Individu yang menunjukkan tipe Dominance adalah individu yang aktif dan berorientasi pada tugas, tipe Influence adalah individu yang aktif berorientasi pada orang, tipe Steadiness adalah individu yang pasif dan berorientasi pada orang dan tipe Compliance adalah individu yang pasif dan berorientasi pada tugas. Adapun penjelasan selengkapnya mengenai tipe kepribadian tersebut adalah sebagai berikut: 1. Dominance Tipe Dominance memiliki karakteristik pribadi sebagai berikut: a. Berani, mengambil resiko b. Takut kehilangan kekuasaan pribadi atau status c. Mengambil posisi sebagai pimpinan 42 Bab II Tinjauan Teoritis d. Secara alami mencari pengendalian langsung dan ingin menjalankan segala hal dengan caranya sendiri e. Suka bersaing dan termotivasi menjadi nomor satu f. Selalu ingin menang dan ”berada di puncak” apakah orang lain setuju atau tidak g. Fokus pada tugas dan prestasi h. Berjuang menyelesaikan pekerjaan, sering mengabaikan perasaan orang lain i. Berkemauan keras j. Membulatkan pikiran, memegang teguh gagasannya, bahkan cenderung ngotot dan keras kepala, terutama di bawah tekanan k. Tidak sabaran l. Mengharapkan orang lain membantu mereka mendapatkan hasil m. Sibuk, melibatkan diri dengan banyak proyek secara simultan dan terkadang kecanduan kerja. Selain karakter diatas, sifat-sifat Dominance terlihat juga dari tingkah laku yang dapat diamati, yaitu: a. Dalam berkomunikasi mengungkapkan apa adanya, tidak memperdulikan perasaan orang lain b. Sering datang terlambat (jika tidak penting) c. Sering menginterupsi d. Ruang kantor dan meja tidak terorganisir dengan rapi, namun demikian mengetahui letak semua barang 43 Bab II Tinjauan Teoritis e. Tidak sabaran dan tampak resah f. Jabatan tangan kuat dan keras g. Berani menatap mata lawan bicara h. Mencoba untuk mendominasi i. Agresif dan berani mengkritik secara langsung j. Mudah tertantang k. Dalam berpakaian praktis dan tidak begitu memperhatikan kerapihan Adapun hal-hal yang dapat memotivasi individu yang memiliki tipe D adalah sebagai berikut: a. Tantangan baru dan masalah untuk diselesaikan b. Kekuasaan dan wewenang untuk mengambil resiko dan membuat keputusan c. Bebas dari rutinitas d. Lingkungan kerja yang berubah-ubah Dengan demikian lingkungan yang cocok bagi orang-orang yang memiliki tipe D adalah lingkungan yang bebas dari rutinitas, memusatkan pada inovasi dan masa depan, bebas dari hal-hal yang mengatur dan membatasi, evaluasi pribadi didasarkan pada apa yang saya hasilkan, bukan bagaimana cara saya melakukannya. 44 Bab II Tinjauan Teoritis 2. Influence Tipe Influence memiliki karakteristik pribadi sebagai berikut: a. Spontan dan ekspresif b. Emosional dan mudah dibangkitkan gairahnya c. Tidak menyukai perencanaan atau berurusan dengan detil yang harus dikerjakan sampai tuntas d. Senang menghibur dan menjadi pusat perhatian e. Memperlihatkan secara terbuka perasaan mereka dan menanggapi perasaan orang lain, memperlihatkan emosi dan antusias (dalam keadaan yang terbaik) atau mengoceh (dalam keadaan yang terburuk) f. Mencari persetujuan dan penerimaan g. Melihat kepada orang lain untuk mendapatkan penerimaan dan pemberian energi kembali; menginginkan orang lain menyetujui dan saling menyukai h. Menyukai kesenangan i. Mencari suasana yang bergairah, positif dan santai Selain karakter diatas, sifat-sifat Influence terlihat juga dari tingkah laku yang dapat diamati, yaitu: a. Seringkali tampak antusias b. Sangat bersahabat, mudah bergaul c. Banyak menggerakkan tangan bila berbicara d. Senang bercerita, bercanda e. Mudah berbagi rasa 45 Bab II Tinjauan Teoritis f. Tidak memperdulikan hal-hal yang sifatnya detil g. Sangat komunikatif h. Meja kerja berantakan dan tidak mengetahui letak barang i. Berpakaian mengikuti trend/ mode terkini. Adapun hal-hal yang dapat memotivasi individu yang memiliki tipe I adalah sebagai berikut: a. Pujian, popularitas b. Lingkungan yang ramah dan bersahabat c. Bebas dari aturan d. Adanya orang lain yang dapat mengurusi detil Dengan demikian lingkungan yang cocok bagi orang-orang yang memiliki tipe I adalah lingkungan yang memiliki prosedur yang praktis, sedikit konflik dan perbedaan pendapat, bebas dari hal-hal yang mengatur dan membatasi, adanya wadah untuk mengekspresikan ide dan adanya aktivitas kelompok. 3. Steadiness Tipe Steadiness memiliki karakteristik pribadi sebagai berikut: a. Santai b. Tenang, terkendali, menghargai orang lain secara tulus c. Tidak mau mempromosikan diri sendiri, memandang masalah atau kekhawatiran sebagai hal yang bisa dipecahkan 46 Bab II Tinjauan Teoritis d. Menunggu sampai mereka mengetahui langkah-langkah atau petunjuk sebelum bertindak, kemudian mereka maju ke depan dengan sikap yang sesuai dengan metode e. Bisa diramalkan f. Menyukai rutinitas serta keadaan dan praktek yang stabil g. Ulet dan gigih h. Pendengar yang baik i. Senang berelasi sosial j. Menyukai hubungan yang ramah dalam pekerjaan Selain karakter diatas, sifat-sifat Steadiness terlihat juga dari tingkah laku yang dapat diamati, yaitu: a. Meja kantor rapi dan terorganisir dengan baik b. Pendengar yang baik c. Akan berupaya mempertahankan status quo d. Sabar dan tenang e. Mengajukan pertanyaan untuk mengklarifikasi f. Memajang sertifikat keahlian/kompetensi g. Tidak banyak menuntut, mudah puas dengan apa yang dimilikinya h. Membuat pernyataan-pernyataan yang tentatif i. Dalam berpakaian cenderung memilih busana yang nyaman untuk dirinya 47 Bab II Tinjauan Teoritis Adapun hal-hal yang dapat memotivasi individu yang memiliki tipe S adalah sebagai berikut: a. Penghargaan/pengakuan terhadap kesetiaan b. Adanya rasa aman dan jaminan c. Tidak ada perubahan yang mendadak dalam prosedur d. Aktivitas: saya dapat memulai maka saya dapat menyelesaikan Dengan demikian lingkungan yang cocok bagi orang-orang yang memiliki tipe S adalah lingkungan yang memiliki sistem yang praktis, stabil dan dapat diprediksi, adanya tugas yang dapat diselesaikan, sedikit konflik dan perbedaan pendapat dan suasana lingkungan dalam keompok. 4. Compliance Tipe Compliance memiliki karakteristik pribadi sebagai berikut: a. Logis b. Hati-hati dan Penuh pertimbangan c. Suka melihat segala hal dengan cara baru d. Berpegang teguh pada metode e. Lebih formal, idealis, sesuai yang “seharusnya” f. Individual g. Menahan pemikiran mereka dalam hati dan tidak bersedia mengungkapkan pemikiran dan perasaan mereka sendiri atau orang lain h. Akurat dan perfeksionis 48 Bab II Tinjauan Teoritis Selain karakter diatas, sifat-sifat Compliance terlihat juga dari tingkah laku yang dapat diamati, yaitu: a. Kantor yang sangat rapih dan terorganisir b. Selalu menyiapkan diri dahulu sebelum datang/pergi ke pertemuan atau rapat c. Tepat waktu dan tidak tergesa-gesa d. Sopan dan diplomatis e. Akurat dan detil f. Menghindari konflik g. Menghindari tatapan mata langsung h. Tidak mudah berbagi rasa, nampak tidak ekspresif i. Sangat logis, perfeksionis j. Disiplin dalam memanfaatkan waktu Adapun hal-hal yang dapat memotivasi individu yang memiliki tipe C adalah sebagai berikut a. Standar kualitas yang tinggi b. Interaksi sosial yang terbatas c. Tugas yang detil d. Aturan yang logis Dengan demikian lingkungan yang cocok bagi orang-orang yang memiliki tipe C adalah lingkungan dengan karakteristik tugas yang dapat terus diikuti sampai selesai, tugas khusus atau teknis, pekerjaan dengan 49 Bab II Tinjauan Teoritis prosedur yang praktis dan rutin, adanya instruksi dan kepastian hati: saya melakukan apa yang diharapkan pada saya. 2.3.3. Behavioral Tools Menurut Marston, sistem kepribadian dapat digunakan untuk berbagai kepentingan sesuai dengan kebutuhan. Adapun beberapa cara yang dapat digunakan terhadap tingkah laku adalah sebagai berikut: 1. Modify Diperlukan waktu yang lama dalam perubahan tingkah laku. Perhatian diperhatikan di area yang membutuhkan perkembangan kepribadian. Dibutuhkan 21-28 hari untuk membentuk kebiasaan dan dibutuhkan reinforcement yang konstan untuk mempertahankan tingkah laku baru. Adapun beberapa hal yang diperlukan untuk memodifikasi adalah sebagai berikut: a. Choice: Memilih hal untuk diubah b. Repetition: Adanya pengulangan, ajaran demi ajaran c. Follow through (closure): Pada tahap ini, kita mencapai penyelesaian dari perubahan tingkah laku. Kita mencapai tujuan dan mendapatkan keuntungan atau manfaat dari tingkah laku baru. 2. Capitalize Setiap tipe tingkah laku mempunyai beberapa kekuatan. Capitalize adalah untuk mengidentifikasi suatu kekuatan tingkah laku dan 50 Bab II Tinjauan Teoritis menggunakan kekuatan tersebut secara berulang-ulang, menonjolkan bagian yang positif. Proses untuk menegaskan kekuatan digunakan dalam perencanaan karier. 3. Augment Teknik ini digunakan dalam team building. Satu orang yang kuat digunakan untuk menutupi orang lainnya yang lemah. Contoh: seseorang dengan tipe DI akan membuat keputusan dan berkomunikasi. Pasangkan orang tersebut dengan orang bertipe CS untuk mendapatkan fakta maka kombinasi tersebut akan memberikan pengaruh yang sangat efisien. 4. Blend Perpaduan merupakan suatu perubahan pendek dari tingkah laku, yang dibuat untuk menutup kebutuhan dari orang lain, atau untuk penyesuaian yang dibuat orang tersebut. 2.4. Profil SMK ICB Cinta Wisata Bandung 2.4.1. Sejarah SMK ICB Sejarah perjalanan SMK ICB (Cinta Wisata, Cinta Teknika, Cinta Niaga) dan SMA Plus Harapan yang didirikan oleh Yayasan Insan Cinta Bangsa tidak lepas dari keberadaan Lembaga Pendidikan International College. International College Laboratory of English di Bandung adalah salah satu lembaga pendidikan bahasa ingris yang berpusat di Yogyakarta. 