Isolasi Bakteri Probiotik Dari Usus Udang Windu Dan Aplikasinya Dalam Upaya Pengendalian Vibrio harveyi Yang Menginfeksi Larva Udang Windu (Penaeus monodon Fabricius) Alexander Rantetondok **) Maria Imaculata Rume*) **) Dosen Pasca sarjana Universitas Hasanuddin *)Mahasiswa Pasca sarjana Universitas Hasanuddin. Abstrak Penelitian ini bertujuan mengetahui kemampuan bakteri probiotik dalam menekan Vibrio harveyi, meningkatkan sistem imun dan sintasan post larva udang windu. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan empat perlakuan dan tiga ulangan. Wadah pemeliharaan PL12 udang windu menggunakan stoples kaca yang berisi 700 ml air laut steril dengan kepadatan udang 20 ekor per stoples. Isolasi dan identifikasi berlangsung selama 2,5 bulan. Pengadaan benih dan perlakuan berlangsung selama 14 hari. Parameter imunologi dan sintasan larva udang windu dihitung pada akhir uji tantang. Hasil penelitian menunjukkan hasil uji in vitro diperoleh 3 isolat potensial bakteri yang dapat dijadikan sebagai agen probiotik dalam menghambat perkembangan Vibrio harveyi yakni bakteri dari genus Bacillus, Lactobacillus dan Staphylococcus. Berdasarkan analisis ragam dan analisis Tukey di dapatkan probiotik memberikan perbedaan nyata (P <0.05) terhadap sintasan larva udang windu setelah uji tantang. Abstract This study aims to determine the ability of probiotic bacteria in reducing Vibrio harveyi, improve the immune system and the survival rate of post-larval shrimp. This study used a complete randomized design with four treatments and three replications. Container maintenance PL12 shrimp using glass bottles containing 700 ml sterile sea water with a density of 20 shrimp tails per jar. isolation and identification take place during 2,5 the month. Seed procurement and the treatment lasts for days. survival rate of shrimp larvae was calculated at the end of the challenge test. The results indicate that candidate probiotic produced in in vitro assays, namely: Lactobacillus genus, Bacillus and Staphylococcus. Based on the analysis of diversity and Tukey test results, the real effect of probiotic treatment (P <0.05) in survival rates at the end of the challenge test. PENDAHULUAN Penyebab utama kegagalan budidaya udang windu di tambak didominasi oleh timbulnya penyakit, baik infeksi maupun non-infeksi. Penyakit non-infeksi, misalnya kekurangan oksigen dan defisiensi nutrisi banyak disebabkan oleh penurunan mutu lingkungan dan kesalahan pengelolaan, sedangkan penyakit infeksi karena serangan agen patogen, seperti virus, bakteri, parasit dan jamur (Hameed dkk., dalam Effendy, 2004). Salah satu bakteri yang paling umum menyerang larva udang penaeid khususnya dan sering menyebabkan kematian massal yaitu bakteri Vibrio harveyi. Umumnya serangan menimpa semua stadia larva udang yaitu zoea, misis dan awal post larva (Irianto, 2003). Berbagai usaha telah dilakukan untuk menanggulangi penyakit oleh bakteri ini yaitu menggunakan obat-obatan antibiotik. Akan tetapi pemakaian antibiotik ini tidak efektif lagi karena dapat membawa dampak negatif terhadap daya tahan dan pertumbuhan udang (Kordi, 2004). Selain itu, belakangan ini telah ditetapkan suatu peraturan tentang residu antibiotik zero tolerant oleh negara-negara Eropa, Amerika, dan Jepang yang merupakan negara tujuan ekspor udang Indonesia. Akibat hal tersebut, maka pemakaian beberapa jenis antibiotik telah dilarang ( Silaban, 2007). Salah satu alternatif dalam upaya