KARAKTERISTIK KOMUNITAS HERBA DI HUTAN JATI RESORT PEMANGKUAN HUTAN (RPH) DANDER PETAK 12B KABUPATEN BOJONEGORO Ahmad Fanani1, Fatchur Rohman2, Eko Sri Sulasmi2 1 Program Studi Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang 2 Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang Jalan Semarang 5 Malang 65145, Indonesia e-mail: [email protected] ABSTRAK Hutan jati RPH Dander dimanfaatkan sebagai tempat ekowisata, pengenalan lingkungan hutan, dan penelitian yang dapat menyebabkan perubahan karakteristik herba. Penelitian bersifat deskriptif eksploratif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tumbuhan herba di hutan jati RPH Dander Petak 12B. Sampel dalam penelitian ini adalah tumbuhan herba yang tercuplik dalam 250 plot masing-masing berukuran 2x2 m2. Komposisi herba terdiri atas 25 spesies. Nilai indeks keanekaragaman (H’) sebesar 2,25 menunjukkan tingkat keanekaragaman herba adalah sedang. Spesies herba yang mencirikan karakter komunitas herba adalah Oplismenusundulatifolius (Ard.) Beauv. dari familia Poaceae dan Maranta arundinacea L. dari familia Marantaceae yang masing-masing mempunyai Indeks Nilai Penting (INP) 51,93% dan 28,29%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik komunitas herba di hutan jati RPH Dander petak 12B disebut Poamarantaceae. Kata kunci:karakteristik, komunitas herba, hutan jati, RPH Dander PENDAHULUAN Hutan jati di RPH Dander, Kabupaten Bojonegoro dimanfaatkan sebagai ekowisata, pengenalan lingkungan hutan, dan penelitian. Kegiatan pemanfaatan hutan memungkinkan terjadinya gangguan terhadap komunitas herba yang ada yaitu terjadi perubahan komposisi yang menyebabkan kerusakan struktur komunitas herba. Tumbuhan herba seringkali kurang mendapatkan perhatian karena merupakan penyusun lantai hutan sehingga lebih rentan terjadi kerusakan daripada pohon jati yang merupakan tumbuhan utama di kawasan hutan jati RPH Dander. Tumbuhan herba dapat bersifat melindungi tanah dari turunnya hujan ke permukaan tanah dan dapat memperbaiki susunan atau struktur tanah dengan bantuan akar-akarnya. Berdasarkan penelitian Abdiyani (2008), spesies tumbuhan herba merupakan salah satu penyusun struktur hutan, dan memiliki karakteristik tertentu. Karakteristik dapat diketahui setelah mengumpulkan data dan menghitung dominasi herba pada suatu habitat. Dominasi bertujuan untuk dapat mengetahui penguasaan oleh dua spesies tumbuhan yang memiliki indeks nilai penting (INP) tertinggi terhadap spesies tumbuhan lainnya.Berdasarkan dua nilai tertinggi indeks nilai penting tumbuhan herba pada suatu habitat menunjukkan karakteristik suatu komunitas herba, sehingga dapat digunakan sebagai pedoman penamaan vegetasi di suatu habitat. Karakteristik herba dapat mengungkap kekayaan spesies tumbuhan, 1 2 pengembangan untuk penelitian, serta memberikan informasi kepada masyarakat sekitar sebagai pedoman untuk pemanfaatan tumbuhan herba. Karakterisik komunitas herba ikut menentukan struktur hutan yang berpengaruh pada fungsi ekologi hutan. Karakterisik komunitas herba mencakup data komposisi dan keanekaragaman herba. Komposisi vegetasi merupakan daftar spesies tumbuhan yang ada dalam suatu komunitas di suatu daerah. Data flora atau vegetasi dinamakan data floristik, yang berguna untuk mengetahui keanekaragaman