hidrogen peroksida sebagai desinfektan - E

advertisement
Mahfuds
Jurnal Protein
Hidrogen Peroksida Sebagai Desinfektan Pengganti Gas Formaldehyde pada
Penetasan Telur Ayam
L.D. Mahfudz*
* Fakultas Peternakan, Universitas Diponegoro, Kampus Baru UNDIP Tembalang Semarang
Hydrogen Peroxide As A Replacement Of Formaldehyde Gas In The Incubation Of Eggs Chicken
ABSTRACT
Background : Disinfection on egg hatching process was important to depress the microorganism growth and therefor
could alter the hatchability. An experiment was done at Poultry Science Laboratory, Faculty of Animal Agriculture
Diponegoro University from March 21st until April17th 2004. The research was to known hatchability, quality of day old
quails and amount of bacteria and fungi caused by disinfectant on during incubation.
Methods : Materials of this research are 270 eggs “Arab” chicken with average weight is 47,64 ± 2,04g, from hens at ±
1,5 years old and the old of eggs is 1 – 5 days. Eight Incubation machine divided into 3 block depend on the capacity of
machine, i.e.: 60, 75 and 100 eggs for block machine I, II and III. The treatment is with out disinfectant (T1),
formaldehyde (T2) and hydrogen peroxide (T3). The parameter was the amount and growth rate of bacteria and fungi.
The experiment design were Randomized Block Design for hatchability, quality of day old chicks and Split Plot Design
for amount of bacteria and fungi, there are two factor: factor one are disinfectant i.e.; T0, T1 and T3, factor two are time
for collect sample i.e.; H1 (day 1), H7 (day 7), H14 (day 14) and H21 (day 21). The parameters were hatchability,
quality of doq and amount of bacteria and fungi.
Result : The result shown that disinfectant did not affected to fertility, time for hatch, and quality of DOQ. But affected
to hatchability and amount of bacteria and fungi. Higher bacteria colony is 19,08; 13,28 and 12,15 for T1, T3 and T2
respectively. While fungi colony are 10,3; 8,3 and 6,6 for T1, T2 and T3, respectively. Based on time sample collection
amount of bacteria colony are 4,12; 10,86; 18,56 and 25,80 for H1, H7, H14 and H21, respectively, while fungi colony
are 1,3; 2,7; 8,9 and 20,6, for H1; H7; H14 and H21, respectively. This experiment can be concluded that disinfectant
can be increased hatchability, and decreased bacteria and fungi. Amount of bacteria and fungi colony increased with
increasing incubation period. Hydrogen peroxide (H 2O2) can be used as disinfectant and replace formaldehyde gas.
Key words: disinfectant, hatchability, day old quality and amount of bacteria and fungi
ABSTRAK
Latar Belakang : Desinfeksi pada proses penetasan telur bukan hanya sebagai pelengkap pada pembersihan mesin
tetas, tetapi merupakan rangkaian system sanitasi dan memiliki peran yang sangat penting untuk menekan
perkembangan mikroorganisme dan meningkatkan daya tetas telur. Suatu penilitian telah dilaksanakan di Laboratorium
Ilmu Ternak Unggas Fakultas Peternakan Universitaas Diponegoro pada 21 Maret sampai dengan 17 April 2004.
Penilitian ditujukan untuk mengetahui daya tetas dan kualitas manakan serta jumlah bakteri dan kapang akibat
penggunaan desinfektan yang berbeda pada proses penetasan telur ayam arab.
Metode : Materi yang digunakan adalah 270 butir telur ayam arab, dengan berat rata-rata 47,64 ± 2,04g, umur telur 1 –
5 hari, dari umur induk ± 1,5 tahun. Mesin tetas sebanyak 9 unit dikelompokan menjadi 3 berdasarkan kapasitas telur,
yaitu: kelompok I, II dan III adalah 60 , 75 dan 100 butir. Perlakuan yang diterapkan adalah desinfektan, yaitu tanpa
desinfektan (T0), formaldehyde (T1) dan hydrogen peroksida (T2). Parameter yang diamati meliputi: jumlah bakteri
dan kapang pada hari ke 1, 7, 14 dan 21 penetasan. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok
(randomized block design), dengan 3 perlakuan dan 3 ulangan.untuk daya tetas dan kualitas anakan. Data dianalisis
ragam dengan tingkat ketelitian 5%. Apabila terjadi perbedaan yang nyata (P<0,05) dilanjutkan dengan Uji Duncan.
