Semnas Sipendikum FH UNIKAMA

advertisement
Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017
KEWENANGAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURTTERHADAP
KEPALA NEGARA (STUDI KASUS PRESIDEN SUDAN-OMAR AL-BASHIR)
Ikaningtyas1
Email:[email protected]
Abstrak
ICC sebagai lembaga peradilan internasional memiliki yursidiksi untuk
mengadili individu yang melakukan kejahatan internasional. Kasus Omar
Al-Bashir padassatitu Presiden Sudan merupakan orang yang harus
bertanggungjawab atas perang Darfur Sudan dengan segalaakibatnya. ICC
telah melakukan upaya dengan mengirimkan surat pemanggilan kepada
Presiden Omar Al-bashir untuk diadilil, tetapi sebelum diadili di ICC, akan
diberikan kesempatan kepada negara Sudan sendiri untuk mengadili
presidennya karena terkait pada kedaulatan. Pada kenyatannya yang
terjadi di Sudan adalah penolakan terhadap yuridiksi ICC untuk mengadili
Omar Al-bashir. Berkenaan dengan ini ICC sebagai Mahkamah Pidana
Internasional terbentur beberapa kendala salah satunya yaitu terhadap
status Al-bashir sebagai kepala Negara yang memiliki hak imunitas
Kata kunci:Kewenangan, ICC, Kepala Negara
Pendahuluan
Statuta Roma merupakan dasar hukum dari pembentukan ICC yang dibentuk
pada tanggal 17 Juli 1998 di Roma, Italia melalui suatu konferensi PBB. Sebanyak 120
negara menyatakan pendiriannya untuk mengadopsi Statuta Roma, hanyak 7 negara
yang menolak untuk mengadopsi Statuta Roma yaitu, Cina, Israel, Iraq, Yaman, Qatar,
Libya, dan Amerika Serikat, serta sebanyak 21 negara menyatakan abstain dalam
pemungutan suara. Pada tanggal 31 Desember tahun 2000 sebanyak 139 negara
berikutnya menandatangani Statuta Roma yang selanjutnya pada tanggal 11 April 2002
sebanyak 66 negara meratifikasi Statuta Roma dan pada tanggal 1 Juli 2002 ICC
sebagai lembaga peradilan pidana mulai melakukan tugasnya2. Kejahatan-kejahatan
yang berada di dalam yuridiksi dari Mahkamah Pidana Internasional ini meliputi
kejahatan-kejahatan sebagai berikut : (a) Tindak pidana Genocide (pembunuhan
1
2
PenulisadalahDosenFakultasHukumUniversitasBrawijaya Malang
http://aula.blog.friendster.com/2007/02/international-criminal-court-icc-sebagai-pranata-baru-peradilaninternasional/ diakses pada tanggal 25 Februari 2017
312
Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017
massal); (b) Kejahatan terhadap kemanusiaan (Crime Against Humanity); (c) Kejahatan
Perang (War Crime) (d) .Kejahatan Agresi (Aggression).
Pada tahun 2003 yang berpusat di Darfur yang merupakan bagian dari wilayah
Sudan. Terjadi konflik berdarah antara Sudan Liberation Movement (SLM) dan Justice
Equality Movement (JEM) menuduh pihak pemerintah telah melakukan penindasan
terhadap bangsa Afrika kulit hitam dan mendukung bangsa Arab. Di pihak lain terdiri
dari polisi dan pihak militer Sudan dengan dibantu oleh pasukan Janjaweed sebuah
milisi Sudan yang direkrut dari kaum Arab3.Pihak SLM dan JEM melakukan tuduhan
kepada pihak pemerintah dikarenakan oleh ketidakadilan perlakuan terhadap bangsa
Afrika kulit hitam yang berdiam di Sudan Selatan yang menyebabkan tuntutan untuk
perluasan daerah otonom dan pemerataan pembagian hasil minyak bumi yang terdapat
di wilayah Sudan Selatan, karena tuntutan ini maka pihak pemerintah mengira bahwa
terjadi pemberontakan yang dilakukan bangsa Afrika kulit hitam dan melakukan
penindasan terhadap bangsa ras tersebut. Di bawah pimpinan dari presiden Sudan yaitu
Omar Al-bashir, pihak polisi, militer dan juga pasukan Janjaweed melakukan
pembunuhan, penyiksaan, penculikan dan juga pemerkosaan terhadap masyarakat kaum
Afrika kulit hitam sehingga mengakibatkan korban jiwa sebanyak 300.000 jiwa
meninggal dan sebanyak 2,2 juta orang mengungsi dan memporak porandakan Sudan
Selatan, hal ini yang membuat pihak SLM dan JEM merasa tertindas dan melakukan
perlawanan kepada pihak pemerintah. Setelah terjadi perang selama beberapa tahun,
maka pada tahun 2005 terjadi kesepakatan perdamaian antara kedua belah pihak yang
ditandatangani pada tahun 2006 antara pemerintah Sudan dengan salah satu kelompok
bersenjata yaitu SLM.4Jika dilihat dari jumlah korban jiwa yang meninggal dan
banyaknya rakyat yang harus mengungsi serta akibat-akibat lain hasil dari peperangan
ini, maka dapat dikatakan bahwa presiden Omar Al-bashir telah melakukan perbuatan
genosida yang diatur di dalam pasal 6 Statuta Roma.
