MB. Pengenalan Konsep permukiman perkotaan

advertisement
KONSEP
PENGEMBANGAN/
PENATAAN
PERMUKIMAN
PERKOTAAN YANG
BERKELANJUTAN
1
KERANGKA DISKUSI:
1.
2.
3.
4.
5.
Krisis Perkotaan;
Kebijakan Pengembangan/Penataan
Permukiman Perkotaan yang Berkelanjutan
Pengenalan Konsep Pengembangan
/Penataan Permukiman Perkotaan ;
Prinsip dan Dimensi Sustainable Urban
Development;
Sustainable Urban Development Strategies;
2
BEBERAPA FAKTA URBANISASI YANG
MEMUNCULKAN KRISIS DI PERKOTAAN




Di Indonesia, perkembangan kota mengkonsumsi sekitar
25.100 Ha lahan per tahun, belum termasuk untuk kawasan
industri, parwisata, dan pembangunan regional; Pada tahun
2020, penduduk perkotaan di Indonesia akan mencapai 127
juta jiwa, dan akan terdapat paling tidak 23 kota dengan
penduduk di atas 1 juta jiwa;
Sekitar 60% penduduk kota di negara-negara berkembang
tinggal di lingkungan perumahan yang tak terencana dengan
dukungan infrastruktur yang minimal, memunculkan
Kekumuh an Kota;
Budaya/prilaku masyarakat di Lingkungan perumahan tidak
terencana belum memperhatikan kualitas lingkungan
huniannya
Dihampir semua kota-kota di negara berkembang, tigaperempat sampah kota tidak dapat ditangani oleh pemerintah
kota.
3
2. KRISIS PERKOTAAN:
Perkembangan SOSIAL, EKONOMI dan
LINGKUNGAN kota yang TIDAK
TERENCANAA menyebabkan inefisiensi
lahan;
Keterbatasan lahan untuk perkembangan
pembangunan permukiman perkotaan dan
nilai lahan yang tinggi menyebabkan
munculnya area squater (permukiman
tumbuh pada lahan ilegal);
Terjadinya pelanggaran peruntukan lahan
permukiman
Pelayanan Transportasi rendah
memunculkan kemacetan/pemborosan
energi;
Budaya/Prilaku masyarakat penghuni
perkotaan mendukung terjadinya kekumuh
an
Keterbatasan Pelayanan RTH/Ruang Publik
Keterbatasan pelayanan sarana prasarana
dasar dan kegiatan usaha/sumber
penghidupan di kawasan permukiman
4
RUANG PUBLIK
DIKAWASAN
PERMUKIMAN PADAT,
TIDAK TEREALISASI!
Terjadi proses
komodifikasi/komersialisasi dan
privatisasi ruang kota;
Keterbatasan lahan di lingkungan
permukiman padat perkotaan,
menghambat dalam penyediaan
Ruang-ruang PUBLIK!
Masih terdapat ruang-ruang publik,
tapi tidak dimanfaatkandiberdayakan-dioptimalkan;
Perlu “advocacy dan kreatifitas”
dalam penyediaan ruang-ruang
publik dilingkungan permukiman
padat perkotaan.
5
URBANISASI versus KRISIS / PERSOALAN perkembangan
lingkungan permukiman perkotaan








Sekitar 60% penduduk kota tinggal
diperumahan/kampung dengan infrastruktur
(air bersih, sanitasi) yang kurang memadai;
Kondisi air minum di beberapa kota di
Indonesia tidak/kurang layak;
Sebagian kampung sebagai potret
“kekumuh an” perkotaan
Tidak terdapat ruang-ruang publik yang
memadai;
Tidak cukup taman dan ruang terbuka hijau
kota;
Sebagian rumah penduduk tidak dilengkapi
dengan KM/MCK;
Kapasitas daya dukung kota menurun, tidak
sebanding dengan beban/manfaatnya.
Sumber penghidupan Kampung Kota tidak
terkelola dengan baik
6
3. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN /PENATAAN
PERMUKIMAN PERKOTAAN YANG BERKELANJUTAN








Draf Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019 (RPJMN
III) milik Kementerian Pekerjaan Umum RI: KOTA-KOTA DIINDONESIA SD
2019 BEBAS KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH.
"Penghapusan permukiman kumuh menjadi target umum dari program
memenuhi ketersediaan infrastruktur dasar dan standar pelayanan minimum
(SPM) perkotaan
Indikator pertama, kata dia, berkurangnya proporsi rumah tangga yang
menempati hunian dan permukiman tidak layak menjadi 0 persen.
Kedua, meningkatnya akses penduduk terhadap air minum layak menjadi 100
persen. Ketiga, meningkatnya akses sanitasi menjadi 100 persen.
Kebijakan pertama: penataan permukiman di atas tanah illegal (squatter),
solusinya adalah merelokasi warga ke Rusunawa yang sudah dibangun.
Kebijakan kedua, pada permukiman kumuh di atas tanah legal (slum area),
solusinya adalah menerapkan program peningkatan kualitas lingkungan
permukimannya. seperti yang diterapkan dalam program Kampung
Improvement Program (KIP) untuk kampung miskin perkotaan (Miskot).
PEMDA DKI JAKARTA: menerapkan kampung deret dan kampung susun
Dsb...sesuaikan dengan kebijakan pemerintah daerah setempat.
7
4. PENGENALAN ALTERNATIF KONSEP PENGEMBANGAN /
PENATAAN PERMUKIMAN PERKOTAAN YANG
BERKELANJUTAN

