PENGARUH ASAM HUMAT DAN KOMPOS AKTIF UNTUK

advertisement
PENGARUH ASAM HUMAT DAN KOMPOS AKTIF UNTUK
MEMPERBAIKI SIFAT TAILING DENGAN INDIKATOR
PERTUMBUHAN TINGGI SEMAI
Enterolobium cyclocarpum Griseb dan Altingia excelsa Noronhae
ATU BADARIAH FAUZIAH
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
PENGARUH ASAM HUMAT DAN KOMPOS AKTIF UNTUK
MEMPERBAIKI SIFAT TAILING DENGAN INDIKATOR
PERTUMBUHAN TINGGI SEMAI
Enterolobium cyclocarpum Griseb dan Altingia excelsa Noronhae
ATU BADARIAH FAUZIAH
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan
pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
ABSTRAK
ATU BADARIAH FAUZIAH. E44051480. Pengaruh Asam Humat dan Kompos
Aktif Untuk Memperbaiki Sifat Tailing Dengan Indikator Pertumbuhan Tinggi
Semai Enterolobium cyclocarpum Griseb dan Altingia excelsa Noronhae. Dibimbing
oleh Dr. Ir. Basuki Wasis, MS dan Dr. Ir. Yadi Setiadi, M.Sc
PT. Antam Tbk UBPE Pongkor merupakan perusahaan yang bergerak di
bidang pertambangan. Penambangan emas tersebut meninggalkan limbah berupa
tanah bekas penambangan (rock-dump) dan tanah bekas pengolahan (tailing).
Tailing merupakan salah satu bentuk limbah yang diproduksi dalam jumlah
banyak pada kegiatan pertambangan emas, yaitu sekitar 2500 ton per hari
Beberapa karakter yang biasa terdapat pada tailing diantaranya yaitu
mengandung logam seperti Pb, Zn, dan Fe dengan konsentrasi yang sangat tinggi,
yaitu sebesar 1535.40 ppm, rendahnya kandungan hara esensial, KTK (kapasitas
tukar kation) rendah, kandungan bahan organik dan aktivitas mikroorganisme juga
rendah. Tailing juga berpotensi menurunkan tingkat kesuburan tanah dan
menyebabkan keracunan bagi tanaman sehingga sulit bagi tanaman untuk tumbuh.
Revegetasi menjadi kegiatan yang mutlak dilakukan pada lahan bekas
penambangan. Namun seringkali upaya revegetasi menghadapi kendala yang
cukup berat. Aplikasi kompos aktif dan asam humat pada tailing diharapkan dapat
meningkatkan kualitas tailing sebagai media tanam dalam rangka meningkatkan
pertumbuhan tanaman.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh asam humat dan
kompos aktif dalam memperbaiki sifat kimia tailing sebagai media tanam,
mengetahui apakah pemberian asam humat dan kompos aktif dapat menurunkan
Kandungan Pb, Zn, dan Fe, serta mengetahui pengaruh penambahan asam humat
dan kompos aktif dalam memperbaiki sifat kimia tailing dengan indikator
pertumbuhan tinggi semai Enterolobium cyclocarpum Griseb dan Altingia excelsa
Noronhae
Penelitian ini dilaksanakan di Tailing dam PT. Antam Tbk UBPE Pongkor
pada bulan Desember 2008-Maret 2009. Pada penelitian ini menggunakan
rancangan acak lengkap 3 faktorial, yaitu media, asam humat, dan dosis pupuk
NPK.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penambahan asam humat dan
kompos aktif mampu memperbaiki sifat kimia tailing sehingga dapat
meningkatkan kandungan hara bagi tanaman. Pemberian kompos aktif yang
ditambahkan dengan asam humat tanpa pemberian pupuk merupakan kombinasi
perlakuan yang paling berpengaruh terhadap petambahan tinggi sengon buto.
Perlakuan media, asam humat dan dosis pupuk NPK tidak memberikan pengaruh
nyata terhadap pertumbuhan rasamala. Akan tetapi interaksi dari ketiga perlakuan
tersebut memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi rasamala.
Kata Kunci : Tailing, Asam humat, Kompos aktif, Enterolobium cyclocarpum,
Altingia excelsa.
ABSTRACT
ATU BADARIAH FAUZIAH. E44051480. The Use of Humic Acid and Active
Compos To Repair The Tailing Characteristic With High Growth Indicator
Enterolobium cyclocarpum Griseb. and Altingia excelsa Noronhae. Under
Supervision Dr. Ir. Basuki Wasis, MS and Dr. Ir. Yadi Setiadi, MSc
One of cause that doing by people that can make degradation forest is
mining operation, is about damaged vegetation and degradation of soil physical,
chemistry and biology characteristic. PT Antam Tbk UBPE Pongkor is mining
operation company. The gold mining had to leave sink like soil after mining
(rock-dump) and tailing produce. Tailing is one of sink produce in some of in gold
mining operation, that is about 2.500 ton/day.
Some characteristic is there on tailing is about contain the metal like Pb,
Zn and Fe with high concentrate, low of essencial hara contain, low KTK, low of
organic material contain, and low of microorganism activity. Tailing can decrease
soil fertility and can be toxic by the plant, so the plant can not growth. So it
needed to repair / rehabilitation that disturbance land by mining operation. The
application of humic acid and compos active in tailing is hoped can increase
tailing quality as plant media in plant growth increasing.
The purpose of this research is to know influence of humic acid and
compos active treatment in rehabilitation chemical characters of tailing on tailing
media. To know what the humic acid and compos active treatment can decrease
Pb, Zn, and Fe concentrate. And to get effect of add of humic acid and compos
active to rehabilitation chemical characters on tailing seeding Enterolobium
cyclocarpum Griseb dan Altingia excelsa Noronhae with growing indicator
This research has done in Tailing dam PT Antam Tbk UBPE Pongkor on
December 2008 – March 2009. This research by using complete randomised
experimental design which consist 3 factorial, where that is media, humic acid,
and NPK manure dosis.
The result this research show that add of humic acid and compos active
can repair tailing chemistry characteristic, so can increase hara contain for the
plant. Add of humic acid and compos active without NPK manure is the best
treatment combination that very influence for sengon buto growth. Media, humic
acid and NPK manure dosis treatment is not significant influence for rasamala
growth. But the interaction from the third treatment give the significant influence
for rasamala growth.
Key words : Tailing, humic acid, compos active, Enterolobium cyclocarpum,
Altingia excelsa.
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Asam
Humat dan Kompos Aktif untuk Memperbaiki Sifat Tailing dengan Indikator
Pertumbuhan
Tinggi
Semai
Enterolobium
Cyclocarpum
Griseb
dan
Altingia Excelsa Noronha adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan
bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah
pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Bogor, Juni 2009
Atu Badariah Fauziah
NRP E44051480
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Penelitian
: Pengaruh Asam Humat dan Kompos Aktif untuk
Memperbaiki
Sifat
Tailing
dengan
Indikator
Pertumbuhan Tinggi Semai Enterolobium cyclocarpum
Griseb dan Altingia excelsa Noronhae
Nama
: Atu Badariah Fauziah
NRP
: E44051480
Menyetujui:
Ketua,
Anggota,
Dr. Ir. Basuki Wasis, MS
NIP. 19651002 199103 1 003
Dr. Ir. Yadi Setiadi, MSc
NIP. 19551205 198003 1 004
Mengetahui,
Dekan Fakultas Kehutanan
Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr
NIP. 19611126 198601 1 001
Tanggal Lulus :
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur tercurah bagi Allah SWT yang telah melimpahkan
segala Rahmat, Hidayah, dan Ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
Skripsi ini disusun untuk mendapatkan gelar Sarjana Kehutanan
Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Dalam
skripsi ini penulis membahas tentang Pengaruh Asam Humat dan Kompos Aktif
untuk Memperbaiki Sifat Tailing dengan Indikator Pertumbuhan Tinggi Semai
Enterolobium cyclocarpum Griseb dan Altingia excelsa Noronhae
Keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan,
pengarahan, bantuan, dan doa dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua Orang Tua dan adik tercinta yang tiada hentinya selalu mendoakan.
Serta keluarga yang selalu memberikan dukungan, semangat, do’a, dan
motivasi
2. Dr. Ir. Basuki Wasis, MS selaku Dosen Pembimbing. Terima kasih atas
bimbingan, perhatian, dan segala bantuan yang telah Bapak berikan.
3. Dr. Ir. Yadi Setiadi, Msc selaku Dosen Pembimbing atas arahan, masukan,
bimbingan dan semangat yang diberikan kepada penulis.
4. Bapak Abimanyu D.Nusantara, yang senantiasa memberikan masukan dan
informasi selama berlangsungnya penelitian hingga penulisan skripsi
5. Bapak Irwan Supaito selaku Asisten Manager Lingkungan PT Antam Tbk
UBPE Pongkor. Terima kasih atas segala bantuan dan kesempatan yang telah
diberikan.
6. Bapak Yadi dan rekan-rekan PT Antam Tbk UBPE Pongkor Terima kasih atas
segala bantuannya selama penelitian berlangsung
7. Priyo Suprayogi, terima kasih atas support dan sebagai pemberi semangat,
masukan, saran, kritik serta hiburan selama penulis menyelesaikan skripsi ini
8. Kumala Club (Hilda, Yuli, Tatik, Muzi, Retha, dan Fidry) yang telah
memberikan keceriaan, pertemanan dan masukan serta kritikan kepadaku
9. Rekan-rekan mahasiswa Silvikultur angkatan 42, yang memberikan bantuan
dalam proses penelitian.
10. Mas Genta Hariangbanga, S.T. dan mas Hendrik Terima kasih atas bantuan
dan ilmu yang telah diberikan
11. Serta semua pihak yang telah membantu, baik langsung maupun tidak
langsung. Terima kasih.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
segala masukan sangat diharapkan guna menghasilkan karya yang lebih baik di
masa yang akan datang.
Bogor, Juni 2009
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 8 September 1987.
sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan
A. Fauzi dan Sunengsih. Adapun riwayat pendidikan penulis
mengikuti sekolah dasar di SDN. Dr. Semeru 4 Bogor dari
tahun 1993 sampai 1999, sekolah lanjutan tingkat pertama di
SLTP Negeri 6 Bogor dari tahun 1999 sampai 2002, sekolah
menengah umum di SMU Negeri 5 Bogor dari tahun 2002 sampai 2005. Pada
tahun 2005 penulis melanjutkan ke perguruan tinggi Institut Pertanian Bogor
melalui jalur Ujian Seleksi Mahasiswa IPB (USMI) Selama duduk dibangku
kuliah, penulis aktif dalam organisasi kemahasiswaan, yaitu himpunan profesi
(himpro) Tree Grower Community (TGC) sebagai Ketua Divisi Informasi dan
Komunikasi pada tahun kepengurusan (2006-2007), dan sebagai Anggota Divisi
Project pada tahun kepengurusan (2007-2008). Semasa perkuliahan, penulis juga
dipercaya untuk menjadi asisten praktikum mata ajaran Dendrologi dan Pengaruh
hutan semester ganjil tahun ajaran 2008/2009.
Penulis telah menyelesaikan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH)
yang bertempat di KPH Banyumas Barat, KPH Banyumas Timur, Penulis juga
telah menyelesaikan Praktek Pembinaan Hutan di Hutan Pendidikan Gunung
Walat. Dan telah menyelesaikan Praktek Kerja Profesi di PT. Antam Tbk UBPE
Pongkor, Bogor selama 2 bulan.
Untuk menyelesaikan studi pada program pendidikan Sarjana Kehutanan
di Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, penulis
melakukan penelitian tentang Pengaruh Asam Humat dan Kompos Aktif untuk
Memperbaiki Sifat Tailing dengan Indikator Pertumbuhan Tinggi Semai
Enterolobium cyclocarpum Griseb dan Altingia excelsa Noronhae dibawah
bimbingan Dr. Ir. Basuki Wasis, MS dan Dr. Ir. Yadi Setiadi, M.Sc
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ..................................................................................
i
DAFTAR ISI.................................................................................................
iii
DAFTAR TABEL..........................................................................................
v
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
vi
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................
vii
BAB I
BAB II
BAB III
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang ....................................................................
1
1.2
Tujuan .................................................................................
2
1.3
Manfaat ...............................................................................
2
1.4
Hipotesis..............................................................................
