Document

advertisement
LAPORAN PRAKTIKUM
BIOLOGI DASAR
Percobaan 5
Pewarnaan Gram
Disusun Oleh:
Anisa Zega (1507102)
Arisya Apilia (1506355)
Ika Mustikawati (1506358)
Jagad Tahari Fadilluloh (1504108)
Kemal Ahmad Riva’I (1507116)
Susanna Noviana N (1507524)
Kelompok 6
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI AGROINDUSTRI
FAKULTAS PENDIDIKAN DAN TEKNOLOGI KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2015
BAB I
TEORI
Bakteri memiliki beberapa bentuk yaitu basil (tongkat), kokus, dan spirilum.
Bakteri yang berbentuk tongkat maupun kokus dibagi menjadi beberapa macam. Pada
bentuk basil pembagiannya yaitu basil tunggal, diplobasil, dan tripobasil. Sedangkan
pada kokus dibagi monokokus (satu buah bakteri berbentuk kotak), diplococcus,
sampai staphylococcus (bentuknya mirip buah anggur. Khusus pada spirul hanya
dibagi 2 yaitu setengah melengkung dan tidak melengkung.
Bakteri juga dapat dibedakan melalui teknik pewarnaan gram. Teknik
pewarnaan gram tersebut dapat menghasilkan warna merah dan ungu. Bakteri gram
negatif ditandai dengan pewarnaan ungu sedangkan yang positif berwarna merah. Hal
ini bertujuan untuk memberikan warna pada bakteri pada akhirnya dapat
diidentifikasi dengan mudah. Selain itu, ada endospore yang bisa diwarnai.
Endospora adalah organisme yang dibentuk dalam kondisi yang stres karena kurang
nutrisi, yang memiliki kemungkinan untuk tetap berlanjut di lingkungan sampai
kondisi menjadi baik (Rudi, 2010).
Teknik
pewarnaan
gram
haruslah
sesuai
prosedur
karena
dapat
mengakibatkan kesalahan identifikasi data apakah gram positif atau gram negatif
sehingga diperlukan adanya praktikum ini dilakukan agar mengetahui jalannya
mekanisme pewarnaan gram. Habitat endospora bakteri ini adalah tanah. Mikroba
tersebut dalam bentuk spora yang kekurangan nutrisi. Organisme ini dapat
menghasilkan antibiotik selama sporulation. Contohnya polymyxin, difficidin,
subtilin, dan mycobacillin. Banyak dari mikroba Bacillus dapat menurunkan
Polymers seperti protein, pati, dan pektin, sehingga bakteri ini merupakan
penyumbang penting kepada siklus karbon dan nitrogen. Akan tetapi apabila
terkontaminasi, dapat menyebabkan pembusukan. Berdasarkan pewarnaan sel
vegetatif didapatkan warna kemerahan dan warna endosporanya adalah hijau
(Schaechter 2006).
Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah salah satu teknik pewarnaan yang
paling penting dan luas yang digunakan untuk mengidentifikasi bakteri. Dalam proses
ini, olesan bakteri yang sudah terfiksasi dikenai larutan-larutan berikut : zat pewarna
kristal violet, larutan alkohol (bahan pemucat), dan zat pewarna tandingannya berupa
zat warna safranin. Metode ini diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan
Denmark Hans Christian Gram (1853–1938) yang mengembangkan teknik ini pada
tahun 1884 untuk membedakan antara pneumokokus dan bakteri Klebsiella
pneumoniae. Bakteri yang terwarnai dengan metode ini dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu bakteri Gram Positif dan Bakteri Gram Negatif. Bakteri Gram positif
akan mempertahankan zat pewarna kristal violet dan karenanya akan tampak
berwarna ungu tua di bawah mikroskop. Adapun bakteri gram negatif akan
kehilangan zat pewarna kristal violet setelah dicuci dengan alkohol, dan sewaktu
diberi zat pewarna tandingannya yaitu dengan zat pewarna air fuchsin atau safranin
akan tampak berwarna merah. Perbedaan warna ini disebabkan oleh perbedaan dalam
struktur kimiawi dinding selnya.
Pewarnaan Diferensial (Gram)
Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah suatu metode empiris untuk
membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni gram positif dan
gram negatif, berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Metode ini diberi
nama berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram (1853–1938)
yang mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara
pneumokokus dan bakteri Klebsiella pneumoniae. Bakteri Gram-negatif adalah
bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil ungu pada metode pewarnaan
Gram. Bakteri gram positif akan mempertahankan zat warna metil ungu gelap setelah
dicuci dengan alkohol, sementara bakteri gram negatif tidak. Pada uji pewarnaan
Gram, suatu pewarna penimbal (counterstain) ditambahkan setelah metil ungu, yang
membuat semua bakteri gram negatif menjadi berwarna merah atau merah muda.
Pengujian ini berguna untuk mengklasifikasikan kedua tipe bakteri ini berdasarkan
perbedaan struktur dinding sel mereka.
a. Bakteri Gram Negatif
Bakteri gram negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna
metil
ungu
pada
metode
pewarnaan
Gram.
Bakteri
gram
positif
akan
mempertahankan warna ungu gelap setelah dicuci dengan alcohol, sementara bakteri
gram negative tidak.
b. Bakteri Gram Positif
Bakteri gram positif adalah bakteri yang mempertahankan zat warna metil
ungu sewaktu proses pewarnaan Gram. Bakteri jenis ini akan berwarna biru atau ungu
di bawah mikroskop, sedangkan bakteri gram negative akan berwarna merah muda.
Perbedaan klasifikasi antara kedua jenis bakteri ini terutama didasarkan pada
perbedaan struktur dinding sel bakteri (Aditya,2010).
Bakteri gram negatif memiliki 3 lapisan dinding sel. Lapisan terluar yaitu
lipoposakarida (lipid) kemungkinan tercuci oleh alkohol, sehingga pada saat diwarnai
dengan safranin akan berwarna merah. Bakteri gram positif memiliki selapis dinding
sel berupa peptidoglikan yang tebal. Setelah pewarnaan dengan kristal violet, poripori dinding sel menyempit akibat dekolorisasi oleh alkohol sehingga dinding sel
tetap menahan warna biru.
Sel bakteri gram positif mungkin akan tampak merah jika waktu dekolorisasi
terlalu lama. Sedangkan bakteri gram negatif akan tampak ungu bila waktu
dekolorisasi terlalu pendek.
BAB II
TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa dapat membedakan bakteri positif dan negatif.
2. Mahasiswa dapat mengetahui morfologi pada bakteri.
3. Mahasiswa dapat melakukan teknik pewarnaan bakteri.
BAB III
ALAT DAN BAHAN
3.1 Alat
1. Pipet tetes
2. Mikroskop
3. Lampu bunsen
4. Object glass
3.2 Bahan
1. Kapas
2. Tissue
3. Ethanol 95%
4. Larutan lugol
5. Aquades
6. Biakan bakteri
7. Biakan satranin
8. Biakan kristal violet
BAB IV
PROSEDUR KERJA
4.1 Pewarnaan Positif
1. Membersihkan object glass dengan kapas
2. Menuliskan kode atau nama bakteri pada sudut object glass
3. Menggunakan biakan cair  memindahkan setetes biakan dengan pipet tetes
atau dapat juga dipindahkan dengan jarum inokulum. Biakan dikocok.
4.
menggunakan biakan padat  memindahkan bakteri dengan jarum inokulum,
satu ulasan saja kemudian memberi aquades dan menyebarkan pada object
glass hingga sel merata.
5. Mengeringkan ulasan sambil memfiksasi dengan api bunsen (melewatkan di
atas api 2-3 kali)
6. Mentetesi dengan pewarna (dapat digunakan methylen blue, safranin, crystal
violet) dan tunggu kurang lebih 30 detik.
