PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA SINERGISITAS PENGEMBANGAN SISTEM AGRIBISNIS PERIKANAN TANGKAP DI DESA BLANAKAN SUBANG JAWA BARAT BIDANG KEGIATAN : PKM ARTIKEL ILMIAH Diusulkan Oleh: Ketua Kelompok Anggota Kelompok : Hepi Risenasari : Rifzashani A. Indriyani Siti Munawarotul M. Isnurdiansyah (H34052162/ t.a. 2005) (H34050631/ t.a. 2005) (H34050631/ t.a. 2005) (H34070001/ t.a. 2007) (H34050631/ t.a. 2005) INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 LEMBAR PENGESAHAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA 1. Judul Kegiatan : Sinergisitas Pengembangan Sistem Agribisnis Perikanan Tangkap di Desa Blanakan Subang Jawa Barat 2. Bidang Ilmu : PKM Artikel Ilmiah 3. Ketua Pelaksana Kegiatan a. Nama Lengkap b. NIM c. Departemen d. Universitas e. Alamat Rumah dan HP f. Alamat email 4. Anggota Pelaksana Kegiatan : Hepi Risenasari : H34052126 : Agribisnis : Institut Pertanian Bogor : Pondok Raos Gg. Bara 3 Dramaga HP. 085693711139 : [email protected] : 5 (lima) orang 5. Dosen Pendamping a. Nama Lengkap dan Gelar : Dra. Yusalina, MSi b. NIP : 131 914 523 c. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Komplek Alam Sinarsari A-85 Dramaga. HP. 08121976563 Bogor, 4 Maret 2009 Menyetujui, Ketua Departemen Ketua Pelaksana Kegiatan Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 131 415 082 Hepi Risenasari NIM. H34052162 Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Dosen Pendamping Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, MS NIP. 131 473 999 Dra. Yusalina, MSi NIP. 131 914 523 LEMBAR PENGESAHAN SUMBER PENULISAN ILMIAH PKM 1. Judul Tulisan yang Diajukan : Sinergisitas Pengembangan Sistem Agribisnis Perikanan Tangkap di Desa Blanakan Subang Jawa Barat 2. Sumber Penulisan (beri tanda X yang dipilih) ( X ) Kegiatan Praktek Lapang/Kerja dan sejenisnya, KKN, Magang, Kegiatan Kewirausahaan (pilih salah satu), dengan keterangan lengkap: Program Gladikarya Departemen Agribisnis IPB (KKN) Isnurdiansyah. Azzahra R. Risenasari H. Indriyani. Musyarofah SM. 2008. Pengembangan Sistem Agribisnis Perikanan Tangkap di Desa Blanakan Kecamatan Blanakan Subang Jawa Barat. Bogor : Departemen Agribisnis Institut Pertanian Bogor. ____________________________________________________________ ( ) Kegiatan Ilmiah lainnya (sebutkan) dengan keterangan lengkap: ____________________________________________________________ Tulis lengkap: Nama penulis. Tahun. Judul karya. Tempat kegiatan. ____________________________________________________________ Keterangan ini penulis buat sesuai dengan keadaan sebenarnya. Bogor, 4 Maret 2009 Mengetahui, Ketua Departemen Ketua Kelompok Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 131 415082 Hepi Risenasari NIM. H34052162 ABSTRAK Perikanan laut (tangkap) berkontribusi sangat besar terhadap perekonomian Desa Blanakan di samping perikanan tambak dan padi sawah. Agribisnis perikanan laut di Desa Blanakan juga didukung oleh adanya beberapa lembaga, antara lain koperasi, yang berperan penting terhadap kelancaran agribisnis di desa tersebut. Jumlah produksi ikan blanakan terus turun dari tahun ke tahun. Banyak faktor yang mengakibatkan terjadinya penurunan tersebut, salah satunya adalah keadaan laut yang sudah tidak memungkinkan ikan untuk berkembang biak dengan baik karena polusi dan pencemaran laut yang terjadi. Keberhasilan Desa Blanakan menjadi desa sentra produksi ikan laut ini tidak terlepas dari peranan lembaga desa, khususnya Koperasi Unit Desa (KUD) Mandiri Inti Mina Fajar Sidik. KUD mengelola sinergisitas anggotanya yang terdiri dari nelayan dan bakul dengan baik dalam sistem perekonomian yang berasakan kekeluargaan. Penulisan