2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tailing..................................................................................
3
2.2
Kendala Revegetasi Lahan Tambang..................................
3
2.3
Bio-organik..........................................................................
3
2.3.1 Asam humat ..............................................................
4
2.3.2 Kompos aktif..............................................................
5
2.4
Karakteristik Sengon Buto dan Rasamala
.
2.4.1 Sengon Buto (Enterolobium cyclocarpum Griseb)....
5
2.4.2 Rasamala (Altingia excelsa Noronha).......................
6
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ..............................................
7
3.2
Alat dan Bahan Penelitian...................................................
7
3.3
Prosedur Kerja.....................................................................
7
3.3.1 Tahapan sebelum penanaman ...................................
7
3.3.2 Tahapan penyiapan media tanam .............................
9
3.3.3 Tahapan penanaman.................................................
10
3.3.4 Tahapan pemeliharaan dan pengamatan tanaman....
10
3.4
Pengumpulan Data dan Parameter Sifat Kimia Tanah
yang dianalisis....................................................................
11
3.5
Rancangan Percobaan ........................................................
11
3.6
Analisia Data......................................................................
12
BAB IV
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN...........................
13
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1
HASIL
5.1.1
Karakteristik Media................................................
5.1.2
Pertumbuhan Tinggi Enterolobium cyclocarpum
5.1.3
5.2
Griseb ..................................................................... .
17
Pertumbuhan Tinggi Altingia excelsa Noronha.....
20
PEMBAHASAN
5.2.1
Karakteristik Media ............................................ ...
5.2.2
Perubahan Karakteristik Tailing dengan adanya
Penambahan Asam humat dan Kompos Aktif. ....
5.2.3
5.2.4
BAB VI
14
22
23
Pertumbuhan Tinggi Semai E.cyclocarpum Umur
14 mst......................................................................
28
Pertumbuhan Tinggi Semai A. excelsa 14 mst …..
32
KESIMPULAN DAN SARAN..................................................
36
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................
38
LAMPIRAN..................................................................................................
41
DAFTAR TABEL
No.
Halaman
1.
Karakter media tanam tailing; campuran tailing dan asam humat;
Campuran tailing, kompos aktif dan asam humat.................................. 16
2.
Rata-rata pertumbuhan tinggi semai E.cyclocarpum umur 14 mst pada
berbagai perlakuan ................................................................................ 17
3.
Sidik ragam pengaruh media, asam humat dan pupuk NPK
terhadap pertumbuhan tinggi semai Sengon buto umur 14 mst ............ 19
4.
Pengaruh jenis media terhadap pertumbuhan tinggi semai Sengon buto
umur 14 mst........................................................................................... 19
5.
Pengaruh pemberian pupuk terhadap pertumbuhan tinggi semai
Sengon buto umur 14 mst ...................................................................... 19
6.
Interaksi antara media, asam humat, dan pupuk terhadap pertumbuhan
tinggi semai Sengon buto umur 14 mst.................................................. 20
7
Rata-rata pertumbuhan tinggi semai E.cyclocarpum umur 14 mst pada
berbagai perlakuan ................................................................................ 20
8
Sidik ragam pengaruh perlakuan media, asam humat dan
pupuk NPK terhadap pertumbuhan tinggi semai rasamala umur
14 mst ..................................................................................................... 21
DAFTAR GAMBAR
No.
Halaman
1.
Cara pengambilan sampel tailing......................................................
8
2.
Cara pengambilan top soil.................................................................
9
3.
Pertumbuhan tinggi semai E. Cyclocarpum umur 14 mst.................
18
4.
Pertumbuhan tinggi semai A. excelsa umur 14 mst............................ 21
5.
Peningkatan unsur Nitrogen dan C-Organik pada media top soil +
asam humat, tailing + asam humat, tailing + kompos aktif, dan
tailing + asam humat + kompos aktif ...............................................
24
6.
Perubahan KTK dan unsur makro pada media top soil + asam humat,
tailing + asam humat, tailing + kompos aktif, dan tailing +
asam humat + kompos aktif .............................................................. 25
5.
Penurunan kandungan Pb, Zn, dan Fe pada media top soil + asam
humat, tailing + asam humat, tailing + kompos aktif, dan tailing +
asam humat + kompos aktif ..............................................................
26
6.
Sengon buto yang ditanam pada media tailing murni, tailing + asam
humat, tailing + asam humat + pupuk NPK 10 gram pada umur
14 mst ................................................................................................ 28
7.
Pertumbuhan Rasamala pada umur 4 mst .........................................
32
8.
Rasamala pada umur 14 mst pada media tailing, tailing +
kompos aktif, dan pada media tailing + top soil ...............................
34
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Halaman
1.
Lay out penelitian.................................................................................. 42
2.
Data pengukuran E. cyclocarpum ......................................................... 43
3.
Data pengukuran A. excelsa .................................................................. 47
4.
Hasil analisis tailing.............................................................................. 51
5.
Kriteria penilaian sifat kimia tanah ....................................................... 53
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
PT. Antam Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor merupakan
perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan dan pengelolaan emas.
Penambangan emas tersebut meninggalkan limbah berupa tanah bekas
penambangan (rock-dump) dan tanah bekas pengolahan (tailing). Tailing
merupakan salah satu bentuk limbah yang di hasilkan dalam jumlah banyak pada
kegiatan pertambangan emas. Jumlah tailing yang dihasilkan oleh PT Antam Tbk
mencapai 2.500 ton per hari.
Beberapa karakter yang biasa terdapat pada tailing diantaranya, yaitu
mengandung logam seperti Pb, Zn, dan Fe dengan konsentrasi yang sangat tinggi,
yaitu sebesar 1.535,40 ppm, rendahnya kandungan hara esensial, KTK (kapasitas
tukar kation) rendah, kandungan bahan organik dan aktivitas mikroorganisme juga
rendah. Tailing juga berpotensi menurunkan tingkat kesuburan tanah dan
menyebabkan keracunan bagi tanaman, sehingga sulit bagi tanaman untuk
tumbuh.
Revegetasi menjadi kegiatan yang mutlak dilakukan pada lahan bekas
penambangan, namun seringkali upaya revegetasi menghadapi kendala yang
cukup berat. Untuk meningkatkan keberhasilan revegetasi pada lahan yang
didominasi tailing, dibutuhkan jenis tanaman yang mampu beradaptasi dan upayaupaya perbaikan seperti memperbaiki kembali sifat fisik tanahnya, dan
meningkatkan aktivitas mikroba tanah.
Berbagai macam formula asam humat dan kompos dikembangkan untuk
meningkatkan kemampuannya memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
Bio-organik merupakan kompos aktif yang telah diperkaya dengan bio-activator
yang merupakan cairan organik mengandung campuran enzim, asam amino,
hormon serta berbagai unsur hara mikro esensial (Green Earth Trainer 2006).
Aplikasi bio organik dan asam humat pada tailing diharapkan dapat meningkatkan
kualitas tailing sebagai media tanam dalam rangka meningkatkan pertumbuhan
tanaman.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut:
1.
Mengetahui pengaruh asam humat dan kompos aktif dalam memperbaiki
sifat kimia tailing sebagai media tanam;
2.
Mengetahui apakah pemberian asam humat dan kompos aktif dapat
menurunkan Kandungan Pb, Zn, dan Fe;
3.
Mengetahui pengaruh penambahan asam humat dan kompos aktif dalam
memperbaiki sifat kimia tailing dengan indikator pertumbuhan tinggi semai
Enterolobium cyclocarpum Griseb dan Altingia excelsa Noronha.
1.3 Manfaat Penelitian
Upaya dalam memperbaiki sifat tailing, dapat meningkatkan keberhasilan
program revegetasi pada lahan yang didominasi tailing.
1.4 Hipotesis
Beberapa hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah:
1.
Pemberian asam humat dan kompos aktif dapat memperbaiki sifat kimia
media tailing;
2.
Pemberian asam humat dan kompos aktif pada media tailing dapat
menurunkan Pb, Zn, dan Fe;
3.
Penambahan asam humat dan kompos aktif dapat meningkatkan
pertumbuhan semai E.cyclocarpum dan A.excelsa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tailing
Penambangan emas menghasilkan sisa pengolahan bahan tambang atau
sering disebut tailing, yaitu berupa bubuk batuan yang berasal dari batuan mineral
yang telah digerus sedemikian rupa hasil pemisahan tembaga, emas dan perak di
pabrik pengolahan (Boul 1981).
Sifat fisik tailing yang merupakan masalah bagi pertumbuhan tanaman
adalah tekstur, agregasi dan struktur, densitas dan infiltrasi, kompaksi, daya
pegang dan stabilitasnya. Menurut USDA ukuran partikel tailing relatif kecil dan
seragam berupa pasir halus berukuran 0,25-0,10 mm. Selain itu, sifat kimia tailing
seperti status hara yang rendah, kandungan logam berat seperti Cd, Hg, Pb, As
yang dapat menyebabkan kerusakan pada lingkungan (Williamson 1982).
2.2 Kendala Revegetasi Lahan Tambang
Kendala utama dalam melakukan aktivitas revegetasi pada lahan-lahan
terbuka pasca penambangan adalah kondisi lahan yang tidak mendukung
(marginal) bagi pertumbuhan tanaman. Kondisi ini secara langsung akan
mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Untuk mengatasi masalah ini, maka sifatsifat fisik, kimia dan biologi tanah terlebih dahulu perlu diketahui, sehingga
penanganannya (soil amandement) dapat dengan tepat bisa dilakukan (Green
Earth Trainer 2007).
Kondisi tanah yang kompak karena pemadatan dapat menyebabkan
buruknya sistem tata air (water infiltration and percolation) dan aerasi (peredaran
udara) yang secara langsung dapat berdampak negatif terhadap fungsi dan
perkembangan akar. Akar tidak dapat berkembang dengan sempurna dan
fungsinya sebagai alat absorpsi unsur hara akan terganggu. Akibatnya tanaman
tidak dapat berkembang dengan normal, tetapi pertumbuhannya tetap kerdil dan
merana (Green Earth Trainer 2007).
2.3 Bio organik
Bio organik merupakan hasil fermentasi bahan organik secara aerob
maupun anaerob. Adapun produk yang dihasilkan berupa padatan atau cairan
(Setiadi 2009. Komunikasi Pribadi). Bahan dasar yang digunakan dalam
pembuatan bio organik adalah kotoran sapi. Kotoran sapi sebagai sumber
mikroba yang dapat digunakan untuk menghancurkan selulosa, hemi selulosa
dan lignin yang ada pada bahan organik.
Dibandingkan dengan produk organik lain, bio organik selain dapat
meningkatkan, produktifitas dan kualitas hasil pertanian, perkebunan dan
pertumbuhan tanaman kehutanan, produk ini juga dapat memperbaiki
kesuburan tanah, serta pemakaiannya aman bagi lingkungan. Produk ini juga
popular digunakan untuk merehabilitasi lahan-lahan paska tambang yang
kondisi lahannya marginal (Hariangbanga 2008).
Produk bio-organik dapat memberikan banyak manfaat diantaranya:
1. Pembenah lahan paska tambang
Dengan pemberian bio-organik dapat membantu dalam pemulihan lahan
paska tambang dan lahan marginal
2. Sebagai penyubur tanah
Bio-organik selain dapat mensuplai unsur makro dan mikro juga dapat
memperbaiki struktur tanah ke arah yang lebih remah, sehingga kondusif
untuk perkembangan akar.
3. Mengaktifkan miroba potensial
Keberadaan mikroba potensial seperti mikoriza, sangat diperlukan untuk
menjamin ketersediaan unsur hara secara kontinyu. Dengan bio-organik,
maka keberadaan mikroba potensial dapat terus dipertahankan.
4. Meningkatkan kapasitas tukar kation
Dengan bio-organik, KTK tanah secara bertahap dapat ditingkatkan,
sehingga selain tanah menjadi subur, juga dosis pemberian pupuk dapat
dikurangi.
2.3.1 Asam humat
Secara umum asam humat diyakini berasal dari dekomposisi lignin atau
karbohidrat tanaman yang membusuk. Asam humat biasanya kaya akan
karbon, yang berkisar antara 41 - 47%, namun bahan ini juga dapat
mengandung nitrogen dan bahan organik (Tan 1991; Robinson 1995).
