1 PENDAHULUAN Latar Belakang Di sekitar

advertisement
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Di sekitar persawahan wilayah Kota Tasikmalaya pada saat akan
menjelang musim panen padi terdapat hama padi dan jagung yaitu
belalang, jenis serangga spesies Locusta migratoria. Locusta migratoria
merupakan hewan yang berumur pendek sekitar 76 hari dan hanya dapat
ditemukan pada musim tertentu (Adnan, 2009).
Belalang termasuk hama karena merusak tanaman pertanian.
Lingkungan tropis sangat mendukung bagi pertumbuhan ribuan jenis
serangga banyak diantaranya ternyata diolah menjadi makanan. Bahkan
hampir tiap tahun beberapa lahan pertanian di negara kita dilanda hama
serangga khususnya belalang yang menghabiskan tanaman padi dan
palawija.
Beberapa cara untuk mengendalikan populasi hama belalang yaitu
pengendalian secara biologis, mekanis atau fisika dan kimia. Salah satu
jenis cara untuk mengendalikan populasi hama belalang yaitu dengan
gelombang ultrasonik (Sitompul, 2005). Berdasarkan sumber yang lain
yaitu dengan cara penanaman kembali dengan tanaman yang tidak
disukai belalang seperti kedelai, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar, kacang
panjang, tomat, kacang tanah, kubis, sawi atau lainnya. Selain itu ada pula
cara penanggulangan yang lain yaitu dengan insektisida, penangkapan
menggunakan jaring dan menghadirkan musuh biologis atau agen hayati
1
dari belalang (Adnan, 2009).
Belalang dapat dimanfaatkan menjadi tepung belalang, yaitu
sebagai sumber bahan pakan alternatif untuk ternak unggas. Belalang
merupakan serangga yang kaya akan protein, kandungan protein belalang
sekitar 40 sampai 60%. Salah satu faktor penting dalam memilih serangga
untuk bahan pangan adalah jumlah yang tersedia di suatu tempat dan
suatu waktu (Koswara, 2002). Hal ini dilakukan dengan mengeksploitasi
sebanyak-banyaknya
hewan
belalang,
ketika
pada
musim
panen
berlangsung sehingga saat peledakan jumlah populasi belalang tersebut
dapat diminimalisir.
Ayam kampung merupakan salah satu ternak yang cukup
berpotensi untuk dikembangbiakkan. Ayam kampung merupakan ayam
lokal di Indonesia yang kehidupannya sudah lekat dengan masyarakat,
ayam kampung juga dikenal dengan sebutan ayam buras (bukan ras),
atau ayam sayur. Penampilan ayam kampung sangat beragam, begitu
pula sifat genetiknya, penyebarannya sangat luas karena populasi ayam
buras dijumpai di kota maupun desa. Potensinya patut dikembangkan
untuk meningkatkan gizi masyarakat dan menaikkan pendapatan
keluarga. Terutama untuk menghasilkan daging dan telur, serta mudah
dipelihara membuat ayam kampung mempunyai nilai ekonomis.
Diakui atau tidak selera konsumen terhadap ayam kampung sangat
tinggi. Diikuti permintaan ayam kampung yang semakin meningkat dari
tahun ke tahun (Aman, 2011). Hal itu terlihat dari pertumbuhan populasi
2
274.893.000 ekor pada tahun 2011 (Anonim, 2013). Hal ini juga terlihat
dari peningkatan produksi ayam kampung dari tahun ke tahun, pada tahun
2009 sampai 2013 konsumsi ayam kampung dari 1,52 juta ton meningkat
menjadi 1,72 juta ton (Anonim, 2013). Melihat potensi itu, perlu
diupayakan jalan keluar untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi
pengeluaran biaya pakan. Salah satunya adalah menggunakan tepung
belalang sebagai bahan pakan alternatif sehingga dapat menekan biaya
pakan.
Kondisi
yang
ada
terkait
dengan
masalah
utama
dalam
pengembangan ayam kampung adalah rendahnya produktifitas dan
kualitas pakan, seperti produksi telur yaitu 47 butir per tahun dan konversi
pakan lebih dari 10. Salah satu faktor penyebabnya adalah sistem
pemeliharaan yang masih bersifat tradisional, jumlah pakan yang
diberikan belum mencukupi dan pemberian pakan yang belum mengacu
kepada kaidah ilmu nutrisi (Gunawan, 2002; Zakaria, 2004), terutama
sekali pemberian pakan yang belum memperhitungkan kebutuhan zat-zat
makanan untuk berbagai tingkat produksi.
Permasalahan dalam pemanfaatan tepung belalang sebagai bahan
pakan ternak ayam kampung adalah ketersediaan dan kandungan khitin.
Belalang diketahui kandungan proteinnya tinggi sekitar 60%, tetapi
kandungan khitinnya juga tinggi berkisar 50%. Belalang ini dipilih sebagai
bahan pakan alternatif karena disukai oleh ayam kampung (terutama
belalang yang masih segar). Saat musim hama belalang, produksi cukup
3
melimpah yakni sekitar 5 ton/hari sehingga diharapkan dapat digunakan
sebagai bahan pakan sumber protein yang dianggap lebih murah
(Hindayana, 2003). Salah satu solusi dari permasalahan di atas yaitu
dilakukan
pembuatan
tepung
belalang,
yang
diharapkan
dapat
mengawetkan dan memperpanjang daya simpan pakan.
Masih sedikit penelitian mengenai serangga khususnya belalang
yang digunakan dalam bahan pakan ternak, maka perlu diteliti pengaruh
tepung belalang pada ternak khususnya ayam kampung. Hasil penelitian
ini diharapkan dapat memperjelas karakteristik dan potensi belalang
sebagai bahan pakan, terutama untuk pakan unggas.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
pemberian tepung belalang terhadap performa dan lemak abdominal
ayam kampung.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah: 1). Untuk menurunkan populasi hama
serangga belalang (hama tanaman pertanian). 2). Dapat dijadikan
pedoman dalam meningkatkan daya simpan pakan belalang yakni
dengan metode dibuat menjadi tepung.
4
Download