995 PENGUASAAN TENTANG MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY

advertisement
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
PENGUASAAN TENTANG MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY GURU IPA
SMP DI SITUBONDO
The Masteryof Inquiry Learning Model Of The Science Junior High School Teacher In
Situbondo
Khairul Anwar
PPS. Pendidikan IPA Universitas Jember
No. Hp 0851 3032 3272
email : [email protected]
Abstrak
Pembelajaran adalah proses interaksi antara guru dan siswa serta unsur-unsur yang
mempengaruhinya. Unsur-unsur tersebut adalah tujuan pengajaran atau bahan ajar, metode
dan alat pengajaran, serta evaluasi pengajaran. Pemilihan strategi pembelajaran merupakan
hal penting dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. pembelajaran Inquiry merupakan
salah satu strategi pembelajaran yang mengutamakan siswa untuk aktif dalam proses
pembelajaran. Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran Inquiry adalah ; a) stimulation
(pemberian rangsangan), b) problem statement ( identifikasi masalah) c) data collection
(pengumpulan data) d) data processing (pengolahan data e) verivication ( pembuktian) f)
Genereralization (generalisasi). Tujuan penelitian dilaksanakan untuk mengetahui
penguasaan pembelajaran Inquiry guru-guru IPA SMP di sub rayon 02-03 di Kabupaten
Situbondo. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket yang dilakukan
selama bulan Januari - Pebruari 2016, dengan responden 25 guru IPA dari 6 SMP Negeri di
sub rayon 02-03 Kabupaten Situbondo. Jenis pertanyaan dalam angket bersifat semi
terbuka, yaitu kombinasi jenis pertanyaan tertutup dan terbuka yang telah dilakukan
validasi konstruksi (construct validity) oleh ahli pembelajaran. Data yang terkumpul
dianalisis secara deskriptif kuantitatif dalam bentuk persentase dengan bantuan program
Excel for Windows. Hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak guru menggunakan
pembelajaran Inquiry. Namun penguasaan pembelajaran Inquiry guru-guru IPA SMP di
sub rayon 02-03 Kabupaten Situbondo masih rendah. Dengan demikian penerapan
pembelajaran Inquiry belum sesuai sintak yang sudah ada.
Kata Kunci: Penguasaan, Inquiry, Guru IPA SMP
Abstract
Learning is a process of interaction between teachers and students as well as the elements
that influence it. The elements are the purpose of teaching or teaching materials, teaching
methods and tools, as well as the evaluation of teaching. The selection of learning strategy
is important in improving the quality of learning. Inquiry is one of the learning strategies
that give priority to students to be active in the learning process. The Steps implementation
of Inquiry are; a) stimulation, b) problem statement c) Data collection d) Data processing
e) verification f) Generalization. The aim of research carried out to determine the
comprehension of Inquiry to Science teachers of Junior High School in Sub Rayon 02-03
Situbondo. The data collection uses a questionnairee. It is conducted during JanuaryPebruary 2016, the respondents are 25 science teachers from 6 Junior High Schools in the
Sub-Rayon 02-03 Situbondo. The questions in the questionnaire are semi-open, which are
the combination of closed and open questions that have been carried out validation
construction (construct validity) by learning experts. The collected data were analysed by
descriptive quantitative. It uses the Excel Program for Windows. The result shows that
many teachers who use Inquiry Learning. However the comprehension of Inquiry of the
995
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
science teachers is still low. So that the application of Inquiry does not appropriate with
the existing syntax.
Keywords: Comprehension, Inquiry , Junior High School ScienceTteachers
PENDAHULUAN
Tuntutan Kurikulum 2013 adalah adanya keseimbangan antara aspek pengetahuan ,
sikap dan keterampilan. Proses pembelajaran yang semula berfokus pada eksporasi,
elaborasi dan konfirmasi disempurnakan dengan tuntutan kegiatan mengamati ,menanya,
mencoba, mengasosiasi dan mengkomunikasi (5M). Pembelajaran yang awalnya
mengutamakan pada hasil pembelajaran kognitif siswa saat ini di tuntut pada proses.