spesies dan kondisi habitat atau lingkungan (Maisyaroh, 2010). Keanekaragaman spesies adalah perbedaan yang tampak pada spesies tumbuhan satu dengan lainnya. Keanekaragaman tumbuhan herba yang sangat tinggi menyebabkan adanya kemungkinan masih banyak tumbuhan herba yang belum teridentifikasi, sehingga tidak diketahui dengan jelas bagaimana keanekaragaman dan komposisi herba (Pudyatmoko, 1998). RPH Dander terdiri atas 7 petak hutan jati dengan pengelompokkan umur yang berbeda. Petak 12B merupakan petak yang memiliki umur jati sekitar 9 tahun, sehingga memiliki hubungan timbal balik yang lama antara tumbuhan herba dan pohon jati. Hubungan ini akan menciptakan suatu vegetasi herba yang memiliki karakteristik tersendiri. Sesuai dengan pernyataan Odum (1998) bahwa keanekaragaman spesies tumbuhan cenderung besar dalam suatu komunitas yang lebih tua. Keanekaragaman spesies tumbuhan cenderung kecil untuk komunitas yang baru dibentuk. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif eksploratifdengan pendekatan kuantitatif yang dilakukan dengan mengkoleksi, mengidentifikasi, dan menghitung jumlah spesies, jumlah individu setiap spesies, kerapatan, dan frekuensi tumbuhan herba di hutan jati RPH Dander Petak 12B Kabupaten Bojonegoro. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi, keanekaragaman, dan dominasi herba di hutan jati RPH Dander Petak 12B Kabupaten Bojonegoro. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tumbuhan herba di hutan jati RPH Dander, Kabupaten Bojonegoro. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tumbuhan herba yang tercuplik dalam 250 plot di hutan jati RPH Dander Petak 12B Kabupaten Bojonegoro seluas 1000 m2. Data yang diperoleh berupa deskripsi tumbuhan herba, indeks keanekaragaman (H’), kerapatan dan frekuensi tumbuhan herba, serta indeks nilai penting (INP). Spesies tumbuhan herba yang mempunyai dua nilai INP terbesar dijadikan nama tipe suatu komunitas tumbuhan dan menjadi suatu karakter komunitas tumbuhan pada lokasi penelitian. HASIL Hasil penelitian di RPH Dander petak 12B didapatkan data berupa jumlah spesies sebagai penyusun komunitas herba dan frekuensi tumbuhan herba di setiap plot yang selanjutnya dianalisis dengan teknik analisis data yang telah ditentukan. 3 Komposisi Herba di Hutan Jati RPH Dander Petak 12B Kabupaten Bojonegoro. Identifikasi herba dilakukan dengan menggunakan buku identifikasi Flora of Java yang ditulis oleh C.A. Backerdan R.C. Bakhuizen Van Den Brink Volume I, II, III (1963, 1965, 1968). Nama spesies masing-masing tumbuhan herba tercantum dalam Tabel 1. Tabel 1 Komposisi Tumbuhan Herba di Hutan Jati RPH Dander Petak 12B Kabupaten Bojonegoro No Nama Spesies Genus Familia 1 Acalypha indica L. 1 Acalypha 1 Euphorbiaceae 2 Amaranthus spinosus L. 2 Amaranthus 2 Amaranthaceae 3 Amorphophallus sp. 3 3 Araceae Amorphophallus 4 Arum maculatum L. 4 Arum Araceae 5 Colocasia esculenta (L.) Schott 5 Valeriana Araceae 6 Commelina paludosa Bl. 6 Commelina 4 Commelinaceae 7 Crotalaria pumila L. 7 Crotalaria 5 Papilionaceae 8 Curcuma aeruginosa Roxb. 8 Curcuma 6 Zingiberaceae 9 Curcuma mangga Val. Curcuma Zingiberaceae 10 Cyanotis cristata (L.) D.Don 9 Cyanotis Commelinaceae 11 Cynodon dactylon (L.) Pers. 10 Cynodon 7 Poaceae 12 Cyperus rotundus L. 11 Cyperus 8 Cyperaceae 13 Cyrtococcum patens (L.) A. Camus 12 Cyrtococcum Poaceae 14 Digitaria ciliaris (Retz.) Koeler. 