5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fungsi Kontrol Sistem AC (Air

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Fungsi Kontrol Sistem AC (Air Conditioning)
Suatu unit AC (Air Conditioning) memerlukan sistem pengontrolan secara
otomatis agar dapat beroperasi dengan efektif, aman serta ekonomis sesuai
kebutuhan. Pada prinsipnya sistem pengontrolan ini harus mampu memenuhi
persyaratan yang diperlukan untuk keperluan otomatisasi proses meliputi tiga
kategori fungsi sebagai berikut, yaitu :
o fungsi mengatur dan mengontrol kondisi ruang,
o fungsi proteksi dan perlindungan,
o fungsi operasi yang ekonomis.
2.1.1 Fungsi Mengatur Kondisi Ruang
Agar sistem pengontrolan yang digunakan dapat melaksanakan fungsi ini
maka diperlukan alat deteksi dan aktuasi yang akan memonitor kondisi ruang
setiap saat melalui berbagai alat deteksi yang digunakan. Kemudian mengadakan
pengaturan seperlunya untuk mencapai kondisi yang diinginkan melalui peralatan
aktuasi yang digunakan.
Peralatan deteksi dan aktuasi tersebut antara lain thermostat, humidistat,
damper, katub dan relai. Peralatan tersebut dapat beroperasi secara elektrik
dengan menggunakan energi listrik, dapat pula secara pnumatik menggunakan
kekuatan udara tekan dan secara elektronik dengan menggunakan bahan semi
konduktor dan mikroelektronik berbasis komputer. Peralatan deteksi dan aktuasi
yang digunakan akan berkolaborasi untuk menjaga kondisi suhu dan kelembaban
udara ruang senantiasa tetap berada pada titik tertentu sesuai keinginan dan
perencanaan. Variabel yang dideteksi dan dikontrol meliputi suhu, tekanan,
jumlah udara dan kualitas udara, refrigeran dan uap air. Selain itu juga harus dapat
mengontrol siklus kompresor, burner (boiler) atau heater secara pasti untuk
ON/OFF sesuai kebutuhan beban.
5
6
2.1.2 Fungsi Proteksi dan Perlindungan
Sistem pengontrolan yang digunakan harus mampu memberikan fungsi
proteksi dan pengaman untuk mencegah mesinnya sedini mungkin terhadap
bahaya kerusakan fatal. Dalam hal ini sistem kontrol yang digunakan harus
mampu mencegah terjadinya suhu tinggi atau suhu yang berlebihan dan bahaya
kebakaran. Sebagai contoh oil pressure control, suction pressure regulator, limit
switch, motor overload protection dan smoke detector.
2.1.3 Fungsi Operasi Ekonomis
Sistem kontrol yang digunakan harus mampu menjaga operasi mesin pada
tingkat yang paling ekonomis dengan mengatur konsumsi energi yang digunakan
pada waktu ke waktu disesuaikan dengan kebutuhan beban. Misalnya konsumsi
air, bahan bakar dan tenaga listrik yang dikonsumsi pada saat beban AC (Air
Conditioning) turun di bawah desain nominalnya. Untuk itu kompresornya harus
dilengkapi dengan sistem kontrol kapasitas misalnya dengan menggunakan alat
yang disebut : auto unloader, hot gas bypass, damper dan step controller. Pada
gedung-gedung bertingkat tinggi untuk pemakaian komersial sering menggunakan
sistem kontrol dengan mikrokontroler yang berbasis computer sepert Building
Automation System untuk keperluan peningkatan upaya hemat energi
Kontrol yang terpogram melalui perangkat komputer misalnya dengan PLC
(Programmable Logic Control) sering digunakan untuk mengontrol dan
memonitor kondisi ruang setiap saat untuk menghasilkan operasi sistem yang
ekonomis tanpa mengurangi kebutuhan kualitas yang diperlukan. Menurut
spesifikasi yang dilakukan maka fungsi sistem kontrol dapat diklasifikasikan
sebagai berikut yaitu sebagai pengontrol starting, pengontrol operasi dan
pengontrol kondisi ruang.
2.1.3.1 Fungsi Pengontrol Starting/Stopping
Pengontrol starting dapat berupa sistem kontrol tunggal (operasi on/off)
tidak tergantung sistem lainnya atau dapat berupa operasi sekuen yang melibatkan
7
lebih dari sistem aktuasi (misalnya motor kompresor, pompa air dan fan) secara
interlock.
2.1.3.2 Fungsi Pengontrol Operasi
Pengontrol operasi pada prinsipnya mongontrol operasi mesin pada tingkat
yang paling efektif dan aman. Sistem kontrol ini dapat mencegah mesin dari
bahaya kerusakan fatal dengan melindunginya terhadap adanya suhu dan tekanan
yang berlebihan dan bahaya kebakaran. Sistem kontrol ini dapat berfungsi sebagai
pengontrol kapasitas pada saat mesin sedang bekerja atau pada saat starting
sehingga diperoleh operasi yang ekonomis. Misalnya high - low pressure control,
time delay relay, freeze protection, temperature limit control dan compressor
capacity control.
2.1.3.3 Fungsi Pengontrol Kondisi Ruang
Pengontrol ini berfungsi sebagai pengatur kondisi ruang. Sistem kontrol
yang digunakan harus mampu mendeteksi kondisi di dalam ruang dari waktu ke
