keselamatan dan kesehatan kerja serta

advertisement
HT- Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L)
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
Prepared by masagus 2016
HT- Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L)
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .......................................................................................................................
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ................................................................................
BAB I ............................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 4
A. Latar Belakang............................................................................................................. 4
B. Deskripsi ...................................................................................................................... 5
C. Prasyarat ...................................................................................................................... 5
D. Tujuan Pembelajaran .................................................................................................. 5
E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok ......................................................................... 6
BAB II .............................................................................................................................. 8
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SERTA LINGKUNGAN (K3L) .................. 8
Materi Pokok 1: Undang-undang dan Peraturan Pemerintah Tentang K3 ................ 10
Materi Pokok 2 : Faktor-faktor Penyebab Kecelakaan di Tempat Kerja .................... 19
Materi pokok 3 : Cara Mencegah Kecelakaan di Tempat kerja .................................. 22
Materi Pokok 4 : Pertolongan Pertama Akibat Kecelakaan Listrik ........................... 33
Materi Pokok 5 : Rambu-rambu Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ................. 40
Materi Pokok 6 : Kesehatan Kerja dan Ergonomy ...................................................... 42
Materi Pokok 8 : Alat Pelindung Diri (APD) ................................................................. 47
Materi Pokok 8 : Pengelolaan Lingkungan Hidup....................................................... 52
Materi Pokok 9: Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).......................... 59
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 65
Prepared by masagus 2016
HT- Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L)
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
Modul ini dirancang agar pengguna modul ini dapat belajar sendiri tanpa
bimbingan langsung dari pembimbing atau melalui bimbingan. Adapun hal-hal
yang teknis dapat didemonstrasikan secara bersama-sama (grup) dalam waktu
yang bersamaan.
Agar dapat menguasai materi modul ini, maka beberapa hal yang harus Anda
perhatikan adalah:
1. Pahami terlebih dahulu tujuan yang hendak dicapai setelah Anda
mempelajari modul ini.
2. Pelajari dan kuasai yakinkan dari Anda bahwa Anda telah benar-benar
menguasai kompetensi tersebut sebelum Anda mempelajari kompetensi
selanjutnya.
3. Jika Anda mempelajari modul ini melalui bimbingan maka Anda boleh
bertanya dan meminta mendemonstrasikan hal-hal yang belum Anda
pahami.
4. Kerjakanlah latihan/ tugas/ evaluasi yang diberikan setelah Anda
mempelajari dan kuasai materi tersebut, agar Anda dapat mengukur
kemampuan Anda.
5. Untuk memberikan kebenaran dari hasil latihan/ tugas/ evaluasi Anda,
gunakan kunci jawaban yang disediakan.
6. Untuk kegiatan praktik, gunakan format penilaian yang disediakan, agar
kompetensi yang diharapkan dapat tercapai.
7. Semua tugas wajib diselesaikan oleh semua peserta pelatihan. Pengerjaan
tugas yang bersifat teori ditulis pada lembar jawaban terpisah. Pengerjaan
tugas yang bersifat praktik dikerjakan di dalam kelas, laboratorium,
bengkel, sanggar studio atau di lapangan.
Prepared by masagus 2016
HT- Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekolah merupakan salah satu wahana pendidikan dalam sistem pendidikan
nasional Indonesia. Untuk itu, sekolah memiliki tugas memberikan pelayanan terbaik
kepada peserta didik agar mereka memperoleh sejumlah kompetensi untuk
mengembangkan diri, baik pengetahuan (knowledge), pengalaman keterampilan
(skill), serta sikap (attitude) atau etos kerja yang profesional.
Berkaitan dengan upaya mewujudkan tujuan tersebut, sering kali timbul masalah
yang dapat menyebabkan terganggunya proses transformasi kompetensi yang
disebabkan oleh kurangnya sumber daya yang memadai dan masih lemahnya
kompetensi pengelola pendidikan di sekolah.
Upaya peningkatan kompetensi pengelola pendidikan di sekolah, khususnya dalam
pengelolaan bengkel atau laboratorium perlu didukung kemampuan manajerial
pengelola atau kepala bengkel/ laboratorium yang sesuai dengan kebutuhan
sekolah. Kepala laboratorium/ bengkel hendaknya memiliki kompetensi untuk
mendayagunakan sumber-sumber daya yang ada di sekolah secara efektif dan
efisien.
Efektif bermakna tercapainya tujuan. Apabila suatu organisasi tidak efektif, berarti
tidak berhasil mencapai tujuan-tujuannya secara optimal. Sedangkan efisien
bermakna menggunakan sumber daya yang dimiliki dalam skala dan jumlah
minimal. Dengan demikian pengelolaan
laboratorium/ bengkel yang efektif dan
efisien apabila telah berhasil mencapai tujuan-tujuannya dengan menggunakan
sumber daya yang dimiliki dalam skala dan jumlah minimal. Ini sesuai dengan
prinsip ekonomi yang paling dasar yakni memenuhi kebutuhan secara maksimal
(efektif) dengan biaya yang minimal tersebut (efisien).
Pengelolaan
laboratorium/ bengkel sekolah akan efektif dan efisien apabila
didukung oleh sumber daya manusia (SDM) yang profesional dalam mengelola
kegiatan, menggunakan peralatan, memahami kurikulum, karakteristik siswa, serta
memiliki kemampuan dan tanggung jawab terhadap tugas. Kesemuanya itu akan
berjalan dengan baik jika sistem penyelenggaraan pendidikan didukung oleh SDM
yang profesional serta sarana-prasarana yang memadai untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Selain itu, penghargaan yang layak bagi para pengelola dan
Prepared by masagus 2016
HT- Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L)
partisipasi stakeholder sekolah juga akan menentukan kelancaran pencapaian
tujuan pendidikan secara keseluruhan.
B. Deskripsi
Modul ini menggunakan sistem pelatihan berdasarkan pendekatan kompetensi,
yakni salah satu cara untuk menyampaikan atau mengajarkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam suatu pekerjaan. Penekanan
utamanya adalah tentang apa yang dapat dilakukan seseorang setelah mengikuti
pelatihan. Salah satu karakteristik yang paling penting dari pelatihan yang
berdasarkan pendekatan kompetensi adalah penguasaan individu secara aktual di
tempat kerja.
Dalam sistem pelatihan, standar kompetensi diharapkan dapat menjadi panduan
bagi peserta pelatihan untuk dapat:
1. mengidentifikasikan apa yang harus dikerjakan peserta pelatihan
2. mengidentifikasikan apa yang telah dikerjakan peserta pelatihan
3. memeriksa kemajuan peserta pelatihan
4. meyakinkan bahwa semua kompetensi dasar dan kriteria kinerja telah
dimasukkan dalam pelatihan dan penilaian.
Modul ini merupakan modul awal untuk mempersiapkan seorang pengajar/ guru,
teknisi, atau pengelola bengkel atau laboratorium agar memiliki pengetahuan dan
sikap, serta penerapannya di tempat kerja.
C. Prasyarat
Peserta pelatihan harus telah memiliki kemampuan awal dan dinyatakan telah
menyelesaikan modul:
pembelajaran praktikum terkait dan relevan dengan mata pelajaran/diklat yang
diampu oleh guru dengan tugas tambahan
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari modul ini, peserta diharapkan mampu:
1. Memamahami konsep Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) serta
Pengelolaan
Lingkungan
menurut
Undang-Undang
dan
Peraturan
Pemerintah.
2. Memahami pengelolaan pengelolaan lingkunag hidup pada laboratorium/
bengkel sekolah
Prepared by masagus 2016
HT- Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L)
E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok
Adapun materi pokok dan sub materi pokok yang disajikan pada modul ini adalah
sebagai berikut.
KOMPETENSI DASAR
1.0 Menjelaskan tentang
INDIKATOR
1.1 Ketentuan hak dan kewajiban dalam K3 bagi
konsep pengelolaan
pimpinan dan pekerja menurut Undang-
keselamatan dan
Undang dan Peraturan Pemerintah dapat
kesehatan kerja (K3)
dijelaskan
laboratorium/ bengkel
1.2 Faktor-faktor penyebab dan Upaya
pencegahan kecelakaan kerja pada tempat
kerja dapat dijelaskan.
1.3 Tindakan tidak aman saat berkerja dapat
diidentifikasi dan dijelaskan
1.4 Alat pelindung diri (APD) yang diperlukan
dapat di identifikasi dan dijelaskan.
1.5 Penggunaan rambu-rambu keselamatan dan
kesehatan kerja dapat di identifikasi dan
dijelaskan
1.6 Penggunaan obat-obatan pada PPPK dapat
di identifikasi dan dijelaskan.
2.0 Menjelaskan
2.1. Pengertian dan sasaran pengelolaan
Pengelolaan Lingkungan
lingkungan hidup dapat dijelaskan
Hidup pada laboratorium/
2.2. Pengelolaan lingkungan di tempat Kerja,
bengkel sekolah
laboratorium/bengkel dapat dijelaskan.
2.3. Usaha-usaha pengelolaan lingkungan
ditempat kerja, laboratorium/bengkel sekolah
dapat diuraikan
Pokok-pokok pengetahuan dan keterampilan yang harus dinilai penguasaan dan
penampilannya adalah sebagai berikut :
1. Konsep pengelolaan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) laboratorium/
bengkel
Prepared by masagus 2016
HT- Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L)
1.1 Ketentuan hak dan kewajiban dalam K3 bagi pimpinan dan pekerja menurut
Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah
1.2 Faktor-faktor penyebab dan Upaya pencegahan kecelakaan kerja pada
tempat kerja.
1.3 Tindakan tidak aman saat berkerja.
1.4 Alat pelindung diri (APD) yang diperlukan.
1.5 Penggunaan rambu-rambu keselamatan dan kesehatan kerja.
1.6 Penggunaan obat-obatan pada PPPK
2. Pengelolaan Lingkungan Hidup pada laboratorium/ bengkel sekolah
2.1 Pengertian dan sasaran pengelolaan lingkungan hidup
2.2 Pengelolaan lingkungan di tempat Kerja, laboratorium/bengkel..
2.3 Usaha-usaha pengelolaan lingkungan ditempat kerja, laboratorium/bengkel
sekolah.
Prepared by masagus 2016
HT- Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L)
BAB II
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SERTA
LINGKUNGAN (K3L)
Keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan hidup merupakan salah satu
aspek perlindungan tenaga kerja dengan cara penerapan teknologi pengendalian
segala aspek yang berpotensi membahayakan para pekerja. Pengendalian juga
ditujukan kepada sumber yang berpotensi menimbulkan penyakit akibat dari jenis
pekerjaan tersebut, pencegahan kecelakaan dan penserasian peralatan kerja/
mesin/ instrumen, dan karakteristik manusia yang menjalankan pekerjaan tersebut
maupun orang-orang yang berada di sekelilingnya. Dengan menerapkan teknologi
pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja, diharapkan tenaga kerja akan
mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi. Disamping
itu keselamatan dan kesehatan kerja dapat diharapkan untuk menciptakan
kenyamanan kerja dan keselamatan kerja yang tinggi.
Selanjutnya perkembangan ilmu pengetahuan melalui berbagai penelitian dan
percobaan di laboratorium dan bengkel kerja industri sudah sedemikian pesat.
Perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat ini sangat bermanfaat bagi kehidupan
umat
manusia.
Akan
tetapi
perkembangan
yang
sedemikian
pesat
juga
dikhawatirkan akan berpotensi meningkatkan bahaya dalam industri. Kalau prinsip
keseimbangan dan keserasian dipegang teguh oleh para ilmuwan dan para
pengusaha, niscaya kekhawatiran tersebut dapat diminimalkan. Peningkatan
kemampuan dalam membuat alat dengan teknologi baru haruslah diimbangi dengan
penciptaan alat pengendali yang lebih canggih dan kemampuan tenaga yang makin
bertambah. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menghadapi bahaya yang
mungkin timbul akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi antara
lain menyangkut ukuran alat, alat pengendali, kemampuan dan keterampilan
pekerja, alat penanggulangan musibah, dan pengawasan yang dilakukan.
Pengelolaan lingkungan hidup diselenggarakan dengan asas tanggung jawab
negara, asas keberlanjutan, dan asas manfaat bertujuan untuk mewujudkan
pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup dalam rangka
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat
Indonesia seutuhnya yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup adalah upaya
Prepared by masagus 2016
HT- Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L)
sadar dan terencana, yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumberdaya, ke
dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu
hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.
Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi
lingkungan hidup. Perkembangan ilmu pengetahuan melalui berbagai penelitian dan
percobaan di laboratorium dan bengkel kerja industri sudah sedemikian pesat.
Perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat ini sangat bermanfaat bagi kehidupan
umat
manusia.
Akan
tetapi
perkembangan
yang
sedemikian
pesat
juga
dikhawatirkan akan berpotensi meningkatkan bahaya dalam industri. Kalau prinsip
keseimbangan dan keserasian dipegang teguh oleh para ilmuwan dan para
pengusaha, niscaya kekhawatiran tersebut dapat diminimalkan. Peningkatan
kemampuan dalam membuat alat dengan teknologi baru haruslah diimbangi dengan
penciptaan alat pengendali yang lebih canggih dan kemampuan tenaga yang makin
beertambah. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menghadapi bahaya yang
mungkin timbul akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi antara
lain menyangkut ukuran alat, alat pengendali, kemampuan dan keterampilan
pekerja, alat penanggulangan musibah, dan pengawasan yang dilakukan.
Dari segi ekonomi pemakaian alat yang berkapasitas besar adalah lebih
menguntungkan, akan tetapi bahaya yang mungkin ditimbulkan juga akan besar.
Dengan demikian penentuan ukuran reaktor harus didasarkan pada keuntungan dari
segi ekonomi dan bahaya yang mungkin ditimbulkan. Alat pengendali harus lebih
canggih dan lebih dapat diandalkan. Alat pengamanan yang terkait dengan alat
produksi dan alat perlindungan bagi pekerja harus ditingkatkan. Biaya untuk
membangun keselamatan dan kesehatan kerja, biaya untuk membeli alat-alat
pengamanan memang cukup besar. Akan tetapi keselamatan dan kesehatan kerja
juga akan lebih terjamin. Kemampuan dan keterampilan pekerja harus ditingkatkan
melalui pendidikan dan pelatihan sehingga dapat mengikuti laju perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Alat penanggulangan musibah harus ditingkatkan agar
malapetaka yang diakibatkan oleh penerapan teknologi maju tidak sampai meluas
dan merusak. Pengawasan terhadap alat maupun terhadap pekerja harus dilakukan
secara teratur dan berkesinambungan.
Prepared by masagus 2016
HT- Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L)
Materi Pokok 1:
Undang-undang dan Peraturan Pemerintah Tentang K3
A. Tujuan Pembelajaran :
Setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini, diharapkan peserta mampu :
1. Menjelaskan ruang lingkup Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Bengkel
berdasarkan Undang-undang dan Peraturan Pemerintah.
2. Menjelaskan Pengertian dan Tujuan Kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
Bengkel berdasarkan UU dan Peraturan Pemerintah
3. Menjelaskan pentingnya investigasi dan laporan kecelakaan kerja
Deskripsi :
Bahan ajar ini berisi materi tentang pengertian, tujuan, dan fungsi K3, UndangUndang dan peraturan Pemerintah tentang K3, pentingya investigasi kecelakaan
kerja, Laporan kecelakaan kerja, manajemen dan organisasi K3 .
Prepared by masagus 2016
HT- Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L)
B. Pengertian K3
Laboratorium dan bengkel kerja merupakan sarana
yang digunakan untuk
bekerja, meneliti/ eksperimen atau menggali dan meningkatkan keterampilan teknik.
Dalam lembaga pendidikan, laboratorium dan bengkel merupakan sarana berupa
tempat untuk melaksanakan kegiatan ilmiah, dimana dengan segala kelengkapan
peralatan dan bahan teknik yang disediakan
merupakan tempat berpotensi
menimbulkan bahaya bagi para pengguna dan lingkungannya, jika tidak dkelola
dengan benar dan para pekerja dan pengelolanya di dalamnya tidak dibekali dengan
pengetahuan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja.
Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) secara filosofi adalah suatu pemikiran
dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun
rohani. Dengan kesehatan dan keselamatan kerja (K3), maka para pengguna
diharapkan dapat melakukan pekerjaan dengan aman dan nyaman. Pekerjaan
dikatakan aman jika apapun yang dilakukan oleh pekerja tersebut, aspek resiko
yang mungkin muncul dapat dihindari. Pekerjaan dikatakan nyaman jika para
pekerja yang bersangkutan dapat melakukan dengan merasa nyaman dan betah,
sehingga tidak mudah bosan, lelah atau capek.
Dari segi ekonomi pemakaian alat yang berkapasitas besar adalah lebih
menguntungkan, akan tetapi bahaya yang mungkin ditimbulkan juga akan besar.
Dengan demikian penentuan ukuran reaktor harus didasarkan pada keuntungan dari
segi ekonomi dan bahaya yang mungkin ditimbulkan. Alat pengendali harus lebih
canggih dan lebih dapat diandalkan. Alat pengamanan yang terkait dengan alat
produksi dan alat perlindungan bagi pekerja harus ditingkatkan. Biaya untuk
membangun keselamatan dan kesehatan kerja, biaya untuk membeli alat-alat
pengamanan memang cukup besar. Akan tetapi kesehatan dan keselamatan kerja
