ISSN 1693-0339 Diterbitkan oleh: Ma~arat<at It<tio(09i Inooneslc (The Indonesian Ichthyological Society) 3}urnal ~ktillillgi ~nallm~5ia Volume 13 Nomor 1 Juni 2013 :Wartono Hadie Efektivitas strain ikan nila ;i1urmtl~ktinlngi ~U~OUf5ht, 13(1):35-53 Variabilitas harian komunitas ikan padang lamun perairan Tanjung Tiram- Teluk Ambon Dalam [Daily variability offish community in sea grass beds of Tanjung Tiram-Inner Ambon Bay] Husain Latuconsina'r'", Rohani Ambo-Rappe 'Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,Universitas Darussalam Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin (gj Faklultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Darussalam Jln. Raya Tulehu Km. 24 Ambon, 97582 Surel:[email protected] 2Fakultas Diterima: 27 November 2012; Disetujui: 21 Mei 2013 Abstrak Penelitian ini dilaksanakan di perairan Tanjung Tiram , Teluk Ambon Dalam selama bulan Juli-Agustus 2012, untuk embandingkan kelimpahan dan struktur komunitas ikan padang lamun berdasarkan perbedaan siang dan malam hari. Ikan dikoleksi dengan metode sapuan menggunakan pukat pantai yang ditarik pada hamparan padang lamun sebanyak enam kali (masing-masing tiga kali mewakili siang dan malam hari). Hasil penelitian mendapatkan total jumlah individu ikan sebanyak 5593 individu dari 72 spesies dan 35 famili. Siganus canaliculatus mendominasi struktur komunitas ikan baik pada siang maupun malam hari, Ostorhinchus lateralis aktif pada malam hari, dan Aeoliscus strigatus yang aktif pada siang hari. Terdapat variasi struktur komunitas ikan antara siang dan malam, dengan nilai dominansi selalu lebih tinggi pada malam hari. Sebaliknya, keanekaragaman selalu tinggi pada siang hari dan keseragaman spesies lebih stabil pada siang hari. Variabilitas kelimpahan dan struktur komunitas ikan antara siang dan malam hari selain berkaitan dengan sifat nokturnal dan diurnal, juga dipengaruhi fluktuasi parameter oseanografi. Suhu, salinitas, oksigen terlarut, dan pH berpengaruh positif, sedangkan kekeruhan perairan berpengaruh negatif terhadap kelimpahan ikan di ekosistem padang lamun. . Kata penting: distribusi harian, komunitas ikan, padang lamun, Tanjung Tiram. Abstract The research was conducted from July-August 2012 to examine day and night abundance and community structure of ~ in seagrass area of Tanjung Tiram, Inner Ambon Bay. Fish were collected by swept area method using beach seine seagrass areas. Fish samples were collected six times (three times for each day and night). It was found that too individual fish as much as 5593 individuals from 72 species and 35 families. Siganus canaliculatus doe fish community structure at both day and night time. Ostorhinchus lateralis more active at night time, ...."""'..,.._il'eoliscus strigatus more active at day time. Fish community structure varied between day and night, index of domiJ1lIIJCY was slightly higher at night, whereas index of diversity was higher during day time as well as the evenness index.. ariability in abundance and community structure of fish between day and night were associated with nocturnal and diurnal fish charachetristic, and oceanographic parameters. Temperature, salinity, dissolved oxygen and pH were positi ely affected fish abundance; whereas the level of turbidity was negatively. Keywords: diurnal distribution, fish community, seagrass bed, Tanjung Tiram. Pendahuluan dimanfaatkan sebagai sumber makanan lang sung Padang larnun merupakan salah satu eko- bagi ikan-ikan herbivora (Randal, 1965; Mariani perairan pantai sebagai pendaur zat hara & Alcoverro, fat (Touchette & Burkholder, 2000), ....... oU'f." .. memberikan beragam mikrohabitat biota laut (Aswandi & Azkab, kerapatan dan keragaman vegennggi memberikan kontribusi IZdM9 t<di:::::rpaltJan ikan (Ambo-Rappe, 2010; 013), karena vegetasi lamun daerah 1999; Latuconsina mencari makan berbagai et al., 2013), spesies selain jenis herbivora yang memanfaatkan ikan biota asosasi pada ekosistem padang lamun (Pinto & Punchihewa, 1996; De Troch et al., 1998; Hindell et al., 2000; Pereira et al. 2010), daerah asuhan dan pembesaran (Nagelkerken et al., 2000; Nagelkerken et al., 2002; Nakamura et al. Variabilitas harian ikan padang lamun 2009; Latuconsina et al., 2012; Latuconsina et Tiram-Teluk Ambon Dalam antara siang dan ma- al., 2013), daerah perlindungan (Hemingga & lam hari belum diketahui secara pasti. Adanya si- Duarte, 2000; Hyndes et aI., 2003), daerah pemi- fat nokturnal maupun diurnal ikan padang lamun jahan (Po1te& Asmus, 2006), dan alur ruaya ha- (Supriadi et al., 2004) dan ketersediaan makanan rian antar habitat seperti ekosistem mangrove dan (Azis et al., 2006) memengaruhi tingkatan trofik terumbu karang (Lugendo et al., 2005; Unsworth yang berbeda antara siang dan malam hari et aI., 2009), sehingga keragaman dan kelimpah- (Unsworth et al., 2007), sehingga diduga terdapat an ikan padang lamun turut dipengaruhi oleh ke- variabilitas harian kelimpahan dan struktur ko- beradaan ekosistem mangrove dan terumbu ka- munitas harian ikan padang lamun pada perairan rang (Adrim, 2006;Fahmi & Adrim, 2009). Tanjung Tiram. Perairan Tanjung Tiram, yang terletak Penelitian ini bertujuan untuk mende- pada Teluk Ambon Dalam, memiliki ekosistem skripsikan variabilitas harian komunitas ikan pa- padang lamun multispesifik yang tersusun atas dang lamun yang meliputi jumlah spesies, kelim- empat spesies vegetasi lamun, yaitu Enhalus aco- pahan dan struktur komunitas di perairan Tan- roides, Thalassia hemprichii, Halophila ovalis, jung Tiram-Teluk Ambon Dalam yang keterkait- dan Halodule uninervis (Latuconsina, 2012). Le- annya dengan fluktuasi parameter fisik-kimiawi tak perairan Tanjung Tiram pada ambang antara oseanografi perairan. Hasil penelitian ini dapat Teluk Ambon Dalam dan Teluk Ambon Luar se- dijadikan rujukan upaya konservasi dan peman- hingga memengaruhi distribusi dan kelimpahan faatan ekosistem padang lamun dan sumber daya komunitas ikan akibat pertukarari massa air pada hayati ikan secara berkelanjutan. saat pasang naik dan pasang surut yang memengaruhi fluktuasi parameter fisik-kimiawi perair- Bahan dan metode an di kawasan tersebut (Latuconsina et al., 2012). Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli- Penelitian komunitas ikan padang lamun Agustus 2012 di ekosistem padang lamun per- di perairan Tanjung Tiram sebelurnnya pernah airan Tanjung Tiram-Teluk Ambon Dalam. Area dilakukan Marasabessy & Hukom (1989) yang terletak berdekatan dengan ambang Teluk Am- menemukan variasi nilai struktur komunitas ikan bon Dalam sebelah Barat pada posisi 03°39'19" pada musim timur dan musim barat. Sementara LS dan 128°12'3" BT. Di sekitar lokasi ditemu- itu Latuconsina et al. (2012) menemukan variasi kan hutan mangrove dengan kerapatan vegetasi kelimpahan individu dan komposisi spesies ikan yang rendah. pada periode pasang purnama dan pasang perbani Komunitas ikan dikoleksi dengan metode yang diduga terkait dengan perbedaan tinggi pa- sapuan (swept area method) menggunakan pukat sang yang memberikan perbedaan ruang gerak pantai berukuran panjang 30 m dengan spesifika- (kedalaman) dan pendistribusian sumber makan- si: panjang sayap masing-masing 15 m dengan an serta parameter fisik-kimiawi oseanografi per- ukuran mata jaring 0,5 inci, tinggi jaring 1,5 m airan secara merata pada kolom perairan sehing- dan panjang kantong 5 m, dengan bukaan mulut ga merangsang ikan untuk memijah, mencari ma- kantong 3 m dan ukuran mata jaring 0,25 inci. kan, dan bergerombol. Pukat pantai ditarik pada hamparan padang la- Informasi berkenaan dengan struktur ko- mun dengan luasan sapuan ± 1000 m2, sebanyak munitas ikan padang lamun di perairan Tanjung tiga kali ulangan (siang dan malam) pada saat 36 JJ urnal c3f ktiologi c3f nbnnes ill Latuconsina & Ambo-Rappe pasang bergerak surut. Identifikasi ikan menurut deks dominansi Margalef (C), indeks keaneka- Allen (1999), (1999), ragaman Shannon-Wienner (H') dengan basis In Carpenter & Niem (2001), Kuiter & Tonozuka S, dan indeks keseragaman Pielou (E). Kriteria (2001), dan Allen & Erdmann (2012). nilai struktur komunitas disajikan pada Tabell. Carpenter & Niem Parameter fisik-kimiawi oseanografi yang Tingkat pengelompokan kesamaan spe- diamati bersamaan dengan proses penangkapan sies ikan padang lamun berdasarkan kehadiran meliputi: kekeruhan, suhu, salinitas, pH, dan ok- spesies secara temporal antara siang dan malam sigen terlarut. Parameter diukur in-situ dengan hari menggunakan indeks kesamaan Bray-Curtis alat pengukur kualitas air merek Horiba. (Bray-Curtis Similarity) yang ditampilkan dalam Parameter ekologi komunitas ikan yang dianalisis meliputi: kelimpahan, komposisi spe- bentuk dendrogram. Pengolahan data menggunakan program PRIMER versi 5,00. sies, dan struktur komunitas yang meliputi; in- Gambar 1. Peta lokasi penelitian di perairan Tanjung Tiram-Teluk Ambon Dalam Tabel l.Kriteria nilai struktur komunitas (Setyobudiandi, et al. 2009). Indeks Kisaran 0,00 < C S 0,50 0,50 < C S 0,75 0.75 < C S 1,00 Dominansi (C) Keanekaragaman (H') Keseragaman (E) Volume 13 Nomor I, Juni 2013 Kategori Rendah Sedang . Tinggi H'S2 2.0 < H' S 3 H' 2: 3,0 Rendah Sedang Tinggi 0,00 < E S 0,50 0,50 < E S 0,75 0,75 < E < 1,00 Komunitas dalam kondisi tertekan Komunitas dalam kondisi labil Komunitas dalam kondisi stabil 37 Variabilitas harian ikan padang lamun menggunakan nus canaliculatus, Ostorhinchus lateralis, Acri- indeks biologi yang dihitung berdasarkan jumlah ecthys tomentosus, Aeoliscus strigatus, Herklots- individu. Spesies yang memiliki ke1impahan pa- ichthys quadrimaculatus, dan Atherinomorus ling tinggi diberi nilai 10, kelimpahan tertinggi duodecimalis. Penentuan ikan dominan Komunitas ikan pada siang hari lebih be- kedua diberi nilai 9, kelimpahan tertinggi ke tiga diberi nilai 8 dan seterusnya sampai pada terting- ragam gi ke 10 diberi nilai 1. Semua jumlah individu p<O,OI). Rata-rata yang didapat dari setiap spesies selama periode spesies yang didapatkan pengamatan dijumlahkan. Dari nilai indeks bio- hari sebanyak 42,33 ± 1,49 spesies, sedangkan logi dapat ditentukan peringkat atau nilai penting pada periode malam hari 38,33 ± 0,62 spesies. spesies tersebut dalam komunitas, Sementara nilai indeks dibandingkan pada malam hari (uji t, (± simpangan baku) jumlah selama periode individu ikan pada biologi lima ke atas yang dianggap berarti dalam malam hari lebih tinggi dibandingkan siang hari suatu komunitas (Hutomo, 1985). (uji t, p<0,05). Variasi rata-rata kelimpahan siang dan malam hari dianalisis uji-t, Hubungan kelimpahan parameter ikan pada menggunakan oseanografi ikan dianalisis menggunakan dengan kore- itu kelimpahan siang Rata-rata (± simpangan baku) jumlah individu selama periode malam hari sebanyak 1306,91 ± 13,51 individu, sedangkan pada periode siang hari sebanyak 558,00 ± 13,51 individu (Gambar 2). lasi Pearson. Besarnya koefisien korelasi Pearson (r) menunjukkan kekuatan hubungan linear, jika positif maka kedua variabel memiliki hubungan searah, sebaliknya j ika negatif maka kedua variabel memiliki hubungan terbalik, Dengan kriteria menurut Siregar (2013): (a) 0,00-0,199: korelasi sangat lemah, (b) 0,20-0,399: korelasi lemah, (c) 0,40-0,599: korelasi cukup, (d) 0,60-0,799: korelasi kuat (e) 0,80-1.00: korelasi sangat kuat. Uji-t dan analisis korelasi dilakukan dengan program SPSS ver.17 Indeks nilaipenting (ikan dominan) Spesies yang merupakan rna dalam komunitas komponen uta- ikan padang lamun pada perairan Tanjung Tiram-Teluk Ambon Dalam sebagian besar dikenal sebagai spesies khas penghuni ekosistem padang lamun baik sebagai penghuni tetap maupun penghuni sementara. Penelitian yang dilakukan selama musim timur ini menemukan total jumlah individu ikan dominan secara temporal yang tertangkap pada periode siang hari berjumlah Basil 1674 individu, se- mentara pada malam hari berjumlah 3919 indi- Kelimpahan danjumlah spesies ikanpadang lamun Variabilitas kelimpahan ikan padang la- mun di perairan Tanjung Tiram Teluk Ambon Dalam pada periode siang dan malam hari diperlihatkan pada Tabel 2. Ikan yang tertangkap selarna penelitian berjumlah 5.593 individu yang me- vidu (Tabel 3). Komposisi jenis ikan dominan pada periode malam hari lebih tinggi dengan nilai 84,87% dari total jumlah individu ikan yang didapatkan selama periode tersebut, jika dibandingkan dengan komposisi spesies ikan dominan pada siang hari sebesar 73,89%. liputi 72 spesies dari 35 famili. Terdapat dua famili dengan jumlah spesies yang besar, yaitu Famili Apogonidae dan Labridae. Sementara spe- sies dengan kelimpahan yang tinggi adalah Siga- 38 Struktur komunitas harian ikanpadang lamun Nilai struktur komunitas ikan, meliputi indeks dominansi, keanekaragaman, dan kesera- ilJurnnI ~ ktinlogi ~n.oone5in Latuconsina & Ambo-Rappe Q. - ::I '""0 -°c= :r: -o ''""' Q '" "'" __ C'l on r-, 00 -0 - \0 00 ~;!! 000 ~d(;!! r--: ......"0<) "'-'" r-, 0 \.