Perubahan kurikulum 2006 menjadi kurikulum 2013 menuntut guru juga harus
berubah. Guru bukan merupakan satu-satunya sumber belajar. Proses pembelajaran
dirancang dengan orientasi pada pencapaian kompetensi dan berfokus pada siswa ( Student
Centered Learning). Pembelajaran yang awalnya dirancang bagaimana siswa menguasai
suatu konsep materi, saat ini berubah menjadi bagaimana siswa belajar menemukan dan
mempunyai keterampilan menemukan suatu konsep tersebut. Sehingga siswa bukan hanya
hafal, tetapi memahami konsep dari apa yang ia pelajari. Tugas guru pada pembelajaran
bukan sebagai nara sumber, namun sebagai fasilitator yang mampu melayani dan
mengarahkan bagaimana siwa mendapat pengalaman belajar.
Proses pembelajaran IPA mengacu pada pedoman umum pembelajaran (lampiran
iv/ dari Permendikbud RI No 81A tahun 2013, secara prinsip, kegaiatan pembelajaran
merupakan proses yang memberikan kesempatan kepada pesera didik untuk
mengembangkan potensi mereka dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang
diperlukan dirinya untuk hidup dan untuk bermasyarakat, berbangsa dan
serta
berkontribusi pada kesejahteraan hidup umat manusia. Kegiatan pembelajaran diarahkan
untuk memberdayakan semua potensi peserta didik menjadi kompetensi yang diharapkan.
Di dalam proses pembelajaran, peserta didik di dorong untuk menemukan informasi,
mengecek informasi baru, mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan yang sudah ada
dalam ingatannya, dan melakukan pengembangan menjadi informasi atau kemampuan
yang sesuai dengan lingkungan , tempat dan waktu ia hidup.
Untuk mencapai proses pembelajaran yang demikian perlu pemilihan model
pembelajaran yang tepat. Dalam proses belajar mengajar ada beberapa unsur yang
mempengaruhi interaksi antara guru dan siswa. Unsur-unsur tersebut adalah tujuan
pengajaran atau bahan ajar, metode dan alat pengajaran, serta evaluasi pengajaran.
Perubahan tingkah laku siswa setelah proses belajar mengajar bergantung pada proses
pengajaran yang berlangsung di kelas. Sedangkan proses pengajaran akan berlangsung
apabila terjadi interaksi antara guru dengan siswa yang dibangun di atas keempat unsur
tersebut.
Model pembelajaran inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang
menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan
sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan (Sanjaya, 2006).
Menurut piaget bahwa model pembelajaran inquiry adalah model pembelajaran
yang mempersiapkan siswa pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas
agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan996
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu
dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang
ditemukan siswa lain (mulyasa, 2008).
Dengan melihat kedua pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran inquiry adalah model pembelajaran yang mempersiapkan siswa pada situasi
untuk melakukan eksperimen sendiri sehingga dapat berpikir secara kritis untuk mencari
dan menemukan jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Model pembelajaran
Inquiry pembelajaran tidak disajikan secara utuh, tetapi siswa diharapkan dapat
mengorganisasikan sendiri. Oleh sebab itu peran guru bukan sebagai satu-satunya sumber
belajar, namun guru berfungsi sebagai pembimbing, sebagai fasilitator yang memfasilitasi
siswa dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahn dalam belajar. Fungsi ini dalam
upaya mengubah kegiatan belajar dari teacher center menjadi student center. Dalam
pembelajaran Inquiry guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjadi problem
solver. Bahan ajar tidak diberikan dalam bentuk akhir, tetapi siswa dituntut untuk
melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan,
menganalisis, mengintegrasikan dan membuat kesimpulan-kesimpulan (Nauli; 2014)
Secara umum, langkah-langkah model pembelajaran inkuiri sebagai berikut
:1.Orientasi; Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim
pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengkondisikan agar siswa siap
melaksanakan proses pembelajaran. Guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir
memecahkan masalah. Langkah orientasi merupakan langkah yang sangat penting.