Asam humat mempunyai peranan yang penting dalam menyokong
kehidupan mikroorganisme didalam tanah. Asam organik ini dapat
meningkatkan permeabilitas membran dan membantu memperlancar nutrisi
untuk menembus dinding sel, meningkatkan produksi klorofil dan
fotosintesis, menstimulasi hormon dan meningkatkan aktivitas enzim (Bio
Flora International Inc 1997).
Kemampuan asam humat dalam meningkatkan serapan hara juga
ditunjukkan
dalam
penelitian
Cooper
(1998)
menunjukkan
adanya
peningkatan penyerapan P pada tanaman Agrostis stolonifera L. Sementara
Olk dan Cassman (1995) menunjukkan bahwa pemberian asam humat dapat
menurunkan fiksasi kalium di tanah vermikulit, sehingga meningkatkan
ketersediaannya di dalam tanah.
Hasil penelitian Ayuso (1996) membuktikan bahwa penambahan asam
humat meningkatkan kemampuan penyerapan unsur hara makro (N, P, K)
tetapi banyaknya hara yang terserap berbeda untuk setiap unsurnya.
Proses aplikasi asam humat di bidang kehutanan adalah rehabilitasi
lahan pasca kebakaran, pembangunan hutan tanaman pada lahan marginal,
dan sistem pembibitan tanaman kehutanan (Anonim 2000).
2.3.2 Kompos aktif
Kompos aktif merupakan salah satu produk pupuk organik dengan
bahan dasar berupa kompos kotoran sapi ditambah arang sekam, fosfat alam
(rock phosphate) dan bio-activator. Bio-activator terbuat dari campuran
enzim, asam amino, hormon serta telah diperkaya dengan unsur hara esensial
untuk tanaman (Green Earth Trainer 2006).
2.4 Karakteristik Sengon Buto dan Rasamala
2.4.1 Sengon Buto (Enterolobium cyclocarpum Griseb.)
Berdasarkan penelitian Syarif (2008), disimpulkan bahwa sengon buto
terbukti merupakan tanaman yang toleran terhadap media tanam limbah tailing
yang terkontaminasi. Sengon buto masih dapat bertahan dan tumbuh pada
tanah limbah tailing walaupun tanpa diberi perlakuan pupuk NPK, karena
terbukti bahwa pemupukan NPK tidak berpengaruh nyata pada peningkatan
pertumbuhan dan produksi biomasa tanaman, setidaknya pada tahap anakan.
Akumulasi sianida pada sengon buto tidak meningkat dengan adanya
perlakuan pupuk NPK.
Berdasarkan
penelitian
Juhaeti
(2006),
menyimpulkan
bahwa
pemupukan dengan dosis yang tepat dapat membantu meningkatkan
pertumbuhan sengon buto yang ditanam di tanah tailing. Pemupukan dengan
dosis 2 g/pot menunjukkan hasil yang terbaik.
Sedangkan dalam penelitian Sudiana (2004), menyimpulkan bahwa
sengon buto yang diinokulasi dengan rhizobium dapat tumbuh baik pada
ekosistem lahan tailing. Penambahan bahan organik di lahan tailing mutlak
diperlukan untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang baik.
2.4.2 Rasamala (Altingia excelsa Noronha)
Rasamala merupakan unsur khas hutan basah campuran di perbukitan
dan pegunungan. Pohon ini sering tumbuh berkelompok dan dapat tumbuh
pada ketinggian 500-1.500 m dpl, dengan curah hujan sekurang-kurangnya
100 mm dalam bulan kering. Rasamala biasanya berasosiasi terutama dengan
jenis-jenis pohon Podocarpus dan Quercus. Ditanam pada jarak rapat, karena
pohon muda cenderung bercabang jika mendapat banyak sinar matahari.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lokasi tailing dam PT. ANTAM UPBE
Pongkor. Lokasi pengambilan sampel tanah top soil dilakukan di sekitar
pertambangan emas PT. ANTAM UPBE Pongkor tersebut. Penelitian ini
dilakukan selama 4 bulan dari bulan Desember 2008 sampai dengan Maret 2009.
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: sarung tangan, sprayer,
kaliper, penggaris, gelas ukur, sekop, alat tulis, saringan tanah berukuran 4 x 4
mm, meteran 100 m, ajir, tali rafia, cangkul, garpu tanah, timbangan, alat tulis,
tally sheet, kamera digital, dan komputer.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Tailing tambang emas
Pongkor, tanah top soil Pongkor, bibit sengon buto umur 3 bulan, bibit rasamala
umur 6 bulan, Asam humat (Humate Substance Complex), Bio-remedy, Kompos
aktif (Solid Remedy), rock fosfat dan pupuk NPK mutiara.
3.3 Prosedur Kerja
Sebelum melakukan penanaman, sampel tanah top soil dan tailing masingmasing diambil sebanyak 1 Kg untuk dianalisis. Tujuan dari analisis ini adalah
untuk mengetahui sifat kimia tanah. Analisis ini dilakukan sebelum perlakuan dan
dianalisis kembali setelah perlakuan. Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan
dalam penelitian ini sebagai berikut:
3.3.1 Tahapan sebelum penanaman
a. Bibit yang sudah dipersiapkan disiram dengan bio remedy sebelum tanam
sebanyak 2 kali. Bio remedy diencerkan terlebih dahulu, yaitu 1 liter
bio remedy dilarutkan dalam 200 liter air, dan diberikan 250 cc per bibit.
Hal ini bertujuan untuk mempercepat perkembangan akar.
b. Pengambilan sampel tanah top soil dan tailing pada lokasi penelitian
dilakukan. Mekanisme pengambilan tailing dan top soil ini menggunakan
metode yang dikembangkan oleh Balai Penelitian Tanah (2004). Adapun
cara pengambilan sampel tailing pada lokasi penelitian seperti Gambar 1.
3
2
50 m
1
5
4
20 m
Gambar 1 Cara pengambilan sampel tailing.
c. Mengukur luas lokasi yang akan digunakan, kemudian pada setiap sisi
diberi patok.
d. Mengukur jarak dari satu sisi ke tengah lalu ambil tengahnya, lalu ambil
tailing dari jarak tengah tersebut.
e. Membersihkan permukaan tailing dari rumput, batu, atau kerikil, dan sisasisa tanaman atau bahan organik segar atau serasah.
f. Mencangkul tailing tersebut sedalam 10 cm, kemudian diambil dengan
menggunakan sekop atau cangkul.
g. Mencampur dan mengaduk contoh tailing dari 5 titik tersebut dalam satu
tempat (ember atau hamparan plastik), kemudian ambil kira-kira 1 kg, dan
dimasukkan ke dalam kantong plastik (ini merupakan contoh tailing
komposit).
Mekanisme pengambilan sampel top soil, yaitu :
1. Membersihkan permukaan tanah dari rumput, batu, atau kerikil, dan sisasisa tanaman atau bahan organik segar atau serasah.
2. Mencangkul tanah tersebut sedalam 10 cm.
3. Mencampur dan mengaduk tanah tersebut 15 contoh dalam satu tempat
(ember atau hamparan plastik), kemudian ambil kira-kira 2 kg.
Gambar 2 Cara pengambilan top soil.
3.3.2 Tahapan penyiapan media tanam
a. Membuat lubang tanam dengan ukuran 40 cm x 30 cm x 40 cm
b. Tailing hasil galian lubang tanam, disimpan di samping kiri dan kanan
lubang tanam.
c. Setelah membuat lubang tanam selesai, dinding lubang tanam diberi
rock phospat sebanyak 300 gram, perlakuan ini diberikan pada semua
lubang tanam
d. Setelah diberi rock phospate, dinding lubang tanam disiram dengan asam
humat 250 cc yang terlebih dahulu dilarutkan dengan 100 liter air, akan
tetapi tidak semua lubang tanam disiram dengan asam humat, hal ini
berdasarkan perlakuan
e. Tailing hasil galian dicampur dengan 1 kg kompos aktif, cara mencampur
nya yaitu:
1. Tailing yang disimpan di samping kiri lubang tanam di campur dengan
500 gram kompos aktif.
2. Tailing yang disimpan di samping kanan lubang tanam di campur
dengan 500 gram kompos aktif.
f. Tailing hasil galian dicampur dengan 2 kg top soil, cara mencampurnya
yaitu:
1. Tailing yang disimpan di samping kiri lubang tanam di campur dengan
1 kg top soil.
2. Tailing yang disimpan di samping kanan lubang tanam dicampur
dengan 1 kg top soil.
g. Tailing hasil galian tidak dicampur (kontrol).
3.3.3 Tahapan penanaman
a. Dekat lubang tanam, bibit dalam polybag dibuka secara hati-hati agar
sistem perakarannya tidak rusak.
b. Tailing hasil campuran tersebut dimasukkan kembali kedalam lubang
tanam, kemudian bibit ditanam tegak lurus pada lubang tanam sedalam
leher akar dan akarnya tidak boleh terlipat.
c. Disekitar bibit yang telah ditanam diberi berbagai perlakuan, yaitu:
1.
Tidak diberi pupuk.
2.
Diberi pupuk NPK 5 gram.
3.
Diberi pupuk NPK 10 gram.
d. Setelah bibit masuk ke dalam lubang tanam, tailing sisa hasil campuran
dimasukkan kembali dan dipadatkan dengan menggunakan tangan.
e. Pada bibit yang telah ditanam, diberi ajir dan bibit diikatkan pada ajir
tersebut.
f. Setelah itu, bibit diberi berbagai perlakuan, yaitu:
1. Tidak di beri asam humat.
2. Diberi asam humat, yaitu 1 liter asam humat dilarutkan dengan 100
liter air, bibit disiram sebanyak 250 cc/lubang.
g. Setiap perlakuan memiliki ulangan sebanyak 5 kali dan dilakukan pada dua
jenis tanaman yaitu sengon buto dan rasamala.
h. Jarak tanam yang digunakan yaitu 2 m x 2 m.
i. Penempatan bibit dengan berbagai perlakuan dilakukan secara acak di
lapangan
3.3.4 Tahapan pemeliharaan dan pengamatan tanaman
a. Penyiraman semai dengan menggunakan asam humat yang terlebih dahulu
diencerkan dengan perbandingan 1 liter asam humat dengan 100 liter air,
dan asam humat yang diberikan 250 cc per bibit, penyiraman dilakukan
setiap 2 minggu, namun semai yang disiram dengan menggunakan asam
humat tidak semuanya, yaitu hanya semai yang mendapat perlakuan asam
humat saja.
b. Pengamatan terhadap kecepatan tumbuh tanaman pada lahan tailing,
dilakukan pengukuran terhadap tinggi pada hari pertama penanaman, dan
selanjutnya dilakukan pengukuran setiap 2 minggu. Pengukuran dilakukan
dengan menggunakan mistar mulai dari pangkal batang yang telah ditandai
hingga titik tumbuh pucuk semai.
3.4
Pengumpulan Data dan Parameter Sifat Kimia Tanah yang Dianalisis
Pengambilan data di lapangan dilakukan dengan cara mengamati secara
langsung dan pengukuran tinggi yang dilakukan dua minggu sekali. Parameter
yang dianalisis untuk sifat kimia tanah adalah: pH, C-organik, kejenuhan basa
(KB), logam Pb (timbal), Zn (seng), Fe (besi), N total, P, Ca, Mg, K, Na, dan
Kapasitas Tukar Kation (KTK).
