Bab I, II, III

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berbicara masalah kebudayaan, pada saat sekarang ini bukanlah hal yang
baru lagi. Seperti di ketahui, bangsa Indonesia yang terdiri dari 33 propinsi
memiliki beragam kebudayaan pada setiap daerahnya. Namun, tidak ada
kebudayaan yang bersifat statis. Pembangunan suatu bangsa yang mengabaikan
kebudayaan akan melemahkan sendi-sendi kehidupan bangsa itu. Dari kutipan
pidato mantan wakil presiden Try Sutrisno pada Pembukaan Pesta Kesenian Bali
1993
(sumber:
http://pasha15las.blog.friendster.com/2007/12)
bahwa
“pembangunan yang tidak berakar pada nilai fundamental budaya bangsanya,
akan berakibat pada hilangnya kepribadian dan jati diri bangsa yang
bersangkutan. Bangsa yang demikian pada gilirannya akan runtuh, baik
disebabkan kuatnya tekanan pengaruh dari luar, maupun oleh perorangan dari
dalam tubuhnya sendiri”.
Hal inilah yang sedang terjadi pada kita semua, dimana setiap individu
dan setiap generasi melakukan penyesuaian-penyesuaian dengan semua desain
kehidupan sesuai dengan kepribadian mereka dan sesuai dengan tuntutan
zamannya. Terkadang diperlukan banyak penyesuaian, dan banyak tradisi masa
lampau ditinggalkan, karena tidak sesuai dengan tuntutan zaman. Generasi baru
tidak hanya mewarisi suatu edisi kebudayaan baru, melainkan suatu versi
kebudayaan yang telah direvisi (Maran, 2000: 50).
1
Penyesuaian yang dilakukan pada desain kehidupan akan menyebabkan
perubahan terhadap kebudayaan. Menurut Maran (2000: 50), perubahan yang
terjadi pada kebudayaan disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, perubahan
yang disebabkan oleh perubahan dalam lingkungan alam, misalnya perubahan
iklim, kekurangan bahan makanan atau bahan bakar, atau berkurangnya jumlah
penduduk. Semua ini memaksa orang untuk beradaptasi. Mereka tidak dapat
mempertahankan cara hidup lama, tetapi harus menyesuaikan diri dengan situasi
dan tantangan baru.
Kedua, perubahan yang disebabkan oleh adanya kontak dengan suatu
kelompok masyarakat yang memiliki norma-norma, nilai-nilai, dan teknologi
yang berbeda. Kontak budaya bisa terjadi secara damai, bisa juga tidak, bisa
dengan sukarela, bisa juga dengan terpaksa, bisa bersifat timbal balik (hubungan
perdagangan atau program pertukaran pelajar dan mahasiswa), bisa juga secara
sepihak (invasi militer).
Ketiga, perubahan yang terjadi karena discovery (penemuan) dan invention
(penciptaan bentuk baru). Discovery adalah suatu bentuk penemuan baru yang
berupa persepsi mengenai hakikat suatu gejala atau hakikat hubungan antara dua
gejala atau lebih. Discovery biasanya membuka pengetahuan baru tentang
sesuatu yang pada dasarnya sudah ada. Misalnya, penemuan bahwa bukan
matahari yang berputar mengelilingi bumi, melainkan bumilah yang mengelilingi
matahari, membawa perubahan besar dalam pemahaman manusia tentang alam
semesta.
Sedangkan Invention adalah penciptaan bentuk baru dengan
2
mengkombinasikan kembali pengetahuan dan materi-materi yang ada. Misalnya,
penciptaan mesin uap, pesawat terbang, satelit, dan sebagainya.
Keempat, perubahan yang terjadi karena suatu masyarakat atau suatu
bangsa mengadopsi beberapa elemen kebudayaan material yang telah
dikembangkan oleh bangsa lain di tempat lain. Pengadopsian elemen-elemen
kebudayaan yang bersangkutan dimungkinkan oleh apa yang disebut difusi,
yakni proses persebaran unsur-unsur kebudayaan dari masyarakat yang satu ke
masyarakat yang lainnya. Melalui difusi, misalnya, teknologi komputer yang
dikembangkan oleh bangsa barat diadopsi oleh berbagai bangsa di dunia. Gejala
ini menunjukkan adanya interdependensi erat antara kebudayaan yang satu
dengan kebudayaan yang lain. Pengadopsian semacam ini membawa serta
perubahan-perubahan sosial secara mendasar, karena elemen kebudayaan
material semacam komputer, mobil, traktor, televisi, dan sebagainya itu bisa
mengubah seluruh sistem organisasi sosial.
Kelima, perubahan yang terjadi karena suatu bangsa memodifikasi cara
hidupnya dengan mengadopsi suatu pengetahuan atau kepercayaan baru, atau
karena perubahan dalam pandangan hidup dan konsepsinya tentang realitas.
Perubahan ini biasanya berkaitan dengan munculnya pemikiran atau konsep baru
dalam bidang filsafat, ilmu pengetahuan, dan agama.
Dari faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan inilah, kebudayaan yang
seharusnya menjadi bagian dari kehidupan sebelumnya, akan bergeser dengan
sendirinya. Berbagai kebudayaan yang telah dimiliki oleh suatu suku bangsa,
3
tidak jarang telah menghilang dari suku bangsa tersebut sehingga menimbulkan
budaya-budaya yang baru. Kita sebagai bagian dari suku bangsa yakni bangsa
Indonesia
haruslah
mengembangkan
terus
kelestarian
menjaga
budaya
kelestarian
daerah
budaya
dapat
daerah.
dilakukan
Dalam
melalui
pembangunan kebudayaan dan kesenian daerah. Salah satu tujuan pembangunan
kebudayaan dan kesenian di suatu daerah adalah untuk mewujudkan jati diri dan
identitas masyarakat, melalui pembinaan budaya lokal dan kesenian tradisional
sehingga diharapkan mewujudkan kehidupan sosial budaya yang berkepribadian,
dinamis, kreatif, dan berdaya tahan terhadap pengaruh negatif globalisasi.
Dari setiap suku bangsa di Indonesia, kaya dengan warisan budaya yang
dimiliki dan membudaya secara turun-temurun dari generasi kegenerasi dari
suku bangsa itu sendiri. Warisan-warisan budaya tersebut dapat berbentuk
peninggalan sejarah, kesenian dan upacara-upacara yang sifatnya tradisional
yang turun-temurun dari suatu kelompok masyarakat sehingga saat ini masih
berkembang pada kelompok suku bangsa di Indonesia. Diantara warisan-warisan
budaya yang kita miliki salah satu diantaranya adalah kerajinan tradisional.
