Soegianto, A. 1994. Ekologi Kuantitatif : Metode Analisis Populasi dan

advertisement
KARAKTERISTIK KOMUNITAS HERBA DI HUTAN JATI
RESORT PEMANGKUAN HUTAN (RPH) DANDER
PETAK 12B KABUPATEN BOJONEGORO
Ahmad Fanani1, Fatchur Rohman2, Eko Sri Sulasmi2
1
Program Studi Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang
2
Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang
Jalan Semarang 5 Malang 65145, Indonesia
e-mail: [email protected]
ABSTRAK
Hutan jati RPH Dander dimanfaatkan sebagai tempat ekowisata, pengenalan
lingkungan hutan, dan penelitian yang dapat menyebabkan perubahan karakteristik
herba. Penelitian bersifat deskriptif eksploratif. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh tumbuhan herba di hutan jati RPH Dander Petak 12B. Sampel dalam
penelitian ini adalah tumbuhan herba yang tercuplik dalam 250 plot masing-masing
berukuran 2x2 m2. Komposisi herba terdiri atas 25 spesies. Nilai indeks
keanekaragaman (H’) sebesar 2,25 menunjukkan tingkat keanekaragaman herba
adalah sedang. Spesies herba yang mencirikan karakter komunitas herba adalah
Oplismenusundulatifolius (Ard.) Beauv. dari familia Poaceae dan Maranta
arundinacea L. dari familia Marantaceae yang masing-masing mempunyai Indeks
Nilai Penting (INP) 51,93% dan 28,29%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
karakteristik komunitas herba di hutan jati RPH Dander petak 12B disebut
Poamarantaceae.
Kata kunci:karakteristik, komunitas herba, hutan jati, RPH Dander
PENDAHULUAN
Hutan jati di RPH Dander, Kabupaten Bojonegoro dimanfaatkan sebagai
ekowisata, pengenalan lingkungan hutan, dan penelitian. Kegiatan pemanfaatan hutan
memungkinkan terjadinya gangguan terhadap komunitas herba yang ada yaitu terjadi
perubahan komposisi yang menyebabkan kerusakan struktur komunitas herba.
Tumbuhan herba seringkali kurang mendapatkan perhatian karena merupakan
penyusun lantai hutan sehingga lebih rentan terjadi kerusakan daripada pohon jati
yang merupakan tumbuhan utama di kawasan hutan jati RPH Dander.
Tumbuhan herba dapat bersifat melindungi tanah dari turunnya hujan ke
permukaan tanah dan dapat memperbaiki susunan atau struktur tanah dengan bantuan
akar-akarnya. Berdasarkan penelitian Abdiyani (2008), spesies tumbuhan herba
merupakan salah satu penyusun struktur hutan, dan memiliki karakteristik tertentu.
Karakteristik dapat diketahui setelah mengumpulkan data dan menghitung dominasi
herba pada suatu habitat. Dominasi bertujuan untuk dapat mengetahui penguasaan
oleh dua spesies tumbuhan yang memiliki indeks nilai penting (INP) tertinggi
terhadap spesies tumbuhan lainnya.Berdasarkan dua nilai tertinggi indeks nilai
penting tumbuhan herba pada suatu habitat menunjukkan karakteristik suatu
komunitas herba, sehingga dapat digunakan sebagai pedoman penamaan vegetasi di
suatu habitat. Karakteristik herba dapat mengungkap kekayaan spesies tumbuhan,
1
2
pengembangan untuk penelitian, serta memberikan informasi kepada masyarakat
sekitar sebagai pedoman untuk pemanfaatan tumbuhan herba.
Karakterisik komunitas herba ikut menentukan struktur hutan yang
berpengaruh pada fungsi ekologi hutan. Karakterisik komunitas herba mencakup data
komposisi dan keanekaragaman herba. Komposisi vegetasi merupakan daftar spesies
tumbuhan yang ada dalam suatu komunitas di suatu daerah. Data flora atau vegetasi
dinamakan data floristik, yang berguna untuk mengetahui keanekaragaman spesies
dan kondisi habitat atau lingkungan (Maisyaroh, 2010). Keanekaragaman spesies
adalah perbedaan yang tampak pada spesies tumbuhan satu dengan lainnya.
