JURNAL EKONOMI DAN BISNIS VOL. 5, No. 2, AGUSTUS 2006 : 157 - 174 PENGARUH PECKING ORDER THEORY DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENDANAAN PADA PERUSAHAAN PERBANKAN INDONESIA A.Sakir Miksalmina Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Abstract This study has aim to identify the influent of pecking order theory in financial decision making in bank with 4 variables. They are total asset turnover, sustainability growth, leverage, and asymmetric information. It it analyzed by Logit Regression Model and nonparametric test Chi-square for 16 banks that listed in BEJ since 2000-2004 with purposive random sampling. The results shows that leverage has significant influent to internal and external fainancial decision related to debt and obligation whereas total asset turnover, sustainability growth, and asymmetric information have not. Hence, pecking order theory concept in financial decision maing in bank is not occur because bank only focus on external source to get financial needed particularly for debt as the main function bank as financial intermediary. Keyword : Pecking Order Theory Perusahaan sebagai entitas ekonomi tidak akan terlepas dari permasalahan pendanaan (financing) yang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pendanaan internal (intern financing) dan pendanaan eksternal (ekstern financing). Pendanaan internal yagn berasal dari arus kas masuk operasional melalui laba ditahan dan pendanaan eksternal berasal dari penjualan sahan dan hutang. Metode pendanaan perusahaan dijabarkan dalam sebuah konsep yang disebut dengan Pecking Order Theory. Teori pendanaan ini pertama kali diperkenalkan oleh Donaldson (1961) dengan konsep awal bahwa perusahaan cenderung menggunakan pendanaan internal dan bila kebutuhan dana kurang maka dipergunakan dana eksternal sebagai tambahannya. Sumber dana eksternal yang digunakan adalah hutang dan penerbitan saham baru sebagai alternatif terakhir yang didasarkan pada biaya penebitan yang ada pada pendanaan eksternal menyebabkan perusahaam mengutamakan pendanaan internal. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Myers (1984) memperjelas konsep pecking order teori karena perusahaan tidak perlu melibatkan pihak ketiga di luar manajemen dan pemegang saham dengan tujuan memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Keputusan pemilihan alternatif pendanaan didasarkan pada keberadaan pemegang saham lama sebagai penyebab pilihan pendanaan perusahaan lebih mengutamakan pendanaan internal. Penerbitan sahan baru akan memperbesar jumlah saham yang beredar sehingga dimungkinkan terjadi penurunan harga saham seperti yagn tergambar dalam penelitian Marsh (1979 dan 1982), Masulis dan Kowar (1986) Mikkelson dan Partch (dalam Brigham dan Gapensky 1996). Selain itu, biaya penerbitan untuk obligasi lebih kecil ketimbang biaya penerbitan saham baru dan tidak mempengaruhi harga saham karena jumlah saham yang beredar relatif tetap. Pengaruh dari informasi asimetris dan signaling yang diterima oleh calon investor JURNAL EKONOMI DAN BISNIS VOL. 5, No. 2, AGUSTUS 2006 : 157 - 174 dapat menciptakan persepsi buruk pada perusahaan sehingga dikhawatirkan terjadi penurunan harga saham. Pendapat yang hampir sama juga dikemukan Husnan (1998) yang menyatakan bahwa perusahaan dalam membentuk struktur modal akan cenderung mengikuti pecking order theory. Teori ini menjelaskan bahwa perusahaan mempunyai urutan preferensi dalam memilih sumber pendanaan, artinya perusahaan akan memilih dana yagn berasal dari hasil operasi (internal funds), kemudian baru diikuti oleh penerbitan obligasi yang tidak berisiko, penerbitan obligasi yagn berisiko (seperti obligasi konversi), dan akhirnya menerbitkan