Aterosklerosis - WordPress.com

advertisement
ATEROSKLEROSIS
( PLAK PADA PEMBULUH DARAH )
A. DEFINISI
Aterosklerosis (gagal jantung) adalah suatu penyakit yang menyerang pembuluh
darah besar maupun kecil dan ditandai oleh kelainan fungsi endotelial, radang vaskuler dan
pembentukan lipid, kolesterol, zat kapur, bekas luka vaskuler di dalam dinding pembuluh
intima. Aterosklerosis berasal dari kata athero dalam bahasa Yunani (athera) suatu bentuk
gabung yang menunjukan degenerasi lemak atau hubungan dengan atheroma yang bisa juga
berdampak pda fungsi otak untuk mengontrol aktivitas tubuh . Sedangkan skelosis dalam
bahasa Yunani adalah indurasi dan pengerasan, Seperti pengerasan sebagian peradangan,
pembentukan jaringan ikat atau meningkat atau penyakit zat inersisial.
Jantung adalah organ yang penting dalam tubuh manusia. Fungsi jantung adalah
memompa darah ke seluruh tubuh. Darah dari jantung keseluruh tubuh diangkut oleh arteri.
Arteri adalah pembuluh darah yang membawa oksigen dan nutrisi dari jantung ke anggota
tubuh yang lain. Ciri-ciri arteri yang sehat yaitu fleksibel, kuat dan elastis. Lapisan
permukaan dalamnya licin sehingga darah dapat mengalir tanpa batasan. Tetapi, suatu waktu,
terlalu banyak tekanan pada arteri dapat menyebabkan dinding pembuluh darah menjadi tebal
dan kaku, akhirnya akan membatasi darah yang mengalir ke organ dan jaringan. Proses ini
disebut ateriosklerosis atau pengerasan pembuluh arteri. Aterosklerosis adalah bentuk umum
dari ateriosklerosis. Meskipun kedua istilah tersebut dalam aplikasinya dapat saling
menggantikan. Aterosklerosis merupakan pengerasan pembuluh darah arteri yang disebabkan
karena penumpukkan simpanan lemak (plak) dan substansi lainnya.
Jumlah penderita aterosklerosis di era globalisasi dan industrialisasi cenderung
meningkat. Pada dekade terakhir ini penyakit jantung dan pembuluh darah yang didasari oleh
atherosklerosis berkembang menjadi pembunuh utama di Indonesia. Dari penelitian
menunjukkan, penyebab kematian dari penduduk dunia yang diteliti adalah jantung distribusi
menurut tempat, waktu, (42,9%), stroke (25,9%), penyakit paru dan asma (12,5%), kanker
(5,4%), dan penyakit lain (kurang dari empat persen).Salah satu penyebab fenomena ini
adalah pola hidup masyarakat yang tidak sehat.
Organisasi kesehatan (WHO) pada tahun 1976 menyimpulkan bahwa setiap tahun
tingkat pengapuran koroner naik sebesar 3% sejak usia seseorang melewati 20 tahun. Hal ini
menunjukan bahwa arteroklerosis adalah penyakit yang progresif. Penyakit yang menjalar
perlahan-lahan tanpa gejala yang pasti. Di Eropa Arteroklerosis merupakan bagian dari
penyakit jantung, lebih dari 1.5% dari semua penderita meninggal karena aterosklerosis.
Aterosklerosis bisa terjadi pada arteri di otak, jantung, ginjal, organ vital lainnya dan
lengan serta tungkai. jika aterosklerosis terjadi di dalam arteri yang menuju ke otak (arteri
karotid), maka bisa terjadi stroke. jika terjadi di dalam arteri yang menuju ke jantung (arteri
koroner), bisa terjadi serangan jantung.
Aterosklerosis berawal dari penumpukan kolesterol terutama ester kolesterol-LDL
(lipoprotein densitas rendah) di dinding arteri. LDL secara normal bisa masuk dan keluar dari
dinding arteri lewat endotel. Masuknya lipoprotein ke lapisan dalam dinding pembuluh darah
meningkat seiring tingginya jumlah lipoprotein dalam plasma (hiperlipidemia), ukuran
lipoprotein dan tekanan darah (hipertensi). Peningkatan semua itu akan meningkatkan
permeabilitas dinding pembuluh darah, sehingga lipoprotein dan ester kolesterol mengendap
di dinding arteri.
Gangguan fungsi lapisan dinding pembuluh darah ini menjadi awal proses aterosklerosis
dan mendorong mekanisme inflamasi serta infeksi.
Manifestasi klinik dari proses aterosklerosis kompleks adalah pegal – pegal, kesemutan,
penyakit jantung koroner, stroke bahkan kematian.
