Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 PENGUASAAN TENTANG MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY GURU IPA SMP DI SITUBONDO The Masteryof Inquiry Learning Model Of The Science Junior High School Teacher In Situbondo Khairul Anwar PPS. Pendidikan IPA Universitas Jember No. Hp 0851 3032 3272 email : [email protected] Abstrak Pembelajaran adalah proses interaksi antara guru dan siswa serta unsur-unsur yang mempengaruhinya. Unsur-unsur tersebut adalah tujuan pengajaran atau bahan ajar, metode dan alat pengajaran, serta evaluasi pengajaran. Pemilihan strategi pembelajaran merupakan hal penting dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. pembelajaran Inquiry merupakan salah satu strategi pembelajaran yang mengutamakan siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran. Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran Inquiry adalah ; a) stimulation (pemberian rangsangan), b) problem statement ( identifikasi masalah) c) data collection (pengumpulan data) d) data processing (pengolahan data e) verivication ( pembuktian) f) Genereralization (generalisasi). Tujuan penelitian dilaksanakan untuk mengetahui penguasaan pembelajaran Inquiry guru-guru IPA SMP di sub rayon 02-03 di Kabupaten Situbondo. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket yang dilakukan selama bulan Januari - Pebruari 2016, dengan responden 25 guru IPA dari 6 SMP Negeri di sub rayon 02-03 Kabupaten Situbondo. Jenis pertanyaan dalam angket bersifat semi terbuka, yaitu kombinasi jenis pertanyaan tertutup dan terbuka yang telah dilakukan validasi konstruksi (construct validity) oleh ahli pembelajaran. Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif kuantitatif dalam bentuk persentase dengan bantuan program Excel for Windows. Hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak guru menggunakan pembelajaran Inquiry. Namun penguasaan pembelajaran Inquiry guru-guru IPA SMP di sub rayon 02-03 Kabupaten Situbondo masih rendah. Dengan demikian penerapan pembelajaran Inquiry belum sesuai sintak yang sudah ada. Kata Kunci: Penguasaan, Inquiry, Guru IPA SMP Abstract Learning is a process of interaction between teachers and students as well as the elements that influence it. The elements are the purpose of teaching or teaching materials, teaching methods and tools, as well as the evaluation of teaching. The selection of learning strategy is important in improving the quality of learning. Inquiry is one of the learning strategies that give priority to students to be active in the learning process. The Steps implementation of Inquiry are; a) stimulation, b) problem statement c) Data collection d) Data processing e) verification f) Generalization. The aim of research carried out to determine the comprehension of Inquiry to Science teachers of Junior High School in Sub Rayon 02-03 Situbondo. The data collection uses a questionnairee. It is conducted during JanuaryPebruary 2016, the respondents are 25 science teachers from 6 Junior High Schools in the Sub-Rayon 02-03 Situbondo. The questions in the questionnaire are semi-open, which are the combination of closed and open questions that have been carried out validation construction (construct validity) by learning experts. The collected data were analysed by descriptive quantitative. It uses the Excel Program for Windows. The result shows that many teachers who use Inquiry Learning. However the comprehension of Inquiry of the 995 Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 science teachers is still low. So that the application of Inquiry does not appropriate with the existing syntax. Keywords: Comprehension, Inquiry , Junior High School ScienceTteachers PENDAHULUAN Tuntutan Kurikulum 2013 adalah adanya keseimbangan antara aspek pengetahuan , sikap dan keterampilan. Proses pembelajaran yang semula berfokus pada eksporasi, elaborasi dan konfirmasi disempurnakan dengan tuntutan kegiatan mengamati ,menanya, mencoba, mengasosiasi dan mengkomunikasi (5M). Pembelajaran yang awalnya mengutamakan pada hasil pembelajaran kognitif siswa saat ini di tuntut pada proses. Perubahan kurikulum 2006 menjadi kurikulum 2013 menuntut guru juga harus berubah. Guru bukan merupakan satu-satunya sumber belajar. Proses pembelajaran dirancang dengan orientasi pada pencapaian kompetensi dan berfokus pada siswa ( Student Centered Learning). Pembelajaran yang awalnya dirancang bagaimana siswa menguasai suatu konsep materi, saat ini berubah menjadi bagaimana siswa belajar menemukan dan mempunyai keterampilan menemukan suatu konsep tersebut. Sehingga siswa bukan hanya hafal, tetapi memahami konsep dari apa yang ia pelajari. Tugas guru pada pembelajaran bukan sebagai nara sumber, namun