P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015 Pemanfaatan Limbah Kulit Nanas sebagai Substrat oleh Lactobacillus lactis untuk Produksi Asam Laktat (Utilization of Pineapple Skin Waste As Substrates to Produce Lactic Acid by Lactobacillus lactis) Mira Andam Dewi*, Muharam Marzuki, R. Dellique Dieratu Fakultas Farmasi, Universitas Jenderal Achmad Yani, Cimahi *Corresponding email: [email protected] ABSTRAK Kulit nanas merupakan limbah yang mengandung karbohidrat cukup tinggi. Karbohidrat pada kulit nanas dapat dimanfaatkan sebagai substrat oleh Lactobacillus lactis untuk menghasilkan asam laktat melalui jalur metabolisme glikolisis. Penelitian dilakukan beberapa tahap, dimulai dari identifikasi bakteri Lactobacillus lactis, kemudian penentuan kurva pertumbuhan Lactobacillus lactis pada media MRS Broth. Dilanjutkan dengan pembuatan substrat yaitu menghidrolisis karbohidrat menjadi glukosa. Kondisi fermentasi untuk produksi asam laktat dilakukan pada suhu 40 0C, pH awal 5 dan kecepatan pengocokan 150 rpm. Asam laktat yang dihasilkan selama fermentasi di analisis secara kualitatif dan kuantitatif yaitu dengan cara titrasi asam basa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar asam laktat tertinggi dihasilkan pada komposisi substrat 500 g/L kulit nanas yaitu sebesar 1,834% b/v setelah 24 jam fermentasi. Kata Kunci: Kulit nanas, Lactobacillus lactis, asam laktat, glikolisis PENDAHULUAN Kulit nanas merupakan limbah berbagai dimanfaatkan sebagai sumber karbon pada media pertumbuhan Lactobacillus lactis untuk pengolahan produk agroindustri yang masih menghasilkan asam laktat. Asam jarang dimanfaatkan. Berdasarkan kandungan merupakan salah satu nutriennya, ternyata kulit nanas mengandung pencemaran alam karena karbohidrat dan gula yang cukup tinggi. Maka sangat ramah lingkungan sehingga dikenal kulit nanas memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai the sebagai bahan baku pembuatan bahan kimia, biodegradable plastic raw material. Senyawa salah satunya adalah asam laktat melalui proses asam laktat juga dibutuhkan dalam industri fermentasi. Kulit nanas mengandung 81,72% air, lainnya, mulai dari industri makanan sampai 20,87% serat kasar, 17,53% karbohidrat, 4,41% dengan industri kosmetika (Febriningrum, P. N., protein dan 13,65% gula reduksi (Rahman, N. 2013). Sebanyak 70% dari total asam laktat yang A.dan Harimbi S., 2012). Dalam penelitian ini diperdagangkan digunakan dalam makanan dan digunakan limbah kulit nanas sebagai substrat pengolahan makanan sebagai pengatur pH, fermentasi. Glukosa pada kulit nanas dapat bahan pengawet dan agent buffer. Asam laktat solusi laktat masalah karakteristiknya green solvent compound and 54 P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015 digunakan sebagai bahan pengawet makanan dari 26 g MRSA yang ditambahkan 500 mL dan merupakan bahan baku (feedstock) industri aquadest, lalu disterilkan dalam autoklaf pada polimer biodegradable, oxygenated chemicals, suhu 1210C selama 15 menit.Biakan bakteri pengatur pertumbuhan tanaman, dan pelarut Lactobacillus lactis diinokulasi sebanyak 1 ose yang ramah lingkungan. Salah satu terapan yang dan digoreskan pada permukaan media MRSA paling menjanjikan dari asam laktat adalah secara aseptis, kemudian diinkubasi pada suhu sebagai bahan baku pembuatan PLA (poly lactic 370C selama 24 jam. acid) yang bersifat biocompatible sebagai biodegradable alternatif dan pengganti plastik non-biodegradable yang dihasilkan dari minyak bumi, batu Identifikasi Bakteri Starter a. bara atau gas alam Identifikasi Lactobacillus lactis Secara Makroskopis (Wignyanto, Suharjono, dan Novita, 2001). Bakteri Lactobacillus