saham baru. Teori ini menjelaskan juga bahwa mengapa hirarkhi pemenuhan kebutuhan dana tersebut akan terjadi, yaitu karena adanya asimetris informasi antara manajemen dan pemegang saham. Penelitian untuk menguji pecking order theory dengan menggunakan variabel yang berbeda dilakukan oleh Klein dan Belt (1995) yang menjelaskan pengaruh pertumbuhan di atas tingkat pertumbuhan berkesinambungan terhadap pemilihan alternatif pendanaan. Hasil yang diperoleh adalah tingkat penjualannya akan mempengaruhi pemilihan alternatif pendanaan perusahaan. Pada tingkat pertumbuhan di atas normal yang tinggi perusahaan bahkan akan cenderung untuk memperbesar pendanaan internal melalui laba ditahan sehingga menjadi sumber pendanaan utama dan terjadi pula kenaikan pendanaan eksternal. Kebijakan dalam keputusan pendanaan (financing decision) dapat diperoleh dari sumber pendanaan dari sumber pendanaan internal berupa laba ditahan dan dari sumber pendanaan eksternal berupa hutang jangka panjang atau penerbitan saham baru. Pendanaan internal dilakukan agar terhindar dari pihak ketiga di luar perusahaan dan terhindar dari reaksi negatif terhadap harga saham perusahaan dan tidak memiliki biaya penerbitan. Keuntungan lain yang diperoleh dari pendanaan internal adalah dapat memperbesar kapasitas meminjam dan memperbesar financial slack dalam bentuk kas, sekuritas yang marketable serta kemampuan menerbitkan sahan baru di kemudian hari (Brealy & Myers 1991). Pendanaan eksternal dengan prioritas pertama penerbitan obligasi atau dalam bentuk hutang jangka panjang karena memiliki biaya penerbitan yang lebih kecil dibanding dengan biaya penerbitan saham baru. Selain itu manajemen terhindar dari informasi asimetris dan signaling yang menyebabkan tanggapan negatif dari para investor baru dan usaha maksimalisasi kekayaan pemegang sahan dengan menghindari penambahan jumlah saham yang beredar yang berarti mencegah jumlah investor baru dan penurunan dividen (Brealy & Myers 1991). Salah satu fenomena pendanaan yang menarik untuk diamati pada perusahaan perbankan adalah bahwa sebahagian besar pendanaan bak berasal dari dana pihak ketiga atau masyarakat yang dihimpunnya melalui rekening tabungan, giro dan deposito. Keputusan pendanaan ini merupakan suatu karakteristik utama yang membedakan keputusan pendanaan industri perbankan dengan pendanaan pada perusahaan secara umum. Kondisi perbankan Indonesia dewasa ini menggambarkan bahwa total aset seluruh perbankan pada akhir tahun 2000 berjumlah Rp. 1.030,5 triliun dengan total permodalan hanya sebesar Rp 53,5 triliun. Pendanaan dari masyarakat atau dana yang diperoleh bank dari pihak ketiga pada akhir tahun 2000 berjunlah Rp. 699,1 tirliun. Dana masyarakat tersebut jika dibandingkan dengan total aset bank yang berjumlah Rp 1.030,5 triliun berarti dana masyarakat menguasai 68% dari besarnya aset, bahkan pada akhir tahun 2002 rasio dana masyarakat terhadap total aset bank naik menjadi 75% (Puspopranoto, 2004). JURNAL EKONOMI DAN BISNIS VOL. 5, No. 2, AGUSTUS 2006 : 157 - 174 Berdasarkan kajian teori dan sejumlah bukti empiris maka daapt dirumuskan hipotesis berikut ini. (1) diduga bahwa sumber dana internal merupakan sumber utama pendanaan perusahaan; (2) diduga bahwa sumber dana eksternal diperlukan jika sumber dana internal mencukupi; (3) diduga bahwa dalam penggunaan dana eksternal, hutang merupakan sumber dana utama; (4) diduga bahwa dalam pemilihan alternatif sumber pendanaan internal perusahaan, faktor pertumbuhan berkesinambungan merupakan faktor dominan; dan (5) diduga bahwa faktor informasi asimetris merupakan faktor utama pemilihan sumber dana hutang dibandingkan dengan penerbitan saham baru dalam pendanaan eksternal. Berdasarkan