()"lIj"' o o o o o o o o o - o oo rN - 00 o o 00· , _ o N N on o o o o o o ON -.:to -.:t- ;t\;!! C'l0 o"~ '" ...'"' 0;j Q. rJJ ; "0 olume 13 omor I, Juni 2013 39 Variabilitas harian ikan padang lamun o w w w w ft- o ft- 0 -- O.j:o. 0'-0 ww l+ l+ ww l+ l+ W V> OQ 0- l+ l+ 00 0 0- W ft- l+ l+ .j:o.N 0 b!.oo;'"S -~o'o '=> OQ _, ~- "'0 - 0 ft- ft- .p"O :i:C; 40 00000001i? - N 00 00 15 v. '-0 OWN o 00 N 00000000'1 -0 '-0 Y. o 0 8"t8 ?Y' N_ -0 N . -0_ o o .j:o.W N-W-O.,J:::..W ........ N.,J:::.._ _W WWW WWW ~'RJ oft-ft- co., -N NO_' 0- o...w _, w W _, o 0".,J::."w .j:o.'-0 't 't ".....J'\o _, _, 0NO .j:o.O wa.. "w"w "w"w ,OQ _, wwww 0' ,0 '0'0?y. ov.oo V> W :;,,~ V. "0 00 ---OVJv.w 0\ 00 VI VI VI VI 00 0"-00 "-".....J 00 "......J :;ititff~~ff~ 0000000 tv "_ "_ ".,J:::.. "0\ "N NOO ........ VlNo,\\O ".j::l. JjUrllll1~ktilllllBi ~nolln£5ill Latuconsina & Ambo-Rappe o o ~ 00 00 <')0 rf)"_,) ~"'7~ -- OV)- od ON<') -e- 00 ..". V) 0"0 o;!!.;!l ~o 0"": OC QC) -eV'/...,...;~ ciciO ~~-H ~6M _-_;_-o 'OeM Volume 13 Nomor 1, Juni 2013 41 Varlabilitas harlan ikan padang lamun gaman cukup berfluktuasi antara siang dan ma- Fenomena ini mengindikasikan bahwa spesies S. lam hari (TabeI4). Berdasarkan Tabel 4, pada si- canaliculatus dan 0. lateralis merupakan tipe ang hari keanekaragaman jenis lebih tinggi, dan spesies yang lebih aktif pada malam hari (noktur- Indeks keseragaman stabil pada siang hari dan nal). labil pada malam hari. Berbanding terbalik dengan indeks dominansi yang tinggi pada malam hari, disebabkan tingginya kelimpahan ikan pada Kesamaan temporal harian spesies ikan padang lamun Indeks kesamaan jenis Bray-Curtis berda- malam hari seperti Siganus canaliculatus dan Ostorhinchus lateralis, sebaliknya kelimpahan S. canaliculatus dan 0. lateralis menurun pada siang hari sehingga memengaruhi kestabilan temporal harian komunitas ikan secara keseluruhan. sarkan periode siang dan malam hari pada ekosistem padang lamun perairan Tanjung TiramTeluk Ambon Dalam memperlihatkan adanya perbedaan (Gambar 3). 1800 1600 1400 1200 1000 lEISiang 800 • Malam 600 400 200 O+---':iilIiili!!l--"--.,-Kelimpahan Individu Jumlah Jenis Gambar 2. Perbandingan jumlah spesies dan kelimpahan (rata-rata ± simpangan baku) ikan padang lamun perairan Tanjung Tiram-Teluk Ambon Dalam antara siang dan malam hari Tabel3. Komposisi spesies ikan dominan pada ekosistem padang lamun Tanjung Tiram-Teluk Ambon Dalam Spesies Dominan Siganus eanalieulatus Aeoliseus strigatus Acriecthys tomentosus Syngnathoides biaculeatus Cheilodipterus quinquelineatus Paraeentropogon longispinnis Parupeneus barberinus Searus ghobban Pentapodus trivittatus Pelates quadrilineatus Jumlah individu ikan dominan Jurnlah individu seluruh spesies Periode Siang KS (%) L 446 136 112 109 104 98 63 60 58 51 1237 1674 26,64 8,12 6,69 6,51 6,21 5,85 3,76 3,58 3,46 3,05 73,89 100 Periode Malam KS(%) L Spesies Dominan Siganus eanalieulatus Ostorhinchus lateralis Pranesus pinguis Acriecthys tomentosus Pentapodus trivittatus Paraeentropogon longispinnis Pelates quadrilineatus Chelonodon patoea Herklotsichthys quadrimaeulatus Seolopsis ciliatus Jumlah individu ikan dominan Jumlah individu seluruh spesies 1364 943 220 190 167 122 91 83 75 71 3326 3919 34,80 24,06 5,61 4,85 4,26 3,11 2,32 2,12 1,91 1,81 84,87 100 Keterangan: KS = komposisi spesies 42 Jlurnal ~k±illlllBi ~nollne5ia Latuconsina & Ambo-Rappe Tabe14. Nilai struktur komunitas ikan padang lamun Tanjung Tiram- Teluk Ambon Dalam Periode Malam Hari Periode Siang Hari Struktur Komunitas II III Kategori II III Kategori Dominansi (C) 0,13 0,10 0,09 rendah 0,23 0,15 0,20 rendah Keanekaragaman (H') 2,76 2,82 2,87 sedang 2,13 2,49 2,19 sedang 0,58 0,69 0,60 labil Keseragaman (E) 0,71 0,78 0,78 stabil I so 90 Gambar 3. Dendrogram pengelompokan kesamaan spesies ikan padang lamun berdasarkan kehadirannya perairan Tanjung Tiram- Teluk Ambon Dalam antara siang dan malam hari i.ilai parameter fisik-kimiawi oseanografi Hasil pengukuran parameter fisik-kimiawi 6 menunjukkan di bahwa nilai suhu, salinitas, pH, dan oksigen terlarut berkorelasi positif dengan oseanografi, yang meliputi suhu, salinitas, keke- kelimpahan ikan padang lamun, sebaliknya keke- ruhan, oksigen terlarut, dan pH selama periode ruhan pengamatan masih merupakan nilai yang optimal ikan padang lamun. berkorelasi negatif dengan kelimpahan bagi ikan untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik (Tabel 5). Tabel 5 menunjukkan Pembahasan bahwa rata-rata parameter Variabilitas kelimpahan, komposisi spesies, dan struktur komunitas ikan suhu, salinitas, pH, dan oksigen terlarut lebih tinggi pada malam hari dibandingkan siang hari; sebaliknya nilai keke- ruhan lebih tinggi pada siang hari dibandingkan kelimpahan ikan pada eko- sistem padang lamun di perairan Tanjung TiramTeluk Ambon Dalam selalu terjadi antara periode malam hari. Berfluktuasinya Variabilitas nilai parameter oseano- grafi secara langsung akan berpengaruh terhadap distribusi harian ikan sehingga memengaruhi kelirnpahannya pada ekosistem padang lamun perairan Tanjung Tiram-Teluk Ambon Dalam. Tabel Volume 13 Nomor I, Juni 2013 siang dan malam hari. Tingginya kelimpahan ikan pada malam hari karena beberapa spesies ditemukan sang at dominan seperti Siganus canali- culatus dan Ostorhinchus lateralis yang mendominasi pemanfaatan ruang, oksigen terlarut dan 43 Variabilitas harian ikan padang lamun Tabe15. Nilai parameter oseanografi selama pengamatan di perairan Tanjung Tiram Periode siang Kekeruhan {NTU) 24,87±2,43 Parameter oseano~afi {Rataan± SE} Salinitas Suhu (aC) pH (%0) 25,22±0,52 15,39±1,46 8,43±0,36 Periode malam 20,75±1,42 26,91±0,82 Periode pengamatan 20,89±0,78 Oksigen Terlarut {mg.L·l} 6,54±0,52 8,78±0,24 7,56±0,83 Tabel6. Korelasi parameter oseanografi dengan ke1impahan(jumlah individu) ikan Parameter Oseanografi Korelasi Kekeruhan {NTU} Suhu (aq Salinitas (%0) Oksigen Terlarut (mg LOl} pH Kelimpahan Ikan - 0,258 + 0,73 + 0,627 + 0,723 + 0,487 Keterangan: (-) = korelasi negatif(berlawanan), (+) = korelasi positif(searah) transfer energi melalui proses rantai makanan, lam hari, sementara pada siang hari keanekara- sehingga secara alamiah menurunkan jumlah dan gaman tinggi dan keseragaman stabil. Menurut komposisi spesies lainnya secara merata. Lebih Soegianto (1995), struktur suatu komunitas tidak me1impahnya ikan pada malam hari diduga ter- hanya dipengaruhi oleh hubungan antar spesies, kait sifat noktumal ikan yang lebih aktif pada tetapi juga oleh