Prinsip pengembangan/penataan permukiman
padat dan miskin
Memperhatikan dimensi lingkungan, sosial dan kultural masyarakat perkotaan, untuk
mewujudkan keteraturan kawasan;
Mewujudkan prinsip-prinsip keadilan antar dan lintas generasi dalam kawasan
permukiman;
Kawasan permukiman harus mempunyai “ciri” / “identitas”, sebagai lingkungan
hunian yang teratur, bersih dan sehat;
Memenuhi kebutuhan pelayanan sarana dan prasarana dasar permukiman
Desain kawasan yang kreatif dan mampu mendukung perubahan prilaku/budaya
penghuni kawasan
Terbangunnya Komitmen Pemerintah daerah, masyarakat dan stakeholder lain dalam
mewujudkan permukiman perkotaan yang teratur, bersih dan sehat
8
4. PENGENALAN KONSEP PENGEMBANGAN / PENATAAN
PERMUKIMAN PERKOTAAN YANG BERKELANJUTAN

Aternatif Konsep Pengembangan/Penataan
Kawasan permukiman perkotaan
Rehabilitasi kawasan permukiman
Revitalisasi kawasan
Green and Clean
Kampung Hijau
Kampung ramah lingkungan
Water/River Front City
Kampung wisata
Green City/Green Vilage
Berbagai Alternatif Konsep Lainnya dapat di
dicari dalam google
9
DARI PLPBK
MENUJU GREEN VILLAGE DAN
GREEN CITY
DARI PLPBK
MENUJU GREEN VILLAGE DAN
GREEN CITY
DARI PLPBK
MENUJU GREEN VILLAGE DAN
GREEN CITY
Keterbatasan
Dana
Pembangunan
• Hibah lahan
• Penggantian fisik
bangunan
• Konsolidasi lahan
• Ganti rugi tanah
• Pemberian insentif
• Kemitraan
• Chaneling
• Swadaya masyarakat
Sungai
yang
Tercemar
Berat
Keterbatasan
Lahan Pembangunan
BRW
• Operasional
kawasan BRW
• Lembaga pengawas
dan pengendali
BRW
• Pengelola aktifitas
dan regulasi BRW
Kelembaga
an
pengelola
kawasan
Kerjasama
Antar
Lembaga
Pembangunan
( Badan
Otoritas )
Perilaku
dan
Dukungan
Warga
• Pembangunan
IPAL batik skala
rumah tangga
• Musyawarah Antar
Kelurahan (MAK)
• Advokasi kebijakan
penanggulangan
pencemaran
kepada pemerintah
• Pemasaran
• Pengelolaan danadana
pembangunan
• Koordinasi antar
stakeholders
• Monitoring dan
evaluasi
pembangunan
• Budaya kebersihan dan kesadaran
lingkungan
• Pemahaman BRW oleh warga
• Sistem kekerabatan dan kelembagaan sosial
PRINSIP DAN DIMENSI KOTA YANG
BERKELANJUTAN
Lima syarat untuk mewujudkan Kota yang Berkelanjutan:
1.
2.
3.
4.
5.
Pemerataan dalam distribusi keuntungan
pertumbuhan ekonomi;
Akses terhadap kebutuhan dasar manusia;
Keadilan sosial dan hak-hak kemanusiaan;
Kepedulian dan integritas lingkungan; dan
Kepedulian terhadap adanya perubahan sepanjang
ruang dan waktu.
(Drakakis and Smith, 1997)
PERAN PENTING PEMERINTAH KOTA
1.
Pemerintah kota harus lebih PROGRESIF dan mengambil INISIATIP dalam
mewujudkan lingkungan permukiman perkotaan yang teratur, bersih dan
sehat (bebas kumuh);
2.
Pemerintah kota punya kewenangan unutk MENGINTERVENSI dan
MENGONTROL proses pembangunan kawasan yang berpihak pada prinsip
keadilan;
3.
Pemerintah Kota harus CERDAS, mengembangkan berbagai
INSTRUMEN dan STRATEGI pengelolaan PEMBANGUNAN KAWASAN
PERMUKIMAN perkotaan;
4.
Pemerintah Kota harus Berani melakukan PEMIHAKAN untuk
kepentingan PUBLIK;
5.
Pemerintah Kota harus mengamankan dan mengoptimalkan pemanfaatan
potensi sumber penghidupan di kawasan permukiman perkotaan
6.
Pemerintah harus BERMITRA dengan masyarakat dan pihak swasta.
Kampung Romo Mangun:
Memanusiakan mereka yang
terpinggir dan teraniaya!
16
Komunitas Cinta Kampung
Komunitas Cinta Kampung (KONTAK) merupakan kumpulan pemuda pemeduli lingkungan yang lahir
atas inisiasi warga masyarakat saat pelaksanaan kegiatan pemetaan swadaya tahun 2009 lalu.
Seiring berjalannya waktu, KONTAK berkembang menjadi sebuah forum yang memiliki struktur
organisasi dan bergerak tidak hanya dibidang lingkungan (pengelolaan sampah dan sosialisasi
gerakan penghijauan) namun juga kegiatan sosial seperti sunatan massal dan pembukaan akses
lapangan pekerjaan bagi pemuda setempat pada perusahaan/kantor-kantor yang ada di lingkungan
sekitar BRW. KONTAK juga berperan aktif dalam memasarkan pembangunan kawasan BRW ke
sejumlah stakeholders potensial dan menjadi motor dalam pelaksanaan pembangungan fisik
kawasan.
ruang publik yang aksesibel, bagi
masyarakat , anak-anak, remaja,
pedagang, termasuk yang difabel
AKSESIBILITAS UNTUK SEMUA
masyarakat juga dapat
memanfaatkannya…
MENJADIKAN JALAN-JALAN
KOTA AMAN UNTUK SEMUA
18
TERIMAKASIH
19
Download