13 Digitaria Poaceae 15 Elephantopus scaber L. 14 Elephantopus 9 Asteraceae 16 Eleusine indica (L.) Gaertn 15 Eleusine Poaceae 17 Maranta arundinacea L. 16 Maranta 10 Marantaceaea 18 Oplismenusundulatifolius (Ard.) Beauv. 17 Oplismenus Poaceae 19 Oxallis barrelieri L. 18 Oxallis 11 Oxalidaceae 20 Peperomia pellucida (L.) H.B.K. 19 Peperomia 12 Piperaceae 21 Phyllanthus urinariaL. 20 Phyllanthus Euphorbiaceae 22 Spathoglottis sp. 21 Spathoglottis 13 Orchidaceae 23 Synedrella nodiflora (L) Gaertn. 22 Synedrella Asteraceae 24 Tridax procumbens L. 23 Tridax Asteraceae 25 Zingiber littorale Val. 24 Zingiber Zingiberaceae Komposisi herba yang ditemukan di hutan jati RPH Dander petak 12B Kabupaten Bojonegoro sebanyak 25 spesies, yang terdiri atas 24 genus dan 13 familia. Familia yang memiliki jumlah spesies terbanyak yaitu familia Poaceae yang terdiri atas 5 spesies. Keanekaragaman Komunitas Herba di Hutan Jati RPH Dander Petak 12B Kabupaten Bojonegoro. Keanekaragaman komunitas herba yang terdapat di hutan jati RPH Dander petak 12B dapat diketahui dari nilai Indeks Keanekaragaman (H’) sebesar 2,25, menunjukkan bahwa keanekaragaman tumbuhan herba di kawasan hutan jati RPH Dander petak 12B termasuk kategori sedang. Sesuai dengan pernyataan Indriyanto (2006) bahwa semakin besar nilai H’ menunjukkan semakin tinggi keanekaragaman spesies. Besarnya indeks keanekaragaman spesies menurut Shannon-Wiener didefinisikan sebagai berikut. 4 1. H’> 3 menunjukkan keanekaragaman spesies yang tinggi pada suatu kawasan. 2. 1 ≤ H’ ≤ 3 menunjukkan keanekaragaman spesies yang sedang pada suatukawasan. 3. H’ < 1 menunjukkan keanekaragaman spesies yang rendah pada suatu kawasan(Indriyanto, 2006). Dominasi Komunitas Herba di Hutan Jati RPH Dander Petak 12B Kabupaten Bojonegoro. Dominasi komunitas tumbuhan herba yang terdapat di hutan jati RPH Dander petak 12B dapat didasarkan pada dua nilai tertinggi pada Indeks Nilai Penting spesies tumbuhan herba yang diteliti yang didapat dari data kerapatan dan frekuensi pada Lampiran 5. Adapun INP masing-masing spesies tumbuhan herba apabila diurutkan dari nilai tertinggi sampai terendah dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Indeks Nilai Penting Tumbuhan Herba yang Tercuplik di Hutan Jati RPH Dander Petak 12B Kabupaten Bojonegoro No Nama Spesies Kr (%) Fr (%) INP (%) 1 Oplismenusundulatifolius (Ard.) Beauv. 36,60 15,33 51,93 2 Maranta arundinacea L. 18,69 9,59 28,29 3 Cyanotis cristata (L.) D.Don 10,27 8,24 18,50 4 Peperomia pellucida (L.) H.B.K. 6,01 6,99 12,99 5 Commelina paludosa Bl. 3,41 3,75 7,17 6 Amaranthus spinosus L. 1,84 5,32 7,16 7 Acalypha indica L. 2,44 4,59 7,02 8 Tridax procumbens L. 2,35 3,86 6,21 9 Oxallis barrelieri L. 1,92 4,17 6,10 10 Elephantopus scaber L. 1,14 4,48 5,62 11 Curcuma aeruginosa Roxb. 1,44 3,96 5,41 12 Cynodon dactylon (L.) Pers. 1,92 2,82 4,74 13 Cyrtococcum patens (L.) A. Camus 2,00 2,61 4,60 14 Eleusine indica (L.) Gaertn 1,72 2,82 4,54 15 Cyperus rotundus L. 1,68 2,29 3,97 16 Amorphophallus sp. 0,71 3,23 3,95 17 Colocasia esculenta (L.) Schott 1,04 2,50 3,54 18 Arum maculatum L. 0,96 2,19 3,15 19 Curcuma mangga Val. 0,60 2,50 3,10 20 Synedrella nodiflora (L) Gaertn. 