1 1. PENDAHULUAN Rumput laut atau yang biasa disebut seaweed

advertisement
1
1. PENDAHULUAN
Rumput laut atau yang biasa disebut seaweed tidak memiliki akar, batang dan
daun sejati. Sargassum talusnya berwarna coklat, berukuran besar, tumbuh dan
berkembang pada substrat dasar yang kuat (Andi dan Sulaeman, 2007). Rumput laut
ini memiliki pigmen yang memberikan warna coklat dan dapat menghasilkan algin
atau alginat, laminarin, selulosa, fikoidin dan manitol yang komposisinya sangat
tergantung pada spesies (Maharani dan Widyayanti, 2010).
Rumput laut Sargassum mempunyai prospek pemasaran yang baik dan
mempunyai potensi dikembangkan dalam budidaya maupun pengolahan. Salah satu
rumput laut yang bernilai ekonomis dan perlu dibudidayakan adalah Sargassum
duplicatum yaitu rumput laut penghasil alginat sebanyak 69,67 %. Rumput laut ini
perlu dibudidayakan karena keberadaan Sargassum di alam semakin berkurang
karena banyak digunakan sebagai bahan kosmetik, makanan dan farmasi (Setianto et
al., 2008).
Sargassum duplicatum memiliki bentuk talus gepeng dengan banyak
percabangan yang menyerupai pepohonan di darat. Bangun daun melebar, lonjong
seperti pedang, memiliki gelembung udara yang umumnya soliter, batang utama
bulat agak kasar, dan holdfast (bagian yang digunakan untuk melekat) berbentuk
cakram. Pinggir daun bergerigi jarang, berombak, dan ujung melengkung atau
meruncing (Anggadiredja et al. 2008). Sargassum duplicatum biasanya dicirikan oleh
tiga sifat yaitu adanya pigmen coklat yang menutupi warna hijau, hasil fotosintesis
terhimpun dalam bentuk laminaran dan alginat (Tjondronegoro et al., 1989).
Rumput laut Sargassum duplicatum tumbuh dengan baik di daerah pasang
surut atau daerah yang selalu terendam air sampai batas kedalaman 0,5-10 m. Pada
kedalaman ini intensitas cahaya yang diterima oleh rumput laut masih mencukupi.
2
Daerah pantai terumbu, merupakan habitat yang khas karena akan memperoleh aliran
air laut yang tetap, variasi suhu harian yang kecil dan substrat berupa terumbu karang
mati (Aslan, 2006).
Keberhasilan budidaya selain dipengaruhi oleh lingkungan juga metode yang
digunakan. Lingkungan yang sesuai untuk budidaya rumput laut Sargassum adalah
dasar perairan stabil yang terdiri dari patahan karang mati (pecahan karang) dan pasir
kasar serta bebas dari lumpur, dengan gerakan air (arus) yang cukup 20-40 cm/detik.
Suhu perairan 27,25 - 29,30 0C dan salinitas 32-33,5 o/oo. Kedalaman air yang baik
untuk pertumbuhan Sargassum adalah antara 2-15 m pada saat surut terendah untuk
metode apung.
Budidaya Sargassum duplicatum dipilih perairan yang secara alami
ditumbuhi oleh komonitas dari berbagai makro alga seperti Ulva, Caulerpa, Padina,
Hypnea dan lain-lain, hal ini merupakan salah satu indikator bahwa perairan tersebut
cocok untuk budidaya Sargassum duplicatum kemudian sebaiknya bebas dari hewan
air lainnya yang besifat herbivora.
Perairan Nusa Kambangan Cilacap memungkinkan untuk budidaya rumput
laut. Pantainya yang luas dengan panjang pantai kurang lebih 60 km belum
dimanfaatkan secara optimal, selain untuk tempat pariwisata. Perairan pantai
mempunyai gelombang tidak terlalu besar, kedalaman air saat pasang mencapai 210
cm sedangkan saat surut 100 cm dapat untuk budidaya rumput laut, salah satunya
Sargassum duplicatum yang dapat menghasilkan nilai tambah bagi masyarakat non
nelayan antara lain dapat untuk membuat makanan (oseng) dan menghasilkan alginat
(Utojo, 2008).
Metode disesuaikan dengan kondisi fisik serta kimia perairan yang digunakan
sebagai lahan budidaya (Rasyid, 2004). Berdasarkan posisi penanamannya, metode
3
budidaya rumput laut dibagi menjadi tiga yaitu metode dasar (botton method),
metode lepas dasar (off botton method) dan metode apung (floating method)
(Arfianto, 1989).
1. Metode dasar merupakan metode pembudidayaan rumput laut menggunakan benih
dengan berat tertentu, yang telah diikat kemudian ditebarkan ke dasar perairan,
atau sebelum ditebarkan benih diikat dengan batu karang.
2. Metode lepas dasar dilakukan dengan mengikatkan benih rumput laut (yang telah
diikat dengan tali rafia) pada rentangan tali nilon atau jaring di atas dasar perairan
dengan menggunakan pancang-pancang kayu atau bambu. Cara ini dikerjakan
dengan mengikat bibit rumput laut pada tali-tali yang dipatok secara berjajar-jajar
di daerah perairan laut dengan kedalaman antara 50 - 75 cm. Rumput laut ditanam
di dasar perairan.