Keberhasilan startegi ini sangat tergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas
menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah, tanpa kemauan dan
kemampuan maka proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan lancar. 2.Merumuskan
masalah; Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan
yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang
siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu. Dikatakan teka-teki dalam rumusan
masalah yang ingin dikaji disebabkan masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa
didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat
penting dalam strategi inkuiri, oleh sebab itu melalui proses tersebut siswa akan
memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental
melalui proses berpikir. 3.Merumuskan hipotesis; Hipotesis adalah jawaban sementara dari
suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji
kebenarannya. Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan, tetapi harus
memiliki landasan berpikir yang kokoh, sehingga hipotesis yang dimunculkan itu bersifat
rasional dan logis. Kemampuan berpikir logis itu sendiri akan sangat dipengaruhi oleh
kedalaman wawasan yang dimiliki serta keluasan pengalaman. Dengan demikian, setiap
individu yang kurang mempunyai wawasan akan sulit mengembangkan hipotesis yang
rasional dan logis. 4.Mengumpulkan data; Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring
informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran
inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam
pengembangan intelektual. Proses pemgumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi
yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan
menggunakan potensi berpikirnya. 5. Menguji hipotesis; Menguji hipotesis adalah
997
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang
diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan
kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya
berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat
dipertanggungjawabkan. 6.Merumuskan kesimpulan;Merumuskan kesimpulan adalah
proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa
data mana yang relevan.
Model Pembelajaran Inquiry dapat membantu siswa untuk memperbaiki dan
meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses kognitif siswa. Usaha penemuan
merupakan upaya kunci dalam proses ini. Dari hasil penemuan yang dilakukan oleh siswa
sendiri dapat membantu siswa menepis skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah
kepada kebenaran yang final. Namun dalam rangka proses penemuan ini peran guru
sebagai fasilitator sangat penting, untuk mengarahkan proses penemuan menuju arah
kesimpulan yang benar. Model Pembelajaran Inquiry menunjukkan langkah-langkah sesuai
5M yaitu mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi dan mengkomunikasi. Langkah
tersebut membutuhkan waktu yang cukup panjang. Oleh sebab itu pembelajaran Inquiry
membutuhkan waktu yang cukup dan lebih cocok untuk jumlah siswa yang sedikit.
Dari uraian di atas maka perlu untuk diketahui sejauh mana gambaran penguasaan
strategi pembelajaran Inquiry oleh guru-guru IPA SMP di Situbondo. Hal ini berkaitan
dengan implementasi kurikulum 2013 di Kabupaten Situbondo dan kualitas pembelajaran
di kabupaten Situbondo.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif. Instrumen penelitian berupa angket.
Jenis pertanyaan dalam angket bersifat semi terbuka, yaitu kombinasi jenis pertanyaan
tertutup dan terbuka yang telah dilakukan validasi konstruksi (construct validity) oleh ahli
pembelajaran.
Penelitian dilaksanakan selama bulan Maret 2016, dengan responden 20 guru IPA
dari 6 SMP Negeri Sub Rayon 02 dan Subrayon 03 di Situbondo. Data yang terkumpul
dianalisis secara deskriptif kuantitatif dalam bentuk persentase dengan bantuan program
Excel for Windows.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran IPA diharapkan dapat menjadi
wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek
pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Proses
pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inquiri ilmiah (scientific inquiry) untuk
menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta
mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu
pembelajaran IPA di sekolah sebaiknya ditekankan pada pemberian pengalaman belajar
secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap
ilmiah. (Kemdikbud 2014 : 9)
998
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang menekankan pada pemberian
pengalaman belajar secara langsung melallui penggunaan dan pengembangan proses dan
sikap ilmiah seperti yang diuraikan diatas tidaklah mudah. Guru harus mempertimbangkan
banyak hal antara lain pemilihan model pembelajaran, pemilihan strategi atau metode
pembelajaran, karakteristik peserta didik dan karakteristik materi pelajaran. Guru sebagai
penanggung jawab perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran harus memiliki
kemampuan memilih dan menerapkan model pembelajaran inovatif memberdayakan hasil
belajar sains siswa secara keseluruhan. Model pembelajaran yang diterapkan juga
diharapkan dapat mengelola faktor internal maupun eksternal yang berpengaruh pada
proses belajar siswa.
