pengaruh pemberian pupuk kandang dan unsur hara mikro

advertisement
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 6 (2) (2006) p: 116-123
PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG DAN
UNSUR HARA MIKRO TERHADAP PERTUMBUHAN
JAGUNG PADA ULTISOL YANG DIKAPUR
Aini Indrasari1 dan Abdul Syukur2
1
Lulusan S2 Ilmu Tanah UGM, 2Dosen Jurusan Tanah Fakultas Pertanian UGM
ABSTRAK
Penelitian tentang pengaruh pemberian pupuk kandang dan unsur hara mikro
terhadap pertumbuhan tanaman jagung pada Ultisol yang dikapur telah dilaksanakan di
rumah kaca Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Penelitian ini merupakan percobaan pot dengan rancangan acak lengkap faktorial yang
terdiri dari 3 faktor, yaitu pupuk kandang (0, 15, 30 ton.ha-1), unsur hara mikro Cu, Fe, Zn
dan Mn (dalam bentuk CuSO4.5H2O, Fe2(SO4)3.7H2O, ZnSO4.7H2O dan MnSO4.H2O dengan
aras 0, 14, 28 kg ha-1) dan kapur (tanpa kapur dan dikapur sampai mencapai kejenuhan
aluminium ± 10%)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) pengaruh kombinasi unsur hara mikro,
pupuk kandang dan kapur terhadap pertumbuhan tanaman jagung (2) mendapatkan
kombinasi yang terbaik antara pupuk kandang, unsur hara mikro dan kapur terhadap
pertumbuhan tanaman jagung.
Hasilnya menunjukkan bahwa pengapuran yang dilakukan meningkatkan semua
parameter pertumbuhan, yaitu tinggi tanaman, berat segar trubus, berat kering trubus, berat
segar akar dan berat kering akar. Pemberian pupuk kandang sampai dosis 30 ton ha-1 masih
mampu meningkatkan berat segar trubus dan berat kering trubus. Pemberian unsur hara
mikro 14 kg ha-1 memberikan berat segar trubus dan berat kering trubus yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pemberian unsur hara mikro 28 kg ha-1. Kombinasi pemberian pupuk
kandang 30 ton ha-1, unsur hara mikro 14 kg ha-1 dan kapur menghasilkan berat segar trubus
dan berat kering trubus tertinggi.
Kata kunci : pupuk kandang, unsur hara mikro, kapur dan jagung
PENDAHULUAN
Jagung sebagai pangan adalah
sumber karbohidrat kedua setelah
beras. Di samping itu juga digunakan
pula sebagai bahan makanan ternak
(pakan) dan bahan baku industri
(Sudaryanto et al., 1986). Kebutuhan
dan konsumsi jagung di Indonesia terus
meningkat
seiring
dengan
meningkatnya jumlah penduduk dan
meningkatnya
industri
yang
menggunakan jagung sebagai bahan
baku seperti industri makanan dan
pakan ternak. Peningkatan produksi
yang telah dicapai melalui perluasan
areal tanam dan perbaikan teknologi
produksi ternyata belum mampu untuk
mengimbangi kebutuhan dan konsumsi
jagung di dalam negeri,
Tanaman jagung umumnya tidak
toleran terhadap kemasaman tanah
yang tinggi. Hasil penelitian Fox (1979)
disimpulkan bahwa kejenuhan Al
merupakan parameter yang lebih tepat
untuk memperkirakan pengurangan
hasil jagung pada tanah masam.
Tanaman jagung akan di bawah 90 %
dari maksimum apabila kejenuhan Al
melebihi 12 %. Bila kejenuhan Al > 40
% pertumbuhan tanaman jagung akan
116
Indrasari & Syukur. Pertumbuhan jagung pada Ultisol yang dikapur
menurun secara tajam (Kamprath and
Foy, 1997).
Dilihat dari luasannya, Ultisol
memiliki potensi untuk pengusahaan
pengembangan
tanaman
jagung.