jumlah relatif organisme dari malam hari (Supriadi et al., 2004), dan juga didu- spesies-spesies tersebut, sehingga kelimpahan re- ga akibat pengaruh ritme pasang yang merang- latif suatu spesies dapat memengaruhi fungsi su- sang ikan dengan tingkatan trofik yang berbeda atu komunitas, distribusi individu dalam komuni- untuk terdistribusi pada ekosistem padang lamun tas, bahkan dapat memengaruhi keseimbangan dari ekosistem terdekat seperti mangrove dan te- komunitas dan akhirnya pada stabilitas komuni- rumbu karang (Hindell et al., 2000; Unsworth et tas. al., 2009; Latuconsina et al., 2012). Kelimpahan ikan yang lebih tinggi pada Ditemukan beberapa individu ikan Syngnathoides biaculeatus jantan yang melekatkan malam hari membuktikan adanya distribusi ha- telur pada bagian perutnya serta spesies Ostor- rian ikan antara ekosistem padang lamun dan ha- hinchus lateralis dan Ostorhinchus hoevani yang bitat terdekat seperti mangrove dan terumbu ka- sedang mengerami telur di mulutnya, membukti- rang (Nagelkerken et al., 2000; Pereira et al., kan peranan ekologi ekosistem padang lamun 2010). Banyak spesies ikan menggunakan ling- perairan Tanjung Tiram sebagai tempat pemijah- kungan terumbu karang sebagai termpat berlin- an. Fenomena yang sama ditemukan oleh dung selama siang hari, namun memiliki hubung- Makatipu (2007) pada ekosistem padang lamun an erat dan bergantung pada ekosistem padang Tanjung Merah Bitung-Sulawesi Utara di mana lamun dan habitat lainnya untuk mecari makan spesies Syngnathoides pada malam dan sore hari (Pereira et al., 2010). telur pada bagian perutnya, dan spesies Apogon Tingginya komposisi spesies ikan dominan pada ekosistem padang lamun perairan Tan- margaritophorus biaculeatus melekatkan yang sedang mengerami telur di mulutnya. jung Tiram-Teluk Ambon Dalam telah meme- Sementara itu, berdasarkan kisaran pan- ngaruhi kestabilan struktur komunitas ikan yang jang total, secara umum ikan yang ditemukan menyebabkan dominansi lebih tinggi pada ma- pada ekosistem padang lamun selama penelitian 44 Jjurmll ~lkti1llogi ~nboncsilt Latuconsina & Ambo-Rappe termasuk dalam fase juwana dan jelang dewasa. ting seperti Famili Siganidae, Lethrinidae, Lutja- Fenomena ini membuktikan peran ekologis eko- nidae, Serranidae, Carangidae, Scaridae, Labri- sistern padang lamun di perairan Tanjung Tiram- dae, Mullidae, dan Nemipteridae yang sebagian Teluk Ambon Dalam sebagai daerah asuhan dan besar berukuran juwana, membuktikan ekosistem pembesaran ikan-ikan komersial yang selalu padang lamun perairan Tanjung Tiram memiliki menjadi target penangkapan nelayan lokal di per- potensi ekonomi sebagai penyedia stok alamiah arran Teluk Ambon Dalam. Fenomena yang sa- ikan ekonomis penting di perairan Teluk Ambon rna ditemukan oleh Nagelkerken et al. (2000), Dalam. Fenomena yang sarna dilaporkan Arifin agelkerken et al. (2002), Gell & Whittington et al. (2004) yang menemukan ikan-ikan bernilai (2002), Arifin et al (2004), Marasabessy (2010), ekonomis penting berasosiasi dengan padang la- Unsworth et al. (2010), Latuconsina et al. mun di perairan pulau Barranglompo-Makassar (2012), dan Latuconsina et al. (2013). yang berukuran juwana seperti ikan baronang Menurut Larkum et al. (2006), kepadatan (Siganus), kerapu (Epinephelus), kakap (Lutja- awal ikan berukuran juwana sangat bergantung nus), dan ikan lencam (Lethrinus), sehingga ke- kepada rekrutmen larva yang kelangsungan hi- beradaan ekosistem padang lamun berperan se- nya dibatasi oleh interaksi fisik, biologis, bagai penyedia stok dan penentu keberadaan idrodinamika regional, serta karakteristik ka- ikan-ikan berukuranjuwana. nopi egetasi lamun. Hyndes et al. (2003) mene- Kehadiran ikan khas mangrove seperti mukan keragaman dan ukuran ikan yang berbeda Famili Carangidae, Sphyraenidae, Ambassidae, berdasarkan karakteristik kanopi vegetasi lamun dan terumbu karang seperti Famili Acanthuriae, yang berbeda. Perbedaan komposisi spesies ikan Labridae, Scaridae, Serranidae, serta spesies antara habitat lamun sebagian mencerminkan yang ditemukan tersebar pada habitat mangrove, mpo -isi ukuran ikan di habitat masing-masing. lamun dan terumbu karang seperti Famili Sigani- Fungsi potensial ekosistem padang lamun dae, Lethrinidae, Lutjanidae, dan Apogonidae -tJe!ranran Tanjung Tiram sebagai daerah pembe- (Carpenter & Niem, 1999; Carpenter & Niem, semakin terbukti dengan ditemukannya 2001; Allen & Erdmann, 2012) membuktikan spesies yang mendominasi seperti S. canalicula- bahwa kekayaan spesies ikan padang lamun pada tus yang berukuran juwana dalam jumlah yang perairan Tanjung Tiram turut dipengaruhi oleh sangat melimpah dibandingkan dengan yang ber- keberadaan ekosistem mangrove dan terumbu ka- ukuran dewasa. Latuconsina et al. (2013) mene- rang. Fenomena ini didukung oleh penyataan mukan kelimpahan dan dominasi juwana S. ca- Adrim (2006), bahwa keragaman spesies ikan naliculatus dengan ukuran panjang rata-rata 3,70 pada eksosistem padang lamun sangat didukung pada perairan Tanjung Tiram selama periode oleh konektivitas ekosistem lamun dengan eko- pumama dan pasang perbani. Sementara sistem di sekitarnya seperti mangrove dan terum- o lunira et al. (20103) juga menemukan sebabesar S. cana/iculatus yang hidup di padang lam Selat Lonthoir berukuran juwana dan umumn a dijumpai dalam satu kelompok umur. bu karang. Adanya konektivitas dan pentingnya fungsi ekosistem padang lamun sebagai tempat asuhan dan pembesaran ikan-ikan khas mangrove Ditemukannya ikan-ikan penghuni pa- dan terumbu karang, dibuktikan oleh Nakamura dang lamun yang memiliki nilai ekonomis pen- (2010) yang menemukan hilangnya padang la- olume 13 Nomor I, Juni 2013 45 Variabilitas harian ikan padang lamun mun di selatan kepulauan Ryukyu berdampak ne- ekosistem padang lamun dengan kerapatan yang gatif terhadap penurunan jumlah spesies ikan tinggi baik vegetasi multispesifik maupun mono- komersial penghuni terumbu karang yang me- spesifik di perairan pulau Baranglompo-Makas- manfaatkan padang lamun sebagai tempat pem- sar. Vonk et al. (2010) menemukan perbedaan besaran. Nagelkerken et al. (2002) juga membuk- kelimpahan ikan berdasarkan struktur kanopi la- tikan bahwa kelimpahan ikan di terumbu karang mun yang berbeda, di mana kelimpahan ikan le- merupakan fungsi keberadaan mangrove dan pa- bih tinggi pada vegetasi lamun yang padat de- dang lamun sebagai areal asuhan dan pembesaran ngan biomassa yang besar (kanopi tertutup) di- ikan. Degradasi