7. Mencuci dengan aquades kemudian mengeringkan dengan tissue
8. Mengamati dengan mikroskop (perbesaran 100 x 10).
4.2 Pewarnaan Negatif
1. Mengambil dua object glass, meneteskan nigrosin atau tinta cina di ujung
kanan salah satu object glass
2. Mengambil biakan lalu mengulaskan atau menteteskan dalam tetesan nigrosin
tadi, dan mencampurkannya
3. Menempelkan sisi object glass yang lain kemudian menggesekkan ke
samping kiri
4. Membiarkan preparat mengering di udara, jangan difiksasi atau memanaskan
di atas api.
4.3 Pewarnaan Gram
1. Membuat preparat ulas yang difiksasi dari bakteri gram positif dan gram
negatif.
2. Meneteskan kristal violet sebagai pewarna utama pada kedua preparat (semua
ulasan terwarnai dan tunggu selama 1 menit)
3. Mencuci dengan aquades mengalir
4. Meneteskan mordat (lugol, iodine) lalu tunggu 1 menit)
5. Mencuci dengan akuades mengalir
6. Memberi larutan pemucat (ethanol 96%/ aseton) setetes demi setetes hingga
etanol yang jatuh berwarna jernih.
7. Mencuci dengan akuades mengalir
8. Meneteskan counterstain dan tunggu selama 45 detik
9. Mencuci dengan akuades mengalir
10. Mengeringkan preparat dengan kertas tissue yang ditempelkan di sisi ulasan
(jangan sampai merusak ulasan) lalu membiarkan mengering di udara.
BAB V
HASIL PENGAMATAN
Kelompok Pewarnaan Positif
1
2
3
4
5
Pewarnaan Negatif
Pewarnaan Gram
6
BAB VI
PEMBAHASAN
5.1 Pembahasan Menurut Susan
Nama : Susanna Noviana N
Tanggal Praktikum : 13 Oktober 2015
Nim
Tanggal Laporan
: 1506355
: 20 Oktober 2015
Pewarnaan Bakteri
Pada praktikum kali ini kami melakukan pewarnaan gram dan pengamatan
morfologi bakteri. Biakan murni yang digunakan yaitu bakteri pada yogurt. Namun
pada pratikum ini setelah dilakukan pengamatan ternyata yang terlihat pada
mikroskop ternyaa bakteri Basillus. Hali ini terjadi mungkin karena sudah terjadi
kontaminasi sehingga bakteri yang terdapat dalam pengamatan adalah Bacillus.
Sehingga dalam pembahasan praktikum ini kami lebih banyak membahas bakteri
Bacillus. Bacillus merupakan bakteri gram-positif yang berbentuk batang,
Pewarnaan Gram adalah pewarnaan diferensial yang sangat berguna dan
paling banyak digunakan dalam laboratorium mikrobiologi, karena merupakan
tahapan penting dalam langkah awal identifikasi. Pewarnaan ini didasarkan pada tebal
atau tipisnya lapisan peptidoglikan di dinding sel dan banyak sedikitnya lapisan
lemak pada membran sel bakteri. Pewarnaan gram menggunakan 4 macam zat
pewarna yaitu meliputi Kristal Violet sebagai pewarna primer, Iodium sebagai
pewarna sekunder, Alkohol sebagai larutan pemucat, Safranin sebagai pewarna
pembanding. Jenis bakteri berdasarkan pewarnaan gram dibagi menjadi dua yaitu
gram positif dan gram negatif. Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang tebal
dan membran sel selapis. Sedangkan baktri gram negatif mempunyai dinding sel tipis
yang berada di antara dua lapis membran sel.
Bakteri gram negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna
metil
ungu
pada
metode
pewarnaan
Gram.
Bakteri
gram
positif
akan
mempertahankan warna ungu gelap setelah dicuci dengan alcohol, sementara bakteri
gram negatif tidak. Bakteri gram positif adalah bakteri yang mempertahankan zat
warna metil ungu sewaktu proses pewarnaan Gram. Bakteri jenis ini akan berwarna
biru atau ungu di bawah mikroskop, sedangkan bakteri gram negatif akan berwarna
merah muda. Perbedaan klasifikasi antara kedua jenis bakteri ini terutama didasarkan
pada perbedaan struktur dinding sel bakteri.
Umumnya bakteri mudah bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana karena
sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa). Mikroba sulit dilihat dengan
cahaya karena tidak membiaskan cahaya hal tersebut menyebabkan zat warna
digunakan untuk mewarnai mikroorganisme. Zat warna dapat mengadsorbsi dan
membiaskan cahaya sehingga kontras mikroba dengan sekelilingnya dapat
ditingkatkan.
Mengamati
bakteri
dalam
kehidupan
sangat
sulit
sehingga
dikembangkan teknik pewarnaan sel bakteri agar sel dapat terlihat jelas dan mudah
diamati.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri yaitu :
1. Fiksasi
2. Pelunturan warna
3. Substrat
4. Intensifikasi pewarnaan
5. Penggunaan zat pewarna penutup.
Pada praktikum kali ini dilakukan teknik pewarnaan yaitu pewarnaan pada
bakteri. Diawali dengan mengoleskan isolat bakteri (Bacillus SP) dengan tujuan agar
isolat bakteri dapat merata dikaca preparat. Lalu dilakukan fiksasi untuk melekatkan
mikroorganisme di kaca preparat. Sedangkan pemberian Iodium bertujuan untuk
memperkuat warna pada bakteri. Alkohol 95% berfungsi sebagai pemucat atau
peluntur warna pada bakteri. Dan tahap terakhir yaitu pemberian satranin yang
berfungsi untuk memberi warna kembali pada bakteri yang telah kehilangan warna
pada proses pemucatan dengan menggunakan alkohol. Pada bakteri di preparat
menunjukkan warna ungu. Hal ini membuktikan bahwa bakteri di preparat
merupakan bakteri gram positif dikarenakan pada bakteri ini mengandung banyak
peptidogligan sehingga mudah berikatan dengan kristal ungu. Jika berwarna merah
muda menunjukan bakteri gram negatif dikarenakan pada bakteri tersebut
mengandung banyak lipid sehingga mudah berikatan dengan safranin.
Hasil uji bakteri agar miring atau Bacillus sp dapat mempertahankan warna
primernya walaupun mengalami dekolorisasi(pencucian) ketika ditambahkan alkohol
sehingga bakteri Bacillus sp merupakan kelompok bakteri gram positif. Prinsip
pewarnaan gram didasarkan
pada perbedaan struktur dinding sel sehingga
menyebabkan perbedaan reaksi dengan perbedaan permeabilitas zat warna dan
penambahan larutan pencuci.
5.2 Pembahasan Menurut Arisya
Nama : Arisya Apilia
Tanggal Praktikum : 13 Oktober 2015
Nim
Tanggal Laporan
: 1507524
: 20 Oktober 2015
Pewarnaan Bakteri
Pewarnaan bakteri merupakan salah satu cara untuk mengetahui bentuk
bakteri yang diamati. Pewarnaan bakteri dilakukan karena pada umumnya bakteri
memiliki warna transparan, sehingga sulit untuk diamati.
1. Pewarnaan sederhana
Pewarnaan sederhana merupakan teknik pewarnaan yang paling banyak
digunakan. Disebut sederhana karena hanya menggunakan satu jenis zat warna untuk
mewarnai organisme tersebut. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan
pewarnaan-pewarnaan sederhana karena sitoplasamanya bersifat basofilik (suka
dengan basa). Zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya
bersifat alkolin. Dengan pewarnaan sederhana dapat mengetahui bentuk dan
rangkaian sel-sel bakteri. Pewarna basa yang biasa digunakan untuk pewarnaan
sederhana ialah metilen biru, kristal violet, dan karbol fuehsin yang mana pewarnaan
sederhana ini dibagi lagi menjadi dua jenis pewarnaan.