Namun pemanfaatan Ultisol untuk
budidaya jagung menghadapi berbagai
kendala, seperti rendahnya tingkat
kesuburan dan pH serta tingginya
kejenuhan Al. Tanah ini juga rendah
dalam kandungan unsur hara makro
seperti P, N, K, Mg dan kandungan
unsur hara mikro seperti Zn, Mo dan Pb
(Notohadiprawiro, 1990; Bell and
Edwards, 1999).
Pengapuran untuk mengatasi
pengaruh buruk oleh kemasaman tanah
yang tinggi merupakan salah satu cara
yang
sudah
lama
dikenal
dan
diterapkan. Dengan tindakan ini,
kemasaman tanah diturunkan sampai
tingkat yang tidak membahayakan bagi
pertumbuhan tanaman. Radjagukguk
(1983) mengemukakan bahwa reaksi
kapur di dalam tanah secara sederhana
sebagai berikut :
3 CaCO3 + 3 H2O Æ 3 Ca++ + 3HCO3- + 3 OHAl3+
+ 3 OH- Æ Al(OH)3 (mengendap)
Al3+ yang berasal dari larutan
tanah akan bereaksi dengan OH- dari
hasil reaksi bahan kapur sehingga
membentuk endapan Al(OH)3. Dengan
demikian pemberian bahan kapur
mengakibatkan pengendapan Al dalam
bentuk Al(OH)3 dan pada saat yang
sama pH akan meningkat. Dengan
demikian keracunan Al dapat teratasi
sehingga pertumbuhan akar tanaman
akan baik.
Pengapuran
dalam
jumlah
berlebihan tidak diperlukan dalam
menanggulangi masalah keracunan Al
pada tanah mineral tropika, pH cukup
dinaikkan sampai mencapai pH ± 5,5
karena pada kondisi ini Al praktis sudah
ternetralisasi.
Kemasaman
tanah
dianggap sebagai parameter yang
117
paling
kritis
dalam
pengaturan
ketersediaan unsur hara mikro (Sims,
1986). Ketersediaan unsur hara mikro
(Cu dan Zn) dalam larutan tanah relatif
tinggi pada pH yang rendah, dan
kebanyakan kation ini berada dalam
bentuk yang dapat dipertukarkan dan
dalam fraksi organik (Sims and Patrick,
1978).
Pengapuran juga mempengaruhi
ketersediaan unsur hara mikro seperti
Fe, Mn, Cu dan Zn. Penambahan kapur
dapat menurunkan kelarutan unsur
mikro karena terjadi peningkatan pH,
yang
menyebabkan
terjadinya
pengendapan unsur mikro tersebut.
Pengapuran yang berlebihan dapat
menyebabkan
tanaman mengalami
kekurangan unsur mikro, terutama Fe,
Mn, Cu dan Zn karena peningkatan nilai
pH tanah mengakibatkan bentuk kation
berubah menjadi hidroksida yang tidak
larut (Nyakpa et al., 1988). Peningkatan
pH dapat meningkatkan muatan negatif
pada mineral lempung yang bermuatan
tidak tetap. Peningkatan muatan negatif
ini akan meningkatkan kapasitas
jerapan
kation
sehingga
mampu
menjerap kation dalam jumlah yang
lebih banyak. Proses pengendapan dan
jerapan
ini
akan
mengurangi
konsentrasi unsur mikro dalam larutan
tanah.
Bahan organik tanah merupakan
suatu sistem yang komplek dan
dinamis, berasal dari sisa tanaman dan
hewan yang terdapat di dalam tanah
yang
terus
menerus
mengalami
perubahan yang dipengaruhi faktor
biologi, fisika dan kimia tanah
(Kononova, 1966). Bahan organik dapat
berasal dari sisa tanaman, hewan
seperti dalam bentuk pupuk kandang,
pupuk hijau, kompos dan sebagainya.