fenomena tersebut diatas, maka penelitian ini lebih dikhususkan pada perusahaan perbankan dengan menekankan pda pengujian terhadap keputusan pendanaan internal maupun eksternal dan tingkat asimetris informasi yang terjadi pada perusahaan perbankan. Di samping itu, penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya dalam hal waktu penelitian dan pengambilan sampel dikhususkan pada perusahaan perbankan. Metode Penelitian Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang telah go public dan terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Periode pengambilan data selama limga tahun sejak tahun 2000 sampai dengan 2004 dan telah mempublikasikan laporan keuangan per 31 Desember secara terus menerus. Teknik pengambilan sample dilakukan dengan metode purposive random sampling, yaiut cara pemilihan sample yang memenuhi kriteria tertentu sesuai yang dikehendaki peneliti (Sakir, 2002). Kriteria yang dikehendaki peneliti addalah perusahaan industri perbankan yang telah go public sejak tahun 2000 dan sahamnya masih aktif diperdagangkan selama periode tersebut serta mempunyai data laporan keuangan yang lengkap sehingga diperoleh 16 bank yang menjadi sample penelitian dari sejumlah 25 bank yang terdaftar di BEJ. Sumber dan Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan berupa laporan keuangan dari thaun 2000 – 2004 dengan menggunakan teknik pengumpulan data dokumentasi. Sumber data sekunder diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory dan homepage internet yagn dikeluarkan BEJ, seperti www.e-bursa.com dan www.indoexchange.com serta berbagai website lainnya yang relevan dengan penelitian ini. Definisi Operasional Variabel Variabel Dependen Variabel dependen (Y) Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keputusan pemilihan alternatif pendanaan (financing decision) dan konsep pecking order theory yang bersifat non metrik seperti yang dikemukakan oleh Myers (1984), dan Klein & Belt (1995). Variabel Independen (X) Variabel (X1) yaitu total asset turnover (TAT) yang merupakan pengukuran efisiensi perusahaan dengan asumsi yang dapat dikemukakan adalah bahwa perusahaan dengan TAT yang lebih besar, dimana semakin tinggi rasio TAT berarti semakin efisien penggunaan seluruh aktiva dalam menghasilkan penjualan. TAT dapat difomulasikan sebagai berikut : JURNAL EKONOMI DAN BISNIS VOL. 5, No. 2, AGUSTUS 2006 : 157 - 174 TAT = Total penjulan/Total Aset Variabel (X2) yaitu rate of growth abount sustainable (SUSG) yang merupakan tingkat pertumbuhan perusahaan diatas tingkat pertumbuhan berkesinambungan yang dapat didefinisikan seperti dalam penelitian Higging (1989) dengan formula SUSG = ROE x (1-DPR). Dalam hal ini ROE adalah Return on Equity yang diperoleh dari laba bersih dibagi modal sendiri. Sedangkan DPR adalah devidend payout ration atau rasio pembayaran dividen yang diperolah dari dividen dibagi laba bersih. Dengan demikian, SUSG = (Laba bersih/modal sendiri) x (persentase laba ditahan). Variabel (x3) yaiut leverage (lev) yang didefinisikan sebagai penggunaan aktiva atau dana yang menimbulkan beban tetap dari sumber dana eskternal yang berupa penerbitan obligasi dan saham preference dengan beban tetap berbentuk bungan dan deviden. Leverage diukur dengan rasio dari total hutang terhadap nilai buku ekuitas (total debt to book value of equity. Variabel (X4) yaitu Asimetris Informasi (AI) yang dapat digambarkan melalui ukuran perusahaan yang akan mempengaruhi pengambilan keputusan pendanaan perusahaan yang dapat diukur dengan menggunakan Ln penjualan (natural logaritma of sale atau Ln Sale) yang mencerminkna ukuran perusahaan. Dalam hal ini, perusahaan besar cenderung untuk menyebarkan informasi yang mereka miliki