51 Bab II Tinjauan Teoritis Kemudian, setelah berganti manajemen lembaga ini pada tahun 1979 menyelenggarakan berbagai pelatihan disamping bahasa inggris dan sekaligus menetapkan berdirinya International College Bandung yang disebut ICB (dibaca: Ai, Si, Bi). Kegiatan pendidikan ICB diawali dengan kursus Mengetik dan Tata Buku di Jalan Mangga No. 21 Bandung. Tahun 1980 membuka kursus Akuntansi dan Lembaga Pendidikan Sekretaris (LPS). Tahun 1992 kampus ICB di Jl. Katamso No. 29 dilengkapi dengan Lembaga Penddikan Administrasi (LPA). Pada tahun 1983 kampus ICB memperluas kegiatan hingga di Jl. Pahlawan 19B Bandung dengan menambah program kursus Bahasa Jepang. Tahun 1984 berkembang menjadi Pendidikan Kejuruan dengan 3 jurusan, yaitu Humas dan Jurnalistik, Manajemen dan Koperasi, Bahasa Inggris, serta Pendidikan Industri Pariwisata dan Perhotelan. Kemudian berkembang lagi menjadi Pendidikan Terapan Program Diploma (PTPD-ICB) yang membawai Pendidikan Ahli Administrasi Perkantoran (PAAP) dengan 2 jurusan LPA (Administrasi) dan LPS (Sekretaris). Pendidikan Ahli Administrasi Niaga (PAAN) dengan jurusan LPP (Perbankan), LPK (Komputer), LPAK (Akuntansi), Pendidikan Ilmu Pariwisata dan Perotelan (PIPP) dengan Jurusan Perhotelan dan Tours&Travel, serta Pendidikan Ahli Teknologi (PAAT) dengan Jurusan Teknik Otomotif dan Teknik Elektro. Pada tanggal 26 September 1986 melalui Notaris BM Sri Sugijarti Hartojo, disahkanlah Yayasan Insan Cinta 52 Bab II Tinjauan Teoritis Bangsa sebagai lembaga yang menyelenggarkan pendidikan dan pelatihan sejak tanggal 26 Maret 1979. Tahun 1989 Yayasan Insan Cinta Bangsa (YICB) mulai mendirikan Sekolah Menengah Kejuruan Insan Cinta Bangsa (SMIP-ICB). Pada awal berdirinya menerima 3 kelas dengan jumlah siswa 138 orang dengan Jurusan Perhotelan. Kemudian pada tahun 1990 membuka Jurusan Usaha Perjalanan Wisata. Kemudian tahun 1991 Yayasan Insan Cinta Bangsa mulai mendirikan STM ICB (SMK-ICB Cinta Teknika) dengan Jurusan Teknik Otomotif dan Teknik Elektronika dengan masing-masing 1 kelas. Pada tahun 1993 didirikan SMEA-ICB (SMK-ICB Cinta Niaga) dengan Jurusan Administrasi Perkantoran dengan 2 kelas dan Jurusan Perdagangan dengan 1 kelas. Pada tahun 1998 SMIP-ICB telah berstatus disamakan dengan 2 jurusan, yaitu Perhotelan dan Perjalanan Wisata. Menyusul STM tahun 2000 dan SMEA tahun 2001. Berdasarkan kurikulum edisi 1999 SMIP ICB dibawah yayasan menetapkan namanya dari SMIP-ICB menjadi SMK ICB Cinta Wisata dan menambah Jurusan (Program Keahlian) baru, yaitu Tata Boga (Food&Beverage) yang selama ini menjadi bagian dalam Jurusan Akomodasi Perhotelan. Kemudian STM ICB menjadi SMK ICB Cinta Teknika dengan 2 jurusan, dan SMEA ICB menjadi SMK ICB Cinta Niaga dengan menambah progran keahlian Akuntansi. Sejak itu program keahlian yang dimiliki SMK ICB Cinta Wisata adalah Akomodasi Perhotelan, Usaha Jasa Pariwisata, dan Tata Boga/FB. 53 Bab II Tinjauan Teoritis Program keahlian yang dimiliki SMK ICB Cinta Teknika adalah Teknik Mekanik Otomotif dan Teknik Elektronika. Sedangkan progran keahlian yang dimiliki oleh SMK ICB Cinta Niaga adalah Akuntansi, Penjualan dan Sekretaris. Pada tahun 2002 mulailah dirintis SMA Plus Harapan untuk meampung lulusan SMP dan Sederajat di Sekolah Menengah Umum dengan kemampuan plus Otomotif dan Perhotelan. Sampai tahun 2008 ini, SMA Plus telah meluluskan 4 angkatan. Tahun 2004 seiring dengan perubahan Kurikulum Tingkat Satuan Pembelajaran (KTSP) SMK ICB Cinta Wisata memiliki 3 jurusan yaitu Akomodasi Perhotelan, Usaha Jasa Pariwisata dan Restoran (Food & Beverage) yang pada awalnya bernama Jurusan Tata Boga. Cinta Teknika dengan 2 bidang keahlian, yaitu Teknik Elektro dengan program keahlian Teknik Audio Video dan Teknik Mesin dengan Teknik Mekanik Otomotif. Tahun 2007 SMK ICB Cinta Teknika membuka program keahlian baru yaitu Teknik Informatika untuk menampung permintaan pasar akan tenaga terampil lulusan SMK dan SMK ICB Cinta Niaga dengan 3 program keahlian, yaitu Akuntansi, Pemasaran dan Sekretaris. Pada tahun 2004 SMK ICB Cinta Wisata mendapatkan Akreditasi ”A” untuk setiap program keahlian, tahun 2006 SMK ICB Cinta Teknika mendapatkan Akreditasi ”A” untuk semua program keahlian, tahun 2007 SMA Plus Harapan juga mendapatkan Akreditasi ”A” dan SMK ICB Cinta Niaga mendapatkan Akreditasi ”A” pada tahun 2008. 54 Bab II Tinjauan Teoritis Dengan demikian SMK ICB telah menjadi lembaga pendidikan yang sudah dikenaloleh masyarakat, pemerintah, maupun dunia usaha/industri dan juga memiliki kualitas unggul dalam fasilitas, administrasi dan manajemen, organisasi dan kelembagaan, tenaga pengajar, kerjasama industri, peserta didik, lingkungan dan budaya sekolah. Untuk mendukung kemampuan lulusan dalam mencapai kompetensinya SMK ICB (Cinta Wisata, Cinta Teknika dan Cinta Niaga) maupun SMA Plus Harapan telah membenahi diri dengan melengkapi fasilitas-fasilitas pendukung dan fasilitas praktek yang memadai serta didukung oleh guru dan instruktur yang kompeten dalam bidangnya maupun praktisi dari dunia usaha dan industri disamping guruguru berpengalaman yang sudah dimiliki. 2.4.2. Visi dan Misi SMK ICB Cinta Wisata 2.4.2.1. Visi Menghadapi tantangan dimasa depan yang penuh dengan dinamika, SMK ICB Cinta Wisata sebagai salah satu sekolah bidang studi keahlian Seni, Kerajinan dan Pariwisata memiliki visi sebagai berikut: ”Menjadi lembaga pendidikan yang unggul dalam menyiapkan dan menciptakan sumber daya manusia yang beriman, bertaqwa, mampu menghadapi tantangan global pada kompeten keahlian pariwisata.” 55 Bab II Tinjauan Teoritis Indikatornya adalah sebagai berikut: 1. Unggul dalam mawujudkan kedisiplinan, kejujuran, ketertiban dan tanggung jawab. 2. Unggul dalam mencapai prestasi akademik maupun non akademik 3. Unggul dalam mewujudkan kemandirian melalui wirausaha 4. Unggul dalam mengembangkan kecakapan hidup (life skills) 5. Unggul dalam menerapkan kehidupan yang dilandasi keimanan, ketaqwaan, moralitas dan budi pekerti yang luhur 6. Unggul dalam menghasilakn lulusan yang kompeten dan siap berkompetensi di dunia usaha/industri 7. Unggul dalam kepedulian terhadap kelestarian terhadap budaya daerah, lingkungan hidup dan lingkungan sosial. 8. Unggul dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dan proses kegiatan pembelajaran di sekolah dan industri. 2.4.2.2. Misi Untuk tercapainya visi tersebut, SMK ICB Cinta Wisata manuangkan visi kedalam bentuk misi yang diemban untuk tercapainya visi SMK ICB Cinta Wisata Bandung. Adapun misi SMK ICB Cinta Wisata Bandung adalah sebagai berikut: 1. Mempersiapkan peserta didik agar menjadi manusia unggul, produktif, mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan, 56 Bab II Tinjauan Teoritis yang ada di dunia usaha/industri sebagai tenaga kerja tingkah menengah sesuai dengan kompetensi keahlian pariwisata 2. Membekali peserta didik agar mampu memilih karir, ulet dan gigih dalam berkompetisi, beradaptasi di lingkungan kerja dan mengembangkan sikap profesional dalam keahlian pariwisata. 3. Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni agar mampu bersaing di era global. 2.4.3. Tujuan SMK ICB Cinta Wisata SMK ICB Cinta Wisata sebagai bagian dari Pendidikan Menengah Kejuruan bertujuan menyiapkan peserta didik/lulusannya untuk: 1. Memasuki lapangan kerja serta dapat mengembangkan sikap unggul dan profesional dalam lingkup lompetensi keahlian pariwisata. 2. Mampu memilih karir, mampu berkompetensi dan mampu mengembangkan diri dalam lingkup kompetensi keahlian pariwisata. 3. Menjadi tenaga kerja tingkat menengah untuk megisi kebutuhan dunia usaha dan industri pada saat ini maupun saat yang akan datang dalam lingkup kompetensi keahlian pariwisata. 4. Menjadi warga negara yang produktif, adaptif dan kreatif 5. Mampu mengembangkan sikap mental dan memiliki keberanian untuk membuka usaha mandiri untuk berwirausaha 6. Membekali peserta didik dengan keterampilan, pengetahuan dan sikap agar memiliki kompeten keahlian pariwisata. 57 Bab II Tinjauan Teoritis 2.4.4. Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan SMK ICB Cinta Wisata Pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan yang menyiapkan peserta didik menjadi manusia yang produktif yang dapat langsung bekerja dibidangnya setelah melalui pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi. Dengan demikian pembukaan program diklat di SMK ICB Cinta Wisata Bandung harus responsif terhadap perubahan pasar kerja. Pendidikan menengah kejuruan harus dijalankan atas dasar prinsip investasi SDM (capital human investment). Semakin tinggi kualitas pendidikan dan pelatihan seseorang, akan semakin produktif orang tersebut. Struktur kurikulum pendidikan kejuruan di SMK ICB Cinta Wisata Bandung diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan peserta didik untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan program kejuruannya. Kurikulum SMK ICB Cinta Wisata Bandung berisi mata pelajaran wajib, mata pelajaran kejuruan, muatan lokal dan pengembangan diri. Mata pelajaran pada SMK ICB Cinta Wisata Bandung khususnya Program Keahlian Restoran (Food & Beverage) adalah sebagai berikut: 1. Pendidikan Agama; Islam/Kristen/Protestan/Hindu/Budha 2. Pendidikan Kewarganegaraan 3. Bahasa Indonesia 4. Pendidikan Jasmani, Olah raga dan Kesehatan 5. Seni dan Budaya 6. Matematika 58 Bab II Tinjauan Teoritis 7. Bahasa Inggris 8. IPA 9. IPS 10. Muatan Lokal a. Muatan lokal wajib, yaitu Bahasa Sunda (Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 423.5/Kep. 674Disdik/2006, tanggal 25 Juli 2006) dan Pendidikan Lingkungan Hidup (Berdasarkan Peraturan Wali Kota Bandung Nomor 031 Tahun 2007, tanggal 10 Januari 2007). b. Muatan lokal berdasarkan keunggulan lokal dan global, yaitu Bahasa Perancis dan Make Up Room, Mengolah Kue Pastry Kontinental dan Membuat Hidangan Penutup. 11. KKPI (Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi) 12. Kewirausahaan 13. Dasar Kompetensi Kejuruan 14. Kompetensi Kejuruan Selain mata pelajaran di atas, siswa SMK ICB Cinta Wisata Bandung juga dibekali dengan pendidikan kecakapan hidup. 2.4.4.1. Pendidikan Kecakapan Hidup Pendidikan kecakapan hidup di SMK ICB Cinta Wisata Bandung merupakan bagian integral dari pendidikan semua mata pelajaran dan berupa paket/modul yang direncanakan khusus. Pendidikan kecakapan 59 Bab II Tinjauan Teoritis hidup dapat diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan yang bersangkutan dan dari satuan pendidikan formal lain atau nonformal. Pada SMK ICB Cinta Wisata Bandung Pendidikan Kecakapan Hidup diarahkan melalui program pembelajaran yang memberikan bekal kecakapan untuk hidup yang dapat dimanfaatkan untuk usaha mandiri atau bekerja melalui pembelajaran teori di sekolah, praktek di sekolah, program Praktek Kerja Industri selama 4 bulan di dunia usaha pariwisata dan program Praktek Kewirausahaan. 