3.5
Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3
faktor. Faktor pertama, yaitu media yang terdiri dari 3 taraf; faktor kedua, yaitu
Asam humat yang terdiri dari 2 taraf; dan faktor ketiga, yaitu dosis pupuk yang
terdiri dari 3 taraf. Masing-masing taraf perlakuan terdiri dari 5 ulangan, masingmasing ulangan terdiri dari satu tanaman. Perlakuan dalam percobaan sebagai
berikut:
Faktor I : Media Tanam
M0 = Tailing saja
M1 = Tailing dan kompos aktif
M2 = Tailing dan top soil
Faktor II : Asam humat
H0 = Tanpa diberi Asam humat
HI = Diberi Asam humat 1%, sebanyak 250 cc/ semai
Faktor III : Dosis pupuk NPK
P0 = Tanpa pupuk NPK
PI = Diberi pupuk NPK 5 gram
P2 = Diberi pupuk NPK 10 gram
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan pengukuran di lapangan
dianalisis dengan menggunakan rancangan percobaan, dimana dapat digambarkan
dalam model linear :
Yijkl = μ + Mi + Hj + Pk + (MH)ij + (MP)ik + (HP)jk + (MHP)ijk + εijk,
i = 1, 2, 3
j = 1, 2
k = 1, 2, 3
r = 1, 2, 3, 4, 5
dimana :
Yijk
= Nilai pengamatan pada faktor M (Media Tanam) taraf ke-i, faktor P
taraf ke-j dan ulangan ke-k
μ
= Nilai rata-rata umum
Mi
= Pengaruh utama faktor M (Media Tanam) pada taraf ke-i
Hj
= Pengaruh utama faktor H (Pemberian asam humat) pada taraf ke-j
Pk
= Pengaruh utama faktor P (Pemberian pupuk NPK) pada taraf ke-k
(MH)ij
= Pengaruh interaksi faktor M pada taraf ke-i dengan faktor H pada
taraf ke j
(MP)ik
= Pengaruh interaksi faktor M pada taraf ke-i dengan faktor P pada taraf
ke-k
(HP)jk
= Pengaruh interaksi faktor H pada taraf ke-j dengan faktor P pada taraf
ke-k
(MHP)ijk = Pengaruh interaksi faktor M pada taraf ke-i dengan faktor H pada
taraf ke-j dan faktor P pada taraf ke-k
εijk
= Pengaruh acak
3.6 Analisis Data
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan, dilakukan sidik ragam dengan ujiF. Data diolah dengan menggunakan perangkat lunak statistika SPSS. jika:
a.
F hitung < F tabel, maka perlakuan tidak memberikan pengaruh nyata
terhadap parameter tinggi
b.
F hitung > F tabel, maka perlakuan memberikan pengaruh nyata terhadap
parameter tinggi. Jika terdapat perbedaan yang nyata maka dilakukan uji
lanjut Duncan’s Multiple Range Test.
BAB IV
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
PT. Aneka Tambang Tbk berdiri sebagai sebuah lembaga dengan bentuk
Badan
Usaha
Milik
Negara
(BUMN)
dibawah
naungan
Departemen
Pertambangan dan Energi yang bergerak dibidang bahan-bahan galian tambang
batubara, emas, perak, timah dan minyak bumi. Kepemilikan tambang ini terbagi
menjadi dua komponen, yaitu 65% kepemilikan oleh Pemerintah RI dan 35%
kepemilikan oleh publik.
Ketinggian dari permukaan laut antara 400 – 1.800 m, dengan suhu
maksimum 330C dan minimum 220C, serta curah hujan tahunan mencapai ratarata 3.000-3.500 mm. Ditinjau dari segi topografi, wilayah cukup bervariasi yaitu
berupa daerah pegunungan di bagian selatan dan dataran rendah di sebelah Barat.
Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan mengenai perluasan
Taman Nasional, maka Tambang Emas Pongkor masuk kedalam kawasan Taman
Nasional Gunung Halimun. Lokasi Pertambangan Emas Pongkor termasuk pada
Zona Bogor Barat yang membentang di bagian tengah Jawa Barat. Luas Kuasa
Pertambangan (KP) 4.058 ha dengan rincian Kawasan Taman Nasional 105 ha,
Hutan Lindung 275 ha, Hutan Produksi 2.052 ha dan 1.635 ha merupakan tanah
milik di luar kawasan hutan. Lahan yang sudah dibuka dari pemilikan lahan
sampai tahun 2007 adalah seluas 126,26 ha atau sebesar 61% dan hanya 2% dari
luas Kuasa Pertambangan.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil
5.1.1
Karakteristik media
Media tumbuh merupakan tempat bagi perakaran tanaman untuk
berkembang dan menunjang bagian pucuk tanaman agar dapat tumbuh dengan
baik karena dari perakaran inilah tanaman memperoleh kebutuhan hara mineral
melalui proses penyerapan.
Karakteristik media tanam merupakan indikator yang sangat penting untuk
mengetahui tingkat kesuburan media yang akan digunakan. Selain itu juga untuk
menentukan bentuk modifikasi teknologi dalam meningkatkan kesuburan tanah.
Paparan secara deskriptif tentang perbedaan karakter media tailing murni serta
perubahan karakternya setelah adanya campuran tailing murni dengan top soil,
kompos aktif, dan asam humat dapat dilihat pada Tabel 1.
Berdasarkan hasil analisa karakteristik hara tailing (Tabel 1) tampak
bahwa tekstur tailing didominasi oleh fraksi pasir 35,12% dan debu 30,69%,
sedangkan kandungan liat pada tailing hanya 34,19%. Nilai Kapasitas Tukar
Kation (KTK) pada tailing tergolong rendah, yaitu hanya 8,90 me/100 g. Selain
itu sifat tailing bersifat asam, hal ini dapat terlihat dari pH nya, pada tailing pHnya mencapai 6,6. Kandungan C-organik cenderung rendah hanya 0,32%,
kandungan N-total sangat rendah 0,05%, unsur P hanya 10,5 ppm. Kandungan K
di dalam tailing pun hanya 0,10 me/100g. Kandungan Ca terlarut tinggi 18,38
me/100g, sedangkan kandungan Mg sebesar 1,21 me/100g. dan logam berat Pb
terlarut sebesar 3,51 ppm, sedangkan logam Pb total sebesar 165 ppm. Pada
tailing logam Fe bersifat racun, karena keberadaannya yang terlalu tinggi yaitu
sebesar 1.535,40 ppm.
Pemanfaatan Asam humat dan kompos aktif pada media tersebut telah
merubah karakter media tailing murni dengan terjadinya penurunan dominasi
debu, pH dan meningkatkan KTK, peningkatan kandungan C-organik dan N total
serta ketersediaan P dan penurunan kelarutan logam berat Pb serta logam Fe.
Perbaikan karakter ini ditemukan pada media tailing dan asam humat, tailing dan
kompos aktif, tailing dan top soil dan pada campuran media (tailing + kompos
aktif + asam humat).
Berdasarkan hasil penelitian Setyaningsih (2007), pada media tailing
Pongkor, adanya penambahan bio-organik mampu meningkatkan KTK sebesar
600% dan unsur hara seperti C-organik dan N-total masing-masing sebesar 400
dan 200%. Juga terjadi penurunan kadar logam Pb sebesar 21%. Penambahan
kompos aktif dapat meningkatkan kolonisasi cendawan mikoriza arbuskula dari
inokulan NPI 126 (Glomus etunicatum) dan kolonisasi cendawan mikoriza
arbuskula yang terbawa secara alami pada media tailing dan media campuran.
Penambahan kompos aktif dan inokulasi cendawan mikoriza arbuskula
dari inokulan mycofer dan NPI 126 dapat meningkatkan pertumbuhan semai
mindi pada media tailing dan campuran tanah tailing. Pertumbuhan semai mindi
terbaik apabila ditanam pada media tailing berkompos aktif dengan inokulasi
mycofer atau NPI 126.
Berdasarkan hasil penelitian Hariangbanga (2008), dengan adanya
penambahan bahan organik terjadi perubahan N dari 0,03% (tailing) menjadi
0,23% (bio-organik) dan 0,23% (bio-organik + asam humat). Hal yang sama
terjadi pada P, dari 0,9 ppm (tailing) menjadi 53,7 ppm (bio-organik) dan 81,0
ppm (bio-organik + asam humat), K dari 0,32 me/100 g (tailing) menjadi 0,99
me/100 g (bio-organik) dan 0,90 me/100 g (bio-organik + asam humat), Ca dari
2,34 me/100 g (tailing) menjadi 25,9 me/100 g (bio-organik) dan 31,2 me/100 g
bio-organik + asam humat), Mg dari 1,59 me/100 g (tailing) menjadi 4,65
me/100g (bio-organik) dan 4,82 me/100 g (bio-organik + asam humat).
Tabel 1 Karakter media tanam tailing; campuran tailing, top soil dan asam humat; campuran tailing dan asam humat; campuran tailing dan
kompos aktif; campuran tailing, kompos aktif dan asam humat
Sifat
Debu (%)
Liat (%)
Pasir (%)
pH
KTK
(me/100g)
C-org (%)
N-Total (%)
P (ppm)
K (me/100g)
Ca (me/100g)
Mg (me/100g)
Zn (ppm)
Pb (ppm)
Fe (ppm)
Tailing
%
+
%
Perubahan Kompos Perubahan
aktif
%
Perubahan
Tailing
+ Asam
humat
32.24
48.32
19.44
5.0
5.05
41.33
-44.65
-24.24
33.61
35.71
30.68
6.4
9.51
4.45
-12.64
-3.03
33.56
36.20
30.24
5.6
8.9
10.89
0.32
2.32
0.05
0.3
10.5
7.6
0.10
0.25
18.38
7.65
1.21
3.2
37.40
36.9
165.00 160.63
1535.40 1670.80
22.36
625.00
500.00
-27.62
150.00
-58.38
164.46
-1.34
-2.65
8.82
10.24
2.21
0.19
11.6
0.15
25.81
2.2
37.30
140.35
1479.60
15.06
590.63
280.00
10.48
50.00
40.42
81.82
-0.27
-14.94
-3.63
18.82
2.3
0.21
11.8
0.19
26.91
2.39
32.20
134.20
1475.20
Tailing
30.69
34.19
35.12
6.6
Top
soil +
HSC
Standar sifat
kimia tanah
Sumber :
Pusat
Penelitian
Tanah 1983
Tailing +
Kompos
aktif + Asam
humat
%
Perubahan
9.35
5.88
-13.90
-15.15
36.42
37.24
26.34
5.9
18.67
8.92
-25.00
-10.61
7
111.46
618.75
320.00
12.38
90.00
46.41
97.52
-13.90
-18.67
-3.92
19.38
2.53
0.25
11.2
0.2
28.46
3.41
32.4
120.61
1470.21
117.75
690.63
400.00
6.67
100.00
54.84
181.82
-13.37
-26.90
-4.25
17-25
2-3
0,21-0,5
16-25
21-40
6-10
1,1-2,0
10-300
2-200
50-250
16
5.1.2
Pertumbuhan Tinggi E. cyclocarpum
Pengamatan terhadap pertumbuhan tinggi semai E.cyclocarpum dilakukan
setiap 2 minggu sekali hingga minggu ke-14 setelah tanam. Hasil pengukuran
pertumbuhan tinggi pada 3 media, yaitu tailing, kompos aktif dan top soil dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Rata-rata pertumbuhan tinggi E. cyclocarpum umur 14 mst pada berbagai
perlakuan
Perlakuan
Tailing
Tailing
Tailing
Tailing
Tailing
Tailing
Tailing
Tailing
Tailing
Tailing
Tailing
Tailing
Tailing
Tailing
Tailing
Tailing
Tailing
Tailing
+ NPK 5 gram
+ NPK 10 gram
+ Asam humat
+ Asam humat + NPK 5 gram
+ Asam humat + NPK 10 gram
+ Kompos aktif
+ Kompos aktif + NPK 5 gram
+ Kompos aktif + NPK 10 gram
+ Kompos aktif + Asam humat
+ Kompos aktif + Asam humat + NPK 5 gram
+ Kompos aktif + Asam humat + NPK 10 gram
+ Top soil
+ Top soil + NPK 5 gram
+ Top soil + NPK 10 gram
+ Top soil + Asam humat
+ Top soil + Asam humat + NPK 5 gram
+ Top soil + Asam humat + NPK 10 gram
Rata-rata Pertumbuhan tinggi (cm)
5,42
6,06
7,50
7,12
8,00
8,88
8,72
9,98
10,56
11,10
12,08
11,14
7,10
7,64
8,02
8,22
9,20
11,90
Efisiensi (%)
0,0
11,8
38,4
31,4
47,6
63,8
60,9
84,1
94,8
104,8
122,9
105,5
31,0
41,0
48,0
51,7
69,7
119,6
Secara umum, semai E. cyclocarpum yang ditanam pada media tailing
murni pertumbuhannya lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan semai
E. cyclocarpum yang ditanam pada media campuran. Hal ini dapat disebabkan
dikarenakan adanya logam-logam berat yang terlarut, sehingga berakibat
peracunan pada tanah dan juga terjadinya defisiensi unsur-unsur lain yang
diperlukan bagi pertumbuhan tanaman, sehingga pertumbuhan tanaman tersebut
terhambat.