ini bertujuan untuk mengkaji program pengembangan sistem agribisnis komoditas perikanan tangkap di Desa Blanakan, Subang, Jawa Barat. Rangkaian subsistem agribisnis dimulai dari subsistem pengadaan input yang meliputi pemenuhan perbekalan (pangan), es, peralatan (alat tangkap, mesin, kapal), dan bakar minyak. Susbsistem produksi (on farm) terdiri dari aktivitas penangkapan ikan dan aplikasi teknologi penangkapan. Subsistem pengolahan hasil perikanan meliputi kegiatan mengolah ikan menjadi produk baru sehingga memiliki nilai tambah (value added). Disamping ikan segar, produk olahan ikan yang dihasilkan Desa Blanakan diantaranya fillet, abon, nugget, kerupuk, siomay, ikan asin, dan terasi. Subsistem pemasaran produk perikanan mencakup proses dari produsen (nelayan) hingga ke konsumen akhir. Secara keseluruhan beberapa permasalahan dalam pengembangan sistem agribisnis di Desa Blanakan adalah budidaya, sumberdaya manusia, modal, dan pemasaran. Perumusan program mengacu pada kendala-kendala yang telah dianalisis. Beberapa program yang direncanakan berusaha mencakup keseluruhan subsistem, yaitu dari mulai subsistem pengadaan sarana produksi, pengolahan, hingga pemasaran. Dengan demikian, pembuatan model pengembangan agribisnis perikanan tangkap bercermin pada penyelesaian potensi dan pemanfaatan peluang yang ada di Desa Blanakan, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Kata kunci : agribisnis, perikanan, dan pengembangan PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan dengan garis pantai terpanjang di dunia setelah Kanada yaitu seluas 5,8 juta Km2 dan garis pantai sekitar 90 ribu km, yang merupakan basis ekonomi perikanan. Menurut Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, produksi perikanan dalam periode 2003-2006 mengalami peningkatan rata-rata sebesar 6.36 persen per tahun. Produksi perikanan yang besar tersebut didominasi oleh produksi ikan laut (tangkap). Salah satu daerah yang memiliki potensi perikanan laut tersebut adalah Pantai Utara Jawa (Pantura). Pantai Utara Jawa merupakan salah satu daerah penghasil ikan terbesar di Indonesia. Beberapa daerah yang menjadi pelabuhan utama bagi para penangkap ikan di Pantai Utara Jawa salah satunya adalah Blanakan. Desa Blanakan adalah daerah dipesisir pantai utara yang terkenal karena potensi perikanan laut yang besar. Dilihat dari posisinya sebagai salah satu pelabuhan bagi para nelayan untuk menjual hasil tangkapannya, Blanakan merupakan daerah yang sangat strategis karena letaknya yang lebih dekat dengan ibukota Jakarta. Perikanan laut (tangkap) berkontribusi sangat besar terhadap perekonomian Desa Blanakan di samping perikanan tambak dan padi sawah. Agribisnis perikanan laut di Desa Blanakan juga didukung oleh adanya beberapa lembaga, antara lain koperasi, yang berperan penting terhadap kelancaran agribisnis di desa tersebut. Jumlah produksi ikan blanakan terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun, banyak faktor yang mengakibatkan terjadinya penurunan tersebut. Diantaranya adalah faktor kondisi alam yang tidak menentu, faktor Sumberdaya dan teknis, faktor Sumber Daya Manusia dan faktor kebijakan yang berasal dari kelembagaan atau dinas terkait. Produktivitas perikanan laut di Desa Blanakan mencapai angka paling rendah sebesar 2.994,8 ton di tahun 2006 tetapi dapat memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan tahun berikutnya (tabel 1). Tabel 1. Produksi Ikan Laut Desa Blanakan Tahun 2003-2007 Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 Volume Produksi Non Anggota Anggota (kg) (Ton) 453.226 4.582,7 499.764 4.794,3 146.922 3.771,0 88.348 2.906,4 92.166 3.032.0 Nilai Produksi Non