1.Pewarnaan Positif
Pewarnaan positif atau pewarnaan asam merupakan metode
pewarnaan yang menggunakan satu macam zat warna dengan tujuan hanya
untuk melihat bentuk sel. Bakteri yang digunakan pada praktikum kali ini
adalah bakteri yang terdapat pada yoghurt (Lactobacillus Bulgaricus dan
Streptococcus thermopillus). Pewarnaan positif dilakukan dengan cara
memindahkan bakteri pada objek glass menggunakan jarum ose, kemudian
memfiksasi objek glass sebanyak 2-3 kali pada api bunsen, fiksasi tersebut
bertujuan untuk membunuh bakteri, dan mengeringkan bakteri sehingga
dapat menempel pada objek glass. Setelah itu bakteri di tetesi kristal violet
(tunggu selama 30 detik), kemudian di cuci dengan aquades dan
dikeringkan menggunakan tisu. Setelah kering objek glass diamati
menggunakan mikroskop dengan perbesaran 100x10.
Hasilnya bakteri yang mengalami proses pewarnaan positif
berwarna violet (sesuai dengan pewarna yang di berikan) karena bakteri
positif
bersifat
Lactobacillus
mempertahankan
Bulgaricus
warna
berbentuk
yang
batang
diberikan.
dan
Bakeri
Streptococcus
thermopillus berbentuk bulat.
2.Pewarnaan Negatif
Pewarnaan basa atau negatif merupakan metode pewarnaan
untuk mewarnai bakteri tetapi mewarnai latar belakangnya menjadi hitam
gelap. Pada pewarnaan ini mikroorganisme kelihatan transparan (tembus
pandang). Teknik ini berguna untuk menentukan morfologi dan ukuran
sel. Metode ini menggunakan cat nigrosin atau tinta cina.
Pewarnaan Negatif dilakukan dengan cara meneteskan nigrosin
(tinta cina) pada objek glass, Bakteri yang digunakan pada praktikum kali
ini adalah bakteri yang terdapat pada yoghurt (Lactobacillus Bulgaricus
dan Streptococcus thermopillus). Setelah itu meteskan bakteri di atas nya,
lalu
mencampurkannya
menggunakan
tusuk
gigi.
Kemudian
menempelkan objek glass yang lain diatasnya. Dan mengeringkan preparat
tersebut di udara, tanpa dipanaskan di atas api bunsen.Lalu mengamatinya
pada mikroskop dengan perbesaran 100x10.
Hasilnya adalah bakteri terlihat transparan (tembus pandang).
Sedangkan
lingkungannya
berwarna
hitam.
Bakeri
Lactobacillus
Bulgaricus berbentuk batang dan Streptococcus thermopillus berbentuk
bulat.
2. Pewarnaan Gram
Pewarnaan gram adalah suatu metode empiris untuk membedakan spesies
bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni gram positif dan gram negatif,
berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Metode ini diberi nama
berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram (1853–1938)
yang mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara
pneumokokus dan bakteri Klebsiella pneumoniae. Bakteri Gram-negatif adalah
bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil ungu pada metode pewarnaan
Gram. Bakteri gram positif akan mempertahankan zat warna metil ungu gelap
setelah dicuci dengan alkohol, sementara bakteri gram negatif tidak. Pada uji
pewarnaan Gram, suatu pewarna penimbal (counterstain) ditambahkan setelah
metil ungu, yang membuat semua bakteri gram negatif menjadi berwarna merah
atau merah muda. Pengujian ini berguna untuk mengklasifikasikan kedua tipe
bakteri ini berdasarkan perbedaan struktur dinding sel mereka.
Pewarnaan gram dilakukan dengan cara menyiapkan preparat yang telah di
fiksasi, kemudian ditetesi dengan kristal violet (tunggu selama 1 menit), kristal
violet berfungsi sebagai pewarna utama dalam pewarnaan gram. Mencucinya
menggunakan aquades yang mengalir. Meneteskan mordat (iodine, lugol) dan
tunggu selama 1 menit. Mordat berfungsi sebagai pengikat warna. Mencucinya
menggunakan aquades yang mengalir. Meneteskan ethanol 95% setetes demi
setetes hinga ethanol yang jatuh berwarna jernih. Ethanol disini berfungsi sebagai
peluntur. Mencucinya menggunakan aquades yang mengalir. Meneteskan safranin
selama 45 detik. Safranin berfungsi sebagai pewarna sekunder. Mencucinya
menggunakan aquades yang mengalir. Kemudian mengeringkan preparat
menggunakan tisu, namun jangan sampai merusak ulasannya. Setelah itu
mengamati preparat tersebut pada mikroskop dengan perbesaran 100x10.
Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui :
a. Bakteri Gram Negatif
Bakteri gram negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan
zat warna metil ungu pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram negatif
memiliki 3 lapisan dinding sel. Lapisan terluar yaitu lipoposakarida (lipid)
kemungkinan tercuci oleh alkohol, sehingga pada saat diwarnai dengan
safranin akan berwarna merah.
b. Bakteri Gram Positif
Bakteri gram positif adalah bakteri yang mempertahankan zat
warna metil ungu sewaktu proses pewarnaan Gram. Bakteri jenis ini akan
berwarna biru atau ungu ketika diamati padamikroskop, Perbedaan
klasifikasi antara kedua jenis bakteri ini didasarkan pada perbedaan
struktur dinding sel bakteri. Bakteri gram positif memiliki selapis dinding
sel berupa peptidoglikan yang tebal. Setelah pewarnaan dengan kristal
violet, pori-pori dinding sel menyempit akibat dekolorisasi oleh alkohol
sehingga dinding sel tetap menahan warna violet.
Perbedaan relatif sifat bakteri gram positif dan gram negatif.
Sifat
Bakteri gram (+)
Bakteri gram (-)
Komposisi
Kandungan lipid
Kandungan lipid
dinding sel
rendah (1-4%)
tinggi
Kandungan
Pepidoglikan
Peptidoglikan
peptidoglikan
tinggi
rendah
Ketahanan
Lebih sensitif
Lebih tahan
Lebih dihambat
Kurang dihambat
Kebanyakan
Relatif sederhana
terhadap penisilin
Penghambatan
oleh pewarna basa
(VK)
Kebutuhan nutrisi
spesies
relatif
kompleks
Ketahanan
Lebih tahan
Kurang tahan
terhadap
perlakuan fisik
(Manurung, 2010)
5.3 Pembahasan Menurut Ika
Nama : Ika Mustikawati
Tanggal Praktikum : 13 Oktober 2015
Nim
Tanggal Laporan
: 1506358
Pewarnaan Bakteri
: 20 Oktober 2015
Pewarnaan positif merupakan pewarnaan yang menggunakan satu macam zat
warna dengan tujuan hanya untuk melihat bentuk sel (Entjang, 2003). Zat warna
yang dipakai dalam pewarnaan positif kali ini adalah kristal violet. Pewarnaan positif
ini termasuk pewarnaan sederhana karena hanya menggunakan satu jenis zat warna
untuk mewarnai bakteri yang akan diamati tersebut.
Pewarnaan negatif merupakan pewarnaan
untuk mewarnai bakteri dan
mewarnai latar belakangnya menjadi hitam gelap. Metode ini digunakan untuk sel-sel
dan struktur-struktur bakteri yang sukar untuk diwarnai secara langsung. Pada
pewarnaan ini mikroorganisme kelihatan transparan (tembus pandang). Teknik ini
menggunakan cat nigrosin atau tinta cina dan berguna untuk menentukan morfologi
dan ukuran sel (Entjang, 2003). Karena cat nigrosin atau tinta cina susah didapat,
dalam pengamatan pewarnaan negatif kali ini kita menggunakan tinta spidol biasa.