3
http://news.bbc.co.uk/2/hi/africa/3496731.stmdikutip dari halaman BBC NEWS pada hari Selasa, 23
Februari 2010, diakses pada tanggal 25 Februari 2017
4
http://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.amnestyusa.org
/darfur/darfurhistory/page.do%3Fid%3D1351103&rurl=translate.google.co.id&twu=1&usg=ALkJrhitA4564RUDks9
BaBHM7wysLlSQHw dikutip dari halaman Amnesti Internasional USA (Action For Human Rights
Hope For Humanity), diakses pada tanggal 25 Februari 2017
313
Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017
Dalam konteks kasus Sudan, ICC memiliki tugas untuk memiliki wewenang
untuk membantu menyelesaikan permasalah di negara tersebut, maka dari itu ICC
mengirimkan surat pemanggilan kepada Presiden Omar Al-bashir untuk diadili di
hadapan pengadilan internasional, tetapi sebelum diadili di hadapan pengadilan
internasional, ICC akan memberikan kesempatan kepada negara Sudan sendiri untuk
mengadili presidennya karena terkait pada kedaulatan yang dimiliki Sudan atas
wilayahnya, tetapi Sudan sendiri menolak untuk mengadili karena mereka tidak ingin
dan tidak mampu untuk mengadili presidennya dan cenderung mendukung Omar Albashir, maka ICC secara tegas memanggil Omar Al-bashir melalui surat panggilan
tetapi surat panggilan ICC yang sudah dikirim sebanyak 3 (tiga) kali tidak dihiraukan
oleh Omar Al-bashir dan masyarakat yang pro serta negara-negara yang pro kepada
presiden ini balik mengecamICC atas surat panggilan tersebut.
Pada kenyatannya yang terjadi di Sudan adalah penolakan terhadap yuridiksi
ICC untuk mengadili Omar Al-bashir karena perlindungan dari warga negaranya sendiri
dan dari hukum nasionalnya dan hal ini telah bertentangan dengan hukum internasional
karena presiden Omar Al-bashir telah melakukan kejahatan genoside,
dalam
menyelesaikan sengketa Darfur ini, ICC sebagai Mahkamah Pidana Internasional
terbentur beberapa kendala salah satunya yaitu terhadap status Al-bashir sebagai kepala
Negara yang memiliki hak imunitas. hak imunitas inilah yang menyebabkan ICC
menjadi serba salah, disatu pihak presiden Omar Al-bashir memiliki hak imunitas serta
dilindungi oleh warga negaranya dan disisi lain ICC sebagai Mahkamah Pidana
Internasional memiliki kewajiban untuk mengadili presiden Omar Al-bashir atas
perbuatan genosida yang telah dilakukannya
Metode Penelitian
Rancanganinimenggunakanpenelitianyuridisnormatif
yang
menggunakanpendekatanRelevansi Studi Kasus (Case Study),pendekatanperundangundangan (statuta approach)danpendekatankonseptual (conceptual approach) yaitu
mengetahui dan mengkaji produk hukum yang berupa perundang-undangan, konvensi
internasional dan deklarasi internasional serta buku-buku yang terkait tentang
kewenangan Mahkamah Pidana Internasional.
314
Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017
Jenis bahan hukum yang digunakan dalam penelitian berupa bahan-bahan
hukum yang meliputi Bahan Hukum Primer, yaitu : Statuta Roma tentang International
Criminal Court tahun 1998, Konvensi Wina tentang Hubungan Diplomatik tahun 1961,
Resolusi PBB.
Hasil dan Pembahasan
Sudan adalah sebuah negara yang berada di benua Afrika dengan letak
astronomis 4-23o LU dan 22-38o LS dan dengan letak geografis di timur laut Afrika.
Negara Sudan merupakan negara terluas di Afrika dan di daerah Arab. Sudan
merupakan negara terluas kesepuluh di dunia dengan Khortum sebagai ibu kotanya.
