PENDAHULUAN Latar Belakang Amonia adalah senyawa kimia dengan rumus NH3. Amonia termasuk gas alkalin yang tidak berwarna, lebih ringan dari udara, dan punya aroma khas yang tajam. Amonia saat ini dijadikan sebagai bahan baku pupuk, abu soda, asam nitrat, nilon, plastik, pencelup, karet dan bahan peledak. Amonia memiliki sumbangan penting bagi keberadaan nutrisi di bumi, amonia sendiri adalah senyawa kaustik dan dapat merusak kesehatan. Administrasi Keselamatan dan Kesehatan Pekerjaan Amerika Serikat memberikan batas 15 menit bagi kontak dengan amonia dalam gas berkonsentrasi 35 ppm, atau 8 jam untuk 25 ppm. Kontak dengan gas amonia berkonsentrasi tinggi dapat menyebabkan kerusakan paru-paru dan bahkan kematian [1]. Sekalipun amonia di AS diatur sebagai gas tak mudah terbakar, amonia masih digolongkan sebagai bahan beracun jika terhirup, dan pengangkutan amonia berjumlah lebih besar dari 3.500 galon (13,248 L) harus disertai surat izin [2]. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah piranti yang dapat mendeteksi gas amonia agar terhindar dari bahaya gas tersebut. Salah satu bentuk dari piranti tersebut ialah berupa sensor. Sensor gas amonia bermacam-macam, salah satunya ialah menggunakan material polimer konduktif seperti polianilin. Polianilin (PANI) merupakan salah satu bahan polimer yang sering diteliti karena mudah disintesis dan mudah dalam proses doping [3]. Polianilin memiliki sifat yang sangat unik yaitu dapat mengalami perubahan sifat optik dan listrik yang dapat balik (reversible) melalui reaksi redoks dan dopingdedoping atau protonasi-deprotonasi [4]. Polianilin bisa dianggap sebagai sebuah polimer konduktif di bawah kondisi tertentu, seperti pada saat dikenai cahaya UV, panas atau penambahan dopant yang cocok pada polimer [5]. Piranti berbasis polimer konduktif menunjukkan potensi untuk aplikasi seperti sebagai sensor untuk mendeteksi uap bermacam-macam gas [6], sebagai baterai sekunder [7] dan LED [8]. Proses polimerisasi anilin dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya yaitu polimerisasi dengan metode kimia biasa dan polimerisasi dengan cara elektrokimia [9]. Dalam penelitian ini digunakan polimerisasi dengan cara kimia biasa dengan penambahan dopant HCl. Diharapkan dengan adanya polianilin yang bersifat konduktif dapat mendeteksi uap gas amonia. Tujuan Penelitian Membuat lapisan polianilin sebagai sensor gas amonia dan menguji sensitivitas serta responsivitas lapisan polianilin tersebut. Hipotesa Semakin besar konsentrasi gas uji amonia (NH3) maka resistansi lapisan tipis polianilin (PANI) semakin rendah. Manfaat Penelitian Memberikan informasi tentang respon bahan Polianilin (PANI) terhadap gas amonia (NH3). TINJAUAN PUSTAKA A. Material Polianilin (PANI) Secara umum material polianilin terdiri atas molekul-molekul berbentuk cincin benzenoid dan quinoid yang dihubungkan satu sama lain oleh atom nitrogen melalui ikatan amin dan imin. Rumus bangun polianilin [10] diperlihatkan pada Gambar 1. Polimer ini juga dapat dituliskan sebagai [(-B-NH-B-NH-)x(-B-N=Q=N-)1-x]n, dengan B menunjukkan (C6H5NH2) dan Q adalah (C6H5N). Gugus satuan polimer ini terdiri atas gugus tereduksi (-B-NH-B-NH-) yaitu di bagian kiri Gambar 1, dan gugus teroksidasi (-B-N=Q=N-) di sebelah kanannya. Besaran x dengan nilai 0 < x < 1 adalah faktor reduksi [10] yang menunjukkan fraksi gugus quinoid dalam polimer. Jika x = 1, semua gugus berada dalam keadaan tereduksi, sehingga polianilin mempunyai rumus molekul (-B-NH-B-NH-BNH-B-NH-)n yang disebut leucoemeraldine dan berwarna kuning transparan. Untuk x = 0, gugus polimer dalam keadaan teroksidasi, menghasilkan rumus molekul (-B-N=Q=N-BN=Q=N-)n, disebut pernigraniline dan menunjukkan warna biru. Apabila x = 0.5, gugus berada dalam setengah tingkat teroksidasi yang menghasilkan polimer dengan struktur molekul [(-B-NH-B-NH-)-(B-N=Q=N-)]n yang disebut emeraldine base dan menampakkan warna hijau [11]. a b Gambar 1 Rumus bangun polianilin, (a) Gugus PANI yang tereduksi (b) Gugus PANI yang teroksidasi. Gambar 2 Reaksi protonasi (PANI-EB berubah menjadi PANI-ES melalui