waktu meliputi suhu, tekanan dan kelembaban udara dalam ruang dan selanjutnya
melakukan berbagai pengaturan untuk menjaga kondisi ruang tetap berada pada
batas-batas perencanaannya.
2.2
Sistem Kontrol untuk AC (Air Conditioning) Rumah Tinggal
AC (Air Conditioning) untuk keperluan rumah tinggal biasanya hanya
memerlukan sistem kontrol yang sederhana, yaitu switch manual yang dipadu
dengan room thermostat dan timer switch untuk mengontrol suhu ruang. Peralatan
kontrol lainnya baik untuk starting maupun untuk operasional biasanya
merupakan bagian integral dari unitnya sesuai desain pabrikannya. Unit kontrol
untuk starting diatur oleh thermostat yang akan mengoperasikan suatu relai atau
kontaktor.
Relai atau kontaktor tersebut kemudian akan memberi penguatan kepada
unit aktuasinya misalnya kompresor, fan, katup dan pompa. Sedang unit kontrol
8
operasinya akan memberikan fungsi proteksi terhadap adanya suhu dan tekanan
yang abnormal baik pada sisi tekanan rendah atau tekanan tingginya.
Ada pula peralatan kontrol lain yang ditambahkan oleh pabrikannya dengan
tujuan lebih memberikan fungsi kenyamanan dan kemudahan pemakainya.
Berikut ini diberikan beberapa konfigurasi sistem kontrol yang banyak digunakan
o Kombinasi sistem kontrol untuk operasi cooling dan heating yang diterapkan
pada unit AC (Air Conditioning) Split dengan menggunakan selector switch
manual. Thermostatnya dilengkapi dengan timer switch agar dapat mengontrol
operasi sistem sesuai waktu yang diinginkan misalnya pada waktu malam hari
(night set back) dan selanjutnya dapat kembali ke operasi day time.
o Kombinasi sistem kontrol yang lebih lengkap untuk operasi cooling dan
heating yang menggunakan pengaturan 3 posisi, yaitu “On - Off - Auto”.
2.3
Perangkat keras (Hardware)
2.3.1 Mikrokontroler
Ada
perbedaan
yang
cukup
penting
antara
Mikroprosesor
dan
Mikrokontroler. Mikroprosesor merupakan CPU (Central Processing Unit) tanpa
memori dan I/O pendukung dari sebuah komputer. Mikrokontroler terdiri dari
CPU, Memori , I/O tertentu dan unit pendukung, misalnya ADC (Analog to
Digital Converter) yang sudah terintegrasi di dalam mikrokontroler tersebut.
Perbedaan lainnya terletak pada perbandingan RAM dan ROM. Pada sistem
komputer perbandingan RAM dan ROM-nya besar, artinya program-program
pengguna disimpan dalam RAM yang relatif besar, sedangkan antarmuka
perangkat keras disimpan dalam ROM yang kecil. Sedangkan dalam
mikrokontroler, perbandingan ROM dan RAM-nya yang besar, artinya program
kontrol yang disimpan dalam ROM (MASKED ROM atau Flash PEROM) yang
ukurannya relatif besar, sedangkan RAM digunakan sebagai tempat penyimpanan
sementara, termasuk register-register yang digunakan pada mikrokontroler yang
bersangkutan (Putra, 2010).
9
2.3.1.1 Mikrokontroler ATMega8535
Perkembangan teknologi telah maju dengan pesat dalam perkembangan
dunia elektronika, khususnya dunia mikroelektronika. Penemuan silikon
menyebabkan bidang ini mampu memberikan sumbangan yang amat berharga
bagi perkembangan teknologi modern. Atmel sebagai salah satu yang
mengembangkan dan memasarkan produk mikroelektronika telah menjadi suatu
standar teknologi bagi para desainer sistem elektronika masa kini. Dengan
perkembangan terakhir, yaitu generasi AVR (Alf and Vegard Risc processor),
para desainer sistem elekktronika telah diberi suatu teknologi yang memiliki
kapabilitas yang amat maju, tetapi dengan biaya ekonomis yang cukup minimal.
Mikrokontroler AVR memiliki arsitektur RISC 8 bit, di mana semua
instruksi dikemas dalam kode 16-bit (16-bits word) dan sebagian besar instruksi
dieksekusi dalam satu siklus clock, berbeda dengan instruksi MCS51 yang
membutuhkan 12 siklus clock yang menyebabkan dalam frekwensi kerja yang
sama, mikrokontroler AVR bekerja sampai 12 kali lebih cepat bila dibandingkan
dengan mikrokontroler seri MCS51. Tentu saja itu terjadi karena kedua jenis
mikrokontroler tersebut memiliki arsitektur yang berbeda. AVR berteknologi
RISC (Reduced Instruction Set Computing), sedangkan seri MCS51 berteknologi
CISC (Complex Instruction Set Computing ) (Wardhana, 2006).
Secana umum, AVR dapat dikelompokkan menjadi 4 kelas, yaitu keluarga
ATtiny, keluarga AT90Sxx, keluarga ATMega,dan AT86RFxx. Pada dasarnya
yang membedakan masing-masing kelas adalah memori, peripheral dan
fungsinya. Dari segi arsitektur dan instruksi yang digunakan hampir sama.
10
2.3.1.2 Arsitektur dan Fitur ATMega8535
Gambar 2.1 Blok Diagram Fungsional ATMega8535 (Wardhana, 2006)
Dari gambar 2.1 dapat dilihat bahwa ATMega8535 memiliki bagian sebagai
berikut :