Menurut Studi Framingham, demikian Dede, C-reactive protein (CRP) merupakan
pertanda (marker) inflamasi yang berhubungan dengan kejadian kardiovaskular maupun
stroke.
Upaya menekan faktor inflamasi dapat mencegah proses aterosklerosis. Aktivitas
kombinasi olah napas dan olah gerak yang teratur terbukti mampu menekan CRP, berarti
pula menekan faktor inflamasi.
kombinasi olah napas dan olah gerak yang teratur meningkatkan aliran darah yang
bersifat gelombang yang mendorong peningkatan produksi nitrit oksida (NO) serta
merangsang pembentukan dan pelepasan endothelial derive relaxing factor (EDRF), yang
merelaksasi dan melebarkan pembuluh darah.
kombinasi olah napas dan olah gerak yang teratur meningkatkan aliran darah menjadi 350
ml per menit (naik 150 ml per menit) sudah lebih dari cukup untuk menghindarkan endotel
pembuluh darah dari proses aterosklerosis,"
Namun, manfaat itu baru bisa didapat jika latihan kombinasi olah napas dan olah gerak
yang teratur berlangsung dalam waktu cukup lama (20 menit sampai satu jam) serta
dilakukan secara teratur seumur hidup.
B. Faktor Resiko
Penyebab utama terjadinya penyakit jantung koroner adalah penyempitan arteri koronaria
besar di bagian proksimal oleh aterosklerosis.(1) Aterosklerosis merupakan kelainan pada
pembuluh darah yang ditandai dengan lesi intimal yang ditandai dengan atheromas (juga
disebut atheromatus atau plak aterosklerosis) yang menonjol ke pembuluh lumen. Kelainan
ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang lebih banyak dibandingkan kelainan lain di
negara-negara barat. Faktor resiko yang telah diidentifikasi melalui beberapa pendekatan
prospektif oleh Framingham Heart Study and Atherosklerosis Risk in Communities Study
menunjukan bahwa faktor-faktor resiko memiliki efek multiplikasi. Jika terdapat dua faktor
resiko, resikonya akan meningkat menjadi empat kali. Kemudian, jika terdapat tiga faktor
resiko (misal hiperlipidemia, hipertensi dan merokok), kejadian infark miokard dapat
meningkat menjadi tujuh kali.
Faktor resiko dibedakan menjadi faktor konstitutional, yaitu usia, jenis kelamin dan
genetika serta faktor yang dapat dimodifikasi meliputi hiperlipidemia, hipertensi, merokok,
dan diabetes. Namun, ternyata 20% kejadian kardiovaskular terjadi tanpa adanya faktorfaktor tersebut. Faktor-faktor resiko tambahan tersebut di antaranya adalah inflamasi,
hiperkromosistinemia, sindrom metabolik, lipoprotein (a), faktor yang mempengaruhi
hemostasis (penanda fungsi hemostasis dan fungsi fibrinolitik untuk memprediksi) serta
faktor lain. Faktor-faktor lain yang dimaksud merupakan faktor yang berkaitan dengan resiko
yang jarang didiskusikan atau sulit untuk dihitung seperti jarangnya olahraga, gaya hidup
yang kompetitif dan penuh tekanan/stres (orang dengan A personality), serta obesitas.
a. DM
Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik yang terdapat sekitar 5%
populasi. Orang dengan diabetes dapat kekurangan hormon insulin secara keseluruhan
atau menjadi resisten terhadap kerjanya. Kondisi resistensi yang terjadi setelah dewasa
disebut DM tipe 2, yang dialami oleh 96% pasien diabetik. Meskipun bukan penyebab
tunggal, obesitas merupakan salah satu faktor yang bertanggungjawab dengan terjadinya
DM tipe 2. Asam lemak yang tinggi dalam darah karena ketidakseimbangan suplai dan
pengeluaran energi akan menurunkan penggunaan glukosa di otot dan jaringan.
Akibatnya terjadi resistansi insulin yang memaksa peningkatan pelepasan insulin.
Selanjutnya regulasi menurun pada reseptor menyebabkan resistansi insulin meningkat
Diabetes menyebabkan kerusakan progresif terhadap susunan mikrovaskular maupun
arteri yang lebih besar selama bertahun-tahun. Bahkan, sekitar 75% pasien diabetik
akhirnya meninggal karena penyakit kardiovaskular.
Pasien DM2 juga dapat mengalami kerusakan endotel maupun peningkatan kadar
LDL teroksidasi. Hal tersebut diperkirakan disebabkan mekanisme yang terkait dengan
hiperglikemi pada kondisi ini. Selain itu, koagulabilitas darah meningkat pada DM2
karena peningkatan plasminogen activator inhibitor 1 (PAI-1) dan peningkatan
kemampuan agregasi trombosit. Selain itu, hiperglikemi meningkatkan pembentukan
protein plasma yang mengandung gula seperti fibrinogen, haptoglobulin, makroglobulin-
α serta faktor pembekuan yang juga meningkatkan risiko trombosis akibat peningkatan
viskositas
darah.