Pupuk kandang sebagai sumber bahan
organik tanah mempunyai kandungan
hara yang berbeda-beda tergantung
dari macam hewan, umur hewan,
118
macam makanan, perlakuan dan
penyimpanan pupuk sebelum dipakai
(Buckman
and
Brady,
1982).
Penambahan bahan organik juga dapat
meningkatkan kapasitas jerapan karena
berbagai
gugus
fungsional
yang
dimilikinya. Penelitian McGrath et al.,
(1988) cit. Salam et al., (1997)
memperlihatkan bahwa pada pH yang
sama, kelarutan Cu lebih rendah di
tanah dengan kandungan bahan
organik tinggi daripada di tanah dengan
kandungan bahan organik rendah. Ini
menunjukkan bahwa kandungan bahan
organik
di
dalam
tanah
dapat
menurunkan ketersediaan unsur hara
mikro.
Setiap kation dari unsur hara
mikro dapat berkombinasi dengan
senyawa organik. Senyawa organik
yang bereaksi dengan kation-kation
tersebut terdiri dari protein, asam
amino, penyusun humus dan asamasam seperti sitrat dan tartrat. Reaksi
kombinasi antara kation-kation ini
dengan senyawa organik disebut kelasi,
sedangkan senyawa komplek hasil
bentukannya disebut kelat. Senyawa
kelat disamping sebagai pemasok unsur
hara mikro, juga melindungi
dari
pengendapan unsur tersebut misalnya
oleh ion hidroksil (OH) (Nyakpa et al.,
1988).
BAHAN DAN METODE
Bahan
Penelitian dilaksanakan dengan
percobaan pot di rumah kaca Jurusan
Tanah Fakultas Pertanian UGM. Tanah
ultisol diambil dari Jasinga, Jawa Barat,
pada beberapa tempat sedalam 0 – 20
cm lalu dicampur (contoh tanah
komposit). Sebagai tanaman indikator
digunakan jagung varietas Arjuna.
Pupuk kandang yang dipakai untuk
perlakuan adalah pupuk kandang sapi
sedang untuk pengapuran digunakan
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 6 (2) (2006)
CaCO3. Untuk mencukupi kebutuhan N,
P, K, Mg, Mo dan B diberikan pupuk
basal seperti tertera pada Tabel 1.
Contoh tanah dan pupuk kandang
dikeringanginkan,
ditumbuk
dan
selanjutnya disaring dengan ayakan
berdiameter 2 mm. (untuk tanah 1 dan
0,5 mm untuk pupuk kandang).
Metode
Percobaan pendahuluan
Percobaan
pendahuluan
dilakukan untuk menentukan takaran
kapur dan lama inkubasi yang akan
dipakai. Takaran kapur terpilih adalah
takaran kapur pada saat kejenuhan
aluminium ± 10 %. Dalam percobaan
ini 500 g contoh tanah dicampur
dengan kapur sesuai takaran perlakuan
dan selanjutnya diinkubasikan dalam
kondisi kapasitas lapangan. Tiap
minggu diamati Al-dd, pH H2O, pH KCl
dan kejenuhan Al-nya. Berdasarkan
hasil penelitian pendahuluan, takaran
kapur 0 dan 16,63 t/ha dan lama
inkubasi 5 minggu dipakai untuk
percobaan selanjutnya.
Percobaan rumah kaca
Contoh tanah seberat 6 kg
dicampur merata dengan kapur, unsur
hara mikro dan bahan organik sesuai
takaran perlakuan, dimasukkan dalam
pot dan diinkubasikan selama 5 minggu
dalam kondisi kapasitas lapangan,
setelah lama inkubasi selesai, campuran
tanah tersebut dicampur dengan pupuk
basal sesuai takaran perlakuan dan
diinkubasikan selama 3 hari dalam
kondisi kapasitas lapangan. Pada akhir
inkubasi sebagian tanah diambil untuk
dianalisa dan sisanya dalam pot
ditanami jagung sebanyak 3 biji per pot.