2.4.5. Tujuan Kompetensi Keahlian Restoran (Food & Beverage) Tujuan kompetensi Keahlian Food & Beverage secara umum mengacu pada isi Undang-undang Sistim Pendidikan Nasional (UU SPN) Pasal 3 mengenai Tujuan Pendidikan Nasional dan penjelasan Pasal 15 yang menyebutkan bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja di bidang tertentu. Secara khusus tujuan Program Studi Keahlian Food & Beverage membekali peserta didik dengan keterampilan, pengetahuan dan sikap agar kompeten dalam: 1. Mengolah dan menyajikan makanan kontinental yang terdiri dari makanan pembuka, makanan utama dan makanan penutup. 2. Mengolah dan menyajikan makanan Indonesia yang terdiri dari makanan pembuka, makanan pokok, lauk pauk dan makanan penutup. 60 Bab II Tinjauan Teoritis 3. Melayani makan dan minum baik di restoran maupun di kamar tamu serta menata meja makan prasmanan. 4. Mengolah dan menyajikan aneka minuman 5. Mengorganisir operasi pelayanan makan dan minum di restoran 2.4.6. Standar Kompetensi Kejuruan Program Keahlian Food & Beverage Standar Kompetensi Kompetensi Dasar a. Menjelaskan prinsip pengolahan makanan kontinental b. Mengolah stock, soup dan sauce 1. Mengolah c. Mengolah cold dan hold appetizer atau salad makanan d. Mengolah sandwich dan hidangan dari sayuran kontinental e. Mengolah hidangan dari telur, unggas, daging dan seafood f. Menggunakan peralatan pengolahan makanan a. Menjelaskan prinsip pengolahan makanan Indonesia b. Mengolah salad (gado-gado, urap, rujak) 2. Mengolah c. Mengolah sup dan soto makanan d. Mengolah hidangan nasi dan mie Indonesia e. Mengolah hidangan sate atau jenis makanan yang dipanggang f. Mengolah hidangan Indonesia dari unggas, daging 61 Bab II Tinjauan Teoritis dan seafood g. Mengoperasikan alat pengolahan makanan a. Menjelaskan ruang lingkup pelayanan makanan dan minuman b. Mengoperasikan peralatan layanan makanan dan 3. Melayani makan dan minum minuman c. Menyediakan layanan makanan dan minuman di restoran d. Menyediakan room service e. Membuat minuman non alkohol 4. Melakukan a. Menjelaskan aturan makan atau diet perencanaan b. Mengidentifikasikan kebutuhan gizi hidangan harian untuk meningkatkan c. Membuat rencana menu sesuai kebutuhan gizi d. Menghitung kandungan gizi bahan makanan e. Mengevaluasi menu dan makanan yang diolah kesehatan 5. Melakukan a. Menjelaskan jenis-jenis kesempatan khusus pengolahan b. Merencanakan menu kesempatan khusus makanan untuk kesempatan khusus 6. Melakukan c. Mengoperasikan peralatan pengolahan makanan d. Melakukan pengolahan makanan sesuai menu e. Menyajikan makanan menu khusus a. pengolahan usaha b. Menjelaskan sistem usaha restoran Merencanakan usaha restoran berdasarkan menu 62 Bab II Tinjauan Teoritis restoran c. Menghitung kalkulasi harga d. Menyiapkan makanan untuk buffee e. Mengorganisir operasi makanan dalam jumlah besar f. Menyediakan penghubung antara dapur dan area pelayanan Adapun fasilitas yang disediakan SMK ICB Cinta Wisata Bandung untuk mendukung proses kegiatan belajar mengajar, khususnya di Jurusan Food & Beverage antara lain: Lab. Kitchen, Lab. Pastry, Bartender, Restoran dan Unit Produksi FB. 2.4.7. Mata Pelajaran Kewirausahaan Sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya, kewirausahaan merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum pembelajaran di SMK ICB Cinta Wisata Bandung. Bahkan mata pelajaran kewirausahaan merupakan mata pelajaran yang termasuk ke dalam Mata Pelajaran Pendidikan Kecakapan Hidup. Dengan demikian kewirausahaan merupakan salah satu bagian penting dalam kurikulum pendidikan untuk mencetak lulusan yang mandiri. Mata Pelajaran Kewirausahaan mulai dipelajari oleh siswa dari sejak siswa duduk di kelas X berupa teori dan praktek. Di kelas X siswa mempelajari kewirausahaan secara teoritis agar mendapatkan pemahaman mengenai kewirausahaan dan karakter mental 63 Bab II Tinjauan Teoritis wirausaha. Di kelas XI siswa diberi tugas untuk membuat kafe di lingkungan masyarakat. Tugas tersebut dilakukan secara berkelompok, yang setiap kelompoknya terdiri dari 10-15 orang. Mereka harus merancang kafe tersebut secara mandiri, termasuk dalam hal modal usaha. Kegiatan tersebut mendapatkan pantauan langsung dari guru. Pada ujian akhir kelas XII, siswa diberi tugas untuk membuat proposal rancangan wirausaha secara individual. Adapun standar kompetensi dan kompetensi dasar dari Mata Pelajaran Kewirausahaan adalah sebagai berikut: Standar Kompetensi Kompetensi Dasar a. Mengidentifikasi sikap dan perilaku wirausahawan b. Menerapkan sikap dan perilaku kerja prestatif 1. Mengaktualisasikan c. Merumuskan solusi masalah sikap dan perilaku wirausaha d. Mengembangkan semangat wirausaha e. Membangun komitmen bagi dirinya dan bagi orang lain f. Mengambil resiko usaha g. Membuat keputusan a. Menunjukkan sikap pantang menyerah dan 2. Menerapkan jiwa kepemimpinan ulet b. Mengelola konflik c. Membangun visi dan misi usaha 64 Bab II Tinjauan Teoritis a. Menganalisa peluang usaha 3. Merencanakan b. Menganalisis aspek-aspek pengelolaan usaha usaha kecil/mikro c. Menyusun proposal usaha a. Mempersiapkan pendirian usaha 4. Mengelola usaha kecil/mikro b. Menghitung resiko menjalankan usaha c. Menjalankan usaha kecil d. Mengevaluasi hasil usaha 2.5. Kerangka Pikir Di tengah perekonomian yang sulit saat ini, lulusan SMK yang telah dibekali oleh keterampilan siap pakai dituntut untuk dapat berwirausaha. Dalam dua tahun terakhir ini Depdiknas terus mendorong SMK untuk dapat memberikan program pembelajaran kewirausahaan secara memadai untuk dapat memberikan bekal kewirausahaan bagi lulusannya. Hal ini ditambah lagi dengan persaingan kerja yang akan semakin ketat di antara lulusan SMK yang melimpah membuat dibutuhkannya suatu kepribadian wirausaha untuk dapat bertahan dalam menghadapi sempitnya lapangan kerja yang tersedia. Siswa-siswi yang bersekolah di SMK ICB Cinta Wisata Bandung, khususnya pada Jurusan Food & Beverage memiliki keterampilan masakmemasak setelah lulus sekolah. Selain bekal keterampilan yang dimiliki, mereka juga dibekali dengan Mata Pelajaran Kewirausahaan yang sudah didaapt siswa sejak duduk di kelas X. Bahkan Mata Pelajaran Kewirausahaan termasuk kedalam 65 Bab II Tinjauan Teoritis Mata Pelajaran Pendidikan Kecakapan Hidup yang direncanakan khusus untuk dapat mencapai salah satu misi pendirian SMK ICB Cinta Wisata Bandung, yaitu unggul dalam mewujudkan kemandirian melalui wirausaha. Pada kenyataannya, hanya sekitar 12% saja lulusan yang berkecimpung di dunia wirausaha. Siswa-siswi yang memiliki kepribadian wirausaha dapat melengkapi keterampilan dan pembekalan yang telah diberikan di sekolah. Di tengah kesempatan kerja yang semakin sempit, siswa-siswi yang mempunyai kepribadian wirausaha dapat memanfaatkan keahlian yang dimilikinya untuk bekerja secara mandiri dan berperan sebagai job creator. Berbeda dengan siswa-siswi yang tidak memiliki kepribadian wirausaha, mereka akan lebih berperan sebagai pencari kerja. Melihat fenomena tersebut maka perlu dikaji terlebih dahulu mengenai faktor-faktor yang menyebabkan seseorang menjadi wirausahawan (Lambing & Kuehl:2003), yaitu faktor individu, budaya, keadaan masyarakat dan kondisi keluarga. Faktor individu berkaitan dengan kepribadian yang berada dalam diri individu, sedangkan fakor budaya berkaitan dengan nilai yang dianut oleh anggota kelompok dalam budaya tersebut. Faktor budaya juga berupa pandangan image atau status seseorang di lingkungannya, dalam hal ini pandangan masyarakat terhadap orang yang menjadi wirausaha. Faktor keadaan masyarakat berkaitan dengan tuntutan keadaan atau keadaan pasar kesempatan kerja dan tenaga kerja. Saat ini keadaan pasar kesempatan kerja di Indonesia semakin terbatas dan tidak sebanding dengan jumlah pencari kerja, apalagi jika ditambah dengan meluapnya lulusan SMK kelak dapat menambah jumlah pengangguran di Indonesia. Faktor 66 Bab II Tinjauan Teoritis kondisi keluarga berkaitan dengan perkembangan individu sebagai wirausaha karena pengaruh tradisi keluarga. Brockhaus (1982) mencatat empat studi menyatakan bahwa wirausahawan cenderung memiliki ayah wirausaha. Faktor-faktor di atas saling mempengaruhi satu sama lain. Faktor kepribadian tersebut dapat tumbuh karena pengaruh faktor budaya dan faktor kondisi keluarga yang memberi stimulasi. Faktor budaya dapat membentuk keyakinan dan pandangan seseorang. Keyakinan dan pandangan tersebut dapat menstimulasi individu dalam pembentukan kepribadiannya. Pengaruh faktor kondisi keluarga terhadap tumbuhnya kepribadian berkaitan dengan sifat-sifat yang diturunkan dan pola asuh orang tua yang membentuk karakter individu. Individu dari lingkungan keluarga yang mempunyai tradisi wirausaha, sejak dini sudah mendapatkan stimulus sosial yang berkaitan dengan wirausaha. Stimulus ini akan mempengaruhi perkembangan kepribadiannya sehingga setelah dewasa sebenarnya ia sudah mempunyai benih-benih wirausaha. Staw (1991) menambahkan kemandirian dan fleksibilitas yang ditularkan oleh orang tua yang bekerja mandiri atau berbasis wirausaha melekat dalam diri anak-anaknya sejak kecil. Dari keempat faktor tersebut, faktor yang paling mempengaruhi individu untuk menjadi wirausaha yaitu faktor kepribadian. Kepribadian memegang peranan utama dalam membentuk seseorang menjadi wirausahawan dan mencapai keberhasilan dalam berwirausaha. Berdasarkan pendapat dari Lambing & Kuehl (2003) sebenarnya ada trait kepribadian tertentu yang melekat pada seorang wirausahawan. Penelitian Cunningham (dalam Meng & Liang, 1996) 67 Bab II Tinjauan Teoritis menunjukkan bahwa keberhasilan seorang wirausaha berkaitan dengan sifat-sifat kepribadian yang dimilikinya dan merupakan hal yang paling penting dalam menentukan kesuksesan seseorang dalam berwirausaha, yaitu sebesar 49%. Temuan serupa juga dicatat oleh peneliti lain, seperti Plotkin (1991, dalam Meng & Liang, 1996), dan Mc Ber & Co di AS (dalam Zimmerer & Scarborough, 1998) yang menemukan adanya keterkaitan sifat-sifat