Jumlah bakteri dan kapang dengan Rancangan Petak Terbagi. Analisis ragam dengan 2 faktor, sebagai faktor pertama
(petak utama) adalah T1, T2 dan T3. Faktor kedua (anak petak) adalah waktu pengambilan sample yaitu: H1, H7, H14
dan H21, masing-masing untuk hari ke 1, 7, 14 dan 21.
Kesimpulan : Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan tidak bepengaruh nyata (P>0,05) terhadap fertilitas T0, T1
dan T2 masing-masing 82,22; 83,30 dan 80,00%, dan umur tetas yaitu 494,06; 488,66 dan 504,11 jam, serta kualitas
anak ayam (berat tetas, normalitas, omhalitis, dehidrasi dan daya hidup). Perlakuan berpengaruh nyata (P<0,05)
terhadap daya tetas, masing-masing 62,25; 73,30 dan 70,27% untuk T0, T1 dan T2. Koloni tertinggi berturut-turut T1,
T3 dan T2, untuk bakteri adalah 19,08; 13,28 dan 12,15, dan untuk kapang adalah10,3; 8,3 dan 6,6. W aktu
pengambilan sample jumlah koloni bakteri untuk H1, H7, H14 dan H21 adalah 4,12; 10,86; 18,56 dan 25,80, sedang
koloni kapang adalah 1,3; 2,7; 8,9 dan 20,6, untuk H1; H7; H14 dan H21. Kesimpulan dari penelitian ini adalah
desinfektan dapat meningkatkan daya tetas, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap kualitas anak ayam dan desinfektan
mampu menekan jumlah bakteri dan kapang. Jumlah koloni bakteri dan kapang meningkat dengan meningkatnya umur
penetasan.. Hydrogen peroksida dapat diapakai sebagai pengganti gas formaldehyde.
Kata kunci: desinfektan, daya tetas, kualitas anak ayam, jumlah bakteri dan kapang
128
Vol.13.No.2.Th.2006
Hidrogen Peroksida Sebagai Desinfektan Pengganti Gas Formaldehyde
PENDAHULUAN
Desinfeksi pada proses penetasan telur
bukan hanya sebagai pelengkap pada pembersihan
mesin tetas, tetapi merupakan rangkaian system
sanitasi dan memiliki peran yang sangat penting
untuk menekan perkembangan mikroorganisme
dan meningkatkan daya tetas telur. Hal ini dapat
dimengerti, karena pada proses penetasan,
temperature pengeraman sangat sesuai dengan
temperature untuk pertumbuhan mikroorganisme.
Selama proses penetasan harus diusahakan
seminim mungkin adanya mikroorganisme.
Namun program desinfeksi kadang juga dapat
menyebabkan kematian embrio. Hal ini
disebabkan oleh karena jenis desinfektan yang
kurang tepat, atau dosisnya yang terlalu tinggi,
atau pelaksanaan desinfeksi yang tidak benar.
Jenis desinfektan yang banyak digunakan
pada proses penetasan adalah fumigasi dengan gas
formaldehyde. Gas formaldehyde sangat efektif
untuk membunuh mikroorganisme, antara lain,
bakteri gram +/-, virus, jamur bahkan protozoa.
Gas formaldehyde yang lazim diterapkan adalah
dihasilkan
dari
pencampuran
kalium
permanganate (KMnO4) dengan formalin.
Gas formaldehyde ini sangat beracun,
menimbulkan efek iritasi, sehingga sangat
berbahaya apabila terhirup atau masuk kedalam
mata, karena akan merusak system pernafasan
maupun itritasi pada mata.
Akhir-akhir ini, KMnO4 dan atau Formalin
sangat sulit didapat dipasaran. Import KMnO4
sangat dibatasi, hal ini dikarenakan banyaknya
terjadi kasus penyalah gunaan penggunaan
KMnO4 untuk pembuatan bom. Formalin karena
sifat rancunnya sangat tinggi, digunakan untuk
pengawetan mayat, preparat laboratorium. Namun
akhir-akhir ini formalin banyak disalahgunakan
untuk pengawetan bahan pangan, seperti tahu,
mie, ikan dan sebagainya. Karena penyalahgunaan
ini, maka kedua bahan tersebut perdagangannya
diatur dan diawasi dengan ketat, sehingga tidak
mudah untuk mendapatkannya. Jikalau ada
dipasaran, harganya menjadi mahal dan jumlah
pembeliannya sangat dibatasi.
