BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Nasionalisme Nasionalisme adalah suatu paham yang berpendapat bahwa kesetiaan yang tertinggi harus diserahkan pada negara kebangsaan (Tim Dosen PKN, 2009: 227). Menurut Moeliono (2005: 775-776), nasionalisme adalah faham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara sendiri; sifat kenasionalan: makin mejiwai bangsa Indonesia, kesadaran keanggotaan di suatu negara yang secara potensial atau aktual bersama-sama mencapai, mempertahankan, mengabdikan identitas, integritas, kemakmuran, dan kekuatan bangsa itu; semangat kebangsaan. Dinyatakan Riff (Chamim, 1995: 194), bahwa nasionalisme berarti menyatakan suatu efinitas kelompok yang didasarkan atas bahasa, budaya, keturunan bersama; dan terkadang pada agama dan wilayah bersama pula; terhadap pengakuan lain atas loyalitas seseorang. Sebagai doktrin politik, nasionalisme member basis dan pembenaran ideologis bagi semua bangsa di dunia untuk mengorganisasikan dirinya sendiri ke dalam entitas-entitas yang bebas atau otonom. Entitas-entitas ini sebagian besar mengambil bentuk negara nasional merdeka, walaupun terdapat contoh di mana beberapa bentuk otonom kedaerahan atau cultural juga dilembagakan. Doktrin nasionalisme lahir dalam sejarah Jerman abad ke-18 yang secara kultural bersatu, tetapi 6 Semangat Keindonesiaan Dalam..., Wahyu Andrian, FKIP UMP, 2010 secara politik terpecah-belah, yang juga memiliki akar kesejarahan secara luas pada Revolusi Prancis yang melahirkan banyak negara-bangsa di Eropa. Chamim mengatakan (2003: 235), nasionalisme dengan bangunan negara-bangsa (nation state) tengah dilanda tantangan baru berupa lahirnya tatanan dunia global yang melampaui batas-batas geografis, administratif, dan sosio-kultural yang makin menjadi sistem kehidupan bangsa-bangsa sedunia. Adapun artikel yang peneliti temukan antara lain: Pertama, nasionalisme kewarganegaraan atau (nasionalisme sipil) adalah jenis nasionalisme dimana dalam suatu negara masyarakat mendapat kebenaran politik dari negaranya serta pernyertaan aktif rakyatnya ”kehendak rakyat”, sebagai salah satu perwakilan rakyat. Kedua, nasionalisme budaya adalah bentuk nasionalisme dimana suatu negara mendapatkan kebenaran politik dari suatu budaya bersama, yang tidak membedakan jenis kulit, ras dan lain sebagainya. (Nasionalsme, Agustus: 2010). Jadi, nasionalisme adalah suatu paham dimana setiap warga masyarakat memiliki hak untuk mendapatkan suatu kebenaran dari negaranya. Kebenaran untuk dapat mencintai bangsanya sendiri, yang didasarkan pada bahasa, budaya bangsa itu sendiri. B. Semiotika Menurut Moeliono (2005: 1029), semiotika adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan sistem tanda dan lambang yang ada di dalam kehidupan Semangat Keindonesiaan Dalam..., Wahyu Andrian, FKIP UMP, 2010 manusia. Kemudian Sudjiman (1992: 5 ), menyatakan semiotika adalah studi tentang tanda dan segala yang berhubungan dengan: cara berfungsinya, hubungannya dengan tanda-tanda lain, pengirimannya, dan penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya. Apabila studi tentang tanda ini berpusat pada penggolongannya, pada hubungannya dengan tanda-tanda lain, pada cara bekerjanya sama halnya dalam menjalankan funsinya, dan itu adalah kerja dalam sintaks semiotik. Menurut Pierce (Budiman, 1999: 107-108), istilah semiotik, adalah konsep tentang tanda-tanda: tidak hanya bahasa dan sistem komunikasi yang tersusun oleh tanda-tanda, melainkan dunia itu sendiri dari tanda-tanda karena, bila tidak demikian, manusia tidak akan dapat menjalin hubungannya dengan realitas. Bahasa itu sendiri merupakan suatu sistem tanda yang paling fundamental bagi manusia, sedangkan tanda non-verbal seperti gerak-gerik, bentuk-bentuk pakaian, serta boneka plaktik sosial konvensional lainnya, dapat dipandang sebagai jenis bahasa yang tersusun dari tanda-tanda bermakna komunikasi klasikal atas dasar relasi-relasi. Selanjutnya Budiman (2004: 3), menyatakan bahwa semiotika biasanya didefinisikan sebagai pengkajian tanda-tanda (the study of sign), pada dasarnya merupakan sebuah studi atas kode-kode, yaitu sistem apapun yang memungkinkan kita memandang entitas-entitas tertentu sebagai sesuatu yang bermakna (Scholes, 1982: ix). Dengan demikian, bagi Pierce, semiotika adalah