BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbicara masalah kebudayaan, pada saat sekarang ini bukanlah hal yang baru lagi. Seperti di ketahui, bangsa Indonesia yang terdiri dari 33 propinsi memiliki beragam kebudayaan pada setiap daerahnya. Namun, tidak ada kebudayaan yang bersifat statis. Pembangunan suatu bangsa yang mengabaikan kebudayaan akan melemahkan sendi-sendi kehidupan bangsa itu. Dari kutipan pidato mantan wakil presiden Try Sutrisno pada Pembukaan Pesta Kesenian Bali 1993 (sumber: http://pasha15las.blog.friendster.com/2007/12) bahwa “pembangunan yang tidak berakar pada nilai fundamental budaya bangsanya, akan berakibat pada hilangnya kepribadian dan jati diri bangsa yang bersangkutan. Bangsa yang demikian pada gilirannya akan runtuh, baik disebabkan kuatnya tekanan pengaruh dari luar, maupun oleh perorangan dari dalam tubuhnya sendiri”. Hal inilah yang sedang terjadi pada kita semua, dimana setiap individu dan setiap generasi melakukan penyesuaian-penyesuaian dengan semua desain kehidupan sesuai dengan kepribadian mereka dan sesuai dengan tuntutan zamannya. Terkadang diperlukan banyak penyesuaian, dan banyak tradisi masa lampau ditinggalkan, karena tidak sesuai dengan tuntutan zaman. Generasi baru tidak hanya mewarisi suatu edisi kebudayaan baru, melainkan suatu versi kebudayaan yang telah direvisi (Maran, 2000: 50). 1 Penyesuaian yang dilakukan pada desain kehidupan akan menyebabkan perubahan terhadap kebudayaan. Menurut Maran (2000: 50), perubahan yang terjadi pada kebudayaan disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, perubahan yang disebabkan oleh perubahan dalam lingkungan alam, misalnya perubahan iklim, kekurangan bahan makanan atau bahan bakar, atau berkurangnya jumlah penduduk. Semua ini memaksa orang untuk beradaptasi. Mereka tidak dapat mempertahankan cara hidup lama, tetapi harus menyesuaikan diri dengan situasi dan tantangan baru. Kedua, perubahan yang disebabkan oleh adanya kontak dengan suatu kelompok masyarakat yang memiliki norma-norma, nilai-nilai, dan teknologi yang berbeda. Kontak budaya bisa terjadi secara damai, bisa juga tidak, bisa dengan sukarela, bisa juga dengan terpaksa, bisa bersifat timbal balik (hubungan perdagangan atau program pertukaran pelajar dan mahasiswa), bisa juga secara sepihak (invasi militer). Ketiga, perubahan yang terjadi karena discovery (penemuan) dan invention (penciptaan bentuk baru). Discovery adalah suatu bentuk penemuan baru yang berupa persepsi mengenai hakikat suatu gejala atau hakikat hubungan antara dua gejala atau lebih. Discovery biasanya membuka pengetahuan baru tentang sesuatu yang pada dasarnya sudah ada. Misalnya, penemuan bahwa bukan matahari yang berputar mengelilingi bumi, melainkan bumilah yang mengelilingi matahari, membawa perubahan besar dalam pemahaman manusia tentang alam semesta. Sedangkan Invention adalah penciptaan bentuk baru dengan 2 mengkombinasikan kembali pengetahuan dan materi-materi yang ada. Misalnya, penciptaan mesin uap, pesawat terbang, satelit, dan sebagainya. Keempat, perubahan yang terjadi karena suatu masyarakat atau suatu bangsa mengadopsi beberapa elemen kebudayaan material yang telah dikembangkan oleh bangsa lain di tempat lain. Pengadopsian elemen-elemen kebudayaan yang bersangkutan dimungkinkan oleh apa yang disebut difusi, yakni proses persebaran unsur-unsur kebudayaan dari masyarakat yang satu ke masyarakat yang lainnya. Melalui difusi, misalnya, teknologi komputer yang dikembangkan oleh bangsa barat diadopsi oleh berbagai bangsa di dunia. Gejala ini menunjukkan adanya interdependensi erat antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain. Pengadopsian semacam ini membawa serta perubahan-perubahan sosial secara mendasar, karena elemen kebudayaan material semacam komputer, mobil, traktor, televisi, dan sebagainya itu bisa mengubah seluruh sistem organisasi sosial. Kelima, perubahan yang terjadi karena suatu bangsa memodifikasi cara hidupnya dengan mengadopsi suatu pengetahuan atau kepercayaan baru, atau karena perubahan dalam pandangan hidup dan konsepsinya tentang realitas. Perubahan ini biasanya berkaitan dengan munculnya pemikiran atau konsep baru dalam bidang filsafat, ilmu pengetahuan, dan agama. Dari faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan inilah, kebudayaan yang seharusnya menjadi bagian dari kehidupan sebelumnya, akan bergeser dengan sendirinya. Berbagai kebudayaan yang telah dimiliki oleh suatu suku bangsa, 3 tidak jarang telah menghilang dari suku bangsa tersebut sehingga menimbulkan budaya-budaya yang baru. Kita sebagai bagian dari suku bangsa yakni bangsa Indonesia haruslah mengembangkan terus kelestarian menjaga budaya kelestarian daerah budaya dapat daerah. dilakukan Dalam melalui pembangunan kebudayaan dan kesenian daerah. Salah satu tujuan pembangunan kebudayaan dan kesenian di suatu daerah adalah untuk mewujudkan jati diri dan identitas masyarakat, melalui pembinaan budaya lokal dan kesenian tradisional sehingga diharapkan mewujudkan kehidupan sosial budaya yang berkepribadian, dinamis, kreatif, dan berdaya tahan terhadap pengaruh negatif globalisasi. Dari setiap suku bangsa di Indonesia, kaya dengan warisan budaya yang dimiliki dan membudaya secara turun-temurun dari generasi kegenerasi dari suku bangsa itu sendiri. Warisan-warisan budaya tersebut dapat berbentuk peninggalan sejarah, kesenian dan upacara-upacara yang sifatnya tradisional yang turun-temurun dari suatu kelompok masyarakat sehingga saat ini masih berkembang pada kelompok suku bangsa di Indonesia. Diantara warisan-warisan budaya yang kita miliki salah satu diantaranya adalah kerajinan tradisional. Kerajinan tradisional merupakan salah satu warisan budaya bangsa yang dibina, dilestarikan dan dikembangkan. Mangkeso (1995: 1) mengemukakan bahwa kerajinan tradisional cukup potensial untuk dijadikan sumber lapangan pekerjaan karena merupakan proses pembuatan berbagai macam barang dengan mengandalkan tangan dan peralatan sederhana dalam lingkungan kelompok masyarakat itu sendiri. 