MODUL PERKULIAHAN SEJARAH DESAIN Perkembangan Desain di Indonesia Fakultas Program Studi Desain dan Seni Kreatif Desain Produk Modul 11 Abstract Sejarah perkembangan desain di Indonesia yang mengadopsi kearifan lokal, beberapa di antaranya dipengaruhi perkembangan desain dunia secara global. Desain-desain tersebut berkembang menyertai kemajuan teknologi, budaya, ekonomi dan gaya hidup, di antaranya: Desain Produk, Desain Komunikasi Visual, Desain Grafis, Desain Interior, Desain Busana, dan Desain Arsitektur Kode MK Disusun Oleh MK 19051 Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn Kompetensi Mahasiswa mengetahui perkembangan sejarah, periode, tokoh-tokoh dan karya desain di Indonesia. Pendahuluan Modul 11 Perkembangan Desain di Indonesia A. Pengantar Sejarah perkembangan desain di Indonesia yang mengadopsi kearifan lokal, beberapa di antaranya dipengaruhi perkembangan desain dunia secara global. Desaindesain tersebut berkembang menyertai kemajuan teknologi, budaya, ekonomi dan gaya hidup, di antaranya: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Desain Produk Desain Komunikasi Visual Desain Grafis Desain Interior Desain Busana Desain Arsitektur B. Desain Produk di Indonesia Saat ini usia desain produk di Indonesia sudah mencapai lebih 42 tahun. ITB sebagai institusi pendidikan pertama di Indonesia yang membuka program studi desain produk pada tahun 1972 berperan besar dalam membentuk desainer produk Indonesia. Berkembangnya seni dan desain tidak terlepas dari lembaga pendidikan tersebut di samping beberapa perguruan tinggi lainnya di Indonesia. Setiap tahunnya lembaga pendidikan seni dan desain mencetak lulusan-lulusan yang diharapkan dapat menjadi penggerak seni dan desain di masyarakat. Cakupan desain produk sangat luas sehingga perlu dilakukan pengklasifikasian mengenai bagian-bagian apa saja yang termasuk dalam bidang desain produk. 1. Keprofesian Saat ini pemerintah sudah sangat mendukung perkembangan desain produk. Desain produk masuk ke dalam Rencana Kerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Rencana pengembangan ekonomi kreatif Indonesia dicanangkan sampai 10 tahun ke depan, yaitu tahun 2025. Menurut Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2009 tentang Ekonomi Kreatif, ekonomi kreatif Indonesia dikelompokkan menjadi: (1) arsitektur; (2) desain; (3) fesyen; (4) film, video, dan fotografi; (5) kerajinan; (6) musik; (7) pasar seni dan barang antik; (8) penerbitan dan percetakan; (9) periklanan; (10) permainan interaktif; (11) penelitian dan 2016 2 SEJARAH DESAIN Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id pengembangan; (12) seni pertunjukan; (13) teknologi informasi dan piranti lunak; (14) televisi dan radio; dan (15) kuliner. Sarana untuk perlindungan HAKI pun sudah tersedia, hanya perlu disosialisasikan lagi. Kawasan Asia Pasifik, termasuk Indonesia, memiliki perjanjian internasional khusus mengenai Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI) sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Agreement on Trade Relates Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPs). Perjanjian tersebut menyebutkan bahwa HAKI terdiri dari: (1) hak cipta dan hak terkait; (2) merk dagang; (3) indikasi geografis; (4) desain industri; (5) paten; (6) tata letak sirkuit terpadu; (7) perlindungan informasi rahasia; dan (8) kontrol terhadap praktek persaingan usaha tidak sehat dalam perjanjian lisensi. Peraturan HAKI mengenai desain produk ada pada bagian Desain Industri. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri, pada pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa, “Desain Industri adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau komposisi garis atau warna, atau gabungan daripadanya yang berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang memberikan kesan estetis dan dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang, komoditas industri, atau kerajinan tangan.” Klasifikasi produk yang diajukan disesuaikan dengan klasifikasi padaLocarno Agreement. Desain produk memiliki potensi yang besar untuk meningkatkan kualitas dan mengembangkan keprofesiannya. Hak Desain Industri berlaku untuk jangka waktu 10 tahun. Dalam waktu tersebut apabila desain digunakan oleh pihak lain dan diadukan, pihak tersebut dapat dikenakan hukuman pidana penjara paling lama 4 tahun atau denda maksimal Rp 300.000.000,00. Menurut data Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia sampai saat ini baru 26 Hak Desain Industri yang sudah terdaftar. Sangat sedikit jika dibandingkan dengan banyaknya karya desain yang dihasilkan. Satu hal yang menjadi kendala, sejauh ini belum siapnya industri di Indonesia untuk menghargai peran desainer. Daya serap industri di Indonesia untuk pekerjaan terkait desain produk masih sedikit. Pada hal sebenarnya perusahaan-perusahaan membutuhkan jasa desainer, namun seringkali kesadaran desain masih kurang dan tidak menganggap desain sebagai elemen penting dalam membangun perusahaan. Gaji desainer pun masih tergolong kecil (hanya sedikit di atas upah minimum rata-rata) dan belum memiliki jenjang karir yang jelas. Dampaknya apabila seorang desainer ingin berkembang, ia memiliki kecenderungan untuk mencari pekerjaan baru. Perlu dilakukan sosialisasi secara mendalam mengenai dampak positif desain, yang sangat baik untuk leverage perusahaan. Kampanye mengenai hal ini pernah dilakukan 2016 3 SEJARAH DESAIN Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id oleh Design Council dalam video The Value of Design. Design Council ingin menyampaikan bahwa setiap dana yang dikeluarkan untuk proses desain, walaupun mahal, akan meningkatkan pendapatan perusahaan berkali-kali lipat. Desain adalah sebuah investasi. Untuk menjadi seorang desainer profesional, dibutuhkan suatu sertifikasi khusus. Bidang teknik dan arsitektur telah lama menggunakan Surat Keterangan Ahli (SKA) sebagai standar keprofesiannya. Pada perkembangannya Himpunan Desainer Interior Indonesia (HDII) turut menerima pengurusan SKA Desainer Interior khusus anggotanya. Dalam SKA terdapat pembagian berdasarkan pengalaman kerja dan proyek yang pernah ditangani yaitu: ahli muda, ahli madya, dan ahli utama. Dengan SKA keprofesionalitasan seorang desainer terjamin dan akan lebih mudah saat menangani proyek-proyek pemerintahan. Sudah waktunya desainer diperkuat dengan back up asosiasi. Agar desainer khususnya desainer produk lebih diakui. Asosiasi penting untuk membangun branding desain produk di Indonesia. Asosiasi juga dapat mengakomodasi adanya dialog antar desainer dengan berbagai latar belakang yang akhirnya dapat memperluas networking. Beberapa asosiasi terkait desain produk di Indonesia adalah: Asosiasi Desainer Produk Indonesia (ADPI); Product Design Focus (PDF); Himpunan Mahasiswa Desain Produk Anak Negeri (HADEPAN); Himpunan Desainer Mebel Indonesia (HDMI); dan Asosiasi Mebel dan Kerajinan Indonesia (AMKRI). Dokumentasi dan pengarsipan data-data desain maupun desainer dapat dibantu melalui media dan asosiasi. Apalagi saat ini mengolah arsip dalam bentuk digital sangat mudah. Dengan dokumentasi dan pengarsipan yang baik, Indonesia dapat mewujudkan citacita untuk memiliki Museum Desain Nasional. Sejarah desain Indonesia serta produk-produk ikonik pada suatu era tidak lagi tercecer tanpa pernah diketahui generasi selanjutnya. C.Desain Komunikasi Visual Sebelum kita membahas perkembangan desain Komunikasi Visual di Indonesia, ada baiknya kita mengetahui pengertian Desain Komunikasi Visual itu sendiri. Agar lebih dapat memiliki pengertian jelas dan luas di smping definisi Desain Grafis yang beberapa periode berkembang di Indonesia. 1.Pengertian Desain Komunikasi Visual Desain Komunikasi Visual adalah ilmu yang mempelajari konsep komunikasi dan ungkapan kreatif, teknik dan media untuk menyampaikan pesan dan gagasan secara visual, termasuk audio dengan mengolah elemen desain grafis berupa bentuk gambar, huruf dan warna, serta tata letaknya, sehingga pesan dan gagasan dapat diterima oleh sasarannya. Maka dari pengertian ini Desain Komunikasi Visual adalah pengembangan Desain Grafis. 2016 4 SEJARAH DESAIN Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Desain Komunikasi Visual adalah ilmu yang mengembangkan bentuk bahasa komunikasi secara visual berupa pengolahan pesan-pesan untuk tujuan sosial atau komersial, dari individu atau kelompok ditujukan kepada individu atau kelompok lainnya. Pesan dapat berupa informasi produk, jasa atau gagasan yang disampaikan kepada target audience, dalam upaya peningkatan usaha penjualan, peningkatan citra dan publikasi program pemerintah. Pada prinsipnya desain komunikasi visual adalah perancangan untruk menyampaikan pola pikir dari penyampaian pesan kepada penerima pesan, Berupa bentuk visual yang komunikatif, efektif, efisien dan tepat. terpola dan terpadu serta estetis. Melalui media tertentu sehingga dapat mengubah sikap positif sasaran. Elemen desain komunikasi visual adalah gambar/foto, huruf, warna dan tata letak dalam berbagai media. Baik media cetak, massa, elektronika maupun audio visual. Akar bidang desain komunikasi visual adalah komunikasi budaya, komunikasi sosial dan komunikasi ekonomi. Desain Komunikasi Visual baru populer di Indonesia pada tahun 1980-an yang dikenalkan oleh desainer grafis asal Belanda bernama Gert Dumbar. Karena menurutnya desain grafis tidak hanya mengurusi cetak-mencetak saja. Namun juga mengurusi moving image, audio visual, display dan pameran. Sehingga istilah desain grafis tidaklah cukup menampung perkembangan yang kian luas. Maka dimunculkan istilah desain komunikasi visual seperti yang kita kenal sekarang ini. 2. Fungsi Desain Komunikasi Visual Adapun fungsi Desain Komunikasi Visual yaitu: 1). Sebagai sarana identifikasi fungsi dasar yang utama. Identitas seseorang dapat mengatakan tentang siapa orang itu, atau dari mana asalnya. Demikian juga dengan suatu benda atau produk, jika mempunyai identitas akan dapat mencerminkan kualitas produk itu dan mudah dikenali, baik oleh produsen maupun konsumen sebagai sarana informasi dan instruksi 2). Sebagai sarana informasi dan instruksi, desain komunikasi visual yang menunjukkan hubungan antara suatu hal dengan hal yang lain dalam petunjuk, arah, posisi dan skala; contohnya peta, diagram, simbol dan penunjuk arah. Sebagai sebagai sarana presentasi dan promosi. 