(K3)juga akan lebih terjamin. Kemampuan dan keterampilan pekerja harus
ditingkatkan melalui pendidikan dan pelatihan sehingga dapat mengikuti laju
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Alat penanggulangan musibah
harus ditingkatkan agar malapetaka yang diakibatkan oleh penerpan teknologi maju
tidak sampai meluas dan merusak. Pengawasan terhadap alat maupun terhadap
pekerja harus dilakukan secara teratur dan berkesinambungan.
Prepared by masagus 2016
HT- Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L)
C. Undang-Undang Dan Peraturan K3
Setiap negara biasanya mempunyai undang-undang dan peraturan tentang
keselamatan dan kesehatan keja sendiri-sendiri yang intinya untuk memastikan
bahwa setiap karyawan baik laki-laki maupun perempuan yang bekerja di suatu
perusahaan berada dalam kondisi aman dan terlindungi. Satu-satunya perusahaan
yang tidak terkena peraturan ini adalah perusahaan yang mempekerjakan dirinya
sendiri atau keluarga dekatnya. Pada prinsipnya peraturaan kesehatan dan
keselamatan kerja (K3)didasarkan pada sRambur umum yang menyatakan , “bahwa
setiap perusahaan harus menyediakan bagi masing-masing karyawannya pekerjaan
dan tempat bekerja yang bebas dari hal-hal yang diketahui dapat menyebabkan atau
diduga dapat menyebabkan kematian atau cacat fisik yang serius bagi pekerjanya”.
Keselamatan kerja dan Hiperkes merupakan lapangan ilmu dan sekaligus praktik
dengan pendekatan multidisipliner yang berupaya
untuk menerapkan dan
mengembangkan teknologi pengendalian dengan tujuan tenaga kerja sehat,
selamat, dan produktif, serta dicapainya tingkat keselamatan yang tinggi untuk
mencegah kecelakaan.
Beberapa ketentuan perundang-undangan yang berkaitan dengan hiperkes
dan
keselamatan kerja antara lain:
1. Undang-undang No. 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan Pokok Mengenai
Tenaga Kerja. “Tiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas
keselamatan, kesehatan, kesusilaan, dan pemeliharaan moral kerja serta
perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama”.
2. Undang-undang nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Undangundang ini mengatur tentang keselamatan kerja di segala tempat kerja, baik di
darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air, maupun di udara yang
berada di wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. Di dalam peraturan
ini tercakup tentang ketentuan dan syarat-syarat keselamatan kerja dalam
perencanaan,
pembuatan,
pengangkutan,
peredaran,
perdagangan,
pemakaian, penggunaan, pemeliharaan, dan penyimpanan bahan, produk
teknis, dan alat produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya
kecelakaan. Tujuan umum dari dikeluarkannya undang-undang ini adalah agar
setiap tenaga kerja dan orang lain yang berada di tempat kerja mendapat
Prepared by masagus 2016
HT- Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L)
perlindungan atas keselamatannya, dan setiap sumber-sumber produksi dapat
dipakai dan digunakan secara aman dan efisien sehingga akan meningkatkan
produksi dan produktifitas kerja.
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja nomor Per-01/MEN/1979 tentang Pelayanan
Kesehatan Kerja.
4. Peraturan
Menteri
Tenaga
Kerja
nomor
Per-02/MEN/1979
tentang
Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja.
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja nomor Per-01/MEN/1976 tentang kewajiban
latihan Hiperkes bagi dokter perusahaan.
6. Undang-undang nomor 7 tahun 1981 tentang Wajib Lapor Ketenagaan dan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja nomor 03/MEN/1984 tentang mekanisme
pengawasan ketenagakerjaan.
Berdasarkan undang-undang tersebut diatas, maka definisi "tempat kerja" ialah
tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap dimana
tenaga kerja bekerja, atau sering dimasuki tempat kerja untuk keperluan suatu
usaha dan dimana terdapat sumber-sumber bahaya.
Yang termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan
sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau berhubung dengan tempat kerja
tersebut.
Keselamatan dan kesehatan
Kerja (K3) adalah suatu sistem program yang
dibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan (preventif)
timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam lingkungan
kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja
dan penyakit akibat hubungan kerja serta tindakan antisipatif bila terjadi hal
demikian.
Pada dasarnya keselamatan dan kesehatan dalam pembahasan materi K3 ini
tidak terpisah satu dengan lainya. Akan tetapi untuk memudahkan pemahaman,
maka diuraikan terlebih dahulu pembahasan keselamatan kerja. Selanjutnya
sebelum masuk ke pembahasan utama, alangkah baiknya kita mencermati
beberapa langkah penting yang diuraikan dibawah ini.
1. Pentingnya Investigasi Kecelakaan Kerja
Keselamatan dan pencegahan kecelakaan kerja harus mendapat perhatian yang
sangat besar dari pihak manapun yang melaksanakan pekerjaan, baik di
Prepared by masagus 2016
HT- Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L)
laboratorium maupun di industri-industri, ataupun tempat kerja yang lain. Beberapa
alasan yang dapat dikemukakan adalah, salah satu diantaranya, karena angka
kecelakaan kerja ternyata cukup mengejutkan. Sebagai contoh di Amerika dalah
satu tahun terakhir ada lebih dari 6200 orang meninggal atau di atas 6,5 juta terluka
akibat kecelakaan kerja. Ini berarti lebih dari 8 kasus per 100 pekerja mengalami
kecelakaan pada saat bekerja. Bahkan beberapa ahli keselamatan kerja yakin
bahwa angka sesungguhnya justru lebih besar dari angka yang dilaporkan. Oleh
karena itu banyak kecelakaan kerja yang terjadi dan tidak dilaporkan.
Angka-angka di atas menujukkan betapa penderitaan keryawan, keluarga
karyawan, serta biaya yang harus dikeluarkan oleh pihak manajemen atau pengelola
tempat kerja tersebut. Di negara Amerika misalnya untuk satu kasus kecelakaan
serius biasanya memerlukan biaya lebih dari $ 23.000,-. Hal itu belum lagi
memperhitungkan implikasi hukum yang diakibatkan oleh adanya kecelakaan kerja.
Kata “accident” dalam bahasa indonesia berarti kebetulan atau kecelakaan.
Pemberian arti ini sebenarnya tidaklah tepat karena tidak ada sesuatu di tempat
kerja yang terjadi secara kebetulan atau accident. Pada jaman Romawi kuno barang
kali hal ini benar karena pada waktu itu hukum yang mengatur tentang sebab akibat
memang belum dikenal oleh masyarakat dan pemerintahannya. Sehingga dipercayai
bahwa kejadian-kejadian fisik (termasuk kecelakaan kerja) dikendalikan oleh para
dewa. Tetapi memasuki milenium ketiga, pemahaman manusia tentang kejadiankejadian fisik berkembang terlampau cepat. Akibatnya keyakinan masyarakat bahwa
suatu “accident” tidaklah terjadi secara kebetulan begitu saja. Masyarakat sudah
mulai sadar bahwa kecelakaan dan kebetulan tersebut dikarenakan oleh adanya
faktor-faktor yang menjadi penyebab. Faktor-faktor penyebab tersebutlah yang
mendorong terjadinya suatu kecelakaan. Atau dengan kata lain suatu kecelakaan
terjadi karena ada alasan-alasan yang jelas dan dapat diperkirakan sebelumnya
(predictable). Sebagian besar kecelakaan muncul akibat dari faktor-faktor yan dapat
diidentifikasi. Itulah sebabnya investigasi dan identifikasi alasan-alasan terjadinya
kecelakaan menjadi signifikan dalam rangka menghindari kecelakaan serupa di
kemudian hari.
2. Laporan Kecelakaan Kerja
Perusahaan yang mempekerjakan 11 orang atau lebih karyawan harus membuat
laporan tentang cidera dan sakit yang diakibatkan oleh kerja. Baik cidera atau sakit
Prepared by masagus 2016
HT- Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L)
yang diakibatkan oleh kecelakaan kerja, ini harus dilaporkan. Sakit yang dimaksud
disini adalah setiap kondisi abnormal atau kesalahan fungsi tubuh (disorder) yang
diakibatkan oleh kecelakaan karyawan pada saat bekerja atau di lingkungan kerja.
Termasuk dalam kategori ini adalah sakit akut atau kronis yang mungkin diakibatkan
karena menghirup, menyerap, mencerna, atau kontak langsung dengan senyawasenyawa beracun dan berbahaya.
Perusahaan
atau
pengelola
tempat
kerja
berkewajiban
untuk
selalu
menanamkan kepada karyawannya agar mereka menyukai bekerja secara aman.
Meminimalkan bahaya atau resiko adalah hal yang sangat penting untuk
diperhatikan. Akan tetapi seaman apapun tempat kerja, jika karyawan tidak
membudayakan keinginan untuk bekerja dan betindak secara aman, maka
kecelakaan akan terus terjadi. Pengamatan dari para manajer tingkat atas seketat
apapun tidak akan berjalan jika keinginan karyawan untuk bekerja dengan aman
tidak ada. Peraturan kesehatan dan keselamatan kerja (K3)hanyalah merupakan
pelengkap demi terwujudnya kerja yang aman dan nyaman.
Para ahli keselamatan kerja telah sepakat bahwa keselamatan kerja dimulai dari
komitmen manajer tingkat atas. Sebagai contoh, Mengapa tingkat kecelakaan kerja
di Du Pont’s jauh lebih
rendah dibanding perusahaan kimia lainnya. Hal ini
barangkali dapat dijadikan studi tentang pentingnya komitmen para majemen tingkat
atas. Setiap pagi di perusahaan Du Pont’s poliester dan nilon, para direktur dan para
karyawannya melakukan pertemuan yang isinya mengkaji apa-apa yang terjadi
selama 24 jam terakhir. Yang mereka diskusikan pertama kali adalah bukan soal
kapasitas produksi melainkan tentang keselamatan dan kesehatan kerja. Barulah
setelah mereka mencermati laporan tentang kecelakaan kerja dan puas terhadap
tindakan-tindakan koreksi yang telah dilakukan, mereka akan membicarakan tentang
produksi, kualitas produk, dan biaya. Sebagai kesimpulan, tanpa adanya komitmen
penuh dari semua tingkatan manajemen, maka setiap usaha ke arah pengurangan
tindakan-tindakan yang tidak aman yang dilakukan karyawan akan kurang
membuahkan hasil. Supervisor atau penyelia lini pertama merupakan bagian krusial
dari mata rantai manajemen. Jika para supervisor tidak menganggap keselamatan
kerja sebagai hal yang serius, maka orang-orang yang ada di bawahnya juga akan
berbuat hal yang sama.
Prepared by masagus 2016
HT- Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L)
3. Pengelolaan Keselamatan dan Kesehatan (K3)
Proses produksi dengan mengoperasikan berbagai peralatan pada umumnya
tidak sama sekali terbebas dari resiko bahaya. Hal ini harus mejadikan perhatian
dari pihak manajemen dan unit-unit teknis dan secara khusus bertanggungjawab
terhadap keselamatan kerja. Dengan demikian keselamatan kerja akan merupakan
bagian yang selalu dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan dan penetapan
kebijakan sehingga upaya pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja telah
dimulai sejak perencanaan.
D. Sasaran Manajemen K3
Secara umum sasaran keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat diidentifikasi
sebagai berikut:
1) Bagi Pengusaha: Untuk mengurangi biaya perusahaan apabila timbul
kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja.
2) Bagi Tenaga Kerja: tenaga kerja adalah asset yang sangat penting dalam
elemen produksi. Tenaga kerja yang paling bersinggungan langsung dengan
kegiatan utama proses produksi, mulai dari pengelolaan bahan baku, proses
pembuatan dan proses penyimpanan, Semua lini kegiatan tersebut sangat
berdekatan dengan factor penyebab terjadinya kecelakaan. Oleh sebab itu
memahami arti pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja bagi pekerja
dalam keseharian aktivitasnya sangat penting baik untuk diri sendiri secara
sadar
atau
diminta
untuk
menjaga
hal-hal
tersebut
agar
mampu
meningkatkan kinerja dan mencegah potensi kerugian bagi perusahaan.
3) Bagi Lingkungan: Lingkungan kerja yang aman dan sehat serta kondusif
adalah asset lain yang sangat penting bagi perusahaan dan setiap orang
yang bekerja dalam lingkungan perusahaan, oleh sebab itu siappun dan
apaun yang ada dan terkait dengan proses produksi harus menjadi target dan
bahan pertimbangan dalam pengelolaan K3 terlebih lagi pada asset yang
bergerak di bidang produksi.
Prepared by masagus 2016
HT- Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L)
E. Organisasi K3
Pada setiap perusahaan diharuskan membentuk Panitia Pembinaan Kesehatan
dan keselamatan kerja (K3)(P2K3), berdasarkan pada undang-undang nomor 1
tahun 1970. Dengan pendekatan demikian, maka diharapkan manajemen
perusahaan mengambil sikap nyata yang mencakup:
1) mengidentifikasi setiap proses dan peralatan pengendalian kerugian sebagai
sumber resiko bahaya,
2) mengestimasi rencana program pengendalian kecelakaan dan penyakit akibat
kerja,
3) menyusun rencana program pengendalian kecelakaan dan penyakit akibat
kerja,
4) menyusun sistem komunikasi yang diperlukan, dan
5) menyiapkan sarana dan peralatan beserta personil yang terlatih dan
profesional.
Pengelolaan keselamatan kerja harus mampu mencari dan mengungkapkan
kelemahan operasional yang memungkinkan terjadinya dan penyakit akibat kerja
dan kecelakaan. Kebijaksanaan manajerial yang dijabarkan dalam pelaksanaan
operasional dengan tingkat segi manajemen yang sangat esensial bagi
kelangsungan proses produksi dan keselamatan kerja yang mengarahkan pada
partisipasi semua pihak dalam sistem manajemen dan organisasi, akan dapat
menciptakan suasana kerja yang nyaman sebagai landasan kuat untuk
kontinuitas usaha dan pengaman investasi dalam pembangunan.
Implementasi Hiperkes dan keselamatan kerja pada lingkungan haruslah
dipandang sebagai upaya teknis manajerial yang sangat besar fungsi dan
peranannya dalam:
1) Mengamankan investasi.
2) Memelihara kelestarian dan kontinuitas usaha.
3) Mengembangkah potensi ekonomi.
4) Meningkatkan manfaat perangkat
produksi.
5) Memelihara dan meningkatkan daya produktivitas kerja dari tenaga kerja.
Selanjutnya hasil yang optimal dari upaya tersebut sangat tergantung pada mutu
sumber daya manusia yang dapat ditingkatkan melalui tiga jalur untuk
peningkatan pengetahuan dan keterampilan, yaitu:
Prepared by masagus 2016
HT- Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L)
1) jalur pendidikan formal,
2) jalur latihan kerja, dan
3) jalur pengalaman kerja.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia tersebut sangat penting bukan saja
untuk meningkatkan kemampuan kerja secara teknis operasional, akan tetapi
juga kemampuan kerja secara aman serta kemampuan menciptakan kondisi dan
lingkungan kerja yang aman dan sehat.
F. Tugas dan Wewenang Organisasi K3
Organisasi K3 yang didirikan pada suatu perusahaan atau Institusi teknik dan
perusahaan, memiliki tugas dan wewenang. Tugas
sudah
ditetapkan
melalui
undang-undang
dan
dan wewenang tersebut
peraturan
menteri
yang
selanjutnya dijabarkan secara operasinal di lapangan. Sebagai contoh antara
lain:
1) Melakukan analisis atas Lingkungan Kerja
2) Mengidentifikasi Perils, Hazards & Loss
3) Mengadakan Program pelatihan, Instruksi, Informasi dan Pengawasan
kecelakaan kerja
4) Membuat Prosedur penanganan ketika terjadi kecelakaan kerja termasuk
investigasinya
5) Membuat Prosedur perawatan peralatan kerja
6) Membuat Ketentuan bagi pekerja yang mengalami kecelakaan kerja
7) Memastikan perlindungan bagi pekerja lain sebagai tindakan preventif
8) Pemberian sanksi bila terjadi pelanggaran
9) Membuat laporan kecelakaan kerja kepada pihak yang berwenang
10)Membuat satuan kerja yang terdiri atas orang yang berkompeten dalam
penanganan kecelakaan di area terjadi kecelakaan kerja
Prepared by masagus 2016
HT- Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L)
Materi Pokok 2 :
Faktor-faktor Penyebab Kecelakaan di Tempat Kerja
A. Tujuan pembelajaran :
Setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini, diharapkan peserta mampu :
1. Menjelaskan tiga alasan terjadinya kecelakaan di tempat kerja
2. Mengidentifikasi Faktor lain yang Menyebabkan kecelakaan di tempat kerja
B. Alasan Terjadinya Kecelakaan di tempat Kerja
Kalau kita mengamati suatu kejadian kecelakaan di lingkungan kerja, maka ada
tiga alasan terjadinya kecelakaan kerja, yaitu:
1. Terjadi secara kebetulan.
Dianggap sebagai kecelakaan dalam arti asli (genuine accident) sifatnya tidak
dapat diramalkan dan berada di luar kendali manejemen perusahaan. Misalnya,
seorang karyawan tepat berada di depan jendela kaca ketika tiba-tiba seseorang
melempar jendela kaca sehingga mengenainya.
2. Kondisi kerja yang tidak aman.
Kondisi kerja yang tidak aman merupakan salah satu penyebab utama terjadinya
kecelakaan. Kondisi ini meliputi faktor-faktor sebagai berikut:
a. Peralatan yang tidak terlindungi secara benar.
b. Peralatan yang rusak.
c. Prosedur yang berbahaya dalam, pada, atau di sekitar mesin atau peralatan
gudang yang tidak aman (sumpek dan terlalu penuh).
d. Cahaya tidak memadai, suram, dan kurang penerangan.
e. Ventilasi yang tidak sempurna, pergantian udara tidak cukup, atau sumber
udara tidak murni.
3. Kelalaian Manusia
Berdasarkan data-data yang dikumpulkan, penyebab kecelakaan terbesar
banyak disebabkan oleh faktor kelalaian manusia. Kelalaian tersebut dapat
diindikasikan karena melanggar prosedur kerja, kecerobohan pekerja, kurangnya
pengawasan dalam menggunakan APD serta kondisi fisik dan mental pekerja
yang tidak fit.
Prepared by masagus 2016
HT- Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L)
Pemulihan terhadap faktor-faktor ini adalah dengan meminimalkan kondisi yang
tidak aman, misalnya dengan cara membuat daftar kondisi fisik dan mekanik
yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan. Pembuatan cheklist ini akan
membantu dalam menemukan masalah yang menjadi penyebab kecelakaan.
Meskipun kecelakaan dapat terjadi di mana saja dan kapan saja, akan tetapi ada
tempat-tempat tertentu yang mempunyai tingkat kecelakaan kerja tinggi. Kira-kira
sepertiga dari kecelakaan industri maupun laboratorium terjadi di sekitar truk
forklift, kereta dorong, dan tempat-tempat angkat junjung barang.