Anggota Anggota (Juta Rp) (Juta Rp) 2.209,0 22.334,9 2.593,9 24.873,4 797,8 20.476,0 511,8 16.838,1 509,8 16.772,9 Jumlah (Ton) 5.035,9 5.249,0 3.917,9 2.994,8 3.124,2 (Juta Rp) 24.543,9 27.467,2 21.273,7 17.349,9 17.282,7 Sumber : RAT Koperasi Mina Fajar Sidik (2008) Agribisnis perikanan laut (tangkap) sangat potensial untuk dianalisis dari berbagai sisi subsistem agribisnis sehingga dapat diketahui permasalahannya dan diwujudkan melalui program pengembangan yang dibutuhkan berdasarkan permasalahannya tersebut. Kontribusi pengembangan agribisnis perikanan tangkap di Indonesia diharapkan dapat terwujud. Tujuan dan Manfaat Penulisan ini bertujuan, antara lain : mengkaji gambaran umum, potensi, dan masalah pengembangan agribisnis Desa Blanakan, mengkaji sistem agribisnis komoditas perikanan tangkap Desa Blanakan mulai dari subsistem pengadaan sarana produksi hingga subsistem pendukung dan mengkaji program pengembangan sistem agribisnis komoditas perikanan tangkap di Desa Blanakan. Manfaat dari penulisan ini, antara lain : bagi Sasana Karya, penulisa ini diharapkan mampu memberikan masukan bagi pengembangan agribisnis perikanan tangkap di Desa Blanakan, sehingga terjadi tindak lanjut dari program yang telah dilaksanakan maupun dari data yang dipaparkan. Dan bagi perguruan tinggi, penulisan ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi pengembangan komoditas perikanan, khususnya perikanan tangkap di Indonesia. Metode Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Blanakan, Kecamatan Blanakan, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa Desa Blanakan memiliki potensi besar dalam sektor pertanian (padi sawah), perikanan (perikanan tangkap dan tambak), peternakan, dan pariwisata (penangkaran buaya). Lokasi tersebut ditentukan oleh Departemen Agribisnis sebagai salah satu lokasi sasana karya. Kegiatan tersebut dilaksanakan selama kegiatan gladikarya yaitu pada tanggal 2 Juli sampai dengan 16 Agustus 2008. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer diperoleh dengan cara pengamatan langsung di lapangan dan wawancara dengan nelayan, pengolah dan berbagai pihak terkait lainnya. Data sekunder bersumber dari beberapa instansi diantaranya UPPP Kecamatan Blanakan, Dinas Perikanan Kabupaten Subang, Pemda Desa Blanakan, KUD, LIPI Subang, internet, dan buku-buku terkait dengan kajian penelitian. Data tersebut berupa angka-angka, tabel, dan gambar. Tahun data yang digunakan untuk data sekunder adalah data dari lima tahun terakhir (2004-2008) sedangkan data primer yang digunakan berdasarkan data tahun 2008. Metode untuk pengembangan Argribisnis Perikanan Tangkap di Desa Blanakan menggunakan metode penyusunan Road Map Agribisnis, sehingga dapat disusun strategi pengembangan program, berdasarkan setiap masalah dan potensi di Desa Blanakan, Subang, Jawa Barat. PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Desa Blanakan merupakan salah satu desa dari sembilan desa yang ada di Kecamatan Blanakan di bawah naungan Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Secara Geografis, Desa Blanakan terletak di bagian paling utara dari Jawa Barat, antara 6˚10’-6˚22’ lintang selatan dan 107˚30’-107˚53’ bujur timur. Desa Blanakan terletak sekitar 46,03 km dari ibukota Kabupaten Subang yang dapat ditempuh dengan motor atau mobil selama 1 jam 30 menit. Jarak ke ibu kota provinsi (Bandung) 90 km dan jarak ke ibukota negara (DKI Jakarta) 210 km. Desa Blanakan sebagai lokasi sasana karya adalah desa dengan luas wilayah 980,436 Ha, yang digunakan untuk lahan sawah, ladang, pemukiman, hutan, serta fasilitas umum seperti jalan, lapangan, dan perkantoran pemerintah. Pola penggunaan tanah di Desa