kepada publik dengan tujuan untuk meminimalkan tingkat asimetris informasi. Metode Analisis Metode analisis yang digunakan adalah Logit Regression Analysis, yang meliputi : 1. Metoge Logit 1 dipergunakan untuk menguji keputusan pemilihan pendanaan perusahaan dengan sumber dana internal dibanding dengan sumber dana eksternal (internal = 1, eksternal = 0), dengan formula : Ln [(Pint/(1-Pint)] = @o +B1TAT + B2 SUSG + B3 LEV + B4 AI + e 2. Model Logit 2 dipergunakan jika keputusan penggunaan dana eksternal dilakukan dengan menguji keputusan pemilihan pendanaan melalui hutang dibanding dengan menerbitkan saham baru (debt=1 dan equity=0), dengan formula : Ln [(Debt/(1-Debt)] = @o +s1TAT + s2 SUSG + s3 LEV + s4 AI + m Ketetapan model diuji membandingkan antara Chi square hitung dengan Chi square tabel. Untuk menguji pemilihan sumber dana internal dibanding dnegna sumber dana ekstrnal seperti pada hipotesa 1 dan 2 dipergunakan model logit 1. Untuk menguji pemilihan dana dari hutang dibanding dengan penerbitan saham baru pada pemilihan dana eksternal seperti pada hipotesis 3 dan 4 dipergunakan model logit 2. Hasil dan pembahasan Gambaran Umum Industri Perbankan Indonesia Setelah beberapa tahun dilanda krisis ekonomi semenjak paruh kedua 1997, kondisi perbankan Indonesia dewasa ini dapat dilukiskan dalam dua fenomena. Fenomena pertama menggambarkan berbagai karakteristik yang dapat dilihat dari berbagai sudut pandang yang dapat menunjukkan masih beratnya kondisi yang dihadapi dunia perbankan nasional. Secara umum perbankan nasional belum bisa melakukan fungsi intermediasi keuangan secara optimal. Angka loan to deposits ratio (LDR) dari perbankan pada tahun JURNAL EKONOMI DAN BISNIS VOL. 5, No. 2, AGUSTUS 2006 : 157 - 174 2001 hanya beranjak sedikit menjadi 34,4 %, suatu angka yang masih jauh dari kategori sehat sebesar 90%-110%. Dalam rangka restrukturisasi pebankan, hingga akhir tahun 2000 pemerintah sudah mengeluarkan dana Rp 659 triliun, termasuk untuk penjaminan (blanket guarantee) untuk simpanan pihak ketiga dan kreditur di bank-bank yang bermasalah. Di samping itu pemerintah juga telah mengambil langkah yang berani, yaitu melikuidasi 16 bank, membekukan 51 bank, mengambil alih 13 bank dan merekapitulasi 7 bank. Selama tahun 2004, ada 55 bank yang masih memiliki NPL diatas 5% dan perbankan nasional pasca krisis masih sangat tergantung pada pendapatan bunga, khususnya bunga obligasi sebesar 86,58% , pendapatan dari non kredit (free based income) hanya sekitar 50,54% dan hanya 1,18% diperoleh dari kegiatan non operasional. Namun demikian pada fenomena lainnya sudah menampakkan sinyal posiitif, dimana beberapa indikator telah memperlihatkan bahwa perbankan nasional menunjuk ke arah pemulihan yang lebih baik. Fenomena kedua ini dapat dilihat dari berbagai sudut pandang indikator perbankan seperti semakin berkurangnya isu likuidasi perbankan yang terjadi, 88% dari perbankan nasional mempunyai rasio kecukupan modal (CAR) lebih dari 8%, dan pada tahun 2002 tersebut rata-rata rasio CAR bank nasional telah mencapai 21, 96%. Rasio kredit bermasalah (NPL) terhadap total kredit perbankan nasional menurun tajam dari 48,6% tahun 1998 menjadi 7,5% pada tahun 2004. Pulihnya kondisi perbankan juga dpat dilihat aspek sumber daya manusia pebankan, dimana sebagian bank telah mulai merekrut karyawan baru termasuk perekrutan orang asing pada jajaran manajemen dan dewan komisaris. Meningkatkannya pertumbuhan kredit walaupun masih sangat lamban. Hal ini memberikan indikasi bahwa perbankan nasional mulai bangkit dan mulai bergerak pada fungsinya sebagail lembaga intermediasi keuangan, hal mana terlihat dari bertambahnya penyaluran kredit sebesar Rp 39,3 triliun selama