Mahfuds Jurnal Protein Hidrogen Peroksida Sebagai Desinfektan Pengganti Gas Formaldehyde pada Penetasan Telur Ayam L.D. Mahfudz* * Fakultas Peternakan, Universitas Diponegoro, Kampus Baru UNDIP Tembalang Semarang Hydrogen Peroxide As A Replacement Of Formaldehyde Gas In The Incubation Of Eggs Chicken ABSTRACT Background : Disinfection on egg hatching process was important to depress the microorganism growth and therefor could alter the hatchability. An experiment was done at Poultry Science Laboratory, Faculty of Animal Agriculture Diponegoro University from March 21st until April17th 2004. The research was to known hatchability, quality of day old quails and amount of bacteria and fungi caused by disinfectant on during incubation. Methods : Materials of this research are 270 eggs “Arab” chicken with average weight is 47,64 ± 2,04g, from hens at ± 1,5 years old and the old of eggs is 1 – 5 days. Eight Incubation machine divided into 3 block depend on the capacity of machine, i.e.: 60, 75 and 100 eggs for block machine I, II and III. The treatment is with out disinfectant (T1), formaldehyde (T2) and hydrogen peroxide (T3). The parameter was the amount and growth rate of bacteria and fungi. The experiment design were Randomized Block Design for hatchability, quality of day old chicks and Split Plot Design for amount of bacteria and fungi, there are two factor: factor one are disinfectant i.e.; T0, T1 and T3, factor two are time for collect sample i.e.; H1 (day 1), H7 (day 7), H14 (day 14) and H21 (day 21). The parameters were hatchability, quality of doq and amount of bacteria and fungi. Result : The result shown that disinfectant did not affected to fertility, time for hatch, and quality of DOQ. But affected to hatchability and amount of bacteria and fungi. Higher bacteria colony is 19,08; 13,28 and 12,15 for T1, T3 and T2 respectively. While fungi colony are 10,3; 8,3 and 6,6 for T1, T2 and T3, respectively. Based on time sample collection amount of bacteria colony are 4,12; 10,86; 18,56 and 25,80 for H1, H7, H14 and H21, respectively, while fungi colony are 1,3; 2,7; 8,9 and 20,6, for H1; H7; H14 and H21, respectively. This experiment can be concluded that disinfectant can be increased hatchability, and decreased bacteria and fungi. Amount of bacteria and fungi colony increased with increasing incubation period. Hydrogen peroxide (H 2O2) can be used as disinfectant and replace formaldehyde gas. Key words: disinfectant, hatchability, day old quality and amount of bacteria and fungi ABSTRAK Latar Belakang : Desinfeksi pada proses penetasan telur bukan hanya sebagai pelengkap pada pembersihan mesin tetas, tetapi merupakan rangkaian system sanitasi dan memiliki peran yang sangat penting untuk menekan perkembangan mikroorganisme dan meningkatkan daya tetas telur. Suatu penilitian telah dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Ternak Unggas Fakultas Peternakan Universitaas Diponegoro pada 21 Maret sampai dengan 17 April 2004. Penilitian ditujukan untuk mengetahui daya tetas dan kualitas manakan serta jumlah bakteri dan kapang akibat penggunaan desinfektan yang berbeda pada proses penetasan telur ayam arab. Metode : Materi yang digunakan adalah 270 butir telur ayam arab, dengan berat rata-rata 47,64 ± 2,04g, umur telur 1 – 5 hari, dari umur induk ± 1,5 tahun. Mesin tetas sebanyak 9 unit dikelompokan menjadi 3 berdasarkan kapasitas telur, yaitu: kelompok I, II dan III adalah 60 , 75 dan 100 butir. Perlakuan yang diterapkan adalah desinfektan, yaitu tanpa desinfektan (T0), formaldehyde (T1) dan hydrogen peroksida (T2). Parameter yang diamati meliputi: jumlah bakteri dan kapang pada hari ke 1, 7, 14 dan 21 penetasan. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (randomized block design), dengan 3 perlakuan dan 3 ulangan.untuk daya tetas dan kualitas anakan. Data dianalisis ragam dengan tingkat ketelitian 5%. Apabila terjadi perbedaan yang nyata (P<0,05) dilanjutkan dengan Uji Duncan. Jumlah bakteri dan kapang dengan Rancangan Petak Terbagi. Analisis ragam dengan 2 faktor, sebagai faktor pertama (petak utama) adalah T1, T2 dan T3. Faktor kedua (anak petak) adalah waktu pengambilan sample yaitu: H1, H7, H14 dan H21, masing-masing untuk hari ke 1, 7, 14 dan 21. Kesimpulan : Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan tidak bepengaruh nyata (P>0,05) terhadap fertilitas T0, T1 dan T2 masing-masing 82,22; 83,30 dan 80,00%, dan umur tetas yaitu 494,06; 488,66 dan 504,11 jam, serta kualitas anak ayam (berat tetas, normalitas, omhalitis, dehidrasi dan daya hidup). Perlakuan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap daya tetas, masing-masing 62,25; 73,30 dan 70,27% untuk T0, T1 dan T2. Koloni tertinggi berturut-turut T1, T3 dan T2, untuk bakteri adalah 19,08; 13,28 dan 12,15, dan untuk kapang adalah10,3; 8,3 dan 6,6. W aktu pengambilan sample jumlah koloni bakteri untuk H1, H7, H14 dan H21 adalah 4,12; 10,86; 18,56 dan 25,80, sedang koloni kapang adalah 1,3; 2,7; 8,9 dan 20,6, untuk H1; H7; H14 dan H21. Kesimpulan dari penelitian ini adalah desinfektan dapat meningkatkan daya tetas, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap kualitas anak ayam dan desinfektan mampu menekan jumlah bakteri dan kapang. Jumlah koloni bakteri dan kapang meningkat dengan meningkatnya umur penetasan.. Hydrogen peroksida dapat diapakai sebagai pengganti gas formaldehyde. Kata kunci: desinfektan, daya tetas, kualitas anak ayam, jumlah bakteri dan kapang 128 Vol.13.No.2.Th.2006 Hidrogen Peroksida Sebagai Desinfektan Pengganti Gas Formaldehyde PENDAHULUAN Desinfeksi pada proses penetasan telur bukan hanya sebagai pelengkap pada pembersihan mesin tetas, tetapi merupakan rangkaian system sanitasi dan memiliki peran yang sangat penting untuk menekan perkembangan mikroorganisme dan meningkatkan daya tetas telur. Hal ini dapat dimengerti, karena pada proses penetasan, temperature pengeraman sangat sesuai dengan temperature untuk pertumbuhan mikroorganisme. Selama proses penetasan harus diusahakan seminim mungkin adanya mikroorganisme. Namun program desinfeksi kadang juga dapat menyebabkan kematian embrio. Hal ini disebabkan oleh karena jenis desinfektan yang kurang tepat, atau dosisnya yang terlalu tinggi, atau pelaksanaan desinfeksi yang tidak benar. Jenis desinfektan yang banyak digunakan pada proses penetasan adalah fumigasi dengan gas formaldehyde. Gas formaldehyde sangat efektif untuk membunuh mikroorganisme, antara lain, bakteri gram +/-, virus, jamur bahkan protozoa. Gas formaldehyde yang lazim diterapkan adalah dihasilkan dari pencampuran kalium permanganate (KMnO4) dengan formalin. Gas formaldehyde ini sangat beracun, menimbulkan efek iritasi, sehingga sangat berbahaya apabila terhirup atau masuk kedalam mata, karena akan merusak system pernafasan maupun itritasi pada mata. Akhir-akhir ini, KMnO4 dan atau Formalin sangat sulit didapat dipasaran. Import KMnO4 sangat dibatasi, hal ini