Model pembelajaran Inquiry merupakan salah satu model pembelajaran
konstruktivis yang memberi peluang kepada siswa untuk mencari dan menemukan sendiri
konsep dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah. Siswa didorong untuk
mampu menggali, mendapatkan data-data kongkret, mengolah informasi yang diperoleh
serta menarik kesimpulan berdasarkan fakta-fakta yang ada.(Ilahi,2010:33 dalam Priyayi
;2014). Siswa dapat bekerja secara aktif untuk memperoleh pengetahuan yang bermakna
bagi dirinya melalui kegiatan berdasarkan metode ilmiah. Pembelajaran Inquiry dapat
memberdayakan hasil belajar siswa secara keseluruhan baik dalam aspek pengetahuan,
sikap maupun keterampilam (Lavine,2005:5, Oloyede, 2010: 1-6 dalam Priyayi ;2014).
Pelaksanaan pembelajaran Inquiry akan berjalan efektif dan efisien apabila guru sebagai
perencana dan pelaksana dalam kegiatan pembelajaran benar-benar menguasai tentang
pembelajaran Inquiry. Sebagai gambaran penguasaan dan penerapan pembelajaran Inquiry
guru-guru mata pelajaran IPA SMP di Situbondo disajikan dalam Tabel 1
Tabel 1. Penguasaan Pembelajaran Discovery Guru IPA SMP di Situbondo
No.
1
2
3
4
5
6
Variabel
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
19
0
16
3
15
4
18
Persentase
(%)
100
0
84,2
15,8
78,9
21,1
94,7
1
5,3
Ada
Tidak
Ada
Tidak
5
14
7
12
26,3
73,7
36,8
63,2
Jawaban
Mengenal/ mendengar istilah model
pembelajaran Inquiry
Pengertian model pembelajaran
Inquiry
Mengetahui langkah-langkah model
pembelajaran Inquiry
Menerapkan model pembelajaran
Inquiry dalam kegiatan pembelajaran
di kelas
Kelebihan dalam penerapan model
pembelajaran inquiry
Kekurangan dalam model
pembelajaran Inquiry
Jumlah
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa semua guru di situbondo khususnya di
subrayon 02-03 tahu atau pernah mendengar model pembelajaran Inquiry (100 %), bahkan
999
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
yang menerapkan model pembelajaran Inquiry cukup besar (94,7%). Dari tabel tersebut
juga nampak bahwa guru yang mengetahui langkah-langkah model pembelajaran Cukup
tinggi (78,9,9%). Di lapangan hampir semua guru yang mengajar menggunakan kurikulum
2013 dalam RPP metode yang digunakan adalah Discovery learning dan Inquiry. Namun
dalam pelaksanaan pembelajaran banyak guru yang menyampaikan langkah-langkah
pembelajaran menunjukkan langkah pembelajaran Inquiry yang tidak utuh. Dalam tahap
stimulation banyak guru yang menyampaikan permasalahan awal tidak di lanjutkan dengan
memfasilitasi identifikasi masalah dan pembuatan hipotesis, namun langsung pada
percobaan. Ada juga dalam pelaksanaan disampaikan tidak ada tahapan verifikasi setelah
mendapatkan data hasil percobaan. Akibat tahapan pembelajaran yang tidak utuh, maka
penguasaan konsep oleh siswa menjadi kurang.
Pembelajaran Inquiry merupakan suatu pembelajaran dimana siswa membangun
pengetahuan mereka sendiri dengan mengadakan suatu percobaan dan menemukan sebuah
prinsip dari hasil percobaan tersebut. Juga merupakan komponen dari praktek pendidikan
yang meliputi metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif, berorientasi pada
proses, mengarahkan sendiri dan reflektif.(Suryosubroto,2002;192) . penerapan
pembelajaran Inquiry pada mata pelajaran IPA menjadi sangat tepat dikarenakan model
pembelajaran ini memiliki beberapa kelebihan yaitu : 1) menambah pengalaman siswa
dalam belajar, 2) memberi kesempatan kepada siswa untuk lebih dekat pada sumber belajar
selain buku, 3) menggali kreatifitas siswa,4) mampu meningkatkan rasa percaya diri pada
siswa, 5) meningkatkan kerjasama antar siswa. (Putrayasa,:2014)
Dari hasil tanya jawab beberapa guru di lapangan di dapatkan data bahwa
pelaksanaan pembelajaran umumnya tidak sesuai sepenuhnya dengan RPP. RPP yang
mereka buat umumnya hanya untuk kebutuhan pemenuhan administrasi. Selain itu ketidak
utuhan proses pembelajaran disebabkan mereka di tuntut oleh target kurikulum.
