LOKASI DAN PENATAAN RUANG PENETASAN

advertisement
PENETASAN AYAM
Lokasi hatchery biasanya terletak dalam kawasan farm, jika
berada diluar farm sebaiknya tidak terlalu jauh, karena terkait
dengan resiko transportasi telur tetas.
1. Dekat dengan customer
2. Mempunyai prasarana transportasi (jalan) yang baik
3. Dekat dengan sumber telur tetas
Kapasitas mesin tetas dalam hatchery ada yang kapasitas kecil
(1.000-5.000 butir), sedang (10.000-50.000 butir), bsar (
lebih dari 50.000 butir). Merk dagang mesin tetas : Chick
master, Jamesway, Horizon, dll. Peralatan mesin tetas terdiri
dari : Setter, hatcher, peralatan : troli, egg tray, kotak untuk
hatcher, alat candling, boks karton, power spray.
Inkubator dibagi menjadi dua bagian yaitu setter (ruang pengeram)
dan hatcher (ruang penetas). Pemisahan tersebut dimaksudkan
untuk :
1. Untuk mengisolasi ruangan dari kotoran, debu, bulu halus,
mikroorganisme.
2. Setelah pull chick, hatcher langsung dibersihkan tanpa
menggangu setter
3. Temperatur dan kelembaban setter, berbeda dengan hatcher
4. Hatcher mempunyai rak tempat telur yang berbeda dengan
hatcher. Rak telur pada hatcher dapat menampung doc yang
baru menetas.
Bangunan Hatchery
Sebelum dibangun hatchery, perlu dibuat rencana ruangan , dengan
tujuan :
1. Memberikan pelayanan, agar dihasilkan doc dengan kualitas
baik
2. Mempertimbangkan kapasitas mesin yang akan dipakai
3. Mempertimbangkan lahan yang tersedia
4.
Memfasilitasi alur kerja sesuai dengan rogram biosecurity
Untuk mendapatkan efisiensi yang tinggi, dan memudahkan
sanitasi penempatan ruang penetasan menganut one way system
(telur berjalan satu jalur), dari ruang bersih ke ruang kotor.
1. Ruang Fumigasi
Telur dai farm langsung masuk ruang ini, dan difumigasi dengan
kekuatan 1-3 kali. Sopir hanya boleh mengantar sampai pintu.
2. Ruang seleksi ulang
Sesudah difumigasi, telur diseleksi ulang, meliputi :
Keutuhan kerabang, berat, kebersihan, bentuk, keadaan
kerabang (halus, kasar). Setelah seleksi telur dimasukan ke egg
try setter.
3. Ruang Egg holding
Telur yang tidak langsung dimasukan ke setter, dimasukan ke
cold room. Dalam ruang ini menganut one first one out.
4. Ruang pre heating. Kurang lebih 6-8 jam sebelum dimasukan ke
setter, telur dikeluarkan dari ruang penyimpanan pada suhu 22
derajad C, ruang ini berdekatan dengan ruang penetas.
Tujuannya agar suhu secara bertahap naik, sehingga telur tidak
mengalami shok fisiologis.
5. Ruang penetas (setter dan hatcher)
Ruang setter dan hatcher sebaiknya berpasangan, tetapi sanitasi
juga harus terjaga. Pemindahan telur dari setter ke hatcher
harus mudah dilakukan. Pada ruang hatcher juga diletakan mejameja untuk candling., dengan cahaya yang kuat. Lantai hatcher
dan setter dibuat dari bahan kedap air (keramik)
supaya kelembaban terjaga. Ukuran ruang tergantung dengan
skala penetasan. Pada depan setter dan hatcher diberi saluran
air tertutup sehingga pada waktu mencuci hatcher kotor bida
mengalir.
Jarak antara setter dan hatcher ada jarak 3 m, yang berguna untuk
sirkulasi udara. Jarak mesin dengan dinding sekitar 60 cm. Untuk
penetasan 1.000 butir telur ruang inkubator perlu kecepatan udara
57 m 3 per jam dan hatcher 370 m3 per jam.
6. Ruang penanganan anak ayam
Digunakan untuk seleksi doc, potong paruh, vaksinasi mareks,
packing. Temperatur optimal ruang 22 derajad C dan
kelembaban 60%.
7. Ruang pencucian
Setelah anak ayam menetas dan rak-rak telur dari setter ke
hatcher, rak telur harus dibersihkan. Pencucian dilakukan dengan
detergen, dan didesinfektan.
8. Ruang penyimpanan material : untuk menyimpan bok, suku
cadang mesin.
9. Ruang administrasi penetasan : administrasi pencatatan telur,
doc, daya tetas, dll
10. Ruang karyawan
Untuk menjaga sanitasi karyawan penetasan dilarang keluar masuk
ruang penetasan, sehingga perlu disediakan ruang makan, ruang
istirahat dan kamar kecil.