dikarenakan banyaknya terjadi kasus penyalah gunaan penggunaan KMnO4 untuk pembuatan bom. Formalin karena sifat rancunnya sangat tinggi, digunakan untuk pengawetan mayat, preparat laboratorium. Namun akhir-akhir ini formalin banyak disalahgunakan untuk pengawetan bahan pangan, seperti tahu, mie, ikan dan sebagainya. Karena penyalahgunaan ini, maka kedua bahan tersebut perdagangannya diatur dan diawasi dengan ketat, sehingga tidak mudah untuk mendapatkannya. Jikalau ada dipasaran, harganya menjadi mahal dan jumlah pembeliannya sangat dibatasi. Berdasarkan kenyataan tersebut di atas penulis tergerak untuk melakukan penelitian mencari alternative desinfektan lain untuk proses penetasan telur, dengan kriteria desinfektan tersebut mudah didapat, murah dan tidak memiliki efek negatif terhadap embrio maupun manusia. Sebagai alternative desinfektan yang akan dicoba pada penelitian ini adalah hydrogen peroksida (H2O2). Hidrogen peroksida merupakan desinfektan yang sangat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi, sehingga tidak akan mengganggu perkembangan embrio. Hidrogen peroksida banyak digunakan dibidang kedokteran, sebagai desinfektan untuk sanitasi tangan, perlatan kesehatan dan ruang operasi. Hipotesis dari penelitiaan ini adalah hydrogen peroksida dapat dipakai sebagai desinfektan pada penetasan telur dan dapat menggantikan gas formaldehyde. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis desinfektan (hydrogen peroksida dan formaldehyde) pada proses penetasan telur ayam arab, dengan melihat fertilitas, daya tetas, kualitas anak ayam yang dihasilkan, dan jumlah bakteri serta kapang yang berkembang selam proses penetasan. Manfaat penelitian ini adalah sebagai pengembangan ilmu dibidang penetasan telur ayam, khususnya pada proses sanitasi selama penetasan. Diketemukannya desinfektan alternative yang murah, mudah didapat, dan sangat aman bagi embrio maupun manusia. MATERI DAN METODE PENELITIAN Materi Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 170 butir telur ayam arab umur 1 – 5 hari, dengan berat rata-rata 47,64 ± 2,04g, umur induk ± 1,5 tahun. Mesin tetas sebanyak 9 unit yang dikelompokan menjadi 3, berdasarkan kapasitas telur, yaitu: kelompok I, II dan III masing-masing dengan kapasitas 60 , 75 dan 100 butir telur ayam. Desinfektan hydrogen peroksida dan gas formaldehyde (KMnO4 dan formalin). Peralatan yang digunakan adalah timbangan “Triple Beam” dengan ketelitian 1 g dan timbangan analitik dengan ketelitian 0,01g., alat-alat untuk teropong telur dan kebersihan serta fumigasi. Metode Persiapan penetasan dimulai dari mencuci mesin tetas dan melakukan fumigasi sesuai dengan perlakuan yang diterapkan. Pengumpulan telur selama 5 hari, di komplek Satuan Kerja Ayam dan Sapi Potong, Dinas Pertanian Jawa Tengah, yang berada di Maron Temanggung. Telur-telur disusun dengan bagian tumpul diatas, menggunakan egg try. Kemudian telur dibawa ke 129 Mahfuds Laboratorium Ilmu Ternak Unggas, Fakultas Peternakan UNDIP, dilakukan fumigasi sesuai dengan perlakuan selama 20 menit. Mesin tetas dihidupkan dan temperature serta kelembabannya disetabilkan, kemudian dilakukan fumigasi sesuai dengan perlakuan yang diterapkan. Telur-telur dimasukan kedalam mesin dan proses penetasn dimulai. Parlakuan yang diterapkan pada penelitian ini adalah penggunaan desinfektan sebagai berikut: 1. Prioses penetasan tanpa dilakukan desinfeksi 2. Proses penetasan dengan desinfektan formaldehyde (KMnO4 + formalin) 3. Proses penetasan dengan desinfektan hydrogen peroksida (H2O2) Parameter yang diamati pada penelitian ini meliputi daya tetas dan kualitas anak ayam, serta perkembangan mikroorganisme sebagai berikut: 1. Fertilitas telur 2. Daya tetas telur 3. Kualitas anak ayam ( berat tetas, umur tetas, normalitas, omphalitis, dehidrasi, daya hidup). 