Negara ini berbatasan dengan Mesir di sebelah utara, Laut Merah disebelah timur laut,
Negara Kongo dan Negara Afrika tengah di sebelah barat daya, Negara Chad di sebelah
barat serta Libya di sebelah timur laut,dan negara ini dipisahkan menjadi bagian utara
dan selatan oleh Sungai Nil yang merupakan sungai terpanjang di dunia.5Penduduk
Sudan terdiri dari berbagai kelompok etnis, yaitu etnis Afrika Kulit Hitam (52 persen),
Arab (39 persen), Beja (6 persen), Asing (2 persen), dan etnis lainnya sebanyak 1
persen. Mayoritas penduduk terutama di Sudan utara menganut agama Islam aliran
Sunni, selain itu 10 persen menganut Animisme dan 5 persen memeluk Kristen,
terutama di wilayah Sudan Selatan6 yang mengalami perang saudara selama 17 tahun,
dari zaman sebelum Sudan merdeka sampai pada saat ini.7
Perang saudara ini bermula antara pemerintah pusat Sudan yang berpusat di
Sudan Utara yang berpenduduk mayoritas muslim dengan Sudan Selatan yang
berpenduduk mayoritas Kristen dan Animisme. Hal ini terjadi karena Inggris
memisahkan hubungan kedua wilayah tersebut untuk melancarkan aktivitas kristenisasi
di selatan. Setelah Inggris meninggalkan Sudan, pemerintah pusat mulai menerapkan
aturan-aturan di daerah selatan dan penduduk daerah utara merasa takut didominasi,
sehingga mereka membentuk kekuatan untuk melakukan perlawanan kepada pemerintah
5
http://id.wikipedia.org/wiki/Sudanditulis oleh Wikipedia Indonesia, diakses pada tanggal 3 Oktober 2016
http://pks-sudan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=49&Itemid=73 dikutip dari
halaman PKS yang ditulis pada hari Senin, 15 Juni 2009, diakses pada tanggal 3 Oktober 2016
7
http://www.politik.lipi.go.id/index.php/in/kolom/politik-internasional/403-referendum-penutup-konfliksudan, diakses pada tanggal 8 Februari 2017
6
315
Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017
pusat dengan diberi dukungan oleh Inggris8. Konflik yang terjadi antara gerakan
pembebasan Sudan yaitu SLM dan JEM dengan milisi pemerintahan dan pasukan
Janjaweed.
SLM dan JEM telah menuduh pemerintahan Sudan telah melakukan
penindasan terhadap bangsa Afrika kulit hitam di Sudan bagian utara karena pasukan
Janjaweed yang didukung oleh milisi pemerintahan telah memborbardir daerah Sudan
dengan menggunakan bahan peledak serta paku barel, memperkosa anak perempuan
dan perempuan dewasa, membunuh pria dan anak laki-laki serta menghentikan pasokan
makanan dan air untuk para penduduk, sejak tahun 2003, setidaknya 400.000 orang
telah tewas dan lebih dari 2.000.000 orang terpaksa meningalkan rumah mereka untuk
mengungsi dan tinggal di kamp-kamp pengungsian, dan lebih dari 3.500.000 juta orang
benar-benar bergantung pada bantuan internasional untuk bertahan hidup9.
Perbuatan yang dilakukan oleh milisi pemerintahan dibawah pimpinan presiden
Sudan sendiri yaitu Omar Al-bashir. Perbuatan yang dilakukan oleh Omar Al-bashir
merupakan kejahatan kemanusiaan yang masuk ke dalam ruang lingkup serta yuridiksi
dari International Criminal Court (ICC). Pada kenyataannya ICC telah melayangkan
surat pemanggilan kepada Presiden Sudan Omar Al-bashir sebanyak 3 kali, tetapi surat
pemanggilan tersebut tidak diindahkan oleh Omar Al-bashir serta negara Sudan karena
negara Sudan cenderung melindungi dan tidak mau menyerahkan presidennya untuk
diadili dihadapan International Criminal Court (ICC). Pada kenyataannya, seharusnya
yang dilakukan oleh negara Sudan adalah memenuhi surat pemanggilan tersebut untuk
menyerahkan Omar Al-bashir dan memperbolehkan yuridiksi dari International
Criminal Court (ICC) untuk masuk ke wilayah Sudan dan menyelesaikan kasus
kejahatan Kemanusiaan yang dilakukan oleh Presiden Omar Al-bashir tersebut.
A.Kejahatan Internasional Di Dalam Hukum Internasional
Tindak pidana pada dasarnya memiliki pengertian yaitu perbuatan yang
dilakukan dengan melanggar hukum yang berlaku. Pada hakekatnya tidak ada
perbedaan pengertian antara tindak pidana nasional dan tindak pidana internasional
8
http://herminsyahri.wordpress.com/2009/03/07/darfur-sudan-korban-kepentingan-barat/ diakses pada
tanggal 18 februari 2017
9
http://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.oprah.com/worl
d/Get-the-Facts-History-ofDarfur&rurl=translate.google.co.id&twu=1&usg=ALkJrhinLQbPMV8CQcL_lXlBoS8WLpe59g
diakses pada tanggal 18 Februari 2017
316
Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017
yang membedakan adalah tempat kejadian dan jenis perbuatan yang dilakukan. Tindak
pidana nasional adalah perbuatan melanggar hukum yang dilakukan di dalam yurisdiksi
suatu negara, sedangkan tindak pidana internasional adalah perbuatan melanggar hukum
yang dilakukan di dalam yurisdiksi suatu negara dan perbuatan tersebut juga termasuk
ke dalam yurisdiksi pengadilan internasional.