pengendalian penyakit Vibrio harveyi pada udang windu dengan aman dan ramah lingkungan adalah pemberian probiotik sebagai peningkat kadar antibodi dan peningkatan aktivitas enzim pencernaan. Bakteri probiotik mampu melakukan pelekatan di mukosa usus dan memberikan perlindungan optimal sehingga menghalangi pelekatan bakteri patogen. Pada budidaya udang, penggunaan probiotik pada pemeliharaan kultur larvae telah berhasil menurunkan insiden serangan infeksi bakteri (Griffith, 1995 dalam Irianto, 2003). Efektivitas penggunaan bakteri probiotik untuk mengendalikan mikroorganisme patogen sangat dipengaruhi oleh jenis bakteri yang digunakan (Moriarty 1999; Verschuere dkk. 2000; Suprapto 2005). Hal tersebut, karena kehidupan bakteri sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Populasi bakteri pada lingkungan dengan kandungan nutrien dan fisika-kimia berbeda, secara umum akan berbeda pula (Madigan dkk; Maier dkk dalam Suprapto, 2008). Kriteria lain yang harus dipenuhi untuk menjadikan mikroorganisme tertentu sebagai probiotik adalah kepastian bahwa mikroorganisme tersebut tidak patogenik dan menghasilkan senyawa yang bersifat toksik bagi hewan yang dipeliharanya (Fuller, 1989; Farzanfar, 2006 dalam Khasani, 2008). Bakteri probiotik yang diisolasi dari lingkungan budidaya tambak diharapkan memiliki keunggulan-keunggulan tertentu dibanding dengan bakteri probiotik yang diisolasi dari sumber lain. Hal ini dikarenakan bakteri yang diisolasi dari tambak dan dikembalikan ke tambak diharapkan akan lebih mudah beradaptasi dan berkembangbiak serta melaksanakan peranannya sebagaiman mestinya (Muliani, dkk. 2008). Oleh karena itu perlu penelitian untuk mencari bakteri probiotik dalam usus udang windu dalam menanggulangi bakteri V. harveyi yang menginfeksi post larva udang windu. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan sejumlah isolat bakteri dari usus udang windu yang dapat menghambat pertumbuhan V. harveyi dan meningkatkan sintasan post larva udang windu. BAHAN DAN METODE Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2011. Sampel udang windu diperoleh dari pengusaha udang windu di Kabupaten Baru. Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah media agar non selektif TSA (Trypton Soya Agar), Larutan NaCl 0,85%, Aquades steril, MR-VP Broth, TSI (Triple Sugar Iron) agar, reagen methyl red, kovak’s reagen, bahan untuk uji pewarnaan gram, air laut steril. Alat-alat yang digunakan antara lain: inkubator, autoklaf, oven, bunsen, tabung reaksi, cawan petri, aluminium foil, pemanas, objek gelas, gelas penutup, mikroskop, jarum oase, laminal air flow, pipet tetes, stoples kaca. Isolasi Bakteri Probiotik Udang windu dewasa dibedah secara aseptis untuk diambil organ pencernaannya (usus) kemudian digerus dengan mortar, dimasukkan ke dalam 2 mL larutan fisologis (NaCl 0,85%). Hasil gerusan diambil 1 ml lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 9 mL larutan fisiologis 0,85% NaCl (pengenceran 10 -1). Untuk mengantisipasi padatnya koloni bakteri yang kemungkinan akan tumbuh dalam proses isolasi, maka dilakukan pengenceran secara bertingkat hingga 10 -5. Masing-masing tingkat pengenceran diinokulasi ke media TSA plate masing-masing-masing sebanyak 1 mL dan selanjutnya diinkubasi pada suhu 300 C selama 24 jam. Setelah seluruh biakan tumbuh, maka kan terlihat beberapa koloni dengan bentuk yang mungkin bervariasi. Untuk perlu dilakukan isolasi kembali ke media agar baru untuk mendapatkan