perjanjian kerjasama antara balai besar pelaksanaan jalan nasional

advertisement
PERJANJIAN KERJASAMA
ANTARA
BALAI BESAR PELAKSANAAN JALAN NASIONAL X
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
DAN
DIREKTORAT ZENI
TENTARA NASIONAL INDONESIA ANGKATAN DARAT
TENTANG
PEMBANGUNAN DAN REKONSTRUKSI JALAN DI PROVINSI PAPUA
Nomor : IK.01.02-Bj/05
Nomor : SP/89/I/2016
Pada hari ini Senin tanggal Empat, bulan Januari Tahun Dua Ribu Enam
Belas (4-1-2016), bertempat di Jakarta, yang bertanda tangan dibawah ini:
I.
OSMAN HARIANTO, Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional X,
yang diangkat berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Nomor 370/KPTS/M/2015 tanggal 9 Juli 2015, dalam
hal ini bertindak untuk dan atas nama Balai Besar Pelaksanaan Jalan
Nasional X, Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia, berkedudukan dan beralamat
di Komplek Bina Marga Tanah Hitam Jalan Abepantai Abepura, Jayapura
Selanjutnya disebut PIHAK KESATU.
2
II. BRIGADIR JENDERAL TNI IRWAN, Direktur Zeni Angkatan Darat,
yang
diangkat
berdasarkan
Keputusan
Panglima
TNI
Nomor
Kep/344/V/2014 tanggal 19 Mei 2014, dalam hal ini bertindak untuk dan
atas nama Direktorat Zeni Angkatan Darat, yang berkedudukan di Jalan
Kesatrian II Berland Matraman, Jakarta Timur, selanjutnya disebut PIHAK
KEDUA.
Untuk selanjutnya PIHAK KESATU dan PIHAK KEDUA secara bersamasama disebut “PARA PIHAK” dan secara sendiri-sendiri disebut sebagai
“PIHAK” menerangkan terlebih dahulu sebagai berikut:
1.
Bahwa telah ditandatangani Nota Kesepahaman antara Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dan Tentara Nasional
Indonesia Nomor : 22/PKS/M/2015 dan Nomor KERMA/41/XII/2015
pada tanggal 23 Desember 2015 tentang Pembangunan Infrastruktur
yang Bernilai Strategis Bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia oleh
PARA PIHAK (selanjutnya disebut “Nota Kesepahaman”)
2.
Bahwa PARA PIHAK selanjutnya sepakat untuk membuat Perjanjian
Kerjasama tentang Pembangunan Dan Rekonstruksi Jalan Di Provinsi
Papua yang terdiri dari 2 (dua) segmen di Kabupaten Asmat dan
Kabupaten Nduga.
3.
Bahwa mengingat perlunya membuka daerah yang terisolir serta
dapat meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat,
sehingga pembangunan ruas jalan di Provinsi Papua dapat terwujud.
Dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut :
1.
Undang-Undang Nomor 34 tahun 2004 tentang Tentara Nasional
Indonesia (Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
127, Tambahan Lembaga Negara Republik Indonesia Nomor 4439);
2.
Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaga
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan
Lembaga Negara Republik Indonesia Nomor 4444);
3
3.
Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan (Lembaga
Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86, Tambahan
Lembaga Negara Republik Indonesia Nomor 4655);
4.
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah di ubah beberapa kali,
terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang
Perubahan Ke-empat Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010
tentang
Pengadaan
Barang/Jasa
Pemerintah
(Lembaga
Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 5, Tambahan Lembaga Negara
Republik Indonesia Nomor 5655);
5.
Peraturan
Presiden
Nomor
7
Tahun
Kementerian Negara (Lembaga Negara
2015
tentang
Organisasi
Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 8);
6.
Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Lembaga Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 16);
7.
Peraturan Menteri Pertahanan Nomor 16 Tahun 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertahanan;
8.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
15/PRT/M/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;
9.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Nomor
34/PRT/M/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana
Teknis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;
10. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
370/KPTS/M/2015 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan dari
dan
dalam
Jabatan
Pimpinan
Tinggi
Pratama
dan
Jabatan
Administrator Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;
11. Keputusan
Panglima
Tentara
Nasional
Indonesia
Nomor
Kep/344/V/2014 Tanggal 19 Mei 2014, Tentang Pemberhentian dan
Pengangkatan
dalam
Jabatan
Indonesia Angkatan Darat.