Setelah tanaman tumbuh baik (± 7 hst)
diadakan
penjarangan
dengan
menyisakan 1 tanaman yang terbaik
pada setiap pot. Pemanenan dilakukan
pada fase vegetatif maksimun, yaitu
Indrasari & Syukur. Pertumbuhan jagung pada Ultisol yang dikapur
pada saat ± 15 % tanaman jagung
berbunga
(±
52
hst).
Selama
pertumbuhan tanaman dijaga dari
serangan gulma, hama dan penyakit
dan
kondisi
kapasitas
lapangan
dipertahankan dengan menambah air
sebesar air yang hilang akibat
evapotranspirasi. Pada saat panen
ditimbang berat segar dan berat kering
trubus maupun akar. Pada saat
keluarnya bunga betina (silking phase)
diambil daun ke 5, 6 dan 7 untuk
penentuan Cu, Zn, Fe, Mn jaringan.
Rancangan percobaan
Percobaan
menggunakan
rancangan percobaan acak lengkap
faktorial, terdiri atas 3 faktor. Faktor
pertama adalah 3 aras pupuk kandang
sapi yaitu 0 t/ha (B0), 15 t/ha (B1) dan
30 t/ha (B2). Faktor kedua adalah 3 aras
unsur hara mikro yaitu tanpa unsur
hara mikro (M0), 14 kg/ha unsur hara
mikro (M1) dan 28 kg/ha unsur hara
mikro (M2). Unsur hara mikro yang
7H2O,
dipakai
adalah
Fe2(SO4)3
ZnSO4.7H2O
dan
MnSO4.H2O,
CuSO45H2O. Faktor ketiga adalah 2 aras
takaran kapur (CaCO3) yaitu 0 t/ha (K0)
dan 16,63 t/ha (K1). Perlakuan diulang
3 kali.
Tabel 1. macam dan takaran pupuk basal
yang digunakan dalam percobaan
Jenis pupuk
NH4NO3
KH2PO4
KCl
MgSO4.7H2O
(NH4)6Mo7O242H2O
NaB4O710H2O
Analisa data
kg/
ha
260
400
100
120
0,5
0,5
Takaran pupuk
mg/kg
mg/
tanah
pot
87,0
522
133,3
800
33,3
200
40
240
0,17
1
0,17
1
Data hasil analisa maupun
pengamatan dianalisa dengan ANOVA
dan DMRT 5 %.
119
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik tanah dan pupuk
kandang
Tabel 2 menunjukkan bahwa
Ultisol yang dipakai untuk penelitian
kandungan Al-ddnya tinggi, kationkation basa tertukar rendah sampai
sedang sehingga kejenuhan Al-nya
sangat tinggi dan pH-nya sangat
masam. Tekstur tanah lempung dan
kandungan bahan organik sedang
sehingga KPK-nya berharkat sedang.
Kandungan P, Zn dan Cu tersedia
sangat rendah sedangkan Fe dan Mn
tinggi. Kualitas tanah ini perlu
ditingkatkan,
antara
lain
dengan
penambahan kapur atau bahan organik.
Pemberian kapur akan meningkatkan
pH, KPK dan menurunkan Al-dd,
kejenuhan Al dan Fe maupun Mn
tersedia.
Tabel 2. Karakteristik Ultisol dan pupuk
kandang
Parameter
Tanah
Fraksi (%)
- lempung
58
- debu
28
- pasir
14
Kelas tekstur
Lempung
KPK (Cmol (+)Kg-1
17,88
pH H2O
4,3
pH KCl
3,6
Al-dd (Cmol (+)Kg-1
10,66
C organik (%)
2,64
Bahan organik
4,55
Kation basa tertukar
(Cmol (+)Kg-1
Ca
2,38
Mg
1,17
K
0,23
Na
0,51
Kejenuhan Al (%)
75,02
P tersedia (ppm)
2,07
Unsur mikro tersedia (ppm)
Fe
34,1
Mn
9,10
Zn
0,21
Cu
0,19
N total (%)
C/N
Pupuk
kandang
58,12
7,1
23,45
40,43
8675,12
696,27
234,55
99,25
1,22
19
120
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 6 (2) (2006)
Data pada Tabel 2 menunjukkan
bahwa pupuk kandang sapi yang
dipakai potensial untuk meningkatkan
kualitas
tanah
tersebut
karena
mempunyai kandungan bahan organik
dan KPK cukup tinggi, bereaksi netral,
cukup terombak dan mengandung
unsur Fe, Mn, Zn dan Cu.