Menentukan waktu setting :
Sebelum telur disetting dalam setter, perlu direncanakan rencana
waktu menetas (sore, pagi, malam), karena dihubungkan dengan
waktu pull chick dan pengiriman DOC. Idealnya DOC sampai agen
12 jam setelah menetas. Waktu menetas telur rata-rata 500 jam
(495-508 jam), tergantung ukuran telur, lama simpan, strain,
kesehatan dan umur induk.
Misalnya : Rencana pull chick pukul 16.00 sore, tanggal 25 Junimaka setting dilakukan : 5 Juni (20 hari x 24 jam ) = 480 jam, +
20 jam, sehingga pukul 20.00 WIB.
Menyusun Telur Tetas : telur tetas yang akan disusun dalam egg
try setter, disusun berdasarkan urutan yang paling lama dalam
cooling room. Setiap kereta setter hendaknya memuat telur tetas
dari ayam yang umurnya sama dari satu kandang. Setiap egg try
diberi nomor kandang, flock, asal breeding, tanggal produksi.
Menentukan rencana Pull Chick (Turun ayam)
Penentuan rencana pull chick disarkan pada kemampuan
hatcher, permintaan pelanggan. Rencana pull chick dapat
dilakukan seminggu sekali, seminggu dua kali atau setiap 10
hari sekali. Contoh : Mesin setter mempunyai jumlah kereta
tray sebanyak 12 buah. Jika rencana pull chick seminggu dua
kali, maka selama 21 hari akan terjadi 6 kali pull chick, berarti
setiap setting adalah 2 kereta egg tray. Jika setiap minggu
akan ada pull chick berarti setiap setting ada 4 egg tray.
Pengoperasian Mesin Tetas
Keberhasilan penetasan dalam inkubator dipengaruhi beberapa
faktor : temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, posisi dan
pembalikan telur (turning), candling, setter dan hatcher.
Temperatur Penetasan :
Embrio akan tumbuh jika diinkubasikan dalam suhu ideal.
Mesin setter mempunyai temperatur stabil 37,3-38,3 derajad
C (98,6-100,4 derajad F), idealnya 99,5 derajad F. Jika
temperatur di bawah standard akan menyebabkan
pertumbuhan embrio terhambat,. Jika temperatur terlalu
tinggi akan menyebabkan kematian embrio. Untuk mengatur
agar suhu dalam setter stabil biasanya digunakan termostat.
Menentukan kelembaban :
Kelembaban (RH) dalam setter sampai umur 18 hari sekitar 5060%. Kelembaban yang terlalu rendah akan menyebabkan
evaporasi telur berjalan cepat,. Pada kelembaban yang tinggi akan
menghambat evaporasi telur. Kehilangan berat telur selama di
setter (18-19 hari) sebesar 10,5%. Ketika telur berada di hatcher
kelembaban dinaikan secara bertahap menjadi 65 % dan pada saat
puncak telur tetas menetas dinaikan menjadi 75% diikuti
penurunan suhu hatcher 0,3-1,0 derajad C.
Mengatur Ventilasi :
Ventilasi pada inkubator berfungsi untuk menyediakan
oksigen dan mengeluarkan CO2 hasil metabolisme. Telur
akan menetas dengan baik jika kandungan oksigen
inkubator sekitar 21%, atau sekitar 8,5 m3 udara oer 1000
butir tlur perjam pada temperatur udara 24-7 derajad C.
Daya tetas akan menurun 5% setiap penrunan O2 sebanyak
5%. Gas CO2 yang dapat ditoleransi sebesar 0,5%.
Kandungan C)2 udara lebih dari 2% sudah menurunkan daya
tetas.
Mengatur posisi telur dan memutar telur (turning)
Pada bagian ujung telur yang tumpul, terdapat air cell (rongga
udara). Rongga udara tersebut pada telur yang baru saja dihasilkan
berukuran kecil, dan melebar sesuai dengan umur telur. Embrio
akan berkembang dengan posisi kepala mendekati kantong udara
pada hari 15-16 pengeraman. Karena diakhir penetasan
kebutuhanoksigen meningkat, kepala embrio akan membuka
kerabang melalui kantong udara. Jika bagian tumpul dibalik, kan
menurunkan daya tetas sampai 10%.
Turning (pembalikan telur ) dalam setter sebanuak 3-5 kali setiap hari
sampai umur 18 hari. Tujuan turning untuk mencegah agar embrio
tidak menempel di membrane shell. Pemutaran dilakukan dengan
mengubah posisi telur dengan derajad kemiringan 30-45 derajad.
Candling dan tarnsfer telur
Pada saat umur telur dalam setter sudah mencapai 18 hari,
dilakukan candling (peneropongan) untuk menentukan telur fertil
dan infertil. Candling untuk mengetahui fertilitas dari setiap
flock.
Telur fertil dipindahkan, kedalam tray hatcher kemudian
dimasukan ke hatcher hingga menetas.
Pull Chicks
Proses pemindahan DOC dari hatcher disebut pull chick. DOC
dapat diturunkan jika
doc sudah kering, kemudian dibawa
keruang seleksi. Alat pull chick adalah meja pull chickm, sexer,
tong sampah, doc afkir,
Seleksi dan Grading :
Dimaksudkan untuk memilih doc yang bisa dijual (salable chick)
dan doc afkir. DOC afkir adalah doc yang cacat seperti kaki tiga,
mata buta, bulu gunduk, paruh bengkok, lumpuh, kaki kering,
omphalitis, DOC yang bagus langsung imasukan dalam boks,
setiap boks berisi 102 ekor.