(1)
Juga,
disebutkan
bahwa
diabetes
melitus
menginduksi
hiperkolesterolemia. Insiden infark miokard pada penderita diabetes adalah dua kali dari
nondiabetik
Penderita diabetes melitus juga dikaitkan dengan glomerulosklerosis yang salah
satunya menyebabkan hipertensi. Bersama dengan peningkatan LDL dan kecenderungan
pembekuan darah, hipertensi tersebut dapat mendorong pembentukan makroangiopati
yang selain merusak ginjalnya juga menyebabkan infark miokard , infark serebri dan
penyakit pembuluh darah perifer.
b. Usia
Sebagai usia tubuh meningkatkan risiko aterosklerosis dan atau gaya hidup faktor
genetik menyebabkan plak untuk secara bertahap membangun di arteri - pada
pertengahan usia atau lebih, plak cukup telah membangun menyebabkan tanda-tanda atau
gejala, pada laki-laki, yang meningkatkan risiko setelah usia 45, sedangkan pada wanita,
meningkatkan risiko setelah usia 55.
c. Riwayat Keluarga
Individu dengan riwayat keluarga penyakit jantung koroner memiliki peningkatan
risiko serangan jantung. Secara khusus, risiko yang lebih tinggi jika ada riwayat keluarga
penyakit jantung koroner dini, termasuk serangan jantung atau kematian mendadak
sebelum usia 55 di ayah atau derajat laki-laki pertama relatif, atau sebelum usia 65 tahun
di ibu atau wanita pertama Gelar-perempuan relatif.
d. Hipertensi
Tekanan darah dianggap tinggi jika tetap pada atau di atas 140/90 mmHg selama
periode waktu.
e. Merokok
Risiko penyakit jantung iskemik meningkat 3-5x lipat pada laki-laki usia faktor 5
yang merokok diatas 15 batang/hari. Terdapat beberapa bukti yang menyatakan bahwa
risiko lebih berhubungan dengan jumlah batang rokok daripada lamanya merokok. Dan
tidak ada bukti yang menyatakan rokok filter atau jenis yang lain mengurangi faktor
risiko. Metaanalisis dari 18 studi epidemologis pada perokok pasif dapat meningkatkan
risiko terjadinya ateosklerosis sebanyak 20-30 %, juga pada kanker faktor pernafasan dan
penyakit-penyakit yang berhubungan dengan merokok.
f. Obesitas
Kegemukan adalah memiliki berat badan ekstra dari otot, tulang, lemak, dan /
atau air - obesitas adalah memiliki jumlah tinggi lemak tubuh ekstra.
g. Peningkatan Lipid
Aterosklerosis adalah mengerasnya timbunan
lemak pada dinding arteri, secara etimologis berasal
dari bahasa Yunani ather yang berarti ‘bubur’.
Pengertian ‘bubur’ disni adalah rupa timbunan lemak
lembek yang menyerupai seperti seperti bubur. Serta
kata Yunani lainnya yakni scleros yang bermakna
‘keras’.
Jadi secara harfiah, zat yang semula lembut
nan lembek tersebut tertimbun dan terakumulasi
jumlahnya dalam suatu area sehingga terjadi proses
pengerasan hingga menyumbat aliran darah dalam
pembuluh darah. Timbunan lemak yang terjadi
tersebut disebabkan oleh kolesterol LDL yang sifatnya sangat mudah sekali melekat
dalam pembuluh darah.
Pembuluh darah yang menjadi sebuah sarana koridor transportasi proses
mengalirnya substansi metabolisme tubuh akan berakibat sangat fatal jika tersumbat. Dari
rusaknya dinding arteri, sehingga mengganggu kelancaran aliran darah ke otot jantung
dan organ tubuh yang bisa mengakibatkan serangan jantung.
Proses aterosklerosis sebenarnya sudah dimulai sejak masa kanak-kanak, seiring
dengan meningkatnya konsumsi makanan dan perubahan gaya hidup, terutama jika gaya
hidup akrab dengan seringnya mengonsumsi makanan siap saji (junk food). Bahkan,
proses aterosklerosis sudah terjadi padaa saat bayi
berusia tiga bulan.
Persoalan mulai mengemuka ketika proses
aterosklerosis ini terakumulasi dan menahun.
Dampaknya baru terlihat dikala peranjakan dari
masa remaja ke masa dewasa. Umumnya pada
masa ini bisa diperkirakan sebagai masa kepastian
penyakit ini terjadi.