Blanakan sebagian besar digunakan untuk sawah teknis yaitu sebesar 434,065 Ha, untuk pemukiman 156,329 Ha dan hutan lindung seluas 151,804 Ha . Jumlah penduduk laki-laki sebesar 5.388 orang (50.5%) dan penduduk berjenis kelamin perempuan sebesar 5.270 orang (49.44%). Seluruh penduduk ini menyebar dalam setiap dusun dengan jumlah kepala keluarga 3.658 KK dan kepadatan penduduk Desa Blanakan adalah 14,67 per km2. Berdasarkan perbandingan gender dan usia, maka tersedia banyak tenaga kerja produktif yang dapat mendukung pengembangan sistem agribisnis dan pembangunan di Desa Blanakan. Jumlah penduduk laki-laki yang relatif sebanding dengan jumlah penduduk perempuan menunjukkan bahwa di Desa Blanakan terdapat pembagian tugas atau pekerjaan yang merata, misalnya laki-laki banyak menjadi nelayan dan buruh tani, sedangkan tenaga kerja perempuan banyak menjadi buruh tani dan tenaga kerja pada usaha yang bergerak di bidang perikanan. Sebagian besar mata pencaharian penduduk Desa Blanakan adalah sebagai buruh tani yaitu sebesar 3.004 orang dari 6.007 orang atau 50 persen dari total penduduk Desa Blanakan. Potensi agribisnis di Desa Blanakan terdiri dari potensi tanaman, ternak, dan perikanan. Berdasarkan potensi tersebut, perikanan merupakan potensi terbesar bagi Desa Blanakan.Luas persawahan di daerah Blanakan sekitar 434,065 ha/m2 berupa sawah irigasi teknis. Tanaman dominan adalah padi, dengan hasil panen mencapai 6-10 ton/Ha. Selain tanaman padi, ada juga tanaman kelapa dengan luas lahan 6.000 Ha dan menghasilkan 9 Kw/Ha (Profil Desa Blanakan, 2007).Potensi agribisnis lain di Desa Blanakan adalah ternak, mulai dari ternak ayam kampung yaitu sebanyak 1.670 peterrnak dengan jumlah populasi 6.475 ekor, Peternak ini tersebar di seluruh dusun di Desa Blanakan. Budidaya ikan tambak di desa Blanakan diusahakan pada lahan seluas 35 Ha. Jenis ikan yang paling banyak diusahakan adalah ikan bandeng dan mujair, yakni masing-masing sebesar 500 ton, nila sebanyak 200 on, lele 120 ton, udang dan lobster 110 ton (dan menurun karena ada penyakit White Spot), yang lainnya adalah bawal, rajungan, dan kepiting sebesar 50 tonPada tahun 2007 berdasarkan data yang diperoleh dari desa dan Dinas Perikanan Subang, ikan laut yang paling banyak ditangkap adalah ikan jambal manyung dan ikan kembung yaitu masingmasing sebanyak 300 ton, layur sebanyak 290 ton, kakap 284 ton, tenggiri 225 ton, dan sisanya ikan cucut, tongkol, belanak, dan lainnya. Keberhasilan Desa Blanakan menjadi desa memproduksi ikan laut tidak terlepas dari peranan dari lembaga desa khususnya Kopersai Unit Desa (KUD) Inti Mina Fajar Sidik. KUD mengelola anggotanya yang terdiri dari nelayan dan bakul dengan baik melalui Tempat Pelelangan Ikannya (TPI). Selama tahun 2007, kontribusi anggota terhadap produksi di TPI KUD Mandiri Mina Fajar Sidik adalah sebesar 2,95 persen dan sisanya sebesar 97,05 persen didominasi oleh nelayan pendatang. Dari tahun ke tahun jumlah produksi perikanan tangkap di Desa Blanakan terus menurun. Banyak faktor yang mengakibatkan keadaan tersebut terjadi, diantaranya adalah keadaan laut yang sudah tidak memungkinkan ikan untuk berkembang biak dengan baik karena polusi dan pencemaran laut yang terjadi. Selain itu alat tangkap yang masih sederhana menjadi salah satu faktor rendahnya hasil tangkap para nelayan. Sistem Agribisnis Perikanan Tangkap Di Desa Blanakan Sistem agribrisnis mengandung pengertian sebagai rangkaian kegiatan dari berbagai subsistem yang saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain. Setidaknya ada lima subsistem yang saling terkait tersebut. Kelima subsistem tersebut, yaitu : (1) susbistem faktor input (input factor