DALAM MENCEGAH KEMATIAN SEL JANTUNG

advertisement
LAPORAN
PENELITIAN BERBASIS PUBLIKASI INTERNASIONAL
PERAN KAYU MANIS (Cinnamommum cassia) DALAM
MENCEGAH KEMATIAN SEL JANTUNG (APOPTOSIS) TIKUS
DENGAN DIABETES MELLITUS
Diajukan oleh :
dr. Flori Ratna Sari, Ph.D
KELOMPOK PENELITIAN DIABETES MELLITUS DAN REGENERASI
PANKREAS
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
0|P a ge
DAFTAR ISI
BAB I
Pendahuluan
3
Batasan masalah
6
Tujuan Penelitian
6
Hipotesa atau argumen utama
6
BAB II
Definisi dan klasifikasi diabetes mellitus
7
Patofisiologi dan patogenesis pada penyakit jantung
9
Apoptosis jantung pada diabetes mellitus
15
Kayu manis
18
Kerangka konsep
21
BAB III
Desain
22
Tempat
22
Adaptasi hewan coba
22
Ekstraksi kayu manis
23
1|P a ge
Pemberian ekstrak kayu manis
23
Sampel dan induksi diabetes
24
Pengukuran kadar glukosa darah
26
Pengukuran berat badan
27
Analisis kematian sel jantung (apoptosis) dengan tunel method
28
BAB IV
Hasil
30
Pembahasan
39
BAB V
Kesimpulan dan saran
DAFTAR PUSTAKA
42
44
LAMPIRAN
2|P a ge
BAB I
LATAR BELAKANG
1.1 PENDAHULUAN
Diabetes mellitus (DM) atau lebih dikenal sebagai penyakit kencing manis
merupakan salah satu penyakit yang sudah ada sejak lama dan penderitanya
terdapat di seluruh dunia. Faktor genetik, perubahan gaya hidup modern dan
pola makan yang tidak seimbang menjadikan DM sebagai salah satu penyakit
endemik dengan jumlah penderita yang meningkat terus menerus dari tahun ke
tahun. Diperkirakan saat ini terdapat 346 juta orang yang menderita DM di
seluruh dunia dan jumlah penderitanya diprediksi akan meningkat menjadi dua
kali lipat pada tahun 2030 menurut World Health Organization (WHO).
Setengah dari angka tersebut tersebar di Asia terutama India, Cina, Pakistan dan
Indonesia.1-3 American Diabetes Association (ADA) mendefinisikan DM
sebagai suatu kelompok penyakit dengan kelainan metabolik yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya dan ditandai dengan
karakteristik hiperglikemia.1-3
3|P a ge
Selain tingginya biaya pengobatan yang dihabiskan, DM juga menimbulkan
berbagai macam komplikasi yang menjadi penyebab utama kesakitan dan
kematian pada penderitanya. Di antara komplikasi yang paling sering
menyebabkan kematian adalah komplikasi pada jantung dan ginjal. Secara
statistik, kematian pada pasien penyakit jantung meningkat menjadi dua hingga
empat kali lipat jika disertai dengan DM. 4 Beberapa studi telah menunjukkan
bahwa kondisi kadar gula yang sangat tinggi di dalam darah (hiperglikemia)
pada pasien DM dapat menimbulkan kerusakan jantung secara langsung dan
menimbulkan komplikasi yang dikenal sebagai diabetik kardiomiopati atau
jantung diabetik.4-8 Pada jantung diabetik, respon awal sel otot jantung dalam
menghadapi keadaan hiperglikemia adalah dengan timbulnya gangguan proses
metabolisme, kerusakan sel, kerusakan ekspresi gen dan pada akhirnya
menimbulkan kematian sel jantung (apoptosis).9-11 Lebih jauh lagi, kematian sel
jantung dapat mengakibatkan hilangnya kemampuan kontraksi jantung,
penurunan fungsi jantung sebagai pompa darah dan kompensasi pembesaran
jantung karena turunnya perfusi darah. 10 Pada manusia, peningkatan kematian
sel jantung juga terjadi pada jantung pasien DM jika dibandingkan dengan
manusia normal, menggambarkan hubungan yang lebih jelas antara kondisi
hiperglikemia pada DM dan kematian sel jantung. 12
4|P a ge
Hubungan penting antara hiperglikemia dan komplikasi penyakit DM
menjadikan pengendalian kadar gula sebagai salah satu strategi terpenting dalam
terapi DM. Dengan terkendalinya kadar gula darah maka diharapkan komplikasi
yang hadir dapat diminimalisir. Ini menjadikan penelitian obat DM adalah salah
satu penelitian farmakologi yang paling pesat di dunia.
Kayu manis (Cinnamomum cassia) termasuk salah satu tanaman herbal yang
juga merupakan komoditas ekspor utama Indonesia. Kulit dan ranting kayu
manis selama ini sudah digunakan masyarakat untuk mengobati beberapa
penyakit seperti diare, gangguan pencernaan, gastritis, jantung koroner dan nyeri
dada. Pada penelitian lebih jauh ditemukan bahwa kayu manis juga memberi
efek anti-diabetes pada pasien DM maupun hewan coba yang diinduksi DM.
Efek anti-diabetes ini diperkirakan timbul karena fraksi dasar kayu manis
memiliki efek mimetik insulin.13 Pada hewan coba dengan DM, pemberian
ekstrak kayu manis dengan dosis 200 mg/kg BB dapat menurunkan kadar gula
darah yang meningkat.14 Lebih jauh lagi, pemberian 1, 3 dan 6 g kayu manis
pada pasien DM tipe 2 dapat menurunkan kadar gula darah hingga 29 persen.15,16
Walaupun sudah banyak laporan manfaat kayu manis pada penurunan kadar gula
darah pasien DM, namun belum ada laporan apakah kayu manis dapat
memproteksi proses kematian sel jantung pada hewan coba dengan DM.
5|P a ge
Penelitian ini bertujuan untuk melihat kemungkinan kayu manis sebagai agen
pencegah kematian sel jantung pada penyakit DM tipe 2.
1.2 BATASAN MASALAH
Bagaimana kematian sel pada jantung tikus yang diinduksi DM dengan atau
tanpa pemberian ekstrak kayu manis (Cinnamomum cassia) ?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
1.
Mengetahui kadar gula darah, berat badan dan berat jantung tikus DM
dengan atau tanpa pemberian ekstrak kayu manis (Cinnamomum cassia).
2.
Mengetahui ekspresi TUNEL pada jantung tikus DM dengan atau tanpa
pemberian ekstrak kayu manis (Cinnamomum cassia).