4 Daerah Sulawesi Tenggara yang terdiri dari beberapa suku bangsa, peranan kerajinan tradisional sangat potensial dalam menunjang pembangunan daerah. Adapun kerajinan tradisional yang hingga saat ini masih berkembang antara lain tenun adat, anyaman, perhiasan perak, kerajinan gembol, keramik dan produk kerajinan lainnya. Berbagai hasil kerajinan ini menggunakan bahan baku dari tumbuh-tumbuhan, tanah, logam dan serat. Namun dengan masuk dan berkembangnya budaya-budaya luar, sangat berpengaruh pada keberadaan kerajinan tradisional yang telah ada. Adanya produk-produk luar yang ditawarkan cukup mempengaruhi masyarakat untuk membeli produk-produk luar tersebut. Dengan demikian, kerajianan tradisional yang telah dihasilkan menjadi terabaikan. Sistem fashion yang dijelaskan Setiadi (2003: 340) menekankan pada perkembangan fashion yang berlangsung secara terus menerus pada masyarakat bisa menghasilkan budaya kelas tinggi. Inilah yang sedang terjadi pada masyarakat yang tanpa disadari telah melakukan pergeseran kebudayaannya. Walaupun telah lama terdapat hasil-hasil budaya daerah yang dimiliki ataupun dihasilkan tetapi masyarakat lebih memilih budaya-budaya yang telah di adaptasi dari luar. Salah satu tempat yang merupakan wadah untuk memproduksi maupun medistribusikan hasil-hasil kerajinan tradisional daerah Sulawesi Tenggara yaitu Dewan Kerajinan Nasional (DEKRANAS) Sulawesi Tenggara. DEKRANAS Sultra memiliki peran yang cukup besar dalam memberikan informasi tentang 5 adanya kerajinan tradisional yang telah dihasilkan serta kualitas produk- produk kerajinan tersebut yang tidak kalah dengan produk-produk luar. Dewan Kerajinan Nasional merupakan kawasan atau pusat industri kerajinan rakyat atau industri kecil untuk dapat dikembangkan serta melestarikan dan mempromosikan hasil-hasil kerajinan yang ada di Sulawei Tenggara. Dewan Kerajinan Nasional juga membantu pengrajin dalam memasarkan hasil-hasil produksi mereka. Namun dengan berkembangnya kehidupan masyarakat saat ini menjadikan kurangnya minat serta pengetahuan masyarakat tentang budaya lokal Sulawesi Tenggara dalam hal ini tentang hasil-hasil kerajinan tradisional yang telah diproduksi. Dari permasalahan inilah, peneliti mengangkat judul “Aktivitas Dewan Kerajinan Nasinal (DEKRANAS) Dalam Promosi Budaya Lokal Sulawesi Tenggara”. 1.2 Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang di atas maka penulis dapat menarik permasalahan yaitu: 1. Bagaimana Aktivitas Dewan Kerajinan Nasional (DEKRANAS) Dalam Mempromosikan Budaya Lokal Sulawesi Tenggara. 2. Bagaimana kegiatan promosi budaya lokal yang dilakukan oleh Dewan Kerajinan Nasional (DEKRANAS) Sulawesi Tenggara. 6 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana Aktivitas Dewan Kerajinan Nasional (DEKRANAS) Dalam Mempromosikan Budaya Lokal Sulawesi Tenggara 2. Untuk mengetahui bagaimana kegiatan promosi budaya lokal yang dilakukan oleh Dewan Kerajinan Nasional (DEKRANAS) Sulawesi Tenggara. 1.3.2 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Secara teoritis; hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian dalam rangka pengembangan ilmu komunikasi. 2. Secara praktis; hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada kantor Dewan Kerajinan Nasional (DEKRANAS) dalam mempromosikan budaya-budaya lokal Sulawesi Tenggara. 3. Secara metodologis; hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi kajian dalam rangka pengembangan riset dan bagi mereka yang melakukan penelitian yang sejenis di masa yang akan datang. 7 1.4 Kerangka Pikir Dewan Kerajinan Nasional Daerah (DEKRANASDA) Sulawesi Tenggara merupakan tempat memproduksi, mendistribusikan sekaligus melakukan kegiatan penjualan secara langsung akan hasil-hasil kerajinan dari berbagai daerah di Sulawesi Tenggara. Kegiatan yang dilakukan bertujuan untuk memperkenalkan ataupun mempromosikan hasil-hasil kebudayaan daerah yang ada di Sulawesi Tenggara. Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan, maka teori komunikasi massa merupakan teori yang dianggap tepat untuk membedah permasalahan penelitian. Sebuah badan ataupun perusahaan yang menghasilkan produk memerlukan strategi dalam usaha merebut opini pasar, sebab dengan komunikasi diharapkan produk dari perusahaan tersebut dapat sampai ke pasaran dan mendapat tanggapan dari khalayak atau konsumen berupa tindakan membeli ataupun mengkonsumsi produk yang telah dihasilkan. Komunikasi massa merupakan salah satu proses komunikasi yang berlangsung pada tataran masyarakat luas. Severin dan James (2005: 4) mengemukakan, komunikasi massa adalah komunikasi yang diarahkan kepada audiens yang relatif besar, heterogen, dan anonim. Pesan-pesan yang disebarkan secara umum, sering dijadwalkan untuk bisa mencapai sebanyak mungkin anggota audiens secara serempak dan sifatnya sementara dimana komunikator cenderung berada atau beroperasi dalam sebuah organisasi yang kompleks yang mungkin membutuhkan biaya yang besar. 