di
Lingkungan
Tentara
Nasional
4
12. Surat Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik
Indonesia Nomor KU.01.01,-Mn/06.1 Perihal Percepatan Pelaksanaan
APBN Tahun 2016 Bidang Infrastruktur; dan
13. Nota
Kesepahaman
Perumahan
antara
Rakyat
22/PKS/M/2015
dan
dan
Kementerian
Tentara
Nomor
Pekerjaan
Nasional
Umum
Indonesia
KERMA/41/XII/2015
dan
Nomor
tentang
Pembangunan Infrastruktur yang Bernilai Strategis Bagi Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka PARA PIHAK sepakat untuk
melaksanakan dan menandatangani Perjanjian Kerjasama Dalam Rangka
Pembangunan
dan
Rekonstruksi
Jalan
di
Provinsi
Papua
dengan
ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
BAB I
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 1
(1) Perjanjian Kerjasama ini dimaksudkan sebagai tindak lanjut dari Nota
Kesepahaman antara Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat dan Tentara Nasional Indonesia Nomor 22/PKS/M/2015 dan
Nomor KERMA/41/XII/2015 tentang Pembangunan Infrastruktur yang
Bernilai Strategis Bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagai
upaya untuk membuka daerah yang terisolir melalui pembangunan
dan rekostruksi jalan di Provinsi Papua sehingga dapat meningkatkan
perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.
(2) Dalam pelaksanaan pembangunan dan rekonstruksi jalan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diperlukan bantuan PIHAK KEDUA untuk
melaksanakan kegiatan tersebut.
(3) Perjanjian Kerjasama ini bertujuan untuk mewujudkan kerjasama
dalam pelaksanaan pekerjaan pembangunan dan rekonstruksi jalan di
Provinsi Papua sesuai dengan kewenangan PARA PIHAK.
5
BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 2
Lingkup Perjanjian Kerjasama ini meliputi:
a. Bentuk Kerjasama;
b. Lokasi Pembangunan;
c. Pelaksanaan;
d. Pembiayaan;
e. Masa Berlaku; dan
f.
Perselisihan.
BAB III
BENTUK KERJASAMA
Pasal 3
(1) PIHAK
KESATU
menyediakan
alokasi
pembiayaan
pelaksanaan
pembangunan dan rekonstruksi jalan di Provinsi Papua, dengan
mengacu pada mekanisme sistem swakelola yang dilengkapi dengan
Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan dokumen lain.
(2) PIHAK KEDUA menyiapkan bahan, peralatan, dan personil untuk
pelaksanaan pembangunan dan rekonstruksi jalan di Provinsi Papua.
BAB IV
LOKASI PEMBANGUNAN
Pasal 4
Lokasi pelaksanaan pembangunan dan rekonstruksi jalan di Provinsi
Papua terdiri atas:
a. Pembangunan Jalan Batas-Mamugu II yang terletak di Kabupaten
Asmat sepanjang 8 (delapan) kilometer; dan
b. Rekonstruksi Jalan Habema-Kenyam-Batas Batu yang terletak di
Kabupaten Nduga sepanjang 15 (lima belas) kilometer.
6
BAB V
PELAKSANAAN
Pasal 5
(1) Pembangunan Jalan Batas-Mamugu II yang terletak di Kabupaten
Asmat meliputi pekerjaan sebagai berikut:
a. Pekerjaan Umum;
b. Pekerjaan Drainase;
c. Pekerjaan Tanah; dan
d. Pekerjaan Struktur.
(2) Rekonstruksi Jalan Habema-Kenyam-Batas Batu yang terletak di
Kabupaten Nduga meliputi pekerjaan sebagai berikut:
a. Pekerjaan Umum;
b. Pekerjaan Drainase;
c. Pekerjaan Tanah;
d. Pekerjaan Struktur;
e. Pekerjaan Pengembalian Kondisi dan Pekerjaan Minor; dan
f. Pekerjaan Harian.
(3) Pembangunan dan rekonstruksi jalan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2) dilakukan secara swakelola.
(4) PIHAK KESATU dalam pelaksanaan Pembangunan dan rekonstruksi
jalan di Provinsi Papua sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) menugaskan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dengan menunjuk
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) melaksanakan Perjanjian Kerjasama
ini dengan pihak yang ditunjuk PIHAK KEDUA, dalam bentuk Kontrak.
(5) PIHAK KEDUA dalam pelakasanaan Pembangunan dan rekonstruksi
jalan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) menunjuk
Kepala Pelaksana Kegiatan untuk melaksanakan Perjanjian Kerjasama
ini dengan pihak yang ditunjuk PIHAK KESATU, dalam bentuk
Kontrak.