Aterosklerosis sebenarnya tidak hanya dipicu dari tingginya konsumsi makanan
berlemak, namun juga merokok.
Ketika manusia merokok, zat oksidan semakin banyak terlepas akibat dari respon
masuknya racun dari rokok yang terhisap. Zat oksidan inilah yang membuat dinding
pembuluh darah rusak dan membuat kolesterol LDL semakin mudah ‘tersangkut’ di area
kerusakan yang ditimbulkan oleh zat oksidan tersebut. Kemudiannya kolesterol yang
‘tersangkut’ tersebut kian tertimbun dan menimbulkan sumbatan sehingga pembuluh
darah menjadi mengeras dan terjadilah aterosklerosis
Mencegah aterosklerosis cukup dengan merubah gaya hidup dengan banyak
aktivitas olahraga dan menjaga pola makan membatasi dengan bijaksana makanan yang
berlemak. Di Amerika sendiri penyumbatan pembuluh darah merupakan pembunuh
populasi paling populer setelah kecelakaan lalu lintas. Jangan jadikan Indonesia
‘mengejar prestasi’ tersebut. Rubahlah gaya hidup Anda.
h. Stres
Studi potong-lintang mengungkapkan mikroalbuminuria/albuminuria terkait
dengan faktor resiko penyakit kardiovaskular (PKV) dari subyek klinis normal dan pasien
dengan/tanpa diabetes. Beberapa studi prospektif antara lain Prevention of Renal and
Vacular End-Stage Disease (PREVEND) study, Hearth Outcomes Prevention Evaluation
(HOPE) dan study Losartan Intervenioon For Endpoint Reduction, mengungkapkan
mikroalbuminuria prediktor untuk clinical CVD outcomes. Data ini telah mendukung
pendapat pada PGK tahap awal ditemukan keberadaan peningkatan resiko penyakit
kardiovaskular.
i. Jenis Kepribadian
Kegemukan adalah memiliki berat badan ekstra dari otot, tulang, lemak, dan /
atau air - obesitas adalah memiliki jumlah tinggi lemak tubuh ekstra.
Emerging Faktor Risiko
Para ilmuwan terus mempelajari faktor risiko lain yang mungkin untuk
aterosklerosis dan telah menemukan bahwa tingkat tinggi protein yang disebut protein Creaktif (CRP) dalam darah dapat meningkatkan risiko aterosklerosis dan serangan jantung
- tingkat tinggi CRP bukti peradangan di tubuh yang merupakan respon tubuh terhadap
cedera atau infeksi - kerusakan dinding bagian dalam arteri 'muncul untuk memicu
peradangan dan membantu plak tumbuh.
Orang dengan kadar CRP rendah mungkin mendapatkan aterosklerosis pada
tingkat lebih lambat dibandingkan orang dengan tingkat CRP yang tinggi dan penelitian
saat ini sedang dalam cara untuk menentukan apakah mengurangi inflamasi dan
menurunkan tingkat CRP juga dapat mengurangi risiko aterosklerosis.
Tingginya kadar lemak yang disebut trigliserida dalam darah juga dapat
meningkatkan risiko aterosklerosis, terutama pada wanita.
C. Proses terjadinya aterosklerosis
Proses aterosklerosis diawali pada masa kanak-kanak dan manifes secara klinis pada usia
menengah dan lanjut. Proses ini terutama mengenai arteri-arteri berukuran sedang. Dalam
fase pertumbuhannya, lesi-lesi aterosklerosis dibagi menjadi:
o Fatty streak
Lesi ini mulai tumbuh pada masa kanak-kanak, makroskopik berbentuk bercak
berwarna kekuningan, yang terdiri dari sel-sel yang disebut foam cells. Sel-sel ini ialah
sel-sel otot polos dan makrofag yang mengandung lipid, terutama dalam bentuk ester
cholesterol.
o Fibrous plaque
Lesi ini berwarna keputihan dan sudah menonjol ke dalam lumen arteri. Fibrous
plaque berisi sejumlah besar sel-sel otot polos dan makrofag yang berisi cholesterol dan
ester cholesterol, di samping jaringan kolagen dan jaringan fibrotik, proteoglikan, dan
timbunan lipid dalam sel-sel jaringan ikat. Fibrous plaque biasanya mempunyai fibrous
cap yang terdiri dari otot-otot polos dan sel-sel kotagen. Di bagian bawah fibrous plaque
terdapat daerah nekrosis dengan debris dan timbunan ester cholesterol.
o Complicated lesion
Lesi ini merupakan bentuk lanjut dari ateroma, yang disertai kalsifikasi, nekrosis,
trombosis, dan ulserasi. Dengan membesarnya ateroma, dinding arteri menjadi lemah,
sehingga menyebabkan okiusi arteri.