Rancangan ketiga Undang-Undang Pidana Internasional atau The International
Criminal Code tahun 1954, telah ditetapkan sebanyak 13 tipe kejahatan yang dapat
dijatuhi pidana berdasarkan hukum internasional, yaitu10 :
a) Tindakan persiapan untuk agresi dan tindakan agresi
b) Persiapan penggunaan kekuatan bersenjata terhadap negara lain
c) Mengorganisasi atau member dukungan persenjataan yang ditujukan untuk
memenuhi wilayah suatu negara
d) Memberikan dukungan di negara asing
e) Setiap terorisme di negara asing
f) Setiap pelanggaran atas perjanjian pembatasan senjata yang telah disetujui
g) Aneksasi wilayah asing
h) Genocide
i) Pelanggaran atas kebiasaan dan hukum perang
j) Setiang permufakatan, pembujuan dan percobaan untuk melakukan tindakan
pidana tersebut pada butir 8 di atas
k) Piracy
l) Slavery
m) Apartheid
n) Threat and use of force against internationally protected persons
Pengaturan lebih lanjut mengenai jenis-jenis tindak pidana internasional juga
tertuang secara eksplisit di dalam Statuta Roma yang meliputi Genosida, Kejahatan
Kemanusiaan, Kejahatan Perang dan Agresi. Di dalam pasal 13 Statuta Roma
10
R. Abdussalam, (2001), Hukum Pidana Internasional, Restu Agung, Jakarta hlm 65.
317
Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017
menjelaskan bahwa yurisdiksi Mahkamah dapat berlaku jika berkaitan dengan kejahatan
yang tertera di pasal 5 Statuta Roma11, yaitu :
1. Genosida (Genocide)
adalah kejahatan yang dilakukan dengan niat untuk merusak sebagian atau
keseluruhan etnis, ras, suku bangsa, agama ataupun negara dengan cara
membunuh kelompok tersebut agar tidak ada yang melanjutkan kelompok
tersebut, menyebabkan luka badan atau bahaya bagi mental kelompok tersebut,
serta mencegah agar terjadinya kelahiran di kelompok tersebut. Di dalam Pasal
6 Statuta Roma menyebutkan contoh kejahatan genosida yaitu
“membunuh peserta kelompok, menyebabkan luka badan maupun
mental peserta kelompok, dengan sengaja melukai kondisi kehidupan
suatu kelompok yang diperhitungkan, untuk merusak secara fisik baik
keseluruhan maupaun sebagian, melakukan upaya-upaya pemaksaan
yang diniatkan untuk mencegah kelahiran anak dalam kelompok serta
memindahkan secara paksa anak-anak dari suatu kelompok ke
kelompok lainnya”.12
2. Kejahatan terhadap Kemanusiaan (Crime Against Humanity)
Kejahatan kemanusiaan adalah beberapa pebuatan yang dilakukan sebagai
bagian dari penyerangan langsung yang ditujukan terhadap penduduk sipil
secara sistematis, dengan pengetahuan penyerangan. Kejahatan kemanusiaan
ini meliputi deportasi atau pemindahan penduduk secara paksa, pengurungan
atau penghalangan kemerdekaan fisik secara bengis yang melanggar aturanaturan dasar hukum internasional, pembudakan, penyiksaan, pemerkosaan,
pembudakan seksual, kehamilan secara paksa, penindasan terhadap suatu
kelompok yang dikenal, penghilangan orang secara paksa, kejahata rasial
11
1. The Jurisdiction of the Court shall be limited to the most serious crimes of concern to the
international community as a whole. The Court has jurisdiction in accordance with this Statute with
respect to the following crimes :
a.The crime of genocide;
b.Crimes against humanity;
c.War crimes;
d.The crime of aggression.
2. The Court shall exercise jurisdiction over the crime of aggression once a provision is adopted in
accordance with articles 121 and 123defining the crime and setting out the conditions under which the
Court shall exercise jurisdiction with respect to this crime. Such a provision shall be consistent with the
relevant provisions of the Charter of the United Nations.
12
Pasal 6 Statuta Roma tahun 1998
318
Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017
(apartheid), serta perbuatan manusiawi lainnya
yang mengakibatkan
penderitaan terhadap fisik seseorang.13
3. Kejahatan Perang (War Crime)
Kejahatan perang merupakan salah satu kejahatan tertua diantara keempat tipe
kejahatan yang termasuk ke dalam yuridiksi ICC dan kejahatan akan menjadi
kejahatan yang paling pertama dalam proses penghukumannya menurut hukum
internasional14. Kejahatan perang yang dimaksud disini hampir sama dengan
kejahatan kemanusiaan yang pada dasarnya perbuatan membunuh dan
menghilangkan nyawa orang lain dan melanggar konvensi hukum perang yaitu
konvensi Jenewa 1949.
