OUTLINE PAPER ANALISIS PERANG CHECHEN I DAN PERANG CHECHEN II DALAM PERSPEKTIF HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL Jasmine Nadhira Lathifazaputri (14/364281/SP/26073) Ghiffari Amirullah Hakim (14/367460/SP/26396) Gde Aditya Widyatama (14/368472/SP/26431) Rosie Budi Wibowo (14/364374/SP/26098) Calista Dyah Amalia (13/345256/SP/25526) Fathia Rahmawati (13/347809/SP/25686) A. LATAR BELAKANG Dalam kajian ilmu hubungan internasional, terdapat tiga bentuk interaksi antar negara, yaitu coexistence, cooperation, dan conflict. Namun, dari keseluruhan bentuk interaksi tersebut, perang dan konflik merupakan suatu fenomena yang tidak dapat terhindarkan akibat adanya perbedaan kepentingan antar negara. Isu mengenai perang dan konflik bersenjata terus dipelajari sebagai bentuk penggunaan kekuatan militer untuk meraih kepentingan politik suatu negara. Dalam rangka untuk mencapai kepentingan tersebut, suatu negara dapat melakukan intervensi terhadap aktor-aktor internasional lain, termasuk terhadap aktor negara yang mempunyai kedaulatan atau kekuasaan tertinggi atas wilayahnya. Konflik antar negara yang terjadi pun tidak jarang melibatkan dan merugikan non kombatan, dalam hal ini penduduk sipil, ataupun kombatan terutama dalam hal kemanusiaan. Hukum Humaniter Internasional terkait dengan hal tersebut hadir dalam rangka sebagai jembatan antara kepentingan negara untuk mewujudkan kepentingan melalui perang serta kebutuhan untuk melindungi hak-hak kemanusiaan pihak-pihak yang tidak terlibat dalam konflik yang terjadi. Hukum Humaniter Internasional menjadi penting untuk mengurangi penderitaan yang dialami oleh masyarakat akibat adanya perang, dengan mengatur perlindungan terhadap kombatan dan non kombatan serta mengatur penggunaan alat dan cara untuk berperang dalam situasi perang dan konflik bersenjata. Untuk mewujudkan penerapan Hukum Humaniter Internasional, dibutuhkan peran dan dukungan berbagai pihak, terutama pihak-pihak yang terlibat langsung dalam perang atau konflik. Selain itu, institusi-insitusi yang menegakkan Hukum Humaniter Internasional seperti International Committee of the Red Cross dan International Criminal Court pun dibutuhkan dalam menerapkan Hukum Humaniter Internasional, baik memberikan bantuan kemanusiaan pada saat situasi perang maupun memberikan sanksi hukuman bagi pelanggar berat Hukum Humaniter Internasional. Namun, apabila melihat kenyataan yang terjadi, prinsip-prinsip Hukum Humaniter Internasional seringkali diabaikan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam konflik, dimana pihak-pihak tersebut terkesan mengutamakan pencapaian kepentingan masing-masing. Perang Chechen I dan Perang Chechen II merupakan konflik yang melibatkan Republik Chechnya dan Federasi Rusia, yang disebut sebagai konflik paling parah setelah Perang Dingin. Chechnya merupakan wilayah yang terletak di Kaukasia Utara dan menjadi bagian dari Federasi Rusia. Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, akibat dari Perang Chechen telah menjadikan Chechnya menjadi wilayah yang paling hancur lebur di muka bumi. Dalam hal ini, Perang Chechen I dan Perang Chechen II dapat diidentifikasi sebagai konflik bersenjata non internasional, dimana Chechnya merupakan suatu entitas negara yang telah menyatakan kemerdekaan setelah perpecahan Uni Soviet pada bulan Oktober 1991. Hal tersebut yang kemudian menjadi faktor pemicu terjadinya konflik, yaitu bahwa Federasi Rusia kemudian masih memiliki anggapan bahwa Republik Chechnya merupakan bagian dari wilayah negara tersebut setelah tiga tahun menjalankan pemerintahan di luar pemerintahan Federasi Rusia. Perang Chechen I kemudian pecah pada tahun 1994 hingga 1996, yang diselesaikan melalui Plan of Peaceful Conflict Resolution in Chechnya pada bulan Maret 1996 yang diajukan oleh Presiden Rusia, Boris Yeltsin. Adanya persetujuan tersebut pada akhirnya menandakan pengakuan terhadap Chechnya secara de facto. Meskipun begitu, konflik antara Republik Chechnya dengan Federasi Rusia kembali terjadi dengan adanya upaya serangan oleh pemberontak Dagestan, yaitu Islamic International