subsystem); (2) subsistem produksi (production subsystem); (3) subsistem pengolahan hasil (processing subsystem); (4) subsistem pemasaran (marketing subsystem) dan (5) subsistem kelembagaan penunjang (supporting institution subsystem) (Krisnamurthi dan Saragih, 1992). Rangkaian subsistem agribisnis perikanan tangakap dapat dilihat pada Gambar 1. Subsistem input Bahan bakar kapal (minyak tanah dan solar) Perbekalan pangan (beras, air bersih,dll) Balok es Peralatan Subsistem Usahatani Aktivitas Menangkap Ikan Aplikasi Teknik Budidaya Tangkap 1. 2. 3. 4. 5. 6. Subsistem Pengolahan Subsistem Pemasaran Ikan Segar Ikan Asin, fillet, terasi, abon Pengadaan dan Distribiusi Ikan Oleh TPI Subsistem Penunjang: Penelitian : Teknik Budidaya, produk Olahan Baru Pelatihan teknik budidaya dan pengolahan Penyuluhan Kelompok Nelayan Lembaga Keuangan : Bank dan koperasi Kebijakan Pemerintah Gambar 1. Sistem Agribisnis Komoditas Perikanan Tangkap di Desa Blanakan Tahun 2008 Gambar 1 menunjukkan bahwa rangkaian subsistem agribisnis perikanan tangkap di Desa Blanakan saling terkait satu sama lain. Rangkaian subsistem agribisnis dimulai dari subsistem pengadaan input yang meliputi pemenuhan perbekalan (pangan), es, peralatan (alat tangkap, mesin, kapal), dan bakar minyak. Susbsistem produksi (on farm) terdiri dari aktivitas penangkapan ikan dan aplikasi teknologi penangkapan. Subsistem pengolahan hasil perikanan meliputi kegiatan mengolah ikan menjadi produk baru yang memiliki nilai tambah. Beberapa produk olahan ikan di Desa Blanakan diantaranya ikan segar, fillet, abon, nugget, kerupuk, siomay, ikan asin, dan terasi. Subsistem pemasaran produk perikanan mencakup proses dari produsen (nelayan) hingga ke konsumen akhir. Semua subsistem tersebut didukung oleh subsistem lembaga penunjang. Susbsistem lembaga penunjang yang mendukung keseluruhan subsistem agribisnis meliputi lembaga ilmu pengetahuan (LIPI), lembaga keuangan (Bank BRI), koperasi (KUD Mina Fajar Shidik), dan instansi pemerintah (Dinas Perikanan Kabupaten Subang). Masalah Pengembangan Agribisnis Secara umum dalam pengembangan sistem agribisnis di Desa Blanakan, masalah yang terjadi adalah sekitar masalah budidaya, sumberdaya manusia, modal, dan pemasaran. Untuk masalah kebijakan atau peraturan berpengaruh terutama untuk pengembangan komoditas perikanan tangkap. Masalah-masalah pengembangan agribisnis di Desa Blanakan : 1. Karakteristik produk pertanian yang cenderung fluktuatif dalam hal jumlah, mutu, dan harga menyebabkan ketidakpastian produksi. 2. Adanya hama pertanian yang menyebabkan gagal panen beberapa bulan yang lalu, selain itu adanya penyakit white spot pada udang windu yang ditanam ditambak menyebabkan penurunan produksi selama tiga tahun terakhir, penyakit ini disebabkan terutama karena kondisi lingkungan tercemar terutama lingkungan perairan. Sudah banyak cara yang dilakukan oleh petani tambak dan penyuluh, dari mulai memberi obat secara berkala sampai dengan menanam bakau-bakau, akan tetapi belum ada hasil yang signifikan yang menunjukan perubahan kondisi pada udang windu (bago). 3. Kenaikan harga BBM menyebabkan peningkatan harga seluruh kebutuhan pokok dan lainnya, sehingga margin tataniaga dari produk agribisnis juga berkurang. 4. Masih rendahnya kemauan dan motivasi dari para pelaku untuk mengikuti perubahan dan pelatihan, karena kepentingan ekonomi dan terbatasnya waktu 5. Bantuan dari pemerintah dinilai sering kurang tepat sasaran atau tidak sesuai dengan kebutuhan sehingga kursng efektif dan efisien, misalnya saja pemerintah memberi bantuan kepada nelayan berupa kapal, tetapi tidak sesuai dengan kemampuan nelayan. Selain itu, bantuan pengadaan alat untuk pengolahan, tetapi pengolah banyak yang tidak bisa mengoperasikanya, atau memberikan bantuan peralatan tetapi pengolah tidak ada modal untuk mengolah dan mengalami kendala pemasaran. 