C. Tiga Faktor Lain yang Berhubungan dengan Kecelakaan Kerja.
Di samping kondisi kerja yang tidak aman masih ada tiga faktor lain yang
mempengaruhi atau menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja. Ketiga faktor
tersebut yaitu sifat dari kerja itu sendiri, jadwal kerja, dan iklim psikologis di tempat
kerja.
1. Sifat kerja.
Menurut kajian para ahli keselamatan, sifat kerja mempengaruhi tingkat
kecelakaan. Sebagai contoh, karyawan yang bekerja sebagai operator crane
(derek) akan memiliki resiko kecelakaan kerja yang lebih tinggi dibandingkan
mereka yang bekerja sebagai supervisor/ penyelia.
2. Jadwal kerja.
Jadwal kerja dan kelelahan kerja juga mempengaruhi kecelakaan kerja. Tingkat
kecelakaan kerja biasanya stabil pada jam 6 – 7 jam pertama di hari kerja. Akan
tetapi pada jam-jam sesudah itu, tingkat kecelakaan kerja akan lebih tinggi. Hal
ini dimungkinkan karena karyawan atau tenaga kerja sudah melampaui tingkat
kelelahan yang tinggi. Kenyataan di lapangan juga membuktikan bahwa kerja
malam mempunyai resiko kecelakaan lebih tinggi dari pada kerja pada siang hari.
3. Iklim psikologis tempat kerja.
Suasana psikologis di tempat kerja juga berpengaruh pada kecelakaan kerja.
Karyawan atau tenaga kerja yang bekerja dibawah tekanan stres atau yang
merasa pekerjaan mereka terancam akan mengalami lebih banyak kecelakaan
kerja dari pada mereka yang tidak mengalami tekanan .
Prepared by masagus 2016
HT- Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L)
D. Tindakan Tidak Aman yang Dilakukan oleh Tenaga Kerja.
Sesuatu yang tidak mungkin menghilangkan kecelakaan kerja,upayanyan adalah
hanya dengan mengurangi keadaan yang tidak aman, karena pelaku kecelakaan
kerja adalah manusia. Para ahli belum dapat menemukan cara yang benar-benar jitu
untuk menghilangkan tidakan karyawan yang tidak aman. Tindakan-tindakan
tersebut adalah:
1. Melempar atau membuang material sembarang.
2. Mengoperasikan dan bekerja pada kecepatan yang tidak aman, apakah itu terlalu
cepat ataupun terlalu lambat.
3. Membuat peralatan keselamatan dan keamanan tidak beroperasi dengan cara
memindahkan, mengubah setting, atau memasangi kembali.
4. Memakai peralatan yang tidak aman atau menggunakannya secara tidak aman.
5. Menggunakan prosedur yang tidak aman saat mengisi, menempatkan,
mencampur, dan mengkombinasikan material.
6. Berada pada posisi tidak aman di bawah muatan yang tergantung. Menaikkan lift
dengan cara yang tidak benar.
7. Pikiran kacau, gangguan penyalah-gunaan, kaget, dan tindakan kasar lain.
Tindakan-tindakan seperti ini dapat menyebabkan usaha perusahaan atau
tempat kerja meminimalkan kondisi kerja yang tidak aman menjadi sia-sia. Oleh
karena itu kita harus mengidentifikasi penyebab tindakan-tindakan di atas.
Hal-hal berikut ini dapat dipakai sebagai alat bantu dalam mengidentifikasi
tindakan-tindakan di atas:
a. Karakteristik pribadi karyawan.
b. Karyawan yang mudah mengalami kecelakaan (accident prone).
c. Daya penglihatan karyawan.
d. Usia karyawan
e. Persepsi dan keterampilan gerak karyawan
f. Minat karyawan.
Prepared by masagus 2016
HT- Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L)
Materi pokok 3 :
Cara Mencegah Kecelakaan di Tempat kerja
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini, diharapkan peserta mampu :
1. Menjelaskan cara mencegah kecelakaan di tempat kerja.
2. Mengidentifikasi Faktor lain yang Menyebabkan kecelakaan di tempat kerja
B. Upaya Pencegahan Kecelakaan
Setelah mencermati sebab-sebab terjadinya kecelakaan di tempat kerja, maka
dalam prakteknya, pencegahan kecelakaan kerja dapat dilakukan dengan dua
aktivitas dasar yaitu:
1. Mengurangi kondisi kerja yang tidak aman.
Mengurangi kondisi kerja yang tidak aman menjadi lini depan perusahaan atau
laboratorium dalam mencegah kecelakaan kerja.
Penanggungjawab keselamatan kerja harus merancang tugas sedemikian rupa
untuk menghilangkan atau mengurangi bahaya fisik.
Gunakan risk assesment atau checklist inspeksi alat untuk mengidentifikasi dan
menghilangkan bahaya-bahaya yang potensial.
2. Mengurangi tindakan karyawan yang tidak aman.
Tindakan-tindakan karyawan yang tidak aman (unsafe actions) dapat dikurangi
dengan berbagai aktivitas/ cara, yaitu:
a. seleksi dan penempatan
b. propaganda, kampanye tetang pentingnya keselamatan kerja
c. pelatihan mengenai prosedur kerja dan keselamatan kerja serta member
dorongan positif (positive reinforcement)
d. komitmen dari manajer tingkat atas (top management).
C. Menghindari Kecelakaan Kerja
Untuk mengendalikan suatu proses diperlukan alat yang meliputi: alat penunjuk
(detector) dan alat pengendali, sedangkan agar bahaya dapat diperkecil dibutuhkan
alat pengaman. Dalam rangka mengendalikan suatu proses, variabel penting yang
dapat dikendalikan meliputi: suhu, tekanan, dan konsentrasi.
Prepared by masagus 2016
HT- Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L)
Untuk pendeteksi faktor bahaya yang lain, seperti adanya kebocoran gas yang
mudah terbakar, gas beracun, atau cairan yang mudah merusak, umumnya masih
digunakan panca indera manusia. Kebocoran gas yang mudah terbakar atau
berbahaya diketahui dari bau yang khas, atau dapat dipantau dengan menempatkan
binatang percobaan seperti tikus, kelinci, dan lain-lainnya.
Alat pengendali proses dalam industri, terkait langsung dengan keselamatan
kerja. Dengan adanya alat pengendali proses, bahaya kebakaran, peledakan, dan
keracunan dapat ditekan sampai batas yang sekecil-kecilnya. Meskipun demikian
peran manusia sebagai pengendali masih tetap diperlukan terutama untuk
mengawasi faktor-faktor bahaya yang belum diketemukan cara pengendaliannya
seperti gas beracun atau gas mudah terbakar lainnya yang bocor dari reaktor.
Alat pengaman diperlukan agar kemungkinan timbulnya bahaya dapat diperkecil.
Alat pengaman dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu: (a) pengaman untuk alat
berbahaya dan pengaman untuk manusia yang melayani alat itu. Proses produksi
barang dan jasa dapat mengakibatkan kondisi kritis yang membahayakan sehingga
timbul malapetaka (major accident) yang memberikan dampak yang luas dan sulit
ditanggulangi.
Ada lima dampak suatu malapetaka yang dikenal dengan istilah “5K” akibat
kecelakaan, yaitu: (1) Kerusakan dan kerugian materi, (2)Kekacauan dan disorganisasi, (3) Keluhan dan kesedihan, (4)Kelainan dan cacat dan (5)Kematian.
A. Manajemen Resiko
Manajemen resiko (risk management) adalah proses yang mendefinisikan ruang
lingkup kerja, mengidentifikasi sumber kecelakaan kerja yang potensial dan akhirnya
menentukan langka atau kontrol untuk mengurangi resiko. Penerapan manajemen
resiko melalui beberapa tahapan sebagai berikut:
a. Penentuan ruang lingkup proyek atau pekerjaan dengan menentukan tujuan
proyek, dimana, kapan, dan bagaimana akan dikerjakan serta siapa yang
mengerjakan
dengan
disertai
kualifikasi
menyangkut
pengetahuan,
keterampilan, dan keahlian masing-masing personel.
b. Mengidentifikasi bahan dan proses yang digunakan.
c. Menentukan sumber kecelakaan kerja yang menyertai proses yang akan
dilakukan dengan mencari informasi tentang bahan yang digunakan, bahaya,
Prepared by masagus 2016
HT- Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L)
dan kemungkinan kesalahan kerja yang dapat menimbulkan kecelakaan
kerja.
d. Evaluasi tingkat resiko kerja.
e. Penentuan langkah dan kontrol yang harus diambil, seperti penanganan
khusus terhadap bahan, proteksi alat kerja, dan penggunaan prosedur khusus
penanganan proses.
f. Pengawasan dan pelaporan seluruh proses juga jika terjadi perubahan
bahan, proses, atau prosedur kerja.
Faktor-faktor yang besar pengaruhnya terhadap timbulnya bahaya dalam proses
industri maupun laboratorium meliputi suhu, tekanan, dan konsentrasi zat-zat
pereaksi. Suhu yang tinggi diperlukan dalam rangka menaikkan kecepatan reaksi
kimia
dalam
industri,
hanya
saja
ketahanan
alat
terhadap
suu
harus
dipertimbangkan. Tekanan yang tinggi diperlukan untuk mempercepat reaksi, akan
tetapi kalau tekanan sistem melampaui batas yang diperkenankan dapat terjadi
peledakan. Apalagi jika proses dilakukan pada suhu tinggi dan reaktor tidak kuat lagi
menahan beban. Konsentrasi zat pereaksi yang tinggi dapat menyebabkan korosif
terhadap reaktor dan dapat mengurangi umur peralataan. Selain itu sifat bahan
seperti bahan yang mudah terbakar, mudah meledak, bahan beracun, atau dapat
merusak bagian tubuh manusia.
D. Cara-Cara Menanggulangi Kecelakaan
Ada beberapa cara atau pendekatan yang dapat dilakukan pengelola bengkel
atau laboratorium untuk meminimalis timbulnya kecelakaan antara lain:
1. Periksa dan hilangkan kondisi-kondisi kerja yang tidak aman. Gunakan daftar
periksa (checklist) untuk identifikasi masalah. Jika bahaya tidak dapat
dihilangkan, berjaga-jagalah (misalnya dengan pagar pengaman) atau bila perlu
gunakan peralatan pelindung seperti topi, kaca mata, helm, atau sepatu
pengaman.
2. Melalui seleksi, cobalah memilah/mengeluarkan karyawan yang mungkin mudah
mendapatkan kecelakaan untuk pekerjaan yang sedang dalam penyelidikan.
3. Buatlah
suatu
kebijakan
keselamatan
kerja
yang
menekankan
bahwa
perusahaan akan melakukan usaha maksimal untuk menekan angka kecelakaan
kerja dan menekankan pentingnya mencegah kecelakaan dan cedera kerja pada
perusanaan atau laboratorium.
Prepared by masagus 2016
HT- Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L)
4. Tetapkanlah suatu tujuan yang terkendali/terkontrol yang tidak boleh gagal.
Analisis jumlah kecelakaan kerja dan insiden keselamatan kerja, kemudian
tetapkan target yang ingin dicapai, misalnya dalam bentuk rasio kecelakaan kerja
per jumlah karyawan atau tenaga kerja.
5. Dorong dan latihlah karyawan agar sadar akan pentingnya keselamatan kerja,
tunjukkan kepada mereka bahwa manajemen tingkat atas (top management)
perusahaan dan supervisor punya perhatian yang serius terhadap keselamatan
dan kesehatan kerja.
6. Tegakkanlah aturan keselamatan kerja yang mendukung upaya-upaya menekan
angka kecelakaan dan cedera akibat kerja.
7. Adakan pemeriksaan kesehatan dan keselamatan kerja (K3)secara teratur. Juga
lakukan investigasi terhadap kecelakaan kerja dan yang nyaris menimbulkan
kecelakaan kerja. Buatlah suatu sistem di tempat kerja tersebut yang
memungkinkan karyawan dapat mengingatkan pihak manajemen tentang adanya
keadaan-keadaan bahaya atau yang berpotensi menimbulkan bahaya.
E. Sumber-Sumber Kecelakaan Kerja
Beberapa sumber bahaya yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dapat
dikategorikan sebagai berikut:
1. Bahan Kimia.
Meliputi bahan mudah terbakar, bersifat racun, korosif, tidak stabil, sangat reaktif,
dan gas yang berbahaya. Penggunaan senyawa yang bersifat karsinogenik dalam
industri maupun laboratorium merupakan problem yang signifikan, baik karena
sifatnya yang berbahaya maupun cara yang ditempuh dalam penanganannya.
Beberapa langkah yang harus ditempuh dalam penanganan bahan kimia berbahaya
meliputi manajemen, cara pengatasan, penyimpanan dan pelabelan, keselamatan di
laboratorium, pengendalian dan pengontrolan tempat kerja, dekontaminasi, disposal,
prosedur keadaan darurat, kesehatan pribadi para pekerja, dan pelatihan. Bahan
kimia dapat menyebabkan kecelakaan melalui pernafasan (seperti gas beracun),
serapaan pada kulit (cairan), atau bahkan tertelan melalui mulut untuk padatan dan
cairan.
Bahan kimia berbahaya dapat digolongkan ke dalam beberapa kategori yaitu,
bahan kimia yang eksplosif (oksidator, logam aktif, hidrida, alkil logam, senyawa
tidak stabil secara termodinamika, gas yang mudah terbakar, dan uap yang mudah
Prepared by masagus 2016
HT- Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L)
terbakar). Bahan kimia yang korosif (asam anorganik kuat, asam anorganik lemah,
asam organik kuat, asam organik lemah, alkil kuat, pengoksidasi, pelarut organik).
Bahan kimia yang merusak paru-paru (asbes), bahan kimia beracun, dan bahan
kimia karsinogenik (memicu pertumbuhan sel kanker), dan teratogenik.
Informasi mengenai sifat fisika dan kimiawi dari bahan kimia sangat esensial
sifatnya dan dibutuhkan untuk mengontrol penanganan dan penyimpanan bahan
kimia terkait. Informasi berikut dapat digunakan untuk mengidentifikasi bahaya yang
dapat terjadi. Informasi terkait bahan kimia berisikan antara lain :
a. Penampakan/wujud
b. Bau
c. Titik Leleh / Beku
d. pH
e. Titik Nyala
f. Laju Penguapan
g. Flamabilitas (padatan, gas)
 Batas bawah / atas dari flamabilitas atau ledakan
 Tekanan Uap
 Densitas Relatif
 Viskositas, dll
2. Bahan-bahan Biologis.
Upaya keselamatan bekerja dengan bahan-bahan biologis dikenal dengan istilah
Bio-safety yang diartikan sebagai bekerja dengan aman, yaitu usaha mengurangi
atau
menghindari
peluang
terinfeksinya
pekerja
atau
terlepasnya
suatu
mikroorganisme yang berpotensi menimbulkan bahaya ke lingkungan. Di tahap ini,
yang perlu dilakukan adalah mereview terhadap bahan biologi yang sedang
dikerjakan/dikoleksi, mengenali karakteristik biologinya dan apakah material tersebut
mempunyai potensi menimbulkan penyakit, racun atau alergi yang berbahaya pada
manusia. Setelah itu, mengevaluasi apakah penanganan yang diberikan telah benar
dan memadai untuk mengantisipasi kemungkinan timbulnya akibat negatif dari
material tersebut.
Jenis laboratoriumnya biasanya dapat dikelompokkan menjadi empat kategori,
yaitu:
Prepared by masagus 2016
HT- Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L)
a. Bio-safety tingkat 1, untuk menangani materi yang tidak membahayakan
orang dewasa atau mempunyai bahaya minimal ter-hadap pekerja di
laboratorium dan lingkungan.
b. Bio-safety tingkat 2, untuk materi yang mempunyai potensi menengah dalam
membahayakan manusia dan lingkungan.
c. Bio-safety tingkat 3, untuk materi berpotensi membahayakan hingga
mematikan, apabila terhisap ke dalam saluran pernafasan, dan Biosafety 4,
untuk materi yang sangat berbahaya dan berasal dari luar (exotic agents)
yang resikonya sangat besar, mudah tersebar melalui aliran udara di
laborato-rium dan penyakit yang membahayakan kehidupan, misalnya Ebola
Zaire virus. Menurut, Mr. Saleno, orang yang bekerja di laboratorium Biosafety tingkat 3, hanya orang-orang yang telah terlatih dan terbukti bekerja
dengan baik di laboratorium-laboratorium yang tingkatannya lebih rendah
(Bio-safety 1 dan 2),
d. Bio-safety tingkat 4. Untuk masing-masing kategori, secara fisik ada standar
minimal yang harus dipenuhi oleh masing-masing kelompok laboratorium,
yang selengkapnya dapat dibaca di WHO Laboratory Biosa-fety Manual
(LBM)3rd edition.
Bahan biologis seperti: bakteri, jamur, virus, dan parasit merupakan bahan-bahan
biologis yang sering digunakan dalam industri maupun dalam skala laboratorium.
Pada golongan ini bukan hanya organisme saja, tetapi juga semua bahan biokimia,
termasuk di dalamnya gula sederhana, asam amino, dan substrat yang digunakan
dalam proses industri. Penanganan dalam penyimpanan, proses, maupun
pembuangan bahan biologis ini perlu mendapatkan ketelitian dan kehati-hatian,
mengingat gangguan kontaminasi akibat organisme dapat menyebabkan kerusakan
sel-sel tubuh yang serius pada karyawan atau tenaga kerja.
3. Aliran Listrik
Penggunaan peralatan dengan daya
listrik yang besar akan memberikan
kemungkinan-kemungkinan untuk terjadinya kecelakaan kerja. Beberapa faktor yang
harus diperhatikan antara lain:
a. Pemakaian safety switches yang dapat memutus arus listrik jika penggunaan
melebihi limit/batas yang ditetapkan oleh alat.
Prepared by masagus 2016
HT- Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L)
b. Improvisasi terhadap peralatan listrik harus memperhatikan rambu-rambu
keamanan dari peralatan.
c. Penggunaan peralatan yang sesuai dengan kondisi kerja sangat diperlukan
untuk menghindari kecelakaan kerja.
d. Berhati-hati dengan air. Jangan pernah meninggalkan perkerjaan yang
memungkinkan peralatan listrik jatuh atau bersinggungan dengan air. Begitu
juga dengan semburan air yang langsung berinteraksi dengan peralatan
listrik.
e. Berhati-hati dalam membangun atau mereparasi peralatan listrik agar tidak
membahayakan penguna yang lain dengan cara memberikan keterangan
tentang spesifikasi peralatan yang telah direparasi.
f. Pertimbangan bahwa bahan kimia dapat merusak peralatan listrik maupun
isolator sebagai pengaman arus listrik. Sifat korosif dari bahan kimia dapat
menyebabkan kerusakan pada komponen listrik.
g. Perhatikan instalasi listrik jika bekerja pada atmosfer yang mudah meledak.
Misalnya pada lemari asam yang digunakan untuk pengendalian gas yang
mudah terbakar.
h. Pengoperasian suhu dari peralatan listrik akan memberikan pengaruh pada
bahan isolator listrik. Temperatur sangat rendah menyebabkan isolator akan
mudah patah dan rusak. Isolator yang terbuat dari bahan polivinil clorida
(PVC) tidak baik digunakan pada suhu di bawah 0 oC. Karet silikon dapat
digunakan pada suhu –50 oC. Batas maksimum pengoperasian alat juga
penting untuk diperhatikan. Bahan isolator dari polivinil clorida dapat
digunakan sampai pada suhu 75 oC, sedangkan karet silikon dapat digunakan
sampai pada suhu 150 oC.
Bersentuhan dengan bagian yang dialiri arus listrik, namun sebelum tubuh atau
bagiannya menyentuh akan terjadi suatu busur api akibat dari ionisasi dan berakibat
biasanya adalah pembakaran. Sentuhan tidak langsung dapat terjadi pada tegangan
tinggi mulai 1 kV. Bahaya utama sentuhan arus listrik dibedakan atas :
 Sentuhan Langsung, dimana tubuh atau bagian dari tubuh terhubung secara
langsung dengan suatu jaringan (bagian) aktif.
 Sentuhan Tidak Langsung, dimana tubuh atau bagian dari tubuh tidak
Prepared by masagus 2016
HT- Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L)
Berikut dapat kita lihat pengaruh kuat arus terhadap bagian dan organ dalam tubuh,
yaitu :
KUAT
PENGARUH
ARUS
0-1 mA