Dari tabel diatas ada beberapa guru yang sudah menguasai langkah-langkah pembelajaran
Inquiry (78,9%), mengetahui kelebihan pembelajaran Inquiry (26,3%) dan mengetahui
kelemahan pembelajaran Inquiry (36,8%). Sebagian guru tersebut menyebutkan bahwa
dengan pembelajaran Inquiry siswa menjadi lebih aktif, siswa menjadi pembelajar mandiri
dengan berbagai kegiatan dalam menemukan konsep. Hasil belajar siswa retensinya lebih
dibandingkan dengan metode yang lain, sebab pengalaman belajar siswa dalam
menemukan konsep lebih bermakna. Untuk lebih jelasnya hasil temuan lapangan terkait
penguasaan model pembelajaran Inquiry oleh guru-guru IPA SMP sub rayon 02-03
Kabupaten Situbondo terlihat dalam grafik berikut.
1000
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
Grafik 1. Penguasaan model Discovery Guru IPA SMP sub rayon 02-03 Kabupaten
Situbondo.
Namun demikian dalam penerapan pembelajaran Inquiry, ada guru yang
menyebutkan kelemahan antara lain membutuhkan waktu yang relatif lama, tidak cocok
untuk jumlah siswa yang cukup banyak, jika pengumpulan data gagal maka siswa tidak
mendapatkan konsep. Hal ini juga dikemukakan oleh (Rusyan ,1999 : 177-178) yang
menyatakan bahwa terdapat kelemahan dalam penerapan model pembelajaran Inquiry
antara lain; memakan waktu banyak (time consuming), dan kalau kurang terpimpin dan
terarah, dapat menjurus pada kekacauan dan kekaburan atas materi yang dipelajarinya.
Kemendikbud (2013 :258) mencatat kelemahan dari model Discovery/Inquiry antara lain
bahwa model Inquiry dikembangkan berdasar asumsi siswa sudah memiliki kesiapan
pikiran dalam belajar. Akibatnya siswa yang kurang pandai akan mengalami kesulitan
untuk berpikir dan mengungkapkan hubungan antarn konsep, baik tertulis atau lisan,
sehingga menimbulkan frustasi.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan paparan pembahasan yang telah disampaikan maka dapat
disimpulkan bahwa dalam implementasi Kurikulum 2013 banyak guru menggunakan
pembelajaran Inquiry. Namun penguasaan model pembelajaran Inquiry guru-guru IPA
SMP di sub rayon 02-03 Kabupaten Situbondo masih kurang. Dengan demikian penerapan
pembelajaran Inquiry belum sesuai sintak yang sudah ada.
DAFTAR PUSTAKA
Desy, sajidan & Baskoro, 2014. Pengembangan Model Pembelajaran Acceleraed Learning
included by Discovery (ALID) Pada Materi Jaringan Tumbuhan kelas XI SMA
Negeri 7 Surakarta. Jurnal Inkuiri, vol 3, No II. Surakarta. FKIP UNS.
Kemdikbud, 2013. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013. Hand Out : 258363
1001
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
Kemdikbud, 2014. Buku Guru Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VIII SMP. Pusat Kurikulum
dan Perbukuan.
Kemdikbud, 2014. Panduan Penguatan Proses Pembelajaran Sekolah Menengah
Pertama. Kemdikbud
Mel Silberman, 2002. Active Learning, Yogyakarta. Yappendis
Padomuan Nauli J.M Sinambela, 2013. Kurikulum 2013 dan Implementasinya dalam
Pembelajaran Jurnal Generasi Kampus, Vol 6 No 2, Medan. Universitas Medan
Putrayasa, Syahruddin & Margunayasa, 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Discovery
Learning dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa. Jurnal Mimbar
PGSD, Vol 2 No.1 Singaraja. Universias Pendidikan Ganesha.
Rusman, 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru.Jakarta. PT.raja Garfindo Persada
Rusyan, A.Tabrani, dkk.1998. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar
Bandung:Remaja
1002
Download