3.Tujuan Desain Komunikasi Visual Tujuan dari desain komunikasi visual sebagai sarana presentasi dan promosi adalah untuk menyampaikan pesan, mendapatkan perhatian (atensi) dari mata (secara visual) dan membuat pesan tersebut dapat diingat; contohnya poster. 2016 5 SEJARAH DESAIN Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Desain komunikasi visual atau lebih dikenal di kalangan civitas akademik di Indonesia dengan singkatan DKV pada dasarnya merupakan istilah penggambaran untuk proses pengolahan media dalam berkomunikasi mengenai pengungkapan ide atau penyampaian informasi yang bisa terbaca atau terlihat. Desain Komunikasi Visual erat kaitannya dengan penggunaan tanda-tanda (signs), gambar (drawing), lambang dan simbol, ilmu dalam penulisan huruf (tipografi), ilustrasi dan warna yang kesemuanya berkaitan dengan indera penglihatan. Proses komunikasi di sini melalui eksplorasi ide-ide dengan penambahan gambar baik itu berupa foto, diagram dan lain-lain serta warna selain penggunaan teks sehingga akan menghasilkan efek terhadap pihak yang melihat. Efek yang dihasilkan tergantung dari tujuan yang ingin disampaikan oleh penyampai pesan dan juga kemampuan dari penerima pesan untuk menguraikannya. 4.Perkembangan Desain Komunikasi Visual di Indonesia dan Tantangannya Perkembangan desain saat ini cukup berkembang pesat di Indonesia karena seiring dengan berkembangnya teknologi di Indonesia yang semakin canggih pula, misalnya saja jika ditinjau dari segi desain - desain yang sudah ada terutama desain multimedia dan banyaknya software - software yang sangat mendukung dalam pembuatan desain pada saat ini. Dari perkembangan desain yang semakin pesat di indonesia terutama perkembangan multimedia, didapatkan informasi ternyata ada sebuah software yang bisa menjawab semua itu dalam pembuatan desain terutama dalam melayout, yaitu dengan Adobe In-Design. Kehadiran Adobe In-Design memang belum terlalu banyak disambut banyak orang terbukti dengan dominasi Adobe Page Maker yang semakin kuat tetapi Adobe Crop sudah mengambil sebuah keputusan tidak lagi mengembangkan Page Maker, dan InDesign hadir untuk menggantikan Page Maker. Adobe In-Design adalah sebuah inovasi yang sangat berguna bagi seorang designer grafis dalam melayout atau untuk membuat publikasi. In-Design menyediakan beragam tool canggih serta fasilitas-fasilitas menarik yang akan membantu anda membuat publikasi menawan. untuk sekedar informasi saja program ini cukup mudah untuk dipelajari karena merupakan pengembangan dari software-software yang sudah ada di dalam mendesign. Oleh sebab itu dengan adanya In-Design dapat memformat karakter dan paragraf, memanipulasi gambar, membuat berbagai macam efek, menggunakan beberapa halaman master pada sebuah dokumen, membuat transparasi, mencetak halaman siap, melakukan proses separasi, dan lain-lain. 2016 6 SEJARAH DESAIN Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Program Adobe In-Design memang sangat membantu untuk membuat design halaman publikasi tetapi memang masih saja ada kekurangan dalam program ini. oleh karena itu. Kita masih menanti perkembangan design khususnya dalam software In-Design yang akan datang sehingga mampu menggunakan dan mengeksplorasi fasilitas-fasilitas yang disediakan. Juga berusaha memahami materi secara terstruktur terhadap aplikasi baru yang akan disajikan terhadap Adobe In-Design. Selain software- software canggih yang belakangan ini sudah mulai bermunculan, ada satu hal lagi yang mengalami perkembangan yaitu faktor sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang dimaksud di sini adalah seseorang yang terjun dan berkecimpung di dalam dunia desain, baik secara otodidak ataupun pendidikan formal. Terbukti dengan makin maraknya ajang perlombaan design dan event- event pameran dengan tujuan memperkenalkan dunia desain kepada khalayak. Setiap ada perkembangan dan kemajuan, di situlah ada tantangan yang akan dihadapi. Tidak selalu suatu hal akan terus maju dan berkembang tanpa adanya suatu tantangan. Dari tantangan itulah kita belajar dan maju untuk memperoleh hasil yang maksimal. Isu yang belakangan ini sedang hangat diperbincangkan oleh sebagian orang yang mendalami dunia design komunikasi visual adalah ”Advertising down dan dikuasai oleh Advertising asing ”. Jika hal ini memang terjadi tentu memprihatinkan dan pelik. Dunia desain yang notabene merupakan sahabat dari ilmu advertising yang dahulu terkendala karena adanya keterbatasan alat penunjang dan keterbatasan sumber daya manusia, sekarang sudah berangsur-angsur mengalami perkembangan. Advertising down dan dikuasai oleh advertising asing adalah sebuah fenomena yang dapat terjadi dimungkinkan karena adanya penurunan kualitas dari dunia advertising Indonesia dibandingkan dengan advertising asing. Imbasnya akan mengakibatkan majunya advertising asing dan dikuasai oleh mereka. Fenomena ini dapat terjadi jika kualitas tenaga kreatif dalam biro iklan di Indonesia dewasa ini berkesan rendah, yang nantinya akan membawa pada praktek pembuatan iklan yang melanggar kode etik maupun standar nilai yang dihormati dan munculnya suatu persepsi bahwa Indonesia belum mampu menangani dan membuat iklan yang bermutu Hal itu semua dapat kita cegah dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusianya yaitu dengan cara meningkatkan pengetahuan tentang desain dan cabangcabang ilmunya. Melengkapi media beserta alat- alat penunjangnya dan tidak menutup diri dari wawasan dan ilmu pengetahuan tentang desain yang ada di luar sana. 2016 7 SEJARAH DESAIN Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Pada saat ini Desain Komunikasi Visual (DKV) memiliki perkembangan yang cukup pesat. Jika dilihat dari mulai banyaknya software-software yang mendukung dalam pengerjaan desain terutama desain yang membutuhkan bantuan multimedia. Karena banyaknya software-software yang menunjang dalam dunia desain komunikasi visual, bisa dikatakan perkembangan desain di Indonesia cukup pesat. Desain komunikasi visual memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai sarana identifikasi, sarana informasi dan instruksi dan sebagai sarana prestasi dan promosi. D.Desain Grafis Desain grafis adalah suatu bentuk desain visual menggunakan gambar untuk menyampaikan informasi atau pesan dengan seefektif mungkin. Pada awalnya, desain grafis diterapkan untuk media media statis, seperti buku, majalah, dan brosur. Seiring dengan perkembangan jaman, desain grafis juga diterapkan dalam media elektronik, yang sering disebut sebagai desain interaktif atau desain multimedia. Maka jika sudah seperti itu peran desain grafis dalam pengembangannya identik sebagai desain komunikasi visual juga. Dahulu, mungkin desain grafis masih jarang digunakan atau lebih sederhana dari pada sekarang. Kebanyakan orang menilai desain grafis hanya sebagai seni dan hanya memiliki keindahan. Setelah masa-masa teknologi berkembang, masyarakat mulai melihat lebih jauh mengenai desain grafis. 1.Kategori Desain Grafis Secara garis besar, desain grafis menggarap beberapa dalam kategori: Printing (Percetakan) yang memuat desain buku, majalah, poster, booklet, leaflet, flyer, pamflet, periklanan, dan publikasi lain yang sejenis. Web Desain: desain untuk halaman web. Film termasuk CD, DVD, CD multimedia untuk promosi. Identifikasi (Logo), EGD (Environmental Graphic Design): merupakan desain professional yang mencakup desain grafis, desain arsitek, desain industri, dan arsitek taman. Desain kemasan produk dan sejenisnya. Desain grafis sangat efektif untuk memberikan sarana-sarana yang mampu mengapresiasikan suatu kegiatan atau suatu acara, dapat memberikan contoh atau iklan dengan ilustrasi-ilustrasi yang menarik, mampu menghasilkan suatu rancangan produk dengan lebih maksimal. Desain grafis juga dapat menjadi sarana komunikasi dan informasi 2016 8 SEJARAH DESAIN Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id yang memberikan data lebih jelas, mampu menjadikan hiburan dan mengeksplorasi keahlian di bidang desain. 2.Sejarah Desain Grafis Masa Kolonialisme dan Perkembangannya Di Indonesia, Desain grafis dan cabang desain lainnya hadir berkat digalakannya kolonilaisasi. Pada masa pendudukan Belanda, pemerintahannya pernah menunjuk beberapa seniman untuk melakukan studi landscape di Indonesia untuk merekam eksotisme negara ini yang kemudian dituangkan dalam karya lukisan yang berkesan romantis dan beberapa teknk cetak seperti wood engraving dan lithography. Karena memang pada masa ini seni rupa barat sedang merayakan romantisme yang kajian visualnya seringkali ditujukan pada landscape dan peristiwa heroik, yang dikenal dengan istilah ‘mooi indie’, atau hindia yang cantik. Berangkat darinyalah desain grafis mulai diperkenakan secara tidak langsung kepada rakyat Indonesia. Penguasaan teknik cetak pun bukan dari akademi, namun sebatas dari obrolan dan interaksi dengan orang asing. Media vital dalam desain grafis adalah mesin cetak. Mesin cetak pertama kali di datangkan ke pulau Jawa pada tahun 1659. Karena tidak ada operatornya, mesin itu menganggur sampai berpuluh-puluh tahun. Tujuan misionaris mendatangkan mesin cetak erat kaitannya dengan niat mereka untuk mencetak kitab suci dan buku-buku pendidikan Kristen. Selain mencetak kitab suci, mereka juga menerbitkan surat kabar berhaluan pendidikan Kristen. Mesin cetak merk ‘Faber & Schleider’ yang diduga diimpor pertama kali di wilayah Hindia Belanda 3. Perkembangan Desain Grafis Post-Kolonialisme di Beberapa Perguruan Tinggi Indonesia Di negara luar dan di Indonesia desain grafis banyak diminati. Sebagai contoh perguruan-perguruan tinggi negeri atau swasta di Indonesia sudah banyak mempunyai 2016 9 SEJARAH DESAIN Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id program studi yang membuka Desain Grafis lebih mendalam. Desain grafis sendiri tidak hanya menghasilkan gambar, lukisan, atau bahkan tulisan semata, namun desain grafis mampu memberikan wawasan