Berdasarkan kenyataan tersebut di atas
penulis tergerak untuk melakukan penelitian
mencari alternative desinfektan lain untuk proses
penetasan telur, dengan kriteria desinfektan
tersebut mudah didapat, murah dan tidak memiliki
efek negatif terhadap embrio maupun manusia.
Sebagai alternative desinfektan yang akan dicoba
pada penelitian ini adalah hydrogen peroksida
(H2O2).
Hidrogen peroksida merupakan desinfektan
yang
sangat
ramah
lingkungan,
tidak
menimbulkan iritasi, sehingga tidak akan
mengganggu perkembangan embrio. Hidrogen
peroksida banyak digunakan dibidang kedokteran,
sebagai desinfektan untuk sanitasi tangan,
perlatan kesehatan dan ruang operasi.
Hipotesis dari penelitiaan ini adalah
hydrogen peroksida dapat dipakai sebagai
desinfektan pada penetasan telur dan dapat
menggantikan gas formaldehyde.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh jenis desinfektan (hydrogen peroksida
dan formaldehyde) pada proses penetasan telur
ayam arab, dengan melihat fertilitas, daya tetas,
kualitas anak ayam yang dihasilkan, dan jumlah
bakteri serta kapang yang berkembang selam
proses penetasan.
Manfaat penelitian ini adalah sebagai
pengembangan ilmu dibidang penetasan telur
ayam, khususnya pada proses sanitasi selama
penetasan.
Diketemukannya
desinfektan
alternative yang murah, mudah didapat, dan
sangat aman bagi embrio maupun manusia.
MATERI DAN METODE PENELITIAN
Materi
Materi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah 170 butir telur ayam arab umur 1 – 5 hari,
dengan berat rata-rata 47,64 ± 2,04g, umur induk
± 1,5 tahun. Mesin tetas sebanyak 9 unit yang
dikelompokan menjadi 3, berdasarkan kapasitas
telur, yaitu: kelompok I, II dan III masing-masing
dengan kapasitas 60 , 75 dan 100 butir telur
ayam. Desinfektan hydrogen peroksida dan gas
formaldehyde (KMnO4 dan formalin). Peralatan
yang digunakan adalah timbangan “Triple Beam”
dengan ketelitian 1 g dan timbangan analitik
dengan ketelitian 0,01g., alat-alat untuk teropong
telur dan kebersihan serta fumigasi.
Metode
Persiapan penetasan dimulai dari mencuci
mesin tetas dan melakukan fumigasi sesuai
dengan perlakuan yang diterapkan. Pengumpulan
telur selama 5 hari, di komplek Satuan Kerja
Ayam dan Sapi Potong, Dinas Pertanian Jawa
Tengah, yang berada di Maron Temanggung.
Telur-telur disusun dengan bagian tumpul diatas,
menggunakan egg try. Kemudian telur dibawa ke
129
Mahfuds
Laboratorium Ilmu Ternak Unggas, Fakultas
Peternakan UNDIP, dilakukan fumigasi sesuai
dengan perlakuan selama 20 menit.
Mesin tetas dihidupkan dan temperature
serta kelembabannya disetabilkan, kemudian
dilakukan fumigasi sesuai dengan perlakuan yang
diterapkan. Telur-telur dimasukan kedalam mesin
dan proses penetasn dimulai. Parlakuan yang
diterapkan pada penelitian ini adalah penggunaan
desinfektan sebagai berikut:
1. Prioses penetasan tanpa dilakukan desinfeksi
2. Proses
penetasan
dengan
desinfektan
formaldehyde (KMnO4 + formalin)
3. Proses
penetasan
dengan
desinfektan
hydrogen peroksida (H2O2)
Parameter yang diamati pada penelitian ini
meliputi daya tetas dan kualitas anak ayam, serta
perkembangan mikroorganisme sebagai berikut:
1. Fertilitas telur
2. Daya tetas telur
3. Kualitas anak ayam ( berat tetas, umur tetas,
normalitas, omphalitis, dehidrasi, daya hidup).
4. Jumlah koloni bakteri dan kapang
Data yang terkumpul di analisis ragam pada
taraf ketelitian 5% dengan Uji F untuk
mengetahui pengaruh perlakuan, apabila terdapat
pengaruh perlakuan, dilanjutkan dengan Uji
Wilayah Ganda Duncan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Pengaruh Perlakuan Terhadap Fertilitas,
dan Daya Tetas, Berat dan Umur Tetas
Fertilitas, daya tetas dan berat tetas
akibat perlakuan jenis desinfektan hydrogen
peroksida dan formaldehyde disajikan pada
Tabel 1.