8 Ardianto dan Lukiati Komala (2005: 31) mengemukakan komunikasi massa sebagai proses dimana organisasi media memproduksi dan menyebarkan pesan kepada publik secara luas dan ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim melalui media cetak maupun elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Melalui media, seorang komunikator akan mampu menyebarluaskan informasi mengenai produk yang dihasilkannya sehingga mampu menarik perhatian masyarakat dalam usaha meningkatkan volume penjualan. Dalam hal ini, komunikator yang dimaksudkan adalah Dewan Kerajinan Nasional yang akan mempromosikan produk-produk kerajinan lokal yang telah diproduksi. Menurut Severin dan James (2005: 13) tujuan teori komunikasi massa adalah: 1. untuk menjelaskan pengaruh-pengaruh komunikasi massa; 2. untuk menjelaskan manfaat komunikasi massa yang digunakan oleh masyarakat; 3. untuk menjelaskan pembelajaran dari media massa; 4. untuk menjelaskan peran media massa dalam pembentukkan pandanganpandangan dan nilai-nilai masyarakat. Dari tujuan teori komunikasi massa inilah, penulis dapat menjelaskan bahwa komunikasi massa sangat berperan dalam kegiatan memperkenalkan produk-produk yang dihasikan oleh suatu perusahaan, dimana melalui media 9 massa dapat dipromosikan berbagai hasil kerajinan tradisional yang telah diproduksi oleh Dewan Kerajinan Nasional (DEKRANAS). Segala kegiatan yang dilakukan dalam memperkenalkan produk-produk baru yang telah dihasilkan sangatlah mengandalkan peranan promosi. Promosi yang dilakukan oleh perusahaan semakin mempertimbangkan bauran promosinya yaitu periklanan, penjualan pribadi, promosi penjualan dan publisitas. Keempat unsur inilah yang akan menentukan dalam kegitan promosi yang akan dilaksanakan oleh Dewan Kerajinan Nasional. Dengan adanya kegiatan promosi yang dilakukan suatu perusahaan, maka pihak konsumen mengetahui dan mengerti dengan baik tentang produk apa yang ditawarkan oleh perusahaan. Kegiatan promosi dilakukan bertujuan untuk memperkenalkan hasil-hasil produk kerajinan yang ada pada kantor DEKRANAS. Promosi menurut Edward L dan William (Winardi, 1992: 148) adalah upaya-upaya yang diinisiasi oleh penjual secara terkoordinasi guna membentuk saluran-saluran informasi dan persuasi guna memajukan penjualan barang atau jasa tertentu, atau penerimaan ide-ide atau pandangan-pandangan tertentu. Dengan adanya kegiatan promosi yang dilakukan perusahaan, maka pihak konsumen mengetahui dan mengerti dengan baik tentang produk apa yang ditawarkan oleh perusahaan. Menurut Setiadi (2003: 253), jenis promosi yang sangat penting adalah 1. Periklanan (Advertising) adalah bentuk komunikasi yang dibayar dimana terjadi proses identifikasi sponsor yang bertujuan untuk membujuk dan 10 mempengaruhi konsumen, menggunakan elemen media massa yang merupakan sarana untuk menyampaikan pesan kepada audiens sasaran dan bersifat non-personal. 2. Penjualan Tatap Muka (Personal Selling) adalah satu-satunya alat promosi yang digunakan untuk berkomunikasi dengan konsumen potensial secara langsung, artinya penjualan tatap muka merupakan aktivitas komunikasi antara produsen yang diwakili oleh tenaga potensial yang melibatkan pikiran dan emosi, serta tentu saja berhadapan langsung dengan konsumen. 3. Promosi Penjualan (Sales Promotion) adalah upaya pemasaran yang bersifat media dan non-media untuk merangsang coba-coba dari konsumen atau untuk memperbaiki kualitas produk. 4. Publisitas atau Hubungan Masyarakat merupakan segala aktifitas yang berhubungan dengan masyarakat yang bertujuan untuk mempengaruhi sehingga perusahaan disukai atau dihormati oleh konstituennya yang dalam kegiatan ini memerlukan keahlian komunikasi agar menghasilkan respon yang diinginkan agar bisa diketahui apakah mendapatkan respon yang negatif atau positif. Secara lengkap, publisitas memuat unsur tindakan, penelitian, komunikasi dan evaluasi. Kombinasi dari keempat variabel diatas sering kita sebut sebagai “promotional mix” (bauran promosi). Lebih lanjut oleh Winardi (1992: 111) mengemukakan bauran promosi adalah kombinasi strategi yang paling baik dari 11 variabel-variabel periklanan, personal selling, dan alat promosi lainnya yang semuanya direncanakan untuk program penjualan. Bauran promosi yang digunakan (Winardi, 1992: 116) tergantung dari aneka macam faktor yaitu: 1. Sumber-sumber daya promosional organisasi yang bersangkutan; 2. Sasaran-sasarannya; 3. Kebijaksanaan-kebijaksanaan organisasi yang bersangkutan; 4. Ciri-ciri dari pasar sasaran yang ada; 5. Ciri-ciri produk yang ditawarkan; 6. Biaya dan ketersediaan metode-metode promosional. Jadi, bauran promosi adalah kombinasi dari personal selling dan promosi penjualan yang digunakan untuk mencapai tujuan dan target yang telah ditetapkan sehingga dalam kegiatan pemasaran berjalan efektif dan efisien. Sesuai dengan teori komunikasi massa yang digunakan, maka kegiatan promosi yang dilakukan oleh Dewan Kerajinan Nasional Sulawesi Tenggara adalah periklanan, promosi penjualan dan publisitas atau hubungan masyarakat. Ketiga kegiatan promosi tersebut masing-masing menggunakan media massa yang berbeda dalam mempromosikan produk yang akan ditawarkan. Dari uraian tersebut diatas mengenai pemanfaatan Dewan Kerajinan Nasional dalam mempromosikan budaya lokal, maka penulis menggambarkan kerangka pikir sebagai dasar berpijak penelitian lebih lanjut: 12 BAGAN KERANGKA PIKIR DEWAN KERAJINAN NASIONAL SULTRA Teori Komunikasi Massa (Severin dan James, 2005: 4) (V. X) Aktivitas DEKRANAS (V.Y) Promosi Budaya Lokal (Setiadi, 2003: 253) Produksi Distribusi Penjualan Bentuk-Bentuk Promosi Periklanan Promosi Penjualan Publisitas 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Massa Terdapat berbagai macam pendapat tentang pengertian komunikasi massa. Ada yang menilai dari segmen khalayaknya, dari segi medianya dan ada pula dari sifat pesannya. Menurut Changara (1998: 35), komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai proses komunikasi yang berlangsung dimana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya masal melalui alat-alat yang bersifat mekanis seperti radio, televisi, surat kabar dan film. Pesan komunikasi massa (Changara, 1998: 36), berlangsung satu arah dan tanggapan baliknya lambat (tertunda) dan sangat terbatas. Tetapi dengan perkembangan teknologi komunikasi yang begitu cepat, khususnya media massa elektronik seperti radio dan televisi maka umpan balik dari khalayak bisa dilakukan dengan cepat kepada penyiar. Selain itu, sifat