dan pengetahuan tentang perfilman, periklanan, packaging, dan lain-lain. Diawali dengan Jurusan Reklame, Dekorasi dan Ilustrasi Grafik (REDIG) pada 15 Januari 1950 dengan nama Sekolah Toekang Reklame. Pada tahun 1969 bersamaan dengan berubahnya ASRI menjadi Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia (STSRI), jurusan REDIG dipecah menjadi Jurusan Seni Reklame, Jurusan Seni Dekorasi dan Jurusan Seni Grafis. Pada tahun 1972 STSRI “ASRI” menyelenggarakan ujian S-1 yang pertama kali untuk para BA Seni Reklame. Nama Jurusan Seni Reklame dipakai sampai tahun 1982. Pada tahun 1983 Jurusan Seni Reklame berubah menjadi Jurusan Desain Komunikasi. Pada tahun 1984 bersamaan dengan perubahan STSRI “ASRI” menjadi Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta melalui fusi dengan Akademi Musik Indonesia (AMI) dan Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI). Jurusan Disain Komunikasi berubah menjadi Program Studi Disain Komunikasi Visual hingga saat ini. Tahun 1967 dirintis Studio Grafis Jurusan Seni Rupa di FTSP ITB. Pada tahun 1973 dipecah menjadi Studio Seni Grafis dan Desain Grafis. Tahun 1984 Studio Desain Grafis berdiri sendiri. Pada tahun 1994 Studio Desain Grafis berubah menjadi Studio DKV dan pada tahun 1997 menjadi Program Studi DKV di bawah Departemen Desain. Tahun 2006 menjadi Program Studi DKV setingkat Jurusan di bawah fakultas. Pendidikan Tinggi Desain Grafis berdiri di IKJ pada tahun 1977, di Universitas TRISAKTI tahun 1979, dan di UNS tahun 1981, serta desain grafis Universitas UDAYANA (UNUD) tahun 1981. Dan FSRD UNUD akhirnya menjadi ISI Denpasar setelah fusi dengan STSI Denpasar. Pada era 1990 ditandai dengan berdiri DKV di STISI Bandung dan kemudian diikuti oleh UPH pada tahun 1994. Hingga sekarang sekitar 70an pendidikan tinggi Desain Grafis telah dan segera berdiri di Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Cirebon, Semarang, Yogyakarta, Salatiga, Solo, Malang, Surabaya, Bali, Makassar dan menyusul di beberapa kota lainnya. Saat ini beberapa universitas negeri eks IKIP bahkan eks IAIN telah dan berencana membuka jurusan/program studi Desain Grafis terutama yang mempunyai jurusan seni rupa. Menjamurnya pendidikan tersebut tidak lepas dari perkembangan teknologi dan media informasi maupun gaya hidup. Hampir semua sektor seperti konsumsi, hiburan, media, infrastuktur, properti, keuangan, pendidikan dan sebagainya membutuhkan sentuhan 2016 10 SEJARAH DESAIN Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id desainer. Fenomena ini yang membuka peluang tumbuhnya profesi-profesi baru terkait dengan desain grafis yang pada akhirnya meningkatkan permintaan akan jasa pendidikan desain. Perkembangan desain grafis di Indonesia pada awalnya sampai sekitar tahun 2000an, masih dianggap seni kelas dua, seni pinggiran. Problematika ini lahir dari berbagai macam aspek yang saling mengakumulasi satu sama lain. Seni grafis amatlah bergantung pada proses yang bersifat amat teknis. Keterbatasan dan kelangkaan alat dan mesin cetaklah yang dikambinghitamkan oleh para seniman grafis yang dengan terpaksa mesti ‘melacur’ ke cabang seni lainnya, atau bahkan menggeluti bidang yang amat jauh dari kajian seni grafis. Keputusasaan ini memang bukanlah tanpa sebab, minimnya mesin dan alat-alat pendukung dalam membuat sebuah karya grafis seringkali meredam hasrat berkarya dan memuaskan keinginan bereksplorasi para seniman grafis. Krisis ini pun bahkan dialami oleh institusi akademi seni di Indonesia. Tercatat bahwa hanya Institut Teknologi Bandung yang mampu menyediakan mesin cetak dan alat-alat pendukung untuk teknik cetak tinggi, cetak rendah, cetak datar, dan cetak saring yang dianggap memadai. Contoh Desain Grafis Indonesia : Akhir 1970 dan seterusnya, tumbuh perusahaan-perusahaan desain grafis yang sepenuhnya dipimpin oleh desainer grafis. Berbeda dengan biro iklan, perusahaanperusahaan ini mengkhususkan diri pada desain-desain non-iklan, beberapa di antaranya adalah Vision (Karnadi Mardio), Grapik Grapos Indonesia (Wagiono Sunarto, Djodjo Gozali, S Prinka dan Priyanto Sunarto), Citra Indonesia (Tjahjono Abdi dan Hanny Kardinata) dan GUA Graphic (Gauri Nasution). Di Bandung sebelumnya sudah ada design center Decenta yang didirikan pada tahun 1973, antara lain oleh AD Pirous, T Sutanto, Priyanto Sunarto, yang walau lebih mengandalkan pada disiplin seni grafis juga menangani beragam produk 2016 11 SEJARAH DESAIN Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id desain grafis, mulai sampul buku, kartu ucapan, logo, kalender, pameran dan elemen estetis gedung. Pada tahun 1977, Gert Dumbar, seorang desainer grafis Belanda memperkenalkan istilah semiotika dan komunikasi visual di FSRD ITB. Menurutnya, desain grafis tidak hanya menangani desain untuk percetakan tetapi juga moving image,display dan pameran. Gert Dumbar Sejak tahun 1979, istilah Desain Komunikasi Visual mulai dipakai ‘menggantikan’ istilah Desain Grafis. Periode awal 1980 mencatat perkembangan jumlah perusahaan desain grafis yang cukup signifikan di Jakarta, antara lain: Gugus Grafis (FX Harsono, Gendut Riyanto), Polygon (Ade Rastiardi, Agoes Joesoef), Adwitya Alembana (Iwan Ramelan, Djodjo Gozali), dan di Bandung: Zee Studio (Iman Sujudi, Donny Rachmansjah), MD Grafik (Markoes Djajadiningrat), Studio “OK!” (Indarsjah Tirtawidjaja dkk), dll. Gauri Nasution Indarsjah Tirtawidjaja Iwan Ramelan Karnadi Mardio T Sutanto Pada masa ini, studio mana pun ‘dituntut’ bisa mengerjakan pekerjaan apa pun, klien datang dengan pekerjaan mulai dari desain logo sampai kepada ilustrasi sampul kaset. Studio grafis tidak punya pilihan lain supaya bertahan hidup. Ilustrasi menggunakan 2016 12 SEJARAH DESAIN Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id teknik air brush, dengan gaya hyper-realism dan Pop Art menjadi trend waktu itu, sejalan dengan perkembangan ilustrasi di dunia maju (majalah “Tempo” dan “Zaman” adalah dua penerbitan yang mengakomodasi teknik ini untuk sampulnya). Air brush gun, pensil, kuas, cutter, Cow Gum, Spraymount dan huruf gosok Letraset/Mecanorma adalah alat-alat yang lazim bertengger di meja kerja desainer waktu itu. Salah satu desainer yang mempopulerkan aliran Pop Art dengan teknik air brush adalah Tony Tantra, menggunakan media kaos yang dijualnya di Bakungsari, Kuta, pada akhir 80-an, dengan label “Tony Illustration”. Bersama Harris Purnama dan Gendut Riyanto mengisi rubrik Pop Art di majalah ‘Aktuil’ dengan editor tamu Jim Supangkat. Karya Tony Tantra Saat ini di Indonesia desain grafis sangatlah diminati. Alasan mengapa desain grafis sangat berkembang dan diminati di Indonesia saat ini dikarenakan desain grafis sangat efektif untuk memberikan sarana-sarana yang mampu mengapresiasikan suatu kegiatan atau suatu acara, dapat memberikan contoh atau iklan dengan ilustrasi-ilustrasi yang menarik, mampu menghasilkan suatu rancangan produk dengan lebih maksimal, dapat menjadi sarana komunikasi dan informasi yang memberikan data yang lebih jelas, dan mampu menjadikan hiburan dan mengeksplorasi keahlian di bidang desain. Desain grafis tidak hanya menghasilkan gambar, lukisan, atau bahkan tulisan semata, namun desain grafis mampu memberikan wawasan dan pengetahuan tentang perfilman, periklanan, packaging, dan lain-lain. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa desain grafis di Indonesia berkembang dengan pesat dan mempunyai pengaruh besar dalam bidang perniagaan, pembelajaran, dan hiburan. 2016 13 SEJARAH DESAIN Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id E.Desain Interior Desain interior adalah realitas ruang binaan (built environment) yang mampu menumbuhkan suasana dialogis yang baik antar manusia sebagai pengguna ruang (end user) dengan ruang itu sendiri. Secara fisik ruang interior adalah konfigurasi dari elemenelemen pembentuknya yang dapat memudahkan aktivitas yang terjadi, sehingga berlangsung efektif dan produktif. Elemen-elemen pembentuk ruang interior adalah benda-benda mati, namun dalam konfigurasinya sebagai akibat tindakan kreatif desainer interiornya ia harus tampak “hidup”, sehingga terjadi “dialog” antara pengguna (manusia) dengan ruang yang seolah-olah hidup. Perancang/Desainer Interior, harus memiliki kemampuan untuk meniupkan “kehidupan” pada ruang itu. Desain Interior saat ini telah berkembang begitu cepat dan tidak lagi dianggap sebagai karya monumental dari seorang arsitek tetapi telah berubah fungsi menjadi komoditi yang dibutuhkan oleh tiap orang dan dijadikan sebagai simbol status. Interior adalah bagian dalam dari sebuah bangunan sebagai hasil karya seorang arsitek atau desainer interior. Dalam pertumbuhannya desain interior telah berkembang pesat dan berhasil menembus batas-batas negara dan zamannya. Dengan memanfaatkan hasil-hasil penemuan teknologi, taraf kehidupan sosial ekonomi sampai pada pengaruh politik telah berhasil mengubah fungsi interior menjadi komoditi yang dibutuhkan oleh konsumen sehingga perkembangannya ditentukan oleh permintaan dan trend yang berlaku di pasaran. Kapan saja, dimana saja bisa diciptakan suasanan Jepang, suasana Abad Pertengahan, suasana Tradisional Modern, Klasik, Antik dan seterusnya, tergantung dari apa maunya klien atau tergantung dari kejelian sang desainer dalam menciptakan trend yang akan diorbitkan atau yang sedang in. Jaman terus berubah, maka desain interior pun mengalami perkembangan baik di luar negeri mau pun di Indonesia. Hal yang penting bahwa kita tidak bisa menghentikan perubahan-perubahan tersebut dengan memaksakan kehendak sendiri, misalnya interior harus mempergunakan batik atau ukiran agar disebut orang Indonesia. Setiap perubahan akan diikuti kecenderungan mencari keseimbangan, sehingga lahirlah wujud-wujud baru dan hal ini berlaku dalam segala segi kehidupan manusia dengan budayanya. Perbuatan atau tingkah laku manusia akan mengubah lingkungannya dan sebaliknya lingkungan juga mempengaruhi sifat dan pola hidup manusia. Keadaan demikian akan terjadi secara berulang dan setiap kali akan mengubah nilai-nilai yang sudah mapan. Sukar untuk menentukan batas waktu dan kadar perubahan secara pasti, karena fenomena itu berlangsung melalui pergeseran dalam kurun waktu. Maka keterbukaan wawasan antara klien dan sang desainer akan kondisi ini hendaknya dapat mensinergikan gagasan pola desain interior apa yang akan diwujudkan. 