Keanekaragaman tumbuhan herba yang sangat tinggi menyebabkan adanya
kemungkinan masih banyak tumbuhan herba yang belum teridentifikasi, sehingga
tidak diketahui dengan jelas bagaimana keanekaragaman dan komposisi herba
(Pudyatmoko, 1998).
RPH Dander terdiri atas 7 petak hutan jati dengan pengelompokkan umur
yang berbeda. Petak 12B merupakan petak yang memiliki umur jati sekitar 9 tahun,
sehingga memiliki hubungan timbal balik yang lama antara tumbuhan herba dan
pohon jati. Hubungan ini akan menciptakan suatu vegetasi herba yang memiliki
karakteristik tersendiri. Sesuai dengan pernyataan Odum (1998) bahwa
keanekaragaman spesies tumbuhan cenderung besar dalam suatu komunitas yang
lebih tua. Keanekaragaman spesies tumbuhan cenderung kecil untuk komunitas yang
baru dibentuk.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif eksploratifdengan
pendekatan kuantitatif yang dilakukan dengan mengkoleksi, mengidentifikasi, dan
menghitung jumlah spesies, jumlah individu setiap spesies, kerapatan, dan frekuensi
tumbuhan herba di hutan jati RPH Dander Petak 12B Kabupaten Bojonegoro.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi, keanekaragaman, dan
dominasi herba di hutan jati RPH Dander Petak 12B Kabupaten Bojonegoro.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tumbuhan herba di hutan jati
RPH Dander, Kabupaten Bojonegoro. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah tumbuhan herba yang tercuplik dalam 250 plot di hutan jati RPH Dander
Petak 12B Kabupaten Bojonegoro seluas 1000 m2. Data yang diperoleh berupa
deskripsi tumbuhan herba, indeks keanekaragaman (H’), kerapatan dan frekuensi
tumbuhan herba, serta indeks nilai penting (INP). Spesies tumbuhan herba yang
mempunyai dua nilai INP terbesar dijadikan nama tipe suatu komunitas tumbuhan
dan menjadi suatu karakter komunitas tumbuhan pada lokasi penelitian.
HASIL
Hasil penelitian di RPH Dander petak 12B didapatkan data berupa jumlah
spesies sebagai penyusun komunitas herba dan frekuensi tumbuhan herba di setiap
plot yang selanjutnya dianalisis dengan teknik analisis data yang telah ditentukan.
3
Komposisi Herba di Hutan Jati RPH Dander Petak 12B Kabupaten Bojonegoro.
Identifikasi herba dilakukan dengan menggunakan buku identifikasi Flora of
Java yang ditulis oleh C.A. Backerdan R.C. Bakhuizen Van Den Brink Volume I, II,
III (1963, 1965, 1968). Nama spesies masing-masing tumbuhan herba tercantum
dalam Tabel 1.
Tabel 1 Komposisi Tumbuhan Herba di Hutan Jati RPH Dander Petak 12B Kabupaten
Bojonegoro
No
Nama Spesies
Genus
Familia
1
Acalypha indica L.
1 Acalypha
1 Euphorbiaceae
2
Amaranthus spinosus L.
2 Amaranthus
2 Amaranthaceae
3
Amorphophallus sp.
3
3 Araceae
Amorphophallus
4
Arum maculatum L.
4 Arum
Araceae
5
Colocasia esculenta (L.) Schott
5 Valeriana
Araceae
6
Commelina paludosa Bl.
6 Commelina
4 Commelinaceae
7
Crotalaria pumila L.
7 Crotalaria
5 Papilionaceae
8
Curcuma aeruginosa Roxb.
8 Curcuma
6 Zingiberaceae
9
Curcuma mangga Val.