semester pertama tahun 2002. Indikator yang menunjukkan sinyal positif lainnya adalah peningkatan ROA dari 1,45% pada Desember 2001 menjadi 2,16% pada juni 2004. Keputusan Pemilihan Sumber Dana Pemilihan sumber dana dalam rangka pendanaan perusahaan merupakan keputusan pemilihan variabel yang dibagi dua antara pendanaan internal dan eksternal. Selanjunya dalam pendanaan eksternal tersebut dilihat lagi apakah perusahaan cenderung menggunakan sumber dana hutang ataupun sumber dana modal saham. Untuk melihat keputusan pemenuhan kebutuhan dana perusahaan industri perbankan Indonesia baik antara sumber internal dan eksternal, maupun dari sumber eksternal yang berupa hutang dengan modal saham dapat ditunjukkan dalam tabel 1 berikut ini. Tabel 1 : Perbandingan Persentase Sumber Pendanaan Perusahaan Perbankan Indonesia Sumber Pendanaan Sumber Pendanaan Eksternal Internal Eksternal Total Hutang Modal Total Saham 5,37% 94,67% 100% 90,19% 9,81% 100% Sumber : Hasil Penelitian (diolah) Berdasarkan tabel 1 diatas terlihat bahwa untuk mendanai kegiatan operasinya perusahaan perbankan menggunakan dana internal sebesar 5,37% dan sisanya 94,67% didanai dengan dana eksternal. Dalam pendanaan eksternal sebesar 90,19% digunakan sumber dana hutang sedangkan 9,81% sisanya didanai dengan menggunakan sumber dana modal saham. Model Logit 1 JURNAL EKONOMI DAN BISNIS VOL. 5, No. 2, AGUSTUS 2006 : 157 - 174 Analisis Sataistik Model logit 1 ini dipergunakan untuk menguji keputusan perusahaan perbankan dalam memilih alternatif sumber pendanaan yang berasal dari sumber dana internal maupun sumber dana eksternal dalam mendanai kegiatan operasinya. Untuk mengukur tingkat ketepatan model dapat dilihat dari uji Chi-square sebagaimana tabel 2 berikut ini Tabel 2 : Hasil Model Logit 1 Dengan Alternatif Sumber Pendanaan Internal dan Eksternal Variabel Beta Std. Eror Signifikansi TAT 1,0211 2,6258 ,06974 SUG -0,0012 0,0049 ,08005 Leverage -0,4358 0,2737 ,00887 AI 0,0087 0,0158 ,05823 Chi-square value = 8,84 df= 3 a=5% X2= 7,81 Sumber : Hasil penelitian (diolah) Estimasi Koefisien Parameter Model Logit 1 Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa pada tingkat a=5% menunjukkan bahwa ketiga variabel yaitu tingkat pertumbuhan berkesinambungan, tingkat perputaran aktiva, dan tingkat asimetris informasi tidak mempunya pengaruh yagn signifikan terhadap pengambilan keputusan pemilihan alternatif pendanaan perusahaan perbankan. Sedangkan satu-satunya variabel yagn mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pemilihan alternatif pendanaan perusahaan perbankan adalah variabel leverage. Model Logit 2 Model logit 2 digunakan untuk menguji keputusan perusahaan perbankan dalam memilih alternatif sumber pendanaan yagn berasal dari sumber dana eksternal yang diperoleh dari sumber dana hutang ataupun sumber dana modal saham. Untuk mengukut tingkat ketepatan model logit 2 ini dapat dilihat dari uji Chi-square sebagaimana tabel 3 berikut ini. Tabel 3 : Hasil Model Logit 1 Dengan Alternatif Sumber Pendanaan Eksternal yang Berupa Sumber Dana Hutang dan Sumber Dana Modal Saham. Variabel Beta Std. Eror Signifikansi TAT 2,1149 3,5292 0,549 SUG 0,0090 0,031 0,7704 Leverage 1,368 0,624 0,0284 AI -0,191 0,0199 0,3368 2 Chi-square= 16,05 df=3 a=5% X = 7,81 Sumber : Hasil Penelitian (diolah) Estimasi Koefisien Parameter Model Logit 2 Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa pada tingkat a=5% terlihat bahwa ketiga variabel yaitu tingkat pertumbuhan berkesinambungan, tingkat perputara aktiva dan tingkat asimetris informasi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pengambilan keputusan pendanaan eksternal perusahaan perbankan. Sedangkan satu-satunya variabel yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pemulihan alternatif pendanaan eksternal perusahaan perbankan adalah variabel leverage. Hasil dan Pembahasan Pendanaan Internal dan Eksternal JURNAL EKONOMI DAN BISNIS VOL. 5, No. 2, AGUSTUS 2006 : 157 - 174 Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa variabel tingkat pertumbuhan berkesinambungan (sustainable growth) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan dalam pemilihan alternatif sumber pendanaan perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa dalam melakukan pemilihan alternatif pendanaan perusahaan perbankan Indonesia kurang mempertimbangkan aspek pertumbuhan berkelanjutan yang mengarah pada kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang. Fenomena keputusan pendanaan pada perusahaan perbankan mempunyai karakteristik khsusus dibandingkan perusahaan lainnya dimana sebagian besar sumber dananya berasal dari sumber eksternal yagn berupa hutang dimana hal ini diakibatkan fungsi utama bank itu sendiri sebgai perantara keuangan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sumber utama pendanaan bank bukanlah berasal dari sumber dana internal seperti hasil pengujian pecking order sebelumya, akan tetapi di perusahaan perbankan sumber utamanya adalah berasal dari sumber eksternal. Variabel tinkat perputaran aktiva juga tidka mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pemilihan alternatif pendanaan perusahaan yang menunjukkan bahwa dalam melakukan pendanaannya perusahaan perbankan kurang memperhitungkan aspek tingkat efisiensi operasi utamanya dalam memanfaatkan keseluruhan aktiva yang dapat memberikan kontribusi pada tingkat penjualan yang dapat menopang peningkatan pendapatan. Demikian juga variabel asimetris informasi, tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pendanaan yagn mengindikasikan bahwa harapan manajer dalam melakukan pemilihan alternatif sumber pendanaan perusahaan perbankan akan sejalan dengan para investor. Namun demikian, hanya terdapat satu variabel yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap pemilihan alternatif sumber pendanaan yaitu variabel leverage. Kondisi ini menggambarkan bahwa perusahaan perbankan dalam melakukan keputusan pendanaan sangat mempertimbangkan faktor adanya beban tetap karena menggunakan dana eksternal. Hal ini sangat beralasan bahwa sebagian besar perusahaan perbankan pada saat diterpa krisi ekonomi beberapa tahun lalu sangat kewalahan dan bahkan pada saat diterpa krisis ekonomi beberapa tahun lalu sangat kewalahan dan bahkan harus dilikuidasi disebabkan makin besarnya beban hutang yang harus ditanggung akibat terdepresiasinya mata uang rupiah terhadap dollar Amerika. Keadaan ini tentunya sangat signifikan bagi perusahaan perbankan dibandingkan jenis perusahan lainnya karena sebagian besar pendanaan perusahaan perbankan bersumber dari hutang pihak ketiga baik dalam bentuk giro, simpanan maupun deposito ditambah lagi sumber eksternal lainnya seperti batuan likuiditas, pinjaman antar bank baik dalam maupun luar negeri, dan dengan cara menerbitkan SBPU di pasar keuangan. Pendanaan Eksternal yang Berasal dari Hutang dan Modal Saham Dalam penggunaan dana eksternal perusahaan cenderung mengutamakan penggunaan sumber dana hutan dibandingkan sumber dana modal saham. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan berusaha untuk selalu menjaga jumlah saham yang beredar dalam jumlah tetap dan jumlah pemegang saham yang relatif tetap pula dengan pertimbangan untuk menjaga tingkat kesejahteraan para pemegang saham lama dapat dipertahankan sehingga dividen yang dibagikan nantinya tidak tersebar pula kepada pemegang saham baru, ditambah lagi tingginya biaya emisi saham baru dibandingkan biaya hutang (cost of debt). Alasan lain yang menyebabkan pemegang saham lama enggan menyetujui pengeluaran saham baru adalah menurunnya keuntungan yang diperoleh pemegang saham lama disebabkan bertambahnya jumlah saham yang beredar. Pemenuhan kebutuhan dana dari sumber eksternal ini juga tidak dipengaruhi oleh variabel tingkat pertumbuhan berkesinambungan apakah mereka menggunakan sumber pendanaan hutang atau modal saham. Dalam hal ini tentunya manajemen sebagai pemegang amanah yagn diberikan pemegang saham lama akan berusaha untuk tidak menambah jumlah saham dengan tujuan untuk tetap menjaga deviden agar tidak menurun bagi pemegang JURNAL EKONOMI DAN BISNIS VOL. 5, No. 2, AGUSTUS 2006 : 157 - 174 saham. Disamping itu, tingkat perputaran aktiva juga tidak berpengaruh dalam pendanaan eksternal ini. Hal ini terjadi keraena perusahaan dalam menggunakan dana hutang cenderung diperngunakan untuk mencapai tingkat penjualan atau pendapatan tertentu dengan menambah aktiva. Begitu juga halnya dengan asimetris informasi yang tidak mempunyai pengaruh terhadap keputusan pendanaan eksernal karena dengan menggunakan sumber dana hutang diharapkan tidak ada tanggapan negatif dari pemegang saham lama yang berimbas pada agency theory yang membuat pemegang saham lama khawatir akan terjadi pengurangan kepentingan mereka dalam pengendalian perusahaan. Namun demikian hanya faktor leverage mempunyai pengaruh terhadap pengambilan keputusan pendanaan eksternal perusahaan. Kondisi ini dimungkinkan karena sumber dana hutang merupakan sumber dana yang palaing mungkin dapat diperoleh pada saat itu disebabkan kecilnya sumber dana internal sedangkan sumber dana dari modal saham relatif sulit diperoleh karena tingginya biaya emisi dan kondisi pasar modal Indonesia yagn masing pada tahap recovery akibat krisis ekonomi sejak pertengahan tahun 1997 serta penggunaan hutang akan menjaidkan beban bunga sebagai biaya pengurangan kena pajak bagi perusahaan. Di samping iut hal ini didukung juga oleh peranan industri perbankan itu sendiri sebagai perantara keuangan (financial intermediary) dimana bank hanya sebagai perusahaan yagn mempertemukan pihka yang kelebihan dana dan pihak yang kekurangan dana yang mana kegiatan ini adalah aktivitas utama bank sehingga sebgaian dana yang berputar dalam kegiatan operasionalnya adalah dana masyarakat. Penutup Kesimpulan Dalam pemilihan keputusan pendanaan internal dan eksternal perusahaan perbankan Indonesia variabel tingkat pertumbungan berkesinambungan, tingkat perputaran aktiva, dan asimetris informasi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan. Sedangkan variabel satusatunya yang berpengaruh secara signifikan adalah tingkat leverage. Faktor leverage ini kerap kali berpengaruh dalam pendanaan perusahaan perbankan Indonesia karena tingkat leverage tersebut berkaitan erat dengan tingkat penggunaan hutang sebagai sumber pendanaan terutama dana masyarakat atau dana pihak ketiga dengan demikian pemilihan alterntif pendanaan pada perusahaan perbankan Indonesia tidak mengarah kepada perilaku konservatif yang sangat dominan dalam pengambilan keputusan pendanaan tersebut adalah faktor tingkat leverage perusahaan. Hal ini mengindikasikan bahwa keputusan pendanaan pada perusahaan perbankan tidak berlaku. Bila ditinjau dari sudut pandang keputusan pendanaan eksternal yagn berupa hutang dan modal saham, ditemukan bahwa perusahaan perbankan Indonesia lebih cenderung menggunakan sumber dana hutang dibandingkan dengan sumber dana modal saham. Variabel yang paling berpengaruh dalam penggunaan sumber dana eksternal dari sumber hutang adalah leverage seabgai beban tetap yagn muncul karena penggunaan seumber dana hutang sebagai salah satu