pribadi seseorang untuk menjadi seorang wirausahawan yang sukses. Dengan demikian faktor kepribadian memiliki kontribusi yang paling besar dalam menentukan seorang berwirausahawan atau tidak. Seorang wirausahawan adalah seorang yang. mendobrak sistem ekonomi yang ada dengan memperkenalkan barang dan jasa yang baru, dengan menciptakan bentuk organisasi baru atau mengolah bahan baku baru. Orang tersebut melakukan kegiatannya melalui organisasi bisnis yang baru ataupun bisa pula dilakukan dalam organisasi bisnis yang sudah ada. (Joseph Scumpeter Bygrave, 1994:1). Joseph Scumpeter menambahkan bahwa seorang wirausaha adalah orang yang melihat adanya peluang kemudian menciptakan sebuah organisasi untuk memanfaatkan peluang tersebut. Dengan demikian individu tersebut harus memiliki kepribadian yang mendukung untuk melakukan suatu kegiatan wirausaha. Individu yang memiliki kepribadian wirausaha adalah seseorang yang memiliki sifat percaya diri, berorientasi pada tugas dan hasil, pengambil resiko, kepemimpinan, berorientasi ke masa depan dan keorisinilan (Meredith et.al. 1987). Menurut Meredith, seseorang dapat menjadi seorang 68 Bab II Tinjauan Teoritis wirausaha jika mempunyai nilai yang tinggi untuk kebanyakan dari sifat-sifat tersebut. Individu yang mempunyai kepercayaan diri akan gigih dalam memperjuangkan ide yang diperolehnya untuk menjadi kenyataan. Seseorang yang memiliki sifat percaya diri akan memiliki sikap yang optimis sehingga dapat berfikir dan bersikap positif. Kepercayaan diri juga akan melahirkan suatu kemandirian yang membuat seseorang tidak bergantung kepada orang lain. Dari sifat personal tersebut, akan melahirkan tabiat yang motivatif (berorientasi pada tugas dan hasil), berpikiran terbuka dan inovatif sehingga dapat dengan cepat menemukan cara-cara ataupun hal-hal baru untuk mewujudkan ideide yang dimilikinya. Kreativitas merupakan syarat untuk terjadinya inovasi. Para peneliti seperti Amabile, Barron, Eysenck, Gough, dan HacKinnon (dalam Stenberg & Lubart, 1996) sependapat bahwa ada sifat kepribadian tertentu yang menjadi ciri seorang kreatif, seperti membuat penilaian secara independen, rasa percaya diri, suka akan kerumitan, berorientasi estetis dan berani mengambil resiko. Seorang wirausaha pada hakekatnya adalah seorang pemimpin. Hal ini dikarenakan mereka harus mencari peluang-peluang, memulai proyek-proyek, mengumpulkan sumber daya manusiawi dan finansial yang diperlukan untuk melaksanakan proyek, menentukan tujuan-tujuan untuk mereka sendiri dan orang lain dan memimpin serta membimbing orang lain untuk mencapai tujuan. Mengacu pada tipe kepribadian yang dirumuskan oleh para ahli diatas mengenai sifat-sifat yang dimiliki oleh seorang wirausahawan, maka unsur 69 Bab II Tinjauan Teoritis kepribadian yang harus dilihat pada siswa-siswi adalah memiliki sifat percaya diri, berorientasi pada tugas dan hasil, pengambil resiko, kepemimpinan, berorientasi ke masa depan dan keorisinilan. Sifat-sifat tersebut sejalan dengan tipe kepribadian yang terdapat dalam DISC Personality System, yaitu tipe kepribadian DI dan ID. D merupakan singkatan dari tipe kepribadian Dominant, sedangkan I merupakan singkatan dari tipe kepribadian Influence. Individu dengan tipe D identik dengan seseorang yang memiliki jiwa kepemimpinan, berani, menjalankan segala hal dengan caranya sendiri, mengambil resiko, suka bersaing, independent dan termotivasi untuk menjadi nomor satu. Sedangkan tipe I identik dengan individu yang sociable, extrovert, senang bergaul, mobile, tidak menyukai rutinitas dan optimis. Tipe kepribadian DI dalam diri individu dapat diartikan bahwa individu memiliki dua tipe yang menonjol dalam dirinya, dengan tipe D yang paling berperan. Kombinasi tipe DI dalam individu merupakan tipe yang sangat aktif dan berlangkah cepat. Seseorang yang memiliki tipe DI merupakan seorang yang berani mengambil keputusan, bersifat visioner, progresif dan bekerja keras untuk mencapai tujuan. Mereka merupakan individu yang suka memimpin, memiliki sifat ingin tahu dan memiliki banyak minat. Mereka memiliki orientasi yang tinggi terhadap tugas dan dapat memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap orang lain dan memotivasi orang lain untuk mencapai tujuan. Adapun hal-hal yang dapat menjadi motivator bagi tipe DI adalah: mengambil keputusan, tantangan, perubahan yang cepat, tantangan baru, kekuasaan, otoritas untuk 70 Bab II Tinjauan Teoritis mengambil keputusan, bebas dari pekerjaan rutin dan monoton, bebas dari banyak aturan dan ketentuan, adanya orang lain yang mengurusi hal detil. Sedangkan tipe kepribadian ID memiliki arti bahwa individu memiliki dua tipe yang menonjol dalam kepribadiannya, dengan tipe I yang paling berperan. Individu yang memiliki kombinasi tipe ID memperlihatkan semangat suka bergaul, minat yang tinggi terhadap orang dan kemampuan mendapatkan rasa hormat dan kekaguman dari banyak orang. Mereka melakukan usaha dengan cara yang bersahabat sambil berupaya untuk mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan mereka dan mempromosikan sudut pandang mereka. Mereka lebih menyukai kebebasan daripada rutinitas dan menginginkan otoritas dan juga prestasi. Mereka bersemangat ketika diberikan tugas yang menuntut mobilitas dan tantangan. Mereka menginginkan agar orang-orang disekelilingnya berkomunikasi secara efisien dan efektif. Untuk menjadi seorang wirausaha, individu yang memiliki keluarga berwirausaha memiliki kemungkinan yang besar untuk dapat menjadi wirausaha dengan meneruskan usaha yang sudah ada (Ward:1974). Lain halnya dengan individu yang tidak memiliki keluarga yang berwirausaha, individu tersebut harus merintis usaha dari awal. Orang-orang yang ingin merintis suatu usaha memerlukan relasi yang luas dan baik, serta jaringan yang luas disamping memiliki keterampilan yang baik. Selain itu dalam bisnis kuliner yang tergolong dalam usaha jasa, faktor I dalam DISC penting untuk dimiliki agar dapat berhubungan dengan pelanggan dan memberikan pelayanan dengan baik. Para peneliti seperti Cunningham, Pekerti, Meng & Liang, Kotter, Huck dan Gosh 71 Bab II Tinjauan Teoritis (dalam Meng & Liang, 1996) menemukan bahwa 17% dari keberhasilan ditentukan oleh kemampuan untuk behubungan dengan pelanggan. Kotter (1982) juga menyatakan bahwa membangun hubungan positif dengan pihak lain, baik di dalam maupun di luar organisasi sangat diperlukan untuk keberhasilan usaha. Dengan demikian individu yang memiliki tipe kepribadian DI dan ID dalam DISC Personality System memiliki potensi untuk dapat berwirausaha dan merupakan tipe kepribadian yang sesuai untuk dapat berwirausaha. 72 Bab II Tinjauan Teoritis Bagan Kerangka Pikir: Tipe Kepribadian Non DI / ID Tidak Sesuai Untuk Berwirausaha Tipe Kepribadian DI / ID Sesuai Untuk Berwirausaha Siswa-siswi Jurusan Food & Beverage SMK ICB Cinta Wisata Bandung Kepribadian Wirausaha (Meredith): 1. Percaya Diri 2. Berorientasi Pada Tugas dan Hasil 3. Pengambil Resiko 4. Kepemimpinan 5. Berorientasi ke Masa Depan 6. Keorisinilan 73 Bab III Metodologi Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini peneliti menguraikan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian. Peneliti juga akan menjelaskan mengenai rancangan penelitian, variabel penelitian, operasionalisasi variabel dan subjek penelitian. Pada bab ini dipaparkan pula alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini, serta peneliti memaparkan mengenai prosedur yang ditempuh dalam penelitian ini. 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian mengenai profil kepribadian wirausaha pada siswa-siswi SMK ICB Cinta Wisata Bandung Jurusan Food and Beverage adalah merupakan suatu penelitian yang bersifat eksploratif, karena akan menangkap permasalahan secara lebih mendalam dan lebih terperinci. Dalam hal ini peneliti akan membahas masalah secara deskriptif. Artinya, masalah dibahas secara mandiri tanpa membuat perbandingan ataupun menghubungkan. (Sedarmayanti, 2002 :41) Oleh karena itu penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan studi deskriptif. Penelitian studi deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada yakni gejala pada saat penelitian dilakukan. Penelitian deskriptif tidak ditujukan untuk menguji hipotesis, tetapi hanya menggambarkan ‘apa adanya’ tentang suatu variabel, gejala atau keadaan (Arikunto, 1995 : 309-310). 74 Bab III Metodologi Penelitian Metode deskriptif ini merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan objek dengan apa adanya. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat dari suatu populasi (Sumadi Suryabrata, 2003:75). Metode deskiptif ini dilakukan melalui 2 langkah, yaitu langkah deduktif dan langkah induktif. 1. Langkah Deduktif Langkah awal dalam penelitian adalah studi kepustakaan. Langkah ini bertujuan untuk memperoleh kejelasan secara teoritis tentang kewirausahaan dan mengenai kepribadian orang-orang yang berwirausaha. Setelah itu peneliti dapat membuat pembahasan masalah serta menentukan metode dan alat ukur yang akan digunakan. 2. Langkah Induktif Langkah ini merupakan langkah lanjutan dalam penelitian dengan mengambil data-data mengenai masalah yang diteliti terhadap subjek penelitian yang telah ditentukan. Data-data yang digali dalam penelitian ini berkaitan dengan sistem pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan terutama pembelajaran mengenai kewirausahaan. 3.2. Identifikasi Variabel Dalam penelitian ini variabel yang hendak diukur adalah variabel profil kepribadian wirausaha pada siswa-siswi Jurusan Restoran (Food&Beverage) di SMK ICB Cinta Wisata Bandung. 75 Bab III Metodologi Penelitian 3.3. Operasionalisasi Variabel Profil kepribadian wirausaha yang dimaksud dalam penelitian ini adalah individu yang memiliki sifat-sifat percaya diri, berorientasi pada tugas dan hasil, pengambil resiko, kepemimpinan, keorisinilan dan berorientasi ke masa depan. 3.4. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi Jurusan Food & Beverage di SMK ICB Cinta Wisata Bandung. Subjek penelitian dari penelitian ini diambil berdasarkan teknik random sampling. Teknik random sampling disebut juga sebagai teknik acak atau probability sampling. Dengan teknik random berarti semua anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dijadikan anggota sampel. Adapun jumlah populasi adalah 160 orang dan jumlah sampelnya adalah 40 orang. Dalam pengambilan sampel penelitian, peneliti mempertimbangkan hal-hal berikut: 1. Subjek secara resmi terdaftar sebagai siswa/siswi Jurusan Food&Beverage di SMK ICB Cinta Wisata Bandung dan masih menempuh pendidikan secara aktif. 2. Subjek merupakan siswa/siswi yang sedang menempuh pendidikan di kelas X dan XI. 76 Bab III Metodologi Penelitian 3.5. Alat Ukur Alat ukur yang digunakan untuk mengetahui profil kepribadian wirausaha pada penelitian ini adalah dengan menggunakan alat tes psikologi DISC. D adalah singkatan untuk Dominant, I adalah singkatan untuk Influence, S adalah singkatan untuk Stable dan C adalah singkatan untuk Compliant. DISC merupakan tools prediksi mengenai perilaku, namun bukan merupakan tes lengkap kepribadian, karena tidak mendeskripsikan secara kompeks mengenai gambaran psikologis. DISC menjelaskan bagaimana perbedaan perilaku seseorang dalam beragam setting, dimana situasi-situasi itu bisa mencerminkan suatu karakter Dominance (D), Influence (I), Steadiness (S), Compliance (C) dan suatu Inkonsistensi (). Setting yang digambarkan meliputi area bagaimana seseorang berhadapan dengan situasi, relasi, lingkungan dan aturan. Dalam DISC Personality System, profil kepribadian wirausaha tergambar dalam kombinasi D dan I (Dominant dan Influence) yang lebih menonjol dalam diri individu. Kombinasi tersebut dapat berupa DI (D yang lebih berperan daripada I) maupun ID (I yang lebih berperan daripada D). Dalam DISC, subjek diminta untuk membaca 4 kalimat yang terdapat di dalam masing-masing kotak. Subjek diharuskan menandai kalimat yang paling menggambarkan dirinya dan yang kurang menggambarkan diri subjek. Subjek melingkari simbol pada kalimat yang paling menggambarkan dirinya dan melingkari simbol z pada kalimat yang kurang menggambarkan dirinya. Adapun soal yang terdapat dalam DISC adalah sebanyak 24 buah. 77 Bab III Metodologi Penelitian 3.5.1. Kategori Penghayatan Kategori penghayatan pada alat ukur ini mengacu pada lembar skoring yang telah tersedia. Setiap kalimat pada setiap nomor soal akan diberi simbol angka 1 sampai 4 untuk menandakan jawaban yang diberikan subjek. Adapun simbol angka dan kategori penghayatan yang diberikan untuk jawaban subjek pada kolom ”PALING” di setiap nomor soalnya adalah sebagai berikut: Nomor Simbol Soal Angka Nomor Simbol Soal 1=S 1. 2. 3. 4. 5. 2=I 3= Angka Nomor Simbol Soal 1= 1=D 9. 2=C 3= Angka 17. 2=D 3=S 4=C 4= 4=I 1=C 1= 1=D 2=D 3= 10. 2=D 3=S 18. 2= 3= 4=S 4=I 4=C 1=I 1=S 1=D 2= 3= 11. 2= 3=D 19. 2=S 3=I 4=D 4=C 4= 1=C 1= 1=D 2=S 3= 12. 2=C 3=I 20. 2=S 3=I 4=D 4=D 4=C 1=I 1=D 1=S 2=D 3=S 4= 13. 2=S 3=I 4= 21. 2=D 3=I 4= 78 Bab III Metodologi Penelitian 1=C 2=D 6. 7. 8. 3=I 1=C 14. 2=I 3=S 1=S 22. 2= 3=D 4=S 4=D 4=C 1=S 1=S 1= 2=I 3= 15. 2=C 3=I 23. 2=I 3=S 4= 4=D 4= 1=I 1= 1= 2=S 3=C 16. 4=D 2=C 3=I 24. 4=S 2=I 3=D 4=C Sedangkan simbol angka dan kategori penghayatan yang diberikan untuk jawaban subjek pada kolom ”KURANG” di setiap nomor soalnya adalah sebagai berikut: Nomor Simbol Soal Angka Nomor Simbol Soal 1=S 1. 2. 3. 2=I 3=D Angka Nomor Simbol Soal 1=D 9. 2=C 3=I Angka 1=C 17. 2=D 3=S 4=C 4=S 4= 1= 1=C 1=D 2=D 3=I 10. 2=D 3=S 18. 2=I 3=S 4=S 4= 4= 1=I 1= 1=D 2=C 3=S 4= 11. 2=I 3=D 4=C 19. 2= 3=I 4=C 79 Bab III Metodologi Penelitian 1=C 4. 5. 6. 7. 8. 2=S 3=I 1= 1=S 12. 2= 3=I 20. 2=S 3=I 4=D 4=D 4= 1= 1=D 1=S 2=D 3=S 13. 2= 3= 21. 2=D 3=I 4=C 4=C 4=C 1= 1=C 1=S 2=D 3=I 14. 2=I 3= 22. 2=I 3=D 4=S 4=D 4=C 1= 1=S 1=D 2=I 3=C 15. 2= 3=I 23. 2= 3=S 4=D 4=D 4=C 1=I 1=D 1=S 2=S 3=C 4=D 16. 2= 3=I 4=S 2=I 24. 3= 4= 3.5.2. Teknik Skoring 1. Periksa kembali bahwa subjek benar-benar mengisi seluruh kolom dan tidak ada yang terlewati. 2. Setelah itu cocokkan jawaban subjek pada lembar skoring 3. Hitunglah total D yang dilingkari dari ketiga kolom “PALING” (P). tulislah jumlah total tersebut pada kotak “MOST” kolom D di lembar grafik. Lakukan hal yang sama untuk I, S, C dan . 80 Bab III Metodologi Penelitian 4. Kemudian hitung total D yang dilingkari dari ketiga kolom “KURANG” (K). Tulislah jumlah total tersebut pada kotak “LEAST” kolom D di lembar grafik. Lakukan hal yang sama untuk I, S, C dan . 5. Pada kolom ”CHANGE” tulis selisih antara nilai D pada kolom ”MOST” dengan D pada kolom ”LEAST”. Lakukan hal yang sama pada I, S dan C. 6. Periksa kembali dan pastikan total skor berjumlah 24. 7. Kemudian lihatlah tiga grafik yang tersedia dibawahnya. 8. Isilah grafik 1 dengan angka-angka yang terdapat pada kolom ”MOST”, lingkari angka tersebut dan hubungkan garisnya. 9. Isilah grafik 2 dengan angka-angka yang terdapat pada kolom ”LEAST”, lingkari angka tersebut dan hubungkan garisnya. 10. Lakukan hal yang sama pada grrafik 3 dengan angka-angka yang terdapat pada kolom ”CHANGE”. 3.5.3. Teknik Interpretasi 1. Lihat garis tengah yang terdapat pada grafik DISC dan perhatikan faktor apa saja yang berada di atas garis tengah dan di bawah garis tengah. 2. Perbedaan posisi keempat faktor yang membedakan style seseorang dengan orang lain. Faktor-faktor yang terdapat di atas garis tengahlah yang merupakan tipe kepribadian individu. 81 Bab III Metodologi Penelitian 3. Hasil tes dinyatakan tidak valid jika: a. Semua faktor yang terdapat di grafik 1 merupakan kebalikan dari faktor-faktor di grafik 2. b. Terdapat pula faktor-faktor yang berbeda di setiap grafiknya secara drastis. 4. Hasil pemeriksaan yang tidak valid tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti: a. Subjek masih remaja sehingga belum memiliki identitas diri yang jelas b. Subjek kurang mengerti bahasa yang dipergunakan c. Subjek berusaha untuk memanipulasi 3.6. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif dengan menggunakan metode statistik presentase (%). Alasan mempergunakan teknik presentase ini adalah dikarenakan data yang dipergunakan adalah nominal dan data yang didapat bersifat kuantitatif. Teknik analisis presentase yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menentukan profil kepribadian dalam DISC yang dapat menggambarkan profil kepribadian seorang wirausaha. 2. Data hasil tes diolah secara statistik, yaitu dengan menghitung presentase dari siswa-siswi yang memiliki profil kepribadian wirausaha dengan menggunakan rumus: 82 Bab III Metodologi Penelitian Presentase (%) = F x 100 % N Keterangan: F = Frekuensi dari jumlah kategori subjek N = Ukuran keseluruhan subjek 3. Hasil perhitungan tersebut kemudian akan dianalisa secara deskriptif, sehingga secara umum dapat menggambarkan bagaimana profil kepribadian wirausaha pada subjek penelitian. 3.7. Prosedur Penelitian 3.7.1. Tahap Persiapan 1. Memilih topik penelitian sesuai dengan permasalahan yang ingin diteliti 2. Menentukan variabel yang akan diteliti 3. Melakukan studi kepustakaan untuk mendapatkan gambaran dan landasan teoritis mengenai variabel yang ingin diteliti 4. Menetapkan populasi dan sampel penelitian. 5. Menyusun usulan rancangan penelitian sesuai dengan permasalahan yang ingin diteliti 6. Menentukan teknik pengambilan data. 7. Menentukan alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian. 83 Bab III Metodologi Penelitian 3.7.2. Tahap Pengumpulan Data 1. Mencari data sampel penelitian yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan 2. Mendatangi subjek penelitian untuk menjelaskan maksud penelitian dan meminta kesediaan untuk bekerja sama dalam penelitian 3. Melaksanakan pengambilan data berupa meminta subjek mengisi Daftar Riwayat Hidupnya 4. Melakukan pengambilan data kepada subjek dengan alat tes DISC. 3.7.3. Tahap Pengolahan Data 1. Mengumpulkan data-data yang telah diperoleh dari subjek penelitian 2. Melakukan skoring DISC yang telah diisi 3. Membuat grafik dari hasil kuantitatif dari data yang telah diperoleh 4. Menetapkan tipe kepribadian masing-masing subjek berdasarkan DISC Personality System 5. Melakukan perhitungan dalam presentase (%) mengenai tipe kepribadian wirausaha yang diperoleh 84 Bab III Metodologi Penelitian 3.7.4. Tahap Pembahasan 1. Mendeskripsikan hasil tes DISC subjek 2. Melakukan analisis dan pembahasan berdasarkan teori-teori dan kerangka pikir yang diajukan 3. Menarik kesimpulan dari penelitian 4. Memberi saran-saran yang diajukan pada perbaikan atau kesempurnaan penelitian yang telah dilakukan 5. Mengkonsultasikan hasil penelitian kepada pembimbing 3.7.5. Tahap Akhir 1. Menyusun laporan penelitian 2. Memperbaiki dan menyempurnakan laporan penelitian secara menyeluruh. 85 Bab IV Hasil dan Pembahasan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini peneliti akan menguraikan hasil perhitungan yang dilakukan terhadap data yang diperoleh dari tes DISC yang diberikan kepada subjek, yang memuat data mengenai profil kepribadian subjek beserta latar belakangnya yang dapat memperkaya analisis mengenai profil kepribadian wirausaha pada subjek. 4.1. Hasil 4.1.1. Deskripsi Profil Kepribadian Subjek Secara Keseluruhan Berdasarkan hasil pengukuran subjek penelitian dengan menggunakan DISC Personality System maka didapat profil kepribadian subjek yang tergambar dalam tabel berikut: Tabel 4.1 Profil Kepribadian Subjek Profil Kepribadian Jumlah Persentase ID 2 5.5 % IDC 2 5.5 % ISD 4 11.1 % IS 12 33.3 % CS 7 19.4 % SC 4 11.1 % CD 2 5.5 % CDS 1 2.8 % S 1 2.8 % 86 Bab IV Hasil dan Pembahasan C 1 2.8 % Tidak Valid 4 - Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas, deskripsi mengenai profil kepribadian subjek dapat dilihat dalam bagan di bawah ini: 35,00% 30,00% 25,00% 20,00% 15,00% 10,00% 5,00% 0,00% ID IDC ISD IS CS SC CD CDS SC C Gambar 4.1. Diagram Batang Profil Kepribadian Subjek Berdasarkan DISC Personality System Berdasarkan tabel dan diagram diatas dapat disimpulkan bahwa profil kepribadian yang mendominasi diantara subjek penelitian adalah tipe kepribadian IS yaitu sebanyak 33.3 %. 