Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 6 (2) (2006) p: 116-123 PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG DAN UNSUR HARA MIKRO TERHADAP PERTUMBUHAN JAGUNG PADA ULTISOL YANG DIKAPUR Aini Indrasari1 dan Abdul Syukur2 1 Lulusan S2 Ilmu Tanah UGM, 2Dosen Jurusan Tanah Fakultas Pertanian UGM ABSTRAK Penelitian tentang pengaruh pemberian pupuk kandang dan unsur hara mikro terhadap pertumbuhan tanaman jagung pada Ultisol yang dikapur telah dilaksanakan di rumah kaca Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Penelitian ini merupakan percobaan pot dengan rancangan acak lengkap faktorial yang terdiri dari 3 faktor, yaitu pupuk kandang (0, 15, 30 ton.ha-1), unsur hara mikro Cu, Fe, Zn dan Mn (dalam bentuk CuSO4.5H2O, Fe2(SO4)3.7H2O, ZnSO4.7H2O dan MnSO4.H2O dengan aras 0, 14, 28 kg ha-1) dan kapur (tanpa kapur dan dikapur sampai mencapai kejenuhan aluminium ± 10%) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) pengaruh kombinasi unsur hara mikro, pupuk kandang dan kapur terhadap pertumbuhan tanaman jagung (2) mendapatkan kombinasi yang terbaik antara pupuk kandang, unsur hara mikro dan kapur terhadap pertumbuhan tanaman jagung. Hasilnya menunjukkan bahwa pengapuran yang dilakukan meningkatkan semua parameter pertumbuhan, yaitu tinggi tanaman, berat segar trubus, berat kering trubus, berat segar akar dan berat kering akar. Pemberian pupuk kandang sampai dosis 30 ton ha-1 masih mampu meningkatkan berat segar trubus dan berat kering trubus. Pemberian unsur hara mikro 14 kg ha-1 memberikan berat segar trubus dan berat kering trubus yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian unsur hara mikro 28 kg ha-1. Kombinasi pemberian pupuk kandang 30 ton ha-1, unsur hara mikro 14 kg ha-1 dan kapur menghasilkan berat segar trubus dan berat kering trubus tertinggi. Kata kunci : pupuk kandang, unsur hara mikro, kapur dan jagung PENDAHULUAN Jagung sebagai pangan adalah sumber karbohidrat kedua setelah beras. Di samping itu juga digunakan pula sebagai bahan makanan ternak (pakan) dan bahan baku industri (Sudaryanto et al., 1986). Kebutuhan dan konsumsi jagung di Indonesia terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan meningkatnya industri yang menggunakan jagung sebagai bahan baku seperti industri makanan dan pakan ternak. Peningkatan produksi yang telah dicapai melalui perluasan areal tanam dan perbaikan teknologi produksi ternyata belum mampu untuk mengimbangi kebutuhan dan konsumsi jagung di dalam negeri, Tanaman jagung umumnya tidak toleran terhadap kemasaman tanah yang tinggi. Hasil penelitian Fox (1979) disimpulkan bahwa kejenuhan Al merupakan parameter yang lebih tepat untuk memperkirakan pengurangan hasil jagung pada tanah masam. Tanaman jagung akan di bawah 90 % dari maksimum apabila kejenuhan Al melebihi 12 %. Bila kejenuhan Al > 40 % pertumbuhan tanaman jagung akan 116 Indrasari & Syukur. Pertumbuhan jagung pada Ultisol yang dikapur menurun secara tajam (Kamprath and Foy, 1997). Dilihat dari luasannya, Ultisol memiliki potensi untuk pengusahaan pengembangan tanaman jagung. Namun pemanfaatan Ultisol untuk budidaya jagung menghadapi berbagai kendala, seperti rendahnya tingkat kesuburan dan pH serta tingginya kejenuhan Al. Tanah ini juga rendah dalam kandungan unsur hara makro seperti P, N, K, Mg dan kandungan unsur hara