lactis ditumbuhkan pada MRSA, kemudian diinkubasi pada suhu METODE PENELITIAN 370C selama 24 jam. Kemudian, dilakukan Alat pengamatan terhadap bentuk, permukaan Alat-alat yang digunakan antara lain: dan warna spesifik dari bakteri pada media erlenmeyer, pipet tetes, pipet volume, tabung pertumbuhan. reaksi, termometer, blender, pH meter, rotary shaker, pembakar spiritus, kaki tiga dan kasa, timbangan analitik (Sartorius penangas air, batang BL b. 2105), Identifikasi Lactobacillus lactis Secara Mikroskopis (Pewarnaan Gram) pengaduk, Bakteri Lactobacillus lactis disapukan sedikit spektrofotometer sinar tampak (Shimadzu- di atas kaca obyek, ditambahkan 1 tetes air, 1601), autoklaf, inkubator, cawan petri. kemudian disuspensikan. Ditambahkan zat warna karbol gentian violet dan dibiarkan Bahan selama satu menit, lalu dibilas dengan air Bahan yang digunakan limbah kulit suling. Ditambahkan Lugol dan dibiarkan nanas dari Pasar Kosambi Bandung, kultur selama dua menit, lalu bilas dengan air bakteri Lactobacillus lactis koleksi Laboratorium suling. Tetesan yang terbentuk Mikrobiologi SITH Institut Teknologi Bandung, dengan alkohol sampai seluruh zat warna MRSA (Mann Rogose and Sharpe Agar), MRSB terlarut, (Mann Rogose and Sharpe Broth), asam sulfat 4%, Ditambahkan amonium klorida, aquadest, natrium hidroksida dibiarkan selama satu menit, lalu dibilas pro analisis, asam oksalat pro analisis, kalsium dengan air. Kemudian diteteskan minyak karbonat, indikator fenolftalein, TSIA (Triple imersi Sugar Iron Agar), kalium permanganat, besi (III) pemeriksaan dibawah mikroskop dengan klorida. perbesaran 10-1000 kali. Peremajaan Bakteri Starter Peremajaan bakteri Lactobacillus lactis c. lalu pada Identifikasi dicuci dibilas dengan air. pewarna safranin dan preparat dan Lactobacillus dilakukan lactis Menggunakan Media TSIA dilakukan pada media MRSA. Media MRSA dibuat 55 P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015 Media TSIA (Triple Sugar Iron Agar) diisikan yaitu kurva serapan terhadap waktu. Data serapan pada dua tabung reaksi, 1 tabung dibuat yang diukur merupakan gambaran jumlah populasi tegak sel bakteri pada setiap fase pertumbuhan. dan 1 tabung dibuat miring. Diinokulasikan bakteri starter, untuk media yang tegak dengan cara ditusuk, sedangkan untuk media yang miring dengan cara digores. Diinkubasi kedua tabung tersebut pada suhu 370C selama 24 jam. Pengamatan berdasarkan adanya pembentukkan gelembung-gelembung gas, pembentukkan gas H2S dan perubahan warna media. Jika warna media menjadi kuning dapat diartikan reaksi positif glukosa-laktosa, tetapi jika warna media tidak berubah (tetap merah) dapat diartikan reaksi negatif glukosa-laktosa. lactis Kurva pertumbuhan dilakukan dalam media MRSB (Mann Rogose and Sharpe Broth). Media MRSB dibuat dari 26 g MRSB yang 500 mL aquadest. Kemudian disterilkan dalam autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit. Biakan Lactobacillus lactis usia 24 jam pada media MRSA disuspensikan ke dalam larutan garam fisiologis secara aseptis. Kepekatan diatur sehingga memberikan transmitan 25% pada panjang gelombang 580 nm. Suspensi Lactobacillus lactis diinokulasikan sebanyak 10% v/v secara aseptis ke dalam labu erlenmeyer berisi media MRSB, kemudian diinkubasi dalam inkubator kocok dengan kecepatan 150 rpm pada suhu 400C. Pengamatan dilakukan setiap jam selama 48 jam dengan kotoran yang menempel, kemudian dipotong kecilkecil, lalu temperatur dimasukkan 70oC dalam oven pada untuk mengurangi kadar air. Setiap hari dilakukan penimbangan kulit nanas. Jika berat kulit nanas 2 hari berturut-turut sama atau mendekati sama, maka pemanasan dihentikan karena