4.1.2. Deskripsi Profil Kepribadian Wirausaha Pada Responden Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa profil kepribadian wirausaha dalam DISC Personality System tergambar pada individu dengan tipe kepribadian DI dan ID. Berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah 87 Bab IV Hasil dan Pembahasan dilakukan, maka profil kepribadian wirausaha yang terdapat pada responden tergambar dalam diagram berikut ini: ID, 5,5% Lainnya; 94,5% Gambar 4.2. Diagram Lingkaran Profil Kepribadian Wirausaha Pada Responden Berdasarkan DISC Personality System Berdasarkan diagram diatas terlihat bahwa hanya 5.5% saja subjek yang memiliki profil kepribadian wirausaha dengan tipe ID. Sisanya sebanyak 94.5% subjek tidak memiliki profil kepribadian wirausaha. Dari data pada tabel 4.1, terdapat 6 siswa yang memiliki tipe kepribadian yang mendekati profil kepribadian wirausaha, diantaranya 2 orang siswa memiliki tipe kepribadian IDC dan 4 orang siswa memiliki tipe kepribadian ISD. Siswasiswi tersebut dapat dikembangkan kepribadiannya untuk memiliki pribadi wirausaha. Dua orang siswa yang berkepribadian IDC memiliki orang tua yang masing-masing berprofesi sebagai wiraswasta (kue dan cake) dan guru. Sedangkan 4 orang siswa yang memiliki tipe kepribadian ISD masing-masing 88 Bab IV Hasil dan Pembahasan memiliki orang tua yang berprofesi sebagai wiraswasta (laundry, warung nasi, warung/toko di sekitar rumahnya) dan supir taxi. 4.1.3. Deskripsi Profil Kepribadian dan Pekerjaan Orang Tua Responden Data yang didapat mengenai pekerjaan orang tua subjek, yaitu sebanyak 41.66% memiliki orang tua yang bekerja mandiri dan sisanya sebanyak 58.33% memiliki orang tua yang tidak berwirausaha. Untuk lebih jelasnya, data mengenai pekerjaan orang tua subjek disajikan dalam diagram di bawah ini: 41,66% 58,33% Berwirausaha TidakBerwirausaha Gambar 4.3. Diagram Lingkaran Pekerjaan Orang Tua Responden Bidang wirausaha yang digeluti oleh orang tua siswapun beragam, seperti memiliki usaha catering, warung nasi, pesanan kue & cake, laundry, es buah dan membuka warung kecil. Umumnya usaha mereka masih berskala kecil menengah. Sisanya siswa yang memiliki orang tua yang tidak berwirausaha menekuni bidang yang beragam pula seperti pegawai negeri, guru, pekerja pabrik, supir, dsb. 89 Bab IV Hasil dan Pembahasan Siswa-siswi yang berasal dari keluarga yang memiliki latar belakang wirausaha memiliki tipe kepribadian yang beragam. Jika ditinjau mengenai profil kepribadian siswa yang memiliki orang tua yang bekerja mandiri, didapat data sebagai berikut: Tabel 4.2 Profil Kepribadian Siswa Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua Yang Berwirausaha Tipe Kepribadian Jumlah ID 2 IDC 2 ISD 4 IS 2 CS 1 SC 3 CD 1 4.1.4. Deskripsi Profil Kepribadian dan Tujuan Setelah Lulus Pada Responden Respon yang diberikan oleh responden mengenai tujuan setelah lulus bermacam-macam, ada yang akan langsung bekerja (50%), berwirausaha (16.67%), kuliah (19.44%) dan kuliah sambil bekerja (13.89%). Jika ditinjau juga dari profil kepribadian mereka, maka akan terlihat data sebagai berikut: 90 Bab IV Hasil dan Pembahasan Tabel 4.3 Profil Kepribadian Siswa dan Tujuannya Setelah lulus Sekolah Tujuan Setelah Lulus Bekerja Berwirausaha Kuliah Kuliah Sambil Kerja Tipe Kepribadian Jumlah SC 3 CS 4 IS 8 CDS 1 C 1 S 1 ISD 2 ID 1 IS 2 SC 1 CS 2 CD 1 IDC 2 ISD 2 IS 2 CS 1 ID 1 CD 1 Persentase 50% 16.67% 19.44% 13.89% Pada tabel diatas terlihat bahwa tipe kepribadian IS yang merupakan tipe kepribadian yang paling dominan pada responden sebagian besar (44.44%) memilih untuk langsung bekerja setelah selesai menempuh pendidikan di Sekolah. Dari dua orang siswa yang memiliki tipe kepribadian ID, hanya 1 orang memilih untuk berwirausaha dan 1 siswa lain memilih untuk kuliah sambil bekerja. Adapun siswa yang memilih untuk berwirausaha memiliki tipe kepribadian ISD, ID, IS dan SC. 91 Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1.5. Deskripsi Profil Kepribadian, Pekerjaaan Orang Tua, Tujuan Setelah Lulus, dan Cita-cita Pada Responden Sebagaimana yang telah dipaparkan diatas mengenai tipe kepribadian, pekerjaan orang tua, dan tujuan siswa setelah lulus sekolah, didapat bahwa siswa yang memiliki tipe kepribadian ID memiliki orang tua yang berwirausaha, memiliki tujuan berwirausaha setelah lulus sekolah dan memiliki cita-cita sebagai wirausaha. Sedangkan siswa yang tidak memiliki tipe kepribadian wirausaha dan berasal dari keluarga yang tidak berwirausaha mayoritas memilih untuk bekerja setelah lulus sekolah. Adapun deskripsi mengenai profil kepribadian, pekerjaan orang tua, tujuan setelah lulus dan cita-cita pada responden disajikan dalam tabel berikut ini: Tabel 4.4. Deskripsi Mengenai Tipe Kepribadian, Pekerjaan Orang Tua, Tujuan Setelah Lulus, dan Cita-cita Pada Responden Tipe Kepribadian Pekerjaan Orang Tua J m l ID Wirausaha 2 Non ID Non ID Wirausaha Tidak Berwirausaha 13 21 36 Tujuan Setelah Lulus Wirausaha Kuliah sambil kerja J m l 1 1 Persentase (%) 50% 50% Bekerja Wirausaha Kuliah 3 4 6 23.07% 30.77% 46.15% Bekerja Wirausaha Kuliah Kuliah sambil kerja 15 1 1 4 36 71.43% 4.76% 4.76% 19.05% Cita-cita J m l Persen -tase (%) Wirausaha 2 100% Wirausaha 9 69.23% Chef 4 30.77% Wirausaha 6 28.57% Chef 10 47.62% 3 14.29% 2 36 9.52% Manager hotel Lainnya 92 Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1.6. Deskripsi Demografi Subjek Penelitian Mayoritas siswa-siswi SMK ICB Cinta Wisata Bandung memilih jurusan FB karena mereka menyukai bidang masak-memasak dan bercita-cita untuk menjadi seorang chef profesional. Jika ditinjau dari pekerjaan orang tua, beberapa siswa memiliki orang tua yang bekerja mandiri, seperti memiliki usaha catering, warung nasi, pesanan kue & cake, laundry dan membuka warung kecil. Umumnya usaha mereka masih berskala kecil menengah. Sisanya lebih dari 50% siswa memiliki orang tua yang tidak berwiraswasta, seperti pegawai negeri, guru, pekerja pabrik, supir, dsb. Untuk memberi gambaran yang lebih jelas dalam menginterpretasikan hasil penelitian, dibawah ini digambarkan data mengenai demografi subjek penelitian: Tabel 4.5 Demografi Subjek Penelitian Kriteria Jenis Kelamin Usia Kelas Suku Bangsa Pekerjaan Orang tua Sub Kriteria Jumlah Presentase Perempuan 18 50 % Laki-laki 18 50 % 14 tahun 5 13.88 % 15 tahun 8 22.22 % 16 tahun 18 50 % 17 tahun 5 13.88 % X 19 52.77 % XI 17 47.22 % Sunda 30 83.33 % Jawa 4 11.11 % Padang 2 5.55 % Wiraswasta 15 41.66 % Lainnya 21 58.33 % 93 Bab IV Hasil dan Pembahasan Pemilik resto/kafe 17 47.22 % Chef 14 38.88 % Manager hotel 3 8.33 % Lainnya 2 5.55 % Kerja 21 58.33 % Tujuan Setelah Membuka usaha 6 16.66 % Lulus Kuliah 4 11.11 % Kuliah sambil kerja 5 13.88 % Cita-cita Sumber: Lembar Riwayat Hidup dan Kuesioner Dari data diatas terlihat bahwa sebanyak 47.22% siswa bercita-cita untuk menjadi wirausaha dengan memiliki resto/kafe. Dari jumlah responden yang bercita-cita untuk menjadi wirausaha, beberapa responden sudah memiliki perencanaan mengenai hal-hal yang akan dilakukannya seperti bekerja terlebih dahulu untuk mengumpulkan modal, mencari pengalaman kerja terlebih dahulu, memulai dengan membuka usaha kecil-kecilan dan mengembangkan usaha keluarga yang sudah dibangun oleh orang tua. Data secara lengkapnya tertera dalam tabel di bawah ini: Tabel 4.6 Langkah Berwirausaha Langkah Jumlah Presentase Bekerja untuk mengumpulkan modal 6 35.29 % Mencari pengalaman bekerja 1 5.88 % Mengembangkan usaha keluarga 3 17.64 % Membuka usaha kecil-kecilan terlebih 3 17.64 % 4 23.53 % dahulu Tidak jelas 94 Bab IV Hasil dan Pembahasan Berkaitan dengan tujuan setelah lulus sekolah, mayoritas responden memilih untuk bekerja setelah lulus sekolah yaitu sebanyak 50%. Hanya 16.67% saja siswa yang ingin berwirausaha setelah lulus sekolah. Sisanya sebanyak 19.44% siswa memilih untuk meneruskan pendidikan ke jenjang Perguruan Tinggi dan 13.89% siswa memilih untuk kuliah sambil bekerja. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai tujuan siswa setelah lulus sekolah, dapat dilihat dalam diagram berikut: Kuliah Sambil Kerja 14% Kuliah 19% Bekerja 50% Berwirausaha 17% Gambar 4.4 Diagram Lingkaran Tujuan Siswa Setelah Lulus Sekolah 4.2. Rangkuman Hasil Tabulasi Berdasarkan pemaparan hasil perhitungan diatas, didapat 3 kelompok pada hasil penelitian, yaitu individu yang memiliki tipe kepribadian ID, individu yang tidak memiliki profil kepribadian wirausaha tetapi memiliki latar belakang yang mirip dengan orang-orang yang bertipe kepribadian ID dan orang-orang yang tidak memiliki profil kepribadian wirausaha dan memiliki latar belakang yang 95 Bab IV Hasil dan Pembahasan berbeda dengan orang-orang yang bertipe kepribadian ID. Adapun data selengkapnya disajikan dalam tabel yang tertera di bawah ini: Tabel 4.7 Rangkuman Hasil Tabulasi Tipe Pekerjaan Kepribadian Orang Tua ID Wirausaha Non ID Wirausaha Tidak Non ID Jumlah Berwirausaha Tujuan Setelah Lulus Wirausaha = 1 Kuliah sambil kerja = 1 Cita-cita Wirausaha = 2 Bekerja = 2 Wirausaha = 2 Wirausaha = 4 Wirausaha = 4 Kuliah = 3 Wirausaha = 3 Bekerja = 1 Chef = 1 Kuliah = 3 Chef = 3 Wirausaha = 1 Wirausaha = 1 Bekerja = 5 Wirausaha = 5 Bekerja = 8 Chef = 8 Kuliah sambil kerja = 2 Chef = 2 Kuliah = 1 Manager hotel = 1 Kuliah sambil kerja = 2 Manager hotel = 2 Bekerja = 2 Lainnya = 2 36 36 96 Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.3. Pembahasan 4.3.1. Telaah Mengenai Profil Kepribadian Responden Berdasarkan hasil pengukuran dengan DISC Personality System terhadap siswa-siswi yang menjadi responden didapat 5.5% siswa yang memiliki profil kepribadian wirausaha dengan tipe kepribadian ID. Sisanya sebanyak 94.5% siswa tidak memiliki profil kepribadian wirausaha. Tipe kepribadian yang mendominasi responden justru adalah tipe kepribadian IS, yaitu sebanyak 33.3 %. Dari 5.5% subjek yang memiliki profil kepribadian wirausaha tersebut mereka memiliki tipe kepribadian ID. Hal ini berarti siswa-siswi tersebut memperlihatkan semangat suka bergaul, minat yang tinggi terhadap orang dan kemampuan mendapatkan rasa hormat dan kekaguman dari banyak orang. Mereka melakukan usaha dengan cara yang bersahabat sambil berupaya untuk mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan mereka dan mempromosikan sudut pandang mereka. Mereka lebih menyukai kebebasan daripada