mikro seperti Zn, Mo dan Pb (Notohadiprawiro, 1990; Bell and Edwards, 1999). Pengapuran untuk mengatasi pengaruh buruk oleh kemasaman tanah yang tinggi merupakan salah satu cara yang sudah lama dikenal dan diterapkan. Dengan tindakan ini, kemasaman tanah diturunkan sampai tingkat yang tidak membahayakan bagi pertumbuhan tanaman. Radjagukguk (1983) mengemukakan bahwa reaksi kapur di dalam tanah secara sederhana sebagai berikut : 3 CaCO3 + 3 H2O Æ 3 Ca++ + 3HCO3- + 3 OHAl3+ + 3 OH- Æ Al(OH)3 (mengendap) Al3+ yang berasal dari larutan tanah akan bereaksi dengan OH- dari hasil reaksi bahan kapur sehingga membentuk endapan Al(OH)3. Dengan demikian pemberian bahan kapur mengakibatkan pengendapan Al dalam bentuk Al(OH)3 dan pada saat yang sama pH akan meningkat. Dengan demikian keracunan Al dapat teratasi sehingga pertumbuhan akar tanaman akan baik. Pengapuran dalam jumlah berlebihan tidak diperlukan dalam menanggulangi masalah keracunan Al pada tanah mineral tropika, pH cukup dinaikkan sampai mencapai pH ± 5,5 karena pada kondisi ini Al praktis sudah ternetralisasi. Kemasaman tanah dianggap sebagai parameter yang 117 paling kritis dalam pengaturan ketersediaan unsur hara mikro (Sims, 1986). Ketersediaan unsur hara mikro (Cu dan Zn) dalam larutan tanah relatif tinggi pada pH yang rendah, dan kebanyakan kation ini berada dalam bentuk yang dapat dipertukarkan dan dalam fraksi organik (Sims and Patrick, 1978). Pengapuran juga mempengaruhi ketersediaan unsur hara mikro seperti Fe, Mn, Cu dan Zn. Penambahan kapur dapat menurunkan kelarutan unsur mikro karena terjadi peningkatan pH, yang menyebabkan terjadinya pengendapan unsur mikro tersebut. Pengapuran yang berlebihan dapat menyebabkan tanaman mengalami kekurangan unsur mikro, terutama Fe, Mn, Cu dan Zn karena peningkatan nilai pH tanah mengakibatkan bentuk kation berubah menjadi hidroksida yang tidak larut (Nyakpa et al., 1988). Peningkatan pH dapat meningkatkan muatan negatif pada mineral lempung yang bermuatan tidak tetap. Peningkatan muatan negatif ini akan meningkatkan kapasitas jerapan kation sehingga mampu menjerap kation dalam jumlah yang lebih banyak. Proses pengendapan dan jerapan ini akan mengurangi konsentrasi unsur mikro dalam larutan tanah. Bahan organik tanah merupakan suatu sistem yang komplek dan dinamis, berasal dari sisa tanaman dan hewan yang terdapat di dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan yang dipengaruhi faktor biologi, fisika dan kimia tanah (Kononova, 1966). Bahan organik dapat berasal dari sisa tanaman, hewan seperti dalam bentuk pupuk kandang, pupuk hijau, kompos dan sebagainya. Pupuk kandang sebagai sumber bahan organik tanah mempunyai kandungan hara yang berbeda-beda tergantung dari macam hewan, umur hewan, 118 macam makanan, perlakuan dan penyimpanan pupuk sebelum dipakai (Buckman and Brady, 1982). Penambahan bahan organik juga dapat meningkatkan kapasitas jerapan karena berbagai gugus fungsional yang dimilikinya. Penelitian McGrath et al., (1988) cit. Salam et al., (1997) memperlihatkan bahwa pada pH yang sama, kelarutan Cu lebih rendah di tanah dengan kandungan bahan organik tinggi daripada di tanah dengan kandungan bahan organik rendah. Ini menunjukkan bahwa kandungan bahan organik di dalam tanah dapat menurunkan ketersediaan unsur hara mikro. Setiap kation dari unsur hara mikro