Curcuma
Zingiberaceae
10 Cyanotis cristata (L.) D.Don
9 Cyanotis
Commelinaceae
11 Cynodon dactylon (L.) Pers.
10 Cynodon
7 Poaceae
12 Cyperus rotundus L.
11 Cyperus
8 Cyperaceae
13 Cyrtococcum patens (L.) A. Camus
12 Cyrtococcum
Poaceae
14 Digitaria ciliaris (Retz.) Koeler.
13 Digitaria
Poaceae
15 Elephantopus scaber L.
14 Elephantopus
9 Asteraceae
16 Eleusine indica (L.) Gaertn
15 Eleusine
Poaceae
17 Maranta arundinacea L.
16 Maranta
10 Marantaceaea
18 Oplismenusundulatifolius (Ard.) Beauv.
17 Oplismenus
Poaceae
19 Oxallis barrelieri L.
18 Oxallis
11 Oxalidaceae
20 Peperomia pellucida (L.) H.B.K.
19 Peperomia
12 Piperaceae
21 Phyllanthus urinariaL.
20 Phyllanthus
Euphorbiaceae
22 Spathoglottis sp.
21 Spathoglottis
13 Orchidaceae
23 Synedrella nodiflora (L) Gaertn.
22 Synedrella
Asteraceae
24 Tridax procumbens L.
23 Tridax
Asteraceae
25 Zingiber littorale Val.
24 Zingiber
Zingiberaceae
Komposisi herba yang ditemukan di hutan jati RPH Dander petak 12B
Kabupaten Bojonegoro sebanyak 25 spesies, yang terdiri atas 24 genus dan 13
familia. Familia yang memiliki jumlah spesies terbanyak yaitu familia Poaceae yang
terdiri atas 5 spesies.
Keanekaragaman Komunitas Herba di Hutan Jati RPH Dander Petak 12B
Kabupaten Bojonegoro.
Keanekaragaman komunitas herba yang terdapat di hutan jati RPH Dander
petak 12B dapat diketahui dari nilai Indeks Keanekaragaman (H’) sebesar 2,25,
menunjukkan bahwa keanekaragaman tumbuhan herba di kawasan hutan jati RPH
Dander petak 12B termasuk kategori sedang. Sesuai dengan pernyataan Indriyanto
(2006) bahwa semakin besar nilai H’ menunjukkan semakin tinggi keanekaragaman
spesies. Besarnya indeks keanekaragaman spesies menurut Shannon-Wiener
didefinisikan sebagai berikut.
4
1. H’> 3 menunjukkan keanekaragaman spesies yang tinggi pada suatu kawasan.
2. 1 ≤ H’ ≤ 3 menunjukkan keanekaragaman spesies yang sedang pada
suatukawasan.
3. H’ < 1 menunjukkan keanekaragaman spesies yang rendah pada suatu
kawasan(Indriyanto, 2006).
Dominasi Komunitas Herba di Hutan Jati RPH Dander Petak 12B Kabupaten
Bojonegoro.
Dominasi komunitas tumbuhan herba yang terdapat di hutan jati RPH Dander
petak 12B dapat didasarkan pada dua nilai tertinggi pada Indeks Nilai Penting spesies
tumbuhan herba yang diteliti yang didapat dari data kerapatan dan frekuensi pada
Lampiran 5. Adapun INP masing-masing spesies tumbuhan herba apabila diurutkan
dari nilai tertinggi sampai terendah dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Indeks Nilai Penting Tumbuhan Herba yang Tercuplik di Hutan Jati RPH
Dander Petak 12B Kabupaten Bojonegoro
No
Nama Spesies
Kr (%)
Fr (%)
INP (%)
1
Oplismenusundulatifolius (Ard.) Beauv.
36,60
15,33
51,93
2
Maranta arundinacea L.
18,69
9,59
28,29
3
Cyanotis cristata (L.) D.Don
10,27
8,24
18,50
4
Peperomia pellucida (L.) H.B.K.
6,01
6,99
12,99
5
Commelina paludosa Bl.
3,41
3,75
7,17
6
Amaranthus spinosus L.
1,84
5,32
7,16
7
Acalypha indica L.
2,44
4,59
7,02
8
Tridax procumbens L.
2,35
3,86
6,21
9
Oxallis barrelieri L.
1,92
4,17
6,10
10
Elephantopus scaber L.
1,14
4,48
5,62
11
Curcuma aeruginosa Roxb.
1,44
3,96
5,41
12
Cynodon dactylon (L.) Pers.