Aterosklerosis bermula ketika sel darah putih yang disebut monosit, berpindah dari aliran
darah ke dalam dinding arteri dan diubah menjadi sel-sel yang mengumpulkan bahan-bahan
lemak. Pada saatnya, monosit yang terisi lemak ini akan terkumpul, menyebabkan bercak
penebalan di lapisan dalam arteri. Setiap daerah penebalan (yang disebut plak aterosklerotik
atau ateroma) yang terisi dengan bahan lembut seperti keju, mengandung sejumlah bahan
lemak, terutama kolesterol, sel-sel otot polos dan sel-sel jaringan ikat. Ateroma bisa tersebar
di dalam arteri sedang dan arteri besar, tetapi biasanya mereka terbentuk di daerah
percabangan, mungkin karena turbulensi di daerah ini menyebabkan cedera pada dinding
arteri, sehingga disini lebih mudah terbentuk ateroma.
Arteri yang terkena aterosklerosis akan kehilangan kelenturannya dan karena ateroma
terus tumbuh, maka arteri akan menyempit. Lama-lama ateroma mengumpulkan endapan
kalsium, sehingga menjadi rapuh dan bisa pecah. Darah bisa masuk ke dalam ateroma yang
pecah, sehingga ateroma menjadi lebih besar dan lebih mempersempit arteri. Ateroma yang
pecah juga bisa menumpahkan kandungan lemaknya dan memicu pembentukan bekuan darah
(trombus). Selanjutnya bekuan ini akan mempersempit bahkan menyumbat arteri, atau
bekuan akan terlepas dan mengalir bersama aliran darah dan menyebabkan sumbatan di
tempat lain (emboli).
Riwayat alamiah ateroklerosis dapat dimulai sejak masa kanak-kanak dengan
terbentuknya garis lemak (fatty streaks), lalu plak fibrosa, dan menyusul klasifikasi.
Kekakuan pembuluh darah ini pada gilirannya dapat menyebabkan gangguan lanjut sesuai
organ yang diserangnya.
D. Morfologi
Lapisan endotel yang licin pada pembuluh darah merupakan perlindungan penting
melawan pembentukan trumbus, dan menjadi trombosis arteri. Pada pembuluh besar seperti
aorta, ateroma yang banyak dan berat umumnya tidak mengakibatkan penyumbatan lumen
tetapi mengakibatkan daerah endotel menjadi kasar. Dalam pembuluh yang lebih kecil
ateroma dapat benar-benar berupa lingkaran yang mengakibatkan penyempitan lumen yang
nyata.
E. Etiologi
Aterosklerosis bermula ketika sel darah putih yang disebut monosit, pindah dari aliaran
darah ke dalam dinding arteri dan diubah menjadi sel-sel yang mengumpulkan bahan lemak.
Pada saatnya monosit yang terisi lemak ini akan terkumpul, menyebabkan bercak penebalan
di lapisan dalam ateri. Unsur lemak yang berperan disini adalah LDL (low density
lipoprotein), LDL sering di sebut kolestrol jahat, tinggi LDL akan berpotensi menumpuk
disepanjang dinding nadi korener. Arteri yang terkena arterosklerosis akan kehilanagan
kelenturannya dan karena ateroma terus tumbuh, maka arteri akan menyempit. Lama-lama
ateroma mengumpulkan endapan kalsium, sehingga bisa rapuh dan pecah. Darah bisa masuk
ke dalam ateroma yang pecah, sehingga ateroma menjadi lebih besar dan mempersempit
arteri. Ateroma yang pecah juga bisa menumpahkan kandungan lemaknya dan memicu
terjadinya pembekuan darah ( thrombus ). Selanjutnya bekuan ini akan mempersempit
bahkan menyumbat arteri, atau bekuan akan terlepas dan mengalir bersama aliran darah dan
menyebabkan sumbatan di daerah lain ( emboli ). Akibat dari penyempitan arteri jantung
kesulitan memompa darah dan timbul rasa nyeri di dada, suka pusing-pusing dan berlanjut ke
gejala serangan jantung mendadak. Bila penyumbatan terjadi di otak maka yang di derita
stroke dan bisa juga menyebabkan kelumpuhan. Laju peningkatan ukuran dan jumlah
ateroma di pengaruhi berbagai factor. Faktor genetik penting dan aterosklerosis serta
komplikasinya cenderung terjadi dalam keluaraga. Seseorang penderita penyakit keturunan
homosistimuria memiliki ateroma yang meluas, terutama pada usia muda. Penyakit ini
mengenai banyak arteri tetapi tidak selalu mengenai arteri koroner (arteri menuju ke
jantung). Sebaliknya, pada penyakit keturunan hiperkolesterolemia familial, kadar kolestrol
yang sangat tinggi menyebabkan terbentuknya ateroma yang lebih banyak di dalam arteri
koroner dibandingkan arteri lainnya. Pada penderita hipertensi umumnya akan menderita
aterosklerosis lebih awal dan lebih berat dan beratnya penyakit berhubungan dengan tekanan
darah, walaupun batas normal. Aterosklerosis tidak terlihat pada arteri pulmonalis (biasanya
bertekanan rendah) jika tekanannya meningkat secara abnormal, keadaan ini disebut
hipertensi pulmonal.