1.4 HIPOTESA ATAU ARGUMEN UTAMA (THESIS STATEMENT)
Hipotesis nol :
Tidak ada hubungan antara pemberian kayu manis dengan kematian sel jantung
pada tikus DM
Hipotesis satu :
6|P a ge
Terdapat hubungan antara pemberian kayu manis dengan kematian sel jantung
pada tikus DM
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEP
LANDASAN TEORI
2.1
DEFINISI DAN KLASIFIKASI DIABETES MELITUS (DM)
DM adalah kelainan metabolisme yang ditandai dengan defisiensi atau
resistensi insulin, kadar gula darah yang tinggi dan kerusakan progresif sel beta
pankreas. Diperkirakan saat ini terdapat 346 juta orang yang menderita DM di
seluruh dunia dan jumlah penderitanya diperkirakan akan meningkat menjadi
dua kali lipat pada tahun 2030 menurut WHO. 1-3 Secara garis besar,
mekanisme yang menjadi dasar semua jenis DM adalah gangguan fungsi
pankreas dalam mengeluarkan insulin. Pada DM tipe 1, terjadi kerusakan
permanen pankreas karena mekanisme autoimun dari tubuh. Sementara, pada
DM tipe 2 pankreas mengalami disfungsi, yang ditandai dengan pengeluaran
insulin secara normal namun insulin tidak mampu berfungsi secara baik.
Kondisi ini yang dikenal dengan nama resistensi insulin. 1-3 Secara definisi, DM
7|P a ge
ditetapkan sebagai penyakit kronis yang ditandai dengan adanya peningkatan
kadar glukosa darah dan gangguan metabolisme dari karbohidrat, protein, dan
lemak yang berhubungan dengan insufisiensi sekresi insulin dan dengan
berbagai tingkat resistensi insulin.17
Klasifikasi DM berdasarkan American Diabetes Association (ADA) adalah
seperti yang tercantum pada tabel 2.1 :18,19
Tabel 2.1 Klasifikasi DM berdasarkan penyebab
TIPE
Tipe 1
PENYEBAB
Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi
absolut
Tipe 2
 Bervariasi, mulai yang dominan resistensi insulin
disertai defisiensi insulin relatif sampai yang
dominan defek sekresi insulin disertai resisensi
insulin
Tipe lain
 Defek genetik fungsi sel beta
 Defek genetik kerja insulin
 Penyakit eksokrin pankreas
8|P a ge
 Endokrinopati
 Karena obat atau zat kimia
 Infeksi
 Sebab imunologi yang jarang
 Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM
Diabetes melitus
gestasional
Sumber : PERKENI, 2011
2.2
PATOFISIOLOGI DAN PATOGENESIS DIABETES MELLITUS
Patofisiologi diabetes melitus berawal dari organ pankreas. Pankreas adalah
suatu organ yang terdiri dari jaringan eksokrin dan endokrin (Gambar 2.1).
9|P a ge
Gambar 2.1 Anatomi pankreas
Diambil dari : www.londonlivercentre.co.uk
Bagian eksokrin mengeluarkan larutan basa encer dan enzim-enzim pencernaan
melalui duktus pankreatikus ke dalam lumen saluran pencernaan. Di antara selsel eksokrin pankreas tersebar kelompok-kelompok, atau “pulau-pulau” sel
endokrin yang dikenal juga dengan pulau-pulau Langerhans (Islet of
Langerhans) (Gambar 2.2). Jenis sel endokrin yang paling banyak ditemukan
adalah sel β (beta), tempat sintesis dan sekresi insulin. Yang penting juga
adalah sel α (alfa), yang menghasilkan glukagon. Sel D (delta) adalah tempat
10 | P a g e
sintesis somatostatin, sedangkan sel endokrin yang paling jarang, sel F yang
mengeluarkan polipeptida pankreas (PP).
Insulin memiliki efek penting pada berbagai metabolisme seperti metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein. Hormon ini berfungsi menurunkan kadar
glukosa, asam lemak, dan asam amino dalam darah serta mendorong
penyimpanannya. Insulin menjalankan efeknya yang beragam dengan
mengubah transportasi nutrien spesifik dari darah ke dalam sel atau dengan
mengubah aktivitas enzim-enzim yang terlibat dalam jalur metabolik tertentu.
Insulin akan disekresikan oleh sel β pankreas ke dalam darah jika terjadi
peningkatan glukosa darah (kontrol utama), begitupun juga bila kadar asam
amino meningkat di darah. Insulin yang telah tersekresi akan menempel pada
sel-sel yang memiliki reseptor insulin, dan menyebabkan terbentuknya sinyal
sehingga GLUT (glucose transporter) berpindah ke permukaan sel dan
membuat glukosa darah masuk ke dalam sel dan dapat dimanfaatkan oleh sel
menjadi banyak hal, seperti menghasilkan energi, atau sintesis glikogen, lipid
dan asam amino sehingga kadar glukosa dalam darah menurun karena dapat
dimanfaatkan oleh sel-sel.18,19
11 | P a g e
Gambar 2.2 Histologi kelenjar eksokrin dan endokrin pankreas. Islet of
Langerhans, sel endokrin pankreas yang mengeluarkan insulin
Diambil dari : www.micro2tele.com
Pada orang DM regulasi insulin terhadap glukosa darah mengalami gangguan,
akibat tidak tersekresinya insulin oleh sel β pankreas seperti yang terjadi pada
DM tipe 1 ataupun terjadi ketidakpekaan sel-sel target insulin (resistensi
insulin) terhadap keberadaan insulin seperti yang terjadi pada DM tipe 2. Hal
ini menyebabkan keadaan hiperglikemia dan menyebabkan banyak efek
merugikan pada tubuh.18
12 | P a g e
Tidak adanya insulin akan mempengaruhi metabolisme protein. Pada pasien
DM terjadi penurunan berat badan (BB) yang berarti, hal ini karena terjadi
pergeseran netto ke arah katabolisme protein, sehingga terjadi penguraian
protein-protein dan menyebabkan otot rangka lisut dan melemah. Jika keadaan
ini berlangsung terus-menerus penurunan BB pun terjadi.18
Selain pada karbohidrat dan protein, insulin sangat membantu berjalannya
metabolisme lemak secara fisiologis. Efek insulin pada lemak antara lain: (1)
meningkatkan transportasi glukosa ke dalam jaringan adiposa sebagai
prekursor pembentukan asam lemak dan gliserol (2) insulin mengaktifkan
lipoprotein lipase (3) meningkatkan masuknya asam-asam lemak darah ke