4. Jumlah koloni bakteri dan kapang Data yang terkumpul di analisis ragam pada taraf ketelitian 5% dengan Uji F untuk mengetahui pengaruh perlakuan, apabila terdapat pengaruh perlakuan, dilanjutkan dengan Uji Wilayah Ganda Duncan. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pengaruh Perlakuan Terhadap Fertilitas, dan Daya Tetas, Berat dan Umur Tetas Fertilitas, daya tetas dan berat tetas akibat perlakuan jenis desinfektan hydrogen peroksida dan formaldehyde disajikan pada Tabel 1. Kedua jenis desinfektan tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap fertilitas telur, berat tetas dan umur tetas telur ayam Arab. Hal ini menunjukan bahwa desinfektan tidak berhubungan langsung dengan fertilitas telur. Akan tetapi penggunaan desinfektan pada konsentrasi tinggi secara tidak langsung akan menurunkan fertilitas. Efek utama formaldehyde yang digunakan sebagai desinfektan adalah menurunkan fertilitas telur (Deeming, D.C., 1998). Desinfektan tidak langsung mempengaruhi fertilitas, faktor yang langsung mempengaruhi fertilitas adalah kondisi semen, kandungan gizi pakan, produksi telur, heretabilitas, rasio jantanbetina, iklim, kualitas kulit telur dan kondisi 130 Jurnal Protein mesin tetas (North, M.O. and D.D. Bell, 1990). Tabel 1. memperlihatkan bahwa desinfektan meningkatkan dengan nyata (P<0,05) terhadap daya tetas telur. Hal ini dikarenakan desinfektan secara aktif akan menekan jumlah mikroorganisme seperti bakteri, jamur, protozoa dan virus yang dapat menyebabkan penurunan daya tetas. Telur yang bersih mempunyai daya tetas yang lebih tinggi dibandingkan telur yang kotor, karena telur yang kotor mengandung mikroorganisme yang akan masuk kedalam telur pada proses penetasan, sehingga menurunkan daya tetas (Agus, G.T.K., K.A. Agus, A. Dinawati dan U.T. Dipo, 2001). Faktor-faktor yang langsung mempengaruhi daya tetas adalah kondisi sperma, umur induk, kesehatan induk, kandungan zat gizi pakan, produksi telur, heretabilitas, rasio jantan betina, iklim, kualita kulit telur dan kondisi mesin tetas (jumlah mikroorganisme) (North, M.O. and D.D. Bell, 1990). Berat tetas tidak dipengaruhi oleh jenis desinfektan. Berat telur akan mempengaruhi berat tetas. Berat telur ayam arab yang ditetaskan dalam penelitian ini adalah seragam sehingga menghasilkan berat tetas yang sama (Mahfudz, L.D., 1998). Rata-rata umur tetas pada penelitian ini adalah termasuk normal (504 jam) dan tidak dipengaruhi oleh jenis desinfektan. Karena umur tetas lebih dipengaruhi oleh besar kecilnya telur, temperature dan kelembaban mesin tetas. Suhu sangat berpengaruh terhadap lama penetasan telur. Tetapi formaldehyde maupun hydrogen peroksida meningkatkan daya tetas telur. 