4. Kejahatan Agresi (Crime against aggression)
Kejahatan agresi yang termasuk ke dalam yuridiksi Mahkamah Pidana
Internasional yang dapat dikaitkan dengan ketentuan yang tertuang di dalam
piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, khususnya dalam ketentuan pasal 121
dan pasal 122 yang menyangkut mengenai intervensi dari negara lain dan
penyerangan terhadap negara lain.
Sedangkan yuridiksi personal meliputi
warga negara pihak maupun warga negara bukan pihak yang mengakui
yuridiksi Mahkamah serta warga negara bukan pihak namun kasusnya diajukan
ke Mahkamah berdasarkan resolusi Dewan Keamanan PBB. Hal ini berlaku
bagi setiap individu baik pejabat diplomatik maupun pejabat pemerintahan15
dan berlaku untuk para komandan atau para pejabat sipil16 kecuali bagi anak
yang berumur dibawah 18 tahun17. Sebagaimana tertuang secara spesifik di
dalam pasal 27 Statuta Roma yang berbunyi :
(1)“This Statute shall apply equally to all persons without any
distinction based on official capacity. In particular, official capacity
as a Head od State or Government, a member of a Government of
parliament, an elected representative or a government official shall in
no case exempt a person from criminal responsibility under this
13
Pasal 7 Statuta Roma tahun 1998
William A. Schabas, (2004), An Introduction to the International Criminal Court, Cambridge
University Press, hlm 51
15
Statute roma pasal 27
16
Statute roma pasal 28
17
Statute roma pasal 26
14
319
Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017
Statute, nor shall it, in and of itself, constitute a ground for reduction
of sentence”.
(2)”immunities or special procedural rules wgich may attach to the
official capacity of a person, whether undr national of international
law, shall not bar the Court from exercising its jurisdiction over such
a person”.
Konflik kekerasan yang terjadi di Darfur yang dilakukan oleh kelompok
Janjaweed tergolong ke dalam kejahatan genosida. Menurut penulis kekerasan yang
terjadi di Khortum termasuk ke dalam salah satu jenis tindak pidana internasional yang
melanggar hukum internasional, seperti yang telah disebutkan diatas bahwa Statuta
Roma mengatur secara eksplisit mengenai kejahatan genosida dimana kejahatan
tersebut termasuk ke dalam yurisdiksi ICC, maka dari itu sebagai orang yang
bertanggung jawab atas konflik berdarah di Sudan sudah seharusnya negara Sudan mau
bekerjasama dengan ICC dengan cara menyerahkan presidennya untuk diadili di
hadapan Mahakamah Pidana Internasional tersebut.
B. Kewenangan ICC dalam mengadili Kejahatan Omar Al-bashir
PBB sebagai Organisasi Internasional telah memiliki Mahkamah Internasional
(International Court of Justice) yang didirikan untuk menyelesaikan sengketa antar
negara, tetapi seiring dengan perkembangan zaman, masyarakat internasional juga
memerlukan suatu lembaga yang dapat memberikan keadilan bagi masyarakat. Berkaca
dari peristiwa di Rwanda maupun di Yugoslavia yang merenggut ratusan nyawa rakyat
sipil serta terjadinya pelanggaran hak asasi manusia dimana dalam kasus Rwanda telah
terjadi pembantaian terhadap etnis Tutsi oleh bangsa Hutu yang mengakibatkan banyak
korban. Berkaca dari peristiwa diatas di mana berjuta-juta anak, wanita serta laki-laki
telah menjadi korban dari kekejaman yang sulit untuk dibayangkan 18, serta dapat
mengancam perdamaian, keamanan dan kesejahteraan dunia19 dan juga untuk
mengakhiri impunity bagi individu yang melakukan kejahatan tersebut dan
mengupayakan pencegahan kejahatan yang demikian20.