Dengan tes darah Anda dapat mengontrol jumlah kolesterol. Secara khusus, Anda perlu
menjalani pemeriksaan kolesterol rutin bila Anda:

Berusia di atas 55 tahun

Memiliki LDL dan trigliserida tinggi, HDL rendah.

Memiliki nodul kecil lemak pada kelopak mata atau di sepanjang tendon Achilles
(xanthelasma).

Memiliki orang tua dan kerabat dekat yang mengidap penyakit jantung koroner atau
stroke pada usia relatif muda.

Menderita tekanan darah tinggi, diabetes, obesitas.
F. Efek
Akibat aterosklerosis tergantung pada ukuran arteri yang terserang. Jika arteri berukuran
sedang, seperti cabang utama areteria koronaria, dengan garis tengah lumen beberapa
milimeter, aterosklerosis lamban laut akan mengakibatkan penyempitan atau obstruksi total
lumen. Perkembangan penyumbatan yang lambat ini, komplikasi aterosklerosis dapat
menyebabkan terjadinya penyumbatan mendadak. Salah satu keadaannya adalah adanya
pembentukan trombus yang bertumpuk pada lapisan intima yang kasar, yang ditimbulkan
oleh plak aterosklerosis. Penyumbatan arteri ukuran kecil atau ukuran sedang cenderung
ditimbulkan trombosis. Perdarahan di pusat plak yang lunak merupakan bentuk komplikasi
lain dari aterosklerosis. Pada sebuah pembuluh dengan ukuran sebesar arteria koronaria
perdarahan tersebut dapat mengakibatkan pembengkakan plak disertai penyumbatan lumen
yang mendadak. Komplikasi lain yang diakibatkan penyumbatan arteri akut adalah ruptur
bercak disertai pembengkakan kandungan lipid yang lunak ke dalam lumen dan
penyumbatan pada bagian bawah pembuluh yang lebih sempit. Jika cukup luas dan berat, lesi
atersklerosis dapat menembus dinding muskularis dan dinding elastis (tunika media) dinding
arteri, sehingga melemahkan dinding tersebut. Tempat yang paling sering terjadinya
aterosklerosis yang berat yaitu pada aorta abdominalis, kerusakan pada tunika media
mengakibatkan terbentuknya aneurisma aterosklerosis yang merupakan penggelembungan
dinding arteri yang lemah. Komplikasi aneurisma yang paling berbahaya adalah terjadinya
ruptur disertai perdarahan.
G. Patogenesis
Primary event dari patogenesis aterosklerosis adalah adanya injury pada endotel arteri
yang mengakibatkan disfungsi endotel. Disfungsi di sini berarti endotel masih utuh tetapi
fungsinya sudah rusak. Injury pada endotel sebagai primary event dibuktikan oleh :
Aterosklerosis sering terjadi pada daerah percabangan arteri.
Dimana daerah ini merupakan daerah yang mudah terserang arteriosclerosis, dan adanya
faktor resiko yang dapat menyebabkan aterosklerosis yang terdiri dari: usia, jenis kelamin,
golongan darah,
diabetetes
militus,
perokok, hipertensi,
hiperlipidemia, obesitas.
Adanya disfungsi endotel menyebabkan : Endotel kehilangan fugsinya seperti fungsi barier
hilang sehingga sel darah dan plasma masuk ke ruangan subendotelial kemudian endotel
kehilangan antitrombotik sehingga mengeluarkan factor proakoagulan dan setelah itu
mengeluarkan factor kemotatik yang akan menarik sel-sel lain yang terlibat dalam proses
aterogenesis, seperti monosit dan sel otot polos. Dalam patogenesis ada empat sel yang
mempengaruhi terbentuknya aterosklerosis yaitu: sel endotel, sel otot polos, platelet dan
makrofag. Dalam patogenesis ada empat sel yang mempengaruhi terbentuknya aterosklerosis
yaitu: sel endotel, sel otot polos, platelet dan makrofag.