1,92
2,82
4,74
13
Cyrtococcum patens (L.) A. Camus
2,00
2,61
4,60
14
Eleusine indica (L.) Gaertn
1,72
2,82
4,54
15
Cyperus rotundus L.
1,68
2,29
3,97
16
Amorphophallus sp.
0,71
3,23
3,95
17
Colocasia esculenta (L.) Schott
1,04
2,50
3,54
18
Arum maculatum L.
0,96
2,19
3,15
19
Curcuma mangga Val.
0,60
2,50
3,10
20
Synedrella nodiflora (L) Gaertn.
0,89
2,09
2,97
21
Digitaria ciliaris (Retz.) Koeler.
0,87
1,77
2,65
22
Crotalariapumila L.
0,69
1,67
2,35
23
Zingiber littorale Val.
0,48
1,77
2,25
24
Phyllanthus urinariaL.
1,23
0,83
1,07
25
Spathoglottis sp.
0,10
0,63
0,73
Total
100,00
100,00
200,00
Keterangan
Kr (%) : Kerapatan relatif
Fr (%) : Frekuensi relatif
INP (%) : Indeks Nilai Penting
5
Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui dua spesies tumbuhan herba yang
mempunyai INP tertinggi adalah Oplismenusundulatifolius (Ard.) Beauv. dari familia
Poaceae sebesar 51,93% dan Maranta arundinacea L. dari familia Marantaceae
sebesar 28,29%. Data tersebut menunjukkan karakteristik komunitas tumbuhan herba
di hutan jati RPH Dander Petak 12B Kabupaten Bojonegoro adalah Poamarantaceae.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis data tumbuhan herba yang telah terdata di hutan jati
RPH Dander petak 12B Kabupaten Bojonegoro, maka dapat dijelaskan sebagai
berikut.
Komposisi Herba di Hutan Jati RPH Dander Petak 12B Kabupaten Bojonegoro.
Komposisi tumbuhan herba yang ditemukan di kawasan hutan jati RPH
Dander Petak 12B terdiri atas 25 spesies yang terdiri atas 24 genus dan 14 familia.
Familia terbanyak berasal dari Poaceae terdiri atas 5 spesies. Dibandingkan dengan
penelitian oleh Ulfah (2000) tentang tumbuhan bawah di RPH Pati Kabupaten Jepara,
ditemukan 9 spesies tumbuhan herba, spesies terbanyak yaitu familia Poaceae.
Dominasi familia Poaceae di hutan jati karena familia Poaceae memiliki biji
berukuran mikroskopis sehingga mudah terbawa angin, memiliki daya adaptasi cukup
tinggi, distribusinya amat luas, dan mampu tumbuh baik pada lahan kering maupun
tergenang. Sifat yang dimiliki familia Poaceae tersebut menyebabkan persebaran
spesies anggota familia Poaceae sangat banyak di berbagai habitat (Rukmana dan
Saputra, 1999).
Salah satu karakteristik paling penting pada hutan yang berkaitan erat dengan
komposisi hutan ialah kekayaan spesies. Kekayaan flora yang tinggi disebabkan
kecenderungan sebagian kondisi dalam mendukung tingkat spesiasi yang tinggi,
khususnya iklim yang menguntungkan bagi pertumbuhan tumbuhan dan reproduksi
di semua musim (Richard, 1966). Penyebaran spesies merupakan hasil dari berbagai
sebab, yaitu pengumpulan individu-individu dalam suatutempat yang dapat
meningkatkan persaingan diantara individu yang ada untuk mendapatkan nutrisi dan
ruang; reaksi individu dalam menanggapi perubahan cuaca harian dan musiman; dan
menanggapi perbedaan habitat setempat (Odum, 1998). Ewusie (1990), menjelaskan
bahwa pengelompokan yang terjadi pada suatu komunitas tumbuhan herba dapat
disebabkan oleh nilai ketahanan hidup kelompok tumbuhan herba terhadap berbagai
kondisi.
Keanekaragaman Komunitas Herba di Hutan Jati RPH Dander Petak 12B
Kabupaten Bojonegoro.