18
Pembukaan Statura Roma alinea ke-2 tentang Mahkamah Pidana Internasional tahun 1998
Ibid, alinea ke-3
20
Ibid, alinea ke-5
19
320
Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017
Menurut Jawahir Tantowi di dalam bukunya yang berjudul Hukum Internasional
Kontemporer, yang dimaksud dengan subyek hukum internasional adalah pemegang
atau pendukung hak dan kewajiban menurut hukum internasional.21 Sementara menurut
Mochtar Kusumaatmadja subyek hukum internasional dibedakan menjadi dua, yaitu
dalam arti yang sebenarnya adalah pemegang (segala) hak dan kewajiban menurut
hukum internasional, contohnya adalah negara, sedangkan dalam arti yang lebih luas
dan karena itu lebih luwes (fleksibel) yakni mencakup pula keadaan di mana yang
dimiliki itu hanya hak dan kewajiban yang terbatas, salah satu contohnya yaitu
individu.22Latar belakang dan dasar pemikiran tersebut akhirnya didirikanlah
Mahkamah Pidana Internasional/International Criminal Court (ICC).Mahamah Pidana
Internasional atau International Criminal Court (ICC) berkedudukan di The Hague
(Den Haag), Belanda yang mempunyai fungsi untuk mengadili kejahatan-kejahatan
paling serius dalam masyarakat internasional serta menjadi institusi pelengkap dari
pengadilan-pengadilan serta hukum nasional suatu negara dalam hal mengadili keempat
tipe kejahatan yang telah dijelaskan sebelumnya.
Mahkamah Pidana Internasional bertugas mengadili seseorang yang melakukan
kejahatan kemanusiaan seperti yang tertuang di dalam pasal 5 Statuta Roma..
Mahkamah Pidana Internasional dalam mengadili suatu kasus harus berdasarkan
tuntutan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa maupun dari penuntut23, penuntut disini dapat
diwakili oleh negara peserta. Penuntut dapat berinisiatif melakukan penyidikan
proporio motu berdasarkan informasi mengenai tindak pidana di bawah yuridiksi
mahkamah dan penuntut harus menganalisa keseriusan dari informasi yang diterima.24
Dalam masa penyelidikan harus ditemukan bukti-bukti yang menyatakan bahwa suatu
negara telah melakukan kejahatan kemanusiaan dan mencari siapa yang berada dibalik
pelaksanaan kejahatan kemanusiaan tersebut lalu dibawa dan diadili di Mahkamah
Pidana Internasional. Penerapan hukum oleh Mahkamah Pidana Internasional akan
menerapkan
unsur-unsur
tindak
pidana
dan
aturan
tentang
prosedur
serta
pembuktiannya, kemudian, jika pantas, perjanjian-perjanjian yang dapat diterapkan,
prinsip-prinsip dan peraturan dari hukum internasional, termasuk prinsip yang ada dari
21
Jawahir Tantowi, (2006), Hukum Internasional Kontemporer, Bandung, PT. Refika Aditama, hlm 104.
Mochtar Kusumaatmadja (1976), Pengantar Hukum Internasional, Putra Abardin, hlm 70.
23
William A. Schabas, (2004), Op.cit. hlm 119
24
Pasal 15 Statuta Roma
22
321
Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017
hukum internasional tentang konflik bersenjata, mahkamah dapat menerapkan prinsipprinsip dan peraturan seperti yang dijelaskan dalam keputusan-keputusan sebelumnya
(yurisprudensi) serta penerapan dan penafsiran dari hukum di dalam pasal ini harus
konsisten dengan hak asasi internasional yang diakui dan tidak mengadandung hal-hal
menentang yang menunjuk pada jenis kelamin, umur, ras, warna kulit, bahasa, agama
atau kepercayaan, pendapat politis atau opini lainnya, etnik atau asal usul, harta
kekayaan, kelahiran atau status lainnya.25
Mahkamah Pidana Internasional memiliki prinsip-prinsip dasar yang
digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan peradilan didalam dunia pidana
internasional. Prinsip-prinsip yang digunakan oleh Mahkamah Pidana Internasional
tertuang di dalam Statuta Roma. Prinsip Nullum Crimen Sine Lege merupakan salah
satu prinsip dasar yang tertuang di dalam Statuta Roma, di dalam pasal 22 Statuta Roma
yang berbuyi :
(1)”A person shall not be criminally responsible under this Statute unless
the conduct in question constitutes, at the time it takes place, a crime within
the jurisdiction of the Court.
(2)The definition of a crime shall be strictly construed and shall not be
extended by analogy. In case of ambiguity, the definition shall be
interpreted in favour of the person being investifated, prosecuted or
convicted”.
Selain asas Nullum Crimen Sine Lege¸ di dalam Statuta Roma juga dijelaskan
mengenai asas Nulla Poena Sine Lege26, yaitu“ A person convicted by the Court may be
punished only in accordance with this Statute”.
Asas terakhir yang terdapat di dalam Statuta Roma yaitu asas Non-Retroactiviy
Ratione Personae27, yaitu
(1)”No person chall be criminally responsible under this Statute for conduct
prior to the entry into force of the Statute
(2) in the event of a change in the law applicable to a given case prior to a
final judgement, the law more favourable to the person being investigated,
prosecuted or convicted shall apply”.