habitat mangrove dan padang la- bandingkan vegetasi lamun yang jarang dengan mun dapat menimbulkan dampak signifikan pada biomassa yang rendah (kanopi terbuka) di kepu- persediaan stok ikan karang di Karibia. Hal yang lauan Spermonde Sulawesi Selatan. Sementara sarna dikemukakan oleh Chittaro et al. (2005) Kwakk & Klumpp (2004) menemukan perubah- yang menemukan vegetasi mangrove dan lamun an kelimpahan ikan berhubungan dengan bio- memberikan fungsi yang lebih besar bagi komu- massa lamun dan kelimpahan makanan. Menurut nitas ikan sebagai daerah asuhan dan pembesaran Hemingga & Duarte (2000), tingginya kerapatan dibandingkan dengan terumbu karang. vegetasi lamun selain memberikan perlindungan Peranan ekosistem padang lamun perairan bagi ikan, juga meningkatkan luas permukaan Tanjung Tiram sebagai daerah perlindungan bagi bagi perlekatan hewan dan tumbuhan renik yang komunitas ikan berkaitan erat dengan vegetasi merupakan makanan bagi komunitas ikan. lamun jenis Enhalus acoroides dan Thalassia Ditemukannya spesies S. canaliculatus hemprichii yang mendominasi (Latuconsina, yang selalu mendominasi dengan kelimpahan 2012). Karakteristik kanopinya berfungsi sebagai yang tinggi baik pada siang maupun malam hari peredam gelombang dan arus sekaligus memberi- membuktikan bahwa ekosistem padang lamun kan perlindungan bagi ikan juwana dari serangan perairan Tanjung Tiram-Teluk Ambon Dalam predator. Menurut Pereira et al. (2010), padang merupakan habitat penting dan ideal bagi S. ca- lamun digunakan oleh ikan juwana dalam cara naliculatus sebagai tempat mencari makan. yang berbeda, umumnya sebagai tempat mencari Latuconsina et al. (2013) menemukan fragmen makan, tempat berlindung dari predator, mengu- lamun 95,06% yang didominasi oleh jenis Enha- rangi kompetisi, dan meningkatkan ketersediaan Ius acoroides dalam isi lambung S. canaliculatus makanan sehingga membangun konektivitas de- berdasarkan persentase jumlah pada ekosistem ngan ekosistem lainnya. padang lamun perairan Tanjung Tiram. Semen- Terkait fungsi padang lamun sebagai dae- tara Hutomo (1985) menemukan tingginya ke- rah perlindungan, Latuconsina et at. (2013) me- limpahan S. canaliculatus di perairan Teluk Ban- nemukan kelimpahan juwana S. canaliculatus ten dengan komposisi makanan yang didapatkan lebih tinggi pada ekosistem padang lamun multi- sebesar 46,67% berdasarkan persentase volume spesifik dengan kerapatan vegetasi yang tinggi, yang didominasi oleh Enhalus acoroides, disusul dibandingkan dengan vegetasi monospesifik de- Cymodocea serrulata, Syringodium isoetifolium, ngan kerapatan yang rendah pada perairan Teluk dan Thalassia hemprichii. Fenomena ini mem- Ambon Dalam. Ambo-Rappe (2010) juga mene- buktikan bahwa fungsi padang lamun sebagai mukan kelimpahan ikan yang lebih tinggi pada 46 Jjurnal ,3Jktiologt,3Jnoou£sta Latuconsina & Ambo-Rappe tempat mencari makan bagi S. canaliculatus sangat penting. Berdasarkan tingkatan trofik, komposisi terbesar ikan dorninan pada siang maupun malam Spesies ikan yang ditemukan melimpah hari yang menduduki peringkat pertama yaitu Si- pada ekosistem padang lamun perairan Tanjung ganus canaliculatus yang bersifat herbivora Tiram dan selalu tersebar pada ekosistem mang- (Carpenter & Niem, 2001; Munira et al., 201Ob; rove adalah S. canaliculatus, O. lateralis, A. Latuconsina et al., 2013). Sementara pada pe- urotaenia. S. canaliculatus berasosiasi dengan ringkat kedua terjadi pergantian dominasi spesies vegetasi lamun dan selalu tersebar pada ekosis- antara periode siang dan malam. Pada siang hari tern mangrove dan terumbu karang (Carpenter & didorninasi ikan Aeoliscus strigatus yang ber- iem, 2001). Menurut Allen & Erdmann (2012), sifat planktivora (Carpenter & Niem, 1999; 0. lateralis menjadikan vegetasi mangrove seba- Latuconsina, 2011) dan pada malam hari didomi- gai tempat berlindung. A. urotaenia yang hanya nasi oleh Ostorhinchus lateralis yang bersifat ditemukan melimpah pada malam hari, menurut bentivora (Allen & Erdmann, 2012). Carpenter & Niem (1999) termasuk dalam Famili Dibandingkan dengan temuan Unsworth Ambassidae yang selalu menyebar pada malam et al. (2007), kelimpahan dan komposisi pada hall untuk mencari makan pada ekosistem mang- siang hari didorninasi ikan omnivora, dan pada rove. Fenomena ini membuktikan bahwa tinggi- malam hari dominasinya digantikan ikan benti- nya kelimpahan ikan pada eksosistem padang la- vora (pemakan avertebrata). Fenomena ini mene- mun perairan Tanjung Tiram turut dipengaruhi gaskan bahwa variabilitas komposisi dan kelim- oleh kedekatannya dengan ekosistem mangrove. pahan spesies ikan padang lamun perairan T~- Fenomena keterkaitan komunitas ikan pa- jung Tiram pada siang dan malam hari diduga dang lamun dengan ekosistem mangrove diper- dipengaruhi oleh distribusi makanan. Dengan knat temuan Unsworth et al. (2009) terkait kon- demikian, ekosistem padang lamun perairan si ekosistem mangrove sebagai habitat ikan Tanjung Tiram memiliki fungsi sebagai daerah terkait ruaya pasang, di mana pasang ter- mencari makan bagi komunitas ikan, baik secara mendukung kelimpahan ikan yang lebih langsung memakan daun lamun, maupun mema- besar dari habitat lamun dan saat surut akan ter- kan fauna planktonik dan bentik yang melayang distribusi pada ekosistem padang lamun. Selain dan menempel pada vegetasi lamun seperti yang itu, beberapa spesies ikan Famili Carangidae dan ditemukan Latuconsina (2011) dan Latuconsina Sphyraenidae ditemukan pada ekosistem padang et al. (2013). lamun perairan Tanjung Tiram yang dikenal berasosiasi dengan ekosistem mangrove. Menurut erweij et al. (2006), ikan-ikan tersebut lebih Kesamaan temporal harian spesies ikan padang lamun cenderung menggunakan struktur fisik lamun un- Terdapat pengelompokan kesamaan ber- meningkatkan efisiensi pemangsaan daripada dasarkan kehadiran spesies ikan selama periode _ bagai tempat perlindungan. Fenomena ini pengamatan antara siang dan malam hari sebesar embuktikan bahwa ekosistem padang lamun 67%. Jumlah spesies ikan padang lamun perairan perairan Tanjung Tiram dijadikan sebagai areal Tanjung Tiram yang ditemukan pada siang hari mencari makan bagi ikan-ikan mangrove yang sebanyak 58 spesies, sedangkan pada malam hari memanfaatkan mekanisme pasang. sebanyak 54 spesies. Spesies ikan yang hanya ditemukan pada siang hari sebanyak 19 spesies, se- olume 13 ornor 1, Juni 2013 47 Variabilitas harian ikan padang lamun baliknya yang hanya ditemukan pada malam hari