Kerajinan tradisional merupakan salah satu warisan budaya bangsa yang
dibina, dilestarikan dan dikembangkan. Mangkeso (1995: 1) mengemukakan
bahwa kerajinan tradisional cukup potensial untuk dijadikan sumber lapangan
pekerjaan karena merupakan proses pembuatan berbagai macam barang dengan
mengandalkan tangan dan peralatan sederhana dalam lingkungan kelompok
masyarakat itu sendiri.
4
Daerah Sulawesi Tenggara yang terdiri dari beberapa suku bangsa, peranan
kerajinan tradisional sangat potensial dalam menunjang pembangunan daerah.
Adapun kerajinan tradisional yang hingga saat ini masih berkembang antara lain
tenun adat, anyaman, perhiasan perak, kerajinan gembol, keramik dan produk
kerajinan lainnya. Berbagai hasil kerajinan ini menggunakan bahan baku dari
tumbuh-tumbuhan, tanah, logam dan serat.
Namun dengan masuk dan berkembangnya budaya-budaya luar, sangat
berpengaruh pada keberadaan kerajinan tradisional yang telah ada. Adanya
produk-produk luar yang ditawarkan cukup mempengaruhi masyarakat untuk
membeli produk-produk luar tersebut. Dengan demikian, kerajianan tradisional
yang telah dihasilkan menjadi terabaikan.
Sistem fashion yang dijelaskan Setiadi (2003: 340) menekankan pada
perkembangan fashion yang berlangsung secara terus menerus pada masyarakat
bisa menghasilkan budaya kelas tinggi. Inilah yang sedang terjadi pada
masyarakat yang tanpa disadari telah melakukan pergeseran kebudayaannya.
Walaupun telah lama terdapat hasil-hasil budaya daerah yang dimiliki ataupun
dihasilkan tetapi masyarakat lebih memilih budaya-budaya yang telah di adaptasi
dari luar.
Salah satu tempat yang merupakan wadah untuk memproduksi maupun
medistribusikan hasil-hasil kerajinan tradisional daerah Sulawesi Tenggara yaitu
Dewan Kerajinan Nasional (DEKRANAS) Sulawesi Tenggara. DEKRANAS
Sultra memiliki peran yang cukup besar dalam memberikan informasi tentang
5
adanya kerajinan tradisional yang telah dihasilkan serta kualitas produk- produk
kerajinan tersebut yang tidak kalah dengan produk-produk luar. Dewan
Kerajinan Nasional merupakan kawasan atau pusat industri kerajinan rakyat atau
industri
kecil
untuk
dapat
dikembangkan
serta
melestarikan
dan
mempromosikan hasil-hasil kerajinan yang ada di Sulawei Tenggara. Dewan
Kerajinan Nasional juga membantu pengrajin dalam memasarkan hasil-hasil
produksi mereka.
Namun dengan berkembangnya kehidupan masyarakat saat ini menjadikan
kurangnya minat serta pengetahuan masyarakat tentang budaya lokal Sulawesi
Tenggara dalam hal ini tentang hasil-hasil kerajinan tradisional yang telah
diproduksi.
Dari permasalahan inilah, peneliti mengangkat judul “Aktivitas Dewan
Kerajinan Nasinal (DEKRANAS) Dalam Promosi Budaya Lokal Sulawesi
Tenggara”.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas maka penulis dapat menarik
permasalahan yaitu:
1. Bagaimana Aktivitas Dewan Kerajinan Nasional (DEKRANAS) Dalam
Mempromosikan Budaya Lokal Sulawesi Tenggara.
2. Bagaimana kegiatan promosi budaya lokal yang dilakukan oleh Dewan
Kerajinan Nasional (DEKRANAS) Sulawesi Tenggara.
6
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana Aktivitas Dewan Kerajinan Nasional
(DEKRANAS) Dalam Mempromosikan Budaya Lokal Sulawesi
Tenggara
2. Untuk mengetahui bagaimana kegiatan promosi budaya lokal yang
dilakukan oleh Dewan Kerajinan Nasional (DEKRANAS) Sulawesi
Tenggara.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara teoritis; hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan
kajian dalam rangka pengembangan ilmu komunikasi.
2. Secara praktis; hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masukan kepada kantor Dewan Kerajinan Nasional (DEKRANAS)
dalam mempromosikan budaya-budaya lokal Sulawesi Tenggara.
3. Secara metodologis; hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
kajian dalam rangka pengembangan riset dan bagi mereka yang
melakukan penelitian yang sejenis di masa yang akan datang.
7
1.4 Kerangka Pikir
Dewan Kerajinan Nasional Daerah (DEKRANASDA) Sulawesi Tenggara
merupakan tempat memproduksi, mendistribusikan sekaligus melakukan
kegiatan penjualan secara langsung akan hasil-hasil kerajinan dari berbagai
daerah di Sulawesi Tenggara. Kegiatan yang dilakukan bertujuan untuk
memperkenalkan ataupun mempromosikan hasil-hasil kebudayaan daerah yang
ada di Sulawesi Tenggara.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan, maka teori komunikasi
massa merupakan teori yang dianggap tepat untuk membedah permasalahan
penelitian. Sebuah badan ataupun perusahaan yang menghasilkan produk
memerlukan strategi dalam usaha merebut opini pasar, sebab dengan komunikasi
diharapkan produk dari perusahaan tersebut dapat sampai ke pasaran dan
mendapat tanggapan dari khalayak atau konsumen berupa tindakan membeli
ataupun mengkonsumsi produk yang telah dihasilkan.
Komunikasi massa merupakan salah satu proses komunikasi yang
berlangsung pada tataran masyarakat luas. Severin dan James (2005: 4)
mengemukakan, komunikasi massa adalah komunikasi yang diarahkan kepada
audiens yang relatif besar, heterogen, dan anonim. Pesan-pesan yang disebarkan
secara umum, sering dijadwalkan untuk bisa mencapai sebanyak mungkin
anggota audiens secara serempak dan sifatnya sementara dimana komunikator
cenderung berada atau beroperasi dalam sebuah organisasi yang kompleks yang
mungkin membutuhkan biaya yang besar.
8
Ardianto dan Lukiati Komala (2005: 31) mengemukakan komunikasi
massa sebagai proses dimana organisasi media memproduksi dan menyebarkan
pesan kepada publik secara luas dan ditujukan kepada sejumlah khalayak yang
tersebar, heterogen dan anonim melalui media cetak maupun elektronik sehingga
pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.
Melalui media, seorang komunikator akan mampu menyebarluaskan
informasi mengenai produk yang dihasilkannya sehingga mampu menarik
perhatian masyarakat dalam usaha meningkatkan volume penjualan. Dalam hal
ini, komunikator yang dimaksudkan adalah Dewan Kerajinan Nasional yang
akan mempromosikan produk-produk kerajinan lokal yang telah diproduksi.