Pengaruh pupuk kandang sapi dan
kapur
Tabel 3 menunjukkan bahwa
pemberian pupuk kandang sapi sampai
dengan 30 t/ha masih meningkatkan
kandungan bahan organik, Zn jaringan
tanaman, berat segar maupun berat
kering akar. Pemberian kapur 16,63
t/ha nyata menurunkan Zn jaringan
tanaman tetapi nyata meningkatkan
berat kering trubus, berat segar
maupun berat kering akar (Tabel 5).
Pengaruh interaksi pupuk kandang
sapi dan unsur hara mikro
Tabel 6 menunjukkan bahwa
pengaruh takaran pupuk kandang
terhadap Cu tersedia nyata pada M1 dan
pemberian
pupuk
kandang
M 2.
menurunkan Cu tersedia. Nilai tertinggi
dicapai pada tanpa pemberian pupuk
kandang. Pemberian unsur hara mikro
sampai 28 kg/ha masih meningkatkan
Cu tersedia baik pada B0, B1 maupun B2.
Pemberian pupuk kandang nyata
berpengaruh terhadap Mn jaringan
tanaman pada M0 dan M2. Data
menunjukkan milai tertinggi dicapai
pada takaran pupuk kandang 15 t/ha.
Pemberian unsur hara mikro sampai 28
t/ha masih meningkatkan Mn jaringan
tanaman pada B2, sedang pada B0 nilai
tertinggi dicapai pada takaran 14 kg/ha.
Pada B1 pemberian unsur hara mikro
tidak berpengaruh nyata.
Tabel 3. Pengaruh takaran pupuk kandang sapi
Parameter
Bahan organik (%)
Zn jaringan tanaman (ppm)
Berat segar akar (g)
Berat kering akar (g)
Takaran pupuk kandang sapi (t/ha)
0 (B0)
15 (B1)
30 (B2)
4,78 b
5,40 a
5,31 a
10,1 b
11,6 ba
13,2 a
3,35 b
3,91 ab
4,58 a
1,87 b
2,38 a
2,53 a
Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut
pengujian DMRT 5 %.
Tabel 4. Pengaruh takaran unsur hara mikro
Parameter
Zn jaringan tanaman (ppm)
Takaran unsur hara mikro (kg/ha)
14 (M1)
28 (M2)
0 (M0)
10,8 b
11,0 B
13,2 a
Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut
pengujian DMRT 5 %.
Tabel 5 Pengaruh takaran kapur
Parameter
Zn jaringan tanaman (ppm)
Berat kering trubus (g)
Berat segar akar (g)
Berat kering akar (g)
Takaran kapur (g/pot)
0 (K0)
16,63 (K1)
15,8 a
7,5 a
7,58 b
13,86 a
2,53 b
5,37 a
1,77 b
2,76 a
Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut
pengujian DMRT 5 %.
Indrasari & Syukur. Pertumbuhan jagung pada Ultisol yang dikapur
Pemberian
pupuk
kandang
sampai 30 t/ha masih meningkatkan
berat segar maupun berat kering trubus
pada M0 dan M1, sedang pada M2
pengaruh pupuk kandang terhadap
parameter
tersebut
tidak
nyata.
Pengaruh pemberian unsur hara mikro
terhadap berat segar maupun berat
kering trubus hanya nyata pada B2, nilai
tertinggi parameter tersebut dicapai
pada takaran unsur hara mikro 14
kg/ha.