Vaksinasi Marek’s
Sebelum dikrim ke peternak, doc harus divaksin marek’s, biasanya
memakai kombinasi marek’s rispent dan HVT.
Penanganan Sampah hatchery
Jika daya tetas telur sebesar 85%, berarti limbah penetasan terdiri
15% telurtidak menetas dan ayam afkir, bulu, kerabang telur.
Limbah tersebut segera dikeluarkan dari hatchery, bulu-bulu halus
dibersihkan dengan vacuum cleaner, kemudian disemprot dengan
power spray dilanjutkan dengan desinfeksi.
Pengiriman DOC (Chick Delivery)
DOC dipacking dengan jumlah per boks 102 ekor, kemudian
disimpan diruang pengiriman (delivery room). Pengiriman pada
pagi hari atau sore hari, dengan tujuan untuk menghindari suhu
yang panas karena akan menyebabkan dehidrasi. Alat
transportasi dilengkapi dengan kipas, dan transportasi tidak
lebih dari 12 jam. Setiap pengiriman dilengkapi data tanggal
menetas, berat doc, doc ekstra, sexer.
Faktor-faktor yang mempengaruhi daya tetas
Daya tetas (hatchabililty) dipengaruhi oleh beberapa faktor :
1. Tingkat fertilitas
Fertilitas telur tergantung dari kemampuan ayam jantan membuahi
ayam betina. Disamping kesehatan pejantan, perbandingan ayam
jantan dan betina perlu diperhatikan. Perbandingan yang ideal antara
jantan dan betina pada ayam petelur 1:11, sedang pada broiler 1: 8.
Fertilitas juga dipengaruhi oleh umur induk, kegemukan betina, lama
penyimpanan telur, pakan defisien vitamin A,B, C atau E dan parent
stock mengalami sakit atau stress
2. Genetik
Daya tetas setiap strain berbeda-beda. Beberapa faktor genetik yang
mempengaruhi daya tetas adalah :
a. In-breeding : persilangan dari ayam dengan kedekatan keturunan
tanpa diiukti seleksi yang baik akan menurunkan daya tetas.
b. Cross breeding dan incrossbreeding : persilangan bibit murni atau
persilangan antar bibit murni akan menghasilkan daya tetas yang
baik.
c. Gen lethal dan semi lethal : adalah gen yang menyebabkan
kematian
embrio
selama
inkubasi
d. Produksi telur: ayam dengan produksi telur tinggi memiliki
daya tetas tinggi dibanding ayam dengan produksi rendah.
3. Nutrisi : Telur adalah cadangan makanan bagi embrio, sehingga
harus mengandung nutrien yang diperlukan oleh embrio untuk
tumbuh sempurna. Induk breeder harus mendapat nutient yang
cukup dan lengkap. Beberapa nutrien yang berpengaruh terhadap
daya tetas adalah vitamin dan mineral (mn)
4. Penyakit : telur tetas yang berasal dari induk yang sehat akan
menghasilkan daya tetas telur yang tinggi. Beberapa penyakit
yang mempengaruhi daya tetas adalah pullorum, penyakit
pernapasan karena mycoplasma.
5.Seleksi telur tetas : sifat fisik telur yang mempengaruhi daya
tetas adalah ukuran telur, bentuk telur, kualitas kerabang dan
kualitas bagian dalam telur.
Pengaruh defisiensi nutrien terhadap daya tetas
Defisiensi
Pengaruhnya
Vitamin A
Kegagalan pembentukan sistem peredaran darah dan
malposisi
Vitamin D3
Ricket, ayam kerdil (stunted) dan tulang lunak
Vitamin E
Penurunan fertilitas, pembengkakan mata, embrio mati pada
umur 1-3 hari inkubasi
Vitamin K
Koaguasi darah lebih lama, sindrom perdarahan pada embrio
dan anak ayam waktu menetas
Riboflavin
Mortalitas yang tinggi pada anak ayam, menurunkan daya tetas
Asam
pantotenat
Pertumbuhan bulu tidak normal, terjadi perdarahan bawah
kulit embrio dan ayam menetas kondisinya lemah
Biotin
Perosis pada tulang kaki, sayap, kerangka tubuh memendek
dan berpilin
Mangan
Abnormalitas rangka, edema dan pertumbuhan terhambat
Kerjakan soal berikut :
Suatu hatchery ingin menghasilkan doc 200 boks/minggu, seminggu
rencana pull chick dua kali. Jika daya tetasnya 85% jelaskan
bagaimana jumlah telur dan cara mensetting telur kedalam hatcher,
jika pull chick pertama kali akan dilaksanakan tanggal 1 Agustus 2011
Pekerjaan dikirim ke- alamat : [email protected], paling lambat
Sabtu 25 Juni 2011.
Download