Menurut Severin dan James (2005: 13) tujuan teori komunikasi massa
adalah:
1. untuk menjelaskan pengaruh-pengaruh komunikasi massa;
2. untuk menjelaskan manfaat komunikasi massa yang digunakan oleh
masyarakat;
3. untuk menjelaskan pembelajaran dari media massa;
4. untuk menjelaskan peran media massa dalam pembentukkan pandanganpandangan dan nilai-nilai masyarakat.
Dari tujuan teori komunikasi massa inilah, penulis dapat menjelaskan
bahwa komunikasi massa sangat berperan dalam kegiatan memperkenalkan
produk-produk yang dihasikan oleh suatu perusahaan, dimana melalui media
9
massa dapat dipromosikan berbagai hasil kerajinan tradisional yang telah
diproduksi oleh Dewan Kerajinan Nasional (DEKRANAS).
Segala kegiatan yang dilakukan dalam memperkenalkan produk-produk
baru yang telah dihasilkan sangatlah mengandalkan peranan promosi. Promosi
yang
dilakukan
oleh
perusahaan
semakin
mempertimbangkan
bauran
promosinya yaitu periklanan, penjualan pribadi, promosi penjualan dan
publisitas. Keempat unsur inilah yang akan menentukan dalam kegitan promosi
yang akan dilaksanakan oleh Dewan Kerajinan Nasional. Dengan adanya
kegiatan promosi yang dilakukan suatu perusahaan, maka pihak konsumen
mengetahui dan mengerti dengan baik tentang produk apa yang ditawarkan oleh
perusahaan.
Kegiatan promosi dilakukan bertujuan untuk memperkenalkan hasil-hasil
produk kerajinan yang ada pada kantor DEKRANAS. Promosi menurut Edward
L dan William (Winardi, 1992: 148) adalah upaya-upaya yang diinisiasi oleh
penjual secara terkoordinasi guna membentuk saluran-saluran informasi dan
persuasi guna memajukan penjualan barang atau jasa tertentu, atau penerimaan
ide-ide atau pandangan-pandangan tertentu. Dengan adanya kegiatan promosi
yang dilakukan perusahaan, maka pihak konsumen mengetahui dan mengerti
dengan baik tentang produk apa yang ditawarkan oleh perusahaan.
Menurut Setiadi (2003: 253), jenis promosi yang sangat penting adalah
1. Periklanan (Advertising) adalah bentuk komunikasi yang dibayar dimana
terjadi proses identifikasi sponsor yang bertujuan untuk membujuk dan
10
mempengaruhi konsumen, menggunakan elemen media massa yang
merupakan sarana untuk menyampaikan pesan kepada audiens sasaran dan
bersifat non-personal.
2. Penjualan Tatap Muka (Personal Selling) adalah satu-satunya alat promosi
yang digunakan untuk berkomunikasi dengan konsumen potensial secara
langsung, artinya penjualan tatap muka merupakan aktivitas komunikasi
antara produsen yang diwakili oleh tenaga potensial yang melibatkan pikiran
dan emosi, serta tentu saja berhadapan langsung dengan konsumen.
3. Promosi Penjualan (Sales Promotion) adalah upaya pemasaran yang bersifat
media dan non-media untuk merangsang coba-coba dari konsumen atau
untuk memperbaiki kualitas produk.
4. Publisitas atau Hubungan Masyarakat merupakan segala aktifitas yang
berhubungan dengan masyarakat yang bertujuan untuk mempengaruhi
sehingga perusahaan disukai atau dihormati oleh konstituennya yang dalam
kegiatan ini memerlukan keahlian komunikasi agar menghasilkan respon
yang diinginkan agar bisa diketahui apakah mendapatkan respon yang negatif
atau positif. Secara lengkap, publisitas memuat unsur tindakan, penelitian,
komunikasi dan evaluasi.
Kombinasi dari keempat variabel diatas sering kita sebut sebagai
“promotional mix” (bauran promosi). Lebih lanjut oleh Winardi (1992: 111)
mengemukakan bauran promosi adalah kombinasi strategi yang paling baik dari
11
variabel-variabel periklanan, personal selling, dan alat promosi lainnya yang
semuanya direncanakan untuk program penjualan.
Bauran promosi yang digunakan (Winardi, 1992: 116) tergantung dari
aneka macam faktor yaitu:
1. Sumber-sumber daya promosional organisasi yang bersangkutan;
2. Sasaran-sasarannya;
3. Kebijaksanaan-kebijaksanaan organisasi yang bersangkutan;
4. Ciri-ciri dari pasar sasaran yang ada;
5. Ciri-ciri produk yang ditawarkan;
6. Biaya dan ketersediaan metode-metode promosional.
Jadi, bauran promosi adalah kombinasi dari personal selling dan promosi
penjualan yang digunakan untuk mencapai tujuan dan target yang telah
ditetapkan sehingga dalam kegiatan pemasaran berjalan efektif dan efisien.
Sesuai dengan teori komunikasi massa yang digunakan, maka kegiatan
promosi yang dilakukan oleh Dewan Kerajinan Nasional Sulawesi Tenggara
adalah periklanan, promosi penjualan dan publisitas atau hubungan masyarakat.
Ketiga kegiatan promosi tersebut masing-masing menggunakan media massa
yang berbeda dalam mempromosikan produk yang akan ditawarkan.
Dari uraian tersebut diatas mengenai pemanfaatan Dewan Kerajinan
Nasional dalam mempromosikan budaya lokal, maka penulis menggambarkan
kerangka pikir sebagai dasar berpijak penelitian lebih lanjut:
12
BAGAN KERANGKA PIKIR
DEWAN KERAJINAN
NASIONAL SULTRA
Teori Komunikasi Massa
(Severin dan James, 2005: 4)
(V. X)
Aktivitas DEKRANAS
(V.Y)
Promosi Budaya Lokal
(Setiadi, 2003: 253)
 Produksi
 Distribusi
 Penjualan
Bentuk-Bentuk Promosi



Periklanan
Promosi Penjualan
Publisitas
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi Massa
Terdapat berbagai macam pendapat tentang pengertian komunikasi massa.
Ada yang menilai dari segmen khalayaknya, dari segi medianya dan ada pula
dari sifat pesannya. Menurut Changara (1998: 35), komunikasi massa dapat
didefinisikan sebagai proses komunikasi yang berlangsung dimana pesannya
dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya masal
melalui alat-alat yang bersifat mekanis seperti radio, televisi, surat kabar dan
film.
Pesan komunikasi massa (Changara, 1998: 36), berlangsung satu arah dan
tanggapan baliknya lambat (tertunda) dan sangat terbatas. Tetapi dengan
perkembangan teknologi komunikasi yang begitu cepat, khususnya media massa
elektronik seperti radio dan televisi maka umpan balik dari khalayak bisa
dilakukan dengan cepat kepada penyiar. Selain itu, sifat penyebaran pesan
melalui media massa berlangsung begitu cepat, serempak dan luas. Media massa
mampu mengatasi jarak dan waktu serta tahan lama bila di dokumentasikan.