Hampir tak terasa
1-15 mA

Ambang kejang, nyeri pada otot.
15-30 mA

Ambang kejang, sesak nafas, tekanan darah
naik.sebagian syaraf tidak berfungsi.
mA

Jantung berdebar, lemas/sesak nafas.
50-500 mA

Kejutan kuat, bilki jantung bergetar,pingsan.
>500

Bilik jantung bergetar kuat hingga terhenti
30-50
mA
(cardiac arrest), pembakaran, mati.
Dari contoh diatas jelas dengan kuat arus sebesar 15 - 30 mA saja pengaruhnya
pada si korban cukup fatal, dimana si korban kemungkinan akan menderita debaran
jantung dan rasa lemas serta sesak nafasnya.
Pada saat terjadi getaran pada bilik jantung, maka kegiatan pompa jantung akan
berubah dan tanpa adanya pertolongan dokter atau petugas PPPK, sel-sel otak
akan kekurangan zat asam.
4. Ionisasi Radiasi
Ionisasi radiasi dapat dikeluarkan dari peralatan semacam X-ray difraksi atau
radiasi internal yang digunakan oleh material radioaktif yang dapat masuk ke dalam
badan manusia melalui pernafasan, atau serapan melalui kulit. Non-ionisasi radiasi
seperti ultraviolet, infra merah, frekuensi radio, laser, dan radiasi elektromagnetik
dan medan magnet juga harus diperhatikan dan dipertimbangkan sebagai sumber
kecelakaan kerja.