Pewarnaan gram pertama kali dikemukakan oleh ilmuwan Denmark Hans
Christian gram pada tahun 1884, sehingga bakteri dapat digolongkan menjadi dua
kelompok yaitu gram negatif dan gram positif. Bakteri gram positif memiliki dinding
sel yang tebal dan membran sel selapis. Sedangkan bakteri gram negatif mempunyai
dinding sel tipis yang berada diantara dua lapis membran sel (lud, 2008). Bakteri
adalah makhluk hidup yang sangat kecil, tipis sehingga tembus cahaya dan hanya
dapat dilihat dengan mikroskop. Dengan mikroskop pun sulit untuk melihat bagianbagiannya dengan jelas maka dilakukanlan pewarnaan pada tubuh bakteri tersebut.
Mikroba sulit dilihat dengan cahaya karena tidak mengadsorbsi atau
membiaskan cahaya. Alasan inilah yang menyebabkan zat warna digunakan untuk
mewarnai mikroorganisme. Zat warna mengadsorbsi dan membiaskan cahaya
sehingga kontras mikroba dengan sekelilingnya dapat ditingkatkan. Penggunaan zat
warna memungkinkan pengamatan strukur seperti spora, flagela, dan bahan inklusi
yng mengandung zat pati dan granula fosfat (Entjang, 2003). Bakteri bersifat tidak
berwarna bukan hanya karena kecil dan tipis melainkan karena warna selnya juga
transparan sehingga jika dimedium berair akan sulit untuk dilihat apalagi jika bakteri
itu hidup.
Bakteri Gram negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna
ungu pada metode pewarnaan gram. Bakteri gram positif akan mempertahankan zat
metil ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol, sementara bakteri gram negatif tidak.
Pada uji pewarnaan gram, suatu pewarna penimbal (counterstain) ditambahkan
setelah metil ungu, yang membuat semua bakteri gram negatif menjadi berwarna
merah atau merah muda. Pengujian ini berguna untuk mengklasifikasikan kedua tipe
bakteri berdasarkan perbedaan struktur dinding sel mereka (Dwidjoseputo, 1987).
Pada praktikum pewarnaan bakteri ini dilakukan pewarnaan positif,
pewarnaan negatif dan pewarnaan gram. Alat dan bahan yang digunakan antara lain
object glass yang berfungsi sebagai tempat biakan yang akan diamati. Pipet tetes yang
berfungsi sebagai alat memindahkan biakan ke object glass. Lampu bunsen yang
berfungsi untuk memfiksasi. Mikroskop untuk mengamati struktur dan bagian sel
bakteri secara lebih detail. Aquades untuk mencuci alat dan kapas atau tisu untuk
mengeringkannya.
Biakan yang digunakan dan diamati adalah biakan cair yaitu yoghurt yang
didalamnya
sudah
jelas
terdapat
bakteri
Streptococcus
thermophilus
dan
Lactobacillus bulgaricus.
Dalam pewarnaan gram juga digunakan 4 zat kimia yang berbeda-beda, zat kimia
tersebut adalah:
1. Zat warna primer yaitu kristal violet berfungsi sebagai zat warna primer dan
memberikan warna pada seluruh bagian sel berarna biru ungu.
2. Iiodin, zat ini berperan sebagai mordan yaitu zat kimia yang membentuk
komplek yang tidak larut dengan mengikat zat warna primer (H.M S
ubandi, 2010). Hasilnya adalah kompleks kristal violet iodin yang
berfungsi mengintensifkan warna zat warna primer sehingga seluruh sel akan
tampak
ungu
gelap.
Warnanya
akan
sangat
sulit
untuk
dipisahkan/dihilangkan.
3. Zat decoulourizing, yaitu etil alkohol dengan konsentrasi 95%. Zat itu
berperan ganda sebagai pelarut lipida dan sebagai zat dehidrasi protein efektif
(H.M Subandi, 2010). Perannya bergantung pada konsentrasi lipida dari
dinding sel mikroorgansime.
Pada sel gram positif konsentrasi lipid yang sedikit akan dengan
mudah larut dalam alkohol dan menyebabkan pembentukan pori-pori dinding
sel yang kecil. Pori-pori itu kemudian ditutup dengan alkohol yang
mempunyai daya dehidrasi. Sebagai akibatnya zat warna primer yang terikat
kuat menjadi sulit dihilangkan dan sel tetap berwarna biru.
Pada sel bakteri gram negatif dibagian luar lapisan dinding sel
terdapat konsentrasi lipid yang tinggi menyebabkan hilangnya kompleks
kristal violet-iodin.
Konsentrasi lipida yang tinggi larut oleh alkohol yang menciptakan pori-pori
yang besar pada dinding sel. Hal itu akan menyebakan lepasnya zat kristal
violet iodin yang tidak terikat dan menyebabkan sel bakteri tersebut
kehilangan warnanya atau tidak berwarna.
4.
Lawan warna (counterstain) yaitu safranin. Zat ini merupakan zat kimia
terkhir untuk mewarnai sel yang kehilangan warnanya oleh alkohol. Karena
hanya pada gram negatif yang luntur warnanya maka hanya gram negatif yang
akan menyerap/menerima zat warna safranin ini. Sedangkan gram positif akan
tetap berwarna seperti zat warna primer tadi.
Berdasarkan hasil pengamatan diatas pada pewarnaan positif terlihat banyak bakteri
yang berwarna ungu. Karena menggunakan mikroskop yang tidak terlalu mendetail
maka bentuk morfologis bakterinya tidak terlalu jelas terlihat. Terlihat ada yang
berbentuk tidak beraturan dan juga ada yang berbentuk coccus (bulat). Pada
pewarnaan negatif dalam mikroskop terilhat bakterinya adalah yang berwarna putih
(transparan). Terlihat juga ada yang berbentuk coccus (bulat) dan bacill (batang).
Karena bakteri yang diamati dalam yoghurt ini adalah Streptococcus
thermophilus dan Lactobacillus bulgaricus yang termasuk kedalam bakteri gram
positif maka pada pewarnaan garam ini seharusnya bakteri ini berwarna zat warna
primer yaitu warna ungu. Namun terlihat di mikroskop bakteri yang diamati itu ada
yang berwarna merah mudanya.
Karena demikian sensitifnya perubahan kimiawi yang terjadi, maka terdapat titik
kritis yang perlu diperhatikan agar diperoleh hasil yang akuran dalam pewarnaan
bakteri ini. Titik kritis tersebut adalah pada saat pelunturan warna dengan alkohol.
Jika menggunakan alkohol terlalu banyak dapat menyebabkan sel gram-positif
kehilangan warna primernya yang seharusnya dapat dipertahankan. Sehingga saat
diwarnai dengan zat ke-2 (safranin), sel gram-positif tersebut justru dapat menerima
warna ke-2 itu.
5.4 Pembahasan Menurut Anisa
Nama : Anisa Zega
Tanggal Praktikum : 13 Oktober 2015
Nim
Tanggal Laporan
: 1507102
: 20 Oktober 2015
Pewarnaan Bakteri
Bakteri adalah mikroorganisme yang sangat sederhana yang tidak bernukleus
dan sifatnya berbeda dengan organisme yang mempunyai inti sel. selain itu bakteri
merupakan organisme yang sangat kecil (yang berukuran mikroscopis) akibatnya
pada mikroskop tidak tampak jelas dan sukar untuk melihat morfologinya maka dari
itu dilakukan pewarnaan bakteri yang biasa disebut pengenceran baketri. pada
umumnya larutan-larutan zat warna yang digunakan adalah larutan encer yang lebih
dari satu persen. Pada percobaan kali ini kami lebih spesifik membahas bakteri yang
berbentuk basil, basil (bacillus) adalah kelompok bakteri yang berbentuk batang atau
silinder dan variasinya terdiri dari : diplobacillus, sterptobacillus.