Saluran I/O sebanyak 32 buah, yaitu Port A, Port B, Port C dan Port D

ADC 10 bit sebanyak 8 saluran.

Tiga buah Timer/Counter dengan kemampuan perbandingan.
11

CPU yang terdiri dari 32 register.

Watchdog Timer dengan osilator internal.

SRAM sebesar 512 byte.

Memory Flash sebesar 8 Kb dengan kemampuan Read While Write.

Unit interupsi internal dan eksternal

EEPROM sebesar 512 byte yang dapat diprogram saat operasi.

Antarmuka komparator analog.

Port USART untuk komunikasi serial.
Sedangkan untuk kapabilitas detail dari ATMega8535 adalah sebagai
berikut :

Sistem mikroprosesor 8 bit berbasis RISC dengan kecepatan maksimal 16
MHz.

Kapabilitas memori flash 8 Kb,SRAM sebesar 512 byte dan EEPROM
(Electrically Erasable Programmable Read Only Memory) sebesar 512 byte.

ADC internal dengan fidelitas 10 bit sebanyak 8 channel.

Portal komunikasi serial (USART) dengan kecepatan maksimal 2,5 Mbps.

Enam pilihan mode sleep menghemat daya listrik.
2.3.1.3 Konfigurasi Pin Pada ATMega8535
Gambar 2.2 Konfigurasi Pin pada ATMega8535 (Heryanto, 2008)
12
Konfigurasi pin ATMega8535 bisa dilihat pada Gambar 2.2. Dari gambar
tersebut dapat diijelaskan seeara fungsional konfigurasi pin ATMega8535 sebagai
berikut:

VCC merupakan pin yang berfungsi sebagai pin masukan catu daya.

GND merupakan pin ground.

Port A (PA0 sampai PA7) merupakan pin I/O dua arah dan pin masukan ADC
channel 0 sampai channel 7.

Port B (PB0 sampai PB7) merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus
yang mencangkup Timer/Counter, komparator analog, ISP (In System
Programmer) dan SPI (Serial Peripheral Interface).

Port C (PC0 sampai PC7) merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus
yang mencangkup TWI (Two Wire Interface), komparator analog, channel
PWM (Pulse Width Modulation), dan Timer Oscillator.

Port D (PD0 sampai PD7) merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus
yang mencakup komparator analog, interupsi eksternal, dan komunikasi serial
USART.

RESET merupakan pin yang digunakan untuk me-reset mikrokontroler.

XTAL 1 dan XTAL2 merupakan pin masukan clock eksternal.

AVCC merupakan pin masukan tegangan catu untuk ADC.