lamun sebanyak 14 spesies. Sementara itu 39 spesies (Unsworth et al., 2009; Latuconsina et al., 2012). dari total 72 spesies ditemukan baik pada siang Dengan demikian keberadaan ekosistem padang maupun malam hari sehingga memiliki kesamaan lamun memberikan peranan penting dan strategis spesies sebesar 54,16%. Ditemukannya perbeda- bagi komunitas ikan, sehingga perlu dilakukan an spesies ikan antara siang dan malam hari pada upaya konservasi untuk mempertahankan peran- ekosistem padang lamun perairan Tanjung Ti- an ekologi ekosistem padang lamun perairan ram, menunjukkan adanya kelompok ikan bersi- Tanjung Tiram-Teluk Ambon Dalam, sebagai fat nokturnal yang lebih aktif pada malam hari pendukung keberadaan sumber daya hayati ikan maupun bersifat diurnal yang lebih aktifpada agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. si- yang memanfaatkan ritme pasang ang hari. Kesamaan spesies yang tinggi kumpulan ikan padang lamun perairan Tanjung TiramTeluk Ambon Dalam antara siang dan malam hari lebih dipengaruhi oleh keberadaan ikan-ikan yang selalu ditemukan mendorninasi dengan komposisi yang besar selama peri ode siang dan malam hari. Latuconsina et al (2012) juga mene- mukan kesamaan spesies ikan padang lamun antara periode pasang purnama dan pasang perbani di perairan Tanjung Tiram yang didominasi spesies-spesies khas penghuni padang lamun yang selalu melimpah. dibandingkan dengan penelitian pada beberapa daerah lainnya di Indonesia (Manik, 2007; Unsworth et al., 2007; Fahmi & Adrim, 2009; 2010; Vonk et al., 2010; Marasabessy, 2010), maupun di kawasan lainnya di dunia (pinto & Punchihewa, 1996; Horinouchi, 2009), dikenal merupakan spesies khas penghuni padang lamun seperti Famili Siganidae, Apogonidae, Gobiidae, Syngnathidae, Monacanthidae, Mullidae, Scaridae, Labridae, Lethrinidae, Lutjanidae, Serranidae, Terapontidae, Nemipteridae, Scorpaenidae, Carangidae, Acanthuridae, Blenidae, dan Tetraodontidae. Sebagian besar spesies ini menjadikan ekosistem padang lamun baik sebagai daerah pembesaran, mencari makan, maupun daerah pemijahan dan alur ruaya antar habitat terdekat dengan padang 48 Kelimpahan ikan sangat berkaitan dengan beberapa parameter oseanografi, yang meliputi kekeruhan, suhu, salinitas, oksigen terlarut, dan pH. Hasil analisis korelasi memperlihatkan bahwa kelimpahan ikan berkorelasi positif kuat dan searah dengan suhu, salinitas, dan oksigen terlarut. Sebaliknya kelimpahan ikan berkorelasi negatif dengan kekeruhan, yang artinya semakin tinggi nilai kekeruhan berpengaruh terhadap penurunan kelimpahan ikan padang lamun. Diban- Spesies ikan yang ditemukan tersebut jika Ambo-Rappe, Keterkaitan faktor oseanografi dengan kelimpahan ikan dingkan dengan penelitian Pinto & Punchihewa (1996) yang menemukan korelasi positif jumlah spesies dan individu ikan dengan salinitas dan oksigen terlarut, dan berkorelasi negatif dengan suhu perairan. Suhu perairan menurun akibat tingginya curah hujan namun meningkatkan oksigen terlarut sehingga mendukung peningkatan jumlah spesies dan individu ikan padang lamun pada perairan estuari Negombo Srilanka. Tingkat kekeruhan yang didapatkan cukup tinggi pada penelitian ini jika dibandingkan dengan temuan Latuconsina et al. (20l2).di lokasi yang sarna pada saat pasang purnama dan pasang perbani dengan kisaran sebesar 0,25-1,55 NTU dan mendapatkan kelimpahan ikan yang lebih tinggi. Tingkat kekeruhan diduga menjadi penyebab menurunnya kelimpahan ikan pada ekosistem padang lamun perairan Tanjung Ti- JJurnal c1Ikii.ul.ugi c1Iuo.uUl'sttt Latuconsina & Ambo-Rappe ram. Fahmi & Adrim (2009) juga menemukan Rosenthal (1975) in Duray (1998) rendahnya kelimpahan kisaran toleransi ikan pada ekosistem pa- melaporkan salinitas bagi telur dan larva dang lamun dengan tingkat kekeruhan yang ting- S.canaliculatus yaitu 15,8-32,2 %0. Menurut Lam gi pada perairan pesisir kepulauan Riau yang di- (1974), S.canaliculatus secara bertahap melalui duga berkaitan proses aklimatisasi dapat berkembang pada nilai dengan tingginya tingkat keke- ruhan sehingga memengaruhi sistem osmoregu- lasi dan pemafasan ikan. salinitas 5 %0 di bawah kisaran salinitas optimum. Nilai suhu yang didapatkan selama pene- pH 6,5-9,0 merupakan kisaran pH yang titian masih merupakan kisaran ideal bagi kehi- optimal bagi pertumbuhan dupan kelimpahan (1974), S. canaliculatus sangat sensitif terhadap lamun perairan nilai pH yang tinggi dan tidak mampu menole- ikan, sehingga mendukung ikan pada eksosistem padang ikan. Menurut Lam (S.cana- ransi nilai pH perairan di atas 9. Dengan demi- liculatus). Menurut Lam (1974), S.canaliculatus kian pH yang didapatkan masih ideal sehingga hidup pada kisaran suhu optimal yaitu 23-34 °C. mendukung kelimpahan ikan dorninan seperti S. Dibandingkan canaliculatus di perairan Tanjung Tiram-Teluk Tanjung Tiram seperti ikan baronang Pinto & Punchihewa (1996) yang menemukan jumlah tertinggi spesies dan indiviikan pada ekosistem padang lamun perairan Ambon Dalam. Tingginya kelimpahan ikan dorninan se- estuaria Negombo Srilanka pada kondisi perairan perti S.canaliculatus pada ekosistem padang la- dengan nilai suhu 26 dan 31 ,6°C, di mana nilai mun perairan Tanjung Tiram menunjukkan suhu berkorelasi negatif dengan kelimpahan ikan wa oksigen terlarut yang didapatkan selama pe- padang lamun pada kawasan tersebut. nelitian mendukung kelimpahannya, Terkait adanya hubungan antara suhu perairan dengan kelimpahan dan distribusi komuniikan, Floeter et al (2005) menemukan adanya fisiologis bagi ikan herbivora dalam ak- ~""","l<>. makan dan proses pencemaan bah- karena nilai oksigen terlarut yang didapatkan masih merupakan kisaran optimal bagi pertumbuhannya. (1974) menyatakan Lam bahwa S. canaliculatus sa- ngat sensitif terhadap nilai oksigen terlarut di ba- makanan wah 2 mg.L", Secara umum nilai oksigen terlarut berkaitan dengan suhu perairan sehingga yang didapatkan masih ideal untuk mendukung emengaruhi pola distribusi ikan herbivora. Me- kelimpahan ikan padang lamun. Pinto & mmrt Laevastu & Hayes (1982), perubahan suhu Punchihewa (1996) mendapatkan kisaran oksigen perairan berhubungan dengan proses metabolis- terlarut 7,5-11,7 mg.L" yang mendukung kelim- me yang dapat merubah aktivitas mencari makan, pahan komunitas ikan padang lamun, dengan ke- pertumbuhan, kecepatan renang, dan orientasi ru- limpahan tertinggi pada kondisi perairan berka- aya sehingga memengaruhi distribusi dan kelim- dar oksigen terlarut 10 mg.L". Jumlah