Menurut Effendy (1998: 50), komunikasi massa ialah penyebaran pesan
dengan menggunakan media yang ditujukan kepada massa yang abstrak, yakni
sejumlah orang yang tidak tampak oleh si penyampai pesan. Pembaca surat
kabar, pendengar radio, penonton televisi dan film tidak tampak oleh si
14
komunikator. Dengan demikian, maka jelas bahwa komunikasi massa atau
komunikasi melalui media massa sifatnya “satu arah” (one way trafic). Begitu
pesan disebar oleh komunikator, tidak diketahuinya apakah pesan itu diterima,
dimengerti, atau dilakukan oleh komunikan.
Untuk suksesnya komunikasi massa, kita perlu mengetahui sedikit banyak
ciri-ciri komunikasi massa tersebut yang meliputi sifat-sifat unsur yang
dicakupnya (Effendy, 1998: 51):
1. Sifat komunikan, komunikasi massa ditujukan kepada khalayak yang
jumlahnya relatif besar, heterogen, dan anonim. Pertama, jumlah yang besar
dimaksudkan
sebagai
besarnya
jumlah
komunikan
yang
sedang
menggunakan media massa tersebut walaupun tidak dalam waktu yang
bersamaan. Kedua, komunikan komunikasi massa bersifat heterogen,
maksudnya mereka bukan saja berasal dari tempat yang berbeda dan
terpencar-pencar letaknya tetapi juga berbeda satu sama lain dalam hal umur,
pendidikan, pekerjaan, pengalaman, agama, suku bangsa, dan sebagainya.
Ketiga, komunikan komunikasi massa bersifat anonim, dimana komunikator
tidak mengenal mereka, sehingga komunikator bukan saja tidak mengenal
tetapi komunikator pun tidak tahu apakah pesan yang disampaikan itu
menarik perhatian komunikan atau tidak.
2. Sifat media massa, dalam hal ini serempak cepat. Yang dimaksudkan dengan
keserempakan adalah kontak antara komunikator dengan komunikan yang
demikian besar jumlahnya. Pada saat yang sama media massa dapat membuat
15
khalayak secara serempak menaruh perhatian kepada pesan
yang
disampaikan seorang komunikator.
3. Sifat pesan, jika melalui media massa maka bersifat umum (public) dan oleh
karena itu ditujukan kepada khalayak umum, sehingga lingkungannya
menjadi universal, mengenai segala hal dan dari berbagai tempat. Sifat lain
dari pesan adalah sejenak (transient), hanya untuk sajian seketika.
4. Sifat komunikator, yaitu komunikator terlembagakan (institutionalized
communicator) karena media massa adalah lembaga atau organisasi.
5. Sifat efek, efek komunikasi yang timbul pada komunikan bergantung pada
tujuan komunikasi yang dilakukan oleh komunikator. Apakah tujuannya agar
komunikan hanya tahu saja, atau agar komunikan berubah sikap dan
pandangannya, atau agar komunikan berubah tingkah lakunya.
Sedangkan ciri-ciri komunikasi massa menurut Changara (1998: 37)
adalah:
1. Sifat pesannya terbuka dengan khalayak yang variatif, baik dari segi usia,
agama, suku, pekerjaan, maupun dari segi kebutuhan.
2. Sumber dan penerima di hubungkan oleh saluran yang telah di proses secara
mekanik.
Dalam hal ini, penulis berasumsi tentang komunikasi massa sebagai
komunikasi yang penyampaian informasinya dilakukan melalui media massa
yaitu radio, televisi dan surat kabar yang tujuannya agar pesan yang ingin
disampaikan oleh komunikannya dapat mencapai khalayak yang jumlahnya tidak
16
terbatas, tidak dapat dilakukan melalui komunikasi secara langsung dan
lokasinya sulit untuk dijangkau.
2.2 Konsep Promosi
Istilah promosi berasal dari bahasa latin pro berarti “maju”, dan movere
berarti “bergerak”. Istilah ini sudah mengandung makna “hidup”. Secara harfiah
promosi berarti “ bergerak maju”, dan secara maknawiah berarti “meningkat”.
Makna “meningkat” dari istilah promosi bisa berlaku untuk bidang pendidikan,
kepegawaian, industri dan perdagangan, dan lain-lain (Effendy, 1992: 148).
Promosi adalah salah satu aspek yang penting dalam kegiatan penjualan
produk, karena hal tersebut merupakan salah satu cara untuk memperkenalkan
suatu produk yang telah dihasilkan kepada konsumen. Dalam hal ini kegiatan
promosi yang dilakukan, menitik beratkan pada usaha mempromosikan suatu
produk. Jadi, setiap instansi/perusahaan yang ingin meningkatkan volume
penjualannya perlu mengadakan promosi.
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang pengertian promosi
berikut dikutip beberapa pengertian tentang promosi oleh para ahli, seperti
menurut Rachmadi (1994: 35) promosi adalah salah satu dari empat unsur utama
dari bauran pemasaran (marketing mix) perusahaan. Sarana promosi yang utama
adalah periklanan, promosi penjualan dan publisitas. Setiap unsur punya
kelebihan tetapi sering tumpang tindih. Agar semua sarana tersebut terkoordinasi
17
secara efektif, penetapan sasaran komunikasi dengan cermat sangatlah
diperlukan.
Koeswara (1995: 64), memberikan definisi tentang promosi sebagai semua
aktifitas yang ditujukan untuk mendorong calon pembeli mengajukan
permintaan.
Menurut Suhandang (2004: 135), promosi merupakan upaya peningkatan
penjualan dengan memberikan rangsangan atau bujukan yang membangkitkan
daya pembelian barang atau jasa.
Pendapat lain mengenai promosi yaitu menurut Parkinson (1993: 124)
promosi meliputi aktivitas komunikasi lebih dari sekedar iklan, publisitas atau
penjualan per pribadi. Aktivitasnya dapat membantu penjual dalam membujuk
orang untuk membeli seperti lewat pameran, demonstrasi, stiker atau spanduk
dan lain-lain.
Berdasarkan pengertian diatas maka promosi merupakan informasi yang
diarahkan pada penciptaan pertukaran, termasuk dalam kegiatan promosi
periklanan, personal selling, promosi penjualan, publisitas dan sebagainya.
Promosi adalah segala sesuatu dengan menyampaikan berita mengenai objek
atau barang yang dihasilkan instansi/perusahaan kepada khalayak.
Dari definisi-definisi yang dikemukakan diatas, pada dasarnya semua
memiliki maksud yang sama, yaitu memperkenalkan suatu produk, baik berupa
barang maupun jasa kepada masyarakat sehingga atas kemauannya sendiri,
membeli produk yang ditawarkan.