reaksi oksidasi dengan HCl) dan deprotonasi (PANI-ES dikembalikan menjadi PANI-EB melalui reaksi reduksi dengan NH4OH) polianilin [12]. Polianilin (PANI) berdasarkan sifat listriknya dibagi menjadi dua yaitu polianilin konduktif dan polianilin isolatif. Berdasarkan tingkat oksidasinya, polianilin dapat disintesis dalam beberapa bentuk isolatifnya yaitu leucomeraldine base (LB) yang tereduksi penuh, emeraldine base (EB) yang teroksidasi setengah, nigraline base (NB) yang 75% teroksidasi dan pernigranilin base (PB) yang teroksidasi penuh [13]. Dari empat bentuk ini, EB yang paling stabil dan juga paling luas diteliti karena konduktivitasnya dapat diatur dari 10-10 S/cm hingga 100 S/cm melalui proses doping, sedangkan bentuk LB dan PB tidak dapat dibuat konduktif. Bentuk EB dapat dibuat konduktif dengan proses doping asam protonik seperti HCl, dimana proton-proton ditambahkan ke situs-situs –N=, sementara jumlah elektron pada rantai tetap. Bentuk konduktif dari EB disebut emeraldine salt (ES). Perubahan bentuk dasar EB menjadi ES melalui reaksi oksidasi dengan asam-asam protonik seperti HCl, sebaliknya bentuk ES dapat dikembalikan menjadi bentuk EB melalui reaksi reduksi dengan agen reduktan seperti NH4OH. Kedua proses ini disebut juga proses protonasi-deprotonasi atau dopingdedoping. Kedua bentuk emeraldine memiliki sifat listrik yang berkebalikan dimana EB merupakan bentuk isolatif dan ES merupakan bentuk konduktif. Derajat konduktivitas emeraldine ini bergantung pada tingkat/konsentrasi dopant yang diberikan, yaitu jumlah proton (H+) yang dimasukkan ke dalam struktur emeraldine [4]. Polianilin bisa disintesis dengan menggunakan metode kimia dan elektrokimia. Sintesis lain dengan kebalikan polimerisasi emulsi, polimerisasi plasma dan polimerisasi autokatalis [14]. Sintesis kimia bisa dilakukan dengan menggunakan monomer anilin, asam dan oksidan. Asam yang biasa digunakan adalah asam klorida (HCl) dan asam sulfat (H2SO4). Sebagai oksidan biasa digunakan ammonium peroksodisulfat ((NH4)2S2O8), potassium dichromate (K2Cr2O7), cerium sulfate (Ce(SO4)2), sodium vanadate (NaVO3), potassium ferricyanide (K3(Fe(CN)6), potassium iodate (KIO3) dan hydrogen peroxide (H2O2) [14]. Secara umum emeraldine berwarna hijau yang konduktivitasnya dalam tingkat semikonduktor pada orde 100 S/cm, ordenya melebihi polimer secara umum (<10-9 S/cm) tetapi lebih rendah dari jenis logam (>104 S/cm). PANI terprotonasi, (seperti hidroklorid) ES yang berwarna hijau berubah menjadi EB nonkonduktif yang berwarna biru ketika diuji dengan ammonium hidroksida [15]. Tabel 1 Perbedaan Bentuk PANI [14]. Nama Lengkap Leucomeraldine Base Emeraldine Base Nigraline Base Pernigraline Base Emeraldine Salt (1-y) 0 0.5 0.75 1 0.5 Kondisi Redoks Terreduksi penuh Teroksidasi setengah 75% teroksidasi Teroksidasi penuh Terreduksiteroksidasi setengah Konduktivitas -1 (S.cm ) Warna Yellow or transparen <10 -5 <10 -5 Deep Blue <10 -5 Blue Purple <10 -5 Purple ~15 Green Jika pada polianilin diberi doping HCl yang akan menyebabkan protonasi sehingga menghasilkan pembawa muatan polaron maka jumlah pembawa muatan akan meningkat karena sumbangan pembawa muatan dari dopant, dengan demikian arus yang mengalir akan meningkat pula [16]. B. Gas Amonia (NH3) Sintesis amonia langsung dari hidrogen dan nitrogen yang untuk skala komersial pertama kali dirintis oleh Haber & Bosch tahun 1913 yaitu dengan kapasitas 30 metrik ton perhari di pabrik Badische Anilin und Soda Fabrik (BASF) di Ludwigshafen-Oppau Jerman. Proses tersebut menggunakan peralatan dengan kondisi operasi tekanan dan temperatur tinggi dengan katalis besi berpromotor yang sampai sekarang masih digunakan sebagai katalis sintesis amonia. Antara tahun 1930-1950, penekanan pembuatan amonia ada pada bidang pembangkitan gas sintesis. Cadangan batubara di Eropa jadi bahan utama bagi pembuatan amonia saat itu. Industri pembuatan amonia di Amerika Utara juga bergantung sepenuhnya terhadap cadangan gas alam. Tahun 1963 merupakan tahun dimana teknologi terbesar dalam pembuatan amonia digunakan. Pabrik Monsanto oleh The MW Kellog Company