Ketiga prinsip diatas merupakan prinsip yang tertuang secara eksplisit di
dalam Statuta Roma, Konflik yang telah berlangsung di Darfur, Sudan telah
25
Pasal 21 Statuta Roma
Pasal 23 Statuta Roma
27
Pasal 24 statuta roma
26
322
Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017
berlangsung sangat lama bahkan sebelum berdirinya Mahkamah Pidana Internasional,
tetapi konflik yang dituntut oleh Jaksa Penuntut Luis Moreno Ocampo adalah konflik
yang terjadi pada tahun 2003. Seperti yang sudah penulis jelaskan pada bab sebelumnya
bahwa Mahkamah Pidana Internasional berdiri dengan berlandaskan Statuta Roma
tahun 1998 dan mulai bekerja pada tahun 2002, artinya kasus Sudan tidak melanggar
asas Non-Retroactivity Ratione Personae karena berdasarkan asas tersebut Mahkamah
Pidana Internasional hanya dapat mengadili konflik yang terjadi setelah terbentuknya
Mahkamah dan konflik Sudan terjadi setelah terbentuknya Mahkamah. Konflik yang
terjadi di Sudan juga memenuhi asas Nullum Crimen Sine Lege karena asas ini
mengatur bahwa seseorang dapat diadili di hadapan Mahkamah jika perbuatannya
termasuk ke dalam yurisdiksi dari Mahkamah. Konflik yang terjadi di Sudan secara
jelas masuk ke dalam yurisdiksi dari Mahkamah Pidana Internasional karena perbuatan
yang dilakukan oleh kelompok Janjaweed merupakan perbuatan genosida dan kejahatan
kemanusiaan. Omar Al-bashir yang dituduhkan sebagai orang yang bertanggung jawab
oleh Jaksa Penuntut Umum dapat diadili di hadapan Mahkamah Pidana Internasional,
sebagai seorang presiden pada hakekatnya dia harus melindungi warga negaranya, tetapi
pada kenyataannya Omar Al-bashir turut serta dan ia yang menyuruh kaum Janjaweed
untuk melakukan pembantaian atas etnis Fur, Masalit dan Zaghawa.
Seperti yang kita ketahui suatu statuta dapat berlaku bagi suatu jika suatu negara
meratifikasi statute tersebut. Sudan tidak ikut meratifikasi Statuta Roma tetapi ICC tetap
dapat masuk dan dapat mengadili Presiden Sudan Omar Al-bahsir karena di dalam pasal
13 ayat (1) Statuta Roma disebutkan bahwa
“A situation in which one or more of such crimes appears to have ben
committed is referred to the prosecutor by a state party in accordance with
article 14”.
Dimana bunyi dari pasal 14 Statuta Roma adalah sebagai berikut :
“(1) A state party may refer to the prosecutor a situation in which one or
more crimes within the jurisdiction of the court appear to have been
committed requesting the prosecutorto investigate the situation for the
purpose of determining whether one or more specific persongs should be
charged with the commission of sich crimes
(2) As far as possible, a referral shall specify the relevant circumstances
and be accompanied by such supporting documentation as is available to
the State referring the situation.
323
Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017
Menurut pasal 13 diatas yurisdiksi dari ICC dapat masuk ke dalam wilayah
Sudan walaupun Sudan tidak meratifikasi Statuta Roma bila dilakukan penuntutan oleh
negara peserta dari Statuta Roma. Melalui United Nations General Assembly resolution
3074 tahun 1973 menyatakan bahwa semua negara harus saling bekerja sama secara
bilateral atau multilateral untuk mengadili orang-orang yang bertanggung jawab atas
kejahatan perang dan kejahatan kemanusiaan.
Negara peserta Statuta Roma telah melakukan penuntutan melalui Jaksa
Penuntut Umum Luis Moreno Ocampo beserta dokumen-dokumen yang berisikan
tentang fakta yang mendukung dakwaan dari ICC digunakan sebagai bukti-bukti untuk
memperkuat dakwaan tersebut, maka dari itu Mahkamah Pidana Internasional dapat
masuk untuk mengadili Omar Al-bashir sebagai seorang yang bertanggung jawab atas
genosida ketiga etnis Fur, Masalit dan Zaghawa serta kejahatan kemanusiaan yang
mengakibatkan korban jiwa sebanyak 300.000 orang meninggal dunia dan sebanyak 2,5
juta orang terpaksa menjadi pengungsi, disamping itu Majelis Umum PBB telah
mengeluarkan United Nations General Assembly Resolution 1593 tahun 2005 tentang
situasi di Darfur, Sudan. Tidak ada alasan bagi ICC untuk tidak menerima ataupun
menolak untuk memeperkarakan kasus Sudan di hadapan Mahkamah Pidana
Internasional karena semua persyaratan dalam hal penerimaan perkara telah terpenuhi,
Sudan secara nyata tidak mau unwilling dan tidak mampu unable untuk mengadili Omar
Al-bashir, sebagian besar rakyat Sudan mendukung dan melindungi pemimpin
negaranya tersebut, sebagian besar para pejabat serta penegak hukum di Sudan sudah
tentu menjadi pendukung dan pelindung bagi Omar Al-bashir, dapat disimpulkan bahwa
para penegak hukum di Sudan tidak akan melakukan atau membuat suatu persidangan
serta menyelidiki dan menghukum Omar Al-bashir sebagai orang yang bertanggung
jawab atas konflik di Darfur, Sudan.
