ABSTRACT ALFA FILEP PETRUS NELWAN. Fish Production Dynamic of Small Pelagic Fish in Off West Coast of South Sulawesi. Under supervised of M FEDI A SONDITA, DANIEL R MONINTJA, DOMU SIMBOLON. Coastal waters of western part of South Sulawesi Province has various ecological features that may affect dynamics of fish production which in turn may determine distribution and abundance of several small fish pelagic species that are common targets of local fishermen. Fisheries managers usually requires some information to identify some management strategies, but there are some concerns on the scales of spatial and temporal units and statistical parameters in analysing ecological and fisheries data to generate information useful to predict fish abundance and distribution. This study was designed to evaluate the dynamics of production of small fish pelagic species and correlate the fish production with amount of fishing effort and ecological data (i.e. sea surface temperature and chlorophyll contents). This study used fishing effort data for 8 types traditional one-day fishing units and fish production of 6 pelagic species. Annual fishing effort and CPUE over a periode of 30 years (1977-2006) were calculated after a standardization considering variability in capture capacity and fisheries development. The study area was divided into three regions, i.e. around Spermonde Islands (zone A), off Polmas and Pinrang District (zone B) and off Majene and Mamuju District (zone C). Ecological data were derived from an internet situs, i.e. http://reason.gsfc.nasa.gov/giovanni. The correlation analysis used 2002-2006 quarterly data published by districts along the study area. The sea suface temperature (SST) and chlorofill contents from the internet were processed into quarterly data. Seven statistical parameters of the two factors were calculated, i.e. mean, median, modus, deviation standard, range, minimum, and maximum. In general, small pelagic fisheries in zone A were the most dynamic compared to the two other fishing sub-areas (zone B and zone C). Fish abundance in zone A was coincident with low chlorophyl content, regardless of SST level. Modus appeared to be a suitable statistical parameter that reflects stronger relationship between fish productivity) and ecological data (SST and chlorophyll) when analysis was carried out using quarterly seasonal data. Keywords: fishing dynamic, fishing effort, SST, chlorophyll, statistical parameters RINGKASAN ALFA FILEP PETRUS NELWAN.Dinamika Hasil Tangkapan Ikan Pelagis Kecil di Perairan Pantai Barat Sulawesi Selatan. Dibimbing oleh M FEDI A SONDITA, DANIEL R MONINTJA, dan DOMU SIMBOLON. Kemampuan produksi sumberdaya ikan pelagis kecil menentukan ketersediaan stok untuk perikanan. Terdapat faktor internal dan faktor eksternal yang saling berinteraksi mempengaruhi daya dukung sumberdaya ikan. Faktor internal adalah proses biologi dan ekologi, sedangkan faktor eksternal adalah lingkungan laut dan kegiatan penangkapan ikan. Faktor ektsternal dapat diidentifikasi melalui perubahan upaya penangkapan dan kondisi oseanografi terhadap produksi ikan. Perairan pantai barat Sulawesi Selatan memiliki tipikal ekosistim pantai yang berbeda dari utara ke selatan. Pada bagian utara adalah perairan Majene dan Mamuju memiliki tipikal perairan pantai terbuka dan relatif dalam, bagian tengah adalah perairan Polmas, Pinrang, dan Pare-Pare yang memiliki tipikal perairan teluk, dan bagian selatan adalah perairan Takalar, Makassar, Maros, Pangkep, dan Barru, yang memiliki tipikal periran kepulauan dan terumbu karang. Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah statistik produksi (V) dan upaya penangkapan ikan tahunan (U) yang dipublikasikan Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Sulawesi Selatan untuk kurun waktu 30 tahun (t), sejak tahun 1977 hingga 2006. Dalam penelitian ada 8 jenis unit penangkapan ikan (k), yaitu perahu atau kapal yang mengoperasikan: (1) payang, (2) pukat pantai, (3) pukat cincin, (4) jaring insang hanyut, (5) jaring lingkar, (6) jaring insang tetap, (7) bagan perahu, dan (8) bagan tancap, serta 6 jenis ikan (i) yaitu: (1) kembung (Rastrelliger sp), (2) tembang (Sardinella fimbriata), (3) layang (Decapterus sp), (4) teri (Stolephorus spp), (5) lemuru (Sardinella longiceps), dan (6) selar (Selaroides spp). Kawasan perairan pantai barat Sulawesi Selatan dibagi menjadi 3 kawasan (z), yaitu zona A di selatan yang mencakup Kabupaten Takalar, Kota Makassar, Kabupaten Maros, Kabupaten Pangkep dan Kabupaten Barru, zona B di tengah yang mencakup Kota Pare-Pare, Kabupaten Pinrang dan Kabupaten Polmas, dan zona C di utara yang mencakup Kabupaten Majene dan Kabupaten Mamuju. Data produksi dan upaya penangkapan dikelompokkan berdasarkan ciri umum dalam 4 periode kebijakan pembangunan perikanan (p), berturut-turut adalah: 1) motorisasi (1977-1982), 2) penyertaan modal pemerintah dan pengembangan golongan ekonomi lemah (1983-1990), 3) diversifikasi usaha pengembangan usaha perikanan (1991-1997), dan 4) era reformasi, desentralisasi pengelolaan perikanan, serta pemberdayaan ekonomi nelayan (1997-2006). Perhitungan standardisasi upaya penangkapan dilakukan dalam 2 tahap. Tahap pertama pada masing-masing unit penangkapan di setiap zona, sedangkan tahap kedua standardisasi dilakukan berdasarkan total upaya penangkapan untuk menghitung CPUE di setiap zona. Dinamika penangkapan ikan pelagis kecil di setiap zona dianalisis secara deskriptif menggunakan grafik dan mengidentifikasi trend linier yang diperoleh dengan meregresikan produksi (Pt) terhadap tahun (t) dan meregresikan CPUE tahunan (CPUEt) terhadap upaya penangkapan ikan tahunan (SSUt). Penilaian sejauhmana perubahan tahunan upaya penangkapan dan produksi atau status perikanan pelagis kecil dilakukan secara deskriptif dengan memetakan menggunakan kurva produksi lestari. Pembentukan kurva produksi lestari dilakukan dengan meregresikan antara total upaya penangkapan dengan produksi total dari 8 jenis alat tangkap untuk zona A dan B, serta 5 unit alat tangkap untuk zona C. Model regresi yang digunakan adalah model surplus produksi. Perubahan upaya penangkapan untuk kurun waktu 30 tahun di zona A, menunjukkan signifikan meningkat secara eksponensial sebesar 0,04 unit/tahun, di zona B meningkat eksponensial sebesar 0,05 unit/tahun, dan di zona C meningkat eksponensial sebesar 0,09 unit/tahun. Perubahan produksi penangkapan untuk kurun waktu tahun 1977-2006 menunjukkan produksi ikan di zona A meningkat signifikan secara eksponensial sebesar 0,02 ton/tahun, di zona B meningkat signifikan secara eksponensial sebesar 0,02 ton/tahun dan di zona C meningkat signifikan secara eksponensial 0,04 ton/tahun. Trend CPUE menunjukkan menurun signifikan untuk setiap tahun, di zona A secara eksponensial sebesar 0,02 ton/upaya, zona B secara eksponensial sebesar 0,04 ton/upaya dan zona C secara linier sebesar 1,6 ton/upaya. Dinamika penangkapan berdasarkan pemetaan menggunakan kurva surplus produksi menunjukkan zona A dan B telah mencapai titik optimum dibandingkan zona C. Analisis dalam kajian ini dilakukan menggunakan data dalam bentuk kuartalan. Untuk data penangkapan menggunakan produksi ikan, produktivitas dan densitas. Produksi ikan adalah jumlah produksi dari 8 jenis alat tangkap, produktivitas ikan adalah produksi ikan dari setiap upaya penangkapan dan densitas ikan adalah produksi ikan dalam luasan lokasi penangkapan ikan. Data upaya penangkapan yang digunakan adalah data yang telah distandardisasi. Data suhu permukaan laut (SPL) dan klorofil tersedia dalam bentuk bulanan, sedangkan data produksi ikan dalam bentuk kuartalan. Untuk kebutuhan analisis hubungan SPL dan klorofil terhadap