diasumsikan kandungan airnya sudah habis. Kulit nanas kering ditimbang sebanyak 300 g, 400 g, dan 500 g untuk volume kerja 1000 mL, diblender dan ditambah aquadest pada masingmasing variasi berat kulit nanas, kemudian Pembuatan Kurva Pertumbuhan Lactobacillus ditambahkan Pembuatan Substrat Fermentasi Kulit nanas dipisahkan dari kotoran- mengukur kekeruhan substrat menggunakan Spektrofotometer sinar tampak pada panjang gelombang 580 nm. Nilai transmitan hasil pengukuran dikonversikan menjadi nilai serapan. Data serapan dan waktu pengambilan sampel menghasilkan kurva pertumbuhan bakteri dilakukan proses pemanasan selama 2 jam pada temperatur 800C dengan penambahan H2SO4 4% sebanyak 125 mL untuk memecah karbohidrat menjadi glukosa. Setelah proses pemanasan, sari kulit nanas disaring dan dimasukkan ke dalam botol penampung yang bersih dan steril untuk masing-masing konsentrasi (300 g/1000 mL, 400 g/1000 mL dan 500 g/1000 mL) sebanyak 250 mL. Kemudian didinginkan dalam keadaan tertutup. Keasaman medium diatur pada pH awal 5 dengan penambahan CaCO3. Ditambahkan pula 12,5 g/L amonium klorida sebagai nutrisi. Selanjutnya botol-botol yang berisi medium tersebut ditutup dengan kapas sumbat serta dilapisi dengan kertas sampul, lalu disterilisasi pada suhu 1210C selama 15 menit. Proses Fermentasi dan Produksi Asam Laktat a. Pembuatan Starter Menginokulasi biakan kultur murni sebanyak 10% v/v dari 250 mL medium starter. Kemudian menyimpan botol di dalam inkubator kocok kecepatan 150 rpm dengan 56 P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015 suhu 400C, selama 24 jam atau sampai fase (terjadi perubahan warna). Total asam laktat logaritmik berakhir. pH awal diatur 5 dengan dihitung sebagai persentase asam laktat dengan penambahan CaCO3. rumus: b. Proses Fermentasi Substrat yang telah steril dimasukkan ke 𝑉1 𝑥 𝑁 𝑥 𝐵 𝑥 100% 𝑉2 𝑥 1000 dalam inkubator kocok dengan kecepatan pengadukan 150 rpm pada suhu 400C. Keterangan : Diinokulasi biakan kultur murni yang berasal V1 = Volume NaOH yang digunakan (mL) dari medium starter sesuai dengan kombinasi V2 = Berat sampel yang dititrasi (gram) perlakuan yang telah ditentukan (variasi N = Normalitas NaOH konsentrasi substrat). Jumlah biakan yang B = Berat Molekul Asam Laktat (90) diinokulasi sebanyak 10% v/v dari 250 ml medium fermentasi. Pengujian metabolit hasil HASIL DAN DISKUSI fermentasi dilakukan pada awal fase log, akhir 1. Hasil Identifikasi Bakteri Starter Lactobacillus fase log dan awal fase stasioner dari kurva lactis pertumbuhan. Substrat hasil fermentasi yang Bakteri diharapkan laktat digunakan sebagai starter dilakukan proses kemudian di sentrifugasi pada 3000 rpm identifikasi untuk melihat kebenaran dan selama 20 menit. Supernatan dan biomassa kemurnian kultur bakteri. Di identifikasi secara dipisahkan, selanjutnya dilakukan pengujian makroskopis dengan melihat warna dan asam laktat. permukaan koloni bakteri.Lalu di identifikasi mengandung asam Lactobacillus lactis yang akan secara mikroskopis dengan pewarnaan Gram, Analisis Kualitatif Asam Laktat a. b. Jika larutan laktat direaksikan dengan asam Gram positif.Bakteri di uji pula dengan sulfat encer dan larutan kalium permanganat menggunakan media TSIA (Triple Sugar Iron dan dipanaskan, akan terjadi asetaldehida, Agar) untuk melihat penggunaan gula pada yang dapat dikenal dari baunya. keberlangsungan hidup bakteri. Tabel 1 Jika sampel ditambahkan dengan besi (III) menunjukkan klorida, sampel akan menghasilkan larutan Lactobacillus lactis. berwarna kuning. c. diperoleh bakteri berbentuk batang dengan hasil identifikasi bakteri 2. Kurva Pertumbuhan Lactobacillus lactis Jika sampel ditambahkan dengan