dalam sel adiposa (4) insulin menghambat lipolisis sehingga kadar asam lemak
di darah rendah. Berdasarkan pengaruhnya terhadap lipid, jika terjadi defisiensi
atau resistensi insulin maka keseimbangan metabolisme lipid akan terganggu,
dan berakhir dengan keadaan hiperlipidemia pada pasien DM. 18
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa insulin mengatur jalur-jalur
biosintetik yang menyebabkan peningkatan pemasukan glukosa, peningkatan
penyimpanan glukosa dan lemak, dan meningkatkan sintesis protein. Karena
itu, hormon ini akan menurunkan kadar glukosa, asam lemak, dan asam amino
13 | P a g e
dalam darah. Jika sekresi insulin rendah, yang terjadi adalah efek yang
berlawanan.18
Pada tingkat seluler, studi otopsi pada manusia menunjukkan bahwa DM dapat
terjadi karena terdapat gangguan pada sel pankreas secara histologis. Jumlah
sel beta pankreas pada pasien DM berkurang hingga 50 persen ketika
dibandingkan dengan manusia normal. 20-22 Dalam penelitian lebih lanjut
ditemukan bahwa berkurangnya jumlah sel beta pankreas ini terjadi bukan
karena pembentukan (neogenesis) yang berkurang, 23,24 tetapi karena ada
gangguan keseimbangan antara neogenesis dan kematian sel (apoptosis), di
mana pada DM terjadi peningkatan kecepatan proses apoptosis. 25 Ada banyak
mekanisme yang dilaporkan mendasari peningkatan kecepatan proses apoptosis
pada DM, antara lain perbedaan genetik, kadar stress oksidatif pada sel,26-29
dan peningkatan kadar metabolit seperti asam lemak bebas yang mengganggu
keseimbangan apoptosis.30-33 Sebagai tambahan, peningkatan kadar glukosa
berlebih dapat secara langsung menyebabkan apoptosis pada sel beta pankreas
pada manusia melalui aktivasi Fas ligand yang lebih jauh lagi akan
mengaktifkan caspase-3 dan caspase-8, regulator apoptosis dalam tubuh.34
Dalam beberapa kepustakaan ditemukan bahwa caspase-3 dan caspase-8 adalah
14 | P a g e
jenis caspase yang cukup kuat menginduksi proses apotosis dan bisa
mengaktifkan caspase dan protein apoptosis yang lain. 35
2.3
APOPTOSIS JANTUNG PADA DIABETES MELLITUS
Apoptosis adalah salah satu bentuk kematian sel yang melibatkan program di
tingkat molekuler dan seluler. Kematian sel jantung secara terprogram ini dapat
terjadi pada gagal jantung, infark miokard, aritmia dan diabetes. 11 Beberapa
kondisi yang merupakan pemicu kuat hadirnya apoptosis adalah radikal bebas,
sitokin, stress, metabolit sphingolipid dan atokoid. 11
Apoptosis dapat berakibat jauh pada kegagalan progresif pompa jantung,
aritmia dan remodeling jantung.11 Diabetes dapat mengakibatkan berbagai
macam komplikasi pada jantung dan disebut sebagai jantung diabetes (diabetik
kardiomiopati). Jantung diabetes
menjadi penyebab utama morbiditas dan
mortalitas pasien dengan diabetes. Kematian pada penyakit jantung diabetes
meningkat dua hingga empat kali lipat dibandingkan pada pasien dengan
penyakit jantung tanpa diabetes. Beberapa studi menunjukkan kadar glukosa
yang tinggi dalam darah (hiperglikemia) adalah penyebab langsung kerusakan
jantung namun mekanisme pastinya belum dapat dijelaskan. 4
15 | P a g e
Beberapa kelainan yang timbul pada jantung diabetes antara lain meliputi
penurunan massa jantung, hipertrofi otot jantung, fibrosis jaringan dan
perivaskuler, abnormalitas metabolisme, defek subseluler, ekspresi gen
abnormal yang pada akhirnya semua mengakibatkan pada kematian sel
jantung.4 Lebih jauh lagi kematian sel jantung ini dapat berakibat pada
hilangnya jaringan kontraktil jantung, hipertrofi kompensatorik pada sel
jantung dan remodeling serta fibrosis jantung. 4
Dalam salah satu penelitian dilaporkan bahwa kondisi hiperglikemia
mengakibatkan pelepasan sitokrom c mitokondrial, aktivasi caspase-3 dan
peningkatan stress oksidatif yang merupakan stimuli kuat terjadinya apoptosis
di sel jantung. Lebih jauh lagi, pengendalian kondisi hiperglikemia dengan
suplementasi insulin dapat secara langsung mencegah kelainan morfologi
jantung dan proses apoptosis di jantung. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
kematian sel jantung pada diabetes berhubungan sangat erat dengan kadar
glukosa dalam darah.4 Kematian sel jantung dapat dideteksi dengan memonitor
proses pemecahan DNA nuklear melalui metode DNA ladder dan terminal
deoxy-uridine nick end labeling (TUNEL). Proses apoptosis pada sel jantung
dapat dilihat pada gambar 2.3, 2.4 dan 2.5.
16 | P a g e
Gambar 2.3 Proses apoptosis pada sel otot jantung yang melibatkan stimulus
dari radikal bebas yang mengakibatkan aktivasi jalur apoptosis
Diambil dari : www.ajpheart.physiology.org
A
B
Gambar 2.4 Kematian sel otot jantung dengan pewarnaan TUNEL, (A)
gambaran histologi normal jantung, (B) gambaran kematian sel jantung
(ditandai dengan panah)
Diambil dari : www.spandidos-publications.com
17 | P a g e
Gambar 2.5 Mekanisme caspase-3 menginduksi apoptosis
Diambil dari : www.intechopen.com
2.4
KAYU MANIS
Kayu manis (gambar 2.6) adalah tanaman yang berasal dari Cina utara,
Bangladesh, Vietnam dan Indonesia dan sudah dipergunakan secara luas oleh
berbagai kebudayaan sebagai bumbu masak. Menurut Dirjen Perkebunan
(2007) nama umum yang digunakan di Indonesia: Holim (Batak), Kayu Manis
18 | P a g e
(Melayu), Madang Kulit Manih (Minangkabau), Mentek (Sunda), Onte
(Sasak), Kaninggu (Sumba), Puudinga (Flores).
Terdapat berbagai macam jenis kayu manis antara lain kayu manis Cina
(Cinnamomum cassia), kayu manis Ceylon (Cinnamomum verum), kayu manis
Vietnam (Cinnamomum loureiroi) dan kayu manis Indonesia (Cinnamomum
burmanii).