AREF merupakan pin masukan tegangan referensi ADC
2.3.2 Transistor
Transistor adalah alat semikonduktor yang dipakai sebagai penguat, sebagai
sirkuit pemutus dan penyambung (switching), stabilisasi tegangan, modulasi
sinyal atau sebagai fungsi lainnya. Pada umumnya, transistor memiliki tiga
terminal. Tegangan dan arus yang dipasang di satu terminalnya mengatur arus
yang lebih besar yang melalui dua terminal lainnya. Transistor adalah komponen
yang sangat penting dalam dunia elektronik modern. Dalam rangkaian analog,
transistor digunakan dalam amplifier (penguat). Rangkaian analog melingkupi
pengeras suara, sumber listrik stabil, dan penguat sinyal radio. Dalam rangkaianrangkaian digital, transistor digunakan sebagai saklar berkecepatan tinggi.
13
Transistor dapat difungsikan sebagai saklar yaitu dengan mengatur arus
basis Ib sehingga transistor dalam keadaan jenuh (saturasi) atau daerah mati (cutoff). Dengan mengatur Ib>Ic/β kondisi transistor akan menjadi jenuh seakan
kolektor dan emitor short circuit. Arus mengalir dari kolektor ke emitor tanpa
hambatan dan Vce≈0. Besar arus yang mengalir dari kolektor ke emitor sama
dengan Vcc/Rc. Keadaan seperti ini menyerupai saklar dalam kondisi tertutup
(on).
Gambar 2.3 Transistor pada Keadaan Jenuh (Saturasi)
Dengan mengatur Ib = 0 atau tidak memberi tegangan pada bias basis atau
basis diberi tegangan mundur terhadap emitor maka transistor akan dalam kondisi
mati (cut-off), sehingga tak ada arus mengalir dari kolektor ke emitor (Ic≈0) dan
Vce ≈ Vcc. Keadaan ini menyerupai saklar pada kondisi terbuka.
Gambar 2.4 Transistor pada Keadaan Mati (Cut Off)
14
2.3.3 Relay
Dalam dunia elektronika, relay dikenal sebagai komponen yang dapat
mengimplementasikan logika switching. Sebelum tahun 70an, relay merupakan
otak dari rangkaian pengendali. Seiring perkembangannya, muncul PLC yang
mulai menggantikan posisi relay. Relay yang paling sederhana ialah relay
elektromekanis yang memberikan pergerakan mekanis saat mendapatkan energi
listrik. Secara sederhana relay elektromekanis ini didefinisikan sebagai berikut :
 Alat yang menggunakan gaya elektromagnetik untuk menutup atau membuka
kontak saklar.
 Saklar yang digerakkan secara mekanis oleh daya (energi listrik).
Gambar 2.5 Contoh sebuah Relay
Relay terdiri dari coil dan contact. Perhatikan gambar 2.6, coil adalah
gulungan kawat yang mendapat arus listrik, sedang contact adalah sejenis saklar
yang pergerakannya tergantung dari ada tidaknya arus listrik di coil. Contact
terdiri dari dua jenis : Normally Open (kondisi awal sebelum diaktifkan open),
dan Normally Closed (kondisi awal sebelum diaktifkan close). Secara sederhana
berikut ini prinsip kerja dari relay : ketika Coil mendapat energi listrik
(energized), akan timbul gaya elektromagnet yang akan menarik armature yang
berpegas, dan contact akan menutup.
15
Gambar 2.6 Skema relay elektromekanik
2.3.4 MCB (Miniatur Circuit Breaker)
MCB merupakan alat pengaman otomatis yang dipergunakan untuk
membatasi arus listrik. Alat pengaman ini dapat juga berguna sebagai saklar.
Dalam penggunaannya, pengaman ini harus disesuaikan dengan besar daya listrik
yang terpasang.
Gambar 2.7 Bentuk Fisik dari MCB
MCB adalah komponen pengaman yang kompak, karena di dalamnya terdiri
dua pengaman sekaligus. Pertama pengaman beban lebih oleh bimetal, kedua
pengaman arus hubung singkat oleh relay arus. Ketika salah satu pengaman
berfungsi maka secara otomatis sistem mekanik MCB akan trip dengan
sendirinya. Pengaman bimetal bekerja secara thermis. Berdasarkan fungsinya
MCB dibedakan atas dua jenis, yaitu:
1. MCB 1 phasa
MCB 1 phasa merupakan jenis yang digunakan pada listrik 1 phasa. Bagian
listrik yang dihubungkan dengan MCB adalah phasa (line). MCB jenis ini
16
sering ditemui pada rumah tinggal yang menggunakan daya listrik dalam skala
kecil. Misalnya daya 900 VA, 1200 VA dan 2200 VA.
2. MCB 3 Phasa
MCB 3 phasa sering ditemui di industri dan beberapa rumah tinggal yang
menggunakan daya listrik di atas 6000 VA. MCB 3 phasa terdiri atas 3 buah
MCB. Seperti yang kita ketahui, jaringan listrik 3 phasa terdiri atas tiga buah
line (R, S dan T). Masing - masing line dipasang pada tiap - tiap MCB. Pada
sistem pengendalian motor, MCB digunakan pada rangkaian utama yang
menggunakan
motor
3
phasa.
MCB
dipasang
secara
seri
menghubungkan pada terminal - terminal utama magnetik kontaktor.
Gambar 2.8 Bentuk Fisik MCB 3 phasa
2.3.4.1 Bagian dalam MCB
Gambar 2.9 Bagian dalam MCB
dengan
17
1. Tuas
Tuas digunakan untuk mengaktifkan dan menon-aktifkan rangkaian MCB
secara manual. Saat terjadi beban lebih (konsleting), tuas akan memutuskan
arus listrik antara beban dan sumber listrik.
2. Mekanis aktuator
Bagian ini akan menggerakkan tuas ke posisi OFF sebagai akibat terjadi beban
lebih atau arus pendek pada beban.
3. Kontak
Merupakan kontak yang terdapat dalam MCB yang terhubung pada tuas
aktuator. Saat tuas ON, kontak akan terhubung pada selenoid.
4. Terminal
Bagian masuk dan keluarnya arus listrik.
5. Bimetal
Berfungsi sebagai indikator apabila terjadi beban lebih pada MCB.
6. Sekrup Kalibrasi
Sekrup ini berfungsi untuk mengatur ketepatan arus listrik pada MCB setelah