0,89 2,09 2,97 21 Digitaria ciliaris (Retz.) Koeler. 0,87 1,77 2,65 22 Crotalariapumila L. 0,69 1,67 2,35 23 Zingiber littorale Val. 0,48 1,77 2,25 24 Phyllanthus urinariaL. 1,23 0,83 1,07 25 Spathoglottis sp. 0,10 0,63 0,73 Total 100,00 100,00 200,00 Keterangan Kr (%) : Kerapatan relatif Fr (%) : Frekuensi relatif INP (%) : Indeks Nilai Penting 5 Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui dua spesies tumbuhan herba yang mempunyai INP tertinggi adalah Oplismenusundulatifolius (Ard.) Beauv. dari familia Poaceae sebesar 51,93% dan Maranta arundinacea L. dari familia Marantaceae sebesar 28,29%. Data tersebut menunjukkan karakteristik komunitas tumbuhan herba di hutan jati RPH Dander Petak 12B Kabupaten Bojonegoro adalah Poamarantaceae. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis data tumbuhan herba yang telah terdata di hutan jati RPH Dander petak 12B Kabupaten Bojonegoro, maka dapat dijelaskan sebagai berikut. Komposisi Herba di Hutan Jati RPH Dander Petak 12B Kabupaten Bojonegoro. Komposisi tumbuhan herba yang ditemukan di kawasan hutan jati RPH Dander Petak 12B terdiri atas 25 spesies yang terdiri atas 24 genus dan 14 familia. Familia terbanyak berasal dari Poaceae terdiri atas 5 spesies. Dibandingkan dengan penelitian oleh Ulfah (2000) tentang tumbuhan bawah di RPH Pati Kabupaten Jepara, ditemukan 9 spesies tumbuhan herba, spesies terbanyak yaitu familia Poaceae. Dominasi familia Poaceae di hutan jati karena familia Poaceae memiliki biji berukuran mikroskopis sehingga mudah terbawa angin, memiliki daya adaptasi cukup tinggi, distribusinya amat luas, dan mampu tumbuh baik pada lahan kering maupun tergenang. Sifat yang dimiliki familia Poaceae tersebut menyebabkan persebaran spesies anggota familia Poaceae sangat banyak di berbagai habitat (Rukmana dan Saputra, 1999). Salah satu karakteristik paling penting pada hutan yang berkaitan erat dengan komposisi hutan ialah kekayaan spesies. Kekayaan flora yang tinggi disebabkan kecenderungan sebagian kondisi dalam mendukung tingkat spesiasi yang tinggi, khususnya iklim yang menguntungkan bagi pertumbuhan tumbuhan dan reproduksi di semua musim (Richard, 1966). Penyebaran spesies merupakan hasil dari berbagai sebab, yaitu pengumpulan individu-individu dalam suatutempat yang dapat meningkatkan persaingan diantara individu yang ada untuk mendapatkan nutrisi dan ruang; reaksi individu dalam menanggapi perubahan cuaca harian dan musiman; dan menanggapi perbedaan habitat setempat (Odum, 1998). Ewusie (1990), menjelaskan bahwa pengelompokan yang terjadi pada suatu komunitas tumbuhan herba dapat disebabkan oleh nilai ketahanan hidup kelompok tumbuhan herba terhadap berbagai kondisi. Keanekaragaman Komunitas Herba di Hutan Jati RPH Dander Petak 12B Kabupaten Bojonegoro. Hasil analisis keanekaragaman komunitas herba yang diketahui dari nilai indeks keanekaragaman (H’) sebesar 2,25, menunjukkan bahwa tingkat keanekaragaman herba di kawasan hutan jati RPH Dander petak 12B adalah sedang. Nilai indeks sedang tersebut menunjukkan bahwa komunitas herba di area penelitian tidak mencerminkan kondisi komunitas dan lingkungan yang asli, melainkan komunitas yang berkembang di habitat terbuka baik yang terbentuk secara alami maupun