Jenis kayu manis yang dikenal di dunia sebanyak 300 klon dan 12 klon
diantaranya berada di Indonesia, salah satunya adalah Cinnamomum cassia.
Kayu manis (Cinnamomum cassia) dikenal juga dengan nama kayu manis
Cina, merupakan tanaman asli dari Bima dan banyak dijumpai di daerah Jawa
Tengah (Kebumen, Baturaden dan Purwokerto). Tanaman kayu manis
(Cinnamomum sp.) memiliki klasifikasi ilmiah sebagai berikut:
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Mangnoliophyta
Kelas
: Mangnoliopsida
Ordo
: Laurales
Famili
: Lauraceae
Genus
: Cinnamomum
Spesies : Cinnamomum cassia
19 | P a g e
Kayu manis tumbuh pada tanah yang subur, gembur dengan drainase yang baik
serta kaya bahan organik. Sebagian besar tanaman tumbuh di daerah yang
memiliki suhu berkisar 10-23˚C, pada ketinggian 100-1200 m dpl. Pada
dataran rendah (300-400 m dpl) tanaman dapat tumbuh baik, tetapi produksi
kulit rendah dengan ketebalan kulit kurang 2 mm serta warna kulit kuning
kecoklatan. Semakin tinggi tempat tumbuhnya maka terjadi perubahan warna
kulit coklat sampai kecoklatan.
Dalam kaitannya dengan DM, beberapa penelitian sudah mempublikasikan
mekanisme kayu manis sebagai anti-diabetik antara lain proantosianidin kayu
manis menghambat gangguan pembentukan polipeptida islet pankreas. 36,37
Sebagai tambahan, cinnamaldehyde, bahan aktif dari kayu manis, dilaporkan
memiliki efek menekan insulin pada tikus dengan DM tipe 2.38 Walaupun
sudah banyak laporan manfaat kayu manis pada penurunan kadar gula darah
pasien DM, namun belum ada laporan apakah kayu manis dapat memproteksi
proses apoptosis yang diinduksi oleh caspase-3 pada hewan coba yang
diinduksi DM. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kemungkinan kayu manis
sebagai agen anti-apotosis pada penyakit DM tipe 2.
20 | P a g e
Gambar 2.6 Batang kayu manis
Diambil dari : www.kayu-manis.com
KERANGKA KONSEP
Streptozotocin
Kerusakan pankreas
Disfungsi pankreas
Kayu Manis
Hiperglikemia
Penurunan berat badan
DM
Komplikasi
Ginjal
Pankreas
Jantung
Kematian sel jantung
Yang dilakukan penelitian
21 | P a g e
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 DESAIN
Desain penelitian adalah eksperimental laboratorium
3.2 TEMPAT
Penelitian diadakan di laboratorium farmakologi, laboratorium biokimia,
laboratorium histopatologi, laboratorium riset dan animal house (kandang
binatang) Program Studi Pendidikan Dokter (PSPD) Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan (FKIK).
3.3 ADAPTASI HEWAN COBA
Hewan coba diadaptasikan di animal house selama 7 hari dari waktu kedatangan
(gambar 3.1). Waktu adaptasi digunakan untuk membiasakan hewan coba
terhadap tempat tinggal baru, pemberian makanan dan minuman yang diberikan
secara bebas terhadap semua tikus (ad libitum) dan observasi penyakit yang
mungkin dibawa hewan coba.
22 | P a g e
Gambar 3.1 Adaptasi hewan coba pada lingkungan baru dengan populasi 3 ekor /
kandang.
3.4 EKSTRAKSI KAYU MANIS
Bahan utama yang digunakan untuk terapi dalam penelitian adalah kulit kayu
manis (Cinnamomum cassia) yang diperoleh dan dideterminasi dari pusat
konservasi Kebun Raya, Bogor. Kulit kayu manis yang didapat selanjutnya
diekstraksi di Institut Pertanian Bogor (IPB) sehingga didapatkan bentuk ekstrak
kering kayu manis.
3.5 PEMBERIAN EKSTRAK KAYU MANIS
Ekstrak kering kayu manis diberikan kepada tikus yang sudah diinduksi diabetes
selama 28 hari dengan dosis 200 dan 400 mg/kg BB (gambar 3.2). Sebelum
23 | P a g e
diberikan kepada tikus diabetes, ekstrak kering kayu manis dilarutkan dalam air
akuades. Sebagai kontrol efek kayu manis, ekstrak kayu manis juga diberikan
pada tikus yang tidak diinduksi diabetes.
Gambar 3.2 Pemberian ekstrak kayu manis dengan cara dekoksi (cekok)
3.6 SAMPEL DAN INDUKSI DIABETES :
Sesudah 7 hari masa adaptasi, tikus jantan jenis Sprague Dawley ditimbang berat
badan, diukur kadar gula darah dengan strip Medi-safe dan diinduksi diabetes
dengan memberikan suntikan tunggal intra-peritoneal streptozotocin yang
dilarutkan dalam buffer sitrat (pH 4) dengan dosis 50 mg/kg BB (Gambar 3.3).
Lima hari sesudah induksi streptozotocin, kadar gula darah kembali dihitung dan
tikus dengan kadar gula darah ≥ 300 mg/dL dianggap sebagai diabetes. Pada
penelitian ini terdapat 5 kelompok tikus yang terdiri dari kelompok diabetes (D, n
24 | P a g e
= 6), kelompok tikus diabetes yang diberi ekstrak kayu manis 200 mg/kg BB
(KM200, n = 6) dan kelompok tikus diabetes yang diberi ekstrak kayu manis 400
mg/kg BB (KM400, n = 6). Sebagai kontrol terhadap diabetes adalah kelompok
tikus yang normal, tanpa induksi obat (N, n = 6). Dan sebagai kontrol terhadap
efek kayu manis adalah kelompok tikus yang normal dengan terapi kayu manis
200 mg/kg BB (NKM200, n=6). Selama eksperimen, tikus dijaga dengan akses
bebas terhadap makanan dan minuman, dan diperlakukan sesuai dengan panduan
institusi tentang etika hewan coba.