H. Pemerikasaan Penunjang
Tergantung kebutuhannya beragam jenis pemeriksaan dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis PJK dan menentukan derajatnya. Dari yang sederhana sampai yang invasive
sifatnya.
a. Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan aktifitas listrik jantung atau gambaran elektrokardiogram (EKG)
adalah pemeriksaan penunjang untuk memberi petunjuk adanya PJK. Dengan
pemeriksaan ini kita dapat mengetahui apakah sudah ada tanda-tandanya. Dapat berupa
serangan jantung terdahulu, penyempitan atau serangan jantung yang baru terjadi, yang
masing-masing memberikan gambaran yang berbeda.
b. Foto rontgen dada
Dari foto roentgen pappa dokter dapat menilai ukuran jantung, ada-tidaknya
pembesaran. Di samping itu dapat juga dilihat gambaran paru. Kelainan pada koroner
tidak dapat dilihat dalam foto rontgen ini. Dari ukuran jantung dapat dinilai apakah
seorang penderita sudah berada pada PJK lanjut. Mungkin saja PJK lama yang sudah
berlanjut pada payah jantung. Gambarannya biasanya jantung terlihat membesar.
c. Pemeriksaan laboratorium
Dilakukan untuk mengetahui kadar trigliserida sebagai bourgeois resiko. Dari
pemeriksaan darah juga diketahui ada-tidaknya serangan jantung akut dengan melihat
kenaikan enzim jantung.
d. Bila dari semua pemeriksaan diatas diagnosa PJK belum berhasil ditegakkan, biasanya
dokter jantung/ kardiologis akan merekomendasikan untuk dilakukan treadmill.
Dalam kamus kedokteran Indonesia disebut jentera, alat ini digunakan untuk
pemeriksaan diagnostic PJK. Berupa ban berjalan serupa dengan alat olah raga
umumnya, namun dihubungkan dengan monitor dan alat rekam EKG. Prinsipnya adalah
merekam aktifitas fisik jantung saat latihan. Dapat terjadi berupa gambaran EKG saat
aktifitas, yang memberi petunjuk adanya PJK. Hal ini disebabkan karena jantung
mempunyai tenaga serap, sehingga pada keadaan sehingga pada keadaan tertentu dalam
keadaan istirahat gambaran EKG tampak normal.
Dari hasil teradmil ini telah dapat diduga apakah seseorang menderita PJK.
Memang tidak 100% karena pemeriksaan dengan teradmil ini sensitifitasnya hanya
sekitar 84% pada pria sedangka untuk wanita hanya 72%. Berarti masih mungkin
ramalan ini meleset sekitar 16%, artinya dari 100 orang pria penderita PJK yang terbukti
benar hanya 84 orang. Biasanya perlu pemeriksaan lanjut dengan melakukan kateterisasi
jantung.
Pemeriksaan ini sampai sekarang masih merupakan “Golden Standard” untuk
PJK. Karena dapat terlihat jelas tingkat penyempitan dari pembuluh arterikoroner,
apakah ringan,sedang atau berat bahkan total.
e. Kateterisasi jantung
Pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan kateter semacam selang seukuran
ujung lidi. Selang ini dimasukkan langsung ke pembuluh nadi (arteri). Bisa melalui
pangkal paha, lipatanlengan atau melalui pembuluh darah di lengan bawah. Kateter
didorong dengan tuntunan alar rontgen langsung ke muara pembuluh koroner. Setelah
tepat di lubangnya, kemudian disuntikkan cairan kontras sehingga mengisi pembuluh
koroner yang dimaksud. Setelah itu dapat dilihat adanya penyempitan atau malahan
mungkin tidak ada penyumbatan. Penyempitan atau penyumbatan ini dapat saja
mengenai beberapa tempat pada satu pembuluh koroner. Bisa juga sekaligus mengenai
beberapa pembuluh koroner. Atas dasar hasil kateterisasi jantung ini akan dapat
ditentukan penanganan lebih lanjut. Apakah apsien cukup hanya dengan obat saja,
disamping mencegah atau mengendalikan bourgeois resiko. Atau mungkin memerlukan
intervensi yang dikenal dengan balon. Banyak juga yang menyebut dengan istilah ditiup
atau balonisasi. Saat ini disamping dibalon dapat pula dipasang stent, semacam
penyangga seperti cincin atau gorng-gorong yang berguna untuk mencegah kembalinya
penyempitan. Bila tidak mungkin dengan obat-obatan, dibalon dengan atau tanpa stent,
upaya lain adalah dengan melakukan bedah pintas koroner.