dapat berkombinasi dengan senyawa organik. Senyawa organik yang bereaksi dengan kation-kation tersebut terdiri dari protein, asam amino, penyusun humus dan asamasam seperti sitrat dan tartrat. Reaksi kombinasi antara kation-kation ini dengan senyawa organik disebut kelasi, sedangkan senyawa komplek hasil bentukannya disebut kelat. Senyawa kelat disamping sebagai pemasok unsur hara mikro, juga melindungi dari pengendapan unsur tersebut misalnya oleh ion hidroksil (OH) (Nyakpa et al., 1988). BAHAN DAN METODE Bahan Penelitian dilaksanakan dengan percobaan pot di rumah kaca Jurusan Tanah Fakultas Pertanian UGM. Tanah ultisol diambil dari Jasinga, Jawa Barat, pada beberapa tempat sedalam 0 – 20 cm lalu dicampur (contoh tanah komposit). Sebagai tanaman indikator digunakan jagung varietas Arjuna. Pupuk kandang yang dipakai untuk perlakuan adalah pupuk kandang sapi sedang untuk pengapuran digunakan Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 6 (2) (2006) CaCO3. Untuk mencukupi kebutuhan N, P, K, Mg, Mo dan B diberikan pupuk basal seperti tertera pada Tabel 1. Contoh tanah dan pupuk kandang dikeringanginkan, ditumbuk dan selanjutnya disaring dengan ayakan berdiameter 2 mm. (untuk tanah 1 dan 0,5 mm untuk pupuk kandang). Metode Percobaan pendahuluan Percobaan pendahuluan dilakukan untuk menentukan takaran kapur dan lama inkubasi yang akan dipakai. Takaran kapur terpilih adalah takaran kapur pada saat kejenuhan aluminium ± 10 %. Dalam percobaan ini 500 g contoh tanah dicampur dengan kapur sesuai takaran perlakuan dan selanjutnya diinkubasikan dalam kondisi kapasitas lapangan. Tiap minggu diamati Al-dd, pH H2O, pH KCl dan kejenuhan Al-nya. Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan, takaran kapur 0 dan 16,63 t/ha dan lama inkubasi 5 minggu dipakai untuk percobaan selanjutnya. Percobaan rumah kaca Contoh tanah seberat 6 kg dicampur merata dengan kapur, unsur hara mikro dan bahan organik sesuai takaran perlakuan, dimasukkan dalam pot dan diinkubasikan selama 5 minggu dalam kondisi kapasitas lapangan, setelah lama inkubasi selesai, campuran tanah tersebut dicampur dengan pupuk basal sesuai takaran perlakuan dan diinkubasikan selama 3 hari dalam kondisi kapasitas lapangan. Pada akhir inkubasi sebagian tanah diambil untuk dianalisa dan sisanya dalam pot ditanami jagung sebanyak 3 biji per pot. Setelah tanaman tumbuh baik (± 7 hst) diadakan penjarangan dengan menyisakan 1 tanaman yang terbaik pada setiap pot. Pemanenan dilakukan pada fase vegetatif maksimun, yaitu Indrasari & Syukur. Pertumbuhan jagung pada Ultisol yang dikapur pada saat ± 15 % tanaman jagung berbunga (± 52 hst). Selama pertumbuhan tanaman dijaga dari serangan gulma, hama dan penyakit dan kondisi kapasitas lapangan dipertahankan dengan menambah air sebesar air yang hilang akibat evapotranspirasi. Pada saat panen ditimbang berat segar dan berat kering trubus maupun akar. Pada saat keluarnya bunga betina (silking phase) diambil daun ke 5, 6 dan 7 untuk penentuan Cu, Zn, Fe, Mn jaringan. Rancangan percobaan Percobaan menggunakan rancangan percobaan acak lengkap faktorial, terdiri atas 3 faktor. Faktor pertama adalah 3 aras pupuk kandang sapi yaitu 0 t/ha (B0), 15 t/ha (B1) dan 30 t/ha (B2). Faktor kedua adalah 3 aras unsur hara mikro yaitu tanpa unsur hara mikro (M0), 14 kg/ha unsur hara mikro (M1) dan 