3. Metode apung adalah metode penanaman dengan posisi rumput laut terletak di
dekat permukaan air. Keuntungan yang diperoleh dari metode apung adalah
pertumbuhan rumput laut menjadi lebih baik karena proses fotosintesis dapat
berlangsung dengan baik sehingga produksinya akan lebih tinggi apabila
dibandingkan dengan metode lain, dapat digunakan pada semua jenis perairan.
Sistem penanaman pada metode-metode tersebut dapat dilakukan secara tali
tunggal dan jaring. Pada sistem tali tunggal, dapat diterapkan di perairan yang dalam
maupun dangkal. Budidaya dengan sistem tali tunggal memiliki kekurangan
pertumbuhannya yang sudah besar (2 - 3 minggu setelah tanam) biasanya talus
rumput laut tersebut mudah patah dan hanyut terkena ombak maupun arus serta
mudah rusak akibat adanya predator seperti ikan. Pada sistem jaring dibuat dengan
tali dengan jarak yang disesuaikan dengan kebutuhan. Pada sistem jaring lebih
praktis dan efisien menggunakan jaring tubuler, karena lebih dapat melindungi bibit.
4
Pada sistem jaring tubuler bibit rumput laut akan terlindungi dari herbivora dan
ombak, sehingga akan menghasilkan rumput laut yang berkualitas baik.
Keberhasilan pada sistem penanaman dipengaruhi juga oleh penggunaan
bibit. Bibit yang baik dan bobot yang sesuai akan meningkatkan pertumbuhan. Ciriciri bibit yang baik yaitu muda, bersih dari kotoran, segar, lendirnya masih banyak,
lentur (tidak mudah patah), talus lengkap (tidak ada bekas dimakan ikan atau
predator) dan warna masih cerah. Biasanya bibit yang baik berasal dari induk yang
sehat dan dipilih dari hasil budidaya karena bebas dari jenis rumput laut lain.
Sargassum duplicatum merupakan rumput laut yang belum banyak di
budidaya, karena perolehan rumput laut jenis Sargassum duplicatum masih didapat
dari alam, saat ini perlu dibudidayakan karena keberadaannya semakin berkurang.
Rumput laut Sargassum duplicatum memiliki manfaat, diantaranya :
1. Sebagai sumber penghasil alginat yang digunakan sebagai bahan pembuat
cangkang kapsul, emulsifier dan stabilizer.
2. Berguna untuk kosmetik, kandungan koloid alginatnya digunakan sebagai bahan
pembuat sabun, shampo dan cat rambut.
Berdasarkan uraian di atas maka muncul permasalahan :
1. Apakah metode budidaya dan bobot awal yang berbeda pada sistem penanaman
jaring tubuler akan berpengaruh pada pertumbuhan dan produksi Sargassum
duplicatum.
2. Metode budidaya apa dan bobot awal berapa yang menghasilkan pertumbuhan dan
produksi Sargassum duplicatum tertinggi di perairan Nusa Kambangan Cilacap.
Berdasarkan permasalahkan tersebut muncul tujuan untuk :
1. Mengetahui pengaruh sistem jaring tubuler dengan bobot awal dan metode yang
berbeda terhadap pertumbuhan dan produksi Sargassum duplicatum
5
2. Menentukan metode dan bobot awal yang menghasilkan pertumbuhan dan
produksi Sargassum duplicatum tertinggi di perairan Nusa Kambangan Cilacap.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
pertumbuhan dan produksi Sargassum duplicatum dengan menggunakan sistem
jaring tubuler dengan bobot awal yang berbeda di perairan Nusa Kambangan
Cilacap.
Menurut Papilla (2008) pertumbuhan pada rumput laut dapat diketahui
dengan menimbang pertambahan berat basah. Secara umum pertambahan berat basah
rumput laut dipengaruhi oleh bibit dan sistem budidaya yang digunakan.
Pertumbuhan rumput laut Eucheuma cottonii menggunakan jarak tanam 25 x 20 cm
pada sistem jaring tubuler dengan bobot awal 100 g mempunyai hasil tertinggi
karena ruang tumbuh lebih luas bila dibanding dengan bobot awal 50 g dan 125 g.
Bobot rumput laut jenis Gracilaria verrucosa yang sering digunakan untuk budidaya
adalah 75 g sampai 100 g pada sisitem jaring tubuler mempunyai hasil tertinggi.
Penggunaan bobot awal bibit pada usaha pembudidaya menjadi salah satu faktor
penting dalam pertumbuhan rumput laut itu sendiri.
Penyinaran matahari akan lebih baik pada metode apung dibandingkan
dengan metode lepas dasar. Metode apung merupakan metode yang baik digunakan
dibandingkan dengan metode lepas dasar. Metode apung cocok untuk perairan
dengan dasar perairan yang berkarang dan pergerakan airnya didominasi oleh ombak.
Pertumbuhan rumput laut akan lebih baik karena penetrasi cahaya lebih efektif di
permukaan dari pada di dasar perairan dalam proses fotosintesis, sebaliknya tetapi
kelebihan cahaya yang masuk mengakibatkan rumput laut menjadi layu.
Berdasarkan landasan pemikiran yang telah dikemukakan, maka hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
6
1. Penggunaan metode budidaya dan bobot awal berbeda dapat menghasilkan
pertumbuhan dan produksi Sargassum duplicatum berbeda di perairan Nusa
Kambangan Cilacap.
2. Metode apung dan bobot awal 50 g dengan sistem jaring tubuler, akan
menghasilkan pertumbuhan dan produksi Sargassum duplicatum tertinggi di
perairan Nusa Kambangan Cilacap.
Download