Hasil analisis keanekaragaman komunitas herba yang diketahui dari nilai
indeks keanekaragaman (H’) sebesar 2,25, menunjukkan bahwa tingkat
keanekaragaman herba di kawasan hutan jati RPH Dander petak 12B adalah sedang.
Nilai indeks sedang tersebut menunjukkan bahwa komunitas herba di area penelitian
tidak mencerminkan kondisi komunitas dan lingkungan yang asli, melainkan
komunitas yang berkembang di habitat terbuka baik yang terbentuk secara alami
maupun buatan. Faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya keanekaragaman
6
spesies dalam komunitas adalah kondisi habitat dan juga adanya gangguan baik
secara alami ataupun karena kegiatan manusia (Pratiwi, 1987).
Penelitian oleh Ulfah (2000) tentang tumbuhan bawah di RPH Pati Kabupaten
Jepara, indeks keanekaragaman spesies herba sebesar 0,7, menunjukkan bahwa
tingkat keanekaragaman di kawasan hutan jati RPH Pati Kabupaten Jepara tergolong
rendah. Keanekaragaman yang berbeda disebabkan karena adaptasi dan kebutuhan
masing-masing spesies juga berbeda serta adanya persaingan yang tinggi dengan
pohon-pohon jati dalam perebutan sinar matahari dan nutrisi dalam tanah. Sesuai
dengan pernyataan Resosoedarmo dkk (1984), keanekaragaman kecil terdapat pada
komunitas yang ada di daerah dengan lingkungan yang ekstrim, seperti daerah kering,
tanah yang miskin nutrisi, dan pegunungan tinggi. Sementara itu keanekaragaman
tinggi terdapat di daerah dengan lingkungan optimum. Ditambahkan Indriyanto
(2006) bahwa keanekaragaman spesies yang tinggi menunjukkan bahwa suatu
komunitas memiliki kompleksitas tinggi, karena interaksi yang terjadi dalam
komunitas tersebut sangat tinggi.
Indeks keanekaragaman digunakan untuk mengetahui pengaruh gangguan
terhadap lingkungan atau untuk mengetahui tahapan suksesi dan kestabilan dari
komunitas tumbuhan pada suatu lokasi (Odum, 1998). Ariyati dkk (2007)
menjelaskan bahwa nilai indeks keanekaragaman rendah menunjukkan bahwa
terdapat tekanan ekologi tinggi, baik yang berasal dari faktor biotik (persaingan antar
individu tumbuhan untuk setiap tingkatan) atau faktor abiotik. Tekanan ekologi yang
tinggi tersebut menyebabkan tidak semua jenis tumbuhan dapat bertahan hidup di
suatu lingkungan.
Dominasi Komunitas Herba di Hutan Jati RPH Dander Petak 12B Kabupaten
Bojonegoro.
Hasil analisis Indeks Nilai Penting (INP) tumbuhan herba di kawasan hutan
jati RPH Dander petak 12B, menunjukkan bahwa yang memiliki INP tertinggi adalah
Oplismenusundulatifolius (Ard.) Beauv. dari familia Poaceae sebesar 51,93%,
kemudian tertinggi kedua adalah Maranta arundinacea L. dari familia Marantaceae
sebesar 28,29%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik komunitas herba
di hutan jati RPH Dander petak 12B disebut Poamarantaceae. Rukmana dan Saputra
(1999) menjelaskan bahwa familia Poaceae memiliki biji berukuran mikroskopis
sehingga mudah terbawa angin, memiliki daya adaptasi cukup tinggi, distribusinya
amat luas, dan mampu tumbuh baik pada lahan kering maupun tergenang.
Berdasarkan hasil penghitungan tersebut menunjukkan bahwa kedua spesies
tersebut cenderung mendominasi dan menjadi karakter komunitas tumbuhan herba di
kawasan hutan jati RPH Dander petak 12B. Data dominasi tumbuhan herba yang
ditemukan dapat dijadikan patokan untuk penamaan komunitas herba di kawasan
hutan jati RPH Dander petak 12B. Sesuai dengan pernyataan Syafei (1990) bahwa
dari 2 spesies tumbuhan dengan indeks nilai penting terbesar dapat dipergunakan
untuk menentukan penamaan suatu bentuk komunitas tumbuhan.