18
Menurut Winardi (1992: 104), peranan promosi adalah berkomunikasi
dengan individu-individu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk
secara langsung atau tidak langsung membantu pertukaran-pertukaran dengan
jalan mempengaruhi salah satu diantara audiens (atau lebih) untuk menerima
(membeli) produk yang dihasilkan suatu organisasi.
Adapun tujuan promosi menurut Koeswara (1995: 65), adalah:
1. Memberitahukan Produk atau Jasa
Promosi untuk tujuan memberitahukan berarti perusahaan memberi
penerengan kepada masyarakat tentang adanya produk baru untuk keperluan
tertentu. Promosi disini memberitahukan kepada masyarakat tentang kualitas
dan kelebihan produk dibandingkan dengan produk yang sudah ada.
2. Membujuk Konsumen
Promosi dilakukan untuk membujuk konsumen membeli produk yang sudah
memasuki pasar. Masyarakat pembeli diperhatikan sedemikian rupa sehingga
mereka dapat melihat manfaat positif dari produk yang sudah memasuki
pasar.
3. Mengingatkan Konsumen Kembali
Promosi disini bertujuan untuk mengingatkan masyarakat kepada satu produk
tertentu yang sudah ada di pasar. Kegiatan mengingatkan ini perlu dilakukan,
mengingat saingan-saingan yang terus-menerus bertambah.
19
4. Mengubah Tingkah Laku Konsumen
Promosi ini bertujuan untuk mengubah sikap masyarakat yang sudah
menyenangi produk tertentu, menjadi pembeli yang menyenangi produk baru
yang lain. Bila suatu perusahaan ingin menarik pembeli produk tertentu
menjadi pembeli produk perusahaan tersebut, maka perusahaan ini perlu
mengadakan promosi. Promosi disini harus dapat mengubah tingkah laku
pembeli menjadi pembeli yang menyenangi produk lain yang berbeda dari
produk yang dia senangi selama ini.
2.3 Budaya
Untuk menerangkan konsep budaya, The International Encyclopedia of the
Social Sciences, 1972 (Ndraha, 1997: 42-44) menggunakan dua pendekatan studi
Antropologi periode 1900-1950 yaitu (1) pendekatan pola-process yang
dibangun oleh Frans Boas (1858-1942) dan dikembangkan oleh Alfred Louis
Kroeber
(1876-1960),
dan
(2)
pendekatan
structural-fungsional
yang
dikembangkan oleh Bronislaw Malinowski (1884-1942) dan Radcliffe-Brown.
Kedua teori itu tercakup didalam definisi budaya dalam arti luas yang meliputi
budaya dan kebudayaan menurut Edward Burnett Tylor (1832-1917) adalah:
“suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni,
kesusilaan, hukum, adat istiadat, serta kesanggupan dan kebiasaan lainnya yang
dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
20
Menurut Widagdho (2003: 18), “budaya” adalah sebagai suatu
perkembangan dari kata majemuk budi-daya, yang berarti daya dari budi, karena
itu mereka membedakan antara budaya dengan kebudayaan. Budaya adalah daya
dari budi yang berupa cipta, karsa, dan rasa, dan kebudayaan, adalah hasi dari
cipta, karsa, dan rasa tersebut.
Tubbs dan Moss (2001: 237) menerangkan tentang budaya sebagai suatu
cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang
dan diwariskan dari generasi kegenerasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur
yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas,
pakaian, bangunan dan karya seni. Cara anda berpakaian, hubungan anda dengan
orang tua dan teman-teman anda, apa yang anda harapkan dari perkawinan dan
pekerjaan, makanan yang anda makan, bahasa yang anda gunakan, semuanya
itudipengaruhi oleh budaya anda.
R. Linton dalam buku “The Cultural background of personality” (Keesing,
1981: 68), menyatakan bahwa kebudayaan adalah konfigurasi dari tingkah laku,
yang unsur-unsur pembentukannya didukung serta diteruskan oleh anggota
masyarakat tertentu.
C. Klukhohn dan W.H. Kelly mencoba merumuskan definisi tentang
kebudayaan (Kessing, 1981: 68) sebagai semua rancangan hidup yang tercipta
secara historis, baik yang eksplisit maupun implisit, rasional, irasional, dan
nonrasional, yang ada pada suatu waktu sebagai pedoman yang potensial untuk
perilaku manusia. Binford (1968) dalam Kessing (1981: 323), mengemukakan
21
bahwa budaya adalah semua cara yang bentuknya tidak dibawah kendali
keturunan, yang berfungsi membantu penyesuaian individu dan kelompok
terhadap masyarakat ekologinya.
Beberapa ahli juga mengemukakan pendapatnya tentang kebudayaan
(Kessing, 1981: 323):
1. Koentjaraningrat mengatakan kebudayaan adalah keseluruhan manusia dari
kelakuan dan hasil kelakuan yang teratur oleh tata kelakuan yang harus
didapatnya dengan belajar dan semuanya tersusun dalam kehidupan
masyarakat.
2. Sigi Gazalba, kebudayaan adalah cara berpikir dan merasa yang menyatakan
diri dalam seluruh segi kehidupan dari segolongan manusia yang membentuk
kesatua sosial dengan suatu ruang dan suatu waktu.
3. M.M. Djojodiguno dalam bukunya Asas-Asas Sosiologi mengatakan bahwa
kebudayaan “atau budaya” adalah daya dari budi, yang berupa cipta, karsa,
dan rasa.
Definisi-definisi diatas kelihatannya berbeda-beda, namun semuanya
berprinsip sama, yaitu mengakui adanya ciptaan manusia, meliputi perilaku dan
hasil kelakuan manusia, yang diatur oleh tata kelakuan yang diperoleh dengan
belajar yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat.
22
Maran (2000: 49) mengemukakan ciri-ciri kebudayaan yaitu:
1. Kebudayaan adalah produk manusia. Artinya, kebudayaan adalah ciptaan
manusia, bukan ciptaan Tuhan atau Dewa. Manusia adalah pelaku sejarah
dan kebudayaannya.
2. Kebudayaan selalu bersifat sosial. Artinya kebudayaan tidak pernah
dihasilkan secara individual, melainkan oleh manusia secara bersama.
Kebudayaan adalah suatu karya bersama, bukan karya perorangan.
3. Kebudayaan diteruskan lewat proses belajar. Artinya, kebudayaan itu
diwariskan dari generasi yang satu kegenerasi yang lainnya melalui suatu
proses belajar. Kebudayaan berkembang dari waktu ke waktu karena
kemampuan belajar manusia.
