1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diare merupakan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Diare merupakan masalah kesehatan yang belum tertangani dengan baik.
Angka kesakitan diare di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung meningkat.
Menurut WHO (World Health Organization) angka kesakitan diare pada tahun
2010 yaitu 411 penderita per 1000 penduduk. Berdasarkan data profil kesehatan
Indonesia tahun 2010 jumlah kasus diare yang ditemukan sekitar 213.435
penderita dengan jumlah kematian sebanyak 1.289, dan sebagian besar (70-80%)
terjadi pada anak-anak (DepKes RI, 2010).
Penyebab diare akut karena infeksi sering ditemukan di lapangan ataupun
secara klinis (DepKes RI, 2009). Penegakan terapi pada pasien diare akut akibat
infeksi oleh bakteri adalah dengan pemberian antibiotik untuk mengeliminasi
penyebab infeksi. Beberapa antibiotik yang digunakan untuk terapi diare, yaitu
metronidazol, tetrasiklin, ciprofloksacin, tiamfenikol, amoxicillin, cefiksim, dan
cefadroksil. Metronidazol menjadi pilihan pertama terapi antibiotik yang
digunakan secara empiris untuk mengobati diare akibat infeksi (Umar, 2004).
Metronidazol memiliki spektrum antibakteri yang luas untuk gram-positif dan
gram-negatif anaerob, dengan mekanisme kerja yaitu menghambat sintesa asam
nukleat dan menyebabkan kematian sel (Gerber et al., 2008). Puncak konsentrasi
plasma metronidazol terjadi antara satu dan dua jam setelah pemberian.
Pemberian secara oral dengan dosis 250 mg, 500 mg, dan 2.000 mg,
menghasilkan puncak konsentrasi plasma sebesar 6 μg/mL, 12 μg/mL, dan 40
1
μg/mL (Anonim, 2012). Jumlah total metronidazol yang dieliminasi selama
periode dialisis (selama 2 jam) adalah 50,8 ± 13,5 mg, kurang lebih 10% dari
dosis yang diberikan yaitu 500 mg (Jhon et al., 1983).
Umumnya antibiotik yang diberikan tidak bekerja spesifik pada bakteri
penyebab diare, sehingga menyebabkan kematian mikroflora usus normal yang
bermanfaat untuk menjaga homeostasis tubuh. Telah dibuktikan bahwa terapi
antibiotik dapat menekan mikroflora usus normal, dan “kevakuman mikroba”
yang terjadi dapat diisi oleh galur bakteri patogen. Sehingga, penggunaan
antibiotik selama episode diare akut dapat meningkatkan risiko terjadinya diare
yang berkepanjangan. Untuk mengembalikan keseimbangan mikroflora maka
dapat dilakukan dengan cara memberikan probiotik (Firmansyah, 2001).
Probiotik merupakan suatu kultur tunggal ataupun campuran dari
mikroorganisme hidup yang bila dikonsumsi oleh manusia atau hewan akan
menjaga keseimbangan mikroorganisme alami yang ada dalam tubuh inangnya
(Lee and Salminen, 1999; Soeharsono, 2010). Probiotik membutuhkan waktu
untuk fase pertumbuhan yang dimulai setelah jam ke-2 pemberian hingga
mencapai pertumbuhan maksimum pada jam ke-18 dan akan mencapai fase
stationer setelah jam ke-20 hingga jam ke-22 setelah pemberian (Nurhajati dkk.,
2009). Beberapa Bakteri Asam Laktat (BAL) yang diklaim sebagai bakteri
probiotik
antara
lain
Lactobacillus
acidophilus,
Lactobacillus
reuteri,
Lactobacillus casei, dan Bifidobacterium karena merupakan mikroflora alami
saluran pencernaan. Probiotik bermanfaat dalam pencegahan dan pengobatan
beberapa penyakit saluran cerna, termasuk diare infeksi, dan diare karena
2
antibiotik. Dalam uji klinik, beberapa galur Saccharomyces boulardii,
Lactobacillus, dan Enterococcus telah digunakan untuk mencegah diare karena
antibiotik, dan umumnya memberikan hasil yang baik (Firmansyah, 2001).
Probiotik dan antibiotik memiliki aksi yang berbeda, akan tetapi secara klinis
sering digunakan atau diresepkan bersama-sama terutama untuk pasien diare pada
anak-anak (Firmansyah, 2001). Wahyu (2013), menyebutkan bahwa pada pasien
anak dengan diare akut, pemberian probiotik 2 jam setelah antibiotik terbukti
memiliki kemampuan yang signifikan dalam menurunkan frekuensi diare serta
memperbaiki komposisi dan konsistensi feses dibandingkan pemberian probiotik
2 jam sebelum antibiotik, dan pemberian probiotik bersamaan dengan antibiotik.
Berdasarkan penelitian tersebut, maka perbedaan waktu pemberian kombinasi
antibiotik dan probiotik dalam satu peresepan berpengaruh terhadap efektivitas
terapi diare akut pada anak. Terjadinya perbedaan hasil pada perbedaan waktu
pemberian kombinasi antibiotik dan probiotik, mengindikasikan adanya hambatan
pertumbuhan probiotik oleh antibiotik. Sehingga dalam penelitian ini akan
dilakukan pengujian hambatan pertumbuhan probiotik strain Lactobacillus
acidophilus oleh antibiotik metronidazol berdasarkan perbedaan waktu pemberian
secara in vitro.
1.2. Rumusan Masalah
Apakah
terjadi
perbedaan
hambatan
pertumbuhan
probiotik
strain
Lactobacillus acidophilus oleh antibiotik metronidazol berdasarkan perbedaan
waktu pemberian kombinasi antibiotik dan probiotik secara in vitro?
3
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk membuktikan ada atau tidaknya perbedaan hambatan pertumbuhan
probiotik
strain
Lactobacillus
acidophilus
oleh
antibiotik
metronidazol
berdasarkan perbedaan waktu pemberian kombinasi antibiotik dan probiotik
secara in vitro.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan menjadi artikel ilmiah yang menunjukkan hasil uji
hambatan pertumbuhan probiotik oleh antibiotik yang dibuktikan secara in vitro.
Sehingga penelitian ini diharapkan menjadi suatu pembuktian adanya hambatan
antibiotik terhadap pertumbuhan probiotik secara in vitro, dan mendukung
penelitian klinis dalam menetapkan waktu pemberian kombinasi antibiotik dan
probiotik pada pasien diare.
4
Download