sebagai fasilitator yang mampu melayani dan mengarahkan bagaimana siwa mendapat pengalaman belajar. Proses pembelajaran IPA mengacu pada pedoman umum pembelajaran (lampiran iv/ dari Permendikbud RI No 81A tahun 2013, secara prinsip, kegaiatan pembelajaran merupakan proses yang memberikan kesempatan kepada pesera didik untuk mengembangkan potensi mereka dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan dirinya untuk hidup dan untuk bermasyarakat, berbangsa dan serta berkontribusi pada kesejahteraan hidup umat manusia. Kegiatan pembelajaran diarahkan untuk memberdayakan semua potensi peserta didik menjadi kompetensi yang diharapkan. Di dalam proses pembelajaran, peserta didik di dorong untuk menemukan informasi, mengecek informasi baru, mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan yang sudah ada dalam ingatannya, dan melakukan pengembangan menjadi informasi atau kemampuan yang sesuai dengan lingkungan , tempat dan waktu ia hidup. Untuk mencapai proses pembelajaran yang demikian perlu pemilihan model pembelajaran yang tepat. Dalam proses belajar mengajar ada beberapa unsur yang mempengaruhi interaksi antara guru dan siswa. Unsur-unsur tersebut adalah tujuan pengajaran atau bahan ajar, metode dan alat pengajaran, serta evaluasi pengajaran. Perubahan tingkah laku siswa setelah proses belajar mengajar bergantung pada proses pengajaran yang berlangsung di kelas. Sedangkan proses pengajaran akan berlangsung apabila terjadi interaksi antara guru dengan siswa yang dibangun di atas keempat unsur tersebut. Model pembelajaran inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan (Sanjaya, 2006). Menurut piaget bahwa model pembelajaran inquiry adalah model pembelajaran yang mempersiapkan siswa pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan996 Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan siswa lain (mulyasa, 2008). Dengan melihat kedua pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inquiry adalah model pembelajaran yang mempersiapkan siswa pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri sehingga dapat berpikir secara kritis untuk mencari dan menemukan jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Model pembelajaran Inquiry pembelajaran tidak disajikan secara utuh, tetapi siswa diharapkan dapat mengorganisasikan sendiri. Oleh sebab itu peran guru bukan sebagai satu-satunya sumber belajar, namun guru berfungsi sebagai pembimbing, sebagai fasilitator yang memfasilitasi siswa dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahn dalam belajar. Fungsi ini dalam upaya mengubah kegiatan belajar dari teacher center menjadi student center. Dalam pembelajaran Inquiry guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjadi problem solver. Bahan ajar tidak diberikan dalam bentuk akhir, tetapi siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan dan membuat kesimpulan-kesimpulan (Nauli; 2014) Secara umum, langkah-langkah model pembelajaran inkuiri sebagai berikut :1.Orientasi; Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah. Langkah orientasi merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan startegi ini sangat tergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah, tanpa kemauan dan kemampuan maka proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan lancar. 2.Merumuskan masalah; Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu. Dikatakan teka-teki dalam rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam strategi inkuiri, oleh sebab itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir. 3.Merumuskan hipotesis; Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan, tetapi harus memiliki landasan berpikir yang kokoh, sehingga hipotesis yang dimunculkan itu bersifat rasional dan logis. Kemampuan berpikir logis itu sendiri akan sangat dipengaruhi oleh kedalaman wawasan yang dimiliki serta keluasan pengalaman. Dengan demikian, setiap individu yang kurang mempunyai wawasan akan sulit mengembangkan hipotesis yang rasional dan logis. 4.Mengumpulkan data; Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pemgumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. 