Perwarnaan gram
Pewarnaan Gram adalah pewarnaan diferensial yang sangat berguna dan
paling banyak digunakan dalam laboratorium mikrobiologi, karena merupakan
tahapan penting dalam langkah awal identifikasi. Pewarnaan ini didasarkan pada tebal
atau tipisnya lapisan peptidoglikan di dinding sel dan banyak sedikitnya lapisan
lemak pada membran sel bakteri. Jenis bakteri berdasarkan pewarnaan gram dibagi
menjadi dua yaitu gram positif dan gram negatif. Bakteri gram positif memiliki
dinding sel yang tebal dan membran sel selapis. Sedangkan bakteri gram negatif
mempunyai dinding sel tipis yang berada di antara dua lapis membran sel.
(Manurung, 2010).
Pertama kali teknik pewarnaan ini ditemukan oleh ahli bakteriologi Denmark
Christian Gram pada tahun 1884. Menurut Denmark Christian Gram perbedaan dari
kedua grup bakteri tersebut disebabkan oleh perbedaan dalam lapisan-lapisan dinding
selnya. Organisme yang dapat menahan kompleks pewarna primer ungu kristal
iodium sampai pada akhir prosedur (sel-sel tampak biru gelap atau ungu), disebut
Gram positif. Sedangkan organisme yang kehilangan kompleks warna ungu kristal
pada waktu pembilasan dengan alkohol namun kemudian terwarnai pewarna
tandingan (safranin) sehingga sel-sel tampak merah muda disebut Gram negatif.
Dalam pewarnaan Gram diperlukan empat jenis larutan yaitu larutan zat
warna basa, mordant, pencuci zat warna, dan satu zat warna lainnya (counterstain)
yang berbeda dari zat warna yang pertama. Mordant adalah suatu zat yang dapat
menaikkan pengikatan antara sel dengan zat warna. Beberapa contoh mordant
misalnya asam, basa, garam metal dan yodium. Dengan adanya mordant zat warna
akan lebih sukar dicuci. Pencuci zat warna digunakan untuk menghilangkan zat
warna dari sel bakteri. Beberapa sel bakteri lebih mudah melepaskan zat warna dari
pada sel-sel lainnya. Dalam pewarnaan Gram dan pewarnaan diferensial lainnya,
perbedaan dari bakteri disebabkan oleh perbedaan dalam kecepatan melepaskan zat
warna oleh sel. Zat warna kedua yang digunakan setelah sel dicuci dengan larutan
pencuci disebut “counterstain” yang berbeda warnanya dari zat warna pertama. Selsel yang tidak dapat segera melepaskan zat warna setelah pencucian akan tetap
berwarna seperti zat warna pertama, sedangkan sel-sel yang dapat segera melepaskan
zat warna setelah pencucian akan mengikat zat warna kedua.
Dalam pewarnaan Gram, mula-mula sel bakteri diwarnai dengan zat warna
basa yaitu kristal violet, diikuti perlakuan menggunakan suatu mordant yaitu larutan
yodium. Sel kemudian dicuci dengan alkohol untuk menghilangkan kristal violet.
Setelah dicuci dengan air, kemudian diwarnai dengan “counterstain” yaitu safranin.
Sel-sel yang tidak dapat melepaskan warna dan akan tetap berwarna seperti warna
kristal violet yaitu biru-ungu disebut bakteri Gram positif, sedang sel-sel yang dapat
melepaskan kristal violet dan mengikat safranin sehingga berwarna merah-merah
muda disebut bakteri Gram negatif.
Pewarnaan yang telah dilakukan
Penwarnaan diferensial mengunakan dua warna yang kontras untuk
membedakan antara jenis organisme yang berbeda. Pada percobaan pewarnaan
bakteri ini menggunakan empat bahan yaitu crystal violet, yodium , alkohol dan
safranin.
1.Crystal Violet
Berwarna ungu. Merupakan pewarna primer (utama) yang akan memberi
warna mikroorganisme target. Crystal Violet bersifat basa sehingga mampu berikatan
dengan sel mikroorganisme yang bersifat asam, dengan begitu sel mikroorganisme
yang transparan akan terlihat berwarna (Ungu).
2. Yodium
Merupakan pewarna Mordant, yaitu pewarna yang berfungsi memfiksasi
pewarna primer yang diserap mikroorganisme target. Pemberian yodium pada
pewarnaan gram dimaksudkan untuk memperkuat pengikatan warna oleh bakteri.
3. Alkohol
Solven organik yang berfungsi untuk membilas atau melunturkan kelebihan
zat warna pada sel bakteri (mikroorganisme). Pemberian alkohol pada pengecatan ini
dapat mengakibatkan terjadinya dua kemungkinan :
-
Mikroorganisme (bakteri) akan tetap berwarna ungu
-
Bakteri menjadi tidak berwarna
4. Safranin
Safranin merupakan pewarna tandingan atau pewarna sekunder. Zat ini
berfungsi untuk mewarnai kembali sel-sel yang telah kehilangan pewarna utama
setelah perlakuan dengan alkohol. Dengan kata lain , memberikan warna pada
mikroorganisme non target.
Perlakuan
Penambahan violet pada bakteri, Kristal violet merupakan reagen yang
berwarna ungu. Kristal violet ini merupakan pewarna primer (utama) yang akan
memberi warna pada mikroorganisme target. Kristal violet bersifat basa sehingga
mampu berikatan dengan sel mikroorganisme yang bersifat asam. Dengan perlakuan
seperti itu, sel mikroorganisme yang transparan akan terlihat berwarna (ungu).
Pemberian kristal violet pada bakteri gram positif akan meninggalkan warna ungu
muda. Perbedaan respon terhadap mekanisme pewarnaan gram pada bakteri adalah
didasarkan pada struktur dan komposisi dinding sel bakteri. Bakteri gram positif
mengandung protein dan gram negatif mengandung lemak dalam persentasi lebih
tinggi dan dinding selnya tipis. Kristal violet yang diteteskan didiamkan selama 1
menit bertujuan agar cat atau pewarna ini dapat melekat sempurna pada dinding sel
bakteri.
Penambahan lugol pada bakteri. Lugol merupakan pewarna Mordant, yaitu
pewarna yang berfungsi memfiksasi pewarna primer yang diserap mikroorganisme
target atau mengintensifkan warna utama. Pemberian lugol pada pewarnaan Gram
dimaksudkan untuk memperkuat pengikatan warna oleh bakteri. Kompleks
zat lugol terperangkap antara dinding sel dan membran sitoplasma organisme gram
positif, sedangkan penyingkiran zat lipida dari dinding sel organisme gram negatif
dengan pencucian alkohol memungkinkan hilang dari sel. Lugol yang diteteskan
didiamkan selama 1 menit bertujuan agar pengikatan warna oleh bakteri menjadi
semakin lebih kuat. Proses fiksasi juga bertujuan supaya bakteri benar-benar melekat
pada gelas benda sehingga olesan bakteri berupa tetesan sampel tidak akan terhapus
apabila dilakukan pencucian. Yang perlu diperhatikan dalam proses fiksasi adalah
bidang yang mengandung bakteri dijaga agar tidak terkena nyala api.
Meneteskan 1 tetes alkohol 95% di atas gelas benda yang kemudian
didiamkan selama 30 detik, lalu membilas gelas benda tersebut dengan aquades
hingga warnanya hilang. Pemberian Etanol pada pewarnaan ini dapat mengakibatkan
terjadinya dua kemungkinan yaitu mikroorganisme (bakteri) akan tetap berwarna
ungu atau bakteri menjadi tidak berwarna. Pemberian Etanol 95% juga menyebabkan
terekstraksi lipid sehingga memperbesar permeabilitas dinding sel. Etanol 95%
merupakan solven organik yang berfungsi untuk membilas (mencuci) atau
melunturkan kelebihan zat warna pada sel bakteri (mikroorganisme). Tercuci
tidaknya warna dasar tergantung pada komposisi dinding sel, bila komponen dinding
sel kuat mengikat warna, maka warna tidak akan tercuci sedangkan bila komponen
dinding sel tidak kuat menelan warna dasar, maka warna akan tercuci.
Pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan mikroskop tampak
mikoorganisme dari sampel yoguart dengan pengenceran 10-5 berbentuk basil dengan
jenis gram negatif. Dimana bakteri gram negatif adalah bakteri yang kehilangan
kompleks ungu kristal pada waktu pembilasan dengan alkohol, namun kemudian
terwarnai dengan pewara tandingan, yaitu safranin, sehingga sel-sel tampak berwarna
merah muda pada akhir pewarnaan. Pengamatan kedua yaitu pada sampel yoguart
juga dengan pengenceran 10-5 didapat bakteri basil dengan jenis gram positif. Bakteri
gram positif adalah bakteri yang dapat menahan kompleks pewarna primer ungu
kristal iodium sampai akhir prosedur dan sel bakteri berwarna biru gelap atau ungu.
5.5 Pembahasan Menurut Jagad
Nama : Jagad Tahari F
Tanggal Praktikum : 13 Oktober 2015
Nim
Tanggal Laporan
: 1504108
: 20 Oktober 2015
Pewarnaan Bakteri
Mikroorganisme yang hidup dan ada di alam ini tentu mempunyai morfologi,
struktur dan sifat yang khas tersendiri, termasuk bakteri. Bakteri yang hidup hampir
tidak mempunyai warna di struktur badannya dan bahkan kontras dengan air. Salah
satu cara untuk dapat meneliti dan mengamati bentuk sel bakteri ini adalah dengan
metode pewarnaan atau pengecatan, sehingga dengan begitu sel bakteri dapat dilihat
dan diamati dengan mudah.
Mikroba sulit dilihat dengan cahaya karena tidak mengadsorbsi atau
membiaskan cahaya. Allasan inillah yang menyebabkan zat warna digunakan untuk
mewarnai mikroorganisme. Zat warna mengadsorbsi dan membiaskan cahaya
sehingga kontras mikroba dengan sekelilingnya dapat ditingkatkan. Penggunaan zat
warna memungkinkan pengamatan struktur seperti spora, flagel dan bahan inklusi
yang mengandung zat pati dan granula fosfat. ( Entjang, 2003)
Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, karena selain
bakteri itu tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil. Untuk mengatasi hal
tersebut maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bakteri, sehingga sel dapat
diihat jelas dan mudah diamati. Oleh karena itu teknik pewarnaan sel ini merupakan
salah satu cara yang paling utama dalam penelitian – penelitian mikrobiologi. ( Rizki,
2008 )
Pewarnaan sederhana yaitu pewarnaan dengan menggunakan satu macam zat
warna dengan tujuan untuk melihat bentuk sel bakteri dan untuk mengetahui
morfologi dan susunan selnya. Pewarnaan ini dapat menggunakan pewarnaan basa
pada umumnya antara lain dengan menggunakan kristal violet, metylen blue, fuchsin
dan safranin. ( lay, 1994 )
Pewarnaan pada sel bakteri menggunakan satu zat warna seperti kristal violet,
metylen blue, fuchsin dan safranin ini disebut pewarnaan sederhana. Dengan metode
pewarnaan sederhana ini kita dapat mengetahui bentuk dan rangkaian sel – sel
bakteri. Berbagai macam bentuk bakteri seperti bakteri bentuk kokus, basil dan
spirilum atau masih banyak lagi dapat terlihat dengan metode pewarnaan sederhana
ini.
Prinsip pewarnaan sederhana didasarkan pada zat warna yang digunakan hanya
terdiri dari suatu zat yang dilarutkan dalam bahan pelarut yang merupakan suatu cara
yang cepat untuk melihat morfologi bakteri secara umum. ( Dwidjoseputro, 1998 )
Selain dengan cara metode pewarnaan sederhana, pengamatan bakteri juga
dapat dilakukan dengan menggunakan metode pewarnaan gram dan pewarnaan
negatif
Pewarnaan Gram
Pewarnaan bakteri dengan metode ini dilakukan dengan dua cara. Yaitu dengan
pewarnaan negatif dan positif.
Pewarnaan gram negatif adalah pewarnaan pada sel bakteri untuk mengetahui
apakah bakteri yang di uji mempertahankan warna metyl ungu nya atau tidak. Bakteri
yang tidak mempertahankan warna metyl ungu ini atau disebut bakteru gram negatif
ini akan berubah menjadi berwarna merah muda setelah dicuci dengan alkohol atau
etanol.
Bakteri gram negatif memiliki 3 lapisan dinding sel. Lapisan terluar yaitu
lipoposakarida ( lipid ) kemungkinan tercuci oleh alkohol, sehingga pada saat
diwarnai dengan safranin alan berwarna merah. ( Fitria, 2009 )
Sedangkan pewarnaan gram posotif adalah pewarnaan pada sel bakteri dengan
tujuan untuk mengetahui apakah sel bakteri yang diuji mempunyai sifat
mempertahankan warna metyl ungu nya atau tidak. Bakteri gram positif akan tetap
berwarna ungu gelap walaupun sudah dicuci dengan alkohol atau etanol.
Bakteri gram positif memiliki selapis dinding sel berupa peptidoglikan yang
tebal. Setelah pewarnaan dengan kristal violet, pori – pori dinding sel menyempit
akibat dekolorasi oleh alkohol sehingga dinding sel tetap menahan warna biru. (
Fitria, 2009 )
Pewarnaan negatif
Pewarnaan negatif adalah bukan pewarnaan pada sel bakteri, melainkan
pewarnaan pada latar belakang bakteri. Pewarnaan dengan metode ini adalah latar
belakang atau lingkungan bakteri akan menjadi gelap saat diamati dan bakteri tetap
transparan tidak berwarna. Teknik ini berguna untuk menentukan morfologi dan
ukuran sel bakteri. Pewarnaan negatif ini biasanya menggunakan nigrosin –tau tinta
cina. Namun tinta cina ini sudah sukar didapatkan. Jadi, pada praktikum kali ini kami
menggunakan tinta untuk spidol papan tulis.
5.6 Pembahasan Menurut Kemal
Nama : Kemal Ahmad Riva’i
Tanggal Praktikum : 13 Oktober 2015
Nim
Tanggal Laporan
: 1507116
: 20 Oktober 2015
Pewarnaan Bakteri
-Tinjauan Teori
Pewarnaan Gram ini pertama kali dikembangkan oleh seorang ahli histologik
Christian Gram (1884). Dengan pewarnaan Gram, bakteri-bakteri dapat dibagi atas 2
golongan yaitu Gram positif dan Gram negatif. Gram positif warnanya violet (ungu)
karena mengikat zat warna utama “kristal violet”. Sedangkan Gram negatif berwarna
merah jambu karena melepaskan zat warna utama dan menangkap zat warna penutup
”fuchsin”. Prinsip atau pokok-pokok pewarnaan Gram meliputi 4 tingkatan yaitu :
1.
Pewarnaan dengan zat warna utama (kristal gentian violet yang warnanya
2.
Merekatkan (mengintensifkan) dengan suatu larutan mordant, yaitu
violet).
larutan lugol.
3.
Menambahkan zat decolorisasi (bahan peluntur) misalnya alkohol atau
alkohol-asam.
4.
Pemberian zat penutup (counter stain), misalnya : larutan fuchsin,
safranin, dll.
(Hadioetomo,1993)
Pewarnaan garam adalah suatu metode empiris untuk membedakan spesies
bakteri menjadi dua kelompok besar, yaitu gram positif dan gram negatif,
berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Metode ini diberi nama
berdasarkan penemunya, ilmuan Denmark Hans Cristian Gram (1853-1938) yang
mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara pneumokokus
dan bakteri klebsiella pneumoniae. Pewarnaan Gram adalah pewarnaan diferensial
yang sangat berguna dan paling banyak digunakan dalam laboratorium mikrobiologi,
karena merupakan tahapan penting dalam langkah awal identifikasi. Pewarnaan ini
didasarkan pada tebal atau tipisnya lapisan peptidoglikan di dinding sel dan banyak
sedikitnya lapisan lemak pada membran sel bakteri. Jenis bakteri berdasarkan
pewarnaan gram dibagi menjadi dua yaitu gram positif dan gram negatif. Bakteri
gram positif memiliki dinding sel yang tebal dan membran sel selapis. Sedangkan
baktri gram negatif mempunyai dinding sel tipis yang berada di antara dua lapis
membran sel (Iud, 2008).