2016 14 SEJARAH DESAIN Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Adanya pengaruh dari budaya teknologi yang meluas disertai adanya globalisasi menjadikan batas-batasnya hilang dan kabur. Pengaruh disain dari Etiene Agner, Louis Vitton, St Laurentz, Charles Yourdan, Paloma Picasso mendominasi gaya kehidupan di segala bidang. Bentuk-bentuk kubisme dari Pablo Picasso atau warna kuning bunga dari Van Gogh atau gaya mobil dari Miserrati dan Ferari juga hadir dalam disain interior. Mengapa budaya teknologi dengan cepat bisa berkembang dan mempunyai corak tertentu disebabkan adanya berbagai dukungan dari unsur-unsur kebudayaan yang sifatnya universal yaitu sistem sosial yang mengatur peri kehidupan manusia serta bahan-bahan yang terdapat di lingkungan alam serta fisik manusia. Pada konsep perancangan desain interior masa kini di tengah hiruk pikuknya berbagai macam pengaruh masih terdapat unsur-unsur yang bisa dibanggakan yaitu adanya prinsip nilai-nilai kemanusiaan (humanistik), lingkungan (environment) dan penyelamatan sumber daya yang ditransformasikan ke komputer, diprogramkan melalui sistem-sistem yang bisa berlaku umum. Bagian perbagian dirancang dalam modul-modul yang telah distandardisasikan. Konstruksi, proses pembuatan dan pemilihan bahan sangat akurat. Karya desainer interior Indonesia tidak kalah dengan mereka yang berasal dari Amerika Serikat atau luar negeri. Kualitas desain interior yang dibuat anak-anak bangsa sangat potensial bersaing di pentas internasional. “Dapat dilihat pada desain rumah-rumah dan kantor-kantor di Indonesia yang kreatif dan inovatif. Mereka hebat, sangat bisa bersaing,!" kata mantan Presiden Jusuf usai membuka kongres Himpunan Desainer Interior Indonesia (HDII) di Hotel Grand Kemang, Jakarta, Rabu, 20 Maret 2013. Jusuf Kalla yang juga pengusaha nasional menilai, para desainer interior Indonesia dapat meningkatkan kemampuan karena didukung perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat. Sekretaris Jenderal HDII Rini Renville menyatakan perkembangan dunia desain interior di Indonesia sangat menggembirakan. Salah satu indikatornya, dengan semakin banyak para desainer interior yang bergabung ke HDII..HDII mencatat, sekarang ada sekitar 1.100 desainer interior yang memilki kualitas sangat bagus, berprestasi dan berkarier di luar negeri. Rina mengatakan, desainer interior hadir untuk memberikan solusi bagi masyarakat yang ingin menata bangunan atau tempat tinggal mereka. Pemerintah sudah lebih memperhatikan dunia desain interior di Indonesia. Antara lain seperti yang dilakukan Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian, yakni dengan menggandeng para desainer interior Indonesia, untuk melahirkan produk mebel mengusung konsep konten lokal. 2016 15 SEJARAH DESAIN Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id F.Desain Busana /Mode 1. Definisi Definisi busana/mode (fashion) adalah setiap mode pakaian atau perhiasan yang populer selama waktu tertentu atau pada tempat tertentu. Istilah busana yang dihubungkan dengan fashion sering digunakan dalam arti positif, keindahan dan gaya atau style yang menghindari sinonim glamour terus mengalamai perubahan dari satu periode ke periode berikutnya, dari generasi ke generasi selanjutnya. Fashion sebagai refleksi dari status sosial dan ekonomi, menjelaskan popularitas gaya busana sepanjang sejarah kostum. Fashion atau mode senantiasa menjadi industri yang menguntungkan di dunia internasional sebagai akibat dari perkembangan dan munculnya rumah-rumah mode terkenal di dunia dan majalah fashion. Trend/musim fashion sebagian besar didorong oleh perancang busana yang membuat dan menghasilkan artikel pakaian. Istilah bisnis fashion akan digunakan dalam arti bisnis yang berhubungan dengan pakaian modis atau pakaian sebagai industri kreatif yang diciptakan dan diproduksi oleh desainer/perancang busana. Tidak ada yang menyangkal bahwa karya desainer busana memiliki kontribusi besar untuk industri garmen. Maka para pengusaha garmen yang terus membutuhkan keahlian para desainer, selayaknya selalu membina harmoni dengan para desainernya agar optimalisasi hasil desain selalu up to date dan tidak ketinggalan dengan trend fashion dunia. 2.Titik Awal Perkembangan Fashion Indonesia Secara historis, sejak 700-1000 SM, tekstil dan kain telah didokumentasikan sebagai salah satu produk penting yang dipertukarkan atau diperdagangkan antara bangsabangsa dan kerajaan di Asia Tenggara. Sebagai contoh, Kerajaan Sriwijaya (Palembang) memperdagangkan sumber daya alamnya untuk ditukar dengan sutra dan gerabah dari Cina, sedangkan dengan India mereka menukarkannya untuk kapas. Berbicara mengenai Perkembangan trend desain busana (fashion) di Indonesia, telah berkembang dengan baik dalam sejarah. Tidak terlepas dari nama-nama desainer/perancang busana, dan peristiwa yang terjadi pada masa perkembangan dunia fashion Indonesia. Perkembangan trend fashion di Indonesia sangat dipengaruhi oleh budaya Eropa dan Asia terutama Busana Korea belakangan ini. Sejak munculnya Non Kawilarang dan Peter Sie pada 1960 desainer kondang dan berbakat, dunia mode Indonesia telah menunjukkan potensi yang luar biasa. Dalam perkembangan awalnya Fashion Indonesia cenderung meniru gaya barat baik dalam bahan yang digunakan maupun desain. Trend yang lumrah terjadi, orang tua di Indonesia 2016 16 SEJARAH DESAIN Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id umumnya lebih nyaman dengan kostum tradisional seperti kebaya, terutama untuk menghadiri acara khusus. Berbeda dengan usia muda yang lebih sering tampil dengan mode gaya barat atau gaya busana Korea. Dengan demikian busana tradisional secara harmonis berkembang sama baiknya dengan desain gaya barat hingga saat ini. Tahun 1970 merupakan awal kemunculan dari Iwan Tirta, Harry Dharsono, Prajudi, Poppy Dharsono dan Ramli yang telah memberikan kontribusi dalam Dunia Fashion Indonesia di pentas internasional. Melalui penciptaan desain dan parade fashion di dalam maupun di luar negeri. Dalam dekade tersebut, dunia fashion Indonesia mencatat kemajuan yang cukup besar. Ditambah upaya dan kerja keras dari para desainer muda didukung oleh terbitnya majalah “Femina”, majalah wanita yang mulai terbit pada 1972. Menurut catatan situsnya, femina menunjukkan perhatian besar kepada dunia mode sejak edisi keduanya (bulan Oktober) melalui sebuah reportase tren mode yang ditulis oleh Irma Hadisurya. Selain menghadirkan berita mode dari pusat mode seperti Pierre Cardin, majalah ini banyak memberikan spektrum yang lebih luas untuk fashion nasional di era ini. Tokoh penting Pia Alisjahbana merupakan wanita yang berpengaruh dalam mengelola majalah tersebut dan memprakarsai Lomba Fashion Desainer pertama Tahunan pada 1979. Acara ini menjadi peristiwa penting yang berhasil mencetak banyak desainer muda berbakat seperti Samuel Wattimena, Chossy Latu, Carmanita, Edward Hutabarat, dan Stephanus Hamy. Menambah daftar desainer yang ada seperti Arthur Harland, Susan Budiarjo, Thomas Sigar, Dandy Burhan, Adrianto Halim, Corrie Kastubi, Ghea Panggabean, Biyan, Raizal Rais dan Itang Yunaz, Widhi Budimulia, Naniek Rahmat, Taruna Kusmayadi, Tuty Cholid, Anne Rufaidah, Denny Wirawan, Ferry Sunarto, Sally Koeswanto, Priyo Oktaviano dan Billy Tjong. Nama mereka telah memperkaya sejarah industri fashion Indonesia. Pada masa itu, peluang besar bagi perancang busana untuk mengembangkan desainnya disupport oleh Pemerintah Indonesia. Departemen Perdagangan mengadakan pameran internasional, pameran perdagangan, serta misi budaya, terutama di negara mode terkemuka seperti Amerika Serikat, Eropa dan Australia. 2016 17 SEJARAH DESAIN Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 3.Mode Tradisional dan Perkembangan Busana Indonesia Modern Pada 1990-an ketika isu globalisasi dan perkembangan teknologi media modern seperti internet, mempermudah para desainer untuk mengakses berita mengenai perkembangan dunia fashion dan trend telah banyak membantu para desainer dalam menciptakan variasi fashion terutama dalam mengadopsi gaya barat yang ‘glamor’. Misalnya Sebastian Gunawan, yang memperkenalkan gaun pesta dengan manik-manik dan kristal cantik, menjadi terkenal dan membawa inspirasi positif untuk desainer lain seperti Biyan, Arantxa Adi, Adjie Notonegoro dan Eddy Betty. Sampai sekarang, manik-manik dan kristal sebagai aksesoris fashion masih digemari di Indonesia. Pada tahun 2000-an nama-nama baru semakin memperkaya daftar panjang desainer berbakat Indonesia yang memiliki karakteristik tersendiri dan gaya independen seperti Adrian Gan, Obin, Kiata Kwanda, Sally Koeswanto, Tri Handoko dan Irsan. Sementara yang lain membuat desain gaya barat, Edward Hutabarat dan Anne Avantie mendedikasikan kreasi mereka dengan mendesign kostum tradisional “Blus Kebaya” dengan sentuhan modern. Maka imej busana tradisional Indonesia terlahir kembali dan semakin dicintai oleh kalangan muda sehingga mereka lebih menghargai seni tradisional. Menurut Denys Lombard penulis buku tentang “Nusa Jawa: Silang Budaya” (1996) kebaya berasal dari bahasa Arab ”kaba” yang memiliki arti ‘pakaian’ dan diperkenalkan secara langsung melalui bahasa portugis ketika mereka mendarat di Asia Tenggara. Kata kebaya ini memiliki arti salah satunya sebagai jenis pakaian seperti atasan/ blouse pertama yang dipakai wanita Indonesia pada abad ke 15 atau 16 masehi. Argumen ini dapat diterima oleh beberapa analogi penelusuran linguistik yang hingga saat ini kita semua mengenal ”abaya” yang diartikan sendiri sebagai tunik panjang khas Arab. Sementara sebagian orang mempercayai bahwa kebaya merupakan kaitan dari pakaian unik perempuan pada masa dinasti Ming di China, yang membawa pengaruh setelah imigrasi besar-besaran melampaui semenanjung Asia Selatan dan Tenggara abad ke 13 hingga 16 Masehi. Terlepas dari asal-usulnya Arab, Portugis bahkan China penyebaran mode kebaya ini berasal dari arah utara kepulauan Nusantara. Hal