Gambar 3.4 Induksi tunggal streptozotocin intraperitoneal
25 | P a g e
3.7 PENGUKURAN KADAR GLUKOSA DARAH
Pengambilan darah dilakukan sebanyak enam kali, yaitu : (1) Sesudah masa
adaptasi, sebelum induksi diabetes dan pemberian ekstrak kayu manis; (2) Hari
ke-5 sesudah induksi diabetes (dihitung sebagai hari pertama jika tikus sudah
diabetes dan diberi ekstrak kayu manis); (3) Hari ke-7 pemberian ekstrak kayu
manis; (4) Hari ke-14 pemberian ekstrak kayu manis; (5) Hari ke-21 pemberian
ekstrak kayu manis; dan (6) Hari ke-28 pemberian ekstrak kayu manis, sebelum
sacrifice (gambar 3.4). Pengambilan darah dilakukan dengan memotong ujung
ekor tikus sepanjang 1 mm. Sebelum pengambilan darah, tikus dibius
menggunakan larutan ether untuk mengurangi rasa sakit. Darah yang keluar dari
ujung ekor diteteskan pada strip pengukur glukosa darah dan diukur dengan
glukometer. Pengukuran yang dilakukan dengan cara ini adalah pengukuran
untuk mengukur kadar glukosa darah sewaktu tikus dan dinyatakan dalam satuan
mg/dL.
26 | P a g e
Gambar 3.4 Pengukuran kadar gula darah sewaktu menggunakan glukometer
digital. Darah tikus diambil dari ujung ekor.
3.8 PENGUKURAN BERAT BADAN
Berat badan tikus diukur setiap hari dimulai dari hari pertama hingga hari ke-28
pemberian ekstrak kayu manis. Hasil pengukuran dinyatakan dalam satuan g.
Kenaikan atau penurunan berat badan dinyatakan dalam bentuk persentase yang
didapat dari pengukuran berat badan hari ke-28 pemberian ekstrak kayu manis
per berat badan hari ke-1 pemberian ekstrak kayu manis dikali dengan seratus.
Nilai lebih dari 100% menunjukkan kenaikan berat badan sementara nilai kurang
dari 100% menunjukkan penurunan berat badan.
27 | P a g e
3.9 ANALISIS KEMATIAN SEL JANTUNG (APOPTOSIS) DENGAN TUNEL
METHOD
Untuk menilai kematian sel jantung (apoptosis), dari masing-masing kelompok
hewan coba diambil 3 sediaan jantung hewan coba yang representatif. Sediaan
jantung yang tersedia dibuat slide paraffin jaringan yang akan digunakan untuk
pemeriksaan dengan metode TUNEL sesuai dengan panduan pada kit deteksi
apoptosis (MK 500, Takara Bio Inc, Japan). Prosedur deteksi apoptosis adalah
sebagai berikut : (1) Deparafinisasi slide jaringan parafin dengan xylene dan
berbagai konsentrasi etanol; (2) Inaktivasi peroksida endogen dengan hidrogen
peroksida 3%; (3) Proses labeling dengan kit labeling; (4) Konjugasi antibodi
dengan larutan anti-FITC HRP conjugate; (5) Pewarnaan dengan DAB substrat;
(6) Pewarnaan ulang dengan 3% methyl green; dan (7) Rehidrasi slide jaringan
dengan xylene dan berbagai konsentrasi etanol. Dari satu sediaan diambil
sekurang-kurangnya 50 foto pada pembesaran 40x. Sel jantung yang mengalami
apoptosis dinyatakan sebagai sel TUNEL positif, yaitu inti sel yang mengalami
fragmentasi dan berwarna coklat di bawah mikroskop. Penilaian apoptosis
secara semi-kuantitatif dinyatakan sebagai tidak ada atau ada apoptosis.
Penilaian apoptosis secara kuantitatif dinyatakan sebagai perbandingan dalam
28 | P a g e
arbitrary unit (AU) yang didapat dari menghitung rata-rata jumlah apoptosis
pada seluruh lapang pandang dalam satu kelompok sediaan.
3.10 ANALISIS STATISTIK
Data dipresentasikan sebagai rata-rata dan standar deviasi. Perbandingan antara
grup dianalisis dengan ANOVA atau t-test sesuai dengan keadaan data.
Perbedaan dinyatakan sebagai signifikan jika probability value < 0.05
29 | P a g e
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
4.1 KADAR GULA DARAH
Lima hari sesudah injeksi intraperitoneal streptozotocin, kadar gula darah
meningkat secara signifikan pada tikus. Tikus dengan kadar gula darah > 300
mg/dl didefinisikan sebagai diabetes dan dibagi secara random menjadi 3
kelompok yaitu : (1) kelompok diabetes (D, n = 6, diabetes tanpa terapi ekstrak
kayu manis); (2) kelompok diabetes dengan terapi (KM200, n = 6, diabetes
dengan terapi ekstrak kayu manis 200 mg/kg BB) dan (3) kelompok diabetes
dengan terapi (KM 400, n = 6, diabetes dengan terapi ekstrak kayu manis 400
mg/kg BB).
Pada tabel 4.1 dapat dilihat bahwa kadar gula darah pada hari ke-28 kelompok N
dan NKM adalah 101,33 mg/dl dan 107,50 mg/dl. Perbedaan nilai kadar gula
darah tidak jauh dan secara statistik tidak mencapai nilai signifikan. Sehingga
dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa esktrak kayu manis tidak memberikan
pengaruh pada kelompok tikus normal.
Sebagai tambahan, pada gambar 4.1 dapat dilihat bahwa kadar gula darah hari
ke-1 hingga hari ke-28 pada kelompok D cenderung meningkat sementara pada
30 | P a g e
kelompok KM200 dan KM400 mengalami penurunan, walaupun belum
mencapai nilai normal seperti pada kelompok N dan NKM.
Dari penghitungan didapatkan kadar gula darah pada kelompok D bernilai > 300
mg/dl dan nilai ini bertahan secara permanen hingga hari ke-28. Rata-rata kadar
gula darah di hari ke-28 pada kelompok N, NKM, D, KM200 dan KM 400
adalah 101,33 mg/dl, 107,50 mg/dl, 579,00 mg/dl, 496,00 mg/dl dan 432.33
mg/dl secara berurutan. Dari data ini dapat dilihat bahwa nilai kadar gula darah
di kelompok KM200 dan KM400 lebih kecil dari kelompok D. Hasil analisis
statistik untuk kemaknaan menunjukkan lebih jauh bahwa walaupun terdapat
penurunan kadar gula darah di hari ke-21 dan ke-28 sesudah terapi pada
kelompok KM200 jika dibandingkan dengan kelompok D, namun perbedaan ini
belum mencapai kemaknaan secara statistik. Hal ini dapat terjadi pada kelompok
KM200 di hari ke-21 karena walaupun terdapat empat ekor tikus yang
mengalami penurunan kadar glukosa darah, namun masih ada dua tikus yang
tidak mengalami perubahan kadar gula darah sedikitpun, sehingga hasil ini
mempengaruhi penghitungan secara statistik. Perbedaan yang bermakna
(p<0.05) dapat dilihat pada kelompok KM400 di hari ke-28 jika dibandingkan
dengan kelompok D dimana nilai kadar gula darah berkisar antara 193,00 mg/dl
hingga 505,00 mg/dl dan tidak ada nilai kadar gula darah mencapai nilai 600
mg/dl.