5. Menguji hipotesis; Menguji hipotesis adalah 997 Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan. 6.Merumuskan kesimpulan;Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan. Model Pembelajaran Inquiry dapat membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses kognitif siswa. Usaha penemuan merupakan upaya kunci dalam proses ini. Dari hasil penemuan yang dilakukan oleh siswa sendiri dapat membantu siswa menepis skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah kepada kebenaran yang final. Namun dalam rangka proses penemuan ini peran guru sebagai fasilitator sangat penting, untuk mengarahkan proses penemuan menuju arah kesimpulan yang benar. Model Pembelajaran Inquiry menunjukkan langkah-langkah sesuai 5M yaitu mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi dan mengkomunikasi. Langkah tersebut membutuhkan waktu yang cukup panjang. Oleh sebab itu pembelajaran Inquiry membutuhkan waktu yang cukup dan lebih cocok untuk jumlah siswa yang sedikit. Dari uraian di atas maka perlu untuk diketahui sejauh mana gambaran penguasaan strategi pembelajaran Inquiry oleh guru-guru IPA SMP di Situbondo. Hal ini berkaitan dengan implementasi kurikulum 2013 di Kabupaten Situbondo dan kualitas pembelajaran di kabupaten Situbondo. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif. Instrumen penelitian berupa angket. Jenis pertanyaan dalam angket bersifat semi terbuka, yaitu kombinasi jenis pertanyaan tertutup dan terbuka yang telah dilakukan validasi konstruksi (construct validity) oleh ahli pembelajaran. Penelitian dilaksanakan selama bulan Maret 2016, dengan responden 20 guru IPA dari 6 SMP Negeri Sub Rayon 02 dan Subrayon 03 di Situbondo. Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif kuantitatif dalam bentuk persentase dengan bantuan program Excel for Windows. HASIL DAN PEMBAHASAN Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inquiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di sekolah sebaiknya ditekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. (Kemdikbud 2014 : 9) 998 Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melallui penggunaan dan pengembangan proses dan sikap ilmiah seperti yang diuraikan diatas tidaklah mudah. Guru harus mempertimbangkan banyak hal antara lain pemilihan model pembelajaran, pemilihan strategi atau metode pembelajaran, karakteristik peserta didik dan karakteristik materi pelajaran. Guru sebagai penanggung jawab perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran harus memiliki kemampuan memilih dan menerapkan model pembelajaran inovatif memberdayakan hasil belajar sains siswa secara keseluruhan. Model pembelajaran yang diterapkan juga diharapkan dapat mengelola faktor internal maupun eksternal yang berpengaruh pada proses belajar siswa. Model pembelajaran Inquiry merupakan salah satu model pembelajaran konstruktivis yang memberi peluang kepada siswa untuk mencari dan menemukan sendiri konsep dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah. Siswa didorong untuk mampu menggali, mendapatkan data-data kongkret, mengolah informasi yang diperoleh serta menarik kesimpulan berdasarkan fakta-fakta yang ada.(Ilahi,2010:33 dalam Priyayi ;2014). Siswa dapat bekerja secara aktif untuk memperoleh pengetahuan yang bermakna bagi dirinya melalui kegiatan berdasarkan metode ilmiah. Pembelajaran Inquiry dapat memberdayakan hasil belajar siswa secara keseluruhan baik dalam aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilam (Lavine,2005:5, Oloyede, 2010: 1-6 dalam Priyayi ;2014). Pelaksanaan pembelajaran Inquiry akan berjalan efektif dan efisien apabila guru sebagai perencana dan pelaksana dalam kegiatan pembelajaran benar-benar menguasai tentang pembelajaran Inquiry. Sebagai gambaran penguasaan dan penerapan pembelajaran Inquiry guru-guru mata pelajaran IPA SMP di Situbondo disajikan dalam Tabel 1 Tabel 1. Penguasaan Pembelajaran Discovery Guru IPA SMP di Situbondo No. 1 2 3 4 5 6 Variabel Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak 19 0 16 3 15 4 18 Persentase (%) 100 0 84,2 15,8 78,9 21,1 94,7 1 5,3 Ada Tidak Ada Tidak 5 14 7 12 26,3 73,7 36,8 63,2 Jawaban Mengenal/ mendengar istilah model pembelajaran Inquiry Pengertian model pembelajaran Inquiry Mengetahui langkah-langkah model pembelajaran Inquiry Menerapkan model pembelajaran Inquiry dalam kegiatan pembelajaran di kelas Kelebihan dalam penerapan model pembelajaran inquiry Kekurangan dalam model pembelajaran Inquiry Jumlah Dari tabel di atas menunjukkan bahwa semua guru di situbondo khususnya di subrayon 02-03 tahu atau pernah mendengar model pembelajaran Inquiry (100 %), bahkan 999 Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 yang menerapkan model pembelajaran Inquiry cukup besar (94,7%). Dari tabel tersebut juga nampak bahwa guru yang mengetahui langkah-langkah model pembelajaran Cukup tinggi (78,9,9%). Di lapangan hampir semua guru yang mengajar menggunakan kurikulum 2013 dalam RPP metode yang digunakan adalah Discovery learning dan Inquiry. Namun dalam pelaksanaan pembelajaran banyak guru yang menyampaikan langkah-langkah pembelajaran menunjukkan langkah pembelajaran Inquiry yang tidak utuh. Dalam tahap stimulation banyak guru yang menyampaikan permasalahan awal tidak di lanjutkan dengan memfasilitasi identifikasi masalah dan pembuatan hipotesis, namun langsung pada percobaan. Ada juga dalam pelaksanaan disampaikan tidak ada tahapan verifikasi setelah mendapatkan data hasil percobaan. Akibat tahapan pembelajaran yang tidak utuh, maka penguasaan konsep oleh siswa menjadi kurang. Pembelajaran Inquiry merupakan suatu pembelajaran dimana siswa membangun pengetahuan mereka sendiri dengan mengadakan suatu percobaan dan menemukan sebuah prinsip dari hasil percobaan tersebut. Juga merupakan komponen dari praktek pendidikan yang meliputi metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif, berorientasi pada proses, mengarahkan sendiri dan reflektif.