ini berkaitan erat dengan negara- negara yang dilewati oleh penyebaran bangsa Arab, Portugis dan China. Desain awal kebaya mereka bisa jadi terus berkembang dan memiliki versi yang berbeda dari masa ke masa. Fakta sejarah membuktikan, bahwa pulau Jawa menjadi salah satu tujuan penyebaran paling selatan. Karena tidak ditemukan jejaknya lagi di kepulauan Pasifik Barat atau Semenanjung Utara Australia. Pertengahan abad ke-18 terdapat dua jenis kebaya yang 2016 18 SEJARAH DESAIN Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id ternyata telah banyak dipakai oleh masyarakat yakni kebaya Encim. Kebaya ini ternyata menjadi salah satu kebaya yang dikenakan oleh perempuan China keturunan di Indonesia, dan kebaya Putu Baru, busana yang bergaya tunik pendek berwarna-warni dengan motif yang cantik. Selanjutnya pada abad ke 19, kebaya ini dikenakan oleh semua kelas sosial setiap hari, yakni baik perempuan Jawa maupun wanita peranakan belanda. Bahkan kebaya sendiri sempat menjadi busana yang wajib dikenakan oleh perempuan Belanda yang hijrah ke Indonesia. Tahun 1950-an banyak ditandai gaya berbusana klasik namun tampil elegan, yang populer dengan sebutan gaya “New Look” yang diadaptasi dari trend fashion dunia. Pada jaman dulu, model busana ini seringkali dianggap sebagai model rancangan Christian Dior, yang pada tahun 1947 memperkenalkan corolle line, namun kemudian lebih dikenal sebagai The New Look. Meski kini banyak perancang lain seperti Balenciaga, Balmain, dan Faith yang juga turut mengadaptasi bentuk ini sebelumnya pada tahun 1939. Sayangnya, usaha mereka ini terhambat akibat meletusnya Perang Dunia II. Alhasil, dua tahun setelah perang, Diorlah yang berhasil menciptakan ‘sensasi international’ dengan rancangan gaya New Look ini. Desain busana pada kebaya New Look ini merupakan kebalikan dari sikap ekonomis. Sehingga pasalnya untuk satu busana kebaya New Look seperti ini saja membutuhkan bahan kira- kira sepanjang lebih dari 23 meter. Gaya New Look ini menitikberatkan pada bentuk tubuh wanita yang dibesarbesarkan pada bagian pinggang hingga kebawah yang dibantu dengan pakaian dalam yang 2016 19 SEJARAH DESAIN Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id bertulang dan berbahan yang telah dikakukan secara otomatis model rok New Look yang seakan mengembang besar. Pada mulanya kemunculan gaya New Look ini menimbulkan kontroversi yang cukup drastis di seluruh dunia barat. Meski banyak wanita pada zaman itu mengadopsi gaya New Look ini, di lain pihak banyak yang menolak gaya ini karena dianggap sebagai salah satu busana yang boros dan artifisial. The house of Dior yang didatangi beberapa wanita yang protes saat itu justru menjadi keberuntungan, karena akibat media berita kontroversi tersebut, publisitas gaya New Look ini menjadi semakin populer dan melambung dalam semalam saja. Selanjutnya gaya New Look terus berlanjut bahkan dalam beragam variasi bentuk hingga pertengahan tahun 1950an. Tahun 1960-an terasa lebih berwarna dan bervariasi. Gaya pada tahun ini cukup elegan dan chick. Gaya ‘Jackie O’ yang kini juga menyebar ke seluruh Indonesia yang dimeriahkan dengan gaya serba mini. Menjelang akhir tahun 1960an, gaya serba mini ini berkolaborasi dengan motif-motif berani, yang kini kemudian di Indonesia lebih dikenal dengan istilah A Go-go Look. Lanjut di tahun 1970-an mode di Indonesia semakin berwarna dengan kehadiran perancang baru dengan nuansa warna yang terlihat semakin kuat dan menarik. Diidentikkan dengan gaya Hippies serta gaya Disco. Gaya berbusana yang populer di era ini didominasi oleh celana bell bottom, kemeja yang pas body dengan kerah super lebar dll. Siluet yang berguna untuk berbusana wanita sendiri masih mengolah gaya mini serta potongan longgar. Menyambung di tahun 1980-an merupakan salah satu era powerful women, di mana hal ini sesuai dengan era tersebut, ditandai dengan kemunculan busana dengan siluet serba besar. Seperti padding yang menonjol di bagian bahu, siluet busana yang besar dan 2016 20 SEJARAH DESAIN Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id lebih cenderung longgar. Permainan detail dan aksen berukuran besar seperti kancingkancing dipadukan dengan warna kontras. Perancang di Indonesia saat itu pun dipengaruhi dengan gaya ini yang cenderung berukuran besar. Tahun 1990-an hingga sekarang adalah masa di mana gaya individual yang terlihat semakin berani. Tidak mengherankan apabila para perancang busana berbakat yang jumlahnya semakin banyak hadir dengan keunikan sendiri yang mencerminkan karakter mereka masing-masing. Ada yang bergaya busana berbentuk serba tumpuk dengan susunan vintage, bergaya maskulin, bergaya cantik, terkesan mewah dan elegan hingga yang bergaya unik. Dunia mode nasional mulai mengadaptasi kegiatan mode Eropa. Salah satunya adalah koreografi dalam peragaan busana, Sejak diperkenalkan Norbert Schmitt pada tahum 1969 di Eropa, koreografi untuk peragaan busana mendarat di Jakarta pada tahun 1974. Perintis nasionalnya adalah Rudy Wowor yang merupakan murid Schmitt. Pada saat itu, istilah show director dalam peragaan busana belum dikenal sehingga beliau tak saja mengatur langkah dan ekspressi sang model. Tapi juga menata pencahayaan, dekorasi dan musik pengiring. Profesi koreografer ini lalu diikuti Doddy Haykel, Denny Malik dan Guruh Sukarnoputera. Sementara itu, keterbatasan kesempatan bersekolah mode atau rancang busana ditanah air tak mematahkan semangat mereka yang ingin menjadi desainer. Sebagian melanglang buana keluar negeri. seperti Harry Dharsono, Poppy Dharsono, Iwan Tirta, dll. Pada tahun 1990an ditandai dengan isu globalisasi dari internet, itu artinya banyak kemudahan untuk mengakses informasi seputar dunia fashion, mode dari luar negeri yang menyebabkan kegandrungan akan budaya barat yang serba glamour. Glamoritas ini terasa 2016 21 SEJARAH DESAIN Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id pada karya desainer-desainer yang naik daun di tahun 1990-an, seperti Sebastian Gunawan. Setelah menggelar koleksinya yang kini terdiri dari ballgown dan aneka payet, manik dan kristal, demam kemewahan bak ala selebritas Hollywood kian mewabah. Kemewahan ini juga terasa melalui gaun-gaun Biyan, Arntxa Adi, Adjie Notonegoro dan Etty Betty. Hingga pada pada akhir tahun 1990 an, persaingan untuk mendapatkan tempat di hati para pecinta mode semakin ketat diikuti, semakin banyaknya nama-nama baru, apalagi dengan kehadiran sekolah mode Franchisee seperti Esmod dan Lasalle. Selanjutnya di tahun 2000-an, mode Indonesia semakin kaya akan ide dan inspirasi. Setiap desainer memiliki ciri tersendiri. Adrian Gan, Obin, Kiata Kwanda, Sally Koeswanto, Tri Handoko dan Irsan selalu memukau dengan busana- busana mereka yang berkolaborasi kental dengan seni. Ada juga yang sukses mensosialisasikan busana tradisional sebagai busana modern seperti Edward Hutabarat dan Anne Aventie. Beberapa yang meraih penghargaan melalui event seperti salah satunya Indonesian Mercedes Benz Fashion Award dan Jarper’s Bazaar Fashion Concerto. Ada pula yang ditampilkan melalui film seperti busana Tri Handoko, Sebastian Gunawan dan Didi Budiarjo yang dikenalkan Aida Nurmala dalam film Arisan. Namun, adapula yang kini lebih sukses di luar negeri seperti Farah Angsana di Paris atau Mardiana Ika dan Ai Charisma di Hongkong. Tahun 2010- hingga saat ini demam K-Pop kian melanda Indonesia yang turut mempengaruhi perkembangan fashion di tanah air. Telah banyak kita temui segerombolan anak muda remaja di Indonesia sekarang mengikuti trend fashion Korea. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya boyband dan girlband Korea yang begitu popular. Bahkan hingga 2016 22 SEJARAH DESAIN Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id sekarang begitu banyak bermunculan boyband dan girlband yang meniru gaya maupun fashion mereka. Beberapa tahun belakangan pasar fashion sempat di kuasai oleh kehadiran brand luar negeri. Sementara konsumen di Indonesia, sering mengganggap brand luar lebih baik dari segi kualitas maupun dari segi desainnya. Dalam sejarah perkembangannya, brand lokal telah ada sejak 1950, ialah awal dekade fashion Indonesia dengan kemunculan seorang desainer bernama Peter Sie. Pada tahun-tahun pertama Peter Sie menancapkan kiprahnya dalam fashion nasional ia mengaku bahwa profesi desainer belum diterima masyarakat termasuk keluarganya. Ia sempat dikucilkan keluarga, Ia juga tak menganggap dirinya lebih sukses secara finansial dibanding desainer-desainer masa kini. Dalam buku Inspirasi Mode Indonesia terbitan Yayasan Buku Bangsa dan Gramedia, ia mengungkapkan dirinya lebih senang disebut pelopor dunia mode. Kini ia disebut-sebut sebagai pelopor profesi perancang busana di Indonesia. Awalnya Peter berkonsentrasi membuat busana pria. Busana bergaris A line ala New Look dari Dior lah yang mempengaruhinya untuk beralih ke busana wanita. Pria yang belajar di Vakschool voor Kleermakers-Encoupeurs Den Haag Belanda selama 6 tahun sejak 1947 ini tidak menyerap semua trend busana yang datang dari Eropa. Saat trend gaya ‘mod’ yang dipelopori oleh Mary Quant dan Ossie Clark mendunia. Peter merasa rok mini kurang pantas untuk kebanyakan wanita Indonesia. Begitu juga saat trend ‘hippies’ berkembang, trend tersebut tidak pernah menarik hatinya karena keadaan ekonomi Indonesia saat itu memprihatinkan. Kehadiran desainer seperti Peter Sie, mengundang desainer lain seperti Non Kawilarang dan Elsie Sunarya. Pada 1960-an gaya ‘hipster’, ‘mod’, bahkan ‘A Go go’ yang ramai motif dan warna hanya di konsumsi ibu-ibu kalangan atas di Jakarta saja. Di balik itu semua, keterbatasan kesempatan bersekolah fashion atau rancang busana di tanah air tidak mematahkan semangat mereka yang ingin menjadi desainer. Harry Dharsono, Poppy Dharsono dan Iwan Tirta mengemban ilmu fashion di luar negeri. Iwan Tirta mempunyai peran yang besar dalam menciptakan karakter mode tanah air yang unik dan kaya tanpa mengabaikan trend mode Eropa, yang mempunyai pengaruh besar pada industri mode di Indonesia. Kepada pengamat mode Muara Bagdja dalam buku Inspirasi Mode Indonesia, Ia menekankan pentingnya memberi unsur barat (technical