2. Pengaruh Jenis Desinfektan Terhadap Normalitas, Omphalitis dan Daya Hidup Anak Ayam Pengaruh jenis desinfektan terhadap kualitas (normalitas, omphalitis dan daya hidup) anak ayam diperlihatkan pada Tabel 2. Normalitas anak ayam hasil penetasan rata-rata untuk T1, T2 dan T3 adalah 89,03; 92,98 dan 90,15%, secara statistik tidak berbeda nyata (P>0,05). Hal ini menunjukan bahwa bahan kimia yang dipakai untuk desinfektan tidak berpengaruh negatif terhadap perkembangan embrio. Desinfektan dalam konsentrasi tinggi pada masa Vol.13.No.2.Th.2006 Hidrogen Peroksida Sebagai Desinfektan Pengganti Gas Formaldehyde perkembangan embrio dapat menyebabkan abnormalitas (Ensminger, M.E., 1992). Sifat racun pada desinfektan dapat ditekan dengan konsentrasi desinfektan yang tepat. Pada penelitian ini baik jenis maupun konsentrasi desinfektan yang digunakan tidak mempengaruhi perkembangan embrio ditunjukan dengan abnormalitas anak ayam (North, M.O. and D.D. Bell, 1990). Omphalitis atau infeksi tali pusar merupakan salah satu tanda efektivitas desinfektan yang digunakan dalam proses penetasan. Penggunaan formaldehyde dan hydrogen peroksida dapat menekan terjadinya omphalitis walau tidak berbeda nyata. Hal ini disebabkan karena masa aktif desinfektan yang relative singkat menyebabkan mikroba berkembang kembali (North, M.O. and D.D. Bell, 1990). Penguapan yang terjadi pada proses penetasan berupa air, CO2, amoniak menyebabkan menurunnya aktivitas desinfektan (Mahfudz, L.D, 1998). Pengamatan daya hidup dilakukan dengan memelihara anak ayam hasil penetasan sampai umur 1 minggu. Hasil uji statistik menunjukan bahwa desinfektan tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap daya hidup anak ayam. Artinya jenis desinfektan dan dosis yang digunakan tidak mempengaruhi kemampuan hidup anak ayam paska penetasan. Beberapa penyakit pada breeder farm mempengaruhi perkembangan embrio, daya tetas dan kualitas anak ayam, sehingga menyebabkan infeksi pada hasil tetas, kematian dan anak ayam menjadi lemah (North, M.O. and D.D. Bell, 1990). 3. Pengaruh Desinfektan Terhadap Rerata Koloni Bakteri dan Kapang Pengaruh desinfektan terhadap rerata koloni bakteri dan kapang pada hari ke 1, 7, 14 dan 21 diperlihatkan pada Tabel 3. Tabel 3 memperlihatkan bahwa desinfektan menurunkan dengan nyata (P<0,05) koloni bakteri dan kapang. Namun jenis desinfektan yaitu formaldehyde dan hydrogen peroksida tidak menunjukan perbedaan yanga nyata (P>0,05). Hal ini menunjukan bahwa baik formaldehyde maupun hydrogen peroksida mempunyai daya bunuh kuman yang cukup baik pada proses penetasan. Desinfektan dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri dan kapang dengan cara menghidrolisis atau menggumpalkan protein bakteri dan kapang, yang merupakan konstituen dari protoplasma. Protein yang telah menggumpal tidak akan berfungsi lagi, akibatnya bakteri dan kapang mengalami kematian. Gas formaldehyde mudah menyusup dan mempunyai daya bunuh kuman tinggi. Hidrogen peroksida berbentuk cair mudah terurai menjadi air dan oksigen, dan oksigen sangat mudah mengadakan oksidasi sehingga membunuh kuman (Ensminger, M.E., 1992). Tabel 3 juga memperlihatkan bahwa waktu pengambilan sample juga berpengaruh nyata (P<0,05) meningkatkan koloni bakteri dan kapang. Koloni bakteri dan kapang pada pengambilan sample pada hari ke-1, ke-7, ke14 dan ke-21 masing-masing menunjukan perbedaan yang nyata (P<0,05) meningkat. Bakteri dan kapang yang hidup pada medium yang sesuai untuk pertumbuhannya akan berbiak, sehingga jumlah populasinya akan meningkat dalam waktu yang relative pendek. Setiap 20 menit bakteri dan kapang akan mengadakan divisio, jika faktor-faktor luarnya seperti media, kelembaban, pH dan temperatur memungkinkan. Pada proses penetasan, baik temperature maupun kelembaban sangat sesaui dengan kebutuhan bakteri dan kapang, sehingga bakteri dan kapang yang hidup pada proses penetasan akan berkembang biak dengan cepat (Mahfudz, L.D., 1998). Jumlah bakteri dalam mesin tetas sangat berpengaruh terhadap daya tetas telur, daya tetas telur yang tidak dilakukan fumigasi sebesar 62,25%, nyata (P<0,05) meningkat menjadi 73,30% dengan desinfektan formaldehyde dan 70,90% pada hydrogen peroksida. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Desinfektan tidak mempengaruhi fertiltas, umur tetas, omphalitis dan daya hidup. 2. Pada proses penetasan perlu dilakukan desinfeksi untuk meningkatkan daya tetas. 3. Hidrogen peroksida dapat sebagai pengganti formaldehyde pada penetasan telur 131 Mahfuds Saran Saran yang dapat diberikan adalah hydrogen peroksida dapat menggantikan formaldehyde untuk desinfeksi proses penetasan. DAFTAR PUSTAKA Agus, G.T.K., K.A. Agus, A. Dinawati dan U.T. Dipo. 2001. Mesin Tetas. Cetakan 1. Agromedia Pustaka, Jakarta. Deeming, D.C. 1998. Food Microbiology. 4th Ed. Tata McGraw-Hill Book Company, Singapore. Ensminger, M.E. 1992. Poultry Science. 3rd Ed. Interstate Publisher Inc. Illinois. 132 Jurnal Protein Mahfudz, L.D. 1998. Manajemen Penetasan Telur Unggas. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro North, M.O. and D.D. Bell. 1990. Commercial Chicken Manual. 4th Ed. Avi Publishing Company Inc. West Port, California. Soetisna, A. 1999. Pengantar Farmakologi dan Toksikologi. Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (tidak diterbitkan). Widjaja, H. 2004. Derajat aksi germisida pada berbagai mikroorganisme. Elanco Field Research. Buletin 23: 30 – 32. Vol.13.No.2.Th.2006 Hidrogen Peroksida Sebagai Desinfektan Pengganti Gas Formaldehyde Lampiran. Tabel 1. Fertilitas dan Daya, Berat dan Umur Tetas Perlakuan Variabel Kelompok Penelitian T0 T1 I 86,66 80,00 Fertilitas (%) II 83,33 86,66 III 76,66 83,33 Rerata 82,22 83,33 I 61,54 70,83 Daya Tetas (%) II 60,00 73,07 III 65,21 76,00 Rerata 62,25a 70,28b I 32,08 32,12 Berat Tetas (g) II 32,19 32,10 III 32,16 32,22 Rerata 32,14 32,15 I 496,08 496,55 Umur Tetas (jam) II 496,08 472,38 III 492,06 497,05 Rerata 494,06 488,66 Rerata Kelompok 82,22 82,21 81,10 81,85 67,54 67,02 71,07 68,00 32,10 32,15 32,18 32,14 498,65 490,97 497,88 495,84 T2 80,00 76,66 83,33 80,00 70,27 68,00 72,00 73,30 b 32,11 32,14 32,17 32,15 503,33 504,46 504,55 504,11 Keterangan: Superskrip berbeda pada baris yang sama menunjukan perbedaan yang nyata (P<0,05) Tabel 2. Normalitas, Omphalitis dan Daya Hidup Anak Ayam Perlakuan Variabel Kelompok Penelitian T0 T1 I 93,75 100,00 Normalitas (%) II 80,00 84,21 III 93,33 94,73 Rerata 89,03 92,98 I 6,67 0,00 Omphalitis (%) II 8,34 6,25 III 0,00 0,00 Rerata 5,00 2,08 I 93,33 100,00 Daya Hidup (%) II 91,66 93,75 III 100,00 100,00 Rerata 94,99 97,91 T2 88,23 93,33 88,88 90,15 0,00 6,25 6,25 4,16 100,00 93,75 93,75 95,83 Rerata Kelompok 93,99 85,84 92,31 90,71 2,22 6,94 2,08 3,74 97,77 93,05 97,91 96,24 Tabel 3. Rerata Koloni Bakteri dan Kapang pada Hari Pengamatan yang Berbeda Waktu Pengambilan Sample (hari) Parameter Perlakuan H1 H7 H14 H21 --------------------------- koloni -------------------------Koloni Bakteri T1 4,99 18,06 24,16 29,12 T2 3,68 7,85 14,22 22,84 T3 3,69 6,68 17,30 25,44 Rerata 4,12a 10,86b 18,56c 25,80d Koloni Kapang T1 1,90 4,10 10,30 24,70 T2 1,30 2,10 8,10 20,80 T3 1,80 1,80 7,50 16,30 Rerata 1,30a 2,70b 8,90c 20,60d Keterangan : Super script yang berbeda perbedaan yang nyata (P<0,05) pada baris atau kolom yang sama Rerata 19,08a 12,15b 13,28b 14,83 10,30a 8,30b 6,60b 8,40 menunjukan 133