28 kg/ha unsur hara mikro (M2). Unsur hara mikro yang 7H2O, dipakai adalah Fe2(SO4)3 ZnSO4.7H2O dan MnSO4.H2O, CuSO45H2O. Faktor ketiga adalah 2 aras takaran kapur (CaCO3) yaitu 0 t/ha (K0) dan 16,63 t/ha (K1). Perlakuan diulang 3 kali. Tabel 1. macam dan takaran pupuk basal yang digunakan dalam percobaan Jenis pupuk NH4NO3 KH2PO4 KCl MgSO4.7H2O (NH4)6Mo7O242H2O NaB4O710H2O Analisa data kg/ ha 260 400 100 120 0,5 0,5 Takaran pupuk mg/kg mg/ tanah pot 87,0 522 133,3 800 33,3 200 40 240 0,17 1 0,17 1 Data hasil analisa maupun pengamatan dianalisa dengan ANOVA dan DMRT 5 %. 119 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik tanah dan pupuk kandang Tabel 2 menunjukkan bahwa Ultisol yang dipakai untuk penelitian kandungan Al-ddnya tinggi, kationkation basa tertukar rendah sampai sedang sehingga kejenuhan Al-nya sangat tinggi dan pH-nya sangat masam. Tekstur tanah lempung dan kandungan bahan organik sedang sehingga KPK-nya berharkat sedang. Kandungan P, Zn dan Cu tersedia sangat rendah sedangkan Fe dan Mn tinggi. Kualitas tanah ini perlu ditingkatkan, antara lain dengan penambahan kapur atau bahan organik. Pemberian kapur akan meningkatkan pH, KPK dan menurunkan Al-dd, kejenuhan Al dan Fe maupun Mn tersedia. Tabel 2. Karakteristik Ultisol dan pupuk kandang Parameter Tanah Fraksi (%) - lempung 58 - debu 28 - pasir 14 Kelas tekstur Lempung KPK (Cmol (+)Kg-1 17,88 pH H2O 4,3 pH KCl 3,6 Al-dd (Cmol (+)Kg-1 10,66 C organik (%) 2,64 Bahan organik 4,55 Kation basa tertukar (Cmol (+)Kg-1 Ca 2,38 Mg 1,17 K 0,23 Na 0,51 Kejenuhan Al (%) 75,02 P tersedia (ppm) 2,07 Unsur mikro tersedia (ppm) Fe 34,1 Mn 9,10 Zn 0,21 Cu 0,19 N total (%) C/N Pupuk kandang 58,12 7,1 23,45 40,43 8675,12 696,27 234,55 99,25 1,22 19 120 Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 6 (2) (2006) Data pada Tabel 2 menunjukkan bahwa pupuk kandang sapi yang dipakai potensial untuk meningkatkan kualitas tanah tersebut karena mempunyai kandungan bahan organik dan KPK cukup tinggi, bereaksi netral, cukup terombak dan mengandung unsur Fe, Mn, Zn dan Cu. Pengaruh pupuk kandang sapi dan kapur Tabel 3 menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang sapi sampai dengan 30 t/ha masih meningkatkan kandungan bahan organik, Zn jaringan tanaman, berat segar maupun berat kering akar. Pemberian kapur 16,63 t/ha nyata menurunkan Zn jaringan tanaman tetapi nyata meningkatkan berat kering trubus, berat segar maupun berat kering akar (Tabel 5). Pengaruh interaksi pupuk kandang sapi dan unsur hara mikro Tabel 6 menunjukkan bahwa pengaruh takaran pupuk kandang terhadap Cu tersedia nyata pada M1 dan pemberian pupuk kandang M 2. menurunkan Cu tersedia. Nilai tertinggi dicapai pada tanpa pemberian pupuk kandang. Pemberian unsur hara mikro sampai 28 kg/ha masih meningkatkan Cu tersedia baik pada B0, B1 maupun B2. Pemberian pupuk kandang nyata berpengaruh terhadap Mn jaringan tanaman pada M0 dan M2. Data menunjukkan milai tertinggi dicapai pada takaran pupuk kandang 15 t/ha. Pemberian unsur hara mikro sampai 28 t/ha masih meningkatkan Mn jaringan tanaman pada B2, sedang pada B0 nilai tertinggi dicapai pada takaran 14 kg/ha. Pada B1 pemberian unsur hara mikro tidak berpengaruh nyata. Tabel 3. Pengaruh takaran pupuk kandang sapi Parameter Bahan organik (%) Zn jaringan tanaman (ppm) Berat segar akar (g) Berat