penyebaran pesan melalui media massa berlangsung begitu cepat, serempak dan luas. Media massa mampu mengatasi jarak dan waktu serta tahan lama bila di dokumentasikan. Menurut Effendy (1998: 50), komunikasi massa ialah penyebaran pesan dengan menggunakan media yang ditujukan kepada massa yang abstrak, yakni sejumlah orang yang tidak tampak oleh si penyampai pesan. Pembaca surat kabar, pendengar radio, penonton televisi dan film tidak tampak oleh si 14 komunikator. Dengan demikian, maka jelas bahwa komunikasi massa atau komunikasi melalui media massa sifatnya “satu arah” (one way trafic). Begitu pesan disebar oleh komunikator, tidak diketahuinya apakah pesan itu diterima, dimengerti, atau dilakukan oleh komunikan. Untuk suksesnya komunikasi massa, kita perlu mengetahui sedikit banyak ciri-ciri komunikasi massa tersebut yang meliputi sifat-sifat unsur yang dicakupnya (Effendy, 1998: 51): 1. Sifat komunikan, komunikasi massa ditujukan kepada khalayak yang jumlahnya relatif besar, heterogen, dan anonim. Pertama, jumlah yang besar dimaksudkan sebagai besarnya jumlah komunikan yang sedang menggunakan media massa tersebut walaupun tidak dalam waktu yang bersamaan. Kedua, komunikan komunikasi massa bersifat heterogen, maksudnya mereka bukan saja berasal dari tempat yang berbeda dan terpencar-pencar letaknya tetapi juga berbeda satu sama lain dalam hal umur, pendidikan, pekerjaan, pengalaman, agama, suku bangsa, dan sebagainya. Ketiga, komunikan komunikasi massa bersifat anonim, dimana komunikator tidak mengenal mereka, sehingga komunikator bukan saja tidak mengenal tetapi komunikator pun tidak tahu apakah pesan yang disampaikan itu menarik perhatian komunikan atau tidak. 2. Sifat media massa, dalam hal ini serempak cepat. Yang dimaksudkan dengan keserempakan adalah kontak antara komunikator dengan komunikan yang demikian besar jumlahnya. Pada saat yang sama media massa dapat membuat 15 khalayak secara serempak menaruh perhatian kepada pesan yang disampaikan seorang komunikator. 3. Sifat pesan, jika melalui media massa maka bersifat umum (public) dan oleh karena itu ditujukan kepada khalayak umum, sehingga lingkungannya menjadi universal, mengenai segala hal dan dari berbagai tempat. Sifat lain dari pesan adalah sejenak (transient), hanya untuk sajian seketika. 4. Sifat komunikator, yaitu komunikator terlembagakan (institutionalized communicator) karena media massa adalah lembaga atau organisasi. 5. Sifat efek, efek komunikasi yang timbul pada komunikan bergantung pada tujuan komunikasi yang dilakukan oleh komunikator. Apakah tujuannya agar komunikan hanya tahu saja, atau agar komunikan berubah sikap dan pandangannya, atau agar komunikan berubah tingkah lakunya. Sedangkan ciri-ciri komunikasi massa menurut Changara (1998: 37) adalah: 1. Sifat pesannya terbuka dengan khalayak yang variatif, baik dari segi usia, agama, suku, pekerjaan, maupun dari segi kebutuhan. 2. Sumber dan penerima di hubungkan oleh saluran yang telah di proses secara mekanik. Dalam hal ini, penulis berasumsi tentang komunikasi massa sebagai komunikasi yang penyampaian informasinya dilakukan melalui media massa yaitu radio, televisi dan surat kabar yang tujuannya agar pesan yang ingin disampaikan oleh komunikannya dapat mencapai khalayak yang jumlahnya tidak 16 terbatas, tidak dapat dilakukan melalui komunikasi secara langsung dan lokasinya sulit untuk dijangkau. 2.2 Konsep Promosi Istilah promosi berasal dari bahasa latin pro berarti “maju”, dan movere berarti “bergerak”. Istilah ini sudah mengandung makna “hidup”. Secara harfiah promosi berarti “ bergerak maju”, dan secara maknawiah berarti “meningkat”. Makna “meningkat” dari istilah promosi bisa berlaku untuk bidang pendidikan, kepegawaian, industri dan perdagangan, dan lain-lain (Effendy, 1992: 148). Promosi adalah salah satu aspek yang penting dalam kegiatan penjualan produk, karena hal tersebut merupakan salah satu cara untuk memperkenalkan suatu produk yang telah dihasilkan kepada konsumen. Dalam hal ini kegiatan promosi yang dilakukan, menitik beratkan pada usaha mempromosikan suatu produk. Jadi, setiap instansi/perusahaan yang ingin meningkatkan volume penjualannya perlu mengadakan promosi. Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang pengertian promosi berikut dikutip beberapa pengertian tentang promosi oleh para ahli, seperti menurut Rachmadi (1994: 35) promosi adalah salah satu dari empat unsur utama dari bauran pemasaran (marketing mix) perusahaan. Sarana promosi yang utama adalah periklanan, promosi penjualan dan publisitas. Setiap unsur punya kelebihan tetapi sering tumpang tindih. Agar semua sarana tersebut terkoordinasi 17 secara efektif, penetapan sasaran komunikasi dengan cermat sangatlah diperlukan. Koeswara (1995: 64), memberikan definisi tentang promosi sebagai semua aktifitas yang ditujukan untuk mendorong calon pembeli mengajukan permintaan. Menurut Suhandang (2004: 135), promosi merupakan upaya peningkatan penjualan dengan memberikan rangsangan atau bujukan yang membangkitkan daya pembelian barang atau jasa. Pendapat lain mengenai promosi yaitu menurut Parkinson (1993: 124) promosi meliputi aktivitas komunikasi lebih dari sekedar iklan, publisitas atau penjualan per pribadi. Aktivitasnya dapat membantu penjual dalam membujuk orang untuk membeli seperti lewat pameran, demonstrasi, stiker atau spanduk dan lain-lain. Berdasarkan pengertian diatas maka promosi merupakan informasi yang diarahkan pada penciptaan pertukaran, termasuk dalam kegiatan promosi periklanan, personal selling, promosi penjualan, publisitas dan sebagainya. Promosi adalah segala sesuatu dengan menyampaikan berita mengenai objek atau barang yang dihasilkan instansi/perusahaan kepada khalayak. Dari definisi-definisi yang dikemukakan diatas, pada dasarnya semua memiliki maksud yang sama, yaitu memperkenalkan suatu produk, baik berupa barang maupun jasa kepada masyarakat sehingga atas kemauannya sendiri, membeli produk yang ditawarkan. 