31 | P a g e
Kadar gula darah sewaktu (mg/dl)
Waktu pemberian ekstrak
Gambar 4.1 Gambar rerata kadar gula darah pada hari ke-1, ke-7, ke-14, ke-21
dan ke-28 pemberian ekstrak kayu manis. N = tikus normal tanpa terapi, NKM =
tikus normal dengan terapi kayu manis 200 mg/kg BB, D = tikus diabetes,
KM200 = tikus diabetes yang mendapat terapi kayu manis 200 mg/kg BB dan
KM400 = tikus diabetes yang mendapat terapi kayu manis 400 mg/kg BB.
32 | P a g e
Tabel 4.1 Perubahan kadar gula darah pada tikus yang diinduksi dengan streptozotocin
Kelompok
Hari 1
Hari 7
Hari 14
Hari 21
Hari 28
N
108,50 ± 17,67
101,33 ± 14,39
108,50 ± 17,67
115,17 ± 15,34
101,33 ± 14.39
NKM
107.50 ± 8.78
82,83 ± 72,60
124,25 ± 43,87
111,67 ± 26,88
107.50 ± 8.78
491,33 ± 132,80**
520,50 ± 62,65**
564,00 ± 45,04**
530,83 ± 35,72**
579,00 ± 51,44**
KM200
472,17 ± 129,05
470,67 ± 187,29
458,00 ± 233,09
372,67 ± 174,81
496,00 ± 179,41
KM400
522,67 ± 94,60
509,83 ± 127,66
449,20 ± 163,27
407,83 ± 165,83
432,33 ± 122,92#
D
Semua nilai diekspresikan sebagai rata-rata dan standar deviasi
N = tikus normal tanpa terapi, NKM = tikus normal dengan terapi kayu manis 200 mg/kg BB, D = tikus diabetes, KM200 = tikus
diabetes yang mendapat terapi kayu manis 200 mg/kg BB dan KM400 = tikus diabetes yang mendapat terapi kayu manis 400 mg/kg
BB. ** p < 0,01 dibandingkan dengan kelompok N; # p < 0,05 dibandingkan dengan kelompok D
33 | P a g e
4.2 PERUBAHAN BERAT BADAN
Pada gambar 4.2 dapat dilihat bahwa berat badan pada kelompok D cenderung
turun terus dari hari ke-21 hingga hari ke-28, sementara berat badan pada
kelompok N dan NKM mengalami peningkatan secara stabil. Pada kelompok
terapi KM200 juga terdapat penurunan berat badan pada tikus namun penurunan
berat badan tidak sebanyak seperti pada kelompok D. Lebih jauh lagi, pada
kelompok KM400, walaupun sempat terjadi penurunan berat badan hingga hari
ke-14, kenaikan berat badan menuju normal terjadi mulai hari ke-21 hingga hari
ke-28.
Dari tabel 4.2 dapat dilihat secara jelas, terdapat kenaikan berat badan secara
konstan pada kelompok N dan NKM. Rata-rata berat tikus di awal eksperimen
adalah 261,33 g dan meningkat menjadi 307,33 g pada hari ke-28. Tidak
terdapat perbedaan pada kelompok NKM, di awal eksperimen 263,00 g menjadi
292,67 g. Sama dengan pada kadar gula darah, pemberian kayu manis tidak
berefek pada tikus normal. Sebagai tambahan, penurunan berat badan secara
konstan terjadi pada kelompok D dari hari ke-7, ke-14, ke-21 dan ke-28 dengan
nilai rata-rata 189,50 g, 188,17 g, 171,00 g, 173,17 g. Pada kelompok KM200,
tidak ditemukan penurunan berat badan yang signifikan dimana berat rata-rata
tikus selama eksperimen relatif stabil dari hari ke-7, ke-14, ke-21, ke-28 yaitu
221,17 g, 223,50 g, 222,83 g, 214,40 g. Kenaikan berat badan terlihat pada
34 | P a g e
kelompok KM400 dimana berat badan berubah dari 233,17 g di awal
eksperimen menjadi 235,17 g di akhir eksperimen.
Hasil analisis statistik, menunjukkan lebih jauh bahwa perbedaan berat badan
yang ada antara kelompok KM200 dan KM400 jika dibandingkan dengan
kelompok D adalah signifikan, menunjukkan kemungkinan bahwa pemberian
kayu manis dapat mencegah kehilangan berat badan akibat katabolisme protein
Berat badan (g)
pada diabetes.
Gambar 4.2 Gambar rerata berat badan pada hari ke-1, ke-7, ke-14, ke-21 dan
ke-28 pemberian ekstrak kayu manis. N = tikus normal tanpa terapi, NKM =
tikus normal dengan terapi kayu manis 200 mg/kg BB, D = tikus diabetes,
KM200 = tikus diabetes yang mendapat terapi kayu manis 200 mg/kg BB dan
KM400 = tikus diabetes yang mendapat terapi kayu manis 400 mg/kg BB.
35 | P a g e
Tabel 4.2 Perubahan berat badan pada tikus yang diinduksi dengan streptozotocin
Kelompok
Hari 1
Hari 7
Hari 14
Hari 21
Hari 28
N
261,33 ± 35,06
274,33 ± 33,42
283,17 ± 37,62
290,00 ± 37,85
307,33 ± 38,10
NKM
263,00 ± 29,27
255,67 ± 38,78
276,33 ± 22,46
286,17 ± 17,41
292,67 ± 21,66
D
209,50 ± 20,23
189,50 ± 27,63
188,17 ± 23,36
171,00 ± 19,15
173,17 ± 19,71**
KM200
226,17 ± 44,65
223,50 ± 44,68
223,50 ± 50,06
222,83 ± 52,56
214,40 ± 35,98##
KM400
233,17 ± 31,38
222,17 ± 36,37
222,17 ± 37,24
221,50 ± 39,04
235,17 ± 46,57##
Semua nilai diekspresikan sebagai rata-rata dan standar deviasi
N = tikus normal tanpa terapi, NKM = tikus normal dengan terapi kayu manis 200 mg/kg BB, D = tikus diabetes, KM200 = tikus
diabetes yang mendapat terapi kayu manis 200 mg/kg BB dan KM400 = tikus diabetes yang mendapat terapi kayu manis 400 mg/kg
BB. ** p < 0,01 dibandingkan dengan kelompok N; ## p < 0,01 dibandingkan dengan kelompok D
36 | P a g e
4.3 APOPTOSIS
Dari gambar 4.3 dapat dilihat secara kualitatif dengan metode TUNEL terdapat
apoptosis pada kelompok D jika dibandingkan dengan kelompok N maupun
NKM. Apoptosis juga terlihat lebih sedikit pada kelompok KM200 dan KM400.