spesies pahan ikan. dan individu semakin meningkat dengan meningpada katnya kadar oksigen terlarut pada ekosistem pa- rosistem padang lamun perairan Tanjung Tiram dang lamun perairan estuaria Negombo Srilanka. S.canaliculatus Menurut Kramer (1987), prinsip utama tingkah Kisaran masih salinitas mendukung yang ditemukan yang didapatkan kelimpahan melimpah pada siang maupun laku ikan untuk merespon minimnya ketersedi- malam hari karena mampu hidup pada kisaran aan oksigen terlarut di perairan adalah melalui salinitas perubahan yang cukup luas. olume 13 omor I, Juni 2013 Westemhagen & aktivitas, peningkatan respirasi pada 49 Variabilitas harian ikan padang lamun permukaan air, dan perubahan distribusi vertikal Persantunan atau horisontal. Dengan demikian kelimpahan Ucapan terima kasih disampaikan kepada: dan distribusi temporal komunitas ikan padang DP2M-Dikti Kemendikbud atas bantuan dana pe- lamun perairan Tanjung Tiram diduga berkaitan nelitian dosen pemula (DIPA Kopertis Wil.XII dengan fluktuasi oksigen terlarut. No. 0784/023-04.2.01129/2012), Inem Ode, SPi, MP (Kepala Laboratorium Iktiologi-Universitas Simpulan Darussalam) atas izin penggunaan fasilitas Labo- Variabilitas temporal kelimpahan dan ratorium, dan Kepala Balai Konservasi Biota struktur komunitas ikan padang lamun di perair- Laut LIPl-Ambon dan staf (Ir. A.Wahab Radjab, an Tanjung Tiram-Teluk Ambon Dalam antara M.Si, La Pay dan Wahyu) atas bantuan selama siang dan malam hari sangat dipengaruhi oleh penelitian. kelimpahan ikan dominan seperti S canaliculatus sehingga turut memengaruhi kestabilan struk- Daftar pustaka tur komunitas ikan secara temporal. Adrim M. 2006. Asosiasi ikan di padang lamun. Oseana.31(4):1-7. Spesies Scanaliculatus sangat mendominasi baik pada siang maupun malam hari dengan ukuran juwana yang menunjukkan fungsi ekologi padang lamun sebagai tempat pembesaran, perlindungan, dan tempat mencari makan bagi Sicanaliculatus. Urutan kedua yang mendominasi pa- da siang hari adalah Aeoliscus strigatus yang tidak ditemukan pada malam hari, sehingga diduga bersifat diurnal. Urutan kedua yang mendominasi pada malam hari adalah Ostorhinchus lateralis yang ditemukan sangat melimpah sehingga diduga bersifat nokturnal. Distribusi temporal harian dan kelimpahan ikan pada ekosistem padang lamun perairan Tanjung Tiram berkaitan erat dengan parameter oseanografi. Suhu, salinitas, pH, dan oksigen terlarut berkorelasi positif dengan kelimpahan ikan. Sebaliknya kekeruhan berkorelasi negatif dengan kelimpahan ikan. Saran Upaya konservasi ekosistem padang lamun perairan Tanjung Tiram sebagai penyedia stok ikan ekonomis penting dan pola pemanfaatan sumber daya ikan secara selektif perlu dilakukan untuk keberlanjutan pemanfaatannya. 50 Allen G. 1999. Marine fishes of South-East Asia a guide for anglers and divers. Periplus Editions. Singapore. 292 p. Allen GR & Erdmann MV. 2012. Reef fishes of the East Indies. Volume I-III. Tropical Reef Research, Perth, Australia. 1292 p. Ambo-Rappe R. 2010.. Struktur komunitas ikan padang lamun yang berbeda di Pulau Barrang Lompo. Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 2(2):62-73. Arifin, La Nafie YA, Supriadi. 2004. Studi kondisi dan potensi ekosistem padang lamun sebagai daerah asuhan berbagai jenis biota laut di perairan pulau Barranglompo, Makassar. Torani, 14(5):241-250. Aswandy I & Azkab MH. 2000. Hubungan fauna dengan padang lamun. Oseana, 25(3): 1924. Azis A, Bujang JS, Zakaria MH, Suryana Y, Ghaffar MA. 2006. Fish communities from seagrass bed of Merchang Lagoon, Trengganu, Peninsular Malaysia. Coastal Marine Science, 30(1):268-275. Carpenter KE & Niem VH (Eds.). 1999. The living marine resources of the Western Central Pacific. Bony fishes part 2 (Mugilidae to Carangidae). FAO species identification guide for fishery purposes Volume 4. Rome. pp. 2069-2790. Carpenter KE & Niem VH (Eds). 200l. The living marine resources of the Western Central Pacific. (Labridae to Latimeriidae), estuarine crocodiles, sea turtles, sea snakes and marine mammals. FAO species identification guide for fishery purposes.Volume JjUrlllt1 c3lktiologi c3ln~onesilt Latuconsina & Ambo-Rappe 6. Bony fishes part 4. Rome, FAO. pp. 3381-4218. Chittaro PM, Usseglio P, Sale PF. 2005. Variation in fish density, assemblage composition and relative rates of predation among mangrove, seagrass and coral reef habitats. Environmental Biology of Fishes, 72: 175187. De Troch M, Mees J, Wakwabi AE. 1998. Diets of abundant fishes from beach seine cathes in the seagrass beds of a tropical bay (Gazi Bay, Kenya). Zoology, (128):135-154. Duray MD. 1998. Biology and culture of siganids. Aquaculture Department Southeast Asian Fisheries Development Center (SEAFDEC). Tigbauan, Iloilo, Philippines. 62 p. Fahmi & Adrim M. 2009.Diversitas ikan pada komunitas padang lamun di perairan Pesisir Kepulauan Riau. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia, 35(1):75-90. Floeter SR, Behrens MD, Ferreira CEL, Paddack MJ, Horn MH. 2005. Geographical gradients of marine herbivorous fishes: patterns and processes. Marine Biology, 146: 1435-1447. Gell FR & Whittington MW. 2002. Diversity of fishes in seagrass beds in the Quirimba Archipelago, Northern Mozambique. Marine and Freshwater Research, 53:115-12l. Hemingga AM & Duarte CM. 2000. Seagrass ecology. Cambridge University Press. New York. 322 p. Hindell JS, Jenkins GP, Keough MJ. 2000. Variability in abundances of fishes associated with seagrass habitats in relation to diets of predatory fishes. Marine Biology,136:725737. Horinouchi M. 2009. Horizontal gradient in fish assemblage structures in and around a seagrass habitat: some implications for seagrass habitat conservation. Ichthyology Research,56:109-125. Hutomo M. 1985. Telaah ekologik komunitas ikan padang lamun (seagrass, Antophyta) di perairan Teluk Banten. Disertasi. Fakultas Pascasarjana IPB. Bogor. 299 p. Hyndes GA, Kendrick AJ, MacArthur LD, Stewart E. 2003. Differences in the species and size composition of fish assemblages in three distinct seagrass habitats with differing plant and meadow structure. Marine Biology, 142:1195-1206. olurne 13 omor 1, Juni 2013 Kwak SN & Klumpp DW. 2004. Temporal variation in species composition and abundance of fish and decapods of a tropical seagrass bed in Cockle Bay, North Queensland, Australia. Aquatic Botany, 78:119-134. Kramer DL. 1987. Dissolved oxygen and fish behavior. Environmental Biology of Fishes, 18(2):81-92. Kuiter RH & Tonozuka T. 200l. Indonesian Reef Fishes. Part 3. Jawfishes-Sunfishes. Zoonetic, Melbourne. Australia. 