buatan. Faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya keanekaragaman 6 spesies dalam komunitas adalah kondisi habitat dan juga adanya gangguan baik secara alami ataupun karena kegiatan manusia (Pratiwi, 1987). Penelitian oleh Ulfah (2000) tentang tumbuhan bawah di RPH Pati Kabupaten Jepara, indeks keanekaragaman spesies herba sebesar 0,7, menunjukkan bahwa tingkat keanekaragaman di kawasan hutan jati RPH Pati Kabupaten Jepara tergolong rendah. Keanekaragaman yang berbeda disebabkan karena adaptasi dan kebutuhan masing-masing spesies juga berbeda serta adanya persaingan yang tinggi dengan pohon-pohon jati dalam perebutan sinar matahari dan nutrisi dalam tanah. Sesuai dengan pernyataan Resosoedarmo dkk (1984), keanekaragaman kecil terdapat pada komunitas yang ada di daerah dengan lingkungan yang ekstrim, seperti daerah kering, tanah yang miskin nutrisi, dan pegunungan tinggi. Sementara itu keanekaragaman tinggi terdapat di daerah dengan lingkungan optimum. Ditambahkan Indriyanto (2006) bahwa keanekaragaman spesies yang tinggi menunjukkan bahwa suatu komunitas memiliki kompleksitas tinggi, karena interaksi yang terjadi dalam komunitas tersebut sangat tinggi. Indeks keanekaragaman digunakan untuk mengetahui pengaruh gangguan terhadap lingkungan atau untuk mengetahui tahapan suksesi dan kestabilan dari komunitas tumbuhan pada suatu lokasi (Odum, 1998). Ariyati dkk (2007) menjelaskan bahwa nilai indeks keanekaragaman rendah menunjukkan bahwa terdapat tekanan ekologi tinggi, baik yang berasal dari faktor biotik (persaingan antar individu tumbuhan untuk setiap tingkatan) atau faktor abiotik. Tekanan ekologi yang tinggi tersebut menyebabkan tidak semua jenis tumbuhan dapat bertahan hidup di suatu lingkungan. Dominasi Komunitas Herba di Hutan Jati RPH Dander Petak 12B Kabupaten Bojonegoro. Hasil analisis Indeks Nilai Penting (INP) tumbuhan herba di kawasan hutan jati RPH Dander petak 12B, menunjukkan bahwa yang memiliki INP tertinggi adalah Oplismenusundulatifolius (Ard.) Beauv. dari familia Poaceae sebesar 51,93%, kemudian tertinggi kedua adalah Maranta arundinacea L. dari familia Marantaceae sebesar 28,29%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik komunitas herba di hutan jati RPH Dander petak 12B disebut Poamarantaceae. Rukmana dan Saputra (1999) menjelaskan bahwa familia Poaceae memiliki biji berukuran mikroskopis sehingga mudah terbawa angin, memiliki daya adaptasi cukup tinggi, distribusinya amat luas, dan mampu tumbuh baik pada lahan kering maupun tergenang. Berdasarkan hasil penghitungan tersebut menunjukkan bahwa kedua spesies tersebut cenderung mendominasi dan menjadi karakter komunitas tumbuhan herba di kawasan hutan jati RPH Dander petak 12B. Data dominasi tumbuhan herba yang ditemukan dapat dijadikan patokan untuk penamaan komunitas herba di kawasan hutan jati RPH Dander petak 12B. Sesuai dengan pernyataan Syafei (1990) bahwa dari 2 spesies tumbuhan dengan indeks nilai penting terbesar dapat dipergunakan untuk menentukan penamaan suatu bentuk komunitas tumbuhan. Indeks Nilai Penting (INP) digunakan untuk menggambarkan tingkat penguasaan yang diberikan oleh suatu spesies terhadap komunitas, semakin besar nilai INP suatu spesies semakin besar tingkat penguasaan terhadap komunitas dan 7 sebaliknya (Soegianto, 