MCB di produksi.
7. Solenoid
Solenoid merupakan kumparan yang menghubungkan terminal dengan kontak
2.3.5 MC (Magnetic Contactor)
Kontaktor
merupakan
saklar
daya
yang
bekerja
dengan
prinsip
elektromagnetik. Jika koil dialirkan arus listrik akan menjadi magnet dan menarik
inti magnet yang bergerak dan menarik sekaligus kontak dalam posisi ON. Batang
inti yang bergerak menarik paling sedikit tiga kontak utama dan beberapa kontak
bantu, bisa kontak NC atau NO. Kerusakan yang terjadi pada kontaktor, karena
belitan koil terbakar, kontak tipnya saling lengket serta ujung-ujung kontaknya
terbakar. (Siswono, 2008)
18
Gambar 2.10 Tampak Samping Irisan Kontaktor
Susunan kontak dalam kontaktor secara skematik terdiri atas belitan koil
dengan notasi A2-A1. Terminal ke sisi sumber pasokan listrik 1/L1, 3/L2, 5/L3,
terminal ke sisi beban motor atau beban listrik lainnya adalah 2/T1, 4/T2 dan
6/T3. Dengan dua kontak bantu NO (Normally Open) 13-14 dan 43- 44, dan dua
kontak bantu NC (Normally Close) 21-22 dan 31-32.
Gambar 2.11 Simbol dan Kode Angka Kontaktor
Bentuk fisik kontaktor terbuat dari bahan plastik keras yang kokoh.
Pemasangan ke panel bisa dengan menggunakan rel atau disekrupkan. Kontaktor
bisa digabungkan dengan beberapa pengaman lainnya, misalnya dengan
pengaman bimetal (overload relay). Yang harus diperhatikan adalah kemampuan
hantar arus kontaktor harus disesuaikan dengan besarnya arus beban, karena
berkenaan dengan kemampuan kontaktor secara elektrik. (Siswono,2008)
19
Gambar 2.12 Bentuk Fisik Kontaktor
2.3.6 TDR (Time Delay Relay)
TDR (Time Delay Relay) sering disebut juga relay timer atau relai penunda
batas waktu banyak digunakan dalam instalasi motor terutama instalasi yang
membutuhkan pengaturan waktu secara otomatis. Peralatan kontrol ini dapat
dikombinasikan dengan peralatan kontrol lain seperti MC (Magnetic Contactor),
Thermal Over Load Relay dan lain-lain
Gambar 2.13 Bentuk Fisik TDR (Time Delay Relay)
Fungsi dari peralatan kontrol ini adalah sebagai pengatur waktu bagi
peralatan yang dikendalikannya. Timer ini dimaksudkan untuk mengatur waktu
hidup atau mati dari kontaktor atau untuk merubah sistem bintang ke segitiga
dalam delay waktu tertentu. Timer dapat dibedakan dari cara kerjanya yaitu timer
yang bekerja menggunakan induksi motor dan menggunakan rangkaian
elektronik. Timer yang bekerja dengan prinsip induksi motor akan bekerja bila
motor mendapat tegangan AC (Alternating Current) sehingga memutar gigi
mekanis dan memarik serta menutup kontak secara mekanis dalam jangka waktu
tertentu
20
Sedangkan relay yang menggunakan prinsip elektronik, terdiri dari
rangkaian R dan C yang dihubungkan seri atau paralel. Bila tegangan sinyal telah
mengisi penuh kapasitor, maka relay akan terhubung. Lamanya waktu tunda
diatur berdasarkan besarnya pengisisan kapasitor Bagian input timer biasanya
dinyatakan sebagai kumparan (coil) dan bagian outputnya sebagai kontak NO atau
NC. Kumparan pada timer akan bekerja selama mendapat sumber arus. Apabila
telah mencapai batas waktu yang diinginkan, maka secara otomatis timer akan
mengunci dan membuat kontak NO menjadi NC ataupun NC menjadi NO sesuai
kondisi awalnya.
Gambar 2.14 Tampak depan,belakang dan pengawatan TDR (Time Delay Relay)
Kontak NO dan NC pada TDR (Time Delay Relay) akan bekerja ketika
timer diberi ketetapan waktunya, ketetapan waktu ini dapat kita tentukan pada
potensiometer yang terdapat pada timer itu sendiri. Misalnya ketika kita telah
menetapkan 10 detik, maka kontak NO dan NC akan bekerja 10 detik setelah kita
menghubungkan timer dengan sumber arus listrik.
2.4
Perangkat Lunak (Software)
2.4.1 Pemrograman AVR
Pemrograman pada mikrokontroler AVR dapat dilakukan dengan beberapa
cara. Salah satunya adalah menggunakan pemprograman berbasis assembler. Pada
mikrokontroler tipe AVR, ATMEL sebagai produsen resmi telah menyediakan
software gratis. Software ini berguna untuk mendesain kode dan mensimulasikan
kode tersebut ke dalam register sesuai dengan tipe mikrokontroler yang
digunakan.
21
2.4.1.1 Bahasa Assembler pada AVR
Bahasa assembler pada mikrokontroler AVR memiliki standar tersendiri.
Standar ini dibuat berdasarkan register-register yang tersedia dan telah diprogram
sebelumnya pada mikrokontroler. Perintah yang digunakan untuk memanfaatkan
register yang tersedia disebut dengan set instruksi, yang pada operasionalnya akan
dieksekusi pada siklus clock (cycle clock). Setiap perintah instruksi yang ditulis
memiliki fungsi masing-masing dan perintah ini disebut dengan mnemonics.
(Adelia, 2010)
Adapun contoh dari kode assembler untuk mikrokontroler AVR adalah
sebagai berikut :
rjmp main
main:
ldi r16,low(ramend)
out SPL,r16
ldi r16,high(ramend)
out SPH,r16 // SPH dan r16 adalah register
rcall init_serial // rcall adalah mnemonic
program_utama:
ldi zl,low(2*msg)
ldi zh,high(2*msg)
load:
lpm
mov r17,r0
cpi r17,0
breq henti
rcall transmit
inc zl
rjmp load
henti:
rjmp henti
2.4.2 Komunikasi Serial
Komunikasi serial merupakan salah satu tipe koneksi yang digunakan untuk
transmisi data. Komunikasi serial menggunakan satu kanal untuk tiap alat yang
22
ingin menggunakan kanal komunikasi ini pada satu waktu. Komunikasi serial