Efisiensi pertumbuhan yang paling tinggi, yaitu terdapat pada perlakuan
kompos aktif + asam humat + pupuk NPK 5 gram, hal ini disebabkan karena
kompos aktif secara tidak langsung berperan terhadap pertumbuhan sengon buto
melalui perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi media. Kompos aktif dapat
memperbaiki sifat fisik tanah dengan jalan memperbaiki struktur dan tekstur
tanah. Selain itu mampu menyediakan unsur-unsur hara makro dan mikro seperti
N, P, K, Ca, Mg, S, Mn, dan Cu. Efisiensi pertumbuhan yang paling tinggi pada
media top soil terdapat pada pada perlakuan top soil + asam humat + pupuk NPK
Tinggi (cm)
10 gram, hal ini disebabkan karena top soil mengandung mikroba yang cukup.
70.0
68.0
66.0
64.0
62.0
60.0
58.0
56.0
54.0
52.0
50.0
tailing
tailing + kompos aktif
tailing + top soil
0
2
4
6
8
10
12
14
Minggu Ke
Gambar 3 Pertumbuhan tinggi E. Cyclocarpum umur 14 mst.
Berdasarkan Gambar 3 dapat diketahui perkembangan tinggi semai
E. Cyclocarpum umur 14 mst, pertumbuhan E. Cyclocarpum yang paling baik
ditanam pada media tailing yang dicampur dengan kompos aktif. Pada minggu
pertama tinggi semai pada media tailing lebih tinggi daripada semai pada media
tailing + kompos aktif. Akan tetapi, pada akhir pengamatan tinggi semai pada
media tailing saja lebih rendah daripada tinggi semai pada media tailing + kompos
aktif.
Untuk mengetahui interaksi antara media, asam humat, dan dosis pupuk
NPK, dilakukan pengujian menggunakan taraf uji F 0,05. Hasil sidik ragam pada
Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan media dan asam humat memberikan
pengaruh yang sangat nyata terhadap pertumbuhan tinggi bibit pada taraf uji F
0,05; namun perlakuan dosis pupuk NPK dan interaksi antara media dan asam
humat, media dan pupuk NPK tidak berpengaruh nyata. Interaksi antara asam
humat dan pupuk NPK, interaksi antara media dan asam humat serta pupuk NPK
memberikan pengaruh yang nyata. Untuk mengetahui media yang terbaik maka
dilakukan uji Duncan (Tabel 4).
Tabel 3 Sidik ragam pengaruh media, asam humat dan pupuk NPK terhadap
pertumbuhan tinggi semai Sengon buto umur 14 mst
Perlakuan
db
JK
JKT
F
P
Media
2
2,575
1,288
44,34
0,000
Asam humat
1
0,584
0,584
20,11
0,000
Pupuk
2
0,102
0,051
1,76
0,179
Media*Asam humat
2
0,024
0,012
0,41
0,668
Media*Pupuk
4
0,124
0,031
1,07
0,378
Asam humat*Pupuk
2
0,188
0,094
3,23
0,045
Media*Asam humat*Pupuk
Galat
4
72
0,309
2,091
0,077
0,029
2,66
0,039
**
**
tn
tn
tn
*
*
Keterangan : * perlakuan berpengaruh nyata pada taraf uji F 0,05
** perlakuan berpengaruh sangat nyata pada taraf uji F 0,05
tn perlakuan tidak berpengaruh nyata pada taraf uji F 0,05
Pengaruh jenis media berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan
sengon buto, namun pertumbuhan tinggi dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Pengaruh jenis media terhadap pertumbuhan tinggi semai sengon buto
umur 14 mst
Media
Rata-rata pertumbuhan tinggi (cm)
Tailing (kontrol)
0,884 a
Top soil
1,006 b
Kompos aktif
1,288 c
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang tidak sama menunjukkan
pengaruh yang berbeda nyata berdasarkan uji lanjut Duncan pada
selang kepercayaan 95%
Tabel 5 Pengaruh pemberian pupuk terhadap pertumbuhan tinggi semai sengon
buto umur 14 mst
Dosis pupuk NPK
Rata-rata pertumbuhan tinggi (cm)
0 gram
1,027 a
5 gram
1,045 a
10 gram
1,106 a
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan pengaruh
yang tidak berbeda nyata berdasarkan uji lanjut Duncan pada selang
kepercayaan 95%
Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk NPK dengan dosis 0, 5,
dan 10 gram tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan
sengon buto; sedangkan interaksi antara media, asam humat dan pupuk NPK
terhadap pertumbuhan Sengon buto dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Interaksi antara media, asam humat, dan pupuk terhadap pertumbuhan
tinggi semai Sengon buto umur 14 mst
Interaksi
Rata-rata pertumbuhan tinggi (cm)
M0H0P0
0,678 a
M0H0P2
0,756 ab
M2H0P0
0,888 abc
M0H1P0
0,890 abc
M2H1P2
0,912 abcd
M0H0P1
0,944 bcde
M2H0P1
0,956 bcde
M0H1P1
1,000 bcde
M2H0P2
1,002 bcde
M0H1P2
1,036 cdef
M1H0P0
1,092 cdefg
M2H1P0
1,128 cdefg
M2H1P1
1,152
defg
M1H0P2
1,170
efgh
M1H1P1
1,260
fghi
M1H0P1
1,324
ghi
M1H1P2
1,394
hi
M1H1P0
1,488
i
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan pengaruh
yang tidak berbeda nyata berdasarkan uji lanjut Duncan pada selang
kepercayaan 95%
M0= Tailing, M1= Kompos aktif, M2= Top soil
H0= Tanpa diberi Asam humat, H1= diberi Asam humat
P0= Pupuk NPK 0 g, P1= Pupuk NPK 5 g, P2= Pupuk NPK 10 g
5.1.4 Pertumbuhan Tinggi A. excelsa
Pertumbuhan rasamala selama 14 Minggu Setelah Tanam dapat dilihat
pada Tabel 7.
Tabel 7 Rata-rata pertumbuhan tinggi semai A. excelsa umur 14 mst pada berbagai
perlakuan
P e r la k u a n
T a ilin g
T a ilin g + N P K 5 g r a m
T a ilin g + N P K 1 0 g r a m
T a ilin g + A s a m h u m a t
T a ilin g + A s a m h u m a t + N P K 5 g r a m
T a ilin g + A s a m h u m a t + N P K 1 0 g r a m
K o m p o s a k tif
K o m p o s a k tif + N P K 5 g ra m
K o m p o s a k tif + N P K 1 0 g r a m
K o m p o s a k tif + A s a m h u m a t
K o m p o s a k tif + A s a m h u m a t + N P K 5 g r a m
K o m p o s a k tif + A s a m h u m a t + N P K 1 0 g r a m
T o p so il
T o p so il + N P K 5 g ra m
T o p so il + N P K 1 0 g r a m
T o p so il + A s a m h u m a t
T o p so il + A s a m h u m a t + N P K 5 g r a m
T o p so il + A s a m h u m a t + N P K 1 0 g ra m
R a ta -r a ta tin g g i a k h ir ( c m )
0 ,6 5
0 ,9 0
1 ,0 0
1 ,3 5
1 ,5 5
1 ,6 0
1 ,7 5
1 ,9 5
2 ,2 0
2 ,3 5
2 ,4 5
2 ,6 0
2 ,1 0
2 ,0 0
2 ,1 5
2 ,2 5
2 ,4 0
2 ,4 5
E fis ie n s i ( % )
0
2 7 ,8
5 3 ,8
1 0 7 ,7
1 3 8 ,5
1 4 6 ,2
1 6 9 ,2
2 0 0 ,0
2 3 8 ,5
2 6 1 ,5
2 7 6 ,9
3 0 0 ,0
2 2 3 ,1
2 0 7 ,7
2 3 0 ,8
2 4 6 ,2
2 6 9 ,2
2 7 6 ,9
Penambahan kompos aktif + asam humat + pupuk NPK 10 gram pada
media tailing, telah mampu meningkatkan pertumbuhan semai rasamala umur 14
mst. Efisiensi peningkatannya mencapai 300% dibandingkan dengan pertumbuhan
tinggi semai yang hanya ditanam pada media tailing saja. Sedangkan
pertumbuhan semai A. Excelsa umur 14 mst dapat dilihat pada Gambar 4.
40.0
39.0
Tinggi (cm)
38.0
37.0
tailing
36.0
tailing + kompos aktif
35.0
tailing + top soil
34.0
33.0
32.0
0
2
4
6
8
10
12
14
Minggu ke
Gambar 4 Pertumbuhan tinggi semai A. Excelsa umur 14 mst.
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa pertumbuhan semai A. Excelsa
umur 14 mst, dari grafik diatas terlihat bahwa pertumbuhan yang paling baik yaitu
A. Excelsa yang ditanam pada media campuran antara tailing dengan kompos
aktif.
Hasil sidik ragam pada Tabel 8 menunjukkan bahwa interaksi antara
media, asam humat dan dosis pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan rasamala pada taraf uji 0,05.
Tabel 8 Sidik ragam pengaruh perlakuan media, asam humat dan pupuk NPK
terhadap pertumbuhan tinggi semai A. excelsa umur 14
Perlakuan
Media
Asam humat
Pupuk
Media + Asam humat
Media + Pupuk
Asam humat + Pupuk
Media + Asam humat + Pupuk
Galat
db
2
1
2
2
4
2
4
72
JK
4,3
69,2
188,9
52,2
405,9
4,1
1.511,4
11.912,2
JKT
2,2
69,2
94,4
26,1
101,5
2,0
377,9
165,4
F
0,01
0,42
0,57
0,16
0,61
0,01
2,28
P
0,987
0,52
0,568
0,854
0,654
0,988
0,069
tn
tn
tn
tn
tn
tn
*
Keterangan : * perlakuan berpengaruh nyata pada taraf uji F 0,05
tn perlakuan tidak berpengaruh nyata pada taraf uji F 0,05
Dari Tabel 8 dapat diketahui bahwa perlakuan media, asam humat dan
dosis pupuk NPK tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan
rasamala.
5.2 Pembahasan
5.2.1 Karakteristik media
Berdasarkan hasil analisa karakteristik hara tailing tambang emas
Pongkor, tampak bahwa tekstur tailing didominasi oleh fraksi pasir, dengan
komposisi 35,12% (pasir), fraksi debu sebesar 30,69%, dengan adanya dominasi
pasir seperti ini maka sulit untuk menyerap (menahan) air dan unsur hara. Tekstur
tanah sangat menentukan reaksi kimia dan fisik yang terjadi dalam tanah, sebab
ukuran partikel tanah dapat menentukan luas permukaan tanah. Fraksi liat pada
tailing sebesar 34,19%. Fraksi liat merupakan fraksi yang terpenting karena
semakin tinggi kadar liat, maka kemampuan menahan air semakin tinggi.
Kapasitas Tukar Kation merupakan sifat kimia yang sangat erat
hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah dengan KTK tinggi mampu
menjerap dan menyediakan unsur hara lebih baik daripada tanah dengan KTK
rendah. Tanah dengan KTK tinggi dan kejenuhan basa tinggi dapat meningkatkan
kesuburan tanah. KTK tanah berbanding lurus dengan jumlah butir liat, semakin
tinggi jumlah liat suatu jenis tanah yang sama, KTK juga bertambah besar. Hal ini
dapat terlihat bahwa dengan adanya penambahan asam humat dan kompos aktif
dapat meningkatkan jumlah liat dan diikuti dengan adanya pertambahan KTK.
(Hardjowigeno 2003).
Nilai KTK pada tailing tergolong rendah, yaitu hanya 8,90 me/100 g, hal
ini masih jauh dari kriteria penilaian sifat kimia tanah oleh staf Pusat Penelitian
Tanah 1983, yaitu berkisar antara 17-25 me/100g.
Kemasaman tanah (pH) mempengaruhi serapan unsur hara dan
pertumbuhan tanaman, yaitu melalui pengaruh terhadap tersedianya unsur hara
dan adanya unsur-unsur yang beracun. Tetapi walaupun pengaruh pH yang
ekstrim, kebanyakan tanaman tahan terhadap keadaan itu asalkan unsur hara
lainnya berada dalam keseimbangan. Beberapa unsur hara fungsional berkurang
bila pH berkisar antara 5,0-8,0 (Soepardi 1983). pH pada tailing bersifat asam, hal
ini dapat terlihat dari pH nya, pada tailing pH-nya mencapai 6,6.