suatu cabang dari filsafat. Semangat Keindonesiaan Dalam..., Wahyu Andrian, FKIP UMP, 2010 Dinyatakan Saussure (Kurniawan, 2009: 124), bahwa semiotika adalah ilmu umum yang berbicara tentang tanda (Budiman, 2003: 3), dan tanda adalah kombinasi antara konsep (penanda) dengan gambaran akustik (penanda), yang dalam kehidupan, istilah tersebut pada umumnya menunjuk pada gambaran akustik (Saussure, 1988: 147). Dengan demikian, dalam persepektif Saussure, semiotika adalah ilmu yang menkaji hubungan antara penanda dengan petanda.dengan penjelasan ini, terlihat bahwa semiotika Saussure ini bersifat diadik karena tanda sebagai kajian semiotika tersusun atas dua bagian: penanda dengan petanda. Menurut Umberto (2009: 10-15), menyebutkan sembilan belas bidang yang bias dipertimbangkan sebagai bahan kajian semiotik. Kesembilan belas itu adalah: Zoo semiotik (semiotik binatang), alfactory sign (tanda-tanda bauan), tactile communication (komuikasi rabaan), codes of taste (kode-kode cecapan), paralinguistics (paralinguistik), medical semiotics (semiotik medis), kinesics and proxemics (kinesik dan prosemik), musical codes (kode-kode musik), formalized languages (bahasa yang diformalkan), written language, unknown, alphabets, secret codes (bahasa tertulis, alfabet, tak dikenal, kode rahasia), natural languages, (bahas alam), visual communication (komunikasi visual), system of objects (sistem objek). Selanjutnya Kurniawan (2001: 49), menyatakan bahwa semiologi atau semiotika berakar dari studi klasik dan skolastik atas seni logika, retorika, dan poetika. Akar namanya sendiri adalah ”semion”, nampaknya diturunkan dari kedokteran hipokratik atau asplepiadik dengan perhatiannya pada Semangat Keindonesiaan Dalam..., Wahyu Andrian, FKIP UMP, 2010 simptomatologi dan diagnostik inferensial. ”Tanda” pada masa itu bermakna sesuatu hal yang menunjuk pada adanya hal lain. Contohnya, asap menandai adanya api. Sedangkan menurut Kurniawan (2009: 123), kata semiotika (ada juga yang menyebut semiologi) berasal dari bahasa Yunani, ”semion” yang berarti ”tanda”. Tanda ini bersifat universal karena dapat dijumpai di mana pun, antara lain: bahasa, gambar, gerak, isyarat, warna, suara dan sebagainya. Semuanya merujuk sebagai tanda karena kehadirannya direspon manusia sebagai sarana komunikasi yang di dalamnya mempunyai arti. Misalnya, saat kita berada di dalam rumah, kemudian dari pintu depan terdengar suara ”bel” berbunyi. Suara bel tersebut merupakan ”tanda” yang menghadirkan arti kemungkinan besarnya adalah ”ada orang di luar mau bertamu”. Hal ini menunjukkan bahwa segala sesuatu yang dipersepsi oleh mempunyai arti hakikatnya adalah tanda, dan manusia dalam kehidupan tidak lepas dari tanda. Dalam hal ini, Charles Sanders Pierce menyatakan bahwa manusia hanya dapat berpikir dengan sarana tanda. Artinya, manusia dalam kumunikasi sehari-harinya selalu mempergunakan tanda. Scholes (Kurniawan, 2009: 124), menegaskan bahwa semiotika merupakan studi mengenai tanda-tanda (the study of signs), yang merupakan studi atas kode-kode sebagai suatu sistem apapun yang memungkinkan manusia memandang entitas-entitas tertentu sebagai tanda atau sebagai sesuatu yang bermakna. Dengan demikian, semiotika, hakikatnya, merupakan studi tentang tanda dengan segala substansinya. Semangat Keindonesiaan Dalam..., Wahyu Andrian, FKIP UMP, 2010 Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, ditengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia. Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). Memaknai (to sinify) dalam hal ini tidak dapat dicampur adukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda. http://sadidadalila.wordpress.com/2009/12/03/semiotika Semangat Keindonesiaan Dalam..., Wahyu Andrian, FKIP UMP, 2010 Dari penjelasan di atas dapat di buat alur pikir penelitian sebagai berikut. Semangat keindonesiaan yang terdapat dalam novel trilogi Garuda di Dadaku Cita-cita menjadi pemain nasional Menyematkan lambang garuda di dada Bangga kepada tim nasional Mengharumkan bangsa lewat sepak bola ANALISIS SEMIOTIKA TUJUAN Mendeskripsikan makna tandatanda yang terkandung dalam trilogi novel GdD Mengungkap dengan mendeskripsikan pesan mengenai semangat Indonesia pada trilogi novel GdD. Semangat Keindonesiaan Dalam..., Wahyu Andrian, FKIP UMP, 2010