6. Karakteristik produk yang mudah rusak, fluktuasi musiman, keterbatasan informasi pasar dan kondisi pemasaran tidak efisien. Selain itu, terdapat keluhan dari pengolah bahwa harga ikan yang cenderung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun terutama untuk ikan sebagai bahan baku fillet seperti ikan kuniran, kapasan, mata goyang dan lainya. Kenaikan ini menyebabkan banyak pengusaha fillet dan ikan asin terutama jenis usaha skala kecil mengalami pengurangan produksi yang cukup drastis atau bahkan terdapat beberapa yang gulung tikar. Kenaikan ini salah satu pemicunya adalah masuknya perusahaan besar dari Korea yang membeli sejumlah besar ikan fillet dari TPI Blanakan dengan harga yang cukup mahal. Model Pengembangan Agribisnis Model adalah sebuah skala kecil dari sebuah kenyataan yang sesungguhnya di lapangan (Oxford, 1983). Sementara itu, Soekartawi, dkk (1986) mengungkapkan bahwa model adalah suatu abstraksi dari sebuah realitas, yang mampu menemukan berbagai variabel yang penting dan tepat dari realitas itu. Mengacu pada kendala-kendala maka program yang direncanakan berusaha mencakup keseluruhan subsistem, yaitu dari mulai sub-sistem pengadaan sarana produksi, pengolahan, sampai pemasaran.dengan demikian, dalam pembuatan model pengembangan agribisnis perikanan tangkap dengan bercermin pada penyelesaian potensi dan pemanfaatan peluang yang ada di Desa Blanakan, Kabupaten Subang. Lampiran 2 menggambarkan model road map pengembangan Agribisnis perikanan tangkap, yang dapat dijadikan sebagai acuan program pengembangan. Pengembangan sendiri dibagi menjadi empat bagian yaitu pengembangan industri pengolahan, pemasaran dan perdagangan, infrastruktur dan yang terakhir adalah pengembangan nelayan dan kelembagaan. Pengembangan industri pengolahan menitikberatkan pada penambahan jumlah industri pengolahan, peningkatan kualitas dan kuantitas melalui pelatihan teknis, manajemen dan keuangan serta penambahan modal. Pengembangan industri pengolahan ini bisa dilakukan oleh KUD sebagai lembaga yang paling berpengaruh, yaitu dengan bekerjasama dengan Dinas Perikanan dan LIPI, program-program ini harus dilakukan secara berkelanjutan. Pemberian bantuan sebaiknya memperhatikan kapasitas dari penerima bantuan, untuk itulah perlu adanya pendataan. Pemasaran dan perdagangan yaitu pengembangan untuk mengatasi masalah pemasaran, dimana industri pengolah ikan mengalami kesulitas pemasaran produknya. Hal ini dilakukan melalui pembentukan kelompok usaha bersama, peningkatan kualitas produk dengan melalui pengawasan mutu oleh Dinas terkait, dan pemberian sertifikasi serta label halal, selain itu diperlukan juga adnya pengemasan yang baik sehingga produknya menarik dan tidak cepat rusak. Pengembangan infrastruktur dilakukan untuk memperbaiki infrastruktur desa yang berkaitan dengan agribisnis perikanan tangkap, seperti perbaikan saluran, pelayanan TPI, parkir kapal dan KD (pembangunan tepi sungai), pengerukan sungai, pemenuhan teknologi alat tangkap. Dan pemberdayaan nelayan dan perbaikan kelembagaan seperti pengaktifan kembali kelompok nelayan, sehinggan nelayan mempunyai wadah untuk menampung aspirasi serta dapat pula membentuk Kelompok Usaha Bersama (KUB). Pelaku pengembangan sistem agribisnis di Desa Blanakan, terpusat pada KUD Mina Fajar Shidik yang merupakan KUD Mandiri tingkat nasional. Kerjasama KUD dengan dinas perikanan kabupaten Subang dan Jawa Barat, dan LIPI kabupaten Subang. Peran serta masyarakat