18 Menurut Winardi (1992: 104), peranan promosi adalah berkomunikasi dengan individu-individu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk secara langsung atau tidak langsung membantu pertukaran-pertukaran dengan jalan mempengaruhi salah satu diantara audiens (atau lebih) untuk menerima (membeli) produk yang dihasilkan suatu organisasi. Adapun tujuan promosi menurut Koeswara (1995: 65), adalah: 1. Memberitahukan Produk atau Jasa Promosi untuk tujuan memberitahukan berarti perusahaan memberi penerengan kepada masyarakat tentang adanya produk baru untuk keperluan tertentu. Promosi disini memberitahukan kepada masyarakat tentang kualitas dan kelebihan produk dibandingkan dengan produk yang sudah ada. 2. Membujuk Konsumen Promosi dilakukan untuk membujuk konsumen membeli produk yang sudah memasuki pasar. Masyarakat pembeli diperhatikan sedemikian rupa sehingga mereka dapat melihat manfaat positif dari produk yang sudah memasuki pasar. 3. Mengingatkan Konsumen Kembali Promosi disini bertujuan untuk mengingatkan masyarakat kepada satu produk tertentu yang sudah ada di pasar. Kegiatan mengingatkan ini perlu dilakukan, mengingat saingan-saingan yang terus-menerus bertambah. 19 4. Mengubah Tingkah Laku Konsumen Promosi ini bertujuan untuk mengubah sikap masyarakat yang sudah menyenangi produk tertentu, menjadi pembeli yang menyenangi produk baru yang lain. Bila suatu perusahaan ingin menarik pembeli produk tertentu menjadi pembeli produk perusahaan tersebut, maka perusahaan ini perlu mengadakan promosi. Promosi disini harus dapat mengubah tingkah laku pembeli menjadi pembeli yang menyenangi produk lain yang berbeda dari produk yang dia senangi selama ini. 2.3 Budaya Untuk menerangkan konsep budaya, The International Encyclopedia of the Social Sciences, 1972 (Ndraha, 1997: 42-44) menggunakan dua pendekatan studi Antropologi periode 1900-1950 yaitu (1) pendekatan pola-process yang dibangun oleh Frans Boas (1858-1942) dan dikembangkan oleh Alfred Louis Kroeber (1876-1960), dan (2) pendekatan structural-fungsional yang dikembangkan oleh Bronislaw Malinowski (1884-1942) dan Radcliffe-Brown. Kedua teori itu tercakup didalam definisi budaya dalam arti luas yang meliputi budaya dan kebudayaan menurut Edward Burnett Tylor (1832-1917) adalah: “suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, kesusilaan, hukum, adat istiadat, serta kesanggupan dan kebiasaan lainnya yang dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat. 20 Menurut Widagdho (2003: 18), “budaya” adalah sebagai suatu perkembangan dari kata majemuk budi-daya, yang berarti daya dari budi, karena itu mereka membedakan antara budaya dengan kebudayaan. Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa, dan rasa, dan kebudayaan, adalah hasi dari cipta, karsa, dan rasa tersebut. Tubbs dan Moss (2001: 237) menerangkan tentang budaya sebagai suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi kegenerasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan dan karya seni. Cara anda berpakaian, hubungan anda dengan orang tua dan teman-teman anda, apa yang anda harapkan dari perkawinan dan pekerjaan, makanan yang anda makan, bahasa yang anda gunakan, semuanya itudipengaruhi oleh budaya anda. R. Linton dalam buku “The Cultural background of personality” (Keesing, 1981: 68), menyatakan bahwa kebudayaan adalah konfigurasi dari tingkah laku, yang unsur-unsur pembentukannya didukung serta diteruskan oleh anggota masyarakat tertentu. C. Klukhohn dan W.H. Kelly mencoba merumuskan definisi tentang kebudayaan (Kessing, 1981: 68) sebagai semua rancangan hidup yang tercipta secara historis, baik yang eksplisit maupun implisit, rasional, irasional, dan nonrasional, yang ada pada suatu waktu sebagai pedoman yang potensial untuk perilaku manusia. Binford (1968) dalam Kessing (1981: 323), mengemukakan 21 bahwa budaya adalah semua cara yang bentuknya tidak dibawah kendali keturunan, yang berfungsi membantu penyesuaian individu dan kelompok terhadap masyarakat ekologinya. Beberapa ahli juga mengemukakan pendapatnya tentang kebudayaan (Kessing, 1981: 323): 1. Koentjaraningrat mengatakan kebudayaan adalah keseluruhan manusia dari kelakuan dan hasil kelakuan yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatnya dengan belajar dan semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. 2. Sigi Gazalba, kebudayaan adalah cara berpikir dan merasa yang menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan dari segolongan manusia yang membentuk kesatua sosial dengan suatu ruang dan suatu waktu. 3. M.M. Djojodiguno dalam bukunya Asas-Asas Sosiologi mengatakan bahwa kebudayaan “atau budaya” adalah daya dari budi, yang berupa cipta, karsa, dan rasa. Definisi-definisi diatas kelihatannya berbeda-beda, namun semuanya berprinsip sama, yaitu mengakui adanya ciptaan manusia, meliputi perilaku dan hasil kelakuan manusia, yang diatur oleh tata kelakuan yang diperoleh dengan belajar yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. 22 Maran (2000: 49) mengemukakan ciri-ciri kebudayaan yaitu: 1. Kebudayaan adalah produk manusia. Artinya, kebudayaan adalah ciptaan manusia, bukan ciptaan Tuhan atau Dewa. Manusia adalah pelaku sejarah dan kebudayaannya. 2. Kebudayaan selalu bersifat sosial. Artinya kebudayaan tidak pernah dihasilkan secara individual, melainkan oleh manusia secara bersama. Kebudayaan adalah suatu karya bersama, bukan karya perorangan. 3. Kebudayaan diteruskan lewat proses belajar. Artinya, kebudayaan itu diwariskan dari generasi yang satu kegenerasi yang lainnya melalui suatu proses belajar. Kebudayaan berkembang dari waktu ke waktu karena kemampuan belajar manusia. 