Strategi Efektif Bekerja dengan Sumber Radiasi
Zat radioaktif terbuka maupun terbungkus, mesin sinar-X, iradiator, dan sumber
radiasi lainnya memancarkan radiasi pengion yang berbahaya. Untuk memproteksi
diri darisumber radiasi, maka diterapkan tiga strategi dasar yang dikenal sebagai
prinsip proteksi
radiasi, yaitu:
Prepared by masagus 2016
HT- Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L)
 Kurangi waktu berada di sekitar sumber radiasi
 Posisikan diri sejauh mungkin dari sumber radiasi
 Gunakan perisai yang sesuai
Waktu: Dengan sesingkat mungkin berada dekat dengan sumber radiasi, maka
secaraproporsional akan mengurangi dosis radiasi yang diterima. Minimalkan waktu
andabekerja, maka akan meminimalkan dosis yang diterima.
Jarak: Besarnya paparan radiasi akan menurun, sebanding dengan kebalikan
kuadrat jarakterhadap sumber. Dengan menjauhkan sumber radiasi dengan faktor
dua, akan menurunkan intensitasnya menjadi seperempatnya. Menjauhkan jarak
sumber radiasi dengan faktor tiga akan menurunkan intensitas radiasi menjadi
sepersembilannya.
Bilamana
diperlukan
selalu
gunakan
tongkat
penjepit
panjang
untuk
memindahkan ataumengambil sumber radiasi dengan aktivitas atau paparan radiasi
yang tinggi, selalu menggunakan rak tabung, baki, atau apa saja yang bisa
menjauhkan sumber radiasi dari tubuh apabila memindahkan atau mengambil
sumber radiasi dengan dengan aktivitas atau paparan radiasi yang rendah. Selalu
menyimpan zat radioaktif, peralatan terkontaminasi dan limbah radioaktif sejauh
mungkin dari daerah kerja atau pintu.
Perisai: Perisai yang tepat dapat menurunkan secara eksponential paparan radiasi
gamma dan menghalangi hampir semua sinar radiasi-beta. Pilih dan gunakan perisai
yang sesuaiselama melakukan penelitian atau pekerjaan dengan sumber radiasi.
Selain dengan ketiga strategi di atas, untuk mengurangi bahaya radiasi eksterna,
maka kurangi aktivitas zat radioaktif dengan cara: Untuk sumber dengan waktu
paruh pendek tunggu sampai meluruh; dekontaminasi sumber radioaktif sebelum
bekerja; ataupindahkan zat radioaktif yang tidak perlu dan bisa dipindahkan ke lokasi
lain.
5. Mekanik.
Walaupun industri dan laboratorium modern lebih didominasi oleh peralatan yang
terkontrol oleh komputer, termasuk didalamnya robot pengangkat benda berat,
namun demikian kerja mekanik masih harus dilakukan. Pekerjaan mekanik seperti
transportasi bahan baku, penggantian peralatan habis pakai, masih harus dilakukan
secara manual, sehingga kesalahan prosedur kerja dapat menyebabkan kecelakaan
Prepared by masagus 2016
HT- Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L)
kerja. Peralatan keselamatan kerja seperti pakaian kerja, helmet, kacamata, sarung
tangan, sepatu, dan lain-lain perlu mendapatkan perhatian khusus dalam lingkup
pekerjaan ini.
6. Api.
Hampir semua laboratorium atau industri menggunakan bahan kimia dalam
berbagai variasi penggunaan termasuk proses pembuatan, pemformulaan untuk
analisis. Cairan mudah terbakar yang sering digunakan dalam laboratorium atau
industri
adalah hidrokarbon. Bahan mudah terbakar yang lain misalnya pelarut
organik seperti aseton, benzen, butanol, etanol, dietil eter, karbon disulfida, toluena,
heksana, dan lain-lain. Para pekerja harus berusaha untuk akrab dan mengerti
dengan informasi yang terdapat dalam Material Safety Data Sheets (MSDS).
Dokumen MSDS memberikan penjelasan tentang tingkat bahaya dari setiap bahan
kimia, termasuk di dalamnya tentang kuantitas bahan yang diperkenankan untuk
disimpan secara aman.
Sumber api yang lain dapat berasal dari senyawa yang dapat meledak atau
tidak stabil. Banyak senyawa kimia yang mudah meledak sendiri atau mudah
meledak jika bereaksi dengan senyawa lain. Senyawa yang tidak stabil harus diberi
label pada penyimpanannya. Gas bertekanan juga merupakan sumber kecelakaan
kerja akibat terbentuknya atmosfer dari gas yang mudah terbakar.
7. Suara (kebisingan).
Sumber kecelakaan kerja yang satu ini pada umumnya terjadi pada hampir
semua industri, baik industri kecil, menengah, maupun industri besar. Generator
pembangkit listrik, instalasi pendingin, atau mesin pembuat vakum, merupakan
sekian contoh dari peralatan yang diperlukan dalam industri. Peralatan-peralatan
tersebut berpotensi mengeluarkan suara yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja
dan
gangguan kesehatan kerja. Selain angka kebisingan yang ditimbulkan oleh
mesin, para pekerja harus memperhatikan berapa lama mereka bekerja dalam
lingkungan tersebut. Pelindung telinga dari kebisingan juga harus diperhatikan untuk
menjamin keselamatan kerja.
Sumber-sumber yang menimbulkan bahaya dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
antara lain:
a. Keadaan mesin, pesawat, alat kerja, dan bahan.
Prepared by masagus 2016
HT- Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L)
b. Lingkungan kerja.
c. Sifat pekerjaan.
d. Cara kerja.
e. Proses produksi atau tempat pelaksanaan pekerjaan.
Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) dapat dicapai apabila para karyawan atau
tenaga kerja:
a. Mengetahui prosedur kerja yang benar.
b. Mengetahui bahan yang menjadi obyek kerja.
c. Mengetahui peralatan kerja.
d. Mengetahui cara praktek keselamatan kerja.
Prepared by masagus 2016
HT- Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L)
Materi Pokok 4 :
Pertolongan Pertama Akibat Kecelakaan Listrik
A. Tujuan
Setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini, diharapkan peserta mampu :
1. Mengidentifikasi tindakan pertolongan pertama (first Aid) pada kecelakaan
2. Menjelaskan tindakan pertolongan pada kecelakaan akibat listrik
3. Menjelaskan tindakan pertolongan pada kecelakaan luka bakar
4. Menjelaskan bagaimana menolong orang pingsan atau orang yang shock
B. Pengertian
Seperti disebutkan pada kegiatan belajar sebelumnya,kecelakaan biasanya
datang ketika kita tidak siap menghadapinya. Oleh karena itu kita harus menghindari
kecelakaan tersebut sebelum dia datang. Ada pepatah yang mengatakan
”mencegah adalah lebih mudah dan murah dari pada mengobati ”.
Menyadari
bahaya bukanlah berarti takut dan mungkin lebih tepat kalau dikatakan waspada,
sehingga jika bahaya itu datang maka akibat yang ditimbulkannya tidak separah
dibandingkan jika kita melanggar atau lalai. Sebagai contoh misalkan dalam
penggunaan helm dijalan raya bagi pengendara sepeda motor,jika kita lalai mungkin
cederanya tidak separah jika kita patuh dan menyadari akan fungsi helm tersebut.
Yang menjadi pokok dari tindakan pertolongan pertama (First Aid) bagi penolong
adalah :
1. Jangan panik, namun bukan berarti boleh lamban dalam bereaksi
2. Perhatikan nafas si korban
3. Hentikan luka (jika ada)
4. Perhatikan jika ada pertanda ”shock”
5. Jangan memindahkan si korban secara terburu –buru sebelum dapat
dipastikan.
6. Jenis serta keparahan cedera yang diderita.
C. Tindakan Pertolongan pada Kecelakaan Akibat Listrik
Apabila kita menemukan korban karena suatu kecelakaan listrik, maka tindakan
kita adalah :
1. Matikan segera sumber arus listrik
Prepared by masagus 2016
HT- Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L)
2. Pastika apakah korban masih bernafas atau tidak, kemudian berilah bantuan
3. Pernafasan.
4. Pastikan apakah korban memperoleh manfaat bantuan tersebut atau tidak
selain itu lakukan juga pemijatan jantung (jika bias)
5. Jika si korban masih bernafas, bawa segera dengan posisi miring
6. Jika si korban masih bernafas namun cedera berat dan pingsan, bawa segera
ke rumah sakit terdekat.
Sebelum mematikan sumber arus listrik, harus diperhatikan apakah si korban
masih bersentuhan dengan arus tersebut
?
Jika ya dan sumber listrik belum
diketahui, lokasinya maka tindakan kita adalah berupaya untuk melepaskan
sentuhan tersebut dengan bantuan alat yang berisolasi atau bukan penghantar listrik
seperti bambu atau kayu kering dan jika sudah berhasil, upayak untuk segera
mencari dan mematikan sumber listrik atau dilakukan secara paralel (serentak).
1. Biasanya pengaruh sengatan arus
listrik pada korban akan berakibta
2. Shock
3. Pingsan
4. Luka bakar
Gambar 1. Melepaskan korban dari
sengatan arus listrik
D. Menolong Korban Shock
Shock adalah suatu keadaan yang timbul dimana sistem peredaran darah dalam
tubuh terganggu sehingga tidak dapat memenuhi keperluannya bagian vital tubuh
akan kehilangan cairan dan zat-zat yang diperlukan sehingga fungsi bagian vital Ini
akan terganggu.
1. Tanda-tandapenderita shock :
 Kesadarannya menurun
 Nadi berdenyut cepat, melemah, lamban dan menghilang
 Mual-mual
 Kulit dingin, lembab dan pucat
Prepared by masagus 2016
HT- Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L)
 Nafas dangkal, kadang tak beratur
 Pupil mata melebar
Gambar 2 : Tanda-tanda shock
2. Tindakan pertolongan
 Baringkan korban dengan kepala lebih rendah dari bagian tubuh lainnya,
kecuali jika gegar otak atau patah tulang lehernya.
Gambar 3 : Membaringkan korban shock
 Tarik lidah korban keluar dan bersihkan mulut serta hidungnya dari
sumbatan
 Selimuti tubuhnya
 Hentikan pendarahan jika ada,
 Jika ada tulang yang patah, pasang bidai sebelum diusung.
E. Menolong Korban pingsan.
Korban yang pingsan biasanya tidakmempunyai refleksi apapun dan tidak
bereaksi lagi terhadap rasa sakit. Rasa sesak yang menyerang korban akan
merupakan bahaya besar, dimana ada kemungkinan saluran pernafasannya
tersumbat oleh gumpalan darah atau muntahan atau juga benda (makanan) ynag
ada didalam rongga mulutnya.
Prepared by masagus 2016
HT- Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L)
Lebih parah lagi apabila benda penyumbat tersebut tersedot kedalam paruparunya sehingga dapat mengakibatkan infeksi.
1. Tindakan pertolongan
 Baringkan korban ditempat datar dan teduh, jika mungkin kepalanya
diletakan agak lebih rendah.Dalam membaringkan korban, sebaiknya
diposisikan miring seperti terlihat pada gambar dibawah ini
Gambar4 : Korban dalam Posisi miring
Jika korban ditelentangakan,maka lidahnya secar perlahan akan terlipat
kedalam
Dan menghalangi jalannya pernafasan. Posisi miring ini hendaknya dipertahankan
secara stabil.
 Longgarkan pakaian bagian atas serta pakaian lainnya yang menekan bagian
leher
 Kompres kepalanya dengan air dingin (Jangan disiram)
 Jika ada, hembuskan uap amoniak didepna lubang hidungnya.
 Bagaimana jika si korban ternyata tidak bernafas ?
JANGAN SEKALI-KALI MEMBERI ATAU MENYUAPI ORANG
PINGSAN DENGAN BAHAN CAIR ATAU MINUMAN !
Hal tersebut akan diketahui setelah kita periksa pernafasannya dengan cara
meletakkan kedua telapak tangan kita dibawah lekukan tulang rusuk si korban.
Melalui naik dani turunnya dinding perut, kita dapat mengamati korban apakah dia
masih bernafas atau tidak. Jika pernafasnnya masih ada, si korban dapat
diposisikan miring secara stabil. Tapi jika si korban pernafasnnya terhenti, maka
baringkan secar terlentang, kemudian periksa rongga mulutnya karena kemungkinan
ada benda atau sesuatu yang menghalangi jalannya pernafasan dan jika ada,
singkirkan segera. Setelah itu atur lagi pernafasannya dan baringkan dalam posisi
Prepared by masagus 2016
HT- Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L)
miring. jika dengan cara ini pernafasannya tetap tidak ada, maka kita bantu dia
dengan pernafasan buatan.
F. Menolong Korban Luka Bakar
Luka bakar merupakan salah stu akibat dari sengatan arus listrik.setiap luka
bakar yang luas dapat diikuti oleh shock, diman sebagian besar cairan tubuh
dialirkan kedaerah yang terbakar sehingga volume darah yang mengalir keotak dan
jantung akan berkurang.
Pada orang dewasa luka bakar selebar 20% dari luar permukaan tubuh dapat
mengakibatkan shock sedangkan pada anak-anak dapat terjadi pada selebar 10%.