I. Penatalaksanaan
Sebelum terjadinya komplikasi, aterosklerosis mungkin tidak akan terdiagnosis.Sebelum
terjadinya komplikasi, terdengarnya bruit (suara meniup) pada pemeriksaan dengan stetoskop
bisa merupakan petunjuk aterosklerosis. Denyut nadi berkurang pada daerah yang terserang
arteriosklerosis
Pengobatan :
Pada
tingkat
tertentu,
tubuh
akan
melindungi
dirinya
dengan
membentuk
pembuluh darah baru di daerah yang terkena. Bagi penderita bisa diberikan obat-obatan
untuk menurunkan kadar lemak dan kolesterol dalam darah (contohnya colestyramine,
kolestipol, asam nikotinat, gemfibrozil, probukol, lovastatin). Aspirin, ticlopidine dan
clopidogrel atau anti koagulan bisa diberikan untuk mengurangi resiko terjadinya bekuan
darah.
Angioplasti balon :
Dilakukan untuk meratakan plak dan meningkatkan aliran darah yang melalui endapan
lemak.
Enarterektomi :
Merupakan suatu pembedahan untuk mengangkat endapan. Pembedahan bypass
merupakan prosedur yang sangat invasif, dimana arteri atau vena yang normal dari penderita
digunakan untuk membuat jembatan guna menghindari arteri yang tersumbat.
Pencegahan:
Adapun cara-cara yang membantu dalam mencegah terjadinya arteriosclerosis:
o Mengendalikan tekanan darah agar selalu normal dan mengendalikan kadar gula darah
bila anda menderita kencing manis atau DM.
o Jangan pernah merokok lagi apapun yang terjadi.
o Berolah ragalah yang teratur.
o Turunkan berat badan bila anda merasa gemuk.
o Turunkan kadar kolesterol LDL anda. Caranya, kurangi konsumsi makanan yang tinggi
kandungan lemak jenuhnya.
o Tingkatkan kadar kolesterol HDL anda. Caranya, perbanyak konsumsi makanan yang
banyak mengandung lemak tak kenuh.
o Kurangi konsumsi makanan yang berlemak untuk menurunkan kadar kolesterol
lipoprotein dan triglesirida.
o Konsumsilah makanan atau minuman yang mengandung anti oksidan guna mencegah
kerusakan pembuluh darah akibat radikal bebas.
o Konsumsilah makanan yang banyak mengandung asam folat dan vitamin B lainnya guna
menurunkan kadar homosistein dalam darah.
o Bila diperlukan, minumlah obat obat pencegah atherosklerosis yang dianjurkan oleh
dokter anda. Dalam mengkonsumsi obat ini, lebih baik anda mendapat pengawasan dari
dokter untuk mencegah hal hal yang tidak diinginkan.
Bypass arteri koroner grafting (CABG) merupakan jenis operasi - dimana arteri atau vena
dari daerah lain dalam tubuh yang digunakan untuk memotong arteri koroner menyempit.
CABG dapat meningkatkan aliran darah ke jantung, menghilangkan rasa sakit dada, dan
mungkin mencegah serangan jantung.
Bypass mencangkok juga dapat digunakan untuk arteri kaki - dengan operasi ini,
pembuluh darah yang sehat adalah digunakan untuk memotong pembuluh darah yang
menyempit atau tersumbat di salah satu kaki, pembuluh darah yang sehat pengalihan darah
di sekitar arteri, meningkatkan aliran darah ke kaki .
Operasi arteri karotis menghilangkan plak membangun-up dari arteri karotis di leher,
membuka arteri dan meningkatkan aliran darah ke otak. Operasi arteri karotis dapat
membantu mencegah stroke.
Tergantung pada kondisi mereka dokter dapat merujuk pasien dengan Aterosklerosis
untuk seorang ahli jantung (seorang dokter yang mengkhususkan diri dalam merawat orang
dengan masalah jantung) jika mereka memiliki penyakit arteri koroner (CAD) - atau
spesialis vaskuler (seorang dokter yang mengkhususkan diri dalam merawat orang dengan
masalah pembuluh darah) jika mereka memiliki penyakit arteri perifer (PAD) - atau
neurolog (dokter yang mengkhususkan diri dalam mengobati orang dengan gangguan sistem
saraf) jika mereka memiliki stroke akibat penyakit arteri karotis.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.medicinesia.com/kedokteran-klinis/kardiovaskular/diabetes-sebagai-faktorresiko-aterosklerosis/
http://bali.bkkbn.go.id/rubrik/67/
http://www.tempo.co.id/medika/arsip/022001/pus-3.htm
http://www.news-medical.net/health/Risk-Factors-for-Atherosclerosis-(Indonesian).aspx
http://www.lenterabiru.com/2009/01/arteri-koroner-coronary-heart-disease.htm
http://majalahkesehatan.com/penyebab-dan-pencegahan-aterosklerosis/
http://id.wikipedia.org/wiki/Aterosklerosis
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/pathology/2173777-aterosklerosis-dimulai-sejakanak-anak/#ixzz1PdON2b3p
http://jantung.klikdokter.com/subpage.php?id=2&sub=69
Download