Brigade. Hal tersebut menyebabkan Federasi Rusia kemudian mengirimkan pasukan pada 1 Oktober 1999 ke wilayah Republik Chechnya. Konflik di antara kedua pihak tersebut berlangsung hingga bulan April 2009, yaitu dalam jangka waktu sepuluh tahun dikarenakan adanya faktor penyebab yang dapat dikatakan kompleks. Adanya pernyataan kemenangan oleh Federasi Rusia yang menyatakan telah menghilangkan gerakan pemberontak menyebabkan pemerintahan Republik Chechnya berakhir. Menurut Richard Sakwa dalam Chechnya: From Past to Future, jumlah korban Perang Chechen I diperkirakan mencapai 80.000-120.000 orang, sedangkan Perang Chechen II mengakibatkan adanya 25.000-50.000 orang. 1 Meskipun begitu, jumlah korban baik 1 Richard Sakwa, Chechnya: From Past to Future (Kent: Anthem Press, 2015) hal. 140. kombatan maupun non kombatan yang berasal baik dari pemberontak Chechnya maupun angkatan bersenjata Rusia tidak dapat ditentukan sebagai akibat berbagai bentuk pelanggaran Hukum Humaniter Internasional sepert serangan militer, penyiksaan, cleansing, pemerkosaan, bahkan penggunaan tentara anak dan human shield. B. RUMUSAN MASALAH Bagaimana efektivitas penerapan Hukum Humaniter Internasional dalam Perang Chechen I dan Perang Chechen II? C. LANDASAN TEORI a. Protokol Tambahan II 1977 mengenai Korban Sengketa Bersenjata Non Internasional. b. Pasal 3 mengenai Ketentuan yang Sama mengenai Kejahatan Perang Kejahatan perang merupakan perbuatan yang melawan orang-orang yang tidak ikut secara aktif dalam peperangan, termasuk pasukan militer yang telah meletakkan senjata dan telah mundur dari peperangan karena menderita sakit, terluka, dihukum, atau karena sebab lain. c. Rome Statue of International Criminal Court mengenai Kejahatan Melawan Kemanusiaan. Kejahatan melawan kemanusiaan merupakan perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas dan sistematis yang disengaja yang ditujukan terhadap penduduk sipil. d. Konvensi Jenewa Tahun 1949 mengenai Kejahatan Perang Kejahatan perang merupakan pelanggaran Konvensi Jenewa 12 Agustus 1949, yaitu perbuatan melawan manusia atau properti yang dilindungi dibawah ketentuan dalam Konvensi Jenewa. D. ARGUMEN UTAMA Konflik bersenjata atau dalam hal ini perang yang terjadi antara Republik Chechnya dengan Federasi Rusia dapat digolongkan menjadi konflik bersenjata non internasional. Hal tersebut dikarenakan Republik Chechnya belum mendapatkan pengakuan sebagai sebuah negara yang berada di luar kekuasaan Federasi Rusia, dimana pihak-pihak yang terlibat dalam konflik tersebut adalah kelompok pemberontak Chechnya dan angkatan bersenjata Rusia. Meskipun Federasi Rusia telah melakukan ratifikasi terhadap Konvensi Jenewa 1949 pada tahun 1960 dan Protokol Tambahan I dan II pada tahun 1989 di bawah Uni Soviet, namun terdapat beberapa pelanggaran yang dilakukan oleh negara tersebut terhadap Hukum Humaniter Internasional. Republik Chechnya dalam hal ini tidak dapat dianggap melakukan pelanggaran dikarenakan dalam Hukum Humaniter Internasional, aktor yang diakui dalam penerapan hukum tersebut adalah entitas negara. Federasi Rusia melakukan konflik bersenjata melawan kelompok pemberontak melalui Perang Chechen I dan Perang Chechen II dikarenakan Federasi Rusia ingin mempertahankan wilayah yang dimiliki. Sedangkan di sisi lain, Republik Chechnya mempertahankan status yang dimiliki dikarenakan memiliki perbedaan etnis dengan Federasi Rusia, sehingga lebih baik untuk memiliki suatu entitas negara yang terpisah. E. KESIMPULAN Perang Chechen I dan Perang Chechen II terjadi dikarenakan terdapat perbedaan kepentingan di antara kedua belah pihak yang terlibat dalam perang, yaitu Republik Chechnya dan Federasi Rusia. Hukum Humaniter Internasional yang seharusnya dapat menjadi jembatan antara kepentingan perang dengan penghormatan terhadap kemanusiaan dapat dikatakan tidak berjalan secaraa efektif. Hal tersebut ditunjukkan dengan pelanggaran terhadap Hukum Humaniter Internasional yang dilakukan oleh Federasi Rusia meskipun negara tersebut telah melakukan ratifikasi terhadap Konvensi Jenewa 1949 dan Protokol Tambahan I dan II.