skill) dan timur (budaya) dalam pakaian. Pernyataan Iwan Tirta beralasan, karena melalui batik yang diolahnya menjadi lebih modern, ia diakui oleh desainer Amerika dan Eropa. Harry Dharsono memperkenalkan High Fashion atau Couture pertama kali di Indonesia 2016 23 pada tahun 1974. SEJARAH DESAIN Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn Tidak hanya itu, Harry Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id juga berkontribusi dalam mengembangkan industri tekstil Indonesia yang tadinya hanya memproduksi polyester sampai akhirnya rumah mode bergengsi seperti Carven, Louis Ferraund, Azzaro de Ville dan Lanvin membeli desain tekstil darinya. Harry Dharsono juga mendirikan Batik Keris sebagai rasa cintanya pada Indonesia. Nama-nama seperti Samuel Wattimena, Ghea panggabean, Edward Hutabarat, Anne Avantie, Susan Budiharjo dan Carmanita juga mempunyai kontribusi dalam pengolahan kain tradisional untuk pakaian modern di era 1980-an. Tahun 1990-an ditandai dengan isu globalisasi dan internet. Artinya kemudahan masyarakat untuk mengakses informasi fashion dari luar negeri menyebabkan kegandrungan budaya barat yang glamour. Glamouritas ini terasa pada karya desainerdesainer seperti Sebastian Gunawan, Biyan, Arantxa Adi, Adjie Notonegoro, dan Eddy Betty yang memiliki karakter kemewahan dengan payet, manik dan Kristal pada koleksinya. Munculnya sekolah fashion franchise seperti Esmod dan Lasalle, juga sekolah mode Susan Budiharjo turut berkontribusi dalam menghasilkan desainer-desainer berkualitas Indonesia. Selain itu Poppy Dharsono dibantu Harry Dharsono dan Iwan Tirta membentuk Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) pada tahun 1993. Desainer Tex Saverio telah berhasil membawa nama Indonesia dan mendapat pengakuan di mata internasional dengan rancangannya yang dipakai oleh seorang bintang di Amerika Serikat yaitu Lady Gaga pada pemotretan majalah Bazaar US. 4. Perkembangan Brand Lokal Meningkatnya kelas konsumen baru yaitu kelas konsumen menengah, menghabiskan sebagian uangnya untuk membeli pakaian dan alas kaki sebesar 3.6% dari total pengeluarannya. Maraknya brand luar yang ready to wear, stylish juga terjangkau konsumen membuat brand luar sempat sangat diminati dan merajai pasar fashion di Indonesia. Dapat dievaluasi dari betapa survive distro atau clothing yang memiliki desain yang kasual dan market yang berbeda dengan mempertimbangkan mass production. Namun hal ini segera dapat diimbangi dengan mulai masuknya sekolah fashion seperti Esmod, Lasalle, Bunka Fashion School, desainer Susan Budiharjo dan Harry Dharsono menghasilkan desainer-desainer muda Indonesia yang memiliki bakat dalam fashion ready to wear dan high street. Desainer-desainer ini mempunyai keunikan dan ciri khas sendiri di tiap desainnya karena memiliki dasar ilmu yang baik. Banyak desainer muda yang memilki brand sendiri yang belum terpublikasi dengan baik dan belum dikenal masyarakat umum. Pada hal mereka sebagai desainer lokal berbakat punya potensi besar dalam mendesain karena memiliki keberagaman budaya dan didukung oleh bahan berkualitas yang berasal dari negeri sendiri. 2016 24 SEJARAH DESAIN Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Menjamurnya brand lokal saat ini tidak bisa di lepaskan oleh kehadiran Brightspot Market, yaitu wadah bagi desainer lokal untuk memamerkan rancangannya dalam bentuk event dan pameran. Brightspot Market didirikan pada tahun 2009 dengan tujuan menawarkan pengalaman ritel yang baru dengan memfokuskan desainer lokal yang ready to wear. Brightspot Market berhasil menaikkan nama desainer lokal dan brand lokal ke masyarakat negeri sendiri. Setelah beberapa kali menyelenggarakan event, brand lokal di Jakarta khususnya, menjadi pusat perhatian dalam pergerakan fashion. Bahkan kini, menjadi kiblat fashion untuk para anak-anak muda di Jakarta. Naiknya nama brand lokal juga disebabkan karena pada umumnya brand lokal sangat mementingkan kualitas dan kepuasan pelanggan. Jika ada produk yang kurang memuaskan, mereka cepat mengambil langkah untuk memperbaikinya. Banyak dari mereka juga mendengarkan apa yang diinginkan konsumen sehingga inovasi produk mereka terus berjalan. Faktor-faktor ini juga yang menyebabkan brand lokal sekarang dapat berkompetensi dengan brand luar negeri. Perkembangan brand lokal saat ini juga didukung oleh slogan ‘100% Cinta Indonesia’ dan ‘Cintailah produk-produk Indonesia’ yang gencar disosialisasikan di media massa dengan harapan agar kita sebagai bangsa Indonesia lebih cinta terhadap brand lokal atau produk lokal. Ini merupakan gerakan dari bentuk apresiasi bangsa dalam upaya mendorong perkembangan dunia fashion dan membuatnya dapat berbicara di publik dunia. Kampanye tersebut ternyata mendapat respon positif terhadap perubahan antusiasme masyarakat dalam membeli suatu barang. Terutama terjadi peningkatan drastis terhadap brand lokal, Khususnya di fashion sampai 85%. Gerakan Cinta Indonesia 100% ini juga di dukung oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) serta para pecinta brand lokal seperti Nadine Chandrawinata, Dian Sastriwardoyo, Anne Avantie, Adjie Notonegoro, Kanaya Tabitha dan Poppy Dharsono yang terjun langsung dalam kampanye ini demi membuat brand lokal digemari oleh masyarakat kita sendiri. 5. Perkembangan Fashion Anak di Indonesia Perkembangan fashion anak untuk kalangan menengah atas di Indonesia, khususnya di Jakarta sudah mulai bergerak. Dewasa ini, pakaian anak-anak tidak hanya sebatas terjangkau dan nyaman, tapi juga yang sesuai dengan pribadi anak dengan warna dan model yang unik menarik sampai pada trend yang sedang berkembang. Seiring dengan cepatnya perkembangan fashion, pakaian anak-anak pun turut menyesuaikan dengan perkembangan trend. Perkembangan fashion dewasa bergantung pada trend fashion yang secara cepat dan berkala berganti, sedangkan perkembangan fashion anak tidak memiliki trend sendiri. 2016 25 SEJARAH DESAIN Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Tidak heran jika ada pakaian anak yang memiliki potongan dewasa atau anak kecil yang memakai Sepatu tumit tinggi. Sudah banyak para orangtua yang menyadari bahwa pakaian anak-anak tidak lagi sekadar pakaian. Ini dibuktikan dengan event ‘Kids Fashion Festival 2011’ yang di selenggarakan oleh Femina Group bekerjasama dengan majalah Ayah Bunda dan Parenting. Dalam acara ini beberapa brand memamerkan koleksinya, walaupun sebagian besar brand luar negeri masih menguasai event ini. Animo masyarakat mengenai event ini pun tinggi, terbukti dari tiket yang terjual habis. Perkembangan fashion anak di Indonesia sebenarnya sebagian masih dikuasai oleh brand luar. Di negeri sendiri walaupun sudah ada yang membuat, tapi lingkupnya masih terbatas. Brand seperti Alleira sudah memulai kiprahnya di dunia children fashion dalam kemasan pakaian batik. Tapi untuk pakaian sehari-hari, brand lokal kelas menengah atas masih belum banyak. Seringkali orang tua membeli pakaian anak dari toko brand luar negeri. Ini disebabkan oleh kurangnya kesadaran desainer untuk mengembangkan pakaian anakanak. Denny Wirawan, seorang perancang busana mengatakan bahwa pakaian anak-anak sekarang harus beragam. Gaya hidup modern memberi pengaruh dalam rancangan modelnya, sehingga perancang juga harus paham dengan karakter yang sesuai dengan pasarnya. Seiring dengan perkembangan brand lokal, perkembangan fashion untuk anak pun sudah mulai meningkat. Walaupun dilihat dari segi desain, masih belum berani keluar dari ‘zona kenyamanan’. Sehingga produk yang keluar masih dalam ranah kaos yang bergambar tokoh lucu dan belum berani untuk mengolah konsep lebih dalam atau mengambil potonganpotongan lain dalam mendesain pakaian. Pertimbangan psikologi dan tingkah laku anak tentu ada dalam pembuatan pakaian anak. Faktor kenyamanan, warna, pola potongan dan lain-lain seharusnya dipikirkan lebih matang dalam membuat pakaian anak. Di Indonesia sendiri perkembangan children fashion dalam lingkup brand lokal masih lambat pergerakannya, jika dinilai dari inovasi dan keberanian desain. Padahal dilihat dari pasar yang ada, kebutuhan pakaian anak juga hampir sama besarnya dengan kebutuhan pakaian dewasa. Dapat dikatakan lahan ‘bermain’ di pakaian anak-anak masih cukup besar untuk melakukan inovasi-inovasi baru dan desain yang lebih berani. 6. Sejarah Terbentuknya Brand Molds Molds adalah brand yang lahir dari karya seorang fashion designer Larasati Dewanggi, yang terbentuk pada awal tahun 2011. Awal mulanya koleksi Molds dibuat sebagai koleksi tugas akhirnya di Fashion Institute ESMOD. Respon yang sangat baik di terima oleh pemilik brand saat Molds pertama kali di pamerkan. Dari koleksi ini, pemilik brand menerima penghargaan best collection (shoes) dan best creation (innovation in 2016 26 SEJARAH DESAIN Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id clothes) oleh ESMOD. Karena itu lah, pemilik brand memutuskan untuk meluncurkan produk Molds ke pasaran. Istilah Molds sendiri berasal dari kepanjangan ‘My Own Life Dreaming Sight’ yang berarti imajinasi desainer Molds dalam menuangkan kreasinya untuk anak-anak dalam pakaian yang cocok dengan finishing yang baik. Munculnya ide desain pakaian brand Molds adalah berdasarkan pengamatan pemilik brand. Belakangan ini anak-anak umur 3-7 tahun sering berdandan atau memakai baju yang tidak ‘anak-anak’. Pengaruh lingkungan serta peran orang tua menjadi faktor dalam pemilihan pakaian anak. Karena itu Molds ada untuk menghadirkan desain yang sesuai dengan anak-anak dan dengan konsep yang terencana. Terinspirasi dari desain Jepang dan inovasi mainan anak-anak yang membutuhkan kreativitas dan imajinasi, Molds menghadirkan desain pakaian yang soft minimalist, kreatif dan berani untuk keluar dari kata-kata innocent anak-anak yang biasa. Dengan desaindesain Molds ini anak kecil diharapkan menjadi terbiasa dengan selera yang bold tanpa tersembunyi sehingga memunculkan karakter dari diri mereka yang sebenarnya. Dengan pemilihan bahan dan kain yang sesuai dengan anak-anak, memungkinkan Molds dapat dipakai kapanpun karena menggunakan bahan yang nyaman untuk sehari-hari. Kain katun, katun poli, bulu domba, baby canvas, dan bahan kaos dipilih karena kenyamanannya untuk dipakai sehari-hari oleh siapapun, khususnya anak-anak. Dalam konsep koleksi pertamanya, Molds berusaha untuk membiasakan anak-anak untuk menghadapi angka-angka, yang tentu kita ketahui anak kecil sering kali sulit belajar Matematika. Dengan koleksi Molds, anak-anak dapat belajar Matematika Dasar dengan cara yang lebih menyenangkan dan dekat dengan kehidupan sehari-hari. Untuk ke depannya Molds fokus untuk membuat pakaian khusus anak-anak dan dengan konsep edukasi. Identitas yang ada sekarang diambil dari font Doodlepen, yang sudah tersedia dan dapat di unduh secara cuma-cuma dengan mudah. Identitas ini belum menggambarkan karakter juga visi misi Molds dengan baik, karena dibuat dengan matang dan seadanya dan hanya bersifat sementara. Pengaplikasian identitas ini juga tidak konsisten dan tidak memiliki sistem di dalamnya. Pemilihan warna dan font yang membentuk identitas ini tidak berdasarkan prinsip atau filosofi apapun, karena dibuat secara cepat dan seadanya. 