khususnya pelaku usaha perikanan juga sangatan du berpengaruh terhadap pengembangan agribisnis, dibutuhkan motivasi dan kerjasama dari mereka, dukungan dari dinas. Dukungan baik dari segi modal, sumberdaya, dan bantuan pemasaran. KESIMPULAN Desa Blanakan merupakan salah satu desa dari sembilan desa yang ada di Kecamatan Blanakan di bawah naungan Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Secara geografis, Desa Blanakan terletak di bagian paling utara dari Jawa Barat, Sub-sistem agribisnis komoditas perikanan tangkap dapat dibedakan menjadi subsistem pengadaan sarana produksi, sub sistem usahatani, sibsistem pengolahan, subsistem pemasaran dan subsistem penunjang yang kesemuanya saling terintegrasi. Berdasarkan analisis potensi dan kendala pengembangan Agribisnis perikanan tangkap di desa Blanakan maka program yang dikenalkan adalah melalui gambaran roadmap Agribisnis perikanan tangkap, yang meliputi : pengembangan industri dan pengolahan, pemasaran dan perdagangan, infrastruktur dan kelembagaan. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam kegiatan ini baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga dapat dilaksanakan dengan baik, antara lain : Dra. Yusalina, MSi sebagai dosen pendamping, Kepala Desa Blanakan, KUD Inti Mina Fajar Sidik, dan Pak Caca sebagai ketua Kelompok Tani Fajar yang telah memberikan informasi mengenai berbagai macam pengolahan ikan sehingga dapat meningkatkan nilai tambah komoditas. DAFTAR PUSTAKA Anonim. Profil Desa Blanakan Tahun 2007 Ariani Amir, Rini. 2008. Strategi Pengembangan Usaha Abon Ikan Di KUD Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi. Skripsi. Program studi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Hanafiah dan Saefudin. 2006. Tata Niaga Pertanian Hasil Perikanan. Jakarta: UIPress Widodo, Johanes dan Suadi.2006.Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Laut. Yogyakarta: Gajahmada University Press. Laporan Rapat Anggota Tahunan (RAT) KUD Mina Fajar Sidik Desa Blanakan, Kecamatan Blanakan, Kabupaten Subang Tahun 2007. Lampiran 1. Dokumentasi Kegiatan Gladikarya Gambar. Sistem Agribisnis Perikanan Tangkap Gambar 1. Produk Olahan Perikanan Tangkap Lampiran 2. Road Map Pengembangan Agribisnis Perikanan Tangkap ROAD MAP PENGEMBANGAN KOMODITAS PERIKANAN TANGKAP Pengembangan Industri Pengolahan Jenis industri pengolahan dan pasar. Bakul bertambah, peningkatan pelayanan KUD terhadap bakul dan nelayan pendatang. Industri pengolahan bertambah, jumlah dan jenis melalui pelatihan dan pemberian modal, baik modal investasi maupun modal kerja yang tepat sasaran. Peningkatan kualitas produk olahan, melalui sertifikasi, pengemasan yang menarik dan standardisasi. Perbaikan manajemen keuangan pengolah. Pemasaran dan Perdagangan Pengembangan pemasaran lewat unit usaha bersama, seperti koperasi maupun kelompok pengolah ikan. Efisiensi pasar, peningkatan kualitas produk, dan pencarian pasar baru melalui dinas terkait Memperbaiki kemasan, label, dan sertifikasi melalui dinas terkait, seperti Dinas Kesehatan. Infrastruktur Pembangunan kade bantaran sungai. Pembangunan saluran air di tempat pengolah. Pelebaran sungai Blanakan. Pembangunan break water di muara sungai Blanakan. Perlengkapan kapal dengan teknologi seperti alat tangkap yang sesuai dan penggunaan satelit. KEGIATAN POKOK Pemberdayaan Nelayan dan Kelembagaan Peningkatan pelayanan kepada nelayan, dengan tetap memperhatikan keamanan dan kebersihan TPI. Pendidikan dan pelatihan teknologi baru seperti tentang alat tangkap dan penggunaan mesin. Peningkatan akses teknologi, informasi, pembiayaan, dan pasar. Pengaktifan kembali kelompok nelayan dan pendidikan manajemen keuangan