akan mentransmisikan data dalam satu media transmisi. Sehingga akan lebih
menghemat media, baik itu kabel maupun tempat. Pada komputer PC, komunikasi
serial umumnya digunakan untuk menghubungkan (Data Terminal Equipment DTE) yaitu PC dengan (Data Circuit – Terminating Equipment - DCE) misalnya
modem. Tetapi kanal serial pada computer PC juga dapat digunakan untuk
mentransmisikan data ke berbagai media. Salah satunya adalah mikrokontroler.
2.4.2.1 Tata Cara Komunikasi Serial
Dikenal dua cara komunikasi data secara serial, yaitu komunikasi data serial
secara sinkron dan komunikasi data serial secara asinkron. Pada komunikasi data
serial sinkron, clock dikirimkan bersama-sama dengan data serial, sedangkan
komunikasi data serial asinkron, clock tidak dikirimkan bersama data serial, tetapi
dibangkitkan secara sendiri-sendiri baik pada sisi pengirim (transmitter) maupun
pada sisi penerima (receiver). Pada IBM PC kompatibel port serialnya termasuk
jenis asinkron. Komunikasi data serial ini dikerjakan oleh UART (Universal
Asynchronous Receiver/Transmitter). IC UART dibuat khusus untuk mengubah
data paralel menjadi data serial dan menerima data serial yang kemudian diubah
kembali menjadi data paralel. IC UART 8250 dari Intel merupakan salah satunya.
Selain berbentuk IC mandiri, berbagai macam mikrokontroler ada yang dilengkapi
UART, misalnya keluarga mikrokontroler AVR (termasuk AT Mega8535). (Jaya,
2010)
Pada UART, kecepatan pengiriman data (baud rate) dan fase clock pada
sisi transmitter dan pada sisi receiver harus sinkron. Untuk itu diperlukan
sinkronisasi antara transmiter dan receiver. Hal ini dilakukan oleh bit ‘Start’ dan
bit ‘Stop’. Ketika saluran transmisi dalam keadaan idle, output UART adalah
dalam keadaan logika ‘1’. Ketika transmiter ingin mengirimkan data, output
UART akan diset lebih dulu ke logika ‘0’ untuk waktu satu bit. Sinyal ini pada
receiver
akan
dikenali
sebagai
sinyal
‘Start’
yang
digunakan
untuk
mensinkronkan fase clocknya sehingga sinkron dengan fase clock transmitter.
Selanjutnya, data akan dikirimkan secara serial dari bit paling rendah (bit 0)
23
sampai bit tertinggi. Selanjutnya, akan dikirim sinyal ‘Stop’ sebagai akhir dari
pengiriman data serial. Cara pemberian kode data yang disalurkan tidak
ditetapkan secara pasti. Berikut ini adalah contoh pengiriman huruf ‘A’ dalam
format ASCII (41 heksa / 1000001 biner) tanpa bit paritas.
Gambar 2.15 Data Pengiriman Huruf “A” Tanpa Paritas
Kecepatan transmisi (baud rate) dapat dipilih bebas dalam rentang
tertentu. Baud rate yang umum dipakai adalah 110, 135, 150, 300, 600, 1200,
2400, 9600 dan 19200 (bit/detik). Dalam komunikasi data serial, baud rate dari
kedua alat yang berhubungan harus diatur pada kecepatan yang sama.
Selanjutnya, harus ditentukan panjang data (6, 7 atau 8 bit), paritas (genap, ganjil
atau tanpa panitas), dan jumlah bit ‘Stop’ (1, 1,5, atau 2 bit).
2.4.2.2 Standar Komunikasi Serial
Standar sinyal komunikasi serial yang banyak digunakan adalah standar
RS232 yang dikembangkan oleh Electronic Industry Association and the
Telecommunications Industry Association (EIA/TIA), yang pertama kali
dipublikasikan pada tahun 1962. Ini terjadi jauh sebelum IC TTL populer
sehingga sinyal ini tidak ada hubungan sama sekali dengan level tegangan IC
TTL. Standar ini hanya menyangkut komunikasi data antara komputer (Data
Terminal Equipment - DTE) dengan alat-alat pelengkap komputer (Data Circuit –
Terminating Equipment - DCE). Standar RS232 inilah yang biasa digunakan pada
port serial IBM PC kompatibel. (Jaya, 2010)
Standar sinyal serial RS232 memiliki ketentuan level tegangan sebagai
berikut (prasetia dkk,2004) :
1. Logika ‘1’ disebut ‘mark’ terletak antara -3 Volt hingga - 25 Volt.
2. Logika ‘0’ disebut ‘space’ terletak antara +3 Volt hingga +25 Volt.
3. Daerah tegangan antara -3 Volt hingga +3 Volt adalah invalid level, yaitu
daerah tegangan yang tidak memiliki level logika pasti sehingga harus
24
dihindari. Demikian juga, level tegangan lebih negatif dari -25 Volt atau lebih
positif dari +25 Volt juga harus dihindari karena tegangan tersebut dapat
merusak line driver pada saluran RS232.
Gambar berikut ini adalah contoh level tegangan RS232 pada pengiriman
huruf ‘A’ dalam format ASCII tanpa bit paritas.
Gambar 2.16 Level RS232 pada pengiriman huruf ‘A’ tanpa bit paritas (prasetia dkk,2004)
2.4.2.3 Konfigurasi Port Serial
Gambar berikutnya adalah gambar konektor port serial DB-9 pada bagian
belakang CPU. Pada komputer IBM PC kompatibel biasanya kita dapat
menemukan dua konektor port serial DB-9 yang biasa dinamai COM 1 dan
COM2.
Gambar 2.17 Konektor serial DB-9 pada bagian belakang CPU
Tabel 2.1 Konfigurasi pin dan nama sinyal konektor serial DB-9
Nomor
Pin
1
Nama
Signyal
DCD
Arah
Data
Masuk
2
RxD
Masuk
Keterangan
Data Carrier Detect /
Received Line Signal
Detect
Received Data
25
3
4
5
6
7
8
9
TxD
DTR
GND
DSR
RTS
CTS
RI
Keluar
Keluar
Masuk
Keluar
Masuk
Masuk
Transmited Data
Data Terminal Ready
Ground
Data Set Ready
Request to Send
Clear to Send
Ring Indicator
Keterangan mengenai fungsi saluran RS232 pada konektor DB-9 adalah sebagai
berikut:

Received Line Signal Detect, dengan saluran ini DCE memberitahukan ke
DTE bahwa pada terminal masukan ada data masuk.

Receive Data, digunakan DTE menerima data dan DCE.

Transmit Data, digunakan DTE mengirimkan data ke DCE.

Data Terminal Ready, pada saluran ini DTE memberitahukan kesiapan
terminalnya.

Signal Ground, saluran ground.

Ring Indicator, pada saluran ini DCE memberitahu ke DTE bahwa sebuah
stasiun menghendaki hubungan dengannya.

Clear To Send, dengan saluran ini DCE memberitahukan bahwa DTE boleh
mulai mengirim data.

Reques To Send, dengan saluran ini DCE diminta mengirim data oleh DTE.

DCE Ready, sinyal aktif pada saluran ini menunjukiam bahwa DCE sudah
siap.
Untuk dapat menggunakan port serial kita perlu mengetahui alamatnya.
Biasanya tersedia dua port serial pada CPU, yaitu COM1 dan COM2. Base
address COM1 biasanya adalah 1016 (3F8h) dan COM2 biasanya 760 (2F8h).
Alamat tersebut adalah alamat yang biasa digunakan, tergantung dari komputer
yang digunakan. Tepatnya kita bisa melihat pada peta memori tempat menyimpan
alamat tersebut, yaitu memori 0000.0400h untuk base address COM1 dan memori
0000.0402h untuk base address COM2.
26
2.4.2.4 Alasan Menggunakan Port Serial
Dibandingkan dengan menggunakan port paralel, penggunaan port serial
terkesan lebih rumit. Berikut ini keuntungan - keuntungan penggunaan port serial
dibandingkan penggunaan port paralel:
1. Pada komunikasi dengan kabel yang panjang, masalah cable loss tidak akan
menjadi masalah besar daripada menggunakan kabel paralel. Port serial
mentransmisikan ‘1’ pada level tegangan -3 Volt sampai -25 Volt dan ‘0’ pada
level tegangan +3 Volt sampai +25 Volt, sedangkan port paralel
mentransmisikan ‘0’ path level tegangan 0 Volt dan ‘1’ pada level tegangan 5
Volt.
2. Dibutuhkan jumlah kabel yang lebih sedikit, bisa hanya menggunakan tiga
kabel, yaitu saluran Transmit Data, saluran Receive Data, dan saluran ground
(konfigurasi Null Modem),
3. Saat
ini
penggunaan
mikrokontroler
semakin
populer.
Kebanyakan
mikrokontroler sudah dilengkapi dengan SCI (Serial Communication Interface)
yang dapat digunakan untuk komunikasi dengan port serial komputer.
2.4.3 Konverter Tingkat RS232
Hampir semua piranti digital menggunakan tingkat logika TTL atau CMOS.
Dengan demikian, langkah pertama untuk menghubungkan suatu piranti ke kanal
RS-232 adalah mengubah tingkat RS-232 kembali ke tingkat 0 hingga 5 volt atau
sebaliknya.
Konverter Tingkat RS-232 yang banyak dipakai adalah 1428 RS-232 Driver
dan 1489 RS-232 Receiver. Masing-maing piranti tersebut mengandung 4 inverter
dalam satu jenis, sesuai tipenya driver atau receiver. Driver membutuhkan dua
jenis catu daya, yaitu +7,5 hingga +15 volt dan -7,5 hingga -15 volt. Dan hal ini
akan menimbulkan masalah jika hanya tersedia satu catu daya +5 volt saja. Di sisi
lain, kelebihannya karena piranti ini termasuk yang paling murah.
Piranti lainnya adalah IC MAX-232 (dan yang kompatibel dengannya),
memiliki sebuah Charge Pump yang dapat menghasilkan tegangan +10V dan 10V dari catu daya tunggal 5 Volt. IC lni juga memiliki dua penerima dan dua
27
pengirim pada kemasan yang sama. Sehingga hanya memerlukan satu IC dalam
proses pengiriman dan penerimaan data. Nanum IC ini harganya relatif mahal,
namun jika dibandingkan dengan biaya membuat catu daya ganda yang baru tentu
saja jauh lebih murah dan efisien.
Ada banyak variasi dari MAX-232 ini. NiIai kapasitor yang besar juga akan
membebani biaya, sehingga ada piranti lain yang tersedia di pasaran yang
menggunakan kapasitor dengan nilai yang lebih kecil, bahkan ada yang memiliki
kapasitor internal (terpadu dengan IC-nya). Beberapa IC MAX-232 dapat
menggunakan kapasitor 1 uF, MAX-232 ini banyak digunakan dalam berbagai
aplikasi.(Winoto, 2010)
Gambar 2.18 Top View IC MAX-232 Keluaran MAXIM
Gambar 2.19 Skema logic dan rangkaian dasar pada IC MAX 232 Keluaran MAXIM
28
2.5
Aplikasi Antarmuka dengan Ponsel
2.5.1 SMS (Short Mesagge Service)
SMS (Short Mesagge Service) adalah fasilitas yang dimiliki oleh jaringan
GSM (Global System for Mobile Communication) yang memungkinkan palanggan
untuk mengirimkan dan menerima pesan-pesan singkat sepanjang 160 karakter.
SMS ditangani oleh jaringan melalui suatu pusat layanan atau SMS Service
Center (SMS SC) yang berfungsi menyimpan dan meneruskan pesan dari sisi
pengirim ke sisi penerima. Format SMS yang dipakai oleh produsen MS (Mobile
Station) adalah PDU (Protocol Deskription Unit). Format PDU akan mengubah
kode ASCII (7 bit) menjadi bentuk byte PDU (8 bit) pada saat pengiriman data
dan akan diubah kembali menjadi kode ASCII pada saat diterima oleh
MS.(Wardhana, 2006)
2.5.2 Sistem Kerja SMS (Short Mesagge Service)
Dibalik tampilan menu Messages pada sebuah ponsel sebenarnya terdapat
AT Command yang bertugas mengirim atau menerima data ke dan dari SMS –
Centre. AT Command tiap-tiap SMS depice bisa berbeda-beda, tetapi pada
dasarnya sama. Perintah-perintah AT Command biasanya disediakan oleh alat
komunikasi yang kita beli. Jika tidak ada, kita dapat mendownload-nya dari
internet.
2.5.3 Format SMS (Short Message Service)
2.5.3.1 AT Command untuk Komunikasi dengan SMS-Centre
Pada ponsel GSM terdapat fasilitas pengaksesan data melalui koneksi serial
atau dengan antarmuka inframerah. Untuk mengakses data diperlukan urutan
instruksi pada antarmuka ponsel. ETSI (European Telecommunication Standards
Institute) menstandarkan instruksi tersebut dalam spesifikasi teknik GSM pada
dokumen GSM 07.07 dan GSM 07.05, dimana setiap ponsel harus mengacu pada
instruksi tersebut. Seperti pada pedoman instruksi antarmuka pada modem,
instruksi ponsel diawali dengan karakter AT dan diakhiri dengan enter atau 0Dh.
Perintah yang diterima akan direspons dengan diterimanya dengan data ‘OK’ atau