7.Edukasi Matematika Pada koleksi Molds Spring/Summer, pendekatan edukasi yang dimunculkan adalah edukasi Matematika. Ini dikarenakan Matematika adalah pelajaran yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari dan terus dipakai anak kecil sampai orang dewasa. 2016 27 SEJARAH DESAIN Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Tidak sedikit yang fobia Matematika, dan ketidaksukaan pada Matematika tidak hanya terjadi di Indonesia tapi juga di beberapa negara maju. Di Indonesia sendiri ada beberapa faktor yang menyebabkan banyak anak yang tidak menyukai Matematika, salah satunya karena metode pengajarannya yang salah. Sejak lama orang Indonesia umumnya menggunakan metode hafalan, sehingga Matematika harus dihafal bukan dinalar atau dimengerti secara logis. Anak-anak pada dasarnya berkarakter ceria, berjiwa bebas dan suka bermain, sehingga jika Matematika harus selalu dihafal maka menjadi membosankan. Dalam kasus ini, peran orangtua sangat dibutuhkan untuk membantu anak dalam memahami dan menyukai pelajaran Matematika dengan cara mudah adalah dengan mendekatkan anak pada penerapan Matematika sedini mungkin secara nyata, melalui permainan menyenangkan, dan praktis dalam kehidupan nyata sehari-hari. Koleksi Molds Spring/Summer, menerapkan pendekatan edukasi cinta Matematika dengan busana anak bermotif angka, simbol penjumlahan, pengurangan, bentuk-bentuk dasar geometris dengan warna-warni ceria dan mnyenangkan. G.Desain Arsitektur Asitektur Indonesia memiliki karakter dinamis yang terdiri dari bangunan KlasikTradisional, Vernakular dan bangunan Baru-Kontemporer. Arsitektur Klasik-Tradisional adalah bangunan yang dibangun pada zaman kuno. Arsitektur Vernakular juga bentuk lain dari arsitektur tradisional, terutama bangunan rumah hunian, dengan beberapa penyesuaian membangun oleh beberapa generasi ke generasi. Arsitektur Baru atau Kontemporer lebih banyak menggunakan materi dan teknik konstruksi baru yang menerima pengaruh dari masa kolonial Belanda ke era pasca-kemerdekaan. Pengenalan semen dan bahan-bahan modern lainnya dan pembangunan dengan pertumbuhan yang cepat telah menghasilkan hasil yang beragam. 1. Arsitektur Klasik Indonesia Ciri khas arsitektur klasik Indonesia dapat dilihat pada bangunan candi dengan struktur menaranya. Candi Buddha dan Hindu dibangun dari batu, yang dibangun di atas tanah dengan ciri khas piramida dan dihiasi dengan relief. Secara simbolis bangunan adalah sebagai representasi dari Gunung Mahameru yang legendaris, dalam mitologi Hindu-Buddha diidentifikasi sebagai kediaman para dewa. Candi Buddha Borobudur yang terkenal dari abad ke-9 dan Candi Prambanan bagi umat Hindu di Jawa Tengah juga dipenuhi dengan gagasan makrokosmos yang direpresentasiken dengan sebuah gunung. 2016 28 SEJARAH DESAIN Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Di Asia Timur walau pun dipengaruhi oleh budaya India, namun arsitektur Indonesia (nusantara) lebih mengedapankan elemen-elemen masyarakat lokal, dan lebih tepatnya dengan budaya agraris (petani). Budaya Hindu selama 10 abad telah mempengaruhi kebudayaan Indonesia sebelum pengaruh Islam datang. Peninggalan arsitektur klasik (Hindu-Buddha) di Indonesia sangat terbatas untuk beberapa puluhan candi kecuali Pulau Bali yang masih banyak karena faktor agama penduduk setempat. 2. Arsitektur Vernakular di Indonesia Arsitektur tradisional dan vernakular di Indonesia berasal dari dua sumber. Pertama dari tradisi Hindu-Besar dibawa ke Indonesia dari India melalui Jawa. Kedua adalah arsitektur pribumi asli. Rumah-rumah vernakular yang kebanyakan ditemukan di daerah pedesaan dibangun dengan menggunakan bahan-bahan alami seperti atap ilalang, bambu, anyaman bambu, kayu kelapa, dan batu. Bangunan adalah penyesuain sepenuhnya selaras dengan lingkungan sekitar. Arsitektur Tradisional Indonesia Rumah-rumah di pedalaman Indonesia masih banyak yang menggunakan bambu. Namun seiring dengan proses modernisasi, bangunan-bangunan bambu ini sedikit demi sedikit diganti dengan bangunan dinding bata. Bangunan vernakular yang tertua di Indonesia saat ini tidak lebih dari sekitar 150 tahun usianya. Namun dari relief di dinding abad ke-9 di candi Borobudur di Jawa Tengah mengungkapkan 2016 29 bahwa ada SEJARAH DESAIN Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn hubungan erat dengan Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id arsitektur rumah vernakular kontemporer yang ada saat ini. Arsitektur vernakular Indonesia juga mirip dengan yang dapat ditemukan di seluruh pulau-pulau di Asia Tenggara. Karakteristik utamanya adalah dengan digunakannya lantai yang ditinggikan (kecuali di Jawa), atap dengan kemiringan tinggi menyerupai pelana dan penggunaan material kayu dan bahan organik tahan lama lainnya. 3.Pengaruh Islam Dalam Arsitektur Budaya Islam di Indonesia dimulai tahun 1300 Masehi ketika di Sumatra bagian utara berdiri kerajaan Islam Samodra Pasai pada 1292. Dua setengah abad kemudian bersamaan dengan kedatangan orang-orang Eropa, Islam masuk ke pulau Jawa. Hal yang penting di sini bahwa Islam tidak menyebar ke kawasan Indonesia melalui kekuatan politik seperti di India atau Turki, namun lebih melalui penyebaran budaya. Budaya Islam pada arsitektur Indonesia dapat dijumpai di masjid-masjid, istana, dan bangunan makam. Menurunnya kekuatan kerajaan Hindu Majapahit di Jawa menandai bergantinya periode sejarah di Jawa. Kebudayaan Majapahit tersebut meninggalkan kebesarannya dengan sejumlah candi-candi monumental sampai abad XIV. Meskipun era Majapahit secara agama dan budaya tergantikan, tidak berarti bahwa ‘jaman klasik’ di Jawa ini diganti dengan ‘jaman kemunduran/kegelapan’’, karena kerajaan-kerajaan Islam melanjutkan budaya lama Majapahit yang mereka adopsi secara jenius. "New Era" selanjutnya menghasilkan ikon penting seperti masjid-masjid di Demak, Kudus dan Banten pada abad XVI. Juga situs makam Imogiri dan istana-istana Yogyakarta dan Surakarta pada abad XVIII. Fakta sejarah menunjukkan bahwa Islam tidak memperkenalkan bentuk-bentuk fisik baru dan ajaran-ajarannya pun diajarkan lebih dalam cara-cara mistis oleh para sufi. Dengan kata lain melalui sinkretisme, hal inilah yang mempengaruhi ‘gagal’nya Islam sebagai sebuah sistem baru yang tidak menghapuskan warisan Hindu ( lihat Prijotomo, 1988). Masjid Kudus dengan Gaya Hindu untuk Drum Tower dan Gerbang 2016 30 SEJARAH DESAIN Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Penyebaran Islam secara bertahap di kawasan Indonesia dimulai abad XII dan seterusnya dengan memperkenalkan serangkaian penting pengaruh arsitektur. Namun, perubahan dari gaya lama ke gaya baru itu awalnya bersifat ideologis baru kemudian teknologi. Kedatangan Islam tidak pada pengenalan bangunan yang baru, melainkan menyesuaikan bentuk-bentuk arsitektur yang ada, yang ditafsirkan kemudian diciptakan kembali sesuai hukum Islam. Menara Kudus di Jawa Tengah adalah contoh dalam kasus ini. Bangunan ini sangat mirip dengan candi abad XIV di era kerajaan Majapahit. Menara diadaptasi untuk kepentingan baru dengan dibangun masjid setelah runtuhnya kerajaan Majapahit. Demikian pula arsitektur masjid-masjid di awal perkembangan Islam di Indonesia murni terinspirasi tradisi bangunan lokal di Nusantara. Umumnya dibangun dengan struktur empat kolom utama (Soko Guru) yang mempunyai makna simbolis mendukung atap tengahnya. 4.Gaya Belanda dan Hindia Belanda Pengaruh Barat di mulai jauh sebelum tahun 1509 ketika Marco Polo dari Venesia melintasi Nusantara pada 1292 untuk kegiatan perdagangan. Sejak itu orang-orang Eropa berusaha untuk merebut kendali atas perdagangan rempah-rempah yang sangat menguntungkan. Portugis, Spanyol, kemudian Belanda memperkenalkan arsitektur mereka sendiri menggunakan berbagai elemen arsitektur Eropa. Namun kemudian dapat beradaptasi dengan tradisi arsitektur lokal. Proses asimilasi ini bukanlah sekadar satu arah: Belanda kemudian mengadopsi unsur-unsur arsitektur pribumi untuk menciptakan bentuk yang unik dikenal sebagai arsitektur kolonial Hindia Belanda. Belanda juga sadar dengan mengadopsi arsitektur dan budaya setempat ke dalam arsitektur tropis baru mereka. Dengan menerapkan bentuk-bentuk tradisional ke dalam cara-cara modern termasuk bahan bangunan dan teknik konstruksi. Bangunan Gereja Blenduk dan Lawang Sewu, Contoh dari Arsitektur Belanda 2016 31 SEJARAH DESAIN Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Bangunan kolonial di Indonesia, terutama periode Belanda yang sangat panjang (1602-1945) ini menarik untuk dijelajahi. Bagaimana silang budaya antara barat dan timur dalam bentuk bangunan, dan juga bagaimana Belanda mengembangkan aklimatisasi bangunan di daerah tropis. Menurut Sumalyo (1993), arsitektur kolonial Belanda di Indonesia adalah fenomena budaya unik yang pernah ditemukan di tempat lain maupun di tanah air mereka sendiri. Bangunan-bangunan tesebut adalah hasil dari budaya campuran kolonial dan budaya di Indonesia. Perbedaan konsep Barat dan Indonesia ke dalam arsitektur adalah terletak pada korelasi antara bangunan dan manusianya. Arsitektur Barat adalah suatu