Matakuliah : F0472 / PBB, BPHTB, dan Bea Meterai Tahun : 2005 Versi :1 Pertemuan #5 PBB SEKTOR LAINNYA 1 LEARNING OUTCOMES Pada akhir pertemuan ini, diharapkan mahasiswa akan mampu : menghitung PBB terhutang pada beberapa sektor PBB dan objek tertentu. 2 OUTLINE MATERI Penghitungan PBB sektor perkebunan. Penghitungan PBB sektor perhutanan. Penghitungan PBB sektor pertambangan. Penghitungan PBB sektor perikanan. 3 STANDAR INVESTASI TANAMAN (SIT) Dasar hukum perhitungan PBB sektor perkebunan adalah Keputusan Menteri Keuangan Nomor 523/KMK.04/1998. SIT adalah jumlah biaya yang diinvestasikan untuk suatu pembangunan dan/atau penanaman dan/atau penggalian jenis sumber daya alam atau budidaya tertentu, yg dihitung berdasarkan komponen tenaga kerja, bahan, dan alat mulai dari awal pelaksanaan pekerjaan hingga tahap produksi. Penentuan SIT perkebunan diatur sebagai berikut: – Besarnya SIT perkebunan dihitung berdasarkan jumlah biaya yang diinvestasikan untuk suatu jenis tanaman budidaya perkebunan perhektar dalam satu tahun. – Apabila dalam satu tahun mengalami lebih dari satu kali periode tanam, besarnya SIT perkebunan dalam satu tahun dihitung sebesar standar investasi untuk sekali periode tanam dikalikan jumlah periode tanam dalam satu tahun. 4 PENENTUAN NJOP PERKEBUNAN (SE-21/PJ.6/1999) NJOP sebagai dasar perhitungan PBB perkebunan meliputi: Areal Kebun, adalah areal yang sudah diolah (land clearing) dan ditanami dengan komoditas perkebunan baik yang telah menghasilkan maupun belum. – NJOP = NJOP tanah + SIT menurut umur tanaman. Areal Emplasemen, adalah areal lain dlm kawasan perkebunan yg diatasnya terdapat bangunan dan/atau pekarangan. – NJOP = NJOP tanah sesuai SK Kakanwil. Areal lainnya, berupa areal yang belum diolah, rawa, cadas, jurang, atau tanah lainnya yg tdk dpt dimanfaatkan utk perkebunan, termasuk areal sudah diolah tapi belum ditanami. – NJOP = NJOP tanah sesuai SK Kakanwil. – NJOP areal diolah (blm ditanami = NJOP tanah + biaya pengolahan 5 CONTOH SOAL PBB PERKEBUNAN PT. Subur, suatu perkebunan Kelapa Hibrida di daerah Jambi dengan data sebagai berikut: Tanah: – Areal kebun: • Usia tanaman 3 tahun = 10 Ha, Kelas A43, SIT = Rp 3.939.000,- /Ha. • Tanaman sdh menghasilkan = 400 Ha, kelas A43, SIT = 5.780.000/Ha. – Areal Emplasemen: • Pabrik 2 Ha, Kelas A40. • Gudang 1 Ha, Kelas A40. • Kantor 1 Ha, Kelas A37. – Bangunan: • Pabrik 3000 m2, Kelas A9. • Gudang 1000 m2, Kelas A11. • Kantor 500 m2, Kelas A6. Hitung PBB terhutang PT. Subur, jika NJOPTKP 8.000.000,6 JAWABAN PBB PERKEBUNAN Areal Kebun: – – – – Usia tanaman 3 tahun = 100 x 10.000 x 1.200 SIT 100 Ha = 100 x 3.939.000 Tanaman menghasilkan= 400 x 10.000 x 1.200 SIT 400 Ha = 400 x 5.780.000.000 = 1.200.000.000,= 393.900.000,= 4.800.000.000,= 2.312.000.000,- Areal Emplasemen: – Pabrik = 2 x 10.000 x 3.500 – Gudang = 1 x 10.000 x 3.500 – Kantor = 1 x 10.000 x 10.000 = = = 70.000.000,35.000.000,100.000.000,- = = = 930.000.000,225.000.000,252.500.000,- Bangunan – Pabrik = 3.000 x 310.000 – Gudang = 1.000 x 225.000 – Kantor = 500 x 505.000 Total NJOP – NJOPTKP – NJOP Kena Pajak – PBB terhutang = (0,5% x 40%) = 10.318.400.000,= 8.000.000,= 10.310.400.000,= 20.620.000,- 7 PBB KEHUTANAN (SE-73/PJ.6/1999) Hasil Bersih = Pendapatan Kotor – Biaya Eksploitasi. Pendapatan Kotor = Total hasil produksi dalam tahun pajak. Biaya eksploitasi meliputi: – – – – – – Biaya penanaman (khusus perhutani). Biaya pemeliharaan (khusus perhutani). Biaya pengendalian kebakaran dan pengamanan hutan. Biaya penebangan (upah tenaga kerja dan peralatan). Biaya pengangkutan sampai ke log ponds atau log yards. PBB dan PSDH (Provisi Sumber Daya Hutan) tahun sebelumnya. Areal produktif = areal blok tebangan. Areal belum/tidak produktif = areal hutan non tebangan. Areal lainnya = areal yang tidak ada tegakannya (rawa, payau, waduk/danau, digunakan pihak-3, dll). Log ponds/yard = areal perairan/daratan tempat menimbun. 