Indeks Nilai Penting (INP) digunakan untuk menggambarkan tingkat
penguasaan yang diberikan oleh suatu spesies terhadap komunitas, semakin besar
nilai INP suatu spesies semakin besar tingkat penguasaan terhadap komunitas dan
7
sebaliknya (Soegianto, 1994). Penguasaan spesies tertentu dalam suatu komunitas
apabila spesies yang bersangkutan berhasil menempatkan sebagian besar sumberdaya
yang ada dibandingkan dengan spesies yang lainnya (Saharjo dan Cornelio, 2011).
Adanya spesies yang mendominasi inidapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain adalah persaingan antara tumbuhan yang ada, dalam hal ini berkaitan dengan
mineral yang diperlukan, jika mineral yang dibutuhkan mendukung maka spesies
tersebut akan lebih unggul dan lebih banyak ditemukan (Syafei, 1990). Persaingan
akan meningkatkan daya juang untuk mempertahankan hidup, spesies yang kuat akan
menang dan menekan yang lain sehingga spesies yang kalah menjadi kurang adaptif
dan menyebabkan tingkat reproduksi rendah dan kepadatannya juga sedikit.
Tumbuhan dapat hidup dengan baik jika lingkungan mampu menyediakan
berbagai keperluan untuk pertumbuhan dan untuk melengkapi daur hidupnya. Setiap
spesies tumbuhan mempunyai suatu kondisi minimum, maksimum dan optimum
terhadap faktor lingkungan. Spesies yang mendominasi berarti memiliki batasan
kisaran yang lebih luas jika dibandingkan dengan spesies yang lainnya terhadap
faktor lingkungan, sehingga kisaran toleransi yangluas pada faktor lingkungan
menyebabkan spesies ini akan memiliki sebaran yang luas (Syafei, 1990). Tumbuhan
agar dapat tumbuh dengan baik di suatu habitat salah satunya dapat dipengaruhi oleh
nutrisi dalam tanah yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan
tumbuhan. Nutrisi tersebut adalah unsur P yang berperan dalam pertumbuhan dan
pembelahan sel pada tumbuhan. Unsur Ca yang berperan dalam mengaktifkan
pembentukan bulu-bulu akar dan biji, menguatkan batang, membantu keberhasilan
penyerbukan, membantu pemecahan sel, membantu aktivitas beberapa enzim (Day,
1987).
Dominasi suatu tumbuhan juga ditentukan oleh pH tanah habitat tumbuhan.
Peranan pH tanah bagi tumbuhan antara lain
1. Menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tumbuhan,umumnya unsur
hara mudah diserap akar tumbuhan pada pH tanah sekitar netral, karena pada pH
tersebut kebanyakan unsur hara mudah larut dalam air. Pada tanah asam unsur P
tidak dapat diserap tumbuhan karena difiksasi oleh Al, sedang pada pH alkalis
unsur P difiksasi oleh Ca.
2. Menunjukkan kemungkinan adanya unsur-unsur beracun. Pada tanah asam banyak
ditemukan ion-ion Al di dalam tanah, disamping memfiksasi unsur P juga
merupakan racun bagi akar tumbuhan. Disamping itu pada reaksi tanah yang asam,
unsur-unsur mikro menjadi mudah larut, sehingga ditemukan unsur mikro yang
terlalu banyak. Unsur mikro merupakan hara yang dibutuhkan tumbuhan dalam
jumlah sangat kecil, sehingga menjadi racun kalau dalam jumlah besar.
3. Mempengaruhi perkembangan mikroorganisme. Bakteri, jamur yang bermanfaat
bagi tanah dan tumbuhan akan berkembang baik pada pH >5,5 apabila pH tanah
terlalu rendah maka akan terhambat aktivitasnya (Day dan Joel, 1987).
8
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan, maka dalam penelitian ini
dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut
 Komposisi tumbuhan herba penyusun hutan jati RPH Dander Petak 12B
Kabupaten Bojonegoro terdiri atas 25 spesies yang termasuk dalam 24 genus dan
13 familia.