totalitas konstruksi, sementara di Timur lebih bersifat subjektif, lebih memilih penampilan luar terutama façade depan. Kondisi alam antara sub-tropis Belanda dan tropis basah Indonesia juga merupakan pertimbangan utama bangunan Belanda di Indonesia. Sebenarnya, Belanda tidak langsung menemukan bentuk yang tepat untuk bangunan mereka di awal perkembangannya di Indonesia. Selama awal kolonisasi Eropa awal abad 18, jenis bangunan empat musim secara langsung dicangkokkan Belanda ke iklim tropis Indonesia. Fasade datar tanpa beranda, jendela besar, atap dengan ventilasi kecil yang biasa terlihat di bagian tertua kota bertembok Belanda, juga digunakan seperti di Batavia lama (Widodo, J. dan YC. Wong 2002). Menurut Sumintardja, (1978) VOC telah memilih Pulau Jawa sebagai pusat kegiatan perdagangan mereka. Bangunan pertama dibangun di Batavia sebagai benteng Batavia. Di dalam benteng dibangun rumah untuk koloni, memiliki bentuk yang sederhana seperti rumah asli di awal tapi belakangan diganti dengan rumah gaya Barat (untuk kepentingan politis). Mereka mengimpor bahan dinding batu bata rumah dan atap genteng sekalian dengan interior furnitur langsung dari Belanda. Rumah-rumah yang menjadi tradisi pertama rumah-rumah tanpa halaman, dengan bentuk memanjang seperti di Belanda sendiri. Rumah-rumah ini ada dua lantai, sempit di façade tapi lebar di dalam. Rumah tipe ini selanjutnya banyak digunakan oleh orang-orang cina setelah orang Belanda beralih dengan rumah-rumah besar dengan halaman luas. Rumah-rumah ini disebut sebagai bentuk landhuizen atau rumah tanpa beranda dalam periode awal, setelah mendapat aklimatisasi dengan iklim setempat, rumah-rumah ini dilengkapi dengan beranda depan yang besar seperti di aula pendapa pada bangunan vernakular Jawa. Rumah-rumah yang dibangun pada awalnya dengan dua lantai, setelah mengalami gempa dan untuk tujuan efisiensi dibangun hanya satu lantai saja. Tetapi setelah harga tanah menjadi meningkat, rumah-rumah itu kembali dibangun dengan dua lantai lagi. 2016 32 SEJARAH DESAIN Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Penentuan desain arsitektur menjadi lebih formal dan ditingkatkan setelah pembentukan profesi Arsitek pertama di bawah Dinas Pekerjaan Umum (BOW) pada 18141930. Sekitar tahun 1920-1930-an, perdebatan tentang masalah identitas Indonesia dan karakter tropis sangat intensif, tidak hanya di kalangan akademis tetapi juga dalam praktek di lapangan. Beberapa arsitek Belanda, seperti Thomas Karsten, Maclaine Pont, Thomas Nix, CP Wolf Schoemaker dan banyak yang lainnya, terlibat dalam wacana sangat produktif baik dalam akademik dan praksis. Bagian yang paling menarik dalam perkembangan Arsitektur modern di Indonesia adalah periode sekitar 1930-an, ketika beberapa arsitek Belanda dan akademisi mengembangkan sebuah wacana baru yang dikenal sebagai "Indisch-Tropisch" yaitu gaya arsitektur dan urbanisme di Indonesia yang dipengaruhi Belanda. Tipologi dari arsitektur kolonial Belanda hampir bangunan besar luar koridor yang memiliki fungsi ganda sebagai ruang perantara dan penyangga dari sinar matahari langsung dan lebih besar atap dengan kemiringan yang lebih tinggi dan kadang-kadang dibangun oleh dua lapis dengan ruang yang digunakan untuk ventilasi panas udara. Arsitek-arsitek Belanda mempunyai pendekatan yang baik berkaitan dengan alam di mana bangunan ditempatkan. Kesadaran mereka dapat dilihat dari unsur konstruksi orang yang sangat sadar dengan alam. Dalam Sumalyo (1993,): Karsten pada tahun 1936 dilaporkan dalam artikel: "Semarangse kantoorgebouwen" atau Dua Office Building di Semarang Jawa Tengah: 1. Pada semua lantai pertama dan kedua ditempatkan pintu, jendela, dan ventilasi yang lebar di antaranya rentang dua kolom. Ruangan untuk tiap lantai sangat tinggi; 5, 25 m di lantai pertama dan 5 m untuk lantai dua. Ruangan yang lebih tinggi, jendela dan ventilasi menjadi sistem yang baik untuk memungkinkan sirkulasi udara di atap, ada lubang ventilasi di dinding atas (di atas jendela) 2. Disamping lebar ruang yang lebih tinggi, koridor terbuka di sisi Barat dan Timur meliputi ruang utama dari sinar matahari langsung. Ketika awal urbanisasi terjadi di Batavia (Jakarta), ada begitu banyak orang membangun vila mewah di sekitar kota. Gaya arsitekturnya yang klasik tapi beradaptasi dengan alam ditandai dengan banyak ventilasi, jendela dan koridor terbuka banyak dipakai sebagai pelindung dari sinar matahari langsung. Di Bandung, Villa Isolla adalah salah satu contoh arsitektur yang baik ini (oleh Schoemaker1933) 2016 33 SEJARAH DESAIN Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Villa Isolla, Salah Satu Karya Arsitektur Belanda di Indonesia 5. Arsitektur Kontemporer Indonesia Setelah kemerdekaan pada 1945 tren bangunan modern mengambil alih di Indonesia. Kondisi ini berlanjut ke tahun 1970/1980-an ketika pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat dan mengarah pada program-program pembangunan besar-besaran di setiap sektor, mulai dari skema rumah murah, pabrik-pabrik, bandara, pusat perbelanjaan dan gedung pencakar langit. Banyak proyek bergengsi yang dirancang oleh arsitek asing yang jarang diterapkan mereka untuk rancangan khusus konteks Indonesia. Seperti halnya kota-kota besar di dunia, terutama di Asia sebagai korban dari globalisasi yang terlepas dari sejarah lokal, iklim dan orientasi budaya. Rumah-rumah Kontemporer di Indonesia Arsitektur modern Indonesia sekitar tahun 50an umumnya mulai didominasi bentuk atap yang diekspos. Model bangunan era kolonial juga diperluas dengan teknik dan peralatan baru seperti konstruksi beton, AC, dan perangkat lift. Namun sepuluh tahun 2016 34 SEJARAH DESAIN Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id setelah kemerdekaan kondisi ekonomi di Indonesia belum cukup kuat. Akibatnya bangunan yang kurang berkualitas terpaksa lahir. Semua itu sebagai upaya untuk menemukan arsitektur Indonesia modern, seperti halnya penggunaan bentuk atap joglo untuk bangunan modern. Pada tahun 1980-an ketika industri perumahan booming arsitektur perumahan berkembang luas. Banyak bermunculan rumah pribadi dengan arsitektur yang unik tapi tidak dengan perumahan massal. Istilah rumah rakyat, rumah berkembang, prototipe rumah, rumah murah, rumah sederhana, dan rumah utama dikenal baik bagi masyarakat. Jenis ini dibangun dengan ide ruang minimalis, rasional konstruksi dan non konvensional (Sumintardja, 1978). 6. Permasalahan Arsitektur Indonesia Gerakan-gerakan baru dalam arsitektur seperti Modernisme, Dekonstruksi, Postmodernisme dan yang lainnya tampaknya juga diikuti di Indonesia terutama di Jawa. Namun, dalam kenyataannya mereka menyerap dalam bentuk luar saja, bukan ide-ide dan proses berpikir itu sendiri. Tidak heran jika kemudian muncul pandangan yang dangkal: "Kotakkotak adalah Modern, Kotak berjenjang adalah post-Modernisme" (Atmadi, 1997). Arsitektur hanya dilihat sebagai objek bukan sebagai lingkungan hidup. Sumalyo, (1993) menyatakan bahwa pandangan umum arsitektur barat: 'Purism', di mana untuk menunjuk Bentuk dan Fungsi, adalah berlawanan dengan konsep-konsep tradisi yang memiliki konteks dengan alam. Kartadiwirya dalam Budihardjo (1989) berpendapat, mengapa prinsip tropis 'nusantara' arsitektur jarang dipraktekkan di Indonesia, adalah karena pemikiran dari proses perencanaan tidak pernah menjadi pemikiran. Mereka hanya mengajarkan tentang perencanaan konvensional selama 35 tahun tanpa perubahan berarti sampai beberapa hari. Sayangnya hampir semua bahan pengajaran dalam arsitektur berasal dari cara berpikir barat yang menurut Frick (1997) telah menghasilkan kelemahan arsitektur Indonesia. Frick juga menjelaskan bahwa menggunakan bahan bangunan modern hanya karena alasan produksi massal yang lebih 'barat' dan jauh dari tradisi setempat. Kondisi ini telah memicu penggunaan bahan yang tidak biasa dan tanpa memikirkan kondisi lokal. Lalu bagaimanakah seharusnya arsitektur Indonesia? 2016 35 SEJARAH DESAIN Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Buku Adityawan, Arief, Tinjauan Desain, UNTAR, Jakarta, 1999 Atmaja, Mochtar Kusuma, Perjalanan Seni Rupa Indonesia Dari Zaman Prasejarah Hingga Masa Kini, Publisher: Panitia pameran KIAS 1990-1991, Jakarta 1990 Koster, Thomas, 50 Artists, You Should Now, With Contributions by Lars Roper, Prestel Publishing, New York, 2006 Marasutan, Baharudin, Raden Saleh 1807-1880, Perintis Seni Lukis di Indonesia, Dewan Kesenian Jakarta, Pusat Grafika Indonesia, 1973 Meggs, Philip B., A History of Graphic Design -3d Edition, Published Simultaneously, Canada 1992 Ruhrberg, Bettina, Artes Das Internationale Kunsthaus, Nachdruck , Germane,1996 Soemantri, Hilda, Seni Rupa Indonesian Heritage, Buku Antar Bangsa , Jakarta, untuk Grolier International, Ltd., 1998 Toynbee, Arnold, A Study of History, The One Volume Edition, Illustrated, Oxford University Press and Thames and Hudson Ltd, London 1988 Wiradarmo, Aulia Ardista. (2014). Analisis Profil Alumni Desain Produk ITB dalam Relasiya dengan Pendidikan dan Keprofesian Desain Produk di Indonesia. Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain Majalah Internasional Reardon, Sarah, Christie’s, International Magazine, Christie, Manson & Woods Ltd., Long Island City, New .York, 1977 Webtografi: dendi.conceptforum.net nadilaorin.wordpress.com http://gumilarganjar.wordpress.com/2012/03/10/sejarah-perkembangan-seni-grafisindonesia/ http://dgi-indonesia.com/garis-waktu-desain-grafis-indonesia-2/ http://id.wikipedia.org/wiki/Desain_grafis http://ardiansyahgumay.blogspot.co.id/ http://ianion.wordpress.com/2012/12/10/perkembangan-desain-grafis-di-indonesiasaat-ini/ asti46.wordpress.com http://aurell-ikom08.blogspot.com/2009/06/pengertian-desain-komunikasi-visualdkv.html 2016 36 SEJARAH DESAIN Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id http://zulkangtulu.blogspot.com/2013/02/pengertian-komunikasi-visual.html https://designideasdkv1.wordpress.com/apa-itu-desain-komunikasi-visual/ https://tepiapriani.wordpress.com/2015/01/20/desain-komunikasi-visual/ 2016 37 SEJARAH DESAIN Udhi Marsudi, S.Sn, M.Sn Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id