4. Kebudayaan bersifat simbolik karena kebudayaan merupakan ekspresi, ungkapan kehadiran manusia. Sebagai ekspresi manusia, kebudayaan itu tidak sama dengan manusia. Kebudayaan disebut simbolik, sebab mengekspresikan manusia dan segala upayanya untuk mewujudkan dirinya. 5. Kebudayaan adalah sistem pemenuhan berbagai kebutuhan manusia. Cara manusia memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya berbeda dengan makhluk lainnya (hewan ataupun tumbuhan). Melihat ciri-ciri kebudayaan yang telah dijabarkan, hasil-hasil kebudayaan yang terdapat pada kantor Dewan Kerajinan Nasional (DEKRANAS) memang merupakan hasil produksi manusia, kerajinan yang telah dihasilkan juga merupakan hasil kerja sama antara beberapa orang pengrajin yang keahliannya 23 tersebut diperoleh melalui proses belajar dan pekerjaan para pengrajin ini memang merupakan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya melalui hasil yang diperoleh dari penjualan produk-produk kerajinan tradisional yang telah diproduksi. Menurut Ndraha (1997: 45-46), fungsi budaya pada umumnya sukar dibedakan dengan fungsi budaya kelompok atau budaya organisasi, karena budaya merupakan gejala sosial. Adapun fungsi budaya adalah: 1. Sebagai identitas dan citra suatu masyarakat. Identitas ini terbentuk oleh berbagai faktor seperti sejarah, kondisi dan sisi geografis, sistem-sistem sosial, politik dan ekonomi, dan perubahan nilai-nilai di dalam masyarakat. Perbedaan dan identitas budaya (kebudayaan) dapat mempengaruhi kebijaksanaan pemerintah di berbagai bidang. 2. Sebagai pengikat suatu masyarakat. Kebersamaan (sharing) adalah faktor pengikat yang kuat seluruh anggota masyarakat. 3. Sebagai sumber. Budaya merupakan sumber inspirasi, kebanggaan, dan sumber daya. Budaya dapat menjadi komoditi ekonomi. 4. Sebagai kekuatan penggerak. Karena jika budaya terbentuk melalui proses belajar mengajar (learning process) maka budaya itu dinamis, resilient, tidak statis, tidak kaku. 5. Sebagai kemampuan untuk membentuk nilai tambah. 6. Sebagai pola perilaku. Budaya berisi norma tingkah laku dan menggariskan batas-batas toleransi sosial. 24 7. Sebagai warisan. Budaya disosialisasikan dan diajarkan kepada generasi berikutnya. 8. Sebagai substitusi (pengganti) formalisasi. 9. Sebagai mekanisme adaptasi terhadap perubahan. Dilihat dari sudut ini, pembangunan seharusnya merupakan proses budaya. 10. Sebagai proses yang menjadikan bangsa kongruen dengan Negara sehingga terbentuk nation-state. 2.4 Budaya Lokal Menurut Endraswara (2003: 4), budaya lokal merupakan keseluruhan hidup manusia yang kompleks, meliputi hukum, seni, moral, adapt istiadat, dan segala kecakapan lain, yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat pada suatu daerah tertentu yang sudah menjadi kebiasaan turun-temurun. Budaya lokal menjadi sesuatu yang berharga dan dapat menjadi cerminan jati diri daerah tersebut. Budaya lokal ini sudah menjadi warisan yang akan terus dilestarikan dan hal ini akan dianggap sesuatu yang tidak terbatas pada hal-hal yang kasat mata tentang manusia melainkan juga menyangkut hal-hal yang abstrak serta akan dianggap sebagai cara dan aturan hidup manusia seperti citacita, nilai, dan tingkah laku. Penulis dapat menjelaskan tentang budaya lokal dimana budaya lokal adalah suatu hasil cipta, rasa, karsa manusia yang dimiliki oleh suatu wilayah 25 ataupun daerah tertentu yang memang dihasilkan langsung dari masyarakat yang berada di daerah tersebut. Sebagai kebudayaan yang telah berlangsung turun-temurun, maka adanya hasil-hasil produksi yang telah dikerjakan oleh para pengrajin dapat dijadikan hasil budaya lokal suatu daerah. Dengan adanya budaya lokal itu sendiri dapat menjadi cerminan jati diri masyarakatnya serta bagaimana perilaku masyarakatnya dalam melestarikan kebudayaannya. 2.5 Promosi Budaya Lokal Lee dan Johnson (2004: 331) mengemukakan, promosi budaya adalah sebuah kegiatan yang bertindak sebagai ajakan, memberikan nilai tambah atau insentif untuk membeli produk hasil ciptaan manusia yang berupa cipta, rasa dan karsa. Setiadi (2003: 333) menjelaskan, promosi budaya merupakan suatu kegiatan dalam memberikan pengetahuan dan penjelasan tentang barang-barang buatan manusia yang diciptakan oleh masyarakat tertentu yang diharapkan terdapat tindakan untuk memiliki hasil buatan manusia yang telah dihasilkan. Promosi budaya lokal yang dilakukan, merupakan suatu upaya untuk memperkenalkan hasil-hasil karya masyarakat. Dalam hal ini, kegiatan promosi yang terjadi mempunyai tujuan agar hasil budaya lokal suatu daerah dapat dikenal dan diketahui serta dapat dimiliki oleh masyarakat. Promosi budaya lokal 26 menjadi salah satu kegiatan yang dapat mengembangkan pembangunan kebudayaan lokal suatu daerah tertentu. 2.6 Sejarah dan Profil Dewan Kerajinan Nasional (DEKRANAS) Kerajinan sebagai suatu perwujudan perpaduan keterampilan untuk menciptakan suatu karya dan nilai keindahan, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu kebudayaan. Kerajinan tersebut tumbuh melalui proses waktu berabad-abad. Tumbuh kembang maupun laju dan merananya kerajinan sebagai warisan yang turun-temurun tergantung dari beberapa faktor. Diantara faktor-faktor yang berpengaruh adalah transformasi masyarakat yang disebabkan oleh teknologi yang semakin modern, minat dan penghargaan masyarakat terhadap barang kerajinan dan keuletan para pengrajin itu sendiri, baik dalam menjaga mutu dan kreatifitas maupun dalam penyediaan produk kerajinan secara berkelanjutan. Dengan disadarinya peranan dan arti penting dari keberadaan ‘industri’ kerajinan sebagai suatu wahana pemerataan pendapatan, penciptaan usaha baru serta upaya pelestarian hasil budaya bangsa, maka celah-celah keberadaannya mulai tersimak dan mengguah tokoh-tokoh masyarakat dari berbagai kalangan, utamanya mereka yang erat kaitannya dengan seni budaya kerajinan itu sendiri, seperti para pecinta/peminat barang-barang seni dan kerajinan, tokoh masyarakat dan para seniman serta para ahli yang menggeluti bidang seni serta kerajinan. 