4. Kebudayaan bersifat simbolik karena kebudayaan merupakan ekspresi,
ungkapan kehadiran manusia. Sebagai ekspresi manusia, kebudayaan itu
tidak sama dengan manusia. Kebudayaan disebut simbolik, sebab
mengekspresikan manusia dan segala upayanya untuk mewujudkan dirinya.
5. Kebudayaan adalah sistem pemenuhan berbagai kebutuhan manusia. Cara
manusia memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya berbeda dengan makhluk
lainnya (hewan ataupun tumbuhan).
Melihat ciri-ciri kebudayaan yang telah dijabarkan, hasil-hasil kebudayaan
yang terdapat pada kantor Dewan Kerajinan Nasional (DEKRANAS) memang
merupakan hasil produksi manusia, kerajinan yang telah dihasilkan juga
merupakan hasil kerja sama antara beberapa orang pengrajin yang keahliannya
23
tersebut diperoleh melalui proses belajar dan pekerjaan para pengrajin ini
memang merupakan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
hidupnya melalui hasil yang diperoleh dari penjualan produk-produk kerajinan
tradisional yang telah diproduksi.
Menurut Ndraha (1997: 45-46), fungsi budaya pada umumnya sukar
dibedakan dengan fungsi budaya kelompok atau budaya organisasi, karena
budaya merupakan gejala sosial. Adapun fungsi budaya adalah:
1. Sebagai identitas dan citra suatu masyarakat. Identitas ini terbentuk oleh
berbagai faktor seperti sejarah, kondisi dan sisi geografis, sistem-sistem
sosial, politik dan ekonomi, dan perubahan nilai-nilai di dalam masyarakat.
Perbedaan dan identitas budaya (kebudayaan) dapat mempengaruhi
kebijaksanaan pemerintah di berbagai bidang.
2. Sebagai pengikat suatu masyarakat. Kebersamaan (sharing) adalah faktor
pengikat yang kuat seluruh anggota masyarakat.
3. Sebagai sumber. Budaya merupakan sumber inspirasi, kebanggaan, dan
sumber daya. Budaya dapat menjadi komoditi ekonomi.
4. Sebagai kekuatan penggerak. Karena jika budaya terbentuk melalui proses
belajar mengajar (learning process) maka budaya itu dinamis, resilient, tidak
statis, tidak kaku.
5. Sebagai kemampuan untuk membentuk nilai tambah.
6. Sebagai pola perilaku. Budaya berisi norma tingkah laku dan menggariskan
batas-batas toleransi sosial.
24
7. Sebagai warisan. Budaya disosialisasikan dan diajarkan kepada generasi
berikutnya.
8. Sebagai substitusi (pengganti) formalisasi.
9. Sebagai mekanisme adaptasi terhadap perubahan. Dilihat dari sudut ini,
pembangunan seharusnya merupakan proses budaya.
10. Sebagai proses yang menjadikan bangsa kongruen dengan Negara sehingga
terbentuk nation-state.
2.4 Budaya Lokal
Menurut Endraswara (2003: 4), budaya lokal merupakan keseluruhan
hidup manusia yang kompleks, meliputi hukum, seni, moral, adapt istiadat, dan
segala kecakapan lain, yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat pada
suatu daerah tertentu yang sudah menjadi kebiasaan turun-temurun.
Budaya lokal menjadi sesuatu yang berharga dan dapat menjadi cerminan
jati diri daerah tersebut. Budaya lokal ini sudah menjadi warisan yang akan terus
dilestarikan dan hal ini akan dianggap sesuatu yang tidak terbatas pada hal-hal
yang kasat mata tentang manusia melainkan juga menyangkut hal-hal yang
abstrak serta akan dianggap sebagai cara dan aturan hidup manusia seperti citacita, nilai, dan tingkah laku.
Penulis dapat menjelaskan tentang budaya lokal dimana budaya lokal
adalah suatu hasil cipta, rasa, karsa manusia yang dimiliki oleh suatu wilayah
25
ataupun daerah tertentu yang memang dihasilkan langsung dari masyarakat yang
berada di daerah tersebut.
Sebagai kebudayaan yang telah berlangsung turun-temurun, maka adanya
hasil-hasil produksi yang telah dikerjakan oleh para pengrajin dapat dijadikan
hasil budaya lokal suatu daerah. Dengan adanya budaya lokal itu sendiri dapat
menjadi
cerminan
jati
diri
masyarakatnya
serta
bagaimana
perilaku
masyarakatnya dalam melestarikan kebudayaannya.
2.5 Promosi Budaya Lokal
Lee dan Johnson (2004: 331) mengemukakan, promosi budaya adalah
sebuah kegiatan yang bertindak sebagai ajakan, memberikan nilai tambah atau
insentif untuk membeli produk hasil ciptaan manusia yang berupa cipta, rasa dan
karsa.
Setiadi (2003: 333) menjelaskan, promosi budaya merupakan suatu
kegiatan dalam memberikan pengetahuan dan penjelasan tentang barang-barang
buatan manusia yang diciptakan oleh masyarakat tertentu yang diharapkan
terdapat tindakan untuk memiliki hasil buatan manusia yang telah dihasilkan.
Promosi budaya lokal yang dilakukan, merupakan suatu upaya untuk
memperkenalkan hasil-hasil karya masyarakat. Dalam hal ini, kegiatan promosi
yang terjadi mempunyai tujuan agar hasil budaya lokal suatu daerah dapat
dikenal dan diketahui serta dapat dimiliki oleh masyarakat. Promosi budaya lokal
26
menjadi salah satu kegiatan yang dapat mengembangkan pembangunan
kebudayaan lokal suatu daerah tertentu.
2.6 Sejarah dan Profil Dewan Kerajinan Nasional (DEKRANAS)
Kerajinan sebagai suatu perwujudan perpaduan keterampilan untuk
menciptakan suatu karya dan nilai keindahan, merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari suatu kebudayaan. Kerajinan tersebut tumbuh melalui proses
waktu berabad-abad. Tumbuh kembang maupun laju dan merananya kerajinan
sebagai warisan yang turun-temurun tergantung dari beberapa faktor. Diantara
faktor-faktor yang berpengaruh adalah transformasi masyarakat yang disebabkan
oleh teknologi yang semakin modern, minat dan penghargaan masyarakat
terhadap barang kerajinan dan keuletan para pengrajin itu sendiri, baik dalam
menjaga mutu dan kreatifitas maupun dalam penyediaan produk kerajinan secara
berkelanjutan.
Dengan disadarinya peranan dan arti penting dari keberadaan ‘industri’
kerajinan sebagai suatu wahana pemerataan pendapatan, penciptaan usaha baru
serta upaya pelestarian hasil budaya bangsa, maka celah-celah keberadaannya
mulai tersimak dan mengguah tokoh-tokoh masyarakat dari berbagai kalangan,
utamanya mereka yang erat kaitannya dengan seni budaya kerajinan itu sendiri,
seperti para pecinta/peminat barang-barang seni dan kerajinan, tokoh masyarakat
dan para seniman serta para ahli yang menggeluti bidang seni serta kerajinan.