Kandungan bahan organik dalam tailing, ditunjukkan dengan nilai Corganik hanya 0,32%. Kandungan C-organik pada tailing belum mencapai standar
sifat kimia tanah (Pusat Penelitian Tanah 1983), yaitu 2,01-3,00. C-Organik
merupakan penyusun utama bahan organik. Menurut Istomo (1994), bahan
organik ternyata mempunyai peranan yang sangat penting dalam tanah terutama
pengeruhnya terhadap kesuburan tanah. Bahan organik mempunyai daya jerap
kation yang tinggi, dengan semakin tinggi kandungan bahan organik suatu tanah
maka tinggi pula KTK nya dengan asumsi faktor-faktor lainnya relatif sama
(Hakim dan Nurhayati 1986). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Musthofa
(2007), menyatakan bahwa kandungan bahan organik harus dipertahankan tidak
kurang dari 2 %. Agar kandungan bahan organik dalam tanah tidak menurun
dengan waktu akibat proses dekomposisi mineralisasi, maka sewaktu pengolahan
tanah, penambahan bahan organik mutlak harus diberikan setiap tahun.
Kandungan N-total sangat rendah (0,05%), unsur P hanya 10,5 ppm. Nilai
tersebut masih jauh dari standar penilaian sifat kimia tanah yaitu berkisar antara
16-25 ppm, Kandungan K di dalam tailing pun masih jauh dari standar, yaitu
hanya 0,10 me/100g. Ketiga unsur tersebut memiliki fungsi yang sangat penting
bagi pertumbuhan tanaman. Kandungan Ca terlarut tinggi 18,38 me/100g,
sedangkan kandungan Mg sebesar 1,21 me/100g. dan logam berat Pb terlarut dan
total sebesar 3,51 ppm dan 165 ppm. Pada tailing logam Fe bersifat racun, karena
keberadaannya yang terlalu tinggi yaitu sebesar 1.535,40 ppm. Berdasarkan
kriteria penilaian sifat kimia tanah (Pusat Penelitian Tanah 1983), logam Fe
dikatakan cukup apabila berkisar antara 50-250 ppm.
5.2.2
Perubahan karakteristik tailing dengan adanya penambahan Asam
humat dan kompos aktif
Penambahan bahan organik dapat merubah sifat fisik dan kimia tailing hal
ini disebabkan karena kompos aktif mengandung unsur makro seperti N, P, K, Ca,
Mg dan juga dilengkapi mineral, asam amino dan mikroorganisme. Dengan
adanya penambahan Asam humat dan kompos aktif menyebabkan terjadinya
perubahan nitrogen dari 0,05 % (tailing) menjadi 0,19 % (tailing + asam humat)
menjdi 0,30 % (tailing + top soil + asam humat) 0,21 % (tailing + kompos aktif)
dan 0,25 % (tailing + kompos aktif + asam humat) dapat dilihat pada Gambar 5.
Adanya penambahan asam humat pada media tailing telah menyebabkan
perubahan nitrogen, tetapi perubahan tersebut belum mencapai standar yang telah
ditetapkan, yaitu berkisar antara 0,21-0,50%. Akan tetapi, dengan adanya
penambahan top soil, asam humat, dan kompos aktif telah menyebabkan
perubahan nitrogen hingga mencapai standar yang telah ditetapkan.
Gambar 5 Peningkatan unsur Nitrogen dan C-organik pada media TS+AH (Top
soil + Asam
Humat) T+AH (Tailing + Asam humat) T+BO (Tailing + Kompos aktif)
T+BO+AH (Tailing + Kompos aktif + Asam humat).
Terjadinya peningkatan unsur-unsur tersebut dikarenakan kompos aktif
dapat mengaktifkan mikroba tanah yang berfungsi untuk mempercepat sistem
humifikasi, sehingga dapat bermanfaat untuk mempercepat pembentukan humus
pada daerah perakaran tanaman, serta dapat memperbaiki kondisi fisik tanah dan
mempercepat perkembangan akar tanaman. Selain itu kompos aktif dapat
meningkatkan serapan hara tanaman, dan dapat merubah hara dalam bentuk metal
organik yang lebih mudah diserap oleh tanaman.
Peranan bahan organik (asam humat dan kompos aktif) dalam
pertumbuhan tanaman dapat secara langsung, atau sebagian besar mempengaruhi
tanaman melalui perubahan sifat dan ciri tanah. Keberadaan bio-organik (asam
humat dan kompos aktif) dapat mempengaruhi sifat fisik tanah, diantaranya akan
merangsang terjadinya granulasi agregat dan mamantapkannya, meningkatkan
kemampuan dalam mengikat air (Brady 1974), dan air yang ada dapat digunakan
sebagai media pelarut bagi berbagai unsur hara untuk proses transfer ke akar
tanaman, selain itu juga sebagai salah satu komponen penting dalam proses
fotosintesis. Terhadap sifat kimia media, bio-organik (asam humat dan kompos
aktif) telah terbukti mampu meningkatkan KTK media yang tentunya akan
berimplikasi
terhadap
perbaikan
daya
jerap
kation
untuk
kemudian
memungkinkan peningkatan kation-kation yang dapat dipertukarkan.
Pengikatan unsur N, P dalam bentuk organik atau dalam tubuh
mikroorganisme akan menghindarkan tercucinya unsur-unsur tersebut dan
kemudian akan tersedia kembali. Dengan menambah aktivitas mikroba yang
berguna
bagi
tanah
dapat
mengembalikan
kesuburan
tanah
dan
menggemburkannya karena mampu membangkitkan aktivitas mikro-organisme di
dalam tanah, sehingga menjaga ketahanan kadar air dan mengurangi karbon aktif
dan memperbaiki tanaman yang kurang sehat dan stagnasi.
Asam humat dan kompos aktif dapat dikatakan sebagai pembenah tanah,
karena dapat meningkatkan Kapasitas Tukar Kation (KTK). Hal ini dapat terlihat
dari KTK tailing dari 8,90 me/100g menjadi 18,82 me/100g (kompos aktif) dan
19,38 me/100g (kompos aktif + asam humat). KTK dapat meningkat dikarenakan
fungsi utama dari asam humat adalah meningkatkan KTK, mempermudah
ketersediaan hara makro dan mikro, sehingga mudah diserap oleh tanaman.
Adanya penambahan kompos aktif, asam humat, dan top soil dapat meningkatkan
KTK sesuai standar yang telah ditetapkan yaitu berkisar antara 17-24 me/100g.
Selain itu, asam humat juga dapat mengurangi pencucian hara dan dapat
memeperbaiki drainase, aerasi, dapat menyediakan sumber karbon untuk
pertumbuhan mikroba tanah.
Gambar 6 Perubahan KTK dan unsur makro pada media TS+AH (Top soil +
Asam Humat) T+AH (Tailing + Asam humat) T+BO (Tailing + kompos
aktif ) T+BO+AH (Tailing + kompos aktif + Asam humat).
Dari Gambar 6 dapat dilihat dengan pemberian asam humat dan kompos
aktif dapat meningkatkan unsur hara makro karena asam humat dan kompos aktif
dapat membantu dalam meningkatkan penyerapan hara makro yang dapat
memberikan perbaikan sistem perakaran yang signifikan dan juga dapat
mengefisienkan penggunaan pupuk, sehingga dosis pemberian pupuk dapat
dikurangi.
Dengan adanya penambahan kompos aktif dan asam humat, dapat
menurunkan Pb, Zn dan Fe yang berpotensi menjadi racun. Akan tetapi, di PT
Antam UBPE Pongkor Pb dan Zn tidak berpotensi racun karena keberadaannya
tidak banyak. Standar Pb dan Zn yang ditetapkan oleh Pusat Penelitian Tanah
1983, yaitu berkisar antara 2-200 ppm dan 10-300 ppm, yang berpotensi menjadi
racun, yaitu Fe. Dengan pemberian bio-organik dan asam humat dapat
menurunkan Pb, Zn dan Fe tersebut, hal ini dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7 Penurunan kandungan Zn, Pb, dan Fe pada media TS+AH (Top soil +
Asam Humat)
T+AH (Tailing + Asam humat) T+BO (Tailing +
kompos aktif) T+BO+AH (Tailing + kompos aktif + Asam humat).
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa Zn dari 37,40 ppm (tailing) turun
menjadi 37,30 (tailing + asam humat) menjadi 32,20 ppm (tailing + kompos aktif)
menjadi 36.90 ppm ( tailing + top soil + asam humat) dan 32.40 ppm (tailing +
kompos aktif + asam humat). Seperti halnya dengan Pb dari 165,00 ppm (tailing)
turun menjadi 140,35 ppm (tailing + asam humat) menjadi 134,20 ppm (tailing +
kompos aktif) menjadi 160,63 ppm (tailing + top soil + asam humat) dan 120,61
ppm (tailing + kompos aktif + asam humat). Dari grafik diatas, dapat dilihat
bahwa Fe dari 1.535,40 ppm turun menjadi 1.479,60 ppm (tailing + asam humat)
menjadi 1.475,20 (tailing + kompos aktif), dan turun menjadi 1.470.21 ppm
(tailing + kompos aktif + asam humat).
Dengan adanya penambahan asam humat, kompos aktif, dan top soil
mampu menurunkan Fe, namun Fe tersebut masih di bawah standar yang
ditetapkan. Menurut kriteria penilaian sifat kimia tanah, Fe dikatakan cukup
apabila berkisar antara 20-250 ppm.
Kompos aktif dan asam humat mampu untuk meningkatkan resistensi
tanaman terhadap kekeringan, meningkatkan populasi dan aktivitas mikroba tanah
yang keberadaannya mutlak diperlukan karena berperan penting dalam
mengefektifkan daur ulang unsur hara. Oleh karena itu, terjadinya penurunan
logam berat pada tailing karena bahan organik mempunyai kemampuan untuk
mengikat kelebihan logam yang bersifat racun.
5.2.3
Pertumbuhan Tinggi semai E. cyclocarpum umur 14 mst
Secara alami E. cyclocarpum mampu membentuk bintil akar yang berarti
mampu menyediakan unsur hara nitrogen melalui simbiosis dengan Rhizobium
(bakteri yang ada pada akar tanaman legum yang dapat menyerap nitrogen bebas
yang ada di udara). Variabel tinggi merupakan parameter yang paling mudah
diukur dan dapat dijadikan sebagai indikator terhadap pengaruh pemberian
perlakuan maupun pengaruhnya terhadap interaksi luar dari lingkungan.
Pengamatan terhadap pertumbuhan tinggi sengon buto dilakukan setiap 2 minggu
sekali hingga minggu ke-14 setelah tanam.
Pada Gambar 1 terjadi kecenderungan pertumbuhan yang meningkat sejak
minggu awal hingga 14 MST dan peningkatan tersebut bervariasi antara setiap
perlakuan yang diberikan. KTK tailing yang sangat rendah memungkinkan
terjadinya percepatan pencucian terhadap hara, maka hara yang adapun akan
hilang tercuci sebelum bisa dimanfaatkan (Hakim dan Nurhayati 1986) oleh
tanaman sengon buto. Selain itu, bibit sengon buto yang digunakan tidak
diketahui asal (provenan) nya, sehingga kualitas bibit diketahui. Walaupun
daunnya menguning, semai sengon buto selalu mengalami peningkatan tinggi
setiap minggunya sekalipun semai ditanam pada media tailing murni. Hal ini
dikarenakan sengon buto tergolong tanaman pionir yang dapat tumbuh dimana
saja sekalipun ditanam pada tempat yang kandungan unsur haranya rendah. Selain
itu, tanaman ini termasuk ”fast growing spesies” artinya spesies yang cepat
tumbuh, sehingga dalam beberapa minggu saja sudah terlihat pertumbuhan
tingginya.
Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa efisiensi pertumbuhan yang paling
tinggi, yaitu terdapat pada perlakuan kompos aktif + asam humat + pupuk NPK 5
gram. Adanya penambahan kompos aktif pada media tailing, telah mampu
meningkatkan pertumbuhan semai E. cyclocarpum umur 14 mst. Efisiensi
peningkatannya mencapai 122,9% dibandingkan dengan pertumbuhan tinggi
semai yang hanya pada media tailing saja. Hal ini disebabkan karena kompos aktif
merupakan salah satu produk pupuk organik dengan bahan dasar berupa kompos
kotoran sapi ditambah arang sekam, fosfat alam (rock phosphate) dan bioactivator, yaitu cairan organik terbuat dari campuran enzim, asam amino, hormon
serta telah diperkaya dengan unsur hara esensial untuk tanaman juga ramah
lingkungan (Green Earth Trainer 2006). Kompos aktif dengan bahan dasar
kotoran sapi dan arang sekam merupakan sumber karbon organik dan unsur-unsur
hara makro lainnya. Peranan bahan organik dalam pertumbuhan tanaman dapat
secara langsung, atau sebagian besar mempengaruhi tanaman melalui perubahan
sifat dan ciri tanah.
(1)
(2)
(3)
Gambar 8 Sengon buto yang ditanam pada media tailing murni (1) sengon
buto yang ditanam pada media tailing + asam humat (2) sengon buto
yang ditanam pada media tailing + asam humat + pupuk NPK 10 gram
umur 14 mst.
Pada Tabel 4 menyajikan hasil uji Duncan yang menunjukkan bahwa
media campuran tailing dan kompos aktif menghasilkan rata-rata pertumbuhan
tinggi yang baik, yaitu sebesar 1,288 cm dibandingkan dengan dua media tumbuh
lainnya. Media top soil menghasilkan rata-rata pertumbuhan tinggi bibit sebesar
1,006 cm dan media tailing menghasilkan rata-rata pertumbuhan tinggi bibit yang
terendah, yaitu 0,884 cm
Penambahan kompos aktif pada media tailing, telah secara nyata mampu
meningkatkan pertumbuhan tinggi semai E. cyclocarpum umur 14 mst
dibandingkan dengan media tailing saja (kontrol). Media tailing dengan tambahan
kompos aktif memberikan pertumbuhan tinggi yang lebih baik karena kompos
aktif dapat membantu tailing yang miskin hara menyediakan unsur hara yang
dibutuhkan oleh sengon buto dengan lebih baik dan akar bibit sengon buto dapat
melaksanakan fungsinya dalam menyerap unsur hara yang dibutuhkan bibit
dengan lebih optimal.
Kompos aktif dengan bahan dasar kotoran sapi dan arang sekam
merupakan sumber karbon organik dan unsur-unsur hara mikro lainnya. Telah
lama diketahui bahwa kotoran ternak bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman.
Kandungan hara dalam kotoran ternak yang penting untuk tanaman, antara lain
unsur nitrogen (N), phospor (P), dan Kalium (K). Ketiga unsur ini memiliki fungsi
yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman. Unsur nitrogen berfungsi untuk
merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, terutama batang tanaman.
Unsur Phospor bagi tanaman lebih banyak berfungsi untuk merangsang
pertumbuhan akar, khususnya akar tanaman muda. Unsur Kalium berperan dalam
membentuk protein dan karbohidrat bagi tanaman (Setiawan 2005).
Pemberian kompos aktif ke dalam tailing lebih cenderung ditujukan untuk
membangkitkan mikroba untuk berperan didalam menyediakan unsur hara dan
digunakan sebagai makanan bagi perbanyakan mikroba dan memperbaiki sifat
fisik dan kimia tanah.
Adanya campuran media tailing dan top soil menunjukkan pertumbuhan
sengon buto yang lebih baik apabila dibandingkan dengan media tailing saja
(kontrol). Top soil memiliki peranan yang penting untuk memenuhi berbagai
kebutuhan hidup tanaman, diantaranya, yaitu memberi dukungan mekanis dengan
menjadi tempat berjangkarnya akar, menyediakan ruang untuk pertumbuhan dan
perkembangan akar, menyediakan udara (oksigen) untuk respirasi, air, dan hara.
(Purwowidodo 2000).
Keberadaan top soil sangat penting, karena disamping sebagai sumber
unsur hara makro dan mikro, juga sebagai sumber bahan organik dan mikroba
potensial, top soil juga berfungsi untuk memperbaiki struktur tanah, sehingga
dapat merangsang perkembangan akar pada tahap awal pertumbuhan. Tanaman
tanpa top soil pertumbuhannya akan lambat, kekuningan, tumbuh kerdil, dan pada
umur 9 bulan menunjukkan gejala stagnasi. Dengan penambahan top soil, tinggi
dan diameter dapat dipacu pertumbuhannya sampai 200-300% (Green Earth
Trainer 2008).
Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk NPK dengan dosis 0,
5, dan 10 gram tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan
sengon buto, dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan sengon
buto tidak terlalu dipengaruhi oleh pemberian pupuk.
Berdasarkan uji statistik terhadap interaksi antara media, asam humat dan
pupuk terhadap pertumbuhan tinggi E. cyclocarpum memberikan pengaruh yang
nyata terhadap pertumbuhan tinggi. Pemberian kompos aktif yang ditambahkan
dengan asam humat tanpa pemberian pupuk merupakan kombinasi perlakuan
yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji
lanjut duncan menunjukkan nilai rata-rata yang paling tinggi dan berbeda nyata
terhadap kontrol. Pemberian pupuk NPK dengan dosis 0, 5, dan 10 gram tidak
berbeda nyata. Pemberian pupuk dengan dosis 10 gram dapat meningkatkan
pertumbuhan, akan tetapi jika dilihat dari hasil uji lanjut duncan perlakuan tanpa
penambahan pupuk memberikan hasil yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan
penambahan pupuk 10 gram.
Secara teori, pemberian pupuk memberikan hasil yang yang lebih baik
terhadap pertumbuhan bibit dibandingkan dengan yang tidak diberi pupuk. Tetapi
hasil penelitian menunjukkan bahwa semai yang tidak diberi perlakuan pupuk
memberikan hasil yang lebih baik. Akan tetapi, jika hanya mengandalkan dari
pupuk NPK saja sebagai pupuk dasar, maka tanaman yang tanpa pemberian
kompos aktif mengalami pertumbuhan yang lebih lambat dibandingkan tanaman
yang mendapat perlakuan kompos aktif pada medianya.
Sulawati (1981) menyimpulkan bahwa persemaian Pinus merkusii yang
menggunakan pupuk NPK dan pupuk kandang (kompos) mengalami pertumbuhan
diameter yang lebih cepat dibandingkan persemaian yang hanya menggunakan
pupuk NPK saja.
Pertambahan tinggi sengon buto tidak terlalu dipengaruhi oleh pupuk,
karena dengan adanya pemberian kompos aktif dan asam humat saja sudah dapat
menyediakan unsur hara, yaitu nutrisi essensial yang terdiri dari unsur N, P, K, Fe,
Mn, Mg, Ca, Cu, dan Zn. Selain itu didalam kompos aktif terdapat asam amino
sebagai pengikat (katalisator) unsur lain sehingga membuat pertumbuhan dan
produksi menjadi maksimal, mikrobiologi yang terdiri dari mikroba perambat,
pelepas, dan mikroba perombak atau pengurai bahan organik, selain itu terdapat
enzim, dan hormon alami yang berfungsi merangsang pertumbuhan pucuk muda
dan bunga.
Semua unsur yang terdapat dalam kompos aktif sangat diperlukan oleh
tanaman. Keberadaan kompos aktif dan asam humat dalam tanah dapat
meningkatkan pertumbuhan tanaman dan berkaitan erat dengan perbaikan sifatsifat tanah sebagai media tumbuh.
Dengan kondisi tailing yang didominasi oleh pasir dan debu, pemberian
asam humat sangat membantu pada saat hujan, karena dengan pemberian asam
humat, dapat mengikat pupuk sehingga tidak mudah tercuci. Selain itu,
kandungan asam humat terdiri dari 56,2% C; 35,5% O; 47% H; 3,2% N dan 0,8%
S (Arsiati 2002). Pada akhir pengamatan, semai E.cyclocarpum persen hidupnya
mencapai 100%.
5.2.4
Pertumbuhan Tinggi semai A. excelsa 14 mst
Dengan melihat karakteristik media tailing, pertumbuhan rasamala pada
media tailing murni (tanpa adanya penambahan perlakuan) pertumbuhannya
cukup tertekan. Pada akhir pengamatan, ditemukan rasamala yang mati mencapai
16,67%. Melihat kondisi tailing yang seperti itu, maka tailing tanpa perlakuan
belum dapat digunakan sebagai media yang dapat mendukung pertumbuhan
rasamala.
Rendahnya ketersediaan unsur hara esensial N, P, K pada media tailing
dapat dianggap sebagai penyebab utama terjadinya pertumbuhan rasamala yang
tidak sempurna. KTK tailing yang sangat rendah memungkinkan terjadinya
percepatan pencucian terhadap hara, maka hara yang adapun akan hilang tercuci
sebelum bisa dimanfaatkan (Hakim dan Nurhayati 1986) oleh tanaman rasamala.
Berdasarkan hasil pengamatan, pada rasamala menunjukkan pertumbuhan
yang tidak normal, keadaan tersebut muncul setelah 1 bulan penanaman. Gejala
yang timbul, yaitu muncul bercak-bercak pada daun, dan daunnya berubah
menjadi merah. Kemungkinan perubahan tersebut disebabkan oleh suhu tailing
yang sangat yang menyebabkan rasamala tidak dapat beradaptasi dengan
lingkungan. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9 Pertumbuhan rasamala pada umur 4 mst.
Pada semai A. excelsa ketika berumur 4 mst pertumbuhannya terhambat,
hal ini terlihat dari kondisi semai A. Excelsa yang berguguran, hangus seperti
terbakar bahkan kematian semai.
Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa efisiensi pertumbuhan yang paling tinggi
yaitu terdapat pada perlakuan kompos aktif + asam humat + pupuk NPK 10 gram.
Adanya penambahan kompos aktif pada media tailing, telah mampu
meningkatkan pertumbuhan semai A. excelsa umur 14 mst. Efisiensi
peningkatannya mencapai 300% dibandingkan dengan pertumbuhan tinggi semai
yang hanya pada media tailing saja.
Hasil sidik ragam pada Tabel 8 menunjukkan bahwa interaksi antara
media, asam humat dan dosis pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan rasamala pada taraf uji 0,05. Dari Tabel 8 dapat diketahui bahwa
perlakuan media, asam humat dan dosis pupuk NPK tidak memberikan pengaruh
nyata terhadap pertumbuhan rasamala. Hal ini yang menyebabkan pada saat
rasamala berumur 1 BST, rasamala menunjukkan adanya kelainan yaitu timbulnya
bercak pada daun dan pertumbuhan rasamala tergolong lambat.
Selain itu, dosis asam humat yang diberikan pada rasamala terlalu pekat,
yaitu dengan kadar 1%. Seharusnya asam humat dengan kadar 1% dapat dikurangi
lagi menjadi 0,5 %. Hal ini yang menyebabkan respon dari perlakuan asam humat
terlihat lambat. Pada prinsipnya dalam pemberian bio-organik apabila diberikan
dengan kadar yang berlebih, respon yang diberikan akan terlihat pada waktu yang
lama. Yang menjadi kendala yaitu tidak diketahuinya kadar yang tepat untuk
setiap pemberian bio-organik pada tanaman.
Selain itu, kondisi yang terlihat yaitu kondisi tailing sekitar lubang tanam
yang memadat, sehingga menyebabkan buruknya sistem tata air yang secara
langsung dapat membawa dampak negatif terhadap fungsi dan perkembangan
akar. Akar tidak dapat berkembang dengan sempurna dan fungsinya sebagai alat
absorpsi unsur hara dan air akan terganggu. Akibatnya tanaman tidak dapat
berkembang dengan normal, dan pertumbuhannya tetap kerdil dan merana.
Tailing yang memadat juga dapat menyebabkan asam humat yang diberikan
lambat mengalir, sehingga menyebabkan genangan di sekitar lubang tanam dan
asam humat yang diberikan tidak dapat dimanfaatkan oleh semai A. excelsa
Pada saat rasamala berumur 4 mst respon dari perlakuan belum terlihat,
tetapi pada saat rasamala berumur 14 mst respon dari perlakuan baru terlihat.
Selain itu, bibit rasamala yang digunakan tidak diketahui asal (provenan) nya,
sehingga kualitas bibit diketahui.
Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh proses fisiologis yang terjadi di
dalam tubuh tanaman tersebut, yaitu proses fotosintesis, respirasi, dan penyerapan
air serta mineral (Daniel 1987). Proses-proses fisiologis di atas dipengaruhi oleh
faktor lingkungan seperti media tanam, sinar matahari dan cuaca. Media tanam
juga sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman dari segi ketersediaan hara,
ketersediaan air, keremahan media yang mempengaruhi ketersediaan oksigen dan
pergerakan serta penetrasi akar. Dengan adanya pemberian asam humat, dapat
membuat tanah menjadi remah, sehingga baik untuk perkembangan akar dan
suplai oksigen.
Keberhasilan pertumbuhan suatu tanaman hutan di lapangan dikendalikan
oleh faktor-faktor pertumbuhan, yang terdiri dari faktor genetis dan faktor-faktor
lingkungan. Pengendalian faktor genetis dimunculkan oleh gen-gen kromosom
yang mempengaruhi proses-proses fisiologis melalui pengendalian pada sintesis
enzim-enzim yang berperan ganda pada aneka reaksi fisiologis, sedangkan
pengendalian faktor lingkungan dimunculkan oleh peran aneka keadaan di luar
tubuh suatu tanaman yang mempengaruhi proses-proses fisiologis (Purwowidodo
2000). Pertumbuhan rasamala pada media tailing sangat dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan, yaitu suhu tailing yang panas. Kondisi ini akan menyulitkan bagi
pertumbuhan rasamala. Kondisi rasamala pada umur 5 bulan menunjukkan adanya
perubahan, hal ini dapat dilihat dari perubahan warna daun dari warna merah dan
terdapat bercak berubah menjadi warna hijau kembali.
Adanya perubahan tersebut dikarenakan dengan adanya penambahan asam
humat dan kompos aktif dapat menurunkan suhu tailing sehingga semai rasamala
dapat beradaptasi. Perubahan tersebut dapat dilihat pada Gambar 10.
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(2)
(3)
Gambar 10 Rasamala pada umur 14 Minggu Setelah Tanam (MST) pada ketiga
media
(1) Rasamala pada media tailing
(2) Rasamala pada media tailing + kompos aktif
(3) Rasamala pada media tailing + top soil.
Aplikasi asam humat dan kompos aktif dapat digunakan sebagai alternatif
untuk merehabilitasi lahan tailing, karena asam humat dan kompos aktif dapat
membantu dalam pemulihan lahan paska tambang dan lahan marginal seperti
tailing.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 KESIMPULAN
1. Penambahan Asam humat dan kompos aktif mampu memperbaiki sifat
kimia tailing, sehingga dapat meningkatkan kandungan hara bagi tanaman.
2. Penambahan bio organik dan asam humat dapat menurunkan Pb, Zn dan
Fe yang berpotensi racun. Penurunan Zn dari 37,40 ppm (tailing) menjadi
37,30 (tailing + asam humat) menjadi 32,20 ppm (tailing + kompos aktif)
menjadi 36,90 ppm (top soil + asam humat) dan 32,40 ppm (tailing +
kompos aktif + asam humat). Seperti halnya dengan Pb dari 165,00 ppm
(tailing) turun menjadi 140,35 (tailing + asam humat) menjadi 134,20 ppm
(tailing + kompos aktif) menjadi 160,63 (top soil + asam humat) dan
120,61 ppm (tailing + kompos aktif + asam humat). Penurunan Fe dari
1.535,40 ppm (tailing) turun menjadi 1.479,60 ppm (tailing + asam humat)
menjadi 1475.20 (tailing + kompos aktif), dan turun menjadi 1.470,21
ppm (tailing + kompos aktif + asam humat).
3. Pemberian Kompos aktif yang ditambahkan dengan asam humat tanpa
pemberian
berpengaruh
pupuk
merupakan
kombinasi
perlakuan
yang
paling
terhadap petambahan tinggi sengon buto.
4. Perlakuan media, asam humat dan dosis pupuk NPK tidak memberikan
pengaruh nyata terhadap pertumbuhan rasamala. Akan tetapi interaksi dari
ketiga perlakuan tersebut memberikan pengaruh yang nyata terhadap
pertumbuhan tinggi rasamala.
6.2 SARAN
1. Pengamatan sebaiknya minimal sampai 6 bulan, karena respon pemberian
asam humat dan kompos aktif akan terlihat pada waktu yang relatif lama.
2. Adanya penelitian lanjutan dengan menggunakan jenis tanaman pionir
lainnya, seperti Acacia mangium, Eucalyptus sp
3. Indikator yang digunakan tidak hanya tinggi tanaman saja, melainkan
diameter, biomassa, Nisbah Pucuk Akar (NPA), jumlah daun
4. Adanya penelitian lanjutan dengan menggunakan kadar asam humat yang
lebih beragam untuk mengetahui kadar yang tepat untuk pertumbuhan
tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2000. Global Organic. LLC. USA. Broschure.
Arsiati, A. 2002. Sifat-sifat Asam Humat Hasil Ekstraksi dari Berbagai Jenis
Bahan dan Pengestrak. [skripsi] Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. IPB.
Ayuso MT, Hernandez C, Gracia, and JA Pascual. 1996. Stimulation of Barley
Growth and Nutrient Absorption by Humic Substances Orginating from
Various Organic materials Bioresource Technology 57, 251-257.
Bio Flora. 1997. Bio Flora International Breakthrough in Adding Humic Acid to
Soil Biomass. Bio Flora International. Good Year A.Z.
Boul, S.W., F.D. Hole and R.J. Mc Cracken. 1981. Soil Genesis Classification.
Iowa State University Press. Iowa.
Brady, N.C. 1974. The Nature and Properties of Soils. The MacMillan Company,
New York.
Cooper RJ, Liu C, and Fisher DS. 1998. Influences of Humic Subtances on
Rooting and Nutrient Content of Creeping Bentgrass. Crop Science 38: 16391644.
Daniel TW, Helm JA dan Baker FS. 1987. Prinsip-prinsip Silvikultur. Marsono D,
penerjemah; Soeseno OH, Editor. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Foth H. D. 1994. Dasar-dasar Ilmu Tanah, Edisi enam. Adisoemarto S. Jakarta:
Erlangga. Terjemahan dari: Fundamentals Of Soil Science
Green Earth Trainer. 2006. Bio-Activator as Organic Fertilizer for Degraded Land
Rehabilitation. [tidak dipublikasikan].
________________. 2007. Revegetation Techniques for Rehabilitating Degraded
Land After Post Mining and Oil/Gas Operation. [tidak dipublikasikan].
________________. 2008. Revegetation for Distrubed Land After Post Mining
and Oil/Gas Operation (Planning and Technique). [tidak dipublikasikan].
Hakim, Nurhayati. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas
Lampung: Lampung
Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu tanah. Akademika Pressindo: Jakarta
Hariangbanga, G. 2008. Rehabilitasi Lahan Tailing dengan Teknologi BioOrganik dan Asam humat di PT Antam Tbk Unit Pertambangan Emas Cikotok
Jawa Barat. [Skripsi]. Jakarta: Fakultas Arsitektur Lansekap dan Teknologi
Lingkungan. Universitas Trisakti.
Hariangbanga G. 2008. Teknik Pembuatan Bio-Organik. Green Earth Technical
Notes. Un-publish.
Istomo. 1994. Bahan Bacaan Ekologi Hutan: Lingkungan Fisik Ekologi Hutan:
Proses dan Struktur Tanah. Laboratorium Ekologi Hutan, Jurusan Manajemen
Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Juhaeti T, Nuril H, dan Fauzia S. 2006. Pertumbuhan Sengon Buto (Enterolobium
cyclocarpum Griseb) yang ditanam pada media limbah tailing pada berbagai
taraf pemupukan NPK. Di dalam: Laporan Teknik bidang Mikrobiologi;
Bogor, 2006. Bogor: Pusat Penelitian Biologi-LIPI. Hlm 1186-1190.
Lulakis, M.D. and S.I. Petsas. 1995. Dalam. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian
Indonesia. Volume 9, No. 2, 2007, Hlm.124-129
Musthofa A. 2007. Perubahan Sifat Fisik, Kimia, dan Biologi Tanah Pada Hutan
Alam yang Diubah Menjadi Lahan Pertanian di Kawasan Taman Nasional
Gunung Leuseur. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian
Bogor.
Olk Dc, and Cassman KG. 1995. Reduction of Potassium Fixation by Two Humic
Acid Fractions in Vermiculitic Soils. Sci. Soc. Am J. 59: 1250-1258
Purwowidodo. 2000. Mengenal Tanah Hutan: Metode Kaji Tanah. Fakultas
Kehutanan IPB. Bogor
Pusat Penelitian Tanah. 1983. Standar Sifat Kimia Tanah. Bogor
Robinson T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Padmawinata K,
penerjemah. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Terjemahan dari: The
Organic Constitutes of Higher Plants.
Setiawan IS. 2005. Memanfaatkan Kotoran Ternak. Jakarta: Penebar Swadaya
Setyaningsih L. 2007. Pemanfaatan Cendawam Mikoriza Arbuskula dan Kompos
Aktif untuk Meningkatkan Pertumbuhan semai mindi (Melia azedarach
LINN) pada Media Tailing Tambang Emas Pongkor. [tesis] Program Pasca
Sarjana Institut Pertanian Bogor.
Sudiana, IM. 2004. Revegetation of degraded land using Enterolobium
cyclocarpum inoculated with rhizobium, phosphate solubizing bacteria, and
mycorrhiza. Agrikultura 15: 5-9.
Sulawati, S. 1981. Penilaian Kualitas Semai Pinus merkusii di Persemaian
Sinagrib dan Pasir Kadaka KPH Bogor. [skripsi] Jurusan Manajemen Hutan
Fakultas Kehutanan IPB. Bogor
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Departemen Ilmu Tanah. IPB.
Syarif, F. 2008. Toleransi Sengon Buto (Enterolobium cyclocarpum Griseb) yang
Ditanam pada Media Limbah Tailing Tercemar Sianida dengan Perlakuan
Pupuk. Di dalam:Berita Biologi 9 (1); Bogor, 2008. Bogor: Pusat Penelitian
Biologi-LIPI. Hlm 105-110.
Tan KH. 1991. Dasar-dasar Kimia Tanah. Goenadi DH, Penerjemah. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari: The Principals of Soil
Chemistry.
Williamson N.A., M.S. Johnson, and A.D. Bradshaw. 1982. Mine Waste
LAMPIRAN
Lampiran 1 Lay out Penelitian
R3232
R3135
R3224
R3235
R1225
R2212
R3111
R3115
R3132
R3215
R2231
R2125
R1224
R1235
R1135
R2135
R2225
R3124
R3122
R3134
R2223
R1114
R1211
R1221
R2111
R1134
R1212
R1134
R1132
R1124
R1121
R3131
R2121
R2112
R1133
R2211
R2233
R2222
R3114
R2132
R3133
R2122
R2224
R3214
R1122
R3221
R2235
R2123
R3211
R2214
S2223
S2121
S3131
S1121
R2215
R1131
R2234
R1222
R3125
R2133
R1111
S1114
S2112
S1211
S1133
R1113
R1232
R1125
R1234
R3223
R1233
R3233
S1131
S2234
S1222
S3125
R3234
R2131
R3113
R2213
R3213
R1123
S2235
S3221
S1122
S3214
R2134
R2113
R1213
R1223
R3231
R3222
S3233
S1234
S1125
S1232
S3224
R3212
R3121
R1115
R3123
S3113
S2131
S2213
S3134
S3215
S3235
R3225
R2124
R1112
S1223
S1115
S2124
S3132
S3232
S3135
R2221
R2232
R1231
S2232
S1214
S3212
S3115
S3122
S3124
R2115
R1214
R3112
S2113
S1213
S3121
S3111
S2225
S2212
S2231
R1215
S3223
S2221
S2125
S1225
S2111
S2135
S2134
S3234
S1113
S1224
S2125
S2215
S2224
S2122
S1221
S1235
S3133
S2132
S3114
S1212
S2222
S2233
S2211
S1135
S2123
S3211
S2214
S1134
S1232
S2133
S1111
S1132
S3213
S1123
S3225
S1124
S3123
S3222
S3231
R2114
S1112
S2114
S1231
S3112
S1215
Download