8 PERHITUNGAN NJOP KEHUTANAN Untuk jenis konsesi: HPH, HPHH, IPK, selain HPHTI. – NJOP areal produksi = 8,5 x HASIL BERSIH SETAHUN – NJOP lainnya = NJOP sesuai SK Kakanwil. – NJOP log ponds = NJOP perairan (garis lurus kesamping dengan klasifikasi NJOP bumi sekitarnya). Untuk jenis konsesi: HPHTI. – NJOP areal produksi = NJOP Tanah + Biaya Pembangunan HTI menurut umur tanaman. – NJOP lainnya = NJOP sesuai SK Kakanwil. – NJOP log ponds = NJOP perairan (garis lurus kesamping dengan klasifikasi NJOP bumi sekitarnya). 9 CONTOH SOAL PBB KEHUTANAN PT. Wana Artha perusahaan HPHTI di Jambi dgn data sbb: Areal produktif ditanami tanaman jelatung 500 Ha kelas A39 – Standar Biaya Pembangunan (SBP) = Rp 2.930.800 / Ha. Areal belum menghasilkan: – Jelatung tahun-4 = 100 Ha, Kelas A39, SBP Rp 2.427.800 / Ha. – Jelatung tahun-5 = 200 Ha, Kelas A39, SBP Rp 2.769.800 / Ha. Areal yang tidak dikenakan PBB 50 Ha, Kelas A49. Log Ponds = 20 Ha, Kelas A47. Areal yang dikuasai pihak-3 = 50 Ha, Kelas A48. Areal lainnya = 50 Ha, kelas A50. Areal Emplasemen, berupa pabrik 1 Ha, Gudang 5.000 m2, Kantor 1.000 m2, dan Perumahan 1 Ha, kelas A43. Areal Bangunan, berupa pabrik 3.000 m2, Gudang 500 m2, masuk kelas A11 sedangkan Kantor 200 m2 kelas A9. Hitung PBB terhutang jika NJOPTKP ditetapkan 8.000.000,- 10 PBB PERTAMBANGN SELAIN GALIAN C Areal produktif adalah areal di dalam wilayah konsesi pertambangan (WKP) yang telah dieksploitasi. – NJOP = 9,5 X HASIL PENJUALAN MIGAS SETAHUN NJOP areal belum/tidak produktif = sesuai dengan SK Kakanwil, yang termasuk areal belum/tidak produktif, a.l.: – – – – Areal penyelidikan umum sdh dibuat peta geologi. Areal eksplorasi sudah dieksplorasi perlu diteliti lagi. Areal non producing open selesai eksplorasi dan siap ditambang. Areal non producing plug and abandon selesai dieksplorasi tapi ditutup/ditinggalkan karena dianggap tidak ekonomis. NJOP areal lainnya sesuai dengan SK Kakanwil, a.l.: – – – – Areal emplasemen. Areal pengamanan. Areal perairan. Tanah kosongdan areal lainnya didalam/luar WKP. 11 CONTOH SOAL PBB PERTAMBANGAN PT. Patra Artha, perusahaan tambang minyak dgn data sbb: Areal produktif = 100 Ha, Kelas A48. Areal belum produktif berupa: – Areal general survey = 500 Ha, Kelas A50. – Areal eksplorasi = 100 Ha, Kelas A49. Areal tidak produktif = 100 Ha, kelas A50. Areal Emplasemen berupa Pabrik 25 Ha Kelas A43, Gudang 2 Ha Kelas A43, Perkantoran 1 Ha Kelas A39, Tangki 10 Ha Kelas A43, Jalan 5 Ha Kelas A43, dan Perumahan 10 Ha Kelas A37. Bangunan berupa Pabrik 5 Ha Kelas A9, Gudang 5.000 m2 Kelas A9, Perkantoran 2.000 m2 Kelas A8, Tangki 5.000 m2 Kelas A7, dan Jalan diperkeras 3 Ha Kelas A9. Hasil penjualan minyak tahun sebelumnya = 1.000.000.000 Hitung PBB terhutang jika NJOPTKP ditetapkan Rp8.000.000,- 12 PBB PERIKANAN PERIKANAN LAUT NJOP areal penangkapan ikan = 10 x hasil bersih setahun NJOP areal pembudidayaan = 8 x hasil bersih setahun. NJOP areal lainnya sesuai dengan SK Kakanwil. PERIKANAN DARAT NJOP areal pembudidayaan = NJOP tanah + Standar Biaya Investasi Tambak menurut jenisnya. NJOP areal lainnya sesuai dengan SK Kakanwil. 13 CONTOH SOAL PBB PERIKANAN PT. Mina Artha, perusahaan tambak udang dgn data sbb: Areal pembudidayaan udang = 100 Ha, Kelas A40. – Standar Biaya Investasi = Rp 5.300.000,- / Ha Areal Emplasemen berupa: – – – – – Kamar pendingin 500 m2 Kelas A37. Gudang 500 m2 Kelas A37. Perkantoran 200 m2 Kelas A37. Jalan diperkeras 8.000 m2 Kelas A39. Perumahan 5.000 m2 Kelas A35. Bangunan berupa: – – – – – Kamar pendingin 400 m2 Kelas A6. Gudang 400 m2 Kelas A9. Perkantoran 150 m2 Kelas A8. Jalan diperkeras 6.000 m2 Kelas A11. Perumahan 2.000 m2 Kelas A7. Hitung PBB terhutang jika NJOPTKP ditetapkan Rp8.000.000,- 14 15