(Suryosubroto,2002;192) . penerapan pembelajaran Inquiry pada mata pelajaran IPA menjadi sangat tepat dikarenakan model pembelajaran ini memiliki beberapa kelebihan yaitu : 1) menambah pengalaman siswa dalam belajar, 2) memberi kesempatan kepada siswa untuk lebih dekat pada sumber belajar selain buku, 3) menggali kreatifitas siswa,4) mampu meningkatkan rasa percaya diri pada siswa, 5) meningkatkan kerjasama antar siswa. (Putrayasa,:2014) Dari hasil tanya jawab beberapa guru di lapangan di dapatkan data bahwa pelaksanaan pembelajaran umumnya tidak sesuai sepenuhnya dengan RPP. RPP yang mereka buat umumnya hanya untuk kebutuhan pemenuhan administrasi. Selain itu ketidak utuhan proses pembelajaran disebabkan mereka di tuntut oleh target kurikulum. Dari tabel diatas ada beberapa guru yang sudah menguasai langkah-langkah pembelajaran Inquiry (78,9%), mengetahui kelebihan pembelajaran Inquiry (26,3%) dan mengetahui kelemahan pembelajaran Inquiry (36,8%). Sebagian guru tersebut menyebutkan bahwa dengan pembelajaran Inquiry siswa menjadi lebih aktif, siswa menjadi pembelajar mandiri dengan berbagai kegiatan dalam menemukan konsep. Hasil belajar siswa retensinya lebih dibandingkan dengan metode yang lain, sebab pengalaman belajar siswa dalam menemukan konsep lebih bermakna. Untuk lebih jelasnya hasil temuan lapangan terkait penguasaan model pembelajaran Inquiry oleh guru-guru IPA SMP sub rayon 02-03 Kabupaten Situbondo terlihat dalam grafik berikut. 1000 Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 Grafik 1. Penguasaan model Discovery Guru IPA SMP sub rayon 02-03 Kabupaten Situbondo. Namun demikian dalam penerapan pembelajaran Inquiry, ada guru yang menyebutkan kelemahan antara lain membutuhkan waktu yang relatif lama, tidak cocok untuk jumlah siswa yang cukup banyak, jika pengumpulan data gagal maka siswa tidak mendapatkan konsep. Hal ini juga dikemukakan oleh (Rusyan ,1999 : 177-178) yang menyatakan bahwa terdapat kelemahan dalam penerapan model pembelajaran Inquiry antara lain; memakan waktu banyak (time consuming), dan kalau kurang terpimpin dan terarah, dapat menjurus pada kekacauan dan kekaburan atas materi yang dipelajarinya. Kemendikbud (2013 :258) mencatat kelemahan dari model Discovery/Inquiry antara lain bahwa model Inquiry dikembangkan berdasar asumsi siswa sudah memiliki kesiapan pikiran dalam belajar. Akibatnya siswa yang kurang pandai akan mengalami kesulitan untuk berpikir dan mengungkapkan hubungan antarn konsep, baik tertulis atau lisan, sehingga menimbulkan frustasi. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan paparan pembahasan yang telah disampaikan maka dapat disimpulkan bahwa dalam implementasi Kurikulum 2013 banyak guru menggunakan pembelajaran Inquiry. Namun penguasaan model pembelajaran Inquiry guru-guru IPA SMP di sub rayon 02-03 Kabupaten Situbondo masih kurang. Dengan demikian penerapan pembelajaran Inquiry belum sesuai sintak yang sudah ada. DAFTAR PUSTAKA Desy, sajidan & Baskoro, 2014. Pengembangan Model Pembelajaran Acceleraed Learning included by Discovery (ALID) Pada Materi Jaringan Tumbuhan kelas XI SMA Negeri 7 Surakarta. Jurnal Inkuiri, vol 3, No II. Surakarta. FKIP UNS. Kemdikbud, 2013. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013. Hand Out : 258363 1001 Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 Kemdikbud, 2014. Buku Guru Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VIII SMP. Pusat Kurikulum dan Perbukuan. Kemdikbud, 2014. Panduan Penguatan Proses Pembelajaran Sekolah Menengah Pertama. Kemdikbud Mel Silberman, 2002. Active Learning, Yogyakarta. Yappendis Padomuan Nauli J.M Sinambela, 2013. Kurikulum 2013 dan Implementasinya dalam Pembelajaran Jurnal Generasi Kampus, Vol 6 No 2, Medan. Universitas Medan Putrayasa, Syahruddin & Margunayasa, 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa. Jurnal Mimbar PGSD, Vol 2 No.1 Singaraja. Universias Pendidikan Ganesha. Rusman, 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru.Jakarta. PT.raja Garfindo Persada Rusyan, A.Tabrani, dkk.1998. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar Bandung:Remaja 1002