Luas permukaan seluruh kepala = 9%

Luas permukaan setiap lengan (sampai
tangan ) =9%

Luas permukaan dada =95

Luas permukaan perut = 9%

Luas permukaan punggung = 9%

Luas permukaan pinggang (dinding
belakang perut ) =9%

Luas permukaan paha = 9%

Luas permukaan betis = 9%
Gambar 5 : Daerah rumus sembilan
Luas permukaan daerah kemaluan =9%
Gambar diatas memperlihatkan ”rumus sembilan”untuk luas daerah luka bakar
dengan pedoman sebagai berikut :
Pengetahuan tentang luas permukaan ini penting, karena pokok-pokok tndakan
pertolongan pada luka bakar adalah :
o Mencegah atau mengobati
o Mengurangi rasa sakit,
o Mencegah infeksi.
Jika pernafasan buatan diperluka pada korban, maka hal ini harus dilakukan
terlebih dahulu sedangkan pertolongan terhadap luka bakarnya dikerjakan
kemudian.
Berikut ini adalah tindakan pertolongan padaluka bakar dengan variasi luas:
a. Luka bakar kurang dari 20 % (tanpa luka terbuka )
Tindakan pertolongan : Rendam bagian yang terbakar kedalam air es atau air
dingin atau dapat juga dikompres dengan handuk yang telah direndam dalam air
Prepared by masagus 2016
HT- Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L)
dingin. Tindkan ini dilakukan hingga rasa sakit tidak terasa lagi. Hal ini dapat
dilakukan antara30 menit dan kadang-kadang sampai 5 jam.
Tindakan ini selain mengurangi rasa sakit juga memperkecil akibat lanjutan dari
luka bakar tersebut. Bagian yang melepuh jangan dikupas, biarkan sampai kelah
sembuh sendiri.
b. Luka bakar yang luas
Tindakan pertolongan : Tutup bagian-bagian yang terbakar dengan lembaran
sofratulle dan kain yang bersih sedemikian rupa hingga bagian itu tidak
berhubungan langsung dengan udara. Hal ini guna mencegah kuman-kuman
yang ada diudara.
Baringkan korban dengan kepal lebih rendah dari bagian tubuh lainnya,kemudian
kirim kerumah sakit terdekat. Apabila korban tetap sadar dan dapat menelan, beri
minuman sebanyak mungkin.
c. Luka bakar akibat zat kimia
Tindakan pertolongan : Luka bakar akibat basa keras lebih merusak daripada
akibat asma keras.Kecepatan mengguyur dan membasuh luka bakar akibat zat
kimia sangat menentukan dalam usaha membatasi akibat-akibatnya.
Sambil melepaskan pakaian korban, siramlah bagian yang terbakar dengan air
yang mengalir. Untuk luka bakar yang diakibatkan oleh asam keras ( air
keras,asam cuka pekat etc) cukup diguyur dengan air mengalir atau dengan
larutan soda kue (kadar 5%) .Sedangkan pada luka bakar akibat basa keras,
selain diguyur dengan air diberi juga larutan cuka dapur untuk menetralkan basa
penyebabnya. Luka bakar akibat fosfor harus segera direndam air.
Perhatian:
Kecuali dalam hal terbakar oleh sinar matahari, luka bakar akibat apapun tidak
boleh diobati dengan zat-zat yang berminyak (misal minyak gemuk,mentega dan
sebagainya ).Luka bakar yang terbuka sebaiknya ditutp dengan lembaran sofratulle
dan didesinfeksi dengan larutan Betadine 10 %.
Di dalam instalasi listrik (gardu) dengan tegangan nominal diatas 1kV, paling
sedikit harus tersedia sebuah selimut untuk memadamkan pakaian yang terbakar.
Selimut ini sebaiknya terbuat dari bahan woll atau asbest dan jangan terbuat dari
bahan sintetis.
Prepared by masagus 2016
HT- Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L)
Pada
pabrik-pabrik,
tempat
kerja
(workshop)
harus
selalu
tergantung
”PETUNJUK PERTOLONGAN PERTAMA KECELAKAAN” yang dilengkapi dengan
PPPK dikarenakan arus listrik. Selain itu dianjurkan agar dicantumkan :
Alamat dokter terdekat, Alamat Rumah Sakit terdekat,
Lengkap dengan nomor telepon.
Prepared by masagus 2016
HT- Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L)
Materi Pokok 5 :
Rambu-rambu Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
A. Tujuan
Setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini, diharapkan peserta mampu :
1. Menjelaskan ketentuan simbol larangan, peringatan, pemberitahuan serta
perintah sesuai standar
2. Menjelaskan ketentuan gambar dan warna pada rambu-rambu dan teks
tulisan
B. Pengertian
Sebagai upaya untuk mengatasi kecelakaan dan gangguan kesehatan dapat
juga ditempat kerja atau tempat-tempat lain yang berbahaya diberi peringatan yang
serupa rambu-rambu atau simbol-simbol. Simbol ini pada prinsipnya mirip dengan
rambu-rambu lalulintas, misalnya tanda larangan, peringatan, perintah atau anjuran.
Rambu-rambu ini sebaiknyaditempatkan ditempat yang mudah terlihat dan
menggunakan komposisi warna yang diatur dan mengacu pada standar DIN/
Deutche Institute Norm (German Institute for Standardization ) Nomor 4844 P.1/5.80.
Ketentuan gambar dan simbol umum/internasional keselamatan yang ditampilkan
pada tempat kerja untuk :

Rambu Larangan / Pencegahan kecelakaan ;
Gambar lingkaran dengan diagonal merah diatas
warna dasar putih. Contoh; dilarang merokok.

Rambu Peringatan bahaya keselamatan dan
kesehatan kerja; Berbentuk segi tiga dengan warna
hitam diatas warna dasar putih. Contoh; mudah
terbakar atau awas api

Rambu Pemberitahuan /Tempat perlengkapan
keadaan darurat tersimpan; Berbentuk segi empat ,
Contoh; tempat PPPK
Prepared by masagus 2016
HT- Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L)

Rambu Perintah/Pemberitahuan kepada pekerja
dimana perlengkapan keselamatan khusus harus
dipakai; Gambar putih diatas warna dasar biru.
Contoh; gunakan kaca mata
Gambar 6 : Gambar dan Simbol Umum Rambu-rambu K3
Komposisi Warna :

Merah

Putih

Hitam
Komposisi Warna :

Hitam

Kuning
Komposisi Warna :

Hijau

Putih
Komposisi Warna :
Gambar 7 : Contoh rambu-rambu

Biru

Putih
Rambu-Rambu ini biasanya dilengkapi lagi dengan tulisan pesan tertentu selain
dilengkapi gambar diatasnya sehingga dapat diketahui apa maksud rambu tersebut.
Hal ini untuk mengkomunikasikan pesan tersebut pada pekerja, walaupun pekerja
tidak bisa bahasa Inggris atau membaca dengan baik. Ini penting bahwa setiap
pekerja mengetahui rambu keselamatan tanpa ragu-ragu.
Selain rambu-rambu umum yang sudah ada standarnya secara internasional,
berbagai pihak yang peduli dengan keselamatan da kesehatan kerja membuat
rambu-rambu khusus untuk menyampaikan pesan melalui gambar visual yang
menarik. Departemen tenaga kerja biasanya membuat dan menyebarkan ramburambu
khusus
untuk
menyampaikan
keselamatan
Manfaatkan gambar simbol keselamatan
kerja
kepada
untuk tempat kerja dari Depnaker
untuk jenis bahaya tertentu dalam mengoperasikan suatu peralatan.
Prepared by masagus 2016
pekerja.
HT- Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L)
Materi Pokok 6 :
Kesehatan Kerja dan Ergonomy
A. Tujuan
Setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini, diharapkan peserta mampu :
1. Menjelaskan landasan hukum yang mengatur tentang kesehatan di tempat
kerja
2. Menjelaskan Penyakit-penyakit gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor
pekerjaan
3. Menjelaskan tentang pengertian Ergonomy yang berkaitan dengan pekerjaan
B. Pengertian
Kesehatan kerja adalah bagian sosialisasi dalam ilmu kesehatan yang bertujuan
agar masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan yang tinggi baik fisik mental
maupun sosial melalui usaha-usaha preventif dan kuratif terhadap penyakit-penyakit
gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungannya
seperti :
1. Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan akibat kerja.
2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja.
3. Perawatan dan efisiensi dan produktifitas tenaga kerja.
4. Pemberantasan kelelahan tenaga kerja dan meningkatkan kegairahan serta
kenikmatan kerja.
5. Perlindungan masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan
oleh produk-produk kesehatan.
Dalam konteks keilmuannya, kesehatan kerja dikenal dengan istilah Hiperkes
yang pada dasarnya merupakan penggabungan dua disiplin ilmu yang berbeda yaitu
medis dan teknis yang menjadi satu kesatuan sehingga mempunyai tujuan yang
sama yaitu menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif.
Istilah Hiperkes menurut Undang – Undang tentang ketentuan pokok mengenai
Tenaga Kerja yaitu lapangan kesehatan yang ditujukan kepada pemeliharaanpemeliharaan dan mempertinggi derajat kesehatan tenaga kerja, dilakukan dengan
mengatur pemberian pengobatan, perawatan tenaga kerja yang sakit, mengatur
persediaan tempat, cara-cara dan syarat yang memenuhi norma-norma hiperkes
Prepared by masagus 2016
HT- Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L)
untuk mencegah penyakit baik sebagai akibat pekerjaan, maupun penyakit umum
serta menetapkan syarat-syarat kesehatan bagi tenaga kerja.
Selanjutnya pengertian dari Higiene Perusahaan sendiri adalah spesialisasi
dalam ilmu higiene beserta prakteknya yang dengan mengadakan penilaian kepada
faktor-faktor penyebab penyakit kualitatif & kuantitatif dalam lingkungan kerja dan
perusahaan melalui pengukuran yang hasilnya dipergunakan untuk dasar tindakan
korektif kepada lingkungan tersebut serta lebih lanjut pencegahan agar pekerja dan
masyarakat sekitar suatu perusahaan terhindar dari akibat bahaya kerja serta
dimungkinkan mengecap derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Soeripto, Ir.,
DIH., 1992).
Sedangkan Kesehatan Kerja sendiri mempunyai pengertian spesialisasi dalam
ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar tenaga kerja
memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik atau mental
maupun sosial, dengan usaha-usaha preventif & kuratif terhadap penyakitpenyakit/gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan
dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit-penyakit umum.
C. Landasan Hukum Kesehatan Kerja
Masalah kesehatan kerja dan pekerja
paling tidak diatur melalui 3 (tiga)
Peraturan Menteri Tenaga Kerja yaitu :
1. Permen nomor Per-01/MEN/1979 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja. Tujuan
pelayanan kesehatan kerja adalah:
a. Memberikan bantuan kepada tenaga kerja dalam penyesuaian diri dengan
pekerjaanya.
b. Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang timbul
dari pekerjaan atau lingkungan kerja.
c. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental, dan kemampuan fisik tenaga
kerja.
d. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi tenaga kerja
yang menderita sakit.
2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja nomor Per-02/MEN/1979 tentang Pemeriksaan
Kesehatan Tenaga Kerja. Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja meliputi:
a. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja.
Prepared by masagus 2016
HT- Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L)
b. Pemeriksaan kesehatan berkala
c. Pemeriksaan kesehatan khusus.
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja nomor Per-01/MEN/1976 tentang kewajiban
latihan Hiperkes bagi dokter perusahaan.
D. Ergonomy
Ergonomy adalah gabungan dari berbagai ilmu seperti antropologi (budaya /
adat), biometrika,faal (urai tubuh), hygiene(gizi), kesehatan kerja, perencanaan
kerja. Ergonomi ini berkaitan dengan :
1. Penyelarasan pekerjaan dengan tenaga kerjanya (the right man in the right
place),
2. Perencanaan pekerjaan agar dapat menggunakan kemampuan manusia
tanpa melebihi batasnya,
3. Perencana sistem “man-machine” dengan tenaga kerja, dimana manusia
sebagai kerangka referensinya,
4. Pertalian antara teknologi dengan ilmu biologi manusia.
Selanjutnya untuk kemampuan mengangkat beban dikaitkan fisik dedan jenis
kelamin serta usiayang layak dapat dilihat pada tabel berikut.
Berat Beban ( kg )
Frekuensi pengangkatan dan pemindahan
Usia
(tahun)
Sekali-kali
Sering-kali
wanita
Pria
wanita
Pria
15 - 18
15
35
10
20
19 - 45
15
55
10
30
>45
15
45
10
25
Tabel : Berat beban yang layak untuk diangkat dan dipindahkan
Keterangan :

Nilai batas yang tidak boleh dilampaui dalam kondisi norma tanpa mencenderai

Nilai yang disarankan berdasarkan faktor ergonomi
E. Jenis- Jenis Penyakit Terkait Dengan Lingkungan Kerja
Adapun jenis-jenis penyakit umum yang dapat terjadi dalam hubungannya
dengan lingkungan kerja adalah:
Prepared by masagus 2016
HT- Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L)
1. Pnemokoniosis yang disebabkan debu mineral pembentuk jaringan parut
(silikosis, antrakosilikosis, asbestosis) dan silikotuberkulosis yang silikosisnya
merupakan faktor utama penyebab cacat atau kematian.
2. Penyakit paru dan saluran pernapasan (bronkhopulmoner) yang disebabkan
oleh debu logam keras.
3. Penyakit paru dan saluran pernapasan (bronkhopulmoner) yang disebabkan
oleh debu kapas, vlas, henep dan sisal (bissinosis).
4. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat
perangsang yang dikenal yang berada dalam proses pekerjaan.
5. Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat
penghirupan debu organik.
6. Penyakit yang disebabkan oleh berilium atau persenyawaannya yang
beracun.
7. Penyakit yang disebabkan kadmium atau persenyawaannya yang beracun.
8. Penyakit yang disebabkan fosfor atau persenyawaannya yang beracun.
9. Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaannya yang beracun.
10. Penyakit yang disebabkan oleh mangan atau persenyawaannya yang
beracun.
11. Penyakit yang disebabkan oleh arsen atau persenyawaannya yang beracun.
12. Penyakit yang disebabkan oleh raksa atau persenyawaannya yang beracun.
13. Penyakit yang disebabkan oleh timbal atau persenyawaannya yang beracun.
14. Penyakit yang disebabkan oleh fluor atau persenyawaannya yang beracun.
15. Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida.
16. Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaan
hidrokarbon alifatik atu aromatik yang beracun.
17. Penyakit yang disebabkan oleh benzena atau homolognya yang beracun.
18. Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzena atau
homolognya yang beracun.
19. Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya.
20. Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol atau keton.
21. Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau
keracunan seperti karbon monoksida, hidrogensianida, hidrogen sulfida, atau
derivatnya yang beracun, amoniak seng, braso dan nikel.
22. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.
Prepared by masagus 2016
HT- Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L)
23. Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan-kelainan otot, urat,
tulang persendian, pembuluh darah tepi atau syaraf tepi).
24. Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan
lebih.
25. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektro magnetik dan radiasi yang
mengion.
26. Penyakit kulit (dermatoses) yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi
atau biologik.
27. Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen, minyak
mineral, antrasena atau persenyawaan, produk atau residu dari zat tersebut.
28. Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes.
29. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang didapat
dalam suatu pekerjaan yang memiliki risiko kontaminasi khusus.
30. Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau panas radiasi
atau kelembaban udara tinggi.
31. Penyakit yang disebabkan bahan kimia lainnya termasuk bahan obat.
Prepared by masagus 2016
HT- Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L)
Materi Pokok 8 :
Alat Pelindung Diri (APD)
A. Tujuan
Setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini, diharapkan peserta mampu :
1. Menjelaskan pengertian dan tujuan Alat pelindung Diri (APD)
2. Menjelaskan fungsi alat peliundung diri (APD)
3. Mendemonstrasikan penggunaan APD sesuai dengan Pekerjaan
B. Pengertian Alat Pelindung Diri (APD)
APD adalah seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk
melindungi seluruh/sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi
bahaya/kecelakaan kerja.
APD dipakai sebagai upaya terakhir dalam usaha melindungi tenaga kerja
apabila usaha rekayasa (engineering) dan administratif tidak dapat dilakukan
dengan baik. Namun pemakaian APD bukanlah pengganti dari kedua usaha
tersebut, namun sebagai usaha akhir
Walaupun dalam suatu sistim pekerjaan beberapa alat pengaman secara
mekanis dan elektrik telah dipasang, seperti katup pelepas tekanan, lampu-lampu
pengaman, detektor asap, dsb., tetapi setiap pekerja masih diwajibkan memakai alat
pengaman diri (APD). Karena pada hakekatnya APD adalah merupakan sistim
pengaman terakhir untuk pekerja.
C. Fungsi Alat Pelindung Diri
Fungsi Alat Pelindung Diri (APD) di tempat kerja harus dilihat dalam kontek
sebagai pengaman pekerja untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit
akibat kerja. Alat pelindung diri itu, antara lain berfungsi sebagai :

Pelindung kepala

Pelindung mata dan wajah

Pelindung tangan

Pelindung badan

Pelindung telinga
Prepared by masagus 2016
HT- Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L)