larutan Kurva pertumbuhan dilakukan pada media iodin dan natrium hidroksida, maka akan MRSB (Mann Rogose and Sharpe Broth) untuk menghasilkan larutan berwarna kuning jika memperoleh hasil yang mengandung asam laktat. dibandingkan pada substrat Analisis Kuantitatif Asam Laktat Pengukuran total asam laktat tertitrasi lebih akurat fermentasi. Suspensi sel bakteri sebanyak 10% v/v dengan transmitan 25% diinokulasikan pada media dilakukan dengan metode Fardiaz (1987). Sampel MRSB. Pengukuran pertumbuhan bakteri sebanyak 5 mL di titrasi dengan larutan NaOH 0,1 dilakukan dengan metode turbidimetri, yaitu N dengan indikator fenolftalein. Titrasi dihentikan melihat jumlah sel bakteri dengan mengukur setelah terbentuk warna merah muda yang tetap kekeruhan dengan spektrofotometer pada 57 P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015 panjang gelombang 580 nm yang dilakukan fermentasi dilakukan pada awal fase log, akhir selama 48 jam dengan selang waktu 1 jam. fase log dan awal fase stasioner dari kurva Metode tersebut termasuk metode tidak pertumbuhan. langsung, karena tidak dapat membedakan menghasilkan reaksi positif untuk semua antara bakteri yang hidup dengan yang sudah sampel yang di uji, dari sampel awal fase log mati sehingga seolah-olah tidak ada fase (kemungkinan jam ke 3) hingga awal fase kematian stasioner (kemungkinan (Dwipayana Ariesyady, 2009). dan Kurva Herto Dwi Semua analisis kualitatif jam ke 21-24). pertumbuhan Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa memberikan informasi penting mengenai fase asam laktat telah diproduksi dari awal fase log pertumbuhan dan metabolisme bakteri. Hasil dan terus bertambah hingga awal fase kurva pertumbuhan Lactobacillus lactis pada stasioner. media MRSB memiliki tipe pertumbuhan yang 5. Analisis Kuantitatif Asam Laktat hampir sama seperti semua bakteri pada Untuk mengetahui kadar asam laktat yang umumnya, yaitu terjadinya fase log yang berada pada sampel, maka dilakukan uji dilanjutkan dengan fase stasioner. kuantitatif dengan metode titrasi alkalimetri. Berdasarkan hasil kurva pengamatan Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan Lactobacillus lactis pada media komposisi substrat terbaik yang menghasilkan MRSB, diperkirakan memasuki awal fase log asam laktat paling banyak adalah 500 g/L kulit pada jam ke 3, akhir fase log atau awal fase nanas dibandingkan dengan komposisi 300 stasioner pada jam ke 21-24, dan hingga jam ke g/L dan 400 g/L kulit nanas. Untuk komposisi 48 masih mengalami fase stasioner. Menurut 500 g/L, kadar asam laktat pada jam ke 3 Stacy (1998), menyatakan bahwa waktu adalah 1,726% b/v dan pada jam ke 24 setelah pertumbuhan optimum bakteri Lactobacillus fermentasi kadar asam laktatnya 1,834% b/v. delbrueckii subsp. bulgaricus adalah 12-18 jam Sedangkan untuk komposisi 300 g/L dan 400 (Pratama, Ridho, 2012). g/L, kadar asam laktat pada jam ke 24 setelah 3. Proses Fermentasi dan Produksi Asam Laktat fermentasi secara berturut-turut adalah Hasil metabolisme pada saat lag phase sebagian 1,375% b/v dan 1,747% b/v. Perbedaan asam besar laktat yang dihasilkan selama fermentasi dapat berupa asam laktat yang dimanifestasikan oleh adanya penurunan nilai disebabkan pH. Produksi asam ini suatu saat menjadi dibutuhkan untuk bakteri berkembangbiak. penghambat dalam pertumbuhan mikroba Pada komposisi 300 g/L dan 400 g/L kulit yang bersangkutan (efek negative feed back) nanas kemungkinan nutrisi untuk bakteri (Koroleva, 1991), yaitu ketika telah mencapai belum tercukupi secara sempurna sehingga fase stasioner bakteri tidak tumbuh lagi bahkan asam laktat yang dihasilkan pun jauh lebih banyak yang lisis atau mati (Usmiati, Sri dan Tri sedikit. Sedangkan pada komposisi 500 g/L Marwati, 2007). kulit nanas, nutrisi untuk bakteri telah 4. Analisis Kualitatif Asam Laktat oleh faktor nutrisi yang tercukupi sehingga bakteri dapat tumbuh Untuk mengetahui keberadaan asam laktat secara optimal dan menghasilkan asam laktat pada media fermentasi, dilakukan uji kualitatif yang lebih banyak. Menurut Nystrom (2004), terlebih ketika sumber nutrisi tercukupi, sumber dahulu.Pengujian metabolit hasil 58 P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015 nutrisi akan digunakan untuk pertumbuhan, akan dikonsentrasikan untuk survival atau sebaliknya ketika sumber nutrisi ada pada bertahan hidup (Yudhi, Andri, dkk). jumlah yang terbatas, semua energi mikroba Tabel 1. Hasil Identifikasi Bakteri Starter Lactobacillus lactis Lactobacillus lactis No. 1 Bentuk Pengamatan Makroskopis dan Mikroskopis 2 Hasil Pustaka Bentuk Batang Sesuai Permukaan Licin Sesuai Warna Putih Sesuai Pewarnaan Gram* Gram positif Sesuai Laktosa/sakarosa (+) Tegak Sesuai Gas H2S (-) 3 Media TSIA Glukosa (+) Miring Sesuai Gas dan gas H2S (-) Keterangan : )* = Berdasarkan pustaka Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology sebagai acuan pemeriksaan. 2.5000 Serapan (A) 2.0000 1.5000 1.0000 0.5000 0.0000 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41 43 45 47 49 Waktu (Jam) Gambar 2. Kurva pertumbuhan Lactobacillus lactis dalam media MRS Broth yang diukur menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 580 nm 5 pH 4 3 300 g/L 2 400 g/L 1 500 g/L 0 3 4 5 18 19 20 21 22 23 24 Waktu (Jam) Gambar 2. Kurva penurunan pH substrat kulit nanas selama proses fermentasi 59 Total Asam Laktat (% b/v) P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015 2 1.5 300 g/L 1 400 g/L 0.5 500 g/L 0 3 4 5 18 19 20 21 22 23 24 Waktu (Jam) Gambar 3. Kurva total asam laktat dalam substrat kulit nanas yang dianalisis dengan metode titrasi alkalimetri KESIMPULAN Konsentrasi substrat terbaik yang menghasilkan Berdasarkan hasil penelitian yang telah asam laktat paling banyak adalah 500 g/L kulit dilakukan dapat disimpulkan bahwa substrat nanas dibandingkan dengan konsentrasi 300 g/L kulit nanas dapat digunakan sebagai media dan 400 g/L kulit nanas, dengan total asam laktat pertumbuhan 1,834% b/v setelah 24 jam fermentasi. bakteri Lactobacillus lactis. DAFTAR PUSTAKA Dwipayana dan Herto Dwi Ariesyady. 2009. “Identifikasi Keberagaman Bakteri Pada Lumpur Hasil Pengolahan Limbah Cat Dengan Teknik Konvensional”. Institut Teknologi Bandung. Febriningrum, P. N. 2013. “Pengaruh Konsentrasi Substrat Kulit Nanas dan Kecepatan Pengadukan terhadap Pertumbuhan Lactobacillus plantarum untuk Produksi Asam Laktat”.Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan. Volume 9, No. 3, Hal. 144-151. Pratama, Ridho. 2012. Pemanfaatan Metabolit Ekstraseluler Lactobacillus delbrueckii subsp. bulgaricus Dalam Pembentukan Nanopartikel Perak. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Rahman, N. A. dan Harimbi S. 2012. “Peningkatan Kadar Bioetanol dari Kulit Nanas Menggunakan Zeolit Alam dan Batu Kapur”. Jurnal Teknik Kimia. Volume 6, No. 2, Hal. 46-49. Usmiati, Sri dan Tri Marwati. 2007. “Seleksi dan Optimasi Proses Produksi Bakteriosin dari Lactobacillus sp”. J.Pascapanen. Hal. 27-37. Wignyanto, Suharjono, dan Novita. 2001. “Pengaruh Konsentrasi Gula Reduksi Sari Hati Nanas dan Inokulum Saccharomyces cerevisiae Pada Fermentasi Etanol”. Jurnal Teknologi Pertanian. Volume 2, No. 1, Hal.68-77. Yudhi, Andri, dkk. “Proses Fermentasi Pati Singkong Mentah oleh Lactobacillus plantarum B9 (Kajian Jenis dan Konsentrasi Sumber Nitrogen)”. Universitas Brawijaya Malang. 60