Resolusi tersebut Majelis Umum PBB memutuskan bahwa Pemerintah Sudan
dan semua pihak yang terlibat di dalam konflik Sudan harus bekerja sama dengan ICC
dan Penuntut Umum dalam penyelesaian kasus Sudan28. Hal ini berarti jika dilihat dari
asas serta yurisdiksi ICC yang dapat masuk ke dalam konflik Sudan, maka sudah
28
UNGA res 1593 tentang situasi di sudan
324
Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017
seharusnya pemerintah Sudan mau bekerja sama dengan ICC dan menyerahkan presiden
Sudan, Omar Al-bashir untuk diadili dihadapan Mahkamah Pidana Internasional.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil uraian dari pembahasanpenelitianini, disimpulkan Bahwa di
dalamHukumInternasionaldikenalsuatuhakkhusus
yang
manasetiap
orang
yang
memilikihaktersebutakanterbebasdarisegalajenishukum,
baikituhukumpidanamaupunhukumperdata yang dinamakanhakimunitas. Namun di
pihaklainnyaInternational Criminal CourtsebagailembagaperadilanberdasarkanStatuta
Roma memilikiyurisdiksidalam 4 pidanainternasional (genoside, kejahatankemanusiaan,
agresi, kejahatanperang).
KonteksPrahara
yang
terjadi
di
Darfur-
Sudan,sudahdapatdipastikanbahwaICCmemilikikewenangandalammengadiliPresiden
Sudan
Omar
Al-bashir,
(seperti
yang
kitaketahuiseorangPresidententunyamemilikihakimunitasterhadaphukum),
perbuatanpidanayang
telahdilakukanoleh
bawahyurisdiksi
ICC
Omar
Al-bashiradalahperbuatan
di
yaitukejahatankemanusiaandangenoside,
terlebihhalinimerupakanperbuatan yang melanggarJus Cogen. Kejahatankemanusiaan,
genosida,
sertakejahatanperang
yang
di
tuduhkankepada
Omar
Al-
bashirtermasukkedalampelanggaranHakAsasiManusiadan di dalampasal 27 Statuta
Roma
secarajelasmengatakanbahwakekebalantidakakanmembatasiMahkamahdalammelakukan
yurisdiksinya,
halinijugaberlakukepada
telahkehilanganhakimunitasnyasebagaikepalanegara,
Omar
Al-bashir
makadariitu
ICC
sebagailembagaperadilanpidanainternasionaldapatmasukkedalamwilayah
darinegara
Sudan
yang
untukmenangkapdanmembawaPresiden
Sudan
territorial
Omar
Al-
bashirkehadapanMahkamah.
.
Daftar Pustaka
Ibrahim,Johnny, (2007), TeoridanMetodologiPenelitianHukumNormatif,
Bayumedia Publishing.
Malang:
325
Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017
Tantowi,Jawahir. (2006),Hukum Internasional Kontemporer. Bandung: PT. Refika
Aditama
Kusumaatmadja,Mochtar, (1976). Pengantar Hukum Internasional. Putra Abardin
Abdussalam,R., (2001), Hukum Pidana Internasional, Jakarta: Restu Agung,
Schabas.William A. (2004), An Introduction to The International Criminal Court.
Cambridge University Press.
PeraturanPerundang-undangan
Statuta Roma tentang Mahkamah Pidana Internasional tahun 1998
United Nations General Assembly Resolution 1450 tahun 1953 tentang United Nations
Conferences on Diplomatic Intercourse and Immunities
United Nations General Assembly Resolution 3074 tahun 1973 tentang Principle of
International Cooperation In The Detection, Arrest, Extradition And
Punishment of Person Guilty of War Crimes And Crimes Against Humanity
United Nations Security Council Resolution 1593 tahun 2005 tentang Situation In
Darfur, Sudan, To Prosecutor of International Criminal Court
Website
http://pks-sudan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=49&Itemid=73
dikutip dari halaman PKS yang ditulis pada hari Senin, 15 Juni 2009
http://www.politik.lipi.go.id/index.php/in/kolom/politik-internasional/403-referendumpenutup-konflik-sudan
http://internasional.kompas.com/read/2010/07/14/03595775/ICC.Minta.Presiden.Sudan.
Ditangkap
http://www.elsam.or.id/downloads/1262941922_PB_Int_CLaw__hist__trib_s__ICC_Fu
ll_INDO.pdf
326
Download