produksi ikan, maka data SPL dan klorofil dihitung menjadi data kuartalan. Perhitungan data bulanan SPL dan klorofil menjadi data kuartalan dilakukan dengan 2 kategori, yaitu kategori kalender dan kategori musim. Data produksi ikan kuartalan bersumber dari data statistik perikanan tangkap Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Sulawesi Selatan untuk kurun waktu 5 tahun (2002-2006). Data produksi kuartal tangkapan ikan berdasarkan 6 jenis ikan pelagis kecil, yaitu: (1) kembung (Rastrelliger sp); (2) layang (Decapterus sp); (3) lemuru (Sardinella sp); (4) selar (Selaroides spp); (5) tembang (Sardinella fimbriata); (6) teri (Stolephorus spp). Data SPL dan klorofil diperoleh dari Ocean Color Time-Series Online Visualization hasil citra satelit MODIS (Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer) Aqua untuk data klorofil, sedangkan data SPL hasil citra satelit MODIS-Terra yang dikeluarkan oleh NASA (National Aeronautics and Space Administration). Data citra satelit yang digunakan adalah data bulanan yang telah dianalisis berdasarkan GES-DISC Interactive Online Visualization and Analysis Infrastructure (GIOVANNI) untuk kurun waktu 5 tahun (2002-2006). Posisi geografi untuk data SPL dan klorofil yang digunakan sebagai berikut: zona A : 5,60LS – 4,80LS dan 119,10BT – 119,40BT; zona B : 4,70LS – 3,60LS dan 119,40BT – 119,60BT; dan zona C : 3,50LS – 2,10LS dan 118,90BT – 119,10BT. Data bulanan SPL dan klorofil dihitung menjadi kuartalan menggunakan 7 macam parameter statistik, yaitu: mean, median, modus, standar deviasi, range, minimum, dan maksimum. Analisis hubungan SPL dan klorofil dengan produksi, produktivitas, dan densitas ikan menggunakan tipologi hubungan dan parsial korelasi. Tipologi hubungan ditentukan berdasarkan 11 tipe melalui grafik biplot, sedangkan korelasi parsial ditentukan berdasarkan signifikansi pada nilai p<0.05. Perubahan kuartalan produksi ikan menunjukkan jenis ikan kembung dominan di zona A, jenis ikan layang dan tembang di zona B dan jenis ikan layang di zona C. Rata-rata perubahan kuartalan menunjukkan SPL dalam kurun waktu tahun 2002-2006 tinggi pada kuartal 2 dan 4 di setiap zona. Rata-rata perubahan kuartalan klorofil menunjukan tinggi pada kuartal 1 dan 3. Perubahan kuartalan SPL menunjukkan kecenderungan lebih tinggi di zona C dan konsentrasi klorofil tinggi di zona A untuk kurun waktu tahun 2002-2006. Tipologi hubungan SPL dan klorofil dengan produktivitas menunjukkan di zona A dan C cenderung tipe 10 pada skala kuartal musim, sedangkan zona B cenderung tipe 3 dengan produktivitas pada skala waktu kuatal kalender. Densitas cenderung tipe 11 pada skala waktu kategori kalender maupun musim pada setiap zona. Tipe 10 adalah keberadaan ikan tersebar di perairan dengan SPL rendah sampai tinggi pada klorofil rendah. Tipe 11 keberadaan ikan tersebar pada semua kondisi SPL dan klorofil. Hasil analisis parsial korelasi menunjukkan di zona A, pada kategori kalender, SPL berdasarkan parameter statistik ukuran pemusatan data singnifikan dengan produktivitas ikan. Pada kategori musim di zona A, SPL dan klorofil signifikan dengan produktivitas berdasarkan parameter statistik modus. Di zona B, baik kategori kalender maupun musim, klorofil signifikan dengan produksi, produktivitas, dan densitas. Pada zona C korelasi signifikan tidak dapat didefinisikan. Pendekatan spasial dan temporal dengan menggunakan parameter statistik ukuran pemusatan data dapat dijadikan rujukan untuk mendefinisikan perubahan kondisi oseanografi pada ekosistem yang berbeda hubungannya dengan sebaran ikan. Dengan demikian sepatutnya tindakan pengelolaan perikanan tangkap menggunakan pendekatan ekosistem sebagai konsekuensi dari keunikan setiap wilayah perairan. Kata kunci: Dinamika hasil tangkapan ikan, upaya penangkapan, suhu permukaan laut, klorofil, parameter statistik.