-Prosedur kerja
Pewarnaan Positiv
Sebelum dilakukan pewarnaan dibuat ulasan bakteri di atas object glass yang
kemudian difiksasi. Setelah di fiksasi bersihkan object glass dengan kapas tulislah
kode atau nama bakteri pada sudut object glass, bila menggunakan biakan cair
pindahkan setetes biakan dengan pipet tetes atau dapat juga dipindahkan dengan
jarum inokulum. biakan dikocok terlebih dahulu. Jika digunakan biakan padat, biakan
dipindahkan dengan jarum inokulum, satu ulasan saja kemudian diberi akuades dan
disebarkan supaya sel merata. Keringkan ulasan tersebut sambil memfiksasinya
dengan api bunsen (lewatkan di atas api 2-3 kali) Setelah kering dan tersebar
selanjutnya ditetesi dengan pewarna (dapat digunakan Methylen blue, Safranin,
Crystal Violet) dan tunggu kurang lebih 30 detik. Cuci dengan akuades kemudian
keringkan dengan kertas tissue. Amati dengan mikroskop (perbesaran 100 x 10).
Pewarnaan Negatif
Pewarnaan ini bertujuan untuk mengetahui morfologi bakteri yang tidak dapat
diwarnai dengan teknik sederhana. Sesuai namanya, yang diwarnai pada teknik ini
adalah latar belakang suspensi preparat menggunakan tinta cina, karna tinta cinanya
tidak ada maka memakai tinta spiol sehingga mikroorganisme terlihat transparan
diantara medan yang gelap. Tujuannya adalah melihat morfologi bakteri.
Ambil dua object glass, teteskan nigrosin atau tinta cina di ujung kanan salah satu
object glass. Biakan diambil lalu diulaskan atau diteteskan dalam tetesan nigrosin
tadi, lalu dicampurkan. Tempelkan sisi object glass yang lain kemudian gesekkan ke
samping kiri. Biarkan preparat mengering di udara, jangan difiksasi atau dipanaskan
di atas api. Amati dengan mikroskop (perbesaran 100 x 10).
Pewarnaan Gram
Pewarnaan digunakan untuk mengetahui morfologi dan identifikasi jenis bakteri.
Pewarna yang digunakan dua atau lebih.
Pertama – tama buat preparat ulas yang telah difiksasi dari bakteri gram positif dan
gram negatif. Teteskan kristal violet sebagai pewarna utama pada kedua preparat
(semua ulasan terwarnai dan tunggu selama 1 menit). Cuci dengan akuades mengalir.
Teteskan mordat (lugol, iodine) lalu tunggu 1 menit). Cuci dengan akuades mengalir.
Beri larutan pemucat (ethanol 95%) setetes demi setetes hingga etanol yang jatuh
berwarna jernih. Cuci dengan akuades mengalir. Teteskan counterstain dan tunggu
selama 45 detik. Cuci dengan akuades mengalir. Keringkan preparat dengan kertas
tissue yang ditempelkan di sisi ulasan (jangan sampai merusak ulasan) lalu biarkan
mengering di udara. Amati dengan mikroskop (perbesaran 100 x 10).
-Hasil pengamatan
Penambahan violet pada bakteri. Kristal violet merupakan reagen yang berwarna
ungu. Kristal violet ini merupakan pewarna primer (utama) yang akan memberi
warna pada mikroorganisme target. Kristal violet bersifat basa sehingga mampu
berikatan dengan sel mikroorganisme yang bersifat asam. Dengan perlakuan seperti
itu, sel mikroorganisme yang transparan akan terlihat berwarna (ungu). Pemberian
kristal violet pada bakteri gram positif akan meninggalkan warna ungu muda.
Perbedaan respon terhadap mekanisme pewarnaan gram pada bakteri adalah
didasarkan pada struktur dan komposisi dinding sel bakteri. Bakteri gram positif
mengandung protein dan gram negatif mengandung lemak dalam persentasi lebih
tinggi dan dinding selnya tipis. Kristal violet yang diteteskan didiamkan selama 1
menit bertujuan agar cat atau pewarna ini dapat melekat sempurna pada dinding sel
bakteri.
Penambahan lugol pada bakteri. Lugol merupakan pewarna Mordan, yaitu pewarna
yang berfungsi memfiksasi pewarna primer yang diserap mikroorganisme target atau
mengintensifkan warna utama. Pemberian lugol pada pengecatan Gram dimaksudkan
untuk memperkuat pengikatan warna oleh bakteri. Kompleks zat lugol terperangkap
antara dinding sel dan membran sitoplasma organisme gram positif, sedangkan
penyingkiran zat lipida dari dinding sel organisme gram negatif dengan pencucian
alkohol memungkinkan hilang dari sel. Lugol yang diteteskan didiamkan selama 1
menit bertujuan agar pengikatan warna oleh bakteri menjadi semakin lebih kuat.
Selanjutnya, 1 tetes etanol 95% diteteskan di atas objek glass tersebut kemudian
setelah itu, kaca objek dibilas dengan aquades hingga warnanya hilang. Etanol 95%
merupakan solven organik yang berfungsi untuk membilas (mencuci) atau
melunturkan kelebihan zat warna pada sel bakteri (mikroorganisme). Tercuci
tidaknya warna dasar tergantung pada komposisi dinding sel, bila komponen dinding
sel kuat mengikat warna, maka warna tidak akan tercuci sedangkan bila komponen
dinding sel tidak kuat menelan warna dasar, maka warna akan tercuci. Pemberian
alkohol pada pengecatan ini dapat mengakibatkan terjadinya dua kemungkinan yaitu
mikroorganisme (bakteri) akan tetap berwarna ungu atau bakteri menjadi tidak
berwarna.
Selanjutnya diteteskan 1 tetes safranin di atas kaca objek tersebut kemudian
didiamkan selama 1 menit. Setelah itu, kaca objek dibilas dengan aquades warnanya
hilang. Safranin merupakan pewarna tandingan atau pewarna sekunder. Zat ini
berfungsi untuk mewarnai kembali sel-sel yang telah kehilangan pewarna utama
setelah perlakuan dengan etanol. Dengan kata lain, safranin memberikan warna pada
mikroorganisme non target serta menghabiskan sisa-sisa cat atau pewarna. Pewarnaan
safranin masuk ke dalam sel dan menyebabkan sel menjadi berwarna merah pada
bakteri gram negatif sedangkan pada bakteri gram positif dinding selnya terdehidrasi
dengan perlakuan etanol, pori – pori mengkerut, daya rembes dinding sel dan
membran menurun sehingga pewarna safranin tidak dapat masuk sehingga sel
berwarna ungu.
Pemberian pewarna yang berganti dari satu pewarna ke pewarna lain dengan waktu
yang telah ditentukan disebabkan karena zat-zat warna tersebut dapat berikatan
dengan komponen dinding sel bakteri dalam waktu singkat. Karena itulah rentang
waktu pemberian zat warna yang satu ke yang lainnya tidak lama sehingga proses
identifikasi bakteri berlangsung cepat.
Setiap akhir pemberian pewarna, selalu dilakukan pembilasan terhadap kaca objek
dengan menggunakan air. Pembilasan ini bertujuan untuk mengurangi kelebihan
setiap zat warna yang sedang diberikan. Setiap akhir pembilasan pada masing-masing
pewarnaan, perlu dilakukan penyerapan air bilasan dari air dengan menggunakan
kertas tissu agar aquades tidak tercampur dengan pewarna baru yang akan diberikan.