rutinitas dan menginginkan otoritas dan juga prestasi. Mereka bersemangat ketika diberikan tugas yang menuntut mobilitas dan tantangan. Mereka menginginkan agar orangorang disekelilingnya berkomunikasi secara efisien dan efektif. Dalam bisnis kuliner yang tergolong dalam usaha jasa, faktor I dalam DISC penting untuk dimiliki agar dapat berhubungan dengan pelanggan dan memberikan pelayanan dengan baik. Tipe kepribadian ID merupakan tipe kepribadian yang lebih ideal dalam merintis sebuah usaha baru bila dibandingkan dengan tipe DI. Mayoritas siswa tidak memiliki profil kepribadian wirausaha, namun ada beberapa siswa yang memiliki tipe kepribadian yang mendekati profil kepribadian 97 Bab IV Hasil dan Pembahasan wirausaha, di antaranya tipe kepribadian ISD dan IDC. Responden memiliki tipe kepribadian yang beragam, diantaranya SC, CS, CD, CDS, S, C dan tipe kepribadian IS yang lebih mendominasi di antara responden. Tipe kepribadian IS memiliki tema kepribadian advisor dalam DISC Personality System. Hal ini berarti sebagian besar siswa-siswi memiliki kepribadian yang memperlihatkan keramahan, simpati dan pengertian dalam pendekatan mereka terhadap orang lain. Mereka memiliki sikap tenang dalam menghadapi situasi sosial yang beragam. Banyak orang akan menghampiri mereka karena mereka memperlihatkan sikap sebagai seorang pendengar yang baik. Mereka secara khusus tidak mencoba untuk memaksa pendapat atau ide mereka pada orang lain dan dalam suatu konflik mereka akan lebih mengalah atau sangat fleksibel. Jika konflik yang ada menjadi besar mereka akan menarik diri untuk menghindari konflik yang lebih jauh lagi daripada berusaha untuk mencari pemecahan masalahnya. Mereka cenderung untuk menerima kritikan terhadap pekerjaan mereka sebagai suatu penghinaan pribadi. Mereka terkadang dapat menjadi sangat toleran dan sabar pada pekerjaan non produksi. Mereka lebih suka untuk berhubungan dengan orang lain secara personal, kedekatan dalam situasi dengan tekanan yang rendah (low-pressure situation). Atasan mereka sebaiknya sadar bahwa mereka cenderung berlama-lama dalam menyelesaikan suatu proyek. Mereka membutuhkan perhatian secara personal dan pujian terhadap tugas yang mereka kerjakan dengan baik. Mereka dapat melakukan pekerjaan yang terbaik jika kebanyakan orang-orang menyukai hal tersebut. Mereka secara naluri bekerja 98 Bab IV Hasil dan Pembahasan dalam kelompok dan melakukan pekerjaan terbaik dalam lingkungan yang penuh dengan penerimaan, dukungan dan ketentraman. Merujuk pada definisi wirausaha menurut Joseph Schumpeter (1934) bahwa seorang wirausahawan adalah seorang inovator yang mengimplementasikan perubahan-perubahan di dalam pasar melalui kombinasikombinasi baru. Kombinasi baru tersebut dapat terlihat dalam bentuk memperkenalkan produk baru atau dengan kualitas baru, memperkenalkan metoda produksi baru, membuka pasar yang baru (new market), memperoleh sumber pasokan baru dari bahan atau komponen baru, atau menjalankan organisasi baru pada suatu industri. Dengan demikian diperlukan sifat-sifat yang mendukung untuk melakukan berbagai hal tersebut, di antaranya percaya diri, berorientasi pada tugas dan hasil, pengambil resiko, kepemimpinan, keorisinilan dan berorientasi ke masa depan (Meredith et.al. 1987) Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat dikatakan bahwa tipe kepribadian IS tidak sejalan dengan sifat-sifat yang dimiliki oleh seorang wirausaha. Tampaknya mereka yang bertipe kepribadian IS lebih sesuai untuk menjadi pekerja. Hal ini dikarenakan individu dengan tipe kepribadian IS lebih menyukai situasi dengan tekanan yang rendah (low pressure situation), lebih memilih untuk menghindari konflik daripada menyelesaikan suatu konflik yang dihadapi, tidak terbuka pada kritikan dan dibutuhkan lingkungan yang penuh penerimaan, dukungan dan ketentraman untuk dapat menghasilkan pekerjaan yang terbaik. Sifat-sifat tersebut bertolak belakang dengan sifat-sifat seorang wirausaha, yang justru memerlukan keterampilan dan keberanian dalam 99 Bab IV Hasil dan Pembahasan menghadapi konflik dan mengambil keputusan untuk menyelesaikan konflik yang dihadapi. Seorang wirausaha juga kerap kali dihadapkan pada tekanan situasi yang tinggi, karena dalam pekerjaannya penuh dengan ketidakpastian dan banyaknya tantangan yang harus dihadapi. Seorang wirausaha juga harus terbuka pada kritikan sebagai sarana untuk mengembangkan usahanya agar lebih baik lagi. Wirausahawan adalah orang yang mandiri, tidak mudah terpengaruh orang lain, bahkan jika apa yang dikerjakannya tidak mendapat dukungan dari orang lain. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tipe kepribadian IS tidak mendukung untuk menjadi wirausaha. 4.3.2. Telaah Mengenai Tipe Kepribadian, Kondisi Keluarga dan Tujuan Setelah Lulus Jika ditinjau dari faktor kondisi keluarga, perkembangan individu sebagai wirausaha dapat disebabkan karena pengaruh tradisi keluarga. Brockhaus (1982) mencatat empat studi menyatakan bahwa wirausahawan cenderung memiliki ayah wirausaha. Pengaruh keluarga berkaitan dengan sifat-sifat yang diturunkan dan pola asuh orang tua yang membentuk karakter individu. Individu dari lingkungan keluarga yang mempunyai tradisi wirausaha, sejak dini sudah mendapatkan stimulus sosial mempengaruhi yang berkaitan perkembangan sebenarnya ia sudah dengan wirausaha. kepribadiannya mempunyai Stimulus sehingga setelah benih-benih wirausaha. ini akan dewasa Staw (1991) menambahkan kemandirian dan fleksibilitas yang ditularkan oleh orang tua yang bekerja mandiri atau berbasis wirausaha melekat dalam diri anak-anaknya sejak 100 Bab IV Hasil dan Pembahasan kecil. Berdasarkan data yang diperoleh terdapat 41.66% siswa yang memiliki orang tua yang bekerja mandiri. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapat bahwa siswa-siswi yang dengan tipe kepribadian wirausaha memiliki latar belakang keluarga yang berwirausaha memiliki tujuan yang mantap dan cita-cita yang mengarah pada wirausaha. Dari data yang diperoleh, terdapat siswa yang memiliki tujuan berwirausaha setelah lulus sekolah dan bercita-cita menjadi wirausaha juga. Selain itu terdapat pula siswa yang bercita-cita menjadi wirausaha tetapi memiliki tujuan setelah lulus sekolah ingin kuliah sambil bekerja. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengembangkan ilmu dan keterampilan dengan meempuh pendidikan di Perguruan Tinggi. Hal ini sejalan dengan pendapat Brockhaus (1982) di atas bahwa individu dari lingkungan keluarga yang mempunyai tradisi wirausaha, sejak dini sudah mendapatkan stimulus sosial yang berkaitan dengan wirausaha dan akan mempengaruhi perkembangan kepribadiannya. Tujuan siswa setelah lulus sekolah dan cita-cita yang diinginkan siswa dapat dipengaruhi oleh stimulus keluarga yang berwirausaha. Mereka pun memiliki peluang yang lebih terbuka unuk menjadi wirausaha. Pada responden terdapat juga siswa-siswi dengan latar belakang keluarga wirausaha tetapi tidak memiliki tipe kepribadian wirausaha mayoritas (69.23%) memiliki cita-cita yang mengarah pada wirausaha, namun tidak semuanya memiliki tujuan yang mantap. Berdasarkan data yang diperoleh, siswa-siswi yang memiliki tujuan yang mantap untuk berwirausaha adalah sebesar 30.77%. Siswa lainnya memilih untuk bekerja dan kuliah. Jika melihat pada data tersebut, dapat 101 Bab IV Hasil dan Pembahasan dikatakan bahwa faktor latar belakang keluarga bukanlah faktor penentu dalam menjadikan seseorang berwirausaha, faktor kepribadian ternyata tetap menjadi faktor utama. Menurut Ward (1974) faktor latar belakang keluarga memiliki peluang bagi individu untuk berwirausaha dengan meneruskan usaha keluarga yang disebut Ward sebagai confidance modalities. Siswa-siswa tersebut memiliki tipe kepribadian ID, ISD dan SC. Selain itu pada responden terdapat siswa-siswi dengan latar belakang keluarga wirausaha dan tidak memiliki tipe kepribadian wirausaha terdapat 28.57% siswa yang bercita-cita menjadi wirausaha dan mayoritas bercita-cita diluar bidang wirausaha. Siswa yang bertujuan untuk berwirausaha setelah lulus sekolahpun hanya 4.76%, dan mayoritas siswa 71.43% bertujuan untuk bekerja setelah lulus. Pada siswa yang bercita-cita menjadi wirausaha terdapat 1 orang siswa yang bertujuan untuk berwirausaha dan 5 orang siswa bertujuan untuk bekerja. Namun sebanyak 4 orang dari mereka tidak memiliki arahan apapun untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa siswasiswi tersebut memiliki peluang yang kecil untuk menjadi wirausaha. Hal ini dikarenakan pada dasarnya individu tersebut tidak memiliki kepribadian wirausaha dan tidak memiliki keinginan untuk berwirausaha. Dalam hal pengaruh keluarga, siswa-siswi disini tidak mendapat pengaruh yang besar dari orang tua untuk membentuk kepribadian wirausaha, sehingga karakter dan minat mereka tidak mengarah pada wirausaha. 102 Bab V Kesimpulan dan Saran BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab terakhir ini peneliti akan memaparkan point-point kesimpulan yang didapatkan dari bab sebelumnya. Peneliti juga akan memberikan beberapa saran dari hasil penelitian ini. 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pengolahan data pada Bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pada siswa-siswi SMK ICB Cinta Wisata Bandung Jurusan Restoran (Food&Beverage) terdapat 5.5% siswa yang memiliki tipe kepribadian ID, mereka memiliki tujuan yang mantap dan telah memiliki rencana untuk menjadi wirausaha dengan berlatar belakang keluarga wirausaha. 2. 30.77% siswa yang berlatar belakang keluarga wirausaha memiliki tujuan yang mantap untuk menjadi wirausaha tetapi tidak memiliki tipe kepribadian ID. 3. 71.43% siswa tidak berkepribadian wirausaha dan tidak memiliki latar belakang keluarga wirausaha lebih memilih untuk bekerja setelah lulus. 