jenis bakteri yang murni. Isolate yang telah murni disimpan pada suhu 40 C untuk pengujian selanjutnya. Uji Daya Hambat Bakteri Probiotik terhadap V. harveyi secara In Vitro Masing-masing isolate bakteri probiotik diuji tantang dengan V. harveyi yang telah diketahui bersifat pathogen pada larva udang. Tujuannya untuk mengetahui kemampuan bakteri probiotik dalam menghambat perkembangan V. harveyi. Di atas permukaan media agar (TSA) yang telah disebari dengan V. harveyi diletakkan kertas cakram yang berdiameter 6 mm yang telah dicelupi masing-masing larutan calon probion Selanjutnya diinkubasi pada suhu 280C selama 24 jam. Setelah itu diukur zona bening yang terbentuk dengan menggunakan mistar dari setiap kertas cakram. Identifikasi Bakteri Probiotik Dari hasil pengujian beberapa isolat probiotik, diambil tiga isolat yang dianggap paling potensial dalam penghambatan (diameter zona bening paling tinggi untuk diidentifikasi yang digunakan dalam pengujian selanjutnya. Identifikasi bakteri dilakukan dengan berpedoman pada buku Bergey’s Determinative Bacteriology (Holt et al, 1994) dengan melakukan serangkaian uji morfologi dan biokimia, yaitu uji pewarnaan Gram, uji motilitas, pengamatan bentuk sel, tipe penggandengan sel, uji katalase, uji oksidase-fermentasi. Uji Tantang V. harveyi Pada Post Larva Udang Windu Benur udang windu (PL12) yang akan digunakan diperoleh dari pengusaha udang windu di kabupaten Barru. Sebelum digunakan benur udang windu terlebih dahulu diadaptasikan selama 24 jam pada media yang akan digunakan dalam penelitian dan diberikan pakan berupa naupli artemia. Naupli Artemia yang telah dikultur, langsung dilakukan pengkayaan dengan bakteri probiotik hasil isolasi dengan kepadatan 106 sel/ml. Selanjutnya Artemia langsung diberikan pada post larva udang. Wadah pemeliharaan larva udang berupa stoples kaca yang berisis 700 ml air laut steril dan 20 ekor udang windu PL12 per stoples. Percobaan ini dilakukan selama 7 hari, dimana pemberian pakan naupli Artemia 2 kali sehari pagi dan sore. Pergantian air dan penyiponan dilakukan setiap hari. Setelah udang windu diberi probiotik melalui Artemia, selanjutnya bakteri V. harveyi sebagai patogen dimasukan ke dalam wadah pemeliharaan larva udang windu dengan kepadatan 105 cfu/ml. Selanjutnya pengamatan sintasan post larva udang windu dilakukan setelah 96 jam. Tingkat kelangsungan hidup udang diamati setelah uji tantang hari ke 7 dengan menggunkan rumus (Effendie, 1997) di bawah ini: : SR Nt 100% No Dimana : SR = Sintasan (%) Nt = Jumlah individu pada akhir penelitian (ekor) No = Jumlah individu pada awal penelitian (ekor) Penelitian ini didesain dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan 4 perlakuan dan masing-masing 3 ulangan. Perlakuan yang akan diuji adalah: 1. Perlakuan A : Genus Bacillus + V. harveyi 2. Perlakuan B :Genus Lactobacillus + V. harveyi 3. Perlakuan C : Genus Staphylococcus + V. harveyi. 4. Perlakuan K: Kontrol (V. harveyi ) K11 B11 B13 C12 A11 C13 B12 A13 C11 K12 K13 K11 A12 HASIL DAN PEMBAHASAN Uji In Vitro Kandidat Bakteri Probiotik Terhadap V. harveyi Dari hasil pengamatan, diperoleh bahwa bakteri yang diisolasi dari usus udang windu dapat tumbuh dan berkembang pada media kultur TSA. Koloni bakteri yang tumbuh pada media terdapat dalam berbagai bentuk, warna, tepian, ukuran, dan permukaan koloni (elevasi) yang berbeda. Hasil pengamatan koloni dari beberapa isolat bakteri dapat dilihat pada Tabel 1. di bawah