Kedua
jenis
desinfektan
tidak
berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap fertilitas
telur, berat tetas dan umur tetas telur ayam
Arab. Hal ini menunjukan bahwa desinfektan
tidak berhubungan langsung dengan fertilitas
telur. Akan tetapi penggunaan desinfektan
pada konsentrasi tinggi secara tidak langsung
akan menurunkan fertilitas. Efek utama
formaldehyde yang digunakan sebagai
desinfektan adalah menurunkan fertilitas telur
(Deeming, D.C., 1998). Desinfektan tidak
langsung mempengaruhi fertilitas, faktor yang
langsung mempengaruhi fertilitas adalah
kondisi semen, kandungan gizi pakan,
produksi telur, heretabilitas, rasio jantanbetina, iklim, kualitas kulit telur dan kondisi
130
Jurnal Protein
mesin tetas (North, M.O. and D.D. Bell,
1990).
Tabel 1. memperlihatkan bahwa
desinfektan meningkatkan dengan nyata
(P<0,05) terhadap daya tetas telur. Hal ini
dikarenakan desinfektan secara aktif akan
menekan jumlah mikroorganisme seperti
bakteri, jamur, protozoa dan virus yang dapat
menyebabkan penurunan daya tetas. Telur
yang bersih mempunyai daya tetas yang lebih
tinggi dibandingkan telur yang kotor, karena
telur yang kotor mengandung mikroorganisme
yang akan masuk kedalam telur pada proses
penetasan, sehingga menurunkan daya tetas
(Agus, G.T.K., K.A. Agus, A. Dinawati dan
U.T. Dipo, 2001). Faktor-faktor yang
langsung mempengaruhi daya tetas adalah
kondisi sperma, umur induk, kesehatan induk,
kandungan zat gizi pakan, produksi telur,
heretabilitas, rasio jantan betina, iklim, kualita
kulit telur dan kondisi mesin tetas (jumlah
mikroorganisme) (North, M.O. and D.D. Bell,
1990).
Berat tetas tidak dipengaruhi oleh jenis
desinfektan. Berat telur akan mempengaruhi
berat tetas. Berat telur ayam arab yang
ditetaskan dalam penelitian ini adalah
seragam sehingga menghasilkan berat tetas
yang sama (Mahfudz, L.D., 1998).
Rata-rata umur tetas pada penelitian ini
adalah termasuk normal (504 jam) dan tidak
dipengaruhi oleh jenis desinfektan. Karena
umur tetas lebih dipengaruhi oleh besar
kecilnya telur, temperature dan kelembaban
mesin tetas. Suhu sangat berpengaruh
terhadap lama penetasan telur. Tetapi
formaldehyde maupun hydrogen peroksida
meningkatkan daya tetas telur.
2. Pengaruh Jenis Desinfektan Terhadap
Normalitas, Omphalitis dan Daya Hidup
Anak Ayam
Pengaruh jenis desinfektan terhadap
kualitas (normalitas, omphalitis dan daya
hidup) anak ayam diperlihatkan pada Tabel 2.
Normalitas anak ayam hasil penetasan
rata-rata untuk T1, T2 dan T3 adalah 89,03;
92,98 dan 90,15%, secara statistik tidak
berbeda nyata (P>0,05). Hal ini menunjukan
bahwa bahan kimia yang dipakai untuk
desinfektan tidak berpengaruh negatif
terhadap perkembangan embrio. Desinfektan
dalam konsentrasi tinggi pada masa
Vol.13.No.2.Th.2006
Hidrogen Peroksida Sebagai Desinfektan Pengganti Gas Formaldehyde
perkembangan embrio dapat menyebabkan
abnormalitas (Ensminger, M.E., 1992). Sifat
racun pada desinfektan dapat ditekan dengan
konsentrasi desinfektan yang tepat. Pada
penelitian ini baik jenis maupun konsentrasi
desinfektan
yang
digunakan
tidak
mempengaruhi
perkembangan
embrio
ditunjukan dengan abnormalitas anak ayam
(North, M.O. and D.D. Bell, 1990).