27
Dilandasi kesadaran akan kelangsungan hidup dari kerajinan yang
menopang kehidupan berjuta-juta keluarga yang dihadapkan pada kemajuan
teknologi industri di satu sisi dan pelestarian nilai budaya bangsa yang harus
tercermin dalam produk kerajinan, maka dipandang perlu adanya wadah
partisipasi masyarakat bertaraf nasional yang berfungsi membantu dan sebagai
mitra pemerintah dalam membina dan mengembangkan kerajinan. Itulah latar
belakang berdirinya DEWAN KERAJINAN NASIONAL yang dibentuk
berdasarkan Surat Keputusan Bersama 2 Menteri, yaitu Menteri Perindustrian
dan Menteri Pendididkan dan Kebudayaan, Nomor: 85/M/SK/3/1980 dan
Nomor: 072b/P/1980, tanggal 3 Maret 1980 di Jakarta.
Untuk mendukung kelancaran kegiatannya di tingkat daerah, dengan
dipayungi Surat Menteri Dalam Negeri Nomor: 537/5038/Sospol, tanggal 15
Desember
1981,
dibentuklah
organisasi
DEKRANAS
tingkat
daerah
(DEKRANASDA). Kepengurusan DEKRANASDA dikukuhkan oleh Ketua
Umum DEKRANAS atas usulan daerah.
Dari sejak berdirinya, perjalanan DEKRANAS sudah cukup panjang dan
sudah 5 periode masa bakti kepengurusan. Adapun kepengurusan DEKRANAS
masa bakti tahun 2004-2009, sesuai amanat Munas DEKRANAS tanggal 18
April 2005, adalah berdasarkan Surat Keputusan Bersama 6 Menteri, yaitu:
Menteri Perindustrian, Menteri Perdagangan, Menteri Dalam Negeri, Menetri
Kebudayaan dan Pariwisata, Menteri Negara dan Koperasi dan UKM, serta
28
Menteri Negara BUMN, dan mengalami perubahan yang ditetapkan pada tanggal
27 April 2005 (sumber: http://id.indonesian-craft.com/profile/20/)
2.7 Peran Komunikasi Massa dalam Promosi Kebudayaan
Kebudayaan yang dimiliki oleh suatu daerah merupakan aset yang perlu
dilestarikan. Dengan adanya media massa dan teknologi yang terus berkembang,
sangat menunjang dalam kegiatan pelestarian kebudayaan suatu daerah.
Penyebaran informasi yang dilakukan melalui media-media massa tentang
kebudayaan daerah, merupakan salah satu cara untuk melestarikan kebudayaan
bahkan mengembangkannya.
Sean MacBride, ketua komisi masalah-masalah komunikasi UNESCO
(1980) mengemukakan beberapa fungsi komunikasi massa (Changara, 1998: 63),
yaitu:
1. Informasi; yakni kegiatan untuk mengumpulkan, menyimpan data, fakta dan
pesan, opini dan komentar, sehingga orang bisa mengetahui keadaan yang
tejadi diluar dirinya, apakah itu dalam lingkungan daerah, nasional atau
internasioanal.
2. Sosialisasi; yakni menyediakan dan mengajarkan ilmu pengetahuan
bagaimana orang bersikap sesuai nilai-nilai yang ada, serta bertindak sebagai
anggota masyarakat secara efektif.
3. Motivasi; yakni mendorong orang untuk mengikuti kemajuan orang lain
melalui apa yang mereka baca, lihat, dan dengar melalui media massa.
29
4. Bahan diskusi; menyediakan informasi sebagai bahan diskusi untuk mencapai
persetujuan dalam hal perbedaan pendapat mengenai hal-hal yang
menyangkut orang banyak.
5. Pendidikan; yakni membuka kesempatan untuk memperoleh pendidikan
secara luas, baik untuk pendidikan formal di sekolah maupun untuk diluar
sekolah.
6. Memajukan
kebudayaan;
media
massa
menyebarluaskan
hasil-hasil
kebudayaan melalui pertukaran program siaran radio dan televisi, ataukah
bahan tercetak seperti buku dan penerbit-penerbit lainnya. Pertukaran ini
akan memungkinkan peningkatan daya kreatifitas guna memajukan
kebudayaan nasioanal masing-masing negara, serta mempertinggi kerja sama
hubungan antar negara.
7. Hiburan; media massa telah menyita banyak waktu luang untuk semua
golongan usia dengan difungsikannya sebagai alat hiburan dalam rumah
tangga.
8. Integrasi: banyak bangsa di dunia dewasa ini diguncang oleh kepentingankepentingan tertentu karena perbedaan etnis dan ras. Komunikasi seperti
satelit dapat dimanfaatkan untuk menjembatani perbedaan-perbedaan itu
dalam memupuk dan memperkokoh persatuan bangsa.
Dari fungsi komunikasi massa yang telah dijelaskan diatas, terdapat
beberapa fungsi yang menjelaskan bagaimana pentingnya komunikasi massa
30
dalam menyebarkan informasi-informasi. Dalam hal ini, komunikasi massa yang
dilakukan dapat menjadi sarana untuk memperkenalkan kebudayaan daerah.
Fungsi informasi yang dijelaskan, merupakan bagian terpenting dimana
kegiatan menginformasikan kebudayaan daerah dapat menambah pengetahuan
masyarakat akan adanya kebudayaan. Dengan adanya komunikasi massa, dapat
pula memajukan kebudayaan daerah. Kegiatan-kegiatan memperkenalkan
kebudayaan daerah yang dilakukan melalui media massa, menjadi salah satu cara
untuk melestarikan kebudayaan daerah.
Aktivitas di media massa seperti promosi dan periklanan akan kebudayaankebudayaan daerah, secara tidak langsung menjadi sarana untuk melestarikan
kebudayaan. Siswanto ( 1992: 42) menjelaskan, kegiatan promosi dan periklanan
yang ada di media massa dapat berfungsi menambah penggunaan dari barang
atau jasa yang ditawarkan, meniadakan kesan-kesan yang buruk atau negatif
tentang barang atau jasa yang diberikan serta memperoleh pengertian dari
masyarakat terhadap barang, produksi ataupun jasa yang mungkin “kurang” dari
barang atau jasa yang serupa (khususnya pada kebudayaan dapat digunakan
untuk memperkenalkan hasil-hasil produk kerajinan lokal yang kurang diketahui
oleh masyarakat). Dengan adanya media massa, proses periklanan dapat
memenuhi tujuan utamanya yaitu pengenalan produk kepada khalayak.