kering akar (g) Takaran pupuk kandang sapi (t/ha) 0 (B0) 15 (B1) 30 (B2) 4,78 b 5,40 a 5,31 a 10,1 b 11,6 ba 13,2 a 3,35 b 3,91 ab 4,58 a 1,87 b 2,38 a 2,53 a Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut pengujian DMRT 5 %. Tabel 4. Pengaruh takaran unsur hara mikro Parameter Zn jaringan tanaman (ppm) Takaran unsur hara mikro (kg/ha) 14 (M1) 28 (M2) 0 (M0) 10,8 b 11,0 B 13,2 a Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut pengujian DMRT 5 %. Tabel 5 Pengaruh takaran kapur Parameter Zn jaringan tanaman (ppm) Berat kering trubus (g) Berat segar akar (g) Berat kering akar (g) Takaran kapur (g/pot) 0 (K0) 16,63 (K1) 15,8 a 7,5 a 7,58 b 13,86 a 2,53 b 5,37 a 1,77 b 2,76 a Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut pengujian DMRT 5 %. Indrasari & Syukur. Pertumbuhan jagung pada Ultisol yang dikapur Pemberian pupuk kandang sampai 30 t/ha masih meningkatkan berat segar maupun berat kering trubus pada M0 dan M1, sedang pada M2 pengaruh pupuk kandang terhadap parameter tersebut tidak nyata. Pengaruh pemberian unsur hara mikro terhadap berat segar maupun berat kering trubus hanya nyata pada B2, nilai tertinggi parameter tersebut dicapai pada takaran unsur hara mikro 14 kg/ha. Pengaruh interaksi pupuk kandang sapi dan kapur Pada Tabel 7 dapat ditunjukkan bahwa pengaruh takaran pupuk kandang terhadap Al-dd, kejenuhan Al, Cu tersedia dan Mn tersedia hanya 121 nyata pada K0 (tanpa dikapur). Data menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang menurunkan parameterparameter tersebut. Terhadap Mn jaringan tanaman, pemberian pupuk kandang 15 t/ha meningkatkan parameter tersebut pada K1 tetapi menurunkan parameter tersebut pada K0. Pemberian kapur 16,63 t/ha CaCO3 nyata menurunkan Al-dd, kejenuhan Al dan berat segar trubus baik pada B0, B1 maupun B2. Untuk parameter Mn jaringan dan berat kering trubus pengapuran nyata menurun parameter tersebut pada B0 tetapi tidak berpengaruh nyata pada B1 dan B2. Tabel 6. Pengaruh interaksi takaran pupuk kandang dan unsur hara mikro Perlakuan B0 M0 B0 M1 B0 M2 B1 M0 B1 M1 B1 M2 B2 M0 B2 M1 B2 M2 Cu tersedia (ppm) 0,09 0,26 0,29 0,12 0,17 0,22 0,11 0,16 0,23 e ab a de c b de cd b Parameter yang di amati Mn jaringan (ppm) BS trubus (g) 15,6 54,7 49,2 37,2 48,7 50,1 26,8 35,4 45,3 e a abc bcd abc ab de cd abc 46,60 55,60 52,78 62,30 56,60 62,52 60,72 78,15 51,35 BK trubus (g) c bc bc b bc b b a bc 8,98 c 10,53 bc 9,90 bc 11,33 b 10,43 bc 10,88 bc 11,33 b 13,37 a 9,70 bc Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut pengujian DMRT 5 % Tabel 7. Pengaruh interaksi takaran pupuk kandang dan kapur Perlakuan B0 K0 B0 K1 B1 K0 B1 K1 B2 K0 B2 K1 Al dd (Cmol (+)Kg-1) 12,24 a 4,28 c 11,17 b 4,69 c 11,02 b 4,83 c Parameter yang di amati Kejenuhan Cu tersedia Mn tersedia Al (%) (ppm) (ppm) 69,60 a 0,3 a 17,7 a 25,04 c 0,2 b 1,6 c 66,82 b 0,2 b 12,9 b 26,26 c 0,2 b 2,7 c 65,85 b 0,2 b 11,5 b 27,67 c 0,2 b 2,3 c Mn jaringan (ppm) 52,4 a 27,3 d 48,5 ab 42,2 abc 39,1 bc 32,5 cd Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut pengujian DMRT 5 % 122 Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 6 (2) (2006) Tabel 8. Pengaruh interaksi takaran unsur hara mikro dan Perlakuan M0 K0 M0 K1 M1 K0 M1 K1 M2 K0 M2 K1 Cu tersedia (ppm) 0,10 d 0,11 d 0,22 b 0,17 c 0,30 a 0,21 bc Parameter yang di amati Mn tersedia (ppm) Mn