123 p. Laevastu T & Hayes M. 1982. Fisheries oceanography and ecology. Fishing News Book, Ltd. Farnham. Surrey. England. 199 p. Lam, TJ. 1974. Siganids; their biology and mariculture potential. Aquaculture, 3:325-354. Larkum AWD, Orth RJ, Duarte CM. 2006. Seagrasses:biology, ecology and conservation. Springer. Netherlands. 690 p. Latuconsina H. 2011. Distribusi spasial-temporal komunitas ikan padang lamun di perairan Teluk Ambon Dalam Tesis. Magister Ilmu Perikanan-Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin, Makassar. 200 p. Latuconsina H. 2012. Sebaran spasial vegetasi lamun (seagrass) berdasarkan perbedaan karakteristik fisik sedimen di perairan Teluk Ambon Dalam Bimajika, 4(1): 198-203. Latuconsina H, Nessa MN, Ambo-Rappe R. 2012. Komposisi spesies dan struktur komunitas ikan padang lamun perairan Tanjung Tiram-Teluk Ambon Dalam. Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 4(1): 35-46. Latuconsina H, Ambo-Rappe R, Nessa MN. 2013. Asosiasi ikan baronang (Siganus canaliculatus Park, 1797) pada ekosistem padang lamun perairan Teluk Ambon Dalam. In: Simanjuntak CPH (eds.). Prosiding Seminar Nasional Ikan VII Masyarakat Iktiologi Indonesia. pp. 123-137. Lugendo BR, Pronker A, Cornelissen I, de Groene A, Nagelkerken I, Dorenbosch M, van der Velde G, Mgaya YD. 2005. Habitat utilization by juveniles of commercially important fish species in a marine embayment in Zanzibar, Tanzania. Aquatic Living Resources, 18:149-158. Makatipu CPo 2007. Studi pendahuluan komunitas ikan di perairan padang lamun Tanjung Merah, Bitung, Sulawesi Utara. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia, 33:227243. 51 Variabilitas harian ikan padang lamun Manik N. 2007. Struktur komunitas ikan padang lamun Tanjung Merah Bitung. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia, 33: 81-95. wrightii) in Formoso River estuary-Pernambuco, Brazil. Anais da Academia Brasileira de Ciencias, 82(3):617-628. Marasabessy MD & Hukom FD. 1989. Studi pendahuluan komunitas ikan padang lamun di Teluk Ambon Dalam. In Soemodihardjo et al. (eds.). Teluk Ambon II: Biologi Perikanan, Oseanografi dan Geologi. P30LIPI, Ambon. p. 82-94. Pinto L & Punchihewa NN. 1996. Utilisation of mangroves and seagrasses by fishes in the Negombo Estuary, Sri Lanka. Marine Biology, 126:333-345. Marasabessy MD. 2010. Sumber daya ikan di perairan padang lamun pulau-pulau Derawan Kalimantan Timur. Oseanologi dan Limnologi Indonesia, 36(2): 193-210. Mariani S & Alcoverro T. 1999. A multiplechoice feeding-preference experiment utilising seagrasses with a natural population of herbivorous fishes. Marine Ecology Progress Series, 189:295-299. Munira, Sulistiono, Zairion. 20103• Hubungan panjang-bobot dan pertumbuhan ikan beronang, Siganus canaliculatus (park, 1797) di padang lamun Selat Lonthoir, Kepulauan Banda, Maluku. Jurnal Iktiologi Indonesia, 10(2): 153-163. Munira, Sulistiono, Zairion. 201O'', Distribusi spasial ikan baronang (Siganus canalicula. tus) di padang lamun Selat Lonthoir, Kepulauan Banda, Maluku. Jurnal Iktiologi Indonesia, 10(1):25-33. Nagelkerken I, van der Velde G, Gorissen GW, Meijer GJ, van't Hof T, den Hartog C. 2000. Importance of mangroves, seagrass beds and the shallow coral reef as nursery for importance reef fishes, using a visual cencus technique. Estuarine, Coastal and Shelf Science, 51:31-44. Nagelkerken I, Roberts CM, van der Velde G, Dorenbosch M, van Riel MC, Cocheret de la Moriniere E, Nienhuis PH. 2002. How important are mangroves and seagrass beds for coral-reef fish? The nursery hypothesis tested on an island scale. Marine Ecology Progress Series, 244: 299-305. Polte P & Asmus H. 2006. Intertidal seagrass beds (Zostera noltii) as spawning ground for transient fishes in the Wadden sea. Marine Ecology Progress Series, 312: 235243. Randall JE. 1965. Grazing effect on seagrass by herbivorous reef fishes in the west Indies. Ecology, 46(3):255-260. Setyobudiandi I, Sulistiono, Yulianda F, Kusmana C, Hariyadi S, Damar A, Sembiring A, Bahtiar. 2009. Sampling dan Analisis Data Perikanan dan Kelautan. Terapan Metode Pengambilan Contoh di Wilayah Pesisir dan Laut. FPIK IPB.Bogor. 312 p. Siregar S. 2013. Statistik parametrik untuk penelitian kuantitatif. Bumi Aksara. Jakarta. 538 p. Soegianto A. 1995. Ekologi kuantitatif: metode analisis populasi dan komunitas. Usaha Nasional, Surabaya. 173 p. Supriadi, La Nafie YA, Burhanuddin AI. 2004. Inventarisasi jenis, kelimpahan dan biomas ikan di padang lamun Pulau Barranglompo Makassar. Torani, 14(5):288-295. Touchette BW & Burkholder JM. 2000. Review of nitrogen and phosphorus metabolism in seagrasses. Journal of Experimental Marine Biology and Ecology, 250:133-167. Verweij MC, Nagelkerken I, de GraaffD, Peeters M, Bakker EJ, van der Velde G. 2006. Structure, food and shade attract juvenile coral reef fish to mangrove and seagrass habitats: a field experiment. Marine Ecology Progress Series, 306:257-268. Nakamura Y, Horinouchi M, Sano M, Shibuno T. 2009. The effects of distance from coral reefs on seagrass nursery use by 5 emperor fishes at the southern Ryukyu Islands, Japan. Fisheries Science, 75: 1401-1408. Vonk JA, Marjolijn JA, Christianen, Stapel J. 2010. Abundance, edge effect, and seasonality of fauna in mixed-species seagrass meadows in southwest Sulawesi, Indonesia. Marine Biology Research, 6:282-291. Nakamura Y. 2010. Patterns in fish response to seagrass beds loss at the southern Ryukyu Island, Japan. Marine Biology, 157: 23972406. Unsworth RFK, Wylie E, Smith DJ, Bell JJ. 2007. Diel trophic structuring of seagrass bed fish assemblages in the Wakatobi Marine National Park, Indonesia. Estuarine, Coastal and Shelf Science, 72: 81-88. Pereira PHC, Ferreira BP, Rezende SM. 2010. Community structure of the ichthyofauna associated with seagrass beds (Halodule 52 Unsworth RFK, Garrard SL, de Le6n PS, Cullen LC, Smith DJ, SlomanKA, Bell JJ. 2009. Jjurnnl ,3jkiiologi ,3jnoon£sin Latuconsina & Ambo-Rappe Structuring of Indo-Pacific fish assemblages along the mangrove-seagrass continuum. Aquatic Biology, 5:85-95. Unsworth RKF, Cullen LC, Pretty IN, Smith DJ, Bell JJ. 2010. Economic and subsistence Volume 13 Nomor I, Juni 2013 values of the standing stocks of seagrass fisheries: Potential benefits of no-fishing marine protected area management. Ocean and Coastal Management, 30:1-7. 53