103 Bab V Kesimpulan dan Saran 5.2. Saran Adapun hal yang dapat disarankan guna membentuk, mengembangkan dan menggugah pribadi siswa yang mendukung untuk berwirausaha adalah sebagai berikut: 1. Jika sekolah ingin mencetak lulusan-lulusan yang berwirausaha, pihak sekolah dapat menyeleksi sejak awal pada saat Penerimaan Siswa Baru berdasarkan tipe kepribadiannya. Tipe kepribadian yang lebih diprioritaskan untuk diterima dalam seleksi masuk adalah tipe kepribadian wirausaha (DI dan ID) atau kepribadian yang pada prinsipnya memiliki unsur I maupun D. 2. Dalam proses belajar mengajar, diterapkan seuasana pembelajaran yang dapat membangun karakter wirausaha, misalnya pada setiap mata pelajaran siswa diberi tugas kelompok dan setiap siswa diberi kesempatan secara bergiliran untuk menjadi pemimpin dalam kelompoknya. Selain itu juga ditekankan pada kemampuan problem solving dengan memberikan tugastugas yang menantang. 3. Siswa-siswi wajib mengikuti ekstrakurikuler di sekolah agar kemampuan sosialnya berkembang. Dalam setiap ekstrakurikuler siswa juga dtanamkan karakter wirausaha, seperti pantang menyerah, kepemimpinan dan kemampuan problem solving. 4. Mengadakan pelatihan mengenai interpersonal skills pada siswa untuk dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam berhubungan dengan orang lain, bekerja sama, menggerakkan orang lain, bahkan mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan. 104 DAFTAR PUSTAKA Alma, Buchari. (2002). Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta. Alwilsol. (2007). Psikologi Kepribadian Edisi Revisi. Malang: UMMPress. Amabile, T.M. (1983). ”Personality Process and Individual Differencess”. Journal of Personality and Social Psychology.(45),257-376. Arief. (25 Mei 2009,5:14am). SMK Bisa Jadi Solusi Permasalahan Lapangan Kerja. diakses dari www.lks.ditpsmk.net Arikunto, Suharsimi. (2000). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Atkinson, Rita L., Atkinson, Richard C., Smith, Edward E., Bem, Daryl J. Pengantar Psikologi Edisi Kesebelas, Jilid II. Batam: Interaksara. Harmaizar. (2008). Menangkap Peluang Usaha. Bekasi: CV Dian Anugerah Prakasa. Hermana, Budi. (5 April 2008,8:13pm). Pengertian dan Teori Kewirausahaan. diakses dari www.wordpress.com Kusnandar, Wahyu. (20 Mei 2008,11:02am). Ancaman Akibat Tingginya Tingkat Pengangguran. diakses dari www.IndonesiaOntime.com Lambing, P., Kuehl, C.R. (2000). Entrepreneurship. Second Edition. New York: Prentice Hall. Longenecker, Justin G., Moore, Carlos W., Petty, J.William. (2000). Kewirausahaan: Manajemen Usaha Kecil. Jakarta: Salemba Empat. Meng, L.A, Liang, T.W. (1996) Entrepreneurs, Entrepreneurship, and Entreprising Culture. Paris: Addison-Wisley Publishing Company. Meredith, Geoffrey G. (1989). Kewirausahaan: Teori dan Praktek. Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo. Nofiar,Yon. DISC The Leading Behavioral Assessment Tool. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Oswari, Tedy. (2005). Membangun Jiwa Kewirausahaan, Menjadi Mahasiswa Pengusaha (Entrepreneur Student) Sebagai Modal Untuk Menjadi Pelaku Usaha Baru. Makalah Dalam Seminar Nasional PESAT Universitas Gunadarma Jakarta. Riyanti,Benedicta Prihatin Dwi. (2003). Kewirausahaan Dari Sudut Pandang Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT Grasindo Santrock, John W. (1995). Life-Span Development, Jilid II. Jakarta: Erlangga Sintawati,Esin. (16 Mei 2009,3:11pm). Peran Strategis Guru Wirausaha Dalam Menanamkan Sikap Wirausaha Pada Siswa Di SMK. diakses dari www.wordpress.com Suryabrata, Sumadi. (2003). Psikologi Kepribadian. Jakatrta: PT RajaGrafindo Persada. ________, (2000). The IMLDISC Insight Personality System. The Institute for Motivational Living, Inc. _________. (11 April 2009,00:40am). Pemerintah Terus Konversi SMA ke SMK. diakses dari www.jambitoday.com ________, (2009). Kurikulum SMK ICB Cinta Wisata Kompetensi Keahlian Jasa Boga. Bandung: Dinas Pendidikan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. _________, (2009). Personality System With Cosmic Awareness Based DISC. Bandung: Rumah Motivasi Learning Center. Yuan. (21 Februari 2009,10:00am). Pendidikan dan Pengangguran. diakses dari www.detikcom.com DATA PERHITUNGAN CHANGE Subjek D 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 I -1 4 -6 -2 1 2 5 -3 3 4 -4 -6 -1 -5 5 0 -5 0 -3 -4 2 -1 -2 1 -1 -4 0 0 -1 0 0 2 3 2 3 -4 -1 -2 0 0 S 1 3 -3 4 2 3 -3 3 2 4 2 -3 -2 -3 -3 4 -7 4 -1 3 5 -2 -7 4 3 -4 -1 1 0 2 -1 -4 2 -1 4 -1 5 1 -7 2 C 5 -2 1 1 1 -2 -3 2 1 -4 1 7 7 5 -3 0 5 1 10 5 0 -4 5 1 2 7 2 -6 0 0 3 5 1 -2 -3 0 0 0 5 0 -6 4 5 -4 -6 -2 1 -3 -7 -1 -3 2 0 2 4 -3 1 -6 -4 -4 -7 5 5 -7 -3 2 2 1 -5 -3 2 3 -2 -3 -3 4 -7 -4 2 -4 DATA PERHITUNGAN LEAST Subjek D 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 I 7 5 10 6 4 1 4 8 2 2 11 8 5 7 3 4 8 6 8 6 3 4 7 3 5 8 3 5 3 3 6 2 4 5 6 6 3 7 8 4 S 3 1 4 2 3 3 4 2 3 5 2 5 5 6 5 3 8 2 3 2 4 6 7 2 2 6 7 3 5 1 6 6 2 4 2 4 4 2 9 4 C 2 9 4 4 5 9 5 7 4 5 4 1 2 2 7 7 0 5 1 4 6 8 2 4 3 2 4 11 3 5 4 3 4 8 7 7 2 5 3 5 6 5 4 5 7 5 5 6 10 7 6 1 3 4 3 4 5 7 4 6 8 3 3 10 7 1 3 1 9 10 2 4 7 6 6 2 9 6 2 7 E 6 4 2 7 5 6 6 1 5 5 1 9 9 5 6 6 3 4 8 6 3 3 5 5 7 7 7 4 4 5 6 9 7 1 3 5 6 4 2 4 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 DATA PERHITUNGAN MOST Subjek D 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 I 6 9 4 8 5 3 9 5 5 6 7 2 4 2 8 4 3 6 5 2 5 3 5 4 4 4 3 5 2 3 6 4 7 7 9 2 2 5 8 4 S 4 4 1 6 5 6 1 5 5 9 4 2 3 3 2 7 1 6 2 5 9 4 0 6 5 2 6 4 5 3 5 2 4 3 6 3 9 3 2 6 C 7 7 5 5 6 7 2 9 5 1 5 8 9 7 4 7 5 6 11 9 6 4 7 5 5 9 6 5 3 5 7 8 5 6 4 7 2 5 8 5 0 1 3 1 1 3 6 3 3 6 3 3 3 6 7 1 6 1 0 2 1 8 8 3 3 3 5 2 4 7 4 7 5 3 3 6 2 2 4 3 E 7 3 5 4 7 5 6 2 6 2 5 9 5 6 3 5 9 5 6 6 3 5 4 6 7 6 4 8 10 6 2 3 3 5 2 6 9 9 2 6 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 DATA TABULASI GRAFIK Subjek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 Grafik 1 SI SDI CS IDS IS IS CD SI IS IC IDS S SI CS CD IS CS IS SC SI IS CI CS IS IS S ISC IS IC CS ISC CS CIDS SD ID CS I S SDC IS Grafik 2 SIC ICD CSI ISC ISD DIC CDS ICD DIS DS ISC SC SCD SC CD ICD SC IS SCI ISC DIS CD CSI ISD SID CSI CSD CID SD IDS CS DSC ISD DIC IC CI SDI SIC CS DSI Grafik 3 SI ID CS IS ISD IDC CD IS ISD IDC IS SC SC CS CD IS SC IS S SI ISD C CS ISD IS SC CS CI SI IS CS CS DISC D ID CS IS IS CS IS Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid DATA TABULASI LEAST Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 1 2 1 2 3 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 3 1 3 3 3 2 2 1 4 2 1 2 3 2 3 2 3 2 1 3 2 2 2 1 2 1 4 2 3 2 4 4 3 1 1 2 2 1 3 1 1 3 3 2 4 4 4 3 1 1 2 1 1 4 4 3 2 1 2 1 4 2 4 2 3 3 2 3 1 4 2 2 3 3 2 2 2 1 1 2 1 3 1 2 1 3 1 1 1 2 2 4 1 3 1 4 1 2 3 1 2 3 2 3 1 2 4 1 4 1 4 2 3 1 2 3 4 1 3 1 3 3 4 1 2 1 1 3 1 1 4 1 4 3 2 1 1 3 1 2 2 2 1 4 4 3 1 5 1 3 4 3 2 3 1 4 2 4 3 1 4 2 1 2 1 4 1 4 4 4 1 4 1 3 4 3 4 4 1 1 4 4 4 3 4 4 4 3 6 2 1 2 4 4 1 2 2 1 1 2 2 4 3 1 1 2 4 1 3 1 4 3 1 2 1 2 1 1 4 1 1 1 2 1 3 1 2 2 3 7 2 3 4 1 3 3 2 4 3 3 4 2 4 3 3 1 2 3 4 4 2 3 2 3 2 4 3 2 3 3 4 2 3 4 4 2 2 3 4 3 8 4 2 2 3 1 2 3 3 3 1 1 4 1 1 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 1 2 4 3 3 2 1 2 3 4 1 2 3 1 4 9 1 2 2 2 2 4 4 1 2 3 2 4 4 2 3 2 2 2 1 2 4 4 2 1 1 3 3 4 3 1 2 1 2 4 4 4 2 1 1 2 10 1 3 1 2 1 3 3 3 1 3 1 4 4 2 4 1 1 1 1 3 3 3 4 1 1 4 2 3 1 1 1 1 1 2 3 3 1 1 3 2 11 4 1 2 2 4 4 2 4 3 1 1 3 1 1 3 4 1 3 3 3 4 2 2 4 4 3 1 3 4 3 3 4 2 4 4 3 2 3 3 4 12 2 1 4 4 2 2 4 1 2 2 1 2 3 2 1 1 3 4 3 2 1 1 4 1 4 3 3 4 4 2 4 2 1 1 4 2 2 2 3 2 13 2 4 3 1 3 4 3 4 4 4 1 2 3 3 4 2 4 4 3 3 4 2 3 2 2 3 3 3 4 4 2 2 2 2 4 2 4 4 2 4 14 1 1 4 1 4 3 1 4 1 1 1 4 4 4 3 2 4 4 4 4 1 4 4 2 1 1 4 1 2 1 2 3 1 1 2 4 1 1 1 4 15 1 4 1 4 1 2 3 4 1 3 4 2 2 1 3 4 4 2 3 2 4 3 4 2 2 3 2 1 1 1 1 2 3 3 1 4 2 4 3 3 16 1 1 1 2 4 2 1 4 2 4 1 3 1 2 1 3 3 1 2 4 3 4 1 3 4 1 3 3 3 2 3 2 1 3 1 1 2 4 3 4 17 2 4 2 4 1 3 4 2 1 4 2 4 1 2 4 4 2 2 2 4 1 2 4 1 4 2 1 3 4 1 4 4 2 3 3 4 4 4 4 4 18 4 4 4 3 4 2 4 1 4 2 3 4 4 4 3 3 2 4 4 4 4 4 1 3 3 4 4 1 3 3 4 2 1 3 2 2 1 4 4 3 19 1 4 1 2 2 4 1 4 4 4 1 1 2 4 3 2 3 2 2 4 1 1 3 1 1 1 3 1 3 4 1 3 2 4 1 2 4 1 1 2 20 2 2 3 4 2 2 4 1 2 2 2 4 1 2 2 2 1 4 1 4 2 1 1 2 4 1 4 2 4 1 2 2 4 2 1 1 1 4 3 4 21 4 3 1 4 3 1 1 1 1 2 2 4 3 2 1 1 2 1 2 2 4 3 1 4 1 1 4 1 4 4 1 1 4 4 4 1 1 2 1 3 22 2 3 3 1 3 1 4 4 4 1 4 3 3 3 1 3 3 3 4 3 4 2 3 4 2 2 2 1 4 3 2 1 4 1 4 3 4 2 1 4 23 1 1 1 4 4 2 4 3 3 4 1 1 1 1 3 4 1 3 3 4 3 3 1 4 1 1 3 3 1 3 1 2 2 1 1 4 4 3 1 1 24 4 1 1 4 3 2 3 2 2 1 2 3 3 2 1 1 2 2 3 2 3 1 1 4 4 4 4 4 3 4 4 2 3 1 1 1 2 1 2 1 DATA TABULASI MOST Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 1 1 3 1 2 1 2 1 2 1 4 2 1 1 1 1 1 4 2 1 1 1 1 4 2 1 1 2 1 4 4 1 1 1 1 2 1 1 4 1 2 2 3 2 1 2 1 2 1 4 2 2 1 1 3 1 2 2 2 2 4 2 3 2 1 4 1 3 4 4 3 1 2 1 4 3 2 2 3 3 4 4 3 4 4 3 1 4 1 2 2 4 3 3 2 3 4 4 2 2 4 2 4 4 4 2 3 4 3 4 2 2 2 4 1 4 4 1 4 3 2 4 3 4 3 2 2 2 3 2 4 4 2 1 2 2 4 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 1 3 1 2 3 4 3 2 2 3 3 1 2 1 3 2 2 5 2 1 2 2 1 4 2 3 4 2 4 4 3 4 4 1 4 1 2 1 2 2 3 2 4 1 1 2 3 1 3 2 2 1 2 4 2 2 2 1 6 4 4 1 2 2 4 1 3 2 3 1 1 1 1 3 2 1 2 4 4 3 1 4 3 1 4 1 3 3 1 3 2 2 3 2 1 3 4 4 4 7 1 1 1 2 1 2 1 1 2 2 1 3 1 1 4 4 3 2 1 3 1 1 1 2 4 1 2 3 4 1 1 1 4 1 1 3 4 4 2 4 8 1 1 3 4 2 3 4 2 1 3 4 2 3 2 2 1 1 2 4 1 1 3 2 2 1 2 1 1 2 2 1 2 1 2 2 2 1 4 2 1 9 3 1 3 4 3 5 3 2 1 2 1 3 3 3 2 3 3 1 3 4 1 2 1 3 3 1 1 3 2 2 3 2 1 1 3 2 4 4 3 3 10 3 2 2 4 4 4 4 2 2 4 3 3 3 4 2 4 3 2 4 1 4 4 2 4 2 1 4 4 4 2 3 2 4 3 4 1 4 3 4 4 11 1 2 4 3 1 1 4 1 4 4 3 1 3 4 4 1 4 1 1 1 1 4 4 2 2 1 4 1 2 4 1 1 4 1 3 1 4 4 4 3 12 1 4 1 1 1 1 2 3 1 3 4 1 1 1 2 3 1 1 1 3 2 2 1 2 2 1 1 2 1 1 2 1 2 2 1 3 1 1 2 1 13 1 1 1 2 4 1 1 1 2 1 3 1 1 4 1 3 1 2 1 4 3 3 1 3 4 1 1 1 2 3 1 1 3 1 3 3 1 1 1 3 14 4 2 1 4 3 1 4 3 2 2 4 2 3 3 4 3 3 2 3 2 2 1 1 4 3 4 3 3 1 4 1 1 2 4 4 1 2 4 4 1 15 3 1 2 2 4 1 2 1 2 4 1 1 3 2 2 1 2 1 4 1 3 1 2 1 1 1 1 2 3 2 2 1 1 2 4 2 3 1 2 2 16 4 3 2 4 3 4 2 3 3 3 2 2 4 4 2 4 4 3 4 2 4 3 4 2 3 2 4 4 1 4 2 4 2 4 4 4 3 3 2 2 17 4 3 4 1 2 4 2 4 3 3 1 1 3 1 3 1 1 3 3 1 4 3 2 4 3 1 1 1 1 3 2 1 3 1 2 1 1 3 3 3 18 2 1 2 1 2 4 2 4 3 3 1 3 3 2 4 2 3 2 2 2 2 2 4 2 1 1 4 2 4 2 1 4 4 4 4 2 3 3 1 1 19 4 2 2 2 4 2 4 2 3 3 2 3 3 2 1 3 4 3 1 3 2 4 4 4 4 2 3 4 4 2 3 2 1 3 3 4 3 4 2 4 20 1 4 1 2 3 3 1 2 4 4 3 1 3 1 1 4 4 3 3 2 1 3 4 1 3 2 4 1 3 4 1 4 1 1 4 2 3 2 1 2 21 2 2 4 2 2 4 2 2 4 3 3 1 2 3 3 2 4 4 1 3 2 4 4 1 2 3 4 4 2 2 3 3 2 2 2 3 4 3 2 4 22 1 2 4 2 1 3 3 5 1 3 3 1 1 4 3 1 4 1 1 1 2 4 4 2 1 4 2 3 2 2 1 4 1 2 1 4 1 3 3 3 23 2 3 3 2 2 3 1 4 4 2 4 4 3 2 4 2 3 4 1 3 2 4 3 3 2 3 3 2 2 2 4 4 4 4 2 3 2 1 2 2