Omphalitis atau infeksi tali pusar
merupakan salah satu tanda efektivitas
desinfektan yang digunakan dalam proses
penetasan. Penggunaan formaldehyde dan
hydrogen peroksida dapat menekan terjadinya
omphalitis walau tidak berbeda nyata. Hal ini
disebabkan karena masa aktif desinfektan
yang relative singkat menyebabkan mikroba
berkembang kembali (North, M.O. and D.D.
Bell, 1990).
Penguapan yang terjadi pada proses
penetasan berupa air, CO2, amoniak
menyebabkan
menurunnya
aktivitas
desinfektan (Mahfudz, L.D, 1998).
Pengamatan daya hidup dilakukan
dengan memelihara anak ayam hasil
penetasan sampai umur 1 minggu. Hasil uji
statistik menunjukan bahwa desinfektan tidak
berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap daya
hidup anak ayam. Artinya jenis desinfektan
dan
dosis
yang
digunakan
tidak
mempengaruhi kemampuan hidup anak ayam
paska penetasan. Beberapa penyakit pada
breeder farm mempengaruhi perkembangan
embrio, daya tetas dan kualitas anak ayam,
sehingga menyebabkan infeksi pada hasil
tetas, kematian dan anak ayam menjadi lemah
(North, M.O. and D.D. Bell, 1990).
3. Pengaruh Desinfektan Terhadap Rerata
Koloni Bakteri dan Kapang
Pengaruh desinfektan terhadap rerata
koloni bakteri dan kapang pada hari ke 1, 7,
14 dan 21 diperlihatkan pada Tabel 3.
Tabel 3 memperlihatkan bahwa
desinfektan menurunkan dengan nyata
(P<0,05) koloni bakteri dan kapang. Namun
jenis desinfektan yaitu formaldehyde dan
hydrogen peroksida tidak menunjukan
perbedaan yanga nyata (P>0,05). Hal ini
menunjukan bahwa baik formaldehyde
maupun hydrogen peroksida mempunyai
daya bunuh kuman yang cukup baik pada
proses penetasan.
Desinfektan dapat membunuh atau
menghambat pertumbuhan bakteri dan kapang
dengan
cara
menghidrolisis
atau
menggumpalkan protein bakteri dan kapang,
yang merupakan konstituen dari protoplasma.
Protein yang telah menggumpal tidak akan
berfungsi lagi, akibatnya bakteri dan kapang
mengalami kematian. Gas formaldehyde
mudah menyusup dan mempunyai daya
bunuh kuman tinggi. Hidrogen peroksida
berbentuk cair mudah terurai menjadi air dan
oksigen, dan oksigen sangat mudah
mengadakan oksidasi sehingga membunuh
kuman (Ensminger, M.E., 1992).
Tabel 3 juga memperlihatkan bahwa
waktu pengambilan sample juga berpengaruh
nyata (P<0,05) meningkatkan koloni bakteri
dan kapang. Koloni bakteri dan kapang pada
pengambilan sample pada hari ke-1, ke-7, ke14 dan ke-21 masing-masing menunjukan
perbedaan yang nyata (P<0,05) meningkat.
Bakteri dan kapang yang hidup pada medium
yang sesuai untuk pertumbuhannya akan
berbiak, sehingga jumlah populasinya akan
meningkat dalam waktu yang relative pendek.
Setiap 20 menit bakteri dan kapang akan
mengadakan divisio, jika faktor-faktor
luarnya seperti media, kelembaban, pH dan
temperatur memungkinkan. Pada proses
penetasan,
baik
temperature
maupun
kelembaban sangat sesaui dengan kebutuhan
bakteri dan kapang, sehingga bakteri dan
kapang yang hidup pada proses penetasan
akan berkembang biak dengan cepat
(Mahfudz, L.D., 1998). Jumlah bakteri dalam
mesin tetas sangat berpengaruh terhadap daya
tetas telur, daya tetas telur yang tidak
dilakukan fumigasi sebesar 62,25%, nyata
(P<0,05) meningkat menjadi 73,30% dengan
desinfektan formaldehyde dan 70,90% pada
hydrogen peroksida.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Desinfektan tidak mempengaruhi fertiltas,
umur tetas, omphalitis dan daya hidup.
2. Pada proses penetasan perlu dilakukan
desinfeksi untuk meningkatkan daya tetas.