N
NKM
37 | P a g e
D
KM200
38 | P a g e
KM400
Gambar 4.3 Gambar representasi hasil pemeriksaan apoptosis sel jantung dengan
metode TUNEL. Apoptosis ditunjukkan dengan tanda panah. N = tikus normal
tanpa terapi, NKM = tikus normal dengan terapi kayu manis 200 mg/kg BB, D =
tikus diabetes, KM200 = tikus diabetes yang mendapat terapi kayu manis 200
mg/kg BB dan KM400 = tikus diabetes yang mendapat terapi kayu manis 400
mg/kg BB.
PEMBAHASAN
Diabetes adalah kondisi yang ditandai dengan hiperglikemia kronik dan
progresif yang mengakibatkan metabolisme abnormal dan dapat mengakibatkan
komplikasi. Pengendalian kadar glukosa darah merupakan strategi utama pada
terapi diabetes. Kayu manis (Cinnamomum cassia) termasuk salah satu tanaman
herbal yang juga merupakan komoditas ekspor utama Indonesia. Kulit dan
39 | P a g e
ranting kayu manis selama ini sudah digunakan masyarakat untuk mengobati
beberapa penyakit seperti diare, gangguan pencernaan, gastritis, jantung koroner
dan nyeri dada. Pada penelitian lebih jauh ditemukan bahwa kayu manis juga
memberi efek anti-diabetes pada pasien DM maupun hewan coba yang diinduksi
DM. Efek anti-diabetes ini diperkirakan timbul karena fraksi dasar kayu manis
memiliki efek mimetik insulin.13 Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa
pemberian kayu manis 200 mg/kg BB selama 28 hari dapat menurunkan kadar
gula darah tikus diabetes namun belum mencapai kemaknaan secara statistik.
Lebih jauh lagi, pemberian 400 mg/kg BB kayu manis selama 28 hari dapat
menurunkan kadar gula darah secara signifikan. Pada penelitian lain didapatkan
pemberian ekstrak kayu manis dengan dosis 200 mg/kg BB dapat menurunkan
kadar gula darah yang meningkat.14 Perbedaan hasil ini dapat dipengaruhi oleh
jenis, spesies, dosis dan durasi pemberian kayu manis. Pada uji klinik didapatkan
hasil, pemberian 1, 3 dan 6 g kayu manis pada pasien DM tipe 2 dapat
menurunkan kadar gula darah hingga 29 persen. 15,16
Pada penelitian ini juga didapatkan data bahwa kayu manis pada dosis 200
mg/kg BB dan 400 mg/kg BB dapat mengurangi penurunan berat badan secara
drastis pada diabetes. Efek ini diperkirakan karena fraksi dasar kayu manis
memiliki efek mimetik insulin, sehingga uptake glukosa ke dalam otot
40 | P a g e
meningkat, kondisi hiperglikemia berkurang, sehingga tidak ada pemecahan
sumber energi lain yang mengakibatkan katabolisme otot dan penurunan berat
badan.13
Dari penelitian ini juga didapatkan hasil bahwa secara kualitatif, pemberian
kayu manis pada dosis 200 mg/kg BB dan 400 mg/kg BB, mengurangi apoptosis
pada sel jantung. Walaupun data kuantitatif pada sampel dan sediaan yang lebih
banyak masih diperlukan untuk membuktikan hal ini.
41 | P a g e
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan :
1.
Pemberian kayu manis 200 mg/kg BB selama 28 hari, dapat mencegah
kehilangan berat badan drastis secara signifikan pada tikus diabetes dan dapat
menurunkan kadar glukosa darah walaupun belum mencapai kemaknaan secara
statistik.
2.
Pemberian kayu manis 400 mg/kg BB selama 28 hari, dapat mencegah
kehilangan berat badan drastis secara signifikan pada tikus diabetes dan dapat
menurunkan kadar glukosa darah secara signifikan pada tikus diabetes.
3.
Secara kualitatif, pemberian kayu manis 200 mg/kg BB dan 400 mg/kgBB
selama 28 hari dapat mengurangi apoptosis sel jantung.
SARAN
Saran untuk penelitian berikutnya :
1.
Menambah jumlah sampel dan sediaan untuk meningkatkan kepekaan statistik.
42 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
1.
Raducanu A, Lickert H. Understanding pancreas development for β-cell
repair and replacement therapies. Curr Diab Rep 2012;12(5):481-9.
2.
Perkumpulan
Endokrinologi
Indonesia.
Konsensus
Pengelolaan
dan
Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. 2005.
3.
Tandra H. Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes
Melitus. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2008.
4.
Cai L, Li W, Wang G, Guo L, Jiang Y, Kang YJ. Hyperglycemia-induced
apoptosis in mouse myocardium : mitochondrial cytochrome C-mediated
caspase-3 activation pathway. Diabetes 2002;51(6):1938-48.
5.
Johnstone M. Diabetes and Cardiovascular Disease. Totowa, NJ, Humana,
2000
6.
Rubler S, Dlugash J, Yuceoglu YZ, Kumral T, Branwood AW, Grishman A.
New type of cardiomyopathy associated with glomerulosclerosis. Am J
Cardiol 1972;30:595–602.
7.
Devereux RB, Roman MJ, Paranicas M, O’Grady MJ, Lee ET, Welty TK,
Fabsitz RR, Robbins D, Rhoases ER, Howard BV. Impact of diabetes on
cardiac structure and function: the strong heart study. Circulation
2000;10:2271–2276.
8.
Singh JP, Larson MG, O’Donnell CJ, Wilson PF, Tsuji H, Lloyd-Jones DM,
Levy D. Association of hyperglycemia with reduced heart rate variability
(The Framingham Heart Study). Am J Cardiol 2000;86:309–312.
43 | P a g e
9.
Cai L, Kang YJ. Oxidative stress and diabetic cardiomyopathy. Cardiovasc
Toxicol 2001;1:181–193.
10.
Swynghedauw B. Molecular mechanisms of myocardial remodeling. Physiol
Rev 1999;79:215–262.
11.