jaringan (ppm) 11,1 c 26,71 c 2,0 d 26,30 c 14,0 b 55,77 a 2,3 d 36,77 bc 16,9 a 50,86 a 2,2 d 45,50 ab BS trubus (g) 41,98 c 71,09 b 38,99 c 87,91 a 33,13 c 77,97 b Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut pengujian DMRT 5 % Pengaruh interaksi unsur hara mikro dan kapur Tabel 8 menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang sampai 30 t/ha pada tanah yang tidak dikapur masih nyata meningkatkan Cu tersedia, Mn tersedia dan Mn jaringan tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap berat segar trubus. Pada tanah yang diberi kapur 16,63 t/ha CaCO3 pemberian pupuk kandang sampai 30 t/ha masih nyata meningkatkan Cu tersedia, menurunkan berat segar trubus bila dibandingkan dengan takaran 15 t/ha. Pemberian 16,63 CaCO3 nyata menurunkan Mn tersedia dan nyata meningkatkan berat segar trubus, baik pada M0, M1 maupun M2. Pengapuran tersebut nyata menurunkan Cu tersedia pada M1 dan M2 tetapi tidak berpengaruh nyata pada M 0. Pengapuran tersebut nyata menurunkan Mn jaringan hanya pada M1 sedangkan pada M0 dan M2 tidak berpengaruh nyata. KESIMPULAN 1.Terjadi interaksi antara pupuk kandang, takaran kapur dan unsur hara mikro dalam mempengaruhi parameter-parameter yang diamati. Pemberian pupuk kandang dan kapur menurunkan ketersediaan maupun konsentrasi unsur hara mikro di jaringan, meningkatkan berat basah dan berat kering akar maupun trubus. Pengapuran menurunkan Al-dd dan kejenuhan Al tetapi meningkatkan KPK maupun pH tanah. Pemberian unsur hara mikro meningkatkan unsur hara mikro baik ketersediaan dalam tanah maupun konsentrasinya dalam jaringan tanaman. 2.Dilihat dari berat segar maupun berat kering trubus, kombinasi yang terbaik adalah B2M1 dan M1K1. DAFTAR PUSTAKA Bell, L. C. and D. G. Edwards. 1991. Soil Acidity and It’s Amelioration. Dalam : Asia Land Management of Acid Soils. IBRAM’S Training Workshop. Thailand. H 1 – 23 h. Buckman, H. O., and N. C. Brady. 1982. Ilmu Tanah. Terjemahan Soegiman. Bhratara Karya Aksara. Jakarta. Kononova, M. M. 1966. Soil Organic Matter. Pergamon Press LTD. Oxford. Notohadiprawiro, T. 1990. Farming Acid Mineral Soils for Food Crops : an Indonesian Experience. Dalam : E. T. Craswell and E. Pusparajah (eds). Management of Acid Soils in the Humid Tropics of Asia. ACIAR. Monograph. No. 13: 6268. Nyakpa, Yusuf., A. M. Lubis, M. A. Pulung, G. Amran, A. Munawar, Go Ban Hong. 1988. Kesuburan Indrasari & Syukur. Pertumbuhan jagung pada Ultisol yang dikapur 123 Tanah. Sims, J. T. 1986. Soil pH Effect on the Pengapuran Tanah Mineral Masam di Indonesia. Makalah Soil Sci Soc Am J. Vol 50 : 367373. Sims, J. T. and H. Patrick. 1978. The Universitas Lampung. Lampung. Masalah Radjagukguk, B. 1983. Distribution and Plant Availability of Manganese, Copper and Zinc. Seminar Masalah Tanah Mineral Masam di Indonesia. Fakultas Pertanian. UGM. Yogyakarta. Salam, A. K., S. Djuniwati, Sarno, J.T. Harahap. 1997. Kapur dan Distribution of Micronutrient Cations in Soil under Condition of Varying Redox Potensial and pH. Soil Sci Soc Am J. Vol 42 : 258262. Tisdale, S. L, W. L. Nelson and J. D. Beaton. 1990. Soil Fertility and Fertilizers. MacMillan Publishing Company. New York. Kompos Daun Singkong Meningkatkan Kelarutan Tembaga dan Seng Asal Limbah Industri di Tanah Andisol dari Gisting Lampung. Jurnal Tanah Tropika No. 4 : 123 – 131. ф