3. Hidrogen peroksida dapat sebagai pengganti
formaldehyde pada penetasan telur
131
Mahfuds
Saran
Saran yang dapat diberikan adalah hydrogen
peroksida dapat menggantikan formaldehyde
untuk desinfeksi proses penetasan.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, G.T.K., K.A. Agus, A. Dinawati dan U.T.
Dipo. 2001. Mesin Tetas. Cetakan 1. Agromedia
Pustaka, Jakarta.
Deeming, D.C. 1998. Food Microbiology. 4th Ed.
Tata McGraw-Hill Book Company, Singapore.
Ensminger, M.E. 1992. Poultry Science. 3rd Ed.
Interstate Publisher Inc. Illinois.
132
Jurnal Protein
Mahfudz, L.D. 1998. Manajemen Penetasan Telur
Unggas.
Fakultas
Peternakan
Universitas
Diponegoro
North, M.O. and D.D. Bell. 1990. Commercial
Chicken Manual. 4th Ed. Avi Publishing Company
Inc. West Port, California.
Soetisna, A. 1999. Pengantar Farmakologi dan
Toksikologi. Fakultas Kedokteran Hewan Institut
Pertanian Bogor (tidak diterbitkan).
Widjaja, H. 2004. Derajat aksi germisida pada
berbagai mikroorganisme. Elanco Field Research.
Buletin 23: 30 – 32.
Vol.13.No.2.Th.2006
Hidrogen Peroksida Sebagai Desinfektan Pengganti Gas Formaldehyde
Lampiran.
Tabel 1. Fertilitas dan Daya, Berat dan Umur Tetas
Perlakuan
Variabel
Kelompok
Penelitian
T0
T1
I
86,66
80,00
Fertilitas (%)
II
83,33
86,66
III
76,66
83,33
Rerata
82,22
83,33
I
61,54
70,83
Daya Tetas (%)
II
60,00
73,07
III
65,21
76,00
Rerata
62,25a
70,28b
I
32,08
32,12
Berat Tetas (g)
II
32,19
32,10
III
32,16
32,22
Rerata
32,14
32,15
I
496,08
496,55
Umur Tetas (jam) II
496,08
472,38
III
492,06
497,05
Rerata
494,06
488,66
Rerata
Kelompok
82,22
82,21
81,10
81,85
67,54
67,02
71,07
68,00
32,10
32,15
32,18
32,14
498,65
490,97
497,88
495,84
T2
80,00
76,66
83,33
80,00
70,27
68,00
72,00
73,30 b
32,11
32,14
32,17
32,15
503,33
504,46
504,55
504,11
Keterangan: Superskrip berbeda pada baris yang sama menunjukan perbedaan yang nyata (P<0,05)
Tabel 2. Normalitas, Omphalitis dan Daya Hidup Anak Ayam
Perlakuan
Variabel
Kelompok
Penelitian
T0
T1
I
93,75
100,00
Normalitas (%)
II
80,00
84,21
III
93,33
94,73
Rerata
89,03
92,98
I
6,67
0,00
Omphalitis (%)
II
8,34
6,25
III
0,00
0,00
Rerata
5,00
2,08
I
93,33
100,00
Daya Hidup (%)
II
91,66
93,75
III
100,00
100,00
Rerata
94,99
97,91
T2
88,23
93,33
88,88
90,15
0,00
6,25
6,25
4,16
100,00
93,75
93,75
95,83
Rerata
Kelompok
93,99
85,84
92,31
90,71
2,22
6,94
2,08
3,74
97,77
93,05
97,91
96,24
Tabel 3. Rerata Koloni Bakteri dan Kapang pada Hari Pengamatan yang Berbeda
Waktu Pengambilan Sample (hari)
Parameter
Perlakuan
H1
H7
H14
H21
--------------------------- koloni -------------------------Koloni Bakteri
T1
4,99
18,06
24,16
29,12
T2
3,68
7,85
14,22
22,84
T3
3,69
6,68
17,30
25,44
Rerata
4,12a
10,86b
18,56c
25,80d
Koloni Kapang
T1
1,90
4,10
10,30
24,70
T2
1,30
2,10
8,10
20,80
T3
1,80
1,80
7,50
16,30
Rerata
1,30a
2,70b
8,90c
20,60d
Keterangan
:
Super script yang berbeda
perbedaan yang nyata (P<0,05)
pada
baris
atau
kolom
yang
sama
Rerata
19,08a
12,15b
13,28b
14,83
10,30a
8,30b
6,60b
8,40
menunjukan
133
Download