Depari dan Colin (1978: 53) menjelaskan tentang media massa yang dapat
memusatkan perhatian, dimana dengan adanya promosi kebudayaan melalui
media massa dapat menarik perhatian masyarakat untuk lebih memperhatikan
31
hasil-hasil kebudayaan daerah. Media massa juga mampu menumbuhkan selera,
sehingga dengan adanya promosi hasil budaya lokal dapat menumbuhkan minat
masyarakat untuk memiliki hasil-hasil kebudayaan yang telah dipromosikan
tersebut.
32
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada kantor Dewan Kerajinan Nasional
Sulawesi Tenggara. Pertimbangan diadakan penelitian pada lokasi tersebut,
karena melihat Dekranas sebagai salah satu tempat produksi dan penjualan
barang-barang kerajinan lokal Sulawesi Tenggara yang kurang mendapatkan
perhatian dari masyarakat setempat (dalam hal ini masyarakat Sulawesi
Tenggara).
3.2 Populasi dan Informan
3.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan/pegawai
Dewan Kerajinan Nasional Daerah Sulawesi Tenggara yang berjumlah 32
orang.
3.2.2 Informan
Berdasarkan populasi yang ada, maka yang menjadi informan dalam
penelitian ini adalah orang yang mengetahui fokus dari penelitian ini yakni
Kepala DEKRANAS sebagai informan kunci (key informan) dan beberapa
informan yaitu:
1. Bagian Umum
1 orang
2. Bagian Produksi
1 orang
3. Bagian Penjualan
1 orang
33
3.3 Teknik Penarikan Informan
Teknik penarikan informan dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik
purposive
sampling,
pertimbangan
bahwa
yaitu
yang
memilih
informan
bersangkutan
secara
mengetahui
sengaja
dan
dengan
memahami
permasalahan penelitian.
3.4 Jenis dan Sumber Data
3.4.1 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif
yang bersumber dari informan dan lokasi penelitian. Data yang diperoleh
akan menjadi data utama dalam pelaksanaan kegiatan penelitian. Selain itu,
dibutuhkan data yang berbentuk dokumen baik berupa jumlah atau
persentase tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian sebagai data
pendukung dalam penelitian ini.
3.4.2 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh melalui pengamatan langsung
pada objek penelitian dengan melakukan pengamatan dan pencatatan
melalui informan penelitian.
2. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari kajian pustaka dan bukubuku yang relevan denga penelitian ini
34
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka
penulis akan menempuh dengan cara:
1. Observasi, yaitu suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
mengamati secara langsung di lokasi penelitian untuk mendapatkan data yang
valid dan lengkap.
2. Wawancara, yaitu mengadakan tanya jawab kepada informan yang telah
ditetapkan dan dilakukan secara mendalam dengan menggunakan pedoman
wawancara.
3. Studi kepustakaan, yaitu suatu metode pengumpulan data untuk memperoleh
informasi melalui buku-buku literatur, dokumen dan laporan yang diteliti.
3.6 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan cara
mengumpulkan data kemudian data tersebut dianalisis secara Deskriptif
Kualitatif, yaitu data-data yang telah diperoleh dapat dijelaskan dengan baik dan
jelas.
3.7 Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini, terdapat dua variabel yaitu
1. Variabel bebas yaitu Aktivitas DEKRANAS, yang disimbolkan dengan (X)
2. Variabel terukat yaitu Promosi budaya lokal, yang disimbolkan dengan (Y)
35
3.8 Operasional Variabel
No
1.
2.
Variabel
X (Independent)
Y (Dependent)
Sub Variabel
Aktivitas DEKRANAS
1. Produksi
2. Distribusi
3. Penjualan
Promosi Budaya Lokal
1. Periklanan
2. Promosi penjualan
3. Publisitas
Indikator
Frekuensi Pelaksanaan
Kegiatan
Frekuensi Pelaksanaan
Kegiatan
3.9 Konseptualisasi
Untuk menyeragamkan pengertian, memperjelas pokok-pokok penelitian
dan sekaligus membatasi ruang lingkup pembahasan, maka akan dikemukakan
beberapa pengertian:
1. Promosi adalah upaya perusahaan untuk mempengaruhi para pelanggan agar
mau
membeli,
mempunyai
unsur-unsur
pemberian
informasi
dan
mempengaruhi perilaku pelanggan dan bertujuan untuk mempertinggi citra
perusahaan atau meningkatkan penjualanproduk perusahaan. Promosi adalah
komunikasi, karena penjual adalah pengirim dari suatu pesan penjualan dan
pelanggan merupakan penerima pesan tersebut.
2. Produksi
adalah kegiatan
yang berhubungan dengan usaha untuk
menciptakan dan menambah daya guna suatu barang dan jasa yang bertujuan
untuk menjaga kesinambungan usaha perusahaan, meningkatkan keuntungan,
serta memenuhi kebutuhan masyarakat.
36
3. Distribusi adalah kegiatan yang meningkatkan kegunaan barang dan jasa
berdasarkan kegunaan tempat (bilamana barang dan jasa tertentu tersedia
dilokasi yang diinginkan oleh konsumen) dan kegunaan waktu (bilamana
barang atau jasa tertentu tersedia pada saat yang diinginkan oleh konsumen).
4. Penjualan adalah suatu kegiatan yang dilakukan dalam memasarkan hasilhasil produksi perusahaan dimana terjadi pertukaran dari satu pihak dengan
pihak lain baik pertukaran yang sifatnya terbatas maupun yang sifatnya luas
dan kompleks.
5. Periklanan adalah setiap bentuk yang dibayar dari penyajian dan promosi
non-pribadi dari gagasan, barang atau jasa oleh seorang sponsor tertentu dan
memiliki dua unsur penting yaitu pembayaran untuk iklan dan adanya
seorang sponsor yang membayarnya serta bertujuan untuk mendorongtingkat
penjualan produk dan dengan demikian meningkatkan keuntungan pemasang
iklan.
6. Promosi Penjualan adalah suatu kegiatan untuk memotivasi dimana kegiatan
ini bukan merupakan penjualan pribadi ataupun iklan namun mengandung
cirri-ciri keduanya dan terutama ditujukan untuk tiga kelompok yaitu personil
penjualan perusahaan, pedagang-perantara dan konsumen. Alat-alat yang
ditujukan pada orang-orang perusahaan dan perantara adalah buku-buku
petunjuk penjualan, film-film latihan, pameran, catalog, dan demonstrasi.
Jenis utama dari kegiatan promosi penjualan yang ditujukan pada konsumen
37
adalah pameran barang yang dijual, contoh, kupon, premi, dan kontes
(perlombaan).
7. Publisitas adalah setiap bentuk dari berita penting atau tajuk rencana yang
tidak dibayar, yang mengulas (mengomentari) gagasan, produk, atau
lembaga. Publisitas terutama terdiri dari berita yang berbentuk cerita dan
penampilan pribadi.
38
Download