27 Dilandasi kesadaran akan kelangsungan hidup dari kerajinan yang menopang kehidupan berjuta-juta keluarga yang dihadapkan pada kemajuan teknologi industri di satu sisi dan pelestarian nilai budaya bangsa yang harus tercermin dalam produk kerajinan, maka dipandang perlu adanya wadah partisipasi masyarakat bertaraf nasional yang berfungsi membantu dan sebagai mitra pemerintah dalam membina dan mengembangkan kerajinan. Itulah latar belakang berdirinya DEWAN KERAJINAN NASIONAL yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Bersama 2 Menteri, yaitu Menteri Perindustrian dan Menteri Pendididkan dan Kebudayaan, Nomor: 85/M/SK/3/1980 dan Nomor: 072b/P/1980, tanggal 3 Maret 1980 di Jakarta. Untuk mendukung kelancaran kegiatannya di tingkat daerah, dengan dipayungi Surat Menteri Dalam Negeri Nomor: 537/5038/Sospol, tanggal 15 Desember 1981, dibentuklah organisasi DEKRANAS tingkat daerah (DEKRANASDA). Kepengurusan DEKRANASDA dikukuhkan oleh Ketua Umum DEKRANAS atas usulan daerah. Dari sejak berdirinya, perjalanan DEKRANAS sudah cukup panjang dan sudah 5 periode masa bakti kepengurusan. Adapun kepengurusan DEKRANAS masa bakti tahun 2004-2009, sesuai amanat Munas DEKRANAS tanggal 18 April 2005, adalah berdasarkan Surat Keputusan Bersama 6 Menteri, yaitu: Menteri Perindustrian, Menteri Perdagangan, Menteri Dalam Negeri, Menetri Kebudayaan dan Pariwisata, Menteri Negara dan Koperasi dan UKM, serta 28 Menteri Negara BUMN, dan mengalami perubahan yang ditetapkan pada tanggal 27 April 2005 (sumber: http://id.indonesian-craft.com/profile/20/) 2.7 Peran Komunikasi Massa dalam Promosi Kebudayaan Kebudayaan yang dimiliki oleh suatu daerah merupakan aset yang perlu dilestarikan. Dengan adanya media massa dan teknologi yang terus berkembang, sangat menunjang dalam kegiatan pelestarian kebudayaan suatu daerah. Penyebaran informasi yang dilakukan melalui media-media massa tentang kebudayaan daerah, merupakan salah satu cara untuk melestarikan kebudayaan bahkan mengembangkannya. Sean MacBride, ketua komisi masalah-masalah komunikasi UNESCO (1980) mengemukakan beberapa fungsi komunikasi massa (Changara, 1998: 63), yaitu: 1. Informasi; yakni kegiatan untuk mengumpulkan, menyimpan data, fakta dan pesan, opini dan komentar, sehingga orang bisa mengetahui keadaan yang tejadi diluar dirinya, apakah itu dalam lingkungan daerah, nasional atau internasioanal. 2. Sosialisasi; yakni menyediakan dan mengajarkan ilmu pengetahuan bagaimana orang bersikap sesuai nilai-nilai yang ada, serta bertindak sebagai anggota masyarakat secara efektif. 3. Motivasi; yakni mendorong orang untuk mengikuti kemajuan orang lain melalui apa yang mereka baca, lihat, dan dengar melalui media massa. 29 4. Bahan diskusi; menyediakan informasi sebagai bahan diskusi untuk mencapai persetujuan dalam hal perbedaan pendapat mengenai hal-hal yang menyangkut orang banyak. 5. Pendidikan; yakni membuka kesempatan untuk memperoleh pendidikan secara luas, baik untuk pendidikan formal di sekolah maupun untuk diluar sekolah. 6. Memajukan kebudayaan; media massa menyebarluaskan hasil-hasil kebudayaan melalui pertukaran program siaran radio dan televisi, ataukah bahan tercetak seperti buku dan penerbit-penerbit lainnya. Pertukaran ini akan memungkinkan peningkatan daya kreatifitas guna memajukan kebudayaan nasioanal masing-masing negara, serta mempertinggi kerja sama hubungan antar negara. 7. Hiburan; media massa telah menyita banyak waktu luang untuk semua golongan usia dengan difungsikannya sebagai alat hiburan dalam rumah tangga. 8. Integrasi: banyak bangsa di dunia dewasa ini diguncang oleh kepentingankepentingan tertentu karena perbedaan etnis dan ras. Komunikasi seperti satelit dapat dimanfaatkan untuk menjembatani perbedaan-perbedaan itu dalam memupuk dan memperkokoh persatuan bangsa. Dari fungsi komunikasi massa yang telah dijelaskan diatas, terdapat beberapa fungsi yang menjelaskan bagaimana pentingnya komunikasi massa 30 dalam menyebarkan informasi-informasi. Dalam hal ini, komunikasi massa yang dilakukan dapat menjadi sarana untuk memperkenalkan kebudayaan daerah. Fungsi informasi yang dijelaskan, merupakan bagian terpenting dimana kegiatan menginformasikan kebudayaan daerah dapat menambah pengetahuan masyarakat akan adanya kebudayaan. Dengan adanya komunikasi massa, dapat pula memajukan kebudayaan daerah. Kegiatan-kegiatan memperkenalkan kebudayaan daerah yang dilakukan melalui media massa, menjadi salah satu cara untuk melestarikan kebudayaan daerah. Aktivitas di media massa seperti promosi dan periklanan akan kebudayaankebudayaan daerah, secara tidak langsung menjadi sarana untuk melestarikan kebudayaan. Siswanto ( 1992: 42) menjelaskan, kegiatan promosi dan periklanan yang ada di media massa dapat berfungsi menambah penggunaan dari barang atau jasa yang ditawarkan, meniadakan kesan-kesan yang buruk atau negatif tentang barang atau jasa yang diberikan serta memperoleh pengertian dari masyarakat terhadap barang, produksi ataupun jasa yang mungkin “kurang” dari barang atau jasa yang serupa (khususnya pada kebudayaan dapat digunakan untuk memperkenalkan hasil-hasil produk kerajinan lokal yang kurang diketahui oleh masyarakat). Dengan adanya media massa, proses periklanan dapat memenuhi tujuan utamanya yaitu pengenalan produk kepada khalayak. Depari dan Colin (1978: 53) menjelaskan tentang media massa yang dapat memusatkan perhatian, dimana dengan adanya promosi kebudayaan melalui media massa dapat menarik perhatian masyarakat untuk lebih memperhatikan 31 hasil-hasil kebudayaan daerah. Media massa juga mampu menumbuhkan selera, sehingga dengan adanya promosi hasil budaya lokal dapat menumbuhkan minat masyarakat untuk memiliki hasil-hasil kebudayaan yang telah dipromosikan tersebut. 