konsekuensi logis dari penggunaan dana eksternal. Hal ini terjadi karena sebagian sumber dana bank berasal dari dana masyarakat yagn berupa giro, deposito dan tabungan sehingga peranan sebagai perantara keuangan menjadi lebih signifikan. Saran Tingkat leverage sebagai biaya yang timbul dari penggunaan dana eksternal harus menjadi perhatian menajemen perusahaan. Terlalu besarnya penggunaan dana hutang selain akan mengakibatkan beban tetap berupa bunga yang akan menganggu likuiditas perusahaan. Dalam melakukan alternatif pemilihan sumber dana perusahaan harus mempertimbangkan tingkat pertumbuhan berkesinambungan berkaitan dengan tujuan perusahaan untuk daapt hidp dan bertahan selama mungkin. Sehingga perusahaan berorientasi jangka panjang diman JURNAL EKONOMI DAN BISNIS VOL. 5, No. 2, AGUSTUS 2006 : 157 - 174 tidak akan mementingkan tingkat keuntungan jangka pendek semata. Dari tingkat perputaran aktiva, perusahaan harus mempertimbangkan tingkat perputaran aktiva sebagai ukuran efisiensi operasi dalam melakukan reinvestment yang digunakan untuk menambah aktiva sebagai usaha untuk meningkatkan pendapatan perusahaan. Terakhir, tingkat asimetris informasi juga harus mendapat perhatian serius manajemen karena dapat mengakibatkan perbedaan persepsi investor terhadap perusahaan sehingga akan berimbas pada penurunan harga saham perusahaan yang bersangkutan yang disebabkan sering terjadinya ketikdaselarasan informasi antara inverstor, calon inverstor dan kreditur. Keterbatasan Penelitian Peneliti ini terbatas hanya melihat pengaruh keputusan pendanaan perusahaan perbankan Indonesia lewat variabel total asset turnover, pertumbuhan berkesinambungan, leverage, dan asimetris informasi padahal dalam mengambil keputusan pendanaan perbankan juga dipengaruhi oleh faktor carpital adequacy ratio (CAR), Non performance Loan (NPL). Oleh karena itu untuk penelitian selanjutnya diharapkan menambah variabel penelitian CAR dan NPL tersebut. Referensi Brigham, Eugen F., dan Gapensky, Louis C., (1996), Intermediate Financial Management, The Dryden Press, Philadelpia, USA Brealey, Richard A., dan Myers, Stewart C., (1991), Principel of Corporate Finance, Fourth Edition, International Edition, McGraw Hill Inc,. New York. Donaldson, Gordon, (1961), Corporate Debt Capacity : A study of Corporate Debt Policy and Determination of Corporate Debt Capacity, Division of Research, Harvard Graduate School of Business Administration, Boston. Gujarati, Damodar, (1997), Ekonometrika Dasar, Cetakan Kelima, (terjemahan), Penerbit Erlangga, Jakarta. Higgins, R. C., (1977), How Much Growth Can A Firm Afford, Financial Management 6: 7 – 12. Higgins, R. C., (1981), Sustainable Growth Under Inflation, Financial Management 10:36-40 Husnan, Suad, (1998), Manajemen Keuangan : Teori dan Penerapan, Edisi 4, BPFE UGM Yogyakarta Klein P., dan Daniel, Belt, Brian, (1995), Sustainable Growth and Choise of Financing : A Test of The Pecking order theory Hypotesis, Review of Financial Economics. Myers, Stepen C., (1984), Capital Structure Puzzle, National Bureau of Economic Research, Massachusetts Myers, S.C., dan Majluf, N. S., (1984), Corporate Financing and Investment Decision When Firm Have Information that Investor Do not Have, Journal of Financing Economics 13:187221 JURNAL EKONOMI DAN BISNIS VOL. 5, No. 2, AGUSTUS 2006 : 157 - 174 Puspopranoto, Sawaldji, (2004), Keuangan Perbankan dan Pasar Keuangan : Konsep, Teori dan Realitas, LP3ES, Jakarta. Sakir, A., (2002), Analisis Reaksi Pasar Modal terhadap Initial Public Offering (IPO) pada Industri Manufaktur di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Wacana, Vol. 5, No.1 . Juli 2002. Program pascasarjana Universitas Brawijaya, Semarang.