7
BAB VI
HAK DAN KEWAJIBAN
Pasal 6
(1) Hak PIHAK KESATU :
a. Memperoleh laporan secara berkala setiap 2 (dua) minggu atas
pelaksanaan pekerjaan dari PIHAK KEDUA;
b. Memperoleh hasil pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
sesuai yang direncanakan;
(2) Kewajiban PIHAK KESATU :
a. Memfasilitasi
PIHAK
KEDUA
dalam
pekerjaaan
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3;
b. Menfasilitasi kebutuhan pendanaan dalam pekerjaaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
Pasal 7
(1) Hak PIHAK KEDUA :
a. Mendapatkan fasilitasi dalam pekerjaaan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3;
b. Mendapatkan fasilitasi pendanaan dalam pekerjaaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
(2) Kewajiban PIHAK KEDUA :
a. Memberikan laporan secara berkala setiap 2 (dua) minggu atas
pelaksanaan pekerjaan kepada PIHAK KESATU;
b. Menyelesaikan hasil pekerjaan sesuai yang direncanakan;
8
BAB VII
PEMBIAYAAN
Pasal 8
Pembiayaan pelaksanaan pembangunan dan rekonstruksi jalan di Provinsi
Papua pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Tahun
Anggaran 2016 Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah IV
Provinsi Papua (Jayawijaya).
BAB VIII
JANGKA WAKTU
Pasal 9
(1) Perjanjian Kerjasama ini mulai berlaku sejak tanggal Perjanjian
Kerjasama ini ditandatangani dan diakhiri pada tanggal 31 Desember
2016.
(2) Dalam hal salah satu pihak ingin melakukan pengakhiran terhadap
Perjanjian Kerjasama sebelum jangka waktu sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) berakhir, pihak tersebut ini wajib memberitahukan secara
tertulis kepada masing-masing pihak paling lambat 30 (tiga puluh) hari
kalender sebelum waktu pengakhiran yang dikehendaki.
(3) Dalam hal
Kerjasama
PARA
ini
PIHAK
sebelum
sepakat untuk mengakhiri Perjanjian
berakhirnya
jangka
waktu
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), maka pengakhiran Perjanjian Kerjasama ini
tidak
mempengaruhi
hak
dan
kewajiban
PARA
PIHAK
untuk
menyelesaikan terlebih dahulu kegiatan yang sedang dilaksanakan
sebagai akibat Perjanjian Kerjasama ini.
9
BAB IX
KEADAAN KAHAR DAN PENYELESAIAN PERSELISIHAN
Pasal 10
(1) Yang dimaksud keadaan kahar dalam Perjanjian Kerjasama ini adalah
suatu keadaan yang berada di luar kemampuan kendali PARA PIHAK
yang terjadi karena:
a. Bencana alam seperti banjir, gempa bumi, gunung metetus, dan kebakaran
hutan;
b. Keadaan Perang;
c. Pemberontakan, huru-hara dan sabotase; dan/ atau
d. Perubahan peraturan/kebijakan Pemerintah.
(2) PARA PIHAK dibebaskan dari tanggung jawab atas kegagalan atau
keterlambatan
dalam
melaksanakan
kewajibannya
berdasarkan
Perjanjian Kerjasama ini yang disebabkan oleh hal-hal di luar
kemampuan yang wajar dari PARA PIHAK dan bukan disebabkan
kesalahan salah satu pihak.
(3) Apabila terjadi keadaan kahar yang menyebabkan salah satu pihak tidak
dapat memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan Pasal
5 maka segala akibat yang ditimbulkan akan dimusyawarahkan oleh PARA
PIHAK.
Pasal 11
Apabila terjadi perselisihan antara PIHAK KESATU dan PIHAK KEDUA
perselisihan diselesaikan secara musyawarah untuk mufakat.
10
BAB X
PERUBAHAN PERJANJIAN KERJASAMA
Pasal 12
(1) Segala perubahan dan hal-hal lain yang belum diatur dan/atau cukup
diatur dalam perjanjian ini akan dimusyawarahkan oleh PARA PIHAK
dan hasilnya akan dituangkan kedalam suatu addendum yang
ditandatangani oleh PARA PIHAK yang merupakan satu kesatuan dan
bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian ini.
(2) Dalam hal salah satu pihak ingin melakukan perubahan terhadap
Perjanjian Kerjasama ini wajib memberitahukan secara tertulis kepada
masing-masing pihak.
BAB XI
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 13
(1) Dalam hal terdapat kebijakan Pemerintah atau Peraturan lain yang
mengakibatkan perubahan-perubahan dalam pelaksanaan Perjanjian
Kerjasama ini, akan dibicarakan dan disepakati bersama oleh PARA
PIHAK.
(2) Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama ini tidak terpengaruh dengan
terjadinya pergantian kepemimpinan di lingkungan PARA PIHAK.
Download