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada kantor Dewan Kerajinan Nasional Sulawesi Tenggara. Pertimbangan diadakan penelitian pada lokasi tersebut, karena melihat Dekranas sebagai salah satu tempat produksi dan penjualan barang-barang kerajinan lokal Sulawesi Tenggara yang kurang mendapatkan perhatian dari masyarakat setempat (dalam hal ini masyarakat Sulawesi Tenggara). 3.2 Populasi dan Informan 3.2.1 Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan/pegawai Dewan Kerajinan Nasional Daerah Sulawesi Tenggara yang berjumlah 32 orang. 3.2.2 Informan Berdasarkan populasi yang ada, maka yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah orang yang mengetahui fokus dari penelitian ini yakni Kepala DEKRANAS sebagai informan kunci (key informan) dan beberapa informan yaitu: 1. Bagian Umum 1 orang 2. Bagian Produksi 1 orang 3. Bagian Penjualan 1 orang 33 3.3 Teknik Penarikan Informan Teknik penarikan informan dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik purposive sampling, pertimbangan bahwa yaitu yang memilih informan bersangkutan secara mengetahui sengaja dan dengan memahami permasalahan penelitian. 3.4 Jenis dan Sumber Data 3.4.1 Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang bersumber dari informan dan lokasi penelitian. Data yang diperoleh akan menjadi data utama dalam pelaksanaan kegiatan penelitian. Selain itu, dibutuhkan data yang berbentuk dokumen baik berupa jumlah atau persentase tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian sebagai data pendukung dalam penelitian ini. 3.4.2 Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh melalui pengamatan langsung pada objek penelitian dengan melakukan pengamatan dan pencatatan melalui informan penelitian. 2. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari kajian pustaka dan bukubuku yang relevan denga penelitian ini 34 3.5 Teknik Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka penulis akan menempuh dengan cara: 1. Observasi, yaitu suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengamati secara langsung di lokasi penelitian untuk mendapatkan data yang valid dan lengkap. 2. Wawancara, yaitu mengadakan tanya jawab kepada informan yang telah ditetapkan dan dilakukan secara mendalam dengan menggunakan pedoman wawancara. 3. Studi kepustakaan, yaitu suatu metode pengumpulan data untuk memperoleh informasi melalui buku-buku literatur, dokumen dan laporan yang diteliti. 3.6 Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan cara mengumpulkan data kemudian data tersebut dianalisis secara Deskriptif Kualitatif, yaitu data-data yang telah diperoleh dapat dijelaskan dengan baik dan jelas. 3.7 Variabel Penelitian Dalam penelitian ini, terdapat dua variabel yaitu 1. Variabel bebas yaitu Aktivitas DEKRANAS, yang disimbolkan dengan (X) 2. Variabel terukat yaitu Promosi budaya lokal, yang disimbolkan dengan (Y) 35 3.8 Operasional Variabel No 1. 2. Variabel X (Independent) Y (Dependent) Sub Variabel Aktivitas DEKRANAS 1. Produksi 2. Distribusi 3. Penjualan Promosi Budaya Lokal 1. Periklanan 2. Promosi penjualan 3. Publisitas Indikator Frekuensi Pelaksanaan Kegiatan Frekuensi Pelaksanaan Kegiatan 3.9 Konseptualisasi Untuk menyeragamkan pengertian, memperjelas pokok-pokok penelitian dan sekaligus membatasi ruang lingkup pembahasan, maka akan dikemukakan beberapa pengertian: 1. Promosi adalah upaya perusahaan untuk mempengaruhi para pelanggan agar mau membeli, mempunyai unsur-unsur pemberian informasi dan mempengaruhi perilaku pelanggan dan bertujuan untuk mempertinggi citra perusahaan atau meningkatkan penjualanproduk perusahaan. Promosi adalah komunikasi, karena penjual adalah pengirim dari suatu pesan penjualan dan pelanggan merupakan penerima pesan tersebut. 2. Produksi adalah kegiatan yang berhubungan dengan usaha untuk menciptakan dan menambah daya guna suatu barang dan jasa yang bertujuan untuk menjaga kesinambungan usaha perusahaan, meningkatkan keuntungan, serta memenuhi kebutuhan masyarakat. 36 3. Distribusi adalah kegiatan yang meningkatkan kegunaan barang dan jasa berdasarkan kegunaan tempat (bilamana barang dan jasa tertentu tersedia dilokasi yang diinginkan oleh konsumen) dan kegunaan waktu (bilamana barang atau jasa tertentu tersedia pada saat yang diinginkan oleh konsumen). 4. Penjualan adalah suatu kegiatan yang dilakukan dalam memasarkan hasilhasil produksi perusahaan dimana terjadi pertukaran dari satu pihak dengan pihak lain baik pertukaran yang sifatnya terbatas maupun yang sifatnya luas dan kompleks. 5. Periklanan adalah setiap bentuk yang dibayar dari penyajian dan promosi non-pribadi dari gagasan, barang atau jasa oleh seorang sponsor tertentu dan memiliki dua unsur penting yaitu pembayaran untuk iklan dan adanya seorang sponsor yang membayarnya serta bertujuan untuk mendorongtingkat penjualan produk dan dengan demikian meningkatkan keuntungan pemasang iklan. 6. Promosi Penjualan adalah suatu kegiatan untuk memotivasi dimana kegiatan ini bukan merupakan penjualan pribadi ataupun iklan namun mengandung cirri-ciri keduanya dan terutama ditujukan untuk tiga kelompok yaitu personil penjualan perusahaan, pedagang-perantara dan konsumen. Alat-alat yang ditujukan pada orang-orang perusahaan dan perantara adalah buku-buku petunjuk penjualan, film-film latihan, pameran, catalog, dan demonstrasi. Jenis utama dari kegiatan promosi penjualan yang ditujukan pada konsumen 37 adalah pameran barang yang dijual, contoh, kupon, premi, dan kontes (perlombaan). 7. Publisitas adalah setiap bentuk dari berita penting atau tajuk rencana yang tidak dibayar, yang mengulas (mengomentari) gagasan, produk, atau lembaga. Publisitas terutama terdiri dari berita yang berbentuk cerita dan penampilan pribadi. 38