Pengaruh interaksi pupuk kandang
sapi dan kapur
Pada Tabel 7 dapat ditunjukkan
bahwa
pengaruh
takaran
pupuk
kandang terhadap Al-dd, kejenuhan Al,
Cu tersedia dan Mn tersedia hanya
121
nyata pada K0 (tanpa dikapur). Data
menunjukkan bahwa pemberian pupuk
kandang
menurunkan
parameterparameter tersebut. Terhadap Mn
jaringan tanaman, pemberian pupuk
kandang
15
t/ha
meningkatkan
parameter tersebut pada K1 tetapi
menurunkan parameter tersebut pada
K0.
Pemberian kapur 16,63 t/ha
CaCO3 nyata menurunkan Al-dd,
kejenuhan Al dan berat segar trubus
baik pada B0, B1 maupun B2. Untuk
parameter Mn jaringan dan berat kering
trubus pengapuran nyata menurun
parameter tersebut pada B0 tetapi tidak
berpengaruh nyata pada B1 dan B2.
Tabel 6. Pengaruh interaksi takaran pupuk kandang dan unsur hara mikro
Perlakuan
B0 M0
B0 M1
B0 M2
B1 M0
B1 M1
B1 M2
B2 M0
B2 M1
B2 M2
Cu tersedia (ppm)
0,09
0,26
0,29
0,12
0,17
0,22
0,11
0,16
0,23
e
ab
a
de
c
b
de
cd
b
Parameter yang di amati
Mn jaringan (ppm)
BS trubus (g)
15,6
54,7
49,2
37,2
48,7
50,1
26,8
35,4
45,3
e
a
abc
bcd
abc
ab
de
cd
abc
46,60
55,60
52,78
62,30
56,60
62,52
60,72
78,15
51,35
BK trubus (g)
c
bc
bc
b
bc
b
b
a
bc
8,98 c
10,53 bc
9,90 bc
11,33 b
10,43 bc
10,88 bc
11,33 b
13,37 a
9,70 bc
Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut
pengujian DMRT 5 %
Tabel 7. Pengaruh interaksi takaran pupuk kandang dan kapur
Perlakuan
B0 K0
B0 K1
B1 K0
B1 K1
B2 K0
B2 K1
Al dd
(Cmol (+)Kg-1)
12,24 a
4,28 c
11,17 b
4,69 c
11,02 b
4,83 c
Parameter yang di amati
Kejenuhan Cu tersedia
Mn tersedia
Al (%)
(ppm)
(ppm)
69,60 a
0,3 a
17,7 a
25,04 c
0,2 b
1,6 c
66,82 b
0,2 b
12,9 b
26,26 c
0,2 b
2,7 c
65,85 b
0,2 b
11,5 b
27,67 c
0,2 b
2,3 c
Mn jaringan
(ppm)
52,4 a
27,3 d
48,5 ab
42,2 abc
39,1 bc
32,5 cd
Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut
pengujian DMRT 5 %
122
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 6 (2) (2006)
Tabel 8. Pengaruh interaksi takaran unsur hara mikro dan
Perlakuan
M0 K0
M0 K1
M1 K0
M1 K1
M2 K0
M2 K1
Cu tersedia (ppm)
0,10 d
0,11 d
0,22 b
0,17 c
0,30 a
0,21 bc
Parameter yang di amati
Mn tersedia (ppm) Mn jaringan (ppm)
11,1 c
26,71 c
2,0 d
26,30 c
14,0 b
55,77 a
2,3 d
36,77 bc
16,9 a
50,86 a
2,2 d
45,50 ab
BS trubus (g)
41,98 c
71,09 b
38,99 c
87,91 a
33,13 c
77,97 b
Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut
pengujian DMRT 5 %
Pengaruh interaksi unsur hara
mikro dan kapur
Tabel 8 menunjukkan bahwa
pemberian pupuk kandang sampai 30
t/ha pada tanah yang tidak dikapur
masih nyata meningkatkan Cu tersedia,
Mn tersedia dan Mn jaringan tetapi
tidak berpengaruh nyata terhadap berat
segar trubus. Pada tanah yang diberi
kapur 16,63 t/ha CaCO3 pemberian
pupuk kandang sampai 30 t/ha masih
nyata meningkatkan Cu tersedia,
menurunkan berat segar trubus bila
dibandingkan dengan takaran 15 t/ha.