menandai digunakannya kompresor sentrifugal yang terintegrasi penuh dengan sistem utilitas. Inovasi ini adalah batu loncatan ke arah pembangunan pabrik-pabrik amonia terintegrasi berskala besar (berkapasitas 907 – 1500 ton per hari) yang dibangun pada tahun 1970. Amonia yang digunakan secara komersial dinamakan amonia anhidrat. Istilah ini menunjukkan tidak adanya air pada bahan tersebut. Karena amonia mendidih di suhu -33 °C, cairan amonia harus disimpan dalam tekanan tinggi atau temperatur amat rendah. Walaupun begitu, kalor penguapannya amat tinggi sehingga dapat ditangani dengan tabung reaksi biasa di dalam sungkup asap. "Amonia rumah" atau amonium hidroksida adalah larutan NH3 dalam air. Konsentrasi larutan tersebut diukur dalam satuan baumé. Produk larutan komersial amonia berkonsentrasi tinggi biasanya memiliki konsentrasi 26 derajat baumé (sekitar 30 persen berat amonia pada 15.5 °C). Amonia yang berada di rumah biasanya memiliki konsentrasi 5 hingga 10 persen berat amonia [17]. Gambar 3 Struktur NH3. C. Sensor Gas Amonia (NH3) Sensor adalah suatu piranti yang mengubah besaran (isyarat/energi) fisik menjadi besaran fisik lain, dalam hal ini pengubahan ke dalam bentuk besaran elektrik. Sensor gas amonia dapat digunakan dalam bermacam-macam aplikasi seperti teknologi pangan, tanaman-tanaman, diagnosa medis dan untuk perlindungan terhadap kesehatan lingkungan. Sensor gas amonia bermacammacam, diantaranya sensor gas amonia dengan menggunakan bahan tembaga phtalocyanine (CuPc) dengan teknik pengendapan LB (Langmuir-Blodgett) di atas mikroelektrode sehingga berbentuk suatu piranti sensor: jika permukaan endapan film dari piranti sensor ini dikenai gas amoniak maka akan terjadi perubahan kekonduksian listrik terhadap perubahan waktu pengamatan [18], sensor gas amonia jenis AF, sensor gas amonia dengan menggunakan endapan MoO3: jika permukaan endapan film dari piranti sensor ini dikenai gas amonia maka akan terjadi perubahan karakteristik kristal dari MoO3 tersebut. Dalam penelitian ini sensor gas amonia yang digunakan ialah berbasis polianilin. Sensor gas sebagian besar bekerja dengan semakin tinggi konsentrasi gas maka resistansinya semakin rendah. D. Sensor Gas Amonia berbasis Polianilin Sistem sensor polianilin termasuk dalam bagian sensor semikonduktor, dimana resistansi semikonduktor dipengaruhi oleh adanya gas seperti NH3. Dari keempat bentuk isolatif polianilin yaitu leucomeraldine base (LB), emeraldine base (EB), nigranilin base (NB) dan pernigranilin base (PB), yang dapat dibuat menjadi konduktif ialah hanya bentuk EB saja. Bentuk EB dapat dibuat konduktif dengan proses doping asam protonik seperti HCl. Bentuk EB yang konduktif ini yang akan digunakan sebagai material sensor yang akan dideposisikan pada substrat PCB. Sehingga ketika permukaan pasta polianilin dari piranti sensor ini dikenai gas amonia maka akan terjadi perubahan resistansi yaitu semakin tinggi konsentrasi gas amonia yang mengenai pasta polianilin tersebut maka resistansinya akan semakin rendah. Pada sebuah sensor terdapat beberapa parameter seperti sensitivitas, range, resolusi, linieritas, dan response time. Sensitivitas dapat didefinisikan sebagai perbandingan perubahan output sensor terhadap perubahan input, range ialah nilai maksimum dan minimum dari parameter yang digunakan yang dapat diukur, resolusi ialah kemampuan mendeteksi perubahan kenaikan terkecil dari parameter input yang dapat dideteksi pada signal output, linieritas ialah perubahan input yang menyebabkan perubahan output secara proporsional (linier), dan response time: sebuah sensor tidak mengalami perubahan keadaan output dengan segera ketika sebuah perubahan parameter input terjadi. BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2009 hingga Juli 2009 bertempat di laboratorium Fisika Material, Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanan Bogor. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sensor tegangan, sensor tekanan, tabung reaksi, multimeter, baterai 9 volt, syringe dan kamar gas. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah micro