Feuerstein GZ, Young PR. Apoptosis in cardiac diseases: stress- and
mitogen-activated signaling pathways. Cardiovasc Res 2000;45:560–569.
12.
Frustaci A, Kajstura J, Chimenti C, Jakoniuk I, Len A, Maseri A, NadalGinard B, Anversa P: Myocardial cell death in human diabetes. Circ Res
2000;87:1123–1132.
13.
Ling Z, Hannaert JC, Pipeleers D: Effect of nutrients, hormones, and serum
on survival of rat islet b-cells in culture. Diabetologia 37:15–21, 1994
14.
Kim SH, Hyun SH, Choung SY. Anti-diabetic effect of cinnamon extract on
blood glucose in db/db mice. J Ethnopharmacol 2006;104:119-23.
15.
Khan A, Safdar M, Ali Khan MM, Khattak KN, Anderson RA. Cinnamon
improves glucose and lipids of people with type 2 diabetes. Diabetes Care
2003;26:3215-3218.
16.
Vafa M, Mohammadi F, Shidfar F, Sormaghi MS, Heidari I, Golestan B,
Amiri F. Effects of cinnamon consumption on glycemic status, lipid profile
and body composition in type 2 diabetic patients. Int J Prev Med 2012;3:531536.
44 | P a g e
17.
Goodman HM. Basic Medical Endocrinology, 3rd ed. Academic Press. San
Diego. 2003.
18.
Price, SA. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit vol. 1, edisi 6.
Jakarta:EGC. 2005.
19.
Perkumpulan
Endokrinologi
Indonesia.
Konsensus
Pengelolaan
dan
Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. 2011.
20.
Kloppel G, Lohr M, Habich K, Oberholzer M, Heitz PU: Islet pathology and
the pathogenesis of type 1 and type 2 diabetes mellitus revisited. Surv Synth
Pathol Res 4:110 –125, 1985
21.
Clark A, Wells CA, Buley ID, Cruickshank JK, Vanhegan RI, Matthews DR,
Cooper GJ, Holman RR, Turner RC: Islet amyloid, increased A-cells,
reduced B-cells and exocrine fibrosis: quantitative changes in the pancreas in
type 2 diabetes. Diabetes Res 9:151–159, 1988
22.
Weir GC, Bonner-Weir S: Insulin secretion in non-insulin-dependent diabetes
mellitus. In Diabetes Mellitus. Taylor SI, Olefsky JM, LeRoith D, Eds.
Philadelphia, Lippincott-Raven, 1996, p. 503–509
23.
Zhu M, Noma Y, Mizuno A, Sano T, Shima K: Poor capacity for
proliferation of pancreatic b-cells in Otsuka-Long-Evans-Tokushima rat: a
model of spontaneous NIDDM. Diabetes 45:941–946, 1996
45 | P a g e
24.
Movassat J, Saulnier C, Serradas P, Portha B: Impaired development of
pancreatic b-cell mass is a primary event during the progression to diabetes in
the GK rat. Diabetologia 40:916–925, 1997
25.
Pick A, Clark J, Kubstrup C, Levisetti M, Pugh W, Bonner-Weir S, Polonsky
KS. Role of apoptosis in failure of beta-cell mass compensation for insulin
resistance and beta-cell defects in the male Zucker diabetic fatty rat. Diabetes.
1998 Mar;47(3):358-64.
26.
Coleman DL: Lessons from studies with genetic forms of diabetes in the
mouse. Metabolism 32 (Suppl. 1):162–164, 1983
27.
Swenne I, Andersson A: Effect of genetic background on the capacity for
islet cell replication in mice. Diabetologia 27:464–467, 1984
28.
Welsh M, Mares J, Oberg C, Karlsson T: Genetic factors of importance for
bcell proliferation. Diabetes Metab Rev 9:25–36, 1993
29.
Ling Z, Hannaert JC, Pipeleers D: Effect of nutrients, hormones, and serum
on survival of rat islet b-cells in culture. Diabetologia 37:15–21, 1994
30.
Ankarcrona M, Dypbukt JM, Brune B, Nicotera P: Interleukin-1-b-induced
nitric oxide production activates apoptosis in pancreatic RINm5F cells. Exp
Cell Res 213:172–177, 1994
31.
Iwahashi H, Hanafusa T, Eguchi Y, Nakajima H, Miyagawa J, Itoh N, To m i
t a K, Namba M, Kuwajima M, Noguchi T, Tsujimoto Y, Matsuzawa Y:
46 | P a g e
Cytokineinduced apoptotic cell death in a mouse pancreatic b-cell line:
inhibition by Bcl-2. Diabetologia 39:530–536, 1996
32.
Hoorens A, Van de Casteele M, Kloppel G, Pipeleers D: Glucose promotes
survival of rat pancreatic B cells by activating synthesis of proteins which
suppress a constitutive apoptotic program. J Clin Invest 98:1568–1574, 1996
33.
Chung W, Zheng M, Chua M, Kershaw E, Power-Kehoe L, Tsuji M, Wupeng XS, Williams J, Chua SC, Leibel RL: Genetic modifiers of Lepr fa
associated with variability in insulin production and susceptibility to
NIDDM. Genomics 41:332–344, 1997
34.
Maedler K, Spinas GA, Lehmann R, Sergeev P, Weber M, Fontana A, Kaiser
N, Donath MY. Glucose induces beta-cell apoptosis via upregulation of the
Fas receptor in human islets. Diabetes. 2001 Aug;50(8):1683-90.
35.
Chandra
J, Zhivotovsky
B, Zaitsev
S, Juntti-Berggren
L, Berggren
PO, Orrenius S. Role of apoptosis in pancreatic beta-cell death in diabetes.
Diabetes. 2001 Feb;50 Suppl 1:S44-7.
36.
Jiao L, Zhang X, Huang L, Gong H, Cheng B, Sun Y, Li Y, Liu Q, Zheng L,
Huang K. Proanthocyanidins are the major anti-diabetic components of
cinnamon water extract. Food Chem Toxicol. 2013 Mar 7 (Epub ahead of
print).
47 | P a g e
37.
Chen L, Sun P, Wang T, Chen K, Jia Q, Wang H, Li Y. Diverse mechanisms
of antidiabetic effects of the different procyanidin oligomer types of two
different cinnamon species on db/db mice. J Agric Food Chem 2012;60:914450
38.
Li J, Liu T, Wang L, Guo X, Xu T, Wu L, Qin L, Sun W. Antihyperglycemic
and antihyperlipidemic action of cinnamaldehyde in C57BLKS/J db/db mice.
J Tradit Chin Med. 2012 Sep;32(3):446-52.
48 | P a g e
Download