1994). Penguasaan spesies tertentu dalam suatu komunitas apabila spesies yang bersangkutan berhasil menempatkan sebagian besar sumberdaya yang ada dibandingkan dengan spesies yang lainnya (Saharjo dan Cornelio, 2011). Adanya spesies yang mendominasi inidapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah persaingan antara tumbuhan yang ada, dalam hal ini berkaitan dengan mineral yang diperlukan, jika mineral yang dibutuhkan mendukung maka spesies tersebut akan lebih unggul dan lebih banyak ditemukan (Syafei, 1990). Persaingan akan meningkatkan daya juang untuk mempertahankan hidup, spesies yang kuat akan menang dan menekan yang lain sehingga spesies yang kalah menjadi kurang adaptif dan menyebabkan tingkat reproduksi rendah dan kepadatannya juga sedikit. Tumbuhan dapat hidup dengan baik jika lingkungan mampu menyediakan berbagai keperluan untuk pertumbuhan dan untuk melengkapi daur hidupnya. Setiap spesies tumbuhan mempunyai suatu kondisi minimum, maksimum dan optimum terhadap faktor lingkungan. Spesies yang mendominasi berarti memiliki batasan kisaran yang lebih luas jika dibandingkan dengan spesies yang lainnya terhadap faktor lingkungan, sehingga kisaran toleransi yangluas pada faktor lingkungan menyebabkan spesies ini akan memiliki sebaran yang luas (Syafei, 1990). Tumbuhan agar dapat tumbuh dengan baik di suatu habitat salah satunya dapat dipengaruhi oleh nutrisi dalam tanah yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Nutrisi tersebut adalah unsur P yang berperan dalam pertumbuhan dan pembelahan sel pada tumbuhan. Unsur Ca yang berperan dalam mengaktifkan pembentukan bulu-bulu akar dan biji, menguatkan batang, membantu keberhasilan penyerbukan, membantu pemecahan sel, membantu aktivitas beberapa enzim (Day, 1987). Dominasi suatu tumbuhan juga ditentukan oleh pH tanah habitat tumbuhan. Peranan pH tanah bagi tumbuhan antara lain 1. Menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tumbuhan,umumnya unsur hara mudah diserap akar tumbuhan pada pH tanah sekitar netral, karena pada pH tersebut kebanyakan unsur hara mudah larut dalam air. Pada tanah asam unsur P tidak dapat diserap tumbuhan karena difiksasi oleh Al, sedang pada pH alkalis unsur P difiksasi oleh Ca. 2. Menunjukkan kemungkinan adanya unsur-unsur beracun. Pada tanah asam banyak ditemukan ion-ion Al di dalam tanah, disamping memfiksasi unsur P juga merupakan racun bagi akar tumbuhan. Disamping itu pada reaksi tanah yang asam, unsur-unsur mikro menjadi mudah larut, sehingga ditemukan unsur mikro yang terlalu banyak. Unsur mikro merupakan hara yang dibutuhkan tumbuhan dalam jumlah sangat kecil, sehingga menjadi racun kalau dalam jumlah besar. 3. Mempengaruhi perkembangan mikroorganisme. Bakteri, jamur yang bermanfaat bagi tanah dan tumbuhan akan berkembang baik pada pH >5,5 apabila pH tanah terlalu rendah maka akan terhambat aktivitasnya (Day dan Joel, 1987). 