Masker dan alat bantu pernafasan

Sabuk pengaman

Pelindung kaki
Pemberi kerja bertanggung jawab untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi
bahaya pada pekerjaan yang akan ditangani, serta menentukan jenis APD yang
sesuai untuk mengurangi atau menghilangkan risiko kecelakaan pekerja. Dalam
melakukan identifikasi dan evaluasi bahaya yang ada, hendaknya dilakukan oleh
bagian keselamatan dengan bagian operasi secara bersama. Sehingga setiap
kemungkinan bahaya ditinjau dari sisi kejadian yang ada sehari hari serta dari sisi
petinjuk petunjuk keselamatan kerja yang lazim. Segala bahaya fisik, biologis serta
kimiawi harus tercakup dalam evaluasi ini. Setelah bahaya diidentifikasi dan dievaluasi, selanjutnya dipilih jenis alat pelindung diri yang tepat untuk melindungi diri
pekerja dari bahaya tersebut.
Pelatihan untuk para pekerja dalam pemakaian alat pelindung diri juga perlu
dilaksanakan sehingga APD ini bisa dipakai dengan benar dan efektif. APD harus
sesuai standard desain yang ada seperti ANSI, OSHA, NFPA, dll.
D. Jenis dan Pemeliharaan APD
Dalam pemeliharaannya APD harus disimpan dalam kondisi yang bersih dan
sehat, seperti dalam lemari khusus. Setiap pekerja hendaknya diberikan APD sendiri
sendiri sehingga ukuran dan modelnya benar benar pas. APD untuk masing masing
pekerja bisa berbeda karena APD ini disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang akan
dilaksanakan
dan
bahaya
yang
ada
pada
jenis
pekerjaan
tersebut.
APD juga bisa rusak karena paparan matahari atau pengaruh cuaca yang lain. Maka
sebelum memakai APD hendaknya diperiksa dahulu keadaannya. Bila ada tanda
tanda kerusakan maka APD itu harus segera diganti.
Gambar 7 : APD dan pemakaiannya
Prepared by masagus 2016
HT- Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L)
NO.
ALAT PELINDUNG DIRI
NAMA/FUNGSI
SAFETY SHOES: Berfungsi sebagai alat
pengaman saat bekerja di tempat yang
becek ataupun berlumpur. Kebanyakan
1
di lapisi dengan metal untuk melindungi
kaki dari benda tajam atau berat, benda
panas, cairan kimia, dsb.
SAFETY HELMET : Berfungsi sebagai
pelindung kepala dari benda yang bisa
2
mengenai kepala secara langsung.
RESPIRATOR : Berfungsi sebagai
penyaring udara yang dihirup saat
3
bekerja di tempat dengan kualitas udara
buruk (misal berdebu, beracun, dsb).
SAFETY GLASSES : Berfungsi sebagai
pelindung mata ketika bekerja (misalnya
4
mengelas).
SARUNG TANGAN :Berfungsi sebagai
alat pelindung tangan pada saat bekerja
5
di tempat atau situasi yang dapat
mengakibatkan cedera tangan. n
PELAMPUNG : Digunakan sebagai
kelengkapan kapal untuk membantu agar
6
orang tidak temgelam saat kecelakaan di
air
Prepared by masagus 2016
HT- Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L)
EAR PLUG / EAR MUFF : Berfungsi
sebagai pelindung telinga pada saat
7
bekerja di tempat yang bising.
FACE SHIELD : Berfungsi sebagai
pelindung wajah dari percikan benda
8
asing saat bekerja (misal pekerjaan
menggerinda)
SAFETY HARNESS : Berfungsi sebagai
pengaman saat bekerja di ketinggian.
9
Diwajibkan menggunakan alat ini di
ketinggian lebih dari 1,8 meter.
JAKET PELAMPUNG : Digunakan bila
10
akan melakukan aktivitas atau kegiatan
di lingkungan dengan bahaya tenggelam
APRON : Digunakan oleh pekerja yang
11
bekerja sat mengelas, kerja tempa atau
pengecoran
PAKAIAN KERJA : Digunakan sebagai
pakaian kerja pada bengkel umum untuk
12
melindungi diri dari berbagai kotoran dan
bahaya kerja
Gambar 8 : Alat Pelindung Diri, Nama dan Fungsi
Prepared by masagus 2016
HT- Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L)
TUGAS:
1. Buatlah rencana kelengkapan rambu-rambu K3L....! sesuai dengan kebutuhan
bengkel/Laboratorium dimana anda bertugas.
2. Identifikasi kebutuhan rambu petunjuk/perintah/larangan untuk setiap mesin/ alat
praktik...! sesuai dengan fasilitas yang dimiliki oleh unit kerja saudara.
3. Lakukan
pengamatan
kelengkapan
infrastruktur
K3L
pada
suatu
bengkel/laboratorium, selanjutnya analisalah ...! kelebihan dan kekurangan apa
yang anda amati....! (gunakan format terlampir)
FORMAT OBSERVASI K3L
NO.
OBJEK
KONDISI YANG
PENGAMATAN
ADA DI SMK
ALAT PELINDUNG
1.
DIRI SETIAP
BENGKEL
2.
KELENGKAPAN
ALAT KESEHATAN
TEMPAT KERJA
3.
4.
ALAT PEMADAM
KEBAKARAN
ALAT
KEBERSIHAN
ADMINISTRASI
5.
K3L BENGKEL/
LABORATORIUM
Prepared by masagus 2016
KONDISI YANG IDEAL
CATATAN
HT- Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L)
Materi Pokok 8 :
Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pelestarian fungsi lingkungan hidup adalah rangkaian upaya untuk memelihara
kelangsungan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup. Kemampuan
lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia dan makluk lainnya,
disebut daya dukung lingkungan hidup. Sedangkan, daya tamping lingkungan hidup
adalah kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau
komponen lain yang masuk atau dimasukkan ke dalamnya.
Pengelolaan lingkungan hidup diselenggarakan dengan asas tanggung jawab
negara, asas berkelanjutan, dan asas manfaat untuk mewujudkan pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup dalam rangka pembangunan
manusia Indonesia seluruhnya yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Upaya sadar dan terencana, yang memadukan lingkungan hidup,
termasuk sumberdaya ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan,
kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan,
disebut pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup
A. Tujuan
Setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini, diharapkan peserta mampu :
1. Menjelaskan sasaran pengelolaan lingkungan hidup
2. Menjelaskan cara pengelolaan lingkungan Hidup
3. Menjelaskan kewajiban pemerintah dalam pengelolaan lingkungan hidup
4. Menjelaskan tiga kegiatan pengelolaan lingkungan di sekolah
5. Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi kebersihan lingkungan kerja
B. Sasaran
Sasaran pengelolaan lingkungan hidup adalah : (a) tercapainya keselarasan,
keserasian, dan keseimbangan antara manusia dan lingkungan hidup; (b)
terwujudnya manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang memiliki sikap
dan
tindak
melindungi
dan
membina
lingkungan
hidup;
(c)
terjaminnya
kepentingangenerasi masa kini dan generasi masa depan; (d) tercapainya
kelestarian fungsi lingkungan hidup; (e) terkendalinya pemanfaatan sumberdaya
Prepared by masagus 2016
HT- Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L)
secara bijaksana; (f) terlindungnya NKRI terhadap dampak usaha dan/atau kegiatan
di luar
wilayah
Kemandirian
negara
dan
yang menyebabkan
keberdayaan
perusakan
masyarakat
lingkungan
hidup.
prasyarat
untuk
merupakan
menumbuhkan kemampuan masyarakat sebagai pelaku dalam pengelolaan
lingkungan hidup bersama dengan pemerintah dan pelaku pembangunan yang lain.
Meningkatnya kemampuan dan kepeloporan masyarakat akan meningkatkan
efektifitas peran masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup.
Pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk
hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan
manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Tindakan
yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik
dan/atau hayatinya yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi lagi dalam
menunjang pembangunan berkelanjutan, disebut perusakan lingkungan hidup.
Setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan
sehat, hak atas informasi lingkungan hidup yang berkaitan dengan peran dalam
pengelolaan lingkungan hidup. Setiap orang mempunyai hak untuk berperan dalam
rangka pengelolaan lingkungan hidup. Selain mempunyai hak, setiap orang
berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan
menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup. Orang yang
melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajban memberikan informasi yang besar
dan akurat mengenai pengelolaan lingkungan hidup.
Masyarakat mempunyai kesempatan yanmg sama dan seluas-luasnya untuk
berperan dalam pengelolaan lingkungan hidup. Pelaksanaanya dilakukan dengan
cara sebagai berikut.
Pertama, meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarakat, dan kemitraan,
Kemampuan
dan
keberdayaan
masyarakat
merupakan
prasyarat
untuk
menumbuhkan kemampuan masyarakat sebagai pelaku dalam pengelolaan
lingkungan hidup bersama dengan pemerintah dan pelaku pembangunan lainnya.
Kedua,
menumbuhkembangkan
kemampuan
dan
kepeloporan
masyarakat.
Meningkatnya kemampuan dan kepeloporan masyarakat akan meningkatkan
efektifitas peran masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup.
Prepared by masagus 2016
HT- Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L)
Ketiga,
menumbuhkan
ketanggapsegeraan
masyarakat
untuk
melakukan
pengawasan sosial. Meningkatnya ketanggapsegeraan masyarakat akan semakin
menurunkan kemungkinan terjadinya dampak negatif.
Keempat, memberikan saran dan pendapat.
Kelima, menyampaikan informasi dan/atau menyampaikan laporan. Dengan
meningkatnya ketanggapsegeraan akan meningkatkan kecepatan pemberian
informasi tentang suatu masalah lingkungan hidup sehingga dapat segera
ditindaklanjuti.
Sumberdaya
alam
dikuasai
oleh
negara
dan
dipergunakan
untuk
sebesarbesarnya bagi kemakmuran rakyat, serta pengaturannya ditentukan oleh
Pemerintah. Untuk pelaksanaannya Pemerintah: (a) mengatur dan mengembangkan
kebijaksanaan
dalam rangka
pengelolaan
lingkungan hidup, (b) mengatur
penyediaan, peruntukkan, penggunaan, pengelolaan lingkungan hidup, dan
pemanfaatan kembali sumberdaya alam, termasuk sumberdaya genetika, (c)
mengatur perbuatan hukum dan hubungan hukum antara orang dan/atau subyek
hukum lainnya serta perbuatan hukum terhadap sumberdaya alam dan sumberdaya
buatan,
termasuk
sumberdaya
genetik,
(d)
mengendalikan
kegiatan
yang
mempunyai dampak sosial, (e) mengembangkan pendanaan bagi upaya pelestarian
fungsi lingkungan hidup.
Pemerintah
menetapkan
kebijaksanaan
nasional
tentang
pengelolaan
lingkungan hidup dan penataan ruang dengan tetap memperhatikan nilai-nilai
agama, adat istiadat, dan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat. Penataan ruang
adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang (Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup (1993). Pengelolaan
lingkungan hidup, dilaksanakan secara terpadu, meliput sektoral, ekosistem, dan
bidang ilmu. Dalam operasionalnya terpadu dengan penataan ruang, perlindungan
sumberdaya alam nonhayati, perlindungan
sumberdaya buatan, konservasi
sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, cagar budaya, keanekaragaman hayati
dan perubahan iklim.
Dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup Pemerintah berkewajiban
mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kesadaran dan
tanggung jawab:
a. para pengambil keputusan pengelolaan lingkungan hidup,
b. masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup,
Prepared by masagus 2016
HT- Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L)
c. kemitraan antara masyarakat, dunia usaha dan Pemerintah dalam upaya
pelestarian daya dukung dan daya tamping lingkungan hidup,
d. kebijakan pengelolaan lingkungan hidup yang menjamin terpeliharanya daya
dukung dan daya tampung lingkungan hidup,
e. mengembangkan dan menerapkan perangkat yang bersifat preventif, dan
proaktif dalam upaya pencegahan penurunan daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup,
f. memanfaatkan dan mengembangkan teknologi yang ramah lingkungan,
g. menyelenggarakan penelitian dan pengembangan di bidang lingkungan hidup,
h. menyediakan informasi lingkungan hidup dan menyebarluaskan kepada
masyarakat, dan
i.
memberikan penghargaan kepada orang lain atau lembaga yang berjasa di
bidang lingkungan hidup.
Untuk menjamin pelestarian fungsi lingkungan hidup, setiap usaha dan/atau
kegiatan tidak boleh melanggar baku mutu dan kriteria baku kerusakan lingkungan
hidup. Ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang
ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya
dalam suatu sumberdaya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup, dinamakan baku
mutu lingkungan hidup. Sedangkan kriteria baku kerusakan lingkungan hidup
adalahukuran batas perubahan sifat fisik dan/atau hayati lingkungan hidup yang
dapat ditenggang.
Setiap rencana usaha dan/atau kegiatan yang kemungkinan dapat menimbulkan
dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, wajib memiliki analisis
mengenai dampak lingkungan hidup (Amdal). Menurut Peraturan Pemerintah RI
Nomor 27 Tahun 1999 tentang Amdal, yang dimaksud Amdal adalah kajian
mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan
keputusan
tentang
penyelenggaraan
usaha
dan/atau
kegiatan.
Perubahan
lingkungan hidup yang sangat mendasar yang diakibatkan oleh suatu usaha
dan/atau kegiatan, disebut dampak besar dan penting. Jenis Usaha dan/atau
Kegiatan yang wajib dilengkapi dengan dokumen Amdal saat ini diatur dengan
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 3 Tahun 2000 tanggal 21
Februari 2000. (Untuk lebih lengkapnya Anda mencari Keputusan tersebut). (
pengembangan IPS )
Prepared by masagus 2016
HT- Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L)
C. Pemeliharaan Kebersihan Laboratorium/bengkel/sanggar/studio
Kebersihan lingkungan kerja khususnya tempat dimana siswa melakukan
praktikum di sekolah atau lembaga diklat meliputi kegiatan :
1. melestarikan lingkungan
2. meningkatkan kesadaran dalam lingkungan
3. menghindari pencemaran limbah
Pendidik lingkungan untuk siswa adalah memberikan wawasan dan kesadaran
bagaimana menggunakan tempat praktek yang lebih peduli memperhatikan