29
‘ERROR’. Instruksi yang diterima oleh ponsel dan sedang diproses akan
terinterupsi oleh instruksi lain yang datang sehingga setiap pengiriman instruksi
harus menunggu datangnya respons dari ponsel baru dengan dikirimnya instruksi
berikut.
Beberapa AT Command yang penting untuk SMS (Short Message Service) adalah
:
 AT+CMGS : untuk mengirim SMS
 AT+CMGL : untuk memeriksa SMS
 AT+CMGD : untuk menghapus SMS
AT Command untuk SMS biasanya diikuti oleh data I/O yang diwakili oleh
unit-unit PDU. Data yang mengalir kea tau dari SMS-Centre harus berbentuk
PDU (Protocol Data Unit). PDU berisi bilangan-bilangan heksadesimal yang
mencerminkan bahasa I/O. PDU terdiri atas beberapa Header. Header untuk
mengirim SMS ke SMS-Centre berbeda dengan SMS yang diterima dari SMSCentre. (Wardhana, 2006)
2.5.3.2 PDU Mengirim SMS ke SMS-Centre
PDU untuk mengirim SMS terdiri atas delapan header, yaitu:
1. Nomor SMS Centre
Header pertama ini terbagi atas tiga subheader, yaitu :
a. Jumlah pasangan heksadesimal SMS-Centre dalam bilangan heksa.
b. National/International Code
-
Untuk national kode subheader-nya adalah 81.
-
Untuk international kode subheader-nya adalah 91.
c. Nomer SMS-Centre-nya sendiri dalam pasangan heksa dibalik-balik.
Jika tertinggal satu angka heksa yang tidak memiliki pasangan, angka
tersebut akan dipasangkan dengan F di depannya.
Contoh : nomor SMS-Centre Indosat-M3 dapat ditulis dengan dua cara
sebagai berikut :
Cara 1 (national) :
0855000000 diubah menjadi :
30
-
06 : ada 6 pasang
-
81 : 1 pasang
-
80-55-00-00-00 : 5 pasang
Digabung menjadi : 06818055000000
Cara 2 (international) :
62855000000 diubah menjadi :
-
07 : ada 7 pasang
-
91 : 1 pasang
-
26-58-05-00-00-F0 : ada 6 pasang
Digabung menjadi 07912658050000F0.
Berikut beberapa nomor SMS-Centre operator seluler di Indonesia.
Tabel 2.2 Nomor SMS Center dengan Cara 1
No. Operator Seluler
SMS-Center
Kode PDU
1
Telkomsel
0811000000
06818011000000
2
Satelindo
0816124
0581806121F4
3
Excelcom
0818445009
06818081440590
4
Indosat-M3
0855000000
06818055000000
Tabel 2.3 Nomor SMS Center dengan Cara 2
No. Operator Seluler
SMS-Center
Kode PDU
1
Telkomsel
62811000000
07912618010000F0
2
Satelindo
62816124
059126181642
3
Excelcom
62818445009
07912618485400F9
4
Indosat-M3
62855000000
07912658050000F0
2. Tipe SMS
Tipe SEND tipe SMS = 1. Jadi, bilangan heksanya adalah 01.
31
3. Nomor Referensi SMS
Nomor referensi dibiarkan 0. Jadi, bilangan heksanya 00. Selanjutnya akan
diberikan sebuah nomor referensi otomatis oleh ponsel atau alat SMSGateway.
4. Nomor Ponsel Penerima
Sama seperti menulis PDU Header untuk SMS-Centre, header ini juga terbagi
atas tiga bagian, yaitu :
- Jumlah bilangan desimal nomor ponsel yang dituju dalam bilangan heksa.
- National/International Code.
- Untuk national, kode subheader-nya : 81
- Untuk international, kode subheader-nya : 91
- Nomor ponsel yang dituju dalam pasangan heksa dibalik-balik.
Jika tertinggal satu angka heksa yang tidak memiliki pasangan, angka
tersebut dipasangkan dengan huruf F di depannya.
Contoh :
Nomor ponsel yang dituju = 628129573337 dapat ditulis dengan dua cara
sebagai berikut :
Cara 1 : 08129573337 diubah menjadi :
- 0B : ada 11 angka
- 81
- 80-21-59-37-33-F7
Digabung menjadi : 0B818021593733F7
Cara 2 : 628129573337 diubah menjadi :
- 0C : ada 12 angka
- 91
- 26-81-92-75-33-73
Digabung menjadi : 0C91261892753373
5. Bentuk SMS
0->00-> dikirim sebagai SMS
1->01-> dikirim sebagai telex
2->02-> dikirim sebagai fax
32
Dalam hal ini, pengiriman dalam bentuk SMS tentu saja memakai 00.
6. Skema Encoding Data I/O
Ada dua skema, yaitu :
- Skema 7 bit -> ditandai dengan angka 0->00
- Skema 8 bit -> ditandai dengan angka lebih besar dari 0 yang diubah ke
heksa.
Kebanyakan ponsel atau SMS Gateway yang ada di pasaran sekarang
menggunakan 7 bit sehingga kita menggunakan kode 00
7. Jangka Waktu Sebelum SMS Expired
Jika bagian ini di-skip, berarti kita tidak membatasi waktu berlakunya SMS.
Sementara itu, jika kita mengisinya dengan suatu bilangan integer yang
kemudian diubah kepasangan heksa tertentu, bilangan yang kita berikan
tersebut akan mewakili jumlah waktu validitas SMS tersebut
8. Isi SMS
Header terdiri atas dua subheader, yaitu :
- Panjang isi (jumlah huruf dari isi)
Misalnya : untuk kata “hello” -> ada 5 huruf ->0
- Isi berupa pasangan bilangan heksa
Ponsel atau SMS Gateway berskema encoding 7 bit berti jika kita
mengetikkan suatu huruf dari keypad-nya, kita telah membuat 7 angka I/O
berurutan
Ada dua langkah yang harus kita lakukan untuk mengkonversikan isi
SMS, yaitu :
Langkah Pertama : mengubahnya menjadi kode 7 bit
Langkah Kedua : mengubah kode 7 bit menjadi 8 bit, yang diwakili oleh
pasangan heksa.
Contoh : untuk kata “hello”
Langkah Pertama :
Bit
7
1
h
110
1000
33
e
110
0101
l
110
1100
l
110
1100
o
110
1111
Langkah Kedua :
h
e
l
l
o
E
8
1 1100
1000
3
2
00 11
0010
9
B
100 1
1011
F
D
1111
1101
0
6
0000 0
0 110 1111
1
00
100
Oleh karena total 7 bit x 5 huruf = 35 bit, sedangkan yang kita perlukan adalah
8 bit x 5 bit = 40 bit, maka diperlukan 5 bit dummy yang diisi dengan bilangan 0.
Setiap 8 bit mewakili suatu pasangan heksa. Setiap 4 bit mewakili suatu angka
heksa, tentu saja karena secara logika 2 = 16. Dengan demikian, kata “hello” hasil
konversinya menjadi E8329BFD06.
9. Menggabungkan Delapan Header
Masing-masing header maupun subheader untuk mengirim SMS di atas harus
digabungkan menjadi sebuah PDU yang lengkap.
34
Contoh : jika mengirimkan kata “hello” ke ponsel nomor 628129573337 lewat
SMS-Centre Indosat-M3, tanpa membatasi waktu valid, maka PDU lengkapnya
adalah :
07912658050000F0 01 00 0C91261892753373 00 00 05 E8329BFD06
Sistem pengiriman SMS di atas memungkinkan PDU dapat diterapkan pada
mikrokontroler.
Download