 Keanekaragaman tumbuhan herba di hutan jati RPH Dander Petak 12B Kabupaten
Bojonegoro termasuk kategori sedang yang ditunjukkan dari nilai Indeks
Keanekaragaman (H’) sebesar 2,25.
 Karakteristik komunitas tumbuhan herba di hutan jati RPH Dander Petak 12B
Kabupaten Bojonegoro disebut Poamarantaceae yang terdiri atas familia Poaceae
dan Marantaceae. Tumbuhan herba yang mendominasi adalah Oplismenus
undulatifolius (Ard.) Beauv. dari familia Poaceae yang memiliki INP sebesar
51,93% dan Maranta arundinacea L. dari familia Marantaceae yang memiliki INP
sebesar 28,29%.
SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka disarankan agar
 Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan spesimen berupa organ vegetatif
dan generatif. Ada dua tumbuhan herba yang tidak dapat ditemukan organ
generatifnya, sehingga identifikasi hanya mencapai tingkat genus. Diharapkan
apabila ada penelitian dengan kajian yang sama, sebaiknya diketahui terlebih
dahulu periode generatif maupun vegetatif tumbuhan herba agar proses identifikasi
dapat mencapai tingkat spesies.
 Penelitian ini dilakukan pada musim kemarau, apabila terdapat penelitian lain
dengan kajian yang sama dapat dilakukan pada musim penghujan, agar dapat
diketahui perbedaan komposisi tumbuhan herba.
DAFTAR RUJUKAN
Abdiyani, S. 2008. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Bawah Berkhasiat Obat
di Dataran Tinggi Dieng. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam.
5(1): 79-92.
Ariyati, R.W.,Sya’rani L., Arini E.. 2007. Analisis Kesesuaian Perairan Pulau
Karimunjawa dan Pulau Kemujan Sebagai Lahan Budidaya Rumput Laut
Menggunakan Sistem Informasi Geografis. Jurnal Pasir Laut. 3(1): 27-45.
Day, M.C. dan Joel S. 1987. Kimia Anorganik Teori. Terjemahan oleh Wisnu
Susetyo. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Ewusie, J.Y. 1990. Pengantar Ekologi Tropika. Terjemahan oleh Usman
Tanuwidjaja. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta: Bumi Aksara.
Maisyaroh, W. 2010. Struktur Komunitas Tumbuhan Penutup Tanah di
Taman Hutan Raya R. Soerjo Cangar, Malang. Jurnal Pembangunan dan
Alam Lestari. 1(1): 1-9.
9
Odum, E.P. 1998. Dasar-Dasar Ekologi (Terjemahan). Cetakan Pertama. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Pratiwi. 1987. Analisis Komposisi Jenis Pohon di Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango Jawa Barat. Buletin Penelitian Hutan. 4(8): 28-34.
Pudyatmoko, S. 1998. Variasi Komunitas Tumbuhan Bawah Hutan pada Tegakan
Jati Pola Management Regime.Buletin Kehutanan. 1(3): 12-19.
Resosoedarmo,R.S., Kuswata K, Aprilani S. 1984.Pengantar Ekologi. Bandung: CV.
Remaja Karya.
Richard, P.W. 1966. The Tropical Rain Forest an Ecological Study. London:
Cambridge University Press.
Rukmana, R dan Saputra, U.U.S. 1999. Gulma dan Teknik Pengendalian. Jakarta:
Kanisius.
Saharjo, B.H. dan Cornelio G. 2011. Suksesi Alami PaskaKebakaran pada Hutan
Sekunder di Desa Fatuquero, Kecamatan Railaco, Kabupaten Ermera Timor
Leste. Jurnal Silvikultur Tropika. 2(1): 40-45.
Soegianto, A. 1994. Ekologi Kuantitatif : Metode Analisis Populasi dan
Komunitas. Surabaya: Usaha Nasional.
Syafei, S.E. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: Institut Teknologi
Bandung.
Ulfah, M. 2000. Analisis Vegetasi Herba pada Berbagai Tegakan Jati (Tectona
grandis L.) di Bagian Hutan Banjaran RPH Pati, Kabupaten Jepara. Thesis
tidak diterbitkan. Semarang: FMIPA Universitas Diponegoro.
Download