8 KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan, maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut Komposisi tumbuhan herba penyusun hutan jati RPH Dander Petak 12B Kabupaten Bojonegoro terdiri atas 25 spesies yang termasuk dalam 24 genus dan 13 familia. Keanekaragaman tumbuhan herba di hutan jati RPH Dander Petak 12B Kabupaten Bojonegoro termasuk kategori sedang yang ditunjukkan dari nilai Indeks Keanekaragaman (H’) sebesar 2,25. Karakteristik komunitas tumbuhan herba di hutan jati RPH Dander Petak 12B Kabupaten Bojonegoro disebut Poamarantaceae yang terdiri atas familia Poaceae dan Marantaceae. Tumbuhan herba yang mendominasi adalah Oplismenus undulatifolius (Ard.) Beauv. dari familia Poaceae yang memiliki INP sebesar 51,93% dan Maranta arundinacea L. dari familia Marantaceae yang memiliki INP sebesar 28,29%. SARAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka disarankan agar Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan spesimen berupa organ vegetatif dan generatif. Ada dua tumbuhan herba yang tidak dapat ditemukan organ generatifnya, sehingga identifikasi hanya mencapai tingkat genus. Diharapkan apabila ada penelitian dengan kajian yang sama, sebaiknya diketahui terlebih dahulu periode generatif maupun vegetatif tumbuhan herba agar proses identifikasi dapat mencapai tingkat spesies. Penelitian ini dilakukan pada musim kemarau, apabila terdapat penelitian lain dengan kajian yang sama dapat dilakukan pada musim penghujan, agar dapat diketahui perbedaan komposisi tumbuhan herba. DAFTAR RUJUKAN Abdiyani, S. 2008. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Bawah Berkhasiat Obat di Dataran Tinggi Dieng. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. 5(1): 79-92. Ariyati, R.W.,Sya’rani L., Arini E.. 2007. Analisis Kesesuaian Perairan Pulau Karimunjawa dan Pulau Kemujan Sebagai Lahan Budidaya Rumput Laut Menggunakan Sistem Informasi Geografis. Jurnal Pasir Laut. 3(1): 27-45. Day, M.C. dan Joel S. 1987. Kimia Anorganik Teori. Terjemahan oleh Wisnu Susetyo. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Ewusie, J.Y. 1990. Pengantar Ekologi Tropika. Terjemahan oleh Usman Tanuwidjaja. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta: Bumi Aksara. Maisyaroh, W. 2010. Struktur Komunitas Tumbuhan Penutup Tanah di Taman Hutan Raya R. Soerjo Cangar, Malang. Jurnal Pembangunan dan Alam Lestari. 1(1): 1-9. 9 Odum, E.P. 1998. Dasar-Dasar Ekologi (Terjemahan). Cetakan Pertama. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Pratiwi. 1987. Analisis Komposisi Jenis Pohon di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Jawa Barat. Buletin Penelitian Hutan. 4(8): 28-34. Pudyatmoko, S. 1998. Variasi Komunitas Tumbuhan Bawah Hutan pada Tegakan Jati Pola Management Regime.Buletin Kehutanan. 1(3): 12-19. Resosoedarmo,R.S., Kuswata K, Aprilani S. 1984.Pengantar Ekologi. Bandung: CV. Remaja Karya. Richard, P.W. 1966. The Tropical Rain Forest an Ecological Study. London: Cambridge University Press. Rukmana, R dan Saputra, U.U.S. 1999. Gulma dan Teknik Pengendalian. Jakarta: Kanisius. Saharjo, B.H. dan Cornelio G. 2011. Suksesi Alami PaskaKebakaran pada Hutan Sekunder di Desa Fatuquero, Kecamatan Railaco, Kabupaten Ermera Timor Leste. Jurnal Silvikultur Tropika. 2(1): 40-45. Soegianto, A. 1994. Ekologi Kuantitatif : Metode Analisis Populasi dan Komunitas. Surabaya: Usaha Nasional. Syafei, S.E. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Ulfah, M. 2000. Analisis Vegetasi Herba pada Berbagai Tegakan Jati (Tectona grandis L.) di Bagian Hutan Banjaran RPH Pati, Kabupaten Jepara. Thesis tidak diterbitkan. Semarang: FMIPA Universitas Diponegoro.