ini. Tabel 1. Hasil pengamatan koloni dari beberapa isolat kandidat bakteri probiotik dari usus udang windu. ISOLAT PENGAMATAN KOLONI BENTUK WARNA TEPIAN ELEVASI 1 Tidak beraturan, ada bulat di tengah Putih susu Undulate Datar 2 3 Irregular Bundar Putih susu Kuning Lobate Entire Datar Cembung 4 Bundar Kuning tua Entire Cembung 5 6 Irregular Bundar Putih susu Putih susu mengkilat Entire Entire Datar Cembung Selanjutnya dilakukan uji tantang secara in vitro dengan bakteri V. harveyi. Hasil pengukuran zona hambat isolat kandidat bakteri probiotik terhadap bakteri V. harveyi ditemukan 3 isolat dari 6 isolat yang menunjukkan respon antagonis dengan adanya zona bebas bakteri di sekeliling kertas cakram. Isolat bakteri kandidat probiotik rata-rata memiliki daya hambat terhadap patogen yaitu V. harveyi, dimana aktivitas ini ditandai dengan adaya zona hambat di sekeliling isolat yang ditanam. Hasil identifikasi berdasarkan Holt, dkk (1994) pada 3 isolat yang memperlihatkan terbentuknya zona hambat terhadap V. harveyi, umumnya berbentuk batang dan bulat dengan tipe penggandengan sel diplo, tunggal dan rantai. Dari hasil uji aktivitas antagonistik, didapat hasil bahwa bakteri kandidat probiotik rata-rata mampu menekan pertumbuhan V. harveyi. Zona hambat terbaik dihasilkan oleh isolat A yang memiliki kesamaan dengan bakteri genus Bacillus. Zona hambat terbaik kedua dihasilkan oleh isolat B yang memiliki kesamaan dengan bakteri genus Lactobacillus. Zona hambat terbaik ketiga dihasilkan oleh isolat C yang memiliki kesamaan dengan bakteri genus Staphylococcus. Sintasan (%) Post Larva Udang Windu Setelah Pemberian Probiotik dan Diuji Tantang dengan V. harveyi. Hasil pengujian menunjukkan bahwa ketiga isolat bakteri tersebut secara signifikan (P<0,05) dapat meningkatkan sintasan post larva udang windu. Sintasan post larva udang windu setelah pemeliharaan dengan perlakuan probiotik dan diuji tantang dengan V. harveyi selama 96 jam dapat dilihat pada Gambar 1. 100.00 90.00 78.33 ± 7.64 76.67 ± 7.64 80.00 60.00 ± 10.00 Sintasan (%) 70.00 50.00 ± 10.00 60.00 A 50.00 B 40.00 C 30.00 Kontrol 20.00 10.00 0.00 A B C Kontrol Perlakuan Gambar 1. Grafik rata-rata sintasan PL udang windu pada akhir penelitian Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian probiotik melalui pakan Artemia pada larva udang windu berpengaruh nyata (P<0,05) pada sintasan larva udang windu (P. monodon). Selanjutnya hasil uji lanjut Tukey menunjukkan bahwa pada perlakuan A, B dan C tidak berpengaruh nyata, akan tetapi perlakuan A dan B berpengaruh nyata (P<0,05) dengan kontrol. Sedangkan perlakuan C tidak berpengaruh nyata dengan kontrol.. Berdasarkan Gambar 1. terlihat bahwa sintasan larva udang windu tertinggi dihasilkan pada perlakuan A sebesar 78,33%, kemudian berturut-turut perlakuan B, C sebesar 76,67%, 60,00% dan terendah adalah kontrol sebesar 50%. Peningkatan nilai sintasan larva udang windu tersebut kemungkinan karena adanya penghambatan pertumbuhan V.harveyi pada larva udang oleh bakteri probiotik. Salah satu peran yang harus dimiliki suatu bakteri probiotik untuk dapat dijadikan kandidat bakteri probiotik yaitu mampu menghasilkan senyawa antibakteri yaitu peptida yang disintesis dalam ribosom sehingga menghambat perkembangan bakteri patogen, khususnya V. harveyi yang banyak terdapat pada saluran pencernaan udang dan mampu menjaga keseimbangan bakteri dalam saluran pencernaan. Tingginya kelangsungan hidup udang yang ditambahkan probiotik kemungkinan berkaitan dengan pengaruh probiotik itu terhadap reaktif kekebalan pada inang. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Vieira dkk (2010) bahwa kelangsungan hidup udang yang diberi probiotik Lactobacillus plantarum lebih tinggi setelah 10 jam ditantang dengan V. harveyi. Menurut Nopiwati (2010), bakteri kandidat probiotik yang diseleksi dari saluran pencernaan udang vaname rata-rata menekan pertumbuhan Vibrio harveyi dan memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan udang vaname. Umar (2009), melaporkan bahwa isolat Bacillus sp. Lts 40 memiliki aktifitas dan efektifitas penghambatan yang tinggi terhadap Vibrio harveyi serta mampu meningkatkan sintasan udang windu. Rendahnya sintasan larva udang windu pada kontrol kemungkinan disebabkan tidak adanya penambahan bakteri probiotik. Dengan demikian sumber energi yang diperoleh larva udang windu hanya semata-mata berasal dari pakan alami. Dengan adanya penambahan bakteri probiotik melalui pakan artemia yang lansung dimanfaatkan oleh larva udang windu sehingga larva tersebut dapat mempertahankan sintasannya. KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa udang windu mempunyai beberapa macam bakteri di dalam saluran pencernaan, dimana berdasarkan uji in vitro diperoleh 3 isolat potensial bakteri sebagai agen probiotik yang memiliki daya hambat terhadap perkembangan V. harveyi, yakni bakteri dari genus Bacillus, Lactobacillus dan Staphylococcus. Pemberian probiotik pada larva udang windu meningkatkan sintasan Post larva udang windu. Pada pemeliharaan larva udang windu perlu diadakan penelitian lanjut dengan dosis dan cara pemberian probiotik yang tepat untuk mengetahui efektifitas probiotik dalam menghambat bakteri patogen. DAFTAR PUSTAKA Agung, M. 2007. Penelusuran Efektifitas Beberapa Bahan Alam Sebagai Kandidat Antibakteri Dalam Mengatasi Penyakit Vibriois Pada Udang Windu (suatu kajian kepustakaan). Fakultas perikanan dan ilmu kelautan. Universitas padjajaran. Jatinangor. Amri, K. 2003. Budidaya Udang Windu Secara Intensif. Agromedia pustaka. Jakarta. Bachéré, E. 2000. Shrimp Immunity and Disease Control. Aquaculture 191:3-11. Badjoeri, M. 2008. Identifikasi Bakteri Pathogen Pada Sistem Keramba Jaring Apung (KJA) di Danau Maninjau Sumatra Barat. Jurnal oseonologi dan limnology Indonesia. ISSN 0125-9830. Pusat penelitian limnology-LIPI. Balcazar, J. L dan Tryson, R.L. 2007. Inhibitory Activity of Probiotic Bacillus subtilis UTM 126 Against Vibrio Species Confers Protection Against Vibriosis in Juvenile Shrimp (Litopenaeus vannamei). Faculty of Aquaculture, Technical University of Machala, Machala, Ecuador. Effendy, S. 2004. Pengaruh Konsentrasi Dan Lama Perendaman Ekstrak Ragi Roti Saccharomyces cereviciae Terhadap Resisten Pasca Larva Udang Windu (Penaeus monodon Fabricius). Tesis tidak diterbitkan. Makassar: Program Pascasarjana UNHAS. Feliatra, I.E dan E. Suryadi. 2004. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Probiotik dari Ikan Kerapu Macan (Ephinephelus fuscogutatus) Dalam Upaya Efisiensi Pkan Ikan. Jurnal Natur Indonesia. ISSN 1410-9379. Galugu, M. 2008. Pengaruh Probiotik Bacillus Plus-1 Pada Dosis Berbeda Terhadap Kualitas Air, Bakteri Vibrio harveyi, Sintasan dan total Haemocyte Post larva Udang vannamei (Litopenaeus vannamei). Tesis tidak diterbitkan. Makassar ; Program Pascasarjana UNHAS. Irianto, A. 2003. Probiotik Akuakultur. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.