Pemberian 16,63 CaCO3 nyata
menurunkan Mn tersedia dan nyata
meningkatkan berat segar trubus, baik
pada M0, M1 maupun M2. Pengapuran
tersebut nyata menurunkan Cu tersedia
pada M1 dan M2 tetapi tidak
berpengaruh
nyata
pada
M 0.
Pengapuran tersebut nyata menurunkan
Mn jaringan hanya pada M1 sedangkan
pada M0 dan M2 tidak berpengaruh
nyata.
KESIMPULAN
1.Terjadi
interaksi
antara
pupuk
kandang, takaran kapur dan unsur
hara mikro dalam mempengaruhi
parameter-parameter yang diamati.
Pemberian pupuk kandang dan kapur
menurunkan ketersediaan maupun
konsentrasi unsur hara mikro di
jaringan, meningkatkan berat basah
dan berat kering akar maupun trubus.
Pengapuran menurunkan Al-dd dan
kejenuhan Al tetapi meningkatkan
KPK maupun pH tanah. Pemberian
unsur hara mikro meningkatkan unsur
hara mikro baik ketersediaan dalam
tanah maupun konsentrasinya dalam
jaringan tanaman.
2.Dilihat dari berat segar maupun berat
kering trubus, kombinasi yang terbaik
adalah B2M1 dan M1K1.
DAFTAR PUSTAKA
Bell, L. C. and D. G. Edwards. 1991. Soil
Acidity and It’s Amelioration.
Dalam : Asia Land Management
of Acid Soils. IBRAM’S Training
Workshop. Thailand. H 1 – 23 h.
Buckman, H. O., and N. C. Brady. 1982.
Ilmu
Tanah.
Terjemahan
Soegiman.
Bhratara
Karya
Aksara. Jakarta.
Kononova, M. M. 1966. Soil Organic
Matter. Pergamon Press LTD.
Oxford.
Notohadiprawiro, T. 1990. Farming Acid
Mineral Soils for Food Crops : an
Indonesian Experience. Dalam :
E. T. Craswell and E. Pusparajah
(eds). Management of Acid Soils
in the Humid Tropics of Asia.
ACIAR. Monograph. No. 13: 6268.
Nyakpa, Yusuf., A. M. Lubis, M. A.
Pulung, G. Amran, A. Munawar,
Go Ban Hong. 1988. Kesuburan
Indrasari & Syukur. Pertumbuhan jagung pada Ultisol yang dikapur
123
Tanah.
Sims, J. T. 1986. Soil pH Effect on the
Pengapuran
Tanah
Mineral
Masam di Indonesia. Makalah
Soil Sci Soc Am J. Vol 50 : 367373.
Sims, J. T. and H. Patrick. 1978. The
Universitas Lampung.
Lampung.
Masalah
Radjagukguk,
B.
1983.
Distribution and Plant Availability
of Manganese, Copper and Zinc.
Seminar Masalah Tanah Mineral
Masam di Indonesia. Fakultas
Pertanian. UGM. Yogyakarta.
Salam, A. K., S. Djuniwati, Sarno, J.T.
Harahap. 1997. Kapur dan
Distribution
of
Micronutrient
Cations in Soil under Condition of
Varying Redox Potensial and pH.
Soil Sci Soc Am J. Vol 42 : 258262.
Tisdale, S. L, W. L. Nelson and J. D.
Beaton. 1990. Soil Fertility and
Fertilizers. MacMillan Publishing
Company. New York.
Kompos
Daun
Singkong
Meningkatkan
Kelarutan
Tembaga dan Seng Asal Limbah
Industri di Tanah Andisol dari
Gisting Lampung. Jurnal Tanah
Tropika No. 4 : 123 – 131.
ф
Download