lingkungan laboratorium/bengkel/sanggar/studio. Perubahan yang penting adalah
sikap memperhatikan/peduli pentingnya pemeliharaan serta kebersihan tempat
kerja. Lingkungan tempat kerja adalah gabungan berbagai faktor-faktor fisik, kimiawi,
hayati dan sosial yang dapat mempengaruhi kegiatan di dalamnya. Oleh karena itu
seluruh kegiatan yang ada di dalamnya, wajib untuk melestarikan kebersihan
lingkungan tersebut agar tidak merugikan kehidupan yang berada di sekitarnya.
Agar terlaksananya kebersihan tempat praktikum harus melibatkan guru serta siswa
yang sering menggunakan fasilitas kegiatan.
Tempat kerja yang berwawasan lingkungan sangat dipengaruhi banyak faktor,
salah satu faktor penting adanya rasa kepedulian pekerja pada lingkungan kerja dan
sekitarnya. Karyawan dalam memberikan konstribusinya kepada perusahaan tidak
akan optimal jika dampak lingkungan kerjanya kurang diperhatikan dan hal ini akan
menerima protes dari masyarakat sekitar lingkungan bengkel. Hal ini akan
menghambat dan menyebabkan penurunan produktivitas kerja di bengkel. Kalau hal
ini dibiarkan berlarut-larut maka akan membawa bengkel ke jurang kebangkrutan.
Setelah karyawan berada didalam bengkel, untuk meningkatkan gairah dan
semangat kerja karyawan, sehingga dapat lebih produktif maka bengkel harus
berusaha
menjaga
kebersihan
lingkungan
bengkel
dengan
mengadakan
pembersihan bengkel minimal selama sebulan sekali.
Kebersihan adalah pangkal dari kesehatan, ini pepatah kuno yang masih
aktual saat ini. Setiap orang menginginkan dan menghendaki lingkungannya bersih
dan nyaman, ditempat kerjanya. Tidak diragukan lagi bahwa Kebersihan Lingkungan
Kerja sangatlah bermanfaat, karena dengan usaha-usaha kebersihan lingkungan
Prepared by masagus 2016
HT- Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L)
kerja akan membawa dampak pada turunnya potensi terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja.
Selayaknya kebersihan lingkungan kerja meliputi kebersihan luar dan dalam gedung
/tempat kerja. Kebersihan luar gedung/tempat kerja meliputi halaman, saluran air
bangunan dan jalanan. Sedangkan kebersihan dalam gedung/tempat kerja meliputi
lantai, dinding, atap gedung/bangunan serta mesin dan alat bantu kerja.
Kebersihan ruangan kerja juga menjadi salah satu hal yang langsung dapat
dilihat oleh mata setiap orang. Jika ruangan itu bersih maka siapapun yang akan
masuk akan merasa nyaman, namun sebaliknya jika ruangan itu kotor maka akan
mempengaruhi kenyamanan seseorang, termasuk kenyamanan dalam bekerja.
D. Faktor yang Memperngaruhi Kebersihan lingkungan Kerja
Hal-hal yang perlu mendapat perhatian berkaitan dengan upaya menciptakan
kebersihan lingkungan kerja antara lain :
1.
Tersedianya air bersih sesuai dengan kegunaannya untuk air minum, air cuci
atau untuk proses produksi
2.
Kebersihan sarana sanitasi seperti toilet/kamar mandi/urinoir/tempat cuci
tangan
3.
Tempat pembuangan sampah
4.
Kebersihan area kerja
5.
Keadaan lingkungan yang dapat menjadi sarang binatang atau vector
penyakit seperi tikus, nyamuk, lalat dsb
E. Langkah Menuju Gerakan Kebersihan Lingkungan Kerja :
Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mewujudkan sustu
lingkungan yang bersik dan sehat antara lain :
1. Canangkan Gerakan kebersihan 5R (Ringkas, Rapih, Resik, Rawat, Rajin), di
lingkungan kerja yang melibatkan seluruh karyawan yang ada di tempat kerja
tanpa terkecuali
2. Buatlah program detail yang jelas dan terencana untuk melaksanakan
Gerakan Kebersihan ini
Prepared by masagus 2016
HT- Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L)
3. Dokumentasikan dan evaluasi setiap pelaksanaan Gerakan kebersihan.
Lakukan tindakan perbaikan apabila yang dilakukan tidak sesuai dengan
tujuan
4. Siapkan sarana dan prasarana untuk mendukung gerakan kebersihan
5. Lakukan pengecekan/pengontrolan secara rutin terhadap area kerja
6. Berikan apresiasi kepada tempat kerja yang berhasil menciptakan kondisi
lingkungan yang bersih dan teratur, serta berikan teguran dan sanksi untuk
yang belum menunjukkan hasil yang optimal.
7. Lakukan Pengendalian lingkungan kerja dengan menggunakan instrumen
pengecekan seperti berikut:
INSTRUMEN PENGENDALI : LEMBAR PERIKSA
HASIL
NO.
PERTANYAAN SASARAN
1.
Apakah lantai, dinding, langit-langit dan atap bersih
Ya
dan rapih?
2.
Apakah saluran air buangan bebas dari genangan
air dan sampah?
3.
Apakah tersedia tempat sampah dalam jumlah yang
cukup dan dipisahkan berdasarkan jenis sampah
(metal, non metal, kaca dan samapah B3)?
4.
Apakah toilet, kamar mandi, tempat cuci tanan
bersih, tidak terlihat kotoran dan tersedia dalam
jumlah yang cukup?
5.
Apakah alat bantu kerja (sarana kebersihan) bersih
dan dipelihara dengan baik serta disimpan sesuai
dengan tempatnya?
6.
Apakah terdapat sarana pengendalian penyakit dari
bersarangnya binatang dan vector penyakit?
7.
Apakah tersedia sarana air minum yang memenuhi
syarat kesehatan?
8.
Apakah
karyawan
berperan
kebersihan lingkungan kerja?
Prepared by masagus 2016
aktif
menjaga
Tidak
HT- Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L)
Materi Pokok 9:
Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Di Lingkungan Kerja
A. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Pengelolaan bahan praktikum dalam kaitannya dengan lingkungan meliputi
adanya pelabelan bahan kemikalia berbahaya adalah salah satu peraturan tentang
bahan berbahaya untuk melindungi atau menjaga bahan-bahan berbahaya terutama
untuk keselamatan kerja. Pelabelan bahan kemikalia berbahaya ini menggunakan
simbol bahaya berupa piktogram dengan tanda hitam pada latar belakang oranye.
Kategori bahaya untuk bahan dan formulasi ditandai dengan simbol bahaya yang
terbagi dalam tiga jenis yaitu resiko kebakaran dan ledakan (sifat fisika-kimia), resiko
kesehatan (sifat toksikologi) atau kombinasi dari keduanya.
Beberapa simbol-simbol bahaya termasuk notasi bahaya dan huruf kode
diantaranya:
1. Explosive (bersifat mudah meledak) dilambangkan dengan kode huruf E.
2. Oxidizing (pengoksidan) dilambangakan dengan kode O dan
3. Highly flammable (sangat mudah terbakar) dilambangkan dengan kode huruf F.
Selain itu pelabelan digunakan untuk bahan-bahan berbahaya bagi kesehatan
dan perusak jaringan. Para personil laboratorium/bengkel/sanggar/studio perlu
mema hami simbol-simbol tersebut untuk menjaga keselamatan kerja. karena
laboratorium
adalah
tempat
bekerja
karyawan,
dosen/guru,
asisten
dan
mahasiswa/siswa maka perlu dipikirkan keselamatan kerja dalam laboratorium
tersebut. Keselamatan kerja di laboratorium terkait dengan peralatan yang
digunakan, pelabelan bahan kimia berbahaya beserta pencegahannya serta
kecelakaan yang mungkin terjadi akibat kebakaran maupun disebabkan bahan
kimia. Oleh karenanya sebuah laboratorium/bengkel harus memiliki kebijakan
keselamatan secara menyeluruh dengan tanggung jawab yang terletak di tangan
Ketua/Kepala Laboratorium/bengkel maupun seluruh elemen laboratorium
Selain itu keselamatan laboratorium/bengkel memerlukan audit keselamatan dan
standard operating procedure (SOP) secara berkala pada metode, bahan kimia,
peralatan yang digunakan maupun keselamatan kerja bagi personil. Sangatlah
Prepared by masagus 2016
HT- Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L)
penting pelayanan pemeliharaan dan kebersihan laboratorium dengan melibatkan
petugas kebersihan seperti adanya prosedur pemeliharaan, servis rutin dengan
mengetahui
bagian-bagian
yang
harus
dibersihkan
dan
bagaimana
cara
membersihkan setiap peralatan yang digunakan.
Kebersihan laboratorium juga perlu didukung dengan peraturan keamanan dan
keselamatan untuk petugas pegawai,
Untuk menciptakan lingkungan laboratorium yang aman perlu juga adanya
daftar cek keamanan yang terdiri dari bagaimana fasilitas penyimpanan yang ada,
pemanas dan ventalilasi, pencahayaan, layanan serta pencegahan terhadap
proteksi api.
B. Penanganan B3 dan Rambu-Rambu Untuk Kesehatan Kerja
Rambu-rambu kesehatan kerja tidak jauh berbeda dengan rambu keselamatan
kerja. Akan tetapi biasanya rambu-rambu tersebut terdapat juga sebagai label
peringatan pada kemasan bahan industri yang ukurannya kecil. Sebagai contoh
dapat digambarkan dibawah ini label atau rambu yang memberi pesan untuk
kesehatan:
Gambar 9 : Label atau Rambu Pesan
 Simbol Dan Kelas Bahaya Peringatan Untuk Bahaya Bahan Kimia Pada Label
Kemasan :
Kelas
Simbol
Keterangan
1
Eksplosif
4
Gas Pengoksidasi
5
Gas Bertekanan
Prepared by masagus 2016
HT- Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L)
6
Cairan Mudah Menyala
7
Padatan Mudah Menyala
8
Bahan Yang Dapat Bereaksi Sendiri
10
Padatan Piroporik
Bahan Yang Dapat Menumbulkan Panas
11
Sendiri
Bahan Yang Apabila Kontak Dengan Air
12
Menyebabkan Gas Mudah Menyala
13
Cairan Pengoksidasi
14
Padatan Pengoksidasi
15
Peroksida Organik
16
Korosif Terhadap Logam
17
Toksisitas Akut
18
Korosifitas / Iritabilitas Pada Kulit
19
Kerusakan Parah / Iritasi Pada Mata
Prepared by masagus 2016
HT- Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L)
20
Sensitasi Saluran Pernafasan / Kulit
21
Mutagenitas Sel Induk
22
Karsinogenitas
23
Toksisitas Terhadap Reproduksi
Toksisitas Sistemik Pada Organ Target
24
Spesifik Karena Paparan Tunggal
Toksisitas Sistemik Pada Organ Target
25
Spesifik Karena Paparan Berulang
26
Bahaya Aspirasi
Bahaya Terhadap Lingkungan Akuatik /
27
Perairan
Gambar 10 : Simbol dan Kelas Peringatan Bahaya Bahan Kimia
Prepared by masagus 2016
HT- Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L)
Simbol Rambu APD Versi GHS Yang Digunakan Pada Label / Penandaan Bahan
Kimia:
: Gunakan Alas Kaki atau Sepatu Bot
: Gunakan Pelindung Wajah / Face
Shield
: Gunakan Masker / Respirator
: Gunakan Sarung Tangan
: Gunakan Kacamata / googles
Gambar 11 : Simbol/Label Peringatan bahan Kimia Versi GHS
LATIHAN :
1.
Jelaskan Ketentuan hak dan kewajiban dalam K3 bagi pimpinan UndangUndang dan Peraturan Pemerintah . . . ?
2.
Jelaskan hak dan kewajiban pekerja menurut Undang-Undang dan Peraturan
Pemerintah …?
3.
Jelaskan faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan di tempat kerja . . . ?
4.
Uraikan dengan singkat upaya apa untuk pencegahan kecelakaan kerja dari
faktor-faktor penyebab diatas. . . ?
5.
Identifikasikanlah empat tindakan tidak aman saat berkerja yang dapat
menimbulkan kecelakaan . . . ?
6.
Identifikasi 5 (lima) Alat pelindung diri (APD) yang diperlukan saat bekerja di
bengkel . . . ., jelaskan fungsinya . . . . ?.
7.
Identifikasi 5 (lima) Alat pelindung diri (APD) yang diperlukan saat bekerja di
Laboratorium . . . jelaskan fungsinya.?.
8.
Apakah fungsi rambu-rambu keselamatan dan kesehatan kerja . . . .?
9.
Beri 5 (lima) contoh rambu-rambu K3 , dan berikan penjelasan fungsinya . . ?
Prepared by masagus 2016
HT- Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L)
10.
Identifikasi jenis obat-obatan yang harus tersedia pada kotak PPPK di
bengkel atau di laboratorium . . .jelaskan kegunaannya ?.
11.
Jelaskan sasaran pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan
pemerintah . . .?
12.
Uraikan faktor-faktor yang mempengaruhi kebersihan lingkungan kerja . . ?.
13.
Identifikasi 3 (tiga) Bahan Beracun dan Berbahaya (B3) dan berilah symbol
kode yang standar . . .?
TUGAS:
Setiap peserta membuat Petunjuk / Peringatan tentang Keselamatan/ Kesehatan
kerja, dengan ketentuan sebagai berikut :
1.
Berbentuk Gambar Ilustrasi/ karikatur atau Foto
2.
Gambar tesebut diberikan tulisan yang sesuai dengan maksud petunjuk/
peringatannya.
3.
dibuat dalam ukuran A4
4.
Peringatan bersifat aplikatif yang sesuai dengan tempat bekerja/ unit kerja
masing-masing
Prepared by masagus 2016
HT- Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L)
DAFTAR PUSTAKA
Arai, K., (2001) “The Globally Harmonized System (GHS) for Hazards Classification
and Labelling”, www.jcia-net.or.jp
Baumann, Betz (e.a) (1982); Fachkenntnisse Elektrotechnik; handwerk und technik
GmbH, Hamburg,
Bagian Proyek Pengadaan Buku Pendidikan Teknologi (. . . . . ) ; Keselamatan Kerja
dan Tata Laksana Bengkel ;Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Doerr, Siegfrid und hermann J.Abts (1989); Rheinbraun-Engineering (PT. Bukit
Asam ); Tanjung Enim;
Depnaker Kanwil Jawa Barat (1990 ); Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Balai
Pengembangan Manajemen dan Produktivitas Jawa Barat Maree Wheelen ,
Occupational Health and Safety, Western Metropolitan College of TAFE
Mohamad, kartono, dr (1981).;Pertolongan Pertama ; Gramedia, Jakarta ;
Soedjono (1985), Petunjuk Praktis Keselamatan Kerja, Bhratara Karya Aksara –
Jakarta
Soedjono (1981), Keselamatan Kerja -1 , Penerbit; Bharata, Jakarta;
Santoso, G., (2004) “Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja”, Penerbit:
Prestasi Pustaka.
Tia Setiawan dan Harun (1980), Keselamatan Kerja dan Tata Laksana Bengkel,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Pendidikan Menengah
Kejuruan
Tim Penyusun (1999), Himpunan Peraturan Perundang-undangan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja, Departemen Tenaga Kerja RI, Jakarta
Anonymous, (2004) “GHS – Purple Book”, United Nations.
Anonymous, (2004) “Implementation and Maintenance of GHS” Chapter 29, United
Nations.
Anonymous, (2004) “How GHS Fits Into Chemical Safety” United Nations.
Anonymous, (2004) “Survey of Asia-Pacific Countries Regarding GHS
Implementation: Draft Report” Seventh Meeting of the UNITAR/ILO GHS
Capacity Building Programme Advisory Group (PAG)
Anonymous, (1998),Unfallverhuetungs kalender; Jederzeit-Sicherheit ; 6200
wiesbaden Deutschland
Anonymous, (1985), Elektrotechnik tabellen;westernabb;Braunschweig-Deutschland,
Prepared by masagus 2016
Download