Setelah pembilasan terakhir, gelas benda dikeringkan dan diamati di bawah
mikroskop. Jika terbentuk warna ungu maka termasuk golongan bakteri gram positif ,
dan jika terbentuk warna merah atau merah muda maka termasuk golongan bakteri
gram negatif.
BAB VII
KESIMPULAN
7.1 Kesimpulan Menurut Susan
Setelah melakukan praktikum ini kita dapat mengetahui dan memahami
prosedur pewarnaan gram dan pengelompokan bakteri. Basillus merupakan bakteri
gram positif, dikarenakan pada bakteri ini mengandung banyak peptidogligan
sehingga mudah berikatan dengan kristal ungu. Sehingga pada saat sampai pewarnaan
terakhir bakteri berwarna biru atau ungu.
7.2 Kesimpulan Menurut Arisya
Pewarnaan bakteri merupakan suatu metode untuk mengetahui bentuk dan
struktur bakteri. Pewarnaan Sederhana terbagi menjadi dua yakni pewarnaan positif
dan pewarnaan negatif. Dalam pewarnaan sederhana dapat diketahui bentuk dan
rangkaian sel-sel bakteri. Pewarnaan gram bertujuan untuk membedakan spesies
bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni gram positif dan gram negatif,
berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel bakteri. Bakteri gram positif tetap
mempertahankan zat warna metil ungu pada metode pewarnaan gram karena
memiliki pepidoglikan yang tebal. Sedangkan bakteri gram negatif tidak
mempertahannkan zat warna metil ungu pada metode pewarnaan gram sehingga
ketika ditetesi safranin menjadi berwarna merah.
7.3 Kesimpulan Menurut Ika
Dalam praktikum kali ini kita dapat melakukan teknik pewarnaan positif,
pewarnaan negatif dan pewarnaan gram untuk mengidentifikasi bakteri yang kita
amati.
1. Dengan dilakukan pewarnaan bakteri ini kita dapat mengetahui dengan jelas
bentuk bakteri yang kita amati.
2. Pewarnaan positif adalah teknik pewarnaan bakteri yang paling sederhana
karena hanya menggunakan satu zat warna dan bertujuan untuk melihat
bentuk sel bakteri.
3. Pewarnaan negarif adalah teknik pewarnaan bakteri dan mewarnai latar
belakangnya menjadi hitam gelap bisa dengan negrosin atau jika tidak ada
bisa juga dengan tinta. Tujuannya untuk melihat bentuk dan ukuran bakteri
yang transparan.
4. Pada pewarnaan gram (diferensial) akan mengetahui apakah termasuk gram
positif atau negatif. Apabila gram positif bakteri akan berwarna biru/ungu dan
apabila gram negatif akan berwarna merah.
5. Kita harus disiplin pada langkah kerja dan aturan serta petunjuk agar
menghindarkan kesalahan yang terjadi seperti praktikum sekarang.
7.4 Kesimpulan Menurut Anisa
1. Bakteri dapat dibedakan melalui teknik pewarnaan gram. Pewarnaan
Gram merupakan salah satu teknik pewarnaan yang digunakan untuk
mengidentifikasi bakteri (mikroorganisme).
2. Zat warna yang digunakan pada pewarnaan gram meliputi crystal violet,
yodium , alkohol dan safranin. Teknik pewarnaan tersebut dapat
menghasilkan warna merah dan ungu.
3. Bakteri gram negatif ditandai dengan pewarnaan merah, sedangkan yang
positif berwarna ungu. Bakteri yang didapat berdasarkan hasil praktikum,
yaitu laktobasilus dan sterptokokus dengan jenis gram negatif dan
monococcus dengan jenis gram positif.
7.5 Kesimpulan Menurut Jagad
Dari percobaan pewarnaan yang dillakukan dapat disimpulkan bahwa bakteri
dapat diamati dan diteliti setelah selnya diwarnai atau lingkungannya diwarnai.
Fiksasi dan pelunturan warna dan substrat adalah beberapa faktor yang
mempengaruhi proses pewarnaan bakteri ini. Perbedaan hasil dari gram negatid dan
positif adalah pada warna sel bakterinya. Pewarnaan dengan motede negatif adalah
lingkungannya yang menjadi gelap dan bakteri tetap transparan atau tembus pandang.
7.6 Kesimpulan Menurut Kemal
Dapat disimpulkan bahwa teknik pewarnaan bakteri dapat dibedakan melalui teknik
pewarnaannya, ada teknik positif, negative, dan gram. Pewarnaan Gram merupakan
salah satu teknik pewarnaan yang digunakan untuk mengidentifikasi bakteri
(mikroorganisme). Zat warna yang digunakan pada pengecatan Gram meliputi crystal
violet, etanol, aquades, tinta dan safranin. Teknik pewarnaan tersebut dapat
menghasilkan warna merah dan ungu. Bakteri gram negatif ditandai dengan
pewarnaan merah, sedangkan yang positif berwarna ungu. Bakteri yang didapat
berdasarkan hasil praktikum, yaitu dengan jenis gram negatif dan dengan jenis gram
positif.
BAB VIII
DAFTAR PUSTAKA
8.1 Daftar Pustaka Susan
https://id.wikipedia.org/wiki/Pewarnaan_Gram
http://id.wikihow.com/Melakukan-Pewarnaan-Metode-Gram
https://biobakteri.wordpress.com/2009/06/07/7-pewarnaan-gram-gram-positif-dangram-negatif/
8.2 Daftar Pustaka Arisya
Hadioetomo, R. S. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta : Gramedia.
Karuniawati, Risdiyani, S. Nilawati, Prawoto, Y. Rosana, B. Alisyahbana, I. Parwati,
Wia Melia, dan T.M. Sudiro. 2005. Perbandingan Tan Thiam Hok, Ziehl Neelsen dan
Fluorokrom sebagai Metode Pewarna Basil Tahan Asam untuk Pemeriksaan
Mikroskopik Sputum. Makara Kesehatan Vol. 9 No. 1.
Manurung, Pebrin.2010.Pengamatan Bentuk Bakteri.
8.3 Daftar Pustaka Ika
Subandi H.M. 2010. Mikrobiologi. PT REMAJA ROSDAKARYA: Bandung
Dwidjoseputro, D., 1989. Dasar-dasar Mikrobiologi. Djambatan: Malang
Entjang I, 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi Untuk Akademi Keperawatan. PT.
Citra
Aditya Bakti: Jakarta
8.4 Daftar Pustaka Anisa
Awetz, Melnick, Adelberg. 2008. Mikrobiologi KedokteranEdisi 23. Jakarta: Penerbit
Buku
Kedokteran EGC.
Dwidjoseputro,
D.,
1989.
Dasar-Dasar
Mikrobiologi.
Djambatan:Malang
Entjang I, 2003, Mikrobiologi dan Parasitologi Untuk Akademi Keperawatan.
Jakarta: PT. Citra Aditya Bakti.
Schlegel, Hans. 1994. Mikrobiologi Umum Edisi Keenam. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
8.5 Daftar Pustaka Jagad
Dwijdoseputro. 1998 Dasar – Dasar Mikrobiologi. Jakarta : PT Gramedia
Fitria, Bayu. 2009. Pewarnaan Gram ( gram positif dan Gram Negatif ).
Fajriana, Rizki. 2008. Mikrobilogi Umum Pewarnaan Gram.
Lay, Bibiana. W. 1994 Mikrobilogi Dasar di Laboratorium. Jakarta : Rajawali
8.6 Daftar Pustaka Kemal
Madigan, M.T, 2003, Brock Biology of Microorganism, Pearson Education : inc.
United
Pelczar, M. J., Chan, E.C.S, 2007, Elements of Microbiology. Mc Graw Hill Book
Volk & Wheeler, 1993, Mikrobiologi Dasar. Penerbit Erlangga : Jakarta
BAB IX
DOKUMENTASI
Download